Disusun oleh:
Dosen Pengampu:
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Semakin besar suatu organisasi atau perusahaan, maka semakin besar pula
tuntutan masyarakat terhadap organisasi atau pun perusahaan tersebut. Banyak
lembaga bisnis yang menggunakan segala cara untuk memenangkan persaingan. Oleh
karena itu, diharapkan manajer dapat menjalankan bisnis yang memenuhi syarat dalam
etika bisnis, baik secara moral maupun norma masyarakat. Organisasi sebagai suatu
sistem juga diharapkan dapat memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
Berita yang menggembirakan dari kalangan dunia usaha dewasa ini adalah
semakin banyaknya jumlah organisasi yang menciptakan jabatan-jabatan baru yang
berkaitan dengan lingkungan dalam jajaran pimpinan puncak mereka. Yang menjadi
pusat perhatian para pimpinan tersebut adalah segala kegiatan perusahaan, dari
program daur ulang yang dilakukan sampai ke kebijaksanaan jangka panjang
perusahaan terhadap lingkungan. Ini semua menuntut keterampilan dari manajer
ditambah kemampuan mereka dalam mengatasi berbagai macam isu tentang peraturan
dan hal-hal teknis yang berkaitan dengan lingkungan. Kemampuan melakukan
diplomasi juga akan sangat membantu karena mereka juga berbicara atas nama
lingkungan alam, dan rakyat, dalam berbagai forum eksekutif
Bisnis modern merupakan realitas yang amat kompleks. Banyak faktor turut
mempengaruhi dan menentukan kegiatan bisnis. Antara lain faktor organisatoris
manajerial, ilmiah teknologis, dan politik-sosial-kultural, Kompleksitas bisnis itu
kegiatan sosial, bisnis dengan kompleksitas masyarakat modern sekarang. Sebagai
kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat
modern itu. Semuan faktor yang membentuk kompleksitas bisnis modern sudah sering
dipelajari dan dianalisis melalui pendekatan ilmiah, khususnya ilmu ekonomi dan teori
manajemen sedangkan banyak perusahaan bisnis tidak mempunyai tanggung jawab,
baik dengan keryawanya, lingkungan seperti membuang limbah dengan sembarangan.
Hal inilah yang dapat menjadikan prusahaan itu tidak eksis, bahkan menjadi bangkrut,
itu disebabkan mengindahkan hal –hal tersebut.
Saat ini yang menjadi perhatian terbesar dari perusahaan kepada masyarakat
telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap
lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak
layak terhadap karyawan, dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidak nyamanan
ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Peraturan
pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial
semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga melampaui batas
kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya peraturan yang dibuat oleh Uni
Eropa.
Intinya etika adalah semua norma atau “aturan” umum yang harus diperhatikan
dalam berbisnis yang merupakan sumber dari nilai-nilai yang luhur dan perbuatan yang
baik. Etika berbeda dengan hukum, aturan, maupun regulasi dimana hukum dan
regulasi jelas aturan main dan sanksinya atau dengan kata lain hukum atau regulasi
adalah etika yang sudah diformalkan seperti Undang-undang, dan lain-lain. Etika tidak
memiliki sanksi yang jelas, selain barangkali sanksi moral atau sanksi dari Yang Maha
Kuasa. Jadi, jika bersandar jika bersandar kepada definisi hukum maka melanggar
etika belum tentu berarti melanggar hukum dan peraturan yang ada. Jika melanggar
hukum, sanksinya jelas berupa pidana atau perdata sedangkan melanggar etika
sanksinya tidak jelas atau hanya sanksi moral semata. Sehingga pada kenyataannya
sering etika tidak begitu diperhatikan.
Dalam jangka pendek, bisnis yang tidak memperhatikan etika bisnis bisa jadi
akan dapat keuntungan tetapi dalam jangka panjang, biasanya bermasalah dan
mendapatkan sanksi moral dari masyarakat dengan kata lain jika memang mau
mendapatkan keuntungan, sering kita harus melupakan dan melanggar
etika.Contohnya adalah perusahaan rokok yang ada di Indonesia. Keberadaan
perusahaan rokok skala besar maupun kecil di Indonesia memang menimbulakan
banyak kontroversi. Di satu sisi, keberadaan perusahaan rokok memberikan
keuntungan secara finansial bagi negara, dan banyak menyerap tenaga kerja. Di sisi
lain, keberadaan perusahaan rokok dengan produk dan pemasarannya meningkatkan
konsumsi masyarakat Indonesia akan rokok dan menurunkan kualitas hidup atau
merusak kesehatan masyarakat. Karena kita tahu, rokok mengandung banyak zat
bersifat racun bagi tubuh manusia.
