Kewaspadaan Universal PDF
Kewaspadaan Universal PDF
TINJAUAN PUSTAKA
oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi dan
didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan
penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007).
Pada semua sarana kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas dan praktek
dokter dan dokter gigi, tindakan yang dapat mengakibatkan luka atau tumpahan
cairan tubuh, atau penggunaan alat medis yang tidak steril, dapat menjadi sumber
infeksi penyakit tersebut pada petugas layanan kesehatan dan pasien lain. Jadi
tersebut dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi terhadap penularan HIV, tetapi
yang tidak kalah penting terhadap infeksi lain yang dapat berat dan sebetulnya lebih
mudah menular.
10
a. Cuci tangan selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari, punggung tangan, ujung
jari dan ibu jari digosok menyeluruh) dengan sabun di air mengalir setelah
b. Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah atau terkontaminasi
c. Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh.
d. Tangani dan buang jarum suntik dan alat kesehatan tajam sekali pakai.
f. Penanganan alat medis harus sesuai dengan standar disinfeksi dan sterilisasi.
g. Tangani semua bahan yang telah tercemar cairan tubuh pasien dengan cara
dapat dilakukan.
yang dapat terjadi. Kecelakaan yang paling umum adalah tertusuk jarum suntik, yaitu
jarum suntik yang dipakai pada pasien menusuk kulit seorang petugas layanan
pasien yang bersangkutan terinfeksi HIV adalah kurang lebih 0,3%, dibandingkan
dengan 3% untuk hepatitis C dan lebih dari 30% untuk hepatitis B. Jika darah dari
pasien yang terinfeksi mengenai selaput mukosa (misalnya masuk mata) petugas
layanan kesehatan, risiko penularan HIV adalah kurang lebih 0,1%. Walaupun belum
ada data tentang kejadian serupa dengan darah yang dicemar hepatitis B, risiko jelas
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
obatan.
pasien HIV/AIDS dalam 24 jam dengan adanya pembagian 3 (tiga) shift (pagi,
2.3. Mitigasi
menghadapi ancaman bencana. Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi dan
atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu
penjinakan/peredaman.
Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik
yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana non alam.
kemungkinan terjadinya bencana, baik itu korban jiwa dan atau kerugian harta benda
rencana atau srategi mitigasi yang tepat dan akurat, perlu dilakukan kajian risiko (risk
assessmement).
berkelanjutan (sustainable). Hal ini berarti bahwa kegiatan mitigasi seharusnya sudah
dilakukan dalam periode jauh-jauh hari sebelum kegiatan bencana, yang seringkali
datang lebih cepat dari waktu-waktu yang diperkirakan, dan bahkan memiliki
Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut :
pembangunan konstruksi fisik, sementara mitigasi non struktural antara lain meliputi
Komite pengendalian infeksi dari suatu rumah sakit umum yang besar,
misalnya rumah sakit kelas A dan kelas B, hendaknya mempunyai perwakilan dari
semua bagian dan SMF utama yang bersangkutan dengan pengendalian infeksi, yakni
unsur, mulai dari peran pimpinan sampai tenaga kesehatan sendiri. Peran pimpinan
adalah penyediaan sistem, sarana, dan pendukung lainnya. Peran tenaga adalah
pada perlunya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit dan sarana kesehatan
mutu pelayanan rumah sakit melalui pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit yang dilaksanakan oleh semua instalasi, meliputi kualitas pelayanan, manajemen
penerapan universal precaution atau yang disebut kewaspadaan universal yaitu cara
adalah cuci tangan secara benar, penggunaan alat pelindung, desinfeksi dan
melalui darah dan cairan tubuh (Pusat Informasi Penyakit Infeksi Indonesia, 2009).
pembuangan atau bak penampungan yang memadai. Dengan guyuran air mengalir
kimiawi saat mencuci tangan mikroorganisme akan terhalau dan tidak menempel lagi
membuang kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi
mikroba.
Cuci tangan harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan
berikut:
1) Gunakan wastafel yang mudah digapai dengan air mengalir yang hangat, sabun
2) Lepaskan lap tangan dan gulung lengan panjang keatas pergelangan tangan.
4) Inspeksi permukaan tangan dan jari akan adanya luka atau sayatan pada kulit dan
kutikula,
5) Berdiri didepan wastapel. Jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh wastapel,
6) Alirkan air. Tekan pedal dengan kaki untuk mengatur aliran dan suhu atau dorong
9) Basahi tangan dan lengan bawah dan seksama sebelum mengalirkan air hangat.
Pertahankan supaya tangan dan lengan bawah lebih rendah dari pada siku selama
mencuci tangan,
10) Taruh sedikit atau sabun antimicrobial cair pada tangan, sabuni dengan seksama.
11) Gosok kedua tangan dengan cepat paling sedikit 10 – 15 detik. Jalin jari-jari
tangan dan gosok telapak dan bagian punggung tangan dengan gerakan sirkuler
paling sedikit masing-masing lima kali. Pertahankan supaya ujung jari berada
13) Bilas tangan dan pergelangan tangan dengan seksama, pertahankan supaya letak
14) Ulangi langkah 10 sampai 12 namun tambah periode mencuci tangannya 1,2, 3
detik,
16) Keringkan tangan dengan seksama dan jari tangan ke pergelangan tangan dan
17) Tutup air dengan kaki dan pedal lutut. (Swearingen, 2000)
Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit dan selaput lendir
tenaga dari risiko pejajanan darah, semua jenis cairan tubuh, secret atau ekskret, kulit
yang tidak utuh dan selaput lender pasien. Jenis tindakan yang berisiko mencakup
tindakan rutin. Jenis alat pelindung seperti sarung tangan, masker, topi,
apron/celemek, kacamata dan sepatu boot. Tidak semua alat pelindung tubuh harus
dipakai, tetapi tergantung pada jenis tindakan yang akan dikerjakan (Nursalam,
2007).
pencegahan standart, didesain untuk semua perawatan pasien di rumah sakit tanpa
pencegahan transmisi, yang dibagi dalam kategori udara, droplet dan kontak dan
digunakan pada pasien yang diketahui atau dicurigai terinfeksi atau terkolonisasi
standar diterapkan untuk darah, sekresi, dan ekresi cairan tubuh tanpa memerhatikan
mengalami atau dicurigai terinfeksi yang dapat ditransmisikan melalui udara atau
Pembersihan adalah membuang sampah material asing seperti kotoran dan materi
banyak atau semua mikroorganisme, dengan pengecualian spora bakteri, dari objek
dalam keadaan streil pada saat pembeliannya atau bila mungkin disterilkan dengan
otoklaf untuk menghindari kontaminasi dengan mikroorganisme yang berasal dari air
cairan tubuh, drainase, atau larutan yang merupakan tempat mikroorganisme. Tenaga
infeksius. Semua institusi kesehatan harus memiliki pedoman untuk membuang mater
sampah infeksius menurut kebijakan lokal dan Negara (Nursalam, 2007). Sampah
cair dituang ke dalam sistem pembuangan kotoran tertutup. Sampah medis dan
Tenaga kesehatan harus selalu menggunakan sarung tangan sekali bila pakai
menangani eksudat. Masker, gown dan kacamata jika terdapat kemungkinan adanya
percikan dan kontak cairan. Kegunaan APD ini yaitu topi untuk menutupi rambut
yang berguna agar tidak jatuh kedalam luka, kacamata berguna untuk mencegah
percikan cairan tubuh atau darah ke dalam mata, masker untuk mencegah terciumnya
bau bila tenaga kesehatan yang demam ringan namun tetap bekerja harus memakai
apron/celemek berguna untuk mencegah percikan cairan tubuh, sarung tangan untuk
mencegah penularan infeksi melalui tangan, dan sepatu boot untuk mencegah trauma
melindungi organ lain pada saat bersin dan batuk. Cara lain mengontrol keluarnya
terkontaminasi dapat dengan mudah terpecik saat dibuang di toilet atau dibak sampah
(Nursalam, 2007).
f. Pengendalian Penularan
tetap waspada tentang jenis penularan dan cara mengotrolnya. Bersihkan dan
sterilkan semua peralatan yang reversibel. Teknik yang paling penting adalah
kontak tidak langsung, peralatan dan bahan yang kotor harus dijaga supaya tidak
berhati-hati terhadap resiko jarum suntik. Tenaga kesehatan harus menjaga kesterilan
alat dan tindakan invasive. Klien, tenaga kesehatan dan tenaga kebersihan berisiko
mendapat infeksi dari tusukan jarum secara tidak sengaja. Pada saat pembersihan luka
tenaga kesehatan menyeka bagian dalam dulu kemudian bagian luar (Nursalam,
2007).
penggunaan pakaian pelindung, sarung tangan, kacamata dan masker serta alat
proteksi, tenaga kesehatan harus menikuti prinsip dasar yaitu: harus mencuci tangan
sebelum masuk dan meninggalkan ruangan, benda yang terkontaminasi harus dibuang
dan jenis penularan infeksi harus diaplikasikan pada saat menggunakan barier
pelindung, semua orang yang kemungkinan terpapar selama perpindahan klien diluar
kamar proteksi harus dilindungi. Lingkungan yang protektif yng digunakan untuk
proteksi dapat memiliki tekanan udara yang negatif untuk mencegah partikel
infeksius mengalir kelur dari ruangan. Ada juga kamar khusus dengan tekanan aliran
positif digunakan pada pasien yang rentan seperti resipien transplantasi (Nursalam,
2007).
memasuki kamar proteksi, penggunaan gown, sarung tangan, masker dan kacamata
pelindung. Tenaga kesehatan mengenakan sarung tangan bila risiko terpapar materi
goresan atau luka pada kulit, saat melakukan fungsi vena, karena merek berisiko
terkena tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya pada tangan, dan bila mereka
Menurut Blais et al, 2006 dikutip dalam Bertha, 2010 Konsep pencegahan
infeksi nosokomial di rumah sakit tidak dapat dilakukan secara individual, oleh
tenaga kesehatan adalah pemberian asuhan yang di pimpin oleh tenaga kesehatan
terhadap kebutuhan pasien dan tenaga kesehatan. Dengan menekankan pada nilai
humanistik dan berespon, maka upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit
dengan protap mulai dari ruangan UGD, VCT (Voluntary Counselling and Testing)
sampai ke Rindu A1 dan Hemodialisa Darah (HD) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
protap terlampir.
Tabel 2.1. Penerapan Alat Pelindung Diri (APD) oleh Tenaga Kesehatan dalam
Mitigasi Bencana HIV/AIDS di 4 Ruangan RSUP H. Adam Malik
Medan
2.4. Bencana
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
a. Bencana alam adalah fenomena atau gejala alam yang disebabkan oleh keadaan
b. Bencana buatan manusia adalah peristiwa yang terjadi oleh karena proses
dalam dan di antara masyarakat itu sendiri yang menimbulkan dampak negatif
kerusuhan sosial, kecelakaan lalu lintas, KLB akibat wabah penyakit menular,
a. Percikan atau cairan tubuh pada mata, hidung, dan mulut melalui diskontinuitas
b. Luka tusuk yang disebabkan oleh jarum yang terkontaminasi atau peralatan tajam
lainnya, baik pada saat prosedur dilakukan atau pada saat memproses peralatan.
masker, celemek, sepatu boot dan lain-lain) dapat melindungi penolong terhadap
hanya bagi pasien yang ada di ruangan tetapi juga terhadap tenaga kesehatan
lainnya lainnya.
2.6. HIV/AIDS
dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang
HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
(WHO, 2009).
artinya didapat, bukan penyakit keturunan, Immuno berarti sistem kekebalan tubuh,
sistem kekebalannya dirusak oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency
darah putih yang diserang oleh HIV pada penderita yang terinfeksi HIV adalah sel-sel
limfosit T (CD4) yang berfungsi dalam sistem imun (kekebalan) tubuh. HIV
memperbanyak diri dalam sel limfosit T yang diinfeksinya dan merusak sel-sel
tersebut, sehingga mengakibatkan sistem imun terganggu dan daya tahan tubuh
berangsur-angsur menurun.
Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak
ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Sejumlah 75-85% penularan
5%-10 % akibat alat suntik yang tercemar (terutama pada pemakai narkotika suntik),
Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia
produktif (15-49 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita cenderung
meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90% terjadi dari ibu yang mengidap HIV.
Sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan oleh ibu pengidap HIV akan menjadi pengidap
HIV, melalui infeksi yang terjadi selama dalam kandungan, selama proses persalinan
dan melalui pemberian ASI. Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil
Seseorang terkena infeksi virus AIDS maka diperlukan waktu 5-10 tahun
untuk sampai ke tahap AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, maka
pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Tahap
ini disebut sebagai periode jendela. Sebelum masuk pada tahap AIDS, orang tersebut
dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV. Pada tahap HIV positif ini
maka keadaan fisik yang bersangkutan tidak mempunyai kelainan khas ataupun
keluhan apapun, dan bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Dari segi penularan,
maka dalam kondisi ini yang bersangkutan sudah aktif menularkan virusnya ke orang
lain jika dia mengadakan hubungan seks atau menjadi donor darah.
Virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan menggerogoti sel darah putih
(yang berperan dalam sistim kekebalan tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka
kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana tejadi
berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dan
sebagainya. Penderita akan meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena
infeksi tersebut.
Seorang dewasa yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu
berkembang kurun waktunya lebih pendek yaitu 7 tahun. Setelah menjadi AIDS,
survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3 tahun, sedangkan di
negara berkembang masih kurang dari 1 tahun. Survival rate ini berhubungan erat
pasangan. Oleh karena itu yang paling berisiko untuk tertular AIDS adalah siapa saja
adalah orang yang berisiko tinggi. Harus diingat bahwa perilaku seperti ini bukan
hanya dimiliki oleh kelompok pekerja seks tetapi juga oleh kelompok lain seperti
misalnya remaja, mahasiswa, eksekutif muda dan sebagainya. Jadi yang menjadi
masalah disini bukan pada kelompok mana tetapi pada perilaku yang berganti-ganti
pasangan.
Potensi tertular HIV/AIDS adalah orang yang mendapat tansfusi darah yang
tercemar virus HIV. Penggunaan alat suntik secara bergantian tanpa melalui proses
sterilisasi. Anak yang lahir dari ibu yang mengidap virus HIV. Orang yang karena
perawat, petugas transfusi darah, bidan, dan sebagainya. Aktivitas tersebut akan
Karena penularan AIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual maka penularan
AIDS bisa dicegah dengan tidak berganti-ganti pasangan seksual, atau jika terpaksa
harus melakukan hubungan seksual dengan orang yang berisiko tinggi diharuskan
misalnya pencegahan penggunaan jarum suntik yang diulang, pengidap virus tidak
selama 10-15 detik (pastikan sela-sela jari, punggung tangan, ujung jari dan ibu
b. Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir dan biarkan tangan kering.
c. Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah atau peralatan yang
terkontaminasi.
d. Pakai masker dan kacamata pelindung bila ada percikan cairan tubuh pasien.
e. Tangani dan buang jarum suntik dan alat kesehatan tajam setelah sekali pakai.
g. Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan prosedur.
Menurut Gibson (1996), ada tiga variabel yang mempengaruhi perilaku dan
prestasi kerja terhadap kinerja, yaitu variabel individu, organisasi dan psikologis.
Faktor individu dan demografi mencakup sub variabel jenis kelamin, umur,
Faktor Individu
1. Jenis kelamin
2. Umur Faktor Organisasi
3. Pekerjaan Penerapan Universal 1. Lingkungan kerja
4. Lama bekerja Precaution oleh Tenaga 2. Pelatihan
5. Pengetahuan Kesehatan di Rumah ketrampilan UP
tentang UP Sakit
Faktor Psikologis
1. Persepsi kemungkinan
terkena infeksi HIV
2. Persepsi tentang keparahan
penyakit
3. Persepsi tentang efektifitas
UP mencegah penyakit
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas serta kerangka teori yang
ada, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Mitigasi Bencana
HIV/AIDS
Meminimalkan infeksi
yang disebabkan
mikroorganisme dan
Penerapan Universal Precaution
menurunkan risiko
dalam melaksanakan tindakan
penularan penyakit dari mitigasi bencana HIV/AIDS di
pasien ke tenaga RSUP Haji Adam Malik
kesehatan melalui
pengetahuan dan sikap
tentang pemakaian APD
di RSUP H. Adam Malik
Medan