MAKANAN INSTITUSI
09:52:00
Penyelenggaraan makanan sebagai suatu sub sistem terdiri dari 3 komponen yaitu input
(masukan) proses (kegiatan) dan output (luaran). Input dari kegiatan penyelenggaraan
makanan adalah tenaga, dana, fasilitas bahan makanan, metode dan pasar /konsumen.
A. Macam konsumen yang dilayani: contohnya adalah pasien rumah sakit, orang biasa (dapat
dipengaruhi daerah wilayah institusi makanan, berkaitan dengan ras dan budaya).
B. Kandungan gizi: institusi berusaha membuat makanan sesuai dengan kandungan gizi
konsumen (biasanya di RS atau catering yang benar-benar memperhatikan gizi, seperti
catering khusus diabetes, dll).
C. Frekuensi makan sehari (co: 3 kali sehari)
D. Pola menu, siklus menu, dan jenis menu (berdasarkan diet khusus)
E. Anggaran
F. SDM
Macam tenaga yang tersedia
Jumlah tenaga yang tersedia
Pengetahuan tentang kombinasi makanan, berdasarkan tekstur, warna, rasa, bentuk,
konsistensi, dsb
G. Sarana
Tata letak ruang pengolahan
Area pelayanan
Jarak antar persiapan & distribusi dapat menentukan Tipe/Jenis pelayanan
H. Prasarana
Macam peralatan yang tersedia
Jumlah peralatan yang tersedia
Contoh: Dalam 1 siklus menu penggunaan daging 3x dengan standar porsi rata-rata 50 gr.
Rata2 jumlah konsumen yang mendapat daging 70 org/hr.
Kebutuhan untuk siklus menu 10 hari adalah : 3x50gr dagingx 70 0rg = 10.5 kg
Contoh lain:
Setengah porsi ayam 50 gr. Berat kotor ayam bdd 56% = 89 gr. Jumlah pasien 70 0rg
Secara lebih rincinya, penyusunan anggaran dapat diklasifikasikan berdasarkan produk, sifat
kegunaan, dan volume produksi.
A. Berhubungan dengan produk
a) Biaya langsung: Semua bahan yang bentuknya merupakan integral dari produk makanan dan
dapat dihitung secara langsung seperti biaya makan (baik konsumen atau untuk pegawai) dan
upah langsung.
b) Biaya tidak langsug: Merupakan biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung pada
suatu produk makanan seperti overhead, pemeliharaan dan penyusutan.
Jarak antar persiapan & distribusi dapat menentukan Tipe/Jenis pelayanan
H. Prasarana
Macam peralatan yang tersedia
Jumlah peralatan yang tersedia
Contoh: Dalam 1 siklus menu penggunaan daging 3x dengan standar porsi rata-rata 50 gr.
Rata2 jumlah konsumen yang mendapat daging 70 org/hr.
Kebutuhan untuk siklus menu 10 hari adalah : 3x50gr dagingx 70 0rg = 10.5 kg
Contoh lain:
Setengah porsi ayam 50 gr. Berat kotor ayam bdd 56% = 89 gr. Jumlah pasien 70 0rg
Secara lebih rincinya, penyusunan anggaran dapat diklasifikasikan berdasarkan produk, sifat
kegunaan, dan volume produksi.
A. Berhubungan dengan produk
a) Biaya langsung: Semua bahan yang bentuknya merupakan integral dari produk makanan dan
dapat dihitung secara langsung seperti biaya makan (baik konsumen atau untuk pegawai) dan
upah langsung.
b) Biaya tidak langsug: Merupakan biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung pada
suatu produk makanan seperti overhead, pemeliharaan dan penyusutan.
B. Berhubungan dengan sifat kegunaan
a) Biaya investasi: Biaya digunakan utuk periode kurun waktu tertentu seperti biaya gedung dan
kitchen equipment .
b) Biaya pemeliharaan: Biaya yang dikeluarkan denga maksud memperpanjang kapasitas
barang investasi. Contoh: seperti kebersihan gudang, perawatan barang elektronik
(pendingin) untuk BAHAN MAKANAN segar, perbaikan ruang penyimpanan yang
bocor/cacat.
c) Biaya operasional: Biaya yang dipergunakan untuk mengoperasikan barang investasi.
Contoh: butuh ‘orang’ untuk mengoperasikan alat -alat. Jadi, biaya operasional dapat terdiri
dari upah pengolah (koki) yang mengoperasikan peralatan masak untuk mengolah makanan.
3. Perencanaan Menu
Hidangan: Makanan & minuman yang terdiri dari: mak pokok, lauk, sayur, buah, kue,
puding. Gampangnya, hidangan adalah makanan & minuman dalam bentuk jadi .
Menu: Rangkaian hidangan yang disusun berdasarkan pola makan untuk jenis konsumen
tertentu. Yang saya mengerti, Master Menu adalah kumpulan menu berdasarkan siklus yang
sudah resmi ditetapkan, sudah di- fix-kan.
fix-kan.
Perencanaan menu : Serangkaian kegiatan untuk menyusun hidangan dalam variasi dan
kombinasi yang serasi. Juga untuk memenuhi
mem enuhi kebutuhan gizi.
Standar Resep adalah resep yang telah dievaluasi, diuji dan diatur untuk operasional
yang spesifik dari suatu penyelenggaraan makanan. Standar Resep berguna untuk:
Tersedianya makanan yg memenuhi 5 T: Tepat mutu (nilai gizi & cita rasa), Tepat sanitasi,
Tepat jumlah, Tepat harga, Tepat waktu.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam perencanaan menu adalah sebagai berikut:
Penilaian menu dan revisi menu: evaluasi berdasarkan feedback dari perwakilan divisi
lain, tenaga kesehatan lain, ataupun pasien.
Melakukan test awal menu: dapat berupa pencicipan.
A. Spesifikasi Bahan Makanan : standar bahan makanan yang ditetapkan dengan ukuran,
bentuk, penampilan, dan kualitas bahan makanan. Tipe Spesifikasi:
1) Spesifikasi teknik: untuk bahan yang dapat diukur secara objektif dengan instrumen tertentu.
2) Spesifikasi penampilan:
Nama bahan makanan/nama produk
Identifikasi pabrik
Label pangan
C. Survey Pasar
Kegiatan untuk mencari informasi mengenai harga bahan makanan yang ada di pasaran,
sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan sebagai dasar perencenaan anggaran bahan
makanan. Diperoleh harga terendah sampai tertinggi.
6. Penerimaan Bahan Makanan
Kegiatan meliputi memeriksa, meneliti, mencatat, memutuskan dan melaporkan ttg
macam dan jumlah bahan makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah
ditetapkan, serta waktu penerimaannya.
Syarat:
a. Tersedianya daftar pesanan bahan makanan berupa macam dan jumlah bahan makanan yang
akan diterima pada waktu tertentu.
b. Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan.
Langkah:
a. Bahan makanan diperiksa, sesuai dengan pesanan dan ketentuan spesifikasi bahan makanan
yang dipesan.
b. Bahan makanan dikirim ke gudang penyimpanan sesuai dengan jenis barang atau dapat
langsung ke tempat pengolahan makanan.
a. Setelah bahan makanan memenuhi syarat, segera dibawa ke ruang penyimpanan, gudang
atau ruang pendingin.
b. Jika bahan makanan akan digunakan, maka dibawa ke ruang pengolahan.
Syarat:
a. Ahli gizi membuat rekapitulasi kebutuhan bahan makanan untuk esok hari dengan cara:
standar porsi x jumlah pasien
b. Hasil perhitungan diserahkan ke gudang logistik
c. Bahan gudang menyiapkan bahan makanan sesuai dengan permintaan
d. Bagian pengolahan mengambil bahan makanan yang di order
Tujuan:
a. Distribusi Sentralisasi
Makanan dibagi dan disajikan dalam alat makan di ruang produksi makanan.
b. Distribusi makanan desentralisasi
Ambil contoh di Rumah Sakit. Makanan pasien dibawa ke ruang perawatan pasien dalam
jumlah banyak, kemudian dipersiapkan ulang, dan disajikan dalam alat makan pasien sesuai
dengan dietnya.
c. Distribusi makanan kombinasi
Sebagian makanan ditempatkan langsung ke dalam alat makanan pasien sejak dari tempat
produksi, sebagian lagi dimasukkan ke dalam wadah besar yang distribusinya dilaksanakan
setelah sampai di ruang perawatan.
REFERENSI:
-Panduan PGRS (Pelayanan Gizi Rumah Sakit) dari Kementerian Kesehatan RI, 2013
-Materi kuliah ibu Ida Ruslita Amir, SKM, MKES
https://giziberkarya.blogspot.co.id/2014/03/sistem-penyelenggaraan-makanan-institusi.html
panti
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl-isnatarwiy-6532-3-babii.pdf
oleh :
Niken Dyah
Silvi Rizqi
Istiqomah Agustin
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bahwa penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai
dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaiana status yang optimal
melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui pemberian makan yang tepat
(Rahmawati, 2011). Oleh karena itu, penyelenggaraan makanan perlu menerapkan unsur ilmu
manajemen agar hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Manajamen praktis
sebagai aplikasi dari ilmu manajemen dapat diterapkan ke dalam pengelolaan makanan di catering
pelayanan lembaga untuk jumlah produk lebih dari 50 porsi. Unsur- unsure manajemen yang
evaluasi sebagai bahan masukan untuk siklus manajemen berikutnya. Bagian yang dikelola di dalam
catering pelayanan lembaga adalah perpaduan antara manusia , bahan pangan, dan alat pengolahan
pangan untuk menghasilkan makanan yang siap konsumsi, dengan menerapkan system kerja
tertentu, misalnya system kerja manual dengan alat sederhara dan alat mekanis yang dioperasikan
manusia
jumlah yang besar . Ukuran “besar” yang dimaksud minimal 50 porsi yang dibuat secara masal
sampai dengan 5000 porsi untuk satu periode waktu makan. Makanan Institusi dibutuhkan oleh
golongan masyarakat yang berada di dalam organisasi tertentu – dari golongan yang heterogen
maupun yang homogen, yang tinggal untuk sementara secara rutin dalam institusi tertentu, minimal
Tujuan penyelenggaran makanan Institusi adalah tersedianya makanan yang memuaskan bagi “
klien” dan atau “ Pasien”, dengan manfaat yang optimal bagi Institusi. Secara khusus penyelenggara
1. Menghasilkan makanan berkualitas yang baik dipersiapkan dan dimasak dengan layak.
3. Memberikan makanan dengan menu seimbang, bervariasi, dan sesuai dengan kebutuhan.
Pelayanan makanan yang cepat dan menyenangkan berkaitan dengan distribusi makanan yang
dikelola dengan prinsip kecepatan dan keakuratan, didukung oleh fasilitas yang layak – seperti alat
makan dan alat distribusi makanan. Untuk kepentingan ini perlu pengembangan cara-cara
pendistribusian makanan yang efisien dalam menjamu jumlah minimal 50 orang pada waktu yang
relative bersamaan sehingga tidak terjadi antrian yang bisa memboroskan waktu istirahat jam
dalam menetapkan harganya karena bersifat non komersial. Alasan kelompok kami mengadakan
pengamatan di pesantren mahasiswa KH Mas Mansyur adalah untuk mengetahui bagaimana system
dilakukan sesuai dengan tujuannya, apakah makanan yang diadakan bervariasi dan seimbang,
perencanaan menu, food cost dan tentunya masalah haigine sanitasi baik personal maupun
lingkunannya.
Pelayanan makanan yang cepat dan menyenangkan berkaitan dengan distribusi makanan yang
dikelola dengan prinsip kecepatan dan keakuratan, didukung oleh fasilitas yang layak – seperti alat
makan dan alat distribusi makanan. Untuk kepentingan ini perlu pengembangan cara-cara
pendistribusian makanan yang efisien dalam menjamu jumlah minimal 50 orang pada waktu yang
relative bersamaan sehingga tidak terjadi antrian yang bisa memboroskan waktu istirahat jam
makan karyawan. Model Cafetaria pada umumnya diterapkan oleh institusi yang memberikan
makan bagi komunitas yang memiliki waktu istirahat jam makan siang terbatas
Mekanismenya adalah dengan absen terlebih dahulu kepada petugas, tujuannya agar dapat
mengontrol makanan dapat terbagi rata sesuai jumlah yang ditetapkan dan agar terpantau
kedisplinan santri, system prasmanan digunakan dengan tujuan agar sesuai dengan porsi masing-
Menu yang seimbang dan bervariasi perlu mendapat tekanan dari pihak penyelenggara
makanan. Pedoman umum yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan RI bagi pengelola makanan
institusi adalah ada dalam lembar “ Anjuran Makan Satu Hari” yang disertai pedoman penukaran
bahan pangan, dengan pola menu 4 sehat. Menu untuk Makanan Institusi dibuat berdasarkan “
Rotasi menu” dalam jarak 10 hari yang bertujuan meminimalkan rasa bosan mengkonsumsi
makanan yang sejenis secara berulang. Syarat menyusun menu perlu memperhatikan variasi bahan
makanan yang digunakan, musim bahan makanan, variasi rasa masakan, variasi warna- aroma-
tekstur- dan konsistensi makanan, serta kemampuan tenaga pelaksana dan pesawat dapur yang
memadai untuk mengejar jam waktu makan yang tepat. Harga yang layak dalam makanan institusi
menjadi pertimbangan penting lainnya meningat pemberian makan dalam periode waktu yang
cukup lama bahkan hampr sepanjang waktu dimana karyawan itu berada di lembaganya. Sanitasi itu
sendiri bermakna memutus mata rantai kerusakan dan keracunan makanan oleh mikroorganisme
pathogen dan lainnya penyebab infeksi, dan keracunan makanan pada manusia. Untuk kepentingan
kesehatan makanan pihak pelaksana produksi dan distribusi makanan perlu memiliki kemampuan
yang berkaitan dengan sanitasi dan hygiene makanan. (Novita Kusumawati, 2012 )
baik dan benar sesuai ketentuan yang berlaku, agar dapat membeikan kepuasan bagi konsumen.
tersebut
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Memahami tipe, karakteristik, tujuan, sejarah, status, landasan hukum, fungsi, ketenagaan
b. Memahami Perencanaan Anggaran, Perencanaan Menu dan siklus menu, standar makanan.
c. Memahami prosedur dalam pengadaan makanan institusi (Perhitungan kebutuhan bahan makanan,
g. Mengetahui perlengkapan penanganan sampah, bumbu dan peralatan masak di dapur institusi.
j. Mengetahui Evaluasi penyelenggaraan makanan institusi (system pengumpulan data, standar
C. Ruang Lingkup
1. Tempat/lokasi
Pengamatan ini dilakukan di pesantren mahasiswa KH. Mas Mansyur UMS, Gonilan.
2. Waktu Pelaksanaan
3. Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan adalah wawancara kepada kepala konsumsi karyawan dan mahasiswa yaitu
ibu Sri Lestari dan observasi terhadap sistem penyelenggaraan makanan di institusi pesma.
D. Manfaat
1. Untuk institusi
Dapat dijadikan evaluasi penyelenggaraan makanan yang sesuai dengan standar system
penyelenggaraan makanan
2. Untuk peneliti
3. Bagi pembaca
TINJAUAN PUSTAKA
a. Tipe
Penyelenggaraan makanan merupakan proses pengelolaan makanan untuk orang banyak. Pada
berkualitas baik, cita rasa yang tinggi, yang sesuai dengan selera konsumen, dengan pelayanan yang
Model Cafetaria pada umumnya diterapkan oleh institusi yang memberikan makan bagi
komunitas yang memiliki waktu istirahat jam makan siang terbatas. Mekanismenya setiap client
memiliki kupon makan atau kartu makan yang ditunjukan pada “ staf pramusaji” kemudian mereka
mengambil jatah makanan dalam plater atau alat makan lainnya yang telah diporsi oleh pihak
b. Karakteristik
didirikan untuk umum dan beroperasi untuk mendapat keuntungan, institusi ini mensuplai makanan
umum secara teratur. Penyelenggaraan makanan non komersial yang meliputi organisasi sekolah,
industri, pemerintahan, rumah sakit, dan lain-lain merupakan institusi yang mengoperasikan
penyelenggaraan makanan sendiri sebagai pelayanan untuk melengkapi aktivitas mereka dalam
mencapai tujuan organisasi dan kelompok ini mungkin dapat atau tidak mencari keuntungan dari
penyelenggaraan makanan setidaknya impas. Secara umum tujuan penyelenggaraan makanan pada
kelompok komersial dan non komersial mempunyai kesamaan yaitu tersedianya makanan yang
makanan. Menu untuk Makanan Institusi dibuat berdasarkan “ Rotasi menu” dalam jarak 10 hari
yang bertujuan meminimalkan rasa bosan mengkonsumsi makanan yang sejenis secara berulang.
Syarat menyusun menu perlu memperhatikan variasi bahan makanan yang digunakan, musim bahan
makanan, variasi rasa masakan, variasi warna- aroma- tekstur- dan konsistensi makanan, serta
kemampuan tenaga pelaksana dan pesawat dapur yang memadai untuk mengejar jam waktu makan
yang tepat. Harga yang layak dalam makanan institusi menjadi pertimbangan penting lainnya
meningat pemberian makan dalam periode waktu yang cukup lama bahkan hampr sepanjang waktu
dimana karyawan itu berada di lembaganya. Sanitasi itu sendiri bermakna memutus mata rantai
kerusakan dan keracunan makanan oleh mikroorganisme pathogen dan lainnya penyebab infeksi,
dan keracunan makanan pada manusia. Untuk kepentingan kesehatan makanan pihak pelaksana
produksi dan distribusi makanan perlu memiliki kemampuan yang berkaitan dengan sanitasi dan
hygiene makanan.
Tujuan penyelenggaran makanan Institusi adalah tersedianya makanan yang memuaskan bagi
klien, dengan manfaat yang optimal bagi Institusi. Secara khusus penyelenggara makanan Institusi
dituntut untk :
1. Menghasilkan makanan berkualitas yang baik dipersiapkan dan dimasak dengan layak.
C. Ketenagaan
Jumlah kualifikasi dan keterampilan tenaga pemasak makanan perlu dipertimbangkan sesuai macam
Higiene pangan adalah semua kondisi dan ukuran yang diperlukan untuk menjamin keamanan dan
kesesuaian pangan pada semua tahap rantai makanan (Codex Alimentarius Commission,1997).
a. Higiene personal
Higiene personal mengacu pada kebersihan tubuh seseorang. Kesehatan pekerja atau
penjamah makanan memegang peranan penting dalam sanitasi makanan. Manusia merupakan
sumber potensial mikrobia penyebab penyakit yang dipindahkan pada orang lain melalui makanan.
Upaya yang paling utama menghindari kontaminasi pada makanan adalah menerapkan standar
b. Higiene peralatan
bahan yang digunakan dan kemudahan pembersihan. Bahan yang digunakan untuk peralatan
pengolahan pangan merupakan bahan yang tidak bereaksi dengan bahan pangan. Pertimbangan
Logam seperti besi dan tembaga cukup baik digunakan sebagai kerangka peralatan
pengolahan pangan, namun tidak dapat digunakan sebagai peralatan yang bersentuhan langsung
dengan bahan pangan. Kedua jenis logam tersebut, meskipun konstruksinya cukup kuat, namun
dapat mengoksidasi zat gizi bahan pangan khususnya minyak, sehingga menghasilkan komponen
radikal yang berbahaya bagi kesehatan. Penggunaan bahan ini m asih banyak ditemukan seperti pada
wajan.
3. Pembinaan Tenaga
Pembinaan tenaga kerja dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti dengan memberikan
pelatihan bersertifikat (sertifikasi), pendidikan lanjutan, kursus, mengikuti symposium/ seminar yang
kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tetertentu,
Pendidikan dan Pelatihan Berjenjang dan Berlanjut. Tujuan pendidikan dan pelatihan
berjenjang dan berlanjut bagi tenaga gizi adalah: Peningkatan kinerja,peningkatan pengetahuan dan
wawasan ilmiah terkini,peningkatan keterampilan, perubahan sikap dan perilaku yang posistif
terhadap pekerjaan. Evaluasi Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan sistem pengawasan
melekat, melalui berbagai perangkat atau instrumen evaluasi, atau formulir penilaian secara berkala.
Tujuan evaluasi tersebut antara lain sebagai salah satu bagian dalam promosi pegawai yang
bersangkutan, jasa pelayanan, penghargaan, peningkatan pendidikan, rotasi tugas, mutasi pegawai,
1. Perencanaan Anggaran
Perencanaan anggaran belanja makanan adalah suatu kegiatan penyusunan biaya yang
diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi client dan karyawan yang dilayani. Tujuan dari
perencanaan anggaran belanja makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan macam dan
jumlah bahan makanan bagi konsumen yang dilayani sesuai dengan standar yang ditetapkan.
sebagai berikut :
c. Kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan melakukan survey pasar, kemudian
d. Buat pedoman berat bersih bersih bahan makanan yang digunakan dan dikonversikan kedalam berat
kotor.
e. Hitung ndeks harga makanan per orang per hari dengan cara mengalikan berat kotor bahan
makanan yang digunakan dengan harga satuan sesuai konsumen yang dilayani.
f. Hitung anggaran bahan makanan setahun (jumlah konsumen yang dilayani dalam 1 tahun dikalikan
g. Hasil aan dilaporkan kepada pengambil keputusan (sesuai dengan struktur organisasi masing-
h. Rencana anggaran diuulkan secara resmi melalui jalur administratif yang berlaku.
Menu adalah rangkaian dari beberapa hidangan atau masakan yang disajikan atau
dihidangkan untuk seseorang atau kelompok orang untuk setiap kali makan, yaitu dapat berupa
susunan hidangan pagi, hidangan siang dan hidangan malam. Perencanaan menu adalah serangkaian
kegiatan penyusun hidangan dalam variasi yang serasi untuk manajemen penyelenggaraan makanan
dan persiapan yang matang sehingga proses penyelenggaraan makanan banyak dapat berjalan
b. Mengatur variasi dan kombinasi hidangan untuk menghindari kebosanan yang disebabkan
c. Menyusun menu sesuai biaya yang tersedia, sehingga kekurangan anggaran dapat dihindari atau
e. Menu yang terencana baik dapat menjadi suatu alat penyuluhan gizi yang baik
a. Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari kepala manajemen perencanaan makanan,
c. Menetapkan lama siklus menu dan kurun waktu penggunaan menu. Perlu ditetapkan macam menu
yang cocok dengan system penyelenggaraaan makanan yang sedang berjalan. Siklus dapat dibuat
untuk menu 5 hari, 7 hari, 10 hari atau 15 hari. Kurun waktu penggunaan menu dapat diputar selama
6 bulan-1 tahun.
d. Menetapkan pola menu. Pola menu yang dimaksud adalah menetapkan pola dan frekuensi macam
hidangan yang direncaanakan untuk setiap waktu makan selama satu putaran menu. Dengan
menetapkan pola menu dapat dikendaikan penggunaan bahan akanan sumber zat gizi dengan
e. Menetapkan besar porsi. Besar porsi adalah banyaknya golongan bahan makanan yang
direncanakan setiap kali makan dengan menggunakan satuan penukar berdasarkan standar
f. Mengumpulkan macam hidangan untuk pagi, siang, dan malam pada satu putaraan menu termasuk
g. Merancang format menu. Format menu adlah susunan hidangan sesuai dengan pola menu yang
telah ditetapkan. Setiap hidangan yang terpilih dimasukkan dalam format enu sesuai golongan
bahan makanan.
h. Melakukan penilaian meu dan merevisi menu. Untuk melakukan penilaian menu diperlukan
instrument penilaian yang selanjutnya instrument tersebut disebarkan. Bila ada ketidaksetujuan leh
salah ssatu pihak manajer, maka perlu diperbaiki kembali sehingga menu telah benar-benar disetujui
oleh manajer.
i. Melakukan tes awal menu. Bila enu telah disepakati, maka perlu dilakukan uji coba menu. Hasil uji
3. Standar makanan
4. Standar adalah suatu acuan yang bersifat khusus/teknis dan dibakukan, digunakan sebagai dasar
atau patokan untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Standar makanan adalah suatu acuan atau
pedoman penggunaan bahan makanan dan pemberian makanan yang memenuhi persyaratan sesuai
dengan acuan, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria pemberian makanan pada satu kondisi
pasien/klien tertentu. Dan menu atau makanan yang diberikan dapat memenuhi kebutahan klien.
5. Contoh pengadaan standar makanan : Makanan harus cukup energy, protein dan zat-zat gizi lain.
Salah satu standar makanan biasa yang mengandung antara 1100-2500 kilokalori sehari dapat
diberikan. Makanan yang tidak boleh diberikan adalah makanan yang terlalu merangsaang saluran
pencernaan misalnya makanan yang mengandung tinggi lemak, terlalu manis, terlalu berbumbu, dan
pengadaan bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi
dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi. Penyelenggaraan makanan ini bertujuan untuk
menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi, biaya, am an, dan dapat diterima oleh
Prosedur dalam pengadaan makanan dimulai dari perhitungan kebutuhan bahan makanan,
pembelian , penerimaan, penyimpanan dan distribusi makanan. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan
sebagai berikut :
a) Susun macam bahan makanan yang diperlukan, lalu golongkan bahan makanan apakah termasuk
b. Hitung macam dan kebutuhan bahan makanan dalam 1 siklus menu (misalnya : 5,7 atau 10 hari).
c. Tetapkan kurun waktu kebutuhan bahan makanan (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun).
d. Hitung berapa siklus dalam satu periode yang telah ditetapkan dengan menggunakan kalender.
Contoh : bila menu yang digunakan adalah 10 hari, maka dalam 1 bulan (30 hari) berlaku 3 kali siklus.
Bila 1 bulan adalah 31 hari, maka berlaku 3 kali siklus ditambah 1 menu untuk tanggal 31.
e. Hitung kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan untuk kurun waktu yang ditetapkan (1 bulan,
f. Masukkan dalam formulir kebutuhan bahan makanan yan telah dilengkapi dengan spesifikasinya.
Secara umum dapat pula dihitung secara sederhana dengan rumus sebagai berikut (contoh menu 10
hari)
Perhitungan kebutuhan bahan makanan dilakukan terhadap semua bahan makanan satu
Maka kebutuhan daging dalam 1 siklus menu 10 hari: 5x50gr x 80 orang= 20 kg.
Standar kebutuhan bahan makanan didasarkan pada data klien yang dilayani (umur, jenis
kelamin, data antropometri) dan data kecukupan gizi klien yang dilayanai berdasarkan pada anjuran
pembelian bahan makanan ini adalah langkah penting dalam pengawasan harga makanan, maka
sebaiknya semua pembelian dilakukan secara resmi atau sah dengan saksi-saksi yang tepat sehingga
Sebelum memulai pembelian bahan makanan secara lelang dan kontrak, hendaknya pembeli
menyiapkan semua peraturan dan prosedur yang menyangkut soal pembelian bahan makanan.
Peraturan lelang, peraturan kontrak, sangsi bila melanggar peraturan dan spesifikasi bahan makanan
harus dijelaskan pada penjual yang bersangkutan dengan hal pembelian bahan makanan. (Mukrie,
1980)
Pembelian bahan makanan (termasuk barang dan jasa lainnya) pada semua Instansi pemerintah
diatur oleh keppres No. 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksanaan barang pemerintah (tentang
Pelaksanaan pembelian bahan makanan dapat dilakukan melalui pelelangan umum, pelelangan
Pelelangan umum merupakan pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman
secara luas malalui media masa dan atau pada pengumuman resmi untuk perorangan umum.
Pelelangan umum dilakukan untuk pembelian yang bernialai sekitar di atas 50 juta dan
b. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas merupakan pelelangan yang dilakukan diantara rekanan yang dipilih dari
daftar rekanan mampu yang sesuai denagn bidang usaha/ ruang lingkup atau klasifikasi
kemampuannya. Pelelangan terbatas dilakukan untuk pembelian yang bernialai lebih dari 50 juta.
Penetapan lulus prakualifikasi antara lain berdasarkan pada hal-hal sebagai berikut :
c. Pemilihan Langsung
Pemilihan langsung dilakukan dengan cara menunjuk rekanan sebagai pelaksana tanpa melalui
kurangnya 3 calon rekanan yang terdapat dalam DRM serta dilaksanakan dengan surat perintah
kerja/ kontrak. Pemilihan langsung dilakukan untuk pembelian yang bernilai antara 5 juta – 15 juta.
d. Penunjukan Langsung
menunjuk satu rekanan tanpa melalui pelelangan umum, pelelangan terbatas dan pemilihan
langsung.
1) Rencanakan pembelian bahan makanan dalam kurun waktu tertentu (1/ 3/ 6 bulan) mengingat harga
2) Rencanakan dengan baik pemakaian dana yang tersedia, biasanya diperlukan harga indeks bahan
makanan
3) Buat spesifikasi bahan makanan yang ditawarkan dengan jelas agar tidak terjadi kesalahpahaman
memudahkan penilaian sumber - Pilih rekanan yang mempunyai kondisi baik dan rekanan yang
Menurut PGRS , 2013 Sistem pembelian yang sering dilakukan antara lain :
Penerimaan bahan makanan adalah rangkaian kegiatan meneliti, memeriksa, mencatat dan
melaporkan bahan makanan yang diperiksa sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam
kontrak. Oleh karena itu dalam kegiatan penerimaan bahan makanan diperlukan tenaga yang
bertugas menerima bahan makanan dengan syarat harus mempunyai tanggung jawab, mampu
mengambil keputusan dengan tepat, cepat dan teliti, mempunyai pengalaman memilih dan menilai
spesifikasi bahan makanan yang digunakan dalam penyelenggaraan makanan (Mukrie, 1990).
melaporkan tentang macam dan jumlah bahan m akanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang
telah ditetapkan, serta waktu penerimaannya. Tujuannya adalah diterimanya bahan makanan sesuai
dengan daftar pesanan, waktu pesan dan spesifikasi yang ditetapkan. Langkah penerimaan bahan
a. Bahan makanan diperiksa, sesuai dengan pesanan dan ketentuan spesifikasi bahan makanan yang
dipesan.
b. Bahan makanan dikirim ke gudang penyimpanan sesuai dengan jenis barang atau dapat langsung ke
Penyimpanan bahan makanan adalah proses kegiatan yang menyangkut pemasukan bahan
makanan serta penyalurannya sesuai dengan permintaan untuk persiapan pemasakan. Fungsi
penyimpanan berbeda-beda antara institusi besar dan kecil. Bagi institusi besar penyimpanan dapat
bertindak sebagai stok bahan makanan dan sistem penyimpanannya dipusatkan (Mukrie, 1990).
Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tata cara menata, menyimpan, bagian
memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar di gudang bahan
makanan kering dan dingin/beku. Tujuannya adalah tersedianya bahan makanan yang siap
digunakan dalam jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Langkah penyimpanan
a. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, segera dibawa kerunag penyimpanan,
b. Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah ditimbang dan diperiksa oleh bagiian
Penyaluran bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan makanan berdasarkan
permintaan dari unit kerja pengolahan makanan. Tujuannya adalah tersedianya bahan makanan siap
akai dengan jumlah dan kualitas yang tepat sesuai dengan pesanan dan waktu yang diperlukan.
Adalah suatu kegiatan mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan
yang siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi. Dengan tujuan mengrangi resiko
kehilangan zat-zat gizi bahan makanan, meningkatnkan nilai cerna, meningkatkan dan
mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan makanan, bbbas dari organism dan zat
yang berbahaya untu tubuh. Selai yang harus ada jika ingin melanjutkan pada proses pemasakan,
yaitu :
6. Distribusi makanan
Proses distribusi berdasarkan Mukrie (1990) mengenal dua cara pendistribusian makanan
a) Cara sentralisasi
Semua kegiatan pembagian makanan dipusatkan pada suatu tempat (centralized). Sebelum memilih
cara sentralisasi ini, maka penanggung jawab penyediaan makanan sudah harus memperhitungkan
konsekuensi yang harus diadakan seperti luas tempat, peralatan, tenaga dan kesepian manajemen
yang menyeluruh.
b) Cara desentralisasi
Cara pendistribusian desentralisasi biasa diterapkan di institusi yang memiliki ruang makan atau
unit-unit pelayanan yang berada pada lokasi yang berbeda.Fokus kegiatan masih tetap berada di unit
pembagian utama, kemudian selanjutnya menata makanan dalam alat-alat makan perorangan yang
telah disediakan di dapur ruangan.Sistem ini membutuhkan pos pelayanan makan sementara yang
peralatan makanan sesuai dengan porsi yang ditetapkan, meneliti macam dan jumlah makanan,
Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam mempersiapkan bahan makanan
yang siap diolah ( mencuci, memotong, menyiangi, meracik, dsb) sesuai dengan menu, standar
resep, standar porsi, standar bumbu, dan jumlah pasien / klien yang di layani.
Prasyarat :
4) Tersedianya standar porsi, resep, bumbu jadwal persiapan dan jadwal pemasakan
b. Pengolahan makanan
bahan makanan mentah menjadi makanan siap dimakan, berkualitas, dan aman untuk dikonsumsi.
Tujuan :
Prasyarat:
Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian makanan sesuai dengan
jenis makanan dan jumlah porsi konsumen yang dilayani. Tujuannya adalah agar konsumen
mendapat makanan sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. (PGRS, 2013)
Distribusi makanan adalah kegiatan penyaluran makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis
makanan konsumen yang dilayani (berupa makanan biasa atau makanan khusus). Tujuan dari
Pengawasan mutu adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin bahwa proses yang terjadi
akan menghasilkan produk sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Kegiatan pengawasan mutu adalah
mengevaluasi kinerja nyata proses dan membandingkan kinerja nyata proses dengan tujuan. Hal
tersebut meliputi semua kegiatan dalam rangka pengawasan rutin mulai dari bahan baku, proses
produksi hingga produk akhir. Pengawasan mutu bertujuan untuk mencapai sasaran
dikembangkannya peraturan di bidang proses sehingga produk yang dihasilkan aman dan sesuai
Terdapat empat jenis-jenis pengawasan mutu produk menurut Prawirosentono (2004), antara
Apakah bahan baku yang digunakan sesuai dengan mutu direncanakan? Hal ini perlu diamati
sejak rencana pembelian bahan baku, penerimaan bahan baku di gudang, penyimpanan bahan baku
Bahan baku yang telah diterima gudang, selanjutnya diproses dalam mesin-mesin produksi
untuk diolah menjadi barang jadi. Dalam hal ini, selain cara kerja peralatan produksi yang mengolah
bahan baku dipantau, juga hasil kerja mesin-mesin tersebut dipantau dengan cara statistik agar
Pemeriksaan atas hasil produksi jadi untuk mengetahui apakah produk sesuai dengan rencana
ukuran dan mutu atau tidak. Sekaligus untuk mengetes mesin-mesin yang mengolah selama proses
produksi. Bila produk atau produk setengah jadi sesuai dengan bentuk, ukuran dan standar mutu
(didistribusikan). Bila terdapat barang yang cacat, maka barang tersebut harus dibuang atau remade
Kemasan merupakan alat untuk melindungi produk agar tetap dalam kondisi sesuai dengan
mutu. Tetapi ada pula produk yang tidak begitu memerlukan perhatian khusus dalam hal kemasan
maupun alat angkut, misalnya sayuran, kelapa, singkong, dan sebagainya. Akan tetapi, tetap harus
memilih alat angkut yang tepat agar produk sampai tujuan dengan mutu tetap prima.
Secara umum tujuan pengawasan mutu menurut Baedhowie dan Pranggonowati (2005)
1) Produk akhir mempunyai spesifikasi sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.
2) Agar biaya desain produk, biaya inspeksi dan biaya proses produksi berjalan secara efisien.
Pelaksanaan pengendalian mutu dan kegiatan produksi harus dilaksanakan secara terus-
menerus untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rencana standar agar dapat
segera diperbaiki.
4. Sanitasi makanan
Sanitasi makanan adalah untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zat-zat yang dapat
adalah usaha untuk mengamankan dan menyelamatkan makanan agar tetap bersih, sehat dan aman
Makanan dan minuman termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam
kehidupan manusia karena merupakan sumber energi satu-satunya. Sehingga apapun yang akan
disajikan sebagai makanan maupun minuman manusia haruslah memenuhi syarat utama, yaitu citra
rasa makanan dan keamanan makanan dalam arti makanan tidak mengandung zat atau
mikroorganisme yang dapat menggangu kesehatan tubuh yang m emakan (Moehyi, 1992).
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan setiap saat dan
harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang
baik dan benar pada dasarnya adalah mengelola makanan dan minuman berdasarkan kaidah-kaidah
Hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya mengendalikan faktor makanan, orang,
tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan
terhadap produk rumah makan dan restoran, personel dan perlengkapannya yang meliputi
Evaluasi terbagi mejadi 2, yaitu evaluasi eksternal dan evaluasi internal . Evaluasi eksternal
meliputi evaluasi dari konsumen terhadap hidangan yang disajikan, sedangkan evaluasi internal
meliputi evaluasi terhadap menu, anggaran belanja, jumlah dan standar porsi, kerusakan dan
kekurangan bahan makanan, tenga kerja, alat yang digunakan, dan proses dalam menyelenggarakan
makan.
Salah satu jenis evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi terhadap jumlah porsi. Standar porsi
yang dihasilkan dalam suatu penyelenggaraan makanan institusi berkaitan dengan perencanaan dan
perhitungan pemakaian bahan makanan (Muchatob, 2001). Evaluasi terhadap besar porsi dilakukan
dengan membandingkan perencanaan dalam bentuk standar porsi yang telah ditentukan dengan
Besar porsi adalah banyaknya makanan yang disajikan dan porsi untuk setiap individu sesuai
dengan kebiasaan makanan. Dalam suatu penyelenggaraan makanan, besar porsi sangat berkaitan
dengan perhitungan kebutuhan bahan makanan dan perencanaan standar porsi (Muchatob, 2001)
Kontrol terhadap besar porsi dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan
menggunakan utensil-utensil tertentu seperti sendok, centong, timbangan dan lain sebagainya. Hal
ini dilakukan agar tidak terjadi kekurangan atau kelebihan dalam kuantitas dari makanan yang
dihidangkan serta menghindari peningkatan biaya akibat makanan itu sendiri (Kusdarwati, 2009).
Kontrol besar porsi juga dilakukan pada saat pengolahan makanan dimana bahan makanan yang
telah dipotong dengan ukuran yang tepat sesuai dengan standar porsi makanan tersebut. Kontrol-
kontrol ini merupakan salah satu bentuk evaluasi terhadap kualitas makanan yang dihasilkan pada
Pengawasan besar porsi dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas suatu bahan makanan
yang dihasilkan. Besar porsi hidangan yang disajikan berpengaruh besar terhadap terpenuhinya
Penyajian makanan yang telah dimasak merupakan kegiatan terakhir dalam proses
penyelenggaraan makanan. Beberapa hal yang perlu diketahui dari penyajian antara lain tentang
beragamnya hidangan itu sendiri, dimana setiap hidangan sebaiknya disajikan dengan peralatan
yang paling sesuai. Cara penyajian makanan memberikan arti khusus penampilan makanan itu
sendiri. Seni menyajikan makanan ada beberapa jenis tergantung dari asal metode tersebut
diperkenalkan yang antara lain meliputi penyajian prasmanan, penyajian kafetaria, penyajian
Penyajian prasmanan biasanya dilakukan pada acara pesta ulang tahun, perkawinan, peresmian
gedung, atau upacara lainnya. Semua makanan dihidangkan. Semua makanan dihidangkan dengan
menggunakan alat penghidang untuk jumlah banyak dan diatur di satu meja. Alat-alat makan piring
dan sendok di atur di meja makan masingmasing klien untuk mengambil makanan sesuai dengan
seleranya.
Penyajian kafetaria biasanya dilakukan di pabrik, sekolah atau di tempat umum yang sifatnya
komersil. Alat-alat makan diatur mulai dari baki, piring, gelas, sendok, garpu dan serbet. Masakan
dihidangkan pada tempat atau alat yang sesuai dengan jenis makanannya, mulai dari hidangan
penyegar, sop, hidangan panas, hidangan dingin, minuman dan yang terakhir makanan penutup.
Semua hidangan dalam porsi tertentu dan harga yang pasti, sehingga klien dapat memilih dan
memperhitungkan biayanya.
Penyajian rangsum atau catu yaitu semua makanan disajikan langsung untuk masing-masing
klien pada satu piring atau alat makanlainnya yang sudah ditentukan besar porsinya. Cara ini
biasanya dipakai pada pelayanan makanan dalam keadaan darurat atau pada pelayanan makanan
dengan biaya yang lebih murah. Family service merupakan cara yang biasanya dilakukan di hotel,
restaurant atau untuk acara-acara tertentu. Semua makanan dan alat-alat makan disajikan pada
meja makan untuk sejumlah orang, misalnya 4 – 6 orang. Makanan dan alat-alat makan diatur
sedemikian rupa, sehingga setiap klien yang makan mendapatpelayanan yang sama. (Muchatob,
1991)
G. Dapur institusi
Dapur adalah tempat yang menentukan maju mundurnya institusi perusahaan, maka harus
memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat tersebut antara lain adalah dapur harus dalam keadaan
bersih, mempunyai cukup ventilasi, mempunyai cukup persediaan air bersih, mempunyai saluran
pembuangan air kotor, mempunyai bak pencuci tangan, mempunyai tempat sampah, alat dapur
Tata letak peralatan dapur yang baik pada dasarnya harus memenuhi 2 tuntutan yaitu:
2) Terhindar kontaminasi silang produk makanan dari bahan mentah, peralatan kotor, dan limbah
pengolahan.
Sebagaimana yang telah penulis sarikan dari buku Bartono,dkk, (2007), yaitu:
Tujuan pembuangan sampah adalah untuk mengumpulkan sampah di setiap unit kerja, misalnya
ruang penerimaan, persiapan dan lain-lain, dengan menggunakan alat berupa tong atau drum yang
dilapisi plastik setiap kali pekerjaan selesai, plastik harus diangkat. Harus dipisahkan antara sampah
basah dan kering yang dapat atau tidak dapat di daur ulang.
Tujuannya adalah untuk melakukan tindakan tertentu terhadap sampah, yaitu menghancurkan,
memadatkan dan membakar sampah. Alat yang digunakan adalah Incinerator yaitu alat pembakar
sampah, rubbish compactor adalah alat untuk memadatkan sampah, bottle crusher yaitu alat
Tujuannya adalah untuk menyimpan sampah harian dari seluruh unit kerja, menunggu waktu atau
Tempat sampah yang harus segera dijauhkan dari area produksi. Tempat pembuangan sampah
(container ) harus tahan terhadap bahan buangan, dan mudah dibersihkan, terlindung dari binatang
pengerat, mudah ditutupi, kedap air, sampah sebaiknya jangan tersimpan dimana-mana, akan tetapi
5) Air Limbah
Air limbah berasal dari tempat cuci, dapur dan kamar mandi, air limbah dari jasa boga umumnya
banyak mengandung lemak, oleh karena itu tidak boleh dibuang ke dalam saluran langsung.
6) Asap Dapur
Asap dapur harus segera dikeluarkan di dapur, sebelum dibuang asap dapur disaring dengan
c. Peralatan dapur
Faktor perlengkapan dan peralatan memegang peranan penting selain letaknya, bentuk serta
konstruksi alat-alat juga berpengaruh terhadap timbulnya kecelakaan di tempat kerja. Oleh karena
itu tempat untuk penyelenggaraan makanan hendaknya ruang dapur cukup luas untuk peralatan dan
manusia serta lalu lintas bahan makanan. Manusia ataupun alat perlengkapan kecil yang cukup
disertai tempat penyimpanan yang praktis, serta tersedianya ruang istirahat pegawai merupakan
faktor lain yang perlu dipertimbangkan di dalam ruang dapur selain penerangan dan ventilasi harus
Suatu varietas yang besar bagi peralatan perlindungan bagi pekerja yang dibutuhkan pekerja
pada pekerjaannya. Perlindungan dengan plastik tangan atau menset sangat diperlukan dimana
sering terjadi masalah terhadap benda-benda yang butuh tingkat stirilisasi tinggi. Penutup rambut
seperti topi koki dapat digunakan untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran yang mungkin berasal
dari rambut, maupun mencegah aroma yang tajam melekat di rambut (Mukrie, 1996).
Pengawasan mutu adalah penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan manajerial dalam
penanganan mutu pada proses produksi, perdagangan dan distribusi komoditas (Soekarto, 1990).
Adapun tujuan daripada pengawasan mutu adalah untuk mendapatkan jaminan bahwa mutu
dari barang yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan dan dengan biaya
yang ekonomis.
Setelah melaksanakan pengawasan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, diharapkan:
b. Dapat melakukan pencegahan secara dini sebagai tindakan preventif dengan memperkirakan gejala-
gejala penyimpangan.
4. Pengendalian biaya
Pengendalian biaya berperan sangat penting dalam menentukan kualitas atau mutu dari hotel
atau restoran itu dapat mengalami kemajuan atau kemunduran. Dalam hal ini dana pemasukan yang
telah dirinci sedemikian rupa akan dijadikan pedoman dalam mengendalikan dana pengeluaran yang
akan dikeluarkan. Dana pengeluaran harus ditekan serendah mungkin akan tetapi menghasilkan
produk yang berkualitas dengan kepuasan konsumen yang tinggi sesuai ilmu ekonomi (Marsum WA,
1990).
a. Observasi
Pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan. Melalui observasi dapat
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu faktor penting dalam menggali informasi dari nara sumber.
Dengan teknik wawancara yang baik dan benar diharapkan tujuan interview akan tercapai.
1) Standar pencapaian
Demi tercapainya tujuan yang tercantum dalam visi misi suatu institusi lain diperlukan
standarisasi berbagai macam hal yang sangat diperlukan saat operasional. Dalam hal ini difokuskan
terhadap standar mutu dari penyelenggaraan makanan yang akan diterapkan di dalam institusi
tersebut. Dalam menentukan standar mutu penyelenggaraan makanan institusi, terlebih dahulu
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif dari pencapaian
hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana hasi evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi
umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di depan (Yusuf, 2000: 3).
d. Perhitungan harga makanan perorang sehari, rata-rata dalam tiap bulan dan setiap tiga bulan.
GAMBARAN UMUM
1. Sejarah
PESMA K.H Mas Mansyur didirikan pada tanggal 29 Maret 2008, didirikan oleh oleh Rektor
Universitas Muhammadiyah Surakarta Prof. Bambang Setiaji, sedangkan nama KH. Mas Mansur
merujuk kepada salah seorang pimpinan Muhammadiyah yang patut ditiru dan muslim yang
tauladan bagi umat Muslim. Pengelolaan PESMA dipercayakan kepada seorang direktur atau Kyai
PESMA yaitu Dr. Supriyono sebagai Direktur/Kyai pertama sampai akhir tahun 2011, dan dilanjutkan
oleh Dr. Agus Ulinuha hingga sekarang pada tahun 2010. Pada tahun pertama untuk biaya perbulan
makan, loundry, dan hunian Rp. 392.000,-/bulan (2010), pada tahun berikutnya Rp. 365.000,- untuk
makan dan loundry + Rp. 400.000,- untuk hunian/semester (2012).pada tahun 2014 untuk biaya
makan dan loundry Rp. 362.000,- dan untuk biaya hunian Rp.550.000/semester.
a. Visi
kader pejuang dalam menghadapi dinamika dunia islam baik secara lokal maupun global
b. Misi
1) Membekali mahasiswa dengan pemahaman (manhaj) yang lurus dan komperenhensif mengenai Al-
2) Membuka Cakrawala Mahasiswa mengenai perkembangan dunia Islam baik secara lokal maupun
b. Koordinasi Konsumsi bertugas atas segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan makan
di PESMA.
c. Bidang Kemahasiswaan bertugas dalam pelayanan akademik, bahasa, memantau waktu jamaah dan
bimbingan karakter.
d. Bendahara bertugas dalam segala sesuatu yang berkaiatan dengan keuangan baik pengeluaran
Kantin pesma K.H Mas Mansyur adalah institusi makanan yang dimiliki oleh yayasan UMS.
Landasan hukum yang digunakan Pesma K.H Mas Mansyur adalah berlandaskan Al-Islam dan yang
Tipe pelayanan gizi yang diterapkan di PESMA K.H Mas Mansyur yaitu tipe pelayanan gizi asrama
2. Tujuan
Tujuan didirikannnya PESMA KH. Mas Mansyur yaitu agar santri tidak makan sembarangan diluar
dan membantu ekonomi santri agar lebih hemat namun makan sesuai dengan kebutuhan gizinya.
3. Sejarah institusi
Kantin Pesma K.H Mas Mansyur berdiri pada tahun 2010. Berawal dari berdirinya RUSUNAWA
(Rumah Susun Mahasiswa) yang di subsidi oleh pemerintah dan mendapatkan dana dari yayasan
UMS , kemudian didirikan kantin Pesma sebagai pelengkap pesantren mahasiswa ini agar para santri
tidak makan di luar. Maka kantin pesma di masukkan menjadi satu dengan biaya hunian.
Status Kantin Pesma K.H Mas Mansyur ini adalah milik yayasan UMS. Landasan Hukum Kantin Pesma
yang di gunakan oleh kantin pesma K.H Mas Mansyur berlandaskan al-islam yang bersumber dari Al-
Qur’an dan AL-Hadist. Menurut makan yang baik dan halal menurut islam
Kepala koordinasi yaitu Ibu Sri Lestari, beliau bertugas dalam mengurusi segala sesuatu yang
berkenaan dengan pengadaan konsumsi bagi karyawan dan mahasiswa di PESMA K.H Mas Mansyur
6. Dana
Pendanaan untuk makan berasal dari biaya makan dan loundry yang dikenakan pada santri untuk
Konsumen yang dilayani oleh pelayanan makanan di PESMA K.H Mas Mansyur yaitu mahasiswa
UMS, terutama wajib untuk mahasiswa double degree dan twinning program serta sebagian dosen
Pada pengamatan kali ini kelompok kami mendapatkan kesempatan untuk melakukan observasi
di pesantren mahasiswa. Dalam observasi yang ka mi lakukan kami mendapatkan data tipe pelayanan
yang diterapan adalah pelayanan gizi asrama. Yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Dikelola oleh pihak kampus untuk memenuhi fasilitas kampus yang bertaraf internasional.
2. Standar gizi disesuaikan menurut kebutuhan golongan yang diasramakan serta disesuaikan dengan
dilingkungan kampus.
7. Tujuan penyediaan makanan lebih diarahkan untuk pencapaian status kesehatan penghuni.
Tujuan penyelenggaran makanan Institusi adalah tersedianya makanan yang memuaskan bagi
konsumen, dengan manfaat yang optimal bagi Institusi. Secara khusus penyelenggara makanan
1. Menghasilkan makanan berkualitas yang baik dipersiapkan dan dimasak dengan layak.
Pelayanan makanan yang cepat dan menyenangkan berkaitan dengan distribusi makanan yang
dikelola dengan prinsip kecepatan dan keakuratan, didukung oleh fasilitas yang layak – seperti alat
makan dan alat distribusi makanan. Untuk kepentingan ini perlu pengembangan cara-cara
pendistribusian makanan yang efisien dalam menjamu jumlah minimal 50 orang pada waktu yang
relative bersamaan sehingga tidak terjadi antrian yang bisa memboroskan waktu istirahat jam
makan karyawan. Model Cafetaria pada umumnya diterapkan oleh institusi yang memberikan
makan bagi komunitas yang memiliki waktu istirahat jam makan siang terbatas. Mekanismenya
setiap karyawan memiliki kupon makan atau kartu makan yang ditunjukan pada “ staf pramusaji”
kemudian mereka mengambil jatah makanan dalam plater atau alat makan lainnya yang telah
diporsi oleh pihak pengelola kafetaria, langsung menuju ruang makan yang telah disiapkan.
Pada observasi yang kami lakukan, dalam penyelenggaraan yang dilakukan bertujuan untuk
menyediakan makanan bagi para penghuni asrama sehingga mahasiswa yang tinggal di dalam
asrama tersebut merasa nyaman, mendapatkan makanan yang sehat serta gizi yang terjamin, dan
juga dapat membantu ekonomi mahasiswa. Jumlah mahasiswa yang dilayani didalam asrama ini
C. Ketenagaan
Pesantren mahasiswa atau yang sering disebut dengan pesma KH. Mas Mansyur ini dalam
bagian penyelenggaraannya memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 12 orang. Dengan jumlah
pekerja wanita sebanyak 11 orang dan 1 orang laki laki. Dengan pembagiian tugas sebagai berikut :
10 orang pekerja wanita yang memiliki tugas sebagai koki dan pramusaji dengan pembagian pershift.
Shift pagi dengan jam kerja pukul 04.30 – 13.30 dibagi 5 orang sebagai pemasak dan shift sore
dengan jam kerja 14.00 – 21.00 jumlah pekerja perempuan sebanyak 5 orang. 1 karyawan sebagai
kepala bagian penyelenggara makanan. Jam kerja untuk kepala bagian sistem penyelenggara
makanan adalah mulai pukul 05.00 – 14.00, istirahat lalu kembali lagi pada rutinitas pada pukul
D. Perencanaan anggaran, perencanaan menu dan siklus menu serta standar makanan
1. Perencanaan anggaran
Perencanaan anggaran di pesantren mahasiswa menggunakan system cash bon 10 juta @3 hari
untuk 500 mahasiswa, yang didapat dari uang pembayaran bulanan laundry + kantin sebesar
Perencanaan menu sudah terjadwal dengan petentuan menu perminggunya sama, namun untuk
menu tiap hari beda dengan 2 kali makan tiap harinya. Jadwal untuk makan setiap harinya pagi
sekitar pukul 06.00- 12.00, siang dan sore sekitar pukul 12.00-21.00 WIB.
Siklus menu yang digunkan adalah 8 hari. Dengan pengevaluasian setiap 2 bulan sekali. Salah satu
standar menu yang digunakan pada hari Jumat di pesantren mahasiswa KH. Mas Mansyur terlampir.
Perhitungan kebutuhan bahan makanan dilakukan setiap 3 hari sekali dengan menyesuaikan
kebutuhan bahan makanan yang telah dibuat dalam standar porsi untuk ±500 mahasiswa dan
karyawan.
Pembelian bahan makanan melalui suplier dengan membandingkan harga bahan dan disesuaikan
dengan harga normal di pasar. Pembelian bahan melalui suplier dan juga langsung ke pasar.
Dari suplier mengantarkan bahan makanan yang telah dipesan dengan menggunakan mobil atau
sepeda motor, sedangkan pembelian langsung di pasar adalah oleh pegawai dengan menggunakan
kendaraan.
a. Rak penyimpanan
Bahan makanan yang disimpan di rak penyimpanan adalah bunbu kering dan plastik.
b. Lemari pendingin
Lemari pendingin di dapur PESMA KH. Mas Mansyur hanya ada satu yang digunakan untuk
Penyimpanan sayuran diletakkan di plastik, ada beberapa sayuran yang siap diolah di hari itu berada
5. Distribusi Makanan
Distribusi makanan kepada konsumen adalah dengan cara prasmanan. Semua makanan yang telah
diolah dibawa ke satu tempat kemudian setiap mahasiswa secara bergiliran mengambil makanan.
F. Pengawasan mutu makanan sesuai tahapan proses penyelenggaraan makanan sampai pada
konsumsi
Di PESMA KH. Mas Mansyur, pengawasan mutu belum menggunakan sistem HACCP dari proses
penyelenggaraan makanan disediakan wastafel untuk mencuci tangan bagi mahasiswa PESMA KH.
Mas Mansyur.
Tata letak dapur yang baik pada dasarnya salah satunya memungkinan dilakukan pekerjaan
pengolahan makanan secara runtut dan efisien. Namun, di dapur PESMA KH. Mas Mansyur tata letak
dapur belum baik karena arah pengolahan belum runtut searah dan efisien. Hal ini dapat
menimbulkan kontaminasi silang pada bahan makanan yang akan diolah karena ruang kerja yang
tidak sistematis dan bolak-balik. Tata letak dapur di KH. Mas Mansyur belum sesuai dengan standar
dapur institusi.
Tempat untuk menyimpan alat-alat tersedia di dapur PESMA KH. Mas Mansyur namun belum
ditata secara rapi. Kondisi lantai di dapur PESMA KH. Mas Mansyur tidak becek namun tidak bisa
dikatakan kering karena arus pekerjaan yang tidak searah dan lokasi pencucian yang jaraknya tidak
Untuk tempat penyimpanan bahan makanan belum tertata rapi, dikarenakan masih banyak
bahan yang diletakkan di sembarang tempat dan hanya ditumpuk begitu saja, serta tidak
ditempatkan digudang penyimpanan. Kendala lain juga karena gudang penyimpanan digunakan
sekaligus untuk sholat para kariyawan sehingga tidak efisien untuk penyimpanan bahan makanan.
Untuk kedepannya pihak PESMA KH Mas Mansyur harus memperhatikan hal tersebut dengan
dilihat dari tempat persiapan yang berdekatan dengan tempat pencucian alat/ bahan m akanan, tidak
menggunakan meja namun lantai sehingga kemungkinan tercemar/terkontaminasi oleh bakteri dan
zat bahaya lainnya lebih besar. Dan juga tempat persiapan sangat sempit dan terkesan memaksakan
dikarenakan terletak di sela-sela jalan antara tempat pencucian dan pemasakan. Untuk pihak Pesma
seharusnya memperhatikan hygiene dan sanitasi serta tempat yang luas dalam persiapan bahan
Proses pemasakan di PESMA KH. Mas Mansyur menggunakan dua buah kompor gas. Namun
tempat untuk pemasakan ada 2 lokasi yang terpisah jauh yang 1 ruang sangat sempit dan yang lainya
sangat luas, sehingga hal tersebut tidak efisien dalam penyelenggaraan makanan dan menghabiskan
tenaga dan waktu lebih banyak. Sehingga penataan ulang pada dapur Pesma ini sangat diperlukan
untuk memenuhi standar dapur dan untuk kenyamanan pegawai.Untuk pencucian peralatan masak
menggunakan ember besar yang diisi dengan air mengalir dari kran dan pipa plastik. Dalam
pencucian digunakan sabun cuci. Menurut Bartono dkk (2007), air limbah yang berasal dari tempat
cuci, dapur dan kamar mandi, air limbah dari jasa boga umumnya banyak mengandung lemak, oleh
karena itu tidak boleh dibuang secara langsung. Tetapi, air limbah hasil pencucian di dapur PESMA
KH. Mas Mansyur masih dibuang ke dalam saluran limbah secara langsung.
Kotak sampah sudah disediakan untuk membuang sisa-sisa proses pengolahan makanan. Letak
dari kotak sampah ini terletak di samping pintu antara dapur dengan tempat pencucian. Kotak
sampah yang digunakan termasuk tempat sampah yang mudah dibersihkan, terlindung dari binatang
Untuk peralatan keselamatan kerja yang digunakan oleh penjamah makanan di dapur PESMA
KH. Mas Mansyur adalah berupa celemek dan sandal. Namun begitu, masih ada beberapa pekerja
Layout dapur PESMA KH. Mas Mansyur belum baik untuk sistem penyelenggaraan makanan
H. Pengkajian menu
Menu yang ada di PESMA KH. Mas Mansyur disesuaikan dengan master menu yang telah dibuat
oleh kepala bagian konsumsi, Ibu Sri Lestari. Makanan yang disajikan setiap hari dibuat berbeda agar
mahasiswa tidak merasa bosan dengan makanan yang ada di PESMA KH. Mas Mansyur.
Siklus menu yang digunakan di PESMA KH. Mas Mansyur menggunakan siklus menu 8 hari dan
Pengendalian biaya dilakukan oleh 1 orang, yaitu Ibu Sri Lestari dengan cara cash bon sebanyak
Anggaran belanja yang dikeluarkan setiap harinya tidak selalu sama dan disesuaikan dengan
menu makanan yang akan disediakan pada hari itu. Jika terjadi kekurangan bahan makanan, dapur
PESMA KH. Mas Mansyur menyediakan persediaan beras dan telur lebih dari kebutuhan bahan
makanan. Hal ini untuk mengatasi jika terjadi kehabisan menu makanan. Bahan yang dipilih adalah
telur karena telur dianggap mudah untuk disajikan dalam waktu yang singkat dan umur simpannya
yang lama.
Penentuan harga makanan untuk tiap harinya tidak dijelaskan secara rinci namun harga yang
dipatok untuk perharinya adalah Rp. 13.000,- permahasiswa diambil dari uang bulanan yang
dibayarkan mahasiswa
K. Evaluasi sistem penyelenggaraan makanan institusi (masalah yang dihadapi institusi dan
pemecahannya)
Selama ini, dapur PESMA KH. Mas Mansyur belum pernah mengalami masalah dan kendala
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan pada PESMA KH. Mas Mansyur dapat diambil kesimpulan
2. Tujuan dari pelayanan gizi di PESMA KH. Mas Mansyur yaitu agar santri tidak makan sembarangan
diluar dan membantu ekonomi santri agar lebih hemat namun makan sesuai dengan kebutuhan
gizinya.
3. Jumlah karyawan di dapur PESMA KH. Mas Mansyur sebanyak 11 orang, terdiri dari 10 tenaga
4. Penyimpanan bahan makanan dilakukan secara terpisah namun ada beberapa bahan makanan yang
6. Peralatan dapur cukup memadai namun tempat penyimpanan peralatan masih kurang baik. Kondisi
dapur juga kurang baik karena tidak luas dan kebersihannya kurang.
7. Menu yang digunakan adalah menggunakan siklus menu 8 hari dengan periode siklus menu 2 bulan.
8. Pengendalian biaya dilakukan oleh 1 orang dengan cara cash bon dan dibelanjakan sesuai dengan
kebutuhan perhari.
B. SARAN
1. Untuk dapur diperluas lagi dan untuk alurnya dibuat berurutan tidak bolak- balik
4. Penyimpanan bahan tidak ada yang diletakkan di lantai dan tidak diletakkan di sembarang tempat.
7. Untuk menu diusahakan ada perevisian atau pergantian dalam siklus setiap 3 bulan sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Codex Committee on Food Hygiene. 1997. HACCP System and Guidelines for its Application , Annexe to CAC/RCP 1-1969, Rev 3
dalam Codex Alimentarius Commision Food Hygiene Basic Texts, Food and Agriculture
Kusumawati , Novia. 2012. Sejarah Perkembangan Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi (MSPMI).
Poltekes Kemenkes Ternate. Ternate
Moehyi, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bharata. Jakarta
Muchatob. E. 1991. Manajemen Pelayanan Gizi Makanan Kelompok . SPAG Depkes RI.
Jakarta,
Mukrie, Nursiah A. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar . Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Gizi Pusat dan
Akademi Gizi Depkes Jakarta. Jakarta
Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Graha Ilmu Yogyakarata dan UIEU Jakarata
Prawirosentono, Suryadi. 2004. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu. Total Quality Management Abad 21 (Studi dan Kasus).
Edisi ke-2. Bumi Aksara. Jakarta
LAMPIRAN
Standar menu yang digunakan pada hari Jumat di pesantren mahasiswa KH. Mas Mansyur.
- bawang putih ¼
- bawang merah ¼
secukupnya
Ketumbar 1 : 40: 9
kaleng
http://aisyahratna09.blogspot.co.id/p/laporan-penyelenggaraan-makanan.html
MSPM : penyelenggaraan makanan institusi
Institusi
Disusun Oleh :
1. Isti Wulandari
2. Ratri Alviyanti
3. Tsalitsa Deliasari
D3-4B
Dosen Pembimbing :
2015
Pendahuluan
Penyelenggaraan makanan adalah suatu rangkaian kegiatan dimulai dari perencanaan menu
sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka Menyediakan makanan
dalam jumlah dan mutu yang memenuhi syarat gizi, standar cita rasa, standar higien dan kebersihan.
Sistem adalah kumpulan dari bagian atau subsistem yang saling berhubungan yang
dipersatukan oleh model untuk mendapatkan satu tujuan atau lebih. Penyelenggaraan makanan
dilihat sebagai sistem terbuka. Sistem terbuka adalah organisasi yang di dalamnya berupa interaksi
dengan lingkungan secara terus menerus. Sistem terbuka penyelenggaraan makanan adalah
perubahan input menjadi output. Input adalah sumber daya yang diperlukan untuk mencapai suatu
tujuan dari sebuah sistem seperti manusia, fasilitas, bahan dan operasional. Sementara Output
termasuk makanan, kepuasan pelanggan, kepuasan karyawan dan akuntabilitas keuangan.
Perubahan input menjadi output melibatkan proses. Proses ini termasuk subsistem (pembelian,
produksi, distribusi, pelayanan dan kebersihan dan pemeliharaan), fungsi manajemen (perencanaan,
pengorganisasian, staffing, kepemimpinan dan pengendalian) dan proses menghubungkan
(pengambilan keputusan, hubungan komunikasi dan keseimbangan)
Pengoperasian penyelenggaraan makanan adalah system terbuka yang mengubah input menjadi
output
Setiap keputusan yang dibuat akan berdampak pada pengoperasian penyelenggaraan makanan
dalam banyak hal
Output yang sama atau serupa dapat dicapai menggunakan input yang berbeda
Faktor-faktor lingkungan berdampak pada system penyelenggaraan makanan secara mendalam
Manajemen strategis penting untuk keberhasilan pengoperasian penyelenggaraan makanan
Industri penyelenggaraan makanan bermacam-macam
Menyediakan makanan dalam jumlah dan mutu yang memenuhi syarat gizi
Menyediakan makanan yang memenuhi cita rasa dan selera makan konsumen
Menyediakan makanan yang memenuhi standar higienen dan sanitasi makanan
Melaksanakan sistem pelayanan makanan yang layak tepat dan cepat
IV. Visi dan Misi :
Pengertian Visi
Pernyataan dalam arti luas mengenai apa yang diinginkan (tujuan) sebuah perusahaan di
masa depan (masa yang akan datang).
Pengertian Misi
Menjelaskan apa yang akan dilakukan sebuah perusahaan secara lebih jelas, yang akan
membedakan dengan perusahaan lainnya. Menunjukkan bahwa pernyataan misi mengarah pada
pembuatan keputusan dan alokasi (pembagian) sumber daya, menginspirasi untuk melakukan kinerja
yang lebih tinggi, untuk mengkomunikasikan tujuan dan nilai organisasi dan meningkatkan reputasi
organisasi.
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan dalam usahanya
mewujudkan visi. Misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan.
Dapat mengerti keterkaitan atau hubungan kerja yang terjadi di dalam pengoperasian
penyelenggaraan makanan
Subsistem atau komponen yang ada (input, proses, output, pengawasan dan umpan balik)
Input adalah sumber daya yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan dari sebuah sistem.
Proses melibatkan setiap tindakan atau aktivitas yang dilakukan dalam mengubah input dan output
Output adalah hasil dari mengubah input dan merupakan garmbaran dari proses keberhasilan
Pengawasan melakukan tiga fungsi dalam suatu system, yaitu untuk memastikan bahwa sumber
daya yang digunakan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi., untuk memastikan
bahwa organisasi berfungsi dalam batasan hukum dan peraturan, dan memberikan standar yang
harus digunakan dalam evaluasi operasi.
Umpan balik termasuk proses-proses dimana system terus menerima informasi dari lingkungan
internal dan eksternal. Umpan balik membantu sistem dalam menyesuaikan diri dengan perubahan
yang di butuhkan
Hubungan antara subsistem dalam sistem penyelenggaraan makanan
Penyelenggaraan makanan sebagai suatu sub sistem terdiri dari 7 komponen yaitu input
(masukan), transfomasi (proses), output (luaran), kontrol (pengawasan), memori, dan timbal balik
(feedback) :
1. INPUT
Input adalah sumber daya operasional untuk mencapai tujuan dari sistem. Input dari kegiatan
penyelenggaraan makanan adalah:
a. Manusia
- Tenaga kerja
- Keterampilan
b. Bahan-bahan
- Makanan
- Alat/bahan kebersihan
c. Fasilitas
- Ruangan
- Peralatan
d. Operasional
- Laporan keuangan
- Waktu
- Keperluan
- informasi
2. PROSES
Tindakan atau aktivitas yang dilakukan dalam mengubah input dan output. Proses
penyelenggaraan makanan meliputi :
1) Fungsi managemen
Sebuah komponen dari unsur perubahan yang tak terpisahkan , yang dilakukan oleh para
manajer untuk berkoordinasi dengan tujuan subsistem. Manajemen fungsional terdiri dari,
perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan staf (pekerja), pengarahan dan pengawasan. Fungsi-
fungsi ini digunakan untuk mengatur pengoperasian yang termasuk sumber daya manusia, keuangan
dan pemasaran.
2) Subsistem fungsional
Subsistem fungional dari sebuah sistem penyelenggaraan terklasifikasi berdasarkan tujuan
mereka masing-masing, yang terdiri atas pembelian, produksi, distribusi dan penyajian, sanitasi dan
pemeliharaan. Tergantung dari jenis sistem penyelenggaraan makanan, subsistem dalam sistem
dapat bervariasi.
3. OUTPUT
Hasil akhir dari perubahan (taransformasi) input ke pencapaian tujuan sistem.Output adalah
penyelenggaraan makanan meliputi :
a. Makanan
- Kualitas
- Kuantitas
b. Kepuasan Pelanggan
c. Kepuasan Karyawan
d. Akuntabilitas keuangan
4. KONTROL
Pengawasan memastikan sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam mencapai
tujuan organisasi. Pengawasan juga memastikan bahwa organisasi berfungsi secara resmi tanpa
kendala hukum. Terdiri dari pengawasan internal dan pengawasan eksternal
a. Pengawasan internal, terdiri dari perencanaan tujuan, tujuan organisasi, sasaran organisasi, standar-
standar, kebijakan-kebijakan dan prosedur.
b. Pengawasan eksternal, berasal dari lokal, negara, undang-undang pemerintah, dan kontrak dengan
organisasi atau perusahaan lain.
5. MEMORI
Memori adalah semua penyimpanan dan pembaharuan informasi yang memberikan catatan-
catatan sejarah dari pengoperasian sistem. Analisa dari catatan sejarah dapat membantu pimpinan
organisasi untuk mengambil perencanaan dan dapat menghindari pengulangan kesalahan.
6. FAKTOR LINGKUNGAN
Faktor lingkungan adalah hal-hal yang terjadi di luar sistem penyelenggaraan makanan yang
akan berdampak pada komponen dalam sistem. Faktor lingkungan terdiri dari inovasi teknologi,
globalisasi, kompetisi, perubahan demografi dan perubahan politik.
7. TIMBAL BALIK
Timbal balik adalah proses-proses dimana sistem secara berkelanjutan menerima informasi
dari lingkungan internal dan eksternal. Timbal balik membantu sistem dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan yang dibutuhkan. Contoh timbal balik adalah komentar dari konsumen yang dapat
menjadi informasi yang berharga. Organisasi tanpa mekanisme timbal balik yang efektif dapat
menjadi sistem yang tertutup dan akan gulung tikar.
VII. Sejarah, Klasifikasi dan Perkembangan Industri Makanan
Sejarah Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi (MSPMI)
Penyelenggaraan makanan kelompok sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Namun
penyelenggaraan makanan kelompok secara lebIh profesional baru dimulai pada pertengahan abad
ke-17 bersamaan dengan awal revolusi Eropa. Pada masa itu dirasakan perlu adanya usaha untuk
meningkatkan produktivitas kerja para pekerja di berbagai industri. Pemberian makanan yang
memenuhi syarat terbukti dapat meningkatkan produktivitas kerja para pekerja pabrik. Robert Owen
adalah seorang pelopor penyelenggaraan makanan bagi pekerja industri yang dikelola secara efisien
dan efektif. Inilah awal dari penyelenggaraan makanan industri (inflant food service).
Di Indonesia pada berbagai kegiatan upacara, penyajian makanan merupakan suatu kegiatan
pokok, baik sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Maha Pencipta maupun sebagai ungkapan
rasa hormat kepada tamu yang hadir.penyelenggaraan makanan kelompok masih bersifat bersifat
keramahtamahan dan jauh dari profesional serta tujuan komersial.
Di Indonesia sejarah dan perkembangan mengenai penyelenggaraan makanan institusi masih
sangat terbatas. Namun adanya pendirian institusi-institusi yang menggunakan banyak tenaga kerja
seperti perkebunan yang luas, pembuatan jalan diluar kota, pembangunan jembatan yang besar,
penerbangan dan perkayuan mengakibatkan pengelolanya harus memikirkan pengadaan makanan
bagi buruh-buruhnya.
Penyelenggaraan makanan yang didasarkan atas kebutuhan karyawan akan zat gizi agar
memperoleh tingkat kesehatan yang optimal yang memungkinkan tercapainya kerja maksimal baru
dilaksanakan pada awal abad ke-20.
Semi Komersial
Institusi yang mengoperasikan penyelenggaraan makanan sendiri untuk melengkapi
pelayanan aktivitas mereka dalam mencapai tujuan utamanya. Institusi ini mungkin mendapat atau
tidak mendapat keuntungan. Contohnya penyelenggaraan makanan di jasa transportasi, seperti
penerbangan, kereta dan bus.
Non-komersial
Institusi yang mengoperasikan penyelenggaraan makanan sendiri dengan tujuan utama
sebagai pelayanan dan bukan keuntungan. Contohnya antara lain, rumah sakit, sekolah, penitipan
anak (child care), dan panti jompo (senior care).
Sekitar tahun 400 masehi, penyelenggaraan makanan massal sederhana untuk pekerja yang
mendirikan candi kerajaan Kutai di Kalimantan Timur.
Penyediaan makanan untuk pekerja paksa yang bekerja di perkebunan, pembuatan jalan kereta api,
jalan raya,ataupun bangunan besar seperti museum dan istana.
Pada abad ke-17 tercatat ada rumah tahanan, rumah sakit serta panti asuhan.
Penyelenggaraan makanan yang didasarkan atas kebutuhan karyawan akan zat gizi agar
memperoleh tingkat kesehatan yang optimal yang memungkinkan tercapainya kerja maksimal baru
dilaksanakan pada awal abad ke-20.
Pada tahun 1872, Jepang telah menyelenggarakan penyelenggaraan makanan secara sederhana di
pabrik sandang Tamioka di Tokyo. Menu sederhana terdiri dari nasi putih, sup misoa, acar dan
sayuran.
Pada tahun 1926 lulusan pertama dari sekolah gizi yang didirikan oleh dr. Saeki ditempatkan di
institusi pemerintah, pabrik, rumah sakit, penjara dan institusi sejenis lainnya. Dr. Saeki mengusulkan
agar makanan bagi masyarakat Jepang ditingkatkan menjadi gizi yang seimbang melalui
pemanfaatan berbagai macam golongan makanan.
Pada tahun 1952 dikeluarkan Undang-undang yang mengatur tentang pengelolaan makanan yang
melayani 100-250 porsi sekali pelayanan harus menggunakan tenaga ahli gizi.
Hingga tahun 1962, tercatat ada 26.000 ahli gizi yang terdaftar.
Kontrol terhadap bahan makanan lebih terjaga karena tidak disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Tidak membutuhkan alat pendingin untuk menyimpan bahan makanan yang akan disimpan.
Sistem ini lebih mudah disesuaikan dengan daerah setempat, dan etnik.
Kerugian
Jika permintaan makanan banyak dan membutuhkan waktu yang singkat untuk memenuhinya maka
akan membuat pekerja cukup tertekan.
Pekerja sulit mendapatkan produktivitas yang tinggi.
2) Commisary / Terpusat
Sistem makanan terpusat digunakan untuk memfasilitasi layanan makan yang tidak dapat
diakomodir oleh sistem konvensional. Sistem makanan terpusat memiliki fleksibilitas ragam
penggunaan dapur, diantaranya yaitu terdapat dapur sentral, dapur satelit, dapur saji dan dapur
lainnya tergantung penggunaan. Semua makanan dibuat di pabrik sentral lalu didistribusikan ke
cabang-cabang. Dalam sistem ini diatur sedemikian rupa di dapur sentral agar rasa, ukuran, bentuk
serta kualitasnya sama. Sistem ini banyak digunakan oleh restoran francished, katering, dan restoran
(yang memiliki banyak cabang).
Keuntungan sistem terpusat :
Keselamatan makanan serta distribusinya harus selalu diperhatikan agar makanan masih berkualitas
ketika diterima di cabang-cabang
Membutuhkan pekerja dengan kemampuan yang lebih tinggi untuk mengatur teknik pembuatan
makanannya
Membutuhkan alat-alat dengan teknologi yang canggih
Membutuhkan alat-alat untuk pendistribusian
Mahal
3) Ready Prepare
Pada dasarnya sistem ini hampir sama dengan sistem konvensional. Namun pada sistem ini
makanan disiapkan sebelum hari penyajian lalu disimpan di alat pendingin. Setelah itu dilakukan
pemanasan kembali sebelum disajikan. Sehingga institusi atau organisasi yang menggunakan sistem
ini dapat memiliki stok makanan. Contohnya antara lain, katering, penjualan makanan rumahan,
restoran dan hotel.
Keuntungan sistem ready prepared :
Institusi atau organisasi yang memakai sistem ini dapat mempunyai stok untuk disajikan
Mengurangi beban kerja karena telah dilakukan pada hari sebelumnya
Dapat memenuhi deadline pemesanan.
Kerugian sistem ready prepared :
4) Assembly
Sistem ini tidak membutuhkan tempat untuk produksi makanan, sepenuhnya makanan dibeli
dan telah disiapkan dan institusi hanya memerlukan penyimpanan, pemanasan, penyelesaian akhir
dan dan siap disajikan. Hal ini berimplikasi pada penggunaan istilah “kitchenless -kitchen”. Contohnya
antara lain pedagang burger, hotdog, dan kebab.
Keuntungan sistem assembly :
a. Menyediakan makanan dalam jumlah dan mutu yang memenuhi syarat gizi
b. Menyediakan makanan yang memenuhi cita rasa dan selera makan konsumen
c. Pengoperasian penyelenggaraan makanan adalah system terbuka yang mengubah input
menjadi output
d. Menyediakan makanan yang memenuhi standar higienen dan sanitasi makanan
e. Melaksanakan sistem pelayanan makanan yang layak tepat dan cepat
2. Yang temasuk ke dalam input penyelenggaraan makanan, yaitu....
a. Fasilitas
b. Makanan
c. Kepuasan Konsumen
d. Subsistem fungsional
e. Fungsi manajemen
3. RS swasta mempunyai ruang perawatan, ruang perawatan termasuk kedalam input ?
a. Input fasilitas
b. Input operasional
c. Input manusia
d. Input bahan
e. Input control
4.RS swasta mempunyai Ahli gizi 15 orang, Ahli gizi tersebut termasuk kedalam input ?
a. Input fasilitas
b. Input operasional
c. Input manusia
d. Input bahan
e. Input control
http://tsalitsade.blogspot.co.id/2015/10/mspm-penyelenggaraan-makanan-institusi.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhir-akhir ini pelayanan jasa kesehatan mengalami peningkatan dan kemajuan pesat
sesuai perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat. Salah satu jasa pelayanan yang cukup
menonjol adalah jasa penyediaan makanan bagi masyarakat. Kegiatan jasa pelayanan ini
sudah berkembang sejak abad ke 19, tetapi jangkauan dan lingkupnya mulai berkembang
pesat seiring dengan kemajuan di berbagai bidang seperti iptek, pertanian, ekonomi,
kesehatan dan sebagainya. Kondisi ini, ditunjang pula dengan pergeseran pola pangan
masyarakat sebagai akibat perubahan gaya hidup mereka khususnya di negara-negara
berkembang. Dewasa ini sebagian kelompok masyarakat memenuhi kebutuhan makanannya
di luar rumah, sehingga pelayanan makanan massal merupakan tumpuan untuk memenuhi
kebutuhan makanan mereka dan harus tersedia segera (Anonim, 2011).
Manajemen adalah Suatu kegiatan pengelolaan yang diawali dengan proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, yang mana keempat proses
tersebut saling mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Pangan adalah kebutuhan kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan
memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO,
yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a natural state or
in a manufactured or prepared form, which are part of human diet.” Batasan makanan
tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan
pengobatan. Penyelenggaraan makanan institusi adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen. Dalam hal ini
termasuk pencatatan, pelaporan, dan evaluasi dalam rangka pencapaian status kesehatan yang
optimal melalui pemberian diit yang tepat.
Penyelenggaraan makanan institusi merupakan suatu rangkaian kerja yang melibatkan
tenaga manusia, peralatan material, dan serta berbagai masukan lainnya. Selain itu di
pengaruhi oleh aspek-aspek tradisi sosial budaya masyarakat, kemajuan teknologi, dan
pemenuhan nilai biologis segolongan orang. Makanan merupakan salah satu kebutuhan
utama manusia, baik dilingkungan keluarga, maupun diluar lingkungan keluarga, salah
satunya adalah penyelenggaraan makanan di institusi (Mukrie, 1983 dalam Utari, 2009).
Tata laksana makanan adalah cara menata atau mengatur melaksanakan pembuatan
makanan sedemikian rupa, sehingga makanan menjadi kebutuhan yang sangat berarti untuk
tubuh manusia. Menu disusun, bahan makanan dipilih kemudian diolah dan disajikan. Itulah
antara lain kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam tata laksana makanan (Maryati, 2000).
Di zaman dahulu tata laksana makanan tidak dikenal,manusia pada zaman itu
memerlukan makanan hanya untuk menghilangkan rasa lapar dan mempertahankan hidup.
Karena itu pengolahan dan penyajian makanan seperti sekarang tidak ada. Bahan makanan
dimakan tanpa diolah, kecuali bila perlu. Misalnya bahan makanan yang berasal dari hewani,
dimakan setelah dipanggang di atas bara (Maryati, 2000). Sesuai dengan kemajuan peradaban
dan ilmu pengetahuan, makanan kemudian dikenal sebagai kebutuhan mutlak, bukan saja
untuk menghilangkan rasa lapar dan kelangsungan hidup, tetapi juga untuk menjaga
kesehatan dan pertumbuhan badan yang pesat, baik jasmani maupun rohani. Karena
itu bahan makanan dibuat dan diatur sedemikian rupa, sehingga tidak saja dapat dicerna tetapi
juga dapat menimbulkan nafsu makan (Maryati, 2000).
Untuk maksud tersebut, kemudian mulai dilakukan penyusunan menu yang cocok untuk
berbagai keperluan, pemilihan bahan makanan yang tepat dan baik, cara pengolahan dengan
berbagai bumbu, kemudian cara penyajian hidangan yang menarik. Makin tinggi pengetahuan
manusia, makin banyak usaha yang dilakukan dalam tata laksana makanan agar makanan
menjadi lebih berguna untuk kepentingan tubuh (Maryati, 2000).
Keamanan pangan, masalah dan dampak penyimpangan mutu, serta kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengembangan sistem mutu industri pangan
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, industri dan konsumen, yang saat ini
sudah harus memulai mengantisipasinya dengan implementasi sistem mutu pangan. Karena
di era pasar bebas ini industri pangan Indonesia mau tidak mau sudah harus mampu bersaing
dengan derasnya arus masuk produk industri pangan negara lain yang telah mapan dalam
sistem mutunya. Salah satu sasaran pengembangan di bidang pangan adalah terjaminnya
pangan yang dicirikan oleh terbebasnya masyarakat dari jenis pangan yang berbahaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian MSPMI
Penyelenggaraan berasal dari kata dasar “selengara” yang artinya “
menyelenggarakan, mengurus, dan mengusahakan sesuatu, seperti: memelihara, merawat ”.
(Ali, 1990:403). Jika dikaitkan dengan makanan, maka penyelenggaraan makanan pada
hakikatnya merupakan kegiatan mengurus dan mengusahakan masalah makanan, atau proses
pengolahan makanan pada satu jenis kegiatan tertentu.
Menurut Moehyi (1992), penyelenggaraan makanan adalah suatu proses menyediakan
makanan dalam jumlah besar dengan alas an tertentu. Sedangkan Depkes (2003) menjelaskan
bahwa penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu
sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen dalam rangka pencapaiana status
yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan termasuk kegiatan pencatatan,
pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai status kesehatan yang optimal melalui
pemberian makan yang tepat (Rahmawati, 2011).
1. Standar makanan yang disediakan diperhitungkan sesuai dengan beban kerja dan l ama
pekerjaan serta pertimbangan reaksi kerja. Dengan waktu kerja sekitar 8 jam tenaga
kerja memerlukan energi makanan yang mengandung 1/3 atau lebih makanan dari
kebutuhan sehari.
2. Frekuensi makan berkisar 1-6 kali/hr dengan 1-3 kali makanan lengkap dan
selebihnya makanan selingan/minuman.
3. Waktu makan pada umumnya seperti waktu makan dirumah.
4. Pada saat pabrik tidak berproduksi, yaitu pada hari libur, maka pemberian makanan
ditiadakan/diganti bahan lain.
5. Diperlukan tenaga khusus yang mengelola makanan.
6. Jumlah yang harus dilayani harusnya etap, atau sedikit sekali perubahan.
7. Macam hidangan sederhana, tidak bnyak variasi dan sesuai dengan kemampuan
perusahaan.
8. Pelayanan dapat dilakukan dengan berbagai cara, dan paling banyak dilakukan adalah
anggunakan tiket makanan yang bertanggal.
1. Pengelolaannya oleh atau mendapat bantuan dari Departemen Sosial atau badan-
badan amal lainnya.
2. Melayani sekelompok masyarakat dari usia 0 – 75 tahun, sehingga memerlukan
kecukupan gizi yang berbeda-beda.
3. Mempertimbangkan bentuk makanan, suka dan tidak suka anak asuh/klien menurut
kondisi klien.
4. Harga makanan yang disajikan seyogyanya hargaya wajar, karena dana yang tersedia
terbatas.
5. Kosumen mendapat makanan 2 – 3 kali sehari ditambah makanan selingan 1-2 kali
sehari secara kontinyu.
6. Macam konsumen yang dilayani, macam dan jumlahnya tetap.
7. Susunan hidangan sederhana dan variasi terbatas.
1. Pengelola adalah pemilik rumah sakit, ataupun melalui badan atau bagian tertentu
yang diserahi tugas tersebut dengan tanggung jawab tetap berada pada pemilik.
2. Rumah sakit memiliki kelengkapan untuk sarana fisik, peralatan serta penunjang lain
termasuk sumber daya untuk pelaksanaannya.
3. Makanan yang disajikan adalah makanan penuh sehari 3 – 4 kali makan, dengan atau
tanpa selingan.
4. Standar makanan memuat standar makanan orang sakit sesuai dengan peraturan diet
dan syarat kesehatan yang disesuaikan dengan policy rumah sakit.
5. Konsumen dapat bervariasi dan jumlahnya tidak tetap dengan makanan yang juga
berbeda dari hari ke hari.
6. Harga makanan per porsi sesuai dengan ketetapan rumah sakit.
7. Frekuensi makan, waktu makan, macam pelayanan dan distribusi makanan
disesuaikan menurut peraturan rumah sakit yang berlaku.
8. Melayani kekhususan dari setiap individu terutama yag memerlukan makanan
tertentu, dalam jangkauan yang terbatas.
9. Dilakukan dengan batas tanggung jawab tenaga gizi ataupun tenaga terlatih dalam
bidang gizi dietetik.
Mekanisme penyelenggaraan
a. Perencanaan Anggaran Belanja :
Kegiatan penyusuanan biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien
yg dilayani.
Tujuan : Tersedianya anggaran yg diperlukan utk pasien.
b. Perencanaan Menu :
Suatu kegiatan penyusunan menu yang diolah untuk memenuhi selera pasien dan kebutuhan
zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang.
Tujuan : Tersedianya siklus menu sesuai klasifikasi pelayanan yang ada di Rumah Sakit,
misalnya siklus menu 10 hari.
Prasyarat : Peraturan pemberian makanan rumah sakit ; standar porsi dan standar resep ;
standar bumbu.
c. Perhitungan Kebutuhan bahan makanan :
Kegiatan penyususnan yang diperlukan utk pengadaan bahan makanan
Tujuan : Tercapainya usulan anggaran dan kebutuhan bahan makanan utk pasien dlm 1 tahun
anggaran.
d. Pemesanan dan Pembelian bahan makanan :
Penyusunan dan permintaan bahan makanan berdasarkan menu dan rata-rata jumlah pasien
yang dilayani
Tujuan : Tersedianya daftar pesanan BM sesuai standar at au spesifikasi yg ditetapkan.
e. Penerimaan bahan makanan :
Kegiatan yg meliputi pemeriksaan/penelitian, pencatatan dan pelaporan ttg macam, kualitas
dan kuantitas BM yg diterima sesuai dgn pesanan serta s pesifikasi yg telah ditetapkan.
Tujuan : tersdianya BM yg siap utk diolah.
f. Penyimpanan dan Penyaluran BM
Penyimpanan : suatu tata cara menata, menyimpan, memelihara, keamanan bahan makanan
kering & basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah
serta pencatatan dan pelaporannya.
Tujuan : tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas dan kuantitas yang tepat
sesuai perencanaan.
Penyaluran : tata cara pendistribusian BM berdasarkan permintaan harian
Tujuan : tersedianya bahan makanan siap pakai dgn kualitas dan kuantitas yg tepat sesuai dgn
pemesanan.
g. Persiapan bahan makanan:
Serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan, yaitu meliputi berbagai proses
seperti membersihkan, memotong, mengupas, mengocok, merendam, dll.
Tujuan : mempersiapkan bahan makanan dan bumbu sebelum dilakukan proses pemasakan.
h. Pengolahan/Pemasakan bahan makanan :
Kegiatan mengubah bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan,
berkualitas dan aman untuk dikonsumsi.
Tujuan :Mengurangi resiko kehilangan zat gizi makanan,meningkatkan nilai cerna,
Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan penampilan., Bebas dari
organisme dan zat berbahaya.
2. Pendistribusian bahan makanan:
Serangkaian kegiatan penyaluran makanan sesuai jumlah porsi dan jenis makanan konsumen
yg dilayani
Tujuan : mendapatkan makanan sesuai diet dan ketentuan yg berlaku.
Penyelenggaran makanan kelompok secara lebih profesional baru dimulai pada pertengahan
abad ke-17 bersamaan dengan awal Revolusi Industri di Eropa. Saat itu dirasa perlu usaha
untuk meningkatkan produktivitas kerja para pekerja di berbagai industri. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah memberikan makanan yang lebih baik sehingga diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas pekerja. Robert Owen adalah salah satu tokoh industri di Eropa
yang mempelopori pemberian makanan bagi pekerja industri dengan pengelolaan yang baik,
efektif dan efisien. Inilah awal dari penyelenggaraan makanan industri (inflant food service).
Karena berjasa mengembangkan usaha penyelenggaraan makanan bagi para pekerja di
berbagi pusat industri, maka Robert Owen dianggap sebagai pelopor penyelenggaraan
makanan institusi terutama di pabrik-pabrik. Upaya nya itu kemudian menyebar bukan saja di
daratan Eropa tetapi sampai juga di Amerika Serikat. Penyelenggaraan makanan institusi
mulai dikembangkan di berbagai industri tekstil, bank dan sebagainya.
Penyelenggaraan makanan yang didasarkan atas kebutuhan karyawan akan zat gizi
agar memperoleh tingkat kesehatan yang optimal yang memungkinkan tercapainya
produktivitas kerja maksimal baru dilaksanakan pada awal abad ke -20. Secara kumulatif
berbagai faktor telah mendorog perkembagan penyelenggaraan makanan komersial, antara
lain sebagi berikut :
Timbulnya kesadaran dan keyakinan para pengusaha industri bahwa pelayanan makanan di
institusi tempat karyawan bekerja akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Dengan
berkembangnya berbagai jenis industri dan perusahaan yang mempekerjakan karyawan
dalam jumlah besar menjadikan usaha penyelenggaraan makanan komersial menjadi lebih
berkembang.
Berbagai kemajuan sebagai hasil pembangunan telah membuka kesempatan bagi para wanita
untuk memperoleh pekerjaan di luar rumah. Terbatasnya waktu mereka di rumah tidak
memungkinkan mereka untuk menyipkan makanan di rumah.
Lokasi tempat bekerja yang jauh dari tempat pemukiman dan berbagai hambatan transportasi
tidak memungkinkan para karyawan pulang kerumah mereka untuk makan. Jasa pelayanan
makanan komersial merupakan satu-satunya pilihan untuk mengatasi maslah itu.
Pada masa lalu apabila sekarang ingin mengadakan perheletan, penyelenggaraan makanan
dilakukan secara bergotong-royong.
Berbeda dengan penyelenggaraan makanan komersial, penyelenggaraan makanan institusi non
komersial berkembang sangat lambat. Seperti telah dikemukakan terdahulu, berbagi
keterbatasan dalam penyelenggaraan makanan institusi non komersial merupakan
penghambat bagi berkembangnya pelayanan yang tidak terlatih, dan biaya yang terbatas
menyebabkan penyelenggaraan makanan institusi non komersial tidak mengalami kemajuan.
Selain pengelolaan juga banyak peralatan yang digunakan dalam penyelenggaraan makanan
institusi non komersial itu belum berubah. Hal ini yang menyebabkan penyelenggaraan
makanan di berbagai institusi selau terkesan kurang baik, seperti panti asuhan, lembaga
pemasyarakatan, bahkan di asrama-asrama pelajar.
Penyelenggaraan Makanan di tempat hiburan dilakukan karena adanya wisatawan asing yang
berkunjung kesuatu negara, Seperti di Perancis misalnya dalam tahun 1976, Ada beberapa
catatan dari beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa pengeluaran untuk makan dan
minum wisatawan banyak tergantung dari besar kecilnya nilai disposible income masing-
masing keluarga dalam masyarakat. Demikian pula halnya di Italia dalam priode yang sama
melakukan penyelenggaraan makanan di tempat hiburan.
Hotel scribe paris managed by sofitel
Semua kamar 217 di hotel bintang-5 ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan para
tamu. Terdapat ruangan bebas rokok, bar, fasilitas rapat , restoran. Hotel ini menyediakan
fasilitas bersantai dan rekreasi unggul. Terletak antara Opéra Garnier mewah dan terkenal
Place Vendôme, Hôtel Scribe Paris adalah sebuah hotel legendaris di jantung ibukota.
Le Phenix Hotel (3 stars)
Le Phenix Hotel berjalan kaki 5 menit dari Old Lyon, dan 100 meter dari Stasiun Bus
Santo Paulus. Ini memiliki bar piano Sarapan dapat dilayani ke kamar tamu atau di ruang
makan.
Hotel Continental memiliki atmosfer yang hangat dan lokasi sentral di jantung kota Bordeaux.
Hotel ini menawarkan kamar-kamar yang nyaman, sarapan prasmanan gratis, Wi-Fi gratis,
minuman selamat datang, dan sebuah kotak makan siang. Hotel Continental bertempat di
sebuah bangunan abad ke-18 di jantung jalan semi-pejalan kaki di Bordeaux, dengan jajaran
berbagai butik dan kafe, serta dekat dengan Place des Grands Hommes.
Orang Perancis menilai penting kegiatan makan dan menikmati masakan mereka dengan
baik, bukan dengan tergesa-gesa. Mereka juga menikmati santapan di luar rumah dan
mengunjungi banyak restoran, kafe dan bistro, dimana mereka dapat minum kopi, merokok,
menyapa teman atau membaca surat kabar. Terdapat berbagai tempat lain dimana warga
Perancis bisa bersosialisasi sambil menikmati makanan dan minuman, seperti:
1. Brasseries,adalah jenis tempat yang lebih besar yang menyediakan makan siang dan makan
malam.
2. Salons de thé,adalah kedai-kedai yang menyajikan teh, makanan ringan dan pâtisserie (kue-
kue).
pada tahun 1804 pada belahan benua Eropa. Disana terdapat sesorang yang kiat
mengembangkan produk komersil berupa makanan kaleng ,dia adalah Nicholas Appert.
Orang yang pertama kali menemukan cara mengawetkan makanan di dalam kaleng atau
istilahnya dengan pengalengan. Usahanya dimulai pada tahun 1795 dan baru membuahkan
hasil Sembilan tahun kemudian pada tahun 1804.
penyelenggaraan festival makanan halal yang tengah berlangsung di gedung Excel London,
Ibu Kota Inggris Raya, dan berlangsung mulai dari 27 hingga 29 September 2013.
setelah Abad Pertengahan,di romawi dibangun rumah-rumah penginapan tidak hanya
menyediakan fasilitas penginapan, tetapi juga mulai melengkapinya dengan fasilitas
pendukung lainnya, semacam bar, salon, dan kedai makanan. Jumlah kamar pun mulai
diperbanyak hingga mencapai puluhan.
Cerita tersebut sungguh berbeda dengan arti kata restaurant yang berkembang pada akhir
abad ke-18. Di masa ini, resto diartikan sebagai ruang kecil di sebuah pondokan (tavern),
tempat para pelancong mengisi perut. Makanan yang disajikan merupakan hidangan
sederhana dengan bahan baku dari sekitar pondokan.
Terobosan konsep terjadi sekitar tahun 1782, ketika restoran yang terletak di Rue De
Richelieu, Paris, menulis daftar makanan dalam menu. Makanan kemudian disajikan dalam
porsi personal dan setiap tamu dilayani satu per satu. Menu yang dikeluarkan pun tidak
sekaligus, melainkan bertahap. Kini restoran berkembang menjadi dua jenis, yakni restoran
kasual yang menyajikan makanan sehari-hari untuk para pekerja yang tak sempat pulang ke
rumah untuk makan. Dan, fine dining yaitu restoran dengan tampilan eksklusif dan makanan
yang disajikan lebih artistik menggunakan peralatan makan mewah.
1. Di Yunani dan Romawi penataan pelayanan makanan bagi orang sakit baru dimulai pada
abad ke 19. Florence Nightingle mempelopori penyempurnaan penyelenggaran makanan bagi
orang sakit setelah dia melihat betapa buruknya pelayanan makanan bagi prajurit yang
dirawat dirumah sakit selama terjadi perang di Eropa.
2. Pada tahun 1687 di London Didirikan RS St. Bortolomew menetapkan macam dan jml bh
mkn utk kebutuhan RS.
3. Didirikan Rumah Sakit St. Bortolomew di London pada tahun 1687 yang telah menetapkan
macam-macam dan jumlah makanan untuk kebutuhan Rumah Sakit.
4. Italia menjalankan sistem pelayanan kesehatan umum semesta sejak tahun 1978. Meskipun
demikian, pelayanan kesehatan disediakan bagi semua warga negara dan penduduk oleh suatu
sistem campuran umum-swasta. Bagian umum adalah Servizio Sanitario Nazionale, yang
dibentuk di bawah Kementerian Kesehatan dan diserahkan untuk diurus oleh pemerintahan
region. Belanja pelayanan kesehatan di Italia melebihi 9,0% PDB nasional pada tahun 2008,
sedikit di atas rata-rata negara OECD, yakni 8,9%.Bagaimanapun, Italia menempati peringkat
ke-2 terbaik di dunia dalam hal sistem pelayanan kesehatan,dan menempati peringkat ke-3
dunia dalam hal kinerja pelayanan kesehatan.Italia mencapai angka harapan hidup tertinggi
ke-12 di dunia pada tahun 2010.
5. Seorang ahli diet Florence Nightngale membuat organisasi perawatan dan dapur makan yang
sesuai untuk pasien di Inggris pada tahun 1854.
6. Diadakannnya program makan siang untuk anak sekolah sebelum PDI di Austria, Belgia,
Denmark, Irlandia, italia, Noregia dan Swedia.
DAFTAR PUSTAKA
Mukrie, Nursiah A. 1990. Manajemen Pelayanan Gizi Institusi Dasar. Proyek