Anda di halaman 1dari 7

Filsafat dan Etika

Administrasi

Luthfi Adi Prasetyo


1506803516

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


ILMU ADMINISTRASI NIAGA
UNIVERSITAS INDONESIA
Etika Bisnis yang Demokratis:

Skandal Emisi Volkswagen dan Gangguan dari


Kekuasaan Perusahaan
Pada pertengahan tahun 2015 saat diumumkannya Volkswagen sebagai produsen
mobil terbesar di Dunia mengalahkan Toyota Motor Corporation. Hal ini menjadi awal
pencapaian ambisius yang ditargetkan oleh mantan CEO Volkswagen, Martin Winterkorn
sepuluh tahun sebelumnya. Martin menargetkan pada tahun 2018 Volkswagen akan menjual
sepuluh juta kendaraan per tahun, memiliki pra-pajak keuntungan margin minimal 8%, dan
akan memiliki karyawan yang paling puas dan pelanggan di seluruh industri.

Pada akhir 2012 Forum Dunia untuk Etika Bisnis menjadikan Volkswagen sebagai
korporasi luar biasa yang diberikan melalui penghargaan Etika Bisnis. Hal ini menunjukkan
upaya mengagumkan dari Volkswagen pada bidang pengelolaan lingkungan dan tanggung
jawab sosial perusahaan .Voklswagen menjadi contoh dalam penerapan nilai-nilai universal
seperti integritas, tanggung jawab dan menghargai masyarakat serta lingkungan.

Semua itu harus berakhir pada tanggal 18 September 2015, United States
Environmental Protection Agency mengumumkan bahwa terjadi pelanggaran pada Clean Air
Act Volkswagen. Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat (EPA), mengatakan
bahwa emisi yang dikeluarkan mobil diesel jauh lebih tinggi dari hasil pengujian. EPA juga
mengatakan ada perangkat lunak khusus yang dipasang di mobil VW untuk memanipulasi
hasil uji emisi. EPA menemukan "perangkat pengecoh" itu terdapat pada mobil-mobil diesel,
antara lain VW Jetta, VW Beetle, VW Golf dan VW Passat, serta pada mobil-mobil Audi A3.

Etika Bisnis

Etika dapat diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral dalam suatu
masyarakat. Moral atau moralitas berarti berbicara seperti apa yang boleh dilakukan dan apa
yang tidak boleh dilakukan dan yang pantas atau yang tidak pantas. Etika sebagai sebuah
ilmu adalah studi tentang moralitas, mempelajari moralitas masyarakat, nilai-nilai yang
berlaku pada masyarakat, serta sifat-sifat yang perlu dikembangkan dalam kehidupan.
moralitas dapat dipahami sebagai pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai
apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat. Pedoman moral mencakup norma-norma yang
kita miliki mengenai jenis-jenis tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan
nilai-nilai yang kita terapkan pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara
moral buruk.
Etika bisnis adalah penerapan etika di dalam dunia bisnis, etika bisnis akan
membantu orang untuk memecahkan persoalan moral dalam bisnis secara sistematis dan
secara langsung tidak akan membuat orang bermoral dalam bisnis namun akan berubah
secara bertahap. Etika bisnis juga akan mampu memberikan teknik untuk menjelaskan
struktur maupun tindakan yang bermoral. Adanya tuntutan masyarakat yang menginginkan
bisnis bermoral, tidak kotor, memenuhi tanggung jawab sosial, memberikan sebuah alternatif
bagi pelaku bisnis dalam penerapan etika bisnis agar tuntutan tersebut dapat terpenuhi.
Volkswagen adalah contoh utama dari sebuah perusahaan global yang
kuat.Volkswagen menjadi korporasi terbesar ke-14 di Dunia menurut Forbes pada akhir
2014, mempekerjakan hampir 600.000 orang dan memiliki pendapatan sebesar US $
269.000.000.000. Jika Volkswagen adalah negara bangsa itu akan memiliki PDB lebih besar
dari Finlandia, Chili, Pakistan, atau Irlandia.

Demi kepentingan pribadi , perusahaan memperjuangkan etika bisnis tanggung jawab


sosial hanya alasan untuk kepentingan bisnis, sehingga dalam prakteknya perusahaan
sebagian besar telah gagal bertanggung jawab menggunakan otonomi dan kebijaksanaan yang
mereka miliki untuk menghasilkan hasil yang adil untuk berbagai kelompok pemangku
kepentingan mereka. Dalam hal ini ,Volkswagen terbukti dalam tujuannya menjadi produsen
mobil terbesar di dunia.

Skandal Volkswagen sebagai contoh argumen bahwa etika bisnis perusahaan tidak
menjadi penghalang bagi perusahaan untuk merajalela mengejar kepentingan pribadi
perusahaan melalui konspirasi besar-besaran baik yang diatur dengan cara berbohong, curang,
penipuan dan pelanggaran hukum. Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat yang
diwakili oleh individu dan institusi dapat melawan bentuk-bentuk penyimpangan.

Argumentasi Penulis

Saya tidak setuju dengan apa yang telah dilakukan oleh pihak Volkswagen. Karena
menurut saya apa yang telah dilakukan oleh Volkswagen sudah sangat menyimpang dari
tanggung jawab sosial perusahaan, salah satunya adalah tidak memenuhi hak-hak pelanggan
antara lain:
a. Hak mendapatkan produk yang aman
b. Hak mendapatkan informasi segala aspek produk
c. Hak untuk didengar
d. Hak memilih apa yang akan dibeli

Sedangkan menurut Zimmerer (1996), hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi:

a. Hak keamanan. Barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan harus berkualitas
dan memberikan rasa aman, demikian juga kemasannya.
b. Hak mengetahui. Konsumen berhak untuk mengetahui barang dan jasa yang mereka
beli, termasuk perusahaan yang menghasilkan barang tersebut.
c. Hak untuk didengar. Komunikasi dua arah harus dibentuk, yaitu untuk menyalurkan
keluhan produk dan jasa dari konsumen dan untuk menyampaikan berbagai informasi
barang dan jasa dari perusahaan.
d. Hak atas pendidikan. Pelanggan berhak atas pendidikan, misalnya pendidikan tentang
bagaimana menggunakan dan memelihara produk. Perusahaan harus menyediakan
program pendidikan agar pelanggan memperoleh informasi barang dan jasa yang akan
dibelinya.
e. Hak untuk memilih. Hal terpenting dalam persaingan adalah memberikan hak untuk
memilih barang dan jasa yang mereka perlukan. Tanggung jawab sosial perusahaan
adalah tidak mengganggu persaingan dan mengabaikan undang-undang antimonopoli
(antitrust).

Tanggung jawab terhadap masyarakat. Perusahaan harus bertanggung jawab terhadap


masyarakat sekitarnya, misalnya menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan serta
kontribusi terhadap masyarakat yang berada di sekitar lokasi perusahaan tersebut berada.

Pihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika adalah manajer. Oleh karena itu, ada
tiga tipe manajer dilihat dari sudut etikanya, yaitu:

1) Manajemen Tidak Bermoral. Manajemen tidak bermoral didorong oleh kepentingan


dirinya sendiri, demi keuntungan sendiri atau perusahaan. Kekuatan yang
menggerakkan manajemen immoral adalah kerakusan/ketamakan, yaitu berupa
prestasi organisasi atau keberhasilan personal. Manajemen tidak bermoral merupakan
kutub yang berlawanan dengan manajemen etika. Misalnya, pengusaha yang menggaji
karyawannya dengan gaji di bawah upah minimum atau perusahaan yang meniru
produk-produk perusahaan lain, atau perusahaan percetakan yang memperbanyak
cetakannya melebihi kesepakatan dengan pemegang hak cipta, dan sebagainya
(Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough,Entrepreneurship and The New
Ventura Formation, 1996, hal. 21).
2) Manajemen Amoral. Tujuan utama dari manajemen amoral adalah laba, akan tetapi
tindakannya berbeda dengan manajemen immoral. Ada satu cara kunci yang
membedakannya, yaitu mereka tidak dengan sengaja melanggar hukum atau norma
etika. Yang terjadi pada manajemen amoral adalah bebas kendali dalam mengambil
keputusan, artinya mereka tidak mempertimbangkan etika dalam mengambil
keputusan. Salah satu conoth dari manajemen amoral adalah penggunaan uji kejujuran
detektor bagi calon karyawan.
3) Manajemen Bermoral. Manajemen bermoral juga bertujuan untuk meraih
keberhasilan, tetapi dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika.
Filosofi manajer bermoral selalu melihat hukum sebagai standar minimum untuk
beretika dalam perilaku.

Volkswagen sudah tidak memberikan produk yang aman bagi pelanggan atau konsumen,
serta lingkungan dimana produk Volkswagen telah memperdayai konsumen dengan uji hasil
emisi yang tidak sebenarnya. Seharusnya apabila produk-produk (Mobil) Volkswagen belum
memenuhi syarat uji emisi, langkah yang tepat adalah terus mengembangkan cara agar emisi
yang dihasilkan sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa mengurangi performa dari mobil
yang sudah disukai oleh pelanggan, bukan dengan cara “licik” menggunakan perangkat
pengecoh yang bisa membuat hasil emisi menjadi sesuai peraturan.

Yang telah dilakukan Volkswagen sudah merupakan sebuah kebohongan, kecurangan,


penipuan dan pelanggaran hukum. Volkswagen di salah satu sisi telah membuat kecewa
pelanggan setianya, dan disamping itu pula Volkswagen akan lebih sulit mendapatkan
kepercayaan kembali dari pelanggan lamanya ataupun pelanggan baru karena bisa dipastikan
masyarakat / calon pembeli produk Volkswagen tidak akan pikir pendek untuk membeli
produk Volkswagen terutama masyarakat yang sangat peduli dengan lingkungan.

Demi keuntungan bisnis perusahaan, pihak Volkswagen menghalalkan segala cara demi
meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan secara matang hal-hal apa saja yang
akan timbul apabila Volkswagen melakukan tindakan “licik” tersebut. Walaupun pada
akhirnya “kelicikan” yang dilakukan oleh Volkswagen ketahuan, seperti pepatah yang
mengatakan “Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya akan jatuh juga”.

Prinsip-Prinsip Etika Bisnis


Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh perusahaan oleh perusahaan
untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki standar baku yang
mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau
operasi perusahaan. Muslich (1998: 31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis
sebagai berikut:

a. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya
baik untuk dilakukan. Atau mengandung arti bahwa perusahaan secara bebas
memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya
dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil perusahaan harus
diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada
kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
b. Prinsip Kejujuran
Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan
perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun
eksternal perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh
perusahaan, maka akan dapat meningkatkan kepercayaan dari lingkungan
perusahaan tersebut.Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan
secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak
didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa
dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern
dalam suatu perusahaan.
c. Prinsip Tidak Berniat Jahat
Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip
kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
d. Prinsip Keadilan
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem
bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya,
pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain,menuntut agar setiap orang
diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang
rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
e. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak
berniat jahat dan prinsip keadilan.

Anda mungkin juga menyukai