Anda di halaman 1dari 4

Antidepresan Atipik

Bupropion

Bupropion adalah senyawa aminoketone yang di perkenalkan pertama kali pada tahun
1989 di Amerika Serikat dan berhubungan dengan potensi timbulnya kejang, menyebabkan
peredarannya terganggu sebelum diresmikan oleh FDA pada tahun 1985. Bupropion memiliki tiga
metabolit aktif yaitu hydroxybupropion,threobupropion, dan etythrobupropion. Kontribusi dari
ketiga metabolit pada efek klinis atau efek samping belum sepenuhnya di pahami, namun
metabolit tersebut memiliki kadar dalam plasma lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa
intinya. Kadar bupropion plasma setelah pemberian kronis memiliki waktu paruh 20 jam dan 80%
terikat dengan protein. Waktu paruh dari hydroxylbupropion lebih lama yaitu sekitar 22 jam dan
merupakan norepinephrine reuptake inhibitor. Bupropion dipercaya menimbulkan efek
antidepresan dengan cara menginhibisi norepinephrine reuptake dan meningkatkan aktivitas
dopamine. Bupropion tidak memiliki efek pada serotonergik, antikolinergik, atau
antihistaminergik, dan juga tidak berinteraksi dengan monoamine oxidase.
Bupropion IR (immediate release) membawa risiko yang relatif lebih tinggi untuk
menurunkan ambang kejang di bandingkan dengan SSRI. Bupropion IR memiliki risiko kejang
0.4% pada dosis 450 mg/hari, yaitu sekitar 2-4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kejang
terkait pemberian SSRI (0.1-0.2%). Risiko kejang sangat terkait dengan dosis dan laju dosis
eskalasi. Bahkan dengan kenaikan dosis sederhana 450-600 mg meningkatkan risiko terjadinya
kejang sepuluh kali lipat.
Efek dopaminergik dan adrenergik pada bupropion. Dapat mengaktifkan dan
menyebabkan overstimulasi, agitasi, nausea, nervousness, insomnia, tremor, dan palpitasi.
Bupropion memiliki potensi menimbulkan mania pada pasien bipolar, akan tetapi mania yang
ditimbulkan bersifat lebih ringan dibandingkan mania spontan atau mania yang ditimbulkan SSRI
atau TCA. Bupropion memiliki profil kardiovaskuler yang menguntungkan dan tidak
menyebabkan hipotensi ortostatik atau memperlambat konduksi jantung. Beberapa pasien
mungkin akan mengalami peningkatan tekanan darah.
Bupropion tidak berinteraksi dengan reseptor serotonergik, sehingga memiliki insidensi
rendah timbulnya disfungsi seksual yang umumnya timbul pada pemberian SSRI. Bupropion
menjadi alternative pemberian SSRI ketika efeksamping disfungsi seksual membatasi
penggunaannya.

