Anda di halaman 1dari 43

Modul Pembelajaran K3LH

MODUL PEMBELAJARAN
KESELAMATAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP
(K3LH)

DISUSUN OLEH :
WINA WIDIANA, S.Pd

SMK NEGERI 7 BANDUNG


2014
I. MENDESKRIPSIKAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
(K3)
1.1. Deskripsi K3
Dalam rangka memasuki era pasar/perdagangan bebas
tingkat negara-negara Asean yang dikenal dengan istilah Asean
Free Trade Agreement (AFTA) dan perdagangan bebas tingkat
Asia Pasifik (APEC) serta perdagangan bebas tingkat
dunia World Trade Organization (WTO) yang akan diberlakukan
pada tahun 2020, dan dalam perdagangan bebas tersebut K3
merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi bagi
industri di Indonesia.
Yang dimaksud dengan pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) adalah langkah atau tahapan yang
dilakukan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya
berbagai kecelakaan ditempat kerja. Jenis kecelakaan yang
terjadi antara lain karena faktor pekerja itu sendiri
(kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan), faktor salah
prosedur penggunaan alat dan faktor lingkungan sekitar proses
kerja berlangsung serta faktor manajemen kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat
dideskripsikan sebagai persyaratan untuk meningkatkan
produktivitas kerja para pekerja atau karyawan
perusahaan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja dijelaskan bahwa ditetapkan
syarat-syarat keselamatan kerja yaitu untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan;
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerja nya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempur nakan pengamanan pada peker
jaan yang bahaya kecelakaan nya menjadi bertambah tinggi.
Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 1970 dijelaskan bahwa kewajiban dan atau hak
tenaga kerja adalah untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau keselamatan kerja;
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
Menindaklanjuti upaya untuk menyongsong dan sekaligus
memenangkan era perdagangan bebas, maka pemerintah
Indonesia dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Depnakertrans) telah menerbitkan suatu
peraturan yang berkaitan dengan manajemen K3. Peraturan
tersebut adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Di dalam Permenaker di atas, pada pasal 2 ayat
(1) dinyatakan bahwa setiap perusahaan yang memperkerjakan
tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh
karakteristik proses bahan produksi yang dapat meng akibatkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran
dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan sistem manajemen
K3. Ayat (2) sistem manajemen kese lamatan dan kesehatan
kerja wajib dilaksanakan oleh pengurus, pengusaha dan seluruh
tenaga kerja sebagai satu kesatuan.
Okasatria Novyanto (2008) menjelaskan bahwa Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencana an, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang
dibutuhkan bagi pengembang an, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Tujuan dari SMK3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat
kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.
II. KESELAMATAN KERJA DI TEMPAT KERJA (LINGKUNGAN)
Kesadaran tentang penerapan K3LH dewasa ini semakin
meningkat, terutama pada organisasi perusahaan yang bergerak
di bidang usaha pertanian atau perkebunan. Kesadaran tentang
penerapan K3LH tersebut sejalan dengan penerapan peraturan
sistem manajemen mutu ISO 14000 yaitu bagi organisasi
perusahaan yang memerlukan pengakuan standar
Internasional. Untuk mempermudah pelaksanaan penerapan
K3LH tersebut, perlu diketahui beberapa pengertian atau
istilah-istilah umum yang biasa dipergunakan yaitu sebagai
berikut :
a. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan
erat dengan mesin, peralatan kerja, bahan dan proses
pengolahan, landasan kerja dan lingkungan serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
b. Sasaran Program K3
Sasaran program K3 adalah segala tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di
udara. Tempat-tempat kerja tersebar pada segenap kegiatan
ekonomi, seperti pertanian/ perkebunan, peternakan,
perikanan, industri pengolahan, pertambangan, perhubungan,
jasa dan sebagainya.
c. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan
tertutup maupun terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja, atau yang sering digunakan oleh tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha.Tempat kerja tersebut terdapat
sumber-sumber bahaya, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang menjadi
kewenangan suatu badan usaha atau perusahaan.
d. Perusahaan
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang
mempekerjakan pekerja dengan tujuan untuk mencari laba atau
tidak, baik milik perorangan, kelompok, swasta maupun milik
negara.
e. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan, baik di dalam atau di luar hubungan kerja guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi standar
kebutuhan masyarakat.
f. Tujuan dan Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan keselamatan kerja adalah untuk menciptakan suatu
sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan semua unsur-unsur yang terdapat dalam suatu
instansi atau perusahaan dimana dilakukan kegiatan kerja.
Sedangkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja adalah
semua personil dan suatu instansi atau perusahaan termasuk di
dalamnya adalah pihak manajer, tenaga kerja dan orang-orang
yang terkait dengan kegiatan perusahaan tersebut.

