Anda di halaman 1dari 5

Prinsip Dakwah Pengembangan Masyarakat :

Bidang Kebudayaan & Ilmu Pengetahuan serta tantangan


dan peluang pengembangan Dakwah Muhammadiyah

Pada muktamar ke 42 1990 di Yogyakarta tersebut, masalah kebudayaan mendapatkan porsi


perhatian yang memadai dari peserta muktamar, dan akhirnya masuk dalam keputusan
muktamar, hal ini bisa dilihat dalam program muhammadiyah periode 1990-1995 pada sub E
tentang kebudayaan yaitu :

1. Meningkatkan perhatian terhadap masalah-masalah social budaya, seperti kesenian,


perkembangan dan perubahan masyarakat, kepariwisataan, olah raga, dan aspek-aspek
social budaya, kesenian, perkembangan dan perubahana masyarakat termasuk budaya
tradisional, gaya hidup masyarakat, keparariwisataan, olah raga, dan aspek-aspek social
budaya lainnya yang mempegaruhi perkembanan masyarakt, disertai upaya-upaya
perkembangan hasanah budaya ilsam, sehingga kehadiran muhammadiyah mampu
memberikan supermasi kebudayaan ditengah perbenturan budaya-budaya dunia
dewasa ini.
2. Pengembangan budaya profetik dan religius yang mampu mendorong dan
membangkitkan fitrah kemanusiaan dan mendorong dan membangkitkan fitrah
kemanusiaan dan mendekatkan manusia kepada Allah dengan symbol-simbol yang
memudahkan diterima masyarakat dalam rangka dakwah islam.
3. Memberikan panduan terhadap gaya hidup masyarakat yang makin modern dengan
kecenderungannya yang prgmatis, konsumtif, materialistis dan hedonisik, dengan
pendekatan dan menggunakan simbol budaya alternative dalam rangka kebudayaan
sesuai ajaran islam untuk menangani program ini dibentuklah sebulah Majelis
Kebudayaan.

Secara lebih tegas lagi muhammadiyah juga telah memutuskan cara warganya mengembangkan
kehidupan dalam seni dan budaya. Dalam buku pedoman hidup warga Muhammadiyah yang
disahkan dalam muktamar ke 44 tahun 2000 di Jakarta disebutkan sebagai berikut:
a. Islam adalah agama firah, yaitu agama yang berisi ajaran yang tidak bertentangan
dengan fitrah manusia islam bahkan menyalurkan, mengatur dan mengarahkan fitrah
manusia itu untuk kemuliyaan dan kehormatan manusia sebagai mahluk.
b. Rasa seni sebagai penjelmaan rasa keindahan dalam diri manusia merupakan salah satu
fitrah yang dianugrahkan dengan baik dan benar sesaui dengan jiwa dan ajaran islam.

Dari ide gagasan muhammadiyah yang telah dijelaskan diatas, aktivitas gerakannya
mencermikan ide dan gagasannya. Secara umum, kemasyarakatan, ketarjihan,
keanggotaan, dan perlunya wilayah serta organisasi otonom. Badan tersebut sebagai
instrument untuk menggerakan ide dan gagasan keagamaannya dalam rangka
memajukan kehidupan umat dan bangsa. Menurut KH. Ahmad Dahlan, nilai dasar
pendidikan yang perlu ditegakan dan dilaksanakan untuk membangun bangsa yang
besar adalah :

1. Pendidikan ilmu Akhlak, yaitu sebagai usaha menanamkan karakte manusia yang baik
berdasarkan Al – Qur’an dan Sunnah.
2. Pendidikan ilmu individu, yaiut sebagai usaha untuk menumbunkan kesadaraan individu
yang utuh, yang berseimbangan antara perkembangan menta dan jasmani, keyakinan
dan intelek, persamaan dan akal, dunia dan akhirat.
3. Pendidikan ilmu social, yaitu sebagai usaha menumbuhkan kesediaan dan keinginan
hidup masyarakat.

Hingga sekrang konsep ilmu pendidikan tersebut masih terus dihidupkan. Masyarakat
secara luas mengidentifikasikan Muhmmadiyah dengan lembaga pendidikan. Gerakan
dakwah amar ma’ruf nahi mungkarnya khususnya dalam bidang ilmu sangant efektif
dilakukan lewat pendidikan dan kesejahteraan social kemasyarakatan.
Tantangan dan peluang dakwah dalam pengembangan dakwah

Tantangan dan peluang pengembangan dakwah di dalam muhammadiyah mengacu pada visi
muhammadiyah kedepan yakni menentukan prioritas program yang sesuai kebutuhan jaman,
tidak terbilang beban yang sangat besar, yakni amanat yang terkandung dalam pernyataan
pikiran muhamdiyah abad kedua, pernyataan tersebut setidaknya mengandung tiga hal pokok.

1. Pernyataan menenai pendangan muhammadiyah mengenai islam yang berkemajuan,


yang harus menjadi alam pikiran sekaligus diaktualisasikan dalan gerakan.
2. Orientasi gerakan pencerahan yang bersifat membebaskan, memberdayakan, dan
memajukan yang harus menjadi bingkai dalam seluruh gerakan.
3. Agenda-agenda strategi dalam mewujudkan gerakan pencerahan muhammadiyah.
Setidak-tidaknya pernyataan pikiran tersebut harus menjadi fikrah atau alam pikiran
anggota lebih khusus bagi kader dan pimpinan muhammadiyah. Jangan sampai elit
muhammadiyah malah tidak memahami kandungan isinya, malah bertentangan dengan
spirit pernyataan pikiran yang berdasar tersebut.

Pada visi 2015 diatas adalah bentuk transformasi gerakan yang pada hakikatnya diperlukan
agar muhammadiyah layak menapaki abad kedua sejarahnya dan mampu memaksimalkan
peran dan fungsi strateginya ditengah kehidupan ini, dalam rapat koordinasi antar majelis
dan lembaga tingkat PP muhammadiyah beberapa waktu lalu di Ciloto Jawa Barat, berkali-
kali ketua umum PP Muhammadiyah Prof Dr Din Syamsudin menekankan bahwa untuk
peiode sekarang ini pekerjaan atau kegiatan utama majelis dan lembaga adalah
menciptakan terobosan baru. Terobosan yang berbasis keunggulan dan kreativitas local dan
nasional. “kita harus juga menggunakan logika prioritas”.

Untuk mengurangi kemacetan dakwah kultural dan agar kemuhamadiyahan dapat


memainkan peran strategisnya di dunia seni dan budaya, pada pertengahan janusai lalu
kami mengadakan dialog kebudayaan tema nya adalah “adakah bid’ah dalam kebudayaan ?
tema ini perlu kami bedah agar ada kejelasan mana yang boleh dilakukan dalam lapangan
seni bbudaya dan mana yang tidak, dengan demikian ganjalan terbesar pada pelaksanaan
dakwah kultural dapat di jebol”. Ungkap jabrohim, ketua lembaga seni budaya dan olahraga
PP Muhammadiyah. Dengan hal ini semua aktivis Muhammadiyah disemua level
kepemimpinan dan bidang perlu menyadari bahwa, yang diperlukan dalam metode
kepemimpinan 2010-2015 ini bukanlah sekedar kejar-kejar teknis , akan tetapi kejar-kejar
yang bermakna strategis dan secara positif bisa berdampak sistemik pada kehidupan ini.
“kita perlu belajar dari kejeniusan KHA Dahlan dalam hal ini, hal ini yang di ungkapkan oleh
Prof Dr Ahmad Syafi’I Ma’arif dalam sebuah kesempata pidatonya.

Spirit pendekatan kultural yang dicontohkan dalam Al-Qur’an dan teladan Nabi
Muhammad SAW banyak menghilmani gerakan pembaruan KH Ahmad Dahlan dan
Muhammadiyah. Pada ndasarnya dakwah kultural sebagai realitas praktis sudah ada
bersamaan dengan dakwah islam yang dilakukan oleh Rasulullah SAW pada masa awal
kenabiannya. Bingkai teologis-filosofis yang dipaparkan disebagian pendahuluan
mempertegas bahwa dakwah kultural merupakan strategis yang dipraktekan Rasulullah
SAW dan para pengikutnya. Meskipun demikian, dakwah kultural sebagai sebagai istilah dan
konsep baru diperkenalkan Muhammadiyah di Denpasar, Bali, 24,27 Mei 2002.
Memperhatikan pandangan yang berkembang selama siding Tanwir Muhammadiyah di
Denpasar, Dakwah Kultural dapat dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu Dakwah kultural
dalam pengertian umum dan khusus.

1. Pengertian umum : Dalam pengertian umum dakwah kultural di pahami sebagai


kegiatan dakwah dengan memperhatiakn potensi dan kecenderungan manusia sebagai
makhluk budaya secara luas, dalam rangka menghasilkan kultur baru yang bernuansa
islami.

Memperhatikan uraian diatas, dapat digaris bawahi bahwa diantara ciri-ciri Dakwah kultural
secara umum adalah : dinamis, kreatif, dan inovatif. Dalam konteks sejarah islam, dakwah
dalam kultural atau kebudayaan pernah dilakukan oleh Rasulullah, Terutama ketika
memperlakukan Tsumamah bin Utsal, Kepala Suku Hanifah, disaat menjadi tawanan umat
islam. Selama beberapa hari, setiap pagi Baginda Nabi SAW menjamu dan tetap menghormati
kedudukan sosial Tsumamah walaupun status nya menjadi tahanan, walaupun dalam
keseharian Tsumamah tetao congkak dan menunjukan permusuhan, beliau dibebaskan tanpa
syarat. Tsumamah tidak bergegas kembali kekaumnya, tetapi bersuci dan menyatakan masuk
islam. Sikap Nabi SAW tersebut menjadi Kreativitas Kultural dalam berdakwah, inspirasi ini pun
dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan dengan mendirikan lembaga pendidikan, rumah sakit, panti
asuhan dan lainnya adalah contoh bahwa KH Ahmad Dahlan dalam dakwahnya menggunakan
pendekatan kultural. Pendekatan ini diteruskan oleh para generasi dan penerus
Muhammadiyah, sehingga Muhammadiyah dalam waktu tempo singkat berkembang pesat.

2. Pengertian Khusus : Dakwah kultural dalam pengertian khusus dipahami sebagai


“Kegiatan dakwah dengan memperhatikan, memperhitungkan, dan memanfaatkan
adat, seni, dan budaya local, dalam proses menuju kehidupan Islami”.

Dalam konteks Indonesia, dakwah kultural berusaha menginternaslisasikan nilai-nilai Islam


kedalam tradisi, seni, dan budaya local yang masih dapat dilestarikan dalam kehidupan
masyarakat Indonesia Kontemporer.

Memperhatikan uraian diatas dapat digaris bawahi bahwa diantara ciri-ciri dakwah kultural
adalah akomodif, persuasive, elastis, dan tidak konfrontatif. Dalam kaitan ini perlu diperhatian
bahwa dalam seni dan budaya lokal itu banyak unsur mitologinya, karena itu Muhammadiyah
tidak terhambat.

Islam memang membutuhkan kebudayaan, baik yang berupa adat, tradisi, maupun seni local.
Tetapi keduanya perlu dibedakan dengan tegas, mana Islam yang bersifat particular, relative
dan temporal. Dengan demikian inti dari dakwah kultural adalah menempatkan Islam diatas
pluralitas budaya dalam rangka memberikan visi, motivasi, dan pencerahan kemanusiaan dalam
bingkai kebangsaan dan kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai