Penyusun:
CHAMDANI A (14/367458/TK/42520)
Partner Praktikum :
Asisten Praktikum :
Muhammad Fachrizal (13/348518/TK/40953)
Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2016
2016
1. Tujuan Praktikum
Praktikum TS02 ini bertujuan untuk :
- Mempelajari prinsip kerja sensor Passive Infrared
2. Bahan praktikum
Dalam praktikum TS01 ini yang alat dan bahan yang dibutuhkan adalah :
a. Sensor GP2D KC7783R buatan COMedia Ltd.
Sensor PIR yang digunakan adalah sensor KC7783R, gambar sensor dapat dilihat seperti di bawah ini
:
b. Catu daya 5 V
Catu daya digunakan sebagai sumber daya untuk sensor dan arduino uno, harus dipastikan
digunakan catudaya yang sesuai, supaya tidak merusak sensor dan arduino uno yang digunakan.
c. Multimeter
Multimeter digunakan sebagai instrumen pengukur output tegangan analog dari sensor GP2D120.
d. Busur
Busur digunakan untuk membantu mengukur sudut objek terhadap sensor.
5. Data Pengukuran
Data hasil pengukuran di sajikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Tabel Jarak – Output Tegangan pada Sudut 00
No. Jarak (m) Output (V)
1 0,25 3,12
2 0,50 3,24
3 0,75 3,24
4 1,00 3,14
5 1,25 3,28
6 1,50 3,19
7 1,75 2,94
8 2,00 2,90
9 2,25 2,80
10 2,50 3,12
11 3,00 3,12
12 3,25 3,02
13 3,50 3,16
14 3,75 3,06
15 4,00 2,98
Tabel 2. Tabel Output-Jarak Terjauh dengan Variasi Sudut
Sudut
No. Output (V) Jarak Terjauh (m)
(º)
1 0 2,98 4
2 10 3,25 3,3
3 20 3,07 3
4 30 3,22 3,31
5 40 2,7 2,2
6 50 2,97 1,5
7 60 3,28 2,3
8 70 3,03 1,68
9 80 3,28 0,97
10 90 0 0
Sesuai dengan namanya ‘Passive’, sensor ini hanya merespon energi dari pancaran sinar inframerah
pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang terdeteksi olehnya. Benda yang bisa dideteksi oleh sensor
ini biasanya adalah tubuh manusia.
Di dalam sensor PIR ini terdapat bagian-bagian yang mempunyai perannya masing-masing, yaitu
Fresnel Lens, IR Filter, Pyroelectric sensor, amplifier, dan comparator.
Sensor PIR ini bekerja dengan menangkap energi panas yang dihasilkan dari pancaran sinar
inframerah pasif yang dimiliki setiap benda dengan suhu benda diatas nol mutlak. Seperti tubuh
manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang merupakan suhu panas yang
khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh
Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic
sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus listrik.
Mengapa bisa menghasilkan arus listrik? Karena pancaran sinar inframerah pasif ini membawa
energi panas. Prosesnya hampir sama seperti arus listrik yangterbentuk ketika sinar matahari
mengenai solar cell.
Mengapa sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja? Hal ini disebabkan karena adanya IR
Filter yang menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif. IR Filter dimodul sensor PIR ini
mampu menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif antara 8 sampai 14 mikrometer,
sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10
mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor.
Jadi, ketika seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap pancaran sinar inframerah
pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia yang memiliki suhu yang berbeda dari lingkungan
sehingga menyebabkan material pyroelectric bereaksi menghasilkan arus listrik karena adanya
energi panas yang dibawa oleh sinar inframerah pasif tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier
yang ada menguatkan arus tersebut yang kemudian dibandingkan oleh comparator sehingga
menghasilkan output.
Ketika manusia berada di depan sensor PIR dengan kondisi diam, maka sensor PIR akan menghitung
panjang gelombang yang dihasilkan oleh tubuh manusia tersebut. Panjang gelombang yang konstan
ini menyebabkan energi panas yang dihasilkan dapat digambarkan hampir sama pada kondisi
lingkungan disekitarnya. Ketika manusia itu melakukan gerakan, maka tubuh manusia itu akan
menghasilkam pancaran sinar inframerah pasif dengan panjang gelombang yang bervariasi sehingga
menghasilkan panas berbeda yang menyebabkan sensor merespon dengan cara menghasilkan arus
pada material Pyroelectricnya dengan besaran yang berbeda beda. Karena besaran yang berbeda
inilah comparator menghasilkan output.
Spesifikasi sensor
Spesifikasi sensor KC7783Rdapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa seharusnya sensor KC7783R beroperasi pada tegangan 4,7 –
12 V. Tidak dijelaskan Full Scale Output (FSO)nya , bahkan jangkauan jarak pengukuran (Span) nya,
karena seperti penjelasan saya sebelumnya, bahwa pengukuran oleh sensor ini sangat tergantung
dengan lingkungan disekitar objek.
a. Analisis Data
Sesuai dengan yang disampaikan oleh asisten praktikum, sensor KC7783R berfungsi untuk
mendeteksi pancaran infrared dari objek manusia yang bergerak. Seharusnya, jika manusia yang
menjadi objek tidak bergerak maka seharusnya sensor tidak mengukur jarak objek. Tetapi hasil
praktikum bisa dibilang sangat menyimpang dari teori yang ada. Karena, seharusnya semakin jauh
jarak, voltase keluarannya semakin kecil, dan jarak terjauh adalah jarak dimana tegangan keluaran
mendekati 0, tetapi hasil pengukuran kami sangat fluktuatif. Grafik di bawah ini menunjukkan
hubungan antara jarak dengan tegangan keluaran ketika pengukuran bersudut 00. Mari amati grafik
di bawah ini :
3,3
Output Tegangan (V)
3,2
3,1
3
Output (V)
2,9
2,8
2,7
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50
Jarak (m)
Dapat kita amati bahwa tegangan keluaran fluktuatif dan tidak sesuai dengan teori. Pada jarak 3,5 m
sampai 4,0 m tegangan tegangan yang terbentuk fluktuatif namun berada pada rentang disekitar
nilai 3,0 volt. Secara keseluruhan fluktuasi terjadi pada rentang 3,0 ±0,25 volt. Fluktuasi yang terjadi
menurut saya disebabkan karena beberapa kemungkinan, kemungkinan-kemungkinan itu
diantaranya :
1. Lingkungan pengukuran yang tidak steril dari sumber radiasi infrared. Kita tahu bahwa
semua benda memancarkan radiasi infrared. Semakin tinggi suhu suatu benda, maka radiasi
yang dipancarkan juga semakin besar.
2. Di laboratorim SSTK, ada banyak orang yang bisa mengganggu pengukuran, radiasi infared
dari orang-orang sekitar bisa menjadi alasan kerja sensor jadi terganggu.
3. Terdapat banyak catu daya dan peralatan praktikum yang suhunya tinggi, hal itu juga bisa
mengganggu pengukuran yang dilakukan.
4. Kerusakan sensor, hal ini mungkin terjadi, karena asisten praktikum sempat bilang bahwa
pengukuran di minggu-minggu sebelumnya juga tidak sesuai dengan teori. Kerusakan sensor
bisa terjadi , mengingat sensor sangat rentan terhadap perubahan suhu yang ekstrim, dan
tidak boleh diletakkan pada arah aliran AC atau heater.
Kemungkinan di atas adalah analisa yang menurut saya masuk akal, namun, dengan hasil apapun
peserta praktikum tetap dapat memahami prinsip kerja kegunaan dari sensor PIR .
Nah, sekarang dari tabel kedua dapat kita buat grafik hubungan sudut dengan jarak terjauh yang
dapat ditempuh.
2,50
2,00 Jarak terjauh (m)
1,50
Linear (Jarak terjauh (m))
1,00 y = -0,379x + 4,314
0,50
0,00
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Sudut (derajat)
Grafik di atas menunjukkan hubungan antara sudut pengukuran dengan jarak terjauh yang dapat
ditempuh. Secara teoritis, jangkauan PIR dapat dilihat seperti gambar di bawah ini :
Artinya, seharusnya semakin besar sudut pengukuran, maka jarak terjauh yang dapat dideteksi
semakin kecil. Dari grafik dapat kita lihat bahwa memang jarak terjauhnya berfluktuatif, namun
trend garis pada grafik tetap menurun. Bila didekati dengan persamaan linier persamaan garisnya
adalah y = -0,379x + 4,314 Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi error pada hasil
pengukuran, namun semakin besar sudut jarak terjauh yang dapat diukur cenderung semakin kecil.
Hal ini wajar saja, karena pancaran infrared dari objek dengan sudut 00 tentunya lebih terfokus dan
lebih dapat ditangkap sensor dengan intensitas yang lebih besar. Kita dapat melihat pada sudut 90
derajat nilai tegangan keluaran yang diperoleh nol volt.
Pada grafik dibawah ini nilai pengukuran yang diperoleh sifatnya sangat fluktuatif jauh dari dasar
teoritis. Pada saat pengukuran pada sudut nol derajat tegangan keluaran drop pada nol volt, sangat
jauh dibandingkan dengan pengukuran pada sudut-sudut sebelumnya.
2
1,5
1 Tegangan (V)
0,5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Sudut (derajat)
7. Kendala Praktikum
1. Pada saat praktikum data yang dihasilkan sifatnya fluktuati tidak sesuai dengan dasar teori. Hal ini
membingunkan untuk praktikan pada saat melakukan kegiatan praktikum. Dalam hal ini timbul
pertanyaan apakah fluktuatif yang terjadi karena kesalahan praktikan atau kesalahan sensor ?
2. Ketika manusia tidak bergerak seharusnya sensor tidak bisa mendeteksi inframerah, namun pada
nyatanya baik praktikan bergerak maupun tidak bergerak tidak berpengaruh terhadap sensor.
8. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa :
9. Daftar pustaka
[1] http://www.electronics123.net/amazon/datasheet/kc7783r.pdf
[2] http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/industrial-
technology/2010/Artikel_10404239.pdf