Anda di halaman 1dari 12

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD)

(ROLE PLAY)
“SUMBER DAYA YANG ADA DI DESA DAN MASALAH-MASALAH KESEHATAN
IBU DAN ANAK”

DISUSUN OLEH:

DHEA YULDEVA (P0 0340217 009)


DYAH PRAMUDA WARDANI (P0 0340217 012)
INDAH RETNO (P0 0340217 015)
JESI DWITA AYU (P0 0340217 017)
LIS ARISKA (P0 0340217 019)
MITA FEBRIYANTI (P0 0340217 023)
RAHMI JULITA SARI (P0 0340217 035)
RUKINI (P0 0340217 039)
SASNITA PURNAMA SARI (P0 0340217 040)
WIDIA RISKI AMALIA (P0 0340217 047)

Dosen Pengajar : Afrina Mizawati, SKM, MPH


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK
KESEHATAN BENGKULU
PRODI KEBIDANAN CURUP
TA. 2017/2018
A). SUMBER DAYA YANG ADA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN
DALAM UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK.

Untuk mecapai pembangunan yang berkualitas tentunya diperlukan sumber daya yang
juga berkualitas, sehingga perlu diupayakan kegiatan dan strategi pemerataan kesehatan
dengan mendayagunakan segenap potensi yang ada. Sumber daya tersebut dapat dicakup dari
lingkungandesa maupun dari lingkungan dari lingkungan kota.

1. Sumber daya di desa


Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap petugas kesehatan masih rendah karena
mereka masih percaya kepada dukun, sehingga kita perlu untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang dunia medis.

Sumber daya kesehatan di desa

a). Puskesmas
Di desa untuk saat ini hampir 100% sudah membangun puskesmas untuk mensejahterakan
masyarakatnya. Secara konseptual, puskesmas menganut konsep wilayah dan diharapkan
dapat melayani sasaran jumlah penduduk yang ada di wilayah masing-masing.

b). BPS (bidan praktek swasta)


Merupakan salah satu sumber daya yang dapat mensejahterakan kesehatan ibu dan anak. Di
BPS bidan dapat memberikan penyuluhan yang dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak
di wilayah tersebut, khususnya di daerah pedesaan

Sarana kesehatan di desa bersumber daya masyarakat.


Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai
upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat.
Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) diantaranya adalah:

a). Posyandu
Adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari
keluarga berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan
dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana
merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu
menyelenggarakan minimal 5program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga
berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare.

b).PKK
Adalah gerakan pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah dengan wanita sebagai
motor penggerakan untuk membangun keluarga sebagai unit atau kelompok terkecil dalam
masyarakat dan bertujuan membantu pemerintah untuk ikut serta memperbaiki dan membina
tata kehidupan dan penghidupan keluarga yang dijiwai oleh Pancasila menuju terwujudnya
keluarga yang dapat menikmati keselamatan, ketenangan dan ketentraman hidup lahir dan
bathin (keluarga sejahtera).

c). Pos Obat Desa (POD)


Adalah wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan sederhana terutama bagi
pengobatan sederhana, serta bagian penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat.

d). Poskesdes
Merupakan pelayanan kesehatan yang bersumber pada daya masyarakat yang dibentuk di
desa dalam rangka mendekatkan dan menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat yang ada di desa.

e). Polindes
Merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan
kebiadanan melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu
dan anak.

f). Desa Siaga


Menurut H.M. Machroes , merupakan salah satu faktor bahwa desa tersebut merupakan desa
siaga, yaitu desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Disamping itu, keberadaan PKD diharapkan
dapat mendekatkan dan menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat.

2. Sumber daya di kota

Sarana kesehatan di kota:


a). Puskesmas
Seperti halnya di desa, di kota juga terdapat puskesmas, akan tetapi untuk mekanisme
pengobatan masyarakat lebih banyak pergi ke rumah sakit. Pembinaan pembangunan
kesehatan dengan adanya puskesmas yang memiliki tenaga dokter yang didukung tenaga
keperawatan/bidan, non medis lainnya sesuai standar, sarana dan biaya operasional yang
memadai, sehingga puskesmas mampu melaksanakan pelayanan obstretrik dan neonatal
emergensi dasar (PONED) dan diperlukan potensi peningkatan pengetahuan tenaga medis.

