Foxconn Technology Group merupakan perusahaan multinasional yang merupakan
bagian dari Hon Hai Precision Industry Co Ltd dan berlokasi di Taiwan. Foxconn termasuk perusahaan yang membantu Apple dalam meningkatkan produksi iPhone dan iPad. Jumlah karyawan Foxconn di China tercatat sekitar 300.000 orang. Foxconn sendiri merupakan perusahaan dengan fasilitas lengkap. Disini karyawan bukan hanya bekerja tetapi juga tinggal disini dengan berbagai fasilitasnya. Foxconn dikatakan sebagai Foxconn City karena Foxconn bukan sekedar perusahaan biasa namun juga sebagai total institution. Foxconn menjadi perbincangan di bisnis dunia karena tingginya tingkat bunuh diri karyawannya. Data menyebutkan bahwa dalam waktu kurang dari 8 bulan selama tahun 2010, 14 karyawan Foxconn meninggal karena bunuh diri, 4 orang gagal bunuh diri, dan 20 orang lainnya ditemukan pihak perusahaan sebelum melakukan percobaan bunuh diri.Para karyawan yang melakukan percobaan bunuh diri ini ada pada usia 20an tahun. Mereka melakukan bunuh diri dengan cara lompat dari jendela perusahaan. Dalam penelitian K. Lucas, D. Kang dan Z. Li, dengan menggunakan data dari media massa seperti koran China Daily, Southern Weekly, Fenghuangwang, Taipei Times dan Bloomberg News dan menemukan beberapa temuan diantaranya jam kerja serta lembur karyawan yang tidak manusiawi. Disini disebutkan bahwa jam kerja standart dalam perusahaan adalah 8jam/hari atau 44jam/minggu dengan lembur 3jam/hari atau 36jam/bulan. Di Foxconn ditemukan bahwa jam kerja lembur dalam satu bulan bisa mencapai 98jam. Ada pembatasan waktu makan 30 menit dan 10 menit untuk ke kamar mandi. Meskipun perusahaan mengatakan bahwa lembur adalah pilihan, namun bagi pegawai yang tidak melakukan lembur akan dipecat. Para karyawan tidak dapat melakukan sosialisasi diantara mereka meskipun mereka tinggal dalam satu kamar. Foxconn memperlakukan karyawan seperti mesin. Para karyawan ter-alienasi dari pekerjaan mereka sendiri. Setiap kali karyawan ini harus melakukan rutinitas pekerjaan yang sama dalam kurun waktu yang lama. Pengawasan yang dilakukan pihak Foxconn juga sangat ketat. Apabila karyawan melakukan kesalahan, pihak perusahaan tidak segan untuk menghukum. Kekerasan fisik juga sering terjadi di dalam lingkungan Foxconn. Berbagai hal yang kontradiktif kemudian muncul ketika di satu sisi Foxconn melakukan kampanye anti- suicide, menyelenggarakan non-work events, tetapi para karyawan tetap diwajibkan untuk menambah jam kerja mereka guna memenuhi kebutuhan produksi perusahaan. Kampanye ini tampak hanya digunakan sebagai meningkatkan image perusahaan karena pada prakteknya, Foxconn masih banyak melakukan pelanggaran terhadap karyawannya sendiri. Apa yang dilakukan Foxconn terhadap karyawannya merupakan pelanggaran dalam etika bisnis sebagai salah satu bentuk CSR yang bisa dilakukan perusahaan khususnya kepada para karyawannya. Dalam perspektif kapitalis, ada dua buah pandangan mengenai bagaimana tujuan bisnis tidak dapat memenuhi kebutuhan moral dalam sebuah sistem bisnis itu sendiri. Pandangan tersebut disebutkan dalam The Impossibility Thesis dan The Irrelevance Thesis. The Impossibility Thesis menyebutkan bahwa jati diri perusahaan merupakan makhluk hukum sehingga pelaksanaannya hanya bisa dilihat dari perspektif hukum semata. Meskipun di dalam perusahaan terdiri dari manusia yang seharusnya memiliki moral untuk berkewajiban melakukan etika bisnis, namun ketika hukum tidak mengatur etika secara tertulis, maka perusahaan pun tidak berkewajiban untuk menjalankan etika ketika etika tersebut tidak diatur di dalam hukum. Sedangkan dalam The Irrelevance Thesis disebutkan bahwa tujuan perusahaan satu-satunya adalah maksimalisasi profit, sehingga tidak ada tujuan lainnya. Bisnis dan isu sosial adalah dua hal yang berbeda. Dalam perspektif kapitalis juga disebutkan bahwa buruh akan ter-alienasi dari pekerjaan mereka sendiri. Tanggung jawab sosial perusahaan pada dasarnya bukan hanya kewajiban perusahaan terhadap lingkungan sekitar tetapi justru yang utama adalah memberikan perlakuan terbaik kepada karyawannya. Dalam kasus Foxconn ini justru ironis ketika perusahaan terlalu sibuk melakukan berbagai macam pencitraan dengan kampanye anti suicide, mencantumkan tulisan CSR sebagai salah satu kegiatan yang penting di situs nya, namun mereka tidak melakukan CSR itu sendiri di dalam tubuh perusahaan, dalam lingkup yang paling sederhana yaitu kesejahteraan karyawannya sendiri.