PAPER
OLEH :
52163111456
PROGRAM DIPLOMA IV
JAKARTA
2018
KARBOHIDRAT
PAPER
Oleh :
NRP : 52163111456
PROGRAM DIPLOMA IV
JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
NRP : 52163111456
Judul : Karbohidrat
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia serta bimbingan-Nya kepada saya dalam menyusun Paper I
ini.
Paper I ini disusun berdasarkan bahan yang telah diajukan untuk
memenuhi syarat mengikuti Ujian Semester IV di Sekolah Tinggi Perikanan.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Mochammad Heri Edy, MS. Selaku Ketua Sekolah Tinggi
Perikanan.
2. Ibu Niken Dharmayanti, A.Pi, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan.
3. Ibu Randi Bokhy S. Salampessy, M.Si. Selaku Ketua Program Studi
Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan.
4. Ibu Yuliati H. Sipahutar, S.Pi, MM. Selaku Dosen Pembimbing atas
bimbingan, arahan, dan saran yang membangun sehingga penyusunan
Paper I ini dapat terselesaikan.
5. Ir.Hj. Insani Goenawati Selaku Ketua Perpustakaan.
6. Kedua Orang Tua yang selalu memberikan doa dan dukungannya.
7. Semua pihak yang telah turut serta membantu dalam penyusunan Paper I.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
2.1.1 Monosakarida 6
2.1.2 Disakarida 12
2.2 Oligosakarida 21
2.3.1 Pati 25
ii
4.5 Membantu Pengeluaran Feses 33
BAB V PEROMBAKAN KARBOHIDRAT DALAM TUBUH 34
5.1 Pencernaan 34
5.1.1 Mulut 34
5.1.2 Usus Halus 34
5.1.3 Usus Besar 35
5.2 Adsorpsi 36
5.2.1 Ketidaktahanan Terhadap Laktosa 36
5.3 Metabolisme Tubuh 37
5.3.1 Menyimpan Glukosa dalam Bentuk Glikogen 37
5.3.2 Penggunaan Glukosa untuk Energi 37
5.3.3 Peubahan Glukosa menjadi Lemak 38
5.3.4 Gula Darah 38
BAB VI METABOLISME KARBOHIDRAT 40
6.1 Glikolisis 40
6.2 Daur Krebs 43
BAB VII KERUSAKAN KARBOHIDRAT 50
7.1 Hidrolisis 50
7.2 Oksidasi 52
BAB VIII EFEK PENGOLAHAN TERHADAP KARBOHIDRAT 53
8.1 Pengolahan Suhu Tinggi 53
8.1.1 Karamelisasi (Pencoklatan non-enzimatis) 53
8.2 Pengolahan Suhu Rendah 56
8.2.2 Kristalisasi 56
BAB IX KESIMPULAN 58
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Karbohidrat dari kelompok monosakarida (glukosa, sukrosa, dan fruktosa)
terutama berperan sebagai pemanis dan sumber energy. Sedangkan kelompok
polisakarida (pati) lebih banyak berperan sebagai pengental, penstabil dan
pembentukan gel. Paper Karbohidrat terebut akan membahas tentang, (a) struktur
kimia karbohidrat (monosakarida, disakarida, oligosakarida, dan polisakarida),
pengelompokan dan tata namanya; (b) sifat fisiokimia dan fungsional karbohidrat
yang dapat dicerna dan yang tidak dapat dicerna, karena peranannya dalam proses
pengolahan pangan; (c) reaksireaksi kimia penting yang melibatkan karbohidrat.
Khusus pada pembahasan pati, akan dibahas juga mekanisme gelatinisasi pati dan
peranan pati sebagai ingredien dalam proses pengolahahan pangan.
1.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui struktur kimia karbohidrat, pengelompokan, dan tata
namanya.
2. Mengetahui reaksi reaksi kimia yang melibatkan karbohidrat.
3. Mengetahui jenis-jenis karbohidrat, sifat fisikokimianya, dan peranannya
dalam sistem pangan.
4. Mengetahui prinsip modifikasi sifat fungsional karbohidrat (pati)
2
BAB II
KLASIFIKASI KARBOHIDRAT
Semua jenis karbohidrat terdiri atas unsur-unsur karbon (C), hidrogcn (H),
dan oksigen (O). Perbandingan antara hidrogen dan oksigen pada umumnya
adalah 2 : 1 seperti halnya dalam air, oleh karena itu diberi nama karbohidrat.
Dalam benttik sederhana, formula umum karbohidrat adalah C H O . Hanya
heksosa (6-atom karbon), serta pentosa (5-atom karbon), dan polimernya
memegang peranan penting dalam ilmu gizi.
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan,
yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua
jenis karbohidrat terdiri atas karbohidrat sederhana atau gula sederhana,
karbohidrat kompleks mempunyai lebih dari dua unit gula sederhana di dalam
satu molekul.
(1) monosakarida yang terdiri atas jumlah atom C yang sama dengan
molekul air, yaitu [C6(H2O)6]] dan [C5(H2O)5];
(2) disakarida yang terdiri atas ikatan 2 monosakarida di mana untuk
tiap 12 atom C ada 11 molekul air [C12(H2O)11];
(3) gula alkohol merupakan bentuk alkohol dari monosakarida;
(4) oligosakarida adalah gula rantai pendek yang dibentuk oleh
galaktosa, glukosa, dan fruktosa.
