ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada area penambangan yang terletak di Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur. Permasalahan yang ada adalah areal penambangan di pit
North dan South tergenang air, masih ada batubara dibawah air tersebut, belum memiliki
sequence penambangan jangka panjang menyebabkan arah penambangan tidak teratur dan
terjadi overcut dari batas desain penambangan perbulan. Akibatnya penambangan menjadi
tidak optimal. Kondisi endapan batubara didaerah tersebut relatif datar dengan kemiringan 5-
80 dan terdapat 6 lapisan seam batubara dengan ketebalan bervariasi 0,4-2,5 m.
Target produksi batubara sebesar 1.555.823 Ton dan pengupasan overburden sebesar
21.361.426 BCM. Disposal (out pit dump) yang tersedian adalah 2.969.898 LCM. Dengan
demikian harus segera melakukan backfilling pada area yang sudah mine out. Sedangkan pada
areal penambangan pit North dan South masih ada genangan air yang mengakibatkan kegiatan
penambangan terganggu. Setelah air dapat ditangani tentunya menyisakan lumpur pekat yang
harus dipindahakan agar batubara dapat diambil.
Strategi penambangan yang baik harus dilakukan agar kegiatan penambangan dapat
optimal. Dengan cara melakukan evaluasi kegiatan mine engineer dari segi managemen data
dan kegiatan dilapangan. Melakukan simulasi dewatering pada area penambangan yang
tergenang air dengan memperhitungkan estimasi waktu. Membuat mine scheduling dengan
alternatip penambangan yang akan dilakukan selama satu tahun kedepan tentunya dengan
estimasi waktu dan peralatan produksi yang dimiliki.
1. Pendahuluan
Penelitian dilakukan pada areal penambangan yang terletak di Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur (Lihat Gambar 1). Kondisi endapan batubara didaerah
tersebut relatif datar dengan kemiringan 5-80 dan terdapat 6 lapisan seam batubara dengan
ketebalan bervariasi 0,4-2,5 m. Luas areal pit berdasarkan batasan desain tambang adalah
91,82 Ha. Target produksi batubara sebesar 1.555.823 Ton dan pengupasan overburden
sebesar 21.361.426 BCM jadi SR (stripping ratio) adalah 13,7.
87
Areal penambangan saat ini terdapat dua pit, yaitu pit North dan South yang nantinya
diakhir penambangan akan dijadikan satu pit.
Table 1.
Peralatan tambang utama
Equipment Data
Jenis 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12
DP1100OB Drilling 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
HD465-7OB Hauling 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
PC1250SP-8OB Loading 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
PC300SE-7CM Loading 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
PC400SE-7CM Loading 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
HD785OB Hauling 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12
D245SOB Drilling 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
PC2000OB Loading 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
P380CM Hauling 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PC300SE-7CM Cleaning 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
PC200SE-7PS General 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Grand Total 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62 62
88
Jumlah fleet yang bekerja saat ini ada empat, yaitu 2 PC 2000 dengan pasangan alat
angkut 10 HD 785 masing-masing PC melayani 5 HD, dan 2 PC 1250 dengan pasangan alat
angkut 10 HD 465 masing-masing PC melayani 4 HD. Untuk penggalian dan pemuatan
batubara menggunakan PC 300. Kegiatan penambangan menggunakan dua shif kerja yaitu 12
jam per shif kerja. Shif kerja pertama dimulai dari pukul 06.00 – 18.00 WITA, shif kerja ke
dua pukul 18.00- 06.00 WITA. Waktu kerja ini merupakan waktu kerja yang tersedia untuk
memenuhi rencana sasaran produksi yang telah ditetapkan.
Kondisi saat ini tidak dapat mengoptimalkan produksi penambangan karena pada areal
penambangan pit North dan South tergenangan air dimana masih ada batubara diareal
tersebut. Dengan kondisi tersebut maka target produksi tidak akan tercapai. Rencana
perhitungan produksi akat tercapai apabila jumlah fleet yang digunakan ditambah dan
memiliki penjadwalan penambangan yang benar.
Permasalahan yang utama adalah kolam genangan air diareal kerjanya. Jadi data curah
hujan, hari hujan dan jumlah pompa yang dimiliki beserta spec alatnya harus dikumpulkan.
Kemudian peta-peta lokasi sediment pond dan kapasitas volume nya harus diketahui. Setelah
data-data dikumpulkan kemudian dilakukan evaluasi data dan mengetahui kondisi aktual
melalui data sekunder.
Selain pengumpulan data-data sekunder yang ada, untuk mengetahui kondisi aktual di
lapangan maka harus dilakukan site visit dan pendampingan engineering terhadap aktivitas
kerja penambangan batubara.
3. Setrategi Penambangan
Kondisi pit North dan South sebagian masih tergenang oleh air dan lumpur. Untuk
mengatasi hal tersebut harus dilakukan strategi penambangan baik. ( Lihat gambar 2 dan 3 ).
89
Kegiatan penambangan tidak akan optimal apa bila genangan air tidak segera
dikeringkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut harus dilakukan studi pembuatan system
penyaliran tambang yang baik dan terencana. Sebelumnya harus memiliki data-data
pendukung seperti curah hujan, luasan cathment area, debit air limpasan. Kemudian lakukan
pemilihan alat pemompaan yang sesuai dengan target yang ditetapkan.
90
Tabel 2.
Jenis pompa dan kapasitas
1. Simulasi Dewatering
a) System Pemompaan dari sump South menggunakan 2 pompa transfer ke ke sump
C2, di sum C2 menggunakan 1 pompa transfer ke sump C5, dan di sump C5
menggunakan 2 Pompa ke Setling Pond.
b) System pemompaan dari sump C3b dilakukan dengan sistem gravitasi sedang di
kolam C4 menggunakan 4 Pompa menuju setling pond.
c) Volume air di C3b diasumsikan 30% air dan sisanya lumpur
d) Diperkirakan sump di pit South dan C2 dapat kering pada Quarter 1 kemudian
untuk selanjutnya air pada sump pit south akan di transfer ke kolam C5.
e) Sump C3a C3b dan C4 diperkirakan akan kering Pada Quarter 1.
f) Lumpur yang ada di sump C3a dan C3b akan ditimbun sebagi lokasi inpit dump.
Perhitungan simulasi dewatering di area sump pit South,C 2 dan 5 pada (Tabel 3).
Sedangkan Perhitungan simulasi dewatering di area sump C 3b dan 4 (Tabel 4).
91
Sump
C2 & C5
Sump
South
Tabel 3.
Simulasi dewatering di area sump South,C 2 dan C5
Tabel 4.
Simulasi dewatering di area sump North 3b dan 4
Estimasi system pemompaan dari sump C3b ke sump C4 kering dengan 4 pompa
adalah 28 hari kerja berdasarkan data elevasi air ( tanggal 27 Januari 2012)
2. Rencana Penambangan
a) Sistem Penambangan yang digunakan adalah surface mining dengan metode Area
Mine menggunakan Block strip dengan luas area kerja 100 x 40 m2 dan level bench
4 m.
b) Penambangan Pada quarter 1 dilakukan pada Block 1 - Block 13.
c) OPD yang ada saat ini hanya dapat menampung 2.909.414 Lcm OB. Jadi harus
segera melakukan back filling (IPD)
a. Area IPD yang direncanakan pada area C2 dan C1.
Permasalahan yang muncul setelah genangan air dapat terselesaikan adalah endapan
lumpur. Lumpur yang tersisa terdapat di kolam C3a da C3b dengan volume lumpur kolam
C3a adalah 55.500 Bcm dan volume lumpur kolam C3b adalah 180.600 Bcm (lihat gambar 7).
93
Salah satu cara pemindahan lumpur tersebut dapat dilakukan dengan cara blending lumpur
dengan material overburden di sekitar kolam. Kendalanya adalah material overburden
disekitar kolam lumpur tidak cukup untuk perbandingan blending 1:3, (satu Bcm lumpur
dengan tiga Bcm overburden). Kemudian metode blending tersebut menjadi rehendling atau
dua kali kerja, biayanya akan besar. Kadang owner tidak menginginkan biaya tinggi. Jika
lumpur harus diangkut tanpa blending, maka produktifiti alat muat dan angkut akan turun
tetapi biaya yang dikeluarkan untuk operasi tetap sama.
C4
Kegiatan penambangan yang dilakukan adalah memindahkan lumpur dari kolam C3b
dan C3a ke lokasi C4 yang sudah tidak ada batubaranya (mineout) tanpa blending. Alat muat
yang digunakan adalah PC 1250 dengan kapasitas produksi 500 bcm/jam. Karena material
yang diambil adalah lumpur maka produktivitinya hanya 300 bcm/jam. Setelah lumpur
tersebut dapat dipindahkan kemudian finising pengambilan overburden di C3b dan C3a.
Berikut adalah perhitungan produksi dan waktu penambangan C3b dan C3a:
Loading lumpur C3b
Productivity di Lumpur 300 BCM/hours
Eff working Hours 16 Hours
Produksi/hari 4800 BCM/day
Pengambilan OB di C3a
Productivity di Lumpur 500 BCM/hours
Eff working Hours 16 Hours
Produksi/hari 8000 BCM/day
Tabel 5.
Time Line Schedule
Target produksi penggalian dan pengangkutan batubara pada kuarter pertama adalah
393.330 Ton. Kuarter ke dua adalah 357.302 Ton, kuarter ke tiga adalah 384.116 Tondan
kuarter ke empat adalah 421.075 Ton. (Lihat Tabel 6 dan Tabel 7). Dari target produksi
tersebut maka akan dilakukan simulasi penjadwalan penambangan seperti (gambar 9-10). dan
simulasi inpit dump pada (gambar 11).
Tabel 6
Target pengupasan overburden berdasarkan produktiviti alat
Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 May-12 Jun-12 Jul-12 Aug-12 Sep-12 Oct-12 Nov-12 Dec-12 2012
Prodctivity
Equipment (BCM/hor)
200
PC2000 800 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
PC2000 800 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
PC2000 800 0.5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
PC2000 800
PC1250 550 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
PC1250 550 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
PC1250 550 0.5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
PC1250 550
4 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
1288920.3 1,510,237 1,828,582 1,815,556 1,877,071 1,835,088 1,905,019 2,009,042 1,654,261 1,875,359 1,869,514 1,892,777 21,361,426
Tabel 7
Target penggalian batubara berdasarkan produktiviti alat
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
93,683 94,955 86,235 88,144 98,180 93,945 97,512 92,048 88,936 91,077 100,210 102,641
40,633 40,866 36,958 38,255 42,014 40,746 42,005 39,221 38,345 39,193 43,249 44,706
134,316 135,821 123,193 126,399 117,763 113,141 125,566 131,269 127,281 130,270 143,458 147,347
96
4. Kesimpulan
a. Permasalahan utama adalah genangan air pada pit North dan South.
b. Lokasi disposal Out Pit Dump (OPD) tidak sebanyak target overburden yang akan
dipindahkan, jadi harus dilakukan Inpit Dump (IPD) secepatnya.
c. Estimasi sistem pemompaan dari sump South ke sump C2 kemudian ke C5 kering
dengan 5 pompa dan sump C3b ke sump C4 kering dengan 4 pompa adalah 28 hari
kerja.
d. Loading lumpur di kolam C3a dilakukan dalam waktu 11 hari dan C3b dalam waktu
37 hari kerja.
e. Pembuatan Mine Scheduling berdasarkan target produksi dan peralatan yang dimiliki,
maka penambangan dapat di kerjakan dengan optimal.
5. Daftar Pustaka
1. Howard L. Hartman, 1992, SME Mining Engineering Handbook, 2nd Edition volume 1
2. Hustrulid, William dan Kuchta, Mark, 1995, Open Pit Mine Planning & Design.
Rotterdam : A. A. Balkema.
3. Prodjosumarto, Partanto .1994. Rancangan Kolam Pengendapan Sebagai
Perlengkapan Sistem Penirisan Tambang. Bandung.
4. Waterman, S.B, 2008, Perencanaan Tambang, Awan Poetih Intermedia, Yogyakarta.