Paling tidak perusahaan rokok di Indonesia memiliki keterkaitan dengan tiga
departemen yang sejauh ini memiliki kewenangan mengeluarkan segenap regulasi
kepada perusahaan rokok di Indonesia. Pertama, Departemen Keuangan yang sangat
berkepentingan atas pendapatan negara dari hasil cukai rokok, sehingga kebijakan
apapun yang mempengaruhi sektor anggaran negara Departemen keuangan selalu
terlibat.
Dalam kabar UGM Online Edisi 84/V/21 Juli 2009, dituliskan bahwa
masyarakat Indonesia mengkonsumsi rokok 178,3 miliar batang rokok per tahun.
Angka ini merupakan angka tertinggi kelima di dunia, setelah Cina (1297,3 miliar
batang), AS (462,5 miliar batang), Rusia (375 miliar batang), dan Jepang (299,1 miliar
batang). Sebenarnya pemerintah sudah memberikan banyak aturan yang ketat untuk
menekan konsumsi rokok di kalangan masyarakat. Seperti misalnya dalam hal
komunikasi periklanan. Dalam dunia periklanan ada tiga produk yang selalu
menimbulkan kontroversi, yaitu: alkohol, rokok dan kondom. Karena itu dibuatlah
peraturan-peraturan yang membatasi gerak periklanan ketiga produk tersebut. Bahkan,
WHO organisasi kesehatan dunia yang bernaung dibawah payung Perserikatan Bangsa
Bangsa menghimbau supaya perusahaan-perusahaan tidak lagi memanfaatkan dana
dari produsen-produsen rokok bagi keperluan kegiatan sponsorship. (Media Indonesia,
14 Juli 1996).
Pada mulanya, beberapa lembaga bisnis yang besar mempunyai perilaku yang
merugikan masyarakat, seperti menggunakan berbagai cara yang tidak sehat untuk
menghancurkan lawan, dan mencegah persaingan sehat. Perilaku semacam ini
memperoleh reaksi negatif dari masyarakat, yang selanjutnya memaksa pemerintah
menerapkan peraturan untuk mengatur perilaku bisnis tersebut. CSR merupakan
sebuah konsep yang sudah berkembang pesat di negara-negara industri. CSR
menekankan pentingnya peranan organisasi/ perusahaan dalam memberikan
kontribusinya bagi masyarakat dan lingkungan. Konsep ini sangat mementingkan
peran aktif dan pertanggungjawaban sebuah perusahaan. Pada saat ini dunia
dihadapkan pada berbagai permasalahan seperti perubahan iklim, tidak menentunya
cuaca, dan gejala pemanasan global. Selain itu akhir-akhir ini juga kerap kali terjadi
kecelakaan dan musibah yang disebabkan oleh kalangan organisasi/ perusahaan. Oleh
karena itu, CSR hadir sebagai sebuah jalan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang diakibatkan oleh kehadiran organisasi/ perusahaan.
Corporate Sosial Responsibility atau yang biasa disebut tanggung jawab sosial
perusahaan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan tuntutan etika dalam organisasi/
perusahaan, dalam kaitannya dengan tuntutan lingkungan atau pihak-pihak yang
berkaitan dengan organisasi/ perusahaan. Ada kalanya program CSR perusahaan tidak
selalu harus berada pada tingkat produsen dan pengembangan produk, tetapi dapat
mencakup aspek-aspek lain, semisal pendidikan dan pelatihan, serta konservasi.
Banyak perusahaan yang memilih program CSR dibidang edukasi, salah satunya
adalah PT. Djarum. Saat ini program CSR sudah banyak diterapkan di berbagai
perusahaan besar. Dalam penelitian kali ini, peneliti memilih PT. Djarum sebagai
objek adalah karena bentuk pelaksanan kegiatan CSR di PT. Djarum sedikit berbeda
dengan pelaksanaan kegiatan CSR di perusahaan-perusahaan lain. Bentuk pelaksanaan
program CSR khususnya di bidang pendidikan tidak hanya berupa pemberian
beasiswa, namun diberikan juga dalam bentuk pemberian berbagai macam pelatihan
untuk peningkatan softskills mahasiswa. Diantaranya adalah berupa pemberian
berbagai macam pelatihan, seperti kepemimpinan, kewirausahaan dan juga berbagai
pelatihan yang lain.
Djarum menyadari bahwa pendidikan adalah sebuah proses sosial dan investasi
SDM jangka panjang, sementara dilain pihak banyak anak bangsa yang berprestasi
akademik tinggi terhambat karena kesulitan ekonomi. Diharapkan peran serta PT.
Djarum berupa program beasiswa dan pengembangan kepribadian yang
berkesinambungan dapat menjadi kontribusi yang berguna. Sekilas mengenai konsep
CSR Djarum dikembangkan atas dasar niat baik, wujud tanggung jawab, kepedulian
dan kepekaan dalam menjaga keseimbangan antara kegiatan bisnis dengan lingkungan
sosial. Djarum memilih 3 bidang peran yaitu : olahraga, lingkungan dan
pendidikan. Fokus penelitian kali ini adalah mengenai Djarum Bakti Pendidikan.
Di Indonesia, sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika pada setiap
perilaku kehidupan sehari-hari. Tentunya hal ini membuat para pelaku iklan juga harus
mematuhi apa saja yang telah diatur dalam UU Penyiaran atau UU Pariwara Indonesia
yang telah diatur agar sejalan dengan nilai-nilai sosial-budaya
masyarakat. Berdasarkan uraian di atas jurnal ini akan membahas tentang etika dalam
bisnis khususnya yaitu pada perusahaan rokok PT. Djarum Bakti Lingkungan.
BAB II
ISI
2.1. Etika Bisnis
2.1.1. Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan suatu kode etik perilalku pengusaha berdasarkan
nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku
dalam menjalankan kegiatan perusahaaan. Secara sederhana yang dimaksud
dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang
mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri
dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan
bisnis secara adil, sesuai dengan hukum yang berlaku, dan tidak tergantung
pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan
merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan
hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-abu
yang tidak diatur oleh ketentuan hukum . Von der Embse dan R.A. Wagley
dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988), memberikan tiga
pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu:
1. Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada
konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya
mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya
kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan
biaya serendah-rendahnya.
2. Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan
kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan
ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan
menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
3. Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang
sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan
baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
2.1.2. Hal-hal yang Mempengaruhi Keputusan Bisnis
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing
yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation)
yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh.Adapun manfaat
perusahaan berperilaku etis adalah:
1) Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan
rasa hormat dari steakholder.
2) Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan perusahaan
sewaktu berhadapan dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan
kerja yang semakin komplek.
3) Suatau perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak
berkaitan dengan reputasi.
4) Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab
social dapat menambah uang dalam bisnis mereka
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem
prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta
etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen. Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan
selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun
jangka panjang, karena :
a. Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya
friksi, baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
b. Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
c. Melindungi prinsip kebebasan berniaga
d. Mampu meningkatkan keunggulan bersaing
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis,
pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan
bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir
tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau
jenjang karier. Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset yang
paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus
semaksimal mungkin harus mempertahankan karyawannya.
2.1.3. Praktek-praktek Perusahaan dan Etika Bisnis
Organisasi berusaha mendorong perilaku etis dan melarang perilaku tidak
etis dengan berbagai cara. Karena manajer dan karyawannya semakin sering
melakukan aktivitas yang tidak etis dan bahkan ilegal di berbagai perusahaan,
maka banyak perusahaan yang mengambil langkah tambahan untuk
mendorong perilaku etis di lingkungan kerja.
Banyak di antaranya, misalnya menerapkan aturan main dalam
menjalankan dan mengembangkan posisi etis yang jelas mengenai cara
perusahaan dan karyawan menjalankan bisnisnya. Bidang yang semakin
menjadi kontroversi yang berkaitan dengan etika bisnis dan praktek-praktek
perusahaan mencakup posisi e-mail dan komunikasi lain yang terjadi di dalam
suatu organisasi. Barangkali langkah tunggal paling efektif yang dapat
diambil perusahaan adalah memperlihatkan dukungan manajemen puncak
terhadap tindakan yang etis.
2.1.4. Keutamaan Etika Bisnis
1. Dalam bisnis modern, para pelaku bisnis dituntut untuk menjadi orang-
orang profesional di bidangnya.Perusahaan yang unggul bukan hanya
memiliki kinerja dalam bisnis, manajerial dan finansial yang baik akan
tetapi juga kinerja etis dan etos bisnis yang baik.
2. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat, maka konsumen benar-benar
raja. Kepercayaan konsumen dijaga dengan memperlihatkan citra bisnis
yang baik dan etis.
3. Dalam sistem pasar terbuka dengan peran pemerintah yang menjamin
kepentingan dan hak bagi semua pihak, maka perusahaan harus
menjalankan bisnisnya dengan baik dan etis
4. Perusahaan modern sangat menyadari bahwa karyawan bukanlah tenaga
yang harus dieksploitasi demi mendapat keuntungan. Menurut
Kenneth Blanchard dan Norman Vincent Peale menyatakan
bahwaperlakuan yang baik terhadap karyawan telah menaikkan
keuntungan perusahaan sebesar 20% atau telah menurunkan harga produk
perusahaan tersebut sebesar 20%.
Senada dengan hal tersebut, menurut Sri Redjeki Hartono, dalam rangka
meningkatkan kemampuan usaha yang berskala kecil harus dibarengi dengan
kebijakan berupa beberapa upaya secara sistematis antara lain yaitu :
Dengan program CSR ini tidak hanya merupakan investasi jangka panjang
yang berguna untuk meminimalisasi risiko sosial, juga berfungsi sebagai
sarana meningkatkan citra perusahaan di mata publik. Intinya, CSR adalah
operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan
keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan
sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga dan berkelanjutan. Saya
ikut menyatakan salut dan mengacungkan jempol tinggi-tinggi bagi upaya-
upaya konstruktif yang telah dilakukan sejumlah korporasi besar, termasuk
PT Djarum Kudus, melalui program CSR-nya yang sudah menunjukkan
komitmen dan kepedulian tinggi menjaga kelestarian lingkungan dengan
kegiatan Trees For Life. Ini sebentuk empati sosial nyata untuk menghindari
nestapa kemanusiaan akibat kerusakan lingkungan. Perusahaan kategori
pertama laksana ulat, yang memiliki model bisnis rakus dan tidak pedulipada
lingkungan sekelilingnya. Kategori kedua adalah perusahaan yang mirip
belalang, modelbisnis yang juga eksploitatif dan degeneratif. Kategori kedua
ini mungkin saja sudah mulai mempraktikan CSR. Tetapi, CSR tidak
dilakukan dengan sepenuh hati. CSR di perusahaan ini hanyalah ”Celana
Dalam” untuk menutupi ”aurat” perusahaan agar terhindar dari tekanan
masyarakat atau LSM. Perusahaan kupu-kupu adalah kategori ketiga.
Korporasi seperti ini punya komitmen kuat menjalankan CSR. Bagi
perusahaan ini CSR adalah investasi, bukan basa-basi. Kategori terakhir
adalah korporasi lebah. Perusahaan seperti ini punya sifat regeneratif atau
menumbuhkan. Perusahaan ideal ini menerapkan etika bisnis dan
menjalankan good CSR. Model CSR yang dikembangkan oleh PT Djarum
Kudus adalah jenis korporasi ideal yang dengan teguh memegang konsistensi
empati sosialnya lewat program Trees for Life dimana disaat yang sama ikut
memelihara kelanjutan program yang sudah dicanangkan tersebut dengan
kegiatan pendukung seperti menyiapkan bibit-bibit tanaman unggulan lewat
Pusat Pembibitan Tanaman yang dimilikinya.
BAB III
CRITIKAL REVIEW JURNAL
Judul Jurnal: Research and Consepts: Business ethics in TQM The qualities and spectrum zones of a case illustration
Pengarang: Goran Svensson & Greg Wood
Tahun: 2005
Nama Judul Masalah Latar Belakang Tujuan Teori dan Metodologi Hasil Penelitian
Pengaran Penelitian
g Terdahulu
Goran Research Waktu dan TQM Tujuan dari Kilcullen dan Untuk Etika bisnis perlu menjadi
Svensso and konteks bergantung pada penelitian ini Kooistra, menyoroti pertimbangan penting dari
n& Consepts menjadi isu kontekstual adalah untuk 1999; konsep yang setiap proses TQM.
