Nama Kelompok :
Hermalia Putri_K011201227
Lola Azzahra_K011201068
Ahmad abdillah_K011201183
Pengertian Debu
Pengertian Gas
Gas adalah fase wujud suatu benda atau keadaan materi yang
terdiri dari partikel-partikel yang tidak memiliki volume atau bentuk yang
pasti Selain itu gas juga didefinisikan sebagai keadaan materi yang terdiri
dari partikel yang tidak memiliki volume atau bentuk yang ditentukan. Ini
adalah salah satu dari empat keadaan dasar materi, bersama dengan
padatan, cairan, dan plasma. Dalam kondisi biasa, keadaan gas berada di
antara keadaan cair dan plasma (Hutchinson, 2017).
Jenis-Jenis Debu
Menurut Suma’mur (2009), debu diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Organik
a. Alamiah
1) Fosil : batu bara, karbon hitam, arang, granit.
2) Bakteri : TBC, antraks, enzim, bacillus substili, Koksidiomiksis,
histoplasmosis.
3) Jamur : Actinomycosis, kriptokokus, thermophilic.
4) Virus : Cacar air, Q fever, psikatosis.
5) Sayuran : Kompos jamur, ampas debu, tepung padi, gabus, serat
nanas, atap alang-alang, katun, rami.
6) Binatang : Kotoran burung, kesturi, ayam.
b. Sintetis
1) Plastik : Politetrafluoretilen, toluene diisosianat.
2) Reagen : Minyak isopropyl, pelarut organik.
2. Anorganik
a. Silika bebas
1) Crystaline : Quarz, trymite cristobalite
2) Amorphous : Diatomaceus earth, silica gel
b. Silika
1) Fibrosis : Asbestosis, silinamite, talk
2) Lain-lain : Mika, kaolin, debu semen
c. Metal
1) Inert : Besi, barium, titanium, aluminium
2) Lain-lain : Berilium
3) Bersifat keganasan : Arsen, kobat, nikel hematite, uranium,
khrom.
Jenis-Jenis Gas
Adapun jenis-jenis gas adalah sebagai berikut:
1. Monoatomic gas (Gas Monoatomik)
Gas monoatomik seperti namanya merupakan gabungan dari dua
kata “mono” dan “atomik” yang berarti gas yang terdiri dari satu atom.
Sifat termodinamika gas monoatomik berbeda dari gas poliatomik
karena gas monoatomik tidak memiliki komponen daya rotasi dan
vibrasi pada suhu biasa. Contoh gas monoatomik seperti, Helium,
Neon, Argon, Krypton, Xenon, Radon, dan Oganesson.
5. Inert gas
Gas inert adalah gas yang tidak mudah mengalami reaksi kimia,
dengan kata lain merupakan gas yang sangat stabil. Sebagian besar gas
inert adalah gas mulia dari Grup 18 tabel periodik (Bagan semua
elemen). Gas inert digunakan secara umum untuk menghindari reaksi
kimia yang tidak diinginkan. Mereka adalah gas yang tidak berwarna,
tidak berbau, tidak berasa, dan tidak mudah terbakar. Tetapi mengingat
istilah gas inert, mereka tidak selalu inert, mereka dapat dibuat bereaksi
dalam kondisi khusus. Contoh gas inert, yakni Helium, Neon, Argon,
Krypton, Xenon, dan Radon.
Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima
tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau
40 jam seminggu
a. Debu
NAB debu total sesuai dengan regulasi Permenaker No. 05 Tahun
2018 tentang K3 Lingkungan Kerja yaitu 10 mg/m3. Sedangkan
untuk mendapatkan tingkat kenyamanan dalam ruang perkantoran
kandungan debu respirable (PM10) maksimal di dalam udara ruangan
dalam pengukuran rata rata 8 jam adalah sebagai berikut :
b. Gas
b. Gas
1) Sensor gas jenis MQ-7
Sensor MQ-7 adalah sensor yang dapat mendeteksi gas
monoksida (CO) dengan sensitivitas yang tinggi.(9) Bentuk
fisiknya dapat dilihat pada gambar 1. Sensor MQ-7
merupakan sensor gas karbon monoksida (CO) yang
berfungsi untuk mengetahui konsentrasi gas karbon
monoksida (CO), dimana sensor ini salah satunya dipakai
dalam memantau gas karbon monoksida (CO). Sensor ini
mempunyai sensitivitas yang tinggi dan respon yang cepat.
Keluaran yang dihasilkan oleh sensor ini adalah berupa
Prinsip kerja/cara kerja dari High Volume Air Sample yaitu udara yang memiliki
kandungan partikel debu dapat dihisap dan mengalir kedalam kertas filter dengan
menggunakan motor(pompa) dengan putaran kecepatan yang tinggi (1,1 - 1,7
mÑ/menit). Debu akan menempel pada media kertas filter yang akan diukur
konsentrasinya dengan cara menimbang kertas filter tersebut sebelum dan sesudah
sampling serta dapat mencatat flowrate dan waktu lamanya sampling sehingga
didapat konsentrasi debu tersebut. Jumlah pertikel yang terakumulasi pada
filterselama periode waktu tertentu dianalisis secara gravimetrik (SNI 7119-
3:2017)
Sensor MQ-7
Sensor MQ-7 sensor gas yang digunakan dalam peralatan untuk mendeteksi gas
karbon monoksida (CO) dalam kehidupan sehari-hari, industri, atau mobil. Sensor
gas MQ7 ini mempunyai kelebihan sensitifitas yang tinggi terhadap karbon
monoksida (CO), stabil, dan usia pakai yang lama. keluaran dari sensor MQ7
berupa sinyal analog dan membutuhkan tegangan DC sebesar 5Volt. Sensor MQ7
mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap gas karbon monoksida.
Ketika sensor mendeteksi gas tersbut maka resistansi elektrik sensor akan
menurun. Didalam sensor memiliki suatu penyerap keramik yang berfungsi untuk
melindungi dari debu atau gas yang tidak diketaui. Heater pada sensor ini
berfungsi sebagai pemicu sensor untuk dapat mendeteksi target gas yang
diharapkan setelah diberikan tegangan 5 Volt.
DAMPAK DEBU DAN GAS MELEBIHI NAB BAGI PEKERJA
Hirarki of control
Metode HIRARC didefinisikan sebagai proses identifikasi bahaya pada
kegiatan rutin ataupun non rutin yang sselanjutnya dinilai sesuai dengan
bahaya yang teridentifikasi untuk selanjutnya diketahui tingkat risiko sehingga
dapat dilakukan pengendalian.
1. Eliminasi (penghilangan)
Langkah pencegahan kecelakaan kerja paling efektif dilakukan
dengan mengeliminasi benda yang berisiko menimbulkan bahaya tersebut,
dengan menghilangkan sumber bahaya maka jelas risiko kecelakan
menjadi nyaris tidak ada. Oleh karena itu, langkah ini merupakan langkah
paling efektif mengontrol bahaya ditempat kerja. Contoh kegiatan yang
dilakukan pada langkah ini misalnya, di suatu area kerja
terdapat hazard bising yang bersumber dari speaker di suatu ruang kerja,
setelah dikaji dan ditimbang sepertinya speaker ini tidak memiliki fungsi
terlalu signifikan dalam proses kerja disini, maka speaker ini dapat di
eliminasi saja dari ruang kerja dan tidak digunakan lagi. Maka
sumber hazard sudah terkendali.
2. Substitusi (pergantian)
Namun apabila ternyata sumber hazard tersebut merupakan
bahan /alat kerja utama yang digunakan dalam pekerjaan dan tidak dapat
dihilangkan begitu saja, maka ada langkah pengendalian berikutnya yang
dapat dilakukan, yaitu mengganti si sumber bahaya dengan bahan/alat lain
yang fungsinya sama atau mendekati tetapi less risk. Seperti penggunaan
atap dari asbes, yang sekarang penggunaannya sudah dilarang karena
risiko kesehatan penggunaan asbes sangat berbahaya, sehingga banyak
diganti dengan atap yang terbuat dari genteng tanah liat yang juga dapat
menyerap panas, genteng keramik, kaca, dsb.
3. Enginering Control (perancangan / modifikasi / pengendalian tekhnikal)
Langkah pencegahan ketiga ini adalah langkah yang paling sering
dilakukan ditempat kerja, karena kita dapat meminimalisir bahaya yang
ditimbulkan alat kerja, namun tidak perlu menghilangkan atau
menggantikannya dengan alat kerja lain melainkan hanya menambahkan
beberapa alat lain sebagai penghalang agar sumber hazard tidak memajan
pekerja. Atau mudahnya, enginering control adalah pengendalian bahaya
dengan melakukan modifikasi pada faktor lingkungan kerja selain
pekerja. Contoh pemasangan peredam pada mesin yang menjadi sumber
bising, menginstalasi sistem ventilasi yang baik, memodifikasi alat kerja
menjadi lebih mudah digunakan, memasang teralis pembatas pada benda-
benda bergerak, dsb
4. Administrative Control (pengendalian administrasi / peringatan / warning
system)
Langkah ketiga akan sangat efektif apabila dilakukan bersamaan
dengan langkah ke empat, yaitu langkah administratif. Pada langkah ini
pengendalian lebih banyak dilakukan dengan memodifikasi cara interaksi
pekerja dengan lingkungan kerjanya dimana tujuannya agar si-pekerja
dapat lebih waspada, hati-hati, dan juga pihak pemberi kerja juga perlu
membekali pekerja dengan menambah pengetahuan pekerja tentang
keselamatan dan kesehatan di bagian tempat kerja masing-masing.
Langkah yang dilakukan diantaranya dengan memberikan petunjuk-
petunjuk, tanda, label, spanduk ajakan keselamatan kerja, memberikan
SOP kerja, memberikan pekerja pelatihan rutin, mengatur jadwal dan shift
kerja, serta pengawasan dan evaluasi dari atas sangat mempengaruhi
langkah pengendalian ini berjalan dengan baik.
Gas adalah fase wujud suatu benda atau keadaan materi yang terdiri dari
partikel-partikel yang tidak memiliki volume atau bentuk yang pasti. Gas dibagi
menjadi jenis gas monoatomik, gas polyatomic, gas elemental, gas elemen
berbeda, gas inert, gas beracun, gas alamiah, biogas, LPG, CNG, Real gas, dan
gas ideal. Menurut Permenaker No.13 tahun 2011 Nilai Ambang Batas (NAB)
karbon monoksida adalah 25 ppm, jika lebih dari nilai ambang batas maka dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Alat pengukuran kadar gas,
yakni sensor gas jenis MQ-7, sensor jenis MQ-4, dan sensor MQ-136. Penulis
menjabarkan prinsip kerja/cara kerja dari sensor MQ-7 yang digunakan dalam
peralatan untuk mendeteksi gas karbon monoksida (CO) dalam kehidupan sehari-
hari, industri, atau mobil. Kadar gas yang melebihi NAB dapat mengakibatkan
iritasi, khususnya pada organ pernapasan dan paru-paru.
Kadar debu dan gas di tempat kerja yang melebihi NAB dapat dicegah
dengan Metode HIRARC, yang didefinisikan sebagai proses identifikasi bahaya
dan dinilai sesuai dengan bahaya yang teridentifikasi untuk selanjutnya diketahui
tingkat risiko, sehingga dapat dilakukan pengendalian. Metode HIRARC terdiri
atas eliminasi, substitusi, modifikasi atau rekayasa teknik, pengendalian
administrasi, dan pemakaian Alat Pelindung Diri.
Referensi :
Maradjabessy, F. A., Yuniarti, Y., & Adji, H. W. (2021). Scoping Review: Efek
Debu terhadap Fungsi Paru Pekerja. Jurnal Integrasi Kesehatan dan
Sains, 3(1), 80-85.
Puspita, Wilda Prima. 2013. Teknik sampling kualitas udara. Diakses pada 25
Februari 2023.
Yulinawati, H., Zulaiha, S., Pristianty, R., & Siami, L. (2019, August). Kontribusi
Metropolitan terhadap Polutan Udara Berbahaya Timbal dan Merkuri dari
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (Batu Bara). In Seminar Nasional
Pembangunan Wilayah dan Kota Berkelanjutan (Vol. 1, No. 1).
Rizki,H., Azhar, dan Kamal, M., 2017.Rancang Bangun Alat Pengukuran Kadar
Gas Berbahaya Untuk Galian Tambang Berbasis Wireless. JURNAL
ELEKTRO 1(1),pp. 9-16. Pada link
http://e-jurnal.pnl.ac.id/TEKTRO/article/view/1416. Diakses pada 25
Februari 2022.
Nebath, E., dkk., 2014. Rancang Bangun Alat Pengukur Gas Berbahaya CO Dan
CO2 di Lingkungan Industri. E-Journal Teknik Elektro dan Komputer,pp.
65-72..
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/elekdankom/article/view/6012.
Diakses pada 25 Februari 2022.
Permenaker No. 5 Tahun 2018. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja. https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/Permen_5_2018.pdf; 2018.
Diakses pada 25 Februari 2022.