Anda di halaman 1dari 14

Jenis- Jenis Bahan Kimia Secara Umum

Bahan kimia adalah bahan yang terbuat dari bahan buatan atau sintetis (non-herbal). Yang
digunakan untuk menambahi atau menyempurnakan suatu produk mentah menjadi produk jadi.
Bahan kimia dibagi menjadi dua jenis yaitu bahan kimia berbahaya dan bahan kimia tak berbahaya,
tetapi umumnya bahan kimia berbahaya bagi tubuh. Penggunaanya juga harus sesuai dosis atau
takaran, bila tidak sesuai dosis akan menyebabkan bahan kimia yang tadinya tidak berbahaya akan
menjadi berbahaya bahkan akan menyebabkan kerusakan, membekas pada bagian tubuh, cacat,
dan juga bisa menyebabkan kematian. Tidak hanya itu saja, penyalahgunaan juga dapat
menyebabkan ganguan pada tubuh. (Syukri, 2009).

Bahan kimia berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan,


penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat,
atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan
bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan
langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang. (Syukri, 2009).

Berdasarkan sifatnya, bahan kimia berbahaya dapat diklasifikasikan atas:

1. Bahan Kimia Pengoksidasi (Oxidizing Substances)


Bahan kimia pengoksidasi, yang juga dikenal sebagai bahan kimia oksidator adalah bahan
kimia yang kaya akan oksigen. Dalam penguraiannya atau reaksinya dengan senyawa lain,
zat-zat ini akan melepaskan oksigen yang dikandungnya. Huruf kode: O. Frase-R untuk
bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9. contohnya: natrium nitrit/nitrat, kalium klorat, kalium
permanganate, kaporit, asam sendawa, alkena, alkilbenzena dan sebagainya (Sumardjo,
2006)
2. Bahan Kimia yang Mudah Meledak (Explosive Substances)
Bahan kimia mudah meledak adalah bahan kimia yang mempunyai sifat reaktif dan mudah
meledak. Bahan kimia ini tidak stabil dan sangat peka terhadap pengaruh goncangan,
tekanan, atau pukulan. Bahan ini juga dapat meledak walaupun tanpa dicampur dengan
bahan-bahan kimia lain. Huruf kode: E. Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan
R3. contohnya: kalium klorat,Trinitro toluene (TNT), natrium nitrat, gas bertekanan tinggi,
campuran belerang, karbon dan kalium klorat (Sumardjo, 2006).
3. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan kimia beracun adalah bahan kimia yang apabila masuk kedalam tubuh dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi
sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak
dengan kulit. Huruf kode: T. Frase-R untuk bahan beracun :R23, R24 dan R25. contohnya:
𝐶𝑂2, 𝐶𝑙2, Benzena, Kloroform, Sianida dan sebagainya (Sumardjo, 2006).
4. Bahan Kimia Karsinogenik
Bahan karsinogenik dapat menyebabkan kanker atau meningkatkan timbulnya kanker jika
masuk ke tubuh melalui inhalasi,melalui mulut dan kontak dengan kulit. Frase-R untuk
bahan karsinogenik : R45 dan R40. Contoh : Vinil klorida, benzidin, nitroso fenol, difenil,
asbestos, o-toluidin, metil iodida, hidrazin klorida, hidrazin bromide, akrilo nitril, hidrazin
sulfat, benzene, anilin, dikloro benzidin, karbon tetraklorida, 4-aminofenol, nitro naftalena,
4-nitrodifenil, nitroso amin, 4-dimetil amino, klorometil benzene, 2-naftil amina, benzil
klorida. (Sumardjo, 2006:)
5. Bahan kimia Irritant (Menyebabkan Iritasi)
Bahan dan formulasi yang tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak
dengan kulit atau selaput lendir. Huruf kode: Xi. Frase-R untuk bahan irritant: R36, R37,
R38 dan R41. Contoh:
a. Bahan kimia iritan bentuk cair :
1) Asam mineral: asam nitrat, asam sulfat, asam klorida, asam fluoride, asam fosfat.
2) Asam organik: asam format, asam asetat, asam monokloro asetat, asam trikloro asetat,
asamkresilat.
3) Pelarut organik: karbon disulfide, ter batubara, petroleum, hidrokarbon terklorinasi,
beberapa ester dan keton, terpentin, basa kuat, kalium hidroksida,natrium hidroksida.
b. Bahan bentuk padat kimia iritan :
1) Alkali kaustik: alkali sulfide, natrium hidroksida, natrium karbonat, natrium silikat,
kalium karbonat, ammonium karbonat, barium hidroksida, bariumkarbonat, trinatrium
fosfat.
2) Logam-logam : natrium, kalium, fosfor, stibium,arsen, kromium.
3) Garam-garam: kupri sulfat, kupri sianida, garam- garam merkuri, garam-garam arsen,
garam-garam stibium, perak nitrat, zink klorida.
c. Bahan kimia iritan bentuk gas:
1) Senyawa anorganik: asam klorida, asam sulfat, asam fluoride, amoniak, sulfur
monoklorida, tinil klorida, sulfuril klorida, belerang dioksida, klor, brom, iod,fosfor
triklorida, arsen triklorida, ozon, nitrogen dioksida.
2) Senyawa organik: fosgen, akrolein, dimetilsulfat, dikloroetilsulfida, kloropikrin,
etilkloro sulfonat, dikloro metil eter, xilil bromide, metil klorosulfonat. (Sumardjo,
2006).
6. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Bahan kimia korosif adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan
dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji,
seperti asam (pH <2) dan basa (pH>11,5), Huruf kode: C. Frase-R untuk bahan korosif
:R34 dan R35. Contoh bahan dengan sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan
H2 SO4 maupun basa seperti larutan NaOH(>2%) (Sumardjo, 2006).
7. Bahan Kimia yang Mudah Terbakar (Inflammable Substances)
Bahan mudah terbakar terdiri dari bahan amat sangat mudah terbakar (extremely
flammable substances), dan bahan sangat mudah terbakar (highly flammable substances).
Bahan dapat terbakar (flammable substances) terbagi 3 :
a. Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar)
Bahan kimia likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0ºC) dan titik
didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35ºC). Bahan amat sangat mudah
terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah
meledak di bawah kondisi normal. Hurufkode: F+. Frase-R untuk bahan amat sangat
mudah terbakar : R12. Contoh bahan dengan sifat tersebut adalah dietil ete (cairan) dan
propane (gas).
b. Highly flammable (sangat mudah terbakar)
Bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21ºC). Beberapa bahan
sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah
pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada
temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energy dan akhirnya terbakar. Huruf kode:
F. Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar: R11. Contoh bahan dengan sifat
tersebut misalnya aseton dan logam natrium, yang sering digunakan di laboratorium
sebagai solven dan agen pengering.
c. Flammable (mudah terbakar)
Bahan dan formulasi likuid yang memiliki titik nyala antara +21ºC dan +55ºC
dikategorikan sebagai bahan mudah terbakar (flammable). Huruf kode: tidak ada.
Frase-R untuk bahan mudah terbakar: R10. Contoh bahan dengan sifat tersebut
misalnya minyak terpentin (Sumardjo, 2006).
8. Bahan Kimia Radioaktif
Secara umum, bahaya radiasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bahaya radiasi
eksternal (sumber radiasi berada di luar tubuh) dan bahaya radiasi internal (sumber radiasi
berada di dalam tubuh). Kedua bahaya radiasi ini ditanggulangi dengan cara yang berbeda,
yaitu:
a. Bahaya radiasi eksternal dapat ditanggulangi dengan mengatur waktu (semakin
singkat, semakin baik), mengatur jarak (semakin jauh, semakin baik), atau memasang
perisai radiasi di antara sumber radiasi dan tubuh, dengan melakukan pengaturan
tersebut, dosis radiasi yang diterima oleh orang yang menangani zat radioaktif dapat
ditekan serendah mungkin.
b. Bahaya radiasi internal dapat ditanggulangi dengan mencegah masuknya zat radioaktif
ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan luka terbuka pada kulit. Jadi, bila tugas kita
adalah menangani zat radioaktif yang berbentuk gas, serbuk, atau cairan, kita harus
mengusahakan untuk tidak makan/minum, merokok ditempat kerja dan menggunakann
pakaian kerja khusus. Selain itu, kita perlu membuat pengaturan ventilasi ruangan yang
baik,serta membuat dan mengikuti prosedur kerja yang baik dan ketat untuk mencegah
tersebarnya kontaminasi ketempat lain yang bersih (Sumardjo, 2006).

Jenis-Jenis Bahan secara Spesifik

1. H2 SO4
Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan yang bersifat korosif, tidak berwarna, tidak
berbau, sangat reaktif dan mampu melarutkan berbagai logam. Bahan kimia ini dapat larut
dengan air dengan segala perbandingan, mempunyai titik lebur 10,31ºC dan titik didih pada
336,85ºC tergantung kepekatan serta pada temperatur 300ºC atau lebih terdekomposisi
menghasilkan sulfur trioksida. (Lutfiati et al, 2008)
2. NaOH
Larutan NaOH sangat basa dan biasanya digunakan untuk reaksi dengan asam
lemah dimana asam lemah seperti natrium karbonat tidak efektif. NaOH tidak bisa terbakar
meskipun reaksinya dengan metal amfoter seperti aluminium, timah, seng menghasilkan
gas nitrogen yang bisa menimbulkan ledakan. NaOH juga digunakan untuk mengendapkan
logam berat dan dalam mengontrol keasaman air. (Riana, Glory. 2012)
3. HCN
Asam sianida disebut juga Hidrogen sianida (HCN), biasanya terdapat dalam
bentuk gas atau larutan dan terdapat pula dalam bentuk garam-garam alkali seperti
potasium sianida. Sifat-sifat HCN murni mempunyai sifat tidak berwarna, mudah menguap
pada suhu kamar dan mempunyai bau khas. HCN biasanya bersifat toksik dan sangat
beracun. (ATSDR, 2006).
Sianida dalam bentuk hidrogen sianida (HCN) dapat menyebabkan kematian yang
sangat cepat jika dihirup dalam konsentrasi tertentu. ASTDR (2006) mencatat bahwa
konsentrasi HCN yang fatal bagi manusia jika dihirup selama 10 menit adalah 546 ppm.
Beberapa gangguan pada sistem pernapasan, jantung, sistem pencernaan dan sistem
peredaran darah berhubungan dengan paparan terhadap sianida pada manusia dalam
konsentrasi tertentu telah terdeteksi (ATSDR, 2006).
Selain itu, sistem saraf juga menjadi sasaran utama sianida. Paparan HCN secara
lama dalam konsentrasi tinggi dapat menstimulasi sistem saraf pusat yang kemudian diikuti
oleh depresi, kejang-kejang, lumpuh dan kematian (ATSDR, 2006). HCN dapat terserap
cepat ke dalam tubuh dan terbawa hingga ke dalam plasma. (Pitoi, 2014)
4. CO
Sumber polusi yang utama berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari
polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari
hidrokarbon. Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir
setengahnya dari seluruh polutan udara yang ada (Fardiaz, 2008).
Karbon Monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan juga tidak
berwarna (Wardhana, 2004). Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129ºC.
Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas
buangan. Di kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO
sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.
Selain itu, gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Karbon monoksida
(CO) adalah suatu gas tidak berwarna, tidak berbau yang dihasilkan oleh pembakaran tidak
sempurna material yang mengandung zat arang atau bahan organik, baik dalam alur
pengolahan hasil jadi industri, ataupun proses di alam lingkungan. Ia terdiri dari satu atom
karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat
dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen
(Anggraeni, 2009).
5. HCl
HCl adalah asam kuat, dan memisah sepenuhnya dalam air. HCl dibentuk oleh
ikatan kovalen antara ion hidrogen dan klorida dan bersifat sangat korosif. HCl memiliki
banyak kegunaan komersial, termasuk penggunaan dalam produksi baja dan dalam
produksi obat-obatan. Selain itu, HCl digunakan oleh perut untuk mengaktifkan enzim
yang memecah protein. Kimotripsin dan pepsin adalah dua enzim ini, dan kehadiran HCl
akan memungkinkan enzim ini menjadi aktif dan mempercepat proses pencernaan.
(Supiati, et al, 2014).
6. H2 S
Hidrogen Sulfida atau H2 S adalah senyawa kimia gas yang tidak berwarna, lebih
berat daripada udara, flammable, explosive, corrosive, dan sangat berbahaya, beracun,
dengan bau khas" telur busuk". (IPCS, 1985). Struktur Kimia dari hydrogen Sulfida adalah
sebagai berikut:
Rumus Kimia: H2S
Berat Molekul: 34,1g/mol
Titik didih: -77°C (760 mmHg)
Titik Lebur: -82°C
Berat Jenis: 1,2 g/ml
Tekanan Uap: 1740 kPA (pada 20°C)
Bentuk: Gas (Pada Suhu Kamar)
Kelarutan: Sedikit Larut dalam air
7. Metanol
Metanol diperoleh dari destilasi destruktif kayu, merupakan alkohol yang paling
sederhana dengan rumus kimia CH3 OH, memiliki berat molekul 32,04. Metanol memiliki
titik didih 64,5ºC, bersifat ringan, mudah menguap , tidak bewarna dan mudah terbakar.
