Etik Rs PDF
Etik Rs PDF
NOMOR 154/I-PER/DIR/II/2018
TENTANG
Menimbang : a. bahwa tindakan yang dilakukan oleh rumah sakit sebagai institusi
pemberi pelayanan kesehatan dengan karakteristik dan organisasi
yang kompleks memiliki dampak hukum terhadap pasien yang
menerima pelayanan kesehatan, petugas yang bekerja di rumah
sakit, dan masyarakat sekitar;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a maka Direktur Rumah Sakit menetapkan Peraturan
Direktur Rumah Sakit tentang Pedoman Manajemen Etik Rumah
Sakit.
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Rumah Sakit menetapkan tata kelola untuk manajemen etis dan etika
pegawai agar menjamin bahwa asuhan pasien diberikan didalam
norma-norma bisnis, finansial, etis, dan hukum yang melindungi pasien
dan hak mereka.
Pasal 2
(1) Rumah Sakit dalam menjalankan opersionalnya bertangung jawab
terhadap lingkungan agar tidak terjadi pencemaran yang
merugikan masyarakat.
(2) Direktur rumah sakit menetapkan regulasi tentang tata kelola etik
rumah sakit yang mengacu pada kode etik rumah sakit nasional,
membentuk komite etik yang mengelola etika Rumah Sakit dan
mengkoordinasikan sub komite etik profesi dan menetapkan kode
etik pegawai rumah sakit.
(3) Direktur RS membuat keputusan terkait pengadaan dan
1
penggunaan sumber daya dengan mempertimbangkan mutu dan
keselamatan
(4) Direktur rumah sakit memastikan praktek non diskriminatif dalam
hubungan kerja dan ketentuan atas asuhan pasien dengan
mengingat norma hukum dan budaya.
(5) Direktur rumah sakit memastikan kepatuhan staf terhadap etika
pegawai rumah sakit.
Pasal 3
(1) menyusun kebijakan yang kondusif bagi pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan kode etik Rumah Sakit; dan melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan serta pemberian sanksi bagi
pelanggaran etik rumah sakit.
(2) Rumah Sakit harus jujur dan terbuka , peka terhadap saran dan
kritik, serta berusaha menanggapi keluhan pasien dan masyarakat.
(3) Rumah Sakit berkewajiban menetapkan kerangka kerja untuk
manajemen yang menjamin asuhan pasien yang baik diberikan
sesuai norma etik, moral, bisnis dan hukum yang berlaku.
Pasal 4
(1) Rumah sakit mengungkapkan kepemilikannya serta mencegah
konflik kepentingan bila melakukan rujukan
(2) Rumah Sakit secara jujur menjelaskan pelayanan yang disediakan
kepada pasien
(3) Rumah Sakit dalam melakukan promosi pemasaran harus bersifat
informatif, tidak komporatif berpijak pada dasar yang nyata.
(4) Rumah sakit membuat tagihan yang akurat untuk layanannya dan
memastikan bahwa insentif finansial dan pengaturan pembayaran
tidak mempengaruhi asuhan pasien.
Pasal 5
(1) Rumah sakit mempunyai sistem pelaporan bila terjadi dilema etis
dalam asuhan pasien dan dalam pelayanan non klinis.
(2) Regulasi tentang manajemen etis yang mendukung hal-hal yang
dikonfrontasi pada dilema etis dalam asuhan pasien telah
dilaksanakan
(3) Regulasi untuk manajemen etis yang mendukung hal-hal yang
dikonfrontasikan pada dilema etis dalam pelayanan nonklinis telah
dilaksanakan
(4) Pelaporan bila terjadi dilema etis dalam asuhan pasien dan dalam
pelayanan non klinis telah dilaksanakan
Pasal 6
Peraturan Direktur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Malang
Pada tanggal 9 Februari 2018
Direktur Rumah Sakit Prima Husada
2
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
PRIMA HUSADA
NOMOR 154.1/I-PER/DIR/II/2018
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN ETIK
BAB I
PENDAHULUAN
Direktur rumahsakit menetapkan regulasi tentang tata kelola etik rumah sakit yang
mengacu pada kode etik rumah sakit nasional, membentuk komite etik yang mengelola
etika Rumah Sakit dan mengkoordinasikan sub komite etik profesi dan menetapkan kode
etik pegawai rumah sakit.
Kerangka etika atau pedoman etik Rumah Sakit tersebut antara lain mengatur :
1. Tanggung jawab Direktur Rumah Sakit secara profesional dan hukum dalam
menciptakan dan mendukung lingkungan dan budaya kerja yang berpedoman pada
etika dan perilaku etis termasuk etika pegawai
2. penerapan etika dengan bobot yang sama pada kegiatan bisnis/manajemen maupun
kegiatan klinis/pelayanan Rumah Sakit
3. kerangka etika (pedoman etik) ini dapat untuk acuan kinerja dan sikap organisasi
selaras dengan visi, misi dan pernyataan nilai-nilai Rumah Sakit, kebijakan sumber
daya manusia, laporan tahunan serta dokumen lainnya
4. kerangka etika (pedoman etik) ini dapat membantu tenaga kesehatan, staf, serta
pasien dan keluarga pasien ketika menghadapi dilema etis dalam asuhan pasien,
seperti perselisihan antar profesional dan perselisihan antara pasien dan dokter
mengenai keputusan dalam asuhan dan pelayanan. Sesuai regulasi, Rumah Sakit
dapat menetapkan Komite/Panitia/Tim yang mengelola etik RS, termasuk melakukan
koordinasi antara komite etik RS dengan subkomite etik profesi medis dan sub komite
etik keperawatan
5. mempertimbangkan norma-norma nasional dan internasional terkait dengan hak
asasi manusia dan etika profesional dalam menyusun kerangka etika dan dokumen
pedoman lainnyaselaras dengan visi, misi dan
3
BAB II
4
BAB III
Bahwa lembaga perumahsakitan telah tumbuh dan berkembang sebagai bagisn dari
sejarah peradaban manusia, yang bersumber pada kemurnian rasa kasih sayangm
kesadaran sosial dan naluri tolong menolong diantara sesama, serta semangat
keagamaan yang tinggi dalam kehidupan masyarakat.
Selain melaksanakan kewajiban, Rumah Sakit dapat membentuk komite etik dan hukum
dalam memenuhi kewajiban melaksanakan etika Rumah Sakit.
A. Kewajiban Rumah Sakit menolak keinginan Pasien yang bertentangan dengan
standar profesi dan etika serta ketentuan peraturan perundang-undangan dengan
cara:
1. melakukan komunikasi, informasi dan edukasi;
2. membuat peraturan internal Rumah Sakit; dan
3. memberdayakan unsur Rumah Sakit yang memiliki tugas dan tanggung
jawab di bidang etik dan hukum Rumah Sakit.
B. Keinginan Pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
ketentuan peraturan perundang-undangan) berupa:
1. permintaan untuk melakukan aborsi ilegal;
2. permintaan untuk eutanasia dan physician assisted suicide;
3. pemberian keterangan palsu;
4. melakukan fraud; dan
5. keinginan Pasien lain yang bertentangan dengan standar profesi dan etika
serta ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Penolakan keinginan Pasien dilakukan setelah diberikan penjelasan mengenai
alasan penolakan tersebut dan dicatat dalam dokumen tertulis.
D. Dokumen tertulis dapat berupa rekam medis atau dokumen tersendiri.
Pada pasien yang berada dalam keadaan yang tidak dapat disembuhkan akibat penyakit
yang dideritanya (terminal state) dan tindakan kedokteran sudah sia-sia (futile) dapat
dilakukan penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup.
1. Kebijakan mengenai kriteria keadaan pasien yang terminal state dan tindakan
kedokteran yang sudah sia-sia (futile) ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
2. Keputusan untuk menghentikan atau menunda terapi bantuan hidup tindakan
kedokteran terhadap pasien dilakukan oleh tim dokter yang menangani pasien
setelah berkonsultasi dengan tim dokter yang ditunjuk oleh Komite Medik atau
Komite Etik.
3. Rencana tindakan penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup harus
diinformasikan dan memperoleh persetujuan dari keluarga pasien atau yang
mewakili pasien.
4. Terapi bantuan hidup yang dapat dihentikan atau ditunda hanya tindakan yang
bersifat terapeutik dan/atau perawatan yang bersifat luar biasa (extra-ordinary),
meliputi:
1. Rawat di Intensive Care Unit;
2. Resusitasi Jantung Paru;
3. Pengendalian disritmia;
4. Intubasi trakeal;
5. Ventilasi mekanis;
6. Obat vasoaktif;
7. Nutrisi parenteral;
8. Organ artifisial;
9. Transplantasi;
5
10. Transfusi darah;
11. Monitoring invasif;
12. Antibiotika; dan
13. Tindakan lain yang ditetapkan dalam standar pelayanan kedokteran.
5. Terapi bantuan hidup yang tidak dapat dihentikan atau ditunda meliputi oksigen,
nutrisi enteral dan cairan kristaloid.