Nefazodone dan Trazodone

Nefazodone dan trazodone adalah dua antidepresan yang saling berkaitan. Nefazodone
adalah derivate phenylpiperazine dari trazodone dengan aktivitas a1 lebih rendah. Trazodone
adalah derivate triazolopyridine yang dikembangkan di awal 1980-an sebagai alternatif untuk
TCA, akan tetapi kemanjurannya selalu dipertanyakan, dan penggunaan yang paling umum saat
ini adalah untuk memicu tidur. Sifat antidepresan yang diyakini terkait dengan antagonis reseptor
5-HT2 dan hanya sebagian dari inhibitor serotonin reuptake lemah. Selain dari efek terapetik,
trazodon adalah antagonis reseptor histamin H1 lemah sampai sedang. Efek samping yang
ditimbulkan memiliki kemiripan dengan efek samping yang ditimbulkan pada pemberian TCA
Nefazodone memiliki tiga metabolit aktif yaitu hydroxynefazodone (OHN), trazole-dion,
dan m-chlorophenylpiperazine (MCPP). Triazole-dion dan OHN berkontribusi pada efek anti
depresan dari nefazodone. OHN adalah inhibitor reseptor 5-HT2A serta serotonin reuptake yang
sangat kuat. Triazole-dion memiliki antagonis 5-HT2A lemah. MCPP adalah antagonis reseptor 5-
HT1A,1B,1C, 1D dan 5-HT2C tetapi tidak memiliki dampak yang signifikan pada keseluruhan
mekanisme kerja nefazodone. Nefazodone bekerja sebagai antagonis dan mengatur down
regulasi reseptor 5-HT2A postsinaptik, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan aktivitas
neurotransmitter reseptor 5-HT1A post sinaps. Nefazodone juga menghambat reuptake
norepinephrine presinaps pada tingkat paling rendah dan mungkin tidak berkontribusi dalam
efek terapetik nefazodone. Nefazodone tidak menyebabkan disfungsi seksual, sehingga
nefazodone menjadi alternatif pada pemberian SSRI.
Trazodone adalah antagonis reseptor histamin H1, serta antagonis a1 adrenergik, yang
membuatnya mirip dengan obat TCA dalam hal efeksamping yang tidak diinginkan. Karena sifat
inhibisi a1 adrenergik, trazodone dapat menyebabkan hipotensi ortostatik. Efek samping yang
paling serius dari pemberian trazodone pada pasien laki-laki yaitu priapisme, merupakan suatu
kedaruratan urologi. Insidensi priapisme akibat trazodone tidak diketahui, diperkirakan 1 dari
1000 atau 1 dari 10000 pasien setiap tahunnya. Hal ini cenderung terjadi pada awal pengobatan,
biasanya pada bulan pertama. Hal ini dapat terjadi pada dosis serendah 50 mg setiap hari. Sekitar
satu per tiga pasien membutuhkan intervensi bedah. Pria pisme diyakini terjadi akibat inhibisi
pada reseptor adrenergik.
Efek samping yang paling sering dari nefazodone adalah mual, mengantuk, mulut kering,
pusing, sembelit, kepala terasa ringan dan penglihatan kabur. Sebuah studi hepatotoksisitas dari
anti depresan melaporkan insidensi tinggi hepatotoksik pada pemberian nefazodone yaitu
sekitar 28.96 kasus per 100000 pasien per tahun.

Mirtazapine

Mirtazapine adalah analog 6-aza dari mianserin namum memiliki efek farmakologis yang
berbeda. Mirtazapine merupakan inhibitor reuptake noradrenergic lemah dan 5-HT2 antagonis
dari mianserin. Mirtazapine adalah antidepresan yang efektif dana gen anti ansietas, dan
dipercaya memiliki onset lebih cepat dibandingkan dengan antidepresan lainnya.
Mekanisme mirtazapine untuk tindakan antidepresan diyakini terkait dengan
peningkatan serotonin dan norepinephrine melalui blockade langsung autoreseptor dan
heteroreseptor a2 adrenergik. Mekanisme tersebut menyebabkan peningkatan transmisi
noradrenergic yang merangsang reseptor a1 adrenergik pada sel tubuh serotonergic. Inhibisi
heteroreseptor a2 adrenergik pada saraf terminal serotonin mencegah reseptor ini untuk
“turning off” peningkatan aktivitas serotonin. Karena memiliki profil farmakologi yang unik,
sehingga digunakan untuk augmentasi dan terapi kombinasi dengan SSRI.
Mirtazapine dengan cepat diserap di saluran gastrointestinal setelah pemberian secara
oral. Mirtazapine memiliki waktu paruh 20-40 jam dan 85% terikat pada protein plasma.
Gangguan hepar dan ginjal dapat menyebabkan penurunan distribusi mirtazapine sebanyak 30-
50% sehingga dibutuhkan penyesuaian dosis pada beberapa pasien. Mirtazapine dikaitkan
dengan mulut kering, mengantuk, dan sedasi pada 25% pasien. Karena aktivitas anti histamin,
obat ini mungkin akan menyebabkan peningkatan berat badan pada sekitar 10-20% pasien.
Mirtazapine memiliki insidensi rendah pada efek samping disfungsi seksual. Sebuah kasus
neutropenia berat (neutrophil absolut kurang dari 500/ml3) telah dilaporkan dalam tiga kasus.
Semua pasien sembuh setelah pemberian mirtazapine dihentikan. Oleh karena itu,
direkomendasikan untuk menghentikan mirtazapine jika ada tanda-tanda infeksi dengan julah sel
darah putih yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai