Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fitri Alfarisany

NIM : 19/444740/EK/22558
SUMMARY CHAPTER 1
“ETHICS AND BUSINESS”
Etika bisnis merupakan disiplin ilmu yang khusus membahas terkait moral (perilaku benar dan salah) dan
berkonsentrasi pada standar moral yang berlaku dalam institusi, organisasi, dan aktivitas bisnis. Etika bisnis
juga dapat dikatakan sebagai etika terapan. Terdapat tiga pokok masalah yang dibahas dalam lingkup etika
bisnis:
1. Sistemik : berkaitan dengan pertanyaan mengenai ekonomi, hukum, politik, serta institusi dimana
bisnis beroperasi termasuk di dalamnya pembahasan mengenai kapitalisme, struktur industri, hingga
praktik sosial yang berlaku dimana bisnis dijalankan. Contoh : pertanyaan tentang moralitas sistem
kontrak pemerintah yang mengizinkan B.F Goodrich untuk menguji desain rem sendiri pada produk
A7-D.
2. Perusahaan : berkaitan dengan pertanyaan etis terkait organisasi tertentu termasuk terkait kebijakan,
struktur, dan kegiatan perusahaan secara keseluruhan. Contoh : pertanyaan yang diajukan kepada B.F
Goodrich tentang keputusan perusahaan untuk dapat memenuhi syarat pengujian mandiri rem A7-D.
3. Individu : berkaitan dengan pertanyaan etis tentang individu tertentu atau mereka yang terdapat di
dalam perusahaan termasuk terkait dengan perilaku, tindakan, karakter, dan juga keputusan yang
dibuat. Contoh : pertanyaan apakah keputusan Vandivier’s untuk berpartisipasi dalam menulis laporan
tentang rem A7-D yang diyakini salah tetapi secara moral dibenarkan.
Penerapan etika bisnis dalam sebuah perusahaan tidaklah mudah, karena kita tidak dapat sembarangan dalam
menjustifikasi organisasi tersebut melakukan tindak moral dan immoral. Hal pertama yang perlu diperhatikan
adalah perusahaan akan bergantung pada individu manusia yang ada di dalamnya, sehingga poin penting
dalam pengaplikasian standar etika dalam bisnis adalah jangan berokus pada kata “perusahaan”, tetapi pada
individu yang berperan mengatur perusahaan. Selain itu, etika bisnis juga merupakan bagian dari
tanggungjawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Karena, pada dasarnya memiliki sikap etis
sudah menjadi kewajiban perusahaan kepada masyarakat. Hal ini juga didukung oleh beberapa ahli seperti
Archie Carrol dan juga teori stakeholder. Paradoksnya dapat dikatakan bahwa etika merupakan salah satu
tanggungjawab sosial perusahaan dan hal tersebut dimiliki karena tuntutan etika. Kemudian, terdapat beberapa
isu terkait etika bisnis yang sering terjadi di perusahaan antara lain teknologi (cyberspace, masalah privacy),
isu internasional, globalisasi, dan relativisme etika bisnis antar perusahaan terutama yang bersifat
multinasional.
Selain etika, kita juga mempelajari terkait alasan moral (moral reasoning). Alasan moral adalah proses
dimana suatu perilaku individu, institusi, maupun kebijakan dinilai sesuai dengan kekerasan standar moral.
Terdapat enam tahapan perkembangan moral yang terbagi ke dalam 3 level yakni :
 Level Satu
 Tahap satu (Orientasi Hukuman dan Ketaatan)
 Tahap dua (Orientasi Instrumen dan Relativitas)
 Level Dua
 Tahap tiga (Orientasi Kesesuaian Interpersonal
 Tahap empat (Orientasi Hukum dan Keteraturan)
 Level Tiga
 Tahap lima (Orientasi Kontrak Sosial)
 Tahap enam (Orientasi Prinsip Etis Universal)
Kemudian, untuk dapat menilai apakah perilaku, kebijakan, atau institusi sudah sesuai atau telah melanggar
standar moral diperlukan adanya penalaran moral. Terdapat dua komponen dasar yang dipertimbangkan
dalam penalaran moral yakni pemahaman yang telah dilarang, dituntut, atau disalahakan oleh standar moral
Nama : Fitri Alfarisany
NIM : 19/444740/EK/22558
dan terdapat bukti yang menunjukkan bahwa perilaku, institusi, atau kebijakan memiliki ciri-ciri pelanggaran
standar moral.
JAWABAN KASUS
“SLAVERY IN THE CHOCOLATE INDUSTRY”
1. What are the systemic, corporates, and individual ethical issues raised in this case?
Sistemik : dilihat dari sudut pandang isu sistemik, dalam hal ini yang menjadi permasalahan
pertamaadalah sistem ekonomi. Sebagaimana dijelaskan dalam kasus bahwa pada tahun 1996-2000
harga biji kakao mengalami penurunan yang menyebabkan para petani coklat terpaksa harus
mengurangi biayanya dengan memotong biaya tenaga kerja. Selain itu, isu perbudakan yang dilakukan
oleh industri coklat terhadap anak-anak di bawah umur yang merupakan hal ilegal namun sayangnya
dalam hal ini hukum yang berlaku tidak secara tegas ditegakkan.
Perusahaan : isu korporasi yang muncul dari kasus ini adalah terkait dengan perantara (tengkulak) yang
berperan untuk memproses biji kakao dan menjual produk jadinya kepada konsumen. Para perantara
(middlemen) ini menyadari adanya praktik perbudakan tenaga kerja di dalam industri yang kemudian
menimbulkan kesadaran akan pihak lain mulai dari pemerintahan hingga asosiasi perusahaan coklat
namun, mereka tidak segera menandatangani sertifiksi penggunaan produk kakao anti budak.
Individual : isu utama yang muncul terkait individu adalah terdapat pada mereka yang menjadi petani
coklat atau dalam hal ini adalah anak-anak yang diambil secara paksa dan kemudian diperbudak
menjadi tenaga kerja. Selain itu, para pihak yang menjadi pedagang penjualan anak-anak yang
menculik dan memaksa mereka menjadi budak di perusahaan coklat.

2. In your view, is the kind of child slavery discussed in this case absolutely wrong no matter, or is it
only relatevely wrong? Explain your view and why you hold it.
Menurut pandangan saya, praktik yang sudah dilakukan oleh perusahaan Ivory yang menggunakan
metode perbudakan terutama bagi anak-anak di bawah umur merupakan perbuatan yang salah apapun
itu alasannya. Terlebih sebagaimana yang telah dilakukan bahwa mereka memaksa kemudian
memperbudak anak-anak menjadi pekerja. Perbuatan itu tidaklah sesuai, karena hal tersebut sama
dengan merampas kesejahteraan anak yang seharusnya masih mengenyam pendidikan dengan layak.

3. Who shares in the moral responsibility for slavery occuring in the chocolate industry?
Pihak-pihak yang memiliki tanggungjawab moral terhadap praktik perbudakan yang terjadi di dalam
industri coklat ini adalah : Petani coklat di Afrika (yang memperbudak anak-anak), Perusahaan coklat
(yang menggunakan anak sebagai tenaga kerja), Pemerintah Afrika (yang bertanggungjawab atas
pengawasan kebijakan dan aturan terhadap industri), Trafficker (yang memperdagangkan anak), dan
Konsumen coklat (yang mengonsumsi produk coklat).Karena mereka semua yang secara langsung dan
tidak langsung turut berkontribusi pada perbudakan di industri coklat Afrika.

4. Consider the bell that Representative Engle and Senator Harkin attemped to enact into a law, but
never became a law because of the lobbying efforts of the chocolate companies. What does this
incident show about the view that “to be ethical it is enough for business people to follow the law”?
Menurut saya, persepsi tersebut tidak mencerminkan etika sebuah perusahaan. Karena sudah menjadi
kewajiban bahwa sebuah bisnis atau perusahaan itu paham akan hukum dan juga bersikap etis. Praktik
perbudakan anak yang terjadi di Ivory Coast, Afrika ini merupakan masalah besar. Hal ini tidak sesuai
dengan hukum dan juga dapat menimbulkan permasalahan bagi masa depan mereka. Maka dari itu
sudah seharusnya isu ini menjadi perhatian khusus dan direspon secara serius.

Anda mungkin juga menyukai