Anda di halaman 1dari 4

Sri Ratna Juwita

MBA 75 D
Summary Chapter 1
ETIKA DAN BISNIS

1. Hakikat Etika Bisnis


Raymond Baumhart dalam penelitian klasik mengenai etika bisnis para
manajer. Menanyakan lebih dari 100 orang bisnis tentang apa arti etis menurut Anda
secara umum jawaban mereka adalah sebagai berikut:
• Etis adalah apa yang menurut saya benar.
• Etis adalah apa yang sesuai dengan kepercayaan religius saya.
• Etis adalah apa yang sesuai menurut peraturan hukum.
Menurut Kamus: Istilah Etika memiliki beragam makna yang berbeda, yaitu:
Etika adalah prinsip tingkah laku yang mengatur individu atau kelompok atau Etika
adalah Kajian Moralitas. (Meskipun etika berkaitan dengan moralitas namun etika
bukan moralitas. Etika adalah penelaahan-baik aktivitas maupun hasil telaah itu sendiri,
sedangkan moralitas adalah subyek).
Moralitas
Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa
itu benar dan salah, atau baik dan jahat.
Hakikat Standar Moral:
1. Persoalan yang kita anggap akan merugikan secara serius atau benar-benar
menguntungkan manusia.
2. Didasarkan pada penalaran yang bukan otoritas.
3. Melampaui kepentingan diri.
4. Didasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak.
5. Pelanggaran terhadap standar moral diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan
malu dan dengan kosa kata moral tertentu.
Etika
Secara umum Etika diartikan ilmu yang mendalami standar moral perorangan
dan standar moral masyarakat. Etika adalah standar moral yang bertujuan untuk melihat
sejauh apakah standar moral yang diberikan (atau penilaian moral yang berdasarkan
standar itu) lebih atau kurang benar.
Etika Bisnis
Secara khusus diartikan studi yang dikhususkan atau yang berkonsentrasi
pada standar moral, sebagaimana ditetapkan di dalam kebijakan, institusi dan perilaku
bisnis.
2. Masalah Etika dalam Bisnis
Ada 3 jenis masalah yang dipelajari dalam etika bisnis:
1. Sistematik : sistem ekonomi, politik, hukum, dan sosial di mana bisnis beroperasi.
2. Korporasi : kebijakan perusahaan, praktik, dan struktur organisasi.
3. Individu : moralitas keputusan, tindakan dan karakter individu dalam perusahaan.
Teknologi dan Etika Bisnis
Beberapa yang dapat dikategorikan sebagai suatu teknologi yaitu metode,
proses, dan alat yang ditemukan manusia untuk memanipulasi lingkungannya.
Dampak revolusioner dari suatu teknologi yaitu:
1. Revolusi agrikultur, pola yang mengandalkan hasil perburuan menjadi petani.
2. Abad ke-18 revolusi industri, memperkenalkan mesin elektromekanikal
dampaknya titik awal terjadi pencemaran lingkungan.
3. Abad ke-20 teknologi informasi dampaknya memudahkan orang untuk mengakses
data bahkan data yang privasi sekalipun.
Perusahaan multinasional dan Etika Bisnis
Dilema Etis yang dihadapi oleh Perusahaan Multinasional yang bisa beroperasi
di berbagai negara:
 Di satu sisi: memberikan kesempatan untuk bebas dari pajak dan kewajiban legal
serta sosial lainnya yang digunakan oleh pemerintah lokal untuk mengontrol
aktivitas mereka.
 Di sisi lain: karena beroperasi di negara-negara yang tingkat perkembangannya
berbeda serta memiliki norma dan standar yang beda maka harus menentukan
risiko dengan memilih standar mana yang secara etis layak untuk negara tertentu.
Berdasarkan teori relativisme etis, diuraikan bahwa: Masyarakat yang hidup di
tempat yang berbeda memiliki keyakinan etis yang berbeda pula. Tidak ada cara yang
rasional untuk menentukan apakah suatu tindakan secara moral benar atau salah,
kecuali apakah orang dari masyarakat percaya apakah tindakan itu benar atau salah.
3. Perkembangan Moral Dan Penalaran Moral
Perkembangan Moral
Bahwa moralitas berkembang mulai dari kanak-kanak yang diserap melalui
keluarga, gereja, lingkungan masyarakat, televisi, dan lain-lain yang diperoleh sejak
kecil dan terjadi beberapa perubahan terhadap standar moral ketika dewasa yang
disebabkan karena perkembangan fisik, emosi, maupun kognitif.
Tiga Tingkatan Perkembangan Moral menurut Lawrence Kohlberg :
Level Satu: Tahap Prakonvensional
1. Orientasi hukuman dan ketaatan.
2. Orientasi instrumen dan relativitas.
Level Dua: Tahap Konvensional
3. Orientasi kesesuaian interpersonal.
4. Orientasi hukum dan keteraturan.
Level Tiga : Tahap Postkonvensional, Otonom atau Berprinsip
5. Orientasi Kontrak Sosial.
6. Orientasi prinsip etis universal.
Penalaran Moral
Penalaran moral merupakan proses penalaran tentang perilaku, institusi, atau
kebijakan disesuaikan dengan standar moral yang ada apakah sesuai atau melanggar
moral.
Menganalisis Penalaran Moral
Kriteria untuk mengevaluasi kelayakan penalaran moral: Logis, akurat, dan
konsisten.
4. Argumen yang mendukung dan yang menentang Etika Bisnis
Ada 3 keberatan atas penerapan etika ke dalam bisnis, yaitu :
1. Keberatan atas standar etis yang harus diterapkan dalam organisasi bisnis.
2. Manajer yang loyal sebaiknya melayani pemilik perusahaan dengan cara apa-pun
tanpa harus peduli apakah sesuai etika/tidak.
3. Dalam bisnis yang dikatakan etis adalah sepanjang tidak melanggar hukum, walau
dikatakan melanggar norma.
5. Tanggung Jawab Dan Kesalahan Moral
Tanggung Jawab Korporasi
Tindakan yang diambil berdasarkan keputusan bersama merupakan tanggung
jawab moral korporasi.
Tanggung Jawab Bawahan
Tindakan yang diambil oleh bawahan atas perintah atasan merupakan tanggung
jawab moral atasan.
Case Analysis
Slavery in Chocolate Industry

Questions
1. Apa masalah etika sistematik, perusahaan, dan individu yang diangkat oleh kasus ini?
2. Menurut Anda, apakah jenis perbudakan anak yang dibahas dalam kasus ini benar-
benar salah, apa pun itu, atau apakah itu relatif salah, yaitu jika seseorang hidup dalam
masyarakat (seperti kita) yang tidak menyukai perbudakan anak? Jelaskan pandangan
Anda dan mengapa Anda memegangnya.
3. Siapa yang ikut serta dalam tanggung jawab moral atas perbudakan yang terjadi di
industri cokelat?
4. Pertimbangkan RUU yang diwakili oleh Representive Engle dan Sena-tor Harkin
menjadi undang-undang, tetapi yang tidak pernah menjadi undang-undang karena
upaya lobi perusahaan-perusahaan cokelat. Apa yang ditunjukkan oleh insiden ini
tentang pandangan bahwa "untuk beretika itu cukup bagi pengusaha untuk mengikuti
hukum"?

Analysis
1. Masalah Etika Bisnis dari kasus tersebut:
 Sistematik
Ekonomi : Pada kasus ini yaitu harga biji kakao di pasar global telah
tertekan sebagian besar sejak tahun 1996. Ketika harga menurun, petani kakao
yang sudah miskin beralih ke perbudakan untuk memangkas biaya tenaga kerja
mereka. Meskipun harga mulai membaik selama tahun-tahun awal abad kedua
puluh satu, harga kakao turun lagi pada tahun 2004 dan tetap rendah sampai
musim panas 2010 ketika mereka kembali naik. Dan kemiskinan yang
memotivasi banyak petani kakao di ivory coast untuk membeli anak-anak yang
diperdagangkan sebagai budak diperparah oleh faktor lain selain harga kakao
yang rendah.
Politik : Pada kasus ini yaitu DPR masih menunda pembahasan tentang
UU perbudakan pada anak di bawah umur, sehingga hal tersebut menjadi
masalah etika pada sistem politik para perusahaan cokelat yang mengaku tidak
tahu bahwa adanya keterlibatan anak di bawah umur dalam proses perawatan
hingga panen kakao di Afrika Barat.
Hukum dan Sosial : Pada kasus ini adalah tidak adanya pemberian Hak
Asasi Manusia (HAM) terhadap anak-anak yang diperbudak dalam perkebunan
kakao, juga adanya perdagangan manusia yang dilakukan oleh beberapa oknum
yang bertentangan pada hukum dan tidak diperbolehkan melakukan pada zaman
sekarang ini.
 Perusahaan
Masalah etika perusahaan pada kasus ini terlihat perusahaan
menghiraukan bahwa adanya perbudakan dan pemaksaan yang terjadi pada
pekerja anak-anak di perkebunan cokelat di Afrika Barat dengan berdalih bahwa
mereka tidak mengetahui keadaan tersebut selama bertahun-tahun dan tetap
menggunakan kakao dari petani tersebut.
 Individu
Masalah etika yang terjadi pada kasus tersebut yaitu oknum tetap
memperkerjakan anak di bawah umur meskipun mereka mengetahui bahwa hal
itu bertentangan dengan hukum.

2. Menurut saya perbudakan anak yang terjadi pada kasus tersebut menyimpang dari
norma dan etika yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena dari psikologi
anak di bawah umur mereka masih belum siap untuk menerima tekanan dan paksaan
dalam dunia pekerjaan. Tekanan yang berlebihan dengan keadaan emosi yang tidak
stabil di dalam diri anak-anak tersebut akan menyebabkan stres dan rasa frustasi. Serta
hal tersebut tidak dibenarkan untuk mempekerjakan anak di bawah umur dan gaji di
bawah rata-rata.

3. Pertama, Petani kakao yang menjadikan anak-anak di bawah umur sebagai budak dan
memperdagangkan anak-anak di bawah umur untuk dijadikan budak di perkebunan
kakao. Kedua, perusahaan cokelat yang membeli produk dari petani tersebut dan juga
melobi pemerintah untuk tidak mengesahkan UU perlindungan anak di bawah umur
untuk tidak di pekerja-kan. Ketiga, pemerintah yang tidak mengesahkan UU
perlindungan anak di bawah umur. Terakhir, adalah para konsumen yang terus membeli
produk cokelat yang menggunakan kakao dari Afrika Barat yang menutup mata dari
masalah yang terjadi di sana.

4. Insiden ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak bersalah karena tidak melanggar
hukum, di mana hukum tersebut dapat dibuat atau dimanipulasi oleh perusahaan yang
bersangkutan demi keuntungan dengan menyampingkan etika bisnis yang seharusnya
menjadi landasan berbisnis suatu perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
mampu tetap bertahan dengan terlihat tidak bersalah dan bersih dari tindakan kejahatan
yang sebenarnya mereka lakukan namun tidak salah dimata hukum.

Anda mungkin juga menyukai