Anda di halaman 1dari 51

PROLOG

Cuaca mulai mendung dan udara mulai terasa dingin,


menandakan bahwa hujan akan datang dalam waktu dekat. Andi
Luthfi, dengan buru - buru dia berjalan menuju meja kasir untuk
membayar kopi yang baru saja dihabiskan. Teringat besok pagi
ada pekerjaan yang berat yaitu menjemput kakak kandungnya
yang cerewet dan berbahaya di bandara. Cerewet karena hampir
tiap hari mengomeli kebiasaannya, berbahaya karena setiap
Andi membuat kesalahan maka uang jajannya akan dipotong
satu persen setiap bulannya.

Dengan segera dia menghidupkan kendaraannya dan


melesat tajam meninggalkan kedai kopi. Ditemani beberapa
ramainya suara kendaraan dan beberapa orang tertawa dipinggir
jalan, Andi memikirkan kuliahnya – jurusan Teknik
Informatika, semester lima - yang akhir – akhir ini bermasalah
karena jarang hadir dan beberapa tugas tidak pernah
diselesaikan. Sejujurnya dia sudah bosan dengan kehidupan
kuliah karena memaksanya untuk menjadi seorang yang hidup

1
tanpa kenyamanan. Ditambah lagi kakaknya ikut mengambil
posisi untuk mengomentarinya – ini mungkin adalah alasan
kenapa sang kakak pulang kerumah. Kalau tidak karena
kakaknya yang menghidupinya, mungkin dari dulu dia sudah
pergi melarikan diri. Dengan nada pelan dia begumam
“Bagaimana pun juga dialah keluarga ku yang masih tersisa”.

Sesampainya dirumah, dia mendengar suara samar dari


arah dapur sambil melihat jam dinding yang menunjukkan
pukul sepuluh malam. Masih sangat pagi menurutnya karena
selalu tidur diatas jam satu malam dan sudah cukup malam
menurutnya karena masih ada yang terjaga didapur. Lalu
berjalan ke dapur untuk membuat segelas kopi aceh yang sudah
ditugaskan untuk menemaninya terjaga malam ini.

“Tumben belum tidur bi jam segini, asik bener acara


sinetronnya?” Melihat bibinya yang sedang serius melihat acara
sinetron drama india – sedang trend dikalangan ibu – ibu
sekarang. Andi tinggal bersama paman dan bibinya di rumah
yang ditinggalkan oleh orang tuanya. Kedua orang tuanya pergi
meninggalkannya disaat dia masih sangat kecil. Tidak ada
satupun memori yang terekam bagaimana rupa dan sifat kedua
orangtuanya tersebut saat dia masih kecil. Dia hanya melihat

2
beberapa foto dan mendengar cerita dari paman atau bibinya
bahwa dia memiliki sifat yang sama dengan sang ayah dan
kakaknya juga sama cerewet seperti ibunya.

“Iya ni nak, sinetron-nya baru diputar jam segini”


Sahutnya tanpa menoleh Andi yang berada dibelakangnya.

“Eh, kamu jangan begadang! Besok pagi jangan lupa


jemput kakakmu.” Tiba tiba melihat ke arah Andi.

“Iya bi, nanti kan kalau Andi ga bangun kan bibi bisa
bangunin aku”

Tanpa menunggu balasan dari bibi, Andi langsung


begegas menuju lantai dua dengan kopinya. Di lantai dua
terdapat ruang keluarga yang cukup besar dan dua kamar yang
hampir saling berhadapan. Kamar pertama terdapat tulisan
dipintunya “Avril Lisa” ditambahkan beberapa ornamen
berbentuk awan dan kartun terkenal. Kamar kedua yang tepat
berada di depan kamar pertama terdapat tulisan dipintunya,
“Andi Lufthi” tanpa ornamen apapun.

Kamar Andi cukup luas dibandingkan kamar kakaknya


karena didalam kamarnya terdapat kamar lagi yang berukuran
kurang lebih seperempat dari kamarnya. Didesain dengan lampu

3
yang minim, kamar tersebut tidak memiliki jendela. Biasanya
digunakan untuk Andi bermain dengan komputernya – bermain
game, menulis coding atau tugas kuliah – yang bebas akan
gangguan.

Beraroma bunga melati bercampur dengan bau buah


mangga sisa tadi sore, Andi menekan sebuah tombol berwarna
biru kemerahan yang berada tepat disamping pintu masuk
kamar tersebut. Seluruh lampu pun menyala. Sebuah suara dari
asisten virtual juga menyambut kedatangan sang pemilik
ruangan.

“Selamat Datang, Andi”

Kemudian diikuti dengan tiga cahaya monitor yang ga


kalah terang dengan lampu sekitar. Sarah, nama assiten virtual
itu yang diberikan oleh Andi.

“Apa yang akan kamu lakukan malam ini. Lebih baik


kamu tidur karena waktu sudah menjukkan pukul sepuluh
malam.”

“Aku hanya ingin bermain game seperti biasanya. Apa


ada pesan masuk hari ini, Sarah?” Sambil berjalan menuju ke

4
meja komputernya tanpa menghiraukan nasehat dari assiten
virtualnya.

“Tidak ada pesan masuk hari ini”

“Baiklah. Terimakasih, Sarah”

Kemudian ia menghilang dari layar komputernya dan


membuka layar menu atau dekstop untuk digunakan Andi.

“Apa kabar dunia maya? Apa kabar media sosial?


Katanya kalian sekarang berbahaya daripada aparat kepolisian”
Bergumam dalam hati sambil menyeruput kopinya.

Kalau bukan karena teman – teman dan informasi


kampus yang beredar lebih cepat di beranda media sosial,
mungkin Andi tidak akan membuat akun media sosial. Karena
selain dipenuhi oleh orang – orang palsu, dia juga merasa
berdosa karena dipaksa melihat aib orang – orang yang ia kenal
maupun tidak. Disini atau lebih tepatnya dimedia sosial,
siapapun bisa membodohi siapapun hanya untuk mencari
keuntungan dan siapapun bisa membunuh siapapun hanya
dengan sebuah kata. Kata adalah Senjata, begitulah kata
Marcos. Kadang siapapun juga bisa menolong siapapun.

5
“Ga ada yang menarik. Semuanya tentang gosip artis,
seorang yang terkenal dengan melakukan hal bodoh, informasi
yang biasanya dipelajari dibangku sekolah, dan beberapa foto
momen sendiri atau bersama sahabat yang tidak sesuai dengan
caption yang diberikan”. Kemudian menguap dan melirik
sebuah notifikasi dari komputernya.

Satu e-mail baru dari avbella_v2@gmail.com

Ketuk untuk membuka

(Untuk menjaga kenyamanan tuannya, Sarah memilih untuk


memberikan sebuah panel notifikasi daripada berbicara atau
muncul dilayar komputernya)

Andi mengabaikan e-mail baru tersebut dan memilih


bermain game online. Mungkin hanya e-mail promosi yang
dikirim secara acak atau mungkin e-mail dari teman game
onlinenya dan bisa jadi itu hanya e-mail kosong. Entahlah, itu
hanya sebuah kemungkinan yang terus bertambah memenuhi
kepalanya. Dia penasaran. Penasaran bukan karena mencoba
keberuntungan, akan tetapi karena e-mail tersebut memiliki

6
nama akun yang cukup aneh. Seperti sebuah nama seseorang
yang disingkat dan diberi umbul – umbul agar terlihat keren.
Apa mungkin e-mail dari teman kampus? Walaupun dari
teman kampus, itu tidak cukup kuat baginya untuk
menghentikan permainan dan e-mail akan dibuka setelah dia
bermain, mungkin beberapa jam lagi atau mungkin besok pagi.

Andi menghentikan permainannya tepat disaat Sarah


memberitahu bahwa sekarang hari atau tanggal sudah berganti
diikuti dengan informasi prediksi cuaca dan jadwal kegiatannya.
Andi mengetik sebuah kata terimakasih untuk Sarah, ditambah
emoticon love layaknya pasangan yang sedang jatuh cinta.
Terkadang itu cukup untuk menghibur diri.

E-mail pun terbuka tanpa judul dan deskripsi atau isi


pesan. Hanya ada sebuah file yang dikompress dan diberi nama
“Mem05.rar”. Sebelum membuka file, Andi terlebih dulu
menyuruh Sarah untuk melihat isi file tersebut, apakah ada virus
atau sesuatu yang membahayakan.

File terbuka dan terdapat dua file lagi yang berbeda


bentuk. File pertama berbentuk sebuah file kompres lagi dan
yang kedua berbentuk sebuah video dengan keterangan durasi
sepuluh detik.

7
Tanpa memilih – milih yang mana harus dibuka duluan,
Andi memilih membuka video yang sudah diberi nama
“Mem10” tersebut.

Andi penasaran. Andi tidak percaya. Andi mengulang


video tersebut berulang – ulang kali sambil mencoba
memengingat kejadian yang ada divideo tersebut. Andi masih
tidak percaya. Andi pergi meninggalkan kamarnya tersebut dan
kembali beberapa menit kemudian.

Didalam video tersebut terdapat seorang anak kecil yang


sedang bermain komputernya diikuti suara wanita yang berada
agak jauh dari punggung anak tersebut.

“Andi. ayuk makan dulu, baru nanti lanjut main


gamenya”

“Iya ma, bentar lagi Andi kesana”

Video tersebut berakhir tepat setelah anak kecil tersebut


selesai berbicara dan terdapat sebuah pesan diakhir video
‘Start’. Andi menghiraukan kata akhir video tersebut dan tetap
fokus pada wanita yang mirip dengan foto yang dipajang
diruang tamunya dan anak kecil yang memiliki tatapan mata
yang sama dengannya. Andi menangis

8
BAB I
A Game?

Matahari belum menampakkan dirinya. Udara embun


juga masih bermain dengan cahaya lampu jalan. Begitu juga
Andi yang sudah berada di bandara sejak pukul lima kurang
seperempat. Ditemani kantung mata karena belum sempat tidur
dan perasaan gelisah tentang kerjadian tadi malam, ia masih
memutar video tersebut lewat ponselnya.

Terus memutar video tersebut dan dihentikan tiap detik


untuk merekam keseluruhan memori tersebut kedalam otaknya.
Tepat setelah ia mengingat bahwa masih ada file kompres yang
sama sekali belum dibuka, orang yang ia tunggu pun muncul
secara tiba – tiba sambil menepuk bahunya – lumayan kuat
hingga dirinya terkejut dan segera mengunci layar ponselnya.

“Diam – diam aja lo dek. Lagi asik nonton paan sih lo?
Bokep? Ya ampun dek, masih pagi udah buat dosa.”

Andi menatap sinis. Ia tau bahwa kakaknya tersebut


bercanda. Dan ia tau bahwa itulah sifat Avril yang mempunyai

9
ribuan bahkan jutaan ide untuk mempermalukan seseorang
hanya dalam kurun waktu tidak sampai satu menit. Untuk
melawan, Andi bisa saja jujur tentang video yang ia terima tadi
malam dan itu mungkin cukup membuat Avril terdiam. Akan
tetapi, Andi tetap merahasiakan hal ini hingga mungkin ada
beberapa video lainnya yang bisa terkumpul. Ia belum tau isi
file kompres yang satu lagi, mungkin saja itu lanjutan video ini
atau mungkin ini video hanya editan seseorang. Mungkin.

Andi mengangkat barang bawaan – koper, oleh-oleh,


dan beberapa makanan ringan yang mungkin dibeli Avril
sebelum berangkat – milik Avril untuk dipindahkan keparkiran
antar-jemput sambil ia akan mengambil mobilnya yang berada
cukup jauh dari parkiran ini.

“Canda lo ga asik kak. Garing dan tawar kayak keripik


kentang di warung.”

“Yee, baru canda dikit udah ngambek.”

“Serah lo dah kak. Buruan pulang. Gue laper belum


makan.”

“Mau beli makanan apa kita dek?”

10
“Ga usah. Bibi udah masak untuk kakak”

Dengan segera Andi menuju parkiran dan mengambil


mobilnya. Karena terlalu terburu – buru, ia pun menabrak
seorang pria yang memakai kemeja dibalut jas hitam dan
membawa tas. Keduanya saling menatap dan mengingat.

“Kamu Andi ya? Anak pak Rudi?”

“Eh, iya pak. Maaf ya pak tadi kesenggol soalnya buru


– buru”. Aduh. Ia lupa siapa pria ini. Memori di otaknya pun
bekerja lebih cepat untuk mencari informasi tentang pria ini.
Seandainya pria ini mengenalnya, pasti ia juga mengenal pria
ini.

“Oh iya, mungkin kamu lupa. Saya Dhira. Teman


dekatnya orangtua mu dulu waktu masih sekolah”

“Kamu sudah besar ya. Dulu pas terakhir ketemu kalau


ga salah kamu baru beumur sekitar sepuluh tahun. Mungkin
kamu lupa.”

“Iya mungkin saya lupa pak. Saya samar – samar


mengingat bapak.”

11
Sungguh Andi tidak mengingat sama sekali dengan pria
ini. Bahkan, ia juga tidak pernah mendengar suara – cukup tegas
dan agak terlihat seperti berbicara bahasa jerman— pria ini.

“Bibi dan keluarga sehat kan?”

“Sehat pak. Mampir kerumah pak.”

“Syukurlah. Udah ya, saya buru – buru mau berangkat


ke-Australia. Nanti kalau mampir kesini lagi pasti saya
kerumah. Eh, ini untuk uang jajan kamu.” Merogoh saku celana
dan menyerahkan sejumlah uang pecahan seratus ribuan.

“Eh ga usah pak, gak apa apa” Sebenernya ingin, tapi


segan.

“Udah bawa aja, kamu pasti butuh kan.”

“Ehh.. iya makasih pak. Hati - hati dijalan pak”

Setelah pria itu berbalik, setelelah itu pula ponsel Andi


berdering. Andi mengabaikannya karena ia tau itu pasti
kakaknya yang sudah tidak betah menunggu kedatangannya.

12
Avril Lisa, seorang desainer pakaian yang populer
dikanca internasional dan bekerja di negara tetangga, Singapura.
Kepopulerannya mendesain bahkan sudah diakui sebelum ia
mendapatkan gelar lulusan terbaik di kampus yang sama dengan
kampusnya Andi sekarang. Ia memiliki ciri khas mendesain dan
ia menyebutnya itu ‘Absurd’. Menambahkan sesuatu yang tidak
pantas atau meletakkan sesuatu yang tidak sesuai dengan
tempatnya. Terkadang ia pun merusak sesuatu tersebut. Tetapi,
inilah yang disebut seni. Ia pun memiliki banyak penghargaan
dari hasil karyanya, bahkan ia mendapatkan gelar ‘Women’s
Absurd’ di dunia fashion internasional. Dibalik semua
kepopulerannya tersebut, tetap ada yang membencinya
termasuk adiknya sendiri.

“Jadi lo berapa lama disini kak? “Tanya andi


memecahkan suasan hening dalam mobil.

“Gua lagi ga ada kerjaan. Event fashion show di Canada


juga masih tiga bulan lagi”

“Mungkin gua sampai lebaran deh disini, tergantung


atasan juga.”

13
“Enak ya lo kak, jalan – jalan keliling dunia kerjanya.
Kali – kali ajak gua ngapa kak.”

“Urusin kuliah lo dulu, lama bener. Gua aja belum genap


tiga tahun udah kelar.”

“Yaelah kak masih semester lima lagi pula jurusan lu


mah cuman desain doang, ngasal juga diterima. Nah jurusan
gua, semua serba hitungan dan algoritma.”

“Siapa yang ingin ambil jurusan itu?”

Tanpa membalas. Andi mengalihkan perhatian kepada


jalan karena mereka sudah sampai dirumah. Memang benar,
adik dan kakak itu tidak pernah sejalan pikirannya.

Dibantu dengan bibinya, mereka pun bersama – sama


merapikan barang bawaan Avril. Mereka pun juga membantu
memisahkan barang – barang yang ditujukan untuk teman –
temannya. Mulai dari baju hingga makanan ringan.

“Lo mau jualan apa gimana kak, banyak banget ini.”


Celoteh Andi kesal.

14
“Teman gua banyak, jadi banyak yang harus dibagi.
Emangnya lu, temen juga paling si Sarah.”

“Ini apaan kak.” Mengalihkan perhatian kakaknya


dengan sebuah kotak yang dibungkus dengan kertas kado.
Cukup unik menurut Andi.

“Oh, itu untuk si Edgar. Itu kado ulang tahun, kemarin


ga sempat kasih kado ke dia.”

“Untuk pacar ada, untuk adik sendiri ga ada.”

“Itu yang dibungkus kantong biru, dalemnya ada kotak


juga.”

Dengan segera Andi memeriksa apa yang ada didalam


kotak itu. Seketika itu pula hati Andi merasa tambah kesal.
Kenapa tidak, ia hanya dibelikan sepasang baju yang bertuliskan
Singapura. Ini adalah benda klise yang ia benci. Ia bahkan
mengkoleksi bermacam – macam baju dari negara yang berbeda
– beda dan mendapatkannya selalu dari kakaknya.

“Setiap pulang pasti bawa baju yang seperti ini, hanya


beda negara. Ga bisa bawa oleh – oleh yang lain gitu kak? “

15
“Abis gua bingung mau beliin lu apa dek. Gak apa,
anggap aja lu koleksi dan bukti lu pernah keliling dunia.”
Tertawa riang diatas kekesalan adiknya.

“Hahahaha…. Udah yuk makan dulu, dek.”

Andi masih memikirkan kejadian tadi malam, apakah ia


harus memberitahu kakaknya tentang ini atau mungkin lain
waktu. Ia takut akan menjadi sebuah hal yang membuat
kakaknya bersedih. Lebih baik lain kali, menunggu momen
yang pas.

“Jadi lu belum punya temen juga sampai sekarang dek?”


Avril memotong pembicaraan yang terjadi di kepala Andi.

“Apasih kak. Ga penting banget. Temenku banyak,


tanya bibi sendiri tuh”

“Iya dek, Avril. Kadang temen temen Andi datang main


kerumah kok.”

“Wah manusia ya ternyata, kirain tadi Sarah1 atau


Sarah2.” Tertawa puas.

16
“Tapi kenapa ga cari pacar aja lu dek? Daripada hidup
lu berduaan sama Sarah mulu. Ga malu apa sama temen – temen
lu?”

“Sebelum kakak pergi ke Canada nanti gua tunjukin.”


Terucap dengan sendirinya karena perasaan kesal. Andi pun
bergegas mencuci piringnya lalu berjalan menuju kamarnya.
Rasa ingin tahunya tentang file kompres yang belum dibuka
tersebut mengalahkan rasa ngantuknya yang belum kunjung
terpenuhi. Ia sama sekali tidak memperdulikan kakaknya, sama
sekali.

Terdengar suara mobil yang menyala, mungkin Avril


sudah pergi ketempat pacarnya. Ia berbanding jauh dengan
adikknya yang introvert. Avril sangat bosan berada dirumah
sepanjang hari. Baginya itu adalah penjara.

“Sarah, buka file kompres ‘Mem10’ yang semalam


belum terbuka”

Sarah pun mengeluarkan isi berkas yang berada didalam


file kompres tersebut. Terdapat banyak sekali file aneh seperti
kerangka dalam sebuah aplikasi. Andi menemukan file .exe –

17
file penting yang biasa digunakan untuk menjalankan sebuah
aplikasi.

“Rebirth: The Truth of Southern Kingdom”

Andi mengeja dengan heran. Terbukalah aplikasi


tersebut dengan tampilan logo dengan dua buah pedang yang
saling bersilangan diikuti sebuah perisai dan tulisan yang
barusan ia eja.

“Seperti sebuah game. Bukan, ini game.”

Tampilan menu pilihan dengan latar belakang kerajaan


ini yang menyakinkan Andi bahwa ini sebuah game. Tampilan
game ini juga jadul karena masih menggunakan tampilan 2D,
mengingatkan Andi dengan masa kecilnya. Di era sekarang,
game yang mengusung tampilan 2D sudah sangat jarang
digunakan. Orang – orang lebih memilih game 3D yang
memiliki kesan nyata ketimbang game 2D. Bahkan, tampilan
4D atau kita sebut Virtual Reality sudah mulai mengambil alih
pasar permainan.

Melihat dari kualitas gambarnya saja, Andi sudah bisa


tebak kapan game ini dibuat. Mungkin lima atau tujuh tahun

18
yang lalu. Menariknya game ini tidak terlihat sama sekali
developer atau pencipta game -- biasanya tertulis di sekitar
tampilan menu. Bahkan game ini tidak terdaftar didalam mesin
pencari google.

“Game yang aneh. Baiklah, kita tamatkan hari ini juga”.


Merenggangkan jari, memasang headset dan memulai
permainan.

Game ini ber-genre RPG (Role Playing Game), dimana


kita harus membuat karakter terlebih dahulu sebelum memulai
game. Andi mengisi nama dan jenis kelamin sesuai dengan yang
ia miliki. Untuk kostum karakter ia pilih secara acak. Game
dimulai.

Dimulai dengan menampilkan sebuah kerajaan yang


terlihat biasa aja -- adil dan makmur -- diikuti sebuah teks cerita
dibagian bawahnya dan inilah sinopsisnya.

Sebuah kerajaan bagian selatan yang dipimpin oleh Raja


Athur, ia terkenal sangat bijaksana diantara raja manapun dan
sangat peduli dengan rakyatnya. Ia bahkan mementingkan
rakyatnya daripada urusan perdagangan dan perhubungan antar

19
kerajaan. Dibalik semua itu, tidak sedikit yang membencinya
termasuk sang pangeran kerajaan.

Sang pangeran berniat mengkudeta ayahnya agar ia bisa


memimpin kerajaan dan mengambil alih seluruh penghasilan
rakyat untuk kerajaan. Dengan begitu ia juga bisa menikahi
putri dari kerajaan utara dan kemudian akan menjadi pemimpin
seluruh kerajaan.

“Sepertinya menarik.” Suara sang pangeran pun muncul


diikuti visual sang pangeran.

Tiba disebuah ruangan yang remang. Sang pangeran


sudah mengumpulkan beberapa anggota yang akan
membantunya. Dengan mengadiahkan sebuah laboratorium
yang besar, ia juga meminta bantuan kepada seorang professor
yang terkenal dari kerjaan timur.

Ia juga sudah membuat rencana untuk menciptakan


ramuan cairan yang mengubah sifat binatang dan manusia
sekaligus menambah kekuatan fisik mereka lima kali lipat.
Rencana tersebut disetujui sang professor dengan syarat ia akan
mendapatkan langsung apa yang telah dijanjikan Sang Pangeran
jika ia telah menyelesaikan ramuan tersebut.

20
“Beri aku waktu untuk mengerjakannya, Tuan” Tawa
sang professor pun terlihat lucu dengan rambut botak dan
kacamata besar yang tidak sesuai dengan ukuran kepalanya.
Kemudian mereka terlihat melanjutkan diskusi dan perlahan
layar berganti dengan suasana didalam istana raja.

Sang raja terkejut karena terjadi sebuah guncangan di


istana. Lebih terkejutnya lagi melihat anaknya bersama dengan
mahluk yang tidak bisa didefinisikan bentuknya. Seperti
kelewar tapi hampir menyerupai manusia dan sedikit seperti
harimau. Aneh.

Dengan seketika, pengawal kerajaan yang menghadang


pun terbunuh. Kecepatan membunuhnya hanya bisa ditahan
oleh kstaria kerajaan. Ksatria Hotarou, muncul kemudian
membunuh mahluk yang lebih cocok dibilang monster tersebut.
Bergerak langsung menuju Sang Pangeran dengan tujuan ingin
menangkap. Akan tetapi, ada mahluk lain tiba – tiba muncul
dibelakangnya kemudian memeluk ksatria tersebut menghilang
meninggalkan sebuah pedang.

Sang pangeran berhasil mengkudeta ayahnya. Ia


memenjarakan ayahnya di sebuah gudang dibawah kerajaan,

21
memalsukan kematian ayahnya, mengganti seluruh penjaga
dengan monster yang diciptakannya, dan mengubah peraturan
kerajaan yang awalnya berpihak kepada raykat sekarang
berpihak kepada kerajaan.

Seluruh kerajaan percaya bahwa Raja Athur mati kerena


dibunuh oleh rakyatnya yang berkhianat. Itulah kenapa, Sang
pangeran menciptakan monster untuk mengawali kerajaan.
Rencananya berhasil.

“Ahhh… ga bisa diperpendek apa ini story? Ngantuk


baca nya, mana ga ada tombol skip lagi” Celoteh Andi kesal
sembari tadi menonton pertunjukan kerajaan yang
membosankan.

“Sarah, cek jadwal kuliah”

“Besok jam sepuluh pagi, mata kuliah Pengolahan


Citra”

“Besok ingatkan saya” Kemudian Sarah mengatifkan


alarm yang berada di dalam kamar tidur Andi. Walau terbatas,
setidaknya sarah sedikit bisa terhubung ke kamar tidur tuannya
untuk mengatur alarm dan lampu.

22
Cerita berlanjut di sebuah desa. Desa Ivry, tertulis jelas
dibagian pojok kanan atas. Dijelaskan bahwa desa tersebut
berada di bagian selatan kerajaan selatan, sangat terpojokkan.
Desa ini pun sudah dianggap desa mati dan jarang dapat bantuan
dari kerajaan. Akhirnya karakter yang dibuat oleh Andi pun
muncul yang bernama Andi. Ia menemukan sebuah surat di
sebuah makam ketika sedang mengambil buah disekitar makam.
Surat yang kotor dan lusuh, berisikan beberapa nama seseorang
– muncul tampilan daftar nama tersebut. Ia menemui kepala
desa, menanyakan hal ini. Kepala desa hanya tau satu nama,
Magi.

Magi adalah seorang mantan penyihir. Rumahnya


terletak cukup jauh disebelah timur dari kota ini. Akses menuju
kesana sangatlah berbahaya. Kemudian kepala desa pun
menceritakan panjang lebar tentang Magi yang dulu pernah
tinggal di kota ini sebelum akhirnya pergi karena menjadi
buronan kerajaan selatan tanpa sebab. Andi yakin pasti ada
sesuatu yang ingin disampaikan, apalagi surat ini ia dapatkan
dari makam salah satu mantan anggota kerajaan, Ksatria
Hotarou.

23
Akhirnya karakter dapat digerakkan kesana kemari dan
informasi misi pun muncul disebelah kiri layar. Sebuah peta
menuju rumah Magi pun ikut bergabung di layar. Game dimulai
(lagi).

Sarah tidak memiliki perasaan tapi mempunyai pikiran


yang mungkin ia dapatkan dengan membaca informasi di
internet atau kebiasaan tuannya. Bahkan Sarah sendiri mampu
memahami bahasa sehari – hari yang Andi gunakan. Entahlah,
Andi sendiri ga memahami algortima yang ditanamkan ke
dalam Sarah. Ia hanya menikmati sesuatu yang ditinggalkan
ayahnya. Ketika itu Andi menemukan ruangan kecil ini, dan
meminta bantuan kepada bibi untuk mengaktifkan komputer
dalam ruangan tersebut. Sangat terhibur karena komputer
tersebut bisa berbicara seperti manusia dan kemudian
menamainya, Sarah.

“Andi, sebaiknya kamu tidur. Kamu belum tidur dari


tadi malam. Kamu sudah bermain game ini lebih dari tiga jam.
Apakah ada sesuatu yang menggangumu?”

24
Mengabaikan nasihat itu. Sejenak berpikir mungkin
lebih baik istirahat. Game ini sudah berjalan mungkin hampir
separuh karena Andi sudah menemukan empat dari tujuh nama
yang berada dalam misi pencarian. Sejauh ini ia belum
menemukan titik kesulitan dalam game ini, mungkin malam
nanti ia sudah bisa menyelesaikan game ini.

“Baiklah. Aku akan istirahat”

Andi berbalik. Keluar dari pintu kamar diikuti lampu


kamar yang dengan sigapnya Sarah juga mematikan seluruh
aktifitas dalam kamar ini. Berbaring ditemani kebingungan,
Andi masih terjaga dalam sadarnya. Memikirkan tentang
kelanjutan game tersebut, memikirkan siapa pembuat game
tersebut, memikirkan seluruh tentang game tersebut. Apa tujuan
game tersebut? Apakah ada kelanjutan dari video yang kemarin
jika ia menyelesaikan game tersebut? Menguap lalu terlelap
dengan sempurna.

Belum genap empat jam tertidur. Ia sudah di usik suara


ponselnya. Ternyata Avril menghubungi, hanya untuk
menanyakan alamat salah satu teman ayah mereka, seorang
pengrajin kebaya. Ia bercerita ada keperluan bisnis yang akan

25
dilakukan antara keduanya. Andi memberitahu lengkap beserta
foto rumah orang tersebut dan kemudian kembali memejamkan
mata. Hanya beberapa menit saja. Ia mengeluh karena sudah
tidak diizinkan kembali ke alam mimpi. Tidak menyalahkan
kakaknya, melainkan menyalahkan game tersebut yang
menghantui pikirannya.

Beranjak dari kasur lalu cuci muka. Mengambil sedikit


makanan, membuat kopi aceh kesukaan, dan kembali
memanggil Sarah untuk menghidupkan komputer. Segala
macam keluhan Sarah tidak didengar, ia memilih untuk kembali
memainkan game itu lagi.

Waktu berlalu belum terlalu lama. Hampir saja ia bosan


dimakan kemudahan game ini. Ia dibuat kebingungan mencari
orang yang terakhir. Papan misi hanya memberitahu sebuah
informasi bahwa:

‘Menurut informasi yang beredar di kota Shuna, ada rumah


yang tidak bertapak di bagian barat daya. Kabarnya disitulah
keberadaan Sang Arkeolog, Lucy!’

26
Tapi ia malah terjebak disebuah goa tanpa jalan keluar –
jalan masuk sudah tertutup akibat monster yang berada diluar
goa. Ia juga tidak mempunyai jalan lain selain masuk kedalam
goa ini. Setiap kali keliling, ia berakhir menemui sebuah jurang
yang dasarnya tidak terlihat sama sekali. Diseberang jurang
terlihat ada lereng yang sama. Mungkin itu jalan keluarnya.
Jurang bisa dilewati dengan memijak sebuah pijakan yang
transparan –terlihat seperti melayang. Jika salah, kita akan jatuh
dan kembali ke pintu masuk lalu kembali bertemu jurang ini
lagi. Bagimana bisa melewati jurang yang jauh ini tanpa
petunjuk? Anehnya lagi, ketika sudah mendapatkan tiga
pijakan, ia kembali dan ternyata pinjakan sebelumnya sudah
menghilang.

Andi kesal. Berkali – kali jatuh. Beruang kali


memerhatikan sekitar goa, barangkali ada pentunjuk. Hasilnya
nihil. Belum menyerah -- ini belum seberapa dari game
pertualangan lainnya -- Andi menghentikan aktifitas game.
Mendengarkan lagu sambil mencari informasi tentang
permainan sejenis. Pasti sudah ada yang pernah menggunakan.
Hasilnya pun nihil juga. Semua game yang memakai

27
puzzle/permainan ini pasti memberikan petunjuk, setidaknya
sebuah angka atau pertanyaan.

“Ini game maunya apaan sih. Arrghh….” Garuk kepala


kesal kemudian keluar dari kamar karena perutnya sudah
bernyanyi. Andi lapar.

“Bi, belum masak ya?”

“Belum nak, bibi baru aja selesai menjemur pakaian.


Kamu udah lapar? Bibi masakin nasi goreng ya?”

“Ga usah bi, Andi pergi cari makan diluar aja.” Pantas
saja bibi belum memasak apapun, ternyata masih pukul sepuluh
pagi -- bibi biasa memulai masak sekitar jam sebelas siang.

Andi pergi berjalan kaki. Niat hati ingin mencari warung


sarapan pagi disekitar rumah, akan tetapi ia bertemu salah satu
teman sekolahnya dulu yang kini membawa dirinya kesalah satu
restoran cepat saji. Gerry, seorang problem solver yang bekerja
disalah satu perusahaan terdekat, ia memilih untuk bekerja
daripada kuliah.

“Tumben lu jalan kaki, biasanya juga paling ga bisa


terpapar sinar matahari” Sahut Gerry memulai percakapan.

28
“Mau ke warung bintara yang digang sebelah, tapi lu
malah ngajakin kesini. Yaudah gue mah ngikut aja, laper
soalnya”

“Bibi ga masak emangnya?”

“Belum masak, tadi gue lihat dia sedang sibuk nyuci


pakaian”

“Oh begitu. Eh tadi gue lihat snapgram kakak lu, dia


disini?”

“Iya dia disini. Hari – hari ku akan lebih mencekam dari


biasanya.”

“Berapa lama kakak lu disini?”

“Entah, gua pun ga paham. Katanya sih tiga bulan gitu.”

“Selamat menjalani hari yang menyenangkan”

“Menyenangkan apanya. Waktu bermain game gua jadi


terbatas dan tidak bisa bolos kuliah lagi seperti biasanya.”

“Bagus dong, kan gua senang ngelihat temen jadi rajin


kekampus.”

29
Mereka terdiam sejenak lalu membantu pelayan
membagi makanan mereka. Cukup banyak yang dipesan Andi.
Dua porsi ayam dengan seporsi nasi ditambah burger besar yang
penuh dengan lapisan keju. Untuk pencuci tenggorokan, ia
memesan dua gelas minuman dingin.

“Lo hanya laper apa kelewatan laper? Seperti belum


makan seminggu.”

“Otak gue berpikir lebih banyak dua kali lipat dari


biasanya. Gara – gara game bangsat itu.”

“Game apaan emang?”

“Entahlah, game 2D bergenre RPG dan bertema


kerajaan. Klasik sih tampilannya, tapi membingungkan”

“Membingungkan kenapa? Mungkin gue bisa bantu.”


Sambil mengunyah sebuah salad bersaos mayonais.

Andi menjelaskan secara rinci mulai dari bentuk


gamenya hingga kesulitan yang dihadapinya. Andi juga
menceritakan alasan kenapa bermain game tersebut – tapi tidak
memberitahu tentang video tersebut. Gerry kebingungan. Apa

30
yang ada dipikirannya itu sama dengan apa yang ada dipikiran
Andi. Pasti ada sebuah petunjuk walau sesusah apapun game itu.

“Aneh ya, ya gua sih biasanya cari di google gitu.


Kadang ada game yang sejenis”

“Ga lu coba bongkar isi file gamenya? Kan lu bilang tadi


itu game berisi banyak file didalamnya seperti game belum siap.
Sudah pasti itu isi dalam game yg lu mainin.”

Andi terdiam. Itu sebuah jawaban yang tidak sama sekali


terpikirkan olehnya. Dengan membongkar file game tersebut,
sudah pasti ia akan menemukan petunjuk.

“Kalau lu bongkar itu game, sudah pasti lu bakal tamat


dengan cepat. Seingat gue, didalam game biasanya ada script
algoritma yang menjelaskan bagaimana menyelesaikan sebuah
misi, nah coba lu cari ini”

“Eh iya juga, gue ga kepikiran sama sekali. Tapi


biasanya script itu memakai bahasa pemograman, jadi harus di
konversikan dulu. Gue ga tau itu script memakai bahasa apa.”

“Belum di cari filenya udah ngeluh, itu kan game jadul.


Mana mungkin sebagus sekarang pembuatannya”

31
“Iya juga sih.”

“Lu anak teknik informatika, harusnya lu bisa mecahin


hal sepele seperti ini.”

“Gua masih semester lima, masih kurang pengetahuan.”

“Dah coba pecahin dulu, anggap aja lu belajar menjadi


seperti gue” Dengan nada agak sedikit sombong.

“Menjadi problem solver kayak lu itu membosankan,


kerja kalau ada masalah doang.”

“Menyelesaikan masalah tanpa masalah.”

“Salam pegadaian.” Kemudian mereka tertawa bersama


– sama sambil mencoba menghabiskan makanan yang tersisa.

Ada banyak cara menikmati hidup. Contoh seperti bibi


yang sedang bernyanyi – kadang diikuti tarian kecil -- sambil
menyiapkan makanan untuk makan siang. Terlihat lebih ceria
dari biasanya. Andi pulang membawa beberapa cemilan untuk
menemani bibi.

“Asik banget musiknya bi.”

32
“Eh udah pulang? Maaf ya bibi ga denger, apa musiknya
terlalu kencang?”

“Tidak apa kok bi. Setiap manusia kan punya caranya


sendiri kok menikmati hidup. Kakak belum pulang ya bi?”

“Belum nak”

“Andi sudah makan bi barusan. Mungkin Andi ga ikut


makan siang, nanti Andi ambil sendiri kalau lapar bi”

Segera berjalan menuju kamar tanpa menghiraukan


suara bibinya yang tidak terlalu terdengar. Tidak langsung
kembali ke game tersebut. Andi memilih untuk berbaring
melepas lelah. Berharap bisa diterima kembali ke alam mimpi.

Cukup lama tertidur. Ia kemudian di ganggu oleh suara


dering ponselnya (lagi). Kali ini dari teman kampusnya.

“Yaa, Sonia, ada apa?” Ujarnya yang masih belum


terhubung kedunia nyata.

“Lo lagi tidur? Maaf ya ganggu tidur lo”

“Ga papa kali, santai aja”

33
“Makasih. Besok jemput gua ya kekampus, orang tua
gua besok ada urusan mendadak. Jadi ga ada yg bisa nganter
kekampus. Besok ujian tauu” Keluhnya sedikit memohon.

“Yaudah besok gua jemput, lu jangan telat. Males gua


nunggu lu dandan”

“Iya siap. Makasih ya, Lutfi”

Hanya dia seorang yang menggunakan nama belakang


Andi sebagai panggilan. Katanya sih biar beda aja.

Andi sudah berada didepan layar komputernya setelah


mengetahui bahwa sudah hampir jam empat sore. Jika Avril
pulang, kemungkinan ia tidak bisa bermain dengan komputer
dan akan dialihkan membantu pekerjaan bibi dirumah. Jika
tidak, Avril akan mengomelinya. Omelan yang tidak bisa
dibantah oleh siapapun dirumah ini, karena ia yang menghidupi
keluarga ini. Demi kenyamanan bersama. Andi kadang
membantu membereskan rumah dahulu sebelum ke kamar –
kecuali jika Avril tidak berada dirumah, ia akan bebas
melakukannya kapanpun. Padahal bibi tidak keberatan jika
Andi tidak membantu. Tapi apa daya, sebagai kakak yang baik,
ia pasti tidak ingin memiliki adik yang pemalas.

34
Andi dengan mudah menemukan folder dimana seluruh
script diletakkan. Dengan mudahnya pula ia membuka file
tersebut. File tersebut menggunakan bahasa pemograman Ruby.
Bahasa yang umum digunakan dalam dunia game dan yang
pasti, Andi sudah memperlajarinya saat masa sekolah dulu.

Karena terlalu banyak file, ini mungkin akan memakan


waktu Andi – memeriksa satu persatu file hingga ia menemukan
script algortima yang ia cari.

“Lumayan banyak, mau search tapi ga tau kode


awalannya. Haruskan cari satu – satu? Satu file aja udah hampir
sepuluh ribu kata. Hmm…” Ujarnya dengan sedikit rasa malas
karena nama filenya tidak beraturan. Tidak tampak kode
tertentu untuk menjelaskan urutan file. Hanya programmer dan
tuhan yang tau urutannya.

Seiring waktu berjalan, Andi menyalin beberapa script


yang disinyalir itulah script yang digunakan. Belum
mempelajari lebih lanjut, hanya berpikir kemungkinan. Dari
beberapa script yang diambil, ia memfilter lagi script tersebut
hingga hanya tinggal tiga script. Andi bermain game dari awal,

35
hanya untuk mencocokkan script mana yang sudah digunakan
atau belum.

Tidak butuh waktu lama, ia menemukan satu script yang


cocok. Disitu berisikan penjabaran algoritma. Ada tujuh belas
sub-script algortima yang menandakan jumlah pijakan yang
harus andi tempuh. Arah horizontal terdapat sembilan baris
pijakan dan untuk arah vertikal, ternyata hanya ada sepuluh
baris pijakan – total sembilan puluh pijakan. Ia menjabarkan
algoritma tersebut kedalam sebuah gambar tangan. Hasilnya,
bentuk pijakan tersebut membentuk huruf ‘A’ – terlihat sedikit
mirip. Dimulai dengan pijakan pertama dibarisan pertama
kolom ke lima dan berakhir dibarisan terakhir kolom ke empat.
Untuk membentuk huruf tersebut, ternyata ia harus berputar
balik sesuai barisan algoritma yang dijabarkan. Inilah alasan
kenapa ia tidak bisa kembali ke pijakan sebelumnya.

Belum sempat mencoba kedalam game, ia sudah


kedatangan tamu, Avril. Meminta tolong membantu bibi
membereskan rumah dan membantu membuat sajian makan
malam. Sudah jam enam sore ternyata.

--------------

36
“Jadi lo mau ambil jurusan apa?”

“Teknik Informatika, biar sama dengan ayah.”

“Lo yakin? Kenapa ga ambil jurusan lain?”

“Iya gua yakin” Tatapan keyakinan.

“Lo harus tau resikonya. Umur lo bakal terbuang lama


dikampus kalau lo ga serius dan gua ga mau biayain kuliah lo
lebih dari empat tahun. Gua butuh biaya buat masa depan juga.”

Andi teringat masa itu. Sekarang sudah smester lima,


sudah banyak masalah yang dibuat oleh Andi dikampus.
Tampaknya ia akan berlama dikampus jika masih terus begini.
Belum lagi ancaman biaya kampus diberikan sang kakak hanya
empat tahun. Seterusnya ia akan mencari uang sendiri? Tapi ia
masih percaya, kakaknya tidak sekejam itu.

Lamunan Andi terhenti ketika melihat layar ponselnya


bernyala, pesan dari Sonia. Memberitahu bahwa jadwal ujian
besok dipercepat hingga pukul tujuh pagi. Andi cuek. Membalas
dengan emoticon jari jempol.

37
Saat ini ia sedang beristirahat diruang keluarga,
mendengarkan sang kakak bercerita sambil memberi asupan
nutrisi untuk otakknya. Tidak bisa dicerna karena terlalu pahit.
Membosankan.

“Kak, minta duit dong. Kopi gua abis.” Celotehnya


memutuskan aliran asupan nutrisi.

“Tar gua beliin aja, gua juga mau keluar” Ujarnya


saambil melihat ponsel.

Ketika Avril sedang bersiap – siap untuk pergi, Andi pun


bersiap – siap untuk kembali memainkan game. Ia harus
menyelesaikannya hari ini. Tanpa terkecuali.

Setelah mengimplementasikan script alrogitma yang


tadi ia gambar kedalam game. Ia berhasil sampai ke seberang
jalan dan menemukan rumah tak bertapak. Rumah itu
mengawang lumayan tinggi. Dengan bantuan sebuah tuas
dipojok kanan yang ketika digerakkan, kita akan langsung
berada didepan rumah tersebut. Dengan begini, mungkin ia
telah menyelesaikan seluruh misi. Kembali menampilkan
sebuah cerita.

38
Ternyata belum berakhir. Diakhir cerita menceritakan
bahwa mereka harus mengambil alih kerajaan dengan
menyelamatkan sang raja terlebih dahulu. Ini adalah misi
terakhir. Terlihat dari judul misi bagian atas yang bertuliskan
‘Misi Terakhir, Selamatkan Kerajaan!’.

Andi sedikit senang dan lebih banyak kesal. Bagimana


tidak, papan misi tersebut tidak terdapat tulisan apapun selain
judul itu. Terlebih lagi tidak ada petunjuk arah atau apapun
untuk menyelamatkan kerajaan.

“Haruskah kembali membongkar file lagi? Sungguh


menjengkelkan”. Gumamnya sambil kembali melihat lihat file
script game tersebut. Kali ini tidak mencari file script algoritma,
tetapi mencari file script yang menampilkan papan misi. Ia
penasaran kenapa papan misi ini tidak berisi tulisan sama sekali.

Tidak menemukan apapun. Mencari di sekitar script


algoritma pun hasilnya nihil. Akan tetapi, untuk file – file map,
karakter, dan storyline – ditulis dalam sebuah file notepad --
sudah selesai semua bahkan template kredit akhir game juga
sudah siap. Aneh. Jika diperhatikan game ini belum selesai
keseluruhan – hanya tinggal misi terakhir. Satu – satunya jalan

39
adalah menyelesaikan scriptnya sesuai dengan storyline yang
tersedia jika ingin menyelesaikan game ini.

“Harus gitu menyelesaikan scriptnya? Tidak mungkin,


aku belum sanggup.” Andi menjadi pesimis walaupun ia sudah
mengetahui seluruh storyline game ini hingga akhir cerita.

Bagaimana bisa ia menyelesaikannya dengan


pengetahuan tentang algoritma yang masih seumur jagung.
Walaupun ia menyelesaikan algoritmanya sesuai dengan
storyline, lalu bagaimana menghubungkan scriptnya dengan
script yang lain -- script map contohnya. Pasti ada program atau
aplikasi khusus. Pesimis tapi belum menyerah.

Andi meminta Sarah untuk menghentikan seluruh


aktfitias malam ini. Ia hanya ingin tidur karena Sarah sudah
menginformasikan bahwa hari sudah berganti. Ia teringat bahwa
besok ada ujian jam tujuh pagi. Kali ini ia tetap tidur ditemani
dengan mimpi buruk.

40
Sonia Karin, ia sudah bersama Andi sejak masa sma
dulu. Kebetulan mereka bertemu difakultas yang sama di
kampus itu. Mereka sangat dekat. Kedekatan mereka pun
layaknya orang yang berpasangan. Kemana Andi pergi disekitar
kampus, pasti ada Sonia disampingnya. Tidak sedikit warga
kampus yang mengaggap mereka memiliki hubungan spesial.
Padahal faktanya, mereka hanya sepasang sahabat yang salah
satu dari mereka ada yang menyimpan rasa berharap lebih
kepada hubungan ini.

“Hey… Sedang mikirin apa? Sepertinya serius? Ga usah


terlalu dipikirin deh ujian yang tadi. Yang harus dipikirin tuh
skripsi lu nanti.” Andi tersadar ketika ada sebuah sebotol
minuman yogurt dingin yang menempel dipipinya. Minuman
yogurt ini adalah kesukaan mereka berdua.

“Sedang mikirin itu mbak – mbak arah jam delapan


badan gua. Memakai kemeja kotak – kotak yang sama persis
dengan kemeja lu pas pertama kali kita ketemu dikampus ini.”

“Yakali. Beda gitu motifnya.”

“Tapi warnanya sama kan?” Andi tertawa kecil dan


Sonia mencibir.

41
“Ngapain juga dipikirin ih. Ga penting banget.”

“Oh iya son, gua jadi teringat sesuatu gara – gara itu
kemeja. Dulu tugas ospek yang dikerjakan secara kelompok itu
lu bikin apa? Gua sih kemarin bikin website sederhana doang.”
Pada saat masa orientasi mahasiswa atau lebih dikenal dengan
ospek, para anggota BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa)
meminta seluruh mahasiswa baru membuat sesuatu yang sesusai
dengan fakultasnya masing – masing sebelum memasuki masa
aktif pembejalaran. Sebagai bentuk antusisas mahasiswa baru
terhadap jurusan yang mereka ambil.

Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik diminta melakukan


simulasi demo, kunjungan sosial ke kampung, dan membahas
sejarah negeri. Ga kalah ribetnya, fakultas yang dipegang Andi
dan Sonia diminta untuk membuat sebuah aplikasi atau situs
website, pengetesan sebuah website, dan jurnal teknologi yang
bakal terjadi dimasa depan. Pekerjaan ini bisa dilakukan secara
individu atau bekelompok.

Andi memilih individu, karena pada saat itu Sonia


berbeda tim dengan Andi. Sedangkan Andi menolak bergabung
dengan timnya dengan alasan tidak ada waktu berkumpul

42
karena kesibukan dirumah. Andi benci menghabiskan waktu di
warung kopi, setiap hari.

“Kelompok gua buat game kemarin, gua sih ga paham-


paham amat tapi gua yang bantu mikirin alur ceritanya.”

“Eh serius? Kok gue ga pernah tau ya ada yg bikin game


pada saat itu.”

“Lo aja habis persentasi langsung pulang, gimana mau


tau. Dan ya lagi pula kebetulan yang nonton dikit saat itu.”

“Kebetulan atau memang ga ada yg minat nonton?”


Andi tertawa menghina.

“Tapi memang gua harus akui bahwa penonton lu lebih


banyak dari pada kelompok gua. Padahal lu sendiri ya.”

Andi memilih diam sambil memikirkan sesuatu.

“Game yang lu buat itu gimana sih? Keren banget


pasti?”

“Kagak ah malah keliatan jadul sih.” Sambil


menunjukan sebuah foto dari ponselnya. Game tersebut

43
memiliki tampilan 2D yang terlihat hampir sama dengan game
yang sedang Andi mainkan.

“Masih ada gamenya? Pakai program apa, Son?”

“Ada sih seingat gua, cek aja di google drive gua. Nama
folder-nya kalau ga salah ‘Ratapan Hujan’. Disitu ada
penjelasan game nya mulai dari aplikasi dan bahasa yang
digunakan, flowchart, dan hasil implementasi.”

“Anak indie banget nih pasti. Hahaha ….”

Keduanya tertawa riang.

Pertama – tama Andi harus belajar ilmu algoritma,


setelah itu belajar bahasa pemrograman yang digunakan dan
lalu menyelesaikan dengan bantuan beberapa aplikasi yang
diberikan oleh sahabatnya tadi. Andi terkejut melihat game
buatan Sonia. Bukan karena tampilan atau storyline yang
menarik, akan tetapi karena isi dalam game tersebut memiliki
kerangka file yang sama dengan game milik Andi. Ini akan

44
mempermudah Andi menyelesaikanya. Hanya butuh sedikit
waktu untuk belajar.

“Gitu dong belajar. Jangan main sama Sarah terus.”


Sambil melempar sebuah kotak berisi kopi Gayo kesukaan
Andi.

“Padahal gua pesannya semalem, kenapa datangnya


baru sekarang.”

“Yee ngambek, gua semalam ga sempat jadi tadi pagi


sekalian beli pas nemenin bibi ke pasar.” Avril kemudian duduk
disamping Andi.

“By the way, lu belajar apaan dek?”

“Algoritma kak, lu kagak ngerti dah.”

“Sombong amet, pelajaran tentang perhitungan dan


penyelesaian suatu masalah yang ditulis secara berurutan kan?

“Kok lu tau?”

“Edgar kan anak teknik informatika. Gua paham dikit


pas bantuin dia nyelesain skripsi dulu.”

“Gua kira lo paham. Gua mau minta ajarin.”

45
“Mudah kok itu menurut gue.”

“Bagi lo mudah, bagi gue sulit kak.”

“Nanti jangan lupa bantu bibi masak untuk makan


malam” Avril mengalihkan pembicaraan kemudian keluar dari
kamar Andi.

Selepas makan malam, Andi lanjut belajar


menggunakan aplikasi pemograman Ruby. Ia pernah
menggunakan ini sebelumnya dikampus dan disekolah, tapi
hanya sekedar pengenalan bukan pendalaman. Ini mungkin
waktunya bagi Andi untuk melakukan pendalaman sebuah
bahasa pemograman pertama kali dalam hidupnya. Dengan
sedikit harapan semoga bisa membuat game yang lebih baik dari
ini atau mungkin menjadi bahan skripsi nanti. Angan – angan
yang melebar luas dikepala Andi.

Alarm berbunyi. Menandakan bahwa beberapa jam lagi


akan ada mata kuliah yang harus Andi lewati; jika tidak ingin
melihat Avril memarahinya. Ia ketiduran dengan buku yang
masih berada digenggamannya.

46
“Selamat pagi Andi, anda memiliki matakuliah
Pemrograman satu jam lagi, segeralah bersiap-siap.”

Dengan samar-samar ia mendengar suara assitennya


tersebut sambil bangun dan menelisik area dapur untuk
mengambil beberapa roti sebagai sarapan.

Suasana kampus terasa berbeda hari ini karena Sonia


tidak hadir dikarenakan sakit. Andi berniat menjenguknya
ketika sudah menyelesaikan seluruh matakuliah hari ini.

“Eh di, ini buku yang lo mau pinjam semalam kan?”


Menyerahkan sebuah buku tentang pelajaran pemograman ruby.

“Eh iya makasih ya, Rey. Besok lusa gua balikin deh ya”

“Emang lu buat apaan sih? Kan sekarang kita sedang


belajar Java”

“Ga ada, gua pengen belajar buat game nih.”

“Wihh, ntar kalua siap gua yang main duluan ya?”

“Lebih tepatnya mungkin setelah Sonia” Tertawa kecil

“Eh btw, Sonia kenapa ga masuk hari ini?”

47
“Biasalah, sakitnya kambuh. Gua belum sempat jenguk,
katanya masuk rumah sakit. Gua khawatir, tapi gimana ya, ini
masih ada matakuliah.”

“Lu sama Sonia tuh pacaran apa gimana sih? Sebegitu


khawatirnya lu sama dia?”

“Sahabat” Kemudian diam.

“Sebagai seorang sahabat ya tidak salah dong khawatir


dengan sahabatnya? Ya gak?” Andi melanjutkan.

“Seperti bukan sahabat, gua sih mengikuti kabar kampus


aja, kalau katanya kalian itu pacaran.”

“Udahlah bro ga usah dipikirkan, biarkan saja mereka


berimajinasi. Faktanya kan lo udah tau. Yuk masuk, udah jam
nya nih” Sambil mengandeng bahu Rey dan memberi sedikit
rasa penasaran kepadanya.

Andi memiliki waktu luang yang cukup banyak selepas


kuliah –kurang lebih hampir enam jam. Ketika ia berniat ingin
menjenguk Sonia, keinginannya tersebut dipatahkan oleh orang
tua sonia yang menyarankan ia datang malam hari karena Sonia

48
sedang istirahat. Mungkin ini adalah waktu bagi Andi untuk
mencoba menyelesaikan game tersebut.

Seperti biasa, kopi kesukaan dan beberapa cemilan


sudah siap ditugaskan untuk menemani Andi. Dimulai dengan
menulis algoritma dalam bahasa ruby, ia tidak menemukan
kesulitan disini. Andi sudah merancang algoritmanya tadi ketika
di kampus. Walaupun sebenarnya ia tidak yakin ini bakal
berhasil.

Dilanjutkan dengan proses menggabungkan gambar


karakter, storyboard, chatboard, dan pemetaan. Semua itu
memang sudah ada didalam berkas, akan tetapi ia kesulitan
karena harus sesuai dengan alur cerita. Seperti pemetaan, ia
harus mendesiannya sendiri dan mengisi beberapa coding agar
peta tersebut bisa digunakan oleh karater. Ini cukup memakan
waktu Andi.

Diakhir dengan proses implementasi, Andi


menggabungkan seluruh algoritma dan desain visual yang sudah
selesai. Kemudian akan dilakukan pengecekan terhadap file-file
coding yang sudah ia selesaikan. Berjalan sempurna tanpa
masalah. Game pun dimulai secara otomatis.

49
Ini diluar dugaan Andi. Ia masih memiliki cukup waktu
kurang lebih dua jam – satu jam akan dihitung untuk bersiap-
siap dan membantu bibi seperti biasa. Sesegera mungkin ia
menyelesaikan game yang ia benci ini.

Sesuai ekspetasi, game selesai dengan jalan cerita yang


sudah terekam sendiri dikepalanya. Tetapi, ada hal yang tidak
membuat dirinya terfikir. Credit Game, yang biasa muncul
diakhir game jika kita sudah menyelesaikan game. Andi sama
sekali tidak pernah membuat coding untuk menampilkan hal ini,
bahkan ia tidak mengetahui bahwa hal ini ada didalam berkas
game.

Dijelaskan bahwa penulis cerita, pembuat game,


programmer, desian visual dan seluruh staff itu diisi oleh satu
orang yang bernama, Andi Luthfi. Diakhir kata ada ucapan
terimakasih untuk sang kakak dan kedua orang tuanya.
Sayangnya, ia tidak menemukan kapan game ini dibuat. Game
selesai dan kembali kehalaman utama. Andi meminta Sarah
untuk menghentikan seluruh aktivitasnya disini. Ia harus
membantu bibi dan bersiap – siap untuk menjenguk Sonia.
Walau sebenarnya, ia masih pernasaran kenapa namanya dan
keluarganya ada didalam Credit Game tersebut? Apa hanya

50
karena game itu mungkin hanya dituju olehnya? Itulah kenapa
game tersebut mempunyai credit yang sudah dibuat sebelum
dikirim. Untuk sementara hal itulah yang masih masuk dalam
logika Andi.

Atas lelah yang dilakukan, Andi berharap ada balasan.

51

Anda mungkin juga menyukai