Anda di halaman 1dari 13

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA

NOMOR 154/I-PER/DIR/II/2018

TENTANG

PEDOMAN MANAJEMEN ETIK RUMAH SAKIT

DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA,

Menimbang : a. bahwa tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit sebagai institusi
pemberi pelayanan kesehatan dengan karakteristik dan organisasi
yang kompleks memiliki dampak hukum terhadap pasien yang
menerima pelayanan kesehatan, petugas yang bekerja di rumah
sakit, dan masyarakat sekitar;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a maka Direktur Rumah Sakit menetapkan Peraturan
Direktur Rumah Sakit tentang Pedoman Manajemen Etik Rumah
Sakit.

Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009


tentang Rumah Sakit;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 2014 Tentang Penentuan Kematian Dan Pemanfaatan
Organ Donor ;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2018 Tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien;
4. Keputusan Direktur Perseroan Terbatas Disa Prima Medika
Nomor 019/DPM/I-KEP/DIR/XII/2017 tentang Struktur Organisasi
Dan Tata Kerja Rumah Sakit Prima Husada;
5. Keputusan Direktur Perseroan Terbatas Disa Prima Medika
Nomor 020/DPM/I-KEP/DIR/XII/2017 tentang Pengangkatan
Direktur Rumah Sakit Prima Husada.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA TENTANG


PEDOMAN MANAJEMEN ETIK

Pasal 1
Rumah Sakit menetapkan tata kelola untuk manajemen etis dan etika
pegawai agar menjamin bahwa asuhan pasien diberikan didalam
norma-norma bisnis, finansial, etis, dan hukum yang melindungi pasien
dan hak mereka.

Pasal 2
(1) Rumah Sakit dalam menjalankan opersionalnya bertangung jawab
terhadap lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang
merugikan masyarakat.
(2) Direktur rumah sakit menetapkan regulasi tentang tata kelola etik
rumah sakit yang mengacu pada kode etik rumah sakit nasional,
membentuk komite etik yang mengelola etika Rumah Sakit dan
mengkoordinasikan sub komite etik profesi dan menetapkan kode
etik pegawai rumah sakit.
(3) Direktur RS membuat keputusan terkait pengadaan dan

1
penggunaan sumber daya dengan mempertimbangkan mutu dan
keselamatan
(4) Direktur rumah sakit memastikan praktek non diskriminatif dalam
hubungan kerja dan ketentuan atas asuhan pasien dengan
mengingat norma hukum dan budaya.
(5) Direktur rumah sakit memastikan kepatuhan staf terhadap etika
pegawai rumah sakit.

Pasal 3
(1) menyusun kebijakan yang kondusif bagi pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan kode etik Rumah Sakit; dan melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan serta pemberian sanksi bagi
pelanggaran etik rumah sakit.
(2) Rumah Sakit harus jujur dan terbuka , peka terhadap saran dan
kritik, serta berusaha menanggapi keluhan pasien dan masyarakat.
(3) Rumah Sakit berkewajiban menetapkan kerangka kerja untuk
manajemen yang menjamin asuhan pasien yang baik diberikan
sesuai norma etik, moral, bisnis dan hukum yang berlaku.

Pasal 4
(1) Rumah sakit mengungkapkan kepemilikannya serta mencegah
konflik kepentingan bila melakukan rujukan
(2) Rumah Sakit secara jujur menjelaskan pelayanan yang disediakan
kepada pasien
(3) Rumah Sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat
informatif, tidak komporatif berpijak pada dasar yang nyata.
(4) Rumah sakit membuat tagihan yang akurat untuk layanannya dan
memastikan bahwa insentif finansial dan pengaturan pembayaran
tidak mempengaruhi asuhan pasien.

