Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN KRITIS

KONSEP KEPERAWATAN KRITIS

OLEH :

PUTU JANA YANTI PUTRI (01)

NI KOMANG AYU RISNA MULIANTINI (02)

MADE WAHYU RIANTINI (03)

NI KADEK ARIYASTUTI (04)

NYOMAN WITA WIHAYATI (05)

I NYOMAN SUGIHARTA DANA (06)

I GUSTI AYU INDAH JULIARI (07)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PROGRAM PROFESI NERS

2019
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang
Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Konsep Keperawatan
Kritis" mata kuliah Keperawatan Kritis di Politeknik Kesehatan Denpasar tepat
pada waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai
pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.

“Om Santih, Santih, Santih, Om”

Denpasar, 7 Juli 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................ 2
C. TUJUAN PENULISAN .......................................................................................... 2
D. METODE ................................................................................................................ 3
E. MANFAAT PENELITIAN..................................................................................... 3
BAB II................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4
A. PENGERTIAN KEPERAWATNAN KRITIS ....................................................... 4
B. RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KRITIS ................................................... 4
C. KONSEP KEPERAWATAN KRITIS .................................................................... 5
D. PRINSIP KEPERAWATAN KRITIS .................................................................... 9
E. ISU ETIK DAN LEGAL PADA KEPERAWATAN KRITIS ............................. 11
F. KECENDERUNGAN TREND DAN ISU KEPERAWATAN KRITIS .............. 13
BAB III ............................................................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................................................ 14
A. KESIMPULAN ..................................................................................................... 14
B. SARAN ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelayanan perawat dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit
merupakan faktor penentu citra dan mutu rumah sakit, disamping itu tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan perawat yang bermutu semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya kesadaran akan hak dan kewajiban dari
masyarakat. Kualitas pelayanan perawat harus terus ditingkatkan sehingga
upaya pelayanan kesehatan dapat mencapai hasil yang optimal (Nursalam,
2009).
Rumah Sakit adalah salah satu sarana penyelenggara pelayanan kesehatan
dan asuhan keperawatan yang berkesinambungan dengan fasilitas kesehatan
lebih lengkap dibanding instansi kesehatan lainnya, dimasa sekarang dan yang
akan datang maka rumah sakit akan menjadi rujukan pelayanan kesehatan yang
utama.
Kondisi kritis merupakan suatu kondisi krusial yang memerlukan
penyelesaian atau jalan keluar dalam waktu yang terbatas. Pasien kritis adalah
pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau lebih sistem tubuh, tergantung
pada penggunaan peralatan monitoring dan terapi. Pasien dalam kondisi gawat
membutuhkan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif. Suatu
perawatan intensif yang menggabungkan teknologi tinggi dengan keahlian
khusus dalam bidang keperawatan dan kedokteran gawat darurat dibutuhkan
untuk merawat pasien yang sedang kritis
Pasien kritis dengan perawatan di ruang ICU (Intensive Care Unit) memiliki
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.Mengenali ciri-ciri dengan cepat dan
penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien beresiko kritis atau pasien yang
berada dalam keadaan kritis dapat membantu mencegah perburukan lebih lanjut
dan memaksimalkan peluang untuk sembuh (Gwinnutt, 2006 dalam Jevon dan
Ewens, 2009).Comprehensive Critical Care Department of Health-Inggris
merekomendasikan untuk memberikan perawatan kritis sesuai filosofi
perawatan kritis tanpa batas (critical care without wall), yaitu kebutuhan pasien

1
kritis harus dipenuhi di manapun pasien tersebut secara fisik berada di dalam
rumah sakit (Jevon dan Ewens, 2009). Hal ini dipersepsikan sama oleh tim
pelayanan kesehatan bahwa pasien kritis memerlukan pencatatan medis yang
berkesinambungan dan monitoring penilaian setiap tindakan yang
dilakukan.Dengan demikian pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan
intensif oleh karena dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang
terjadi atau terjadinya penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Rab, 2007).
Untuk dapat memberikan pelayanan prima maka ICU harus dikelola dengan
baik. Perawat yang bekerja di dalam Intensive Care Unit harus memiliki
kemampuan komunikasi dan kerjasama tim. Proses keperawatan kritis
mengatasi klien yang sedang dalam kondisi gawat tersebut. Oleh karena itu,
diperlukan peran seorang perawat yang dapat bertindak cepat dan tepat serta
melaksanakan standar proses keperawatan kritis.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian keperawatan kritis?
2. Apa sajakah ruang lingkup keperawatan kritis?
3. Bagaimanakah konsep keperawatan kritis?
4. Apa sajakah prinsip keperawatan kritis?
5. Apa sajakah isu etik dan legal pada keperawatan kritis?
6. Apa sajakah kecenderungan trend dan isu keperawatan kritis ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk memahami dan mendalami persprektif keperawatan kritis.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian keperawatan kritis
b. Mengetahui apa saja ruang lingkup keperawatan kritis
c. Mengetahui bagaimana konsep keperawatan kritis
d. Mengetahui apa saja prinsip keperawatan kritis
e. Mengetahui apa saja isu etik dan legal pada keperawatan kritis

2
f. Untuk mengetahui apa saja kecenderungan trend dan isu keperawatan
kritis

D. METODE
1. Mengumpulkan data dari perpustakaan
2. Mencari referensi di internet
3. Diskusi kelompok

E. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan diatas, maka penulisan makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat, sebagai berikut :
1. Manfaat Umum
Memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya wawasan dan
pengetahuan tentang materi.
2. Manfaat Khusus
a. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam
memahami materi yang di sajikan. Selain itu pembaca makalah ini
diharapkan mampu menerima semua materi yang disampaikan.
b. Bagi penulis
Dapat memperluas kaidah-kaidah pengetahuan serta sumber ajar yang
berguna dalam proses pembelajaran khususnya pada materi .

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEPERAWATNAN KRITIS


Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawatan dengan suatu fokus pada
penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Perawat kritis dapat ditemukan
bekerja pada lingkungan yang luas dan khusus, seperti departemen keadaan
darurat dan unit gawat darurat (Wikipedia, 2013).
American Association of Critical-Care Nurses (AACN) mendefinisikan
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang
dihadapkan secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab atas
masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis adalah perawat profesional yang
resmi yang bertanggung jawab untuk memastikan pasien dengan sakit kritis dan
keluarga pasien mendapatkan kepedulian optimal (AACN, 2006). American
Association of Critical Care Nurses (AACN, 2012) juga menjelaskan secara
spesifik bahwa asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan
penatalaksanaan respon manusia terhadap penyakit aktual atau potensial yang
mengancam kehidupan. Lingkup praktik asuhan keperawatan kritis didefinisikan
dengan interaksi perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis, dan lingkungan
yang memberikan sumber-sumber adekuat untuk pemberian perawatan.

B. RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KRITIS


American Association of Critical Care Nurses (AACN) menyatakan bahwa
asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon
manusia terhadap penyakit yang aktual atau potensial yang mengancam
kehidupan (AACN,1989). Lingkup praktik asuhan keperawatan kritis
didefinisikan dengan interaksi perawat kritis, pasien dengan penyakit kritis, dan
lingkungan yang memberikan sumber-sumber adekuat untuk pemberian
perawatan.
Pasien yang masuk ke lingkungan keperawatan kritis menerima asuhan
keperawatan intensif untuk berbagai masalah kesehatan. Serangkaian gejala
memiliki rentang dari pasien yang memerlukan pemantauan yang sering dan

4
membutuhkan sedikit intervensi sampai pasien dengan kegagalan fungsi
multisistem yang memerlukan intervensi untuk mendukung fungsi hidup yang
mendasar. Pada umumnya lingkungan yang mendukung rasio perbandingan
perawat – pasien yaitu 1 : 2 (tergantung dari kebutuhan pasien), satu perawat
dapat merawat tiga pasien dan, terkadang seorang pasien memerlukan bantuan
lebih dari satu orang perawat untuk dapat bertahan hidup. Dukungan dan
pengobatan terhadap pasien-pasien tersebut membutuhkan suatu lingkungan
yang informasinya siap tersedia dari berbagai sumber dan diatur sedemikian rupa
sehingga keputusan dapat diambil dengan cepat dan akurat.

C. KONSEP KEPERAWATAN KRITIS


Scope Critical Care Nursing menurut AACN (American Association of
Critical Care Nurse) dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. The critically ill patient
Masalah yang aktual dan potensial mengancam kehidupan pasien dan
membutuhkan observasi dan intervensi untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Pasien kritis didefinisikan sebagai pasien yang beresiko tinggi untuk masalah
kesehatan aktual atau potensial mengancam jiwa. Semakin kritis sakit pasien,
semakin besar kemungkinan untuk menjadi sangat rentan, tidak stabil dan
kompleks, sehingga membutuhkan intens dan waspada asuhan keperawatan.
2. The critical care-nurse
Perawat perawatan kritis dalam praktek keperawatan, di mana pasien
memerlukan pengkajian yang kompleks, terapi intensitas tinggi serta intervensi
yang berkesinambungan terhadap kewaspadaan keperawatan. Perawat
perawatan kritis mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
untuk memberikan perawatan kepada pasien dan keluarga dan menciptakan
lingkungan yang menyembuhkan, manusiawi dan peduli. Terutama, perawat
perawatan kritis adalah advokat pasien. AACN mendefinisikan advokasi
sebagai menghormati dan mendukung nilai-nilai dasar, hak-hak dan keyakinan
pasien kritis. Peran perawat perawatan kritis adalah :
a. Menghormati dan mendukung hak pasien atau pengganti pasien yang
ditunjuk untuk pengambilan keputusan otonom.

5
b. Campur tangan ketika kepentingan terbaik pasien yang bersangkutan.
c. Membantu pasien mendapatkan perawatan yang diperlukan.
d. Menghormati nilai-nilai, keyakinan dan hak-hak pasien.
e. Menyediakan pendidikan dan dukungan untuk membantu pasien atau
pengganti pasien yang ditunjuk membuat keputusan.
f. Mewakili pasien sesuai dengan pilihan pasien.
g. Mendukung keputusan dari pasien atau pengganti yang ditunjuk, atau
perawatan transfer ke perawat perawatan kritis yang sama-sama
berkualitas
h. Berdoa bagi pasien yang tidak dapat berbicara untuk diri mereka sendiri
dalam situasi yang memerlukan tindakan segera.
i. Memantau dan menjaga kualitas perawatan pasien menerima.
j. Bertindak sebagai penghubung antara pasien, keluarga pasien dan
profesional kesehatan lainnya.
3. The critical care-environment
Keistimewaan obat perawatan intensif dikembangkan sebagai konsekuensi
dari epidemik polio dari tahun 1950-an, ketika ventilasi mekanik luas
diperlukan. Sejak itu teknologi yang tersedia untuk mendukung pasien sakit
kritis telah menjadi lebih canggih dan kompleks, dan pentingnya unit perawatan
intensif (ICU) dalam sistem kesehatan hari ini adalah tanpa pertanyaan. Pada
tahun 1994, Critical Care Medicine melaporkan bahwa hampir 80% dari semua
orang Amerika akan mengalami penyakit kritis atau cedera, baik sebagai pasien,
anggota keluarga, atau teman dari seorang pasien, dan bahwa ICU hanya
menempati 10% dari tempat tidur rawat inap, tapi account untuk hampir 30%
dari biaya rumah sakit perawatan akut. Namun,ICU adalah lingkungan yang
berpotensi memusuhi rentan pasien sakit kritis. Selain stres fisik penyakit, nyeri,
obat penenang, intervensi, dan ventilasi mekanik, ada stress psikologis dan
psikososial yang dirasakan oleh pasien. Salah satu factor tambahan adalah
lingkungan ICU, yang juga diduga berkontribusi terhadap sindrom yang dikenal
sebagai ICU psikosis/delirium. Yang sering dilaporkan dari faktor lingkungan
stress adalah kebisingan, cahaya ambient, pembatasan mobilitas, dan isolasi
sosial.

6
1. Tujuan keperawatan kritis
Untuk mempertahankan hidup (maintaining life)
2. Pengkajian
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan mempertahankan
sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi kegagalan. Pengkajian
meliputi proses pengumpulan data, validasi data, menginterpretasikan data dan
memformulasikan masalah atau diagnosa keperawatan sesuai hasil analisa data.
Pengkajian awal di dalam keperawatan intensif sama dengan pengkajian
umumnya yaitu dengan pendekatan sistem yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-
kultural-spiritual, namun ketika klien yang dirawat telah menggunakan alat-alat
bantu mekanik seperti Alat Bantu Nafas (ABN), hemodialisa, pengkajian juga
diarahkan ke hal-hal yang lebih khusus yakni terkait dengan terapi dan dampak
dari penggunaan alat-alat tersebut.
3. Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian, data dikumpulkan dan diinterpretasikan
kemudian dianalisa lalu ditetapkan masalah/diagnosa keperawatan berdasarkan
data yang menyimpang dari keadaan fisiologis. Kriteria hasil ditetapkan untuk
mencapai tujuan dari tindakan keperawatan yang diformulasikan berdasarkan
pada kebutuhan klien yang dapat diukur dan realistis. Ditegakkan untuk mencari
perbedaan serta mencari tanda dan gejala yang sulit diketahui untuk mencegah
kerusakan/gangguan yang lebih luas.
4. Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnosa telah
diprioritaskan. Prioritas masalah dibuat berdasarkan pada ancaman/risiko
ancaman hidup (contoh : bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertkaran
gas, pola nafas tidak efektif, gangguan perfusi jaringan), lalu dapat dilanjutkan
dengan mengidentifikasi alternatif diagnosa keperawatan untuk meningkatkan
keamanan, kenyamanan (contoh : risiko infeksi, risiko trauma/injuri, gangguan
rasa nyaman) dan diagnosa keperawatan untuk mencegah komplikasi (risiko
konstipasi, risiko gangguan integritas kulit). Perencanaan tindakan mencakup
empat unsur kegiatan yaitu :
a. Observasi/monitoring

7
b. Terapi keperawatan
c. Pendidikan
d. Tindakan kolaboratif
Pertimbangan lain adalaah kemampuan untuk melaksanakan rencana
dilihat dari keterampilan perawat, fasilitas, kebijakan dan standar
opersional prosedur.
Perencanaan tindakan perlu pula diprioritaskan dengan perencanaan ini adalah
untuk membuat efisiensi sumber-sumber, mengukur kemampuan dan
mengoptimalkan penyelesaian masalah. Ditujukan pada penerimaan dan
adaptasi pasien secara konstan terhadap status yang selalu berubah.
5. Intervensi
Semua tindakan dilakukan dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap
klien sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini penting untuk mencapai tujuan.
Tindakan keperawatan dapat dalam bentuk observasi, tindakan prosedur
terntentu, tindakan kolaboratif dan pendidikan kesehatan. Dalam tindakan perlu
ada pengawasan terus menerus terhadap kondisi klien termasuk evaluasi prilaku.
Ditujukan terapi gejala-gejala yang muncul pertama kali untuk pencegahan
krisis dan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama sampai dapat
beradaptasi dengan tercapainya tingkat kesembuhan yang lebih tinggi atau
terjadi kematian.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan merupakan
dasar pertimbangan yang sistematis untuk menilai keberhasilan tindkan
keperawatan dan sekaligus dan merupakan alat untuk melakukan pengkajian
ulang dalam upaya melakukan modifikasi/revisi diagnosa dan tindakan. Evaluasi
dapat dilakukan setiap akhir tindakan pemberian asuhan yang disebut sebagai
evaluasi proses dan evaluasi hasil yang dilakukan untuk menilai keadaan
kesehatan klien selama dan pada akhir perawatan. Evaluasi dicatatan
perkembangan klien.
Dilakukan secara cepat, terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk
mencapai keefektifan masing-masing tindakan/ terapi, secara terus-menerus
menilai kriteria hasil untuk mengetahui perubahan status pasien.

8
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pasien kritis prioritas pemenuhan
kebutuhan tetap mengacu pada hirarki kebutuhan dasar Maslow dengan tidak
meninggalkan prinsip holistic bio-psiko-sosio dan spritual.
Keperawatan kritis harus menggunakan proses keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan :
a. Data akan dikumpulkan secara terus – menerus pada semua pasien yang
sakit kritis dimanapun tempatnya.
b. Indentifikasi masalah/kebutuhan pasien dan prioritas harus didasarkan
pada data yang dikumpulkan.
c. Rencana asuhan keperawatan yang tepat harus diformulasikan.
d. Rencana asuhan keperawatan harus diimplementasikan menurut prioritas
dari identifikasimasalah atau kebutuhan.
e. Hasil dari asuhan keperawatan harus dievaluasi secara terus – menurus.
7. Dokumentasi keperawatan
Dokumentasi adalah catatan yang berisi data pelaksanaan tindakan
keperawatan atau respon klien terhadap tindakan keperawatan sebagai
petanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan
yang dilakukan perawat kepada pasien dari kebijakan.
Dokumentasi keperawatan merupakan dokumentasi legal dalam sistem
pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasikan yang baik, maka
informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara
berkesinambungan.

4. PRINSIP KEPERAWATAN KRITIS


Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang
dapat menyebabkan kematian. Pengatasan pasien kritis dilakukan di ruangan unit
gawat darurat yang disebut juga dengan emergency department sedangkan yang
dimaksud dengan pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang
cepat yang dapat menyebabkan kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien kritis
di rumah sakit dibagi atas Unit Gawat Darurat (UGD) dimana pasien diatasi untuk
pertama kali, unit perawatan intensif (ICU) adalah bagian untuk mengatasi keadaan
kritis sedangkan bagian yang lebih memusatkan perhatian pada penyumbatan dan

9
penyempitan pembuluh darah koroner yang disebut unit perawatan intensif koroner
(Intensive Care Coronary Unit= ICCU). Baik UGD, ICU, maupun ICCU adalah
unit perawatan pasien kritis dimana perburukan patofisiologi dapat terjadi secara
cepat yang dapat berakhir dengan kematian. Sebenarnya tindakan pengatasan kritis
ini telah dimulai di tempat kejadian maupun dalam waktu pengankutan pasien ke
Rumah Sakit yang disebut dengan fase prehospital. Tindakan yang dilakukan
adalah sama yakni resusitasi dan stabilisasi sambil memantau setiap perubahan
yang mungkin terjadi dan tindakan yang diperlukan. Tiap pasien yang dirawat di
ICU memerlukan evaluasi yang ketat dan pengatasan yang tepat dalam waktu yang
singkat. Oleh karena itu terdapat beberapa prinsip kerja yang harus dilakukan dalam
menangani pasien kritis:
1. Prehospital, meliputi pertolongan pertama pada tempat kejadian resusitasi
cardiac pulmoner, pengobatan gawat darurat, teknik untuk mengevaluasi,
amannya transportasi, akses telepon ke pusat.
2. Triage, yakni skenario pertolongan yang akan diberikan sesudah fase
keadaan. Pasien-pasien yang sangat terancam hidupnya harus diberi
prioritas utama. Pada bencana alam dimana terjadi sejumlah kasus gawat
darurat sekaligus maka skenario pengatasan keadaan kritis harus dirancang
sedemikian rupa sehingga pertolongan memberikan hasil secara maksimal
dengan memprioritaskan yang paling gawat dan harapan hidup yang tinggi.
3. Prioritas dari gawat darurat tiap pasien gawat darurat mempunyai tingkat
kegawatan yang berbeda, dengan demikian mempunyai prioritas pelayanan
prioritas yang berbeda. Oleh karena itu diklasifikasikan pasien kritis atas:
a. Exigent, pasien yang tergolong dalam keadaan gawat darurat 1 dan
memerlukan pertolongan segera. Yang termasuk dalam kelompok ini
dalah pasien dengan obstruksi jalan nafas, fibrilasi ventrikel, ventrikel
takikardi dan cardiac arest.
b. Emergent, yang disebut juga dengan gawat darurat 2 yang memerlukan
pertolongan secepat mungkin dalam beberapa menit. Yang termasuk
dalam kelompok ini adalah miocard infark, aritmia yang tidak stabil dan
pneumothoraks.

10
c. Urgent, yang termasuk kedalam gawat darurat 3. Dimana waktu
pertolongan yang dilakukan lebih panjang dari gawat darurat 2
akantetapi tetap memerlukan pertolongan yang cepat oleh karena dapat
mengancam kehidupan, yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah
ekstraserbasi asma, perdarahan gastrointestinal dan keracunan.
d. Minor atau non urgent, yang termasuk ke dalam gawat darurat 4,
semua penyakit yang tergolong kedalam yang tidak mengancam
kehidupan.

5. ISU ETIK DAN LEGAL PADA KEPERAWATAN KRITIS


1. Pengertian Issue
Issue “sebagai“ suatu pernyataan tentang fakta, nilai atau kebijakan yang
dapat diperdebatkan (Heath & Nelson 1986). Dengan kata lain, sebuah issue
yang timbul ke permukaan adalah suatu kondisi atau peristiwa, baik di dalam
maupun di luar organisasi, yang jika dibiarkan akan mempunyai efek yang
signifikan pada fungsi atau kinerja organisasi tersebut atau pada target-target
tersebut dimasa yang akan datang.
2. Pengertian Etik
Etik adalah cara bagaimana seseorang menetapkan norma atau standar
kehidupan seseorang dan yang seharusnya dilakukan (Mandla,Boyle dan
O’Donohoe, 1994)
3. Aspek Hukum Keperawatan Kritis
Pemahaman terhadap aspek hukum dalam Keperawatan Gawat Darurat
bertujuan meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin keamanan
serta keselamatan pasien. Aspek hukum menjadi penting karena konsensus
universal menyatakan bahwa pertimbangan aspek legal dan etika tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan medik yang baik. Walaupun ada undang-undang yang
mengatur tentang keperawatan gawat darurat yaitu Pasal 11 Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Informed Consent menyatakan, dalam hal pasien tidak
sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medik
berada dalam keadaan gawat darurat dan atau darurat yang memerlukan tindakan

11
medik segera untuk kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun.
(Per. Menkes, 1989).
Beberapa Aspek Legal Praktik Keperawatan kritis dalam (UU Kesehatan
No.36 tahun 2009) antara lain :
a. Perlindungan Hukum bagi tenaga kesehatan : (Pasal 27)
b. Menyelamatkan Nyawa Pasien : darurat (Pasal 32)
c. Tidak boleh menolak Pasien Darurat & meminta uang muka (Pasal 32)
d. Tenaga Kesehatan : kualifikasi dan izin profesi (Pasal 34)
e. Menerima/menolak pertolongan kecuali : tidak sadarkan diri. (Pasal 56)
f. Tuntutan ganti rugi oleh pasien kecuali untuk tindakan penyelamatannyawa
dan pencegahan kecacatan. (Pasal 58)
g. Ketentuan Pidana terkait Kedaruratan Pasien (Pasal 190).
4. Isu Etik Dan Legal Pada Keperawatan Kritis
Merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang menangani
respon manusia terhadap masalah yang mengancam hidup. Perawat ruang
intensif/kritis harus memberikan pelayanan keperawatan yang mencerminkan
pemahaman akan aspek etika dan legal keperawatan. Perawat ruang kritis harus
bekerja sesuai dengan aturan yang ada (standar rumah sakit/standar pelayanan
maupun asuhan keperawatan). Etik ditujukan untuk mengukur perilaku yang
diharapkan dari manusia sehingga jika manusia tersebut merupakan suatu
kelompok tertentu atau profesi seperti profesi keperawatan, maka aturannya
merupakan suatu kesepakatan dari kelompok tersebut yang disebut kode etik.
Status pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian dari
staf paramedik tidak membuat perawat bisa menghindari tanggung jawab dan
kewajiban mematuhi hukum dalam setiap tindakan/pelayanan keperawatan yang
dilakukan. Kumpulan hukum/peraturan keperawatan yang telah dikembangkan
dikenal sebagai standar pelayanan keperawatan. Standar pelayanan keperawatan
ditentukan dengan pengambilan keputusan atas tindakan profesional yang paling
tepat dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif,

12
ditujukan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat, baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan
keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan
mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.

6. KECENDERUNGAN TREND DAN ISU KEPERAWATAN KRITIS


Perkembangan yang sangat pesan dibidang teknologi dan pelayanan
kesehatan cukup berkontribusi dalam membuat orang tidak lagi dirawat dalam
jangka waktu lama dirumah sakit.Klien yang berada di unit perawatan kritis
dikatakan lebih sakit dari sebelumnya.Sekarang ini banyak klien yang dirawat
diunit kritis untuk waktu 5 tahun sudah dapat menjalani rawat jalan dirumah
masing-masing. Klien unit kritis yang ada sekarang ini tidak mungkin bertahan
hidup dimasa lalu dikarenakan buruknya sistem perawatan kritis yang ada. Sudah
direncanakan dibeberapa rumah sakit akan adanya unit kritis yang lebih besar dan
kemungkinan mendapatkan pelayana perawatan kritis dirumah atau tempat-tempat
alternatif lainnya. Perawat kritis harus tepat memantau informasi terbaru dan
mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk mengelola metode dan teknologi
perawatan terbaru.Seiring dengan perkembangan perawatan yang dilakukan pada
klien semakin kompleks dan banyaknya metode ataupun teknologi perawatan baru
yang diperkenalkan, perawat kritis dipandang perlu untuk selalu meningkatkan
pengetahuannya.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang
menghadapi secara rinci dengan manusia yang bertanggung jawab atas masalah
yang mengancam jiwa. Ilmu perawatan kritis adalah bidang keperawatan dengan
suatu fokus pada penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil, dengan asuhan
keperawatan kritis yang mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia
terhadap penyakit yang aktual atau potensial yang mengancam kehidupan. Konsep
keperawatan kritis meliputi tujuan, pengkajian, diagnosa, perencanaan, intervensi,
evaluasi, dan dokumentasi.
Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat yang
dapat menyebabkan kematian, sehingga dalam keperawatan kritis bertujuan
meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin keamanan serta
keselamatan pasien. Perawat ruang intensif/kritis harus memberikan pelayanan
keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika dan legal
keperawatan. Status pekerjaan sebagai seorang perawat rumah sakit ataupun bagian
dari staf paramedik tidak membuat perawat bisa menghindari tanggung jawab dan
kewajiban mematuhi hukum dalam setiap tindakan/pelayanan keperawatan yang
dilakukan.

B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini tidak luput dari kesalahan, kami meminta saran
masukan untuk dapat memerbaiki makalah kami berikutnya, serta dengan
dibuatnya makalah ini agar dapat menerapkan teori pendokumentasian asuhan
keperawatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dossey, B. M., Cathie E.G., Cornelia V. K. (1992). Critical care nursing: body-
mind- spirit. (3rd ed.). Philadelphia: J. B. Lippincott Company.
Emergency Nurses Association. (2000). Emergency Nursing Core Curriculum. (5th
ed.). Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Hakam AR, Imam. 2014. Bab II Perspektif Keperawatan Kritis. Online Available :
https://www.scribd.com/doc/243508922/Bab-II-Prespektif-Kep-Kritis.
Dikutip pada 5 Juli 2019 pukul 6.55 Wita
Laura A. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis Edisi: 2. Jakarta: EGC
Morton, Patricia Gonce, dkk. 2011. Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan
Holistik. Jakarta: EGC
Sale, Mary L., Marilyn L.L., Jeanette C.H. ( ). Introduction to critical care nursing.
(3rd ed.). Philadelphia: W. B. Saunders Company.
Sitorus, Tharisi Angela. 2016. Keperawatan Kritis. Online Available :
https://www.scribd.com/document/320602277/keperawatan-kritis. Dikutip
pada 5 Juli 2019 pukul 7.12 Wita
Tabrani. 2007. Agenda gawat darurat (Critical Care). P. T Alumni: Bandung.
2014. Critical Care Nursing. Tersedia
Http://www.en.wikipedia.org/wiki/Critical_care_nursing (Diakses tanggal 6
Juli 2019 pukul 16.00 WITA)
Wikipedia. 2013. Sistem Informasi (Online).“http://id.wikipedia.org/wiki/.Diakses
tanggal 6 Juli pukul 17.00 WITA

Zakiyyah, Syifa. 2012. Keperawatan Kritis. Online Available :


https://www.scribd.com/doc/83592576/keperawatan-kritis. Dikutip pada 5
Juli 2019 pukul 6.44 Wita

15

Anda mungkin juga menyukai