Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Daun Kenikir
(Cosmos caudatus Kunth.) terhadap Bakteri Salmonella typhi.
Dayu Nirwana Putri
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
ABSTRAK
Kenikir merupakan tanaman obat yang daunnya sering dikosumsi sebagai
sayuran. Daun kenikir mengadung senyawa aktif fenol, flavonoid, saponin, dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut diduga mampu menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi, yaitu bakteri yang mengkontaminasi makanan serta menghasilkan racun penyebab demam tifoid, gastroenteritis, septicemia, dan infeksi sistemik fokal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui senyawa aktif yang terlarut dalam ekstrak metanol daun kenikir serta mengetahui efek ekstrak metanol daun kenikir terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 pengulangan yaitu pemberia kontrol negatif (campuraan aquades steril dan DMSO), kontrol positif (kloramfenikol 30 mg/ml), dan ekstrak metanol daun kenikir konsentrasi 10 mg/ml, 15 mg/ml, 20 mg/ml, 25 mg/ml, dan 30 mg/ml. Data yang diperoleh berupa diameter zona hambat, diuji normalitasnya menggunakan Kolmogorov-Smirnov, kemudian diuji homogenitasnya. Setelah itu dianalisis dengan ANOVA one way test, apabila terdapat perbedaan yang sangat nyata maka dilakukan uji lanjut UJD (Uji Jarak Duncan) pada taraf signifikansi 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol daun kenikir pada semua konsentrasi berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dengan konsetrasi paling maksimal yaitu 30 mg/ml menghasilkan diameter zona hambat sebesar 24,2 ± 0,8 mm. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa semakin tinggi konsetrasi ekstrak metanol daun kenikir, maka daya hambatnya terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi juga semakin besar.
Kata Kunci: Salmonella typhi, ekstrak metanol daun kenikir, zona hambat
PENDAHULUAN Salmonella typhi. Bakteri ini masuk
Penyakit infeksi merupakan ke dalam tubuh manusia melalui ancaman yang besar untuk umat makanan dan minuman yang manusia. Infeksi ditimbulkan karena terkontaminasi. Salmonella typhi adanya agen infeksius yang mampu menyebabkan sejumlah besar menyerang tubuh manusia, baik infeksi pada manusia diantaranya secara langsung maupun melalui yaitu demam tifoid (demam enterik), perantara. Agen infeksius dapat infeksi sistemik fokal, septicemia, berupa bakteri, virus, jamur, dan dan gastroenteritis yang bervariasi parasit (Arias, 2003). secara klinis yaitu dari diare cair Agen infeksius yang sering sampai disentri (Harrison, 2000). Di menyebabkan terjadinya infeksi pada Indonesia, demam tifoid merupakan manusia adalah bakteri jenis salah satu masalah kesehatan yang penting, karena dapat menyebabkan saring wathman, akuades, alkohol 70 kematian gastrointestinal kedua %, metanol p.a (untuk maserasi setelah gastroenteritis. Prevalensi simplisia), DMSO (Dimethyl demam tifoid diperkirakan 350-810 sulfoxide), Nutrient Agar, Nutrient kasus per 100.000 penduduk per Broth, alkohol 90 %, kertas cakram, tahun atau kurang lebih sekitar akuades steril, plastik tahan panas, 600.000-1,5 juta kasus setiap tahun. plastik wrap, aluminium foil serta Delapan puluh sampai sembilan biakan bakteri Salmonella typhi puluh persen dari angka di atas (diperoleh dari laboratorium adalah anak berusia 2-19 tahun mikrobiologi UIN Maliki Malang). (Depkes RI, 2005). Pembuatan ekstrak metanol daun Sejak tahun 1989, Salmonella kenikir dilakukan di Laboratorium typhi menjadi resisten terhadap tiga Kimia, sedangkan pengujian aktivitas antibiotik sekaligus yakni antibakteri ekstrak metanol daun kloramfenikol, kotrimoksazol, dan kenikir terhadap bakteri Salmonella amoksisilin yang ditemukan secara typhi dilakukan di Laboratorium luas di India, Pakistan dan Cina serta Mikrobiologi Jurusan Biologi UIN menyebar ke Timur Tengah dan Maliki Malang. Prosedur kerja Afrika Selatan (Cook, 2003). Saat ini meliputi, persiapan sampel, banyak masyarakat mulai beralih pembuatan ekstrak metanol daun pada pengobatan tradisional karena kenikir, uji fitokimia dan uji tidak memiliki efek samping dan antibakteri. dapat memperbaiki keseluruhan Pembuatan ekstrak daun sistem tubuh, daripada obat-obatan kenikir dilakukan dengan cara kimia yang tujuannya hanya untuk mencuci bersih daun kenikir segar mengobati gejala penyakit sebanyak 1 kg lalu dikering anginkan (menghilangkan rasa sakit), selain itu dan dibolak-balik secara berkala. memiliki efek samping apabila Daun kenikir kering kemudian digunakan dalam jangka waktu yang dihaluskan hingga menjadi serbuk lama (Utami, 2013). halus (simplisia). Simplisia Indonesia memiliki banyak dimaserasi dengan pelarut metanol jenis tanaman yang berpotensi p.a sampai 3 kali masing-masing sebagai obat, salah satunya yaitu selama 24 jam. Filtrat dan ampas kenikir. Berdasarkan hasil penelitian- dipisahkan. Filtrat dikumpulkan penelitian ilmiah, menunjukkan untuk dievaporasi menggunakan bahwa daun kenikir memiliki potensi Rotary Vacuum Evaporator (RVE) antibakteri karena mengandung dan dialiri gas N2 untuk senyawa fenol, flavonoid, saponin menghilangkan sisa pelarutnya. Uji dan tanin. Maka perlu dilakukan fitokimia dilakukan dengan penelitian untuk mengetahui efek mengambil 1 gram ekstrak metanol ekstrak metanol daun kenikir daun kenikir, kemudian dilanjutkan (Cosmos caudatus Kunth.) terhadap uji fenol, flavonoid, saponin, dan bakteri Salmonella typhi. tanin. Pembuatan larutan stok dilakukan dengan mengambil ekstrak BAHAN DAN METODE sebanyak 30 mg dilarutkan dengan 1 Penelitian ini dilaksanakan pada ml DMSO dan ditambah akuades bulan Mei sampai Juni 2013. Bahan- steril hingga volume akhir 10 ml bahan yang digunakan ialah kertas untuk mendapatkan konsentrasi 30 mg/ml. Ekstrak dengan konsentrasi (cakram + zona hambatan) dengan 30 mg/ml diencerkan dengan diameter cakram (Volk dan Wheeler, akuades steril dan DMSO untuk 1993). mendapatkan konsentrasi 10 mg/ml, HASIL 15 mg/ml, 20 mg/ml, dan 25 mg/ml. Uji fitokimia digunakan untuk Biakan murni bakteri mendeteksi senyawa tumbuhan diremajakan pada media padat berdasarkan golongannya sebagai Nutrien Agar miring dengan cara informasi awal dalam mengetahui menggoreskan jarum 1 ose yang golongan senyawa kimia yang mengandung bakteri Salmonella mempunyai aktivitas biologi dari typhi secara aseptis yaitu dengan suatu tanaman. Uji fitokimia ini mendekatkan mulut tabung pada dilakukan untuk mengetahui nyala api saat menggoreskan jarum kandungan senyawa aktif yang ose. Kemudian tabung reaksi ditutup terdapat pada daun kenikir. kembali dengan kapas dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37˚C dalam Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia inkubator. Ekstrak Metanol Daun Kenikir Kultur bakteri uji yang telah Senyawa Aktif Warna Hasil diinkubasi selama 24 jam, diuji Fenol Hitam pekat + aktivitas antibakterinya dengan cara Flavonoid Kuning kehijauan + mengisi cawan petri dengan 0,1 ml Saponin Kuning dengan busa + ketinggian 1 cm bakteri uji dan 15 ml media NA steril Tanin Hijau kehitaman + (pour plate) secara aseptik, Keterangan:(+): menunjukkan positif dihomogenkan kemudian dibiarkan hingga memadat. Kertas cakram Uji daya antibakteri (diameter 5 mm) diresapkan dalam dilakukan dengan menggunakan ekstrak dan kontrol. Proses metode kertas cakram dengan tujuan peresapan dilakukan dengan cara untuk mengetahui besarnya diameter meneteskan 20 μL kontrol positif zona hambat pertumbuhan bakteri. (kloramfenikol 30 mg/ml) kontrol Zona hambat adalah zona bening negatif (campuran DMSO dan yang terdapat di sekitar kertas akuades steril) dan ekstrak daun cakram pada media yang sudah kenikir dengan konsentrasi 10 diinokulasi Salmonella typhi, mg/ml, 15 mg/ml, 20 mg/ml, 25 menunjukkan zona yang tidak mg/ml, dan 30 mg/ml (Zakaria et al., terdapat pertumbuhan Salmonella 2007). Kertas cakram tersebut typhi. Konsentrasi bakteri Salmonella kemudian diletakkan di atas typhi yang digunakan pada penelitian permukaan media bakteri ini adalah 106 CFU/ml. menggunakan pinset dan ditekan Hasil penelitian yang sedikit. Media bakteri yang sudah didapatkan kemudian dilakukan dipasangi bahan antibakteri analisis data statistik. Untuk menguji diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24 data menggunakan ANOVA one way jam. Diameter zona hambatan yang test, maka syaratnya data harus terbentuk diukur menggunakan normal yaitu dengan menguji penggaris untuk menentukan normalitasnya menggunakan efektifitas antibakteri. Zona Kolmogorov-Smirnov test. Kemudian hambatan diukur dengan cara dilanjutkan dengan uji homogenitas. mengurangi diameter keseluruhan Setelah itu dilanjutkan dengan ANOVA one way test untuk melihat antibakteri disajikan pada tabel 3 dan apakah ada perbedaan yang gambar 1 (David Stout dalam signifikan dari keseluruhan Ambarwati, 2007): perlakuan. Bila terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05), maka Tabel 3 Ringkasan UJD/Duncan Test dilanjutkan UJD/ Duncan test untuk dan Kekuatan Antibakteri Ekstrak melihat perbedaan setiap perlakuan. Metanol Daun Kenikir Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Perlakuan Rata-Rata Notasi Kekuatan menunjukkan nilai signifikansi 0,996 (mg/ml) (mm) Antibakteri > p (0,05) yang artinya data Kontrol (-) 0 a Sangat lemah berdistribusi normal. Setelah 10 9,5 ± 0,5 b Sedang diketahui data normal, maka 15 13,3 ± 1,5 c Kuat dilanjutkan uji homogenitas dan 20 16,5 ± 0,8 d Kuat diperoleh signifikansi 0,241 > p 25 20,3 ± 1,04 e Sangat kuat (0,05) hal ini menunjukkan bahwa 30 24,2 ± 0,8 f Sangat kuat data homogen. Kemudian dilanjutkan Kontrol (+) 35,2 ± 0,8 g Sangat kuat dengan ANOVA one way test. Berdasarkan analisis statistik dengan Salmonella typhi ANOVA one way test diperoleh nilai 40
Zona hambat (mm)
signifikansi 0,000 < p (0,01). Hal ini 35.2 30 menunjukkan bahwa, terdapat 24.2 pengaruh perlakuan konsentrasi 20 20.3 16.5 13.3 ekstrak metanol daun kenikir 10 9.5 terhadap pertumbuhan bakteri 0 0 Salmonella typhi, disajikan pada tabel 2 Konsentrasi (mg/ml) Salmonella Tabel 2. Ringkasan ANOVA One way typhi Test tentang Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Kenikir terhadap Bakteri Gambar 1. Grafik Hasil Uji Aktivitas Salmonella typhi Antibakteri Ekstrak Metanol Daun SK db JK KT F hit F 1 Kenikir % Perlakuan 4 396,43 99,1075 37,76 5,99 Berdasarkan Tabel 3, zona Galat 10 26,25 2,625 Total 14 422,68 hambat yang dihasilkan oleh ekstrak Keterangan:37,76 > 5,99 = Ho ditolak metanol daun kenikir lebih kecil dibandingkan dengan antibiotik Setelah diketahui bahwa kloramfenikol. Diameter zona terdapat perbedaan yang signifikan hambat kloramfenikol terhadap pada pertumbuan bakteri, maka pertumbuhan bakteri Salmonella dilanjutkan dengan UJD/Duncan test typhi sangat kuat yaitu sebesar 35,2 5 %. Hasil UJD/Duncan test 5 %, mm. Kloramfenikol dipilih karena menunjukkan bahwa pada perlakuan bersifat bakteriostatik. konsentrasi ekstrak metanol daun Kloramfenikol bekerja pada kenikir terhadap pertumbuhan spektrum luas, efektif baik terhadap bakteri Salmonella typhi terdapat bakteri Gram positif maupun Gram perbedaan yang signifikan. Hasil negatif. Mekanisme kerja UJD/Duncan Test dan kekuatan kloramfenikol sebagai antibakteri yaitu melalui penghambatan terhadap membandingkan potensi ekstrak pembentukan ikatan peptida dan daun kenikir dengan kloramfenikol biosintesis protein pada siklus konsentrasi 30 mg/ml. Zona hambat pemanjangan rantai asam amino, yang dihasilkan oleh ekstrak metanol dengan cara mengikat subunit daun kenikir lebih kecil ribosom 50-S sel mikroba target dibandingkan dengan antibiotik (Ganiswara, 1995). Kontrol negatif kloramfenikol. yang digunakan dalam penelitian ini Kontrol negatif yang yaitu campuran aquades dan DMSO, digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil uji antibakteri menunjukkan pengencer aquades dan DMSO, hasil bahwa tidak terdapat zona hambatan. uji antibakteri menunjukkan bahwa Zona hambat ekstrak metanol daun tidak terdapat zona hambatan. Davis kenikir disajikan pada gambar 2 Stout dalam Ambarwati (2007) mengemukakan bahwa ketentuan P1 kekuatan antibakteri adalah sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm 1 atau lebih berarti sangat kuat, daerah hambatan 10-20 mm berarti kuat, 5- 2 10 mm berarti sedang dan daerah hambatan 5 mm atau kurang berarti 3 lemah. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, ekstrak metanol daun kenikir pada Keterangan: P1= zona hambat pada konsentrasi 10 mg/ml diameter zona konsentrasi 30 mg/ml, 1= kertas cakram, 2= zona bening, 3= koloni bakteri hambatnya sebesar 9,5 mm termasuk Salmonella typhi) kategori sedang, konsentrasi 15 mg/ml menunjukkan diameter zona Gambar 2 Hasil Uji Antibakteri hambat sebesar 13,3 mm kategori Ekstrak Metanol Daun Kenikir kuat, konsentrasi 20 mg/ml terhadap Bakteri Salmonella typhi menunjukkan diameter zona hambat sebesar 16,5 mm kategori kuat, Berdasarkan Tabel 3 dan konsentrasi 25 mg/ml menunjukkan Gambar 2 terlihat bahwa dengan diameter zona hambat sebesar 20,3 meningkatnya konsentrasi ekstrak mm kategori sangat kuat, dan yang berarti semakin besar kadar konsentrasi 30 mg/ml diameter zona bahan aktif yang berfungsi sebagai hambat juga terus mengalami antibakteri, sehingga kemampuannya kenaikan yaitu sebesar 24,2 mm dalam