Pasal 5
(1) Rumah sakit mempunyai sistem pelaporan bila terjadi dilema etis
dalam asuhan pasien dan dalam pelayanan non klinis.
(2) Regulasi tentang manajemen etis yang mendukung hal-hal yang
dikonfrontasi pada dilema etis dalam asuhan pasien telah
dilaksanakan
(3) Regulasi untuk manajemen etis yang mendukung hal-hal yang
dikonfrontasikan pada dilema etis dalam pelayanan nonklinis telah
dilaksanakan
(4) Pelaporan bila terjadi dilema etis dalam asuhan pasien dan dalam
pelayanan non klinis telah dilaksanakan

Pasal 6
Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Malang
Pada tanggal 9 Februari 2018
Direktur Rumah Sakit Prima Husada

dr. Lovi Krissadi Endari

2
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
PRIMA HUSADA
NOMOR 154.1/I-PER/DIR/II/2018
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN ETIK

BAB I

PENDAHULUAN

Direktur rumahsakit menetapkan regulasi tentang tata kelola etik rumah sakit yang
mengacu pada kode etik rumah sakit nasional, membentuk komite etik yang mengelola
etika Rumah Sakit dan mengkoordinasikan sub komite etik profesi dan menetapkan kode
etik pegawai rumah sakit.

Regulasi tentang tata kelola etik terdiri dari :


1. pedoman manajemen etik RS
2. penetapan Komite Etik RS yang dilengkapi dengan uraian tugas dan tata hubungan
kerja dengan sub komite etik profesi
3. penetapan kode etik profesi dan kode etik pegawai

Kerangka etika atau pedoman etik Rumah Sakit tersebut antara lain mengatur :
1. Tanggung jawab Direktur Rumah Sakit secara profesional dan hukum dalam
menciptakan dan mendukung lingkungan dan budaya kerja yang berpedoman pada
etika dan perilaku etis termasuk etika pegawai
2. penerapan etika dengan bobot yang sama pada kegiatan bisnis/manajemen maupun
kegiatan klinis/pelayanan Rumah Sakit
3. kerangka etika (pedoman etik) ini dapat untuk acuan kinerja dan sikap organisasi
selaras dengan visi, misi dan pernyataan nilai-nilai Rumah Sakit, kebijakan sumber
daya manusia, laporan tahunan serta dokumen lainnya
4. kerangka etika (pedoman etik) ini dapat membantu tenaga kesehatan, staf, serta
pasien dan keluarga pasien ketika menghadapi dilema etis dalam asuhan pasien,
seperti perselisihan antar profesional dan perselisihan antara pasien dan dokter
mengenai keputusan dalam asuhan dan pelayanan. Sesuai regulasi, Rumah Sakit
dapat menetapkan Komite/Panitia/Tim yang mengelola etik RS, termasuk melakukan
koordinasi antara komite etik RS dengan subkomite etik profesi medis dan sub komite
etik keperawatan
5. mempertimbangkan norma-norma nasional dan internasional terkait dengan hak
asasi manusia dan etika profesional dalam menyusun kerangka etika dan dokumen
pedoman lainnyaselaras dengan visi, misi dan

3
BAB II

KEWAJIBAN RUMAH SAKIT

Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :


1. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada
masyarakat;
2. memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
Rumah Sakit;
3. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;
4. berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai
dengan kemampuan pelayanannya;
5. menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin;
6. melaksanakan fungsi sosial;
7. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
8. menyelenggarakan rekam medis;
9. menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana ibadah,
parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak,
lanjut usia;
10. melaksanakan sistem rujukan;
11. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta peraturan perundang-undangan;
12. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban
pasien;
13. menghormati dan melindungi hak pasien;
14. melaksanakan etika Rumah Sakit;
14. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
15. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional
maupun nasional;
16. membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
17. menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws);
18. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit
dalam melaksanakan tugas; dan
19. memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

Selain kewajiban Rumah Sakit mempunyai kewajiban mengupayakan:


1. keamanan dan pembatasan akses pada unit kerja tertentu yang memerlukan
pengamanan khusus; dan
2. keamanan Pasien, pengunjung, dan petugas di Rumah Sakit.
3. Memberikan sikap dan perilaku yang sopan dan satun sesuia dengan norma
sopan santun dan adat ist iadat yang berlaku setempat.

4
BAB III

MANAJEMEN ETIS DAN ETIKA PEGAWAI

Bahwa lembaga perumahsakitan telah tumbuh dan berkembang sebagai bagisn dari
sejarah peradaban manusia, yang bersumber pada kemurnian rasa kasih sayangm
kesadaran sosial dan naluri tolong menolong diantara sesama, serta semangat
keagamaan yang tinggi dalam kehidupan masyarakat.
Selain melaksanakan kewajiban, Rumah Sakit dapat membentuk komite etik dan hukum
dalam memenuhi kewajiban melaksanakan etika Rumah Sakit.
A. Kewajiban Rumah Sakit menolak keinginan Pasien yang bertentangan dengan
standar profesi dan etika serta ketentuan peraturan perundang-undangan dengan
cara:
1. melakukan komunikasi, informasi dan edukasi;
2. membuat peraturan internal Rumah Sakit; dan
3. memberdayakan unsur Rumah Sakit yang memiliki tugas dan tanggung
jawab di bidang etik dan hukum Rumah Sakit.
B. Keinginan Pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
ketentuan peraturan perundang-undangan) berupa:
1. permintaan untuk melakukan aborsi ilegal;
2. permintaan untuk eutanasia dan physician assisted suicide;
3. pemberian keterangan palsu;
4. melakukan fraud; dan
5. keinginan Pasien lain yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Penolakan keinginan Pasien dilakukan setelah diberikan penjelasan mengenai
alasan penolakan tersebut dan dicatat dalam dokumen tertulis.
D. Dokumen tertulis dapat berupa rekam medis atau dokumen tersendiri.

Pada pasien yang berada dalam keadaan yang tidak dapat disembuhkan akibat penyakit
yang dideritanya (terminal state) dan tindakan kedokteran sudah sia-sia (futile) dapat
dilakukan penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup.
1. Kebijakan mengenai kriteria keadaan pasien yang terminal state dan tindakan
kedokteran yang sudah sia-sia (futile) ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
2. Keputusan untuk menghentikan atau menunda terapi bantuan hidup tindakan
kedokteran terhadap pasien dilakukan oleh tim dokter yang menangani pasien
setelah berkonsultasi dengan tim dokter yang ditunjuk oleh Komite Medik atau
Komite Etik.
3. Rencana tindakan penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup harus
diinformasikan dan memperoleh persetujuan dari keluarga pasien atau yang
mewakili pasien.
4. Terapi bantuan hidup yang dapat dihentikan atau ditunda hanya tindakan yang
bersifat terapeutik dan/atau perawatan yang bersifat luar biasa (extra-ordinary),
meliputi:
1. Rawat di Intensive Care Unit;
2. Resusitasi Jantung Paru;
3. Pengendalian disritmia;
4. Intubasi trakeal;
5. Ventilasi mekanis;
6. Obat vasoaktif;
7. Nutrisi parenteral;
8. Organ artifisial;
9. Transplantasi;