6. Keluarga pasien dapat meminta dokter untuk melakukan penghentian atau
penundaan terapi bantuan hidup atau meminta menilai keadaan pasien untuk
penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup.
7. Permintaan keluarga pasien hanya dapat dilakukan dalam hal:
a. pasien tidak kompeten tetapi telah mewasiatkan pesannya tentang hal ini
(advanced directive) yang dapat berupa:
1. pesan spesifik yang menyatakan agar dilakukan penghentian atau
penundaan terapi bantuan hidup apabila mencapai keadaan futility
(kesia-siaan)
2. pesan yang menyatakan agar keputusan didelegasikan kepada
seseorang tertentu (surrogate decision maker)
b. pasien yang tidak kompeten dan belum berwasiat, namun keluarga pasien
yakin bahwa seandainya pasien kompeten akan memutuskan seperti itu,
berdasarkan kepercayaannya dan nilai- nilai yang dianutnya.
8. Dikecualikan dari ketentuan bila pasien masih mampu membuat keputusan dan
menyatakan keinginannya sendiri.
9. Dalam hal permintaan dinyatakan oleh pasien maka permintaan pasien tersebut
harus dipenuhi.
Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara permintaan keluarga dan rekomendasi
tim yang ditunjuk oleh komite medik atau komite etik, dimana keluarga tetap
meminta penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup, tanggung jawab
hukum ada di pihak keluarga.
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang melibatkan banyak profesi di dalamnya.
Tujuan utama dari rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang bermutu tinggi
kepada para pelanggannya. Pelayanan tersebut dapat terwujud melalui interaksi berbagai
profesi yang bekerja pada rumah sakit, ditunjang dengan berbagai peralatan, baik
peralatan medik maupun non medik, yang sederhana sampai peralatan canggih.
Adanya interaksi antar manusia yang terjadi dalam lingkup pelayanan rumah sakit,
maupun interaksi dengan para pelanggan, memerlukan suatu pengaturan agar interaksi
yang terjadi dapat selaras dan tidak ada pihak yang dirugikan. Salah satu bentuk
pengaturan yang diperlukan adalah ditetapkannya etika bagi seluruh sumber daya
manusia rumah sakit, sehingga akan menumbuhkan rasa saling percaya dengan
landasan saling menghargai.
Etika Pegawai Rumah Sakit diperlukan sebagai pengaturan interaksi yang terjadi dalam
pelayanan profesi dalam melaksanakan tugas masing-masing, di samping Etika Profesi
sebagai pedoman tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya. Etika Pegawai
Rumah Sakit merumuskan norma moral dasar bagi seluruh sumber daya manusia rumah
sakit, yang mengacu dari etika umum yang berlaku universal. Dengan demikian Etika
Pegawai Rumah Sakit merupakan kaidah khusus sebagai pedoman setiap sumber daya
manusia rumah sakit dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari di rumah sakit.
Berlandaskan pada kesadaran itu, RS Prima Husada menetapkan Etika Pegawai Rumah
Sakit Prima Husada yang memuat rangkuman nilai-nilai dan norma yang dijadikan
pegangan oleh setiap pegawai RS Prima Husada dalam melaksanakan tugas profesinya
dan saat berinteraksi dengan pelanggan, baik pelanggan eksternal, internal maupun
perantara.
6
A. ETIKA PEGAWAI RUMAH SAKIT
2. Prinsip KERAHASIAAN
a. Pegawai RS Prima Husada berkewajiban menjaga dan melindungi segala
informasi yang diketahuinya tentang rumah sakit, dan dilarang menyampaikan
informasi kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan manajemen rumah sakit.
b. Pegawai RS Prima Husada berkewajiban menjaga dan melindungi kehormatan
para pelanggan rumah sakit, dengan tidak menyebar luaskan hal-hal yang
diketahuinya berkaitan dengan kondisi kesehatan atau hal-hal yang bersifat
pribadi.
c. Pegawai RS Prima Husada berkewajiban menyimpan dan menjaga agar dokumen
yang memuat data-data pelanggan tidak berada pada yang tidak berhak.
4. Prinsip KEJUJURAN
a. Pegawai RS Prima Husada menjunjung tinggi kejujuran dalam menjalankan tugas
profesinya, dengan tidak melakukan manipulasi terhadap data ataupun kejadian
yang sesungguhnya terjadi.
b. Pegawai RS Prima Husada selalu terbuka dalam menerima saran dan kritik yang
positif demi peningkatan kompetensi dan mutu pelayanan.
c. Pegawai RS Prima Husada dalam melaksanakan kewajibannya tidak menyalah
gunakan kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk kepentingan pribadi.
d. Pegawai RS Prima Husada tidak menggunakan dana, fasilitas dan barang milik
rumah sakit untuk kepentingan pribadi tanpa tata cara dan prosedur yang berlaku.
7
d. Pegawai RS Prima Husada selalu berupaya menjaga dan meningkatkan
kompetensinya agar dapat memberikan pelayanan profesional terbaik kepada
para pelanggan.
8
B. ETIKET DALAM BERKOMUNIKASI
2. Telepon
a. Mulailah pembicaraan di telepon dengan mengucapkan salam,
memperkenalkan diri, dan ucapan siap membantu. Contoh: ”selamat siang,
dengan (nama) ada yang bisa saya bantu”
b. Gunakanlah kata-kata yang sopan, baik, dan jelas.
c. Usahakan untuk memberikan suasana yang akrab dengan menggunakan kata
panggilan seperti Bapak, Ibu dll.
d. Dengarlah pembicaraan si penelepon dengan seksama, penuh perhatian,
jangan memotong pembicaraan.
e. Jika ada yang menitip pesan, catatlah pesan-pesan penting yang disampaikan
dan sampaikan pada orang yang bersangkutan.
9
f. Gunakanlah kata-kata ”terima kasih” saat akan mengakhiri pembicaraan di
telepon.
g. Tidak membiarkan telepon berdering lebih dari 3 kali.
h. Tidak membiarkan orang menunggu terlalu lama saat dalam menu ”hold”
i. Dilarang menerima/menggunakan telepon untuk kepentingan pribadi.
10
BAB IV
TATA LAKSANA
A. Tata Kelola
RS menetapkan tata kelola untuk manajemen etis dan etika pegawai agar menjamin
bahwa asuhan pasien diberikan didalam norma-norma bisnis, finansial, etis, dan
hukum yang melindungi pasien dan hak mereka.
1. Asuhan Pasien tidak melanggar norma-norma bisnis, norma keuangan, etik dan
hukum.
Bukti proses monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan asuhan pasien yang
tidak melanggar norma bisnis, norma keuangan, etik dan hukum contoh:
a. RS memastikan tidak ada tagihan yang tidak sesuai dengan asuhan yang
diberikan
b. Tidak ada uang muka untuk pasien gawat darurat
c. Iklan RS yang menyebutkan RS terbaik atau termurah yang mengarah kepada
persaingan tidak sehat
d. Pasien diminta membeli obat terlebih dahulu sebelum dilayani
Hubungan kerja dan asuhan pasien
1. Bukti hubungan kerja tidak diskriminatif menyangkut suku, agama, ras dan
gender
2. Bukti asuhan pasien tidak diskriminatif menyangkut suku, agama, ras dan
gender.
Kepatuhan staf
3. bukti monitoring kepatuhan staf terhadap etika pegawai
4. bukti penanganan pelanggaran etik mulai teguran lisan sampai tertulis
terhadap pelanggaran etik pegawai
11
3. Sistem pelaporan
Rumah sakit mempunyai sistem pelaporan bila terjadi dilema etis dalam asuhan pasien
dan dalam pelayanan non klinis. Regulasi tentang manajemen etis yang mendukung
hal-hal yang dikonfrontasi pada dilema etis dalam asuhan pasien telah dilaksanakan.
Bukti tentang manajemen etis telah dilaksanakan sesuai regulasi dengan melibatkan
komite etik
Regulasi untuk manajemen etis yang mendukung hal-hal yang dikonfrontasikan pada
dilema etis dalam pelayanan nonklinis telah dilaksanaka Bukti tentang manajemen etis
telah dilaksanakan sesuai regulasi Pelaporan bila terjadi dilema etis dalam asuhan
pasien dan dalam pelayanan non klinis telah dilaksanakan. Bukti pelaporan dilema
asuhan klinis dan dilema non klinis.
12
BAB V
PENUTUP
Dalam hal hasil pembinaan dan pengawasan ditemukan pelanggaran etika dan/atau
pelanggaran disiplin profesi, Menteri, Pemerintah Daerah provinsi, dan Pemerintah
Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dapat meneruskan hasil
pembinaan dan pengawasan kepada organisasi profesi atau majelis disiplin profesi
masing-masing.
Ditetapkan di Malang
Pada tanggal 9 Februari 2018
Direktur Rumah Sakit Prima Husada,
13