b). Rumah sakit


Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan rumah sakit antara lain dengan
melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan jumlah rumah sakit
dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk. Semua RS kabupaten/kota mampu
melaksanakan pelayanan Obstretrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK), sehingga
kemauan kemampuan dan kesadaran penduduk dalam upaya kesehatan ibu dan anak dapat
diwujudkan. Setiap daerah dapat memanfaatkan sumber daya yang ada, dari APBD, termasuk
lembaga donor internasional.
c). Klinik bersalin
Merupakan suatu institusi professional yang menangani proses persalinan dan pelayanannya
disediakan oleh dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya. Klinik bersalin biasanya
lebih banyak terdapat di daerah perkotaan.

d). Sarana produksi dan distribusi sediaan dan alat kesehatan


Salah satu factor penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana pelayanan kesehatan
adalan jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan.

e). Sumber daya tenaga kesehatan


Jumlah SDM kesehatan yang ada dibedakan menurut 8kelompok yaitu medis, perawat, bidan,
farmasi, gizi, teknis medis, sanitasi, kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.
Sebagaimana diketahui bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah, tapi juga diselenggarakan oleh swasta. Oleh karena itu, gambaran situasi
ketersediaan tenaga kesehatan baik yang bekerja di faktor pemerintah maupun swasta perlu
diketahui.
“SUMBER DAYA YANG ADA DI PEDESAAN DAN MASALAH-
MASALAH KESEHATAN IBU DAN ANAK”

Sumber daya yang ada di pedesaan:


a). Puskesmas
Di desa untuk saat ini hampir 100% sudah membangun puskesmas untuk mensejahterakan
masyarakatnya. Secara konseptual, puskesmas menganut konsep wilayah dan diharapkan
dapat melayani sasaran jumlah penduduk yang ada di wilayah masing-masing.

b). BPS (bidan praktek swasta)


Merupakan salah satu sumber daya yang dapat mensejahterakan kesehatan ibu dan anak. Di
BPS bidan dapat memberikan penyuluhan yang dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak
di wilayah tersebut, khususnya di daerah pedesaan.

Masalah-masalah kesehatan ibu dan anak:

a). Masalah kesehatan pada ibu

-Anemia
Kasus anemia pada ibu hamil di pedesaan seringkali lebih berdamapk negative daripada
masyarakat perkotaan. Ibu hamil dipedesaan seringkali tidak mendapatkan informasi yang
memadai untuk menangani masalah anemia, padahal anemia pada batasnya akan sangat
berbahaya bagi keselamatan ibu dan bayinya

-Hipertensi
Baik pada masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan, hipertensi pada ibu masih
belum mendapatkan perhatian yang cukup, hamil merupakan factor berbahaya bagi ibu pada
masa kehamilan maupun pada masa melahirkan.

-Nutrisi pada ibu menyusui


ibu menyusui di pedesaan lebih sederhana dengan mengkhususkan susu hanya untuk bayinya
dan untuk ibu hanya mengkonsumsi makanan-makanan bergizi atau ditambah ramuan-
ramuan tradisional yang sifatnya turun menurun.

b). Masalah kesehatan pada bayi dan balita

-Kurang gizi/Gizi buruk


Pemenuhan nutrisi pada bayi ataupun balita baik diperkotaan maupun dipedesaan sangat
dipengaruhi oleh factor ekonomi. Adapun factor lingkungan dan tingkat ilmu pengetahuan
juga cukup berperan walaupun tidak se-significant factor ekonomi.
-Imunisasi
Kurangnya kesadaran orang tua dalam masyarakat pedesaan untuk mengimunisasi balita
ataupun bayi mereka sehingga menyebabkan meningkatnya persentase balita pengidap polio.
Factor ekonomi mempengaruhi perbedaan keaktifan orang tua di daerah pedesaan dan
perkotaan, di daerah perkotaan orang tua lebih sadar dengan kesehatan, tetapi di pedesaan
perekonomian masyarakat masih kurang sehingga para orang tua enggan untuk membawa
balita mereka ke tim kesehatan untuk memberikan suntikan imunisasi.
Pada suatu hari, di Desa yang bernama Desa Teladan, terdapat warga yang aman dan
damai. Namun, di beberapa keluarga terdapat masalah kesehatan ibu yang sedang hamil dan
anak serta bayi baru lahir.

Pagi hari telah tiba, di keluarga kecil yang terdiri dari ibu mertua, suami, dan istri
yang sedang hamil. Dimana suaminya sedang merantau ke luar kota untuk mencari nafkah.

Ibu Mertua : “nak, kamu harus lebih rajin minum jamu, ini ibu baru buat jamu untuk mu”
(sembari memberi gelas yang berisi cairan kental berwarna hijau lumut)
Rohani : “oala buk, rohani gak suka minum jamu buk, rasanya itu pahit sekali” (tangan
rohani membekap mulutnya, seakan menahan mual)
Ibu mertua : “loh loh loh, kamu berani menolak ibu? Ini untuk ksehatanmu dan bayimu roh.
Kamu kan baru hamil, suamimu juga ga ada disini jadi ibu harus bertanggung jawab untuk
menjagamu dan calon cucu ibu” (ibu mertua menasihati rohani, sembari mengelus kepala
rohani)
Rohani : (Rohani hanya menunduk sedih)
Ibu mertua : “ayo minum jamunya ini” (ibu mertua memberi gelas ditangan rohani)
Rohani : “tapi buk, roh udah sering minum jamu dari ibu ini, tapi gak ada reaksi apa-
apa. Malah roh jadi mual buk.
Ibu mertua : ”loh, kamu ini kok melawan sih, cepat minum. Ibu mau ke pasar” (ibu mertua
kesal kepada menantunya dan pergi ke luar)
Rohani : “mas eko, pulang toh mas. Aku sedih kalo gini terus”

Saat ibu mertua pergi ke pasar, ia bertemu temannya jaman SD dulu, yaitu surinem
yang sekarang berprofesi sebagai dukun beranak.

Ibu mertua : (berjalan sembari membawa sayur di kantong kresek, tiba-tiba ada yang
menoel bahunya) “eh kaget aku!”
Ibu mertua : “kamu siapa? Kok berani nyoel nyoel aku toh” (dengan nada marah ia
menatap seseorang yang menoelnya)
Surinem : “kamu gak kenal aku lagi? Waduh sombong banget sih” (sembari geleng-
geleng kepala)
Ibu mertua : “mana kenal aku,” (mempertahankan nada marah di suaranya)
Surinem : “oalaaah, aku ini surinem, surinem temen SD kamu toh yem, temen yang
sering kamu ajak maling belimbing di kampung sebelah, masa gak inget toh”
Ibu mertua : “oooh si surineeemmm, kok gak ngomong. Maaf ya nem, apa kabar kamu?”
(memeluk surinem dan cipika cipiki)
Surinem : “baik kok baik, kamu apa kabar? Aku dengar si eko anakmu udah nikah ya? “
Ibu mertua : “iya udah 8 bulan yang lalu”
Surinem : ”oalah, menantumu gimana?”
Ibu mertua : ”oh iya, gini toh nem, menantu aku si rohani sedang hamil 4 bulan. Moso aku
suruh minum jamu leluhur kok dia nolak terus. Kan kesel aku nem”
Surinem : ” loh loh loh, sini bawa sama aku aja toh”
Ibu mertua : ”loh emangnya kamu apa?”(terkejut)
Surinem : “loh aku ini dukun beranak yem” (berkata bangga)
Ibu mertua : “ooh, baru tau aku surinem seorang dukun beranak hahaha, okelah nem, aku
bawa ke rumahmu nanti sore ya. Sekarang aku pulang dulu ya nem.”
Surinem : “iya yem”

Sedangkan, di keluarga lain yaitu keluarga yang terdiri dari suami, ibu, dan bayi
berumur 2 bulan. Terdapat masalah yaitu kepada bayi mereka yang sedang demam dan
menangis terus, hal itu membuat sang suami dan istri bingung sekali.

