Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi (Tambayong, 2000;
52).
Limfadenopati adalah digunakan untuk menggambarkan setiap kelainan kelenjar limfe
(Price, 1995; 40).
Limfadenopati adalah pembengkakan kelenjar limfe (Harrison, 1999; 370).
Dari pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Limfadenopati adalah kelainan dan pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari
infeksi berat dan terlokalisasi.
B. Etiologi
Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen.
Infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe.
Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag.
Infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik.
Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam penyakit
cadangan lipid.
(Harrison, 1999; 370)
C. Tanda dan Gejala
a

D. Patofisiologi

E. Manifestasi Klinis
Kelenjar limfoma cenerung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan tanpa
nyeri. Kelenjar pada karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada jaringan
dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara asimetrik, dan saling
berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa. (Harrison, 1999; 370).
F. Pemeriksaan Penunjang
Hitung darah lengkap.
Biakan darah.
Foto rontgen.
Serologi.
Uji kulit.(Harrison, 1999; 372).
G. Penatalaksanaan
1. Therapy Medik
H. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien limfadenopati adalah:
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasit.
Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas.
Pola nafas tidak efetif berhubungan dengan neouromuscular, ketidak imbangan persptual.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
integritas pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah.
I. Intervensi
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan: Mencapai penyembuhan tepat waktu,bebas drenase purulen atau eritema dan tidak
demam ( doengos, 1999; 796 – 797 )
Interensi:
- Tingkatkan cuci tangan yang baik pada setaf dan pasien.
- Gunakan aseptik atau kebersinan yang ketet sesuai indikasi untuk menguatkan atau
menganti balutan dan bila menangani drain.insruksian pasien tidak untuk menyentuh atau
menggaruk insisi.
- Kaji kulit atau warna insisi. Suhu dan integrits: perhatikan adanya eritema /inflamasi
kehilangan penyatuan luka.
- Awasi suhu adanya menggigil
- Dorong pemasukan cairan,diey tinggi protein dengan bentuk makanan kasar.
- Kolaborasi berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional :
- Menurunkan resiko kontaminasi silang.
- Mencegah kotaminasi dan resiko infeki luka,dimana dapat memerlukan post prostese.
- Memberikan informasi trenteng status proses penyembuhan dan mewaspadakan staf
terhadap dini infeksi.
- Meskipun umumnya suhu meningkatpdad fase dini pasca operasi dan/atua adanya
menggigil biasanya mengindikasikan terjadinya infeksi memerlukan inetrvensi untuk
mencegah komplikasi lebih serius.
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi untuk mendukung perfusi jaringan dan
memberikan nutrisi yang perlu untuk regenerasi selular dan penyembuhan jaringan.
- Mungkin berguna secara profilaktik untuk mencegah infeksi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas otot.
Tujuan: mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol / hilang.
( doengos, 1999; 915 – 917 )
Intervensi :
- Evaluasi rasa sakit secara regular (mis, setiap 2 jam x 12 ), catat karakteristik, lokasi n
intensitas ( skala 0-10 ).
- Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi.
- Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesui kebutuhan.
- Lakukan reposisi sesui petunjuk, misalnya semi - fowler; miring.
- Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya latihan napas dalam, bimbingan imajinasi,
visualisasi.
- Berikan perwatan oral reguler.
Rasional:
- Sediakan informasi mengenai kebutuhan / efektifitas intervensi. Catatan: sakit kepala
frontal dan / atau oksipital mungkin berekembang dalam 24-72 jam yang mengikuti anestesi
spinal, mengharuskan posisi terlentang, peningkatan pemasukan cairan, dan pemberitahuan
ahli anestesi.
- Ketidaknyamanan mungkin disebabkan / diperburuk dengan penekanan pada kateter
indwelling yang tidak tetap, selang NG, jalur parenteral ( sakit kandung kemih, akumulasi
cairan dan gas gaster, dan infiltrasi cairan IV/ medikasi.
- Pahami penyebab ketidaknyamanan ( misalnya sakit otot dari pemberian suksinilkolin
dapat bertahan sampai 48 jam pasca operasi, sakit kepala sinus yang disosialisasikan dengan
nitrus oksida dan sakit tenggorok dan sediakan jaminan emosional. Catatan: peristasia
bagian-bagian tubuh dapat menyebabkan cedera saraf. Gejala – gejala mungkin bertahan
sampai berjam-jam atau bahkan berbulan – bulan dan membutuhkan wevaluasi tambahan.
- Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi – Fowler dapat
mengurangi tegangan otot abdominal dan oto punggung artritis, sewdangkan miring
mengurangi tekanan dorsal.
- Lepaskan tegangan emosional dan otot; tingkatkan perasaan kontrol yang mungkin dapat
meningkatkan kemam puan koping.
- Mengurangi ketidaknyamanan yang di hubungkan dangan membaran mukosa yang kering
pada zat – zat anestesi, restriksi oral.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan neouromuskular, ketidak imbangan persptual.
Tujuan: Menetapkan pola nafas normal / efektif dan bebas dari sianosis dan tanda – tanda
hipoksai lain. ( doengos, 1999; 911 – 912 )
Intervensi:
- Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hipereksentensi rahang,
aliran udara feringeal oral.
- Obserefasi dan kedalamam pernafasan, pemakaian otot – otot bantu pernafasan, perluasan
rongga dada, retraksi atau pernafasan cuping hidung, warna kulit dan aliran udara.
- Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasan dan jenis
pembedahan.
- Observasi pengembalian fungsi otot terutama otot pernafasan.
- Lakukan penghisapan lendir jika perlu.
- Kaloborasi: berikan tambahan oksigen sesui kebutuhan.
Rasional:
- Mencegah obstruksi jalan nafas.
- Dilakukan untuk memastikan efektivitas pernafasan sehingga upaya memperbaikinya
dapat segera dilakukan.
- Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi dari muntah, posisi
yang benar akan mendoromg ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan menurunkan
tekanan pada diafragma.
- Setekah pemberian obat – obat relaksasi otot selama masa intra operatif pengembalian
fungsi otot pertama kali terjadi pada difragma, otot – otot interkostal, dan laring yang akan
diikuti dengan relaksasi dengan relaksasi kelompok otot – otot utma seperti leher, bahu, dan
otot – otot abdominal, selanjutnya diikuti oleh otot – otot berukuran sedang seperti lidah,
paring, otot – otot ekstensi dan fleksi dan diakhiri oleh mata, mulut, wajah dan jari – jari
tangan.
- Obstruksi jalan nafas dapat terjadi karena danya darah atau mukus dalam tenggorok atau
trakea.
- Dilakukan untuk meningkatkan atau memaksimalkan pengambilan oksigen yang akan
diikat oleh Hb yang mengantikan tempat gas anestesi dan mendorng pengeluaran gas tersebut
melalui zat – zat inhalasi.
4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
integritas pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah.
Tujuan: Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat, sebagaimana ditunjukkan
dengan tanda – tanda vital yang stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas yang baik, turgor
kulit normal, membran mukosa lembab, dan pengeluaran urine yang sesui. ( doengos, 1999;
913 –915)

Intervensi:
- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran ( termasuk pengeluaran gastrointestinal ).
- Kaji pengeluaran urinarus, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.
- Berikan bantuan pengukuran berkemih sesuai kebutuhan. Misalnya privasi, posisi duduk,
air yang mengalir dalam bak, mengalirkan air hamgat diatas perineum.
- Catat munculnya mual/muntah, riwayat pasien mabuk perjalanan.
- Periksa pembalut, alat drein pada intrval reguler. Kaji luka untuk terjadinya
pembengkakan.
- Kalaborasi: Berikan cairan pariental, pruduksi darah dean / atau plasma ekspander sesuai
petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika diperlukan.
Rasional:
- Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan/
kebutuhan pemggantian dan pilihan – pilihan yang mempengaruhi intervensi.
- Mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada sistem
genitourinarius dan / atau struktur yang berdekatan.
- Meningkatkan relaksasi otot perineal dan memudahkan upaya pengosongan.
- Wanita, pasien dengan obesitas, dan mereka yang memiliki kecenderungan mabuk
perjalanan penyakit memiliki resiko mual/ muntah yang lebih tinggi pada masa pasca operasi.
Selain itu, semakin lama durasi anestesi, semakin resiko untuk mual, catatan: Mual yang
terjadi selama 12 –24 jam pasca operasi umumnya dibangunkan dengan anestesi( termasuk
anestesi regional ),. Mual yang bertahan lebih dari 3 hari pasca operasi mungkin dihubungkan
dengan pilihan narkotik untuk mengontrol rasa sakit atau tr erap oabt – abatan lainnya.
- Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia / hemoragi.
Pembengkakan lokal mungkin mengindikasikan formasi hematoma/ perdarahan.
- Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggantian
volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misalnya ketidak seimbangan.

Askep Limfadenopaty
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama : Tn A
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : laki – laki
Agama : islam
Alamat : Jl.JA.soeprapto No.25 bogo nganjuk
Suku : jawa
Mrs : 29 – 09 – 2011 jam 13.00
Pengkajian : 1 – 10 – 2011
2. Riwayat penyakit sekarang
Alasan utama MRS :
Keluhan utama :
Mual muntah, tidak nafsu makan dan sering keringat malam.
3. Riwayat penyakit dahulu
Tn. A pernah MRS dengan penyakit Hipertensi.
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak mempunyai penyakit
5. Pola – pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Kebiasaan dengan mengkonsumsi 3 bungkus / hari, jamu, olah raga/gerak badan(-).
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum MRS klien makan 3 x sehari dengan porsi cukup dan suka makan diluar rumah, saat
MRS pemenuhan nutrisi bubur kasar 1 porsi habis setiap kali makan. Kesulitan makan tidak
ada, keadaan yang mengganggu nutrisi tidak ada, status gizi yang berhubungan dengan
keadaan tubuh : postur tubuh tinggi, besar, keadaan rambut bersih.

BAB
Frekuensi : 1 x / 3 hari
Warna dan bau : bau khas
Konsistensi : padat
Keluhan : tidak ada

BAK
Frekuensi : kondom cat
Warna dan bau : bau khas urine
Keluhan : tidak ada
c. Pola tidur dan istirahat
Tidur
Frekuensi : 2 x sehari
Jam tidur siang : 1 – 3 jam / hari
Jam tidur malam : 6 – 7 jam / hari
Keluhan : tidak ada
Istirahat
Frekuensi : 4 – 6 x / hari
Keluhan : tidak ada
d. Pola aktivitas
Klien biasanya duduk seharian untuk membuat pola rancangan baju dari pemesanan. Olah
raga kadang – kadang seminggu sekali. Jalan – jalan pagi ke alun – alun.
e. Pola sensori dan kognitif
sensori :
daya penciuman, daya rasa, daya raga, daya pendengaran baik.
Kognitif :
Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat baik
f. Pola penanggulangan stres
Penyebab stres, mekanisme terhadap stres, adaptasi terhadap stres, pertahanan diri sementara
biasanya klien meminta bantuan terutama istri.

6. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan leher : ditemukan benjolan sebesar telur ayam dan tampak kemerahan pada
leher kiri.
b. Pemeriksaan kulit :
7. Analisa data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : pasien mengatakan lemas Anemia, lemah, Intoleransi aktifitas
DO : N : 60 x/menit, TD : 100/60 dan letih.
mmHg
- Wajah pucat
- Tubuh lemas

2. DS : pasien mengatakan sesak Hb yang mengikat Pola nafas tidak


DO : RR : 30 x/menit, O2 menurun, suplay efektif
O2 ke jaringan
menurun.
3. DS : pasien mengatakan tidak nafsu Mual, muntah, Ketidak
makan. anorexia, seimbangan nutrisi
DO : BB: 50 kg, LILA : 38 cm, Hb: dan anemia.
12 gram/DI, anorexia

4. DS : pasien mengatakan nyeri pada Benjolan pada Nyeri


leher kiri saat ditekan. leher kiri bila
DO : ditekan.
- P : benjolan pada leher kiri
- Q : berat
- R : leher kiri
- S :7
- T : saat tekan
8. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan anemia, lemah, dan letih.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan palpitasi, suplay O2 kejaringan menurun.
c. Ketidak seimbangan nutrisi berhubungan dengan mual, muntah, anorexia, dan anemia.
d. Nyeri berhubungan dengan benjoln pada leher kiri bila ditekan.

9. Intervensi
Tanggal No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 1 Intoleransi Dalam Secara - Berikan - Motivasi
Oktober aktifitas waktu 2 x subyektif motivasi dapat
kepada klien membantu
2011 berhubungan 24 jam pasien terhadap klien untuk
dengan anemia, mengatakan peningkatan lebih
anemia, lemah, bahwa lemas aktivitas bersemangat
lemah, dan letih sudah sudah dalam
letih. berkurang berkurang. melakukan atau
menigkatkan
dan dapat Secara aktifitas sehari
melakukan obyektif – harinya
aktifitas didapatkan N- Bantu atau - Relaksasi
dengan : 75 – 100 perintahkan mengurangi
normal x/menit, TD : klien untuk resiko
mengambil kelelahan pada
kembali. 110 – 120/ 80
nafas dalam klien
– 90 mmHg, agar pasien
wajah sudah relaksasi - Respon
tidak tampak - Kaji
respon emosional dan
pucat, dan
emosional spiritual
tubuh tidak
dan spiritual mempengaruhi
lemas.
kondisi pasien
dalam
melakukan
aktifitas sehari
– harinya.
2 Pola napas Dalam Secara - Kaji TTV - Nilai TTV
tidak efektif waktu subyektif pasien. yang tidak
normal
berhubungan 2x24 jam pasien menujukkan
dengan sesak nafas mengatakan adanya
palpitasi, sudah bahwa sesak abnormalitas
suplay berkurang, nafas sudah pada bagian
O2kejaringan suplay berkurangdan kerja organ
- Berikan dalam pada
menurun. O2ke secara tubuh klien.
jaringan obyektif RR: terapi
oksigen - Terapi
terpenuhi. 18 – 24 oksigen dapat
x/menit, serta membantu
suplay atau - Latih klien pengurangan
untuk beban paru
asupan O2 ke
bernafas - Bernafas
jaringan perlahan –
secara
terpenuhi. lahan dapat
perlahan –
lahan, membantu pola
bernafas nafas menjadi
lebih efektif. lebih efektif
- Mencegah
- obstruksi jalan
Pertahank nafas.
an jalan
udara pasien
dengan
memiringkan
kepala,
hipereksente
nsi rahang,
aliran udara
feringeal
oral.

3 Ketidak Dalam Secara - Kaji - Sebagai


seimbangan waktu subyektif kebiasaan acuhan
nutrisi 2x24 jam pasien kesulitan pemberian
berhubungan nutrisi mengatakan makan dan intervensi
dengan mual, pasien bahwa mul cacat BB dan lanjutan yang
muntah, dapat dan ukuran lebih efektif.
anorexia, dan terpenuhi muntahnya tubuh. - Untuk
anemia. dan sudah - Anjurkan menghindari
kondisi sembuh dan agar pasien makanan yang
tubuh secara memakan dapat
kembali obyektif makanan mengganggu
normal. anorexia dan yang proses
anemia sudah disediakan penyembuhan
teratasi. oleh RS. pasien.
- Dengan
pemahaman
- Jelaskan pasien akan
manfaat lebih kooperatif
makanan bila mengiluti
dikaitkan aturan.
dengan -
kondisi Meningkat
pasien saat kan dan
ini. memotivasi
pasian secara
- Berikan psikologis.
motivasi dan - Memenuhi
dukungan asupan vitamin
psikologis. yang kurang
dari penurunan
- Kolaborasi asupan nutrisi
contohnya secara umum
dengan dan
memberikan memperbaiki
multivitamin daya tahan.
penambah
nafsu makan.
4 Nyeri Dalam Secara - Catat - Variasi
berhubungan waktu subyektif karakteristik penampilan dan
nyeri, lokasi,
dengan 2x24 jam pasien intensitas, perilaku klien
benjolan nyeri mengatakan lama, karena nyeri
pada leher sudah bahwa nyeri penyebab, terjadi sebagai
kiri bila berkurang. tekan tekan dan skala. temuan
ditekan. pada leher pengkajian.
kirinya sudah - Untuk
berkurang. - Luangkan meningkatkan
Secara waktu rasa
obyektif minimal 10 kendalinya,
skala nyari menit setiap mengurasi
menjadi 1. pergantian isolasi, dan
tugas jaga
untuk menumbuhkan
menizinkan rasa percaya.
pasien - Untuk
mengungkap mengurangi
kan ketergantungan
perasaannya.
terhadap
- Ajarkan analgesik.
pasien tehnik
pengendalian
nyeri
alternatif
seperti
umpan balik,
dan relaksasi.

Anda mungkin juga menyukai