1, 4
Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2,3
Bagian Epidemiologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
ABSTRAK
Needle Stick Injury (NSI) adalah suatu kecelakaan akibat tertusuk jarum suntik yang
dapat disebabkan oleh prosespemberianinjeksi, menutup jarum suntik, pengambilan darah,
pemasangan infus, ataupun pembuangan dan berisiko telah tercemar darah atau cairan tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang bentuk pengendalian dari segi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk meminimalisir kejadian NSI di Instalasi Gawat
Darurat RS X menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penentuan
informan menggunakan metode purposive sampling yang terdiri dari dua informan kunci dan
delapan informan biasa. Pengumpulan data dilakukan dengan indepth interview dan diolah
menggunakan content analysis, setelah itu dilakukan triangulasi sumber.Bentuk pengendalian
sebelum kejadian tertusuk jarum suntik ada lima (berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 66 Tahun 2016 Tentang K3 Rumah Sakit), namun hasil penelitian menunjukkan
bahwa RSWS melakukan empat upaya kecuali eliminasi yakni pengendalian substitus i
(penggunaan IV Catheter), rekayasa (pengadaan wadah benda tajam berupa jerigen bekas
cairan pasien Hemodialisis), administratif (penerapan SOP kewaspadaan standar dan
pendelegasian tindakan menyuntik melalui rekam medik), serta alat pelindung diri (sepatu
bagian atas tertutup), sedangkan setelah tertusuk jarum suntik berupa pendampingan,
pemeriksaan kesehatan, jika hasilnya negatif maka dilakukan pemantauan selama masa
inkubasi, dan apabila hasilnya positif maka diberikan pengobatan hingga sembuh. Pihak
rumah sakit diharapkan dapat melakukan pengadaan alat jet injector, microneedle patch dan
IV Catheter, wadah benda tajam sesuai standar, pendelegasian tindakan menyuntik secara ter-
tulis sesuai hukum, penentuan standar sepatu bagi petugas, serta sosialisasi penangananpasca-
pajanan.
PENDAHULUAN 2005).
Needle Stick Injury (NSI) atau luka Centers for Disease Control and
tusuk jarum suntik adalah suatu kecelakaan Prevention (CDC) memperkirakan setiap
akibat tusuk jarum suntik yang tercemar tahun terjadi 385 kasus kejadian luka aki-
dengan darah atau cairan tubuh (Waller, bat benda tajam yang terkontaminasi darah
pada tenaga kesehatan di rumah sakit di bagi kelangsungan kerja maupun kesehatan
Amerika Serikat. Luka jarum suntik sering dan keselamatan pekerja, maka perlu diten-
terjadi pada lingkungan pelayanan kese- tukan langkah pengendalian yang dipilih
hatan yang melibatkan jarum sebagai alat seperti eliminasi (menghilangkan), substi-
kerjanya. Peristiwa ini menjadi perhatian tusi (mengganti), isolasi (memisahkan),
bagi pelayanan rumah sakit karena risiko pengendalian rekayasa, administratif atau
untuk menularkan penyakit melalui darah, penggunaan alat pelindung diri (Irzal, 2016)
seperti Virus Hepatitis B, Virus Hepatitis C, Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik
dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mengetahui studi pengendalian ke-
(Kemenkes RI,2011). jadian tertusuk jarum suntik pada Petugas
Data Situasi Kesehatan Kerja men- Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit X
yatakan pada Tahun 2014, jumlah kasus ke- Kota Makassar.
celakaan kerja sebanyak 24.910 kasus den-
gan jumlah penyakit akibat kerja sebanyak METODE PENELITIAN
40.694 kasus. Pada Tahun 2014, Provinsi Jenis penelitian ini merupakan-
Sulawesi Selatan mengalami 2.934 kasus penelitian kualitatif dengan menggunakan
kecelakaan kerja dan 6.812 kasus penyakit pendekatan fenomenologi.Penentuan infor-
akibat kerja (Kementrian Kesehatan Repub- man menggunakan metode purposive sam-
lik Indonesia, 2015). plingyaitu dua informan kunci dan delapan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan informan biasa.Tekhnik pengumpulan data
peneliti di Rumah Sakit Kota Makassar dilakukan dengan indepth interview dan
yang memiliki akreditasi A dan predikat diolah menggunakan content analysis, sete-
paripurna dalamJoint Comission Interna- lah itu dilakukan triangulasi sumber.
tional, jumlah insiden luka tusuk jarum sun-
tik terhadap pekerja pada tahun 2014 sebe- HASIL PENELITIAN
sar 35 kasus, menurun pada tahun 2015 se- Berdasarkan karakteristik, informan
banyak 26 kasus, lalu meningkat kembali terdiri dari 1 orang Ketua Subkomite Kese-
pada tahun 2016 sebanyak 30 kasus, dan lamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan
terus meningkat hingga 37 kasus pada tahun prasana, 1 orang Penanggung Jawab
2017. Jumlah kasus tertinggi pada bagian Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI),
unit Instalasi Gawat Darurat sebanyak 4 ka- 1 orang Kepala Instalasi Gawat Darurat
sus. (dokter), 1 orang Kepala Pelayanan IGD
Bila risiko yang membahayakan Non Bedah (perawat), 1 orang Kepala Pe-
V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019 AL -SIH AH 171
layanan IGD Bedah (perawat), 2 orang per- ( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
awat, 1 orang Mahasiswa Pendidikan Dok-
Alat IV Catheter diperkenalkan oleh
ter, 1 orang Mahasiswa Ners,dan 1 orang
pihakperusahaan.
pasien.
“Pemberi informasi pertama kali
Pengendalian Sebelum Kejadian Tertusuk adalah perusahaannya”.
( M, Ka. IGD, 41 Tahun )
Jarum Suntik
Dasar pembuatan pengendalian ini
Pemberian informasi dilakukan pada
adalah kemungkinan adanya risiko.
perkenalan alat oleh perusahaannya.
“Banyak faktor perlukaan tertusuk ja-
“Pertama kali dilakukan sudah be-
rum suntik, serta kasus kecelakaan”.
berapa tahun.Pemberian informasi
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
juga sebelum diaplikasikan.Setelah me-
lewati fase percobaan, fase pengama-
Penggantian alat ke risiko lebih rendah
tan.Kemudian PPI mensosialisasikan”.
hanya ada pada pemasangan infus berupa ( M, Ka. IGD, 41 Tahun )
IV Catheter.
Sedangkan, lokasi penginformasian
“Jarum yang tidak aman, sudah seba-
penggunaan IV Catheter pertama kali dila-
hagian besar diganti dengan yang lebih
aman. Contohnya jarum IV Catheter” kukan di ruang pertemuan.
( IA, Ka. Subkomite K3, 39 Tahun )
“Lokasi pemberian informasi alatnya
dilakukan di ruang pertemuan”.
PPI menyatakan penggunaan IV Cathe-
( AR, Kayan IGD Non Bedah, 41 Ta-
ter sudah lebih dari empat tahun. hun )
“Penggunaannya diatas empat tahun,
Penggunan alat sesuai kebutuhan juga
sudah lama sekali”.
( H, PJ PPI, 48 Tahun ) perlu dilakukan sebagai upaya pemanfaatan
alat dengan baik.
Penempatan alat sudah ada pada setiap
“Bentuk partisipasi, yah tentunya den-
ruangan.
gan menggunakan alat yang disediakan
“Semua ruangan sudah menyediakan, dengan baik agar penyediaannya tidak
namun penyediaannya masih tergan- menjadi sia-sia”.
tung pada farmasi”. ( AR, Kayan IGD Non Bedah, 41 Ta-
( H, PJ PPI, 48 Tahun ) hun )
Adapun yang menjadi sasaran yaitu Bagi petugas, alat IV Cathether sudah
petugas yang menggunakan jarum. cukup baik untuk mengurangi risiko, na-
“Semua pengguna jarum seperti per- mun persediaannya masih belum maksimal.
awat, dokter, mahasiswa.Mereka men-
“Sudah baik, tapi IV Catheter cepat
jadi sasaran kita.Baik pekerja-pekerja
habis.Jika habis harus meminta lagi
tekhnis, ataupun mahasiswa praktik
menyebabkan tindakan ikut tertunda,
dan magang disetiap ruangan”.
karena menunggu penyediaan”.
172 AL -SIH AH V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019
dalam bentuk penggunaan Jet Injector dan kerja, misalnyapengadaan wadah benda ta-
Microneedlepatch belum dilakukan oleh RS jam.
X. World Health Organization (2005)
menjelaskan bahwa wadah untuk sampah
SARAN
KESIMPULAN Peneliti berharap pihak RS X Kota
(1)Pengendalian substitusi Makassar yaitu penganggaran alat IV
(mengganti) jarum suntik berupa peng- Chateter ditingkatkan agar pengadaannya
gunaan IV Catheter dalam pemasangan in- dapat dimaksimalkan, serta pengadaan alat
fus, namun penyediaannya masih belum jet injector dan microneedle
maksimal karena permasalahan anggaran patch.Penganggaran box safety yang ter-
dan keterbatasan pihak pemasok alat. standar dan penerapan prosedur
Adapun pengadaan jet injector dan micron- pendelegasian tindakan menyuntik sesuai
eedle patchmasih belum dilakukan. (2) aturan yaitu secara tertulis dari dokter ke
Pengendalian rekayasa berupa pengadaan perawat.Penambahan karyawan Keselama-
wadah benda tajam dalam bentuk jerigen tan dan Kesehatan Kerja agar evaluasi pe-
bekas cairan pasien HD (Hemodialisa) mantauan triwulan dapat dilakukan secara
yang telah diberi label infeksius. (3) keseluruhan, serta penetapan sanksi bagi
Pengendalian administratif berupa penera- petugas yang melanggar.Penentuan dan
pan Standar Operasional Prosedur Kewas- pengadaan standar sepatu yang harus
padaan Standar seperti cuci tangan.Adapun digunakan petugas.Sosialisasi terkait
terkait prosedur pendelegasian tidak di- penanganan pasca pajanan pada saat pem-
jalankan secara tertulis, namun melalui bekalan awal bagi yang baru akan masuk
rekam medik pasien. (4)Pengendalian menjadi petugas.
penggunaan alat pelindung diri berupa pe-
makaian sepatu yang bagian atasnya tertu- DAFTAR PUSTAKA
tup.(5)Pengendalian setelah tertusuk jarum
Irzal, M. K. (2016). Dasar-dasar Kese-
suntik berupa pelaporan pada pihak K3 dan lamatan dan Kesehatan Kerja Edisi
PPI untuk pemeriksaan kesehatan di labo- 1.. Indonesia: Kencana.
ratorium, investigasi kronologi kejadian. Jarum, T.,dkk. (2017). Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian
Jika hasil negatif, dilakukan masa peman-
Cidera Tertusuk Jarum Suntik pada
tauan selama kemungkinan masa inkubasi, Perawat di Rumah Sakit Liunkendage
Tahuna. Universitas Sam Ratulangi:
sedangkan jika hasil positif maka akan di-
Manado
lakukan pengobatan K3.
Kementerian Agama Republik Indonesia.
(2017) Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Indonesia: Pustaka Sahifa
Kementerian Kesehatan Republik Indone-
184 AL -SIH AH V O L UM E 11, N O. 2, JUL I -D E SE M B E R 2019