Oeeek,oeek, oeek, suara tangisan bayi memenuhi rumah kecil sepasang suami istri itu.
Yanto : “dek, ini dedek kok nangis terus, badannya panas dek” (yanto menggendong
bayinya yang menangis terus dari tadi)
Yanti : “sebentar mas, adek masih cuci tangan ini. (sembari mengelap tangan)
Yanto : ” badan dedek panas, kita bawa ke puskesmas aja gimana?”
Yanti : “iya mas, kita bawa ke bidan aja mas, adek takut mas”
Yanto : ” iyya, kamu gendong anak kita, mas nyiapin sepeda dulu”
Yanti : ” cepet mas, cepet. Duuh dedek sayang, sabar sayang”

Kembali kepada keluarga sebelah,

(Ibu mertua dan rohani sedang memasak, tiba-tiba)


Ibu mertua : ” roh, nanti sore kita ke rumah temen ibu, surinem”
Rohani : ” kenapa emangnya buk?”
Ibu mertua : ”temen ibu itu dukun beranak roh, kita periksa kandunganmu ke surinem
ya”
Rohani : ”loh? Kan ada BPS dan puskesmas bu, ada bidan di disana buk. Mas eko
juga nelpon roh malam tadi, dia bilang periksa kandungan ke bidan aja buk”
Ibu mertua : “oalah roh..roh.. surinem itu teman ibu. Dia dukun beranak legend asal
kamu tau ya. Dia sudah ahli dalam hal kandungan” (ibu mertua terus memaksa rohani)
Rohani : ” yaudah terserah ibu” (rohani beeranjak pergi dari dapur dan menghentakan
kakinya kesal)
Ibu mertua : “anak ini, dikasih tau orang tua malah melawan”(sembari memotong sayur
asalan)

Kembali kepada keluarga yanto dan yanti serta bayi mereka.


(di puskesmas)

Perawat : ”selamat siang pak, bu. Silahkan masuk” (sembari mempersilahkan)


Perawat : ” silahkan duduk pak, buk,”
Bidan : ”selamat siang bapak, ibu, dengan saya bidan jesi. Ada keluhan apa pak,
bu?”
Yanto : ”begini bu bidan, anak saya tiba-tiba panas pagi tadi bu. Terus nangis terus
bu bidan” (yanto mengelus kepala anaknya di gendongan istriny)
Bidan : ”terakhir anaknya BAB jam berapa bu?”
Yanti : ”jam 6 pagi tadi bu”
Bidan : ”baiklah bu, tolong baringkan anaknya di sini”(menunjuk ranjang, dan
yanti langsung membaringkan di ranjang)

Bidan pun memeriksa sang bayi tersebut. Setelah beberapa saat

Bidan : ”pemeriksaan sudah saya lakukan bu, pak. Anak bapak dan ibu terkena flu
ringan. Di sebabkan oleh perubahan cuaca. Tidak perlu obat lebih lanjut bu, oh iya bu, yang
ingin saya tanyakan, apakah anak ibu sudah diberi Vaksin DPT-Hepatitis B?”
Yanti : ”vaksin DPT-Hepatitis B apa ya bu?”
Bidan : ”begini ibu yanti, pak yanto. Sebelumnya anak ibu dan bapak sudah diimunisasi
pada saat baru lahir yaitu dengan vaksin hepatitis B, dan pada usia satu bulan telah diberi vaksin
BCG, sekarang usia anak ibu dan bapak sudah 2 bulan. Berarti selanjutnya harus diberi Vaksin DPT-
Hepatitis B untuk mencegah difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B. Vaksin ini diberikan 3 kali,
yaitu pada saat bayi berumur 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan”
Yanto : ”vaksin itu imunisasi ya kan bu?”
Bidan : ”benar sekali bapak”
Yanti : ”tapikan anak saya sedang demam bu” (dengan wajah khawatir)
Bidan : ”iya bu, saya akan memberi obat penurun panas dosis rendah, minggu depan ada
imunisasi. Dan ibu bisa membawa anak ibu untuk imunisasi yang ketiga di puskesmas ya bu.”
Yanti : ”baiklah bu bidan, terimakasih ya bu.”
Bidan : ”sama-sama bu, sebentar ya pak, bu. Dhea, tolong kamu ambil ini dan ini ya.”
(menunjuk kertas)
Perawat : ”iya bu”(dan pergi keluar ruangan)
Yanti : “terima kasih bu bidan”. (menjabat tangan bidan)
Bidan : ”sama-sama bu, pak. Semoga anaknya cepat sembuh, dan bisa diimunisasi
minggu depan bu.”
Yanto dan yanti : ”iya bu bidan”
Bidan : “dhea, kamu antar ibu dan bapak ini ke luar ya”
Perawat : ”baik bu, silahkan bu, pak”
Sedangkan di keluarga sebelah.