Greg : parameter dan evolusioner memperkenalk Giacalone ditawarkan, Makalah ini
an dan
Wood Business penting untuk di pasar. Oleh dan Knouse, studi kasus di membahas
mendeskripsik
ethics in mengelola karena itu, TQM an kerangka 1997; industri ritel
bagaimana
TQM zona kualitas harus dimaknai konseptual Yamaji, Swedia
The dan spektrum sebagai proses 1997; dilakukan. Data sebuah
etika bisnis
qualities nilai inti di yang dalam TQM. McDonald yang organisasi
and pasar. Bahkan, berkesinambung dan Zepp, mendukung dapat
spectrum manajemen an. Pentingnya 1989 ilustrasi kasus menggabun
zones of kualitas yang terus memantau Fisherdkk., telah
gkan tugas
a case diperlukan zona spektrum 2001; Seitz, dikumpulkan
illustrati dari operasi dan kualitas nilai 2001; Peppas sebagai bagian ini. Kata
on bisnis harus inti dalam TQM dan Peppas, dari proyek Kunci Total
dilakukan tidak boleh 2000; penelitian yang quality
tanpa diremehkan. singapakdidk lebih besar di managemen
penundaan, Oleh karena itu, k., 1999; industri ritel t, Etika
meminimalka etika bisnis Fernandez- Swedia. bisnis, Studi
n kerusakan. harus selalu ada Fernandez, Makalah ini kasus,
Oleh karena dalam TQM. 1999 mengacu pada
itu, Penelitian lebih dan melaporkan Kualitas
pentingnya lanjut akan temuan dari Kertas Jenis
etika bisnis mendapat satu kasus Kertas
menjadi jelas manfaat dari proyek Konseptual
dalam TQM. studi kasus lain penelitian yang
Dalam jangka tentang lebih besar yang
panjang, TQM bagaimana etika telah digunakan
tidak akan bisnis dalam hal ini
berhasil dalam menguntungkan untuk
operasi bisnis TQM. Oleh menginformasik
kecuali etika karena itu, an peran etika
bisnis dinamika etika bisnis dalam
dipertimbangk bisnis dalam TQM. Ilustrasi
an dalam TQM harus kasus
nilai-nilai inti digali lebih jauh. didasarkan pada
untuk pendekatan
mendukung kualitatif. Data
teknik dan alat dikumpulkan
yang melalui
diterapkan. wawancara
dengan
eksekutif
terkemuka di
perusahaan
Kekuatan dan Peluang untuk Variabel
kelemahan diteliti kembali
Pada penelitian ini, Dapat diteliti Makalah ini
kekuarangan yang kembali dengan mengacu pada dan
dimiliki adalah pengembangan melaporkan
Model ini hanya desain penelitian temuan dari satu
diuji dengan
yang terbarukan. kasus proyek
menghubungkanny
a dengan satu kasus penelitian yang
di industri ritel lebih besar yang
Swedia. telah digunakan
dalam hal ini untuk
menginformasikan
peran etika bisnis
dalam TQM.
Ilustrasi kasus
didasarkan pada
pendekatan
kualitatif. Data
dikumpulkan
melalui wawancara
dengan eksekutif
terkemuka di
perusahaan
DAFTAR PUSTAKA
A, Busyra, dan Isya W, Corporate Social Responsibility: Prinsip, Pengaturan, dan
Implementasi, Malang: In-TRANS Institut, 2008.
Erni R. Ernawan, Business Ethics: Etika Bisnis, Bandung: CV. Alfabeta, 2007.
Lee, Nancy dan Philip Kotler, Corporate Social Responsibility: Doing the Most Good
for Your Company and Your Cause, New Jersey: John Wiley and Sons, Inc,
2005.
Rahman, Reza, Corporate Social Responsibility Antara Teori dan Kenyataan, 2009.
Rawls, John A Theory of Justice, London: Harvard University Press, 1971.
Catka, P., Bamber, C. J., Bamber, D. J., Sharp, J. M. 2004. Case Study : Integrating
Corporate Social Responsibility (CSR) Into ISO Management System – In
Search of Feasible CSR Management System Framework. The TQM Magazine,
Vol. 16 No. 3, pp. 216 – 224.
Gabriel, J. & Martinez, A. 2009. Linking Corporate Social Responsibility With
Admiration Through Organizational Outcomes. Social Responsibility Journal.
Vol. 5 No. 4, pp. 499 – 511.
Saidi, Z., Fuad, M., Abidin, H.,Fialntropi Keadilan Sosial di Indonesia. Galang. 2005.
Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani, Vol. 1 No. 1.
Preuss, L. & Rodrigo, J. 2009. A Knowledge Management Perspective of Corporate
Social Responsibility. Journal of Corporate Governance, Vol. 9 No. 4, pp. 517 –
527.
Dewi, Ratih, Komala. 2009. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR)
Perusahaan Djarum Terhadap Trust In Brand Rokok Djarum. Skripsi.Universitas
Negeri Semarang.