III.TEKNIK PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA


Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian
baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap
perusahaan (organisasi). Upaya pencegahan kecelakaan
kerja diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian juga
untuk meningkatkan kinerja keselamatan kerja di tempat kerja.
Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan
kerja H.W. Heinrich, maka terdapat berbagai upaya untuk
mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain :
a. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui
Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja :
 Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman
 Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman
b. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan
Pengawasan :
 Pelatihan dan Pendidikan
 Konseling dan Konsultasi
 Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi
c. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem
Manajemen :
 Prosedur dan Aturan
 Penyediaan Sarana dan Prasarana
 Penghargaan dan Sanksi

IV.SIMBOL/TANDA BAHAYA
4.1. Simbol Bahaya di tempat kerja
Berikut adalah simbol-simbol bahaya yang umum ada di
beberapa Laboratorium :
a. Bio Hazard

Bio Hazard adalah Zat Biologis yang menimbulkan ancaman


bagi kesehatan makhluk hidup, terutama manusia. Biasanya
dipasang di Lab Kimia
b. Korosif

Korosif adalah zat yang dapat menyebabkan benda lain hancur


atau memperoleh dampak negatif. Biasanya dipasang di Lab
Kimia

c. Tegangan Sangat Tinggi

Tegangan Sangat Tinggi adalah suatu tempat atau benda yang


memiliki tegangan yang sangat tinggi. Biasanya di pasang di Lab
Komputer, Telkom, atau PLN

d. Environmental

Environmental adalah zat yang sangat berbahaya bagi


lingkungan hidup. Biasanya dipasang diLab Kimia

e. Explosive
Explosive adalah zat yang mudah meledak. Biasanya dipasang
di Lab Kimia dan Pertamina

f. Flammable

Flammable adalah zat yang sangat mudah terbakar. Biasanya


dipasang di Lab Kimia, POM Bensin, Pertamina

g. Radioaktif

Radioaktif adalah bahan yang dapat memancarkan sinar


berbahaya yang dapat merusak jaringan tubuh. Biasanya
dipasang di Pabrik Nuklir

h. Harmfull Imitant
Harmfull Imitant adalah zat mempunyai sifat peka terhadap
tbuh manusia. Jika masuk kedalam tubuh dapat membakar kulit,
selaput lendir atau mengganggu pernapasan. Biasanya
dipasang di Lab Kimia

i. Toxic/Beracun

Toxic adalah bahan yang berbahaya dan dapat menyebabkan


sakit keras bahkan bisa menimbulkan kematian jika sebagian
masuk ke dalam tubuh. Biasanya dipasang di Pabrik Cat, Lab
Kimia

j. Radiasi Sinar Laser

Radiasi Sinar Laser akan sangat berbahaya apabila mengenai


mata kita. Biasanya dipasang diRumah Sakit Dalam, Klinik
Kecantikan
4.2. Simbol Bahaya Bahan-Bahan Kimia
Ilmu kimia merupakan ilmu yang berlandaskan
percobaan. Oleh karena itu laboratorium sangat membantu
dalam memahami konsep-konsep kimia, membuktikan berbagai
konsep, dan melakukan penelitian sederhana. Perlu kita sadari
bahwa zat kimia yang terdapat di laboratorium ada yang
bersifat racun, ada yang mudah terbakar, ada yang korosif dan
sebagainya. Beberapa tanda/lambang internasional dari bahan
kimia diberikan dalam tabel berikut ini :

LAMBANG ARTI
Poison : Bahan-bahan yang bersifat racun

Imflammable : Bahan yang mudah terbakar


Corrosive : bahan yang dapat merusak jaringan
hidup
Irritant Material : Sedikit saja masuk ke tubuh
dapat membakar kulit, selaput lendir atau sistem
pernapasan

Toxic : Sedikit saja masuk ke tubuh dapat


menyebabkan kematian atau sakit keras

Oxidizing Agent : Bahan yang dapat menghasilkan


panas bila bersentuhan dengan bahan lain
terutama bahan-bahan yang mudah terbakar

Explosion Risk : Bahan yang mudah meledak bila


kena panas, api atau sensitif terhadap gesekan
atau goncangan

Radioactive : Bahan-bahan yang bersifat radioaktif

4.3. Zat Kimia dan Bahayanya


V. ALAT PELINDUNG DIRI
Alat Pelindung Diri (APD) merupakan peralatan pelindung
yang digunakan oleh seorang pekerja untuk melindungi dirinya
dari kontaminasi lingkungan. APD dalam bahasa Inggris dikenal
dengan sebutan Personal Protective Equipment (PPE). Dengan
melihat kata "personal" pada kata PPE terebut, maka setiap
peralatan yang dikenakan harus mampu memperoteksi si
pemakainya. Sebagai contoh, proteksi telinga (hearing
protection) yang melindungi telinga pemakainya dari transmisi
kebisingan, masker dengan filter yang menyerap dan menyaring
kontaminasi udara, dan jas laboratorium yang memberikan
perlindungan pemakainya dari kontaminisasi bahan kimia. APD
dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap,
seperti baju yang menutup seluruh tubuh pemakai yang
dilengkapi dengan masker khusus dan alat bantu pernafasan
yang dikenakan dikala menangani tumpahan bahan kimia yang
sangat berbahaya. Perlengkapan seperti baju kerja biasa atau
seragam yang tidak secara spesifik melindungi diri dari resiko
keselamatan dan kesehatan tidak termasuk APD. Pemakaian
alat APD dimaksudkan untuk mengurangi atau minimalkan
resiko dan bahaya di tempat kerja.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat menggunakan APD:
1. Memastikan pakaian pelindung pas dengan ukuran tubuh, dan
sesuaikan posisi APD agar merasa nyaman saat bekerja.
2. Memastikan APD bekerja dengan baik dan benar, jika tidak
segera laporkan.
3. Jika menggunakan dua atau lebih APD secara bersamaan
pastikan mereka kompatibel dan tidak mengurangi keefektifan
masing-masing APD.
4. Melaporkan gejala timbulnya rasa sakit atau tidak nyaman
secepatnya.
5. Menginformasikan kepada pihak yang bertanggungjawab bila
diperlukan pelatihan khusus.
Berikut adalah alat-alat pelindung diri yang umum digunakan di
Laboratorium Kimia :
a. Kacamata
Kacamata sudah jelas berfungsi untuk melindungi mata dari
berbagai resiko paparan bahan kimia yang dapat menyebabkan
kebutaan. Kacamata lab memiliki perbedaan dari kacamata
biasa, yaitu untuk resistansi atau ketahanan terhadap
goncangan dan bagian pinggir yang lebih tertutup dari kacamata
biasa. Karena bahaya bisa masuk lewat pinggir, tidak selalu dari
depan. Bahkan ada beberapa kacamata yang terintegrasi dengan
perisai muka yang dapat melindungi keseluruhan muda. Karena
jika berhubungan dengan bahan kimia berbahaya dengan
jumlah banyak , akan sangat mudah untuk terciprat atau
terkena partikel partikel yang beterbangan

b. Masker
Masker berfungsi untuk melindungi pernafasan sekaligus
bagian percernaan. Karena ada 2 macam bahaya bahan kimia .
Ketika terhirup dan tertelan. Resiko yang lebih tinggi untuk
terkena ialah terhirup karena kita harus terus bernapas
walaupun di tempat yang banyak bahan kimia berbahaya. Oleh
karena itu disini kita perlu menggunakan masker. Ada berbagai
jenis masker, mulai dari masker kain sederhana hingga masker
yang menyatu dengan perisai muka dan kacamata. Tergantung
resiko yang dihadapi.

c. Pakaian Pelindung
Jika di dapur menggunakan celemek, Di laboratorium
menggunakan jas lab. Jas lab di desain dengan model yang
panjang hingga agak sedikit kebawah. Jangan lupa tetap
memakai pakaian di dalamnya, karena fungsinya bukan untuk
menggantikan pakaian. Namun untuk melapisi pakaian, jika
terkena bahan berbahaya. Setidaknya tidak langsung terkena
pakaian dan meresap

d. Sarung Tangan
Sarung tangan ialah APD yang sangat sering fungsinya secara
langsung kita butuhkan. Mengapa demikian? Tangan kita
merupakan bagian tubuh yang kita gunakan untuk melakukan
pekerjaan di lab. Mengaduk, mengambil, memindahkan, dan lain
lain. Bahan berbahaya tidak boleh terkena walau hanya setetes.
Misalnya saja asam kuat, jika terkena maka kulit akan melepuh
dan terasa panas dan perih. Itulah efek korosif dari asam kuat.
Atau untuk mengangkat suatu yang panas juga di gunakan
sarung tangan. Sarung tangan juga berbeda beda tergantung
dari bahan dan ketebalannya
e. Sepatu
Sepatu sudah sewarnya kita pakai ketika kita bekerja dalam lab.
Janngan memakai sandal! Karena sandal memiliki banyak ruang
terbuka untuk kaki kita dan meningkatkan resiko terkena
tumpahan bahan berbahaya. Bahkan ada sepatu khusus yang
tahan terhadap asam yang sengaja disiapkan jika resiko
pekerjaan cukup tinggi,

VI. PENANGANAN BAHAN KIMIA


Setiap kegiatan penanganan Bahan Kimia Berbahaya
didalamnya sudah pasti terkandung resiko bahaya potensial
yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan dampak kerugian
yang serius. Baik dari sisi materi, moril dan social jika tidak
ditangani secara serius sesuai dengan prosedur K3. Untuk itu
dipandang perlu adanya penerapan K3 yang harus dilaksanakan
dengan seksama dan terpadu oleh Unit-unit kerja yang terlibat
langsung dalam penangnanan Bahan Kimia Berbahaya di tempat
kerja. Penerapan K3 yang dimaksud adalah meliputi :
Perencanaan, Pelaksanaan, Perbaikan/Pembinaan dan
Penanggulangan yang bersifat darurat (emergency). Maksud
dan tujuannya adalah :
1. Mencegah/menekan sekecil mungkin terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan seperti Kebakaran, Keracunan, Peledakan,
Penyakit akibat Kerja dan hal-hal lain yang dapat merugikan
Perusahaan, Karyawan, Masyarakat dan Lingkungan.
2. Meningkatkan kwalitas Suber Daya Manusia atau Pekerja di
bidang K3 khususnya bagi pekerja yang langsung terlibat dalam
penanganan langsung terhadap Bahan Kimia Berbahaya
tersebut.
Untuk itu perlu kiranya dibuat Standarisasi K3 guna untuk
dipahami dan dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh
semua Pekerja yang terkait dalam setiap tahapan
kegiatan penanganan Bahan Kimia Berbahaya sebagai berikut
:
a. Proses Pengadaan Bahan Kimia Berbahaya
Petunjuk Pelaksanaan K3 :
1. Setiap pembelian/pengadaan bahan kimia berbahaya harus
dicantumkan dengan jelas di dalam lebar PP/PO tentang
kelengkapan informasi bahan berupa :
 Labeling
 Informasi dampak Bahaya
 Informasi P3K , APD
2. Spesifikasi mutu kemasan/wadah harus tertulis dengan jelas
dalam lembaran PP/PO dengan memperhatikan Keamanan,
Ketahan, Efektifitas dan Efisiensi. Khusus dalam hal
Botol/Bejana Bertekanan, harus dicantumkan WARNA yang
disesuaikan dengan jenis/golongan Gas. Dalam hal ini bisa
berpedoman pada Standart Internasional ” Global Harmoni
Syetem/GHS atau NFPA, UN, UMO,EEC dlsb ).
3. Setiap wadah Bahan Kimia Berbahaya harus dilengkapi
dengan TANDA RESIKO BAHAYA serta tindakan Pencegahan
dan Penanggulangannya.
4. User /Pejabat yang mengajukan pembelian Bahan Kimia
Berbahaya berkewajiban melengkapi syarat-syarat K3. Bila
spesifikasi dan syarat K3 yang dimaksud sudah cukup lengkap
dan memenuhi standart K3, maka pengajuan pembelian dapat
diproses dan direalisasikan pengadaannya.

b. Bongkar Muat Bahan Kimia Berbahaya


Petunjuk Pelaksanaan K3 :
1. Sebelum melaksanakan kegiatan bongkar muat Bahan Kimia
Berbahaya, Pengawas setempat harus menyiapkan kelengkapan
administrasi sebagai berikut :
 Daftar bahan yang akan dibongkar
 Prosedur kerja dan Perijinan
 Daftar pekerja/buruh serta penanggung jawab
2. Perencanaan dan tindakan-tindakan K3 harus dilaksanakan
sebaik-baiknya sebelum dan sesudah mwelaksanakan bongkar
muat.
3. Yakinkan bahwa para pekerja sudah mengetahui bahaya-
bahaya yang ada serta cara-cara pencegahan dan
penanggulangannya dengan cara memberikan Pengarahan dan
penyuluhan K3 oleh pengawas setempat, terutama bagi para
pekerja baru.
4. Sarana pelindung Diri, Alat Pemadam yang sesuai dan
perlengkapan P3K harus disiapkan secukupnya dan digunakan
sebagai mana mestinya.
5. Pengawas buruh berkewajiban memberikan pembinaan
perbaikan kepada setiap pekerja bila mengetahui atau menemui
adanya penyimpangan/pelanggaran peraturan K3 yang telah
diberlakukan.
6. Pemasangan Rambu-rambu K3 meliputi Peringatan bahaya
sesuai jenis, golongan Bahan Kimia harus dipasang dengan jelas,
mudah dibaca, dimengerti dan terlihat oleh pekerja.
7. Setiap pekerja harus menghindari perbuatan/tindakan yang
tidak aman seperti :
 Merokok ditempat yg terlarang
 Tidak memakai APD yang disyaratkan
 Mengerjakan pekerjaan yang bukan wewenang di bidangnya
 Bersendau gurau
 Menolak perintah atasan, dan sebagainya.
8. Setiap kecelakaan, Kebakaran, Peledakan termasuk kondisi
berbahaya yang tidak mungkin dapat diatasi sendiri, haruslah
dilaporkan secepatnya kepada atasan. Berikanlah keterangan
yang benar kepada petugas Investigasi guna memudahkan
pengambilan langkah-langkah perbaikan selanjutnya agar kasus
yang sama tidak terulang kembali
9. P3K harus dilakukan dengan benar oleh yang berpengalaman
kepada pekerja yang mengalami kecelakaan. Segera hubungi
Dokter atau tim medis guna perawatan selanjutnya.

c. Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya


Petunjuk Pelaksanaan K3 :
1. Gudang tempat penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya harus
dibuat sedemikian rupa hingga aman dari pengaruh Alam dan
Lingkungan sekitarnya :
a. Memiliki system sirkulasi udara dan ventilasi yang cukup baik.
b. Suhu di dalam ruangan dapat terjaga konstan dan aman setiap
saat.
c. Aman dari berbagai gangguan biologis (Tikus, Rayap dll).
2. Tata letak dan pengaturan penempatan bahan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
 Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari adanya
bahaya reaktivitas.
 Penyusunan agar tidak melebihi batas maksimum yang
dianjurkan manufactur untuk menghindari roboh (ambruk)
hingga tidak mengakibatkan kerusakan dan mudah
pembongkaran serta kelihatan rapi.
 Lorong agar tetap terjaga dan tidak terhalang oleh benda
apapun, jika perlu buatkan garis pembatas lintasan alat angkat
dan angkut.
 Khusus bahan dalam wadah silinder/tabung gas bertekanan
agar ditempatkan pada tempat yang teduh, tidak lembab dan
aman dari sumber panas seperti (listrik, api terbuka dll).
3. Program House Keeping harus dilaksanakan secara periodic
dan berkesinambungan yang meliputi : Kebersihan, Kerapihan
dan Keselamatan.
4. Sarana K3 haruslah disiapkan dan digunakan sebagaimana
mestinya.
5. Setiap pekerja yang tidak berkepentingan dilarang memasuki
gudang penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya dan setiap
pekerja yang memasuki gudang harus memakai APD yang
disyaratkan.
6. Inspeksi K3 oleh pekerja gudang harus dilaksanakan secara
teratur/periodic yang meliputi pemeriksaan seluruh kondisi
lingkungan, bahan, peralatan dan system. Segera
amankan/laporkan jika menemukan kondisi tidak aman kepada
atasan.
7. Pada setiap penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya harus
dilengkapi dengan LABELING (Label isi, safety, resiko bahaya)
beserta uraian singkat Pencegahan, Penanggulangan dan
Petolongan Pertama.
8. Petugas gudang harus dilengkapi buku petunjuk/pedoman K3
yang berkaitan dengan Penyimpanan BKB.
9. Setiap Pekerja dilarang makan dan minum ditempat
penyimpanan Bahan Kimia Beracun.
10. Tindakan P3K harus dilakukan oleh yang berpengalaman.
Segera hubungi dokter/tim medis atau bawa korban ke Rumah
Sakit untuk mendapatka perawatan lebih lanjut.

d. Pengangkutan Bahan Kimia Berbahaya


Petunjuk Pelaksanaan K3 :
1. Sebelum melaksanakan pekerjaaan pengangkutan Bahan Kimia
Berbahaya, Pengawas/atasan berkewajiban menyampaikan
informasi K3 serta resiko bahaya yang ada pada setiap pekerja.
2. Hanya pekerja yang sudah mengerti tugas dan tanggung jawab
serta adanya rekomendasi dari atasannya dibenerkan
menangani pekerjaan pengangkutan Bahan Kimia Berbahaya.
3. Upaya prefentif, Pencegahan harus tetap dilakukan secara
teratur berupa pemeriksaan kelayakan peralatan kerja, kondisi
muatan dan kondisi fisik pekerja sebelum melaksanakan
pekerjaan tersebut.
4. Menaikkan dan menurunkan Bahan Kimia Berbahaya harus
dilakukan dengan hati-hati, jika perlu buatkan bantalan
karet/kayu.
5. Perlengkapan K3 (APD, APAR, P3K) harus tersedia dalam
kondisi siap pakai di lokasi kerja.
6. Kapasitas angkut alat angkat dan angkut tidak diperbolehkan
melebihi kapasitas yang ada dan tidak boleh menghalangi
pandangan penegmudi/sopir.
7. Pengemudi harus mengikuti peraturan lalu lintas yang ada
dengan selalu hati-hati dan waspada. Hindari tindakan tidak
aman dan tetap disiplin dalam mengemudikan kendaraan.
8. Jika kontak dengan Bahan Kimia Berbahaya, segera lakukan
pertolongan pertama pada si korban dengan benar. Hubungi
dokter/tim medis untuk penanganan selanjutnya.
9. Tanda labeling peringatan bahaya berupa tulisan, kode sesuai
dengan resiko bahaya yang ada harus terpasang dengan jelas di
depan muatan, samping kiri dan kanan, belakang muatan.

e. Penggunaan Bahan Kimia Berbahaya


Petunjuk Pelaksanaan K3 :
1. Sebelum menggunakan Bahan Kimia Berbahaya harus
diketahui terlebih dahulu informasi bahayanya baik dari segi
Kebakaran, Kesehatan, Rekatifitas, Keracunan, Korosif dan
Peledakan ) serta cara-cara pencegahan dan
penanggulangannya.
2. Perencanaan dan penerapan K3 harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya pada setiap pekerjaan penggunaan Bahan Kimia
Berbahaya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai dengan factor resiko
bahayanya, APAR dan P3K harus disiapkan secukupnya dan
digunakan sebagai mana mestinya.
 Kondisi kerja, lingkungan sudah dinyatakan aman oleh pihak
yang berwenang (Safety).
 Peralatan kerja harus layak pakai.
 Methode kerja/cara pelaksanaan kerja sudah aman dan efektif.
 Kelengkapan administrasi sudah dipersiapkan (perijinan
angkut, perintah kerja, daftar pekerja dan sebagainya).
3. Selama berlangsungnya kegiatan penggunaan Bahan Kimia
Berbahaya hindari tindakan yang tidak aman. Usahakan bekerja
sesuai dengan SOP.
4. Bila pekerjaan tersebut belum selesai dan pelaksanaannya
diatur secara shift maka, setiap serah terima tugas dan tanggung
jawab harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Situasi dan
kondisi kerja menyeluruh harus dilaporkan dengan jelas
terutama kondisi kerja yang kurang aman dan perlu
penanganan yang intensif.
5. Bila pekerjaan telah selesai, amankan dan bersihkan alat-alat
kerja, lingkungan kerja, wadah sisa-sisa bahan dan sebagainya
agar segera dibersihkan sampai betul-betul kondisi keseluruhan
sudah aman.
6. Lakukan tindakan P3K dengan segera jika terjadi kecelakaan
hubungi tim medis/dokter untuk penanganan lebih lanjut.

f. Pembuangan Limbah B3
Guna mendukung usaha dalam menciptakan lingkungan yang
bebas dari polusi, polutan dari limbah Bahan Kimia Berbahaya,
dimana limbah tersebut diupayakan tidak akan merugikan
masyarakat luas. Maka petunjuk pembuangan limbah dibawah
ini harus diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya
oleh seluruh pekerja.

Petunjuk Pelaksanaan K3 :
1. Setiap limbah baik itu karena rusak, purging, kadaluarsa,
maupun sisa hasil proses yang tidak digunakan lagi harus
dibuang pada saluran khusus yang telah disiapkan untuk itu.
2. Jika limbah Bahan Kimia tersebut ASAM dan BASA yang
berbahaya harus dinetralkan terlebih dahulu sebelum dibuang,
sedangkan untuk zat-zat logam berbahaya harus diendapkan
dahulu hingga buangan betul-betul aman tidak melebihi NAB.
3. Limbah berupa hasil sisa GAS yang mudah terbakar dalam
jumlah besar harus dibakar dengan cara yang terkendali
dilakukan di Buningpit.
4. Semua wadah/kemasan bekas Bahan Kimia Berbahaya harus
dibakar/ditanam sesuai petunjuk pejabat yang berwenang
untuk itu.
5. Membuang limbah berbahaya dengan cara manual harus
menggunakan APD yang sesuai. Hati-hati terhadap bahaya
percikan, jatuh, terpeleset, tersiram dlsb.
Dengan memperhatikan JUKLAK penanganan Bahan Kimia
Berbahaya diatas diharapkan segala kegiatan yang melibatkan
pekerja dalam menangani Bahan kimia Berbahaya bisa
terhindar dari Kecelakaan, Peledakan dan Penyakit akibat kerja.

VII.KONSEP, PROSEDUR DAN SARANA LINGKUNGAN HIDUP


7.1. Pengertian kesehatan
a) Menurut WHO
Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak
hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan
kecacatan.
b) Menurut UU No 23 / 1992 tentang kesehatan
Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
7.2. Pengertian lingkungan
Menurut Encyclopaedia of science & technology (1960)
Sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan organisme.

Menurut Encyclopaedia Americana (1974)


Pengaruh yang ada di atas/sekeliling organisme.

Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976)


Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana
organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang
secara langsung maupun tidak dpt diduga ikut mempengaruhi
tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.
7.3. Pengertian kesehatan lingkungan

Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan


Indonesia)
Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup
manusia yang sehat dan bahagia.

Menurut WHO (World Health Organization)


Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia
dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia.

Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul


Azwar, Slamet Riyadi, WHO dan Sumengen)
Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan
yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pd tingkat
kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.

7.4. Ruang lingkup kesehatan lingkungan


Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan :
1) Penyediaan Air Minum
2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran
3) Pembuangan Sampah Padat
4) Pengendalian Vektor
5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta
manusia
6) Higiene makanan, termasuk higiene susu
7) Pengendalian pencemaran udara
8) Pengendalian radiasi
9) Kesehatan kerja
10) Pengendalian kebisingan
11) Perumahan dan pemukiman
12) Aspek kesling dan transportasi udara
13) Perencanaan daerah dan perkotaan
14) Pencegahan kecelakaan
15) Rekreasi umum dan pariwisata
16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan
keadaan epidemi/wabah, bencana
alam dan perpindahan penduduk.
17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin
lingkungan.
Menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang
lingkup kesling ada 8 :
1) Penyehatan Air dan Udara
2) Pengamanan Limbah padat/sampah
3) Pengamanan Limbah cair
4) Pengamanan limbah gas
5) Pengamanan radiasi
6) Pengamanan kebisingan
7) Pengamanan vektor penyakit
8) Penyehatan dan pengamanan lainnya : Misal Pasca bencana.
7.5. Sasaran kesehatan lingkungan (Pasal 22 ayat (2) UU
23/1992)
1) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-
usaha yang sejenis
2) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis
3) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang
sejenis.
4) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang
digunakan untuk umum.
5) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti
lingkungan yang berada dlm keadaan darurat, bencana
perpindahan penduduk secara besar2an, reaktor/tempat yang
bersifat khusus.

VIII. KEBERSIHAN DAN HIGIENIS LINGKUNGAN KERJA


Kalau berbicara tentang kebersihan pastinya kita sering
melakukannya setiap hari, terutama di lingkungan keluarga.
Tidak lupa juga dilingkungan masyarakat dan juga lingkungan
tempat kerja.
Kita sadari bagaimana rasanya kalau lingkungan kerja kita
tidak bersih, pastinya yang kita rasakan adalah rasa
ketidaknyamanan dalam lingkungan kita, baik itu aroma udara
lingkungan, ataupun keadaan lingkungan kerja kita sendiri. Jadi
kebersihan itu adalah tanggung jawab setiap orang dan
mensyaratkan kepada kita semua untuk menjaga tempat kerja
bersih, rapi dan teratur sehingga aman dan nyaman untuk
melakukan pekerjaan.
Beberapa akibat dari pengaturan tempat kerja yang buruk
dan tidak rapi, diantaranya: tempat kerja menjadi padat; juga
dapat menimbulkan stress. Ini dikarenakan misalnya, di sana-
sini (di kolong meja) banyak sandal dan sepatu yang tergeletak
dengan tidak teratur serta mengeluarkan bau yang tidak setap,
tumpukan piring gelas yang tidak nyaman dilihat, belum lagi
lembar kerja yang tidak tertata dengan rapih, dll.
Lalu bagaimana keuntungan dari menjaga kebersihan yang
baik? Keuntungan yang kita dapat antara lain: berkurangnya
resiko kecelakaan dan cidera; mewujudkan tenaga kerja yang
sehat dan produktif; berkurangnya resiko kebakaran; tempat
kerja lebih nyaman dan aman; berkurangnya waktu yang
terbuang untuk mencari perkakas, material dan peralatan.
Beberapa tips untuk kita, tentang bagaimana mengatur tempat
kerja sendiri agar nyaman, rapi dan sesuai dengan kebutuhan
kita, diantaranya :
1. Pemilihan : Membedakan antara yang diperlukan dan
membuang yang tidak diperlukan.
2. Penataan : Menentukan tata letak yang tertata rapi sehingga
anda selalu dapat menemukan barang yang diperlukan.
3. Pembersihan : Menghilangkan sampah kotoran & barang
asing untuk memperoleh tempat kerja yang lebih bersih.
Pembersihan sebagai cara inspeksi.
4. Pemantapan : Memelihara barang dengan teratur, rapi,
bersih, juga dalam aspek personal dan kaitannya dengan polusi.
5. Disiplin : Melakukan sesuatu yang benar sebagai kebiasaan
yang dapat dilakukan secara terus-menerus.
Itulah antara lain bagaimana cara yang efektif menjaga
lingkungan kerja sendiri agar nyaman, aman, dan berproduktif,
“jadi mulailah dari sekarang, kalau tidak dari sekarang, kapan
lagi?”

