1. Ny. S umur 42 th dirawat diruang rawat inap rumah sakit dengan keluhan badan
lemas, mual, muntah _+ 10x, keringat dingin, mata cekung. hasil pemeriksaan yang
didapat TD: 100/70 mmhg, N: 82x/mnt, S: 36,4 , RR: 24x/mnt. Klien mengatakan
mempunyai riwayat diabet, gds 500 gr/dl. Apa tindakan yang tepat untuk Ny.S ?
a. Rehidrasi nacl 500 cc
b. Pemberian th/ antiemetik
c. Ajarkan teknik relaksasi
d. Beri posisi semi fowler
e. Beri th/ O2 3-4 L/mnt
Tujuan
Indikasi
1. Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Relaksasi adalah teknik atau upaya sejenak yang dilakukan oleh seseorang untuk
melupakan kecemasan, mengistirahatkan pikiran, menciptakan mekanisme batin
dalam diri seseorang dalam rangka membentuk pribadi yang baik, menyalurkan
kelebihan energi atau ketegangan (psikis) melalui sesuatu kegiatan yang
menyenangkan.
Therapy O2
Terapi oksigen merupakan pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih
besar dibandingkan udara sekitar dengan tujuan memperbaiki atau mencegah
gejala dan manifestasi dari hipoksia. Hal ini dapat dilakukan di antaranya
menggunakan nasal kanul, masker sederhana, masker non-rebreathing.
Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk mengobati atau mencegah hipoksemia
sehingga mencegah hipoksia jaringan yang dapat menyebabkan kerusakan
jaringan ataupun kematian sel. Namun, pemberian yang tidak sesuai indikasi
justru akan menyebabkan dampak sebaliknya
2. Ny. S berusia 42 th, dirawat diruang rawat inap rs dengan diagnosa medis diabetes
militus, saat pengkajian di dapatkan data badan lemas, keringat dingin, mual, muntah
10x, mata cekung, tremor hasil pemeriksaan lab didapatkan gds 90 mg/dl, TD:
Apakah masalah utama pada kasus diatas?
a. Penurunan curah jantung
b. Peningkatan suhu tubuh
c. Resiko kekurangan volume cairan
d. Perubahan perpusi jaringan serebral
e. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Batasan karakteristik :
Abdominal cramping
Abdominal pain
Aversion to eating
BB kurang dari 20% atau lebih di bawah ideal
Kapiler rapuh
Diarrhea
Rambut rontok
Bising usus hiperaktif
Kekurangan makanan
Kurang informasi
Kurang minat pada makanan
Kehilangan berat badan dengan intake yang adekuat
Miskonsepsi
Misinformasi
Luka membrane mukosa
Merasakan tidak mampu menelan makanan
Kehilangan tonus otot
Melaporkan perubahan sensasi rasa
Melaporkan intake makanan kurang dari RDA
Merasa segera kenyang setelah memasukan makanan
Luka rongga mulut
Steatorhea
Kelemahan otot menelan atau mengunyah
Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan di mana jantung tidak dapat
memompa darah keseluruh tubuh dengan baik
(Darmawan, 2012).
Berikut rata - rata ukuran suhu tubuh normal berdasarkan kelompok usia :
Suhu normal anak : 36,3 - 37,7 derajat Celcius.
Suhu normal bayi : 36,1 - 37,7 derajat Celcius.
suhu normal dewasa : 36,5 – 37,5 derajat celcius
3. Ny.s umur 42 th dirawat diruang rawat inap, dengan keluhan badan lemas, mual
muntah, rr 20x/mnt, ada riwayat dm, hasil pemeriksaan fisik TD: 150/90 mmhg, N:
82x/mnt, posisi semi fowler, instruksi dokter sudah segera diberikan obat injeksi
ondancentrom 4mg/ drip dalam rl 500 cc. Tindakan manakah yang paling tepat untuk
dilakukan selanjutnya?
a. Evaluasi respon pasien terhadap pemberian obat
b. Obs tanda-tanda plebitis
c. Kaji pasien terhadap alergi obat
d. Obs pola nafas pasien
e. Berikan dosis yang tepat
Berikut ini adalah beberapa gejala umum dari alergi obat yang perlu Anda
cermati.