menghambat pertumbuhan kategori sangat kuat. bakteri Salmonella typhi juga Berdasarkan Tabel 4.3 dan semakin besar. Menurut Pelczar dan Gambar 1. terlihat bahwa dengan Chan (1988), semakin tinggi meningkatnya konsentrasi ekstrak konsentrasi antibakteri yang yang berarti semakin besar kadar digunakan maka akan semakin cepat bahan aktif yang berfungsi sebagai bakteri yang terbunuh. antibakteri, sehingga kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan PEMBAHASAN bakteri Salmonella typhi juga Pada penelitian ini, kontrol semakin besar. Menurut Pelczar dan positif digunakan untuk Chan (1988), semakin tinggi konsentrasi antibakteri yang terdenaturasinya protein sel bakteri, digunakan maka akan semakin cepat maka semua aktivitas metabolisme bakteri yang terbunuh. sel bakteri terhenti, karena semua Daun kinikir mampu aktivitas metabolisme sel bakteri menghambat pertumbuhan bakteri dikatalisis oleh enzim yang Salmonella typhi karena mempunyai merupakan protein (Lawrence dan daya antibakteri. Daya antibakteri Block, 1968). Mekanisme fenol daun kenikir dikarenakan adanya dalam menghambat sintesis dinding senyawa aktif yaitu fenol, flavonoid, sel bakteri dengan cara meracuni saponin, dan tanin. Hal ini sesuai protoplasma dan memutuskan ikatan dengan penelitian Daulat dan Nikam peptidoglikan (Naidu, 2000). (2013), bahwa ekstrak metanol daun Mekanisme fenol dalam merusak kenikir mengandung senyawa fenol, membran sel bakteri, dengan cara ion flavonoid, dan tanin. Sedangkan H+ dari senyawa fenol akan menurut Hariana (2005), daun menyerang gugus polar (gugus kenikir mengandung senyawa fosfat) bakteri sehingga molekul saponin, flavonoid, polifenol, dan fosfolipid terurai menjadi asam minyak atsiri. Uji antibakteri fosfat, gliserol dan asam karboksilat. bertujuan untuk mengukur berapa Kondisi ini menyebabkan membran besar potensi atau konsentrasi suatu sel bakteri akan bocor (Volk dan senyawa dapat memberikan efek bagi Wheeler, 1993). Demikian halnya mikroorganisme. Penghambatan dengan senyawa flavonoid, senyawa pertumbuhan bakteri disebabkan oleh flavonoid memiliki 2 cara dalam interaksi senyawa aktif melalui membunuh bakteri yaitu dengan pelekatan ataupun difusi zat merusak membran sel bakteri dan antimikroba dengan bakteri mendenaturasi protein sel bakteri. (Parhusip, 2006). Interaksi tersebut Mekanisme kerja senyawa menyebabkan gangguan atau flavonoid dalam merusak membran kerusakan metabolisme sel bakteri, sel bakteri yaitu membentuk senyawa menghambat sintesis dinding sel kompleks dengan protein bakteri, mengganggu permeabilitas ekstraseluler sehingga membran sel membran sel bakteri, menghambat bakteri rusak dan diikuti dengan sintesis protein sel bakteri dan masuknya air yang tidak terkontrol menghambat atau merusak sintesis ke dalam sel bakteri, hal ini nukleat sel bakteri (Amir, dkk. menyebabkan pembengkakan dan 1995). akhirnya membran sel bakteri pecah Mekanisme kerja senyawa (Black dan Jacobs, 1993). Selain itu, fenol dalam membunuh sel bakteri senyawa flavonoid memiliki ada 3 cara, yaitu mendenaturasi kemampuan mendenaturasi protein protein sel bakteri, menghambat sel bakteri dengan cara membentuk sintesis dinding sel, dan merusak ikatan hidrogen kompleks dengan membran sel bakteri. Seyawa fenol protein sel bakteri. Sehingga, struktur mendenaturasi protein sel bakteri dinding sel dan membran sitoplasma dengan cara membentuk ikatan bakteri yang mengandung protein, hidrogen dengan protein bakteri. Hal menjadi tidak stabil dan kehilangan ini mengakibatkan struktur protein aktivitas biologinya, akibatnya fungsi bakteri menjadi rusak dan enzim permeabilitas sel bakteri terganggu menjadi inaktif. Akibat dan sel bakteri akan mengalami lisis yang berakibat pada kematian sel mm. Pelczar dan Chan (1988) juga bakteri (Harborne, 1987). menjelaskan bahwa antimikroba Mekanisme antibakteri yang baik adalah dalam keadaan senyawa saponin sebagai antibakteri konsentrasi yang rendah sudah memiliki 3 cara, yaitu menghambat mampu menghambat permeabilitas membran sel, mikroorganisme. Menurut Lay menghambat sintesis dinding sel dan (1992), bahan antimikroba bersifat menghambat sinstesis protein dengan menghambat bila digunakan dalam cara membentuk senyawa kompleks konsentrasi kecil, namun bila dengan protein bakteri melalui ikatan digunakan dalam konsentrasi tinggi hidrogen (Cannell, 1998 dalam dapat mematikan mikroorganisme. Rinawati, 2011). Dengan demikian, ekstrak metanol Tanin dapat menghambat daun kenikir memiliki potensi untuk pertumbuhan bakteri dengan 4 cara menghambat pertumbuhan bakteri yaitu menghambat sintesis asam Salmonella typhi. Hal ini ditunjukkan nukleat, menginaktifkan adhesin dan oleh masih adanya zona bening enzim sel mikroba, megganggu disekitar cakram yang berisi ekstrak transport protein serta merusak dalam jangka waktu penyimpanan dinding sel bakteri. Penghambatan selama 3 hari. Sehingga untuk dapat sintesis asam nukleat dengan cara diaplikasikan, perlu meningkatkan menghambat enzim reverse konsentrasi ekstrak metanol daun transkriptase dan DNA kenikir agar dapat menyamai topoisomerase sehingga sel bakteri kemampuan antibiotik kloramfenikol tidak dapat terbentuk (Nuria et al., dalam menghambat pertumbuhan 2009). Selain itu, tanin memiliki bakteri Salmonella typhi. kemampuan untuk menginaktifkan adhesin dan enzim sel mikroba, serta KESIMPULAN menggangu transport protein pada Berdasarkan hasil penelitian dan lapisan dalam sel (Cowan, 1994). analisis data, maka dapat Menurut Sari (2011), tanin juga disimpulkan bahwa senyawa aktif merusak dinding sel bakteri dengan yang terlarut dalam ekstrak metanol cara meracuni polipeptida dinding daun kenikir adalah fenol, flavonoid, sel, hal ini menyebabkan terjadinya saponin, dan tanin. Selain itu, ekstrak tekanan osmotik maupun fisik sel metanol daun kenikir memiliki bakteri sehingga sel bakteri akan potensi sebagai antibakteri terhadap mati. Tanin dalam konsentrasi pertumbuhan bakteri Salmonella rendah mampu menghambat typhi. Daya antibakteri yang pertumbuhan bakteri, sedangkan dihasilkan oleh ekstrak metanol daun pada konsentrasi tinggi tanin bekerja kenikir pada konsentrasi 30 mg/ml dengan membentuk ikatan yang sebesar 24,2 mm stabil dengan protein bakteri sehingga, protoplasma bakteri terkoagulasi (Wiryawan et al., 2000). DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan hasil penelitian, Ambarwati. 2007. Efektivitas Zat konsentrasi 10 mg/ml pada ekstrak Antibakteri Biji Mimba metanol daun kenikir sudah mampu (Azadirachta indica) untuk Menghambat Pertumbuhan menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella thyposa dan Salmonella typhi yaitu sebesar 9,5 Staphylococcus aureus. Journal of Biodiversitas. Volume 8, No. Preservation. Philadelphia: Lea 3. and Febiger. Amir, S., A. Setiawati,. A. Muchtar., A. Lay, B.W. dan Huston. 1992. Arif., B. Bahry., D. Tirza., H. R. Mikrobiologi. Jakarta: Rajawali Dewoto dan L. Darmansjah. Pers. 1995. Farmakologi dan Terapi. Naidu, A. S. dan R. A. Clemens. 2000. Jakarta: Gaya Baru. Natural Food Antimicrobial Arias, Kathleen Meehan. 2003. Systems. LCC: CRC Press. Investigasi dan Pengendalian Nuria, M.C., A. Faizatun., dan Sumantri. Wabah di Fasilitas Pelayanan 2009. Uji Antibakteri Ekstrak Kesehatan. Jakarta: EGC Etanol Daun Jarak Pagar Black, J. M. and E. M. Jacobs. 1993. (Jatropha cuircas L) terhadap Medical Surgical Nursing. 4th Bakteri Staphylococcus aureus edition. Philadelphia: W. B. ATCC 25923, Escherichia coli Saunders Company. ATCC 25922, dan Salmonella Cook, G.C. 2003. Problem typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu – Gastroenterologi Daerah ilmu Pertanian. 5: 26 –37. Tropis, Alih Bahasa: Anna P. Parhusip AJN, 2006. Kajian Mekanisme Bani. Jakarta: EGC. Antibakteri Ekstrak Andaliman Cowan, M.M. 1999. Plant Products as (Zanthoxylum acanthopodium Antimicrobial Agents. Clinical D.C.) terhadap Bakteri Patogen Microbiology Reviews. Pangan. Disertasi. Tidak Daulat, Patil G. dan Nikam Shashikant Dipublikasikan. Bogor: Sekolah V. 2013. In Vitro Antimicrobial, Pascasarjana Institut Pertanian Antioxidant Activity, and Bogor. Phytochemical Analysis of Pelczar, M.J dan Chan, E.C.S. 1988. Cosmos caudatus (Wild Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid Cosmos). Universal Journal of 1. Jakarta: Universitas Indonesia Pharmacy, 02 (06) Nov-Dec Press. 2013. Rinawati ND, 2011. Daya Antibakteri Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi: Tumbuhan Majapahit Buku Panduan bagi Bidan dan (Crescentia cujete L.) terhadap Petugas Kesehatan di Bakteri Vibrio alginolyticus. Puskesmas. Dit. Gizi Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Masyarakat-Depkes RI. Jakarta. Surabaya: Jurusan Biologi Ganiswarna, V.H.S. 1995. Farmakologi Fakultas Matematika Ilmu dan Terapi, Edisi ke-4, Jakarta: Pengetahuan Alam Institut Bagian Farmakologi Fakultas Teknologi Sepuluh November. Kedokteran Universitas Sari, R. dan Isadiartuti, D. 2011. Studi Indonesia. Efektivitas Sediaan Gel Harbone, J. B. 1987. Metode Fitokimia Antiseptik Tangan Ekstrak Daun Penuntun Cara Modern Sirih (Piper betle Linn.). Menganalisis Tumbuhan. Majalah Farmasi Indonesia. Bandung: ITB. 17(4). Hariana, Arief. 2005. Tumbuhan Obat Utami Prapti dan Desti Ervira dan Khasiatnya. Jakarta: Puspaningtyas. 2013. The Penebar Swadaya. Miracle of Herbs. Jakarta: PT Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Agro Media Pustaka. Penyakit Dalam, Edisi 13, Volk, W.A, dan Wheeler, MF. 1993. Volume 3. Jakarta: EGC. Mikrobiologi Dasar, Jilid I, Alih Lawrence, C. A. and S. S. Block. 1968. bahasa: Markam, Jakarta: Disinfection, Sterilization and Erlangga. Wiryawan, K.G., B. Tangendjaja & Suryahadi. 2000. Tannin degrading bacteria from Indonesian ruminants. In: J.D. Brooker (Ed.). Tannins in Livestock and Human Nutrition. ACIAR Proceedings. Zakaria, Z.A, E.N.H, dkk. 2007. In Vitro Antibacterial Activity of Averrhoa bilimbi L. Leaves and Fruits Extracts. International Journal of Tropical Medicine.