Dalam bidang industri metanol digunakan sebagai bahan tambahan pada bensin, bahan
pemanas ruangan, pelarut industri pada larutan mesin fotocopy, serta bahan makanan untuk
bakteri yang memproduksi protein. (Said, 2009)
8. Benzilklorida
Benzoil klorida, juga dikenal sebagi benzene karbonil klorida, adalah cairan tak
berwarna dan berkabut C6 H5COCl dengan bau yang menusuk. Senyawa ini digunakan
sebagai bahan kimia antara dalam pembuatan zat warna, parfum, peroksida, obat-obatan,
dan resin. Ia juga digunakan dalam bidang fotografi dan digunakan dalam proses
pembuatan tanin sintetik. Ia sebelumnya digunakan sebagai gas iritan dalam peperangan.
Benzilklorida ini bersifat korosif dan toksik. (Friedrich, 1982)
9. NO2
Nitrogen dioksida adalah gas toksik, kelarutannya dalam air rendah, tetapi mudah
larut dalam larutan alkali, karbon disulfida dan kloroform. Gas ini berwarna coklat
kemerahan dan pada suhu di bawah 21,2ºC akan berubah menjadi cairan berwarna kuning.
Baunya khas dan mengganggu bahkan dapat mengiritasi saluran napas pada konsentrasi 1-
3 ppm (Handayani et al, 2003).
Pada saat di atmosfer, gas ini akan mengalami siklus fotolitik NO2 bersama dengan
gas NO dan oksigen dengan bantuan sinar matahari. Siklus fotolitik ini dapat terganggu
jika di dalam udara terdapat hidrokarbon (HC), karena hidrokarbon akan berekasi dengan
O maupun O2 . Reaksi HC dengan O akan menghasilkan radikal bebas HC yang sangat
reaktif. Radikal bebas HC akan menyerang NO dan NO2 sehingga jumlah NO akan
berkurang. Radikal bebas HC dapat juga bereaksi dengan HC lainnya dan menghasilkan
senyawa-senyawa organik. Di samping itu radikal bebas HC yang bereaksi dengan O2 dan
NO2 akan menghasilkan Peroxyl Acetyl Nitrates atau disingkat PAN (Wardhana, 2004).
10. HNO3
Asam Nitrat (HNO3 ), Dikenal dengan nama air keras, senyawa in digunakan dalam
berbagai pembentukan senyawa sintetis, pembantukan senyawa-senyawa grup nitro,
pembuatan zat pewarna dan berbagai bahan peledak. (Syukri, 2009).
11. CH3COOH
Asam Asetat (CH3COOH) merupakan zat kimia murni yang terdiri dari beberapa
unsur yang dapat di pecah-pecah lagi. CH3COOH merupakan senyawa kimia asam organik
yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka murni
adalah cairan higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16,7ºC. Asam cuka
merupakan hasil olahan makanan melalui fermentasi. Fermentasi glukosa secara anaerob
menggunakan khamir saccharomyces cerevicae menghasilkan etanol. Fermentasi etanol
secara aerob nmenggunakan bakteri acerobacter aceti menghasilkan asam cuka (Bucckle
et al, 2010)
12. Fenol
Fenol (C6H6OH) merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus hidroksil
yang terikat pada cincin benzena. Senyawa fenol memiliki beberapa nama lain seperti asam
karbolik, fenat monohidroksibenzena, asam fenat, asam fenilat, fenil hidroksida,
oksibenzena, benzenol, monofenol, fenil hidrat, fenilat alkohol, dan fenol alkohol (Nair et
al, 2008).
Fenol adalah zat kristal yang tidak berwarna dan memiliki bau yang khas. Senyawa
fenol dapat mengalami oksidasi sehingga dapat berperan sebagai reduktor (Hoffman et al.,
1997). Fenol bersifat lebih asam bila dibandingkan dengan alkohol, tetapi lebih basa
daripada asam karbonat karena fenol dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.
Lepasnya ion H+ menjadikan anion fenoksida C6H5O- dapat melarut dalam air. Fenol
mempunyai titik leleh 41oC dan titik didih 181oC. Fenol memiliki kelarutan yang terbatas
dalam air yaitu 8,3 gram/100 mL (Fessenden dan Fessenden, 1992).
Fenol merupakan senyawa yang bersifat toksik dan korosif terhadap kulit (iritasi)
dan pada konsentrasi tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan manusia hingga
kematian pada organisme. Tingkat toksisitas fenol beragam tergantung dari jumlah atom
atau molekul yang melekat pada rantai benzenanya (Qadeer and Rehan, 1998).
13. KMnO4
Kalium permanganat adalah suatu senyawa kimia anorganik dan obat-obatan.
Sebagai obat senyawa ini digunakan untuk membersihkan luka dan dermatitis. Senyawa
ini memiliki rumus kimia KMnO4 dan merupakan garam yang mengandung ion K+ dan
MnO−4.
Senyawa ini merupakan agen pengoksidasi kuat. Ia larut dalam air menghasilkan
larutan berwarna merah muda atau ungu yang intens, penguapan larutan ini meinggalkan
kristal prismatik berwarna keunguan-hitam.Pada tahun 2000, produksi di seluruh dunia
diperkirakan mencapai 30,000 ton. Dalam senyawa ini, mangan memiliki bilangan oksidasi
+7. (BMA, 2015)

GREEN CHEMISTRY

Menurut BPTBA LIPI (Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam) Green chemistry atau
“kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada pencegahan polusi. Pada awal 1990-
an, green chemistry mulai dikenal secara global setelah Environmental Protection Agency (EPA)
mengeluarkan Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau
mengurangi polusi.

Green chemistry merupakan pendekatan untuk mengatasi masalah lingkungan baik itu dari
segi bahan kimia yang dihasilkan, proses ataupun tahapan reaksi yang digunakan. Konsep ini
menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan pada pengurangan penggunaan dan pembuatan
bahan kimia berbahaya baik itu dari sisi perancangan maupun proses. Bahaya bahan kimia yang
dimaksudkan dalam konsep green chemistry ini meliputi berbagai ancaman terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya fisik, perubahan iklim global, dan penipisan
sumber daya alam.

Istilah kimia digunakan dalam “green chemistry” dimaksudkan karena melibatkan struktur
dan perubahan suatu materi. Perubahan tersebut pasti melibatkan energi sebagai sumbernya. Oleh
karena itu konsep green chemistry ini juga erat kaitannya dengan energi dan penggunaannya baik
itu secara langsung maupun yang tidak langsung seperti penggunaan suatu material dalam hal
pembuatan, penyimpanan dan proses penyalurannya.
Green chemistry merupakan pendekatan yang sangat efektif untuk mencegah terjadinya
polusi karena dapat digunakan secara langsung oleh para ilmuwan dalam situasi sekarang. Konsep
ini lebih memfokuskan pada cara pandang seorang peneliti untuk menempatkan aspek lingkungan
pada prioritas utama. Area penelitian dalam bidang green chemistry ini meliputi pengembangan
cara sintesis yang lebih ramah lingkungan, penggunaan bahan baku yang terbarukan, merancang
bahan kimia yang green, serta penggunaan bioteknologi sebagai alternatif dalam industri (Sharma,
2008).

Anastas dan Warner (1998) mengusulkan konsep“The Twelve Principles of Green


Chemistry” yang digunakan sebagai acuan oleh para peneliti untuk melakukan penelitian yang
ramah lingkungan. Berikut adalah ke-12 prinsip kimia hijau yang diusulkan oleh Anastas dan
Warner :

1). Mencegah timbulnya limbah dalam proses

Lebih baik mencegah daripada menanggulangi atau membersihkan limbah yang timbul
setelah proses sintesis, karena biaya untuk menanggulangi limbah sangat besar.

2). Mendesain produk bahan kimia yang aman

Pengetahuan mengenai struktur kimia memungkinkan seorang kimiawan untuk


mengkarakterisasi toksisitas dari suatu molekul serta mampu mendesain bahan kimia yang aman.
Target utamanya adalah mencari nilai optimum agar produk bahan kimia memiliki kemampuan
dan fungsi yang baik akan tetapi juga aman (toksisitas rendah). Caranya adalah dengan mengganti
gugus fungsi atau dengan cara menurunkan nilai bioavailability.

3). Mendesain proses sintesis yang aman

Metode sintesis yang digunakan harus didesain dengan menggunakan dan menghasilkan
bahan kimia yang tidak beracun terhadap manusia dan lingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu meminimalkan paparan atau meminimalkan bahaya terhadap orang yang
menggunakan bahan kimia tersebut.
4.) Menggunakan bahan baku yang dapat terbarukan

Penggunaan bahan baku yang dapat diperbarui lebih disarankan daripada menggunakan
bahan baku yang tak terbarukan didasarkan pada alasan ekonomi. Bahan baku terbarukan biasanya
berasal dari produk pertanian atau hasil alam, sedangkan bahan baku tak terbarukan berasal dari
bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas alam, batu bara, dan bahan tambang lainnya.

5.) Menggunakan katalis

Penggunaan katalis memberikan selektifitas yang lebih baik, rendemen hasil yang
meningkat, serta mampu mengurangi produk samping.Peran katalis sangat penting karena
diperlukan untuk mengkonversi menjadi produk yang diinginkan.Dari sisi green chemistry
penggunaan katalis berperan pada peningkatan selektifitas, mampu mengurangi penggunaan
reagen, dan mampu meminimalkan penggunaan energi dalam suatu reaksi.

6). Menghindari derivatisasi dan modifikasi sementara dalam reaksi kimia

Derivatisasi yang tidak diperlukan seperti penggunaan gugus pelindung,


proteksi/deproteksi, dan modifikasi sementara pada proses fisika ataupun kimia harus
diminimalkan atau sebisa mungkin dihindari karena pada setiap tahapan derivatisasi memerlukan
tambahan reagen yang nantinya memperbanyak limbah.

7). Memaksimalkan atom ekonomi

Metode sintesis yang digunakan harus didesain untuk meningkatkan proporsi produk yang
diinginkan dibandingkan dengan bahan dasar.Konsep atom ekonomi ini mengevaluasi sistem
terdahulu yang hanya melihat rendemen hasil sebagai parameter untuk menentukan suatu reaksi
efektif dan efisiens tanpa melihat seberapa besar limbah yang dihasilkan dari reaksi tersebut.Atom
ekonomi disini digunakan untuk menilai proporsi produk yang dihasilkan dibandingkan dengan
reaktan yang digunakan.Jika semua reaktan dapat dikonversi sepenuhnya menjadi produk, dapat
dikatakan bahwa reaksi tersebut memiliki nilai atom ekonomi 100%. Berikut adalah persamaan
untuk menghitung nilai atom ekonomi :

Atom ekonomi (%) = x100%


8). Menggunakan pelarut yang aman

Penggunaan bahan kimia seperti pelarut, ekstraktan, atau bahan kimia tambahan yang lain
harus dihindari penggunaannya. Apabila terpaksa harus digunakan, maka harus seminimal
mungkin. Penggunaan pelarut memang sangat penting dalam proses sintesis, misalkan pada proses
reaksi, rekristalisasi, sebagai fasa gerak pada kromatografi, dan lain-lain. Penggunaan yang
berlebih akan mengakibatkan polusi yang akan mencemari lingkungan. Alternatif lain adalah
dengan menggunakan beberapa tipe pelarut yang lebih ramah lingkungan seperti ionic liquids,
flourous phase chemistry, supercritical carbon dioxide, dan“biosolvents”.Selain itu ada beberapa
metode sintesis baru yang lebih aman seperti reaksi tanpa menggunakan pelarut ataupun reaksi
dalam media air.

9). Meningkatkan efisiensi energi dalam reaksi

Energi yang digunakan dalam suatu proses kimia harus mempertimbangkan efek terhadap
lingkungan dan aspek ekonomi. Jika dimungkinkan reaksi kimia dilakukan dalam suhu ruang dan
menggunakan tekanan.Penggunaan energi alternatif dan efisien dalam sintesis dapat dilakukan
dengan menggunakan beberapa metode baru diantaranya adalah dengan menggunakan radiasai
gelombang mikro (microwave), ultrasonik dan fotokimia.

10). Mendesain bahan kimia yang mudah terdegradasi

Bahan kimia harus didesain dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, oleh karena itu
suatu bahan kimia harus mudah terdegradasi dan tidak terakumulasi di lingkungan.Seperti sintesis
biodegradable plastik, bioderadable polimer, serta bahan kimia lainya.

11). Penggunaan metode analisis secara langsung untuk mengurangi polusi

Metode analisis yang dilakukan secara real-time dapat mengurangi pembentukan produk
samping yang tidak diinginkan.Ruang lingkup ini berfokus pada pengembangan metode dan
teknologi analisis yang dapat mengurangi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dalam
prosesnya.
12.) Meminimalisasi potensi kecelakaan

Bahan kimia yang digunakan dalam reaksi kimia harus dipilih sedemikian rupa sehingga
potensi kecelakaan yang dapat mengakibatkan masuknya bahan kimia ke lingkungan, ledakan dan
api dapat dihindari.

Aplikasi penerapan ke-12 prinsip kimia hijau ini masih belum sepenuhnya dilakukan para
kimiawan khususnya yang bergerak pada bidang sintesis dalam hal desain reaksi dan metode yang
digunakan untuk mencegah seminimal mungkin terjadinya pencemaran lingkungan. Marilah kita
mulai penelitian yang lebih berwawasan lingkungan dengan mempertimbangkan aspek green
chemistry, agar generasi mendatang dapat hidup lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Nair CI, Jayachandran K, Shashidar S. (2008). Biodegradation of phenol. African Journal of


Biotechnology. 7. 4951-4958.

Friedrich Wöhler; Justus von Liebig (1832). "Untersuchungen über das Radikal der Benzoesäure".
Annalen der Pharmacie. 3: 249.

Alen, Y., Ammirawati, D. Handayani, dan D. Arbain. (2003). Isolasi Senyawa Antibakteri Fraksi
Non Polar Ekstrak Metanol Daun Glycosmis Malayana Ridl. Jurnal Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.

Anastas, P.,dan Warner, J.C.(1998). Green Chemistry, Theory and Practice. Oxford University
Press. Oxford.

Sharma, S.K., Chaudhary,A., dan Singh, R.V.(2008). Gray Chemistry Versus Green Chemistry:
Challenges and Opportunities, Rasayan J.Chem., 1, 1, 68-92.

Lutfiati, A., Fathoni, R., & Mulyaningtyas, A. (2008). Prarancangan Pabrik Asam Sulfat Dari
Sulfur Dan Udara Dengan Proses Kontak Kapaistas 225.000 Ton Per Tahun. Surakarta.
Universitas Muhammadiyah.

Wardhana, Wisnu. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta. Andi Offset.

Syukri, S (2009). Kimia Dasar II. Bandung. ITB


Sumardjo, D.D. (2006). Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta. EGC.

Fessenden, R.J. and J.S. Fessenden. (1986). Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga. Jilid 1.
Terjemahan oleh A.H. Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.

ATSDR (2006) Toxicological Profile for Cyanide. Registry, A.f.T.S.a.D.

Pitoi, M. M. (2014). Sianida : Klasifikasi , Toksisitas , Degradasi , Analisis ( Studi Pustaka).


Manado. FMIPA Unsrat.

Fardiaz, (2008). Polusi Air dan Udara. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.

Anggraeni,N.I.S. (2009). Pengaruh Lama Paparan Asap Knalpot dengan Kadar CO 1800 Ppm
Terhadap Gambaran Histopatologi Jantung Pada Tikus Wistar. Semarang. Fakultas Kedokteran.
UNDIP. Skipsi.

International Programme on Chemical Safety (IPCS). (1985). Environmental Health Criteria


(EHC). Hidrogen Sulfide. WHO. Geneva

Supiati, H. Muh Yudi, Sitti Chadijah. (2000). Pengaruh Konsentrasi Aktivator Asam Klorida (Hcl)
Terhadap Kapasitas Adsorpsi Arang Aktif Kulit Durian (Durio Zibethinus) Pada Zat Warna
Methanil Yellow. Makassar. Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin
Makassar.

British Medical Association (BMA). (2015). British national formulary : BNF 69 (edisi ke-
69).840.

Qadeer & Rehan. (1998). Proses Pengolahan Minyak Bumi. Bandung

Buckle, K.A. (2010). Ilmu Pangan. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Said, Muhammad. (2009). Jurnal Penelitian, Metanolisis Minyak Jarak Pagar Menghasilkan
Biodiesel: Pengaruh Waktu Reaksi, Jumlah Katalis dan Rasio Reaktan terhadap konversi minyak
jarak, Majalah Dinamika Penelitian BIPA, Palembang.

Anda mungkin juga menyukai