Anda di halaman 1dari 23

IMPLEMENTASI SISTEM PLC PADA

BOTTLE LINE PRODUCTION SYSTEMS

Diajukan untuk memenuhi Tugas ke-1 mata kuliah Perancangan Berbasis PLC

di semester VIII

Disusun oleh:

Tijar Ahmad Yusf

2212142039

TEKNIK KENDALI DAN INSTRUMENTASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS JENDRAL ACHMAD YANI

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan industri didunia sangat pesan, salah satunya dalam bidang


produksi tentunya karena kebutuhan akan industri semakin meningkat . Berdasarkan
kebutuhan ini tentunya harus dibarengi dengan kuantitas produksi yang selaras
dengan perkembangannya. Atas dasar itula pertumbuhan di bidang industri harus di
ikuti dengan perkembangan dalam teknologi otomasi, karena jelas jika hanya
mengandalkan sistem manual (tenaga operator) dalam produksi tidak akan bisa
mengimbangi kebutuhan produksi.
Perkembangan otomasi di bidang industri membuat proses produksi semakin
mudah dan efisien. Penerapan sistem otomasi sangat di butuhkan tentunya selain
untuk mempercepat proses produksi juga saving cost for payment employee. Selain
memberikan solusi dalam produktivitas produksi tentunya dengan di terapkannya
sistem teknologi otomasi akan menghemat pengeluaran sebuah perusahaan produksi
dalam menggaji karyawan.
Sistem PLC adalah salah satu solusi otomasi yang digunakan dalam
penerapan industri. PLC ini bisa diaplikasikan untuk berbagai jenis kebutuhan
otomatisasi di indukstri, salah satunya digunakan dalam mengedalikan pengisian
botol minuman salah satu industri.
Dalam pembahasan kali ini, penulis akan memberikan suatu simulasi
mengenai sistem PLC digunakan dalam pengoperasian pengisian botol minuman
kemasan dalam industri produksi. Disini digunakan mulai dari pemilihan botol
hingga minuman terisi di dalam botol dikendalikan oleh PLC.

1
1.2 Tujuan Penulisan

Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan tugas ini adalah
untuk mengetahui dan mempelajari pengimplementasian dari mata kuliah
Perancangan Sistem Berbasis PLC yang dipelajari disemester VIII ini dalam dunia
industri. Selain itu laporan ini juga diajukan untuk memenuhi Tugas ke-1 mata kuliah
Perancangan Berbasis PLC.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penulisan kali ini adalah
sebagai berikut:

a) Terdiri dari 3 limit switch yaitu sensor botol, sensor ukuran botol dan sensor
penentuan botol rusak atau tidak.
b) Terdiri dari 3 conveyor yaitu conveyor utama untuk menggerakan botol kosong
untuk diisi, conveyor hasil botol besar dan conveyor box berisi botol rusak
c) Alat berfungsi secara continue yang diawali dengan menekan tombol START dan
berhenti ketika tombol STOP ditekan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Conveyor

Conveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi


memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Conveyor banyak dipakai
di industri untuk transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak dan
berkelanjutan.
Dalam kondisi tertentu, conveyor banyak dipakai karena mempunyai nilai
ekonomis dibanding transportasi berat seperti truk dan mobil pengangkut. Conveyor
dapat memobilisasi barang dalam jumlah banyak dan kontinyu dari satu tempat ke
tempat lain. Perpindahan tempat tersebut harus mempunyai lokasi yang tetap agar
sistem conveyor mempunyai nilai ekonomis. Kelemahan sistem ini adalah tidak
empunyai fleksibilitas saat lokasi barang yang dimobilisasi tidak tetap dan jumlah
barang yang masuk tidak kontinyu.
Conveyor mempunyai berbagai jenis yang disesuaikan dengan karakteristik
barang yang diangkut. Jenis-jenis conveyor tersebut antara lain Apron, Flight, Pivot,
Overhead, Loadpropelling, Car, Bucket, Screw, Roller, Vibrating, Pneumatic, dan
Hydraulic. Disini akan dibahas satu jenis conveyor yaitu Roller Conveyor.

2.1.1 Roller Conveyor


Roller conveyor merupakan suatu sistem conveyor yang penumpu utama
barang yang ditransportasikan adalah roller. Roller pada sistem ini sedikit berbeda
dengan roller pada conveyor jenis yang lain. Roller pada sistem roller conveyor
didesain khusus agar cocok dengan kondisi barang yang ditransportasikan, misal
roller diberi lapisan karet, lapisan anti karat, dan lain sebagainya. Sedangkan roller
pada sistem jenis yang lain didesain cocok untuk sabuk yang ditumpunya.

3
Gambar 2.1 Contoh Roller Conveyor

2.1.2 Fungsi dan Spesifikasi Roller Conveyor


Roller conveyor hanya bisa memindahkan barang yang berupa unit dan tidak
bisa memindahkan barang yang berbentuk bulk atau butiran. Unit yang bisa
dipindahkan menggunakan roller conveyor juga harus mempunyai dimensi tertentu
dan berat tertentu agar bisa ditransportasikan. Untuk memindahkan barang dalam
bentuk bulk, bulk tersebut harus dikemas terlebih dahulu dalam unit agar bisa
ditransportasikan menggunakan sistem ini.
Spesifikasi roller conveyor juga harus disesuaikan dengan dimensi dan beban
unit yang akan ditransportasikan. Rancangan sistem roller conveyor harus mempu
menerima beban maksimum yang mungkin terjadi pada sistem conveyor. Selain itu,
desain dimensi sistem juga harus dipertimbangkan agar sesuai dengan dimensi unit
yang akan ditransportasikan. Dalam beberapa kasus dimensi unit yang lebih lebar dari
dimensi lebar roller masih diperbolehkan.
Kelebihan roller conveyor adalah bisa mentransformasikan pada kemiringan
tertentu sehingga conveyor bisa mentranportasikan barang dari satu tingkat ke tingkat
yang lain. Selain itu, roller conveyor juga bisa membelokkan jalur unit yang
belokkannya sangat tajam. Hal tersebut bermanfaat untuk daerah yang ruanganya
terbatas.

4
Selain itu, roller conveyor memmpunyai kemampuan untuk menggabungkan
2 jalur yang terpisah. Penggabungan 2 jalur tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
metode seperti Y-Line dan accumulating roller conveyor.

2.1.3 Komponen Roller Conveyor


Komponen utama alat dan fungsi dalam sistem roller conveyor adalah sebagai
berikut:
1. Kerangka Badan
Kerangka badan mempunyai fungsi untuk menopang roller agar lokasi roller
tidak berpindah-pindah. Pemasangan roller dengan kerangka badan ini harus
pas agar tidak terjadi getaran yang tidak diinginkan saat roller berputar. Selain
itu, kerangka badan ini juga menentuka jarak antar roller yang sesuai agar
unityang akan ditransportasikan tidak jatuh.

Gambar 2.2 Kerangka Badan

2. Tiang Penyangga
Tiang peyangga mempunyai fungsi untuk pondasi kerangka badan sistem
roller conveyor. Kerangka badan ini didesain sebagai tumpuan roller conveyor
terhadap tanah yang dilalui oleh sistem conveyor.

5
Gambar 2.2 Tiang Penyangga

3. Motor Pengerak
Motor penggerak mempunyai fungsi untuk menggerakkan drive roller agar
selalu berputar sesuai dengan kecepatan yang diinginkan operator. Motor
penggerak ini pada umumnya ditempatkan diujung paling akhir alur roller
conveyor agar bisa menjaga rantai transmisi tetap tegang.

Gambar 2.3 Motor Penggerak


4. Roller
Roller mempunyai fungsi sebagai pemindah barang yang akan
ditransportasikan. Saat roller berputar diupayakan tidak bergetar agar tidak
merusak barang yang ditransportasikan. Dimensi roller juga harus sama agar
barang yang diangkut tidak tersendat dan roller dapat menumpu barang
dengan sempurna.
Roller pada sistem roller conveyor mempunyai perhatian khusus karena
merupakan komponen yang paling utama dalam sistem ini. Sehingga desain
dan perawatan pada roller harus mendapatkan perhatian yang lebih utama.

6
Berikut desain komponen roller conveyor yang pernah dianalisis di mata
kuliah Tugas Desain Mesin I.

Gambar 2.4 Roller

5. Sistem Transmisi
Sistem transmisi mempunyai fungsi untuk mentranmisikan daya pada
penggerak ke sistem conveyor. Transmisi pada sister roller conveyor terbagi
menjadi 2 bagian, yaitu transmisi antara motor penggerak dengan drive roller
dan transmisi antara drive roller dengan roller lain.
Sistem transmisi antara motor penggerak dengan drive roller biasanya
ditempatkan di ujung paling akhir dari jalur conveyor. Sistem transmisi ini
biasanya terdiri dari motor, speed reducer, coupling, sprocket, dan rantai.

7
Gambar 2.5 Sistem Transmisi

Sistem transmisi antara drive roller dengan roller biasanya ditempatkan pada
kerangka badan sistem conveyor. Transmisi antar roller biasanya digunakan
sproket dan rantai dengan perbandingan kecepatan putar 1:1 agar kecepatan
putar antar roller sama dan barang yang ditranportasikan dapat berjalan
dengan baik.

2.2 Programmable Logic Control (PLC)


Programmable Logic Control (PLC) pada dasarnya adalah sebuah computer
yang dirancang khusus untuk mengendalikan suatu ptoses atau mesin. Proses yang
dikendalikan ini dapat berupa regulasi variabel secara kontinyu seperti pada sistem-
sistem servo, atau hanya melibatkan control dua keadaan (ON/OFF) saja, tetapi
dilakukan berulang-ulang seperti umum dijumpai pada mesin pengeboran, sistem
konveyor, dan lain sebagainya. PLC memiliki perangkat masukan dan keluaran yang
digunakan untuk berhubungan dengan perangkat luar seperti sensor, relai, contactor
dan lain sebagainya. Bahasa pemrograman yang digunakan untuk mengoperasikan
PLC berbeda dengan bahasa pemrograman biasa. Bahasa yang digunakan adalah
Ladder, yang hanya berisi input-proses-output. Disebut Ladder, karena bentuk
tampilan bahasa pemrogramannya memang seperti tampilan tangga. Gambar 2.1
berikut memperlihatkan konsep kendali yang dilakukan oleh sebuah PLC.

8
Gambar 2.6 Diagram konseptual aplikasi PLC

Walaupun istilah PLC secara bahasa berarti pengendali logika yang dapat
diprogram, tetapi pada kenyataannya, PLC secara fungsional tidak lagi terbatas pada
fungsi-fungsi logika saja. Dewasa ini, sebuah pLC dapat melakukan perhitungan-
perhitungan aritmatika yang relatif kompleks, fungsi komunikasi, dokumentasi dan
lain sebagainya. Bahkan sistem kendali yang berbasiskan pada teknologi linier
(dengan sinyal kontinyu) dapat direalisasikan sehingga PLC sekarang dapat
dilengkapi dengan modul pengendali PID.

Gambar 2.7 Jenis-jenis PLC berbagai ukuran

9
2.2.1 Komponen PLC
Dalam sebuah PLC terdapat beberapa komponen yang terbagi ke dalam 2
bagian, yaitu komponen hardware dan komponen software. Komponen-
komponen ini terdiri dari :

a) Komponen hardware PLC :


 CPU : Central Processing Unit sebagai unit pemroses data antara input
modul, memori dan output modul..
 Catu Daya (Power Supply) : berfungsi sebagai sumber tegangan bagi
komponen PLC.
 Memori : berfungsi sebagai penyimpan data dan program.
 Input : berfungsi sebagai penerima sinyal dari peralatan input seperti
switch dan sensor (menggunakan modul analog).
 Output : berfungsi mengirimkan hasil proses dari CPU ke peralatan
output seperti motor, lampu, fan, dan lain-lain.
 Programming Device : alat yang berfungsi untuk membuat dan
memonitor ladder diagram dalam PLC seperti computer dan programming
console.

b) Komponen software PLC :


 Sistem Operasi PLC. Setiap PLC memiliki sistem operasi yang versi dan
jenisnya tergantung pada setiap vendor dan bersifat teknologi tertutup
(closed-system).
 Bahasa Program PLC yang berbentuk ladder diagram atau kode mnemonic
yang dituliskan ke dalam PLC dengan menggunakan programming device
atau konsol computer (GUI[graphical user interface] maupun CLI
[command line interface atau text-based]).

10
2.2.2 Keunggulan PLC dibanding Sistem Konvensional

PLC memiliki beberapa keunggulan disbanding sistem konvensional


kontrol panel adalah sebagai berikut :

 Pengawatan lebih sedikit


 Perawatan relatif mudah
 Pelacakan sistem lebih sederhana
 Konsumsi daya relatif rendah
 Dokumentasi gambar lebih sederhana
 Modifikasi sistem lebih sederhana dan cepat

2.3 Limit Switch

Limit switch adalah suatu alat yang berfungsi untuk memutuskan dan
menghubungkan arus listrik pada suatu rangkaian, berdasarkan struktur mekanik dari
limit switch itu sendiri. Limit switch memiliki tiga buah terminal, yaitu: central
terminal, normally close (NC) terminal, dan normally open (NO) terminal. Sesuai
dengan namanya, limit switch digunakan untuk membatasi kerja dari suatu alat yang
sedang beroperasi. Terminal NC, NO, dan central dapat digunakan untuk memutuskan
aliran listrik pada suatu rangkaian atau sebaliknya. Sama halnya dengan saklar pada
umumnya, limit switch juga hanya mempunyai 2 kondisi, yaitu menghubungkan atau
memutuskan aliran arus listrik. Dengan kata lain hanya mempunyai kondisi ON atau
Off.

11
Gambar 2.4 Limit Switch

Namun sistem kerja limit switch berbeda dengan saklar pada umumnya, jika
pada saklar umumnya sistem kerjanya akan diatur/ dikontrol secara manual oleh
manusia (baik diputar atau ditekan). Sedangkan limit switch dibuat dengan sistem
kerja yang berbeda, limit switch dibuat dengan sistem kerja yang dikontrol oleh
dorongan atau tekanan (kontak fisik) dari gerakan suatu objek pada aktuator, sistem
kerja ini bertujuan untuk membatasi gerakan ataupun mengendalikan suatu
objek/mesin tersebut, dengan cara memutuskan atau menghubungkan aliran listrik
yang melalui terminal kontaknya.

Gambar 2.4 Limit Switch

12
BAB III
PERANCANGAN

3.1 Diagram Blok


Diagram blok dari sistem yang akan dibuat ditunjukkan pada Gambar 3.1.
Diagram blok ini merupakan gambaran umum mengenai prinsip kerja sistem dari alat
tersebut.

EXISTING SENSOR CONVEYOR UTAMA

CONVEYOR LARGE
LARGE BOTTLE SENSING PLC
KHUSUS

SCRAPT SENSING CONVEYOR SCRAPT

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem

3.2.1 Deskripsi Kerja Alat


Berikut adalah deskripsi keja dari Bottle Line Production Systems:
1. Botol sudah ada dalam track roller conveyor.
2. Ketika Tombol power RUN di START, botol akan melaju pada roller
conveyor menuju input sensor. Ada 3 input sensor : 1. Exsisting sensor
berfungsi sebagai sensing jumlah botol yang masuk pada sistem, 2. Limit

13
switch (Large bottle sensing) berfungsi sebagai pendeteksi botol small
atau larg dan 3. Scrapt sensing berfungsi untuk memisahkan botol yang
rusak.
3. Setelah masing-masing botol telah berlabel (dibedakan berdasarkan
small, large dan botol rusak) oleh input sensor. Maka botol akan masuk
kedalam sistem masing masing.
4. Scrapt botol akan mengaktifkan selenoid scrapt sesuai inputan yang
diberikan oleh scrapt sensor di input tadi. Selenoid akan bekerja dan
botol akan jatuh pada sistem scrapt yang telah dibuat. Botol tidak akan
berjalan di roller conveyor yang menuju ke pengisian (flow fill) melaikan
ke roller conveyor scrapt botol.
5. Large botol dan Small botol dibedakan oleh sensing input (limit switch)
dimana ketika LS kontek terbaca large botol dan sebaliknya terbaca small
kontek.
6. Ketika LS membaca large kontek maka otomatis akan mengaktifkan
selenoid pemisah botol large dan small. Dimaka large botol akan keluar
dari roller conveyor utama menuju roller conveyor khusus large botol.
Sementara small botol akan tetap berada di roller conveyor utama hingga
proses selesai.
7. Pengaturan switch A, B dan C berfungsi untuk mengatur kecepatan
pengisian botol.
8. Tombol STOP berfungsi untuk menghentikan sistem.

14
Gambar 3.2 Ilustrasi Perancangan Bottle Line Production Systems

15
3.3 Pengalamatan Input dan Output PLC

Berikut ini daftar pengalamatan pada input dan output PLC yang digunakan
dalam pengoperasian alat :

Tabel 3.1 Pengalamatan Input PLC

No Nama Simbol Jenis Alamat Keterangan


1. Stop ((NC) (PB) INPUT I:1/0

2. Start (PB,NO) INPUT I:1/1


3. Select A INPUT I:1/2 Tidak digunakan
4. Select B INPUT I:1/3 Tidak digunakan
5. Select C INPUT I:1/4 Tidak digunakan
6. Enter (PB/NO) INPUT I:1/5
7. LS 1 (EXIST) INPUT I:1/6
8 LS 2 (LARGE/SMALL) INPUT I:1/7
9. LS 3 (BROKEN) INPUT I:1/8
10. LS 4 (FILL TUBE) INPUT I:1/9
11. LS 5 (LARGE FILL) INPUT I:1/10
12. LS 6 (SMALL FILL) INPUT I:1/11
13. LS 7 (CAP) INPUT I:1/12
14. LS 8 (Broken Gate) INPUT I:1/13
15. LS 9 (Large Bottle gate) INPUT I:1/14
11. LS 10 (Box Gate) INPUT I:1/15
12. BCD INPUT I:3

16
Tabel 3.2 Pengalamatan Input PLC

No Nama Simbol Jenis Alamat Keterangan


1. Main Conveyor OUTPUT O:2/0
2. Scrap Conveyor OUTPUT O:2/1
3. Divert Conveyor OUTPUT O:2/2
4. Grinder OUTPUT O:2/3
5. Scrap Gate OUTPUT O:2/4
6. Divert Gate OUTPUT O:2/5
7. Fill Tube OUTPUT O:2/6
8. Large Charge OUTPUT O:2/7
9. Small Charge OUTPUT O:2/8
10. Cap Ram OUTPUT O:2/9
11. Run Light OUTPUT O:2/10
12. Display Small OUTPUT O:2/11
13. Display Large OUTPUT O:2/12
14. Display Scrap OUTPUT O:2/13
15. Display Boxes OUTPUT O:2/14

17
3.4 Ladder Diagram

18
19
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Hasil Implementasi


Dari hasil pengimplementasian program yang dibuat terhadap bottle line
production systems, program dapat menjalankan seluruh fungsi pada mesin tersebut.
Berikut tampilan proses pada setiap tahapannya ;
1. Ketika tombol Start ditekan, Main Conveyor (O:2/0) akan ON dan botol akan
bergerak terus menerus diatas Main Conveyor.
2. Ketika Botol mencapai LS1 (Exist) (I:1/6) , Sensor mendeteksi Apakah Botol
yang masuk ke Main Conveyor ada atau tidak. LS2 (I:1/7) (LARGE/SMALL)
mendeteksi apakah botol yang masuk termasuk Large Bottle atau Small
Bottle. LS3 (I:1/6) (BROKEN) Mendeteksi apakah botol yang masuk Rusak
atau tidak

Gambar 4.1 Limit Switch Pendeteksi botol

20
3. Limit Switch LS2 mentrigger valve Large Fill dan Small Fill untuk mulai
mengisi Botol. Apabila LS2 mempunyai nilai bit 0 maka botol yang terdeteksi
adalah Small Bottle, sedangkan apabila LS2 mempunyai nilai 1 botol yang
terdeteksi adalah Large Bottle. Nilai bit yang terbaca LS2 akan mentrigger
PLC akan menghitung berapa jumlah bit yang dibutuhkan botol dari LS2
menuju Bottle Ekstraktor
4. LS3 (Broken) bernilai 1 apabila mendeteksi botol yang rusak dan bernilai 0
apabila mendeteksi botol yang bagus. Apabila LS3 bernilai 0 maka botol akan
terus dilanjutkan menuju Filling Ekstraktor, tetapi apabila LS3 bernilai 1
maka akan mentrigger solenoid Broken gate. Buka tutup Broken Gate
dikendalikan oleh Limit Switch.
5. Botol Reject akan masuk ke dalam Box Reject. Conveyor Box Reject akan
ON apabila nilai counter BOX Reject minimal 29. Small Bottle Bernilai 2 dan
Large Bottle bernilai 3.
6. Ketika LS1 mentukan alamat botol akan dieksekusi ke alamat (I:1/9) Filling
Tube, LS2 mendeteksi Large Bottle atau Small Bottle akan menentukan
apakah akan diisi Large Charge (O:2/7) atau Small Charge (O:2/8).
7. Ketika Alamat bit Filling Tube Sudah terpenuhi makan botol akan diteruskan
ke Cap Ram untuk memasang Tutup pada botol yang diinginkan.
8. Ketika botol sudah melewati bit pemisah di Filling Tube, Untuk LS2 yang
bernilai 1 (Large Bottle) maka kemudian valve Divert Gate Akan terbuka dan
Large Bottle akan terpisan ke conveyor bawah. Untuk LS2 yang bernilai 0
(Small Bottle) makan valve Divert Gate tertutup dan botol tetap berada di
conveyor atas.
9. Tombol Stop akan menghentikan semua sistem.

21
DAFTAR PUSTAKA

[1] Desain Sistem Kontrol, di-update tanggal 13 April 2014,


http://trikueni-desain-sistem.blogspot.co.id/2014/04/Limit-Switch.html
[2] Anomali Sistem Roller Conveyor, di-update tanggal 04 April 2012,
https://suluhmania.wordpress.com/2012/04/04/anatomi-sistemroller-conveyor/
[3] Rakhman, Edi. 2010. BUKU AJAR SISTEM OTOMASI INDUSTRI .
Bandung: Politeknik Negeri Bandung

22

Anda mungkin juga menyukai