Ruam atau bentol-bentol pada kulit.
Gatal-gatal.
Hidung beringus.
Batuk-batuk.
Demam.
Sesak napas atau napas pendek.
Mata terasa gatal atau berair.
Pembengkakan.
PEMBERIAN OBAT:
Pemberian obat kepada pasien terdapat beberapa cara,yaitu melalui rute
oral, parenteral, rektal, vaginal, kulit, mata, telinga dan hidung.
Dalam pemberian obat ada beberapa hal yang harus di perhatikan demi
meminimalisir kesalahan di antaranya :
Prinsip 6 benar pemberian obat:
1. Benar pasien
Sebelum memberikan obat cek kembali identitas pasien.
2. Benar obat
Selum memberikan obat kepada pasien, label pada botol atau kemasan
harus di periksa minimal 3 kali.
3. Benar dosis
Sebelum memberikan obat perawat harus memeriksa dosis obat dengan
hati-hati dan teliti, jika ragu perawat harus berkonsultasi dengan dokter
atau apoteker sebelum di lanjutkan ke pasien.
4. Benar cara/rute
Ada banyak rute/cara dalam memberikan obat, perawat harus teliti dan
berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
5. Benar waktu
Ketepatan waktu sangat pentingkhususnya bagi obat yang efektivitas
tergantung untuk mencapai atau mempertahankan darah yang
memadai, ada beberapa obat yang diminum sesudah atau sebelum
makan, juga dalam pemberian antibiotik tidak oleh di berikan
bersamaan dengan susu, karna susu dapat mengikat sebagian besar
obat itu,sebelum dapat di serap tubuh.
6. Benar dokumentasi
Setelah obat itu di berikan kita harus mendokumentasikan dosis, rute,
waktu dan oleh siapa obat itu di berikan, dan jika pasien menolak
pemberian obat maka harus di dokumentasikan juga alasan pasien
menolak pemberian obat.
TUJUAN PEMBERIAN OBAT: Memberikan obat sesuai dengan prosedur
agar mendapatkan efek obat yang di inginkan dan bisa memberikan efek
penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun keluhan yang di rasakan
oleh seseorang.
(A. Azis Alimul Hidayat, S.Kp. Musrifal Uliyah, S.Kep. 2004. Kebutuhan Dasar
Manusia. EGC. Jakarta.)
4. Seorang wanita 55 tahun dirawat di ruang rawat inap dengan keluhan sesak nafas,
badan lemas. Hasil pengkajian pasin memiliki riwayat diabetes melitus (DM) tipe 2
dengan komplikasi diabetik. Hasil analisa gas darah (AGD) pH 7,2 , PaCO2 30
mmhg, HCO3 18 meq/L.
Apakah keadaan yang terjadi pada kasus tersebut ?
a. Asidosis metabolik
b. Alkalosis campuran
c. Alkalosis metabolik
d. Asidosis respiratorik
e. Alkalosis respiratorik
Alkalosis metabolik. Jenis ini terjadi jika kandungan asam tubuh terlalu rendah,
sehingga tubuh lebih banyak mengandung basa. Kondisi ini dapat disebabkan
karena muntah yang berlebihan dan berkepanjangan hingga kehilangan elektrolit
(terutama klorida dan kalium), konsumsi obat tertentu yang berlebihan (diuretik,
antasida, atau obat pencahar), penyakit kelenjar adrenal, konsumsi bikarbonat,
serta kecanduan alkohol.
Alkalosis respiratorik. Kondisi ini terjadi karena tidak cukup karbondioksida
dalam aliran darah yang disebabkan bernapas terlalu cepat (misalnya dalam
kondisi kecemasan), kekurangan oksigen, keracunan salisilat, kondisi medis
(demam tinggi, penyakit paru-paru, penyakit liver), atau berada di tempat yang
tinggi. Hiperventilasi karena kecemasan merupakan penyebab yang paling sering
ditemui dalam alkalosis respiratorik.
Asidosis respiratorik adalah keadaan turunnya pH darah yang disebabkan oleh
proses abnormal pada paru-paru. Ekskresi karbondioksida paru yang tidak adekuat
pada keadaan produksi normal gas akan menimbulkan asidosis.
5. Seorang wanita (55 th) dirawat di ruamg rawat inap RSU dengan keluhan sejak
seminggu terakhir sering buang air kecil, banyak makan dan minum, tidak bertenaga
dan berat badan menurun. Tidak ada riwayat dm sebelumnya. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan gula darah sesaat 300 mg/dl. Turgor kulit menurun, TD :
100/60mmhg, nadi: 104x/mnt, RR: 24x/mnt, suhu 37,5oC.
Manakah penyebab langsung dari kasus diatas?
a. Diuresis osmotik
b. Dehidrasi sel
c. Hiperthermia
d. Polidipsi
e. Poliphagi
Diuresis Osmotik adalah peningkatan laju buang air kecil yang disebabkan oleh
adanya zat-zat tertentu dalam tabung kecil dari ginjal . Ekskresi terjadi ketika zat-
zat seperti glukosa memasuki tubulus ginjal dan tidak dapat diserap kembali
(karena keadaan patologis atau sifat alami zat tersebut). Zat-zat tersebut
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di dalam tubulus, menyebabkan
retensi air di dalam lumen, dan dengan demikian mengurangi reabsorpsi air,
meningkatkan keluaran urin (yaitu diuresis). Efek yang sama dapat dilihat dalam
terapi seperti manitol , yang digunakan untuk meningkatkan produksi urin dan
mengurangi volume cairan ekstraseluler.
Zat dalam sirkulasi juga dapat meningkatkan jumlah cairan yang bersirkulasi
dengan meningkatkan osmolaritas darah. Ini memiliki efek menarik air dari
ruang interstitial , membuat lebih banyak air tersedia dalam darah dan
menyebabkan ginjal mengompensasi dengan mengeluarkannya sebagai urin.
Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada
yang didapatkan, sehingga keseimbangan zat gula dan garam menjadi terganggu,
akibatnya tubuh tidak dapat berfungsi secara normal. Kandungan air di dalam
tubuh manusia yang sehat adalah lebih dari 60% total berat badan.
Hipertermia adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh meningkat drastis dari suhu
normal. Hipertermia umumnya terjadi ketika sistem yang mengatur suhu tubuh
tidak mampu lagi menahan suhu panas dari lingkungan sekitar
Terjadinya hipertermia ditandai oleh suhu tubuh yang tinggi, biasanya melampaui
40 derajat Celcius, disertai dengan gejala seperti gangguan koordinasi tubuh, sulit
berkeringat, denyut jantung yang lemah dan cepat, kram otot, kejang-kejang, kulit
memerah, mudah marah, merasa bingung, atau bahkan koma.
Polidipsi atau polidipsia adalah kondisi dimana seseorang merasa selalu haus
meskipun baru saja minum air dalam jumlah yang banyak. Selain merasa harus
orang tersebut juga kencing lebih sering. Volume kencing bahkan mencapai 5 liter
atau lebih sehari semalam.
Polidipsi atau polidipsia adalah salah satu gejala awal penyakit diabetes melitus
atau penyakit kencing manis. Pada penyakit tersebut gula darah di dalam tubuh
sangat tinggi, hal ini memicu rasa haus yang berlebihan.
Penyebab poliphagi adalah glukosa tidak bisa diubah menjadi glikogen, sehingga
glukosa tidak bisa masuk sel, sehingga sel kekurangan nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi, metabolisme meningkat sehingga mengakibatkan peningkatan
nafsu makan.