Acc
Acc
PENDAHULUAN
Dewasa ini perkembangan dan perubahan zaman yang serba modern, menyebabkan nilai
luhur sebuah kehidupan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang patut dijaga dan dijunjung
tinggi oleh setiap orang. Dalam hidup berkeluarga pasangan suami istri juga cenderung
melakukan tindakan yang melunturkan nilai–nilai perkawinan. Hal ini dapat dilihat dalam
perkawinan itu sama-sama berhenti semarak, sebab disuramkan oleh poligami, malapetaka
perceraian, apa yang disebut percintaan bebas, dan cacat cedera lainnya. Selain itu cinta
perkawinan cukup sering dicemarkan oleh cinta diri, gila kenikmatan dan ulah cara yang
Poligami adalah perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa
lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan, hal ini bertolak belakang dengan salah satu
sifat hakiki dari perkawinan yaitu perkawinan yang unitas (satu). Yang dimaksud dengan
sifat unitas (satu) ialah perkawinan hanya terjadi antara satu pria dan satu wanita. Perkawinan
yang didasarkan pada kasih, kasih menyatukan suami-istri bukan lagi dua melainkan menjadi
satu. Penyerahan diri yang penuh, yang total hanya kepada satu orang, seperti Kristus yang
suami-istri satu sama lain tidak memberi tempat kepada orang ketiga. Sifat satu ini menuntut
kesetiaan suami-istri satu terhadap yang lainnya.2 Sifat hakiki dari perkawinan katolik yang
unitas (satu), tidak terlepas dari peran salah satu nilai perkawinan katolik yakni nilai
1
R.Hardawiryana, SJ, (Penterj), “Gaudium et Spes” , dalam Dokumen Konsisli Vatikan II (Jakarta: Dep.
Dokpen KWI - Obor, 1993), hal. 568.
Selanjutnya akan disingkat GS menyusul nomor artikelnya.
2
Eduardus Jebarus, Keluarga Sejahtera (Larantuka: SEKPAS Keuskupan Larantuka, 1993), hal.38
1
kesetiaan, karena cinta yang ideal dari pasangan suami istri adalah cinta yang bercirikan
kesetiaan, yang tidak tergantikan dan tidak terceraikan oleh apapun. Kesetiaan merupakan
dasar dari monogami dan kesetiaan itu sendiri tersirat dalam gagasan janji perkawinan: kasih-
setia dalam suka- duka, untung- malang, sehat sakit.3 Kesetiaan lebih berarti menyerahkan
diri kepada pasangan, selalu dan dalam segala situasi. Tetap Memperhatikan, demi
memecahkannnya. Kesetiaan tidak berubah oleh umur, keadaan fisik teman hidup , atau
keadaan lingkungan.
Percintaan bebas artinya hubungan pria dan wanita berdasarkan kemesraan, tanpa ikatan
adat atau hukum yang berlaku. Cinta diri, mengagumi diri sendiri sehingga menganggap
apapun yang dilakukan baik, walaupun hal ini bersifat merugikan ataupun menguntungkan
baik bagi diri sendiri ataupun orang lain, cinta diri yang berlebihan menyebabkan orang tidak
memperhatikan perasaan orang lain. Cacat cedera lain itu seperti perselingkuhan juga
melunturkan sifat dan nilai hakiki dari perkawinan, perselingkuhan terkait dengan perbuatan
yang tidak jujur dan menyeleweng terhadap pasangannya, perbuatan yang melanggar
kesepakatan atas kesetiaan hubungan seseorang. 4 Kesetiaan merupakan hal penting dalam
relasi suami-istri yang tidak boleh diabaikan dalam hidup berkeluarga. Dalam keluarga-
keluarga katolik, kesetiaan menjadi tolak ukur keutuhan sebuah perkawinan. Kesetiaan lebih
berat lagi diuji apabila pada saat-saat mengecewakan, masing-masing dari pasangan lari dari
kenyataan atau bahkan lari mencari orang lain. Seharusnya suami-istri berdialog, bertukar
pendapat untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Pasangan suami- istri juga tidak
mampu mengatasi kekecewaan dan kejengkelan dan tidak mampu memaafkan kesalahan
pasangan sehingga akhirnya memilih untuk berpisah. Kesibukan suami- istri, tidak terjalinnya
3
Piet Go, Hukum Perkawinan Gereja Katolik (Malang: Obita, 2005),hal.17
4
http://artikata diakses,2019/02/12
2
komunikasi yang baik, tidak ada waktu untuk berdoa bersama, masalah keuangan, hilangnya
timbulah rasa cemburu, dan kurangnya rasa keterbukaan terhadap pasangannya. Rasa nyaman
mulai menurun, ini yang menjadi alasan pasangan untuk mulai bertindak kearah yang negatif,
yang menyebabkan keutuhan suatu rumah tangga mengalami masalah atau mungkin berada
muda di Paroki Santa Perawan Maria La Sallate Lato. Berdasarkan data yang diambil dari
hasil pleno paroki Tahun 2018, ada Tujuh (7) pasangan suami-istri dengan usia perkawinan
yang masih belia, mengalami keretakan rumah tangga dalam hal ini berpisah ranjang atau
tidak hidup bersama lagi. Dari Tujuh pasangan yang tersebar di Enam (6) stasi, Stasi Lato ada
Dua pasangan suami-istri, dan pasangan ini berdomisili di lingkungan Santu Kristoforus yang
di tangani oleh Sie Keluarga Paroki Santa Perawan Maria La Sallate untuk menyelamatkan
hidup perkawinan pasangan suami-istri.5 Ada gejala yang muncul, yakni penghayatan nilai
perkawinan terkhususnya nilai kesetiaan mulai luntur. Sikap- sikap hidup seperti
perlahan- lahan mulai luntur. Ini menunjukkan bahwa nilai kesetiaan belum dihayati secara
utuh dalam kehidupan keluarga-keluarga katolik yang terancam keutuhannya. Kesadaran dan
penghayatan akan nilai kesetiaan adalah mutlak perlu sebagai suatu syarat demi keutuhan
sebuah keluarga. Memang kesetiaan suami istri bukanlah hal yang mudah untuk dijalankan
dan dihidupi, namun kesetiaan itu tetap merupakan nilai yang sangat penting dalam
perkawinan. Karena itu, penulis berasumsi bahwa hal ini dapat diatasi dengan cara
mengembalikan semangat penghayatan yang tepat dan benar tentang nilai kesetiaan dalam
5
Hasil Pleno Paroki, di Lato, Larantuka, Pada tanggal 13 Mei 2019.
3
perkawinan katolik. Lebih jauh, penulis berkehendak untuk mendalami masalah ini dalam
bentuk penelitian ilmiah. Penelitian ini berfokus pada penghayatan keluarga-keluarga muda
di Lingkungan Santu Kristoforus stasi Lato Paroki Santa Perawan Maria La Sallate Lato
terhadap nilai kesetiaan dalam perkawinan katolik. Keluarga muda dalam hal ini keluarga-
keluarga yang usia perkawinannya kurang lebih Sepuluh Tahun hidup berkeluarga.
menjadikan penelitian ilmiah ini sebagai sebuah karyai ilmiah berbentuk skripsi. Berdasarkan
realita, persoalan dan akar persoalan, secara defenitif, dan berdasarkan latar belakang yang
Bertolak dari latar belakang di atas, adapun rumusan masalah penelitian ini adalah :
bagaimana penghayatan pasangan suami-istri dengan usia perkawinan kurang lebih Sepuluh
Tahun terhadap nilai kesetiaan dalam perkawinan Katolik di lingkungan Santu Kristoforus
4
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu:
lebih Sepuluh Tahun terhadap nilai kesetiaan dalam perkawinan Katolik di lingkungan
Santu Kristoforus stasi Lato Paroki Santa Perawan Maria La Sallate Lato
2. Agar pasangan suami-istri dengan usia perkawinan kurang lebih Sepuluh Tahun di
lingkungan Santu Kristoforus stasi Lato Paroki Santa Perawan Maria La Sallate Lato
dapat menghayati nilai kesetiaan dalam kehidupan berumah tangga demi keutuhan
perkawinan Katolik
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka penelitian ini diharapkan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
5
Agar dapat menyiapkan para mahasiswa/i untuk menjadi agen pastoral yang
b) Bagi peneliti
perkawinan katolik
1. Asumsi dari penelitian ini adalah semakin baik penghayatan pasangan suami istri
tentang nilai kesetiaan dalam perkawinan katolik maka semakin baik kehidupan
jika kurangnya pengahayatan pasangan suami istri tentang nilai kesetiaan dalam
sepuluh (10) tahun di Lingkungan Santu Kristoforus stasi Lato Paroki Santa
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.KESETIAAN
Kata kesetiaan berasal dari kata dasar setia yang berarti: (1) patuh; taat, (2)
tetap dan teguh hati, (3) berpegang teguh.6 Kesetiaan merupakan sikap manusia yang
harus menghadapi kesulitan yang rumit, namun masih mempertahankan arti, peranan
pertanggungjawaban yang tetap dan terus menerus. Kesetian adalah tanda bukti kasih
yang tidak mudah luntur oleh kesulitan hidup. 7 Kesetiaan adalah kebajikan yang
membuat seorang pribadi teguh memegang kata- kata dan janjinya, dan tidak
kata dan perbuatannya. Kesetiaan terutama terbukti di dalam pemenuhan janji yang
diucapkan seseorang. Kesetiaan terhadap Allah tentu saja mencakup dan menuntut
pula tuntutan agar hubungan itu terbentuk oleh kesetiaan, seperti kesetiaan anak atau
orangtua, suami atau teman. Gereja terutama menilai tinggi kesetiaan pernikahan,
imamat dan kaul kebiaraan.9 Ciri terpenting kesetiaan adalah seorang pribadi dapat
dipercayai dalam tindakan. Kesetiaan dengan hubungan dengan orang lain merupakan
6
Tim Penulis, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai Pustaka, 1999), hal. 832
7
St. Darmawijaya, Kesetiaan Suatu Tantangan, ( Yogyakarta: Kanisius, 1989), hal. 46
8
Alex Armanjaya (eds.), Etika Kristiani, Kewajiban Moral Dalam Hidup Pribadi, vol. III
(Maumere:Ledalero,2003), hal. 215
9
Ibid, hal. 216
7
landasan hakiki tumbuhnya rasa saling percaya dan jaminan pribadi dan sosial. Untuk
masyarakat.
perkawinan itu tetap berlangsung. “Nilai kesetiaan akibat dari penyerahan diri
dalamnya suami dan istri saling memberi diri. Pasangan suami istri, dalam janji
menerima engkau sebagai istriku/ suamiku, aku berjanji setia padamu, dalam suka-
duka, dalam keadaan sehat dan sakit, sampai kematian memisahkan kita, aku mau
Terimalah cincin ini sebagai lambang kasih-setiaku, dalam Nama Bapa dan Putra dan
Roh Kudu”. 10 Kesetiaan merupakan hal yang sangat penting dan merupakan dasar
dari perkawinan katolik. Titik tolak dari kesetiaan adalah sifat dari perkawinan itu
sendiri. Dengan kesetiaan maka terbentuk kesatuan suami-istri yang tak terceraikan.
Kesetiaan juga bukanlah sesuatu yang baru ditambah dari luar atau hanya sekedar
persyaratan semata, melainkan sudah melekat erat pada perkawinan itu sendiri.
Kesetiaan itu terbangun di atas janji yang diucapkan dalam upacara pernikahan.
Pasangan suami-istri harus setia pada janji perkawinan untuk tetap saling mencintai
sampai akhir hidup. Dalam untung dan malang, keadaan sakit atau sehat, dalam
Ungkapan janji perkawinan tidak sekedar janji belaka, karena janji perkawinan
katolik tidak dilihat sebagai janji antara pasangan suami-istri, namun janji pasangan
10
Piet Go, Op.Cit., hal. 9
8
suami- istri dengan Tuhan, yang di percaya sebagai pemersatu hubungan suami istri.
Allah yang telah menganugerahkan hubungan pasangan suami dan istri, seperti yang
tersirat dalam Kitab Kejadian yang berbunyi: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang
diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kej 2:
18), pria dan perempuan diciptakan menurut gambaran Allah dan diperuntukkan satu
sama lain, saling membutuhkan, saling melengkapi, saling memperkaya. [....] menjadi
“ satu daging” (Kej 2: 24).11 Pasangan suami-istri jika di dalam hidup berkeluarga
pasangan suami- istri dapat dianggap sebagai orang yang tidak setia karena pasangan
suami-istri telah di teguhkan oleh Allah sendiri melalui sakramen perkawinan. Dalam
upaya menjaga keutuhan dan keharmonisan dalam pekawinan itu maka suami-istri
harus berpegang teguh pada janji perkawinan untuk saling setia, sehidup semati
KATOLIK
Kasih setia Allah kepada umat pilihan-Nya selalu menjadi titik pangkal
refleksi iman bangsa Israel.Berbagai peristiwa yang dialami oleh bangsa Israel,
teruatam keluar dari perbudakan dan penindasan di Mesir, selalu menjadi tanda
kehadiran Allah yang menyelamatkan. Walaupun Israel sering jatuh dalam dosa,
namun Allah tetap setia dan karena kesetiaan-Nya bangsa Israel diselamatkan. Para
nabi dan para bijak berulang kali menggambarkan hubungan kasih setia Allah,
11
Ibid.
9
dengan menggunakan gambaran hubungan kasih setia suami-istri. Yehezkiel
istri yang tidak setia kepada Allah (Yeh 16:1-63). 12 Allah digambarkan sebagai
(Yerusalem) sebagai anak yatim yang diterlantarkan oleh orangtua dan sanak
ketika Yerusalem tumbuh menjadi dewasa Allah kembali lagi dan menikahi kota
justru telah menyesatkan kota itu. Yerusalem bersundal dengan orang-orang yang
lewat, ia merenggangkan pahanya bagi siapa saja, termasuk orang Mesir, Asyur, dan
Babel. Ia merayu dan membayar para pecinta untuk datang kepadanya. Demikianlah
Yerusalem melacurkan dirinya dan berlaku tidak setia kepada Allah, suaminya. 13
Walaupun Israel (sang istri) berlaku tidak setia dengan melacurkan dirinya, namun
Allah (suami Israel) tetap setia kepada Israel.Allah mengadakan kembali perjanjian-
Nya dengan Yerusalem (Yeh 16;62-63). Dengan kemurahan yang melimpah, Allah
memaafkan Yerusalem.14 Demikian Allah tetap mencintai Israel dan berlaku setia
Kitab Nabi Hosea, yang mempunyai bukti asli tentang realitas ganda ini dalam
12
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab (Jakarta: 2009), hal. 906-907
13
Dianne Bergant dan Robert J.Karris, (edit), Tafsir Alkitab Pejanjian Lama, diterjemahkan oleh
A.S.Hadiwiyata, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), hal. 599
14
Ibid
10
perzinahan. Hosea diperintahkan oleh Yahwe untuk membujuknya dan membawa
dialami oleh Hosea menjadi simbol dari relasi kasih setia Allah kepada umat-Nya.
Kasih setia Allah menjadi titik tolak refleksi iman tentang kesetiaan suami-istri,
Allah dengan kasih-Nya yang tidak terbatas dan total akan selalu mengampuni
dikasihi-Nya, tetapi dalam segala peristiwa akhirnya kesetiaan Allah itu selalu
Lambang cinta kasih Allah kepada umat-Nya diteruskan dalam relasi Yesus
dengan sangat mendalam oleh Santu Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus
perkawinan itu sebagai lambang cinta kasih Kristus kepada Gereja-Nya. Relasi
suami-istri harus selalu mengacu pada gambaran kasih setia Kristus kepada Gereja-
15
Maurice Eminiyan , Sj, Teologi Keluarga, (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hal. 69
16
Ibid.
11
Nya. Karena itu ada dua pola yang selalu digunakan Santu Paulus untuk
menggambarkan pola relasi tersebut. Pola pertama digunakan untuk menunjuk apa
yang seharusnya dibuat oleh seorang istri: “karena itu sebagaimana jemaat tunduk
kepada Kristus demikian jugalah istri kepada suami dalam segala sesuatu (Efesus
5:24)”. Pola kedua digunakan untuk menunujuk kepada tugas dan peran seorang
suami: “hai suami, kasihanilah istrimu sebagaiman Kristus telah mengasihi jemaat
dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (Efesus 5:25), demikian juga suami harus
mengasihi istrinya sama seperti tubuhnya sendiri (Efesus 5:28)”.17 Seperti Kristus
adalah kepala Gereja , demikian pula suami adalah kepala dari istrinya. Gereja taat
kepada Kristus, demikian juga seorang istri taaat sepenuhnya kepada suaminya.
Seperti Kristus mengasihi Gereja dan memberikan diri sepenuhnya kepada Gereja,
demikian pula seoarang suami harus mengasihi istrinya. Maka, setiap suami
didorong untuk mengasihi istrinya dan istri dinasihati untuk hormat dan taat
terhadap suaminya.
menerangkan kekayaan relasi pria dan wanita dalam perkawinan sebagai simbol
relasi Kristus dengan Gereja-Nya. Gereja sebagai umat Allah, termasuk di dalamnya
suami-istri sebagai bagian dari umat Allah. Relasi cinta kasih antara suami-istri
dilihat sebagai relasi cinta kasih Kristus Kepada Gereja-Nya, yang tidak lain adalah
suami-istri itu sendiri. 18 Kesetian Kristus inilah yang menjadi model atau dasar
kesetiaan suami-istri dalam membina sebuah keluarga. Dengan kata lain, melalui
17
Dianne Bergant dan Robert J.Karris,Op.Cit., hal. 349
18
Robert Mirsel, Pasanganku seoarang Katolik: Sebuah Inspirasi Bagi Pangan Kawin Campur Katolik-Non
Katolik, (Maumere: LPBAJ, 2001), hal. 100
12
2.2.2. Kesetiaan Perkawinan Dalam Magisterium
kesatuan cinta”.19 Dalam arti ini, Konsili menekankan pemberian atau penyerahan diri
seutuhnya. Karena itu, perkawinan tidak dilihat sebagai satu kesatuan antara dua
badan (tubuh), melainkan satu kesatuan antara dua pribadi. Cinta kasih suami-istri
menerima pengakuan sebagai unsur yang harus ada dalam hidup perkawinan yang
otentik. Cinta kasih suami-istri itu dipandang sebagai dasar dari perkawinan. Cinta
kasih itu adalah suatu yang sangat manusiawi karena berasal dari seoarang pribadi
kepada pribadi yang lain melalui suatu dorongan kehendak yang bebas. Kesejahteraan
seluruh pribadi tercakup di dalam pengungkapan cinta kasih itu.20 Konsili menyadari
sepenuhnya bahwa dewasa ini martabat luhur perkawinan oleh poligami, perceraian,
hedonisme, cinta diri dan praktek kontrasepsi. 21 Di samping itu, pengguguran atau
aborsi dan pembunuhan anak melecehkan martabat manusia 22 dan berdampak pada
Kristen mengenai keluhuran dan kesucian perkawinan. Umat Kristen dihimbau untuk
Dalam Ensiklik Human Vitae yang dikeluarkan oleh Paus Paulus VI ( 25 Juli
1968), menyoroti pentingnya unsur cinta suami-istri yang bersifat manusiawi penuh
19
Josep Martos, Perkawinan, Seri Sakramen-Sakramen Gereja, (Jakarta: Obor, 1997), hal.16
20
GS, Art.49
21
GS,Art. 47
22
GS, Art. 51
23
GS, Art. 52
13
(full human), utuh (total), setia dan eksklusif, subur dan membuahkan (fruit full).24
Penyerahan diri secara total ini menunjukan bahwa, penyerahan diri sepenuhnya
kepada pasangan, dan hanya kepada pasangannya, setia menunjukan suatu sikap
untuk tidak melakukan suatu perbuatan yang menyeleweng dari komitmen dan janji
segenap hati saling berbagi kasih (sharing kasih) bukan karena apa yang diperoleh
tetapi demi pribadi itu sendiri. Cinta mereka itu adalah setia dan ekslusif. Kesetiaan
itu selaras dengan hakikat perkawinan, bahkan merupakan sumber kebahagiaan yang
hidup antara suami-istri yang dibangun atas dasar perjanjian dan kasih yang
dalam keunikannnya. Menurut Paus Yohanes Paulus II, suami-istri dipanggil kedalam
persekutuan hidup yang penuh dan menyeluruh berkat perkawinannya dalam arti
kodrati dan bahkan lebih lagi, berkat perkawinannya diangkat menjadi sakramen.
Dalam persekutuan hidup ini, suami-istri saling memberi diri atas dasar cinta kasih
satu sama lain. Tugas utamanya ialah menghidupi realiatas kebersamaan itu dengan
penuh cinta dan dengan seluruh keberadaannya turut serta membangun komunitas
pribadi-pribadi yang saling mencintai satu sama lain. 26 Paus Yohanes Paulus II
menegaskan bahwa “manusia diciptakan karena cinta dan diutus untuk mencintai.
24
Benyamin Yosef Bria, Pastoral Perkawinan Gereja Katolik Menurut Kitab Hukum Kanonik 1983: Kajian
Dan Penerapannya, (Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama, 2007), hal. 37-38
25
Al. Purawa Hadiwardoyo, Perkawinan Dalam Tradisi Katolik, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), hal. 29
26
Yohanes Paulus II, “Familiar Consortio”, Anjuran Apostolik (22 November 1981), dalam Seri Dokumen
Gerejawi 30 (Jakarta: Dapertemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, 2005), No. 10
Selanjutnya akan disingkat FC menyusul nomor artikelnya.
14
secara penuh dan total, baik secara jasmaniah maupun batiniah, sebagai perwujudan
cinta antara Allah dan umat-Nya, perjanjian kasih yang setia. Maka ketidaksetiaan
suami-istri tidak cocok dengan hakikatnya sebagai simbol kesetiaan cinta Allah”.27
gugat oleh suami-istri.Itu merupakan akibat dari penyerahan diri dalamnya suami istri
saling memberi diri. Cinta itu sifatnya defenitif.Ia tidak bisa berlaku hanya “untuk
sementara”. “Sebagaimana saling serah diri antara dua pribadi, begitu pula
menjadikan tidak terceraikannya kesatuan mereka mutlak perlu” (GS. 48, 1). 28
Kesatuan suami-istri merupakan kesatuan yang tidak dapat terceraikan oleh apapun.
Saling serah diri sepenuhnya, yang menuntut kesetiaan suami-istri. Kesetiaan suami-
istri juga memberi hikmah pada kesejahteraan anak-anak. Kesetiaan sebagai suatu
perkawinan, pasangan suami-istri telah mengikat janji antara mereka dengan Allah.
Suatu janji yang menuntut suami-istri untuk mewartakan kebaikan Allah, yang telah
mempersatukan suami-istri.
Dalam bagian ini penulis akan menguraikan tentang beberapa problem aktual
27
FC., No. 11
28
KGK.,No. 1646
15
masalah yang diangkat oleh penulis bertujuan untuk menampilkan pengaruhnya
terhadap penghayatan nilai kesetiaan dalam hidup perkawinan suami-istri itu sendiri.
terhadap nilai luhur dari perkawinan itu sendiri. Ini adalah salah satu tantangan paling
nyata dengan kata lain dapat dikatakan bahwa telah terjadi kemerosotan dalam
penghayatan nilai perkawinan. Berkaitan dengan fakta kemerosotan ini, maka dapat
dilihat dalan ajaran iman Gereja yang dinyatakan dalam Konstitusi Pastoral Gereja,
Gaudium et Spes.
et Spes di atas, dapat dikatakan bahwa keluarga-keluarga Kristiani juga tidak luput
dari persoalan ini. Terdapat begitu banyak keluarga kristiani yang mengalami
secara utuh terhadap pasangan hidup. Tentu ada begitu banyak hal yang bisa
perkawinan.Namun dalam bagian ini penulis hanya akan mengangkat tiga fenomena
29
GS., Art, 47.
16
2.3.1. Perselingkuhan
Dalam zaman modern ini, masyarakat dihadapkan pada suatu keadaan dan
pasangan hidup yang telah terpilih. Selain persoalan bosan terhadap pasangan, ada
juga persoalan lain yang juga menyebabkan perselingkuhan terjadi. Sebut saja,
pasangan hidup, sifat atau kebiasaan selalu ingin mencoba sesuatu yang baru dan
adanya dan adanya dorongan seksual yang besar yang tidak bisa dipenuhi oleh
pasangan.30
2.3.2. Perceraian
Sudah pasti bahwa setiap pasangan suami-istri tidak ingin agar hidup
membangun hidup berumah tangga yang penuh dengan kebahagiaan. Namun dalam
kenyataan yang terjadi saat ini ialah ada sekian banyak pasangan suami-isti yang
karena tidak dapat mewujudkan kebahagiaan itu kemudian memilih jalan lain dengan
Katolik. Di situ di tulis: dalam banyak negara, dewasa ini terdapat banyak orang
Katolik yang meminta perseraian menurut hukum sipil dan mengadakan perkawinan
Perceraian tidak terjadi dengan sendirnya. Tentu ada sesuatu yang menjadi
penyebab dibalik peristiwa perceraian itu. Penyebab perceraian terdiri dari banyak
30
Albert J. smith, Sungguh Aku Cinta Kamu, (Ende: Ndeusa Indah, 1991), hal. 25.
31
KGK.,No. 1650.
17
segi. Perceraian dalam keluarga biasanya berawal dari suatu konflik antara anggota
keluarga. Bila konflik ini sampai pada titik di mana sikap ego lebih dimunculkan,
maka peristiwa perceraian itu sudah berada di depan mata. Penyebab lain terjadi
tuntutan hidup dalam dunia dewasa ini menyebabkan suami-istri itu hidup terpisah.
Karena tuntutan tugas salah satu dari pasangan, entah itu suami atau istri, maka
suami-istri harus tinggal terpisah dalam jangka waktu tertentu. Dalam situasi seperti
ini, maka masing-masing dapat merasa kesepian dan seperti seakan-akan tidak
diperhatikan oleh pasangannya. Dalam keadaan sperti itu bisa saja istri atau suami
berkomunikasi satu sama lain, tidak dewasa dalam tindakan, sikap dan ucapan, sering
dan tidak menghargai pasangan. Dapat juga di sebutkan faktor lain yang menjadi
penyebab terjadinya perceraian, yaitu faktor ekonomi, relasi dengan orang lain,
perkawinan yang tidak dilandasi rasa cinta, kemandulan, beda agama dan kurangnya
yang sangat besar. Orang tidak lagi menghargai keluhuran martabat perkawinan.,
adalah hidup bersama pria dan wanita sebagaimana layaknya suami istri, diakui di
32
Tonci R. salawaney, Apakah Rumah Tangga Kamu Bahagia?, (Bandung: Lembaga Literatur Babtis, 1998),
hal. 73.
33
Anonim, Problem Perkawinan, (Yogyakarta: Kanisius, 1982), hal.9.
18
muka umum, namun tanpa ikatan atau pengakuan publik oleh lembaga sosial dan
keagamaan.34 Pria dan wanita memilih untuk memulai hidup bersama secara diam-
diam dan membiarkan kedaan itu berlangsung untuk waktu yang tidak terbatas.
Dalam konteks masyarakat Indonesia, kita mengenai istilah yang menunjuk pada
bentuk hidup seperti itu, yaitu kumpul kebo.Istilah tersebut menunjuk pada fakta
hidup bersama pria dan wanita sebagaimana layaknya suami-istri.Sama seperti kerbau
yang berkumpul dan melakukan kawin-mawin tanpa upacara tertentu, demikian juga
pria dan wanita yang de facto memilih hidup bersama sebagimana layaknya suami-
terjadinya hidup bersama de facto itu. Misalnya alasan keadaan terpakasa karena
kesuliatan di bidang ekonomi. Biasanya pria dan wanita yang hidup bersama model
ini memberi alasan bahwa jika keduanya menikah dengan cara biasa, akan mengalami
kerugian ( karena mas kawin yang terlalu mahal). Atau akan mengalami diskriminasi
(karena pindah agama), atau akan ditolak menjadi anggota suku. Ada yang memilih
cara hidup itu karena menolak semua bentuk campur tangan masyarakat dan agama
dalam hal kehidupan pribadi. Pasangan ini melawan tatanan sosial dan politik serta
agama yang mencampuri urusan pribadi. Sebagian lagi memutuskan untuk hidup
bersama de facto karena mengalami situasi yang tidak adil yang menghalangi
keduanya untuk menikah secara normal. 35 Apapun alasan yang diberikan, hidup
bersama pria dan wanita seperti itu justru menjungkirbalikan nilai perkawinan.
Konsekuensi sosial yang ditimbulkannya juga tidak kecil. Konsep tentang keluarga
34
FC.,No. 81
35
FC., N o. 81
19
menjadi hancur, melemahkan rasa kesetiaan dan komitmen pada hal-hal yang serius
PERKAWINAN KATOLIK
“Menjaga dan memelihara kesetiaan antara dua orang yang berbeda merupakan hal
yang tidak mudah, apalagi hidup di tengah semua tawaran yang menarik. […]. Untuk
1. Komitmen terhadap janji-janji perkawinan. Suci sampai dialtar, setia sampai mati.
2. Perlu sekali membangun hidup doa karena dalam doa ada kesadaran akan tugas dan
tanggung jawab serta komitmen sebagai suami- istri dan sebagai orang tua bagi anak-
anak
3. Perlu ada keseimbangan hidup antara rohani dan jasmani. Nikmatilah hidup dengan
4. Bila ada tantangan yang menyerang kesetiaan dalam hidup perkawinan, perlu adanya
saling keterbukaan, sharing dan mintalah pendapat satu sama lain untuk memecahkan
mengenal satu sama lain dan hindarilah diri dari pihak ketiga yang menjadi sumber
36
Ibid
37
Keuskupan Agung Kupang, Kursus Persiapan Perkawinan (KPP), (Kupang: Gita Kasih, 2006), hal. 50-51
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan penelitian
yang berdasarkan studi pustaka dan wawancara. Menurut Bogdan dan Taylor mendefenisikan
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis, atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.38
penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang realitas dan kehidupan nyata.
Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan tanya jawab (interview) yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan
Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti, yang
diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan pasangan suami-istri yang usia
perkawinan kurang lebih Sepuluh Tahun di lingkungan Santu Kristoforus stasi Lato
Data sekunder adalah data-data yang melengkapi data primer. Sumber data
sekunder dari hasil wawancara dengan ketua lingkungan Santu Kristoforus, ketua-
ketua KBG dan Pastor Paroki. Data yang terkumpul digunakan untuk mendapatkan
38
L.J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 4.
21
gambaran penghayatan nilai kesetiaan dalam perkawinan katolik di lingkungan Santu
Untuk memperoleh data yang tepat, relavan, dan sesuai dengan kebutuhan penelitian
ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan teknik wawancara dan instrumen
berbentuk pertanyaan
Tabel 3.1
Variabel, Indikator, dan banyaknya Data
VARIABEL INDIKATOR BANYAKNYA JUMLAH
berkeluarga
4. Saling 6,7,8 3
keterbukaan, sharing,
membangun dialog
39
L.J. Moleong, Op.Cit.,hal. 188-195
22
bersama tidak ada
menjadi sumber
perusuhan kesetiaan
dalam hidup
berkeluarga.
fleksibel. Jadi yang ada adalah petunjuk yang dapat dipakai tetapi bukan aturan. Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis yang dianjurkan oleh Miles
dan Huberment40 yang dibagi dalam tiga bagian yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Data yang diperoleh di lapangan dicatat secara teliti dan rinci. Oleh karena itu
peneliti perlu mereduksi data yang artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting sehingga memberikan gambaran yang jelas.
Berkaitan dengan ini fokus reduksi data pada penelitian ini berkisar pada
40
Sugiono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2013), hal.373
23
2. Data Display (Penyajian Data)
singkat. Paling sering digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif yang
Dalam penelitian ini, data yang disajikan adalah olahan data yang dihasilkan dari
wawancara dengan para informan yang berkisar pada penghayatan pasangan suami-
istri dengan usia perkawinan kurang lebih Sepuluh Tahun terhadap nilai kesetiaan
dalam perkawinan Katolik di lingkungan Santu Kristoforus stasi Lato Paroki Santa
Langkah ini adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hal ini merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini bisa berupa deskripsi
atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,
pengumpulan data, prosedur yang ditempuh peniliti adalah meminta ijin kepada Pastor Paroki
Santa Perawan Maria La Sallate Lato, ketua lingkungan Santu Kristoforus Lato , melakukan
41
Ibid., hal. 408.
42
Ibid., hal.412.
24
BAB IV
Paroki Santa Perawan Maria La Sallate Lato berdiri sebagai paroki mandiri
kecamatan Titehena, Flores Timur. Paroki ini terdiri dari enam (6) stasi yaitu:
b) Jumlah KBG : 2
b) Jumlah KBG : 8
b) Jumlah KBG : 12
25
6. Stasi Santu Hendrikus Waidang (Dusun Waidang, Desa Tenawahang)
b) Jumlah KBG: 8
26
d). Sie Kerawam Sos
e). Sie Pastoral Migran dan Perantuan, Gender dan Pemberdayaan Perempuan
b). Sie KS
a) Ambrosius Hera
a) Simon Setu
27
a). Sie Persekutuan
b) Marietha Krova
Tabel 4.1
Data KBG dan KK
Tahun
28
PINTU 5 21 2 26
SURGA
(KBG 1)
RUMAH 2 22 5 24
KENCANA
(KBG 2)
BUNDA 8 15 3 23
TAK
BERNODA
(KBG 3)
BINTANG 1 8 2 9
KEJORA
(KBG 4)
BUNDA _ 11 9 11
PEMBANTU
ABADI
(KBG 20)
93
Jumlah
29
Tabel 4.2
Data KK (Informan Utama)
Perkawinan
(Informan 1)
(KBG 2) (Informan 2)
(KBG 3) (Informan 3)
(KBG 4) (Informan 4)
ABADI Keray
Jumlah 5
30
4.2. HASIL PENELITIAN
teknik wawancara mendalam yang dilakukan pada lima pasangan suami-istri umat
Lingkungan Santu Kristoforus yang dilaksanakan pada tanggal 07 Mei 2019 sampai
dengan tanggal 17 Mei 2019. Hasil wawancara diuraikan dalam bentuk tabel seperti
di bawah ini:
Tabel 4.3
Hasil Wawancara
saling mendengarkan,
saling menghargai
3.Informan 3
membantu, berdoa
4. Informan 4
31
Selalu bersama-sama
Berdoa, mendukung,
mengecewakan pasangan
(berlaku jujur)
5. Informan 5
Berlaku setia,
membahagiakan
saling memaafkan
pasangan? 2. Informan 2
32
keluarga suami dan istri
3. Informan 3
setia (berselingkuh),
ke pihak pemerintahan
(surat pernyataan)
4. Informan 4
keterbukaan
5. Informan 5
bertanggung jawab ada waktu untuk berdoa Tidak ada waktu untuk
33
mengikuti doa bersama pribadi), berdoa di KBG
2. Informan 2
KBG kadang-kadang
(karena kecapean), ke
3. Informan 3
kadang-kadang tetapi
sama ke gereja
gereja)
4. Informan 4
34
(berdoa pribadi), berdoa di
ke gereja kadang-kadang
bersama
5. Informan 5
bersama anak-anak
bersama-sama berdoa di
ke gereja
35
depan anak? anak-anak, jika anak
kepada anak
2. Informan 2
Menyekolahkan anak-
anak, suami
bertanggungjawab
bertanggungjawab
memenuhi kebutuhan
bersikap memberikan
nasihat
3. Informan 3
menyekolahkan anak-
terhadap anak-anak
36
sehingga sering berbeda
anak-anak
4. Informan 4
pendidikan anak-anak,
bersama anak-anak),
selalu bersama-sama
anak-anak
5. Informan 5
Bersama-sama
anak-anak
(menyekolahkan anak-
perguruan tinggi),
pendidikan anak-anak,
bersama-sama memberi
nasihat
37
hidup berkeluarga bekerjasama dalam Selalu bersama-sama ke
kesekolah), bersama-sama
memelihara hewan
peliharaan
2. Informan 2
dengan pekerjaannya
(tukang kayu)
3. Informan 3
kebun (mente,kemiri),
kadang-kadang suami
menjaga anak-anak
4. Informan 4
Bersama-sama menjual
mengurus anak-anak
bapak, anak-anak
38
perempuan dengan ibu)
5. Informan 5
Bersama-sama
memelihara hewan
peliharaan, merawat
bunga), bersama-sama
pihak ketiga yang menjadi saling keterbukaan, istri ketika di ganggu oleh
2. Informan 2
(berselingkuh), istri
tanpa sepengetahuan
suami
3. Informan 3
39
(berselingkuh), istri
4. Informan 4
5. Informan 5
siswanya (melalui
kepada pasangannya,
tetap setia
40
untuk berdialog, saling Berdialog jika ada hal
dalam memimpin
masyarakat (dusun)
2. Informan 2
3. Informan 3
mabuk-mabukan karena
4. Informan 4
berdialog untuk
41
menasihati istri untuk
tidak menceritakan
5. Informan 5
berdialog walaupun
berjauhan, ketika
yang selalu di
sharingakan, istri
cara berpakaian
mempertahankan Memaafkan,
3. Informan 3
menghakimi,
memaafkan,berdoa
42
4. Informan 4
Saling mendengarkan,
memahami, bekerjasama,
mendukung, berdoa
5. Informan 5
Berdoa, mendukung,
saling percaya
4.1.2.Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik data reduction (
reduksi data) dan data display (Penyajian Data). Kedua teknik dipakai dalam memilih dan
mencari point-point penting yang dihasilkan dari proses pengumpulan data berupa
wawancara terstruktur. Analisis data dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini:
Data yang diperoleh di lapangan dicatat secara teliti dan rinci. Maka peneliti perlu
mereduksi data yang artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting sehingga memberikan gambaran yang jelas. Adapun hasil reduksi data
1. Apa saja yang dilakukan oleh suami-istri untuk tetap berkomitmen pada janji
perkawinan?
43
Tabel 4.3.1
Reduksi hasil wawancara pertanyaan 1
5. Berlaku setia,
terhadap pasangan?
Tabel 4.3.2
Reduksi hasil wawancara pertanyaan 2
1. Suami dan istri belum pernah berlaku tidak Keutuhan sebuah rumah tangga
2. Suami pernah berlaku tidak setia suami-istri itu sendiri. Jika pasangan
44
berpisah dari suami (tidak serumah) rumah tangga aman. Suami tidak
3. Suami pernah berlaku tidak setia setia terhadap istri, dan istri
Tabel 4.3.3
Reduksi hasil wawancara pertanyaan 3
2. Tidak ada waktu untuk berdoa bersama di waktu untuk berdoa bersama
bersama
45
5. Tidak ada waktu untuk berdoa bersama,
bersama-sama ke gereja
Tabel 4.3.4
Reduksi hasil wawancara pertanyaan 4
46
menabung uang untuk pendidikan anak-
Tabel 4.3.5
Reduksi hasil wawancara pertanyaan 5
anak
47
5. Bersama-sama memelihara hewan
Tabel 4.3.6
Reduksi hasil wawancara pertanyaan 6
3. Suami tidak bersikap terbuka terhadap istri sekecil apapun itu atau
48
Tabel 4.3.7
Reduksi hasil wawancara pertanyaan 7
3. Berdialog seperti biasa ketika ada hal yang tidak hanya untuk sesuatu
menasihati
49
8. Usaha–usaha apa yang dilakukan untuk menciptakan keharmonisan dalam
Tabel 4.3.8
Reduksi hasil wawancara pertanyaan 8
Penyajian data dan dilakukan dalam bentuk uraian singkat. Paling sering digunakan
adalah dengan teks yang bersifat naratif yang terorganisir, tersusun dalam pola hubungan
sehingga semakin mudah dipahami. Penyajian data dan verifikasi dapat di lihat dalam
50
4.3. PEMBAHASAN
menunjukkan bahwa semua informan mengerti dan memahami tentang janji perkawinan dan
sikap yang dilakuka untuk tetap berkomitmen pada janji perkawinan. Pasangan suami-istri
harus tetap bersama-sama dalam suka maupun duka, sehat maupun sakit. Seperti yang telah
dijabarkan oleh kelima informan bahwa sebagai pasangan suami-istri yang telah menerima
sakramen perkawinan pasangan suami-istri harus saling setia dalam suka maupun duka, susah
Berkaitan dengan saling setia, berdasarkan hasil wawancara terhadap kelima informan
hanya tiga informan saja yaitu informan pertama yang menjawab bahwa sampai dengan
sekarang, baik suami maupun istri saling setia, karena berusaha untuk bersikap jujur terhadap
pasangan.43 Informan empat mengatakan bahwa baik suami maupun istri, masih setia dengan
pasangannya, karena selalu ada keterbukaan diantara pasangan.44 Informan lima mengatakan
bahwa suami maupun istri sejak menikah, suami maupun istri tidak pernah berlaku tidak setia
dengan pasangan. 45 Ada dua informan yang tidak berlaku setia terhadap pasangannya.
Informan dua, istri mengatakan bahwa suami pernah berlaku tidak setia (berselingkuh) hal
ini yang menyebabkan istri merasa sakit hati dan memutuskan untuk berpisah. Istri tidak
dapat memberi maaf kepada suami yang telah berbuat salah. Suami mengatakan bahwa istri
kurang peduli dengan suami, hal ini yang menyebabkan suami untuk mencari seseorang yang
43
Hasil wawancara dengan Informan 1. Felix Jimi Kelore dan Natalia Dosantos Filiga, Jumad, 10/05/2019. Pkl
15.00.
44
Hasil wawancara dengan Informan 4. Simon Salu Kelen dan Lodia Lota Kaka, Selasa ,14/05/2019. Pkl 16.00.
45
Hasil wawancara dengan Informan 5. Wilhelmus Darang Weking dan Maria Magdalena L. Keray, Jumad,
17/05/2019. Pkl 15.00.
51
lebih peduli dengan dirinya.46 Informan tiga, suami mengatakan dengan jujur bahwa pernah
tidak setia terhadap istri. Namun hal ini tidak berlangsung lama, suami kembali kepada istri
dengan alasan tidak ingin menelantarkan anak-anak dan ingat akan janji perkawinan yang
keutuhan perkawinan dengan tetap berkomitmen pada janji perkawinan dengan selalu setia
dalam suka maupun duka, saling memaafkan jika pasangan berbuat salah dengan menerima
pasangan untuk hidup bersama lagi. Memberi kenyamanan, perhatian pada pasangan agar
Berkaitan dengan berdoa bersama, dari hasil wawancara lima informan ini
tidak ada waktu untuk berdoa di rumah. Informan lebih banyak berdoa pribadi.
informan ada satu informan yang tidak bersama-sama dalam bertanggung jawab
terhadap anak. Informan dua, suami bertanggung jawab terhadap empat anak dan istri
satu anak. Hal ini terjadi karena suami dan istri telah berpisah atau tidak serumah.48
46
Hasil wawancara dengan Informan 2. Wilhelmus Weruin dan Maria Linda Weking, Rabu, 15/05/2019,
Pkl 16.30.
47
Hasil wawancara dengan Informan 3. Rofinus Lewo Sogen dan Margaretha Yulita Liwu,
Minggu,12/05/2019, pkl 18.00
48
Hasil wawancara dengan Informan 2. Wilhelmus Weruin dan Maria Linda Weking, Rabu, 15/05/2019, Pkl
16.30
52
Pasangan suamu-istri disatukan oleh Allah melalui Sakramen Perkawinan.
Setelah menerima Sakramen, pasangan suami istri dituntut untuk mewartakan karya
keselamatan Allah dan tetap bersyukur, memuji Allah dan selalu berharap pada Allah
agar hidup keluarga pasangan suami-istri tetap aman, damai dan tak terceraikan oleh
manusia itu sendiri. Rasa syukur dan cinta pasangan suami istri ini dilihat dalam
kebersamaan untuk selalu ada waktu untuk berdoa bersama baik dirumah, di KBG
wawancara lima informan ada empat informan yang selalu bekerja bersama dalam
membantu untuk memanen hasil kebun untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
Bekerja bersama dalam hidup berkeluarga bukanlah hal yang sulit untuk
terasa ringan untuk diselesaiakan. Bekerja bersama dalam hidup berumah tangga baik
dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga maupun untuk mengurus anak-anak,
49
Hasil wawancara dengan lima informan, informan 1: Selalu bersama-sama ke kebun, suami membantu
istri mengurus anak-anak, bersama-sama memelihara hewan peliharaan
Informan 3: Bersama-sama memanen hasil kebun (mente,kemiri), kadang-kadang suami menjaga anak-anak
Informan 4: Bersama-sama menjual barang kios, kadang-kadang suami membantu istri masak, bersama-sama
mengurus anak-anak
Informan 5: Bersama-sama memelihara hewan peliharaan, merawat tanaman hias, bersama-sama mengurus
anak
50
Hasil wawancara dengan Informan 2. Wilhelmus Weruin dan Maria Linda Weking, Rabu, 15/05/2019, Pkl
16.30. Tidak bekerja bersama dalam hidup berkeluarga, istri sibuk denga urusan dapur, dan suami sibuk dengan
pekerjaannya (tukang kayu)
53
tidak baik jika pasangan suami-istri sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Bekerja bersama menunjukan bahwa pasangan suami-istri peduli dan tidak ingin
Bersama Dan Tidak Ada Pihak Ke Tiga 51Yang Menjadi Sumber Skandal
tidak ada pihak ketiga yang menjadi sumber skandal kesetiaan dalam hidup
berkeluarga. Dari hasil wawancara, informan satu, dua dan tiga suami tidak terbuka
terhadap istri. Informan satu, pernah diganggu oleh mantan kekasih dan sempat
bertemu, namun tidak terbuka kepada istri.52 Informan dua suami tidak terbuka dengan
istri ketika tidak setia, istri juga tidak berkata jujur ketika menjual barang perhiasan 53
informan tiga, suami tidak terbuka kepada istri ketika berselingkuh dengan wanita
lain54 sedangkan informan empat dan lima selalu bersikap terbuka antara suami dan
istri. Suami selalu terbuka dan meminta ijin kepada istri jika bepergian dari rumah
begitu juga istri. Ketika mengalami kesulitan atau masalah selalu terbuka kepada
pasangan.55
52
Hasil wawancara dengan Informan 1. Felix Jimi Kelore dan Natalia Dosantos Filiga, Jumad, 10/05/2019. Pkl
15.00
53
Hasil wawancara dengan Informan 2. Wilhelmus Weruin dan Maria Linda Weking, Rabu, 15/05/2019, Pkl
16.30
54
Hasil wawancara dengan Informan 3. Rofinus Lewo Sogen dan Margaretha Yulita Liwu,
Minggu,12/05/2019, pkl 18.00
55
Hasil wawancara dengan Informan 4. Simon Salu Kelen dan Lodia Lota Kaka, Selasa ,14/05/2019. Pkl 16.00
dan Hasil wawancara dengan Informan 5. Wilhelmus Darang Weking dan Maria Magdalena L. Keray, Jumad,
17/05/2019. Pkl 15.00.
54
Berkaitan denga dialog dan sharing informan kadang-kadang melakukan
sharing jika ada hal yang sangat penting untuk dibicarakan. Dialog selalu dilakukan
ketika makan bersama dan bersantai. Ada pihak ke tiga yang menjadi sumber skandal
kesetiaan pasangan suami-istri. Informan dua, suami melibatkan pihak ke tiga dalam
masalah keluarga, karena tidak puas dengan pelayanan istri, suami memilih untuk
mencari pihak ke tiga dan hal ini yang menyebabkan istri keluar dari rumah.56 Informan
tiga, suami lebih sering berdialog dengan wanita lain ketika mengalami masalah di
dalam keluarga.57
Pasangan merasa dihargai dengan sikap terbuka dari pasangan. Saling terbuka dalam
segala hal, artinya baik atau buruk, kurang atau lebih, yang terjadi pada diri masing-
masing, harus dikatakan dengan terbuka kepada pasangan. Dialog dalam rumah tidak
hanya dilakukan ketika ada masalah yang serius, tetapi dilakukan setiap hari untuk
bersama-sama mencari solusi jika ada masalah yang terjadi. Jika hal ini dijalankan
dengan baik, maka pasangan suami istri merasa bahagia dan terhindar dari masalah-
56
Hasil wawancara dengan Informan 2. Wilhelmus Weruin dan Maria Linda Weking, Rabu, 15/05/2019, Pkl
16.30
57
Hasil wawancara dengan Informan 3. Rofinus Lewo Sogen dan Margaretha Yulita Liwu,
Minggu,12/05/2019, pkl 18.00
55
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil wawancara dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan:
Kesetiaan itu mudah untuk diucapkan, tapi sulit untuk dilaksanakan, kesetiaan
tetap berkomitmen pada janji perkawinan dengan selalu setia dalam suka maupun duka,
saling memaafkan berbesar hati menerima pasangan untuk hidup bersama lagi jika pasangan
pernah tidak setia. Memberi kenyamanan, perhatian pada pasangan agar pasangan tidak
beralih untuk mencari orang lain dan selalu ada ucapan terima kasih kepada pasangan.
Pasangan suami istri dituntut untuk bersama-sama mewartakan karya keselamatan Allah
bersyukur, memuji, selalu berharap pada Allah agar hidup keluarga pasangan suami-istri
tetap aman, damai dan tak terceraikan oleh manusia itu sendiri. Selalu ada waktu untuk
berdoa bersama baik dirumah, di KBG maupun bersama-sama ke gereja agar selalu
diteguhkan oleh Allah. Bekerja bersama dalam hidup berkeluarga. untuk memenuhi
kebutuhan keluarga maupun untuk mengurus anak-anak, bekerja bersama menunjukan bahwa
membuahkan hikmat dalam keluarga. Dialog dalam rumah, sharing dalam keluarga untuk
menyedihkan dan bersama-sama mencari solusi jika ada masalah yang terjadi. Untuk
56
menjadi salah satu syarat agar keutuhan rumah tangga pasangan suami-istri tetap utuh dan
bahagia.
5.2. SARAN
1. Bagi Pasangan Suami-istri di lingkungan Santu Kristoforus stasi Lato Paroki Santa
suami-istri telah menerima tanda keselamatan Allah yang patut dijaga dan
b) Agar pasangan suami-istri dapat bersikap setia terhadap pasangan, ada waktu
mudah terceraikan
tetap teguh dalam iman akan Tuhan dan terlibat aktif dalam kegiatan sosial
2. Bagi Tim DPP Paroki Santa Perawan Maria La Sallate Lato, terkhusunya Sie Kelurga:
kesetiaan maka saran yang diberikan adalah: Agar dibuat program kerja untuk
kesetiaan sehingga tidak ada lagi pasangan suami-istri yang hidup berpisah. Program
57
yang diberikan tidak hanya pada Kursus Persiapan Perkawinan, namun tetap
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi
peneliti selanjutnya yakni dalam hal pastoral keluarga. Sedangkan justification objek
penelitiannya bisa diperluas dengan menggunakan lebih dari satu objek penelitian.
58