PENASIHAT HUKUM TERDAKWA LETNAN(PURN) RUDI WAHYUDI Als RUDI Bin USMAN
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Megamendung
Yang terhormat Saudara Penasihat Hukum Yang Terhormat
Sebelumnya marilah kita besama-sama memanjatkan puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan rahmatNya pada kita semua, sehingga dapat bertemu di ruang sidang yang mulia ini dalam keadaan sehat wal afiat. Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih pada sidang majelis hakim Pengadilan Negeri Megamendung yang memeriksa dan mengadili perkara ini, yang telah memberikan kesempatan kepada kami, Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini, untuk mengajukan tanggapan atas pembelaan saudara penasehat hukum terdakwa RUDI WAHYUDI Als RUDI Bin USMAN yang dihadapkan ke depan persidangan ini dengan dakwaan kombinasi melakukan tindak pidana sebagai mana diatur dalam Pasal 80 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak, atau Pasal 351 ayat (1) KUHP, dan Pasal 406 ayat (1) KUHP. Setelah kami mempelajari dan mencermati pembelaan saudara penasehat hukum terdakwa RUDI WAHYUDI Als RUDI Bin USMAN, maka kami akan mengajukan tanggapan sebagai berikut: 1. Bahwa dalam Pasal 80 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Jo Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak; “Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76C, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah).” Pasal 76C Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Jo Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak; “Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan Kekerasan terhadap Anak.”
Sebagaimana fakta persidangan bahwa Terdakwa benar telah menampar
saksi sebanyak 3 (tiga) kali dan berdasarkan fakta tersebut unsur melakukan kekerasan terhadap anak sudah terpenuhi, Penasehat Hukum membuat pembelaan nya dengan menghubungkan dengan Pasal 49 ayat (1) KUHP, menurut Penuntut Umum pembelaan Penasehat Hukum yang menghubungkan pebelaan nya dengan Pasal Pasal 49 ayat (1) KUHP adalah keliru karena tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum , adalah jika korban (dalam hal ini terdakwa) terancam harta bendanya dalam hal terjadi pencurian atau terancam kehormatan kesusilaan dalam hal terjadi pemerkosaan, sehingga pembelaan dari Penasehat Hukum menurut Penuntut Umum adalah keliru dan tidak dapat diterima.
2. Bahwa dalam Pembelaan Penasehat Hukum Terdakwa Point 2
menyatakan bahwa unsur menghancurkan, merusakkan, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain tidak terpenuhi karena pada hari Senin, tanggal 3 Juni 2019 sekitar pukul 17.20 terdakwa memukul menggunakan balok kayu terhadap sepeda motor milik anak korban dan mengakibatkan rusak pada bagian lampu depan, body pecah dan memecahkan lampu rem belakang akan tetapi sepeda motor tersebut tidak membuat tak dapat dipakai karena pada esensinya motor tersebut masih dapat dipakai sehari-hari adalah keliru, karena unsur dalam Pasal 406 ayat (1) KUHP tersebut adalah alternatif dan bukan kumulatif, sehigga salah satu unsur terpenuhi maka seluruh unsur dalam pasal tersebut terpenuhi, berdasarkan hal tersebut maka pembelaan pada point 2 dari Penasehat Hukum menurut Penuntut Umum adalah keliru dan tidak dapat diterima. Majelis Hakim yang terhormat, Saudara Penasihat Hukum yang terhormat, Berdasarkan pada hal-hal yang telah kami uraikan diatas, maka kami selaku Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini berkesimpulan dan berpendapa bahwa dengan demikian kami menyatakan tetap pada tuntutan pidana sebagaimana telah kami bacakan pada sidang tanggal 7 Oktober 2019. Akhirnya, pertimbangan selanjutnya kami serahkan sepenuhnya kepada Sidang Majelis Hakim Pengadilan Negeri Megamendung yang memeriksa dan mengadili perkara ini. Megamendung, Senin, 14 Oktober 2019,
Penyalahgunaan Potret Orang Lain Sebagai Stiker Whatsapp Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Syariah Dan Fakultas Saintek Uin Malang Perspektif Kesadaran Hukum