Anda di halaman 1dari 29

Bab 1: Teori Atom Mekanika Kuantum dan Ikatan Kimia

Soal Pemahaman
A. Soal Esai

1. a. Konsep orbital adalah kebolehjadian untuk menemukan elektron dalam atom.


b. Menurut teori Bohr, posisi elektron dalam atom tidak dapat ditentukan secara pasti. Sedangkan
konsep orbital pada teori atom mekanika kuantum, menyatakan kebolehjadian menemukan
elektron dan teori atom mekanika kuantum ini juga menyatakan kedudukan elektron dalam
atom dijelaskan oleh 4 bilangan kuantum.
2. - Bilangan kuantum utama (n), menyatakan kulit di mana orbital-orbital berada. Semua orbital
dengan bilangan kuantum n yang sama berada dalam kulit yang sama.
- Bilangan kuantum azimuth (l), membagi kulit menjadi subkulit di mana orbital-orbital berada.
- Bilangan kuantum magnetik (ml atau m), menyatakan orbital-orbital dengan orientasi berbeda di
dalam subkulit.
- Bilangan kuantum spin (ms atau s), menyatakan arah rotasi elektron dalam orbital.
3. a. - Bilangan kuantum utama (n) dimulai dari n = 1 sampai n = ∞.
- Bilangan kuantum azimuth (l), untuk setiap kulit n, l dimulai dari l = 0 sampai l = (n-1)
- Bilangan kuantum magnetik (ml atau m), untuk setiap subkulit l, ml dimulai dari ml = +1
sampai ml = -l.
- Bilangan kuantum spin (ms atau s), diberi nilai + dan -
b. untuk kulit N: l = 0, 1, 2, 3, 4
ml = -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3
ms = + dan -
4. Bilangan kuantum utama (n) menentukan energi, bilangan kuantum azimuth (l) menentukan bentuk
orbital dan bilangan kuantum magnetik (ml atau m) menentukan orientasi orbital.
5. a. Ya.
b. Orbital s mempunyai bentuk seperti bola dan hanya terdapat satu orientasi, yakni sama ke
segala arah.
Orbital p memiliki bentuk seperti balon terpilin, dan terdapat tiga orientasi yang satu sama
lainnya membentuk sudut 90o.
6. 1. Asas Aufbau : Elektron-elektron cenderung menempati orbital-orbital dengan energi lebih rendah
terlebih dahulu.
2. Asas Larangan Pauli : Tidak boleh ada dua elektron yang mempunyai keempat bilangan kuantum
dengan nilai yang sama.
3. Kaidah Hund : Jika elektron-elektron dimasukkan ke dalam orbital-orbital pada subkulit yang
sama, maka elektron-elektron akan mengisi orbital satu per satu dengan arah rotasi
(spin) yang sama sebelum dapat berpasangan.
7. Keteraturan dari hubungan konfigurasi elektron dengan sistem periodik adalah sebagai berikut:
- Nilai n terbesar pada konfigurasi elektron valensi dari suatu unsur menyatakan nomor periode
unsur tersebut.
- Jenis subkulit yang ditempati elektron valensi menentukan jenis golongan, sedangkan jumlah
elektron valensi terkait dengan nomor golongan.
8. a. Periode 3, golongan IVA
b. Periode 6, golongan IVA
c. Periode 7, golongan IIA
9. a. [Kr] 5s2 4d10
b. [Kr] 5s2 4d10 5p2
c. [Xe] 6s1
10. a. Ikatan kimia pada molekul awalnya dijelaskan sebagai interaksi atom-atom melalui ikatan
kovalen, yakni penggunaan elektron bersama untuk memperoleh konfigurasi elektron gas mulia.
Dengan munculnya teori atom mekanika kuantum, penggunaan elektron bersama tersebut
digambarkan sebagai interaksi orbital-orbital atomiknya, berupa tumpang tindih orbital-orbital.
Hal ini kemudian menjadi dasar dari teori ikatan valensi.
11. - Ikatan σ, yang terbentuk akibat tumpang tindih ujung-ujung orbital-orbital secara aksial. Contoh:
tumpang tindih s-s, s-p, dan p-p (aksial).
- Ikatan π, yang terbentuk akibat tumpang tindih orbital-orbital secara lateral. Contoh: tumpang
tindih p-p (lateral).
12. a. Orbital-orbital atomik dari suatu atom dengan perbedaan tingkat energi yang kecil, dapat
bercampur membentuk orbital-orbital baru yang disebut orbital atomik hibrid.
b. Orbital hibrid adalah orbital-orbital yang ekivalen satu sama lainnya dalam hal bentuk dan
energi sedangkan perbedaan hanya terletak pada orientasinya.
c. Dapat, karena hibridisasi orbital-orbital atomik 2s dan 2p dapat membentuk orbital-orbital sp
setengah penuh dan masing-masing tumpang tindih dengan orbital 1s setengah penuh.
d. Dapat, karena hibridisasi 1 orbital s dan 3 orbital p membentuk 4 orbital hibrid sp3, dengan
orientasi orbital adalah tetrahedron.
13. a. Orientasi orbital linear
b. Orientasi orbital segitiga planar
c. Orientasi orbital tetrahedron
d. Orientasi orbital linear
14. a. N = 1s2 2s2 2p3
H = 1s1
NH3 =
1s2 2s2 2p5
Terjadi tumpang tindih orbital 1s dari H dengan orbital 2p dari N.
b. Piramida trigonal
c. Karena molekul NH3 mempunyai satu pasangan elektron yang tidak berikatan.
15. a. Pasangan-pasangan elektron yang semuanya bermuatan negatif akan berusaha saling menjauhi
sehingga tolak-menolak antar pasangan-pasangan ini menjadi minimum.
b. Karena teori domain elektron merupakan pengembangan teori VSPER di mana pasangan-
pasangan elektron dalam ikatan tunggal/rangkap dan pasangan elektron bebas dianggap
terkungkung dalam suatu domain elektron.
c. - Domain elektron adalah pasangan elektron bebas yang terikat ke atom pusat dari suatu
molekul.
- Domain elektron ikatan (DEI) adalah domain yang mengandung pasangan elektron ikatan.
- Domain elektron bebas (DEB) adalah domain yang mengandung pasangan elektron bebas.
16. NF3 : domain elektron 4, domain elektron ikatan 3 dan domain elektron bebas 1.
17. a. Oktahedron
b. Tetrahedron terdistorsi
c. Bengkok
18. Karena sifat keelektronegatifan atom O lebih besar dari atom S, sehingga ikatan O akan saling
menjauhi.
19. a. Kepolaran molekul ditentukan oleh kepolaran ikatan-ikatan kovalen dalam molekul dan bentuk
molekul.
b. molekul O2 bersifat non-polar, molekul BeF2 bersifat non-polar, dan molekul CH2Cl bersifat
c. asetilen (C2H2) bersifat non polar.
20. a. Gaya antar molekul adalah interaksi molekul-molekul dalam zat (unsur atau senyawa) melalui
gaya elektrostatis.
b. Ikatan kovalen merupakan penggunaan elektron bersama untuk memperoleh konfigurasi
elektron gas mulia. Sedangkan gaya antar molekul adalah interaksi molekul-molekul dalam zat
(unsur atau senyawa) melalui gaya elektrostatis.
c. Gaya tarik-menarik dipol-dipol, ikatan hidrogen, dan gaya tarik-menarik dipol sesaat-dipol
terimbas (gaya London).
21. a. Gaya tarik-menarik dipol-dipol adalah gaya tarik-menarik yang terjadi lebih besar dibandingkan
dengan gaya tolak-menolak. Sehingga terdapat suatu netto tarik-menarik antar-molekul.
b. Karena muatan-muatan yang terlibat dalam gaya antar-molekul ini adalah muatan-muatan
parsial (δ+ atau δ-), bukan muatan penuh.
22. a. Ikatan yang terbentuk antara atom H dari suatu molekul polar dengan pasangan elektron bebas
yang dimiliki atom kecil yang sangat elektronegatif dari molekul polar lainnya.
b. Karena atom N, O, dan F bersifat sangat elektronegatif. Atom H tidak memiliki kulit-kulit
elektron terdalam sehingga elektronnya dapat tertarik sangat kuat ke atom kecil yang sangat
elektronegatif tersebut.
23. a. Gaya tarik-menarik dipol sesaat-dipol terimbas (Gaya London) adalah gaya yang berlangsung
sesaat antar molekul-molekul, baik polar maupun non-polar.
b. Ukuran molekul, jumlah atom di dalam molekul, dan bentuk molekul.
c. Tidak, gaya London juga berlaku untuk zat polar.
24. - Titik didih senyawa molekul menggambarkan besarnya energi yang diperlukan untuk mengatasi
gaya tarik-menarik antar-molekul. Semakin besar gaya tarik-menarik, maka semakin besar
energi yang diperlukan. Dengan demikian, titik didihnya semakin tinggi.
- Tegangan permukaan, semakin kuat gaya antar-molekul suatu zat cair, maka semakin besar
tegangan permukaan yang dihasilkan.
- Sifat membasahi permukaan oleh zat cair, gaya antar-molekul mempengaruhi kemampuan zat
cair untuk membasahi suatu permukaan. Yang dimaksud membasahi adalah penyebaran zat cair
pada permukaan untuk membentuk lapisan yang tipis.
- Kekentalan (Viskositas), semakin kuat gaya antar-molekul zat cair, semakin sulit molekul-
molekul zat cair untuk bergerak/mengalir atau semakin besar kekentalannya.
25. a. Ya, gaya London relatif lemah karena bersifat sesaat dan tidak terus-menerus.
b. Karena komponen lilin C20H42 jumlah atom di dalam molekulnya banyak dibandingkan jumlah
atom pada molekul H2O. C20H42 mengalami gaya London, gaya London ini dipengaruhi jumlah
atom di dalam molekul. Semakin banyak jumlah atom di dalam molekul, semakin banyak
tempat yang tersedia untuk terbentuknya dipol sesaat dan dipol terimbas. Dengan demikian,
dipol sesaat dan dipol terimbas semakin mudah terbentuk sehingga gaya London akan semakin
kuat.

B. Soal Pilihan Ganda


1. B 6. B
2. D 7. C
3. E 8. D
4. C 9. A
5. E 10. B
Bab 2: Termokimia

Soal Pemahaman
A. Soal Esai

1. a. Reaksi endoterm adalah reaksi kimia yang melibatkan penyerapan kalor. Reaksi eksoterm
adalah reaksi kimia yang melibatkan pelepasan kalor.
b. Berdasarkan diagram entalpi reaksi endoterm memiliki nilai ∆H positif (+), artinya Σ Hproduk reaksi
> Σ Hpereaksi. Sedangkan reaksi eksoterm memiliki nilai ∆H negatif (-), artinya Σ Hproduk reaksi < Σ
Hpereaksi.
2. Contoh reaksi endoterm: Fotosintesis, dekomposisi termal.
Contoh reaksi eksoterm: Pembakaran, Respirasi
3. a. eksoterm
b. endoterm
c. endoterm
d. eksoterm
4. a. Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi kimia yang menyertakan perubahan entalpi
(∆H).
b. ∆H merupakan sifat ekstensif, oleh karena itu dalam persamaan termokimia nilai ∆H
bergantung pada nilai koefisien reaksi dan wujud zatnya.
c. Boleh, karena penggunaan bilangan pecahan dalam koefisien reaksi terkait dengan penulisan
persamaan termokimia untuk ∆H standar.
5. S(s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = - 297 kJ/mol
6. a. CaO(s) + H2O(l) → Ca(OH)2(s) ∆H = - 65,3 kJ/mol
b. reaksi eksoterm
7. a. N2(g) + 4H2(g) + Cl2(g) → 2NH4Cl(s) ∆H reaksi = - 314,4 kJ/mol
b. reaksi eksoterm
8. a. HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) ∆H reaksi = - 314,4 kJ/mol
b. reaksi eksoterm
9. a. Perubahan entalpi standar adalah perubahan entalpi yang diukur pada kondisi standar, yakni
pada suhu 25oC (298,15 K) dan tekanan 1 atm.
b. Perubahan entalpi molar standar berbasis 1 mol dari suatu zat yang terlibat dalam reaksi dengan
satuan kJ/mol.
10. a. Perubahan entalpi pembentukan standar (∆Hof) menyatakan perubahan entalpi pada
pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurnya pada kondisi standar.
Perubahan entalpi pembakaran standar (∆Hoc) menyatakan perubahan entalpi pada pembakaran
habis 1 mol zat pada kondisi standar.
b. N2(g) + O2(g) → NO2(g)
c. Reaksi pembentukan 1 mol gas NO2 (∆Hof NO2) dapat dipandang sebagai reaksi pembakaran
mol gas N2 (∆Hoc N2(g)), maka ∆Ho = ∆Hof NO2(g) = ∆Hoc N2(g)
11. - Kalor jenis (c) adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram zat sebesar
1oC. Satuannya adalah J/kg K atau J/g oC.
- Kapasitas kalor (C) adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu zat atau sistem
sebesar 1oC atau 1 K. Satuannya adalah J/K atau J/oC.
12. a. Kalorimeter sederhana digunakan untuk mengukur kalor dari reaksi yang berlangsung dalam
larutan. Kalorimeter ini dapat terbuat dari dua wadah minuman styrofoam. Styrofoam
merupakan insulator yang baik, maka dapat diasumsikan bahwa besarnya kalor yang dilepas/
diserap reaksi sama dengan besarnya kalor yang diserap/ dilepas larutan.
b. nilai kalor reaksi (q) dan perubahan entalpi (∆H) dapat ditentukan:
qreaksi + qlarutan = 0
qreaksi = - qlarutan
dimana, qlarutan = m x c x ∆T
qreaksi = -m x c x ∆T
Pada tekanan tetap, perubahan entalpi (∆H) sama dengan kalor (q) yang diserap atau dilepas.
∆H = qp, oleh karena pengukuran qreaksi pada kalorimeter sederhana dilakukan pada tekanan
tetap, maka qp = qreaksi. Jadi, besarnya ∆H reaksi pada kalorimeter sederhana adalah ∆H = qreaksi.
13. a. Pada prinsipnya kalorimeter bom terdiri dari suatu wadah tertutup seperti bom, di mana reaksi
kimia berlangsung.Wadah ini dikelilingi oleh sejumlah massa air yang dilengkapi dengan
pengaduk dan termometer. Kalor reaksi yang diserap/dilepas akan mengakibatkan terjadinya
perubahan suhu kalorimeter bom.
b. nilai kalor reaksi (q) dan perubahan entalpi (∆H) dapat ditentukan:
qreaksi + qkalorimeter = 0
qreaksi = - qkalorimeter
dimana, qkalorimeter = Ckalorimeter ∆T, sehingga diperoleh:
qreaksi = -Ckalorimeter ∆T
untuk kalorimeter bom, perubahan entalpi dapat ditulis sebagai berikut :
∆H ≈ qv, karena pengukuran kalor reaksi pada kalorimeter bom dilakukan pada
volum tetap, maka: qv = qreaksi. Jadi, besarnya ∆H reaksi pada kalorimeter bom adalah sebagai
berikut: ∆H ≈ qreaksi
14. Hasil pengukuran kalorimeter bom mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi dibandingkan dengan
kalorimeter sederhana.
15. Hukum Hess dapat digunakan untuk menghitung ∆H reaksi, jika suatu reaksi berlangsung dalam
dua tahap reaksi atau lebih, maka perubahan entalpi untuk reaksi tersebut sama dengan jumlah
perubahan entalpi dari semua tahapan.
16. a. ∆Hreaksi = Σ(nproduk x ∆Hof produk) – Σ(npereaksi x ∆Hof pereaksi)
b. ∆Hreaksi = {[nP x ∆Hof P] + [nQ x ∆Hof Q] + [nR x ∆Hof R] - [nA x ∆Hof A] + [nB x ∆Hof B] + [nC
x ∆Hof PC]}
17. Kelebihan hukum Hess adalah dapat menentukan ∆Hof senyawa yang tidak mudah terbentuk dari
unsur-unsurnya secara langsung. Data ∆Hof memungkinkan untuk mengaplikasikan hukum Hess
guna menentukan ∆H reaksi tanpa perlu memanipulasi persamaan termokimia.
18. a. Energi ikatan adalah energi yang terkait dengan pemutusan dan pembentukan ikatan kimia.
b. Energi disosiasi adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan dalam suatu
molekul gas menjadi atom-atomnya dalam fase gas.
19. Nilai energi ikatan rangkap lebih besar dari nilai energi ikatan tunggal akibat pertambahan jumlah
pasangan elektron yang digunakan bersama.
20. a. ∆Hreaksi = Σ(energi ikatan pereaksi) – Σ(energi ikatan produk reaksi)
b. diagram entalpi dapat dilihat pada buku halaman 82.
21. a. Reaksi pembakaran adalah reaksi yang melepaskan sejumlah kalor.
b. 3 faktor agar pembakaran dapat terjadi, yakni adanya bahan bakar, oksigen, dan kalor.
c. Kalor pembakaran atau perubahan entalpi pembakaran adalah dilepaskannya sejumlah kalor
dalam reaksi pembakaran.
22. Hidrogen : kelebihannya dapat menghasilkan energi yang besar dan produk yang bersih,
kekurangannya adalah hidrogen tidak ditemukan di alam melainkan harus dibuat melalui proses
yang memerlukan sumber energi lainnya.
Gas Alam : kelebihannya mudah terbakar dan dapat melepas energi yang sangat besar. Pembakaran
gas alam murni lebih efisien dan melepas lebih sedikit polutan ke lingkungan.
23. Pembakaran sempurna adalah pembakaran yang menghasilkan produk reaksi berupa CO2 dan H2O.
Sedangkan pembakaran tidak sempurna adalah pembakaran yang menghasilkan produk reaksi CO
dan H2O, hal ini di karena tidak semua unsur C membentuk CO2, sebagian dirubah menjadi CO.
24. a. Pada kendaraan bermotor dirancang sedemikian rupa agar diperoleh kerja (w) yang maksimum.
Kerja maksimum dihasilkan jika perbandingan bahan bakar dan udara (O2) adalah tinggi yang
berarti kadar O2 tidak mencukupi. Sehingga dihasilkan pembakaran yang tidak sempurna.
b. Dampak pembakaran tidak sempurna adalah pemborosan bahan bakar, menghasilkan gas CO
yang bersifat racun, dapat menyebabkan kematian jika kadar CO di udara mencapai 0,1%.
25. Penyebabnya adalah kebocoran gas dari pembakaran tidak sempurna yang terjadi dalam mobil,
pembakaran tidak sempurna dapat menghasilkan gas CO yang sangat beracun karena dapat
berikatan dengan hemoglobin ~ 200 kali lebih baik dibandingkan O2. Dengan demikian, gas CO
yang berikatan dengan hemoglobin akan mengganggu fungsi hemoglobin dalam darah, yakni
mengikat O2 dan membawanya ke seluruh jaringan tubuh. Akibatnya, suplai O2 ke jaringan tubuh
berkurang sehingga kepala terasa pusing dan badan menjadi lemas, hal ini dapat menyebabkan
kematian.

B. Soal Pilihan Ganda

1. B 6. E
2. B 7. B
3. C 8. D
4. C 9. Tidak ada jawaban ( + 232 kJ)
5. C 10. B

Soal Menghitung

1. 50,16 kJ 11. -16,8 kJ


2. 154,4 kJ/oC 12. -74,7 kJ/mol
3. a. -2.675 J 13. a. -311,38 kJ
b. -53,50 kJ/mol b. -128,2 kJ
4. a. 3.216,5 J c. -2.877,25 kJ
b. 25,37 kJ/mol 14. -226,2 kJ/mol
5. a. -1.053,36 J 15. a. 1.310,98 kJ
b. -52,668 kJ/mol b. 327,75 kJ/mol
6. a. -7.150 J 16. a. 1.789,98 kJ
b. -5.500 kJ/mol b. 567,99 kJ/mol
d. 47,6 kJ/g 17. a. -173 kJ
7. a. 1.286 J/oC b. -1.415,5 kJ
b. -5.916 J 18. 292,6 kJ kg-1
c. -3.887 kJ/mol 19. 0,450 J g-1 oC-1
8. a. -12,54 kJ 20. a. 16.022,5 kJ
b. -288,4 kJ/mol b. 104 km
9. -134,8 kJ
10. a. -502,74 kJ
b. -125,69 kJ/mol
Bab 3: Laju Reaksi

Soal Pemahaman
A. Soal Esai

1. a. Laju reaksi adalah besarnya perubahan konsentrasi pereaksi atau produk reaksi per satuan
waktu.
b. Laju reaksi pereaksi X : vx = -
Laju reaksi produk reaksi Y : vy = +
2. a. vA = vB = vC = vP
b. vNOCl = vNO = vCl2
c. vNH3 = vO2 = vN2 = vH2O
3. Pada laju reaksi rata-rata nilai laju reaksi (v) dihitung berdasarkan perubahan konsentrasi pada
selang waktu tertentu. Sedangkan laju reaksi sesaat nilai laju reaksi (v) diukur pada waktu tertentu.
4. a. Secara umum, perubahan laju reaksi suatu zat sejalan dengan waktu reaksi, dan dapat dilihat
dari kemiringan / tangen pada grafik. Semakin besar kemiringan, maka laju reaksi semakin
cepat. Sebaliknya, semakin kecil kemiringan, maka laju reaksi semakin lambat.
b. Berkurang dengan pertambahan waktu reaksi.
5. Ya, karena laju reaksi umumnya naik dengan bertambahnya konsentrasi pereaksi.
6. a. Hukum laju reaksi menyatakan bahwa laju reaksi merupakan fungsi dari konsentrasi zat-zat
pereaksinya.
b. v = k [A]2[B]
c. Tidak dapat, karena tidak ada keterkaitan yang pasti antara orde reaksi dengan koefisien reaksi
dari persamaan reaksi setaranya.
7. Orde reaksi terhadap NO = 2, Orde reaksi terhadap H2 = 1, dan orde reaksi keseluruhan = 3.
8. a. Prinsip metode laju awal, di mana nilai tetapan laju reaksi (k) dan orde reaksi (m, n, …)
ditentukan menggunakan data laju reaksi pada konsentrasi awal.
b. Dapat
9. Rokok terbakar dengan perlahan di udara terbuka. Dan rokok dapat terbakar lebih cepat jika
dimasukkan ke dalam wadah berisi O2 murni (dalam wadah tertutup). Hal ini dikarenakan
bertambahnya konsentrasi pereaksi yakni kadar oksigennya dapat menaikkan laju reaksi.
10. Makanan seperti kentang akan lebih cepat masak jika digoreng dalam minyak panas dibandingkan
jika direbus dalam air. Hal ini karena suhu minyak panas lebih tinggi dibandingkan suhu air
mendidih.
11. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sifat kimia pereaksi, konsentrasi pereaksi, luas
permukaan sentuh, suhu dan katalis.
12. a. Reaksi homogen adalah reaksi yang melibatkan zat-zat pereaksi dengan wujud yang sama.
Sedangkan reaksi heterogen adalah reaksi yang melibatkan zat-zat pereaksi dengan wujud yang
berbeda.
b. Reaksi heterogen.
c. – tidak dipengaruhi kenaikan luas permukaan sentuh
- dipengaruhi kenaikan luas permukaan sentuh
- dipengaruhi kenaikan luas permukaan sentuh
13. Yang menggunakan 2 takaran deterjen, karena laju reaksi akan meningkat. Pengaruh konsentrasi
pereaksi berkait dengan jumlah partikel yang terlibat dalam tumbukan. Apabila konsentrasi pereaksi
bertambah, maka jumlah partikel-partikel akan meningkat. Dengan demikian, partikel tersebut
menjadi lebih dekat dan jumlah tumbukan efektif juga akan meningkat. Dalam hal ini deterjen
dapat mengangkat kotoran lebih banyak dan lebih cepat sehingga baju menjadi lebih bersih.
14. a. Percobaan yang dilakukan adalah dengan memvariasikan suhu air yang akan dicampurkan ke
dalam Magnesium.
b. Waktu dan variasi suhu air
c. Semakin tinggi suhu air yang direaksikan dengan Magnesium maka dalam waktu yang cepat
terbentuk Magnesium hidroksida, hal ini ditandai dengan cara meneteskan indikator
Fenolftalein. Karena semakin tinggi suhu maka laju reaksi akan semakin cepat.
15. Karena apabila debu batu bara tersebut sampai tersulut api, maka energi kinetik partikel batu bara
akan bertambah. Sehingga akan menaikkan jumlah tumbukan yang terjadi. Dengan naiknya
tumbukan efektif ini dapat menimbulkan ledakan dahsyat.
16. a. Katalis adalah suatu zat yang dapat mengubah laju reaksi kimia tanpa mengalami perubahan
secara kimia di akhir reaksi.
b. Alumina-gel silica, platina (Pt), dan Nikel (Ni).
c. Katalis homogen adalah katalis yang berada dalam fase yang sama dengan fase zat-zat pereaksi.
Katalis heterogen adalah katalis yang berada dalam fase yang berbeda dengan fase zat-zat
pereaksi.
17. katalis anorganik : dapat digunakan untuk berbagai macam pereaksi, dapat bekerja pada suhu
tinggi.
Katalis organik (enzim) : bekerja pada suhu tertentu, bekerja spesifik (satu enzim hanya dapat
menghasilkan satu produk).
18. Tidak, apabila tumbukan yang terjadi tidak sesuai dengan orientasi atau arah partikel, Maka tidak
akan dihasilkan tumbukan efektif yang menghasilkan produk.
19. a. Tumbukan efektif adalah tumbukan yang dapat menghasilkan partikel-partikel produk reaksi.
b. Laju reaksi akan bertambah dengan kenaikan jumlah tumbukan.
c. − Orientasi atau arah partikel yang bertumbukkan
Suatu tumbukan efektif dapat terjadi jika partikel-partikel pereaksi juga mempunyai orientasi
yang tepat pada saat bertumbukan.
− Energi kinetic partikel
Suatu tumbukan efektif dapat terjadi jika partikel-partikel pereaksi memiliki energi kinetik
yang cukup untuk mengatasi gaya tolak-menolak sewaktu kedua partikel mendekat.
20. a. Energi pengaktifan (Ea) adalah energi kinetik minimum yang diperlukan partikel untuk
menghasilkan tumbukan efektif.
b. Ek < Ea : Tumbukan tidak efektif (tumbukan gagal). Kompleks teraktivasi berubah kembali
menjadi partikel-partikel pereaksi.
Ek = Ea : Terjadi tumbukan efektif. Kompleks teraktivasi membentuk partikel-partikel produk
reaksi.
Ek > Ea : Terjadi tumbukan efektif. Kompleks teraktivasi membentuk partikel-partikel produk
reaksi.
21. a. Lihat gambar 3.16 halaman 116.
b. (Ep) pada kurva tersebut menyatakan perubahan energi potensial partikel-partikel. Sedangkan
koordinat reaksi menyatakan sejauh mana pereaksi telah berubah menjadi produk reaksinya.
c. Kondisi transisi adalah kenaikan kurva Ep yang mencapai puncak sewaktu kompleks teraktivasi
terbentuk. Posisi kondisi transisi pada puncak grafik.
22. Kurva energi potensial pada reaksi endoterm dapat dilihat pada gambar 3.16 (a) Buku Kimia SMA
Esis. Pada tumbukan gagal, energi kinetik partikel pereaksi lebih kecil dari energi pengaktifan
sehingga kompleks teraktivasi akan kembali menjadi partikel pereaksi. Pada tumbukan efektif,
energi kinetik partikel pereaksi sama dengan atau lebih besar dari energi pengaktifan sehingga
kompleks teraktivasi akan berubah menjadi produk reaksi.
23. a. − Konsentrasi, semakin banyak konsentrasi pereaksi, maka jumlah partikel-partikel akan
meningkat. Dengan demikian, partikel tersebut menjadi lebih dekat dan jumlah tumbukan
efektif juga akan meningkat. Hal ini berarti terjadi peningkatan laju reaksi.
− Luas permukaan sentuh, Apabila luas permukaan sentuh bertambah, maka partikel-partikel
lebih mudah bertemu sehingga jumlah tumbukan efektif akan meningkat. Hal ini berarti
peningkatan laju reaksi.
− Suhu, Apabila suhu reaksi dinaikkan, maka energi kinetik partikel akan bertambah. Dengan
demikian, lebih banyak partikel yang akan memiliki energi kinetik minimum ≥ Ea. Hal ini
menyebabkan jumlah tumbukan efektif bertambah, sehingga laju reaksi meningkat.
b. Peran katalis di dalam mempengaruhi laju reaksi terkait dengan energi pengaktifan reaksi, Ea.
katalis yang digunakan untuk mempercepat reaksi memberikan suatu mekanisme reaksi
alternatif dengan nilai Ea yang lebih rendah dibandingkan Ea reaksi tanpa katalis. Dengan Ea
yang lebih rendah, maka lebih banyak partikel yang memiliki energi kinetik yang cukup untuk
mengatasi halangan Ea yang rendah ini. Hal ini menyebabkan jumlah tumbukan efektif akan
bertambah, sehingga laju reaksi juga akan meningkat.
24. a. Reaksi eksoterm
c. Kurva berwarna biru yang menggunakan katalis.
25. Aluminium oksida merupakan katalis yang dapat mempercepat reaksi perengkahan hidrokarbon
rantai panjang menjadi hidrokarbon rantai pendek dengan cara menurunkan energi aktivasinya,
sedangkan suhu 500oC dapat menyebabkan energi kinetik partikel bertambah, sehingga laju reaksi
akan meningkat.

B. Soal Pilihan Ganda

1. D 6. A
2. A 7. D
3. C 8. A
4. D 9. D
5. D 10. E

Soal Menghitung

1. v = k [C12H22O11]
2. a.
Grafik volum gas sebagai fungsi waktu
45
360 420
300
40
Volum gas (cm3)

35 180
240

30
120
25

20
60
15

10

0
60 120 180 Waktu
240 (detik)
300 360 420

3 3
b. 0,221 cm /detik; 0,054 cm /detik; reaksi berhenti pada t = 360 detik
3. a. 1; 2
-2 2
b. k = 21 mol L det-1
-2 2 2
-1
c. v = 21 mol L det [ICl] [H2]
4. a. v = 9,5 x 10-13 mol L-1 det-1
b. v = 1,1 x 10-9 mol L-1 det-1
2
5. v = k [B] [C]

Bab 4: Kesetimbangan Kimia

Soal Pemahaman
A. Soal Esai

1. Contoh reaksi dapat balik; Reaksi pembentukan HI merupakan kebalikan dari reaksi peruraian HI,
dan keduanya dapat terjadi bersamaan.
H2(g) + I2(g)
2. a. Kesetimbangan dinamis, di mana konsentrasi zat-zat pereaksi dan produk reaksi tidak berubah
lagi dengan waktu serta reaksi terus berlangsung dengan laju reaksi ke kanan sama dengan laju
reaksi ke kiri.
b. Dalam wadah terbuka reaksi CaCO3 dapat mencapai kesetimbangan dinamis.
3. a. Tetapan kesetimbangan adalah perbandingan hasil kali konsentrasi produk reaksi yang
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya, terhadap hasil kali konsentrasi pereaksi yang
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya.
b. kuotion reaksi (Q) merupakan perbandingan hasil kali konsentrasi produk reaksi yang
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya, terhadap hasil kali konsentrasi pereaksi yang
dipangkatkan dengan koefisien reaksinya. Sedangkan (Kc) adalah nilai (Q) pada keadaan
setimbang adalah tetap.
c. Pada suatu sistem reaksi, hanya terdapat satu tetapan kesetimbangan tetapi terdapat posisi
kesetimbangan yang jumlahnya tak terhingga.
4. a. Kesetimbangan homogen, yakni kesetimbangan di mana semua pereaksi dan produk reaksi
berada dalam fase yang sama.
Kesetimbangan heterogen, yakni kesetimbangan di mana terdapat lebih dari satu fase dalam
reaksi.
b. Reaksi I: kesetimbangan bersifat homogen
Kc =
Reaksi II: kesetimbangan bersifat heterogen
Kc = [H2]2[O2]
5. a. Kc =
b. Kc =
c. Kc =
d. Kc = [CO2][H2O]
6. Diketahui Kc =
a. karena arah reaksi dibalik maka, Kc’ = =

b. karena koefisien reaksi dikalikan 2, maka Kc” = (Kc)2 = 2

c. Kc1 x Kc2 = x = = Kc3


7. a. Informasi yang dapat diperoleh dari suatu nilai tetapan kesetimbangan:
 Seberapa jauh reaksi telah berlangsung
 Dapat meramalkan apakah reaksi telah berada dalam kondisi setimbang atau belum.
b. a. Kc sangat besar ( >103). Posisi kesetimbangan ada di kanan, sehingga reaksi berlangsung
hampir tuntas.
b. Kc sangat kecil ( <10-3). Posisi kesetimbangan ada di kiri. Reaksi hanya membentuk sedikit
sekali produk reaksi.
c. Kc sangat besar ( >103). Posisi kesetimbangan ada di kanan, sehingga reaksi berlangsung
hampir tuntas.
8. a. Kp digunakan untuk reaksi yang melibatkan gas. Tetapan kesetimbangan yang melibatkan gas
juga dapat dinyatakan dengan tekanan parsial gas dalam campurannya. Sedangkan Kc dapat
melibatkan satu fase atau lebih dari satu fase dalam reaksi.
b. Kp digunakan untuk reaksi yang melibatkan gas.
9. a. Kp =

b. Kp =
10. a. Hubungan antara Kp dan Kc
Kp = Kc (RT)∆n gas; ∆n gas = Σ mol gas produk reaksi – Σ mol gas pereaksi
b. Kp = Kc
11. a. 3 faktor yang dapat mempengaruhi kesetimbangan reaksi adalah perubahan konsentrasi,
perubahan tekanan, dan perubahan suhu.
b. Perubahan konsentrasi:
 Jika konsentrasi pereaksi dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
Sebaliknya jika konsentrasi pereaksi diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke
kiri.
 Jika konsentrasi produk reaksi dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
Sebaliknya, jika konsentrasi produk reaksi diturunkan, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kanan.
Perubahan tekanan:
 Jika tekanan bertambah, kesetimbangan akan bergeser ke arah dengan total mol lebih
sedikit.
 Jika tekanan berkurang, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah dengan total mol
lebih banyak.
Perubahan suhu:
 Jika suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang menyerap
kalor (reaksi endoterm).
 Jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang melepas
kalor (reaksi eksoterm).
c. Katalis tidak mempengaruhi kesetimbangan, tetapi hanya mempengaruhi seberapa cepat
kesetimbangan reaksi akan tercapai.
12. a. Kesetimbangan akan bergeser ke kanan.
b. Kesetimbangan tidak akan bergeser, karena total mol pereaksi = total mol produk reaksi.
13. a. Arah pergeseran ke kanan
b. Konsentrasi I2 dan H2 akan bertambah
14. a. Kesetimbangan akan bergeser ke kanan
b. Kesetimbangan akan bergeser ke kiri
c. Kesetimbangan akan bergeser ke kiri
15. - menaikkan konsentrasi pereaksi
- menaikkan tekanan
- menurunkan suhu
16. a. Katalis
b. Dapat mempercepat tercapainya kesetimbangan reaksi.
c. Dengan cara menurunkan suhu dan menaikkan tekanan.
17. Tidak, katalis hanya dapat mempercepat tercapainya kesetimbangan reaksi. Karena pada akhir
reaksi, katalis tersebut akan terbentuk kembali.
18. a. Jika suhu dinaikkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan. Dan jika suhu diturunkan
kesetimbangan bergeser ke arah kiri.
b. Jika suhu dinaikkan kesetimbangan bergeser ke arah kanan. Dan jika suhu diturunkan
kesetimbangan bergeser kea rah kiri.
19. a. Menurunkan suhu dan menaikkan tekanan
b. Menambahkan suatu katalis pada reaksi tersebut. Katalis tersebut adalah serbuk besi (Fe)
dengan campuran aluminium oksida, kalium hidroksida dan garam lainnya.
c. Tidak, karena untuk menaikkan jumlah produk reaksi NH3 diperlukan suhu yang rendah. Akan
tetapi, akan menurunkan laju reaksi. Dengan penambahan suatu katalis dapat mempercepat laju
reaksi pembuatan NH3.
d. Pada kisaran suhu dan tekanan tersebut dapat dihasilkan produk NH3 meskipun tidak banyak
namun laju reaksi cukup besar.
20. a. Disebut proses kontak karena reaksi antara SO2 dan O2 pada tahap II terjadi di permukaan
katalis V2O5.
b. Mempercepat laju reaksi secara keseluruhan.
c. menggunakan suhu ~450oC dan tekanan ~1 atm akan menggeserkan kesetimbangan ke kanan
dan menghasilkan SO3 yang cukup besar.

B. Soal Pilihan Ganda

1. B 6. D
2. C 7. D
3. C 8. A
4. A 9. D
5. C 10. A

C. Soal Menghitung
1. 6,2 x 10-2
2. a. 0,0449 mol2 L-2
b. 4,72 L2 mol-2
c. 2,17 L2 mol-2
3. a. Kc =
b. Q = 6,25 x 10-3 mol L-1
4. a. Kp =
b. 4,64 x 1057 atm-1
5. Untuk mengetahui konsentrasi NO dan NO2 pada saat kesetimbangan, dimisalkan sejumlah zat
pereaksi telah bereaksi, dan sebesar 0,12 mol produk reaksi telah terbentuk pada kesetimbangan.
Karena koefisien pereaksi dan produk reaksi sama dengan satu maka pada baris ‘reaksi’ konsentrasi
mula-mula NO dan NO2 masin-masing dikurangi 0,12 mol. Maka akan didapat konsentrasi NO dan
NO2 pada kesetimbangan masing-masing sebesar 0,38 mol dan 0,48 mol.
Bab 5: Asam dan Basa

Soal Pemahaman
A. Soal Esai

1. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air dapat melepaskan ion hidrogen, H+ sedangkan
basa adalah zat yang dalam air dapat melepaskan ion hidroksida, OH-.
Persamaan reaksi:
HA(aq) → H+ (aq) + A-(aq)
Asam Ion hidrogen
B(aq) + H2O(l) → BH+(aq) + OH-(aq)
Basa Ion hidroksida
b. HA(aq) + H2O(l) → H3O (aq) + A-(aq)
+

Asam Ion oksonium


2. HA(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + A-(aq)
Asam Ion oksonium
3. Pengelompokan senyawa asam:
 Senyawa molekul yang bereaksi dengan air membentuk ion hidrogen
 Senyawa molekul yang berupa oksida logam
Pengelompokan senyawa basa:
 Senyawa ion yang mengandung ion hidroksida
 Senyawa ion yang berupa oksida logam
 Senyawa molekul yang bereaksi dengan air membentuk ion hidroksida
4. a. Asam monoprotik adalah asam yang dapat menghasilkan 1 ion H+. Asam diprotik adalah asam
yang dapat menghasilkan 2 ion H+. Asam triprotik adalah asam yang dapat menghasilkan 3 ion H+.
b.
Asam Rumus Kimia Reaksi Peruraian Monoprotik
atau diprotik?
Asam sulfat dalam H2SO4 H2SO4(aq) → H+ (aq) + HSO4-(aq) diprotik
air aki HSO4-(aq) → H+(aq) + SO42-(aq)
Asam asetat dalam CH3COOH CH3COOH(aq) → H+(aq) + CH3COO-(aq) monoprotik
cuka
Asam karbonat H2CO3 H2CO3(aq) → H+(aq) + HCO3-(aq) diprotik
dalam minuman HCO3-(aq) → H+(aq) + CO32-(aq)
soda
Asam oksalat H2C2O4 H2C2O4(aq) → H+(aq) + HC2O4-(aq) diprotik
- + 2-
HC2O4 (aq) → H (aq) + C2O4 (aq)
Asam sulfida H2S H2S(aq) → 2H+(aq) + S2-(aq) diprotik

5. Sifat asam:
 Mempunyai rasa asam dan dapat bersifat korosif.
 Dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah.
 Mempunyai pH < 7.
Sifat basa:
 Mempunyai rasa pahit, terasa licin seperti sabun dan dapat merusak kulit.
 Dapat mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru.
 Mempunyai pH > 7.
6. a. Indikator adalah zat yang dapat berubah warna pada kisaran/trayek pH tertentu. Indikator dapat
digunakan untuk mengukur pH larutan.
b. Kertas lakmus biru akan berwarna merah dalam larutan asam. Kertas lakmus merah akan
berwarna biru dalam larutan basa. Larutan netral tidak merubah warna kertas lakmus.
c. – Air aki: Kerta lakmus menjadi merah, sifat larutan: asam
- Jus jeruk: Kertas lakmus menjadi merah, sifat larutan: asam
- Coca-cola: Kertas lakmus menjadi merah, sifat larutan: asam
- Air sabun: Kertas lakmus menjadi biru, sifat larutan: basa
- Air suling: Tidak merubah warna kertas lakmus, sifat larutan: netral
7. a. Perumusan Ka:
HA(aq) H2O H+(aq) + A-(aq)
Ka = [H+][A-]/[HA]
b. Untuk asam kuat dengan α ≈ 1, nilai Ka sangat besar.
Untuk asam lemah dengan 0 < α < 1, nilai Ka = α2 [HA]/(1-α)
Untuk asam lemah dengan nilai α sangat kecil, nilai Ka = α2 [HA]
c. Perumusan Kb:
B(aq) + H2O(l) → BH+(aq) + OH-(aq)
Kb = [BH+][OH-]/[B]
d. Untuk basa kuat dengan α ≈ 1, nilai Kb sangat besar.
Untuk basa lemah dengan 0 < α < 1, nilai Kb = α2 [B]/(1-α)
Untuk basa lemah dengan nilai α sangat kecil, nilai Kb = α2 [B]
8. a. HOCl, HF, HNO3
b. N2H4, NH3, LiOH
9. a. Konsentrasi H+ untuk asam kuat dapat diperoleh dari perkalian antara valensi asam dengan
konsentrasi asam.
b. Konsentrasi OH- untuk basa kuat dapat diperoleh dari perkalian antara valensi basa dengan
konsentrasi basa.
10. a. Konsep pH dikembangkan agar penulisan konsentrasi ion-ion yang nilainya sangat kecil, menjadi
lebih praktis.
b. pH = - log [H+]
c. pOH menyatakan derajat keasaman larutan sebagai fungsi konsentrasi ion OH- sedangkan pKw
merupakan penjumlahan pH dengan pKw atau nilainya sama dengan 14.
d. pKw = pH + pOH
e. Untuk air murni pada suhu 25oC: pH = 7; pOH = 7; pKw = 14.
f. Pada penambahan asam, konsentrasi ion H+ naik sehingga kesetimbangan reaksi akan bergeser ke
kiri. Pada kesetimbangan baru, nilai konsentrasi ion H+ menjadi lebih besar sehingga pH < 7.
Pada penambahan basa, konsentrasi ion OH- naik sehingga kesetimbangan bergeser ke kiri. Pada
kesetimbangan baru, nilai konsentrasi ion OH- menjadi lebih besar sehingga pOH < 7 atau pH > 7.
11. a. Persamaan reaksi ionisasi air: H2O(l) → H+(aq) + OH-(aq)
Kw = [H+][OH-]
b. Kw = 1 x 10-14; [H+] = 1 x 10-7; [OH-] = 1 x 10-7
c. Air murni: [H+] = 1 x 10-7; [OH-] = 1 x 10-7
Larutan asam: [H+] >1 x 10-7; [OH-] < 1 x 10-7
Larutan basa: [H+] < 1 x 10-7; [OH-] > 1 x 10-7
12. a. Bisa
b. Nilai pH digunakan agar penulisan konsentrasi ion-ion yang nilainya sangat kecil menjadi
praktis. Untuk larutan HCl dengan konsentrasi tinggi (10 M) seperti pada contoh, penggunaan pH
tidak diperlukan lagi.
13. Indikator: Pertama ambil satu jenis indikator dan teteskan ke dalam sampel larutan. Warna yang
diperoleh digunakan untuk pemilihan indikator berikutnya, begitu seterusnya sampai diperoleh
kisaran pH yang sempit.
Indikator universal: Untuk indikator universal yang berupa larutan, indikator ditambahkan ke dalam
sampel dan diamati perubahan warna yang terjadi. Warna yang terjadi kemudian dicocokkan
dengan kode warna standar untuk menentukan nilai pH. Untuk indikator universal yang berupa
kertas, sampel diteteskan pada kertas indikator. Variasi warna yang dihasilkan pada kertas indikator
kemudian dibandingkan dengan kode warna standar untuk menentukan nilai pH.
pH meter: Elektrode pada pH meter dicelupkan ke dalam sampel hingga nilai pH terbaca pada layar
(pH meter digital) atau ditunjukkan oleh jarum pH meter (pH meter analog).
14. a. Basa.
b. Tidak, karena harus digunakan indikator dengan trayek perubahan warna di bawah trayek
perubahan warna timol biru.
15. Karena pH = - log [H+], maka konsentrasi [H+] kedua asam adalah sama.
16. Peran pH dalam kehidupan sehari-hari antara lain untuk kelangsungan hidup manusia seperti pH
dalam system pencernaan makanan dan dalam darah, pengawetan makanan, produk perawatan
tubuh, control pH tanah dalam pertanian, control pH untuk kolam renang.
17. a. Reaksi antara asam (H+) dan basa (OH-) membentuk air (H2O) yang bersifat netral.
b. H+ (aq) + OH-(aq) → H2O(l)
18. Asam kuat + Basa kuat → Garam bersifat netral
Asam lemah + Basa kuat → Garam bersifat basa
Asam kuat + Basa lemah → Garam bersifat asam
Asam lemah + Basa lemah → Garam bersifat netral
19. a. Reaksi ion bersih : 2H+(aq) + 2OH-(aq) → 2H2O(l)
Ion penontonnya : Ca2+ dan Cl-
b. Reaksi ion bersih : H2CO3(aq) + 2OH-(aq) → CO32-(aq) + 2H2O(l)
Ion penontonya : Na+
c. Reaksi ion bersih : H3PO4(aq) + 3OH-(aq) → PO43-(aq) + 3H2O(l)
Ion penontonnya : K+
20. a. Asam adalah donor proton (H+) sedangkan basa adalah akseptor proton (H+). Contoh: Reaksi HCl
dengan NH3. HCl akan mendonorkan protonnya dan NH3 akan menerima proton (H+) sehingga
dihasilkan NH4+ dan Cl-.
b. Teori brønsted-Lowry dapat menjelaskan reaksi asam basa yang terjadi pada pelarut air, pelarut
bukan air atau tanpa pelarut, sedangkan teori Arrhenius hanya dapat menjelaskan reaksi asam
basa yang terjadi pada pelarut air saja.
21. Pasangan asam basa konjugasi adalah dua zat yang hanya dibedakan oleh suatu transfer proton
(H+).
Contoh : HA + H2O A- + H3O+
B + H2O BH+ + OH-
22. HF : Asam, NH3 : Basa, NH4+ : Asam konjugasi, F- : Basa konjugasi.
HNO3 : Asam, N2H4 : Basa, NO3- : Basa konjugasi, N2H5+ : Asam konjugasi.
23. a. basa konjugasi: ClO4-, F-, dan NH4+
b. asam konjugasi: PH4+, HBr, dan H3O+
24. a. Ka = , Kb =
b. Semakin kuat asam maka semakin lemah basa konjugasinya.
c. semakin kuat basa maka semakin lemah asam konjugasinya.
25. a. HCl merupakan asam kuat, maka basa konjugasinya (KCl) semakin lemah.
KOH merupakan basa kuat, maka asam konjugasinya (H2O) semakin lemah.
b. HF merupakan asam lemah, maka basa konjugasinya (F-) semakin kuat.
H2O merupakan basa lemah, maka asam konjugasinya (H3O+) semakin kuat.
26. a. Zat amfoter adalah molekul atau ion yang dapat memiliki sifat-sifat sebagai asam dan basa.
b. H2O merupakan zat amfoter dapat dilihat pada Buku halaman 203.
c. HPO4- merupakan zat amfoter
HPO4- + OH- PO4- + H2O
Asam Basa
HPO4- + H3O+ H2PO4 + H2O
27. a. asam adalah penerima/akseptor pasangan electron sedangkan basa adalah pemberi/donor
pasangan electron.
b. - karena teori lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang berlangsung dalam pelarut air,
pelarut bukan air, dan tanpa pelarut sama sekali.
- karena teori lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang tidak melibatkan transfer proton
(H+), seperti reaksi antara BF3 dan NH3.
28. a. Ion H+ bertindak sebagai asam lewis, menerima sepasang elektron dari ion AlCl4-, sedangkan
AlCl4- bertindak sebagai basa lewis, sebagai donor pasangan elektron.
b. Ion NH4+ bertindak sebagai asam Lewis, menerima sepasang elektron dari ion I-, sedangkan ion
I- bertindak sebagai basa Lewis, donor pasangan electron.
29. Untuk menunjukkan reaksi ini adalah reaksi asam basa Lewis, reaksi ini dinyatakan sebagai reaksi
ion bersihnya. CaO dan CaSiO3 adalah senyawa ionic, sedangkan SiO2 adalah senyawa molekul.
Jadi, diperoleh :
O2- + SiO2 → SiO32-
Basa Lewis Asam Lewis
30. Ya.

B. Soal Pilihan Ganda


1. A 6. C
2. E 7. A
3. D 8. C
4. B 9. D
5. D 10. B

Soal Menghitung.
1. a. [H+] = 0,05 M; α ≈ 1
b. [H+] = 3,52 x 10-6 M; α = 0,0176%
2. Ka = 5,0 x 10-6; [H+] = 0,001 M
3. a. [OH-] = 0,0025 M; α ≈ 1
b. [OH-] = 7,14 x 10-4 M; α = 0,238%
4. 1,48, bersifat asam
5. a. 1,82
b.2,57
c. 4,0
6. a. pOH = 13,5
b. pOH = 8,3
c. pOH = 9,24
7. [H+] = 1,0 x 10-6 ; [H+] = 3 x 10-7 ; [H+] = 4 x 10-8 ; [H+] = 3 x 10-9
8. perubahan konsentrasi ion H+ dari 1,0 x 10-6 menjadi 1,0 x 10-8
9. a. CN-
b. 1,61 x 10-5
10. a. CH3COO-
b. 5,56 x 10-10

Bab 6: Stoikiometri Larutan

Soal Pemahaman
A. Soal Esai

1. a. Stoikiometri larutan adalah perhitungan kimia untuk reaksi yang berlangsung dalam larutan.
b. Kemolaran menyatakan jumlah zat dalam volum larutan yang ditempatinya. Satuannya mol/L
atau M.
c. Pembuatan larutan dengan kemolaran tertentu dapat dilakukan dengan cara:
 Melarutkan zat padat. Massa zat padat yang dibutuhkan dapat diketahui menggunakan konsep
kemolaran: M = n/V; n = w/mm
 Mengencerkan larutan pekat. Volume larutan pekat yang dibutuhkan dapat dihitung
menggunaka konsep kemolaran: M1V1 = M2V2
2. a. Reaksi kimia dalam larutan elektrolit adalah reaksi yang melibatkan zat elektrolit, yakni asam,
basa, dan garam.
b. Reaksi kimia dalam larutan elektrolit dapat berlangsung apabilasetidaknya salah satu produknya
berupa air, endapan, gas, atau elektrolit lemah.
c. Reaksi penetralan asam basa, reaksi pendesakan logam, dan reaksi metatesis.
3. a. Reaksi penetralan asam basa adalah reaksi antara asam (H+) dan basa (OH-) membentuk H2O
yang bersifat netral.
b. Jenis reaksi penetralan asam basa:
 Asam + Basa → Garam + Air
 Asam + Oksida Basa → Garam + Air
 Asam + Amonia → Garam
 Oksida Asam + Basa → Garam + Air
c. Persamaan reaksi:
 HClO4(aq) + NaOH(aq) → NaClO4(aq) + H2O(l)
 2HCl(aq) + BaO(s) → BaCl2(aq) + H2O(l)
 SO3(g) + Ca(OH)2(aq) → CaSO4(aq) + H2O(l)
4. a. Reaksi pendesakan logam adalah reaksi di mana logam mendesak kation logam lain atau
hidrogen dalam suatu senyawa.
b. Jenis reaksi pendesakan logam:
 Logam 1 + Garam 1 → Garam 2 + Logam 2
 Logam + Asam → Garam + Gas Hidrogen
 Logam + Asam → Garam + Air + Gas
c. Reaksi pendesakan logam dapat berlangsung apabila logam berada di sebelah kiri dari logam/H
yang didesak dalam deret Volta.
d. Persamaan reaksi:
 Fe(s) + Zn(NO3)2(aq) → Fe(NO3)2(aq) + Zn(s)
 Zn(s) + 2HCl(aq) → ZnCl(2) + H2(g)
 Al(s) + FeSO4(aq) → Al2(SO4)3(aq) + Fe(s)
5. a. Reaksi metatesis (pertukaran pasangan) adalah reaksi pertukaran ion dari dua elektrolit.
b. Jenis reaksi metatesis:
 Garam 1 + Asam 1 → Garam 2 + Asam 2
 Garam 1 + Basa 1 → Garam 2 + Basa 2
 Garam 1 + Garam 2 → Garam 3 + Garam 4
c. Syaratnya, salah satu produk reaksi adalah endapan, gas, atau elektrolit lemah.
d. Persamaan reaksi:
 CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(s) + H2CO3(g)
 (NH4)2CO3(aq) + 2NaOH(aq) → Na2CO3(aq) + 2NH4OH(aq)
 (NH4)2S(aq) + 2NaCl(aq) → Na2S(s) + 2NH4Cl(aq)
6. a. 3BaCl2(aq) + 2Na3PO4(aq) → 6NaCl(s) + Ba3(PO4)2(aq)
b. Cu(s) + 2H2SO4(aq) → CuSO4(aq) + 2H2O(l) + SO2(g)
c. FeS(s) + 2HCl(aq) → FeCl2(aq) + H2S(g)
d. Na2C2O4(aq) + 2HNO3(aq) → 2NaNO3(aq) + H2C2O4(aq)
7. a. N2O5(g) + 2OH-(aq) → 2NO3- + H2O(l)
b. NH4+(aq) + OH-(aq) → H2O(l) + NH3(g)
c. 2K(s) + Mg2+(aq) → 2K+(aq) + Mg(s)
d. 3Hg(s) + 8H+(aq) + 2NO3-(aq) → 3Hg2+(aq) + 4H2O(l) + 2NO(g)
8. a. Reaksi ion bersih : 2NH4+ + 2Cl- → 2NH4Cl (reaksi dapat berlangsung)
b. Reaksi ion bersih : H+ + CHOO- → CHOOH (reaksi dapat berlangsung)
c. Reaksi ion bersih : 2OH- + 2H+ → 2H2O (reaksi dapat berlangsung)
9. a. Titrasi asam basa adalah prosedur penting dalam analisis kimia untuk menentukan
konsentrasi/kemolaran larutan asam/basa.
b. Titrasi asam basa dilakukan dengan meneteskan larutan standar asam/basa yang kemolarannya
sudah diketahui ke dalam larutan asam/basa yang kemolarannya akan ditentukan menggunakan
buret. Penambahan larutan standar dilakukan sampai titik ekivalen yang ditandai dengan
perubahan warna akibat penambahan indikator.
c. Larutan standar adalah larutan yang kemolarannya sudah diketahui yang digunakan untuk proses
titrasi. Titik ekivalen adalah titik di mana asam dan basa habis bereaksi. Titik akhir titrasi adalah
titik di mana perubahan warna indikator terjadi.
10. a. Tidak, karena jumlah mol A dalam gelas erlenmeyer tetap meskipun ada sedikit penambahan air.
b. Ya, karena penambahan sedikit air berarti penambahan volume yang akan berpengaruh terhadap
perhitungan konsentrasi/kemolaran larutan asam A.

B. Soal Pilihan Ganda

1. C 6. A
2. A 7. B
3. E 8. E
4. A 9. E
5. E 10. D

Soal Menghitung
1.
Larutan Massa molar (g/mol) Massa (g) Mol Volum (L) Kemolaran (mol/L)
KOH 56 16 0,29 1 0,29
MgCl2 95 475 5 20 0,25
NaHCO3 84 6,3 0,075 0,15 0,15
AgNO3 170 3 0,0176 0,88 0,02

2. 50 mL
3. 0,09 M
4. a. NaHCO3(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) +CO2(g) + H2O(l)
b. 0,735 gram
c. 0,196 L
5. 63,8 gram
6. a. Pb(NO3)2(aq) + 2NaCl(aq) → PbCl2(s) + 2NaNO3(aq)
b. Pb(NO3)2 = 2,5 x 10-3 mol; NaCl = 3,125 x 10-3 mol
c. NaCl
d. 0,434 g
7. 0,616 M
8. a. pH = 0,7
b. pH = 12,5
9. a. 0,08 M
b. Bromotimol biru
10. a. 0,00175 mol
b. 0,00175 mol
c. 315 mg
d. Kadar yang tertera di tablet merupakan pembulatan ke bawah dari kadar sebenarnya.
Bab 7 : Larutan Penyangga

Soal Pemahaman
A. Soal Esai

1. a. Larutan penyangga adalah suatu larutan yang mampu mempertahankan pH pada kisarannya
apabila terjadi penambahan sedikit asam, sedikit basa, atau terjadi pengenceran.
b. Larutan penyangga memiliki komponen asam dan basa yang umumnya berupa pasangan asam
basa konjugasi yang berada dalam kesetimbangan. Pasangan konjugasi tersebut dapat berupa asam
lemah/basa konjugasinya (HA/A-) atau basa lemah/asam konjugasinya (B/BH+).
2. a. Komponen asam HA dalam larutan penyangga HA/A- berasal dari asam lemah HA yang hanya
terurai sedikit sekali. Komponen basa A- dalam larutan penyangga HA/A- dianggap hanya berasal
dari garam asam lemah MA yang terurai sempurna.
b. Komponen basa B dalam larutan penyangga B/BH+ berasal dari basa lemah B yang hanya terurai
sedikit sekali. Komponen asam BH+ dalam larutan penyangga B/BH+ dianggap hanya berasal dari
garam basa lemah NH4Cl yang terurai sempurna.
3. Penurunan rumus dapat dilihat pada Buku halaman....
4. Untuk larutan penyangga HA/A-:
Penambahan sedikit asam H+ akan dinetralisir oleh komponen basa A-. Penetralan yang terjadi
menyebabkan penurunan konsentrasi A- dan kenaikan konsentrasi HA. Nilai [HA]/[A-] pada
persamaan Henderson-Hasselbalch akan bertambah, yang berarti pH sistem akan berkurang.
Penambahan sedikit basa OH- akan dinetralisir oleh komponen asam HA. Penetralan yang terjadi
menyebabkan penurunan konsentrasi HA dan kenaikan konsentrasi A- dalam larutan penyangga.
Nilai [HA]/[A-] pada persamaan Henderson-Hasselbalch akan berkurang, yang berarti pOH sistem
akan bertambah atau pH sistem akan berkurang.
Untuk larutan penyangga B/BH+:
Penambahan sedikit asam H+ akan dinetralisir oleh komponen basa B. Penetralan yang terjadi
menyebabkan penurunan konsentrasi B dan kenaikan konsentrasi BH+. Nilai [B]/[BH+] pada
persamaan Henderson-Hasselbalch akan bertambah, yang berarti pH sistem akan berkurang.
Penambahan sedikit basa OH- akan dinetralisir oleh komponen asam BH+. Penetralan yang terjadi
menyebabkan penurunan konsentrasi BH+ dan kenaikan konsentrasi B dalam larutan penyangga.
Nilai [B]/[BH+] pada persamaan Henderson-Hasselbalch akan bertambah, yang berarti pOH sistem
akan berkurang atau pH sistem akan bertambah.
5. Pengaruh pengenceran baru dapat diamati jika nilai Ka/Kb relatif besar (Ka/Kb > 10-3) dan
konsentrasi komponen asam dan basa larutan penyangga sangat kecil.
6. a. Kapasitas larutan penyangga adalah kemampuan larutan penyangga untuk mengatasi perubahan
pH akibat penambahan asam/basa atau pengenceran.
b. Faktor yang mempengaruhi:
 Konsentrasi komponen asam dan basanya. Semakin tinggi konsentrasi komponen asam basa
larutan penyangga, maka semakin besar kapasitas larutan penyangga tersebut.
 Perbandingan konsentrasi komponen asam dan basanya. Semakin kecil perubahan perbandingan
komponen asam dan basa pada persamaan Henderson-Hasselbalch, maka semakin kecil
perubahan pH yang terjadi.
7. a. Kapasitas optimum adalah kapasitas larutan yang diperoleh jika konsentrasi komponen asam dan
basanya sama (ekuimolar).
b. Nilai pH = pKa, nilai pOH = pKb.
8. a. Pembuatan larutan penyangga HA/A-:
 Asam lemah + Garamnya, contoh pembuatan larutan penyangga CH3COOH/CH3COO- dari
CH3COOH dengan CH3COONa.
 Asam lemah berlebih + Basa kuat, contoh pembuatan larutan penyangga CH3COOH/CH3COO-
dari CH3COOH berlebih dengan NaOH.
 Garam asam lemah berlebih + Asam kuat, contoh pembuatan larutan penyangga
CH3COOH/CH3COO- dari CH3COONa berlebih dengan HCl.
b. Pembuatan larutan penyangga B/BH+:
 Basa lemah + Garamnya, contoh pembuatan larutan penyangga NH3/NH4+ dari NH3 dengan
NH4Cl.
 Basa lemah berlebih + Asam kuat, contoh pembuatan larutan penyangga NH3/NH4+ dari NH3
berlebih dengan HCl.
 Garam basa lemah berlebih + Basa kuat, contoh pembuatan larutan penyangga NH3/NH4+ dari
NH4Cl berlebih dan NaOH.
9. Asam kuat tersebut ditambah dengan basa lemah berlebih untuk membentuk larutan penyangga
basa.
10. Hemoglobin, larutan penyangga fosfat H2PO4-/HPO42- dalam darah, urin, dan air ludah.

B. Soal Pilihan Ganda


1. D 6. D
2. E 7. D
3. B 8. E
4. A 9. C
5. D 10. B

Soal Menghitung
1. pH = 4,92
2. pH = 4,97
3. pH = 4,82
4. 22,386 g
5. 0,11 M
6. 0,963 g
7. a. 1,7
b. Konsentrasi minimum NH3 = 0,0413 M
Konsentrasi minimum NH4+ = 0,024 M
8. a. pH = 3,17
b. pH = 3,16
c. pH = 3,18
+ -
9. [H ] = 2; [OH ] = 5
10. HCO3- : CO2 = 20 : 1
Bab 8 : Hidrolisis Garam

Soal Pemahaman
A. Soal Esai

1. a. Hidrolisis garam adalah reaksi antara garam dengan air, di mana kation dari garam menyumbang
ion H+ ke air dan/atau anion dari garam menerima ion H+ dari air.
b. Garam dapat terhidrolisis jika setidaknya salah satu komponen garam, yakni kation adalah asam
konjugasi kuat yang berasal dari basa lemah atau anion adalah basa konjugasi kuat yang berasal
dari basa lemah.
2. Pada hidrolisis garam, terjadi pelepasan ion H3O+ (H+) dan/atau ion OH-. Inilah yang digunakan
untuk menjelaskan sifat garam.
3. a. Karena garam tidak terhidrolisis. Kation dan anion bersifat relatif lemah sehingga keduanya tidak
dapat terhidrolisis.
b. Karena kation bersifat relatif kuat sehingga dapat bereaksi dengan air melepas ion H3O+ (H+),
akibatnya larutan garam bersifat asam.
c. Karena anion bersifat relatif kuat sehingga dapat bereaksi dengan air melepas ion OH-, akibatnya
larutan garam bersifat basa.
d. Karena kation dan anion bersifat relatif kuat sehingga keduanya dapat bereaksi dengan air
melepas ion H3O+ (H+) dan ion OH-. Sifat asam basa dari larutan garam tergantung dari
perbandingan konsentrasi ion H+ dan ion OH- tersebut.
4. a. Bersifat basa karena anion CN- bersifat relatif kuat sehingga dapat bereaksi dengan air melepas
ion OH-, akibatnya larutan garam NaCN bersifat basa.
b. Bersifat asam karena kation Al3+ bersifat relatif kuat sehingga dapat bereaksi dengan air melepas
ion H3O+ (H+), akibatnya larutan garam AlCl3 bersifat asam.
c. Bersifat netral karena tidak terhidrolisis.
d. Bersifat netral karena tidak terhidrolisis.
5. Zat yang paling baik adalah natrium karbonat. Natrium karbonat bersifat basa karena berasal dari
asam lemah dan basa kuat sehingga dapat menetralkan limbah asam.
6. a. Tetapan hidrolisis adalah tetapan kesetimbangan dari reaksi kesetimbangan antara komponen
garam dengan air.
b. Persamaan tetapan hidrolisis digunakan untuk menghitung konsentrasi ion H+ atau ion OH- yang
dilepas pada reaksi hidrolisis garam sehingga pH dapat dihitung.
7. a. Kh = [B][H+]/[BH+]
b. Lihat Hubungan Kh, Kb, dan Kw di Buku Halaman...
c. pH larutan garam dapat ditentukan dari persamaan: [H+] = √Kh[BH+]; dengan pH = - log [H+].
8. a. Kh = [HA][OH-] / [A-]
b. Lihat Hubungan Kh, Ka, dan Kw di Buku Halaman...
c. pH larutan garam dapat ditentukan dari persamaan: [OH-] = √Kh[A-]; dengan pOH = - log [OH-]
dan pH = - log [H+].
9. a. Kh = [HA][B][OH-][H3O+] / [A-][BH+]
b. pH garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dapat ditentukan dari persamaan [H+] =
√(KwKa)/Kb; dengan pH = - log [H+].
c. Bersifat asam jika Ka > Kb; bersifat basa jika Ka < Kb; dan netral jika Ka = Kb.
d. Asam, netral, basa.
10. Contoh peranan hidrolisis garam: penggunaan pupuk garam untuk mengatur pH tanah serta
peggunaan garam untuk menetralisir limbah yang bersifat asam.

B. Soal Pilihan Ganda


1. C
2. C
3. E
4. A
5. B

Soal Menghitung
1. a. Basa
b. 2,9 x 10-11 mol/L
c. pH = 8,47
2. a. Asam
b. 5,55 x 10-10 mol/L
c. pH = 5,63
3. a. Basa
b. 8,29 x 10-7 mol/L
c. pH = 6,21
d. pH = 6,21
e. pH dari larutan garam NH4F tidak bergantung pada tetapan ionisasi Ka dan Kb. Sehingga pH
larutan NH4F pada konsentrasi 0,01 M dan 0,02 M adalah sama.
4. 5,56 x 10-10 mol/L
5. 0,1 M
6. a. Asam
b. 5,56 x 10-10 mol/L
c. pH = 5,37
7. a. Basa
b. 7,69 x 10-5 mol/L
c. pH = 11,1
8. 1,075 x 10-5 gram
9. pH = 10,67
10. pH = 4,35
Bab 9 : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

Soal Pemahaman
A. Soal Esai

1. a. Kesetimbangan ionik adalah suatu kondisi di mana laju disosiasi zat elektrolit membentuk ion-
ionnya sama dengan laju penggabungan kembali ion-ion tersebut menjadi padatannya.
b. Kelarutan menyatakan konsentrasi zat yang larut dalam larutan jenuh sedangkan hasil kali
kelarutan menyatakan hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh, di mana konsentrasi ion-
ion tersebut diberi pangkat sesuai dengan koefisien reaksinya.
c. Tetapan hasil kali kelarutan adalah nilai hasil kali kelarutan yang tetap.
2. a. Ag3PO4 3Ag+ + PO43-
b. Ksp = [Ag+]3 [PO43-]
3. larutan basa NaOH di campurkan dengan larutan asam klorida maka akan membentuk larutan
garam NaCl. Larutan basa Ca(OH)2 di campurkan dengan larutan asam sulfat akan menghasilkan
endapan CaSO4.
4. Tetapan hasil kali kelarutan dapat digunakan untuk meramalkan pengendapan dengan cara
membandingkan nilainya dengan kuotion reaksi, di mana:
Q < Ksp, berarti belum terbentuk endapan
Q = Ksp, berarti larutan jenuh tetapi belum terbentuk endapan
Q > Ksp, berarti terbentuk endapan
5. Urutan dari yang lebih mudah larut: CaCO3, CaF2, Ag3PO4
6. Ion senama adalah kation/anion yang sejenis dengan kation/anion dari larutan jenuh. Ion senama
yang ditambahkan ke dalam larutan jenuh akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri
sehingga kelarutan zat berkurang. Sebagai contoh penambahan HCl ke dalam larutan jenuh AgCl.
Penambahan ion senama Cl- menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri sehingga kelarutan AgCl
berkurang.
7. Pengaruh pH terhadap kelarutan basa sukar larut: Penurunan pH menyebabkan kelarutan zat
bertambah sedangkan kenaikan pH menyebabkan kelarutan zat berkurang.
8. a. Simak contoh berikut:
MxAy(s) xMm+(aq) + yAn-(aq)
Anion An- adalah basa konjugasi relatif kuat karena berasal dari asam lemah HA. Dengan demikian
anion An- dapat terhidrolisis dan melepas ion OH-.
An-(aq) + H2O(l) HA(n-1)-(aq) + OH-(aq)
Adanya pelepasan ion OH- menyebabkan perubahan pH dapat mempengaruhi kelarutan garam
MxAy.
b. Penurunan pH menyebabkan kelarutan zat bertambah sedangkan kenaikan pH menyebabkan
kelarutan zat berkurang.
9. a. Tidak, karena garam berasal dari asam kuat; b. Ya, karena garam berasal dari asam lemah; c. Ya,
karena merupakan basa yang sukar larut.
10. Semakin tinggi suhu, kelarutan semakin besar.
B. Soal Pilihan Ganda
1. C
2. B
3. D
4. D
5. A

Soal Menghitung
1. s = 3,42 x 10-17 mol/L
2. s = 4,9 x 10-3 mol/L
3. 6,3 x 10-4 g/100 mL
4. Ksp = 6,56 x 10-4 mol2L-2
5. Tidak terbentuk endapan
6. s = 1,8 x 10-9 mol/L
7. 2,56 x 10-7 gram
8. a. 8,22 x 10-3 gram
b. 2,3 x 10-7 gram
9. a. 0,34 gram
b. [Na+] = 0,024 M; [NO3-] = 0,06 M; [Cl-] = 5 x 10-9 M
10. Pb(OH)2 dan Zn(OH)2
Bab 10 : Sistem Koloid

Soal Pemahaman
A. Soal Esai

1. a. Sistem koloid adalah campuran heterogen dua fase dari dua zat atau lebih di mana fase terdispersi
berukuran koloid 10-7 - 10-5 cm tersebar/terdispersi merata dalam medium pendispersinya.
b. Sistem koloid dapat dibedakan dengan suspensi kasar atau larutan dari ukuran partikelnya.
2. a. Perbedaan sol, emulsi, dan buih adalah fase terdispersinya. Sol mempunyai fase terdispersi padat,
emulsi fase terdispersi cair, dan buih fase terdispersi gas.
b. Sol padat merupakan sol dalam medium pendispersi padat. Contoh: paduan logam, gelas
berwarna, dan intan hitam.
Sol cair merupakan sol dalam medium pendispersi cair. Contoh: cat, tinta, dan tanah liat.
Sol gas merupakan sol dalam medium pendispersi gas. Contoh: debu di udara dan asap
pembakaran.
c. Emulsi padat merupakan emulsi dalam medium pendispersi padat. Contoh: keju, mentega, dan
nasi.
Emulsi cair merupakan emulsi dalam medium pendispersi cair. Contoh: susu, mayones, dan krim.
Emulsi gas merupakan emulsi dalam medium pendispersi gas. Contoh: awan, kabut, dan hairspray.
d. Buih padat merupakan buih dalam medium pendispersi padat. Contoh: batu apung, karet, dan
busa.
Buih cair merupakan buih dalam medium pendispersi cair. Contoh: putih telur yang dikocok dan
busa sabun.
e. Karena tidak ada koloid dengan fase terdispersi dan medium pendispersi gas.
3. a. Aerosol padat adalah sol gas.
b. Aerosol padat fase terdispersinya padat sedangkan aerosol cair fase terdispersinya cair.
c. Gel adalah emulsi padat.
4. Efek Tyndall adalah sifat penghamburan cahaya oleh sistem koloid.
5. a. Gerak Brown adalah gerak acak partikel koloid dalam medium pendispersi cair atau gas.
b. Karena ukuran partikel koloid cukup kecil sehingga menyebabkan tumbukan antar-partikel
cenderung tidak seimbang.
c. Gerak Brown membuat partikel koloid dapat mengatasi pengaruh gravitasi sehingga partikel-
partikel ini tidak memisahkan diri dari medium pendispersinya (stabil).
6. a. Proses adsorpsi adalah proses penyerapan pada bagian permukaan saja.
b. Karena partikel-partikelnya memberikan suatu permukaan yang sangat luas.
7. a. Sumber muatan listrik koloid: proses adsorpsi kation/anion dan proses ionisasi gugus permukaan
partikelnya. Contoh sol AgCl yang bermuatan positif karena pencampuran larutan AgNO3 berlebih
dan larutan NaCl.
b. Muatan partikel-partikel koloid yang sejenis menyebabkan partikel-partikel koloid tolak-
menolak. Hal ini mencegah partikel-partikel koloid bergabung dan mengendap akibat gaya
gravitasi.
8. a. Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.
b. Karena sol As2S3 bermuatan negatif, maka partikel-partikelnya akan menuju anode (+).
9. a. Koagulasi adalah penggumpalan partikel-partikel koloid akibat hilangnya muatan listrik sejenis.
b. Menggunakan prinsip elektroforesis, menambahkan koloid lain dengan muatan berlawanan,
menambahkan elektrolit, dan pendidihan.
c. Karena muatan Mg (2+) lebih besar daripada muatan K (+).
10. Perbedaan: pada metode kondensasi, partikel kecil bergabung membentuk partikel berukuran koloid
sedangkan pada metode dispersi partikel berukuran besar dipecah menjadi partikel berukuran
koloid.
11. a. Reaksi dekomposisi rangkap, reaksi hidrolisis, reaksi redoks, dan penggantian pelarut.
b. Cara mekanik, cara peptisasi, dan cara busur Bredig.
12. Metode pemurnian:
Dialisis: Sistem koloid yang mengandung partikel zat terlarut yang tidak diinginkan dimasukkan ke
dalam kantong. Partikel zat terlarut akan hanyut dan keluar dari kantong sedangkan partikel koloid
tertahan.
Elektrodialisis: Digunakan untuk memisahkan partikel-partikel zat terlarut elektrolit. Listrik
tegangan tinggi dialirkan melalui dua layar logam yang menyokong selaput semipermeabel.
Akibatnya, partikel-partikel zat terlarut dalam sistem koloid berupa ion-ion akan bergerak menuju
elektrode dengan muatan berlawanan. Adanya pengaruh medan listrik mempercepat proses
pemurnian sistem koloid.
Penyaring ultra: Penyaring ultra dapat dibuat dari kertas saring yang telah diresapi selulosa seperti
selofan. Partikel-partikel koloid dapat dipisahkan dari partikel-partikel zat terlarut menggunakan
penyaring ini.
13. a. Dialisis adalah pergerakan ion-ion dan molekul-molekul kecil melalui selaput semipermeabel.
b. Mekanisme dialisator: Darah dari pembuluh arteri pasien masuk ke dalam tabung dialisis yang
direndam dalam fluida dialisis yang mengalir secara perlahan. Fluida dialisis yang digunakan
adalah larutan garam dan gula. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan konsentrasi ion-ion
dalam darah. Selama proses berlangsung, partikel-partikel urea dari darah akan keluar melalui
tabung selaput semipermeabel dan masuk ke fluida dialisis. Sementara itu, partikel-partikel koloid
dalam darah tertahan. Setelah proses dialisis selesai, darah yang sudah dimurnikan dikembalikan ke
tubuh pasien melalui pembuluh vena.
14. a. Liofil artinya suka cairan sedangkan liofob artinya tidak suka cairan.
b. Hidrofil/hidrofob adalah istilah yang digunakan jika medium pendispersi koloid liofil/liofob
adalah air. Hidrofil berarti suka air sedangkan hidrofob berarti tidak suka air.
15. a. Solvasi adalah proses adsorpsi medium pendispersi oleh partikel-partikel solnya.
b. Solvasi untuk liofil, hidrasi untuk hidrofil (medium pendispersi air).
c. Liofob.
d. Solvasi dapat mengadsorpsi medium pendispersinya karena adanya gaya tarik menarik yang
cukup besar antara fase terdispersi dengan medium pendispersinya. Akibatnya, terbentuk lapisan
medium pendispersinya yang teradsorpsi di sekeliling partikel. Lapisan yang tersolvasi ini
menyebabkan partikel-partikel liofil tidak saling bergabung.
16. a. Zat pengemulsi harus dapat larut baik dalam air maupun dalam minyak sehingga memiliki bagian
polar dan non-polar. Bagian non-polar akan berinteraksi dengan minyak. Sedangkan bagian polar
akan berinteraksi dengan air. Jika bagian polar ini terionisasi menjadi bermuatan negatif, maka
partikel-partikel minyak juga akan bermuatan negatif. Muatan negatif ini menyebabkan partikel-
partikel minyak saling tolak-menolak dan tidak akan bergabung sehingga emulsi menjadi stabil.
b. Mayones terbuat dari larutan asam cuka (polar) dan minyak (non-polar). Pengocokan minyak dan
cuka pada awalnya akan menghasilkan campuran yang mengandung butiran minyak yang
terdispersi dalam larutan asam cuka. Namun, setelah pengocokan dihentikan, maka butiran-butiran
tersebut akan bergabung kembali membentuk partikel yang cukup besar. Akibatnya, asam cuka dan
minyak akan terpisah lagi. Maka, untuk menstabilkan saus salad ini dapat ditambahkan zat
pengemulsi seperti kuning telur yang mengandung lesitin.
c. Demulsifikasi, pengenceran.
17. a. Pada proses penggumpalan, partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai
panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut sehingga terbentuk suatu struktur padatan di mana
medium pendispersi cair terperangkap dalam lubang-lubang struktur tersebut. Dengan demikian,
terbentuk suatu massa berpori yang semi-padat dengan struktur gel.
b. Gel elastis dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali ke bentuk awal jika gaya tersebut
ditiadakan sedangkan gel non-elastis tidak berubah bentuk jika diberi gaya.
c. Sifat penting gel: hidrasi, menggembung, sineresis, dan tiksotropi.
18. a. Zat pembuih teradsorpsi ke daerah antar-fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga
diperoleh suatu kestabilan.
b. Ukuran koloid bukanlah ukuran gelombang gas, seperti sistem koloid lainnya, melainkan
ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase di mana zat pembuih teradsorpsi.
c. Struktur buih cair berubah dengan waktu, struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari
luar.
d. Buih yang dihasilkan alat pemadam kebakaran: alat pemadam kebakaran mengandung campuran
air, aluminium sulfat, natrium bikarbonat, serta suatu zat pembuih CO2 yang jika dilepas akan
membentuk buih.
Putih telur yang dikocok akan mengembang karena udara di sekitarnya akan teraduk dan
menggunakan zat pembuih, yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri.
19. Karena industri kosmetika erat kaitannya dengan aplikasi koloid. Hal ini disebabkan sifat
karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat
saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar.
20. a. Pengambilan partikel koloid asap dan debu dari gas buangan pabrik.
b. Pembentukan delta di muara sungai, penggumpalan darah, dan penjernihan air.
c. Mekanisme pengendap cottrel: Gas buangan dialirkan melalui ujung-ujung logam yang telah
diberi tegangan tinggi. Elektron-elektron yang dihasilkan akan mengionisasi molekul-molekul di
udara menghasilkan ion-ion positif. Partikel-partikel koloid dalam gas buangan akan mengadsorpsi
ion-ion ini sehingga menjadi bermuatan positif. Partikel-partikel koloid selanjutnya akan tertarik ke
elektrode dengan muatan berlawanan dan menggumpal.

B. Soal Pilihan Ganda


1. B 6. E
2. E 7. C
3. A 8. A
4. D 9. B
5. B 10. D

Anda mungkin juga menyukai