Anda di halaman 1dari 2

Rangkuman 1 - Ethics and Business

Aldi Gifari – 16/396992/EK/20948

A. Sifat Etika Bisnis


Berdasarkan pengertian kamus, etika memiliki beberapa arti, diantaranya yakni “prinsip perilaku
yang mengatur individu atau suatu kelompok.” Arti lain dari etika adalah “ilmu mengenai moralitas.”
Pada dasarnya, moralitas tidak sepenuhnya sama dengan etika. Etika merupakan semacam alat
investigasi, sedangkan moralitas sendiri merupakan subjek yang diinvestigasi melalui etika. Arti
moralitas sendiri yakni suatu standar yang digunakan oleh individu atau kelompok untuk menilai
suatu hal baik atau buruk serta benar atau salah. Terdapat dua istilah penting dalam moralitas, yakni
sebagai berikut.
1. Standar moral  Norma yang dianut setiap individu atau kelompok mengenai tindakan
yang dipercaya benar atau salah secara moral serta menilai sesuai kepercayaan apakah hal
tersebut baik atau buruk secara moral.
2. Standar nonmoral  Yakni standar baik buruknya suatu hal yang tidak dilihat dari segi
moralitas.
Standar moral memiliki enam karakteristik, yaitu sebagai berikut :
1. Melibatkan kesalahan fatal atau manfaat yang signifikan.
2. Hendaknya diterapkan di atas niali yang lain, termasuk kepentingan pribadi.
3. Tidak dibuat oleh pihak yang memiliki otoritas.
4. Bersifat universal.
5. Dibuat berdasarkan pertimbangan yang netral.
6. Terkait dengan emosi dan istilah khusus.
Kemudian, etika bisnis sendiri memiliki pengertian sebuah studi mengenai moral baik dan buruk
dengan melihat dari sisi standar moral yang diterapkan pada institusi bisnis, organisasi, dan perilaku.

B. Isu Etis dalam Sebuah Bisnis


Isu etis dalam bisnis banyak dipengaruhi oleh teknologi yang tengah berkembang. Berikut beberapa
kondisi perubahan yang memengaruhi isu etis adalah sebagai berikut.
1. Revolusi industri dan agraria menimbulkan isu etis baru.
2. Teknologi informasi menimbulkan isu etis baru yang berkaitan dengan risiko, privasi, dan hak
milik properti.
3. Teknologi nano dan bioteknologi menimbulkan isu etis baru yang berkaitan dengan risiko dan
persebaran produk berbahaya.
Selain teknologi, isu etis dalam bisnis juga dipengaruhi oleh globalisasi . Pengaruh globalisasi
dalam bidang etika bisnis lebih terlihat sisi negatifnya. Negara maju yang dapat mendirikan
perusahaan multinasional cenderung mengeksploitasi negara-negara berkembang. Isu etis lain dalam
sebuah bisnis berkiatan dengan teroti relativisme etis, yang menyatakan bahwa tidak ada standar etika
yang benar secara absolut yang digunakan oleh institusi dan orang-orang di seluruh komunitas.
Namun demikian, terdapat bantahan mengenai teori tersebut, yakni terdiri dari beberapa pernyataan,
sebagai berikut :
1. Beberapa standar moral ditemukan di seluruh komunitas masyarakat.
2. Perbedaan moral tidak berarti secara logika sebagai relativisme.
3. Relativisme memiliki konsekuensi yang tidak koheren.
4. Relativisme membebaskan standar moral apapun untuk berlaku di komunitas masyarakat.
C. Penalaran Moral
Penalaran moral berkaitan dengan perkembangan moral manusia. Lawrence Kohlberg membagi
perkembangan moral ke dalam tiga level dan setiap level memiliki dua tingkat. Level tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Level Satu: Tingkat Prakonvensional
Tingkatan dalam level ini adalah sebagai berikut.
a. Tingkat pertama, yaitu pedoman kepatuhan dan hukuman
b. Tingkat kedua, yaitu pedoman instrumental dan relasi
2. Level Dua: Tingkat Konvensional
Tingkatan dalam level ini adalah sebagai berikut.
a. Tingkat ketiga, yaitu pedoman keharmonisan interpersonal
b. Tingkat keempat, yaitu pedoman hukum dan tata tertib
3. Level Tiga: Tingkat Poskonvensional
Tingkatan dalam level ini adalah sebagai berikut.
a. Tingkat kelima, yaitu pedoman kontrak sosial
b. Tingkat keenam, yaitu prinsip moral universal
Penalaran moral sendiri merupakan proses ketika perilaku manusia, insitusi, atau kebijakan
dinilai sesuai dengan standar moral. Penalaran moral melibatkan standar moral, informasi hal yang
dievaluasi, dan penilaian moral mengenai hal yang dievaluasi. Penalaran moral juga hendaknya logis,
bergantung pada bukti atau informasi yang akurat, relevan, dan menyeluruh, serta konsisten. Proses
penalaran moral juga merupakan proses yang menuju pembentukan perilaku etis atau nonetis.
Terdapat empat langkah dalam mewujudkan perilaku etis, yaitu sebagai berikut.
1. Mengenali situasi yang merupakan kondisi yang etis.
2. Menilai tujuan dari tindakan etis.
3. Memilih tindakan yang tergolong etis untuk dilaksanakan.
4. Melaksanakan pilihan tindakan tersebut.

D. Tanggung Jawab Moral dan Penyesalan


Penalaran moral pada akhirnya menilai apakah seseorang bertanggung jawab secara moral atas
sebuah kesalahan. Seseorang dapat dinilai salah secara moral jika:
(1) seseorang menyebabkan atau membantu tindakan yang salah atau gagal dalam mencegah
kesalahan tersebut padahal orang tersebut dapat mencegah kesalahan terjadi;
(2) seseorang secara sadar ia melakukan kesalahan; dan
(3) seseorang melakukan kesalahan sesuai kehendaknya sendiri.
Ada beberapa faktor untuk memitigasi seseorang bersalah secara moral, yaitu sebagai berikut :
1. Kondisi yang meminimalisasi tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan keterlibatan seseorang
dalam suatu tindakan.
2. Kondisi yang membuat seseorang tidak yakin akan tindakan yang akan dilakukannya.
3. Kondisi yang membuat seseorang kesulitan tetapi masih memungkinkan untuk menghindari
tindakan yang akan dilakukannya.
4. Tingkat berat atau tidaknya kesalahan yang akan dilakukan.
Di sisi lain, tanggung jawab moral tidak dapat dihilangkan atau dimitigasi ketika terdapat kerja
sama dengan orang lain dan ketika pelaku bertindak mengikuti perintah.
Referensi:
Velasquez, Manuel G. 2013. Business Ethics: Concepts and Cases. Edisi Ketujuh. Essex: Pearson.

Anda mungkin juga menyukai