5
10. Transfusi darah;
11. Monitoring invasif;
12. Antibiotika; dan
13. Tindakan lain yang ditetapkan dalam standar pelayanan kedokteran.
5. Terapi bantuan hidup yang tidak dapat dihentikan atau ditunda meliputi oksigen,
nutrisi enteral dan cairan kristaloid.
6. Keluarga pasien dapat meminta dokter untuk melakukan penghentian atau
penundaan terapi bantuan hidup atau meminta menilai keadaan pasien untuk
penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup.
7. Permintaan keluarga pasien hanya dapat dilakukan dalam hal:
a. pasien tidak kompeten tetapi telah mewasiatkan pesannya tentang hal ini
(advanced directive) yang dapat berupa:
1. pesan spesifik yang menyatakan agar dilakukan penghentian atau
penundaan terapi bantuan hidup apabila mencapai keadaan futility
(kesia-siaan)
2. pesan yang menyatakan agar keputusan didelegasikan kepada
seseorang tertentu (surrogate decision maker)
b. pasien yang tidak kompeten dan belum berwasiat, namun keluarga pasien
yakin bahwa seandainya pasien kompeten akan memutuskan seperti itu,
berdasarkan kepercayaannya dan nilai- nilai yang dianutnya.
8. Dikecualikan dari ketentuan bila pasien masih mampu membuat keputusan dan
menyatakan keinginannya sendiri.
9. Dalam hal permintaan dinyatakan oleh pasien maka permintaan pasien tersebut
harus dipenuhi.
Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara permintaan keluarga dan rekomendasi
tim yang ditunjuk oleh komite medik atau komite etik, dimana keluarga tetap
meminta penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup, tanggung jawab
hukum ada di pihak keluarga.

Rumah sakit merupakan suatu institusi yang melibatkan banyak profesi di dalamnya.
Tujuan utama dari rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang bermutu tinggi
kepada para pelanggannya. Pelayanan tersebut dapat terwujud melalui interaksi berbagai
profesi yang bekerja pada rumah sakit, ditunjang dengan berbagai peralatan, baik
peralatan medik maupun non medik, yang sederhana sampai peralatan canggih.
Adanya interaksi antar manusia yang terjadi dalam lingkup pelayanan rumah sakit,
maupun interaksi dengan para pelanggan, memerlukan suatu pengaturan agar interaksi
yang terjadi dapat selaras dan tidak ada pihak yang dirugikan. Salah satu bentuk
pengaturan yang diperlukan adalah ditetapkannya etika bagi seluruh sumber daya
manusia rumah sakit, sehingga akan menumbuhkan rasa saling percaya dengan
landasan saling menghargai.
Etika Pegawai Rumah Sakit diperlukan sebagai pengaturan interaksi yang terjadi dalam
pelayanan profesi dalam melaksanakan tugas masing-masing, di samping Etika Profesi
sebagai pedoman tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya. Etika Pegawai
Rumah Sakit merumuskan norma moral dasar bagi seluruh sumber daya manusia rumah
sakit, yang mengacu dari etika umum yang berlaku universal. Dengan demikian Etika
Pegawai Rumah Sakit merupakan kaidah khusus sebagai pedoman setiap sumber daya
manusia rumah sakit dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari di rumah sakit.
Berlandaskan pada kesadaran itu, RS Prima Husada menetapkan Etika Pegawai Rumah
Sakit Prima Husada yang memuat rangkuman nilai-nilai dan norma yang dijadikan
pegangan oleh setiap pegawai RS Prima Husada dalam melaksanakan tugas profesinya
dan saat berinteraksi dengan pelanggan, baik pelanggan eksternal, internal maupun
perantara.

6
A. ETIKA PEGAWAI RUMAH SAKIT

1. Prinsip KEPATUHAN PERATURAN


a. Pegawai RS Prima Husada memiliki prinsip untuk selalu patuh, taat dan
menghormati seluruh peraturan perundangan yang berlaku.
b. Pegawai RS Prima Husada wajib mengetahui, mematuhi dan melaksanakan
seluruh peraturan perundangan yang berlaku sesuai dengan profesi masing-
masing.
c. Pegawai RS Prima Husada wajib mengetahui, mematuhi dan melaksanakan
seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di lingkungan RS Prima Husada.

2. Prinsip KERAHASIAAN
a. Pegawai RS Prima Husada berkewajiban menjaga dan melindungi segala
informasi yang diketahuinya tentang rumah sakit, dan dilarang menyampaikan
informasi kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan manajemen rumah sakit.
b. Pegawai RS Prima Husada berkewajiban menjaga dan melindungi kehormatan
para pelanggan rumah sakit, dengan tidak menyebar luaskan hal-hal yang
diketahuinya berkaitan dengan kondisi kesehatan atau hal-hal yang bersifat
pribadi.
c. Pegawai RS Prima Husada berkewajiban menyimpan dan menjaga agar dokumen
yang memuat data-data pelanggan tidak berada pada yang tidak berhak.

3. Prinsip KEBENARAN PENCATATAN


a. Pegawai RS Prima Husada dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
senantiasa melaksanakan pencatatan sesuai ketentuan yang berlaku dengan data
yang sesungguhnya dan dapat dipertanggung jawabkan secara profesional.
b. Pegawai RS Prima Husada dalam melaksanakan pencatatan selalu lengkap,
benar dan tepat waktu.

4. Prinsip KEJUJURAN
a. Pegawai RS Prima Husada menjunjung tinggi kejujuran dalam menjalankan tugas
profesinya, dengan tidak melakukan manipulasi terhadap data ataupun kejadian
yang sesungguhnya terjadi.
b. Pegawai RS Prima Husada selalu terbuka dalam menerima saran dan kritik yang
positif demi peningkatan kompetensi dan mutu pelayanan.
c. Pegawai RS Prima Husada dalam melaksanakan kewajibannya tidak menyalah
gunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk kepentingan pribadi.
d. Pegawai RS Prima Husada tidak menggunakan dana, fasilitas dan barang milik
rumah sakit untuk kepentingan pribadi tanpa tata cara dan prosedur yang berlaku.

5. Prinsip KEHORMATAN PROFESI


a. Pegawai RS Prima Husada senantiasa memahami, menjunjung tinggi dan
melaksanakan Etika Profesi masing-masing dan Etika Rumah Sakit.
b. Pegawai RS Prima Husada tidak menerima hadiah atau imbalan berupa apapun
untuk melanggar peraturan dan prinsip kerahasiaan perusahaan dan pasien.
c. Pegawai RS Prima Husada senantiasa menjaga kehormatan dan keluhuran
profesinya dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan pelanggan rumah
sakit.

7
d. Pegawai RS Prima Husada selalu berupaya menjaga dan meningkatkan
kompetensinya agar dapat memberikan pelayanan profesional terbaik kepada
para pelanggan.

6. Prinsip TANGGUNG JAWAB SOSIAL


a. Pegawai RS Prima Husada senatiasa perduli pada kepentingan pasien, pelanggan
dan rekan kerjanya.
b. Pegawai RS Prima Husada memiliki tanggung jawab moral untuk tidak menyebar
luaskan informasi yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial pasien, pelanggan
dan rekan kerjanya.
c. Pegawai RS Prima Husada tidak melaksanakan pemasaran untuk meningkatkan
kinerja rumah sakit melalui upaya menjatuhkan nama baik dokter, rumah sakit
atau sarana pelayanan kesehatan lain/pesaing.

7. Prinsip KESELARASAN KEPENTINGAN


a. Pegawai RS Prima Husada dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya selalu
berorientasi dan mengutamakan kepuasan pelanggan yang dilayani.
b. Pegawai RS Prima Husada senantiasa loyal terhadap kepentingan rumah sakit,
dan tidak melaksanakan kegiatan ataupun usaha yang dapat merugikan rumah
sakit.
c. Pegawai RS Prima Husada dalam memberikan pelayanan senantiasa
memperhatikan dan mengindahkan hak-hak pasien

8. Prinsip KETERBATASAN KETERANGAN


a. Pegawai RS Prima Husada dalam memberikan keterangan senantiasa
berlandaskan pada kewenangan yang dimiliki, sehingga tidak dibenarkan
menyampaikan informasi yang diketahuinya namun bukan merupakan
kewenangannya kepada pihak lain yang tidak berhak.
b. Pegawai RS Prima Husada dalam menyampaikan penjelasan dan keterangan
selalu berlandaskan asas kepatutan dan profesionalisme, dan tidak memberikan
opini pribadi terhadap informasi yang disampaikan.

