Anda di halaman 1dari 13

PERJANJIAN TIDAK BERNAMA

ANJAK PIUTANG

ANGGOTA KELOMPOK :

NARENDRADHIPA NAROTTAMA (165010107111036)

FEBRIAN CAHYA PUTRA (175010100111175)

DIO PRIAGUNG WICAKSANA (175010107111145)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan


No.448/KMK.017/2000 Anjak Piutang adalah kegiatan pembiayaan
dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan
piutang jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan
dalam atau luar negeri. Ada beberapa jenis Anjak Piutang diantaranya:
Berdasar pemberitahuan, berdasar penanggulangan resiko, berdasar
pelayanan, dan berdasar pembayaran kepada klien. Dalam Anjak
Piutang terdapat 3 pihak penting diantaranya Kreditur, Debitur, dan
Perusahaan Anjak Piutang, dan apabila salah satu dari pihak tersebut
tidak ada maka Anjak Piutang tidak dapat dilakukan.

Dalam makalah kali ini, penulis akan membahas lebih dalam mengenai
Anjak Piutang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Anjak Piutang?

2. Siapa sajakah pihak yang Terlibat?

3. Bagaimanakah mekanisme kegiatan Anjak Piutang?

4. Apa sajakah Jenis-jenis Anjak Piutang?

5. Apa sajakah Keuntungan Anjak Piutang?

6. Apa Dasar Hukum Anjak Piutang?

7. Apa saja kelemahan dari Anjak Piutang?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anjak Piutang

Anjak Piutang termasuk dalam perjanjian Innominat , atau perjaniian


tak bernama. Adalah pengalihan atau perpindahan piutang kepada
pihak lain. Adapula disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri
Keuangan No.448/KMK.017/2000 Anjak Piutang adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta
pengurusan piutang jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luar negeri.

Dalam bahasa Inggris disebut factoring. Factoring adalah piutang


dagang dari suatu perusahaan (Clien) yang dijual kepada perusahaan
factoring dengan harga yang telah didiskon, dengan syarat bahwa
piutang dagang tersebut berasal dari transaksi bisnis pemilik
perusahaan (Clien).

Perusahaan yang melakukan Anjak Piutang disebut penganjak-piutang


(Factoring) dan pengertian penganjak-piutang yaitu adalah pihak yang
kegiatannya membeli piutang pihak lain dengan menanggung resiko tak
terbayar utang (Factor).

Pasal 6 Keputusan Menteri Keuangan nomor 1251/KMK. 013/1988,


menyebutkan bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk:

a. Pembelian atau pengalian piutang /tagihan janka pendek dari


transaksi perdagangan dalam maupun luar negeri.

b. Penatausahaan penjualan kredit serta penagihan piutang


perusahaan klien.
Dari kententuan diatas jelas terlihat bahwa perusahaan anjak piutang
(yang dalam bahasa asing disebut factoring ) adalah suatu kegiatan
pembiayaan yang dilakukan oleh suatu perusahaan anjak piutang (
factoring company ) dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan
serta pengurusan piutang atau tagihan janga pendek suatu perusahaan
dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri

B. Pihak yang Terlibat

Ada 3 pihak yang teribat dalam kegiatan anjak piutang, yaitu:

1. Kreditur atau Klien yang menyerahkan tagihannya kepada pihak


anjak piutang untuk ditagih atau dikelola atau diambil alih dengan
cara dikelola atau dibeli sesuai perjanjian dan kesepakatan yang
telah dibuat.
2. Perusahaan anjak piutang (factoring), yaitu perusahaan yang
akan mengambil alih atau mengelola piutang atau penjualan
kredit debiturnya.
3. Debitur, yaitu nasabah yang mempunyai masalah utang kepada
kreditor (klien).

Dari ketiga pihak tersebut, apabila tidak ada salah satu atau lebih
maka kegiatan anjak piutang tidak dapat dilakukan.
C. Mekanisme Kegiatan Anjak Piutang

1. Kreditor menjual atau memberikan piutang yang dimilikinya


kepada perusahaan anjak piutang baik dengan cara
memberitahukan kepada debitur ataupun tidak.
2. Perusahaan Anjak Piutang menagih kepada debitur
3. Debitur membayar kepada Perusaahaan Anjak Piutang
4. Lalu, Perusahaan Anjak Piutang memberikan uang tersebut
kepada Kreditur.
D. Jenis-jenis Anjak Piutang:
a. Berdasar Pemberitahuan:
1. Disclosed Factoring, pengalihan piutang kepada Perusahaan
Anjak Piutang dengan diketahui oleh debitur.
Mekanismenya sebagai berikut:
Mekanisme transaksi ini bisa dijelaskan sebagai berikut :

1. Terjadi penjualan secara kredit kepada pelanggan (klien)


2. Negosiasi dan kontrak factoring antara perusahaan (klien)
dengan lembaga anjak piutang dimana perusahaan
menyerahkan faktur penagihan dan dokumen terkait
lainnya (dokumen asli).
3. Perusahaan memberitahu kepada debitur kalau piutang
dan penagihan sudah dialihkan ke lembaga anjak piutang.
4. Lembaga anjak piutang memberikan pembiayaan
maksimum 80% dari nilai faktur.
5. Pada saat jatuh tempo lembaga anjak piutang melakukan
penagihan kepada debitur.
6. Pelanggan (debitur) membayar tagihan kepada anjak
piutang.
7. Lembaga anjak piutang menyerahkan sisa dan (20% Nilai
faktur) kepada perusahaan (klien) setelah sebelumnya
dikurangi biaya administrasi.
2. Undisclosed Factoring, pengalihan piutang kepada Perusahaan
Anjak Piutang tanpa diketahui oleh pihak debitur, kecuali bila
ada pelanggaran atas kesepakatan pihak klien.
Mekanisme transaksi Undisclosed sebagai berikut :
1. Terjadi transaksi penjualan secara kredit kepada pelanggan
(klien)
2. Negosiasi dan kontrak anjak piutang antara perusahaan
(klien) dengan lembaga anjak piutang (factoring) dimana
perusahaan menyerahkan kopi faktur penagihan piutang
dan dokumen terkait lainnya sedangkan dokumen asli tetap
dipegang perusahaan.
3. Lembaga anjak piutang memberikan pembiayaan maksimal
80% dari nilai faktur.
4. Pada saat jatuh tempo perusahaan akan menagih kepada
debitur/pelanggan.
5. Perusahaan akan mengembalikan pinjaman dana kepada
factoring ditambah dengan biaya anjak piutang (service
charge/discount charge).
b. Berdasar Penanggulangan Resiko:
1. Recourse Factoring, adalah anjak piutang dengan cara recourse
atau disebut juga with recourse factoring berkaitan dengan
resiko debitor yang tidak mampu memenuhi kewajibannya.
2. Without Recourse Factoring, Anjak piutang ini juga disebut
non-recourse factoring yaitu perusahaan anjak piutang
menanggung resiko atas tidak tertagihnya piutang yang telah di
alihkan oleh klien.
c. Berdasar Pelayanan:
1. Full Service Factoring, yaitu perjanjian anjak piutang yang
meliputi semua jenis jasa anjak piutang baik dalam bentuk jasa
pembiayaan maupun jasa non-pembiayaan. Misalnya, urusan
administrasi penjualan (sale ladger administration), tagihan
dan penagihan piutang termasuk menanggung resiko terhadap
piutang yang macet.
2. Finance Factoring, yaitu perusahaan anjak piutang hanya
menyediakan fasilitas pembiayaan saja tanpa ikut menanggung
resiko atas piutang tak tertagih.
3. Bulk Factoring, juga disebut dengan agency factoring yaitu
transaksi yang mengaitkan perusahaan factoring sebagai agen
dari klien. Bentuk fasilitas factoring ini pada dasarnya hampir
sama dengan full service factoring, namun penagihan piutang
tetap di lakukan oleh klien dan proteksi kredit tidak dijamin
perusahaan factoring.
d. Berdasar Pembayaran kepada Klien:
1. Advanced Payment, transaksi anjak piutang dengan
memberikan pembayaran di muka (prepayment financing) oleh
perusahaan anjak piutang kepada klien berdasarkan
penyerahan faktur yang besarnya 80% dari nilai facture.
2. Maturity, transaksi pengalihan piutang yang pembayarannya
dilakukan perusahaan anjak piutang pada saat piutang tersebut
jatuh tempo. Pembayaran tagihan tersebut biasanya dilakukan
berdasarkan rata-rata jatuh tempo tagihan (faktur). Untuk lebih
jelasnya lihat kembali maturity factoring yang telah dibahas di
atas.
E. Keuntungan Anjak Piutang.
a. Bagi Perusahaan Anjak Piutang:
1. Memperoleh keuntungan berupa fee dan biaya administrasi.
2. Membantu menyelesaikan pertikaian diantara kreditur dan
debitur.
3. Membantu menajemen pihak kreditur dalam
penyelenggaraan kredit.
b. Bagi Kreditur (Klien)
1. Mengurangi resiko kerugian dengan tertagihnya piutangnya.
2. Memperbaiki system administrasi yang semrawut.
3. Memperlancar kegiatan usaha dengan ditagihnya piutang
oleh perusahaan anjak piutang, kreditor dapat
berkonsentrasi keusaha lainnya.
c. Bagi Debitur, Memberikan motivasi kepada debitur untuk
segera membayar secepatnya, karena ada rasa malu sehingga
berusaha sekuat tenaga untuk segera membayar dengan
beragai cara.
F. Kerugian atau Kelemahan Menggunakan Anjak Piutang.
Selain mempunyai keuntungan atau manfaat dalam melakukan
kegiatan anjak piutang, jasa factoring ini juga memeliki
kelemahan, yaitu:

1. Pemborosan Biaya. Karena keterlibatan pihak lain, yaitu pihak


perusahaan factor dalam hubungan antara klien dengan
nasabah, maka bisa jadi akan menambah beban biaya terhadap
bisnis yang bersangkutan.
2. Menurunkan Reputasi. Bagi negara-negara di mana institusi
factoring belum memasyarakat, maka akan timbul kesan
seolah-olah klien yang menyerahkan piutangnya kepada
perusahaan factor dalam keadaan kesulitan dan tidak sanggup
menagih sendiri piutangnya.

3. Bisnis Rentan Resiko. Karena hakekat yang inherent dalam


institusi factoring, seperti tidak adanya collateral/jaminan,
maka dapat saja timbul anggapan bahwa bisnis dari
perusahaan factor mengandung resiko tinggi terhadap
keberhasilan dalam menagih piutang.

4. Kurang Profesional. Ada juga kelemahan factoring tetapi


sifatnya temporer, yaitu tidak profesionalnya perusahaan
factor. Hal ini terutama disebabkan disebabkan karena bisnis
factoring ini belum begitu populer, sehingga belum banyak
perhatian diberikan kepadanya. Selain itu masih banyak
kalangan yang menganggap bisnis factoring ini sebagai lender
of the last resort.
G. Dasar Hukum Anjak Piutang

Dasar Hukum Anjak Piutang dibagi menjadi dua, yaitu Dasar hukum
substantive dan dasar hukum administrative.

a. Dasar Hukum Substantif.

Dasar Hukum Substantif kemudian dibagi menjadi dua

1. Dasar Hukum Substantif Murni, Yang merupakan dasar hukum


substantif murni bagi suatu kegiatan factoring yaitu apa yang
dikenal dengan "asas kebebasan berkontrak", yang bersumber
pada ketentuan pasal 1338 KUH Perdata. Artinya, apabila
memenuhi syarat sahnya perjanjian seperti disebutkan dalam
pasal 1320 KUH perdata, maka menurut pasal 1338 KUH
Perdata, kontrak tersebut sudah sah adanya dan kontrak
tersebut mempunyai kekuatan yang sama dengan undang-
undang. Karena itu, kontrak factoring, asal memenuhi syarat-
syarat suatu kontrak, juga sama kekuatannya dengan undang-
undang.
2. Dasar Hukum Substantif Prosedural, yaitu terdapat dalam KUH
Perdata, yaitu ketentuan dalam buku kedua KUH Perdata
tentang Cessie (pengalihan hutang) pasal 613 KUH Perdata.
Selain itu terdapat juga ketentuan dalam buku ketiga KUH
Perdata tetang Subrogasi, yang merupakan pergantian hak hak
di berpiutang oleh pihak ketiga, yang membayar kepada si
berpiutang. Subrogasi terjadi baik karena perjanjian maupun
karena undang-undang. Berlaku berdasarkan ketentuan pasal
1400 KUH Perdata dan seterusnya. Disamping itu mesti pula
diindahkan ketentuan-ketentuan lainnya yang berhubungan
dengan penjualan piutang seperti pasal 1459, 1491, 1492,
1495, 1533, 1534 KUH Perdata, dan lain sebagainya.

b. Dasar Hukum Administratif

Ditemukan dalam Undang-Undang Perbankan, Nomor : 7 tahun 1992,


pasal 6 huruf I memberi alas hukum kepada bank untuk melakukan
kegiatan factoring, sekaligus memberikan pengertian apa yang
dimaksud dengan istilah factoring, yang dalam peraturan ini dipakai
istilah "anjak piutang". Untuk menjadi dasar hukum yang bersifat
administratif ini, di samping Undang-Undang Perbankan, pemerintah
telah pula mengeluarkan peraturan-peraturan. Peraturan-peraturan
dimaksud mengatur masalah factoring, disamping juga mengatur
masalah-masalah lembaga finansial lainnya, seperti leasing, modal
ventura, kartu kredit, dan sebagainya. Peraturan tersebut di antaranya :

Keppres RI Nomor : 61 tahun 1988, tentang Lembaga Pembiayaan.

Keputusan Menteri Keuangan RI nomor : 1251/KMK.031/1988,


tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.

Selain dari dasar hukum tersebut, masih terdapat lagi aturan-aturan


lain, seperti Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor :
448/KMK.06/2002, Peraturan Pemerintah RI Nomor : 9 tahun 2008, dan
lain-lain, serta ketentuan-ketentuan administratif yang mengatur
masalah factoring untuk sektor-sektor tertentu. Misalnya, terhadap
factoring yang dipraktekkan oleh perbankan yang diatur oleh Bank
Indonesia.
Daftar Pustaka.

Ichsanti. “Anjak Piutang [Pengertian, Pihak yang Terlibat, Manfaat,


serta Mekanismenya]”. 28 Oktober 2018.
http://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/anjak-piutang-
pengertian-pihak-yang-terlibat-manfaat-serta-mekanismenya/

Ensikloblogia. “Pihak yang Terlibat Anjak Piutang dan Fasilitas yang


Diberikan Perusahaan Anjak Piutang” . 28 Oktober 2018 .
http://www.ensikloblogia.com/2016/04/pihak-yang-terlibat-anjak-
piutang-dan.html

Fuady, Munir. 2006. Hukum Tentang Pembiayaan dalam Teori &


Praktek. Citra Aditya.

Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Rajawali


Pers.

Prantouw, Rinus. 2006. Hak Tagih Faktor Atas Piutang Dagang. Jakarta:
Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai