Anda di halaman 1dari 172

SERIAL NUMBER : 20181M

Adi Buana
University Press

PENGANTAR CEDERA OLAHRAGA

Oleh;
Mulyono, S.Or, M.Kes
Eva Ferdita Yuhantini, S.Pd, M.Kes

Adi Buana University Press


Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Jl. Ngagel dadi III-B/37 Surabaya, 60245 Telp. 031-5041097 Fax. 031-
5042804
E- Mail: www.unipasby.ac.id
@2017
PENGANTAR CEDERA OLAHRAGA

Penulis : Mulyono, S.Or, M.Kes.,


Eva Ferdita Yuhantini S.Pd, M.Kes
Editor : Dr. Muhammad Muhyi, M.Pd
Design Sampul : Adi Buana University Press
Layout : Adi Buana University Press

Diterbitkan Oleh:
Adi Buana University Press
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Jl. Ngagel dadi III-B/37 Surabaya
Telp. : 031-5041097
Fax : 031-5042804
Website : www.unipasby.ac.id
E-mail : unipasby@gmail.com

ISBN:XXX-XXX-XXX-XX-X

Hak cipta dilindungi Undang-undang-undang. Dilarang memperbanyak atau


memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, secara
elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam atau dengan teknik
perekam lainya, tanpa izin tertulis dari penerbit
KATA PENGANTAR

Buku Pengantar Cedera Olahraga ini disusun untuk membantu pemahaman


mahasiswa tentang penyebab dan penanganan awal cedera olahraga. Membantu
dalam mengevaluasi sub bahasan perkuliahan sehingga memudahkan mahasiwa
dalam mengukur pemahaman tentang mata kuliah yang berkaitan dengan cedera
olaharag. Mengarahkan mahasiswa pada penyelesaian tugas mandiri sehingga
mahasiswa mampu memaksimalkan potensi diri. Semoga buku ini bermanfaat bagi
mahasiswa dalam mempelajari tentang mata kuliah Pencegahan Dan Penanganan
Cedera Olahraga.

Surabaya, Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL BUKU....................................................... i


PRAKATA................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR................................................................... iv
DAFTAR TABEL........................................................................ v
BAB I. JARINGAN TUBUH MANUSIA
A. OTOT......................................................................... 4
B. KULIT........................................................................ 5
C. JARINGAN LEMAK................................................ 11
D. PEMBULUH DARAH............................................. 13
E. MEMBRAN SINOVIAL........................................... 22
F. LIGAMEN DAN TENDON...................................... 25
G. SARAF....................................................................... 34
BAB II. PRINSIP DASAR CEDERA OLAHRAGA
PENYEBAB DAN PERTOLONGAN SECARA
UMUM........................................................................... 47
BAB III. CEDERA JARINGAN LUNAK
A. LUKA TERBUKA..................................................... 67
B. LUKA TERTUTUP................................................... 76
C. DISLOKASI.............................................................. 84
BAB IV. SYOK DAN PINGSAN
A. PENYEBAB DAN GEJALA..................................... 111
B. PENANGANAN AWAL........................................... 119
BAB V. P3K
A. PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM................. 129
B. TATA LAKSANA PERTOLONGAN PERTAMA.. 134
BAB VI. BANTUAN HIDUP DASAR DAN RJP
A. PENGERTIAN........................................................... 146
B. INDIKASI.................................................................. 147
C. PRINSIP BANTUAN HIIDUP DASAR................... 148

DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
INDEKS

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar.1.1. Penampang Otot............................................................................ 4
Gambar 1.3. Bagian – bagian kulit.................................................................... 7
Gambar 1.4. Lapisan Epidermis kulit................................................................ 8
Gambar 1.4. Lapisan Dermis............................................................................. 10
Gambar. 1.5. Jaringan lemak............................................................................. 13
Gambar.1.6. Pembuluh Darah............................................................................ 18
Gambar 1.7. Struktur Dinding Pembuluh Darah............................................... 22
Gambar 1.8. Membran sinovial......................................................................... 24
Gambar. 1.9. Ligamen manusia......................................................................... 26
Gambar.1.10. Struktur Ligamen........................................................................ 27
Gambar. 1.11. Struktur Tendon......................................................................... 32
Gambar 3.1. Luka Lecet.................................................................................... 68
Gambar 3.2. luka sayat...................................................................................... 68
Gambar3.3. Luka Robek.................................................................................... 69
Gambar 3.4 Luka tusuk...................................................................................... 71
Gambar 3.5. Balutan Kedap Udara.................................................................. 72
Gambar 3.6. Cara menutup luka....................................................................... 74
Gambar 3.7. Luka Amputasi............................................................................ 74
Gambar 3.8. mengompres memar.................................................................... 79
Gambar 3.9. Hematoma Pada kaki.................................................................... 84
Gambar 3.10. Penanganan dislokasi pada pergelagan tangan........................... 88
Gambar 3.11. Patah Tulang Terbuka................................................................ 92
Gambar 3.12. Patah Tulang Tertutup................................................................ 93
Gambar 3.11. Struktur kulit.............................................................................. 99
Gambar 5.1. Pemasangan bidai untuk pata tulang lengan atas atau pergeseran
sendi bahu ............................................................................ 145
Gambar 6.1. Rantai keselamatan.................................................................. 148
Gambar 6.2. Memeriksa Keadaan Korban......................................................... 149
Gambar 6.3. Posisi Penolong Pada Korban....................................................... 150
Gambar 6.4. Membuka jalan napas dengan menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu......................................................................... 151
Gambar 6.5. Memberikan napas bantuan........................................................... 152
Gambar. 6.6. Cara melakukan posisi pemulihan................................................ 153
Gambar 6.7. Alogaritma Bantuan Hidup Dasar korban dewasa ...................... 154

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Pembagian terapi panas menurut kedalaman
penetrasinya ..................................................................... 63
Tabel 2 : Respon fisiologis terhadap panas .................................... 64
BAB I
JARINGAN TUBUH MANUSIA

Jaringan merupakan kumpulan sel-sel yang sejenis baik struktur maupun fungsinya
berikut zat interselulernya. Meskipun sangat kompleks, pada mammalia diketahui 4
jenis
jaringan utama, yaitu :
1. jaringan epitel,
2. jaringan ikat (jaringan penyambung),
3. jaringan otot, dan
4. jaringan saraf.
Keempat jaringan utama tersebut tidaklah terpisah satu sama lain atau membentuk
satu kesatuan tersendiri akan tetapi biasanya saling berhubungan satu sama lain dan
dalam perbandingan yang berbeda-beda membentuk berbagai organ dan sistem
tubuh.

STRUKTUR FUNGSI JARINGAN


1. Pengertian Jaringan
Jaringan adalah gabungan dari beberapa atau banyak sel yang memiliki
fungsi yang sama dalam suatu ikatan.
2. Struktur Jaringan
Jaringan penyusun tubuh dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu
jaringan epitelium, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

1
a. Jaringan Epitelium
Jaringan epitelium merupakan jaringan penutup permukaan tubuh, baik permukaan
tubuh sebelah luar maupun sebelah dalam. Permukaan sebelah luar yang memiliki
jaringan epitelium adalah kulit, sedangkan permukaan sebelah dalam tubuh yang
mengandung epitelium adalah permukaan dalam usus, paru-paru, pembuluh darah,
dan rongga tubuh, Jaringan epitelium dapat berasal dari perkembangan lapisan
ektoderma, mesoderma, atau endoderma.

Nama epitelium sangat erat hubungannya dengan letaknya di dalam tubuh. Epitelium
yang melapisi dinding dalam kapiler darah, pembuluh limfa, dan jantung disebut
endotelium. Endotelium berasal dari perkembangan laoisan mesoderma. Sedangkan
epitelium yang melapisi rongga tubuh, misalnya perikardium, pleura, dan peritoneum
disebut mesotelium. Mesotelium juga berasal dari lapisan mesoderma.

Sel-sel epitelium terikat satu dengan lainnya oleh zat pengikat (semen) antarsel,
sehingga hamper tidak ada ruangan antarsel. Proses pengeluaran atau pemasukan zat
dari dalam atau luar tubuh banyak melalui epitelium,maka sifat permeabilitas darin
sel-sel epitel memegang peranan penting dalam pertukaran zat antara lingkungan di
luar tubuh dan di dalam tubuh.

Jaringan epitelium dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah lapisan sel dan


bentuknya, serta berdasarkan struktur dan fungsinya.
1. Epitelium berdasarkan jumlah lapisan sel dan bentuk
Dua kriteria yang digunakan untuk mengklasifikasikan epitelium adalah jumlah
lapisan sel dan bentuknya. Berdasarkan jumlah lapisannya, epitelium dapat dibedakan
menjadi epitelium sederhana dan epitelium berlapis. Epitelium sederhana adalah

2
epitelium yang sel-selnya hanya selapis. Epitelium berlapis adalah epitelium yang
terdiri atas beberapa lapis sel.

2. Epitelium berdasarkan struktur dan fungsi


Berdasarkan struktur dan fungsinya jaringan epitelium dibedakan menjadi dua, yaitu
jaringan epitelium penutup dan jaringan epitelium kelenjar.
1. Jaringan epitelium penutup
Jaringan epitelium penutup berperan melapisi permukaan tubuh dan jaringan
lainnya. Jaringan ini terdapat di permukaan tubuh, permukaan organ, melapisi
rongga, atau merupakan lapisan disebelah dalam dari saluran yang ada pada
tubuh.

2. Jaringan Epitelium kelenjar


Jaringan epitelium kelenjar tersusun oleh sel sel khusus yang mampu
menghasilkan sekret atau getah cair .Getah cair ini berbeda dengan darah dan
cairan antar sel.Berdasarkan cara kelenjar mensekresikan cairannya , kelenjar
dibedakan menjadi dua ,yaitu kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin.

A. Otot
Otot merupakan suatu organ/alat yang dapat bergerak ini adalah suatu penting bagi
organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel
sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau
sel otot yang mendapatkan rangasangan maka miofibril akan memendek, dengan kata
lain sel otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu.
Otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu
berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Unit
dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran

3
sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks , yaitu filamen aktin dan miosin.
Pada saat berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan
energi dari mitokondria di sekitar miofibil.

Gambar.1.1. Penampang Otot

B. KULIT

Kulit manusia adalah lapisan luar dari tubuh. Pada manusia, itu adalah organ terbesar
dari sistem yg menutupi. Kulit memiliki beberapa lapisan jaringan ectodermal dan
penjaga otot-otot yang mendasarinya, tulang, ligamen dan organ internal. Kulit
manusia sama dengan mamalia lainnya, kecuali bahwa itu tidak dilindungi oleh suatu
bulu. Meskipun hampir semua kulit manusia ditutupi dengan folikel rambut, tampak
tak berbulu. Ada dua jenis umum dari kulit, kulit berbulu dan tidak berbulu.

Karena antarmuka dengan lingkungan, kulit memainkan peran penting dalam


melindungi tubuh terhadap patogen dan kehilangan air yang berlebihan. Fungsi
lainnya adalah isolasi, pengaturan suhu, sensasi, sintesis vitamin D, dan perlindungan
vitamin B folates. Kulit yang rusak parah akan mencoba untuk menyembuhkan
dengan membentuk jaringan parut. Ini menyebabkan kulit sering berubah warna dan
4
depigmentasi. Pada manusia, pigmentasi kulit bervariasi antar populasi, dan jenis
kulit dapat berkisar dari kering ke berminyak. Variasi kulit seperti menyediakan
habitat yang kaya dan beragam untuk beberapa bakteri yang kira-kira 1000 spesies
dari 19 filum.

Komponen kulit

Kulit memiliki sel mesodermal, pigmentasi, atau melanin yang disediakan oleh
melanosit, yang menyerap sebagian radiasi ultraviolet berpotensi berbahaya (UV)
sinar matahari. Hal ini juga mengandung enzim perbaikan DNA yang membantu
mengurangi efek merusak UV, dan orang-orang yang tidak memiliki gen enzim ini
mengalami potensi tinggi kanker kulit. Pigmentasi kulit manusia bervariasi antara
populasi secara mencolok. Hal ini telah menyebabkan klasifikasi orang atas dasar
warna kulit.

Kulit adalah organ terbesar dalam tubuh manusia. Untuk manusia dewasa rata-rata,
kulit memiliki luas permukaan antara 1,5-2,0 meter persegi (16,1-21,5 sq ft), sebagian
besar tebalnya antara 2-3 mm (0,10 inci). rata-rata 1 inci persegi (6,5 cm ²) dari kulit
memegang 650 kelenjar keringat, 20 pembuluh darah, 60.000 melanosit, dan lebih
dari 1.000 ujung saraf.

Pigmen

o Melanin : Ini berwarna coklat dan hadir dalam zona germinative dari
epidermis.
o Melanoid : Ini menyerupai melanin namun hadir difus di seluruh
epidermis.

5
o Karoten : Pigmen ini berwarna kuning sampai oranye. ini ada dalam
stratum korneum sel-sel lemak dermis dan fasia superfisialis.

o Hemoglobin (juga dieja Hb) : Hal ini ditemukan dalam darah dan
bukan merupakan pigmen kulit tetapi mengembangkan warna ungu.

o Oksihemoglobin : Hal ini juga ditemukan dalam darah dan bukan


merupakan pigmen kulit. Ini mengembangkan warna merah.

Lapisan kulit

Kulit terdiri dari tiga lapisan utama:

• Epidermis, yang tahan air dan berfungsi sebagai penghalang terhadap infeksi
• Dermis, yang berfungsi sebagai lokasi untuk pelengkap kulit
• Hipodermis (subkutan lapisan adiposa)

6
Gambar 1.3. Bagian – bagian kulit

Epidermis (Kulit Ari)

Epidermis, "epi" berasal dari bahasa Yunani yang berarti "lebih" atau "pada", adalah
lapisan terluar dari kulit. Ini membentuk pembungkus, tahan air pelindung atas
permukaan tubuh dan terdiri dari epitel skuamosa berlapis dengan lamina basal yang
mendasarinya.

7
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, dan sel-sel di lapisan terdalam
dipelihara oleh difusi dari darah kapiler memanjang hingga ke lapisan atas dari
dermis. Jenis utama dari sel-sel yang membentuk epidermis adalah sel Merkel,
keratinosit, dengan melanosit dan sel Langerhans . Epidermis dapat dibagi lagi
menjadi strata berikut (dimulai dengan lapisan terluar).: korneum, lucidum (hanya di
telapak tangan dan telapak kaki),granulosum, spinosum, basale. Epidermis tidak
mengandung pembuluh darah, dan dipelihara oleh difusi dari dermis. Jenis utama dari
sel-sel yang membentuk epidermis keratinosit, melanosit, sel Langerhans dan sel
Merkels. Epidermis membantu kulit untuk mengatur suhu tubuh.

Gambar 1.4. Lapisan Epidermis kulit

8
Epidermis dibagi menjadi beberapa lapisan di mana sel-sel dibentuk melalui mitosis
pada lapisan terdalam. Epidermis dibagi menjadi 5 sub bagian berikut atau strata:

1. stratum korneum
2. stratum lucidum
3. stratum granulosum
4. stratum spinosum
5. Stratum germinativum (juga disebut "stratum basale").

Dermis

Dermis adalah lapisan kulit di bawah epidermis yang terdiri dari jaringan ikat dan
bantal tubuh dari stres dan ketegangan. Dermis erat terhubung ke epidermis dengan
membran dasar. dermis juga merupakan pelabuhan banyak ujung saraf yang
menyediakan indra peraba dan panas. dermis berisi folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebaceous, kelenjar apokrin, pembuluh limfatik dan pembuluh darah.
Pembuluh darah di dermis menyediakan makanan dan pembuangan sampah dari sel
sendiri serta dari basale Stratum dari epidermis.

Dermis secara struktural dibagi menjadi dua daerah: daerah yang dangkal berbatasan
dengan epidermis, yang disebut daerah papiler, dan area dalam tebal dikenal sebagai
wilayah reticular.

9
Gambar 1.4. Lapisan Dermis

Hipodermis

Hipodermis bukan merupakan bagian dari kulit, dan terletak di bawah dermis.
fungsinya untuk menempelkan kulit ke tulang dan otot yang mendasarinya serta
menyuplai dengan pembuluh darah dan saraf. Ini terdiri dari jaringan ikat longgar dan
elastin. Jenis sel utama adalah fibroblast, makrofag dan sel lemak (hipodermis
mengandung 50% lemak tubuh). Lemak berfungsi sebagai bantalan dan isolasi untuk
tubuh.

Mikroorganisme seperti Staphylococcus epidermidis mengkolonisasi permukaan


kulit. Kepadatan flora kulit tergantung pada daerah kulit. Permukaan kulit

10
didesinfeksi akan rekolonisasi dari bakteri yang berada di daerah yang lebih dalam
folikel rambut, usus, dan bukan urogenital.

C. JARINGAN LEMAK

Pengertian jaringan lemak adalah jaringan yang tersusun atas sel sel lemak. Sel sel
lemak sendiri adalah sel yang berisi sebuah gumpalan lemak atau globul lemak
sehingga inti dan sitoplasma terdorong ke tepi sel. Nama lain untuk sel lemak ini
adalah sel adiposit. Jaringan lemak manusia tersusun atas 87 % lipid. Jaringan lemak
adalah salah satu contoh dari jaringan ikat pada hewan.

Asam lemak bebas atau free fatty acid tersusun secara kimiawi atas asam karboksilat
dengan rantai alifatik panjang. Asam lemak bebas tidak terikat dengan molekul lain
selain hal tersebut. Asam lemak bebas yang dipisahkan dari lipoprotein oleh
lipoprotein lipase akan masuk ke dalam sel adiposit. Setelah itu asam lemak bebas
akan disusun menjadi trigliserida.

Fungsi Jaringan Lemak

Jaringan lemak pada tubuh manusia memiliki fungsi utama sebagai penyimpanan
lemak. Selain itu, beberapa fungsi jaringan lemak adalah:

• Menyediakan insulasi dari panas dan dingin bagi tubuh


• Melindungi organ organ tertentu
• Pada kasus tertentu menjadi tempat terjadinya sintesis lemak

11
• Menjadi salah satu penyedia informasi tubuh tentang rasa lapar dan kenyang
untuk otak

Pada jaringan adiposa, terdapat beberapa sel khusus yaitu SVF atau stromal vascular
fraction. Sel sel ini terdiri atas preadiposit, fibroblas, makrofag, dan sel sel
endotelium. Oleh karena itu, jaringan adiposit juga memiliki fungsi dalam sistem
imun.

Fungsi jaringan lemak dalam menyimpan lemak sebagai salah satu sumber energi
tubuh. Lipolisis atau proses pembentukan lemak terjadi akibat terjadinya kelebihan
asupan nutrisi seperti karbohidrat dan protein.

Kemudian kelebihan tersebut akan dibentuk menjadi lemak dan disimpan dalam sel
sel adiposit.Dikenali terdapat dua jenis sel adiposit pada hewan yaitu sel adiposit putih
dan sel adiposit coklat. Sel adiposit coklat banyak ditemukan pada hewan yang
melakukan hibernasi di musim dingin.

Jaringan ikat lemak disebut pula jaringan adiposa. Di dalamnya banyak tersimpan sel
lemak berbentuk bulat. Jaringan adiposa berfungsi melapisi dan menginsulasi tubuh,
kemudian juga menyimpan molekul bahan bakar. Letaknya berada pada epidermis
kulit, sumsum tulang, sekitar sendi dan ginjal. Selain itu, jaringan ini berfungsi
sebagai penyimpan lemak, dan berperan sebagai bantalan. Cermatilah bentuk jaringan
ikat lemak pada gambar berikut:

12
Gambar. 1.5. Jaringan lemak
Simber: http://www.biomagz.com/2015/11/jaringan-ikat-berserat-elastis-lemak.html

D. PEMBULUH DARAH

Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut darah ke seluruh
tubuh. Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri yang berfungsi membawa darah dari
jantung, kapiler yang berfungsi sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan
kimia antara darah dan jaringan dan vena, yang membawa darah dari kapiler kembali
ke jantung. Pembuluh darah terbesar adalah aorta.

Pembuluh darah adalah salah satu bagian dari sistem sirkulasi pada tubuh untuk
membawa darah dari jantung yang terikat dengan oksigen ke organ tubuh, serta
mengembalikan kembali darah yang telah dipakai dan terikat dengan karbon dioksida
ke jantung untuk diambil lagi oksigen di paru-paru.

13
Bagi orang awam, pembuluh darah sering disebut dengan sebutan “urat”. Ada beberapa
jenis pembuluh darah di tubuh manusia, seperti arteri, arteriol (arteri kecil), kapiler
(pembuluh draha kecil di jaringan dan sel), venula (vena kecil), dan vena. Kesemua
jenis pembuluh darah ini merupakan satu kesatuan dalam menjalankan fungsi sistem
sirkulasi. Ibarat selang air yang mendistribusikan air keluar, maka pembuluh draah juga
seperti itu, tetapi yang didistribusikan adalah darah.

JENIS – JENIS PEMBULUH DARAH


Seperti yang telah disebutkan di atas, terdapat beberap amacam jenis pembuluh darah
di dalam tubuh manusia. Pembuluh darah dibagi ke dalam tiga bagian besar, yaitu :

1. Arteri

Arteri adalah pembuluh darah yang meninggalkan jantung. Fungsi dari arteri adalah
mendistribusikan darah yang kaya oksigen ke kapiler sehingga dapat memperdarahi
organ-organ tubuh. Darah meninggalkan jantung dari aorta menuju ke arteri.
Pembuluh darah arteri memiliki dinding yang kuat. Selain itu, dindingnya juga
bersifat elastis, sehingga mampu menahan tekanan yang kuat dari jantung, sehingga
pembuluh darah arteri tidak mudah robek.

Letak pembuluh arteri agak ke dalam tubuh bila dibandingkan dengan jenis pembuluh
darah vena. Hanya di beberapa bagian tertentu yang letaknya agak ke tepi, seperti di
leher, pergelangan tangan, dan pelipis.

14
Pembuluh arteri ikut berdenyut mengikuti denyutan jantung. Aliran darah yang
berada di dalam arteri pun sangat cepat, karena berasal langsung dari jantung.
Terdapat perbedaan mendasar antara pembuluh arteri dan vena, yaitu jika pembuluh
darah vena memiliki banyak katup, maka lain halnya dengan arteri. Pembuluh darah
arteri hanya memiliki satu katup di pangkal berbatasan dengan bilik kiri jantung, atau
biasa disbeut dengan valvula semilunar.

Pembuluh darah arteri dibedakan lagi menjadi 3 bagian yang memiliki perbedaan
pada letak dan ukurannya. Akan tetapi, fungsinya tetap sama. Ke-3 arteri tersebut
adalah :

a) Arteri Elastik

Arteri elastik merupakan pembuluh darah arteri yang memiliki ukuran yang besar di
tubuh. Contoh arteri-arteri elastik seperti aorta (arteri yang berada di dekat jantung
dan menyambut darah langsug dari jantung) dan trunkus pulmonalis (pembuluh arteri
yang mengalirkan darah dari bilik kanan jantung), serta cabang-cabang utamanya
seperti aorta abdominalis, dan lain-lain

Arteri jenis ini memiliki dinding yang tersusun dari jaringan ikat elastik yang banyak,
sehingga ketika arteri ini mampu menahan tekanan yang tinggi dari darah saat
dipompa oleh jantung. Sifat elastik yang dimiliki juga sangat membantu dalam
melebarkan dan mengerutkan diameter pembuluh di saat-saat tertentu.

b) Arteri Muskular

Sesuai dengan namanya, arteri jenis ini terletak di dekat otot-otot tubuh ataupun dekat
dengan organ-organ tubuh. Contohnya adalah arteri radialis, arteri komunis, arteri
brachialis, dan lain-lain. Penyusun arteri ini adalah jaringan otot polos.

15
c) Arteriol

Arteri ini merupakan pipa terakhir dari arteri yang menghubungkan langsung dengan
kapiler-kapiler dalam tubuh. Arteri jenis ini memiliki satu sampai dengan lima lapis
jaringan otot polos.

2. Vena

Pembuluh vena merupakan pembuluh darah yang bertugas membawa darah yang
berasal dari kapiler menuju ke jantung. Pembuluh vena memiliki dinding yang tipis
bila dibandingkan dengan arteri, namun tetap memiliki sifat elastis.

Vena yang paling besar yang terletak di dekat jantung disebut dengan vena kafa. Vena
kafa sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan letak dan fungsinya yang berbeda, yaitu
:

a) Vena Kafa Superior, yaitu vena kafa yang membawa darah ke jantung dari bagian
tubuh atas

b) Vena Kafa Inferior, yang bertugas membawa darah ke jantung dari bagian tubuh
bawah.

Vena terletak di bagian tubuh agak ke tepi. Pembuluh vena tidak memiliki aliran darah
secepat arteri, karena vena tidak membawa darah yang berasal langsung dari jantung.
Karena tidak mempunyai tekanan yang besar, maka pembuluh vena memiliki banyak
katup yang berfungsi mencegah agara aliran darah tidak kembali lagi ke kapiler.

Selain vena kafa, pembuluh vena juga terbagi lagi menjadi :

a) Vena Pulmonalis

16
Vena pulmonalis merupakan pembuluh vena yang bertugas untuk emmbawa darah
segar yang telah terikat dengan oksigen ke dalam jantung. Terdapat dua vena
pulmonalis, yaitu vena pulmonalis dextra yang membawa darah dari paru-paru kanan
ke jantung, serta vena pulmonalis sinistra yang membawa darah dari paru-paru kiri
ke jantung.

b) Vena Cutanea

Cutanea berarti kulit. Sesuai dengan namanya, vena jenis ini berada di bawah kulit,
yang biasanya ditusuk saat seseorang diambil darah untuk melakukan cek gula darah,
kolesterol dan lain-lain.

c) Deep Vein

Vena ini terletak berdekatan dengan arteri dan tidak tampak dengan mata telanjang
jika dilihat dari luar.

d) Venula

Sama halnya seperti arteriol, venula merupakan vena dengan ukuran terkecil dan
bertanggung jawab terhadap distribusi darah ke kapiler.

17
Gambar.1.6. Pembuluh Darah

3. Kapiler
Pembuluh kapiler merupakan kelanjutan dari pembuluh arteri yang bertugas untuk
mendistribusikan dan memberi makanan berupa darah yang kaya oksigen ke organ-
organ tubuh tempat kapiler tersebut berada. Setelah kapiler memberi darah yang kaya
oksigen tersebut, maka kapiler juga akan mengambil dan menyerap sampah-sampah
sisa metabolism seperti karbon dioksida sehingga dapat dialirkan melalui vena
kembali ke jantung.

Terdapat beberapa jenis kapiler di dalam tubuh manusia, yaitu :


a) Vas Capillare Continuum
Jenis kapiler ini adalah kapiler terbanyak yang ada dalam tubuh. Dinding kapiler ini
tersusun atas banyak jaringan endotel

18
b) Vas Capillare Fenestratum
Perbedaan dengan vas capillare continuum terletak pada adanya pori-pori (fenestra)
dalam kapiler jenis ini. Biasanya kapiler ini terletak di kelenjar endokrin, usus halus,
dan glomerulus ginjal.

c) Vas Capillare Sinusoideum


Biasanya kapiler ini terletak di hati, limpa, dan sumsum tulang. Membrane basalis
kapiler ini tidak terbentuk secara sempurna, dan mempunyai diameter yang lebar serta
terdapat celah di antara sel endotelnya.

C. FUNGSI PEMBULUH DARAH


Secara umum, pembuluh darah ialah ibarat sebuah pipa panjang yang menyalurkan
air ke tempat yang akan dituju. Begitu juga dengan pembuluh darah yang bertugas
untuk mengalirkan darah k eorgan-organ di seluruh tubuh. Fungsi pembuluh darah
juga dapat dibedakan berdasarkan jenis-jenis dari pembuluh arteri dan vena, yaitu :

• Arteri berfungsi untuk mengangkut atau mengalirkan darah dari jantung ke


seluruh tubuh, serta mengangkut oksigen ke organ-organ tubuh
• Arteriola berfungsi untuk mengangkut darah dari arteri ke kapiler, dan juga
sebagai regulator (pengaturan) utama aliran darah dan tekanan darah.
• Kapiler berfungsi untuk memasok darah dari arteriola ke organ-organ tubuh,
dan membuang sampah hasil metabolism organ tubuh
• Venula berfungsi sebagai mengalirkan darah yang kembali dari organ tubuh
kembali ke jantung
• Vena berfungsi untuk mengangkut darah ke jantung dari venula serta
mengangkut darah yang kaya akan karbon dioksida.
19
D. Perbedaan Arteri dan Vena

• Letak arteri lebih dalam (tidak tampak dari luar tubuh) daripada pembuluh
vena
• Dinding pembuluh arteri lebih tebal dan elastis daripada pembuluh vena
• Aliran darah pada arteri bergerak meinggalkan jantung, sedangkan vena
mendekati jantung
• Denyut arteri dapat kita raba dan terasa pada bagian-bagian tertentu Karena
memiliki tekanan yang kuat, daripada pembuluh vena
• Hanya terdapat satu katup di pembuluh arteri, sedangkan di vena banyak
• Jika terjadi luka dan pembuluh darah robek, maka darah di arteri akan
memancar dengan kuat, tidak begitu dengan vena
• Darah yang dibawa oleh arteri berisi darah bersih dengan kandungan oksigen,
sedangkan vena berisi darah kotor yang mengandung karbon dioksida

Struktur Pembuluh Darah


1. Tunika Intima
Tunika intima adalah lapisan paling dalam dari pembuluh darah yang terdiri dari
selapis sel endotel yang membatasi permukaan dalam pembuluh. Terdapat lapisan
subendotel yang berada dibawah lapisan endotel. Lapisan ini berperan dalam
kontraksi pembuluh darah.

2. Tunika Media
Lapisan ini berada di atas tunika intima dan merupakan lapisan tengah dari pembuluh
darah. Tunika media tersusun atas serat otot polos yang melingkar. Tunika media
dipisahkan oleh membrane lamina elastik interna yang mengandung serat elastik dan

20
berpori, sehingga zat-zat dapat masuk melalui pori tersebut. Sedangkan yang
membatasi tunika media dengan tunika adventitia adalah lamina elastik eksterna.

3. Tunika Adventitia
Merupakan lapisan terluar daripada pembuluh darah dan mengandung banyak
jaringan ikat kolagen terutama kolagen tipe 1 dan jaringan elastik.

4. Arteri elastik

Merupakan penyambungan langsung antara arteri dengan vena. Anastomosis


arteriovenosa tersebar di seluruh tubuh dan biasanya terdapat di pembuluh-pembuluh
kecil, seperti di kuku, jari, dan telinga. Anastomosis ini dipersarafi oleh sistem saraf
otonom (simpatis dan parasimpatis). Anastomosis arteriovenosa juga perperan dalam
sistem pengaturan suhu (termoregulator).

5. Vasa Vasorum
Vasa Vasorum merupakan pembuluh darah kecil yang memberikan suplai metabolit
untuk sel-sel di tunika media dan tunika adventitia pembuluh darah besar, baik arteri
maupun vena.

21
Gambar 1.7. Struktur Dinding Pembuluh Darah

E. MEMBRAN SINOVIAL

Membran sinovial adalah membran penting yang bertindak sebagai pelumas untuk
pergerakan bebas sendi tersebut. Kata ‘sinovium’ berasal dari kata Latin yang berarti
‘dengan telur’, karena cairan sinovial yang hadir dalam sendi menyerupai putih telur.
Membran sinovial adalah membran yang melapisi sendi sinovial. Membran ini terdiri
dari jaringan lunak yang merupakan garis permukaan non-tulang rawan sendi dalam
yang memiliki rongga (sendi sinovial).

22
Struktur Membran Sinovial

Meskipun struktur sinovium sangat variabel, umumnya terdiri dari dua lapisan.
Lapisan luar, juga dikenal sebagai subintima, bisa hampir semua jenis, yaitu, terdiri
dari berserat, lemak atau jaringan longgar areolar.

Lapisan dalam, juga dikenal sebagai intima, terdiri dari lembaran sel, ketebalan yang
lebih tipis dari selembar kertas. Subintima yang longgar dan intima berada di
membran lentur. Membran ini, bersama-sama dengan sel-sel intima, bertindak
sebagai ban, yang melapisi cairan sinovial dari jaringan sekitarnya. Ini adalah refleks
pelindung, yang membantu mencegah sendi terjepit ketika terjadi benturan. Sel-sel
intima terdiri dari dua jenis, yaitu fibroblas dan makrofag.

Fibroblast bertanggung jawab untuk pembuatan rantai polimer gula yang dikenal
sebagai Hyaluronan. Hal ini memberikan cairan sinovial konsistensi berurat-nya. Hal
ini membantu untuk melumasi permukaan sendi. Makrofag bertanggung jawab untuk
menelan molekul asing yang berbahaya.

Permukaan sinovium mungkin datar atau dapat ditutupi dengan jari seperti proyeksi
yang dikenal sebagai vili. Bantuan ini untuk memungkinkan jaringan lunak untuk
mengubah bentuk sebagai sendi bergerak. Pasokan darah dilakukan oleh jaring padat
pembuluh darah yang hadir tepat di bawah intima. Ini membantu untuk memberikan
nutrisi untuk sinovium dan kartilago avaskular.

Membran sinovial dan periosteum juga sangat dekat satu sama lain, dan kadang-
kadang beberapa daerah dari tulang rawan sebelah perlu untuk mendapatkan nutrisi
secara tidak langsung dan dapat melakukannya dengan difusi melalui tulang rawan.

23
Gambar 1.8. Membran sinovial

Fungsi Membran Sinovial

Bertentangan dengan kepercayaan umum, ruang di mana cairan sinovial berada tidak
terlalu besar. Dengan demikian, membran memiliki berbagai fungsi, yang paling
penting adalah untuk menyediakan ruang pemisahan atau pemutusan antara jaringan
padat sehingga gerakan dapat terjadi dengan lancar tanpa gesekan apapun.

Membran sinovial juga membantu sebagai kemasan yang dapat berubah bentuk
dengan cara yang diperlukan untuk gerakan. Ini adalah alasan mengapa Membran
sinovial harus begitu fleksibel. Membran ini juga memiliki tugas mengendalikan
volume cairan yang hadir dalam rongga sinovial sehingga hanya cukup untuk
24
memungkinkan komponen solid untuk bergerak bebas satu sama lain. Setiap
perubahan mendadak dalam buku ini bisa mengakibatkan berbagai penyakit dan
gangguan.

F. LIGAMEN DAN TENDON

Ligamen adalah jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-serabut yang
berperan dalam menghubungkan antara tulang yang satu dengan tulang yang lain pada
sendi. Ligament adalah pita jaringan elastis yang mengikat luar ujung tulang yang
saling membentuk persendian, membantu mengontrol rentang gerak, dan
menstabilkan mereka sehingga tulang dapat bergerak dengan baik.
Tanpa adanya ligament, antara tulang yang satu dengan tulang yang lain tidak akan
menyatu dan juga tidak dapat melakukan pergerakan saat otot berkontraksi.
Walaupun bisa, gerakan yang ditimbulkan tidak akan sempurna.

Ligament biasanya memiliki elastisitas yang tinggi, yang dapat memperpanjang dan
mengubah bentuk mereka ketika berada dalam ketegangan dan kemudian kembali ke
bentuk aslinya saat ketegangan itu mereda. Namun, terdapat beberapa pengecualian
dalam hal ini, seperti ligament ovarium ligament putaran rahim, dan ligament
suspensorium ovarium.

25
Gambar. 1.9. Ligamen manusia

STRUKTUR LIGAMEN
Ligament merupakan jaringan ikat yang memiliki komponen-komponen biomekanik
yang unik. Ia digambarkan sebagai pita padat jaringan ikat kolagen. Struktur ligament
terdiri dari protein yang disebut dengan kolagen. Protein kolagen ini berbentuk
panjang, fleksibel, dan berbentuk seperti benang atau serat.

Serat kolagen banyak ditemukan di tubuh manusia maupun mamalia lainnya.


Kehadiran jaringan kolagen membuat kulit menjadi elastis dan membentuk sebagian
besar jaringan ikat. Sifat elastis yang dimilikinya membuat kulit dapat teregang ketika
26
tubuh melakukan gerakan seperti melipat siku, dan lain sebagainya. Serat kolagen
sering diatur dalam pola persimpangan, yang membantu mencegah sendi tubuh
bergerak melebihi batas kewajarannya.

Gambar.1.10. Struktur Ligamen

FUNGSI UMUM LIGAMEN


1. Menentukan rentang gerakan
Ligament yang berada dalam setiap sendi tubuh bertanggung jawab terhadap
menentukan sejauh mana rentang gerakan yang dari sendi tersebut. Sehingga dengan
demikian, dapat mencegah terjadinya dislokasi sendi. Ligament juga dapat membantu
mencegah hiperekstensi tulang atau sendi. Jadi singkatnya, ligament berfungsi untuk
menstabilkan sendi dan membimbing mereka selama gerakan.

27
2. Perlindungan tulang dan sendi
Ligament dapat memberikan perlindungan terhadap tulang dan sendi dari patah,
dikarenakan ketika terjadi ketegangan pada sendi, ligament dapat berubah bentuk di
bawah beban konstan.
3. Proprioseptif
Fungsi lain dari ligament adalah untuk mempertahankan postur seseorang dengan
sistem proprioseptif. Contohnya ialah ketika sendi lutut dibengkokkan, maka akan
merangsang saraf proprioseptif untuk membuat kontraksi otot pada saat yang
bersamaan ,sehingga membuat orang menyadari posisi lutut dan kaki.

JENIS DAN FUNGSI KHUSUS LIGAMEN


Ligament dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utaman, yaitu :
1. Ligament articular
Ligament articular merupakan jaringan ikat yang menghubungkan antara tukang-
tulang untuk membentuk sendi. Ligament ini sangat kuat dan berserat padat. Fungsi
dari ligament articular ialah untuk mengubungkan jaringan dan membantu
melenturkan atau memperpanjang jaringan tubuh. Contoh ligament ini seperti :

• Bagian kepala dan leher meliputi ligament krikotiroid, ligament periodontal,


dan ligament suspensorium okluar
• Bagian pergelangan tangam terdiri atas ligament dorsal radiokarpal, ligament
kolateral, ligament palmar radiokalpar, dan lain sebagainya.
• Bagian dada meliputi ligament suspensorium
• Bagian lutut meliputi ligament patella, ligament cruciatum anterior, ligamen
kaudal, ligament kolateral lateralis, dan ligament kolateral

28
2. Ligament remnant fetal
Ligament ini merupakan ligament yang telah ada sejak lahir dan masih tetap
berkembang menjadi jaringan menyerupai ligament. Contohnya ialah :

• Ligament venosum
• Ligament arteriosum
• Tali arteri umbilikalis
• Ligamentum lingkaran hati

3. Ligament peritoneal
Merupakan ligament yang terbentuk di dalam dan di sekitar lapisan membrane dari
rongga perut. Ligament peritoneal mengelilingi sejumlah pembuluh darah di rongga
perut, termasuk pembuluh darah portal ke hati, dan berperan pad abagian penting dari
sistem reproduksi wanita. Contoh dari ligament ini ialah :

• Ligament hepatoduodenal
• Ligament uterus

4. Ligament Aksesorium
Merupakan ligament dengan struktur yang dapat memperkuat ligament lain
(pembantu). Contohnya ligament yang ada di tulang belakang yang dapat
memberikan stabilitas tulang atau tulang rawan

MEKANISME KERJA LIGAMEN


Pada dasarnya, prinsip kerja dari ligament sangat berkaitan dengan tendon. Ligament
dan tendon merupakan jaringan pasif yang tidak memiliki kemampuan melakukan
kontraksi untuk menghasilkan gerakan. Tendon membantu terjadinya pergerakan
sendi dengan cara mentransmisikan tekanan dari otot ke tulang. Dibandingkan dengan
otot, tendon memiliki serat yang kaku, memiliki kekuatan tarik yang besar, dan dapat
29
menahan tegangan yang besar. Oleh karen aitu pada ruang yang pergerakannya
terbatas, kerjasama otot ke tulang dilaksanakan oleh tendon.

Tendon mampu menahan beban yang sangat besar dengan deformasi yang sangat
kecil. Sifat ini mampu menjadikan tendon untuk mentransformasikan gaya ke tulang
tanpa menghabiskan energi untuk regangan tendon.

Ligament sendiri berperan melanjutkan gaya yang ditransmisikan dari otot antara
tulang yang satu dengan tulang yang lain, sehingga ketika terjadi suatu pergerakan,
stabilitas sendi dapat dipertahankan. Tendon dan ligament termasuk kuat dan tidak
akan putus dengan mudah. Kerusakan umumnya terjadi di pertemuan dengan tulang.

TENDON
Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Contohnya
ditubuh kita terdapat otot rangka yang bertanggung jawab untuk menggerakkan
tulang, sehingga memungkinkan kita untuk berjalan, melompat, mengangkat, dan
bergerak. Nah, Ketika otot berkontraksi, maka tendon lah yang menarik tulang dan
menyebabkan terjadinya gerakan.

STRUKTUR TENDON

Jadi, setiap struktur dalam tubuh kita dapat dipecah menjadi empat tipe dasar dari

jaringan, meliputi :

• Jaringan epitel → meliputi struktur untuk melapisi permukaan tubuh


• Jaringan otot → menghasilkan gaya dan gerakan
• Jaringan saraf → mendeteksi perubahan tubuh dan menyampaikan pesan

30
• Jaringan ikat → melindungi dan mendukung organ dan jaringan lain

Tendon termasuk dalam kategori jaringan ikat. Sebuah tendon yang utuh dibangun
dengan membentuk dan menggabungkan beberapa lapisan jaringan ikat.
Berikut akan dijelaskan lapisan-lapisan yang selanjutnya membentuk susunan tendon,
meliputi :
1. Kolagen
Bahan bangunan utama tendon adalah serat kolagen. Serat ini sangat kuat, fleksibel,
dan tahan terhadap kerusakan dari tarikan atau tegangan. Serat kolagen biasanya
diatur dalam berkas/bundel paralel, yang membantu memperbanyak kekuatan serat
individu.

2. Endomisium
Struktur tendon dan otot secara harfiah terhubung dan saling terkait. Jauh di dalam
otot terdapat selubung yang sangat tipis yang menjaga serat otot yang paling dalam
yang terpisah satu sama lain. Lapisan ini disebut endomisium (Endo: dalam, mysium:
otot)

3. Perimisium
Sekelompok 10 sampai 100 serat otot aman dibungkus dalam lembaran endomisium
membentuk fasikula. Kolagen dari lapisan endomisium memanjang keluar dan
bergabung dengan lapisan kolagen yang lebih besar yang mencakup setiap lembaran.
Lapisan ini disebut perimisium (peri : sekitar).

31
4. Epimisium
Disekitar setiap otot terdapat lapisan lain yang disebut epimisium (epi: pada). Lapisan
ini juga terdiri dari serat kolagen panjang dari lapisan di bawahnya, perimisium dan
endomisium.

5. Fasia dalam
Setiap otot-otot ini dibungkus dalam epimisium sendiri, tetapi mereka juga terhubung
satu sama lain dengan lapisan lain yang disebut kolagen fasia dalam. Lapisan ini
memegang otot bersama-sama, memungkinkan untuk gerakan bebas dari otot-otot,
dan menyediakan suplai darah. Kolagen dari fasia dalam juga terhubung ke kolagen
dari lapisan otot yang sebelumnya.

Lalu masing-masing dari empat lapisan dari atas yang terutama kolagen dari lapisan
terdalam endomisium membentang sampai ke kolagen dari fasia dalam bergabung
membentuk tendon.

Gambar. 1.11. Struktur Tendon


32
struktur tendon susunan yang paling kecil sampai membentuk unit tendon, meliputi :

FUNGSI TENDON
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya fungsi utama dari tendon adalah untuk
memungkinkan pergerakan bebas dan fleksibel dalam tubuh seperti berlari,
melompat, berjalan, mengangkat, menari dan kegiatan fisik lain yang serupa yang
bisa dilakukan oleh tendon.

MEKANISME KERJA TENDON


Kita sudah mengetahui bahwa tendon itu adalah struktur kolagen yang
menghubungkan otot dengan tulang. Tendon biasanya terdapat pada otot rangka yang
ujung dari otot itu melekat pada tulang. Untuk mekanisme kerjanya sangat
berhubungan dengan kontraksi otot dimana awalnya pada saat kita bergerak atau
mengangkat barang maka secara tidak langsung otot mengalami peregangan sehingga
akan terjadi impuls aferen ke reseptor peregangan di medulla spinalis, kemudian
impuls ini akan diteruskan menjadi impus eferen ke motor neuron yang menyebabkan
kontraksi otot. Kontraksi dari otot yang mengalami peregangan akan diteruskan
sampai ke tendon untuk menarik tulang sehingga terjadi pergerakan.
Berdasarkan cara melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut :

• Origo merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah
kedudukannya ketika otot berkontraksi.
• Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang ikut bergerak
ketika otot berkontraksi.

33
G. SARAF
Istilah penting
➢ Impuls yaitu rangsangan atau pesan . Disampaikan melalui senyawa kimia dalam
tubuh yaitu asetilkolin.
➢ Reseptor yaitu struktur yang dapat menerima impuls.Dapat berupa sel, jaringan
atau organ, alat gerak, otot.
➢ Efektor yaitu struktur yang dapat menanggapi impuls. Dapat berupaa sel, jaringan
atau organ, alat gerak, otot.
➢ Neuron atau sel saraf yaitu merupakan sel yang terpanjang yang dimilki oleh
tubuh manusia dan bertugas untuk menerima dan menghantarkan impuls ke
tempat yang dituju.

Organel penyusun sel Neuron

1. Dendrite merupakan penjuluran pnedek yang keluar dari badan sel. Berfungsi
untuk menghantarkan impuls dari luar sel neuron ke dalam badan sel.
2. Badan sel merupakan bagian neuron yang banyak mengandung cairan sel
(sitoplasma) dan terdapatnya nucleus (inti sel). Berfungsi sebagai penerima
impuls dari dendrti dan menghantarkannya menuju axon dengan perantaraan
sitoplasma.
3. Sitoplasma merupakan cairan pengisi badan sel. Berfungsi untuk
mempercepat penyampaian/penghantaran impuls dalam sel.
4. Nukleus merupakan bagian terpenting dari sel.benetuknya akan
menyesuaikan bentuk sel. Berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan sel dan
pembelahan sel.

34
5. Axon/neurit merupakan poenjukluran yang panjang yang keluar dari badan
sel. Berfungsi untuk menerima impuls dari badan sel dan menghantarkannya
ke percabangan axon.
6. Percabangan axon merupakan bagian dari axon yang bercabang-cabang.
Berfungsi menerima impuls dari axon.
7. Selubung neurolema/neurilema merupakan selaput tipis yang berda paling
luar dari axon. Berfungsi untuk melindungi axon serta memberikan nutrisi
pada axon serta regenrasi pada selubung mielin.
8. Selubung myelin merupakan selaput tipis yang berhubungan langsung dengan
axon dan terletak setelah selubung neurilema. Berfungsi untuk melindungi
axon dan memberikan nutrisi pada axon.
9. Sel Schwann merupakan sel-sel yangterdapat di dalam selubung myelin.
Berfungsi untuk memperbaiki sel axon yang rusak/regenerasi.
10. Nodus Ranvier merupakan celah diantara axonyang tidak tertutup oleh
selubung neurilema. Berfungsi untuk mempercepat penyampaian impuls ke
neuron.

Pembagian sel neuron

a. Berdasarkan fungsinya

1. Saraf sensorik/aferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan


impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat (SSP).
2. Saraf motorik/eferen yaitu neuron yang berfungsi untuk menghantarkan
impuls dari SSP ke efektor.
3. Saraf asosiasi/interneuron yaitu neuron yang menghubungkan saraf
sensorik dengan sarf motorik di dalam SSP.

35
b. Berdasarkan strukturnya
1. Neuron unipolar yaitu neuron yang memiliki satu buah axon yang
bercabang.
2. Neuron bipolar yaitu neuron yang memiliki satu axon dan satu dendrite.
3. Neuron multipolar yaitu neuron yang memiliki satu axon dan sejumlah
dendrite.

Sinapsis
➢ Merupakan hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang
lain. biasanya terjadi dari ujung percabangan axon dengan ujung dendrite
neuron yang lain.
➢ Celah antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut dengan celah
sinapsis. Di dalam celah sinapsis inilah terjadi loncatan-loncatan listrik yang
bermuatan ion,baik ion positif dan ion negatif. Di dalam celah sinapsis ini juga
terjadi pergantian antara impuls yang satu dengan yang lain, sehingga
diperlukan enzim kolinetarase untuk menetralkan asetilkolin pembawa impuls
yang ada. Dalam celah sinapsis juga terdapat penyampaian impuls dengan
bantuan zat kimia berupa asetilkolin yang berperan sebagai pengirim
(transmitter).

Muatan listrik dalam neuron


➢ Muatan listrik yang terjadi dalam satu axon akan memiliki muatan listrik yang
berbeda antara lapisan luar dan lapisan dalam axon.
➢ Polarisasi yaitu keadaan istirahat pada sel neuron yang memperlihatkan
muatan listrik positif dibagian luar dan muatan listrik negative di bagian
dalam.

36
➢ Depolarisasi yaitu keadaan bekerjanya sel neuron yang memperlihatkan
muatan listrik positif di bagian dalam dan muatan listrik negative di bagian
luar.

Gerakan berdasarkan tanggapan impuls


1. Gerak biasa merupakan gerakan yang disadari dan impuls akan diolah oleh
SSP (otak dan medulla spinalis) terbeih dahulu sebelum terjadi gerakan.

Skema/bagan gerakan biasa


Impuls → reseptor → neuron sensorik → medulla spinalis → otak →
Medulla spinalis → interneuron → neuron motorik → Efektor → gerakan

2. Gerak refleks merupakan gerakan yang tanpa disadari karena menanggapi


impuls secara langsung. Sehingga sifat gerakan ini tidak diolah terlebih
dahulu oleh otak. Jarak terpendek efektor dalam menanggapi impuls disebut
dengan lengkung refleks.

Skema/bagan gerak refleks


Impuls → reseptor → neuron sensorik → medulla spinalis → interneuron
→ Neuron motorik → efektor → gerakan.

3. Macam gerakan refleks tergantung dari tanggapan efektor terhadap impuls


yang ada. Bila tanggapan terhadap impuls melibatkan satu efektor saja, maka
disebut dengan refleks tunggal. Jika tanggapan terhadap impuls melibatkan
lebih dari 1 efektor maka disebut dengan refleks kompleks.

37
SSP (Sistem Saraf Pusat)
1. Otak
Diselimuti oleh selaput otak yang disebut selaput meninges. Selaput meninges
terdiri dari 3 lapisan :
a. Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari otak dan
bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung dengan tulang
tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringan-jaringan yang halus dari
otak dan medula spinalis.
b. Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan terdiri
dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam lapisan ini
disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan yang disebut cairan
serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk melindungi otak dan medulla
spinalis dari guncangan.
c. Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak dan
melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki pembuluh
darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.

Otak dibagi menjadi beberapa bagian :


a. Cerebrum
✓ Merupakan bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak
kita yaitu 7/8 dari otak.
✓ Mempunyai 2 bagian belahan otak yaitu otak besar belahan kiri
yang berfungsi mengatur kegaiatan organ tubuh bagian kanan.
Kemudian otak besar belahan kanan yang berfungsi mengatur
kegiatan organ tubuh bagian kiri.
✓ Bagian kortex cerebrum berwarna kelabu yang banyak
mengandung badan sel saraf. Sedangkan bagian medulla berwarna

38
putih yang bayak mengandung dendrite dan neurit. Bagian kortex
dibagi menjadi 3 area yaitu area sensorik yang menerjemahkan
impuls menjadi sensasi. Kedua adalah area motorik yang berfungsi
mengendalikan koordinasi kegiatan otot rangka. Ketiga adalah
area asosiasi yang berkaitasn dengan ingatan, memori, kecedasan,
nalar/logika, kemauan.

✓ Mempunyai 4 macam lobus yaitu :


• Lobus frontal berfungsi sebagai pusat penciuman, indera
peraba.
• Lobus temporal berungsi sebagai pusat pendengaran
• Lobus oksipetal berfungsi sebagai pusat pengliihatan.
• Lobus parietal berfungsi sebagai pusat ingatan,
kecerdasan, memori, kemauan, nalar, sikap.

b. Mesencephalon
✓ Merupakan bagian otak yang terletak di depan cerebellum dan
jembatan varol.
✓ Berfungsi sebagai pusat pengaturanan refleks mata, refleks
penyempitan pupil mata dan pendengaran.

c. Diencephalaon
✓ Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang
otak dan di depan mesencephalon.
✓ Terdiri dari talamus yang berfungsi untuk stasiun pemancar bagi
impuls yang sampai di otak dan medulla spinalis.

39
✓ Bagian yang kedua adalah hipotalamus yang berfungsi sebagai
pusat pengaturan suhu tubuh, selera makan dan keseimbangan
cairan tubuh, rasalapar, sexualitas, watak, emosi.

d. Cerebellum
✓ Merupakan bagian otak yang terletak di bagian belakang otak
besar. Berfungsi sebagai pusat pengaturan koordinasi gerakan
yang disadari dan keseimbangan tubuh serta posisi tubuh.
✓ Terdapat 2 bagian belahan yaitu belahan cerebellum bagian kiri
dan belahan cerebellum bagian kanan yang dihubungkan dengan
jembatan varoli yang berfungsi untuk menghantarkan impuls dari
otot-otot belahan kiri dan kanan.

2. Medula
a. Medulla oblongata
✓ Disebut juga dengan sumsum lanjutan atau penghubung atau
batang otak.
✓ Terletak langsung setelah otak dan menghubungkana dengan
medulla spinalis, di depan cerebellum.
✓ Susunan kortexmya terdiri dari neeurit dan dendrite dengan warna
putih dan bagian medulla terdiri dari bdan sel saraf dengan warna
kelabu.
✓ Berfungsi sebagai pusat pengaturan ritme respirasi, denyut
jantung, penyempitan dan pelebaran pembuluh darah, tekanan
darah, gerak alat pencernaan, menelan, batuk, bersin,sendawa.

b. Medulla spinalis

40
✓ Disebut dengan sumsum tulang belakang dan terletak di dalam
ruas-ruas tulang belakang yaitu ruas tulang leher sampaia dengan
tulang pinggang yang kedua.
✓ Berfungsi sebagai pusat gerak refleks dan menghantarkan impuls
dari organ ke otak dan dari otak ke organ tubuh.

SST (Susunan Saraf Tepi/Perifer)


Merupakan system saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh dengan
system saraf pusat.

1. Sistem saraf sadar/somatik


Merupakan system saraf yang kerjanya berlangsung secara sadar/diperintah
oleh otak. Bedakan menjadi dua yaitu :
a. Sistem saraf pada otak
✓ Merupakan sistem saraf yang berpusat pada otak dan dibedakan menjadi
12 pasang saraf yaitu :

No Nama saraf Jenis saraf Menuju Fungsi


I OLFAKTORI Sensorik Pusat Berkaitan
pembau dengan
penciuman
II OPTIK Sensorik Retina Berkaitan
mata dengan
penglihatan
III OKULOMOTOR Motorik Otot bola Menggerakan
mata dan bola mata (kiri
otot dan kanan)
kelopak
mata

41
Untuk
akomodasi dan
kontraksi iris
IV TROKLEAR Motorik Oto bola Untuk
mata memutar bola
mata
V TRIGEMINUS Motorik Membawa
a. OFTALMIK Kelopak impuls yang
mata atsa, berkaitan
b. MAKSILAR bola mata, dengan sensai
kelenjar rasa, nyeri,
lakrimal raba dan suhu.
c. MASNDIBULA
R Mukosa
hidung,
langit-
langit
rongga
mulut,
taring,
gigi atas,
pipi dan
kelopak
mata
bawah.
Lidah
bagian
atas
(bukan
pengecap)
, gigi
bawah dan
rahang
bawah.
VI Abdusen Motorik Otot Pergerakan
penggerak rektus lateral
bolamata
42
VI Facial Motorik Lidah Mempengaruh
I bagian i pergerakan
oengecap otot-otot
anterior rahang, wajah,
kepala serta
ekskresi
kelenjar ludah
dan air mata.

No Nama saraf Jenis Menuju Fungsi


saraf
VIII Vestibulo Sensorik Koklea telinga, Berkaitana
koklear vestibula dan kanal dengan
semisirkularis pendengaran
dan
keseimbangan.
IX Glosofaring Motorik Lidah pengecap, Mempengaruhi
tonsil langit-langit pergerakan otot
mulut, kulit telinga faring dan lidah.
X Vagus Motorik Faring, laring, Mempengaruhi
trakea, bronkus, pergerakan
pulmo, lengkung menelan,
aorta stimulasi
kelenjar
lambung, usus,
hati dan
pankreas.
XI Asesori Motorik Otot Mengkoordinasi
spinal sternokleidomastoid gerakan bahu
dan otot trapezius dan leher.
XII Hipoglosus Motorik Otot lidah Berkaitan
dengan kegiatan

43
menelan dan
berbicara.

b. Sistem saraf sumsum spinalis


✓ Merupakan sistem saraf yang berpusat pada medula spinali (sumsum tulang
belakang) yang berjumlah 31 pasang saraf yang terbagi sepanjang medula
spinalis.
✓ 31 pasang saraf medula spinalis yaitu :

Jumlah Medula spinalis Menuju


daerah
8 pasang Servix Kulit kepala, leher dan otot
tangan
12 pasang Punggung Organ-organ dalam
5 pasang Lumbal/pinggang Paha
5 pasang Sakral/kelangkang Otot betis, kaki dan jari kaki
1 pasang koksigeal Sekitar tulang ekor

2.Sistem saraf Otonom


➢ Merupakan sistem saraf yang cara kerjanya secara tidak sadar/diluar
kehendak/tanpa perintah oleh otak.
➢ Sistem saraf yang mensarafi seluruh otot polos, otot jantung, kelenjar endokrin
dan kelenjar eksokrin.
➢ Dibedakan menjadi 2 bagian yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik yang
keduanya bekerja secara antagonis/berlawanan.

a. Sistem saraf simpatik


✓ Merupakan 25 pasang simpul saraf (ganglion) yang terdapat di
medulal spinalis.
44
✓ Disebut juga dengan sistem saraf thorakolumbar karena saraf ini
keluar dari vertebrae thorak ke-1 sampai ke-12 dan vertebrae
kolumbar ke-1 sampai dengan ke-3.

✓ Beberapa fungsi sistem saraf simpatik yaitu :


▪ Mempercepat denyut jantung
▪ Memperlebar pembuluh darah
▪ Menghambat pengeluaran air mata
▪ Memperluas/memperlebar pupil
▪ Menghambat sekresi air ludah
▪ Memperbesar bronkus
▪ Mengurangi aktivitas kerja usus
▪ Menghambat pembentukan urine

b. Sistem saraf parasimpatik


✓ Merupakan sistemsaraf yang keluar dari daerah otak.
✓ Terdiri dari 4 saraf otak yaitu saraf nomor III (okulomotorik), nomor
VII (Facial), nomor IX (glosofaring), nomor X (vagus).
✓ Disebut juga dengan sistem saraf craniosakral karena saraf ini keluar
dari daerah cranial dan juga dearah sakral.
✓ Beberapa fungsi sistem saraf parasimpatik yaitu :
▪ Memperlambat denyut jantung
▪ Mempersempit pembuluh darah
▪ Memperlancar pengeluaran air mata
▪ Memperkecil pupil
▪ Memperlancar sekresi air ludah
▪ Menyempitkan bronkus

45
▪ Menambah aktivitas kerja usus
▪ Merangsang pembentukan urine

46
BAB II
PRINSIP DASAR CEDERA OLAHRAGA PENYEBAB DAN
PERTOLONGAN SECARA UMUM

Olahraga merupakan aktivitas fisik yang membutuhkan tenaga dan semangat


untuk melakukannya. Dengan berolaraga tubuh menjadi sehat dan bugar sehingga
terhindar dari berbagai penyakit. Seseorang yang rutin berolahraga akan terhindar dari
berbagai penyakit dan badan menjadi bugar.
Orang yang rutin berolahraga memiliki daya tahan tubuh atau sistem imun
yang baik, dibandingkan dengan orang yang jarang berolahraga. Sehingga terhindar
dari berbagai penyakit yang dapat menyerang tubuh kapanpun. Untuk itu kita harus
menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar.
Dengan berolahraga dapat menghilangkan rasa malas dan menjadikan tubuh
menjadi bugar. Ketika tubuh bugar dalam melakukan aktivitas sehari – hari, seperti :
bekerja, belajar dan sekolah menjadi ringan dan mudah.
Dalam dunia olahraga kita tentunya mengenal yang namanya cedera. Cedera
merupakan musuh yang menakutkan bagi para olahragawan. Karena setiap
olahragawan atau atlit dapat menderita cedera yang diakibatkan oleh pergerakan yang
salah pada saat bermain atau berolahraga.
Menurut wibowo (1995) dalam jamal (2009:1) “Cedera olahraga (sport injury)
yaitu segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu latihan maupun pada waktu
berolahraga (pertandingan) ataupun sesudah pertandingan”. Yang biasa terkena
adalah tulang, otot, tendo serta ligamentum. Dengan demikian pengetahuan tentang
cedera olahraga berguna untuk mempelajari cara terjadinya cedera olahraga
mengobati/menolong/menanggulangi (kuratif) serta tindakan preventif (pencegahan).
Biasanya cara yang efektif dalam mengatasi cedera adalah dengan memahami
beberapa jenis cedera dan mengenalai bagaimana tubuh kita memberi respon terhadap

47
cedera tersebut. Hal itu juga, dapat memahami tubuh sehingga kita dapat mengetahui
apa yang harus dilakukan unuk mencegah terjadinya cedera, Untuk mendeteksi suatu
cedera agar tidak menjadi lebih parah, yang dilakukan adalah dengan diberi
penanganan secara profesionalannya.

Pengertian Prinsip Cedera Olahraga


Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Atok Iskandar (1994;13) cedera
adalah suatu gaya-gaya bekerja pada tubuh atau sebagian dari tubuh yang melampui
kemampuan tubuh untuk mengatasinya. Gaya-gaya ini berlangsung dengan cepat
atau jangka lama. Ada pun menurut Hardianto Wibowo (1995; 11) yang dimaksud
dengan cedera olahraga (Sport Injures) adalah segala macam cedera yang timbul,
baik pada waktu latihan maupn pada waktu olahraga (pertandingan) ataupun sesudah
pertandingan. Menurut Garisson (2001: 320-321) faktor penyebab terjadinya cedera
olahraga adalah: (a) Faktor instrinsik yang meliputi: kelemahan jaringan, fleksibilitas,
kelebihan beban, kesalahan biomekanika, kurangnya penyesuaian, ukuran tubuh,
kemampuan kinerja, gaya bermain (b) Faktor ekstrinsik yang meliputi: perlengkapan
yang salah, atlet lain, permukaan bermain, cuaca.

Cedera dalam dunia olahraga dapat dikategorikan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
cedera ringan/cedera tingkat pertama, cedera sedang/cedera tingkat kedua, dan cedera
berat/cedera tingkat ketiga. Dengan memiliki pengatahuan tentang cedera dapat
berguna untuk mempelajari cara terjadinya cedera,
mengobati/menolong/menanggulangi (kuratif) serta tindakan pencegahan (preventif).
Jones (1996; 53) mengemukakan bahwa dalam Ilmu kesehatan diutamakan tindakan
preventif (pencegahan) daripada tindakan kuratif (pengobatan) karena:

1. Mencegah memerlukan biaya yang lebih ringan daripada mengobati.


2. Jika tindakan pengobatan tidak sempurna akan menimbulkan cacat/ invalid.
3. Selama sakit dapat mengurangi produktivitas.
48
Faktor Penyebab Cedera Olahraga

A. Faktor Internal

Adalah penyebab cedera olahraga yang terjadi karena adanya rangsang/ pengaruh
yang berasal dari dalam individu. Faktor – faktor internal tersebut diantaranya adalah
:

1. Umur : pada usia 30 – 40 tahun kekuatan otot relatif menurun, sedangkan


elastisitas tendon telah menurun setelah usia 30 tahun sementara kekuatan otot
menurun setelah usia 40 tahun. Kekuatan otot mencapai maksimal pada usia 25
tahun. Sehingga semakin usia seorang atlet bertambah maka semakin berpengaruh
terhadap kondisi fisik atlet dan lamanya proses penyembuhan akibat cedera
semakin lama.
2. Faktor Pribadi : kematangan ( motoritas )/ keterampilan seorang atlet/
olahragawan yang masih rendah akan lebih mudah dan lebih sering mengalami
cedera dibandingkan dengan seorang atlet/ olahragawan yang telah terampil.
Maka semakin bagus kemampuan motoriknya maka semakin kecil kemungkinan
terkena cedera.
3. Pengalaman : seorang atlet yang telah berpengalaman akan lebih kecil
kemungkinan terkena cedera bila dibandingkan dengan atlet yang masih belum
berpengalaman. Hal ini dikarenakan pengalaman seorang atlet senior atau atlet
yang banyak pengalaman dalam bertanding telah menyadari akan resiko dari
terjadinya cedera sehingga resiko terjadinya cedera akan lebih kecil dibandingkan
dengan seorang atlet pemula.
4. Tingkat latihan : latihan – latihan yang berat sehingga overuse akan dapat
menambah resiko cedera dibandingkan dengan latihan dasar. Karena penggunaan
otot yang yang lebih kompleks.

49
5. Teknik Latihan : bila teknik latihan dilakukan secara benar maka akan
mengurangi resiko cedera. Misalnya seorang pemain bola Voli melakukan smash
dengan meloncat dan turun dengan posisi pergelangan kaki menekuk akan
mengakibatkan kerobekan ligament talofibolare atau ketika berlari salah satu kaki
terperosok ke lubang sempit sehingga sendi lutut seperti diluruskan secara paksa
atau tulang betis tertekuk sehingga mengakibatkan patah tulang.
6. Warming Up : apabila pemanasan/ warming up ini tidak dilaksanakan dengan
baik/ tidak memadai akan menyebabkan latihan fisik yang terjadi secara fisiologi
tidak dapat diterima oleh tubuh karena otot belum siap menerima pembebanan.
Jadi pemanasan itu penting agar tubuh dapat beradaptasi terlebih dahulu sehingga
mengurangi resiko cedera akibat kurang elastisitas sendi.
7. Recovery Period : perlunya pemberian waktu istirahat bagi organ tubuh untuk
merecovery organ – organ agar dapat bekerja prima lagi sangat penting untuk
mengghindari resiko terkena cedera. Semisalnya padatnya frekuensi latihan
menjelang kompetisi tanpa adanya waktu recovery atau jarak kompetisi yang
terlalu dekat mengakibatkan kurangnya waktu bagi organ tubuh untuk recovery.
8. Kondisi Tubuh yang Kurang Fit : kondisi tubuh yang kurang baik sebaiknya
jangan dipaksakan untuk berolahraga karena jaringan – jaringan tubuh
kekurangan sistem imun dan lemahnya system koordinasi sehingga akan lebih
mudah mengalami cedera.
9. Keseimbangan nutrisi : bila seorang atlet memiliki keseimbangan nutrisi yang
baik maka lebih kecil kemungkinan mendapatkan cedera, dan bila cedera pun
akan lebih cepat proses penyembuhannya karena nutrisi yang dibutuhkan tubuh
untuk recovery terpenuhi dengan baik.
10. Hal – Hal lain yang berpengaruh : istirahat yang cukup, hindari gaya hidup tidak
sehat

50
B. Faktor Eksternal

Adalah faktor – faktor yang berada di luar individu namun memberikan pengaruh
terhadap individu tersebut. Faktor – faktor eksternal penyebab cedera tersebut antara
lain :

1. Kondisi lapangan : lapangan yang licin dan tidak rata akan lebih mudah
mengakibatkan cedera.
2. Peralatan : peralatan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga
akan menghindari terjadinya cedera.
3. Kondisi lingkungan : bila kondisi penerangan kurang semisal dalam permainan
basket akan mengakibatkan benturan dengan pemain lawan sehingga
mengakibatkan cedera. Selain itu cuaca yang buruk juga lebih banyak
menyebabkan cedera.
4. Penonton : penonton yang fanatic biasanya melakukan apa saja saat timnya kalah
bahkan dapat mencederai pemain lawan timnya.
5. Wasit ; wasit yang kurang tegas dalam memimpin pertandingan dan kurang
memahami peraturan terutama pertandingan yang memerlukan kontak fisik akan
dapat mengakibatkan atletnya cedera.
6. Sifat dari cabang olahraga, misalnya olahraga yang membutuhan kekuatan yang
besar dan penggunaan otot yang lebih kompleks akan lebih mudah mengakibatkan
cedera.
7. Kesimpulan : Cedera olahraga dapat disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal tersebut antara lain umur, faktor pribadi, pengalaman,
tingkat latihan, teknik latihan, warming up, recovery period, kondisi tubuh yang
kurang fit, keseimbangan nutrisi, dan gaya hidup atlet. Sedangkan faktor eksternal
yang berpengaruh adalah kondisi lapangan, peralatan, kondisi lingkungan,
penonton, wasit, dan sifat dari cabang olahraga tersebut. Cedera olahraga dapat
51
diminimalisasi dengan pemberitahuan pengetahuan tentang cedera olahraga pada
atlet dan dampaknya serta pengorganisasian sistem latihan dan perlengkapan
latihan atlet.

Cedera olahraga perlu diperhatikan terutama bagi para pelatih, guru pendidikan
jasmani, maupun pemerhati olahraga khususnya yang mempunyai atlit cedera
olahraga.
Sekarang hendakna kita satukan bahasa dahulu bahwa yang paling sental dalam
pengelolaan cedera bukanlah tenaga medis tetapi pelatih olahraga, yaitu orang yang
paling dekat dengan atlit. Sebaik apapun tim medis disiapkan akan kalah
dibandingkan dengan kita menyiapkan para pelatih olahraga yang tahu tentang
olahraga.

Pulih tidaknya cedera sebagian besar tergantung tindakan pertama pada saat cedera.
Cedera ringan tidak kalah berbahayanya dari cedera berat terhadap masa depan atlit.
Dalam rangka persiapan menghadapi suatu event. Mengistirahatkan atlit boleh
dikatakan mustahil karena waktu yang tersedia selalu terbatas. Disinilah muncul seni
yang tinggi tentang pengelolaan atlit yang cedera.

Pelatih harus menyadari bahwa tiap olahraga mempunyai kecenderungan cedera yang
berbeda. Sebagai pelatih, guru pendidikan jasmani haruslah mengetahui cara
pencegahan ataupun pertolongan pertama secara benar.
Banyak sekali penyebab-penyebab cedera olahraga yang perlu diperhatikan, sehingga
para atlit dapat menepis atau menghindari kecenderungan untuk cedera olahraga.

PENYEBAB LAIN CEDERA OLAHRAGA

52
Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedara
olahraga.

1. Faktor olahragawan/olagragawati
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan
jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun raluman kekuatan otot akan relative
menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada usia 30 tahun. Kegiatan-
kegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40 tahun.

b. Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih sering
mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah berpengalaman.

c. Pengalaman
Bagi atlit yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan dengan
olahragawan atau atlit yang sudah berpengalaman.

d. Tingkat latihan
Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar latihan fisik untuk
menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan yang terlalu berlebihan bias
mengakibatkan cedera karena “over use”.

e. Teknik
Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam melakukan
teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera.

53
f. Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga terhindar
dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya : terjadi sprain, strain ataupun rupture
tendon dan lain-lain.

g. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem musculoskeletal
setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery (pulih awal) dimana
kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan demikaian kemungkinan
terjadinya cedera bisa dihindari.

h. Kondisi tubuh yang “fit”


Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag, karena
kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau mempermudah
terjadinya cedera.

i. Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk
kebutuhan tubuh yang sehat.

j. Hal-hal yang umum


Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan yang lain.

k. Peralatan dan Fasilitas


Peralatan : Bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan kurang baik
akan mudah terjadinya cedera.

54
Fasilitas : Kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat
body contack, serta jenis olahraga yang khusus.

2. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut


Masing-masing cabang olahrag mempunyai tujuan tertentu. Missal olahraga yang
kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan sebagainya, ini semua harus
diketahui sebelumnya.

PENCEGAHAN CEDERA
Mencegah lebih baik daripada mengobati, hal ini tetap merupakan kaidah yang harus
dipegang teguh. Banyak cara pencegahan tampaknya biasa-biasa saja, tetapi masing-
masing tetaplah memiliki kekhususan yang perlu diperhatikan.

1. Pencegahan lewat keterampilan


Pencegahan lewat keterampilan mempunyai andil yang besar dalam pencegahan
cedera itu telah terbukti, karena penyiapan atlit dan resikonya harus dipikirkan lebih
awal. Untuk itu para atlit sangat perlu ditumbuhkan kemampuan untuk bersikap wjar
atau relaks. Dalam meningkatkan atlit tidak cukup keterampilan tentang kemampuan
fisik saja namun termasuk daya pikir, membaca situasi, mengetahui bahaya yang bisa
terjadi dan mengurangi resiko. Pelatih juga harus mampu mengenali tanda-tanda
kelelahan pada atlitnya, serta harus dapat mengurangi dosis latihan sebelum resiko
cedar timbul.

1. Mengurangnya antusiasme atau kurang tanggap


2. Kulit dan otot terasa mengembang
3. Kehilangan selera makan

55
4. Gangguan tidur, sampai bangun masih terasa lelah
5. Meningkatnya frekuensi jantung saat istirahat
6. Penurunan berat badan
7. Melambatnya pemulihan
8. Cenderung menghindari latihan atau pertandingan

2. Pencegahan lewat Fitness


Fitness secara terus menerus mampu mencegah cedera pada atlit baik cedera otot,
sendi dan tendo, serta mampu bertahan untuk pertandingan lebih lama tanpa
kelelahan.

1. Strength
Otot lebih kuat jika dilatih, beban waktu latihan yang cukup sesuai nomor yang
diinginkan untuk. Untuk latihan sifatnya individual, otot yang dilatih benar-benar
tidak mudah cedera.

2. Daya tahan
Daya tahan meliputi endurance otot, paru dan jantung. Daya tahan yang baik berarti
tidak cepat lelah, karena kelelahan mengundang cedera.

3. Pencegahan lewat makanan


Nutrisi yang baik akan mempunyai andil mencegah cedera karena memperbaiki
proses pemulihan kesegaran diantara latihan-latihan. Makan harus memenuhi
tuntutan gizi yang dibutuhkan atlit sehubungan dengan latihannya.

56
Atlit harus makan-makanan yang mudah dicerna dan yang berenergi tinggi kira-kira
2,5 jam sebelum latihan atau pertandingan.
Pencegahan lewat Warming up ada 3 alasan kenapa warm up harus dilakukan :
▪ Untuk melenturkan (stretching) otot, tendon dan ligament utama yang akan
dipakai.
▪ Untuk menaikkan suhu terutama bagian dalam seperti otot dan sendi.
▪ Untuk menyiapkan atlit secara fisik dan mental menghadapi tugasnya.

3. Pencegahan lewat lingkungan


Banyak terjadi bahwa cedera karena lingkungan. Seorang atlit jatuh karena
tersandung sesuatu (tas, peralatan yang tidak ditaruh secara baik) dan cedera.
Harusnya memperhatikan peralatan dan barang ditaruh secara benar agar tidak
membahayakan.

1. Peralatan
Peralatan yang standart punya peranan penting dalam mencegah cedera. Kerusakan
alat sering menjadi penyebab cedera pula, contoh yang sederhan seperti sepatu.
Sepatu adalah salah satu bagian peralatan dalam berolahraga yang mendapat banyak
perhatian para ahli. Masing-masing cabang olahraga umumnya mempunyai model
sepatu dengan cirinya sendiri. Yang paling banyak dibicarakan adalah sepatu olahraga
lari. Hal ini di hubungkan dengan dominanya olahraga lari, baik yang berdiri sendiri
maupun sebagai bagian dari orang lain.
Sepatu yang baik sangat membantu kenyamanan berolahraga dan dapat memperkecil
resiko cedera olahraga.

Kontruksi sepatu

57
Sepatu lari yang baik mempunyai cirri-ciri kontruksi sebagai berikut:
1) Sol relative tebal dan kuat, tetapi cukup elastic sehingga mampu meredam
benturan. Biasanya mempunyai permukaan yang tidak rata (bergelombang atau
berkembang-kembang).
2) Tumit harus sedikit lebih tinggi dari bagian depan ½ inci (1,3 cm).
3) Bagian belakang “counter” ditinggikan sedikit sebagai “Achilles pad” dengan
tujuan mencegah cedera tendon Achilles.
4) Terdapat “arch support” yang baik.
5) Harus cukup fleksibel, bisa dibengkokkan dengan mudah.
6) “Heel counter” harus kuat dan kaku.
7) Berat sepatu sekitar 238-340 gram.

Sepatu dikatakan pas jika jarak antara ujung jari kaki dengan bagian depan sepatu
selebar satu jari tangan (1,5 cm), bagian yang lebar dari kaki pas dengan bagian lebar
dari sepatu, serta tumit “terpegang” dengan pas pada “counter” (bagian belakang
sepatu). Pengepasan sepatu harus dengan memakai kaos kaki (harus cukup empuk
dan tebal) yang bisa digunakan.

2. Medan
Medan dalam menggunakan latihan atau pertandingan mungkin dari alam, buatan
atau sintetik, keduanya menimbulkan masalah. Alam dapat selalu berubah-ubah
karena iklim, sedang sintetik yang telah banyak dipakai juga dapat rusak. Yang
terpenting atlit mampu menghalau dan mengantisipasi hal-hal penyebab cedera.

4. Pencegahan lewat pakaian


Pakaian sangat tergantung selera tetapi haruslah dipilih dengan benar, seperti kaos,
celana, kaos kaki, perlu mendapat perhatian. Misalnya celana jika terlalu ketat dan

58
tidak elastis maka dalam melakukan gerakan juga tidak bebas. Khususnya atletik,
sehingga menyebabkan lecet-lecet pada daerah selakangan dan bahkan akan
mempengaruhi penampilan atlit.

5. Pencegahan lewat pertolongan


Setiap cedera memberi tiap kemungkinan untuk cedera lagi yang sama atau yang lebih
berat lagi. Masalahnya ada kelemahan otot yang berakibat kurang stabil atau kelainan
anatomi, ketidakstabilan tersebut penyebab cedera berikutnya. Dengan demikian
dalam menangani atau pemberian pertolongan harus kondisi benar dan rehabilitasi
yang tepat pula.

6. Implikasi terhadap pelatih


Sikap tanggung jawab dan sportifitas dari pelatih, official, tenaga kesehatan dan
atlitnya sendiri secara bersama-sama. Yakinkan bahwa atlitnya memang siap untuk
tampil, bila tidak janganlah mencoba-coba untuk ditampilkan dari pada mengundang
permasalahan. Sebagai pelatih juga perlu memikirkan masa depan atlit merupakan
faktor yang lebih penting.

PERAWATAN DAN PENGOBATAN CEDERA OLAHRAGA


Dalam melakukan perawatan dan pengobatan cedera olahraga terlebih dahulu
mengetahui dan apa yang harus dikerjakan. Terdapat pendarahan tidak, fruktur tulang
(patah tulang) dan sebagainya, atau mungkin terjadi kerusakan pembuluh darah kecil
atau besar (pendarahan dibawah kulit) di daerah itu. Bila ini terjadi akan ada warna
ungu, nyeri dan bengkak.

1. Penanganan pendarahan

59
Penanganan cedera dinilai lewat tingkatan cedera berdasarkan adanya pendarahan
lokal.
1. Akut (0-24 jam)
Terjadi cedera antara saat kejadian sampai proses pendarahan berhenti, biasanya
samapai 24 jam. Dalam pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode ini.
2. Sub-Akut (24-48 jam)
Pada saat masa akut telah berakhir, pendarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah
kembali. Bila pertolongan tidak benar dapat kembali ke tingkat akut dan berdarah
kembali.
3. Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)
Pendarahan telah berhenti, dan kecil kemungkinan kembali ke tingkat akut, pada saat
ini penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang baikmasa ini dapat
mempersingkat. Pelatih harus sangat mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus
meminta pertolongan dokter.

2. Penanganan pertama
Pulihnya atlit dan mampu aktif kembali sangat tergantung dari keputusan yang dibuat
saat terjadi cedera, serta pertolongan yang diberikan. Bila dokter tidak ada, maka
terpaksa pelatih harus memutuskan sendiri, keadaan ini paling banyak berlaku.
Pelatih harus mampu memutuskan apakah atlit terus atau berhenti, untuk cedera yang
berat keputusannya sangat mudah diambil, tetapi untuk cedera yang ringan
keputusannya menjadi sangat sulit. Bila ragu istirahatkan atlit anda, pelatih sebaiknya
mampu melakukan pemeriksaan praktis fungsional dilapangan.

3. Penanganan rehabilitasi medik


Pada terjadinya cedera olahraga upaya rehabilitasi medik yang sering digunakan
adalah :

60
1. Pelayanan spesialistik rehabilitasi medik
2. Pelayanan fisioterapi
3. Pelayanan alat bantu (ortesa)
4. Pelayanan pengganti tubuh (protesa)

Penanganan rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera.


1. Penanganan rehabilitasi medik pada cedera olahraga akut.
Cedera akut ini terjadi dalam waktu 0-24 jam. Yang paling penting adalah
penangananya. Pertama adalah evaluasi awal tentang keadaan umum penderita, untuk
menentukan apakah ada keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya. Bila
ada tindakan pertama harus berupa penyelamatan jiwa. Setelah diketahui tidak ada
hal yang membahayakan jiwa atau hal tersebut telah teratasi maka dilanjutkan upaya
yang terkenal yaitu RICE :

R - Rest :
Diistirahatkan adalah tindakan pertolongan pertama yang esensial penting untuk
mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
I – Ice :
Terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan meredakan rasa nyeri.
C – Compression :
Penekanan atau balut tekan gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan
dan pendarahan lebih lanjut.
E – Elevatin :
Peninggian daerah cedera gunanya mencegah statis, mengurangi edema
(pembengkakan) dan rasa nyeri.

2. Penanganan rehabilitasi pada cedera olahraga lanjut

61
Pada masa ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara lain berupa :
Terapi dingin :
Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :
1) Kompress dingin
Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu
kompreskan pada bagian yang cedera.
Lamanya : 20-30 menit dengan interval kira-kira 10 menit.
2) Masase es
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5-7
menit, dapat diulang dengan tenggang waktu 10 menit.
3) Pencelupan atau peredaman
Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang
dicampur dengan es. Lamanya 10-20 menit.
4) Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh yang
cedera.

Terapi panas :
Pada umumnya toleransi yang baik pada terapi panas adalah bila diberikan pada fase
subakut dan kronis dari suatu cedera, tetapi panas juga dapat diberikan pada keadaan
akut. Panas yang kita berikan ketubuh akan masuk atau berpenetrasi kedalamnya.
Kedalam penetrasi ini tergantung pada jenis terapi panas yang diberikan seperti yang
terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 : Pembagian terapi panas menurut kedalaman penetrasinya.

Penetrasi Macam

62
Dangkal Lembab/Basah Kompres kain air panas
(superfisial) Kering “Hydrocollator pack”
Dalam(Deep) Diatermi Mandi uap panas
“Paraffin wax bath”
Hydrotherapy
Kompres botol air panas
Kompres bantal pemanas tenaga listrik
Lampu merah infra
Diatermi gelombang pendek
Diatermi gelombang mikro
Diatermi suara ultra

Secara ringkas efek pemberian panas secara lokal dapat dilihat pada tabel no 2.
Tabel 2 : Respon fisiologis terhadap panas

1. Panas meningkatkan efek vaskulatik jaringan kolagen.

2. Panas mengurangi dan menghilangkan rasa sakit


3. Panas mengurangi kekakuan sendi
4. Panas mengurangi dan menghilangkan spasme otot
5. Panas meningkatkan sirkulasi darah
6. Panas membantu resolusi infiltrate radang, edema dan eksudasi

63
7. Panas digunakan sebagai bagian dari terapi kanker

Terapi air (Hydroterapy)


Pada sebagian kasus pemberian terapi air akan banyak menolong. Terapi air dipilih
karena adanya efek daya apung dan efek pembersihan. Jenis terapi ini dapat kita
berikan dengan memakai bak atau kolam air. Teknik lain terapi air adalah “contrast
bath” yaitu dengan menggunakan dua buah bejana. Satu buah diisi air hangat suhu
40,5-43,3 C dan satunya lagi diisi air dingin dengan suhu 10-15 C. anggota gerak yang
cedera bergantian masuk ke bejana secara bergantian dengan jarak waktu.

Perangsangan listrik
Perangsangan listrik mempunyai efek pada otot yang normal maupun otot yang
denervasi. Efek rangsangan listrik pada otot normal antara lain relaksasi otot spasme,
re-edukasi otot, mengurangi spastisitas dan mencegah terjadinya trombloflebitis.
Sedang pada otot denervasi efeknya meliputi menunda progrese atropi otot,
memperbaiki sirkulasi darah dan nutrisi.

Masase
Dengan menggunakan masase yang lembut dan ringan, kurang lebih satu minggu
setelah trauma mungkin akan dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat
diberikan dengan betul dan dengan dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi
bengkak dan kekakuan otot.

▪ Pemberian terapi latihan

64
Waktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan derajat cederanya.
Pada cedera otot misalnya terjadi kerusakan atau robekan serabut otot bagian central
memerlukan waktu pemulihan 3 kali lebih lama dibandingkan dengan robeknya otot
bagian perifer. Sedangkan cedera tulang, persendian (ligament) memerlukan waktu
yang lebih lama.
Terapi latihan yang dapat diberikan, berupa :
1. Latihan luas gerak sendi
2. Latihan peregangan
3. Latihan daya tahan
4. Latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh)

▪ Pemberian ortesa (alat Bantu tubuh)


Pada terjadinya cedera olahraga yang akut ortesa terutama berfungsi untuk
mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sehingga membantu mempercepat proses
penyembuhan dan melindungi dari cedera ulangan.
Pada fase berikutnya ortesa dapat berfungsi lebih banyak, antara lain : ortesa leher,
dan support pada anggota gerak bawah. Mencegah terjadinya deformitas dan
meningkatkan fungsi anggota gerak yang terganggu.
▪ Pemberian protesa (pengganti tubuh)
Protesa adalah suatu alat Bantu yang diberikan pada atlit yang mengalami cedera dan
mengalami kehilangan sebagian anggota geraknya. Fungsi dari alat ini adalah untuk
menggantikan bagian tubuh yang hilang akibat dari cedera tersebut.

65
BAB III
CEDERA JARINGAN LUNAK

A. LUKA TERBUKA

66
Luka terbuka merupakan jenis luka yang dapat dilihat melalui permukaan kulit. ada 7
jenis luka yang digolongkan ke dalam luka terbuka yaitu:

1. Luka Lecet
2. Luka Sayat/Iris
3. Luka Robek
4. Luka Tusuk
5. Avulsi / Sobek
6. Amputasi
7. Cedera Remuk (Crush Injury).

1. Luka Lecet.
Tentunya hampir setiap manusia pernah mengalami luka lecet ini, bisa karena terjatuh
atau penyebab lainnya. Secara umum luka lecet ini terjadi karena adanya gesekan
antara permukaan kulit dengan sesuatu yang mengakibatkan permukaan kulit
terkelupas dan tampak titik-titik perdarahan.

Luka ini terjadi hanya dipermukaan kulit namun menimbulkan rasa nyeri bagi
korbannya, hal ini akibat ujung-ujung syaraf juga mengalami cedera dan biasanya
bentuk dari luka lecet tidak beraturan.

Gambar 3.1. Luka Lecet

67
2. Luka Sayat/Iris.
Jenis luka terbuka yang satu ini sering terjadi karena adanya kontak dengan benda
tajam seperti pisau dan lain sebagainya namun berbeda dengan luka tusuk.
Biasanya pada luka sayat/iris, permukaan kulit dan lapisan di bawahnya akan terputus
sampai kedalaman yang bervariasi namun tepi luka teratur.

Gambar 3.2. luka sayat

3. Luka Robek.
Umumnya luka robek ini terjadi karena adanya benturan dengan benda keras yang
tumpul. Karakteristik luka robek hampir sama dengan luka sayat namun ketidak
teraturan tepi luka yang menjadi pembeda keduanya.

Kondisi yang tidak teratur ini menyebabkan sulitnya penolong untuk menilai
kedalaman luka termasuk juga untuk menilai kerusakan bagian dalam.

68
Perdarahan pada luka ini sangat sulit untuk diatasi dan dikendalikan apalagi jika
mengenai pembuluh darah yang besar, kalau pun bisa dikendalikan hanya
setengahnya saja. Untuk jelasnya lihat gambar luka robek berikut:

Gambar 3.3. Luka Robek

4.Luka tusuk

Penanganan luka tusuk tanpa ada benda yang masih menancap sedikit lebih mudah
menanganinya dibandingkan dengan yang masih ada benda yang menancap pada
tubuh korban.

Perlu cara khusus untuk hal ini, mengingat jika benda yang menusuk tersebut bisa
berupa pisau, paku atau benda runcing lainnya apabila dicabut akan mengakibatkan
luka dan perdarahan bertambah parah dan terjadi perdarahan luar yang sangat hebat.

Untuk kasus seperti ini apabila teman-teman temukan, maka langkah-langkah


pertolongan pertama yang harus dilakukan untuk menolong korban tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Stabilkan benda yang menancap tersebut agar jangan bergerak karena bisa
menyebabkan luka bertambah lebar dan parah. Gunakan tangan penolong
untuk menjaga agar benda yang menancap tidak bergerak.
69
2. Jangan mencabut benda yang menancap tersebut!! Kecuali jika benda
tersebut menancap di pipi korban.
3. Buka bagian yang luka sehingga terlihat dengan jelas oleh penolong.
4. Segera hentikan perdarahan dan ingat jangan sampai menekan benda yang
menancap tersebut.
5. Stabilkan benda yang masih menancap tersebut dengan menggunakan
penutup luka tebal, atau berbagai variasi misalnya membuat pola seperti
donat dari pembalut mitela, pembalut gulung dan lainnya.
6. Jika mulai tampak tanda syok segera lakukan pertolongan pertama syok
untuk korban.
7. Berusaha menjaga agar korban tetap tenang dan istirahat.
8. Segera bawa korban ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pertolongan
medis selanjutnya.

Satu hal yang harus diingat, ketika kita menemukan benda yang menancap tersebut
sangat panjang sehingg menyulitkan kita untuk memberikan pertolongan pertama
maka langkah yang harus diambil adalah memotong benda tersebut. Lakukan dengan
sangat hati-hati agar benda tersebut tidak menyebabkan luka makin parah dan makin
bertambah dalam.

Luka tusuk adalah luka yang ditimbulkan oleh tusukan benda-benda berujung
runcing. Mulut luka lebih sempit jika di bandingkan dengan ukuran dalamnya. Tepi
luka mungkin ikut terdorong masuk ke dalam luka.
Luka tusuk biasanya sangat dalam. Seandainya benda yang masuk itu kotor,
bahaya infeksi kuman biasa dan kuman tetanus lebih besar. Letak luka juga perlu di
perhatikan, mengingat bahayanya terhadap alat-alat dalam tubuh.
Apabila tusukan mengenai pembuluh darah yang besar, terlebih dahulu lakukan
tindakan untuk menghentikan perdarahan itu. Luka tusuk yang mengenai jantung,
dapat dipastikan selalu membawa kematian yang cepat (Kartono Muhamad 2008:65)
70
Gambar 3.4
Luka tusuk (Muriel Skeet 1988:88)

Luka tusuk di dada


Luka tusuk di dada yang tidak mengenai jantung dapat menembus
rongga paru-paru. Akibatnya, selain perdarahan dari rongga paru-paru, udara
juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu paru-paru pada
sisi luka tusuk akan memngempis.
Penderita nampak kesakitan saat bernafas, dan mendadak merasa sesak.
Gerakan iga disisi yang terluka berkurang.

Tindakan petolongan:
a. Tutup lukanya dengan kasa steril yang dibasahi dengan cairan steril.
b. Kemudian balut luka tersebut dengan plester. Balutan tersebut harus
dibuat kedap udara (lihat Gambar 2).

71
Gambar 3.5
c. Saluran pernafasan harus dibersihkan dari kotoran, lendir atau darah.
Karena batuk akan terasa sakit, maka penderita tidak akan berani
batuk untuk mengeluarkan kotoran tersebut.
d. Apabila tidak terjadi shock, patah tulang belakang, atau gegar otak,
bawalah penderita diusung ke rumah sakit dalam posisi setengah
duduk.
e. Untuk mengurangi rasa sakit, berilah obat pelawan rasa sakit atau
penekan batuk (codein, dan sebagainya).
(Kartono Muhamad 2008:66)
Luka tusuk di perut

72
Perdarahan pada rongga perut yang diakibatkan oleh luka terbuka
mudah diketahui. Tetapi rongga perut dapat juga terjadi tanpa luka terbuka,
misalnya yang di timbulkan oleh pukulan yang keras oleh benda tumpul ke
arah perut. Pada kecelakaan kendaraan bermotor, hal semacam ini tidak jarang
di jumpai.
Bahaya perdarahan rongga perut selain infeksi (bila ada luka terbuka),
juga shock dan kematian cepat menyusul.
Tanda-tanda perdarahan rongga perut tanpa luka terbuka ialah:
penderita merasa kesakitan yang hebat pada di daerah perut. Dinding perut
menegang (kadang-kadang sampai sekeras papan). Bila dipegan atau ditekan
perutnya penderita akan merasa kesakitan. Mual dan muntah yang kadang-
kadang berdarah merupakan salah satu tanda-tandanya. Kemudian akan cepat
menjadi shock dan meninggal.
Tindakan pertongan:
a. Bila ada luka terbuka:
➢ Tutup lukanya dengan snelverband. Jika tidak ada snelverband,
tutuplah dengan setumpuk tebal kasa steril. Siramlah kasa seteril
dengan cairan steril (aquadest steril atau larutan garam steril).
➢ Apabila ada usus yang nampak keluar, jangan berusaha untuk
memasukkannya kembali.
➢ Balutlah luka tersebut dengan balutan yang menekan.
➢ Jangan dfiberi minum atau makanan apa pun. Jika penderita
merasa haus, cukup basahi bibirnya dengan air.
➢ Kirim segera ke rumah sakit.

73
Gambar 3.6

b. Tanpa luka terbuka (akibat pukulan atau ledakan):


➢ Jangan diberi minum atau makan apa pun.
➢ Balut perut dengan balutan menekan.
➢ Kirim segera ke rumah sakit.
(Kartono Muhamad 2008:95)

Luka tusuk di anggota badan


Tindakan pertolongan:
a. Bersihkan tepi luka dari kotoran dengan cairan steril dan obat
antiseptik.
b. Kalau luka tidak dalam siramlah dengan larutan hidrogen peroksida
untuk menghentikan kegiatan kuman tetanus.
c. Luka tusuk biasanya tidak memerlukan jahitan.
d. Tutup luka tersebut dengan kasa steril yang kering dan beri balutan
penekan.
e. Bawa penderita ke rumah sakit untuk mendapat suntikan antitetanus
dan antibiotika.

74
5. Avulsi / Sobek
Luka ini terjadi akibat terkelupasnya kulit dan sedikit lapisan dibawahnya, bisa
saja kulit dan lapisan dibawahnya itu masih menempel atau sudah hilang sama
sekali. Bila masih menempel, maka itu disebut dengan flap atau lembaran gantung.
Ujung hidung yang terkelupas disebut Avulsi.

6. Amputasi

Luka ini terjadi akibat terpisahnya jaringan tubuh korban, paling sering terjadi
pada alat gerak mulai dari jari sampai hilangnya seluruh alat gerak. Pada ujung
luka mungkin terlihat lembaran kulit dan ujung tulang.

Gambar 3.7. Luka Amputasi

Perdarahan yang terjadi pada luka ini sangat hebat atau bisa juga sebaliknya
karena pembuluh darah dapat menutup sendiri untuk membatasi keluarnya
darah.

7. Cedera Remuk / Crush Injury

75
Luka jenis ini adalah gabungan antara luka terbuka dan luka tertutup, yang
terjadi karena terjepitnya alat gerak korban dengan alat-alat berat. Hampir
seluruh jaringan lunak dan jaringan keras seperti tulang dapat terlibat, tulang
dapat patah dan pecahannya atau patahannya dapat menembus sampai keluar.
Hal ini akan menimbulkan pembengkakan dan Perdarahan, baik Perdarahan
Luar maupun Perdarahan Dalam.

Luka ini sangat bervariasi sekali bentuknya dan perlu untuk segera diberikan
Pertolongan Pertama pada korban mengingat perdarahan yang terjadi sangat kuat.

B. LUKA TERTUTUP
Pada luka tertutup, jaringan luka dibawah kulit mengalami kerusakan sedangkan kulit
itu sendiri tidak rusak, biasanya luka tertutup merupakan luka memar kadang juga
dapat berupa pengumpulan darah dibawah kulit Biasanya luka tertutup tidak
berbahaya namun kadang dapat bertanda bahwa luka memar ini ada yang lebih serius,
terutama bila diatas kepala atau batang hidung Penangan luka tertutup
Memar kecil umumnya tidak memerlukan perawatan, tetapi jika memar cukup besar
kita dapat memberikan kompres dingin untuk menghilangkan rasa sakit dan
mengurangi pembengkakan. Jangan mendinginkan luka yang memar lebih lama dari
15 sampai 30 menit, dan naikan bagian yang memar kira-kira sejajar dengan jantung
Tetapi perlu diingat jika memar tersebut cukup besar dan memar tersebut berada
dibagian kepala, dada dan perut maka bawa ke rumah sakit,mungkin saja terjadi
pendarahan didalam dan hal tersebut harus segera dibawa ke rumah sakit. Kalau
memar terdapat pada anggota gerak bisa berarti kemungkinan ada patah tulang.

luka yang tidak disertai kerusakan jaringan kulit , lika ini dapat berupa cedera ringan
dan luka ini tidak disertai darah yang keluar .
76
Contoh :
1. Memar
2. Hematoma
3. Cedera remuk

Memar
Luka memar biasanya disebabkan bagian tubuh terkena benturan benda keras. Bagian
kullit yang terkena benturan biasanya mengalami perubahan warna menjadi agak
hitam atau kebiru-biruan. Hal tersebut di sebabkan adanya pembuluh darah kecil di
bawah kulit yang mengalami kebocoran sehingga darah merembes di sekitar
jaringan tersebut.

Memar yang terbentuk oleh benturan biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam
waktu dua sampai empat minggu. Biasanya kecepatan penyembuhan tgergantung
penanganan awal saat terjadinya benturan dan juga bergantung pada daerah tubuh
yang terkena benturan. Semakin keras benturan akan semakin lama peoses
pemulihannya di karenakan semakin banyaknya pembuluh darah tyang mengalami
kebocoran. Memar pada daerah kaki biasanya akan membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk sembuh di bandingkan memar pada badan, muka maupun tangan.

Pertolongan pertama yang dilakukan untuk mengatasi memar agar proses


penyembuhan atau pemulihan lebih cepat adalah sebagai berikut :

• Sesaat setelah terjadi benturan untuk secepatnya memberikan kompres dengan


air dingin atau es pada bagian tubuh yang mengalami benturan. Dengan
pemberian kompres air dingin atau es akan membuat pembuluh darah menjadi
mengecil sehingga akan menekan terjadinya perdarahan di bawah kulit dan
juga dapat mencegah terjadinya pembengkakan. Kompres dingin sebaiknya
77
digunakan sesaat setelah terjadi benturan saja dan maksimal pemberiannya
hanya 24 jam pertama.
• Hindari pemberian kompres hangat sesaat setelah terkena benturan. Karena
hal tersebut bisa menimbulkan memar semakin parah dan bahkan bisa terjadi
pembengkakan. Biasanya orang awam mengunakan balsem atau sejenisnya.
• Apabila memar sudah melampaui 24 jam gunakan kompres hangat (bisa juga
di gunakan balsem atau sejenisnya). Dengan memberikan kompres hangat
akan melancarkan peredaran darah akan mempercepat proses penyembuhan
memar.
• Apabila benturan pada daerah kaki atau tangan sesegera mungkin
mengelevasikan (mengangkat bagian tubuh tersebut lebih tinggi dari jantung).
Hal tersebut mampu mengurangi aliran darah yang menuju ke daerah yang
mengalami memar karena benturan
• Apabila memar bertambah parah dan bahkan terjadi pembengkakan dan
disertai dengan rasa nyeri yang hebat sesegera mungkin di bawa ke rumah
sakit terdekat dikarenakan kemungkinan tidak hanya memar yang terjadi
tetapi bisa juga terjadi robekan tendon bahkan juga terjadi patah tulang.

Gambar. 3.8. mengompres memar

78
Hematoma

Hematoma adalah kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah. Kumpulan
darah ini bisa berukuran setitik kecil, tapi bisa juga berukuran besar dan menyebabkan
pembengkakan.

Hematoma dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja. Darah yang keluar dari
pembuluh darah bisa menyebabkan rasa nyeri pada jaringan sekitarnya dan muncul
gejala peradangan atau inflamasi.

Dinding pembuluh darah kita memiliki kemampuan untuk terus menerus


memperbaiki diri bila terluka dan ini adalah kondisi normal. Bila lukanya kecil, maka
perbaikan akan dilakukan dengan pembentukan bekuan darah dan jaringan fibrin
(senyawa protein untuk menutup luka). Tapi jika pembuluh darah terkena tekanan
hebat, dan kerusakan dinding pembuluh darah luas, maka darah akan selalu bocor
melalui dinding pembuluh yang rusak (perdarahan lebih lama). Darah yang keluar
terus menerus akan membuat hematoma semakin membesar.

Gejala Hematoma
Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan diceritakan oleh penderita. Gejala yang
ditimbulkan hematoma tergantung dari lokasi munculnya, ukurannya, dan apakah
hematoma menyebabkan munculnya pembengkakan.

Hematoma juga akan menyebabkan iritasi dan peradangan. Beberapa gejala umum
peradangan atau inflamasi akibat hematoma adalah:

• Pembengkakan.
• Warna kemerahan pada bagian tubuh yang muncul hematoma.

79
• Bagian munculnya hematoma akan sakit saat disentuh dan terasa lebih hangat.

Penyebab dan Faktor Risiko Hematoma


Penyebab umum terjadinya hematoma adalah trauma atau cedera. Trauma atau cedera
yang terjadi bisa disebabkan karena kecelakaan, terjatuh, cedera kepala, patah tulang.
luka tembak, bersin yang terlampau keras, atau terkilirnya lengan dan kaki.

Beberapa hal yang meningkatkan risiko seseorang terkena hematoma adalah:

• Aneurisma, adalah benjolan atau pelebaran tidak normal pada pembuluh


darah.
• Pengobatan. Obat antikoagulan atau pengencer darah bisa meningkatkan
potensi perdarahan mendadak atau memperparah hematoma.
• Penyakit. Kondisi medis atau penyakit tertentu yang menyebabkan turunnya
jumlah trombosit atau menghilangkan fungsi trombosit.
• Cedera. Keretakan tulang selalu menyebabkan peningkatan risiko hematoma
pada lokasi terjadinya keretakan.
• Keretakan tulang panggul. Biasanya dibutuhkan hentakan besar untuk
membuat tulang panggul retak. Jadi pasti jaringan dan pembuluh darah di
sekitarnya ikut rusak.
• Menstruasi. Darah menstruasi bisa berkumpul di vagina dan bisa membentuk
gumpalan darah bukannya mengalir keluar.
• Kehamilan dan melahirkan. Gumpalan darah atau perdarahan dari vagina
tidak normal saat kehamilan, sehingga penderita harus segera memeriksakan
diri ke dokter. Tapi pada saat setelah melahirkan, hal ini adalah normal.

80
Jenis Hematoma
Seringkali hematoma dibedakan berdasarkan lokasi terjadinya. Beberapa jenis
hematoma adalah:

• Hematoma epidural, adalah hematoma yang muncul karena cedera pada


bagian kepala di mana terdapat pembuluh arteri meningeal tengah. Darah akan
berkumpul pada ruang epidural, antara bagian luar selaput otak dengan tulang
tengkorak.
• Hematoma perianal, terjadi pada batas luar anus.
• Hematoma subdural, hematoma yang muncul karena cedera pada bagian
kepala. Namun, cederanya terjadi pada pembuluh darah vena di otak, sehingga
kebocoran darah terjadi secara perlahan. Darah akan terkumpul pada ruang
subdural (di bawah selaput otak) yang lebih luas dan butuh waktu lebih lama
sebelum akhirnya gumpalan tersebut menekan jaringan otak.
• Hematoma intraserebral, terjadi pada jaringan otak sendiri. Salah satu
penyebabnya adalah hipertensi tidak terkontrol.
• Hematoma scalp, hematoma yang terjadi di luar tengkorak di bawah kulit
kepala dan kadang bisa dirasakan seperti benjol.
• Hematoma telinga, muncul karena cedera yang mengakibatkan perdarahan
di struktur tulang rawan telinga, persis di bawah kulit telinga.
• Hematoma septum, terjadi jika seseorang mengalami cedera hidung. Jika
tidak segera diobati, tulang rawan akan rusak dan septum akan robek.
• Hematoma intramuskular, terjadi di dalam jaringan otot. Bisa menyebabkan
terhambatnya suplai darah ke otot sehingga otot dan pembuluh darah di
sekitarnya bisa rusak permanen.
• Hematoma subungual, biasanya hasil dari cedera pada jari tangan atau kaki.
Darah akan berkumpul di bawah kuku, sehingga menyebabkan rasa nyeri.

81
• Hematoma subkutan, adalah lebam dan memar di kulit. Hal ini terjadi akibat
cedera pada pembuluh darah di bawah kulit.
• Hematoma payudara, berkumpulnya darah di dalam payudara akibat
perdarahan internal.
• Hematoma intra-abdominal, terjadi di bagian dalam perut. Hal ini bisa
terjadi akibat beragam cedera atau kondisi medis tertentu.

Diagnosis Hematoma
Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi
yang menjelaskan gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh pasien. Beberapa langkah
yang dilakukan dokter untuk mendiagnosis hematoma adalah:

• Pemeriksaan fisk. Jika hematoma terjadi pada kulit dan jaringan lunak seperti
otot atau persendian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik.
• Uji pencitraan. Jika penderita menunjukkan gejala perdarahan internal, maka
dokter akan melakukan uji pencitraan, Pencitraan sinar-X diperlukan untuk
memeriksa hematoma di sekitar tulang retak. Sedangkan penderita yang
mengalami cedera kepala perlu diperiksa dengan CT-scan. Ultrasonografi
biasanya dianjurkan saat memeriksa penderita yang sedang hamil.

Pengobatan dan Komplikasi Hematoma


Pengobatan untuk hematoma yang muncul pada kulit dan jaringan lunak seringkali
ditangani cukup dengan hanya beristirahat, mengompres dengan es batu, pembalutan
atau penekanan untuk menghentikan perdarahan, dan elevasi (mengangkat organ
tubuh lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi aliran darah ke area yang
mengalami perdarahan). Teknik ini dikenal dengan istilah RICE/rest, ice,
compression, elevation.

82
Beberapa dokter juga menyarankan untuk menjalankan terapi panas sebagai
penanganan hematoma alternatif tiga hari setelah perdarahan diatasi. Rasa sakit yang
disebabkan peradangan di sekitar hematoma, bisa diatasi dengan obat pereda rasa
sakit.

Jenis penanganan hematoma dipilih berdasarkan pada kondisi kesehatan penderita.


Sedangkan perawatan untuk hematoma pada organ lain dalam tubuh bergantung pada
jenis organ dan kondisinya.

Hematoma bisa menyebabkan peradangan dan pembengkakan. Dua hal tersebut bisa
menyebabkan beberapa komplikasi yaitu:

• Iritasi, pada organ dan jaringan tubuh.


• Infeksi. Darah yang terkumpul akan berkolonisasi dengan bakteri.

Gambar 3.9. Hematoma Pada kaki

C. DISLOKASI

Dislokasi adalah cedera pada sendi. Cedera ini terjadi ketika tulang bergeser dan
keluar dari posisi normalnya pada sendi. Sebagian besar kasus dislokasi terjadi akibat
83
benturan yang dialami oleh sendi. Contohnya saat bermain basket atau jatuh dari
sepeda.

Diskolasi umumnya terjadi pada jari dan bahu. Meski demikian, persendian lain
seperti lutut, pinggul, siku tangan, maupun pergelangan kaki juga bisa mengalami
cedera ini.

Gejala-gejala Dislokasi

Gejala utama dislokasi biasanya akan terlihat melalui kejanggalan yang muncul pada
bentuk sendi. Misalnya, muncul benjolan aneh di dekat tempurung atau soket sendi.
Sendi tersebut juga akan mengalami pembengkakan, lebam, terasa sangat sakit, serta
tidak bisa digerakkan. Sensasi geli atau kebas juga terkadang muncul di sekitar atau
di bawah sendi yang mengalami dislokasi.

Cedera ini termasuk kondisi darurat yang membutuhkan penanganan medis untuk
mengembalikan tulang pada posisi yang seharusnya. Karena itu, segera ke rumah
sakit jika Anda atau anak Anda mengalami gejala-gejala tersebut.

Diagnosis dan Pengobatan Dislokasi

Cedera ini cenderung sulit dibedakan dengan patah tulang. Selain memeriksa
kerusakan bentuk sendi dan sirkulasi darah di area tersebut, dokter juga akan
menganjurkan X-ray serta MRI scan untuk memastikan diagnosis. Keadaan kulit di
area itu juga diperiksa untuk mencari adanya luka terbuka.

Setelah Anda positif mengalami dislokasi sendi, dokter akan menentukan pengobatan
yang akan Anda jalani berdasarkan sendi yang mengalami dislokasi dan tingkat
keparahannya. Berikut ini adalah beberapa langkah penanganan yang umumnya
dilakukan.
84
• Mengembalikan tulang pada posisi yang seharusnya secara manual atau
disebut tindakan reduksi.
• Menghambat gerakan sendi setelah posisi tulang dikembalikan atau disebut
imobilisasi. Contohnya dengan memakai penyangga sendi, biasanya beberapa
minggu.
• Operasi. Prosedur ini dibutuhkan jika proses pengembalian tulang manual
tidak bisa dilakukan; terjadi komplikasi seperti kerusakan pembuluh darah,
saraf, ligamen di sekitar lokasi dislokasi; atau dislokasi terjadi berulang kali.
• Proses rehabilitasi. Program ini akan dijalani oleh pasien setelah penyangga
dilepas dan bertujuan untuk melatih sendi agar mobilitas serta kekuatan sendi
yang cedera bisa kembali seperti semula.

Selain penanganan secara profesional, ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita
lakukan setelah sendi diobati oleh dokter, untuk membantu penyembuhan sendi yang
cedera. Langkah-langkah tersebut adalah:

• Mengistirahatkan sendi yang mengalami diskolasi. Pastikan Anda


menghindari gerakan yang memicu rasa sakit atau menyebabkan cedera.
• Mengompres sendi yang cedera dengan air hangat dan es. Kompres dingin
dapat mengurangi inflamasi serta rasa sakit. Sedangkan kompres hangat akan
membantu mengendurkan otot yang tegang.
• Menggunakan obat pereda sakit jika dibutuhkan, misalnya ibuprofen.
• Melatih sendi yang cedera sesuai petunjuk dari dokter atau ahli terapi.
Ini dilakukan untuk membantu sendi Anda terbiasa dengan gerakan kembali
dan tidak kaku.

85
Komplikasi Dislokasi

Jika dibiarkan begitu saja tanpa penanganan medis, dislokasi akan semakin parah dan
bisa menyebabkan beberapa komplikasi. Di antaranya meliputi:

• Kerusakan saraf atau pembuluh darah pada atau di sekitar sendi.


• Sobeknya otot, ligamen, dan tendon pada sendi yang cedera.
• Munculnya arthritis pada sendi yang cedera seiring bertambahnya usia
pengidap.
• Meningkatnya kemungkinan cedera untuk kembali terjadi. Komplikasi ini
biasanya terjadi pada pengidap dislokasi yang parah atau terjadi berulang kali.

Pencegahan Dislokasi
Dislokasi adalah keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi

1. Gejala : - Nyeri yang sangat terutama bilasendi digerakkan atau ditekan


- Bentuk persendian berubah dan bengkak
2. Lokasi yang sering terjadi : - Sendi Bahu
- Sendi Siku
- Sendi Pergelangan Tangan
- Sendi Panggul/ Paha
86
- Sendi Pergelangan Kaki
Tindakan P3K :
- Jangan mengupayakan memasukkan kembali kepala sendi
- Pertahankan posisi sendi yang terkilir tersebut seperti adanya
- Pasang bidai seperti bidai fraktur di regio tersebut
- Bawa segera ke rumah sakit

Waspada dan berhati-hati dalam setiap aktivitas merupakan cara utama untuk
menghindari dislokasi. Langkah ini bisa dilakukan dengan cara:

• Menghindari aktivitas atau gerakan yang menjadi penyebab dislokasi.


• Menggunakan pelindung saat berolahraga, misalnya helm saat bersepeda.
• Memastikan rumah Anda merupakan lingkungan yang ramah anak, misalnya
tidak membiarkan barang-barang berserakan di lantai agar tidak ada yang
tersandung.
• Senantiasa memperhatikan dan mengawasi anak Anda.
• Mengajarkan sikap hati-hati dan kewaspadaan pada anak Anda, misalnya
untuk berpegangan pada pagar tangga saat naik atau turun tangga.

87
Gambar 3.10. Penanganan dislokasi pada pergelagan tangan

PATAH TULANG
Kerangka tubuh manusia terdiri dari susunan berbagai macam tulang yang
satu sama lainnya saling berhubungan, terdiri dari: Tulang kepala: 8 buah; Tulang
kerangka dada: 25 buah; Tulang wajah: 14 buah; Tulang belakang dan pinggul: 26
buah; Tulang telinga dalam: 6 buah; Tulang lengan: 64 buah dan Tulang lidah: 1 buah
Tulang kaki: 62 buah.
Fungsi kerangka antara lain:
➢ menahan seluruh bagian-bagian tubuh agar tidak rubuh
➢ melindungi alat tubuh yang halus seperti otak, jantung, dan paru-paru
➢ tempat melekatnya otot-otot
➢ untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot
➢ tempat pembuatan sel-sel darah terutama sel darah merah
➢ memberikan bentuk pada bangunan tubuh buah
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan
mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi
88
peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi
masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah “kesemrawutan” arus lalu
lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan
terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali
menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan
mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah
fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut
dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat
tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad,
1998 : 363).
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan
keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik
memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti
yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur
melalui metode ilmiah.
Patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang baik lengkap atau patah
tulang tidak lengkap. Pada setiap korban kecelakaan akibat benturan keras harus
diperhatikan apakah terjadi patah tulang, bila kita ragu anggap saja ada.
Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress
pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915)
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan
lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)
Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang,
tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang
parsial.

89
Gejala Patah Tulang/Faktur
Penyebab fraktur diantaranya :
• Nyeri tekan, pembengkakan, deformitas (perubahan bentuk), dan perubahan
warna terjadi dengan fraktur dan/ atau dislokasi.
• Perdarahan terjadi saat tulang yang retak menusuk kulit (fraktur atau fraktur
terbuka).
• Sensasi yang dapat hilang di bawah fraktur atau dislokasi, menunjukkan
kemungkinan cedera saraf dan/ atau pembuluh darah.
• Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
• Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.
• Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang
dan lain-lain.
• Degeneras
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut
• Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.

Tanda – Tanda Patah Tulang/Faktur


a. Nyeri lokal
b. Pembengkakan
c. Eritema
d. Peningkatan suhu
e. Pergerakan abnorma
f. Rasa sakit
g. Memar

90
h. Kulit beruah warna di area sekitar
i. Fraktur yang terbuka, terjadi pendarahan
j. Tidak bisa bergerak di area terkait
k. Tidak mampu menahan berat di area fraktur
l. Permukaan kulit pada area fraktur, bergerigi
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan
eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas
normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan
dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5,5 cm.
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.

Hubungan Tulang yang Patah dengan udara luar, ada 2 jenis:


• Patah tulang TERBUKA. Yaitu patah tulang disertai kerusakan kulit
diatasnya,
hingga bagian tulang yang patah berhubungan langsung dengan dunia luar.
• Tulang yang patah bisa menonjol keluar kulit, tertarik kembali kedalam atau
tetap berada dibawah kulit.

91
• Patah tulang TERTUTUP. Yaitu patah tulang tanpa disertai kerusakan kulit
diatasnya

Gambar 3.11. Patah Tulang Terbuka

Gambar 3.12. Patah Tulang Tertutup

Bentuk Garis Patahan, ada 5 jenis:


1. Transversal (Melintang)
2. Obliqua (Serong)
3. Spiral (Melingkar)
4. Comminuted (Remuk)
5. Compressi (Kompresi

92
Tindakan P3K pada patah tulang
a. UMUM
1. Harus hati-hati, karena bila penanganannya tidak benar malah memperberat patah
tulangnya.
2. Jangan sekali-kali menggerakkan atau mengangkut korban sebelum bidai
terpasang
3. Perhatikan kalau korban shock, atau perdarahan atasi dulu
4. Cegah terjadinya infeksi dengan menaburkan antiseptic
5. Tutup dengan kain kasa steril bila patah tulang terbuka
6. Pasang bidai
b. KHUSUS. → Pemasangan bidai pada tulang panjang diusahakan melewati 2
atau lebih persendian
(1). Fraktur tulang PAHA bagian ATAS
- Sebelum memasang bidai usahakan meluruskan tulang seanatomis mungkin
- Pasang bidai luar dari tumit hingga pinggang

93
- Pasang bidai dalam dari tumit hingga selangkangan
- Ikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali diatas dan diawah bagian yang patah
- Tulang betis diikat dengan pembalut dasi lipatan 1 kali
- Kedua lutut diikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali
-Tumit diikat dengan pembalut dasi lipatan 3 kali
- Bagian yang patah ditinggikan

(2). Fraktur tulang PAHA bagian BAWAH


- Pasang bidai luar dan dalam sepanjang tungkai
- Tindakan selanjutnya sama seperti (1)

(3). Fraktur pada SENDI LUTUT/ tempurung lutut


- Balut denga pembalut tekan diatas lutut
- Pasang bidai dibawah lutut, dengan posisi agak dibengkokkan
94
- Beri bantalan dibawah lutut dan pergelangan kaki
- Untuk mengurangi rasa sakit pergunakan kompreses

(4). Fraktur TUNGKAI BAWAH


- Pasang bidai yang sudah dibungkus selimut dari tumit sampai paha bagian bawah
- Berikan bantalan dibawah lutut dan pergelangan kaki

(5). Fraktur pada pergelangan kaki dan telapak kaki


- Pasang pembalut tekan
- Pasang bidai dibawah telapak kaki
- Berikan bantalan dibawah tumit

95
(6). Fraktur tulang LENGAN ATAS
- Pasang bidai luar dari bawah siku hingga melewati bahu dan bidai dalam sampai
ketiak.
- Ikat dengan 2 pembalut dasi lipatan 3
- Lipat siku yang sudah dibidai ke dada dan gantungkan ke leher dengan pembalut
segitiga

96
LUKA BAKAR
Luka bakar dapat terjadi kapan saja, baik kepada anak-anak maupun orang
tua. Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan
yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik,
bahan kimiawi, cahaya dan radiasi.Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki
penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat
keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut.

Beberapa para ahli memberikan definisi tentang luka bakar dengan berbagai
konsep dan pandangan. Menurut Smeltzer dan Bare(2001), luka bakar adalah
kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada jaringan kulit yang
tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam, yang disebabkan kontak
langsung dengan sumber panas yaitu api, air atau uap panas, bahan kimia, radiasi,
arus listrik, dan suhu sangat dingin. Sedangkan menurut Moenajat (2001), luka bakar
adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Sedangkan pendapat
lainya, luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti
ap, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah
(frost bite). Syamsuhidayat (2005), luka bakar adalah hilang atau rusaknya sebagian

97
jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan
suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan. Adapun menurut
Basbeth keren (2004), luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan
suhu tinggi seperti api, air panas listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka ini dapat
menyebabkan kerusakan jaringan.

Gambar 3.11. Struktur kulit

Luka bakar adalah sejenis cedera olahraga pada daging atau kulit yang
disebabkan oleh gesekan pada benda yang dipakai pemain seperti sepatu yang tidak
sesuai. Luka bakar yang hanya mempengaruhi kulit bagian luar dikenal sebagai luka
bakar superfisial atau derajat I. Bila cedera menembus beberapa lapisan di bawahnya,
hal ini disebut luka bakar sebagian lapisan kulit atau derajat II. Pada Luka bakar yang
mengenai seluruh lapisan kulit atau derajat III, cedera meluas ke seluruh lapisan kulit.

98
Sedangkan luka bakar derajat IV melibatkan cedera ke jaringan yang lebih dalam,
seperti otot atau tulang.

Perawatan yang diperlukan bergantung pada tingkat keparahan luka bakar.


Luka bakar superfisial mungkin dapat ditangani dengan pereda nyeri sederhana,
sementara luka bakar besar mungkin memerlukan pengobatan yang lebih lama di
pusat perawatan luka bakar khusus.

Luka bakar bisa menjadi keadaan yang berbahaya, bukan saja mengakibatkan
nyeri pada daerah yang terbakar, tetapi juga mengakibatkan perubahan kimia di dalam
tubuh, bahkan kematian. Luka bakar bisa terjadi karena cairan panas, kompor,
knalpot, radiator, aliran listrik, petasan, zat kimia, setrika, gas, sinar matahari, dan
masih banyak sebab-sebab lainnya. Keadaan luka bakar yang berbahaya adalah bila
sampai terjadi shock. Shock sering terjadi karena luka bakar yang terjadi pada
sebagian besar dari tubuhnya.

Bila seseorang mengalami luka bakar yang serius, mereka akan kehilangan
cairan di dalam tubuh dalam jumlah besar dan ini sangat berbahaya, terutama bagi
anak-anak. Ginjal dan kelenjar anak ginjal bisa saja tidak lagi bekerja dengan baik
dan organ-organ tubuh lainnnya mungkin juga akan terganggu akibat luka bakar.

Luka bakar yang terlihat kecil pun mungkin akan menyebabkan kelainan
bentuk bila terjadi pada persendian yang besar, misalnya pada lutut dan siku. Apabila
luka bakar itu berkategori dalam, maka akan mengakibatkan timbulnya jaringan parut.
Seandainya jaringan parut ini mengganggu fungsi dari persendian, maka bagian itu
harus dikeluarkan/diangkat dengan cara pembedahan.

klasifikasi luka bakar


Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan kedalaman lukanya yaitu :

99
1..Luka bakar derajat satu. Luka bakar derajat satu hanya mengenai lapisan luar kulit
yang menimbulkan peradangan lokal pada daerah tersebut. Sunburn sering dimasukan
dalam klasifikasi luka bakar ini. Peradangan yang terjadi ditandai dengan rasa nyeri,
kemerahan dan pembengkakan ringan. Kulit terasa sangat perih atau nyeri saat
disentuh.

2. Luka bakar derajat dua. Luka bakar mengenai kulit yang lebih dalam dan
menimbulkan rasa sakit, kemerahan dan inflamasi yang lebih parah. Kulit juga
tampak melepuh.

3. Luka bakar derajat tiga. Luka bakar yang sangat dalam dan mengenai ketiga lapisan
kulit. Kulit pada daerah luka bakar juga akan mati. Karena saraf dan pembuluh darah
juga rusak maka luka bakar derajat tiga akan tampak keputihan, keras dan relatif tidak
sakit.

Penyebab luka bakar


Luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya adalah:

1. Suhu tinggi (thermal burn)


Luka bakar karena panas (suhu tinggi) merupakan luka bakar yang disebabkan karena
terpapar atau kontak dengan api, api cairan panas atau objek-objek panas lainya
seperti gas dan bahan padat (solid).

2. Bahan kimia (chemical burn)


Luka bakar kimia disebabkan oleh adanya kontak jaringan kulit dengan asam atau
basa kuat [zat kimia]. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan
yang terpapar menentukan luasnya cidera karena zat kimia ini. Luka bakar kimia
dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan

100
dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia
diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.

3. Sengatan listrik (Electrical Burn)


Luka bakar yang disebabkan oleh karena adanya kontak antara tubuh manusia dengan
energy listrik. Berat ringanya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya
voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.

Radiasi (radiation injury)

Luka bakar radiasi disebabkan oleh karena tubuh manusia terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe cidera ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion
pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia
kedokteran. Contoh lain adalah terpaparnya tubuh manusia yang terlalu lama oleh
sinar matahari juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

Proses penyembuhan luka


Penyembuhan lukaadalah proses penggantian dan perbaikan fungsi jaringan yang
rusak. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta
penyebab luka tersebut. Proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu :

1. Fase Inflamasi (Reaksi)

Inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai setelah beberapa menit
dan berlangsung selama sekitar 3 hari setelah cedera. Proses perbaikan terdiri dari
mengontrol perdarahan (hemostatis), mengirim darah dan sel ke area yang mengalami
cedera (inflamas), dan membentuk selsel epitel pada tempat cedera sel (epitelialisasi).
101
Selama proses hemostatis, pembuluh darah yang cedera akan mengalami konstriksi
dan trombosit berkumpul untuk menghentikan perdarahan. Bekuan-bekuan darah
membentuk matriks fibrin yang nantinya akan menjadi kerangka untuk perbaikan sel.

2. Fase Proliferasi (Regenerasi)

Fase proliferasi terjadi dalam waktu 3-24 hari. Aktivitas utama selama fase
regenerasi iniadalah mengisi luka dengan jaringan penyambung atau jaringan
granulasi yang baru dan menutup bagian atas luka dengan epitelisasi.

3. Maturasi (Remodeling)

Maturasi, yang merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka, dapat memerlukan
waktu lebih dari satu tahun, bergantung pada kedalaman dan kaluasan luka. Serat
kolagen mengalami remodeling atau reorganisasi sebelum mencapai bentuk normal.

Perawatan luka bakar


Perawatan luka bakar adalah suatu tindakan untuk membersihkan, menganti balutan
luka,merawat dan mengobati luka dengan obat antimikroba.

Untuk luka bakar yang ringan, tidak perlu dibawa ke rumah sakit, cukup dirawat di
rumah saja. Cucilah bagian yang terkena luka bakar itu dengan sabun dan air hangat,
sesudah itu oleskan petrolatum atau vaselin dan tutup dengan kain kasa. Balutlah
dengan baik. Tekanan karena kain kasa yang dibalutkan akan membantu mengurangi
rasa nyeri dan juga untuk mengurangi kehilangan cairan tubuh. Jika terjadi nyeri yang
cukup hebat, berilah si korban obat penghilang rasa sakit seperti antalgin atau asam
mefenamat (awas, ini obat keras) atau juga paracetamol untuk mengurangi rasa nyeri.

Luka bakar yang serius bisa diartikan sebagai luka bakar yang menembus
lapisan kulit dalam dan biasanya menyebabkan lepuh. Bersihkan kulit terlebih dahulu
dan keluarkanlah semua kotoran (bila ada) dengan sabun dan air hangat. Keadaan
lepuh yang besar boleh dipecahkan dengan menggunakan jarum atau ujung pisau
102
yang tajam yang sebelumnya sudah disterilisasi (dibersihkan dari kuman) dengan
nyala api atau juga bisa dengan alkohol.

Taruhlah kain kasa yang sudah dibubuhi dengan vaselin pada bagian yang terbakar
dan balut dengan baik. Ingat, jika luka bakar terjadi 10% dari tubuh, maka si korban
harus segera mendapatkan perawatan di rumah sakit. Luka bakar akan sangat
berbahaya bila bagian wajah, tangan, kaki dan alat kelamin juga ikut terbakar. Jika si
korban dalam keadaan shock, namun masih sadar, berilah ia minum air hangat. Segera
bawa si korban ke rumah sakit, dan ingat jangan pernah berusaha memberikan minum
untuk orang yang tidak sadar.

Luka bakar karena bahan kimia mungkin akan mengakibatkan parut yang
dalam. Lepaskan semua pakaian (ganti) yang Anda pakai ketika Anda terkena bahan
kimia dan cuci dengan baik bagian yang terkena dengan air yang banyak. Ada baiknya
untuk membasuh bagian yang terkena bahan kimia (luka bakar) dengan air mengalir
selama beberapamenit.Jika bahan kimia itu adalah asam yang keras, cobalah
menetralkannya dengan kain basah yang direndam dalam larutan natrium bicarbonat
(BicNat). Luka bakar karena alkali dapat dinetralkan denga cuka. Luka bakar karena
karbol dapat dinetralkan dengan alkohol. Jika terbakar hebat, taruhlah kain basah
seperti yang dianjurkan tadi, dan segera bawa si korban ke rumah sakit.

Luka Bakar karena uap panas harus dirawat seperti luka bakar serius lainya.
Jika si korban merasa lemah, berilah ia minum minuman yang hangat. Jika ia tidak
sadar, baringkanlah dan jangan beri minum dan segera bawa ke rumah sakit.

Luka bakar karena listrik dapat dirawat seperti pada luka bakar serius lainnya.
Rawatlah seperti perawatan untuk luka bakar serius.

Luka bakar karena sinar matahari bisa saja terjadi. Oleskan minyak zaitun atau
krim dingin pada bagian yang terbakar. Si korban harus tetap diam, dan berbaring.

103
Obat penghilang rasa sakit boleh diberikan guna menghilangkan nyeri. Kantong es
dan alat pendingin lainnya, seperti handuk yang dicelupkan ke dalam air es, boleh
ditempelkan ke kulit yang terbakar untuk menghilangkan nyeri.

Tujuan perawatan luka bakar


o Mempercepat proses penyembuhan

o Mencegah kontaminasi dari kotoran tubuh

o Mengimobilisasi luka

o Mencegah, menghambat dan membunuh mikroorganisme

o Memberikan rasa aman dan nyaman baik mental dan fisik pasien

o Memberikan lingkungan psikologis yang sesuai untuk penyembuhan luka

Cara menangani orang dengan luka bakar

a) Untuk luka bakar luas (derajat dua dan tiga)

o Pindahkan korban dari daerah kebakaran. Ingat untuk tetap menjaga


keselamatan diri sendiri.

o Bersihkan korban dari semua material yang terbakar dari tubuhnya.

o Telepon ambulance terdekat untuk memindahkan korban ke rumah


sakit terdekat.

o Saat korban telah berada di daerah aman, usahakan korban tetap dalam
keadaan nyaman dan jangan banyak bergerak. Jika tersedia, bersihkan
daerah luka bakar dengan kasa bersih. Jangan coba coba menyiram
atau mengompress korban dengan air dingin sebab sangat berbahaya
dan dapat menyebabkan hipotermi.

104
o Luka bakar pada daerah wajah, tangan dan kaki harus selalu
diwaspadai sebagai luka bakar berat meskipun hanya disebabkan oleh
terbakar sinar matahari.

b) Untuk luka bakar ringan (derajat satu atau derajat dua dengan luas area yang
kecil)

o Bersihkan luka dengan air hangat suam suam kuku.

o Jangan gunakan pasta gigi, kopi mentega atau yang sejenisnya untuk
mengobati luka bakar.

o Cincin, kalung dan semua benda yang tidak penting sebaiknya


disingkirkan.

o Untuk luka bakarnya dapay diolesi salep antibiotika.

o Jika luka bakar dicurigai agak dalam dan berbahaya segeralah ke


dokter.

o Bila perlu, vaksinasi tetanus dapat diberikan.

Perkirakan total daerah yang terbakar dengan menjumlahkan persentase permukaan tubuh
yang terkena seperti yang ditunjukkan dalam gambar (lihat tabel untuk daerah A–F yang
berubah sesuai dengan umur pasien).

105
Tatalaksana

• Rawat inap semua pasien dengan luka bakar >10% permukaan tubuh; yang meliputi
wajah, tangan, kaki, perineum, melewati sendi; luka bakar yang melingkar dan yang
tidak bisa berobat jalan.
• Periksa apakah pasien mengalami cedera saluran respiratorik karena menghirup asap
(napas mengorok, bulu hidung terbakar),
o Luka bakar wajah yang berat atau trauma inhalasi mungkin memerlukan
intubasi, trakeostomi
o Jika terdapat bukti ada distres pernapasan, beri oksigen.
• Resusitasi cairan (diperlukan untuk luka bakar permukaan tubuh > 10%). Gunakan
larutan Ringer laktat dengan glukosa 5%, larutan garam normal dengan glukosa 5%,
atau setengah garam normal dengan glukosa 5%.

106
o 24 jam pertama: hitung kebutuhan cairan dengan menambahkan cairan dari
kebutuhan cairan rumatan dan kebutuhan cairan resusitasi (4 ml/kgBB untuk
setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar)
▪ Berikan ½ dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam pertama,
dan sisanya 16 jam berikutnya.
Contoh: untuk pasien dengan berat badan 20 kg dengan luka bakar
25%
Total cairan dalam waktu 24 jam pertama
= (60 ml/jam x 24 jam) + 4 ml x 20kg x 25% luka bakar
= 1440 ml + 2000 ml
= 3440 ml (1720 ml selama 8 jam pertama)
o 24 jam kedua: berikan ½ hingga ¾ cairan yang diperlukan selama hari
pertama
o Awasi pasien dengan ketat selama resusitasi (denyut nadi, frekuensi napas,
tekanan darah dan jumlah air seni)
o Transfusi darah mungkin diberikan untuk memperbaiki anemia atau pada
luka-bakar yang dalam untuk mengganti kehilangan darah.
• Mencegah Infeksi
o Jika kulit masih utuh, bersihkan dengan larutan antiseptik secara perlahan
tanpa merobeknya.
o Jika kulit tidak utuh, hati-hati bersihkan luka bakar. Kulit yang melepuh
harus dikempiskan dan kulit yang mati dibuang.
o Berikan antibiotik topikal/antiseptik (ada beberapa pilihan bergantung
ketersediaan obat: peraknitrat, perak-sulfadiazin, gentian violet, povidon dan
bahkan buah pepaya tumbuk). Antiseptik pilihan adalah perak-sulfadiazin
karena dapat menembus bagian kulit yang sudah mati. Bersihkan dan balut
luka setiap hari.
o Luka bakar kecil atau yang terjadi pada daerah yang sulit untuk ditutup dapat
dibiarkan terbuka serta dijaga agar tetap kering dan bersih.
• Obati bila terjadi infeksi sekunder
107
o Jika jelas terjadi infeksi lokal (nanah, bau busuk, selulitis), kompres jaringan
bernanah dengan kasa lembap, lakukan nekrotomi, obati dengan amoksisilin
oral (15 mg/kgBB/dosis 3 kali sehari), dan kloksasilin (25 mg/kgBB/dosis 4
kali sehari). Jika dicurigai terdapat septisemia gunakan gentamisin (7.5
mg/kgBB IV/IM sekali sehari) ditambah kloksasilin (25–50 mg/kgBB/dosis
IV/IM 4 kali sehari). Jika dicurigai terjadi infeksi di bawah keropeng, buang
keropeng tersebut .
• Menangani rasa sakit
o Pastikan penanganan rasa sakit yang diberikan kepada pasien
adekuattermasuk perlakuan sebelum prosedur penanganan, seperti
mengganti balutan.
o Beri parasetamol oral (10–15 mg/kgBB setiap 6 jam) atau analgesik narkotik
IV (IM menyakitkan), seperti morfin sulfat (0.05–0,1 mg/kg BB IV setiap 2–
4 jam) jika sangat sakit.
• Periksa status imunisasi tetanus
o Bila belum diimunisasi, beri ATS atau immunoglobulin tetanus (jika ada)
o Bila sudah diimunisasi, beri ulangan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) jika
sudah waktunya.
• Nutrisi
o Bila mungkin mulai beri makan segera dalam waktu 24 jam pertama.
o Anak harus mendapat diet tinggi kalori yang mengandung cukup protein,
vitamin dan suplemen zat besi.
o Anak dengan luka bakar luas membutuhkan 1.5 kali kalori normal dan 2-3
kali kebutuhan protein normal.

Kontraktur luka bakar

108
Luka bakar yang melewati permukaan fleksor anggota tubuh dapat mengalami
kontraktur, walaupun telah mendapatkan penanganan yang terbaik (hampir selalu
terjadi pada penanganan yang buruk).

• Cegah kontraktur dengan mobilisasi pasif atau dengan membidai permukaan fleksor
Balutan dapat menggunakan gips. Balutan ini harus dipakai pada waktu pasien tidur.

Fisioterapi dan rehabilitasi

• Harus dimulai sedini mungkin dan berlanjut selama proses perawatan luka bakar.
• Jika pasien dirawat-inap dalam jangka waktu yang cukup lama, sediakan mainan
untuk pasien dan beri semangat untuk tetap bermain.

BAB. IV

SYOK DAN PENANGANANNYA

109
A. PENYEBAB

Syok merujuk keada suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan
cepat sehingga terjadinya multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat.
Syok paling sering timbul setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik).
Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat
kelianan gastrointestinal merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling sering
ditemukan. Syok hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke
dalam rongga toraks dan rongga abdomen. Penyebab utama perdarahan internal
adalah terjadinya trauma pada organ dan ruptur pada aneurysme aortic abdomen.
Syok bisa merupakan akibat dari kehilangan cairan tubuh lain selain dari darah
dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat
kehilangan cairan lain ini adalah gastroenteritis refraktrer dan luka bakar hebat.
Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung
dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam
jumlah yang memadai; syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah rendah
dan kematian sel maupun jaringan.

Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah,
termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume
darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada
pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi).

MACAM-MACAM SYOK
a. Shock kardiogenik (berhubungan dengan kelainan jantung).

110
Disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah
jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme. Syok kardiogenik ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel, yang
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke
jaringan.
Ventrikel kiri gagal bekerja sebagai pompa dan tidak mampu menyediakan
curah jantung yang memadai untuk mempertahankan perfusi jaringan. Syok
kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-tanda syok dan
dijumpai adanya penyakit jantung, seperti infark miokard yang luas, gangguan irama
jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya emboli paru, tamponade jantung,
kelainan katub atau sekat jantung.

Tanda dan gejala shock kardiogenik mencerminkan sifat sirkulasi


patofisiologi gagal jantung. Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah
jantung yang ada pada gilirannya menurunkan tekanan darah arteri ke organ-organ
vital. Aliran darah ke arteri coroner berkurang sehingga asupan oksigen ke jantung
untuk memompa, akhirnya terjadilah lingkaran setan. Tanda klasik shock kardiogenik
adalah tekanan darah rendah , nadi cepat, dan lemah, hipoksia otak yang
termanisfestasi dengan adanya konfusi dan agitasi penurunan keluaran urine, serta
kulit yang dingin dan lembab. Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke
jantung seperti pada gagal jantung. Penggunaan kateter arteri pulmonal untuk
mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji
beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan.
Peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left
Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi
sebagai pompa yang efektif.

b. Shock hipovolemik ( akibat penurunan volume darah)

111
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan
penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen
intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati hamper 2/3 dari air
tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu
kompartemen intravascular dan intersisial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira
3-4x dari cairan intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume
intavaskuler 15% sampai 25%. Hal ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml
sampai 1300 ml pada pria dengan berat badan 70 kg. Paling sering, syok hipovolemik
merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi
sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan
sistem neuroendokrin. Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang
berat dan akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi
pembuluh darah (melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet
diaktivasi (juga melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan
darah immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan
kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan
bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari
bekuan darah dan menjadi bentuk yang sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik
dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan
pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur
oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah
pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak,
jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus gastrointestinal.

112
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan
sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi
angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang
keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi
arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya
akan menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan
meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari
glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah
(dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang
dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan
reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan
lengkung Henle.

c. Shock distributive
Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal
berpindah tempat dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh
darah perifer. Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis
atau oleh pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel. Berbagai mekanisme yang
mengarah pada vasodiltasi awal dalam syok distributif lebih jauh membagi klasifikasi
syok ini kedalam 3 tipe :

1) Syok Neorugenik

113
Disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok distributif, Syok
neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya tonus
pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga terjadi hipotensi dan
penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Hasil dari
perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada sistem
saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam).
Syok neurogenik juga disebut sinkop. Syok neurogenik terjadi karena reaksi
vasovagal berlebihan yang mengakibatkan terjadinya vasodilatasi menyeluruh di
daerah splangnikus sehingga aliran darah ke otak berkurang. Reaksi vasovagal
umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut, atau nyeri
hebat. Pasien merasa pusing dan biasanya jatuh pingsan. Setelah pasien dibaringkan,
umumnya keadaan berubah menjadi baik kembali secara spontan.
2) Syok Anafilaktik
Syok anafilaksis merupakan suatu reaksi alergi tipe yang fatal dan dapat
menimbulkan “bencana”, yang dapat terjadi dalam beberapa detik-menit, sebagai
akibat reaksi antigen antibody, pada orang-orang yang sensitive setelah pemberian
obat-obat secara parentral, pemberian serum / vaksin atau setelah digigit serangga.
Reaksi ini diperankan oleh IgE antibody yang menyebabkan pelepasan mediator
kimia dari sel mast dan sel basofil yang beredar dalam sirkulasi berupa fistamin, SRS-
A, serotonin dll.

3) Syok Septik
Shock septik adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai
potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini. Hasilnya adalah keadaan
ketidakadekuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan (Brunner & Suddarth
vol.3, edisi 8, 2002)
Menurut M. A Henderson (1992), Shock septik adalah shock akibat infeksi
berat dimana sejumlah besar toksin memasuki peredaran darah .Escherichia
114
coli merupakan kuman yang sering menyebabkan shock ini.Secara umum shock
septik adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme mempunyai potensi untuk
menyebabkan reaksipejamu umum toksin. Hasilnya adalah keadaan ketidak ada
kuatan perfusi jaringan yang mengancam kehidupan. Shock septik sering terjadi pada:
• Bayi baru lahir
• Usia diatas 50 tahun
• Penderita gangguan system kekebalan

PENYEBAB SYOK
Syok bisa disebabkan oleh :
a. Pendarahan (syok hibovolemik)
b. Dehidrasi (syok hipovolemik)
c. Serangan jantung (syok kardiogenik)
d. Gagal jantung (syok kardiogenik)
e. Trauma atau cedera berat
f. Infeksi (syok septic)
g. Reaksi alergi (syok anafilaktik)
h. Cedera tulang belakang (syok neuroganik) Sindroma syok toksik

PINGSAN
PENGERTIAN PINGSAN

115
Pingsan adalah kehilangan kesadaran pada diri seseorang untuk sementara
(beberapa waktu). Dalam wikipedia, Pingsan atau sinkop adalah suatu kondisi
kehilangan kesadaran yang mendadak, dan biasanya sementara, yang disebabkan oleh
kurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Gejala pertama yang dirasakan oleh
seseorang sebelum pingsan adalah rasa pusing, berkurangnya penglihatan, tinitus,
dan rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan menjadi gelap dan ia
akan jatuh atau terkulai. Jika orang tersebut tidak dapat berganti posisi menjadi
hampir horizontal, ia dapat mati karena efek trauma suspensi.
Pingsan juga dapat disebut Syncope. Berbeda dengan shock, denyut nadi bisa
menjadi lebih lambat, meskipun akan segera meningkat kembali. Dan, Korban
biasanya akan segera pulih kembali. Pingsan bisa merupakan reaksi terhadap nyeri
dan ketakutan, atau karena sangat marah, sangat lelah dan kurang makan tetapi lebih
sering disebabkan aktifitas fisik sudah lama berkurang. Darah pun jadinya terkumpul
di bagian bawah tubuh sehingga hanya sedikit yang sampai ke otak.

MACAM-MACAM PINGSAN
Berikut ini adalah macam-macam pingsan:
a. Pingsan Biasa (Simple Fainting)
Pingsan jenis ini biasanya dijumpai pada orang – orang yang berdiri berbaris
di terik matahari, atau orang – orang yang pergi tanpa makan pagi terlebih dahulu,
atau pada orang – orang tua yang berdiri sesudah berbaring lama di tempat tidur.
Orang yang cenderung untuk pingsan macam inilah orang yang anemia (kurang
darah), lelah, takut, atau tidak tahan melihat darah.
Tindakan pertolongannya :
Baringkan penderita di tempat yang teduh dan datar. Kalau mungkin dengan kepala
diletakkan agak lebih rendah. Buka baju bagian atas, serta pakaian lain yang menekan
leher. Bila penderita muntah, letakkan kepalanya dalam kedudukan miring untuk
mencegah muntahan terselak ke paru – paru. Kompres kepalanya dengan air dingin
116
(jangan disiramkan seperti yang terlihat dalam adegan film). Kalau ada hembuskan
amoniak di depan lubang hidungnya.
b. Pingsan Karena Panas (Heat Exhaustion)
Pingsan jenis ini terjadi pada orang – orang sehat yang bekerja di tempat –
tempat yang sangat panas. Biasanya penderita mula – mula merasa jantung berdebar
– debar, mual, muntah, sakit kepala dan pingsan. Keringat yang bercucuran pada
orang pingsan di udara yang sangat panas merupakan gejala petunjuk adanya pingsan
jenis ini.
Tindakan pertolongannya :
Baringkan penderita di tempat yang teduh, dan perlakukan seperti hal – hal tersebut
saat pingsan biasa. Beri penderita minum air garam (0,1persen : 1 gram untuk satu
liter air). Air garam tersebut diminumkan dalam keadaan dingin. Tindakan ini tentu
saja dilakukan setelah penderita sadar kembali.

c. Pingsan Karena Perdarahan Otak


Pingsan jenis ini biasanya terjadi pada penderita tekanan darah tinggi.
Gejalanya datang secara mendadak. Penderita merasa sakit kepala, mual, kadang –
kadang muntah dan pingsan. Setelah sadar ia akan mengalami gangguan pada
beberapa bagian tubuhnya. Misalnya : sulit berbicara, kelumpuhan separuh badan.
Tindakan pertolongan :
Penderita harus segera dikirim ke rumah sakit. Apabila masih sadar, dapat diberi
aspirin atau sejenisnya untuk mengurangi rasa sakit kepalanya.

d. Pingsan Karena Cedera Kepala

117
Tindakan pertolongan :
Bersihkan mulut dan saluran nafasnya dari kotoran, lender ataupun muntahan.
Baringkan penderita dengan kepala menghadap ke samping, yaitu untuk
memudahkan aliran – aliran zat – zat yang dimuntahkan. Penderita tidak boleh terlalu
sering diangkat. Hentikan pendarahannya, bila ada. Dalam mengusung penderita,
perlakukanlah seperti pada penderita patah tulang leher. Penderita yang sudah sadar,
harus tetap berbaring dan dicegahj agar tidak gelisah. Kirim penderita ke rumah sakit
untuk pemeriksaan yang lebih teliti.

B. PENANGANAN SYOK

Tanda-tanda syok :

1. Gelisah, pucat, keringat berlebihan dan kulit lembab


2. Bibir dan kuku jari tangan tampak kebiruan
3. Nyeri dada
4. Kulit Lembab Dan Dingin
5. Pembentukan Air Kemih Berkurang Atau Sama Sekali Tidak Terbentuk Air
Kemih
6. Pusing
7. Pingsan
8. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi), tapi Tidak semua hipotensi adalah syok
9. Denyut nadi yang cepat,pernafasan dangkal , Lemah dan sampai tidak
sadarkan diri

118
Penanganan Syok

1. Secara umum yaitu sebagai penolong yang berada di tempat kejadian, hal
yang pertama-tama dapat dilakukan apabila melihat ada korban dalam
keadaan syok adalah :
2. Melihat keadaan sekitar apakah berbahaya (danger) , baik untuk penolong
maupun yang ditolong (contoh keadaan berbahaya : di tengah kobaran api)
3. Buka jalan napas korban, dan pertahankan kepatenan jalan nafas (Airway)
4. Periksa pernafasan korban (Breathing)
5. Periksa nadi dan Cegah perdarahan yang berlanjut (Circulation)
6. Peninggian tungkai sekitar 8-12 inchi jika ABC clear
7. Cegah hipotermi dengan menjaga suhu tubuh pasien tetap hangat (misal
dengan selimut)
8. Lakukan penanganan cedera pasien secara khusus selama menunggu bantuan
medis tiba.
Periksa kembali pernafasan, denyut jantung suhu tubuh korban (dari
hipotermi) setiap 5 menit.

Pengobatan :

1. Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki sedikit dinaikkan untuk
mempermudah kembalinya darah ke jantung.
2. Setiap perdarahan segera dihentikan dan pernafasan penderita diperiksa.
3. Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah terhirupnya
muntahan.
4. Jangan diberikan apapun melalui mulut.
5. Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernafasan mekanis.

119
6. Obat-obatan diberikan secara intravena.
7. Obat bius (narkotik), obat tidur dan obat penenang biasanya tidak diberikan
karena cenderung menurunkan tekanan darah.
8. Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah.
9. Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi syok
jika perdarahan atau hilangnya cairan terus berlanjut atau jika syok
disebabkan oleh serangan jantung atau keadaan lainnya yang tidak
berhubungan dengan volume darah.
10. Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obat yang
mengkerutkan pembuluh darah.

PERDARAHAN

PENGERTIAN PERDARAHAN
Perdarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena
pembuluh tersebut mengalami kerusakan.kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan
fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.

Sebagai seorang pelaku Pertolongan Pertama selain dapat melakukan tindakan


bantuan hidup dasar dan resusitasi jantung paru, juga harus dapat mengenali dan
mengatasi perdarahan.

Mengenali dan mengatasi perdarahan merupakan salah satu ketrampilan utama yang
juga harus dikuasai oleh seorang pelaku Pertolongan Pertama. Bila perdarahan ini
tidak diatasi dengan segera maka nyawa korban dapat terancam maut dengan tanda
awal menjadi lemah, syok, dan akhirnya meninggal.

Untuk mengatasi perdarahan, kita harus tahu dahulu tentang sistem peredaran darah
(sistem sirkulasi) yang bertanggung jawab mengedarkan (mengalirkan) darah ke
120
seluruh tubuh manusia. Adapun 3 komponen utama dalam sistem ini adalah jantung,
pembuluh darah, dan darah, yang ketiganya harus berfungsi dengan baik agar tidak
terjadi gangguan dalam tubuh.

Dalam dunia kedokteran dikenal adanya istilah perfusi yaitu sirkulasi yang adekuat
ke seluruh tubuh, memasok sel dan jaringan dengan oksigen dan bahan nutrisi, serta
mengangkut kembali zat karbon dioksida dan sisa pembakaran tubuh.

Jika hal di atas terganggu pada salah satu atau lebih sel dan organ tubuh oleh satu atau
beberapa penyebab, maka sel atau organ tersebut akan mengalami keadaan berbahaya,
yaitu akan berkurangnya pasokan darah, oksigen, dan nutrisi sehingga zat sampah
(karbon dioksida dan sisa pembakaran) akan bertumpuk. Keadaan ini dikenal dengan
istilah Hipoperfusi at.

Perawatan perdarahan :
1. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan:
a) Pakai APD(alat perlindungan diri) agar tidak terkena darah atau cairan tubuh
korban
b) Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi
perawatan
c) Cucilah tangan segera setelah selesai merawat
d) Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan
tubuh korban
2. Pada perdarahan besar:
a) Jangan buang waktu mencari penutup muka
b) Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau
dengan bahan lain.

121
c) Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung
(hanya pada alat gerak), bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan
pada titik-titik tekan.
d) Pertahankan dan tekan cukup kuat
e) Pasang pembalut penekan.
3. Pada perdarahan ringan atau terkendali:
a) Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
b) Tekan sampai perdarahan terkendali
c) Pertahankan penutup luka dan balut
d) Sebaiknya jangan melepas penutup lukaatau balutan pertama
Berdasarkan letak keluarnya darah, perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Perdarahan luar (terbuka)
2. Perdarahan dalam (tertutup)

PERDARAHAN LUAR (TERBUKA)


Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga
darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal dengan
nama Perdarahan Luar (terbuka).
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar ini
dibagi menjadi tiga bagian:
a) Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur sesuai
dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang karena kaya dengan
oksigen. Perdarahan ini sulit untuk dihentikan, sehingga harus terus dilakukan
pemantauan dan pengendalian perdarahan hingga diperoleh bantuan medis.
b) Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap, walaupun
terlihat luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini mudah
dikendalikan. Namun perdarahan vena ini juga berbahaya bila terjadi pada
122
perdarahan vena yang besar masuk kotoran atau udara yang tersedot ke dalam
pembuluh darah melalui luka yang terbuka.
c) Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh kapiler, darah yang
keluar merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah pembuluh
darah terkecil dan hampir tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan,
biasanya akan membeku sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah
terang seperti darah arteri atau bisa juga gelap seperti darah vena.

Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan


tingkat perdarahannya. Untuk perdarahan terbuka, pertolongan yang dapat diberikan
antara lain:
1) Tekanan Langsung Pada Cedera
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat
sistem peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka
kecil yang tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam). Cara yang
terbaik pada umumnya yaitu dengan mempergunakan kassa steril (bisa juga dengan
kain bersih), dan tekankan pada tempat perdarahan. Tekanan itu harus dipertahankan
terus sampai perdarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih baik dapat
diberikan. Kasa boleh dilepas jika sudah terlalu basah oleh darah dan perlu diganti
dengan yang baru.
2) Elevasi
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut)
sehingga lebih tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas balutan
yang pertama bisa diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama. Elevasi
dilakukan hanya untuk perdarahan pada daerah alat gerak saja dan dilakukan
bersamaan dengan tekanan langsung. Metode ini tidak dapat digunakan untuk korban
dengan kondisi cedera otot rangka dan benda tertancap.
3) Tekanan Pada Titik Nadi
123
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju
bagian yang luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di
kening), facial artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher,
dan dekat tulang selangka ), brachial artery (di lipat siku), radial artery (di pergelangan
tangan), femoral artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior
artery (di belakang mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).
4) Immobilisasi
Bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan
sedikitnya gerakan, diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun.
5) Torniquet
Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan perdarahan di tangan atau
kaki saja, merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan
amputansi. Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah
tidak dapat mengalir. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket adalah lima jari
di bawah ketiak (untuk perdarahan lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk
perdarahan di kaki).

Untuk memudahkan para pengusung, torniket harus terlihat jelas dan tidak boleh
ditutupi, sehingga torniket dapat dikendorkan selama 30 detik setiap 10 menit sekali.
Sementara itu, tempat perdarahan diikat dengan kasa steril. Torniket hanya digunakan
untuk perdarahan yang hebat atau untuk lengan atau kaki yang cedera hebat. Korban
harus segara dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Jika
korban tidak segera mendapat penanganan, bagian yang luka bisa membusuk.

6) Kompres Dingin

124
Tujuan dilakukannya kompres dingin adalah untuk menyempitkan pembuluh
darah yang mengalami perdarahan (faso konstriksi) sehingga perdarahan dapat
dengan cepat terhenti.

PERDARAHAN DALAM (TERTUTUP)


Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban dengan
benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan, dan lain
sebagainya. Luka tusuk juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat ringannya luka
tusuk bagian dalam sangat sulit dinilai walaupun luka luarnya terlihat nyata.
Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban karena kulit masih
utuh, tapi dapat melihat darah yang terkumpul di bawah permukaan kulit seperti
halnya kasus memar. Perdarahan dalam ini juga bervariasi mulai dari yang ringan
hingga yang dapat menyebabkan kematian. Untuk kasus yang menyebabkan kematian
adalah karena:

a) Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa menyebabkan
hilangnya banyak darah dalam waktu singkat.
b) Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak jaringan
dan pembuluh darah sehingga darah yang keluar dapat menimbulkan syok.
c) Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi) sehingga penderita
meninggal tanpa mengalami luka luar yang parah.

Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat (tersamar), maka


penolong harus melakukan penilaian dengan pemeriksaan fisik lengkap termasuk
wawancara dan analisa mekanisme kejadiannya. Lebih baik kita menganggap korban
mengalami perdarahan dalam daripada tidak, karena penatalaksanaan perdarahan
dalam tidak akan memperburuk keadaan korban yang ternyata tidak mengalaminya.
Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam:
1) Memar disertai nyeri tubuh

125
2) Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting
3) Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan petunjuk bagian
dalam yang mengalami cedera
4) Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak
5) Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar
6) Muntah darah
7) Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti kopi
8) Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga
9) Batuk darah
10) Buang air kecil bercampur darah

Jika tanda-tanda tersebut terlihat atau teraba pada pemeriksaan fisik, lakukan
segera pertolongan pertama untuk penatalaksanaan korban dengan perdarahan dalam.
Cara – cara penata laksanaan untuk korban dengan perdarahan dalam adalah sebagai
berikut:
a. Baringkan korban
b. Pertahanan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
c. Berikan oksigen bila ada
d. Periksa pernafasan dan nadi secara berkala
e. Rawat sebagai syok
f. Jangan memberikan makan atau minum
g. Jangan lupa mengenai cedera atau gangguan lainnya
h. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat

Berbeda dengan perdarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada


korban yang mengalami perdarahan dalam adalah sebagai berikut:
1) Rest
Korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin

126
2) Ice
Bagian yang luka dikompres es sehingga darahnya membeku. Darah yang
membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan
metabolisme tubuh.
3) Commpression
Bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat proses
penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah
4) Elevation
Kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.

BAB V

127
P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)

A. PENGERTIAN

Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kecelakaan yang menimpa seseorang atau
sekelompok orang. Kecelakaan bisa terjadi dimana saja, di rumah, jalan, tempat kerja
atau ditempat lainnya. Umumnya kecelakaan terjadi tanpa diduga sebelumnya dan
akibat yang ditimbulkannya bervariasi, bisa berupa cedera ringan, sedang, berat
bahkan sampai meninggal dunia. Berdasarkan jumlah korban, kecelakaan bisa terjadi
dengan satu korban, banyak korban (musibah) atau sangat banyak korban (bencana).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nasib atau akhir derita korban, antara lain:
Keparahan cedera, waktu antara kejadian sampai pelayanan P3K, sarana/ fasilitas
P3K, keterampilan petugas P3K, jarak tempuh ke rumah sakit, ketersediaan alat
transportasi ke rumah sakit dan adanya komunikasi ke rumah sakit tujuan. Apabila
semua faktor ini berfungsi dan tersedia dengan baik maka dampak dari cedera bias
diperkecil dan kerugian yang lebih besar bias dihindari. Didalam kelompok
masyarakat, khususnya di perusahaan mutlak adanya tenaga P3K yang terampil
terutama di lokasi kerja/ perusahaan yang banyak menggunakan mesin dan teknologi
canggih, bahan beracun. Bahkan ketidakdisiplinan pekerja juga bisa menyebabkan
penyakit dan kecelakaan pekerja.
Untuk mengantisipasi masalah itu maka pemerintah menerbitkan Undang-undang
Nomor 1 tahun 1970 yang mengatur tentang Keselamatan Kerja dan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor 3 tahun 1982 tentang Kewajiban Melaksanakan
Pelayanan Kesehatan Kerja di perusahaan. Untuk melaksanakan peraturan tersebut
maka perusahaan, industri menengah dan besar mendirikan klinik Hyperkes bahkan
rumah sakit dengan mempekerjakan tenaga dokter dan paramedik untuk melayani

128
pekerja. Namun di beberapa perusahaan kecil atau unit pelaksana perusahaan besar
kurang efektif membuka pelayanan kesehatan seperti itu di setiap lokasi kerja mereka.
Maka untuk menanggulangi kebutuhan pelayanan ini, perusahaan menunjuk dan
melatih tenaga P3K agar mampu melakukan tindakan pertolongan pertama apabila
diperlukan di lokasi kerja. Sebagai safety officer atau pelaksana P3K di lapangan
sudah semestinya mendapat pelatihan dan pendidikan yang memadai agar mampu
melakukan pelayanan K3 di lokasi kerja. Kualitas produksi suatu perusahaan tidak
cukup dinilai dengan kualitas akhir, tetapi harus menjamin dan membudayakan motto
safe production untuk semua pekerja di perusahaan tersebut. Maka untuk
membudayakan motto tersebut dibutuhkan ketegasan jajaran management dan
disiplin para pekerja terutama mereka yang sudah terlatih K3. Untuk pelaksanaan
pelatihan K3 di suatu perusahaan adalah tanggung jawab ahli K3, dan bila perlu
melibatkan tenaga-tenaga yang lebih professional. Pelatihan K3 semestinya dilakukan
secara mendadak setiap minggu dan terprogram, agar dapat menumbuhkan kondisi
aman bekerja dan mampu menyelamatkan diri apabila suatu saat terjadi kecelakaan
kerja.

P3K merupakan sebuah pengetahuan dan keterampilan karena jika kita hanya
mengetahui teorinya saja tanpa melakukan latihan atau praktek, maka mental kita
tidak terlatih ketika kita benar-benar menghadapi kejadian sebenarnya. Sebaliknya
jika kita langsung praktek tanpa membaca teori kemungkinan besar kita akan
melakukan pertolongan yang salah pada korban. Sebagai seorang pecinta alam, materi
ini penting untuk dipelajari, karena kondisi alam seringkali tidak dapat diduga dan
sangat mungkin terjadi kecelakaan yang tidak kita harapkan. Sedangkan tenaga
medis, sarana dan prasarana kesehatan sulit untuk dijangkau. Maka satu-satunya
pilihan adalah mencoba melakukan pertolongan sementara pada korban kerumah
sakit atau dokter terdekat.

129
Pengertian pertolongan pertama ialah pemberian pertolongan segera kepada
penderita sakit ataupun cedera (kecelakaan) yang memerlukan penanganan medis
Dasar. Sedangkan pengertian medis dasar ialah tindakan perawatan berdasarkan
ilmu kedokteran yang dimiliki oleh orang awam atau orang awam yang terlatih
secara khusus.

Dasar hukum mengenai pertolongan pertama belum diatur secara khusus, namun
umumnya merujuk pasal 531 KUHP yang menyebutkan bahwa Barangsiapa
menyaksikan sendiri ada orang di dalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan
atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat
diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri
atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan
atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong itu
mati, diancam dengan : KUHP 45, 165, 187, 304s, 478, 535, 566.

Dalam pelaksanaan pertolongan pertama terdapat beberapa tujuan, di antaranya


ialah sebagai berikut :

1. Menyelamatkan jiwa penderita.


2. Mencegah kecacatan.
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan.

Dalam pertolongan pertama terdapat pelaku pertolongan pertama yang artinya


ialah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian, yang memiliki
kemampuan dan terlatih dalam kemampuan medis dasar.

Kewajiban pelaku pertolongan pertama antara lain :

1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang lain di


sekitarnya.
2. Dapat menjangkau penderita baik dalam kendaraan, kerumunan massa
maupun bangunan.
3. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
4. Meminta bantuan ataupun rujukan apabila diperlukan.

130
5. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan
korban.
6. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
7. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
8. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
9. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasikan.

Pelaku pertolongan pertama dalam melaksanakan tugasnya memerlukan


peralatan dasar untuk digunakan. Oleh karena penderita dapat saja mengeluarkan
ceceran darah ataupun cairan tubuh lainnya yang memiliki potensi sumber penyakit,
maka pelaku penolong pertama memerlukan APD (Alat Perlindungan Diri) yang di
antaranya ialah :

1. Sarung tangan lateks.


2. Kacamata pelindung.
3. Baju pelindung.
4. Masker.
5. Helm (untuk melindungi apabila menolong di tempat yang rawan akan
jatuhnya benda dari atas seperti runtuhan bangunan,dsj).

Selain APD, penolong pertama juga menggunakan peralatan penolong dalam


menjalankan tugasnya di antaranya ialah :

1. Penutup luka :
o Kasa steril.
o Bantalan Kasa.
2. Pembalut luka :
o Pembalut gulung (pita).
o Pembalut segitiga (mitella).
o Pembalut tubuller (tabung).
o Pembalut rekat (plester).
131
3. Cairan antiseptik :
o Alkohol 70%.
o Betadine.
4. Cairan pencuci mata (boorwater).
5. Bidai dan peralatan stabilitas tubuh lainnya.
6. Gunting pembalut.
7. Pinset.
8. Senter.
9. Kapas.
10. Selimut.
11. Oksigen.
12. Tensimeter.
13. Stetoskop.
14. Tandu.
15. Alat Tulis.

Kemampuan berimprovisasi pelaku penolong pertama juga diperlukan apabila


tidak ditemukan alat-alat di atas di lokasi kejadian sehingga dapat mencari alat lain
sesuai fungsinya serta aman untuk digunakan.

B. TATA LAKSANA

Beberapa prinsip yang harus ditanamkan pada jiwa petugas P3K apabila
menghadapi kejadian kecelakaan adalah sebagai berikut:

a. Bersikaplah tenang, jangan pernah panik. Anda diharapakan menjadi penolong


bukan pembunuh atau menjadi korban selanjutnya (ditolong).
b. Gunakan mata dengan jeli, kuatkan hatimu karna anda harus tega melakukan

132
tindakan yang membuat korban menjerit kesakitan untuk keselamatannya, lakukan
gerakan dengan tangkas dan tepat tanpa menambah kerusakan.
c. Perhatikan keadaan sekitar kecelakaan, cara terjadinya kecelakaan, cuaca dll
d. Perhatikan keadaan penderita apakah pingsan, ada perdarahan dan luka, patah
tulang, merasa sangat kesakitan dll.
e. Periksa pernafasan korban. Kalau tidak bernafas, periksa dan bersihkan jalan nafas
lalu berikan pernafasan bantuan (A, B = Airway, Breathing management)
f. Periksa nadi atau denyut jantung korban. Kalau jantung berhenti, lakukan pijat
jantung luar. Kalau ada perdarahan berat segera hentikan (C = Circulatory
management)
g. Apakah penderita Shock? Kalau shock cari dan atasi penyebabnya
h. Setelah A, B, dan C stabil, periksa ulang cedera penyebab atau penyerta. Kalau ada
patah tulang lakukan pembidaian pada tulang yang patah, Jangan buru-buru
memindahkan atau membawa ke klinik atau rumah sakit sebelum tulang yang patah
dibidai.
i. Sementara memberikan pertolongan, anda juga harus menghubungi petugas medis
atau rumah sakit terdekat.

PRIORITAS PERTOLONGAN
Ada beberapa prioritas utama yang harus dilakukan oleh penolong dalam menolong
korban yaitu:
a. Henti napas
b. Henti jantung
c. Pendarahan berat
d. Shock
e. Ketidak sadaran
f. Pendaraahan ringan
g. Patah tulang atau cedera lain
133
Prinsip prinsip pembidaian adalah sebagai berikut :

▪ Buka pakaian yang menutup bagian anggota tubuh yang akan di bidai.
▪ Lakukan pemeriksaan status vaskular ( denyut nadi dan pengisian kapiler) serta
status motorik dan sensorik di distal trauma.
▪ Tutup semua luka dengan kasa steril atau dengan kain yang bersih.
▪ Jangan memindahkan/menggerakkan anggota gerak sebelum dilakukan
pembidaian.
▪ Pada kasus fraktur,pembidaian harus mencakup 2 sendi di bagian proksimal
(atas) dan distal ( bawah) dari fraktur tersebut.
▪ Pada trauma sendi,pembidaian harus mencakup tulang di sebelah proksimal dan
distal sendi.
▪ Semua bidai harus di beri bantalan lunak agar tidak merusak jaringan lunak
(otot) sekitarnya.
▪ Selama pembidaian anggota gerak harus di topang dengan tangan untuk
mernghindari trauma lebih lanjut.
▪ Jika terjadi deformitas ( berubah bentuk), lakukan traksi ( penarikan) untuk
memulihkan kesejajaran anggota gerak (realignement).
▪ Jika terdapat tahanan saat di lakukan traksi,pembidain dilakukan pada posisi
apa adanya.
▪ Pembidaian trauma tulang belakang dilakukan dengan prinsip neutral in-line
position.
▪ Jika ragu ragu apakah terjadi patah tulang/fraktur,dislokasi tetap lakukan
pembidaian

Jenis-jenis pembalut :
1) Mittela :

134
Bahan pembatuk segitiga sama kaki berbagai ukuran panjang kaki 50-100 cm
Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang berbentuk bulat atau untuk
menggantung bagian anggota badan yang cedera Pembalut ini biasa dipakai pada
cedera di kepala ,bahu ,dada,siku,telapak tangan ,pinggul,telapak kaki dan untuk
menggantung lengan
2) Dasi :
Pembalut ini adalah mitella yang dilipat-lipat dari salah satu sisi segitiga agar
beberapa lapis dan berbentuk seperti pita di kedua ujung –ujungnya lancip dan
lebarnya 5-10 cm Pembalut ini biasa dipergunakan untuk
membalut mata,dahi,rahang,ketiak,lengan,siku,paha,lutut,betis dan kaki terkilir
Cara membalut:
· Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
· Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya
saling menarik
· Kedua ujung diikatkan secukupnya.

3) Pita :
Pembalut ini dapat dibuat dari katun ,kassa,flannel,atau bahan elastic .Yang
paling sederhana adalah dari kasssa,hal ini karena kassa mudah menyerap air
,darah dan tidak mudah bergeser ( kendor )
Macam-macam pembalut dan penggunaannya :
§ Lebar 2,5 cm untuk jari-jari
§ Lebar 5 cm untuk leher dan pergelangan tangan
§ Lebar 7,5 cm untuk kepala,lengan,atas bawah,betis dan kaki
§ Lebar 10 cm untuk paha dan sendi pinggul
§ Lebar > 10 cm untuk dada ,perut dan punggung
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):

135
▪ Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
▪ Pastikan bahwa perban tergulung kencang
▪ Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan
dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari
distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain
secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.
▪ Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang
tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan
menutupi duapertiga bagian sebelumnya.
▪ Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti
atau jepitan perban.
4) Plester :
Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka ,untuk fiksasi pada sendi yang
terkilir ,untuk merekatkan pada kelainan pada patah tulang Khusus untuk penutup
luka ,biasa dilengkapi dengan antiseptic

Cara membalut luka terbuka dengan plester:


▪ Luka diberi antiseptic
▪ Tutup luka dengan kassa
▪ Baru letakkan pembalut plester.
5) Pembalut yang spesifik :
Sofratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat pembunuh
kuman ( antibiotika).
Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril.
Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar
6) Kasa Steril :

136
Kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk menutup luka kecil yang
sudah diberi obat-obatan ( antibiotika,antiseptic )
Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut.

Pertolongan Pertama pada Patah tulang dan Cedera Sendi

Selama korban masih di tempat kejadian cedera, ada pertolongan pertama yang dapat
dilakukan oleh masyarakat awam. Tatalaksana tersebut adalah pemasangan bidai
sederhana. Pemasangan bidai dilakukan setelah dipastikan tidak ada gangguan pada
pernapasan dan sirkulasi korban dan luka sudah ditangani. Bidai bertujuan untuk
mencegah pergerakan (imobilisasi) pada tulang dan sendi yang mengalami cedera.
Imobilisasi ini menghindari pergerakan yang tidak perlu, sehingga mencegah
perburukan patah tulang dan cedera sendi serta menghindari rasa nyeri. Pemasangan
bidai juga akan memberikan gaya tarik dengan perlahan namun konsisten sehingga
membantu mereposisi bagian yang cedera mendekati posisi normalnya.

Bidai sederhana dapat dibuat dari bahan apapun yang kaku, seperti kayu, penggaris,
atau tongkat. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan bidai,
yaitu:

• Bidai harus cukup panjang. Pada kasus patah tulang: Melewati sendi yang
ada di pangkal dan ujung tulang yang patah. Pada kasus cedera sendi:
Mencapai dua tulang yang mengapit sendi yang cedera.

• Bidai harus cukup kuat untuk menghindari gerakan pada bagian yang patah
tulang atau sendi yang cedera, namun tidak mengganggu sirkulasi.

137
• Bila tidak ada alat yang kaku untuk dijadikan bidai, bagian tubuh yang
cedera bisa diikatkan dengan bagian tubuh yang sehat, misalnya dengan
membalut lengan ke tubuh, atau membalut kaki ke kaki yang sehat.

• Jangan meluruskan (reposisi) tangan atau kaki yang mengalami deformitas,


pasang bidai apa adanya.

138
139
140
Berikut adalah langkah-langkah pemasangan bidai:
• Pastikan lokasi luka, patah tulang atau cedera sendi dengan memeriksa
keseluruhan tubuh korban (expose) dan membuka segala jenis aksesoris yang
menghalangi (apabila tidak melukai korban lebih jauh)

• Perhatikan kondisi tubuh korban, tangani perdarahan jika perlu. Bila terdapat
tulang yang mencuat, buatlah donat dengan menggunakan kain dan letakkan
pada tulang untuk mencegah pergerakan tulang.

141
• Memeriksa PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera
masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik), dan
masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak.

• Tempatkan bidai di minimal dua sisi anggota badan yang cedera (misal sisi
samping kanan, kiri, atau bagian bawah). Letakkan bidai sesuai dengan
lokasi cedera.

• Hindari mengangkat tubuh pasien untuk memindahkan pengikat bidai


melalui bawah bagian tubuh tersebut. Pindahkan pengikat bidai melalui
celah antara lekukan tubuh dan lantai. Hindari membuat simpul di
permukaan patah tulang.

• Buatlah simpul di daerah pangkal dan ujung area yang patah berada pada
satu sisi yang sama. Lalu, pastikan bidai dapat mencegah pergerakan sisi
anggota .
• badan yang patah. Beri bantalan/padding pada daerah tonjolan tulang yang
bersentuhan dengan papan bidai dengan menggunakan kain.

• Memeriksa kembali PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang
cedera masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik),
dan masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau tidak. Bandingkan
dengan keadaan saat sebelum pemasangan bidai. Apabila terjadi perubahan
kondisi yang memburuk (seperti: nadi tidak teraba dan / atau tidak dapat
merasakan sentuhan dan / atau tidak dapat digerakkan) maka pemasangan
bidai perlu dilonggarkan.

• Tanyakan kepada korban apakah bidai dipasang terlalu ketat atau tidak.
Longgarkan balutan bidai jika kulit disekitarnya menjadi:

Pucat atau kebiruan


142
Sakit bertambah

Kulit di ujung tubuh yang cedera menjadi dingin

Ada kesemutan atau mati rasa

Berikut contoh mengenai pemasangan bidai sederhana sebagai pertolongan


pertama:

Gambar.5.1. Pemasangan bidai untuk patah tulang lengan atas atau pergeseran sendi
bahu.

143
Gambar.5.2. Pemasangan bidai untuk patah tulang lengan bawah.

144
BAB VI

BANTUAN HIDUP DASAR DAN RJP

A. PENGERTIAN

Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan sebuah fondasi utama yang dilakukan untuk
menyelamatkan seseorang yang mengalami henti jantung. BHD terdiri dari identifikasi
henti jantung dan aktivasi Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT), Resusitasi
Jantung Paru (RJP) dini, dan kejut jantung menggunakan automated external defibrillator
(AED) atau alat kejut jantung otomatis. Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah serangkaian
tindakan penyelamatan jiwa untuk meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dari korban
yang mengalami henti jantung. Inti dari RJP yang optimal adalah bagaimana cara
memberikan RJP sedini mungkin dan seefektif mungkin,1 oleh karena itu pada bahasan ini
akan dijelaskan mengenai bagaimana cara mengenali korban henti jantung sedini mungkin
hingga bagaimana cara menanganinya.

Keberhasilan dari resusitasi setelah henti jantung akan bergantung pada langkah-
langkah yang harus kita lakukan secara berurutan. Hal ini disebut juga Rantai
Keselamatan (gambar 1) yang mencakup:
1. Deteksi dini dari henti jantung dan aktivasi sistem pelayanan gawat darurat
terpadu (SPGDT)

2. Melakukan RJP secara dini dengan teknik penekanan yang tepat

3. Melakukan kejut jantung secara dini

4. Melakukan Bantuan Hidup Lanjut yang efektif

5. Melakukan resusitasi setelah henti jantung secara terintegrasi

145
B. INDIKASI

Indikasi dilakukanya tindakan pijat jantung adalah;

1. Henti nafas (Respiratory Arrest), henti nafas yang bukan disebabkan gangguan
pada jalan nafas dapat terjadi karena gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia,
fibrilasi ventrikel)

2. Henti jantung (Cardiac Arrest) dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:

• Hipoksemia karena berbagai sebab


• Gangguan elektrolit (hipokalemia, hiperkalemia, hipomagnesia)
• Gangguan irama jantung (aritmia)
• Penekanan mekanik pada jantung (tamponade jantung, tension
pneumothoraks)

Diagnosis :

• Tidak terdapat adanya pernafasan (dengan cara Look-Listen-Feel)


• Tidak ada denyut jantung karotis

Perhatian :

Pada pasien yang telah terpasang monitor EKG dan terdapat gambaran asistole pada
layar monitor, harus selalu dicek denyut nadi karotis untuk memastikan adanya
denyut jantung. Begitu juga sebaliknya pada pasien terpasang monitor EKG yang
telah di-RJP terdapat gambaran gelombang EKG harus diperiksa denyut nadi karotis
untuk memastikan apakah sudah teraba nadi (henti jantung sudah teratasi) atau hanya
gambaran EKG pulseless. Jika nadi karotis belum teraba maka RJP dilanjutkan

146
C. PRINSIP BANTUAN HIDUP DASAR TATA LAKSANA

Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat korban, hal yang
harus dilakukan adalah memastikan/mengetahui apakah korban mengalami henti
jantung atau tidak. Setelah mengenali tanda-tanda, penolong secepatnya
mengaktifkan SPGDT, dan meminta alat kejut jantung otomatis (AED), dan segera
lakukan RJP dengan awalnya berupa penekanan dada. Lalu jika alat kejut jantung
otomatis (AED) datang, segera pasangkan pada korban untuk melakukan kejut
jantung jika terdeteksi perlu kejut jantung. Untuk poin nomor 4 dan 5 dari Rantai
Keselamatan, yaitu Bantuan Hidup Lanjut dan resusitasi pasca henti jantung
secara terintegrasi dilakukan oleh tenaga medis lanjutan.

Gambar 6.1. Rantai keselamatan

Berikut penjelasan lengkap mengenai masing-masing poin di atas pada korban


dewasa:
1. Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi SPGDT Segera
Sebelum melakukan tindakan, pertama penolong harus mengamankan lingkungan
sekitar dan diri sendiri serta memperkenalkan diri pada orang sekitar jika ada.
Bersamaan dengan itu, penolong juga perlu memeriksa pernapasan korban, jika
korban tidak sadarkan diri dan bernapas secara abnormal (terengah-engah), penolong
harus mengasumsikan korban mengalami henti jantung. Penolong harus dapat
memastikan korban tidak responsif dengan cara memanggil korban dengan jelas, lalu
menepuk-nepuk korban atau menggoyangkan bahu korban. Jika korban tidak
147
memberikan respons maka penolong harus segera mengaktifkan SPGDT dengan
menelepon Ambulans Gawat Darurat 118 Dinas Kesehatan DKI Jakarta, atau nomor
021 – 65303118, atau ambulans rumah sakit terdekat. Ketika mengaktifkan SPGDT,
penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang sedang
terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian tindakan tersebut dapat
dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih dari satu
penolong, misalnya, penolong pertama memeriksa respons korban kemudian melanjutkan
tindakan BHD sedangkan penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan menelepon
ambulans terdekat dan mengambil alat kejut jantung otomatis (AED).

Gambar 6.2. Memeriksa Keadaan Korban

2. Resusitasi Jantung Paru (RJP)


Resusitasi jantung paru terdiri dari penekanan dada dan bantuan napas dengan
perbandingan 30:2, berarti 30 kali penekanan dada kemudian dilanjutkan dengan
memberikan 2 kali bantuan napas. Bantuan napas diberikan jika penolong yakin
melakukannya.
148
Penekanan dada yang efektif dilakukan dengan prinsip tekan kuat, tekan cepat,
mengembang sempurna, dan interupsi minimal. Untuk memaksimalkan efektivitas
penekanan dada, korban harus berada di tempat yang permukaannya rata. Penolong
berlutut di samping korban apabila lokasi kejadian di luar rumah sakit atau berdiri di
samping korban apabila di rumah sakit. Penolong meletakkan pangkal telapak tangan
di tengah dada korban dan meletakkan tangan yang lain di atas tangan yang pertama
dengan jari-jari saling mengunci dan lengan tetap lurus.

Gambar 6.3. Posisi Penolong Pada Korban

Penolong memberikan penekanan dada dengan kedalaman minimal 5cm (prinsip tekan
kuat) dengan kecepatan minimal 100 kali permenit (prinsip tekan cepat). Penolong juga
harus memberikan waktu bagi dada korban untuk mengembang kembali untuk
memungkinkan darah terisi terlebih dahulu pada jantung (prinsip mengembang
sempurna). Penolong juga harus meminimalisasi interupsi saat melakukan penekanan
(prinsip interupsi minimal).

149
Bantuan napas diberikan setelah membuka jalan napas korban dengan teknik
menengadahkan kepala dan mengangkat dagu (head tilt – chin lift).

Gambar 6.4. Membuka jalan napas dengan menengadahkan kepala dan mengangkat
dagu

Setelah itu cuping hidung korban dijepit menggunakan ibu jari dan telunjuk agar
tertutup kemudian diberikan napas bantuan sebanyak dua kali, masing-masing sekitar
1 detik, buang napas seperti biasa melalui mulut. Napas bantuan diberikan dari mulut
ke mulut atau menggunakan pelindung wajah yang diletakkan di wajah korban. Lihat
dada korban saat memberikan napas bantuan, apakah dadanya mengembang, kemudian
tunggu hingga kembali turun untuk memberikan napas bantuan berikutnya.

Gambar 6.5. Memberikan napas bantuan.


150
Jika memungkinkan, RJP dilakukan bergantian setiap 2 menit (5 siklus RJP) dengan
penolong lain. Penolong melakukan penekanan dada sampai alat kejut jantung otomatis
(AED) datang dan siap untuk digunakan atau bantuan dari tenaga kesehatan telah
datang.

3. Melakukan kejut jantung dengan alat kejut jantung otomatis (AED)

Alat kejut jantung otomatis (AED) merupakan alat yang dapat memberikan kejutan
listrik pada korban. Pertama, pasang terlebih dahulu bantalan (pad) alat kejut jantung
otomatis pada dada korban sesuai instruksi yang ada pada alat. Setelah dinyalakan, ikuti
instruksi dari alat tersebut yaitu jangan menyentuh korban karena alat kejut jantung
otomatis akan menganalisis irama jantung korban. Jika alat mengidentifikasi irama
jantung yang abnormal dan membutuhkan kejut jantung (untuk mengembalikan irama
kelistrikan jantung menjadi normal), minta orang-orang agar tidak ada yang menyentuh
korban, lalu penolong menekan tombol kejut jantung pada alat. Lanjutkan penekanan
dada segera setelah alat memberikan kejutan listrik pada korban. Hal ini dilakukan
untuk mengembalikan kelistrikan jantung seperti semula.

Posisi Pemulihan

Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal. Posisi ini dilakukan
untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko tersumbatnya jalan
napas dan tersedak. Tidak ada standard baku untuk melakukan posisi pemulihan, yang
terpenting adalah korban dimiringkan agar tidak ada tekanan pada dada korban yang
bisa mengganggu pernapasan. Namun rekomendasi posisi pemulihan adalah
meletakkan tangan kanan korban ke atas, tekuk kaki kiri korban, kemudian tarik korban

151
sehingga korban miring ke arah kanan dengan lengan di bawah kepala korban. Berikut
gambar mengenai posisi pemulihan.

Gambar. 6.6. Cara melakukan posisi pemulihan.

Secara umum, langkah-langkah pertolongan bantuan hidup dasar pada dewasa dari
identifikasi korban sampai pemasangan AED adalah sebagai berikut:

Gambar 6.7. Algoritma Bantuan Hidup Dasar korban dewasa


152
DAFTAR PUSTAKA

Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, Lerner
EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care Science Part 5: Adult Basic Life Support.
Circulation. 2010;122:S685-S705.
Cunha JP. Choking [Internet]. [updated 2014 May 23; cited 2015 Jun 26] Available
at: http://www.emedicinehealth.com/choking/page7_em.htm
ECC Guidelines. Part 3: Adult Basic Life Support. Circulation. 2000;102(Supplement
1):I-22-I-59.
ECC Guidelines. Part 9: Pediatric Basic Life Support. Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-253-I-290.

Hardianto Wibowo. (1994/1995). Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera


Olahraga. Jakarta: Buku Kedokteran.
Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. EGC.
Jakarta. p 66-88
David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam : Surabaya
Plastic Surgery.

http://surabayaplasticsurgery.blogspot.comJames M Becker. Essentials of Surgery.


Edisi 1. Saunders Elsevier. Philadelphia. p 118-129

Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12. McGraw-
Hill Companies. New York. p 245-259

Jerome FX Naradzay. http: // www. emedicine. com/ med/ Burns, Thermal.

Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: //www.nlm.nih.gov/medlineplus.

Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com.

James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s Principles of


Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. p.189-216

St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19
Pengobatan dan Olahraga Bunga Rampai. Semarang: Dahara Prize. Giam, C.K.
dan Teh, K.C.(1992).

Paul M. Taylor, dkk. 1997. Conguering Athletic Injuries. Diterjemahkan Jamal

Ronald. P. Feiffer. (2009). Sports First Aids (Pertolongan Pertama dan Pencegahan
Cedera Olahraga). Jakarta: Erlangga.
H.J. mukono dkk, 2002. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan Kerja.
Surabaya:Airlangga University Press.
Ircham Machfoedz dkk, 2005. Pertolongan Pertama di Rumah dan di Tempat
Kerja.Yogyakarta:Fitramaya.
K.G. Soma Persada, 1996. Pertolongan pertama dan RJP. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Kartono Mohamad, 2001. Pertolongan Pertama. Edisi yang disempurnakan. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka.

Skeet, Muriel, 1995. Tindakan Paramedis Terhadap Kegawatan dan Pertolongan


Pertama. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Brinker MR, O’Connor DP, Almekinders LC, et al. Physiology of injury to


musculoskeletal structures: 1. Muscle and tendon injury. In: DeLee JC, Drez
D Jr, Miller MD, eds. DeLee and Drez’s Orthopaedic Sports Medicine. 3rd
ed. Philadelphia, Pa.: Elsevier Saunders; 2009:chap 1, section A.

Ilmu Kedokteran Olahraga (Hartono Satmoko,Terjemahan). Jakarta: Binarupa


Aksara.
http://kebugarandanjasmani.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-cedera-olahraga-
definisi.html
http://lpug.gunadarma.ac.id/rson/mediainformasi/edisi-i-oktober-desember-
2014/rice-cegah-cedera-olahraga/
Arofah, Novita Intan. Diagnosis dan Manajemen Cedera Olahraga. Dosen Jurusan
Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Yogyakarta
http://kebugarandanjasmani.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-cedera-olahraga-
definisi.html ( 04 Oktober 2017, 15:30 )

https://kurwindakristi.wordpress.com/2012/03/10/faktor-penyebab-cedera-olahraga-
2/ ( 04 Oktober 2017, 15:30 )
http://www.republika.co.id/berita/koran/medika/15/11/04/nxa9087-menangani-
cedera-saat-berolahraga ( 04 Oktober 2017, 15:30 )
http://syarifdayatpenjas.blogspot.co.id/2014/11/makalah-tentang-
cedera.htmlhttps://kurwindakristi.wordpress.com/2012/03/10/faktor-penyebab-
cedera-olahraga-2/

http://batamtoday.com/home/read/99016/Inilah-Pertolongan-Pertama-saat-
Mengalami-Cedera-Engke

http://deariez68.blogspot.co.id/2010/03/cedera-engkel.html

http://aminuddinsportscience.blogspot.co.id/2013/05/penanganan-awal-pada-cedera-
olahraga.html

http://wawanagungraharja.blogspot.co.id/2012/05/artikel-seminar-nasional-
penanganan.html

http://first-treatment.blogspot.co.id/2013/02/pertolongan-pertama-bila-luka-
memar.html

http://health.liputan6.com/read/2389193/3-penyebab-tubuh-tiba-tiba-memar

Setiawan, Arief. 2011. Faktor Penyebab Cedera Olahraga. Jurnal Media Ilmu
Keolahragaan Volume 1 edisi 1 Juli 201, ISSN 2088-6802. Universitas
Negeri Semarang diakses dari http//:journal.unnes.ac.id

Sudijandoko, Andun. 2000. Perawatan dan Pencegahan Cedera. Departemen


Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menteri
Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III
Referensi Gambar:
AHA Guidelines. Part 3: Adult Basic Life Support. Circulation.
2000;102(Supplement 1):I-22-I-59.
Medline Plus. Choking [Internet]. [updated 2015 June 24; cited 2015 June 30];
Available at: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/choking.html
Berg CRA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, Lerner
EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency
Cardiovascular Care Science Part 5: Adult Basic Life Support. Circulation.
2010;122:S685-S705.
GLOSARIUM

Aneurisma

Benjolan atau pelebaran tidak normal pada pembuluh darah.

Aorta
Pembuluh darah terbesar
Arteri
Pembuluh darah yang berfungsi membawa darah dari jantung
Anastomosis Arteriovenosa
Penyambungan langsung antara arteri dengan vena
Arteri elastik
Pembuluh darah arteri yang memiliki ukuran yang besar di tubuh
Arteriol
Pipa terakhir dari arteri yang menghubungkan langsung dengan kapiler-kapiler dalam
tubuh
Avulasi
Luka sobek
C
Cardiac Arrest

Henti jantung

Cerebrum

Bagian otak yang memenuhi sebagian besar dari otak kita yaitu 7/8 dari otak.

Cerebellum

Bagian otak yang terletak di bagian belakang otak besar


Crush injury

Cedera remuk

D
Dermis

Lapisan kulit berfungsi sebagai lokasi untuk pelengkap kulit

Diencephalaon

Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang otak dan di depan
mesencephalon.

Dislokasi
Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi
E
Efektor

Struktur yang dapat menanggapi impuls. Dapat berupaa sel, jaringan atau organ, alat
gerak, otot.

Epidermis

Lapisan kulit yang tahan air dan berfungsi sebagai penghalang terhadap infeksi

Epitelium
Jaringan penutup permukaan tubuh, baik permukaan tubuh sebelah luar maupun
sebelah dalam
F
Fraktur
Hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang
bersifat total maupun yang parsial.

H
Hematoma
Kumpulan darah tidak normal di luar pembuluh darah.
Hemoglobin
Komponen dalam darah dan bukan merupakan pigmen kulit tetapi mengembangkan
warna ungu.
Hipodermis
Subkutan lapisan adiposa
Hydroterapi
Terapi Air

Impuls

Rangsangan atau pesan yang disampaikan melalui senyawa kimia dalam tubuh yaitu
asetilkolin insersio

Kapiler
Pembuluh darah yang berfungsi sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan
kimia antara darah dan jaringan
K
Karoten
Pigmen kulit berwarna kuning sampai orange. ini ada dalam stratum korneum sel-sel
lemak dermis dan fasia superfisialis.
L
Ligamen
Jaringan berbentuk pita yang tersusun dari serabut-serabut yang berperan dalam
menghubungkan antara tulang yang satu dengan tulang yang lain pada sendi

LVEDP
Left Ventrikel End Diastolik Pressure

M
Membran sinovial
Membran penting yang bertindak sebagai pelumas untuk pergerakan bebas sendi
tersebut
Melanin
Pigmen kulit berwarna coklat dan hadir dalam zona germinative dari epidermis.

Melanoid
Pigmen kulit menyerupai melanin namun hadir difus di seluruh epidermis.
Mesencephalon

Bagian otak yang terletak di depan cerebellum dan jembatan varol.

Miofibril
Struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks ,
yaitu filamen aktin dan miosin.
Mittela
Bahan pembatuk segitiga sama kaki berbagai ukuran panjang kaki 50-100 cm
N
Neuron

Sel yang terpanjang yang dimilki oleh tubuh manusia dan bertugas untuk menerima
dan menghantarkan impuls ke tempat yang dituju.

O
Oksihemoglobin
Komponen dalam darah dan bukan merupakan pigmen kulit. Ini mengembangkan
warna merah
Otot
Jaringan pada tubuh yang bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya
dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf

Origo

Tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah kedudukannya ketika otot
berkontraksi.

Ortesa

Pelayanan alat bantu


P

Protesa

Pelayanan pengganti tubuh

Reseptor

Struktur yang dapat menerima impuls.Dapat berupa sel, jaringan atau organ, alat
gerak, otot.

Respiratory Arrest

Henti nafas yang bukan disebabkan gangguan pada jalan nafas dapat terjadi karena
gangguan pada sirkulasi (asistole, bradikardia, fibrilasi ventrikel)

RJP

Resusitasi Jantung Paru

SSP

Sistem saraf pusat

Syok

Suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh
darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang
memadai

T
Tendon
Struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang.
Tunika Adventitia
Lapisan terluar daripada pembuluh darah dan mengandung banyak jaringan ikat
kolagen terutama kolagen tipe 1 dan jaringan elastik.
Tunika intima
Lapisan paling dalam dari pembuluh darah yang terdiri dari selapis sel endotel yang
membatasi permukaan dalam pembuluh
V
Vena
Pembuluh darah yang membawa darah dari kapiler kembali ke jantung
Vena Kafa Superior
Vena kafa yang membawa darah ke jantung dari bagian tubuh atas
Vena Kafa Inferior
Vena kafa yang bertugas membawa darah ke jantung dari bagian tubuh bawah.

Venula

Mengalirkan darah yang kembali dari organ tubuh kembali ke jantung

Warming up

pemanasan
INDEKS F
Fraktur 87-92,94-96, 125,126
A

Aneurisma 80 H
Hematoma 77,79-82
Aorta 13-15,43, 113 Hemoglobin 84
Hipodermis 6
Arteri 13-19,21,28,81,112
Hydroterapi 64
Anastomosis Arteriovenosa 21
I
Arteri elastik 15
Arteriol 14 Impuls 33-37
Avulsi 67 K
C Kapiler 2,8,13-14, 16-18
Cardiac Arrest 147 K
Cerebrum 38-39 Karoten 6
L
Cerebellum 39
Ligamen 25
Crush injury 67
LVEDP 112
D
Dermis 6 M

Diencephalaon 39 Melanin 6

Dislokasi 136 Melanoid 6


E Mesencephalon 39
Efektor 34,37
Miofibril 4
Epidermis 6 Mittela 136

Epitelium 12 N
Neuron 33
O S
Oksihemoglobin 6 SSSP 35
Otot 4,32, 33, 39,44,52, 57
Syok 37, 111, 120-122, 127
64,86,91, 99,114,125
T
Origo 33
Tendon 25
Ortesa 61 Tunika Adventitia 21
P Tunika intima 20
Protesa 61
V
R
Vena 81,121,124
Reseptor 113
Vena Kafa Superior 16
Respiratory Arrest 113 Vena Kafa Inferior 16

RJP 147 Venula 17

Warming up 50

Anda mungkin juga menyukai