9. Prinsip PERSAMAAN PERLAKUAN


a. Pegawai RS Prima Husada dalam melaksanakan tugas profesinya tidak
membedakan pelanggan berdasarkan ras, agama, golongan atau keadaan sosial
ekonomi pelanggan.
b. Pegawai RS Prima Husada dalam memberikan pelayanan senantiasa
berlandaskan pada hati nurani, sehingga selalu berorientasi pada bagaimana
dirinya ingin diperlakukan.

10. Prinsip KEBERSIHAN DIRI


a. Pegawai RS Prima Husada senantiasa memperhatikan dan menjaga penampilan
fisiknya agar layak dalam interaksi dengan orang lain saat melaksanakan tugas
dan kewajibannya.
b. Pegawai RS Prima Husada selain menjaga penampilan fisiknya, senantiasa
menjaga hati dan nuraninya dengan melaksanakan kewajiban ibadah sesuai
ketentuan agama dan kepercayaan masing-masing.
c. Pegawai RS Prima Husada tidak melakukan perbuatan tercela, baik yang diatur
tertulis maupun tidak tertulis yang merupakan norma yang telah diterima
masyarakat.

8
B. ETIKET DALAM BERKOMUNIKASI

Etiket dalam berkomunikasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu


1. secara langsung
2. secara tidak langsung

Etiket berkomunikasi secara langsung


1. Pada senior
a. Berusaha untuk menyapa terlebih dahulu.
b. Berbicaralah dengan menggunakan kata-kata yang sopan, jelas,dan ramah.
c. Berbicara dengan menggunakan intonasi suara yang sesuai, tidak terlalu
keras, tidak terlalu pelan, tidak terlalu cepat.
d. Tidak mengeluarkan bunyi-bunyian atau gerakan yang tidak diperlukan.
Contoh : tidak menggoyangkan kaki, mengetukkan jari/pulpen, menggaruk-
garuk kepala, mengunyah sesuatu, dll.
e. Tidak memotong pembicaraan saat senior sedang berbicara, baik saat senior
sedang berbicara dengan pasien ataupun dengan kita.
f. Jika memungkinkan sebelum berbicara menggunakan kata ”maaf”.
g. Menggunakan kata sapa seperti: bapak, ibu, dokter, mbak, dll. Lalu dilanjutkan
dengan namanya jika kita mengetahui namanya.
h. Berusaha untuk mempertahankan kontak mata, mendengarkan secara aktif,
dan berusaha untuk menjawab jika diajukan suatu pertanyaan dengan singkat,
jelas, dan tidak berbelit-belit.
2. Pada sesama
a. Berusaha untuk menyapa terlebih dahulu.
b. Berbicara dengan menggunakan kata-kata yang sopan, jelas, dan ramah.
c. Tidak menggunakan kata sapa yang kurang sopan, seperti: gue, elo, dll.
d. Berbicara dengan menggunakan intonasi suara yang sesuai, tidak terlalu
keras, tidak terlalu pelan, tidak terlalu cepat.
e. Tidak membicarakan kejelekan atau kesalahan sesama karyawan baik yang
dalam satu departemen ataupun berlainan departemen
3. Pada junior
a. berbicara dengan menggunakan kata-kata yang sopan, jelas, dan ramah.
b. berbicara dengan menggunakan intonasi suara yang sesuai, tidak terlalu
keras, tidak terlalu pelan, tidak terlalu cepat.
c. Tidak membentak-bentak saat yunior melakukan kesalahan

Etiket berkomunikasi secara tidak langsung


1. Tertulis

2. Telepon
a. Mulailah pembicaraan di telepon dengan mengucapkan salam,
memperkenalkan diri, dan ucapan siap membantu. Contoh: ”selamat siang,
dengan (nama) ada yang bisa saya bantu”
b. Gunakanlah kata-kata yang sopan, baik, dan jelas.
c. Usahakan untuk memberikan suasana yang akrab dengan menggunakan kata
panggilan seperti Bapak, Ibu dll.
d. Dengarlah pembicaraan si penelepon dengan seksama, penuh perhatian,
jangan memotong pembicaraan.
e. Jika ada yang menitip pesan, catatlah pesan-pesan penting yang disampaikan
dan sampaikan pada orang yang bersangkutan.

9
f. Gunakanlah kata-kata ”terima kasih” saat akan mengakhiri pembicaraan di
telepon.
g. Tidak membiarkan telepon berdering lebih dari 3 kali.
h. Tidak membiarkan orang menunggu terlalu lama saat dalam menu ”hold”
i. Dilarang menerima/menggunakan telepon untuk kepentingan pribadi.

Etiket saat menggunakan/berada di fasilitas umum


1. Koridor
a. Usahakan untuk menyapa setiap orang yang berpapasan di koridor rumah
sakit
b. Tidak makan/minum di koridor rumah sakit
c. Tidak berhenti atau jalan bergerombol yang berakibat menghalangi akses
orang lain.
2. Kantin
a. Tidak bicara/mengobrol terlalu keras yang akan mengakibatkan orang lain
terganggu
b. Usahakan agar saat makan tidak berdecak.
c. Jangan terlalu lama duduk di tempat makan yang akan mengakibatkan
pengunjung lain yang ingin makan sulit mendapatkan tempat makan.

Etiket dalam masuk ruang perawatan


a. Mengucapkan salam saat memasuki ruang perawatan pasien.
b. Berusaha menunjukan keramahan dan sikap empati terhadap pasien.
c. Menanyakan kondisi pasien saat ditemui dan menawarkan bantuan apabila
ada yang bisa dibantu.
d. Mendengarkan keluhan pasien dengan seksama dan menindaklanjuti keluhan
pasien.
e. Mengucapkan salam perpisahan sebelum meninggalkan ruang perawatan.
f. Tutup pintu setelah keluar dari ruang rawat inap.

Etiket saat berada dalam kamar kecil


a. Selalu berusaha menjaga kebersihan saat berada di kamar kecil
b. Tidak merokok baik saat berada di kamar kecil ataupun saat berada di
lingkungan rumah sakit.
c. Tidak membuang pembalut atau barang-barang yang dapat menyumbat aliran
air pembuangan di kamar kecil
d. Tidak menggunakan fasilitas yang ada di kamar kecil secara berlebihan,
contoh: tissue, sabun, dll

Etiket dalam berpakaian


1. Rambut harus selalu disisir dan ditata. Untuk rambut pendek tidak boleh
melebihi bahu, sedangkan untuk rambut panjang harus harus diikat rapi
2. Tidak menggunakan rias wajah / kosmetik yang terlalu mencolok
3. Semua staf rumah sakit harus menggunakan seragam yang telah ditentukan
oleh manajemen rumah sakit
4. Pakaian harus rapih, bersih, tidak kebesaran / kekecilan, dan baju harus
dikancing rapih.
5. Hindari bau badan dengan memakai wewangian, bedak, dll
6. Tidak boleh menggunakan aksesoris yang berlebihan
7. Penampilan secara keseluruhan harus mencerminkan keramahan dan
kesopanan

10
BAB IV

TATA LAKSANA

A. Tata Kelola
RS menetapkan tata kelola untuk manajemen etis dan etika pegawai agar menjamin
bahwa asuhan pasien diberikan didalam norma-norma bisnis, finansial, etis, dan
hukum yang melindungi pasien dan hak mereka.
1. Asuhan Pasien tidak melanggar norma-norma bisnis, norma keuangan, etik dan
hukum.
Bukti proses monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan pasien yang
tidak melanggar norma bisnis, norma keuangan, etik dan hukum contoh:
a. RS memastikan tidak ada tagihan yang tidak sesuai dengan asuhan yang
diberikan
b. Tidak ada uang muka untuk pasien gawat darurat
c. Iklan RS yang menyebutkan RS terbaik atau termurah yang mengarah kepada
persaingan tidak sehat
d. Pasien diminta membeli obat terlebih dahulu sebelum dilayani
Hubungan kerja dan asuhan pasien
1. Bukti hubungan kerja tidak diskriminatif menyangkut suku, agama, ras dan
gender
2. Bukti asuhan pasien tidak diskriminatif menyangkut suku, agama, ras dan
gender.
Kepatuhan staf
3. bukti monitoring kepatuhan staf terhadap etika pegawai
4. bukti penanganan pelanggaran etik mulai teguran lisan sampai tertulis
terhadap pelanggaran etik pegawai

2. kerangka kerja manajemen etis


Kerangka kerja Rumah Sakit untuk manajemen etis meliputi:
1. pemasaran,
Ada nama kepemilikan pada papan nama RS, brosur dan website RS
mengungkapkan kepemilikannya serta mencegah konflik kepentingan bila
melakukan rujukan
1. Bukti pengungkapkan kepemilikan RS antara lain di kop surat, papan
nama, website, brosur dan leaflet
2. Bukti rujukan tidak terdapat konflik kepentingan
2. admisi /penerimaan pasien rawat inap (admission),
RumahSakit secara jujur menjelaskan pelayanan yang disediakan kepada
pasien pada waktu admisi (general consent).
3. pemindahan pasien (transfer),
4. pemulangan pasien (discharge)
Rumah sakit membuat tagihan yang akurat untuk layanannya dan memastikan
bahwa insentif finansial dan pengaturan pembayaran tidak mempengaruhi
asuhan pasien dan tidak ada tagihan susulan setelah pasien pulang
5. pemberitahuan (disclosure) tentang kepemilikan serta
6. konflik bisnis maupun profesional yang bukan kepentingan pasien

11
3. Sistem pelaporan

Rumah sakit mempunyai sistem pelaporan bila terjadi dilema etis dalam asuhan pasien
dan dalam pelayanan non klinis. Regulasi tentang manajemen etis yang mendukung
hal-hal yang dikonfrontasi pada dilema etis dalam asuhan pasien telah dilaksanakan.
Bukti tentang manajemen etis telah dilaksanakan sesuai regulasi dengan melibatkan
komite etik

Regulasi untuk manajemen etis yang mendukung hal-hal yang dikonfrontasikan pada
dilema etis dalam pelayanan nonklinis telah dilaksanaka Bukti tentang manajemen etis
telah dilaksanakan sesuai regulasi Pelaporan bila terjadi dilema etis dalam asuhan
pasien dan dalam pelayanan non klinis telah dilaksanakan. Bukti pelaporan dilema
asuhan klinis dan dilema non klinis.

Rumah sakit dalam operasionalisasinya banyak menggunakan bahan-bahan


berbahaya dan dapat menghasilkan bahan-bahan berupa limbah yang dapat
mencemari lingkungan, menimbulkan gangguan, mengancam dan bahkan
membahayakan kehidupan manusia, baik itu berupa unsur-unsur fisik, biologik, kimia
dan sebagainya. Untuk ini, penyelenggara dan manajemen rumah sakit dituntut
memperhatikan hal ini, menyediakan dan memelihara secara terus menerus sarana
dan prasarana yang bertujuan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang
dapat mengancam dan membahayakan kehidupan manusia.

12
BAB V

PENUTUP

Dalam hal hasil pembinaan dan pengawasan ditemukan pelanggaran etika dan/atau
pelanggaran disiplin profesi, Menteri, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah
Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dapat meneruskan hasil
pembinaan dan pengawasan kepada organisasi profesi atau majelis disiplin profesi
masing-masing.

Ditetapkan di Malang
Pada tanggal 9 Februari 2018
Direktur Rumah Sakit Prima Husada,

dr. Lovi Krissadi Endari

13

Anda mungkin juga menyukai