IX. PENGERTIAN, TUJUAN DAN FUNGSI P3K


9.1. Pengertian P3K
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) adalah upaya
pertolongan dan perawatan sementara terhadap korban
kecelakaan sebelum mendapat pertolongan yang lebih
sempurna dari dokter atau paramedik. Ini berarti pertolongan
tersebut bukan sebagai pengobatan atau penanganan yang
sempurna, tetapi hanyalah berupa pertolongan sementara yang
dilakukan oleh petugas P3K (petugas medik atau orang awam)
yang pertama kali melihat korban. Pemberian pertolongan
harus secara cepat dan tepat dengan menggunakan sarana dan
prasarana yang ada di tempat kejadian. Tindakan P3K yang
dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau
penderitaan dan bahkan menyelamatkan korban dari kematian,
tetapi bila tindakan P3K dilakukan tidak baik malah bisa
memperburuk akibat kecelakaan bahkan menimbulkan
kematian.

9.2. Tujuan P3K


Tujuan dari P3K adalah sebagai berikut:
a. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian
1. Memperhatikan kondisi dan keadaan yang mengancam
korban
2. Melaksanakan Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) kalau
perlu
3. Mencari dan mengatasi pendarahan
b. Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi
memburuk)
1. Mengadakan diagnose
2. Menangani korban dengan prioritas yang logis
3. Memperhatikan kondisi atau keadaan (penyakit) yang
tersembunyi.
c. Menunjang penyembuhan
1. Mengurangi rasa sakit dan rasa takut
2. Mencegah infeksi
3. Merencanakan pertolongan medis serta transportasi
korban dengan tepat

9.3. Prinsip P3K


1. Menolong Secara Tepat
Pertolongan secara tepat pada korban harus memperhatikan
a. tujuan PPPK
b. cedera pada bagian mana yang harus ditolong

2. Menolong Secara Cepat


Pertolongan secara cepat diberikan kepada penderita dengan
cara PPPK yang sesuai.

3. Menolong yang Sifatnya Sementara


Pertolongan yang bersifat sementara adalah dnegan cara
menolong korban sebelum dibawa ke rumah sakit
X. JENIS-JENIS KECELAKAAN DI LABORATORIUM
10.1. Jenis-jenis bahaya yang sering menimbulkan
kecelakaan dalam laboratorium kimia
1. Keracunan
Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia
beracun atau toksik, seperti ammonia, karbon monoksida,
benzene, kloroform, dan sebagainya. Keracunan dapat berakibat
fatal ataupun gangguan kesehatan. Yang terakhir adalah yang
lebih seringterjadi baik yang dapat diketahui dalam jangka
pendek maupun jangka panjang. Pengaruh jangka panjang
seperti pada penyakit hati, kanker, dan asbestois, adalah akibat
akumulasi penyerapan bahan kimia toksik dalam jumlah kecil
tetapi terus-menerus.

2. Iritasi
Iritasi sebagai akibat kontak bahan kimia korosif seperti
asam sulfat, asamklorida, natrium hidroksida, gas klor, dan
sebagainya. Iritasi dapat berupa luka atau peradangan pada
kulit, saluran pernapasan dan mata.

3. Kebakaran dan Luka Bakar


Kebakaran dan luka bakar sebagai akibat kurang hati-hati
dalam menangani pelarut-pelarut organik yang mudah terbakar
seperti eter, aseton, alcohol, dan sebagainya. Hal yang sama
dapat diakibatkan oleh peledakan bahan-bahan reaktif seperti
peroksida dan perklorat.

4. Luka Kulit
Luka kulit sebagai akibat bekerja dengan gelas atau kaca.
Luka sering terjadi padatangan atau mata karena pecahan kaca.

5. Bahaya lainnya
Seperti sengatan listrik, keterpaan pada radiasi sinar tertentu
dan pencemaran lingkungan. Jadi jelas bahwa laboratorium
kimia mengandung banyak potensi bahaya, tetapi potensi
bahaya apapun sebenarnya dapat dikendalikan sehingga tidak
menimbulkan kerugian. Suatu contoh, bahan bakar bensin dan
gas cair mempunyai potensi bahaya kebakaran yang amat besar.
Tetapi dengan penanganan dan pengendalian yang
baik,transportasi jutaan ton setiap hari adalah hal biasa.
Demikian pula dalam produksi dan penggunaan pestisida yang
mempunyai potensi racun, hanya menimbulkan malapetaka
apabila salah penanganan atau karena kecerobohan.
10.2. Penanganan Kecelakan Kerja di Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat kerja yang berpotensi
timbul kecelakaan. Meski kecelakaan kecil dan ringan, tetaplah
merupakan kecelakaan yang bisa jadi menimbulkan efek yang
lebih besar.
Sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
bisa dari bahan kimia, bahan biologis, radiasi, aliran listrik, dan
lainnya. Semua itu bisa membuat efek yang tidak diinginkan
seperti keracunan, iritasi, ledakan hingga kebakaran.
Berikut ini merupakan tips cara penanganan awal sebagai
pertolongan pertama (P3K) pada kecelakaan di Laboratorium
kimia :

Luka bakar akibat zat kimia


Terkena larutan asam
1. kulit segera dihapuskan dengan kapas atau lap halus
2. dicuci dengan air mengalir sebanyak-banyaknya
3. Selanjutnya cuci dengan 1% Na2CO3
4. kemudian cuci lagi dengan air
5. Keringkan dan olesi dengan salep levertran.
Terkena logam natrium atau kalium
1. Logam yang nempel segera diambil
2. Kulit dicuci dengan air mengalir kira-kira selama 15-
20 menit
3. Netralkan dengan larutan 1% asam asetat
4. Dikeringkan dan olesi dengan salep levertran atau
luka ditutup dengan kapas steril atau kapas yang telah
dibasahi asam pikrat.
Terkena bromin
1. Segera dicuci dengan larutan amonia encer
2. Luka tersebut ditutup dengan pasta Na2CO3.
Terkena phospor
1. Kulit yang terkena segera dicuci dengan air sebanyak-
banyaknya
2. Kemudian cuci dengan larutan 3% CuSO4.
Luka bakar akibat benda panas
1. Diolesi dengan salep minyak ikan atau levertran
2. Mencelupkan ke dalam air es secepat mungkin atau
dikompres sampai rasa nyeri agak berkurang.
Luka pada mata
Terkena percikan larutan asam
1. Jika terkena percikan asam encer,
2. Mata dapat dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-
menerus
3. Dicuci dengan larutan 1% Na2C3

Terkena percikan larutan basa


1. Dicuci dengan air bersih kira-kira 15 menit terus-menerus
2. Dicuci dengan larutan 1% asam borat dengan gelas pencuci
mata

Keracunan
Keracunan zat melalui pernafasan
Akibat zat kimia karena menghirup Cl2, HCl, SO2, NO2,
formaldehid, ammonia.
 Menghindarkan korban dari lingkungan zat tersebut, kemudian
pindahkan korban ke tempat yang berudara segar.
 Jika korban tidak bernafas, segera berikan pernafasan buatan
dengan cara menekan bagian dada atau pemberian pernafasan
buatan dari mulut ke mulut korban

Jika terjadi kecelakaan laboratorium, sebaiknya segera


menghubungi Badan Layanan/personel seperti :
 Biological Safety Officer
 Pejabat laboratorium
 Engineering/Water/Gas/Electrical
 Satpam
XI. SARANA P3K
Kotak P3K wajib dimiliki oleh setiap keluarga baik itu
diletakan di rumah atau di kendaraan. Hal tersebut bukannya
berarti sebagai tanda akan terjadinya kecelakaan, namun untuk
mempersiapkan diri apabila hal buruk terjadi kepada anda atau
anggota keluarga yang lain. Dengan adalah Peralatan Dan Daftar
Obat untuk Kotak P3K, dapat membantu anda melakukan
pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan atau anggota
keluarga yang sakit sebelum dibawa ke dokter.
Memang tidak ada pedoman baku mengenai peralatan atau
obat-obatan apa saja yang harus ada di First Aid, namun
beberapa daftar di bawah ini bisa menjadi referensi sederhana
untuk mengisi Kotak P3K yang ada di rumah atau di dalam
kendaraan:
1. Sabun atau Cairan Antiseptic,
2. Kassa steril,
3. Plester perekat,
4. Tissue antiseptic,
5. Perban elastic,
6. Perban berperekat berbagai ukuran,
7. Salep/ Krim Antibiotik,
8. Salep/ Krim yang mengandung hidrokortison 1%,
9. Obat pereda nyeri (misalnya paracetamol/ibuprofen),
10. Kapas yang mengandung Alkohol,
11. Alkohol 70%,
12. Pinset,
13. Gunting tajam,
14. Peniti,
15. Lotion yang mengandung calamine,
16. Termometer badan,
17. Sarung tangan karet,
18. Senter dengan baterai tambahan,
19. Daftar nomor telepon untuk keadaan darurat,
20. Daftar Golongan Darah seluruh anggota,
21. Daftar penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
yang memerlukan penanganan khusus,
22. Buku petunjuk cara memberikan P3K,
Selain hal-hal diatas anda wajib memasukan Obat-obatan
pribadi yang dibutuhkan oleh anda dan anggota keluarga yang
lain. Obat-obatan pribadi tersebut diantaranya apabila anggota
keluarga anda ada yang menderita asma, maka tabung oksigen
untuk meredakan asma harus ada di dalam Kotak P3K. First Aid
Box sebaiknya terbuat dari bahan yang ringan namun kuat,
mudah dibawa, berwarna cerah, dan anti air. Letakan First Aid
Box di tempat yang mudah dijangkau dan mudah dilihat, saat
anda merasa panic.
Ada juga harus paham bagaimana menggunakan
perlengkapan dan obat-obatan yang ada di dalam First Aid Box.
Dan apabila anda sudah memahaminya, berikan ilmu tersebut
kepada anggota keluarga yang lain, sehingga mereka tidak
sepenuhnya tergantung pada anda. Hal yang penting lainnya
adalah anda harus memeriksa keadaan barang dan obat-obatan
dalam kotak. Jangan sampai anda membawa obat yang
kadaluarsa. Karena bukannya akan menolong namun anda bisa
saja memperparah keadaan.

Anda mungkin juga menyukai