3
Unit monosakarida dalam karbohidrat ini dihubungkan satu sama lain oleh
ikatan kovalen yang disebut dengan ikatan glikosidik.
4
keton. Di samping itu, terdapat kelompok karbohidrat yang merupakan turunan
aldosa atau ketosa, yaitu gula alkohol dan gula asam.
Gula alkohol adalah gula hasil reaksi reduksi gugus aldehida, sedangkan
gula asam adalah gula hasil reaksi oksidasi gugus aldehida atau polihidroksil.
Dengan demikian, gula alkohol hanya mengandung gugus hidroksil, sedangkan
gula asam mengandung gugus hidroksil dan karboksil. Pengelompokan
karbohidrat berdasarkan gugus fungsional penyusunnya dapat dilihat pada Tabel
2.
Gugus
Kelompok Contoh
Fungsional
Aldosa Aldehida D-gliseraldehida (3C), D-eritrosa
(4C), D-ribosa (4C), D-silosa
(5C), D-glukosa (6C), D-
galaktosa (6C), D-manosa (6C)
Ketosa Keton D-fruktosa (6C), D-sorbosa (6C)
Glycitol/alditol Alkohol D-glusitol, D-surbitol, D-xilitol
Asam Asam karboksilat D-asam glukonat
glukonat/aldonat
Asam uronat Asam karboksilat D-asam-glukoronat
dan aldehida
5
2.1.1 Monosakarida
6
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas
6-rantai atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai
atau cincin ini secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH). Ada tiga jenis
heksosa yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
Ketiga macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama,
yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya
terletak pada cara penyusunan atom-atom hidrogen dan oksigen di sekitar atom-
atom karbon. Perbedaan dalam susunan atom inilah yang menyebabkan perbedaan
dalam tingkat kemanisan, daya larut, dan sifat lain ketiga monosakarida tersebut.
Struktur terbuka
7
Struktur cincin
Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam
dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan
bersamaan dengan fruktosa dalarn madu. Tubuh hanya dapat menggunakan
glukosa dalam bentuk D. Glukosa murni yang ada di pasar biasanya diperoleh dari
hasil olahan pati. Glukosa memegang peranan sangat penting dalam ilmu gizi.
Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa
pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk
karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber
energi. Dalam keadaan normal sistem saraf pusat hanya dapat menggunakan
glukosa sebagai sumber energi. Glukosa dalam bentuk bebas hanya terdapat
dalam jumlah terbatas dalam bahan makanan. Glukosa dapat dimanfaatkan untuk
diet tinggi energi. Tingkat kernanisan glukosa hanya separuh dari sukrosa,
sehingga dapat digunakan lebih banyak untuk tingkat kemanisan yang sama.
Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah, adaiah gula paling
manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6,
namun strukturnya berbeda.
8
Susunan atom dalam fruktosa merangsang jonjot kecapan pada lidah
sehingga menimbulkan rasa manis. Gula ini terutama terdapat dalam madu
bersama glukosa, dalam buah, nektar bunga, dan juga di dalam sayur. Sepertiga
dari gula madu terdiri atas fruktosa. Fruktosa dapat diolah dari pati dan digunakan
secara komersial sebagai pemanis. Minuman ringan banyak menggunakan sirup
jagung-tinggi-fruktosa sebagai bahan pemanis. Di dalam tubuh, fruktosa
merupakan hasil pencernaan sakarosa.
9
Bila gugus hidroksil pada karbon nomor 2 (ditengah) pada sebuah moekul
gliseraldehida terletak disebelah kanan dinamakan D dan bila berada disebelak
kiri dinamakan L.
10
Gambar 2 α-D-glukosa dan β-D-glukosa
11
Gambar 3 Cara penulisan Hawort untuk beberapa monosakarida
2.1.2 Disakarida
Ada empat jenis disakarida, yaitu sukrosa atau sakarosa, maltosa, laktosa,
dan trehalosa. Trehalosa tidak begitu penting dałam ilmu gizi, oleh karena iłu
akan dibahas secara terbatas. Disakarida terdiri atas dua unit monosakarida yang
terikat satu sama lain melalui reaksi kondensasi. Kedua monosakarida saling
mengikat berupa ikatan glikosidik melalui satu atom Oksigen (O). Ikatan
glukosidik ini biasanya terjadi antara atom C nomor I dengan atom C nomor 4 dan
membentuk ikatan alfa, dengan melepaskan satu molekuł air. Hanya karbohidrat
yang unit monosakaridanya terikat dałam bentuk alfa yang dapat dicernakan.
Disakarida dapat dipecah kembali menjadi dua molekuł monosakarida melalui
reaksi hidrolisis. Glukosa terdapat pada ke empat jenis disakarida; monosakarida
lainnya adalah fruktosa dan galaktosa.
12
Gambar 4 Struktur Maltosa, Sukrosa, dan Laktosa
2.1.3.1 Kemanisan
Tidak seperti halnya kelompok oligosakarida atau polisakarida, gula
sederhana (monosakarida dan disakarida) dapat memberikan rasa manis dalam
mulut.
13
Di antara jenis gula sederhana, sukrosa adalah yang paling sering
digunakan sebagai pemanis dalam proses pengolahan pangan.
