Analisis Desain Kursi Ergonomis
Analisis Desain Kursi Ergonomis
Disusun oleh ;
Dedi Usman Munandar (K2516015)
Vicky Satria Pramudita (K2516069)
A. Latar Belakang
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan
baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala kemampuan,
kebolehan dan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental sehingga
dicapai suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang lebih baik (Tarwaka,
2015).
Antropometri merupakan salah satu ilmu terapan dalam bidang
ergonomi yang sangat berguna dalam tercapainya kinerja desain yang efektif
dan produktifitas tinggi. Dewasa ini, penelitian mengenai antropometri
telah banyak dilakukan oleh manusia dewasa dengan umur 19-22 tahun
khususnya dalam perancangan desain. Chuan et al (2010) mengumpulkan
245 laki-laki dan 132 perempuan warga negara Indonesia serta 206 laki-laki
dan 109 perempuan warga negara Singapura sebagai subjek penelitian
pengukuran yang dapat menyajikan informasi antropometri terbaru.
Selanjutnya, penelitian tersebut menjadi referensi perbedaan antara
warga negara Indonesia dan Singapura sehingga desainer dapat
memberikan ukuran kisaran produk sesuai dengan target yang dituju.
Saat ini, antropometri lebih memiliki banyak kegunaan dan fungsi
praktis, sebagian besar dari mereka telah memulainya. Sebagai contoh, data
antropometri digunakan untuk menilai status gizi, untuk memantau
pertumbuhan anak-anak, untuk mendesain bagi keperluan orang cacat maupun
lansia dan untuk mendesain peralatan perkantoran dan pabrik-pabrik dan
bahkan telah merambat ke berbagai aspek kehidupan sehari-hari (Tarwaka,
2015).
Perubahan waktu secara perlahan-lahan telah merubah manusia dan
keadaan. Disini manusia berusaha mengadaptasikan dirinya menurut situasi
dan kondisi lingkungannya. Banyak bukti yang menunjukkan perubahan
manusia untuk menyesuaikan diri dengan kondisi alam yang ada di sekitar
lingkungannya serta ditunjukkan oleh perkembangan kebudayaan dari waktu
ke waktu. Manusia melakukan perubahan rancangan peralatan-peralatan yang
dipakai adalah untuk memudahkan di dalam mengoperasikan penggunaannya
(Nurwahid, 2014).
Penerapan ergonomi untuk perusahaan maupun instansi lainnya dapat
bermanfaat dalam pembuatan desain alat-alat maupun tata letak peralatan yang
digunakan oleh pekerja. Dengan demikian pekerja dapat merasa nyaman
bekerja tanpa ada gangguan fisiologis tubuh yang diakibatkan salah posisi ssaat
bekerja maupun karena letak peralatan yang tidak ergonomis. Sebagai
Mahasiswa jurusan Kesehatan Masyarakat khususnya peminatan keselamatan
dan kesehatan kerja nantinya kita dituntut untuk menciptakan kondisi kerja
yang nyaman untuk pekerja. Usaha yang dapat dilakukan ialah dengan
mendesain peralatan maupun tata letak peralatan yang ergonomis agar tercipta
suasana yang nyaman saat bekerja.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mendapatkan data hasil pengukuran tubuh
2. Mahasiswa mendapatkan data ukuran peralatan kerja (Kursi tunggu
di Lantai 1)
3. Mahasiswa mampu menghitung dan menganalisis hasil pengukuran
antropometri
C. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara melakukan pengukuran antropometri?
2. Bagaiman cara menganalisis hasil pengukuran antropometri?
3. Apakah desain kursi yang digunakan sudah ergonomis untuk
mahasiswa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan
nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek –
aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan.
Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan
dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di
dalam 4ontainer dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas
kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu
menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya (Nurmianto, 2004).
Ergonomi adalah suatu ilmu dimana dalam penerapannya berusaha
untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya, yang bertujuan demi tercapainya produktivitas kerja dan efisiensi
yang setinggi –tingginya melalui pemanfaatan 4ontai manusia seoptimal-
optimalnya. Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup
hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga
kerja secara timbale balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerj (Suma’mur,
1996).
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi adalah
manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh
manusia yang ditujukan untuk menurunkan stress yang akan dihadapi.
Upayanya antara lain berupa penyesuaian ukuran tempat kerja dengan
dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia (Depkes RI, 2007).
B. Tujuan Ergonomi
Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi
yang paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai
tenaga kerja. Tujuan utama ergonomi ada empat (Santoso, 2004;
Notoatmodjo, 2003), yaitu :
1. Memaksimalkan efisiensi karyawan.
2. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
3. Menganjurkan agar bekerja dengan aman, nyaman dan bersemangat.
4. Memaksimalkan bentuk kerja
Menurut Tarwaka (2004), ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari
penerapan 5ontainer, antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban
kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas
kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia
produktif maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis,
dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga
tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Sasaran ergonomi adalah seluruh tenaga kerja, baik sektor modern,
maupun pada sektor tradisional dan informal. Pada sektor modern
penerapan ergonomi dalam bentuk pengaturan sikap, tata cara kerja dan
perencanaan kerja yang tepat adalah syarat penting bagi efisiensi dan
produktivitas kerja yang tinggi. Pada sistem tradisional pada umumnya
dilakukan dengan tangan dan memakai peralatan serta dalam sikap-sikap
badan dan cara-cara kerja yang secara ergonomi dapat diperbaiki
(Suma’mur, 1996).
C. Penerapan Ergonomi
Menurut Nurmianto (2008), peranan penerapan ergonomi antara lain :
1. Aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain).
Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja
(tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja
(workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (displays),
jalan/lorong (access ways), pintu (doors), jendela (windows) dan lain–lain.
2. Desain pekerjaan pada suatu organisasi.
Misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian
waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan dan lain – lain.
3. Meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja.
Misalnya : desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu
pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat
peraga visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi
ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja
(handtools) untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu
peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi
dalam proses transfer informasi dan lain – lain.
D. Antropometri
Antropometri adalah suatu studi tentang pengukuran yang sistematis
dari fisik tubuh manusia, terutama mengenai dimensi bentuk tubuh yang dapat
digunakan dalam klasifikasi dan perbandingan antropologis. Seperti kita
ketahui, bahwa para ahli antropologi telah melakuka pengukuran tubuh
manusia ratusan tahun yang lalu. Tetapi baru kira-kira 60 tahun terakhir
dimensi ukuran tubuh manusia digunakan dalam perancangan model pakaian
untuk meningkatkan desain dan ukuran pakaian yang kita gunakan sehari-hari.
Permasalahan yang sering dihadapi dalam aplikasi antropometri untuk desain
adalah masalah kekurangan akomodasi rentangan ukuran yang sangat luas dari
variabilitas ukuran dan bentuk kedalam kebutuhan tunggaldan bahkan sering
terjadi permasalahan desain yang tidak fleksibel (Tarwaka,2015).
Menurut Nurmianto (2008) untuk memudahkan dalam
melakukan pengukuran antropometri, pengukuran dibagi menjadi dua
bagian yaitu:
1. Antropometri Statis
Antropometri statis lebih berhubungan dengan pengukuran ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan statis (diam) yang distandarkan. Dimensi yang
diukur pada antropometri statis diambil secara linier (lurus) dan
dilakukan pada permukaan tubuh pada saat diam.
2. Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis lebih berhubungan dengan pengukuran ciri-ciri
fisik manusia dalam keadaan dinamis, dimana dimensi tubuh yang
diukur dilakukan dalam berbagai posisi tubuh ketika sedang bergerak
sehingga lebih kompleks dan sulit dilakukan. Terdapat tiga kelas
pengukuran dinamis, yaitu:
a. Pengukuran tingkat keterampilan sebagi pendekatan untuk
mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas. Contoh : dalam
mempelajari performansi atlit.
b. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja. Contoh :
jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat bekerja, yang
dilakukan pada saat berdiri atau duduk.
c. Pengukuran variabilitas kerja. Contoh : analisis kemampuan jari-
jari tangan dari seorang juru ketik atau operator 7ontaine.
E. Sikap Kerja
Sikap kerja adalah sikap tubuh yang menggambarkan bagaimana posisi
badan, kepala badan, tangan dan kaki baik dalam hubungan antar bagian-
bagian tersebut maupun letak pusat gravitasinya. Faktor-faktor yang paling
berpengaruh meliputi sudut persendian, inklinasi vertical badan, kepala,
tangan dan kaki serta derajat penambahan atau penguranngan bentuk kurva
tulang belakang (Nurmianto,2008).
Sikap tubuh saat bekerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan
yang dilakukan, dimana setiap posisi kerja memiliki pengaruh yang berbeda-
beda terhadap tubuh. Menurut Suma’mur (1996), dalam pekerja, sikap tubuh
sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan tata letak peralatan
seperti macam gerak, arah dan kekuatan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap
tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu :
1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau
sikap berdiri secara bergantian.
2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya
hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis
diperkecil.
3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak
membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot – otot
yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan
penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan juga untuk mencegah
keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas (Tarwaka,2015).
Ukuran tubuh yang penting untuk penerapan ergonomi, yaitu :
a. Pada sikap berdiri : tinggi badan berdiri, tinggi mata, tinggi bahu,
tinggi siku, tinggi pinggul, tinggi pangkal jari tangan, tinggi ujung –
ujung jari.
b. Pada sikap duduk : tinggi duduk, tinggi posisi mata, tinggi bahu, tinggi
siku, tebal paha, jarak bokong – lutut, jarak bokong – lekuk lutut, tinggi
lutut, lebar bahu, lebar pinggul (Harrianto, 2008).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan
sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu :
a. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap
berdiri secara bergantian.
b. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal
ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis
diperkecil.
c. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak
membebani melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot – otot
yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan
penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan juga untuk mencegah
keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas (Tarwaka,2015).
D. Hasil Pengukuran
1. Perolehan data ukuran kursi tunggu di Lantai 1 Gedung A :
Tinggi alas Kursi : 38 cm
Tinggi Siku Kursi dari alas duduk : 19 cm
Panjang sandaran lengan : 30 cm
Lebar Alas Duduk : 46 cm
Lebar Sandaran : 46 cm
Tinggi sandaran : 42 cm
Panjang alas duduk : 36 cm
2. Data antropometri mahasiswa ptm (Ukuran dalam mm)
Standar Persentil Persentil Persentil
Dimensi Rata-rata
Deviasi ke 5 ke 50 ke 95
Tinggi badan 950,57 168,9 673 951 1228
posisi duduk
Tinggi bahu 669,98 168,7 392 670 948
posisi duduk
Tinggi siku 334,43 170,9 53,3 334 616
posisi duduk
Jarak dari pantat 546,77 59,67 449 547 645
ke lutut
Jarak dari lipat 447,77 42,47 377 448 518
lutut (popliteal)
Tinggi lipat 414,43 38,36 351 414 478
lutut (popliteal)
Lebar panggul 378,02 56,54 285 378 471
300
0
6
400
850
700
Skor dari grup A adalah 4 tanpa adanya penambahan beban dan gaya.
Selanjutnya melakukan perhitungan grup B :
GRUP B
Postur Sudut Skor
Lengan Atas/ Bahu 450 2
Lengan Bawah/ Siku 850 1
Pergelangan Tangan 700 +Twist 2
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka