Berdasarkan pengertian kamus, etika memiliki beberapa arti, diantaranya yakni “prinsip perilaku yang mengatur individu atau suatu kelompok.” Arti lain dari etika adalah “ilmu mengenai moralitas.” Pada dasarnya, moralitas tidak sepenuhnya sama dengan etika. Etika merupakan semacam alat investigasi, sedangkan moralitas sendiri merupakan subjek yang diinvestigasi melalui etika. Arti moralitas sendiri yakni suatu standar yang digunakan oleh individu atau kelompok untuk menilai suatu hal baik atau buruk serta benar atau salah. Terdapat dua istilah penting dalam moralitas, yakni sebagai berikut. 1. Standar moral Norma yang dianut setiap individu atau kelompok mengenai tindakan yang dipercaya benar atau salah secara moral serta menilai sesuai kepercayaan apakah hal tersebut baik atau buruk secara moral. 2. Standar nonmoral Yakni standar baik buruknya suatu hal yang tidak dilihat dari segi moralitas. Standar moral memiliki enam karakteristik, yaitu sebagai berikut : 1. Melibatkan kesalahan fatal atau manfaat yang signifikan. 2. Hendaknya diterapkan di atas niali yang lain, termasuk kepentingan pribadi. 3. Tidak dibuat oleh pihak yang memiliki otoritas. 4. Bersifat universal. 5. Dibuat berdasarkan pertimbangan yang netral. 6. Terkait dengan emosi dan istilah khusus. Kemudian, etika bisnis sendiri memiliki pengertian sebuah studi mengenai moral baik dan buruk dengan melihat dari sisi standar moral yang diterapkan pada institusi bisnis, organisasi, dan perilaku.
B. Isu Etis dalam Sebuah Bisnis
Isu etis dalam bisnis banyak dipengaruhi oleh teknologi yang tengah berkembang. Berikut beberapa kondisi perubahan yang memengaruhi isu etis adalah sebagai berikut. 1. Revolusi industri dan agraria menimbulkan isu etis baru. 2. Teknologi informasi menimbulkan isu etis baru yang berkaitan dengan risiko, privasi, dan hak milik properti. 3. Teknologi nano dan bioteknologi menimbulkan isu etis baru yang berkaitan dengan risiko dan persebaran produk berbahaya. Selain teknologi, isu etis dalam bisnis juga dipengaruhi oleh globalisasi . Pengaruh globalisasi dalam bidang etika bisnis lebih terlihat sisi negatifnya. Negara maju yang dapat mendirikan perusahaan multinasional cenderung mengeksploitasi negara-negara berkembang. Isu etis lain dalam sebuah bisnis berkiatan dengan teroti relativisme etis, yang menyatakan bahwa tidak ada standar etika yang benar secara absolut yang digunakan oleh institusi dan orang-orang di seluruh komunitas. Namun demikian, terdapat bantahan mengenai teori tersebut, yakni terdiri dari beberapa pernyataan, sebagai berikut : 1. Beberapa standar moral ditemukan di seluruh komunitas masyarakat. 2. Perbedaan moral tidak berarti secara logika sebagai relativisme. 3. Relativisme memiliki konsekuensi yang tidak koheren. 4. Relativisme membebaskan standar moral apapun untuk berlaku di komunitas masyarakat. C. Penalaran Moral Penalaran moral berkaitan dengan perkembangan moral manusia. Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral ke dalam tiga level dan setiap level memiliki dua tingkat. Level tersebut adalah sebagai berikut. 1. Level Satu: Tingkat Prakonvensional Tingkatan dalam level ini adalah sebagai berikut. a. Tingkat pertama, yaitu pedoman kepatuhan dan hukuman b. Tingkat kedua, yaitu pedoman instrumental dan relasi 2. Level Dua: Tingkat Konvensional Tingkatan dalam level ini adalah sebagai berikut. a. Tingkat ketiga, yaitu pedoman keharmonisan interpersonal b. Tingkat keempat, yaitu pedoman hukum dan tata tertib 3. Level Tiga: Tingkat Poskonvensional Tingkatan dalam level ini adalah sebagai berikut. a. Tingkat kelima, yaitu pedoman kontrak sosial b. Tingkat keenam, yaitu prinsip moral universal Penalaran moral sendiri merupakan proses ketika perilaku manusia, insitusi, atau kebijakan dinilai sesuai dengan standar moral. Penalaran moral melibatkan standar moral, informasi hal yang dievaluasi, dan penilaian moral mengenai hal yang dievaluasi. Penalaran moral juga hendaknya logis, bergantung pada bukti atau informasi yang akurat, relevan, dan menyeluruh, serta konsisten. Proses penalaran moral juga merupakan proses yang menuju pembentukan perilaku etis atau nonetis. Terdapat empat langkah dalam mewujudkan perilaku etis, yaitu sebagai berikut. 1. Mengenali situasi yang merupakan kondisi yang etis. 2. Menilai tujuan dari tindakan etis. 3. Memilih tindakan yang tergolong etis untuk dilaksanakan. 4. Melaksanakan pilihan tindakan tersebut.
D. Tanggung Jawab Moral dan Penyesalan
Penalaran moral pada akhirnya menilai apakah seseorang bertanggung jawab secara moral atas sebuah kesalahan. Seseorang dapat dinilai salah secara moral jika: (1) seseorang menyebabkan atau membantu tindakan yang salah atau gagal dalam mencegah kesalahan tersebut padahal orang tersebut dapat mencegah kesalahan terjadi; (2) seseorang secara sadar ia melakukan kesalahan; dan (3) seseorang melakukan kesalahan sesuai kehendaknya sendiri. Ada beberapa faktor untuk memitigasi seseorang bersalah secara moral, yaitu sebagai berikut : 1. Kondisi yang meminimalisasi tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan keterlibatan seseorang dalam suatu tindakan. 2. Kondisi yang membuat seseorang tidak yakin akan tindakan yang akan dilakukannya. 3. Kondisi yang membuat seseorang kesulitan tetapi masih memungkinkan untuk menghindari tindakan yang akan dilakukannya. 4. Tingkat berat atau tidaknya kesalahan yang akan dilakukan. Di sisi lain, tanggung jawab moral tidak dapat dihilangkan atau dimitigasi ketika terdapat kerja sama dengan orang lain dan ketika pelaku bertindak mengikuti perintah. Referensi: Velasquez, Manuel G. 2013. Business Ethics: Concepts and Cases. Edisi Ketujuh. Essex: Pearson.