Tingkat kemanisan relatif gula biasanya dibandingkan dengan sukrosa.
Dalam hal ini, sukrosa diberi nilai kemanisan 1. Bila suatu gula memiliki nilai
kemanisan < l, berarti tingkat kemanisannya lebih rendah dibandingkan sukrosa,
sedangkan bila nilai kemanisan > 1 berarti tingkat kemanisannya lebih tinggi
dibandingkan dengan sukrosa.
Tingkat kemanisan sukrosa dibandingkan dengan gula sederhana Iain dan
pemanis buatan dapat dilihat pada Tabel 3. Sukrosa lebih manis dibandingkan
dengan glukosa, laktosa, xilosa, galaktosa, maltosa, dan gula invert. Tingkat
kemanisan fruktosa sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa, sedangkan
xilitol relatif sama dengan sukrosa. Pemanis buatan, seperti aspartam, siklamat,
acesulfame-K, dan sakarin memiliki tingkat kemanisan yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan sukrosa. Sakarin adalah pemanis buatan yang paling manis
dibandingkan dengan pemanis buatan Iainnya.
14
2.1.3.2 Sifat Higroskopis
Sifat higroskopis gula sederhana menunjukkan kemampuan gula dalam
mengikat air. Sifat ini disebabkan oleh adanya gugus polihidroksil yang mampu
membentuk ikatan hidrogen dengan air. Gula sederhana yang berbeda memiliki
sifat higroskopis yang berbeda. Sifat higroskopis gula juga dipengaruhi oleh suhu
dan RH lingkungan. Tabel 4 menunjukan kemampuan hidroskopis beberapa gula
sederhana pada RH dan suhu yang berbeda.
15
Pada setiap pembentukan ikatan glikosidik, dibebaskan satu molekul 1-
120 sehingga reaksi polimerasi ini disebut dengan reaksi polimerisasi kondensasi.
Dengan demikiali, monosakarida seolah-olah kehilangan molekul air sehingga
monosakarida yang terikat pada polimer karbohidrat sering disebut
anhidroglukosa.
16
Gambar 6 Reaksi Hidrolisis
Reaksi Maillard dapat juga terjadi selama penyimpanan, tetapi dengan laju
reaksi yang lebih lambat. Pembertukan warna cokelat pada permukaan roti setelah
dipanggang atau pada pemasakan dodol, dan perubahan warna susu cair mehjadi
kecokelatan selama penyimpanan adalah di antara contoh hasil reaksi Maillard.
Reaksi kecokelatan ini berbeda dengan reaksi kecokelatan enzimatis yang sering
terjadi pada buah apel atau kentang yang dipotong, dimana yang bertanggung
jawab dalam pembentukan warna cokelat ini adalah enzim fenoloksidase.
17
Reaksi Maillard dapat diinginkan atau tidak diinginkan, baik dari mutu
produk atau perubahan nilai gizi. Pembentukan warna coklat pada roti atau
cookies yang dipanggang adolah contch yang diinginkan.
Perubahan warna coklat pada susu yang disterilisasi atau selama disimpan
adalah contoh yang tidak diinginkan. Karena rpaksi Maillard akan melibatkan
asam amino, terjadinya reaksi Maillara dapat dij adikan indikator kerusakan mutu
produk. Misalnya pada susu, reaksi Maillard dapat menyebabkan penurunan
kandungan asam amino lisin yang menunjukkan penurunan nilai gizi protein susu.
18
Reaksi ini berlangsung secara reversibel, dimana pembentukan N-
substituted glycosylamin akan dipengaruhi oleh keberadaan air. Dalam kondisi air
yang banyak (aw bahan tinggi) maka jumlah H2O yang banyak cenderung akan
menggeser reaksi ke sebelah kiri yang berarti pembentukan N-substituted
glycosylamin terhambat. Hal ini menjelaskan mengapa penurunan aktivitas air
dapat menelan terjadinya reaksi Maillard.
19
Tahap polimerasi merupakan tahap akhir dalam rangkaian reaksi Maillard.
Pada tahap ini, senyawa intermediet akan membentuk polimer melanoidin. Reaksi
yang terjadi bersifat ireversibel dan dapat menyebabkan pembentukan warna
cokelat gelap. Pembentukan rnelanoidini juga dapat disertai dengan pembentukan
aroma.
Laju reaksi Maillard dipengaruhi oleh jenis gula dan gugus amin yang
bereaksi, suhu, pH, ion metal dan senyawa inhibitor. Gula α-D-glukosa lebih
mudah mengalami reaksi Maillard dibandingkan dengan gula α-D-fruktosa. Di
antara ienis gula aldoheksosa, laju reaksi Maillard adalah sebagai berikut.
D-galaktosa > D-mannosa > D-glukosa. Asam amino lisin lebih mudah
mengalami reaksi Maillard dibandingkan dengan asam amtno lain karena lisin
memiliki dua gugus fungsional amin. Reaksi Maillard lebih cepat terjadi pada
suhu yang semakin tinggi. Reaksi Maillard dapat dipercepat oleh keberadaan ion
metal, seperti ion Cu+, Cu2+, Fe2+, dan Fe3+. Namun, keberadaan sulfur dioksida
(SO2) dan ion sulfit dapat menghambat reaksi Maillard. Penghambatan reaksi
oleh SO2 dan ion sulfit disebabkan oleh pencegahan reaksi lanjutan pada tahap
pembentukan pigmen melanoidin. Oleh karena itu, sulfur dioksida (SO2) dan sulfit
dapat digunakan sebagai inhibitor pembentukan warna cokelat. Pengendalian
Leaksi Maillard dapat dilakukan dengan mengatur faktor-faktor yang
mempercepat atau menghambat reaksi tersebut seperti dijelaskan di atas.
Gula aldosa dan ketosa dapat mengalami reaksi isomerisasi pada kondisi
alkali (PH tinggi). Contohnya, D-glukosa dapat membentuk iłomer menjadi D-
fruktosa dan D-manosa. Reaksi ini bersifat reversibel sehingga reaksinya bersifat
interkonversi. Mekanisrne reaksi isomerisasi yang terjadi dapat dituliskan seperti
pada Gambar 9.
20
Gambar 9 Reaksi Isomerisasi Gula Sederhana
2.2 Oligosakarida
Oligosakarida adalah polimer dengan derajat polimenisasi 2 sampai 10 dan
biasan.ya bersifat larut dalam air. Oligosakarida yang terdiri dari dua molekül
disebut disakarida, dan bila tiga molekui disebut triosa; bila sukrosa (sakarosa
atau gula tebu) terdiri dari molekül glukosa dan früktosa, laktosa terdiri dari
molekül glukosa dan galaktosa.
Ikatan antara dua molekül monosakarida disebut ikatan glikosidik. Ikatan
ini terbentuk antara gugus hidroksil dan atom C no. 1 yang juga disebut karbon
anomeıik dengan gugus hidroksil dan atom C pada molekül gula yang lain. ıkatan
g)ikosidik biasanya terjadi antara atom C no. 1 dengan atom C no.4 atau dengan
melepaskan 1 mol air. Ikatan-ikatan glikosidik jarang teıj2di antara karbon
anomerik dengan karbon yang ganjil misalnya 1,3, 1,5, 1,7, tetapi biasanya
dengan ikatan karbon genap, yaitu 2,4, atau 6.
Ada tidaknya sifat pereduksi dan suatu molekul gula ditentukan oleh ada
tidaknya gugus hidroksil (OH) bebas yang reaktif. Gugus hidroksil yang reaktif
pada glukosa (aldosa) biasanya terletak pada karbon nomor satu (anomerik),
sedangkan pada fruktosa (ketosa) hidroksil reaktifnya terletak pada karbon nomor
dua.
Menurut International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC),
oligosakarida adalah polimer yang disusun oleh 3 hingga 9 monosakarida.
Monosakarida penyusunnya dapat satu jenis (homooligosakarida) atau lebih dari
satu jenis (heterooligosakarida).
21
Oligosakarida dapat diperoleh secara alami dalam sayur-sayuran dan
buah-buahan, atau diproduksi secara sintetis melalui hidrolisis polisakarida.
Contoh karbohidrat yang termasuk golongan oligosakarida adalah rafinosa,
stakiosa, dan verbaskosa. Struktur kimia dari masing-masing oligosakarida
tersebut dapat dilihat pada Gambar 10 Oligosakarida bersifat sangat mudah larut
dalam air atau pelarut polar lainnya.
Rafinosa adalah oligoisomer yang tersusun oleh tiga jenis monosakarida,
yaitu 1 unit α-D-galaktosa, 1 unit α-D-glukosa, dan 1 unit α-D-fruktosa. Stakiosa
adalah oligisomer yang tersusun oleh 4 monosakarida, yaitu 2 unit α-D-galaktosa,
1 unit α-D-glukosa, dan 1 unit α-D-fruktosa. Stakiosa dapat dihasilkan dengan
menambahkan 1 unit α-D-galaktosa kedalam struktur rafinosamelaluii ikatan
α(1→6).
22
Verbaskosa adalah oligoisomer yang tersusun atas 5 unit monosakarida,
yaitu 3 unit u-D-galaktosa, I unit Q-D-glukosa, dan 1 unit u-D-fruktosa.
Verbaskosa dapat dibentuk dengan menambahkan 1 unit Q-D-galaktosa ke dalalâ
struktur stakiosa melalui ikatan Ketiga oligosakarida ini tidak dapat dicerna oleh
manusia, namun dapat menjadi makanan bagi bakteri yang terdapat dalam usus
besar.
23
Oligosakarida terdiri atas polimer dua hingga scpulnh monosakarida,
(oligo berarti sedikit). Sebetulnya disakarida termasuk dalam oligosakarida, tetapi
karena peranannya dalam ilmu gizi sangat penting maka dibahas secara terpisah.
2.2 Polisakarida
24
Ikatan glikosidik dapat terjadi pada gugus-gugu hidroksil dari
monosakarida sehingga struktur polisakarida dapat berbentuk rantai lurus atau
bercabang-cabang. Polisakarida juga dapat tersusun oleh satu jenis monosakarida
(disebut homopolisakarida) atau dua/lebih jenis monosakarida (disebut
heteropolisakarida).
2.2.1 Pati
25
Secara umum penduduk di negara-negara Asean, khususnya Filipina,
Malaysia, Thailand, dan Indonesia menyenangi rasa nasi dari beras dengan
kandungan amiosa medium (20-25%), sedang Jepang dan Korea menyenangi
beras dengan amilosa rendah (13-20%). Meskipun nasi Jepang lebih lekat dan
mengkilat. Kedua jenis nasi tersebut mempunyai kepulenan yang sama dan tidak
cepat mengeras meskipun dibiarkan semalam.
Jumlah unit glukosa dan susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu
sama lain, tergantung jenis tanaman asalnya. Bentuk butiran pati ini berbeda satu
sama lain dengan karakteristik tersendiri dalam hal daya larut, daya
mengentalkan, dan rasa. Amilosa merupakan rantai panjang unit glukosa yang
tidak bercabang, sedangkan amilopektin adalah polimer yang susunannya
bercabang-cabang dengan 15-30 unit glukosa pada setiap cabang. Rantai glukosa
terikat satu sama lain melalui ikatan alfa yang dapat dipecah dalam proses
pencernaan.
26
Komposisi amilosa dan amiopektin berbeda dalam pati berbagai bahan
makanan. Amiopektin pada umumnya terdapat dalam jumlah yang besar.
Sebagian besar pati mengandung antara 15% dan 35% amilosa. Pada beras
semakin kecil kandungan amilosa atau semakin tinggi amilopektinnya, semakin
pulen (lekat) nasi yang diperoleh. Beras ketan hampir tidak mengandung amilosa
(1-2%). Dalam butiran pati, rantai-rantai amilosa dan amilopektin tersusun dalam
semi kristal, yang menyebabkannya tidak larut dalam air dan memperlambat
pencernaannya oleh amilase pankreas. Bila dipanaskan dengan air, struktur kristal
rusak dan rantai polisakarida akan mengambil posisi acak. Hal inilah yang
menyebabkan mengembang dan memadat (gelatinisasi).
27
BAB III
KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN
Beberapa oligosakarida seperti dekstrin terdapat dalam sirup pati, roti, dan
bis. Sedangkan berbagai polisakarida seperti pati, banyak terdapat dalam serealia
dan umbi-umbian, selulosa dan pektin banyak terdapat dalam buah-buahan.
Selama proses pematangan, kandungan pati dalam buah-buahan berubah menjadi
gula-gula pereduksi yang akan menimbulkan rasa manis.
28
Tabel 5 Nilai Karbohidrat Berbagai Bahan Makanan (gram/100 gram)
Buah buahan sitrus tidak banyak mengandung pati dan menjadi matang
hanya mengalami sedikit perubahan komposisi karbohidrat. Sumber karbohidrat
utama bagi bahan makanan kita adalah serealia dan umbi-umbian. Misalnya
kandungan pati dalam beras = 78,3%, jagung = 72,4%, singkong = 34,6%, dan
talas 40%. Pada hasil ternak, khususnya daging, karbohidrat terdapat dalam
bentuk glikogen yang disimpan dalam jaringan-jaringan otot dan dalam hati.
29
Dalam daging yang berwarna merah terdapat gula dalam jumlah yang
kecil (D-glukosa, D-fruktosa, dan D-ribosa) dan gula-gula tersebut biasanya
terekstrasi kedalam kaldu daging. Dalam susu karbohidrat yang utama adalah
laktosa, air susu sapi mengandung sekitar 5% laktosa, tetapi pada susu skim
kering terkandung lebih dari 50% laktosa.
Makanan yang serat menghasilkan feses yang keras dan kering yang
susah dikeluarkan dan membutuhkan peningkatan tekanan salut-an cerna yang
luar biasa untuk mengeluarkannya. Makanan tinggi serat cenderung meningkatkan
berat feses, menurunkan waktu transit di da]am saluran cerna dan dapac
mengontrol metabolisme glukosa dan lipida. Jenis dan jumlah serat makanan
menentukan pengaruh ini.
30
Gas yang terbentuk selama fermentasi membantu gerakan sisa makanan
melalui kolon. Serat tidak larut air, terutama lignin yang terdapat dalam dedak
gandum pada umumnya tidak mengalami proses fermentasi. Serat ini paling
banyak mengalami peningkatan berat karena lebih banyak menyerap air, sehingga
mempunyai pengaruh laksatif paling besar.
Feses yang sedikit dan keras dihubungkan dengan obstipasi atau sukar ke
belakang. Tekanan yang diperlukan untuk mendesak feses ke luar akan
menimbulkan kantung-kantung kecil pada dinding usus besar yang dinamakan
divertikula. Bila kantung-kantung ini terisi oleh sisa-sisa makanan, kuman-kuman
dapat mengubahnya menjadi asam dan gas yang kemudian dapat menimbulkan
infeksi pada kantung-kantung tersebut. Ini dinamakan divertikulitis.
31
Jelas tampak bahwa peningkatan asam empedu bukan merupakan faktor
satu-satunya yang menyebabkan turunnya kolesterol darah.
32
3.2.5 Perubahan Susunan Mikroorganisme
33
BAB IV
FUNGSI KARBOHIDRAT DALAM TUBUH
34
Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna,
sehingga menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam asetoasetat, aseton, dan
asam beta-hidroksi-butirat. Bahan-bahan ini dibentuk dalam hati dan dikeluarkan
melalui urine dengan mengikat basa berupa ion natrium. Hal ini dapat
menyebabkan ketidak seimbangan natrium dan dehidrasi. pH cairan tubuh
menurun. Keadaan ini meni.mbulkan ketosis atau asidosis yang dapat merugikan
tubuh. Dibutuhkan antara 50-100 gram karbohidrat sehari untuk mencegah
ketosis.
Gula ribosa yang mengandung lima atom karbon merupakan bagian dari
ikatan DNA dan RNA.
35
BAB V
PEROMBAKAN KARBOHIDRAT DALAM TUBUH
5.1 Pencernaan
5.1.1 Mulut
36
Monosakarida glukosa, fruktosa, dan galaktosa kemudian diabsorpsi
melalui sel epitel usus halus dan diangkut oleh sistem sirkulasi darah melalui vena
porta. Bila konsentrasi monosakarida di dalam usus halus atau pada mukosa sel
cukup tinggi, absorpsi dilakukan pasif atau fasililatif. Tapi, bila konsentrasi
absorosi dilakukan secara aktif merawan gradien konsentrasi dengan
menggunakan energi dari ATP dan ion natrium. Glukosa dan galaktosa lebih cepat
diabsorpsi dari pada fruktosa. Monosakarida melalui vena porta dibawa ke hati di
mana fruktosa dan galaktosa diubah menjadi galaktosa. Jadi, semua disakarida
pada akhirnya diubah menjadi glukosa.
maltase
Maltosa 2 mol glukosa
sukrase
Sakarosa 1 mol glukosa + 1 mol fruktosa
laktase
Laktosa 1 mol glukosa + 1 mol galaktosa
Setelah makan, kadar glukosa darah naik kurang lebih tiga puluh menit
dan secara perlahan kembali ke kadar gula puasa (70-100 mg/ 100 ml) setelah 90-
180 menit. Kadar maksimal gula darah dan kecepatan untuk kembali pada kadar
normal bergantung pada jenis makanan.
Dalam waktu 1-4 jam setelah selesai makan, pati nonkarbohidrat atau serat
makanan dan sebagian kecil pati yang cidak dicernakan masuk ke dalam vsus
besar. Sisa-sisa pencernaan ini merupakan substrat potensial untuk difermencasi
oleh mikroorganisma di dalam usus besar. Substrat potensial lain yang
difermentasi adalah fruktosa, sorbitol, dan monomer lain yang susah dicernakan,
laktosa pada mereka yang kekurangan laktase, serta rafinosa, stakiosa, verbaskosa,
dan fruktan.
37
Produk utama fermentasi karbohidrat di dalam asus besar adalah karbon
dioksida, hidrogen, metan dan asam-asam lemak rantai pendek yang mudah
menguap, seperti asam asetat, asam propionat dan asam butirat. Pada kadar
rendah, sebagian besar gas-gas hasil fermentasi diabsorpsi dan dikeluarkan
melalui paru-paru. Bila melebihi kemampuan kolon untuk mengabsorpsi, gas-gas
ini akan dikeluarkan melalui anus (flatus). Sebanyak 60-70% asam lemak yang
mudah nnenguap diabsorpsi kembali dan dapat digunakan sebagai sumber energi
oleh berbagai jaringan tubuh. Jadi, sebagian besar karbohidrat yang lolos dari
pencernaan di dalam usus halus akhirnya dapat dimanfaatkan kembali oleh tubuh.
5.2 Adsorpsi
38
Ada pula yang secara berangsur dapat meningkatkan ketahanannya
terhadap laktosa tersebut. Sebagian besar mereka yang tidak tahan terhadap
laktosa, tahan terhadap susu yang difermentasikan, seperti dadih, susu asam,
yoghurt, dan keju. Bakteri yang terdapat di dalam produk-produk ini dapat
mencernakan laktosa. Di pasar tersedia berbagai produk susu bayi yang tidak
mengandung laktosa, yaitu produk yang dibuat dari kacang kedelai atau dari susu
yang sudah dikeluarkan laktosanya.
39
Protein dapat diubah menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis
(sintesis glukosa dari rantai karbon nonkarbohidrat) dalam batas-batas tertentu,
tetapi protein mempunyai fungsi lain yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi
lain, seperti untuk pertumbuhan. Lemak tubuh tidak dapat dirubah menjadi
glukosa dalam jumlah berarti. Glukosa sebagai sumber energi untuk sel-sel otak,
sel saraf lain dan sel darah merah tidak dapat digantikan oleh lemak. Jadi,
makanan sehari-hari harus mengandung karbohidrat. Karbohidrat yang cukup
akan mencegah penggunaan protein untuk energi (sebagai penghemat protein).
40
Glukagon yang diproduksi oleh sel-sel alfa pulau-pulau Langerhans
mempunyai pengaruh kebalikan dari insulin. Glukagon meningkatkan gula darah
melalui peningkatan glikogenolisis (perubahan glikogen menjadi glukosa) dan
glukoneogenesis. Insulin dan glukagon adalah antagonis dan pengaruh yang
berlawanan inilah yang untuk sebagian menjaga keseimbangan metabolisme
karbohidrat.
Bila gula darah turun secara mencolok, produksi hormon tiroksin akan
meningkat. Glikogenolisis dan glukoneogenesis dalam hati meningkat sehingga
gula darah naik. Tiroksin juga meningkatkan laju absorpsi heksosa dari usus
halus.