Ibu mertua : ”Rohani, ayo cepat nduk. Udah sore ini”(teriak memanggil sang menantu)
Rohani : ”iya bu iya, sabar kenapa toh”
Ibu mertua : ”ayok, surinem pasti udah nunggu” (menarik tangan rohani dan berjalan cepat)

Setelah sampai di tempat dukun beranak

Ibu mertua : ”Surinem, ini aku Iyem.”(teriak di depan pintu)

Cklek

Surinem : ”oh kalian udah datang? Silahkan masuk dulu”


Rohani : ”bu, ini apa si buk, pulang yuk,”(namun hanya di abaikan oleh sang mertua)
Surinem : ”baring nduk” (rohani pun bebaring di tikar lusuh)

Dukun beranak pun memeriksa kandungan suriem dengan cara memijat perut, dan meraba
perut rohani, sesekali ia memercikkan air di perut rohani.

Ibu mertua : ”ini loh, dia suka mual-mual, terus kepalanya pusing”
Surinem : ”baik kok, anaknya baik. Sehat kok sehat”
Rohani : ”Cuma gitu pemeriksaannya?”
Surinem : ”kamu mau gimana lagi roh”
Ibu mertua : ”yaudah, makasih nem. Sesuk kami datang lagi yo” (menyelipkan uang di
tangan Surinem)
Surinem : ”yo wis, hati-hati di jalan yo”

Ketika ibu mertua dan Rohani dalam perjalanan pulang, ada tetangga mereka yaitu bu Nining
sedang menggandeng anak nya berusia 7 tahun.

Bu Nining : ”Eh bu Iyem, dari mana bu?”


Ibu mertua : ”dari dukun beranak bu Nining”
Bu Nining : ”loh kenapa? Kan ada puskesmas sama BPS di desa kita bu”
Ibu mertua : ”yo terserah aku toh, yang hamil menantu aku. Kok situ yang ngatur” (dengan
nada jengkel ibu mertua membalas perkataan bu Nining)
Bu Nining : ”loh kok ibu nyolot sih, kan saya Cuma ngasih tau kalo di desa kita sudah ada
sumber daya kesehatan yaitu puskesmas sama BPS. Kalo mau sehat yo ke situ, terjamin. Kalo mau ke
dukun beranak yo kesitu, ojo nesu-nesu”
Rohani : ”maaf bu Nining, bukan maksud mertua saya marah sama ibu. Ohya bu, saat
ibu hamil Ratih dulu, ibu ke puskesmas ya?”(rohani bertanya antusias)
Ibu mertua : ”kamu kenapa nanya gitu roh? Kamu mau ke puskesmas?”
Rohani : ”iya bu, sebenarnya Roh itu mau ke puskesmas terus kalo bayi roh udah lahir,
kan mau di imunisasi bu, supaya anak roh nanti sehat dan pintar kayak Ratih”(sambil mengelus
kepala ratih)
Ratih : ”mbak, nanti kalo dedeknya udah lahir, Ratih ajak main ya mbak”(Ratih
mengelus perut Rohani)
Rohani : ”iya cantiiik”
Ibu mertua : ”temen ibu kan dukun beranak dari dulu. Yo wes gak usah peduli sama sumber
daya kesehatan yang gituan”(menarik roh pergi)
Bu Nining : ”eh bu! Tunggu, saya mau ngasih tau nih, dulu saya juga gak imunisasi ratih
loh bu iyem. Tapi kata bu bidan, imunisasi itu sangat penting loh bu bagi kesehatan anak, Jika anak
tidak mendapatkan imunisasi sama sekali, anak akan berisiko terkena penyakit-penyakit, parahnya
lagi penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian pada anak. Untung saya ke puskesmas dan ratih
yang baru lahir dulu langsung diimunisasi.” (sambil merangkul anaknya)
Ibu mertua : ”oalah? Emang iya toh? Kok aku gak tau ya?”(kaget)
Rohani : ”lah ibu di kasih tau malah ngeyel, kan mas eko udah bilang kalo aku tuh ke
puskesmas aja bu”(Rohani menatap ibu mertuanya dengan malas)
Ibu mertua : ”iya iya, yo wes, bu nining makasih. Yo wes roh, kita pulang “

Saat hari imunisasi telah tiba, yanto dan yanti membawa anak mereka yang sekarang sudah
sehat untuk imunisasi, namun saat menunggu antrean mereka bertemu dengan ibu mertua dan rohani
yang ingin memeriksakan kandungan ke bidan yang berada di puskesmas.

Yanto : ”dek, kita antrean berapa ya?”(sambil mengels kepala anak mereka)
Yanti : ”sebentar lagi mas, satu nomor lagi”

Ibu mertua dan rohani yang sedang duduk di dekat yanto dan yanti pun menoleh,

Rohani : ” maaf mas mbak, anaknya mau imunisasi ya?” (rohani bertanya kepada
sepasang suami istri itu)
Yanti : ”iya mbak, loh mbak sedang hamil ya? Berapa bulan?”
Rohani : ”iya mbak, ini 4 masuk 5 bulan. Dan saya mau periksa ke bidan mbak, soalnya
saya sering mual dan pusing”
Yanti : ”oh gitu? Saya dulu juga gitu mbak. Tapi sudah periksa ke puskesmas, saya
jadi tau apa masalah yang terjadi pada saya, yaitu anemia ringan, terus masalah saat sudah
melahirkan yaitu ASI mbak, tapi saya selalu konsul ke puskesmas atau bidan praktik swasta mbak,
sampe anak saya udah 2 bulan gini”
Rohani : ”oooh gitu mbak, yaudah mbak, makasih ya mbak. Tuhkan bu, coba dari awal
aku ke puskesmas atau BPS pasti aku sehat”
Ibu mertua : ”iya iya, ibu tau sekarang, kan jaman ibu dulu gak ada yang beginian”

Saat sedang berbincang, perawat memanggil rohani untuk masuk keruangan untuk di periksa.

Perawat : ”silahkan masuk bu rohani”


Bidan : ”selamat pagi ibu rohani, saya bidan jesi. apa kabar?” (menjabat tangan)
Rohani : ”baik bu, tapi saya ada keluhan tentang kehmilan saya”
Bidan : ”apa keluhan ibu?”
Rohani : ”mual bu, pusing itu selalu bu, setelah minum jamu dari mertua saya, langsung
muntah bu”
Bidan : ”baiklah ibu, silahkan berbaring bu. Saya akan memeriksa ibu”
Ibu mertua : ”meriksanya yang pelan ya bu bidan. Ini pertama kali kami kesini”(dengan ketus
ibu mertua berbicara)
Bidan : ”baik ibu”
Pemeriksaan
Bidan : ”ibu baik-baik saja kok, tapi ibu harus istirahat ya, ini biasa kok dialami ibu
hamil muda”
Rohani : ”terus bu, ada obat yang harus saya minum?”
Bidan : ”tidak ada ibu, ibu cukup istirahat, dan olahraga ringan saja, makan- makanan
yang sehat yang bergizi, dan lakukan konsul secara menerus ya bu. Dan satu lagi, kalo bisa, ibu
berhenti mengonsumsi jamu, baiklah bu, pemeriksaan sudah selesai bu.”
Rohani : ”terima kasih banyak bu bidan”
Bidan : ”sama-sama ibu rohani”

Saat diluar

Ibu mertua : ”loh loh? Kenapa gak boleh minum jamu racikan leluhurku toh?”
Perawat : ”maaf ibu, kan tadi sudah dijelaskan oleh ibu bidan, jika hal-hal seperi itu
membuat ibu rohani jadi lemas dan pusing”
Rohani : ”iya bu, udahlah bu. Sekarang kita turuti saja dengan ibu bidan”
Ibu mertua : ”yo wes lah wes, ayok pulang kita roh. Pusing aku disini”
Rohani : ”makasih bu perawat, dan maaf ya bu “
Perawat : ”iya bu sama-sama. Silahkan”

Setelah itu, ibu mertua menjadi tau akan sumber daya kesehatan di desa mereka, yaitu
puskesmas dan BPS. Dan masalah kesehatan yang dialami ibu hamil, bayi, dan anak yang dialami di
pedesaan. Serta keyakinan orang tua jaman dulu yang sekarang mengerti akan sumber daya yang
harus digunakan dalam hal kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai