Secara lebih tegas lagi muhammadiyah juga telah memutuskan cara warganya mengembangkan
kehidupan dalam seni dan budaya. Dalam buku pedoman hidup warga Muhammadiyah yang
disahkan dalam muktamar ke 44 tahun 2000 di Jakarta disebutkan sebagai berikut:
a. Islam adalah agama firah, yaitu agama yang berisi ajaran yang tidak bertentangan
dengan fitrah manusia islam bahkan menyalurkan, mengatur dan mengarahkan fitrah
manusia itu untuk kemuliyaan dan kehormatan manusia sebagai mahluk.
b. Rasa seni sebagai penjelmaan rasa keindahan dalam diri manusia merupakan salah satu
fitrah yang dianugrahkan dengan baik dan benar sesaui dengan jiwa dan ajaran islam.
Dari ide gagasan muhammadiyah yang telah dijelaskan diatas, aktivitas gerakannya
mencermikan ide dan gagasannya. Secara umum, kemasyarakatan, ketarjihan,
keanggotaan, dan perlunya wilayah serta organisasi otonom. Badan tersebut sebagai
instrument untuk menggerakan ide dan gagasan keagamaannya dalam rangka
memajukan kehidupan umat dan bangsa. Menurut KH. Ahmad Dahlan, nilai dasar
pendidikan yang perlu ditegakan dan dilaksanakan untuk membangun bangsa yang
besar adalah :
1. Pendidikan ilmu Akhlak, yaitu sebagai usaha menanamkan karakte manusia yang baik
berdasarkan Al – Qur’an dan Sunnah.
2. Pendidikan ilmu individu, yaiut sebagai usaha untuk menumbunkan kesadaraan individu
yang utuh, yang berseimbangan antara perkembangan menta dan jasmani, keyakinan
dan intelek, persamaan dan akal, dunia dan akhirat.
3. Pendidikan ilmu social, yaitu sebagai usaha menumbuhkan kesediaan dan keinginan
hidup masyarakat.
Hingga sekrang konsep ilmu pendidikan tersebut masih terus dihidupkan. Masyarakat
secara luas mengidentifikasikan Muhmmadiyah dengan lembaga pendidikan. Gerakan
dakwah amar ma’ruf nahi mungkarnya khususnya dalam bidang ilmu sangant efektif
dilakukan lewat pendidikan dan kesejahteraan social kemasyarakatan.
Tantangan dan peluang dakwah dalam pengembangan dakwah
Tantangan dan peluang pengembangan dakwah di dalam muhammadiyah mengacu pada visi
muhammadiyah kedepan yakni menentukan prioritas program yang sesuai kebutuhan jaman,
tidak terbilang beban yang sangat besar, yakni amanat yang terkandung dalam pernyataan
pikiran muhamdiyah abad kedua, pernyataan tersebut setidaknya mengandung tiga hal pokok.
Pada visi 2015 diatas adalah bentuk transformasi gerakan yang pada hakikatnya diperlukan
agar muhammadiyah layak menapaki abad kedua sejarahnya dan mampu memaksimalkan
peran dan fungsi strateginya ditengah kehidupan ini, dalam rapat koordinasi antar majelis
dan lembaga tingkat PP muhammadiyah beberapa waktu lalu di Ciloto Jawa Barat, berkali-
kali ketua umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsudin menekankan bahwa untuk
peiode sekarang ini pekerjaan atau kegiatan utama majelis dan lembaga adalah
menciptakan terobosan baru. Terobosan yang berbasis keunggulan dan kreativitas local dan
nasional. “kita harus juga menggunakan logika prioritas”.
Spirit pendekatan kultural yang dicontohkan dalam Al-Qur’an dan teladan Nabi
Muhammad SAW banyak menghilmani gerakan pembaruan KH Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah. Pada ndasarnya dakwah kultural sebagai realitas praktis sudah ada
bersamaan dengan dakwah islam yang dilakukan oleh Rasulullah SAW pada masa awal
kenabiannya. Bingkai teologis-filosofis yang dipaparkan disebagian pendahuluan
mempertegas bahwa dakwah kultural merupakan strategis yang dipraktekan Rasulullah
SAW dan para pengikutnya. Meskipun demikian, dakwah kultural sebagai sebagai istilah dan
konsep baru diperkenalkan Muhammadiyah di Denpasar, Bali, 24,27 Mei 2002.
Memperhatikan pandangan yang berkembang selama siding Tanwir Muhammadiyah di
Denpasar, Dakwah Kultural dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu Dakwah kultural
dalam pengertian umum dan khusus.
Memperhatikan uraian diatas, dapat digaris bawahi bahwa diantara ciri-ciri Dakwah kultural
secara umum adalah : dinamis, kreatif, dan inovatif. Dalam konteks sejarah islam, dakwah
dalam kultural atau kebudayaan pernah dilakukan oleh Rasulullah, Terutama ketika
memperlakukan Tsumamah bin Utsal, Kepala Suku Hanifah, disaat menjadi tawanan umat
islam. Selama beberapa hari, setiap pagi Baginda Nabi SAW menjamu dan tetap menghormati
kedudukan sosial Tsumamah walaupun status nya menjadi tahanan, walaupun dalam
keseharian Tsumamah tetao congkak dan menunjukan permusuhan, beliau dibebaskan tanpa
syarat. Tsumamah tidak bergegas kembali kekaumnya, tetapi bersuci dan menyatakan masuk
islam. Sikap Nabi SAW tersebut menjadi Kreativitas Kultural dalam berdakwah, inspirasi ini pun
dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan dengan mendirikan lembaga pendidikan, rumah sakit, panti
asuhan dan lainnya adalah contoh bahwa KH Ahmad Dahlan dalam dakwahnya menggunakan
pendekatan kultural. Pendekatan ini diteruskan oleh para generasi dan penerus
Muhammadiyah, sehingga Muhammadiyah dalam waktu tempo singkat berkembang pesat.
Memperhatikan uraian diatas dapat digaris bawahi bahwa diantara ciri-ciri dakwah kultural
adalah akomodif, persuasive, elastis, dan tidak konfrontatif. Dalam kaitan ini perlu diperhatian
bahwa dalam seni dan budaya lokal itu banyak unsur mitologinya, karena itu Muhammadiyah
tidak terhambat.
Islam memang membutuhkan kebudayaan, baik yang berupa adat, tradisi, maupun seni local.
Tetapi keduanya perlu dibedakan dengan tegas, mana Islam yang bersifat particular, relative
dan temporal. Dengan demikian inti dari dakwah kultural adalah menempatkan Islam diatas
pluralitas budaya dalam rangka memberikan visi, motivasi, dan pencerahan kemanusiaan dalam
bingkai kebangsaan dan kebudayaan.