1 5
1 5
GENERAL ANESTESI
Penyusun :
Hanifah Astrid Ernawati
G99131041
Pembimbing :
dr. Fitri Hapsari Dewi, Sp. An
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anestesia berarti pembiusan, kata ini berasal dari bahasa Yunani an-
"tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa". Istilah
anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun
1846. Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
dengan hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible).
Komponen anestesi yang ideal (trias anestesi) terdiri dari : hipnotik,
analgesia dan relaksasi otot. Praktek anestesi umum juga termasuk
mengendalikan pernapasan dengan pemantauan fungsi-fungsi vital tubuh
selama prosedur anestesi. Tahapannya mencakup premedikasi, induksi,
maintenance, dan pemulihan. Ada tiga kategori utama anestesi, yaitu anestesi
umum, anestesi regional dan anestesi lokal. Masing-masing memiliki bentuk
dan kegunaan. Seorang ahli anestesi akan menentukan jenis anestesi yang
menurutnya terbaik dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari
masing-masing tindakan tersebut.
Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral
disertai dengan hilangnya kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversible).
Praktek anestesi umum juga termasuk mengendalikan pernapasan pemantauan
fungsi-fungsi vital tubuh selama prosedur anestesi. Tahapannya mencakup
induksi, maintenance, dan pemulihan. Metode anestesi umum dapat dilakukan
dengan 3 cara: antara lain secaara parenteral melalui intravena dan
intramuskular, perrektal (biasanya untuk anak-anak) dan inhalasi.
Anestesi umum intravena adalah obat anestesi yang diberikan melalui
jalur intravena, baik untuk tujuan hipnotik, analgetik ataupun pelumpuh otot.
Anestesi yang ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta mengembalikan
kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian dihentikan. Selain itu batas
keamanan pemakaian harus cukup lebar dengan efek samping yang sangat
minimal. Tidak satupun obat anestesi dapat memberikan efek yang diharapkan
tanpa efek samping, bila diberikan secara tunggal. Kombinasi beberapa obat
mungkin akan saling berpotensi atau efek salah satu obat dapat menutupi
pengaruh obat yang lain.
B. Tujuan
Anestesi umum intravena ini penting untuk diketahui karena selain
dapat digunakan dalam pembedahan dikamar operasi, juga dapat menenangkan
pasien dalam keadaan gawat darurat. Oleh karena itu sebagai dokter umum,
sebaiknya mengetahui tentang anestesi umum intravena.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
D. Stadium Anestesi
Kedalaman anestesi harus dimonitor terus menerus oleh pemberi
anestesi, agar tidak membahayakan penderita, tetapi cukup adekuat untuk
melakukan operasi.
1. Stadium I (Stadium analgesi atau stadium disorientasi)
Dimulai sejak diberikan anestesi sampai hilangnya kesadaran. Pada
stadium ini, operasi kecil dapat dilakukan.
2. Stadium II (stadium delirium atau stadium eksitasi)
Dimulai dari hilangnya kesadaran sampai nafas teratur. Pada
stadium ini penderita bisa meronta-ronta, pernafasan irregular, pupil
melebar, refleks cahaya positif gerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi
(+), tonus otot meninggi, refleks fisiologi masih ada, dapat terjadi batuk
atau muntah, kadang-kadang kencing atau defekasi.
Stadium ini diakhiri dengan hilangnya reflek menelan dan kelopak
mata, dan selanjutnya nafas menjadi teratur. Stadium ini dapat
membahayakan penderita sehingga harus segera diakhiri. Keadaan ini
dapat dikurangi dengan memberikan premedikasi yang adekuat, persiapan
psikologis penderita dan induksi yang halus dan tepat.
3. Stadium III (Stadium operasi)
Dimulai dari nafas teratur sampai paralise otot nafas. Stadium ini
dibagi menjadi 4 plana :
Plana I : Dari nafas teratur sampai berhentinya gerakan bola mata.
Ditandai dengan nafas teratur, nafas torakal sama dengan
abdominal
Gerakan bola mata berhenti, pupil mengecil, refleks cahaya
(+), lakrimasi meningkat, reflek faring dan muntah
menghilang, tonus otot menurun.
Plana II : Dari berhentinya gerakan bola mata sampai permulaan
paralisis otot interkostal.
Ditandai dengan pernafasan teratur, volume tidal menurun
dan frekuensi nafas meningkat, mulai terjadi depresi nafas
torakal, bola mata berhenti, pupil melebar dan reflek cahaya
menurun, reflek korne menghilang dan tonus otot makin
menurun.
Plana III : Dari permulaan paralise otot interkostal sampai paralise
seluruh otot interkostal.
Ditandai dengan pernafasan abdominal lebih dominan dari
torakal karena terjadi paralisis otot interkostal, pupil makin
melebar dan reflek cahaya menjadi hilang, lakrimasi negatif,
reflek laring dan peritoneal menghilang, tonus otot makin
menurun.
Plana IV : Dari paralise semua otot intercostal sampai paralise
diafragma
Ditandai dengan paralise otot intercostal, pernafasan lambat,
ireguler dan tidak adekuat. Tonus otot makin menurun
sehingga terjadi flaccid, pupil melebar, reflek cahaya negatif,
reflek spinchter ani negatif.
4. Stadium IV
Dari paralisis diafragma sampai apneu dan kematian. Disebut juga
stadium overdosis atau stadium paralysis. Ditandai dengan hilangnya
semua reflek, pupil dilatasi, terjadi respiratory failure dan diikuti dengan
circulatory failure.
BAB III
KESIMPULAN
Anestesi adalah suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh. Anestesi umum adalah adalah menghilangkan rasa sakit seluruh tubuh secara
sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversible.
Faktor-faktor yang mempengaruhi anestesi meliputi faktor respirasi, faktor
sirkulasi, faktor jaringan dan faktor zat anestetika.
Anestesi intravena ideal membutuhkan kriteria yang sulit dicapai oleh hanya
satu macam obat yaitu larut dalam air dan tidak iritasi terhadap jaringan, mula kerja
cepat, lama kerja pendek, cepat menghasilkan efek hypnosis, mempunyai efek
analgesia, disertai oleh amnesia pascaanestesia, dampak yang tidak baik mudah
dihilangkan oleh obat antagonisnya, cepat dieliminasi dari tubuh, tidak atau sedikit
mendepresi fungsi respirasi dan kardiovaskuler, pengaruh farmakokinetik tidak
tergantung pada disfungsi organ, tanpa efek samping (mual muntah), menghasilkan
pemulihan yang cepat.
Stadium anestesi menurut Guedel dibagi menjadi 4 stadium yaitu :