Anda di halaman 1dari 16

Al-Sihah : Public Health Science Journal 169-184

STUDI PENGENDALIAN KEJADIAN TERTUSUK JARUM


SUNTIK PADA PETUGAS INSTALASI GAWAT DARURAT
RS. X KOTA MAKASSAR

Fatmawaty Mallapiang1, Azriful2, Nildawati3, Hasmi Septiani4

1, 4
Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2,3
Bagian Epidemiologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

ABSTRAK
Needle Stick Injury (NSI) adalah suatu kecelakaan akibat tertusuk jarum suntik yang
dapat disebabkan oleh prosespemberianinjeksi, menutup jarum suntik, pengambilan darah,
pemasangan infus, ataupun pembuangan dan berisiko telah tercemar darah atau cairan tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang bentuk pengendalian dari segi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk meminimalisir kejadian NSI di Instalasi Gawat
Darurat RS X menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penentuan
informan menggunakan metode purposive sampling yang terdiri dari dua informan kunci dan
delapan informan biasa. Pengumpulan data dilakukan dengan indepth interview dan diolah
menggunakan content analysis, setelah itu dilakukan triangulasi sumber.Bentuk pengendalian
sebelum kejadian tertusuk jarum suntik ada lima (berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 66 Tahun 2016 Tentang K3 Rumah Sakit), namun hasil penelitian menunjukkan
bahwa RSWS melakukan empat upaya kecuali eliminasi yakni pengendalian substitus i
(penggunaan IV Catheter), rekayasa (pengadaan wadah benda tajam berupa jerigen bekas
cairan pasien Hemodialisis), administratif (penerapan SOP kewaspadaan standar dan
pendelegasian tindakan menyuntik melalui rekam medik), serta alat pelindung diri (sepatu
bagian atas tertutup), sedangkan setelah tertusuk jarum suntik berupa pendampingan,
pemeriksaan kesehatan, jika hasilnya negatif maka dilakukan pemantauan selama masa
inkubasi, dan apabila hasilnya positif maka diberikan pengobatan hingga sembuh. Pihak
rumah sakit diharapkan dapat melakukan pengadaan alat jet injector, microneedle patch dan
IV Catheter, wadah benda tajam sesuai standar, pendelegasian tindakan menyuntik secara ter-
tulis sesuai hukum, penentuan standar sepatu bagi petugas, serta sosialisasi penangananpasca-
pajanan.

Kata Kunci : Tertusuk, jarum suntik, Petugas, Pengendalian Keselamatan

PENDAHULUAN 2005).
Needle Stick Injury (NSI) atau luka Centers for Disease Control and
tusuk jarum suntik adalah suatu kecelakaan Prevention (CDC) memperkirakan setiap
akibat tusuk jarum suntik yang tercemar tahun terjadi 385 kasus kejadian luka aki-
dengan darah atau cairan tubuh (Waller, bat benda tajam yang terkontaminasi darah

Alamat Korespondensi: ISSN-P : 2086-2040


Gedung FKIK Lt.1 UIN Alauddin Makassar ISSN-E : 2548-5334
Email: hasmiseptiani69@gmail.com Volume 11, Nomor 2, Juli-Desember 2019
170 AL -SIH AH V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019

pada tenaga kesehatan di rumah sakit di bagi kelangsungan kerja maupun kesehatan
Amerika Serikat. Luka jarum suntik sering dan keselamatan pekerja, maka perlu diten-
terjadi pada lingkungan pelayanan kese- tukan langkah pengendalian yang dipilih
hatan yang melibatkan jarum sebagai alat seperti eliminasi (menghilangkan), substi-
kerjanya. Peristiwa ini menjadi perhatian tusi (mengganti), isolasi (memisahkan),
bagi pelayanan rumah sakit karena risiko pengendalian rekayasa, administratif atau
untuk menularkan penyakit melalui darah, penggunaan alat pelindung diri (Irzal, 2016)
seperti Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis C, Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik
dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mengetahui studi pengendalian ke-
(Kemenkes RI,2011). jadian tertusuk jarum suntik pada Petugas
Data Situasi Kesehatan Kerja men- Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit X
yatakan pada Tahun 2014, jumlah kasus ke- Kota Makassar.
celakaan kerja sebanyak 24.910 kasus den-
gan jumlah penyakit akibat kerja sebanyak METODE PENELITIAN
40.694 kasus. Pada Tahun 2014, Provinsi Jenis penelitian ini merupakan-
Sulawesi Selatan mengalami 2.934 kasus penelitian kualitatif dengan menggunakan
kecelakaan kerja dan 6.812 kasus penyakit pendekatan fenomenologi.Penentuan infor-
akibat kerja (Kementrian Kesehatan Repub- man menggunakan metode purposive sam-
lik Indonesia, 2015). plingyaitu dua informan kunci dan delapan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan informan biasa.Tekhnik pengumpulan data
peneliti di Rumah Sakit Kota Makassar dilakukan dengan indepth interview dan
yang memiliki akreditasi A dan predikat diolah menggunakan content analysis, sete-
paripurna dalamJoint Comission Interna- lah itu dilakukan triangulasi sumber.
tional, jumlah insiden luka tusuk jarum sun-
tik terhadap pekerja pada tahun 2014 sebe- HASIL PENELITIAN
sar 35 kasus, menurun pada tahun 2015 se- Berdasarkan karakteristik, informan
banyak 26 kasus, lalu meningkat kembali terdiri dari 1 orang Ketua Subkomite Kese-
pada tahun 2016 sebanyak 30 kasus, dan lamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan
terus meningkat hingga 37 kasus pada tahun prasana, 1 orang Penanggung Jawab
2017. Jumlah kasus tertinggi pada bagian Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI),
unit Instalasi Gawat Darurat sebanyak 4 ka- 1 orang Kepala Instalasi Gawat Darurat
sus. (dokter), 1 orang Kepala Pelayanan IGD
Bila risiko yang membahayakan Non Bedah (perawat), 1 orang Kepala Pe-
V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019 AL -SIH AH 171

layanan IGD Bedah (perawat), 2 orang per- ( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
awat, 1 orang Mahasiswa Pendidikan Dok-
Alat IV Catheter diperkenalkan oleh
ter, 1 orang Mahasiswa Ners,dan 1 orang
pihakperusahaan.
pasien.
“Pemberi informasi pertama kali
Pengendalian Sebelum Kejadian Tertusuk adalah perusahaannya”.
( M, Ka. IGD, 41 Tahun )
Jarum Suntik
Dasar pembuatan pengendalian ini
Pemberian informasi dilakukan pada
adalah kemungkinan adanya risiko.
perkenalan alat oleh perusahaannya.
“Banyak faktor perlukaan tertusuk ja-
“Pertama kali dilakukan sudah be-
rum suntik, serta kasus kecelakaan”.
berapa tahun.Pemberian informasi
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
juga sebelum diaplikasikan.Setelah me-
lewati fase percobaan, fase pengama-
Penggantian alat ke risiko lebih rendah
tan.Kemudian PPI mensosialisasikan”.
hanya ada pada pemasangan infus berupa ( M, Ka. IGD, 41 Tahun )
IV Catheter.
Sedangkan, lokasi penginformasian
“Jarum yang tidak aman, sudah seba-
penggunaan IV Catheter pertama kali dila-
hagian besar diganti dengan yang lebih
aman. Contohnya jarum IV Catheter” kukan di ruang pertemuan.
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
“Lokasi pemberian informasi alatnya
dilakukan di ruang pertemuan”.
PPI menyatakan penggunaan IV Cathe-
( AR, Kayan IGD Non Bedah, 41 Ta-
ter sudah lebih dari empat tahun. hun )
“Penggunaannya diatas empat tahun,
Penggunan alat sesuai kebutuhan juga
sudah lama sekali”.
( H, PJ PPI, 48 Tahun ) perlu dilakukan sebagai upaya pemanfaatan
alat dengan baik.
Penempatan alat sudah ada pada setiap
“Bentuk partisipasi, yah tentunya den-
ruangan.
gan menggunakan alat yang disediakan
“Semua ruangan sudah menyediakan, dengan baik agar penyediaannya tidak
namun penyediaannya masih tergan- menjadi sia-sia”.
tung pada farmasi”. ( AR, Kayan IGD Non Bedah, 41 Ta-
( H, PJ PPI, 48 Tahun ) hun )

Adapun yang menjadi sasaran yaitu Bagi petugas, alat IV Cathether sudah
petugas yang menggunakan jarum. cukup baik untuk mengurangi risiko, na-
“Semua pengguna jarum seperti per- mun persediaannya masih belum maksimal.
awat, dokter, mahasiswa.Mereka men-
“Sudah baik, tapi IV Catheter cepat
jadi sasaran kita.Baik pekerja-pekerja
habis.Jika habis harus meminta lagi
tekhnis, ataupun mahasiswa praktik
menyebabkan tindakan ikut tertunda,
dan magang disetiap ruangan”.
karena menunggu penyediaan”.
172 AL -SIH AH V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019

yaitu pentingnya wadah pembuangan benda


Adapun Mahasiswa Pendidikan Dokter
tajam, dan untuk menghemat maka diguna-
mengatakan bahwa pengurangan risiko ti-
kan jerigen.
dak hanya bersumber dari alat, namun ter-
“Limbah tajam harus berada pada ko-
gantung pada kompetensi petugas. tak keselamatan atau jerigen yang
“Tergantung yang memasang alat, jika tahan tusukan”.
orangnya terlatih maka alat dapat men- ( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
gurangi risiko, namun tetap akan nada Bentuk pengendaliannya berupa pen-
komplikasi”. gadaan wadah benda tajam seperti kotak
( S, MPD, 22 Tahun ) keselamatan dan jerigen bekas cairan
Faktor pendukungnya adalah sikap pasien HD (Hemodialisa).
“Ketika kotak keselamatan ini sudah
menjunjung tinggi keselamatan serta per- habis, maka alternatif kedua yang kita
syaratan akreditasi dan Joint Comission In- lakukan adalah jerigen bekas cairan
HD (Hemodialisis) yang dipakai pasien
ternational. -pasien HD (Hemodialisa).
“Faktor pendukung ada karena rumah ( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
sakit sedang berusaha melaksanakan
standar akreditasi.Salah satu per- Pertama kali yang digunakan sebagai
syaratan didalamnya memaksa mana-
jemen untuk menerapkan standar kea- wadah benda tajam adalah jerigen bekas
manan seperti tekanan dari Joint Co- pada tahun 2008.
mission International.Sehingga kita di-
paksa untuk melaksanakan program “Sejak akreditasi bergulir itu tahun dua
keselamatan”. ribu delapan sampai sekarang, pen-
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun ) gadaan wadah benda tajam sudah dila-
kukan”.
Lebih lanjut petugas menambahkan ter- ( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )

kait tersedianya alat dan kompetensi per-


Setiap ruangan memiliki wadah benda
awat.
tajam yang berada di troli perawat.
“Kalau faktor pendukung yaitu karena
tersedianya alat dan perawat juga su- “Setiap unit atau setiap stasiun perawa-
dah tahu cara memakainya”. tan.Jadi disetiap troli perawat terdapat
( AZ, Perawat, 29 Tahun ) peralatan termasuk kotak keselamatan
itu”.
Sedangkan, faktor penghambatnya ( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )

yakni anggaran yang masih kurang.


Sasaran pengendaliannya adalah semua
“Faktor penyediaan anggaran dan
keterbatasan pemasok”. petugas.
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun ) “Semua pengguna jarum itu, baik per-
awat, dokter.Siapa saja yang meng-
Pengendalian Rekayasa gunakan jarum, maka dialah sasaran
Dasar penerapan pengendalian rekayasa pengendaliannya”.
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019 AL -SIH AH 173

“Jerigen dianggap lebih optimal,


karena kemungkinan jarum terhambur
Pelaku pemberi informasi adalah pihak atau rusaknya wadah itu susah ter-
PPI, K3, dan pemasok. jadi.Karena kotak keselamatan jika
terlalu berat atau wadahnya basah,
“Pihak PPI, K3 dan pihak penyediaan
kotaknya dapat hancur”.
alat yang menginformasikan”.
( JH, Kayan IGD Bedah, 48 Tahun )
( JH, Kayan IGD Bedah, 48 Tahun )
Faktor pendukungnya adalah edukasi
Pemberian informasi diberikan pada
dari pihak K3.
saat pertama datang. “Pendukung kegiatan ini adalah den-
“Setiap ada yang baru masuk ke rumah gan memberikan sosialisasi, advokasi,
sakit”. pendampingan ke setiap ruangan su-
( M, Ka. IGD, 41 Tahun ) paya mereka menggunakan jerigen
itu”.
Namun, petugas praktik dengan tegas ( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
bahwa sosialisasi penggunaan jerigen tidak
Sedangkan, faktor penghambatnya
pernah dilakukan.
adalah masih adanya petugas yang kesada-
“Tidak ada edukasi, bahkan ketika
rannya masih kurang.
pertama masuk”.
( S, MPD, 22 Tahun ) “Masih ada petugas yang tidak
memiliki kesadaran untuk menyimpan
Pemberian informasi pertama kali ma- jarum suntik di jerigen yang sudah
disediakan”.
suk dilakukan diruang pertemuan. ( H, PJ PPI, 48 Tahun )
“Kalau pertama masuk, pemberian
informasinya biasanya dilakukan di “Kedisiplinan para petugas.Mereka
ruangan pertemuan”. tahu, tetapi terkadang terburu-buru”.
( AR, Kayan IGD Non Bedah, 41 Ta- ( AR, Kayan IGD Non Bedah, 41 Ta-
hun ) hun )

Partisipasi petugas berupa membuang Pengendalian Administratif


jarum suntik yang sudah terpakai. Dasar pembuatan Standar Operasional
“Sebagai petugas, saya membuang Prosedur Kewaspadaan Standar adalah ke-
jarum suntik yang sudah dipakai ke
bijakan
jerigen yang sudah disediakan untuk
melindungi diri saya sendiri, petugas “Dasarnya adalah kebijakan.Undang-
lain, kemudian pasien dan keluarga undang nomor satu tetap menjadi pili-
pasien”. han, kemudian, peraturan menteri ke-
( AR, Kayan IGD Non Bedah, 41 Ta- sehatan nomor enam enam”.
hun ) ( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )

Petugas menganggap jerigen juga lebih


Bentuk pengendalian administratif
baik.
berupaSOP Kewaspadaan Standar.
174 AL -SIH AH V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019

“Dari kebijakan itu kita membuat stan-


dar operasional prosedur kewaspadaan Pemberian informasi diberikan pada
standar yang harus diikuti petugas di
saat pertama masuk.
rumah sakit”.
( H, PJ PPI, 48 Tahun ) “Pertama masuk, kemudian setiap saat
kita juga bertugas untuk mengingatkan
Petugas harus menerapkan sebelum teman-teman agar selalu melakukan
tindakan sesuai SOP”.
menggunakan alat jarum suntik.
( JH, Kayan IGD Bedah, 48 Tahun )
“Setiap saat, petugas menggunakan
alat suntik memang diharuskan mereka Pemberian informasi dilakukan pertama
untuk mematuhi standar operasional
kali dilantai tiga ruang pertemuan.
prosedur yang sudah ada”.
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun ) “Ruang yang dikhususkan.Kemudian
nanti di ruangan, kita bertugas untuk
saling mengingatkan”.
Adapun lokasi penerapan pengendalian
( JH, Kayan IGD Bedah, 48 Tahun )
yakni dalam setiap unit.
Informan lain menyatakan bahwa tidak
“Semua unit sudah paham SOP kewas-
padaan standar sebelum melakukan ada penginformasian khusus.
kegiatan-kegiatan pelayanan pada
“Tidak pernah diinformasikan khusus,
pasien”.
namun sebelum tindakan biasanya
( H, PJ PPI, 48 Tahun )
diberitahu untuk mencuci tangan dan
memakai sarung tangan”.
Sasaran SOPadalah semua petugas
( S, MPD, 22 Tahun )
rumah sakit.
“Semua pekerja yang bekerja di rumah SOP Kewaspadaan Standar wajib un-
sakit termasuk dokter, perawat, maha-
tuk ditaati.
siswa magang atau praktik menjadi
sasaran kita”. “SOPnya sudah sangat baik, dan jika
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun ) diterapkan dengan baik maka dapat
meminimalisir kemungkinan tertusuk
Informasi diberikan oleh pihak K3 dan jarum suntik”.
( JH, Kayan IGD Bedah, 48 Tahun )
PPI.
“Pemberian informasi hal-hal seperti Partisipasi petugas yaitu mematuhi SOP
ini dari bagian K3 atau PPI”.
Kewaspadaan Standar.
( M, Ka. IGD, 41 Tahun )
“Saya ikut berperan aktif dalam pen-
Sedangkan, mahasiswa praktikmenyata- erapan SOP kewaspadaan stan-
dar.Karena saya harus melindungi diri
kan tidak pernah diinformasikan secara
saya sendiri dari risiko”.
khusus. ( AR, Kayan IGD Non Bedah, 41 Ta-
hun )
“Tidak ada kalau dari pihak rumah sa-
kit terkait penginformasian SOPseperti
Faktor pendukungnya adalah sosialisasi,
itu, tapi saya sudah tahu”.
( IG, Mahasiswa Ners, 25 Tahun ) implementasi melalui kesadaran petugas
V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019 AL -SIH AH 175

dan tahap evaluasi pemantauan. “Untuk menghindari kejadian luka


tusuk jarum suntik, belum ada APD
“Sosialisasi, kemudian kita melakukan
khusus yang digunakan.Tapi jika dia
implementasi.Selanjutnya tahap
menggunakan sepatu, maka ada ke-
evaluasi. Jadi setiap tiga bulan kami
mungkinan jarum uhanya tertancap
melaksanakan evaluasi seberapa besar
pada kulit sepatu”.
tingkatan proses pencapaiannya”.
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
Penggunaan APD dilakukan setiap
Faktor penghambatnya adalah evaluasi
saat dalam setiap unit pelayanan.
pemantauan tidak dilakukan secara menye-
“Kalau penggunaan APD harus dila-
luruh..
kukan setiap saat”.
“Petugas masih ada yang lalai.Tidak ( H, PJ PPI, 48 Tahun )
mematuhi standar operasional prose-
dur kewaspadaan standar yang sudah “Penggunaan APD harus disetiap
ada”. tempat”.
( H, PJ PPI, 48 Tahun ) ( H, PJ PPI, 48 Tahun )

Sedangkan, pendelegasian tugas Sasaran penggunaan APD adalah se-


mua petugas rumah sakit.
menyuntik dilakukan melalui rekam medik
pasien. “Sasaran penggunaan APD adalah
petugas rumah sakit”.
“Pendelegasian itu dilakukan dokter
( H, PJ PPI, 48 Tahun )
kepada orang yang dia percaya, mis-
alnya residen senior yang diberi
Petugas K3 dan PPI memberikan in-
pendelegasian.Kalau dari dokter ke
perawat itu tidak ada surat delegasi formasi penggunaan alat pelindung diri.
tertulis tapi mereka memberikannya
“Pertama dari PPI dan K3. Kemudian
melalui buku status pasien”.
setiap kepala unit, kepala pelayanan,
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
atau ketua tim bertanggung jawab
untuk mengingatkan anggotanya”.
Pengendalian Penggunaan Alat Pelindung ( AR, Kayan IGD Non Bedah, 41 Ta-
hun )
Diri (APD)
Dasar pembuatan pengendalian adalah Informasi penggunaan APD pertama
adanya analisa risiko dan faktor kebutuhan kali diberikan pada saat masuk.
serta untuk membuat petugas aman. “Pertama masuk ke rumah sakit, ke-
mudian dilanjutkan secara rutin oleh
“Dasar pengadaannya karena ada
setiap unit”.
risiko yang melahirkan pengenda-
( AR, Kayan IGD Non Bedah, 41 Ta-
lian”.
hun )
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )

Lokasi pemberitahuan dilakukan di


Bentuk pengendalian melalui Alat Pe-
ruang pertemuan.
lindung Diri (APD) yaitu sepatu.
176 AL -SIH AH V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019

“Pertama masuk diberitahukan di ru- penundaan, karena harus menunggu


ang pertemuan.Selanjutnya akan dila- APD”.
kukan pengulangan dengan pemberian ( M, Ka. IGD, 41 Tahun )
informasi dilapangan”.
( M, Ka. IGD, 41 Tahun ) Pengendalian Setelah Kejadian Ter-
tusuk Jarum Suntik
Standar penggunaan APDadalah sepatu
yang bagian atasnya tertutup.
Pelapor Kejadian Tertusuk Jarum Suntik
“Memakai sepatu yang tertutup bagian
Mekanisme pelaporan dimulai dari
atasnya untuk mengurangi risiko, su-
paya nda langsung tertancap kekulit”. petugas hingga pihak K3 dan PPI.
( A, Perawat, 30 Tahun )
“Di asisten, atau kepala ruangan, nanti
dilaporkan ke PPI baru diperiksa-
Setiap petugas memiliki risiko tertusuk.
kanmi”.
“Petugas yang bekerja memiliki risiko
( IG, Mahasiswa Ners, 25 Tahun )
tertusuk, jadi saya mengikuti standar
yang ada.Jika mau melakukan tinda-
Waktu pelaporan harus dilakukan
kan-tindakan ke pasien, minimal me-
makai sarung tangan dan sepatu yang dalam empat jam dan tidak lewat dari tujuh
tertutup bagian atasnya”.
puluh dua jam pasca pajanan.
( M, Ka. IGD, 41 Tahun )
“Pelaporan harus dilakukan dalam
Faktor pendukung adalah pengayaan empat jam dan tidak lewat dari tujuh
puluh dua jam pasca pajanan”.
ketika pertama masuk dan sikap saling
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
mengingatkan.
Anggaran untuk penangan pascapa-
“Kalau dari K3, ketika pertama masuk
janan memang telah dianggarkan.
ada pengayaan”.
“Apabila kecelakaan kerja itu terjadi
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
di tempat kerja, maka itu sudah ada
“Mengedukasi, mengingatkan setiap
anggarannya.Anggarannya ini dari
saat untuk penggunaan APD”.
kesehatan kerja”.
( JH, Kayan IGD Bedah, 48 Tahun )
( AR, Kayan IGD Non Bedah, 41 Ta-
Faktor penghambat penggunaan APD
hun )
adalah karakter serta sikap petugas
yang menganggap APD sebagai gang-
Petugas yang tertusuk jarum suntik,
guan.
“Masih ada juga yang menganggap akan didampingi oleh K3 dan PPI.
APD sebagai gangguan”.
“Penanganan pasca pajanan luka
( H, PJ PPI, 48 Tahun )
tusuknya harus dicuci dengan air men-
galir.Nanti setelah melapor di K3 atau
Sedangkan diruangan, petugas merasa
PPI dibawa ke laboratorium untuk cek
ketersediaan APD cepat habis. kesehatannya sekaligus diintero-
gasi.Kalau ada darah pada jarum
“Ketersediaan APD di unit kadang
yang melukai petugas, maka kita mem-
sudah habis, tapi penyediaan ulang
berikan obat antiretroviral”.
terlambat untuk dilaku-
( H, PJ PPI, 48 Tahun )
kan.Ketidaktersediaan menyebabkan
V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019 AL -SIH AH 177

Pihak K3 menambahkan ada pengang- kait cara penggunaannya, setelah melewati


garan sebanyak bagi petugas. fase percobaan, fase pengamatan, barulah
“Pengobatan kepada pasien hingga disosialisasikan oleh pihak K3 dan PPI
sembuh menggunakan anggaran
serta petugas yang mengikuti simulasi akan
K3.Ketika anggaran K3 mulai habis
maka sepenuhnya menjadi tanggung meneruskan informasi sesuai lokasi penem-
jawab rumah sakit”.
patan alat.
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
Penggunaan IV Catheter sudah se-
Adapun mahasiswa praktik mengaku
kitar empat tahun di setiap ruangan, namun
tidak tahu penanganan pasca pajanan.
penyediaannya masih terba-
“Pada saat pembekalan awal hanya
tas.Penggunanyaadalah semua petugas ter-
dijelaskan alur pelaporan kejadian
tertusuk jarum suntik”. masuk perawat, dokter, mahasiwa praktik
( S, MPD, 22 Tahun )
dan magang.Petugas menganggap peng-
Perasaan setelah terpajan berbeda- gunaan IV Cathether sudah mengurangi
beda bagi setiap petugas. risiko, namun persediaannya masih belum
“Perasaannya berbeda-beda, ada maksimal.Bentuk partisipasi petugas
yang biasa saja.Namun setelah ter-
adalah menggunakan alat sesuai kebutuhan
tusuk, petugas mulai berhati-hati”.
( H, PJ PPI, 48 Tahun ) tindakan dengan mematuhi prosedur.
Berdasarkan hasil observasi
“Karena sudah risiko jadi mereka
menganggap tertusuk jarum itu wa- peneliti, pada saat pemasangan IV Catheter
jar”.
dilakukan dua kali percobaan pada perge-
( JH, Kayan IGD Bedah, 48 Tahun )
langan tangan, namun gagal.Hal ini menun-
PEMBAHASAN jukkan risiko tertusuk jarum sudah menu-
Pengendalian Substitusi run, namun tingkat keberhasilan pemasan-
Rudi Suardi (2007) menyatakan gannya masih belum stabil.
bahwa pengendalian substitusi adalah IV Catheter sudah mengurangi
menggantikan sumber risiko dengan pera- risiko tertusuk jarum pada petugas, namun-
latan lain yang tingkat risikonya lebih ren- prosedur umum dapat menyebabkan gejala
dah atau tidak ada. vasovagal (penurunan tiba-tiba denyut jan-
Bentuk pengendalian substitusi RS tungdan tekanan darah menyebabkan ping-
X berupa penggunaan alat IV Catheter.IV san, sering sebagai reaksi terhadap
Catheter diperkenalkan oleh pihak perusa- pemicustres) (Patton, dkk, 2018).
haan. Selanjutnya pemberian informasi ter- Sedangkan, pengendalian substitusi
178 AL -SIH AH V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019

dalam bentuk penggunaan Jet Injector dan kerja, misalnyapengadaan wadah benda ta-
Microneedlepatch belum dilakukan oleh RS jam.
X. World Health Organization (2005)
menjelaskan bahwa wadah untuk sampah

Tabel 1. Karakteristik Informan RS. X Kota Makassar

Lama Masa Pendidikan


No Informan Jenis Kelamin Usia Pekerjaan
Kerja Kerja Terakhir
1. IA Laki-laki 39 Thn 13 Thn 8 Jam Magister Ketua
Subkomite K3
dan prasana

2. H Perempuan 48 Thn 20 Thn 7 Jam Magister Penanggung


Jawab PPI
3. M Laki-laki 41 Thn 15 Thn 18 Jam Magister Kepala
Instalasi Gawat
Darurat
(Dokter)

4. AR Laki-laki 43 Thn 20 Thn 8 Jam Magister Kepala


Pelayanan IGD
Non Bedah
(Perawat)

5. JH Perempuan 22 Thn 8,5 Jam Sarjana Kepala


Pelayanan IGD
48 Thn
Bedah
(Perawat)
6. AZ Laki-laki 29 Thn 3 Thn 8 Jam Sarjana Perawat
7. A Laki-laki 30 Thn 5 Thn 8 Jam Sarjana Perawat
8. S Perempuan 22 Thn 8 Bln 12 Jam Sarjana Mahasiswa
Pendidikan
Dokter
9. IG Perempuan 25 Thn 6 Bln 13 Jam SMA Mahasiswa
Ners
10. N Laki-laki 35 Thn - - - Pasien

Sumber: Data Primer, 2018

Pengendalian Rekayasa medis yang memenuhi persyaratan yaitu


Berdasarkan Pedoman Bersama bak sampah untuk menampung sampah
World Health Organization (WHO) padat medis mudah untuk di bersihkan, ter-
danInternational Labour Organization tutup rapat, tahan benda tajam, kedap air,
(ILO)menyatakan bahwa pengendalian tidak mudah berkarat, dan anti bocor.Selain
rekayasa merupakan upaya mengisolasi atau itu haruslah tahan bocor terhadap jarum
membuang potensi bahaya dari tempat suntik.
V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019 AL -SIH AH 179

Pertama kali yang digunakan seba- gis.


gai wadah benda tajam di RS X. Kota Penggunaan jerigen sebagai wadah
Makassar adalah botol aqua, lalujerigen benda tajam jarum suntik habis pakai sudah
bekas tipis, kemudian kotak keselamatan ada di setiap ruangan yang ditempatkan
yang terstandar. Namun untuk menghemat pada troli perawat.Berdasarkan observasi
pembiayaan maka diganti dengan jerigen peneliti, penyimpanan troli perawat yang
bekas cairan pasien HD (Hemodialisa)yang mudah diakses selain oleh petugas cukup
lebih tebal sehingga jarum tidak mudah berisiko, seseorang bisa menggunakannya
tembus keluar dan kemudian diberi label tanpa pengetahuan tentang cara peng-
“infeksius” sebagai tanda pembeda.Jika gunaan jarum suntik yang benar. Adapun
jarum suntik habis pakai telah sampai pada hasil penelitiantim Pedoman Bersama
garis biru, maka petugas tidak boleh lagi WHO dan ILO menyatakan wadah benda
membuangnya ke dalam wadah tersebut, tajam telah mengurangi luka sampai 2/3.
dan harus mengambil jerigen baru.Dasar Adapun penginformasian peng-
pengadaannya adalah pentingnya wadah gunaan jerigen sebagai wadah jarum suntik
pembuangan benda tajam dalam rumah sa- dilakukan oleh pihak K3 dan PPI pada per-
kit.Penggunaan jerigen ini juga dilakukan tama akan mulai bekerja, magang atau
oleh pihak rumah sakit lain yaitu RSUD praktik di ruang pertemuan yang kemudian
Dr. Soedriman Kabupaten Semarang, akan diberi pendampingan. Namun, infor-
karena lebih kuat dan tahan terhadap benda man lain menyatakan bahwa tidak ada
tajam (Maharani, dkk, 2017). sosialisasi terkait penggunaan wadah benda
Walaupun fungsi jerigen dengan tajam berupa jerigen pada saat pengayaan.
safety box sudah sama, namun warna jeri- Petugas menganggap wadah benda
gen masih belum sesuai aturan Peraturan tajam lebih baik, karena kemungkinan ja-
Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan rum terhambur lebih sedikit, wadah lebih
Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2015 sulit rusak, kapasitas muatan jarum suntik
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis bekas pakai yang lebih besar.Partisipasi
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan petugas yaitu dengan membuang jarum
Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan bekas pakai ke jerigen sebagai upaya kese-
Pasal 7 yang menyatakan warna kemasan lamatan untuk melindungi diri sendiri,
atau wadah Limbah B3 berwarna kuning petugas lain, pasien dan keluarga pasien.
untuk limbah infeksius dan limbah patolo- Adapun faktor pendukung peng-
180 AL -SIH AH V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019

gunaan wadah benda tajam untuk jarum Pengendalian Administratif


suntik adalah penyuluhan, sosialisasi, advo- Berdasarkan Pedoman Bersama
kasi, budaya selamat, dan pendampingan ke World Health Organization (WHO)
setiap ruangan agar petugas menggunakan danInternational Labour Organization
jerigen bekas cairan HD (ILO)menyatakan bahwa pengendalian ad-
(Hemodialisis).Sedangkan penghambatnya ministratif bertujuan untuk membatasi pa-
adalah kesadaran dan kedisiplinan petugas janan pada petugas, seperti halnya penera-
masih kurang, sikap terburu-buru, dan pan kewaspadaan universal.
mahasiswa yang sementara praktik masih Dasar upaya pengendalian adminis-
harus terus diedukasi agar menaati aturan tratif di RS X berupa pembuatan Standar
pembuangan jarum suntik.Akibat dari tidak Operasional Prosedur Kewaspadaan Standar
membuang jarum pada wadah jerigen untuk adalah UU Nomor 1, Peraturan Menteri Ke-
jarum suntik adalah jarum ditemukan ditem- sehatan Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Ke-
pat sampah, tergeletak dimeja-meja atau selamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah
tempat tidur pasien. Sakit serta standar dari WHO (World
Faktor yang menyebabkan tingginya Health Organization). Selanjutnya dibuat-
angka kejadian tertusuk jarum lah pedoman yang melahirkan standar,
ialah kurangnya pengalaman perawat, tidak seperti SOPKewaspadaan Standar yang ha-
menggunakan wadah penyimpanan rus dipatuhi petugas rumah sakit termasuk
sampah medis, lingkungan kerja yang dokter, perawat, mahasiswa magang atau
kurang baik, kelelahan emosional perawat praktik.
(Senduk et al., 2017). Informasi tentang SOP Kewas-
padaan Standar diberikan oleh pihak K3dan
Perilaku yang tidak selamat dengan
PPI dalam pengayaan di ruang pertemuan,
membuang jarum suntik di lokasi yang bu-
namun mahasiswa praktik menyatakan
kan seharusnya dapat merugikan (tertusuk) bahwa tidak ada penginforma-
diri sendiri, petugas lain, pasien, keluarga sian.Kemudian petugas harus saling
pasien ataupun pengunjung. Allah SWT mengingatkan disetiap ruangan.Petugas sa-

dalam QS Al-Baqarah/2: 195. berfirman: dar terkait pentingnya penerapan standar,


merujuk padaperanpetugas melindungi diri
dengan terjemahnya:
“Dan janganlah kamu menjatuhkan sendiri.Petugas menganggap SOP Kewas-
dirimu sendiri ke dalam kebina- padaan Standar wajib untuk ditaati karena
saan.”(Kementerian Agama, 2017).
sangat efektif mengurangi risiko tertusuk
V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019 AL -SIH AH 181

jarum suntik. awatan Pasal 32 Ayat (1) bahwa pelak-


Sikap pekerja masihlalai dalam pen- sanaan tugas berdasarkan pelimpahan
erapan standar operasional (SOP) dan men- wewenang hanya dapat diberikan secara
ganggap remeh terhadap hal-hal yang kecil, tertulis oleh tenaga medis kepada perawat
sikap kurang hati-hati perawat di Rumah untuk melakukan sesuatu tindakan medis
Sakit Liunkendage Tahuna berdampak se- dan Permenkes Nomor 2052 Tahun 2011
makin besarnya risiko kecelakaan tertusuk Pasal 23 Ayat (1) bahwa dokter atau dokter
jarum suntik yang akan terjadi (Jarum, dkk, gigi memberikan pelimpahan suatu tinda-
2017). kan kedokteran kepada perawat dilakukan
Faktor yang mendukung adalah secara tertulis. Di sisi lain, hal yang sifat-
penerapan SOP adalah sosialisasi, kesada- nya tindakan invasif, memberikan diagnosa
ran petugas, pendampingan dan tahap medis serta penentuan terapi medis tidak
evaluasi pemantauan triwulan ru- boleh didelegasikan kepada perawat.
tin.Sedangkan faktor penghambatnya Pengendalian Penggunaan Alat Pelindung
adalah kurangnya tenaga kerja untuk Diri (APD)
evaluasi pemantauan, sehingga Berdasarkan Pedoman Bersama
penilaiannya tidak menyeluruh, dan kela- World Health Organization (WHO)
laian petugas. danInternational Labour Organization
Tinjauan hukum administrasi (ILO)menyatakan bahwa penggunaan APD
pelimpahan wewenang dokter kepada adalah upaya pengendalian yang menem-
perawat yang terjadi saat ini secara umum patkan rintangan atau saringan antara
tidak sesuai dengan peraturan yang pekerja dan potensi bahaya.Departemen
ada.Adapun pendelegasian tindakan Kesehatan (2003) menjelaskan bahwa alas
menyuntik tidak dilakukan secara resmi kaki melindungi petugas kesehatan terha-
melalui surat delegasi tertulis, namun dap tumpuhan atau percikan darah maupun
melalui rekam medik pasien. Dokter mem- cairan tubuh yang lain. Penggunaan alas
berikan tindakan instruksi kepada petugas kaki juga bertujuan untuk mencegah ke-
mampu secara kompetensinya. mungkinan tusukan benda tajam maupun
Tidak adanya pendelegasian dari kejatuhan alat kesehatan.
dokter ke perawat untuk tindakan menyun- Penggunaan alat pelindung diri bagi
tik tidak sesuai dengan dengan peraturan petugas digunakan sesuaikebutuhan tinda-
UU Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keper- kan, baik dengan tindakan kecil hingga su-
182 AL -SIH AH V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019

lit (Koo et al., 2018). Sikap pekerja yang kesadarannya


Dasar pembuatan pengendalian masih kurang menyebabkanpenggunaan
penggunaan alat pelindung diri di RS X APD tidak dilakukan sesuai kebutuhan serta
adalah analisa risiko, faktor kebutuhan dan pengawasan dan belumditerapkannya sanksi
tanggung jawab membuat petugas yang tegas (Rarung, dkk, 2017).
aman.Untuk menghindari kejadian tertusuk Pengendalian Setelah Kejadian Tertusuk
jarum suntik tidak ada APD khusus, namun Jarum Suntik
sepatu dengan bagian atas tertutup dianggap Mekanisme pelaporan dimulai dari
sebagai alternatif mengurangi risiko ter- petugas tertusuk melaporkan ke kepala unit
tusuk jarum suntik jatuh yang menyebabkan yang kemudian dilaporkan kepada pihak K3
permukaan kulit bagian atas kaki dapat ter- dan PPI, selanjutnya dilakukan investigasi
tusuk/tertancap.Penggunaan alat pelindung serta pendampingan.
diri dilakukan setiap saat dalam wilayah Waktu pelaporan harus dilakukan
rumah sakit. dalam empat jam dan tidak lewat dari tujuh
Menurut Rosdahl & Merry (2008), puluh dua jam pasca pajanan agar dapat
standar alas kaki bagi petugas adalah yang segera diperiksakan ke laboratorium. Pela-
tertutup seluruh ujung jari dan telapak kaki poran dilakukan kepada pihak PPI berkordi-
serta terbuat dari bahan yang mudah dicuci nasi dengan K3 untuk kemudian ditindak
dan tahan tusukan (Suharto, dkk, lanjuti. Jika hasil pemeriksaan kesehatan
2016).Petugas K3 bersama PPI memberikan berstatus baik, maka petugas hanya akan
informasi penggunaan APD dalam pen- diberikan vaksin, setelah itu diperiksakan
gayaan di ruang pertemuan, dilanjutkan kembali karena masa inkubasi berbeda. Jika
oleh setiap kepala unityang bertanggung hasil pemeriksaan memiliki hasil nonreaktif,
jawab untuk mengingatkan anggo- maka dianggap tidak ada proses penularan
tanya.Faktor pendukung penggunaan APD dari kasus tertusuk jarum tersebut. Akan
adalah pengayaan, sikap saling mengingat- tetapi jika petugas positif tertular, maka
kan, kesadaran serta perasaan petugas untuk diberikan pengobatan hingga sembuh meng-
merasa aman.Adapun faktor penghambat gunakan anggaran K3.Adapun perasaan
yaitu karakter, sikap petugas, sikap cuek setelah terpajan berbeda-beda, ada yang
dan sembrono petugas juga masih ter- merasa biasa saja karena hal itu memang
jadi.Sehingga, petugas yang tidakmeng- wajar dan sudah menjadi risiko serta ada
gunakan APD, baru akan sadar setelah men- juga yang mulai berhati-hati dan menaati
galami kejadian tertusuk jarumsuntik. standar yang ada.
V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019 AL -SIH AH 183

SARAN
KESIMPULAN Peneliti berharap pihak RS X Kota
(1)Pengendalian substitusi Makassar yaitu penganggaran alat IV
(mengganti) jarum suntik berupa peng- Chateter ditingkatkan agar pengadaannya
gunaan IV Catheter dalam pemasangan in- dapat dimaksimalkan, serta pengadaan alat
fus, namun penyediaannya masih belum jet injector dan microneedle
maksimal karena permasalahan anggaran patch.Penganggaran box safety yang ter-
dan keterbatasan pihak pemasok alat. standar dan penerapan prosedur
Adapun pengadaan jet injector dan micron- pendelegasian tindakan menyuntik sesuai
eedle patchmasih belum dilakukan. (2) aturan yaitu secara tertulis dari dokter ke
Pengendalian rekayasa berupa pengadaan perawat.Penambahan karyawan Keselama-
wadah benda tajam dalam bentuk jerigen tan dan Kesehatan Kerja agar evaluasi pe-
bekas cairan pasien HD (Hemodialisa) mantauan triwulan dapat dilakukan secara
yang telah diberi label infeksius. (3) keseluruhan, serta penetapan sanksi bagi
Pengendalian administratif berupa penera- petugas yang melanggar.Penentuan dan
pan Standar Operasional Prosedur Kewas- pengadaan standar sepatu yang harus
padaan Standar seperti cuci tangan.Adapun digunakan petugas.Sosialisasi terkait
terkait prosedur pendelegasian tidak di- penanganan pasca pajanan pada saat pem-
jalankan secara tertulis, namun melalui bekalan awal bagi yang baru akan masuk
rekam medik pasien. (4)Pengendalian menjadi petugas.
penggunaan alat pelindung diri berupa pe-
makaian sepatu yang bagian atasnya tertu- DAFTAR PUSTAKA
tup.(5)Pengendalian setelah tertusuk jarum
Irzal, M. K. (2016). Dasar-dasar Kese-
suntik berupa pelaporan pada pihak K3 dan lamatan dan Kesehatan Kerja Edisi
PPI untuk pemeriksaan kesehatan di labo- 1.. Indonesia: Kencana.
ratorium, investigasi kronologi kejadian. Jarum, T.,dkk. (2017). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian
Jika hasil negatif, dilakukan masa peman-
Cidera Tertusuk Jarum Suntik pada
tauan selama kemungkinan masa inkubasi, Perawat di Rumah Sakit Liunkendage
Tahuna. Universitas Sam Ratulangi:
sedangkan jika hasil positif maka akan di-
Manado
lakukan pengobatan K3.
Kementerian Agama Republik Indonesia.
(2017) Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Indonesia: Pustaka Sahifa
Kementerian Kesehatan Republik Indone-
184 AL -SIH AH V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019

sia. (2015). Situasi Kesehatan Kerja. Rarung, C. M., dkk (2017).Hubungan


Antara Pengetahuan dan Sikap den-
Koo, A., dkk. (2018). Comparison of Intu- ganTindakan Penggunaan Alat Pe-
bation Using Personal Protective lindung Diri (APD) pada Petugas In-
Equipment and Standard Uniform in stalasiGawat Darurat (IGD) di
Simulated Cadaveric Models. Military Rumah Sakit Umum Daerah Kota Ko-
Medicine, 183: 216-218 tamobagu.Universitas Sam Ratulangi:
Maharani, E .,& Joko, T. (2017).Evaluasi Manado
Pengelolaan Limbah Bahan Berbaha- Senduk, E.,dkk. (2017). Faktor-faktor yang
yadan Beracun (LB3) Di RSUD Dr. Berhubungan dengan KejadianLuka
Soedirman Kabupaten Semarang. Jur- Tusuk Jarum Suntik pada Perawat di
nal Kesehatan Masyarakat, 5: 558-605 RSU Bethesda GMIMUniversitas Sam
Patton, M., dkk. (2018). Randomized Trial Ratulangi: Manado
Evaluating the Effectiveness of a Leg Suardi, R. (2007). Sistem Manajemen Kese-
Crossing and Muscle Tensing Tech- lamatan dan Kesehatan Kerja. Ja-
nique on Decreasing Vasovagal
karta: Penerbit PPM.
Symptoms Among Pediatric and
Young Adult Patients Undergoing Pe- Suharto, S, & Suminar, R. (2016).The Rela-
ripheral IV Catheter Insertion. Jour- tion of Knowledge and Attitude on
nal of Pediatric Nursing, 38: 53-56 Nurses With Infection Controls in The
ICU Ward Hospital. Jurnal Riset
Presiden Republik Indonesia.(2004). Un-
Hesti Medan, 1: 1-5
dang-undang Republik Indonesia No-
mor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Universitas Islam Negeri Alauddin Makas-
Kedokteran. sar.(2013). Pedoman Penulisan Karya
Tulis. Alauddin Press Makassar

Anda mungkin juga menyukai