41
BAB VI
METABOLISME KARBOHIDRAT
6.1 Glikolisis
Reaksi pertama (1) dalam jalur ini ialah fosforilasi glukosa oleh ATP,
yang dikatalisis oleh heksokinase. Enzim ini ditemukan dalam semua sel dan
mempunyai afinitas yang besar (Km yang rendah) terhadap glukosa. Afinitasnya
terhadap berbagai heksosa yang lain jauh lebih kecil. Oleh karena fosfat yang
diperlukan berasal dari ATP, reaksi ini ireversibel pada keadaan yang ada di
dalam sel.
42
Gambar 12 Reaksi-Reaksi dari Jalur Glikolisis
43
Hati mempunyai enzim tambahan di samping heksokinase, yaitu
glukokinae, yang juga mampu mengkatalisis fosforilasi glukosa. Tidak seperti
halnya heksokinase, glukokinase mempunyai nilai Km yang tinggi untuk glukosa.
Bila kadar glukosa darah tinggi, seperti misalnya makan, konsentrasi glukosa-6-
fosfat juga naik. ini menghambat heksokinase dan proses fosforiiasi glukosa di
sebagian besar jaringan. Dalam keadaan ini glukokinase yang hanya ada di dalam
hati bekerja melakukan fosforilasi glukosa walaupun terdapat kadar glukosa-6-
fosfat yang tinggi. Glukosa-6-fosfat yang terbentuk tidaklah lagi diolah menjadi
asam piruvat, akan tetapi diarahkan untuk mensintesis glikogen untuk selanjutnya
disimpan.
44
Kedua triosa fosfat dapat berubah sesamanya oleh enzim triosa fosfat
isomerase (5). Keseimbangan reaksi isomerisasi ini condong ke arah dihidroksi
aseton fosfat. Akan tetapi karena gliseraldehid-3-fosfat terus diubah, maka reaksi
berjalan ke arah yang ditunjukkan.
45
6.2 Daur Krebs
Jalur metabolisme ini disebut juga daur asam sitrat atau daur trikarboksilat
(TCA cycle = tricarboxylic acid cycle). Dengan satu kekecualian, enzim-enzim
daur Krebs berada di matriks mitokondria. Sebaliknya enzim-enzim glikolisis
terdapat di sioplasma.
Selain dari karbon yang berasal dari asam-asam amino serta asam-asam
lemak juga dioksidasi oleh daur Krebs. Berbagai zat antara yang dihasilkan dalam
daur ini digunakan utuk biosintesis hem dan sejumlah asam amino. Asetil KoA
digunakan sebagai zat awal bagi sintesis asam-asam lemak dan steroid. Oleh
karena daur Krebs ini merupakan mekanisme utama untuk mengoksidasi sejumlah
besar senyawa yang penting di dalam sel dan juga karena daur ini menyediakan
berbagai zat antara untuk berbagai proses biosintesis, ia perlu untuk memahami
metabolisme sel.
Daur Krebs terdiri atas sembilan reaksi kimia yang mengoksidasi dua
karbon menjadi CO2, seperti yang diringkaskan dalam Gambar 13. Seperti juga
halnya dengan glikolisis, perhatikan skema tersebut ketika membicarakan uap
reaksi.
46
Gambar 13 Reaksi-Reaksi Daur Krebs
47
Kemudian (2 dan 3) sitrat mengalami isomerisasi secara dehidrasi dan
rehidrasi sehingga terbentuklah Isositrat. Zat antara dari reaksi ini ialah sis-
akonitat dan pembentukan zat antara ini dikatalisiskan oleh enzim akonitase.
Meskipun sitrat adalah senyawa yang simetris, penggal dua karbon yang
memasuki daur ini sebagai asetil KoA dapat dibedakan dari penggal karbon yang
memasuki daur ini sebagai oksaloasetat. Ini hanya dapat terjadi bila ada suatu
ikatan tiga titik dari sitrat ke akonitat. Seperti tampak pada gambar 6.2, penggal
karbon yang masuk ke dalam daur asetil KOA dua karbon sebelah atas dalam
seluruh zat antara dari daur dan ditandai dengan kotak.
48
Koenzim yang digunakan dalam reaksi ini FAD , yang terikat erat kepada
apoenziınnya dari pada sebagai benmk bebas seperti NAD.
49
BAB VII
KERUSAKAN KARBOHIDRAT
Gelatinisasi adalah perubahan yang terjadi pada granula pati pada waktu
mengalami pembengkakan yang luar biasa dan tidak dapat kembali ke bentuk
semula. Gelatinisasi disebut juga sebagai peristiwa koagulasi koloid yang
mengakibatkan terperangkapnya air. Gelatinasi tidak dapat kembali kebentuk
semula karena terjadinya perubahan struktur granula pada suhu tertentu. Jika
dipanaskan terus menerus hingga mencapai suhu tertentu, pengembangan granula
pati akan bersifat tidak dapat balik dan akan terjadi perubahan struktur granula.
Proses gelatinisasi terjadi karena kerusakan ikatan hidrogen yang berfungsi untuk
mempertahankan struktur dan integritas granula pati. Jumlah fraksi amilosa-
amilopektin sangat berpengaruh pada proses gelatinisasi pati. Amilosa memiliki
ukuran yang lebih kecil dengan struktur tidak bercabang. Sementara amilopektin
merupakan molekul berukuran besar dengan struktur bercabang banyak dan
membentuk double helix.
50
Pati merupakan komponen utama pembentuk tekstur pada produk
makanan yang sifatnya thickening (mengentalkan) dan gelling (pembentuk gel).
Tepung dan pati yang umum digunakan berasal dari beras, ketan, terigu, dan
singkong. Berbagai macam tepung atau pati memberikan sifat yang berbeda pada
bahan makanan. Tepung beras membentuk tekstur lembut, memberikan tampilan
opaque (tidak bening) setelah proses pemasakan dan tidak lengket saat dimasak.
Tepung beras ketan adalah tepung yang terbuat dari kultivar beras yang
mengandung sejumlah besar amilopektin. Tepung ketan memiliki viskositas yang
lebih tinggi dan memiliki granula pati yang berukuran lebih kecil dibandingkan
dengan tepung beras. Tepung ketan membentuk tekstur yang kenyal dan agak
lengket. Tepung terigu memiliki viskositas suhu panas yang rendah, menghasilkan
gel berwarna opaque dan mudah putus. Tepung tapioka berasal dari umbi tanaman
singkong memberikan kekentalan pada pemasakan yang singkat tetapi tidak bisa
memberikan kekentalan yang cukup setelah dingin.
51
Menurut Hariyadi (1984) bahwa pati tergelatinisasi dengan adanya air
akan membentuk struktur pasta pati. Pasta pati tersebut akan bercampur dengan
granula pati yang belum tergelatinisasi sehingga dapat disimpulkan prinsipnya
pembentukan gel terjadi karenaadanya pembentukan jala atau jaringan tiga
dimensi oleh molekul primer yang terentang pada seluruh volume gel yang
terbentuk dengan memerangkap sejumlah air di dalamnya. Terjadi ikatan silang
pada polimer-polimer sehingga molekul pelarut akan terjebak diantaranya, terjadi
immobilisasi molekul pelarut dan terbentuk struktur yang kaku dan tegar yang
tahan terhadap gaya maupun tekanan tertentu.
52
BAB VIII
EFEK PENGOLAHAN TERHADAP KARBOHIDRAT
53
Reaksi karamelisasi terjadi apabila gula sederhana (misal glukosa,
fruktosa, sukrosa) dipanaskan pada suhu di atas titik lelehnya, misalnya pada suhu
> 170o C untuk sukrosa. Reaksi karamelisasi berlangsung kompleks yang
melewati reaksireaksi intermediet, seperti reaksi inversi dan fragmentasi yang
diakhiri dengan pigmen cokelat karamel yang membentuk warna cokelat. Pewarna
karamel adalah salah satu jenis pewarna yang banyak digunakan di industri
pangan yang dihasilkan dari serangkaian reaksi karamelisasi gula sederhana.
Proses karamelisasi dimulai ketika gula dilelehkan pada suhu tinggi, yang
diikuti dengan pendidihan. Pada tahap ini, sukrosa (gula) terdekomposisi menjadi
glukosa dan fruktosa. Dalam tahapan ini diikuti juga dengan proses kondensasi,
dimana tiap molekul gula kehilangan air. Tahapan selanjutnya adalah isomerisasi
aldosa menjadi ketosa untuk reaksi dehidrasi selanjutnya. Tahap terakhir adalah
reaksi fragmentasi (pembentukan rasa) dan reaksi polimerisasi (pembentukan
warna).
Gula Suhu
Fruktosa 110° C
Galaktosa 160° C
Glukosa 160° C
Maltosa 180° C
Sukrosa 160° C
54
Dalam proses karamelisasi beberapa komponen perasa dan juga beberapa
polimer karamel terbentuk. Karamel merupakan campuran kompleks dengan
komponen berberat molekul tinggi. Karamel dapat diklasifikasikan ke dalam tiga
kelompok, yaitu:
55
Gambar 15 Skema Terbentuknya Glikosal, Metilglikosal dan
Diasetil Pada Saat Reaksi Pencoklatan Non-enzimatis.
8.2.1 Kristalisasi
56
Setelah proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih
bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam yang bersih
diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan kembali) Contoh lain adalah
pembuatan gula putih dari tebu. Batang tebu dihancurkan dan diperas untuk
diambil sarinya, kemudian diuapkan dengan penguap hampa udara sehingga air
tebu tersebut menjadi kental, lewat jenuh, dan terjadi pengkristalan gula. Kristal
ini kemudian dikeringkan sehingga diperoleh gula putih atau gula pasir.
Kristal adalah suatu bentuk yang sangat teratur, seperti kubus, belah
ketupat, segi empat dan sebagainya. Bentuk kristal yang terbentuk mungkin
dipengaruhi oleh adanya ikatam lain di dalam larutan, meskipun sebagai antara.
Bentuk kristal secara teknologis penting oleh karena sebagai aliran kristal, dan
laju pelarutan berkaitan dengan bentuk kristal. Sifat lain yang penting adalah
keseragaman ukuran kristal di dalam suatu hasil.
57
BAB IX
KESIMPULAN
58
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2013. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka
Utama.
Kusnandar, Feri. 2010. Kimia Pangan: Komponen Makro Seri 1. Jakarta. Dian
Rakyat.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka
Utama.
vi