Anda di halaman 1dari 948

Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS

PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I

“PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING


KOMODITAS PERTANIAN”

Tim Editor:
Agus Yuniawan Isyanto
Zulfikar Noormansyah
Trisna Insan Noor
Hj. Dini Rochdiani
Dedy Sufyadi
Dani Lukman Hakim
Mochamad Ramdan
Dedi Herdiansah S.
Sudrajat
Tito Hardiyanto
Cecep Pardani
Muhamad Nurdin Yusuf
Fitri Yuroh
Ida Maersaroh
Dede Ahmad Farid

Diterbitkan oleh:
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
2017
Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Agribisnis I


Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Komoditas Pertanian

ISBN : 978-602-61748-0-2

Editor :
Agus Yuniawan Isyanto (dkk.)

Desain Sampul :
Saepul Aziz

Desain Tata Letak :


Hilman Munawar

Penerbit :
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis

Redaksi :
Jl. R.E. Martadinata No. 150
Ciamis 46251
Tel +62265775018
Fax +6265776787
Email: agribisnisfaperta@unigal.ac.id

Cetakan pertama, Mei 2017

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

DEWAN REDAKSI

Diterbitkan oleh:
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

Penanggungjawab:
Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis

Tim Editor:
Agus Yuniawan Isyanto
Zulfikar Noormansyah
Trisna Insan Noor
Hj. Dini Rochdiani
Dedy Sufyadi
Dani Lukman Hakim
Mochamad Ramdan
Dedi Herdiansah S.
Sudrajat
Tito Hardiyanto
Cecep Pardani
Muhamad Nurdin Yusuf
Fitri Yuroh
Ida Maersaroh
Dede Ahmad Farid

Alamat Redaksi:
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Galuh
Jl. RE Martadinata No. 150
Ciamis 46251
Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

KATA PENGANTAR
Prosiding ini merupakan publikasi dari paparan dan gagasan para pembicara kunci
(keynote speaker), pembicara tamu (invited speaker) dan hasil penelitian dari para peneliti
pada kegiatan Seminar Nasional Hasil Penelitian Agribisnis I yang dilaksanakan pada
tanggal 1 April 2017 bertempat di Universitas Galuh Ciamis.

Dinamika perkembangan ekonomi global memberikan sinyal tentang pentingnya


peningkatan daya saing pertanian, dan hal ini lah yang mendasari para peneliti dan
pemerhati sosial ekonomi pertanian mendiskusikannya dalam kegiatan seminar nasional
ini yang bertema “Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Komoditas Pertanian”.

Seminar nasional ini bertujuan untuk memperoleh informasi terkini mengenai upaya,
model dan strategi pemberdayaan masyarakat pedesaan, peningkatan produktivitas
kelompok tani, serta peningkatan produktivitas dan daya saing komoditas
pertanian.Ruang lingkup materi yang didiskusikan meliputi aspek usahatani dan faktor
produksi, kelembagaan petani, pemasaran, infrastruktur, kebijakan agribisnis serta
penyuluhan dan komunikasi pertanian.

Prosiding seminar nasional ini terdiri atas pembicara kunci (keynote speaker) berupa
sambutan dan materi dari Menteri Pertanian Republik Indonesia (Dr. Andi Amran
Sulaiman)yang disampaikan oleh Prof (Riset) Dr. Ir. Tahlim Sudaryanto, M.S. (Staf Ahli
Menteri Pertanian Bidang Kerjasama Internasional, Kementerian Pertanian), Dr. Praparsiri
Barnette, Ph.D., Assistant Professor (Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Burapha,
Thailand), dan Prof (Riset). Dr. Ir. Erizal Jamal, M.S. (Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat
PERHEPI; Kepala Pusat PVT dan Perizinan Pertanian, Kementerian Pertanian).
Pembicara tamu (invited speaker), yaitu Ir. B. Didik Prasetyo, M.H. (Direktur Utama PT.
Rajawali Nusantara Indonesia) dan Ir. Ismintarti, M.Si.(Kabid Program dan Materi Pusat
Pelatihan Masyarakat Kemendesa, PDT dan Transmigrasi), serta 124 makalah hasil
penelitian yang disampaikan dalam sidang paralel yang berasal dari berbagai institusi
perguruan tinggi, lembaga penelitian dan institusi lainnya.

Prosiding ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan penelitian yang
terkait dengan peningkatan produktivitas dan daya saing komoditas pertanian.Dewan
Redaksi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan prosiding ini.

Ciamis, Mei 2017

Tim Editor

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 i


Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI……………...…………………………………………………………………. ii

KEYNOTE SPEECH

Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Komoditas Pertanian


Dr. Andi Amran Sulaiman (Menteri Pertanian Republik Indonesia)
Disampaikan oleh: Prof. (Riset) Dr. Ir. Tahlim Sudaryanto, M.S.
(Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Kerjasama Internasional, Kementerian
Pertanian)…………………………………………………………………………………. 1

Improving Productivity and Environmental Performance of Marine Finfish Farming


in Thailand: Husbandry and Marine Pollution Impacts
Oleh: Dr. Praparsiri Barnette, Ph.D., Assistant Professor
(Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Burapha, Thailand)…………………….. 5

Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing Komoditas Pertanian


Oleh: Prof (Riset). Dr. Ir. Erizal Jamal, M.S.
(Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERHEPI; Kepala Pusat PVT dan Perizinan
Pertanian, Kementerian Pertanian)………………………………………………………. 13

SEMINAR NASIONAL

Menuju Industri Gula yang Berdaya Saing


Oleh: Ir. B. Didik Prasetyo, M.H.
(Direktur Utama PT. Rajawali Nusantara Indonesia)…………………………………… 19

Model Dan Strategi Pemberdayaan Usaha Ekonomi Desa Melalui Badan Usaha
Milik Desa
Oleh: Ir. Ismintarti, M.Si.
(Kabid Program dan Materi Puslatmas, Kemendesa, PDT dan Transmigrasi)……… 26

SIDANG PARALEL

SUBTEMA 1: USAHATANI DAN FAKTOR PRODUKSI

Analisis Usahatani Padi SRI (System of Rice Intensification) dan Konvensional


(Studi Kasus Pada Kelompok Tani Sri Mukti Rana Wijaya Desa Sukanagara
Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)
Aceng Iskandar……………………………………………………………………………... 30

Analisis Biaya dan Pendapatan Budidaya Kopi di Bawah Tegakan Mahoni


Ary Widiyanto dan Darsono Priono………………………………………………………. 37

Pengaruh Pemberian Pangkasan Gamal (Gliricidia Sepium) Terhadap Hara Tanah


Pada Sistem Monokultur dan Agroforestry
Ary Widiyanto dan Aris Sudomo………………………………………………………….. 44

Analisis Kelayakan Usahatani Selada dengan Menggunakan Teknologi Hidroponik


Cecep Pardani……………………………………………………………………………… 53

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 ii


Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

Analisis Kelayakan Usahatani Kentang Sistem Mulsa Plastik Hitam Perak dan
Konvesional
Dede Ahmad Farid…………………………………………………………………………. 60

Analisis Permintaan Pupuk Za dan Pupuk Organik Pada Usahatani Kentang


(Solanum Tuberosum L.) di Kabupaten Garut
Dedi Darusman dan H. Undang………………………………………………………… 66

Kelayakan Usahatani Kedelai Berdasarkan Strata Luas Lahan


Dedi Djuliansah, Trisna Insan Noor, Yosini Deliana dan Meddy Rachmadi…………. 72

Penentuan Pola Tanam Optimal Pada Lahan Sawah Irigasi Teknis (Suatu Kasus
Pada Petani Lahan Sawah Irigasi Tenis di Kecamatan Cikalong Kulon Kabupaten
Cianjur)
Euis Dasipah, Luly Lukfijayanti…………………………………………………………… 78

Return of Investment (ROI) Pada UsahaTernak Burung Puyuh Petelur (Coturnix


Japonica) di Kelurahan Semarang Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu
Fithri Mufriantie, Edy Marwan, Novitri Kurniati, Heryan Iswahyudi……………………. 82

Kelayakan Sistem Integrasi Tanaman-Ternak Berbasis Limbah Perkebunan


Singkong Pada Industri Bioetanol
Hasni Arief, Iman Hernaman, Mansur, Siti Nurachma…………………………………. 90

Uji Priming dengan Kitosan Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Benih dan Bibit
Pepaya Merah Delima
Heny Agustin dan Annisa Nur Ichniarsyah…………………………………………….. 98

Perkembangan Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Sebelum dan Sesudah


Program Milk Collection Point (MCP) Diaktifkan (Kasus Di TPK Loscimaung KPBS
Pangalengan)
Hermawan, Marina Sulistyati dan Didin S. Tasripin……………………………………. 105

Analsis Pendapatan dan Kendala yang Dihadapi Pada Usaha Budidaya Jamur
Tiram (Studi Kasus di Desa Sukahening Kecamatan Sukahening Kabupaten
Tasikmalaya)
Iwan Sugianto………………………………………………………………………………. 111

Hubungan Penguasaan Lahan dan Pendapatan Petani Pada Usahatani Bunga


Krisan di Gapoktan Pagerkamulyan, Desa Genteng, Kecamatan Sukasari,
Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat
Kuswarini Kusno, Febry Maringan Silalahi……………………………………………… 116

Analisis Efisiensi Usahatani Padi Berdasarkan Luas Lahan di Kecamatan Buah-


Dua Kabupaten Sumedang
Lies Sulistyowati, Trisna Insan Noor, Maman H Karmana…………………………… 123

Kontribusi Pucuk Teh Rakyat Berorientasi Green Product Terhadap Pendapatan


Keluarga Tani (Studi Kasus di Perkebunan Teh Rakyat, Desa Sukadana,
Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur)
Lucyana Trimo), Syarif Hidayat, dan Yosini Deliana…………………………………… 132

Analisis Karakteristik Peternak Sapi Perah Dalam Penerapan Good Dairy Farming
Practice (Studi Kasus Kelompok Peternak Sapi Perah di Kabupaten Subang)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 iii


Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017
Marina Sulistyati,Hermawan,Achmad Firman, dan Linda Herlina……………………. 142
Analisis Pembiayaan dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah Melalui Penjualan
Tebasan dan Non Tebasan di Kabupaten Cirebon - Jawa Barat
Maspur Makhmudi…………………………………………………………………………... 149

Pengaruh Kombinasi Pupuk N, P, K dengan Pupuk Hijau Terhadap Beberapa Sifat


Kimia Tanah Ph, K-Dd, KTK dan Hasil Tanaman Pakcoy (Brasica Rppassica Rl.)
Pada Ultisols Jatinangor
Maya Damayani, Eso Solihin, Anni Yuniarti, Teguh Fahrurozi………………………. 155

Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Padi Pada Lahan Sawah Irigasi Teknis di
Kabupaten Ciamis
Muhamad Nurdin Yusuf dan Agus Yuniawan Isyanto………………………………… 162

Analisis Produksi san Pendapatan Usahatani Rumput Laut (Studi Kasus Pada
Usahatani Rumput Laut di Kelurahan Sambuli Kecamatan Abeli Kota Kendari)
Muhammad Aswar Limi, Suriana, Taane La Ola dan Meilan Prapitasari…………….. 168

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Usaha Ternak Kambing


Peranakan Etawa (Studi Kasus di Kelompok Agribisnis As-Salam Kota
Tasikmalaya)
Siti Maemunah, Dedi Sufyadi, Ida Hodiyah……………………………………………… 176

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Peternak Sapi Perah


Sri Ayu Andayani dan Dede Erwina……………………………………………………… 183

Analisis Efisiensi Penggunaan Input Pada Usahatani Buncis Perancis


(Phaseolusvulgarisl) Dengan Penerapan Sekolah Lapangan Good Agriculture
Practices (Slgap) (Studi Kasus di Gapoktan Tranggulasi Desa Batur Kecamatan
Getasan Kabupaten Semarang)
Sutardi, Nanik Dara Senjawati, Juarini…………………………………………………… 189

Analisis Perbaikan Mutu Pakan Dalam Pengembangan Agribisnis Ternak Domba di


Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis
Tita Rahayu…………………………………………………………………………………. 196

Keragaan dan Analisa Usahatani Kedelai di Kabupaten Bima


Valeriana Darwis……………………………………………………………………………. 201

Tingkat Komersialisasi Petani Padi Gogo di Kecamatan Ponjong Kabupaten


Gunungkidul
Wulandari Dwi Etika Rini, Endang Siti Rahayu, Mohammad Harisudin, dan
Supriyadi…………………………………………………………………………………….. 208

Pengaruh Perlakuan Jerami dan Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi
Sawah
Yanto Surdianto dan Nana Sutrisna……………………………………………………… 214

Analisis Dampak Penerapan Sistem Pertanian Integratif (Integrative Farming)


Terhadap Peningkatan Hasil Usahatani (Studi Kasus di Kabupaten Cirebon)
Yayat Rahmat Hidayat……………………………………………………………………... 224

Analisis Usaha Jahe Kapur di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo
Yonky Indrajaya dan Aris Sudomo……………………………………………………….. 231

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 iv


Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

Analisis Usaha Budidaya Jamblang di Kabupaten Majalengka


Yonky Indrajaya, Soleh Mulyana dan Aris Sudomo……………………………………. 237

Aplikasi Pupuk Majemukdan Poc Terhadap Beberapa Sifat Kimia Tanah dan Hasil
Baby Buncis (Phaseolus Vulgaris L)
Yuniarti A, Yuliati Machfud dan Nourma Al Viandari…………………………………… 243

Penetapan Luas Lahan Minimum Usahatani Kedelai Pada Lahan Sawah dan Darat
di Kabupaten Ciamis
Zulfikar Noormansyah, Dini Rochdiani, Lies Sulistyowati……………………………. 254

SUBTEMA 2: KELEMBAGAAN PETANI

Dinamisasi Kelompok Tani Hutan Menuju Pengelolaan Hutan Rakyat Berkelanjutan


di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta
Budi Widayanto, Ravik Karsidi, Kusnandar, Joko Sutrisno……………………………. 261

Fungsi Kelompoktani Dalam Penerapan Prinsip Pengendalian Hama Terpadu


Untuk Peningkatan Produksi Padi Sawah (Oryza Sativa L.) di Kecamatan
Cibungbulang Kabupaten Bogor
Yul Harry Bahar,Elih Juhdi Muslihat, Charlession……………………………………… 269

SUBTEMA 3: PEMASARAN

Analisis Pemasaran Komoditas Bawang Merah Pada Sentra Produksi di Kabupaten


Nganjuk Provinsi Jawa Timur
Adang Agustian…………………………………………………………………………… 276

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Penawaran Daging Sapi di Kabupaten


Ciamis
Agus Yuniawan Isyanto dan Sudrajat……………………………………………………. 287

Analisis Saluran dan Marjin Pemasaran Emping Melinjo (Studi Kasus Pada
Perusahaan Sari Rasa di Desa Beber Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis)
Ai Husnul Khotimah………………………………………………………………………… 294

Preferensi Konsumen Dalam Membeli Produk Olahan Ikan (Studi Kasus di Kota
Bandung, Cimahi Dan Kabupaten Bandung)
Asep Agus Handaka Suryana, Atikah Nurhayati, Junianto…………………………… 300

Kajian Pola Saluran pemasaran Tempe (Studi Kasus pada Perusahaan AM


Kelurahan Cilembang Kecamatan Cihideung Kota Tasik)
Dedi Herdiansah, Rachmawati Siti Sundari…………………………………………….. 306

Dominasi Lembaga Pemasaran Pada Struktur Pasar Cabai Merah Keriting


(Capsicum Annum L) (Suatu Kasus Pada Pemasaran Cabai Merah Keriting di
Sentra Produksi Cikajang Dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta)
Dety Sukmawati dan Lies Sulistyowati…………………………………………………… 311

Analisis Strategi Pemasaran dan Pengembangan Gula Aren


Donny Ivan Samuel Simatupang................................................................................ 315

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 v


Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Sayuran Organik Terhadap Kualitas Produk


dan Kualitas Pelayanan di Lotte Mart Kota Bandung
Elly Rasmikayati, Kuswarini Kusno, Tuti Karyani, Riky Rizkiansyah,
Bobby Rachmat Saefudin…………………………………………………………………. 322

Analisis Keuntungan Pemasaran Beras di Kabupaten Ciamis


Eti Suminartika, Iin Djuanalia dan Sri Fatimah………………………………………….. 330

Strategi Pemasaran Pupuk Organik Effective Microorganisms 4 (EM4) (Studi


Kasus Pada Perusahaan PT. Songgolangit Persada, Denpasar, Bali)
Namira Audina, Dini Rochdiani, Kuswarini Kusno……………………………………. 337

Optimasi Penjualan Buah Jeruk di Rumah Buah Tirtayasa


Pandi Pardian dan Irfan Rahadian……………………………………………………….. 344

Kemampuan Berbahasa Inggris Pemasar Produk Pertanian Terhadap Wisatawan


Asing di Pasar Pananjung Pangandaran
Raisa Siska Tanjung……………………………………………………………………….. 351

Karakteristik dan Nilai-Nilai Ekologis Konsumen Produk Sayuran Organik (Kasus


Pada Konsumen Pasar Kecil, Kelompok Tani Cipta Mandiri Kabupaten Bandung)
Rani Andriani Budi Kusumo, Anne Charina, Gema Wibawa Mukti……………………. 356

Analisis Karakteristik dan Pendapatan Pedagang Pengumpul Jagung Manis di


Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang Propinsi Bengkulu
Rita Feni, Jon Yawahar, Elni Mutmainnah, Dedi Iswahyudi………………………….. 365

Analisis Saluran dan Marjin Pemasaran Gula Aren (Arenga Pinata) di Desa
Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis
Suhartono……………………………………………………………………………………. 372

Distribusi Nilai Tambah Pada Pelaku Dalam Rantai Nilai Bawang Merah di
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat
Tuti Karyani, Ganjar Kurnia……………………………………………………………….. 379

Analisis Sistem Pemasaran Beras di Kabupaten Merauke


Untari, Marthen Nahumury………………………………………………………………… 387

Analisis Sistem Tataniaga dan Perilaku Pasar Tomat di Desa Bukit Asri Kecamatan
Kapontori Kabupaten Buton
Wa Ode Al Zarliani...................................................................................................... 399

Prospek Usaha Teh Daun Gaharu (Aquilaria Malaccensis) Siap Minum Skala
Rumah Tangga
Ni Wayan Krisna Andini, Sri Wuryani, Budiarto…………………………………………. 407

Perlukah Barcode di Kemasan Mangga Kering


Yosini Deliana, Lucyana Trimo dan Mochamad Ramdan…………………………….. 414

SUBTEMA 4: INFRASTRUKTUR

Rancang Bangun Sistem Informasi Pertanian (Studi Kasus Aplikasi Analisis


Kelayakan Investasi Agroindustri VCO Gapoktan “Sinar Harapan”)
Wardana……………………………………………………………………………………… 421

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 vi


Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

SUBTEMA 5: KEBIJAKAN AGRIBISNIS

Analisis Neraca Pasokan dan Kebutuhan Daging Sapi di Jawa Barat


Achmad Firman, Maman Paturochman, Mumun M Sulaeman dan Marina Sulistyati 429

Analisis Dinamika Penguasaan Lahan Pertanian dan Struktur Pendapatan Rumah


Tangga Pertanian di Provinsi Jawa Barat
Adang Agustian……………………………………………………………………………... 435

Distopia Pembangunan Pertanian: Pembelajaran dari Program Percetakan Lahan


Sawah (Studi Kasus di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat)
Adi Nugraha, Iwan Setiawan, Yayat Sukayat……………………………………………. 446

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Terhadap Risiko


Usahatani Tembakau di Kecamatan Ngluwar Kabupaten Magelang
Among Wibowo, Juarini,Ni Made Suyastiri, YP…………………………………………. 455

Pendekatan Empirikal Transendental Jalan Mewujudkan Kelestarian Sumberdaya


Perikanan Tangkap
Anas Tain…………………………………………………………………………………….. 461

Perilaku Petani Dalam Menerapkan Sistem Pertanian Organik


Anne Charina, Rani Andriani Budi Kusumo, Agriani Hermita…………………………. 468

Model Kebijakan Peningkatan Produktivitas Ubi Kayu Berkelanjutan di Kabupaten


Trenggalek, Jawa Timur
Bambang Yudi Ariadi……………………………………………………………………….. 474

Analisis Sosial Ekonomi Penerapan Alat Pindah Tanam (Indo Jarwo Transplanter)
Pada Lahan Sawah Irigasi di Jawa Barat (Kasus Kabupaten Indramayu)
Chairul Muslim………………………………………………………………………………. 482

Pengaruh Pelaksanaan Pertanian SRI Organik Terhadap Keberlanjutan Ekonomi


Petani
H. D.Yadi Heryadi dan Hj. Betty Rofatin………………………………………………….. 492

Kajian Potensi dan Kompetensi Industri Kelapa Beserta Turunannya di Desa


Sukaresik Kabupaten Pangandaran
Dani Lukman Hakim, Abdul Nizar…………………………………………………………. 500

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Penyadap Karet


Pada PTPN VIII Kebun Batulawang Kabupaten Ciamis Jawa Barat
Devi Sutriana………………………………………………………………………………… 507

Respon Peternak Sapi Perah Terhadap Program Kredit Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) Serta Hubungannya Dengan Tingkat Keberhasilan
Pengembalian Kredit
Didin S. Tasripin, Marina Sulistyati, Hermawan, Meitha Angelina…………………….. 512

Pola Kemitraan dan Tingkat Kesejahteraan Petani Teh Rakyat (Suatu Kasus di
Desa Cisondari Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung)
Dini Rochdiani……………………………………………………………………………….. 519

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 vii


Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

Analisis Respon Masyarakat dan Aparat Pemerintahan Desa Terhadap


Keberadaan Kampung Produktif di Desa Gesik Kecamatan Tengah Tani
Kabupaten Cirebon (Studi Kasus Pada Pengembangan UMKM Agribisnis Kreatif)
Dukat dan Wachdijono……………………………………………………………………... 528

Analisis Faktor Dominan yang Berperan Dalam Kepuasan Kerja Karyawan Pada
CV. Keripik Singkong dan Pisang Cap Lumba-Lumba
Dyah Erni Widyastuti, Sonia Adelina, Jabal Tarik Ibrahim……………………………... 537

Evaluasi Program Peningkatan Produksi Kedelai di Kabupaten Purworejo Provinsi


Jawa Tengah
Eko Susanto, Siti Hamidah dan Sri Wuryani…………………………………………….. 543

Peran Koperasi Produsen Kopi Margamulya Dalam Pengembangan Agribisnis Java


Preanger Cofee (Studi Kasus Koperasi Produsen Kopi Margamulya Pangalengan
Bandung)
Endah Djuwendah, Tuti Karyani, Elly Rasmikayati, Sri Fatimah, Nursyamsiah........ 551

Hubungan Antara Pendidikan dan Luas Lahan Dengan Tingkat Penerapan


Teknologi PTT Pada Usahatani Jagung (Zea Mays L) (Studi Kasus di Kelompok
Tani Sangkan Hurip Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis)
Fitri Yuroh dan Mochamad Ramdan……………………………………………………… 560

Kecerdasan Kewirausahaan (Entrepreneurial Intellegence) Lulusan Fakultas


Pertanian Universitas Padjadjaran Sebagai Pelaku Usahatani
Gema Wibawa Mukti, Elly Rasmikayati, Mahra Arari…………………………………… 567

Tren Alih Fungsi Lahan Pertanian Ke Non Pertanian “Faktor dan Alternatif
Kebijakan“
Hendar Nuryaman…………………………………………………………………………... 577

Revitalisasi Agribisnis Kelapa Untuk Kesejahteraan Petani


I Ketut Ardana……………………………………………………………………………….. 584

Kajian Produksi Minimum Pada Agroindustri Kremes di Desa Hegarmanah


Kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis
Ida Maesaroh dan Fitri Yuroh……………………………………………………………… 591

Pelibatan Desa Dalam Pengembangan Pertanian (Studi Kasus Kantor


Pemerintahan Desa di Desa Cikandang Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut)
Indra Agustina, Yayat Sukayat, Dini Rochdiani…………………………………………. 597

Analisis Ketahanan Pangan Rumah Tangga di Kampung Cireundeu yang


Menerapkan Konsep Desa Mandiri Pangan Berbasis Pangan Lokal (Studi Kasus
Pada Masyarakat Kampung Cireundeu Kelurahan Leuwigajah Kecamatan Cimahi
Selatan Kota Cimahi)
Irfan Rahadian Sudiyana, Dini Rochdiani, Pandi Pardian……………………………. 604

Analisis Daya Saing Kepiting Indonesia di Pasar Internasional


Istis Baroh, Sofia Fitriani…………………………………………………………………… 610

Identifikasi Perkembangan Lahan Sawah dan Permukiman di Kabupaten


Majalengka
Ivan Chofyan, Dwina Ilmia Andriany……………………………………………………… 617

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 viii


Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

Usahatani dan Pemasaran Bawang Merah di Daerah Non Sentra Produksi di


Kabupaten Kediri
Jabal Tarik Ibrahim………………………………………………………………………….. 626

Aplikasi Digital Pertanian: Geliat Pemberdayaan Petani di Era Virtual


Kadhung Prayoga…………………………………………………………………………… 634

Karakteristik Usahatani Teh Rakyat di Jawa Barat (Studi Kasus di Desa Sirnajaya,
Kec. Cisurupan, Kab. Garut)
Kurnia, Yanto Surdianto dan Agus Nurawan…………………………………………….. 644

Nilai Tambah Produk Olahan Singkong Cimanggu


Laras Sirly Safitri……………………………………………………………………………. 651

Motivasi Pengusaha Peternakan dan Kinerja Pegawainya Dalam Mendukung


Keberhasilan Usaha (Kasus Pada Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm
di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor)
Lilis Nurlina, Unang Yunasaf, Hermawan, Cathrine, Hartati Chairunnisa………….. 658

Analisis Biaya Pada Tahapan Pengemasan di Dalam Rantai Produksi Silase


Berbasis Jagung di Jawa Barat (Kasus di Kecamatan Balubur Limbangan
Kabupaten Garut)
Linda Herlina, Andre Rivianda Daud, Anita Fitriani, Achmad Firman, Marina
Sulistyati……………………………………………………………………………………… 666

Sistem Pertanian Beras Organik: Membangun Kemandirian Sosial-Ekonomi Petani


Padi (Studi Kasus Gapoktan Simpatik, Kabupaten Tasikmalaya)
Mahra Arari Heryanto, Gema Wibawa Mukti…………………………………………….. 673

Efisiensi Pabrik Gula Nasional Berdasarkan Kapasitas Produksi


Manaor Bismar Posman Nababan, Nunung Kusnadi………………………………….. 680

Profitabilitas dan Rentabilitas Pada Agroindustri Tempe Penggunaan Modal Sendiri


dan Modal Pinjaman (Studi Kasus di Kecamatan Banjar Kota Banjar)
Mochamad Ramdan, Fitri Yuroh dan Ida Maesaroh……………………………………. 687

Kajian Rumah Potong Unggas Sebagai Subsistem Agribisnis di Kota Bitung


Nansi Margret Santa, Jolanda K.J. Kalangi, Sri Adiani, Jenny Grace Soputan……… 694

Kompetensi Kewirausahaan Pembudidaya Ikan Hias dan Kinerja Usaha Budidaya


Ikan Hias Air Tawar di Kecamatan Bojongsari Kota Depok
Popong Nurhayati, Yosini Deliana……………………………………………………….. 700

Keragaan Sistem Agribisnis Padi Sawah Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus di
Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)
Predi Nanda Kurnia, Trisna Insan Noor, Iwan Setiawan……………………………….. 708

Pengurangan Biaya Penyimpanan (Carrying Cost) Limbah Dengan Cara


Pemanfaatan Limbah Ampas Ekstrak Jamu Menjadi Pupuk Organik
Rimsa Rusmiland dan Muhammad Fidiandri Putra…………………………………….. 715

Komparasi Nilai Tambah Agroindustri Abon Ikan Lele dan Ikan Patin di
Tasikmalaya
Ristina Siti Sundari, Andri Kusmayadi, Dona Setia Umbara…………………………… 722

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 ix


Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

Kajian Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Hortikultura di Kabupaten


Tasikmalaya
Ruhyana Kamal……………………………………………………………………………... 728

Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada


Agroindustri Keripik Ubi Kayu (Studi Kasus Pada Pada Perusahaan Jaya Sari di
Desa Selamanik, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis)
Saepul Aziz dan Mochamad Ramdan……………………………………………………. 737

Pola Pengelolaan Lahan Suku Dayak Meratus di Lok Sado Kabupaten Hulu Sungai
Selatan
Soleh Mulyana………………………………………………………………………………. 743

Strategi Pengembangan Mini Market Plaza Agro Sebagai Tempat Penjualan


Produk Kluster Agro Melalui Analisis SWOT
Sri Sari Utami ……………………………………………………………………………….. 750

Analisis Kebijakan Kemitraan Dalam Usaha Peternakan Ayam Pedaging di Kota


Bitung Provinsi Sulawesi Utara
Stanly O.B. Lombogia; Lidya S. Kalangi; Nansi M. Santa……………………………… 757

Penerapan Manajemen Teknologi Agribisnis Mendukung Pengembangan Lada di


Kabupaten Sumedang
Suci Wulandari………………………………………………………………………………. 762

Pengelolaan Risiko Pada Sistem Integrasi Sawit Sapi Untuk Meningkatkan


Produktivitas Perkebunan Sawit Rakyat
Suci Wulandari………………………………………………………………………………. 770

Peramalan dan Efektivitas Kebijakan Stabilisasi Harga Daging Sapi Nasional


Suharnodan Ahmad Syariful Jamil……………………………………………………….. 778

Kelayakan Teknis Dan Sosial-Ekonomis Pencetakan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan di Wilayah Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis
Suprianto, Memet Hikmat, Yanto Yulianto………………………………………………. 784

Mencermati Komoditas Kakao Menuju Peningkatan Daya Saing


Syarif Imam Hidayat……………………………………………………………………….. 793

Analisis Strategi Pengembangan Pemasaran Budidaya Benih Ikan Lele (Clarias


Gariepinus) (Studi Kasus Kelompok Tani Motekar Kecamatan Ciparay Kabupaten
Bandung)
Taufiq Rahman Hakim, Atikah Nurhayati, Ayi Yustiati, Achmad Rizal……………….. 802

Analisis Biaya, Pendapatan dan R/C Agroindustri Cocofiber (Studi Kasus Pada PD.
Amanah Mukti di Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis)
Tiktiek Kurniawati dan Hilman Munawar…………………………………………………. 810

Analisis Usaha Kerupuk Ikan Sebagai Produk Unggulan di Kabupaten Seruyan


(Suatu Kasus Usaha Pengolahan Kerupuk Ikan Pipih dan Ikan Tenggiri di
Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah)
Tirsa Neyatri Bandrang…………………………………………………………………….. 817

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 x


Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

Analisis Ketahanan Pangan Berdasarkan Agroekosistem di Provinsi Jawa Barat


Tahun 2009 - 2014
Trisna Insan Noor, Lies Sulistyowati dan Maman H. Karmana………………………... 825

Penentuan Komoditas dan Pelaksanaan Kegiatan Taman Teknologi Pertanian di


Kabupaten Siak (Provinsi Riau)
Valeriana Darwis…………………………………………………………………………… 833

Pengelolaan Hutan Melalui Penanaman Kopi


Wahid Erawan………………………………………………………………………………. 840

Pertanian Terpadu Berkelanjutan (Prespektif Produktivitas, Daya Saing dan


Diseminasi)
Yayat Sukayat, Dika Supyandi…………………………………………………………….. 848

SUBTEMA 6: PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN

Motivasi Petani Muda Dalam Penerapan Teknik Budidaya Padi Sawah Secara
Organik Dengan Metode System ff Rice Intensification (Studi Kasus di Kelompok
Tani Mekar Sari IV, Desa Ciapus, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat)
Akmal Fathurrahman dan Lucyana Trimo……………………………………………….. 855

Pengaruh Iklim Kerja Berpengaruh Terhadap Motivasi dan Kinerja PPL Pertanian di
Wilayah Kabupaten Ciamis
Apri Budianto………………………………………………………………………………… 862

Persepsi Petani Terhadap Manfaat Program Pengelolaan Hutan Bersama


Masyarakat (PHBM) di Ciamis, Jawa Barat
Ary Widiyanto………………………………………………………………………………... 867

Diseminasi Penyuluhan Perikanan Budidaya Air Tawar Berbasis Sumberdaya Lokal


(Studi Kasus di Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat)
Atikah Nurhayati, Titin Herawati, Rosidah, Walim Lili………………………………… 874

Pengaruh Pengajaran Komunikasi Bahasa Inggris Dengan Metode Project-Based


Learning Pada Pelaku Pemasaran Kelapa Muda (Studi Kasus Pada Objek Wisata
Budaya Ciung Wanara di Kabupaten Ciamis)
Dedeh Rohayati…………………………………………………………………………… 881

Peranan Penyuluhan Pertanian Terhadap Penerapan Sistem Tanam Jajar Legowo


(Suatu Kasus Pada Kelompok Tani di Kecamatan Cigasong Kabupaten
Majalengka)
Dinar………………………………………………………………………………………….. 887

Hubungan Motivasi Kerja dan Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Era
Otonomi Daerah (Studi Kasus: Kecamatan Lubuk Pakam, Kecamatan Pancur Batu,
Kecamatan Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara)
Helena T Pakpahan………………………………………………………………………… 893

Pengaruh Peran Penyuluh Pertanian Terhadap Tingkat Partisipasi Petani Sayuran


Organik di P4S Tranggulasi, Selongisor Desa Batur, Kec. Getasan, Kab.
Semarang, Jawa Tengah
Mutiara Hutajulu, Sriroso Satmoko, Dyah Mardiningsih……………………………….. 900

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 xi


Seminar Nasional: “PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS
PERTANIAN”
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Galuh, 1 April 2017

Partisipasi Petani Dalam Pelaksanaan Intensifikasi Gerakan Nasional (Gernas)


Kakao di Kabupaten Buton
Safrin Edy…………………………………………………………………………………… 907

Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Jaringan Komunikasi Petani Dalam


Agribisnis Padi Organik di Kabupaten Karawang
Sri Wahyuni………………………………………………………………………………….. 914

Respon Peternak Terhadap Peran Penyuluh Dalam Penerapan Pelatihan


Teknologi Permintax Sebagai Suplementasi Ransum Berbasis Bahan Pakan Lokal
(Studi Kasus di Desa Jangraga dan Sindangjaya, Kecamatan Mangunjaya,
Kabupaten Pangandaran – Jawa Barat)
Sugeng Winaryanto, Unang Yunasaf, Ana Rochana, Iman Hernaman, Tidi Dhalika,
Rachmat Wiradimadja, Denny Rusmana………………………………………………… 923

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 xii


SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

KEYNOTE SPEECH

PADA SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I

“PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN”

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS

Tanggal: 1 APRIL 2017

Disampaikan oleh: Prof. (Riset) Dr. Ir. Tahlim Sudaryanto, M.S.

(Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Kerjasama Internasional,

Kementerian Pertanian)

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,

Yang saya hormati:

1. Saudara Rektor Universitas Galuh

2. Saudara Ketua Yayasan Pendidikan Galuh

3. Para Undangan dan Hadirin yang berbahagia

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu
Wata’ala atas segala limpahan rakhmat dan karunia-Nya, sehingga pada hari yang
berbahagia ini kita masih dapat berkumpul bersama menghadiri Seminar Nasional
Agribisnis di Universitas Galuh Ciamis. Saya mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada panitia atas undangan untuk menyampaikan keynote speech pada
acara seminar ini dengan tema: Peningkatan Produktivitas dan Daya Saing
Komoditas Pertanian. Saya berharap melalui seminar ini dapat mempererat tali

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 1


sillaturahim diantara kita dan menggali ide-ide cemerlang dalam memantapkan
peningkatan daya saing yang Insya Allah bermanfaat bagi kesejahteraan petani dan
peningkatan kinerja sektor pertanian Indonesia, sesuai dengan butir no.6 dari Nawacita
presiden Joko Widodo dan wakil presiden Jusuf Kalla tahun 2014 – 2019, yaitu
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional.

Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,

Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan nasional semakin


penting dan strategis. Pembangunan pertanian telah memberikan sumbangan besar
dalam pembangunan nasional, baik sumbangan langsung dalam pembentukan PDB,
penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat, perolehan devisa,
maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi kondusif bagi
pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Dengan
demikian, sektor pertanian masih tetap akan berperan besar dalam pembangunan
ekonomi Indonesia.

Saudara-saudara sekalian yang berbahagia,

Dinamika perkembangan ekonomi global akhir-akhir ini memberikan sinyal tentang


pentingnya peningkatan daya saing pertanian. Peningkatan daya saing produk pertanian
akan semakin dibutuhkan mengingat pertumbuhan penduduk Indonesia yang diperkirakan
mencapai 260 juta yang berpotensi sebagai pasar yang besar bagi produk sejenis dari
negara lain. Khusus untuk persoalan pangan akan tetap menjadi isu strategis dan
perhatian setiap negara di dunia. Menyikapi tantangan pangan global, Pemerintah telah
menyiapkan langkah-langkah strategis sebagi perencanaan jangka panjang yang dapat
dijadikan sebagai acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan
pertanian secara menyeluruh, terintegrasi, dan sinergis guna mendukung percepatan
pencapaian pertanian Indonesia menuju Lumbung Pangan Dunia tahun 2045.

Dalam mewujudkan harapan dan cita-cita tersebut, sektor pertanian diakui masih
menghadapi sejumlah permasalahan pokok. Beberapa permasalahan pokok dalam
pembangunan pertanian, di antaranya adalah: (1) Status dan luas kepemilikan lahan
petani yang sempit, dimana lebih dari 9,55 juta KK petani hanya memiliki lahan kurang
dari 0,5 ha, (2) Ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana, lahan, air bersih, dan energi
yang belum memadai, (3) Keterbatasan akses petani terhadap permodalan dan masih
tingginya suku bunga perbankan, (4) Lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan
penyuluh pertanian, (5) Kemampuan manajerial petani dalam agribisnis yang masih
terbatas, (6) serta fenomena perubahan iklim global yang makin ekstrim, bencana alam,
meningkatnya degradasi sumberdaya pertanian termasuk sumberdaya genetik dan
meningkatnya kerusakan lingkungan.

Selain permasalahan-permasalahan tersebut, sektor pertanian juga masih dihadapkan


pada persoalan terbatasnya akses pasar dan permodalan. Akses petani khususnya petani
kecil, terhadap pasar dan permodalan sangat terbatas. Dinamika pasar dalam era global
diikuti perubahan permintaan konsumen ke arah barang-barang yang lebih berkualitas
dan kompetisi pasar yang makin ketat, menjadikan petani kita yang sebagian besar petani
kecil semakin ketinggalan dalam menyesuaikan posisi mereka dengan dinamika pasar
global. Pada tataran pasar domestik, petani kita juga masih dihadapkan pada posisi tawar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 2


yang lemah karena kurangnya informasi pasar, lemahnya modal dan dukungan teknologi
pasca panen, menghadapi distorsi pasar, dan pasar yang tidak efisien. Pemerintah terus
berupaya mengatasi berbagai permasalahan tersebut melalui kebijakan dan program
pembangunan yang terencana dan terarah.

Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,

Pada hakekatnya daya saing tergantung pada produktivitas dimana sebuah negara
memanfaatkan sumberdaya manusia, modal, dan alam (Porter, 2009). Dalam konteks
tersebut, pemerintah menjadi faktor penting dalam meningkatkan daya saing, artinya
pemerintah terus memperhatikan peran agribisnis di Indonesia. Agribisnis akan lebih
kompetitif bila perhatian yang ketat dilakukan terhadap pembiayaan dan diferensiasi
produk, selain kunci daya saing yang lain yaitu teknologi, biaya input, ekonomi produksi,
kualitas produk dan diferensiasi perusahaan, iklan, promosi, dan faktor eksternal.
Berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF) tahun 2016, posisi daya saing
Indonesia berada pada urutan ke-41 diantara 138 negara. Posisi tersebut masih dalam
kategori efficiency driven dari urutan berjenjang tiga kategori yaitu factor driven, efficiency
driven, dan innovation driven. Untuk menuju posisi innovation driven dibutuhkan berbagai
inovasi di berbagai bidang, dan inovasi bagi pertanian adalah inovasi yang berorientasi
peningkatan produktivitas produk pertanian.
Untuk menghadapi perkembangan tersebut dan liberalisasi perdagangan, Indonesia
harus mempercepat peningkatan daya saing pertanian baik dari sisi permintaan maupun
dari sisi penawaran. Dari sisi permintaan, harus disadari bahwa permintaan konsumen
terhadap suatu produk semakin kompleks yang menuntut berbagai atribut atau produk
yang dipersepsikan bernilai tinggi oleh konsumen (consumer’s value perception),
sedangkan dari sisi penawaran, produsen dituntut untuk dapat bersaing berkaitan dengan
kemampuan merespons atribut produk yang diinginkan oleh konsumen secara efisien.
Kita sadari bersama bahwa tingkat daya saing antar daerah (provinsi) bervariasi. Dalam
konteks pemetaan daya saing nasional, terdapat pengelompokan wilayah yang dapat
dijadikan rujukan sebagai basis pemetaan daya saing pertanian. Hasil analisis yang
dilakukan oleh Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, diperoleh pengelompokan
wilayah yaitu : (1) provinsi yang memiliki daya saing wilayah dan daya saing pertanian,
yakni 7 provinsi (Jatim, Jateng, Jabar, Sulsel, Riau, Kalsel, dan Kaltim), (2) provinsi yang
memiliki daya saing pertanian tetapi kurang memiliki daya saing wilayah berjumlah 8
provinsi (Lampung, Sumut, Sumsel, Bali, Jambi, Sumbar, Kalbar, dan Kalteng), (3)
provinsi yang menunjukkan kurang memiliki daya saing wilayah dan daya saing pertanian
berjumlah 13 provinsi (Bengkulu, Aceh, Sulteng, Kep. Babel, NTB, Sultra, Sulbar, NTT,
Malut, Papua Barat, dan Papua), dan (4) provinsi yang menunjukkan kurang memiliki
daya saing wilayah dan kurang memiliki daya saing pertanian berjumlah 5 provinsi (DIY,
Banten, Sulut, Kepri, dan DKI Jakarta).

Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,

Sebagai acuan dalam merumuskan strategi pembangunan pertanian, berbagai UU terkait


pertanian mengamanatkan empat hal, yaitu: (1) pembangunan pertanian harus
komprehensif meliputi seluruh segmen rantai nilai; (2) pembangunan diarahkan untuk

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 3


meningkatkan produktivitas, efisiensi dan daya saing komoditas sehingga mampu
memberikan kesejahteraan bagi para pelakunya, terutama petani; (3) diperlukan
kebijakan dalam pemberdayaan dan perlindungan petani; (4) penggunaan produk
pertanian perlu mengutamakan produk pertanian dalam negeri. Dengan landasan
tersebut maka kebijakan peningkatan daya saing agribisnis diarahkan pada: (1)
pembangunan sarana dan prasarana pedesaan dan pertanian, (2) investasi penelitian
dan pengembangan pertanian, (3) kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan, (4)
anggaran pembangunan pertanian, (5) pengembangan industri hilir (pengolahan dan
pemasaran hasil), (6) koordinasi dan sinergi kebijakan antar sektor, dan (7) penciptaan
stabilitas sosial politik (keamanan, ketertiban dan kerawanan sosial).

Peningkatan daya saing komoditas pertanian memerlukan kebijakan terintegrasi antar


sektor dan multidisiplin, baik teknis maupun manajemen dan sosial-ekonomi. Dalam
konteks ini, diperlukan mekanisme untuk mensinergikan dan mengkoordinasikan
kebijakan antar sektor. Mengingat pertanian dan perdagangan adalah urusan
pemerintahan kongruen pilihan dalam UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah,
maka pemerintah pusat seyogianya mengawasi secara ketat penyelenggaraan urusan ini
sesuai dengan azas akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis
nasional sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah. Upaya-upaya penyelarasan
kebijakan di bidang produksi, politik perdagangan dan perdagangan luar negeri juga perlu
dilakukan, termasuk penyesuaian komoditas antara program pertanian dengan
RTRW/RUTR Daerah. Penyelarasan peraturan-peraturan diperlukan pengambil kebijakan
di tingkat pusat, antara instansi tingkat pusat dan daerah serta antar instansi tingkat
daerah (provinsi/kabupaten/kota).

Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,

Demikian beberapa hal pokok yang perlu saya sampaikan, dan sekali lagi saya
mengharapkan mudah-mudahan seminar nasional ini dapat menghasilkan masukan yang
konstruktif dalam melaksanakan fokus target kita yaitu peningkatan produktivitas dan
daya saing komoditas pertanian.

Semoga upaya yang kita lakukan mendapat ridho Allah SWT.

Aamiin ya Robbal’alamiin.

Wabillahittaufiq wal hidayah,

Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Menteri Pertanian RI,

Dr. ANDI AMRAN SULAIMAN

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 4


KEYNOTE SPEECH

PADA SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I


“PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN”

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
Tanggal: 1 APRIL 2017

Disampaikan oleh: Dr. Praparsiri Barnette, Ph.D., Assistant Professor


(Department of Aquatic Science, Faculty of Science, Burapha University, Thailand)

IMPROVING PRODUCTIVITY AND ENVIRONMENTAL


PERFORMANCE OF MARINE FINFISH FARMING IN THAILAND:
HUSBANDRY AND MARINE POLLUTION IMPACTS

Thailand sightseeing: nature, culture and heritage

Improving Productivity and Environmental Performance


of Marine Finfish Farming in Thailand

Husbandry and marine pollution impacts


Praparsiri Barnette, PhD
praparsi@buu.ac.th
Department of Aquatic Science, Faculty of Science
Burapha University, Chonburi Provinc
The Center of Excellence on Environmental Health
and Toxicology, Bangkok
Seminar at Universitas Galuh, Ciamis, Indonesia: 1 April, 2017

Outline Marine fish production


• Health management practices for floating cage Seabass Grouper
aquaculture of Asian seabass (Lates calcarifer) 1 Malaysia 1 Indonesia
2 Thailand 2 Malaysia
and Grouper (Epinephelus coioides) in Thailand 3 Thailand
3 Indonesia
• Immune system is a tool to measure the
response in finfish obtaining vaccine and 80 million tons
immunostimulants for improving production
• Immunotoxicity and Biomarkers (Cytochrome
P450, CYP1A and Metallothionein, MT) protein
study in fish for pollution assessment and fish
health status.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 5


Cage aquaculture for seabass Cage aquaculture location
and grouper in Thailand on the River Mouth along costal area
- Two species are cultured in the
38% shellfish
4% marine fish same raft and keep in different
cage, 30 -50 cages per raft.
- Marketable 2 size: 700-800 gm.
(8 months) and > 2KG. (2 years)
- Grouper is more price value than
the seabass.
58% shrimps (2016)
20 Provinces 2011 2012 2013 2014
Farms (S+G) 9,369 9,588 9,337 9,717
Production (Tons) S 11,066 14,130 11,528 11,105
Production (Tons) G 2,423 2,547 2,209 2,292
S = seabass, G = grouper

Floating-Cage farming problems of Seabass and Grouper in Thailand


Trash fish (whole/cut-head) as feed
Constraints to the production from poor health management
• Poor quality fingerling for
seabass, few wild-caught grouper
• Lack of proper diagnosis
• Lack of biosecurity
• Poor survival, < 50%
• River mount water quality
• Focus on treatment
• No commercially
available vaccine
Vibriosis, Streptococcosis and
Grouper betanodaviral disease

Can we use vaccine made by other country? Knowledge of fish Immune Response
commercial vaccine - a matter of economics -
Development of vaccine in finfish aquaculture
Need to understand how is vaccine work to each fish specie?
• What are the properties of the ideal vaccine? Safe to
fish/consumer, >70% protection
• What are the different types of vaccines? – inactivated
pathogens (formalin-killed vaccine)
• How are vaccines given to fish? IP/IM, dip, oral
• What is required to develop a vaccine for a specific 1. Aquaculture purpose
disease or polyvalent vaccine? - Vaccine
- Immunostimulants
• What factors determine how well a vaccine will work?
2. Immunotoxicity (Leung et al. 2006)

Development of vaccine from Photobacterium


INNATE IMMUNITY damselae subsp. damselae and Vibrio harveyi on
Asian seabass (Lates calcarifer)

PHYSICAL CELLS CHEMICAL


BARRIERS granulocytes, BARRIERS
monocytes, pH, lipids, enzymes
Skin, Gills, intestine
(macrophages)
mucous
and membrane
2005 2014
ADAPTIVE IMMUNITY
• Two bacteria outbreak in
fingerling seabass farm
HUMORAL CELL MEDIATED
• Monovalent and bivalent
B cells MP T cells vaccine had developed to
antibodies lymphokines examine the immune response

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 6


Vaccine experimental trials for seabass and grouper
Pathogen Bacterin Vaccine delivery RPS%/ Im index Reference

Vibrio Formalin- - IP injection for 75 Kumaran


anguillarum killed above 20 g. seabass, (15 days) et al., 2010
(seabass) whole cell repeated 3 times at 2- 60 (India)
week intervals (15 days)
- Dipping below 10 g.
Ph. Formalin- - Single IP injection Significant high of Rani etal.,
damsalae& V. killed for above 50 g. immune index 2009
harveyi whole cell seabass (Thailand)
(seabass)
Streptococcus Formalin- IP injection with Ab/lymphokine Y- Huang,
Based on result data, monovalent iniae killed adjuvant expression, etal., 2014
and bivalent vaccines from FKC of (Grouper) whole cell 97.7-100% (6 mo) (Taiwan)
P. damselae subsp. damselae and Nervous Inactivared IM injection with 2-fold Yu-Hsuan,
V. harveyi are able to enhance Asian necrosis virus cell culture adjuvant (1.35 kg.) neutralization etal., 2010
seabass innate immune system. (Grouper) activity, last for 17 (Taiwan)
months

IMMUNE RESPONS OF JUVENILES TIGER GROUPER


Epinephelus fuscoguttatus TO POLIVALENT VACCINE On going research (2017 -2018)
ADMINISTERED THROUGH IMMERSION
Aquaculture 2016 - Meeting Abstract Title: Development of Formalin-
Zafran*, Des Roza, and Ketut Mahardika (zafran16@yahoo.com) killed cells vaccine against Vibrio
Institute for Mariculture Research and Development, Indonesia vulnifucus in Asian seabass (Lates
- Effectiveness of bacteria & virus calcarifer) and Grouper (Epinephelus
vaccine can improve immunity spp.) for commercial purpose
of juvenile grouper against
1. Characterization and distribution of
disease in floating net cages.
pathogenic Vibrio vulnificus isolated from
- The vaccine was delivered via
farmed Asian sea bass (Lates calcarifer
immersion (1 hr.) for fish in total
Bloch) and Grouper (Epinephelus spp.) in
length ± 7 cm
Thailand.
- Stocked in floating net cages
2. Efficacy of Formalin-killed cell
after fish reach to 9-10 cm.
vaccine against Vibrio vulnificus in Asian
- Titer antibody values and
sea bass (Lates calcarifer Bloch) and
survival were recorded for 2
months trial. Grouper (Epinephelus spp.)

Co-culture of seabass and grouper Immunostimulants and its application to use in Fish
in the same cage (some farm) Immunostimulants appear to be the most promising and
useful tool for prophylactic treatment of cultured fish,
especially to enhance fish larval culture before the specific
immune system matures
- still a matter economics -
Research is needed to define the specific dosage rates and efficacy of various compounds for a
variety of aquatic species and their pathogens and to decrease costs of the immunostimulants
1 Synthetic chemicals 2 Biological substances
3 Animal and plant extracts 4 Seaweed/Algal derivatives
- Use of immunostimulants in cultured fish result in macrophage
activation, increased phagocytosis by neutrophils and monocytes,
increased lymphocyte numbers, increased serum immunoglobulins,
and increased lysozyme
- The use of immunostimulants/adjuvants is often necessary to
increase the vaccine efficacy.

Effectiveness of some Immunostimulant Effectiveness of other Immunostimulant


(Yeast glucan) on fish immune response on fish immune response
• Chitosan
- A linear polysaccharide composed of randomly distributed
β-(1-4)-linked D-glucosamine (deacetylated unit) and N-
acetyl-D-glucosamine (acetylated unit).
- The structural element in the exoskeleton of crustaceans
(such as crabs and shrimp) and cell walls of fungi.
• Andrographis paniculata
ß-1,3-D-glucan is a homopolysaccharide of glucose molecule linked
by the glycoside bond. It forms the major constituents of cell wall of - Medical plant can find in Thailand, China, India, and other
some plants, fungi, bacteria, mushroom, yeast, and seaweeds. South East Asia countries.
- Wide range of pharmacological effect such as
Research result: The influence of dietary ß-glucans on the adaptive antibacterial, antiviral, and anti-inflammatory
and innate immune responses of European sea bass (Dicentrarchus
labrax) vaccinated against Vibriosis ( 2007)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 7


1 2 3
Immune response performance of Asian seabass (Lates
calcarifer, Bloch), following diet supplementation with chitosan

6
Chitin: A linear polysaccharide 4 5

composed of Poly [β-(1-4)-2-acetamido-


2-deoxy-D-glucopyranose] 0.0.5, 1 and 1.5 % chitosan coated diet, fed on seabass for 50 days
Chitosan: A linear polysaccharide Results show that
composed of Poly [β-(1-4)-2-amino-2- - Phagocytic activities by head kidney macrophages of fish fed
deoxy-D-glucopyranose] (after with 1.0% chitosan by pellet weight did significantly increased
(P<0.05), and lower mortality, as relative percentage survival
deacetylation of N-acetyl-D-glucosamine ) was 75%, when challenged by the pathogen Vibrio harveyi.
- Fish fed with 1.5% chitosan by pellet weight tended to have
higher total plasma immunoglobulin levels on day 7 – 36
85 – 90 % de-acetylation degree
white powder form Chitosan can enhance innate and humoral immunity of seabass

Effects of Andrographis paniculata on mammalian immunity


Andrographis paniculata Sample Treatment Immune response References
Mice In vivo/ Oral Feeding: -Induced enhancement of humoral and Delayed Type Hypersensitivity (DTH) Puri et al.
- 25 mg/kg of EtOH extract of A. response to Sheep Red Blood Cell (SRBC) in mice (1993)
paniculata for 7 days -Increased Macrophage Migration Index (MMI) and percent phagocytosis.
- 1 mg/kg of Andrographolide

Human In vitro: incubated with Methanolic, Dichloromethane fraction extract significantly augments the human Kumar et al.
Cells Petroleum ether, Dichloromethane and Peripheral blood lymphocytes (hPBL) at low concentrations. (2004)
Aqeous extract (100, 10, 1, and 0.1
µg/ml) for 48 hours

Human In vitro: incubated with Andrographolide Exert immunomodulatory effect: Carretta et al.
Methanol and ethyl acetate extract Cells (10, 50, and 100 µM) for 30 minutes interfering with nuclear factor of activated T cells (NFAT) activation and (2009)
phosphorylation of extracellular signal regulated kinase (ERK) 1 and ERK5
in T-cells
Thin Layer Mice In vivo/Oral Feeding: Increased immune response: Bukoye and
Chromatography Aqueous extract of A. paniculata (250, TNF- α and IL-6 levels had been increased with increasing dose level of The Musbau (2011)
500, and 1000 mg/kg) for 84 days A. paniculata aqueous extracts

Mice In Vitro: -interfered with T cell proliferation and cytokine release in response to Irrutagoyena et
According to 10 µM of Andrographolide for 24 hours. allogenic stimulation. al. (2005)
In vivo: - interfered with T cell activation and reduced the severity of experimental
Xu et al., (2006) Intraperitoneally injections with 4 mg/kg autoimmune encephalomyelitis (EAE) in mice
of Andrographolide in 100 µL of PBS.
Structure of Andrographolide
Mice In vivo/Oral feeding: -enhanced Salmonella-specific antibody response and induction of cell- Xu et al.
-25 and 50 mg/kg of A. paniculata mediated response against salmonellosis.
(2007).
ethanol extract -enhanced IgG antibody levels against S. typhimurium.
- 1 and 4 mg/kg of Andrographolide -increase in the production IFN-γ following stimulation with the bacterial
lysate

Effects of Andrographis paniculata on fish immunity by in Vivo test


In Vitro assay in selected commercial fish
Fish Bacterial Treatment Immune response References - Macrophage cells from head kidney were incubated
species infection with crude AP extracts with concentrations of 0, 50,
Oreochromi Streptoccus Oral/Feeding: ratio 4:36 and absence of mortality in Rattanachaikunsopo 250, 500, 750, and 1000 μg mL-1 for 12 hours.
agalactiae 5:35 of dried matter of A. fish infected bacteria. n and Incubated macrophage cells were used for
s niloticus evaluating percentage of phagocytosis, phagocytic
paniculata aqueous extract Phumkhachorn,
for 14 days. (2009). index and respiratory burst activity.
Result shown:
- Hybrid catfish, crude methanol extract and the ethyl
Clarias Aeromonas dip-treatment: Increased the White Balasundaram and Hybrid Catfish acetate fraction significantly increased respiratory
hydrophila 10 mL/5L of for 5 minute Blood Cells (WBC) level Harikrishnan, (2009) (Clarias macrocephalus x Clarias garipienus )
batrachus burst activity (p < 0.05).
on the 9th day.
- Nile tilapia, ethyl acetate fraction, at concentrations of 50,
Carassius - Oral/Feeding: 10 g kg-1 of Increased phagocytic Chen et al., (2003) 250, 500 and 750 μg mL-1, are statistically significant at
Herbs (R. officinale, A. activities and the higher value than crude methanol extract on respiratory
auratus
paniculata, I. indigotica, and phagocytosis percentage burst activity (p <0.05).
L.japonica) for 28 days on 4th, 7th and 10th days - Both extracts of all doses have no effect on the
after treatment. respiratory burst activity of Asian Seabass
Nile Tilapia
(Oreochromis niloticus)
From the results, the Andrographis paniculata
Cyprinus - Oral/Feeding: 0.3 g kg-1 of Increased macrophage Wu et al., (2007) has the potential to enhance the immune system of
Qompsell phagocytic activity,
carpio hybrid catfish and Nile tilapia. Crude extracts
(A.membranaceus, macrophage ROS,
P.oleracea, F.sophora and lysozyme, globulin
Asian Sea bass containing Andrographolide and 14-deoxy-11,12-
A. paniculata) for 60 days content in the serum.
(Lates calcalifer) didehydroandrographolide from the AP can be used
as an immunostimulant with appropriate
concentrations to control some diseased fish.

Conclusion Relationships between fish immunity


response to environmental contaminants
• Immunostimulants appear to be most Immunosuppression
promising and useful tools for prophylactic stress mucosal and serum

treatment of farmed fish. It is safer than IMMUNE ASSAYS


chemotherapeutics and their range of
efficacy is wider than vaccination. - White blood cell count
- Phagocytosis efficacy
• The strength of these compounds appear to - Respiratory burst reduction
lie in their ability to enhance larval culture - Agglutination
- Antibody titers
before the specific immune system matures
- Lymphokine assay
and fish can be vaccinated and able to - Immune gene expression
improve nonspecific immune function
against a broad spectrum of pathogens. Aquatic ecosystem Immunotoxicity is a study of the effects of
chemical agents on the fish immune system

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 8


Immunotoxicity Research Clinical signs of Vibriosis infection in seabass

The immune response of the Asian sea bass (Lates calcarifer)


+ ++
and its susceptibility to Vibrio vulnificus infection in relation to
benzo(a)pyrene exposure.
- Immune suppression
on seabass upon
B[a]P exposure (0.1,
1.0, 10 mg/fish) with
dose dependent.
++++ +++
- Result showed the
reduction of seabass
for clearance V.
vulnificus in the host
resistant experiment,
critical dose at 1.0
mg/fish (blue column) Lesions : lost scale, wound Ulcer

On going research Biomarkers for pollution assessment and


Ang Sila 1
(2016 – 2017) fish health indication.
Ang Sila 1
Ang Sila 2 Title: Immunotoxic effects of Cd Sources of Marine Pollutants
Ang Sila 2 and Hg on green mussel  Oil production & Oil spill
(Perna viridis), and pollution in  Transportation (fuel, exhausts,
Sriracha 3 Maptaphut coastal water lubrication oils, antifoulants …)
Sriracha 3
 Industries
Sriracha 4
 Agriculture
 Landfill leachates
 Road run-off
 Sewage effluents
 Mining, etc. etc.
Sriracha 4

Map Ta Phut 5

Map Ta Phut 6 Map Ta Phut 6


Map Ta Phut 5

Mixture effects from


single/combination toxicants Oil spill incidence along the Chonburi
coast (18 times during 2004-2014)
• Effects to Aquatic in Thailand~100 times during 1973-2014
species health in wild
and aquaculture Oil Spill
• Consumers at risk
from consuming
seafood

Incidence of oil spill: Polycyclic aromatic hydrocarbon and heavy metal

Uptake vs. Excretion toxicant in fish Bioaccumulation and Biomonitoring


Uptake < Excretion Uptake > Excretion The impact of environmental contaminants on the health of
aquatic organisms such fish can be analyzed and detect the
response by using biomarkers (in biomonitoring programme and
aquaculture impacts).

Uptake = Excretion A definition of a biomarker:


”Steady state” Bioaccumulation ” A Biological Response (histopatological, physiological,
Depletion Overdose-
biochemical) as an indicator of chemical exposure
-risk? risk! and/or a biological effect of Chemical Exposure
on fish organ and/or organism level.”
Decreased
metabolism
Increased Biomarker types/Detection :
metabolism 1. Cytochrome P450 (CYP1A) /induction/expression
Adsorption, Distribution, Metabolism, Excretion 2. Metallothionein /induction/expression
3. Immune Response alteration /immune assays

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 9


1. Cytochrome P450 Detoxification – Biotransformation
(Mechanisms) (CYP Metabolism, 95%)
= Lipophilic compounds

Pigment with max absorbance at 450 nm


PHASE 1 PHASE 2
A hemoprotein Kidney
Cytochrome P450
Absorbance

(CYP)
Liver
Hepatopancrease,PHASE 2
Digestive gland
heme-group Increased Hydrophilicity
Bile Gills
=Increased Excretion
450 Model of cytochrome P450 from:
Wavelength (nm) Julian A. Petersen, University of Texas, Dallas Intestine
Omura & Sato 1962:

Belongs to cytochromes=cytochrome P450 (CYP) Excretion via feces Excretion

My research (2010 - 2013) To detect CYP1A induction in fish using antibody


probe, preparation of Asian seabass CYP1A enzyme
Development of CYP1A antibody probe
• To develop mouse monoclonal antibody specific to Asian
seabass CYP1A and determine mRNA CYP1A expression
• Investigation inducible enzymes (CYP1A-like protein) from
feral fish from sea coast in the Gulf of Thailand
Seabass exposed to 1 2 MW 3 4 5
Production of mouse monoclonal antibody anti-seabass CYP1A
10 mg/Kg B[a]P
- Preparation of CYP1A enzyme
CYP1A
- Immunization of mice with CYP1A
- Obtain hybridoma clones ~57 Kda
- Test monoclonal antibody specificity and sensitivity
- Compare with polyclonal antibody anti-Rainbow trout CYP1A
(Gift from Prof. Dr. Malin C. Celander,Goteberg University, Sweden) SDS-PAGElectrophoresis
Ultracentrifuge at
100,000 xg Elution of proteins

Immunochemical Detection CYP1A by Western Blot


Mice Immunization
(seabass CYP1A Transfer protein from
enzyme)
gel to Nitrocellulose Elecrophoresis
Membrane SDS-PAGE
60 days

3 times boost, 500 microgram + Blocking


Incomplete Freund’s adjuvant

”The colormetric-reaction”

Monoclonal antibody (MAb) selection

HRP-Conjugated
----
Primary mouse
Secondary HRP-substrate
MAb or rabbit
Antibody
http://media.allrefer.com antibody
-Goat anti mouse Ig
(anti-CYP1A)
-Goat anti rabbit Ig

Specificity & Comparison between clone 1 and


Results Sensitivity of clone 1 anti-rainbow trout CYP1A
dilution 1:100
P

202 kDa
Mouse MAb anti seabass CYP1A,
98 kDa 74 kDa Thailand (dilution of MAb at 1:100)
51 kDa
37 kDa 57 kDa
29 kDa Double bands at 74, 57 KDa

P
Rabbit PAb anti Rainbow Trout
19 kDa
CYP1A, (Celander and Forlin,
1991)
6 kDa
(dilution of MAb at 1:1000)

Single band at ~ 57 KDa

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 10


Collecting Benthic and Pelagic fish from the Sea

ปลาทรายแดง
ข้ างตะเภา Terapon jarbua ปลากุแล Llisha sirishai Nemipterus hexodon ปลาบู่ Acentrogobius caninus ปลาสาก Sphyraena jello
Parambassis siamensis

สลิดใบขนุนจุดขาว
ปลาข้ าวเม่ า Ambassis kopsii ปลาดอกหมาก Gerres kapas ปลาตะกรับ
Siganus canaliculatus ปลาหมูสี Lethrinus lentjan Scatophagus argus
ปลาใบปอ Depane punctata

ปลาจวดหนวด ปลาช้ างเหยียบ


ปลาเห็ดโคน ปลาอินทรี
Grammoplistes scaber Scomberomorus
ปลาวัว Monacanthus chinensis ปลาแป้น Leiognathus blochii commerson
Sillago aeolus Dendrophysa russelli

CYP1A biotransformation field study in several fish species

Fish species Sampling sites mRNA CYP1A EROD/ References


induction AHH
Brown trout St. John's, Newfoundland, ND ND + (Payne &
Salmo trutta Canada Penrose 1975)

Flounder langesundfjord, Norway ND + + (Stegeman et


Platichthys flesus al. 1988)
Result showed
Winter flounder Sydney harbour, Nova ND + + (Addison et al.
- Detect induced CYP1A in feral Thai fish(+6/18 species) and higher exposure during the Pseudopleuronecte Scotia, Canada 1994)
dry season s americanus
- The 392 bp CYP1A fragment from Asian sea bass shared Leeping mullet Izmir Bay, Turkey ND + 62-times (Arinç & Şen
Liza saliens 1999)
Common sole Izmir Bay, Turkey ND + + (Arinç & Şen
Solea vulgaris 1999)
Salmon Shetland, UK ND + + (Stagg et al.
Salmo salar 2000)
Leeping mullet Izmir Bay, Turkey + + 80-times (Arinç et al.
Liza saliens 2001)
Red mullet North-eastern Adriatic, Italy + ND + (Torre et al.
Mullus barbatus 2010)
Redeye mullet Bohai, China + ND ND (An et al. 2011)
Liza
haematocheila a highly urbanized and industrial area

Detoxification metal ions by MT from fish


2. Metallothionein (MT) Functions of MT in fish

complex

MT synthesis

- Metal-regulatory transcription factor I (MTF-I)


Metal homeostasis and - Metal synthesis inhibitor (MTI)
A highly sulphur bond, it can selectively detoxification - Metal responsive element (MRE)- regulatory sequence of DNA
binding to metal ions
Adam et al., 2010 Nordbergs, 1998 Detoxification metal ions by MT (Adam et al., 2010)

Method: Isolation and purification of MT protein Characterization MT


and mouse immunization
MT positive fractions MT positive fractions
mouse immunization
Asian seabass Liver for 60 days
injected with CdNO3 10 kDa, MT

Homogenized
Characterized by
Gel electrophoresis (15%) measuring absorbance
Centrifuged 15,000 g, 90 min
of Cd 2+ by UV
Protein determination by using
microplate reader 595 nm
spectra (Honda et al,
2005

Electro eluter Purified MT


Hitrap column

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 11


Detection of MT protein
using mouse Mab/PAb by Western blot

- Detect induced MT in feral Thai fish


MM 1 2 3
4 - Higher MT protein expressions in three fish species (from 14 species)
- The Asian sea bass 150 bp MT showed 56-65% amino acid
sequence identity with other fish MT genes (11 species)

MT Detection by using molecular


and immunological technique Adverse effects on ecosystem and fish health
Species Dose and route Method for
MT- mRNA
Results References
Biological response of fishes to chemicals in the environment
detection caused alteration from the normal status
Gudgeon - Real time PCR MT- mRNA in polluted site was Knapen et al.
(Gobio gobio) higher than reference site about (2007) Biomarker CYP1A and MT provide information that can
3 to 4 times in 2005 in Flanders
(Belgium) contribute to environmental biomonitoring program in Ecosystem
Pufferfish CdCl2 5 ppm for Real time reverse MT- mRNA showed the highest Kim et al. Thailand water change
(Takifugu 0,6,12, 24, 48 and 96 transcription PCR expression level after exposure (2008)
obscurus) h by immersion (RT-PCR) CdCl2 for 12 h.

Species Reagents and route


of exposure
Methods for MT
Detection by
Results References
Biomarkers
antibody (CYP1A and MT)
Tilapia CdCl2 1 mg/kg for ELISA (PAb) MT level in females injected with Wu et al (2008)
(Oreochromis
massambicus)
12 week by
injection
CdCl2 1 mg/kg for 12 weeks
were higher than blank and
Later effect
saline-injected group. MT level
in the blank, saline-injected and
Cd-injected group were 1603.4
±155.8, 1489.0 ±241.45 and
7786.0 ±628.47, respectively
Lithognathus - Western blot, ELISA The MT levels in fish from the Yodkovski et al. Early effect
mormyrus (PAb from rabbit) polluted site were higher than
the clean site as 2 fold in 2004-
(2008)
pollutant Biochemical (Early warning system)
2005
exposure response

On going research (2017 – 2020) Some practical recommendations


Title: Contamination of heavy metals (using • Use healthy fry or fingerling
“Artificial mussel”) on the Eastern coast of
Thailand water for assessment and • Use formulated pellets replace trash fish
sustainable use of marine water resources • Do not overstock or stocking management
for fishery and aquaculture purpose • Clean and disinfect equipment and cage
• Do not have several fish species in the same cage raft
(seabass/Grouper/Cobia).
• Co-culture with green mussel, oyster,
sea grape (Caulerpa lentillifera).
• Do not over feeding
• Remove dead fish at lease once a day

Vaccination is one strategy of choice, in conjunction with


good health management for effective disease control and
will become available for Asian aquaculture

Knowledge of fish immunity that response to specific Collaboration with University of Gothenburg
pathogens and toxicants could improve fish production with Professor Dr.Malin C. Celander
• Immune assays and biomarkers are useful as indicators to
predict the toxicological risk (to chemicals at low levels)
associated with polluted aquatic environments . 2006
• Chemically-induced immunotoxicity proves that altered immune
system can cause the decrease in host resistance against
diseases.
• Several bacterial and few viral vaccines, either mono- or 2009
multivalent, have been successfully commercialized (salmon
and trout) and developed for Asian aquaculture.
• We gain insights on immunostimulant enhancement on fish
immune functions, but its application in farms and its usefulness 2015
(for larval protection and vaccine enhancement) to promote
sustainable aquaculture needs further investigation (purified,
dosages, timing, method of administration). Workshop at Burapha University, Chonburi, Thailand

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 12


KEYNOTE SPEECH

PADA SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I


“PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN”

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
Tanggal:1 APRIL 2017

Disampaikan oleh: Prof (Riset). Dr. Ir. Erizal Jamal, M.S.


(Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat PERHEPI;
Kepala Pusat PVT dan Perizinan Pertanian, Kementerian Pertanian

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

PENINGKATAN
Outline
PRODUKTIVITAS
•HAKIKAT PEMBANGUNAN PERTANIAN
DAN
•KONDISI EXISTING
DAYA SAING
•TANTANGAN KE DEPAN
PERTANIAN
Sekjen PERHEPI/ •UPAYA YANG DILAKUKAN
Kepala Pusat PVTPP
KEMENTAN •DUKUNGAN PERGURUAN TINGGI
Keynote Speech pada Kegiatan
Seminar Nasional Hasil Penelitian
Agribisnis 1,
Faperta-Universitas Galuh
Ciamis, 22 Maret 2017

AMANAH UNDANG-UNDANG DASAR 1945

Pasal 33 : ayat 3

I HAKIKAT PEMBANGUNAN “Bumi, air dan kekayaan alam yang


terkandung di dalamnya dikuasai
PERTANIAN oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”

4
Sekretariat Jenderal
4 5 www.setjen.pertanian.go.id
Kementerian Pertanian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 13


KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
KEDAULATAN PANGAN
Berdaulat Pangan
Petani Sejahtera
Declaration of Nyéléni sebagai hasil dari
Forum for Food Sovereignty
di Sélingué, Mali, 27 February 2007,
kedaulatan pangan didefinisikan sebagai
Kendalikan Impor &
Dorong Ekspor

Tata Niaga
the right of peoples to healthy and
Investasi & Hilirisasi

On-farm dan pasca panen


culturally appropriate food produced
Infrastruktur
through ecologically sound and
Regulasi sustainable methods, and their right to
Fokus
Fokus Pangan
Pangan
Strategis
Strategis
define their own food and agriculture
systems…
Fokus sentra/
Fokus sentra/
kawasan
kawasan

KEMENTERIAN PERTANIAN 7
Kementerian Pertanian 6 www.pertanian.go.id 7

KEDAULATAN PANGAN HAKIKAT KEDAULATAN PANGAN

Dalam Undang-undang No 18 tahun 2012 Kedaulatan pangan hakikatnya adalah


tentang Pangan, batasan tentang menjadikan petani penghasil pangan sebagai
kelompok masyarakat yang terhormat dan
kedaulatan pangan adalah hak negara dan sejajar dengan kelompok masyarakat lainnya.
bangsa yang secara mandiri menentukan
Masyarakat hanya mungkin dapat
kebijakan Pangan yang menjamin hak atas menentukan sistem pangan dan sesuai
Pangan bagi rakyat dan yang memberikan dengan sumberdaya lokal, bila kegiatan
hak bagi masyarakat untuk menentukan usahatani masih menarik untuk dimasuki dan
memberikan imbalan yang memadai bagi
sistem Pangan yang sesuai dengan potensi yang berusaha pada kegiatan ini.
sumber daya lokal.

KEMENTERIAN PERTANIAN 9 9
KEMENTERIAN PERTANIAN 8 8

KEDAULATAN PANGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI


Kondisi ini bisa diwujudkan dengan
menciptakan suasana yang kondusif
bagi petani dalam menghasilkan
pangan, terutama terkait dengan akses
terhadap sumberdaya serta
penghargaan yang sepadan terhadap

II
produk yang dihasilkannya.

Dengan demikian fokus utama upaya


KONDISI EXISTING
mewujudkan kedaulatan pangan adalah
kesejahteraan petani.

KEMENTERIAN PERTANIAN 10 10 11
11

Distribusi Penguasaan Lahan untuk Padi, RASIO LAHAN PENDUDUK


Jagung, kedele dan Tebu, Indonesia,
Tahun 2009 Kementan Kementan

Luas Penguasaan Lahan (hektar) Persentase Rumah Tangga Negara


Luas lahan
pertanian Jumlah penduduk Luas lahan pertanian
(ribuan ha) (ribuan orang) per kapita (m2/orang)

< 0,1 6,99


1. Argentina 33.700 37.074 9.100
2. Australia 50.304 119.153 26.100
0,1-0,49 46,59 3. Bangladesh 8.085 123.408 655
4. Brasil 58.865 171.796 3.430
0,50-0,99 22,46 5. Canada 45.740 30.769 14.870
6. China 143.625 1.282.172 1.120
7. India 161.750 1.016.938 1.290
1,00-1,99 15,27 8. Thailand 31.839 60.925 5.230
9. USA 175.209 285.003 6.150
2,00-2,99 5,04 10. Vietnam 7.500 78.137 960

>3,00 3,65
11. Indonesia 7.750 (LS) 230.000 337
9.788/17.538 (+LK) 428/765
Total 100

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 14


GINI RASIO Data Dari Sensus Pertanian 2013
 Tahun 2004 = 0,31 • Saat ini ada sekitar 39 juta atau 34,2% orang yang
bekerja di pertanian, dari jumlah tersebut 55,94%
 Tahun 2012 = 0,41 adalah petani yang mengusahakan lahan kurang 0,5
hektar.
 Tahun 2013 = 0,42 • Struktur Ongkos : 0,5 Hektar Padi penghasilan bersih
sekitar Rp 4 Juta/4 Bulan, bila dikerjakan suami istri
 Tahun 2015 = 0,41 mereka hanya menerima Rp 500 ribu sebulan, jauh
lebih rendah dari UMR.
 Tahun 2016 = 0,397 • Bagian terbesar Part time farmer, dan penerapan
teknologi belum bisa optimal

Sumber: BPS (Beberapa


Sekretariat Jenderal Tahun)
www.setjen.pertanian.go.id
Sekretariat Jenderal
www.setjen.pertanian.go.id
Kementerian Pertanian Kementerian Pertanian

Petani : Dominan Orang Tua dan Southeast Asia Paddy Yields (10/11-14/15)
Wanita Tons/Ha

• Data Sensus Pertanian 2013 menunjukan 63%


petani Indonesia berumur di atas 45 tahun, dan
jumlah wanita yang terlibat di pertanian
meningkat sekitar 13% selama 10 tahun
• Data BPS (2014) menunjukan selama 10 tahun
terakhir proporsi pendapatan yang bersumber
dari kegiatan sebagai petani mengalami
penurunan dari 60,34% menjadi 36,76%, ini
berarti bagian pendapatan dari non pertanian
semakin dominan.
Sekretariat Jenderal
www.setjen.pertanian.go.id Source: PSD, USDA
Kementerian Pertanian

Cost of Production Comparison Jalur Disribusi Pupuk Vietnam


Indonesia
US$/mt

Importers Exporters Pelabuhan


Pelabuhan

Truk Truk
Kontainer Kontainer

Truk
tronton

Truk
Engkel

Motor
Petani

Petani
2013/14 main season crop

Proses Panen
Indonesia Thailand Level of Mechanization
Panen
Manual Panen
Menggunakan
Mesin

Transportasi ke
penggilingan Penggilingan
modern

Penggilingan Ekspor beras

Pasar
Source: http://www.valuepartners.com/downloads/PDF_Comunicati/
mechanization_of_farms-112013-digiversion.pdf

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 15


DESAIN
EXISTING: TATA NIAGA
ALUR RANTAI TATAPANGAN STRATEGIS
NIAGA BERAS PSO/KOMERSIAL

BULOG PELA- PELA-


BUHAN BUHAN
SULSEL
Bunga Bank
Administrasi
SDM

PEDAGANG BULOG
JAKARTA

GILING
1.
2.
3.
Rantai pasok 9 step
Muat 8x
Angkut 8x
III TANTANGAN KE DEPAN
4. Bongkar 8x PIBC
5. Masuk gudang 2x

PETANI TOKO
SULSEL KECIL

Sekretariat Jenderal 22
Sekretariat Jenderal 23
www.setjen.pertanian.go.id 23 www.setjen.pertanian.go.id
Kementerian Pertanian Kementerian Pertanian

Pemenuhan Kebutuhan TANTANGAN LAINNYA


Masyarakat Menurut data Mc Kinsey Global Institute,
saat ini kelas menengah di Indonesia
Tahun 2020, tantangan yang harus kita berjumlah 45 juta jiwa dan akan
jawab, bagaimana menyediakan pangan
meningkat menjadi 135 juta pada tahun
bagi 273,5 juta penduduk Indonesia, yang
pola konsumsinya makin beragam dari sisi 2030.
kuantitas dan kualitas. Consumption is shifting away from
cereal based diet to a more diversified,
Bila kondisnya sama dengan saat ini, protein rich diet with emphasis on food
tahun 2020 harus menyediakan quality, hygiene and safety…and
36,3 juta ton beras, 17,6 juta ton consumption more processed food
jagung, 2,4 juta ton kedelai, 3,1 juta (Strategic Plan for ASEAN Cooperation
gula serta 532 ribu ton daging sapi. in Food, Agriculture and Forestry, 2016-
2025)
KEMENTERIAN PERTANIAN 24

ISU DAN TANTANGAN GLOBAL


Kementerian Pertanian
Republik Indonesia Mapping Pembangunan Pangan
Issues Teknolo Permasalahan :
gi Lahan : Konversi lahan tidak
sebanding dengan cetak
lahan baru ; Penurunan
FEED
kualitas lahan, kepemilikan
Bio-Science
lahan sempit, & Tantangan :
Potensi : Ketidakpastian status
Keanekaragaman hayati dan kepemilikan lahan Pemenuhan pangan bagi
FOOD FUEL Innovation to
agroekosistem; Potensi masyarakat ; Perubahan
respon GCC Infrastruktur & Sarana iklim; Kondisi perekonomian
ketersediaan lahan, tenaga produksi
kerja dan pasar; serta global; Peningkatan jumlah
Bio-
Perkembangan teknologi Regulasi penduduk; serta distribusi
Informatic/IT
pertanian dan pemasaran produk
Kelembagaan & SDM :
pertanian
kelembagaan petani lemah,
ENVIRONMENT FIBRE keterbatasan petani dalam
Pertanian Ramah pemanfaatan teknologi,
Lingkungan menurunnya minat generasi
muda
Permodalan
26

ROADMAP PENGEMBANGAN KOMODITAS 2016-2045

TARGET SWASEMBADA PANGAN POKOK DAN LUMBUNG PANGAN DUNIA 2045

Bawang Putih 2045


Lumbung Pangan Dunia

Gula
2033

IV
Industri

2026

UPAYA YANG DILAKUKAN


Gula
Konsumsi
2025
2020 Daging Sapi
Padi, Bawang
Merah, Cabai
2019
2017 Kedelai

2016
Jagung
EKSISTING

Sekretariat Jenderal 28
28 www.setjen.pertanian.go.id Kementerian Pertanian 29 www.pertanian.go.id
Kementerian Pertanian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 16


LANGKAH OPERASIONAL PENINGKATAN PRODUKSI DAN AKSELERASI PROGRAM SWASEMBADA PANGAN
PRODUKTIVITAS PADI, JAGUNG, KEDELAI

Perbaikan Jaringan
Irigasi dan
Optimasi lahan
UPAYA KHUSUS (UPSUS) PERCEPATAN SWASEMBADA PADI DAN
PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG DAN KEDELAI MELALUI PERBAIKAN
JARINGAN IRIGASI DAN SARANA PENDUKUNGNYA

 Perbaikan infrastruktur jaringan irigasi


 Pengembangan Optimasi Lahan
 Bantuan benih unggul bermutu
 Bantuan pupuk
 Bantuan alat dan mesin pertanian (Alsintan)
 Peningkatan pengawalan oleh penyuluh

Sekretariat Jenderal
Sumber: Renstra Kementan 2015-2019 (Draft) Sekretariat Jenderal
www.setjen.pertanian.go.id 31 www.setjen.pertanian.go.id
Kementerian Pertanian Kementerian Pertanian

KEMITRAAN GPMT DENGAN PETANI JAGUNG


DESAIN TATA NIAGA BARU
KALBAR KALTIM
ACEH SUMUT PT. BINTANG JAYA PT. JAPFA
PT. CJF PT. CPI
BULOG / KEMENTAN / KEMENDAG SULTENG SULUT
PT. JAFPA GORONTALO PT. CPI
JAMBI KALTENG
PT. JAPFA PT. CPI
PT. JAPFA

MALUT
PT. CPI

SUMBAR
PT. JAPFA

BULOG/ 1.000 TTI SULBAR


JABAR
PETANI PT. CPI SULTRA
PENGGILINGAN 4.000 Bulog PT. JAPFA
SUMSEL PT. CPI
Mart/Koperasi KALSEL
SULSEL
PT.CPI PT. JAPFA
PT CPI
LAMPUNG BANTEN
PT. CPI PT. MALINDO MALUKU
Rp 4.000 Rp 7.244 PT. CPI

LEGENDA JATENG
: < 5.000 TON PT. JAPFA
JATIM NTB NTT
: 5.000 – 10.000 TON
PT. CPI PT. JAPFA PT. JAPFA
: > 10.000 TON

Kementerian Pertanian 32 www.pertanian.go.id Kementerian Pertanian 33 www.pertanian.go.id

ASURANSI PERTANIAN 2017


REFORMA AGRARIA (DISTRIBUSI 9 JUTA
HEKTAR LAHAN)

TAHUN
•Perhutanan Sosial (4,1 Juta hektar
Kawasan Hutan di kelola rakyat)
TAHUN
2017 2017

LUASAN :
1 JUTA HA
TARGET :
150 Ekor
•Pemanfaatan tanah terlantar (400.000
PAGU : PAGU : hektar)
•Transmigrasi (600.000 hektar)
150 Miliar 23 Miliar

PREMI ASURANSI :

•Legalisasi aset tanah 3,9 juta hektar


Rp 180.000/Ha/MT
Pemerintah Rp 144.000
Petani Rp 36.000
Klaim: 6 Jt /Ha/MT

Kementerian Pertanian 34 www.pertanian.go.id Kementerian Pertanian www.pertanian.go.id

Pembangunan Pertanian Bukan


Hanya Tanggung Jawab KEMTAN
• Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai
upaya yang dilakukan Kementerian Pertanian
keberhasilannya sangat tergantung dukungan/kerjasama
sektor lain.

V DUKUNGAN PERGURUAN TINGGI


• Persoalan koordinasi pada berbagai level mulai dari tingkat
pusat sampai ke Desa.
• Saat ini KEMENTAN sudah bergandengan Tangan dengan
KEMENDAG, KEMENDAGRI, KEMENDESA, DAERAH
TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI.

36
Sekretariat Jenderal
36 www.setjen.pertanian.go.id
Kementerian Pertanian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 17


Perguruan tinggi dan Anak Muda di Pertanian
Lahan dan Anak Muda di Pertanian • Tantangan terbesar bagi perguruan Tinggi adalah
bagaimana bisa menciptakan iklim pembelajaran
• Bagaimana meningkatkan rata-rata yang kondusif sehingga sebagian besar alumninya
penguasaan lahan petani, sehingga menjadi pengusaha pertanian.
economic of scale tercapai. • Pengalaman selama ini dengan alumni IPB/ITB/UI
• Mekanisasi ? yang bergerak di pertanian dan sukses sebagai
pengusaha pertanian  Mereka memulainya
• Anak muda mau dan melihat pertanian dengan menjadi pemain di pemasaran Produk.
sebagai lapangan kerja yang
• Setelah Pasar Dikuasai, baru ditarik kebelakang
menjanjikan? bagaimana memproduksinya.

Sistem Pendidikan Kita


• Mahasiswa Prasetya Mulya…. Sebelum tamat
mereka secara group (3-4 orang) harus
menciptakan produk berbahan baku dari hasil
pertanian, kemudian di Jual di pasaran.
• Pola semacam ini telah melatih intuisi alumninya
untuk lebih banyak mengembangkan produk dan
berwiraswasta.
• Perguruan tinggi kita masih terjebak dengan tugas
akademik yang kurang melatih kemandirian dan
berani menghadapi tantangan dan resiko.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 18


SEMINAR NASIONAL
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
Tanggal: 1 April 2017

Disampaikan oleh: Ir. B. Didik Prasetyo, M.H.


(Direktur Utama PT. Rajawali Nusantara Indonesia)

MENUJU INDUSTRI GULA YANG BERDAYA SAING

Menuju Industri Gula Yang Berdaya


Saing

Disampaikan oleh B. Didik Prasetyo


Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)
Dalam Seminar Nasional Agribisnis, Universitas Galuh Ciamis 1 April 2017

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 19


AGROINDUSTRI INDONESIA
• Agroindustri merupakan penggerak utama perkembangan sektor pertanian
• Di masa depan posisi pertanian merupakan sektor andalan pembangunan nasional

Proyeksi
Area (Juta Ha) 2019
Data BPS 2013: luas daratan
Indonesia 191,09 juta
Ha, 50% nya memiliki Gula
potensi untuk pertanian 3,8 juta ton
50% 191,09 50%
Sawit/CPO:
2016 : Menyerap 36,4 juta ton
tenaga kerja 35 juta
orang Karet
Lainnya Potensial pertanian 3,8 juta ton
Efek multiplier dari pengembangan agroindustri
Jagung
• Memiliki keterkaitan yang kuat baik dengan industri hulunya maupun ke
industri hilir, 24,7 Juta Ton
• menggunakan sumberdaya alam yang ada dan dapat diperbaharui,
Padi
• mampu memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif baik di pasar
82 juta ton GKG
internasional maupun di pasar domestik,
• dapat menampung tenaga kerja dalam jumlah besar,

Sumber : Renstra Kementan 2015-2019, website BPS dan data-data lain yang diolah 2

PERAN AGROINDUSTRI :
Agroindustri memegang peran penting dalam proses produksi pasca panen, pengolahan
hasil, penyimpanan, pengemasan, transportasi dan lainnya.

AGROBISNIS
• Pupuk
• Menciptakan nilai tambah hasil
pertanian di dalam negeri
• Pestisida
• Bibit • Menciptakan lapangan kerja
• Mesin pertanian (menarik tenaga kerja dari sektor
pertanian ke sektor industri )
AGROINDUSTRI
• Meningkatkan penerimaan devisa
melalui peningkatan ekspor hasil
Pengolahan agroindustri
awal,pemilahan,pengemasan, pe
rgudangan, standarisasi • Memperbaiki pembagian
pendapatan,
• Menarik pembangunan sektor
• Promosi pertanian.
• Pemasaran
• Distribusi

Sumber : diolah dari berbagai sumber

ARAH PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI


Untuk mendukung program NAWACITA 6:
(1) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga
bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 20


(2) Mengembangkan perekonomian domestik yang kuat, berorientasi dan berdaya saing
global
(3) Transformasi secara bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif
menjadi perekonomian berkeunggulan kompetitif, dengan prinsip dasar:
a) Mengelola peningkatan produktivitas nasional melalui inovasi dan
penguasaan iptek.
b) Mengelola kelembagaan ekonomi yang melaksanakan praktek terbaik dan
kepemerintahan yang baik secara berkelanjutan.
c) Mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan
(4) Pengembangan iptek untuk mendukung daya saing nasional.
(5) Menuju terciptanya pasar kerja yang fleksibel, hubungan industrial yang harmonis,
keselamatan kerja yang memadai, penyelesaian industrial yang memuaskan.

PERMASALAHAN AGROINDUSTRI :
Produktivitas Produktivitas komoditas pertanian
Tahun ( kg/Ha)
2010 2011 2012 2013 2014
Sebagian lahan mengalami penurunan kualitas Karet 794 865 859 874 1,107
akibat pupuk kimia atau kandungan lain yang Kelapa sawit 2,619 2,568 2,718 2,772 3,982

berdampak pada rendahnya produktivitas Teh 1,274 1,217 1,191 1,197 1,480

dibandingkan negara lain. Tebu 5,043 5,020 5,743


sumber : Rencana strategis Kementerian Pertanian 2015-2019
5,436 6,544

Peran Dalam Neraca Perdagangan Neraca Perdagangan komoditas pertanian

Produktivitas pertanian lebih banyak untuk 2010 2011 2012 2013 2014
memenuhi kebutuhan dalam negeri Tanaman Pangan ( juta US$) (3,416) (6,439) (6,156) (4,692) (5,921)
Hortikultura ( juta US$) -902 -1,195 -1,308 -685 -1,177
Perkebunan ( juta US$) 24,675 31,846 30,007 28,001 31,197
Peternakan ( juta US$) -738 -284 -2,141 -1,772 -1,699
TOTAL 19,619 23,928 20,402 20,852 22,400
sumber : Rencana strategis Kementerian Pertanian 2015-2019

Penelitian dan Pengembangan


Penelitian yang belum optimal dari berbagai aspek yang terkait dengan agroindustri secara
terpadu

Permodalan
Akses permodalan dikarenakan Bank menerapkan prudential perbankan
Sumber : diolah dari berbagai sumber 5

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 21


PERMASALAHAN GULA NASIONAL

Pertumbuhan produksi Produksi vs Permintaan Gula Nasional (Ton)


gula nasional cenderung Produksi Permintaan 5,9 juta ton
menurun ditengah
melejitnya permintaan 2,9 juta ton
konsumsi gula nasional
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2
Tingginya harga gula 2011 2012 2013 2014 2015
R S ( US D / L bs 27.38 21.61 17.51 16.35 13.02
nasional dibanding harga W S ( US D / MT ) 711.01 587.85 492.51 441.48 370.07
impor Gula lokal ( R p/kg) 7,000 8,100 8,100 8,500 8,900

Pabrik gula di Jawa 1 pabrik 4 pabrik


merupakan contributor
terbesar dalam produk
gula nasional
6 pabrik
50
Sumber : Renstra Kementan dan sumber lain yang diolah
Pabrik 6

UPAYA RNI MENDUKUNG PENGUATAN INDUSTRI GULA NASIONAL:


1) Revitalisasi beberapa PG RNI di Jawa Barat dan membangun industri gula
terintegrasi di PG Jatitujuh.
2) Penguatan peran unit PUSLIT AGRO sebagai lembaga riset Korporasi untuk
mendukung industri gula RNI.
3) Pengembangan produk turunan berbasis tebu seperti Bio Ethanol dan Gula
Cair untuk menurunkan HPP.
4) Pemanfaatan sisa bahan baku menjadi sumber energi (Co-generation).
5) Penguatan kerjasama dengan petani dengan azas kemandirian dan saling
menguntungkan.
6) Menyiapkan tenaga trampil di bidang pergulaan melalui SMK-Gula di Madiun.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 22


7) Memperluas areal tanaman tebu dari 58.147 Ha di tahun 2015 menjadi
60.275 Ha di tahun 2020.
8) Melakukan efisiensi dengan memperpendek hari giling pada kisaran 145 –
162 hari giling/tahun.
9) Meningkatkan rendemen tebu rata-rata tahun 2015 sebesar 7,8% dan 8,5%
pada tahun 2020.
10) Melakukan perbaikan icumsa gula menjadi kualitas food-grade
Melakukan penataan ulang PG dengan batasan kapasitas minimal 4.000 TCD.

Program menurunkan HPP


Menawarkan prospek Perusahaan melakukan penilaian kelayakan usaha yang mendukung proses utama namun
diversifikasi melalui memberikan sumbangan kepada penurunan HPP
optimalisasi by
product
Pabrik Kampas Rem (PT. Inti
Pabrik Pupuk Mix yang didirikan di Bagas Perkasa) di Cirebon
PG Subang, dan PG Redjo Agung merupakan bagian inovasi atas
dimanfaatkan oleh kebun tebu dalam pemanfaatan ampas tebu
upaya penekanan biaya pemupukan. menjadi produk kampas rem yang
dibutuhkan di pasar after market khususnya di pasar
Pendirian Pabrik Pupuk Mix ini akan terus berlanjut di kendaraan angkutan penumpang umum yang
tahun-tahun mendatang. memerlukan suku cadang yang murah, berkualitas dan
berdaya tahan lama. Kampas Rem ini telah
Pabrik Particle Board di Madiun didirikan mengantungi hak patent baik untuk merek maupun
dengan memanfaatkan limbah Pabrik Gula teknologinya.
yakni ampas tebu atau bagasse yang dijadikan
sebagai bahan dasar furnitur. Pengelolaan
Terciptanya value creation di Pabrik Particle Board ini tidak saja ternak sapi
hanya telah bernilainya ampas tebu saja, namun juga terpenuhinya di Jatitujuh
kebutuhan pabrik furnitur akan bahan dasar furnitur yang selama sebagai
ini mengandalkan particle board berbahan dasar kayu. upaya pemanfaatan pucuk tebu, merupakan
langkah untuk menciptakan mata rantai nilai
tambah.
Pemanfaatan molasses menjadi alkohol. Mengingat kebutuhan produk
alkohol dan turunannya seperti ethyl asetat maupun Mono sodium glutamat
bagi industri dunia masih cukup besar, sementara itu trend dunia untuk
mencari bahan energi alternatif dari derivatif alkohol mulai dirintis di
beberapa Negara

14

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 23


Hilirisasi Gula di Lingkungan RNI : Co-generation

PG. SUBANG
Kapasitas 4 MW
Mulai pembangunan 2017
Investasi US$ 2 juta / MW

PG. JATITUJUH
Kapasitas 6 MW
Mulai pembangunan 2017
Investasi US$ 2 juta / MW

PG. REJOAGUNG
Kapasitas 5 MW
Mulai pembangunan 2018
Investasi US$ 2 juta / MW

15

Pentingnya Kelembagaan Petani dan PG


1) Penataan kelembagaan menjadi penting.
a) Dengan kemampuan finansial PG semakin terbatas, maka pasokan tebu dari
sewa menjadi terbatas pula.
b) Kelangsungan pasokan tebu bagi PG akan semakin bergantung pada kebun
petani, terutama bagi PG yang tidak mempunyai lahan HGU.
c) Kemitraan yang baik antara PG dengan petani tebu merupakan faktor
strategis yang dapat menekan unit cost
2) Pembagian peran antara PG dan Petani
a) PG membantu pendanaan petani untuk mengatasi permasalahan kinerja dari
sisi on farm, seperti keterlambatan penyediaan saprotan, pemeliharaan
kebun, dll
b) PG melakukan pemeliharaan dan rehabilitasi mesin-mesin sehingga
menghasilkan kinerja yang efisien
3) Contoh bentuk kemitraan
a) Model kemitraan sewa lahan petani oleh pabrik gula
b) Sistim pembelian tebu petani

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 24


c) Sistim kelembagaan yang memungkinkan petani mempunyai sharing
kepemilikan dalam pabrik gula.
d) Model kerjasama antara petani, pabrik gula dan investor. PG akan
melakukan bisnis dibidang onfarm, Petani melakukan budidaya dan Investor
menyediakan pendanaan.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 25


SEMINAR NASIONAL
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH CIAMIS
Tanggal: 1 April 2017

Disampaikan oleh: Ir. Ismintarti, M.Si.


(Kabid Program dan Materi Puslatmas, Kemendesa, PDT dan Transmigrasi)

MODEL DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN USAHA EKONOMI DESA


MELALUI BADAN USAHA MILIK DESA

Ir. ISMINTARTI, M.Si.


Kepala Bidang Program dan Materi, Pusat Pelatihaan Masyarakat
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigraasi

EVALUASI :

NEGARA KAYA POTENSI


SUMBER DAYA ALAM

MENGAPA, KOK,:
FUNGSI
PEMERINTAH
RAKYAT MISKIN (MASIH)
BANYAK ?

GEMAH RIPAH LOH JINAWI


SUBUR KANG SARWO
TINANDUR…
TATA TENTREM KERTO
RAHARJO

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 26


DASAR YURIDIS

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem KEBIJAKAN PENGATURAN TTG DESA INDONESIA
Perencanaan Pembangunan Nasional
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga UU Desa  Desa sebagai Kesatuan
Keuangan Mikro Masyarakat Hukum

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa UU 32 /2004  Desa ditempatkan


sebagai organisasi pemerintah semu
4. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan UU 22 / 1999 Organisasi pemerintah semu
Transmigrasi UU 5 / 1974 Organisasi Pemerintah semu
5. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, UU 19 / 1965 dibentuk Desapraja sbg DT III
dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Badan Usaha
Penpres 6 / 1959 tidak mengatur tentang desa
Milik Desa
UU 1 / 1957 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III
6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi UU 22 / 1948 Desa dijadikan daerah otonom tingkat III
dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah UU 1 / 1945 tidak mengatur tentang desa
Tertinggal, dan Transmigrasi.
IGO dan IGOB 2

PETA SEBARAN DESA PER PROVINSI


(Permendagri No. 39 Tahun 2015 Permendagri No. 56 Tahun 2015) TUJUAN PENGATURAN DESA
Aceh Gorontal
Kepri Kaltara Malut
6474 275 447
o
Sulut
1491->1506 1064->1065
1. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas desa yang
Sumut Sulteng
657
PaBar ada dengan keberagamanya
5389 -> 5418 1838-1841 1628->1744 2. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas
Riau Papua desa
Kalbar
Sumbar
880
1592 1908->1977
Kaltim
833->836
5090->5391 3. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi dan budaya
Kalteng masyarakat
Jambi
1398 -> 1399
1434 4. Mendorong prakarsa, gerakan dan partisipasi masyarakat
Bengkulu
Babel
309
Sulbar 5. Membentuk pemerintahan desa yang profesional, efisien
576
1341 Kalsel
1864->1866 Sultra
Maluku
1191->1198
dan efektif, terbuka, bertanggungjawab
Sumsel
Sulsel
2253 1820->1846 6. Meningkatkan pelayanan publik guna perwujudan ke-
2817 -> 2859 sejahteraan umum
Lampung Jumlah Desa 7. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat
2435 74.093-> 8. Memajukan perekonomian masyarakat desa
Banten Jabar Jateng DIY Jatim
7723->7724
Bali
634
NTB
995
NTT
74.754 9. Memperkuat masyarakat desa sebagai subyek pem-
1238 5319 7.809 392 2931->2976
4
bangunan 6

ASAS PENGATURAN DESA DESA MENCAKUP :


1. Rekognisi (Pengakuan
 Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum;
Hak asal usul);
2. Subsidiaritas  Desa Adat sebagai kesatuan masyarakat hukum
(kewenangan beskala adat;
lokal);
3. keberagaman;  Dengan konstruksi menggabungkan fungsi self-
Asas
4. kebersamaan; governing community(komunitas yang mampu
Pengaturan 5. kegotongroyongan; mengurus kepentingan dan kebutuhannya sendiri)
Desa 6. kekeluargaan;
7. musyawarah;
dengan local self-government (komunitas yang
8. demokrasi; diberi tugas menjalankan urusan-urusan
9. kemandirian; pemerintahan supra desa, tetapi bukan merupakan
10. partisipasi; satuan pemerintahan quasi government
11. kesetaraan;
12. pemberdayaan; dan organization)
13. keberlanjutan. 7 9
Sumber : Sadu Wasistiono, 2014

KEWENANGAN DESA PETA JALAN DANA DESADAN ALOKASI DANA DESA

Kewenangan Desa meliputi:


1. Kewenangan berdasarkan hak asal usul;
2. Kewenangan lokal berskala Desa;
3. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
dan
4. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
CATATAN:
KEWENANGAN NOMOR 1 DAN 2, DIATUR DAN DIURUS OLEH DESA
 KEWENANGAN NOMOR 3 DAN 4, DIURUS OLEH DESA. (PENUGASAN INI DISERTAI BIAYA ) ---- Prinsip No Mandate
Without Funding

11 Sumber: DJPK-Kementerian Keuangan 2016 14

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 27


1. BUM DESA adalah badan usaha yg selrh atau
AKSELERASI PEMBERDAYAAN USAHA EKONOMI DESA MELALUI
sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa
PENGEMBANGAN BUMDESA melalui penyertaan langsung yg berasal dari
kekayaan Desa yg dipisahkan guna mengelola aset,
jasa pelayanan dan usaha lainnya utk sebesar
besarnya kesejahteraan masy desa
2. Pendirian BUM Desa disepakati melalui
Musyawarah Desa dan ditetapkan dengan
Peraturan Desa.

Dasar Hukum :
AMANAT KEBIJAKAN MIKRO
3. BUM Desa dikelola dengan semangat
AMANAT KEBIJAKAN MAKRO kekeluargaan dan kegotongroyongan serta
-PP No. 43/2014 Tentang
Undang Undang No.6/204
Tentang Desa,
-Peraturan Pelaksanaan UU No 6 2014 dapat menjalankan usaha di bidang
tentang Desa
Bab X, Pasal 87-90
-Permendesa, PDTT Nomor 4Tahun 2014
ekonomi dan/atau pelayanan umum
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 sesuai dengan ketentuan peraturan per
tentang Badan Usaha Milik Desa
tentang Lembaga Keuangan Mikro;
undang2-an.

6. Pemerintah, Pemprov, Pemkab/Kota, dan


Pemdesa mendorong perkembangan BUM
4. BUM Desa secara spesifik tidak dapat Desa dengan:
disamakan dengan badan hukum seperti - memberikan hibah dan/atau akses
perseroan terbatas, CV, atau koperasi. Oleh permodalan;
karena itu, BUM Desa merupakan suatu - melakukan pendampingan teknis dan
badan usaha bercirikan Desa. akses ke pasar; dan
- memprioritaskan BUM Desa dalam
pengelolaan sumber daya alam di Desa.
5. Dalam hal kegiatan usaha dapat berjalan
dan berkembang dengan baik, sangat 7. Hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk:
dimungkinkan pada saatnya BUM Desa - pengembangan usaha; dan
mengikuti badan hukum yang telah - Pembangunan Desa, pemberdayaan masy
ditetapkan dalam ketentuan peraturan Desa, dan pemberian bantuan untuk masy
perundang-undangan. miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan
kegiatan dana bergulir yg ditetapkan dlm
APB Desa.

MODEL PENGEMBANGAN BADAN USAHA MILIK DESA

Usaha
Ekonomi Desa
Grand berkembang dan
Strategi PUED mandiri

TANGGUNG JAWAB

Memperluas Mengembang-
Mengembangka
Memantapkan Mendayagunakan jaringan dan akses
n pengelolaan kan usaha
potensi desa perdagangan desa
kelembagaan untuk mendorong sumber ekonomi
BUMDesa sebagai arah
pengembangan permodalan masyarakat
pengembangan produksi unggulan ekonomi desa desa
BUMDesa di desa

1 2 3 4 5

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 28


SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 29
ANALISIS USAHATANI PADI SRI
(SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION) DAN KONVENSIONAL
(Studi Kasus Pada Kelompok Tani Sri Mukti Rana Wijaya
Desa Sukanagara Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

Aceng Iskandar

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: acengiskandar2013@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian adalah (1) Membandingkan struktur biaya dan pendapatan usahatani padi
SRI (System of Rice Intensification) dan Konvensional pada Kelompok Tani Sri Mukti Rana Wijaya
di Desa Sukanagara, (2) Menghitung efisiensi usahatani padi SRI (System of Rice Intensification)
dan Konvensional pada Kelompok Tani Sri Mukti Rana Wijaya di Desa Sukanagara Kecamatan
Lakbok. Data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui wawancara dengan petani yang menerapkan metode SRI dengan menggunakan kuesioner
yang telah disiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh dari dinas atau intansi
terkait. Sampel penelitian sebanyak 15 orang petani yang menerapkan padi SRI (System of Rice
Intensification) dalam usahatani padi dengan varietas padi Situ Bagendit. Metode analisis data
yang digunakan adalah : (1) Analisis Uji t, untuk menganalisis perbandingan struktur biaya dan
pendapatan, (2) Analisa kelayakan usahatani digunakan untuk menghitung efisiensi nilai R/C.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan: (1) Rata-rata penerimaan untuk padi SRI tergolong
tinggi sebesar Rp. 40.593.000, sedangkan metode konvensional sebesar Rp. 19.062.000, dan
rata-rata pendapatan untuk petani SRI sebesar Rp. 29.170.594 sedangkan petani konvensional
sebesar Rp. 9.499.500, Hasil uji statistik thitung menunjukkan nilai 5,42 pada taraf 0,05%,
sedangkan tabel menunjukkan nilai 1,753 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara penerimaan petani menggunakan konvensional dan SRI. dan (2) Analisis
kelayakan usahatani menunjukkan hasil analisis nilai R/C Ratio masing-masing adalah 3,53 untuk
metode SRI dan 1,99 untuk metode Konvensional, sehingga usahatani ini dikatakan efisien
sehingga metode SRI (System of Rice Intensification) layak untuk dikembangkan.

Kata Kunci: Usahatani, Padi SRI, Kelompok Tani

1. PENDAHULUAN Desa Sukanagara mempunyai luas


Negara Indonesia sebagian besar wilayah mencapai 503,59
wilayahnya adalah pertanian, yang hektardengankondisi geografis wilayah
mayoritasnya usaha pertaniannya masih berada pada ketinggian 45 meter dari
berupa usaha kecil berbasis keluarga, permukaan laut dengan suhu rata-rata 280
dengan produksi musiman, praktek Celcius dan termasuk dalam tofografi
kultivasi dan manajemen yang masih dataran rendah. Penggunaan lahan di
tradisional. Kebutuhan lahan dan air untuk Desa Sukanagara didominasi oleh
pertanian di Indonesia cukup tersedia, persawahan. Akan tetapi besarnya
tetapi dengan adanya pertumbuhan potensi ini tidak dimbangi dengan inovasi
penduduk dan kebutuhan akan air dan teknologi yang ternyata masih rendah.
lahan terus meningkat, menjadikan Selain itu, kondisi geografis Desa
potensi akan lahan dan kebutuhan air Sukanagara yang tidak merata
untuk pertanian khususnya jadi terancam. ketersediaan airnya, membuat petani

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 30


harus kreatif dan inovatif untuk terus Adapun tujuan yang ingin dicapai
mengembangkan metode baru yang bisa dari penelitian ini yaitu : (1)
memecahkan permasalahan ketersediaan Membandingkan struktur biaya dan
air ini terutama untuk usahatani padi. pendapatan usahatani padi SRI (System
Dengan adanya teknologi SRI of Rice Intensification) dan Konvensional
(System of Rice Intensification), di di Kelompok Tani Sri Mukti Rana Wijaya
harapkan P3A ataupun petani penggarap di Desa Sukanagara Kecamatan Lakbok
mampu mengevaluasi kegiatan-kegiatan Kabupaten Ciamis. (2) Menghitung
usahatani yang telah dijalaninya, mulai efisiensi usahatani padi SRI (System of
dari aspek produksi padi/produktivitas Rice Intensification) dan Konvensional di
lahan, penggunaan pupuk organik setiap Kelompok Tani Sri Mukti Rana Wijaya di
musim tanam baik jumlah maupun Desa Sukanagara Kecamatan Lakbok
jenisnya, pemakaian pestisida di lahan Kabupaten Ciamis.
usahatani, jenis dan tingkat serangan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), 2. METODE PENELITIAN
kondisi air sampai dengan biaya Objek dalam penelitian ini adalah
usahatani. Dengan menggunakan metode anggota Kelompok Tani Sri Mukti Rana
SRI mampu meningkatkan hasil padi Wijaya yang menerapkan padi SRI
sampai dua kali lipat dengan (System of Rice Intencification)yang
menambahkan pupuk organik ke lahan berjumlah 15 orang petani padi. Metode
(Evans, 2006). Pada teknologi SRI, yang digunakan dalam penelitian ini
tanaman padi memiliki lebih banyak adalah metode survei. Penelitian
batang, perkembangan akar lebih besar, dilaksanakan di Desa Sukanagara Rt 05
dan bulir lebih banyak (Berkelaar, 2001). Rw 01 Kecamatan Lakbok Kabupaten
Maksud dari kajian ini yaitu : (1) Ciamis pada Novembertahun 2016-
Bagaimana perbandingan struktur biaya Februari 2017.Penelitian ini menggunakan
dan pendapatan usahatani padi SRI data primer dan data sekunder. Data
(System of Rice Intensification) dan primer yaitu data yang diperoleh dari hasil
Konvensional di Kelompok Tani Sri Mukti wawancara langsung dengan petani
Rana Wijaya di Desa Sukanagara menggunakan daftar pertanyaan,
Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis?(2) sedangkan data sekunder yaitu data yang
Bagaimana efisiensi usahatani padi SRI diperoleh dari lembaga-lembaga yang ada
(System of Rice Intensification) dan kaitannya dengan permasalahan yang
Konvensional di Kelompok Tani Sri Mukti sedang diteliti.
Rana Wijaya di Desa Sukanagara Variabel yang dioperasionalkan
Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis? dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 31


(1) Analisis Usahatani adalah analisis R/C = Penerimaan Total/Biaya Total
yang memuat sejumlah kegiatan R/C = Ratio
seperti mengurai, membedakan, TR = Total Revenue (penerimaan total)
sesuatu yang dikelompokan seperti TC = Total Cost ( biaya total)
diterapkan pada uasahatani padi SRI Dengan ketentuan-ketentuan sebagai
yang meliputi benih, pajak lahan, berikut :
tenaga kerja dan harga gabah/padi. a. R/C lebih besar dari 1 maka usahatani
(2) Usahatani adalah suatu tempat atau tersebut menguntungkan.
sebagian dari permukaan bumi b. R/C sama dengan 1 maka usahatani
dimana pertanian diselenggarakan tersebut tidak untung tidak rugi
seorang petani tertentu, apakah ia (impas).
seorang pemilik, penyakap atau c. R/C kurang dari 1 maka usahatani
manajer yang digaji dari sumber- tersebut rugi.
sumber alam yang terdapat pada Untuk pengujian hipotesisnya
tempat itu yang diperlukan untuk
digunakan uji t dengan rumus
produksi pertanian seperti tanah dan
sebagai berikut:
air, perbaikan-perbaikan yang
dilakukan atas tanah itu, sinar
matahari, bangunan-bangunan yang =
didirikan di atas tanah itu dan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagainya.
(3) Padi SRI (System of Rice Teknik Budidaya Padi SRI(System of
Rice Intensification) dan Padi
Intensification) adalah metode atau
Konvensional
teknik budidaya padi organik dengan
Kegiatan usahatani padi SRI
menekankan pada pola pengolahan
(System of Rice Intensification) adalah
tanah, pola pengelolaan tanaman,
suatu teknik budidaya pada tanaman padi
pola pemanfaatan air, dan
yang intensif dan efisien dengan proses
penggunaan pupuk organik.
manajemen sistem perakaran yang
Untuk kepentingan pencarian dan
berbasis pada pengolahan tanah,
perolehan data, digunakan teknik
tanaman, dan air. Budidaya padi di Desa
wawancara dengan instrumen penelitian
Sukanagara pada Kelompok Tani Sri
berupa pedoman wawancara (kuesioner).
Mukti Rana Wijaya meliputi pengolahan
Untuk mengetahui R/C yaitu
lahan, pembibitan, penanaman (tandur),
membandingkan antara penerimaan
pemupukan, penyiangan, pengendalian
dengan total biaya produksi (Rahim dan
hama dan penyakit, serta panen.
Hastuti, 2007) secara matematis dapat
ditulis sebagai berikut:

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 32


Tabel 1. Perbanding PadiKonvensional dan Padi SRI(System of Rice Intensification)

No Komponen Konvensional Sistem SRI


1 Kebutuhan benih 30-40 Kg/Ha 5-7 Kg/Ha
2 Pengujian Benih Tidak dilakukan Dilakukan pengujian
3 Umur persemaian 20-30 HSS 7-10 HSS
4 Pengolahan tanah 2-3 kali (stuktur lumpur) 3 kali (struktur lumpur & rata)
Jumlah
5 Rata-rata 5 pohon 1 pohon/lubang
Tanaman/lubang
6 Posisi akar waktu tanam Tidak teratur Pasisi akar horizontal (L)
Tidak digenangi hanya
7 Pengairan Terus digenangi
lembab, Disesuaikan
kebutuhan hanya dengan
8 Pemupukan Mengutamakan pupuk kimia
pupuk organik
Diarahkan pada Diarahkan pada pengelolaan
9 Penyiangan
pemberantasan gulma perakaran

Tabel 2 Perbandingan Rata-Rata Hasil Pertumbuhan Padi

Parameter SRI Konvensional


Jumlah Anak 41 anakan 26 anakan
Jumlah Bulir/malai 142 118
Jumlah Bulir/rumpun 5780 3150
Jumlah Bulir hampa/malai 2 biji 6 biji
Panjang Malai 23 cm 20 cm
Tinggi Tanaman 101 cm 90 cm
Harga Beras Mulai dari Rp 7.000/kg Rp 4.500/kg
Sumber : Hasil Survey Rata-Rata Hasil Produksi Kelompok Tani Sri Mukti Rana Wijaya Desa
Sukanagara Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN dalam satu kali proses produksi adalah


Penerimaan adalah hasil sebanyak 5.796 kilogram dengan harga
produksi dikalikan dengan harga jual yang jual Rp. 7.000 per kilogram, sehingga
berlaku pada saat penelitian sedangkan rata-rata penerimaan responden sebesar
pendapatan adalah selisih antara Rp. 29.170.594. Untuk lebih jelasnya
penerimaan dengan biaya produksi. Rata- dapat dilihat pada Tabel 3.
rata produksi padi sawah per hektar
Tabel 3. Rata-rata Produksi, Biaya Total, Penerimaan, dan Pendapatan Pada
Usahatani Padi per Hektar Dalam Satu Kali Proses Produksi di Desa Sukanagara
Tahun 2017
No Uraian Padi SRI Konvensional
1 Produksi (Kg) 5.796 4.236
2 Harga (Rp/Kg) 7.000 4.500
3 Penerimaan (Rp) 40.593.000 19.062.000

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 33


4 Biaya Total (Rp) 11.339.998 9.562.500
5 Pendapatan (Rp) 29.170.594 9.499.500
Penerimaan untuk masing-masing sedangkan pola konvensional berkisar 25-
responden berbeda tergantung kepada 30 anakan/rumpun. Dengan anakan yang
jumlah produksi yang dihasilkan. Dari cukup banyak, menyebabkan anakan
Tabel 3 terlihat bahwa penerimaan yang produktif yang terbentuk juga cukup tinggi
terbesar diperoleh dari usahatani padi SRI sehingga sangat memungkinkan hasil
yaitu pendapatan sebesar 29.170.594, gabah lebih tinggi.
sedangkan pendapatan dari padi dengan R/C Efisiensi Usahatani
sistem konvensional sebesar Efisiensi usahatani menunjukkan
9.499.500.Hasil uji statistik thitung apakah usahatani tersebut layak untuk
menunjukkan nilai 5,42 pada tarap 0,05%, dijalankan. Efisiensi yang dihitung dalam
sedangkan ttabelmenunjukkan nilai 1,753 penelitian ini yaitu efisiensi atas biaya
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat total. Tingkat efisiensi usahatani dari
perbedaan yang signifikan antara sebuah komoditas dapat terlihat dengan
penerimaan petani menggunakan metode membandingkan R/C yang diperoleh dari
konvensional dan metode SRI. Melalui suatu usahatani padi SRI dan
teknologi yang digunakan pada usahatani konvensional.
padi SRI diperoleh hasil yang lebih tinggi R/C adalah imbangan penerimaan
bila dibandingkan dengan sistem dan biaya yaitu nilai yang merupakan
konvensional. perbandingan antara rata-rata penerimaan
Peningkatan produksi/produktivitas total dengan rata-rata biaya total pada
pada umumnya terjadi karena jumlah usahatani padi SRI dan Konvensional,
anakan padi lebih banyak. Melalui paket rincian R/C masing-masing komoditas
teknologi yang digunakan pada dasarnya tanaman pangan utama dapat dilihat pada
memungkinkan terbentuknya anakan yang Tabel 4.
lebih banyak daripada sistem
konvensional. Jumlah anakan pada padi
SRI berkisar 30-60 anakan/rumpun
Tabel 4. Rata-rata Penerimaan, Pendapatan dan R/C Pada Usahatani Padi, per
Hektar Dalam Satu Kali Proses Produksi di Desa Sukanagara 2017

No Uraian Padi SRI Padi Konvensional


1 Penerimaan (Rp) 40.593.000 19.062.000
2 Biaya Total (Rp) 11.509.723 9.562.500
3 R/C 3,53 1,99

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa per hektar dalam satu kali proses produksi
rata-rata R/C dari usahatani padi sawah adalah 3,53. Nilai R/C sebesar 3,53

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 34


berarti dari setiap Rp 1,00 biaya yang metode Konvensional, sehingga
dikeluarkan petani, diperoleh penerimaan usahatani ini dikatakan efisien
sebesar 3,53 dan pendapatan sebesar Rp sehingga metode SRI layak untuk
2,53 sedangkan dengan menggunakan dikembangkan.
sistem konvensional nilai R/C sebesar 4.2. SARAN
1,99 berarti dari setiap Rp. 1,00 biaya 1) Penerapan metode SRI organik
yang dikeluarkan oleh petani, diperoleh sudah cukup baik dilakukan oleh
penerimaan sebesar 1,99 dan pendapatan petani di Desa Sukanagara
sebesar Rp 0,99. Hal ini menunjukkan Kecamatan Lakbok. Perhitungan hasil
bahwa usahatani padi sawah sistem SRI yang positif terhadap keuntungan
dalam satu kali proses produksi di Desa yang diterima baik dari segi ekonomi
Sukanagara Kecamatan Lakbok maupun non ekonomi dapat dijadikan
Kabupaten Ciamis menguntungkan dan dasar untuk menerapkan metode ini
layak untuk diusahakan. bagi petani yang belum menjalankan
pertanian organik.
4. SIMPULAN DAN SARAN 2) Pemerintah daerah seharusnya lebih
4.1. SIMPULAN meningkatkan penyuluhan kepada
1) Rata-rata penerimaan untuk SRI para petani tentang usahatani padi
tergolong tinggi sebesar Rp. Metode SRI, dan melakukan
40.593.000, sedangkan metode pembinaan teknis tentang pupuk
konvensional sebesar Rp. organik, seperti memberikan
19.062.000, dan rata-rata pendapatan rekomendasi teknis penggunaan
untuk petani SRI sebesar Rp. pupuk organik dan pupuk anorganik.
29.170.594 sedangkan petani
5. UCAPAN TERIMA KASIH
konvensional sebesar Rp. 9.499.500,
Terimakasih kepada Ketua
Hasil uji statistik thitung menunjukkan
Kelompok tani beserta anggota Kelompok
nilai 5,42 pada tarap 0,05%,
Tani Sri Mukti Rana Wijaya Desa
sedangkan tabel menunjukkan nilai
Sukanagara Kecamatan Lakbok
1,753 maka dapat disimpulkan bahwa
Kabupaten Ciamisyang telah banyak
terdapat perbedaan yang signifikan
memberikan informasi, pelajaran, dan
antara penerimaan petani
pengalaman.
menggunakan metode konvensional
dan metode SRI.
6. DAFTAR PUSTAKA
2) Analisis kelayakan usahatani
Aribawa, I., B. 2012. Pengaruh sistem
menunjukkan hasil analisis nilai R/C Tanam Terhadap Peningkatan
Ratio masing-masing adalah 3,53 Produktifitas Padi Di Lahan Sawah
Dataran Tinggi Beriklim Basah.
untuk metode SRI dan 1,99 untuk

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 35


Seminar Nasional kedaulatan
pangan dan energi.
Berkelaar, D. Sistim Intensifikasi Padi
(The system of Rice Intensification-
SRI) : Sedikit dapat memberi lebih
banyak. Buletin ECHO Development
Note, Januari 2001. ECHO Inc.
17391 Durrance Rd. North FtMyers
FI.33917 USA. pp.1-6.
Evans, C. 2006. What is SRI?. This
booklet’s author. The Farmer’s
Handbook “the Fields”. Appropriate
Technology Asia, Kathmandu,
NepalNepal@atasia.org.uk.
Indaryani, Suriani, Arman W. 2012. Impact
Of Choosen Package And Storage
Period On Several Rice Seed
Viability. Jurnal Agrisistem, 8 (2):87-
97
Mosher, A. T, 1968. Menggerakkan dan
Membangun Pertanian. Yasaguna.
Jakarta.
Rahim dan Hastuti. 2007. Pengantar dan
Kasus Ekonomika Pertanian.
Penebar Swadaya.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 36


ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN BUDIDAYA KOPI
DI BAWAH TEGAKAN MAHONI

Ary Widiyanto dan Darsono Priono

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry


Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4, Ciamis 46201
Email: ary_301080@yahoo.co.id

ABSTRAK

Salah satu alternatif pemecahan masalah alih guna lahan (perambahan) kawasan hutan Perhutani
menjadi lahan pertanian dan perkebunan adalah melalui program Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat (PHBM). Program PHBM ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan yang harmonis
antara pengelola hutan (Perhutani) dengan masyarakat di sekitarnya dengan cara berbagi
kewenangan dan berbagi hasil pengelolaan. Salah satu bentuk PHBM yang ada di KPH Ciamis
adalah PHBM berbasis kopi, dengan tanaman pokok mahoni, Tulisan ini bertujuan untuk
memberikan deskripsi biaya dan pendapatan yang diterima oleh petani kopi yang melaksanakan
kegiatan PHBM kopi di kawasan Perhutani. Data didapatkan melalui kuesioner dan wawancara
dengan petani kopi di Desa Golat dan Kertamandala, Kecamatan Panjalu, Ciamis. Pada dua tahun
pertama kegiatan PHBM petani belum mendapatkan manfaat ekonomi apapun, tetapi harus
mengeluarkan biaya persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan. Pada tahun ketiga, keempat
dan kelima petani memperoleh pendapatan bersih berturut-turut sebesar Rp 196.000/ha, Rp
6.292.000/ha dan Rp 11.100.000/ha. Usaha kopi ini dapat memberikan penghasilan tambahan
kepada petani, meskipun mereka diharuskan memberikan sharing hasil kepada Perhutani.

Kata kunci: Biaya, pendapatan, kopi, PHBM

1. PENDAHULUAN 136/KPTS/2001 sebagai kebijakan


Berkurangnya lahan hutan Perhutani perusahaan (Perum Perhutani, 2001).
karena alih guna (perambahan) untuk Program PHBM ini bertujuan untuk
tanaman pertanian dan perkebunan meningkatkan hubungan yang harmonis
menyebabkan berkurangnya lahan untuk antara pengelola hutan (Perhutani)
tanaman kehutanan. Hal ini menyebabkan dengan masyarakat di sekitarnya dengan
konflik antara Perhutani dengan cara berbagi kewenangan dan berbagi
masyarakat. Salah satu alternatif hasil pengelolaan (Affianto, 2005). PHBM
pemecahan masalah tersebut adalah merupakan suatu instrumen untuk
melalui program Pengelolaan Hutan mencapai tujuan pengelolaan hutan, yaitu
Berbasis Masyarakat (PHBM). PHBM kelestarian hutan, keseimbangan ekologis
adalah suatu program dari Perum dan kesejahteraan masyarakat. Dengan
Perhutani yang dicetuskan pada tahun kata lain, adalah suatu kondisi dimana
1999. Konsep PHBM ini lahir sebagai kepentingan para pihak dapat terpenuhi
manifestasi dari adanya perubahan Dengan demikian, hutan kemasyarakatan
paradigma yang terjadi di tubuh Perhutani. sebagai sistem pengelolaan hutan yang
Dalam menerapkan PHBM, Perhutani berbasis masyarakat intinya adalah
mengeluarkan SK Direksi Nomor masyarakat lokal merupakan titik sentral
sebagai pelaku utama, pemerintah dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 37


pihak lainnya berperan sebagai fasilitator hal ini dilakukan di Desa Golat dan
yang memberi dukungan agar Kertamandala. Jumlah responden
pengelolaan hutan yang dilakukan sebanyak lima orang dari Lembaga
masyarakat berkembang secara adil dan Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Cilimus
lestari (Rosdiana, 2004). Prinsip-prinsip yang dipilih secara acak.
dalam menerapkan PHBM meliputi prinsip
saling percaya, prinsip kesepahaman, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
prinsip kesetaraan, prinsip keadilan, 3.1. Kegiatan PHBM dan Produksi Kopi
prinsip keterbukaan, prinsip kebersamaan Jenis tanaman pada kegiatan
dan prinsip kesediaan berbagi. tumpangsari yang dilakukan oleh LMDH
Salah satu bentuk PHBM yang ada di Cilimus adalah tanaman kopi, dengan
KPH Ciamis adalah PHBM berbasis kopi, tanaman pokok mahoni. Sebelum
dengan tanaman pokok mahoni. Kegiatan ditanam, dilakukan persiapan lahan
ini sudah mulai dilaksanakan sejak awal dengan jumlah tenaga kerja 10 orang
kegiatan PHBM, yaitu awal tahun 2000- untuk lahan seluas 1 ha. Tanaman kopi
an. Bertitik tolak dari permasalahan di mulai ditanam pada bulan Oktober 2008,
atas dan melihat arti pentingnya PHBM bersamaan dengan tanaman pokoknya.
dalam meningkatkan pendapatan Saat ini sistem PHBM mahoni-kopi
masyarakat, maka perlu dilakukan memasuki tahun ke-5 dari penanaman
penelitian mengenai PHBM dan prospek atau tahun ke-3 pemanenan. Kopi
keberhasilan tanaman yang ada di lahan ditanam dengan jarak tanam 1,8 x 1,8 m
garapan PHBM. Tulisan ini bertujuan untuk tanaman yang akan diokulasi (stek),
untuk memberikan deskripsi biaya dan dan 2 x 2 m untuk tanaman tanpa stek.
pendapatan yang diterima oleh petani kopi Sedangkan tanaman pokoknya, yaitu
yang melaksanakan kegiatan PHBM kopi mahoni, ditanam dengan jarak tanam 3 x
di bawah tegakan mahoni di kawasan 3 m. Tanaman kopi dapat mulai dipanen
Perhutani. pada umur 3 tahun setelah penanaman.
Tanaman kopi dapat dipanen tiga
2. METODEPENELITIAN kali dalam satu tahun, dengan jarak panen
Penelitian dilakukan di Desa Golat sekitar 4 bulan. Jumlah panen kopi pada
dan Kertamandala, yang termasuk dalam musim panen pertama (tahun ke-3)
RPH Panjalu, BKPH Ciamis, KPH Ciamis, mencapai 100 kg/ha. Pada tahun ke-4
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan meningkat menjadi 600-800 kg/ha, dan
Banten. mencapai puncaknya pada tahun ke-5
Kuesioner dan wawancara dalam sebanyak 1000-1200 kg/ha, dan
rangka pengumpulan data kualitatif dan cenderung stabil pada tahun berikutnya
kuantitatif di lokasi penelitian yang dalam sampai dengan tahun ke-20, tergantung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 38


pada pemeliharaan. Pemeliharaan utama hasil yang disepakati adalah 80% untuk
yang perlu dilakukan adalah pemupukan petani dan 20% untuk Perhutani
yang dilakukan setiap tahun dan (termasuk 5% untuk LMDH, dan lain-lain).
penunasan yang mulai dilakukan pada
tahun ke-4. Penunasan adalah kegiatan 3.2. Analisis Biaya Petani Kopi
membuang tunas baru yang tumbuh pada Secara garis besar, komponen
batang atau cabang utama. Jika dibiarkan pengeluaran terdiri atas dua komponen
maka tunas ini akan tumbuh menjadi utama, yaitu biaya-biaya dan pembelian
cabang baru yang akan menyedot nutrisi bahan. Komponen biaya terdiri atas enam
(zat makanan) pada tanaman kopi jenis biaya, yaitu biaya persiapan lahan,
sehingga mengakibatkan penurunan biaya penanaman, biaya pemeliharaan,
produksi kopi. Kegiatan ini dilakukan tiga biaya pemanenan, biaya pengupasan,
kali dalam satu tahun. dan biaya pengangkutan.
Petani menggunakan pupuk
3.2.1. Biaya persiapan lahan
anorganik/pabrik disebabkan pupuk
Biaya persiapan lahan merupakan
kandang harganya lebih mahal karena
biaya yang dikeluarkan oleh petani pada
ongkos angkut (Rp 7000/karung) yang
saat awal pembukaan lahan, setelah
lebih besar dibandingkan harga pupuknya
dilakukan penebangan pohon mahoni oleh
(Rp 5000/karung). Pupuk yang digunakan
Perhutani. Untuk persiapan lahan seluas 1
adalah urea dengan dosis masing-masing
ha, diperlukan 10 HOK atau setara
100 kg/ha pada tahun pertama dan 150
dengan Rp 500.000. Biaya ini sepenuhnya
kg/ha pada tahun kedua. Pada tahun
ditanggung oleh petani, meskipun lahan
ketiga dan seterusnya digunakan pupuk
yang dipersiapkan termasuk untuk
urea dan TSP dengan perbandingan 1:1.
penanaman mahoni disediakan oleh
Berdasarkan informasi petani diketahui
Perhutani.
bahwa jumlah pupuk yang mereka
3.2.2. Biaya penanaman
gunakan termasuk kategori sedang,
Biaya penanaman juga ditanggung
karena keterbatasan modal yang mereka
sepenuhnya oleh petani, meskipun untuk
miliki. Artinya, jika jumlah pupuk yang
penanaman mahoni diperlukan 10 HOK
diberikan lebih banyak, maka produksi
atau Rp 500.000, lebih besar dari biaya
kopi dipastikan akan meningkat cukup
penanaman kopi yang sebesar 6 HOK
signifikan.
atau Rp 300.000, untuk setiap ha.
Harga jual kopi adalah Rp 15.000-
Rp 17.000 dan relatif stabil dalam 3 tahun
terakhir. Besarnya biaya dan pendapatan
petani dari sistem tumpangsari bisa dilihat
pada Tabel 1. Besarnya sharing atau bagi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 39


Tabel 1. Komponen biaya dan pendapatan petani kopi pada sistem PHBM Mahoni-Kopi
Biaya Total Biaya (Rp)
No Uraian Volume
Satuan (Rp) Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5 s/d 20
A. Biaya
1. Persiapan lahan 10 HOK 50,000 500,000
2. Penanaman
a.Tanaman pokok
10 HOK 50,000 500,000
(mahoni)
b.Tanaman sela (kopi) 6 HOK 50,000 300,000
3. Pemeliharaan
a. Pemupukan
- Pertama HOK 50,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000
- Kedua HOK 50,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000
- Ketiga HOK 50,000 300,000 300,000
b.Penunasan
- Pertama HOK 50,000 250,000 250,000
- Kedua HOK 50,000 250,000 250,000
- Ketiga HOK 50,000 250,000 250,000
4. Pemanenan HOK 50,000 250,000 500,000 750,000
5. Pengupasan kg 350 35,000 245,000 385,000
6. Pengangkutan kw 50,000 50,000 400,000 400,000

B. Bahan
1.Bibit 2.500 bibit 200 500,000
2.Pupuk
-Pupuk urea kg 2,200 220,000 330,000 220,000 440,000 440,000
-Pupuk TSP kg 2,000 200,000 400,000 400,000

C Pendapatan
-Panen kg 16,000 1,600,000 11,200,000 17,600,000

D Total Pengeluaran (A+B) 2,920,000 1,230,000 1,355,000 3,335,000 3,725,000


E Total Pendapatan( C ) 0 0 1,600,000 11,200,000 17,600,000
F Keuntungan/Kerugian (E-D) -2,920,000 -1,230,000 245,000 7,865,000 13,875,000
G Sharing PHBM (20%) 0 0 49,000 1,573,000 2,775,000
H Pendapatan Bersih (F-G) -2,920,000 -1,230,000 196,000 6,292,000 11,100,000

3.2.3. Biaya pemeliharaan biaya yang dikeluarkan adalah 18 HOK


Biaya pemeliharaan adalah biaya atau Rp 900.000 per tahun/ha pada tahun
yang dikeluarkan oleh petani kopi pada ke-1 dan ke-2, dan 12 HOK atau Rp
setiap periode pemeliharaan tanaman 600.000 per tahun/ha pada tahun ke-3
kopi. Biaya pemeliharaan kopi dibedakan dan seterusnya. Biaya penunasan mulai
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu biaya timbul pada tahun ke-4 dan seterusnya,
pemupukan dan biaya penunasan. Biaya dengan biaya sebesar 15 HOK atau Rp
pemupukan biaya tenaga kerja yang 750.000 per tahun/ha.
diperlukan untuk kegiatan pemupukan.
Kegiatan pemupukan dilaksanakan mulai
tahun pertama dan seterusnya. Besarnya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 40


3.2.4. Biaya pemanenan Komponen pembelian bahan terdiri
Biaya pemanenan mulai dikeluarkan dari dua jenis biaya, yaitu pembelian bibit
petani pada tahun ketiga, yaitu pada saat dan pembelian pupuk.
mulai panen. Pada panen pertama,
3.2.7. Biaya pembelian bibit
sekitar 100 kg/ha diperlukan biaya 5 HOK
Untuk jarak tanam 2 x 2 m, dalam
atau Rp 250.000 /ha. Pada tahun ke-4,
setiap ha diperlukan 2.500 bibit seharga
panen meningkat menjadi 600-800 kg/ha
Rp 200/bibit (tahun 2008), sehingga biaya
dan diperlukan biaya 10 HOK atau Rp
pembelian bibit adalah Rp 500.000/ha.
500.000/ha, dan mencapai puncaknya
3.2.8. Biaya pembelian pupuk
pada tahun ke-5 sebanyak 1.000-1.200
Pupuk yang digunakan adalah urea
kg/ha yang diperlukan biaya 15 HOK atau
pada tahun pertama dan kedua, serta
Rp 750.000 /ha.
pada tahun ketiga dengan seterusmya
3.2.5. Biaya pengupasan
digunakan pupuk urea dan TSP dengan
Untuk meningkatkan harga jual dan
perbandingan 1:1. Pada tahun pertama
mengurangi biaya pengangkutan, maka
dibutuhkan biaya Rp 220.000/ha. Untuk
kopi hasil panen dikupas kulitnya terlebih
tahun kedua dan ketiga masing-masing
dahulu di sekitar camp pemanenan. Untuk
dibutuhkan biaya Rp 330.000/ha dan Rp
setiap kg kopi diperlukan biaya Rp 350.
440.000/ha. Untuk tahun keempat dan
Sehingga, biaya pengupasan yang harus
seterusnya, biaya yang dikeluarkan petani
dikeluarkan petani berturut-turut adalah
relative tetap, yaitu Rp 840.000/ha.
Rp 35.000 pada musim panen pertama,
Rp 245.000 pada musim panen kedua,
3.3. Sharing PHBM dan Analisis
dan Rp 385.000 pada musim panen
Pendapatan Petani Kopi
ketiga dan seterusnya.
Pendapatan yang diperoleh petani
3.2.6. Biaya pengangkutan hanya berasal dari penjualan kopi yang
Biaya pengangkutan merupakan mulai diperoleh pada tahun ke-3 dan
biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk seterusnya. Dengan harga rata-rata kopi
mengangkut kopi hasil panen dari dalam sekitar Rp 16.000/kg, maka pada tahun
areal hutan keluar areal hutan. Ada dua ke-3, dengan panen sejumlah 100 kg/ha,
jenis angkutan yang biasanya digunakan petani kopi akan memperoleh pendapatan
oleh petani, yaitu menggunakan motor Rp 1.600.000/ha. Pada tahun ke-4
pada musim panen pertama dengan biaya dengan jumlah panen rata-rata 700 kg/ha,
Rp 50.000 dan menggunakan mobil mulai maka petani kopi akan memperoleh
musim panen kedua dan seterusnya, pendapatan Rp 11.200.000/ha.
dengan biaya Rp 400.000/tahun. Pendapatan petani akan mencapai
puncaknya pada tahun ke-5, yaitu rata-

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 41


rata sebesar 1.100 kg/ha, sehingga petani merupakan sumber utama penghasilan.
kopi akan memperoleh pendapatan Rp Hasil yang sama disampaikan oleh
17.600.000/ha. Pada tahun berikutnya, Widianingsih (2006), yang melaporkan
jumlah panen akan sangat dipengaruhi bahwa pada program PHBM di KPH
oleh kegiatan pemeliharaan oleh petani. Bandung Selatan penghasilan dari kopi
Pada tahun pertama dan kedua berkontribusi 100% terhadap pendapatan
petani belum memperoleh pendapatan, petani dengan luas lahan < 0,25 ha.
bahkan petani harus mengeluarkan biaya
sebesar Rp 2.920.000 pada tahun 4. KESIMPULAN DAN SARAN
pertama untuk kegiatan persiapan lahan, 4.1. Kesimpulan
penanaman dan pemeliharaan. Pada Pada dua tahun pertama kegiatan
tahun kedua petani harus mengeluarkan PHBM petani belum mendapatkan
biaya sebesar Rp 1.230.000 untuk manfaat ekonomi apapun, tetapi harus
kegiatan pemeliharaan. Setelah panen mengeluarkan biaya persiapan lahan,
pada tahun ketiga, petani baru penanaman dan pemeliharaan. Pada
memperoleh pendapatan kotor sebesar tahun ketiga, keempat dan kelima petani
Rp 245.000/ha. Dengan adanya sharing memperoleh pendapatan bersih berturut-
dengan Perhutani sebesar 20%, maka turut sebesar Rp 196.000/ha, Rp
petani hanya memperoleh pendapatan 6.292.000/ha dan Rp 11.100.000/ha.
bersih sebesar Rp 196.000/ha. Tingkat pendapatan petani setelah tahun
Pada tahun keempat, petani kelima sangat dipengaruhi oleh kegiatan
memperoleh pendapatan kotor sebesar pemeliharaan yang mereka lakukan.
Rp 7.865.000/ha dan pendapatan bersih
sebesar Rp 6.292.000/ha. Pada puncak 4.2. Saran
musim panen pada tahun ke-5, petani Perlu adanya bantuan dari
memperoleh pendapatan kotor sebesar Perhutani, khususnya berupa pupuk yang
Rp 13.875.000/ha dan pendapatan bersih akan meningkatkan produksi kopi yang
sebesar Rp 11.100.000/ha. sekaligus akan meningkatkan sharing
Pada umumnya petani kopi cukup petani ke Perhutani. Perlu diberikan lahan
puas dengan adanya kegiatan PHBM, khusus untuk kegiatan tumpangsari
karena meskipun harus memberikan (misalnya dengan palawija) untuk
sharing kepada Perhutani, mereka tidak menambah penghasilan petani pada dua
perlu memiliki lahan atau mengeluarkan tahun pertama, sehingga petani juga
biayak untuk menyewa lahan. selalu berkontribusi dalam menjaga
Bagi petani, khususnya yang keamanan kawasan hutan.
memiliki lahan sempit (< 0,25 ha),
penghasilan kopi dari program PHBM

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 42


5. DAFTAR PUSTAKA

Affianto A, Djatmiko, W.A., Riyanto, S.,


Hermawan, T.T., 2005. Analisis
Biaya dan Pendapatan dalam
Pengelolaan PHBM: Sebuah
Panduan Perhitungan Bagi-Hasil.
Bogor: Pustaka Latin.
Cahyono, B. 2011. Sukses Berkebun
Kopi. Jakarta: Pustaka Mina.
Perum Perhutani. 2001. SK Dewan
Pengawasa Perum Perhutani No.
136/KPTS/2001 Tentang
Pengelolaan Sumberdaya Hutan
Bersama Masyarakat.
Rosdiana E. 2004. Efektivitas Proyek
OECF (JBIC) dalam Pengembangan
Hutan Kemasyarakatan (HKm).
Jurnal Kehutanan Masyarakat, 2(2):
36-53.
Widianingsih, Y. 2006. Kontribusi
Pengelolaan Kopi di Bawah
Tegakan dalam Program PHBM
Terhadap Pendapatan Rumah
Tangga di KPH Bandung Selatan.
Skripsi: Institut Pertanian Bogor.
Bogor. Tidak Dipublikasikan.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 43


PENGARUH PEMBERIAN PANGKASAN GAMAL (Gliricidia sepium)
TERHADAP HARA TANAH PADA SISTEM MONOKULTUR DAN AGROFORESTRY

Ary Widiyanto dan Aris Sudomo

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry,


Jl Raya Ciamis-Banjar Km 4, PO BOX 5 Ciamis
Telp, (0265) 771352 Fax (0265) 775866
Email: ary_301080@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui neraca hara pada lahan agroforestri (AF) dibandingkan
dengan pertanian monokultur (NAF) dengan pemberian bahan organik berupa pangkasan gamal.
Jumlah petak penelitian berukuran 3 m x 2 m adalah 8 petak dalam dua sistim penggunaan lahan
(AF dan NAF), dua perlakuan (dengan pemberian BO dan tanpa pemberian BO/kontrol) dan dua
ulangan. Jumlah BO gamal yang diaplikasikan sebanyak 0,6 kg/petak. Pengukuran kadar C
organik, N dan P dilakukan tiga kali pada empat kedalaman 0-10 cm, 10-30 cm, 30-50 cm dan >50
cm. Analisis sidik ragam dilakukan antara kadar hara dengan jenis perlakuan, pola tanam dan
kedalaman tanah serta uji korelasi antara kadar hara dengan waktu pengukuran. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pemberian BO gamal berpengaruh nyata terhadap kadar C, N dan P tanah.
Sebaliknya pola tanam dan kedalaman tanah tidak berpengaruh secara nyata terhadap kadar C, N
dan P tanah, sedangkan waktu pengukuran berkorelasi dengan kadar C, N dan P tanah.
Pemberian pangkasan gamal memberikan neraca hara positif baik pada sistim agroforestri
maupun monokultur.

Kata kunci: Neraca hara, gamal, bahan organik, kedalaman tanah

1. PENDAHULUAN Untuk mengatasi hal tersebut, telah


Banyak lahan dikonversi dari diupayakan bentuk-bentuk teknologi
ekosistem alami untuk produksi pangan di alternatif untuk menekan penggunaan
banyak negara tropis dan subtropik pupuk kimia, salah satunya dengan
termasuk lahan marjinal untuk pertanian memanfaatkan bahan maupun pupuk
karena memiliki kondisi yang curam, tidak organik. Salah satu bahan organik yang
subur, dan sangat terpengaruh oleh tumbuh di alam dan cukup mudah
berbagai proses degradatif tanah (Lal, didapatkan adalah tanaman dari famili
1990). Tanah terdegradasi menghasilkan leguminoceae. Salah satu diantaranya
produksi panen yang buruk, memacu adalah Gamal (Gliricidia sepium). Gamal
eksploitasi lebih lanjut dari sumber daya merupakan salah satu jenis tanaman yang
dan penipisan tanah (Brady dan Weil, dapat dipergunakan sebagai sumber
2002 dalam Augustine, et al, 2006). pengadaan hijauan untuk pakan ternak
Mengatasi hal tersebut, umumnya petani ruminansia dan merupakan tanaman
akan menggunakan pupuk anorganik berbentuk pohon dengan ukuran sedang
untuk meningkatkan kembali produksi (Mathius, 1984).
pertanian mereka, meskipun pada jangka Chadhokar (1982) melaporkan
panjang, hal ini berdampak negatif pada bahwa tanaman tersebut dapat tumbuh
kondisi tanah. pada beberapa jenis tanah, termasuk jenis

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 44


tanah yang kurang subur dengan meningkatkan ketersediaan hara dalam
ketinggian lokasi mencapai 1.300 m dari tanah.
permukaan laut serta tahan terhadap
musim kemarau yang panjang. Juga 2. METODE PENELITIAN
dilaporkan bahwa tanaman ini dapat A. Waktu dan Tempat
tumbuh di tanah yang asam, yang oleh Penelitian ini dilaksanakan pada
tanaman sebangsanya tidak dapat bulan Januari-Desember 2013 di Desa
ditumbuhi, misalnya pada daerah bekas Raksabaya, Kecamatan Cimaragas,
perkebunan teh. Demikian mudah Ciamis. Secara geografi lokasi penelitian
pertumbuhannya sehingga tanaman ini terletak pada koordinat 7o23o05,2” LS dan
akan cepat berkembangbiak. 108o28o01,0” BT dengan ketinggian 145 m
Keunggulan tanaman ini dari permukaan laut. Curah hujan rata-
dibandingkan jenis leguminoceae lain rata adalah 1.550 – 2.195 mm. Jenis
yang berbentuk pohon adalah: 1) mudah tanah yang terdapat di lokasi tersebut
dibudidayakan; 2) pertumbuhannya cepat; umumnya adalah andosol. Penelitian ini
3) produksi biomassanya tinggi; serta 4) dilakukan pada lahan milik Balai
berpotensi sebagai tanaman konservasi Penelitian Teknologi Agroforestri (BPTA)
khususnya dalam sistem budidaya lorong seluas 0,9 ha yang diusahakan dengan
(alley cropping). Selain itu, gamal juga pola agroforestri dengan kombinasi
mempunyai kandungan nitrogen yang sengon dan kacang tanah. Sengon
cukup tinggi dengan C/N rendah, berumur sekitar 2 tahun ditanam dengan
menyebabkan biomasa tanaman ini jarak tanam 3 m x 2 m sedang kacang
mudah mengalami dekomposisi. Tanaman tanah ditanam 0,2 m x 0,25 m yang
ini lebih mudah diperoleh dan berpeluang membentuk rumpun.
untuk tersedia lebih banyak dalam B. Prosedur Penelitian
lingkungan maupun lahan usahatani Bahan organik yang diaplikasikan ke
umumnya, khususnya tanaman semusim lahan meliputi:
dengan penataan lahan yang lebih baik 1. Pangkasan Gamal (A).
dan teratur (Jusuf, dkk., 2007). 2. Tanpa penambahan BO sebagai
Penelitian ini bertujuan untuk kontrol (B).
mengetahui dinamika hara pada lahan Kedua perlakuan tadi diaplikasikan
agroforestri dengan pemberian pangkasan pada dua sistim penggunaan lahan, yaitu
gamal. Hasil yang diharapkan adalah sistim agroforestri (AF), tumpangsari
tersedianya data dan informasi sejauh sengon dengan kacang tanah dan
mana hijauan gamal dapat berkontribusi monokultur kacang tanah (NAF). Dosis
dalam mempertahankan dan pemberian BO mengacu pada potensi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 45


produksi gamal pada beberapa literatur, dekomposisi seresah, sisa tanaman hasil
yaitu: pangkasan dan sebagainya) dilakukan
Tabel 1. Produksi Biomasa Gamal dengan jalan menimbang bahan di
Menurut Beberapa Referensi
lapangan dan pengambilan contoh untuk
Produksi biomasa analisis konsentrasi total C-organik
-
Sumber (berat kering) (Mg ha
1
/tahun) (Walkey and Black), total N (Kjehldahl),
Wasrin, et al., 8,0
(1997) dalam
dan P-tersedia (Bray I) di Laboratorium
Hairiah, dkk., (2003) Balai Penelitian Tanah Kementerian
Stewart, el al., (1996) 5 – 16
Makumba, et al., 1,7 – 8,2 Pertanian, Bogor. Pengukuran
(2006) dalam Beedy, ketersediaan hara tanah dilakukan 3 kali,
et al., (2010)
Vanlauwe, et al., 2,5 – 5,5 yaitu di awal (0 bulan setelah
(2005) dalam Beedy,
et al., (2010) aplikasi/BSA), pertengahan (2 BSA) dan
Kang, et al. (1999) 5,7 akhir (5 BSA), atau setelah panen kacang
dalam Beedy, et al.,
(2010) tanah.
D. Analisa Data
Berdasarkan beberapa referensi di
Data yang diperoleh dianalisis
atas, untuk ukuran plot 2m x 3m (6 m2)
dengan menggunakan (analysis of
diambil nilai tengah, yaitu 0,6 kg/plot untuk
variance/ ANOVA), dengan variabel bebas
sekali pangkas. Jika dalam satu tahun ada
aplikasi bahan organik dan sistim
3 x pangkas, maka total masukan BO
penggunaan lahan sedangkan variabel
kering adalah 1,8 kg/tahun/6 m2, atau 3
tidak bebas meliputi kandungan BO (C, N,
mg ha-1/tahun. BO diletakan pada
dan P) pada berbagai kedalaman. Juga
permukaan tanah diantara barisan kacang
dilakukan uji korelasi antara kandungan
tanah dengan masing-masing sebanyak
BO (C, N, dan P) dengan waktu
dua ulangan, sehingga total plot yang
pengukuran.
digunakan ada 8 (delapan). Untuk
menghindari adanya litterfall yang masuk 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan jaring (littertrap) di atas plot A. Status Hara Tanah Sebelum
Perlakuan
dan bambu penghalang di pinggir plot.
C. Pengukuran Tanah di daerah ini termasuk dalam
Pada awal percobaan dilakukan jenis andosol, dengan tekstur lempung
pengukuran karakteristik kimia dan fisik berliat pada bagian atas (kedalaman 0 –
tanah dengan jalan mengambil contoh 10 cm) dan liat pada bagian tengah dan
pada kedalaman 0 – 10 cm, 10 – 30 cm, bawah (kedalaman > 10 cm). Hasil analisa
30 – 50 cm dan > 50 cm. Pengukuran kimia tanah menunjukkan bahwa
kandungan hara yang masuk selama kandungan hara tanah di lokasi
proses penelitian (berasal dari percobaan relatif rendah. secara

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 46


keseluruhan pH tanah termasuk sedang polifenol > 2%. Berdasarkan Tabel 2,
hingga mendekati netral (5,85 – 6,5). dapat disimpulkan bahwa pangkasan
Kondisi pH tanah yang optimum adalah gamal memenuhi persyaratan sebagai
di sekitar pH netral (pH 6,5 – 7,0). Pada masukan bahan organik. Berdasarkan
kondisi reaksi tanah demikian sebagian jumlah pangkasan biomasa yang
besar unsur hara berada dalam kondisi dihasilkan per tahun dan kadar hara N, P
tersedia bagi tanaman apabila jumlah dan C organik (Tabel 2), maka dapat
cadangan unsur hara tanah sebelumnya diestimasi jumlah masukan hara C, N, dan
cukup (USDA, 1998). P per tahun (3 x pangkas), yaitu C
Berdasarkan Tabel 1. di atas dapat sebesar 1,485 Mg ha-1, N sebesar 0,446
dilihat bahwa kadar C, N dan P tergolong Mg ha-1 dan P sebesar 0,575 Mg ha-1.
rendah sampai sangat rendah. Menurut
Hairiah, dkk., (2003) tanah di daerah C. Dinamika Kandungan Hara Tanah
tropika dengan kadar < 2% dikategorikan Perbedaan pola tanam dan
sebagai tanah yang tidak subur. Nilai pH kedalaman tanah tidak berpengaruh nyata
tanah menggambarkan kondisi reaksi (p>0,05) terhadap kadar C, N dan P
larutan terlarut unsur-unsur hara mineral dalam tanah. Namun demikian
untuk diserap sistim perakaran pohon. perbedaan pemberian jenis bahan organik
ke dalam tanah secara nyata (p<0,05)
B. Karakteristik kimia BO meningkatkan kadar C, N dan P tanah.
Kadar hara BO yang digunakan C.1. Kadar C Tanah
dalam percobaan dapat dilihat pada Tabel Pemberian bahan organik gamal
2. meningkatkan C organik rata-rata 46,4%
Tabel 2. Hasil Analisa BO dari Pangkasan lebih besar dari pada perlakukan kontrol
Daun dan Ranting Gamal (Gambar 2). Hasil uji korelasi menunjukan
Kualitas Biomasa bahwa perbedaan waktu pengamatan
C N P Lignin Polifenol
pH berpengaruh nyata terhadap kadar C-
% % % % %
organik tanah. Pada perlakuan kontrol,
55 16,5 21,3 5,5 11,35 3,75
kadar C organik terus menurun dengan
meningkatnya waktu, sedangkan
Menurut Hairiah, dkk., (2003), nilai
pemberian bahan organik gamal
kritis konsentrasi N dalam bahan organik
meskipun terjadi penurunan, tapi tidak
adalah 1,9%, P: 0,25%, lignin > 15% dan
sebesar pada kontrol.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 47


Gambar 2. Kadar C-Organik Tanah pada Berbagai Kedalaman Tanah Setelah Aplikasi Bahan
Organik

C.2. Kadar N Tanah pada pemberian bahan organik gamal


Perbedaan waktu pengamatan juga hanya kehilangan unsur N sebesar 45,8%,
berpengaruh nyata terhadap kadar N sedangkan pada kontrol kehilangan unsur
tanah. Pada perlakuan pemberian bahan N sebesar 63,5%, artinya, pemberian
organik gamal dan kontrol kadar N terus bahan organik gamal dapat meningkatkan
menurun pada pengukuran kedua kadar N rata-rata 48,6% lebih besar dari
pengukuran ketiga. Meskipun demikian, pada kontrol (Gambar 3).

Gambar 3. Kadar Total N pada Berbagai Kedalaman Tanah Setelah Aplikasi Bahan Organik

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 48


Hal sesuai dengan Jusuf (2006) Pemberian bahan organik gamal
dalam Jusuf (2007), bahwa daun gamal meningkatkan P rata-rata 88% lebih besar
jika dijadikan pupuk organik mempunyai dari pada perlakukan kontrol (Gambar 4).
kandungan nitrogen lebih tinggi sehingga Dalam tiga kali pengamatan diketahui,
sangat cocok jika diaplikasikan pada bahwa perbedaan waktu pengamatan
tanaman yang menghasilkan bagian berpengaruh nyata terhadap kadar P
vegetatif sebagai bagian tanaman yang tanah, di mana pada perlakuan kontrol
dipanen. Kemampuan tanaman gamal kadar P terus menurun dengan
untuk tumbuh diduga berasal dari meningkatnya waktu, sedang pemberian
pasokan N dari bintil akar tanaman, bahan organik gamal relatif stabil. Pada
dimana kemampuan bintil akar sebagai pemberian bahan organik gamal, pada
penambat N. Peranan rhizobium terhadap pengukuran akhir diketahui hanya terjadi
pertumbuhan tanaman khususnya kehilangan unsur P sebesar 14,3%,
berkaitan dengan masalah ketersediaan sedangkan pada kontrol terjadi kehilangan
nitrogen bagi tanaman inangnya hara yang sangat besar, yaitu sebesar
(Rahmawati, 2005). 54,4%.
C.3. Kadar P Tanah

Gambar 4. Kadar P Tersedia Pada Berbagai Kedalaman Tanah Setelah Aplikasi Bahan Organik

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 49


Berdasarkan kondisi C, N, dan P di gamal dapat diperoleh Sebesar 3,15
atas, dapat disimpulkan bahwa gamal persen N, 0,22 persen P, 2,65 persen K,
cocok ditanam dalam sistem budidaya 1,35 persen Ca dan 0,41 persen Mg.
lorong sebagai sumber bahan organik.
Kang, et al., (1990) dalam Ibrahim (2001) D. Perbandingan neraca hara sistim
melaporkan bahwa diperkirakan jumlah agroforestri dengan monokultur
unsur hara yang dapat didaurulangkan Neraca hara dalam penelitian ini
oleh sistem budidaya lorong setiap tahun dibatasi pada masukan hara kedalam
melalui biomasa bagian atas tanaman ekosistim berupa bahan organik hasil
gamal rata-rata per ha adalah 165 kg N, pangkasan gamal serta hara yang keluar
14 kg P, 113 kg K. Dengan potensi yang melalui panen tanaman semusim (kacang)
cukup besar tersebut, memungkinkan (Widiyanto, 2014).
tanaman ini mampu mempertahankan Jumlah hara yang masuk dan keluar
kontinuitas produksi tanaman semusim dari ekosistim agroforestri sengon-kacang
khususnya yang dibudidayakan secara tanah dengan perlakuan pemberian
alley cropping. Ibrahim (2001) pangkasan gamal dapat diasumsikan
memperlihatkan bahwa ternyata dari daun pada Tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan Neraca C, N Dan P Pada Agroforestri Sengon-Kacang Tanah
Dengan Pangkasan Gamal
Sumber Pemasukan Pengeluaran Status Akhir Hara
C N P C N P C N P
BO
(Mg/ ha) (Mg/ ha) (Mg/ ha) (Mg/ ha) (Mg/ ha) (Mg/ ha) (Mg/ ha) (Mg/ ha) (Mg/ ha)
Pangkasan gamal 1,485 0,446 0,575 0,402 0,098 0,089 1,083 0,347 0,486
Tanpa perlakuan
(kontrol) 0 0 0 0,373 0,091 0,083 -0,373 -0,091 -0,083

Berdasarkan Tabel 4, pemberian positif C = 1,083 Mg ha-1, N = 0,347 Mg


pangkasan gamal secara berkala ha-1, dan P = 0,486 Mg ha-1.
memberikan neraca positif dimana Seperti pada sistim agroforestri,
pemasukan unsur C, N dan P. Sebaliknya, pemberian pangkasan gamal secara
tanpa adanya tambahan bahan organik, berkala memberikan neraca positif pada
dengan adanya pengeluaran hara (panen monokultur kacang tanah, dan defisit hara
kacang tanah) terjadi defisit hara. pada kontrol, dengan adanya pengeluaran
Pengeluaran ini belum termasuk hara hara berupa panen kacang tanah. Pada
yang tercuci kelapisan bawah tanah atau status hara akhir penelitian diketahui
terbawa oleh erosi tanah. Pada status bahwa jika dibandingkan kontrol,
hara akhir penelitian diketahui bahwa jika pemberian pangkasan gamal memberikan
dibandingkan kontrol, adanya pemberian neraca positif C, N dan P berturut-turut
pangkasan gamal memberikan neraca

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 50


sebesar 0.855 Mg ha-1, 0,292 Mg ha-1 dan DAFTAR PUSTAKA
-1 Augustine, C.M.J., Vogt, K.A., Harrison,
0,435 Mg ha .
R.B., & Hunsaker, H.M. 2006.
Berdasarkan data tersebut, Nitrogen-Fixing Trees in Small-Scale
Agriculture of Mountainous
pemanfaatan bahan organik melalui
Southeast Guatemala: Effects on
pangkasan ranting dan daun secara Soil Quality and Erosion Control.
Journal of Sustainable Forestry
berkala dari pohon dalam sistim
23(4). doi:10.1300/J091v23n04_04.
agroforestri memberikan pengaruh positif Beedy, T.L., Snapp, S.S., Akinnifesi, F.K.,
Sileshi, G.W. 2010. Impact of
dalam meningkatkan kesuburan dan
Gliricidia sepium intercropping on
ketersediaan hara di dalam tanah serta soil organic matter fractions in a
maize-based cropping system.
dapat mengurangi pemakaian pupuk
Agric. Ecosyst. Environ.
anorganik. doi:10.1016/j.agee.2010.04.008.
Chadhokar, P.A. 1982. Gliricidia maculata:
A promising legume fodder plant.
4. SIMPULAN DAN SARAN World Anim. Rev., 44 p; 36-43.
Hairiah K, Utami, S.R., Lusiana, B., dan
4.1. Simpulan
van Noordwijk, M. 2003. Bahan Ajar
(1) Pemberian bahan organik (BO) berupa 6. Neraca Hara dan Karbon dalam
Sistim Agroforestri. Word
pangkasan gamal berpengaruh nyata
Agroforestri Centre (ICRAF).
terhadap kadar C, N dan P tanah. Ibrahim, B., 2001. Integrasi Jenis
Tanaman Pohon Leguminosa Dalam
Sebaliknya pola tanam dan kedalaman
Sistem Budidaya Pangan Lahan
tanah tidak berpengaruh nyata Kering dan Pengaruhnya Terhadap
Sifat Tanah, Erosi dan Produktivitas
terhadap kadar C, N dan P tanah,
Lahan. Disertasi. Program
sedangkan waktu pengukuran Pascasarjana Universitas
Hasanuddin Makassar. Tidak
berkorelasi dengan kadar C, N dan P
dipublikasikan.
tanah. Jusuf, L., Mulyati dan Sanaba, A.H..
2007. Pengaruh Dosis Pupuk
(2) Pada sistim agroforestri sengon-
Organik Padat Daun Gamal
kacang tanah dan monokultur kacang, Terhadap Tanaman Sawi. Jurnal
Agrisistem 3(2): 80-89.
pemberian pangkasan gamal
Lal, R. 1990. Agroforestry systems to
memberikan neraca positif C, N dan P control erosion on arable tropical
steeplands. In Research Needs and
jika dibandingkan kontrol.
Applications to Reduce Erosion and
Sedimentation in Tropical
Steeplands. IAHS-AISH Publ. No.
4.2. Saran
192.
Pemberian pangkasan gamal atau Mathius, I.W. 1984. Hijauan Gliricidia
Sebagai Pakan Ternak Ruminansia.
bahan organik lainnya dapat dilakukan
WARTAZOA 1(4): 19-23.
pada sistim pertanian monokultur untuk Rahmawati, N. 2005. Pemaanfaatan Bio
Fertilizer Pada Pertanian Organik.
menjaga kandungan hara tanah.
Makalah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Stewart, J.L., Allison, G.E. and Simons,
A.J. 1996. Gliricidia sepium: Genetic
resources for farmers. Oxford

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 51


Forestry Institute, University of
Oxford, UK.
USDA. 1998. Soil Quality Resources
Concerns. The United States
Department of Agriculture.
Washington D.C.
Widiyanto, A. 2014. Kajian Dinamika Hara
Tanah pada Empat Perlakuan.
Jurnal Hutan Tropis (JHT) 2(1): 40-
46.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 52


ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI SELADA
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK

Cecep Pardani

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: alfarhanic@gmail.com

ABSTRAK

Pertambahan penduduk yang pesat akan menuntut pemenuhan kebutuhan pangan yang besar.
Pemanfaatan lahan pekarangan merupakan salah satu cara yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan gizi keluarga sendiri, juga berpeluang meningkatkan penghasilan rumah
tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik. Salah satu teknologi yang telah ada dan
dikembangkan adalah hidroponik yang merupakan budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah
sebagai media tanamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuikelayakan usahatani
selada dengan teknologi hidroponik ditinjau dari sisi ekonomi. Metode penelitian yang digunakan
adalah studi kasus, dengan teknik penarikan sampel dilakukan secara purposive sampling pada
perusahaan Chika Hydro Farm. Analisis yang digunakan dalam usahatani ini adalah analisis
kelayakan dilihat dari pendekatan R-C rasio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani
selada dengan menggunakan teknologi hidroponik menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
Berdasarkan hasil penelitian besarya biaya total usahatani selada dengan menggunakan teknologi
hidroponik sebesar Rp 50.887.000, penerimaan sebesar Rp 99.840.000 dan pendapatan sebesar
Rp 48.953.000. Sedangkan besarnya nilai R-C rasio adalah 1,96. Berdasarkan hal tersebut usatani
selada dengan menggunakan teknologi hidroponik menguntungkan dan layak untuk diusahakan.

Kata kunci: Kelayakan Usahatani, Selada, Hidroponik, R-C rasio

1. PENDAHULUAN kegiatan budidaya hidroponik memiliki


Hidroponik merupakan budidaya kelebihan dibandingkan dengan budidaya
tanaman tanpa menggunakan tanah secara konvensional. Beberapa kelebihan
sebagai media tanamnya. Tanaman dari teknologi hidroponik antara lain
memperoleh hara dari larutan garam seperti kualitas tanaman yang lebih
mineral yang diberikan langsung ke akar seragam, nutrisi lebih efektif dan efisien,
tanaman, sehingga tanaman lebih musim panen dapat diatur, serta
memfokuskan energinya untuk pekerjaan yang relatif bersih dan praktis
pertumbuhan daripada mencari dan (Chadirin, 2006).
memperebutkan unsur hara. Dari segi Dengan berkembangnya teknologi
prinsip dasarnya, hidroponik merupakan hidroponik ini diharapkan kegiatan
suatu upaya merekayasa faktor-faktor budidaya pertanian dapat tetap terus
lingkungan yang berpengaruh bagi berjalan meskipun telah banyak
perkembangan dan pertumbuhan perubahan fungsi lahan.Chika Hydro Farm
tanaman. Dengan demikian, diharapkan merupakan nama perusahaan dan merek
ketergantungan tanaman terhadap alam dagang yang dibuat oleh petani pelopor
dapat diperkecil seminimal mungkin. yang memproduksi selada dengan
Prinsip rekayasa faktor lingkungan bagi menggunakan teknologi hidroponik yang
tanaman memberikan kondisi dimana

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 53


berada didi Desa Neglasari Kecamatan Fungsi biaya menggambarkan
Pamarican Kabupaten Ciamis. hubungan antara besarnya biaya dengan
Tujuan dari penelitian ini adalah tingkat produksi. Biaya dapat dibedakan
untuk mengetahui kelayakan usahatani menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
selada dengan menggunakan teknologi Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan
hidroponik. Untuk mengetahui kelayakan dalam usahatani dan besarnya tidak
usaha menggunakan pendekatan R-C dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi
rasio. yang dihasilkan, sedangkan biaya variabel
Usahatani selada (Lactuca sativa L) adalah biaya yang dikeluarkan untuk
merupakan salah satu komoditi kegiatan usahatani yang besarnya sangat
hortikultura yang memiliki prospek dan dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan
nilai komersial yang cukup baik. Semakin (Suratiyah, 2006).
bertambahnya jumlah penduduk Ciri-ciri dari biaya tetap dapat
Indonesia serta meningkatnya kesadaran dikemukakan sebagai berikut: 1)
penduduk akan kebutuhan gizi jumlahnya yang tetap dan sebanding
menyebabkan bertambahnya permintaan dengan hasil produksi, 2) menurunnya
akan sayuran. Kandungan gizi pada biaya tetap per unit dibandingkan dengan
sayuran terutama vitamin dan mineral kenaikan dari hasil produksi, 3)
tidak dapat disubtitusi melalui makanan pembebanannya kepada suatu bagian
pokok (Nazaruddin, 2003). seringkali bergantung pada pilihan dari
Suratiyah (2006) menyatakan, biaya manajemen atau cara penjatahan biaya,
dan pendapatan dipengaruhi oleh tiga 4) pengawasan atas kejadiannya terutama
faktor yaitu faktor internal, eksternal dan bergantung kepada manajemen
faktor manajemen. Faktor internal maupun pelaksana dan bukan kepada pengawas
eksternal akan bersama-sama kerja (Nurmalia, Sarianti, Karyadi, 2009).
mempengaruhi biaya dan pendapatan. Pendapatan merupakan selisih
Faktor internal meliputi umur petani, penerimaan dengan semua biaya
tingkat pendidikan dan pengetahuan, produksi. Pendapatan meliputi
jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan pendapatan kotor (penerimaan total) dan
dan modal. Faktor eksternal terdiri dari pendapatan bersih. Pendapatan kotor
input yang terdiri atas ketersediaan dan adalah nilai produksi komoditas pertanian
harga. Faktor manajemen berkaitan secara keseluruhan sebelum dikurangi
dengan pengambilan keputusan dengan biaya produksi (Rahim dan Hastuti, 2008).
berbagai pertimbangan ekonomis Sedangkan secara ekonomi usaha
sehingga diperoleh hasil yang dikatakan menguntungkan atau tidak
memberikan pendapatan yang maksimal. menguntungkan dapat dianalisis dengan
menggunakan perbandingan antara

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 54


penerimaan total dan biaya total yang dipersiapkan. Data sekunder diperoleh
disebut dengan Revenue Cost Ratio (R-C dari dinas, instansi, lembaga dan studi
rasio). Ada tiga kriteria dalam perhitungan kepustakaan yang terkait dengan
ini, yaitu: (1) jika R-C rasio<1, maka penelitian ini.
usahatani yang dilakukan secara ekonomi Variable-variabel yang digunakan
belum menguntungkan, (2) jika R-C adalah sebagai berikut:
rasio>1, maka usahatani yang dilakukan (1) Biaya Total terdiri dari Biaya Tetap
secara ekonomi menguntungkan dan (3) dan Biaya Variabel,
jika R-C rasio=1, maka usahatani berada (2) Penerimaan
pada titik impas (Break Event Point) (3) Pendapatan
(Rahim dan Hastuti, 2008). (4) R-C rasio
Rancangan analisis data yang
2. METODE PENELITIAN digunakan adalah sebagai berikut:
Metode penelitian yang digunakan a. Biaya Total dihitung dengan
adalah studi kasus.Menurut Nazir (2011), menggunakan rumus menurut
studi kasus merupakan suatu penelitian Suratiyah (2006),
yang bersifat mendalam mengenai suatu TC = TFC + TVC
karakteristik tertentu dari objek penelitian. Keterangan:
TC: Total Cost (Biaya Total)
Penarikan responden dilakukan secara
TFC: Total Fixed Cost (biaya tetap
sengaja (purposive) yaitu pada total)
TVC: Total Variable Cost (biaya
perusahaan Chika Hydro Farm yang
variabel total)
berada di Desa Neglasari Kecamatan
b. Penerimaan dihitung dengan
Pamarican Kabupaten Ciamis. Menurut
menggunakan rumus menurut
Soekartawi (2006) purposive sampling
Suratiyah (2006),
dapat diartikan pengambilan sampel
TR = Py.Y
berdasarkan kesengajaan, maka
Keterangan:
pemilihan kelompok subjek didasarkan
TR: Total penerimaan (Rp)
atas ciri atau sifat tertentu yang dipandang Py : Harga produk (Rp)
Y : Jumlah produksi (Rp)
mempunyai sangkut-paut yang erat
c. Pendapatan dihitung dengan
dengan ciri atau sifat populasi yang sudah
menggunakan rumus menurut
diketahui sebelumnya.
Suratiyah (2006),
Sumber data berupa data primer dan
Π = TR – TC
data sekunder. Data primer diperoleh dari
Keterangan:
perusahaan berupa hasil pengamatan
Π : Keuntungan (Rp)
langsung dan wawancara dengan pemilik TR: Total penerimaan (Rp)
TC: Total biaya (Rp)
perusahaan Chika Hydro Farm dengan
bantuan kuesioner yang telah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 55


Untuk menghitung besarnya R-C rockwool ataupun zeolite. Namun pada
rasio digunakan alat analisis menurut umumnya untuk skala usaha yang
Suratiyah (2006) sebagai menggunakan sistem hidroponik NFT
berikut: yaitu menggunakan media tanam
rockwool. Potong–potong rockwool
Keterangan:
R-C rasio : Revenue cost ratio dengan ukuran 1,5 x 1,5cm, 2cm x 2cm
TR: Total revenue atau sesuai dengan kebutuhan. Rendam
TC: Total cost
media tanam dengan air biasa selama 5-
Kriteria:
15 menit, hingga benar-benar basah.
Jika R-C rasio> 1, maka kegiatan
Kibaskan media tanam agar tidak terlalu
usaha menguntungkan.
berair, lalu masukan kedalam netpot. Buat
Jika R-C rasio= 1, maka kegiatan
lubang di media tanam sesuai ukuran biji,
usaha tidak untung dan tidak rugi.
lalu letakan didalamnya. Cek benih setiap
Jika R-C rasio< 1, maka kegiatan
hari dan pindahkan ke tempat yang
usaha tidak menguntungkan.
terkena sinar matahari pagi jika sudah
mulai bertunas, agar tidak terjadi etiolasi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Semprot bibit menggunakan air biasa
Luas lahan yang digunakan
pada pagi dan sore hari sampai saatnya
perusahaan Chika Hydro Farmuntuk
dipindahtanamkan ke instalasi hidroponik.
usahatani selada dengan teknologi
(3) Teknik Penanaman
hidroponik yaitu 1.200 m2. Adapun
Lubang tanam hidroponik telah
carausahataniselada dengan teknologi
tersedia di pipa PVC dengan jarak 20cm x
hidroponik adalah sebagai berikut:
20cm untuk tanaman selada. Pindah
(1) Pembibitan
tanam ke instalasi hidroponik dilakukan
Bertanam secara hidroponik, tidak
jika daun sejati sudah tumbuh 2-4 helai,
bisa terlepas dari pengadaan bibit.
biasanya pada umur sekitar 14 hari.
Umumnya, tanaman dalam fase bibitlah
yang kemudian dibesarkan secara
(4) Pemeliharaan Tanaman
hidroponik. Karena budidaya secara
Sayuran yang dibudidayakan secara
hidroponik menggunakan teknologi
hidroponik sepenuhnya mengandalkan
pertanian dari yang sederhana hingga
pasokan air dan unsur hara dari larutan
rumit, diperlukan bibit yang betul-betul
nutrisi, sehingga penyiraman menjadi
berkualitas.
faktor penting yang tidak bisa diabaikan.
(2) Penyiapan Media Tanam dan
Pada hari pertama, bibit
Penyemaian
dipindahtanamkan ke instalasi hidroponik
Media tanam hidroponik bisa
NFT larutan nutrisi harus sudah dialirkan.
menggunakan arang sekam, cocopeat,
Nyalakan pompa dan atur debit

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 56


sedemikian rupa sehingga larutan nutrisi Waktu panen tergantung pada
mengalir melewati dasar pipa PVC pertumbuhan setiap tanaman. Semakin
sekaligus membasahi rockwool sebagai subur tanaman, maka semakin cepat
media tanam. waktu panen. Sayuran yang ditanam
Dalam budidaya secara hidroponik, dengan metode hidroponik umumnya
derajat keasaman (pH) larutan nutrisi juga lebih cepat panen dibandingkan dengan
harus diperhatikan. Nilai pH berkisar 0-14, tanaman yang ditanam di media tanah
pH di bawah 7 menunjukkan larutan secara konvensional. Untuk tanaman
bersifat asam, sedangkan pH diatas 7 selada panen biasanya dilakukan 30-45
menunjukkan larutan bersifat basa. HSS (Hari Setelah Semai). Cara panen
Derajat keasaman sangat berhubungan sayuran pada sistem hidroponik biasanya
dengan ketersediaan unsur hara dan dengan mencabut tanaman yang sudah
penyerapan nutrisi oleh akar yang pada siap panen dari wadah atau netpot.
gilirannya berpengaruh terhadap Setelah itu, wadah atau netpot dapat diisi
pertumbuhan tanaman. Rentang pH ideal kembali dengan sayuran yang baru.
untuk tanaman hidroponik berkisar 5,5-
6,5. Analisis Usahatani
Hal lain yang perlu diperhatikan Biaya yang digunakan dalam
yaitu kepekatan larutan nutrisi. Kepekatan usahatani selada meliputi biaya tetap
larutan berkaitan dengan ketersediaan yang terdiri dari PBB, penyusutan alat,
hara. Semakin pekat larutan maka biaya perizinan dan bunga modal tetap,
semakin kaya unsur hara, demikian serta biaya variabel terdiri dari biaya
sebaliknya. Namun bukan berarti semakin sarana produski, tenaga kerja dan bunga
pekat semakin baik bagi tanaman, karena modal variabel, seperti yang dapat dilihat
pada kepekatan ekstrem justru tidak baik pada Tabel 1 sebagai berikut:
bagi tanaman. Karena itu secara berkala, Tabel 1. Biaya Total Usahatani Selada
2-3 hari sekali, kepekatan larutan harus dengan Teknologi Hidroponik di
Perusahaan Chika Hydro Farm
dicek agar sesuai dengan kebutuhan
No Jenis Biaya (Rp) Jumlah (Rp)
tanaman. Kebutuhan nutrisi yang ideal
1 Biaya Tetap 16.863.000
untuk tanaman selada yaitu berkisar
2 Biaya Variabel 34.024.000
antara 800-900 ppm. Tingkat kepekatan Jumlah 50.887.000
larutan dinyatakan dalam satuan ppm
(part per million), sedangkan alat yang Berdasarkan pada Tabel 1 dapat
dipakai untuk mengukurnya disebut TDS diketahui bahwa biaya total yang
meter. dikeluarkan sebesar Rp 50.887.000 yang
(5) Panen dan Pasca Panen terdiri atas biaya tetap sebesar Rp

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 57


16.863.000 dan biaya variabel sebesar Rp biaya sebesar Rp 1,00 akan memperoleh
34.024.000 penerimaan sebesar Rp 1,96 sehingga
Berdasarkan data yang diperoleh memperoleh pendapatan sebesar Rp
diketahui bahwa jumlah hasil panen 0,96. Nilai R-C rasio yang diperoleh lebih
selada dengan teknologi hidroponik besar daripada 1, maka dapat disimpulkan
adalah 4.992 kg, dengan total penerimaan bahwa usahatani selada dengan teknologi
sebesar Rp 99.840.000. Untuk lebih hidroponik menguntugkan dan layak
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. diusahakan

Tabel 2. Analisis Penerimaan Usahatani Tabel 3. Penerimaan, Biaya, Pendapatan


Selada dengan Teknologi dan R-C rasiopada di Perusahaan
Hidroponik di Perusahaan Chika Chika Hydro Farm
Hydro Farm
No Uraian Jumlah
Jenis Penerimaan 1 Penerimaan (Rp) 99.840.000
No (%)
Selada (Rp)
2 Biaya Total (Rp) 50.887.000
1 Red Rapid 58.240.000 58,34
2 Lollorosa 800.000 0,80 3 Pendapatan (Rp) 48.953.000
3 Cristine 800.000 0,80 4 R-C rasio 1,96
4 Selada 24.000.000 24,03 .
Hijau
5 Olivia 8.000.000 8,01 4. SIMPULAN DAN SARAN
Green Berdasarkan hasil penelitian dan
6 Romaine 8.000.000 8,01
Total Penerimaan 99.840.000 100,00 pembahasan, maka dapat ditarik simpulan
sebagai berikut:Besarnya biaya total
Pendapatan yang diterima dari usahatani selada dengan teknologi
usahatani selada dengan teknologi hidroponik sebesar Rp 50.887.000
hidroponik yaitu dengan mengurangkan sedangkan besarnya nilai penerimaan
penerimaan yang diperoleh dengan biaya adalah Rp 99.840.000. Besarnya nilai
produksi yang telah dikeluarkan selama pendapatan yang diperoleh adalah Rp
proses produksi berlangsung.Sedangkan 48.953.000. Sedangkan besarnya nilai R-
untuk mengetahui kelayakan usaha pada C rasio adalah 1,96.Artinya setiap
usahatani selada dengan menggunakan pengeluaran biaya sebesar Rp 1,00 akan
teknologi hidroponik digunakan analisis R- memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,96
C rasio yang merupakan perbandingan sehingga memperoleh pendapatan
antara penerimaan dengan biaya total. sebesar Rp 0,96. Nilai R-C rasio yang
Besarnya pendapatan dan R-C rasio diperoleh lebih besar daripada 1, maka
secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel dapat disimpulkan bahwa usahatani
3. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui selada dengan menggunakan teknologi
bahwa total pendapatan yang diterima hidroponik menguntungkan dan layak
sebesar Rp 48.953.000. Sedangkan untuk diusahakan.
besarnyaR-C rasiodiperoleh nilai sebesar Saran yang dapat diajukan yaitu
1,96 yang berarti setiap pengeluaran usahatani selada dengan teknologi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 58


hidroponik yang diusahakan oleh Chika
Hydro Farm sebaiknya diteruskan dan
ditingkatkan lagi jumlah meja
hidroponiknya karena berdasarkan hasil
analisis kelayakan usahatani ini
menguntungkan dan layak untuk
diusahakan. Selain ituuntuk bisa
mempertahankan usahanya, maka
pengusaha harus menambah lagi jenis
tanaman yang disuahakannya.

5. DAFTAR PUSTAKA
Chadirin, Y. 2006. Teknologi Greenhouse
dan Hidroponik. Diktat kuliah.
Departemen Teknik Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nazaruddin. 2003. Budidaya dan
Pengaturan Panen Sayuran Dataran
Rendah. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian.Ghalia
Indonesia. Bogor.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A.
2009. Studi Kelayakan Bisnis.
Departemen Agribisnis Fakultas
Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Rahim, A. dan Hastuti. 2008. Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani.
Universitas Indonesia (UI-Press).
Jakarta.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya. Jakarta.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 59


ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KENTANG
SISTEM MULSA PLASTIK HITAM PERAK DAN KONVESIONAL

Dede Ahmad Farid

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: dedeahmadfarid@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani kentang yang
mengunakan sistem mulsa plastik hitam perak (MPHP) dan konvesional. Metode penelitian yang
digunakan yang digunakan adalah studi kasus pada kelompok tani sawargi tani Desa Karyamekar
Kecamatan Pasirwangi Kabupaten Garut. Kelayakan usaha dianalisis dengan mengunakan R/C
rasio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani dengan sistem MPHP memiliki R/C rasio 1,8.
Hasi ini berarti bahwa setiap penambahan biaya Rp. 100,00 akan memberikan peneriaman
sebesar Rp. 180,00. Sedangkan usahatani kentang tanpa sistem MPHP memiliki R/C rasio
sebesar 1,35 yang berarti setiap penambahan biaya Rp. 100,00 akan memberikan penerimaan
sebesar 135,00. Kedua sistem usahatani kentang baik dengan mulsa maupun tanpa mulsa layak
diusahakan karena memiliki R/C rasio lebih dari satu. Namun demikian, R/C rasio usahatani
kentang yang menggunakan mulsa (1,8) lebih tinggi dari daripada usahatani kentang tanpa
mengunakan mulsa. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani kentang dengan menggunakan mulsa
lebih menguntungkan, lebih hemat tenaga kerja,dan juga dapat meminimalkan biaya
pemeliharaan, khususnya untuk kegiatan penyiangan gulma. Sehingga biaya total lebih rendah
daripada usahatani kentang yang tidak menggunakan mulsa.

Kata Kunci: Kelayakan, Usahatani, Kentang, Mulsa, Konvesional

1. PENDAHULUAN produktivitas yang dicapai hanya dibawah


Kentang merupakan komoditas rata-rata produktivitas kentang di Provinsi
penting dan strategis bagi Indonesia Jawa Barat yang telah mencapai 20,30
karena merupakan makanan pokok dan ton per hektar.
sumber karbohidrat yang cukup tinggi, Tujuan utama dari budidaya kentang
disamping unsur mineral lain, serta sistem MPHP, adalah menyediakan
pemerintah memprogramkan untuk ketersediaan bahan pangan terutama
menciptakan Indonesia cukup gizi dan kentang yang mencukupi dan berkualitas
sehat, umbi kentang memberikan baik sehingga konsumen tertarik untuk
sumbangan yang cukup besar dalam membeli produk tersebut.
memenuhi kebutuhan gizi nasional Paket teknologi budidaya sistem
(Lestari, 2010) MPHP yang sejalan dengan
Adapun produktivitas kentang di tujuantersebut terdiri atas pengaturan
Kabupaten Garut pada tahun 2014 adalah peralatan, pemberian pupuk kimia yang
23,835 ton per hektar, sementara untuk secara langsung bersamaan dengan
tahun 2015 adalah 23,936 ton per hektar pengelolaan tanah, penggunaan pupuk
(Dinas Pertanian Kabupaten Garut 2016). organik serta penggunaan pestisida
Peningkatan tersebut relatif kecil, hanya (Rukmana, 2007).
mencapai 3,95% sementara angka

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 60


Pengalihan teknologi dari budidaya 1) Berapa produktivitas, biaya dan
kentang konvensional menuju budidaya pendapatan usahatani kentang sistem
kentang sistem MPHP dilaksanakan MPHP dan tanpa Mulsa dalam satu kali
dengan pendekatan partisipatif secara proses produksi?
kelompok dengan menggunakan metode 2) Apakah terdapat perbedaan
sekolah lapangan, demplot serta bantuan produktivitas, biaya dan pendapatan
benih unggul. antara usahatani kentang sistem mulsa
Menurut Suwatika dan Suketi platik hitam perak dan tanpa Mulsa
(2001), pendekatan partisipatif dalam dalam satu kali proses produksi?
pengembangan inovasi baru berorientasi
pada komunitas lokal untuk mendorong 2. METODE PENELITIAN
pengembangan agrobisnis di pedesaan Metode yang digunakan dalam
yang saat ini menjadi sangat strategis penelitian ini adalah studi kasus dengan
untuk masa mendatang, pendekatan ini penetapan lokasi secara sengaja
sangat mempercepat dan menjaga (purposive) di kelompok tani Sawargi Tani
keberlanjutan inovasi yang berkembang. Desa Karyamekar Kecamatan Pasirwangi
Salah satu daerah di Kabupaten Kabupaten Garut.
Garut yang telah melaksanakan Data yang digunakan dalam
usahatanikentang sistem MPHP adalah penelitian ini meliputi data primer dan data
Desa Karyamekar Kecamatan sekunder. Data primer adalah data yang
Pasirwangi.Kegiatan usahatani kentang diperoleh secara langsung dari petani
sistem MPHP di desa ini tidak terlepas kentang sistem konvensional dan sistem
dari keberhasilan pelaksanaan sekolah MPHP yang dijadikan sebagai responden,
lapangan dan demplot. Petani dalam sedangkan data sekunder adalah data
melaksanakan usahataninya selalu yang diperoleh dari publikasi resmi, kantor
memperhitungkan segi biaya meskipun desa, kantor kecamatan, Dinas/Instansi,
secara tidak tertulis seorang petani akan dan lembaga terkait dengan penelitian ini
berpikir bagaimana mengalokasikan input serta literatur-literatur lain yang
atau masukan biaya produksi seefisien berhubungan dengan penelitian ini.
mungkin untuk mendapatkan keuntungan Teknik penentuan responden
yang optimal. Cara berfikir demikian dilakukan secara sensus terhadap seluruh
dalam ilmu ekonomi sering disebut petani anggota kelompok tani Sawargi
dengan memaksimalkan keuntungan atau Tani yaitu 10 orang petani yang
profit maximition ( Soekartawi, 2002 ). melaksanakan usahatani kentang sistem
Berdasarkan latar belakang, maka mulsa plastik hitam perak (MPHP) dan 15
dapat diidentifkasi masalah-masalah orang petani kentang dengan sistem
sebagai berikut : konvensional.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 61


Rancangan Analisis Data dinyatakan dengan rumus Soekarwi
Data yang diperoleh dari hasil (2002) :
pencatatan dilapangan dianalisis secara TR = Y . PY
deskriptif dengan tujuan untuk Keterangan:
TR = Total Revenue
membandingkan antara komponen yang
Y = Produksi yang diperoleh
menjadi objek penelitian, menurut PY = Harga
Soekartawi (2002), untuk menghitung Pendapatan yang diperoleh
besarnya biaya total (total cost) diperoleh Pendapatan yang diperoleh petani
dengan cara menjumlahkan biaya tetap merupakan selisih antara penerimaan
(Total Fixed Cost/ TFC) dengan biaya total (TR) dengan biaya total (TC) dan
variabel total (Total Variabel Cost/TVC) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
dengan Rumus: (Soekartawi 2002) :
TC = TFC + TVC Pd = TR – TC
Keterangan : Keterangan:
TC = Total Cost Pd = Pendapatan
TFC = Total Fixed Cost TR = Total Revenue ( Penerimaan Total )
TVC = Total Variabel Cost TC = Total Cost ( Biaya Total )

Penerimaan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penerimaan yang didapat petani Luas Lahan Garapan
merupakan hasil kali dari hasil produksi
(Y) yang diperoleh petani dengan harga
jual (PY) pada waktu panen, dan

Tabel 1. Luas Lahan Garapan Responden Petani Kentang Sistem MPHP dan Petani Kentang
Tanpa Mulsa

Petani Kentang MPHP Petani Kentang Tanpa Mulsa


No Jumlah Lahan (Hektar) Persentase Persentase
Orang Orang
(%) (%)
1 0,00 – 2,25 3 30,00 4 20,00
2 0,26 – 0,50 4 40,00 8 65,00
3 0,50 – 0,75 3 30,00 3 15,00
4 0,76 – 1,00 - - - -
Jumlah 10 100,00 15 100,00
Sumber: Data Olahan

Tabel 1 menjelaskan bahwa lahan - 0,50 hektar, sedangkan petani kentang


garapan yang digunakan oleh responden yang memiliki luas garapan 0,26 hektar
petani kentang sistem MPHP dan petani dan 3 (30,00%) dan 4 (20,00%) hal ini
kentang tanpa mulsa sebagian besar menunjukkan bahwa luas garapan petani
(40,00% dan 65,00%) berkisar antara 0,26 kentang sistem MPHP tidak jauh berbeda

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 62


dengan luas garapan petani kentang 0,5 hektar, jika dilihat dari luas
tanpa mulsa. kepemilikan lahan yang dimiliki, dapat
Jumlah rumah tangga petani di dikatakan bahwa petani dikelompokan tani
Indonesia didominasi oleh petani yang Sawargi Tani digolongkan sebagai
memiliki luas lahan garapan kurang dari peasant atau subsistance farmers.

Tabel 2. Analisis Usahatani Kentang Sistem MPHP dan Tanpa Mulsa

No. Jenis Biaya Sistem Mulsa (Rp) Tanpa Mulsa (Rp)

1. Biaya Tetap 1.769.913,33 1.683.484,44


2. Biaya Tidak Tetap (Variabel) 19.249.770,31 19.982193,63
3. Bunga Bank 15% 2.627.460,46 2.708.222,26

4. Biaya Total 23.647.144,10 24.374.000,34

5. Penerimaan 42.655.000,00 33.040.000,00

6. Pendapatan Bersih 19.007.855,90 8.665.999,66

7. R/C Ratio 1,81 1,35


Sumber: Data Primer diolah (2016)

Penerimaan adalah jumlah uang Sedangkan usahatani kentang tanpa


yang diperoleh dari hasil penjualan mulsa membutuhkan biaya total Rp
kentang, dalam penelitian ini kentang 24.374.000,34 yang terdiri dari biaya tetap
dijual di lokasi panen. Pendapatan atau sebesar Rp 1.683.484,44, biaya tidak
keuntungan adalah jumlah uang yang tetap sebesar Rp 19.982193,63 dan
diperoleh setelah dikurangi biaya total membayar bunga bank 15% sebesar Rp
usahatani. 2.708.222,26. Penerimaan petani sebesar
Tabel 2. di atas memperlihatkan Rp 33.040.000,00 sehingga petani
bahwa usahatani kentang yang menerima pendapatan bersih sebesar Rp
menggunakan sistem MPHP 8.665.999,66
menghabiskan biaya total Rp Indikator yang sering digunakan
23.647.144,10, yang terdiri dari biaya untuk melihat kelayakan usaha adalah
tetap sebesar Rp 1.769.913,33, biaya revenue cost ratio (R/C ratio). Analisis R/C
tidak tetap sebesar Rp 19.249.770,31, ratio merupakan alat analisis yang
dan membayar bunga bank 15% sebesar digunakan untuk melihat pendapatan
Rp 2.627.460,46. Penerimaan petani relatif suatu usaha dalam satu periode
sebesar Rp 42.655.000,00 sehingga terhadap biaya yang dipakai dalam
petani menerima pendapatan bersih kegiatan tersebut (Mahyudin, 2008).
sebesar Rp 19.007.855,90 R/C ratio pada usahatani kentang
yang tidak menggunakan mulsa sebesar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 63


1,35. Hal ini berarti setiap penambahan 1,35. Hal ini berarti setiap penambahan
biaya sebesar Rp 1 akan memperoleh biaya sebesar Rp. 1 akan memperoleh
penerimaan sebesar Rp 1,35. R/C ratio > penerimaan sebesar Rp1,35. R/C ratio > 1
1 memenuhi kriteria bahwa usahatani memenuhi kriteria bahwa usahatani
kentang tanpa menggunakan mulsa layak kentang tanpa menggunakan mulsa layak
untuk diusahakan. untuk diusahakan.
R/C ratio pada usahatani kentang R/C ratio pada usahatani kentang
yang menggunakan sistem MPHP yang menggunakan sistem MPHP
sebesar 1,80. Hal ini berarti setiap sebesar 1,80. Hal ini berarti setiap
penambahan biaya sebesar Rp 1 akan penambahan biaya sebesar Rp 1 akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,80
1,80. R/C ratio > 1 memenuhi kriteria R/C ratio > 1 memenuhi kriteria bahwa
bahwa usahatani kentang tanpa usahatani kentang menggunakan sistem
menggunakan mulsa juga layak untuk MPHP juga layak untuk diusahakan.
diusahakan. 4.2. Saran
Kelayakan usahatani kedua cara Penggunaan sistem MPHP pada
tersebut memiliki nilai R/C ratio lebih dari usahatani kentang lebih menguntungkan
satu, kedua cara tersebut layak daripada tanpa menggunakan mulsa.
diusahakan. Namun usahatani dengan Disarankan bagi petani untuk
cara menggunakan sistem MPHP menggunakan mulsa pada usahatani
memberikan nilai R/C ratio lebih besar kentangnya agar dapat menghemat
(1,80) dibanding usahatani kentang tanpa tenaga kerja dan memaksimalkan
menggunakan mulsa (1,35). Berarti keuntungan. Dengan demikian kegiatan
penggunaan mulsa dalam usahatani usahatani kentang di daerah penelitian
kentang lebih menguntungkan. dapat meningkatkan kesejahteraan
Penggunaan mulsa dapat menghemat masyarakat dan bisa mencapai tingkat
tenaga kerja dan biaya pemeliharaan pendidikan yang lebih tinggi.
terutama pada kegiatan penyiangan
karena dengan adanya mulsa tersebut 5. DAFTAR PUSTAKA
dapat menekan pertumbuhan gulma. Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura.
2016. Data Base Tanaman Pangan
Dengan demikian biaya total menjadi lebih
Holtikultura di Kabupaten Garut
rendah. 2010-2016. Dinas Tanaman Pangan
dan Holtikultura Kabupaten Garut.
Lestari, Suerna Dewi. 2010. Budidaya
4. SIMPULAN DAN SARAN Tanaman Pangan. CV. Advindo
Buana Karya. Yogyakarta.
4.1. Simpulan
Swastika & Suketi. 2001. Proyeksi
R/C ratio pada usahatani kentang Penawaran dan Permintaan
Komoditas tanaman pangan tahun
yang tidak menggunakan mulsa sebesar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 64


2001. Pusat Penelitian Ekonomi
Pertanian. Bogor.
Soekartawi. 2002. Teori Ekonomi
Produksi (Dengan Pokok Bahasan
Analisis Fungsi Produksi Cobb
Douglas). Rajawali. Jakarta.
Mahyudin, Kholis. 2008.Panduan Lengkap
Agribisnis Lele. Penebar Swadaya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 65


ANALISIS PERMINTAAN PUPUK ZA DAN PUPUK ORGANIK PADA USAHATANI
KENTANG (Solanum tuberosum L) di Kabupaten Garut

Dedi Darusman dan H. Undang

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi


Email: dedidarusman@ymail.com

ABSTRAK

Prospek pengembangan agribisnis kentang sangat baik, karena permintaan komoditas ini semakin
hari – semakin besar diberbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Kabupaten Garut
merupakan salah satu sentra produksi kentang yang cukup penting di Provinsi Jawa Barat,
terutama berperan sebagai pemasok kentang untuk pasar-pasar di Priangan Timur. Usahatani
kentang merupakan usahatani yang bersifat komersial, orientasi hasil produksi seluruhnya dijual ke
pasar. Sifat usahatani komersial mendorong petani untuk secara baik mengalokasikan faktor-
faktor produksi secara optimal atau efisien. Untuk menjalankan usahatani yang efisien, maka
produsen perlu informasi yang memadai tentang hubungan faktor produksi dengan hasil produksi
serta model permintaan untuk faktor produksi. Perilaku efisien dalam berusahatani dapat
memberikan tingkat keuntungan yang tinggi yang pada akhirnya dapat mensejahterakan hidup
petani.

Kata kunci: agribisnis kentang, faktor produksi, efisiensi, model permintaan.

1. PENDAHULUAN Prinsip-prinsip ekonomi berproduksi


Berbeda dengan usahatani padi dalam usahatani kentang mengarah
pada umumnya, usahatani kentang kepada penggunaan faktor-faktor produksi
bercirikan usahatani yang komersial seperti lahan, pupuk, tenaga kerja dan
dengan orientasi hasil produksi dijual ke teknologi secara efisien.
pasar. Dengan demikian besaran variabel Faktor produksi pupuk ZA dan
harga faktor produksi sangat berpengaruh pupuk organik merupakan faktor produksi
kepada tingkat penggunaan kedua faktor yang sangat penting bagi usahatani
produksi tersebut. Pada usahatani kentang. Pupuk ZA mengandung unsur
komersial, petani dalam berusahataninya hara yang secara cepat siap untuk diserap
bukan saja bertujuan untuk menghasilkan oleh tanaman sehingga akan sangat
hasil produksi pisik yang maksimum, akan berpengaruh pada proses metabolisme
tetapi selalu mengejar selisih tertinggi dari tanaman yang pada akhirnya akan
penerimaan dan biaya usahatani yang mempengaruhi tingkat produktivitas
dikeluarkan. Untuk mencapai tujuan ini tanaman. Sedangkan pupuk organik juga
maka petani selalu memakai prinsip- merupakan pupuk yang sangat penting
prinsip ekonomi dengan tujuan untuk tanaman-tanaman sayuran seperti
menghindari kerugian dan memperoleh kentang. Fungsi pupuk organik ini selain
keuntungan yang tinggi dari hasil dapat menyediakan unsur hara mikro dan
usahataninya. makro bagi tanaman, pupuk organik juga
dapat menjaga kandungan air dalam

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 66


tanah. Pupuk organik mempunyai sifat 2. METODE PENELITIAN
kemampuan water holding capacity yang Metode yang digunakan dalam
tinggi sehingga dapat menjaga kandungan penelitian ini adalah metode survey,
air dalam tanah dan kondisi ini sangat sedangkan data yang digunakan adalah
dibutuhkan oleh tanaman sayuran seperti data primer dan sekunder. Lokasi
kentang. penelitian dipilih secara purvosif yaitu
Fungsi produksi Cobb Douglass Desa Cisurupan Kabupaten Garut,
digunakan sebagai model penduga pada dengan demikian sampel framenya adalah
usahatani kentang, sedangkan model Desa Cisurupan sedangkan sampel
permintaan langsung dipilih untuk unitnya adalah petani yang berusahatani
menganalisis permintaan pupuk ZA dan kentang tahun 2015. Penentuan
pupuk organik di tingkat petani sebagai responden digunakan dengan cara
landasan pembuatan model matematis pengambilan sample Stratiified
dari permintaan. Pembuatan model Proportionate random Sampling
permintaan ini sangat penting karena berdasarkan luas lahan garapan. Petani
terkait dengan perubahan-perubahan lahan sempit dengan luas garapan di
variabel ekonomi, yang nantinya akan bawah 0,50 Ha; petani lahan sedang
menjadi landasan dalam mengambil dengan luas garapan antara 0,50 sampai
kebijakan pengadaan dan alokasi dengan 1,0 Ha sedangkan petani lahan
distribusi faktor produksi. luas dengan luas lahan garapan di atas
Formulasi fungsi produksi pada 1,00 Ha.
usahatani kentang dan model matematis Jumlah responden diambil sebanyak
permintaan kedua faktor produksi pupuk 60 orang petani kentang dari jumlah
merupakan target luaran yang diharapkan, populasi 260 orang petani dengan rincian
yang nantinya dapat dijadikan masukkan petani lahan sempit sebanyak 43 orang;
kepada pihak-pihak terkait seperti Dinas petani lahan sedang sebanyak 18 orang
Pertanian dan pelaku bisnis kedua pupuk dan petani lahan luas diambil 9 orang.
tersebut dalam mengambil kebijakan Fungsi Cobb Douglass digunakan
pengadaan barang tersebut. Perubahan- sebagai model fungsi penduga, yang
perubahan variabel ekonomi di pasar pada tahapan selanjutnya diubah menjadi
yang cepat sering membuat petani tidak fungsi permintaan untuk faktor produksi.
diuntungkan, oleh karena itu model yang Formulasi fungsi Cobb Douglass adalah:
diperoleh dapat digunakan untuk b1 b2 b3 b4 b5
Y = A X1 X2 X3 X4 X5 X6 b6 .
memperhitungkan kemungkinan-
kemungkinan perubahan nilai ekonomi Keterangan: Y = hasil produksi kentang; A

bagi petani. = konstanta; X1 = faktor produksi lahan;


X2 = faktor produksi bibit; X3 = faktor

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 67


produksi pupuk ZA; X4 = faktor produksi 3. HASIL PENELITIAN DAN
pupuk organik; X5 = faktor produksi obat- PEMBAHASAN
obatan; X6 = faktor produksi tenaga kerja; Fungsi Cobb Douglass yang juga
bi = nilai elastisitas masing-masing faktor dikenal sebagai “Power Function“
produksi. digunakan dalam melihat kedua hubungan
Analisis permintaan pupuk ZA dan di atas. Pemilihan fungsi Cobb Douglass
pupuk organik dengan menggunakan ini dilakukan karena fungsi ini sederhana
fungsi permintaan langsung. Variabel- dan dengan mudah melihat nilai-nilai lain
variabel fisik, ekonomi dan sosial yang yang diperlukan dalam menelaah
relevan dicoba peneliti identifikasi untuk hubungan faktor produksi dengan hasil
dimasukkan dalam model. Model fungsi produksi seperti nilai elastisitas dari
permintaan langsung, dengan formulasi masing-masing faktor produksi. Dari hasil
sebagai berikut: analisis data diperoleh fungsi produksi
b1 b2 b3
Qza = A X1 X2 X3 sebagai berikut:
Keterangan: Qza = Jumlah pupuk ZA atau 0,17 0,01 0,37 0,25 0,62
Y = 2,2 X1 X2 X3 X4 X5
pupuk organik yang diminta (Kg); X1 =
X6-0,43
rasio harga pupuk dengan harga kentang
per Kg; X2 = tingkat rentabilitas usahatani Dengan melihat nilai elastisitas,

kentang (%); X3 = luas lahan usahatani maka faktor produksi tenaga kerja

kentang (Ha), dan b1...3 = koefisien mempunyai pengaruh paling besar

elastisitas permintaan dari masing-masing terhadap produksi. Keabsahan fungsi

variabel. Untuk model permintaan pupuk digambarkan oleh nilai koefisien


2
organik sebagai berikut: determinasi ( R ) sebesar 0,986. Nilai ini

Qpo = A X1 b1 X2 b2 X3 b3 menunjukkan bahwa model fungsi yang


digunakan menggambarkan proses
Keterangan: Qza = jumlah pupuk ZA atau
produksi sebesar 98,6 persen.
pupuk organik yang diminta (Kg); X1 =
Untuk melihat derajat hubungan
rasio harga pupuk dengan harga kentang
antar variabel bebas dapat dilihat dari nilai
per Kg; X2 = tingkat rentabilitas usahatani
keofisien korelasi dari model yang ada.
kentang (%); X3 = Luas lahan usahatani
Nilai koefisien korelasi sangat tinggi dan
kentang (Ha) dan b1...3 = koefisien
hal ini dapat mengganggu tingkat
elastisitas permintaan dari masing-masing
reliabilitas model (under estimate). Namun
variabel.
demikian nilai kuadrat dari koefisien
tertinggi (0,99) masih lebih kecil dari nilai
2
koefisien Determinasi R (0,986).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 68


Menurut Maddala dalam Syamsu Hasil analisis data diperoleh fungsi
Barhiman (1982) bahwa selama nilai permintaan pupuk ZA dengan bentuk
kuadrat dari koefisien determinasi lebih fungsi permintaan langsung diperoleh
besar dari nilai kuadrat dari koefisien persamaan fungsi sebagai berikut:
korelasi tertinggi, maka multicoolinearity -0,12 0,04 1,0
Qza = 380 X1 X2 X3
tetap ada tapi sangat sedikit pengaruhnya
dan model fungsi penduga dapat Melihat angka-angka koefisien

digunakan untuk analisa. regresi pada fungsi di atas, maka ada satu

Melihat angka-angka koefisien faktor produksi yaitu X1 yang mempunyai

regresi pada fungsi di atas, maka hanya besaran nilai negatif yaitu – 0,12 . Angka

satu faktor produksi yaitu X6 yang ini menunjukkan bahwa variabel rasio

mempunyai besaran nilai negatif yaitu – harga pupuk terhadap harga kentang

0,43. Angka ini menunjukkan bahwa dapat mempengaruhi petani dalam

faktor tenaga kerja sudah berada pada penggunaan pupuk dengan arah yang

posisi daerah 3 atau diseconomic region. berlawanan, artinya jika harga pupuk ZA

Nilai negatif ini disebabkan oleh naik memungkinkan petani mengurangi

penggunaan tenaga kerja yang sangat penggunaan pupuk ZA atau beralih pada

besar untuk kegiatan penyiraman untuk jenis pupuk lain dengan kandungan unsur

mengatasi kekurangan air. hara Nitrogen yang relatif punya pengaruh

Untuk mengetahui peranan faktor yang sama terhadap produksi kentang.

produksi secara simultan digunakan Nilai koefisien regresi untuk luas

analisis of varians. Hasil perhitungan lahan menunjukkan angka tertinggi

menghasilkan nilai F hitung sangat besar diantara ke tiga variabel dalam model

253,86 sedangkan F tabel (df: 6,53) pada yang dibuat. Angka positif 1,0

taraf 5 persen sebesar 3,42. Dengan menunjukkan bahwa pengaruh luas lahan

demikian nilai F hitung lebih besar dari sangat menentukan dalam penggunaan

nilai F tabel. Hal ini berarti pengaruh pupuk ZA. Variabel ketiga yaitu tingkat

secara keseluruhan faktor produksi rentabilitas usaha, koefisien regresi

signifikan terhadap hasil produksi dan menunjukkan angka positif 0,04. Hal ini

model dapat digunakan untuk analisa berarti bahwa tingkat rentabilitas yang

selanjutnya.Untuk analisis permintaan merupakan cerminan tingkat keuntungan

pupuk ZA dan pupuk organik seperti berusaha memberikan pengaruh yang

dikemukakan pada bagian sebelumnya searah dengan keputusan petani dalam

fungsi permintaan langsung dengan penggunaan pupuk ZA.

model penduga digunakan fungsi Cobb Hasil analisis permintaan terhadap

Douglass. pupuk organik memberikan gambaran


yang hampir sama dengan model

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 69


permintaan pupuk ZA. Fungsi permintaan kentang, maupun model permintaan
pupuk organik dengan bentuk fungsi pupuk ZA dan pupuk organik dapat
permintaan langsung diperoleh dipakai sebagai model dasar pengambilan
persamaan fungsi sebagai berikut: keputusan dalam manajemen usahatani
0,27 0,12 0,99 kentang.
Qpo = 93 X1 X2 X3

Melihat angka-angka koefisien 4. SIMPULAN DAN SARAN


regresi pada fungsi di atas, maka semua Hasil analisis data menunjukkan
variabel mempunyai koefisien bernilai bahwa model fungsi Cobb Douglass
positif. Sehingga baik rasio harga pupuk sebagai penduga untuk menggambarkan
organik dengan harga kentang, tingkat penggunaan faktor produksi pada
rentabilitas dan luas lahan berpengaruh usahatani kentang, sesuai dengan
searah dengan peningkatan permintaan perilaku petani dalam tehnik bercocok
pupuk organik. tanam kentang. Hal ini ditunjukkan oleh
Nilai koefisien regresi untuk luas 2
nilai koefisien determinasi (R ) yang
lahan menunjukkan angka tertinggi
sangat besar ( 0,986 ). Dengan demikian
diantara ke tiga variabel dalam model
formulasi fungsi produksi yang dapat
yang dibuat. Angka posisitf 0,99
digunakan untuk menganalisa hubungan
menunjukkan bahwa pengaruh luas lahan
faktor-faktor produksi dengan hasil
sangat menentukan dalam penggunaan
produksi kentang di Kecamatan Cisurupan
pupuk organik. Variabel tingkat rentabilitas 0,17
Kabupaten Garut adalah: Y = 2,2 X1
usaha, koefisien regresi menunjukkan
X20,01 X30,37 X40,25 X50,62 X6-0,43,
angka positif terkecil yaitu 0,12. Hal ini
sedangkan faktor produksi yang paling
berarti bahwa tingkat rentabilitas yang
berpengaruh adalah faktor produksi
merupakan cerminan tingkat keuntungan
adalah tingkat penggunaan obat-obatan.
searah dengan keputusan petani.
Hasil analisis fungsi permintaan
Keadaan ini dimungkinkan karena petani
langsung untuk pupuk ZA dan pupuk
pada umumnya sudah cukup pandai
organik di tingkat petani menghasilkan
memanfaatkan sisa-sisa tanaman
model permintaan sebagai berikut:
sewaktu panen, digunakan untuk
-0,12 0,04 1,0
a. Qza = 380 X1 X2 X3 , sebagai
pembuatan kompos. Dengan demikian
model fungsi permintaan pupuk ZA,
dapat mengurangi beban biaya produksi
dan
secara langsung.
0,27 0,12 0,99
b. Qpo = 93 X1 X2 X3 , sebagai
Berdasarkan hasil analisa yang
diperoleh, yaitu berupa angka-angka model permintaan fungsi permintaan

statistik menunjukkan bahwa mulai dari pupuk organik.

model fungsi produksi pada usahatani

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 70


Dari fungsi permintaan langsung John, P. Doll dan F. Orazem. 1999.
Production Economics. Canada:
tersebut diketahui bahwa variabel yang
John Wiley and Sons.
paling berpengaruh terhadap besarnya Lou and Yotopoulus. 1982. A. Test for
Relative Efficiency and application to
permintaan pupuk adalah luas lahan, baik
Indian Agriculture. Amerika: The
pada model permintaan pupuk ZA American Economic Review.
Rukmana, R. 1991. Kentang: Budidaya
maupun permintaan pupuk organik. Hal
dan Pasca Panen. Yogyakarta:
ini dibuktikan dengan nilai elastisitas Kanisius.
Samadi, B. 1997. Usahatani Kentang.
permintaan pupuk terhadap luas lahan
Yogyakarta: Kanisius.
garapan yang besar, yaitu 1,0 untuk Saragih, B. 1990. Economic organization,
Size and Relatif efficiency. USA:
pupuk ZA dan 0,99 untuk pupuk organik.
North Carolina state University.
Untuk dapat menggambarkan lebih Soekartawi. 1981. Premilinary Analysis.
Of Relative Efficiency Under
luas dan mendalam tentang perilaku dan
Different Tenure System, dalam
pola petani dalam bercocok tanam Ekonomi dan Keuangan Indonesia.
Vol.XXIX. September 1988.
kentang di Kabupaten Garut, perlu
Soekartawi. 1996. Teori ekonomi
pengkajian yang lebih luas dan lebih Produksi. Jakarta: PT Raja Grafido
Persada.
mendalam dengan memasukkan lebih
Sunaryono, H. 1995. Budidaya Kentang.
banyak variabel sosial ekonomi sehingga Jakarta: Soeroengan.
Sunaryono, H. dan Rismunandar. 1981.
dapat menggambarkan keadaan yang
Pengetahuan Dasar Hortikultura I
sebenarnya di lapangan. Hal ini dan II. Bandung: C.V Sinar Baru.
dipandang masih ada kelemahan karena
masih ada variabel-variabel sosial dan
ekonomi penting yang belum dimasukkan
dalam model yang nantinya diperoleh
model yang lebih baik, untuk menjawab
kebutuhan model permintaan faktor
produksi yang lain serta memperkaya
informasi mengenai penggunaan faktor
produksi pada usahatani kentang.

5. DAFTAR PUSTAKA
Bishop. C., E. Tousaint. 1989. Pengantar
Analisa Ekonomi. Jakarta: Mutiara.
Darmawan. 1981. Permintaan Pupuk
TSP untuk Padi Sawah di Jawa dan
Sumatra. Bogor: IPB.
Departemen Pertanian. 1990. Anjuran
Teknologi Produksi Tanaman
Pangan. Jakarta.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 71


KELAYAKAN USAHATANI KEDELAI BERDASARKAN STRATA LUAS LAHAN

Dedi Djuliansah1), Trisna Insan Noor2), Yosini Deliana2) dan Meddy Rachmadi2)
1)
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
2)
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Email: ddjuliansah@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani Kedelai berdasarkan strata luas
lahan di Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode survey, adapun data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder.
Penentuan petani sampel menggunakan metode Cluster Sampling. Jumlah responden yang
diambil sebanyak 42 orang petani, berdasar hasil perhitungan dengan menggunakan standar
deviasi sampel untuk data tunggal diperoleh hasil sebagai berikut: 11 orang petani termasuk strata
lahan sempit, 24 orang petani strata lahan, dan 7 petani termasuk ke dalam strata lahan luas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa usahatani kedelai layak untuk diusahakan. Semakin luas
penguasaan lahan usahatani kedelai semakin layak dan semakin besar keuntungan yang
diperoleh petani

Kata Kunci : Strata luas lahan, kelayakan usaha, Biaya produksi, Pendapatan, R-C ratio

1. PENDAHULUAN Pangan dan Pertanian (2013), kedelai


Kedelai merupakan tanaman dijadikan target komoditas swasembada
pangan terpenting ketiga setelah padi dan pangan karena kedelai banyak
jagung. Komoditas ini kaya akan protein dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia
nabati yang diperlukan untuk sebagai bahan baku olahan seperti
meningkatkan gizi masyarakat, aman tempe, tahu, oncom, susu kedelai, dan
dikonsumsi, dan harganya murah. lain-lain.
Kebutuhan kedelai terus meningkat Gambar 1. Konsumsi, Produksi dan Impor
Kedelai Nasional Tahun 2009-
seiring dengan meningkatnya permintaan
2012
untuk bahan industri pangan seperti tahu,
tempe, kecap, susu kedelai, tauco dan
snack. Konsumsi kedelai per kapita
meningkat dari 8,13 kg pada tahun 1998
menjadi8,97 kg pada tahun 2004
(Marwoto dan Hilman, 2005).
Ketersediaan pangan tidak hanya
berasal dari sumber karbohidrat saja Sumber: RPJMN Bidang Tanaman Pangan dan
Pertanian, 2013 (diolah).
melainkan bersumber dari protein juga.
Menurut Harsono (2000), salah satu Total konsumsi kedelai nasional
komoditas pangan sebagai sumber sejak tahun 2009-2012 mengalami
protein non hewan adalah kedelai. peningkatan, sedangkan produksi kedelai
Berdasarkan RPJMN Bidang Tanaman nasional terus menurun. Kekurangan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 72


kedelai yang terjadi dipenuhi melalui tanam antara padi sawah dengan
peningkatan jumlah impor (Gambar 1). tanaman pangan lainnya (palawija) dalam
Terdapat 16 kabupaten/kota di Jawa satu tahun masa pertanaman merupakan
Barat yang mengembangkan kedelai, usaha mengelola sumber daya alam,
salah satunya adalah Kabupaten teknologi dan aspek sosial ekonomi
Tasikmalaya. Kabupaten Tasikmalaya menjadi satu kesatuan usahatani yang
berada pada urutan kelima sebagai sentra bertujuan untuk meningkatkan
produksi kedelai seperti yang terlihat pada produktivitas lahan, tanaman dan
Tabel 1. pendapatan petani secara berkelanjutan
Tabel 1. Kabupaten Sentra Produksi (Sasa dan Partoharjono, 2000).
Utama Kedelai di Jawa barat
Menurut Soekartawi (2002),
Tahun 2015
No Kabupaten/Kota Luas Produksi pendapatan usahatani adalah semua
Panen (Ton)
penghasilan yang diterima orang dalam
(Ha)
1 Indramayu 16.963 29.295 kegiatan ekonomi usahatani pada periode
2 Garut 15.231 22.640
tertentu. Baik yang dijual maupun yang
3 Cianjur 14.146 20.356
4 Sukabumi 10.912 19.060 tidak dijual. Pendapatan usahatani
5 Tasikmalaya 3.093 5.565
Sumber : Jawa Barat dalam Angka, 2015
merupakan selisih antara penerimaan
dengan total biaya produksi. Biaya
Kabupaten Tasikmalaya memiliki
produksi terdiri atas: (1)Biaya tetap: sewa
potensi dalam sektor pertanian. Selain
tanah, pajak, alat pertanian dan
komoditas kedelai, tanaman pangan
perlengkapan pertanian; (2) Biaya tidak
seperti padi dan jagung merupakan
tetap: biaya benih, pupuk, tenaga kerja,
komoditas unggulan dari daerah ini.
pestisida. Sedangkan penerimaan
Kecamatan Jatiwaras merupakan salah
diperoleh dari total produksi dikalikan
satu daerah di Kabupaten Tasikmalaya
dengan harga per satuan berat yang
yang memproduksi kedelai (Jawa Barat
berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk
dalam Angka, 2015).
mengetahui; pendapatan, kelayakan
Peluang usahatani palawija
finansial, serta pengaruh biaya sarana
khususnya kedelai dan kacang hijau
produksi, strata luas lahan, dan
cukup terbuka di daerah yang
pendapatan R/C rasio terhadap usahatani
pengairannya terjamin, namun dalam
kedelai di Kecamatan Jatiwaras
kenyataannya minat terhadap penanaman
Kabupaten Tasikmalaya.
palawija masih kurang dibandingkan minat
terhadap padi (Supandi, 1988). Hal
2. METODE PENELITIAN
tersebut disebabkan karena petani tidak
Dalam penelitian dipergunakan
terbiasa dengan tanaman palawija di
metode survei deskriptif. Menurut Nazir
lahan sawah irigasi. Pengaturan pola
(2005), metode deskriptif adalah suatu

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 73


metode dalam meneliti status kelompok berkualitas unggul dan bermutu.
manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu Walaupun produktivitas hasil kedelai
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas masih di bawah 2 ton per hektar, namun
peristiwa pada masa sekarang. Penelitian di wilayah ini produktivitasnya masih di
dilakukan dengan metode survei, dengan atas rata-rata nasional yang hanya sekitar
menggunakan cluster sampling di 3 desa 1,6 ton per hektar (Anonim, 2015). Angka
sentra produksi kedelai di Kecamatan ini tentu akan berpengaruh terhadap
Jatiwaras secara proporsional. Jumlah penerimaan usaha tani jika harga jual
sampel yang diambil dalam penelitian ini produksi kedelai tidak mengalami fluktuasi
adalah 42 responden. atau penurunan harga.
Analisis Pendapatan Usahatani kedelai
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pendapatan dalam penelitian ini
Kecamatan Jatiwaras merupakan digunakan untuk mengetahui besarnya
salah satu sentra produksi di Kabupaten pendapatan petani responden pada
Tasikmalaya, namun seperti umumnya di usahatani padi sawah di Kecamatan
kecamatan lainya, menunjukkan rata-rata Jatiwaras selama satu kali musim panen,
pengusahaan lahan untuk pertanaman dengan cara menghitung selisih antara
kedelai tergolong sempit. Karakteristik ini total penerimaan dan total biaya yang
menjadikan keuntungan yang diperoleh dikeluarkan.
dari usahatani kedelai dan tanaman Biaya Usahatani
lainnya tidak cukup untuk menghidupi Setiap kegiatan usahataninya
petani dan keluarganya secara layak jika seorang petani akan diperhadapkan pada
tidak diimbangi dengan penghasilan dari masalah beban biaya yang harus
kegiatan usaha ekonomi lainnya. Hal itu dikeluarkan untuk menghasilkan produksi.
sebaliknya jika semakin luas lahan yang Adapun biaya dibedakan menjadi dua,
diusahakan, maka ada kecenderungan yaitu biaya tetap (fixed Cost) dan biaya
untuk menghasilkan produksi yang variabel (variabel Cost). Biaya tetap
semakin tinggi dan pendapatan yang lebih adalah biaya yang relatif jumlahnya
besar (Hernanto, 1991 dalamSupartama, walaupun produksi yang diperoleh banyak
dkk, 2013). atau sedikit, dengan kata lain besarnya
Wilayah Kecamatan Jatiwaras biaya tetap ini tidak tergantung pada
Kabupaten Tasikmalaya merupakan besar kecilnya produksi yang didapat.
sentra produksi kedelai dengan Dalam penelitian ini, biaya tetap yang
produksitivitas yang paling tinggi di dikeluarkan oleh petani terdiri atas biaya
Kabupaten Tasikmalaya, karena selain pajak dan penyusutan alat.
daerahnya cocok untuk usahatani kedelai, Biaya variabel adalah biaya yang
juga penggunaan benih kedelai yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 74


yang dihasilkan. Biaya variabel yang dalam satuan (Rp)
dikeluarkan oleh petani responden dalam Dengan Kriteria apabila (Soekartawi,
penelitian ini adalah biaya benih, pupuk 2003):
dan tenaga kerja. R/C > 1 = Usaha pengembangan kedelai
Biaya total adalah penjumlahan dari menguntungkan atau layak
biaya tetap dan biaya variabel. Analisis diusahakan
pendapatan dalam penelitian ini R/C =1 = Usaha pengembangan kedelai
digunakan untuk mengetahui besarnya berada pada titik impas
pendapatan yang diperoleh petani R/C < 1 = Usaha pengembangan kedelai
responden usahatani kedelai di dalam keadaan rugi atau
Kecamatan Jatiwaras dengan cara tidak layak diusahakan.
menghitung selisih antara total Biaya tetap dalam konsep
penerimaan dengan total biaya yang operasionalisasi variabel terdiri dari sewa
dikeluarkan selama satu tahun, maka lahan, penyusutan alat dan bunga modal
perlu diketahui terlebih dahulu besarnya tetap. Modal yang digunakan merupakan
tingkat penerimaan yang diperoleh serta modal sendiri. Mulyadi (1991) menyatakan
biaya-biaya yang dikeluarkan dahulu bahwa, tidak ada perbedaan apapun
besarnya tingkat penerimaan yang antara modal sendiri dengan modal
diperoleh serta biaya-biaya yang pinjaman karena masing-masing
dikeluarkan dalam melakukan suatu menyumbang langsung kepada produksi.
usahatani tersebut. Dalam penelitian ini, luas penguasaan
Analisis kelayakan usahatani kedelai lahan usahatani kedelai dibagi ke dalam 3
ditujukan untuk mengetahui kelayakan strata, yaitu sempit, sedang dan luas
pengembangan usahatani kedelai dengan menggunakan perhitungan
digunakan analisis Revenue of Cost Ratio simpangan baku dan diperoleh luas lahan
(R/C), yakni besarnya perbandingan antar strata sebagai berikut:
penerimaan dan biaya total dengan Strata sempit : 0,02 – 0,12 hektar
menggunakan rumus Revenue of Cost Strata Sedang : 0,13 – 0,30 hektar
Ratio (R/C) menurut Soekartawi (2003): Strata Luas : 0,31 – 1,00 hektar
Besarnya biaya tetap yang
a=
dikeluarkan untuk ketiga strata usahatani
Keterangan: selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.
a= Perbandingan antara Total Revenue Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa
dengan Total Cost petani dengan strata lahan sempit
R = (Total Revenue) penerimaan total, mengeluarkan rata-rata biaya tetap
dinyatakan dalam satuan (Rp) terbesar jika dibandingkan dengan kedua
C = (Total Cost) Biaya total, dinyatakan strata yang yang lain, proporsi biaya ini

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 75


berada pada biaya penyusutan hanya seadanya saja (tidak sesuai
sedangkan proporsi biaya PBB terbesar anjuran)
dikeluarkan oleh petani berlahan garapan Tabel 3. Biaya Variabel Rata-rata Usaha-
tani Kedelai Untuk Masing-
luas.Hal ini disebabkan letak (posisi)
masing Strata (Rp)
lahan petani strata luas berada di pinggir No. Komponen Sempit Sedang Luas
1 Benih 634.714 659.081 632.501
jalan, sehingga standar pajak per meter² 2 Urea 410.455 45.625 90.000
3 NPK 587.662 21.329 36.429
lebih besar jika dibandingkan dengan 4 SP36 - - 71.429
5 KCL - - 100.000
letak lahan petani berlahan garapan 6 P. Kandang 36.364 27.778 57.143
7 Rhizobium - 14.706 -
sedang ataupun petani berlahan garapan
8 Pestisida 33.117 18.048 6.429
sempit. 9 Tenaga Kerja 2.090.053 1.371.910 825.606
Total 3.792.364 2.158.477 1.819.536
Tabel 2. Biaya Tetap Rata-rata Usahatani
Kedelai Untuk Masing-masing Penerimaan merupakan hasil
Strata per Hektar perkalian antara hasil produksi dikalikan
Strata PBB Penyusutan Total
No. dengan harga jual, sedangkan yang
(Ha) (Rp.) (Rp) (Rp.)
dimaksud dengan biaya produksi
1. Sempit 264.507 144.379 408.885
merupakan penjumlahan dari biaya tetap
2. Sedang 182.170 97.653 279.823
total ditambah dengan biaya variabel total.
3. Luas 356.723 30.550 387.273
Pendapatan merupakan selisih
Biaya variabel rata-rata terbesar antara penerimaan dikurangi dengan
dikeluarkan oleh petani berlahan garapan biaya produksi (biaya total) sedangkan
sempit, kemudian diikuti oleh petani yang dimaksud dengan R-C ratio
berlahan garapan sedang dan luas (Tabel merupakan nilai imbangan antara
3). Proporsi terbesar yang dikeluarkan penerimaan dengan biaya produksi.
adalah untuk biaya tenaga kerja dan Semakin tinggi nilai R-C ratio, maka
benih. Upah tenaga kerja di daerah semakin layak usahatani tersebut untuk
penelitian relatif cukup tinggi, yaitu dilaksanakan.
berkisar antara Rp 40.000-50.000 ribu per Untuk lebih jelasnya mengenai
Hari Kerja Orang, sedangkan besarnya penerimaan, biaya produksi, pendapatan
biaya untuk benih karena jarak tanam dan R-Crasio dapat dilihat pada Tabel 4.
yang kurang sesuai dengan anjuran. Tabel 4. Penerimaan, Biaya Produksi,
Untuk biaya pupuk relatif kecil, karena Pen-dapatan dan R-C rasio untuk
masing-masing Strata
petani melakukan usahatani kedelai Strata Penerimaan Biaya Produksi Pendapatan
No. R/C
setelah padi, jadi seringkali mereka tidak (Ha) (Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 Sempit 9.934.740 4.201.250 5.733.490 2,90
memberikan lagi pupuk untuk tanaman
2 Sedang 8.265.053 2.438.300 5.826.753 3,61
kedelai atau jika ada uang baru mereka 3 Luas 9.906.844 2.206.809 7.700.035 4,52
memberikan pupuk tambahan itupun
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa
untuk ketiga strata luas lahan yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 76


diusahakan oleh petani untuk 5. DAFTAR PUSTAKA
malaksanakan kegiatan usahatani kedelai BPS Jawa Barat.2016 .Jawa Barat dalam
Angka 2016. Badan Pusat Statistik
masih memberikan keuntungan serta
Provinsi Jawa Barat.
layak untuk diusahakan. Hal ini Direktorat Pangan dan Pertanian. 2013.
Rencana Pembangunan Jangka
berbanding terbalik dengan kajian yang
Menengah Nasional (RPJMN)
dilakukan oleh BPS yang menyatakan Bidang Pangan dan Pertanian 2015-
2019.
bahwa usahatani kedelai tidak profitable
www.bappenas.go.id/index.php/dow
(tidak menguntungkan). Berdasarkan nload_file/view/15718/4661/.
Diakses tanggal 5 Januari 2017.
strata penguasaan menunjukkan bahwa
Kementerian Pertanian, 2015. Outlook
semakin luas penguasaan lahan komoditas pertanian tanaman
pangan kedelai.Pusat data dan
usahatani kedelai semakin layak dan
sistem informasi pertanian.
semakin besar keuntungan yang diperoleh Kementerian pertanian.
Marwoto dan Y. Hilman. 2005. Teknologi
petani.
kacang-kacangan dan umbi-umbian
mendukung ketahanan pangan.
Kinerja Balitkabi 2003-2004.
4. SIMPULAN
Balitkabi.20 hlm.
(1) Pendapatan petani kedelai untuk satu Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian.
Bogor: Ghalia Indonesia.
kali musim tanam di Kecamatan
Soekartawi. 2002. Ilmu Usahatani.Jakarta.
Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya , 2003. Prinsip Ekonomi
Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.
petani tidak melakukan usahatani
Supandi.1988. Potensi Pengembangan
sesuai dengan anjuran namun Palawija dalam pola Tanam Padi di
Wilayah Pengairan Jatiluhur. Jurnal
usahatani kedelai yang dilakukan oleh
Litbang Pertanian 8: 10-15.
petani untuk ketiga strata masih Supartma, dkk. 2013. Analisis pendapatan
dan kelayakan usahatani padi
memberikan keuntungan dan layak
sawah di suabak baturiti desa
untuk diusahakan. balinggi kecamatan balinggi
kabupaten parigi mouton. Jurnal
(2) Usahatani kedelai merupakan
Agroteknologi 1(2): 166-172.
usahatani yang layak untuk
diusahakan berbeda dengan
pendapat BPS yang menyatakan
usahatani kedelai sebagai usaha
yang tidak menguntungkan.
(3) Semakin luas penguasaan lahan
usahatani kedelai semakin layak dan
semakin besar keuntungan yang
diperoleh petani.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 77


PENENTUAN POLA TANAM OPTIMAL PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS
(Suatu Kasus pada Petani Lahan Sawah Irigasi Tenis
di Kecamatan Cikalong Kulon Kabupaten Cianjur)

Euis Dasipah1), Luly Lukfijayanti2)


1)
Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti
2)
BP3K Cikalong Kulon Cianjur

ABSTRAK

Lahan sawah irigasi teknis yang terdapat di Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur belum
diusahakan secara optimal. Hal ini terlihat dari tingkat rata-rata penerapan teknologi yang dicapai
untuk komoditas di lahan sawah irigasi teknis untuk padi 56 % (BP3K Kecamatan Cikalongkulon,
2014). Pengaturan pola tanam yang tepat secara ekonomis dapat meningkatkan pendapatan
petani,oleh sebab itu, penting untuk mengetahui pola tanam yang optimal dan tingkat efisiensi
produksi dari berbagai pola tanam.Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode
survei.Obyek penelitian adalah pola tanam di lahan sawah beririgasi teknis dan optimalisasi pola
tanam pada lahan sawah beririgasi teknis, unit analisisnya adalah petani pemilik penggarap lahan
sawah beririgasi teknis di Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur.Petani pemilik penggarap
di Kecamatan Cikalongkulon yang melaksanakan usahatani pada lahan sawah irigasi teknis adalah
sebanyak 631 orang petani.Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 126,2 127
orang.Untuk mengetahui kombinasi optimum dari beberapa pola tanam yang diusahakan, maka
dianalisis dengan linear programming melalui bantuan komputer menggunakan Program LINDO.
Pola tanam yang paling optimal pada lahan sawah irigasi teknis di Kecamatan Cikalongkulon
adalah pola tanam padi-padi-padi. Hal ini berarti bahwa pola tanam padi-padi-padi dengan
objective function value padi MT I X1 = 46,67 dan padi MT II X2 = 0,00 serta padi MT III X3 = 0,00
dengan nilai max. Z Rp. 23.742.200,00 memberikan tingkat pendapatan yang paling optimal.

Kata Kunci : Pola Tanam, Sawah Irigasi Teknis, Kombinasi Optimum

1. PENDAHULUAN dengan diversifikasi intensifikasi usahatani


Diversifikasi usahatani dan (supply driven) dengan sasaran utama
pertanian bukanlah hal yang baru bagi memenuhi kebutuhan dan memperoleh
sebagian besar petani skala kecil di surplus produksi (Timmer, 1992).
Indonesia (Kasryno, 2003). Pada awalnya, Kabupaten Cianjur merupakan salah
alasan petani melakukan diversifikasi satu kabupaten produsen beras di
usahatani adalah untuk memenuhi Provinsi Jawa Barat. Lahan pertanian di
keragaman kebutuhan konsumsi keluarga. Kabupaten Cianjur seluas 237,650 ha
Dalam konteks ekonomi, diversifikasi yang terdiri dari lahan sawah 66.180 ha
pertanian diarahkan untuk memenuhi dan bukan sawah 171.470 ha, sebagian
permintaan pasar dan meningkatkan besar lahan pertanian ada di wilayah
pendapatan petani dengan tingkat Cianjur Selatan, lahan sawah terbesar
stabilitas yang lebih tinggi. Dengan ada di wilayah Kecamatan Pagelaran,
demikian diversifikasi pertanian (demand Kadupandak, Takokak dan Cibeber.
driven farming system diversification) Lahan sawah irigasi teknis yang
memerlukan instrumen kebijakan terdapat di Kecamatan Cikalongkulon
pembangunan pertanian yang berbeda Kabupaten Cianjur belum diusahakan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 78


secara optimal. Hal ini terlihat dari tingkat penelitian adalah pola tanam di lahan
rata-rata penerapan teknologi yang sawah beririgasi teknis dan optimalisasi
dicapai untuk komoditas di lahan sawah pola tanam pada lahan sawah beririgasi
irigasi teknis untuk padi 56 % (BP3K teknis, unit analisisnya adalah petani
Kecamatan Cikalongkulon, 2014). pemilik penggarap lahan sawah beririgasi
Pengaturan pola tanam yang tepat secara teknis di Kecamatan Cikalongkulon
ekonomis dapat meningkatkan Kabupaten Cianjur. Petani pemilik
pendapatan petani. Oleh sebab itu, penggarap di Kecamatan Cikalongkulon
penulis tertarik untuk mengetahui pola yang melaksanakan usahatani pada lahan
tanam yang optimal dan tingkat efisiensi sawah irigasi teknis adalah sebanyak 631
produksi dari berbagai pola tanam yang orang petani. Dengan memperhatikan
dilaksanakan petani pada lahan sawah berbagai aspek seperti waktu, tenaga dan
irigasi teknis di Kecamatan Cikalongkulon biaya, maka sampel yang diambil
Kabupaten Cianjur. sebanyak 20%, sehingga jumlah
responden dalam penelitian ini adalah
2. METODE PENELITIAN sebanyak 126,2  127 orang. Jumlah
Penelitian dilaksanakan dengan responden untuk masing-masing pola
menggunakan metode survei. Obyek tanam disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi Responden untuk Masing-masing Pola Tanam


No. Pola Tanam Jumlah Petani Jumlah Responden
1. Padi – Padi – Padi 235 47
2. Padi – Padi – Kacang Panjang 104 21
3. Padi – Padi – Mentimun 88 18
4. Padi – Padi – Kedelai 68 14
5. Padi – Padi – Ikan 136 27
Jumlah 631 127

Untuk mengetahui kombinasi optimum Cikalongkulon Kabupaten Cianjur


dari beberapa pola tanam yang dilakukan menggunakan analisis linear
diusahakan, maka dianalisis dengan linear programming. Analisis ini dilakukan
programming melalui bantuan komputer dengan bantuan perangkat lunak
menggunakan Program LINDO. (software) komputer yaitu Program
LINDO. Pada lahan sawah irigasi teknis
3. HASIL DAN PEMBAHASAN di Kecamatan Cikalongkulon terdapat 5
Optimalisasi pola tanam pada lahan (lima) macam pola tanam, yaitu: (1) Pola
sawah irigasi teknis di Kecamatan tanam padi-padi-padi; (2) Pola tanam

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 79


padi-padi-kacang panjang; (3) Pola tanam tanam. Dari hasil análisis tersebut, maka
padi-padi-mentimun; (4) Pola tanam padi- pola tanam yang memiliki nilai Z yang
padi-kedelai; dan (5) Pola tanam padi- terbesar merupakan pola tanam yang
padi-ikan. paling optimal. Hasil análisis optimalisasi
Berdasarkan hasil análisis linear pola tanam pada lahan sawah irigasi
programming, maka dapat diketahui pola teknis di Kecamatan Cikalong kulon
yang optimal bagi masing-masing pola disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Optimalisasi Pola Tanam pada Lahan Sawah Irigasi Teknis di
Kecamatan Cikalongkulon
No. PolaTanamUsahatani Objective Function Value Max. Z
1. Padi-padi-padi  Padi MT I X1 = 46,666668 Rp. 23.742.200,00
 Padi MT II X2 = 0,00
 Padi MT III X3 = 0,00
2. Padi-padi-mentimun  Padi MT I X1 = 18,04 Rp. 15.174.800,00
 Padi MT II X2 = 0,00
 Mentimun MT III X3 = 0,00
3. Padi-padi-ikan  Padi MT I X1 = 0,00 Rp. 13.710.000,00
 Padi MT II X2 = 0,00
 Ikan MT III X3 = 26,92
4. Padi-padi-kedelai  Padi MT I X1 = 0,00 Rp. 6.538.650,00
 Padi MT II X2 = 1,00
 Kedelai MT III X3 = 0,00
5. Padi-padi-  Padi MT I X1 = 0,020 Rp. 130.096,20
kacangpanjang  Padi MT II X2 = 0,00
 KacangPanjang MT III X3 = 0,00

Berdasarkan data yang disajikan 46,67 dan padi MT II X2 = 0,00 serta padi
pada Tabel 2, maka urutan pola tanam MT III X3 = 0,00 dengan nilai max. Z Rp.
dari yang paling optimal adalah sebagai 23.742.200,00 memberikan tingkat
berikut : pendapatan yang paling optimal.
1. Pola tanam padi-padi-padi
2. Pola tanam padi-padi-mentimun 4. SIMPULAN
3. Pola tanam padi-padi-ikan Pola tanam yang paling optimal
4. Pola tanam padi-padi-kedelai pada lahan sawah irigasi teknis di
5. Pola tanam padi-padi-kacang panjang Kecamatan Cikalongkulon adalah pola
Pola tanam yang paling optimal tanam padi-padi-padi. Hal ini berarti
pada lahan sawah irigasi teknis di bahwa pola tanam padi-padi-padi dengan
Kecamatan Cikalongkulon adalah pola objective function value padi MT I X1 =
tanam padi-padi-padi. Hal ini berarti 46,67 dan padi MT II X2 = 0,00 sertapadi
bahwa pola tanam padi-padi-padi dengan MT III X3 = 0,00 denga nnilai max. Z Rp.
objective function value padi MT I X1 =

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 80


23.742.200,00 memberikan tingkat World Bank Technical Paper
No.180, Washington, D.C., USA.
pendapatan yang paling optimal.

5. DAFTAR PUSTAKA
Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan
Dan Kehutanan Kecamatan
Cikalongkulon. 2014. Profil Balai
Penyuluhan Pertanian Perikanan
Dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan
Cikalongkulon. Cianjur.
Firdaus, D; Muhamad; Y. Surdiyanto dan
A. Gunawan. 2005. Sistem
Usahatani Integrasi Tanaman-
Ternak Pada Lahan Sawah
Berpengairan di Jawa Barat. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Barat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian. Lembang : Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Kasryno, F. 2003. Produksi Padi dan
Diversifikasi Tanaman Pangan:
Mencari Suatu Solusi. Bogor : Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian,
Radjulaini. 2003. Pemakaian Tiga
Metode Water Requirement Untuk
Memprediksi Luas Sawah
Maksimum yang Dapat Diairi (Studi
Kasus DAS Cikaduen Jabar).
Makalah Pengantar Falsafah Sains
Program Pascasarjana IPB. Bogor.
Safuan, La Ode. 2002. Kendala
Pertanian Lahan Kering Masam
Daerah Tropika dan Cara
Pengelolaannya. Makalah
Pengantar Falsafah Sains Program
Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
http://rudyct.tripod.com/sem1_023/la
ode_safuan.htm.
Soemartono, T. 2006. Perbandingan
Analisis Usahatani Tiga Pola
Tanam. Majalah Wawasan
Tridharma No. 6 Tahun XVIII
Januari 2006.
Timmer, C.P. 1992. Agricultural
Diversification in Asia: Lesson from
the 1980’s and Issues for the
1990’s. Trend in Agricultural
Diversification: Regional Perpective
(Ed. Barghouti, S. et al., 1992).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 81


RETURN OF INVESTMENT (ROI) PADA USAHA TERNAK BURUNG PUYUH
PETELUR (Coturnix japonica) DI KELURAHAN SEMARANG
KECAMATAN SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU

Fithri Mufriantie1, Edy Marwan1, Novitri Kurniati1, Heryan Iswahyudi2


1)
Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu
2)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kota Bengkulu
Email: fithrimufriantie@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan usaha
dan nilai Return of Invesment (ROI) pada usaha ternak puyuh petelur di Kelurahan Semarang
Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa pendapatan
peternak dalam usaha ternak puyuh petelur rata-rata sebesar Rp. 45.332.471 per periode dari
rata-rata modal yang dikeluarkan sebesar Rp. 195. 644.850. Dari nilai pendapatan dibagi dengan
modal yang dikeluarkan dan dikalikan seratus persen, maka nilai ROI sebesar 23,14%. Dengan
nilai ROI sebesar 23,14 % ini menggambarkan bahwa dari Rp. 100 modal yang digunakan akan
diperoleh pendapatan sebesar 23,14. Nilai ROI yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh besarnya
pendapatan yang didapat pada usaha ternak puyuh petelur .Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
efisiensi atas penggunaan modal (ROI) pada usaha ini adalah sebesar 23,14% artinya bahwa
dalam satu kali proses produksi usaha ini dapat mengembalikan modal produksi sebesar 23,14 %.
Satu kali periode produksi yaitu selama dua puluh bulan dimulai dari penetasan telur hingga panen
puyuh betina afkir. Pengembalian keseluruhan modal dapat dicapai selama 5 kali periode produksi
atau selama seratus bulan atau selama delapan tahun empat bulan usaha.

Kata Kunci: Puyuh Petelur, Modal, Pendapatan, Return of Invesment (ROI)


1. PENDAHULUAN Keunggulan burung puyuh adalah dapat
Usaha Agribisnis peternakan berproduksi pada umur 40-45 hari dengan
unggas khususnya ternak burung puyuh produksi telurnya 250-300 butir per ekor
petelur (cortunix japonica) semakin per tahun (Hartono, 2004) dan lebih tahan
diminati sebagai alternatif dari sektor terhadap penyakit sehingga
peternakan unggas untuk menambah pemeliharaannya mudah dibandingkan
pendapatan bagi masyarakat. Dalam ayam dan itik .
usaha peternakan puyuh, selain Di Kota Bengkulu khususnya di
mendapatkan keuntungan berupa Kelurahan Semarang, burung puyuh
produksi telur juga dihasilkan pendapatan diternakkan oleh peternak dengan skala
lain berupa daging dari puyuh jantan dan rumah tangga dengan populasi antara
betina afkir dan juga produksi kotoran 1000-2000 ekor per peternak. Dengan
yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan luas lahan 35 m2, dapat diusahakan
ikan dan pupuk tanaman. puyuh petelur sebanyak 3200 ekor
Burung puyuh (cortunix japonica) (Trubus exo, 2011) .
merupakan unggas kecil penghasil telur Usaha peternakan puyuh ini salah
yang potensial untuk diternakkan dan satu peluang usaha yang sangat
mempunyai keunggulan sebagai salah potensial dan berprospek cukup baik
satu unggas penyuplai protein. karena harga telur puyuh relatif stabil dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 82


cenderung naik. Segmen pasar untuk terdapat peternak yang secara rutin atau
telur puyuh cukup luas mulai dari pasar terus menerus melakukan kegiatan ternak
tradisonal hingga pasar modern atau burung puyuh.
swalayan dan suplai telur puyuh untuk Data yang dikumpulkan berupa data
pasar di Kota Bengkulu separuhnya primer dan sekunder, melalui metode
dipasok oleh peternak dari luar kota studi kepustakaan dan wawancara
maupun luar provinsi. Hal inilah yang kepada peternak yang dimaksudkan
menjadi peluang bagi calon pelaku usaha untuk melengkapi keterangan atau
atau peternak untuk mengembangkan pembahasan yang akan dibahas. Adapun
usahanya. teknik yang dilakukan dalam metode ini
Dalam melakukan suatu usaha adalah data yang diperoleh langsung dari
atau kegiatan budidaya puyuh petelur responden berdasarkan wawancara yang
untuk melihat indeks yang menunjukkan berpedoman pada kuisioner yang telah
seberapa besar laba atau keuntungan disiapkan sebelumnya.
yang didapat atas investasi yang telah Sedangkan data sekunder
ditanamkan pada usaha, digunakan merupakan sumber data yang diperoleh
analisis ROI atau Return of Invesment secara tidak langsung melalui media
yang lebih dikenal dengan laba atas perantara. Data sekunder pada umumnya
investasi. Tujuan dari penelitian ini adalah berupa bukti, catatan, atau laporan
(1) Menghitung pendapatan usaha ternak historis yang telah tersusun dalam arsip,
puyuh petelur di Kelurahan Semarang baik yang dipublikasikan dan yang tidak
Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu dipublikasikan.
(2) Menghitung Return of Invesment Operasional variabel dalam
(ROI) usaha puyuh petelur di Kelurahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Semarang Kecamatan Sungai Serut Kota 1. Produksi adalah jumlah telur puyuh,
Bengkulu. puyuh jantan, puyuh betina afkir dan
kotoran ternak yang dijual oleh
2. METODE PENELITIAN peternak burung puyuh petelur
Metode yang digunakan dalam (Rp/butir/ekor/karung).
penelitian ini adalah metode sensus. 2. Harga produksi adalah besarnya harga
Metode sensus adalah semua individu dalam penjualan telur puyuh, puyuh
yang ada dalam populasi dicacah sebagai jantan, puyuh betina afkir dan kotoran
responden (Daniel, 2003). Lokasi ternak puyuh petelur (Rp./butir/
penelitian di Kelurahan Semarang ekor/karung)
Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu. 3. Total biaya adalah penjumlahan biaya
Alasan penentuan tempat penelitian tetap dan biaya variabel yang
adalah karena lokasi tempat ternak puyuh dikeluarkan oleh peternak burung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 83


puyuh selama satu periode π = TR – TC
(Rp/periode). Dimana TR = Q x Pq
4. Biaya tetap adalah biaya yang
TC = FC + VC
dikeluarkan pada usaha ternak burung
Keterangan:
puyuh yang bersifat tetap setiap π = Pendapatan
periode (Rp/periode) ( contoh ; TR = Total Revenue ( Total Penerimaan)
TC = Total Cost (Total Biaya)
penyusutan alat dan sewa lahan) Q = Jumlah Produksi
5. Biaya variabel adalah biaya yang Pq = Harga
FC = Biaya Tetap
dikeluarkan oleh peternak puyuh VC = Biaya variabel
petelur yang jumlahnya selalu berubah b. Untuk menghitung nilai Return of
berdasarkan produksi telur Invesment (ROI) usaha ternak puyuh
(Rp/periode) ( contoh ; biaya saprodi petelur, digunakan rumus :
dan tenaga kerja) Keuntungan Usaha
6. Penerimaan adalah nilai total penjualan ROI = x 100%
Modal Usaha
telur puyuh, puyuh jantan dan puyuh
Keuntungan usaha merupakan
betina afkir dan kotoran puyuh
pendapatan (π) dari usaha ternak puyuh
(Rp/periode).
petelur. Nilai π didapat dari pengurangan
7. Return of Invesment (ROI) adalah
nilai Total Penerimaan (TR) dengan Total
persentase tingkat pengembalian
Biaya (TC). Sedangkan Modal Usaha
modal suatu usaha pada periode
(TC) adalah penjumlahan Biaya Tetap
produksi tertentu usaha puyuh petelur
(FC) dengan Biaya Variabel (VC).
(%).
Menurut Kasmir (2012), semakin
8. Modal adalah Total biaya yang
kecil (rendah) rasio ini, semakin kurang
dikeluarkan atau penjumlahan biaya
baik demikian pula sebaliknya semakin
variabel dengan biaya tetap yang
besar rasio ini maka akan semakin baik
dikeluarkan dalam usaha ternak puyuh
tingkat pengembalian investasi yang
petelur.(Rp)
diperoleh. Artinya rasio ini digunakan
9. Periode produksi adalah satu periode
untuk mengukur efektivitas dari
produksi puyuh yaitu selama 20 bulan.
keseluruhan operasi perusahaan.
10. Pendapatan adalah total penerimaan
dikurangi dengan total biaya produksi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
(Rp/periode) .
Kelurahan Semarang Kecamatan
Analisis data sebagai berikut:
Sungai Serut Kota Bengkulu merupakan
a. Untuk menghitung pendapatan usaha
daerah yang memiliki usaha ternak puyuh
ternak puyuh petelur digunakan fungsi
petelur yang diusahakan secara terus
keuntungan sebagai berikut
menerus atau secara rutin melakukan
(Soekartawi, 2006) :

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 84


kegiatan usaha ini. Pelaksanaan usaha jantan dan betina dari hasil pembesaran
peternakan puyuh petelur meliputi DOQ adalah 50:50 dengan tingkat
pembuatan kandang utama, kandang mortalitas 5%. Puyuh betina dipelihara
anakan, kandang baterai, penetasan untuk menghasilkan telur konsumsi,
telur, pemeliharaan bibit, pemeliharaan sedangkan puyuh jantan dijual untuk
puyuh petelur dan cara pemungutan telur puyuh konsumsi.
puyuh konsumsi. Budidaya puyuh yang dipelihara di
Dalam menentukan keberhasilan Kelurahan Semarang menggunakan
usaha peternakan puyuh petelur salah puyuh Coturnix Japonica berkelamin
satu yang harus diperhatikan adalah betina dengan mempunyai bentuk tubuh
kualitas bibit. Bibit yang digunakan oleh normal dengan berat bekisar 95-115 gram
peternak adalah dari hasil penetasan dan panjang 17-20 cm dipelihara selama
telur tetas dengan menggunakan mesin periode produksi yaitu selama dua puluh
tetas selama 16-17 hari. Telur tetas yang bulan. Pakan yang digunakan adalah
digunakan peternak dari tempat khusus pakan jadi khusus puyuh petelur dengan
yang menyediakan telur tetas di kandungan protein 20% yang dibeli di
Kelurahan Bentiring dengan harga Rp. toko-toko peternakan. Puyuh petelur
550,-diperoleh dari perkawinan induk dan dipelihara dalam kandang baterai ukuran
jantan dengan perbandingan jantan dan panjang 150 cm dan lebar 90 cm dengan
betina 1:3 kemudian telur tersebut dipilih tinggi 175 cm berbahan kombinasi kawat
yang mempunyai ukuran normal dan ram dan kayu reng ukuran 3 x 5 cm.
bercorak batik. Tingkat keberhasilan Kandang baterai tersebut ditempatkan
penetasan yang dilakukan oleh peternak dalam kandang utama yang berfungsi
selama ini berkisar 80-90% juga sebagai tempat pembesaran,
Bibit puyuh atau Day Old Quail penetasan dan pemeliharaan.
(DOQ) dari hasil penetasan disortasi Burung puyuh juga tidak terlepas
dengan memperhatikan kondisi fisik yaitu dari serangan penyakit, oleh karena itu
pertumbuhan normal, tidak buta dan tidak seorang peternak harus memperhatikan
pengkor (cacat). Selanjutnya anakan kesehatan ternak, kebersihan kandang
puyuh (DOQ) dipelihara selama 40-42 dan pembersihan kotoran secara berkala
hari dalam kandang anakan dengan agar tidak mengakibatkan kegagalan
pemanas listrik 45-60 watt dengan dalam pemeliharaannya. Untuk
mengkonsumsi pakan starter dengan meminimalkan resiko kerugian yang
protein 23%. Sebelum memasuki fase disebabkan serangan penyakit yang
bertelur, anakan puyuh tersebut disortasi timbul, peternak memberikan obat-obatan
kembali untuk menentukan jantan dan dan vitamin pada bibit dengan cara
betina. Dari pengalaman peternak, jumlah vaksinasi terlebih dahulu sebanyak 3 kali.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 85


Waktu pemberian yaitu ketika puyuh umur sangat memudahkan peternak dalam
4 hari diberikan vaksin ND (New castle pemanenan telur konsumsi. Telur puyuh
Desease/Tetelo) melalui oral (mulut), yang sudah dipanen selanjutnya disortir
kemudian umur 16 hari dan 27 hari dengan memisahkan telur yang cacat
diberikan vaksin ND Lasota lewat air (tidak bercorak batik atau polos dan kecil)
minum, serta penyemprotan disinfektan dan selanjutnya dikemas ke dalam
pada awal dan akhir periode. rantang plastik (bekas buah lengkeng)
Pengontrolan penyakit juga dilakukan yang bisa memuat 1000 butir per rantang.
setiap saat dan apabila ada tanda-tanda Pemasaran telur puyuh dilakukan dengan
yang kurang sehat terhadap puyuh harus penjualan langsung di rumah peternak
segera dilakukan pengobatan sesuai atau peternak mengantar langsung telur
dengan petunjuk dokter hewan atau konsumsi kepada pedagang pengumpul
petugas dari Dinas Pertanian dan di Pasar Tradisional Modern (PTM) Kota
Peternakan Kota Bengkuluatau petunjuk Bengkulu dan Pasar Panorama.
dari Poultryshop (Toko Peternakan). Biaya Usaha Ternak Puyuh Petelur
Pemberian pakan pada puyuh Biaya merupakan nilai yang harus
petelur dengan protein 20% diberikan dikeluarkan oleh seorang peternak dalam
bersamaan dengan pemberian air minum kegiatan usahanya. Biaya ini
2 (dua) kali sehari pagi dan sore. dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya
Produksi telur dihasilkan dari budidaya tetap dan biaya variabel . Biaya-biaya ini
tersebut adalah 80-85% per hari dari mutlak dikeluarkan untuk memproduksi
jumlah populasi ternak. Pemanenan telur usaha ternak puyuh petelur dalam satu
dilakukan di pagi hari dengan cara periode produksi atau dua puluh bulan,
mengambil telur di depan kandang rata- rata biaya usaha peternakan puyuh
0
baterai. Dengan kemiringan rak telur 15 petelur dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata penggunaan biaya usaha ternak puyuh petelur di Kelurahan


Semarang.
No. Uraian Biaya/ Produksi (Rp)
I. Biaya Tetap (FC)
- Penyusutan Kandang 2.680.000.-
- Penyusutan Alat 1.608.994.-
- Sewa Lahan 41.667.-
JUMLAH 4.330.611.-
2. Biaya Variabel (VC)
- Sarana Produksi 158.134.933.-
- Tenaga Kerja 15.701.250.-
- Listrik 6.000.000.-
- Biaya Penyusutan Ternak 934.500.-
JUMLAH 180.770.683.-
Sumber: Data Primer diolah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 86


Biaya Variabel tanah. Biaya penyusutan kandang ialah
Biaya variabel terdiri atas biaya nilai dari penyusutan kandang utama,
sarana produksi, tenaga kerja, listrik dan kandang anakan (starter) dan kandang
biaya penyusutan ternak. Biaya sarana petelur (grower). Sedangkan biaya
produksi meliputi biaya pembelian DOQ, penyusutan alat ialah nilai penyusutan
pakan, vaksin, mineral dan bahan alat yang digunakan dalam satu kali
lainnya. Biaya tenaga kerja yang dihitung proses produksi dan biaya sewa atas
dalam penelitian ini adalah biaya tanah yang dipakai dalam usaha ternak
pemberian pakan dan minum, burung puyuh petelur. Berdasarkan
pembersihan kandang, panen telur dan penelitian diketahui bahwa rata-rata
pemeliharaan bibit. Dalam usaha ternak penggunaan biaya tetap adalah sebesar
puyuh, biaya penyusutan ternak Rp 4.330.611.-
termasuk dalam biaya variabel dan Modal Usaha
dihitung berdasarkan jumlah ternak yang Modal adalah barang atau uang
mati selama proses produksi. yang bersama-sama dengan faktor
Berdasarkan dari data yang diolah dalam produksi dan tenaga kerja menghasilkan
usaha peternakan puyuh petelur di barang-barang baru yaitu dalam hal ini
Kelurahan Semarang Diketahui bahwa hasil peternakan. Modal dalam
jumlah rata- rata penggunaaan biaya peternakan puyuh terdiri dari total biaya
variabel adalah Rp 180.770.683,-. Biaya variabel, biaya peralatan ternak, biaya
tersebut terdiri dari biaya saprodi yang pembelian tanah dan biaya pembuatan
merupakan biaya tertinggi dalam biaya kandang. Berdasarkan penelitian
variabel yaitu sebesar Rp 158.134.933 diketahui bahwa rata-rata penggunaan
atau 79,08% dari keseluruhan biaya modal usaha adalah sebesar Rp
yang dikeluarkan dalam usaha ternak 195.644.850.-.
puyuh petelur, biaya tenaga kerja Penerimaan
sebesar Rp 15.701.250 (7,85%), biaya Penerimaan usaha peternakan
listrik Rp 6.000.000.- (3%) dan biaya puyuh petelur didapat dari mengalikan
penyusutan ternak sebesar Rp 934.500.- jumlah produksi dengan harga yang
(0,47%). dihitung dengan satuan rupiah selama
Biaya Tetap satu periode produksi yaitu selama dua
Biaya tetap adalah biaya-biaya puluh bulan. Serta menambahkan jumlah
yang harus dikeluarkan dalam satu kali hasil penjualan dari kotoran puyuh,
proses produksi dalam jumlah tetap atau puyuh jantan, puyuh betina sortiran dan
tidak habis dalam satu kali produksi. puyuh petelur afkiran. Penerimaan usaha
Biaya tetap terdiri dari penyusutan peternakan puyuh petelur adalah
kandang, penyusutan alat dan sewa sebesar Rp 230.443.765.-

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 87


Dengan penghitungan sebagai berikut :
1. Penerimaan telur puyuh = 726.729 butir x Rp.285,- = Rp.207.117.765.-
2. Penerimaan kotoran = 606 karung x Rp.20.000 = Rp. 12.120.000
3. Penerimaan puyuh afkir = 1.560 ekor x Rp.3.200.- = Rp. 4.992.000
4. Penerimaan puyuh jantan = 1.919 ekor x Rp.3.000.- = Rp. 5.757.000
5. Penerimaan betina sortiran = 149 ekor x Rp.3.000.- = Rp. 447.000
Total Penerimaan = Rp. 230.443.765.-

Dalam usaha ternak burung puyuh Pendapatan yang relatif besar ini
petelur, sumber penerimaan tidak hanya adalah salah satu alasan mengapa
berasal dari penjualan telur puyuh, akan usaha ternak puyuh petelur tetap
tetapi ditambah dengan penerimaan lain bertahan dan bisa dibilang sebagai
seperti penjualan kotoran ternak, puyuh usaha yang menjanjikan. Usaha ternak
jantan, betina sortiran dan puyuh betina puyuh petelur memerlukan biaya
afkir. Hal inilah membuat usaha ternak produksi yang besar dan dengan harga
puyuh petelur mempunyai nilai telur yang cenderung naik maka tingkat
penerimaan lebih tinggi dibandingkan pendapatan peternak semakin besar
usaha lain. pula bila sistem pengelolaannya
Resiko persentase angka kerugian dilakukan secara optimal.
dalam penjualan telur puyuh bisa Return Of Invesment (ROI)
dibilang sangat kecil, karena harga jual Kemampuan usaha ternak puyuh
telur puyuh relatif stabil bahkan harga petelur di Kelurahan Semarang Kota
jual cenderung naik pada saat-saat Bengkulu untuk mengembalikan modal
tertentu, seperti pada hari besar akan mempengaruhi jalan suatu usaha
keagamaan dan kegiatan seperti festival ini. Bila kemampuan mengembalikan
tabot. Karenanya peternak dapat modal itu persentasenya tinggi, maka
mendapatkan penerimaan yang lebih menunjukkan usaha tersebut efisien.
besar pada saat musim-musim tertentu. Sebaliknya bila kemampuan usaha
Pendapatan tersebut dalam mengembalikan modal
Pendapatan merupakan selisih persentasenya rendah maka usaha
antara penerimaan dengan biaya yang tersebut tidak efisien. Kemampuan
dikeluarkan. Rata-rata pendapatan dari dalam pengembalian modal dari usaha
usaha peternakan puyuh petelur di ternak puyuh petelur sebagai berikut:
Kelurahan Semarang adalah sebesar Rp Keuntungan Usaha
ROI = Modal Usaha X 100%
45.332.471.-
Rp 45.322.471.-
π = TR – TC ROI = X 100%
Rp 195.644.850.-
= Rp 230.433.765 – Rp 185.101.294.-
= Rp 45.332.471.- ROI = 23,14 %

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 88


Nilai ROI 23,14% ini menunjukkan Kelurahan Semarang Kota Bengkulu
bahwa dari Rp 100 modal yang adalah sebesar 23,14 %.
digunakan akan diperoleh keuntungan
sebesar 23,14. Nilai ROI yang tinggi DAFTAR PUSTAKA
tersebut dipengaruhi oleh besarnya
Hartono, T, 2004. 7 Kiat Meningkatkan
keuntungan yang didapat pada usaha Produksi Puyuh. Jakarta: Penebar
ternak puyuh petelur di Kelurahan Swadaya.
Daniel, M. 2003. Metode Penelitian
Semarang Kota Bengkulu. Sosial Ekonomi. Jakarta: PT. Bumi
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat Aksara.
Kasmir, 2012. Analisis Laporan
efisiensi atas penggunaan modal (ROI) Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo
pada usaha ini adalah sebesar 23,14% Persada.
Soekartawi, 2006. Analisis Usahatani.
artinya bahwa dalam satu kali proses Jakarta : UI-Press.
produksi usaha ini dapat mengembalikan Trubus Exo, 2011. Ternak Puyuh.
Jakarta: PT. Trubus Swadaya.
modal produksi sebesar 23,14% atau
pengembalian keseluruhan modal dapat
dicapai selama 5 kali periode produksi.
Satu periode produksi ternak puyuh
petelur adalah selama dua puluh bulan
yang artinya pengembalian modal usaha
dapat dicapai pada saat 5 kali periode
produksi yaitu selama seratus bulan atau
selama delapan tahun empat bulan
usaha.

4. SIMPULAN
1) Usaha ternak puyuh petelur di
Kelurahan Semarang Kota Bengkulu
mendapatkan keuntungan rata-rata
sebesar Rp.45.332.471.-
2) Keuntungan yang didapat dari usaha
ternak puyuh petelur berupa
penerimaan dari penjualan telur
puyuh, penjualan puyuh jantan, puyuh
betina afkir serta penjualan kotoran
ternak puyuh.
3. Tingkat efisiensi penggunaan modal
(ROI) usaha puyuh petelur di

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 89


KELAYAKAN SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK
BERBASIS LIMBAH PERKEBUNAN SINGKONG PADA INDUSTRI BIOETANOL

Hasni Arief, Iman Hernaman, Mansur, Siti Nurachma


Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jatinangor - Sumedang, Jawa Barat
Email: hasni.arief@unpad.ac.id

ABSTRAK
Sistem integrasi tanaman-ternak merupakan suatu bentuk kombinasi yang memiliki sifat saling
melengkapi dan berhubungan dalam interaksi yang bersifat sinergi (positif). Interaksi yang terjadi
sangat sarat dengan efisiensi produksi dan pencapaian produksi yang optimal. Tujuan dari studi ini
adalah untuk membuat konsep sistem integrasi tanaman-ternak yang tepat pada industri bioetanol
(kaji terap) dan menganalisis kelayakan sistem integrasi tanaman-ternak tersebut. Penelitian ini
bersifat studi kasus pada Industri Bioetanol Koperasi Gasela Sejahtera, berlokasi di Desa Cijambe,
Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa
pengembangan sistem integrasi tanaman-ternak melalui pengolahan limbah perkebunan singkong
dan peternakan mampu meningkatkan produktivitas tanaman-ternak dan menciptakan
kesinambungan usaha kelompok tani-ternak di Industri Bioetanol Koperasi Gasela Sejahtera.
Secara ekonomi, sistem integrasi tanaman-ternak yang diterapkan di Industri Bioetanol Koperasi
Gasela Sejahtera memberikan nilai kelayakan berdasarkan grossbenefit - cost ratio (Gross B/C
ratio) sebesar 1,61, net benefit - cost ratio (Net B/C ratio) sebesar 2,90 dan Pay Back Period (PBP)
selama 3,12 tahun.

Kata kunci: sistem integrasi tanaman-ternak, pengolahan limbah perkebunan singkong,


grossbenefit - cost ratio, net benefit - cost ratio, Pay Back Period

1. PENDAHULUAN Garut, atas kerjasama dengan Ikatan


Kebutuhan akan bahan bakar Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
minyak (BBM) dari tahun ke tahun terus Koordinator Wilayah Jawa Barat.
meningkat, sementara ketersediaannya Kapasitas produksi dari industri ini
semakin menipis sehingga diperkirakan adalah 200 liter per proses produksi
cadangan BBM yang ada saat ini hanya dengan areal perkebunan singkong yang
mampu mensuplai kebutuhan untuk 20 diusahakan sementara ini sebanyak 5
tahun lagi. Kondisi ini menjadi stimulan hektare di wilayah Kecamatan Cikelet.
untuk mengembangkan energi terbarukan Panen singkong untuk memproduksi
- Bahan Bakar Nabati (BBN), yaitu Etanol. etanol akan menyisakan limbah yang tidak
Etanol dapat dihasilkan dari tanaman dimanfaatkan berupa kulit, daun, dan
yang memiliki kadar karbohidrat yang batang; sementara hanya umbi singkong
tinggi dan singkong merupakan salah satu yang dimanfaatkan untuk pembuatan
tanaman yang memenuhi persyaratan etanol sehingga menjadi suatu
tersebut. Atas dasar kondisi ini, maka permasalahan baru dari suatu industri
didirikanlah industri bioetanol, yang salah bioetanol. Limbah tersebut masih dapat
satunya adalah Industri Bioetanol dimanfaatkan sebagai pakan ternak
Koperasi Gasela Sejahtera di Desa karena limbah tersebut memiliki kadar
Cijambe Kecamatan Cikelet Kabupaten nutrien (potensi biomasssa) yang cukup

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 90


tinggi. Atas dasar kondisi inilah dilakukan teknis akan digunakan sebagai sumber
penelitian atas limbah perkebunan data pada analisis kelayakan secara
singkong untuk dapat dijadikan pakan ekonomi.
ternak, khususnya untuk domba. Hasil Materi pada kajian teknis guna
penelitian I dan II (penelitian sebelumnya) menunjukkan manfaat pemanfaatan dari
menunjukkan bahwa penggunaan limbah limbah perkebunan singkong adalah
perkebunan singkong mampu domba lokal jantan sebanyak 2 ekor dan
menggantikan posisi konsetrat (pakan betina sebanyak 4 ekor, dimana jenis
komersil) tanpa mengganggu produksi pakan yang diujicobakan ke domba dibagi
dan reproduksi domba jantan dan betina. 3 (tiga) kelompok, yaitu: R1 - rumput saja;
Upaya yang dapat dilakukan untuk R2 – konsentrat (pakan komersil); dan R3
memanfaatkan limbah perkebunan – limbah perkebunan singkong dengan
tersebut antara lain melakukan integrasi suplemen mineral katalik (Co dan Zn).
dengan ternak ruminansia, diantaranya Parameter yang diukur secara teknis
dengan budidaya ternak domba. Oleh meliputi: konsumsi pakan, pertambahan
karena itu, tujuan dari studi ini adalah bobot badan, konversi ransum dan
untuk membuat konsep sistem integrasi karakterisitik semen segar domba lokal
tanaman-ternak yang tepat pada industri secara mikroskopis.
bioetanol (kaji terap) dan menganalisis Terkait dengan objek penelitian
kelayakan sistem integrasi tanaman- pada kajian ke-3 ini, maka parameter
ternak tersebut. yang diukur adalah dinamika populasi
ternak, pembiayaan dan penerimaan
2. METODE PENELITIAN
sebagai komponen perhitungan kelayakan
Pengkajian ini dilaksanakan pada
ekonomi. Analisis kelayakan secara
tahun 2011 di Industri Bioetanol Koperasi
ekonomi dihitung berdasar pada
Gasela Sejahtera Desa Cijambe
pendekatan kriteria investasi, berupa
Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut.
Gross Benefit - Cost Ratio (Gross B/C
Penelitian ini berupa studi kasus pada
Ratio), Net Benefit - Cost Ratio (Net B/C
industri bioetanol, dengan maksud untuk
Ratio), dan Pay Back Period (PBP),
melakukan kaji terap model integrasi
dengan formulasi rumus sebagai berikut
tanaman ternak.
(Ibrahim, 1997):
Fokus penelitian ini adalah
a. Gross B/C Ratio
kelayakan secara ekonomi usaha
n

pembibitan domba sebagai implementasi 


i  1
B i (1  r )  n

n
dari integrasi tanaman ternak, yang 
i  1
C i (1  r )  n

sebelumnya telah dilakukan analisis


kelayakan teknis. Hasil kelayakan secara

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 91


b. Net B/C Ratio 80% (Garner dan Hafez, 1993).
n
Abnormalitas yang diperoleh dalam
i 1
NB (1  r )  n ( positif )
n evaluasi berkisar 8-10%. Menurut
i 1
NB (1  r )  n ( negatif )
Partodiharjo (1992), semen yang baik
c. PBP tidak boleh mengandung spermatozoa
n n

 Ii   B i 1 abnormal lebih dari 15%, bila lebih akan


PBP  T p  1  i 1 i 1
menunjukkan gejala infertilitas. Dengan
Bp
demikian semen hasil penelitian ini
Dimana:
PBP = Pay back period memiliki tingkat fertilitas yang cukup baik,
Tp-1 = Tahun sebelum terdapat PBP
Jumlah investasi yang telah didisco
tidak berpengaruh terhadap kualitas
Ii =
unt mikroskopis. Selain itu, parameter lainnya
= Jumlah benefit sebelum tahun PBP
Bi-1
yang telah didiscount adalah pertambahan bobot badan ternak
Jumlah benefit pada tahun PBP
Bp =
yang telah didiscount dan konversi ransum menunjukkan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN pemberian rumput saja dan sama dengan
3.1. Sistem Integrasi Tanaman Ternak penggunaan konsentrat - pakan komersil
di Industri Bioetanol (Tabel 2). Gambaran hasil kajian teknis
Kajian secara teknis dilakukan tersebut menunjukkan bahwa limbah
dengan menggunakan domba lokal perkebunan singkong dari industri
jantan dan betina masing-masing bioetanol tidak berdampak negatif bagi
sebanyak 2 dan 4 ekor. Semua ternak ternak, baik untuk karaktersitik sperma
diberi pakan limbah bioetanol, namun dan reproduksi (induk yang sedang
sesekali diberi juga rumput lapang. Uji bunting dan anak yang dilahirkan serta
teknis dari pakan ternak yang berbahan perkembangannya), maupun untuk
baku limbah perkebunan singkong performa fisik ternak (pertambahan bobot
terhadap karakteristik semen segar badan).
domba lokal menunjukkan hasil yang baik. Bertitik tolak dari uraian di atas,
Konsentrasi total spermatozoa rata-rata diharapkan para pegawai industri
menunjukkan kisaran antara 152-225 bioetanol dapat memanfaatkan pakan
7
10 /ml. Domba yang diberikan limbah ternak berbasis limbah perkebunan
perkebunan singkong menunjukkan nilai dengan mengembangkan usaha
yang normal. Konsentrasi total peternakan. Di samping dapat membantu
spermatozoa normal bervariasi antara pihak pengelola/industri dalam
7
200-300 10 /ml. Motilitas yang diperoleh pengelolaan limbah, juga dapat menjadi
memiliki nilai cukup baik, yakni berkisar sumber pendapatan tambahan bagi para
antara 68,47-79,88% (Tabel 1). Motilitas pegawainya melalui pemeliharaan ternak,
spermatozoa normal berkisar antara 60- serta terpenting adalah dapat membantu

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 92


keberlanjutan usaha industri tersebut Bakar Nabati (BBN).
dalam menopang ketersediaan Bahan

Tabel 1. Karakteristik Semen Segar Domba Lokal (Percobaan) secara Mikroskopis


Jenis Pakan yang Diujicobakan
Parameter yang Diukur
R1 R2 R3
7
Konsentrasi (10 /ml) 210a 152a 225a
Motilitas (%) 79,88a 68,76a 68,47a
Abnormalitas (%) 8,00a 8,17a 9,13a

Tabel 2. Data Rataan Performa Domba Lokal (Percobaan)


Jenis Pakan yang Diujicobakan
Parameter yang Diukur
R1 R2 R3
Pertambahan Bobot Badan (g/hari) 63,50a 94,50ab 94,05ab
Konsumsi Ransum Harian (g/hari) 813,83a 807,45a 816,32a
Konversi Ransum 12,96b 8,80a 8,78a
Keterangan: R1 = rumput (pure grass)
R2 = konsentrat (pakan komersil)
R3 = limbah perkebunan singkong dengan suplemen mineral katalik (Co dan Zn)

Usaha pembibitan domba Tenggara, yaitu: (1) sistem yang


merupakan pola integrasi tanaman ternak mengkombinasikan ternak dan tanaman
yang tepat diterapkan pada industri semusim; dan (2) sistem yang
bioetanol guna pemanfaatan limbah mengkombinasikan ternak dengan
perkebunan singkong sebagai pakan tanaman tahunan. Berikut skema model
ternak. Devendra, et al (1997) sistem integrasi tanaman ternak di Industri
mengemukakan ada 2 (dua) tipe sistem Bioetanol (Gambar 1).
integrasi yang telah dikembangkan di Asia

Gambar 1. Skema Model Sistem Integrasi Tanaman Ternak di Industri Bioetanol

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 93


Sistem integrasi tanaman ternak di 3.2. Kelayakan Ekonomi Usaha
Pembibitan Domba Berbasis
industri bioetanol ini memiliki beberapa
Integrasi Tanaman Ternak
kelebihan, antara lain: 1) dapat
Hasil penelitian I dan II (kajian
menyediakan hijauan pakan sepanjang
teknis) diintroduksikan ke industri bietanol
tahun, berbiaya murah (low external input)
dalam bentuk Kaji Terap Sistem Integrasi
mendekati zero cost, 2) menghasilkan
Tanaman Ternak sebagaimana telah
energi alternatif biogas dan dapat
diilustrasikan di atas, yang selanjutnya
memperbaiki kesuburan lahan dengan
dianalisis dengan menggunakan
memanfaatkan kotorannya, 3) merupakan
pendekatan Kriteria Investasi guna
usaha pertanian berkelanjutan
membuktikan kelayakan secara ekonomi
(sustainable agriculture), 4) memberikan
dari sistem integrasi tersebut (Tabel 3, 4,
peluang kerja baru (tenaga kerja bidang
dan 5). Hasil perhitungan Gross B/C ratio
peternakan), 5) dapat meningkatkan
dan Net B/c ratio menunjukkan nilai
pendapatan bagi pengelola tanaman
masing-masing sebesar 1,61 dan 2,91.
pertanian/perkebunan dalam hal ini pihak
Hal ini mengindikasikan bahwa usaha
industri bioetanol, 6) mendukung
pembibitan domba dengan menerapkan
pemerintah dalam program kecukupan
sistem integrasi tanaman ternak
daging, dan 7) menyediakan umber panga
merupakan usaha yang secara ekonomi
bergzi tinggi. Hal ini sejalan dengan
layak direalisasikan guna memberikan
keuntungan penerapan sistem integrasi
tambahan pendapatan bagi pegawai
tanaman ternak (Crop Livestock System -
Industri Bioetanol Koperasi Gasela.
CLS) yang telah dinventarisir oleh
Masukan yang diperoleh atas
Devendra (1993), yaitu: (1) diversifikasi
keluaran/korbanan yang telah diberikan
penggunaan sumber daya produksi, (2)
untuk usaha pembibitan domba lebih
mengurangi terjadinya risiko, (3) efisiensi
besar, bahkan hampir 100%
penggunaan tenaga kerja, (4) efisiensi
pengembaliannya. Hal ini beralasan
penggunaan produksi, (5) mengurangi
karena penggunaan pakan limbah
ketergantungan energi kimia dan energi
perkebunan singkong memberikan nilai
biologi serta masukan sumber daya
ransum yang paling rendah bahkan
lainnya dari luar, (6) sistem ekologi lebih
setengah harga bagi perlakuan yang
lestari dan tidak menimbulkan polusi
diberi rumput saja atau hampir
sehingga melindungi lingkungan hidup, (7)
sepertiganya dari ransum yang
meningkatkan output, dan (8)
menggunakan konsentrat. Meskipun
mengkembangkan rumah tangga petani
harga ransum murah, namun
yang lebih stabil.
menghasilkan pertambahan bobot badan
yang tidak kalah baik dibandingkan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 94


dengan domba yang diberi konsentrat pembibitan tersebut dengan masa analisis
komersil, bahkan lebih tinggi dibandingkan selama 5 tahun menunjukkan waktu yang
dengan pemberian rumput saja. relatif cepat, yaitu 3,12 tahun.
Di samping itu, pengembalian modal
atau dana investasi pada usaha

Tabel 3. Rincian Biaya dan Penerimaan Usaha Pembibitan Domba

RINCIAN PERHITUNGAN
JUMLAH
NO. URAIAN HARGA
SATUAN VOLUME (Rp)
SATUAN (Rp)
I RINCIAN BIAYA
Biaya Produksi
1. Pembelian ternak (berat hidup 15 kg)
- Induk Bunting ekor 4 30.000 1.800.000
- Jantan ekor 2 30.000 900.000
2. Upah tenaga kerja HK 365 10000 3.650.000
3. Biaya kandang unit 7 100.000 700.000
4. Dana kesehatan hewan paket 1 100.000 100.000
5. Cangkul buah 1 30.000 30.000
Arit buah 1 20.000 20.000
II RINCIAN PENERIMAAN
Penjualan domba: muda dan induk (PBB
sama)=( 94.05 gr x 150 hari) + 15 kg 29 55.000 1.595.000
kg/ekor

Tabel 4. Dinamika Populasi USaha Pembibitan Domba

TAHUN
NO. URAIAN
1 2 3 4 5
1 Budidaya Ternak
Induk (awal pembelian: bunting siap lahir) 4 4 4 4 4
Jantan 2 2 2 2 2
Muda betina 0 2 2 2 2
Muda jantan 0 2 2 2 2
Anak 1:1 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2
Jumlah ternak 10 14 14 14 14
2 Penjualan Ternak
Muda 0 4 4 4 4
Induk afkir 0 0 0 0 4
3 Sisa Ternak 10 10 10 10 6

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 95


Tabel 5. Analisis Usaha Pembibitan Domba dalam Sistem Integrasi Tanaman Ternak
di Industri Bioetanol
TAHUN
NO. URAIAN
1 2 3 4 5
I PENERIMAAN
Penjualan ternak
- dara 0 6.380.000 6.380.000 6.380.000 6.380.000
- induk afkir 0 0 0 0 6.380.000
Salvage value (sisa ternak: 6
ekor)
- jantan afkir 0 0 0 0 3.190.000
- anak 0 0 0 0 1.595.000

Total I 0 6.380.000 6.380.000 6.380.000 17.545.000


Total Benefit (1 - 5) 36.685.000
II PENGELUARAN
A. Modal Investasi
1. Pembelian ternak 2.700.000 0 0 0 0
2. Pemeliharaan lahan 0 0 0 0 0
3. Pembelian peralatan 50.000 0 0 0 0
4. Kandang 700.000 0 0 0 0
Total A 3.450.000 0 0 0 0
B. Modal Operasional
B.1 Tetap
1. Penyusutan alat 0 16.667 16.667 16.667 16.667
2. Penyusutan kandang 0 140.000 140.000 140.000 140.000
B.2 Variabel
1. Pakan 0 0 0 0 0
2. Dana keswan 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000
3. Tenaga kerja 3.650.000 3.650.000 3.650.000 3.650.000 3.650.000
Total B 3.750.000 390.667 390.667 3.906.667 3.906.667
Total II 7.200.000 390.667 390.667 3.906.667 3.906.667
Total Cost (1- 5) 22.826.668
III Keuntungan -7.200.000 2.473.333 2.473.333 2.473.333 13.638.333
IV Analisis Usaha
Gross B/C = 1.61
Net B/C = 2.9
PBP = 3.12 tahun

4. SIMPULAN DAN SARAN peternakan mampu meningkatkan


4.1. Simpulan produktivitas tanaman-ternak dan
(1) Pengembangan sistem integrasi menciptakan kesinambungan usaha
tanaman-ternak melalui pengolahan kelompok tani-ternak di Industri
limbah perkebunan singkong dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 96


Bioetanol Koperasi Gasela Manajemen Umul Quro, yang
Sejahtera. memberikan tempat dalam melakukan
(2) Hasil analisis kelayakan penelitian; Bapak Ibnu dan Pengelola
menunjukkan bahwa sistem integrasi Industri Bioetanol di Cikelet Kabupaten
tanaman ternak yang Garut; dan Pihak-pihak yang telah
diimplementasikan melalui usaha membantu selama penelitian
pembibitan domba secara ekonomi berlangsung.
layak dijalankan dengan nilai Gross
B/C ratio sebesar 1,61; Net B/C ratio 6. DAFTAR PUSTAKA
sebesar 2,90; dan masa Devendra, C. 1993. Sustainable Animal
Production from Small Farm
pengembalian modal investasi (PBP)
Systems in South East Asia. FAO
adalah 3,12 tahun.’ Animal Production and Health
Paper. FAO Rome.
4.2. Saran Devendra, C., D. Thomas, M.A. Jabbar
and H.Kudo. 1997. Improvement
Diharapkan model integrasi of Livestock Production in Crop-
Animal Systems in Rainfed
tanaman ternak dapat direplikasi pada
Afroecological Zones of South-East
industri yang sejenis di tempat lain; dan Asia. International Livestock
Research Institute (ILRI). Nairobi,
kelayakan secara sosial perlu dikaji guna
Kenya.
memantapkan implemetasi Crop- Garner, D.L., dan E.S.E. Hafez. 1993.
Spermatozoa Seminal Plasma
Livestock System (CLS).
dalam E.S.E. Hafez Ed.
Reproduction in Farm Animal 6th
5. UCAPAN TERIMA KASIH Edition. Philadelphia: Lea and
Febiger Publisher.
Terima kasih kami sampaikan Ibrahim, Yacob. 1997. Studi Kelayakan
Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta.
kepada: Direktorat Penelitian dan
Partodihardjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi
Pengabdian pada Masyarakat, Hewan. Jakarta: Mutiara Sumber
Widya.
Kementerian Pendidikan Nasional yang
telah memberikan dana untuk membantu
penelitian ini; Rektor Universitas
Padjadjaran melalui Lembaga Penelitian
dan Pengabdian pada Masyarakat
(LPPM) yang telah membuka seluas-
luasnya kesempatan bagi staf
pengajar/dosen untuk berkarya dan
berkreatifitas dalam penelitian; Dekan
Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran yang telah memberikan izin
untuk mengajukan penelitian;

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 97


UJI PRIMING DENGAN KITOSAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
MUTU BENIH DAN BIBIT PEPAYA MERAH DELIMA

Heny Agustin dan Annisa Nur Ichniarsyah

Program Studi Agroekoteknologi, Universitas Trilogi, d/h STEKPI


Jl. TMP Kalibata No. 1 Jakarta
Email: henyagustin@trilogi.ac.id

ABSTRAK

Pepaya merupakan salah satu komoditi yang sifat benihnya cukup luas. Beberapa varietas
menunjukkan sifat ortodoks, selebihnya intermediet. Sifat benih ini sangat berhubungan dengan
waktu simpan benih. Benih yang disimpan seringkali mengalami kemunduran yang selanjutnya
akan mempengaruhi mutu benih dan bibit di lapangan. Kemunduran benih ini dapat diperbaiki
salah satunya melalui uji priming. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
perlakuan priming dengan kitosan terhadap mutu benih dan bibit pepaya Merah Delima yang telah
mengalami penyimpanan. Penelitian dilaksanakan sejak Februari sampai Oktober 2016. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 faktor dengan empat ulangan. Faktor pertama
adalah perlakuan priming dengan beberapa konsentrasi kitosan yang terdiri atas enam taraf yaitu
tanpa priming, 0% (dengan aquades), 0.25%, 0.5%, 0.75%, dan 1%. Faktor kedua adalah waktu
perendaman benih pada larutan kitosan yang terdiri atas dua taraf yaitu 48 jam dan 60 jam.
Percobaan dilakukan dengan menyimpan benih pepaya Merah Delima yang baru dipanen selama
enam bulan sebagai simulasi kemunduran benih. Hasil percobaan menunjukkan bahwa benih
pepaya Merah Delima yang tidak dipriming menghasilkan mutu benih terbaik yang ditunjukkan
pada persentase indeks vigor (IV) sebesar 91.00% dan daya berkecambah (DB) sebesar 91.50%.
Hal ini menunjukkan bahwa pepaya Merah Delima termasuk kategori benih ortodoks yang mampu
disimpan lama tanpa penurunan berarti setelah penyimpanan benih selama 6 bulan. Konsentrasi
kitosan 1% dengan waktu perendaman benih selama 48 jam menjadi perlakuan terbaik untuk
meningkatkan mutu bibit pepaya yang ditunjukkan pada tinggi tanaman sebesar 54.39 cm dan
bobot segar tanaman sebesar 23.09 gram lebih baik dibandingkan benih yang tidak dipriming
maupun yang hanya direndam dengan aquades pada usia 8 minggu setelah tanam (MST).

Kata kunci: daya berkecambah, indeks vigor, konsentrasi kitosan, penyimpanan, waktu
perendaman

1. PENDAHULUAN seperti: daging buah yang tebal,


Pepaya merupakan salah satu kemanisan 14obrix, jumlah buah per
komoditi buah lokal yang banyak disukai pohon dalam kurun waktu 4 bulan rata-
berbagai kalangan dengan harga rata 80 buah dengan produktivitas
terjangkau. Varietas pepaya yang saat ini mencapai 90 ton/ha/4bulan.
banyak diminati konsumen salah satunya Pengembangan pepaya di
adalah Merah Delima. Secara umum Indonesia tentu tidak terlepas pada
Merah Delima memiliki karakter kualitatif ketersediaan benih yang bermutu. Oleh
yang tidak jauh berbeda dengan karena itu, penting untuk memberikan
Callina(California). Perbedaannya hanya perhatian khusus pada proses
terletak pada punggung buah dan bentuk pengelolaan benih khususnya pada
rongga tengah buahnya. Menurut tahapan penyimpanan yang seringkali
Budiyanti & Sunyoto (2011), Merah menyebabkan kemunduran mutu benih
Delima memiliki beberapa keunggulan saat ingin ditanam kembali. Hasil

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 98


penelitian Jabbar (2011) menunjukkan kacang tanah (Zhou et al., 2002). Benih
bahwa papaya Varietas Prima, Carisya padi hibrida yang dilapisi dengan kitosan
dan Genotipe IPB 5 mampu mengalami peningkatan percepatan daya
mempertahankan viabilitas benih sampai berkecambah dan menunjukkan adanya
penyimpanan 29 minggu pada suhu peningkatan toleransi stress terhadap
kamar sementara pada Varietas Arum lingkungan (Ruan & Xue, 2002).
viabilitasnya menurun (<50%) setelah Penelitian lain menunjukkan hasil bahwa
disimpan selama 32 minggu. Sifat benih benih jagung yang direndam dalam
pepaya yang berbeda antar varietasnya larutan asam kitosan menunjukkan
ini memberikan perhatian tersendiri untuk adanya peningkatan indeks vigor (Shao et
menentukan cara penyimpanan benihnya. al., 2005). Lebih lanjut, penelitian yang
MenurutSuhartanto, et al (2011) beberapa dilakukan oleh Hameed et al (2012)
benih pepaya termasuk dalam kategori menunjukkan bahwa priming
ortodoks dan sebagian lainnya termasuk menggunakan kitosan meningkatan daya
benih intermediet. berkecambah benih, kandungan
Kemunduran mutu benih akibat antioksidan, enzim hidrolitis, dan
penyimpanan dapat diperbaiki kembali kandungan protein dan gula terlarut pada
melalui beberapa usaha dengan benih gandum.
menggunakan larutan osmotikum atau Tujuan penelitian ini adalah untuk
bahan padatan lembab yang dikenal mengetahui pengaruh perlakuan priming
dengan sebutan priming. Black & Derek dengan kitosan terhadap mutu benih dan
(2000) menambahkan bahwa teknologi bibit pepaya Merah Delima yang telah
priming benih memiliki tujuan penting mengalami penyimpanan.
untuk meningkatkan performansi benih
pada suatu kondisi lingkungan yang 2. METODE PENELITIAN
spesifik yang mampu meningkatkan Penelitian dilaksanakan pada bulan
persentase daya berkecambah serta Februari sampai Oktober2016. Penelitian
vigor pada fase pembibitan dan dilakukan di Laboratorium Terpadu
pertumbuhan tanaman. Agroekoteknologi dan nethouse dengan
Salah satu bahan untuk pengujian intensitas cahaya 55% di Universitas
priming yang berkembang dan banyak Trilogi, Jakarta.
diteliti adalah kitosan. Beberapa studi Alat dan bahan yang digunakan
melaporkan bahwa benih yang direndam antara lain: oven, cawan porselen,
dalam larutan kitosan mengalami penjapit oven, desikator, gelas film, gelas
peningkatan energi berkecambah, ukur, pipet, spatula, jangka sorong,
persentase perkecambahan, aktivitas saringan, tray, sprayer, timbangan analitik,
lipase, kandungan auksin dan IAA pada termohigrometer, benih pepaya Varietas

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 99


Merah Delima, serbuk kitosan, NaOH, media tanam kompos.
CH3COOH, kompos, label, aquades, dan Pengamatan dilakukan pada
silikagel. beberapa tolok ukur, diantaranya: indeks
Percobaan ini menggunakan vigor (%), daya berkecambah (%), kadar
Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 air (%), tinggi tanaman (cm), jumlah daun
faktor. Faktor pertama adalah perlakuan (helai), panjang akar (cm), dan bobot
priming benih dengan beberapa segar tanaman (gram).
konsentrasi kitosan yang terdiri atas Analisis ragam dilakukan untuk
6taraf, yaitu tanpa priming (kontrol), 0% mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
(dengan aquades), 0,25%, 0,5%, 0,75%, tolok ukur yang diamati dan uji nilai
dan 1%. Faktor kedua adalah waktu tengah dilakukan dengan prosedur
perendaman benih pada larutan kitosan Duncan (Gomez & Gomez, 1995).
yang terdiri atas 2 taraf, yaitu 48 jam dan
60 jam. Setiap perlakuan diulang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak empat kali sehingga diperoleh a. Kadar air dan Viabilitas selama
48 satuan percobaan. Setiap ulangan masa simpan
menggunakan 25 butir benih pepaya. Penyimpanan benih pepaya Merah
Benih pepaya varietas Merah Delima Delima selama enam bulan di suhu ruang
diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman menyebabkan perubahan kadar air yang
Buah Tropika, Solok, Sumatera Barat. Benih awalnya 5,20% menjadi 7,55% di akhir
pepaya tersebut kemudian disimpan masa simpan (Tabel 1). Peningkatan
selama 6 bulan di laboratorium dengan kadar air nyatanya tidak membuat
suhu ruang 25oC dan RH 66%. Benih perubahan terhadap viabilitas benih yang
yang telah disimpan kemudian diberi disimpan karena persentase daya
perlakuan sesuai dengan masing-masing berkecambah benih justru meningkat
faktor. Selanjutnya benih pepaya sebesar 5,5% (Tabel 1).
direndam selama 48 jam dan 60 jam di Tabel 1. Kadar air dan daya berkecambah
benih pepaya Merah Delima
dalam larutan kitosan (kitosan yang sebelum dan setelah masa simpan
Daya
digunakan terlebih dahulu dicairkan Kadar
Perlakuan Berkecambah
Air (%)
dengan larutan CH3COOH 1% yang di (%)
Sebelum
dalamnya terdapat NaOH 1% untuk 5,20 86,00
simpan
membuat pH 6.0) dengan menggunakan Setelah
7,55 91,50
simpan
gelas film gelap. Benih yang telah
direndam kemudian ditiriskan dan dibilas Kadar air benih pepaya Merah
dengan air mengalir selama 5 menit Delima saat awal hingga akhir masa
kemudian disemai di dalam tray dengan simpan termasuk dalam kategori rendah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 100


yaitu < 8% dengan persentase daya masa simpan yang cukup lama
berkecambah yang masih tetap tinggi di sebetulnya merupakan sebuah
akhir masa simpan. Hal ini menunjukkan keuntungan bagi petani. Perbedaan hasil
bahwa Merah Delima termasuk dalam penelitian pada berbagai varietas pada
kategori benih yang tahan terhadap komoditi pepaya menunjukkan bahwa
penurunan kadar air tanpa penurunan sifat dan perlakuan benih papaya tidak
viabilitas. Padahal menurut Walters & bisa dipersamakan secara umum.
Towill (2000), kadar air optimum untuk
penyimpanan benih papaya berkisar b. Pengaruh Priming terhadap Mutu
antara 9-11% karena papaya termasuk Benih Pepaya Merah Delima
benih intermediet yang tidak tahan Benih pepaya Merah Delima yang
terhadap desikasi. Hal ini menyimpulkan tidak dipriming menghasilkan mutu benih
bahwa Merah Delima tidak termasuk terbaik yang ditunjukkan pada persentase
dalam kategori benih intermediet indeks vigor (IV) sebesar 91,00% dan
melainkan ortodoks. daya berkecambah (DB) sebesar 91,50%
Sifat benih ortodoks yang mampu (Tabel 2).
mempertahankan viabilitas benih dalam

Tabel 2. Pengaruh konsentrasi kitosan pada perlakuan priming terhadap indeks vigor dan daya
berkecambah benih pepaya Varietas Merah Delima
Perlakuan IV (%) DB (%)
a a
Kontrol
91,00 91,50
c c
Kitosan 0%
76,50 79,50
b abc
Kitosan 0.25%
83,50 85,25
bc bc
Kitosan 0.5%
82,50 83,50
b ab
Kitosan 0.75%
84,50 87,00
ab a
Kitosan 1%
88,00 91,00
Keterangan: IV: indeks vigor; DB: daya berkecambah; angka-angka yang sekolom yang diikuti oleh
huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf DMRT 5%.

Tidak efektifnya priming dengan 80% yang diperoleh dengan masa simpan
kitosan ini bukan disebabkan karena lebih panjang dari 6 bulan.
konsentrasi kitosan yang tidak cukup
mampu meningkatkan mutu benih setelah c. Efektifitas Priming dengan Kitosan
penyimpanan, melainkan karena benih terhadap Mutu Bibit Pepaya Merah
masih dalam kategori bermutu tinggi yang Delima
terlihat dari persentase DB yang masih Pengaruh priming dengan kitosan
sangat layak. Hal ini mengindikasikan nyatanya menghasilkan interaksi antara
bahwa priming akan lebih efektif dilakukan konsentrasi kitosan dan waktu
apabila persentase benih telah di bawah perendaman benih. Terlihat bahwa
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 101
pengujian priming menggunakan kitosan meningkatkan 3,69 gram lebih baik
konsentrasi 1% dengan perendaman dibandingkan kontrol (tanpa priming) dan
benih selama 48 jam mampu 10,94 gram lebih baik dibandingkan
meningkatkan tinggi tanaman 7,47 cm dengan yang hanya direndam dengan
lebih baik dibandingkan kontrol (tanpa aquades (Tabel 3). Sementara tolok ukur
priming) dan 19,7 cm lebih baik lainnya seperti jumlah daun dan panjang
dibandingkan yang hanya direndam akar secara umum tidak menghasilkan
dengan aquades (Tabel 3). Tolok ukur perbedaan bahkan beberapa perlakuan
bobot segar tanaman dengan perlakuan dengan kitosan justru menurunkan hasil
yang sama (kitosan 1% dengan waktu dibandingkan dengan kontrol (tanpa
perendaman 48 jam) juga mampu priming).
Tabel 3. Interaksi antara konsentrasi kitosan dan waktu perendaman benih terhadap mutu
bibit pepaya Varietas Merah Delima
Perlakuan Priming
Waktu
Tanpa 0,0%
Rendam 0,25% 0,50% 0,75% 1,00%
priming (aquades)
---------TT (cm)------
b d b cd b a
48 jam 46,92 34,69 45,63 36,51 47,16 54,39
bc cd cd d bc cd
60 jam 41,25 35,29 39,14 34,69 41,18 35,31
---------JD (helai)-------
a c d cd a
48 jam 15,15 10,47cd 10,92 9,67 10,45 15,20
a c cd c c b
60 jam 14,20 11,45 10,30 10,92 10,87 13,10
---------PA (cm)----------
ab abc bc bc bc abc
48 jam 24,07 22,60 25,75 21,73 21,10 22,13
abc bc abc abc c abc
60 jam 23,15 21,93 23,70 22,17 20,14 23,62
-----BS (g)-----
ab c b c b a
48 jam 19,40 12,15 18,48 13,65 18,72 23,09
c c c c a c
60 jam 14,64 12,52 13,79 10,54 13,43 12,06
Keterangan: TT: tinggi tanaman; JD: jumlah daun; PA: panjang akar; BS: bobot segar tanaman; Angka-angka
yang sekolom dan sebaris yang diikuti huruf yang sama pada setiap tolok ukur tidak berbeda nyata dengan
DMRT pada taraf 5%

Bibit pepaya Merah Delima yang pertumbuhan bibit jagung. Radman et al


dihasilkan dari benih yang direndam dalam Mahdavi & Rahimi (2013)
dengan 1% kitosan selama 48 jam menguatkan bahwa kitosan diketahui
menghasilkan perawakan yang lebih meningkatkan pertumbuhan benih karena
besar yang ditandai melalui tinggi adanya linier β-(1,4)-polimerglukosamin
tanaman dan bobot segar tanaman. Hal yang diproduksi oleh deasetilasikitin yang
ini menunjukkan bahwa kitosan merupakan komponen structural penting
memberikan efek nyata terhadap mutu dalam dinding sel.
bibit pepaya. Hal serupa juga pernah
disampaikan oleh Guan et al. (2009) yang 4. SIMPULAN
melakukan uji priming dengan konsentrasi 1) Pepaya Merah Delima yang tidak
0,5% yang terbukti mampu meningkatkan dipriming menghasilkan mutu benih

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 102


terbaik yang ditunjukkan pada Gomez AA and Gomez KA. 1995.
Prosedur statistik untuk penelitian
persentase indeks vigor (IV) sebesar
pertanian. Diterjemahkan oleh E.
91,00% dan daya berkecambah (DB) Syamsuddin dan Justika S.B. UI
Press, Jakarta.
sebesar 91,50%.
Guan YJ, Hu J, Wang X J, Shao CX.
2) Pepaya Merah Delima termasuk 2009. Seed priming with chitosan
improves maize germination and
kategori benih ortodoks yang mampu seedling grow thin relation to
disimpan lama dengan kadar air benih physiological changes under low
temperature stress. J. Zhejiang Univ.
yang rendah. Sci.B., 10(6): 427–433.
3) Konsentrasi kitosan 1% dengan waktu Hameed, A., Sheikh M. A., Hameed A.,
Farooq T., Basra S. M. A., Jamil A.
perendaman benih selama 48 jam 2012. Chitosan priming enhances
menjadi perlakuan terbaik untuk the seed germination, antioxidants,
hydrolytic enzymes, soluble proteins
meningkatkan mutu bibit pepaya yang and sugars in wheat seeds.
ditunjukkan pada tinggi tanaman Agrochimica: Vol LVII N1.
Jabbar AA. 2011. Evaluasi viabilitas benih
sebesar 54,39 cm dan bobot segar papaya (Carica papaya L.) setelah
tanaman sebesar 23,09 gram lebih baik penyimpanan pada kondisi
kelembaban dan suhu kamar.
dibandingkan benih yang tidak [skripsi]. Bogor (ID). Institut
dipriming maupun yang hanya PertanianBogor. 55 hal.
Mahdavi B, Rahimi A. 2013. Seed priming
direndam dengan aquades pada usia 8 with chitosan improves the
minggu setelah tanam (MST). germination and growth performance
of ajowan (Carum copticum) under
salt stress. Eurasian Journal of
5. UCAPAN TERIMA KASIH Bio.Sciences, 7: 69-76.
Ruan S.L. and Xue Q.Z. 2008. Effects of
Penulis mengucapkan terimakasih chitosan coating on seed
kepada Direktorat Jenderal Penguatan germination and salt-tolerance of
seedlings in hybrid rice (Oryza sativa
Riset dan Pengembangan, Kementerian L.). Acta Agron. Sin. 28, 803-808
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Shao C.X., Hu J., Song W.J. and Hu W.M.
2005. Effects of seed priming with
atas hibah penelitian yang diterima pada chitosan solutions of different acidity
skim penelitian dosen pemula melalui on seed germination and
physiological characteristics of maize
LPPM Universitas Trilogi tahun anggaran seedling. J. Zhejiang Univ. 31, 705-
2016. 708.
Suhartanto MR, Wulandari RR, Sujiprihati
R. 2011. Benih papaya (Carica
6. DAFTAR PUSTAKA papaya): bersifat ortodoks ataukah
intermediet?. Prosiding Seminar
Black M and Derek B. 2000. Seed Nasional Perhorti. Lembang. 820-
Technology and Its Biological Basis. 829.
Sheffield Academic Press Ltd. Walters, C. and L.Towill. 2000. Seeds and
Budiyanti T dan Sunyoto. 2011.Varietas Pollen National Center for Genetic
unggul baru papaya merah delima si Resources Preservation.
merah yang manis. Sinar Tani Preservation of Plant Germplasm
Agroinovasi, Badan Litbang Research. USDAARS, FortCollins,
Pertanian. No.3429: 5-7. CO. 5p.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 103


Zhou Y.G., Yang Y.D., Qi Y.G., Zhang
Z.M., Wang X.J. and Hu X.J. 2002.
Effects of chitosan on some
physiological activity in germinating
seed of peanut. J. Peanut Sci.: 31,
22-25.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 104


PERKEMBANGAN USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT SEBELUM DAN
SESUDAH PROGRAM MILK COLLECTION POINT (MCP) DIAKTIFKAN
(Kasus di TPK Loscimaung KPBS Pangalengan)

Hermawan, Marina Sulistyati, dan Didin S. Tasripin

Fakultas Peternakan – Universitas Padjadjaran


Email: hermawan2016@unpad.ac.id

ABSTRAK

Program MCP merupakan kegiatan koperasi yang didukung oleh PT. Frisian Flag Indonesia,
dengan kegiatan memperbaiki manajemen penerimaan susu dan sarana TPK, seperti pengukuran
kualitas susu secara individu, input data secara digital, dan TPK dilengkapi dengan unit
penampung dan pendingin susu, dengan harapan mampu merangsang peternak untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi susu usahanya. TPK Loscimaung KPBS
Pangalengan melaksanakan program MCP sejak bulan November 2015. Untuk mengetahui
perkembangan, maka pengambilan data dilakukan mulai Maret 2015 hingga Desember 2016, data
yang diperoleh dari KPBS, berupa rekapitulasi laporan bulanan dari TPK Loscimaung. Parameter
yang digunakan meliputi: perkembangan jumlah anggota, kepemilikan sapi induk, penggunaan
faktor produksi dari koperasi, produksi dan harga susu, dan penerimaan bulanan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah anggota, jumlah induk
yang dipelihara, jumlah produksi susu, harga susu, dan penerimaan peternak dari susu. Peternak
berupaya meningkatkan produksi dan kualitas susunya melalui peningkatan penggunaan faktor
produksi yang dipasok oleh koperasi disertai dengan perbaikan manajemen pemerahan untuk
menurunkan jumlah bakteri dalam susu yang sangat berperan dalam meningkatkan harga susu.
Kesimpulan: program MCP mampu merangsang upaya peternak untuk meningkatkan dan
memperbaiki manajemen usahanya, sehingga penerimaan peternak menjadi lebih baik dari
sebelumnya, dan secara tidak langsung berusaha meningkatkan skala usahanya.

Kata kunci: milk collection point, usaha peternakan sapi perah, produksi, harga susu

1. PENDAHULUAN dan keterampilan peternak melalui


Dalam upaya meningkatkan kualitas pembinaan dan pelatihan yang
susu yang dihasilkan peternak, FFI berkesinambungan tentang Standar
bekerjasama dengan KPBS Pangalengan Operasional Prosedur (SOP) pemerahan
membuat program milk collection point yang benar dan penyediaan peralatan
(MCP) di TPK Loscimaung, program ini pemerahan.
melakukan pembangunan dan melengkapi Program Milk Collection Point
sarana-prasarana TPK menjadi sesuai Moffat et al (2016) menyatakan
dengan standar, dan telah diresmikan bahwa dibutuhkan pengorganisasian
pada tanggal 10 September 2015. Tujuan untuk memastikan bahwa pengumpulan
MCP adalah untuk meningkatkan kualitas susu dan tempat pengiriman hariannya
dan mempercepat proses pendinginan ekonomis. Diperlukan komitmen untuk
susu setelah pemerahan, sehingga dapat menjaga pengangkutan dan waktu
meminimalisasi penurunan kualitas susu. pendinginan yang tidak lebih dari 3-4 jam
Kegiatan yang bersinergi dengan MCP menjadi faktor utama dalam menentukan
antara lain meningkatkan pengetahuan lokasi MCP dan MCC. Peralatan dasar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 105


MCP meliputi: timbangan, milk can, dan setiap peternak yang menyetorkan
tempat pencucian milk can. Sebelum susunya di MCP, yang berarti harga susu
dimasukkan ke MCC (cooling unit), susu juga untuk masing-masing peternak
harus diuji organoleptik, berat jenis, uji penyetor susu, peternak tidak perlu
alkohol, dan titik didih (atau titik beku, menyediakan sarana untuk membersihkan
freezing point) dan jika memungkinkan milk can yang dipergunakan menyetor
kandungan protein susu (FAO dan WHO, susunya. Hal ini sejalan dengan pendapat
2011). MCP (dan MCC) mencatat hasil FAO (2014) yang menyatakan bahwa
pengumpulan dari setiap penyetor susu penerapan produksi susu yang bersih di
(meliputi kuantitas dan kualitas susu) yang tingkat peternak adalah sangat penting.
dikirimkan, ini digunakan untuk Tabel 1. Perbandingan MCP dan TPK
perhitungan pembayaran susu ke No MCP TPK
1 Kartu ber-barcode Kartu anggota
peternak (penyetor). 2 Pengukuran susu dg Pengukuran susu
Program MCP mengadaptasi kartu timbangan digital (kg) prediksi dari ukuran
milk can (liter)
anggota ber-barcode, komputer akan me- 3 Sampel kualitas susu Sampel kualitas
dari tiap anggota susu dr kelompok
nemukan identitas peternak, dan catatan (harga susu per (harga susu per
peternak) kelompok)
setoran susu. Sistem ini dapat 4 Tersedia tempat Tidak ada
pencucian milk can
mengurangi kesalahan petugas dalam (sabun, desinfektan,
dan air disediakan)
pencatatan saat penyetoran susu.
5 Terdapat milk bulk Terdapat / tidak milk
Higienitas sangat dijaga dalam tank, untuk bulk tank (langsung
menampung susu yg masuk ke truk
MCP, dengan adanya tempat pencucian disetor peternak tangki)
6 Terdapat cooling unit Tidak ada
milk can yang telah terstandarisasi pada
MCP. Aturan dibuat untuk memaksa Kualitas susu sangat penting,
peternak mencuci milk can miliknya di karena menentukan harga susunya.
MCP, hal ini menjadi target utama dalam Harga susu ditentukan oleh kandungan
mengurangi jumlah bakteri pada susu. lemak, bahan kering tanpa lemak (SNF),
Tempat tersebut dilengkapi dengan bahan kering (TS), total plate count (TPC)
sabun, desinfektan, dan air bersih. dan antibiotik (Kartika dkk., 2014).
Artinya, milk can dibawa pulang peternak Untuk meningkatkan harga susu
sudah bersih, siap disimpan dan siap secara efektif dan relatif mudah adalah
digunakan pada pemerahan selanjutnya. dengan menurunkan angka TPC. Ini
Program MCP memberikan sejalan dengan program MCP yang
keuntungan kepada peternak dalam hal menuntut kebersihan dan sanitasi yang
jumlah susu yang disetorkan tercatat diperoleh melalui pelaksanaan SOP
sempurna ke dalam komputer secara pemerahan oleh peternak ditunjang
langsung dari timbangan digital dalam dengan sarana yang ada di MCP.
satuan kilogram, kualitas susu diuji pada

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 106


Dengan demikian yang dituntut adalah penguasaan ternak, produktivitas
kemauan peternak untuk melaksanakan peternak dan ternak, harga susu, dan
SOP prosedur pemerahan secara tingkat penerimaan peternak.
lengkap, baik dan benar (Tabel 2).

Tabel 2. Penentuan harga susu di KPBS 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Harga Perkembangan anggota dan populasi
Komponen Standar Keterangan
Rp/liter sapi perah dewasa
<250.000 1.000 Bonus
250.000- Selama 20 bulan pengamatan,
950 Bonus
500.000
TPC 501.000- terjadi peningkatan jumlah peternak
700 Bonus
(cfu / ml) 1.000.000
1-3 juta 500 Bonus
anggota dan penguasaan induk sapi
3-4 juta 100 Bonus perah di TPK Loscimaung. Secara
> 4 juta - 300 Penalti
Bonus konsisten jumlah anggota TPK
setiap
SNF (%) Min 7,8 25,41 Loscimaung bertambah, namun tidak
kenaikan
0,1%
TS (%) 11,5 - diikuti dengan konsistensi jumlah induk,
Bonus naik hingga bulan Juni 2016, lalu
setiap
Fat (%) Min 3,7 28,37
kenaikan konsisten menurun. Kondisi ini berakibat
0,1%
Freezing 520 – 560 0 pada rataan penguasaan ternak, naik
point (FP) 500 – 520 -100 Penalti
o
( C / 1000) < 500 -300 Penalti hingga puncaknya pada Januari 2016
Sumber: KPBS Pangalengan, 2015
(3,53 induk /peternak), selanjutnya terus
menurun hingga Desember 2016 (3,33
2. METODE PENELITIAN
induk/peternak).
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data dari laporan Tabel 3. Jumlah anggota dan induk sapi perah di
TPK Loscimaung KPBS (Maret 2015 –
rekapitulasi struk pendapatan TPK Desember 2016)
2015 2016
Loscimaung, mulai dari bulan Maret 2015 Bulan
Anggota Induk Anggota Induk
sampai dengan Desember 2016, yang Januari t.a.d t.a.d 225 794
Februari t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d
berisi tentang: jumlah produksi susu yang Maret 220 718 228 778
April 221 713 228 778
disetorkan, harga susu yang diterima Mei 222 726 229 761
peternak, jumlah penerimaan hasil Juni 222 726 229 794
Juli 223 757 229 796
setoran susu, dan pengambilan faktor Agustus 223 755 230 794
September 224 762 230 783
produksi (pakan dan bahan pakan). Data Oktober 225 784 230 778
November 225 780 230 778
tersebut dilengkapi dengan data jumlah Desember 225 794 231 770
anggota aktif dan penguasaan ternak Sumber: KPBS Pangalengan (2017)

pada tiap bulan yang diamati. Produktivitas peternak sapi perah


rakyat
Metode penelitian ini adalah
Dengan rata-rata pemilikan induk
sensus, dengan analisis data secara
3,33 ekor, diperoleh rata-rata produksi
deskripsi. Parameter yang diamati adalah
dinamika jumlah peternak anggota,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 107


susu sebanyak 35,92 + 1,36 Dengan pemberian pakan tambahan
kg/hari/peternak. tersebut, peternak harus mengeluarkan
dana sebesar Rp 18.992,38 /ekor/hari.
Harga susu yang diterima peternak
Tabel 4. Rata-rata produksi susu di TPK Harga susu yang diterima peternak
Loscimaung KPBS (Maret 2015 – De-
sember 2016) cukup bervariasi, data terakhir
2015 2016 menunjukkan pada kisaran Rp 3.907,92
Bulan
/pternk /induk /pternk /induk
Januari t.a.d t.a.d 35,03 10,22 hingga Rp 5.191,82 /kg (KPBS, 2017).
Februari t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d
Maret 36,03 11,61 35,31 10,75 Perubahan harga lebih mudah terjadi
April 34,26 11,15 35,90 10,93
akibat penurunan jumlah bakteri (TPC),
Mei 33,76 10,86 35,24 10,82
Juni 34,65 11,15 35,27 10,78 dengan maksimum bonus hingga Rp
Juli 35,22 11,00 34,87 10,75
Agustus 36,51 11,31 34,93 10,86 1.000/kg susu. Dengan sedikit
September 36,83 11,36 35,57 11,13
Oktober 36,98 10,96 39,84 12,57 penambahan input, diikuti dengan
November 36,84 10,98 37,44 11,81
pelaksanaan SOP pemerahan, maka
Desember 36,27 10,58 37,47 12,02
Sumber: KPBS Pangalengan (2017) secara instan jumlah bakteri dalam susu
Dengan melihat rata-rata dapat diminimalisasi. Jika komponen
kepemilikan sapi laktasi, maka tingkat kandungan susu yang ditingkatkan, maka
produksi tersebut setara dengan 11,12 + diperlukan tambahan input yang harus
0,53 kg/sapi laktasi. Masih cukup jauh didanai oleh peternak, ini berkaitan
dari harapan produksi susu di tingkat dengan perbaikan kualitas dan kuantitas
peternak sapi perah rakyat sebesar 15 pakan yang harus diberikan.
kg/sapi laktasi/hari. Untuk dapat Tabel 6. Rata-rata harga susu yang di-terima
peternak di TPK Loscimaung
menghasilkan susu sebanyak itu, KPBS(Maret 2015 – Desember 2016)
peternak memberikan pakan tambahan Bulan 2015 2016
Rp/kg Rp/kg
berupa: konsentrat, pellet, pollard, ampas Januari t.a.d 4.660,09
bir, completed feed, dan lain-lain Februari t.a.d t.a.d
Maret 4.413,98 4.701,11
sebanyak 8,067 kg/ekor/hari. April 4.422,00 4.708,42
Mei 4.425,35 4.744,83
Tabel 5. Rata-rata penggunaan faktor pro-duksi Juni 4.712,78 4.764,86
yang dipasok KPBS Juli 4.732,57 4.766,61
Agustus 4.726,80 4.771,17
Faktor produksi Kg/induk/hari Rp/induk/hari September 4.716,76 4.770,03
Konsentrat 6,650 15.960,63 Oktober 4.718,82 4.794,14
Pellet 0,470 1.503,84 November 4.703,96 4.785,12
Pollard bran 0,236 778,83 Desember 4.702,22 4.809,97
Ampas bir 0,670 669,96 Sumber: KPBS Pangalengan (2017)
Complete feed 0,016 39,29
Lain-lain 0,025 39,83 Harga susu yang diterima peternak
Jumlah 8,067 18.992,38
Sumber: KPBS Pangalengan (2017), diolah cukup variatif, tampaknya bulan
penyetoran cukup berpengaruh, namun
tampak bahwa pada tahun 2016 secara

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 108


konsisten rata-rata harga susu meningkat 1) Program MCP mampu merangsang
hingga mencapai Rp 4.809,97 /kg pada upaya peternak untuk meningkatkan
bulan Desember 2016. dan memperbaiki manajemen
Penerimaan peternak dari susu usahanya, sehingga penerimaan
Penerimaan peternak dari hasil peternak menjadi lebih baik dari
penyetoran susu merupakan kombinasi sebelumnya, dan secara tidak
dari produksi susu dan harga susunya. langsung berusaha meningkatkan
Dengan mengeluarkan dana untuk pakan skala usahanya.
tambahan sebesar Rp 18.992,38 2) Penyediaan sarana sanitasi peralatan
/ekor/hari, diperoleh rata-rata penerimaan angkut susu di MCP, mampu
sebesar Rp 52.212,75 + 2.993,83 /sapi meningkatkan harga susu yang
laktasi/hari. Jika hijauan pakan yang diterima peternak melalui bonus jumlah
digunakan merupakan hasil kerja bakteri yang dapat ditekan.
peternak, maka pendapatan peternak
adalah Rp 33.220,37 /sapi laktasi/hari, 4.2. Saran
dan jika hijauan merupakan komponen 1) Program ini sangat dirasakan
yang harus dibeli, maka pendapatan manfaatnya oleh peternak, oleh karena
menjadi lebih kecil lagi. itu perlu dilakukan pengembangan

Tabel 7. Rata-rata penerimaan di tingkat program MCP di TPK lainnya.


peternak anggota TPK Loscimaung
2) Program MCP sebaiknya
KPBS(Rp./hari)
2015 2016 dikombinasikan dengan program
Bulan
/pternk /induk /pternk /induk peningkatan kualitas pakan, terutama
Januari t.a.d t.a.d 163.228 47.635
Februari t.a.d t.a.d t.a.d t.a.d penyediaan konsentrat yang mampu
Maret 159.056 51.233 165.976 50.524
April 151.508 49.313 169.019 51.450 menunjang tingkat produksi susu yang
Mei 149.410 48.071 167.225 51.333
Juni 163.307 52.542 168.041 51.377 optimal.
Juli 166.688 52.061 166.201 51.225
Agustus 172.593 53.456 166.663 51.801
September 173.733 53.604 169.679 53.097 5. UCAPAN TERIMA KASIH
Oktober 174.481 51.724 190.992 60.258
November 173.290 51.643 179.169 56.528 Terima kasih kami ucapkan kepada:
Desember 170.551 49.772 180.226 57.823
pimpinan dan staf KPBS Pangalengan
Dengan kondisi seperti ini maka atas penyediaan data yang dibutuhkan
penerimaan peternak sebesar Rp dalam penelitian ini, dan Ning Ayu Dwi
168.620,78 + 9.173,04 /hari atau sekitar Tiya yang memberikan gambaran
Rp 5.058.623,40 /bulan. lapangan di TPK Loscimaung.

4. SIMPULAN DAN SARAN 6. DAFTAR PUSTAKA


4.1. Simpulan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 109


Draaiyer J., B. Dugdill, A. Bennet, and J.
Mounsey. 2009. Milk testing and
payment systems. FAO. Rome.
Kartika, B. U., L. E. Radiati, dan P. Suje-
wardjojo. 2014. Kajian Kualitas Susu
Sapi Perah PFH (Studi Kasus pada
Anggota Koperasi Agro Niaga di
Kecamatan Jabung Kabupaten
Malang). Universitas Brawijaya.
Malang vol. 24 (2) : 58- 66.
KPBS (2017), Laporan: Rekapitulasi Struk
Pendapatan Periode 16-31 Januari
2017. Pangalengan.
Moffat, F., S. Khanal, A. Bennet, T. B.
Thapa, and S. M. George. 2016.
Technical and investment guidelines
for milk cooling center, FAO, Rome.
Tessema A., and M. Tibbo, 2009.
Hygienic milk processing: clean
environment, clean
utensils.Technical Bulletin No. 1.
International Center for Agricultural
Research in the Dry Areas
(ICARDA)-IFAD.
Tessema A., and M. Tibbo, 2009. Milk
quality control, Technical Bulletin
No. 2. International Center for
Agricultural Research in the Dry
Areas (ICARDA)-IFAD.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 110


ANALSIS PENDAPATAN DAN KENDALA YANG DIHADAPI
PADA USAHA BUDIDAYA JAMUR TIRAM
(Studi Kasus di Desa Sukahening Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya)

Iwan Sugianto

Program Studi Manajemen, STIE Latifah Mubarokiyah Suryalaya, Tasikmalaya


Email: Sugiantoiwan15@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui: (1) Besarnya pendapatan yang
diperoleh dari usaha budidaya jamur tiram, dan (2) Kendala yang dihadapi pada usaha budidaya
jamur tiram. Penelitian dilaksanakan di Desa Sukahening Kecamatan Sukahening Kabupaten
Tasikmalaya yang diambil secara purposif. Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan
menggunakan pendekatan analisa biaya dan pendapatan serta R/C rasio. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) Biaya yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi (3.000 baglog)
sebesar Rp 5.608.000,-. Penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 13.440.000,-. Dengan demikian,
pendapatan yang diperoleh dari usaha budidaya jamur tiram tersebut sebesar Rp 7.832.000,- dan
(2) R/C rasio sebesar 2,40 yang mengindikasikan bahwa usaha budidaya jamur tiram di Desa
Sukahening Kecamatan Sukahening Kabupaten Tasikmalaya menguntungkan dan layak untuk
diusahakan, dan (3) Kendala yang dihadapi pada usaha budidaya jamur tiram berupa serangan
jamur hitam pada masa inkubasi (30 hari) yang mengakibatkan 20% baglog mengalami gagal
panen.

Kata kunci: Jamur tiram, Pendapatan, Kendala

1. PENDAHULUAN terutama untuk mencapai keuntungan


Peluang pemasaran jamur tiram usaha.
sebagai bahan baku sayuran untuk Salah satu usaha untuk
masyarakat berbagai kalangan, baik di meningkatkan kesejahteraan masyarakat
lingkungan rumah tangga maupun adalah dengan melakukan peningkatan di
restoran amat besar. Tidak hanya untuk bidang agroindustri, yaitu dengan
dijajakan di pasar tradisional dan meningkatkan nilai tambah produk
supermarket, jamur tiram juga pertanian, seperti halnya yang dilakukan
dibudidayakan untuk ekspor (Warisono masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya
dan Kres Dahana, 2010). Bila dilihat pada yang membudidayakan jamur tiram
potensi yang ada, maka usaha jamur khususnya budidaya yang dilakukan di
tiram di Indonesia mempunyai prospek Desa Sukahening Kecamatan
yang sangat baik, akan tetapi hal ini tidak Sukahening, dimana budidaya tersebut ±
menjadikan meratanya pendapatan dari baru 1 tahun, namun potensi usahanya
hasil usaha jamur tiram terutama di tingkat mampu menarik masyarakat sekitarnya
pengusahanya. Terjadinya peristiwa ini untuk melakukan budidaya jamur tiram di
dapat dipastikan karena adanya lingkungan rumahnya.
perbedaan kemampuan pengelolaan Pelaku usaha budidaya jamur tiram
untuk menjalankan teknik produksi, masih belum mampu menghitung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 111


seberapa besar pendapatan yang TR = Py x Y
diperolehnya selama ini walaupun secara Pd = TR - TC
kasar mereka dapat mengetahuinya Dimana:
TC = Biaya total (Total Cost)
namun secara rincinya mereka masih
(Rp/4 bulan)
kesulitan untuk menghitungnya. TFC = Biaya tetap total (Total
Fixed Cost) (Rp/4 bulan)
Tujuan dari penelitian ini adalah
TVC = Biaya variabel total (Total
untuk mengetahui: (1) Pendapatan yang Variable Cost) (Rp/4
bulan)
diperoleh pada usaha jamur tiram di Desa
TR = Penerimaan total (Total
Sukahening Kecamatan Sukahening Revenue) (Rp/4 bulan)
Py = Harga produk (Rp)
Kabupaten Tasikmalaya, (2). Kelayakan
Y = Produksi (Kg)
usaha jamur tiram di Desa Sukahening Pd = Pendapatan (Rp/4 Bln)
Kecamatan Sukahening Kabupaten
2) Analisis kelayakan usaha didekati
Tasikmalaya, dan (3) Kendala yang
dengan R/C rasio dengan persamaan:
dihadapi oleh pelaku usaha jamur tiram di
R/C = Revenue/Cost
Desa Sukahening Kecamatan Sukahening
Dengan kriteria:
Kabupaten Tasikmalaya.
a. Nilai R/C > 1, maka usaha tersebut
menguntungan sehingga layak
2. METODE PENELITIAN
untuk diusahakan.
Metode yang digunakan dalam
b. Nilai R/C = 1, maka usaha tersebut
penelitian ini adalah deskriptif analitis.
tidak untung dan tidak rugi (impas)
Menurut Mardalis (2008), penelitian
c. Nilai R/C < 1, maka usaha tersebut
deskriptif analitis bertujuan untuk
merugikan sehingga tidak layak
memperoleh informasi mengenai keadaan
untuk diusahakan.
saat ini dan melihat kaitan antara variabel-
variabel yang ada.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di Kabupaten
3.1. Analisis Pendapatan Usaha Jamur
Tasikmalaya. Penentuan daerah
Tiram
penelitian dilakukan secara sengaja, yaitu
Biaya produksi yang dikeluarkan
pada usaha budidaya jamur tiram di
pada usaha budidaya Jamur Tiram di
Desa Sukahening Kabupaten
Desa Sukahening Kecamatan Sukahening
Tasikmalaya. Data yang digunakan terdiri
Kabupaten Tasikmalaya terlihat pada
atas data primer dan data sekunder.
Tabel 1.
Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Analisis pendapatan usaha budidaya
jamur tiram.
TC = TFC + TVC

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 112


Tabel 1. Biaya Usaha Jamur Tiram per Proses Produksi (4 bulan)
No Jenis Biaya Produksi Volume Satuan Harga/Satuan Jumlah
1 Biaya Tetap
Peralatan 1.790.000
Penyusutan alat 240.000
Biaya Tetap Total 2.030.000
2 Biaya Variabel
Pembelian tai ragaji 120 Karung 3.000 360.000
Dedak 750 Kg 2.500 1.875.000
Apu 6 Karung 10.000 60.000
Pembelian tabung gas 9 Tabung 22.500 202.500
Pembelian plastik 12 Kg 28.000 336.000
Karet gelang 1,5 Kg 23.000 39.500
Cincin paralon 9 1,5 In 17.500 105.000
Ongkos kerja 3.000 Baglog 200 600.000
Biaya Variabel Total 3.578.00
3 Biaya Total 5.608.000
Sumber: Analisis Data Primer

Dari Tabel 1 di atas dapat diketahui proses produksi ditanam 3.000 baglog
bahwa total biaya produksi yang jamur tiram. Penerimaan usaha jamur
dikeluarkan dalam 1 (satu) kali produksi tiram dapat dilihat pada Tabel 2.
sebesar Rp 5.608.000,- Dalam satu kali
Tabel 2. Penerimaan Usaha Jamur Tiram per Proses Produksi
Jenis Jumlah % Jumlah Jumlah
Volume yang
No Jamur Produksi Unit yang Unit yang Jumlah (Rp)
dihasilkan
Tiram (baglog) terjual terjual
1. Putih 2.000 80% 1.600 1 baglog = 7 ons 8.960.000
= 1.120 x 8.000
2. Abu 1.000 80% 800 1 baglog = 7 ons 4.480.000
= 560 x 8.000
Jumlah 13.440.000
Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 3.2. Analisis Kelayakan Usaha Jamur


3.000 baglog dapat dipanen 2.400 baglog Tiram
(80%), sedangkan 600 baglog (20%) tidak Tabel 4. Kelayakan Usaha Jamur Tiram
dapat dipanen karena terserang jamur. No Uraian Jumlah (Rp)
Pendapatan usaha jamur tiram dapat 1 Penerimaan 13.440.000
dilihat pada Tabel 3. 2 Biaya 5.608.000
Tabel 3. Pendapatan Usaha Jamur Tiram 3 R/C 2,40
per Proses Produksi Sumber: Analisis Data Primer
No Uraian Jumlah (Rp)
Tabel 4 menunjukkan bahwa R/C
1 Biaya 5.608.000
usaha jamur tiram sebesar 2,40 yang
2 Penerimaan 13.440.000
mengindikasikan bahwa usaha budidaya
3 Pendapatan 7.832.000
jamur tiram di Desa Sukahening
Sumber: Analisis Data Primer

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 113


Kecamatan Sukahening Kabupaten Kabupaten Tasikmalaya memperoleh
Tasikmalaya menguntungkan dan layak hasil ( R ) sebesar 2,93 dan (C)
untuk diusahakan. sebesar 1 sehingga hal ini berada pada
3.3. Kendala pada Usaha Budidaya kriteria Nilai R/C > 1 sehingga
Jamur Tiram Budidaya Jamur Tiram yang sedang
1) Serangan hama penyakit pada masa dijalankannya layak untuk diusahakan
inkubasi selama 30 hari, yaitu karena kegiatan usaha yang
serangan jamur hitam ke dalam baglog dilakukannya dapat memberikan
sehingga bakal jamur tiram penerimaan yang lebih besar dari pada
mengalamai kematian sebesar 20% pengeluarannya.
dalam 1 (satu) kali produksi. 3) Kendala yang dihadapi dalam usaha
2) Pengaturan suhu belum dilakukan Budidaya Jamur Tiram milik Bapak Ibin
dengan menggunakan alat pengatur Desa Sukahening Kecamatan
suhu. Sukahening Kabupaten Tasikmalaya
3) Pada cuaca dingin atau musim hujan yaitu pada aspek Modal, pengetahuan
cenderung banyak yang gagal panen pengelolaan yang lebih baik
karena kematian pada masa inkubasi 4.2. Saran
yang disebabkan oleh suhu yang Bahwa berdasarkan hasil penelitian
kurang dari 280c. terhadap budidaya Jamur Tiram milik
4) Lahan yang kurang memadai untuk Bapak Ibin Desa Sukahening Kecamatan
daya tampung 1 kali produksi sebesar Sukahening Kabupaten Tasikmalaya
3.000 baglog. dapat memberikan saran sebagai berikut :
5) Keterbatasan modal yang dimiliki 1) Bahwa untuk meningkatkan laba yang
sehingga belum bisa meningkatkan dihasilkan, maka perlunya peningkatan
kapasitas produksi. kapasitas produksi yang lebih besar
namun diikuti dengan efesiensi biaya
4. SIMPULAN DAN SARAN operasional yang dikeluarkan.
4.1. Simpulan 2) Perlunya memperluas lahan atau
1) Hasil penelitian usaha tani budidaya tempat untuk media baglog yang lebih
jamur tiram telah memperoleh banyak.
pendapatan sebesar Rp. 7.832.000,- 3) Berkonsultasi dengan pihak-pihak
hal ini diperoleh dari penerimaan terkait yang dianggap mampu
sebesar Rp. 13.440.00,- dikurangi mengatasi masalah hama penyakit
dengan Total Biaya sebesar Rp. yang menyerang bakal jamur pada
5.608.000,- masa inkubasi tersebut.
2) Budidaya Usaha Jamur Tiram Desa 4) Melakukan kerjasama saling
Sukahening Kecamatan Sukahening menguntungkan dengan warga sekitar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 114


untuk menyimpan baglog yang tidak
tertampung di tempat budidaya
tersebut apabila akan ditingkatkan
kapasitas produksinya sebelum adanya
perluasan tempat / lahan.
5) Bekerja sama dengan pihak perbankan
guna meningkatkan modal produksi
yang lebih besar dengan tetap
memperhatikan tingkat pengembalian
yang terukur.

5. DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, 1994. Akuntansi Biaya.
Yogyakarta: Andi Off Set.
Salvatore, E. D. 2004. Prinsip-Prinsip
Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Mardalis. (2010). Metode Penelitian Suatu
Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara
Soekartawi, 2002. Teori Ekonomi
Produksi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usaha Tani.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Sugiyono. 2012.Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Warisno dan Kres Dahana. 2010. Peluang
Usaha dan Budidaya Cabai. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Herawati P, 2010. Analisis usahatani
jamur Tiram Putih (kasus di
Komunitas Petani Jamur Ikhlas,
Desa Cibeni Kecamatan Pamijahan,
Kabupaten Bogor). Skripsi,
Departemen Agribisnis Fakultas
Ekonomi Dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Anggraeni, S. dan Umam, K, 2012.
Analisis Pendapatan, Keuntungan,
dan Kelayakan Usaha Jamur Tiram
di Kabupaten Sleman. Skripsi.
Program Studi Agribisnis-Fakultas
Pertanian Universitas Janabadra.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 115


HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN DAN PENDAPATAN PETANI PADA USAHATANI
BUNGA KRISAN DI GAPOKTAN PAGERKAMULYAN, DESA GENTENG,
KECAMATAN SUKASARI, KABUPATEN SUMEDANG, PROPINSI JAWA BARAT

Kuswarini Kusno, Febry Maringan Silalahi

Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran


Email: kuswarini.kusno@unpad.ac.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis usahatani bunga krisan di Gapoktan


Pagerkamulyan, distribusi penguasaan lahan dan pendapatan petani bunga krisan, serta
menganalisis hubungan luas lahan dengan pendapatannya. Metode penelitian yang digunakan
adalah deskriptif analitis dan datanya dianalisis dengan menggunakan analisis usahatani, Rasio
Gini dan korelasi rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani bunga krisan di
Gapoktan Pagerkamulyan menguntungkan sehingga layak diusahakan. Distribusi penguasaan
lahan dan pendapatan petani krisan tidak merata dan tergolong dalam kategori ketimpangan yang
tinggi. Luas lahan dengan pendapatan memiliki hubungan yang kuat dan searah; artinya mayoritas
petani berada dalam kondisi yang apabila luas lahannya meningkat maka pendapatannya pun
meningkat, atau sebaliknya.

Kata kunci: Penguasaan lahan, usahatani, pendapatan, tanaman hias

1. PENDAHULUAN efisiensi dan pendapatan petani. Semakin


Rumah tangga pertanian pengguna sempit lahan yang dimiliki, semakin kecil
lahan dapat digolongkan ke dalam dua pendapatan yang diperoleh. Jadi, apabila
kelompok besar, yaitu rumah tangga nilai ketimpangan penguasaan lahan
petani gurem (rumah tangga usaha petani tinggi, maka nilai dari distribusi
pertanian pengguna lahan yang pendapatannya pun tinggi. Distribusi
menguasai lahan kurang dari 0,50 hektar) pendapatan mencerminkan tingkat
dan rumah tangga bukan petani gurem kemerataan hasil pembangunan suatu
(rumah tangga usaha pertanian pengguna daerah atau negara baik yang diterima
lahan yang menguasai lahan 0,50 hektar masing-masing orang ataupun dari
atau lebih). Hasil Sensus Pertanian tahun kepemilikan faktor-faktor produksi di
2013 menunjukkan bahwa rumah tangga kalangan penduduknya. Untuk
pengguna lahan di Indonesia pada tahun mengetahui nilai distribusi pendapatan
2013 ada 25.751.267 rumah tangga, suatu daerah dapat dihitung dengan Rasio
dimana 14.248.864 atau 55,33% rumah Gini (Gini Ratio).
tangga diantaranya adalah petani gurem. Pada lima tahun terakhir, Indonesia
Informasi tersebut menunjukkan bahwa memiliki Rasio Gini 0,41 yang artinya
distribusi penguasaan lahan petani di terjadi ketimpangan distribusi pendapatan
Indonesia timpang. yang tergolong tinggi (Badan Pusat
Huron, et al (2006) mengemukakan Statistik, 2016). Menurut Deaton (1997),
bahwa struktur penguasaan lahan akan salah satu penyebab tingginya distribusi
memiliki implikasi terhadap kinerja pendapatan suatu daerah adalah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 116


perbedaan dalam kepemilikan faktor- Sumedang merupakan kabupaten
faktor produksi terutama pada stok modal. yang memiliki luas panen terkecil dari
Persoalan utama yang dihadapi bunga Krisan, yaitu 27 hektar (Ditjen
pertanian di Indonesia adalah lahan, Hortikultura, 2011). Jadi kemungkinan
dimana kondisi penguasaan lahannya besar petani gurem banyak ditemukan di
timpang akibat terlalu banyak petani sana. Kecamatan Sukasari merupakan
berlahan sempit. Namun demikian, salah satu kecamatan yang berhawa
pendapatan petani gurem ini dapat sejuk dengan suhu udara berkisar antara
dimaksimalkan dengan cara menanam 18oC sampai 22oC, sehingga cocok untuk
komoditas tanaman hias bunga. ditanami bunga krisan.
Menurut Departemen Pertanian Usahatani bunga krisan di
(2005), permintaan tanaman hias di Kecamatan Sukasari dilakukan oleh
Indonesia mengalami peningkatan dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
tahun ke tahun. Selama periode 2010 - Pagerkamulyan, Dusun Genteng, Desa
2014, jenis tanaman hias yang memiliki Genteng. Awalnya hanya fokus dalam
produksi paling besar per tahunnya budidaya tanaman pangan dan
adalah bunga krisan. Dengan demikian, hortikultura sayuran seperti kubis, tomat,
boleh jadi permintaan akan bunga krisan cabai, dan lain-lain; hingga akhirnya pada
ini di Indonesia adalah yang paling besar tahun 2012 Gapoktan ini mulai
dan mengalami peningkatan setiap mengembangkan tanaman bunga krisan
tahunnya. dengan tujuan untuk meningkatkan
Sentra produksi bunga krisan pendapatannya. Usahatani bunga krisan
(Dendranthema Grandiflora Tzvelev Syn. awalnya dilakukan oleh 5 orang saja
Chrysanthemum morifolium Ramat) dengan total luas lahan sekitar 600 m2.
tersebar di 27 propinsi; 10 propinsi yang Pada tahun 2014, usahatani ini meningkat
memilki produksi terbesar selama tahun cukup pesat dimana jumlah petaninya
2010 hingga 2014 adalah Propinsi menjadi 23 orang dengan total luas lahan
Sumatera Utara, Sumatera Barat, 3325 m2. Hal yang menarik adalah
Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI penguasaan lahan setiap petani bunga
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi krisan di Gapoktan Pagerkamulyan ini
Tenggara, dan Sulawesi Selatan (BPS, kecil akan tetapi usahatani tersebut tetap
2016). Jawa Barat merupakan propinsi berjalan sampai sekarang.
yang kenaikan produksinya terpesat yakni Tujuan penelitian ini adalah
mencapai rata-rata 38.332.033 tangkai menganalisis usahatani bunga krisan,
per tahun; atau 68,53% dari produksi distribusi luas lahan dan pendapatan,
pada tahun 2010. serta menganalisis hubungan luas lahan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 117


dengan pendapatan petani bunga krisan usahatani, Rasio Gini, dan korelasi Rank
di Gapoktan Pagerkamulyan. Spearman.
Biaya yang dikeluarkan dalam
2. METODE PENELITIAN usahatani bunga krisan dihitung
Penelitian ini dilaksanakan di berdasarkan satuan musim tanam.
Gapoktan Pagerkamulyan Kecamatan Komponen biaya meliputi biaya variabel,
Sukasari, Kabupaten Sumedang, Jawa yaitu benih, pupuk, pestisida, dan tenaga
Barat. Metode penelitian yang digunakan kerja; serta biaya tetap yaitu penyusutan
adalah metode deskriptif analitik dengan alat, pajak dan lain-lain. Menurut
teknik penelitian sensus terhadap 23 Soekartawi (2002), penerimaan dan
responden petani. pendapatan usahatani dihitung menurut
Variabel dalam penelitian ini dapat rumus berikut:
dijelaskan sebagai berikut:. TR = Q x P
1. Karakteristik responden, yaitu umur, TR: Penerimaan Total
pendidikan, pengalaman berusahatani Q: Kuantitas Produksi
dan jumlah anggota keluarga. P: Harga Jual
2. Luas lahan (Input Tetap). Pendapatan Usahatani = TR – TC
3. Kapasitas tanam, kuantitas panen, TC: Biaya Total
harga jual per tangkai, biaya Green Pada analisis ini akan dilihat juga
House, biaya tenaga kerja, biaya seberapa besar pendapatan usahatani
saprodi lainnya. bunga krisan dibandingkan dengan
4. Pendapatan petani dari non usahatani produksinya, dengan rumus (Rodjak,
bunga krisan, yaitu pendapatan dari 2002):
luar kegiatan usahatani bunga krisan.
Data yang dikumpulkan terdiri atas
data primer dan sekunder. Sumber data Jika:

primer adalah 23 petani responden, dan - R/C > 1, berarti usahatani layak

seorang pengurus Gapoktan (informan), (untung).

sedangkan sumber data sekunder adalah - R/C = 1, berarti usahatani tidak untung

laporan milik Gapoktan Pagerkamulyan, dan juga tidak rugi (impas).

literatur yang terkait dengan penelitian, - R/C < 1, berarti usahatani tidak untung

serta dokumen dari Badan Pusat Statistik (rugi).

dan instansi lain yang relevan. Data Semakin tinggi nilai R/C berarti

dikumpulkan dengan cara observasi, semakin besar penerimaan yang

wawancara, dan studi literatur. Kemudian diperoleh dari setiap rupiah yang

dianalisis dengan menggunakan analisis dikeluarkan, sehingga tingkat efisiensi


input pun semakin baik.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 118


Rasio Gini digunakan untuk Spearman yang rumusnya adalah:
mempelajari bagaimana kondisi distribusi (Anderson, D.R., D.J. Sweeney and T.A.
pendapatan petani bunga krisan di Williams, 2010):
Gapoktan Pagerkamulyan dengan rumus:

Nilai korelasi rank Spearman berkisar


antar -1 hingga +1.

GR = Rasio Gini 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Rasio Gini berkisar antara angka 0 Banyaknya petani yang memilih
sampai 1. Semakin kecil angka GR, usahatani bunga krisan sebagai mata
semakin baik atau merata distribusinya. pencaharian utama adalah 7 dari 23 orang
Sebaliknya, semakin besar angka GR, atau sebesar 30,43%. Dengan demikian,
maka distribusi semakin timpang atau sebagian besar petani masih menjadikan
senjang. Menurut kriteria H.T. Oshima usahatani bunga krisan sebagai pekerjaan
dalam Putong (2000), Jika: sampingan. Penyebabnya adalah petani
- GR ≤ 0,3, ketimpangan distribusi menganggap enteng karena pendapatan
pendapatan rendah. dari bunga krisan kecil. Alasan lain adalah
- 0,3 < GR < 0,4, ketimpangan distribusi usahatani bunga krisan membutuhkan
pendapatan sedang. Green House sedangkan komoditas yang
- GR ≥ 0,4, ketimpangan distribusi dibudidayakan sebelumnya yakni sayuran
pendapatan tinggi. dan tanaman pangan tidak; hal ini
Sebelumnya, data pendapatan ke membuat petani ragu-ragu untuk
23 petani dikelompokkan dalam tiga kelas, berpindah ke usahatani bunga krisan
yaitu 40% termiskin, 40% menengah, dan secara besar-besaran. Meskipun
20% kaya (Putong, 2000). Rasio Gini juga demikian, para petani mengatakan bahwa
dapat digunakan untuk menghitung tingkat berusahatani bunga krisan
distribusi kekayaan lainnya, karena itu menguntungkan; mereka hanya tidak
kemudian dihitung pula Rasio Gini untuk memiliki keberanian untuk mengubah
distribusi penguasaan lahan. peruntukan lahannya dan juga tidak
Untuk mempelajari bagaimana memiliki modal yang cukup untuk
hubungan penguasaan lahan terhadap membangun Green House. Petani yang
pendapatan petani bunga krisan, memilih fokus berusahatani bunga krisan
digunakan analisis korelasi rank

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 119


umumnya laki-laki yang sudah tua atau garapan petani adalah 114,78 m2. Dari
ibu rumah tangga. Alasannya, Tabel 1 tampak bahwa usahatani ini
berusahatani bunga krisan mudah menguntungkan dimana ditunjukkan oleh
dilakukan dan nyaman karena lahannya nilai R/C yang lebih besar dari 1.
dekat dengan tempat tinggal dan dinaungi Perhatikan bahwa nilai R/C per usahatani
green house. (per 114,78 m2) lebih tinggi dibandingkan
yang per 100 m2. Hal ini disebabkan oleh
3.1. Analisis Usahatani Bunga Krisan penggunaan input yang efisien seperti
Analisis usahatani bunga krisan di green house, dan pupuk kandang saja
disajikan dalam Tabel 1. Rata2 lahan tanpa pupuk kimia.

Tabel 1. Analisis Usahatani bunga krisan di Gapoktan Pagerkamulyan


Uraian Biaya per 100 m2 (Rp) Biaya per Usahatani (Rp)
Biaya Produksi
Bibit 291.667 334.775
Tenaga Kerja 600.000 600.000
Listrik 50.000 50.000
Pupuk Kandang 250.000 286.150
Pupuk Kimia 100.000 114.780
Obat tanaman 100.000 114.780
Penyusutan Green House 400.000 400.000
Total Biaya Produksi 1.791.667 1.900.485
Total Produksi (80%) 5600 bunga 6427 bunga
Harga Jual 500/bunga 500/bunga
Penerimaan Usahatani 2.800.000 3.213.500
Pendapatan Usahatani 1.008.333 1.313.015
R/C 1,56 1,69

3.2. Distribusi Penguasaan Lahan dan berada dalam kategori ketimpangan


Pendapatan
tinggi. Kondisi ini terjadi karena
Rasio Gini untuk penguasaan lahan
kebanyakan petani bunga krisan (69,57%)
petani bunga krisan di Gapoktan
masih menjadikan usahatani bunga krisan
Pagerkamulyan adalah 0,43; sedangkan
sebagai usaha sampingan, sehingga
untuk distribusi pendapatannya adalah
30,43% petani yang fokus hanya untuk
0,47. Pengelompokan data penguasaan
bunga krisan berkembang jauh lebih
lahan dan pendapatan petani masing-
pesat. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan
masing dapat dilihat pada Tabel 2 dan
yang mencolok pada luas lahan serta cara
Tabel 3. Berdasarkan kriteria keputusan
budidayanya, sehingga hasil panen bunga
yang telah dijelaskan sebelumnya,
bagi petani yang fokus juga jauh lebih
dengan demikian distribusi penguasaan
banyak; dan akibatnya tingkat
lahan dan distribusi pendapatan petani
pendapatannya pun lebih tinggi.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 120


Tabel 2. Pengelompokan Data Penguasaan Lahan Petani Gapoktan Pagerkamulyan

No. 40% Terkecil (m2) 40% Terkecil Kedua (m2) 20% Terbesar (m2)
1 50 100 200
2 60 100 210
3 60 100 250
4 60 130 350
5 70 140 400
6 70 160
7 70 180
8 90 190
9 90 200
Total 620 1300 1410
Rata2 68,89 144,44 282

Tabel 3. Pengelompokan Data Pendapatan Petani Gapoktan Pagerkamulyan (Rp)


No. 40% Terkecil 40% Terkecil Kedua 20% Terbesar
1 1.700.000 4.825.000 8.925.000
2 1.700.000 5.362.500 9.950.000
3 1.812.500 5.362.500 11.400.000
4 1.950.000 6.275.000 14.375.000
5 2.300.000 7.175.000 22.975.000
6 2.525.000 7.500.000
7 3.100.000 8.475.000
8 3.300.000 8.900.000
9 3.300.000 8.925.000
Total 21.687.500 62.800.000 67.625.000
Rata2 2.409.722,22 6.977.777,78 13.525.000

Nilai Rasio Gini distribusi 3.3. Hubungan Luas Lahan Terhadap


Pendapatan Petani Bunga Krisan
pendapatan lebih tinggi dibanding dengan
Koefisien korelasi antara luas
penguasaan lahan. Hal ini menunjukkan
lahan dan pendapatan diperoleh sebesar
bahwa masih ada petani yang belum
0,958. Artinya, hubungan luas lahan dan
efisien dalam menggunakan input
pendapatan dari 95,8% petani yang diteliti
produksinya, yaitu masih membeli bibit
memiliki pola: jika luas lahan meningkat,
bunga krisan padahal bibit tersebut dapat
maka pendapatannya pun meningkat,
dibuat sendiri. Selain itu, green house
atau sebaliknya. Hasil ini sejalan dengan
2
dibuat sama untuk luas lahan 60m atau
teori yang dikemukakan Huron, et al
100m2. Dengan demikian green house
(2006) tersebut di atas. Bagi petani
untuk 60m2 menjadi tidak efisien.
lainnya (4,2%), meskipun luas lahannya
Sementara itu, jumlah petani bunga krisan
lebih kecil dari petani yang lainnya (yang
yang memiliki lahan di bawah 100m2 tidak
termasuk dalam 95,8%), hasil panen
sedikit, yakni ada 9 orang atau 39,13%.
bunganya lebih banyak. Penyebabnya
adalah karena hanya menggunakan
pupuk kandang saja dalam budidayanya.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 121


4. SIMPULAN DAN SARAN Rodjak, Abdul. 2002. Dasar-Dasar
Manajemen Usahatani. Fakultas
4.1. Simpulan
Pertanian Universitas Padjadjaran.
1. Usahatani bunga krisan di Gapoktan Bandung: Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Unpad.
Pagerkamulyan menguntungkan
Soekartawi, A. Soeharjo. 2011. Ilmu
sehingga layak diusahakan. Usahatani dan Penelitian Untuk
Pengembangan Petani Kecil.
2. Distribusi penguasaan lahan dan
Jakarta: UI Press.
pendapatan petani bunga krisan tidak Wignjosoebroto. 1998. Perkembangan
merata dimana termasuk dalam Penguasaan Lahan di Indonesia.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
kategori ketimpangan yang tinggi.
3. Mayoritas petani berada pada kondisi
dimana apabila luas lahannya
ditingkatkan, pendapatannya akan
meningkat, atau sebaliknya.

4.2. Saran
Perlu analisis Break Even Point agar
diketahui kapan petani sebaiknya memulai
usahatani bunga krisan.

5. DAFTAR PUSTAKA
Anderson, D.R., D.J. Sweeney and T.A.
Williams. 2010. Statistics for
Business and Economics 8th ed.
South-Westren: Thomson Learning.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek
Budidaya. Jakarta: UI Press.
Badan Pusat Statistik, 2016. Sensus
Pertanian 2013.
Deaton Angus. 1997. The Analysis of
Household Surveys a
Microeconometric Approach to
Development Policy. Washington,
D.C: The World Bank.
D.A. de Vaus.2002. Survey in Social
Research New. South Wales: Allen
and Unwin.
Huron et al. 2006. Final Environment
Impact Statement. South Mission
Beach.
H Rahmat Rukmana. 1997. Krisan.
Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Lakitan, B. 1995. Hortikultura, Teori,
Budaya dan Pasca Panen. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 122


ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI BERDASARKAN LUAS LAHAN
DI KECAMATAN BUAH-DUA KABUPATEN SUMEDANG

Lies Sulistyowati, Trisna Insan Noor, Maman H Karmana

Departemen Sosial-Ekonomi Fak.Pertanian Universitas Padjadjaran


Email: lies.sulistyowati@unpad.ac.id
ABSTRAK
Swa-sembada pangan menjadi program utama pemerintah karena padi merupakan pangan pokok
masyarakat Indonesia. Untuk itu, upaya peningkatan produksi seharusnya juga memperhatikan
aspek efisiensi ekonomi dan efisiensi alokatif, sehingga petani sebagai produsen beras tidak
dirugikan.Kabupaten Sumedang sebagai salah satu lumbung padi Jawa Barat yang bisa
memenuhi kebutuhan penduduknya, bahkan surplus 211.268 ton tahun 2013.Upaya peningkatan
produksi melalui intensifikasi menghadapi kendala utama, yaitu semakin sempitnya rata-rata
pemilikan lahan petani, sehingga sulit untuk mencapai economics of scale. Kajian ini dilaksanakan
di Kecamatan Buahdua sebagai sentra produksi padi di Kabupaten Sumedang, dengan metode
penelitian Mixed Method. Sedangkan tehnik sampling menggunakan stratified random sampling,
serta wawancara dengan key informan, dan penggalian data sekunder pada instansi terkait di
Kabupaten Sumedang. Analisis data menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier Cobb-
Douglas, analisis pendapatandan R-C. Hasil kajian menunjukkan bahwa R-C rasio petani lahan
luas lebih besar dibanding petani lahan sempit, demikian juga nilai efisiensi ekonomis dan efisiensi
alokatifnya. Namun yang menarik, untuk nilai efisiensi tehnis petani lahan sempit lebih besar dari
pada petani lahan luas, hal ini memperlihatkan bahwa petani lahan sempit lebih besar upayanya
(lebih intensif) untuk peningkatan produksi, tetapi kurang memperhitungkan efisiensi biayanya.
Dengan demikian penyuluhan serta peningkatan akses terhadap sarana produksi dan pasar, tetap
diperlukan. Dan yang lebih penting adalah upaya untuk mencegah proses fragmentasi dan
perpecahan lahan pertanian.

Kata kunci: efisiensi teknis dan alokatif, sub-division, fragmentasi, usahatani padi

1. PENDAHULUAN penduduknya, bahkan surplus 211.268


Swa-sembada pangan menjadi program ton tahun 2013 (Kabupaten Sumedang
utama pemerintah karena padi dalam angka, 2014). Namun data
merupakan pangan pokok masyarakat berikutnya pada tahun 2014, terjadi
Indonesia. Untuk itu, upaya peningkatan penurunan produksi padi sawah dari
produksi seharusnya juga 485.674 ton menjadi 472.220 ton,
memperhatikan aspek efisiensi ekonomi sedangkan untuk padi ladang menurun
dan efisiensi alokatif, sehingga petani dari 25.188 ton menjadi 19.804 ton.
sebagai produsen beras tidak dirugikan. Dengan demikian terjadi penurunan
Kabupaten Sumedang sebagai salah sekitar 3,69% pada tahun 2014
kabupaten yang sektor pertaniannya dibanding sebelumnya (Gambar 1).
cukup potensial, hal ini tercermin pada Banyak faktor yang diduga
kontribusi sektor pertanian yang menyebabkan penurunan produksi padi
merupakan penyumbang terbesar pada tersebut, diantaranya yang paling
PDRB. Juga Sumedang merupakan dominan adalah semakin sempitnya
salah satu lumbung padi Jawa Barat rata-rata pemilikan lahan petani,
yang bisa memenuhi kebutuhan sehingga sulit untuk mencapai

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 123


economics of scale, sehingga usahatani lagi bagiannya kepada cucu, sehingga
padi tidak menguntungkan lagi. proses semakin mengecilnya lahan, tidak
bisa dihindarkan lagi.
c). Faktor ekonomi: karena desakan
kebutuhan ekonomi untuk keluarga
(pendidikan, kesehatan, menikahkan
anak dan lain-lainnya), maka petani
terpaksa menjual sebagian lahannya,
sehingga semakin mengecil (Setiawan,
2012; Sri, dkk, 2008; Suhendar, 1995;

Gambar1. Produksi Padi sawah dan Simatupang dan Irawan, 2003;


Padi Ladang Tahun 2013 dan 2014 Susilowati, 2007)
Sumber: Sumedang dalam Angka, 2015
d). Faktor konversi lahan: karena adanya
Masalah kepemilikan lahan yang sempit,
proyek-proyek perumahan, industri,
distribusi pemilikan lahan yang timpang,
pembangunan jalan, maka sebagian
serta tekanan penduduk yang berat atas
lahan yang terkena proyek tersebut
lahan, menimbulkan kerjasama antara
terpaksa dijual, sehingga lahan menjadi
pemilik lahan luas dengan petani
lebih kecil. Sebagian konversi lahan
berlahan sempit, atau petani tidak
terjadi karena adanya penawaran harga
berlahan/buruh tani (Hayami dan
yang sangat menggiurkan (harga lahan
Kikuchi, 1987; Fujimoto, 1996; Sangwan,
setelah dikeringkan lebih tinggi dibanding
2000; Sharma, 2000; Hartono dkk, 2001
harga sawah), maka petani meng-
dalam Sowarto, 2010).
konversi lahan sawahnya menjadi lahan
Semakin menyempitnya penguasaan
pekarangan, baru dijual sebagian atau
lahan petani disebabkan oleh berbagai
seluruhnya, sehingga lahan pertanian
faktor, yaitu:
menyempit.
a). Faktor geografis: petani di daerah
Terdapat hubungan antara penguasaan
zona dataran tinggi, secara geografis
lahan dengan pendapatan petani seperti
perpencaran lahan menjadi kecil kecil
yang dikemukakan oleh Wiradi dan
tidak bisa dihindari, karena lahan harus
Makali (1984), bahwa hubungan antara
diatur secara terasering dan sengkedan,
besarnya pendapatan hasil usahatani
untuk mencegah bahaya longsor.
dengan tingkat penguasaan lahan
b). Faktor sosial: yakni adanya sistem
menunjukkan distribusi pendapatan yang
pewarisan dimana orang tua akan
dikaitkan dengan strata luas pemilikan
mewariskan lahan yang dimiliki kepada
tanah, semakin besar luas tanah milik
anak-anaknya secara dibagi rata.
semakin besar pula pendapatan rata-rata
Demikian juga anaknya akan membagi
rumah tangga. Dengan demikian, rumah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 124


tangga yang memiliki tanah luaslah yang TR = Penerimaan Total (Total
Revenue)
mempunyai jangkauan lebih besar ke
Y = Jumlah produksi
sumber non-pertanian. Py = Harga Y
TC = Biaya Total (Total Cost)
Kajian ini bertujuan untuk: 1).
TFC = Biaya Tetap Total (Total Fixed
Menganalisis kelayakan usahatani padi Cost)
TVC = Biaya Variabel Total (Total
berdasarkan luas penguasaan lahan
Variable Cost)
dilihat dari R/C-nya di Kecamatan π = keuntungan q
Buahdua, Kabupaten Sumedang, 2). b) Analisis model fungsi produksi
Menganalisis efisiensi teknis dan stochastic frontier Cobb-Douglas pada
efisiensi ekonomis pada usahatani padi lahan sempit, dan lahan luas yang
berdasarkan luas penguasaan lahan. dianalisis secara terpisah dengan
menggunakan formula sebagai
2. METODE PENELITIAN berikut:
Metode penelitian yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah Metode
Penelitian Kombinasi (mixed methods)
dengan desain sequential explanatory dimana:
= Output produksi padi dari petani
yang menggabungkan metode penelitian
ke- (kg)
kuantitatif dan kualitatif secara berurutan. = Luas lahan padi petani ke-
Tehnik sampling menggunakan stratified (hektar)
= Banyaknya benih yang digunakan
random sampling, secara proporsional
petani ke- (kg)
berdasarkan luas penguasaan lahan,
= Banyaknya pupuk kandang yang
terambil 96 orang responden dengan
digunakan petani ke- (kg)
klasifikasi petani lahan sempit 80% (77 = Banyaknya urea yang digunakan
orang), dan petani lahan luas 20% (19 petani ke- (kg)
orang). Serta dilengkapi dengan = Banyaknya SP-36 yang digunakan

wawancara key informan, dan petani ke- (kg)


= Banyaknya KCL yang digunakan
penggalian data sekunder pada Instansi
petani ke- (kg)
terkait di Kabupaten Sumedang. = Banyaknya NPK yang digunakan
Analisis yang digunakan adalah: petani ke- (kg)
a) Analisis Usahatani (Soekartawi, = Banyaknya Pestisida yang
2002): digunakan petani ke- (liter)
= Banyaknya tenaga kerja yang
TR = Y x Py
digunakan petani ke- (HOK)
TC =TC = TFC + TVC
= Konstanta (vektor parameter)
π = TR - TC = Vektor parameter fungsi produksi
R/C = TR/TC ( )
Keterangan : = Random error term

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 125


= Nonnegative error term pemilik dan penyakap memperoleh
Menurut Soekartawi (1994), bahwa bagian yang sama (separo) dari hasil

fungsi Cobb-Douglas mempunyai bersih yang diperolehnya. Menurut Heni

beberapa kelebihan sehingga lebih (2015), selaku Kasi Integrasi Pengolahan

banyak dipergunakan, yaitu: dan Diseminasi Statistik Badan Pusat

(1) Lebih luas digunakan Statistik Kabupaten Sumedang

dengan sifatnya yang homogenous menyebutkan bahwa penurunan angka


dan dapat digunakan untuk LPE sektor pertanian sebesar itu

mengukur return to scale. mengindikasikan di Kabupaten

(2) Penyelesaian fungsi Sumedang terjadi penurunan produksi


Cobb-Douglass relatif lebih mudah padi yang sangat tinggi dengan kondisi

dibandingkan dengan fungsi lain, mengkhawatirkan. Penurunan produksi

seperti fungsi kuadratik karena dikahawatirkan menggganggu upaya

fungsi Cobb-Douglass dapat swasembada pangan yang

ditransfer ke bentuk linear. diprogramkan pemerintah. Penurunan

(3) Hasil pendugaan garis produksi padi yang mencapai angka


melalui fungsi Cobb-Douglass akan 22,4% diakibatkan oleh semakin

menghasilkan koefisien regresi yang sempitnya luas lahan, minimnya

sekaligus juga menunjukkan penggunaan teknologi, alih fungsi lahan,


besaran elastisitas. saluran irigasi, dan lain-lain (Dinas
(4) Besaran elastisitas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi

tersebut sekaligus menunjukkan Jawa Barat, 2015).

tingkat besaran returns to scale. Analisis Usahatani Padi Berdasarkan


Luas Penguasaan Lahan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari analisis pendapatan usahatani dan

Dilihat dari penguasaan lahan di R/C diperoleh hasil pada Tabel 1. Jika
Kecamatan Buahdua relatif luasannya dikomparatifkan, terlihat bahwa

kecil-kecil, antara 0.12 sampai dengan pendapatan petani lahan luas sebesar

0,5 hektar (80%). Meskipun ada juga Rp 12.182.570 /ha/musim, lebih besar

pemilikan lahan diatas 1 hektar, namun 12,2% dibandingkan pendapatan petani

relatif sedikit (20%). Status penguasaan lahan sempit yakni Rp

lahan yang dominan adalah hak milik, 10.854.800/ha/musim.

selanjutnya hak sakap dan sedikit yang


hak sewa. Sistim penyakapan yang
berlaku di Sumedang adalah Maro, yaitu

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 126


Tabel 1.Nilai Produksi, Biaya Produksi, Pendapatan Usahatani dan R/C per Musim Tanam per Hektar
Budidaya Tanaman Padi di Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang Menurut Luas Lahan Tahun
2016

Lahan Sempit Lahan Luas


Uraian Nilai (000 Nilai (000
% %
Rupiah) Rupiah)
A. Penerimaan 20,402.70 18,852.72
1. Produksi Utama 20,402.70 18,852.72
B. Biaya Produksi 9,547.90 100.00 6,670.15 100.00
1. Bibit/Benih 476.45 4.99 450.11 6.75
2. Pupuk 1,531.66 16.04 1,426.93 21.39
a) Pupuk Kandang 0.00 0.00 0.00 0.00
b) Urea 613.31 6.42 583.02 8.74
c) SP-36 0.00 0.00 12.38 0.19
d) KCL 289.72 3.03 286.31 4.29
e) ZA 10.01 0.10 34.01 0.51
f) NPK 618.62 6.48 511.21 7.66
g) Pupuk Cair 0.00 0.00 0.00 0.00
3. Pestisida 394.23 4.13 383.39 5.75
4. Upah Tenaga Kerja 5,205.02 54.51 3,504.86 52.55
a) Pengolahan Lahan 781.49 8.18 767.69 11.51
b) Penyemaian 292.79 3.07 100.88 1.51
c) Penanaman 550.26 5.76 467.25 7.01
d) Penyiangan 321.99 3.37 110.90 1.66
e) Penyulaman 313.44 3.28 88.25 1.32
f) Pemupukan 437.37 4.58 156.55 2.35
g) Penyemprotan Hama 371.57 3.89 113.13 1.70
h) Pemanenan, dll 2,136.10 22.37 1,700.22 25.49
5. Biaya Tetap 1,127.32 11.81 607.51 9.11
a) Pajak Tanah (PBB) 42.86 0.45 49.21 0.74
b) Sewa Lahan 1,084.47 11.36 558.30 8.37
b) Iuran Irigasi 0.00 0.00 0.00 0.00
c) Iuran Desa 0.00 0.00 0.00 0.00
6. Penyusutan Peralatan 813.21 8.52 297.34 4.46
C. Pendapatan Usahatani 10,854.80 12,182.57
D. Rasio Produksi dan Biaya Produksi 2.25 2.92

Demikian juga analisis R/C diperoleh terjadinya efisiensi biaya pada berbagai
petani lahan luas nilai R/C = 2,92, jauh kegiatan dalam proses produksi, seperti :
lebih besar dibanding dengan petani penggunaan benih, penggunaan pupuk,
lahan sempit yang nilai R/C = 2,25. Hasil serta upah tenaga kerja pada semua
analisis ini mengindikasikan bahwa kegiatan, seperti: kegiatan penyemaian,
petani dengan penguasaan lahan yang pengolahan lahan, penanaman,
lebih luas, lebih effisien dibanding petani penyiangan, penyulaman,
lahan sempit. Hal ini disebabkan penyemprotan, pemupukan dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 127


pemanenan. Hal ini sesuai dengan (sempit dan luas), faktor lahan (Ln X1)
pendapat Soekartawi (1990) dan sangat berpengaruh significant terhadap
Suratiah (2015), bahwa petani berlahan produksi padi dengan tanda positif,
luas secara teknis lebih efisien, karena berarti semakin luas lahan, semakin
didukung oleh pendidikan dan tinggi produksinya. Yang menarik dari
pengetahuan yang relatif lebih tinggi, hasil ini adalah: a). adanya indikasi
serta ketersediaan modal yang tinggi, kelebihan penggunaan benih dan pupuk
sehingga mampu menggunakan faktor Urea pada petani lahan sempit.
produksi secara tepat dosis, tepat waktu Sedangkan pada petani lahan luas
serta tepat cara, yang menyebabkan terdapat kecenderungan kelebihan pada
tingkat produktivitas lebih tinggi. penggunaan pestisida dan tenaga kerja.
Analisis fungsi produksi Stochastic Untuk itu perlu disarankan untuk
Production Frontier diperoleh hasil mengurangi penggunaannya, agar bisa
seperti Tabel 2.Terlihat bahwa pada memperoleh pendapatan yang lebih
kedua kategori penguasaan lahan tinggi.

Tabel 2. Hasil Estimasi Parameter Stochastik Production Frontier (SPF) Usahatani Padi di Kecamatan Buahdua
Kabupaten Sumedang, menggunakan metoda Maximum Likelihood Estimation

LuasPenguasaan Lahan Sempit Luas


Coef. Std Error P> Coef. Std Error P>
Konstanta 2.3430** 0.3238 0.000 2.6038** 0.5146 0.000
Ln Luas Lahan 0.8526** 0.1826 0.000 0.8229* 0.4661 0.094
Ln Benih -0.1485 0.1346 0.274 0.0337 0.3482 0.924
Ln Pupuk Kandang 0.0131 0.0361 0.717 0.0121 0.1288 0.926
Ln Urea -0.1215 0.0958 0.209 0.1000 0.1211 0.420
Ln SP-36 0.0310 0.0434 0.478 0.0218 0.0193 0.273
Ln KCL 0.0186** 0.0085 0.031 0.0206** 0.0089 0.033
Ln NPK 0.0167 0.0237 0.484 0.1426 0.1395 0.320
Ln Pestisida 0.0114 0.0148 0.444 -0.0160 0.0576 0.785
Ln Tenaga Kerja 0.5760** 0.1374 0.000 -0.2274 0.8325 0.788

Selanjutnya hasil analisis efisiensi sempit, serta penggunaan insectisida


alokatif (EA) dan efisiensi teknis (EE) dan tenaga kerja pada petani lahan luas.
terdapat pada Tabel 3. Rata-rata Jika dikomparatifkan, maka efisiensi
efisiensi alokatif (EA) pada petani lahan alokatif pada petani lahan luas lebih baik
sempit dan lahan luas berturut-turut dibanding petani lahan sempit. Hal ini
adalah: 67.93% dan 89,50%. Hal ini disebabkan petani lahan luas bisa
menunjukkan bahwa masih terdapat memperoleh harga beli sarana produksi
peluang untuk meningkatkan efisiensi yang lebih rendah dibanding petani lahan
alokatif dengan mengurangi biaya-biaya sempit, karena akses pasar yang lebih
yang sebetulnya tidak diperlukan karena baik.
sudah berlebihan. Seperti penggunaan Efisiensi ekonomis (EE) merupakan
benih dan pupuk pada petani lahan perkalian antar efisiensi teknis (ET)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 128


dengan efisiensi alokatif (EA). Hasil 66,20%. Dengan perhitungan yang
analisis diperoleh nilai efisiensi ekonomis sama, maka pada petani lahan luas bisa
tertinggi pada petani lahan luas yakni menghemat biaya produksi sebesar
89,50%. Sedangkan efisiensi ekonomis 51,75%, jika tingkat efisiensi maksimum
petani lahan sempit 67.93%, dengan tercapai. Dengan demikian jika
kisaran EE 29,04-85,90%. Hal ini berarti dikomparatifkan, penghematan biaya
bahwa, jika petani lahan sempit mampu produksi justru lebih besar pada petani
mencapai tingkat efisiensi ekonomi lahan sempit dibanding petani lahan
maksimum, maka bisa menghemat biaya luas.
produksi sebesar = 1- 29,04/85,90 =
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Efisiensi Alokatif (AE) dan Efisiensi Ekonomis (EE) Produksi
Padi pada Lahan Sempit, dan Luas di Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang

Tingkat Sempit Luas


Efisiensi (%) Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomis Efisiensi Alokatif Efisiensi Ekonomis
<=40 35 45.5 0 0.00 0 0.0 0 0.00
40,01-50 1 1.30 1 1.30 1 5.56 1 5.56
50,01-60 1 1.30 1 1.30 0 0.00 0 0.00
60,01-70 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
70,01-80 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00
80,01-90 30 51.90 75 97.40 0 0.00 0 0.00
90,01-100 0 0.00 0 0.00 17 94.44 17 94.44
Jumlah 77 100.00 77 100.00 18 100.00 18 100.00
Maksimum (%) 85.90 85.90 94.44 94.44
Minimum (%) 29.04 29.04 45.56 45.56
Rata-rata (%) 67.93 67.93 89.50 89.50

4. SIMPULAN DAN SARAN dibandingkan pendapatan petani lahan


4.1 Simpulan sempit yakni Rp 10.854.800/ha/musim.
Hasil kajian menunjukkan bahwa Demikian juga analisis R/C diperoleh
penguasaan lahan di Kecamatan petani lahan luas nilai R/C = 2,92, jauh
Buahdua Kabupaten Sumedang lebih besar dibanding dengan petani
didominasi oleh petani dengan lahan lahan sempit yang nilai R/C = 2,25.
sempit (luas lahan < 1 hektar) sebesar Hasil analisis efisiensi ekonomis (EE)
80%, sedangkan yang 20% adalah dan efisiensi alokatifnya (EA) juga
petani lahan luas (luas lahan > 1 sejalan, yakni petani lahan luas nilai EA:
hektar). Hasil analisis pendapatan 89,50% lebih besar dibanding petani
memperlihatkan bahwa pendapatan lahan sempit 67,93%. Namun yang
petani lahan luas sebesar Rp 12.182.570 menarik dilihat dari efisiensi ekonomis
/ha/musim, lebih besar 12,2% (EE), jika tingkat efisiensi maksimum

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 129


tercapai, penghematan biaya produksi Terbuka ASEAN 2016.FGD.
Diakses dari
justru lebih besar pada petani lahan
:http://api.or.id/kebijakan-hpp-
sempit dibanding petani lahan luas. gabahberas-hadapi-tantangan-
pasar-terbuka-asean-2016/
4.2 Saran
Fujimoto, 1996; Share Tenancy and Rice
Penyuluhan serta peningkatan akses Production, Lesson from Two
Vilage in West Java. Fujimoto A
terhadap sarana produksi dan pasar
and T.Matsuda (eds). An
tetap diperlukan, lebih khususnya Economics Study of Rice Farming
in West Java- A Farm household
kepada petani lahan sempit dalam upaya
Survey of Two Village in Bandung
meningkatkan produksi dan and Subang. Nodai Research
Institute TokyoUniversity of
pendapatannya. Dan yang lebih penting
Agriculture. DGHE-JSPS Program.
diperlukan upaya yang lebih aktif untuk Tokyo
Hadiana, Delis. 2012. Perkembangan
mencegah proses fragmentasi dan
Sistem Sakap (Studi Kasus Pada
perpecahan lahan pertanian, karena Petani Padi Sawah di Kabupaten
Majalengka). Disertasi-
semakin mengecilnya luas pengusahaan
Pascasarjana-Unpad. Bandung.
padi pada petani, selain kurang effisien, Insan Noor,Trisna. 2011. Pengaruh
Agroindustrialisasi Perberasan
juga akan mengancam program
Terhadap Indikator Kesejahteraan
swasembada beras. Ekonomi Petani Berdasarkan
Agroekosistem di Jawa Barat.
Disertasi, Program Pascasarjana-
5. UCAPAN TERIMAKASIH Universitas Padjadjaran. Bandung.
Krisnamurthi, Bayu (PERHEPI). 2014.
Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ekonomi Perberasan Indonesia.
Rektor Universitas Padjadjaran yang Penerbit Perhimpunan Ekonomi
Pertanian Indonesia-Bogor.
telah memberikan dana untuk penelitian
Mubyarto. 2002. Pengantar Ekonomi
dan Seminar melalui skema ALG 2017 Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Pyndick, Robert S & Daniel L.R. 2005.
(Academic Leadership Program).
Micro Economics. Pearson
Education Inc. Upper Saddle River,
New Jersey 07458.
6. DAFTAR PUSTAKA
Purwanti, Ida. Moch Harisudin, Susi
BPS 2015. Analisis Tematik ST 2013 Wuri Ani. 2015. Efisiensi
Sub Sektor. Transformasi Penggunaan Input pada Usahatani
Struktural Usahatani dan Petani Padi Beras Merah di Lahan Kering.
Indonesia. Jakarta: BPS. Kecamatan Pracimantoro
BPS Kabupaten Sumedang. 2015. Kabupaten Wonogiri. Surakarta.
Sumedang dalam Angka Tahun Sahara, Dewi & Idris. 2005. Efisiensi
2015. Produksi System Usahatani Padi
Darwis, Valeriana. 2008. Keragaan pada Lahan sawah Irigasi Teknis.
Penguasaan Lahan Sebagai Balai Pengkajian Teknologi
Faktor Utama Penentu Pendapatan Pertanian (BPTP) Sulawesi
Petani. Prosiding Seminar Tenggara-Kendari.
Dinamika Pembangunan Pertanian Setiawan, Iwan. 2012. Dinamika
dan Perdesaan: Tantangan dan Pemberdayaan Petani, Sebuah
Peluang bagi Peningkatan. Refleksi dan Generalisasi Kasus di
Darwis, V 2016. Kebijakan HPP Gabah Jawa Barat. Bandung: Widya
Beras Hadapi Tantangan Pasar Padjadjaran.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 130


Sharma, H.R.2000. “Tenancy Relation in
Rural India: A Temporural and
Cross Sectional Analysis”. Indian
Journal of Agricultural
Economics.India Society of
Agricultural Economics, 55(3): 295-
307.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani.
Jakarta: UI Press.
Sumarno, 2007.Teknologi Revolusi Hijau
Lestari untuk Ketahanan Pangan.
Iptek untuk Tanaman Pangan 2(2).
ISSN 1907-4263.
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).
Tahun 1960.
Widodo,Sri. 1989. Production Efficiency
of Rice Farmers in Java, Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Winarso, Bambang. 2012. Dinamika Pola
Penguasaan Lahan Sawah di
Wilayah Pedesaan di Indonesia.
Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan 12(3): 137-149.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 131


KONTRIBUSI PUCUK TEH RAKYAT BERORIENTASI GREEN PRODUCT
TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA TANI
(Studi Kasus di Perkebunan Teh Rakyat, Desa Sukadana,
Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur)

Lucyana Trimo1), Syarif Hidayat2), dan Yosini Deliana1)


1)
Program Studi Agribisnis Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
2)
Program Studi Agroteknologi Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian UNPAD
Email: lucy.trimo@gmail.com; lucyana.trimo@unpad.ac.id

ABSTRAK

Saat ini masyarakat maju cenderung mengkonsumsi produk teh yang sehat (green product). Agar
dapat menghasilkan produk bersifat Green Product, maka budidaya teh secara organik menjadi
suatu keharusan agar mampu bersaing di pasar internasional. Oleh karena itu, untuk dapat meraih
pangsa pasar dunia, maka petani teh harus mampu mengelola kebunnya dengan menggunakan
konsep Good Agriculture Practices (GAP). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
kondisi implementasi budidaya teh yang dilakukan petani, mengetahui apakah budidaya yang
dilakukan petani sudah menghasilkan pucuk teh yang berorientasi Green Product, mengidentifikasi
kendala yang dihadapi dalam menghasilkan pucuk teh berorientasi Green Product, dan
mengetahui seberapa besar kontribusi pendapatan petani teh terhadap pendapatan total keluarga
petani. Penelitian dilakukan pada petani teh rakyat di Desa Sukadana, Kecamatan Sukadana,
Kabupaten Cianjur. Desain yang digunakan adalah desain penelitian kualitatif dengan metode
penelitian studi kasus (case study). Sumber data diperoleh dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis usahatani. Petani di Desa
Sukadana setelah menerapkan GAP, memperoleh beberapa manfaat diantaranya: a) menghemat
biaya perawatan tanaman, b) memperoleh nilai tambah dari kotoran hewan yang digunakan untuk
mengurangi penggunaan pupuk sintetis, c) harga jual pucuk teh yang lebih tinggi dibandingkan
budidaya secara konvensional. Kendala yang dihadapi petani untuk menghasilkan Green Product,
adalah: a) belum kontinyunya pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah, dan b) adanya daya
tarik lebih dari tanaman lain (non teh) yang memiliki harga jual tinggi.

Kata kunci: green product, GAP, ramah lingkungan, nilai tambah, pendapatan keluarga tani

1. PENDAHULUAN beracun, bahan tersebut dapat


Dewasa ini telah tumbuh kesadaran menimbulkan beberapa penyakit seperti
secara global bahwa pertanian dengan kanker dan gangguan sistem syaraf
menggunakan bahan kimia secara (Wahyu Hidayat, Pusat Penelitian Teh
berlebihan akan menimbulkan dan Kina Gambung).
pencemaran lingkungan, keracunan, dan Pada dasarnya, bertanam organik
penurunan kualitas bahan makanan, merupakan cara budidaya dengan
serta masalah kesehatan manusia dalam menggunakan bahan-bahan organik atau
jangka panjang. Oleh karena itu, tidaklah bahan alami pada semua kegiatan, mulai
mengherankan bila saat ini masyarakat dari penyiapan lahan, pemupukan, serta
maju cenderung mengkonsumsi bahan pengendalian hama, penyakit, dan
makanan dan minuman yang bebas dari gulma. Namun bukan hal yang mudah
pencemaran bahan-bahan kimia sintetis, dalam memperoleh predikat organik
terutama logam berat. Di samping

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 132


murni mengingat diperlukan sertifikat perbaikan pengolahan dan pemanenan,
badan dunia. mengingat mutu teh tidak hanya
Untuk menghasilkan produk yang ditentukan pada saat pengolahan, tetapi
bersifat Green Product, diperlukan juga pada saat pemeliharaan tanaman,
praktek pertanian dengan menggunakan pemanenan, pengangkutan, pengolahan,
konsep Good Agriculture Practice (GAP). dan penyimpanan.1
Menurut Kementerian Pertanian (2012), Untuk dapat meraih pangsa pasar
Good Agriculture Practice (GAP), dunia, perkebunan teh rakyat harus
mencakup penerapan teknologi yang mampu menghasilkan produk (pucuk
ramah lingkungan, penjagaan kesehatan teh) yang bersifat Green Product, oleh
dan peningkatan kesejahteraan pekerja, karena itu petani teh harus mampu
pencegahan penularan Organisme mengelola kebunnya dengan
Pengganggu Tanaman (OPT), dan menggunakan konsep Good Agriculture
prinsip traceability (dapat ditelusuri asal- Practices (GAP).
usulnya dari pasar sampai kebun). Kepala Dinas Perkebunan Jabar
Melalui penerapan GAP terdapat empat (20 September 2013) menyebutkan
hal yang akan dicapai yaitu keamanan bahwa luas perkebunan teh di Jabar saat
pangan, kesejahteraan pekerja (petani), ini sebagian besar atau sekitar 51,3
kelestarian lingkungan, dan hasil persen merupakan perkebunan teh
pertanian yang diketahui asal-usulnya. rakyat yang melibatkan 79.560 kepala
Konsep dasar GAP adalah keluarga. Sisanya sekitar 26,5 persen
mempertahankan ekosistem alami lahan merupakan perkebunan teh yang
pertanian yang sehat serta bebas dari dikelola oleh PTPN dan 22,16 persen
bahan-bahan kimia yang meracuni merupakan perkebunan teh perusahaan
lingkungan hingga diperoleh suatu swasta. Selanjutnya, iapun menyatakan
produk yang sesuai dengan Green bahwa, “Sejauh ini produksi teh
Product. Maka dari itu, perbaikan mutu merupakan andalan produk agribisnis
menjadi salah satu critical success factor Jabar dengan areal yang tersebar di
dalam upaya penyelamatan agribisnis wilayah
teh nasional (Gerakan Penyelamatan Kabupaten Sukabumi, Bogor, Cianjur,
Agribisnis Teh Nasional). Bandung, Garut, Tasikmalaya, Cianjur
Dewan Teh Indonesia telah dan Subang. 2.
mencanangkan program perbaikan mutu Kabupaten Cianjur merupakan
teh dalam suatu gerakan sadar mutu, wilayah dengan luas areal perkebunan
melalui upaya-upaya yang lebih nyata. 1
Dewan Teh Indonesia. 2012. Program
Program perbaikan mutu ini terpadu Perbaikan Mutu
2
Wagub Buka Festival Teh. 20 Sept 2013,.
menjadi satu kesatuan dengan program http://antarajawa barat.com.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 133


teh rakyat terbesar di Jawa Barat. Pada kecamatan tersebut. Selain itu,
tahun 2011 tercatat Cianjur memiliki luas Kecamatan Campaka merupakan salah
areal perkebunan teh rakyat sebesar satu wilayah andalan Kabupaten Cianjur
14.240 Ha dengan total produksi 6.304 dalam perkebunan teh rakyat.
ton (Tabel 1). Berdasarkan inilah maka Kecamatan
Cempaka dipilih menjadi daerah
Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Teh
Kabupaten/Kota di Jawa Barat penelitian.
Tahun 2011
Tabel 2. Luas Areal dan Produksi
Perkebunan Teh Rakyat di
Cianjur Tahun 2010

Sumber: Bappeda Prov. Jabar, UPTP


Pusdalitbang Kerjasama BPS Sumber: Dishutbun Kab. Cianjur, 2011
Prov. Jabar, 2012
Selanjutnya, desa Sukadana yang
Wilayah perkebunan teh rakyat di
merupakan salah satu desa yang ada di
Kabupaten Cianjur tersebar di 14
Kecamatan Campaka dipilih menjadi
kecamatan dengan 12 kecamatan yang
daerah penelitian. Desa ini dipilih karena
berproduksi (Tabel 2). Kecamatan
sudah memperoleh program Sekolah
Campaka, Takokak dan Sukanagara
Lapangan Pengendalian Hama Terpadu
menjadi sentra produksi teh rakyat di
(SLPHT), dan pada awal tahun 2000
Kabupaten Cianjur.
petani teh di daerah ini sudah mulai
Jika dihitung berdasarkan
beralih ke pertanian yang ramah
produktivitas kebun, maka Kecamatan
lingkungan.
Campaka, walaupun luas lahannya
berada di bawah Kecamatan Takokak
dan Sukanagara, tetapi produktifitas
kebunnya berada di atas kedua

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 134


2. METODE PENELITIAN memudahkan peneliti menjelajahi
Penelitian ini dilakukan di objek/situasi sosial yang diteliti
Kecamatan Campaka, Kabupaten (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini
Cianjur yang merupakan salah satu informan yang dipilih adalah Penyuluh
sentra produksi teh rakyat di Cianjur. Pertanian Lapangan (PPL), Kepala
Pemilihan Cianjur sebagai tempat Desa, Ketua Kelompok Tani, Tokoh
penelitian dikarenakan Cianjur memiliki Masyarakat, dan Staf Dinas Kehutanan
luas areal teh rakyat terbesar di Jawa dan Perkebunan Kabupaten Cianjur.
Barat. Sedangkan pemilihan Desa Reponden yang dipilih berjumlah 20
Sukadana karena semenjak adanya orang petani untuk membantu penulis
program Sekolah Lapangan dalam menggambarkan besaran
Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) pengeluaran dan pendapatan petani. Ke-
pada awal tahun 2000 petani di daerah 20 orang tersebut disebut responden
ini sudah mulai beralih ke pertanian yang karena hanya bisa menceritakan dirinya
ramah lingkungan. Desain yang sendiri.
digunakan untuk penelitian ini adalah Penggalian data sekunder juga
desain kualitatif, dan teknik penelitian dilakukan untuk melengkapi data primer,
yang digunakan adalah studi kasus (case yaitu dengan cara: mengumpulkan dan
study). Studi kasus adalah penelitian mempelajari data tertulis berupa
tentang peristiwa yang terjadi sekarang, dokumen-dokumen atau transkip, koran,
sedangkan objek penelitiannya hanya jurnal, bulletin, dan membuka akses
satu unit kasus, dapat berupa satuan melalui internet mencari website yang
sosial tertentu: yaitu orang-orang, satu terkait dengan penelitian ini. Data dan
keluarga, satu kelompok atau organisasi informasi yang diperoleh selanjutnya
dalam masyarakat, suatu komunitas dianalisis dengan menggunakan analisis
tertentu dan sebagainya (Rusidi, 2002). data model Miles and Huberman. Miles
Data primer diperoleh dengan dan Huberman (1984) dalam Sugiyono
melakukan wawancara dan observasi (2012) mengemukakan bahwa aktivitas
langsung di lapangan. Sumber data dalam analisis data kualitatif dilakukan
diperoleh dengan menggunakan teknik secara interaktif dan berlangsung secara
purposive sampling. Purposive sampling terus menerus sampai tuntas, sehingga
adalah teknik pengambilan sampel datanya sudah jenuh (dianalisis secara
sumber data dengan pertimbangan triangulasi). Apabila data yang diberikan
tertentu, misalnya narasumber adalah informan belum mencukupi (belum
orang yang dianggap paling tahu tentang “jenuh”), maka untuk melengkapinya
apa yang kita harapkan, atau mungkin perlu dilakukan penelusuran dengan cara
dia sebagai penguasa sehingga akan snowball sampling. Aktivitas dalam

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 135


analisis data, yaitu data reduction, data πtot = Total pendapatan Keluarga
petani
display, dan conclusion
drawing/verification. Langkah-langkah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
analisis ditunjukan pada Gambar 1.
3.1. Orientasi Petani Teh Terhadap
Green Produt
1) Penerapan Teknologi Ramah
Lingkungan
Petani teh rakyat di Desa
Sukadana sudah melakukan penerapan
teknologi ramah lingkungan. Petani
memanfaatkan bahan-bahan alami lokal
Gambar 1: Komponen dalam analisis
data (flow model) di sekitar lokasi perkebunan seperti
limbah produk pertanian dan limbah
Selanjutnya, untuk mengetahui
peternakan sebagai bahan baku
besarnya pendapatan petani dari hasil
pembuatan pupuk organik. Hal ini
penjualan pucuk teh nya dan juga
mengakibatkan limbah-limbah tersebut
kontribusi dari pendapatan terhadap
tidak menjadi sampah hingga merusak
pendapatan total keluarga, maka
lingkungan sekitar, melainkan
dianalisis dengan menggunakan rumus:
menjadikan limbah tersebut sebagai
a. Analisis Biaya dan Pendapatan
bahan utama pembuatan pupuk yang
Keterangan : selain berguna untuk tanaman juga
TC = biaya total (total cost)
TFC = biaya tetap total (total fixed bermanfaat bagi lingkungan.
cost) Penggunaan bahan lokal tersebut selain
TVC=biaya variabel total (total variable
meningkatkan efisiensi penggunaan
cost)
pupuk juga akan mengurangi dampak
Keterangan : pencemaran lingkungan yang
TR = penerimaan total (total revenue)
Y = total produksi ditimbulkan akibat pemakaian pupuk
Hy = harga jual per unit kimia secara berlebih.

Keterangan : Selain dalam pembuatan pupuk,


Pd = pendapatan usahatani petani memanfaaatkan bahan alami lokal
TR = penerimaan total
TC = biaya total dan pemanfaatan tanaman pelindung
sebagai pembasmi hama penyakit pada
b. Kontribusi Pendapatan Petani Teh:
tanaman. Penerapan teknologi ramah
lingkungan tersebut banyak dilakukan
Keterangan :
KP = Kontribusi pendapatan dari petani untuk menangani organisme
usaha tani teh (%) pengganggu tanaman (OPT).
π = Pendapatan dari usahatani teh
Pemanfaatan bahan alami lokal yaitu

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 136


dengan menggunakan musuh alami. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
Musuh alami yang dimaksud berupa dilihat bahwa dalam mengendalikan
congcorang dan ular. Makhluk-makhluk organisme pengganggu tanaman (OPT),
tersebut dapat melindungi tanaman dari petani teh rakyat di Desa Sukadana
serangan hama dan juga tidak merusak sudah menggunakan pengendalian
tanaman itu sendiri. Musuh alami hama terpadu yang terkandung dalam
tersebut didatangkan dengan membuat penyelenggaraan GAP. Para petani di
perangkap atau penarik berupa berbagai Desa ini melakukan pengendalian secara
macam bunga dan tanaman pelindung hayati dengan memanfaatkan musuh
sehingga musuh alami tersebut datang alami. Orientasi pertanian menuju Green
dan melindungi tanaman. Product dalam penerapan teknologi
Pemanfaatan tanaman pelindung ramah lingkungan sudah dilakukan oleh
dilakukan dengan menggunakan petani dengan memanfaatkan limbah
berbagai macam pohon kayu seperti pertanian dan limbah peternakan
albasiah, sune, hanee dan kayu bogor. sebagai bahan utama pembuatan pupuk
Tanaman pelindung tersebut rata-rata serta dalam mengendalikan organisme
berjumlah 200 pohon/hektar. Fungsi pengganggu tanaman dengan
tanaman pelindung itu sendiri yaitu memanfaatkan musuh alami dan
menciptakan lingkungan yang sesuai tanaman pelindung.
bagi perkembangan musuh alami. Selain 2) Kesehatan dan Kesejahteraan
Pekerja
sebagai tanaman pelindung petani juga
Praktek pertanian yang
memanfaatkan tanaman kayu tersebut
berorientasi GAP harus melindungi para
dalam meningkatkan pendapatan.
pekerjanya, yaitu dari ancaman
Berbeda dengan budidaya teh
gangguan kesehatan. Memang dalam
secara konvensional yang dilakukan
praktiknya petani tidak menggunakan
dengan banyak menggunakan bahan
sarung tangan dan masker sebagai
sintetis. Seperti diketahui budidaya
pelindung tubuh, tapi menurut mereka
konvensional banyak menggunakan
tidak digunakannya pelindung tubuh
pupuk sintetis diantaranya yaitu pupuk
dikarenakan kebun teh yang mereka
NPK secara berlebih tanpa didampingi
miliki telah menggunakan konsep GAP,
penggunaan pupuk organik sama sekali.
seperti yang mereka ungkapkan pada
Begitu pula dalam menangani OPT yang
saat wawancara, bahwa penggunaan
banyak menggunakan pupuk sintetis
pestisida sintetik sudah ditinggalkan
dalam jumlah besar tanpa
sejak lama.
memanfaatkan musuh alami OPT itu
Mereka menganggap penggunaan
sendiri sehingga akan berdampak
pestisida sintetik bukan hanya
terhadap kerusakan lingkungan.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 137


menyebabkan gangguan kesehatan bagi 3) Pencegahan atau Pengendalian
OPT
konsumen tetapi juga menimbulkan
Dalam melakukan aktivitas
dampak buruk pada kesehatan petani
pencegahan atau pengendalian OPT,
sendiri. Seperti dalam penggunaan
petani teh rakyat di Desa Sukadana
pestisida yang apabila terhirup atau
sudah meninggalkan penggunaan
terkena kulit akan menimbulkan dampak
pestisida sintetis atau kimia. Peralihan ini
buruk pada kesehatan.
sudah mulai dilakukan sejak tahun 2000
Praktek pertanian GAP yang
atau ketika dimulainya program Sekolah
dilakukan petani teh rakyat di Desa
Lapangan Pegendalian Hama Terpadu
Sukadana juga memiliki dampak positif
(SLPHT). Petani teh rakyat di wilayah ini
terhadap pendapatan mereka. Harga
menggunakan berbagai macam
pucuk teh hasil menerapkan GAP tidak
pengendalian yaitu pengendalian hayati,
jauh berbeda dari harga sebelumnya
penggunaan tanaman pelindung,
(saat budidaya secara konvensional).
pengendalian OPT secara manual dan
Tetapi melalui praktek GAP petani tidak
penggunaan pestisida nabati.
perlu mengeluarkan biaya tambahan
Petani juga cenderung lebih
untuk membeli pestisida atau pun pupuk
memilih menggunakan pestisida nabati
sintetik dalam jumlah banyak (dapat
dibandingkan dengan pestisida sintetis
menghemat hingga 70 persen).
untuk memberantas hama secara
Dalam prakteknya, petani memang
eksplosif. Pestisida nabati dibuat oleh
masih menggunakan pupuk NPK sintetik
para petani itu sendiri dari ekstrak
tapi jumlah yang digunakan sangat
tumbuhan suren dan kipait yang
sedikit (hal ini disebabkan, sulitnya
merupakan tanaman liar. Setelah
meninggalkan kebiasaan lama). Pupuk
ditumbuk dan diambil ekstraknya,
ataupun pestisida nabati yang petani
kemudian disimpan selama satu hari
gunakan merupakan hasil buatan sendiri,
penuh hingga kandungan racunnya
dan itu hanya membutuhkan biaya yang
keluar yang kemudian disemprotkan
sangat minim. Karena penggunaan
pada tanaman yang terserang hama.
pupuk yang berasal dari kotoran hewan,
Penggunaan pestisida nabati sudah tidak
maka kotoran ternak mereka dapat lebih
dilakukan dalam tiga tahun terkahir.
memiliki nilai tambah, yang akhirnya
Serangan OPT sudah dapat di tangani
dapat berdampak dalam meningkatkan
hanya dengan menggunakan
pendapatan dan kesejahteraan petani
pengendalian secara hayati dengan
yang bersangkutan.
memanfaatkan musuh alami serta
pengendalian secara manual seperti
mempercepat pemetikan, memusnahkan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 138


hama secara mekanis dengan tangan 18.000.000 per tahun, dengan jumlah
dan menggunakan tanaman pelindung. pohon teh berkisar antara 8.000 – 10.000
per ha, sedangkan yang konvensional
3.2. Kendala Petani Dalam pendapatannya berkisar Rp 1.300.000
Menghasilkan Pucuk Teh
– Rp 12.800.000 per tahun dengan
Berorientasi Green Product
jumlah pohon yang sama. Berdasarkan
1) Kontinyuitas Pembinaan dari
Pemerintah data tersebut, maka dapat dilihat bahwa,
Pendampingan yang dirasakan mutu pucuk yang berkualitas baik (akibat
petani teh rakyat di Desa Sukadana menerapkan GAP) akan dapat
masih dalam kategori kurang cukup atau memberikan harga yang lehih tinggi
jarang diperoleh petani. dibandingkan dengan petani
2) Daya tarik tanaman lain (non teh) konvensional.
Jenis tanaman lain yang memiliki
nilai ekonomi tinggi, dengan mudah 4. SIMPULAN DAN SARAN
dapat mempengaruhi petani teh untuk 4.1. Simpulan
mengganti tanaman tehnya dengan Petani di Desa Sukadana
tanaman lainnya. Sebagai contoh: Kecamatan Campaka Kabupaten
tanaman kayu-kayuan dan cabe. Hal Cianjur, sejak tahun 2000 sudah mulai
inilah yang menyebabkan semakin beralih kepertanian ramah lingkungan.
menyusutnya lahan tanaman teh di Hal itu terlihat dari cara mereka
Kabupaten Cianjur. menerapkan GAP, dan setelah mereka
menerapkan GAP beberapa manfaat
3.3. Pendapatan Petani dari Teh telah mereka rasakan, diantaranya: a)
Berorientasi Green Product
menghemat biaya perawatan tanaman
Besarnya biaya yang dikeluarkan
(dalam penggunaan pupuk dan
petani (dari 20 orang responden) dalam
pestisida), b) memperoleh nilai tambah
mengelola tanaman tehnya yaitu berkisar
dari kotoran hewan yang digunakan
antara Rp 1.600.000 – Rp 12.600.000.
untuk pupuk pengganti pupuk sintetis, c)
Sedangkan harga pucuk per kg yang
memperoleh harga jual pucuk teh yang
diterima petani adalah Rp 2.300. Harga
lebih tinggi dibandingkan dengan pucuk
ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
teh hasil budidaya secara konvensional,
harga petani teh yang konvensional,
dan d) diperolehnya pendapatan yang
yaitu berkisar antara Rp 1.600 – Rp
lebih tinggi dibandingkan dengan hasil
1.900 per kg pucuk teh. Oleh karena itu,
dari budidaya teh secara konvensonal.
maka besarnya pendapatan petani teh
Walaupun demikian dalam
yang berorientasi Green product
menerapkan GAP agar menghasilkan
berkisar antara Rp 5.000.000 – Rp
Green Product, petani teh masih

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 139


dihadapkan pada kendala: a) belum maka pemerintah perlu melindungi petani
kontinyunya pembinaan yang dilakukan dengan mengeluarkan regulasi yang
oleh pemerintah, dan b) adanya daya berpihak kepada petani
tarik lebih dari tanaman lain (non teh)
yang memiliki harga jual lebih tinggi bila 5. DAFTAR PUSTAKA
dibandingkan dengan tanaman teh. Anonim. 2012. Produksi Teh Turun
Akibat Konversi Lahan. Melalui
<http:
4.2. Saran //www.businessnews.co.id/ekonomi
-bisnis/produksi-teh-turun-akibat-
Untuk dapat meraih pangsa pasar
konversi-lahan.php> [23/3/13]
dunia, perkebunan teh rakyat harus Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi
Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
mampu menghasilkan produk (pucuk
Bahri, S. 1996. Bercocok Tanam
teh) yang bersifat Green Product. Oleh Tanaman Perkebunan Tahunan.
Yogyakarta: UGM Press.
karena itu, maka petani teh harus
Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa
mampu mengelola kebunnya dengan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dewan Teh Indonesia. 2012. Program
menggunakan konsep Good Agriculture
Perbaikan Mutu. Melalui
Practices (GAP). Kondisi tersebut di atas <http://indoteaboard.org/> [23/3/13]
Dinas Perkebunan Jawa Barat. (2006).
disebabkan adanya perubahan
Inventarisasi Pendapatan/Daya
kesadaran masyarakat di dunia akan Beli Petani Pada Perkebunan
Rakyat Di Provinsi Jawa Barat.
pentingnya kesehatan.
Dinas Perkebunan Jawa Barat. (2014).
Upaya yang dapat dilakukan untuk Kajian Pengembangan Kawasan
Agribisnis Teh Rakyat di Provinsi
mengatasi kendala yang dihadapi oleh
Jawa Barat.
petani adalah: a) pembinaan terhadap Direktorat jendral perkebunan. (2013).
Laporan Triwulan. Direktorat
petani untuk menerapkan GAP
Jendral Perkebunan.
membutuhkan waktu yang cukup lama, Dipertan Jateng. 2009. Peranan Good
Agricultural Practices dalam
karena itu harus dilakukan secara terus
Agribisnis di Indonesia. Melalui <
menerus, mengingat sudah menahunnya http: //www. magri.undip.ac.id>
[25/3/13].
mereka menggunakan kebiasaan lama
Dipertanhut. 2011. Pengertian dan
yang sulit ditinggalkan, b) pembinaan definisi yang digunakan dalam
Buku Pembakuan Statistik
tidak saja untuk kegiatan di on-farm
Perkebunan 2007 mengacu pada
tetapi juga harus sudah mengarah ke off- UU No 18 Tahun 2004 mengenai
Perkebunan serta Buku Konsep
farm untuk memotivasi mereka dalam
dan Definisi Baku Statistik
meningkatkan mutu pucuk teh nya. Oleh Pertanian. Melalui <http:
//dipertanhut. purworejokab.go.id>
karena itu, agar petani teh mandiri, maka
[23/3/13]
diperlukan bantuan dalam pengadaan Durif, F. Boivin, C. & Julien, C. 2010. In
Search of a Green Product
mesin pengolahan menjadi teh hijau,
Definition. Innovative Marketing,
dan c) untuk memotivasi petani agar mau Volume 6.
menerapkan GAP secara berkelanjutan,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 140


Edi, Gunawan. Pengendalian Organisme Wibowo, Setyo Ferry. 2011. Karakteristik
Pengganggu Tanaman (OPT) Konsumen Berwawasan
secara Hayati yang Ramah Lingkungan dan Hubungannya
Lingkungan dan Berkelanjutan. dengan Keputusan Membeli
Melalui <http:// Produk. Jurnal Ilmiah Fakultas
uripsantoso.wordpress.com> Ekonomi Universitas Negeri
[25/3/13] Jakarta
Huberman dan Miles. 1992. Analisis
Data Kualitatif. Penerjemah: Tjetjep
Rohidi. Jakarta: UI Press.
Katalog BPS. 2010. Statistik Teh
Indonesia. Badan Pusat Statistik.
Munarso, S.Joni. 2012. Kajian
Penerapan Sistem Good
Agriculture Practices dan Good
Manufacturing Practices untuk
Peningkatan Mutu dan Keamanan
Pangan Kakao dan Produk Kakao.
Kementerian Pertanian.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. 2010. Budidaya dan
Pasca Panen Teh. Kementerian
Pertanian.
Pusat Penelitian Teh dan Kina. Teknologi
Produksi Teh Organik.
Rita Hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Soewartoyo. 1992. Ensiklopedi Ekonomi,
Bisnis dan Manajemen.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sumarno. 2010. Green Agriculture dan
Green Food Sebagai Strategi
Branding dalam Usaha Pertanian.
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
Sumarwono, Kristiyo. 2012. Praktek GAP
pada Budidaya Tanaman. Badan
Diklat Provinsi Jawa Tengah.
Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian
Organik Menuju Pertanian
Alternatif dan Berkelanjutan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Tanijogonegoro. 2013. Cara Membuat
Pupuk Organik Padat.
Wahyu, Hidayat. Teknologi Produksi Teh
Organik. Pusat Penelitian Teh dan
Kina Gambung.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 141


ANALISIS KARAKTERISTIK PETERNAK SAPI PERAH
DALAM PENERAPAN GOOD DAIRY FARMING PRACTICE
(Studi Kasus Kelompok Peternak Sapi Perah di Kabupaten Subang)

Marina Sulistyati, Hermawan, Achmad Firman, dan Linda Herlina

Fakultas Peternakan - Universitas Padjadjaran


Email: marina.sulistyati@unpad.ac.id

ABSTRAK

Usaha ternak sapi perah merupakan salah satu usaha andalan subsector peternakan yang
memiliki peluang prospektif dalam kegiatan agro industry sebagai salah satu sub system agribisnis.
Namun, sampai saat usaha ini masih dikelola secara tradisional dengan pemilikan yang rendah (1-
3 ekor produktif), dampaknya produktivitas ternak pun belum optimal. Beberapa factor penyebab
rendahnya produktivitas dapat dilihat dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah
karateristik peternak seperti pendidikan, umur, pengalaman dan kosmopolitan, sementara faktor
eksternal adalah minimnya penguasaan teknologi yang dikuasai peternak atau kurang tersebarnya
(terdesiminasikan). Sejalan denganpernyataan Rakhmat (1998) bahwa secara psikologis setiap
orang mempersepsi stimuli sesuai dengan karakteristik personalnya. Newcomb et al (1981)
menjabarkan karakteristik individu meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status social
ekonomi, bangsa dan agama. Dalam penelitian ini karakteristik yang diamati meliputi umur,
pendidikan, pemilikan ternak, pendapatan rumah tangga, pengalaman beternak sapi perah, dan
kekosmopolitan. Berkaitan dengan faktor eksternal peternak, maka penerapan Good Dairy
Farming Practice (GDFP) merupakan hal yang sangat penting. Beberapa manfaat yang dapat
diraih, misalnya kesehatan sapi, biaya operasional lebih efisien, kualitas susu meningkat sehingga
harga susu menjadi lebih tinggi. GDFP merupakan standar penilaian cara-cara beternak yang baik
yang dikembangkan FAO. Kabupaten Subang diwakili Kecamatan Ciater dan Sagalaherang yang
memiliki iklim cocok untuk pengembangan sapi perah.Metode penelitian yang digunakan adalah
studi kasus dengan jumlah informan 30 orang. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif
dan analisis descriptive interpertative. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik peternak
pada dua kecamatan relatif memiliki kesamaan, namun penerapan GDFP di kecamatan Ciater
lebih baik dibandingkan kecamatan Sagalaherang.

Kata Kunci: Karaktersitik Peternak, Sapi Perah, GDFP

1. PENDAHULUAN bias memasok tidak lebih dari 20% dari


Usaha ternak sapi perah merupakan permintaan nasional, sisanya 80% berasal
salah satu usaha andalan subsector dari impor (Kementerian Perindustrian,
peternakan yang memiliki peluang usaha 2014).
yang cukup baik.Hal ini didukung oleh Tingginya peluang usaha ini perlu
kondisi geografis, ekologi, dan disertai dengan kemampuan peternak
kesuburanlahan di beberapa wilayah sebagai pengelolanya yang dapat
Indonesia yang memiliki karakteristik yang diidetifikasi berdasarkan karakteristiknya.
cocok untuk pengembangan agribisnis Karakteristik peternak merupakan
persusuan. Selain itu, dari sisi keseluruhan kemampuan yang ada pada
permintaan, produksi susu domestic peternak yang timbul dalam dirinya
masih belum bias mencukupi untuk maupun hasil dari lingkungan sosialnya
menutupi kebutuhan konsumsi dalam akan menentukan pola aktivitas usaha
negeri. Saat ini produksi domestic hanya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 142


dan berpengaruh terhadap tingkah laku Karakteristik peternak sapi perah
mereka sebagai peternak. akan merepresentasikan penerapan
Kabupaten Subang merupakan GDFP. Penerapan GDFP yang baik di
salah satu kabupaten di Jawa Barat yang kalangan peternak akan menambah
dikenal sebagai wilayah lumbung padi di tingkat pengetahuan dan pendapatan
Jawa Barat, selain Kabupaten Karawang peternak. Aspek-aspek GDFP bila
dan Indramayu. Kabupaten ini memiliki dilaksanakan dengan baik akan
potensi sumber pakan ternak yang cukup meningkatkan pendapatan peternak,
melimpah terutama dalam pemanfaatan karena penerimaan peternak erat
limbah pertanian, khususnya jerami padi. kaitannya dengan baik buruknya tata
Potensi pakan yang cukup melimpah laksana peternakan yang dijalankan oleh
tersebut merupakan salah satu modal peternak (Sudono, 2011).
bagi pengembangan ternak ruminansia Tujuan penelitian:
besar salah satunya adalah sapi perah. 1) Mengetahui dan mengkaji karakteristik
Kawasan peternakan sapi perah terdapat peternak di kecamatan Ciater dan
di wilayah kecamatan Serangpanjang, Sagalaherang.
Sagalaherang, Ciater, Jalancagak, 2) Mengkaji penerapan GDFP di
Kasomalang, Cisalak, Tanjungsiang, dan kecamatan Ciater dan Sagalaherang.
Cijambe. Penelitian ini dilakukan di
kecamatan Ciater karena dua kecamatan 2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
tersebut merupakan lokasi yang memiliki
adalah studi kasus. Studi kasus
populasi sapi perah cukup banyak. Ciater
dilaksanakan dengan wawancara
(283 ekor) dan Sagalaherang (332 ekor)
mendalam(indepth interview) yang
(Dinas Peternakan Subang, 2014).
bertujuan untuk mempelajari secara
Program yang dikembangkan
intensif latar belakang informan. Subjek
kepada peternak sapi perah di dua
pada penelitian ini adalah peternak sapi
kecamatan adalah GDFP (Good Dairy
perah sedangkan objek penelitian adalah
Farming Practice) atau tata laksana sapi
karakteristik peternak dan penerapan
perah yang baik, yang dicanangkan oleh
GDFP.
PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
Informan dipilih secara purposive
melalui FAO (Food and Agriculture) pada
dengan metode snowball, hal ini
tahun 2004. Ada tujuh aspek yang
berdasarkan pertimbangan bahwa dengan
diutamakan yaitu: higiene pemerahan,
teknik tersebut akan diperoleh informan
reproduksi ternak, kesehatan ternak,
yang representatif dan dapat diamati.
kesejahteraan ternak, nutrisi (pakan dan
Jumlah informan 30 orang, 12 orang
air minum), lingkungan, dan sosial
ekonomi.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 143


berasal dari Kecamatan Ciater dan 18 empirik terhadap permasalahan
orang dari kecamatan Sagalaherang. penelitian.
Variabel karakteristik peternak diikuti
dengan dimensi: umur peternak, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pendidikan formal dan non formal, Hasil penelitian ini dikaji
pengalaman beternak, skala pemilikan, berdasarkan variabel dalam penelitian ini
dan kosmopolitan. Variabel penerapan yaitu: karakteristik peternak dan
GDFP diikuti dengan dimensi: higiene penerapan GDFP di kecamatan Ciater
pemerahan, reproduksi ternak, kesehatan dan Sagalaherang.
ternak, kesejahteraan ternak, nutrisi dan
3.1. Karaktersitik Peternak
pakan, lingkungan serta sosial ekonomi.
Karakteristik peternak di dua
Penelitian dilakukan dengan
kecamatan menunjukkan hasil yang tidak
pendekatan kualitatif, sehingga analisis
jauh berbeda, seperti tingkat umur,
daya dilakukan dengan cara deskriptif
pendidikan formal, pengalaman beternak,
analisis yang dilakukan secara
skala pemilikan dan kosmopolitan. Uraian
“interpretative”. Proses analisis data
variabel karateristik peternak dijelaskan
dilakukan dengan pemahaman secara
pada Tabel 1.

Tabel 1. Karaktersitik Peternak Sapi Perah di Kecamatan Ciater dan Sagalaherang


Ciater Sagalaherang
No Dimensi Jumlah Jumlah
orang % orang %
1 Umur
0 – 15 tahun 0 0 0 0
16 – 65 tahun 12 100 18 100
> 65 tahun 0 0 0 0
2 Pendidikan formal
SD 12 100 11 61
SMP 0 0 5 28
SMA 0 0 2 11
3 Pengalaman beternak
< 5 tahun 3 25 17 95
5 – 10 tahun 9 75 1 5
> 10 tahun 0 0 0 0
4 Pemilikan ternak
1 – 3 ekor 7 58 5 28
4 – 6 ekor 5 42 6 33
≥ 7 ekor 0 0 7 39
5 Kosmopolitan (pelatihan)
Pernah mengikuti 7 58 15 83
Kadang-kadang 2 17 2 17
Sering 3 25 1 0

Jumlah Informan 12 18

Tabel 1 menunjukkan bahwa umur rentang usia produktif. Menurut Sujanto


informan pada kedua lokasi berada pada (1986) individu sampai usia 55 tahun

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 144


masih dapat dikatakan produktif. Hal ini Penguasaan ternak pada
menunjukkan bahwa umumnya peternak kecamatan Ciater berkisar 1-3 ekor betina
masih relative cukup kuat untuk produktif (58%), sementara Kecamatan
melakukan kegiatan beternak. Sagalaherang menyebar pada tiga skala
Berdasarkan dimensi umur, kedua pemilikan, hal ini disebabkan karena
kecamatan menunjukkan semua informan Sagalaherang pada awalnya adalah
produktif dan cukup kuat untuk melakukan petani yang kemudian juga turut
kegiatan beternak. memelihara ternak sapi perah, karena
Tingkat pendidikan formal yang didukung ketersediaan lahan yang cukup
sudah ditempuh pada kedua lokasi mereka memelihara sapi perah > 7 ekor
menunjukkan sebagian besar hanya skala tinggi (39%) dan skala sedang
sampai jenjang SD. Namun tingkat (33%).
pendidikan formal yang relatif rendah Tingkat kosmopolitan di kedua
dapat ditingkatkan melalui pendidikan kecamatan menunjukkan bahwa mereka
nonformal. hanya mengikuti pelatihan pada saat
Pengalaman beternak di kedua sosialisasi program GDFP saja, kecuali
lokasi menunjukkan perbedaan yang ketua kelompok.
cukup jauh, karena kecamatan Ciater 3.2. Penerapan GDFP
sebagian besar responden (75%) Good Dairy Farming Practice
berpengalaman 5-10 tahun, sementara (GDFP) adalah tata laksana peternakan
kecamatan Sagalaherang sebagian besar sapi perah yang meliputi segala aktivitas
responden (95%) informan teknis dan ekonomis dalam hal
berpengalaman 1-5 tahun. Pengalaman pemeliharaan sehari-hari seperti
beternak sapi perah di kecamatan Ciater reproduksi, cara dan system pemberian
rentang 5-10 tahun lebih lama pakan, sanitasi, serta pencegahan dan
mengusahakan ternak sapi perah pengobatan penyakit.Penerapan GDFP
dibandingkan kecamatan Sagalaherang, pada dua kecamatan menunjukkan masih
hal ini disebabkan oleh karena kecamatan terdapat beberapa hal yang tidak sesuai
Ciater merupakan kecamatan yang dengan standar prosedur GDFP. Uraian
peternaknya sudah lama mengusahakan GDFP ditampilkan pada Tabel 2.
sapi perah, sedangkan kecamatan Tabel 2 menunjukkan bahwa higiene
Sagalaherang termasuk daerah dataran pemerahan di kedua lokasi belum sesuai
rendah yang suhunya panas, tetapi dengan standar, artinya belum
kecamatan memiliki potensi hijauan yang menerapkan GDFP, beberapa aspek yang
cukup, sehingga pemerintah belum dilaksanakan seperti: TPK tidak
mengembangkan ternak perah di memiliki tempat untuk mencuci tangan,
kecamatan ini.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 145


ketersediaan air bersih dan belum terkontaminasi, mulai dari lingkungan
memiliki alas tidur. pemerahan, alat dan bahan yang

Tabel 2. Penerapan GDFP pada dua


digunakan, serta peternak sebagai
Kecamatan pemerah.
Sagala-
Aspek GDFP Ciater Aspek reproduksi ternak di
herang
1. Higiene Pemerahan Belum Belum
sesuai sesuai
kecamatan Ciater sudah sesuai dengan
2. Reproduksi Ternak Sesuai Belum standar GDFP, sementara kecamatan
sesuai
3. Kesehatan Ternak Belum Belum Sagalaherang belum sesuai, hal ini
sesuai sesuai
4. Kesejahteraan Ternak Belum Belum disebabkan oleh rendahnya Service per
sesuai sesuai
5. Nutrisi (pakan dan Sesuai Sesuai Conception (S/C), banyak faktor yang
minum)
menyebabkannya antara lain: ketepatan
6. Lingkungan Belum Belum
sesuai sesuai deteksi birahi, ketepatan waktu
7. Sosial Ekonomi Belum Belum
sesuai sesuai mengawinkan, kualitas semen.
Sementara faktor lainnya cukup baik.
Poin penting dalam manajemen
Peternak di Sagalaherang belum lama
kesehatan membentuk ternak yang
menjadi peternak sapi perah, karena pada
resisten terhadap penyakit, mencegah
awalnya mereka adalah petani, sehingga
masuknya penyakit ke dalam peternakan,
pengetahuan dan pemahaman mengenai
memiliki program kesehatan ternak yang
manajemen pemeliharaan sapi perah.
efektif, dan penggunaan obat-obatan serta
Aspek kesehatan ternak di dua
bahan kimia secara aman (FAO dan IDF,
kecamatan menunjukkan bahwa peternak
2011). Keduak ecamatan belum
belum memperhitungkan ketersediaan
melaksanakan aspek ini sesuai prosedur,
lahan dan pakan yang tersedia terutama
karena peternak kurang memahami
hijauan, ternak yang sakit disatukan
pentingnya kebersihan tangan sebelum
dengan ternak yang sehat. Hal tersebut
pemerahan, sehingga peternak tidak
karena pada waktu kemarau ketersedian
merasa perlu menyediakan tempat cuci
hijauan akan berkurang, sementara
tangan. Kebersihan ketika memerah
mereka tidak mengawetkan pakan. Selain
menjadi bagian yang perlu diperhatikan
itu ternak yang sakit dan sehat disatukan
peternak untuk mendapatkan kualitas
dalam satu kandang, karena keterbatasan
susu yang baik pada setiap langkah
lahan dan kandang yang dimiliki. Aspek
sebelum, saat, dan sesudah pemerahan.
kesejahteraan ternak belum dilaksanakan
Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyadi
secara optimal, contohnya: di kedua
(2004), bahwa sanitasi dan higienitas
kecamatan air minum ternak berasal dari
dalam pemerahan merupakan hal penting
air pembuangan pemandian air panas
dalam menunjang kesehatan hewan dan
Sari Ater.
menjaga air susu agar tidak

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 146


Aspek nutrisi dan pakan di karakteristik. Secara umum peternak pada
kecamatan sudah sesuai dengan rentang usia umur produktif, pendidikan
prosedur, jumlah pakan yang diberikan formal SD, pengalaman beternak cukup,
sesuai dengan kebutuhan fisiologis penguasaan ternak rendah untuk
ternak, hanya saja pemberian air minum kecamatan Ciater dan tinggi untuk
yang diberikan kepada ternaknya bukan kecamatan Sagalaherang, kosmopolitan
air bersih tapi merupakan pembuangan rendah. Karakteritik tersebut tidak
dari pemandian air panas Ciater. menentukan penerapan GDFP
Lingkungan merupakan cerminan peternakan. Penerapan GDFP di
dalam kelangsungan hidup makhluk hidup Kecamatan Ciater berdasarkan
untuk bertahan dan berkembang biak karaktersitik peternaknya lebih baik
pada suatu kondisi yang layak dibandingkan peternak di Sagalaherang,
(Natawijaya, 2000). Berdasarkan hal hal ini dilihat berdasarkan pengalaman
tersebut menunjukkan bahwa aspek peternak dalam pemeliharaan ternak sapi
lingkungan belum diperhatikan oleh perah.
peternak, seperti: membuang kotoran
langsung ke sungai dan lingkungan 4. SIMPULAN DAN SARAN
penduduk, tidak dipisahkan dan disaring, 4.1. Simpulan
kandang tidak bersih sehingga rentan 1) Karakteristik peternak di kecamatan
penyakit seperti mastitis. Aspek sosial Ciater dan Sagalaherang memiliki
ekonomi menunjukkan bahwa sebagian banyak kesamaan, meskipun terdapat
besar peternak hanya menggunakan perbedaan pada karakteristik
tenaga kerja keluarga, pekerjaan di pengalaman dan pemilikan.
kandang dilakukan tidak menggunakan 2) Penerapan GDFP di kecamatan Ciater
SOP, karena mereka tidak memiliki SOP dan Sagalaherang memiliki beberapa
secara tertulis, hanya dilakukan karena persamaan dan perbedaan.
kebiasaan. Persamaan: aspek higiene pemerahan,
kesehatan ternak, kesejahteraan
3.3. Karakteristik Peternak Sapi Perah
Pada Penerapan GDFP ternak, nutrisi, lingkungan dan sosial
Penerapan GDFP para peternak ekonomi belum optimal, sementara
berdasarkan karakteristik umur, aspek reproduksi di kecamatan Ciater
pendidikan formal, pengalaman, lebih baik dari kecamatan
penguasaan ternak dan kosmopolitan, Sagalaherang.
menunjukkan bahwa penerapan GDFP
peternak tidak ditentukan oleh 4.2. Saran
karakteristik peternak. Secara umum Meningkatkan kemampuan
peternak tidak memiliki perbedaan peternakan melalui pelatihan dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 147


penyuluhan yang berkesinambungan dan
terprogram, khususnya berkaitan dengan
aspek higiene pemerahan, karena hal ini
berkaitan dengan besarnya uang yang
diterima peternak, sesuai dengan kualitas
susu yang dihasilkan dan disetorkan.

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada Dinas Peternakan
Kabupaten Subang yang memberikan
kesempatan kepada kami untuk meneliti
peternak sapi perah. Kepada para
peternak yang sudah meluangkan
waktunya untuk menjawab pertanyaan
yang kami sampaikan.

6. DAFTAR PUSTAKA
Dinas Peternakan Kabupaten Subang.
2014. Laporan Tahunan. Dinas
Peternakan Kabupaten Subang.
FAO, IDF. 2011. Good Dairy Farming
Practice. Available at
http://www.fao.org (diakses pada
tanggal 16 Januari 2017).
Mulyadi, H. 2004. Ilmu Produksi Ternak
Perah. Cetakan 1. Surakarta: LPP
UNS Press.
Natawijaya. 2000. Ilmu Pengetahuan
Lingkungan Hidup. Surabaya: PT.
SPKM.
Newcomb, T.M. 1981. Psikologi Sosial.
Diterjemahkan oleh Tim Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia.
Cetakan kedua. Bandung: CV.
Dipenogoro.
Rakhmat, Jalaludin. 1989. Psikologi
Komunikasi. Jakarta: CV
Rosdakarya.
Sudono, A. 2011. Beternak Sapi Perah
Secara Intensif. Jakarta: Agromedia
Pustaka.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 148


ANALISIS PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH
MELALUI PENJUALAN TEBASAN DAN NON TEBASAN
DI KABUPATEN CIREBON - JAWA BARAT

Maspur Makhmudi

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor


Email: maspurmakhmudi5@gmail.com

ABSTRAK

Sentra produksi bawang merah di Indonesia diantaranya adalah Kabupaten Cirebon dengan
produksi 14.976 ton tahun 2014 (1,21%) dari total produksi bawang merah nasional 1.233.984 ton
tahun 2014 (Ditjen Hortikultura Kementan, 2015). Namun keadaan tersebut masih belum
memberikan penghasilan pendapatan yang wajar bagi petani karena disamping biaya dalam
usahatani tinggi, juga fluktuasi harga jual produk disebabkan permainan harga oleh para
pedagang. Solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah menjual produknya dengan cara
tebasan. Tujuan penelitian: (1) mengetahui struktur komponen biaya produksi usahatani bawang
merah; (2) mengetahui perbedaan pendapatan bersih (profit) usahatani bawang merah; (3)
mengetahui perbandingan tingkat pengembalian (Rate of return) penjualan tebasan dan
nontebasan usahatani bawang merah. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli - September 2016.
Penetapan dan pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) komponen biaya tertinggi dari input produksi dalam usahatani
bawang merah adalah sarana produksi Rp 77.903.526,- /Ha (65,45%) diantaranya biaya bibit Rp
65.311.167,-/Ha (54.85%) dari total biaya input produksi Rp 119.065.196,-; sedangkan biaya upah
tenaga kerja Rp34.219.432,-/Ha (28,74%), dan jasa Rp 6.942.238,-/Ha (5,81%); (2) perbedaan
pendapatan bersih (profit) dalam satu siklus proses produksi bawang merah diketahui penjualan
nontebasan Rp 33.227.308,- atau ˃28,51% dari penjualan tebasan Rp 25.856.056,-; (3)
perbandingan tingkat pengembalian (Rate of return)(R) penjualan tebasan ke nontebasan adalah
0,66 diartikan penambahan total keuntungan bersih (ΔNI) berbanding dengan penambahan total
biaya tunai (ΔC) penjualan tebasan tidak mempunyai peluang untuk dilanjutkan, namun sebagian
besar petani (80%) masih tetap bertahan melakukan penjualan produknya secara tebasan.

Kata Kunci: Bawang merah, Pembiayaan, Pendapatan petani, Penjualan tebasan, nontebasan
1. PENDAHULUAN mengatasi masalah tersebut adalah petani
Berdasarkan data base bahwa melakukan penjualan hasil produknya
produksi bawang merah di Kabupaten dengan cara tebasan dan nontebasan.
Cirebon tahun 2014 tercatat 14.976 ton Penelitian dilaksanakan dengan
(BKP5K Kabupaten Cirebon, 2015) atau tujuan untuk: (1) Mengetahui struktur
menyumbang produksi berjumlah 1,21% komponen biaya input produksi dalam
dari total produksi bawang merah nasional proses produksi usahatani bawang merah,
tahun 2014 tercatat 1.233.984 ton. (2) Mengetahui selisih pendapatan bersih
Namun keadaan tersebut masih (profit) dalam proses produksi usahatani
belum memberikan penghasilan bawang merah, dan (3) Mengetahui
pendapatan yang wajar bagi petani perbandingan tingkat pengembalian (Rate
karena disamping biaya tinggi, juga of return) dalam proses produksi
fluktuasi harga yang disebabkan usahatani bawang merah melalui
permainan dari pedagang. Solusi untuk penjualan tebasan dan nontebasan.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 149


2. METODE PENELITIAN Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Menurut
Klaster Tebasan dan Nontebasan
Penentuan lokasi penelitian
Non
Lokasi Kecamatan Tebasan
kecamatan di Kabupaten Cirebon, Jawa Tebasan
dan Desa
N n N n
Barat menggunakan teknik “purposive” Kecamatan Pabedilan
berdasarkan kriteria target sasaran - Desa Pabedilan
86 4 60 3
produksi bawang merah mencapai Wetan

≥4.000 ton dalam bulan Januari sd. Juni - Desa Silih Asih 144 7 96 4
Kecamatan Gebang
2016. Dengan demikian ditetapkan 2
- Desa Gebang 120 5 80 4
kecamatan yaitu Kecamatan Pabedilan
- Desa Gebang Udik 32 2 22 1
dan Gebang yang mentargetkan sasaran
produksi bawang merah masing-masing Total 382 18 258 12
Sumber: data terolah, 2016
berjumlah 5.236 ton (34,96%), dan 4.804
ton. (32,08%) dari total produksi bawang Analisis data menggunakan
merah tahun 2014 Kabupaten Cirebon pendekatan statistic deskriptif (descriptive
berjumlah 14.976 ton. statistics). Sedangkan analisis struktur
Penetapan lokasi desa di komponen biaya menggunakan
Kecamatan Pabedilan dan Kecamatan pendekatan analisis biaya. Untuk
Gebang berdasarkan kriteria sasaran menganalisis beda/selisih pendapatan
produksi tertinggi pada tahun 2016 atau bersih (profit) dihitung berdasarkan rumus
berada pada posisi dua besar, sehingga (Adiyoga et al,1985):
ditetapkan Desa Pabedilan Wetan, dan ΔP = Pyang melakukan penjualan secara tebasan –
Desa Silih Asih di Kecamatan Pabedilan , Pyang melakukan penjualan secara non tebasan
dan Desa Gebang serta Desa Gebang dimana: ΔP>0
Udik di Kecamatan Gebang. P = PK – BT
Populasi penelitian adalah petani Untuk mengetahui perbandingan
gabungan tebasan dan nontebasan tingkat pengembalian (Rate of return)
berjumlah 460 orang yang diantaranya menggunakan analisis anggaran parsial
ditetapkan dan dipilih sebagai sampel 30 sebagai berikut (Basuki, 2009):
orang dengan menggunakan teknik NI = ΔTR - ΔVC
“cluster random sampling” (Sugiyono, R=ΔNI/ ΔVC
2010) dengan rumus: dimana:
TR = Penerimaan total (Rp/ha) = hasil
f1 ;dimanaNi= fi x n
(kg/ha) x harga hasil (Rp/kg).
VC = Total biaya berubah (Rp/ha) =
Hasil perhitungannya tersaji dalam
kuantitas input yang digunakan
Tabel 1. (unit/ha x harga input ( Rp/unit).
NI = Pendapatan = penerimaan total –
total biaya berubah Δ= Selisih,
perbedaan atau perubahan.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 150


R = Rate of return (tingkat pengembalian) 1800 Kg/Ha atau reratanya 1.531 Kg/Ha,
Kriteria pengambilan keputusan: dan harga bibit antara Rp 30.000,- sd Rp
a) Jika NI tetap sama atau lebih rendah, 55.000,-/Kg atau rerata harganya Rp
cara penjualan tebasan akan ditolak. 42.778,-/Kg; (b) jenis pupuk yang
b) Jika NI naik dan VC tetap sama atau digunakan adalah pupuk organik (kompos)
lebih rendah, maka cara penjualan dan pupuk anorganik (urea,
tebasan mempunyai peluang TSP/SP36,NPK, KCl, ZA, DAP, dan
dilanjutkan. truper).
c) Jika NI dan VC naik, dihitung nilai R. 3) Biaya Jasa
Jika nilai r ≥ 1,0 maka cara penjualan Rerata biaya jasa sewa tanah dan
tebasan mempunyai peluang sewa penerangan listrik PLN. Berdasarkan
dilanjutkan. hasil perhitungan diketahui biaya sewa
tanah dan sewa penerangan listrik
3. HASIL DAN PEMBAHASAN gabungan tebasan dan nontebasan adalah
Biaya input produksi meliputi: Rp 6.942.238,-/Ha dengan rincian rerata
1) Biaya Upah Tenaga Kerja biaya sewa tanah berjumlah Rp
Rerata biaya upah tenaga kerja 5.878.376,- dan biaya sewa penerangan
gabungan tebasan dan nontebasan listrik PLN berjumlah Rp 1.063.862,-/Ha.
diketahui Rp 34.219.432,-/Ha dengan Dengan demikian, maka struktur
rincian: (a) biaya pengolahan tanah Rp komponen biaya input produksi dalam
16.761.725,-/Ha. (b) biaya pemeliharaan proses produksi usahatani bawang merah
tanaman Rp 10.943.124,-/Ha. Biaya seperti tersaji dalam Tabel 2.
penyiraman Rp 16.761.724,-/Ha, dan Bahwa diantara rerata biaya input
biaya pemanenan petani nontebasan Rp produksi yang dominan adalah biaya
6.514.583,-/Ha. sarana produksi (65,45%) dan
2) Biaya Sarana Produksi diantaranya yang paling dominan adalah
Rerata biaya sarana produksi biaya bibit Rp 65..311.167,-/Ha (83,84%)
gabungan tebasan dan nontebasan terhadap total biaya sarana produksi
diketahui Rp 77.903.526,-/Ha terincian berjumlah Rp 77.903.526,-/Ha atau lebih
biaya pembelian bibit = Rp Rp tinggi (54.85%) terhadap total rerata biaya
65.311.167,-/Ha, pupuk = Rp 494.570,- dalam proses produksi usahatani bawang
/Ha, dan obat-obatan = Rp 12.097.789,- merah berjumlah Rp 119.065.196,-/Ha.
/Ha. Hasil temuan penelitian ini selaras dengan
Berdasarkan jenis, jumlah, dan informasi dari sebagian besar petani
harga bawang merah adalah: (a) seluruh responden (60,4%) yang mengeluh
petani responden (100%) menggunakan terhadap masalah harga bibit yang tinggi
Bima Curut, jumlah bibit berkisar 1400 -

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 151


dikarenakan harga ditetapkan secara (Rate of Return) (R) seperti tersaji dalam
sepihak oleh para pihak pedagang. Tabel 3.

Tabel 2. Struktur Komponen Biaya Input


Produksi Menurut Petani Gabungan
Sebagian besar petani (83%)
(Tebasan dan Nontebasan) dalam menyatakan bahwa harga komoditi
Proses Produksi Bawang Merah di
Kabupaten Cirebon Tahun 2016 bawang merah pada bulan Januari – Mei
Rerata Biaya Menurut 2016 adalah >Rp 10.000,-/Kg, sehingga
Petani Responden
Komponen Input pendapatan bersih (profit) dari
Gabungan (Tebasan
Produksi
dan Non Tebasan)
Rp/Ha % nontebasan Rp 33.227.308,-/Ha, dan
I. Upah Tenaga Kerja: tebasan Rp 25.856.056,-/Ha yang
Pengolahan Tanah 16.761.725 14,08
Pemeliharaan 10.943.124 9,19 menggambarkan petani mendapatkan
Pemanenan 6.514.583 5,47
Total (I) 34.219.432 28,74 keuntungan secara wajar Hal tersebut
II. Sarana Produksi:
Bibit 65.311.167 54,85 selaras dengan informasi dari sebagian
Pupuk 494.570 0,42
Obat-obatan 12.097.789 10,16 besar pedagang responden (75%)
Total (II) 77.903.526 65,45
III. Jasa:
menyatakan secara umum harga komoditi
Sewa Tanah bawang merah stabil dan memberikan
Garapan 5.878.376 4,94
Sewa Penerangan keuntungan bagi petani secara wajar.
Listrik PLN 1.063.862 0,89
Total (III) 6.942.238 5,81 Namun demikian perbandingan tingkat
Total ( I+II+III) 119.065.196 100,00
Sumber : Data terolah, 2016
pengembalian (rate of return)( R ) adalah
0,66 artinya bahwa penambahan total
Beda pendapatan bersih (profit) dan kentungan bersih (ΔNI) berbanding
Perbandingan Tingkat Pengembalian
(rate of return) dengan penambahan total biaya tunai

Hasil analisis Pendapatan dan (ΔC) melalui penjualan tebasan tidak

Perbandingan Tingkat Pengembalian mempunyai peluang untuk dilanjutkan.

Tabel 3. Pendapatan dan Perbandingan Tingkat Pengembalian (Rate of Return)(R) dari Cara
Penjualan NonTebasan Ke Tebasan Dalam Budidaya Bawang Merah Di Kabupaten Cirebon
Cara Penjualan
Uraian
Non tebasan Tebasan
I. Hasil Panen/Produksi:
Bobot(Kg/Ha) 12.275 -
Harga(Rp/Kg) 12.583,- -
Total Penerimaan(Rp/Ha)(TR) 154.460.417,- 135.998.461,-
II. Biaya Input Produksi (Rp/Ha):
Upah Tenaga Kerja 35.054.695,- 26.869.186,-
Sarana Produksi 79.459.167,- 76.107.996,-
Jasa 6.719.247,- 7.165.223,-
Total Biaya II (Rp/Ha) 121.233.109,- 110.142.405,-

III. Pendapatan/Keuntungan (profit)(Rp/Ha) 33.227.308,- 25.856.056,-


Perbandingan Tingkat Pengembalian (Rate of Return)(R) 0,66
Sumber: Data terolah, 2016

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 152


4. SIMPULAN DAN SARAN 25.856.056,- sedangkan perbandingan
4.1. Simpulan tingkat pengembalian (rate of return)(R)
1) Rerata produksi bawang merah 12,275 penjualan tebasan ke nontebasan
Ton/Ha periode musim tanam antara adalah 0,66 artinya penambahan total
bulan November 2015 – Mei 2016 kentungan bersih (ΔNI) berbanding
dihasilkan petani gabungan (tebasan dengan penambahan total biaya
dan nontebasan) di Kecamatan produksi (ΔC) melalui penjualan
Pabedilan dan Kecamatan Gebang tebasan tidak mempunyai peluang
Kabupaten Cirebon katagori baik atau untuk dilanjutkan.
melebihi target produksi bawang merah 4) Pada umumnya petani bawang merah
yang ditetapkan oleh pemerintah sekitar 80 persen masih tetap bertahan
Kabupaten Cirebon sebesar 10,46 melakukan penjualan produknya
Ton/Ha. Sedangkan rerata harga secara tebasan.
penjualannya sebesar Rp 12.583,-/Kg 4.2. Saran
˃ RP 10.000,- artinya petani Dalam upaya mewujudkan
memperoleh pendapatan/ keuntungan ketahanan pangan nasional diantaranya
bersih secara wajar. adalah komoditi bawang merah, maka
2) Struktur biaya produksi bawang merah perlunya keberpihakan kepada petani dari
yang dominan adalah biaya sarana berbagai pihak utmanya pemerintah
produksi Rp 77.903.526,-/Ha atau seperti memperluas fasilitasi pinjaman
65,45% dari total biaya input produksi modal usaha dengan bunga rendah dan
Rp 119.065.196,-/Ha, dan diantara persyaratan mudah melalui lembaga
biaya sarana produksi yang dominan keuangan diantaranya BRI, Bank
adalah biaya pembelian bibit Rp Pembangunan Daerah, juga pemberian
65..311.167,-/Ha atau 54.85% dari bantuan jaminan asuransi sebagaimana
total biaya input produksi yang pemberian bantuan asuransi usahatani
mengindisikan secara terstruktur padi dan lainnya.
petani dihadapkan pada permasalahan
biaya pembelian bibit dengan harga 5. DAFTAR PUSTAKA
tinggi karena permainan dari para Adiyoga, W. & Ameriana, M. 1985.
“Perbandingan keuntungan
pedagang.
usahatani kentang berdasarkan
3) Pendapatan/ keuntungan bersih musim tanam”, J. hort. vol. 24. no. 4.
hlm. 357.
(profit) usahatani bawang merah dalam
Badan Ketahan Pangan Dan Pelaksana
satu siklus produksi sekitar 56 hari Penyuluhan Pertanian, Perikanan
Dan Kehutanan Kabupaten Cirebon
diketahui penjualan nontebasan Rp
.2015. Data base penyuluhan
33.227.308,- atau ˃28,51% dari pertanian, perikanan, dan
kehutanan.
penjualan tebasan berjumlah Rp

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 153


Basuki, R.S. 2010. Sistem Pengadaan
Dan Distribusi Benih Bawang Merah
pada Tingkat Petani di Kabupaten
Brebes. J. Hort. vol. 20. No. 2. 2010.
Basuki,RS. & Koster,W. 1991.
Identification of farmers' problems as
a basis for development of
appropriate technology: a case
study on shallot production, acta
hort. (ISHS) 270, hlm 161-170, J.
Hort. vol. 24. No. 3. 2014
Basuki,RS. 2009. “Analisis kelayakan
teknis dan ekonomis teknologi
budidaya bawang merah dengan
benih biji botani dan benih umbi
tradisional”, J. Hort. vol. 25. no. 2.
hlm. 184.
Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Panen,
Produksi, dan Produktivitas Bawang
Merah, 2009 – 2013, J. Hort. vol. 24.
No. 3. 2014.
Daniel,M. 2004. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.
Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013.
Impor dan ekspor sayuran tahun
2012, J. Hort. vol. 24. No. 3. 2014.
DISTANBUNNAKHUT Kabupaten
Cirebon. 2016. Sasaran Intensifikasi
Sayuran dan Buah-Buahan
(Sasaran Sementara) Tahun 2016.
Kartasapoetra, G. Kartasapoetra, R.G.
Kartasapoetra, A.G .1986. Marketing
produk pertanian dan industri. Bina
Aksara Jakarta.
Kotler,P.2005. Manajemen Pemasaran.
Edisi Bahasa Indonesia. Edisi
Kesebelas, Jilid 1. PT. Indeks
Kelompok Gramedia.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 154


PENGARUH KOMBINASI PUPUK N, P, K DENGAN PUPUK HIJAU TERHADAP
BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH pH, K-dd, KTK DAN HASIL TANAMAN PAKCOY
(Brasica rppassica rL.) PADA ULTISOLS JATINANGOR

Maya Damayani, Eso Solihin, Anni Yuniarti, Teguh Fahrurozi

Universitas Padjadjaran, Jatinangor, 45363


Email: esosolihin@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk NPK dan pupuk hijau terhadap
kandungan pH, K-dd, Kapasitas Tukar Kation (KTK) serta hasil pakcoy (Brassica rapa L.).
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai dengan Agustus 2015 di kebun
percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 7 kombinasi perlakuan dengan ulangan
sebanyak 3 kali.sedang analisis data menggunakan analisis varians dan dilanjutkan dengan uji
Duncan pada tingkat signifikasi 5 %. Hasil percobaan menunjukan pemberian pupuk NPK dan
pupuk hijau berpengaruh terhadap pH, k-dd, KTK dan hasil pakcoy pada Ultisols Jatinangor.
Kombinasi yang terbaik terhadap hasil pakchoy terdapat pada pelakuan C (0,5 dosis pupuk NPK +
-1
5 ton ha Tithonia diversifolia) karena kombinasi ini dapat mengurangi dosis pupuk NPK
-1
(Anorganik) dan tidak berbeda dengan perlakuan B (1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha Tithonia
-1
diversifolia) dan D (1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha Chromolaena odorata).

Kata kunci: hasil pakchoy, pupuk NPK, pupuk hijau, ultisol

1. PENDAHULUAN kimia yang kurang baik pada Ultisols


Ultisols merupakan salah satu ordo
seperti KTK, dan K-dd dapat menjadi
tanah yang mempunyai luas hingga
faktor pembatas bagi pertumbuhan
mencapai 45.794.000 ha, tanah ini
tanaman karena akan mengakibatkan
tersebar di berbagai pulau di Indonesia
pertukaran kation-kation tanah menjadi
yaitu di pulau Kalimantan sekitar
terhambat sehingga ketersediaan hara
21.938.000 ha, di Sumatera sekitar
bagi tanaman terganggu.
9.469.000 ha dan Jawa 1.172.000 ha
Untuk meningkatkan produktivitas
(Subagyo dkk., 2004). Upaya
Ultisols dapat dilakukan dengan beberapa
pemanfaatan Ultisols untuk lahan
carasalah satunya melalui penambahan
pertanian memiliki sebuah kendala yang
bahan organik pada tanah. Menurut
diakibatkan oleh sifat kimianya yang
Atmojo (2003) penambahan bahan
kurang baik. Notohadiprawiro (2006)
organik pada tanah akan berpengaruh
menyatakan beberapa kendala utama
terhadap kesuburan kimia tanah antara
pemanfaatan Ultisols bagi budidaya
lain terhadap KTK, KTA, pH tanah, dan
tanaman ialah rendahnya pH, sementara
terhadap unsur hara dalam tanah.
itu Menurut Subagyo, dkk (2000)
Penambahan bahan organik yang
mengatakan bahwa pada tanah ultisol
diberikan menggunakan pupuk organik
jumlah basa-basa dapat tukar rendah
salah satu contohnya yaitu pupuk hijau.
seperti kandungan K-dd hanya berkisar 0-
Pupuk hijau adalah pupuk organik
0,1 me/100 g disemua lapisan tanah.Sifat
yang berasal dari tanaman yang dapat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 155


diberikan pada saat masih muda dan terhadap pH, K-dd, KTK dan hasil pakcoy
segar (Soemarno, 2012). Pupuk hijau pada Ultisols Jatinangor dan sebagai
merupakan salah satu cara pemberian salah satu cara untuk meningkatkan
bahan organik yang murah dan produktivitas tanah yang berbasis ramah
bermanfaat dalam meningkatkan lingkungan dan berkelanjutan.
kesuburan tanah. Contoh dari pupuk hijau
antara lainTithonia diversifolia, Kirinyuh 2. METODE PENELITIAN
dan Azolla. Percobaan dilaksanakan di rumah
Penggunaan pupuk organik memiliki kaca yang berlokasi di Lahan Percobaan
dampak yang baik dikarenakan dapat Ciparanje, Fakultas Pertanian Universitas
menambah bahan organik dan dapat Padjadjaran, yang terletak pada
meningkatkan kualitas tanah. Sumarni ketinggian tempat ± 724 m di atas
(2008) dalam Damanik (2009) melaporkan permukaan laut. Percobaan dilaksanakan
bahwa penggunaan pupuk hijau hanya dari bulan Juni sampai dengan Agustus
dapat mensubtitusi pupuk anorganik 2015. Tanah yang digunakan adalah
(NPK) dalam waktu yang singkat dan tidak Ultisol asal Jatinangor, kabupaten
dapat meningkatkan produktivitas Sumedang propinsi Jawa Barat.
tanaman. Oleh karena itu perlunya Percobaan ini dilaksanakan dengan
kombinasi penggunaan pupuk hijau dan menggunakan Rancangan Acak
pupuk urea, SP-36, ataupun KCl yang Kelompok (RAK) dan 18 perlakuan
diharapkan dapat meningkatkan dengan tiga kali ulangan sehingga total
kesuburan tanah terutama meningkatkan perlakuan berjumlah 54.Percobaan
ketersediaan hara bagi tanaman. dilaksanakan menggunakan rancangan
Pakcoy (Brassica chinensis L.) perlakuan berupa berbagai kombinasi
adalah salah satu sayuran daun yang perlakuan Pupuk Hijau dan Pupuk NPK
banyak dikonsumsi oleh masyarakat dengan tanah Ultisol asal Jatinangor yang
Indonesia dalam bentuk masih segar. terdiri dari 18 perlakuan yaitu :A = Kontrol
Sayuran yang dikonsumsi daunnya ini ( Tanpa pupuk hijau dan tanpa pupuk N,
memiliki daya jual yang tinggi, terbukti P, K), B = 1 dosis pupuk N,P,K + 5 ton ha-
1
sayuran ini memiliki permintaan pasar Tithonia diversifolia, C = 0,5 dosis pupuk
impor maupun ekspor tetapi produksi N,P,K + 5 ton ha-1 Tithonia diversifolia, D
pakcoy di Indonesia masih sangat rendah = 1 dosis pupuk N,P,K + 5 ton ha-1
yaitu mencapai 9,91 t ha-1 (Badan Pusat Chromolaena odorata , E = 0,5 dosis
Statistik, 2014). pupuk N,P,K + 5 ton ha-1 Chromolaena
Berdasarkan uraian tersebut maka odorata, F = 1 dosis pupuk N,P,K + 5 ton
diperlukan penelitian mengenai pengaruh ha-1 Azolla, G = 0,5 dosis pupuk N,P,K + 5
berbagai kombinasi pupuk hijau dan NPK ton ha-1 Azolla.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 156


Analisis data percobaan dengan yang kandungan liatnya tinggi seperti
menggunakan metode linear Rancangan Ultisol akan mempunyai sifat penyangga
Acak Kelompok dan disusun analisis sidik yang tinggi, sehingga diperlukan kompos
ragam Rancangan Acak Kelompoknya, untuk dapat meningkatkan pH tanah.
kemudian pengujian perbedaan pengaruh Perlakuan B (1 dosis pupuk NPK + 5
rata-rata perlakuan dilakukan dengan ton ha-1Tithonia diversifolia) memiliki nilai
analisis ragam. Apabila dengan analisis pH tanah 6,8 tertinggi dari seluruh
ragam terdapat perlakuan yang perlakuan dan berpengaruh nyata dengan
berpengaruh nyata, maka dilanjutkan kontrol dalam peningkatan pH tanah pada
dengan uji lanjut jarak berganda Duncan Ultisols Jatinangor, sedangkan pada
pada taraf 5%. perlakuan D (1 dosis pupuk NPK + 5 ton
ha-1Chromolaena odorata) berbeda nyata
3. HASIL DAN PEMBAHASAN dengan kontrol namun tidak berbeda
3.1. pH Tanah nyata dengan perlakuan C (0,5 dosis
Hasil Analisi pH (H2O) pada tanah pupuk NPK + 5 ton ha-1 Tithonia
yang diberikan pupuk NPK dan pupuk diversifolia), perlakuan E (0,5 dosis pupuk
hijau memberikan pengaruh nyata NPK + 5 ton ha-1Chromolaena odorata)
terhadap pH tanah pada perlakuan B (1 dan perlakuan F (1 dosis pupuk NPK + 5
dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Tithonia ton ha-1Azolla), tetapi pada perlakuan G
diversifolia), dibandingkan dengan (0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Azolla)
kontrol.Hal ini terjadi karena kadungan tidak berbedan nyata dengan kontrol.
bahan organik yang diberikan oleh pupuk
hijau sehingga mampu meningkatkan pH
tanah.menurut Tisdale et al (2005) tanah

Tabel 1. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk NPK dan Dosis Pupuk Hijau pada Ultisols
terhadap pH Tanah
Perlakuan pH
A = Kontrol (Tanpa Pupuk) 6,08a
B = 1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Tithonia diversifolia 6,80c
C = 0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1 Tithonia diversifolia 6,29ab
D = 1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Chromolaena odorata 6,39b
E = 0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Chromolaena odorata 6,17ab
F = 1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Azolla 6,20ab
-1
G = 0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha Azolla 6,15a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak
berganda Duncan pada taraf 5%.

Menurut Suntoro (2001) seperti ultisol mampu meningkatkan pH


pemberian bahan organik yang belum tanah dan menurunkan Al tertukar tanah,
masak atau dalam proses dekomposisi karena asam-asam organik hasil
seperti pupuk hijau pada tanah masam dekomposisi akan mengikat Al

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 157


membentuk senyawa komplek, sehingga dapat memberikan bahan organik dan
Al-tidak terhidrolisis lagi. Pengaruh pH unsur hara ke dalam tanah. Perlakuan
tanah terhadap pertumbuhan tanaman dengan pemberian pupuk hijau
secara tidak langsung melalui Chromolaena odorata menunjukkan
pengaruhnya terhadap kelarutan dan peningkatan KTK yang lebih tinggi
ketersediaan hara bagi tanaman, hal ini dibandingkan dengan pupuk hijau yang
dikarenakan sejumlah proses kelarutan lain.KTK memiliki hubungan yang erat
hara pada tanah dipengaruhi oleh pH dengan kesuburan tanah, tanah dengan
(Hardjowigeno, 2010). KTK yang tinggi mampu menyerap dan
Kapasitas Tukar Kation Tanah menyediakan unsur hara yang lebih baik
Perubahan kapasitas tukar kation dengan cara mengikat unsur hara oleh
(KTK) tanah Ultisols akibat pemberian permukaan koloid tanah dan mencegah
dosis pupuk NPK dan dosis pupuk hijau dari pencucian, sehingga dapat menjaga
memberikan pengaruh yang nyata dalam ketersediaan unsur hara di tanah bagi
peningkatan KTK tanah, jika dibandingkan tanaman(Hardjowigeno, 2010).Hasil
dengan kontrol. Pada penelitian ini nilai analisis statistik pengaruh kombinasi dosis
KTK yang tertinggi terdapat pada pupuk NPK dan dosis pupuk hijau
perlakuan D (1 dosis pupuk NPK + 5 ton terhadap kapasitas tukar kation tanah
ha-1Chromolaena odorata) dengan nilai dapat dilihat pada Tabel 2.
25,44 cmol kg-1. Pemberian pupuk hijau ini

Tabel 2. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk NPK dan Dosis Pupuk Hijau pada Ultisols
terhadap Kapasitas Tukar Kation
Perlakuan KTK (cmol kg-1)
A = Kontrol (Tanpa Pupuk) 22,56a
B = 1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Tithonia diversifolia 23,22abc
C = 0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1 Tithonia diversifolia 22,99ab
-1
D = 1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha Chromolaena odorata 25,44d
E = 0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Chromolaena odorata 24,52cd
F = 1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Azolla 24,22bcd
-1
G = 0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha Azolla 23,11abc
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak
berganda Duncan pada taraf 5%

Nilai KTK pada perlakuan D (1 dosis NPK + 5 ton ha-1Chromolaena odorata)


pupuk NPK + 5 ton ha-1Chromolaena dikarenakan dengan pengurangan pupuk
odorata) memiliki nilai KTK yang tertinggi anorganik (NPK) yang tidak meingkatkan
lebih tinggi dengan yang lain, terutama KTK tanah yang tidak berbeda jauh, hal ini
dengan perlakuan E (0,5 dosis pupuk dikarenalan sebagian kation-kation basa

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 158


hasil dekomposisi bahan organik diserap dalam tanah dapat dipengaruhi oleh koloid
tanaman sehingga KTK dalam tanah tanah, pH tanah, tektur tanah, kandungan
menjadi rendah sehingga penggunaan bahan organik pada tanah dan
pelakuan E (1 dosis pupuk NPK + 5 ton pemupukan (Hardjowigeno, 2010).
-1
ha Chromolaena odorata) dinilai lebih Kalium Dapat Dipertukarkan (K-dd)
efesien dalam hal pemupukan yang Pemberian kombinasi dosis pupuk NPK
mampu meningkatkan nilai dari KTK tanah dan dosis pupuk hijau berpengaruh nyata
tersebut. terhadap ketersediaan K-dd dalam tanah
Peningkatan KTK tanah diakibatkan terlihat pada perlakuan B (1 dosis pupuk
penambahan bahan organik dalam tanah NPK + 5 ton ha-1Tithonia diversifolia) dan
dikarenakan pelapukan bahan organik perlakuan D (1 dosis pupuk NPK + 5 ton
akan menghasilkan humus yang ha-1Chromolaena odorata). Hasil analisis
permukaannya mempunyai kemampuan pengaruh kombinasi dosis pupuk NPK
dapat menahan unsur hara agar tidak dan dosis pupuk hijau terhadap K-dd
mudah tercuci. Faktor yang dapat dalam tanah dapat dilihat dalam Tabel 3.
mempengaruhi peningkatan dari KTK

Tabel 3. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk NPK dan Dosis Pupuk Hijau pada Ultisols
terhadap Kalium dapat dipertukarkan
KTK
Perlakuan
(cmol kg-1)
A = Kontrol (Tanpa Pupuk) 0,24bc
B = 1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Tithonia diversifolia 0,25c
-1
C = 0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha Tithonia diversifolia 0,21abc
D = 1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Chromolaena odorata 0,25c
-1
E = 0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha Chromolaena odorata 0,24bc
-1
F = 1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha Azolla 0,17ab
G = 0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Azolla 0,16a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak
berganda Duncan pada taraf 5%

Faktor kecilnya kalium dapat mempunyai nilai tertinggi adalah


ditukarkan dalam tanah diduga perlakuan B (1 dosis pupuk NPK + 5 ton
disebabkan oleh hilangnya K-dd diserap ha-1Tithonia diversifolia) dan D (1 dosis
oleh tanaman.Menurut Hardjowigeno pupuk NPK + 5 ton ha-1Chromolaena
(2010) kalium dalam tanah cenderung odorata) yaitu sama-sama2,5 cmol kg-1.
diambil oleh tanaman jauh lebih banyak Hasil Tanaman Pakcoy
dari yang dibutuhkan tetapi tidak Hasil panen tanaman pakcoy pada
menambah produksi. Dapat dilihat bahwa penelitian ini yang diberikan kombinasi
nilai K-dd dari keseluruhan yang dosis pupuk NPK dan dosis pupuk hijau

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 159


menunjukkan pengaruh peningkatan hasil pupuk NPK dan dosis pupuk hijau
tanaman pakcoy terhadap kontrol tetapi terhadap hasil tanaman pakcoy pada
tidak berbeda nyata terhadap tiap bobot segar total dilihat pada Tabel 4.
perlakuan. Pengaruh kombinasi dosis

Tabel 4. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk NPK dan Dosis Pupuk Hijau pada Ultisols
terhadap Bobot Segar Total
Perlakuan Hasil (g tanaman-1)
A = Kontrol (Tanpa Pupuk) 79,70a
B = 1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Tithonia diversifolia 207,43b
C = 0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1 Tithonia diversifolia 176,03b
D = 1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Chromolaena odorata 187,92b
E = 0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Chromolaena odorata 161,77b
F = 1 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Azolla 171,40b
G = 0,5 dosis pupuk NPK + 5 ton ha-1Azolla 168,07b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak
berganda Duncan pada taraf 5%.

Pemupukan kombinasi dosis pupuk 4. SIMPULAN DAN SARAN


NPK dan dosis pupuk hijau pada semua 4.1. Simpulan
taraf dosis memberikan pengaruh nyata Hasil penelitian pemberian pupuk
terhadap hasil pakcoy dibandingkan NPK dan pupuk hijau berpengaruh
dengan kontrol, tetapi dapat dilihat nilai terhadap pH, k-dd, KTK dan hasil pakcoy
hasil tanaman bobot segar total yang pada Ultisols Jatinangor.Kombinasi yang
mempunyai nilai tertinggi adalah terbaik terhadap hasil pakchoy
perlakuan B (1 dosis pupuk NPK + 5 ton terdapatpada pelakuan C (0,5 dosis pupuk
-1
ha Tithonia diversifolia) yaitu 207,43 g NPK + 5 ton ha-1 Tithonia diversifolia)
tanaman-1. Hal ini dikarenakan pemberian karena kombinasi ini dapat mengurangi
pupuk hijau dapat memberikan bahan dosis pupuk NPK (Anorganik) dan tidak
organik dan menyediakan unsur hara berbeda dengan perlakuan B (1 dosis
pada tanah, sehingga dalam melepaskan pupuk NPK + 5 ton ha-1Tithonia
unsur hara dapat memenuhi kebutuhan diversifolia) dan D (1 dosis pupuk NPK + 5
bagi pertumbuhan tanaman.Selain itu ton ha-1Chromolaena odorata).
bahan organik yang telah diberikan ke 4.2. Saran
dalam tanah dapat memperbaiki sifat Untuk mendapatkan hasil yang
fisika tanah.Bahan organik memiliki fungsi optimal perlu dilakukan penelitian lebih
sebagai granularot (memperbaiki struktur lanjut dengan meningkatkan dosis dari
tanah), sehingga dapat membantu setiap pupuk hijau yang disesuaikan
menggemburkan tanah dan dapat dengan tingkat pertumbuhan dan produksi
menyebabkan pertumbuhan akar pada tanaman pakcoy
tanah (Hardjowigeno, 2010).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 160


5. DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, Suntoro Wongso. 2003. Peranan
Bahan Organik Terhadap
Kesuburan Tanah dan Upaya
Pengelolaannya. Pidato
Pengukuhan Guru Besar. Program
Studi Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
BPS.2014. Statistik Indonesia. Badan
pusat Statistik , Jakarta. Online ;
http//www.bps.go.id (Diakses
tanggal 20 Februari 2015).
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo, Jakarta.
Notohadiprawiro, T. 2006. Ultisol, Fakta
dan Implikasi Pertaniannya. [Online]
Available at :
http://soil.blog.ugm.ac.id (Diakses
15 Februari 2015).
Soemarno. 2012. Pupuk Hijau. [Online]
Available at :http:marno.lecture.ub.
ac.id (Diakses tanggal Diakses 20
Januari 2015).
Subagyo, H., N. Suharta, dan A.B.
Siswanto. 2004. Tanah-tanah
pertanian di Indonesia.hlm. 21−66.
Dalam A. Adimihardja, L.I. Amien,F.
Agus, D. Djaenudin
(Ed.).SumberdayaLahan Indonesia
dan Pengelolaannya.Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Suntoro, Syekhfani, E. Handayanto, dan
Soemarno.2001. Penggunaan
Bahan Pangkas Krinyu
(Chormolaena odorata) Untuk
Meningkatkan Ketersediaan P, K,
Ca, Mg 116 Pada Oxic Dystrudepth
di Jumapolo, Karanganyar, Jawa
Tengah. Jurnal Agritivia. 21(1): 20-
26.
Tisdale, S. W., J. L. Nelson, Harvlin J. L
and J. D.Beaton. 2005. Soil Fertility
and Fertilizer. Prentice Hall, New
Jersey. Sixh Edition.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 161


ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI
PADA LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI KABUPATEN CIAMIS

Muhamad Nurdin Yusuf dan Agus Yuniawan Isyanto

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: muhamadnurdinyusuf@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap produksi pada usahatani padi padalahansawahirigasiteknis; (2) Mengetahui
tingkat efisiensi teknis yang dicapai pada usahatani padi padalahansawahirigasiteknis; dan (3)
Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap inefisiensi teknis pada usahatani padi
padalahansawahirigasiteknis.Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode studi kasus
pada Kelompok Tani Sri Mukti Desa SukanagaraKecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis yang
beranggotakan 30 orang petani yang keseluruhannya diambil sebagai sampel atau dilaksanakan
sensus. Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan sekunder. Analisis dilakukan dengan
menggunakan fungsi produksi frontier stokhastik dimana pengukuran parameter dilakukan dengan
menggunakan aplikasi Front41.Hasil penelitian menunjukkan: (1) Lahan, benih dan tenaga kerja
berpengaruh signifikan terhadap produksi padi pada usahatani padi di lahan sawah irigasi teknis,
sedangkan pupuk dan pestisida tidak berpengaruh signifikan; (2) Tingkat efisiensi teknis yang
dicapai pada usahatani padi di lahan sawah irigasi teknis berkisar antara 0,9934 – 1,0000 dengan
rata-rata 0,9975; dan (3) Umur dan pendidikan berpengaruh signifikan terhadap inefisiensi teknis
pada usahatani padi di lahan sawah irigasi teknis; sedangkan pengalaman dan jumlah tanggungan
keluarga tidak berpengaruh secara signifikan.
Kata Kunci: Padi, Irigasi Teknis, Efisiensi Teknis

1. PENDAHULUAN garis besar disebabkan oleh dua faktor,


Beras merupakan komoditas yaitu faktor non-teknis dan faktor teknis.
pertanian yang sangat strategis. Faktor non-teknis antara lain pengetahuan
Kekurangan beras dapat menyebabkan petani dan prasarana transportasi.
gizi buruk bagi masyarakat, disamping itu Sedangkan faktor teknis adalah
kekurangan beras dapat menimbulkan ketersediaan air irigasi. Faktor non teknis
rawan stabilitas keamanan (Susilowati, dan faktor teknis tersebut akan
dkk., 2011). Kebutuhan bahan pangan mempengaruhi dalam penggunaan pupuk,
terutama beras akan terus meningkat tenaga kerja efektif dan obat-obatan yang
sejalan dengan bertambahnya jumlah akan menentukan tingkat produksi dan
penduduk dan peningkatan konsumsi per produktivitas usahatani padi sawah
kapita akibat peningkatan pendapatan (Laksmi, dkk., 2012).
(Putra dan Tarumun, 2012). Peningkatan produktivitas melalui
Upaya peningkatan produksi efisiensi teknis menjadi penting untuk
pertanian (padi) telah banyak, namun diperhatikan dan menjadi pilihan yang
dalam pelaksanaannya diperoleh fakta tepat. Efisiensi teknis usahatani padi di
bahwa hasil potensial produksi padi Indonesia diduga masih dapat
berbeda dengan hasil nyata yang ditingkatkan karena tingkat efisiensi teknis
diperoleh petani (yield gap) yang secara usahatani padi menurut penelitian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 162


sebelumnya berada pada kisaran 50-90 purposif. Anggota kelompoktani Sri Mukti
persen (Kusnadi, dkk., 2011). sebanyak 30 orang diambil seluruhnya
Penelitian Brázdik (2006) dalam sebagai sampel penelitian atau
Isyanto (2011) menyimpulkan bahwa dilaksanakan sensus.
sebagian besar petani beroperasi pada Coelli, et al, (2005) mengajukan
atau mendekati skala efisiensi secara model fungsi produksi frontier stokhastik
penuh (full scale efficiency). Jadi, petani dimana nilai output dibatasi dari atas oleh
yang beroperasi inefisien secara teknik variabel acak stokhastik (misalnya, exp
lebih disebabkan oleh penggunaan input (x’iβ + vi). Kesalahan acak vi dapat bernilai
yang inefisien secara teknik dibandingkan positif atau negatif sehingga output
dengan ukuran operasi. Selanjutnya, frontier stokhastik bervariasi sekitar model
sampai 77% usahatani yang berada pada deterministik, exp (x’iβ). Penelitian ini
skala inefisiensi menunjukkan penerimaan menggunakan model fungsi produksi
hasil yang semakin menurun (decreasing tersebut dalam bentuk persamaan berikut:
returns to scale).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, Analisis faktor-faktor yang
maka tujuan dari penelitian ini adalah berpengaruh terhadap produksi dilakukan
untuk mengetahui: (1) Faktor-faktor yang dengan menggunakan persamaan berikut:
berpengaruh terhadap produksi usahatani ln Y = 0 + 1lnX1 + 2lnX2 + 3lnX3 +
padi padalahansawahirigasiteknis, (2) 4lnX4 + 5lnX5 + vi – ui
Tingkat efisiensi teknis yang dicapai pada Dimana:
usahatani padi di lahansawahirigasiteknis, Y = Produksi (kg)
X1 = Lahan (ha)
dan (3) Faktor-faktor yang berpengaruh X2 = Benih (kg)
terhadap inefisiensi teknis usahatani padi X3 = Pupuk (kg)
X4 = Tenaga kerja (HOK)
padalahansawahirigasiteknis. X5 = Pestisida (liter)
 = Koefisien regresi
2. METODE PENELITIAN Faktor-faktor yang berpengaruh
Penelitian dilaksanakan dengan terhadap inefisiensi teknis dianalisis
menggunakan studi kasus. Menurut dengan menggunakan persamaan berikut:
Sugiyono (2007), studi kasus merupakan
i = 0 + 1Z1 + 2Z2+ 3Z3 + 4Z4
pengujian secara rinci terhadap satu latar
Dimana:
atau satu orang subjek atau satu tempat
i = Inefisiensi teknis
penyimpanan dokumen atau satu Z1 = Umur (tahun)
peristiwa tertentu. Z2 = Pendidikan (tahun)
Z3 = Pengalaman (tahun)
Kelompoktani Sri Mukti di Desa Z4 = Tanggungan keluarga (orang)
Sukanagara Kecamatan Lakbok  = Koefisien regresi

Kabupaten Ciamis diambil secara

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 163


Pendugaan parameter fungsi 23,0738 menunjukkan bahwa petani padi
produksi dan fungsi inefisiensi dilakukan belum efisiensi secara penuh dalam
dengan menggunakan program Front41. melaksanakan usahataninya.
Variabel lahan berpengaruh
3. HASIL DAN PEMBAHASAN signifikan terhadap produksi padi.
3.1. Faktor-faktor yang Berpengaruh Koefisien bertanda positif menunjukkan
Terhadap Produksi bahwa penambahan penggunaan lahan
Analisis faktor-faktor yang akan meningkatkan produksi. Hal ini
berpengaruh terhadap produksi pada menunjukkan bahwa lahan yang
usahatani padi di lahan irigasi teknis di digunakan untuk usahatani padi tersebut
Kabupaten Ciamis, serta analisis faktor- memiliki kandungan unsur hara yang
faktor yang berpengaruh terhadap mampu mendukung dengan baik
inefisiensi teknis usahatani padi di lahan pertumbuhan padi. Hasil penelitian ini
irigasi teknis di Kabupaten Ciamis dapat sesuai dengan hasil penelitian Tien (2011)
dilihat pada Tabel 1. dan Rivanda, dkk (2015).

Tabel 1. Faktor-faktor yang Berpengaruh


Variabel benih berpengaruh
Terhadap Produksi dan Inefisiensi signifikan terhadap produksi padi.
Teknis
Koefisien bertanda positif menunjukkan
Nilai
Standar
Variabel Paramete t-hit bahwa penambahan penggunaan benih
deviasi
r
Beta 0 5,252 0,944 5,565
akan meningkatkan produksi Hal
Beta 1 4935,777 0,999 937,476 inimenunjukkan bahwa benih yang
Beta 2 2,384 0,713 3,344
Beta 3 0,047 0,034 1,362 digunakan memiliki kualitas yang bagus
Beta 4 -0,154 0,061 -2,531
sehingga berdampak terhadap produksi.
Beta 5 -0,153 0,642 -0,238
Delta 0 0,099 0,999 0,099 Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
Delta 1 -0,246 0,160 -1,537
Delta 2 1,753 0,566 3,097 penelitian Kurniawan (2010) pada
Delta 3 0,774 0,872 0,887
usahatani padi organik dan Suharyanto,
Delta 4 -1,329 1,005 -1,322
Sigma- 11,883 0,996 11,932 dkk (2013) pada usahatani padi
squared
gamma 0,999 0,000 54588,93 pengelolaan tanaman terpadu (PTT).
log likelihood function = -54,488 Variabel tenaga kerja berpengaruh
LR test of the one-sided error = 23,074
Sumber: Analisis Data Primer, 2016 signifikan terhadap produksi padi.
Koefisien bertanda negatif menunjukkan
Nilai taksiran γ dalam model secara
bahwa penambahan tenaga kerja akan
statistik lebih besar dari 0 (γ = 0.9909)
menurunkan produksi padi. Hal ini
menunjukkan bahwa variasi produksi
menunjukkan bahwa tenaga kerja yang
usahatani padi di lokasi penelitian terjadi
digunakan sudah berlebih sehingga perlu
karena adanya faktor inefisiensi teknis.
dikurangi.
Nilai LR test of one-sided error sebesar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 164


Variabel pupuk tidak berpengaruh efisiensi teknis yang dicapai. Hal ini
signifikan terhadap produksi padi. menunjukkan bahwa faktor pendidikan
Koefisien bertanda positif menunjukkan formal tidak berkaitan langsung dengan
bahwa penambahan penggunaan pupuk keberhasilan pengelolaan usahatani padi.
akan meningkatkan produksi padi. Variabel pengalaman tidak
Pestisida tidak berpengaruh berpengaruh signifikan terhadap
signifikan terhadap produksi padi. inefisiensi teknis pada usahatani padi.
Koefisien bertanda negatif menunjukkan Koefisien bertanda positif menunjukkan
bahwa penambahan penggunaan bahwa semakin bertambah pengalaman
pestisida akan menurunkan produksi padi. petani dalam mengelola usahatani padi,
maka akan semakin menurun efisiensi
3.2. Tingkat Efisiensi Teknis teknis yang dicapai. Hal ini menunjukkan
Keseluruhan petani telah mencapai bahwa pengalaman petani menyebabkan
tingkat efisiensi teknis di atas 70%. petani relatif sulit dalam menerima inovasi
Tingkat efisiensi teknis terendah yang untuk peningkatan efisiensi yang
dicapai adalah 99,34%, tertinggi 10,00% disebabkan oleh sudah nyamannya petani
dengan rata-rata 99,75%. dalam melaksanakan sistem usahatani
padi sebagaimana yang telah
3.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh dilaksanakannya selama ini. Hasil ini
Terhadap Inefisiensi Teknis sesuai dengan hasil penelitian Isyanto,
Variabel umur berpengaruh dkk (2013) yang menunjukkan bahwa
signifikan terhadap inefisiensi teknis pada pengalaman berpengaruh positif terhadap
usahatani padi. Koefisien bertanda negatif peternak sapi potong.
menunjukkan bahwa semakin bertambah Variabel jumlah anggota keluarga
umur, maka akan semakin meningkat tidak berpengaruh signifikan terhadap
efisiensi teknis yang dicapai. Hal ini inefisiensi teknis pada usahatani padi.
berkaitan dengan kematangan berpikir Koefisien bertanda negaatif menunjukkan
dalam pengelolaan faktor produksi. Hasil bahwa semakin banyak jumlah anggota
ini sesuai dengan hasil penelitian Isyanto, keluarga, maka akan semakin meningkat
dkk (2013) yang menunjukkan bahwa efisiensi teknis yang dicapai. Hal ini
umur berpengaruh negatif terhadap menunjukkan bahwa semakin banyaknya
peternak sapi potong. jumlah anggota keluarga membuat petani
Variabel pendidikan berpengaruh lebih fokus dalam mengelola usahatani
signifikan terhadap inefisiensi teknis pada padi untuk memenuhi kebutuhan hidup
usahatani padi. Koefisien bertanda positif keluarganya.
menunjukkan bahwa semakin bertambah
umur, maka akan semakin menurun

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 165


4. SIMPULAN DAN SARAN Galuh Ciamis yang telah mendanai
4.1. Simpulan penelitian ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat diambil simpulan penelitian sebagai 6. DAFTAR PUSTAKA
berikut: Coelli, T., Rao, D.S.P., dan Battese, G.E.
2005. An Introduction to Efficieny
(1) Lahan, benih dan tenaga kerja
and Productivity Analysis. Kluwer
berpengaruh signifikan terhadap Academic Publishers, Boston-
Dordrecht-London.
produksi padi pada usahatani padi di
Isyanto, A.Y. 2011. Faktor-faktor yang
lahan sawah irigasi teknis, sedangkan Mempengaruhi Inefisiensi Teknik
pada Usahatani Padi di Kabupaten
pupuk dan pestisida tidak
Ciamis. Cakrawala Galuh, I(5): 31-
berpengaruh signifikan. 40.
Isyanto, A.T., Semaoen, M.I., Hanani, N.,
(2) Tingkat efisiensi teknis yang dicapai
dan Syafrial. 2013. Measurement of
pada usahatani padi di lahan sawah Farm Level Efficiency of Beef Cattle
Fattening in West Java Province,
irigasi teknis berkisar antara 0,9934 –
Indonesia. Journal of Economics
1,0000 dengan rata-rata 0,9975. and Sustainable Development 4(10):
100-104.
(3) Umur dan pendidikan berpengaruh
Kurniawan, A.Y. 2010. Faktor-faktor yang
signifikan terhadap inefisiensi teknis Mempengaruhi Efisiensi Teknis
pada Usahatani Padi Lahan Pasang
pada usahatani padi di lahan sawah
Surut di Kecamatan Anjir Muara
irigasi teknis; sedangkan pengalaman Kabupaten Barito Kuala Kalimantan
Selatan. EPP, 7(2): 40-46
dan jumlah tanggungan keluarga
Kusnadi, N., Tinaprilla, N., Susilowati,
tidak berpengaruh secara signifikan S.H., dan Purwoto, A. 2011. Analisis
Efisiensi Usahatani Padi di
Beberapa Sentra Produksi Padi di
4.2. Saran Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi,
29(1): 25-48.
Upaya peningkatan efisiensi teknis
Laksmi, N.M.A.C., Suamba, I.K., dan
pada usahatani padi dapat dilakukan Ambarawati, I.G.A.A. 2012. Analisis
Efisiensi Usahatani Padi Sawah
melalui pendidikan berupa pelatihan dan
(Studi Kasus di Subak Guama,
bimbingan teknis. Melalui kegiatan ini Kecamatan Marga, Kabupaten
Tabanan). E-Journal Agribisnis dan
diharapkan terjadi peningkatan
Agrowisata, 1(1): 34-44.
pengetahuan dan keterampilan teknis dari Putra, E., dan Tarumun, S. 2012. Analisis
Faktor-faktor Produksi Padi Study
para petani padi yang akan berdampak
Kasus Operasi Pangan Riau
terhadap peningkatan efisiensi teknis Makmur di Kabupaten Kampar.
Indonesian Journal of Agricultural
yang dicapai pada usahatani padi.
Economics, 3(2): 117-134.
Rivanda, D.R., Nahraeni, W., dan
Yusdiarti, A. 2015. Analisis Efisiensi
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Teknis Usahatani Padi Sawah
Ucapan terima kasih disampaikan (Pendekatan Stohactic Frontier).
Jurnal AgribiSains 1(1): 1-13.
kepada Fakultas Pertanian Universitas
Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 166


Suharyanto, Mulyo, J.H., Darwanto, D.H.,
dan Widodo, S. 2013. Analisis
Efisiensi Teknis Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Padi
Sawah di Provinsi Bali. EPA, 9(2):
219-230.
Susilowati, J., Karyadi, dan Suratiningsih,
S. 2011. Analisis Perbandingan
Pendapatan Usahatani Padi
Pengguna Pupuk Anorganik dan
yang Ditambah Pupuk Organik di
Desa Regaloh Kecamatan
Tlogowungu Kabupaten Pati.
Agromedia, 29(2): 32-53.
Tien. 2011. Analisis Efisiensi Teknis
Usahatani Padi Sawah Aplikasi
Pertanian Organik (Studi Kasus di
Desa Sumber Ngepoh, Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang MT
2009-2010). El-Hayah 1(4): 182-
191.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 167


ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI RUMPUT LAUT
(Studi Kasus pada Usahatani Rumput Laut Di Kelurahan Sambuli
Kecamatan Abeli Kota Kendari)

Muhammad Aswar Limi, Suriana, Taane La Ola, dan Meilan Prapitasari

Deparmen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo, Kendari, Indonesia


Email : aswar_agribusiness@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan pendapatan usahatani rumput laut dan
mengetahui tingkat efisiensi usahatani rumput laut di Kelurahan Sambuli Kecamatan Abeli Kota
Kendari. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 di Kelurahan Sambuli Kecamatan
Abeli Kota Kendari. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa penduduk kelurahan
tersebut awalnya berprofesi sebagai petani rumput laut, namun mengalami penurunan akibat
pengembangan Teluk Kendari. Objek penelitian adalah petani rumput laut yang masih melakukan
usahatani rumput laut di Kelurahan Sambuli sebanyak 1 KK. Data yang digunakan terdiri atas 2
jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Variabel penelitian terdiri atas identitas responden
(umur, pendidikan formal dan pengalaman usahatani serta jumlah tanggungan keluarga),
karakteristik usahatani (luas lahan, biaya produksi, produksi dan harga produksi, penerimaan
usahatani rumput laut, pendapatan dan efisiensi Usaha (R/C Ratio). Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa akibat pengembangan Teluk Kendari produksi usahatani rumput laut di
Kelurahan Sambuli Kecamatan Abeli Kota Kendari menjadi rendah sehingga menyebabkan
pendapatan usahatani menjadi berkurang dengan efisiensi usaha 1,16.

Kata kunci: Usahatani, rumput laut, produksi, pendapatan, efisiensi usaha

1. PENDAHULUAN digunakan sebagai bahan untuk industri


Indonesia merupakan negara yang makanan seperti agar-agar, jelly food dan
subur dan kaya akan sumberdaya alam dapat pula dibuat menjadi dodol rumput
yang memiliki luas wilayah laut sekitar 5,8 laut (Aswar dan Iskandar, 2015 ; Batoa
juta km² atau sekitar 75 persen dari total dan Suriana, 2015)
wilayah Indonesia, dengan panjang garis Sulawesi Tenggara adalah salah
pantai 81.000 km. Kondisi perairan satu provinsi yang berpotensi untuk
Indonesia yang luas dan subur pengembangan rumput laut khususnya di
mencerminkan potensi hasil laut yang Kota Kendari. Tanda (2014) menyatakan
cukup tinggi. Usaha perikanan di bahwa potensi pengembangan usaha
Indonesia telah tumbuh dan berkembang budidaya rumput laut di Kota Kendari
dalam bentuk usaha perikanan rakyat. seluas 370 Ha dan tingkat pemanfaatan
Salah satu bentuk usaha perikanan rakyat baru sekitar 95,07 Ha tersebar di dua
yang dikembangkan adalah budidaya kecamatan yaitu Kecamatan Abeli seluas
rumput laut.Jenis rumput laut yang banyak 200 Ha, Kecamatan Kendari seluas 170
dibudidayakan adalah Eucheumasp dan Ha dimana kedua kecamatan tersebut
Gracilariasp. Rumput laut digunakan berada di pesisir teluk kendari yang saat
sebagai bahan baku industri kosmetika, ini masuk sebagai wilayah pengembangan
farmasi, tekstil, kertas, keramik, fotografi, Teluk Kendari.
dan insektisida. Di samping itu juga

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 168


Rumput laut merupakan salah satu infrastruktur disekitar Teluk Kendari
komoditi sektor pertanian di Kota Kendari berkembang dengan pesat dan pada
yang menjadi sumber pendapatan bagi tahun 2015 pemerintah melaksanakan
masyarakat khususnya di Kelurahan program revitalisasi Teluk Kendari melalui
Sambuli Kecamatan Abeli Kota Kendari. reklamasi Teluk Kendari.
Komoditi rumput laut ini telah Perkembangan kawasan Teluk
dibudidayakan di Kelurahan Sambuli Kendari mengakibatkan Teluk Kendari
dengan luas lahan 4.000 m² (Dinas tercemar dan sumber pencemaran
Perikanan Kota Kendari, 2014). Suparman perairan dapat diidentifikasi dari berbagai
(2016) menyatakan bahwa pemerintah sumber diantaranyaindustri perikanan,
Kota Kendari melalui Dinas Perikanan dan pelabuhan umum, pelabuhan perikanan,
Kelautan Kota Kendari mengembangkan limbah hotel dan ruko, limbah rumah sakit,
dan meningkatkan produksi usaha limbah rumah tangga, pertambangan dan
budidaya rumput laut di Kecamatan Abeli berbagai aktivitas lainnya, kondisi ini
yakni di beberapa kelurahan seperti belum termasuk kegiatan di seluruh
Kelurahan Sambuli, Tondonggeu, daerah aliran sungai yang bermuara
Bungkutoko dan Purirano. Perhatian kearah Teluk kendari serta aktivitas
pemerintah dalam bentuk pemberian transportasi laut penduduk dan para
bantuan bibit dan peralatan budidaya nelayan tangkap. Perkembangan
rumput laut serta melakukan kawasan Teluk Kendarijuga menyebabkan
pendampingan kepada kelompok tani pendangkalan Teluk kendari. Menurut
yang konsen melakukan budidaya rumput Iswandi (2003) pendangkalan Teluk
laut. Kendari disebabkan oleh: (1) sedimentasi
Budidaya tanaman rumput laut akibat aktivitas pembangunan, (2)
dilakukan masyarakat di Keluruhan sedimentasi dari kehilangan tanah (erosi
Sambuli karena wilayah ini sangat cocok lahan) di Daerah Tangkapan Air teluk, dan
ditumbuhi tanaman rumput laut, sehingga (3) sedimentasi dari sampah
usahatani rumput laut menjadi salah satu Pencemaran Teluk Kendari
kegiatan petani yang ada di Kelurahan mengakibatkan penurunan produktivitas
Sambuli, selain itu masyarakat lebih perairan dan mempengaruhi produksi
menguasai cara budidaya rumput laut, usahatani rumput laut disekitar teluk
namun dalam kurun waktu 20 tahun kendari dimana tahun 2008 produksi
terakhir pemerintah Kota Kendari bersama rumput laut mencapai 438 ton dan tahun
provinsi Sulawesi Tenggaramelakukan 2009 produksi rumput laut mencapai 460
pengembangan Teluk Kendari dalam tonnamun pada tahun 2015 terjadi
bentuk pembangunan infrastruktur di penurunan produksi rumput laut menjadi
sekitar Teluk Kendari sehingga 38,45 ton (Tanda, 2014; BPS Kota

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 169


Kendari, 2016). Lebih lanjut Tanda (2014) Jenis data yang digunakan dalam
menyatakan bahwa pembudidaya rumput penelitian ini adalah data primer dan data
laut di Kota Kendari tahun 2009 sebanyak sekunder. Data primer merupakan data
17 kelompok terbagi dalam 2 Kecamatan yang dikumpulkan langsung dari petani
dan 5 Kelurahan dengan jumlah petani rumput laut yang ada di lapangan dan
pembudidaya 158 KK, namun pada tahun data sekunder didapatkan dari
2016, jumlah pembudidaya rumput laut dokumentasi dan publikasi hasil
hanya 11 KK dan pada tahun 2017 petani pengkajian dan pendataan yang telah
rumput laut hanya 1 KK. Penurunan dilakukan.
jumlah pembudidaya rumput laut di Kota Teknik pengumpulan data
Kendari diduga dikarenakan produksi merupakan cara yang dilakukan untuk
rendah akibat pencemaran lingkungan mendapatkan data yang diperlukan.
dan pendapatan petani yang rendah yang Teknik pengumpulan dipengaruhi oleh
membuat petani meninggalkan usaha jenis dan sumber data yang akan diambil.
budidaya rumput laut. Oleh karena itu, pengumpulan data yang
Penelitian ini bertujuan untuk dilakukan pada penelitian ini yaitu teknik
mengetahui produksi dan pendapatan wawancara dengan berpedoman pada
usahatani rumput laut di wilayah daftar pertanyaan (kuesioner).
pengembangan pesisir Teluk Kendari dan Analisis deskriptif kuantitatif
mengetahui tingkat efisiensi usahatani digunakan untuk mengetahui jumlah
rumput laut di wilayah pengembangan produksi usahatani rumput laut dan
Teluk Kendari Kelurahan Sambuli analisis pendapatan digunakan untuk
Kecamatan Abeli Kota Kendari. mengetahui pendapatan usahatani rumput
laut dihitung dengan menggunakan
2. METODE PENELITIAN
formulasi menurut Hernanto (1993)
Penelitian dilakukan pada bulan
sebagai berikut:
Februari 2017 di Kelurahan Sambuli
I = TR – TC (1)
Kecamatan Abeli Kota Kendari.
Dimana:
Penentuan lokasi dilakukan secara I = Pendapatan (Rp/bulan)
TR = Penerimaan Total (Rp/bulan)
sengaja dikarenakan objek penelitian
TC = Biaya Total (Rp/bulan)
berada Kota Kendari.
Analisis tingkat efisiensi usahatani
Objek penelitian adalah petani
rumput laut, yaitu perbandingan
rumput laut yang masih melakukan
penerimaan dengan total biaya
usahatani rumput laut di Kelurahan
digunakan, dengan rumus:
Sambuli Kecamatan Abeli Kota Kendari
R/C = Total Penerimaan/Total Biaya (2)
yaitu sebanyak 1 KK.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 170


Kriteria sebagai berikut:
- Jika R/C >1, suatu usahatani dikatakan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
efisien. Gambaran Umum Lokasi
- Jika R/C = 1, suatu usahatani Kelurahan Sambuli berhadapan
dikatakantidak untung dan tidak rugi langsung dengan Teluk Kendari. Kualitas
- Jika R/C < 1, suatu usahatani air Kelurahan Sambuli dapat dilihat pada
dikatakantidak efisien Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas air Teluk Kendari


Nilai Kriteria
No Parameter Satuan Kriteria Budidaya Ket
Teluk Kendari*
Rumput Laut**
1 pH mg/l 8.6 7 – 8.5 Tidak Layak
o
2 Suhu C 28.5 27 – 30 Layak
3 Kecepatan Arus cm/dt 35 20 – 40 Layak
4 Kecerahan m 2 >5 Tidak Layak
5 Salinitas ppt 28 – 31 29 – 33 Layak
Sumber: *Hasil Pengukuran Kualitas Air, **Kepmen No. 51/MENKLH/2004

Tabel 1 menunjukkan bahwa beberapa Tabel 2 menunjukkan bahwa petani


parameter kualitas air di Kelurahan rumput laut berada pada umur produktif
Sambuli tidak sesuai dengan kriteria yaitu 28 tahun. BPS (2010) menjelaskan
budidaya rumput laut Kepmen No. berdasarkan komposisi penduduk, usia
51/MENKLH/2004. Hal ini diduga karena penduduk dikelompokkan menjadi 3, yaitu
tingginya sedimentasi di Teluk Kendari usia 0 – 14 tahun, dinamakan usia
sehingga mempengaruhi parameter muda/belum produktif, usia 15 – 64 tahun,
kualitas air untuk budidaya rumput laut. dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia
Karakteristik Responden produktif dan usia ± 65 tahun, dinamakan
Identitas petani rumput laut usia tua/usia tidak produktif. Tingkat
merupakan variabel yang meliputi umur pendidikan petani rumput laut tergolong
petani, lama mengikuti pendidikan formal, rendah yaitu 9 tahun sehingga diperlukan
jumlah tanggungan keluarga, pengalaman adanya tambahan pengetahuan dan
berusahatani seperti dapat dilihat pada keterampilan bagi petani rumput laut agar
Tabel 2. mereka dapat mengelola usahataninya
Tabel 2. Karakteristik Responden dengan baik guna mencapai produksi dan
No Variabel Responden
pendapatan yang maksimal. Jumlah
1 Umur (thn) 28
2 Pendidikan (thn) 9 tanggungan keluarga petani rumput laut
3 Jumlah Tanggungan 4 tergolong dalam keluarga sedang yaitu 4
Keluarga (jiwa)
4 Pengalaman 14 jiwa. Pengelompokkan jumlah anggota
Berusahatani (thn) keluarga dapat dilakukan berdasarkan
Sumber: Data primer diolah, 2017

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 171


klasifikasi dari Badan Pusat Statistik sikap dan tindakan petani, dalam
(BPS) yakni keluarga kecil dengan jumlah menentukan tentang hal-hal apa yang
anggota keluarga1 - 3 orang, keluarga perlu mendapat perhatiandalam upaya
sedang dengan jumlahanggota keluarga 4 peningkatan produksi dan pendapatan.
- 6 orang, dan keluarga besar dengan
Biaya
jumlah anggota keluarga lebih dari 6
Besarnya biaya yang dibutuhkan
orang. Pengalaman berusahatani petani
pada awal membuka usahatani rumput
rumput laut yaitu 14 tahun sehingga dapat
lautdigunakan untuk membiayai peralatan
dikategorikan sebagai petani yang
usahatani rumput laut. Biaya investasi
berpengalaman. Tohir (1991) memberikan
dalam usahatani rumput laut terdiri atas
pengertian bahwa pengalaman
tali, kayu patok, perahu dan mesin, tempat
berusahatani merupakan guru yang baik
penjemuran (waring net), serta terpal dan
bagi petani. Semakin lama seorang petani
dari komponen biaya investasi tersebut
dalam mengelola usahataninya maka
maka akan diketahui biaya tetap yang
semakin banyak pengalaman yang
dikeluarkan oleh petani rumput laut setiap
diperoleh. Pengalaman tersebut
musim tanam seperti dapat dilihat pada
selanjutnya akan banyak mempengaruhi
Tabel 3.

Tabel 3. Komponen Biaya Investasidan Biaya Penyusutan Usahatani Rumput Laut, Tahun
2017
Biaya Biaya
Lama
No Jenis Biaya Investasi Penyusutan
pakai
(Rp) (Rp/Musim)
1 Tali:
a. Tali Pengikat no. 2,5 2 tahun 180.000 15.000
b. Tali Bentangan no. 4 3 tahun 1.110.000 41.000
2 Kayu Patok 3 bulan 250.000 84.000
3 Perahu Motor 5 tahun 1.200.000 8.000
4 Mesin Perahu 4 tahun 800.000 4.200
5 Tempat Penjemuran (Waring Net) 3 tahun 288.000 96.000
6 Terpal 1 tahun 324.000 108.000
Total 4.152.000 356.200
Sumber: Data primer diolah, 2017
Tabel 3 menunjukkan bahwa Petani rumput laut, selain
usahatani rumput laut memerlukan biaya mengeluarkan biaya investasi dan biaya
investasi relatif lebih besar pada awal penyusutan, juga mengeluarkan biaya
memulai usaha. Biaya investasi sebagai variabel per musim tanam. Besarnya
modal awal usahatani rumput laut di lokasi biaya variabel tidak menjamin hasil
penelitian sebesar Rp 4.152.000,- produksi yang diperoleh per musim.
sedangkan untuk biaya penyusutan Petani rumput laut terkadang memperoleh
permusim tanam sebesar Rp 286.200,- produksi yang lebih rendah dibanding

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 172


musim panen sebelumnya disebabkan membutuhkan dana untuk membeli bibit
tanaman rumput laut tidak berkembang rumput laut, agar dapat mulai menanam
dengan baik sehingga petani pada musim selanjutnya.

Tabel 4. Biaya Variabel Usahatani Rumput Laut, Tahun 2017


Harga Nilai
No. Jenis Biaya Volume Satuan
(Rp) (Rp)
1 Pengikatan bibit 30 Bentangan Tali 8.000 240.000
2 Penanaman 2 HOK 50.000 100.000
3 Pemeliharaan 15 Liter 10.000 150.000
4 Panen 2 HOK 50.000 100.000
5 Bibit 200 Kg 2.500 500.000
Total 1.090.000
Sumber: Data primer diolah, 2017
Tabel 4 menunjukkan bahwa dengan tingkat harga yang
usahatani rumput laut memerlukan biaya menguntungkan maka tidak akan
variabel yang relatif lebih besar disetiap memberikan jaminan bagi peningkatan
awal musim. Biaya variabel usahatani pendapatan usahatani. Hasil akhir yang
rumput laut di lokasi penelitian sebesar diharapkan petani dalam berusahatani
Rp1.090.000,-/musim tanam dengan adalah keberhasilannya mendapatkan
jumlah bentangan sebanyak 30 produksi yang maksimal dan menerima
bentangan. harga jual yang tinggi.Produksi rumput
Produksi laut kering yaitu produksi rumput laut
Produksi merupakan usaha basah yang telah dikeringkan selama 3 - 4
meningkatkan manfaat dengan cara hari. Produksi usahatani rumput laut yang
mengubah bentuk, memindahkan tempat, dimaksud dalam penelitian ini adalah
dan menyimpan (Soeharno, 2006). jumlah rumput laut kering yang diperoleh
Produksi yang meningkat tanpa didukung petani dari usahatani rumput laut.
Tabel 5.Jumlah ProduksiUsahatani Rumput Laut Tahun 2017
Perbentangan Perusahatani
No Indikator
(kg) (kg/Usahatani)
1 Produksi 8 240
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak 1.500-2.000 kg rumput laut
produksi rumput laut kering yang kering.Hasil produksi rumput laut yang
diperoleh petani responden per bentangan diperoleh petani rumput laut responden
sebesar 8 kg, sehingga produksi sangat rendah hal ini diduga karena
perusahatani sebesar 240 kg per 30 kondisi perairan yang tercemar. Hasil
bentangan. Poncomulyo, dkk., (2008) produksi yang diperoleh petani kemudian
menyatakan dari satu hektar budidaya dijual dengan harga rata-rata Rp 7.000/kg.
rumput laut dapat diperoleh hasil

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 173


Penerimaan, Pendapatan dan Efisiensi penambahan modal dalam penambahan
Usaha jumlah bentangan. Pendapatan yang
Petani rumput laut dalam diperoleh petani rumput laut yang
melakukan usahatani rumput laut dianalisis adalah pendapatan bersih dari
berupaya semaksimal mungkin untuk hasil usahatani rumput laut. Besarnya
memperoleh produksi yang tinggi dan hasil penjualan rumput laut dipengaruhi
memperoleh harga yang layak, sehingga oleh tingkat harga yang berlaku di lokasi
bisa memperoleh pendapatan yang penelitian. Penerimaan dan Pendapatan
memadai untuk memenuhi kebutuhan Usahatani Rumput Laut Permusim Tanam
hidup keluarganya dan juga untuk Tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Rumput Laut Permusim Tanam Tahun
2017
No Uraian Per usahatani
1 Biaya (C)
Biaya Tetap (Rp) 356.200
Biaya Variabel (Rp) 1.090.000
Total Biaya (TC) (Rp) 1.446.200
2 Penerimaan (R)
Produksi (kg) 240
Harga (Rp) 7.000
Total Penerimaan (TR) (Rp) 1.680.000
3 Pendapatan (TR-TC) (Rp) 233.800
4 R/C 1.16
Sumber: Data Primer diolah, 2017
Tabel 6 menunjukkan bahwa dikeluarkan oleh petani rumput laut akan
petani rumput laut menghasilkan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.
pendapatan per usahatani sebesar Rp 1.16,-
233.800,-.Tingkat pendapatan tersebut 4. SIMPULAN DAN SARAN
jika dilihat berdasarkan tingkat UMP Berdasarkan hasil penelitian dapat
Sulawesi Tenggara tahun 2017 maka disimpulkan bahwa akibat pengembangan
tingkat pendapatan petani masih rendah Teluk Kendari produksi usahatani rumput
atau di bawah UMP (Rp 2.002.625,-), laut di Kelurahan Sambuli Kecamatan
maka petani responden sebenarnya tidak Abeli Kota Kendari menjadi rendah
mampu untuk memenuhi kebutuhan sehingga menyebabkan pendapatan
hidupnya dengan berusahatani rumput usahatani menjadi berkurang dengan
laut. Lebih lanjut berdasarkan Tabel 6 efisiensi usaha 1.16.Berdasarkan hasil
diketahui pula bahwa efisiensi usahatani penelitian maka diharapkan kepada
rumput laut dilokasi penelitian masih pemerintah untuk mengendalikan
efisien dimana nilai RC ratio sebesar 1.16 pencemaran Teluk Kendari
yang artinya dari Rp. 1,- biaya yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 174


5. UCAPAN TERIMA KASIH Soeharno. 2006. Teori Ekonomi Mikro.
Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Ucapan terima kasih penulis
Suparman, 2016. Kendari Kembangkan
sampaikan kepada DRPM Budidaya Rumput Laut Di Abeli.
http://www.antarasultra.com/berita/2
Kemenristekdikti, ketua LPPM UHO dan
83064/kendari-kembangkan-
Dekan Fakultas Pertanian UHO yang budidaya-rumput-laut-di-abeli.
Diakses pada tanggal 22 Januari
telah memberikan kesempatan kepada
2017.
penulis untuk melaksanakan penelitian. Tanda. l. 2014. Peningkatan Produksi
Rumput Laut Berbasis Kelompok
Tani Sultra.
6. DAFTAR PUSTAKA
http://unhalel.blogspot.co.id/2014/07
Aswar, M. L dan Iskandar. 2015. IbM /budidaya-perairan-uho.html.
Kelompok Wanita Nelayan Bajo Diakses pada tanggal 6 Februari
Pengolah Rumput Laut Di Desa 2016.
Mola Selatan. Laporan Pengabdian Tohir. 1991. Seuntai Pengetahuan
Ipteks Bagi Masyarakat. Kendari: Usahatani Indonesia. Jakarta:
LPPM UHO. Rineka Cipta.
Badan Pusat Satistik Kota Kendari, 2016.
Kota Kendari Dalam Angka 2016.
Badan Pusat Statistik Kota
Kendari, Kendari.
Badan Pusat Statistik. 2010. Indikator
Kesejahteraan Rumah Tangga di
Indonesia. Jakarrta: BPS.
Batoa. H dan Suriana. 2015. IbM
Kelompok Wanita Tani Pengolah
Rumput Laut Di Desa Marobo
Kecamatan Marobo Kabupaten
Muna. Laporan Pengabdian Ipteks
Bagi Masyarakat. LPPM UHO.
Kendari
Dinas Perikanan Kota Kendari 2014. Data
Budidaya Rumput Laut. DKP Kota
Kendari. Kendari.
Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya. Jakarta:
Yayasan Indonesia.
Iswandi, M. 2003. Analisis Dampak
Pendangkalan Teluk Kendari
terhadap Aktivitas Masyarakat dan
Strategi Penanggulangannya.
Disertasi Program Studi Ilmu
Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan Program
Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 51 Tahun 2004
tentang Baku Mutu Air Laut.
Poncomulyo T,. dkk, 2008. Budidaya dan
Pengolahan Rumput Laut .
Jakarta Selatan: PT Agromedia
Pustaka.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 175


FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKTIVITAS USAHA
TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA
(Studi Kasus di Kelompok Agribisnis As-Salam Kota Tasikmalaya)

Siti Maemunah1, Dedi Sufyadi2, Ida Hodiyah2


1
Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Tasikmalaya
2
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
1
Email: aceu.new@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Produktivitas yang dicapai pada usaha ternak
kambing PE Kelompok Agribisnis As-Salam di Kota Tasikmalaya, dan (2) Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap produktivitas usaha ternak kambing PE pada Kelompok Agribisnis As-
Salam di Kota Tasikmalaya. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan studi kasus pada
Kelompok Peternak Agribisnis As-Salam yang beranggotakan 26 orang dan keseluruhannya
diambil sebagai sampel penelitian atau dilaksanakan sensus. Produktivitas didekati dengan
menggunakan produktivitas faktor total yang mana pendugaan parameter dilakukan dengan
menggunakan program TFPIP; sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas
dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi berganda yang mana pendugaan parameter
dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Produktivitas
yang dicapai berkisar antara 0,50-4,84, dengan rata-rata sebesar 1,94. Peternak yang mencapai
produktivitas di bawah 1 sebanyak 6 orang (23,08%), sama dengan 1 sebanyak 1 orang (3,85%),
dan yang di atas 1 sebanyak 19 orang (73,08%), dan (2) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
produktivitas adalah pengalaman, jumlah kepemilikan ternak, ukuran keluarga dan jenis kelamin.
Sedangkan umur, pendidikan dan kredit tidak berpengaruh terhadap produktivitas.
Kata kunci: Kambing PE, Produktivitas, Faktor-faktor

1. PENDAHULUAN produksi total (total factor productivity,


Kambing PE di Indonesia umumnya TFP) merupakan terminologi yang lebih
dipelihara oleh peternak di perdesaan. komprehensif dalam pengukuran
Perhatian utama pada peternakan produktivitas yang didasarkan pada output
kambing PE adalah bagaimana cara dan input agregat (Melfou, et al., 2007)..
meningkatkan populasi kambing PE,
sehingga diperlukan upaya peningkatan 2. METODE PENELITIAN
produktivitas yang pada gilirannya akan Penelitian dilaksanakan dengan
meningkatkan pendapatan peternak menggunakan studi kasus. Menurut
(Sumartono, dkk., 2016). Arikunto (2002), penelitian studi kasus
Menurut Prihandini, dkk. (2005), adalah suatu penelitian yang dilakukan
produktivitas ternak selama ini secara intensif, terinci dan mendalam
diperkirakan 30% dipengaruhi oleh faktor terhadap suatu organisasi, lembaga atau
genetik, sedangkan 70% dipengaruhi oleh gejala tertentu.
faktor lingkungan (Rohaeni, dkk., 2006). Penelitian dilaksanakan pada
Produktivitas didefinisikan sebagai tingkat kelompok As-Salam di Kelurahan
output yang dihasilkan per unit input yang Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota
digunakan pada proses produksi. Faktor Tasikmalaya yang beranggotakan 26

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 176


orang, dan semuanya diambil sebagai Pengukuran produktivitas didekati
sampel penelitian (sensus). Menurut dengan Produktivitas Faktor Total (Total
Arikunto (2002), metode sensus Factor Productivity, TFP) menurut Coelli,
digunakan jika jumlah sampel kurang et al (2005) dengan persamaan:
dari 100. M
∑pm1 qm1
Variabel-variabel yang digunakan
p1’ q1 m=1
dalam penelitian ini adalah: π1 = ------- = --------------
w1’ x1 K
- Produktivitas (Y) adalah rasio antara
∑ wk1 xk1
output dengan faktor produksi. k=1

- Umur (V1), adalah umur peternak Pendugaan parameter produktivitas


kambing PE, dan diukur dalam satuan dilakukan dengan menggunakan program
tahun (tahun). TFPIP.
- Pendidikan (V2), adalah pendidikan Faktor-faktor yang berpengaruh
formal yang pernah diikuti oleh terhadap produktivitas dianalisis dengan
peternak kambing PE, dan diukur menggunakan persamaan regresi linier
dalam satuan tahun (tahun). berganda sebagai berikut:
- Pengalaman beternak (V3), adalah Y = b0 + b1V1 + b2V2 + b3V3 + b4V4 +
lamanya pengalaman peternak dalam b5V5 + b6D1 + b7D2
usaha ternak kambing PE, dan diukur Dimana:
Y = Produktivitas
dalam satuan tahun (tahun). V1 = Umur (tahun)
- Jumlah kepemilikan ternak (V4), adalah V2 = Pendidikan (tahun)
V3 = Pengalaman beternak (tahun)
jumlah ternak kambing PE yang dimiliki V4 = Jumlah kepemilikan ternak
oleh peternak, dan diukur dalam satuan (ST)
V5 = Ukuran keluarga (orang)
ternak (ST). D1 = Dummy kredit, bernilai 1 jika
- Ukuran keluarga (V5), adalah Iya, bernilai 0 jika Tidak
D2 = Dummy jenis kelamin (Bernilai
banyaknya anggota keluarga peternak, 1 jika laki-laki, dan bernilai 0
yang diukur dalam satuan orang untuk lainnya)
b = Koefisien regresi
(orang).
Pendugaan parameter regresi
- Akses terhadap kredit (D1), merupakan
berganda dilakukan dengan
variabel dummy yang bernilai 1 jika
menggunakan SPSS versi 16.
peternak menerima kredit dari
pemerintah, dan bernilai 0 jika tidak.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
- Jenis kelamin (D2), merupakan variabel
3.1. Produktivitas
dummy yang bernilai 1 jika peternak
Produktivitas total faktor produksi
berjenis kelamin laki-laki, dan bernilai 0
(TFP) mengukur kemampuan seluruh
jika lainnya.
macam faktor produksi sebagai unit

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 177


produksi agregat dalam memproduksi atas 1 (satu), namun masih ada peternak
output (Prayoga, 2010). yang mencapai produktivitas faktor total di
Produktivitas berkaitan dengan bawah 1 (satu) sebanyak 6 (enam) orang,
kemampuan manajerial peternak, sehingga perlu dilakukan upaya untuk
sehingga ada variasi produktivitas yang meningkatkan produktivitas faktor total
dicapai oleh peternak (Tabel 1). tersebut.
Peningkatan produktivitas faktor
Tabel 1. Distribusi Produktivitas Faktor
Total pada Usaha Ternak total antara lain bisa dicapai melalui
Kambing PE
peningkatan produktivitas tenaga kerja
No Produktivitas Petani (%)
(orang) melalui kegiatan pelatihan dan
1 <1 6 23,08
penyuluhan, sehingga kemampuan
2 1 1 3,85
3 >1 19 73,08, peternak dalam memelihara ternak
Jumlah 26 100,00 kambing PE akan meningkat. Peningkatan
Produktivitas maksimum = 4,84
Produktivitas minimum = 0,50 kemampuan pemeliharaan kambing PE ini
Produktivitas rata-rata = 1,94 akan meningkatkan produktivitas faktor
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
total sehingga produksi maksimal dapat
Produktivitas faktor total yang dicapai berupa produksi susu harian yang
dicapai oleh peternak berkisar antara maksimal.
0,50-4,84, dengan rata-rata sebesar 1,94.
Peternak yang mencapai produktivitas 3.2. Faktor-faktor yang Berpengaruh
faktor total di bawah 1 (satu) sebanyak 6 Terhadap Produktivitas
Hasil analisis faktor-faktor yang
orang (23,08%), sama dengan 1 (satu)
berpengaruh terhadap produktivitas usaha
sebanyak 1 orang (3,85%), dan yang di
ternak kambing PE disajikan pada Tabel
atas 1 (satu) sebanyak 19 orang
2.
(73,08%).
Meskipun sebagian besar peternak
telah mencapai produktivitas faktor total di

Tabel 2. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas


Variabel Nilai Parameter Standar deviasi t-hit
Konstanta 2,434 1,564 1,556****
Umur 0,035 0,028 1,252
Pendidikan 0,017 0,061 0,275
Pengalaman -0,081 0,038 -2,130**
Jumlah Kepemilikan Ternak 1,441 0,605 2,383**
Ukuran Keluarga -0,211 0,110 -1,912***
Kredit -1.040 0,843 -1,234
Jenis Kelamin -1,566 1,024 -1,530****
R = 0,737
2
R = 0,543
Fhit = 3,052**
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
*,**,***,**** signifikan pada α0,01; 0,05; 0,010; 0,15

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 178


Nilai R2 sebesar 0,543 menunjukkan meningkatkan produktivitas ternak, dan
bahwa variasi perubahan dalam variabel akhirnya akan meningkatkan
terikat dipengaruhi sebesar 54,30% oleh kesejahteraan peternak.
variasi perubahan variabel bebas yang Pengalaman berpengaruh negatif
dimasukkan ke dalam model, sedangkan dan signifikan terhadap produktivitas
sisanya sebesar 45,70% dipengaruhi oleh usaha ternak kambing PE pada taraf
variabel lain yang tidak dimasukkan ke nyata 5% (t-tabel = 2,101). Hasil penelitian
dalam model. Analisis secara simultan ini sesuai dengan hasil penelitian dari
dan parsial menunjukkan bahwa seluruh Ajah dan Nmadu (2012), Triastono dkk.
variabel bebas berpengaruh sangat (2013), Osanyinlusi dan Adenegan (2016).
signifikan terhadap produktivitas usaha Penelitian Triastono, dkk. (2013)
ternak kambing PE. menunjukkan bahwa variabel lama
Umur berpengaruh positif namun beternak berpengaruh nyata dan negatif
tidak signifikan terhadap produktivitas terhadap pendapatan yang mana setiap
usaha ternak kambing PE. Hasil penelitian peningkatan satu tahun lama beternak
ini sesuai dengan hasil penelitian dari akan menurunkan produktivitas ternak
Ajah dan Nmadu (2012), Osanyinlusi dan sehingga akan menurunkan pendapatan.
Adenegan (2016), dan Elly dan Salendu Jumlah kepemilikan ternak
(2012). Menurut Osanyinlusi dan berpengaruh positif dan signifikan
Adenegan (2016), semakin bertambah terhadap produktivitas usaha ternak
umur maka akan semakin mampu berpikir kambing PE pada taraf nyata 5% (t-tabel =
secara matang dalam mengelola 2,101). Hasil penelitian ini sesuai dengan
manajemen dan penggunaan sumberdaya penelitian Marawali, dkk. (2004) yang
yang dimiliki yang berdampak pada menunjukkan bahwa skala usaha
tingginya produktivitas yang dicapai. berpengaruh siginifikan terhadap
Pendidikan berpengaruh positif pertambahan bobot badan ternak (output)
namun tidak signifikan terhadap yang secara langsung akan meningkatkan
produktivitas usaha ternak kambing PE. produktivitas, ceteris paribus. Penelitian
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil Tatipikalawan (2012) menunjukkan bahwa
penelitian dari Rachmina, dkk (2013), jumlah kepemilikan ternak berpengaruh
Obasi, et al (2013), dan Osanyinlusi dan nyata terhadap produktivitas tenaga kerja
Adenegan (2016). Elly dan Salendu keluarga. Sedangkan penelitian Triastono,
(2012) menyatakan bahwa semakin tinggi dkk. (2013), Saleh, dkk. (2006), Hoddi,
tingkat pendidikan peternak, maka akan dkk. (2011) dan Trigestianto, dkk. (2013)
semakin mudah dalam menyerap inovasi menunjukkan bahwa jumlah ternak
teknologi. Menurut Murwanto (2008), berpengaruh sangat nyata terhadap
meningkatnya masukan teknologi akan pendapatan peternak.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 179


Ukuran keluarga berpengaruh bahwa petani yang memiliki
negatif dan signifikan terhadap ketergantungan tinggi terhadap subsidi
produktivitas usaha ternak kambing PE sebagai sumber pendapatan memiliki
pada taraf nyata 10% (t-tabel = 1,734). motivasi yang lebih rendah untuk bekerja
Semakin besar ukuran keluarga, maka secara efisien; sedangkan motivasi
semakin rendah tingkat produktivitas beternak tersebut berpengaruh sangat
usaha ternak kambing PE yang dicapai nyata (Saleh, dkk., 2006) maupun
oleh peternak. Semakin besar ukuran berkorelasi positif (Luanmase, dkk., 2011)
keluarga maka semakin banyak jumlah terhadap pendapatan peternak.
kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi, Jenis kelamin peternak berpengaruh
sehingga peternak akan lebih banyak negatif dan signifikan terhadap
mencurahkan waktunya pada kegiatan di produktivitas usaha ternak kambing PE
luar kegiatan pemeliharaan ternak pada taraf nyata 15% (t-tabel = 1,504).
kambing PE dalam upaya meningkatkan Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas
pendapatannya untuk memenuhi yang dicapai oleh peternak yang berjenis
kebutuhan hidup keluarganya. Penurunan kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan
curahan waktu kerja pada pemeliharaan dengan peternak yang berjenis kelamin
kambing PE ini berdampak pada perempuan. Hal ini diduga disebabkan
penurunan produktivitas yang dicapai. oleh lebih banyaknya curahan waktu kerja
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil peternak berjenis laki-laki dalam
penelitian dari Obasi, et al (2013) dan memelihara kambing PE dibandingkan
Osanyinlusi dan Adenegan (2016) dengan peternak berjenis kelamin
Akses terhadap kredit berpengaruh perempuan yang juga memiliki kewajiban
negatif namun tidak signifikan terhadap untuk mencurahkan waktunya dalam
produktivitas usaha ternak kambing PE. mengelola urusan domestik rumah
Hal ini menunjukkan bahwa peternak yang tangganya, misalnya memasak. Hasil
tidak memperoleh kredit dalam penelitian ini sesuai dengan hasil
melaksanakan usaha ternak kambing PE penelitian dari Osanyinlusi dan Adenegan
dapat mencapai tingkat produktivitas yang (2016).
lebih tinggi dibandingkan dengan peternak
yang memperoleh kredit. Hasil ini diduga 4. SIMPULAN DAN SARAN
disebabkan karena motivasi beternak dari 4.1. Simpulan
peternak yang tidak memiliki akses Hasil penelitian menunjukkan: (1)
terhadap kredit (modal sendiri) lebih tinggi Produktivitas yang dicapai berkisar antara
jika dibandingkan dengan peternak yang 0,50-4,84, dengan rata-rata sebesar 1,94.
memiliki akses terhadap kredit. Hasil Peternak yang mencapai produktivitas di
penelitian Zhu, et al (2012) menunjukkan bawah 1 sebanyak 6 orang (23,08%),

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 180


sama dengan 1 sebanyak 1 orang Peternakan Sapi Potong di
Kecamatan Tanete Rilau,
(3,85%), dan yang di atas 1 sebanyak 19
Kabupaten Barru. Jurnal Agribisnis
orang (73,08%), dan (2) Faktor-faktor X(3): 98-109.
Luanmase, C.M., Nurtini, S., dan Haryadi,
yang berpengaruh terhadap produktivitas
F.T. 2011. Analisis Motivasi
adalah pengalaman, jumlah kepemilikan Beternak Sapi Potong Bagi Peternak
Lokal dan Transmigran Serta
ternak, ukuran keluarga dan jenis kelamin.
Pengaruhnya Terhadap Pendapatan
Sedangkan umur, pendidikan dan kredit di Kecamatan Kairatu, Kabupaten
Seram Bagian Barat. Buletin
tidak berpengaruh terhadap produktivitas.
Peternakan 35(2): 113-123.
4.2. Saran Marawali, H.H., Ratnawaty, S., dan Nulik,
J. 2004. Analisis Produksi
Upaya peningkatan produktivitas
Penggemukan Sapi Potong dalam
dan efisiensi teknis usaha ternak kambing Program Sistem Usaha Pertanian di
Kabupaten Kupang Nusa Tenggara
PE dapat dilakukan melalui peningkatan
Timur. Seminar Nasional
pengetahuan dan keterampilan teknis Peternakan dan Veteriner 2004.
Melfou, K., Theocharopoulos, A., dan
serta pengelolaan manajamen melalui
Papanagiotou, E. 2007. Total Factor
pelaksanaan kegiatan penyuluhan, Productivity and Sustainable
Agricultural Development.
bimbingan teknis, pelatihan dan lain-lain
Economics and Rural Development
yang akan meningkatkan produktivitas 3(1): 32-38.
Murwanto, A.G. 2008. Karakteristik
tenaga kerja peternak yang berdampak
Peternak dan Tingkat Masukan
terhadap peningkatan produktivitas usaha Teknologi Peternakan Sapi Potong
di Lembah Prafi Kabupaten
ternak kambing PE
Manokwari. Jurnal Ilmu Peternakan
3(1): 8-15.
Obasi, P.C., Henri-Ukoha, A., Ukewuihe,
5. DAFTAR PUSTAKA
I.S., dan Chidiebere-Mark, N.M. .
2013. Factors Affecting Agricultural
Ajah, J., dan Nmadu, J.N. 2012. Socio-
Productivity among Arable Crop
economic Factors Influencing the
Farmers in Imo State, Nigeria.
Output of Small-Scale Maize
American Journal of Experimental
Farmers in Abuja, Nigeria. Kasetsart
Agriculture 3(2): 443-454.
J. (Soc. Sci) 33: 333-341.
Osanyinlusi, O.I., dan Adenegan, K.O.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian:
2016. The Determinants of Rice
Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Farmers’ Productivity in Ekiti State,
Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
Nigeria. Greener Journal of
Coelli, T., Rao, D.S.P., dan Battese, G.E.
Agricultural Sciences 6(2): 049-058.
2005. An Introduction to Efficieny
Prayoga, A. 2010. Produktivitas dan
and Productivity Analysis. Kluwer
Efisiensi Teknis Usahatani Padi
Academic Publishers, Boston-
Organik Lahan Sawah. Jurnal Agro
Dordrecht-London.
Ekonomi 28(1): 1-19.
Elly, F.E., dan Salendu, A.H.S. 2012.
Prihandini, P.W., Pamungkas, D., dan
Analisis Ekonomi Rumahtangga
Wijono, D.B. 2005. Kemampuan
Peternak Sapi di Kecamatan
Mengelola Usaha Peternak dalam
Sinonsayang Kabupaten Minahasa.
Usaha Ternak Sapi Potong (Studi
Jurnal Agribisnis dan Pembangunan
Kasus di Kelompok Tani Makmur
Masyarakat 1(1): 1-9.
Desa Tempel Lemahbang
Hoddi, A.H., Rombe, M.B., dan Fahrul.
Kecamatan Jepon, Blora). Seminar
2011. Analisis Pendapatan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 181


Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner 2005.
Rachmina, D., Daryanto, A., Tambunan,
M., dan Hakim, D.B. 2013.
Determinant Factors of Vegetable
Farm Productivity in Pangalengan,
West Java, Indonesia. ASEAN
Journal of Economics, Management
and Accounting 1(2):95-105
Rohaeni, E.S., Zuraida, R., dan Hikmah,
Z. 2006. Analisis Kelayakan Usaha
Ternak Sapi Potong Melalui
Perbaikan Manajemen pada
Kelompok Ternak Kawasan Baru.
Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner 2006.
Saleh, E., Yunilas, dan Sofyan, Y.H. 2006.
Analisis Pendapatan Peternak Sapi
Potong di Kecamatan Hamparan
Perak Kabupaten Deli Serdang.
Jurnal Agribisnis Peternakan 2(1):
36-42.
Sumartono, Hartutik, Nuryadi dan Suyadi.
2016. Productivity Index of Etawah
Crossbred Goats at Different
Altitude in Lumajang District, East
Java Province, Indonesia. IOSR
Journal of Agriculture and Veterinary
Science (IOSR-JAVS) 9(4): 24-30.
Tatipikalawan, J.M. 2012. Analisis
Produktivitas Tenaga Kerja Keluarga
Pada Usaha Peternakan Kerbau di
Pulau Moa Kabupaten Maluku
Baratdaya. Jurnal Agroforestri VII(1):
8-15.
Triastono, H., Indraji, M., dan Mastuti, S.
2013. Pengaruh Faktor Sosial
Ekonomi Terhadap Pendapatan dan
Efisiensi Usaha Peternak Kelinci di
Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah
Peternakan 1(1): 25-30.
Trigestianto, M., Nur, S., dan Sugiarto, M.
2013. Analisis Tingkat
Kesejahteraan Peternak Sapi
Potong di Kabupaten Purbalingga.
Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3): 1158
-1164.
Zhu, X., Demeter, R.M., dan Lansink, A.O.
2012. Technical Efficiency and
Productivity Differentials of Dairy
Farms in Three EU Countries: The
Role of CAP Subsidies. Agricultural
Economics Review 13(1): 66-92.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 182


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH

Sri Ayu Andayani dan Dede Erwina

Fakultas Pertanian Universitas Majalengka


Email: sri.ayuandayani@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh kualitas pakan, kualitas
sumberdaya manusia, pemeliharaan kandang dan peran pemerintah terhadap pendapatan usaha
ternak sapi perah. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Girimulya Kecamatan Banjaran kabupaten
Majalengka. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif kuantitatif dengan teknik
penentuan responden Sample Random Sampling (SRS) yang berjumlah responden 33 orang yang
merupakan peternak sapi perah. Teknis analisis yang digunakan yaitu analisis regresi linier
berganda.Hasil penelitian menunjukan bahwa Usaha ternak sapi perah dari kualitas pakan yang
diberikan sudah cukup baik, kualitas sumberdaya manusia dalam memelihara sapi sudah sangat
baik, pemeliharaan kandang sapi sudah baik dan peran pemerintah dalam usaha ternak sapi perah
juga sangat baik. Besar pendapatan rata-rata pertahun usaha ternak sapi perah sebesar
Rp.14.679.409. Apabila dihitung perbulan sebesar Rp.1.223.284 dari satu ekor sapi dan penjualan
satu ekor pedet. Usaha ternak sapi perah dilihat dari kualitas pakan, sumberdaya manusia,
pemeliharaan kandang dan peran pemerintah berpengaruh secara simultan terhadap pendapatan
usaha ternak sapi perah, sedangkan secara parsial hanya dua variabel yang berpengaruh
terhadap pendapatan usaha ternak sapi perah yaitu sumberdaya manusia dan pemeliharaan
kandang

Katakunci: Kualitas susu, kualitas pakan, sumberdaya manusia, pendapatan, usaha ternak sapi

perah

1. PENDAHULUAN serta adanya alur pemasaran hasil yang


Peternakan merupakan salah satu lebih terarah sehingga mampu
sektor agribisnis yang cukup penting meningkatkan pendapatan dan taraf hidup
karena terkait dengan ketersediaan bahan peternak. Maka dari itu pembangunan sub
pangan hewani masyarakat, dimana sektor peternakan sebagai bagian yang
diketahui kandungan gizi hasil ternak tidak terpisahkan dari pembangunan
beserta produk olahannya mempunyai pertanian, perlu dilakukan secara
kandungan nilai gizi yang lebih baik di bertahap dan berencana agar dapat
bandingkan dengan protein yang berasal meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dari tumbuh-tumbuhan (nabati). Dalam (Karuniawati, 2012).
rangka mencapai tujuan pembangunan Salah satu komoditas peternakan
peternakan yang mampu memenuhi yang masih mempunyai potensi untuk
kebutuhan gizi masyarakat, maka dikembangkan adalah sapi perah, karena
pembangunan peternakan saat ini harus saat ini produksi susu segar dalam negeri
lebih diarahkan pada pengembangan diperkirakan hanya dapat memenuhi 25%
peternakan yang lebih maju melalui dari kebutuhan susu nasional (dengan
penggunaan teknologi tepat guna, tingkat konsumsi sekitar 6
efesiensi, produksi yang berkelanjutan, liter/kapita/tahun), dengan demikian,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 183


kebutuhan susu nasional sebagian besar dan pendapatan yang diperoleh.
masih dipenuhi dari susu impor baik Peternakan sapi perah rakyat sangat
sebagai bahan baku ataupun sebagai menarik untuk diteliti lebih lanjut
produk olahan (finished products). khususnya tentang pendapatan usahanya
Bekti (2010) menjelaskan bahwa (Yusja, 2005). Selain itu permasalahan
dari sisi konsumsi,sampai saat ini yang masih terjadi di peternakan rakyat
konsumsi masyarakat Indonesia terhadap yaitu masih rendahnya kemampuan
produk susu masih tergolong sangat sumber daya manusia dalam mengelola
rendah bila dibandingkan dengan negara usaha ternaknya sehingga akan
berkembang lainnya. Konsumsi mempengaruhi terhadap pendapatan
masyarakat Indonesia hanya 8 peternak tersebut salah satunya
liter/kapita/tahun itu pun sudah termasuk diantaranya yaitu dalam pengelolaan
produk-produk olahan yang mengandung kualitas pakan, pemeliharaan kandang
susu. dan lain sebagainya.
Kemampuan produksi susu segar di Peran pemerintah dalam membantu
Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari peternak sapi perah sangat banyak
kontribusi masing-masing kabupaten dan sehingga secara tidak langsung peran
kota yang menjadi wilayah sentra pemerintah juga dapat mempengaruhi
penghasil susu segar. Sentra produksi pendapatan usaha peternakan sapi perah.
susu sapi di Jawa Barat tersebar di Melihat uraian di atas tentang fenomena
berbagai kabupaten/kota dengan jumlah yang terjadi saat ini, maka peneliti
peternak sapi perah yang beragam, baik termotivasi untuk mengkaji bagaimana
yang mengusahakan ternaknya secara pengaruh kualitas pakan, kualitas
perseorangan maupun dengan sumberdaya manusia, pemelihraan
membentuk kelompok ternak. kandang, dan peran pemerintah terhadap
Namun demikian, peternakan sapi pendapatan usaha ternak sapi perah di
perah rakyat masih mempunyai Kabupaten Majalengka.
keterbatasan-keterbatasan dalam
menjalankan usahanya, antara lain dalam 2. METODE PENELITIAN
hal tingkat pendidikan dan ketrampilan Metode penelitian yang digunakan
serta menggabungkan beberapa faktor yaitu metode deskriptif kuantitatif dengan
produksi. Keterbatasan-keterbatasan ini teknik penentuan responden Sample
menjadikan peternak sapi perah rakyat Random Sampling (SRS) yang berjumlah
dalam menjalankan usahanya tanpa responden 33 orang yang merupakan
memperhitungkan besarnya modal yang peternak sapi perah. Teknis analisis yang
dipergunakan, biaya produksi yang telah digunakan yaitu analisis regresi linier
dikeluarkan untuk operasional usahanya berganda.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 184


3. HASIL DAN PEMBAHASAN No. Uraian Penerimaan (Rp)
3.1. Pendapatan Usaha Ternak Sapi 1 Produksi susu 27.146.382
2 Penjualan Pedet 2.774.545
Perah
Total Penerimaan (TR) 29.920.927
a) Biaya produksi
Sumber: hasil penelitian, 2016
Tabel 1. Rata-Rata Biaya Variabel per
Tahun
b) Pendapatan
No Biaya Variabel (VC) Jumlah (Rp)
Besar pendapatan rata-rata
1 Pakan dewasa 14.234.182
2 Pakan pedet 720.000
pertahun usaha ternak sapi perah sebesar
3 Upah suntik 21.429 Rp. 14.679.409. Apabila dihitung
Total Biaya Variabel (TVC) 14.984.611 perbulan sebesar Rp.1.223.284 dari satu
Sumber: hasil penelitian, 2016 ekor sapi dan satu ekor penjualan pedet.

Tabel 2. Rata-Rata Biaya Tetap per Tahun 3.2. Pengaruh Kualitas Pakan, Sumber
Daya Manusia, Pemeliharaan
No Biaya Tetap (FC) Jumlah (Rp) Kandang dan Peran Pemerintah
Terhadap Pendapatan Usaha
1 Penyusutan kandang 236.364
Ternak Sapi Perah
2 Penyusutan alat 20.543
a) Pengaruh kualitas pakan terhadap
Total Biaya Tetap (TFC) 256.907
pendapatan
Sumber: hasil penelitian, 2016
Hasil uji linieritas untuk hubungan

Tabel 3. Rata-rata Penerimaan per Tahun kualitas pakan dengan pendapatan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji Linieritas Untuk Hubungan kualitas pakan dan pendapatan
ANOVA Table

Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Pendapatan * Between (Combined) 126.434 3 42.145 .786 .511
kualitas pakan Groups
Linearity 66.783 1 66.783 1.246 .274
Deviation from 59.652 2 29.826 .556 .579
Linearity
Within Groups 1554.475 29 53.603
Total 1680.909 32
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 21 (2016)
Berdasarkan tabel anova di atas b) Pengaruh sumberdaya manusia
terhadap pendapatan
ternyata hasil analisis menunjukkan
Hasil uji linieritas untuk hubungan
bahwa sig.(0,579) > α (0,05), berarti
sumberdaya manusia dengan pendapatan
model regresi linier.
dapat dilihat pada Tabel 5.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 185


Tabel 5. Hasil Uji Linieritas Untuk Hubungan sumberdaya manusia dengan pendapatan
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
pendapatan * Between (Combined) 265.383 2 132.691 2.812 .076
SDM Groups
Linearity 245.168 1 245.168 5.196 .030
Deviation from
20.214 1 20.214 .428 .518
Linearity
Within Groups 1415.527 30 47.184
Total 1680.909 32
Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 21 (2016)

Berdasarkan tabel anova di atas c) Pengaruh pemeliharaan kandang


terhadap pendapatan
ternyata hasil analisis menunjukkan
Hasil uji linieritas untuk hubungan
bahwa sig.(0,518) > α (0,05), berarti
pemeliharaan kandang dengan
model regresi linier.
pendapatan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Uji Linieritas untuk Hubungan pemeliharaan kandang dengan
pendapatan
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
pendapatan * Between (Combined) 91.803 3 30.601 .558 .647
Pemeliharaan Groups
kandang Linearity 10.509 1 10.509 .192 .665
Deviation from
81.294 2 40.647 .742 .485
Linearity
Within Groups 1589.106 29 54.797
Total 1680.909 32
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 21 (2016)

Berdasarkan tabel anova di atas d) Pengaruh peran pemerintah


terhadap pendapatan
ternyata hasil analisis menunjukkan
Hasil uji linieritas untuk hubungan
bahwa sig.(0,485) > α (0,05), berarti
peran pemerintah dengan pendapatan
model regresi linier.
dapat dilihat pada tabel berikut.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 186


Tabel 7. Hasil Uji Linieritas untuk Hubungan peran pemerintah dengan pendapatan
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
pendapatan * Between (Combined) 333.701 2 166.850 3.715 .036
peran Groups
pemerintah Linearity 331.001 1 331.001 7.371 .011
Deviation from
2.700 1 2.700 .060 .808
Linearity
Within Groups 1347.208 30 44.907
Total 1680.909 32
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 21 (2016)
Berdasarkan tabel anova di atas sumberdaya manusia, pemeliharaan
ternyata hasil analisis menunjukkan kandang dan peran pemerintah terhadap
bahwa sig.(0,808) > α (0,05), berarti pendapatan usaha ternak susu sapi perah
model regresi linier dapat dilihat hasil analisis regresi ganda.
Adapun hasil analisis bagaimana
pengaruh antara kualitas pakan,
Tabel 9. Pengaruh kualitas pakan, sumberdaya manusia, pemeliharaan kandang,
peran pemerintah terhadap pendapatan usaha ternak sapi perah
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) .241 .937 .258 .799
Kualitas pakan .035 .109 .045 .322 .750
1 Sumberdaya manusia .619 .118 .740 5.257 .000
Pemeliharaan kandang .203 .097 .243 2.091 .046
Peran pemerintah .076 .131 .069 .578 .568
a. Dependent Variable: VAR00005
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 21 (2016)

Berdasarkan hasil analisis regresi Y = 0,241+ 0,035X1 + 0,619X2 + 0,203 X3


ganda tersebut diperoleh koefisien regresi + 0,076 X4
X1 sebesar 0,035, X2 sebesar 0,619, X3 Berdasarkan model regresi ganda
sebesar 0,203 X3, X4 sebesar 0,076 dan tersebut menunjukkan bahwa pendaptan
konstanta sebesar 0,241, sehingga usaha ternak sapi perah akan berubah
diperoleh model regresi ganda : apabila diikuti dengan penambahan pada
kualitas pakan sebesar 0,035,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 187


sumberdaya manusia sebesar 0,619, Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
pemeliharaan kandang sebesar 0,203 dan
Heriyatno. 2009. Analisis Pendapatan dan
peran pemerintah sebesar 0,076. Dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produksi Susu Sapi Perah di Tingkat
faktor yang mempengaruhi terhadap
Peternak (Kasus Anggota Koperasi
pendapatan hanya sumberdaya manusia Serba Usaha “Karya Nugraha”
Kecamatan Cigugur Kabupaten
dan pemeliharaan kandang.
Kuningan Provinsi Jawa Barat)
[skripsi]. Bogor. Fakultas Ekonomi
dan Manajemen. Institut Pertanian
4. SIMPULAN DAN SARAN
Bogor.
4.1. Simpulan Karuniawati, R, 2012. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pendapatan
Kualitas pakan, sumberdaya
Peternak Sapi Perah. IPB Bogor.
manusia, pemeliharaan kandang dan Kuncoro, Mudrajat. 2001. Metode
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk
peran pemerintah berpengaruh secara
Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta:
simultan terhadap pendapatan usaha UPP-AMP YKPN.
Santosa, u. 2005. Tata laksana
ternak sapi perah, sedangkan secara
pemeliharaan sapi. Jakarta:
parsial hanya dua variabel yang Penebar Swadaya.
Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Ekonomi
berpengaruh terhadap pendapatan usaha
Pertanian. Jakarta: Raja Grafindo
ternak sapi perah yaitu sumberdaya Persada.
Sudono, A. 2003. Ilmu Produksi Ternak
manusia dan pemeliharaan kandang
Perah. Diktat Kuliah Fakultas
4.2. Saran Peternakan IPB, Bogor. Jurusan
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Harus diadakan penyuluhan
Fakultas Pertanian. Institut
tentang peternakan sapi perah supaya Pertanian Bogor. Bogor.
Sukardi, 2007. Metodologi penelitian
sumberdaya manusia yang ada dapat
pendidikan. Yogyakarta: Bumi
menambah pengetahuan mengenai Aksara.
Syarief, M. Z. Dan C. D. A.
peternakan sapi perah, pemeliharaan sapi
Sumoprastowo. 1985. Ternak perah.
perah, cara pemerasan susu yang baik, Jakarta: CV Yasaguna.
Yusdja, Y. 2005a. Kebijakan Ekonomi
dan mengetahui kualitas susu atau pakan
Industri Agribisnis Sapi Perah di
yang baik. Indonesia. Agricultural Policy
Analysis 3(3): 256-267.
Yusdja, Y. 2005b. Kebijakan Ekonomi
5. DAFTAR PUSTAKA Industri Agribisnis Sapi Perah di
Indonesia. Agricultural Policy
Abidin, Y. 2002. Sapi potong. Jakarta:
Analysis. Bogor: Pusat Studi
Penebar Swadaya.
Ekonomi, Kementerian Pertanian.
Bambang S dan Kartasapoetra (1992),
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/.
Kalkulasi dan Pengendalian Biaya
Produksi, Jakarta: Rineka Cipta.
Bekti, E. 2010. Materi Pemberian Pakan
pada Sapi Perah. BPTP Jawa Barat.
Cyrilla, L., dan Ismail, A., 1988. Usaha
Peternakan. Diklat kuliah. Jurusan
sosial ekonomi Fakultas

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 188


ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHATANI
BUNCIS PERANCIS (Phaseolus vulgaris L) DENGAN PENERAPAN SEKOLAH
LAPANGAN GOOD AGRICULTURE PRACTICES (SLGAP)
(Studi Kasus di Gapoktan Tranggulasi Desa Batur
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang)

Sutardi1, Nanik Dara Senjawati2, Juarini2


1
Balai Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Jawa Tengah
2
Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian UPN”Veteran” Yogyakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
usahatani buncis Perancis, (2) Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan input, dan (3)
menganalisis keuntungan usahatani buncis Perancis dengan penerapan Sekolah Lapangan Good
Agriculture Practices SL-GAP di Gapoktan Tranggulasi Desa Batur. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode analisis menggunakan
analisis regresi linier berganda untuk mengestimasi fungsi produksi Coob-Douglass, analisis
efisiensi, dan analisis keuntungan dengan uji-t. Faktor-faktor produksi yang dianalisis meliputi luas
lahan, benih, bokhasi, pupuk cair, pestisida, mulsa dan tenaga kerja. Hasil penelitian
menunjukkan: 1) faktor produksi yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi
buncis Perancis adalah benih dan bokashi; 2) penggunaan benih dan bokashi belum efisien; 3)
usahatani buncis Perancis dengan penerapan SL-GAP menguntungkan.

Kata kunci: produksi, efisiensi, keuntungan, buncis Perancis

1. PENDAHULUAN ekspor juga merupakan bahan baku


Konsumsi sayuran masyarakat sayuran yang dipasarkan di pasar
Indonesia pada tahun 2010 sebesar 35,15 tradisional dan di berbagai pasar modern.
kg/kapita/tahun, menurun sampai 2013 Permintaan terhadap produk buncis
menjadi sebesar 31,14 kg/kapita/tahun, Perancis terus meningkat seiring dengan
dan meningkat pada tahun 2014 yaitu naiknya permintaan pasar Singapura,
sekitar 40 kg/kapita/tahun (Ekasari, Malaysia, Thailand dan negara-negara
2015). Rendahnya konsumsi sayuran Asia lainnya. Namun demikian di negara
tersebut disebabkan oleh distribusi pengimpor (misalnya Singapura) hasil
sayuran yang tidak merata di pasaran komoditi sayuran Indonesia dinilai masih
sebagai akibat pembudidayaan secara kalah dengan produk dari Australia dan
musiman, berkurangnya pasokan dan China. Hal ini disebabkan karena sayur-
masih rendahnya kesadaran masyarakat sayuran dari Indonesia masih belum dapat
akan sayur bagi kesehatan. memberikan jaminan kesinambungan
Salah satu komoditas sayuran yang atas: (a) mutu produk, (b) jumlah pasokan
memiliki prospek baik untuk minimum, dan (c) ketepatan waktu
dikembangkan adalah buncis Perancis penyampaian (Bank Indonesia, 2012).
atau lebih dikenal dengan sebutan French Jawa Tengah sebagai salah satu
Bean (Phaseolus vulgaris L.), karena pemasok buncis Perancis pada pasar
komoditas ini selain merupakan komoditas

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 189


internasional namun produksi dan produktivitasnya masih rendah (Tabel 1).

Tabel 1. Luas Areal Panen, Produksi dan Produktivitas Buncis Perancis di Jawa Tengah
Tahun 2010 - 2014
No Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
1 2010 32,46 162,94 5,02
2 2011 28,62 154,16 5,39
3 2012 32,13 216,20 6,73
4 2013 30,06 187,42 6,23
5 2014 29,78 266,67 8,95
Sumber: Dinas Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, 2015

Tabel 1 menunjukkan bahwa lahan usahataninya dengan konsep


produksi buncis Perancis masih rendah; Sekolah Lapangan (SL).
sementara menurut Yasri (2011), potensi Desa Batur di Kecamatan Getasan
hasil dapat mencapai 18 ton/ha. dengan lahan pertanian seluas 321 ha,
Rendahnya produksi buncis Perancis memiliki kelembagaan tani dalam bentuk
tersebut kemungkinan disebabkan karena Gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang
petani belum melakukan pengelolaan bernama Gapoktan Tranggulasi, menjadi
usahatani secara baik, dan belum salah satu daerah yang spesifik lokasi
menerapkan teknologi. Oleh karenanya, untuk membudidayakan sayuran organic,
usahatani harus dikelola secara khususnya buncis Perancis, dengan
profesional dan efektif sejalan dengan menerapkan GAP.
kaidah budidaya sayuran yang baik dan Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
aman bagi kesehatan dengan Menganalisis faktor-faktor yang
memanfaatkan teknologi budidaya. mempengaruhi produksi usahatani buncis
Menghadapi tantangan dan tuntutan Perancis dengan penerapan SL-GAP
tersebut, pemerintah melalui Kementerian yang dilakukan petani Gapoktan, (2)
Pertanian telah mengeluarkan pedoman Menganalisis efisiensi penggunaan input
teknis kegiatan pengembangan sayuran, usahatani buncis Perancis dengan
dan pedoman budidaya buah dan sayur penerapan SL-GAP pada petani
yang baik (Good Agriculture Practices for Gapoktan, dan (3) Menganalisis
Fruit and Vegetables) melalui Permentan keuntungan usahatani buncis Perancis
Nomor 48 tahun 2009. Penerapan Good dengan penerapan SL-GAP pada petani
Agriculture Practices (GAP) tersebut Gapoktan.
harus diikuti dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP) untuk setiap komoditas 2. METODE PENELITIAN
yang bersifat spesifik lokasi. Metode yang digunakan dalam
Pelaksanaanya melalui metode siklus penelitian ini adalah metode deskriptif
pembelajaran petani secara langsung di analitis dengan format studi kasus.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 190


Penentuan responden ini dilakukan Y = f (X1, X2, X3,........Xn) ….....…….. (1)
dengan sensus, yaitu mengambil seluruh Dimana:
Y = output
anggota Gapoktan yang membudidayakan
X1.......Xn = faktor produksi
buncis Perancis dengan SL-GAP.
Dalam penelitian ini untuk
Data yang digunakan meliputi data
menganalisis pengaruh penggunaan
primer dan data sekunder. Data primer
faktor-faktor produksi terhadap hasil
diperoleh melalui wawancara langsung
produksi usahatani digunakan fungsi
kepada semua anggota Gapoktan yang
produksi Cobb-Douglas yang melibatkan
mengusahakan usahatani buncis Perancis
dua atau lebih variabel, dimana variabel Y
dengan penerapan SL-GAP dengan
sebagai dependen dan X sebagai variabel
menggunakan kuesioner (daftar
independen Secara matematis bentuknya
pertanyaan) yang telah disiapkan. Data
adalah:
sekunder adalah data yang dicatat secara
Y = b0 X1b1. X2b2...Xnbn.....u …....……. (2)
sistematik dan dikutip secara langsung
Dimana:
dari studi pustaka dan dari instansi Y = output
X1.......Xn = input faktor-faktor
pemerintah atau lembaga terkait dengan
b0, b1..n = produksi
penelitian ini. besaran yang akan
u = diduga nilainya
Untuk mengetahui pengaruh
faktor kesalahan (error)
penggunaan input terhadap produksi dan
Agar fungsi produksi di atas dapat
efisiensi penggunaan input digunakan
ditaksir, maka persamaan tersebut perlu
analisis regresi linier berganda, sedang
ditransformasikan kedalam bentuk linier
untuk menganalis tingkat keuntungan
berganda sebagai berikut:
digunakan analisis deskriptif yang
Ln Y = Ln b0 + b1LnX1 + b2 LnX2 + … +
selanjutnya diuji dengan uji-t.
bnLnXn + u .............................. (3)
Sistem produksi merupakan sistem
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
integral faktor-faktor produksi yang terdiri
Gapoktan Tranggulasi telah
atas komponen struktural berupa lahan,
mererapkan SL-GAP sayuran, khususnya
tenaga kerja, modal, sarana produksi,
pada komoditas buncis Perancis sejak
alsintan dan komponen fungsional berupa
tahun 2010. Budidaya sayuran buncis
perencanaan, pengendalian dan supervisi
Perancis dilakukan dengan sistem
yang masuk dalam manajemen
tumpang gilir dan mencapai luasan sekitar
organisasi. Hubungan antara faktor
5,0 ha. Rata-rata produksi baru mencapai
produksi (input) dan produksi (output)
6,0 ton/ha, sedang potensi hasil dapat
biasanya disebut dengan fungsi produksi.
mencapai 12 ton/ha sesuai SOP buncis
Fungsi produksi yang digambarkan
Perancis (Gapoktan Tranggulasi, 2013).
dengan rumus matematik adalah sebagai
Kesenjangan produktivitas antara kondisi
berikut (Soekartawi, 1994):

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 191


lapangan di tingkat petani dengan hasil mendekati kapasitas produk optimal
produktivitas potensial merupakan indikasi (Kementerian Pertanian, 2014).
penggunaan teknologi produksi yang 3.1. Analisis Faktor-faktor Produksi
belum optimal. Melalui penerapan yang Mempengaruhi Usahatani
teknologi dan upaya penanganan yang Buncis Perancis
intensif serta didukung oleh kecukupan Hasil analisis regresi hubungan
sarana produksi yang optimal, maka input dan output usahatani buncis
kualitas maupun kuantitas hasil produk Perancis disajikan pada Tabel 1.
diharapkan akan mampu ditingkatkan

Tabel 1. Analisis Regresi Fungsi Produksi Cobb-Douglas Usahatani Buncis Perancis di


Gapoktan Tranggulasi, Desa Batur.

No Variabel Bebas Koefisien Regresi t hitung Sig (0,05)


1 Konstanta 1,029 0,458 0,659
2 Luas lahan (X1) 0,106 0,590 0,571
3 Benih (X2) 0,381 2,622 0,031
4 Bokhasi (X3) 0,931 3,657 0,006
5 Pupuk Cair (X4) -0,009 -0,062 0,952
6 Pestisida (X5) 0,392 1,288 0,234
7 Mulsa plastik (X6) 0,050 0,333 0,748
8 Tenaga Kerja (X7) -0,583 -1,789 0,111
R2 adjusted = 0,861
F hitung = 14,257 0,001
F tabel (0,05) = 3,500
t tabel (0,05) = 2,306
Sumber: diolah dari data primer, 2016

Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh persamaan regresi sebagai


fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut berikut:
LnY = 1,029 + 0,106 LnX1 + 0,381 LnX2 + 0,931 LnX3 - 0,009 LnX4 + 0,392 LnX5 + 0,050
LnX6 - 0,583 LnX7 + u
atau:
Y = 1,029X10,106X20,381X30,931X40,009X50,392 X60,005X7-0,583eu
Dimana: artinya bahwa variabel bebas luas lahan,
Y = Jumlah produksi (kg)
benih, bokhasi, pupuk cair, pestisida,
X1 = Luas lahan (hektar)
X2 = Benih (kg) mulsa plastik dan tenaga kerja
X3 = Bokhasi (ton)
mempunyai pengaruh sebesar 86,10%
X4 = Pupuk cair (liter)
X5 = Pestisida (liter) terhadap produksi buncis Perancis;
X6 = Mulsa plastik (kg)
sedangkan sisanya 13,90% dipengaruhi
X7 = Tenaga kerja (HOK)
U = nilai error oleh variabel lain yang tidak diteliti.
Tabel 1 menunjukkan nilai R2 Berdasar hasil uji F, dengan tingkat
adjusted sebesar 0,861 atau 86,10%, kepercayaan 95% (α = 0,05) diperoleh

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 192


nilai signifikansi sebesar 0,001 < α = 0,05. Dimana:
NPMxi = Nilai produk marginal input
Artinya bahwa variabel luas lahan, benih,
Pxi = Nilai harga input
bokhasi, pupuk cair, pestisida, mulsa dan
Kriteria efisiensi:
tenaga kerja secara bersama-sama
a) Nilai efisiensi >1, artinya penggunaan
mempengaruhi produksi buncis.
input belum efisien sehingga
Selanjutnya dari Uji parsial (Uji-t) diketahui
penggunaan input perlu ditingkatkan.
bahwa hanya benih dan bokashi yang
b) Nilai efisiensi = 1, atinya penggunaan
mampu meningkatkan produksi secara
input telah efisien.
signifikan.
c) Nilai efisiensi < 1, artinya penggunaan
3.2. Analisis Efisiensi Faktor Produksi
faktor produksi tidak efisien
Analisis efisiensi adalah untuk
Untuk menghitung efisiensi
mengetahui apakah penggunaan faktor-
penggunaan faktor produksi digunakan
faktor produksi efisien atau tidak. Analisis
persamaan efisiensi harga yaitu nilai
ini dilakukan dengan menghitung nilai
produk marginal input (NPMx) sama
produk marginal (NPM) dengan harga
dengan harga input (Px). Hasil analisis
faktor produksi (Px) yang secara
efisiensi faktor-faktor produksi usahatani
matematis dapat ditulis dalam rumus
buncis Perancis tersebut dapat dilihat
sebagai berikut :
pada Tabel 2.
NPMxi = Pxi …………... (4)

Tabel 2. Hasil Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatani Buncis Perancis di
Gapoktan Traggulasi
Sim-
No Variabel Bi Y Py Xi Pxi MPxi NPMxi NPMi/Pxi
pulan
1.097,31 Belum
1 Benih 0,381 10.000 4,75 50.000 88,016 880.158,126 17,603
efisien
1.097,31 Belum
2 Bokhasi 0,931 10.000 3,93 1.000.000 259,948 2.599.479,929 2,599
efisien
Sumber: Analisis data primer (2016)

Tabel 2 menunjukan bahwa nilai ditingkatkan menjadi 8,36 kg untuk benih


efisiensi benih sebesar 17,603 dan nilai dan 6,16 ton untuk bokhasi.
efisiensi bokhasi sebesar 2,599. Nilai 3.3. Keuntungan Usahatani
tersebut menunjukkan bahwa Keuntungan usahatani buncis Perancis
penggunaan input produksi belum efisien dianalisis dengan rumus:
sehingga perlu ditambah. Rata-rata TR = Q x P ..................
penggunaan benih sebesar 4,75 kg dan (5)
bokhasi sebesar 3,93 ton untuk areal NR = TR - TEC ….............
tanam rata-rata 1.810 m2, untuk (6)
mencapai produksi yang optimal perlu π = TR - (TEC + TIC) …...…….
(7)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 193


Dimana: Π = Keuntungan
TR = Penerimaan Total (Total
Revenue) Analisa usahatani buncis Perancis
Q = Jumlah produk yang dihasilkan
per luasan 1.000 m2 dalam satu musim
(kg)
P = Harga (Price) per satuan tanam tertera dalam Tabel 3.
produk (Rp)
NR = Pendapatan Total (Net
Revenue)
TEC = Biaya Ekplisit Total (Total
Explicit Cost)
TIC = Biaya Implisit Total (Total
Implisit Cost)
Tabel 3. Analisa Usahatani Buncis Perancis Rata-Rata Per 1.000 m2 Dalam Satu Musim
Tanam Di Gapoktan Tanggulasi, Kec, Getasan
No Uraian Jumlah (Rp)

1 Biaya implisit 1.162.478,95


2 Biaya ekplisit 2.827.310,00
3 Total biaya implisit dan ekplisit (1+2) 3.989.788,95
4 Penerimaan 6.060.800,00
5 Pendapatan usahatani (4-2) 3.233.490,00
6 Keuntungan usahatani (4-3) 2.071.011,05
Sumber: Analisis data primer (2016)

Dari Tabel 3, dengan total produksi 3) Usahatani buncis Perancis dengan


606,08 kg dan harga per kg Rp 10.000,- penerapan SL-GAP di Gapoktan
diperoleh penerimaan sebesar Rp Tranggulasi menguntungkan.
6.060.800,00. Pendapatan usahatani 4.2. Saran
sebesar Rp 3.233.490,00 dan keuntungan 1) Untuk mengoptimalkan produksi
usahatani sebesar Rp 2.071.011,05 per buncis Perancis perlu penambahan
satu musim tanam per luas lahan 1.000 benih lokal dari 4,75 kg menjadi 8,36
2
m dengan pengertian bahwa semua kg. Benih F1 organik dapat diperoleh
sewa lahan, tenaga kerja sendiri, bunga melalui penangkaran benih buncis
modal sendiri telah diperhitungkan secara organik yang bermitra dengan
sebagai biaya. Balai Penelitian Tanaman Sayuran di
4. SIMPULAN DAN SARAN bawah Badan Litbang Pertanian
4.1. Simpulan Lembang Bandung. Optimalisasi
1) Faktor yang berpengaruh nyata pada penggunaan bokhasi dari 3,93 ton
produksi buncis Perancis adalah menjadi 6,16 ton dapat diupayakan
benih dan bokhasi. dengan menambah volume
2) Penggunaan input produksi benih dan penanaman rumput gajah di sekitar
bokhasi belum efisien. lahan usahatani sebagai pakan ternak
sapi.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 194


2) Menyediakan tempat penyimpanan
benih yang aman, atau
memperpanjang masa dormansi
benih organik dengan mengemas
benih dalam plastik metalik dan
disimpan dalam toples.
3) Meningkatkan produksi dengan
mengoptimalkan input secara tepat
dengan berpedoman pada standar
operasional prosedur yang telah
disusun.

5. DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia, 2012. Pola Pembinaan
Usaha Kecil (PPUK), Budidaya
Sayuran Bernilai Tinggi, Jakarta:
Direktorat Kredit BPR dan UMKM.
Ekasari, 2015. Menumbuhkan Cinta
Konsumsi Sayuran, Tabloit Sinar
Tani, 3601(1): 13
Gapoktan Tranggulasi, 2013. Standar
Operasional Prosedur Budidaya
Buncis Perancis Organik.
Semarang.
Kementerian Pertanian, 2014. Pedoman
Teknis Kegiatan Pengembangan
Sayuran dan Tanaman Obat,
Jakarta: Direktorat Jenderal
Hortikultura.
Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi
Produksi dengan Pokok Bahasan
Analisis Cobb-Douglas Edisi 1,
Jaka0ta: PT Raja Grafindo Persada.
Yasri, 2011.Buncis Unggul, Trubus
http://www.trubus-
online.co.id/buncis-unggul-18-
tonha/, diunduh: 13 Maret 2016.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 195


ANALISIS PERBAIKAN MUTU PAKAN DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
TERNAK DOMBA DI KECAMATAN CIHAURBEUTI KABUPATEN CIAMIS

Tita Rahayu

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: titarahayu85@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian yang dilaksanakan di Kecamatan Cihaurbeuti ini bertujuan untuk meningkatkan


pengetahuan petani dalam pemilihan pakan yang memenuhi syarat kualitas dan kuantitas pakan
yang baik serta meningkatkan pertambahan berat badan harian ternak domba dengan
menggunakan Bioplus serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam
menerapkan sapta usaha serta dapat mendorong petani untuk beragribisnis lebih efektif dan
efisien. Kegiatan kaji terap dimaksudkan untuk memberikan alternatif rekomendasi sekaligus
meyakinkan peternak tentang bagaimana cara perbaikan mutu pakan dalam agribisnis ternak
domba. Kaji terap dilaksanakan sebagai kegiatan demonstrasi plot sebagai cara untuk pembuktian
hasil dan cara yang dapat dilakukan secara langsung oleh peternak. Metode yang digunakan
dalam kaji terap yaitu demontrasi cara dan demontrasi hasil. Analisis yang digunakan untuk
mengetahui perbedaan yang muncul pada pengkajian ini adalah dengan menggunakan uji t. Alat
dan bahan yang digunakan adalah ternak domba berjumlah 8 ekor, bioplus, dedak padi dan
kandang serta timbangan. Pengkajian dialokasikan dalam dua perlakuan yaitu Po dan P1. Hasil
penelitian menunjukkan perbedaan pertambahan berat badan harian ternak domba pada setiap
perlakuan dan meningkatnya peran serta kelompoktani dengan pihak lain dalam mengembangkan
agribisnis ternak domba.

Kata kunci: Mutu Pakan, Agribisnis, Ternak Domba

1. PENDAHULUAN kelompoktani menjadi lebih efektif.


Perkembangan zaman dan teknologi Kegiatan penyuluhan kepada
menyebabkan wilayah tempat mencari kelompoktani yang berada di Kecamatan
rumput semakin sempit, sulitnya akses Cihaurbeuti dalam upaya peningkatan
untuk mendapat konsentrat yang sesuai mutu pakan meliputi penggunaan
kebutuhan. Keterbatasan informasi dan teknologi pakan berupa Probiotik Bioplus
ilmu pengetahuan menyebabkan peternak yang dilaksanakan di salah satu
kurang termotivasi untuk memperbaiki kelompoktani yaitu kelompoktani Saluyu
mutu pakan ternak domba di Kecamatan V1 yang merupakan salah satu
Cihaurbeuti. Maka dari itu, perlu pengenalan teknologi pakan tersebut
dilaksanakan pembinaan serta dalam meningkatkan berat badan ternak
penyuluhan dalam aspek manajemen domba.
usaha tani khususnya dalam perbaikan Beternak domba merupakan salah
mutu pakan ternak domba. Dalam upaya satu usaha yang dapat diandalkan untuk
pengembangannya perlu adanya meningkatkan kehidupan peternak karena
dorongan dan motivasi yang tinggi dari keunggulannya. Usaha domba di
berbagai pihak agar pembinaaan serta Indonesia memiliki prosfek yang cukup
penyuluhan kepada para petani dan cerah karena daging domba dapat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 196


diterima oleh berbagai lapisan masyarakat pakan tambahan dalam bentuk serbuk
dan berkembangnya ilmu pengetahuan kering inilah yang disebut Bioplus (
serta pendapatan yang cukup akan Sarwono dan Arianto, 2002).
mendorong konsumen untuk memenuhi Kaji terap merupakan suatu metoda
kebutuhan gizi khususnya protein hewani penyuluhan pertanian untuk meningkatkan
(Sudarmono dan Sugeng, 2003). kemampuan petani-nelayan dan memilih
Pakan pemacu yang biasa paket teknologi usahatani dari beberapa
digunakan dalam mempercepat alternatif yang telah direkomendasikan
pertumbuhan domba bakalan adalah sebelum di demonstrasikan dan
dapat diberikan dalam bentuk Bioplus. dianjurkan yang pelaksanaannya
Contoh bahan penyusunan Bioplus yang dilakukan oleh kontak tani nelayan di
dibuat di BLPP Ciawi bahan dasar dan lahan usahataninya dengan bimbingan
komposisinya terdiri dari mikroba-mikroba penyuluh pertanian (Departemen
dan media/bahan pembawa mikroba. Pertanian, 2003).
Media atau bahan pembawa mikroba ini Masih terbatasnya pengetahuan dan
berupa serat-serat yang terdapat pada keterampilan petani tentang perbaikan
pakan hijauan yang dikonsumsi ternak mutu pakan dalam agribisnis ternak
tersebut. Bagian terbesar dari mikroba domba merupakan salah satu masalah
yang ada dalam Bioplus adalah mikroba yang dihadapi hingga saat ini. Selain itu
pencerna serta kasar, mikroba ini akan masalah utama dalam perbaikan mutu
melekat pada makanan/hijauan yang akan pakan adalah rendahnya penerapan
melindunginya dari perlakuan pada saat teknologi baru bagi para petani yang sulit
pembuatan Bioplus (Sudrajat, 2006). dalam menerima inovasi. Maka
Bioplus diperoleh dalam isi rumen berdasarkan hasil survai yang dilakukan di
dalam bentuk kering. Isi rumen sebagai Kecamatan Cihaurbeuti berdasarkan
pakan tambahan merupakan penghasil permasalahan tersebut, sangat diperlukan
mikroba pemecah serat kasar yang tinggi penelitian tentang Peningkatan mutu
sekali kemampuannya. Bioplus pakan dalam agribisnis ternak domba.
dikembangkan dari limbah rumah potong Penelitian ini diharapkan akan
hewan. Isi rumen sapi yang ditampung menghasilkan luaran dalam bentuk
kemudian diseleksi dan dipelihara metode yang mudah, murah dan dapat
(Difermentasi) dengan diberi paka jerami. diaplikasikan oleh petani. Disamping itu,
Untuk mempermudah pemberian maka untuk masa yang akan datang metode
bahan tersebut dikeringkan dengan yang digunakan dalam penelitian ini
pemanasan stabil pada suhu 40 C. diharapkan tidak hanya diaplikasikan oleh
Setelah kering, pakan digiling dan diayak para petani ternak domba saja, tapi juga
sehingga berbentuk serbuk halus. Produk dapat menjadi kontribusi ilmu

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 197


pengetahuan yang dapat dimanfaatkan mengetahui perbedaan yang muncul pada
untuk para petani ternak domba di daerah pengkajian ini adalah dengan
lain. menggunakan uji t. Alat dan bahan yang
digunakan adalah ternak domba
2. METODE PENELITIAN berjumlah 8 ekor, bioplus, dedak padi dan
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 kandang serta timbangan. Pengkajian
bulan yaitu sejak bulan Desember 2016 dialokasikan dalam dua perlakuan yaitu
sampai bulan Pebruari 2017. Pelaksanaan Po dan P1. Masing-masing perlakuan
penelitian dilaksanakan di Kecamatan menggunakan 4 ekor domba jantan
Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis dengan dengan umur berkisar antara 6-8 Bulan.
mengambil lokasi di kelompoktani Saluyu Kelompok pertama Po diberi rumput saja
V1 yang merupakan kebiasaan petani.
Kegiatan kaji terap dimaksudkan Kelompok ke dua (P1) diberi rumput 10%
untuk memberikan alternatif rekomendasi dari berat badan ditambah 200 gram
sekaligus menyakinkan peternak tentang dedak padi dan Bioplus 300 gram per ekor
bagaimana cara perbaikan mutu pakan (satu dosis pemberian).
dalam agribisnis ternak domba serta kaji Sebelum dilakukan perlakuan pada
terap dilaksanakan sebagai kegiatan ternak domba maka terlebih dahulu
demonstrasi plot, karena membuktikan dilakukan penimbangan dimana untuk
hasil dan cara yang dapat dilakukan mengetahui berat badan awal ternak
langsung oleh peternak. Metode yang domba dan pemberian obat cacing Verm-
digunakan dalam kaji terap yaitu o per ekor. Pada akhir pelakuan dilakukan
demontrasi cara dan demontrasi hasil. penimbangan untuk mengetahui keadaan
Metode demonstrasi cara dilakukan pada berat badan akibat perlakuan. Selama
kelompoktani Saluyu V1 dengan materi perlakuan tersebut ternak domba diberi air
penyuluhan yaitu memperkenalkan dan minum secara teratur.
membuat pakan Bioplus. Demonstrasi
hasil dilaksanakan dengan tujuan para 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
peternak bisa mengamati dan Hasil demonstrasi cara, demonstarai
menganalisa usaha tani sehingga para plot dan demonstrasi hasil yaitu tumbuhya
peternak bisa membandingkan antara kesadaran peternak untuk tahu dan mau
demonstrasi cara dan demonstrasi hasil. melaksanakan sapta usaha peternakan
Penelitian yang bertujuan utnuk terutama dalam perbaikan mutu pakan
meningkatkan berat badan ternak domba dalam pengembangan agribisnis ternak
dengan menggunakan Bioplus diharapkan domba. Penyebaran leaflet dalam
pendapatan para peternak meningkat. pendekatan kelompok selama penelitian
Analisis yang akan digunakan untuk yaitu tumbuhnya minat para petai yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 198


ingin lebih jelas tentang materi tertulis petani mengenai agribisnis. Disamping itu,
dalam lembar informasi tersebut. Dari para petani menjadi tahu tentang pakan
aspek ekonomi, usaha agribisnis ternak ternak yang memenuhi syarat kualitas dan
domba merupakan salah satu usaha kuantitas serta dengan pemberian pakan
agribisnis yang memiliki prosfek suplemen berupa Bioplus dalam penelitian
menjanjikan di masa depan karena ini memberikan keuntungan yang layak
memiliki beberapa keuntungan yakni sehingga dapat memberikan tambahan
mampu menghasilkan bahan pangan pendapatan bagi para petani ternak
protein hewani dan kotorannya untuk domba di Kecamatan Cihaurbeuti.
pupuk kandang. Keuntungan dari usaha
agribisnis tersebut dapat menyerap 4.2. Saran
tenaga kerja, dan dapat diandalkan Saran pada penelitian yang
sebagai sumber pendapatan keluarga. dilaksanakan di Kecamatan Cihaurbeuti
Kaji terap yang dilaksanakan pada ini, yaitu para petani ternak domba
penelitian ini dimaksudkan sebagai diharapkan lebih aktif dalam mencari
pembanding dan diharapkan sebagai informasi pasar demi menunjang
dasar pemikiran bagi peternak dalam agribisnis ternak domba serta diharapkan
memilih paket teknologi yang lebih para penyuluh dapat meningkatkan
menguntungkan. Untuk membuktikan pembinaannya dan membawa informasi
kebenaran dalam penelitian ini apakah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
terdapat perbedaan nyata antara sebelum para petani ternak domba.
penggunaan Bioplus maka dilakukan uji t.
Selanjutnya dilakukan analisa usaha 5. DAFTAR PUSTAKA
untuk membandingkan perlakuan mana Undang-Undang Republik Indonesia No
16 2006. Sistem Penyuluhan
yang secara ekonomis lebih
Pertanian, Perikanan dan
menguntungkan dan layak untuk Kehutanan. Departemen
Pertanian. Jakarta.
diterapkan. Berdasarkan analisa usaha
Slamet Margono, 2003. Membentuk Pola
ternak domba yang diberi perlakuan Perilaku Manusia Pembangunan.
Institut Pertanian Bogor Press.
dengan Bioplus memberikan keuntungan
Bogor.
yang lebih baik dibandingkan dengan Badan Pengembangan Sumberdaya
Manusia Pertanian. 2005.
yang tanpa perlakuan.
Pedoman Penyelenggaraan
Penyuluhan Pertanian Dalam Era
Otonomi Daerah. Departemen
4. SIMPULAN DAN SARAN
Pertanian. Jakarta.
4.1. Simpulan Purwanto. 2005. Programa Penyuluhan
Pertanian. Sekolah Tinggi
Perbaikan mutu pakan dalam
Penyuluhan Pertanian. Bogor.
pengembangan agribisnis ternak domba
ini adalah meningkatnya pengetahuan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 199


Marzuki. 2001. Dasar-Dasar Penyuluhan
Dan Modernisasi Pertanian. Bina
Cipta. Bandung.
Ibrahim, Ahmad Sudiyono dan Harpowo.
2003. Komunikasi Dan
Penyuluhan Pertanian.
Bayumedia Publising. Magelang.
Departemen Pertanian. 2003. Pedoman
Umum Pemilihan Metode
Penyuluhan Pertanian. Badan
Pengembangan Sumber Daya
Manusia Pertanian. Departemen
Pertanian. Jakarta.
Rahardi, F. dan R. Hartono. 2003.
Agribisnis Peternakan. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sodiq, A dan Zainal Abidin. 2002.
Penggemukan Domba.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Sarwono, B dan Arianto, H.B. 2002.
Penggemukan Sapi Potong
Secara Cepat. Penebar
Swadaya. Jakarta.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 200


KERAGAAN DAN ANALISA USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN BIMA

Valeriana Darwis

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Email: valeriana@pertanian.go.id

ABSTRAK

Kedelai merupakan tanaman pangan yang penting selain padi dan jagung. Kedelai banyak memberikan
manfaat sehingga permintaannya bertambah rata-rata 5,3 persen/tahun. Banyak permintaan dan tidak
siapnya dalam sisi pengadaan, membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan impor. Untuk itu tujuan tulisan
ingin melihat keragaan kedelai dan berapa keuntungan usahatani kedelai di Kabupaten Bima yang
merupakan salah satu sentra produsen kedelai di luar Pulau Jawa. Dalam masa antara tahun 2003 sampai
2013 kebutuhan kedelai lebih banyak diimpor dengan kontribusi rata-rata 64.25 persen/tahun. Tingginya
impor karena produksi lokal tidak mencukupi, bahkan cenderung turun. Dalam kurun waktu 20 tahun (1995-
2015) luas panen dan produksi rata-rata turun pertahun sebesar 4,30% dan 2,68%. Penurunan luas panen
juga terjadi di Kabupaten Bima dimana dalam masa 5 tahun terakhir (2010-2014) telah terjadi penurunan rata-
rata 3,48 persen/tahun, tetapi produksinya mengalami kenaikan rata-rata 2,81 persen/tahun. Kenaikan
produksi diakibatkan oleh kenaikan produktivitas rata-rata 6,29 persen/tahun. Budidaya kedelai masih
memberikan keuntungan bagi petani, hal ini terlihat dari R/C ratio sebesar 1.93. Penghasilan petani bisa
bertambah apabila bisa menekan biaya tenaga kerja yang memberikan kontribusi sebesar 52,69 persen
terhadap biaya total.

Kata kunci : keragaan, usahatani, kedelai

1. PENDAHULUAN pangan penghasil protein nabati yang


Komoditas kedele merupakan salah sangat populer di Indonesia. Hampir
satu komoditas yang menjadi prioritas seluruh kedelai di Indonesia dikonsumsi
utama pemerintah untuk ditingkatkan dalam bentuk pangan olahan seperti:
menjadi swasembada. Pentingnya tahu, tempe, kecap, tauco, dan berbagai
Indonesia melakukan swasembada kedelai bentuk makanan ringan (snack).
sekurang-kurangnya didasarkan pada dua Berkembangnya teknologi pengolahan
argumen (Budi.G.S dan M. Aminah. 2010) : pangan telah memicu berkembang
(i) kedelai merupakan sumber protein yang pesatnya industri pangan berbahan baku
murah bagi masyarakat Indonesia, yang kedelai. Perkembangan industri tersebut
telah berlangsung sangat lama. Tanpa merupakan peluang yang sangat besar
memproduksi dalam jumlah yang bagi agribisnis kedelai, mulai dari
memenuhi permintaan, akan menjadi titik usahatani, pengolahan, sampai
lemah yang dapat berpengaruh terhadap pemasaran produk olahannya.
aspek sosial, ekonomi dan politik. (ii) Banyaknya manfaat kedelai
ketidakmampuan melakukan swasembada membuat permintaan kedelai setiap
akan menghabiskan devisa yang dapat tahunnya mengalami peningkatan, hal ini
menjadi titik lemah negara dalam aspek terlihat dari data periode 2005-2013
dan spektrum yang lebih luas. kebutuhan kedelai rata-rata meningkat
Kedelai banyak manfaatnya dan 5,39% (BPS, 2014). Peningkatan
kedelai merupakan salah satu komoditas permintaan kedelai yang tinggi belum

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 201


mampu diikuti oleh perbaikan kinerja dilaksanakan pada bulan September 2016.
produksi dalam negeri secara nyata. Pemilihan Kabupaten Bima, Provinsi NTB
Kondisi ini menyebabkan impor kedelai sebagai lokasi penelitian, karena lokasi ini
Indonesia dalam periode 2005-2013 masih merupakan salah satu sentra produsen
cukup besar, rata-rata 64% pertahun dari kedelai terbesar di luar Pulau Jawa.
kebutuhan (FAO, 2014). Penelitian ini mempergunakan data primer
Menurut Benny Kusbini (2011) dan data sekunder. Data primer diperoleh
kondisi agribisnis kedelai di Indonesia dari : (i) diskusi terbatas dengan karyawan
antara lain : (i) lebih dari 90% kebutuhan Dinas Pertanian Provinsi dan (ii)
kedelai diimpor dari Amerika, Brazil dan wawancara 20 petani kedelai dengan
Kanada, karena produksi dalam negeri mempergunakan pertanyaan terstruktur
sangat kecil dengan produktivitas budidaya (kuesioner). Sementara data sekunder
masih rendah, (ii) agribisnis kedelai juga diperoleh dari BPS, Dinas Pertanian
sulit berkembang karena lahan yang Provinsi dan Kabupaten. Data yang
menyempit, tidak tersedianya infrastruktur terkumpul kemudian dianalisis
yang memadai dan kurang tersedianya mempergunakan metode deskriptif dan
benih yang baik, (iii) dari segi kebijakan analisis B/C ratio untuk analisa usahatani.
tidak ada koordinasi antara pemerintah
pusat dan daerah, kebijakan bea impor 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kedelai 0% mengakibatkan membanjirnya Neraca Kedelai Nasional
kedelai impor dan (iv) harga kedelai di Dalam kurun waktu sepuluh tahun
pasaran lokal tidak menarik kalah dengan (2003-2013) pertumbuhan kedelai nasional
komoditas pangan lainnya. rata-rata pertahun bertambah 1,84% (Tabel
Untuk mengurangi impor dan 1). Kalau dilihat pertahunnya produksi
memenuhi kebutuhan kedelai dapat kedelai nasional sangat berfluktuasi
ditempuh dengan cara meningkatkan dimana dalam kurun waktu yang sama
produksi dan produksi bisa ditingkatkan produksi terbanyak terjadi pada tahun 2009
apabila usahataninya bisa memberi (975 ton) dan yang terendah terjadi pada
keuntungan. Untuk itu tulisan ini bertujuan tahun 2003 (672 ton). Karena produksinya
ingin mengetahui keragaan dan budidaya tidak cukup, untuk memenuhi penyediaan
kedelai apakah masih menguntungkan kedelai nasional maka diambil kebijakan
untuk diusahakan tingkat petani di impor. Pertumbuhan impor kedelai dalam
Kabupaten Bima. masa 10 tahun juga mengalami
peningkatan rata-rata 1,55%/tahun. Impor
2. METODE PENELITIAN kedelai paling banyak terjadi pada tahun
Penelitian dilakukan pada tahun 2016 2011, yaitu sebesar 2.093 ton.
dan survay ke lokasi penelitian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 202


Meningkatnya impor kedelai kedelai yang digunakan untuk pakan.
menandakan kebutuhan akan kedelai Pernyataan ini diperkuat juga oleh data
semakin meningkat. Kedelai peruntukan BPS, dimana penggunaan kedelai di
paling tinggi untuk bahan makanan. Indonesia sebagian besar (88 %)
Soetrisno (2010) mengungkapkan bahwa dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan
sekitar 91 persen kedelai Indonesia terutama dalam bentuk tahu dan tempe.
dijadikan bahan baku tahu dan tempe. Penggunaan kedelai lainnya digunakan
Sekitar 6 persen kedelai di Indonesia untuk industri non pangan, untuk benih,
digunakan dalam industri non pangan, dan dan tercecer.
sekitar 1 persen untuk bibit dan tidak ada

Tabel 1. Neraca Kedelai Nasional 2003-2013 (000 ton)


Tahun Produksi Ekspor Impor Neraca Penyediaan
2003 672 8 1.193 (1.185) 1.857
2004 723 8 1.116 (1.108) 1.831
2005 808 0 1.086 (1.086) 1.894
2006 748 0 1.132 (1.132) 1.879
2007 593 0 1.419 (1.419) 2.011
2008 776 0 1.180 (1.180) 1.956
2009 975 0 1.321 (1.321) 2.296
2010 907 0 1.745 (1.745) 2.652
2011 851 0 2.093 (2.093) 2.944
2012 843 0 1.923 (1.923) 2.765
2013 808 0 1.393 (1.393) 2.201
Rata-rata 791 1 1.418 (1.417) 2.208
Pertumbuhan
1,84 - 1,55 1,62 1,70
(%/th)
Sumber : BPS 2015 (diolah)

Perkembangan Luas Panen, Produksi pertumbuhannya dalam masa 20 tahun


Kedelai Nasional, Provinsi NTB dan Kab (1995-2015) luas panen dan produksi
Bima kedelai nasional mengalami penurunan
Rata-rata luas panen dan produksi pertahun masing masing sebesar 4,30%
kedelai nasional antara tahun 2010-2015 dan 2,68%. Hal yang sama juga terjadi di
masing-masing 607 ribu hektar dan 886,6 Provinsi NTB meskipun tidak besar
ribu ton (Tabel 2). Kontribusi Provinsi NTB penurunan luas panen rata-rata pertahun
terhadap luas panen dan produksi nasional 1,8% dan penurunan produksi rata-rata
sebesar 79,2 ribu hektar (13.04%) dan 95,7 0,2% pertahun.
ribu ton kedelai (10.79%). Kalau dilihat dari

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 203


Tabel 2. Pertumbuhan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai Menurut Periode
Provinsi Pertumbuhan (%/tahun)
Luas Panen Rerata luas
(000 Ha) panen 1995-2000 2000-2005 2005-2010 2010-2015 1995-2015
2010 - 2015
NTB 79.2 -14.0 5.8 -0.6 1.8 -1.8
Indonesia 607.0 -11.65 -5.65 1.23 -1.12 -4.30
Produksi Rerata Produksi
(1000 ton) 2010 - 2015
NTB 95.7 -13.2 8.2 -2.7 6.8 -0.2
Indonesia 886.6 -10.02 -4.60 2.30 1.61 -2.68
Sumber : Kementerian Pertanian (diolah)

Menurut Dirjen Tanaman Pangan meningkatkan produksi kedelai menuju


(2013) rendahnya produksi kedelai ini swasembada kedelai.
disebabkan antara lain: (i) menurunnya Sementara perkembangan luas
luas pertanaman dan luas panen kedelai, panen di Kabupaten Bima dalam kurun
(ii) belum optimalnya penerapan teknologi waktu lima tahun terakhir (2010-2014)
spesifik lokasi di lapangan, (iii) persaingan menggalami pertumbuhan negatif dengan
harga antar komoditi, dimana harga kedelai rata-rata penurunan luas panen sebesar
di tingkat petani cenderung rendah, (iv) 3,48 persen (Tabel 3). Meskipun luas
kepemilikan lahan petani kedelai mayoritas panen menurun tetapi produksi kedelai
kecil/gurem (<0,5 ha) dan (v) komoditi dalam waktu yang sama justru mengalami
kedelai seringkali dijadikan pilihan terakhir peningkatan rata-rata 2,81 persen. Naiknya
bagi petani. Untuk mengatasi produksi kedelai karena naiknya
permasalahan ini maka pemerintah produktivitas rata-rata 6,29 persen
mengeluarkan kebijakan untuk pertahun.

Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai di Kabupaten Bima
Tahun Luas panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
2010 29723 38045 1,28
2011 28515 28082 0,98
2012 23282 23671 1,02
2013 27833 31384 1,13
2014 25862 42579 1,65
Rata-rata 27043 32752 1,21
Pertumbuhan (%/thn) -3,48 2,81 6,29
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bima (2015)

Beberapa penyebab turunnya luas ini pemerintah daerah lebih


panen kedele di Kabupaten Bima antara memfokuskan kepada pengembangan
lain: dan peningkatan produksi padi,
(1) dari segi kebijakan dimana pemerintah jagung, ternak khususnya sapi dan
daerah tidak memasukkan tanaman rumput laut.
kedelai sebagai prioritas komoditas (2) dari segi budidaya, menurut petani
tanaman andalan provinsi. Untuk saat tanaman kedelai merupakan tanaman

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 204


yang sulit diusahakan dan disisi lain mengusahakan tanaman kedelai.
hasil produktivitasnya sangat rendah.
Benih harus dibeli setiap ditanam, hal Analisa Usahatani Kedelai
ini disebabkan benih yang diperoleh Produktivitas kedelai perhektar di
dari hasil panen sendiri tidak bertahan Kabupaten Bima pada tahun 2015/2016
lama. Ketahanan benih kedelai rata-rata 1,4 ton. Dengan harga jual rata-
(dorman) tidak sampai tiga bulan, rata Rp. 4.400 perkilogram, maka petani
sementara jarak waktu menanam mendapatkan penghasilan sebesar Rp.
kedele dari satu musim ke musim yang 6.160.000. Dari hasil analisa R/C Ratio
lain paling cepat selama 6 bulan. 1.93 menunjukkan usahatani kedelai di
Sebelumnya petani pernah Kabupaten Bima masih memberikan
mempergunakan teknologi tradisional keuntungan (Rp. 2.973.200).
dalam menambah umur simpan benih, Biaya yang harus dikeluarkan
yaitu dengan cara menyimpan benih dalam budidaya kedelai dibagi dalam tiga
kedelai di zak semen. Pada waktu itu kelompok, yaitu : sarana produksi
zak semen berlapis lapis sampai 6 (saprodi), tenaga kerja dan biaya lainnya.
lapis sehingga benih bisa kedap udara. Kontribusi biaya yang paling banyak
Tetapi sekarang cara seperti ini tidak dikeluarkan petani kedelai di Kabupaten
bisa dipergunakan lagi, karena zak Bima adalah tenaga kerja (52.69%). Biaya
semen hanya 2 lapis sehingga tembus tenaga kerja yang paling tinggi untuk
oleh udara. Permasalahan lainnya ditanggung adalah biaya pasca panen
dalam budidaya kedelai adalah : kemudian diikuti biaya penanaman.
pemakaian benih bermutu/berlabel di Adapun kontribusinya masing-masing
tingkat petani masih rendah dan terhadap biaya total sebesar 17.75% dan
serangan hama penyakit tinggi yang 14.12%. Biaya saprodi berada diperingkat
bisa menurunkan produktivitas, ke dua dengan biaya pembelian benih
(3) dari segi harga jual tanaman kedelai (13.81%) menjadi biaya yang terbesar.
kalah dengan tanaman lainnya. Harga Pembelian karung, bensin, tali rafia, zakat
jual kedele rata – rata tidak beranjak dan pajak termasuk biaya lainnya dan dari
dari Rp. 5.000 perkilogramnya. Apabila total biaya yang ada biaya lain
ada harga komoditas lainnya yang kontribusinya sebesar 13.24%
lebih tinggi, maka petani tidak akan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 205


Tabel 4. Analisa Usahatani Kedele 2015/2016 (1 ha)
No Uraian Biaya %
1. Saprodi : 1.086.000 34.08
Benih 440.000 13.81
Pupuk 255.000 08.00
Obat-obatan 391.000 12.27
2. Tenaga Kerja : 1.679.000 52.69
Pengolahan lahan 90.000 02.84
Penanaman 450.000 14.12
Pemupukan 60.000 01.88
Penyiangan 90.000 02.84
Penyemprotan 60.000 01.88
Panen 360.000 11.29
Pasca panen 569.000 17.75
3. Biaya Lainnya 421.800 13.24
Total biaya 3.186.800 100
4. Penerimaan 6.160.000
5. Keuntungan 2.973.200
6. R/C Ratio 1.93

4. KESIMPULAN budidaya petani di Kabupaten Bima masih


Dalam masa antara tahun 2003 mendapatkan keuntungan dari budidaya
sampai 2013 kebutuhan kedelai nasional kedelainya. Hal ini terlihat dari hasil analisa
lebih banyak dipasok dari luar negeri. usahatani yang menunjukan R/C ratio
Rata-rata setiap tahunnya kita mengimpor sebesar 1.93. Penghasilan petani bisa
sebanyak 1.418 ribu ton atau 64,25 persen bertambah apabila bisa menekan biaya
dari total kebutuhan nasional. Tingginya tenaga kerja yang memberikan kontribusi
impor karena produksi lokal tidak sebesar 52,69 persen terhadap biaya total.
mencukupi, bahkan cenderung turun.
Dalam kurun waktu 20 tahun (1995-2015) 5. DAFTAR PUSTAKA
luas panen dan produksi rata-rata turun
Budi.G.S dan M. Aminah. 2010.
pertahun sebesar 4,30% dan 2,68%. Swasembada Kedelai: Antara
Harapan dan Kenyataan. Forum
Penurunan luas panen juga terjadi di
Agro Ekonomi Vol 28 No 1. Pusat
Kabupaten Bima dimana dalam masa 5 Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian.
tahun terakhir (2010-2014) telah terjadi
Benny A. Kusbini. 2011. Permasalahan,
penurunan rata-rata 3,48 persen/tahun.
Tantangan dan Peluang
Produksi bisa ditingkatkan dengan Pencapaian Swasembada Kedelai.
Prosiding Seminar Nasional Hasil
cara meningkatkan produktivitas. Hal ini
Penelitian Tanaman Aneka Kacang
terjadi di Kabupaten Bima, meskipun terjadi dan Umbi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.
penurunan luas panen namun produksinya
Hal 11 – 28.
mengalami kenaikan rata-rata 2,81 BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Data
perkembangan luas panen, produksi
persen/tahun. Kenaikan produksi
dan produktivitas kedelai nasional
diakibatkan oleh kenaikan produktivitas dan provinsi, 2000–2013. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
rata-rata 6,29 persen/tahun. Dari segi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 206


http://www.bps.go.id (10 Desember
2014).
Food and Agriculture Organization of the
United Nations (FAO). 2014. Trade of
crops and livestock products. Rome:
Food and Agriculture Organization of
the United Nations.
http://faostat.fao.org/ (10 Desember
2014).
Soetrisno. 2010. Rancang bangun hulu
hilir, pemodelan dan kebijakan
pemerintah pada agribisnis kedelai.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian
4(3):44–58.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 207


TINGKAT KOMERSIALISASI PETANI PADI GOGO
DI KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Wulandari Dwi Etika Rini1, Endang Siti Rahayu2, Mohammad Harisudin2, dan
Supriyadi2
1
Prodi Agribisnis UPN “Veteran” Yogyakarta
2
PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta
1)
Email: wulandaririni@ymail.com

ABSTRAK

Usahatani dapat diklasifikasikan menjadi dua kriteria yaitu tingkat kesubsistenan dan
komersialisasi dari produksi, dalam hal ini adalah proporsi produksi yang dikonsumsi atau dijual.
Tingkatan dari hasil pengelolaan usahatani yang ditentukan oleh derajat komersialisasi dari
produksi usahatani dapat menunjukkan tingkatan statis, transisi, dan dinamis dari suatu usahatani,
sehingga dapat terlihat apakah usahatani tersebut subsisten atau komersial. Pada petani padi
gogo, produksi akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan kelebihannya atau
surplus padi akan dijual dan disebut dengan marketable surplus. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat tingkat komersialisasi petani padi gogo dan marketable surplus padi gogo di Kecamatan
Ponjong Kabupaten Gunungkidul. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey,
dengan penentuan lokasi menggunakan metode purposive ditentukan Kecamatan Ponjong
Kabupaten Gunungkidul Metode pengambilan sampel menggunakan metode Quota Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat komersialisasi petani padi gogo berada pada tingkat
komersial atau berada pada kondisi dinamis dengan besaran marketable surplus 2.441,2 kg atau
94,36% berarti produksi padi gogo yang dijual lebih besar dari pada yang dikonsumsi untuk
keluarganya.

Kata kunci: Marketable Surplus, Subsisten, Komersial

1. PENDAHULUAN satuan luas atau produktivitas. Selain


Pembangunan pertanian mendapat ekstensifikasi, peningkatan produktivitas
prioritas utama dalam rangka pertanian melalui kegiatan intensifikasi
Pembangunan Ekonomi Nasional, merupakan sumber bagi pertumbuhan di
pembangunan pertanian bertujuan untuk sektor pertanian. Di sisi lain, sebagian
meningkatkan hasil dan mutu produksi, besar kegiatan pertanian di Indonesia
meningkatkan pendapatan dan taraf hidup diusahakan oleh petani sebagai usahatani
petani, memperluas lapangan kerja dan keluarga dengan kepemilikan lahan (tanah
kesempatan berusaha, dan menunjang garapan) yang sempit yakni kurang dari
kegiatan industri serta meningkatkan 0,5 ha (Suratiyah, 2011). Sempitnya lahan
ekspor. yang diusahakan oleh petani
Salah satu tujuan pembangunan menyebabkan pendapatannya rendah,
pertanian adalah untuk meningkatkan terlebih pada usahatani lahan kering.
pendapatan petani. Peningkatan Potensi pertanian lahan kering di
pendapatan petani dapat dilakukan Indonesia sangat besar. Lahan kering di
melalui berbagai faktor, diantaranya Indonesia mencapai 9,7 juta hektar
dengan meningkatkan produksi per (Ruslan, 2012).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 208


Sistem agribisnis padi di Indonesia subur banyak yang beralih fungsi untuk
menunjukkan bahwa rumah tangga petani kepentingan non pertanian. Lahan sub
merupakan pelaku utamanya, tetapi paling optimal mencakup lahan kering, sawah
sering dirugikan oleh mekanisme pasar tadah hujan, sawah pasang surut dan
(Anonim, 2001). Pada musim panen lahan rawa lebak (BPTP Yogyakarta,
dimana petani akan memasarkan 2012).
sebagian hasil produksi harganya rendah, Lahan tadah hujan merupakan
sebaliknya pada saat petani lumbung padi kedua setelah lahan sawah.
membutuhkan input sebagai sarana Lahan tadah hujan merupakan lahan yang
produksi harganya mahal. Kondisi sistem pengairannya sangat
tersebut menyebabkan pendapatan petani mengandalkan curah hujan. Jenis lahan
menjadi rendah. ini hanya menghasilkan di musim hujan.
Peningkatan produktivitas pertanian Di musim kering lahan ini dibiarkan tidak
hanya dapat dilakukan melalui diolah karena air sulit didapat atau tidak
pengembangan teknologi usahatani. Oleh ada sama sekali. Lahan tadah hujan
karena itu pengembangan teknologi umumnya hanya dipanen setahun sekali.
pertanian harus terus dipacu dan Intensitas penggunaan tenaga kerja di
ditingkatkan melalui studi dan penelitian lahan tadah hujan lebih tinggi karena
terpadu. Pengembangan usahatani perlu petani harus menyulam lebih sering
memperhatikan karakteristik lahan yang dibandingkan sawah beririgasi, akibat
digunakan. Berdasarkan keadaan airnya, suplai air yang tidak stabil.
jenis lahan dapat dibagi menjadi lahan Kabupaten Gunungkidul merupakan
sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, kabupaten yang mempunyai spesifikasi
lahan kering dan lahan rawa/lebak. lokasi. Lahan pertanian yang dimiliki
Keberhasilan usahatani dari jenis lahan Kabupaten Gunungkidul sebagian besar
tersebut akan sangat berbeda tergantung adalah lahan kering tadah hujan yang
kelayakan teknis dan ekonomis dari tergantung pada daur iklim khususnya
respon tanaman/komoditas terhadap curah hujan. Lahan sawah beririgasi relatif
karakteristik lahan yang diusahakan. sempit dan sebagian besar lahan tadah
Tantangan untuk pemenuhan hujan. Sumbangan terbesar produksi padi
kebutuhan pangan semakin berat karena di Kabupaten Gunungkidul berasal dari
laju tingkat produktivitas lahan sawah padi lahan tadah hujan yaitu padi gogo
irigasi juga cenderung menurun dan yang mencapai sekitar dua per tiga,
penduduk juga terus bertambah. sedangkan sisanya sepertiga produksi
Pengembangan lahan sub optimal akan padi berasal dari sawah irigasi.
menjadi alternatif pengadaan pangan Pada petani padi gogo, produksi
masa depan, karena lahan sawah irigasi padi yang dihasilkan akan diolah menjadi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 209


gabah. Produksi padi gogo tersebut akan faktor-faktor yang menentukan tingkat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan marketable surplus bahan makanan pokok
konsumsi dan kelebihannya atau surplus dalam suatu daerah. Ketiga
padi gogo akan dijual dan disebut dengan menitikberatkan kepada peranan
marketable surplus. marketable surplus dalam pembangunan
Petani di Kecamatan Ponjong ekonomi.
Kabupaten Gunung Kidul dengan Petani yang menghasilkan produk
keterbatasan ketersediaan air ada yang dengan memenuhi kebutuhan konsumsi
melakukan penanaman padi gogo 2x keluarga disebut sebagai petani subsisten
musim tanam dalam satu tahun. sebagai lawan dari petani komersial.
Kebiasaan petani, produksi beras Terkait dengan tingkat subsistensi petani,
seluruhnya untuk mencukupi kebutuhan Wharton (1969) mengajukan dua
keluarga sehingga disebut petani kelompok subsistensi, yaitu kriteria
subsisten, tetapi sekarang dengan adanya ekonomi dan kriteria sosial budaya.
penganekaragaman pangan petani sudah Kriteria ekonomi meliputi lima ciri, yaitu
berubah dengan menjual kelebihan rasio jumlah produk yang dijual, rasio
produksinya setelah mencukupi penggunaan tenaga kerja upahan atau
kebutuhan konsumsi keluarganya, hal ini input yang dibeli, tingkat penggunaan
akan mempengaruhi corak usahatani teknologi, pendapatan dan standart hidup,
yang dilakukan petani. Melihat hal dan kebebasan pengambilan keputusan.
tersebut maka penelitian ini bertujuan Apabila diasumsikan bahwa pendapatan
untuk mengetahui marketable surplus petani hanya dari usahatani padi, maka
petani padi gogo dan untuk mengetahui produksi yang dihasilkan akan
corak usahatani yang dilakukan petani dialokasikan untuk konsumsi rumah
padi gogo lahan tadah hujan di tangga dan dijual untuk memenuhi
Kecamatan Ponjong. kebutuhan barang lain bagi keluarga.
Marketable Surplus adalah produksi Dengan demikian dapat diformulasikan
yang dijual setelah dikurangi dengan jumlah produksi terdiri atas yang
konsumsi rumahtangga (Toqueru, et al, dikonsumsi dan yang dijual dan dapat
1975). Masalah marketable surplus bahan dirumuskan sebagai berikut:
makanan pokok di negara-negara Q = M + C
berkembang menarik perhatian kalangan Keterangan:
Q : kualitas beras yang dihasilkan
luas. Masalah umum mengenai hal
M : kualitas beras yang dijual
tersebut dapat ditinjau dari tiga segi. C : kualitas beras yang dikonsumsi
Pertama adalah respon petani terhadap Corak usahatani dimaksudkan
harga. Kedua berkenaan terhadap sebagai tingkatan dari hasil pengelolaan
pengenalan, pengukuran dan penilaian usahatani yang ditentukan oleh berbagai

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 210


ukuran, yaitu derajat komersialisasi dari petani padi gogo lahan tadah hujan yang
produksi usahatani. Dengan ukuran itu melakukan penanaman padi gogo 2 kali
dapat dilihat tingkatan statis, transisi, dan dalam satu tahun.
dinamis dari suatu wilayah usahatani. Metode pengambilan sampel petani
Tingkatan terendah dinamakan statis yaitu padi gogo dengan menggunakan Metode
yang subsisten dan tingkat dinamis adalah Quota Sampling yaitu teknik pengambilan
usaha yang disebut komersial. Sebagian sampel dengan cara menetapkan jumlah
besar usahatani di Indonesia umumnyaa tertentu sebagai target yang harus
baru melangkah ke arah tingkat dinamis. dipenuhi dalam pengambilan sampel dari
Petani subsisten adalah petani yang populasi (khususnya yang tidak terhingga
dalam berusahatani masih bertahan atau tidak jelas jumlahnya), dengan
terhadap apa yang telah terjadi semacam patokan jumlah tersebut peneliti
dogma dalam dirinya, sebagai hasil dari mengambil sampel dengan memenuhi
sosialisasi yang cukup panjang sehingga persyaratan sebagai sampel dari populasi
sulit diterobos oleh masukan atau inovasi tersebut. Pada quota sampling banyaknya
baru. Sikap ini berbeda dengan petani sampel yang ditetapkan itu merupakan
komersial yang tanggap dan dinamis perkiraan akan relatif memadai untuk
menerima setiap masukan yang rasional mendapatkan data yang diperlukan yang
dan dapat mereka gunakan. diperkirakan dapat mencerminkan
populasinya, tidak bisa diperhitungkan
2. METODE PENELITIAN secara tegas proporsinya dari populasi,
Metode penelitian yang digunakan karena jumlah anggota populasi tidak
adalah metode survey, yaitu penyelidikan diketahui secara pasti. Dengan dasar
yang diadakan untuk memperoleh fakta- tersebut, karena jumlah populasi petani
fakta dari gejala-gejala yang ada dan padi gogo yang melakukan pola tanam
mencari keterangan-keterangan secara padi gogo 2 kali tidak diketahui jumlahnya,
faktual, baik tentang institusi sosial, maka peneliti menentukan jumlah sampel
ekonomi, atau politik dari suatu kelompok sebanyak 41 sampel.
ataupun suatu daerah (Nazir,1985).
Penentuan daerah penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan dengan menggunakan metode Pada petani padi gogo lahan tadah
purposive, yaitu memilih lokasi penelitian hujan yang melakukan 2 kali musim
dengan sengaja berdasarkan tanam untuk mencukupi kebutuhan
pertimbangan-pertimbangan tertentu konsumsi keluarganya menggunakan
berdasarkan tujuan penelitian hasil produksinya, setelah kebutuhan
(Singarimbun dan Effendi, 1995). Diambil konsumsi keluarga terpenuhi, maka petani
Kecamatan Ponjong dimana terdapat akan menjual kelebihan produksinya.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 211


Dengan demikian dapat diformulasikan
U
jumlah produksi terdiri dari yang
E A
dikonsumsi sendiri dan yang dijual dan
dapat dirumuskan sebagai berikut: X
Q=M+C
Keterangan:
Q = Kuantitas beras yang dihasilkan
M = Kuantitas beras yang dijual
C = Kuantitas beras yang dikonsumsi P
Jika produksi lebih besar dari 94,36
O W
konsumsi keluarga, maka akan terdapat Dijual Dikonsumsi
surplus beras. Besarnya surplus beras ini
yang akan dijual ke pasar. Rata-rata Gambar 1. Model Pengalokasian Produksi
Padi Gogo untuk Konsumsi
produksi padi gogo, konsumsi padi gogo
dan Dijual pada Petani Padi
dan jumlah produksi padi gogo yang dijual Gogo Lahan Tadah Hujan
Tahun 2016
oleh petani padi gogo yang melakukan 2
kali musim tanam dapat dilihat pada Tabel Berdasar Gambar 1, jika
1. pendapatan dari petani padi gogo
dihasilkan hanya dari produksi padi gogo
Tabel 1. Rata-rata Produksi Padi Gogo,
Konsumsi dan Produksi yang sebesar 2.587,1 kg (OW) petani akan
dijual Petani Padi Gogo Lahan mengalokasikan produksi antara
Tadah Hujan di Kecamatan
Ponjong Tahun 2016 konsumsi rumah tangga dan penjualan
No. Uraian Jumlah Persentase dengan memaksimumkan kesejahteraan
(kg) (%) ekonomi atau kepuasan dari anggota
1. Produksi 2.587,1 100,00
2. Konsumsi 145,9 5,64 keluarga. Hal ini diasumsikan bahwa
3. Dijual 2.441,2 94,36 kepuasaan adalah turunan dari konsumsi
Sumber: Analisis Data Primer.
padi gogo dan konsumsi barang selain
Berdasar Tabel 1 dapat diketahui bahwa padi gogo (X). Jika P adalah harga, petani
setelah kebutuhan konsumsi keluarga
padi gogo dapat bergerak sepanjang garis
petani terpenuhi yaitu sebesar 145,9 kg
PA dengan menukarkan beras sebesar
maka kelebihan produksi sebesar 2.441,2 2.441,2 kg atau 94,36 % untuk
kg akan dijual untuk memenuhi kebutuhan
mendapatkan barang lain sebesar X dan
keluarga yang lain atau sebesar 94,36%. produksi yang dikonsumsi sebesar 145,9
Hal tersebut dapat digambarkan pada kg atau 5,64%.
Gambar 1. Dari hasil perhitungan marketable
surplus sebesar 94,36 % maka dapat
dilihat bahwa corak usahatani petani padi
gogo termasuk dalam kriteria dinamis atau

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 212


komersial dengan melihat persentase 4.2. Saran
penjualan produksi padi gogo tersebut Supaya petani dapat memperoleh
yang lebih besar dari 50 %. Hal tersebut posisi tawar gabah yang merupakan
dapat ditunjukkan dalam Gambar 2. pendapatan pokok dari petani, maka
diperlukan kebijakan pemerintah dalam
I II III mengendalikan harga gabah, penentuan
STATIS TRANSISI DINAMIS harga dasar gabah dan harga atap perlu

100% dilakukan agar petani sebagai produsen


100%
Subsisten Komersial dan konsumen sama-sama tidak
94,36% dirugikan.
Usahatani Padi Gogo
5. DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2. Tingkat Komersialisasi
Anonim. 2001. Pemberdayaan Masyarakat
Usahatani Petani Padi
Melalui Penguatan Kelembagaan Pangan
Gogo Lahan Tadah
dan Agribisnis. Departeman Pertanian.
Hujan Tahun 2016
Bierlin, J.G and Woolverton, M.W. 1991.
Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa Agribusiness Marketing The Management
Perspective. Prentice Hall, New Jersey.
dilihat dari tingkat produksi padi yang Darwanto, D.H. 2001. Tinjauan Ekonomi Sistem
dijual sebesar 94,36 % lebih besar dari Tunda Jual Komoditi Pangan. Makalah
Pertemuan Sosialisasi Sistem Tunda Jual.
produksi yang digunakan untuk konsumsi Nakajima, C. 1970. Subsistance and
keluarga (subsisten) 5,64 % maka corak Comercial Family Farm : Some
Theoretical Models of Subjective
usahatani petani padi gogo lahan tadah Equilibrium in Subsistance
hujan berada pada corak komersial atau Agriculture and Economic
Development. Edited by Clifton R
dinamis. Wharton JR, Aldine. USA : 165 -
208.
Nazir, M. 1985. Metode Penelitian. Ghalia
4. SIMPULAN DAN SARAN Indonesia. Jakarta.
4.1. Simpulan Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1995. Metode
Penelitian Survei. LP3ES. Jakarta
Besarnya marketable surplus padi Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani Dan Penelitian
gogo yaitu 2.441,2 kg atau sebesar Untuk Pengembangan Petani Kecil. UI
Press. Jakarta.
94,36% dari hasil produksi padi gogo. Tohir, A Kaslan. 1991. Usaha Tani Indonesia.
Corak usahatani petani padi gogo Rineka Cipta. Jakarta.
lahan tadah hujan berada pada corak
komersial atau dinamis karena dilihat dari
penjualan produksi padi gogonya lebih
besar daripada yang dikonsumsi untuk
keluarganya.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 213


PENGARUH PERLAKUAN JERAMI DAN VARIETAS TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH

Yanto Surdianto dan Nana Sutrisna

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Jawa Barat.


Email: y.surdianto@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian pengaruh perlakuan jerami dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah
telah dilaksanakan di Desa Karyamukti, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka, Propinsi
Jawa Barat, mulai bulan Juli s.d Nopember 2015. Penelitian bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh perlakuan jerami dan varietas terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil
padi. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan lima ulangan.
Sebagai petak utama adalah perlakuan jerami (J) terdiri dari tiga taraf yaitu, (J0) tanpa jerami, (J1)
jerami dikomposkan, dan (J2) Jermi padi digelebeg. Sebagai anak petak adalah varietas unggul
baru (VUB) terdiri dari tiga taraf yaitu,Inpari-4(V1),Inpari-14 (V2) dan Mekongga (V3). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tidak terjadi saling mempengaruhi antara perlakuan jerami
dengan varietas terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil padi per hektar; (2). Perlakuan
jerami padi dengan cara dikomposkan terlebih dahulu mampu meningkatan pH tanah, dan
kandungan P2O5 Olsen, K HCl 25%, Ca dan CN ratio tanah sawah di lokasi pengkajian; (3)
Perlakuan jerami padi dengan cara dikomposkan terlebih dahulu (J1) secara nyata memberikan
tinggi tanaman 45 hst, jumlah anakan per rumpun 45 hst, jumlah nakan produktif per rumpun,
gabah isi per malai dan hasil padi yang lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian jerami, tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan jerami digelebeg (J2);dan (4) Varietas Inpari-4 secara nyata
menunjukkan hasil padi yang lebih tinggi dibandingkan varites Mekongga, tetapi tidak berbeda
dengan Varietas Inpari-14.

Kata kunci: Jerami, padi, varietas, hasil

1) PENDAHULUAN maksimum 6,5 t/ha GKG (Las et al. 2008;


Tanaman padi (Oryza sativa L.) Simamarta dan Yuwariyah, 2008).
merupakan tanaman pangan penghasil Tantangan pengadaan beras
beras yang merupakan makanan pokok nasional ke depan akan semakin berat
bagi sebagian besar penduduk Indonesia. disebabkan tingginya laju konversi (alih
Dengan demikian, ketersediaan akan padi fungsi) lahan irigasi subur untuk
harus terus dipertahankan dan terus kepentingan non pertanian. Di sisi lain,
ditingkatkan seiring dengan bertambahnya laju pertambahan produktivitas lahan
penduduk dan kebutuhan beras yang sawah semakin menurun akibat
diperkirakan mencapai 41,5 juta ton diterapkannya teknologi yang semakin
sampai 65,9 juta ton gabah kering giling intensif, dan pemupukan yang tidak
(GKG) pada tahun 2025 (Tombe, 2009). seimbang. Selama ini, peningkatan
Untuk mencapai kebutuhan beras pada produksi padi dari segi budidaya dilakukan
tahun 2025, maka rata-rata produktivitas dengan pemberian pupuk anorganik
padi harus mencapai 7,2 t/ha GKG, pada terutama pupuk unsur makro tanpa
hal saat ini produktivitas padi baru adanya penambahan bahan orgnanik.
mencapai 4,7 t/ha GKG dengan hasil Penggunaan pupuk anorganik secara
berlebihan dan terus menerus dapat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 214


mengakibatkan menurunnya tingkat Penambahan bahan organik
kesuburan tanah, sehingga khususnya pada tanah sawah sangat
mengakibatkan tingkat efektifitas diperlukan karena 95% lahan-lahan
pemupukan menjadi sangat rendah dan pertanian di Pulau Jawa mengandung
dosis pemupukan dari tahun ke tahun bahan organik kurang dari 1%, padahal
semakin tinggi karena adanya degradasi batas minimal kandungan bahan organik
bahan organik tanah (Simanungkalit, yang dianggap layak untuk lahan
2006). Beberapa laporan menyebutkan pertanian adalah 4 - 5% (Musnamar,
produksi padi sawah mengalami 2006). Menurut Andoko (2002),
penurunan (leveling off) sebagai akibat penggunaan bahan organik dapat
dari perubahan sifat-sifat tanah. meningkatkan ketersediaan unsur hara
Kandungan C-organik tanah sawah yang dan kelangsungan hidup mikroba tanah
sangat rendah (secara umum <1%) dinilai serta memperbaiki struktur fisik tanah.
sebagai faktor kunci penyebab rendahnya Keberadaan mikroba pengurai bahan
hasil padi sawah (Al-Jabri, 2008). Menurut organik, dapat berfungsi sebagai perekat
Setyorini (2005), dan Djajakirana dan yang mengikat butir-butir tanah menjadi
Sabihan (2007), rendahnya kandungan butiran yang lebih besar, sehingga
bahan organik tanah disebabkan oleh menjadikan tanah tidak terlalu keras dan
ketidakseimbangan antara penggunaan tidak terlalu remah (Lingga dan Marsono,
bahan organik dan hilangnya bahan 2000).
organik dari tanah utamanya melalui Damanik dan Rauf (2008)
proses oksidasi biologis dalam tanah. menyebutkan bahwa setiap ton jerami
Terabaikannya pengembalian bahan mengandung 7 kg N, 1 kg P2O5, 14,5 kg
organik kedalam tanah dan intensifnya K2O dan unsur hara lainnya. Maka jumlah
penggunaan pupuk kimia pada lahan hara setiap tahun yang berasal dari jerami
pertanian telah menyebabkan mutu fisik padi terdapat minimal 630.000 ton N yang
dan kimia tanah menurun atau sering setara dengan 1,4 juta ton urea, 420.000
disebut kelelahan lahan (land fatigue) ton P yang setara dengan 945.000 ton
(Sisworo, 2006). Kondisi demikian P2O5 atau 7,2 juta ton SP36, dan 6,09
menurunkan kemampuan tanah dalam juta ton K yang setara dengan 7,4 juta ton
menyimpan dan melepaskan hara dan air K2O atau 12,3 juta ton MOP.
bagi tanaman, sehingga mengurangi Telah lama diketahui bahwa
efisiensi penggunaan pupuk dan air pemberian bahan organik ke dalam tanah
irigasi, serta menurunkan produktivitas sebaiknya melalui proses pengomposan
lahan (Cassman et al. 1993; Kundu et terlebih dahulu untuk menurunkan nisbah
al. 1995 dalam Price dan C/N. Pada kondisi itu, aktivitas organisme
Balasubramanian, 1996). tanah sudah menurun sehingga unsur-

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 215


unsur menjadi lebih tersedia bagi menjadi tinggi. Akibatnya, hasil padi pada
tanaman. Akan tetapi, sampai saat ini nilai musim tanaman berikutnya turun 26%.
nisbah C/N berapa sebaiknya kompos itu Sebaliknya, apabila semua jerami
diberikan ke dalam tanah masih menjadi digunakan sebagai sumber bahan organik
perdebatan. Miller (1959) menyebutkan pada pertanaman padi, maka kemampuan
bahwa nilai C/N ratio 9-12 dapat dianggap tanah menahan air meningkat, suhu tanah
sebagai acuan dalam pembuatan kompos relatif stabil, dan hasil jagung naik 22%.
yang baik, karena pada C/N ratio tersebut Pemberian kompos jerami padi yang tepat
proses dekomposisi sudah selesai dan diharapkan akan mengurangi
aktivitas mikroorganisme menurun ketergantungan terhadap pemakaian
sehingga unsur-unsur menjadi lebih pupuk anorganik yang dapat
tersedia. Selanjutnya Djajakirana (2008) menyebabkan devisit unsur hara. Selain
berpendapat sebaiknya pemberian itu, juga diharapkan mampu meningkatkan
kompos pada tanah diberikan pada C/N pertumbuhan dan produksi padi sawah.
ratio 20-30 karena pada C/N ratio sekitar Gaur (1981) menyatakan bahwa
9-12 reaksi dekomposisi sudah selesai pengomposan merupakan metode yang
dan kompos terlalu matang, sehingga apa aman bagi daur ulang bahan organik
yang diharapkan dari proses perubahan seperti jerami padi menjadi pupuk. Unsur-
bahan organik kompleks menjadi ikatan unsur yang terkandung dalam jerami yang
organik yang lebih sederhana sudah ditambahkan ke dalam tanah akan diubah
terlewati. dalam bentuk yang dapat digunakan
Penggunaan jerami padi dapat tanaman (menjadi tersedia) hanya melalui
menambah bahan organik tanah sehingga pelapukan (Millar et al., 1958). Menurut
dapat memperbaiki sifat fisik tanah, sifat Tisdale, Nelson, dan Beaton (1990),
kimia tanah, dan sifat biologis tanah. bahan organik yang mempunyai nisbah
Menurut Hadiwigeno (1993), pemberian C/N yang tinggi bila dibenamkan ke dalam
5,0 t/ha jerami dapat menghemat tanah akan segera mengalami
pemakaian pupuk KCl sebesar 100 kg/ha. mineralisasi.
Sedangkan Adiningsih (1984) melaporkan Selain faktor dosis pemupukan padi
bahwa penggunaan kompos jerami juga dipengaruhi oleh varietas. Varietas
sebanyak 5 t/ha selama 4 musim tanam unggul merupakan salah satu komponen
dapat menyumbang hara sebesar 170 kg teknologi yang andal dan cukup besar
K, 160 kg Mg, dan 200 kg Si. Selanjutnya sumbangannya dalam meningkatkan
Riffin (1992) juga melaporkan bahwa produksi padi nasional, baik dalam
apabila jerami padi dikeluarkan dari kaitannya dengan ketahanan pangan
petakan, maka kemampuan tanah maupun peningkatan pendapatan petani.
menahan air menurun dan suhu tanah Varietas unggul telah memberikan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 216


kontribusi besar terhadap peningkatan Percobaan menggunakan
produksi padi nasional. Hingga saat ini rancangan petak terpisah (split plot
varietas unggul tetap lebih besar design) dengan lima ulangan. Sebagai
sumbangannya dalam peningkatan petak utama adalah perlakuan kompos
produktivitas dibandingkan dengan jerami (J) terdiri dari tiga taraf, yaitu: (J0)
komponen teknologi lainnya (Sembiring tanpa jerami, (J1) jerami dikomposkan,
dan Wirajaswadi, 2001). dan (J2) Jermi padi digelebeg. Sebagai
Terbatasnya varietas padi spesifik anak petak adalah varietas unggul baru
lokasi dengan keunggulan tertentu, (VUB) terdiri atas tiga taraf, yaitu: Inpari-4
menyebabkan peningkatan produksi padi (V1), Inpari-14 (V2) dan Mekongga (V3).
menjadi terhambat. Oleh karena itu, Dari dua faktor perlakuan tersebut maka
upaya pengujian berbagai varietas unggul didapat 9 kombinasi perlakuan. Penelitian
baru spesifik lokasi yang beradaptasi baik dilaksanakan di lahan milik petani dengan
dan punya potensi hasil yang tinggi harus ukuran plot percobaan menggunakan
tetap dilakukan untuk mendukung petakan sawah alamiantara 300 m2s.d
peningkatan produksi dan pendapatan 700 m2.
petani. Bibit padi dipindahkan dari
Penelitian bertujuan untuk mengkaji persemaian dan ditanam pada plot
sejauh mana pengaruh perlakuan jerami percobaan pada umur 15 hari setelah
dan vairietas terhadappertumbuhan dan semai, dengan sistem tanam legowo (25 x
hasil padi di lahan sawah serta sifat fisik 12,5 cm) x 50 cm, sebanyak dua bibit per
dan kimia tanah. lubang tanam. Pada saat tanam kondisi
lahan dalam keadaan macak-macak, dan
2) METODE PENELITIAN permukaan tanah rata.
Penelitian dilaksanakan di Desa Pada perlakuan J1, jerami padi
Karya Mukti, Kecamatan Panyingkiran, sebelum disebar ke petakan dilakukan
Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa pengomposan terlebih dahulu
Barat, berada pada pada ketinggian 51 m menggunakan dekomposer pada saat
dari permukaan laut dengan posisi perendaman benih. Setelah menjadi
geografis 06045-06052LS dan kompos (15 hari setelah pemberian
108007-108045BT, beriklim tropis dekomposer) kemudian disebar merata ke
yang dipengaruhi oleh angin monsoon dalam petakan sawah pada saat 5 hari
(Badan Meteorologi dan Geofisika Stasion sebelum tanam. Pada perlakuan J2,
Meteorologi Jatiwangi, 2013). Penelitian jerami padi disebar merata ke dalam
dilaksanakan selama 6 bulan, sejak petakan sawah 20 hari sebelum tanam
persiapan sampai dengan panen yaitu (hst) kemudian digelebeg mengunakan
mulai bulan Februari s.d Juli 2015. rotary.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 217


Seluruh plot perlakuan diberi pupuk menunjukkan, bahwa tanah sawah di
anorganik Urea dengan dosis Desa Karya Mukti, Kecamatan
berdasarkan hasil pengukuraan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka
menggunakan bagan warna daun (BWD) menurut Hardjowigeno, (1995), bereaksi
dan SP-36 dengan dosis sebanyak 125 sedang dengan kandungan C-organik, N
kg/ha. Sedangkan pupuk KCl hanya total rendah dan C/N sedang. P2O5
diberikan pada plot perlakuan jerami J0. Olsen sebelum dan sesudah penelitian
Sebagai pengamatan ditetapkan termasuk sangat tinggi dan K total (HCl
variabel respons sebagai berikut: 25%) sebelum penelitian sedang dan
1)Kandungan N, P, K dan Ca tanah setelah penelitian termasuk tinggi. Kadar
sebelum dan sesudah perlakuan; 2) basa dapat dipertukarkan (Ca) sebelum
Komponen pertumbuhan yang meliputi: penelitian termasuk kriteria rendah dan
tinggi tanaman, jumlah anakan per setelah penelitian termasuk kriteria tinggi.
rumpun dilakukan pada umur 21, 44 hst Berdasarkan kriteria sifat-sifat tanah
dan jumlah anakan produktif per rumpun tersebut, tampak bahwa tanah sawah di
diukur pada saat menjelang panen.; 3) lokasi penelitian mempunyai tingkat
Komponen hasil padi (jumlah gabah isi kesuburan relatif baik.
dan gabah hampa per malai, bobot gabah Pada Tabel 1 terlihat bahwa tingkat
isi 1000 butir) dan hasil gabah per hektar kemasaman tanah pada perlakuan
(GKP) ton/ha, diukur berdasarkan hasil pemberian jerami menunjukkan kondisi
panen per petak yang dikonversi ke netral dengan nilai pH tanah masing-
hektar. masing 6,2 pada perlakuan J1 dan 6,0
Data variabel respons yang pada perlakuan J2 yang lebih tinggi
diperoleh dianalisis sidik ragam (Anova). dibanding tanpa perlakuan jerami (J0)
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan sebesar 5,7. Selanjutnya untuk
pengaruh antar perlakuan dilakukan uji kandungan P2O5, K HCl 25% dan Ca
pembeda menggunakan Duncan Multiple tanah setelah menunjukkan bahwa
Range Test(DMRT) taraf 5% (Gomez and perlakuan jerami dikomposkan (J1)
Gomez, 1995). memberikan nilai tertinggi masing-masing
99,70 ppm, 48,68 ppm dan 12,34 (me/100
3) HASIL DAN PEMBAHASAN g) yang lebih tinggi dibandingkan dengan
1) S
perlakuan jerami digelebeg (J2) dan tanpa
ifat tanah sebelum percobaan jerami (J0).
Hasil analisis sifat tanah sebelum
dan setelah percobaan (Tabel 1)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 218


Tabel 1. Hasil Analisis Beberapa Sifat Kimia Tanah di Lokasi Penelitian Sebelum dan
Sesudah Penelitian
Parameter
URAIAN pH H2O P2O5Olsen K HCl 25% Ca C (%) N (%) C/N
(ppm) (ppm) (me/100 g)
Sebelum Penelitian
 Tanpa Jerami (Jo) 5,7 70,7 38,63 8,83 1,59 0,19 8
(sedang) (sgt tinggi) (sedang) (sedang) (rendah) (rendah) (sedang)
 Jerami dikomposkan (J1) 5,6 85,50 37,78 8,67 1,78 0,20 9
(sedang) (sgt tinggi) (sedang) (sedang) (rendah) (sedang) (sedang)
 Jerami Digelebeg (J2) 5,7 71,2 37,66 8,87 1,50 0,17 8
(sedang) (sgt tinggi) (sedang) (sedang) (rendah) (rendah) (sedang)
Setelah Penelitian
 Tanpa Jerami (Jo) 5,7 84,30 43,74 9.45 1,77 0,15 12
(sedang) (sgt tinggi) (tinggi) (sedang) (rendah) (rendah) (sedang)
 Jerami dikomposkan (J1) 6,2 99,70 48,68 12.34 1,72 0,16 11
(sedang) (sgt tinggi) (tinggi) (tinggi) (rendah) (rendah) (sedang)
 Jerami Digelebeg (J2) 6,0 85,33 45,44 11,78 1,72 0,16 11
(sedang) (sgt tinggi) (tinggi) (tinggi) (rendah) (rendah) (sedang)
Keterangan : Tempat analisis: Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang
*)Kriteria berdasarkan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1994 (Laporan Teknis No.7,
Versi 1,0 April 1994: LREP-IIC/C).

2) Pertumbuhan Tanaman banyakdibandingkan perlakuan jerami J0


Hasil analisis statistik melaporkan (tanpa jerami) tetapi tidak menunjukkan
bahwa tidak terjadi pengaruh interaksi perbedaan yang nyata dengan perlakuan
antara perlakuan jerami dan varietas jerami J2.
terhadap tinggi tanaman 45 hst, 87 hst, Varietas padi yang dikaji tidak
jumlah anakan 45 hst dan anakan menunjukkan perbedaan yang nyata
produktif (Tabel 2). terhadap tinggi tanaman pada umur 45 hst
Pada Tabel 2 terlihat, bahwa dan 87 hst, tetapi berpengaruh nyata
perlakuan jerami berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan umur pada 45 hst
terhadap tinggi tanaman, umur 21 hst dan maupun jumlah anakan produktif. Varietas
42 hst serta jumlah anakan 45 hst inpari-4 (V1) menunjukkan jumlah anakan
maupun jumlah produktif. Perlakuan produktif tertinggi yaitu sebanyak 19,16
jerami J1, memberikan tinggi tanaman batang/rumpun yang berbeda nyata
tertinggi pada umur 45 hst dan 87 hst dengan varietas Mekongga (V3) yaitu
yaitu, 85,56 cm dan 113,17 cm yang sebanyak 16,94 batang/rumpun tetapi
berbeda nyata dengan perlakuan jerami J0 tidak berbeda nyata dengan varietas
tetapi tidak berbeda nyata dengan Inpari-16 (V2) yaitu sebanyak 18,32
perlakuan jerami J2. Demikian pula, batang/rumpun.
terhadap jumlah anakan umur 45 hst dan
anakan produktif, perlakuan jerami J1
memberikan pengaruh anakan yang lebih

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 219


Tabel 2. Pengaruh Perlakuan Jerami dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Padi
Pada Umur 45 hst, 87 hst, jumlah anakan 45 hst dan Jumlah Anakan Produktif.
Tinggi Tanaman Jumlah anakan
Perlakuan (cm) (batang per rumpun)
45 hst 87 hst 45 hst produktif
Perlakuan Jerami (J)
j0 77,68 a 107,68 a 25,40 a 16,86 a
j1 85,56 b 113,17 b 29,20 b 19,25 b
j2 83,63 ab 111,35 ab 27,86 b 18,31 b

Varietas (V)
v1 84,67 a 113,22 a 30,59 b 19,16 b
v2 81,80 a 110,38 a 26,83 ab 18,32 ab
v3 80,40 a 108,61 a 25.04 a 16,94 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak
berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%

Meningkatnya tinggi tanaman pada perkembangan jaringan meristem. Unsur


umur 45 hst dan 87 hst serta jumlah K berperan dalam proses translokasi
anakan per rumpun umur 65 hst maupun fotosintat ke bagian tumbuh tanaman
jumlah anakan produktif per rumpun (Walingford, 1980). Tanaman yang
dengan pemberian bahan organik, karena kekurangan kalium ditandai dengan
bahan organik dapat meningkatkan kerdilnya pertumbuhan, daunnya pendek
ketersedian hara N, P, K dan Ca dalam berwarna hijau gelap dan terkulai
tanah. Sarief (1984) menyatakan bahwa (Abdulrachman, 1995).
nitrogen sangat diperlukan tanaman untuk 3) Komponen Hasil
pertumbuhan bagian vegetatif tanaman, Pengaruh perlakuan jerami dan
sel daun, batang dan akar, sedangkan P varietas terhadap panjang malai, gabah isi
dan Ca merupakan bagian inti sel, sangat dan gabah isi per malai disajikan pada
penting dalam pembelahan sel dan juga Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh Perlakuan Jerami dan Varietas Terhadap Panjang Malai, Gabah Isi
dan Gabah Isi per Malai
Gabah Isi Per Gabah Hampa
Perlakuan Panjang Malai (cm)
Malai (butir) Per Malai (butir)
Perlakuan Jerami (J)
j0 24,76 a
j1 26,03 a 122,70 a 24.47 b
j2 25,03 a 133,93 b 18.07 a
129,20 ab 21,00 ab
Varietas (V)
v1 25,13 a
v2 25,77 a 137,13 b 19,47 a
v3 24,93 a 127,73 ab 22,07 a
120,53 a 22,17 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak
berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 220


Pada Tabel 3 terlihat bahwa 1). Sarief (1984) melaporkan bahwa N, P,
perlakuan jerami dan varietas tidak K, dan Ca merupakan unsur utama yang
berpengaruh nyata terhadap panjang diperlukan dan sangat mempengaruhi
malai, tetapi berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi tanaman. Kalium
jumlah gabah isi dan gabah hampa per berperan dalam pembentukkan protein
malai. Perlakuan jerami J1 memberikan dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan
jumlah gabah isi per malai tertinggi yaitu, bagian kayu dari tanaman, meningkatkan
sebanyak 133,93 butir yang berbeda resistensi terhadap hama penyakit dan
nyata dengan perlakuan jerami J0 yaitu kualitas buah dan biji. Pada tanaman padi,
sebanyak 122,70 butir, tetapi tidak kekurangan kalium menyebabkan malai
berbeda nyata dengan perlakuan jerami J2 menjadi pendek dan mempunyai
yaitu sebanyak 129,20 butir. kehampaan biji yang tinggi.
Sebaliknya terhadap jumlah gabah 4) Hasil
hampa per malai, perlakuan jerami J0 Pengaruh perlakuan jerami dan
memberikan jumlah gabah hampa per varietas terhadap bobot gabah 1000 butir
malai tertinggi, yaitu sebanyak 24,47 butir dan hasil padi disajikan pada Tabel 4.
yang berbeda nyata dengan perlakuan Berdasarkan hasil analisis statistik
jerami J1 yaitu sebanyak 122,70 butir, melaporkan bahwa perlakuan jerami dan
tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap
perlakuan jerami J2 yaitu sebanyak 129,20 bobot gabah isi 1000 butir tetapi
butir. berpengaruh nyata terhadap hasil padi.
Hasil analisis statistik melaporkan Pada Tabel 4 terlihat bahwa hasil padi
bahwa perlakuan varietas tidak meningkat secara nyata baik perlakuan J1
menunjukkan perbedaan yang nyata maupun J2. Pada perlakuan jeramiJ1 hasil
terhadap panjang malai dan jumlah gabah padi meningkat sebesar 9,78% dibanding
hampa per malai. Pengaruh varietas pada perlakuan J0, sedangkan pada
hanya terjadi pada jumlah gabah isi per perlakuan J2 hasil padi meningkat sebesar
malai. Varietas inpari-4 (V1) menunjukkan 15,80%. Adanya peningkatan hasil padi
jumlah gabah isi per malai tertinggi tersebut disebabkan perlakuan jerami
dibanding varietas lainnya, yaitu sebanyak dapat meningkatkan konsentrasi hara N,
137,13 butir yang berbeda nyata dengan P, dan K dalam tanah, sehingga jumlah
V3 (120,53 butir) tetapi tidak berbeda anakan produktif, jumlah gabah isi per
nyata dengan V2 (120,53 butir). malai meningkat sedangkan persentase
Adanya peningkatan komponen gabah hampa menurun.
hasil dengan pemberian bahan organik Pada Tabel 4 juga terlihat bahwa
tersebut disebabkan adanya peningkatan terdapat perbedaan hasil yang nyata pada
kandungan P dan K dalam tanah (Tabel perlakuan varietas yang dikaji. Hasil

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 221


tertinggi diberikan oleh perlakuan Vi yaitu jumlah anakan maupun jumlah anakan
sebanyak 9,43 t/ha atau terjadi produktif yang lebih tinggi dibandingkan
peningkatan hasil padi sebanyal 13,48% varietas lainnya. Hal ini juga menunjukkan
dibanding perlakuan V3. Adanya bahwa varietas Inpari-4 lebih cocok dan
peningkatan hasil padi perlakuan V1 adaptif dibandingkan varietas lainnya.
(varietas Inpari-4) tersebut disebabkan
Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Jerami Varietas Terhadap Hasil Tanaman Padi per Hektar.
Bobot Biji 1000 butir Hasil Per Hektar GKP Selisih Kenaikan
Perlakuan
(g) (ton/ha) Hasil (%)
Perlakuan Jerami (J)
j0 26,47 a 8,18 a -
j1 27,01 a 8,98 b 9,78
j2 26,71 a 9,47 b 15,80

Varietas (V)
v1 27,22 a 9,43 b 13,48
v2 26,58 a 8,89 ab 6,98
v3 26,40 a 8,31 a -
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama, tidak
berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%

4. SIMPULAN dengan perlakuan jerami digelebeg


1) Tidak terjadi saling mempengaruhi (J2).
antara perlakuan perlakuan jerami 4) Varietas Inpari-4 secara nyata
dengan varietas terahadap menunjukkan hasil padi yang lebih
pertumbuhan, komponen hasil dan tinggi dibandingkan varites
hasil padi per hektar. Mekongga, tetapai tidak berbeda
2) Perlakuan jerami padi dengan cara dengan Virietas Inpari-14.
dikomposkan terlebih dahulu mampu
meningkatkan pH tanah, dan 5. DAFTAR PUSTAKA
kandungan P2O5 Olsen, K HCl 25%, Abdulrachman, S. 1995. Kalium:
Penyanga Produksi Padi di Lahan
Ca dan CN ratio tanah sawah.
Sawah Tadah Hujan. Kinerja
3) Perlakuan jerami padi dengan cara Penelitian Tanaman Pangan Buku
3. Prosiding Simposium Penelitian
dikomposkan terlebih dahulu (J1)
Tanaman Pangan III.
secara nyata memberikan tinggi Jakarta/Bogor 23-25 Agustus 1993.
Pusat Penelitian dan
tanaman 45 hst, jumlah anakan per
Pengembangan Tanaman Pangan.
rumpun 45 hst, jumlah anakan Badan Penelitian dan
Pengembangan Tanaman.
produktif per rumpun, gabah isi per
Adiningsih, S.J. 1984. Pengaruh
malai dan hasil padi yang lebih tinggi Beberapa Faktor Terhadap
Penyediaan Kalium Tanah Sawah
dibandingkan tanpa pemberian
Daerah Sukabumi dan Bogor.
jerami, tetapi tidak berbeda nyata Disertasi Fakultas Pascasarjana,
IPB. Bogor.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 222


Adisarwanto, T. 2006. Budidaya Kedelai intensive resource management
dengan Pemupukan yang Efektif and technology approach. p: 193-
dan Pengoptimalan Peran Bintil 203 In Sustainability of Rice in the
Akar. Jakarta: Penebar Swadaya. Global Food System (N.G.
Al-Jabri, M., 2008. Pengelolaan Hara Dowling, S.M. Greenfield, and K.S.
Makro dan Mikro Pada Tanaman Fischer Eds.). Davis, Calif. (USA):
Padi. Pros. Seminar Apresiasi Hasil Pasific Basin Study Center, and
Penelitian Padi Menunjang P2BN. Manila (Philippines): International
Balitbang Pertanian Deptan. Jkt. Rice Research Institute. 404 p.
Hal. 90–13. Prihandarani, R. 2007. Teknologi
Andoko, A. 2005. Budidaya Padi Secara Budidaya Organik. 11 hlm.
Organik. Jakarta: Penebar [http//www.biotaman.com].
Swadaya. Riffin, A. 1991. Pemupukan N, P dan K
Bappeda Majalengka, 2013. Kondisi pada Jagung Manis. Seminar Hasil
Geografis. Data Sektoral Penelitian Tanaman Pangan.
Kabupaten Majalengka Tahun Bogor: Balai Penelitian Tanaman
2013. Pangan.
Gaur, A. C. 1981. Improving Soil Fertility Sarief, S.E. 1984. Kesuburan dan
through Organic Recycling: A Pemupukan Tanah Pertanian.
Manual of Rural Composting. Bandung: Pustaka Buana.
FAO/UNDP. Region Project Setyorini, D. 2005. Pupul Organik
RAS/75/004. Project Field. Tingkatkan Produksi Pertanian, J.
Gomez, K,A. and A. A. Gomez. 1995. Warta Penelitian dan
Statistical Procedures for Pengambangan Pertanian, 27(6).
Agricultural Research. Second Simamarta, T., dan Y. Yuwariah. 2008.
Edition. John Willey and Sons, New Teknologi intensifikasi padi aerob
York. terkendali berbasis organik (IPAT-
Hadiwigeno, S. 1993. Kebijaksanaan dan BO) untuk mempercepat
arah penelitian pupuk dan kemandirian dan ketahanan
pemupukan dalam menghadapi pangan. Dalam. B. Suprihatno et
tantangan peningkatan tanaman al. (Eds) Hasil Penelitian Padi
produksi pangan di masa yang Menunjang P2BN. Prosiding
akan datang. Jurnal Litbang Seminar Apresiasi (Buku I), Balai
Pertanian 12: 1-6. Besar Penelitian Tanaman Padi,
Las, I., H. Syahbuddin, E. Surmaini, dan Badan Litbang Pertanian. p.127-
Ahmad M. Fagi. 2008. Iklim dan 145.
Tanaman Padi: Tantangan dan Simanungkalit, R.D.M. 2006. Prospek
Peluang. Dalam Suyamto et al. pupuk organik dan pupuk hayati di
(Eds). Buku Padi, Inovasi Indonesia. p.265-271 Dalam
Teknologi dan Ketahanan Pangan, R.D.M. Simanungkalit et al. (eds.).
Balai Besar Penelitian Tanaman Pupuk organik dan pupuk hayati,
Padi, Badan Litbang Pertanian. organic fertilizer and biofertilizer.
p.151-189. Balai Besar Litbang Sumber Daya
Lingga, P., dan Marsono. 2007. Petunjuk Lahan Pertanian. Bogor.
Penggunaan Pupuk. Jakarta: Tombe. 2009. “Teknologi Aplikasi
Penebar Swadaya. Mikroba pada Tanaman” Available.
Millar, C. E. , L. M. Turk, and H. D. Foth. http://www.google/sekilas
1958. Fundamentals of Soil pupuk.html
Sciences. 3 rd ed. New York: John Walingford, W. 1980. Fungtions of
Wiley and Sons, Inc. potassium in plants. In: Potassium
Millar, C. E. 1959. Soil Fertility. New for Agriculture. A. situation
York: John Wiley and Sons Inc. analysis. Potash & Phosphate
Price, L.M.L. and V. Balasubramanian. Inst., Atlanta.p. 10-27.
1996. Securing the future of
intensive rice system: a knowledge-

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 223


ANALISIS DAMPAK PENERAPAN SISTEM PERTANIAN INTEGRATIF (INTEGRATIVE
FARMING) TERHADAP PENINGKATAN HASIL USAHATANI
(Studi Kasus di Kabupaten Cirebon)

Yayat Rahmat Hidayat

Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon


Email: yayat.rahmat1982@gmail.com

Abstrak
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah; pertama, mengetahui perkembangan penerapan sistem
pertanian integratif di Kabupaten Cirebon, kedua melihat dampak positif sistem penerapan pertanian integratif
terhadap peningkatan hasil usahatani di Kabupaten Cirebon. Manfaat daripada penelitian ini adalah sebagai
referensi bagi petani dalam meningkatkan kemampuan dan kemauan petani menerapkan sistem pertanian
integratif. Sebagai bahan rekomendasi bagi stakeholders pembangunan pertanian khususnya di Kabupaten
Cirebon melalui penerapan pertanian integratif dengan memanfaatkan kekayaan lokal yang tersedia. Metode
penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian survey dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Metode ini
menguraikan atau mendeskripsikan data secara faktual dan menyeluruh yang didapatkan dari lokasi
penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD), wawancara dan
dokumentasi yang mendukung pencapaian hasil penelitian. Analisis data yang digunakan adalah analisis
usahatani yaitu menghitung seluruh biaya, pendapatan, dan keuntungan dengan menggunakan rumus: TK =
TP-TB. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara keseluruah dari responden petani yang diwawancari
mereka belum semuanya menerapkan sistem pertanian integratif, yaitu memadukan dari beberapa sub sektor
atau sub sistem komoditas pertanian yang ada. Dari hasil studi lapang yang dilakukan di lokasi penelitian
sudah banyak petani yang sudah menerapkan sistem pertanian integratif dengan memadukan peternakan
dengan komoditas tanaman pangan. Perpaduan beberapa komoditas akan menghasilkan beberapa
kelebihan, diantaranya dengan adanya perpaduan komoditas ini petani mampu menurunkan biaya produksi.
Dengan adanya penurunan biaya produksi, maka model pertanian integratif dengan sendirinya akan
meningkatkan pendapatan bagi para petani di Wilayah Kabupaten Cirebon.

Kata kunci: Sistem Pertanian Integratif, Usahatani

1. PENDAHULUAN hewan bermanfaat sebagai bahan dasar


Sistem pertanian integratif untuk membuat pupuk organik. Kedua,
merupakan salah satu strategi pertanian hewan (kambing) dipelihara sebagai
berkelanjutan dengan memadukan usaha baru sehingga meningkatkan
berbagai sub sektor yang ada didalam pendapatan petani, dan ketiga dengan
sistem agribisnis. Salah satu integrasi sistem integrasi, maka dapat membangun
yang sudah banyak dikenal oleh petani sistem pertanian berkelanjutan yang
adalah memadukan sub sektor pertanian secara nyata dapat meningkatkan
tanaman dengan sub sektor peternakan produksi tanaman pangan sebagai usaha
yang salah satunya adalah ternak utama.
kambing. Walaupun pola ini relatif Berbagai kegiatan pemberdayaan
sederhana, namun pada tataran dan pendampingan bagi sektor pertanian
implementasi petani belum maksimal sebenarnya sudah dilakukan oleh para
melakukannya. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL).
Secara praksis, model pertanian ini Penyuluhan secara praktis merupakan
memiliki dua manfaat besar bagi petani, langkah strategis bagi penyuluh untuk
pertama memanfaatkan limbah kotoran melakukan pemberdayaan petani.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 224


Beberapa bentuk penyuluhan yang sehingga menjadi kelembagaan bisnis
dilakukan oleh para penyuluh bisa berupa yang produktif, dan sebagai dasar bagi
sekolah lapangan (SL) atau para petani dalam menganalisis usahatani
pendampingan secara kontinyu sehingga sekaligus sebagai media untuk
adopsi inovasi teknologi dapat dilakukan menganalisi peluang dan tantangan yang
oleh petani sebagai komunitas penerima dihadapi dalam usahatani yang mereka
manfaat. jalankan.
Penyuluh Pertanian Lapangan yang Kabupaten Cirebon merupakan
posisi kerjanya berhadapan langsung salah satu daerah penyangga kebutuhan
dengan petani sehingga sangat berbagai macam bahan pangan bagi
menentukan keberhasilan pembangunan masyarakat terutama padi/ beras
pertanian. Posisi strategis ini diupayakan khususnya bagi wilayah Tiga Cirebon
dapat memberi kontribusi langsung bagi setelah Kabupaten Cirebon. Terkait
keberlangsungan kehidupan petani. dengan proses adopsi inovasi berbagai
Bentuk kontribusi para Penyuluh teknologi, petani belum secara maksimal
Pertanian adalah melakukan fungsi dapat menyerap teknologi tersebut.
penyuluhan sesuai dengan standar kerja Padahal pertanian integrasi bagi petani
yang ditetapkan oleh pemerintah. merupakan teknologi yang baik bagi
Beberapa fungsi penyuluhan ini peningkatan produksi padi. Kelebihan lain
diantaranya adalah penyuluh dituntut yang ada pada teknologi ini adalah bahwa
untuk melakukan fungsi sebagai fasilitator, teknologi tersebut mengedepankan
motivator dan inovator. pertanian ramah lingkungan atau lebih
Standar kinerja penyuluhan ini dikenal dengan pertanian organik.
sesuai dengan amanat Undang-Undang Di kabupaten Indramayu satu-
Nomor 16 tahun 2006 tentang sistem satunya desa yang masih menerapkan
penyuluhan Pertanian, Perikanan dan pertanian organik dengan menerapkan
Kehutanan. Didalam Undang-Undang ini sistem integrasi sub sektor agribisnis
menjelaskan bahwa proses penyuluhan adalah Desa Karangsari Kecamatan Weru
mempunyai fungsi dan peran dalam Kabupaten Cirebon. Kelompoktani yang
memfasilitasi proses pembelajaran petani masih konsisten melakukan usahatani
sebagai pelaku usahatani dalam menggunakan metode integrasi adalah
memudahkan akses informasi, teknologi Gabungan kelompoktani (Gapoktan)
dan akses lainnya yang bermanfaat bagi Mekartani. Dari sekian banyak petani
para petani, meningkatkan kemampuan yang ada di desa ini, hanya beberapa
manajemen dalam mengelola usahatani, petani yang masih menerapkan teknologi
meningkatkan kapasitas kelembagaan tersebut. Padahal jika dikaji lebih
untuk mengelola ogranisasi pertanian mendalam metode pertanian integrasi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 225


merupakan teknologi yang secara desa yang petaninya sudah banyak
signifikan mampu meningkatkan menerapkan pertanian integratif, yaitu
produktivitas tanaman pangan salah Desa Karangsari Kecamatan Weru
satunya adalah padi dan menghasilkan Kabupaten Cirebon.
padi yang kualitasnya baik, yaitu padi Penelitian ini menggunakan metode
organik dengan tingkat harga yang jauh survei dengan pendekatan deskriptif
lebih tinggi jika dibandingkan dengan padi/ kualitatif. Tujuan penggunaan pendekatan
beras yang dihasilkan dari usahatani deskriptif kualitatif adalah agar
konvensional. mendapatkan data yang orisinil, faktual
Beberapa masalah yang penting dan menyeluruh sehingga dapat
dalam proses penerapan teknologi menguraikan secara jelas dari tujuan
pertanian integrasi yang memadukan sub penelitian. Pada penelitian ini
sektor tanaman pangan padi dengan sub dideskripsikan bagaimana perkembangan
sektor peternakan (padi) yaitu sebagai penerapan sistem pertanian integratif/
berikut: (1) Rendahnya kemauan petani atau sistem pertanian terintegrasi dengan
menerapkan pertanian integratif dengan peningkatan hasil usahatani di lokasi
membangun usaha peternakan kambing penelitian yaitu di Desa Karangsari
oleh petani di Kabupaten Cirebon, (2) Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon.
Besarnya faktor penghambat penerapan Variabel yang digunakan dalam
teknologi pertanian integrasi di kalangan penelitian ini dioperasionalisasikan
petani, (3) Perbedaan persepsi petani sebagai berikut:
terhadap teknologi pertanian integratif, (1) Pertanian Integratif adalah sistem
dan (4) Rendahnya partisipasi petani pertanian yang memadukan antara
dalam penggunaan teknologi pertanian beberapa sub sektor yang ada
integratif. sehingga dapat meminimalisir
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengeluaran untuk input produksi
penelitian ini adalah: (1) Mengetahui sehingga dapat meningkatkan hasil
perkembangan penerapan sistem usahatani yang dijalankan.
pertanian integratif di Kabupaten Cirebon, (2) Usahatani adalah proses pengolahan
dan (2) Menganalisis dampak positif beberapa input produksi semiminimal
penerapan sistem pertanian integratif mungkin dengan harapan
terhadap peningkatan hasil usahatani di menghasilkan output yang optimal
Kabupaten Cirebon. dari proses produksi menggunakan
metode atau teknik tertentu.
2. METODE PENELITIAN Analisis Pendapatan Usahatani
Objek dalam penelitian ini adalah Analisis pendapatan digunakan
petani dengan memilih lokasi di salah satu untuk mengetahui keterkaitan antara

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 226


penggunaan konsep pertanian integratif oleh petani lebih dikenal dengan istilah
dengan peningkatan hasil usahatani yaitu budidaya padi hemat air. Kelebihan yang
dengan melihat keuntungan usahatani dimiliki adalah sistem budidaya ini
yang dilakukan. Analisis usahatani mengarahkan petani untuk menggunakan
dilakukan dengan menghitung semua pupuk organik sehingga mendukung
biaya yang dikeluarkan untuk pertanian berkelanjutan. Penggunaan
menghasilkan input produksi dikurangi pupuk organik oleh petani di Desa
pendapatan yang didapatkan dari hasil Karangsari dilakukan dengan
penjualan produksi usahatani yang memanfaatkan kekayaan lokal yang
dihasilkan dengan rumus: tersedia.
TK = TP - TB Pengembangan sistem budidaya ini
Ket: TK = Total Keuntungan dilakukan dengan menerapkan metode
TP = total Pendapatan
pertanian terintegrasi yaitu
TB = total biaya
menghubungkan beberapa sub sistem
Analisis R/C Ratio
yang ada, dimana petani di Desa
Analisis ini digunakan untuk
Karangsari banyak yang melakukan
mengetahui tingkat kelayakan usahatani
usahatani tambahan yaitu ternak kambing.
yang dilakukan. Dengan mengetahui
Dengan adanya ternak kambing para
tingkat kelayakan, maka dapat membantu
petani mendapatkan tambahan
pelaku usahatani didalam membuat
usahataninya dari usahatani utamanya
keputusan strategis usaha apa yang layak
yaitu budidaya tanaman padi sawah.
dijalankan.
Tersedianya kotoran kambing oleh petani
dimanfaatkan menjadi pupuk kandang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
bagi lahan sawahnya sehingga sawah
Desa Karangsari merupakan salah
mereka menjadi lebih subur.
satu desa yang ada di kecamatan Weru
Terintegrasinya sektor peternakan dan
Kabupaten Cirebon yang memiliki
pertanian tanaman pangan padi sangat
kelompok tani cukup dinamis. Diantara
menguntungkan bagi para petani di Desa
kelompok tani yang ada di Kabupaten
Karangsari.
Cirebon, para anggota Kelompok tani
Berdasarkan hasil wawancara yang
sudah berhasil menerapkan dan
dilakukan pada penelitian dapat diuraikan
mengembangkan beberapa paket
secara nyata ada perbedaan hasil
teknologi yang direkomendasikan oleh
usahatani yang dilakukan petani di Desa
pemerintah. Salah satu paket teknologi
Karangsari kecamatan Weru Kabupaten
yang sudah dikembangkan adalah metode
Cirebon antara sistem pertanian
cocok tanam padi dengan menggunakan
konvensional dengan sistem pertanian
System of Rice Intensification (SRI). SRI
terintegrasi. Perbedaan penghasilan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 227


usahatani ini terlihat terutama perbedaan pendapatan usahatani antara pertanian
biaya produksi yang dikeluarkan oleh konvensional dengan pertanian integrasi
masing-masing petani sebagai responden. dapat dilihat pada Tabel 1.
Perbedaan biaya produksi dan

Tabel 1. Perbedaan Keuntungan Usahatani Padi Sistem Pertanian Integratif dengan


Sistem Pertanian Konvensional
No. Uraian Sistem Pertanian Sistem Pertanian
Integratif Konvensional
1. Biaya Tetap (Rp.) 2.225.000 2.225.000
2. Biaya variabel (Rp.) 5.425.000 7.550.000
3. Pengeluaran (Rp.) 7.650.000 9.775.000
4. Penerimaan (Rp.) 30.500.000 27.500.000
5. Keuntungan per Ha (Rp.) 22.850.000 17.725.000
6. R/c Ratio 2,50 2,07
(Sumber Daya; Diolah, 2015)

Berdasarkan tabel di atas, maka terlihat pada tingkat kelayakan usaha.


dapat diuraikan bahwa ada perbedaan Walaupun sama memiliki tingkat
yang signifikan keuntungan yang kelayakan. Namun pada sistem pertanian
didapatkan pada sistem pertanian integratis memiliki tingkat kelayakan lebih
integrasi dengan sistem pertanian besar yaitu 2,50 sedangkan pada sistem
konvensional. Variabel-variabel yang ada pertanian konvensional hanya 2,07.
memiliki perbedaan hanya satu variabel Rendahnya biaya variabel pada
yang sama yaitu variabel biaya tetap. sistem pertanian integratif disebabkan
Pada variabel biaya variabel, sistem karena pada sistem budidaya ini hanya
pertanian integratif sebesar Rp. 5.425.000 sedikit untuk pembelian pupuk kimia dan
sehingga biaya pengeluarannya sebesar pestisida. Mereka mampu menghasilkan
Rp. 7.650.000 sedangkan sistem pupuk organik yang didapatkan dari
pertanian konvensional biaya variabel pengolahan kotoran hewan yaitu kambing
yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.550.000 yang dipeliharanya. Dengan penggunaan
sehingga biaya pengeluarannya sebesar pupuk dan pestisida organik secara nyata
Rp. 9.775.000. Sedangkan penerimaan berpengaruh terhadap hasil produksi yang
pada sistem pertanian integratif sebesar semakin meningkat. Selain itu petani yang
Rp. 30.500.000 sehingga keuntungan menerapkan sistem pertanian integratif
bersih yang diterima sebesar Rp. menghasilkan tambahan pendapatan dari
22.850.000. adapun pada sistem hasil pembesaran kambing yang
pertanian konvensional penerimaan yang dipeliharanya. Rata-rata setiap bulan
diterima sebesar Rp. 27.500.000 dengan mereka menghasilkan keuntungan dari
keuntungan sebesar Rp. 17.725.000. pembesaran kambing sebesar Rp.
Perbedaan pada kedua sistem ini juga 1.500.000.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 228


4. SIMPULAN DAN SARAN 5. DAFTAR PUSTAKA
4.1. Simpulan Anatanyu, Sapja. Kelembagaan Petani:
Peran dan Strategi Pengembangan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
Kapasitasnya. Jurnal Penelitian
yang diuraikan di atas, maka dapat SEPA. Volume 7 No. 2 Pebruari
2011: 102-109.
disimpulkan bahwa:
Anonim. Pertanian Ramah Lingkungan.
(1) Ada perbedaan yang signifikan pada (diakses dari lms.unhas.ac.id.).
Anonim. Teknik Budidaya Tanaman padi
tingkat keuntungan dan kelayakan
dengan metode
usahatani antara sistem pertanian SRI.http://saswihtml.blogspot.com.2
014.
integratif dengan sistem pertanian
Anugrah, Iwan Setiajie, Sumedi, I Putu
konvensional. Wardana. Gagasan dan
Implementasi System of Rice
(2) Keuntungan bersih yang diterima
Intensification (SRI) dalam Kegiatan
pada sistem pertanian integratif Budidaya Padi Ekologis (BPE).
Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian.
sebesar Rp. 22.850.000 sedangkan
Volume 6 No. 1, Maret 2008 : 75-
pada sistem konvensional hanya 99).
Chambers, Robert. 1983. Rural
sebesar Rp. 17.725.000.
Development; Putting the Last First.
(3) Perbedaan juga terlihat pada tingkat Longman Scientific and Technical.
New York
kelayakan usaha, dimana pada
Creswell, J. W. 1997. Qualitative Inquary
sistem pertanian integratif tingkat and Research Design; Choosing
among five Traditions. Sage
kelayakan usahanya sebesar 2,50
Publication. London.
sedangkan pada sistem konvensional Djohadi, Rianingsih, dkk (ed.). 1996.
Berbuat Bersama Berperan Setara;
hanya sebesar 2,07.
Acuan Penerapan Participatory
4.2. Saran Rural Appraisal. Driya Media.
Bandung
Saran yang diberikan pada
Farrington, J. Adrienne Martin. 1993.
penelitian ini adalah sistem pertanian Farmer Participation in Agricultural
Research: a review of concepts and
integratif perlu dikembangkan di
practices. Overseas Development
Kabupaten Cirebon. Agar sistem Institute. London.
Fujisaka, Sam. Will Farmer Participatory
pertanian ini berkelanjutan, maka perlu
Research Survive in the
dukungan semua pemangku kepentingan International Agricultural Research
Centres. Gatekeeper Series No. 44.
terutama pemerintah dalam mendorong
IIED. London.
petani agar mereka lebih minat dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006
Tentang Sistem Penyuluhan
menerapkan sistem pertanian integratif
Pertanian, Perikanan, dan
dan memfasilitasi para petani dalam Kehutanan.
Ukrita, Indria, 2011. Analisis Perilaku
membuat pupuk organik.
Petani dalam Penerapan Padi
Metode SRI (System of Rice
Intensification) (Kasus Kelompok
Tani Sawag Bandang di Kanagarian
Koto Tuo Kecamatan Harau
Kabupaten Limapuluh Kota). Jurnal

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 229


Penelitian Lumbung, Volume 1o No.
2 Juli 2011.
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian
Kuantitaif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Teguh S Ambar, 2004. Pengertian
Pemberdayaan Masyarakat.
Van den Ban, A.W. dan H.S.
Hawkins.1998.Penyuluhan
Pertanian.Kanisius. Yogyakarta.
Yaherwandi, Nalwida Rozen, dan Aswaldi
Anwar, 2009. Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Alih Teknologi
Sistem Pertanian SRI (System of
Rice Intensification) di Kabupaten
Padang Pariaman. Fakultas
Pertanian Universitas Andalas
Padang.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 230


ANALISIS USAHA JAHE KAPUR DI DESA JATIMULYO,
KECAMATAN GIRIMULYO, KULON PROGO

Yonky Indrajaya dan Aris Sudomo

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry


Jl. Raya Ciamis-Banjar km 4, Ciamis 46201,
Email: yonky_indrajaya@yahoo.com

ABSTRAK

Budidaya tanaman pertanian di bawah tegakan hutan memberikan peluang bagi petani untuk
dapat memperoleh tambahan pendapatan dari unit lahan yang dimilikinya. Jenis empon-emponan
seperti jahe kapur merupakan salah satu alternatif yang dapat diusahakan di bawah tegakan
karena sifatnya yang relatif tahan naungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis usaha
budidaya jahe kapur di Dusun Karanggede, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten
Kulon Progo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian investasi berdasarkan
kriteria Net Present Value (NPV) dan rasio benefit dan cost (BCR) pada suku bunga 12%. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa: usaha budidaya jahe di dalam pola agroforestry layak untuk
diusahakan secara finansial yaitu dengan NPV sebesar Rp 73.035.527 dan BCR sebesar 1,79.

Kata kunci: kelayakan usaha, budidaya, jahe kapur, Kulon Progo

1. PENDAHULUAN Jatimulyo yang berada di dataran tinggi.


Pengelolaan lahan dengan pola Jahe banyak digunakan sebagai obat
agroforestry merupakan salah satu cara tradisional (jamu), bahan dasar makanan
untuk memaksimalkan keuntungan dalam dan minuman, bumbu masak, minyak
suatu unit lahan. Jenis pohon dan jahe, dan oleoresin (Rukmana, 2000).
tanaman bawah pada umumnya dipilih Jahe menurut para ahli botani berasal dari
berdasarkan potensi keuntungan yang Asia Tropik yang tersebar merata dari
tertinggi dari suatu unit lahan dan India hingga Cina, dengan pusat
tentunya kecocokan jenis dengan kondisi perkembangan di Indo-Malaya termasuk
lahannya. Salah satu jenis tanaman Indonesia (Rukmana, 2000). Apabila
bawah yang potensial untuk dikelola dengan baik, tanaman jahe yang
dikembangkan adalah jenis empon- ditanam di antara tanaman pohon dapat
emponan untuk obat (i.e. wanafarma) meningkatkan pertumbuhan pohon,
(Widyaningsih & Achmad, 2012), dimana misalnya tanaman kelapa di Nusa
salah satu jenisnya adalah jahe. Tenggara Timur (Gunarto, de Rosari, &
Jenis jahe kapur merupakan salah Triastono, 2016).
satu jenis jahe yang banyak Beberapa penelitian tentang
dibudidayakan di wilayah Desa Jatimulyo, kelayakan usaha jahe telah dilakukan
Girimulyo di bawah tegakan hutan rakyat untuk beberapa jenis jahe, misalnya jenis
yang ada, terutama jenis sengon. Jenis ini jahe gajah, jahe putih dan jahe merah.
dipilih karena relatif tahan naungan dan Misgiantoro (2016) menyebutkan bahwa
cocok dengan karakteristik biofisik Desa usahatani jahe gajah di Lampung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 231


menguntungan dengan nilai BCR sebesar kurang lebih 700 meter di atas permukaan
1,51 dan NPV sebesar Rp.21.405.070,- laut. Pada umumnya masyarakat Desa
per ha. Di Jember, usahatani jahe gajah Jatimulyo adalah petani dengan
juga layak untuk diusahakan dengan nilai komoditas pertanian seperti cengkeh,
BCR sebesar 2,67 (Widyastuti, Soejono, & kakao, kelapa dan salak pondoh.
Widjayanti, 2015). Sementara itu Ermiati Data yang dikumpulkan meliputi
(2016) melaporkan bahwa usahatani jahe data input produksi (pembelian bibit,
putih di Kabupaten Sumedang layak saprotan, penanaman dan pemeliharaan)
secara finansial dengan nilai BCR 1,7 dan dan data output produksi, yaitu jumlah
NPV Rp.497.769. Sujianto and Wahyudi produksi budidaya jahe. Data dikumpulkan
(2015) melaporkan bahwa bisnis melalui wawancara dengan kuisioner yang
penyediaan bibit jahe merah layak untuk telah disiapkan. Kriteria kelayakan usaha
diusahakan dengan nilai BCR hingga secara finansial meliputi Net Present
2,13. Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR),
Penelitian ini bertujuan untuk dan Internal Rate of Return
menganalisis kelayakan usaha budidaya (IRR)(Thompson & George, 2009). Kriteria
jahe kapur yang ditanam dalam pola merupakan jumlah profit yang
agroforestry di Desa Jatimulyo, Kulon terdiskon dalam kurun waktu tertentu:
Progo. Hasil dari analisis kelayakan usaha (1)
ini dapat menjadi salah satu referensi dari
Kriteria menunjukkan
pengelolaan tanaman bawah khususnya
jenis empon-emponan (obat tradisional) perbandingan antara total penerimaan

dalam pola agroforestry. Selain itu, hasil dan total biaya yang terdiskon selama

analisis ini dapat juga dijadikan rujukan kurun waktu proyek:

bagi petani dalam budidaya jahe kapur di


tempat lain yang memiliki kondisi biofisik
yang kurang lebih sama dengan lokasi Unit analisis dalam penelitian ini
penelitian. adalah 1 ha lahan, sehingga luas lahan
responden dikonversikan ke dalam satuan
2. METODE PENELITIAN ha.Waktu rotasi tebang pohon penaung
Penelitian dilakukan di Dusun adalah 10 tahun, sehingga jangka waktu
Karanggede, Desa Jatimulyo, Kecamatan analisis yang digunakan adalah 10 tahun
Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, dengan asumsi bahwa tanaman jahe akan
Yogyakarta.Desa Jatimulyo terletak di terus ditanam di bawah tegakan hutan
bagian utara Kabupaten Kulon Progo rakyat sepanjang daur.
yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Purworejo dengan ketinggian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 232


3. HASIL DAN PEMBAHASAN rasanya yang terlalu pedas. Jenis jahe
A. Jenis dan Harga Input Produksi lain seperti jahe gajah, walaupun memiliki
Jahe Kapur produktivitas per ha tertinggi, namun juga
Jahe kapur banyak dibudidayakan kurang diminati karena rasanya yang
oleh masyarakat dusun Karanggede, kurang pedas.
Desa Jatimulyo, Kulon Progo karena telah Pada mulanya, bibit jahe kapur
tersedianya pasar yang mapan. Jenis jahe diperoleh dengan cara membeli dari
kapur ini banyak digunakan untuk penjual bibit seharga Rp 8.000,- (Tabel 1).
minuman karena rasanya yang tidak Namun, setelah panenan pertama dan
terlalu pedas namun juga tidak terlalu seterusnya, bibit jahe dapat pula diperoleh
hambar. Beberapa jenis jahe yang ada dari menyisihkan sebagian hasil panenan
seperti jahe emprit kurang banyak jahe untuk ditanam kembali menjadi bibit.
dibudidayakan karena pasarnya yang Luas lahan yang dikelola oleh responden
relatif sempit hanya untuk obat-obatan bervariasi antara 500 – 2700 m2. Aplikasi
tradisional. Jenis jahe ini kurang diminati pupuk kandang di lokasi penelitian hingga
konsumen untuk produk minuman karena 10.487 ton ha.

Tabel 1. Masukan dan harga usahatani jahe di bawah tegakan hutan rakyat
Satuan Harga Jumlah per tahun
MASUKAN
Bibit jahe kapur Kg/ha 8.000 951
Pupuk kandang Kg/ha 400 10.487
Tenaga kerja
a. persiapan lahan HOK 5.000 202
b. pemberian pupuk dasar HOK 5.000 126
c. penanaman HOK 5.000 110
d. penyiangan/pengendalian gulma HOK 5.000 153
e. pemupukan lanjutan HOK 5.000 124
f. pemanenan HOK 5.000 194
KELUARAN
Jahe kapur Kg 7.000 4.182

Beberapa kegiatan yang dilakukan orang) dengan membayar Rp.25.000,-


dalam budidaya jahe adalah persiapan kepada kelompok tani, sehingga HOK per
lahan, pemberian pupuk dasar, orang dihitung Rp. 5.000,-. Waktu kerja
penanaman, penyiangan, pemupukan kurang lebih 4 jam per hari di pagi hari,
lanjutan, dan pemanenan dengan yaitu dari pukul 7 hingga pukul 11.
kebutuhan tenaga kerja antara 110 hingga
202 HOK. Kegiatan pada umumnya
dilakukan berkelompok (Kurang lebih 5

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 233


B. Analisis Kelayakan Usaha Jahe Kapur
Tabel 2. Proyeksi penjualan, biaya produksi dan laba budidaya jahe kapur di Desa
Jatimulyo
Uraian Satuan Jumlah per th
A. Penerimaan 29,271,811
1. Volume produksi jahe 4.182
2. Harga 7000 29,271,811

B. Biaya Produksi 16,345,679


1. Pembelian bibit jahe
Jumlah 951
Harga 8000 7,605,761
2. Biaya tenaga kerja
a. persiapan lahan 202 1,011,008
b. pemberian pupuk dasar 126 631,893
c. penanaman 110 548,148
d. penyiangan/pengendalian gulma 153 765,381
e. pemupukan lanjutan 124 620,628
f. pemanenan 194 968,107
3. Biaya pembelian pupuk kandang
Jumlah 10487
400
Harga 4,194,753
Laba 12,926,132

Aliran kas (cash flow) pengelolaan 4. SIMPULAN DAN SARAN


jahe kapur di Desa Jatimulyo disajikan A. Simpulan
dalam Lampiran 1. Berdasarkan lampiran Berdasarkan hasil dan pembahasan
1, nilai NPV pengelolaan jahe kapur di atas, dapat disimpulkan bahwa
selama 10 tahun pada tingkat suku bunga budidaya jahe kapur di Desa Jatimulyo,
12% adalah Rp. 73.035.517,- dengan nilai Kecamatan Giripurwo, Kabupaten Kulon
BCR sebesar 1,79. Berdasarkan nilai NPV Progo layak diusahakan dengan nilai NPV
dan BCR, pengusahaan jahe kapur di sebesar Rp 73.035.527 dan BCR sebesar
bawah tegakan hutan rakyat layak 1,79. Laba bersih yang dapat diperoleh
diusahakan. Rendahnya biaya tenaga petani jahe adalah sebesar Rp.
kerja dalam penelitian ini berkontribusi 12.926.132,- per ha.
cukup besar dalam memberikan tingginya
B. Saran
nilai NPV. Dengan total biaya sebesar Rp.
Perlu penelitian lebih lanjut tentang
16.345.679, akan memberikan
analisis usaha budidaya agroforestry jahe
pendapatan sebesar Rp.29.271.811,- per
dan pohon yang belum dilakukan dalam
tahun.
penelitian ini. Variasi pohon penaung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 234


(jenis, kerapatan, daur) di lokasi penelitian strategi pengembangan komoditas
jahe gajah di desa pace
dapat mempengaruhi produktivitas jahe di
kecamatan silo kabupaten jember.
bawah tegakan yang akhirnya dapat Berkala Ilmiah Pertanian.
menghasilkan pendapatan yang berbeda-
beda pula.

5. DAFTAR PUSTAKA
Ermiati, E. (2016). Analisis kelayakan dan
kendala pengembangan usahatani
jahe putih kecil di Kabupaten
Sumedang (Studi Kasus
Kecamatan Cimalaka Kabupaten
Sumedang). Buletin Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat,
21(1).
Gunarto, I., de Rosari, B., & Triastono, J.
(2016). Kajian analisa skala
usahatani tanaman jahe sebagai
tanaman sela pada tanaman
kelapa (Studi kasus Kecamatan
Kewapante). BPTP NTT.
Misgiantoro, R. (2016). Analisis efisiensi
teknis dan struk biaya usahatani
jahe gajah di Kecamatan
Penengahan Kabupaten Lampung
Selatan. (Skripsi), Universitas
Lampung, Bandar Lampung.
Rukmana, I. H. R. (2000). Usaha Tani
Jahe: Kanisius.
Sujianto, S., & Wahyudi, A. (2015).
Analisis kelayakan dan finansial
dalam penyediaan benih bermutu
jahe merah (Zingiber officinale var.
rubrum). Buletin Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat,
26(1), 77-86.
Thompson, D., & George, B. (2009).
Financial and economic evaluation
of agroforestry. In I. Nuberg, B.
George & R. Reid (Eds.),
Agroforestry for natural resource
management. Collingwood
Australia: CSIRO Publishing.
Widyaningsih, T. S., & Achmad, B. (2012).
Analisis finansial usahatani hutan
rakyat pola wanafarma di
Majenang, Jawa Tengah. Jurnal
Penelitian Hutan Tanaman, 9(2),
105-120.
Widyastuti, E., Soejono, D., & Widjayanti,
L. (2015). Analisis ekonomi dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 235


Lampiran 1. Cash flow usaha tani jahe kapur di Desa Jatimulyo, Kecamatan Giripurwo, Kulon Progo
Tahun ke-1
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Pembelian bibit 7,605,761 7,605,761 7,605,761 7,605,761 7,605,761 7,605,761 7,605,761 7,605,761 7,605,761 7,605,761

Pembelian pupuk 4,194,753 4,194,753 4,194,753 4,194,753 4,194,753 4,194,753 4,194,753 4,194,753 4,194,753 4,194,753

Biaya Persiapan Lahan 1,011,008 1,011,008 1,011,008 1,011,008 1,011,008 1,011,008 1,011,008 1,011,008 1,011,008 1,011,008

Biaya Pemberian Pupuk Dasar 631,893 631,893 631,893 631,893 631,893 631,893 631,893 631,893 631,893 631,893

Biaya Penanaman Bibit di Lahan 548,148 548,148 548,148 548,148 548,148 548,148 548,148 548,148 548,148 548,148

Penyiangan/Pengendalian Gulma 1 765,381 765,381 765,381 765,381 765,381 765,381 765,381 765,381 765,381 765,381

Biaya Pemupukan Lanjutan Ke-1 620,628 620,628 620,628 620,628 620,628 620,628 620,628 620,628 620,628 620,628

Biaya Pemanenan 968,107 968,107 968,107 968,107 968,107 968,107 968,107 968,107 968,107 968,107

TOTAL BIAYA 16,345,679 16,345,679 16,345,679 16,345,679 16,345,679 16,345,679 16,345,679 16,345,679 16,345,679 16,345,679

TOTAL PENDAPATAN 29,271,811 29,271,811 29,271,811 29,271,811 29,271,811 29,271,811 29,271,811 29,271,811 29,271,811 29,271,811

PROFIT 12,926,132 12,926,132 12,926,132 12,926,132 12,926,132 12,926,132 12,926,132 12,926,132 12,926,132 12,926,132

NPV 73.035.527

BCR 1,79

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 236


ANALISIS USAHA BUDIDAYA JAMBLANG DI KABUPATEN MAJALENGKA

Yonky Indrajaya, Soleh Mulyana, dan Aris Sudomo

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry


Jl. Raya Ciamis-Banjar km 4, Ciamis 46201,
Email: yonky_indrajaya@yahoo.com

ABSTRAK

Jenis jamblang merupakan salah satu jenis pohon potensial untuk dikembangkan sebagai
pemasok bahan baku obat. Zat aktif dalam buah jamblang dapat digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan obat diabetes. Budidaya jamblang belum banyak dilakukan oleh masyarakat karena
pasar buah jamblang untuk obat belum terbentuk. Penelitian tentang budidaya jamblang perlu
dilakukan untuk memberikan gambaran kepada investor maupun masyarakat tentang prospek
bisnis jenis jamblang tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis budidaya tanaman
jamblang di Kabupaten Majalengka. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian
kelayakan usaha budidaya jamblang dengan kriteria Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio
(BCR) dan Internal Rate of Return (IRR). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada daur
30 tahun, budidaya jamblang layak diusahakan secara finansial dengan NPV sebesar Rp
38.462.245,-, BCR sebesar 2,8, dan IRR sebesar 26%. Pembentukan pasar jamblang untuk obat
berpotensi untuk meningkatkan nilai NPV karena meningkatnya permintaan yang dapat
meningkatkan harga.

Kata kunci: kelayakan usaha, budidaya jamblang, Sumedang

1. PENDAHULUAN Pohon jamblang termasuk dalam


Secara geografis Indonesia terletak family Myrtaceae yang tersebar alami dari
di garis khatulistiwa yang memiliki curah India hingga Asia Tenggara. Beberapa
hujan yang cukup tinggi dengan nama local dari jenis ini antara lain Duwet,
perubahan suhu udara yang tidak terlalu Jamblang, Jambe, Jambolan, Black Plum,
besar serta cahaya matahari yang cukup Java Pulm, Indian Blackberry, Jamun dan
banyak sepanjang tahun. Oleh karenanya, lain-lain. Pohon jamblang tumbuh relatif
Indonesia merupakan tempat yang ideal lambat dengan batang tidak lurus dan
bagi sebagian besar mahluk hidup (flora kanopi yang menyebar. Terdapat tiga
dan fauna) yang berpotensi untuk varietas jamblang yang ada di Indonesia
dimanfaatkan oleh manusia termasuk yaitu krikil, bawang/putih, dan hitam
sumber obat-obatan. Namun, keaneka- (Hyne, 1987). Chaudhary dan
ragaman hayati di Indonesia termasuk Mukhopadhyay (2012) melaporkan bahwa
rentan terhadap ancaman kepunahan dan kulit kayu, daun, biji dan buah jamblang
keberadaannya tak tergantikan (Brooks et berpotensi untuk digunakan sebagai obat
al., 2006). Kementerian Kesehatan telah seperti diabetes. Selain itu, biji jamblang
mengidentifikasi tumbuhan berpotensi diklaim dapat menjadi obat disentri
obat hingga 9.600 jenis, salah satunya (Rekha, Balaji, & Deecaraman, 2008).
adalah jenis pohon jamblang (Syzygium Di India, pohon jamblang telah
cumini Linn). dibudidayakan cukup intensif dengan hasil

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 237


utama biji yang dapat digunakan sebagai yang dikelola secara tradisional dengan
obat diabetes, hypoglycemic, tujuan untuk utama produksi buah untuk
antiinflamnatory, antioxidant, dan konsumsi makanan yang sementara ini
kemoprefentif terhadap stres dan telah dilakukan oleh masyarakat di
kerusakan genom (Bose & Sepaha, Kabupaten Majalengka. Hasil dari
1956). Sementara itu, di Indonesia pohon penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi
jamblang belum banyak dikembangkan pengembangan pohon jamblang dengan
dalam konteks penyediaan bahan baku tujuan untuk menghasilkan obat.
obat. Pemanfaatan pohon jamblang di
Indonesia pada umumnya baru sebatas 2. METODE PENELITIAN
memanfaatkan buahnya untuk dimakan. A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pada tahun 90an, jenis jamblang cukup Penelitian ini dilakukan di wilayah
terkenal dengan istilah “anggur Majalengka yang merupakan sentra
Majalengka”. Karena buah jamblang budidaya jamblang pada bulan Maret –
memiliki rasa yang dianggap kurang enak April 2016. Kabupaten Majalengka
dibandingkan dengan buah-buahan yang merupakan sentra pohon jamblang pada
lainnya (misalnya mangga, rambutan, tahun 90an, yang kini mulai meredup
papaya, nanas, dsb.), jenis jamblang karena rendahnya permintaan pasar akan
mulai kurang maksimal dalam buah jamblang.
pemeliharaan dan pemasarannya.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kelayakan usaha jamblang

Gambar 1. Lokasi Penelitian (Sumber: Google Earth, 2016)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 238


B. Pengumpulan dan Analisis Data membandingkan dengan budidaya
Pengumpulan data dilakukan kehutanan yang lain dengan rotasi yang
dengan wawancara mendalam terhadap berbeda, perhitungan nilai anuitas
responden pemanfaat pohon jamblang (AEV/Annual Equivalent Value)
(buah dan kayu). Data biaya dan manfaat digunakan, yaitu:
dari budidaya jamblang dicatat dan
(4)
ditabulasi. Kriteria kelayakan usaha yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Net
Nilai di dalam kurung kurawal merupakan
Present Value (NPV), BCR (Benefit Cost
nilai CRF (Capital Recovery Factor).
Ratio) dan Internal Rate of Return (IRR)
seperti yang dianjurkan oleh Atangana, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Khasa, Chang, and Degrande (2014). A. Jenis dan Harga serta Volume
Nilai kiwari atau NPV merupakan total Penggunaan Masukan
manfaat dikurangi dengan biaya terdiskon Budidaya pohon jamblang yang
dalam kurun waktu tertentu: dilakukan oleh masyarakat adalah dengan
(1) menanam jamblang dengan jarak tanam 5
x 5 meter, sehingga total pohon dalam
Dimana merupakan benefit/manfaat satu ha adalah sebanyak 400 pohon.
pada tahun ke , dan merupakan biaya Pohon jamblang akan mulai berbuah pada

pada tahun ke , dan umur 6 tahun, namun belum berproduksi


maksimal. Pada tahun ke-6, diasumsikan
merupakan faktor diskonto. Sedangkan
hanya ada 160 pohon yang mulai berbuah
BCR adalah perbandingan total manfaat
dengan rata-rata produksi sebanyak 0,5
dan biaya yang terdiskon selama kurun
kg per pohon (± 80 kg/ha). Pada tahun ke-
waktu tertentu:
7, produksi buah meningkat menjadi 200
kg per ha. Produksi buah semakin
(2)
meningkat hingga mulai pada tahun ke-
12, diasumsikan produksi buah jamblang
Sedangkan menunjukkan discount
per tahun per ha adalah sebanyak 8 ton.
rate dimana nilai NPV sama dengan nol: Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
masyarakat, produksi jamblang terus
(3)
meningkat hingga umur 30 tahun
Unit analisis yang digunakan adalah
mencapai 12,8 ton/ha. Harga buah
satu hektar. Daur tebang yang digunakan
jamblang per kg adalah Rp 3000,- yang
dalam analisis ini adalah 30 tahun,
dipasarkan untuk makanan (buah). Upah
dengan suku bunga 12%. Untuk
tenaga kerja di lokasi penelitian adalah Rp

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 239


30.000,- dengan jam kerja kurang lebih 4 jam (dari pagi hingga dhuhur).
Tabel 1. Masukan dan harga yang digunakan dalam analisis
Satuan Harga Jumlah per tahun
MASUKAN
Bibit jamblang Rupiah 1.500 500
Ajir Rupiah 200 400
Pupuk kandang Kg/ha 400 400
Pupuk NPK Kg/ha 3.000 40
PBB Rp/ha 30.000 1
Tenaga kerja
a. persiapan lahan + lubang + ajir HOK 30.000 60
c. penanaman HOK 30.000 30
d. penyiangan/pengendalian gulma HOK 30.000 40
f. pemanenan HOK 30.000 200
KELUARAN
Buah jamblang Kg 3.000 80-10000
Kayu jamblang umur 30 th M3 500.000 99
Sumber: diolah dari data primer (2016)

B. Analisis Kelayakan Usaha diusahakan. Nilai AEV dari usaha


Budidaya Jamblang budidaya jamblang di lokasi penelitian
Hasil perhitungan aliran kas adalah Rp 4.774.844,-. Apabila
budidaya jamblang dengan daur 30 dibandingkan dengan pengusahaan
tahun disajikan dalam Lampiran 1. hutan rakyat jenis yang lain, nilai AEV
Berdasarkan Lampiran 1, nilai NPV dari hutan rakyat jenis jamblang relatif rendah
budidaya jamblang daur 30 tahun adalah (lihat Tabel 2). Hal ini karena harga buah
Rp 38.462.245,-. Sementara itu, nilai jamblang yang relatif rendah dan
BCR dan IRR berturut-turut adalah 2,8, produksi kayu yang juga relatif rendah
dan 26%. Berdasarkan ketiga kriteria ini, dibandingkan dengan pengusahaan
maka budidaya jamblang dengan daur hutan rakyat jenis lainnya.
30 tahun di Kabupaten Majalengka layak
Tabel 2. Perbandingan nilai AEV beberapa pengusahaan hutan rakyat
Tipe hutan rakyat CRF NPV (Rp) AEV (Rp) Sumber
Hutan rakyat jamblang 0.12 38,462,245 4,774,844 Penelitian ini
Agroforestry Sengon-kapulaga 0.17 73,952,820 12,321,251 Indrajaya (2013)
Hutan rakyat manglid 0.04 211,859,381 8,474,375 Indrajaya (2016)
Hutan rakyat jabon 0.04 598,365,647 23,934,626 Indrajaya and Siarudin (2015)

4. SIMPULAN DAN SARAN diusahakan, dengan NPV sebesar Rp.


A. Simpulan 38.462.245,-, BCR sebesar 2,8, dan IRR
Berdasarkan hasil dan pembahasan di sebesar 26%, serta AEV sebesar Rp
atas, dapat disimpulkan bahwa budidaya 4.774.844,-.
jamblang di Kabupaten Majalengka layak B. Saran
SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 240
Budidaya jamblang dengan tujuan Indrajaya, Y. (2016). Daur optimal hutan
rakyat manglid di Kecamatan
utama penghasil buah untuk makanan
Kawalu, Tasikmalaya, Jawa Barat.
belum memberikan kontribusi yang tinggi In M. Siarudin, A. Sudomo, Y.
Indrajaya, T. Puspitojati & N.
karena tingkat harga yang relatif rendah.
Mindawati (Eds.), Hutan rakyat
Saat ini, penelitian tentang bagaimana manglid: Status riset dan
pengembangan. Bogor, Indonesia:
buah jamblang diolah menjadi produk obat
FORDA PRESS.
tengah dilakukan. Apabila pasar buah Indrajaya, Y., & Siarudin, M. (2015).
Pengaturan hasil agroforestry
jamblang sebagai bahan baku obat telah
jabon (Neolamarckia cadamba
tersedia, maka potensi pasar buah Miq.) dan kapulaga di Kecamatan
Pakenjeng, Garut, Jawa Barat.
jamblang akan semakin meningkat yang
Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi
dapat mendorong harga buah, sehingga Kehutanan, 12(2), 117-125.
Rekha, N., Balaji, R., & Deecaraman, M.
pendapatan yang diterima petani dapat
(2008). Effect of aqueous extract
meningkat. of Syzygium cumini pulp on
antioxidant defense system in
streptozotocin induced diabetic
5. DAFTAR PUSTAKA rats. Iranian journal of
pharmacology & therapeutics, 7(2),
Atangana, A., Khasa, D., Chang, S., &
137-145.
Degrande, A. (2014). Economics in
Agroforestry Tropical Agroforestry
(pp. 291-322): Springer.
Bose, S., & Sepaha, G. (1956). Clinical
observations on the antidiabetic
properties of Pterocarpus
marsupium and Eugenia
jambolana. Journal of the Indian
Medical Association, 27(11), 388.
Brooks, T. M., Mittermeier, R. A., da
Fonseca, G. A. B., Gerlach, J.,
Hoffmann, M., Lamoreux, J. F., . . .
Rodrigues, A. S. L. (2006). Global
Biodiversity Conservation
Priorities. Science, 313(5783), 58-
61.
Chaudhary, B., & Mukhopadhyay, K.
(2012). Syzygium cumini (L.)
Skeels: A potential source of
nutraceuticals. Int J Pharm Biol
Sci, 2(1), 46-53.
Hyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna
Indonesia, jilid II. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kehutanan.
Departemen Kesehatan. Jakarta.
Indrajaya, Y. (2013). Analisis finansial
agroforestry sengon dan kapulaga
di Desa Payungagung, Kecamatan
Panumbangan, Ciamis. Jurnal
Penelitian Agroforestry, 1(2).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 241


Lampiran 1. Cash flow budidaya jamblang di Kabupaten Majalengka dengan daur 30 tahun (dalam ribu rupiah)
Tahun ke-
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Penerimaan/Revenue 240 600 2760 8250 14580 20400 20400 24000 24000 24000
Kayu
1. Volume kayu berdiri
2. Harga
Buah 240 600 2760 8250 14580 20400 20400 24000 24000 24000
1. Volume Produksi buah 0 0 1 3 5 7 7 8 8 8
2. Harga 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
B. Biaya Produksi 3840 1950 2620 1730 2200 2270 930 1650 3480 5590 7530 7530 8730 8730 8730
Penanaman dan
pemeliharaan 3810 1420 2090 1200 1470 1460
Penyiangan 500 500 500 700 700 700 700 700 700 700 700 700 700 700
PBB 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Biaya panen buah 80 200 920 2750 4860 6800 6800 8000 8000 8000
Profit -3840 -1950 -2620 -1730 -2200 -2030 -330 1110 4770 8990 12870 12870 15270 15270 15270

Tahun ke-
Uraian
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Penerimaan/Revenue 24000 30000 30698 31395 32093 32791 33488 34186 34884 35581 36279 36977 37674 38372 88525
Kayu 49455
1. Volume kayu berdiri 0
2. Harga 500
Buah 24000 30000 30698 31395 32093 32791 33488 34186 34884 35581 36279 36977 37674 38372 39070
1. Volume Produksi buah 8 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 13 13 13
2. Harga 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
B. Biaya Produksi 8730 10730 10963 11195 11428 11660 11893 12125 12358 12590 12823 13056 13288 13521 13753
Penanaman dan
pemeliharaan
Penyiangan 700 700 700 700 700 700 700 700 700 700 700 700 700 700 700
PBB 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Biaya panen buah 8000 10000 10233 10465 10698 10930 11163 11395 11628 11860 12093 12326 12558 12791 13023
Profit 15270 19270 19735 20200 20665 21130 21596 22061 22526 22991 23456 23921 24386 24851 74772
NPV: Rp. 38.462.245 IRR= 26%; BCR = 2,8

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 242


APLIKASI PUPUK MAJEMUKDAN POC TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA
TANAH DAN HASIL BABY BUNCIS (Phaseolus vulgaris L)

Yuniarti A1, Yuliati Machfud1dan Nourma Al Viandari2


1
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
2
Alumni Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Jatinangor Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363
Email: anni_yuniarti@yahoo.com

ABSTRAK

Pupuk NPK majemuk memiliki keunggulan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman
namun penggunaan dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas tanah. Kualitas tanah dapat
diperbaiki dengan penambahan bahan organik yang terkandung dalam POC. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi pupuk NPK dengan POC limbah ikan terhadap
pH, P-tersedia tanahdan hasil baby buncis (Phaseolus vulgaris L) pada Inceptisols Jatinangor.
Percobaan telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan bulan Januari 2016 di
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang,
Jawa Barat dengan ketinggian tempat ± 768 m di atas permukaan laut (dpl). Penelitian ini
menggunakan metode eksperimen Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 8 perlakuan
dan diulang tiga kali. Perlakuannya yaitu: tanpa pupuk (kontrol),1 dan ½ dosis NPK majemuk, ½, 1,
1 ½ dosis POC limbah ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kombinasi
pupuk NPK dengan POC Limbah Ikan terhadap pH, P-Tersedia tanahdan hasil baby buncis
(Phaseolus vulgaris L) pada Inceptisols Jatinangor serta tidak terdapat salah satu kombinasi yang
dapat memberikan pengaruh terhadap hasil tertinggi baby buncis.

Kata kunci: POC, baby buncis, Inceptisols


hara melalui pemupukan.Petani pada
1. PENDAHULUAN
umumnya menggunakan pupuk N,P, K
Tanah merupakan komponen
(urea, SP-36, dan KCl) namun penga-
penting yang dapat mempengaruhi
daan pupuk tunggal yang tidak serentak
pertumbuhan dan produktivitas
mengakibatkan petani kesulitan dalam
tanaman.Ordo Incep-tisols merupakan
aplikasi.Kekurangan pupuk tunggal
salah satu ordo tanah yang tersebar di
terse-but dapat diatasi dengan
Indonesia dengan luas mencapai 70,52
menggunakan pu-puk majemuk.Pupuk
ha (Kasno, 2009). Penye-baran
majemuk NPK (16:16:16) memiliki
Inceptisols yang cukup luas tersebut
komposisi hara yang seimbang dan
dapat dimanfaatkan sebagai media
dapat larut secara perlahan-lahan
budida-ya tanaman sehingga memiliki
(Novizan, 2007) serta memiliki be-
nilai ekono-mi yang cukup prospektif di
berapa keunggulan yaitu dapat mening-
bidang pertanian namun Inceptisols
katkan pertumbuhan dan hasil tanaman
memiliki ken-dala pada rendahnya
serta lebih efisien dalam tenaga kerja
tingkat kesuburan tanah (Abdurachman
dan waktu aplikasi pemupukan, namun
dkk.,2008). Salah satu upaya untuk
peng-gunaan NPK dalam jangka
mengatasi kendala terse-but dengan
panjang dapat merusak tanah.
penanganan menggunakan tek-nologi
Menurunnya kualitas tanah dapat
yang tepat seperti penambahan unsur

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 243


diperbaiki dengan menambahkan bahan sebesar dosis 5 ml/L (Healthwealth,
organic. 2009).Berdasarkan latar belakang
Salah satu bahan organik yang tersebut maka perlu adanya percobaan
dapat digunakan yaitu limbah mengenai kombinasi penggu-naan pupuk
ikan.Pemanfaatan limbah ikan sebagai NPK (16:16:16) dan POC limbah ikan
pupuk organik dika-renakan kandungan terhadap pH, P-tersedia tanah, serapan P
unsur hara terutama P yang cukup dan hasil baby buncis (Phaseolus vulgaris
tinggi.Pupuk organik berba-han dasar ikan L) pada Inceptisols Jatinangor. Tujuan
memiliki kandungan N dan P yang cukup dari penelitian ini untuk mengetahui
tinggi yaitu berkisar 9,63% dan 3,26% pengaruh kombinasi pupuk NPK
(Syukron, 2013). Kandungan P yang tinggi (16:16:16) dengan POC limbah ikan
dapat mendukung produkti-vitas tanaman terhadap pH, P-tersedia tanah, serapan P,
terutama tanaman kacang-kacangan yang dan hasil baby buncis (Phaseolus vulgaris
membutuhkan P pada saat pembentukan L.) pada Inceptisols Jatinangor dan
polong dan biji.Salah satu tanaman yang menge-tahui adanya salah satu kombinasi
bernilai ekonomis adalah baby buncis. pupuk NPK (16:16:16) dengan POC
Permintaan pasar internasional limbah ikan yang dapat memberikan hasil
terha-dap baby buncis pada tahun 2012 tertinggi baby buncis (Phaseolus vulgaris
berkisar 1-2 ton per hari. Kelompok Tani L.) pada Inceptisols Jatinangor.
Macakal di Desa Cibodas Lembang dapat
2. BAHAN DAN METODE
memproduksi baby buncis sebesar 10-15
Percobaan dilaksanakan di Kebun
ton pada bulan Desember 2015 hingga
Percobaan Ciparanje Fakultas Pertanian
Februari 2016 dengan target pasar ekspor
Universitas Padjadjaran, Jatinangor,
dan pasar modern. Permintaan yang
Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
tinggi tersebut membuat petani di
dengan ketinggian ± 768 m di atas
berbagai daerah termasuk kelompok Tani
permukaan laut pada ordo Inceptisols.
Macakal menanam baby buncis dengan
Tipe curah hujan termasuk Tipe D
pemupukan NPK sebesar 512 kg/ha untuk
menurut Klasifikasi Schmidt dan
meningkat-kan produktivitas.Jumlah yang
Fergusson (1951) Percobaan
lebih besar jika dibandingkan dosis
dilaksanakan dari bulan Oktober 2015
rekomendasi yaitu sebesar 450 kg/ha
sampai dengan Januari 2016.
(Petrokimia, 2015).Jumlah yang tinggi dan
Bahan yang digunakan pada
penggunaan NPK dalam waktu panjang
percobaan ini adalah tanah Inceptisols
dapat menurunkan kualitas tanah
dalam polybag berukuran 40 cm x 50 cm,
sehingga perlu dikom-binasikan dengan
pupuk NPK (16:16:16), pupuk kandang
menggunakan pupuk cair limbah ikan
yang berasal dari kotoran kambing, POC
yang dianjurkan untuk tana-man buncis

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 244


yang berbahan dasar limbah ikan, dan yang rendah seperti kandunganC-organik
benih baby buncis (Phaseolus vulgaris L.). sebesar 1%, N-total yaitu sebesar 0,19%,
Alat-alat yang digunakan dalam P2O5 (Bray 1) sebesar 8.06 mg kg-1, K2O
percobaan ini adalah alat pendukung (HCl 25 %) sebesar 8,25 mg 100 g-1.
percobaan di lapangan dan alat Inceptisols Jatinangorpada percobaan ini
pendukung analisis baik tanah maupun termasuk tanah bertekstur liat dengan
tanaman di laboratorium, kamera yang 57% kandungan liat.Tanah-tanah
digunakan untuk dokumentasi, dan alat bertekstur liat memiliki luas permukaan
tulis. yang besar dikarenakan ukuranya lebih
Percobaan ini dilakukan dengan halus sehingga mampu menahan air yang
menggunakan metode eksperimen cukup (Hardjowigeno, 2003).
Ranca-ngan Acak Kelompok (RAK) yang Hasil analisis tanah awal
terdiri dari 8 perlakuan dan diulang menunjukkan kadar kation Ca dan Mg
sebanyak tiga kali.Penempatan masing- masing-masing sebesar 5,44 cmol kg-1
masing perlaku-an pada petak percobaan dan 2,60 cmol kg-1. Kapasitas tukar kation
dilakukan secara acak. (KTK) sebesar 17,40 cmol kg-1 dengan
Perlakuan yang diberikan yaitu pupuk kriteria sedang dan kejenuhan basa yang
NPK yang dikombinasikan dengan POC tergolong sedang yaitu sebesar 48,91%.
limbah ikan dengan berbagai dosis yaitu: Berdasarkan analisis tersebut dapat
Tanpa pupuk (kontrol), 512 kg/ha NPK diketahui bahwa tingkat efisiensi
(16:16:16) + pupuk kandang kambing, 256 pemupukan menjadi rendah disebabkan
kg/haNPK (16:16:16)+ 2,5 mL/L POC unsur hara kation di dalam tanah mudah
limbah ikan, 512 kg/ha NPK (16:16:16) + tercuci dari komplek pertukaran, sehingga
2,5 mL/L POC limbah ikan, 256 kg/haNPK produktivitas tana-man kurang optimal
(16:16:16) + 5 mL/L POC limbah ikan, 512 (Tuherkih dan Sipahutar, 2010).
kg/haNPK (16:16:16) + 5 mL/L POC Kandungan unsur hara utama N, P
limbah ikan, 256 kg/haNPK (16:16:16)+ dan K dengan kriteria rendah dan reaksi
7,5 mL/L dosis POC limbah ikan, 512 tanah yang agak masam, menunjukkan
kg/ha(16:16:16)+ 7,5 mL/L dosis POC bahwa tanah inimembutuhkan pasokan
limbah ikan unsur harauntuk mengimbangi kebutuhan
hara tanaman baby buncissehingga baby
3. HASIL DAN PEMBAHASAN buncis dapat tumbuh optimal dan dapat
Analisis Tanah Awal meningkatkan hasilnya.
Tanah yang digunakan dalam Analisis POC limbah ikan
percobaanini memiliki pH masam yaitu Hasil analisis POC limbah ikan me-
sebesar 6,4. Inceptisols Jatinangor nunjukkan bahwa POC limbah ikan yang
memiliki tingkat ketersediaan unsur hara diuji mempunyai pH 8,8. Kandungan pH

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 245


yang tinggi diduga dapat meningkatkan Menurut Hidayati dkk., (2008), semakin
pH terlebih pada Inceptisols Jatinangor besar N yang dikandung maka multiplikasi
yang memiliki pH agak masam. mikroorganisme yang merombak P akan
Analisis POC limbah ikan juga meningkat, sehingga kandungan P dalam
menunjukkan hasil C-organik sebesar 7%, bahan juga meningkat, demikian
N-total 0,16%, Kadar P2O5 dan sebaliknya, POC limbah ikan memiliki N
K2Omasing-masing 0,02% dan 0,47%. yang rendah sehingga kandungan P
Kandungan N, P, dan K tersebut belum dalam bahan juga rendah. Perbandingan
memenuhi persyaratan Pupuk Organik kompo-sisi bahan baku pupuk organik cair
Cair yang ditetapkan oleh Kementerian yang tepat serta penggunaan teknologi
Pertanian Tahun 2011. Kandungan yang yang baik akan menghasilkan pupuk yang
rendah diduga akibat kurangnya dosis memiiki kualitas yang baik dan mampu
tepung ikan yang diberikan.Hardjowigeno diman-faatkan oleh tanaman (Suwahyono,
(2007) menyebutkan kandungan N, P, dan 2011).
K pada pupuk organik relatif rendah
sehingga diperlukan POC dalam jumlah
yang besar.
Menurut Syukron (2013) semakin
besar proporsi tepung ikan yang
ditambahkan, maka kandungan P yang
dihasilkan semakin besar. Kandungan P
memiliki korelasi dengan kandungan N.

Pertumbuhan Tanaman

35
A
30
Tinggi tanaman (cm)

B
25
C
20
D
15

10 E

5 F

0 G
2 MST 3 MST 4 MST
H
Umur Tanaman

Gambar 1. Histogram Pertumbuhan Tinggi Tanam-an (cm) yang Dipengaruhi oleh


Kombinasi Pupuk NPK Majemuk dengan POC limbah ikan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 246


Berdasarkan Gambar 1, perlakuan B ta-naman. Apabila media tanam memiliki
memiliki data paling tinggi yaitu 10,86 cm kandungan hara yang optimum maka asi-
pada 2 MST, 19,94 pada 3 MST, dan milat yang dihasilkan juga akan lebih
30,04 pada 4 MST. Hal ini diduga adanya maksimum (Afif dkk., 2014).
penambahan pupuk kandang kambing Pertumbuhan tanaman baby buncis
pada tanah dapat memperbaiki struktur terendah pada Gambar 3 didapat pada
tanah sehingga secara tidak langsung per-lakuan kontrol atau tanpa pemberian
dapat meningkatkan jumlah unsur hara pupuk yaitu 8 cm pada minggu pertama,
dalam tanah dan berpengaruh terhadap 12,2 cm pada minggu kedua dan 17.46
pertumbuhan tanaman sebagaimana cm pada minggu ketiga. Perlakuan tanpa
Rahardi dkk.(1995) yang mengemukakan pemberian pupuk berakibat pada kurang
bahwa pupuk kandang selain tersedianya unsur hara yang dibutuhkan
mengandung unsur-unsur hara serta oleh tanaman baby buncis sehingga
mineral juga dapat memperbaiki struktur pertumbuhannya menjadi tidak maksimal.
tanah.Pupuk kandang kambing juga
mudah untuk terdekomposisi sehingga
struktur tanah menjadi gembur dan
memudahkan akar untuk menembus
tanah dan menyerap ion-ion hara.
Menurut Parnata (2010), proses
dekomposisi pupuk kambing
memudahkan akar dapat menyerap ion-
ion hara lebih banyak yang digunakan
dalam proses fotosintesis dan nantinya
dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman.
Menurut Rihana dkk.(2013), pupuk
kandang kambing dapat berpengaruh
terhadap pertumbuhan buncis
dikarenakan kemampuan pupuk kandang
kambing dalam memperbaiki struktur
tanah sehingga meningkatkan unsur hara
di dalam tanah dan berpengaruh terhadap
laju fotosintesis. Fotosintesis akan meng-
hasilkan fotosintat yang digunakan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 247


Kemasaman Tanah
Tabel 1. Pengaruh Kombinasi Pupuk NPK dengan POC Limbah Ikan terhadap pH Tanah
Perlakuan pH
A = Tanpa pupuk (kontrol) 6,5 b
B = 512 kg/ha NPK+ pupuk kandang kambing 6,2 ab
C = 256 kg/ha NPK + 2,5 mL/L POC Limbah Ikan 5,9 a
D = 512 kg/ha NPK+ 2,5 mL/L POC Limbah Ikan 5,9 a
E = 256 kg/ha NPK+ 5 mL/L POC Limbah Ikan 6,0 a
F = 512 kg/ha NPK+ 5 mL/L POC Limbah Ikan 6,0 a
G = 256 kg/ha NPK + 7,5 mL/L POC Limbah Ikan 6,4 b
H = 512 kg/ha NPK+ 7,5 mL/L POC Limbah Ikan 6,1 ab
Keterangan: Angka-angka yang berhuruf sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak
Berganda Duncan pada taraf 5%

Perlakuan pupuk NPK majemuk Hardjowigeno (2007) yang mengemuka-


yang dikombinasikan dengan POC limbah kan bahwa pupuk organik cair pada
ikan dapat menaikkan dan menurunkan umumnya dapat meningkatkan pH pada
pH. Tabel 1 menjelaskan bahwa pada tanah masam.Penurunan pH terjadi
perla-kuan G tidak terjadi peningkatan pH diduga akibat adanya kombinasi dengan
dari analisis tanah awal percobaan yaitu pupuk NPK.White (2006) menyebutkan
sebesar 6,4. Perlakuan G memiliki pH bahwa pupuk NPK majemuk cenderung
yang berbeda nyata terhadap perlakuan mengembangkan sisa asam dalam
C, D, E, F namun tidak berbeda nyata tanah.Hal ini terutama disebabkan oleh
dengan perlakuan A, B, dan H. pengaruh unsur N pada NPK yang
Pada Tabel 1 mendeskripsikan mengandung amonia.Ion NH4
adanya penurunan pH pada perlakuan B, berpengaruh apabila ion ini mengalami
C, D, E, F, dan H jika dibandingkan nitrifikasi.
dengan hasil analisis pH tanah pada awal Perlakuan kontrol memiliki pH yang
percobaan.Penurunan pH diduga akibat lebih tinggi sebesar 6.5 jika dibandingkan
adanya beberapa faktor di antaranya dengan pH pada analisis tanah
kurangnya dosis POC limbah ikan yang awal.Kenaikan pH ini diduga akibat
diaplikasikan sehingga tidak beberapa faktor di antaranya aktivitas
meningkatkan pH tanah, selain itu adanya manusia dalam pemeliharaan tanaman
aplikasi pupuk NPK yang dapat seperti penyiraman dan aktivitas
mengembangkan sisa asam dalam tanah. organisme dalam tanah.Menurut Buckman
Pupuk Organik Cair Limbah Ikan dan Brady (2007), adanya penyiraman
memiliki pH sebesar 8,8. Tingginya pH dapat mem-pengaruhi pH dikarenakan air
tersebut seharusnya dapat meningkatkan dapat mengandung berbagai macam
pH pada tanah masam sesuai dengan garam yang kationnya dapat diadsorpsi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 248


oleh koloida tanah sehingga meningkat dengan seiring meningkatnya
meningkatkan pH tanah.Adanya aktivitas pH tanah.
mikroorganisme dalam tanah juga Eksudat akar juga mempengaruhi
berpengaruh terhadap peningkatan ketersediaan P dikarenakan tanaman dan
pH.Menurut White (2006) ekskresi mikroba berinteraksi dan saling
mikroorganisme dapat berpengaruh menstimulasi yang disebabkan oleh
terhadap reaksi basa di dalam tanah. eksudat akar (Schroder dan Hartmann,
Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa 2003).Eksudat akar mempengaruhi
masing-masing perlakuan memberikan pertumbuhan dan aktivitas
pengaruh terhadap P-Tersedia pada mikroorganisme di rizosfir, rizoplan, dan
Incep-tisols Jatinangor. Kandungan P- sekitarnya (Schottendreier dan
tersedia pada kontrol mengalami kenaikan Falkengren-Greup, 1999).
dari ana-lisis P-tersedia tanah pada awal Mikroorganisme yang umumnya berada di
percobaan yaitu sebesar 8,06 mg/kg perakaran akan membantu melarutkan P
menjadi 16,7 mg/kg. Ketersediaan P yang umumnya tidak terlarut sehingga
dapat meningkat diduga akibat adanya dapat tersedia bagi tanaman (Gaur et al.,
pengaruh pH tanah.Black (1964) 1980).
mengemukakan bahwa ketersediaan P

P- Tersedia
Tabel 2. Pengaruh Kombinasi Pupuk NPK dengan POC Limbah Ikan terhadap P-tersedia
Tanah
Perlakuan P-Tersedia (mg kg-1)
A = Tanpa pupuk (kontrol) 16,73 a
B = 512 kg/ha NPK+ pupuk kandang kambing 45,77 b
C = 256 kg/ha NPK + 2,5 mL/L POC Limbah Ikan 46,30 b
D = 512 kg/ha NPK+ 2,5 mL/L POC Limbah Ikan 31,07 ab
E = 256 kg/ha NPK+ 5 mL/L POC Limbah Ikan 38,93 b
F = 512 kg/ha NPK+ 5 mL/L POC Limbah Ikan 33,27 ab
G = 256 kg/ha NPK + 7,5 mL/L POC Limbah Ikan 53,90 b
H = 512 kg/ha NPK+ 7,5 mL/L POC Limbah Ikan 43,80 b
Keterangan: Angka-angka yang berhuruf sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak
Berganda Duncan pada taraf 5%

Pada Tabel 2, perlakuan G memiliki perlakuan G diduga akibat adanya


nilai P-tersedia tertinggi dan berpengaruh kombinasi yang sesuai antara dosis pupuk
nyata terhadap kontrol namun tidak NPK majemuk dengan dosis POC limbah
berpengaruh nyata terhadap perlakuan ikan yang diberikan.Hal tersebut
kombinasi NPK dan POC lainnya. dikarenakan pupuk NPK memiliki
Kandungan P-tersedia yang tinggi pada sumbangsih unsur P dalam tanah.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 249


Menurut Jones (1982), tanaman makro dan mikro bagi tanaman juga
memanfaatkan P hanya sebesar 10-30 % mempunyai kaitan erat dengan populasi
dari pupuk NPK yang diberikan sehingga dan aktivitas mikroorganisme tanah yang
terdapat 70 hingga 90% pupuk P yang mampu melarutkan P sehingga tersedia
tetap berada dalam tanah. Stevenson bagi tanaman. Hasil dekomposisi bahan
(1999) juga berpendapat bahwa sebagian organik berupa asam-asam organik
besar bahkan hampir 90% unsur P yang mempunyai kemampuan yang besar
diberikan melalui pemupukan tidak untuk mengikat kation melalui ikatan
terserap oleh tanaman namun tertahan kelasi dan mampu menyelimuti ko-loida
menjadi bentuk terfiksasi oleh unsur lain bermuatan positif (Kononova, 1966) dan
seperti Al, Fe, dan Mn sehingga tidak larut mampu mendesak P yang telah berada
dan tidak tersedia bagi tanaman. pada kompleks jerapan tanah (Lopez-
Penambahan POC limbah ikan Hernandez et al., 1979) sehingga residu P
mampu menaikkan nilai P-tersedia tanah yang berasal dari pupuk majemuk NPK
diduga adanya bahan organik yang dapat menjadi tersedia akibat proses
terkandung pada POC limbah ikan. fiksasi P oleh bahan organik yang
Menurut Tan (1991), bahan organik terkandung dalam POC.
disamping berfungsi sebagai sumber hara
Hasil Baby Buncis
Tabel 3. Pengaruh Kombinasi Pupuk NPK dengan POC Limbah Ikan terhadapHasil
Perlakuan Bobot Hasil (g)
A = Tanpa pupuk (kontrol) 16,36 a
B = 512 kg/ha NPK+ pupuk kandang kambing 92,25 c
C = 256 kg/ha NPK + 2,5 mL/L POC Limbah Ikan 42,4 ab
D = 512 kg/ha NPK+ 2,5 mL/L POC Limbah Ikan 37,27 ab
E = 256 kg/ha NPK+ 5 mL/L POC Limbah Ikan 46,76 ab
F = 512 kg/ha NPK+ 5 mL/L POC Limbah Ikan 55,58 b
G = 256 kg/ha NPK + 7,5 mL/L POC Limbah Ikan 47,60 ab
H = 512 kg/ha NPK+ 7,5 mL/L POC Limbah Ikan 27,49 ab
Keterangan: Angka yang diberikan notasi yang berbeda pada kolom yang
samamenunjukkan berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan
pada taraf 5%
Pada Tabel 3, perlakuan B memiliki kambing sehingga berpengaruh terhadap
bobot hasil yang lebih tinggi dan pertumbuhan polong tanaman. Hal ini
berpengaruh nyata terhadap perlakuan sesuai dengan pernyataan Hartatik dan
lainnya yaitu sebesar 92,25 g. Perlakuan Widowati (2006) bahwa pupuk kandang
pupuk NPK dan pupuk kandang memiliki kambing mengandung hara P dan K yang
hasil yang tinggi diduga akibat adanya relatif lebih tinggi daripada pupuk kandang
unsur hara P dan K dalam pupuk kandang lainnya, Shukla et al. (2008) melaporkan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 250


bahwa kebutuhan hara P sangat penting dan rentan waktu pemberian pupuk harus
bagi tanaman untuk meningkatkan dengan konsentrasi atau dosis yang
aktivitas translokasi asimilat hasil tepat.Menurut Kelik (2010) pemupukan
fotosintesis dari source ke sink. dengan konsentrasi tepat akan
Kombinasi pupuk NPK dan POC memberikan hasil optimal pada tanaman,
limbah ikan belum memberikan hasil apabila pengaruh faktor-faktor lain seperti
tertinggi baby buncis jika dibandingkan suhu, cahaya, dan lain-lain juga berada
dengan perlakuan B. Kombinasi pupuk dalam kondisi optimal. Hanolo (1997)
NPK dan POC limbah ikan yang dapat menyatakan bahwa pemberian pupuk
memberikan hasil tertinggi setelah organik cair harus memperhatikan
perlakuan B adalah perlakuan G diduga konsentrasi yang diaplikasikan kepada
dosis tersebut merupakan kombinasi tanaman.Lingga dan Marsono (2013)
antara dosis NPK dengan dosis POC mengemukakan bahwa konsentrasi
limbah ikan yang optimum untuk merupakan faktor yang sangat vital dan
mendapatkan hasil yang tinggi pada baby memiliki pengaruh yang besar terhadap
buncis. keberhasilan pemupukan.
Hasil yang rendah pada perlakuan Faktor lain yang mengakibatkan
kombinasi NPK dengan POC limbah ikan hasil panen rendah pada perlakuan
jika dibandingkan dengan perlakuan B kombinasi pupuk NPK dengan POC
diduga akibat pengaruh interval waktu limbah ikan yaitu suplai unsur hara dari
pemberian dan takaran dosis yang POC limbah ikan belum mampu
diberikan. Berdasarkan Dwijoseputro memberikan sumbangsih yang besar jika
(2000), apabila unsur hara yang dibandingkan dengan pupuk kandang
dibutuhkan tanaman berada dalam jumlah kambing sehingga penggunaan pupuk
yang cukup tersedia dan unsur tersebut kandang kambing tetap harus diberikan
dapat diserap dengan baik, maka sebagai pupuk dasar untuk mendapatkan
tanaman akan tumbuh dengan optimal. hasil baby buncis yang optimum.
Gardner et al. (1991) mengemukakan Hasil baby buncis terendah pada
bahwa pertumbuhan dan hasil suatu Tabel 3 didapat pada perlakuan kontrol
tanaman dipengaruhi oleh keadaan karena kurang tersedianya unsur hara
lingkungan tumbuhnya.Salah satu faktor yang dibutuhkan oleh tanaman baby
lingkungan yang penting adalah buncis sehingga hasil yang didapat
ketersediaan unsur hara dan menjadi tidak maksimal.
pengendalian organisme pengganggu
tanaman.
Pertumbuhan dan hasil dapat
meningkat dengan memperhatikan dosis

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 251


4. SIMPULAN DAN SARAN Afif, T., Dody Kastono, dan Prapto
Yudono. 2014. Pengaruh macam
4.1. Simpulan
pupuk kandang terhadap per-
(1) Terdapat pengaruh kombinasi tumbuhan dan hasil tiga kultivar
kacang hijau (Vigna radiata L.
pupuk NPKdengan POC Limbah Ikan
Wilczek) di lahan pasir pantai Bugel,
terhadap pH, P-Tersedia, dan hasil baby Kulon Progo. Jurusan Budidaya
Pertanian. Fakultas Per-tanian.
buncis (Phaseolus vulgaris L) pada
Universitas Gadjah Mada,
Inceptisols Jatinangor. Yogyakarta.
Black, C. A. 1964. Soil-Plant
(2) Tidak terdapat kombinasi pupuk
Relationships.Departement of
NPK dengan POC Limbah Ikan yang Agronomy.Iowa State Collage.John
Wiley & Sons, Inc. United States of
dapat memberikan hasil tertinggi baby
America.
buncis (Phaseolus vulgaris L) pada Buckman, H. O. dan Brady. 2007. Ilmu
Tanah. Terjemahan Soegiman.
Inceptisols Jatinangor namun perlakuan
Bharat Karya Aksara, Jakarta.
512 kg/ha NPK dan 10 ton/ha pupuk Gardner, F. P., R. B. Pearce and R. L.
Mitchell. 1991. Physiology of Crop
kandang kambing dapat memberikan hasil
Plants (Fisiologi Tanaman Budidaya,
tertinggi pada baby buncis. alih bahasa oleh Susilo). UI Press.
Jakarta. 432p.
4.2. Saran Hanolo, W. 1997. Tanggapan Tanaman
Selada dan Sawit Terhadap Dosis
(1) Perlu diadakan penelitian lanjut
dan Cara Pemberian Pupuk Cair.
mengenai dosis pemberian tepung ikan Stimulan Jurnal Agrotropika Vol.1
No.1 Hal: 25-29.
yang sesuai untuk mendukung kandu-
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah
ngan hara POC yang optimal. dan Pedogenesis. Akademik
Pressindo, Jakarta. Hal 250.
(2) Perlu diadakan penelitian lanjut
, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika
mengenai interval pemberian dan dosis Pressindo, Jakarta.
Hartatik, W dan L.R. Widowati. 2006.
POC yang diberikan untuk mendukung
Pupuk kandang. Balai Besar Litbang
pertumbuhan dan hasil tanaman yang Sumberdaya Lahan Pertanian,
Bogor.
optimum.
Healthwealth. 2009. Panduan
(3) Tetap diperlukannya pupuk Penggunaan Top G2. Diakses
melalui
kandang sebagai pupuk dasar dan pupuk
http://www.healthwealthint.com/detai
NPK majemuk dengan 1 dosis NPK yang l.asp?kode=TG2-14 pada 21
September 2015
sesuai untuk mendukung pertumbuhan
Jones, U. S. 1982. Fertilizer and Soil
dan hasil baby buncis. Fertility. Reston Publishing
Company, Reston, Virginia, A
Prentice Hall Company.
Kasno, A. 2009. Jenis dan Sifat Pupuk
5. DAFTAR PUSTAKA
Anorganik. Balai Penelitian Tanah.
Abdurachman A, A. Dariah, dan A. Bank Pengetahuan Padi Indonesia.
Mulyani. 2008. Strategi dan tekno- Kelik, W. 2010. Pengaruh kosentrasi dan
logi pengelolaan lahan kering men- Frekuensi Pemberian Pupuk
dukung pengadaan pangan nasio- Organik cair hasil perombakan
nal. J. Litbang Pertanian 27(2): 43- Anaerob Limbah Makanan Terhadap
49. Pertumbuhan Tanaman Sawi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 252


(Brassica juncea L.). Jurnal Syukron, F. 2013. Pembuatan Pupuk
Agrosains Vol.19 No.4 Hal 11 – 134. Organik Bokashi dari Tepung Ikan
Kononova, M. M. 1961. Soil Organic Limbah Perikanan Waduk
Matter. T. Z.Nowakowski and Cirata.Skripsi.Fakultas Perikanan
greenwood (trans.). Pergamon, dan ilmu kelautan Institut Teknologi
Oxford. Bandung.
Lingga, P dan Marsono. 2013. Petunjuk Tan, K. 1991. Dasar-dasar Kimia Tanah.
Penggunaan Pupuk. Penebar Gadjah Mada University
Swadaya, Jakarta. Press.Yogyakarta.
Novizan.2007. Petunjuk Pemupukan Yang Tuherkih, E dan I.A Sipahutar. 2010.
Efektif. Penerbit Agromedia Pengaruh Pupuk NPK Majemuk
Pustaka. Jakarta. (16:16:15) Terhadap Pertumbuhan
Parnata, A. S. 2010. Meningkatkan Hasil Dan Hasil Jagung (Zea Mays L) Di
Panen Dengan Pupuk Organik. Tanah Inceptisols. Prosiding
Agromedia Pustaka. Jakarta. Seminar Nasional Balai Penelitian
Petrokimia. 2015. Anjuran Umum Tanah.
Pemupukan Berimbang White R.E. 2006. Introduction to the
Menggunakan Pupuk. Diakses Principles and Practices of Soil
melalui website resmi Petrokimia Science.Bllackwell Scientific Publ.,
Gresik: www.petrokimia-gresik.com Palo Alto, CA.
pada 10 September 2015.
Rahardi F, Sri N, Eko M. 1995. Bercocok
Tanam dalam Pot. Penebar
Swadaya Jakarta.
Rihana, S., Y. B. Suwassono Heddy, M.
Dawam Maghfoer. 2013.
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Buncis (Phaseolus vulgaris L.) pada
berbagai Dosis Pupuk Kotoran
Kambing dan Konsentrasi Zat
Pengatur Tumbuh Dekamon.
Universitas Brawijaya. Jurnal
Produksi Tanaman 1:4. Universitas
Brawijaya.
Schrooder, P and A. Hartmann. 2003.
New Developments in Rhizosphere
Research. J Soils & Sediments 3
(4): 227
Schottendreier, M. and U. Falkengren-
Greup. 1999. Plant Induced
Alteration in the Rhizosphere and
The Utilization of Soil
Heterogenicity. Plant Soil 209: 297-
309.
Shukla, S.K., R.L. Yadav, P.N. Singh, dan
I. Singh. 2008. Potassium nutrition
for improving stubble bud sprouting,
dry matter partitioning, nutrient
uptake and winter initiated
sugarcane (Saccharum ssp. hybrid
complex) ratoon yield. Europ. J.
Agronomy 30:27-33.
Stevenson, F.J. 1999. Cycles of Soil.John
Wiley & Sons, Inc. United States.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 253


PENETAPAN LUAS LAHAN MINIMUM USAHATANI KEDELAI
PADA LAHAN SAWAH DAN DARAT DI KABUPATEN CIAMIS

Zulfikar Noormansyah, Dini Rochdiani, Lies Sulistiowati

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: zulfikarnoormansyah@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui: 1) besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan


usahatani kedelai di lahan dan sawah di KabupatenCiamis, dan 2) luas lahan minimum (lahans
awah dan darat) dalam usahatani kedelai di Kabupaten Ciamis. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode survai dengan analisa data primer, yang diperoleh dari
responden sebanyak 241 petani kedelai lahan sawah dan 137 petani kedelai lahan darat, yang
diambil dengan menggunakan Stratifaid random sampling. Untuk mengetahui luas lahan minimum
digunakan pendekatan analisis titik impas/Break Even Point (BEP). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: 1) Besarnya rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam usahatani kedelai di lahan sawah
(rata-rata 0,36 hektar) Rp. 1.932.521,37 (biaya tetapRp, 273.067,53 dan biaya variable Rp.
1.659.453,84) per musim tanam, dengan penerimaan sebesar Rp 4.619.790, sehingga
memperoleh pendapatan sebesar Rp 2.687.268,63 per musim tanam, sedangkan pada usahatani
kedelai di lahan darat (rata-rata 0,41 hektar) rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp
2.731.007,43 (biaya tetap Rp 326.497.94 dan biaya variable Rp 2.404.509,49) per musim tanam,
dengan penerimaan sebesar Rp 5.088.510 sehingga memperoleh pendapatan sebesar Rp
2.357.503,57 per musim tanam, dan 2) Luas lahan minimum usahatani kedelai di lahan sawah
relatif lebih kecil (0,033 ha) dibandingkan luas lahan minimum lahan darat (0,05 ha).

Kata kunci: Luas Minimum, Usahatani Kedelai

1. PENDAHULUAN dan berada pada urutan ke-4, setelah


Permintaan kedelai yang tinggi di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi,
Indonesia tidak diimbangi dengan dan Kabupaten Garut. Dan berdasarkan
produksi kedelai yang cenderung informasi dari Dinas Pertanian Tanaman
berkembang lambat. Hal ini terjadi karena Pangan Kabupaten Ciamis bahwa, dalam
produktivitas dan produksi kedelai lokal rangka mendukung program swadaya
masih rendah. Kondisi ini diperparah kedelai nasional Kabupaten Ciamis telah
dengan semakin menurunnya luas panen melaksanakan program perluasan areal
kedelai. Ariani (2005) menyatakan, tanpa tanam untuk usahatani kedelai dalam
perluasan areal tanam, upaya program GP-PTT pada tahun 2013.
peningkatan produksi kedelai sulit Selanjutnya Dinas Pertanian
dilakukan karena laju peningkatan Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis
produktivitas berjalan lambat, terlebih lagi menyatakan bahwa program tersebut
bila harga sarana produksi tinggi dan tersebar di tujuh kecamatan di luar daerah
harga produk rendah. sentra kedelai di Kabupaten Ciamis, yaitu
Menurut data Badan Pusat Statistik Kecamatan Panjalu, Kawali, Ciamis,
Jawa Barat (2013) Ciamis merupakan Lakbok, Cikoneng, Sindangkasih dan
salah satu sentra kedelai di Jawa Barat Kecamatan Cihaurbeuti. Dimana tujuan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 254


pelaksanaan program tersebut dalam rumus Slovin dalam Riduan (2005)
rangka mempercepat proses penerapan sebagai berikut:
teknologi PTT kedelai dengan N
n
menggunakan lahan sawah dan lahan
N(d)2 1
darat.
Keterangan:
ni = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
2. METODE PENELITIAN
d2 = Nilai presisi 95% atau signifikan 0,05
Metodep penelitian yang digunakan
Berdasarkan hasil perhitungan maka
dalam penelitian ini adalah metode
dapat diketahui ukuran sampel dalam
survey, dengan mengambil kasus pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
pengembangan usahatani kedelai.
6.670
Menurut Daniel (2002), survey adalah n
6.670 x (0,05) 2  1
pengamatan atau penyelidikan yang kritis
untuk mendapatkan keterangan yang baik n  377 ,369  378
dan rinci terhadap suatu persoalan
Berdasarkan perhitungan tersebut
tertentu pada lokasi tertentu atau suatu
maka ukuran sampel dalam penelitian ini
studi ekstensif yang dipolakan untuk
berjumlah 378 petani kedelai. Untuk
memperoleh informasi-informasi yang
mengetahui jumlah sampel sesuai dengan
dibutuhkan.
jenis lahan yang digunakan maka
Teknik penarikan sampel yang
digunakan rumus sebagai berikut:
dilaksanakan pada penelitian ini Stratified
Ni
random sampling, berdasarkan ni  xn
N
penggunaan jenis lahan yang digunakan
dalam usahatani kedelai di Kabupaten ni = sampel jenis lahan ni
Ni = populasi Ni
Ciamis. N = Total petani kedelai
Stratified random sampling adalah n = ukuran sampel
pengambilan sampel dari populasi Berdasarkan perhitungan rumus
dikelompokkan menjadi tingkatan/strata diatas, maka diketahui jumlah sampel
dari sub populasi selanjutnya dirinci lagi masing-masing petani kedelai
menjadi unit sampel yang lebih kecil. berdasarkan jenis lahan dapat dilihat
Anggota dari sub populasi terakhir dipilih sebagai berikut:
secara acak sebagai sampel penelitian 4.256
n1  x378  172,19  241
(Nazir, 2000). 6.670
Selanjutnya untuk mengetahui 2.414
n2  x378  131,805  137
ukuran sampel yang digunakan sebagai 6.670

responden dihitung dengan menggunakan Rancangan analisis data yang


digunakan dalam penelitian ini adalah:

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 255


1. Untuk mengetahui besarnya biaya, 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
penerimaan dan pendapatan dalam Berdasarkan hasil penelitian
usahatani kedelai digunakan rumus diketahui bahwa rata-rata luas lahan
dariSuratiyah (2006) sebagai berikut: sawah adalah sebesar 0,36 hektar dan
TC = TFC+TVC rata-rata lahan darat sebesar 0,41 hektar
TR = Hy.Y dalam usahatani kedelai yang dilakukan
Π = TR-TC oleh responden.
Keterangan : 1. Biaya Produksi
TC = Total Cost (Biaya total) Biaya tetap (fixed Cost) adalah
TFC = Total Fixed Cost (Biaya tetap)
biaya yang besar kecilnya tidak
TVC = Total Variable Cost (Biaya
variabel) dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi,
TR = Total Revenue (Penerimaan) sedangkan biaya variabel (variable cost)
Hy = Harga produk
adalah biaya yang besar kecilnya
Y = Jumlah Hasil Produksi
Π = Pendapatan dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi
2. Untuk mengetahui luas lahan dan sifatnya habis dalam satu kali proses
minimun yang digunakan dalam produksi. Di Kabupaten Ciamis sistem
usahatani kedelai baik lahan sawah tanam yang dilaksanakan petani kedelai
maupun lahan darat digunakan adalah monokultur, rata-rata biaya
pendekatan BEP (Break Even Point) produksi usahatani kedelai per satu kali
dengan rumus dari Rianto B (2006) musim tanam (4 bulan) untuk lahan sawah
sebagai berikut: dan darat dalam Program Pengembangan
1. BEP nilai penjualan: SL-PTT Kedelai dapat dilihat pada Tabel
1.

2. BEP volume produksi

3. BEP luas lahan:

Penelitian ini dilaksanakan di


Kabupaten Ciamis (Kecamatan Panjalu,
Kawali, Ciamis, Lakbok, Cikoneng,
Sindangkasih dan Kecamatan
Cihaurbeuti) pada tahun 2014.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 256


Tabel 1. Biaya Produksi Usahatani dalam Program Pengembangan SL-PTT Kedelai Di
Kabupaten Ciamis.

Lahan Sawah Lahan Darat


No Komponen Biaya
Biaya (Rp) Persentase (%) Biaya (Rp) Persentase (%)
1. Biaya Tetap (TFC)
1) Sewa Lahan 89.834,02 4,65 61.510,95 2,25
2) Penyusutan Alat 91.519,50 4,74 138.170,69 5,06
3) Iuran Kelompok 10.266,75 0,53 11.716,37 0,43
4) Bunga Modal (4,4%) 81.447,26 4,21 115.099,93 4,21
Jumlah Biaya Tetap 273.067,54 14,13 326.497,94 11,96
2. Biaya Variabel (TVC)
1) Benih 194.727,70 10,08 221.370,44 8,11
2) P. Kandang 89.439,83 4,63 101.864,96 3,73
3) P. NPK 123.398,34 6,39 141.164,60 5,17
4) P. Hayati 92.012,45 4,76 102.043,80 3,74
5) Pestisida 160.964,73 8,33 101.551,09 3,72
6) TK. Pria 492.614,11 25,49 857.116,79 31,38
7) Tk. Wanita 506.296,68 26,20 879.397,81 32,20
Jumlah Biaya Variabel 1.659.453,84 85,87 2.404.509,49 88,04
3. Biaya Total (TC) 1.932.521,37 100,00 2.731.007,43 100,00

Biaya tetap yang dihitung dalam Biaya total merupakan penjumlahan


usahatani kedelai di Kabupaten Ciamis biaya variabel dengan biaya tetap, rata-
meliputi PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), rata biaya total per satu kali musim tanam
penyusutan alat dan bunga modal. Rata- sebesar Rp 1.932.521,37 untuk lahan
rata besarnya biaya tetap adalah Rp sawah dan Rp 2.731.007,43 untuk lahan
273.067,54 untuk lahan sawah dan Rp darat.
326.497,94 untuk lahan darat per satu kali
musim tanam. Sedangkan biaya variabel 2. Penerimaan Usahatani Kedelai
yang dihitung meliputi biaya sarana Penerimaan diperoleh dari jumlah
produksi dan tenaga kerja, besarnya biaya seluruh produk jagung yang dihasilkan
variabel yang dikeluarkan petani kedelai dikalikan dengan harga satuan pada saat
di Kabupaten Ciamis per satu kali musim penelitian, rata-rata hasil produksi dari
tanam adalah sebesar Rp 1.659.453,84 usahatani kedelai untuk satu kali musim
untuk rata-rata lahan sawah dan Rp tanam (satu kali proses produksi) dapat
2.404.509,49 untuk lahan darat. dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata Produksi, Harga Jual dan Penerimaan pada Program Pengembangan
SL-PTT Kedelai pada Lahan Sawah dan Darat di Kabupaten Ciamis
No Uraian Lahan Sawah Lahan Darat
1. Produksi (Y/Kg) 659,97 726,93
2. Harga Jual (Hy/Rp) 7.000,00 7000,00
3. Penerimaan (TR/Rp) 4.619.790,00 5.088.510,00

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata- kilogram, sedangkan rata-rata produksi


rata produksi kedelai lahan sawah per lahan darat sebanyak 726,93 kilogram
satu kali musim tanam adalah 659,97 harga jual kedelai pada saat penelitian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 257


adalah Rp 7.000 per kilogram, maka rata- 3. Pendapatan Usahatani Kedelai
rata penerimaan usahatani kedelai lahan Pendapatan atau keuntungan
darat sebesar Rp 4.6185.790,00 dan adalah selisih antara penerimaan dengan
penerimaan untuk kedelai lahan darat biaya produksi total. Rata-rata
sebesar Rp 5.088.510,00 per satu kali penerimaan, biaya total dan pendapatan
musim tanam. dari usahatani kedelai per satu kali musim
tanam dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Penerimaan, Biaya Produksi Total dan Pendapatan pada Program
Pengembangan SL-PTT Kedelai di Kabupaten Ciamis

No Uraian Jumlah (Rp)


Lahan Sawah Lahan Darat
1 Penerimaan 4.619.790,00 5.088.510,00
2 Total biaya 1.932.521,37 2.731.007,43
3 Pendapatan 2.687.268,63 2.357.502,57

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari memperoleh pendapatan yang lebih kecil


biaya yang dikeluarkan petani lahan sebesar Rp 2.357.502,57.
sawah sebesar Rp 1.932.521,37
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 4. Luas Lahan Minimun
4.619.790 dan pendapatan sebesar Sesuai dengan rancangan analisis
2.686.268,63. Berbeda dengan petani data bahwa dalam penelitian ini, untuk
lahan darat dengan mengeluarkan biaya mengetahui luas lahan minimum
yang lebih besar yaitu Rp 2.731.007,43 digunakan pendekatan titik impas atau
menghasilkan penerimaan yang lebih break even point. Adapun hasil penelitian
besar yaitu Rp 5.088.510,00 namun adalah sebagai berikut:
No Keterangan Lahan Sawah Lahan Darat
1. Rata-rata Luas Lahan (Ha) 0,36 0,41
2. BEPNP (Rp) 426.139,00 618.996,92
3. BEPVP (Kg) 60,88 88,43
4. BEPLuasLahan (Ha) 0,033 0,05

Berdasarkan hasil penelitian Titik impas nilai penjualan untuk


diketahui bahwa penggunaan lahan darat kedelai di lahan sawah lebih baik (Rp
(rata-rata 0,41 hektar) lebih luas 426.139,00) dibandingkan titik impas nilai
dibandingkan dengan lahan sawah (rata- penjualan lahan darat (Rp 618.996,92).
rata 0,36 hektar). Hal ini menunjukkan Hal ini menunjukkan untuk penerimaan
bahwa potensi penambahan luas lahan petani kedelai di lahan sawah dengan
(ekstensifikasi) untuk usahatani kedelai capaian nilai penerimaan di atas Rp
masih dapat dilakukan dalam rangka 426.139,00, sudah akan menikmati
peningkatan produksi kedelai. keuntungan, berbeda dengan petani

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 258


kedelai di lahan darat jika menghasilkan 5. SIMPULAN DAN SARAN
penerimaan yang sama dengan petani 1. Simpulan
kedelai lahan sawah (Rp 426.139,00) Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
akan mengakibatkan kerugian, karena 1. Besarnya rata-rata biaya yang
untuk mencapai keuntungan petani lahan dikeluarkan dalam usahatani
darat harus mencapai penerimaan di atas kedelai di lahan sawah (rata-rata
Rp 618.996,92. 0,36 hektar) Rp 1.932.521,37
Dilihat dari titik impas volume (biaya tetap Rp 273.067,53 dan
penjualan, petani kedelai lahan sawah biaya variable Rp 1.659.453,84)
lebih rendah dibandingkan dengan petani per musim tanam, dengan
kedelai lahan darat. Titik impas volume penerimaan sebesar Rp
produksi untuk lahan darat mencapai 4.619.790, sehingga memperoleh
60,88 kilogram, sedangkan titik impas pendapatan sebesar Rp
volume produksi petani kedelai lahan 2.687.268,63 per musim tanam,
sawah mencapai 88,43 kilogram. Hal sedangkan pada usahatani kedelai
tersebut menunjukkan petani lahan sawah di lahan darat (rata-rata 0,41
akan memperoleh keuntungan pada saat hektar) rata-rata biaya yang
produksi kedelai mencapai 70 kilogram, dikeluarkan sebesar Rp
berbeda dengan petani lahan darat, jika 2.731.007,43 (biaya tetap Rp
hasil produksi kedelai yang 326.497.94 dan biaya variable Rp
diperolehhanya mencapai 70 kilogram, 2.404.509,49) per musim tanam,
maka petani lahan darat akan dengan penerimaan sebesar Rp
memperoleh kerugian. 5.088.510 sehingga memperoleh
Dilihat dari penggunaan luas lahan pendapatan sebesar Rp
yang digunakan, petani kedelai lahan 2.357.503,57 per musim tanam.
sawah minimal menggunakan lahan 2. Luas lahan minimum usahatani
seluas 0,033 hektar yang lebih kecil kedelai di lahan sawah relative
dibandingkan dengan luas lahan pada lebih kecil (0,033 ha) dibandingkan
petani lahan darat yang minimal luas lahan minimum lahan darat
menggunakan lahan seluas 0,05 hektar. (0,05 ha).
Hal ini menunjukkan bahwa pada 1. Saran
penelitian ini luas lahan minimum dalam Peningkatan produksi kedelai
usahatani kedelai untuk lahan sawah ditempuh dengan perluasan lahan dengan
adalah sebesar 0,033 hektar dan untuk luas lahan minimum untuk usahatani
usahatani kedelai lahan darat seluas 0,05 kedelai adalah 0,05 ha.
hektar.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 259


3. DAFTAR PUSTAKA
Ariani, M. 2005. Penawaran dan
Permintaan Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian di Indonesia. SOCA
Badan Pusat Statistik. 2009. Rumah
Tangga Usahatani Kedelai Jawa
Barat. Badan Pusat Provinsi Jawa
Barat. Bandung
. 2013. Jawa Barat dalam Angka.
Badan Pusat Provinsi Jawa Barat.
Bandung.
Hernanto. F. 1989. Ilmu Usaha Tani.
Swadaya. Jakarta
Nazir M. 2000. Metode Penelitian. Ghalia
Indonesia. Jakarta
Riduan. 2005. Metode & Teknik
Menyusun Proposal Penelitian.
Alfabeta. Jakarta.
Riyanto B. 2006. Dasar-
dasarPembelanjaan Perusahaan.
BPFE. Jogjakarta
SjarkowidanSufri. 2004.
ManajemenAgribisnis. Cv.
BaldalGrafiti Press. Palembang
Surartiyah. 2006. Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya. Jakarta.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 260


DINAMISASI KELOMPOK TANI HUTAN MENUJU PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT
BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Budi Widayanto, Ravik Karsidi, Kusnandar, Joko Sutrisno

Pascasarjana Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat


Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: budiwidayanto@ymail.com

ABSTRAK

Hutan rakyat (HR) merupakan usaha tani dengan berbagai tanaman di lahan masyarakat sehingga
rakyat menganggap HR merupakan hak milik sepenuhnya bagi rakyat. Bagi pemiliknya, HR
merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan untuk memenuhi kebutuhan. HR dipahami
sebagai privat goods (ekonomi dan sosial) dan belum mempertimbangkan sebagai public goods
(fungsi ekologi/ lingkungan). Pemanfaatan HR dipengaruhi kemampuan masyarakat, kondisi lahan,
sosial budaya, dan kebijakan daerah. Dalam memanfaatkan HR, petani tergabung dalam kelompok
tani hutan (KTH), dimana dinamika kelompok sangat mempengaruhi perilaku petani. Intervensi
dalam fasilitasi dan pendampingan dilakukan untuk mendinamisasikan KTH melalui pemberdayaan
dan pendampingan masyarakat serta dukungan stakeholders (Pemerintah, Perguruan Tinggi,
Swasta, dan LSM) menuju pengelolaan HR berkelanjutan. Upaya diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam mengakomodasikan globalisasi yaitu pengelolaan secara
keberlanjutan (fungsi ekologi/ lingkungan) untuk memenuhi Sustainable Development Goals.
Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat serta dukungan stakeholders meliputi: program
pembinaan, pengendalian, pengawasan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan; program rehabilitasi
hutan dan lahan; program pemberdayaan masyarakat berbasis konservasi; program sertifikasi
kayu; pembinaan kelembagaan. Keberhasilan pemberdayaan dan pendampingan masyarakat dan
dukungan stakeholders untuk dinamisasi KTH adalah timbulnya dampak positif dengan
keberhasilan sertifikasi Unit Manajemen Hutan Rakyat (UMHR) Wono Lestari di Kecamatan
Pajangan, terbentuknya kelembagaan KTH Jasema di Kecamatan Dlingo, dan semakin meluasnya
aktifitas-aktifitas pengelolaan HR yang berkelanjutan.

Kata kunci: Dinamisasi KTH, Pemberdayaan Masyarakat, Hutan Rakyat Berkelanjutan

1. PENDAHULUAN masyarakat, dan kebijakan lokal (BPKH,


Dalam pemahaman rakyat, HR 2010).
adalah kumpulan pohon‐pohon yang Akar historis HR adalah masyarakat
ditanam di lahan milik rakyat dan menanam pohon-pohonan dimulai dari
“sepenuhnya” menjadi milik rakyat. “tokoh masyarakat panutan” dan usaha
Perbedaan ini berdampak kepada pengembangan HR dimulai dari keluarga.
bagaimana cara memahami hutan rakyat, HR juga berkembang sebagai dampak
bagaimana cara mengembangkan dan program penghijauan oleh pemerintah.
melindungi hutan rakyat yang berbeda HR yang dimiliki masyarakat sehingga hak
pengetahuan lokalnya. HR merupakan HR dikategori milik individual (private
bagian penting dan tak terpisahkan dalam goods). Dalam pemanfaatan, pemiliknya
kehidupan mereka. Pola pemanfaatan dan harus mempertimbangkan kepentingan
interaksi masyarakat desa dengan HR umum, sehingga konsep ekologi menjadi
tergantung kesuburan tanah, kultur orientasi pemanfaatan HR sebagai public
goods (BPKH, 2006). Problem

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 261


sumberdaya hutan dan lahan: tingkat membangun kebijakan, ilmu pengetahuan
erosi, lahan kritis dengan produktifitas dan keterampilan praktis yang dapat
rendah, pemanfaatan hutan rakyat masih dituangkan ke dalam satu tulisan untuk
belum optimal, ketersediaan sumberdaya menjamin kelangsungan pengelolaan
air yang terus berkurang, sarana hutan secara lestari (Ritchie, dkk., 2001).
penyuluhan dan sarana pengamanan UU No. 41/1999 menyebutkan
hutan yang terbatas (Dipertahut Bantul, bahwa hutan sebagai karunia dan
2014). amanah Tuhan Yang Maha Esa yang
Tujuan makalah adalah mengkaji dianugerahkan kepada Bangsa Indonesia,
pengelolaan HR sebagai privat goods merupakan kekayaan yang dikuasai oleh
sekaligus public goods. Kajian ini negara, memberikan manfaat serba guna
dibutuhkan untuk mengakomodasikan bagi umat manusia, karenanya wajib
perkembangan eksternal (agenda SDGs). disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan
secara optimal, serta dijaga
2. METODE PENELITIAN kelestariannya untuk kemakmuran rakyat.
Tulisan ini merupakan kajian analitis Dengan melihat arti pentingnya kawasan
dengan ruang lingkup materi pengelolaan hutan sebagai penyangga kehidupan yang
HR yang mengikuti kaidah keberlanjutan diharapkan mampu memberikan sebesar-
pada tingkat masyarakat dengan yang besarnya manfaat bagi keberlangsungan
mengelola HR di dua lokasi, yaitu hajat hidup orang banyak, maka
Kecamatan Pajangan dan Dlingo. Kajian keberadaan hutan harus dipertahankan
lebih difokuskan pada peran KTH, peran secara optimal.
pemberdayaan masyarakat, peran KTH Jasema (2011), hutan rakyat:
dukungan stakeholders dengan analisis berada di tanah milik, tersebar,
secara deskriptif. pengelolaan hutan rakyat berbasis
keluarga, pemanenan hutan rakyat
3. HASIL DAN PEMBAHASAN berdasarkan sistem tebang butuh, belum
Makalah juga menjawab pertanyaan terbentuk organisasi yang profesional, dan
mengapa pengelolaan hutan oleh perdagangan kayu rakyat di luar kendali
masyarakat penting? masyarakat asli petani. Ciri-ciri tersebut memberikan
mempunyai tradisi turun menurun, seperti indikasi bahwa pengelolaan
contohnya, pengelolaan sumberdaya membutuhkan intervensi dari luar agar
hutan menjadi tanggung jawab tercapai kemanfaatan yang berkelanjutan.
masyarakat setempat dan praktek
pengelolaannya dilakukan melalui upaya
kerjasama atau bersama-sama dengan
anggota masyarakat. Mereka berhasil

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 262


Hutan
tujuan 15 tentang pemanfaatan
SDM (Petani-
(Hutan Rakyat) Keluarganya) berkelanjutan tanah dan sumber daya
darat, termasuk ekosistem dan
Orang menanam keanekaragaman hayati yang penting
 Berhasil untuk pembangunan berkelanjutan dan

Orientasi ekonomi dan sosial


pemanfaatan HR harus mengakomodasi
Diikuti keberlanjutan. Keterbatasan masyarakat
orang lain
Privat Goods

desa menyebabkan sulitnya penumbuhan


prakarsa murni dalam masyarakat yang
Pemanfaatan
Hutan Memasyarakat tingkat perekonomian relatif belum maju.
Kondisi ini menyebabkan rendahnya
kemampuan bersaing untuk memasuki
Kelompok Tani Hutan
(Hutan Rakyat) usaha ekonomi yang secara potensial
menguntungkan tetapi risikonya tinggi.
Proses dinamisasi Prakarsa harus ditumbuhkan dari luar dan
berangsur-angsur masyarakat desa dapat
belajar dari pengalamannya sendiri
Orientasi Ekonomi-Sosial-Lingkungan

Pemberdayaan (Karsidi, 1999).


Masyarakat
Penyadaran desa dan masyarkat
desa terhadap potensi sumberdaya alam
Public Goods

Dinamika kelompok
dan sumberdaya manusia perlu dilakukan
Dukungan stakeholders untuk pembangunan perdesaan. Perlu
dilakukan dinamisasi untuk meningkatkan
nilai manfaatnya. Keadaan tersebut harus
Pengelolaan
Hutan Rakyat diidentifikasi dan diprioritaskan dalam
Berkelanjutan rencana guna pengembangan
masyarakat. Sumberdaya manusia (SDM)
Bagan 1. Dinamisasi KTH Menuju
Pengelolaan Hutan Rakyat merupakan modal dalam pembangunan
Berkelanjutan dan dinamisasi sumberdaya dapat
dilakukan melalui peningkatan kualitas
Agenda SDGs mengesahkan
sumberdaya manusia. Pengembangan
Agenda Pembangunan Berkelanjutan
SDM melalui kelompok tani merupakan
sebagai kesepakatan pembangunan
potensi yang sangat besar (Karsidi, 1999).
global. Keselarasan SDGs berkaitan
Kekuatan utama dalam mengubah prilaku
dengan lingkungan, energi bersih serta
individu adalah melalui proses partisipasi
upaya menangani perubahan iklim (INFID,
di dalam kelompok. Individu cenderung
2015). Bauer et al., (DIE, 2015) dalam
mudah dipengaruhi oleh kelompoknya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 263


dibandingkan pengaruh melalui ceramah Lebih mudah merubah perilaku individu
atau pemaksanaan terhadap individu apabila menjadi anggota kelompok, dan 2)
untuk berubah. Kelompok merupakan Individu dan kelompok mempertahankan
sumber berpengaruh dalam perubahan keputusan yang dibuat secara bersama-
anggotanya (Rustiadi dkk., 2011). sama, kebersamaan menjadi dasar dalam
Friedman (Nasdian, 2015), melakukan perubahan. Jedlicka (1977),
menegaskan bahwa kemampuan individu menyatakan bahwa penyampaian
“senasib” untuk mengorganisir diri dalam teknologi kepada masyarakat pedesaan
suatu kelompok cenderung dinilai sebagai akan lebih efektif dengan memanfaatkan
bentuk pemberdayaan yang paling efektif kelompok melalui organisasi sistem
di tingkat komunitas (collective self- penyuluhan yang demoktratis. Soetomo
empowerment). Suprayitno (2008), (2011), menyatakan bahwa dalam proses
masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, pemberdayaan masyarakat diperlukan
sesungguhnya, dapat menjadi pilar bagi peran dan keterlibatan pemangku
terciptanya pengelolaan hutan secara kebijakan. Butterfield et al (2004), peran
lestari. Perilaku mereka merupakan stakeholders dikelompokkan dalam enam
komponen yang paling krusial dalam kelompok, yaitu: 1) faktor pemotivasi, 2)
mengelola dan melestarikan hutan. faktor pembentuk, 3) moderator
Pengembangan masyarakat adalah pembentuk, 4) faktor operasional, 5) hasil
bentuk spesifik dari partisipasi atau outcomes, dan 6) moderator hasil
masyarakat, keberhasilan ditentukan oleh atau moderator outcomes.
peran negara dan kedua adalah Freeman (1984), stakeholder
kompleksitas pengambilan keputusan sebagai kelompok/ individu yang dapat
dalam proses partisipasi masyarakat. mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
Pemerintah berperan dalam fasilitasi tindakan organisasi. Ife dan Tesoriero
pendanaan, konsultasi teknis, dan (2008), prinsip pengembangan
dukungan lainnya. Rustiadi dkk., (2011), masyarakat menyatakan bahwa
menjelaskan bahwa dalam strategi pemberdayaan berarti menyediakan
perubahan prilaku (behavioral change), sumberdaya, kesempatan, kosa kata,
kekuatan utama dalam mengubah prilaku pengetahuan dan keterampilan untuk
individu adalah melalui proses partisipasi meningkatkan kemampuan mereka untuk
di dalam kelompok. Individu cenderung menentukan masa depan mereka sendiri,
mudah dipengaruhi kelompoknya dan untuk berpartisipasi serta meme-
dibandingkan pengaruh ceramah atau ngaruhi kehidupan masyarakatnya;
pemaksaan terhadap individu untuk pemberdayaan merupakan bentuk
berubah. Ada dua pendapat utama yang perubahan yang radikal, yang akan
mendasari strategi tersebut, yaitu: 1) menjatuhkan struktur-struktur dan wacana

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 264


dominasi yang ada. Konsep tanaman, pembangunan kebun bibit
pemberdayaan masyarakat merupakan rakyat, pembuatan sumur resapan,
alternatif pendekatan pembangunan yang pembuatan bibit tanaman kehutanan,
berpusat pada rakyat. Mardikanto (2013), pembuatan dan pemeliharaan SPA dan
upaya pokok dalam setiap pemberdayaan terjunan, pembuatan gully plug-sumur
masyarakat, yaitu bina manusia, bina resapan-embung, kegiatan diversifikasi
usaha, bina lingkungan, dan bina usaha non kayu, kegiatan peningkatan
kelembagaan. sarana dan prasarana pengolahan hasil
Menempatkan KTH sebagai bagian hutan, dan Sekolah Lapang Kegiatan
sentral dari pengelolaan hutan rakyat Pengelolaan Lahan Kritis Sumberdaya Air
melalui pemberdayaan masyarakat Berbasis Masyarakat.
dengan dukungan stakeholders (terutama Peran pemerintah perlu adanya
instansi pemerintah terkait, perguruan penajaman dan kelestarian pada program-
tinggi, pihak swasta, dan lembaga programnya. Hal ini untuk menghindari
swadaya masyarakat) merupakan strategi kemanfaatan program yang hanya
yang realistis menciptakan hutan rakyat berlangsung pendek sesuai umur program
sebagai privat goods dengan orientasi tetapi kurang memiliki keberlanjutan
public goods. Strategi ini dimaksudkan program dalam jangka panjang.
sebagai win-win solution dengan tetap Peran Lembaga Swadaya
memberikan hak pengelolaan pada Masyarakat (LSM) juga turut andil secara
masyarakat untuk diambil manfaatnya kuat dalam mendorong kemandirian KTH.
secara sosial-ekonomi yang berdimensi Kerja LSM memberikan konsultasi dan
jangka pendek tetapi juga pendampingan secara detail terkait
mengakomodasikan kebutuhan materi (tematik) kebutuhan masyarakat.
ekologi/lingkungan bagi masyarakat luas LSM sangat berperan di dua wilayah
dan berdimensi jangka panjang dalam kajian dalam menghasilkan pengakuan
sebuah sistem yang berkelanjutan. Peran pengelolaan HR yang mengubah
stakeholders dari instansi terkait dengan paradigma tebang butuh menjadi tunda
program utamanya Rehabilitasi Hutan dan tebang, serta prestasi pencapaian
Lahan (RHL) memberikan dasar-dasar sertifikasi hutan rakyatnya dan Sistem
yang kuat dalam pengelolaan HR. Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).
Kegiatan tersebut meliputi: penyuluhan Disamping itu, peran perguruan
kehutanan, pemberdayaan dan tinggi dan pihak swasta juga sangat
pendampingan KTH dengan berbagai diperlukan untuk menyempurnakan
pendidikan dan latihan, pembuatan dan pengelolaan HR. Perguruan tinggi
pemeliharaan HR, pemanfaatan lahan berperan pada inovasi ilmu pengetahuan
bawah tegakan, pembuatan hutan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 265


dan teknologi, sedangkan pihak swasta lokalnya dengan memasukkan budaya
lebih berperan pada aspek bisnis. sebagai ikon dalam strategi
Peran stakeholsders perlu pengembangan UMHR. Keterlibatan
dikembangkan pada wilayah lain dan generasi muda dalan pengembangan
mengembangkan potensi yang dimiliki UMHR juga merupakan keunggulannya,
wilayah HR. Pengembangan tersebut generasi terlibat dalam pengembangan
antara lain wisata berbasis hutan yang hutan rakyatnya dan pada pengembangan
lebih bervariatif dan pengembangan budaya lokal untuk mendukung kemajuan
produk hasil non kayu yang memiliki UMHR Wonolelo. UMHR ini juga
potensi sangat besar, misalnya berkembang menjadi hutan rakyat di
pengolahan tanaman pangan yang mana masyarakat bertanggung-jawab
dihasilkan di HR dan pekarangan rumah atas kelangsungannya.
petani. Kelompok Tani Hutan Jasema Desa
Keberhasilan masyarakat dalam Terong Kecamatan Dlingo Bantul
menerapkan pengelolaan HR yang Organisasi ini berdiri tahun 2012
berkelanjutan dengan adanya upaya mengelola 312-an ha dan beranggotakan
pemberdayaan dan dukungan stakeholder 554 petani. KTH ini memiliki Lembaga
dapat dilihat pada 2 contoh wilayah di Usaha dalam bentuk Lembaga Keuangan
Kecamatan Pajangan dan Dlingo. Mikro Koperasi Tunda Tebang, bisnis
Unit Manajemen Hutan Rakyat (UMHR) pupuk, dan pembibitan. Keberadaan
Wonolestari Pajangan Bantul organisasi ini merupakan respon atas
UMHR Wonolestari merupakan kondisi masyarakat dalam pengelolaan
UMHR yang telah memiliki sertifikasi hutan rakyat. Munculnya kelembagaan ini
legalitas kayu, kemudian pada tahun merupakan upaya perubahan pada
2015 mendapatkan sertifikasi resmi masyarakat dalam pengelolaan hutan
pengelolaan hutan berbasis masyarakat rakyat dari tebang butuh mengarah pada
lestari (PHBML) dengan wilayah kelola tunda tebang, bahkan saat ini
seluas 959,305 dengan anggota 3507 masyarakat sudah tidak melakukan
orang tersebar di 3 desa. Dalam tebang keplek/ tebang habis. Kegiatan
perkembangannya wilayah ini menjadi ini merupakan kegiatan dalam menjaga
“daerah pengembangan hutan rakyat kelestarian hutan rakyat, karena
bersertifikasi legal dan lestari berbasis kebiasaan masyarakat yang
budaya”. UMHR ini berkembang karena menggunakan tanaman sebagai
perubahan pendekatan individual beralih cadangan dana atau investasi dan
pada pendekatan kelompok dan sewaktu-waktu ada kebutuhan yang besar
berkembang pada wilayah sekitarnya. (hajatan/nyumbang; membayar biaya
UMHR ini juga mengapresiasi potensi sekolah; berobat) maka masyarakat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 266


melakukan tebang butuh. Berdasarkan khususnya perkembangan UMHR di
Rencana Kelola KTH Jasema, kegiatan Kabupaten Bantul DIY.
dalam mendukung hutan rakyat
keberlanjutan program telah mencakup 6. DAFTAR PUSTAKA
aspek keberlanjutan, yaitu: (1) Silvikultur Balai Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah XI Jawa‐Madura. 2006.
(inventarisasi tegakan, penyiapan lahan,
Laporan Kajian Hutan Rakyat
pembenihan, penanaman, pemeliharaan, Provinsi DIY.
BPKH XI. 2010. Strategi Pengembangan
perlindungan dan pengamanan hutan,
Pengelolaan dan Arahan Kebijakan
penebangan/pemanenan); (2) Kelola Hutan Rakyat di Pulau Jawa.
Kerjasama BPKH XI Jawa‐Madura
ekologi (rencana untuk lokasi yang
dan Forest Governance And
memiliki nilai konservasi tinggi); dan (3) Multistake ‐ Holder Forestry
Programme.
Kelola sosekbud (rencana kelola
Butterfield, K.D., Reed R., and Lemak DJ.
kelembagaan, anggota dan sosial). 2004. An Inductive Model of
Collaboration from the Stakeholder’s
4. SIMPULAN DAN SARAN Perspective. Business & Society
43(2): 162-195.
4.1. Simpulan DIE. 2015. The Sustainable Development
Goals of the Post-2015 Agenda:
Dinamisasi KTH dapat dilakukan
Comments on the OWG and SDSN
sebagai strategi peningkatan kapasitas Proposals. Bonn: Deutsches Institut
KTH untuk meningkatkan peran KTH für Entwicklungs-politik gGmbH
Tulpenfeld.
dalam pengelolaan HR berkelanjutan. Freeman, R. E., (1984). Strategic
Management: A Stakeholder
UMHR Wonolelo di Pajangan dan KTH
Approach. Boston: Pitman
Jasema di Dlingo merupakan kelompok Publishing.
Ife, J., Tesoriero, F. 2008. Community
tani yang mampu menjawab tantangan
Development: Alternatif
jaman tanpa kehilangan identitas lokal Pengembangan Masyarakat di Era
Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka
dan potensi lokal yang dimiliki.
Pelajar.
4.2. Saran INFID. 2015. Panduan SDGs Untuk
Perlu pengembangan program yang Pemerintah Daerah (Kota dan
Kabupaten) dan Pemangku
berkelanjutan, pemberdayaan dan Kepentingan Daerah. Jakarta
Selatan.
pendampingan secara berkelanjutan
Jedlicka, A.D. 1977. Organization for
untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas Rural Development : Risk Taking
and Appropriate Technology. New
KTH di wilayah lainnya.
York: Praeger Publisher.
Karsidi, R. 1999. Kajian Keberhasilan
Transformasi Pekerjaan Dari Petani
5. UCAPAN TERIMA KASIH
ke Pengrajin Industri Kecil.
Ucapan terima disampaikan kepada Disertasi. Program Pascasarjana
IPB.
Ir. Totok Teguh Santoso, MMA. Staf Dinas
KTH Jasema. 2015. Dokumen Rencana
Pertanian dan Perkebunan Propinsi DIY, Kelola KTH Jasema Terong Desa
atas informasinya untuk melengkapi data Terong Kecamatan Dlingo
Kabupaten Bantul.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 267


Mardikanto, T. 2013. Model-model
Pemberdayaan Masyarakat.
Surakarta: UNS Press.
Nasdian, F.T. 2015. Pengembangan
Masyarakat. Jakarta: Pustaka Obor
Inonesia.
Ritchie, B., McDougall, C., Haggith, M.,
Oliveira, N.B. 2001. Pedoman
Pendahuluan: Kriteria dan Indikator
Kelestarian Hutan yang Dikelola
oleh Masyarakat. CIFOR. Jakarta:
SMT Grafika Desa Putera.
Rustiadi, E., Saefulhakim, S., Dyah R.
Panuju. 2011. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Jakarta:
Crestpent Press - Pustaka Obor
Indonesia.
Soetomo. 2011. Pemberdayaan
Masyarakat: Mungkinkah Muncul
Anti-tesisnya?. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Suprayitno, A.R. 2008. Pelibatan
Masyarakat Lokal: Upaya
Memberdayakan Masyarakat
Menuju Hutan Lestari. Jurnal
Penyuluhan. 4(2): 135-138.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 268


FUNGSI KELOMPOKTANI DALAM PENERAPAN PRINSIP PENGENDALIAN HAMA
TERPADU UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.)”, DI
KECAMATAN CIBUNGBULANG KABUPATEN BOGOR

Yul Harry Bahar1 , Elih Juhdi Muslihat1, Charlession2


1
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor
2
Pemda Kabupaten Kutai Barat
Email: yul_bahar@yahoo.com

ABSTRAK

Pendekatan PHT sudah lama digunakan secara meluas oleh petani dalam upaya peningkatan
produksi padi, utamanya melalui pemberdayaan fungsi kelompok tani, keberhasilan pelaksanaan
PHT ini perlu dikaji untuk masukan perbaikan ke depan. Penelitian ini bertujuan: 1).Menganalisis
fungsi.kelompoktani, 2) Menganalisis indikator fungsi kelompotani dalam penerapan PHT, dan 3)
Menganalisis tingkat keberhasilan pelaksanaan PHT untuk peningkatan produksi padi sawah.
Penelitian dilaksanakan tanggal 7 Maret sampai 30 April 2016, di Desa Cibatok Satu Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Populasi dalam kajian ini sebanyak 100 orang dimana sampel
diambil sebanyak 52 orang secara teknik Slovin. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif
dan metode non parametik (Kendall’s.W). Fungsi kelompok tani dalam penerapan PHT termasuk
pada kategori sedang. Indikator terendah yaitu pada aspek unit produksi, dan tingkat keberhasilan
pelaksanaan pengendalian hama terpadu termasuk kategori berhasil, Urutan peringkat indikator
peneraspan PHT adalah: Pelestarian Musuh Alami, Pengamatan Rutin, Petani ahli PHT dan
Budidaya Tanaman Sehat.

Kata kunci: Fungsi Kelompoktani, Pengendalian Hama Terpadu, Musuh Alami, Budidaya Tanaman
Sehat

1. PENDAHULUAN penerapan budidaya sesuai dengan


Berbagai upaya kegiatan dan perkembangan ilmu dan teknologi, sosial
teknologi telah diterapkan dalam program budaya setempat, serta memperhatikan
peningkatan produksi padi sehingga telah keseimbangan lingkungan
dapat menaikkan produksi di beberapa (agroekosistem). Pengendalian Hama
daerah penghasil beras utama, seperti Terpadu (PHT) adalah suatu pendekatan
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, cara berpikir tentang Pengendalian
Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan. Organisme Pengganggu Tanaman
Rata-rata kenaikan produksi untuk tiga (POPT) yang didasarkan pada
tahun terakhir mencapai 3,78%; dengan pertimbangan ekologi dan efisiensi
produksi nasional mencapai 66,41 juta ton ekonomi dalam rangka pengelolaan agro-
pada tahun 2010 (Suswono, 2010). ekosistem yang berwawasan lingkungan
Sedangkan pada tahun 2013 telah (Direktorat Tanaman Pangan dan
meningkat menjadi 71,28 juta ton, dan Holtikultura 1998). Permasalahan lain
pada tahun 2015 menjadi 75,55 juta ton. yang muncul di lapangan adalah masih
Upaya peningkatan produksi padi ditemukan musuh alami yang mati di
sawah (Oriza sativa L.) dilakukan dengan lahan sawah petani, hal ini sebagai akibat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 269


dari penggunaan pestisida kimia yang dinyatakan valid dan 7 pertanyaan tidak
berlebihan yang memunculnya hama yang valid yang selanjutnya dikeluarkan dari
resisten, timbulnya resurgensi hama serta kuesioner. Uji reliabilitas dilakukan
letusan hama sekunder. terhadap 10 responden yang berbeda dari
Penelitian bertujuan untuk: 1) sampel penelitian. Uji reliabilitas dalam
Menganalisis fungsi kelompoktani penelitian dilakukan menggunakan SPSS,
terhadap peningkatan penerapan perinsip hasil uji reliabilitas yaitu 0,982 artinya
PHT, 2) Menganalisis indikator terendah instrumen layak untuk digunakan.
dari fungsi kelompoktani dalam penerapan Analisis Data
perinsip PHT, dan 3) Menganalisis tingkat Data diolah secara bertahap, mulai
keberhasilan pelaksanaan kegiatan PHT dari pengumpulan data, pengelompokkan
dalam peningkatan produksi padi sawah. data hingga pada pengolahan data ke
dalam rekap tabulasi dan selanjutnya
2. METODE PENELITIAN untuk mengetahui indikator terendah
Penelitian dilaksanakan mulai 7 masing-masing variabel menggunakan
Maret sampai 30 April 2016. di Desa metode Kendall’s W.
Cibatok I, Kecamatan Cibungbulang,
Kabupaten Bogor. Populasi penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
yaitu kelompok tani Nusa Jaya, Nusa Jati, Karakteristik Responden
Silih Asih dan Silih Asuh masing-masing Responden ditentukan secara
berjumlah 25 orang sehingga total proposive sampling terdiri atas 52 orang
populasi berjumlah 100 orang dan yang dari 4 kelompoktani, yaitu: kelompoktani
dijadikan sampel sebanyak 52 orang, Nusa Jaya sebanyak 13 orang, Nusa Jati
pemilihan dengan metode purposive sebanyak 13 orang, Silih Asih sebanyak
sampling menggunakan rumus Slovin. 13 orang dan Silih Asuh sebanyak 13
Data yang dikumpulkan dari orang. Dari 52 responden mempunyai
responden melalui wawancara langsung karakteristik yang berbeda seperti umur,
dan observasi lapangan. Instrumen pendidikan, pengalaman berusahatani,
penelitian berupa kuesioner tertutup, luas lahan, untuk lebih jelasnya dapat
dilakukan uji validitas dan reliabilitas dilihat pada Tabel 1.
sebelum digunakan.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Hasil uji validasi kuisioner yang
disusun sebanyak 37 pertanyaan dengan
10 responden di luar sampel dalam
populasi terdapat 30 pertanyaan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 270


Tabel 1. Karakteristik Responden
No Karakteristik Klasifikasi N % Kisaran
Responden
1 Umur (tahun) Muda (28-35) - -
Sedang ( 36-56) 27 51,92 45-67 tahun
Tua ( ≥ 57) 25 48,07
2 Tingkat Pendidikan Rendah (SD ) 49 94,23 SD
Sedang (SLTP) - - SLTP
SLTA) 1 1,92 SLTA
Tinggi ( S1 ) 2 3,84 S1
3 Luas Lahan Sempit ( 0,5-1,0 ha ) 48 92,30
Sedang (1,25 – 2 ha) 2 3,84 0,5 – 3 ha
Luas (2,25 - 8 ha ) 2 3,84
4 Pengalaman Baru (10-15) 2 3,84
Berusahatani Sedang ( 20 – 38 ) 21 40,38 20- 50 tahun
(tahun) Lama ( 39 – 50 ) 29 55,76

Fungsi Kelompok Tani PHT untuk peningkatan produksi padi


Hasil analisis deskriptif dari jawaban sawah (Oryza sativa L.) dapat dilihat pada
responden menggunakan Descriptives Tabel 2.
Statistics diperoleh tingkatan fungsi
kelompoktani dalam penerapan prinsip

Tabel 2. Analisis Fungsi Kelompoktani dalam Penerapan PHT


No Indikator Kategori n % Kisaran
1 Kelas Belajar Sangat kuat ≥ 3,28 0 0
kuat 2,3-3,27 51 98,0
2,2 – 3,8
Sedang 1,76-2,2 1 1,92
Rendah ≤ 1,75 0 0
2 Wahana Kerjasama Sangat kuat ≥ 3,28 0 0
kuat 2,3-3,27 50 96,15
2,2 – 3,8
Sedang 1,76-2,2 2 3,84
Rendah ≤ 1,75 0 0
3 Unit Produksi Sangat kuat ≥ 3,28 0 0
kuat 2,3-3,27 49 94,23
2,2 – 3,4
Sedang 1,76-2,2 3 5,76
Rendah ≤ 1,75 0 0

Hasil rekapitulasi berdasarkan yang berupa kuesioner dan kemudian


jawaban dari petani responden kajian dianalisis dengan menggunakan Non
tentang fungsi kelompoktani dalam Parametric Kendall’s W sehingga hasil
penerapan prinsip PHT Untuk yang diperoleh ranking dari setiap
Peningkatan Produksi padi sawah (Oryza indikator yang digunakan sebagaimana
sativa L.) di Desa Cibatok Satu pada Tabel 3.
Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Tabel 3. Ranking dari setiap Indikator
Bogor yang diperoleh dari hasil No Indikator Mean Kategori Rank
Rank
wawancara bersama petani responden 1 Kelas Belajar 2.31 Kuat I
2 Wahana 2.19 Kuat II

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 271


Kerjasama pembagian tugas anggota kelompokani
3 Unit Produksi 1,50 Rendah III
kurang jelas serta kurang kerjasama yang
Kelas Belajar baik antar sesama petani dalam
Hasil analisis deskriptif kelompoktani dan antar kelompoktani
menunjukkan indikator kelas belajar maupun dengan pihak lain.
termasuk pada kategori kuat dengan Unit Produksi
mean ranknya 2,31. Sesuai dengan hasil Hasil analisis deskriptif indikator
pengamatan di lapangan bahwa fungsi fungsi kelompoktani sebagai unit produksi
kelompoktani sebagai kelas belajar termasuk kategori rendah dengan nilai
berada pada posisi yang kuat sebagai mean ranknya 1,50. Berdasarkan hasil
wadah belajar mengajar bagi anggota pengamatan di lapangan tentang fungsi
untuk meningkatkan pengetahuan, kelompoktani sebagai unit produksi yaitu
keterampilan dan sikap tentang prinsip usahatani yang dilaksanakan oleh
PHT padi sawah. Parameter kelas belajar masing-masing anggota kelompoktani
dalam kajian ini meliputi pelaksanaan belum terlaksana dengan baik sesuai
pertemuan rutin, mengemukakan fungsi kelompoktani. Fungsi kelompoktani
pendapat, tingkat kehadiran anggota, sebagai unit produksi masih rendah yaitu
merumuskan kesepakatan dan menentukan pengembangan produksi
merencanakan kebutuhan belajar. Hasil yang menguntungkan, melakukan
kajian pada indikator kelas belajar kegiatan secara bersama dalam
diperoleh nilai mean rank 2,31, yang kelompok, dan penertiban administrasi
termasuk dalam kategori kuat, artinya kelompok. Hal ini dipengaruhi tingkat
penilaian responden cenderung baik. pendidikan responden (SD) sebanyak 49
Wahana Kerjasama orang (94,23%) sehingga pemahaman
Hasil analisis deskriptif indikator petani tentang fungsi kelompok sebagai
tentang wahana kerjasama termasuk unit produksi rendah.
dalam kategori kuat dengan perolehan Fungsi kelompoktani sebagai unit
nilai mean rank 2,19. Berdasarkan hasil produksi bahwa kelompoktani harus
pengamatan menunjukkan fungsi mampu memperkuat, memperlancar, dan
kelompoktani sebagai wahana kerjasama sekaligus mendorong pengembangan
secara keseluruhan kurang terlaksana produksi yang menguntungkan, baik
dengan baik sesuai fungsi kelompoktani produksi sendiri maupun produksi dari
sebagai wahana kerjasama untuk usaha bersama yang dikelola oleh
memperkuat kerjasama baik di antara kelompok.
sesama petani dalam kelompoktani dan Penerapan Prinsip PHT
antar kelompoktani maupun dengan pihak
lain. Hal ini disebabkan karena dalam

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 272


Hasil analisis deskriptif dari jawaban produksi padi sawah oleh kelompoktani di
petani responden menggunakan Desa Cibatok I, Kecamatan
Descriptives Statistics diperoleh tingkatan Cibungbulang Kabupaten Bogor secara
penerapan prinsip PHT untuk peningkatan umum diuraikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisis Penerapan Prinsip PHT


No Indikator Kategori N % Kisaran
1 Budidaya Tanaman Sangat kuat ≥ 3,28 0 0
Sehat kuat 2,3-3,27 49 94,23
2 – 3,4
Sedang 1,76-2,2 3 5,76
Rendah ≤ 1,75 0 0
2 Pelestarian Musuh Alami Sangat kuat ≥ 3,28 0 0 2,5 – 4
kuat 2,3-3,27 52 100
Sedang 1,76-2,2 0 0
Rendah ≤ 1,75 0 0
3 Pengamatan Rutin Sangat kuat ≥ 3,28 0 0
kuat 2,3-3,27 49 94,23
2,0 – 4,0
Sedang 1,76-2,2 3 5,76
Rendah ≤ 1,75 0 0
4 Petani Ahli PHT Sangat kuat ≥ 3,28 0 0
kuat 2,3-3,27 52 100
2,6 – 3,4
Sedang 1,76-2,2 0 0
Rendah ≤ 1,75 0 0

Hasil rekapitulasi dari jawaban wawancara bersama petani responden


petani responden kajian tentang fungsi yang berupa kuesioner yang kemudian
kelompoktani dalam penerapan prinsip dianalisis dengan menggunakan Non
PHT untuk peningkatan produksi padi Parametric Kendall’s W sehingga
sawah (Oryza sativa L.) di Desa Cibatok diperoleh ranking dari setiap indikator
Satu Kecamatan Cibungbulang yang digunakan sebagaimana Tabel 5
Kabupaten Bogor yang diperoleh dari
Tabel 5. Ranking dari setiap Indikator
No Indikator Mean Rank Kategori Rank
1 Budidaya Tanaman Sehat 2.38 Kuat IV
2 Pelestarian Musuh Alami 2.72 Kuat I
3 Pengamatan Rutin 2.45 Kuat II
4 Petani Ahli PHT 2.44 Kuat III

Budidaya Tanaman Sehat dengan petani responden tingkat


Berdasarkan hasil analisis deskriptif penggunaan benih unggul cukup tinggi,
indikator komponen teknologi dasar hal ini karena kesadaran petani telah
tentang budidaya tanaman sehat tumbuh dalam hal penggunaan benih padi
termasuk kategori kuat dengan perolehan sawah dan menurut petani, benih unggul
nilai mean ranknya 2,38 dari keseluruhan akan menghasilkan produksi yang cukup
responden. Sesuai hasil wawancara tinggi dan tahan terhadap serangan hama

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 273


maupun penyakit. Selain itu, kesadaran menentukan keseimbangan ekosistem
petani dalam penggunaan benih unggul seperti keberadaan musuh alami, iklim,
berkat peran serta kelompoktani dalam dan umur tanaman, selain pengendalian
pengadaan benih saat musim tanam tiba, yang memperhatikan batas ambang
dengan demikian para petani disamping ekonomi dan pestisida sebagai alternative
mempunyai kesadaran sendiri, juga terakhir. Hal ini karena petani telah
sarana yang akan digunakan telah memahami dan sering melaksanakan
tersedia. tentang waktu pengamatan OPT,
Pelestarian Musuh Alami intensitas pengamatan/pantauan,
Prinsip PHT selanjutnya pelestarian perlindungan musuh alami dengan pola
musuh alami sebagai indikator ketiga PHT, dan pengaruh cuaca pada
dalam kajian ini pada Tabel 5 memperoleh pertumbuhan tanaman padi.
nilai mean ranknya 2,72 termasuk dalam Petani Ahli PHT
kategori kuat. Yang mana hasil analisis Petani ahli PHT secara definisi
dari jawaban responden dalam kategori adalah petani yang mampu mengelolah
kuat mencapai 100% hal ini terjadi dan mengambil keputusan secara mandiri
karena para petani memahami manfaat di lahannya sendiri. Berdasarkan hasil
musuh alami dalam pengendalian hama analisis deskriptif, hasilnya termasuk
terpadu, sesuai hasil wawancara dengan kategori kuat dengan perolehan nilai
petani responden yang dilakukan oleh mean ranknya 2,44 dari keseluruhan
para petani memahami tentang jenis- responden. Ini artinya bahwa kinerja
jenis musuh alami dan keberadaannya di kelompoktani dalam hal merencanakan
lingkungan pertanaman dan sangat kegiatan mampu mengambil keputusan
membantu dalam hal pengendalian OPT. secara mandiri, sehingga petani mampu
Musuh alami mampu menekan populasi menjadi menejer di lahannya sendiri.
serangga hama yang menyerang Hal ini sesuai pendapat Abdul Adjid
tanaman, seperti laba-laba (Lycosa), (2001), apabila keterampilan bertani
kumbang kubah (cocinelled), dan lain-lain. sebagai petani umumnya keterampilan
Pengamatan Rutin tangan, otot, dan mata, maka
Petani sering melakukan keterampilan sebagai manajer mencakup
pengamatan sesuai dengan prinsip PHT kegiatan otak yang mendorong kemauan,
karena sebagian petani telah memahami terasuk pengambilan keputusan atau
maksud dan manfaat kegiatan penetapan pilihan dari alternatif yang
pengamatan, Oleh karena itu, dalam ada. Hasil analisis deskriptif Non
melakukan pengendalian petani telah Parametric Kendall’s W penerapan
memperhatikan aspek lain yang ikut

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 274


prinsip PHT untuk peningkatan produksi 3) Pelaksanaan penyuluhan dilaksanakan
padi sawah (Oryza sativa L.) berdasarkan analisis data pada nilai
terendah/bermasalah dalam hal ini
4. SIMPULAN DAN SARAN terkait dengan aspek Unit Produksi.
4.1. Simpulan Kegiatan dilaksanakan sebanyak 4 kali
1) Fungsi Kelompoktani dalam penerapan pertemuan dengan materi Cara
prinsip PHT di Desa Cibatok I belum Budidaya Padi dan pemanfaatan lahan
dilaksanakan secara maksimal, hal ini pakarangan..
terlihat dari indikator fungsi
kelompoktani sebagai unit produksi
merupakan yang terendah menempati Saran
peringkat III dengan nilai rank 1,50 1) Perlunya pembinaan lebih lanjut
(rendah). Sedangkan fungsi tentang peningkatan fungsi
kelompoktani sebagai Wahana kelompoktani dan penerapan prinsip
Kerjasama menempati peringkat II PHT supaya petani lebih termotivasi.
dengan nilai rank 2,19 (kuat) dan 2) Perlunya peningkatan peran lembaga
fungsi kelompoktani sebagai Kelas penyuluhan, dan kelompok tani
Belajar menempati peringkat I dengan sebagai upaya peningkatan
nilai rank 2,31 (kuat). pengetahuan, keterampilan dan sikap
2) Prinsip PHT untuk peningkatan petani dalam penerapan prinsip PHT,
prosuksi padi sawah di Desa Cibatok I termasuk peningkatan jumlah petugas
termasuk kategori kuat hal ini terlihat penyuluh lapangan.
dari indikator Budidaya Tanaman Sehat 3) Melakukan dan melanjutkan penelitian
dengan mean ranknya 2,38 menempati yang sama di desa dan sentra produksi
peringkat IV, sedangkan indikator padi lainnya, sehingga dapat
Pelestarian Musuh Alami dengan nilai memberikan gambaran yang lebih utuh
mean rank 2,71 menempati peringkat I, dan komprehensif tentang fungsi
indikator Pengamatan Rutin dengan kelompoktani dalam penerapan prinsip
nilai mean rank 2,45 menempati PHT.
peringkat II, dan indikator Petani ahli
5. DAFTAR PUSTAKA
PHT dengan nilai mean rank 2,44
Abdul Adjid, dudung. 2001. Penyuluhan
menempati peringkat III. Dengan Pertanian. Yasaguna
demikian maka prinsip PHT padi sawah Pengembangan Sinar Tani. Jakarta.
Direktorat Perlindungan Tanaman. 2007.
oleh kelompoktani di Desa Cibatok I Panduan Sekolah Lapang
termasuk baik dalam penerapannya. Pengendalian Hama Terpadu (SL-
PHT). Direktorat Perlindungan
Tanaman, Jakarta.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 275


Mardikanto. 1993. Penyuluhan
Pembangunan Pertanian, UNS
Press. Surakarta.
Senawea, Delfina. 2015. Fungsi
Kelompok-tani dalam Penerapan
Perinsi PHT Padi Sawah, di
kelurahan Danga, Kecamatan
Aesesa, Kabupaten Ngakeo,
Provinsi NTT. STPP Bogor, Bogor.
Oka, Ida Nyoman. 1995. Pengendalian
Hama Terpadu dan Implementasinya
di Indonesia. Gajahmada University
Press, Yogyakarta.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 276


ANALISIS PEMASARAN KOMODITAS BAWANG MERAH PADA SENTRA PRODUKSI
DI KABUPATEN NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR

Adang Agustian

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Kementerian Pertanian


Jl. Tentara Pelajar No. 3B Bogor
Email: aagustian08@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rantai pemasaran bawang merah dari tingkat
petani hingga ke berbagai tujuan pemasaran. Kajian ini dilakukan di sentra produksi
bawang merah di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur, tahun 2016. Analisis data dilakukan
secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian dapat diintisarikan sebagai berikut: (1)
Terdapat 2 alur rantai tataniaga bawang merah dari petani. Pada rantai pertama, petani
menjual bawang merah ke penebas, selanjutnya penebas menjual bawang merahnya ke
pedagang pengumpul/tengkulak atau menjual langsung ke pedagang besar (pengirim ke
luar kota/daerah). Pada rantai kedua, petani dapat langsung menjual bawang merah ke
pedagang besar/pengirim. Selanjutnya bawang merah yang diperoleh oleh pedagang
besar/pengirim selanjutnya dijual ke Pasar Induk (PI) Kramat Jati- Jakarta atau PI
Cibitung-Bekasi serta pasar luar kota lainnya/luar Jawa. Sementara, bawang merah yang
dibeli oleh pedagang pengumpul kecil/tengkulak selanjutnya dijual ke pedagang pasar
lokal termasuk ke Pasar Sukomoro Nganjuk; (2) Marjin pemasaran yang diraih pada
kelembagaan pemasaran yang terlibat didalamnya berkisar antara Rp 894/kg- Rp
2.000/kg; dan (3) Permasalahan yang sering muncul adalah terdapatnya fenomena lonjak
harga di tingkat konsumen akibat tingginya harga jual selepas dari pedagang di Pasar
Induk.

Kata kunci: Pemasaran, bawang merah, Kabupaten Nganjuk, marjin pemasaran

1. PENDAHULUAN tahun agar pasokan tersedia dan


Bawang merah merupakan salah harganya tidak berfluktuasi.
satu komoditas strategis nasional yang Komoditas ini merupakan salah satu
menjadi perhatian serius pemerintah komoditas sayuran unggulan yang sejak
karena memberikan andil yang cukup lama telah diusahakan oleh petani secara
signifikan dalam menentukan inflasi. intensif. Komoditas sayuran ini termasuk
Permintaan bawang merah segar untuk ke dalam kelompok rempah tidak
konsumsi rumah tangga dan bahan baku bersubstitusi yang berfungsi sebagai
industri pengolahan di dalam negeri terus bumbu penyedap makanan serta obat
mengalami peningkatan setiap tahun tradisonal (Badan Litbang Pertanian,
sejalan dengan perkembangan jumlah 2008). Permintaan akan bawang merah
penduduk dan pertumbuhan industri terus meningkat sejalan dengan
makanan. Oleh karena itu, produksi peningkatan jumlah penduduk. Komoditi
bawang merah yang berkualitas terus bawang merah merupakan tanaman yang
ditingkatkan dan diproduksi sepanjang berproduksi musiman dimana pada bulan-
bulan tertentu saja berproduksi sementara

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 276


kebutuhan akan bawang merah hampir dan harga yang terjangkau menjadi
dipergunakan setiap hari terutama pada bagian penting dalam menunjang
hari-hari besar keagamaan. Pada tahun keberhasilan usahatani bawang merah.
2014, produksi bawang merah tertinggi Mahalnya harga benih bawang merah,
terjadi pada bulan Januari, Juni dan Juli. menyebabkan kemampuan petani dalam
Provinsi Jawa Timur memiliki pengembangan areal usahataninya
kontribusi produksi sebesar 23 % usahataninya akan terbatas. Sementara
terhadap produksi bawang merah pada aspek lainnya, bahwa pemasaran
nasional. Pada tahun 2015, total produksi bawang merah menjadi bagian penting
bawang merah di Jawa Timur sebesar dalam menciptakan stabilisasi harga di
278.034 ton, dengan sentra produksi tingkat petani. Harga bawang merah yang
utama terdapat di Kabupaten Nganjuk stabil, khususnya di tingkat petani, juga
dengan produksi sebesar 142.817 ton menjadi faktor penting dalam menciptakan
(51,37%) dan Probolinggo sebesar 49.023 iklim kondusif bagi petani, yaitu menjamin
ton (17,61%). Pada periode tahun 2010- animo petani untuk tetap terus
2014 (lima tahun terakhir), produksi mempertahankan bahkan meningkatkan
bawang merah mengalami peningkatan usahataninya.
5,74% per tahun dimana pada tahun 2010 Bawang merah merupakan
produksinya sebesar 1,05 juta ton, komoditas hortikultura pada umumnya,
kemudian pada tahun 2014 menjadi 1,23 dimana peranan pemasaran pada
juta ton. Peningkatan produksi tersebut komoditas cabai memberikan kontribusi
disebabkan oleh meningkatnya luas penting dalam peningkatan kinerja
panen sebesar 3,70% per tahun dan usahatani komoditas cabai secara
produktivitasnya naik 2,00% per tahun keseluruhan mengingat sifat unik dari
(Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur, komoditas hortikultura secara umum
2016). seperti mudah busuk, mudah rusak,
Upaya pengembangan bawang volumenious, produksinya bersifat
merah secara nasional dilakukan di musiman sementara konsumsi terjadi
sentra-sentra produksi nasional sepanjang tahun. Sifat-sifat unik ini
khususnya di Jawa Timur, terutama di menuntut adanya suatu perlakuan khusus
Kabupaten Nganjuk. Dalam kerangka berupa pengangkutan yang hati-hati,
pengembangan tersebut, pemerintah pengepakan yang baku dan baik,
melakukan berbagai upaya terobosan penyimpanan dengan suhu tertentu, dan
agar produksi bawang merah dapat tetap berbagai metode pengawetan lain
ditanam dan menjamin ketersediaan sehingga komoditas dimaksud dapat
terutama di luar musim yang ada selama bertahan dalam waktu yang lama.
ini. Untuk itu, ketersediaan benih unggul Sementara itu, di sisi lain para konsumen

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 277


menghendaki komoditas tersedia dekat pedagang bawang merah di Pasar Induk
dengan tempat mereka, dapat diperoleh Kramat Jati, hingga konsumen. Jumlah
sepanjang waktu dan dapat dikonsumsi sampel petani sebanyak 30 petani.
dalam bentuk segar. Dua keinginan yang Sementara untuk data sekunder
berbeda ini akan dapat dipenuhi dengan dikumpulkan dari berbagai dinas/instansi
adanya suatu sistem pemasaran yang terkait seperti Dinas Pertanian, BPS dan
baik. literatur yang relevan dengan penelitian.
Pada rantai pemasaran komoditas Analisis data dilakukan secara
tersebut, ternyata melibatkan berbagai kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis
lembaga pemasaran yang kuantitatif berupa analisis marjin
menghubungkan para petani di sentra pemasaran dari setiap kelembagaan
produksi dan sentra konsumsi untuk pemasaran yang terlibat didalamnya.
memberikan nilai guna bagi produk dalam Adapun analisis kualitatif diperlukan untuk
suatu sistem pemasaran. Menurut hasil mendukung deskripsi dan penjelasan atas
penelitian Kumaat (1995), bahwa berbagai analisis yang dilakukan.
kelembagaan pemasaran yang berperan Untuk analisis marjin pemasaran,
dalam memasarkan komoditas pertanian dalam konteks ini merupakan perbedaan
hortikultura dapat mencakup petani, harga yang diterima oleh petani dengan
pedagang pengumpul, pedagang harga yang dibayarkan oleh konsumen.
perantara/grosir dan pedagang pengecer. Untuk menganalisis marjin pemasaran
Sehubungan dengan hal itu, dalam penelitian ini, data harga yang
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis digunakan adalah harga di tingkat petani
pemasaran bawang merah dari tingkat dan harga di tingkat lembaga pemasaran,
petani hingga ke berbagai tujuan sehingga dalam perhitungan marjin
pemasaran. pemasaran digunakan rumus:
Mm = Pr – Pf
2. METODE PENELITIAN Merupakan rumus marjin pemasaran di
Penelitian ini di lakukan di sentra tingkat petani.
produksi bawang merah nasional yaitu di Mm = Ps – Pb
Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Jenis Merupakan rumus marjin pemasaran
data yang dikumpulkan meliputi data pada setiap tingkat kelembagaan
primer dan sekunder. Data primer pemasaran.
dikumpulkan melalui wawancara langsung Dimana:
Mm = marjin pemasaran di tingkat
dengan kuesioner terstruktur terhadap
petani
responden petani, pedagang pengumpul, Pr = harga di tingkat kelembagaan
pemasaran tujuan pemasaran
pedagang besar/agen/suppplier,
petani
pedagang di pasar tradisional, dan Pf = harga di tingkat petani

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 278


Ps = harga jual pada setiap tingkat sehingga dapat memberikan keuntungan
lembaga pemasaran
bagi petani.
Pb = harga beli pada setiap tingkat
lembaga pemasaran Sistem panen bawang merah di
Kabupaten Nganjuk dapat dilakukan
Karena dalam marjin pemasaran
dengan sistem tebasan/borongan dan
terdapat dua komponen, yaitu komponen
rogolan. Proporsi sistem panen yang ada
biaya dan komponen keuntungan
di Kabupaten Nganjuk untuk kedua sistem
lembaga pemasaran, maka:
tersebut masing-masing sebesar 60 dan
Mm = c+
40 persen. Petani yang menjual bawang
Ps – Pb = c +
merah dengan sistem tebasan memiliki
Pb = Ps – c -
beberapa alasan yang dapat dipahami
Dimana:
c = biaya pemasaran seperti: (a) membutuhkan biaya cepat
π = keuntungan lembaga pemasaran
untuk menutupi hutang saprotan dan
(net marjin pemasaran)
pemenuhan kebutuhan keluarga, (b) tidak
3. HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki lantai jemur jika harus panen
Dalam pemasaran bawang merah bawang dengan sistem rogolan, dan
diperlukan kehadiran pemerintah dalam petani juga merasa berat jika harus
menangani pembelian bawang merah. mengeluarkan biaya pengeringan lanjut,
Pemerintah dapat memberdayakan dan (c) petani merasa khawatir jika harga
kelompoktani/gapoktan dalam pembelian bawang merah jatuh saat panen dimana
bawang merah tersebut dengan pola pemanenannya dengan sistem rogolan.
sistem resi gudang. Berbeda dengan Oleh karena itu, pada sistem panen
dengan sistem resi gudang yang ada, tebasan maka petani hanya
dimana pola yang diusulkan yaitu mengeluarkan biaya panen/cabut saja.
terbangunnya kerjasama antara Sementara jika harus panen dengan
kelembagaan gapoktan dengan petani sistem rogolan, maka petani disamping
bawang merah. Gapoktan diharapkan harus mengeluarkan biaya panen/cabut
dapat berperan dalam menjualkan juga harus mengeluarkan biaya
bawang merah petani dengan jaminan potong/rogol, jemur (sekitar 2-3 hari) dan
dana talangan dari pemerintah. Petani biaya pengangkutan ke rumah. Pola
akan mendapat resi atas jaminan bawang tebasan bisa dilakukan misalnya
yang diserap oleh gapoktan melalui seminggu sebelum panen tiba, atau pada
sistem resi gudang. Bawang merah petani saat dihari siap panen.
tetap disimpan di rumah petani dan dijaga Pada pedagang yang membeli
petani. Pada saat harga bawang tinggi, bawang merah dengan sistem tebasan,
gapoktan akan menjual bawang merah maka penebas akan memberikan DP
(down payment) terlebih dahulu ke petani

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 279


dengan besaran sekitar 10-30% dari nilai satu transaksi yang berkisar antara Rp
jual yang telah disepakati. Pada pedagang 200 ribu hingga Rp 1 juta yang tergantung
yang membeli bawang merah dengan nilai jual pemasaran bawang merah
sistem tebasan tersebut, jika harga beli tersebut. Terdapat 2 alur rantai tataniaga
saat panen dengan kesepakatan harga bawang merah dari petani. Pada rantai
yang lebih besar dari harga saat panen pertama, petani menjual bawang merah
tiba (siap melepas hasil panen) maka ke penebas, selanjutnya penebas menjual
hampir dipastikan pedagang akan rugi. bawang merahnya ke pedagang
Umumnya pedagang akan bersikap, pengumpul/tengkulak atau menjual
daripada kerugian yang harus ditanggung langsung ke pedagang besar (pengirim ke
semakin besar maka lebih baik melepas luar kota/daerah). Pada Rantai kedua,
DP yang sudah dibayarkan ke petani. petani dapat langsung menjual bawang
Namun sebaliknya jika harga bawang saat merah ke pedagang besar/pengirim.
panen tiba lebih besar dari harga Selanjutnya bawang merah yang
kesepakatan saat menebas, maka justru diperoleh oleh pedagang besar/pengirim
petanilah yang tidak akan menikmati selanjutnya dijual ke Pasar Induk (PI)
kenaikan harga bawang merah tersebut Kramat Jati- Jakarta atau PI Cibitung-
karena bawang merahnya sudah Bekasi serta pasar luar kota lainnya/luar
ditebaskan. Jawa. Sementara, bawang merah yang
Kegiatan panen dengan sistem dibeli oleh pedagang pengumpul
tebasan pada usahatani bawang merah kecil/tengkulak selanjutnya dijual ke
dapat dilakukan oleh pedagang pedagang pasar lokal termasuk ke Pasar
setempat/lokal atau oleh pedagang dari Sukomoro Nganjuk. Berdasarkan alur
luar daerah/desa. Pada pedagang tersebut, tampak bahwa alur pertama,
setempat/lokal yang melakukan pemasaran bawang merah dari petani
pembelian dengan sistem tebasan akan cukup pendek/ringkas. Permasalahan
langsung bertransaksi dengan petani yang muncul dengan seringnya ada
bawang karena sudah saling mengenal. fenomena lonjak harga di tingkat
Namun, jika pedagang dari luar daerah konsumen adalah akibat tingginya harga
dalam melakukan pembelian dengan jual selepas dari pedagang di Pasar Induk
sistem tebasan biasanya terlebih dahulu Kramat Jati/Cibitung. Secara lengkap alur
akan berhadapan dengan calo/perantara pemasaran bawang merah dari tingkat
untuk dapat menebas/membeli bawang petani dengan pelibatan pedagang
merah ke petani karena belum saling besar/pengirim di lokasi kajian disajikan
mengenal. pada Gambar 1.
Dalam konteks sistem pemasaran, Sementara berdasarkan hasil
calo/perantara akan mendapat fee dari penelitian Ali, et al (2015) dikemukakan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 280


bahwa petani disarankan dapat yang diperoleh pedagang pengecer.
mempertimbangkan terlebih dahulu Selanjutnya hasil penelitian Arman dan
saluran pemasaran mana yang tepat Afandi (2016) menyebutkan bahwa
untuk memasarkan hasil produksinya saluran pemasaran Bawang merahdi
sehingga bisa memperoleh keuntungan Desa Olobojuada dua saluran, saluran
yang lebih tinggi. Hasil penelitian juga pertama yaitu bawang merah dari petani
mendapatkan bahwa rantai pemasaran ke pedagang pengumpul selanjutnya ke
bawang merah dari petani, saluran pengecer dan ke konsumen, dan saluran
pertama yaitu bawang merah dari petani kedua, yaitu bawang merah dari petani
ke pedagang pengumpul selanjutnya ke langsung ke pengecer dan selanjutnya ke
pengecer dan ke konsumen, dan saluran konsumen. Adapun saluran pertama
kedua yaitu bawang merah dari petani ternyata dipandang lebih efisien
langsung ke pengecer dan selanjutnya ke dibandingkan dengan saluran kedua.
konsumen. Margin pemasaran tertinggi

Petani bawang
merah

Penebas

Pedagang Pedagang Peda- Konsu-


Pengumpul di Pasar gang men
/Tengkulak Lokal Eceran

Pedagang Pedagang
besar/ Pedagan Konsu-
Psr Induk men
Pengirim Eceran
Jakarta

Pedagang Pasar Luar


Kota & Luar Jawa

Gambar 1. Alur Pemasaran Bawang Merah dari Tingkat Petani di Lokasi Kajian
Kabupaten Nganjuk-Jawa Timur, 2016

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 281


Kehadiran pedagang besar merah per hari atau sekitar 130 ton/hari.
(pengirim) dalam sistem tataniaga bawang Menurut informasi dari pedagang, bahwa
merah di Kabupaten Nganjuk memiliki harga bawang di Pasar Induk Jakarta
peran signifikan. Satu pedagang besar akan relatif stabil, jika kiriman bawang dari
dapat memasok bawang merah ke Pasar berbagai pedagang daerah masih
Induk kramat Jati dan Cibitung berkisar dibawah 15 truk perhari atau 97,5 ton/hari.
antara 1- 3 truk, dimana satu truk Namun jika kiriman bawang dari berbagai
berkapasitas 6,5 ton bawang merah. pedagang daerah lebih dari 15 truk, maka
Untuk mengirim bawang merah ke pasar kecenderungan harga bawang di Pasar
induk, biasanya pengirim akan mengontak Induk akan menurun karena terjadi over
terlebih dahulu pedagang lapak di pasar supply.
induk. Dengan mengetahui harga di pasar Adapun biaya lain yang harus
induk, maka pengirim akan memasang ditanggung pedagang besar/pengirim
harga pembelian ke petani atau penebas adalah: biaya lain dan karcis sebesar Rp
sesuai dengan harga yang ada di 59/kg). Pedagang juga harus
pedagang lapak pasar induk. Pedagang menanggung biaya penyusutan bawang
besar/pengirim biasanya akan membayar selama pengangkutan sebesar 60 kg per
bawang merah yang dibelinya ke petani truk atau sebesar Rp 167/kg. Selain itu,
sesuai harga kesepakatan saat transaksi pedagang pengirim juga harus membayar
sekitar 1-2 hari. Jika dalam masa komisi pada pedagang Lapak di Pasar
kesepakatan ternyata harga jatuh di Pasar Induk sebesar Rp 1.000/kg. Total biaya
Induk, maka hal itu menjadi yang harus dikeluarkan pedagang
tanggungjawab pedagang/pengirim. besar/pengirim diluar biaya penyusutan
Pada proses pembelian bawang sebesar Rp 1.735/kg. Dengan demikian
merah ke petani misalnya, pedagang marjin pemasaran yang diraih pedagang
besar/pengirim harus mengeluarkan biaya besar/pengirim tampaknya cukup kecil
seperti: karung (Rp 29/kg) dan ongkus kuli yaitu sebesar Rp 1.098/kg.
menaikan barang sebesar Rp 216/kg. Pedagang Lapak di Pasar Induk,
Adapun ongkos angkut bawang merah selain memperoleh komisi dari para
dari Nganjuk ke Pasar Induk Cibitung pengirim, juga akan memperoleh marjin
jakarta sebesar Rp 2.800.000/truk atau dari pemasaran bawang merah ke
sekitar Rp 431/kg. Umumnya pengirim pedagang yang membeli ke pedagang
akan menjual bawangnya ke pedagang pasar Induk. Umumnya pedagang yang
lapak di pasar induk yang merupakan membeli bawang merah merupakan para
pedagang langganannya. Pedagang lapak pedagang disekitar pasar induk sebagi
seperti halnya di Pasar Induk Cibitung pedagang yang nantinya bawang merah
mampu menyerap sekitar 20 truk bawang dijual ke para pengecer.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 282


Khusus penebas, yaitu merupakan 293/kg. Dengan harga tebasan yang lebih
pedagang yang menebas dari petani rendah dari harga rogolan saat panen,
untuk penjualan bawang merah ke serta biaya pemasaran Rp 245/kg maka
pedagang pengumpul/tengkulak akan diperoleh marjin pemasaran pada
mengeluarkan biaya: karung (Rp 29/kg), penebas sebesar Rp 1.678/kg.
ongkos angkut dan kuli sebesar Rp
Tabel 3. Kinerja Harga dan Marjin Pemasaran Bawang Merah dari Tingkat Petani,
Penebas dan Pengirim, 2006 (Rp/Kg)
Harga Harga Biaya Pemasaran Marjin
Susut
No. Pelaku Pemasaran Beli Jual dan Penanganan Pemasaran
(Rp/Kg)
(Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/kg) (Rp/Kg)
1 Petani - - 18.000 - -
2 Penebas - 17.000 19.000 322 1.678
3 Pengirim/Bandar 167 18.000 21.000 1.735 1.098
4. Pedagang Lapak - 21.000 25.000 2.000 2.000
Pasar Induk
Sumber: Data primer penelitian (2016)

Bila dilihat dari aspek kelembagaan ramai oleh penjual (pedagang besar) yang
pemasaran di pasar Sukomoro Kabupaten bertransaksi dengan pedagang yang
Nganjuk, bahwa saat ini volume bawang datang dari luar kota.
merah yang dipasarkan di pasar Makin banyaknya bandar besar
Sukomoro berkisar antara 18-25 ton/hari. yang langsung beli bawang merah ke
Volume tersebut tampaknya mengalami petani dan juga penebas beli bawang
penurunan dibandingkan dengan waktu 8- merah ke petani menyebabkan semakin
10 tahun yang lalu yang biasanya dapat sedikit petani yang menjual langsung
mencapai 50 ton/hari. Hal ini antara lain bawang merah ke pasar Sukomoro untuk
karena semakin intensifnya pola panen bertransaksi dengan pedagang. Namun
dengan sistem tebasan. beberapa petani tetap ada yang datang
Secara faktual bahwa semakin dari luar kota. Petani yang akan bertemu
berkembangnya sistem panen tebasan dengan pedagang dari luar kota biasanya
berdampak terhadap kelembagaan membawa monster /contoh dan bertemu
pemasaran pasar di Sukomoro yaitu: (a) dengan makelar yang terdapat di pasar.
Pendapatan pasar yang semakin menurun Di Pasar Sukomoro jumlah calo/makelar
akibat volume bawang merah yang masuk dapat mencapai 20 orang. Adapun jumlah
pasar menurun, (b) Semakin sedikitnya pedagang di pasar Sukomoro dapat
volume bawang merah yang dipasarkan mencapai 15-20 pedagang. Umumnya
menyebabkan banyak TK kuli pasar yang bawang merah yang masuk ke pedagang
menganggur dan angkutan pasar pasar cukup bervariasi, ada kualitas super
(transportasi) di pasar tidak optimal. sedang dan kecil (sortiran).
Sebelum tahun 1990-an, pasar Sukomoro

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 283


Pedagang kecil/tengkulak menjual 22.000/kg, dengan sejumlah biaya yang
ke pedagang di pasar Sukomoro dengan harus dikeluarkan. Adapun biaya yang
mengeluarkan ongkos angkutan dan kuli harus dikeluarkan sebesar Rp 121/kg,
sebesar Rp 106/kg. Marjin tataniaga yang dengan rincian: (a) Ongkos angkutan kuli
diraih pedagang pengumpul/tengkulak angkut Rp 106/kg dan retribusi serta
bawang hanya sebesar Rp 894/kg. timbangan sebesar Rp 15/kg. Oleh karena
Sementara pada pedagang pasar di Pasar itu, marjin tataniaga yang diperoleh hanya
Sukomoro, dengan harga beli Rp sebesar Rp 1.879/kg.
20.000/kg dan menjualnya seharga Rp

Petani bawang
merah

Makelar

Penebas

Pedagang Pedagang Peda- Konsu-


Pengumpul di Pasar gang men
/Tengkulak Sukomoro Eceran

Pedagang Pedagang
besar/ Pedagan Konsu-
Psr Induk
Pengirim Jakarta & Eceran men
Luar Jawa

Gambar 4. Alur Pemasaran Bawang Merah dari Tingkat Petani hingga Pedagang Pasar
Sukomoro Kabupaten Nganjuk-Jawa Timur, 2016

Adakalanya pedagang di pasar juga sortiran terutama untuk mengisi industri


menjual dengan ukuran grade (ukuran) bawang goreng dan indofood.
sedang dan kecil. Harga bawang merah Ada kecenderungan para pedagang
kualitas super misalnya seharga Rp besar/pengirim kurang menyukai
22.000/kg, maka untuk kualitas sedang mengirim atau membeli dari pedagang di
seharga Rp 18.000- Rp 19.000/kg dan pasar Sukomoro. Pengirim tidak
kualitas kecil (sortiran) Rp 5.000-Rp menyukai terhadap sikap pedagang
6.000/kg. Untuk bawang merah kualitas pasar yang seringkali berbuat tidak fair

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 284


yang mengatur bawang dengan yang ukurannya besar, sementara didalamnya
besar di pinggir karung (transparan) agar (karung) banyak yang kecil-kecil.
kelihatan isinya merupakan bawang yang
Tabel 4. Kinerja Harga dan Marjin Pemasaran Bawang Merah dari Tingkat Petani di Pasar
Sukomoro (Rp/Kg)
No. Pelaku Pemasaran Harga Beli Harga Jual Biaya Marjin
(Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg) (Rp/Kg)
1. Petani Rp 18.000
2. Pedagang kecil/tengkulak Rp 19.000 Rp 20.000 106 894
3. Pedagang Pasar Sukomoro Rp 20.000 Rp 22.000 44 1.879
Sumber: Data primer penelitian (2016)

4. SIMPULAN DAN SARAN (2) Marjin pemasaran yang diperoleh


4.1. Simpulan pada kelembagaan pemasaran
(1) Terdapat 2 alur rantai tataniaga berkisar antara Rp 894- Rp 2.000/kg.
bawang merah dari petani. Pada Harga jual pada kelembagaan
rantai pertama, petani menjual pemasaran di sentra produsen tidak
bawang merah ke penebas, menunjukan harga yang terlalu
selanjutnya penebas menjual bawang ekstrim dibandingkan dengan harga
merahnya ke pedagang di tingkat petani.
pengumpul/tengkulak atau menjual (3) Permasalahan yang muncul dengan
langsung ke pedagang besar seringnya ada fenomena lonjak harga
(pengirim ke luar kota/daerah). Pada di tingkat konsumen adalah akibat
Rantai kedua, petani dapat langsung tingginya harga jual selepas dari
menjual bawang merah ke pedagang pedagang di Pasar Induk Kramat
besar/pengirim. Selanjutnya bawang Jati/Cibitung.
merah yang diperoleh oleh pedagang 4.2. Saran
besar/pengirim selanjutnya dijual ke (1) Terkait dengan pemasaran bawang
Pasar Induk (PI) Kramat Jati- Jakarta merah di lokasi penelitian, perlu
atau PI Cibitung-Bekasi serta pasar diupayakan kebijakan agar harga
luar kota lainnya/luar Jawa. bawang merah tidak mengalami
Sementara, bawang merah yang fluktuasi yang terlalu ekstrim terutama
dibeli oleh pedagang pengumpul di tingkat konsumen. Peningkatan
kecil/tengkulak selanjutnya dijual ke harga yang tinggi saat ini tidak
pedagang pasar lokal termasuk ke memiliki dampak simetris terhadap
Pasar Sukomoro Nganjuk. peningkatan harga di tingkat petani.
Berdasarkan alur tersebut, tampak Artinya transmisi harga di tingkat
bahwa alur pertama, pemasaran pedagang besar dipasar induk dan
bawang merah dari petani cukup eceran tidak mulus sampai di tingkat
pendek/ringkas. petani.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 285


(2) Dalam pemasaran bawang merah Badan Litbang Pertanian. 2008. Prospek
dan Arah pengembangan Agribisnis
diperlukan kehadiran pemerintah
Bawang Merah. Badan Penelitian
dalam menangani pembelian bawang dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta.
merah. Pemerintah dapat
Berger, P and Bechman, 1966. The Social
memberdayakan kelompoktani/ Construction of Reality . New York.
Doubble D.
gapoktan dalam pembelian bawang Creswell, John W. 1994. Research Design:
merah tersebut dengan pola sistem Qualitative and Quantitative Research
Approach. Sage Publication.
resi gudang. Berbeda dengan dengan Dewi, E. 2015. Analisa Usahatani dan
sistem resi gudang yang ada, dimana Efisiensi Pemasaran Bawang Prei
(Allium Porrum Bl.) di Kecamatan
pola yang diusulkan yaitu Ngantru Kabupaten Tulungagung.
terbangunnya kerjasama antara Jurnal Agribisnis Fakultas Pertanian
Unita 11(13): 29-44.
kelembagaan gapoktan dengan Dilon, H.S. 2008. Manejemen Distribusi
petani bawang merah. Gapoktan Produk Produk Agroindustri,
Suranaya: Percetakan TI ITS.
diharapkan dapat berperan dalam Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur.
menjualkan bawang merah petani 2016. Data Perkembangan Luas
Panen, Produksi dan Produktivitas
dengan jaminan dana talangan dari di Jawa Tumur. Dinas Pertanian
pemerintah. Petani akan mendapat Provinsi Jawa Timur, Surabaya.
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur.
resi atas jaminan bawang yang 2016. Pengembangan Bawang
diserap oleh gapoktan melalui sistem Merah di Jawa Timur. Dinas
Pertanian Provinsi Jawa Timur,
resi gudang. Bawang merah petani Surabaya.
tetap disimpan di rumah petani dan Granovetter, Mark dan Richard Sedberg
(ed). 1992. The Sociology of
dijaga petani. Pada saat harga Economics Life. Westview Press;
bawang tinggi, gapoktan akan Boulder, San Fransisco, Oxford.
Kuma’at, R. 1995. Sistem Pemasaran
menjual bawang merah sehingga Sayuran Dataran Tinggi di Provinsi
dapat memberikan keuntungan bagi Sulawesi Utara. Thesis
Pascasarjana IPB. Bogor.
petani. Limbong, W.H. dan P. Sitorus. 1995.
Kajian Pemasaran Komoditi
Pertanian Andalan. Sosek Pertanian
5. DAFTAR PUSTAKA IPB, Bogor.
Ali, E., C. Talumingan, P. A. Reza Kesuma, R., W.A, Zakaria, dan S.
Pangemanan, dan R.M.Kumaat. Situmorang. 2015. Analisis
2015. Efisiensi Pemasaran Bawang Usahatani dan Pemasaran Bawang
Merah di Desa Tonsewer Merah di Kabupaten Tanggamus.
Kecamatan Tompaso Barat Jurnal JIIA 4(1): 1-7.
Kabupaten Minahasa. Jurnal ASE–
Volume 11(2A): 21-32.
Arman, S dan Afandi. 2016. Analisis
Pemasaran Bawang Merah di Desa
Oloboju Kecamatan Sigi Biromaru
Kabupaten Sigi. e-J. Agrotekbis
4(1): 75-83.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 286


FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENAWARAN DAGING SAPI
DI KABUPATEN CIAMIS

Agus Yuniawan Isyanto dan Sudrajat

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: gus_yun69@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang


berpengaruh terhadap penawaran daging sapi di Kabupaten Ciamis. Penelitian dilaksanakan
dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif menggunakan analisa data sekunder yang
diperoleh melalui penelusuran pustaka maupun publikasi dari dinas/instansi terkait. Analisis
dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi linier berganda dimana pendugaan parameter
dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 16.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga daging sapi, harga daging ayam, populasi sapi
potong tahun sebelumnya, curah hujan, pengeluaran sapi potong, jumlah pemotongan dan jumlah
peternak sapi potong berpengaruh signifikan terhadap penawaran daging sapi. Sedangkan
produksi daging sapi tahun sebelumnya dan pemasukan sapi potong tidak berpengaruh signifikan
terhadap penawaran daging sapi.
Kata kunci: Daging sapi, Faktor-faktor, Penawaran

1. PENDAHULUAN (Saptana dan Ilham, 2015). Jika tidak ada


Peningkatan jumlah penduduk yang upaya untuk meningkatkan produksi
diiringi dengan perkembangan ekonomi, daging sapi dalam negeri, maka
perbaikan tingkat pendidikan, perubahan ketergantungan terhadap impor akan
gaya hidup dan selera masyarakat (Putra terus meningkat (Ilham dan Saliem, 2011;
dan Rustariyuni, 2015; Priyanto, 2011) Ashari, dkk., 2012) yang mengakibatkan
serta meningkatnya kesadaran akan pengurasan devisa (Ilham, dkk., 2002).
pentingnya mengonsumsi nutrisi asal Apabila pengembangan peternakan
ternak (Ariningsih, 2014) mengakibatkan dilakukan dengan program yang bersifat
peningkatan kebutuhan terhadap daging konvensional seperti selama ini, maka
sapi. Total konsumsi daging sapi selama 5 dapat dipastikan impor tidak bisa
tahun (2010-2014) mengalami kenaikan dibendung (Nuhung, 2015).
yang cukup signifikan dengan rerata Industri peternakan sapi potong
503,79 (ribu ton) per tahun (Jiuhardi, merupakan basis ekonomi yang
2016). berpotensi tinggi dalam meningkatkan
Peningkatan konsumsi daging sapi pertumbuhan ekonomi yang bersumber
tersebut tidak diimbangi dengan dari sisi permintaan maupun penawaran.
peningkatan produksi daging sapi Dari sisi permintaan, produk industri sapi
nasional (Pakpahan, 2012; Setiyono, dkk., potong ditentukan oleh faktor tingkat
2007 dalam Isyanto, dkk., 2013) yang pendapatan, jumlah dan laju pertumbuhan
semakin menurun (Paly, 2013), sehingga penduduk, semakin banyaknya jumlah
kekurangannya masih harus diimpor penduduk kelas menengah atas,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 287


fenomena urbanisasi dan segmentasi Model empiris yang digunakan
pasar, serta meningkatnya pengetahuan dalam menentukan faktor-faktor yang
gizi masyarakat. Dari sisi penawaran, berpengaruh terhadap penawaran daging
jumlah pasokan ditentukan oleh faktor- sapi adalah sebagai berikut:
faktor populasi ternak sapi potong, ln Y = 0 + 1lnX1 + 2lnX2 + 3lnX3 +
produktivitas, dan daya saing produk 4lnX4 + 5lnX5 + 6lnX6 + 7lnX7
berbasis sapi potong (Saptana dan Ilham, + 8lnX8 + 9lnX9 +ei
2015). Pilihan kebijakan pengembangan Dimana:
ekonomi daging sapi nasional adalah Y = Produksi daging sapi (Kg)
X1 = Harga daging sapi (Rp/Kg)
strategi substitusi impor(inward-looking X2 = Harga daging ayam (Rp/Kg)
strategy) dengan sasaran mencegah X3 = Populasi sapi tahun
sebelumnya (Ekor)
ketergantungan impor yang tinggi melalui X4 = Produksi daging sapi tahun
pengembangan sumber-sumber produksi sebelumnya (Kg)
X5 = Curah hujan (mm/tahun)
dan penawaran dalam negeri (Rusastra, X6 = Pemasukan (ekor/tahun)
2014). Beberapa penelitian mengenai X7 = Pengeluaran (ekor/tahun)
X8 = Pemotongan (ekor/tahun)
penawaran menunjukkan bahwa faktor- X9 = Jumlah peternak (orang/tahun)
faktor yang berpengaruh terhadap  = Koefisien regresi
penawaran adalah: harga daging sapi, Pendugaan parameter dengan
populasi sapi dan lag penawaran daging menggunakan program SPSS versi 16.
sapi (Ilham, dkk., 2002); produksi daging
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sapi potong tahun sebelumnya dan harga
Hasil analisis faktor-faktor yang
daging sapi (Priyanti, dkk., 2012).
berpengaruh terhadap penawaran daging
Berdasarkan uraian tersebut di atas,
sapi di Kabupaten Ciamis disajikan pada
maka tujuan penelitian ini adalah untuk
Tabel 1.
mengidentifikasi faktor-faktor yang
Tabel 1. Faktor-faktor yang Berpengaruh
berpengaruh terhadap penawaran daging Terhadap Penawaran Daging Sapi
sapi di Kabupaten Ciamis. di Kabupaten Ciamis
Nilai Standar
Variabel t-hit
Parameter deviasi
2. METODE PENELITIAN Konstanta -1877,684 534,097 13,516
X1 0,103 0,012 8,297**
X2 0,111 0,015 7,454**
Penelitian ini dilaksanakan dengan X3 0,427 0,029 14,899*
X4 -0,118 0,180 -0,658
menggunakan metode penelitian deskriptif X5 0,205 0,055 3,754***
X6 0,020 0,047 0,428
X7 -0,237 0,047 -5,079**
dengan pendekatan analisis data X8 0,191 0,013 14,919*
X9 -1,027 0,069 -14,962*
sekunder berupa data time series tahun R = 0,999
2
R = 0,998
Fhit = 72,903**
2002-2012.
Sumber: BPS Kabupaten Ciamis, 2003-2016
*,**,*** signifikan pada α 0,01; 0,05; 0,10

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 288


Nilai R2 sebesar 0,998 menunjukkan menunjukkan bahwa variabel harga beras
bahwa variasi perubahan dalam variabel pada tahun sebelumnya berpengaruh
terikat dipengaruhi sebesar 99,80% oleh nyata terhadap variabel penawaran padi
variasi perubahan variabel bebas yang gogo di Kabupaten Karanganyar.
dimasukkan ke dalam model, sedangkan Harga output yang fluktuatif akan
sisanya sebesar 0,20% dipengaruhi oleh berdampak negatif kepada kelembagaan
variabel lain yang tidak dimasukkan ke peternakan rakyat (Sejati, 2011). Pada
dalam model. kebanyakan komoditas pertanian, harga
Analisis secara simultan output tidak dapat dipastikan saat produk
menunjukkan bahwa seluruh variabel itu ditanam. Petani harus mengambil
bebas berpengaruh sangat signifikan keputusan produksi berdasarkan
terhadap penawaran daging sapi di pengalaman masa lalu. Hal ini mengacu
Kabupaten Ciamis. Sedangkan analisis adanya bedakala (lag) antara dua periode,
secara parsial menunjukkan bahwa yaitu saat menanam dan saat panen.
variabel harga daging sapi, harga daging Respon petani terjadi setelah bedakala
ayam, populasi sapi potong tahun sebagai dampak perubahan harga input,
sebelumnya, jumlah pemotongan dan output, dan kebijakan pemerintah. Petani
jumlah peternak sapi potong berpengaruh tidak akan dapat segera menyesuaikan
signifikan terhadap penawaran daging kegiatan produksi mereka sebagai respon
sapi. Sedangkan variabel produksi daging setelah adanya stimulus pasar. Hal ini
sapi tahun sebelumnya, curah hujan, terjadi karena alasan-alasan sebagai
pemasukan dan pengeluaran sapi potong berikut: (1) Secara psikologis, adanya
tidak berpengaruh signifikan terhadap hambatan melakukan perubahan karena
penawaran daging sapi. terbiasa dengan perilaku lama. Di sini
Harga daging sapi tahun muncul faktor kelembaman (inersia)
sebelumnya (X1) berpengaruh positif dan dalam menyesuaikan diri terhadap
signifikan terhadap penawaran daging perubahan, (2) Penyesuaian parsial
sapi di Kabupaten Ciamis. Elastisitas karena adanya kuota produksi dan
harga daging sapi tahun sebelumnya ketersediaan sarana pendukung berupa
sebesar 0,103 menunjukkan bahwa kredit usahatani. Jika terjadi perubahan
peningkatan harga daging sapi sebesar harga faktor produksi maka petani
10% akan meningkatkan jumlah daging memerlukan waktu untuk melakukan
sapi yang ditawarkan sebesar 1,03%. subtitusi input, dan (3) Adanya kendala
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil kelembagaan, contohnya kontrak, dimana
penelitian dari Bachtiar, et al (2014), selama masa kontrak pihak yang terlibat
Ardiati (2012) dan Hartono (2008). Hasil harus menaatinya (Hermawan dan Adam,
penelitian Pramesty, dkk. (2016) 2010).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 289


Peningkatan harga pangan jika tidak tahun sebelumnya sebesar -0,118
diikuti dengan peningkatan akses menunjukkan bahwa peningkatan
terhadap pangan akan meningkatkan produksi daging sapi tahun sebelumnya
kondisi rawan pangan. Oleh karena itu, sebesar 10% akan menurunkan jumlah
kebijakan yang dilakukan tidak hanya daging sapi yang ditawarkan sebesar
difokuskan pada masalah produksi yang 1,18%. Hasil penelitian ini sesuai dengan
dapat meningkatkan penawaran yang hasil penelitian Ardiati (2012). Hasil
berdampak kepada penurunan harga, penelitian ini menunjukkan bahwa
namun juga dilakukan dengan produksi daging sapi tahun sebelumnya
mengurangi tingkat kemiskinan (Saliem tidak mampu meningkatkan jumlah
dan Kustiari, 2012). penawaran daging sapi.
Harga daging ayam (X2) Curah hujan (X5) berpengaruh positif
berpengaruh positif dan signifikan dan signifikan terhadap penawaran daging
terhadap penawaran daging sapi di sapi di Kabupaten Ciamis pada taraf
Kabupaten Ciamis.Elastisitas harga kepercayaan 10%. Elastisitas curah hujan
daging ayam sebesar 0,111 menunjukkan sebesar 0,205 menunjukkan bahwa
bahwa peningkatan harga daging sapi peningkatan curah hujan sebesar 10%
sebesar 10% akan meningkatkan jumlah akan meningkatkan jumlah daging sapi
daging sapi yang ditawarkan sebesar yang ditawarkan sebesar 2,05%. Hasil
1,11%. penelitian ini sesuai dengan hasil
Populasi sapi potong tahun penelitian Evandari, dkk. (2016) yang
sebelumnya (X3) berpengaruh positif dan menunjukkan bahwa curah hujan
sangat signifikan terhadap penawaran berpengaruh positif dan signifikan
daging sapi di Kabupaten Ciamis. terhadap penawaran tembakau di
Elastisitas populasi sapi potong tahun Kabupaten Klaten. Pramesty, dkk. (2016)
sebelumnya sebesar 0,427 menunjukkan menyatakan bahwa curah hujan
bahwa peningkatan populasi sapi potong merupakan faktor yang sulit diprediksi
tahun sebelumnya sebesar 10% akan oleh petani. Tidak menentunya hujan yang
meningkatkan jumlah daging sapi yang datang bisa mengganggu produktivitas
ditawarkan sebesar 4,27%. Hasil tanaman.
penelitian ini sesuai dengan hasil Pemasukan ternak sapi potong ke
penelitian Ardiati (2012). dalam wilayah Kabupaten Ciamis (X6)
Produksi daging sapi tahun berpengaruh positif namun tidak signifikan
sebelumnya (X4) berpengaruh negatif terhadap penawaran daging sapi di
namun tidak signifikan terhadap Kabupaten Ciamis. Elastisitas pemasukan
penawaran daging sapi di Kabupaten ternak sapi potong sebesar 0,020
Ciamis.Elastisitas produksi daging sapi menunjukkan bahwa peningkatan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 290


pemasukan sapi potong ke dalam wilayah Hal ini menunjukkan bahwa
Kabupaten Ciamis sebesar 10% akan peningkatan populasi sapi potong
meningkatkan jumlah daging sapi yang disebabkan oleh peningkatan jumlah sapi
ditawarkan sebesar 0,20%. potong yang dipelihara per peternak, dan
Pengeluaran sapi potong dari bukan disebabkan oleh penambahan
wilayah Kabupaten Ciamis (X7) jumlah peternak. Dengan kata lain,
berpengaruh negatif dan signifikan peternak sapi potong di Kabupaten Ciamis
terhadap penawaran daging sapi di secara umum memiliki kemampuan teknis
Kabupaten Ciamis. Elastisitas dan manajerial yang rendah dalam
pengeluaran ternak sebesar -0,237 pemeliharaan ternak sapi potong.
menunjukkan bahwa peningkatan peningkatan kemampuan teknis dan
pengeluaran ternak sapi potong ke luar manajerial perlu dilakukan melalui
wilayah Kabupaten Ciamis sebesar 10% kegiatan penyuluhan, bimbingan teknis,
akan menurunkan jumlah daging sapi pelatihan dan lain-lain. Menurut Sejati
yang ditawarkan sebesar 2,37%. (2014), peningkatan efisiensi peternakan
Pemotongan sapi potong (X8) rakyat dapat dilakukan melalui revitalisasi
berpengaruh positif dan sangat signifikan program penyuluhan peternakan dalam
terhadap penawaran daging sapi di perspektif peningkatan kemampuan
Kabupaten Ciamis.Elastisitas pemotongan manajerial.
sapi potong sebesar 0,191 menunjukkan
bahwa peningkatan pemotongan sapi 4. SIMPULAN DAN SARAN
potong sebesar 10% akan meningkatkan 4.1. Simpulan
jumlah daging sapi yang ditawarkan Harga daging sapi, harga daging
sebesar 1,91%. ayam, populasi sapi potong tahun
Jumlah peternak sapi potong (X9) sebelumnya, curah hujan, pengeluaran
berpengaruh negatif dan sangat signifikan sapi potong, jumlah pemotongan dan
terhadap penawaran daging sapi di jumlah peternak sapi potong berpengaruh
Kabupaten Ciamis. Semakin banyak signifikan terhadap penawaran daging
jumlah peternak sapi potong, maka sapi. Sedangkan produksi daging sapi
ssemakin rendah penawaran daging sapi. tahun sebelumnya dan pemasukan tidak
Elastisitas jumlah peternak sapi potong berpengaruh signifikan terhadap
sebesar -1,027 menunjukkan bahwa penawaran daging sapi.
peningkatan jumlah peternak sapi potong
sebesar 10% akan menurunkan jumlah 4.2. Saran
daging sapi yang ditawarkan sebesar Perlu dipertimbangkan adanya
10,27%. subsidi harga output berupa subsidi pada
harga daging sapi, sehingga harga yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 291


diterima oleh konsumen tidak terlalu Hartono, G. 2008. Analisis Penawaran
Ayam Pedaging di Tingkat Petani di
tinggi. Dengan kata lain, subsidi harga
Kecamatan Suruh Kabupaten
output ini dapat meningkatkan pembelian Semarang. Jurnal Pengembangan
Peternakan Tropis, 33(1): 41-50.
daging sapi oleh konsumen, sehingga
Hermawan, I., dan Adam, L. 2010.
penawaran daging sapi akan meningkat Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Penawaran dan
pula.
Permintaan Serat Kapas di
Indonesia. Jurnal Ekonomi &
Kebijakan Publik, 1(1): 101-128.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Ilham, N., dan Saliem, H.P. 2011.
Ucapan terima kasih disampaikan Kelayakan Finansial Sistem
Integrasi Sawit-Sapi Melalui
kepada Lembaga Penelitian dan
Program Kredit Usaha Pembibitan
Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Sapi. Analisis Kebijakan Pertanian,
9(4): 349-369.
Universitas Galuh yang telah membiayai
Ilham, N., Hastuti, S., dan Karyasa, I.K.
penelitian ini. 2002. Pendugaan Parameter dan
Elastisitas Penawaran dan
Permintaan Beberapa Jenis Daging
6. DAFTAR PUSTAKA di Indonesia. JAE, 20(2): 1-23.
Isyanto, A.T., Semaoen, M.I., Hanani, N.,
Ardiati, A. 2012. Penawaran Daging Sapi
dan Syafrial. 2013. Measurement of
di Indonesia (Analisis Proyeksi
Farm Level Efficiency of Beef Cattle
Swasembada Daging Sapi 2014).
Fattening in West Java Province,
Program Magister Perencanaan dan
Indonesia. Journal of Economics
Kebijakan Publik, Kekhususan
and Sustainable Development 4(10):
Manajemen Sektor Publik, Fakultas
100-104.
Ekonomi, Universitas Indonesia.
Jiuhardi. 2016. Kajian Tentang Impor
Jakarta. Tesis. Tidak Dipublikasikan.
Daging Sapi di Indonesia. Forum
Ariningsih, E. 2014. Kinerja Kebijakan
Ekonomi, 17(2): 75-91.
Swasembada Daging Sapi Nasional.
Nuhung, I.A. 2015. Kinerja, Kendala, dan
Forum Penelitian Agro Ekonomi,
Strategi Pencapaian Swasembada
32(2): 137-156.
Daging Sapi. Forum Penelitian Agro
Ashari, Nyak Ilham, dan Sri Nuryanti.
Ekonomi, 33(1): 63–80.
2012. Dinamika Program
Pakpahan, A.R.S. 2012. Analisis Faktor-
Swasembada Daging Sapi:
faktor yang Mempengaruhi Impor
Reorientasi Konsepsi dan
Daging Sapi di Indonesia.
Implementasi. Analisis Kebijakan
Economics Development Analysis
Pertanian, 10(2): 181-198.
Journal, 1(2): 1-14.
Bachtiar, R.R., Chang, W., Anindita, R.,
Paly, B. 2013. Pertumbuhan Gross dan
dan Mustadjab, M. 2014. Supply
Net Populasi Ternak Sapi di
Response and Corn Price Volatility
Sulawesi Selatan. Biogenesis, 1(1):
in Indonesia. Greener Journal of
33-40.
Business and Management Studies,
Pramesty, M.A.P., Suwarto, dan Sundari,
4(3): 058-069.
M.T. 2016. Analisis Penawaran Padi
BPS Kabupaten Ciamis. 2003-2016.
Gogo (Oryza Sativa) di Kabupaten
Ciamis Dalam Angka. Ciamis:
Karanganyar. Agrista, 4(1): 68-78.
Badan Pusat Statistik.
Priyanti, A., Mahendri, I.G.A.P., dan
Evandari, N., Setyowati, dan Ani, S.W.
Kusnadi, U. 2012. Dinamika
2016. Analisis Penawaran
Produksi Daging Sapi di Wilayah
Tembakau (Nicotiana Tabacum Var.
Sentra Usaha Sapi Potong di
Vorstenlanden) di Kabupaten
Indonesia.Prosiding Seminar
Klaten. Agrista, 4(1): 49-56.
Nasional “Petani dan Pembangunan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 292


Pertanian”, Pusat Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Kementerian Pertanian,
573-589.
Priyanto, D. 2011. Strategi
Pengembangan Usaha Ternak Sapi
Potong Dalam Mendukung Program
Swasembada Daging Sapi dan
Kerbau Tahun 2014. Jurnal Litbang
Pertanian, 30(3): 108-116.
Putra, A.A.B.S.O.P., dan Rustariyuni, S.D.
2015. Pengaruh Kurs Dollar Amerika
Serikat, Harga Impor, Harga
Domestik, Jumlah Produksi
Terhadap Volume Impor Daging
Sapi di Indonesia Tahun 1998-2013.
E-Jurnal EP Unud, 4(9): 1048-1062.
Rusastra, I.W. 2014. Perdagangan Ternak
dan Daging Sapi: Rekonsiliasi
Kebijakan Impor dan Revitalisasi
Pemasaran Domestik. Forum
Penelitian Agro Ekonomi, 32(1): 59-
71.
Saliem, H.P. dan Kustiari, R. 2012.
Prospek Penawaran dan
Permintaaan Pangan Nasional
Menghadapi Tantangan Global.
Pangan, 21(1): 1-16.
Saptana dan Ilham, N. 2015.
Pengembangan Sistem Integrasi
Tanaman Tebu-Sapi Potong di Jawa
Timur. Analisis Kebijakan Pertanian,
13(2): 147-165.
Sejati, W.K. 2011. Analisis Kelembagaan
Rantai Pasok Teluar Ayam Ras
Peternakan Rakyat di Jawa Barat.
Analisis Kebijakan Pertanian, 9(2):
183-198.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 293


ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN EMPING MELINJO
(Studi Kasus pada Perusahaan Sari Rasa di Desa Beber
Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis)

Ai Husnul Khotimah

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: aihusnulkhotimah2@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: (1) Saluran pemasaran emping melinjo pada
Perusahaan Sari Rasa di Desa Beber Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis, (2) Besarnya
biaya, marjin dan keuntungan pemasaran emping melinjo pada Perusahaan Sari Rasa di Desa
Beber Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis, dan (3) Besarnya bagian harga yang diterima
produsen (producer’s share) agroindustri emping melinjo pada Perusahaan Sari Rasa dari harga
eceran.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Data yang diperoleh
terdiri atas data primer dan sekunder. Jumlah responden sebanyak 2 orang, yaitu satu orang
produsen dan satu orang pedagang pengecer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat satu saluran pemasaran, yaitu Produsen –
Pedagang Pengecer – Konsumen, (2) Pedagang pengecer membeli emping melinjo dengan harga
Rp 35.000,00 per kilogram dan dijual kembali kepada konsumen akhir dengan harga Rp 40.000,00
per kilogram sehingga marjin pemasaran Rp 5.000,00 per kilogram. Dengan biaya pemasaran
Rp1.100,00 per kilogram, maka keuntungan pemasaran Rp 3.900,00 per kilogram, dan (3) Harga
jua lemping di produsen adalah Rp 35.000,00 per kilogram dan di pedagang besar Rp 40.000,00
per kilogram, maka besarnya nilai Producer’s Share emping melinjo adalah 87,5 persen.

Kata Kunci: Marjin, Saluran Pemasaran, Emping Melinjo

1. PENDAHULUAN modernisasi pertanian. Modernisasi di


Industrialisasi pertanian dikenal dengan sector industry dalam skala nasional
nama agroindustri, dimana agroindustri dapat meningkatkan penerimaan nilai
dapat menjadi salah satu pilihan strategis tambah sehingga pendapatan ekspor
dalam menghadapi masalah dalam upaya akan lebih besar (Saragih, 2004).
peningkatan perekonomian masyarakat di Di Indonesia, melinjo merupakan tanaman
perdesaan serta mampu menciptakan yang tumbuh tersebar di mana-mana,
kesempatan kerja bagi masyarakat yang serta banyak ditemukan di tanah-tanah
hidup di perdesaan. pekarangan penduduk desa maupun
Sektor industri pertanian merupakan suatu penduduk perkotaan.
sistem pengelolaan secara terpadu antara Kabupaten Ciamis memiliki potensi besar
sektor pertanian dengan sektor industri untuk pengembangan emping melinjo. Hal
guna mendapatkan nilai tambah dari hasil ini didukung dengan cocoknya budidaya
pertanian. Agroindustri merupakan usaha melinjo hampir di semua wilayah yang ada
untuk meningkatkan efisiensi sektor di Kabupaten Ciamis. Banyaknya pohon
pertanian hingga menjadi kegiatan yang yang menghasilkan pada tahun 2016 di
sangat produktif melalui proses Kabupaten Ciamis sebanyak 45.311

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 294


pohon dengan produksi sebanyak 16.599 Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan
kuintal (Dinas Pertanian Tanaman Pangan untuk mengetahui: (1) Saluran pemasaran
Kabupaten Ciamis, 2016). emping melinjo pada Perusahaan Sari
Menurut data Disperindagkop dan UMKM Rasa di Desa Beber Kecamatan
Kabupaten Ciamis (2016), terdapat 30 unit Cimaragas Kabupaten Ciamis, (2)
usaha emping melinjo yang tersebar di 15 Besarnya biaya, marjin dan keuntungan
kecamatan dan 24 desa dengan bahan pemasaran emping melinjo pada
baku yang dibutuhkan sebanyak 758 Perusahaan Sari Rasa di Desa Beber
kilogram per hari. Di Desa Beber Kecamatan Cimaragas Kabupaten
Kecamatan Cimaragas terdapat seorang Ciamis, dan (3) Besarnya bagian harga
perajin dengan kebutuhan bahan baku yang diterima produsen (producer’s share)
sebanyak 32 kilogram per hari. Perajin ini emping melinjo pada Perusahaan Sari
mengolah emping melinjo dalam Rasa dari harga eceran.
kapasitas besar dan kontinu serta telah
memiliki nama perusahaan yaitu Sari 2. METODE PENELITIAN
Rasa Penelitian ini dilaksanakan dengan
Peningkatan hasil produksi berkaitan erat menggunakan metode studi kasus,
dengan pemasaran. Meningkatnya dengan mengambil kasus pada
produksi harus dapat meningkatkan Perusahaan Sari Rasa di Desa Beber
tingkat pendapatan pengusaha khususnya Kecamatan Cimaragas Kabupaten
dan petani pada umumnya. Untuk Ciamis. Studi kasus bertujuan untuk
mencapai sasaran tersebut, kenaikan mengembangkan metode kerja paling
produksi yang bersaing dengan produk efisien, peneliti mengadakan telaah
lain tanpa diimbangi dengan sistem secara mendalam, kesimpulan hanya
pemasaran yang baik justru akan berlaku atau terbatas pada kasus tertentu
berakibat menurunnya pendapatan karena saja atau tidak dapat digeneralisasikan
jatuhnya harga (Anief, 2002). sehingga produktivitas penelitian lebih
Salah satu cara untuk mempelajari tinggi (Iskandar, 2009).
apakah suatu sistem pemasaran telah Variabel-variabel yang digunakan dalam
bekerja secara efisien dalm suatu struktur penelitian ini adalah:
pasar tertentu adalah dengan melakukan - Produsen emping melinjo adalah
analisis terhadap biaya dan marjin perusahaan yang memproduksi emping
pemasaran, serta analisis terhadap yang berasal dari bahan dasar melinjo.
penyebaran harga dari tingkat produsen - Saluran pemasaran adalah tata urutan
ke tingkat konsumen (SwasthadanIrawan, atau jalur pemasaran emping melinjo
2005) dari produsen sampai ke konsumen
akhir.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 295


- Marjin pemasaran adalah perbedaan tingkat lembaga pemasaran dalam
atau selisih harga yang dibayarkan menyalurkan produk emping melinjo.
konsumen dengan harga yang diterima - Lembaga pemasaran adalah orang,
produsen, dinyatakan dengan satuan perusahaan atau lembaga yang terlibat
rupiah per kilogram. langsung dalam pengaliran emping
- Keuntungan lembaga pemasaran melinjo dari produsen sampai
adalah selisih antara marjin pemasaran konsumen.
dengan biaya pemasaran emping - Pedagang besar adalah pedagang
melinjo di masing-masing lembaga yang membeli produk emping dalam
pemasaran, dinyatakan dalam satuan jumlah besar dari pedagang
rupiah per kilogram (Rp/Kg). pengumpul atau langsung dari
- Biaya pemasaran adalah biaya yang produsen.
dikeluarkan oleh produsen atau - Konsumen akhir adalah pembeli
lembaga pemasaran dalam proses emping melinjo dari produsen atau
pergerakan emping melinjo dari tangan pedagang pengecer untuk kegiatan
produsen ke tangan konsumen akhir, konsumsi bukan kegiatan produksi.
yang terdiri atas: - Volume penjualan adalah volume
a) Biaya bongkar muat dan kuli angkut produk yang dijual oleh perantara atau
yaitu biaya yang dikeluarkan bagi lembaga pemasaran, dinyatakan dalam
penggunaan kuli angkut, dinilai satuan kilogram (Kg).
dalam satuan rupiah per kilogram - Volume pembelian adalah volume
(Rp/Kg). produk yang dibeli oleh perantara atau
b) Biaya penyusutan adalah biaya lembaga pemasaran, dinyatakan dalam
yang diperhitungkan oleh lembaga satuan kilogram (Kg).
pemasaran untuk mengutip kerugian - Harga beli adalah harga yang
akibat adanya kerusakan selama dibayarkan oleh masing-masing
proses pemasaran seperti susut dan lembaga pemasaran atau konsumen
hilang, dinilai dalam rupiah per guna mendapatkan barang-barang
kilogram (Rp/Kg).Untuk menghitung yang diinginkan, dihitung dalam satuan
biaya penyusutan menggunakan rupiah per kilogram (Kg).
rumus sebagai berikut (Angipora, - Harga jual adalah harga yang diterima
2002): oleh masing-masing lembaga
pemasaran atau produsen sebagai
pengganti atas komoditi yang
dipasarkannya, dihitung dalam satuan
- Total biaya adalah jumlah semua rupiah per kilogram (Rp/Kg).
korbanan ekonomis yang dicurahkan di

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 296


- Penyusutan adalah besarnya jumlah π = Mm- TC
barang yang tidak tersalurkan selama Dimana:
proses pemasaran produk, dan Mm : Marjin pemasaran di tingkat produsen
π : Keuntungan di tingkat lembaga
dihitung dalam satuan kilogram per pemasaran
satu kali penjualan. TC : Total Cost (total biaya pemasaran di
tingkat lembaga pemasaran)
- Producer’s Share adalah bagian harga
yang diterima produsen yang 4) Untuk mengetahui bagian harga yang
dinyatakan dalam persen. diterima produsen (Producer’s share)
Jumlah responden sebanyak 2 orang, menggunakan rumus (Angipora, 2002):
yaitu satu orang produsen dan satu orang
pedagang pengecer. Data yang diperoleh
dianalisis sebagai berikut: Dimana :
PS : Bagian harga yang diterima produsen
1) Untuk mengetahui saluran pemasaran (Producer’s share)
Pf : Harga di tingkat produsen (Rp/kg)
emping melinjo digunakan analisis Pe : Harga di tingkat lembaga pemasaran
deskripitif kualitatif. (Rp/kg)

2) Untuk mengetahui marjin pemasaran


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan rumus menurut
3.1. Saluran Pemasaran Emping Melinjo
(Angipora, 2002) sebagai berikut:
Pemasaran emping melinjo dari Desa
Mm = Pe - Pf
Beber Kecamatan Cimaragas Kabupaten
Dimana :
Ciamis melalui satu saluran pemasaran,
Mm : Marjin pemasaran di tingkat produsen
Pe : Harga produk di tingkat lembaga dimana pelakup emasaran yang terlibat
pemasaran (Rp/kg)
Pf : Harga produk ditingkat produsen
dalam saluran pemasaran dari produsen
(Rp/kg) ke tangan konsumen adalah pedagang
pengecer (Gambar 1).
3) Dalam marjin pemasaran terdapat dua
komponen, yaitu komponen biaya dan
komponen keuntungan, maka:
Mm = π+TC

Produsen Pedagang Pengecer Konsumen Akhir

Gambar 1. Saluran Pemasaran Emping Melinjo

3.2. Biaya Pemasaran pada Pedagang melinjo dengan jumlah volume beli dan
Pengecer volume jual 25 kilogram. Pedagang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengecer membeli dengan harga Rp
pedagang pengecer membeli emping 35.000,00 per kilogram dan dijual ke

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 297


konsumen akhir dengan harga Rp
40.000,00 per kilogram. Jenis biaya yang Producer’s Share atau Persentase
Bagian Harga yang Diterima Produsen
dikeluarkan oleh pedagang besar dapat
dilihat pada Tabel 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Tabel 1. Rata-rata Biaya harga jual emping di produsen adalah Rp
Pemasaran pada Pedagang Pengecer
35.000,00 per kilogram dan di pedagang
Besarnya biaya
No Jenis biaya Persentase besar Rp 40.000,00 per kilogram, maka
Rp/Kg
(%)
1 Kuli Angkut 400,00 36,37 besarnya nilai Producer’s Share emping
2 Penyimpanan 600,00 54,54 melinjo adalah :
3 Pengemasan 100,00 9,09
Jumlah 1.100,00 100,00 Producer’s Share = x 100 %

Tabel 1 menunjukkan bahwa besarnya Producer’s Share = x 100 %

biaya pemasaran emping melinjo di Producer’s Share = 87,5 %


pedagang pengecer Rp 1.100,00. Jenis Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
biaya tersebut antara lain biaya kuli nilai Producer’s Share adalah 87,5
angkut Rp 400,00 per kilogram atau persen, artinya besarnya bagian harga
36,37 persen, biaya penyimpanan Rp yang diterima produsen adalah 87,5
600,00 per kilogram atau 54,54 persen, persen dari harga yang diterima
biaya pengemasan Rp 100,00 atau 9,09 konsumen.
persen. Dari data tersebut diketahui
bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan 4. SIMPULAN DAN SARAN
pedagang pengecer adalah biaya 4.1. Simpulan
penyimpanan dan kuli angkut. (1) Terdapat satu saluran pemasaran
emping melinjo sampai ke tangan
Analisis Biaya, Marjin, dan konsumen akhir, yaitu: Produsen –
Keuntungan Pemasaran di Lembaga
Pemasaran Pedangan pengecer – Konsumen
Akhir.
Pedagang pengecer membeli emping
(2) Saluran pemasaran emping melinjo
melinjo dengan harga Rp 35.000,00 per
melibatkan satu lembaga
kilogram dan dijual kembali kepada
pemasaran, yaitu pedagang
konsumen akhir dengan harga Rp
pengecer. Besarnya total marjin
40.000,00 per kilogram sehingga marjin
pemasaran adalah Rp 5.000,00 per
pemasaran Rp 5.000,00 per kilogram.
kilogram dengan total biaya
Dengan biaya pemasaran Rp 1.100,00
pemasaran Rp 1.100,00 per
per kilogram, maka keuntungan
kilogram, sehingga total keuntungan
pemasaran Rp 3.900,00 per kilogram.
pemasaran Rp 3,900,00 per
kilogram.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 298


(3) Besarnya bagian harga yang Iskandar, 2009. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada
diterima produsen (producer’sshare)
Perss.
adalah sebesar 87,5persen. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran,
Analisis, Perencaan, Implementasi dan
pengendalian. Jakarta: Erlangga.
4.2. Saran . 2005. Manajemen dan
Pemasaran Jilid I. Jakarta: PT. Indeks
Perlu perbaikan pengemasan
Kelompok Gramedia.
(packaging) emping melinjo dengan . 2009. Manjemen dan
Pemasaran Jilid II. Jakarta: Penerbit
tujuan agar produk yang dihasilkan lebih
Prenhelindo.
laku di pasaran dengan harga yang lebih Saragih, B. 2004. Membangun Pertanian
dalam Perspektif Agrobisnis dalam
tinggi. Selain itu, perajin dan lembaga
Ruang. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
pemasaran harus lebih aktif lagi dalam Swastha, B. dan Irawan, (2005),
Manajemen Pemasaran Modern.
mencari informasi-infornasi pasar,
Yogyakarta: Liberty.
misalnya dengan mengetahui adanya
kenaikan harga.

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih penulis ucapkan kepada
Fakultas Pertanian Universitas Galuh
yang telah mendanai penelitian ini.
Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada seluruh responden
yang berkenan memberikan data pada
penelitian ini.

6. DAFTAR PUSTAKA
Alqadrie, S. F dan B. Perkasa. 2009.
PenanamanMelinjoSebagaiAlternatifPen
ghijauanPerekonomian.
http://rhythmnationindonesia.orgAngipora
, M. 2002.Dasar-dasar Pemasaran Edisi
Kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Angipora. 2002. Dasar-dasar Pemasaran
Edisi Kedua. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Ciamis. 2016. Data Jumlah
Pohon dan Produksi Melinjo di
Kabupaten Ciamis. Ciamis
Disperindagkop dan UMKM) Kabupaten
Ciamis. 2016. Data Perajin Emping di
Kabupaten Ciamis. Ciamis.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 299


PREFERENSI KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK OLAHAN IKAN
(Studi Kasus di Kota Bandung, Cimahi dan Kabupaten Bandung)

Asep Agus Handaka Suryana, Atikah Nurhayati, Junianto

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran


Email: asepagushs@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis atribut produk olahan ikan yang menjadi preferensi dan
menganalisis atribut yang paling dipertimbangkan konsumen dalam keputusan membeli produk
olahan ikan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang digunakan dalam
mengembangkan produk olahan ikan sehingga sesuai dengan selera konsumen. Pengambilan
sampel dilakukan di beberapa lokasi di Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi.
Responden diambil dengan memakai teknik purposive sampling. Jumlah sampel sebanyak 300
orang. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner langsung terhadap responden. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan menggunakan
analisis deskriptif. Atribut-atribut yang diamati adalah warna kemasan, jenis kemasan, warna
produk, rasa dan harga. Karakteristik responden dan perilaku konsumen dianalisis secara
deskriptif, sedangkan komparasi preferensi produk olahan ikan, serta atribut-atribut dalam produk
olahan ikan yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan membeli produk olahan ikan
dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk
olahan ikan eksisting yang paling dominan menjadi preferensi konsumen adalah pindang ikan
tongkol dan bakso ikan. Atribut produk yang paling dipertimbangkan adalah rasa dan harga
produk. Preferensi konsumen dalam rasa adalah rasa original, warna produk adalah warna alami,
sedangkan dalam kemasan produk responden menyukai produk olahan dikemas plastik berwarna
bening.

Kata kunci: Preferensi, Produk Olahan Ikan, Atribut Produk, Konsumen

1. PENDAHULUAN pendapatan, masyarakat dapat merubah


Bandung Raya yang terdiri atas pola konsumsi menjadi cenderung
Kota Bandung, Kota Cimahi dan mengarah kepada produk olahan karena
Kabupaten Bandung merupakan pusat produk olahan dinilai lebih praktis dalam
utama kegiatan perekonomian di Jawa cara penyajiannya.
Barat. Jumlah penduduk, tingkat Komoditas hasil perikanan segar
pendapatan dan kunjungan wisatawan secara umum memiliki sifat sangat mudah
yang tinggi menjadikan Bandung Raya rusak, sehingga sangat diperlukan cara
merupakan wilayah pemasaran berbagai pengolahan yang dapat memperpanjang
produk, salah satunya produk perikanan. daya simpan produk tersebut. Salah satu
Rahardja dan Manurung (2008) strategi yang dapat dikembangkan adalah
menjelaskan teori konsumsi keynes yaitu dihasilkannya produk-produk diversifikasi
konsumsi yang dilakukan saat ini sangat (Ditpsmk, 2013). Usaha ini dapat menarik
dipengaruhi oleh pendapatan disposable minat masyarakat dalam memilih
saat ini. Jika pendapatan disposable makanan olahan dari ikan dan
meningkat, maka konsumsi juga akan pengembangan sektor pengolahan
meningkat. Sejalan dengan peningkatan maupun pemasaran produk hasil

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 300


perikanan juga dapat mendukung program 2016 di wilayah Bandung Raya yang
pemerintah, yaitu Gemarikan. terdiri dari Kota Bandung, Kota Cimahi
Menurut Kotler (2008), persaingan dan Kabupaten Bandung. Metode yang
antar produsen untuk merebut pangsa digunakan dalam penelitian ini adalah
pasar, mengakibatkan mereka berusaha metode studi kasus. Teknik penentuan
untuk menciptakan produk baru untuk sampel untuk memenuhi data primer yaitu
menarik perhatian konsumen sehingga dengan menggunakan Accidential
pemasar harus mempunyai strategi sampling. Responden yang dikumpulkan
pemasaran yang tepat. Hardjana (1993) hingga mencapai 310 responden. Jenis
dalam Hasan (2009), tindakan konsumen data yang digunakan dalam penelitian ini
dalam memenuhi kebutuhan merupakan adalah data primer dan data sekunder.
fungsi dari dua faktor yang berhubungan
erat yaitu kemampuan membeli (ability to 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
buy) dan kemauan membeli (willingness Perilaku Konsumen
to buy). Keberhasilan industri dalam Berdasarkan hasil penelitian yang
strategi pemasaran juga perlu didukung telah dilakukan sebesar 310 responden
dengan pemahaman yang baik mengenai memiliki kebiasaan mengonsumsi ikan.
perilaku konsumen. Pemahaman perilaku Lokasi yang dikunjungi oleh konsumen
konsumen menjadikan industri dapat untuk membeli produk olahan ikan yang
mengeluarkan produk sesuai kebutuhan akan dikonsumsi umumnya di pasar
dan keinginan konsumen. Pengetahuan tradisional, supermarket. Rincian tempat
pemasar tentang produk olahan ikan yang membeli produk olahan ikan dapat dilihat
lebih disukai konsumen, maka perlu dalam Tabel 2.
dilakukan penelitian mengenai analisis
preferensi konsumen dalam membeli
produk olahan ikan di Bandung Raya.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari 2016 sampai dengan bulan Juli

Tabel 2. Tempat Konsumen Membeli Produk Olahan Ikan (orang)


No Tempat Tempat Konsumen Membeli Produk Olahan Ikan
Pasar Tradisional Mini/Supermarket Tempat Lain
1. Kota Bandung 82 12 6
2. Kota Cimahi 87 11 2
Kabupaten
3. 71 39 0
Bandung
Jumlah 240 62 8
Sumber: Survey Primer, 2016

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 301


Frekuensi konsumen membeli Bandung lebih sering membeli produk
produk olahan perikanan cukup tinggi. olahan perikanan dibanding dua lokasi
Hal ini dapat dilihat bahwa sebanyak lain. Rincian frekuensi konsumen
51,6% responden membeli produk olahan membeli produk olahan ikan dapat dilihat
perikanan lebih dari tiga kali dalam pada Tabel 3.
sebulan. Responden di Kabupaten

Tabel 3. Frekuensi Konsumen Membeli Produk Olahan Ikan (orang)


Frekuensi Konsumen Membeli Produk Olahan
No Tempat
Ikan Per Bulan
Satu kali Dua Kali Tiga Kali >3 Kali
1. Kota Bandung 8 15 31 46
2. Kota Cimahi 14 23 19 44
Kabupaten
3. 3 17 20 70
Bandung
Jumlah 25 55 70 160
Sumber: Survey Primer, 2016

Berdasarkan hasil wawancara pempek lebih popular dikarenakan


dengan responden diketahui bahwa pempek merupakan produk olahan
konsumen yang membeli produk olahan diversifikasi dengan bahan baku ikan,
ikan dengan frekuensi tinggi dikarenakan sedangkan bakso maupun nugget
keluarga mereka menyukai menu lauk dari merupakan produk diversifikasi yang pada
olahan ikan dan harga produk lebih mulanya menggunakan bahan baku dari
murah. Pembelian produk olahan ikan daging sapi maupun ayam.
jarang dilakukan karena konsumen Preferensi Konsumen
menyukai variasi lauk yang lebih Rincian mengenai preferensi
beragam.Berdasarkan hasil penelitian, konsumen terhadap produk olahan di
tiga produk fish jelly yang paling banyak Bandung Raya dapat dilihat pada Tabel 4.
digemari adalah produk bakso ikan,
nugget ikan dan pempek. Produk olahan

Tabel 4. Preferensi Konsumen terhadap Produk Olahan Ikan di Bandung Raya


No Tempat Preferensi Produk
Diantara pindang ikan tongkol, bakso ikan dan abon
1. Kota Bandung ikan, produk olahan ikan yang menjadi preferensi
konsumen adalah pindang ikan tongkol
Diantara pindang ikan tongkol, bakso ikan dan abon ikan
2. Kota Cimahi lele, produk olahan ikan yang menjadi preferensi
konsumen adalah bakso ikan
Diantara pindang ikan tongkol, bakso ikan dan nugget
3. Kabupaten Bandung ikan, produk olahan ikan yang menjadi preferensi
konsumen adalah pindang ikan tongkol
Sumber: Survey Primer, 2016

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 302


Preferensi konsumen produk olahan produk. Atribut tersebut dianggap atribut
ikan merupakan pilihan suka atau tidak utama ketika seseorang akan membeli
suka oleh kosumen terhadap produk produk olahan perikanan. Di Kota
olahan ikan yang akan dikonsumsi. Bandung atribut produk lebih dominan
Berdasarkan data kuesioner dengan saat konsumen membeli bakso ikan dan
anlisis menggunakan Chi Kuadrat, di Kota abon ikan, sedangkan saat membli
Bandung dan di Kabupaten Bandung jenis pindang ikan tomngkol warna kemasan
produk olahan ikan yang paling disukai cenderung lebih dominan. Konsumen di
adalah pindang ikan tongkol. Produk Kota Cimahi seragam dalam
olahan ikan di Kota Cimahi berbeda mempertimbangkan atribut saat membeli
dengan dua lokasi lainnya, bakso ikan produk olahan ikan yaitu warna produk,
merupakan produk olahan ikan yang jenis kemasan, dan warna kemasan.
paling dominan disukai konsumen. Konsumen di Kabupaten Bandung, atribut
Atribut Paling Dipertimbangkan dalam harga dan rasa lebih dominan
Pembelian Olahan Ikan dipertimbangkan ketika konsumen
Atribut yang ditanyakan dalam membeli produk olahan ikan. Rincian
penelitian ini meliputi harga, rasa, warna atribut yang dipertimbangkan dapat dilihat
kemasan, jenis kemasan, dan warna dalam Tabel 5.

Tabel 5. Atribut yang Dipertimbangkan Konsumen


No Tempat Atribut yang Dipertimbangkan
Pindang Ikan Tongkol: warna kemasan, rasa, warna
produk, jenis kemasan, dan harga
Bakso Ikan: warna produk, warna kemasan, jenis
1. Kota Bandung
kemasan, rasa dan harga.
Abon Ikan: warna produk, rasa, harga, jenis
kemasan, dan warna
Hal yang paling dipertimbangkan dalam memilih
pindang ikan tongkol, bakso ikan dan abon ikan lele:
2. Kota Cimahi
rasa, harga, warna produk, jenis kemasan, dan
warna kemasan
Pindang Ikan Tongkol: rasa, harga, warna produk
warna kemasan, dan jenis kemasan
Bakso Ikan: harga, rasa, warna produk, warna
3. Kabupaten Bandung
kemasan dan jenis kemasan dan.
Nugget Ikan: rasa, warna produk, warna kemasan,
dan jenis kemasan
Sumber: Survey Primer, 2016

Atribut Paling Dipertimbangkan Dalam Rincian atribut yang


Pembelian Bakso Ikan dipertimbangkan konsumen saat membeli
bakso ikan disajikan pada Tabel 6.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 303


Tabel 6. Atribut yang Paling Dipertimbangkan Saat Membeli Bakso Ikan
No Tempat Produk Bakso Ikan
Baso ikan: warna kemasan bening, jenis kemasannya
1. Kota Bandung
plastik, warna produknya alami, dan rasa original
BaksoIkan: warna kemasan bening, jenis kemasannya
2. Kota Cimahi
plastik, warna produknya keabuan, rasa original
Bakso ikan : warna kemasan bening, jenis kemasan
3. Kabupaten Bandung
plastik, warna produk cerah, rasa original
Sumber: Survey Primer, 2016

Atribut Paling Dipertimbangkan Dalam Rincian atribut yang


Pembelian Abon Ikan dipertimbangkan konsumen saat membeli
abon ikan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Atribut yang Paling Dipertimbangkan Saat Membeli Abon Ikan


No Tempat Produk Abon dan Nugget
Abon ikan:
Warna kemasan adalah bening
1. Kota Bandung Jenis kemasanplastik
Warna produkn alami
Rasa pedas
AbonIkan:
Warna kemasan bening,
2. Kota Cimahi Jenis kemasannya plastik
Warna produk cokelat muda
Rasa original
Nugget :
Warna kemasan bening
3. Kabupaten Bandung Jenis kemasan plastik
Warna produk cerah
Rasa original
Sumber: Survey Primer, 2016

Atribut Paling Dipertimbangkan Dalam pendapatan responden yang terkategori


Pembelian Pindang Ikan Tongkol kelas menengah. Hal menarik lain
Rincian atribut yang ditemukan dalam hasil penelitian bahwa
dipertimbangkan konsumen saat membeli sebagaimana era sekarang yang lebih
abon ikan disajikan pada Tabel 8. menyukai produk alami, maka warna dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa produk yang disukai adalah warna
konsumen masih mempertimbangkan dan rasa yang alami.
rasa dan harga sebagai atribut yang
paling dipertimbangkan. Hal ini
kemungkinan berkaitan dengan tingkat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 304


Tabel 8. Atribut yang Paling Dipertimbangkan Saat Membeli Pindang Ikan Tongkol
No Tempat Produk Pindang Ikan Tongkol
Pindang ikan
Warna kemasan adalah bening
1. Kota Bandung
Jenis kemasannya adalah daun
Warna produknya alami
PindangIkan
Warna kemasan berwarna bening.
2. Kota Cimahi Jenis kemasandaun
Warna produkn kecoklatan
Rasa original
Pindang ikan
Warna kemasan hijau,
3. Kabupaten Bandung Jenis kemasan daun,
Warna produk alami,
Rasa original
Sumber: Survey Primer, 2016

4. SIMPULAN 142, Juni 2011. Universitas


Brawijaya. Malang.
Berdasarkan uraian hasil penelitian
Kotler dan Amstrong 2008. Prinsip-
di atas, dapat disimpulkan: Prinsip Marketing. Edisi Ketujuh.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta
a. Produk olahan ikan eksisting yang
Rahardja, P dan Manurung, M. 2008.
paling dominan menjadi preferensi Teori Ekonomi Makro. Edisi 4.
Jakarta : Fakultas Ekonomi
konsumen adalah pindang ikan tongkol
Universitas Indonesia.
dan bakso ikan. Saimima, N. A. 2015. Diktat Pengolahan
Modern. Sekolah Usaha Perikanan
b. Atribut produk yang paling
Menengah Waiheru Ambon. Badan
dipertimbangkan adalah rasa dan Pengembangan SDM-KP.
Kementrian Kelautan dan Perikanan
harga produk
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
c. Preferensi konsumen dalam rasa Bisnis. Alfabeta, CV. Bandung
adalah original, warna produk adalah
alami, sedangkan dalam kemasan
produk menyukai dikemas plastik
berwarna bening

5. DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. Pengolahan Diversifikasi
Hasil Perikanan. 2013. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Hartono, B., U. W. Ningsih, dan N. F.
Septiarini. 2011. Perilaku Konsumen
Dalam Pembelian Bakso Di Malang.
Jurnal Peternakan Vol. 35 (2): 137-

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 305


KAJIAN POLA SALURAN PEMASARAN TEMPE
(Studi Kasus pada Perusahaan AM Kelurahan Cilembang
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya)

Dedi Herdiansah, Rachmawati Siti Sundari

Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email:

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran tempe di Kelurahan Cilembang
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, besarnya biaya marjin dan keuntungan pemasaran
tempe di Kelurahan Cilembang Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, serta besarnya bagian
harga yang diterima perajin tempe di Kelurahan Cilembang Kecamatan Cihideung Kota
Tasikmalaya, Jenis penelitian yang digunakan adalah metode survai. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara sensus terhadap 5 orang responden, sedangkan sampel untuk lembaga
pemasaran diambil dengan cara (Snowball Sampling) terhadap 4 orang pedagang pengecer. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat satu saluran pemasaran tempe, yaitu dari perajin ke
pedagang pengecer kemudian ke konsumen. Biaya pemasaran untuk pedagang pengecer sebesar
Rp 132,- per buah. Marjin pemasaran untuk pedagang pengecer sebesar Rp 300,- per buah.
Keuntungan pemasaran untuk pedagang pengecer sebesar Rp 168,- per buah, serta bagian harga
yang diterima perajin dari harga yang dibayarkan oleh konsumen sebesar 88 persen.

Kata kunci: Saluran Pemasaran, Marjin , Biaya Pemasaran, Keuntungan, Tempe

1. PENDAHULUAN kehidupan. Salah satu contoh dalam


Saat ini tanaman kedelai adalah produk pangan yang berasal dari hasil
salah satu bahan pangan yang penting fermentasi kacang kedelai adalah tempe.
setelah beras disamping sebagai bahan Tempe umumnya dibuat secara
pakan dan industri olahan. Tanaman tradisional dan merupakan sumber protein
kedelai merupakan tanaman kekacangan nabati. Di Indonesia pembuatan tempe
penting yang berpengaruh terhadap sudah menjadi industri rakyat (Azizah,
perekonomian negara dan menyangkut 2014).
hajat hidup orang banyak. Kebutuhan Tempe selain dipasarkan untuk
akan kedelai setiap tahunnya selalu kebutuhan konsumsi di daerah asal, juga
meningkat akan tetapi kurang didukung dipasarkan di daerah lain. Namun, usaha
oleh peningkatan produksi kedelai dalam agroindustri selama ini masih bersifat
negeri sehingga menyebabkan impor sederhana, karena akibat dari terbatasnya
kedelai dibuka dan meningkat (Soesanto, bahan baku yang tersedia, maka volume
2015). penjualannya selama ini masih kecil dan
Ilmu biokimia dewasa ini sedang mengalami fluktuasi harga yang cukup
mengalami perkembangan khususnya di besar. Melihat kenyataan seperti ini
negara Indonesia. Peranan ilmu biokimia sebenarnya usahatani kedelai mempunyai
bagi kehidupan manusia sangat luar biasa peluang yang terbuka lebar. Untuk
bahkan hampir mencakup berbagai aspek memenuhi bahan baku agroindustri

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 306


tempe, maka pembinaan agroindustri sebagai responden dan bukan seluruh
pengolahan tempe perlu ditingkatkan populasi sasaran.
(Januardie, 2012). Penarikan sampel dalam penelitian
Dalam proses pemasaran terdapat ini menggunakan metode acak sederhana
lembaga-lembaga pemasaran dari (Simple Random Sampling), sehingga
produsen sampai ke konsumen yang turut setiap elemen dalam populasi mempunyai
terlibat dalam saluran pemasaran, kesempatan yang sama untuk terpilih
sehingga terjadi perbedaan harga antara menjadi anggota sampel (Soehartono,
harga yang diterima produsen dengan 2002). Responden yang diambil sampel
harga yang dibayar oleh konsumen. sebanyak 5 yang merupakan seluruh
Perbedaan harga tersebut disebabkan perajin tempe.
oleh adanya biaya dan keuntungan Sedangkan sampel lembaga
pemasaran dan pada umumnya semakin perantara dan konsumen diambil dengan
banyak lembaga pemasaran yang terlibat teknik snowball sampling (sampling bola
dalam biaya pemasaran atau rantai salju). Sugiyono (2007) menyatakan
pemasarannya semakin panjang, maka bahwa Snowball sampling adalah teknik
perbedaan harga tersebut semakin besar, penentuan sampel yang mula-mula
sehingga produsen akan mendapatkan jumlahnya kecil kemudian membesar.
share (bagian harga) yang lebih rendah Ibarat bola salju yang menggelinding yang
(Kastaman, 2006). lama-lama menjadi besar.
Berdasarkan hal tersebut, penulis
tertarik untuk melaksanakan penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
mengenai Kajian Pola Saluran Pemasaran 3.1. Saluran Pemasaran Tempe
Tempe di Kelurahan Cilembang Saluran pemasaran tempe
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. merupakan suatu jalur yang dilalui oleh
arus barang dari produsen ke perantara
2. METODE PENELITIAN dan akhirnya sampai kepada pemakai
Jenis penelitian yang digunakan atau konsumen (Angipora, 2002). Saluran
adalah metode survai. Menurut Fatoni pemasaran yang dilalui sangat
(2006), metode survai adalah metode berpengaruh terhadap keuntungan yang
penelitian yang dilakukan untuk diterima oleh masing-masing lembaga
mengadakan pemeriksaan dan pemasaran yang terlibat dalam
pengukuran-pengukuran terhadap gejala penyaluran tempe.
empiris yang berlangsung di lapangan Berdasarkan hasil penelitian di
atau lokasi penelitian, umumnya dilakukan Kelurahan Cilembang Kecamatan
terhadap unit sampel yang dihadapi Cihideung Kota Tasikmalaya terdapat satu
saluran pemasaran tempe, yaitu:

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 307


Pedagan membeli dari produsen secara tunai.
Perajin Konsume
g n Pembayaran tunai adalah pembayaran
Pengecer
Gambar 1. Saluran Pemasaran Tempe yang dilakukan secara langsung.

3.2. Saluran Pemasaran Tempe di 3.4. Saluran Pemasaran di Tingkat


Kelurahan Cilembang Kecamatan Pedagang Pengecer
Cihideung Kota Tasikmalaya
Pedagang pengecer adalah
Gambar 1 menunjukkan terdapat
pedagang yang berjualan secara tetap di
satu saluran, yaitu saluran satu tingkat
pasar eceran, yaitu di Pasar Cikurubuk
pemasaran tempe di Kelurahan
(Tasikmalaya). Aktivitas pedagang
Cilembang, yaitu perajin tempe menjual
pengecer tempe yaitu membeli tempe dari
tempe ke pedagang pengecer dan
perajin dengan harga Rp 2.200,- per buah
pedagang pengecer menjualnya ke
dan menjualnya kepada konsumen
konsumen akhir. Saluran ini sering disebut
dengan harga Rp 2.500,- per buah. Dalam
saluran satu tingkat, karena pada saluran
kegiatan ini pedagang pengecer sekaligus
ini terdapat satu pedagang perantara.
bertindak sebagai agen penjual atau
3.3. Saluran Pemasaran di Tingkat makelar. Biaya-biaya pada pemasaran
Perajin
tempe yang dikeluarkan pedagang
Skala usaha perajin tempe di
pengecer adalah biaya transportasi,
Kelurahan Cilembang Kecamatan
pengangkutan, bongkar muat, retribusi
Cihideung Kota Tasikmalaya beraneka
dan pengemasan.
ragam, dalam tenaga kerja hingga
banyaknya jumlah produksi yang 3.5. Marjin, Biaya dan Keuntungan
Pemasaran
menyebabkan hasilnya bervariasi.
Marjin pemasaran menurut
Aktivitas perajin dalam saluran pemasaran
Sudiyono (2004) merupakan perbedaan
tempe yaitu perajin membeli kacang
harga yang dibayarkan oleh konsumen
kedelai impor yang sebagian besar
dengan harga yang diterima produsen.
diperoleh dari Koperasi Tahu dan Tempe
Sedangkan keuntungan pemasaran
Indonesia (KOPTI) Kota Tasikmalaya dan
merupakan selisih antara margin
mengolah kacang kedelai tersebut hingga
pemasaran dengan biaya pemasaran
menjadi tempe kemudian dikemas dalam
yang dikeluarkan oleh tiap lembaga
plastik. Sebelum siap dijual tempe
pemasaran. Untuk lebih jelasnya
didiamkan selama 1 hari sehingga sampai
mengenai marjin, biaya dan keuntungan
matang. Setelah itu, perajin menjualnya
pemasaran pada proses pergerakan
langsung hasil produksinya ke pedagang
tempe dari perajin tempe di Kelurahan
pengecer. Adapun cara pembayaran yang
Cilembang sampai ke konsumen dapat
dilakukan oleh pedagang pengecer ketika
dilihat pada Tabel 1.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 308


Tabel 1. Marjin, Biaya dan Keuntungan Pemasaran Tempe
Harga
Lembaga Harga Beli Marjin Biaya Keuntungan
No Jual
Pemasaran (Rp/buah) (Rp/buah) (Rp/buah) (Rp/buah)
(Rp/buah)
1 Pedagang 2.200 2.500 300 132 168
Pengecer

Jumlah 300 132 168

Tabel 1 menunjukkan bahwa marjin persen dari harga yang dibayar


pemasaran pada pedagang pengecer konsumen.
sebesar Rp 300,- per buah, biaya yang Pemasaran merupakan kegiatan
dikeluarkan oleh pedagang pengecer penyampaian barang dari tingkat
sebesar Rp 132,- per buah, dan produsen k tingkat konsumen dengan
keuntungan pemasaran yang didapat oleh usaha untuk memperoleh barang yang
pedagang pengecer yaitu sebesar Rp diperlukan. Syarat lain suatu sistem
168,- per buah. pemasaran dapat dikatakan efisien yaitu
3.6. Farmer’s share mampu mengadakan pembagian yang
Farmer’s share adalah analisis yang adil dari keseluruhan harga yang
digunakan untuk mengetahui bagian dibayarkan konsumen akhir.
harga yang diterima oleh produsen
dengan cara membandingkan antara 4. SIMPULAN DAN SARAN
harga di tingkat produsen dengan harga 4.1. Simpulan
yang dibayar oleh konsumen. Berdasarkan hasil pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan serta memperhatikan
menunjukkan bahwa harga jual di tingkat tujuan penelitian yang telah ditetapkan,
perajin sebesar Rp 2.200 per buah dan di maka diperoleh kesimpulan sebagai
tingkat pedagang pengecer yang menjual berikut:
ke konsumen akhir sebesar Rp 2.500,- 1) Terdapat 1 saluran pemasaran tempe
per buah, maka besarnya nilai farmer’s di Kelurahan Cilembang Kecamatan
share adalah: Cihideung Kota Tasikmalaya, yaitu

Farmer’s share = x 100 dari perajin ke pedagang pengecer


kemudian sampai ke tangan
= x 100 konsumen.
= 88 % 2) Pada saluran pemasaran tempe
Berdasarkan hasil perhitungan melibatkan 1 lembaga pemasaran
terlihat bahwa bagian harga yang diterima yaitu pedagang pengecer. Besarnya
perajin pada saluran pemasaran tempe total marjin pemasaran adalah Rp
dari Kelurahan Cilembang sebesar 88 300,- biaya yang dikeluarkan oleh

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 309


pedagang pengecer sebesar Rp 132,- Kerjasama LPM UNPAD dengan
direktorat Jendral P2HP
per buah, dan keuntungan
Departemen Pertanian.
pemasaran yang didapat oleh Soehartono. 2002. Metode Penelitian
Sosial. Bandung: Remaja
pedagang pengecer sebesar Rp 168,-
Rosdakarya.
per buah. Soesanto. 2015. Kompendium Penyakit-
Penyakit Tanaman Kedelai. Bumi
3) Besarnya bagian harga yang diterima
Aksara.
perajin (farmer’s share) adalah Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
sebesar 88 persen.
Bandung: Alfabeta.
4.2. Saran
Berdasarkan hasil dari pembahasan
dan kesimpulan, maka dapat
direkomendasikan kepada perajin tempe
di Kelurahan Cilembang Kecamatan
Cihideung Kota Tasikmalaya yang ingin
meningkatkan pendapatannya sebaiknya
perajin tempe harus lebih aktif mencari
peluang pasar dan diharapkan dapat
menjual langsung kepada konsumen,
sehingga dapat menekan biaya agar
keuntungan yang diperoleh bisa lebih
meningkat.

5. DAFTAR PUSTAKA
Azizah. 2014. Tempe Kedelai. Diakses
melalui <http://intan-
azizah.blogspot.co.id/2014/05/makal
ah-tempe-kedelai.html>
[05/03/2016].
Fatoni. 2006. Organisasi dan Manajemen
Sumber Daya Manusia. Rineka
Cipta. Jakarta.
Januardie. 2012. Analisis Nilai Tambah
Agroindustri Tempe Di Kelurahan
Medokan Ayu Kota Surabaya.
Diakses melalui
https://www.google.co.id/url?sa=t&s
ource=web&rct=j&url=http://eprints.u
pnjatim.ac.id/4972/1[05/03/2016].
Kastaman. 2006. Pengembangan Model
Agroindustri dan Pemasaran
Terpadu Komoditi Kelapadi
Kabupaten Cianjur. Laporan Kajian
Pengembangan Komoditi Kelapa.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 310


DOMINASI LEMBAGA PEMASARAN PADA STRUKTUR PASAR
CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L)
(Suatu Kasus pada Pemasaran Cabai Merah Keriting di Sentra
Produksi Cikajang dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta)
1
Dety Sukmawati dan 2Lies Sulistyowati
1
Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti
2
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

ABSTRAK

Adanya kekuatan Monopsoni/oligopsoni pada pedagang sehingga mereka memiliki kekuatan untuk
mengendalikan harga beli dari petani atau harga di tingkat produsen. Adanya kekuatan
monopsoni pada pedagang menyebabkan kenaikan harga yang terjadi di tingkat konsumen tidak
selalu diteruskan kepada petani secara sempurna (Irawan,2007). Untuk itu perlunya mengetahui
indeks monopoli untuk mengetahui seberapa besar tingkat dominasi suatu lembaga pemasaran
.Analisis data dilakukan melalui metode kuantitatif dan kualitatif berdasar data analisis pemasaran
hasil Analisis Pasar Hasil Pertanian Sentra Produksi Cikajang Garut Dinas Pertanian Provinsi Jawa
Barat 2014. Untuk mengetahui dominasi lembaga pemasaran atau mengetahui Tingkat kompetisi
lembaga pemasaran akan diukur dengan indeks monopoli (MPI. MPI yang lebih tinggi
menunjukkan tingkat monopoli yang lebih tinggi. Indeks monopoli terbesar berada pada pedagang
pengecer, dikarenakan kajian penelitian ini sampai pasar induk yaitu pedagang besar berarti
pedagang besar (pasar induk) dominan pengaruhnya dalam pemasaran cabai merah keriting. Hal
ini terlihat dalam penentuan harga cabai merah keriting pedagang besar dominan menentukan
harga yang informasi harga langsung dari pasar induk, artinya pedagang besar (PIKJ) adalah
pedagang yang paling monopoli dalam rantai pemasaran cabai merah keriting.

Kata kunci: Dominasi lembaga pemasaran, struktur pasar, cabai merah keriting

1. PENDAHULUAN menjadi kekhawatiran petani. Sangat


Cabai merah merupakan produk intensifnya peningkatan produksi cabai di
musiman maka komoditas ini rawan saat-saat tertentu sering menyebabkan
terjadi fluktuasi harga sehingga fluktuasi anjloknya harga cabai di pasaran. Hal ini
harga merupakan salah satu fenomena karena permintaan cenderung tetap dalam
pasar yang seringkali harus dihadapi oleh jangka pendek sementara produksi
petani sayuran. Permasalahan umum melimpah. Melihat kenyataan tersebut
petani cabai merah adalah lemahnya maka peran pemasaranmenjadi sangat
posisi tawar petani, harga yang selalu penting untuk keberlangsungan usahatani
tertekan, kualitas rendah dan rantai cabai merah agar harga yang layak dapat
distribusi panjang, sehingga barang cepat diterima oleh produsen. Pada umumnya
rusak. Inefisiensi dalam sistem untuk menyalurkan produk sampai ke
pemasaran akan semakin meningkat bila tangan konsumen, produsen memerlukan
tidak memperkuat posisi tawar perantara pemasaran. Saluran pemasaran
produsen(Kuntandi dan Jamhari, 2012). adalah suatu jalan yang diikuti dalam
Problem komoditas cabai merah mengalihkan pemilikan secara langsung
menyangkut fluktuasi harga selalu atau tidak langsung atas suatu produk dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 311


produk akan berpindah tempat dari tingkat kompetisi lembaga pemasaran
produsen kepada konsumen akhir akan diukur dengan indeks monopoli
(Istiyanti, 2010). Adanya kekuatan (MPI) sebagai berikut:
monopsoni/oligopsoni pada pedagang MPI = m/cv
sehingga mereka memiliki kekuatan untuk Jika m = marjin Cv = biaya variabel. MPI
mengendalikan harga beli dari petani atau yang lebih tinggi menunjukkan tingkat
harga di tingkat produsen. Adanya monopoli yang lebih tinggi.
kekuatan monopsoni pada pedagang
menyebabkan kenaikan harga yang terjadi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
di tingkat konsumen tidak selalu Persaingan sempurna adalah suatu
diteruskan kepada petani secara model struktur pasar dari sebuah industri,
sempurna (Irawan, 2007). Untuk itu sementara monopoli adalah model lain.
perlunya mengetahui indeks monopoli Suatu keadaan monopoli terdapat bila
untuk mengetahui seberapa besar tingkat hanya terdiri satu perusahaan tunggal.
dominasi suatu lembaga pemasaran. Bila perusahaan itu mampu mendepak
pesaing-pesaing karena biaya-biaya
2. METODE PENELITIAN produksinya lebih rendah, keadaan itu
Analisis data dilakukan melalui disebut “monopoli alamiah” (natural
metode kuantitatif dan kualitatif berdasar monopoly). Tetapi tidak semua monopoli
data analisis pemasaran hasil Analisis bersifat alamiah. Suatu sumber monopoli
Pasar Hasil Pertanian Sentra Produksi lain yang penting adalah fasilitas istimewa
Cikajang Garut Dinas Pertanian Provinsi yang diberikan pemerintah, seperti hak
Jawa Barat 2014. Monopoly Indices Index monopoli (franchised) atau hak paten
(MPI) monopoli atau monopoly indices (Hirshleifer,1985). Adapun untuk melihat
merupakan penyederhanaan dari Indeks biaya pemasaran cabai merah keriting
Lerner. Untuk mengetahui dominasi dapat dilihat pada Tabel 1.
lembaga pemasaran atau mengetahui
Tabel 1. Analisa Biaya Pemasaran Cabai Merah Keriting
Harga/satuan Nilai = harga/satuan x
No Uraian Satuan Volume Profit Margin (%)
(Rp) volume (Rp)
I Harga Tingkat Kg 15.000
II Harga Pedagang Kg 17.000 1.200 20.400.000
- Biaya pikul,timbang Kg 15 1.200 18.000
- Retribusi Kg 3 1.200 3.600
- Listrik Kg 2 1.200 2.400
- Sewa lapak Kg 14 1.200 16.800
- Sortir Kg 20 1.200 24.000
- Resiko susut Kg 750
Jumlah Biaya 804 64.800 1.196 2.000 7
Total biaya 17.804
III Harga Penjualan Kg 18.000 8.000 144.000.000
Pedagang
Biaya :
- Biaya transportasi Kg 175 8.000 1.400.000
Jumlah Biaya 175 145.400.000 825 1.000 5
Total Biaya 18.175

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 312


Harga/satuan Nilai = harga/satuan x
No Uraian Satuan Volume Profit Margin (%)
(Rp) volume (Rp)
IV Harga Pedagang Kg 25.000 2.000 50.000.000
eceran
- Ongkos pikul Kg 30 2.000 60.000
- Sewa lapak Kg 10 2.000 20.000
- Tenaga Kerja Kg 162 2.000 324.000
- Listrik Kg 4 2.000 8.000
- Retribusi Kg 20 2.000 40.000
Jumlah biaya 226 2.800.000 6.774 7.000 27
Total biaya 25.226
V Total biaya 1.205
penanganan
VI Total Keuntungan 8.795
VII Marjin pemasaran 10.000
VIII Total persentase 38

Indeks monopoli menunjukkan pengaruh lembaga pemasaran tersebut


seberapa besar tingkat dominasi suatu dalam rantai pemasaran (Kuntandi dan
lembaga pemasaran dalam rantai Jamhari, 2012). Adapun indeks monopoli
pemasaran, dimana semakin besar nilai cabai merah keriting dari sentra produksi
indeks monopoli maka semakin dominan Cikajang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Indeks Monopoli Pasar Cabai Merah Keriting
Lembaga Pemasaran ke- i
Uraian Pedagang Pedagang Pedagang Indeks
Pengumpul Besar Pengecer Monopoli
Gabungan
Rata-rata Harga Beli 17.000 18.000 25.000
(Rp/Kg)
Total Biaya Variabel (Rp/Kg) 788 175 212 1.175
Rata-rata Keuntungan 1.196 825 6.774
(Rp/Kg)
Marjin Pemasaran ke-i (Rp) 2.000 1.000 7.000 10.000
Indeks Monopoli 2,5 5,7 33 41,2

Pada tabel monopoli indeks terlihat pedagang pengecer terdapat biaya


pada pedagang pengumpul biaya variabel pemasaran yang terdiri dari ongkos pikul,
lebih tinggi dari pedagang besar (Pasar tenaga kerja, retribusi (biaya variabel)
Induk) dan pedagang pengecer, dan biaya sewa lapak dan listrik (biaya
dikarenakan dengan volume 1.200 kg, tetap), dengan volume 2.000 kg.
pedagang pengumpul melakukan fungsi Indeks monopoli terbesar berada
pemasaran, yaitu biaya pikul, timbang, pada pedagang pengecer, dikarenakan
retribusi, sortir, resiko susut (biaya kajian penelitian ini sampai pasar induk
variabel) dan biaya listrik, sewa lapak yaitu pedagang besar berarti pedagang
(biaya tetap) seperti yang terlihat pada besar (pasar induk) dominan pengaruhnya
Tabel 2. Pada pedagang besar biaya dalam pemasaran cabai merah keriting.
Rp175 adalah biaya trasportasi saja Hal ini terlihat dalam penentuan harga
dengan volume produksi 8.000 kg. Pada cabai merah keriting pedagang besar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 313


dominan menentukan harga yang adalah pedagang yang paling monopoli
informasi harga langsung dari pasar dalam rantai pemasaran cabai merah
induk. Pedagang pengumpul mempunyai keriting.
keterikatan langsung dengan pedagang di
pasar induk Kramat Jati, terkadang dia 5. DAFTAR PUSTAKA
juga sebagai pedagang di Kramat Jati, Hirshleifer, Jack. 1984. Price Theory and
Applications. Prentice-Hall, Inc.,
pedagang Kramat Jati mempunyai
Englewood Cliffs, New Jersey.
keterikatan dalam hal jual beli dengan 07632.
Irawan. 2007. Fluktuasi Harga, Transmisi
bentuk penyimpanan modal untuk
Harga dan Marjin Pemasaran
pengiriman produk agar supaya pedagang Sayuran dan Buah. Analisis
Kebijakan Pertanian 5(4): 358-373.
di pasar induk selalu tersedia produk yang
Karl E. Case dan Ray C. Fair. 2002.
dijualnya untuk itu harga cabai merah Prinsip-prinsip Ekonomi Mikro.
Terjamahan Benyamin Molan.
keriting di sentra produksi dipengaruhi
Jakarta: PT. Prehallindo.
langsung harga dari PIKJ . Kuntandi, Ebban Bagus dan Jamhari.
2012. Efisiensi Pemasaran Cabai
Posisi bandar sangat dominan
Merah Melalui Pasar Lelang Spot di
dilihat dari jumlah panen cabai merah Kabupaten Kulonprogo, D.I.K.,
2012. LELANG SPOT. 1(April),
keriting (volume bisnis) pada saat panen
pp.95–101.
semua hasil panen dijual ke bandar Istiyanti,Eni. 2010. Efisiensi Pemasaran
Cabai Merah Keriting di Kecamatan
dikarenakan petani tidak mau beresiko.
Ngemplak Kabupaten Sleman.Jurnal
100 persen hasil produksi di bandar akan Pertanian Mapeta, J.P. XII(2): 116–
124.
berkurang 5 persen dikarenakan bandar
melakukan sortasi, dan produk yang tidak
masuk ke pasar setelah sortasi dijual ke
pengrajin.

4. SIMPULAN
Indeks monopoli terbesar berada
pada pedagang pengecer, dikarenakan
kajian penelitian ini sampai pasar induk
yaitu pedagang besar berarti pedagang
besar (pasar induk) dominan pengaruhnya
dalam pemasaran cabai merah keriting.
Hal ini terlihat dalam penentuan harga
cabai merah keriting pedagang besar
dominan menentukan harga yang
informasi harga langsung dari pasar
induk, artinya pedagang besar (PIKJ)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 314


ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DAN PENGEMBANGAN GULA AREN

Donny Ivan Samuel Simatupang

Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia, Medan


Email: donnyivan83@gmail.com

ABSTRAK

Industri rumah tangga gula aren menghadapi permasalahan pemasaran seperti kesulitan dalam
mencapai tujuan pasar, sebagian besar gula aren diperdagangkan secara tradisional untuk
memenuhi permintaan pasar lokal, pengemasan produk yang kurang menarik, rantai pemasaran
yang panjang sehingga harga yang ditawarkan tergantung pada pedagang pengumpul. Strategi
pemasaran dan pengembangan gula aren dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas produk,
penetapan harga yang berorientasi biaya, melakukan promosi di internet, membangun dan
meningkatkan kerjasama kemitraan usaha dengan perusahaan makanan/minuman dan
supermarket dan perluasan jaringan pemasaran menggunakan internet.

Kata kunci: strategi pemasaran, gula aren

1. PENDAHULUAN pemasaran dan pengembangan gula aren


Salah satu upaya yang paling tepat dalam rangka mendukung pembangunan
dalam pemberdayaan ekonomi ekonomi daerah.
kerakyatan adalah mengembangkan Penelitian ini bertujuan untuk
kegiatan ekonomi yang menjadi tumpuan mengetahui strategi pemasaran dan
kehidupan ekonomi seluruh rakyat dan pengembangan gula aren.
mampu mengakomodasi keberadaan
sumber daya manusia yang ada. 2. METODE PENELITIAN
Pengembangan usaha kecil (industri kecil Penelitian dilaksanakan dengan
dan industri rumah tangga) merupakan menggunakan metode kajian pustaka
alternatif pilihan yang menggambarkan hal dengan menggunakan data sekunder.
tersebut. Data yang diperoleh dianalisis secara
Industri rumah tangga gula aren deskriptif kualitatif.
menghadapi permasalahan pemasaran
seperti kesulitan dalam mencapai tujuan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pasar, sebagian besar gula aren 3.1. Peran Industri Rumah Tangga
diperdagangkan secara tradisional untuk dalam Pembangunan Wilayah
memenuhi permintaan pasar lokal, Pembangunan wilayah pada
pengemasan produk yang kurang hakekatnya merupakan suatu perubahan
menarik, rantai pemasaran yang panjang atau pelaksanaan pembangunan nasional
sehingga harga yang ditawarkan yang dilaksanakan di suatu wilayah yang
tergantung pada pedagang pengumpul. harus disesuaikan dengan kondisi dan
Berdasarkan uraian di atas maka potensi lingkungan yang terdapat di
penulis perlu menganalisis strategi daerah tersebut untuk meningkatkan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 315


kesejahteraan masyarakat. Potensi d. Jangkauan pemasaran hanya pada
tersebut tidak hanya terbatas pada wilayah
potensi fisik saja, melainkan juga meliputi e. Jangkauan pemasaran mencakup
berbagai aspek lainnya yang meliputi beberapa wilayah dan eksport
sosial, budaya dan politik. Dengan Jadi, makin luas wilayah pemasaran
demikian, pembangunan wilayah suatu produk, pasar makin tidak mudah
merupakan bagian dari pembangunan jenuh yang berarti tingkat kebasisan
nasional yang melibatkan perencanaan, makin tinggi. Produk yang tingkat
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kebasisan yang lebih tinggi harus
disuatu wilayah berdasarkan diprioritaskan bagi setiap daerah
pertimbangan kondisi setempat dan kabupaten/kota untuk dikembangkan
ditujukan untuk memperbaiki tingkat karena pasar tidak mudah jenuh.
kesejahteraan masyarakat. 3.2. Strategi Pemasaran
Menurut Tarigan (2004) untuk Menurut Assauri (2007), strategi
mengembangkan perekonomian regional pemasaran pada dasarnya adalah
perlu didorong pertumbuhan sektor basis rencana yang menyeluruh, terpadu dan
(ekspor) dan sektor non basis. Dalam menyatu di bidang pemasaran yang
suatu wilayah sektor basis adalah sektor memberikan panduan tentang kegiatan
yang menjual produknya keluar wilayah yang akan dijalankan untuk dapat
atau sektor basis adalah kegiatan yang tercapainya tujuan pemasaran suatu
mengekspor barang dan jasa ke tempat- perusahaan. Dengan kata lain, strategi
tempat di luar batas-batas perekonomian pemasaran adalah serangkaian tujuan,
masyarakat yang bersangkutan atau yang sasaran, kebijakan dan aturan yang
memasarkan barang dan jasa mereka memberi arah kepada usaha-usaha
kepada orang-orang yang datang dari luar pemasaran perusahaan dari waktu ke
perbatasan perekonomian masyarakat waktu terutama sebagai tanggapan
yang bersangkutan. Untuk melihat apakah perusahaan dalam menghadapi
pasar produk yang dihasilkan memiliki lingkungan dan keadaan persaingan yang
tingkat kebasisan pada suatu wilayah selalu berubah. Oleh karena itu
terjadap jangkauan produk sebagai penentuan strategi pemasaran harus
berikut: didasarkan atas analisis lingkungan
a. Jangkauan pemasarannya hanya eksternal dan internal perusahaan melalui
pada beberapa desa analisis keunggulan dan kelemahan
b. Jangkauan pemasarannya hanya perusahaan, serta analisis kesempatan
pada beberapa kecamatan dan ancaman yang dihadapi perusahaan
c. Jangkauan pemasaran hanya pada dari lingkungannya.
satu propinsi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 316


Tjiptono (2008) berpendapat bahwa, pasar sasaran.
kemampuan strategi pemasaran suatu Secara rinci konsep produk total
industri untuk menghadapi setiap meliputi barang, kemasan, merek, label,
perubahan kondisi pasar dan faktor biaya pelayanan, dan jaminan.
tergantung pada faktor-faktor sebagai b) Harga dan Prosedur Penetapannya
berikut yaitu: Menurut Tjiptono (2008) harga
1. Faktor Lingkungan merupakan satu-satunya unsur bauran
2. Faktor Pasar pemasaran yang memberikan
3. Persaingan pemasukan dan pendapatan bagi
4. Analisis Kemampuan Internal industri. Selain itu, dalam penetapan
5. Perilaku Konsumen harga perlu diperhatikan faktor-faktor
6. Analisis Ekonomi yang mempengaruhinya, baik itu
3.3. Bauran Pemasaran langsung maupun tidak langsung. Faktor
Pemasaran yang optimal dan yang mempengaruhi secara langsung
memberikan hasil yang memuaskan yaitu harga bahan baku, biaya produksi,
apabila perusahaan mampu mengadakan biaya pemasaran, adanya peraturan
Marketing mix atau bauran pemasaran pemerintah, dan lainnya. Faktor yang
dengan baik dan terpadu , direncanakan tidak langsung yaitu harga produk sejenis
dengan baik, serta dikendalikan dengan yang dijual oleh para pesaing, pengaruh
baik pula. Bauran pemasaran adalah harga terhadap hubungan antara produk
kombinasi dari empat variabel inti sistem subtitusi dan produk komplementer, serta
pemasaran perusahaan yaitu; produk, potongan untuk para penyalur dan
harga, promosi, dan distribusi (Swastha konsumen.
dan Sukotjo, 1995) c) Promosi
a) Produk Pemasaran modern menghendaki
Menurut Tjiptono (2008), produk lebih dari pada mengembangkan produk
merupakan segala sesuatu yang dapat yang baik, menetapkan harga yang
ditawarkan produsen untuk diperhatikan, bersaing dan memungkinkan dijangkau
diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau pelanggan sasaran. Perusahaan juga
dikonsumsi pasar yang bersangkutan. harus mampu mengkomunikasikan
Sedangkan menurut Kotler (2008), dengan pelanggan yang ada maupun
produk adalah sesuatu yang dapat yang potensial. Komunikasi pemasaran ini
diberikan kepada seseorang guna dilakukan perusahaan melalui promosi.
memuaskan sesuatu keinginan atau Menurut Kotler (2002), promosi
kebutuhan atau dapat juga dikatakan merupakan kegiatan yang dilakukan
sebagai kombinasi barang dan jasa yang perusahaan untuk mengkomunikasikan
ditawarkan oleh perusahaan kepada manfaat dari produknya dan untuk

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 317


meyakinkan pelanggan agar membeli penyadapan yaitu pada waktu pagi dan
produk tersebut. Bauran promosi terdiri sore hari. Cairan nira ini kemudian
dari empat alat utama, yaitu pengiklanan, dimasak dan dicetak menjadi gula cetak.
promosi penjualan, publisitas dan Gula aren ini, semula hanya diproduksi
penjualan pribadi. sebagai gula cetak.
d). Saluran Distribusi Proses produksi gula aren dilakukan
Menurut Tjiptono (2008) dengan peralatan yang sangat sederhana,
pendistribusian merupakan kegiatan yaitu menggunakan kuali, pengaduk dan
pemasaran yang berusaha untuk tungku kayu bakar. Proses produksi
memperlancar dan mempermudah dimulai dari penyadapan nira, pemasakan
penyampaian barang dan jasa dari nira, pengadukan dan pencetakan gula
produsen sampai kepada konsumen aren. Penyadapan nira aren biasanya
sesuai dengan yang diperlukan (jenis, dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi
jumlah, harga, tempat, dan saat yang dan sore hari. Sebelum menyadap, bambu
dibutuhkan). Menurut Kotler (2002) penampung diberi sedikit air kapur pada
saluran distribusi dapat dilihat sebagai dasarnya yang bertujuan untuk
sekumpulan organisasi independen yang mengurangi resiko rusaknya nira aren
terlibat dalam proses membuat suatu akibat pembiakan organisme mikro. Nira
produk atau jasa tersedia untuk digunakan hasil sadapan pagi disaring menggunakan
atau dikonsumsi. ijuk dari pohon aren kemudian dituang di
3.4. Industri Rumah Tangga Gula Aren kuali dan dimasak hingga matang agar
Keberadaan industri rumah tangga menjadi gula cetak setengah jadi
gula aren sudah cukup lama sejak dulu kemudian disimpan. Nira yang disadap
kala dimana kemampuan dan ketrampilan sore, kemudian dicampur dengan nira pagi
untuk mengolah gula aren sudah menjadi yang sudah dimasak untuk kemudian
hal yang turun temurun. Gula aren selama dimasak bersama.. Kemudian gula aren
ini menjadi sumber mata pencaharian dicetak di dalam cetakan dari tempurung
penting bagi para petani di sentra-sentra kelapa. Sebelum digunakan, cetakan
produksinya. tersebut terlebih dahulu dibersihkan
Industri rumah tangga gula aren dengan menggunakan air kapur dan
merupakan industri rumah tangga yang merendamnya dengan air bersih untuk
memproduksi gula cetak dari tanaman memudahkan pelepasan gula aren
aren. Bahan baku pembuatan gula aren nantinya. Lama pemasakan nira aren
diperoleh dari sari gula atau yang sering hingga dicetak adalah 3-4 jam. Jumlah
disebut sebagai nira dari tanaman aren. produksi yang dihasilkan rata-rata 20 kg
Setiap pohon dapat menghasilkan 10-15 per hari.
liter nira per hari dengan dua kali

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 318


Strategi pemasaran, dalam hal ini dan (4) distribusi. Adapun strategi
adalah strategi pemasaran yang pemasaran gula aren yang harus
dijabarkan dalam bauran pemasaran (4P), dilakukan sesuai dengan bauran
yaitu (1) produk, (2) harga, (3) promosi pemasaran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alternatif Strategi Pemasaran Gula Aren

Strategi Strategi yang dijalankan


Pemasaran
Produk 1. Mempertahankan dan melakukan peningkatan kualitas
produk,
2. Membuat kemasan yang higienes dan lebih menarik dari
produk sejenis lainnya.
Harga 3. Melakukan penetapan harga dengan orientasi biaya
Promosi 4. Membuat brosur melalui kerjasama dengan dinas pariwisata
dan perhotelan ataupun melakukan promosi melalui internet
Distribusi 5. Membangun dan meningkatkan kerjasama kemitraan usaha,
6. Memperluas jaringan pemasaran dengan memanfaatkan
jaringan internet.

a. Produk ditawarkan. Untuk membedakan produk-


Melakukan peningkatan kualitas produk sejenis gula aren tidak lain dari
produk gula aren yang dihasilkan. Dengan kemasan ataupun mereknya. Persaingan
adanya globalisasi pasar membuat di pasar mengharuskan para pengusaha
konsumen untuk memilih diantara industri rumah tangga gula aren untuk
beragamnya produk. Saat ini gula aren meningkatkan fungsi kemasan untuk
yang beredar di pasar adalah gula aren dapat memberikan daya tarik kepada
cetak, gula aren semut dan gula aren konsumen melalui aspek warna, bentuk
pasta. Tuntutan konsumen yang selalu maupun desainnya.
menuntut kualitas yang baik, b. Harga
mengharuskan industri rumah tangga gula Melakukan penetapan harga dengan
aren untuk terus melakukan peningkatan orientasi biaya. Harga untuk industri
kualitas produk agar dapat menghasilkan rumah tangga gula aren ditentukan oleh
produk gula aren yang dapat memuaskan pedagang pengumpul sementara dari
keinginan konsumen. pihak pengusaha gula aren belum ada.
Membuat kemasan produk yang Berdasarkan harga pokok produksi ini
higienes dan lebih menarik dari produk para pengusaha industri rumah tangga
sejenis lainnya. Konsumen kini lebih gula aren bisa menentukan berapa laba
banyak membutuhkan waktu untuk atau keuntungan yang diinginkan dari
memilih produk yang dicari karena produk produk yang dihasilkan.
yang sejenis semakin banyak yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 319


c. Promosi menjaga kelangsungan produksi gula
Membuat brosur melalui kerjasama aren.
dengan dinas pariwisata dan perhotelan Memperluas jaringan pemasaran
ataupun melakukan promosi melalui dengan memanfaatkan perkembangan
internet. Langkah awal yang perlu teknologi informasi. Memperluas pangsa
dilakukan dengan promosi adalah pasar dengan memanfaatkan jaringan
membuat produk gula aren yang internet masih sangat mungkin dilakukan
dihasilkan oleh industri rumah tangga gula mengingat pasar masih terbuka terutama
aren mudah dikenali di pasaran. Dengan untuk ekspor. Dengan mempertahankan
beberapa keunggulan produk yang kualitas produk secara kontinyu,
diperkenalkan melalui media promosi, kemungkinan besar produk yang
konsumen akan dengan mudah dihasilkan oleh industri rumah tangga gula
mengenali produk yang dimaksud di aren dapat diterima diberbagai segmen
pasaran. Misalnya selain promosi melalui pasar, termasuk pasar ekspor yang
pameran-pameran pembangunan dan biasanya mensyaratkan kualitas produk
brosur-brosur, pengusaha industri rumah tinggi. Pemasaran lewat internet juga bisa
tangga gula aren bisa melakukan promosi memperpendek saluran distribusi karena
dengan memanfaatkan internet. Internet konsumen biasanya memesan langsung
adalah media yang dapat menjangkau tanpa harus melalui pedagang
pemasaran yang lebih luas. pengumpul.
d. Distribusi
Membangun dan meningkatkan 4. SIMPULAN DAN SARAN
kerjasama kemitraan usaha. Ada 4.1. Simpulan
beberapa peluang keuntungan yang dapat Diperoleh strategi pemasaran dan
diperoleh melalui kerjasama kemitraan pengembangan gula aren sebagai berikut:
usaha dibandingkan dengan berusaha (1) Peningkatan kualitas produk dengan
sendiri yaitu: kerjasama pemasaran/ membuat kemasan yang higienes
penampungan produk gula aren dapat dan lebih menarik dari produk sejenis
lebih jelas, pasti dan periodik. Dalam lainnya.
pemasaran gula aren perlu dibangun (2) Penetapan harga yang berorientasi
kerjasama kemitraan dengan perusahaan biaya.
makanan atau minuman yang bahan (3) Promosi dengan membuat brosur
bakunya menggunakan gula aren melalui kerjasama dengan dinas
misalnya pabrik kecap, perusahaan kue pariwisata dan perhotelan ataupun
tradisional serta melakukan kerjasama melakukan promosi melalui internet.
kemitraan dengan toko-toko atau (4) Membangun dan meningkatkan
supermarket . Hal ini penting untuk kerjasama kemitraan usaha dengan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 320


perusahaan makanan/minuman dan
supermarket.
(5) Perluasan jaringan pemasaran
menggunakan internet.

4.2. Saran
(1) Meningkatkan kualitas produk
dengan membuat kemasan yang
lebih higienes dan menarik.
(2) Dalam rangka memperluas daerah
pemasaran maka strategi pemasaran
diterapkan dengan kerjasama
kemitraan dan pemanfaaatan
internet.

DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S, 2007. Manajemen Pemasaran,
Jakarta: Rajawali Pers.
Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo, 1995.
Pengantar Bisnis Modern, Edisi 3,
Penerbit Liberty.
Kotler, Philip; Armstrong, Garry, 2008.
Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1,
Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip, 2002. Manajemen
Pemasaran, Jilid 1, Edisi Milenium,
Jakarta: Prehallindo.
Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional Teori
dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Tjiptono, F. 2008, Strategi Bisnis
Pemasaran. Yogyakarta: Andi.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 321


ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN SAYURAN ORGANIK
TERHADAP KUALITAS PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN
DI LOTTE MART KOTA BANDUNG

Elly Rasmikayati1,2, Kuswarini Kusno1, Tuti Karyani1, Riky Rizkiansyah1,


Bobby Rachmat Saefudin2
1
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
2
Pusat Riset Pangan Berkelanjutan DRPM UNPAD
Email: e.rasmikayati@unpad.ac.id; elly.agri@yahoo.co.id

ABSTRAK
Terjadinya peningkatan permintaan sayuran organik mendorong ritel modern untuk dapat
memenuhi permintaan tersebut sehingga ketersediaan sayuran organik yang berkualitas harus
memadai agar tidak mengecewakan konsumen. Hal lain yang sering kali menjadi perhatian
konsumen dalam membeli sayuran organik di ritel modern adalah kualitas pelayanan dalam
menyajikan sayuran organik tersebut mengingat harganya yang lebih mahal. Dengan demikian,
tujuan dari makalah ini adalah menganalisis tingkat kepuasan konsumen sayuran organik terhadap
kualitas produk dan kualitas pelayanan di hypermarket lotte mart festival citylink kota Bandung
yang merupakan salah satu ritel modern yang sudah lama menjual sayuran organik dengan jenis
sayuran organik yang beragam. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kuantitatif
dengan metode survey. Ukuran sampel penelitian adalah 42 orang responden yang diambil
menggunakan teknik Systematic Random sampling. Teknik analisis data yang digunakan untuk
mengukur tingkat kepuasan konsumen adalah teknik scoring terhadap persepsi konsumen. Hasil
penelitian menunjukan bahwa tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas sayuran organik dan
kualitas pelayanannya berturut-turut adalah sebesar 75% dan 77% sehingga dapat disimpulkan
bahwa konsumen sayuran organik merasa puas terhadap kualitas sayuran dan kualitas pelayanan
di ritel modern tersebut

Kata Kunci: Ritel modern, Kepuasan Konsumen, Sayuran Organik, Kualitas Produk, Kualitas
Pelayanan.

1. PENDAHULUAN Tabel 1. Rata-Rata Konsumsi Sayuran


Seiring dengan peningkatan Penduduk Indonesia
pendapatan masyarakat Indonesia, Jumlah Rata – Rata
Kenaikan
No Tahun Konsumsi
konsumsi sayuran oleh masyarakat pun (%)
(Kg/Kapita/Tahun)
meningkat. Berdasarakan data BPS 1 2007 40.90 -
2 2008 41.32 1,03
(2013), lebih dari setengah pengeluaran 3 2009 43.5 5,28
Sumber: Direktorat Jenderal Holtikultura, 2010
rata-rata masyarakat Indonesia digunakan
untuk membeli kelompok barang makanan Konsumen yang mencari barang
dan salah satu makanan yang dikonsumsi dengan harga yang lebih murah sudah
adalah sayuran yang baik untuk menjadi salah satu ciri konsumen di
kesehatan. Konsumsi sayuran dari tahun Indonesia. Perilaku konsumen yang tidak
ke tahun meningkat, hal ini juga didukung terlalu memperhatikan keamanan
dengan adanya peningkatan akan makanan yang dikonsumsi dengan
kesadaran kesehatan. Tabel 1 mengkonsumsi makanan seperti sayuran
menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi yang ditanam secara konvensional yang
sayuran penduduk indonesia cenderung banyak mengandung pestisida serta
mengalami peningkatan. bahan kimia non alami sekarang sudah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 322


mulai berubah. Perubahan pola konsumsi beralamat di Jalan Peta nomer 241,
produk sayuran konvensional ke organik Bandung.
yang terjadi pada konsumen ini membuat 2.2 Desain dan Teknik Penelitian
tingkat konsumsi produk organik ikut Desain yang digunakan dalam
meningkat yang implikasinya adalah penelitian ini adalah desain kuantitatif,
meningkatnya permintaan konsumen sedangkan teknik yang digunakan dalam
terhadap produk sayuran organik. penelitian ini yaitu survey.
Lotte Mart Festival Citylink salah Populasi dari penelitian ini adalah
satu yang menjual lebih banyak sayuran seluruh konsumen sayuran organik di
organik di kota Bandung. Di ritel modern Lotte Mart Festival Citylink pada 1 bulan
tersebut, sayuran organik ditampilkan dengan rata-rata jumlah konsumen
dengan display yang menarik, dimana sebanyak 507 orang per bulan. Sampel
sayuran organik disimpan pada rak diambil dengan teknik systematic random
berpendingin yang bisa diatur suhunya sampling dimana hanya unsur pertama
setiap saat. Hal itu bertujuan selain untuk yang dipilih secara random, sedangkan
meningkatkan pelayanan terhadap produk unsur-unsur berikutnya dipilih secara
sayuran organik juga untuk menjaga sistematik menurut suatu pola tertentu.
kualitasnya supaya tetap segar dan Berdasarkan rumus pengambilan sampel
mampu bertahan untuk disimpan dalam pada teknik sampel yang digunakan,
waktu yang lebih lama. didapatkan ukuran sampel sebanyak 42
Berdasaran uraian tersebut, tujuan responden dengan interval 3 (Roscoe,
penelitian ini adalah menganalisis tingkat 1982 dalam sugiyono 2012).
kepuasan konsumen sayuran organik Survey dilakukan pada hari Senin
terhadap kualitas produk dan kualitas sampai Minggu. Responden pertama
pelayanan di hypermarket Lotte Mart terpilih secara random setiap harinya.
Festival Citylink kota Bandung. Responden kedua merupakan konsumen
keempat setelah konsumen pertama yang
2. METODE PENELITIAN
dijadikan responden pertama atau selang
2.1 Objek Penelitian
dua setelah responden pertama. Jika
Objek dalam penelitian ini adalah
konsumen keempat tidak berkenan untuk
perilaku pembelian sayuran organik serta
diwawancarai makan konsumen kelima
kepuasan konsumen sayuran organik di
yang dijadikan responden selanjutnya.
Lotte Mart Festival Citylink. Jenis sayuran
2.3 Operasionalisasi Variabel
organik yang dijual diantaranya,
Operasionalisasi variabel dalam
kangkung, bayam, caisim, selada keriting,
penelitian ini disajikan dalam Tabel 2.
pakcoy dan lainnya. Tempat penelitian
adalah Lotte Mart Festival Citylink yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 323


Tabel 2. Operasionalisasi Varibel Penelitian

Konsep Dimensi Sub Dimensi Variabel Respon Kualitatif


Kepuasan Kualitas Fisik Kesegaran 1. Segar
Konsumen Produk 2. Tidak Segar
Cacat fisik 1. Sesuai Harapan
2. Tidak Sesuai
Ukuran 1. Sesuai Kebutuhan
2. Tidak Sesuai Kebutuhan
Kemasan 1. Menarik
2. Tidak Menarik
Non Fisik Kesesuaian Harga 1. Sesuai
2. Tidak Sesuai
Ketersediaan sayuran 1. Tersedia
organik 2. Tidak Tersedia
Kualitas Sarana Fisik Kenyamanan tempat 1. Nyaman
Pelayan 2. Tidak nyaman
an Kelengkapan fasilitas 1. Lengkap
2. Tidak lengkap
Kerapihan pakaian 1. Rapih
karyawan 2. Tidak Rapih
Perhatian Kesabaran Karyawan 1. Sabar
2. Tidak Sabar
Daya tanggap Kecepatan 1. Cepat
menanggapi keluhan 2. Lambat
Penjelasan yang 1. Jelas
mudah dimengerti 2. Tidak Jelas
konsumen
Kehandalan Kecepatan Pelayanan 1. Cepat
2. Lambat
Karyawan selalu siap 1. Selalu
melayani 2. Tidak selalu
Jaminan Pengetahuan karyawan 1. Mengetahui
terhadap sayuran 2. Tidak Mengetahui
organik
Keramahan karyawan 1. Ramah
2. Tidak ramah

2.4 Teknik Analisis Data (2) Persepsi tinggi diberi skor 4


Variabel-variabel kepuasan (3) Persepsi kurang diberi skor 3
konsumen lebih bersifat kualitatif (4) Persepsi rendah diberi skor 2
dibanding kuantitatif. Untuk itu, data-data (5) Persepsi sangat rendah diberi skor 1
kualitatif yang diperoleh di lapangan Pemberian skor terhadap
dilakukan proses kuantifikasi dengan cara pernyataan kemudian dihitung jumlahnya
memberikan bobot/skor pada jawaban serta persentasenya terhadap nilai
yang diberikan responden. Skor yang maksimal yang diharapkan. Penentuan
digunakan adalah skala Likert. Jawaban kepuasan konsumen dilakukan
dari responden diberi skor sesuai berdasarkan jumlah skor seluruh dimensi
persepsinya terhadap pernyataan. Bentuk kepuasan konsumen, selanjutnya dibuat
skor jawaban seperti berikut ini: persentase terhadap skor harapan
(1) Persepsi sangat tinggi diberi skor 5

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 324


maksimum yang dapat dicapai oleh organik yang deterima maupun kualitas
seluruh dimensi. pelayanan yang diterima.
I = 100 / Jumlah Kelas 3.1. Kepuasan Konsumen Terhadap
Maka = 100 / 5 = 20 Kualitas Sayuran Organik
Hasil (I) = 20 Kualitas sayuran organik yang
(Ini adalah intervalnya jarak dari diterima sesuai dengan harapan
terendah 0 % hingga tertinggi 100%) konsumen akan menjadikan konsumen
Berikut kriteria interpretasi skornya puas terhadap sayuran organik yang
berdasarkan interval. Dibuat 5 kelas diterima konsumen. Seperti pada Tabel 3
kepuasan konsumen, yaitu: dengan nilai harapan sebesar 1.260,
1) 0 - 20 : Sangat Tidak Puas tingkat kepuasan yang di dapat sebesar
2) 20,1 - 40 : Tidak Puas 75%.
3) 40,1 – 60 : Kurang Puas Berdasarkan Tabel 3 dari 6
4) 60,1 - 80 : Puas pernyataan yang dikemukakan semuanya
5) 80,1 - 100: Sangat Puas menunjukan tingkat kepuasan yang puas.
Konsumen menunjukan kepuasannya
3. HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap kesegaran sayuran organik yang
Kepuasan konsumen menunjukkan diterima dengan tingkat kepuasan sebesar
sejauh mana harapan pelanggan 76%.
terpenuhi, baik itu dari kualitas sayuran
Tabel 3. Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Sayuran Organik
Penilaian Nilai
Jumlah
No Pernyataan SS S KS TS STS Maksimal %
Nilai
(5) (4) (3) (2) (1) Harapan
1 Sayuran organik memiliki
3 28 11 0 0 160 210 76
kesegaran yang baik
2 Sayuran organik memiliki cacat
0 23 19 0 0 149 210 71
fisik bekas gigitan serangga
3 Sayuran organik memiliki
ukuran yang sesuai dengan 2 36 4 0 0 166 210 79
kebutuhan
4 Kemasan dari sayuran organik
0 36 6 0 0 162 210 77
menarik dan aman
5 Harga yang ditawarkan sesuai
dengan kualitas sayuran 0 31 11 0 0 157 210 75
organik
6 Sayuran organik selalu tersedia 0 26 16 0 0 152 210 72
TOTAL 5 180 67 0 0 946 1260 75
Keterangan: Tingkat Kepuasan dalam persen: 0 – 20: Sangat Tidak Puas; 20,1 – 40: Tidak Puas;
40,1 – 60: Kurang Puas; 60,1 – 80: Puas; 80,1 – 100: Sangat Puas

Kesegaran sayuran organik di Lotte berpendingin sehingga mengurangi


Mart festival Citylink memang selalu kemungkinan sayuran layu. Meskipun
terjaga, hal ini dikarenakan sayuran yang sayuran dikemas menggunakan kemasan
dipajang ditempatkan pada tempat yang plastik, akan tetapi sirkulasi udara tetap

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 325


terjaga karena pada kemasan diberi dengan hal tersebut sebagaimana yang
lubang agar ada sirkulasi udara pada ditunjukan dari persentase tingkat
kemasan. Adapun kejadian sayuran layu kepuasan terhadap hal tersebut sebesar
hal ini terjadi ketika terdapat sayuran yang 77%. Banyaknya sayuran dalam satu
sudah lama dipajang dan telat ditarik kemasan juga sudah dirasa cukup bagi
kembali dari tempat display. konsumen, bahkan kepuasan konsumen
Selain kesegarannya, sayuran terhadap hal tersebut menjadi yang
organik juga dikenal dengan kualitasnya terbesar sebesar 79%.
yang tidak menggunakan pestisida untuk Harga yang ditawarkan untuk
mengurangi gangguan hama maupun sayuran organik per kemasan 250 gram
penyakit. Hal ini salah satunya ditunjukan sekitar Rp 7.900,-, dengan harga tersebut
dengan adanya bekas gigitan serangga dirasa sudah sesuai dengan sayuran yang
pada sayuran yang menunjukan bahwa ditawarkan. Konsumen memaklumi harga
sayuran tersebut tidak diberi pestisida sayuran organik yang diterimanya lebih
pada saat budidaya maupun pasca tinggi dibandingkan dengan harga
panen. Pada tabel 3 menunjukan sayuran non organik. Karena kualitas
kepuasan konsumen terhadap kualitas sayuran yang diterimapun lebih baik.
sayuran dilihat dari cacat fisik bekas Tingkat kepuasan konsumen
gigitan serangga sebesar 71%. Tingkat terhadap ketersediaan sayuran organik
kepuasan terhadap kualitas ini merupakan hanya sebesar 72%, dimana hal tersebut
tingkat kepuasan yang paling rendah menunjukan bahwa masih terdapat waktu
diantara variabel kepuasan lainnya. Hal ini dimana sayuran organik tidak tersedia
dikarenakan konsumen tidak banyak atau jumlah yang tersedia sedikit. Hal ini
menemukan bukti bekas gigitan tersebut. terjadi salah satunya ketika barang yang
Selain itu sayuran juga telah melewati dipesan oleh pihak ritel tidak dikirim oleh
kegiatan pasca panen dan adanya pihak suplyer atau terjadi keterlambatan
pembuangan sayuran yang terkena hama pada pengiriman. Selain itu ketersediaan
tersebut. sayuran organik masih terbatas pada jenis
Sayuran organik yang ditawarkan sayuran tertentu, dan sayuran organik
dikemas dalam kemasan plastik dengan yang banyak tersedia adalah jenis
berat 250 gram. Sayuran yang dikemas sayuran daun seperti kangkung, bayam,
seperti itu menjadikan sayuran organik caisin dan lain-lain.
terlihat lebih menarik dan aman karena 3.2. Kepuasan Konsumen Terhadap
berada di dalam kemasan, selain itu Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan yang dirasakan
kemasan plastik juga dibuat semenarik
konsumen sudah dirasa baik dan
mungkin dengan gambar yang informatif
konsumen merasa puas dengan apa yang
dan menarik. Konsumen merasa puas

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 326


mereka terima, hal ini ditunjukan dengan Petugas kebersihan ada disetiap zona
tingkat kepuasan sebesar 77%. Akan dan selalu menjaga kebersihan. Tempat
tetapi perlu adanya peningkatan untuk sampah juga ditempatkan dibeberapa titik
memberikan pelayanan yang lebih baik yang berpotensi menjadi sumber sampah
terhadap konsumen. seperti di tempat penimbangan sayur dan
Kelengkapan fasilitas dan buah serta tempat makan dan di depan
kenyamanan yang diterima konsumen toko. Petugas keamananpun ditempatkan
merupakan dua hal yang mendapatkan di depan toko baik di pintu masuk maupun
penilaian sangat puas dari konsumen. dekat kasir bahkan ada juga yang
Fasilitas yang disediakan lengkap, seperti berkeliling di area belanja. Hal ini untuk
tersedianya tempat penitipan barang, memberikan rasa aman kepada
meja informasi, kereta belanja dengan konsumen dan menjaga dari tindak
berbagai ukuran, tempat makan, tempat kejahatan terhadap aset toko itu sendiri.
penimbangan, lemari berpendingin, serta Kemanan juga didukung dengan
fasilitas lainnya. Selain itu kebersihan pemakaian kamera pemantau dibeberapa
tempat belanja juga selalu dijaga agar titik.
konsumen selalu merasa nyaman.
Tabel 4. Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan
Penilaian Nilai
Jumlah
No Pernyataan SS S KS TS STS Maksimal %
Nilai
(5) (4) (3) (2) (1) Harapan
1 Tempat berbelanja sudah
3 39 0 0 0 171 210 81
memberikan rasa nyaman
2 Tempat berbelanja memiliki
7 35 0 0 0 175 210 83
fasilitas yang lengkap
3 Pakaian karyawan terlihat rapih 0 37 5 0 0 163 210 78
4 Karyawan sabar dalam melayani
0 31 11 0 0 157 210 75
konsumen
5 Karyawan cepat dalam
0 29 13 0 0 155 210 74
menanggapi keluhan konsumen
6 Penjelasan karyawan terhadap
keluhan yang disampaikan 0 37 5 0 0 163 210 78
mudah dimengerti
7 Karyawan cepat dan selalu siap
0 30 12 0 0 156 210 74
melayani konsumen
8 Pengetahuan karyawan
terhadap sayuran organik sudah 0 26 16 0 0 152 210 72
mumpuni
9 Karyawan ramah dalam
0 35 7 0 0 161 210 77
memberikan pelayanan
TOTAL 10 299 69 0 0 1453 1890 77
Keterangan: Tingkat Kepuasan dalam persen: 0 – 2 : Sangat Tidak Puas; 20,1 – 40: Tidak Puas;
40,1 – 60: Kurang Puas; 60,1 – 80: Puas; 80,1 – 100: Sangat Puas

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 327


Setiap karyawan memakai seragam pengetahuan karyawan terhadap sayuran
yang telah ditentukan oleh lotte, ada organik masih belum mumpuni. Meskipun
beberapa seragam yang digunakan dan konsumen mudah mengerti dengan apa
berbeda bagi setiap divisinya. Kerapihan yang dijelaskan, akan tetapi
harus selalu dijaga oleh setiap karyawan. penjelasannya dirasa belum memuaskan
Bahkan untuk karyawan bagian sayur dan pertanyaan dari konsumen.
buah kelengkapan seperti masker dan
4. KESIMPULAN
sarung tangan harus digunakan untuk Tingkat kepuasan terhadap kualitas
menjaga kebersihan dari sayur dan buah sayuran sebesar 75% (Puas), tidak jauh
yang ada. Konsumen merasa puas berbeda dengan tingkat kepuasan
dengan kerapihan karyawan tersebut. terhadap kualitas pelayanan sebesar 77%
Selain kerapihan pakaian, kesabaran (Puas). Sedangkan tingkat kepuasan yang
serta keramahan karyawan dalam diperoleh dari dua aspek tersebut adalah
malayani konsumen juga menjadi hal 76% (Puas). Angka tersebut diperoleh dari
yang disoroti konsumen sebagai bentuk nilai persente total jumlah nilai yang
pelayanan yang diharapkan. Meskipun diperoleh oleh kualitas sayuran organik
kesabaran dan keramahan merupakan hal dengan kualitas pelayanan yaitu 2399,
yang bisa berbeda pada masing masing terhadap total jumlah nilai harapan dari
karyawan. Akan tetapi konsumen merasa keduanya yaitu 3150. Dengan demikian
puas dengan keramahan dan kesabaran dapat disimpulkan bahwa konsumen
pelayanan dari karyawan. sayuran organik merasa puas terhadap
Kecepatan karyawan dalam melayani kualitas sayuran dan kualitas pelayanan di
dinilai lebih baik dibandingkan dengan ritel modern tersebut
kecapatan karyawan dalam menanggapi
5. DAFTAR PUSTAKA
keluhan dari konsumen. Seperti yang Azhar. A.R, M. Z. Mohd Salehudin, dkk.
tertulis pada Tabel 4 dimana tingkat Customer satisfaction with
hypermarket fresh food’s
kepuasan konsumen terhadap kecepatan characteristics. Malaysia. Universiti
pelayanan lebih besar dibandingkan Teknologi Mara.
Badan Pusat Statistik Indonesia. Produk
dengan tingkat kepuasan konsumen Domestik Bruto Per Kapita, Produk
terhadap kecepatan karyawan dalam Nasional Bruto Per Kapita dan
Pendapatan Nasional Per Kapita,
menanggapi keluhan konsumen. 2000-2013. http://www.bps.go.id/.
Terpaut jauh antara kepuasan Culina, Gordana dan Mirela Mihic. 2006.
Buying Behavior And Consumption:
konsumen terhadap kecepatan karyawan Social Class Versus Income.
dalam menanggapi keluhan konsumen Mahalianaarachchi dan Jayatillake. 2007.
Behavioral Pattern Of Fruit &
dengan tingkat kepuasan terhadap Vegetable Consumers In The ‘Pola’
penjelasan karyawan mengenai keluhan (Fair) System In Monaragala District
In Sri Lanka. The Journal of
yang disampaikan konsumen. Akan tetapi agricultural Sciences. Vol. 3 No.1.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 328


Rasmikayati. E., dan Djuwendah. E. 2015.
Dampak Perubahan Iklim terhadap
Perilaku dan Pendapatan Petani.
Jurnal Manusia dan Lingkungan
22(3): 372-379.
Rasmikayati. E., dan Faizal. A. 2015.
Dinamika Produktivitas Padi Ditinjau
dari Fluktuasi Susut Hasil serta
Faktor Sosial, Ekonomi dan Budaya
yang Mempengaruhinya. Makalah
presentasi pada Seminar Nasional
Fakultas pertanian UNPAD.
Saefudin. B. R. 2014. Risiko Perubahan
Iklim dan Strategi Adaptasi Petani
Padi serta Pengaruhnya Terhadap
Pendapatan Petani. UNPAD.
Solomon, M.R. 1994. Consumer Behavior:
Buying, Having and Being (2nd
edition). Boston: Allyn&Bacon
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung. ALFABETA.
Tsakiridou, Efthimia dkk. 2008. Attitudes
and Behaviour towards Organic
Products. International Journal of
Retail & Distribution Management.
Vol. 36 No. 2. Emerald Group
Publishing Limited.
Williams, Anderson dan Sweeney. 2011.
Essentials of Statistics for Business
& Economics, Sixth Edition. USA.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 329


ANALISIS KEUNTUNGAN PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN CIAMIS

Eti Suminartika1, Iin Djuanalia2 dan Sri Fatimah1


1
Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran,
2
Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat
Email: etisuminartk@gmail.com

Abstrak
Beras merupakan makanan pokok bagi mayoritas masyarakat Indonesia, untuk mempertahankan
pasokan beras maka diperlukan insentif yang memadai bagi pelaku yaitu adanya pembagian
keuntungan yang adil diantara pelaku pasar. Untuk menganalisis kondisi diatas diperlukan analisis
keuntungan pemasaran beras yang meliputi: (1) Besarnya keuntungan pemasaran, dan (2)
distribusi keuntungan tiap pelaku pasar. Penelitian ini menggunakan metoda survey, pengambian
sampel petani dilakukan secara acak, sedangkan pengambilan sampel pedagang dilakukan
dengancara snowball sampling, data yang digunakan terdiri atas data primer dan sekunder, data
dianalisis secara matematik dan deskriptif, lokasi penelitian di sentra produksi padi di kabupaten
Ciamis. Hasil penelitian menunjukkan, pendapatan yang diterima petani padi sebesar Rp 1.665 per
kilogram, petani dapat bagian pendapatan per kilogram cukup besar namun kuantitas yang dijual
relatif sedikit. Nilai keuntungan pemasaran gabah-beras dari petani sampai ke konsumen sebesar
Rp 1.068 per kilogram beras, bagian keuntungan terbesar di lembaga pemasaran jatuh ke bandar,
karena selain bagian keuntungan yang cukup besar ditunjang oleh kuantitas penjualan beras oleh
bandar relatif banyak.

Kata kunci: Keuntungan, Beras, Petani, Pemasaran, Ciamis

1. PENDAHULUAN meningkat karena adanya pertambahan


Beras merupakan permintaan akibat bertambah penduduk.
bahanpanganpokokbagi sebagian besar Oleh karena itu, produksi padi harus
penduduk di Indonesia. Harga ditingkatkan dan dipertahankan agar
berasberpengaruhpadakehidupanpetanipa pasokan beras berjalan lancar. Selain
di danjugabagikonsumenberas. jumlah produksi padi yang mencukupi
Olehkarenaitu, secara kuantitas dan kualitas, diperlukan
berasadalahkomoditasstrategis, karena juga sistim pemasaran yang kondusif.
sekitar 95% penduduk kita menggunakan Usaha perbaikan di bidang pemasaran
beras sebagai makanan pokok. memegang peranan penting agar harga di
Kebutuhan beras dapat dipenuhi tingkat petani dapat ditingkatkan, karena
dari produksi dalam negeri dan import. peningkatan produksi saja tidak mampu
Produksi beras dalam negeri cenderung meningkatkan pendapatan petani, bila
meningkat, namun tidak dapat memenuhi tidak didukung dengan kerjasama petani
kebutuhan/permintaan penduduk, oleh melakukan pemasaran (Soeharso, et
karena itu pemerintah melakukan impor al.,1995).
beras dari berbagai negara terutama dari Banyak petani yang suka menanam
negara Vietnam dan Tailand. padi meskipun terdapat usahatani lain
Kecenderungan impor beras cenderung yang memiliki profitabilitas yang lebih
tinggi dibanding beras, namun adanya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 330


pertimbangan keamanan konsumsi 2. METHODE PENELITIAN
pangan keluarga, resiko yang lebih kecil, Penelitian ini bersifat kuantitatif
dan mudah dalam pemasaran gabah dengan teknik penelitian survei deskriptif.
maka petani tetap menanam padi. Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan
Mudahnya pemasaran padi ditujang oleh untuk menggambarkan secara cermat dan
banyak faktor, diataranya banyaknya sistematis fakta, gejala, fenomena, opini
lembaga pemasaran padi berada di atau pendapat, sikap, menggambarkan
sekitar petani. suatu kejadian, dan sebagainya. Menurut
Dalam pemasaran padi/beras Sugiono (2010), penelitian survei adalah
tersebut terbentuk beberapa saluran penelitian yang dilakukan pada populasi
pemasaran sehingga terdapat perbedaan besar ataupun kecil, tetapi data yang
perlakuan, fungsi pemasaran, biaya dipelajari adalah data dari sampel yang
pemasaran, margin pemasaran, diambil dari populasi.
keuntungan pemasaran, dan lain-lain. Jenis data yang digunakan dalam
Biaya pemasaran akan rendah apabila penelitian ini adalah data primer dan data
sistim pemasaran menggunakan biaya sekunder. Data primer merupakan data
yang rendah. Menurut Mubyarto (1985), yang diperoleh dari petani dan pedagang.
besar kecilnya biaya pemasaran Data sekunder diperoleh dari studi
dipengaruhi oleh sarana transportasi, literatur, kepustakaan, dokumen instansi
resiko kerusakan, tersebarnya tempat- seperti Kantor Desa, Badan Pusat
tempat produksi, dan banyaknya Statistik, Dinas Pertanian, dan lain-
pungutan baik yang bersifat resmi lain.Teknik pengumpulan data yang
maupun tidak resmi di sepanjang jalan digunakan adalahobservasi
antara produsen dengan (pengamatan), wawancara (interview),
konsumen.Selisih margin pemasaran dokumentasi dan studi pustaka.
dengan biaya pemasaran merupakan Responden petani diambil secara
keuntungan pemasaran. Keuntungan acak (simpel random sampling),
pemasaran harus didistribusikan dengan sedangkan penentuan responden
adil dan memadai agar para pelaku pedagang menggunakan metoda snowball
terangsang untuk beraktivitas.Untuk sampling. Semakin besar jumlah sampel,
menganalisis kondisi pemasaran beras semakin mendekati keadaan sebenarnya.
maka diperlukan suatu analisis Menurut Gasperzs (1991), apabila peneliti
keuntungan pemasaran yang meliputi: (1) tidak mengetahui ragam dari populasi (S)
besarnya keuntungan pemasaran dan (2) atau proporsi (P) atau tidak dapat
distribusi keuntungan pemasaran. memperkirakannya, maka ukuran sampel
(n) dapat diambil 5 persen, 10 persen dan
25 persen. Selanjutnya menurut Gasperzs

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 331


(1991), untuk ukuran contoh yang lebih Lokasi penelitian berada di sentra
besar dari 30 sampel maka sebaran data produksi padi dan lokasi pasar kabupaten
dalam contoh akan menyebar mendekati Ciamis, sentra produksi padi yaitu di desa
sebaran normal. Selain pertimbangan di Sukanagara kecamatan Lakbok,
atas, besaran sampel yang diambil kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi
didasarkan pada ketersediaan dana dan tersebut karena merupakan sentra
tenaga yang dimiliki. Sampel petani produksi padi utama.
diambil sebanyak 90 orang dan sampel
pengumpul, bandar dan penggilingan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
masing-masing diambil sebanyak 10 3.1. SaluranPemasaran
orang. Saluranpemasaranadalahrute yang
Analisis deskriptif digunakan untuk dilaluiolehprodukpertanianketikaprodukber
menganalisis (ditribusi keuntungan gerakdarifarm gate
pemasaran beras).Analisis matematik yaitupetaniprodusenkepenggunaataupem
digunakan untuk menghitung pendapatan akaiterakhir.Umumnyasaluranpemasarant
petani padi, marjin pemasaran, biaya erdiriatassejumlahlembagapemasarandan
pemasaran, keuntungan pemasaran, pelakupendukung.
danfarmer’s share. Merekasecarabersama-sama
Marjin pemasaran pemasaran mengirimkandanmemindahkanhakkepemil
adalah selsih antara harga jual dengan ikanatasprodukdaritempatproduksihinggak
harga beli. Keuntungan pemasaran epenjualterakhir (Musselmandan Jackson,
adalah selisih antara margin pemasaran 1992).Secara umum saluran pemasaran
dengan biaya pemasaran. Keuntungan padi di kabupaten Ciamis dari petani
pada masing-masing lembaga pemasaran hingga ke konsumen mengikut aliran
dengan rumus: berikut:
Kti = Mti – Bpi 1) Petani- Pedagang Pengumpul -
Dimana : Pengecer- Konsumen
Kti = Keuntungan pemasaran (Rp/kg)
2) Petani- Pedagang Pengumpul-
Bpi = Biaya pemasaran (Rp/kg)
Mti = Marjin pemasaran ke-i (Rp/kg) Bandar - Pengecer- Konsumen
Biaya pemasaran adalah Banyak petani yang memilih
penjumlahan biaya yang dikeluarkan tengkulak atau bandar dalam
pemasaran oleh masing-masing lembaga memasarkan gabahnya karena selain
pemasaran. sebagai tempat menjual, tengkulak juga
Farmer’s sharemerupakan rasio berfungsi sebagai lembaga yang dapat
antara harga produsen dan harga di menyediakan kebutuhan modal bagi
konsumen. petani, baik modal usahatani padi, usaha
non usahatani padi dan kebutuhan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 332


lainnya. Menurut Pasinggi (2009), peran Tabel 1. Selanjutnya gabah yang telah
tengkulak dan pedagang pengumpul menjadi beras diangkut ke tempat
sebagai penyedia saprotan seperti benih konsumen yang jaraknya bervariasi.
dan pupuk yang dibutuhkan para petani. Rata-rata biaya pengangkutan beras dari
Selanjutnya, selain berperan sebagai penggilingan ke konsumen (antar
lembaga pemasaran, tengkulak juga kabupaten) rata-rata Rp 200 per kg beras.
berperan sebagai lembaga keuangan Pengecer beras biasanya berada di pasar
informal yaitu memberikan pinjaman uang tradisional, toko, atau pasar swalayan.
kepada petani (Anwar,1993). Biaya terbesar terdapat di pengecer pasar
3.2. BiayaPemasaran tradisional (Rp. 900 per kg beras), meliputi
Biaya pemasaran merupakan biaya biaya susut timbangan, tercecer,
yang dikeluarkan untuk keperluan pembungkus/kemasan dan
pemasaran. Semakin banyak lembaga kerusakan.Dengan demikian, total biaya
pemasaran yang terlibat, semakin banyak pemasaran berjumlah Rp 1.720 per
perlakuan yang diberikan kepada barang kilogram gabah/beras
sehingga menyebabkan biaya pemasaran Tabel 1. Biaya Pemasaran Padi/gabah
Biaya
meningkat (Limbong dan Sitorus dalam Uraian (Rp/kg)
Pembelian gabah 100
Triana, 1985). Biaya pemasaran yang Perlakuan thd gabah 50
(penyimpanan, dll)
dominan dalam pemasaran beras adalah Penggilingan 400
Biaya di tempat 120
biaya transportasi dan biaya pengolahan. penggilingan padi
Biaya transportasi beras di 150
Besarnya disparitas harga beras/gabah kabupaten
dapat dikurangi dengan menekan biaya Biaya transportasi beras 200
antar kabupaten
transportasi Biaya di pengecer
(penyusutan timbangan 900
Biaya transportasi pembelian gabah beras, tenaga kerja,
tercecer, pembungkus)
dari petani rata-rata Rp 100 per kilogram Total biaya pemasaran di 1.720
kab Ciamis
gabah, hal tersebut tergantung jarak dan
3.3. Margin Pemasaran
kondisi jalan. Setelah diangkut, gabah
Marjin pemasaran dapat
mendapat perlakuan seperti penyimpanan
didefinisikan dengan dua arti, yaitu: (1)
dan lain-lain, biaya perlakuan ini rata-rata
marjin pemasaran merupakan perbedaan
Rp 50 per kg gabah.
harga yang dibayarkan konsumen dengan
Biaya pengolahan gabah menjadi
harga yang diterima petani, dan (2) marjin
beras terdiri atas biaya giling dan biaya di
pemasaran merupakan biaya dari jasa-
tempat penggilingan. Biaya giling rata-rata
jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai
Rp 400 per kilogram gabah. Biaya lain di
akibat permintaan dan penawaran dari
tempat penggilingan seperti penyusutan,
jasa-jasa pemasaran. Komponen marjin
penjemuran dan bongkar muat adalah Rp
pemasaran terdiri atas biaya yang
120 per kilogram gabah seperti terlihat di

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 333


dibutuhkan lembaga pemasaran untuk kilogram yang nilainya Rp 6.950), dengan
melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan demikian margin petani-konsumen dalam
keuntungan lembaga pemasaran bentuk satuan gabah adalah selisih dari
(Sudiyono, 2001). Rp 4.160 dengan Rp 6.950, ada
Margin pemasaran yang yang perbedaan sekitar Rp 2.788 (nilai margin).
merupakan selisih harga jual di petani Sebaran marjin pemasaran di tiap
dengan harga yang diterima konsumen di lembaga pemasaran dihitung dengan
kabupaten Ciamis sebagai berikut: Harga menselisihkan harga beli dan harga jual di
jual gabah (IR 64) di tingkat petani adalah tiap lembaga pemasaran. Besarnya total
Rp 4.162 per kilogram gabah, sementara margin pemasaran adalah penjumlahan
harga beras berkisar Rp nilai margin di tiap lembaga pemasaran.
10.300perkilogram beras (kualitas Distribusi margin pemasaran merupakan
medium) di pasar tradisional kabupaten rasio antara margin pemasaran di tiap
Ciamis dan Rp 10.500 di pasar tradisional lembaga dengan total margin pemasaran.
Bandung. Konversi gabah ke beras Dari hasil perhitungan, ternyata margin
sebesar 0,60, maka satu kilogram beras di terbesar berada di bandar karena bandar
tingkat konsumen Rp 10.300 (harus membeli gabah ke petani dan menjual ke
menggiling gabah sebanyak 1,67 pengecer dalam bentuk beras.

Tabel 2. Margin Pemasaran di tiap Lembaga


Lembaga Harga beli(Rp) Harga jual(Rp) Margin(Rp) % (*)
Petani (1)2.497 4.162 (2)1.665
Pengumpul (3)4.162 4.500 338 7
Penggiling (3)4.162 (4)5.400 1.238 25
Bandar (3)4.162 (5)9.200 (6)2.250 46
5 5
Pengecer Ciamis ( )9.200 ( )10.300 1.100 22
100
(1) Biaya produksi
(2) Keuntungan petani
(3) Harga jual gabah dari petani ke tengkulak/bandar
(4) Rp 5.400 adalah nilai jual beras 0,6 kg beras dikali harga jual (di
pengumpul/penggilingan Rp 9.000), nilai 0,6 kg beras adalah nilai konversi 1 kg
gabah jadi 600 gr beras
(5) Harga beras
(6) Margin Rp.2.250 = 9.200-6.950 (1.6950 = 1,67 x 4.162)
(*) Persen terhadap total margin

3.4. Bagian yang DiterimaPetani gabah ke beras sebesar 0,60 (1 kilogram


Farmer’s sharemerupakan bagian beras sama dengan gabah sebanyak 1,67
yang diterima petani terhadap harga yang kilogram gabah yang nilainya Rp 6.950).
dibayar konsumen akhir. Harga jual gabah Dengan demikian farmer’s share dalam
(IR 64) di tingkat petani Rp 4.162 per bentuk satuan beras adalah rasio Rp
kilogram gabah, sementara harga beras 6.950 dengan Rp 10.300 atau67,5%,
Rp 10.300 perkilogram beras di pasar artinya sebanyak 67,5% harga dibayarkan
tradisional kabupaten Ciamis. Konversi ke petani dan yang 32,5% dibayarkan ke

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 334


lembaga pemasaran lainnya. Angka datang langsung membeli ke petani.
67,5% tersebut bukan berarti keuntungan Keuntungan pemasaran merupakan
petani, namun merupakan distribusi harga selisih antara margin pemasaran dengan
semata, dimana di dalam angka tersebur biaya pemasaran. Dari hasil perhitungan
petani menanggung biaya produksi. sebelumnya, margin pemasaran
3.5. KeuntunganPemasaran gabah/beras sebesar Rp 2.788 per
Keuntungan atau laba adalah nilai kilogram beras, sedangkan biaya
penerimaan total dikurangi biaya total pemasarannya sebesar Rp 1.720/kg
yang dikeluarkan (Bilas, 1990). beras (Tabel 3), dengan demikian
Keuntungan petani adalah selisih harga keuntungan pemasaran Rp 1.068 /kg
jual dengan biaya produksi, dalam hal ini beras. Distribusi keuntungan yang
petani padi tidak mengeluarkan biaya diterima tiap lembaga pemasaran dapat
pemasaran karena pembeli (tengkulak) dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Margin, Biaya dan Keuntungan
Lembaga HargaJual(Rp Margin Biaya Keuntungan( %
/kg) (Rp/kg) (Rp/kg Rp/kg
Petani (1)4.162 1.665 0 1.665
1
Pengumpul ( )4.500 338 150 188 7
2 4
Penggiling ( )5.400 ( )1.238 520 718 28
Bandar (3)9.200 2.250 790 1.460 57
Pengecer (3)10300 1.100 900 200 8
(*) Biaya produksi
(1) Harga gabah per kg di berbagai lembaga
(2) Rp 5.400 adalah harga 600 gr beras (1kg=Rp 9.000), 600 gr adalah nilai konversi
dari satu kg gabah menjadi beras
(3) Harga beras per kg di berbagai lembaga
(4) Margin Rp 1.238 = 5 .400- 4.162

Petani memperoleh keuntungan penyaluran beras ke pengecer. Bandar


produksi sebesar Rp 1.665 per kilogram membeli dan menjual gabah/beras
gabah, sedangkan lembaga pemasaran dengan jumlah yang paling banyak.
lain yaitu pedagang pengumpul
memperoleh keuntungan Rp 188 per 4. SIMPULAN DAN SARAN
kilogram gabah. Penggiling memperoleh 4.1. Simpulan
keuntungan sebesar RP 718 per 0,6 Besarnya margin pemasaran padi di
kilogram beras (Rp 1.196 per satu Jawa Barat sekitar Rp 2.788 per kg
kilogram beras). Bandar memperoleh gabah/beras, biaya pemasaran Rp1.720
keuntungan terbesar yaitu sebanyak Rp per kg gabah/beras, keuntungan
1.460 per kilogram, karena bandar pemasaran sebesar Rp 1.068 per kg
melakukan pembelian gabah berasal gabah/beras, keuntungan terbesar
petani, melakukan penggilingan dan diperoleh bandar, karena bandar membeli

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 335


gabah langsung ke petani, mengolah Masrofie. 1994. Pemasaran Hasil-hasil
Perttanian. Jurusan Sosial Ekonomi
gabah dan menjual dalam volume yang
Fakultas Pertanian. Universitas
banyak. Petani memperoleh keuntungan Brawijaya. Malang.
Mubyarto. 1985. Pengantar Ilmu Ekonomi.
dari produksi padi cukup tinggi namun
LP3ES. Jakarta.
kuantitas produksinya relatif ---------. 1995. Pengantar Ekonomi
Pertanian. LP3ES. Jakarta.
kecil.Farmer’s share petani padi adalah
Saefuddin, A.M. 1983. Pengkajian
67,5%, sebagian besar harga yang dibeli Pemasaran Komodite. IPB. Bogor.
Soekartawi. 1989. Manajemen
konsumen jatuh ke petani, sisanya ke
Pemasaran Hasil-hasil Pertanian.
lembaga pemasaran lainnya. Teori dan Aplikasinya. Rajawali
Press. Jakarta.
4.2. Saran
Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian.
Saran dalam penelitian ini adalah: Universitas Muhamadyah Malang.
Malang.
1) Sebaiknya petani menggiling padinya
Syafi’i, I. 2001. Dasar Agribinis. Jurusan
dan menjual beras ke pengecer di Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian
Univesitas Brawijaya. Malang.
pasar.
Tomek, W. G and K. L. Robinson. 1977.
2) Untuk meningkatkan keuntungan Agricultural Price Product. Cornell
University Press. London.
pemasaran maka perlu menekan
biaya transportasi dengan
memperbaiki sarana dan prasarana
angkutan.

5. DAFTAR PUSTAKA
Abbot, Makeham. 1981. Agriculture
Economic and Marketing in The
Tropics. Longman Goup Ltd. Essex.
Anindita, R. 2003. Dasar-dasar
Pemasaran Hasil Pertanian. Jurusan
Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian.
Universitas Brawijaya. Malang.
Azzaino, Zulkifli. 1982. Pengantar
Tataniaga Pertanian. Departemen
Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian.
Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Bilas, R. 1992. Teori Ekonomi Mikro.
Renika Cipta.Jakarta.
Erlina Rufaidah, Imron Zahri, Sriati,
Syamsul Rizal. Jurnal Agribisnis dan
Industri Pertanian 7(1): 24-40.
Hamid, A.K. 1972. Tataniaga Pertanian.
IPB. Bogor.
Hanafiah, H. M dan A. M. Saefudin. 1986.
Tataniaga Hasil Perikanan.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Limbong dan Sitorus. 1992. Pengantar
Tataniaga Pertanian. IPB. Bogor.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 336


STRATEGI PEMASARAN PUPUK ORGANIK
EFFECTIVE MICROORGANISMS 4 (EM4)
(Studi Kasus pada Perusahaan PT. Songgolangit Persada, Denpasar, Bali)

Namira Audina, Dini Rochdiani, Kuswarini Kusno

Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran


Email: namiraaudinaa@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia memiliki dua sistem pertanian yaitu sistem pertanian organik dan sistem pertanian
anorganik. Saat ini, Indonesia mengalami degradasi lahan yang menyebabkan kandungan C-
Organik tanah sangat rendah. Bila menyesuaikan dengan pola pemupukan berimbang, Indonesia
membutuhkan 500 kg pupuk organik per hektar lahan pertanian, namun penyerapan pupuk organik
masih sangat rendah. Pupuk organik PT. Songgolangit Persada adalah salah satu produsen pupuk
organik yang telah beroperasi selama 20 tahun. Merek jual pupuk organik dari perusahaan ini
adalah Effective Microorganisms 4 (EM4). EM4 Pertanian adalah pupuk organik yang terbuat dari
Teknologi Effective Microorganisms (EM) yang berasal dari Jepang. EM4 dikenal memiliki
keunggulan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, meningkatkan produksi tanaman dan
menjaga kestabilan produksi, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, dan
meningkatkan keragaman mikroba yang ada di dalam tanah. Dalam kegiatan pemasarannya, PT.
Songgolangit Persada masih mengalami kendala baik dari lingkungan internal maupun lingkungan
eksternal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran yang diterapkan
oleh PT. Songgolangit Persada. Metode penelitian yang digunakan ialah Analisis SWOT kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Dengan
menggunakan analisis SWOT diharapkan menghasilkan strategi alternatif yang efisien bagi
perusahaan. Berdasarkan hasil analisis matriks Internal-Eksternal, PT. Songgolangit Persada
berada pada sel 5, yaitu kondisi mnunjukkan Growth dan Stability yang artinya menerapkan
pengembangan lokasi usaha, meningkatkan jenis produk, dan mempertahankan laba perusahaan.
Analisis SWOT dilakukan menghasilkan 8 alternatif strategi yang dapat diterapkan oleh PT.
Songgolangit Persada.

Kata Kunci: Strategi Pemasaran, Pupuk Organik

1. PENDAHULUAN pola pemupukan berimbang 5:3:2, yaitu


Indonesia memiliki dua sistem 500 kg pupuk organik, 300 kg NPK dan
pertanian yaitu sistem pertanian organik 200 kg pupuk urea per hektar lahan
dan sistem pertanian anorganik. Sistem pertanian (Gusrizal, 2016). Namun, dari
pertanian organik telah ditetapkan melalui hasil penelitian Puslit Tanah dalam
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64/ Wahyunardi dan Sumarna (2014) rata-rata
Permentan/ OT. 140/ 5/ 2013. Isu penyerapan pupuk organik di lahan sawah
keamanan pangan menjadikan pertanian hanya 20% dari kebutuhannya.
organik menarik perhatian baik di tingkat EM4 Pertanian merupakan pupuk
produsen maupun konsumen (Mayrowani, organik cair yang diproduksi oleh PT.
2012). Songgolangit Persada. EM4 Pertanian
Menurut Sembiring (2016) berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik
pertumbuhan pasar organik di Indonesia dan biologi tanah, meningkatkan produksi
semakin pesat. Indonesia membutuhkan tanaman, menjaga kestabilan produksi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 337


serta memfermentasi dan digunakan ialah kualitatitatif dengan teknik
mendekomposisi bahan organik tanah studi kasus menggunakan metode
dengan cepat (Bokashi). penelitian deskriptif. Responden
EM4 Pertanian sudah ditentukan dengan cara purposive.
direkomendasikan oleh Badan Responden yang dipilih ialah pemilik
Penyuluhan Dan Pengembangan Sumber perusahaan, manajer pemasaran, dan
Daya Manusia Pertanian, untuk manajer produksi.
diterapkan di Lombok Barat dan di Dalam penelitian ini, operasional
Kabupaten Lombok Barat. Keunggulan variabel yang digunakan adalah faktor
lain EM4, dapat digunakan pada sistem lingkungan internal dan eksternal
pertanian organik sebagai pembenah perusahaan. Faktor lingkungan internal
tanah. Penjualan EM4 tiap tahunnya perusahaan terdiri dari sumber daya
meningkat sebesar 22%. Tidak manusia, produksi/operasi, keuangan,
tercapainya target penjualan hanya di bauran pemasaran (product, price, place,
tahun 2003 karena pada saat itu promotion), dan riset pengembangangan.
perusahaan masih dalam tahap Sedangkan faktor lingkungan eksternal
pengenalan produk. perusahaan ialah demografi, ekonomi,
Namun, PT. Songgolangit Persada teknologi, politik, sosial budaya, dan
masih mempunyai tantangan eksternal pesaing.
antara lain pesaing dan merubah pola Tahap pengumpulan data terdiri dari
pikir petani untuk beralih ke pertanian matriks IFAS yaitu analisis faktor kekuatan
organik. Serta tantangan internal yaitu dan kelemahan, serta matriks EFAS yaitu
sosialisasi produk yang kurang memadai, analisis faktor kelemahan dan peluang
mempertahankan kualitas produk, dan yang dimiliki oleh perusahaan. Analisis
tingginya biaya distribusi produk. lingkungan internal dan eksternal
Adapun tujuan dari penelitian ini digunakan untuk memperoleh strategi
adalah untuk mengetahui strategi bisnis di tingkat korporat secara
pemasaran yang diterapkan oleh PT. mendetail. Analisis matriks internal dan
Songgolangit Persada. eksteral melalui matriks IFAS dan EFAS.
Alat yang digunakan untuk
2. METODE PENELITIAN menyusun faktor-faktor strategis
Objek dari penelitian ini adalah perusahaan ialah matriks SWOT. Dengan
strategi pemasaran yang dilaksanakan menggunakan matriks ini, dapat
oleh sebuah perusahaan. Penelitian ini menggambarkan secara jelas bagaimana
dilakukan di PT. Songgolangit Persada menggunakan kekuatan, kelemahan,
yang berlokasi di Jalan Pulau Komodo peluang dan ancaman yang dimiliki oleh
38X Denpasar. Desain penelitian yang perusahaan untuk menghasilkan empat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 338


sel kemungkinan strategi alternatif yang perusahaan tertentu bereaksi terhadap
dapat digunakan oleh perusahaan. faktor-faktor strategis eksternalnya.
Strategi-strategi tersebut ialah : (2) Matriks IFAS (Internal Strategic
 Strategi SO (Strengths, Opportunities) Factors Analysis Summary)
 Strategi ST (Strengths, Threats) Tahapan dalam penggunaannya
 Strategi WO (Weakness, Opportunities) adalah:
 Strategi WT (Weakness, Threats) a. Susunlah (5 sampai dengan 10
(1) Matriks EFAS (External Strategic peluang dan ancaman).
Factors Analysis Summary) b. Beri bobot masing-masing faktor, mulai
Tahapan dalam penggunaanya ialah: dari 1,0 (sangat penting) sampai
a. Susunlah (5-10 peluang dan ancaman). dengan 0,0 (tidak penting).
b. Beri bobot masing-masing faktor dalam c. Hitung rating untuk masing-masing
kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) faktor dengan memberikan skala mulai
sampai dengan 0,0 (tidak penting). dari 4 (outstanding) sampai dengan 1
c. Berikan skala mulai dari 4 (outstanding) (poor) berdasarkan pengaruh faktor
sampai dengan 1 (poor) berdasarkan tersebut terhadap kondisi perusahaan
pengaruh faktor tersebut terhadap yang bersangkutan. Peluang yang
kondisi perusahaan yang semakin besar diberi rating +4, tetapi
bersangkutan. Pemberian nilai rating jika peluangnya kecil, diberi rating +1.
untuk faktor peluang, semakin besar Pemberian nilai rating ancaman adalah
diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kebalikannya.
kecil, diberi rating +1. Pemberian nilai d. Kalikan bobot dengan rating, untuk
rating ancaman adalah kebalikannya. memperoleh faktor pembobotan.
d. Kalikan bobot dengan rating, untuk Hasilnya berupa skor pembobotan
memperoleh faktor pembobotan. untuk masing-masing faktor yang
Hasilnya berupa skor pembobotan nilainya bervariasi mulai dari 4,0
untuk masing-masing faktor yang (outstanding) sampai dengan 1 (poor).
nilainya bervariasi mulai dari 4,0 e. Berikan komentar/catatan mengapa
(outstanding) sampai dengan 1 (poor). faktor-faktor tertentu dipilih dan
e. Berikan komentar atau catatan bagaimana skor pembobotannya
mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dihitung.
dan bagaimana skor pembobotannya f. Jumlahkan skor pembobotan untuk
dihitung. memperoleh total skor pembobotan.
f. Jumlahkan skor pembobotan untuk Nilai total ini menunjukan bagaimaana
memperoleh total skor pembobotan perusahaan tertentu bereaksi terhadap
bagi perusahaan yang bersangkutan. faktor-faktor strategis eksternalnya.
Nilai total ini menunjukan bagaimana

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 339


(3) Matriks Internal-Eksternal PT. Songgolangit Persada daapat
Analisis Matriks IE berguna untuk memperkecil kelemahan dengan :
mengidentifikasi 9 sel strategi a. Produk mudah ditiru
perusahaan, yang dapat dikelompokkan b. Expiry date cepat
menjadi tiga strategi utama, yaitu c. Riset dalam negeri kurang
(Rangkuti, 2003) : d. Biaya distribusi tinggi
(1) Growth Strategy merupakan e. Harga murah tidak bisa masuk pasar
pertumbuhan perusahaan sendiri (itu premium
sel 1, 2, dan 5) atau upaya (2) Matriks EFAS
diversifikasi (sel 7 dan 8). Berdasarkan hasil analisis matriks
(2) Stability Strategy diterapkan tetapi EFAS, diperoleh total skor pembobotan
tanpa mengubah arah strategi yang sebesar 2,28. Hal ini menunjukkan bahwa
telah ditetapkan. perusahaan dapat menggunakan peluang
(3) Retrenchment Strategy dilakukan yang ada untuk mengendalikan ancaman
untuk mengurangi usaha yang yang terjadi pada perusahaan. Sehingga
dilakukan oleh perusahaan (sel 3, 6, perusahaan dapat memanfaatkan
dan 9). kekuatan yang dimiliki yaitu:
a. Perluasan pabrik
3. HASIL DAN PEMBAHASAN b. Dapat menguasai pasar Indonesia
(1) Matriks IFAS c. Ekspor
Berdasrkan analisis matriks IFAS, d. Lahan di Indonesia sangat luas
didapatkan jumlah skor pembobotan e. Berkurangnya penggunaan pupuk
matriks yaitu 2,91. Hal ini menunjukkan kimia
bahwa perusahaan mampu menggunakan Untuk menyikapi ancaman yang
kekuatan yang ada untuk menutupi akan datang kepada perusahaan yaitu :
kelemahan pada perusahaan. Sehingga a. Kompetitor
PT. Songgolangit Persada dapat b. Naiknya harga jual produk
memanfaatkan peluang yang ada yaitu: c. Peraturan Pemerintah
a. Penelitian internasional kuat (R&D) d. Penggunaan bahan kimia terlalu
b. Jaringan internasional banyak
c. Harga murah e. Bahan baku (molase)
d. Brand image kuat f. Kualitas
e. Hampir menguasai pemasaran tingkat g. Persaingan antar distributor
Nasional (3) Analisis Matriks IE
f. Produk pelopor/pioneer Berdasarkan hasil analisis matriks
g. Sudah disertifikasi IE, PT. Songgolangit Persada saat ini
h. Variasi produk banyak berada pada sel 5 yaitu “Growth dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 340


Stability” yang menunjukkan perusahaan sehingga memiliki cukup dana untuk
tumbuh dan kembangkan dengan melakukan perluasan pabrik.
konsentrasi melalui integrasi horizontal. b. Strategi ST
Strategi pertumbuhan melalui  Melakukan riset dan pengembangan
integrasi horizontal adalah memperluas bertaraf internasional untuk
perusahaan dengan cara perluasan pabrik meningkatkan kualitas produk
atau membangun perusahaan di lokasi  Sebagai produk pelopor yang
lain serta mengembangkan jenis produk. memiliki brand image kuat dan
PT. Songgolangit Persada berada dalam harga yang kompetitif dapat menjadi
moderate attractive industry. Strategi yang poin penting bagi perusahaana agar
dianjurkan untuk perusahaan di posisi ini mengalahkan kompetitor dengan
adalah konsolidasi. Tujuannya agar cara mengenalkan EM4 ke
menghindari kehilangan penjualan dan konsumen baru misalnya
kehilangan profit. memberikan produk (sampel) secara
(4) Analisis Matriks SWOT gratis untuk percobaan pemakaian
Penggunaan analisis SWOT untuk konsumen.
menghasilkan strategi alternatif yang c. Strategi WO
diharapkan dapat menunjang kegiatan  Membangun pabrik di lokasi lain
pemasaran di PT. Songgolangit Persada untuk mengurangi biaya distribusi
menjadi efektif dan efisien. produk antar pulau yang tinggi
a. Strategi SO  Meskipun EM4 tidak dapat masuk
 Mempertahankan brand image ke pasar premium, tetapi
dengan menjaga kualitas produk perusahaan memiliki peluang yang
dan kestabilan serta konsistensi sangat besar untuk memfokuskan
harga jual produk. pemasaran skala nasional dengan
 PT. Songgolangit Persada dapat cara perluasan pasar ke daerah
bekerjasama dengan Negara Kalimantan dan ekspor.
pengembang Teknologi EM untuk d. Strategi WT
memperluas pasar ke dunia ekspor.  Menetapkan distributor khusus
 Mempertahankan pemasaran skala untuk pasar premium daripada
nasional yang sudah kuat terdapat banyak R1(Agen,
(Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT) Distibutor, Toko Grosir Pertanian)
dengan cara mengawasi kondisi pada satu wilayah agar tidak terjadi
pasar dan melakukan promosi persaingan antar distributor.
kepada pembeli agar tidak disaingi
oleh kompetitor, maka akan
meningkatkan profit perusahaan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 341


4. SIMPULAN DAN SARAN memberi target sosialisasi kepada
4.1. Simpulan setiap manajer pemasaran, dan
PT. Songgolangit Persada saat ini pembaharuan pada website
berada pada posisi “Growth dan Stability”, perusahaan agar lebih komunikatif
pada posisi ini perusahaan dianjurkan dan menarik.
untuk melakukan perluasan lokasi usaha, (2) Perusahaan sebaiknya
pengembangan produk, dan mempertimbangkan banyaknya agen
mempertahankan profit perusahaan. atau distributor di satu wilayah
Strategi pemasaran yang diterapkan oleh dengan cara memberikan pembagian
PT. Songgolangit Persada yaitu wilayah secara jelas kepada masing-
mempertahankan brand image untuk masing R1 untuk mengurangi resiko
menguasai seluruh pasar Indonesia, persaingan antar distributor.
memanfaatkan jaringan internasional
untuk menjajal pasar ekspor, dengan 5. DAFTAR PUSTAKA
menguasai pasar Indonesia dapat Emilia. 2015. Temu Komunitas Organik.
“KEMENTAN: Pertanian Organik
meningkatkan pendapat perusahaan
Berkembang Pesat”. E-Paper Bisnis
sehingga memiliki dana lebih untuk Indonesia. Melalui
<http://industri.bisnis.com/read/2015
memperluas pabrik, mendirikan pabrik
0130/99/397019/kementan-
dilokasi lain, meskipun produk tidak dapat pertanian-organik-berkembang-
pesat> [9/2/16]
masuk ke pasar premium, tetapi
Food and Agriculture Organization of the
perusahaan mempunyai peluang yang United Nations. 2015. Tahun Tanah
Internasional 2015. Melalui
sangat besar untuk memfokuskan
<http://www.fao.org/3/b-i4405o.pdf>
pemasaran skala nasional dan melakukan [08/12/16]
Goenandi, Didiek Hadjar. 2014. “Peran
ekspor, melakukan R&D skala
Pupuk Organik dalam Membangun
internasional untuk meningkatkan kualitas Ketahanan Pangan Nasional.”
Melalui
produk, mempertahankan harga dan
<http://tabloidsahabatpetani.com/per
brand image untuk bersaing dengan an-pupuk-organik-dalam-
membangun-ketahanan-pangan-
kompetitor, dan menetapkan distributor
nasional/>
khusus untuk pasar premium daripada Gusrizal. 2016. Gandeng Mitra, Pupuk
Indonesia Optimalkan Pupuk
terdapat banyak distributor pada suatu
Organik. Majalah Tempo Online.
wilayah agar tidak terjadi persaingan antar Melalui <www.tempo.co>
[01/15/2017]
distributor.
Indonesia. 2016. Data Perkembangan
Pupuk Organik 5 Tahun Terakhir.
Bandung: Dinas Pertanian Tanaman
4.2. Saran
Pangan dan Hortikultua Provinsi
(1) Untuk menarik perhatian pembeli Jawa Barat.
Julianto. 2014. Tabloid Sinar Tani. Melalui
sebaiknya perusahaan melakukan
<http://m.tabloidsinartani.com>
perbaikan pada promosi, seperti [12/20/16]

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 342


Khudori. 2014. “Jokowi JK dan Go Organi
c.” Majalah Tempo Online. Melalui <
http://www.tempo.co/read/kolom/201
4/09/23/1662/Jokowi-JK> [08/12/16]
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009.
Manajemen Pemasaran. Edisi 13,
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009.
Manajemen Pemasaran. Edisi 13,
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Mayrowani, Henny. 2012. Pengembangan
Pertanian Organik Di Indonesia.
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Forum Penelitian Agro
Ekonomi, Vol. 30, No. 2, Desember
2012 : p. 91 – 108.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
70/Permentan/Sr.140/10/2011.
Menteri
Pertanian. Melalui <http://perundang
an.pertanian.go.id/admin/file/Permen
tan-70-11.pdf> [08/12/16]
Rangkuti, Freddy. 2003. Analisis SWOT
Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sembiring, Hasil. 2016. Penguatan Sistem
Pertanian Organik Indonesia Menuju
Berkembangnya Desa Pertanian
Organik & Menguasai Pasar Organik
Dunia. Melalui
<http://pphtp.tanamanpangan.pertan
ian.go.id/berita/37> [01/15/2017]
Suriardikarta, Didi Ardi dan R.D.M.
Simanungkalit. 2006. Pupuk Organik
dan Pupuk Hayati. Balai Besar
Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor.
ISBN 978-979-947457-5
Swastha, Basu Dh dan Irawan. 1983.
Menejemen Pemasaran Modern.
Yogyakarta: Liberty.
Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi
Pemasaran. Edisi III. Yogyakarta:
Andi.
Wahyuniardi, Rizki dan Eeng Sumarna.
2014. Studi Kelayakan Pendirian
Industri Kecil Pupuk Organik Padat
Dan Cair Berbahan Baku Limbah
Perkebunan, Peternakan Dan
Industri. Jurnal Ilmiah Teknik Industri
Vol. 2 No.2, 101 – 108. Bandung.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 343


OPTIMASI PENJUALAN BUAH JERUK DI RUMAH BUAH TIRTAYASA

Pandi Pardian dan Irfan Rahadian

Prodi Agribisnis Faperta Universitas Padjadjaran, Jatinangor 45363 Indonesia

ABSTRAK

Komoditas buah jeruk merupakan salah satu komoditas yang dijual di rumah buah Tirtayasa
Bandung.Penjualan buah jeruk didominasi oleh tiga jenis buah jeruk, yaitu Jeruk honey Mandarin,
Jeruk Medan dan Jeruk Navel USA.Namun selama ini pola pemesanan buah untuk rumah buah
Tirtayasa sendiri tidak dilakukan melalui perencanaan sehingga seringkali produk sisa yang tidak
terjual cukup banyak.Perencanaan jumlah maksimal dan minimal buah jeruk yang harus disiapkan
di toko sendiri belum dilakukan dan seringkali berakibat over supply dan menyebabkan
kerusakan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui optimasi penjualan buah jeruk di rumah buah
Tirtayasa sehingga memberikan maksimal profit dari minimal dan maksimal 3 jenis buah jeruk yang
harus ada di toko untuk memenuhi kebutuhan konsumen.Desain penelitian yang digunakan adalah
desain deskriptif kualitatif dengan teknik penelitian studi kasus. Analisis penelitian yang digunakan
adalah analisis deskriptif dan analisis linear goal programming. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa minimal persediaan tiga jenis jeruk sama dengan jumlah permintaan tahun sebelumnya dan
untuk meningkatkan keuntungan maka rumah buah harus meningkatkan persediaan ketiga jenis
buah jeruk dengan batas maksimal tambahan persediaan masing-masing buah adalah Jeruk
Honey Mandarin sebesar 11.170 kg, Jeruk Medan 8.010 kg dan Jeruk Navel USA 1.180 kg dengan
peningkatan maskimal pendapatan sebesar yang paling optimal buah jeruk agar peningkatan
memaksimalkan keuntungan adalah Rp 59.404.211,-.

Kata Kunci: Optimasi, Penjualan, Jeruk, Linear Goal Programming


1. PENDAHULUAN 6 Jeruk Baby Java
Rumah BuahTirtayasa merupakan 7 Jeruk Bali Madu
8 Jeruk Afourer Australia
salah satu pelaku usaha penjualan buah
9 Jeruk Siam Pontianak
hasil produksi pertanian di Kota 10 Jeruk Bali Aceh
Bandung.Salah satu jenis buah yang di 11 Jeruk Bali Lokal
Sumber: Tyas, Veronika PR (2016)
perjualkan adalah buah jeruk.Jenis buah
jeruk yang ditawarkan di rumah buah Pemesanan buah jeruk yang
Tirtayasa terdiri dari 11 jenis namun di dilakukan melalui supplier oleh rumah
dominasi oleh penjualan berdasarkan Buah Tirtayasa masih spekulatif dan
permintaan konsumen oleh tiga jenis buah seringkali tidak melihat permintaan atau
jeruk yaitu buah jeruk honey mandarin, penjualan sebelumnya sehingga seringkali
Jeruk Medan, dan Jeruk Navel USA buah tertentu menjadi rusak karena

Tabel 1.Jenis Buah Jeruk yang ditawarkan persediaan terlalu banyak dan juga
RumahBuah permintaan sedikit. Biasanya buah yang
TirtayasaFebruari2016
rusak atau busuk akan langsung dibuang
No Komoditi
1 Jeruk Honey Mandarin sehingga Rumah Buah Tirtayasa
2 Jeruk Ponkam Mandarin mengalami kehilangan penjualannya dan
3 Jeruk Medan profit dari pengadaaan buah yang
4 Jeruk Lemon Africa
seharusnya. Perencanaan pengadaan
5 Jeruk Navel USA

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 344


berbagai jenis jeruk terutama 3 jenis jeruk menurut Mulyono (1999), bahwa
yang memiliki permintaan tertinggi di perbedaan utama terletak pada struktur
rumah buah Tirtayasa perlu dilakukan dan penggunaan fungsi tujuan.Dimana
untuk memaksimalkan keuntungan dan pada linear programming (LP) fungsi
mengurangi kerugian.Sehingga dilakukan tujuannya hanya mengandung satu
penelitian terhadap3 jenis buah jeruk yang tujuan antara maksimasi keuntungan
di tawarkan oleh rumah buah Tirtayasa. atau minimasi biaya. Sedangkan linear
goal programming (LGP) semua tujuan
2. METODE PENELITIAN apakah satu atau beberapa
Metode penelitian yang digunakan adalah digabungkan dalam sebuah fungsi
deskriptif kuantitatif dengan teknik studi tujuan yang dilakukan dengan
kasus (case study). Objek penelitian yang mengekspresikan tujuan itu dalam
dikaji adalah optimasi penjualan buah bentukkendala (goal constraint),
jeruk di Rumah Buah Tirtayasa.Data yang memasukkan suatu variabelsimpangan
digunakan adalah data primer dan data (deviational variable) dalam kendala itu
sekunder.Data primer diperoleh dari untuk mencerminkan seberapa jauh
pengamatan di lapang dan hasil tujuan itu dicapai, danmenggabungkan
wawancara dari informan, sedangkan data variabelsimpangan dalam fungsi
sekunder diperoleh dari studi tujuan. Untuk menentukan optimasi
kepustakaan. Teknik pengumpulan data pengadaan Jeruk, pengolahan data
dilakukan dengan melakukan pengamatan dilakukan dengan menggunakan
langsung (observasi) ke lapangan, dan bantuan software program sasaran
wawancara linear (Goal Pragramming) yang
Alat analisis yang digunakan untuk bernama LINDO (Linear Interactive
mengolah data yang diperoleh dari Discrete Optimizer).
lapangan dalam penelitian ini adalah:
1) Analisis deskriptif. Alat analisis ini 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan untuk mendeskripsikan dan 3.1. Penjualan Buah Jeruk
menggambarkan pengadaan Penjualan buah jeruk terkendala
persediaan buah jeruk di Rumah Buah dengan ketersediaan buah jeruk sendiri
Tirtayasa saat penelitian dilaksanakan. dikarenakan buah jeruk yang ditawarkan
Data primer yang diperoleh kemudian mengikuti musim dan ketersediaan dari
ditabulasikan dalam kerangka tabel. buah untuk buah lokan dan ketersediaan
2) MetodeLinear Programming di negara asal impor buah.
Ada perbedaan yang cukup relevaan Sedangkan asal buah jeruk di rumah
antara metode linear programming (LP) buah Tirtayasa sendiri merupakan
dan linear goal programming (LGP), pesanan dari pusat Rumah Buah yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 345


bertempat di Serpong/Alam Sutera, terjadi kerusakan maupun kehilangan
Tanggerang. selama pengangkutan buah dari lokasi
Pembayaran dalam pengadaan pengniriman sampai ke Bandung maka
buah dari pemasok ke Rumah Buah kerusakan ditanggung oleh pengirim.
Tirtayasa dilakukan dua minggu sekali Pola penjualan buah jeruk mengikuti
dengan sistem giro.Waktu pembayaran ketersediaaan buah di supplier.Untuk
tersebut merupakan kesepakatan kedua ketiga jenis Jeruk yang diteliti di rumah
belah pihak antara pemasok dan pihak Buah Tirtayasa periode pemesanan dan
toko. ketersediaan buah jeruk di pusat buah
Proses pengangkutan merupakan jeruk/supplier terlihat pada Tabel 3.
tanggung jawab pihak pemasok. Jika

Tabel 3.Pesanan buah jeruk periode Juli 2015-Juni 2016


Bulan
Jeruk
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Mandarin - - - - - - -
Medan -
Navel USA

Rumah buah Tirtayasa melakukan buah Tirtayasa. Kegiatan yang dimaksud


pemesanan buah jeruk sepanjang tahun dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu
dengan mengatur ketersediaan dari penjualan Jeruk Mandarin, Jeruk Medan
supplier agar barang yang ditawarkan dan Jeruk Navel (Tabel 4).
dapat memenuhi permintaan Tabel 4. Variabel Keputusan
konsumen Analisis penelitian ini dilakukan Kegiatan Variabel Simbol
Keputusan
mulai dari bulan Juli 2015 sampai Juni Penjualan Jumlah Penjualan X1
2016 dalam periode satu tahunan. Hasil Jeruk Jeruk Mandarin
Mandarin
Penjualan Jumlah Penjualan X2
penelitian penjual jeruk fluktuatif namun Jeruk Medan Jeruk Medan
mempunyai batasan masing karena Penjualan Jumlah Penjualan X3
Jeruk Navel Jeruk Navel USA
terdapat beberapa kendala salah
satunya adalah ketersediaan di supplier,
Penyusunan Model Kendala
jumlah yang terjual sehingga perlu
1) Pemodelan kendala sasaran
dilakukan keputusan bagaimanan
Kendala sasaran dalam penelitian
mengadakan buah jeruk sehingga dapat
ini adalah kendala sasaran keuntungan
memaksimalkan keuntungan.
dan kendala sasaran pencapaian target
1) Optimasi Penjualan Buah Jeruk
yang masing-masing ditambahkan
Variabel keputusan yang dipilih
variabel deviasional. Variabel
merupakan variabel yang berasal dari
deviasional tesebut digunakan untuk
kegiatan penjualan yang ada di rumah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 346


menampung penyimpangan hasil 8960X1 + 6560X2 + 11160X3 +DA- - DB+ =
penyelesaian terhadap sasaran yang 592.257.996

hendak dicapai, yaitu penyimpangan hasil b. Sasaran pencapaian target pengadaan


penyelesaian di atas sasaran dan juga di Target pengadaan jeruk yang ingin
bawah sasaran. dicapai berdasarkan permintaan dari
a. Sasaran keuntungan pelanggan per tahun adalah mendapatkan
Sasaran keuntungan yang hasil pengadaan yang optimal
ditargetkan dari perhitungan yang berdasarkan permintaan. Pada fungsi
dilakukan terhadap hasil penjualan tujuan, yang dilakukan adalah
sebelumnya selama periode satu tahun meminimumkan deviasi bawah (DC, DE,
adalah Rp 592.257.996,-. Keuntungan dan DG) target pengadaan ketiga jenis
yang ditetapkan berdasarkan pada jeruk. Model persamaan untuk kendala
harga jual dari masing-masing buah sasaran pencapaian target pengadaan
jeruk per kilogram selama satu tahun jeruk adalah sebagai berikut:
dikurangi biaya-biaya (biaya pesan, X1 + DC- – DD+= 70469
simpan, kerusakan) yang dikeluarkan X2 + DE- – DF+= 945
untuk satu kilogram jeruk lalu dikalikan
X3 + DG- – DH+= 24708
dengan volume pembelian buah jeruk
2) Kendala Kerusakan
selama satu tahun.
Kendala kerusakan merupakan
Tabel 5. Harga Jual dan Beli Jeruk
Jeruk Jeruk kendala yang bersifat teknis yang
Jeruk
Keterangan Honey Navel menyebabkan jeruk menjadi berkurang.
Medan
Mandarin USA
Harga Jual 44,800 32,800 55.800 Kendala terseebut selama pengukuran
Harga Beli dari Juli 2015-Juni 2016. Model
per kg (Rp) 35,840 26,240 44,640
persamaan kerusakan disajikan sebagai
Keuntungan Rumah Buah Tirtayasa berikut (dalam Rp/Kg/Thn):
merupakan target sasaran yang ingin 0,020X1 + 0,028X2 + 0,019X3 ≤ 256867779
dicapai dari hasil optimasi pengadaan Penentuan Fungsi Tujuan/Sasaran
Jeruk. Untuk medapatkan keuntungan Dari perhitungan terhadap data
yang maksimal maka yang harus sasaran penjualan. Target pencapaian
diminimumkan adalah deviasi bawahnya penjualan jeruk yang ingin dicapai
(DA) untuk mengurangi penyimpangan di besarnya sesuai dengan jumlah penjualan
bawah sasaran sehingga menghasilkan selama satu tahun.
keuntungan di atas target. Model Tabel 6. Sasaran
persamaan kendala sasaran keuntungan Jumlah
Target Sasaran
Sasaran
pada pengadaan Jeruk adalah sebagai
Sasaran Keuntungan 592.257.996
berikut: (Rp)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 347


Permasalahan yang telah
Target pengadaan diformulasikan dalam bentuk model
berdasarkan
matematik diolah dengan bantuan
permintaan (kg)
Jeruk Mandarin (X1) 70.469 program LINDO (Linear Interactive
Jerum Medan (X2) 945 Diskret Optimizer). Hal yang harus
Jeruk Navel (X3) 24.708 diperhatikan pada model linear goal
programming adalah persamaan
Fungsi tujuan menggunakan/
fungsi tujuannya. Fungsi tujuan
menambahkan variabel deviasional untuk
dalam linear goal programming
menampung penyimpangan yang terjadi.
merupakan maksimasi penjualan dari
Dalam fungsi tujuan, sasaran keuntungan
pengadaan yang ingin dicapai.
ditambahkan variabel deviasional bawah
Pada hasil pengolahan model goal
untuk menampung penyimpangan di
programming diperoleh data
bawah (deviasi bawah) sasaran karena
optimasi pengadaan. Data tersebut
kelebihan keuntungan tidak perlu dibatasi
akan dibandingkan dengan target
sehingga diperoleh keuntungan
sasaran dan kondisi aktual, dapat dilihat
maksimum. Variabel deviasional berfungsi
pada Tabel 7.
untuk menampung penyimpangan
Tabel 7. Perbandingan Sasaran dan Hasil
(deviasi) yang terdapat pada nilai ruas kiri Optimasi
suatu persamaan kendala terhadap nilai Target Sasaran/ Jumlah Hasil
Sumberdaya Sasaran Optimasi
ruas kanannya. Setiap penyimpangan
harus dibuat minimum dengan Sasaran 592257996 594535177
mengupayakan nilai ruas kiri persamaan Keuntungan
Target pengadaan berdasarkan permintaan
mendekati nilai ruas kanannya. Model (dalam kg)
persamaan fungsi tujuan adalah sebagai JerukMandarin 70469 70752
(X1)
berikut:
Jeruk Medan (X2) 945 945
Minimumkan Z =
Jeruk Navel USA 24708 24708
(X3)
Berdasar pada hasil pengamatan,
prioritas pertama adalah sasaran target Berdasarkan Tabel 7, untuk
pengadaan Jeruk Mandarin mempunyai memaksimalkan jumlah keuntungan
bobot 0,733, Jeruk Medan 0, 0098 dan dari penjualan buah jeruk
Jeruk Navel USA 0,2570. Maka diperoleh berdasarkan permintaan dari pembeli
model persamaan fungsi tujuan yang makan ada penambahan jumlah
digunakan sebagai berikut: penjualan sehingga pengadaan jeruk
Minimumkan Z = pun harus ditambah. Jeruk yang
Min 0.7331DC+0.0098DE+0.2570DG+DA

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 348


ditambah hanya jeruk Mandarin kendala yang diperbolehkan agar
sebesar 283 kilogram. penyelesaian optimal tidak berubah,
Analisis Sensitivitas (Kepekaan) sedangkan batas maksimal menunjukkan
Analisis sensitivitas bertujuan untuk batas penurunan nilai ruas kanan kendala
menganalisis sejauh mana perubahan yang diperbolehkan tanpa merubah hasil
boleh terjadi pada hasil optimasi yang penyelesaian optimal. Hasil optimasi yang
terdiri dari batas minimum (allowable telah dicapai dapat mengalami
decrease) dan batas maksimum(allowable perubahan, apabila terjadi perubahan
increase). terhadap nilai-nilai parameter yang
Tani Dewa Family menginginkan terdapat dalam model yang digunakan
perubahan di luar batas yang ditentukan, (Tabel 8).
maka perubahan tersebut bisa saja terjadi
pada target sasaran. Batas minimum
adalah batas kenaikan nilai ruas kanan
Tabel 8..Analisis Sensitivitas

Target / Sumberdaya Jumlah Sasaran Batas Maksimum Batas Minimum


Keuntungan (Rp) 592.257.996 651.662.2.07 Tak Terbatas
Jeruk Mandarin (X1) 70469 11.170 70469
Jerum Medan (X2) 945 8.010 945
Jeruk Navel (X3) 24708 1.180 24708
Kerusakan 256.867779 Tak Terbatas 224.297440

Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan minimal tersedia di toko sebanyak


analisis sesitivitas parameter ruas kanan 24.708 kg, dan untuk jeruk navel USA
kendala dapat dilihat nilai batas minimum tambahan pemesanan buah jeruk dari
dan maksimumnya. Nilai ruas kanan supplier sebesar 1.180 kg dan minimal
kendala merupakan nilai target sasaran tersedia di toko untuk memenuhi
yang telah ditetapkan. Keuntungan kebutuhan konsumen sebesar 24.708 kg.
Kelompok Rumah Buah ditargetkan
sebesar Rp 592.257.996 dapat 4. SIMPULAN
ditingkatkan menjadi Rp 651.662.207,- 4.1. Simpulan
dengan kemungkinan kerusakan terhadap Berdasarkan analisis yang telah
ketiga jenis jeruk maskimal. Batas atas dijabarkan dalam penelitian ini, maka
tambahan pesanan untuk jeruk honey dapat diperoleh simpulan: Penjualan buah
mandarin sebesar 11.170 kg dan minimal jeruk yang optimal oleh Rumah Buah
tersedia di toko harus 70.469 kg., Tirtayasa berdasarkan hasil optimasi
sedangkan untuk jeruk medan hanya bisa terhadap permintaan selama Juli 2015
maksimal ditambah sebanyak 8.010 kg sampai Juni 2016 maksimal keuntungan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 349


yang bisa didapatkan dengan harga saat Nazir, M. 2005. Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
ini dari maksimal kenaikan hasil optimasi
Santoso, S. 2009. Business Forecasting –
untuk ketiga jenis jeruk sebesar Rp Metode Peramalan Bisnis Masa Kini
dengan Minitab dan SPSS.Jakarta :
59.404.211,- dengan memperhitungkan
Elex Media Komputindo.
pertimbangan akibat kerusakan. Tyas, Veronika PR. 2016, Peramalan
Penjualan Untuk Perencanaan
4.2. Saran Pengadaan Persediaan Buah Jeruk
Dilakukan penelitian lanjutan terkait Segar di Rumah Buah Tirtayasa,
Bandung Skripsi Faperta Universitas
dengan pola persediaan jadwal Padjadjaran
ketersediaan produk dari supplier. Utami, C. 2006. Manajemen Ritel (Strategi
dan Implementasi Ritel Modern).
Jakarta: Salemba Empat.
5. UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penelitian ini
terutama kepada saudari Verronika Tyas
yang membantu mendapatkan data
penjualan. Terima kasih juga kepada
pihak Rumah Buah Tirtayasa yang telah
memberikan informasi dan data sehingga
penelitian ini dapat dilaksanakan.

6. DAFTAR PUSTAKA
Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi
dan Operasi.Jakarta : Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Direktorat Budidaya dan Pasca Panen
Buah. 2012. Profil Komoditas Jeruk.
Jakarta: Kementerian Pertanian.
Herjanto, E. 2008.Manajemen Produksi
dan Operasi. Edisi Ketiga Cetakan
Ketujuh. Jakarta : Grasindo.
Laras, Nourma M. 2013. Optimasi
Pengadaan Cabai Paprika Untuk
Memenuhi Permintaan Pasar (Studi
Kasus di Kelompok Tani Dewa
Family, Desa Pasirlangu,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bandung Barat, Provinsi Jawa
Barat). Skripsi. Faperta Universitas
Padjadjaran
Mulyono, S. 1999. Operation Research.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 350


KEMAMPUAN BERBAHASA INGGRIS PEMASAR PRODUK PERTANIAN TERHADAP
WISATAWAN ASING DI PASAR PANANJUNG PANGANDARAN

Raisa Siska Tanjung

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: raisa.siska9@gmail.com

ABSTRAK

Pangandaran yang terkenal dengan lokasi wisata pantainya yang indah dan kini telah resmi
menjadi kabupaten, semakin menjadi pusat perhatian wisatawan asing untuk berlibur dan
menetap. Tak sekedar mencuci mata, ada beberapa diantara mereka yang juga berbelanja hasil
bumi, seperti buah-buahan, sayuran dan juga ikan. Pasar Pananjung menjadi pusat kunjungan
mereka. Hal ini berdampak kepada para pedagang, khususnya pemasar produk pertanian, untuk
berperan aktif dalam penguasaan bahasa Inggris yang telah menjadi bahasa perantara yaitu lingua
franka. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kemampuan pemasar produk pertanian dalam
berbahasa Inggris. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analaisis kualitatif dengan sumber
data 5 orang pemasar produk pertanian yang sedang melakukan aktivitas jual beli dengan
wisatawan asing yang berlokasi di pasar Pananjung, Pangandaran. Penelitian menunjukkan
bahwa ditinjau dari kemampuan mengucapkan ungkapan bahasa Inggris di pasar dalam
memasarkan produk yang terdiri atas kemampuan menyapa, menawarkan bantuan, menjawab
pertanyaan pembeli, menawarkan produk lain, bertransaksi, mengakhiri komunikasi, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berbahasa Inggris yang digunakan oleh pemasar produk
pertanian adalah kemampuan menyapa dan mengakhiri komunikasi saja. Dengan demikian
kemampuan bahasa Inggris pemasar produk pertanian di pasar Pananjung Pangandaran adalah
sangat minim, Saat bertransaksi, mereka menggunakan jasa tour guide dan kalkulator. Temuan
lainnya adalah ketiadaan ungkapan penawaran barang yang disebabkan oleh minimnya
kemampuan berbahasa Inggris dengan baik dan benar, sehingga pemasar tersebut tidak dapat
berperan penuh sebagai pemasar produk hasil pertanian kepada wisatawan asing.

Kata kunci: Pangandaran, Bahasa Inggris, Pemasar, Produk Pertanian

1. PENDAHULUAN digunakan di seluruh dunia. Masyarakat


Kabupaten Pangandaran Pangandaran juga dituntut untuk
merupakan daerah tujuan wisata yang berbahasa Inggris baik pasif maupun aktif.
menawarkan keindahan laut dan Beberapa di antara mereka yang
sungainya. Kedatangan turis asing berprofesi sebagai tour guide juga ada
mancanegara yang berinteraksi dengan membuat komunitas yang tujuannya untuk
penduduk Pangandaran tidak terlepas dari meningkatkan sumberdaya masyarakat
komunikasi bahasa Inggris yang mereka Pangandaran.
gunakan, dimana bahasa tersebut telah Di pasar Bringhardjo, Yogjakarta,
menjadi bahasa lingua franka, yaitu para pelaku pemasaran pakaian batik
bahasa pemersatu dalam berinteraksi mengaku bahasa Inggris sangat penting
antar negara yang disebut juga sebagai bagi mereka, terutama dalam melayani
bahasa international. Rayner (2001) pembeli turis mancanegara. Banyak di
mengemukakan bahwa bahasa Inggris antara mereka yang mengambil kursus
merupakan bahasa internasional sehingga singkat bahasa Inggris agar memudahkan
menjadi bahasa yang paling banyak mereka berinteraksi dan menjualkan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 351


dagangannya agar ramai dikunjungi 2. METODE PENELITIAN
wisatawan asing (Tribun Jogja, 2016). Penelitian ini dilaksanakan di Pasar
Peneliti memilih untuk melakukan Pananjung yang berlokasi di Kabupaten
studi terhadap pelaku pemasaran hasil Pangandaran,
pertanian atau pemasar produk pertania Jenis data berupa tindakan yaitu
atau pedagang ataupun penjual hasil bahasa yang digunakan dan sumber data
pertanian dikarenakan banyak turis asing seluruhnya diambil dari pedagang atau
mancanegara yang bekunjung ke pasar penjual, yaitu pemasar hasil pertanian
tradisional Pananjung Pangandaran untuk yang sedang melakukan transaksi jual beli
membeli buah-buahan dan ikan. Hal ini kepada turis asing mancanegara yang
juga dikarenakan hasil pertanian ataupun berjumlah 5 orang pedagang yang ada di
perikanan yaitu agribisnis sangat pasar Pananjung Pangandaran yang
mendominasi di pasar Pananjung. diambil secara acak tanpa
Tujuan dari penelitian ini adalah mempertimbangkan faktor usia, jenis
untuk memperoleh gambaran mengenai kelamin ataupun status pendidikannya.
percakapan bahasa Inggris yang Pemasar hasil pertanian yang diambil
digunakan pemasaran produk pertanian adalah pedagang pengecer buah-buahan
saat bertransaksi di pasar Pananjung dan sayuran. Data khusus yang diambil
Pangandaran. Secara lebih spesifik, adalah kemampuan berbahasa Inggris
tujuan penelitian tentang kemampuan yang ada pada penjual produk pertanian
berbahasa Inggris pelaku pemasaran hasil saat terjadi jual beli dengan turis asing
pertanian kepada wisatawan asing di mancanegara tersebut. Adapun
Pasar Pananjung Pangandaran adalah: wisatawan atau pun turis asing yang
(1) Mengetahui seperti apa komunikasi menjadi objek pendukung penelitian ini
yang digunakan pemasar produk berasal dari beberapa Negara seperti
pertanian dengan pembeli turis asing, (2) Belanda, San Fransisco, California dan
Menganalisa bahasa yang digunakan Australia, yang memang memiliki
pemasar produk pertanian dengan kemampuan yang baik dalam berbahasa
pembeli turis asing, (3) Mendapatkan internasional ini.
gambaran kemampuan bahasa Inggris Untuk menganalisa kemampuan
yang mereka gunakan saat bertransaksi bahasa Inggris pemasar hasil pertanian
jual beli antara pemasar produk pertanian dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu
dengan turis asing, dan (4) Merumuskan dengan menganalisa istilah dan ungkapan
ekspresi ataupun ungkapan yang layak bahasa Inggris yang digunakan penjual
digunakan oleh penjual dengan pembeli dari kalimat yang diucapkan dan tindakan
dalam bahasa Inggris. yang dilakukan dengan observasi/

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 352


pengamatan, kemudian diperkuat dengan memilih sendiri barangnya berupa buah
data wawancara dan dokumentasi. maupun sayuran yang mereka sukai,
Dalam penelitian ini teknik kemudian mengambilnya dan
pengumpulan data yang penulis gunakan memberikannya kepada penjual.
adalah teknik observasi, wawancara dan Cara Bertransaksi
dokumentasi. Teknik observasi atau Berdasarkan hasil pengamatan
pengamatan digunakan saat melihat diperoleh data berupa:
kegiatan jual beli antar pedagang dan (a) Penjual 1, bertransaksi dengan
pembeli turis asing. Sedangkan tekhnik menggunakan kalkulator dan
wawancara diambil dari pemasar atau berbicara dalam bahasa Indonesia.
penjual hasil pertanian. (b) Penjual 2, 4, dan 5, bertransaksi
dengan menggunakan kalkulator
3. HASIL DAN PEMBAHASAN namun berupaya untuk berbicara
Berikut hasil analisis data yang dengan bahasa tubuh.
meliputi: (1) cara menawarkan, (2) cara (c) Penjual 3, sama halnya seperti
bertransaksi, (3) bahasa Inggris yang penjual 2, namun berupaya
digunakan, dan (4) Kemampuan berbahasa Inggris meskipun salah.
mengucapkan ungkapan bahasa Inggris. Berdasarkan data di atas, dapat
Cara Menawarkan disimpulkan bahwa sebagian besar
Penjual 1-5 yang menjadi responden pemasar menggunakan bantuan
penelitian tidak melakukan proses kalkulator untuk menunjukkan harga
penawaran kepada pembeli atau turis sambil menyebutnya dalam bahasa
asing. Hal ini terlihat dari hasil observasi Indonesia, dan disertai keterangan bahwa
yang menunjukkan bahwa saat pembeli harga tersebut dalam mata uang rupiah.
turis asing datang memperhatikan barang Sebagian besar pemasar tidak dapat
dagangannya, penjual ada yang hanya menyebutkan harga dalam bahasa
diam tanpa berkata sepatah kata pun, dan Inggris. Pemasar berpendapat bahwa
ada yang hanya menyapa hello mister / dengan tulisan dan angka yang tertera
miss saja. Mereka tidak dapat pada kalkulator membuat pembeli turis
menawarkan hasil pertanian lainnya yang asing mengetahui dengan jelas harga
mereka jual kepada pembeli turis asing barang yang dibeli sehingga tidak terjadi
tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, kekeliruan dalam pembayaran.
hal ini terjadi dikarenakan mereka merasa Bahasa Inggris yang Digunakan
malu karena tidak dapat berbicara bahasa Berdasarkan hasil pengamatan,
Inggris dan hanya mengetahui ujaran cara berbahasa yang digunakan penjual
sederhana seperti yes, no dan hello. Dari dan pembeli adalah bahasa tubuh,
hasil pengamatan, pembeli turis asing contohnya seperti mengangkat jari

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 353


telunjuk sambil mengatakan 1 kilogram. sebagian besar bahasa yang mereka
Berdasarkan hasil wawancara, penjual gunakan adalah bahasa isyarat, atau
tidak bisa menggunakan bahasa Inggris bahasa tubuh.
dengan baik. Penjual hanya mengetahu Kemampuan mengucapkan ungkapan
istilah menyapa dan istilah mengatakan bahasa Inggris
setuju atau tidak setuju. Namun dari 5 Bahasa Inggris yang digunakan
penjual yang diamati, ada satu penjual dapat diamati dari ada tidaknya
yang dapat menyebutkan ribuan dan kemampuan mengucapkan ungkapan
ratusan secara genap saja. Seperti bahasa Inggris, diantaranya kemampuan:
menyebutkan bilangan lima ribu, yakni five (1) menyapa, (2) menawarkan bantuan,
thousand. Dengan demikian, penjual hasil (3) menjawab pertanyaan, (4)
pertanian tidak dapat menggunakan istilah menawarkan produk, dan (5) mengakhiri
bahasa Inggris dengan baik. Karena percakapan Tabel 1).
Tabel 1. Kemampuan Ungkapan Bahasa Inggris
Kemampuan Ungkapan Pemasar/Penjual Produk Ungkapan yang Diucapkan
Bahasa Inggris di Pasar Pertanian yang
Mengungkapkan
Menyapa Penjual 2, Penjual 3, Penjual 2 : “Hello Miss!”
Penjual 5 Penjual 3 : “Hello!”
Penjual 5 : “Hello Mr.!”
Menawarkan Bantuan - -
Menjawab Pertanyaan - -
Bertransaksi Penjual 2 “Five thousand”
Menawarkan Produk - -
Mengakhiri Percakapan Penjual 2, Penjual 3, Ketiga Penjual mengucapkan
Penjual 5 ungkapan yang sama yaitu
“Thank you”

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 5 bahasa tubuh dan dibantu dengan alat
penjual, hanya 3 orang penjual yang hitung kalkulator.
hanya mampu mengucapkan ungkapan Menurut Kotler (1997), pemasar
sapaan dan mengakhiri percakapan. Dari adalah seseorang yang mencari sumber
keenam kemampuan ungkapan tersebut, daya dari orang lain dan bersedia
hanya tiga ungkapan yang dapat menawarkan sesuatu sebagai
disebutkan oleh penjual, namun tidak imbalannya. Dalam hal ini, penjual yaitu
maksimal. Hal ini dapat diartikan bahwa pemasar produk pertanian yang menjadi
kemampuan berbahasa Inggris dari responden penelitian, tidak dapat
pemasar hasil pertanian tersebut adalah berperan penuh sebagai penjual karena
sangat minim. Dalam berkomunikasi tidak adanya kesediaan menawarkan
mereka lebih diam dan menggunakan sesuatu barang.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 354


4. SIMPULAN
Pemasar hasil pertanian tidak dapat
menjual barang dagangan lainnya, selain
dipilih oleh pembeli turis asing saja.
Penjual kesulitan saat ingin menjajakan
barang lainnya yang bagus dan murah
karena kemampuan berbahasa Inggris
yang rendah. B
Banyak penjual yang menginginkan
istilah bahasa Inggris apa yang dapat
mereka katakan jika ingin menawarkan
dagangannya kepada pembeli turis asing.

5. DAFTAR PUSTAKA
Rayner, H. 2001. Kamus Istilah Bahasa
Asing. Jakarta: PT Gramedia.
Kotler. P. 1997. Marketing Management:
Analysis, Planning, Implementation,
and Control. 9th Ed. Englewood
Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 355


KARAKTERISTIK DAN NILAI-NILAI EKOLOGIS
KONSUMEN PRODUK SAYURAN ORGANIK
(Kasus pada Konsumen Pasar Kecil, Kelompok Tani Cipta Mandiri
Kabupaten Bandung)

Rani Andriani Budi Kusumo, Anne Charina, Gema Wibawa Mukti

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran


Email: raniandriani081@gmail.com

ABSTRAK

Meningkatnya kesadaran konsumen akan isu ramah lingkungan dankesehatan, mendorong


meningkatnya permintaan akan produk organik. Perilaku konsumen dalam mengkonsumsi bahan
pangan organik dan juga berperilaku ramah lingkungan dipengaruhi oleh karakteristik demografis
dan nilai-ekologis yang dianut konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1)
karakteristik demografis konsumen yang melakukan pembelian produk sayuran organik yang
dihasilkan oleh Kelompok Tani Cipta Mandiri; 2) nilai-nilai ekologis yang dimiliki oleh konsumen
yang melakukan pembelian produk sayuran organik yang dihasilkan oleh Kelompok Tani Cipta
Mandiri; dan 3) hubungan antara karakteristik demografis dan nilai-nilai ekologis terhadap perilaku
ramah lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.Responden dalam penelitian ini
adalah konsumen yang berbelanja melalui ‘Pasar Kecil’ yang berjumlah 60 orang. Analisis
deskriptif dan uji korelasi rank spearman digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Hasil
penelitian menunjukkan sebagian besar konsumen adalah wanita yang termasuk golongan usia
dewasa, berprofesi sebagai ibu rumah tangga, berlatar pendidikan minimal SMA, dan memiliki
pendapatan > Rp. 5.000.000 per bulan. Selain keyakinan untuk mengkonsumsi produk ramah
lingkungan, pengaruh lingkungan sekitar juga turut mendorong perilaku konsumen.Terdapat
hubungan yang signifikan antara umur, tingkat pendidikan serta nilai orientasi individu terhadap
perilaku ramah lingkungan.

Kata kunci: Karakteristik, nilai ekologis, konsumen, hubungan, perilaku

1. PENDAHULUAN bertahan dan menarik perhatian


Isu keamanan pangan dan konsumen setiap perusahaan harus
meningkatnya kesadaran konsumen akan mampu memasarkan produknya dengan
pentingnya kesehatan mendorong cara yang kreatif.Salah satu kelompok tani
peningkatan permintaan akan produk yang memproduksi sayuranorganik adalah
pangan organik yang lebih aman bagi kelompok tani Cipta Mandiri di wilayah
kesehatan.IFOAM memprediksi Kampung Cibengang, Desa Ciburial,
pertumbuhan pasar pangan organik Kecamatan Cimenyan, Kabupaten
berkisar antara 20-30 persen setiap tahun Bandung.Kelompok Tani Cipta Mandiri
(Prasari, 2004).Peluang pasar ini memasarkan produk pertaniannya melalui
ditanggapi oleh beberapa produsen untuk konsep ‘Pasar Kecil’.
memproduksi produk pangan organik, Pasar Kecil merupakan sebuah
dalam hal ini sayuran organik.Saat ini konsep yang relatif baru dalam
terdapat beberapa perusahaan atau pemasaran produk pertanian yang
kelompok tani yang memproduksi sayuran berpihak pada isu agribisnis ekologis.
organik untuk memenuhi permintaan Semua sayuran dan rempah disediakan
konsumen di Kota Bandung.Untuk dapat untuk konsumen Pasar Kecil selambat-

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 356


lambatnya 1 hari setelah dipetik/dipanen. Jobber, 2000; Fotopoulos & Krystallis,
Sayuran dan bumbu serta rempah dibuat 2002).
dalam paket pembelian sehingga Selain karakteristik demografis, nilai
konsumen/member tidak dapat memilih yang melekat pada diri konsumen turut
jenis atau variasi sayuran beserta mempengaruhi perilaku dalam
rempah-rempah sendiri melainkan menjalankan gaya hidup ramah
memilih paket yang telah disediakan oleh lingkungan. Menurut Schwartz dalam
Pasar Kecil. Pasar Kecil hanya melayani Konsky,et al (2000), nilai didefinisikan
pengantaran sayur pada hari Senin dan sebagai nilai untuk mencapai tujuan yang
Kamis dalam 7 hari (satu minggu). Melalui diharapkan, nilai-nilai inilah yang
pasar kecil tersebut, konsumen secara mengarahkan kehidupan seseorang. Nilai
tidak langsung mendapatkan edukasi yang mendorong perilaku konsumen
mengenai gaya hidup ramah lingkungan. dibagi menjadi orientasi individual yang
Konsumen Pasar Kecil diwajibkan merepresentasikan seberapa besar
mengunakan kantong reusable bag untuk seseorang memfokuskan dan tergantung
mengambil produk sayuran ke tempat pada dirinya sendiri (Triandis dalam
pengambilan sayur (drop point). Dalam Junaedi, 2008) serta nilai kolektif yang
paket sayuran organik yang mereka beli, mencerminkan dorongan lingkungan
terdapat resep untuk memasak sayuran sekitar dalam pengambilan keputusan.
tersebut secara ‘bersih’ dengan Berdasarkan pemaparan di atas,
menghindari menggunaan MSG, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
pengawet dan pewarna makanan. menganalisis: 1) karakteristik demografis
Melalui edukasi tersebut diharapkan konsumen yang melakukan pembelian
dapat mendorong sikap positif konsumen produk sayuran organik yang dihasilkan
terhadap lingkungan. Selain peran oleh Kelompok Tani Cipta Mandiri; 2) nilai-
edukasi mengenai lingkungan hidup, nilai ekologis yang dimiliki oleh konsumen
perilaku konsumen dalam gaya hidup yang melakukan pembelian produk
ramah lingkungan juga dipengaruhi oleh sayuran organik yang dihasilkan oleh
karakteristik demografis. Penelitian Ling- Kelompok Tani Cipta Mandiri; dan 3)
yee (1997) menunjukkan bahwa variabel hubungan antara karakteristik demografis
usia, kelompok etnik, tingkat pendidikan, dan nilai-nilai ekologis terhadap perilaku
status menikah dan jumlah anak. ramah lingkungan.
Beberapa penelitian lainjuga pernah
dilakukan untuk mengidentifikasi 2. METODE PENELITIAN
karakteristik konsumen yang berwawasan Penelitian ini merupakan bagian dari
lingkungan (Chan, 1999; Vlosky,et al, penelitian yang berjudul “Model Edukasi
1999; Kalafatis,et al, 1999; Follows & Ramah Lingkungan: Perspektif Gender

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 357


dalam Agribisnis Ekologis”. Penelitian ini (achievement), pengarahan diri
merupakan penelitian kuantitatif dengan (selfdirection) dan pemenuhan diri
teknik survey. Penelitian dilakukan di (self-fulfilment) serta kebebasan
Kelompok Tani Cipta Mandiri Kabupaten (independence).
Bandung. Pemilihan lokasi penelitian b. Kolektivisme mencerminkan
dilakukan secara sengaja dengan konsumen lebih mempertimbangkan
pertimbangan Kelompok tani Cipta tujuan kelompok daripada tujuan
Mandiri merupakan produsen sayuran individual.
organik. 3) Perilaku ramah lingkungan
Populasi dari penelitian ini adalah menunjukkan perilaku responden
konsumen yang membeli produk sayuran dalam membeli dan mengkonsumsi
organik produksi kelompok tani Cipta pangan organik dan juga perilaku
Mandiri melalui ‘Pasar Kecil’. Saat ini ramah lingkungan dalam kehidupan
Kelompok Tani Cipta Mandiri baru dapat sehari-hari.
melayani 60 orang konsumen yang Pengukuran nilai ekologis konsumen
berlangganan produk sayuran organik dan perilaku ramah lingkungan dalam
sebanyak 2 kali dalam 1 minggu. Seluruh penelitian ini diukur melalui item
konsumen tersebut akan dijadikan pertanyaan dengan 5 poin Skala Likert
responden dalam penelitian ini melalui dari Sangat Tidak Setuju (STS) sampai
metoda sensus. Sangat Setuju (SS)
Dalam penelitian ini variabel yang Data dianalisis dengan metode
akan diteliti adalah: deskriptif dan metode inferensia. Analisis
1) Karakteristik demografis konsumen deskriptif dilakukan dengan cara
sayuran organik. Sub variabel yang menggambarkan secara rinci data yang
akan dianalisis adalah umur, gender, diperoleh dengan membuat tabulasi hasil
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jawaban responden lalu dipresentasikan.
status pernikahan, penggunaan media Analisis deskriptif dalam penelitian
sebagai sumber informasi mengenai ini digunakan untuk menganalisis
isu ramah lingkungan. karateristik responden dan menganalisis
2) Nilai – nilai ekologis nilai ekologis yang mempengaruhi
Nilai individu yang berpengaruh pada perilaku responden dalam membeli
perilaku konsumen dianalisis sayuran organik.Untuk menganalisis
berdasarkan nilai individual dan hubungan karakteritik demografis dan nilai
kolektif. ekologis terhadap perilaku ramah
a. Nilai orientasi individualime menurut lingkungan, digunakan analisis korelasi
terdiri dari tiga dimensi yaitu rank spearman.
keinginan mencapai tujuan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 358


3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kelompok umur secara
Karakteristik Demografis Responden psikologis, dapat dilihat bahwa sebagian
Konsumen dapat dibedakan besar responden termasuk dalam
berdasarkan segmentasinya, yaitu: kelompok umur dewasa awal (26-35
geografis, demografis, psikografis, dan tahun), yaitu sebanyak 60%. (Tabel
perilaku. Segmentasi demografis terdiri 1)Konsumen yang berlangganan sayur di
dari pembagian masyarakat menjadi ‘Pasar Kecil’ sebagian besar memang
kelompok-kelompok yang berdasarkan sudah menikah dan sebagian besar
pada variabel-variabel: umur, pekerjaan, konsumen merupakan ibu rumah tangga
jenis kelamin, tempat tinggal, pendidikan, yang masih tergolong berusia muda. Hasil
agama, ras dan kebangsaan (Kotler, penelitian Delita (2008) membahas bahwa
1994). Variabel-variabel demografis konsumen sayuran segar didominasi oleh
adalah dasar paling populer untuk kelompok umur dewasa akhir dan lansia
melakukan segmentasi. Alasannya adalah awal. Pengambil keputusan dan pelaku
keinginan, preferensi, dan tingkat pembelian sayuran memang sebagian
kegunaan seringkali berkaitan dengan besar adalah mereka yang termasuk
variabel-variabel demografis, dan lebih kelompok umur dewasa, meskipun
mudah diukur daripada kebanyakan mereka yang mengkonsumsi sayuran
variabel-variabel lain. mencakup semua kelompok umur mulai
Berdasarkan jenis kelamin, dari anak-anak sampai dengan golongan
sebagian besar responden adalah kaum lansia.
perempuan.Pada umumnya perempuan Konsumen yang termasuk kelompok
lebih berperan dalam pengambilan umur dewasa telah memiliki pemikiran
keputusan yang berhubungan dengan yang rasional dalam mengambil
pembelian bahan makanan. Meskipun keputusan pembelian. Konsumen
peran perempuan saat ini telah banyak golongan ini biasanya telah memahami
bergeser, namun dalam sebagian besar atribut-atributproduk sayuran organik yang
keluarga di Indonesia, tanggung jawab pada akhirnya menentukan perilaku
dalam hal penyediaan makanan untuk pembelian.
keluarga tetap berada di tangan Berdasarkan jenis pekerjaan,
perempuan. Hal ini sejalan dengan separuh responden merupakan ibu rumah
penelitian Levy dan Lee (2010) yang tangga.Ibu rumah tangga memiliki waktu
menunjukkan perempuan biasanya yang cukup luang untuk berbelanja
menjadi pelopor dalam pengambilan kebutuhan sehari-hari bagi keluarganya,
keputusan, terutama yang berhubungan namun bagi perempuan yang bekerja
dengan peran perempuan sebagai ibu sekalipun, tugas memenuhi kebutuhan
rumah tangga. konsumsi bagi keluarga sebagian besar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 359


tetap dijalankan oleh kaum Besarnya pendapatan dapat
perempuan.Beberapa hasil penelitian menggambarkan besarnya daya beli
(Delita, 2008; Bertarjani, 2013) juga seorang konsumen. Pendapatan adalah
menunjukkan konsumen sayuran sumberdaya material yang sangat penting
sebagian besar adalah ibu rumah bagi konsumen, karena dengan
tangga.Hal ini berkaitan dengan peran pendapatan itulah konsumen dapat
tradisional perempuan sebagai seseorang membiayai kegiatan konsumsinya
yang bertanggung jawab untuk mengurus (Sumarwan, 2003). Pada penelitian ini
kebutuhan keluarganya. yang dianalisis adalah besarnya
Dilihat dari tingkat pendidikan pendapatan keluarga, yang artinya total
terakhir yang ditempuh, dapat dikatakan seluruh pendapatan anggota keluarga.
responden memiliki latar belakang Sebagian besar responden(74,99%)
pendidikan yang cukup baik. Seluruh memiliki pendapatan di atas Rp 6
konsumen setidaknya menempuh juta/bulan. Golongan tersebut dapat
pendidikan minimal tingkat SMA. dikatakan memiliki tingkat pendapatan
Sebagian besar konsumen berlatar yang cukup tinggi dan memiliki daya beli
pendidikan sarjana, bahkan ada beberapa yang baik untuk mengkonsumsi sayuran
konsumen yang menempuh pendidikan organik.
hingga tingkat pasca sarjana. Dengan
latar belakang pendidikan yang baik, Sumber Informasi Sayuran Organik
menunjukkan konsumen memiliki tingkat Sebagian besar konsumen
pengetahuan dan tingkat kesadaran yang mengetahui produk sayuran organik
baik mengenai apa yang layak dikonsumsi kelompok tani Cipta Mandiri yang dijual
oleh mereka atau keluarga nya. Selain itu, melalui ‘Pasar Kecil’ dari teman atau
dengan latar pendidikan yang baik pula kerabat yang telah terlebih dahulu menjadi
konsumen akan lebih aktif mencari konsumen dan juga dari media sosial,
informasi mengenai makanan yang sehat. seperti Instagram dan Facebook.
Sumarwan (2003) mengatakan bahwa Sedangkan konsumen lainnya
tingkat pendidikan menentukan seseorang mengetahui tentang ‘Pasar Kecil’ ketika
dalam menerima pengetahuan dan berkunjung langsung ke kebun Kelompok
informasi. Konsumen yang memiliki Tani Cipta Mandiri.
pendidikan yang baik akan lebih responsif ‘Pasar kecil’ memang
terhadap informasi, yang pada akhirnya memanfaatkan teknologi informasi untuk
akan mempengaruhi pengambilan menunjang pemasaran produknya. Media
keputusan untuk mengkonsumsi sebuah sosial yang sering digunakan oleh
produk. sebagian besar konsumen untuk berbagi
informasi adalah facebook, twitter dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 360


instagram. Hal ini sejalan dengan hasil kesehatan dan juga lingkungan hidup,
1
riset dari “we are social” , yang meranking meskpipun harga sayuran organik lebih
penggunaan jenis media sosial di mahal dibandingkan dengan sayuran
Indonesia, dimana facebook masih konvensional.
menduduki urutan pertama. Sebelum memutuskan untuk
Beragam informasi dapat diakses mengkonsumsi sayuran organik,
oleh konsumen melalui media sosial. responden mencari informasi mengenai
Seperti informasi pendaftaran, jenis apa itu sayuran organik, manfaat dan
sayuran yang diproduksi, identitas bagaimana memperolehnya. Setelah
produsen sayur, lokasi pemasaran hingga mereka percaya akan manfaat akan
berbagai resep masakan sehat. Melalui sayuran organik, responden terdorong
media sosial pula konsumen bisa untuk mengkonsumsinya. Sebagian besar
berinteraksi langsung dengan produsen. konsumen mengkonsumsi sayuran
Nilai-Nilai Ekologis Konsumen organik berdasarkan kesadaran dari diri
Nilai ekologis merupakan nilai yang mereka sendiri. Hanya sebagian kecil
diyakini konsumensaat konsumen responden yang mengaku mengkonsumsi
mengkonsumsi sayuran organik.Nilai sayuran organik karena dorongan dari luar
individu yang berpengaruh pada perilaku dirinya sendiri, seperti karena dipengaruhi
konsumen dianalisis berdasarkan nilai oleh faktor lingkungan dan juga gaya
individual dan kolektif. hidup masyarakat modern.
Nilai orientasi individu terdiri atas Kolektivisme mencerminkan
tiga dimensi, yaitu keinginan mencapai konsumen lebih mempertimbangkan
tujuan (achievement), pengarahan diri tujuan kelompok daripada tujuan
(selfdirection) dan pemenuhan diri (self- individual. Dalam budaya kolektivis,
fulfilment) serta kebebasan perilaku diatur terutama oleh norma-
(independence). norma dalam kelompok yang merupakan
Sebagian besar responden telah penentu penting dari perilaku
menyadari akan manfaat sayuran organik sosial.Kolektivisme mencerminkan
sebelum mereka memutuskan untuk konsumen yang lebih mempertimbangkan
mengkonsumsi sayuran organik. tujuan kelompok daripada tujuan
Karakteristik konsumen sayuran organik individual (Konsky,et al, 2000). Dalam
yang memiliki tingkat pendididkan baik penelitian ini, nilai orientasi kolektif
dan juga pendapatan yang cukup tinggi menggambarkan pengaruh faktor
membuat konsumen lebih lingkungan terhadap keputusan pembelian
mempertimbangkan manfaatnya bagi sayuran organik.
Sebagian besar konsumen
1
We are social adalah lembaga riset yang meneliti
mengenai penggunaan media sosial
menyatakan bahwa mereka membeli

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 361


sayuran organik karena pengaruh dari Amstrong dalam Nugraheni (2003)
orang lain di lingkungannya. Kelompok menjelaskan bahwa gaya hidup dapat
Tani Cipta Mandiri membuat sistem dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti
pemasaran yang dapat diakses melalui keluarga, kelompok referensi, budaya
media sosial, sehingga media sosial itu ataupun kelas sosial. Interaksi dengan
sendiri berperan dalam menyebarkan orang lain dalam kelompok sosial dapat
informasi dan mendorong konsumen menularkan kebiasaan atau perilaku, yang
melalukan pembelian setelah mereka akhirnya membentuk perilaku individu
melihat akun milik kelompok tani Cipta yang ramah lingkungan.
Mandiri. Selain faktor tersebut, faktor Hubungan Karakteristik dan Nilai
lingkungan lain sepert gaya hidup Ekologis Terhadap Perilaku Ramah
masyarakat yang sudah mengarah pada Lingkungan
konsumsi produk organik, faktor keluarga, Hasil analisis korelasi rank
informasi akan kesehatan juga menjadi Spearman menunjukkan terdapat
pendorong responden untuk melalukan pengaruh yang signifikan adalah tingkat
pembelian sayuran organik. Engel,et al pendidikan dan nilai individu terhadap
(1994) mengungkapkan tiga faktor perilaku ramah lingkungan. Tingkat
lingkungan utama yang mempengaruhi pendidikan menunjukkan korelasi yang
keputusan pembelian, yaitu: budaya, signifikan terhadap perilaku ramah
kelas sosial, pengaruh keluarga dan lingkungan dengan nilai rs = 0,545 **.
situasi. Tingkat pendidikan mencerminkan
Gaya hidup ramah lingkungan pengetahuan mengenai isu ramah
menggambarkan perilaku keseharian lingkungan. Pengetahuan terhadap
responden terhadap isu ramah lingkungan akan meningkatkan kesadaran
lingkungan. Sebagian besar responden akan permasalahan lingkungan dan
mengatakan sudah berperilaku ramah mencari alternatif tindakan untuk
lingkungan, baik dalam hal konsumsi membantu memecahkan permasalahan
makanan organik, pemakaian produk tersebut, yang salah satunya ditunjukkan
ramah lingkungan, penerapan prinsip 3 R dengan mengkonsumsi produk-produk
(reduce, reuse dan recycle). Pada Tabel 2 yang ramah lingkungan.
dapat dilihat bahwa faktor lingkungan Nilai orientasi individu
eksternal menjadi pendorong sebagian menunjukkan korelasi yang signifikan
besar responden untuk mengikuti gaya terhadap perilaku ramah lingkungan
hidup ramah lingkungan. Responden dengan nilai rs = 0,423**. Nilai individu
mengikuti gaya hidup ramah lingkungan mencerminkan motivasi intrinsik
karena terlebih dahulu melihat orang di seseorang dalam berperilaku. Seseorang
sekitarnya melalukan hal serupa. dengan keinginan kuat untuk turut

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 362


menjaga kelestarian lingkungan akan International Consumer Marketing,
11(4): 25-52.
secara sukarela menunjukkan perilaku
Delita, Nova. 2008. Analisis Perilaku
yang sesuai dengan isu ramah Konsumen Sayuran Segar Pada
Supermarket Foodmart di Plaza
lingkungan.
Ekalokasari Bogor. Skripsi. Bogor.
Institut Pertanian Bogor.
Engel, James F, Roger D. Blackwell, Paul
4. SIMPULAN DAN SARAN
W. Miniard.1994. Perilaku
4.1. Simpulan Konsumen: Jilid 1. Jakarta Barat:
Binarupa Aksara.
Secara umum dapat digambarkan
Follows, Scott B. & David Jobber. 2000.
karakteristik konsumen yang membeli Environmentally Responsible
Purchase Behaviour: A Test Of A
produk sayur organik di ‘Pasar Kecil’,
Consumer Model. European Journal
sebagai berikut: sebagian besar of Marketing, 34(5/6): 723-746.
Fotopoulos, Christos & Athanasios
konsumen adalah wanita yang termasuk
Krystallis. 2002. Purchasing Motives
golongan usia dewasa, berprofesi sebagai And Profile Of The Greek Organik
Consumer: A Countrywide
ibu rumah tangga, berlatar pendidikan
Survey.British Food Journal, 104(9):
minimal SMA, dan memiliki pendapatan > 730-765.
Junaedi, M.F Shellyana. 2008. Pengaruh
Rp. 5.000.000 per bulan. Dalam memilih
Gender Sebagai Pemoderasi
produk ramah lingkungan, perilaku Pengembangan Model Perilaku
Konsumen Hijau di Indonesia. Jurnal
konsumen dilatarbelakangi oleh orientasi
Kinerja 12(1) Februari 2008.
individu dan orientasi kolektif. Selain Kalafatis, Stavros P., Michael Pollard,
Robert East, & Markos H. Tsogas.
keyakinan untuk mengkonsumsi produk
1999. Green Marketing and Ajzen’s
ramah lingkungan, pengaruh lingkungan Theory of Planned Behaviour: A
Cross-market Examination. Journal
sekitar juga turut mendorong perilaku
of Consumer Marketing, 16(5): 441-
konsumen. 460.
Konsky, C., J. Blue, M. Eguchi & S.
4.2. Saran
Kapoor. 2000. Individualist
Diperlukan peran aktif produsen Collectivist Values – American,
Indian and Japanese Cross Cultural
untuk mengedukasi konsumen agar
Study. Intercultural Communication
mendorong perilaku positif konsumen Studies IX-1 Fall 99-00.
Kotler, Philip., & Armstrong, Gary. 2006.
terhadap isu-isu lingkungan.
Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi
Ke-12. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Levy, D & Lee, C. 2004. The Influence of
5. DAFTAR PUSTAKA
Family Members on Housing
Bentarjani, Felisitas MP. 2013. Analisis Purchace Decision.Journal of
Tipe Perilaku Konsumen Sayuran Property Investment & Finance
Organik di Pasar Swalayan 22(4): 320-338.
Kabupaten Sidoarjo. Skripsi. Ling-yee, Li. 1997.Effect Of Collectivist
Surakarta. Universitas Sebelas Orientation And Ecological Attitude
Maret On Actual Environmental
Chan, Ricky Y.K. 1999. Environmental Commitment: The Moderating Role
Attitudes and Behavior of Of Consumer Demographics And
Consumers in China: Survey Product Involvement.Journal of
Findings and Implications,”Journal of

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 363


International Consumer Marketing,
9(4): 31-53.
Nugraheni, P.N.A. 2003. Perbedaan
Kecenderungan Gaya Hidup
Hedonis Pada Remaja Ditinjau dari
Lokasi Tempat Tinggal. Skripsi..
Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.
Prasari, Maria Epik. 2004. Perdagangan
Pertanian Organik Peluang dan
Tantangan bagi Petani Kecil.
64.203.71.11/kompas-
cetak/0411/08/ilpeng/1370325.htm2
004. (Diakses pada 13 Maret 2008).
Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku
Konsumen: Teori dan
Penerapannya dalam Pemasaran.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Vlosky, Richard P., Lucie K. Ozanne, &
Renee J. Fontenot. 1999. A
Conceptual Model Of US Consumer
Willingness-To-Pay For
Environmentally Certified Wood
Products. Journal of Consumer
Marketing, 16(2): 122-136.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 364


ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PENDAPATAN PEDAGANG PENGUMPUL JAGUNG
MANIS DI KECAMATAN UJAN MAS KABUPATEN KEPAHIANG
PROPINSI BENGKULU

Rita Feni1, Jon Yawahar1, Elni Mutmainnah1, Dedi Iswahyudi2


1
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu
2
Alumni Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Email: ritafeniafif@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik dan pendapatan pedagang
pengumpul jagung manis di Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang Propinsi Bengkulu. Metode
penentuan daerah penelitian adalah secara purposive (sengaja), dengan pertimbangan Kecamatan
Ujan Mas merupakan salah satu sentra produksi jagung manis di Kabupaten Kepahiang Propinsi
Bengkulu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sensus, yaitu mengambil seluruh
anggota prpulasi pedagang pengumpul jagung manis di Kecamatan Ujan Mas yang berjumlah 32
orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa karakteristik pedagang pengumpul di kecamatan Ujan Mas semuanya laki-laki
(100%). Umur pedagang mayoritas berada pada usia produktif yaitu sebesar 96.88%. Tingkat
pendidikan terakhir pedagang pengumpul jagung manis di Kecamatan Ujan Mas rata-rata lulusan
Sekolah Menengah Atas ( 50%). Lama usaha berdagang antara 1-10 tahun (65,62 %). Pola saluran
pemasaran jagung manis di Kecamatan Ujan Mas adalah : Petani  Pedagang Pengumpul 
Pedagang Grosir  Pengecer  Konsumen. Biaya total rata-rata pedagang pengumpul untuk
usahanya yaitu sebesar Rp. 872.749,27 per minggu. Penerimaan rata-rata dari selisih harga beli
dari petani dan harga jual ke grosir adalah sebesar Rp. 4.138.125 per minggu. Pendapatan rata-rata
pedagang pengumpul jagung manis di Kecamatan Ujan Mas adalah sebesar Rp. 3.265.375,73 per
minggu.

Kata Kunci : karakteristik, pendapatan, pedagang pengumpul, jagung manis

1. PENGANTAR olahan makanan lainnya (Purwono dan


Salah satu komoditi andalan di Hartono, 2007).
sektor pertanian adalah jagung, karena Tanaman jagung cocok ditanam di
jagung merupakan salah satu bahan Indonesia, karena kondisi tanah dan
pokok makanan di Indonesia yang iklim yang sesuai. Di samping itu
memiliki kedudukan cukup penting tanaman jagung tidak banyak menuntut
setelah beras. persyaratan tumbuh serta pemeliharaannya
Hampir semua bagian dari lebih mudah, maka wajar jika banyak
tanaman jagung manis memiliki nilai petani yang selalu mengusahakan lahannya
ekonomis. Beberapa bagian tanaman dengan tanaman jagung (Anonim, 2007).
yang dapat dimanfaatkan diantaranya, Kabupaten Kepahiang tepatnya di
batang dan daun muda untuk pakan Kecamatan Ujan Mas merupakan daerah
ternak, batang dan daun tua (setelah pertanian yang potensial untuk usahatani
panen) untuk pupuk hijau / kompos, jagung manis, dimana hasil panen jagung
batang dan daun kering sebagai kayu manis tersebut tidak hanya untuk
bakar, buah jagung muda untuk sayuran, kebutuhan lokal saja tetapi juga untuk
perkedel, bakwan dan berbagai macam dikirim ke luar daerah.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 365


Usaha memperlancar arus antara produksi yang dihasilkan dengan
barang/ jasa dari produsen ke konsumen harga jual yang berlaku saat itu. Biaya
merupakan faktor yang tidak boleh usaha adalah semua pengeluaran yang
diabaikan dengan memilih saluran dipergunakan baik mempengaruhi ataupun
distribusi yang tepat yang akan tidak mempengaruhi jumlah produksi yang
digunakan dalam rangka penyaluran dihasilkan dan pendapatan usaha
barang-barang/jasa dari produsen ke merupakan selisih antara penerimaan
konsumen. usaha dan pengeluaran (Soekartawi, 2006).
Panjang pendeknya saluran Berdasarkan hal tersebut di atas,
distribusi suatu barang ditandai oleh maka tujuan penelitian ini adalah:
berapa banyaknya pedagang menganalisis karakteristik dan pendapatan
perantara yang dilalui oleh barang pedagang pengumpul jagung manis di
niaga tersebut sejak dari produsen Kecamatan Ujan Mas Kabupaten
hingga konsumen akhir. Kotler (2004) Kepahiang Propinsi Bengkulu.
menyatakan bahwa Saluran pemasaran
terdiri dari seperangkat lembaga yang 2. METODE PENELITIAN
melakukan semua kegiatan atau fungsi MetodePenelitian
yang digunakan untuk menyalurkan Metode yang digunakan dalam
produk dan status pemilikannya dari penelitian ini adalah metode sensus,
Produsen ke konsumen. Umumnya sensus adalah penelitian terhadap seluruh
petani jagung manis di kecamatan ujan unsur populasi (Surakhmad, 1982).
mas tidak menjual langsung hasil Menurut Arikunto (2006), bahwa jika subjek
panenya kepada konsumen. Mereka penelitian sedikit maka seluruh objek
menjual hasil panen ke pedagang dijadikan responden. Populasi Pedagang
pengumpul. pengumpul sebanyak 32 orang.
Pedagang pengumpul mempunyai Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
posisi yang kuat dalam pemasaran Ujan Mas. Penentuan lokasi penelitian
jagung manis. Mereka ini memiliki dilakukan secara sengaja dengan
modal besar dan mampu menentukan pertimbangan di daerah tersebut sebagai
harga pembelian dan harga penjualan salah satu sentra produksi jagung manis di
dalam batas-batas tertentu, sehingga Kabupaten Kepahiang Propinsi Bengkulu.
menghasilkan sejumlah keuntungan Metode Pengumpulan Data
yang diinginkan. Data yang dikumpulkan dalam
Pada analisis ekonomi, data penelitian ini adalah data primer dan data
penerimaan biaya dan pendapatan sekunder. Data primer, yaitu data yang
usaha sangat perlu diketahui. diperoleh secara langsung dari objek yang
Penerimaan usaha adalah perkalian akan diteliti (responden). Sedangkan data

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 366


sekunder, yaitu data yang diperoleh dari M = Penerimaan pemasaran
lembaga atau instansi tertentu, (Rp/hari)
departemen pertanian, penelitian ∏ = Besarnya keuntungan yang
terdahulu. diterima (Rp/hari)
Teknik Analisis Data Defenisi dan Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini tekhnik untuk Penelitian
menganalisis data jagung manis, (1) Pedagang pengumpul jagung manis
mengunakan metode deskriptif yaitu pedagang yang membeli jagung
kuantitatif, yang meliputi: manis secara langsung kepada
a) Karakteristik pedagang pengumpul produsen di Kecamatan Ujan Mas.
jagung manis di kecamatan Ujan Mas (2) Jumlah jagung manis yaitu jumlah dari
Kabupaten Kepahiang meliputi jenis seluruh jagung manis yang dibeli
kelamin, umur, pendidikan dan lama dengan mengunakan satu kilogram
berusaha. (kg).
b) Pola saluran pemasaran ditampilkan (3) Harga pembelian yaitu harga yang
dalam bentuk skema saluran dikeluarkan oleh pedagang pengumpul
pemasaran. untuk jagung manis dari produsen
c) Pendapatan pedagang pengumpul (Rp/kg).
jagung manis mengunakan rumus (4) Harga penjualan yaitu harga jagung
sebagai berikut: manis yang ditawarkan pedagang
(1) Menghitung penerimaan yang pengumpul jagung manis kepada
diperoleh dari selisih harga konsumen akhir (Rp/kg).
pembelian dengan harga eceran. (5) Biaya pemasaran yaitu biaya yang
M = (He.Q) – (Hp.Q) dikeluarkan pedagang jagung manis
Diketahui: pada saat kegiatan pemasaran selama
M : Penerimaan pemasaran penjualan jagung manis, yang terdiri
(Rp/hari) dari karung, timbangan (Rp/hari).
Hp: Harga pembelian (Rp/kg) (6) Penerimaan yaitu sejumlah uang tunai
He: Harga eceran (Rp/kg) yang diperoleh pedagang pengecer
Q: Jumlah jagung manis (Rp/kg) jagung manis dari selisih harga
(2) Menghitung keuntungan pembelian (Hp) dan harga eceran (He)
pedagang pengecer jagung (Rp/hari).
manis diperoleh dari penerimaan (7) Keuntungan yaitu sejumlah uang tunai
dikurangi biaya pemasaran. ysng diterima oleh pedagang pengecer
∏ = M –Bi jagung manis dari penerimaan (M)
Diketahui : dikurangi biaya pemasaran (B)
Bi = biaya pemasaran (Rp/hari) (Rp/hari).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 367


Tingkat pendidikan akan sangat
3. HASIL DAN PEMBAHASAN berpengaruh terhadap cara berpikir petani
Karakteristik Pedagang terutama dalam penerapan tehnologi baru
Pengumpul dan bertindak dalam pengambilan

Jenis Kelamin keputusan sekaligus berpengaruh pula

Pedagang pengumpul responden pada peningkatan pendapatan yang pada

di daerah penelitian seluruhnya adalah akhirnya akan meningkatkan

laki-laki. Tetapi dalam kegiatan sehari- kesejahteraan hidup petani dan

hari biasanya pedagang ini dibantu oleh keluarganya. Pendidikan pedagang

istrinya dan juga tenaga kerja buruh responden di daerah penelitian terbanyak

untuk muat bongkar komoditas jagung adalah pendidikan SMA sebanyak 50%,

manis. Umumnya petani jagung manis tamat SMP sebanyak 31,25 % dan SD

mengantarkan langsung jagung manis sebanyak 18,75%.

ke pedagang pengumpul. Pengalaman Berusaha

Umur Pengalaman berusaha adalah

Umur berperan penting dalam lamanya berusaha menjadi pedagang

menentukan kedewasaan yang pengumpul jagung manis. Semakin lama

berpengaruh terhadap cara berpikir, pengalamannya berusaha biasanya akan

dimana umur lebih tua lebih cermat dan berpengaruh pada keterampilan dalam

lebih berhati–hati dalam proses suatu usaha. Adapun Lama usaha

pengambilan keputusan. Selain itu umur berdagang pedagang pengumpul di daerah

juga sangat berpengaruh terhadap penelitian antara 1-10 tahun sebanyak

kemampuan fisik dalam melaksanakan 65,62 % dan lama berusaha antara 11-20

sesuatu pekerjaan termasuk mengelola tahun sebanyak 34,38%.

usahatani jagung manis, dimana standar Pola saluran pemasaran jagung manis

tenaga kerja yang disebut produktif Pola saluran pemasaran jagung

adalah berkisar antara umur 26 – 58 manis di daerah penelitian terlihat pada

tahun. Adapun umur pedagang Gambar 1.

responden berkisar antara 34 hingga 65


tahun dengan persentase usia produktif
sebesar 96.88 %.
Pendidikan

Pedagang Pedagang Pengecer Konsumen


Produsen
Pengumpul Grosir

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 368


Gambar 1. Pola Saluran Pemasaran Jagung Manis di Kecamatan Ujan Mas
Kabupaten Kepahiang Propinsi Bengkulu

Pola saluran pemasaran tersebut Pengambilan resiko ini terkait dengan


adalah yang paling sering terjadi di kualitas jagung manis. Pedagang
daerah penelitian. Pola saluran ini lebih pengumpul berdasarkan rasa saling
efisien, bila ada permintaan barang dari percaya kepada petani menerima hasil
pedagang grosir maka pedagang panen jagung manis dengan kualitas sesuai
pengumpul segera menghubungi petani dengan perjanjian awal antara pedagang
yang telah mengadakan perjanjian atau pengumpul dan petani. Pedagang
kontrak sebelumnya untuk menyediakan pengumpul biasanya memberikan informasi
jagung manis. tentang harga dan jumlah jagung manis
Saluran pemasaran mempunyai yang akan dibeli dari petani dengan kualitas
fungsi penyediaan fisik yang yang disepakati. Biasanya bila terjadi
menyangkut perpindahan barang-barang ketidaksesuaian kualitas seperti yang
secara fisik dari produsen sampai ke diharapkan, pedagang pengumpul akan
konsumen yang meliputi fungsi meninggalkan petani tersebut dan mencari
pengumpulan, penyimpanan, pemilihan jagung manis dari petani lain. Tetapi
dan pengangkutan (Swastha,1981). biasanya petani tidak berani melanggar
Sejalan dengan yang dikemukakan perjanjian dengan pedagang pengumpul
oleh Kotler (2004), mendefinisikan karena sebelumnya sudah melakukan
distribusi adalah berbagai kegiatan kontrak bisnis melalui pinjaman modal dan
yang dilakukan perusahaan untuk penyediaan sarana produksi. Dimana
membuat produknya mudah diperoleh pinjaman modal dan sarana produksi ini
dan tersedia untuk konsumen. dikembalikan pada saat penjualan hasil
Aliran barang dari petani yang jagun manis kepada pedagang pengumpul.
disalurkan ke pedagang pengumpul
melalui proses tawar menawar dimana Pendapatan Pedagang Pengumpul
pedagang pengumpul membangun Penerimaaan pedagang pengumpul
kepercayaan dengan petani dan didapat dari selisih harga antara pembelian
membuat jaringan yang luas dengan dari petani dan penjualan ke pedagang
pedagang grosir di dalam dan luar grosir dikali dengan jumlah barang yang
daerah. terjual. Pedagang pengumpul juga tidak
Berdasarkan dari pengambilan menanggung biaya transportasi.
resiko, pola pemasaran tersebut Biaya Pemasaran jagung manis pada
biasanya lebih menekankan hubungan pedagang pengumpul terdiri dari biaya
antara pedagang dengan petani. sewah tempat, penyusutan alat dan biaya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 369


operasional (upah tenaga kerja, karung
dan tali)

Tabel 1. Pendapatan Pedagang Pengumpul Jagung Manis di Kecamatan Ujan mas


Kapupaten Kepahiang Propinsi Bengkulu (per Minggu)
No. Uraian Jumlah
A. Penerimaan (Rp) 4.138.125,00
B. Biaya Pemasaran (Rp.) 872.749,27
C. Pendapatan (Rp) 3.265.375,73

Pendapatan pedagang pengumpul (1) Karakteristik pedagang pengumpul di


berasal dari penerimaan dikurangi biaya kecamatan Ujan Mas semuanya laki-
pemasaran. Besar pendapatan laki (100%). Umur pedagang mayoritas
pedagang pengumpul jagung manis per berada pada usia produktif yaitu
minggu rata-rata sebesar Rp. sebesar 96.88%. Tingkat pendidikan
3.265.375,73. Pendapatan ini cukup terakhir pedagang pengumpul jagung
besar karena bila dihitung dalam per manis di Kecamatan Ujan Mas rata-
bulan maka pendapatan pedagang rata lulusan Sekolah Menengah Atas (
pengumpul jagung manis di Kecamatan 50%). Lama usaha berdagang antara
ujan Mas kabupaten Kepahiang Propinsi 1-10 tahun (65,62%).
Bengkulu adalah sebesar Rp. (2) Pola saluran pemasaran jagung manis
13.061.502,92. Tetapi walaupun di Kecamatan Ujan Mas adalah: Petani
pendapatan pedagang pengumpul ini  Pedagang Pengumpul  Pedagang
cukup besar sebanding pula dengan Grosir  Pengecer  Konsumen.
resiko yang ditanggung oleh pedagang (3) Pendapatan pedagang pengumpul
pengumpul tersebut karena sistem jagungmanis di Kecamatan Ujan Mas
penjualan ke pedagang grosir adalah Kabupaten Kepahiang Propinsi
jagung manis dikirim dahulu ke Bengkulu sebesar Rp 3.265.375,73 per
pedagang grosir baru kemudian uang minggu.
hasil penjualan didapat. Kadang-kadang
apabila kualitas barang tidak sesuai 4.2. Saran
dengan standard pedagang grosir harga Pedagang pengumpul jagung manis
bisa anjlok dan pedagang pengumpul di kecamatan ujan Mas Kabupaten
dapat mengalami kerugian. Kepahiang disarankan untuk menjangkau
pasar yang lebih luas lagi agar dapat
4. SIMPULAN DAN SARAN bersaing dengan pedagang pengumpul
4.1. Simpulan yang lain.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 370


5. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Jagung, Seri Budidaya.
Yogyakarta, Kanisius.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek (Revisi
VI). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kotler, P. 2004. Manajemen Pemasaran
(Terjemahan). Jakarta: PT
Prenhallindo.
Purwono, M. dan R. Hartono. 2007.
Bertanam Jagung Manis. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Swastha, B. 1981. Saluran Pemasaran.,
Yogyakarta: Bagian Penerbit FE-
UGM.
Surakhmad, W. 1982. Pengantar
Penelitian Ilmiah. Bandung:
Tarsito.
Soekartawi, 2006.Analisis Usahatani,
Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta: UI Press.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 371


ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN GULA AREN (Arenga pinata)
DI DESA SIDAMULIH KECAMATAN PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS

Suhartono

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry


Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Pamalayan Cijeunjing Ciamis Jawa Barat
Email : om_hartono@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui salurandanmarjinpemasaran sertafarmer’s


sharepadapemasaran gula aren di Desa Sidamulih.Lokasi penelitian dipilih secara sengaja dengan
pertimbangan bahwa Desa Sidamulih merupakan produsen gula aren di Kabupaten Ciamis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Sampel penelitian dipilih 20
orang petani produsen dan10 orang pedagang perantara. Pengambilan data dilakukan dengan
wawancara, pencatatan dan observasi. Hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapatempat saluran
pemasaran gula aren di Desa Sidamulih yaitu saluran I: petani-pedagangpengumpuldesa-
pedagangpengumpul kecamatan-pedagang pengecer-konsumen;saluran II: petani-
pedagangpengumpuldesa-pedagang besar-industri pengolahan pangan; saluran III: petani-
pedagangpengumpuldesa-pedagangpengecer-konsumen; dan saluran IV:petani-pedagang
pengecer-konsumen. Marjin pemasaran saluran I, II, dan III sama besarRp 2000,- per kilogram dan
saluran IV sebesar Rp 1000,- per kilogram. Farmer’s share saluran I, II dan III sama besar yaitu
83,33% dan saluran pemasaran IVsebesar 91,67 %. Saluran pemasaran gula aren yang paling
efisienadalah saluran IV karena memiliki marjin pemasaran paling kecil dan farmer’s share paling
besar.

Kata kunci:saluran,marjinpemasaran, gula aren

1. PENDAHULUAN dalam negeri.Maryanto dan Susiloningsih


Kebutuhan gula (2013) menyatakan bahwaketergantungan
nasionaltahun2017mencapai 5,7 juta ton. pada gula pasir impor dapat dikurangi
Kebutuhan gula tersebut akan terus dengan penggunaan gula aren sebagai
meningkat seiring pertambahan jumlah alternatif untuk bahan pemanis.
penduduk, perkembangan industri Produksi gula arenJawa
pengolahan pangan, hotel, restoran dan Baratselama tahun 2010-2014 mencapai
lain-lainnya (Kemendag RI dalam 66.088ton atau rata-rata 13.217 ton per
Sitanggang, tahun.Dari jumlah tersebut,Kabupaten
2017).Pemerintahmemproyeksikan Ciamismemiliki kontribusisebesar3.718
produksi gula nasional padatahun 2017 ton atau rata-rata 743 ton per
sebesar 3,03 juta ton (PTPN X, 2017). tahun(Kementan RI, 2015). Sebagai salah
Ketidakseimbangan jumlah produksi dan satu sentraproduksi gula aren di Jawa
kebutuhan gula dapat memicu tingginya Barat, Kabupaten Ciamis berpotensi
harga gula dalam negeri dan membuka untukmengambil peluang
peluang terjadinya impor gula. pasargulanasional yang diperkirakan akan
Gula arenmempunyai peluang untuk meningkatsetiap tahunnya.
memenuhi kebutuhan gula nasional yang Desa Sidamulih termasuk salah satu
belum bisa dipenuhi oleh produksigula desa produsen gula aren di Kabupaten

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 372


Ciamis dimana sebagian besar petani produsen dan 10 orang
penduduknya menggantungkan hidupdari pedagangperantara. Pengambilan data
hasilpembuatan gula aren (Pemerintah dilakukan dengan wawancara, pencatatan
Desa Sidamulih, 2015). Sebagian besar dan observasi.Data yang dikumpulkan
produksi gula aren dari Desa Sidamulih berupa data primer dan sekunder.
dipasarkan untuk memenuhi permintaan Analisis saluranpemasaran gula
pasar lokal. Harga gula aren di pasar lokal arendilakukandengancarapengamatanalira
sering mengalami fluktuasi, hal inidirasakan n produksigula arendari petani
petani sebagai kendala dalam kegiatan sampaikonsumenakhir.Untukmengetahuie
usaha taninya. fisiensi pemasaran gula arendigunakan
Masalah tataniaga pendekatan analisis marjin pemasaran dan
seringmenjadihambatanbagi petani gula farmer’s share(Sudiyono,2002).
aren. Produksi yang tinggi menjaditidak Marjin pemasaran dihitung dengan
berartikarena tidak didukung persamaan berikut:
denganhargapasaryang optimal dan Mp=Pr - Pf
tataniagayang efisien. Irawan (2007) Dimana:
Mp=marjin pemasaran
menjelaskan bahwa efisiensi pemasaran
Pr=harga ditingkat konsumen (Rp/kg)
dipengaruhi oleh panjang pendeknya Pf=harga ditingkat produsen (Rp/kg)
rantai distribusi dan marjin pemasaran Farmer’sshare dihitung dengan
yang ditetapkan lembaga persamaan berikut:
pemasaran.Penelitianinibertujuan F
untukmengetahuisaluran dan marjin
Dimana
pemasaran serta farmer’s share pada Fs=farmer’s share
pola pemasaran gula aren di Desa Pf=harga di tingkat produsen/petani
(Rp/kg)
Sidamulih. Pr= harga di tingkat konsumen(Rp/kg).

2. METODE PENELITIAN 3. HASIL DANPEMBAHASAN


Penelitian dilaksanakan di Desa LembagaPemasaran
Sidamulih dengan pertimbangan bahwa Proses distribusi gula aren dari
Desa Sidamulih merupakan salah satu petani di Desa Sidamulih sampai ke
sentra produsen gula aren yang cukup konsumen akhir terjadi melalui lembaga
dikenal di Kabupaten Ciamis. Penelitian perantara. Beberapa lembaga perantara
dilaksanakan pada bulan Februari pemasaranyangterlibatdalamprosesdistrib
2017.Metode yang digunakan usigula arenadalahsebagai berikut:
adalahmetodesurvey.Sampel penelitian Pedagangpengumpuldesa
adalah orang yang terlibat dalam Pedagang pengumpul desa adalah
tataniaga gula aren, terdiri atas 20 orang pedagangyang berdomisili

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 373


diDesaSidamulihataudisekitarnya pengemasan khusus oleh pedagang
yangmembeligula arenlangsung dari pengumpul desa. Gula aren dari petani
petani.Pedagang tersebutmembeligula hanya ditampung dalam wadah yang
arendengan harga satuan per kilogram dan lebih besar untuk dijual kembali ke
ada pula pembelian dalam kemasan pedagangpengumpul di Pasar
bungkus daun kelapa kering. Transaksi jual Kecamatan Pamarican atau langsung
beli gula aren olehpedagang pengumpul ke pedagang pengecer.
tingkat desadilakukan dirumah petani, 1-2 Pedagang pengumpulkecamatan
hari sebelum hari Rabu dan Minggu yang Pedagang pengumpul
merupakan hari pasaran Pasar kecamatanadalahpedagangyangmempero
Kecamatan Pamarican. Gula aren yang lehgula arendengan cara membeli dari
dijual petani secara umum berbentuk pedagang pengumpul desa.Pedagang
padatan bulat pipih yang pengumpul kecamatan
dicetakdenganmenggunakan potongan biasanyaberdomisili di sekitar
bambu. kotakecamatan.Pedagang inimenjual
Berdasarkan kapasitas pembelian kembaligula arenke pedagang pengecer,
dan kepemilikan modal, pedagang industri rumah tanggadan atau pedagang
pengumpul desa terbagi menjadi dua di luar daerah Pamarican.
kategori,yaitu pedagang dengan modal Hargapembelian gula aren dari
kecil dan pedagang modal besar. pedagang pengumpul desa Rp 11.000,-
Pedagang dengan modal kecil membeli per kilogram. Pembayaran dilakukan
gula aren dengan kapasitas 50-200 secara tunaiatau tunda bayarpada
kilogram setiap menjelang hari pasaran transaksi berikutnya.
dan menjualnya kembali ke pedagang Pedagangbesar
pengumpul kecamatan. Pedagang Pedagang
pengumpul desa dengan modal besar besaradalahpedagangyang melakukan
membeli gula aren langsung dari pembelian gula aren dalam jumlah lebih
petanidan menampungnyasampai besar dari pedagang
kapasitas pengangkutan(± 1 ton) pengumpulkecamatan.Pedagang ini
untukselanjutnya dijual ke pedagang biasanya berdomisili di luar daerah
besar. Pamarican.Gula aren yang dibeli oleh
Harga gula aren di tingkat petani pedagang besar didistribusikan lagi
pada saat penelitian Rp 10.000,- per keindustri pengolahanpanganatau ke
kilogram. Carapembayaran olehpedagang pedagang pengecer.Sistem pembayaran
pengumpul desake petanidilakukan yang dilakukan dengan pedagang
secaratunaiataupembayaran dilakukan besarbiasanyasecara non tunai.
setelahgula aren terjual.Tidak ada proses

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 374


Pedagang besaryang menjadi tujuan Saluran PemasaranGula Aren
pemasaran gula aren dari Desa Sidamulih Jumlah saluran pemasaran gula
antara lainpedagang besar di Kota Banjar aren di Desa Sidamulihterdiriatasempat
dan Kota Tasikmalaya. Harga pembelian saluran pemasaran, lebih banyak dari
yang ditetapkan pedagang besar lebih saluran pemasaran gula aren di
rendah dari harga di pedagang DesaCapar Kecamatan Salem Kabupaten
pengumpul kecamatan yaitu Rp 10.800,- Brebesdan di Kecamatan Atinggola
per kilogram tetapi dalam hal kualitas Kabupaten Gorontalo Utara.Di Desa
barang tidak terlalu ketat. Pedagang besar Capar Kecamatan Salem gula aren
menjual kembali gula aren ke konsumen didistribusikan melalui dua saluran
sebesar Rp 12.000,- per kilogram. pemasaran (Hidayat,et al., 2016) dan di
Pedagangpengecer Kecamatan Atinggola Kabupaten
Pedagang pengecer mendapatkan GorontaloUtara gula aren didistribusikan
gula aren dari pedagang pengumpul melaluitiga saluran pemasaran (Lasoma,
kecamatan atau 2014).Beberapa lembaga pemasaran
pedagangpengumpuldesa dan yang terbentuk dalam distribusi gula aren
ataumembeli langsung dari petani. Harga di Desa Sidamulih,yaitusaluran I: petani-
yang diperolehpedagang pengecer dari pedagangpengumpul desa-
pedagangpengumpulkecamatan sebesar pedagangpengumpul kecamatan-
Rp 11.500,-per kilogram dan Rp. 11.000,- pedagangpengecer- konsumen;saluran II:
jika membeli langsung dari pedagang petani-pedagangpengumpul desa-
pengumpul desa. Pedagang pengecer pedagangbesar-industri pengolahan
menjualnya kembali ke konsumen Rp. pangan;saluran III: petani-
12.000,- per kilogram. pedagangpengumpul desa-
Selain memperoleh gula aren dari pedagangpengecer-konsumen;dan
pedagang pengumpul, ada juga pedagang saluran IV: petani-pedagangpengecer-
pengecer yang mendapatkan gula aren konsumen.
secara langsung dari petani. Antara petani Hasil penelitian menunjukkan
dan pedagang pengecer tersebut bahwa sebagian besarpetani gula aren
biasanya masih memiliki hubungan diDesa Sidamulihmenjual hasil
keluarga. Harga jual gula aren dari petani produksinya melalui pedagang pengumpul
ke pedagang pengecer lebih tinggi desa.Namunada pula petani yangmenjual
dibanding menjual ke pedagang langsung kepadapedagang pengecer.
pengumpul desa yaitu Rp. 11.000,- per Berdasarkankeempat saluran yang
kilogram.Pedagang pengecer terbentuk, saluran I paling banyak
menjualnyakembali ke konsumen Rp. digunakan petani gula aren di Desa
12.000,- per kilogram. Sidamulih dalam menjual produk gula

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 375


arennya. Hal yang sama terjadi pada terjadi karena jarak pemasaran saluran
pemasaran gula aren di Desa Capar IV lebih pendek dibandingsaluran I, II
Kecamatan Salem Kabupaten Brebes dan III. Menurut Irawan (2007), jarak
dimana sebagian besar petani pemasaran antara produsen dan
memasarkan gula arennya melalui konsumen memiliki pengaruh signifikan
pedagang pengumpul desa (Hidayat,et al, terhadap marjin pemasaran karena
2016). Kebiasaan pedagang pengumpul akan mempengaruhi besarnya biaya
desa yang aktifmendatangirumah-rumah operasional pemasaran yang
petani turut mempengaruhi keputusan dikeluarkan. Dengan demikian saluran
petani dalam memasarkan produk gula pemasaran yang paling efisien terdapat
arennya. pada saluran IV karenamemiliki marjin
Marjin Pemasaran dan Farmer’s Share pemasaran yang paling kecil.
Hasil analisis marjin dan farmer’s
share pemasaran gula aren di Desa
Sidamulih dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Marjin dan farmer’s
sharepemasaran gula aren di Desa
Sidamulih.
No. Saluran Marjin Farmer’s
pemasaran pemasaran share
(Rp/kg) (%)

1 Saluran I 2000 83,33


Gambar 1. Marjin Pemasaran Gula Aren
di Desa Sidamulih
2 Saluran II 2000 83,33
Farmer’s
3 Saluran III 2000 83,33
Tabel 1menunjukkan bahwa sharemerupakanperbandinganantaraharg
4
marjin Saluran IV
pemasaran 1000gula 91,67
aren ayangditerima petani dengan harga yang
terkecildiperoleh
Sumber: Olahan Data pada saluran
Primer, 2017. dibayar konsumen yang dinyatakan
IVyaituRp1.000,- per kilogram.Marjin dalampersen. Nilai farmer’s share dapat
pemasaran saluran I, II, dan III sama dijadikan sebagai gambaranefisiensi
besar yaitu Rp 2.000,-per kilogram. pemasaran. T abel 1 menunjukkan
Marjin pemasaran gula aren di Desa bahwafarmer’s shareterbesar diperoleh
Sidamulih lebih tinggi dibanding Desa pada saluran IV yaitu
Capar Kecamatan Salem Kabupaten 91,67%danfarmer’s share terkecil
Brebes yang berkisar Rp 1.100,- padasaluranI, II dan IIIsebesar83,33%.
sampai dengan Rp 1.400,- per Saluran IV merupakan saluran pemasaran
kilogram (Hidayat,et al, 2016).Saluran gula aren terpendek dan paling sedikit
IV memiliki marjin yang paling kecil melibatkan lembaga pemasaran. Irawan
dibanding saluran I, II dan III. Hal ini (2007) menyatakan bahwa harga yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 376


diterima konsumen sangat dipengaruhi inidimanfaatkan oleh pedagang
oleh jarak pemasaran, sehingga semakin pengumpul desa danpedagang pengumpul
panjang jarak pemasaran maka kecamatan.
perbandingan harga di tingkat petani dan
konsumen semakin besar. Saluran IV 4. KESIMPULANDANSARAN
menjadi saluran pemasaran gula aren 4.1. Simpulan
paling efisien karenamemiliki nilai farmer’s Produksi gula aren di Desa
share paling besar. Sidamulihterdistribusi melalui empat
saluran pemasaran,yaitu saluran I: petani-
pedagang pengumpul desa-pedagang
pengumpul kecamatan-pedagang pengecer-
konsumen;saluran II: petani- pedagang
pengumpul desa-pedagang besar –industri
pengolahan pangan; saluran III: petani-
pedagang pengumpul desa-pedagang
pengecer-konsumen; dan saluran IV: petani-
pedagang pengecer-konsumen.
Gambar 2. Farmer’s Share Pemasaran
Gula Aren di Desa Sidamulih Marjin pemasaran saluran I, II dan III
Hasil penelitian menunjukkan sama besar yaitu Rp 2.000,- per kilogram
bahwamarjin pemasaran terkecil dan dan saluran IV sebesar Rp 1.000,- per
farmer’s shareterbesar diperoleh pada kilogram. Farmer’s sharepada saluran I, II
saluran pemasaran IV, tetapi petani gula dan III sama besar yaitu 83,33% dan saluran
aren di Desa Sidamulih secara umum IV sebesar 91,76%. Saluran IV merupakan
tidak menggunakan saluran ini dalam saluran pemasaran gula aren paling efisien
menjual hasil produksinya. Hal ini karena memiliki marjin pemasaran terkecil
disebabkan petani lebih nyaman dan farmer’s shareterbesar.
bertransaksi di rumah dibanding harus 4.2. Saran
membawa barang ke tempat pedagang Perlu dibentuk lembaga pemasaran
pengecer. Keterbatasan pengetahuan dan petani yang berfungsi untukmengeloladan
akses pasar oleh petani juga memasarkan produksi gula aren secara
mempengaruhi keputusan petani dalam efisien agar petani dapat memperoleh
memasarkan gula arennya. Selain itu harga yang lebih menguntungkan.
kondisipetani yang memiliki keterbatasan
modal, saranatransportasi dan akses 5. UCAPAN TERIMAKASIH
informasi hargamenjadi kendala bagi Penulis mengucapkan terimakasih
petaniuntuk memperoleh saluran kepada pihak-pihak yang telah membantu
pemasaran yang efisien. Keadaan dalam penulisan makalah ini.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 377


6. DAFTARPUSTAKA
Hidayat, S.R., Rusman, Y., Ramdan, M.
2016. Analisis Saluran Pemasaran
Gula Aren (Arenga pinata). Studi
Kasus di Desa Capar Kecamatan
Salem Kabupaten Brebes.Agroinfo
Galuh, 2(2), 117-124.

Irawan, B. 2007. Fluktuasi Harga,


Transmisi Harga dan Marjin
Pemasaran Sayuran dan Buah.
Analisis Kebijakan Pertanian,
5(4):358-373.
Kementerian Pertanian RI. 2017. Statistik
Produksi Perkebunan Provinsi Jawa
Barat.Http://aplikasi.pertanian.go.id.
Diakses pada 3 Maret 2017.
Lasoma, N.L. 2014. Analisis Tataniaga
Gula Aren di Kecamatan Atinggola
Kabupaten Gorontalo Utara
(Doctoral Dissertation). Universitas
Negeri Gorontalo.
Maryanto, I. dan Susiloningsih, D. 2013.
Bioresources Untuk Pembangunan
Ekonomi Hijau. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Bogor.
Pemerintah Desa Sidamulih. 2015. Si
Manis yang Berkhasiat.
Http://sidamulih.desa.id. Diakses
pada 3 Maret 2017.
PTPN X. 2015. Kementan Harapkan
Segera Ada Pabrik Gula
Baru.Http://www.ptpn10.co.id.
Diakses pada 2 Maret 2017.
Sitanggang, N. 2017. Kebutuhan Gula
Nasional Mencapai 5,7Juta Ton.
Http://www.agribisnis.co.id. Diakses
pada 1 Maret 2017.
Sudiyono, A. 2002. PemasaranPertanian.
Universitas Muhamadiyah. Malang.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 378


DISTRIBUSI NILAI TAMBAH PADA PELAKU DALAM RANTAI NILAI BAWANG
MERAH DI KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT

Tuti Karyani, Ganjar Kurnia

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Email: tuti.karyani@unpad.ac.id

ABSTRAK

Bawang merah merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Kuningan, namun
produktivitasnya masih rendah (7,4 ton/ha), demikian juga harganya sering mengalami fluktuasi
sehingga menyumbang pada inflasi. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana rantai
nilai bawang merah di Kabupaten Kuningan, siapa saja pelaku yang terlibat dalam rantai dan
bagaimana proses bisnis mereka. Tujuan lainnya ialah untuk menganalisis nilai tambah (added
value) yang diterima oleh pelaku dalam rantai. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif
dengan studi kasus di Kelompok Tani Mitra Saluyu, Kabupaten Kuningan. Analisis yang digunakan
adalah value chain mapping dan analisis nilai tambah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 2 rantai, yaitu rantai yang melalui pabrik (agroindustri) bawang goreng dan rantai yang
tidak melalui pabrik bawang goreng. Untuk bawang goreng, pabrik menjalin hubungan dengan
perusahaan mie instan seperti Indofood dan Wingsfood, dimana bawang goreng merupakan
bagian dari produk pelengkap produknya. Nilai tambah terbesar sebenarnya dinikmati petani
namun porsi biaya juga terbesar, sedangkan nilai tambah untuk pelaku lain berturut-turut dari yang
besar adalah Bandar Desa, Penebas dan Pedagang besar di pasar. Untuk yang saluran ke pabrik
pengolah bawang, nilai tambah terbesar dinikmati oleh pabrik pengolah. Harga bawang yang
digunakan untuk bawang goreng lebih murah dibanding harga bawang ke saluran non pabrik, hal
ini disebabkan,karena mutu bawang merah yang digunakan bawang goreng kurang bagus.

Kata kunci: agroindustri , nilai tambah, rantai nilai

1. PENDAHULUAN dan produsen. Selain itu, bawang merah


Bawang merah (Allium ascolonicum, juga merupakan komoditas yang mudah
L) merupakan salah satu komoditas terkena hama dan penyakit mendorong
strategis yang menjadi penyumbang pelaku usahatani bawang merah untuk
inflasi dalam negeri selain beras, cabai menjual hasil panen walaupun pada harga
merah, daging ayam, dan daging sapi. yang rendah.
Produksi bawang merah cenderung Di Propinsi Jawa Barat, salah satu
meningkat setiap tahunnya secara kabupaten yang mengembangkan
nasional dengan pertumbuhan 2 persen bawang merah adalah Kabupaten
per tahun. Selama periode tahun 2009- Kuningan. Produktivitas rata-rata 7,3 ton
2014 tingkat konsumsi bawang merah per hektar, yang sebenarnya menurut
secara nasional relatif berfluktuasi dan keterangan Dinas Pertanian berpotensi
cenderung meningkat setiap tahunnya. mencapai 9,4 ton per hektar. Hal ini
Oleh karena itu, peningkatan produksi disebabkan karena belum optimalnya
kenyataannya belum dapat memenuhi pengusahaan bawang merah di Kuningan.
kebutuhan bawang merah sepanjang Dari fenomena berfluktuasinya
tahun. Keadaan ini menjadi pemicu harga bawang merah diduga
fluktuasi harga, baik di tingkat konsumen penyebabnya antara lain karena kurang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 379


baiknya manajemen rantai nilai pada yang bergulir di sepanjang rantai nilai, dan
bawang merah. Analisis rantai nilai aliran informasi. Biaya dan keuntungan
berfokus pada bagaimana aktivitas dapat (value added) meliputi perhitungan biaya
menciptakan nilai dan apa yang dan keuntungan yang diperoleh.
menentukan biaya aktivitas tersebut.
Pentingnya analisi rantai nilai (value chain 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
analysis) bawang merah di dalam rantai 3.1. Rantai Nilai dan Pelaku-Pelaku
pemasarannya ini untuk mengetahui dan yang Terlibat dalam Agribisnis
menentukan besar kecilnya marjin yang Bawang merah
didapatkan para pelaku pemasaran Aliran pertama yaitu aliran material
bawang merah tersebut dan menghitung berupa bawang merah yang diawali
besarnya proporsi nilai tambah yang dengan bentuk input produksi para petani,
didapatkan oleh setiap pelaku pada rantai. selanjutnya input ini dibudidayakan,
Oleh karena itu menarik untuk dikaji kemudian akan menghasilkan bawang
bagaimana rantai pasok bawang merah merah.
dan seberapa besar value added yang Aliran kedua merupakan aliran uang
diperoleh pelaku dalam rantai. yang mana berupa transaksi yang terjadi
Berdasarkan perumusan masalah di antar pelaku. Aliran ini bentuknya adalah
atas, maka tujuan penulisan ini ialah: (1) uang yang mengalir dari konsumen,
Menggambarkan rantai nilai bawang pedagang/pengrajin bawang goreng,
merah dan para pelaku yang terlibat penebas, petani. Dengan kata lain, aliran
dalam rantai, dan (2) Menganalisis uang bergerak dari hilir ke hulu.
besarnya value added yang diterima Kedua aliran di atas tentunya tidak
pelaku pada rantai nilai bawang merah. akan berjalan dengan baik jika tidak ada
aliran yang ketiga, yaitu aliran informasi.
2. METODE PENELITIAN Aliran informasi terjadi di antara para
Rancangan penelitian yang pelaku dan aliran ini bersifat abstrak atau
digunakan adalah desain kualitatif yang tidak berwujud. Aliran ini juga merupakan
didukung dengan data kuantitatif, faktor utama lancarnya arus aliran
sedangkan teknik penelitian yang material dan aliran uang. Aliran informasi
digunakan adalah studi kasus. Sumber bergerak dari konsumen ke pasar yang
data pada penelitian ini diperoleh dari data berupa order data perkiraan permintaan
primer dan data sekunder, adapun dan jenis bawang merah. Untuk melihat
rancangan analisis datanya ialah aliran material/produk pada rantai
Pemetaan Rantai Nilai (Value Chain pasokan agribisnis bawang merah dapat
Mapping) yang digunakan untuk dilihat pada Gambar 1.
memetakan aliran barang, aliran uang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 380


10%
Penebas/bandar

90%
Bandar Pengolah (bawang Industri mie (wings
Petani /Gapoktan goreng) food dan
Indofood)

Bawang di Bawang dikemas Pasar Eceran


Bawang
bersihkan dan ditimbang
disimpan

Gambar 2. Aliran Material Bawang Merah di Kabupaten Kuningan

a. Aliran Material/Barang Bawang (2008) menyatakan bahwa rantai nilai


Merah di Kuningan merupakan suatu cara pandang dimana
Petani menjual bawangnya ke bisnis dilihat sebagai rantai aktivitas yang
Bandar atau melalui gapoktan, sebagian mengubah input menjadi output yang
masih ada yang menjual bawang ke bernilai bagi pelanggan.
penebas.yang juga menjadi Bandar. b. Aliran Informasi
Bandar menjualnya ke Pengolah Aliran informasi berkaitan dengan
(industry) dan ke pasar eceran di sekitar informasi harga, jumlah dan kualitas
Kabupaten Kuningan dan bawang yang diminta. Informasi ini
Cirebon.Bawang merah yang off grade kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan
dijual ke industry pengolahan yang yang dilakukan di tingkat pengolah atau
banyak tumbuh di Kuningan.bahkan ada 2 supplier meliputi pembuatan kontrak
pelaku industry bawang goreng cukup dengan pihak industri mie instan (wings
besar dan melakukan kemitraan dengan food dan indo food). Berikut ini merupakan
indomie (mie instan). gambaran sistem kontrak yang dilakukan
Dari aliran material pada Gambar 2 antara pengolah dengan pihak industri
juga bisa dilihat struktur rantai nilai mie instan pada Gambar 3.
bawang merah. Pearce dan Robinson

Industri mie Menjalin


Pengolah Petani
instan kontrak Kelompok
Tani/bandar

Kesepakatan harga jual, dan kapasitas


pengiriman
Tidak diberitahu dan tidak dilibatkan
dalam kontrak

Gambar 3. Sistem Kontrak antara Industri dan Pengolah Bawang Goreng

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 381


Informasi permintaan bawang Berbeda halnya jika bandar
goreng kepada pengolah kemudian melakukan penjualan dengan pihak pasar
dilanjutkan dengan permintaan bahan induk. Kesepakatan antar pedagang tidak
baku dari pengolah ke Bandar atau menggunakan kontrak tertulis tetapi
gapoktan/kelompok tani yang kemudian secara lisan melalui telepon seluler.
menyampaikan lagi ke petani. Informasi Informasi ini menyangkut volume dan
dari Bandar ke gapoktan atau poktan dan harga barang dilanjutkan pula ke
petani dilakukan secara langsung atau gapoktan/poktan dan pada akhirnya ke
menggunakan telepon seluler. Biasanya petani bawang merah.
informasi menyangkut volume dan harga
bawang.

Penebas/bandar

Bandar Pengolah Industri


Petani (bawang Mie
goreng) Instan

Bawang Bawang di Bawang


Pasar Induk
disimpan bersihkan dikemas dan
ditimbang

Pasar Eceran

Gambar 4. Aliran Informasi pada Rantai Nilai Bawang Merah

c. Aliran Uang Pada rantai pasok bawang merah di


Aliran uang, dimulai dari konsumen Kuningan tidak ada yang langsung
dalam bentuk transaksi jual beli antara melakukan penjualan ke eksportir baik
pedagang dan pembeli, baik itu konsumen dari petani maupun kelompok tani.
yang berada di dalam negeri maupun luar Aliran uang terjadi pula dari industri
negeri. Konsumen yang ada di dalam mie instan ke pengolah bawang,
negeri merupakan konsumen yang selanjutnya dari pengolah uang mengalir
mendapatkan produk bawang dari pasar untuk pembayaran ke Bandar atau
eceran atau pasar induk. Pembayaran gapoktan dan akhirnya ke petani.
yang dilakukan biasanya tunai atau cash.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 382


Penebas/bandar

Industri Mie
Bandar Pengolah
Petani
/Gapoktan (bawang goreng)
Pasar Induk

Bawang disimpan, Pasar Eceran


dibersihkan,
dikemas, ditimbang
Gambar 5. Aliran Uang pada Rantai Nilai Bawang Merah

3.2. Proses Bisnis Pelaku Rantai Nilai Peran dalam


No. Pelaku Rantai Nilai
a. Pelaku Primer Rantai Nilai Bawang Bawang Merah
Berupa industri
Merah pengolahan bawang
skala rumahan
Pelaku primer terdiri atas para ataupun penyedia
pelaku utama dalam sistem rantai nilai bawang goreng
untuk industri mie
bawang merah terdiri dari petani instan. Memperolah
4 Industri pengolahan pasokan bawang
produsen, penebas, Bandar, Pengolah merah dengan
kualitas paling
agroindustri, Industri/pasar eceran. Secara rendah dengan
harga lebih rendah
umum pelaku primer dapat dilihat pada jika dibandingkan
dengan grade
Tabel 1. berikut. lainnya

Tabel 1. Pelaku Primer Rantai Nilai Peran pelaku pendukung rantai nilai
Bawang Merah
bawang merah secara umum dapat dilihat
Peran dalam
No. Pelaku Rantai Nilai pada Tabel 2.
Bawang Merah
Orang yang
melakukan usaha
Tabel 2. Pelaku Pendukung Rantai Nilai
budidaya bawang Bawang Merah
Petani
merah dan
1 produsen/Kelompok Peran dalam Rantai Nilai
statusnya sebagai No. Pelaku
Tani bawang merah Bawang Merah
petani pemilik,
penggarap atau Kios saprodi: sebagai
penyewa lahan. Toko tempat pembelian dan
1.
Berperan dalam Saprodi peminjaman saprodi bagi
pembelian bawang petani bawang merah.
merah dari petani, Petugas pemerintah yang
2 Penebas dan melakukan memberikan pembinaan
2. Penyuluh
proses panen dan mengenai usahatani
pascapanen bawang merah.
bawang merah Kelembagaan keuangan
Berperan 3. Koperasi beranggotakan petani
melakukan bawang merah.
perogolan, Lembaga keuangan yang
pengeringan, 4 Bank dapat diakses oleh pelaku
3 Bandar
pengemasan pada industri pengolah.
karung dan
pengiriman ke pasar
tujuan. Berikut ini disajikan pada Tabel 3
pelaku dan profit margin dan biaya yang
dilkeluarkannya.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 383


Tabel 3. Pelaku Rantai Pasok, Biaya dan Profit Margin yang Diterimanya
Pedagang
Pelaku Rantai Petani Bandar/Penebas Bandar Bandar Pasar
No eceran
dan Kegiatan
Rp (%) Rp % Rp % Rp % Rp %
1 Kegiatan

Harga beli - 11500 13000 17000 19000


4.76
Total Biaya 500 71.43 500 1000 9.52 1000 9.52 500 4.76

Profit Margin
4000 47.06 1000 11.76 2000 23.53 1000 11.76 500 5.9
(Nilai Tambah)

Harga (share) 11500 57.5 13000 17 19000 20000 100


Pabrik
2 Kegiatan Petani Bandar/Penebas
(pengolah)
Rp (%) Rp % Rp %
Harga Beli 10000 11500
Biaya 7500 60 500 4 4500 36

Profit Margin
2500 20.83 500 4.17 9000 75
(Nilai Tambah)

Harga jual 10000 11500 25000

Adapun bila digambarkan alurnya, maka distribusi biaya dan value addednya
sebagaimana terlihat pada Gambar 6.

Biaya 4,76% 9,5%


71% 9,5% 4,76% Total
Penebar/ Bandar
Petani Bandar Pengecer Value Added
Value Bandar Pasar
31,25% 12,5% 3,25% Rp 10.500/kg
added Gambar
12,5% 6. Distribusi biaya dan value added
12,5%
yang diterima pelaku pada rantai pasok pertama

Value added yang diterima petani Pada saluran 2 value added


cukup besar walaupun proporsi biaya juga terbesar pada pabrik, sedangkan untuk
paling tinggi, berbeda dengan pengecer biaya terbesar ada pada petani. Ada pun
yang proporsi biayanya hanya 4.76 % Bandar/penebas baik biaya dan value
tetapi value addednya sama dengan added paling rendah. Farmer share yang
petani. Berdasarkan analisis farmer share dihasilkan adalah sebesar 40%, sehingga
mencapai 57,5%, sehingga menurut termasuk kategori rendah, walaupun
Downey dan Erickson (1992), farmer demikian untuk kebutuhan pabrik yang
share-nya dikategorikan efisien. Karena orientasinya industri mie dan bawang
harga jual yang dibayar konsumen lebih yang diperlukan bukan grade yang paling
dari 40% diterima petani. Namun bagus maka keberadaan industri ini
masalahnya seringkali harga bawang memberikan peluang pemasaran alternatif
berfluktuasi, sehingga farmer share juga untuk menyalurkan hasil produksinya
berubah-rubah. yang kurang diminati oleh pasar fresh

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 384


good. Namun di beberapa pabrik ada juga orientasi bukan untuk industri, tapi
yang meminta bawang Sumenep bagus sebagai penyedap/taburan makanan.
untuk keperluan bawang goreng dengan

Biaya 60% 4% 36%

Petani Bandar Pengecer

Value added 20,83% 4,17% 75%


Gambar 7 Distribusi biaya dan value added yang diterima
pelaku pada rantai pasok kedua
4. SIMPULAN DANSARAN efisien yang penting biaya dan
4.1. Simpulan profitnya terdistribusi adil, walaupun
(1) Rantai nilai bawang merah ada dua, demikian secara kelembagaan petani
Pelaku yang terlibat pada rantai bargaining position-nya masih rendah
pertama ialah Petani, Bandar/ karena tergantung pada penebas.
penebas, Bandar di desa, Bandar di
pasar dan pengecer. Adapun untuk 4.2. Saran
rantai ke-2 yaitu petani, Bandar, (1) Rantai nilai pertama sebaiknya lebih
pabrik bawang goreng dan industri. diperkuat kelembagaan tingkat petani,
Aliran produk dari petani sampai karena pemasaran yang telah ada
konsumen, aliran uang sebaliknya menunjukkan bahwa petani
dan aliran informasi dari konsumen, bargaining positionnya rendah karena
dari industri sampai petani dan ada menghadapi pasar secara individual.
pula dari penyuluh ke petani. (2) Rantai nilai kedua lebih
(2) Untuk value added pada rantai dikembangkan untuk bawang dengan
pertama yang tertinggi diperoleh grade yang tinggi untuk memenuhi
pengecer dan petani, namun untuk pasar selain industri agar
biaya petani mendapat beban yang memperoleh harga yang lebih baik.
paling tinggi pula. Pada saluran (3) Perlu penelitian untuk pasar bawang
kedua, value added untuk pabrik dan goreng dengan grade tinggi sebagai
biaya tetap pada petani. Bila dilihat taburan makanan.
farmershare-nya ternyata pada rantai
pertama lebih tinggi dibanding rantai 5. DAFTAR PUSTAKA
kedua, namun demikian petani Blocher, Edward J., Kung H. Chen., and
memperoleh pasar untuk bawang Thomas W. Lin. 1998. “Cost
Management a Strategic Emphasis”.
yang grade-nya kurang baik. Jadi Terjemahan Susty Ambarriani.
panjangnya rantai belum tentu tidak Jakarta: Salemba Empat.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 385


Downey, W. D., dan S. P. Erickson. 1992.
Manajemen Agribsnis. Jakarta:
Erlangga.
Pearce II, John A. dan Richard B.Jr.,
Robinson. 2008. Manajemen
Strategis 10. Jakarta: Salemba
Empat.
Porter, Michael E. 1994. Keunggulan
Bersaing (Menciptakan dan
Mempertahankan Kinerja Unggul).
Tim Penterjemah Binarupa Aksara.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Sudiyono, Arman. 2004. Pemasaran
Pertanian. Malang: UMM Press.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 386


ANALISIS SISTEM PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN MERAUKE

Untari1, Marthen Nahumury2


1
Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Musamus
2
Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Musamus
Email: untari_83@yahoo.com

ABSTRAK

Sistem pemasaran beras sangat mempengaruhi pembelian produk oleh konsumen dan
efisiensi tataniaga beras secara keseluruhan. Petani sering dihadapkan dengan
rendahnya harga beras saat musim panen raya tiba, petani sering kali mensiasati dengan
menunda hasil panen tetapi petani dihadapkan dengan kondisi yang sulit karena harus
memiliki uang tunai untuk musim tanam berikutnya dan untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengevaluasi sistem
pemasaran beras dari petani sampai dengan konsumen akhir di Kabupaten Merauke dan
membuat jaringan pemasaran beras yang efektif dan efisien. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah survei. Data sistem pemasaran beras yang ada di Kabupaten
Merauke dalam penelitian ini bersifat deskriptif menggunakan metoda Participatory Rural
Appraisal (PRA) dengan pendekatan Snow Ball Sampling dimana petani sebagai titik awal
(Starting Point). Data primer dikumpulkan mulai dari petani yang memberi infomasi
saluran pemasaran dan seterusnya sampai ke tingkat konsumen akhir. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa terdapat 6 saluran pemasaran beras di Kabupaten Merauke. Hasil
analisis saluran pemasaran beras menyimpulkan bahwa margin pemasaran terkecil yaitu
di saluran pemasaran III yaitu sebesar Rp 1.867/kg, sedangkan marjin terbesar ada pada
saluran pemasaran II yaitu Rp 2.600/kg. Analisis farmer’s share menyimpulkan bahwa
saluran pemasaran I adalah paling tinggi yaitu 88,75% dan terendah di saluran
pemasaran II yaitu 72.44%; rasio keuntungan terhadap biaya menyimpulkan bahwa
saluran pemasaran I yaitu 0,80% dan rasio terbesar pada saluran II yaitu sebesar 1,89%.
Sedangkan efisiensi saluran pemasaran yang paling efektif adalah saluran pemasaran I.

Kata kunci: beras jaringan pemasarans, wilayah perbatasan.

1. PENDAHULUAN konsumen dan efisiensi tataniaga beras


Pemasaran memegang peranan yang secara keseluruhan. Efisiensi pemasaran
amat penting dalam suatu sistem yang rendah akan menyebabkan
agribisnis, karena pemasaran yang tidak tingginya biaya dan harga penjualan
mendukung akan mempengaruhi sistem akhir, yang pada akhirnya akan
agribisnis yang lain seperti sub-sistem mempengaruhi sistem pemasaran beras
produksi dan pengolahan. Pemasaran secara keseluruhan. Inefisiensi
dapat menciptakan nilai tambah dan pemasaran tidak hanya menekan
membentuk mata rantai distribusi produk keuntungan yang diraih petani tetapi juga
yang menghubungan produsen dengan melemahkan daya saing. Hal ini tentu
konsumen akhir. saja harus dihindarkan mengingat beras
Sistem pemasaran beras sangat merupakan komoditas yang bersaing
mempengaruhi pembelian produk oleh ketat.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 387


Pola konsumsi beras di Indonesia Distrik Tanah Miring dan Distrik Kurik
secara perlahan tapi pasti mengalami Kabupaten Merauke.
perubahan sejalan dengan makin Metode penelitian yang digunakan
meningkatnya pendapatan, pendidikan penelitian yaitu survei. Data penelitian
dan mudahnya akses informasi. dikumpulkan dengan menggunakan
Konsumen beras saat ini semakin angket/kuisioner. Data sistem
mementingkan mutu dan melihat beras pemasaran beras yang ada di Kabupaten
tidak hanya sebagai komoditas Merauke dalam penelitian ini bersifat
melainkan sebagai suatu produk dengan deskriptif menggunakan metoda
kriteria tertentu (Sutrisno, 2004). Participatory Rural Appraisal (PRA)
Sistem distribusi pangan dari produsen dengan pendekatan Snow Ball Sampling
ke konsumen dapat terdiri dari beberapa dimana petani sebagai titik awal (Starting
rantai tataniaga (marketing channels) Point). Data sekunder dikumpulkan dari
dimana masing-masing pelaku pasar studi literatur yang relevan.
memberikan jasa yang berbeda. Besar Alat analisis data yang digunakan untuk
keuntungan setiap pelaku tergantung menjawab tujuan yaitu: (1) analisis
pada struktur pasar di setiap tingkatan, saluran pemasaran dan struktur
posisi tawar, dan efisiensi usaha masing- pemasaran, (2) analisis margin
masing pelaku. pemasaran, dan (3) analisis farmer’s
Dalam upaya peningkatan perbaikan share dan efisiensi pemasaran.
sistem agribisnis, diperlukan studi
mengenai “Analisis Sistem Pemasaran 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Beras Wilayah Perbatasan Papua di Analisis Saluran Pemasaran Beras di

Kabupaten Merauke”. Tujuan yang ingin Kabupaten Merauke

dicapai dari kajian ini yaitu mengevaluasi Di Kabupaten Merauke, struktur aliran

sistem pemasaran beras dari petani tataniaga gabah/beras pada garis

sampai dengan konsumen akhir di besarnya ditemukan dua aliran, yaitu: (I)

Kabupaten Merauke; dan membuat saluran pemasaran pertama, petani

jaringan pemasaran beras yang efektif menjual gabah ke pedagang pengumpul/

dan efisien. pedagang menengah, Dari pedagang


pengumpul, gabah mulai mengalami
2. METODE PENELITIAN perlakuan meliputi proses pemasaran
Penelitian dilaksanakan tahun 2016 di dan disalurkan ke pengecer-pengecer
Kabupaten Merauke Propinsi Papua. untuk dijual ke konsumen akhir; dan (II)
Pengambilan data responden tersebar di saluran pemasaran kedua, petani
tiga distrik yaitu Distrik Semangga, menjual gabah ke pedagang pengumpul
yang merupakan kaki tangan pemilik

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 388


penggilingan desa. Di penggilingan desa, (1) Saluran Rantai Pasok I: Produsen -
gabah mengalami proses pengeringan, Konsumen akhir.
penggilingan dan grading beras. (2) Saluran Rantai Pasok II: Produsen -
Selanjutnya beras dikemas dengan Pedagang Besar - Pedagang
tampa diberi label dan disalurkan ke Menengah -Pedagang Pengecer -
pengecer desa untuk dijual ke Konsumen Akhir.
konsumen. Mayoritas petani (85%) (3) Saluran Rantai Pasok III: Produsen
menempuh saluran pemasaran pertama – Pedagang Besar - Pedagang
dan sisanya (15%) menempuh saluran Menengah - Konsumen Akhir
pemasaran kedua. Berdasarkan data (4) Saluran Rantai Pasok IV: Produsen -
hasil penelitian dari responden pada tiga Pedagang Menengah ­ Pedagang-
Distrik yaitu Distrik Kurik, Distrik Tanah Pengecer,- Konsumen Akhir.
Miring dan Distrik Semangga bahwa (5) Saluran Rantai Pasok V: Produsen -
terdapat Enam (6) saluran rantai Pedagang Pengecer - Konsumen
pasokan beras yang didasarkan atas Akhir.
beberapa penggunaan metode seperti (6) Saluran Rantai Pasok VI: Produsen -
biaya produksi, harga jual, harga beli Pedagang Besar - Bulog-
dan biaya pemasaran yang tersebar di Konsumen akhir.
ketiga Distrik di Kabupaten Merauke
sebagai berikut:

Pedagan Bulog
g Besar
Konsum
Produsen en Akhir
/Petani Pedagang Pedagan
Menenga g
h Pengece
r

Ket: Saluran Rantai Pasok I Saluran Rantai Pasok IV


Saluran Rantai Pasok II Saluran Rantai Pasok V
Saluran Rantai Pasok III Saluran Rantai Pasok VI
Gambar 1. Saluran Rantai Pasok Beras di Kabupaten Merauke

Analisis mengenai masing-masing lembaga terkait dapat dijelaskan dalam


saluran rantai pasokan beras, lembaga- pembahasan berikut ini:

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 389


A. Saluran Pemasaran I: Petani – sehingga rata-rata penjualan adalah Rp
konsumen akhir 8.200,-. Harga jual beras dari pedagang
Pada saluran I tidak ada lembaga pengecer ke konsumen akhir berkisar
pemasaran beras (tingkat nol) dan antara Rp 8.400-8600,- sehingga rata-
umunya konsumen akhir lebih memilih rata penjualan adalah Rp 8.500,-.
membeli langsung ke tempat petani / Petani mengeluarkan biaya pada saluran
produsen beras atau sebaliknya. pemasaran II ini berupa biaya produksi
Harga jual beras petani ke konsumen biaya giling gabah menjadi beras
akhir pada saluran ini berkisar antara Rp sebesar Rp 683 per kg (10% dari beras
7.500 - 7.800 per kg, tergantung pada yang dihasilkan) dan biaya pengemasan
kualitas beras yang dijual. Rata-rata sebesar Rp 50 per kg,biaya transport Rp
harga jual beras petani ke konsumen 150,- biaya bongkar muat Rp 50,-.
akhir sebesar Rp 7.700 per kg. Petani Pedagang besar menanggung biaya
mengeluarkan biaya pada saluran penyortiran sebesar Rp 75 per kg, biaya
pemasaran I ini berupa biaya produksi penyusutan Rp 100 per kg. dan biaya
sebesar Rp 3.420 per kg, biaya giling pengemasan sebesar Rp 100 per kg,
gabah menjadi beras sebesar Rp 683 biaya bongkar muat 100 per kg, biaya
per kg (10% dari beras yang dihasilkan) transport Rp 175 per kg. Pedagang
dan biaya pengemasan sebesar Rp 50 menengah menanggung biaya transport
per kg,biaya transport Rp 150,- biaya sebesar Rp 225,- biaya bongkar muat Rp
bongkar muat Rp 50,- Total biaya pada 100,- biaya penyusutan Rp 100,-per kg
saluran pemasaran I sebesar Rp 4.353,- penyotiran Rp 75 per kg, pengemasan
per kg. 100 per kg. Pedagang pengecer
B. Saluran Pemasaran II: petani - menanggung biaya pengemasan Rp
pedagang besar - pedagang
100/kg, bongkar muat Rp 100/kg,
menengah – pedagang pengecer -
konsurnen akhir. penyotiran Rp 75/kg, penyustan Rp
Pada saluran ini petani menjual beras ke
100/kg dan transport Rp 285/kg. Total
pedagang besar dengan harga berkisar
biaya pada saluran pemasaran ini
antara Rp 6.800-6.900,- sehingga rata-
sebesar Rp 6.163 per kg.
rata harga jual beras di tingkat petani
C. Saluran Pemasaran III: Petani -
adalah Rp 6.833,-. Harga jual beras dari
Penggilingan padi/pedagang
pedagang besar ke pedagang menengah
pengumpul/pedagang menengah -
berkisar antara Rp 7.600-7.800,-
Konsumen Akhir
sehingga rata-rata penjualan adalah Rp
Pengilingan padi akan menjual/
7.677,-. Harga jual beras dari pedagang
menditribusikan beras ke pedagang
menengah ke pedagang pengecer
pengumpul dengan harga Rp 6.900/kg.
berkisar antara Rp 8.000-8.300,-
hubungan kemitraan antara penggilingan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 390


padi dan pedagang pengumpul hanya Rp 275/kg. Pedagang menengah
degan dasar kepercayaan dan tidak menanggung biaya pengemasan 100/kg,
mengikat. Penggilingan padi akan bongkar muat Rp 130/kg, penyotiran Rp
membawa beras pesanan pedagang 75/kg, penyusutan Rp 100/kg dan biaya
pengumpul, saat beras tiba maka akan transport Rp 295/kg. Total biaya pada
langsung dilakukan pembayaran tunai. saluran pemasaran ini sebesar Rp
Kriteria kualitas berdasarkan standar 5.723/kg. Dapat dijelaskan bahwa pada
SOP dari dolog yaitu kadar air 14%, saluran III, pedagang menengah
berat timbangan 15,2 kg, butir patah max mengadakan transaksi jual – beli beras
20%, butir menir 2%, derajat sosoh min langsung ke konsumen akhir.
95%. Beras yang akan dijual ke D. Saluran Pemasaran IV: petani –
konsumen berdasarkan kualitas dan pedagang mennegah – pedagang
varietas beras. pengecer – konsumen akhir.
Pada saluran ini petani menjual beras ke Pada saluran ini petani menjual beras
pedagang besar dengan harga berkisar kepada pedagang menengah dengan
antara Rp 6.800-6.900/kg,- sehingga harga berkisar antara Rp 7100-7200/kg
rata-rata harga jual beras di tingkat sehingga rata-rata harga jual beras di
petani adalah Rp 6.833/kg,-. Harga jual tingkat petani adalah Rp 7.150/kg. Harga
beras dari pedagang besar ke pedagang jual beras dari pedagang menengah ke
menengah berkisar antara Rp 7.600- pedagang pengecer berkisar antara Rp
7.800/kg,- sehingga rata-rata penjualan 8.000-8.300/kg sehingga rata-rata
adalah Rp 7.667/kg. Harga jual beras penjualan adalah Rp 8.200/kg,. Harga
dari pedagang menengah ke konsumen jual beras dari pedagang pengecer ke
akhir berkisar antara Rp 8.800-9.500,- konsumen akhir berkisar antara Rp
sehingga rata-rata penjualan adalah Rp 9.000-9.800/kg sehingga rata-rata
9.033/kg. Petani mengeluarkan biaya penjualan adalah Rp 9.433/kg.
pada saluran pemasaran III ini berupa Petani mengeluarkan biaya pada saluran
biaya produksi biaya giling gabah pemasaran IV ini berupa biaya produksi
menjadi beras sebesar Rp 683/kg (10% biaya giling gabah menjadi beras
dari beras yang dihasilkan) dan biaya sebesar Rp 683/kg (10% dari beras yang
pengemasan sebesar Rp 50/kg biaya dihasilkan) dan biaya pengemasan
transport Rp150 /kg biaya bongkar muat sebesar Rp 50/kg biaya transport Rp 150
Rp 50/kg. Pedagang besar menanggung /kg biaya bongkar muat Rp 50/kg.,
biaya penyortiran sebesar Rp 75/kg, Pedagang menengah menanggung biaya
biaya penyusutan Rp 100 /kg, biaya pengemasan Rp 100/kg, bongkar muat
pengemasan sebesar Rp 100/kg, biaya Rp 125/kg, penyotiran Rp 75/kg,
bongkar muat Rp 120/kg, biaya transport penyusutan 100/kg dan biaya transport

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 391


Rp 300/kg. Pedagang Pengecer antara Rp 6.800-6.900/kg,- sehingga
menanggung biaya pengemasan Rp rata-rata harga jual beras di tingkat
100/kg, bongkar muat 150/kg, penyotiran petani adalah Rp.6.833/kg,-. saluran ini
Rp 75/kg, penyusutan Rp 100/kg dan merupakan saluran utama yang sering
biaya transport Rp 575/kg. Total biaya digunakan petani, dimana sebagian hasil
pada saluran pemasaran ini sebesar Rp prosuksi petani dijualkan ketempat
6.103/kg. penggilingan (pedagang besar) yang
E. Saluran Pemasaran V: Petani - mampu membeli beras dalam jumlah
Pedagang Pengecer - Konsumen
yang besar. Harga jual beras dari
Akhir
Pada saluran ini petani menjual beras pedagang besar ke bulog (mitra kerja)
kepada pedagang pengecer dengan Rp 6.800-6.900/kg (harga ini merupakan
harga berkisar antara Rp 7.100-7.200/kg kesepakatan antara pedagang
sehingga rata-rata harga jual beras di besar/tempat penggilingan dan bulog),
tingkat petani adalah Rp 7.150/kg. Harga Harga jual beras dari bulog ke
jual beras dari pedagang pengecer ke konsumen akhir sebesar Rp 8.000/kg.
Konsumen akhir berkisar antara Rp Biaya langsung yang dikeluarkan Petani
8.800-9.500/kg sehingga rata-rata pada saluran rantai pasok ini berupa
penjualan adalah Rp 9.033/kg biaya produksi biaya giling gabah
Biaya langsung yang dikeluarkan Petani menjadi beras sebesar Rp 683/kg (10%
pada saluran rantai pasok ini berupa dari beras yang dihasilkan) dan biaya
biaya produksi biaya giling gabah pengemasan sebesar Rp 50/kg biaya
menjadi beras sebesar Rp 683/kg (10% transport Rp 150 /kg biaya bongkar muat
dari beras yang dihasilkan) dan biaya Rp 50/kg.
pengemasan sebesar Rp 50/kg biaya Pedagang besar menanggung biaya
transport Rp.150 /kg biaya bongkar muat pengemasan Rp 100/kg, bongkar muat
Rp 50/kg., Pedagang pengecer Rp 75/kg, penyotiran Rp 175/kg,
menanggung biaya pengemasan Rp penyusutan Rp 100/kg dan biaya
100/kg, bongkar muat Rp 175/kg, transport Rp 100/kg. sedangkan pihak
penyotiran Rp 75/kg, penyusutan 100/kg bulog menanggung biaya pengemasan
dan biaya transport Rp 800/kg. Total Rp 100/kg, bongkar muat Rp 50/kg biaya
biaya pada saluran pemasaran ini penyortiran (pengecekan kualitas)
sebesar Rp 5.603/kg sebesar Rp 155/kg, biaya penyusutan
Rp 100/kg dan biaya transport
F. Saluran Pemasaran VI: Petani - sebesar Rp 700/kg . Total biaya pada
penggilingan/pedagang besar -
saluran rantai pasokanini sebesar Rp
Dolog - Konsumen Akhir
Pada saluran ini petani menjual beras ke 6.008/kg.
pedagang besar dengan harga berkisar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 392


Analisis Margin Pemasaran diperoleh oleh suatu lembaga
Margin pemasaran dihitung berdasarkan pemasaran (Kohls and Uhl, 2002).
pengurangan harga penjualan dengan Margin saluran pemasaran beras di
harga pembelian pada setiap tingkat Kabupaten Merauke dapat dilihat pada
lembaga pemasaran. Besarnya margin Tabel 1.
pemasaran dan keuntungan yang

Tabel 1. Margin Saluran Pemasaran


Rantai Rantai Rantai Rantai
Rantai Rantai
Pemasaran Pemasaran Pemasaran Pemasaran
Unsur Margin Pemasaran I Pemasaran II
III IV V VI
Nilai (Rp/Kg) Nilai (Rp/Kg) Nilai (Rp/Kg) Nilai (Rp/Kg) Nilai (Rp/Kg) Nilai (Rp/Kg)
A. Petani
Harga Jual 7700 6833 6833 7150 7150 6833
Biaya 4353 4353 4353 4353 4353 4353
Keuntungan 3347 2480 2480 2797 2797 2480
B. Pedagang Besar
Harga Beli 6833 6833 6833
Harga Jual 7667 7800 7667
Biaya 550 670 550
Margin 834 967 834
Keuntungan 284 297 284
C. Pedagang Menengah
Harga Beli 7667 7800 7150 7150
Harga Jual 8500 8700 8200 9033
Biaya 600 700 750 1250
Margin 833 900 1050 1883
Keuntungan 233 200 300 633
D. Pedagang Pengecer
Harga Beli 8500 8200
Harga Jual 9433 9433
Biaya 660 1000
Margin 933 1233
Keuntungan 273 233
E. Bulog
Harga Beli 6833
Harga Jual 8000
Biaya 1105
Margin 1167
Keuntungan 62
Harga Beli 7700 2600 1867 2283 1883 1167
Konsumen
Total Biaya 4353 6163 5723 6103 5603 5458
Total Margin - 2600 1867 2283 1883 2001
Sumber: Data Primer Diolah, 2016

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 393


Sebaran margin pemasaran pada setiap saluran rantai pasokan II dengan margin
saluran pemasaran yang digunakan sebesar Rp 2.600/kg.
petani menunjukan bahwa saluran
pemasaran I merupakan saluran rantai Analisis Farmer’s Share
pasokan yang merniliki total margin Bagian yang diterima petani dari harga
terkecil yaitu Rp. 0 per kg. Saluran ini yang dibayarkan oleh konsumen akhir
tidak melibatkan lembaga pemasaran dapat diketahui melalui analisis farmer’s
dalarn menyalurkan beras ke share .Nilai farmer 's Share digunakan
konsurnen akhir, sehingga tidak untuk melihat apakah pemasaran produk
terdapat margin pemasaran rnelainkan tersebut memberikan balas jasa yang
langsung diperoleh keuntungan dengan seimbang kepada petani sebagai
mengurangi harga jual dengan biaya produsen (Dahl and Hammond, 1977).
total di tingkat petani. Total biaya Rp Tabel 2 menunjukkan bahwa farmer's
4.353 per kg dan total keuntungan Rp share setiap saluran pemasaran
3.347/kg. Sementara margin terkecil berbeda-beda, tergantung pada margin
selain saluran rantai pasok I ada pada serta harga di tingkat konsumen akhir.
saluran rantai pasok III sebesar Rp
1.867/kg dan margin terbesar ada pada

Tabel 2. Nilai Farmer’s Share Setiap Saluran Pemasaran


Harga di Tingkat Harga di Tingkat Farmer's
NO Saluran Pemasaran 100
Petani(Rp/Kg) Konsumen(Rp/Kg) Share (%)
1 Saluran Pemasaran I 6,833 7,700 100 88.745
2 Saluran Pemasaran II 6,833 9,433 100 72.441
3 Saluran Pemasaran III 6,833 8,700 100 78.544
4 Saluran Pemasaran IV 7,150 9,433 100 75.798
5 Saluran Pemasaran V 7,150 9,033 100 79.154
6 Saluran Pemasaran VI 6,833 8,000 100 85.417
TOTAL 34,800 52,299 100 66.540
Sumber: Data Primer Diolah, 2016
Tabel 2 menunjukan bahwa saluran I Sehingga dapat disimpukan bahwa
menghasilkan nilai Farmer's share saluran rantai pasokan beras yang palin
terbesar sehingga memberikan bagian efisien terdapat pada saluran I, diman
paling besar yang diterima petani padi di petani menerima balas jasa yang cukup
Kabupaten Merauke yaitu sebesar dari harga yang diterima konsumen.
88.745 persen sedangkan saluran rantai Dikatakan tingkat efisiensi terjadi apabila
pasokan dengan farmer’s share farmer’s share > 50%, dengan demikian
terkecil ada pada saluran rantai pasokan bahwa dari enam saluran rantai pasokan
II yaitu sebesar 72.441 persen. beras di Kabupaten Merauke sudah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 394


termasuk efisien karena nilai rata-rata (5) Saluran Pemasaran V: Produsen -
farmer’s share > 50%. Pedagang Pengecer - Konsumen
Akhir.
Analisis Keuntungan terhadap Biaya (6) Saluran Pemasaran VI: Produsen
Nilai rasio keuntungan dan biaya dapat - Pedagang Besar - Bulog -
diketahui setelah dilakukan analisis Konsumen akhir.
margin pemasaran. Rasio keuntungan Hasil analisis terhadap jaringaan
dan biaya menunjukan besarnya pemasaran yang terbentuk menunjukkan
keuntungan yang diperoleh untuk setiap bahwa margin pemasaran terkecil yaitu
biaya pemasaran yang dilakukan oleh di saluran Pemasaran III yaitu sebesar
lembaga pemasaran (Dahl and Rp. 1.867/kg sedangkan marjin terbesar
Hammond 1977). ada pada saluran pemasaran II yaitu Rp.
Penyebaran rasio keuntungan dan biaya 2.600/kg; analisis Farmer’s share
pada setiap pola saluran rantai pasokan menyimpulkan bahwa saluran
beras di Kabupaten Merauke lebih jelas pemasaran 1 adalah paling tinggi yaitu
dapat dilihat pada Lampiran 1. 88,75% dan terendah di saluran
pemasaran II yaitu 72.44%; ratio
4. SIMPULAN DAN SARAN keuntungan terhadap biaya
4.1. Simpulan menyimpulkan bahwa saluran
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pemasaran terkecil di saluran pemasaran
terdapat 6 saluran pemasaran beras di I yaitu 0,47% dan Rasio terbesar pada
kabupaten merauke. Adapun 6 (enam) saluran I yaitu sebesar 0,78%.
saluran pemasaran beras yaitu sebagai Sedangkan efisiensi saluran pemasaran
berikut : yang paling efektif adalah saluran
(1) Saluran Pemasaran I: Produsen - pemasaran 1.
Konsumen akhir. 4.2. Saran
(2) Saluran Pemasaran II: Produsen - Berdasarkan hasil kajian yang telah
Pedagang Besar - Pedagang dilakukan, maka kami menyarankan
Menengah - Pedagang Pengecer - bebebrapa hal, yaitu sebagai berikut :
Konsumen Akhir. (1) Lembaga pemasaran beras
(3) Saluran Pemasaran III: Produsen - dikabupaten Merauke jika ingin
Pedagang Besar - Pedagang mendapatkan keuantungan besar
Menengah - Konsumen Akhir terutama di tingkat petani dapat
(4) Saluran Pemasaran IV: Produsen menempuh jalur distribusi I karena
- Pedagang Menengah ­ tingkat keuntungan yang akan di
Pedagang- Pengecer - Konsumen terima lebih tinggi karena langsung
Akhir. di distribusikan ke Konsumen Akhir.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 395


Alternative berikutnya berdasarkan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanan. Jurnal; Warta
besarnya margin pemasaran yang
Penelitian dan Pengambangan
diterima di setiap jalur pemasaran Pertanian Vol 29, No. 4. Bogor.
Abaydillah M., 2008. Analisis
yaitu yaitu Saluran pemasaran III, V,
Pendapatan dan Margin
VI, IV, dan II. Pemasaran Padi Ramah
Lingkungan Metode Sri (Kasus:
(2) Jika lembaga ingin mendapatkan
Desa Ponggang Kecamatan
pendapatan yang lebih besar Sagalaherang Kabupaten Subang,
Jawa-Barat). Skripsi. Instritut
berdasarkan analisis farmer share’s
Pertanian Bogor. Tidk diterbitkan.
disarankan sebaiknya memilih Barkema, A.D. 1993. Reacing
Consumers in the Twenty – First
saluran pemasaran I, VI, V, III, IV, II.
Century : the Short Way Around
(3) Jika lembaga pemasaran ingin the Barn. American Journal of
Agricultural Economics 75 (5):
mendapatkan rasio keuntungan lebih
1126-11331.
besar dari biaya maka disarankan Biro Pusat Statistik, 1996. Survei Susut
Pascapanen MT. 1994/1995
untuk memelih jalur pemasaran VI,
Kerjasama BPS, Ditjen Tanaman
III, II, IV, V, dan I.. Pangan, Badan Pengendali Bimas,
Bulog, Bappenas, IPB, dan Badan
Litbang Pertanian.
5. UCAPAN TERIMA KASIH Departemen Pertanian, 2012. Bijak
Mengatur Pangan. (Online).
Ucapan terima kasih Kami sampaikan
http://bkp.deptan.go.id. Di akses
kepada yang terhormat: (1) Direktur tanggal 20 April 2012. Tersedia.
Karmini, 2007. Penggunaan linier
Ristek Dikti yang telah memberikan
programming dalam penetuan
kesempatan kepada Kami untuk wilayah pemasaran beras di
Kalimantan Timur.
mendapatkan Hibah Terapan sehingga
EPP.VOL.4.NO.1 2007; 32-42.
Penelitian ini dapat berjalan dengan Labuza, T.P. (1966). Sarption
Phenomena in Foods. Food
dana yang cukup, (2) Rektor Universitas
Technol. 22 : 263-272.
Musamus; yang telah memfasilitasi dan Richana N., 2011. Keniscayaan Daulat
Pangan. (Online).
memberikan dukungan fasilitas kepada
http://pascapanen.litbang.deptan.g
Kami Selama pelaksanaan penelitian, (3) o.id. Di akses tanggal 20 April
2012. Tersedia.
Ketua LPPM Unmus Merauke, yang
Simatupang, P. 1995. Industrialisasi
telah dengan sabar memberikan arahan Pertanian sebagai Strategi
Agribisnis dan Pembangunan
dari penulisan sampai pelaoran kegiatan
Pertanian dalam Era Globalisasi.
hibah, dan (4) Dosen dan Mahasiswa Pidato Orasi Pengukuhan Ahli
Peneliti Utama Pada Pusat
yang terlibat langsung maupun tidak
Penelitian Sosial Ekonomi
langsung dalan kajian ini. Pertanian, Bogor.
Streeter, D.H.,S.T. Sonka, and M.A
Hudson, 1991. Information
6. DAFTAR PUSTAKA Technology, Coordination and
Competitivenness in Food and
Ashari, 2007. Alternatif Model
Agribusiness Sector. American
Pemasaran Komoditi Pertanian.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 396


Journal of Agricultural Economics
73 (5); 1465-1471.
Supriatna Ade, 2002. Analisis sistem
Pemasaran Gabah/Beras. Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor,
Jawa Barat. Indonesia.
Sutrisno, 2004. RPC sebagai suatu
alternatif peningkatan mutu dan
nilai tambah beras. Prosiding
Lokakarya Nasional “Upaya
Peningkatan Nilai Tambah
Pengolahan Padi”. Rokhani, H.
(Penyunting). Percetakan Sinar
Jaya Bogor.
Wayan Rusastra I, Rachman B., Sumedi,
Sudaryanto T., 2002. Struktur
Pasar dan Pemasaran Gabah-
Beras dan Komoditas Kompetitor
Utama. Pusat Penelitian dan
pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 397


Lampiran 1. Penyebaran Ratio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran Beras di Kabupaten Merauke

Rantai Pasokan Rantai Pasokan Rantai Pasokan


Rantai Pasokan I Rantai Pasokan II Rantai Pasokan III
IV V VI
Unsur Margin Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen Nilai Persen

(Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%)

A. Petani
Biaya 4353 56.53 4353 63.71 4353 63.71 4353 60.88 4353 60.88 4353 63.71
Keuntungan 3347 43.47 2480 36.29 2480 36.29 2797 39.12 2797 39.12 2480 36.29
Ratio Keuntungan 0.76 0.57 0.57 0.64 0.64 0.6 0.57
B. Pedagang Besar
Biaya 550 65.95 670 69.29 550 65.95
Keuntungan 284 34.05 297 30.71 284 34.05
Ratio Keuntungan 0.52 0.44 0.52
C. Pedagang Menengah
Biaya 600 72.03 700 77.78 750 71.43 1250 66.38
Keuntungan 233 27.97 200 22.22 300 28.57 633 33.62
Ratio Keuntungan 0.39 0.29 0.4 0.51
D. Pedagang Pengecer
Biaya 660 70.74 1000 81.10
Keuntungan 273 29.26 233 18.90
Ratio Keuntungan 0,42 0.23
E. Bulog
Biaya 1105 94.69
Keuntungan 62 5.31
Ratio Keuntungan 0.06 0.06
Total Biaya 4353 56.53 6163 65.33 5723 65.78 6103 64.70 5603 62.03 5458 68.01
Total Keuntungan 3347 43.47 3270 34.67 2977 34.22 3330 35.30 3430 37.97 2826 31.99
Total Ratio Keuntungan 0.78 0.53 0.52 0.54 0.61 0.47

Sumber: Data Primer Diolah, 201

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 398


ANALISIS SISTEM TATANIAGA DAN PERILAKU PASAR TOMAT DI DESA BUKIT
ASRI KECAMATAN KAPONTORI KABUPATEN BUTON

Wa Ode Al Zarliani

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Buton


Jln. Betoambari, No. 36 Baubau
Email: waodealzarliani@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui: (1) sistem pemasaran, saluran,
lembaga, fungsi, dan perilaku pasar (2) besar biaya dan keuntungan yang diterima oleh tiap
lembaga pemasaran, dan (3) sistem pemasaran yang efisien dilakukan oleh lembaga pemasaran.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan petani yang mengusahakan tomat yang
berjumlah 23 petani. Penentuan responden dilakukan dengan metode sensus dengan
mengambil keseluruhan petani yang berjumlah 23 petani. Penentuan sampel pedagang dengan
metode Snowball Sampilng sehingga diperoleh pedagang pengumpul desa 3 orang dan pedagang
pengecer kota Baubau 5 orang. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat 1 pola saluran
pemasaran yang ada di Desa Bukit Asri, yaitu Petani - pedagang pengumpul desa - pedagang
pengecer kota. fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam
proses penyampaian komoditas tomat cenderung sama, yaitu pedagang pengumpul desa
melakukan fungsi pertukaran yaitu pembelian, fungsi penjualan, fungsi fisik berupa pengemasan
dilakukan oleh petani dan pedagang pengumpul desa. Fungsi pembiayaan dan informasi harga
dilakukan oleh pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer kota, penanggungan resiko
oleh pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer. Perilaku pasar tomat yang terjadi
meliputi sistem pembayaran dengan pembayaran tunai, pembayaran di muka dan pembayaran
kemudian. Pada pola saluran pemasaran, margin pemasaran diperoleh Rp 3.000/Kg. Total biaya
keseluruhan adalah Rp 350/kg, sehingga keuntungan yang diterima oleh pedagang pengumpul
desa setelah dikurangi biaya pemasaran adalah Rp 2.650/kg. Pedagang pengecer mengeluarkan
biaya sebesar Rp 574/Kg, dengan margin sebesar Rp 2000/Kg sehingga memperoleh keuntungan
sebesar Rp 1.426/Kg. Sistem pemasaran tomat efisien dengan nilai EP sebesar 67%.

Kata Kunci : Sistem Tataniaga, Prilaku Pasar, Tomat

1. PENDAHULUAN konsumen tingkat harga yang tinggi


Peningkatan pendapatan petani merupakan beban. Bagi petani produsen
harus ditunjang dengan harga pasar dan perolehan keuntungan dapat diterima
sistim pemasaran yang baik agar arus rendah atau berkurang karena
distribusi barang dari produsen ke rendahnya tingkat harga yang diterima.
konsumen berjalan dengan baik. Komoditi hortikultura juga
Peningkatan produksi tanpa adanya merupakan komoditi yang mempunyai
pemasaran akan mengurangi kedudukan yang penting dalam
pendapatan petani dan mempengaruhi masyarakat maupun perekonomian
petani dalam produksi (Mosher, 1984). negara. Pengembangan produksi
Menurut Soekartawi (1987), untuk hortikultura sebagai sumber gizi
memperoleh nilai jual yang baik, maka ditingkatkan untuk pertumbuhan manusia
mekanisme pemasaran harus berjalan di Indonesia yang sehat dan berkembang
dengan baik dengan tujuan agar semua tinggi dalam memikul tugas
pihak lain yang terlibat diuntungkan. Bagi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 399


pembangunan yang semakin berat Desa Bukit Asri Kecamatan Kapontori
(Sudiyono, 2004). Kabupaten Buton.
Harga yang terjadi pada komoditas
tomat setiap saat dapat berubah. 2. METODE PENELITIAN
Fluktuasi harga tersebut pada dasamya 2.1. Lokasi dan Waku Penelitian
terjadi akibat ketidakseimbangan antara Penelitian ini dilaksanakan di Desa
volume permintaan dan penawaran Bukit Asri Kecamatan Kapontori
dimana tingkat harga meningkat jika Kabupaten Buton.. Penelitian ini
volume permintaan melebihi penawaran berlangsung dari bulan Mei sampai Juni
dan sebaliknya. Hal tersebut Tahun 2014
kemungkinan terjadi karena selain 2.2 Populasi dan Sampel
banyaknya lembaga pemasaran yang Populasi adalah merupakan
terlibat, informasi yang tersedia untuk keseluruhan petani yang mengusahakan
semua pihak masih relatif kurang, tanaman tomat yang berjumlah 23
kemudian kelemahan dalam mencari dan orang.Penentuan sampel petani dalam
menentukan peluang pasar serta belum penelitian ini dilakukan dengan metode
kuatnya segmentasi pasar. Hal ini sensus. Jumlah responden petani terdiri
menyebabkan adanya margin atau atas 23 orang, sedangkan penentuan
perbedaan harga di tingkat produsen dan sampel pedagang dilakukan dengan
di tingkat konsumen yang cukup besar, metode snowball sampling yaitu dengan
sehingga sistem pemasaran tidak cara mengikuti arus komoditi tomat dari
efisien. petani sampai konsumen. Jumlah
Berdasarkan latar belakang di atas, pedagang pengumpul 3 orang dan
maka penelitian ini bertujuan untuk: 1) pedagang pengecer 5 orang.
Mengidentifikasi saluran, lembaga, 2.3. Jenis dan Sumber Data
fungsi, serta struktur dan perilaku pasar Jenis data yang dikumpulkan
tataniaga tomat di Desa Bukit Asri berupa data primer dan data sekunder.
Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton; 2.4. Variabel Penelitian
2) Menganalisis margin tataniaga, (1) Jumlah penjualan, Harga penjualan
farmer's share, biaya dan keuntungan oleh petani, harga pembelian dan
masing-masing lembaga pemasaran harga penjualan pada tiap lembaga
yang terlibat dalam sistem pemasaran pemasaran yang ada, biaya
tomat di Desa Bukit Asri Kecamatan pemasaran yang dikeluarkan oleh
Kapontori Kabupaten Buton; dan 3) lembaga pemasaran, dan
Untuk mengetahui sistem pemasaran keuntungan yang diterima oleh tiap
tomat yang efisien digunakan petani di lembaga pemasaran

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 400


(2) Perilaku pasar meliputi sistem Dimana:
B = Biaya Pemasaran yang dinyatakan
penentuan dan pembayaran haraga,
dalam Rp/kg
kerjasama diantara lembaga π = Besarnya keuntungan yang ditarik
oleh lembaga pemasaran yang
2.5. Teknik Analisis Data
dinyatakan dalam Rp/kg
Analisis data yang digunakan
(2) Efisiensi Tataniaga (Farmer's
dalam penelitian ini adalah analisis
Share)
kualitatif dan kuantitatif, kemudian
Secara matematis, farmer's share
dilakukan langkah pengolahan dan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
analisis data. Analisis kualitatif bertujuan
FS = P/Kx 100%
untuk menganalisis saluran pemasaran,,
dan perilaku pasar. Analisis kuantitatif
Dimana:
digunakan untuk menganalisis margin
FS = Farmer's share (persentase)
tataniaga, farmer share, biaya dan P = Harga di tingkat petani (Rp/kg)
K = Harga beli konsumen (Rp/kg)
keuntungan.
(1) Marjin Tataniaga Dimana:
Ep (FS) = Persentase bagian harga
Bentuk model matematik margin
diterima oleh petani dari
pemasaran adalah sebagai berikut: harga yang dibayarkan oleh
konsumen
mji=Psi-Pbi...........................................(1)
mji=Bti + πTi.........................................(2)
Syarat:
Dengan demikian:
πCi=mji-Bti...........................................(3) Jika: Ep ≤ 50 %, maka sistem
pemasaran tomat belum/tidak
Jadi besarnya total margin
efisien.
pemasaran adalah:
Ep > 50 %, maka sistem pemasaran
Mij = Imji, i= 1,2,3,........n
tomat sudah efisien.
Dimana:
rriji = Margin tataniaga pada lembaga
ke-i (Rp/kg)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Psi = Harga penjualan lembaga
tataniaga ke-i (Rp/kg) 3.1. Saluran Pemasaran Tomat
Pbi = Harga pembelian lembaga
Saluran pemasaran tataniaga
tataniaga ke-i (Rp/kg)
Bti = Biaya tataniaga lembaga tomat yang terdapat di Desa Bukit Asri
tataniaga ke- i (Rp/kg)
adalah:
Tij = Keuntungan lembaga tataniaga Petani  Pedagang Pengumpul Desa
ke-i (Rp/kg)
Mn = Total margin tataniaga (Rp/kg) Pedagang Pengecer Kota Baubau

Karena setiap lembaga yang Konsumen.


terlibat dalam proses pengaliran barang Berdasarkan hasil wawancara
akan menarik keuntungan, maka: terhadap 23 orang petani responden,
M = B + π, atau π = M – B secara keseluruhan petani responden
menjual hasil panenya kepada tiga

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 401


orang pedagang pengumpul desa menjual hasil produksi tomat yang dibeli
dengan harga Rp 10.000/Kg. dari petani selanjutnya tomat tersebut
Penjualan terhadap pedagang sebagian dijual kota Baubau. Dengan
perantara dilakukan petani karena proses penjualan secara bergantian
pedagang pengumpul desa yang dilakukan penjualan kepada pedagang
mendatangi petani untuk melakukan pengumpul desa dan pedagang
penawaran pembelian tomat. Selain itu, pengumpul desa selanjutnya menjualnya
petani juga merasa mudah memasarkan kembali kepada pedagang pengecer
tomatnya karena tidak perlu mencari yang ada di Kota Baubau ,namun pada
pembeli, Terdapat beberapa petani yang saat penelitian sebagian produksi yang
menjual kepada para pedagang dihasilkan tidak dijual di Buton Utara,
perantara (pedagang pengumpul desa) akan tetapi secara keseluruhan di jual di
tersebut dikarenakan sebagian modal pasar yang ada di Kota Baubau.
usahataninya berasal dari mereka. 3.2. Lembaga dan Fungsi- fungsi
Pasar yang dituju adalah pasar Tataniaga
yang ada di Kota Baubau dan biasanya Lembaga tataniaga yang terlibat masing-
petani tahun- tahun sebelumnya pada masing memiliki fungsi tataniaga seperti
saat jumlah produksi tomat dalam jumlah pada Tabel 1.
banyak maka pedagang pengumpul desa

Tabel 1. Fungsi Pemasaran Yang dilakukan Tiap Lembaga Pemasaran


Fungsi pemasaran Petani Pedagang pengumpul desa Pedagang pengecer
Fungsi pertukaran
Penjualan V V V
Pembelian V V
Fungsi fisik
Pengemasan V V
Pengangkutan V
Penyimpanan V V
Fungsi fasilitas
Standarisasi
Pembiayaan V V
Penanggungan resiko V V
Informasi harga V V
Keterangan: v menunjukkan fungsi yang dilakukan oleh lembaga pemasaran

3.3. Perilaku Pasar pada harga yang berlaku di pasaran dan


(1) Praktek Penentuan Harga proses tawar-menawar, dimana
Pada kegiatan penentuan harga pedagang pengumpul memperoleh
tomat di lokasi penelitian, antara informasi harga dari pedagang yang lain
pedagang pengumpul desa dan atau sesama pedagang pengumpul.
pedagang pengecer kota didasarkan Proses terjadinya harga yaitu seorang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 402


pedagang pengumpul desa yang akan c) Sistem bayar di muka yang
memborong tomat akan menghubungi dilakukan oleh pedagang pengumpul
pedagang pengecer melalui telepon desa. Para pedagang tersebut
untuk mengetahui harga yang bersedia membayar terlebih dahulu setengah
diterima oleh pengecer. Setelah itu dari harga tomat yang mereka
pedagang pengumpul desa mengadakan borong sebelum dibawa ke pasar
kesepakatan harga dengan petani. tujuan untuk dijual. Hal ini dilakukan
Pencapaian kesepakatan harga tidak ketika para pedagang kekurangan
terlalu sulit dan memakan waktu yang modal untuk membeli tomat di desa
tidak lama karena terbatasnya informasi tersebut.
harga yang sampai pada petani sehingga (3) Kerjasama Antar Lembaga
petani cenderung sebagai penerima Tataniaga
harga {price taker). Kerjasama telah dilakukan oleh
(2) Sistem Pembayaran lembaga pemasaran dalam
Terdapat tiga sistem pembayaran pendistribusian tomat dari produsen dan
yang dilakukan oleh lembaga pemasaran konsumen. Lembaga pemasaran
tomat, yaitu: melakukan kerjasama atas dasar
a) Sistem pembayaran tunai, dilakukan lamanya mereka melakukan hubungan
oleh para pedagang yang dagang dan rasa saling percaya, namun
mempunyai modal awal yang pada penetapan harga tetap
memadai sehingga mampu didasarkan pada mekanisme pasar
membayar tunai kepada petani di atau besarnya permintaan dan
tempat transaksi penjualan tomat penawaran yang terjadi. Kerjasama
tersebut. tersebut dilakukan oleh petani atas dasar
b) Sistem bayar kemudian, sistem sudah saling mengenal.
pembayaran ini biasanya dilakukan Pada penelitian ini akan dikaji 1 pola
namun ada kalanya jika pedagang pemasaran tomat, yaitu: Petani -
pengumpul desa sedang tidak Pengumpul desa - Pengecer Kota
memiliki uang, barang (tomat) akan Baubau - Konsumen,
dibawa terlebih dahulu ke pasar 3.4. Margin, Keuntungan dan Efisiensi
tujuan kemudian baru akan Pemasaran
dibayarkan kepada petani tomat Pada saluran ini petani tidak
tersebut. Hal ini hanya dapat mengeluarkan biaya pemasaran dan
dilakukan oleh para pedagang yang biaya pemanenan. Petani menjual
memiliki hubungan dagang dalam langsung tomat kepada pedagang
waktu yang lama. pengumpul desa dengan harga sebesar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 403


Rp 10.000/kg atau 66 persen dari harga perbedaan margin dan biaya yang
konsumen. dikeluarkan akan mempengaruhi
Besarnya margin yang diterima besarnya keuntungan yang diterima.
oleh masing-masing lembaga pemasaran Besarnya margin pemasaran
yang terlibat dalam proses penyaluran terutama disebabkan oleh besarnya
suatu komoditas sampai ketangan keuntungan yang diambil pedagang
konsumen berbeda-beda. Perbedaan pengecer dan biaya-biaya yang harus
tersebut disebabkan oleh besar kecilnya ditanggung oleh pedagang pengecer
biaya yang harus dikeluarkan oleh tiap tersebut.
lembaga pemasaran. Dengan adanya

Tabel 2. Analisa Margin Pemasaran, Biaya dan Keuntungan Lembaga Pemasaran di


Desa Bukit Asri Kecamatan Kapontori Kota Bau-Bau
No Lembaga pemasaran dan komponen Harga Total Margin
biaya (Rp/Kg) pemasaran (Rp/Kg
1 Petani 10.000
2 Pedagang pengumpul desa
a. harga beli 10.000
b. biaya transportasi 300
c. Upah buruh 50
d. Keuntungan 2.650
e. Harga jual 13.000
f. Margin pemasaran 3.000
3. Pedagang pengecer kota Baubau
a. Harga beli 13.000.
b. upah buruh 75
c. susut 499
d. biaya pemasaran 574
e. keuntungan 1.426
f. margin pemasaran 2.000 5.000
g. harga jual 15.000

Tabel 3. Persentase Bagian Harga yang Diterima Petani Responden dari Harga yang
Diterima oleh Lembaga Pemasaran di Desa Bukit Asri Kecamatan Kapontori
No. Margin Pemasaran (Rp/Kg) Harga Jual (Rp/Kg) Ep = 1 – M/He x 100%
1. 5.000 15.000 67

4. SIMPULAN - Pedagang Pengumpul Desa-----


4.1. Simpulan Pedagang Pengecer Kota
Berdasarkan hasil analisis dan Baubau------- Konsumen. Struktur
pembahasan, maka simpulan penelitian pasar yang dihadapi oleh masing-
sebagai berikut: masing lembaga tataniaga berbeda-
(1) Terdapat satu saluran pemasaran beda. Petani, dan pedagang
tomat yang ada di Desa Bukit Asri pengumpul desa menghadapi
Kecamatan Kapontori, yaitu: Petani - struktur pasar oligopsoni.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 404


Sedangkan struktur pasar yang Rp 350/kg, dengan margin sebesar
dihadapi oleh pedagang pengecer Rp 3.000/Kg sehingga keuntungan
mengarah ke pasar oligopoli. yang diterima sebesar Rp 2.650/Kg.
Perilaku pasar di tingkat petani, Total biaya yang dikeluarkan
pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer sebesar Rp
pedagang pengecer cenderung 574/Kg, dengan margin Rp
sama. Praktek jual beli diantara 2.000/Kg sehingga memperoleh
mereka menggunakan: (a) Sistem keuntungan sebesar Rp 1.426/Kg.
pembayaran tunai, dilakukan oleh Pedagang pengecer mengeluarkan
para pedagang yang mempunyai biaya sebesar Rp 574/Kg, dengan
modal awal yang memadai sehingga margin sebesar Rp 2.000/Kg
mampu membayar tunai kepada sehingga memperoleh keuntungan
petani di tempat transaksi penjualan sebesar Rp 1.426/Kg.
tomat tersebut, (b) Sistem bayar (3) Sistem pemasaran tomat efisien
kemudian, sistem pembayaran ini dengan nilai Efisiensi Pemasaran
biasanya dilakukan namun ada sebesar 67%.
kalanya jika pedagang pengumpul
desa sedang tidak memiliki uang, 4.2. Saran
barang (tomat) akan dibawa terlebih Diharapkan kepada para petani
terlebih dahulu ke pasar tujuan untuk dapat meningkatkan hasil produksi
kemudian baru akan dibayarkan dan melihat lembaga pemasaran yang
kepada petani tomat tersebut. Hal ini menawarkan harga yang
hanya dapat dilakukan oleh para menguntungkan. Bagi pihak pemerintah
pedagang yang memiliki hubungan dan seluruh stakeholder yang terkait
dagang dalam waktu yang lama, dan untuk menjamin dan menjaga kestabilan
(c) Sistem bayar dimuka yang harga sehingga petani merasah aman
dilakukan oleh pedagang pengumpul dan termotivasi dalam berusahatani.
desa. Para pedagang tersebut Dengan demikian akan berdampak pada
membayar terlebih dahulu setengah kesejateraan petani.
dari harga tomat yang mereka
borong sebelum dibawa ke pasar 5. DAFTAR PUSTAKA
tujuan untuk dijual. Hal ini dilakukan Anonim.Buton Dalam Angka.Badan
Pusat Statistik Kabupaten Buton.
ketika para pedagang kekurangan
Buton.
modal untuk membeli tomat di desa Azzaino, Z. 1982. Pengantar Tataniaga
Pertanian. Bahan Kuliah Jurusan
tersebut.
Sosial Ekonomi Pertanian.Institut
(2) Total biaya yang dikeluarkan Pertanian Bogor. Bogor.
pedagang pengumpul desa adalah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 405


Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Nijman, HJ. dan Von Dewolk, 1983.
Indonesia. Jakarta. Strategi Pemasaran Modern.
Banoewidjoyo, Moeljadi, 1983. Erlangga, Jakarta.
Pembangunan Pertanian. Usaha Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry.
Nasional, Surabaya. Kanisius, Jakarta
Cahyono, B. 1998.Tomat Budidaya dan Sudiyono, 2002. Pemasaran Pertanian
Analisis Usaha Tani. Kanisius, .Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Maalang. Jakarta
Dahl, D.C dan Hammond. 1977. Market Soekartawi, 1987. Prinsip-Prinsip
and Price Analysis The Agricultural Ekonomi Pertanian (Teori dan
Industries. Mc Graw-Hill, Inc. Aplikasinya). Rajawali Press,
United State. Jakarta..
Dayan, Amri, 2000. Dasar-dasar Swastha, Basu, 1981. Asas-Asas
Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. Marketing. Edisi Kedua Akademi
Materi pada Penyetaraan D-III Keuangan dan Bisnis, Jakarta
Penyuluh Pertanian Propinsi
Sultra, Kendari.
Hamid, Abdul Kadir, 1974. Tataniaga
Pertanian. Departemen Ilmu-Ilmu
Sosial Ekonomi.Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin, Ujung
Pandang.
Hernanto, Fadholi, 1989. Ilmu Usahatani.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran.
Edisi Millenium, Prehallindo.
Jakarta
Kohls, R.L dan Uhl.JN. 1985. Marketing
of Agriculture Products. Sixth
Edition. McMillan Publishing
Company. New York.
Kartasapoetra, A.G., 1985. Manajemen
Pertanian (Agribisnis). Bina Aksara,
Jakarta.
Kothler, Philip, 1985. Manajemen
Pemasaran, Analisis Perencanaan
dan Pengendalian. Erlangga,
Jakarta.
Kristanto, Kustiah, 1986. Ekonomi
Pemasaran dalam Pertanian. PT.
Gramedia, Jakarta.
Limbong dan Sitorus. 1987. Pengantar
Tataniaga Pertanian. Diktat.
Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Mubyarto, 1979.Pengantar Ekonomi
Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Mosher, AT., 1984.Menggerakkan dan
Membangun Pertanian. Yasaguna,
Jakarta.
.Nasruddin, Wasrob, 2002. Tataniaga
Pertanian. Universitas Terbuka,
Jakarta.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 406


PROSPEK USAHA TEH DAUN GAHARU (Aquilaria malaccensis)
SIAP MINUM SKALA RUMAH TANGGA

Ni Wayan Krisna Andini1), Sri Wuryani2), Budiarto2)


1)
Alumnus Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta
Pengusaha Teh Gaharu “Krisnaloka Abadi” Belitung
2)
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta
Jalan SWK 104 Lingkar Utara Condong Catur, Yogyakarta. 55283
Email: wuryani_upn@yahoo.com

ABSTRAK
Semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap arti penting kesehatan, maka perlu digali
produk yang berpotensi menyehatkan. Daun tanaman gaharu (Aquilaria malaccensis) sangat
potensial untuk dikembangkan sebagai teh herbal karena mengandung senyawa
antioksidan.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi teh gaharu siap minum (berat
daun, gula dan volume air) yang paling disukai dan menganalisa aktivitas antioksidannya serta
menganalisis prospek usaha pembuatan teh gaharu siap minum skala rumah tangga ditinjau dari
rencana usaha yang layak secara finansial.Penelitian menggunakan metode eksperimen dan
diskriptif, untuk penentuan komposisi teh gaharu yang disukai menggunakan metode Hedonik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi teh yang paling disukai terdiri dari 20 mg daun
gaharu kering, 84 mg gula pasir dan 1000 ml air. Teh gaharu dengan komposisi ini mempunyai
aktivitas antioksidan 65,24%, lebih tinggi 26,99% dibanding aktivitas antioksidan teh botol Sosro.
Pembuatan teh gaharu siap minum layak diusahakan untuk skala rumah tangga pada kapasitas
minimal 15.000 liter / tahun dengan nilai B/C ratio 1.49 dan waktu pengembalian modal (payback
period) 3,08 tahun.

Kata kunci: teh daun gaharu siap minum, aktivitas antioksidan, prospek usaha

1. PENDAHULUAN radikal bebas yang ada disekitarnya


Teh yang tidakdiracik dari (Winarsi, 2007). Tingginya kesadaran
daunCamellia sinensisdisebutteh herbal masyarakat terhadap kesehatan
dan akhir-akhir ini banyak dikembangkan mendorong eksplorasi sumber-sumber
terutama dari bahan yang mengandung antioksidan. Daun tanamangaharu yang
senyawa antioksidan.Senyawa dapatdiolahmenjaditeh herbal
antioksidan mampu menetralisir dampak adalahjenisAquilariamalaccensis(Elfida,
radikal bebas yang sangat berpengaruh 2015). Daun tanaman gaharu initerutama
buruk terhadap kesehatan. Antioksidan yang masih muda merupakan
berfungsi menetralisasi radikal bebas, salahsatusumber antioksidan karena
dengan cara memberikan pasangan mengandung senyawa alkaloid, Fenolik,
atom dan elektron sehingga atom dan Flavanoid, Glikosida, Tanin, dan Steroid /
elektron yang tidak berpasangan Triterpenoid yang dapat berfungsi
mendapatkan pasangan elektron dan sebagai anti bioti, antiseptik, anti
menjadi stabil. Sedangkan aktivitas inflamasi dan bioaktif pigmentasi (Ana,
antioksidan adalah kemampuan 2015; Silaban, 2013). Penelitian Mega
senyawa antioksidan tersebut untuk dan Swastini (2010) menyatakan bahwa
meredam pengaruh buruk senyawa

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 407


ekstrak daun gaharu memiliki aktivitas Coca-Cola (Mariani, 2005).
antioksidan yang tinggi. TehBotolSosromengandungberatdaun
Tanamangaharumerupakantana teh 20 gram per 1000 ml, sedangkan
man yang beratgula yang
menghasilkanprodukhasilhutanbukankay tercantumpadatakaransaji 250 ml adalah
u,tapiberupa resin darigubalgaharu. 21 gram, setara dengan 84 gram per
Gubalgaharudimanfaatkansebagaibahan 1000 ml. Sebelum proses produksi teh
bakuindustriparfum, kosmetika, gaharu dilakukan, perlu adanya suatu
bahankeperluan ritual peribadatan, perencanaan produksi yang baik
danbahanbakuobat-obatan (Sumarna, sehingga memberikan gambaran
2009). prospek yang menguntungkan.
Pemanenangubaldilaksanakanpadaumur Penelitian ini bertujuan untuk
delapantahunsetelahpenanaman.Padau menentukan komposisi daun teh, gula
mumnya, dan air sebagai teh gaharu siap minum
gubalterbentuksetelahduatahundilakukan yang paling disukai konsumen dan
inokulasi.Sedangkanpemanenandaunga menganalisa aktivitas antioksidannya
haruuntukdiolahmenjaditehdaungaharud serta membuat perencanaan produksi
apatdilakukanlebihcepat, teh gaharu siap minum dalam skala
yaituduatahunsetelahpenanaman, rumah tangga yang layak secara
sehingga finansial.
daungaharuinidapatmemberikannilaitamb 2. METODE PENELITIAN
ahselamamenungguwaktupemanenangu Penelitian dilaksanakan di
balgaharu (Xavier, 2012). Laboratorium Rekayasa Pangan, PAU
Padaumumnyatehgaharuyang Pangan dan Gizi UGM. Peralatan yang
sudah ada digunakan adalah panci aluminium 2000
dikemasdalambentuktehcelupatautehsed ml, kain saring 20 cm x 20 cm, kertas
uh (Anonim, 2011), sehingga masih saring diameter 12 cm, termometer air ,
memerlukan air dan tambahan gula jika gelas ukur pirex 1000 ml, botol kaca 250
diperlukan untuk dapat diminum. Agar ml dan timbangan digital 200 gram
teh gaharu dapat segera diminum sertaautoclave. Sedangkan bahan-
kapanpun dan dimanapun, perlu bahannya adalah daun gaharu kering
diproduksi teh gaharu siap minum yang yang diperoleh dari Kabupaten Belitung.
komposisi rasa maupun warnanya Gulaku dari supermarket dan air mineral.
disukai oleh konsumen.Hingga saat ini Metodepenelitianiniadalahpenelitia
teh botol Sosro masih merupakan neksperimentaldandeskriptif.Penelitian
minuman yang paling disukaimasyarakat eksperimen menggunakanan Rancangan
Indonesia, bahkanlebihdigemaridaripada Acak Kelompok (RAK) yang disusun

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 408


secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor I disaring menggunakan kertas
berat daun terdiri dari 3 level (D1 : 10 saring.Filtrat teh gaharu manis
gram, D2 : 20 gram, D3 : 30 gram). dimasukkan botol kemudian dilakukan
Faktor II berat gula terdiri dari 3 level “exhausting” selama 1 menit lalu botol
(G1 : 42 gram, G2 : 84 gram, G3 : 126 ditutup dan di sterilisasi selama 3 menit
gram) sehingga terdapat 9 kombinasi sesudah dingin ditempel label.
perlakuan dengan 3 kali ulangan.Untuk 2.2. Perencanaan produksi dan
kelayakan usaha
menentukan kombinasi yang paling
Hasil kombinasi perlakuan
disukai digunakan uji Hedonik dengan 7
eksperimental terpilih kemudian
(tujuh) skor penilaian terhadap warna,
direncanakan proses produksinya pada
rasa, aroma dan tingkat kesukaan
skala rumah tangga. Perencanaan
keseluruhanoleh 90 panelis (Soekarto,
produksi meliputi teknologi proses,
1992). Uji t digunakan untuk
kebutuhan bahan baku dan penunjang,
membandingkan tingkat kesukaan
kebutuhan tenaga kerja serta kebutuhan
kombinasi teh gaharu terpilih dan teh
peralatan.
botol Sosro.
Ukurankelayakanusaha yang
Sedangkanpenelitiandeskriptifditerapkan
bisadipakaimerujuk pada
untuk menganalisis kelayakan usaha.
Sunaryadkk.,(2011) adalah:Payback
2.1. Pelaksanaan penelitian
Period (PP), Net Present Value (NPV),
Daungaharukeringdanguladitimban
Internal Rate Return (IRR), Break Even
gsesuaidenganberatdaun (D) dan
Point (BEP), Benefit Cost Ratio (B/CR).
Gula(G) kemudian air didihkan diatas
1000C, ambil sebanyak 1000 ml.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Saatsuhu air mencapai 93oC,
Hasil uji tingkat kesukaan panelis
penyeduhandilakukandenganmemasukk
terhadap teh daun gaharu terhadap
andaungaharusesuaidengan level
aroma, rasa sepet, rasa manis dan
pertamaperlakuanberatdaun (D).
tingkat penerimaan/kesukaan secara
Penyeduhandilakukanselamatigamenit.
keseluruhan disajikan pada Tabel 1.
Berikutnya gula dimasukkan ke dalam
Tabel 1 menunjukkan bahwa
wadahsesuaidengan level
kombinasi komposisi 20 gram daun
pertamaperlakuanberatgula (G).
gaharu kering dan 84 gram gula dalam
Sesudahtigamenit air
1000 ml air paling disukai oleh panelis
seduhantehdaungaharudisaringhinggater
dilihat dari semua parameter. Semua
sisaairnyasaja, kemudiandimasukkanke
skor berada dalam rentang agak suka
dalam wadah yang telah berisi
kecuali parameter rasa sepet. Hal ini
gula,laludiaduk. Gula yang telah larut
diduga kadar tanin makin tinggi dengan
dalam larutan teh daun gaharu kemudian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 409


naiknya berat daun gaharu sehingga luas di masyarakat sehingga belum bisa
rasa sepetnya makin terasa sehingga merebut konsumen sampai tahap sangat
menurunkan tingkat kesukaan. Memang disukai.
karena teh gaharu belum dikenal secara

Tabel1. Hasil uji hedonik terhadap berbagai kombinasi perlakuan gaharu siap minum
Rerata Tingkat Kesukaan
Kombinasi Perlakuan
Berat Daun dan Tingkat
Warna Aroma Rasa Sepet Rasa Manis kesukaan
Gula (gram)
Keseluruhan
10 ; 42 5,4444 a 4,5556 ab 3,7111 bc 4,8222 bc 4,1111 cd
10 ; 84 5,5333 a 4,8444 ab 3,9556 b 4,6222 bc 5,1556 ab
10 ; 126 5,4000 ab 5,0000 a 4,5778 a 5,1556 ab 4,6444 bc
20 ; 42 4,4000 cd 4,2444 bc 3,5333 bc 3,4889 ef 3,8222 d
20 ; 84 5,1778 ab 5,0000 a 4,1333 ab 5,5333 a 5,6222 a
20 ; 126 4,8000 bc 4,5333 ab 4,1333 ab 4,5333 bcd 4,4000 cd
30 ; 42 3,9778 d 3,8000 c 3,1111 c 3,2222 f 2,8667 e
30 ; 84 4,0667 d 3,8667 c 3,7778 b 3,9111 de 3,9333 d
30 ; 126 4,0889 d 4,7111 ab 3,8667 b 4,2444 cd 3,8667 d
Ket : Rerata yang diikutihuruf yang samapadakolom yang samamenunjukkan tidak
adabedanyataberdasarkan DMRT padatarafsignifikansi 5%.
(skor 1= sangat tidak suka, 2= tidak suka, 3= agak tidak suka, 4=netral,
5= agak suka, 6=suka, 7=sangat suka)

Komposisi teh gaharu ini menjadi tidakadabedanyatayang signifikan.


teh gaharu terpilih danternyata sama Dengan demikian panelis sama-sama
dengan komposisi teh botol Sosro. Hasil menyukai warna, aroma, rasa sepet,
uji t tingkat kesukaan dua macam teh ini rasa manis, dan respon keseluruhan
ditunjukkan oleh Tabel 2. antara teh daun gaharu siap minum dan
Tabel2. Hasil uji t tingkat kesukaan teh teh botol Sosro. Adapun perbandingan
daun gaharu siap
aktivitas antioksidan dua macam teh ini
minumterpilihdan teh botol
Sosro diperlihatkan pada Tabel 3.
Parameter Sig
Warna 0,805
Tabel3. Aktivitas antioksidan teh
Aroma 0,383 daungaharu siap minumterpilih
Rasa Sepet 0,922 danTeh Botol Sosro
Rasa Manis 0,616 Macam Teh AktivitasAntioksidan
ResponKeseluruhan 0,819 Teh gaharu siap 65,24%
minum terpilih
Tabel2 memperlihatkan bahwa TehbotolSosro 38,25%

dengan nilai Sig > α (0,05) untuk semua


Hasil analisa aktivitas antioksidan
parameter yang diujikan pada panelis,
teh gaharu siap minum terpilih dengan
berarti perbandingan tingkat kesukaan
komposisi tiap liternya 20 gram daun
panelis terhadap teh daun gaharu siap
gaharu dan 84 gram gula 26.99 % lebih
minum dan teh botol Sosro
tinggi dibanding teh botol Sosro. Diduga

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 410


kandungan senyawa tanin daun gaharu liter teh siap minum. Satu orang tenaga
sebagai senyawa antioksidan jauh lebih kerja produksi maksimal mampu
tinggi dibanding daun Camellia menghasilkan 25 liter teh siap minum per
sinensissehingga aktivitas hari dengan jam kerja orang (JKO)
antioksidannya lebih besar. Hal ini selama 7 jam.
diduga berkaitan dengan rasa sepet Simulasi kelayakan finansial
yang lebih menonjol yang menyebabkan menganalisis masing-masing rencana
skor respon panelis paling kecil usaha dan membandingkan nilai NPV,
dibanding skor parameter lainnya seperti IRR, Payback Period, BEP unit dan
diperlihatkan pada Tabel 1. rupiah, serta B/C Ratio. Analisis
KelayakanFinansial Simulasi Rencana kelayakan finansial diproyeksikan selama
Usaha lima tahun. Perhitungan simulasi rencana
Analisis kelayakan finansial usaha ditunjukkan pada Tabel4.
diperhitungkan dari tiga simulasi rencana Berdasarkan indikator kalayakan,
usaha berdasarkan kapasitas produksi dengan harga jual Rp. 2.500,00 per botol
per tahun yang dilihat dari banyaknya volume 250 ml, maka rencana A (100 kg
bahan baku daun gaharu kering yang per tahun) dan rencana B (200 kg per
digunakan. Rencana A (100 kg per tahun) tidak layak untuk diusahakan
tahun), rencana B (200 kg per tahun) dan dalam jangka waktu lima tahun. Hal ini
rencana C (300 kg per tahun), dipakai dilihat dari nilai NPV < 0, nilai IRR
sebagai perhitungan simulasi kelayakan <discount rate, payback period > 5
finansial. Selama lima tahun proyeksi tahun, BEP unit < produksi per tahun,
arus kas, diasumsikan jumlah produksi, BEP rupian < penerimaan per tahun, dan
jumlah tenaga kerja, gaji tenaga kerja, B/C Ratio < 0. Agar mendapatkan
biaya tetap, dan biaya variabel per tahun keuntungan dengan perhitungan sesuai
untuk masing-masing rencana usaha rencana A dan rencana B, maka usaha
tidak mengalami peningkatan. teh daun gaharu harus dijalankan lebih
Pertimbangan penggunaan bahan dari lima tahun. Rencana C dengan
baku maksimal 300 kg per tahun pada kapasitas produksi 300 kg per tahun
simulasi kelayakan finansial ini adalah layak diusahakan, dengan nilai NPV > 0,
jumlah tenaga kerja yang digunakan nilai IRR >discount rate, payback period
sebanyak dua orang tenaga produksi 3,085 tahun, produksi per tahun melebihi
dan satu orang tenaga pemasaran. BEP, penerimaan per tahun melebihi
Dengan waktu kerja 25 hari per bulan BEP, dan B/C Ratio > 1. Hal ini berarti
atau 300 hari per tahun, maka produksi rencana C layak untuk dijalankan selama
per hari adalah 1 kg daun kering. Dari 1 proyeksi arus kas lima tahun karena
kg daun kering ini akan menghasilkan 50 mampu memberikan keuntungan.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 411


Dengan demikian yang memiliki prospek untuk dijalankan dan adalah rencana C.

Tabel4. Simulasi Analisis Kelayakan Finansial


RENCANA
Kelayakan Finansial
A B C
Bahan baku per Tahun
Daun gaharu kering (kg) 100 200 300
Produksi per Tahun
Teh daun gaharu (liter) 5.000 10.000 15.000
Teh daun gaharu (botol) 20.000 40.000 60.000
Harga Jual per Botol (Rp) 2.500 2.500 2.500
Penerimaan per Tahun (Rp) 50.000.000 100.000.000 150.000.000
NPV (Rp) (165.142.077,97) (70.501.839,68) 24.138.398,60
(tidak layak) (tidak layak) (layak)
IRR (%) (-100) (-100) 28
(tidak layak) (tidak layak) (layak)
Payback Period (tahun) (13,24) (8,72) 3,08
(tidak layak) (tidak layak) (layak)
BEP (unit) (44.339) (44.208) 44.164
(tidak layak) (tidak layak) (layak)
BEP (rupiah) ( 110.848.166) (110.519.402) 110.410.247
(tidak layak) (tidak layak) (layak)
Benefit/Cost Ratio (-4,72) (-1,61) 1,49
(tidak layak) (tidak layak) (layak)
Keterangan: tanda ( ) berarti rugi, sehingga tidak layak diusahakan

4. SIMPULANDAN SARAN nilai B/C ratio 1.49 dan waktu


4.1. Simpulan pengembalian modal 3.08 tahun.
1) Komposisi teh gaharu siap minum
yang paling disukai adalah 20 gram 4.2. Saran
daun gaharu dan 84 gram gula per Perlu promosi yang efektif untuk
1000 ml air. menarik konsumen dan penelitian lanjut
2) Aktivitas antioksidan teh daun gaharu untuk memperbaiki kualitas sesuai
siap minum yang disukai sebesar keinginan konsumen agar skor
65.24% penerimaan bisa meningkat menjadi
3) Prospek suka/sangat suka.
usahatehdaungaharusiapminum yang
disukaipadaskalarumahtanggaditinjau 5. DAFTAR PUSTAKA
darirencanausahayang layak secara Ana, C. 2015. Manfaat Daun
Gaharu.http://manfaat.co.id/manfaa
finansial dan menguntungkan untuk
t-daun-gaharu. [diakses 13 agustus
dilaksanakan dalam kurun waktu 5 2015]
Anonim. 2011. Dishutbun Bangka
tahun ke depan yaitu kapasitas
Tengah
minimal 15000 liter / tahun dengan KembangkanTehGaharuhttp://bang
katengahkab.go.id/index.php?optio

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 412


n=com_content&view=article&id=3
17:dishutbun-bangka-tengah-
kembangkan-teh-gaharu&catid=1:
latest-news[Diakses 2 Januari
2016].
Elfida. 2015. Proses
PembuatandanManfaatTehDaunTa
namanGaharuhttp://bakorluh.babel
prov.go.id/content/proses-
pembuatan-dan-manfaat-teh-daun-
tanaman-gaharu.[Diakses 7 Mei
2015].
Mariani, E. 2005. Local Preference For
Tea Puts Coca-Cola in Cold Sweat.
The Jakarta Post 3 September
2005. [Diakses 13 Agustus 2015].
Mega, I.M. danSwastini, D.A.
2010.Screening Fitokimia Dan
AktivitasAntiradikalBebasEkstrakM
etanolDaunGaharu(Gyrinopsverste
egii).JURNAL KIMIA,4(2): 187-192.
Silaban, S.F. 2013. Skrining Fitokimia
dan Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Gaharu
(Aquilaria malaccensis Lamk.)
http://repository.
usu.ac.id/handle/123456789/46842
. [Diakses 14 Agustus 2015].
Soekarto, S.T dan M. Hubeis. 1992.
Metode Penelitian Inderawi.
Petunjuk Laboratorium. PAU
Pangan dan Gizi, IPB Bogor
Sumarna, Y. 2009. Budidayadan
RekayasaProduksiGaharu,
PanenLebihCepat Dan
Melimpah.Penebarswadaya.Yogya
karta.
Sunarya, P. A., Sudaryono, dan A.
Saefullah. 2011. Kewirausahaan.
PenerbitAndi. Yogyakarta.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan
Radikal Bebas. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Xavier, S. 2012. BudidayaGaharu.
http://infokonservasialam.blogspot.
com/ 2012/08/budidaya-
gaharu.html. [Diakses 7 Januari
2016].

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 413


PERLUKAH BARCODE DI KEMASAN MANGGA KERING

Yosini Deliana1, Lucyana Trimo1 dan Mochamad Ramdan2

Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Fakultas Pertanian, Universitas Galuh
Email: y.deliana@gmail.com

ABSTRAK

Manisan mangga kering menjadi salah satu olahan mangga dengan memanfaatkan over supply
mangga segar pada saat panen raya. Pengolah mangga kering pada umumnya belum
menggunakan barcode, demikian pula halnya konsumen belum menyadari pentingnya barcode.
Beberapa produk olahan mangga kering ada yang sudah menggunakan barcode, tapi pada saat di
scan tidak menginformasikan apa apa tentang produk olahan tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis respon konsumen apakah barcode diperlukan bagi manisan mangga kering,
alasan mengapa barcode penting dan tidak penting, apakah konsumen paham akan pentingnya
barcode, dan harapan konsumen dengan adanya barcode tersebut. Penelitian dilakukan di
Bandung awal Maret 2017 dengan mengambil sampel sebanyak 30 orang secara systematic
random sampling dan data dianalisis secara deskriptif. Lokasi penelitian di tempat penjualan
olahan mangga kering di yang tersebar di Kota Bandung. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
barcode itu penting dan sebaiknya di kemasan olahan mangga kering dengan alasan konsumen
bisa tahu siapa dan dari mana produsen olahan mangga tersebut, sehingga konsumen percaya
dengan kualitas olahan mangga yang dihasilkannya. Harapan konsumen informasi yang ada di
barcode lebih lengkap dan dapat dipercaya.

Kata kunci : Barcode, manisan mangga kering, dan sistematik random sampling

1. PENDAHULUAN sebagai kode batang atau simbologi

Sistim informasi pemasaran linier atau ID atau 1 dimensi (Wilkipedia,

(Marketing Information System /MIS) 2014).

sangat penting dalam pemasaran. Bagi Pengamatan di lapangan

produsen database ini penting untuk menunjukkan bahwa manisan mangga

memetakan segmentasi dan target kering belum menggunakan barcode.

pasar, dengan demikian produsen perlu Ada beberapa manisan mangga yang

menyimpan database ini secara cepat sudah menggunakan barcode, akan

dan efisien (Kotler dan Amstrong, 2001; tetapi barcode tersebut tidak

Fadhila, 2008), sedangkan bagi menunjukkan informasi tentang manisan

konsumen barcode juga penting untuk kering mangga (Gambar 1). Ada juga

mengetahui segala informasi berkaitan barcode yang ada di kemasan ditempel

dengan produk tersebut. Barcode adalah oleh swalayan untuk memudahkan dan

sebuah kode batang (dalam bahasa mempercepat layayan antrian di

Inggris: Barcode) adalah suatu kumpulan supermarket. Barcode yang ada

data optik yang dibaca mesin. menginformasikan jenis produk dan

Sebenarnya, kode batang ini harganya untuk keperkuan database

mengumpulkan data dalam lebar (garis) supermarket. Hal ini ditunjukkan oleh

dan spasi garis paralel dan dapat disebut gambar sebagai berikut:

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 414


Sedangkan data sekunder dari Badan
Pusat Statistik, dan sumber data lainnya.
Penelitian dilakukan di Bandung
awal Maret 2017 dengan mengambil
sampel sebanyak 30 orang secara
systematic random sampling dan data
dianalisis secara deskriptif. Lokasi
Gambar 1. Barcode pada Manisan penelitian di tempat penjualan olahan
Kering Mangga
mangga kering yang tersebar di Kota
Bandung.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Karakteristik Responden
Tabel 1. Karakteristik Konsumen
Keterangan Jumlah (%)
Jenis Kelamin:
a. Laki-Laki 8 26.67
b. Perempuan 22 73.33
Umur:
Gambar 2. Barcode yang ditempel a. < 25 tahun 6 20.00
Supermarket b. 25 – 35 tahun 20 66.67
c. > 35 tahun 4 13.33
Identifikasi Masalah Pekerjaan:
a. PNS 10 33.33
(1) Apakah barcode penting bagi b. Swasta 8 26.67
c. Wiraswasta 12 40.00
manisan kering mangga ?
Pendapatan/bulan:
(2) Apakah konsumen paham akan a. < 5 Juta 9 30.00
b. 5-10 Juta 14 46.67
pentingnya barcode ? c. > 10 Juta 7 23.33
(3) Apa harapan konsumen dengan Tujuan membeli
manisan mangga
adanya barcode tersebut? kering:
a. Oleh-oleh 17 56.67
Tujuan dari penelitian ini untuk b. Konsumsi sendiri 8 26.67
menganalisis respon konsumen terhadap c. Mencoba 5 16.66
Banyaknya
barcode. pembelian:
a. < 1 Kg 6 20.00
b. 1-2 Kg 11 36.67
2. METODE PENELITIAN c. > 2 Kg 13 43.33

Data yang digunakan dalam


penelitian ini adalah data primer dan data 3.2. Apakah Konsumen Penting dan
Paham akan Barcode ?
sekunder. Data primer merupakan data
yang diperoleh dari konsumen yang Barcode ditemukan pada tahun
membeli manisan mangga kering 1949 oleh dua orang Amerika, yaitu
Bernard Silver dan Norman Joseph

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 415


Woodlenad. Meskipun barcode sudah menyebar ke berbagai kegunaan lain
dipatenkan pada 7 Oktober 1952, tetapi juga, karena biayanya murah. Barcode
sistem barcode dengan garis linier hitam dibaca dengan menggunakan sebuah
putih mulai digunakan secara komersial alat barcode atau barcode scanner.
lima belas tahun kemudian yaitu sekitar Merek Barcode scanner diantaranya
tahun 1967. Dari beberapa sistem DATALOGIC PSC, HHP, CHIPERLAB,
barcode yang telah digunakan hanya ZEBEX dan lain-lain. Sering semakin
Universal Product Code (UPC) yang bertambahnya pengunaan barcode, kini
terdiri dari 12 angka yang dipakai oleh barcode tidak hanya mewakili karakter
banyak Industri grosir dan retail. Juga angka saja tetapi sudah meliputi seluruh
banyak digunakan di negara Kanada dan kode ASCII. Kebutuhan akan kombinasi
Amerika Barcode yang digunakan kode yang lebih rumit itulah yang
Indonesia adalah sistem European kemudian melahirkan inovasi baru
Articles Numbering (EAN) yang memiliki berupa kode matriks dua dimensi (2D
13 digit yang terdiri dari 12 angka dan 1 barcodes) yang berupa kombinasi kode
Cek digit. Semua negara memiliki kode matriks bujur sangkar. Barcode 2D ini
barcode sendiri sehingga tidak tertukar diantaranya adalah PDF code, QRCode,
dengan negara lain. Apabila ada barcode Matrix Code dan lainnya. Dengan
denga nomor kode 899 1609 11989 2 mengunakan 2D code karakter yang bisa
maka artinya nomor 899 menunjukkan kita masukkan ke Barcode bisa semakin
kode barcode Indonesia, nomor 1609 banyak, dibandingkan dengan Barcode
adalah kode perusahaan sedangkan ID seperti EAN, UPC, Kode 128, kode
nomor 11989 untuk kode produk dan 39, dimana kita hanya memasukkan
nomor 2 untuk validasi atau cek digit. kode 5 – 20 digit. Dengan 2D barcode
Tebal, tipis dan hitam putih garis garis kita bisa memasukkan sampai ribuan
akan mudah dideteksi dengan scanner. karakter. Bentuk Barcode sebagai
Ahmad (2015) mengatakan tipe barcode berikut:
beragam dikenal dengan istilah
symbology, diantaranya: Code 39, Code
Bar, Code 93, Code 128, UCC/EAN 128.
Interleaved2of 5, PostNET, UPC,
EAN/JAN-8, Ean/JAN-13/ BookLand,
MSI/Plessey dan lain lain.
Barcode pada awalnya digunakan
untuk mengoptimalkan sistem
pemeriksaan di swalayan, tetapi
sekarang penggunaannya telah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 416


Gambar 3. Bentuk Barcode
Gambar 4. Bagian Barcode Metode
Tujuan dari barcode antara lain Code 128
adalah:
Kode 128 (code 128) memiliki 6
(1) Memudahkan pendataan dengan
bagian:
sistem database.
(1) Bagian Quiet Zone
(2) Memberikan rinci informasi yang up
(2) Bagian Start Character
to date (terbaru).
(3) Bagian Encoded data
(3) Mengatasi masalah redudansi data
(4) Bagian Check Character
(kerangkapan data).
(5) Bagian Stock Character
(4) Keamanan data lebih terjaga.
(6) Bagian Quiet Zone
(5) Mempercepat proses pengiriman
Menjadi wacana bahwa informasi
data.
yang terkandung dalam barcode
(6) Proses pengambilan keputusan
manisan mangga kering antara lain
lebih cepat dan akurat dengan
nama perusahaan, nama produsen,
penyajian informasi laporan yang
lokasi perusahaan, jenis mangga dan
cepat, tepat dan akurat.
grade.
(7) Penerapan Barcode System
sehingga memudahkan dan Tabel 2. Respon Konsumen terhadap
Barcode
mempercepat proses stok barang.
(8) Program dapat dijalankan secara Keterangan Penting Tidak Penting
(%) (%)
multi user. Jumlah
(9) Produktivitas lebih efektif dan Konsumen 22 (73.33) 8 (26.67)

efisien. Paham Tidak Paham


(%) (%)
(10) Penyajian informasi yang real time. Jumlah
(11) Pendataan data yanng lebih Konsumen 14 (46.67) 16 (53.33)

terstruktur.
Sedangkan bagian barcode Dari Tabel 2 terlihat bahwa

sebagai berikut: kosumen menganggap barcode itu


penting (73.33%), walaupun demikian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 417


dari 73,33% hanya 46,67% yang paham Barcode berkaitan dengan label.
akan tujuan dan kegunaan label. Hal ini Hasil Penelitian Yosini, dkk (2016) pada
disebabkan konsumen jarang mangga segar, bahwa apabila nama
memperhatikan tanda barcode, baik label asal daerah tercemar maka untuk
untuk produk mangga kering maupun mengembalikan nama baik tersebut
untuk produk lainnya. Selain itu juga memerlukan biaya dan waktu yang lama,
konsumen belum terbiasa mengecek demikian pula hal nya dengan informasi
informasi produk dalam barcode seperti yang terdapat dalam barcode. Untuk
hal nya di negara maju. Hasil penelitian membuat citra ini pun dibutuhkan waktu
Fidi (2007) mengungkapkan bahwa dan biaya yang banyak dan harus
Perusahaan Coca Cola yang diposisikan kembali pencitraan tersebut
menerapkan sistem barcode untuk atau bahkan dibuat label yang baru
tujuan pengumpulan data di lapangan, untuk meraih kepercayaan konsumen.
pengawasan dan aktivitas sales di Selain itu produsen harus merespon
lapangan. Pada setiap barcode akan cepat keluhan konsumen.
menyimpan data tentang identitas outlet,
hasil penjualan dari outlet tersebut yang 3.3. Harapan Konsumen tentang
dapat dikontrol melalui sistem yang Barcode
sudah ada. Hal ini sesuai dengan Kotler Apabila barcode ini diterapkan
dan Amstrong (2005), bahwa data base pada manisan mangga kering maka
pelanggan itu berisi identitas pelanggan, secara tidak langsung akan dekat
transaksi pelanggan bahkan demografi. dengan konsumen, memberikan akses
Wahyudi (2008) mengatakan bahwa data informasi terbaru pada outlet tentang
base adalah segala sesuatu catatan produk-produk terbaru, maupun promo
yang diperlukan dari suatu lingkungan yang dilakukan perusahaan. Hal ini
dibuat dan disatukan di dalam satu meningkatkan hasil penjualan, adanya
tempat (penyimpanan data eksternal). kesinambungan perusahaan dan
Barcode biasanya menggunakan alat produsen akan untung.
scan melalui aplikasi yang disebut NEW Tabel 3 mengungkapkan bahwa
ROAM (New Real Time Online harapan konsumen akan barcode bisa
Application for Mobil Users). dideteksi dengan handphone (30%). Hal
Selain dalam bentuk garis barcode ini bisa dilakukan apabila perusahaan
juga disebut kode matrik atau simbologi atau produsen sudah menghubungkan
2D atau 2 dimensi. Selain tidak ada karakter barcodenya dan segala
garis, sistem 2D sering juga disebut kode informasi tentang produknya dengan
batang. internet, sehingga informasi tersebut bisa
diakses dimana saja bahkan di luar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 418


negeri sekalipun. Hal ini menjadi peluang ekspor dengan memperhatikan kualitas
untuk manisan mangga kering bisa produknya.

Tabel 3. Harapan Konsumen akan (2) Alasan bahwa konsumen yang


Barcode
menganggap penting barcode tapi
Variable Harapan (%)
Konsumen belum paham antara lain kurang
Barcode terbaca 3 10
dengan jelas memperhatikan tanda barcode, baik
Barcode jelas untuk produk mangga kering maupun
terlihat di kemasan 3 10
Informasi lengkap 4 13.33 untuk produk lainnya. Selain itu juga
Informasi dapat 6 20
dipercaya
konsumen belum terbiasa mengecek
Bisa menggunakan informasi produk dalam barcode
handphone 9 30
Supermarket seperti hal nya di negara maju.
menyediakan 5 16.67 (3) Harapan konsumen akan barcode
fasilitas scan
barcode bisa yang paling utama adalah bias
JUMLAH 30 100
dideteksi dengan handphone (30%)
Hambatan barcode bagi pengusaha dan informasinya dapat dipercaya (20
antara lain barcode mudah rusak apabila %).
terkena matahari atau air, hilang, lupa
menyimpannya, sinyal internet lemah atau 4.2. SARAN
berubahnya Sales Representative (agen (1) Adanya edukasi ke masyarakat
penjualan). Apabila ada agen penjualan tentang hak nya sebagai konsumen
yang baru, maka perlu waktu untuk antara lain mengetahui segala
mencari agen penjualan yang lama dan informasi tentang produk.
hambatan lainnya adalah kesalahan input (2) Adanya edukasi ke produsen
data. Apabila ada kesalahan input data khususnya produsen manisan
maka kerugian bagi perusahaan karena mangga kering bahwa database
akan menambah biaya, tenaga dan waktu. konsumen penting untuk menentukan
segmen dan target pasar. Database
4. SIMPULAN DAN SARAN sebagai bahan pengambilan
4.1. Simpulan keputusan strategi pemasaran baik
(1) Konsumen menganggap bahwa melalui promosi maupun strategi
barcode itu penting, walaupun lainnya sehingga adanya
demikian tidak semua konsumen kesinambungan profit bagi
yang menganggap barcode itu perusahaan.
penting paham dengan informasi dan (3) Adanya kerjasama dengan pihak
tujuan barcode. supermarket untuk menyediakan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 419


layanan scanner untuk membaca Labeling. Research Journal of
Recent Sciences 5(6): 13-23.
barcode
http://en.wikipedia.org/, diakses 12
Oktober 2014.
5. DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Adel Mostafa. 2015. The


Effectiveness of Product Code in
Marketing. International Conference
on Strategic Innovative Marketing.
IC-SIM 2014, September 1-4. 2014.
Madrid, Spain. Procedia- Social and
Behavior Sciences 175 (2015): 12-
15
Cunningham, C. and Dull, C. 2011.Use
them…or Lose Them ?.The Case for
and against using QR codes.
Current, 37(8): 42-45.
Fadhila, Sri. 2008. Analisis Pelaksanaan
Sistem Informasi Pemasaran dalam
Menunjang Pengembangan Acara di
TVRI Stasiun Jawa Barat dan
Banten. Jurnal Telaah dan Riset
Akuntansi 1(2): 171-190.
Fifi Fella Suffah.2007. Implementasi
Barcode dalam Sistem Informasi
Pemasaran. Studi pada PT. Coca-
Cola Amatil Indonesia Cabang
Surabaya.
Kotler, Philip and Amstrong, Gery. 2001.
Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 10,
Jilid I, Jakarta: Erlangga.
Rouillard,J. 2008. Contextual QR codes,
In The Third International Multi-
Conference on Computing in the
Global Information Technology,
2008, ICCGI 08 (p. 50-55).
Tsalikis, J. and Peralta A. 2014.Priming
Effects on Business Ethical Decision
Making.International. Journal of
Strategic Innovative Marketing 1(1).
Vlachei, A. and Notta. 2014. Social Media
Adoption and Manager’s Perception.
International Journal of Strategic
Innovative Marketing 1(2).
Walsh, A. 2009.Quick Response Codes
and Libraries. Library Hi Tech News,
26(5-6): 7-9
Yosini Deliana, Sri Fatimah, Anne
Charina. 2014. Product Origin
Labeliing and Consumer Willingness
to Pay. Research Journal of Recent
Sciences 3.(IVC): 116-121.
_____. 2016. Cluster, Consumers and
Producers who Care about Origin

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 420


RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PERTANIAN
(Studi Kasus Aplikasi Analisis Kelayakan Investasi Agroindustri VCO
Gapoktan “Sinar Harapan”)

Wardana
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Buton
Email: wardanarifani@gmail.com

ABSTRAK

Aspek pertanian yang perlu dikembangkan sistem informasinya adalah aspek perhitungan
kelayakan investasi suatu kegiatan agroindustri. Untuk menganalisis kelayakan investasi suatu
kegiatan agroindustri diperlukan suatu analisis yang cukup panjang prosesnya. Sehingga perlu
dirancang bangun aplikasi analisis kelayakan agroindutri. Tujuan penelitian ini adalah: 1)
Membuat aplikasi komputer yang mampu menganalisis kelayakan investasi agroindustri yang
sifatnya user friendly; dan 2) Mengetahui hasil uji coba dan mengevaluasi aplikasi komputer yang
telah dibuat terhadap agroindustri VCO Gapoktan “Sinar Harapan".Penelitian ini bertempat Desa
Oengkolaki sebagai sumber data dan Laboratorium Komputer Universitas Muhammadiyah Buton
sebagai tempat perancangan aplikasi. Prosedur perancangan aplikasi meliputi: 1) menentukan
kebutuhan dasar sistem; 2) mengembangkan prototipe awal; 3) Revisi prototype aplikasi; 4)
Pengujian aplikasi; 5) Penyusunan laporan.Aplikasi analisis kelayakan investasi agroindustri yang
dibuat mampu melakukan analisis investasi meliputi penilaian NPV, IRR, Net B/C, BEP Unit dan
BEP harga dari agroindustri yang akan dijalankan. Aplikasi tersebut mudah digunakan.

Kata kunci: Aplikasi, Pertanian, Analisis, Kelayakan, Agroindustri

1. PENDAHULUAN investasi suatu kegiatan agroindustri.

Perkembangan teknologi informasi Untuk menganalisis kelayakan investasi

sudah sangat maju dan suatu kegiatan agroindustri diperlukan

berkembangannya semakin meningkat. suatu analisis yang cukup panjang

Sekarang ini semua hal bisa prosesnya, dari proses penginputan data,

dikolaborasikan dengan teknologi, tabulasi data, pengolahan data hingga

termasuk di bidang pertanian. Salah satu penarikan kesimpulan dari hasil olahan

aspek pertanian yang perlu tersebut. Dan seringkali diperlukan

dikembangkan sistem informasinya, berbagai variasi nilai asumsi untuk

adalah aspek perhitungan kelayakan analisis sensitivitas kelayakan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 421


agroindustri yang akan dijalankan pangsa pasar hingga keluar daerah

tersebut. Jika kegiatan ini dilakukan Kabupaten Buton Tengah. Diduga

secara manual akan memerlukan waktu Gapoktan “Sinar Harapan" telah

yang panjang dan rentan terjadi memperoleh keuntungan yang cukup.

kesalahan perhitungan. Akan tetapi jika Namun besarnya keuntungan tersebut

dirancang dalam bentuk software akan belum diketahui secara pasti, karena

memudahkan perhitungan dan sampai saat ini belum pernah ada

dokumentasinya. penelitian tentang masalah tersebut,

VCO adalah minyak kelapa yang khususnya pada Gapoktan “Sinar

diproses dari kelapa segar dengan atau Harapan".

tanpa pemanasan dan tidak melalui Dengan adanya permasalahan

pemurnian dengan bahan kimia. Faktor diatas, maka diperlukan sebuah sistem

yang membuat potensi pengembangan informasi yang dapat menangani

VCO di Indonesia sangat besar ialah pengolahan data analisis kelayakan

masih sedikit perusahaan yang mengolah agroindustri, dalam hal ini adalah pada

kelapa menjadi VCO. Sementara itu agroindustri VCO gapoktan “Sinar

permintaan VCO sangat besar, Harapan".

contohnya dari negara Singapura dan Penelitian ini dilaksanakan dengan

Amerika. Untuk mendirikan agroindustri tujuan untuk: (1) Membuat aplikasi

VCO ini diperlukan analisis kelayakan komputer yang mampu menganalisis

investasi. kelayakan investasi agroindustri, dan (2)

Salah satu agroindustri VCO yang Mengetahui hasil uji coba aplikasi

ada di Kabupaten Buton Tengah adalah komputer yang telah dibuat terhadap

agroindustri Gapoktan “Sinar Harapan” agroindustri VCO Gapoktan “Sinar

Desa Oengkolaki Kecamatan Harapan".

Mawasangka. Agroindustri ini telah

berusaha sejak tahun 2010, dengan 2. METODE PENELITIAN

produksi 140 liter/bulan dan memiliki Penelitian ini dilaksanakan pada

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 422


Bulan Juni s/d Juli 2014, bertempat di survei, dan mewawancarai responden

Gapoktan “Sinar Harapan” Desa secara langsung dengan menggunakan

Oengkolaki Kecamatan Mawasangka daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah

Kabupaten Buton sebagai tempat dipersiapkan sebelumnya.

pengambilan data lapangan dan Data primer yang dikumpulkan

Laboratorium Komputer Universitas melalui penelitian lapangan dilakukan

Muhammadiyah Buton sebagai tempat dengan bertumpu pada pendekatan

pembuatan aplikasi komputer. wawancara, observasi dan kajian

Penelitian ini merupakan "Studi dokumen. Sedangkan data sekunder

Kasus pada Gapoktan “Sinar Harapan". diperoleh melalui kajian literatur yang

Dengan demikian responden dalam berhubungan dengan obyek yang diteliti.

penelitian ini juga ditentukan secara Variabel penelitian meliputi: total

sengaja, yakni Ketua Gapoktan dan penerimaan, total biaya meliputi biaya

Pengurus yang berjumlah 4 orang tetap dan biaya variabel, total produksi

sebagai responden lapangan. Untuk dan harga jual per unit serta rincian biaya

responden pengguna aplikasi selain investasi.

Ketua Gapoktan, juga 9 orang mahasiswa Teknik perancangan aplikasi

pertanian yang dipilih secara acak tetapi analisis kelayakan investasi agroindustri

mengerti bagaimana melakukan mengikuti tahapan kerangka kerja Siklus

perhitungan analisis kelayakan secara Hidup Pengembangan Sistem sesuai

manual. yang dikemukakan oleh Kartikadarma

Alat yang digunakan dalam (2010), yaitu:

penelitian ini adalah Software Microsoft Tahap I: Menentukan Kebutuhan Dasar

Visual Basic Net 2010 sebagai kompiler Sistem

aplikasi dan Microsoft Access 2010 Pada tahap ini peneliti melakukan

sebagai databasenya. investigasi (pemeriksaan awal) dan survei

Data yang dikumpulkan dalam sistem untuk mengumpulkan data tentang

penelitian ini dikumpulkan dengan cara tatacara analisis kelayakan investasi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 423


agroindustri dengan melakukan Tahap IV: Pengujian aplikasi

pengolahan data dari Studi Kasus Prototipe yang telah selesai

agroindustri VCO Gapoktan “Sinar dibangun, dijalankan pada perangkat

Harapan" di Desa Oengkolaki Kecamatan laptop untuk menguji coba fungsionalitas

Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. aplikasi. Pengujian yang digunakan

Tahap II: Mengembangkan Prototipe adalah dengan metode:

Awal 1) Black box: Pengujian terhadap

Tahapan perancangan sistem validitas input output untuk

merupakan tahapan pengembangan memastikan aplikasi yang telah dibuat

prototipe secara konseptual. Pada tahap dapat memroses inputan dari

ini, langkah-langkah yang dilakukan pengguna dan menghasilkan keluaran

adalah memilih perkakas yang akan seperti yang diharapkan pada tahap

digunakan untuk membangun sistem, perancangan

kemudian merancang konsep dan 2) User acceptance: Setelah prototipe

fitur-fitur aplikasi analisis kelayakan analisis kelayakan investasi

agroindustri, serta membangun desain agroindustri selesai dibuat,

tampilan dengan menggunakan papan selanjutnya dilakukan pengujian

cerita (Story Board). Selanjutnya terhadap pengguna akhir (yaitu ketua

dibangun prototipe sesuai dengan Gapoktan dan mahasiswa) untuk

perancangan sistem dan papan cerita memastikan aplikasi yang dibangun

yang dibuat berdasarkan analisis dapat digunakan dengan baik.Hasil

kebutuhan pengguna. pengujian dianalisis dan jika ada

Tahap III: Revisi prototipe aplikasi kesalahan dilakukan perbaikan

. Pada tahap ini hasil perancangan terhadap aplikasi.

yang telah direalisasikan dalam bentuk Tahap V: Penyusunan laporan

aplikasi didiskusikan pemakai sistem Setelah dilakukan uji coba dan

untuk mengetahui bagian mana saja dari evaluasi, maka dilakukan penyusunan

aplikasi yang harus diperbaiki. laporan yang berisi dokumentasi seluruh

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 424


tahap-tahap yang telah dilalui sebagai

bahan rujukan atau referensi jika ada 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

yang berminat untuk mengembangkan Tampilan aplikasi analisis kelayakan

lebih lanjut. investasi agroindustri yang telah dibuat

dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Aplikasi analisis kelayakan, tampilan input biaya investasi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 425


Gambar 2. Aplikasi analisis kelayakan, tampilan analisis sensitifitas

Aplikasi analisis kelayakan investasi desain tampilan, fungsi tombol dan

agroindustri ini mampu menghitung nilai petunjuk aplikasi yang disajikan.

kriteria kelayakan investasi, meliputi NPV, Berdasarkan hasil uji coba sistem yang

IRR, Net B/C, BEP Unit dan BEP harga, dilakukan, maka aplikasi dapat berjalan

berdasarkan asumsi biaya investasi, dengan baik.

biaya operasi, asumsi kapasitas alat dan Pengujian dengan metode User

jangka waktu pengembalian pinjaman acceptance digunakan untuk memperoleh

modal. gambaran kemudahan operasi dari

Proses pengujian dilakukan guna aplikasi, khususnya untuk kerja dari

mengetahui apakah aplikasi telah bekerja fasilitas GUI (Graphycal User Interface)

dengan baik sesuai dengan perencanaan. yang dimilikinya. Untuk uji kemudahan

Dengan adanya pengujian, maka dapat operasi ini, para pengguna aplikasi

diketahui ketepatan maupun kekurangan dikumpulkan disuatu tempat dan diberi

dari aplikasi yang telah dibuat. Pengujian kesempatan untuk mengoperasikan

kotak hitam (Black box test) meliputi aplikasi. Pada akhir operasi tersebut,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 426


pengguna diberi angket tentang masing-masing pertanyaan yang

kemudahan operasi dari penggunaan diberikan dan membandingkannya jika

aplikasi berupa daftar pertanyaan yang perhitungan kelayakan dilakukan secara

digunakan untuk memberikan jawaban manual. Berikut hasil rekapitulasi angket

atau pendapatnya terhadap User acceptance.


Tabel 1. Hasil rekapitulasi angket user acceptance penggunaan aplikasi
Manual Skor (%)
Perhitungan sulit dilakukan 90
Manual, butuh waktu lama untuk mengolah data 100
Media penyimpanan data berupa kertas dan membutuhkan tempat. 70
Data sulit di kelola 70
Data sulit dipakai bersama dan sulit di update 70
Pengambilan keputusan manajemen di bidang maintenace sulit 80
Rentan terjadi kesalahan perhitungan 100
Aplikasi Skor (%)
Aplikasi mudah digunakan 100
Waktu pengolahan data jauh lebih cepat 100
Media penyimpanan data murah, ringkas, dan flexibel. 90
Data mudah dikelola 100
Data mudah dipakai bersama dan mudah di update. 90
Pengambilan keputusan manajemen di bidang maintenace mudah 90
dengan adanya sistem pelaporan yang bersifat relevan, akurat, dan
cepat.
Tidak terjadi kesalahan perhitungan 100

4. SIMPULAN DAN SARAN agroindustri yang akan dijalankan

4.1. Simpulan dan menghasilkan hasil perhitungan

(1) Telah dirancang aplikasi analisis yang tepat.

kelayakan investasi agroindustri yang (2) Dari hasil uji nampak bahwa analisis

mampu melakukan analisis investasi kelayakan investasi agroindustri

meliputi penilaian NPV, IRR, Net B/C, sangat mudah digunakan untuk

BEP Unit dan BEP harga dari membantu analisis kelayakan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 427


agroindustri yang akan dijalankan.

4.2. Saran

Pada pembuatan aplikasi analisis

kelayakan investasi agroindustri yang

akan datang diharapkan mampu

membandingkan hasil analisis dari

berbagai variasi data input sehingga

dapat ditentukan hasil optimal yang layak

untuk dilakukan.

5. DAFTAR PUSTAKA
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Kartikadarma. 2010. Rancang Bangun
Aplikasi E-Museum Sebagai Upaya
Melestarikan Kebudayaan. Seminar
Nasional Informatika 2010
(semnasIF 2010) UPN ”Veteran”
Yogyakarta. ISSN: 1979-2328.
Soekartawi. 1995. Dasar Penyusunan
Evaluasi Proyek. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Wardana. 2008. Membuat Aplikasi
Berbasis Pendekatan Sistem
dengan Visual Basic .Net 2008.
Jakarta: Elex Media Komputindo.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 428


ANALISIS NERACA PASOKAN DAN KEBUTUHAN DAGING SAPI DI JAWA BARAT

Achmad Firman, Maman Paturochman, Mumun M Sulaeman dan Marina Sulistyati

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran


Email:ahmadpedum@yahoo.com

Abstrak

Akhir-akhir ini, komoditas sapi dan daging sapi telah menjadi komoditas politik karena kenaikan
harga daging sapi telah direspon secara signifikan oleh lembaga legislatif maupun eksekutif.
Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang dikategorikan sebagai wilayah konsumsi
daging sapi karena kebutuhan sapi dan daging sapi melebihi pasokan sapi dan daging sapi itu
sendiri. Jika terjadi kekurangan pasokan daging sapi, maka dapat berakibat buruk pada situasi
perpolitikan, khususnya di Jawa Barat. Oleh karena itu, penelitian mengenai analisis neraca
pasokan dan kebutuhan sapi potong dan daging sapi di Jawa Barat bertujuan untuk melihat
pasokan sapi dan daging sapi ke Jawa Barat, kebutuhan sapi dan daging sapi di Jawa Barat, serta
neraca pasokan dan kebutuhan sapi dan daging sapi di Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif kuantitatif dengan data sekunder sapi dan daging sapi sebagai basis analisisnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah produksi sapi yang dihitung dari jumlah populasi sapi,
produksi pedet, jumlah pemasukan sapi yang berasal dari luar Provinsi Jawa Barat, dan stok sapi.
Pada tahun 2015, Jumlah produksi sapi Jawa Barat sejumlah sebanyak 425.486 ekor populasi sapi
dewasa, 60.990 ekor pedet, 219.226 ekor sapi hasil pemasukan, dan stok sapi. Adapun produksi
daging Jawa Barat mampu mencapai 75,477,941 kg. Sedangkan dari sisi kebutuhan, kebutuhan
sapi dan daging sapi di Jawa Barat masing-masing sebanyak 408.881 ekor dan 84.733.150 kg.
Adapun untuk menghitung neraca pangan daging sapi, seluruhnya dikonversi ke daging sapi,
sehingga neraca pasokandan kebutuhan daging sapi terjadi kekurangan pasokan produksi daging
sapi untuk Jawa Barat dari tahun 2011-2015.

Kata Kunci: Produksi, Pasokan, Konsumsi, Neraca, Daging Sapi

1. PENDAHULUAN demand daging sapi masih cukup besar.


Saat ini, komoditas sapi potong Pemerintah telah melakukan dua
telah menjadi komoditas politis karena kebijakan guna menurunkan harga daging
kenaikan harga sapi langsung direspon sapi, yaitu operasi pasar dan impor daging
oleh presiden dan lembaga legislatif. kerbau dari India. Akan tetapi, kebijakan
Kepanikan atas kenaikan daging sapi di tersebut sampai saat ini masih belum
pasaran tersebut telah menjadi fokus efektif untuk menurunkan harga daging
perhatian pemerintah. Pemerintah sapi. Ini bisa menjadi bukti bahwa ekses
berusaha untuk menurunkan harga daging demand daging sapi di Indonesia masih
sapi dari Rp 120.000,-/kg menjadi cukup besar walaupun pemerintah
Rp 80.000,-/kg pada tahun 2016. Namun, melakukan berbagai kebijakan penurunan
sampai saat ini harga daging sapi tetap harga daging.
bertahan di harga Rp 120.000,-/kg. Sebenarnya tidak seluruh wilayah di
Fenomena bertahannya harga Indonesia yang mengalami kekurangan
daging sapi tersebut karena ekses pasokan daging sapi. Kejadian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 429


kekurangan daging sapi hanya terjadi di 2. METODE PENELITIAN
wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan A. Metode Penelitian
Banten. Provinsi Jawa Barat menjadi Penelitian ini menggunakan metode
salah satu wilayah konsumsi daging sapi deskriptif kuantitatif. Ruang lingkup
yang sangat berkepentingan dengan penelitian adalah pasokan dan kebutuhan
adanya kebijakan pemerintah pusat daging sapi di Jawa Barat dengan
tersebut agar masyarakat golongan penekanan pada neraca keseimbangan
ekonomi rendah dapat menikmati daging antara pasokan dan kebutuhan daging
sapi. Namun, kebijakan pemerintah sapi, sehingga akan terlihat surplus
tersebut belum mampu sepenuhnya pasokan ataupun kebutuhan daging sapi
dirasakan oleh masyarakat ekonomi di Jawa Barat.
lemah karena harga daging sapi masih B. Penentuan Lokasi Penelitian
bertahan di rata-rata Rp 120.000,-/kg. Lokasi penelitian dipilih secara
Di Provinsi Jawa Barat terdapat purposif dengan pertimbangan Provinsi
beberapa wilayah yang dikenal sebagai Jawa Barat merupakan provinsi
sentra sapi potong, seperti Kabupaten penyangga ibu kota dan masuk ke dalam
Tasikmalaya, Majalengka, Sumedang, kategori wilayah konsumsi sapi dan
Subang, Indramayu, dan Ciamis daging sapi.
(Kabupaten Pangandaran masih C. Teknik Pengumpulan Data
bergabung dengan Kabupaten Ciamis). Data yang digunakan dalam
Kabupaten Tasikmalaya dikenal sebagai penelitian ini adalah data sekunder. Data
wilayah pembibitan sapi lokal sedangkan sekunder adalah data yang telah diolah
Kabupaten Bogor dikenal sebagai lebih lanjut dan disajikan dengan baik oleh
pemasok sapi impor karena banyak pihak pengumpul data primer atau pihak
perusahaan penggemukan sapi yang lain (Nindi, 2013). Data sekunder yang
berada di wilayah ini. dikumpulkan berasal dari instansi terkait
Sebenarnya, apa yang terjadi dengan penelitian, yaitu BPS dan Dinas
dengan sistem neraca pasokan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat.
kebutuhan daging sapi di Jawa Barat. D. Definisi Operasional Variabel
Apakah wilayah Jawa Barat kekurangan Penelitian
pasokan daging sapi untuk memenuhi Variabel yang dioperasionalkan
konsumsi sapi dan daging sapi. Berapa dalam penelitian ini adalah:
besar konsumsi daging sapi di Jawa (1) QSTs/ds adalah pasokan sapi atau
Barat. Identifikasi masalah tersebut daging sapi yang dihitung dalam
menjadi dasar untuk penelitian ini. satuan ekor/ton.
(2) QPs/ds adalah populasi sapi atau
produksi daging sapi eksisting pada

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 430


tahun bersangkutan yang dihitung mengukur neraca keseimbangan antara
dalam satuan ekor/ton. pasokan dan kebutuhan sapi dan daging
(3) STs/ds adalah stok sapi atau stok sapi. Terdapat dua variabel yang diukur,
daging sapi yang dihitung dari jumlah yaitu:
pasokan sapi tahun bersangkutan (1) Variabel Pasokan
dikurangi dengan pengeluaran dan Variabel pasokan merupakan
pemotongan sapi dihitung dengan penjumlahan dari produksi, stok
satuan ekor/ton. produksi, jumlah barang diimpor, dan
(4) QMs/ds adalah pemasukan sapi atau keluarnya barang (Ilham, 2001;
daging sapi ke wilayah Jawa Barat Kariasa, 2002). Dengan demikian
dihitung dengan satuan ekor/ton. maka total pasokan sapi/daging sapi
(5) QXs/ds adalah pengeluaran sapi atau (QTs/ds) adalah total produksi
daging sapi keluar wilayah Jawa Barat sapi/daging sapi ditambah jumlah
dihitung dengan satuan ekor/ton. sapi/daging sapi yang masuk dapat
(6) QRPHs adalah sejumlah sapi yang dirumuskan sebagai berikut:
dipotong di Rumah Potong Hewan - Total Pasokan Sapi dengan rumus
(RPH) di Jawa Barat yang dihitung sebagai berikut:
dengan satuan ekor. QSTs = QPs + QMs
(7) QDTds adalah total kebutuhan sapi STs = QPs + QMs – QXs – QRPHs
atau daging sapi di Jawa Barat - Total Pasokan Daging Sapi
(8) Cds adalah konsumsi daging sapi dengan rumus sebagai berikut:
yang dihitung dari konsumsi daging QSTds = QPds+ QMds
sapi rata-rata perkapita pertahun dari STds = QPds + QMds – QXds
masyarakat Jawa Barat dikali dengan (2) Variabel Konumsi
jumlah penduduk di tahun Kebutuhan sapi dan daging sapi dapat
bersangkutan yang dihitung dengan diterjemahkan sebagai sejumlah
satuan ton. daging sapi yang dikonsumsi dengan
(9) Cdskap adalah konsumsi daging sapi sejumlah daging sapi yang diekspor
rata-rata perkapita per tahun yang atau ke luar wilayah Jawa Barat (Andi,
dihitung dengan kg. 2001). Persamaannya dapat dituliskan
(10) JPP adalah jumlah penduduk Jawa sebagai berikut:
Barat pada tahun bersangkutan - Total Kebutuhan Daging Sapi dengan
dihitung dengan satuan orang. rumus sebagai berikut:
QDTds = Cds + QXds
E. Teknik Analisis Cds = Cdskap x JPP
Penelitian ini menggunakan analisis
matematika yang ditujukan untuk

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 431


(3) HASIL DAN PEMBAHASAN sapi diturunkan dari pasokan sapi, seperti
A. Pasokan Daging Sapi terlihat pada Tabel 1. Berdasarkan tabel
Pasokan daging sapi pada dasarnya tersebut dapat dilihat bahwa jumlah sapi
berasal dari hasil pemotongan sapi. di Jawa Barat mengalami penurunan yang
Komponen pasokan daging sapi adalah cukup tajam di akhir tahun 2015 dilihat
produksi daging sapi hasil pemotongan di dari sisi stok sapi. Adapun hasil produksi
RPH/TPH, pemasukan daging sapi, stok, daging diperoleh dari hasil pemotongan
dan pengeluaran daging sapi. Secara sapi di RPH/TPH di Jawa Barat.
tidak langsung, analisis pasokan daging
Tabel 1. Pasokan Sapi dan Daging Sapi di Jawa Barat Tahun 2011-2015
Pasokan Sapi dan Daging Sapi 2011 2012 2013 2014 2015
Sapi (ekor) (QSTs)
- QPs 422.989 429.637 382.949 419.077 425.826
- QMs 367.440 390.587 288.372 317.518 219.226
- QXs 71.548 123.976 70.455 79.374 74.783
- QRPHs 295.489 259.808 249.035 234.818 275.751
- STs 423.392 436.440 351.831 422.403 294.518
Produksi Daging (ton) (QSTds)
- QPds 22.162 19.486 18.678 17.611 20.681
- QMds 56,314 54,826 53,204 49,462 54,797
- QXds tad tad tad tad tad
- STds tad tad tad tad tad
Keterangan: Data diolah dari Dinas Peternakan Jawa Barat dan Ditjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan (2011 – 2015)

Sapi-sapi yang dipotong di B. Kebutuhan Daging Sapi


RPH/TPH terdiri dari sapi lokal dan sapi Kebutuhan sapi dihitung dari jumlah
hasil penggemukan yang berasal dari sapi konsumsi sapi dengan sejumlah daging
impor. Adapun hasil pemotongan sapi sapi yang keluar wilayah Jawa Barat.
yang menghasilkan produksi berupa Konsumsi daging sapi dihitung dari hasil
daging sapi dapat dilihat pada Tabel 1. perkalian antara kebutuhan standar
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan daging sapi dikalikan dengan jumlah
pemasukan daging sapi di Jawa Barat, penduduk Jawa Barat dari tahun 2011-
maka daging sapi yang masuk lebih 2015. Hasil perhitungan menunjukkan
banyak dibandingkan dengan daging sapi bahwa kebutuhan untuk konsumsi daging
hasil sembelihan di wilayah Jawa Barat. sapi di Jawa Barat dari tahun ke tahun
Hal ini menunjukkan bahwa Jawa Barat terus meningkat (Gambar 1). Hal ini
masih membutuhkan pasokan daging dari sejalan dengan terjadinya peningkatan
luar wilayah Jawa Barat. jumlah penduduk dari tahun ke tahun.
Adapun potensi daging sapi yang keluar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 432


Jawa Barat didekati dengan menghitung
jumlah sapi yang keluar wilayah Jawa
Barat. Dengan demikian, total kebutuhan
daging sapi di Jawa Barat rata-rata
sebesar 86 ribu ton pertahun atau setara
dengan 710 ribu ekor jika berat rata-rata
sapi sebesar 400 kg/ekor.

Gambar 2. Neraca Pasokan dan Kebutuhan


Daging Sapi di Jawa Barat Tahun 2011-
2015

Gambar 2 menunjukkan bahwa


masih terjadi gap atau kekurangan
pasokan daging sapi untuk wilayah Jawa
Gambar 1. Kebutuhan Daging Sapi di Jawa Barat. Hal ini semakin memperjelas
Barat dari Tahun 2011-2015
bahwa wilayah Jawa Barat merupakan
C. Neraca Keseimbangan Pasokan dan wilayah konsumsi daging sapi. Di samping
Kebutuhan Daging Sapi
itu, selain wilayah konsumsi daging sapi,
Pada uraian sebelumnya telah
Jawa Barat juga mampu mengeluarkan
dijelaskan bahwa pasokan daging sapi
sapi ke luar wilayah Jawa Barat. Hal ini
didekati dari komponen pasokan sapi
dapat dikatakan potensi daging produksi
hidup. Sedangkan kebutuhan daging sapi
Jawa Barat mengalir ke luar wilayah
dilihat dari konsumsi daging dan potensi
provinsi ini.
daging sapi yang ke luar wilayah Jawa
Barat. Berdasarkan data pasokan dan
kebutuhan daging sapi tersebut, maka 4. SIMPULAN DAN SARAN
dapat dihitung neraca pasokan dan Simpulan yang dapat diambil dari
kebutuhan daging sapi yang dapat dilihat uraian di atas adalah sebagai berikut:
pada Gambar 2. (1) Pasokan daging sapi di Jawa Barat
berasal dari daging sapi lokal dan sapi
impor dari luar wilayah Jawa Barat
yang besarnya 70% dibandingkan
daging sapi lokal
(2) Kebutuhan daging sapi rata-rata
sebesar 86 ribu ton pertahun atau
setara dengan jumlah sapi sebanyak
710 ribu ekor jika rata-rata berat hidup

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 433


sebesar 400 kg/ekor. Adapun potensi Kesehatan Hewan, Kementerian
Pertanian. Jakarta.
daging sapi yang keluar dihitung dari
Direktorat Jenderal Peternakan dan
jumlah sapi yang ke luar wilayah Jawa Kesehatan Hewan. 2013. Statistik
Peternakan Nasional Tahun 2013.
Barat.
Direktorat Jenderal Peternakan dan
(3) Neraca pasokan dan Kebutuhan Kesehatan Hewan, Kementerian
Pertanian. Jakarta.
daging sapi di Jawa Barat adalah
Direktorat Jenderal Peternakan dan
minus sehingga hal ini bisa jadi Kesehatan Hewan. 2014. Statistik
Peternakan Nasional Tahun 2014.
penyebab belum turunnya harga
Direktorat Jenderal Peternakan dan
daging sapi walaupun sudah ada Kesehatan Hewan, Kementerian
Pertanian. Jakarta.
bantuan subsidi daging sapi dari
Direktorat Jenderal Peternakan dan
pemerintah pusat. Kesehatan Hewan. 2015. Statistik
Peternakan Nasional Tahun 2015.
Direktorat Jenderal Peternakan dan
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Hewan, Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Andi, S Cahyono. 2001. Analisis
Direktorat Jenderal Peternakan dan
Penawaran dan Permintaan Beras
Kesehatan Hewan. 2016. Statistik
di Propinsi Lampung. Tesis Magister
Peternakan Nasional Tahun 2016.
Sain. Program Pascasarjana, Institut
Direktorat Jenderal Peternakan dan
Pertanian Bogor. Bogor.
Kesehatan Hewan, Kementerian
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Pertanian. Jakarta.
2012. Statistik Peternakan Jawa
Ilham N. 2001. Analisis Permintaan dan
Barat Tahun 2012. Dinas
Penawaran Daging Sapi di
Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Indonesia. Seminar Nasional
Bandung.
Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Pusat Penelitian dan
2013. Statistik Peternakan Jawa
Pengembangan Peternakan, Jakarta
Barat Tahun 2013. Dinas
Ditjen Peternakan, Kementerian
Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Pertanian. hal. 385-403.
Bandung.
Kariasa K. 2002. Analisis Penawaran dan
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Permintaan Daging Sapi Di
2014. Statistik Peternakan Jawa
Indonesia Sebelum dan Saat Krisis
Barat Tahun 2014. Dinas
Ekonomi: Suatu Analisis Proyeksi
Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Swasembada Daging Sapi 2005.
Bandung.
Laporan Teknis Pusat Penelitian
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Sosial Ekonomi Pertanian, Badan
2015. Statistik Peternakan Jawa
Penelitian dan Pengembangan
Barat Tahun 2015. Dinas
Pertanian, Kementerian Pertanian.
Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Jakarta
Bandung.
Nindi, DW. 2013. Perlakuan Akuntansi
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Atas PPh Pasal 21 pada PT. Artha
2016. Statistik Peternakan Jawa
Prima Finance Kotamobagu. Jurnal
Barat Tahun 2016. Dinas
Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan
Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Akuntansi (EMBA), 1(3): 558-566.
Bandung.
Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan. 2012. Statistik
Peternakan Nasional Tahun 2012.
Direktorat Jenderal Peternakan dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 434


ANALISIS DINAMIKA PENGUASAAN LAHAN PERTANIAN DAN STRUKTUR
PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI PROVINSI JAWA BARAT

Adang Agustian

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Kementerian Pertanian


Jl. Tentara Pelajar No. 3B Bogor
Email: aagustian08@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji: (1) Dinamika rataan penguasaan lahan pertanian dan
lahan sawah 2003-2013, (2) Tingkat ketimpangan penguasaan lahan, dan (3) Dinamika struktur
pendapatan rumah tangga pertanian di Jawa Barat. Kajian ini menggunakan data hasil Sensus
Pertanian (ST) 2003 dan data primer hasil penelitian di Kabupaten Garut dan Subang tahun 2016.
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil kajian menunjukkan: (1) Pada
Provinsi Jawa Barat, secara agregat tahun 2013 rataan tingkat penguasaan lahan pertanian oleh
rumah tangga pertanian sebesar 0,42 hektar atau meningkat sekitar 0,29 ha dibandingkan tahun
2003 yaitu sebesar 0,13 hektar. Khusus untuk lahan sawah rataan penguasaannya pada rumah
tangga pertanian tahun 2013 sebesar 0,24 hektar atau meningkat sekitar 0,17 hektar dibandingkan
tahun 2003 yaitu sebesar 0,07 hektar; (2) Pada lokasi penelitian di Kabupaten Garut dengan
sampel petani jagung, rataan penguasaan lahan pertanian tahun 2016 berkisar antara 0,30 - 0,70
hektar per rumah tangga, dan di Kabupaten Subang dengan sampel petani padi, rataan
penguasaan (garapan) berkisar antara 0,14-2,20 hektar; (3) Indeks Gini penguasaan lahan sawah
di lokasi penelitian Provinsi Jawa Barat, secara rataan tahun 2003 dan 2013 berturut-turut sebesar
0,53 dan 0,52. Artinya, perkembangan tingkat ketimpangannya cenderung tetap dan tergolong
tinggi. Sementara pada lahan kering, ketimpangan penguasaan lahannya bahkan lebih tinggi lagi
dan semakin meningkat ketimpangannya dari tahun 2003 (GI=0,64) ke tahun 2013 (GI=0,69); (4)
Rataan total pendapatan rumah tangga pertanian mencapai Rp 24,76 juta/tahun, dimana
pendapatan tersebut sebagian besar disumbang dari kegiatan usaha sektor pertanian yaitu
sebesar 41,77 persen.

Kata Kunci: Penguasaan Lahan, Pendapatan Rumah Tangga, Jawa Barat, Sensus Pertanian

1. PENDAHULUAN dilakukan oleh Kementerian Pertanian


Lahan merupakan faktor produksi (Kementan), lahan sawah pada 2010
yang sangat penting dalam suatu kegiatan susut menjadi 3,5 juta hektare (ha) dari
usahatani. Struktur penguasaan lahan 4,1 juta ha di 2007. Dalam rentang waktu
pertanian dan kontribusi usaha pertanian tiga tahun, konversi lahan mencapai 600
di Provinsi Jawa Barat mengalami ribu hektar.
perubahan seiring dengan dinamika Senada dengan itu, menurut
pembangunan pertanian dan peningkatan Mudakir (2011), bahwa salah satu
jumlah penduduk. Kondisi lahan pertanian masalah yang paling berat dan kompleks
saat ini menghadapi tantangan yang yang dihadapi Indonesia adalah masalah
semakin berat, seiring dengan adanya lahan. Salah satunya dari masalah lahan
fenomena konversi lahan pertanian ke adalah menyangkut status penguasaan
penggunaan non pertanian. Menurut lahan yang mengkaitkan banyak petani.
Apriyana (2011), konversi lahan pertanian Status penguasaan lahan yang berbeda
di Jawa semakin menghawatirkan. akan menentukan tingkat keragaman
Berdasarkan hasil sensus lahan yang usahatani yang berkaitan dengan tingkat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 435


produktivitas lahan dan distribusi depan. Pada tahun 1983, 57,36 persen
pendapatan yang berbeda pula. total pendapatan rumah tangga
Berdasarkan hasil penelitian perdesaan berasal dari sektor pertanian,
PATANAS (Panel Petani Nasional) sedangkan pada tahun 1993 hanya 28,73
(Susilowati, dkk., 2000), pada sisi persen. Sementara itu, sektor
penguasaan lahan antara tahun 1994 dan nonpertanian yang pada tahun 1983
1998, distribusi penguasaan lahan mempunyai kontribusi sebesar 11,12
pertanian cenderung semakin timpang persen terhadap total pendapatan rumah
yang ditunjukkan oleh semakin tingginya tangga perdesaan, meningkat menjadi
angka indeks Gini dan luas pemilikan 20,04 persen pada tahun 1993.
lahan yang semakin sempit. Nurmanaf, Seiring dengan dinamika
dkk. (2005) mendapatkan bahwa angka penguasaan lahan pertanian sebagai
indeks Gini sangat bervariasi antar desa basis penghidupan petani seperti uraian di
penelitian PATANAS. Namun demikian, atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
secara keseluruhan dapat ditunjukkan mengkaji: dinamika rataan penguasaan
bahwa ketimpangan distribusi lahan lahan pertanian dan lahan sawah 2003-
pertanian relatif lebih tinggi di desa-desa 2013, tingkat ketimpangan penguasaan
berbasis lahan sawah dibandingkan lahan, dan dinamika struktur pendapatan
dengan desa-desa berbasis lahan kering. rumah tangga pertanian di Jawa Barat.
Angka indeks Gini lebih tinggi pada
distribusi pemilikan dari pada distribusi 2. METODE PENELITIAN

garapan. data yang dikumpulkan meliputi data


Terdapatnya perubahan struktur primer dan sekunder. Data primer
penguasaan lahan pertanian secara dikumpulkan dari penelitian yang
perlahan akan mempengaruhi pangsa dilakukan di Provinsi Jawa Barat, yaitu di
pendapatan dari sektor pertanian Kabupaten Garut dan Subang. Adapun
terhadap pendapatan rumahtangga petani data sekunder, yaitu data struktur
di perdesaan. Kasryno dan Team ADB penguasaan lahan bersumber dari data
(2004) melakukan analisis data Sensus Hasil Sensus Pertanian (ST) 2003 dan
Pertanian 1983, 1993, dan SUSENAS 2013. Untuk data struktur pendapatan
1993 dan 2002 mendapatkan hasil bahwa bersumber dari data Survei Pendapatan
sumber pendapatan rumah tangga Rumah Tangga Usaha Pertanian (SPP)
(source of income) yang berasal dari tahun 2004 (pada ST 2003 belum ada
kegiatan atau usaha di bidang pertanian data struktur pendapatannya), dan dari
masih sangat dominan dan besar, data Sensus Pertanian (ST) 2013. Data
walaupun mengalami kecenderungan primer diperoleh dari hasil penelitian
yang menurun pada tahun-tahun ke dengan mewawancarai terhadap petani

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 436


sampel dengan kuesioner terstruktur. 3.1. Dinamika Penguasaan Lahan di
Total petani sampel sebanyak 30 petani Lokasi Penelitian Provinsi Jawa
Barat
yang menanam padi dan jagung di lokasi
Data Hasil Sensus Pertanian 2013
penelitian. Sementara data Sensus
menunjukkan bahwa dari sebanyak 26,14
Pertanian (ST) 2003 dan 2013 diperoleh
juta rumah tangga pertanian di Indonesia,
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta.
sebanyak 25,75 juta diantaranya adalah
Analisis data dilakukan secara
rumah tangga yang mengusahakan
kuantitatif dan kualitatif. Untuk analisis
pertanian dengan menggunakan lahan
kuantitatif berupa analisis rataan atas
atau disebut dengan petani pengguna
respon dari petani dan analisis gini
lahan (BPS, 2013). Pada kurun waktu 10
pemilikan/penguasaan lahan pertanian.
tahun sebelumnya yaitu tahun 2003,
Adapun analisis kualitatif diperlukan untuk
jumlah rumah tangga pertanian pengguna
mendukung deskripsi dan penjelasan atas
lahan tersebut (tahun 2003) mencapai
berbagai analisis yang dilakukan.
30,42 juta rumah tangga. Dalam hal ini
Terkait dengan analisis gini
terjadi penurunan sebesar 4,67 juta rumah
penguasaan lahan, mengenai dinamika
tangga atau sekitar 15,35 persen periode
tingkat ketimpangannya sesuai data yang
2003-2013. Dari jumlah rumah tangga
tersedia dianalisis dengan metoda Indeks
petani pengguna lahan tersebut, pada
Gini (Gini Coeficient) di lokasi penelitian.
tahun 2013 sebanyak 14,25 juta rumah
Metode penghitungan Indeks Gini dapat
tangga merupakan rumah tangga usaha
diformulasikan sebagai berikut (Szal dan
pertanian gurem, yaitu yang
Robinson, 1977):
mengusahakan lahan dibawah 0,50 ha
dan pada tahun 2003 sebanyak 19,01 juta
Dimana: G = Indeks Gini; n= total rumah tangga. Dengan demikian, rumah
observasi; Y= pemilikan lahan rata- rata; tangga usaha pertanian gurem periode
Yi = pemilikan lahan individu; dan i = 2003-2013 juga mengalami penurunan
observasi. drastis sebanyak 4,77 juta rumah tangga
atau sekitar 15,07 persen (Tabel 1).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan dan Rumah Tangga Petani
Gurem di Provinsi Jawa Barat dan Indonesia, 2003 dan 2013
Rumah Tangga Usaha Pertanian Pengguna Lahan
Rumah Tangga Usaha Pertanian Gurem (RT)
(RT)
Provinsi
Pertumbuhan Pertumbuhan
2003 2013 2003 2013
Absolut % Absolut %
Jawa Barat 4.242.003 3.039.716 -1.202.287 -28,34 3.501.867 2.298.193 -1.203.674 -34,37
Indonesia 30.419.582 25.751.267 -4.668.315 -15,35 19.015.051 14.248.864 -4.766.187 -25,07

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 437


Sumber: BPS , 2003 dan BPS, 2013

Di Provinsi Jawa Barat, pada tahun (Afandi, 2006). Faktor internal adalah
2013 sekitar 3,04 juta rumah tangga faktor ekonomi (pendapatan sektor
petani pengguna lahan. Dibandingkan pertanian) dan mindset petani yang
dengan 10 tahun sebelumnya yakni pada berkaitan dengan modernisasi pertanian;
tahun 2003, jumlah rumah tangga sedangkan faktor eksternal adalah faktor
pertanian pengguna lahan mengalami alam dan konversi lahan.
penurunan sebesar 28,34%. Berdasarkan Rata-rata penguasaan lahan tahun
jumlah rumah tangga petani pengguna 2013 mengalami peningkatan lebih dari 2
lahan tersebut, pada tahun 2013 kali lipat dibandingkan tahun 2003,
sebanyak 2,30 juta rumah tangga tersebut dimana pada tahun 2003 rata-rata luas
di Jawa Barat merupakan rumah tangga lahan yang dikuasai sebesar 0,41 hektar,
usaha pertanian gurem, dan jumlahnya dan tahun 2013 0,89 hektar (Tabel 2).
mengalami penurunan signifikan
dibanding tahun 2003 yaitu sebanyak 1,20
juta rumah tangga atau menurun sekitar
34,37 persen.
Menurunnya jumlah rumah tangga
pengguna lahan atau petani merupakan
salah satu bentuk perubahan sosial, yang
dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor
internal (endogenous) dan faktor eksternal
(exogenous) dalam kehidupan petani

Tabel 2. Rata-rata Luas Lahan yang Dikuasai per Rumah Tangga Usaha Pertanian di
Indonesia dan di Provinsi Lokasi Penelitian, 2003 dan 2013
Lahan Pertanian (Ha)
Lahan Bukan Lahan yang
Pertanian (Ha) Lahan Bukan Dikuasai (Ha)
Provinsi Lahan Sawah Jumlah
Sawah
2003 2013 2003 2013 2003 2013 2003 2013 2003 2013
Jawa Barat 0,02 0,02 0,07 0,24 0,06 0,18 0,13 0,42 0,15 0,44
Indonesia 0,06 0,03 0,10 0,20 0,25 0,66 0,35 0,86 0,41 0,89
Sumber: BPS (2003) dan BPS (2013)

Total penguasaan lahan di Provinsi rata-rata penguasaan lahan tersebut


Jawa Barat pada tahun 2013, baik lahan meningkat sebesar 0,29 hektar, dimana
pertanian maupun bukan pertanian, oleh pada tahun 2003 rata-rata luas lahan yang
rumah tangga pertanian pengguna lahan dikuasai sebesar 0,15 hektar. Selanjutnya
cukup tinggi, yaitu rata-rata sebesar 0,44 pada lahan pertanian, tahun 2013 tingkat
hektar. Dibandingkan dengan tahun 2003, penguasaannya oleh rumah tangga

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 438


pertanian rata-rata sebesar 0,42 hektar pada tahun 2003 total luas sawah di
atau meningkat sekitar 0,29 ha Indonesia tercatat sekitar 8,40 juta ha dan
dibandingkan tahun 2003 yaitu sebesar pada tahun 2013 sekitar 8,08 juta ha.
0,13 hektar. Bila diuraikan lebih lanjut atas Adapun penurunan total luas lahan
lahan pertanian, maka untuk lahan sawah pertanian sawah tersebut dapat
rata rata penguasaannya oleh rumah disebabkan oleh alih fungsi lahan
tangga pertanian pengguna lahan sebesar pertanian ke penggunaan nonpertanian
0,24 hektar atau meningkat sekitar 0,17 (konversi lahan).
hektar dibandingkan tahun 2003 yaitu Salah satu standar yang dapat
sebesar 0,07 hektar. Sementara pada dijadikan pedoman pengukuran
lahan bukan sawah rata rata penguasaan ketimpangan luas lahan adalah
oleh rumah tangga pertanian pengguna menggunakan gini indeks (Sumaryanto
lahan sebesar 0,18 hektar atau meningkat dan Pasaribu, 1997). Dengan
sebesar 0,12 hektar dibandingkan tahun menggunakan kriteria yang dikembangkan
2003 yaitu sebesar 0,06 hektar. oleh Oshima (1976), yaitu: (i) jika gini
Sementara pada lahan bukan pertanian, indeks (G < 0,4), maka ketimpangan
penguasaannya relatif stagnan yaitu pada termasuk katagori rendah; (ii) jika
tahun 2003 dan 2013 sebesar 0,02 hektar. (0,4>G>0,5), maka ketimpangan tergolong
Peningkatan rataan penguasaan sedang; dan (iii) jika (G > 0,5), maka
lahan dari tahun 2003 ke 2013 ketimpangan sudah tergolong tinggi.
disebabkan oleh adanya penurunan Berdasarkan hasil analisis diperoleh
rumah tangga petani penguna lahan bahwa gini indeks penguasaan (pemilikan
(sekitar 15,35%), sementara berdasarkan dan penggarapan) lahan sawah di lokasi
data hasil Sensus Pertanian 2013 (BPS, penelitian Provinsi Jawa Barat, secara
2014a), total luas sawah yang dikuasai rataan tahun 2003 dan 2013 berturut-turut
rumah tangga pertanian diperkirakan sebesar 0,53 dan 0,52, seperti disajikan
sekitar 3,15 juta ha pada tahun 2003 dan pada Tabel 3.
sekitar 5,20 juta ha pada tahun 2013.
Akibatnya rataan penguasaan lahan per
rumah tangga mengalami peningkatan.
Namun, jika dibandingkan dengan data
total luas sawah yang diterbitkan dalam
buku “Luas Lahan Menurut
Penggunaannya di Indonesia” (BPS,
2014b), maka hasil Sensus Pertanian
tersebut lebih kecil. Hal ini mengingat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 439


Tabel 3. Gini Indeks (GI) Pemilikan Lahan Sawah dan Kering di Lokasi Penelitian, 2003-
2013
Lahan sawah Lahan kering
No Provinsi/Kabupaten
GI 2003 GI 2013 GI 2003 GI 2013
1 Subang 0,59 0,60 0,70 0,77
2 Garut 0,51 0,49 0,60 0,63
3 Cianjur 0,50 0,48 0,62 0,66
Rataan Jawa Barat 0,53 0,52 0,64 0,69
Sumber: BPS (2003) dan BPS (2013), data diolah.

Berdasarkan kriteria Oshima, maka meningkatkan lahan yang terlantar


tingkat ketimpangan dalam penguasaan menjadi lahan produktif, sehingga dengan
lahan sawah tergolong tinggi. Artinya, lahan yang subur maka masyarakat
dalam perkembangan sepuluh tahun khususnya para petani kembali
terakhir tingkat ketimpangannya bersemangat untuk menggunakan lahan,
cenderung tetap dan tergolong tinggi. sehingga akan mendukung tekad
Sementara pada lahan kering, pemerintah agar pengalihan fungsi lahan
ketimpangan penguasaan lahannya tidak terjadi, dan (3) Dukungan serta
cenderung lebih tinggi lagi dan semakin komitmen dari para pejabat sebagai
meningkat ketimpangannya dari tahun pelaksana, dalam pengendalian alih
2003 (GI=0,64) ke tahun 2013 (GI=0,69). fungsi lahan pertanian secara umum.
Berdasarkan uraian di atas dapat Gini rasio tanah secara nasional
disimpulkan bahwa ketimpangan saat ini (tahun 2014) mencapai 0,72.
penguasaan lahan kering relatif lebih Artinya, terjadi ketimpangan sangat besar
dominan dibandingkan dengan lahan dalam penguasaan lahan. Ketimpangan
sawah. itu lebih buruk daripada ketimpangan
Menurut Putra (2015), dalam rangka pendapatan yang rasio gininya
mengendalikan alih fungsi lahan termasuk 0,41(Kompas.com, 2014). Informasi atas
pada lahan kering sebagai kawasan karakteristik pertanian pada level mikro
pertanian diperlukan kebijakan konkrit yaitu dari lokasi penelitian di Jawa Barat
melalui: (1) Kondisi sosial dan ekonomi dengan lokasi penelitian di Kabupaten
masyarakat, dengan cara memberikan Garut dan Subang disajikan pada Tabel 4.
penyuluhan pertanian dengan tujuan
meningkatkan ekonomi masyarakat, dan
pemberian insentif dan disinsentif bagi
pemilik lahan pertanian pangan
berkelanjutan oleh Pemerintah Daerah
setempat, (2) Dukungan publik guna

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 440


Tabel 4. Kisaran Pemilikan dan Pengusaan Lahan di Lokasi Penelitian Jawa Barat, 2016
Lahan Petani Padi (ha) Lahan Petani Jagung (Ha)
Lokasi Penelitian
Milik garapan Milik garapan
a. Kab. Garut xxx xxx 0,35-0,75 0,35-0,75
b. Kab. Subang 0,1-2 0,14-2,2 xxx xxx
Sumber: Data primer penelitian (2016)

Di Kabupaten Garut dengan sampel Dinamika luas pemilikan dan


komoditas kajian adalah komoditas garapan lahan pertanian pada petani
jagung. Berdasarkan hasil ini, diketahui jagung dan petani padi, di samping
bahwa rata-rata pemilikan lahan pada menunjukan kesamaan penyebab, namun
petani jagung berkisar antara 0,35-0,75 pada masing-masing lokasi juga memiliki
hektar. Karena terjadinya transaksi penyebab unik terjadinya dinamika luas
pemindahan penguasaan lahan sangat pemilikan dan garapan. Misalnya
kecil baik berupa sewa maupun gadai, penyebab terjadinya dinamika pemilikan
sehingga luas penguasaan (garapan dan garapan lahan di Garut dan Subang
lahan) hampir sama dengan luas yaitu terdapatnya fragmentasi lahan, hal
pemilikan lahan, yaitu rata-rata luas lahan ini terjadi karena adanya sistem bagi waris
garapan lahan untuk jagung di Kabupaten lahan dari para orang tuanya. Hal ini
Garut berkisar antara 0,30 - 0,70 hektar menyebabkan terjadinya pemilikan dan
per rumah tangga. garapan lahan yang semakin menyempit
Adapun di Kabupaten Subang hingga setengah atau seperempat dari
dengan sampel komoditas kajian adalah rata-rata pemilikan orang tuanya
komoditas padi, menunjukan bahwa rata- (tergantung jumlah anak). Berdasarkan
rata pemilikan lahan sawah kisarannya pengamatan di lokasi penelitian, diperoleh
lebih tinggi dari pada petani jagung yaitu informasi bahwa kedalaman dan keeratan
berkisar antara 0,10-2,00 hektar. keyakinan pada anak-anak ahli waris
Sementara luas lahan garapan untuk terhadap sistem waris bervariasi antara
tanaman padi di Kabupaten Subang satu dengan lainnya. Sebagian responden
berkisar antara 0,14-2,20 hektar. Hal ini meyakini bahwa lahan waris adalah
menunjukkan bahwa transaksi pusaka, sehingga tidak boleh dijualbelikan
pemindahan luas garapan sawah relatif walaupun kecil. Namun ada sebagian ahli
lebih sering terjadi dibandingkan dengan waris memandang bahwa lahan sempit
transaksi luas garapan pada petani tidak efisien dan dengan melihat ada
Jagung. Adapun transaksi pemindahan kesempatan lain, maka sejalan dengan
lahan garapan sawah untuk padi kemampuan ekonomi kedua belah pihak
umumnya melalui sistem sewa, gadai dan ahli waris yang berpandangan perlunya
sakap.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 441


efisien dan melihat ada kesempatan, dengan implementasi kebijakan
maka mereka akan menjual lahannya. pertanahan yang ada saat ini, seperti
Menurut Sintaningrum (2008), ketentuan tentang kelebihan tanah
bahwa terkait dengan adanya maksimum, kriteria kepadatan penduduk,
ketimpangan struktur penguasaan tanah dan ketentuan tentang tanah absentee.
di Kabupaten Subang dan Garut,
disebabkan adanya permasalahan yang 3.2. Dinamika Struktur Pendapatan
menyebabkan implementasi kebijakan Rumah Tangga Petani

pertanahan yang masih belum berjalan Berdasarkan data SPP BPS 2004
sebagaimana mestinya di kedua daerah (BPS, 2014b) dan ST 2013 (BPS, 2013)
tersebut. Dalam konteks tersebut, diketahui bahwa rataan total pendapatan
permasalahan yang ada mencakup rumah tangga pertanian di Indonesia
tentang pemberlakuan batas kepemilikan mencapai Rp 9,31 juta/tahun pada tahun
tanah maksimum yang harus ditegakkan 2004, dan meningkat menjadi Rp 26,56
kembali agar struktur penguasaan tanah juta/tahun pada tahun 2013. Pada periode
dapat menjadi lebih merata dan adil, dan tersebut terjadi peningkatan pendapatan
ternyata hal itu tidak berjalan sesuai rumah tangga pertanian secara signifikan
peraturan yang ada. Dengan demikian, yaitu sebesar Rp 17,26 juta atau sekitar
maka diperlukan peninjauan kembali 185,45 persen (Tabel 5).
peraturan perundangan yang berkaitan

Tabel 5. Dinamika Ragam Sumber Pendapatan Nominal Rumah Tangga Pertanian, 2004
dan 2013
No. Sumber Pendapatan SPP 2004 ST 2013 Perubahan Perubahan (%)
(Rp/tahun) (Rp/tahun) (Rp/tahun)
1. Usaha Sektor Pertanian 4.105.000 12.413.920 8.308.920 202,41
2. Usaha di luar Sektor 1.536.000 3.574.200 2.038.200 132,70
Pertanian
3. Buruh Pertanian 691.000 1.819.000 1.128.000 163,24
4. Buruh di Luar pertanian 1.581.000 5.483.900 3.902.900 246,86
5. Pendapatan Lainnya 1.392.000 3.270.100 1.878.100 134,92
Total pendapatan 9.305.000 26.561.120 17.256.120 185,45
Sumber: BPS (2014c) dan BPS (2013)

Rataan total pendapatan rumah pendapatan/penerimaan lainnya dan


tangga pertanian di Provinsi Jawa Barat transfer sebesar Rp 3,46 juta, buruh
mencapai Rp 24,76 juta/tahun dimana pertanian sebesar Rp 1,54 juta, dan buruh
sumber pendapatan setahun tersebut di luar pertanian sebesar Rp 5,15
berasal dari usaha sektor pertanian juta.Berdasarkan nilai rataan total
sebesar Rp 10,34 juta, usaha di luar pendapatan rumah tangga pertanian
sektor pertanian sebesar Rp 4,27 juta, tersebut, sebagian besar pendapatannya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 442


disumbang dari kegiatan usaha sektor
pertanian yaitu sebesar 41,77 persen,
kemudian dari kegiatan buruh di luar
sektor pertanian sebesar 20,81 persen,
dan sisanya dari kegiatan usaha lainnya
(Tabel 6).

Tabel 6. Struktur dan Sumber Pendapatan Rumah Tangga Pertanian di Indonesia dan di
Jawa Barat, 2013
Sumber Pendapatan (Rp 000/tahun)
Total
Pendapatan
Usaha di Pendapatan/
Provinsi Usaha di Buruh di Rumahtangga
Luar Penerimaan Buruh
Sektor Luar (Rp 000/tahun)
Sektor Lainnya dan Pertanian
Pertanian Pertanian
Pertanian Transfer
Jawa Barat
a. Pendapatan 10.343,53 4.268,92 3.455,80 1.541,07 5.153,19 24.762,51
b. Persen 41,77 17,24 13,96 6,22 20,81 100,00
Indonesia
a. Pendapatan 12.413,92 3.574,15 3.270,11 1.819,00 5.483,90 26.561,08
b. Persen 46,74 13,46 12,31 6,85 20,65 100,00
Sumber: BPS (2013).

Berdasarkan hasil penelitian kontribusi pendapatan dari kegiatan


Patanas (Susilowati, dkk., 2010) diperoleh berburuh tani serta pertumbuhan
informasi bahwa tingkat pendapatan pendapatan dari usaha pertanian berbasis
rumah tangga per tahun di desa Patanas lahan yang tidak begitu besar.
dengan agroekosistem lahan sawah
berbasis padi pada tahun 2007 berkisar 4. SIMPULAN DAN SARAN
Rp 11,7 juta - Rp 25,9 juta, dan pada 4.1. Simpulan
tahun 2010 berkisar Rp 26,2 juta - Rp (1) Rataan tingkat penguasaan lahan
41,0 juta. Dengan demikian, dalam pertanian oleh rumah tangga
periode tiga tahun (2007–2010) pertanian di Provinsi Jawa Barat
pendapatan rumah tangga secara nominal tahun 2013 sebesar 0,42 hektar atau
di semua lokasi meningkat dengan laju meningkat sekitar 0,29 ha
peningkatan berkisar 58,40–163,33 dibandingkan tahun 2003 yaitu
persen. Peningkatan terbesar terjadi di sebesar 0,13 hektar. Khusus untuk
Sulsel dan terendah di Jawa Barat. Hal ini lahan sawah, rataan penguasaannya
menunjukkan bahwa pangsa pendapatan pada rumah tangga pertanian tahun
dari pertanian masih dominan. Rendahnya 2013 sebesar 0,24 hektar atau
peningkatan pendapatan pertanian di meningkat sekitar 0,17 hektar
Jabar disebabkan oleh menurunnya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 443


dibandingkan tahun 2003 yaitu ini selain untuk menjaga kelestarian
sebesar 0,07 hektar. lahan kering pertanian agar tetap
(2) Rataan penguasaan lahan pertanian sebagai basis penghasil komoditas
di Kabupaten Garut tahun 2016 pertanian, juga agar ketimpangan
dengan sampel petani jagung penguasaan tidak terus semakin
berkisar antara 0,30 - 0,70 hektar per tajam akibat penjualan lahan kering
rumah tangga, dan di Kabupaten yang dipergunakan untuk
Subang dengan sampel petani padi, nonpertanian.
rataan penguasaan (garapan) (2) Struktur pendapatan rumah tangga
berkisar antara 0,14-2,20 hektar. masih didominasi oleh pendapatan
(3) Rataan Gini indeks penguasaan dari pertanian, terutama dari usaha
lahan sawah di lokasi penelitian pertanian berbasis lahan, namun ada
Provinsi Jawa Barat 2003 dan 2013 kecenderungan menurun. Untuk
berturut-turut sebesar 0,53 dan 0,52. meningkatkan pendapatan dari usaha
Artinya, perkembangan tingkat pertanian diperlukan dukungan
ketimpangannya cenderung tetap dan teknologi guna meningkatkan
tergolong tinggi. Sementara pada produktivitas, serta kebijakan harga
lahan kering, ketimpangan yang dapat memberikan keuntungan
penguasaan lahannya bahkan lebih bagi petani.
tinggi lagi dan semakin meningkat 5. DAFTAR PUSTAKA
ketimpangannya dari tahun 2003 Afandi, A.K. 2006. Buku Penunjang
Berpikir Teoritis Merancang
(GI=0,64) ke tahun 2013 (GI=0,69).
Proposal-Pascasarjana IAIN Sunan
(4) Rataan total pendapatan rumah Ampel 2006. Surabaya.
Apriyana, N. 2011.Kebijakan Konversi
tangga pertanian di Jawa Barat
Lahan Pertanian dalam Rangka
mencapai Rp 24,76 juta/tahun, Mempertahankan Ketahanan
Pangan, Studi Kasus di Pulau Jawa,
dimana pendapatan tersebut
Kementerian Perencanaan
sebagian besar disumbang dari Pembangunan Nasional/Bappenas,
Jakarta.
kegiatan usaha sektor pertanian yaitu
Badan Pusat Statistik (BPS). 2003. Data
sebesar 41,77 persen. Hasil Sensus Pertanian 2003. BPS.
Jakarta.

4.2. Saran Badan Pusat Statistik (BPS). 2013.


Sensus Pertanian 2013: Angka
(1) Dalam rangka mempertahankan
Nasional Hasil Pencacahan lengkap.
lahan pertanian secara komprehensif BPS. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014a. Laporan
maka eksistensi lahan kering sebagai
Hasil Sensus Pertanian 2013.
lahan pertanian, secara seimbang Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014b. Luas Lahan
harus dipertahankan sebagaimana
Menurut Penggunaannya di
dipertahankannya lahan sawah. Hal

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 444


Indonesia. Badan Pusat Statistik. Analisis Profitabilitas Usahatani dan
Jakarta. Dinamika Harga dan Upah
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014c. Pertanian. PSE-KP.
Survei Pendapatan Rumah Tangga Putra, R. N. 2015. Implementasi
Usaha Pertanian 2013. Berita Kebijakan Pengendalian Alih Fungsi
Statistik No. 54/07/ Th. XVII, 1 Juli Lahan Pertanian di Kota Batu
2014. Badan Pusat Statistik. Sebagai Kawasan Agropolitan.
Jakarta. Jurnal Kebijakan dan Manajemen
Irawan, E. Husen, Maswar, R.L. Watung, Publik Volume 3 (2), Mei Agustus
dan F. Agus. 2004. Persepsi dan 2015: 71-80.
apresiasi masyarakat terhadap Sintaningrum. Pengaruh Implementasi
multifungsi pertanian: studi kasus di Kebijakan Pertanahan Terhadap
Jawa Barat dan Jawa Tengah. Struktur Penguasaan Tanah dan
Prosiding Seminar Multifungsi Dampaknya Terhadap
Pertanian dan Konservasi Kesejahteraan Petani di Kabupaten
Sumberdaya Lahan, Bogor 18 Garut dan Subang. Jurnal
Desember 2003 dan 7 Januari 2004. Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10,
Pusat Penelitian Tanah dan No. 1, Januari 2008 : 23 – 33.
Agroklimat, Bogor. Sumaryanto dan S. Pasaribu, 1997.
Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah : Struktur Penguasaan Tanah di
Potensi Dampak, Pola Pedesaan Lampung. Studi Kasus di
Pemanfaatannya, dan Faktor Enam Desa. Prosiding Agribisnis:
Determinan. Forum Penelitian Agro- Dinamika Sumberdaya dan
Ekonomi Volume 23 No. 1, Juli Pengembangan Sistem Usaha
2005: 1-18. Pusat Penelitian dan Pertanian. Buku II. PSE. Bogor.
Pengembangan Sosial Ekonomi Susilowati, S.H., Sugiarto, A.K. Zakaria,
Pertanian. Bogor. W. Sudana, H. Supriyadi, Supadi, M.
Kasryno, F., and ARDS/ADB Team. Iqbal, E. Suryani,M. Sukur, dan
2004. Structural Changes in Soentoro. 2000. Studi Dinamika
Agricultural Production and Income Kesempatan Kerja dan
of Rural Households in Indonesia. PendapatanPerdesaan (PATANAS).
Paper presented on January 2004, Pusat Penelitian Sosial Ekonomi
Agency for Agricultural Research Pertanian. Badan Penelitian dan
and Development (AARD), Ministry Pengembangan Pertanian. Bogor.
of Agriculture.
Kompas.com. 2014. Reforma Agraria
Mendesak. http://print.kompas.com
/KOMPAS_ART0000000000000000
005972463. 08 April/2014. Diunduh
24 Juli 2016.
Mudakir, B. 2011. Produktivitas Lahan dan
Distribusi Pendapatan Berdasarkan
Status Penguasaan Lahan Pada
Usahatani Padi (Kasus Di
Kabupaten Kendal Propinsi Jawa
Tengah). Jurnal Dinamika Ekonomi
Pembangunan, Juli 2011, Volume 1
(1): 74- 83.
Nurmanaf, A. R., A. Djulin, Sugiarto,
Supadi, A.K. Zakaria, J. F. Sinuraya,
dan N. K. Agustin. 2005. Makalah
Seminar Hasil Penelitian TA 2005.
Panel Petani Nasional (PATANAS).
Dinamika Sosial Ekonomi Rumah
Tangga dan Masyarakat Perdesaan:

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 445


DISTOPIA PEMBANGUNAN PERTANIAN:
PEMBELAJARAN DARI PROGRAM PERCETAKAN LAHAN SAWAH
(Studi Kasus di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat)

Adi Nugraha, Iwan Setiawan, Yayat Sukayat

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas


Padjadjaran
Email: adi.nugraha@unpad.ac.id

ABSTRAK

Harapan dari pembangunan pertanian selalu didasari pemikiran utopis kapitalis, di mana
pembangunan selalu diarahkan pada tujuan peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan
produktifitas. Upaya peningkatan produktifitas ini pada umumnya diarahkan pada intensifikasi
penggunaan input eksternal dan ekstensifikasi lahan pertanian. Permasalahannya, upaya
pembangunan pertanian tersebut seringkali mengesampingkan aspek keunikan lokal daerah,
sehingga multiplier effect-nya bertolak belakang dengan tujuan dari pembangunan itu sendiri.
Proyek percetakan sawah baru di wilayah Kapuas merupakan salah satu contoh dari kegiatan
ekstensifikasi pertanian yang dilakukan oleh salah satu BUMN. Makalah ini bertujuan untuk
menganalisis tanggapan petani sebagai aktor utama pembangunan pertanian terhadap program
percetakan sawah, yang seringkali diabaikan dalam prosesnya. Penelitian dilakukan dalam
paradigma konstruktifis dengan kerangka deskriptif kualitatif melalui pendekatan actor oriented
approach (AOA), yang menggabungkan teknik fenomenologi dan etnografi dalam pengambilan dan
analisis data. Data diperoleh dari wawancara mendalam yang dilakukan pada aktor-aktor kunci
yang terkait dalam proses perluasan lahan sawah di wilayah Kapuas seperti perwakilan
pemerintah setempat dan BUMN, serta petani penerima program. Hasil analisis menunjukkan
bahwa pengabaian aspek-aspek lokalitas dalam program tersebut telah menyebabkan kegagalan
yang tidak hanya merugikan BUMN sebagai investor, tetapi juga masyarakat penerima program.
Pelajaran yang dapat diambil dari kasus ini adalah sebaiknya pengampu program
mempertimbangkan kesesuaian aspek lokalitas (sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lingkungan)
dalam perencanaan program sehingga investasi dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.

Kata kunci: pembangunan pertanian, respon petani, lokalitas, aktor

1. PENDAHULUAN seringkali mengalami paradoks,


Pertanian merupakan sumber khususnya yang berkaitan dengan
mata pencaharian yang membentuk pemilihan prioritas sektor tertentu.
siklus pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan penduduk tidak hanya
mendasar di seluruh wilayah memengaruhi dunia pertanian melalui
Indonesia. Walaupun demikan, peningkatan jumlah konsumsi, tetapi
pertanian di Indonesia lambat laun juga melalui aspek lain seperti
bergeser dikarenakan pembangunan peningkatan kebutuhan akan wilayah
di sektor lainnya. Tujuan akhir dari tempat tinggal dan pertumbuhan
pembangunan pada dasarnya adalah sektor industri. Kondisi ini tentu saja
untuk meningkatkan kesejahteraan mengancam pertanian di Indonesia,
dan taraf hidup masyarakat. Hanya khususnya melalui penurunan lahan
saja pada prosesnya, pembangunan dan tenaga kerja tani yang diakibatkan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 446


oleh tingginya tingkat peralihan lahan tersebut telah berhasil menghantarkan
pertanian menjadi non-pertanian dan Indonesia meraih ketahanan pangan
modernisasi yang mereduksi minat nasional melalui peningkatan produksi
generasi muda terhadap pertanian. pangan yang signifikan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Walaupun demikian, disadari
paradigm tersebut mulai memengaruhi atau tidak, multiflier effect dari
arah pembangunan pertanian pembangunan pertanian yang
Indonesia melalui revolusi hijau, di berdasar pada pemikiran utopis
mana pembangunan dilaksaksanakan kapitalis ini telah menggeser norma,
dengan menerapkan paket yang budaya dan nilai dari kegiatan
dihasilkan oleh pihak eksternal pertanian yang komunal menjadi
(laboratorium, perusahaan, akademisi, transaksional. Hal ini secara perlahan
dan lain-lain). Paket ini pada umumnya telah menyebabkan berbagai
menyarankan penggunaan input permasalahan dalam dunia pertanian,
pertanian eksternal dan ekstensifikasi seperti ketergantungan petani
lahan yang dipercaya mampu terhadap pasar (input dan output),
meningkatkan produktifitas lahan tani. pengetahuan eksternal, hingga kepada
Harus diakui bahwa revolusi hijau, hilangnya aspek lokalitas. Sayangnya,
walau bagaimanapun, pernah kondisi ini diperparah dengan
mencapai titik keberhasilannya. penerapan paradigma pembangunan
Selama periode revolusi hijau, pertanian yang didominasi oleh
Indonesia mengalami peningkatan pemikiran kapitalis, di mana
luas lahan, tenaga kerja, dan input peningkatan kesejahteraan petani
pertanian (Nugraha, 2015). Luas lahan selalu diidentikan dengan peningkatan
mengalami peningkatan dengan rata- produksi melalui perluasan lahan dan
rata laju 1,4% per tahun, khususnya di penggunaan input pertanian eksternal.
daerah Kalimantan, Sumatra dan Kegagalan demi kegagalan di tingkat
Sulawesi (van der Eng, 1994). mikro selalu ditutupi oleh
Penggunaan pupuk dan bibit unggul ‘keberhasilan’ di tingkat makro yang
meningkat dengan laju rata-rata 11% ditunjukkan melalui data statistik,
selama periode 1961-1980, serta padahal kondisi di tingkat mikro
subsidi pemerintah untuk agro-input merupakan cerminan nyata
diterapkan (Mundlak, Larson, & keberhasilan pembangunan pertanian.
Butzer, 2004). Semua stimulus

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 447


Pengabaian terhadap kondisi dan juga kondisi sosial, ekonomi dan
potensi respons di tingkat mikro budaya masyarakat setempat.
terhadap kebijakan maupun program Studi di laksanakan di Kabupaten
yang dijalankan oleh para Kapuas, Kalimantan Barat, yang
pengampunya merupakan fenomena merupakan salah satu lokasi
yang lazim dalam pembangunan percetakan sawah baru dengan target
dengan paradigma tersebut. Hal ini seluas 10.000 hektar. Dalam artikel ini
diungkapkan oleh Hebinck dan Ploeg akan dibahas bagaimana tujuan
(1997) dalam gagasan mereka pembangunan pertanian yang ingin
mengenai hubungan antara kondisi mencapai swasembada pangan
makro dan mikro dalam pembangunan melalui perluasan areal sawah dengan
pertanian. Untuk kasus di Indonesia, tujuan meningkatkan produksi dan
MacRae (2011) menggambarkan kesejahteraan masyarakat, malah
dengan jelas bagaimana pengabaian berdampak negatif terhadap
terhadap dinamika di tingkat mikro lingkungan dan masyarakat. Kajian
menjadi salah satu faktor utama akan difokuskan pada perspektif dari
penyebab kegagalan program pelaku-pelaku yang terlibat dalam
peningkatan produksi padi di Bali. program ini (petani, pemerintah,
Kajian evaluasi kegagalan suatu penyuluh, BUMN, akademisi). Artikel
program telah banyak dilakukan. ini tidak ditujukan sebatas untuk
Walaupun demikian, kajian ilmiah yang mengkritisi proses dan paradigma
mengangkat pentingnya peran kondisi pembangunan pertanian dalam kasus
tingkat mikro masih minim. Sebagian tersebut, tetapi ingin memberikan
besar kajian evaluasi tersebut masih kontribusi berupa pembelajaran dan
berbasis data kuantitatif yang kritik konstruktif untuk penyusunan
kedalaman informasinya terbatas. program di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, artikel ini
bertujuan untuk menggambarkan 2. METODE PENELITIAN
bagaimana suatu program yang besar Penelitian ini merupakan studi
tidak mampu mencapai targetnya kasus dengan pendekatan observasi
ketika aspek-aspek mikro diabaikan partisipan yang memudahkan proses
dalam pelaksanaannya. Aspek mikro identifikasi pengetahuan/pemikiran
ini tidak hanya terkait dengan yang tertanam dalam kegiatan dan
karakteristik lingkungan lokasi, tetapi budaya masyarakat lokal. Teori Actor

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 448


Oriented Approach (Long, 2001) juga agrokimia memiliki misi salah satunya
digunakan untuk mendapatkan proses mendukung program pemerintah
pengambilan keputusan dari perspektif dalam rangka mengingkatkan
pelaku. Actor Oriented Approach ketahanan pangan nasional. Salah
(AOA) mengembangkan teori agensi satu langkah konkret yang telah
(Giddens, 1976) berdasarkan dilakukan BUMN ini dalam
kapasitas aktor dalam memroses dan mewujudkan misi tersebut adalah
berperilaku dengan lingkungan serta dengan menjadi salah satu operator
pengalaman/pengetahuan aktor lain Gerakan Peningkatan Produksi
dengan cara yang beragam, Pangan berbasis Korporasi (GP3K).
menyesuaikan dengan prioritas, Khusus untuk program ekstensifikasi
tujuan, dan keadaan/kondisi aktor diarahkan untuk dilakukan di luar
tersebut (Long, 2001). “AOA bertujuan Pulau Jawa, salah satunya adalah di
untuk memahami petani, dari mulai Kabupaten Kapuas, Provinsi
perilaku bertani hingga keterkaitan Kalimantan Barat yang diperkirakan
antar pelaku ‘dalam konteks yang memiliki potensi yang besar untuk
mereka alami/jalani’” (Rhoades, 1984 lahan pertanian. Hal ini juga sejalan
p. 40-41). Dalam konteks ini, “metode dengan Pencanangan Pemerintah
actor oriented, seperti yang dijelaskan mencetak jutaan hektar lahan sebagai
Long, sangat berguna dalam Lumbung Pangan Nasional.
mendapatkan infomasi spesifik terkait Pembelajaran dari kegagalan
dengan aktifitas pertanian” (Hebinck & program ini dapat ditelusuri dari kajian
Ploeg, 1997 p.204). kelayakan sosial ekonomi dan
kelembagaan yang dianalisis secara
3. HASIL DAN PEMBAHASAN kualitatif (terutama untuk aspek sosial
Proyek percetakan sawah yang dan kelembagaan) maupun analisis
dilaksanakan di Kabupaten Kapuas, kuantitatif (terutama untuk aspek
Kalimantan Barat telah berjalan ekonomi dan bisnis). Termasuk dalam
selama 3 tahun. Tujuannya adalah analisis kelayakan sosial adalah
meningkatkan produksi pangan (dalam ketersediaan sumberdaya manusia
kasus ini beras) melalui percetakan petani (baik kondisi eksisting, maupun
sawah baru di beberapa kabupaten. regenerasinya untuk jangka panjang),
Salah satu BUMN yang bergerak di ketersediaan tenaga kerja atau buruh
bidang industri pupuk, kimia dan tani (baik laki-laki maupun perempuan,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 449


termasuk curahan waktu kerja, upah demikian, keuntungan spasial ini tidak
buruh tani, akses buruh tani dan bisa dijadikan satu-satunya acuan
perilaku buruh tani), kelayakan budaya dalam program percetakan lahan
(termasuk budaya tani, daya dukung sawah. Kecocokan lingkungan
adat istiadat, budaya lokal, kebiasaan merupakan salah satu faktor
masyarakat, pola usahatani dan terpenting yang dapat mendukung
lainnya), kelayakan kelembagaan (baik kesuksesan suatu program
kelembagaan sebagai institusi maupun pembukaan lahan baru. Aspek
aturan main, baik kelembagaan kecocokan lingkungan ini tidak hanya
usahatani atau kelembagaan petani, sebatas kondisi eksisting lingkungan
kelembagaan penyediaan input, tersebut, tetapi juga potensi
kelembagaan lahan, kelembagaan air, responsiveness terhadap
kelembagaan pengolahan dan pasar), kemungkinan rekayasa yang akan
kelayakan modal sosial (baik norma, dilakukan. Responsiveness ini
trust, networking, kolaborasi, menentukan laju perubahan dari
recyprocal, partisipasi), kelayakan kondisi eksisting ke kondisi yang
hukum atau aspek legal (baik aspek diinginkan melalui rekayasa tertentu
legal lahan, kelompok, institusi bisnis), yang nantinya terkait dengan
kelayakan inovasi (inovasi usahatani, kelayakan ekonomi suatu program.
kelembagaan, pengolahan hasil,
3.1.Aspek Sosial
pemasaran, input dan lainnya), dan
Kelayakan Sosial merupakan
kelayakan keberlanjutan sosial
faktor yang penting sebagai penentu
(terutama terkait dengan implementasi
keberhasilan suatu program. Secara
pertanian berkelanjutan).
sosial, masyarakat di Kabupaten
Secara spasial Kabupaten
Kapuas, khususnya yang berdomisili
Kapuas sangat strategis untuk
dan terlibat dalam program percetakan
pengembangan lahan sawah. Wilayah
sawah, masih dalam tahap
ini tidak hanya didukung oleh bentang
penyesuaian perilaku dan praksis
lahan yang luas, tetapi juga lokasi
pertanian. Program sudah berjalan
yang dekat dengan wilayah yang
selama 3 tahun, tetapi paket teknologi
disebut sebagai lumbung padi propinsi
dan pengetahuan yang dibawa serta
sehingga menjadi keuntungan
oleh program ini dirasakan kurang
kompetitif khususnya terkait dengan
diminati oleh penduduk lokal. Sebagai
akses pemasaran. Walaupun

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 450


contoh, dalam pemilihan varietas saja, secara modal maupun berbasis
sudah ditemukan kontradiksi di komunitas. Secara riil, kualitas dan
lapangan. Masyarakat sebetulnya kuantitas petani tidak sebanding
memilih untuk menanam varietas lokal, dengan luas lahan yang ada. Jika
dikarenakan kecocokan dengan lahan-lahan pribadi petani saja tidak
lingkungan dan pola sosial yang lebih semuanya tergarap dan yang tergarap
tinggi dibandingkan dengan varietas pun tidak optimal, apalagi untuk
unggul yang tergolong baru. terlibat dalam investasi berbasis
Secara umum, masyarakat komunitas. Padahal, dengan
sangat menerima dan mengharapkan karakteristik lahan yang kedalamannya
program ini terus berjalan. Tetapi hal cukup bervariasi, proses
ini lebih dikarenakan karena pengelolaannya masih tetap butuh
masyarakat mendapatkan pemasukan keterlibatan petani. Secara sosio-
yang lebih pasti dari upah yang psikologis, kondisi SDM petani
diberikan oleh PT. Pupuk Indonesia didominasi oleh kelompok usia tua
secara reguler, serta multiflier effect (aging), sehingga tidak menunjang
yang menciptakan roda ekonomi baru untuk investasi pangan yang intensif
di wilayah tersebut. Walaupun dan transportatif. Hasil wawancara
demikian, bila dilihat dari perspektif dengan petani mengungkap bahwa
perusahaan yang bersifat profit regenerasi petani tidak berjalan dalam
oriented, hal ini menjadi beban biaya rumah tangga petani, karena anak-
yang harus diperhatikan. Selain itu, anak petani lebih memilih sektor non
budaya tani tradisional setempat pertanian yang lebih menjanjikan,
masih menjadi acuan petani dalam sehingga dalam waktu 10-15 tahun ke
melakukan usahatani sehingga depan akan terjadi penurunan angka
menjadi hambatan dalam proses petani. Artinya, secara sosial,
diseminasi teknologi eksternal. ekstensifikasi pangan berbasis
komunitas sulit untuk direalisasikan di
3.2.SDM Petani
Kecamatan Muara Pawan.
Secara kuantitas maupun
Kabupaten Kapuas secara umum
kualitas, sumberdaya manusia petani
memiliki sumberdaya manusia petani
di zona agroekosistem Kabupaten
yang baik untuk kondisi lokal
Kapuas tidak memadai untuk
spesifiknya. Dalam kata lain, apabila
mendukung investasi pangan, baik
dilihat dari perspektif lokalitasnya,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 451


mereka memiliki kualitas sumberdaya penanaman metode tradisional
yang baik, tetapi apabila dilihat dari dilakukan dalam tiga tahap (tebar,
perspektif adaptasi budaya, deder, tanam).
pengetahuan, dan teknologi eksternal
3.3.Kelembagaan
yang dibawa serta oleh program
Kondisi kelembagaan petani,
percetakan sawah maka sumberdaya
penyedia input, lahan, air dan pasar
manusia Kabupaten Kapuas kurang
belum menunjang penerapan model
memadai. Hal ini terkait dengan rata-
investasi berbasis komunitas. Secara
rata tingkat pendidikan dan
riil, kelompok tani, koperasi dan
tradisi/budaya masyarakat sekitar
BUMDes sudah ada, tetapi hanya
yang sangat menentukan perilaku dan
sedikit yang eksis. Hanya
gaya bertani masyarakat sekitar.
kelembagaan petani yang relatif eksis
Budaya tani masyarakat yang
(dan sebagian besar hanya tinggal
tradisional bukan hanya disesuaikan
nama), sedangkan kelembagaan
dengan kondisi lingkungan yang
penyedia input tidak ada (karena
rentan terhadap kekeringan di musim
petani tidak menggunakan pupuk),
kemarau dan banjir di musim hujan,
kelembagaan pengelolaan air (seperti
tetapi juga dipengaruhi oleh varietas
P3A) juga tidak ada, kelembagaan
padi lokal yang berumur panjang,
pengolahan ada (seperti
mulai dari padi yang berumur 6 bulan
penggilingan), tetapi kelembagaan
sampai yang berumur 9 bulan. Secara
pasar pangan tidak ada (karena
teknis, budaya tani masyarakat yang
sebagian besar petani hanya
tradisional menggunakan teknologi
melakukan usahatani subsistensi).
budidaya yang sangat sederhana,
Lemahnya kelembagaan atau
selain tidak melakukan pengolahan
komunitas petani akan menjadi
lahan, hanya mengendalikan gulma
hambatan bagi perusahaan untuk
dengan herbisida, juga tidak
melakukan investasi berbasis
melakukan pemeliharaan dan
komunitas, sehingga peluang untuk
pemupukan. Setelah tanaman
memperluas areal tanam hanya akan
berumur satu bulan di persemaian, lalu
menambah beban perusahaan.
benih dipindah dengan ukuran seikat
Secara riil, para petani, pengelola
(deder), setelah itu lalu lahan ditugal
kelompok dan pihak desa, sangat
dan ditanami dengan serumpun bibit
menyambut investasi, tetapi mereka
(5-12 batang bibit). Proses

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 452


hanya mau menyerahkan lahannya kelembagaan (institution). Padahal,
untuk diolah oleh perusahaan melalui kelembagaan merupakan modal dasar
pola bagi hasil (80 persen bagian untuk mewujudkan investasi pangan
perusahaan: 20 persen bagian petani). berbasis komunitas. Oleh karena itu,
Bagi petani jelas sangat meskipun masyarakat kaya akan
menguntungkan, karena lahan yang modal sosial lokal, tetapi tidak
diserahkan kepada perusahaan adalah menunjang berjalannya investasi
lahan yang selama ini tidak terolah. ekstensifikasi. Secara sosial,
Bagi petani, mendapatkan 1 masyarakat mengatakan bahwa
ton/ha/tahun sudah lebih dari cukup “keterlibatan institusi formal dari mulai
untuk memenuhi kebutuhan setahun, tingkat desa sampai provinsi dalam
bahkan bisa untuk memenuhi program ekstensifikasi, sejatinya tidak
kebutuhan selama dua tahun. kondusif terhadap investasi pangan”.
Persoalannya, bagi perusahaan,
investasi berbasis komunitas yang 4. SIMPULAN DAN SARAN
tanpa partisipasi komunitas, hanya 4.1. Simpulan
menambah ongkos produksi. Apalagi Proses diseminasi merupakan
dengan kondisi lahan petani yang juga proses yang paling penting dalam
sangat bervariasi kesuburan dan difusi suatu inovasi atau teknologi
kedalamannya. Artinya, secara dalam rangka merubah perilaku
kelembagaan investasi pangan tidak petani. Meskipun demikian, dalam
layak, karena tidak ditunjang dengan kasus ini proses diseminasi masih
komunitas petani, penyedia input, belum optimal. Program-program
pengolahan dan pasar. eksternal diperkenalkan dengan cara
Masyarakat yang relatif kental yang sama, berdasarkan jangka waktu
dengan budaya tani tradisional, sarat berjalannya suatu program, tanpa ada
dengan tradisi, norma, saling percaya proses yang berkelanjutan yang
dan aneka kerja sama (termasuk mempertimbangkan pola pikir dan pola
arisan tenaga dalam kegiatan hidup petani.
penanaman dan panen). Akibatnya, pelaksanaan tidak
Persoalannya, modal sosial berjalan dengan optimal sehingga
masyarakat petani tidak kondusif menciptakan suatu kondisi yang
terhadap investasi. Aspek modal sosial bertolak belakang dengan tujuan awal
masyarakat yang paling lemah adalah dari program tersebut. Dalam kasus

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 453


ini, kurang optimalnya perencanaan seringkali terabaikan. Pembangunan
dan studi awal menjadi salah satu pertanian sebaiknya dilaksanakan
penyebab utama kegagalan program secara menyeluruh dan berkelanjutan,
ini. Ketidakcocokan aspek-aspek tidak terbatas oleh jangka waktu
spesifik lokal yang baru teridentifikasi program. Dengan demikian, proses
pada tahun ke tiga merupakan diseminasi dan difusi dapat terawasi
lemahnya monitoring para pengampu dan terus ditingkatkan hingga titik di
program tersebut. Tidak terhitung mana petani secara sadar merubah
seberapa besar sumberdaya yang sia- perilakunya sesuai dengan target yang
sia, tidak hanya materiil, tetapi juga diharapkan.
kesempatan dan potensi lokal yang
tereduksi oleh ambisi program ini. 5. DAFTAR PUSTAKA
sertifikasi organik pun tidak Booth, A. (1989). Indonesian agricultural
development in comparative
berpengaruh, karena kebun yang perspective. World Development, 17(8),
1235–1254. doi:10.1016/0305-
disertifikasi merupakan kebun organik 750X(89)90235-0
Eng, P. Van Der. (1994). Development of
sedangkan pasokan barang tidak seed-fertilizer technology in Indonesian
semua berasal dari kebun tersebut, rice agriculture. Agricultural History,
68(1), 20–53.
tetapi sebagian berasal dari kebun Giddens, A. (1976). New rules of sociological
method: a positive critique of
petani mitra. interpretative sociologies.
Hebinck, P., & Ploeg, J. Van der. (1997).
Dynamics of agricultural production. An
4.2.Saran analysis of micro-macro linkages.
Routledge: London.
Harus disadari bahwa tidak Long, N. (2001). Development sociology: actor
optimalnya tahap perencanaan dan perspectives. Development. Assen van
Gorcum: Wageningen.
pelaksanaan program tersebut dapat Mundlak, Y., Larson, D., & Butzer, R. (2004).
Agricultural dynamics in Thailand,
juga disebabkan oleh pola Indonesia and the Philippines.
Australian Journal of Agricultural and
pembangunan yang berbasis project. Resource Economics, 48(1), 95–126.
Nugraha, A. (2015). Bhinéka: An ethnography
Pola seperti itu pada umumnya study of farming style in Gianyar , Bali ,
memiliki jadwal dan tenggat waktu Indonesia. Wageningen University
Library: Wageningen.
yang tidak mempertimbangkan situasi
langsung di lapangan, sehingga
dinamika dan potensi hambatan
kurang teridentifikasi. Hal ini tentu saja
berujung pada proses yang tergesa-
gesa, sehingga faktor-faktor utama

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 454


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PETANI
TERHADAP RISIKO USAHATANI TEMBAKAU DI KECAMATAN NGLUWAR
KABUPATEN MAGELANG

Among Wibowo1), Juarini2), Ni Made Suyastiri, YP2)


1)
Staf Dinas Pertanian dan Pangan Kota Magelang
2)
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Yogyakarta
Jl. SWK 104 Lingkar Utara Condong Catur, Yogyakarta 55283
Email: juarini_ma@yahoo.com

ABSTRAK

Komoditas tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan utama yang memiliki nilai
ekonomi tinggi dan sangat penting di Indonesia karena peranannya sebagai bahan baku industri
rokok kretek nasional. Namun demikian, usahatani tembakau cenderung bersifat spekulatif
(spekulasi tinggi) karena seringkali menghadapi sejumlah risiko usahatani, antara lain risiko
produksi dan risiko harga, di samping kendala kondisi cuaca ekstrim dan praktik monopoli
pembelian oleh perusahaan/agen-agen tembakau. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1)
Menganalisis perilaku petani terhadap risiko usahatani tembakau, dan (2) Menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku petani terhadap risiko usahatani tembakau. Penelitian
dilaksanakan dengan menggunakan metode survei dengan teknik pengumpulan data
menggunakan wawancara, observasi dan pencatatan. Lokasi penelitian ditentukan secara purposif
Kecamatan Ngluwar Kabupaten Magelang. Metode pengambilan sampel menggunakan
Proporsional Stratified Random Sampling berdasarkan status lahan yang dikelola. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Fungsi Utilitas Kuadratik dan Regresi Linier
Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Perilaku petani terhadap risiko usahatani
tembakau sebagian besar (92,86 %) berani terhadap risiko (risk taker), dan (2) Perilaku petani
terhadap risiko usahatani tembakau dipengaruhi oleh luas lahan yang dikelola, bahan baku
tembakau basah dan harga tembakau rajangan kering.

Kata kunci: perilaku petani, faktor perilaku petani, risiko usahatani tembakau

1. PENDAHULUAN Demikian pula dalam pengelolaan


Komoditas tembakau merupakan tanaman tembakau hingga menjadi
salah satu komoditas perkebunan utama produk daun tembakau rajangan kering
yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan seringkali menghadapi sejumlah risiko
sangat penting di Indonesia karena usahatani, antara lain risiko produksi dan
peranannya sebagai bahan baku industri risiko harga, di samping kendala kondisi
rokok kretek nasional. Namun demikian, cuaca ekstrim dan praktik monopoli
usahatani tembakau cenderung bersifat pembelian oleh perusahaan/agen-agen
spekulatif (spekulasi tinggi). Di sektor tembakau. Praktik monopoli pembelian
pertanian, setiap aktivitas proses produksi hasil tembakau oleh perusahaan/agen-
selalu dihadapkan pada situasi agen tembakau menyebabkan posisi
ketidakpastian. Sumber ketidakpastian tawar petani relatif rendah. Seringkali
yang penting di sektor pertanian adalah petani tidak memiliki banyak pilihan lokasi
fluktuasi hasil pertanian dan fluktuasi penjualan tembakaunya sehingga
harga (Soekartawi, 1990). dihadapkan pada permainan harga

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 455


tembakau oleh perusahaan maupun agen- tembakau rajangan kering yang
agen/tengkulak tembakau yang sangat berkualitas tinggi. Tembakau Magelang
merugikan. (tembakau Temanggungan) dikenal
Perilaku petani terhadap risiko sebagai tembakau ”nasi” berkualitas
usahatani dapat dikategorikan dalam tiga tinggi. Tembakau Magelang banyak
kelompok, yaitu perilaku menghindari digunakan sebagai campuran bagi
risiko produksi (risk aversion), netral tembakau ”lauk” dari Temanggung dan
terhadap risiko produksi (risk neutral), dan Madura dalam pembuatan rokok kretek.
perilaku berani mengambil risiko produksi Produksi tembakau rajangan rakyat
(risk taker) (Ellis, 1988; Kumbhakar dan di Kabupaten Magelang tersebar di 19
Lovell, 2000; Kumbhakar, 2002). kecamatan. Salah satu sentra produksi
Pilihan/preferensi perilaku petani terhadap terbesar yang menyokong produksi
risiko usahatani tersebut dapat tembakau rajangan di Kabupaten
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara Magelang untuk dataran rendah adalah
lain umur petani, luas lahan yang dikelola, Kecamatan Ngluwar. Luas areal potensial
pengalaman petani, bahan baku, jumlah penanaman tembakau di kecamatan
anggota rumah tangga, harga dan Ngluwar mencapai lebih dari 500 ha per
ketersediaan uang tunai. tahun dan melibatkan sekitar 700-800
Sebagai salah satu daerah keluarga petani (Tabel 1).
penanaman tembakau rakyat di
Indonesia, Kabupaten Magelang sangat
potensial menjadi sentra produksi

Tabel 1. Luas Areal Tanam dan Produksi Tembakau Rajangan Kering di Kecamatan
Ngluwar Tahun 2010-2014
Tahun Luas Areal Tanam (ha) Jumlah Produksi (ton)
2010 189 85,00
2011 552 327,30
2012 434 227,60
2013 419 217,00
2014 498 321,00
Sumber : Distanbunhut Magelang (2015)

Luas areal tanam dan produksi maupun lahan sewa, meskipun


tembakau di Kecamatan Ngluwar fluktuatif menghadapi risiko usahatani baik risiko
dari tahun 2010-2014. Namun demikian, produksi maupun risiko harga. Dalam hal
para petani tembakau di Kecamatan ini petani hanya berperan sebagai
Ngluwar setiap musim tanam tetap penerima harga (price taker), bukan
bersemangat mengusahakan komoditas sebagai penentu harga (price maker)
tembakau, baik di lahan milik sendiri sehingga posisi tawar petani rendah.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 456


Oleh karena itu, melalui penelitian Juarini, 2003; Sabrani, 1989) sebagai
ini peneliti ingin mengetahui perilaku berikut:
petani terhadap risiko usahatani tembakau U = ɤ0 + ɤ 1M + ɤ 2M2
dan faktor-faktor yang mempengaruhi Keterangan:
perilaku petani terhadap risiko usahatani U = nilai utilitas (util)
M = penerimaan yang diperoleh pada
tembakau. titik keseimbangan alternatif pilihan
yang diajukan
ɤ2 = koefisien risk preference
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan Analisis faktor-faktor yang

adalah metode survei dengan teknik mempengaruhi perilaku petani terhadap

pengambilan data melalui wawancara, risiko dengan menggunakan model

observasi dan pencatatan. Lokasi persamaan regresi linier berganda:

penelitian dipilih secara sengaja Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5

(purposive) di Kecamatan Ngluwar + b6X6 + b7X7 + µ

Kabupaten Magelang dengan Keterangan :


Y = perilaku petani terhadap risiko
pertimbangan bahwa Kecamatan Ngluwar usahatani (koefisien risk
merupakan salah satu sentra produksi preference/ɤ2)
X1 = umur petani (tahun)
tembakau rajangan terbesar dengan X2 = luas lahan yang dikelola (ha)
jumlah petani terbanyak (794 orang) X3 = pengalaman petani (tahun)
X4 = jumlah anggota rumah tangga
dengan luas tanam mencapai lebih dari (jiwa)
500 ha/musim tanam. X5 = bahan baku (kg)
X6 = harga (Rp/kg)
Pengambilan responden dilakukan X7 = ketersediaan uang tunai (Rp)
dengan menggunakan Proportional b0 = intersep
bi = koefisien regresi
Stratified Random Sampling berdasarkan µ = variabel pengganggu
status lahan yang dikelola. Populasi
petani tembakau rajangan dikelompokkan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
menurut status lahan yang dikelola, yaitu 3.1. Analisis Perilaku Petani terhadap
milik sendiri sebanyak 79 orang dan sewa Risiko Usahatani Tembakau
Perilaku petani terhadap risiko
sebanyak 45 orang. Jumlah responden
usahatani tembakau dianalisis dengan
sebanyak 56 sampel yang terbagi menjadi
menggunakan pendekatan Model Fungsi
dua, yaitu 36 orang petani yang memiliki
Utilitas. Analisis perilaku petani terhadap
lahan sendiri dan 20 orang petani yang
risiko ini dinamakan koefisien risk
menyewa lahan.
preference. Berikut hasil rekapitulasi olah
Perilaku petani terhadap risiko
data koefisien risk preference petani
dianalisis dengan menggunakan
tembakau di Kecamatan Ngluwar
pendekatan Model Fungsi Utilitas
Kabupaten Magelang.
Kuadratik (Officer dan Halter dalam

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 457


Tabel 2. Perilaku Petani terhadap Risiko Usahatani Tembakau
No Perilaku Petani Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1. Enggan Risiko (Risk Aversion) 4 7,14
2. Netral (Neutral) 0 0,00
3. Berani Risiko (Risk Taker) 52 92,86
Total 56 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2016

Berdasarkan hasil perhitungan monopoli pembelian tembakau oleh


koefisien risk preference (Ɣ2), maka jumlah perusahaan maupun agen/tengkulak
petani yang dikategorikan berani risiko tembakau. Selain itu, data penelitian
sebanyak 52 jiwa (92,86%), sedangkan hanya berasal dari satu musim tanam
jumlah petani yang enggan risiko saja, sehingga tidak dapat
sebanyak 4 jiwa (7,14%). Dapat membandingkan pengaruh cuaca (curah
disimpulkan bahwa mayoritas petani hujan) ekstrim pada beberapa musim
tembakau di kecamatan Ngluwar tanam tembakau (minimal 3 tahun) dan
Kabupaten Magelang cenderung berani tendensi praktik monopoli pembelian
mengambil risiko (risk taker). tembakau.
Fenomena high risk high return tidak
terjadi sebagaimana teori bahwa 3.2. Analisis Faktor-faktor yang
tembakau adalah komoditas yang Mempengaruhi Perilaku Petani
terhadap Risiko Usahatani
menghasilkan penerimaan usahatani
Tembakau
tinggi dengan risiko usahatani yang tinggi Analisis faktor-faktor yang
pula (high risk high return). Kondisi ini mempengaruhi perilaku petani terhadap
diduga sebagai dampak tingginya risiko usahatani tembakau menggunakan
pengaruh cuaca (curah hujan) dan praktik analisis regresi linier berganda (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Petani Terhadap Risiko
Usahatani Tembakau
Koefisien Regresi Deviasi Standart Error t-hitung sig
Variabel
Konstanta -3,052 1,512 -2,018 0,049
X1 0,004 0,019 0,227 0,822
X2 -1,460 0,618 -2,361 0,022
X3 -0,018 0,021 -0,868 0,390
X4 0,056 0,080 0,702 0,486
X5 0,0001 0,000 2,350 0,023
X6 4,47E-005 0,000 2,081 0,043
X7 -2,16E-009 0,000 -0,197 0,844
R2 :
0,269
2 :
Adj. R 0,162
F-statistik : 2,521, sig. 0,027.
N : 56
Sumber : Data Primer Diolah, 2016

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 458


Tabel 3 menunjukkan bahwa lahan yang dikelola (X2), bahan baku (X5)
Adjusted R Square sebesar 0,162, artinya dan harga tembakau kering (X6)
variabel dependen (Y) dalam model yaitu berpengaruh terhadap perilaku petani
risk preference (Ɣ2) dapat dijelaskan oleh terhadap risiko usahatani tembakau. Pola
variabel independen (X) yaitu umur petani hubungan variabel independent yang
(X1), luas lahan yang dikelola (X2), berpengaruh terhadap perilaku petani
pengalaman petani (X3), jumlah anggota yaitu semakin luas lahan yang dikelola
rumah tangga (X4), bahan baku (X5), (X2), maka petani semakin enggan
harga (X6), dan ketersediaan uang tunai terhadap risiko usahatani; semakin
(X7) sebesar 16,2%, sedangkan sisanya banyak bahan baku (X5), maka petani
sebesar 83,8% dijelaskan oleh variabel semakin berani terhadap risiko usahatani;
lain di luar model. Diduga variabel di luar dan semakin tinggi harga (X6), maka
model yang banyak mempengaruhi petani semakin berani terhadap risiko
adalah kondisi cuaca ekstrim pada saat usahatani. Petani yang memiliki luas
usahatani tembakau dilaksanakan dan lahan yang dikelola banyak cenderung
praktik monopoli pembelian oleh enggan terhadap risiko karena bila sampai
perusahaan maupun agen/tengkulak terjadi kerugian usahatani maka
tembakau. Kondisi cuaca secara umum dampaknya lebih besar daripada dampak
sangat mempengaruhi fluktuasi harga keuntungan usahatani yang akan
tembakau rajangan petani. Tahun 2015 diperolehnya. Sebaliknya banyaknya
kondisi cuaca di kecamatan Ngluwar bagi bahan baku dan harga yang
usahatani tembakau cenderung menguntungkan/kompetitif akan
merugikan karena intensitas hujan cukup meningkatkan keberanian petani dalam
tinggi pada saat pertanaman maupun mengambil risiko usahatani. Bahan baku
prosesing hasil tembakau. Selain itu yang melimpah dan kondisi harga yang
masih terjadinya monopoli pembelian kompetitif (cuaca mendukung)
tembakau sehingga nilai tawar petani memberikan potensi penerimaan yang
relatif rendah. besar bagi petani.
Berdasarkan hasil uji F, ketujuh
variabel independent umur petani (X1), 4. SIMPULAN DAN SARAN
luas lahan yang dikelola (X2), pengalaman
4.1. Simpulan
petani (X3), jumlah anggota rumah tangga
(X4), bahan baku (X5), harga (X6), dan (1) Perilaku petani terhadap risiko
ketersediaan uang tunai (X7), berpengaruh usahatani tembakau di Kecamatan
secara simultan sama terhadap variabel Ngluwar Kabupaten Magelang
dependent (perilaku petani terhadap sebagian besar (92,86 %) berani
risiko). Hasil uji t menunjukkan bahwa luas terhadap risiko (risk taker).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 459


(2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Sabrani, M., 1989. Perilaku Petani Ternak
Domba dalam Alokasi Sumber
perilaku petani terhadap risiko Daya, Yogyakarta, Disertasi pada
usahatani tembakau adalah luas Fakultas Pasca Sarjana UGM
Yogyakarta.
lahan yang dikelola, bahan baku dan Soekartawi, 1990, Teori Produksi dengan
harga tembakau rajangan kering. Pokok Analisis Fungsi Cobb
Douglass. Jakarta: Rajawali Press.

4.1. Saran
(1) Pemerintah diharapkan dapat
membuat kebijakan untuk
memperbaiki posisi tawar petani
tembakau.
(2) Petani perlu meningkatkan
kemampuannya dalam mengelola
risiko usahataninya menjadi lebih
baik. Sebagai contoh, petani
melaksanakan diversifikasi komoditas
melalui multiple cropping.

5. PUSTAKA
Distanbuthut Magelang, 2015, Kabupaten
Magelang Dalam Angka 2014,
Magelang.
Ellis, F., 1988, Peasant Economics: Farm
Household and Agricultural
Development. Cambridge,
Cambridge University Press.
Juarini, 2003, Perilaku Ekonomi Petani
Terhadap Risiko Usahatani di Lahan
Pantai Kabupaten Kulon Progo,
Yogyakarta, Disertasi pada Fakultas
Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta.
Kumbhakar, S.C dan Knox, Lovell, 2000,
The Effect of Deregulation on
performance of financial institutions:
The Case of Spanish Saving Banks,
Texas, Department of Economic
University of Texas.
Kumbhakar, S.C 2002. Specification and
Estimation of Production Risk, Risk
Preferences and Technical
Efficiency. American Journal
Agricultural Economic, 84(1)
(Februari 2002): 8-22.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 460


PENDEKATAN EMPIRIKAL TRANSENDENTAL JALAN MEWUJUDKAN
KELESTARIAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP

Anas Tain

Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang


Email: tain_umm@yahoo.co.id ; anas@umm.ac.id

ABSTRAK

Saat ini beberapa jenis ikan di wilayah tangkap lebih (overfishing) sudah jarang tertangkap lagi
oleh nelayan dan kemungkinan telah punah. Hal ini tidak lepas dari praktik penggunaan alat
tangkap seperti trawl dan bom ikan dalam aktivitas berburu ikan, yang sampai saat ini masih
banyak digunakan meskipun telah dilarang sejak puluhan tahun yang lalu. Penelitian ini bertujuan
untuk mewujudkan kelestarian perikanan tangkap dengan digunakannya alat tangkap ramah
lingkungan dalam kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan. Penelitian dilakukan dengan metode
survei dengan maksud untuk melakukan eksplorasi atas norma-norma dan perilaku nelayan
dalam penangkapan ikan di laut sehingga menemukan deskripsi general agar komunitas nelayan
mau menggunakan alat tangkap ramah lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan untuk memperoleh keabsahan data dilakukan tehnik triangulasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendekatan empirikal transendental mampu membawa komunitas nelayan
untuk selalu menggunakan alat tangkap ramah lingkungan. Untuk mewujudkan kelestarian
sumberdaya ikan, nelayan yang belum sadar tentang pentingnya penggunaan alat tangkap ramah
lingkungan diperlukan rekontruksi kognitif, rekontruksi afektif dan rekontruksi psikomotorik.

Kata kunci: kelestarian, rekontruksi kognetif, rekontruksi afektif, rekontruksi psikomotorik

1. PENDAHULUAN common property untuk perikanan,


Meskipun larangan penggunaan alat diperebutkan oleh banyak pihak. Setiap
tangkap yang bersifat destruktif seperti orang akan berusaha keras untuk bisa
trawl dan bom ikan telah disampaikan mengekploitasi dalam jumlah besar.
sejak puluhan tahun yang lalu, namun Bahkan sebagian nelayan menangkap
demikian hingga saat ini masih banyak ikan dengan cara yang destruktif, yang
digunakan di kalangan nelayan. Keppres dapat mengancam kelestarian
No. 39 Tahun 1980 tentang penghapusan sumberdaya ikan. Beberapa jenis ikan
jaring trawl, serta Inpres No. 11/1982 sudah jarang tertangkap lagi oleh nelayan,
tentang pelaksanaan Keppres No. 39 dan diduga telah punah. Menurunnya
Tahun 1980 yang dimaksudkan untuk sumberdaya perikanan telah menyulut
menjaga kelestarian sumberdaya ikan berbagai persoalan konflik antar nelayan
dalam faktanya belum bisa ditegakkan. (Tain, 2010).
Diperlukan suatu pendekatan yang tepat Fenomena semakin langkanya
agar supaya komunitas nelayan selalu sumber daya ikan, menyulut terjadinya
menggunakan alat tangkap ramah kompetisi di antara nelayan bahkan konflik
lingkungan dalam berburu ikan. sosial antar komunitas nelayan. Lebih
Perikanan laut sebagai sumberdaya lanjut menurut Kusnadi (2003), selain
milik bersama sesuai dengan teori faktor kelangkaan sumberdaya ikan, faktor

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 461


lain yang ikut menyumbang terhadap telah melakukan penelitian dan
peningkatan kompetisi adalah kemiskinan pengabdian masyarakat di tempat ini, juga
dan keterbatasan sosial ekonomi yang terdapatnya jejaring dengan tokoh-tokoh
tidak kunjung sirna mewarnai kehidupan nelayan, pedagang dan para stakeholders
nelayan. Sifat kompetisi yang demikian lainnya yang berhubungan dengan
sangat rawan terjadi konflik sosial. pemberdayaan nelayan. Dengan demikian
Pada rumah tangga nelayan miskin peneliti telah menguasai kondisi lapangan
untuk bisa mempertahankan hidup, dan informan kunci yang diperlukan.
mereka tetap mengekploitasi sumberdaya Metode penarikan sampel
perikanan bahkan dengan cara yang digunakan untuk mendapatkan
destruktif sekalipun. Hal ini seperti yang keterwakilan (representativeness), dimana
dikatakan Fauzi (2005), kemiskinan di anggota atau elemen dalam sampel dapat
wilayah pesisir memicu destructive fishing menggambarkan keadaan dan ciri
yang kemudian mengacaukan mata rantai populasinya (Cochran, 1993). Metode
makanan. Penduduk miskin adalah agen sampling yang digunakan dalam
dan korban kerusakan lingkungan penelitian ini adalah Purposive Sampling.
(Rusastra dan Napitupulu, 2007). Untuk Secara sengaja beberapa orang yang
itu diperlukan peningkatan pendapatan menguasai aspek penelitian dan informan
rumah tangga nelayan untuk menjamin kunci dijadikan sampel penelitian.
pembangunan perikanan yang Dalam pendekatan kualitatif
berkelanjutan. pemeriksaan keabsahan data sangat
diperlukan demi kesahihan dan keandalan
2. METODE PENELITIAN serta tingkat kepercayaan data yang
Penelitian ini dilakukan dengan terkumpul. Validitas dan reabilitas data
metode penelitian survei. Singarimbun perlu diuji melalui teknik pemeriksaan
(1989) menyatakan penelitian survei data atau taktik menguji dan memastikan
adalah penelitian yang mengambil sampel temuan (Miles & Huberman, 1992).
dari satu populasi dan menggunakan Keabsahan data diperoleh melalui
kuesioner sebagai alat pengumpulan data tehnik triangulasi. Melalui tehnik
yang pokok. Penggunaan metode survei pemeriksaan ini diyakini fakta, data dan
pada penelitian ini sesuai dengan informasi yang ada dapat
maksud untuk melakukan eksplorasi atas dipertanggungjawabkan dan memenuhi
norma-norma dalam penangkapan ikan di persyaratan kesahihan dan keandalan.
laut. Tehnik triangulasi ini adalah tehnik
Penelitian dilakukan di Kabupaten pemeriksaan keabsahan data yang
Pasuruan dan Kabupaten Lamongan. memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
Pemilihan tempat ini selain karena peneliti data untuk keperluan pengecekan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 462


sebagai pembanding terhadap data dan diilustrasikan dalam Gambar 1.
informasi yang ada, sebagaimana dapat

PENELITI

INFORMAN I

DATA & DATA &


INFORMAN FAKTA I FAKTA IV
II
INFORMAN
IV
DATA &
FAKTA II DATA &
FAKTA III
INFORMAN
III
JALUR
WAWANCARA
JALUR CEK SILANG KEBENARAN DATA DAN
INFORMASI
Gambar 1. Teknik Triangulasi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN menjaga kelangsungan kehidupan mereka
terbagi dalam dua pola. Pertama,
Untuk menjamin kelestarian
sebagian nelayan semakin meningkatkan
sumberdaya ikan sekaligus keberlanjutan
kegiatan eksploitasi mereka dengan
sumber pendapatan nelayan dari hasil
kualitas peralatan tangkap yang dianggap
melaut, penggunaan alat tangkap
canggih, seperti mini trawl. Mereka
merupakan salah satu yang harus
berasumsi jika tidak mengoperasikan
diperhatikan dalam pengelolaan
peralatan tangkap ini maka mereka tidak
sumberdaya perairan laut. Diperlukan
akan mendapatkan hasil tangkapan yang
pengelolaan seluruh sumberdaya
tinggi. Oleh karena itu, pemakaian alat
perikanan laut secara optimal dan
tangkap mini trawl dipandang sebagai
berkelanjutan, dengan melakukan
upaya untuk tetap menjaga kelangsungan
penangkapan ikan yang tidak melampaui
hidup rumah tangga nelayan. Kedua,
daya dukung wilayah dan tidak
sebagian nelayan lain berupaya menjaga
mengakibatkan kerusakan lingkungan
kelestarian sumberdaya dengan jalan
hidup.
tidak mengoperasikan peralatan tangkap
Sikap dan tindakan nelayan dalam
yang mereka anggap bisa merusak
memandang fenomena kelangkaan
lingkungan. Menurut mereka, kerusakan
sumberdaya perikanan dan upaya
lingkungan perairan yang semakin parah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 463


dalam jangka panjang dapat mengancam berkesejahteraan dan berkeadilan.
kelangsungan hidup rumah tangganya. Proses penangkapan ikan yang
Mereka memiliki cara berpikir yang dilakukan nelayan dapat dibagi kedalam
bersifat visioner dalam mengelola sumber dua kategori, yaitu komunitas nelayan
daya perikanan. Kelompok nelayan ini yang memperhatikan aspek kelestarian
merupakan kelompok potensial yang bisa sumberdaya ikan dan komunitas yang
didayagunakan untuk memikirkan secara tidak memperhatikan kelestarian. Bagi
bersama tentang strategi pengelolaan komunitas yang sadar aspek kelestarian
sumberdaya perikanan secara mereka selalu melakukan penangkapan
berkelanjutan (Tain, 2010). ikan dengan alat tangkap yang ramah
Temuan penelitian menunjukkan lingkungan. Misalnya pada komunitas
bahwa berbagai program untuk membawa nelayan Paciran Kabupaten Lamongan,
nelayan menggunakan alat tangkap dalam menghadapi menurunnya hasil
ramah lingkungan yang hanya tangkapan tetap berpegang teguh pada
menekankan pada aspek ekologis dan prinsip penangkapan ikan yang lestari.
biologis dari sumberdaya perikanan Mereka melakukan adaptasi dengan
tangkap tidak cukup berhasil. Hal ini mengembangkan alat tangkap ramah
sejalan dengan yang disampaikan lingkungan, perubahan orientasi jenis ikan
Adisasmito (2006), dalam pengelolaan yang akan ditangkap dengan mengubah
sumberdaya perairan laut harus berbasis jenis dan jumlah alat tangkap, ataupun
pada sumberdaya alam (natural resource memperbesar kapasitas perahu (jaten)
based development) sekaligus berbasis mereka agar dapat melaut yang lebih
kepada masyarakat (community based jauh. Berkembangnya ukuran perahu ini
development). Kalau hanya berbasis juga tidak lepas dari tuntutan untuk
kepada sumberdaya alam maka sering membawa peralatan tangkap yang lebih
terjadi kecenderungan pemanfaatan banyak, akibat hasil tangkapan yang
sumberdaya perairan laut dilakukan semakin sulit didapat di daerah tangkapan
secara berlebihan, tidak efisien, semula.
terkonsentrasi pada beberapa kelompok Nelayan Paciran meskipun dikelilingi
tertentu dan berorientasi pada oleh nelayan daerah lain yang banyak
kepentingan jangka pendek yang menggunakan alat tangkap yang
mengakibatkan terjadinya pengurasan dektruktif, mereka tetap memiliki kearifan
secara tidak terkendali. Dampak negatif lokal untuk selalu menggunakan alat
dari pemanfaatan sumberdaya yang tangkap ramah lingkungan dalam
berlebihan dapat dicegah dengan menangkap ikan. Kearifan ini muncul dari
menerapkan kebijakan pembangunan seruan ulama Paciran bahwa mereka
yang berbasis kepada masyarakat yang tidak boleh memakai alat tangkap

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 464


maupun bahan terlarang yang Diperlukan rekontruksi kognitif bagi
dapat merusak laut. Seruan yang nelayan yang belum sadar pentingnya
dilandasi ayat-ayat Al-Qur’an dan Al- perilaku produksi ramah lingkungan demi
Hadist terbukti mampu mewujudkan keberlanjutan sumberdaya ikan, sekaligus
perilaku penangkapan ikan yang kehidupan nelayan sendiri.
memperhatikan kelestarian sumberdaya Dalam melakukan rekonstruksi
laut. Pendekatan transendental ditunjang kognitif bagi komunitas nelayan yang
dengan penegakan norma, hukum secara belum sadar akan pentingnya perilaku
tegas mampu membentuk perilaku produksi ramah lingkungan dijalankan
produksi yang menjaga kelestarian melalui pendekatan masal. Di sini penting
sumberdaya ikan. Terwujudnya kearifan disampaikan fakta-fakta empiris yang
untuk selalu menggunakan alat tangkap dapat menggugah hati nelayan seperti
yang ramah lingkungan tidak lepas dari menunjukkan spesies ikan yang sudah
ketegasan dalam menegakkan norma dan punah, rusaknya ekosistem akibat
hukum yang ada. Pernah suatu saat ada kegiatan penangkapan ikan yang
seorang nelayan secara pribadi yang destruktif. Pendekatan empirikal dengan
tertarik untuk mencoba menggunakan alat menunjukkan bukti-bukti yang dialami
tangkap terlarang (trawl) seperti nelayan sendiri, tepat digunakan untuk
kebanyakan nelayan dari daerah lain, sosialisasi nelayan yang mulai yakin
nelayan tersebut langsung ditegur dan tentang pentingnya penggunaan alat
diusir dari Paciran. tangkap ramah lingkungan (Tain dan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Harpowo, 2016).
pendekatan transendental sebagai Setelah komunitas nelayan memiliki
kerangka model dalam mewujudkan pengetahuan tentang pentingnya perilaku
perilaku produksi yang ramah lingkungan, produksi ramah lingkungan, perlu
secara umum dapat diterima oleh dikuatkan melalui rekonstruksi afektif.
komunitas nelayan. Sementara untuk Metode penyampaian pesan yang
kelompok nelayan yang belum/tidak sadar digunakan dalam rekonstruksi afektif ini
tentang perlunya perilaku produksi yang melalui pendekatan kelompok.
ramah lingkungan, diperlukan pendekatan Rekontruksi kognitif dan rekontruksi afektif
empirikal sebagaimana hasil penelitian dalam penyampaiannya perlu dilandasi
(Harpowo dan Tain, 2010). Melalui bukti- dengan pendekatan empirikal-
bukti empiris hasil penelitian seperti transendental untuk tercapainya perilaku
punahnya beberapa jenis ikan yang dulu produksi yang ramah lingkungan.
banyak tertangkap dan saat ini sudah Setelah rekontruksi afektif berhasil
tidak pernah tertangkap lagi oleh nelayan, dilaksanakan, untuk bisa mewujudkan
mampu menggugah hati nelayan. perilaku produksi ramah lingkungan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 465


diperlukan rekontruksi psikomotorik. komunitas nelayan secara tepat oleh
Pendekatan yang tepat dalam instansi terkait.
penyampaian rekontruksi psikomotorik ini
(2) Untuk mengurangi tekanan terhadap
adalah secara personal. Di sini diperlukan
sumberdaya perikanan diperlukan
pendekatan legal formal dimana
pengembangan sumber pendapatan
diperlukan pemberian sanksi hukum bagi
alternatif di luar hasil melaut di
perusak ekosistem laut dan penghargaan
kawasan pesisir.
bagi yang melestarikannya.

4. SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA


4.1. Simpulan Adisasmito, Rahardjo. 2006.
Pembangunan Kelautan dan
(1) Pendekatan Empirikal Transendental Kewilayahan, Yogjakarta: Graha
Ilmu.
dapat digunakan untuk membawa Cochran, W.G. 1993. Sampling
komunitas nelayan mau Techniques, Third Edition, New
York: John Wiley & Sons, Inc.
menggunakan alat tangkap ramah Fauzi, Akhmad. 2005. Kebijakan
lingkungan. Perikanan dan Kelautan: Isu,
Sintesis, dan Gagasan, Jakarta: PT
(2) Rekonstruksi kognitif bagi komunitas Gramedia Pustaka Utama.
nelayan yang belum sadar akan Harpowo dan Anas Tain. 2010, Model
Perilaku Produksi Ecofishing
pentingnya perilaku produksi ramah Sebagai Upaya Pemberdayaan
lingkungan dijalankan melalui Nelayan Miskin di Wilayah
Overfishing, Penelitian Hibah
pendekatan masal. Bersaing, Universitas
(3) Metode penyampaian pesan yang Muhammadiyah Malang.
Kusnadi. 2003. Akar Kemiskinan Nelayan,
digunakan dalam rekonstruksi afektif Yogyakarta: LKiS.
melalui pendekatan kelompok dan Miles, Mathew B & A, Michael Huberman,
1992, Qualitative Data Analysis,
rekontruksi psikomotorik dilakukan Sage Publications Inc.
secara personal. Rusastra, I Wayan dan Togar A.
Napitupulu. 2007. Karakteristik
(4) Diperlukan penegakan hukum dan Wilayah dan Keluarga Miskin di
kesepakatan bersama secara tegas Pedesaan, Makalah Seminar
Nasional Meningkatkan Peran
untuk menjamin komunitas nelayan Sektor Pertanian Dalam
tidak menggunakan alat tangkap yang Penanggulangan Kemiskinan, Pusat
Analisis Sosial Ekonomi dan
dilarang. Kebijakan Pertanian, Departemen
Pertanian, Bogor.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi
4.2. Saran (ed). 1989. Metode Penelitian
(1) Pendidikan dan penyadaran tentang Survai, Jakarta: LP3ES.
Tain, Anas. 2010, Eradikasi Kemiskinan
lingkungan perlu diberikan kepada Nelayan, Bandung: Unpad Press.
Tain, Anas dan Harpowo. 2016, Resolusi
Konflik Menuju Harmoni Sosial di

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 466


Komunitas Nelayan, Penelitian
Strategis Nasional, Universitas
Muhammadiyah Malang.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 467


PERILAKU PETANI DALAM MENERAPKAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK

Anne Charina, Rani Andriani Budi Kusumo, Agriani Hermita

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran


Email: anne.sosek@gmail.com

ABSTRAK

Peluang bisnis sayuran organik dewasa ini cukup potensial. Di Kabupaten Bandung Barat terdapat
beberapa petani sayuran yang mulai menjalankan pertanian organik. Beberapa diantara mereka
bahkan telah berhasil mendapatkan Sertifikat Organik dari lembaga nasional maupun
internasional. Fenomena yang menarik untuk dikaji adalah ternyata meskipun banyak dari mereka
yang mengklaim sudah menerapkan pertanian organik, namun pada prakteknya input-input kimiawi
masih digunakan dalam aktivitas usaha tani mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis
sikap dan perilaku petani dalam menerapkan sayuran organik, serta mengetahui kendala apa saja
yang dihadapi petani dalam menerapkan sayuran organik. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Tempat penelitian yaitu di Kecamatan Parompong. Terdapat 20 informan
dalam penelitian ini yaitu petani sayuran organik. Data dianalisis dengan menggunakan
pendekatan statistik deskriptif. Hasil dari penelitian ini didapat bahwa persepsi petani terhadap
sayuran organik tergolong baik, namun tingkat pengetahuan dan keterampilan mereka terkait
pertanian organik berada pada kategori rendah. Rendahnya motivasi,kKurangnya
fasilitator/penyuluhan, kurangnya daya dukung fasilitas, menjadi kendala utama yang dihadapi
petani dalam menerapkan pertanian organik. Diperlukan pendekatan partisipatif berdasarkan
kategori klasifikasi petani untuk lebih mendorong petani mengaplikasikan pertanian organik secara
menyeluruh.

Kata Kunci: Petani, Sayuran, Organik, Perilaku, Kendala

1. PENDAHULUAN Salah satu sistem pertanian yang


Pertanian berkelanjutan merupakan implementasi dari sistem
merupakan tantangan dalam dunia pertanian berkelanjutan adalah sistem
pertanian yang menuntut petani untuk pertanian organik. Sistem pertanian
memiliki perilaku yang berbeda dan lebih organik merupakan salah satu alternatif
baik terutama untuk aspek lingkungan. solusi atas kegagalan sistem pertanian
Aktivitas pertanian yang selama ini industrial (Zulvera, 2014). Sistem
berjalan sangat bergantung pada pertanian organik telah mengalami
bantuan pemerintah, yang berdampak perkembangan pesat di negara-negara
pada menurunnya kreativitas petani dan Eropah dan Amerika. Laju penjualan
kemandirian petani. Jika kita amati saat pangan organik di negara-negara
ini yang kita temukan pada diri petani tersebut berkisar dari 20-25% per tahun
kita masih tinggi sekali faktor selama dekade terakhir (Zulvera, 2014).
ketergantungan petani terhadap unsur Sebenarnya Indonesia sebagai
unsur kimiawi dalam kegiatan usaha negara agraris memiliki potensi besar
taninya. Ini tentunya menjadi tantangan mengembangkan pertanian organik.
besar dan tidak mudah khususnya bagi Indonesia memiliki 17 juta hektar lahan
para petani di negara kita kosong dan masih luasnya pertanian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 468


tradisional yang dikelola tanpa 2. METODE PENELITIAN
menggunakan bahan sisntetis, menjadi Penelitian ini dilakukan di
salah satu modal penting dalam Kecamatan Parompong dengan
mengembangkan pertanian organik. pertimbangan di daerah tersebut banyak
Berdasarkan data statisitik petani sayuran yang menerapkan
pertanian organik Indonesia 2012, total pertanian organik.
luas area pertanian organik Indonesia Penelitian ini merupakan penelitian
tahun 2012 adalah 213.023,55 ha. kualitatif yang dilakukan dengan teknik
Indonesia mendukung trend pertanian studi kasus. Penelitian kualitatif
organik dengan mengeluarkan kebijakan merupakan penelitian yang digunakan
pemerintah yang disebut Go Organik untuk menyelidiki, menemukan,
2010. Saat ini di Indonesia sendiri trend menggambarkan, dan menjelaskan
komsumsi produk organik mengalami kualitas atau keistimewaan dari
peningkatan yang cukup signifikan pengaruh sosial yang tidak dapat
antara 20 – 25 persen pertahun dijelaskan, diukur atau digambarkan
(Ristianingrum, 2016). melalui pendekatan kuantitatif. Teknik
Di Kabupaten Bandung Barat, penelitian yang digunakan dalam
khususnya di Kec. Parompong dan penelitian ini adalah studi kasus. Studi
Lembang, sudah banyak petani sayuran kasus adalah suatu bentuk penelitian
yang mulai menjalankan pertanian yang mendalam tentang suatu aspek
organik. Beberapa diantara mereka lingkungan sosial termasuk manusia di
bahkan telah berhasil mendapatkan dalamnya.
Sertifikat Organik dari lembaga nasional Jenis data yang dikumpulkan terdiri
maupun internasional. Fenomena yang atas data primer dan data sekunder.
menarik untuk dikaji adalah ternyata Tehnik pengumpulan data yang
meskipun banyak dari mereka yang dilakukan adalah: (1) Pengamatan
mengklaim sudah menerapkan pertanian langsung (observasi), (2) Wawancara
organik, namun pada prakteknya input- (interview), (3) Focal Group discussion
input kimiawi masih digunakan dalam (FGD) untuk melihat dan mendengarkan
aktivitas usaha tani mereka. langsung sikap petani terkait pertanian
Penelitian ini bertujuan untuk organic, dan (4) Studi pustaka dari jurnal
menganalisis sikap dan perilaku petani terbaru dari negara maju.
dalam menerapkan sayuran organik, Dalam penelitian ini digunakan
serta mengetahui kendala apa saja yang analisis statistik deskriptif untuk melihat
dihadapi petani dalam menerapkan sikap dan perilaku petani dalam
sayuran organik. menerapkan pertanian organik.
Penelitian fokus pada variabel Tingkat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 469


Pengetahuan Petani dan Keterampilan pertanian organik ada pada kategori
Petani terkait pertanian organik. Untuk baik. Dari 20 orang petani yang
memecahkan kendala yang dihadapi, diwawancarai, 90% nya memberikan
digunakan analisis deskriptif. Adapun sikap mendukung pertanian organik
tujuan dari analisis deskriptif ini adalah karena dirasa organik itu sangat penting
untuk membuat deskripsi secara bagi kesehatan tubuh manusia. Sisanya
sistematis, dan faktual mengenai fakta- 10% tidak memberikan pendapat.
fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara Tabel 1. Persepsi Petani Terkait
Pertanian Organik
fenomena yang diselidiki.
Jumlah
Persentase
Persepsi Responden
3. HASIL DAN PEMBAHASAN (%)
(orang)
Baik 18 90%
3.1. Persepsi Petani terkait Pertanian Buruk 0 0%
Organik Tidak 2 10%
Menjawab
Kecamatan Parompong
Total 20 100%
merupakan kecamatan dengan jumlah
petani organik yang lumayan banyak. 3.2. Tingkat Pengetahuan Petani
Sebenarnya jika menghitung jumlah Tentang Pertanian Organik
petani sayuran yang menerapkan Pengetahuan petani tentang
pertanian organik cukup sulit karena pertanian organik sangat beragam.
mereka belum terdata dan terstruktur di Petani yang aktif di kelompok tani Semai
Dinas Pertanian dan Horti. Pertanian Organik umumnya sudah mengetahui
organik sendiri khusus untuk horti mulai informasi tentang pertanian organik
masuk di Kecamatan Parompong sejak secara umum. Poktan Semai telah
tahun 2008 yang dipelopori oleh beberapa kali menyelenggarakan
Kelompok Tani Semai Organik. Mereka pelatihan pertanian organik. Berikut
menanam 25 komoditas sayuran daun, merupakan sebaran tingkat pengetahuan
seperti bayam, kangkung, brokoli, wortel, petani responden terkait pertanian
bitt dan lain-lain. Anggota poktan Semai organik (Tabel 2).
yang menerapkan pertanian organik di Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Petani
tahun 2009 ada 14 orang. Sayangnya Terkait Pertanian Organik

seiring waktu jumlah petani yang Jumlah


Tingkat Persentase
Responden
menerapkan pertanian organik Pengetahuan (%)
(orang)
berkurang. Pada tahun 2017 ini tercatat Tinggi 5 25%
hanya 8 petani aktif yang menerapkan Sedang 10 50%
Rendah 5 25%
pertanian organik. Total 20 100%
Berdasarkan hasil pengolahan
kuesioner sikap persepsi petani terhadap

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 470


Dari data yang didapat terdapat 5 merasa penting untuk terjun dalam
orang petani yang memiliki pengetahuan pertanian organik, akan ada juga
yang tinggi tentang informasi pertanian beberapa petani yang berpendapat tidak
organik. Mereka tersebut diantaranya penting. Hal ini karena petani
adalah: Ketua Kelompok, Wakil Ketua mengganggap bahwa dengan eksis di
Kelompok, dan 2 petani lain yang pertanian organik tidak memberikan
merupakan pedagang besar. tambahan keuntungan yang signifikan,
Mayoritas petani berada pada bahkan yang ada hanyalah beban dan
kategori sedang yang artinya tanggung jawab untuk selalu menjaga
pemahaman dan pengetahuan mereka kualitas. Hasil analisa di lapangan terkait
terkait pertanian organik ini masih motivasi tercermin dalam Tabel 3.
kurang. Mereka tahu pertanian organik Di lapangan memang terlihat
tapi tidak banyak informasi yang mereka bahwa petani mayoritas motivasi nya
miliki. Sisanya 25% memiliki tingkat terkait pertanian organik masih rendah.
pemahaman yang rendah terkait Faktor-faktor yang diduga
pertanian organik. Petani yang ada mempengaruhi rendahnya tingkat
dikategori rendah ini semuanya adalah motivasi mereka diduga karena
golongan petani tua. Kurangnya pemahaman tentang
pertanian organik, tidak tahu prosedur,
3.3. Motivasi Petani dalam tidak tahu keuntungan yang didapat dll
Menjalankan Pertanian organik serta Budaya/tradisi yang melekat pada
Motivasi seseorang akan sangat diri mereka, yang sudah terbiasa
menentukan keberhasilan langkah berpuluh-puluh tahun menjalankan
usahanya (Feldstein dan Glasgow, pertanian konvensional.
2008). Menurutnya, tingkat motivasi Tabel 3. Tingkat Motivasi Petani dalam
berbanding lurus dengan tingkat Mengjalankan Pertanian organik
Tingkat Jumlah Persentase
keberhasilan sesorang. Orang yang Motivasi Responden (%)
Petani (orang)
memiliki motivasi tinggi cenderung akan
Tinggi 5 25%
mendapatkan hasil yang baik. Hal ini Sedang 10 50%
tercermin pula dalam mekanisme Rendah 5 25%
Total 20 100%
usahatani sayuran organik. Petani
dengan motivasi yang tinggi memang
3.4. Kapasitas dan Kapabilitas SDM
terlihat lebih aktif, lebih gesit serta
Petani dalam Menerapkan SOP
bersemangat dalam menjalankan
Pertanian Organik
usahanya.
Jika melihat dari kapasitas dan
Ketua poktan selaku pedagang dan
kemampuan kelompok tani di lapangan,
pengurus poktan lainnya pada umumnya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 471


kondisi yang dihadapi telihat dari masih Berdasarkan hasil wawancara
beragamnya kemampuan petani dalam serta analisa di lapangan, terdapat
menjalankan SOP Pertanian Organik. beberapa poin penting yang menjadi
Ada beberapa point penting yang kendala petani dalam menerapkan
terdapat dalam SOP Pertanian Organik pertanian organik secara menyeluruh
yang harus dijalankan oleh petani yaitu: diantaranya.
 Lahan dikonversi selama 2 tahun, 1) Kurangnya fasilitator atau tenaga
 Lahan terpisah jauh dari lahan non penggerak yang mampu memotivasi
organik lainnya, petani untuk lebih menerapkan
 Lahan tidak digunakan lagi untuk pertanian organik.
penanaman non organik, 2) Daya dukung/ kemampuan yang
 Sumber air yang bebas dari dimiliki rendah atau tidak mencukupi,
kontaminasi bahan kimia, salah satunya tidak punya Green

 Pupuk yang digunakan hanyalah House.

pupuk organik, 3) Kurangnya dukungan sarana

 Benih yang digunakan berasal dari prasarana dari pemerintah untuk

tanaman organik, menunjang pertanian organik.

 Pengendalian hama penyakit 4) Petani merasa bahwa pertanian

dilakukan dengan pencegahan serta organik ini rumit untuk dijalankan,


mereka telah nyaman dengan kondisi
 Pasca panen tidak menggunakan
budidaya sebelumnya.
bahan yang berbahaya
Di lapangan sendiri ternyata
4. SIMPULAN DAN SARAN
setelah dikonfirmasi, masih banyak
4.1. Simpulan
petani yang belum menerapkan secara
1) Persepsi petani akan pertanian
utuh point point SOP Pertanian Organik
organik sebenarnya tinggi, mereka
(Tabel 4).
tahu dan setuju bahwa pertanian
Tabel 4. Tingkat Kesesuaian
Pelaksanaan Usaha tani dengan SOP organik memberikan manfaat yang

Tingkat Jumlah Persentase


besar untuk kesehatan masyarakat.
Kesesuaian Responden (%) Akan tetapi tidak didikung dengan
dengan (orang)
SOP faktor lainnya. Tingkat pengetahuan
Tinggi 5 25% petani terkait pertanian organik masih
Sedang 5 25%
Rendah 10 50% rendah, Tingkat motivasi petani dalam
Total 20 100% pertanian organik masih kurang.
Kapasitas dan kapabilitas SDM
3.5. Kendala dalam Menjalankan anggota kelompok tani belum
Pertanian Organik maksimal dicirikan dengan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 472


kesesuaian penerapan SOP masih Ristianingrum, Anita. 2016. Model
Agribisnis Padi Organik di
rendah. Hal inilah yang mendasari
Kabupaten Cianjur Jawa Barat.
kegiatan pertanian organik yang Disertasi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
mereka jalankan belum berkembang
Zulvera. 2014. Faktor Penentu Adopsi
maksimal. Sistem Pertanian Sayuran Organik
dan Keberdayaan Petani Di
2) Kendala utama yang dirasakan petani
Provinsi Sumatera Barat. Disertasi.
dalam menerapkan pertanian organik Bogor: Institut Pertanian Bogor.
ini diantaranya adalah rendahnya
motivasi, kurangnya fasilitator/
penyuluhan, kurangnya daya dukung
fasilitas, menjadi kendala utama yang
dihadapi petani dalam menerapkan
pertanian organik. Diperlukan
pendekatan partisipatif berdasarkan
kategori klasifikasi petani untuk lebih
mendorong petani mengaplikasikan
pertanian organik secara meyeluruh.

4.2. SARAN
1) Dibutuhkan pendekatan partisipatif
berdasarkan kategori klasifikasi petani
untuk lebih mendorong petani
mengaplikasikan pertanian organik
secara menyeluruh.
2) Peranan stakeholder seperti dinas
terkait sebagai fasilitator dan
motivator akan sangat diperlukan
dalam membantu memberikan
edukasi pertanian organik secara
benar.

5. DAFTAR PUSTAKA
Feldstein AC, Glasgow RE. 2008. A
Practical, Robust Implementation
And Sustainability Model (PRISM)
For Integrating Research Findings
Into Practice. Joint Commission
Journal on Quality and Patient
Safety 34(4): 228–243.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 473


MODEL KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
UBI KAYU BERKELANJUTAN DI KABUPATEN TRENGGALEK, JAWA TIMUR

Bambang Yudi Ariadi

Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian Peternakan


Universitas Muhammadiyah Malang
Email: ariadiyudi0@gmail.com

ABSTRAK

Suatu siklus integrated farming system (IFS) antara industri tapioka, usaha ternak kambing dan
usahatani ubi kayu dapat dijadikan model kebijakan untuk mendukung pertanian ubi kayu
berkelanjutan. Strategi diperlukan untuk meningkatkan produktivitas ubi kayu secara; optimistik,
pesimistik dan most-likely. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menemukan model kebijakan
peningkatan produktivitas ubi kayu berkelanjutan, dan 2) mengetahui kinerja produksi, persediaaan
dan penjualan ubi kayu di Kabupaten Trenggalek Jawa Timur. Analisis data yang digunakan
adalah metode deskriptif dan vensim untuk mendesain diagram alir model kebijakan. Hasil
penelitian menunjukkan: 1) Model kebijakan peningkatan produktivias dilakukan dengan
mengintroduksir teknologi produksi ubi kayu optimal berwawasan lingkungan melalui penambahan
struktur pemakaian pupuk organik (kandang) dalam produksi ubi kayu, dan 2) Model kebijakan
peningkatan produktivitas rata-rata ubi kayu secara optimistik sebesar 2,22 kg/pohon/tahun yang
setara dengan 26,63 ton/ha/tahun dan secara pesimistik sebesar 1,77 kg/pohon/tahun atau setara
dengan 21,19 ton/ha. Nilai produktivitas ubi kayu optimistik dicapai pada tahun 2012, sedangkan
nilai produktivitas ubi kayu pesimistik dicapai tahun 2009.

Kata kunci: Integrated Farming System, model kebijakan produktivitas, ubi kayu, system dynamics

1. PENGANTAR kelompok ternak kecil terdiri dari 91,59%


kambing, 8,40% domba dan 0,01% babi
Provinsi Jawa Timur merupakan
(Dinas Peternakan Kabupaten
propinsi sentra produksi ubi kayu terbesar
Trenggalek, 2012). Jumlah populasi
di pulau Jawa dan kedua secara nasional
ternak merupakan potensi ekonomi yang
setelah Lampung (BPS dan Direktorat
sangat besar, tidak hanya menghasilkan
Jendral Tanaman Pangan, 2011) dan
hewan potong dan susu dari usaha
tahun 2010 tercatat sebagai propinsi
ternaknya, melainkan limbah padat dan
percontohan nasional dalam
cair yang dihasilkan. Limbah padat
pengembangan ubi kayu menjadi tepung
(faeses) dapat diproses menjadi; biogas,
mocaf (modified cassava flour).
pupuk limbah biogas (slury) dan pupuk
Kontributor penting dalam produksi ubi
kandang (Fahri, 2011), daun ubi kayu
kayu dan pengembangan tepung mocaf
memiliki kemampuan menyediakan
adalah Kabupaten Trenggalek.
protein 4 ton/ha/tahun sebagai pakan
Populasi ternak di Kabupaten
hewan ternak, ubi kayu dapat
Trenggalek pada tahun 2011 untuk
mengeksploitasi nutrisi pupuk kandang
kelompok ternak besar terdiri dari 88,24%
dari kotoran hewan ternak (Preston,
sapi potong, 11,21% sapi perah, 0,46%
2007). Lebih lanjut dikatakan dengan
kerbau dan 0,10% kuda, sedangkan untuk
asumsi bahwa setiap 1 kg faeses

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 474


menghasilkan 0,63 m3 biogas, 1 m3 mengatasi permasalahan produksi di
biogas ekivalen dengan minyak tanah petani dan juga ujung tombak penting
0,62 liter dan harga minyak tanah Rp dalam pengembangan agribisnis ubi kayu.
10.000/liter, maka nilai ekonomi biogas Integrated Farming (IF) adalah
yang dapat dihasilkan dari limbah padat upaya terobosan dan dinilai cukup efektif
10 kg faeses/hari dari populasi ternak sapi untuk mengatasi masalah yang dihadapi
potong dan perah 47.965 ekor akan oleh petani diatas. IF mengintegrasikan
mencapi mencapai Rp 1.873.512.900,- kegiatan sektor pertanian dengan sektor
/hari. Limbah ternak yang dikelola dengan pendukungnya baik secara vertikal
benar menghasil nilai ekonomi yang luar maupun horizontal dengan
biasa.Namun demikian, potensi ekonomi mengoptimalkan pemanfaatan
usaha ternak belum bisa berkembang sumberdaya yang ada. Inovasi teknologi
karena keterbatasan sumberdaya yang diintroduksikan berorientasi untuk
peternak baik modal maupun teknologi. menghasilkan produk pertanian organik
Agroindustri memiliki peranan dengan pendekatan agro-ekoteknologi
sangat penting dalam pengembangan (Prajitno, 2009).Oleh karena itu upaya
agribisnis di subsektor hilir. Agroindustri mewujudkan IF harus mendapat perhatian
adalah industri yang mengolah hasil-hasil serius dari para pemangku kepentingan
pertanian untuk meningkatkan nilai (stakeholders), termasuk para pelaku
tambah yang menghasilkan bahan jadi agroindustri pengolah komoditi pertanian
atau bahan baku bagi industri-industri dan para petani yang mensuplai bahan
lainnya (Soetrisno, 2006). Ubi kayu dapat bakunya, bahkan juga para pedagang
dimanfaatkan sebagai sumber pakan, yang berperan di sepanjang rantai pasok
bahan baku industri dan bahan baku dari petani ke industri dan sebaliknya.
bioetanol. Ubi kayu merupakan bahan
baku dalam industri makanan (Darwis, 2. METODE PENELITIAN
Muslim, & Askin, 2009), limbah dari ubi
Data yang digunakan dalam
kayu dapat dijadikan pakan hewan ternak
penelitian ini adalah data primer dan
(Preston, 2007) dan limbah hewan ternak
sekunder. Sumber data primer berasal
(feses) dapat dijadikan pupuk untuk
dari petani ubi kayu, peternak,
tanaman (Fahri, 2011). Suatu siklus
pengolah/agroindustri ubi kayu,
integrated farming (IF) yang dapat
pemerintah daerah melalui dinas terkait
dijadikan model alternatif agroindustri
pertanian dan peternakan, dinas
berkelanjutan yang dapat
perindustrian dan perdagangan yang
diimplementasikan untuk mendukung
berkompeten dalam membuat kebijakan
pertanian berkelanjutan. Pertanian
dan keputusan. Sumber data sekunder
berkelanjutan merupakan solusi dalam

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 475


berasal dari BPS pusat dan daerah, Dinas seluruh limbah dari ubi kayu dan ternak
Pertanian dan Peternakan, Dinas kambing didaur ulang dan dimanfaatkan
Perindustrian dan Perdagangan dan hasil kembali ke dalam siklus produksi. Model
penelitian lainnya baik yang dipublikasikan integrasi tersebut sejalan dengan konsep
(buku, jurnal, prosiding dll) maupun tidak yang telah dikembangkan antara lain;
dipublikasikan. Pengumpulan data, Muslim (2006) merupakan suatu sistem
informasi dan pengetahuan dilakukan berkesinambungan dan tidak berdiri
melalui observasi, diskusi dan wawancara sendiri serta menganut prinsip segala
dengan responden dan informan sesuatu yang dihasilkan akan kembali ke
kunci.Jenis data yang digunakan terdiri alam; Behera et al.,(2014) memposisikan
dari tiga jenis, yaitu; data numerik, data usahatani sebagai suatu sistem yang
tertulis dan model mental.Data numerik bermanfaat dan berperan penting dalam
merupakan parameter atau besaran suatu bidang tertentu secara timbal balik;
kuantitatif yang terdapat dalam struktur Sa’id & Intan (2001) identik dengan
fisik dan keputusan pada sistem pengelolaan sistem agribisnis yang
integrated farming untuk pengembangan meliputi sistem terpadu secara vertikal
agribisnis ubi kayu yang diteliti. Data dan horizontal dan Suryana (2006)
tertulis merupakan berbagai rujukan yang pengelolaan sistem yang memadukan
digunakan dalam pemodelan, data tertulis secara horisontal, vertikal, institutional/
diperoleh melalui data sekunder, jurnal kelembagaan dan regional dan
penelitian dan buku yang relevan dengan merupakan sumber pertumbuhan
penelitian.Model mental merupakan pendapatan petani. Ini berarti limbah
kaidah yang melandasi pembuatan yang dihasilkan dalam model integrasi
keputusan para pelaku/aktor yang terlibat akan dimanfaatkan kembali menjadi
dalam sistem integrated farming ubi kayu sumber daya yang dapat dimanfaatkan.
yang dikaji (Tasrif, 2005). Analisis data Lebih lanjut Ali H.M. dkk (2010)
yang digunakan adalah metode deskriptif mengatakan untuk mendukung model
dan vensim untuk mendesain diagram alir integrasi tanaman dan ternak diperlukan
model kebijakan. tiga inovasi teknologi yaitu; yaitu teknologi
teknologi budidaya tanaman, budidaya
3. HASIL DAN PEMBAHASAN ternak dan teknologi pengolahan limbah.
Model kebijakan dalam penelitian ini
Model Kebijakan
(gambar 1) dilakukan dengan
Model integrasi ubi kayu dengan
mengintroduksir teknologi produksi ubi
ternak kambing yang dikembangkan di
kayu optimal berwawasan lingkungan
daerah kajian berorientasi pada konsep
melalui penambahan struktur atau
zero waste production system dimana
perubahan kaidah (decision rule)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 476


pemakaian pupuk organik (kandang) berkualitas, pengaturan waktu tanam,
dalam produksi ubi kayu.Teknologi populasi dan jarak tanam, pemupukan,
produksi ubi kayu optimal berwawasan dan pemanenan (Balitkabi, 2014).
lingkungan merupakan paket teknologi Teknologi ini secara empirik cukup adaptif
produksi ramah lingkungan dan di Propinsi Lampung dengan hasil umbi
disesuaikan dengan kondisi daerah ubi kayu mencapai 60 ton/ha, keuntungan
(spesifikasi lokasi) yang telah Rp 38.456.000/ha dan B/C ratio 1,33-3,17.
direkomendasikan oleh Balai Penelitian Namun teknologi tersebut perlu didukung
Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi oleh sistem penyediaan bibit dan
Umbian (Balitkabi). Teknologi tersebut pengenalan varietas unggul baru, disertai
merupakan komponen teknologi produksi promosi teknologi produksi ramah
kunci (entry point) peningkatan lingkungan (Radjit, Widodo, Saleh, &
produktivitas ubi kayu yang terdiri dari; Prasetiaswati, 2014).
penggunaan varietas unggul, bibit
r
o
d
u
k
t
i
v
i
t
a
s
u
b
i

p
r
o
d
u
k
s
i
u
k
p
e
r
k
i
r
aa
a
nu
p
r
o
d
u
k
s
i
u
b
i
p

p
e
t
a
n
i
k
a
y
u
p
e
r
p
o
h
o
n
y
k
e
i
n
d
u
t
r
i
k

w
a
k
ta
u

w
a
k
t
u
p
a
n
e
n
e
n
y
u
l
a
m
a
n
e
n
y
u
l
m
a
n
p
p
t
a
nu
mm
a
s
a

t
a
nr
md
a
s
at

a
ntr
md
a
a k
s
t p
kd
b
u
h
t

o
u
k
i
f
p
e
r
t
u
m
b
u
h
a
n
P
e
n
a
n
a
m
a
n
P

e
n
u
a
a
n

o
u
t
i
f

e
n
g
g
a
n
t
i
a
n
p

p
t
a
n
a
m
a
n
j
m
l
t
a
n
u
b
i
k
a
y
u

a
j
uu
t
a
n
au
m
a
n
l n

a
j
ur
t
a
n
at
mk
a
n
l
d
i
t
a
n
a
m

m
b
h

l
a
j
um
<n
tT k

o
d
u
i
f

b
ih
a
y
aa
pP

<m

a
am
nh
a
tu
e
m
a
t
i
a
M a

pb
e
e
l
ir
r
a
no
a
K

e
m
a
t
i
a
n
M
K

b
u
>
t
i
k
p
e
p
o
h
n
>
u
a
k
t
u
t
a
n
a
m
0
w

u
a
sn
ru
a
t
a
-
r
a
t
ay
le

wt
t
uu
t
a
i
b
i
k
a
u

a
k
t
ut
p
r
o
d
u
k
t
i
fr

<
l
a
j
um
p

w
e
r
u
m f
b
h
n s
a
p
o
p
u
l
a
s
i
u
i a
b
k
a
y
u
p

a
kp
s
i
ao
t
au
n
m
a
n

t
a
n
ad
af
n
f

e
b
u
t
u
h
nh
a
b
i
a
y
a
k
a
n
a
m
p
e
r
h

r
o
u
k
t
i
>
p
r
a
kt
i
t
a
n
au
m
a
n

r
d
k
t
i
f

e
m
e
l
i
a
r
a
a
n
p
p
e
r
k
i
r
a
a
n
j
m
l
b
i
b
ta
i
u
b
i

u
m
b
h

u
s
a
h
a
t
a
n
i
a
y
u
d
i
b
u
t
u
h
k
n
k
r
a
k
s
i
u i
t
m
b
u
h
f

t
a
n
t
d
k
s
e
h
a
t
b
b
i
t

ta
o
t
lm
a
a
nb
m
a
s
ai
tu

n
a
n
t
b
i
b
i
t
y
ga

t
m
u
h
h
d
u
p

t
nd
a
mi
a
s
ai

e
n
g
uk
g
n
a
an
n
p
u
p
u
k
p
i
s
i
a
p
k
n
d

r
o
u
k
t
f
h
d
u
p
p

e
o
m
e
d
a
s
i
r
m
b
i
t
km
d
ua
p
u
p
kn
u
r
g
a
i
k
o

k
s
i
a
l
m

f
ka
e
p
em
m
u
p
u
ka
a
n
tp
e
r
h
a
d
pi
a
et

e
n
g
g
u
n
a
a
n
p
u
p
u
k
p
a
d
a
p
e
f
e
kr
pa
u
p
u
kt
o
r
g
a
n
kn u
i

n
a
a
n
mh
s
au
r
o
d
u
k
t
f
e
ha
d
a
p
nu
a
a
m
ad
tm

p
r
a
k
t
e
k
b
u
d
i
d
a
y
a
n
o
r
m
a
l
t
e
r
n
a
k
k
a
m
b
i
n
g

s
a
t
u
m
b
h
h
i
p

i
d
p
k
e
b
uh
t
u
h
np
a
p
u
p
u
ka
o
r
g
ai
n
i
kp
f
e
s
e
s

f
r
a
k
s
i
f
e
s
e
s
/
e
k
o
r

e
r
a
d
a
t
a
n
a
m
n
h
d
u

b
i
a
y
ab
p
ep
mr
e
l
i
h
a
r
a
a
n
t

i
k
e
p
o
h
o
n
u

Gambar 1. Skenario Penambahan Struktur Pupuk Organik dalam Budidaya

Masa pertumbuhan dalam budidaya sejalan dengan temuan penelitian yang


ubi kayu berkisar 4 sampai 10 bulan menunjukkan bahwa masa pertumbuhan
setelah tanam merupakan perode kritis merupakan masa pengisian umbi yang
bagi tanaman. Pada masa ini diperlukan menentukan pertanaman ubi kayu
pemeliharaan tanaman yang optimal, agar menjadi sehat, baik, seragam dan
diperoleh produktivitas yang tinggi. Hal ini berproduksi tinggi (Kementerian Pertanian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 477


RI, 2012). Diperkuat juga temuan pemeliharaan ternak merupakan salah
Pasaribu S.M dkk (2009) bahwa satu sumberdaya penting dalam sistem
produktivitas ubi kayu yang tinggi akan produksi ubi kayu, sebagaimana yang
dicapai petani jika didukung oleh diungkapkan Ali et al., (2010) bahwa laju
ketersediaan modal untuk pengadaan pertumbuhan produktivitas usaha
input dan teknologi produksi untuk pertanian merupakan interaksi di antara
pengelolaan tanaman dan tanah untuk berbagai faktor yang ada dalam sistem
usahatani. Secara lebih spesifik usahatani dan salah satu faktor kunci
ditunjukkan Subandi (2009) komponen adalah pupuk. Lebih spesifik Pramudita
teknologi budi daya yang mendukung dkk (2014) menemukan perlakuan gulud
upaya pengembangan ubikayu dan dan pupuk kandang memberikan
konservasi lahan untuk keberlanjutan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
sistem produksi adalah; varietas unggul, ubi kayu menjadi lebih baik, pengguludan
pengaturan populasi tanaman, penyiapan menyebabkan tanah menjadi lebih ringan
bibit, pengolahan lahan, waktu tanam, dan porous yang menyebabkan perakaran
pengendalain gulma dan pemupukan. tanaman menjadi lebih berkembang
Penerapan teknologi ini diperlukan sehingga penyerapan unsur hara untuk
dukungan sistem penyediaan bibit dan pertumbuhan menjadi lebih optimal,
pengenalan varietas unggul baru, disertai sedangkan pupuk kandang memberikan
promosi teknologi produksi ramah suplai unsur hara yang cukup untuk
lingkungan (Radjit et al., 2014). mendukung pertumbuhan yang optimal
Konsekuensi diterapkannya komponen bagi pertumbuhan tanaman, juga mampu
teknologi budi daya optimal dalam sistem memperbaiki sifat fisik tanah,
produksi ubi kayu adalah meningkatnya meningkatkan agregasi serta mengikat air
biaya usahatani yang dikeluarkan petani. yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
Ketika pemakaian pupuk organik yang tanaman ubi kayu. Kondisi tanah yang
merupakan salah satu komponen tidak mampu memberikan asupan unsur
teknologi produksi ubi kayu optimal hara sebagai akibat dari penggunaan
meningkat maka biaya pemeliharaan pupuk an organik berlebihan (Ali et al.,
budidaya ubi kayu dapat ditekan. 2010), terbawanya unsur hara seperti
Penambahan struktur pemakaian nitrogen (N), pentoksida (P2O) dan
pupuk organik (kandang) dalam produksi Kalium Oksida (K2O) saat ubi kayu
integrasi ubi kayu dengan pemeliharaan dipanen (Wargiono & Sudaryanto, 2005)
ternak kambing dapat menekan kematian dapat mengganggu pertumbuhan ubi
ubi kayu baik pada masa pertumbuhan kayu, sehingga menyebabkan
maupun masa produktif. Pupuk organik meningkatnya kematian pada tanaman ubi
yang dihasilkan dari integrasi dengan kayu. Oleh kerena itu pengembalian unsur

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 478


hara melalui penambahan pupuk organik pernah dicapai dan produktivitas ubi kayu
dalam budidaya ubi kayu menjadi penting. secara most-likely adalah nilai
Kematian tanaman ubi kayu produktivitas ubi kayu rata-rata atau
mempengaruhi laju pertumbuhan produksi sering terjadi.
ubi kayu. Laju pertumbuhan produksi ubi Berdasarkan data Dinas Pertanian
kayu berkorelasi positif terhadap Kehutanan dan Perkebunan
kebutuhan biaya pemeliharaan. Hasil (Dipertahutbun) Kabupaten Trenggalek
penelitian Darwis et al., (2009) di tahun 2012, produktivitas rata-rata (most-
Kabupaten Pati Jawa Tengah likely) ubi kayu varietas malang 6 yang
mengungkapkan kebutuhan biaya terdapat di Kabupaten Trenggalek selama
pemeliharaan usahatani ubi kayu terbesar periode tahun 2007 - 2012 mencapai 1,89
adalah pembelian pupuk (9,93%), tenaga kg/pohon/tahun atau setara dengan 22,7
kerja penyiangan (8,35%), tenaga kerja ton/ha/tahun. Pada model ini diasumsikan
pengolahan tanah dan pemupukan dapat dilakukan peningkatan produktivitas
(4,72%), tenaga kerja penyemprotan rata-rata ubi kayu secara optimistik
(3,8%) dan tenaga kerja tanam (2,91%). sebesar 2,22 kg/pohon/tahun yang setara
Intensifnya budidaya ubi kayu yang dengan 26,63 ton/ha/tahun dan secara
dilakukan petani mempengaruhi laju pesimistik sebesar 1,77 kg/pohon/tahun
pertumbuhan produksi dan hal ini akan atau setara dengan 21,19 ton/ha. Nilai
memberikan konsekuensi semakin tinggi produktivitas ubi kayu optimistik dicapai
biaya pemeliharaan yang harus pada tahun 2012, sedangkan nilai
dikeluarkan. Oleh karena itu untuk produktivitas ubi kayu pesimistik dicapai
menekan biaya pemeliharaan ubi kayu, tahun 2009.
maka diperlukan intervensi dalam Skenario peningkatan kualitas ubi kayu
pemakaian input pupuk yang lebih efisien secara optimistik, pesimistik dan most-
dalam budidaya ubi kayu. likely berdampak pada produksi ubi kayu
Dampak Peningkatan Produktivitas. yang dihasilkan. Hasil simulasi skenario
Dampak peningkatan produktivitas (gambar 2) menunjukkan secara optimistik
ubi kayu diintepretasikan dalam kinerja perilaku produksi ubi kayu meningkat
produksi, persediaaan dan penjualan ubi dengan peningkatan tertinggi mencapai
kayu, baik secara optimistik, pesimis dan 284,65 % dari rata-rata (most-likely),
most-likely. Produktivitas ubi kayu secara sementara itu pada skenario pesimistik
optimistik merupakan nilai produktivitas perilaku produksi meningkat dengan
ubi kayu tertinggi yang pernah dicapai, peningkatan tertinggi mencapai 43,48 %
sementara itu produktivitas ubi kayu dari rata-rata (most-likely). Dinamika
secara pesimistik adalah nilai produksi ubi kayu terus meningkat sejalan
produktivitas ubi kayu terendah yang dengan perubahan waktu. Hal ini selain

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 479


disebabkan oleh peningkatan karena dinamika produksi ubi kayu yang
produktivitas (intensifikasi) ubi kayu juga terus meningkat.

Gambar 2. Hasil Simulasi Skenario Peningkatan Produktivitas Ubi Kayu

4. SIMPULAN DAN SARAN (2010). Prospek pengembangan


peternakan berkelanjutan melalui
1) Model kebijakan peningkatan sistem integrasi tanaman-ternak
model zero waste di Sulawesi
produktivias dilakukan dengan Selatan. Makalah Disampaikan
mengintroduksir teknologi produksi ubi Pada Seminar Nasional
”Peningkatan Akses Pangan Hewani
kayu optimal berwawasan lingkungan Melalui Integrasi Pertanian-
melalui penambahan struktur Peternakan Berkelanjutan
Menghadapi Era ACFTA”
pemakaian pupuk organik (kandang) Dilaksanakan Oleh Fakultas
dalam produksi ubi kayu Peternakan Universitas Jambi Pada
Tanggal 23 Juni 2010 Di Jambi, (3),
1–10.
2) Model kebijakan peningkatan Balitkabi. (2014). Teknologi Budidaya Ubi
produktivitas rata-rata ubi kayu secara Kayu Untuk Mencapai Produksi
Optimal. Balai Penelitian Tanaman
optimistik sebesar 2,22 kg/pohon/tahun Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
yang setara dengan 26,63 ton/ha/tahun (Balittkabi) Malang.
Behera, U. K., Kaechele, H., & France, J.
dan secara pesimistik sebesar 1,77 (2014). Integrated Animal and
kg/pohon/tahun atau setara dengan Cropping Systems in Single and
Multi. Animal Production Science,
21,19 ton/ha. Nilai produktivitas ubi 55(10), 1338–1346. Retrieved from
kayu optimistik dicapai pada tahun http://dx.doi.org/10.1071/AN14526
BPS dan Direktorat Jendral Tanaman
2012, sedangkan nilai produktivitas ubi Pangan. (2011). Laporan Produksi
kayu pesimistik dicapai tahun 2009. Ubi Kayu Menurut Provinsi (2007 -
2011). Badan Pusat Statistik dan
Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan, Kementerian Pertanian,
5. DAFTAR PUSTAKA Republik Indonesia.
Darwis, V., Muslim, C., & Askin, A. (2009).
Ali, H. M., Yusuf, M., & Syamsu, J. A. Usahatani dan Pemasaran Ubi Kayu

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 480


Serta Teknologi Pengolahan Foundation, Chamcar Daung,
Tapioka di Kabupaten Pati Provinsi Phnom Pehn, Cambodia, (Use of
Jawa Tengah. In Seminar Nasional: Cassava as Animal Feed), 1–9.
Peningkatan Daya Saing Agribisnis Radjit, B. S., Widodo, Y., Saleh, N., &
Berorientasi Kesejahteraan Petani. Prasetiaswati, N. (2014). Teknologi
Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan untuk Meningkatkan Produktivitas
Kebijakan Pertanian. Bogor. dan Keuntungan Usahatani Ubikayu
Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek. di Lahan Kering Ultisol. IPTEK
(2012). Kabupaten Trenggalek Tanaman Pangan, 9(1), 51–62.
Dalam Angaka: Pertanian. Sa’id, G., & Intan, A. H. (2001).
Dipertahutbun, Kabupaten Manajemen Agribisnis. Ghalia
Trenggalek, Jawa TImur. Indonesia, Jakarta.
Fahri, A. (2011). Teknologi Pembuatan Soetrisno. (2006). Daya Saing Pertanian
Biogas Dari Kotoran Ternak. Balai Dalam Tinjauan Analisis. Bayu
Pengkajian Teknologi Pertanian Media.Malang.
(BPTP) Riau, (341), 1–4. Retrieved Subandi. (2009). Teknologi Budi Daya
from untuk Meningkatkan Produksi
http://riau.litbang.pertanian.go.id Ubikayu dan Keberlanjutan
Kementerian Pertanian RI. (2012). Usahatani. Iptek Tanaman Pangan,
Pedoman Teknis Pengelolaan 4(2), 131–153.
ProduksiUbikayu. Direktorat Suryana, A. (2006). Strategi Kebijakan
Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, Penelitian dan Pengembangan
Direktorat Jeneral Tanaman Palawija. In CAPSA Monograph No.
Pangan, Kementerian Pertanian. 49. Pengembangan Agribisnis
Muslim, C. (2006). Pengembangan Sistem Berbasis Palawija di Indonesia:
Integrasi Padi Ternak dalam Upaya Perannya dalam Peningkatan
Pencapaian Swasembada daging di Ketahanan Pangan dan
Indonesia : Suatu Tinjauan Evaluasi. Pengentasan Kemiskinan (pp. 23–
Analisis Kebijakan Pertanian, 4(3), 50). ASCAP.Bogor.
226–239. Tasrif, M. (2005). Analisis Kebijakan
Pasaribu, S. M., Sayaka, B., & Hestina, J. Menggunakan Model System
(2009). Kelayakan Usahatani Skala Dynamycs (Buku 1). Development
Keluarga Petani. In Prosiding Studies Foundation, ITB. Bandung.
Seminar Nasional Hasil Penelitian Wargiono, J., & Sudaryanto, B. (2005).
Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Cassava Leaves and Forage Crops
tahun 2012 (pp. 351–363). for Ruminant Feed in The
Puslitbangtan Bogor. Estabilishment of Sustainable
Prajitno, D. (2009). Sistem Usahatani Cassava Farming Systems in
Terpadu sebagai Model Indonesia. cgiar.org.
Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan di Tingkat Petani. In
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Besar pada Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada (p. 16).
Pramudita, M. H., Utomo, W. H., &
Prijono, S. (2014). Implementasi
Pemeliharaan Lahan Pada
Tanaman Ubikayu : Pengaruh
Pengelolaan Lahan Terhadap Hasil
Tanaman dan Erosi. JUrnal Tanah
Dan Sumberdaya Lahan, 1(2), 88–
92.
Preston, T. (2007). Potential of Cassava in
Integrated Farming Systems.
University of Tropical Agricultural

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 481


ANALISIS SOSIAL EKONOMI PENERAPAN ALAT PINDAH TANAM (INDO JARWO
TRANSPLANTER) PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI JAWA BARAT
(Kasus Kabupaten Indramayu)

Chairul Muslim

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Jl. Tentara Pelajar No. 3B Bogor
Email: chairulmuslimc@gmail.com

ABSTRAK

Tahun 2013 Badan Litbang Pertanian telah mengembangkan Indo Jarwo Transplanter dengan
metode sistem tanam jajar legowo 2:1. Metode sistem tanam jajar legowo telah direkomendasikan
oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Tujuan penelitian ini adalah sejauh mana
tantangan dan peluang penerapan alat tanam jarwo transplanter di provinsi Jawa Barat khususnya
di Kabupaten Indramayu serta bagaimana dampaknya terhadap efisiensi waktu tenaga kerja dan
kinerja usahatani padi dengan menggunakan mesin jarwo transplanter. Penelitian ini
menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara kelompok
tani peserta pengguna mesin indo Jarwo Transplanter. Sementara data sekunder diperoleh dari
Kementerian Pertanian, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Dinas Pertanian
Provinsi Bandung, dan Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu. Dari hasil penelitian bahwa
usahatani padi dengan menggunakan mesin tanam pindah bibit padi (jarwo transplanter) dapat
mengefisienkan waktu kerja sebanyak 13 (HOK) pria dan 24 (HOK) wanita, sedangkan kegiatan
persemaian hingga tanam dengan memakai alat jarwo transplanter hanya memerlukan 19 HOK
pria dalam dan luar keluarga. Dari struktur biaya, usahatani padi sawah dengan mesin transplanter
secara keseluruhan dapat menghemat biaya sebesar Rp 2.6 juta/Ha dibandingkan sebelum
penggunaan alat tanam jarwo transplanter. Perbedaan biaya terbesar terjadi dari perbedaan
penggunaan tenaga kerja yang mencapai 27,75% dari total biaya usahatani sebelum penggunaan
alat mesin dan 14,86% dari total biaya usahatani dengan mesin jarwo transplanter.

Kata kunci: Analisis sosial ekonomi. alat pindah tanam (Indo Jarwo Transplanter), Jawa Barat

1. PENDAHULUAN banyak maka hasilnya juga akan


lebih banyak.
Sistem tanam jajar legowo atau sering
Menurut Suwono, dkk. (2000), keunggulan
disebut Si Jarwo merupakan inovasi
cara tanam jajar legowo bila dibandingkan
pola bertanam dengan berselang seling
dengan tanam pindah adalah: (1) jumlah
antara dua atau lebih baris tanaman padi
tanaman persatuan luas lebih banyak,
dan diselingi satu baris kosong. Legowo
sehingga produktivitasnya lebih banyak;
diambil dari bahasa jawa yang berasal
(2) dengan jarak yang berselang seling
dari kata lego berarti luas dan dowo
menyebabkan sirkulasi udara dan sinar
bermakna memanjang. Inti dari sistem
matahari yang masuk lebih banyak,
tanam ini adalah memperbanyak
sehingga mengurangi hama penyakit dan
tanaman pinggir dengan harapan
(3) pemupukan dan penyiangan menjadi
pertumbuhannya lebih bagus dan hasilnya
lebih mudah, sehingga menghemat biaya
lebih tinggi. Ini artinya, jika rumpun-
tenaga kerja.
rumpun yang ada di pinggir semakin

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 482


Beberapa faktor penyebab tidak padi Indo Jarwo Transplanter 2:1 prototipe
berkembangnya tanam jajar legowo 1. Tujuan dihasilkannya mesin alat tanam
adalah: (1) adanya sistem tanam jarwo transplanter adalah untuk
borongan yang menghendaki waktu mengantisipasi ancaman kekurangan
tanam yang lebih cepat, padahal waktu tenaga kerja tanam bibit padi, serta
tanam yang dibutuhkan untuk tanam jajar peningkatan produktivitas padi.
legowo relatif lebih lama, (2) terbatasnya Berpijak dari informasi dan permasalahan
tenaga tanam yang terampil untuk tanam di atas, maka tujuan makalah ini adalah
jajar legowo dan (3) biaya tanam lebih sejauh mana tantangan dan peluang
tinggi bila dibandingkan dengan tanam penerapan alat tanam jarwo transplanter
pindah. (Santoso, dkk., 2005). di Provinsi Jawa Barat, khususnya di
Sistem tanam jajar legowo di Jawa Barat kabupaten Indramayu serta bagaimana
sudah diadopsi sejak 14 tahun terakhir, dampaknya terhadap efisiensi waktu
tetapi petani yang mengadopsi masih tenaga kerja dan kinerja usahatani padi
kurang dari 5%, permasalahan lambatnya dengan menggunakan mesin jarwo
adopsi teknologi tanaman padi jajar transplanter.
legowo adalah sebagian besar petani
belum memahami secara utuh tentang 2. METODE PENELITIAN
tekologi tersebut. Untuk dapat memberi
Mesin Indo Jarwo Transplanter dengan
pengertian secara utuh kepada petani,
Metode Sistem Tanam Jarwo 2:1
pemasyarakatan tanam padi jajar legowo
merupakan prototipe 1 yang dimodifikasi
harus menerapkan Sistem Diseminasi
pada tahun 2014. Alat mesin tersebut
Multi Canel (SDMC). Instansi/lembaga
sudah dikembangkan di Jawa Tengah dan
pemerintah, swasta, LSM, tokoh
Jawa Timur. Dengan adanya kemajuan
masyarakat harus dilibatkan sebagai
teknologi tersebut, Pusat Sosial Ekonomi
delivery system. Selain itu, media
dan Kebijakan Pertanian melaksanakan
diseminasi juga harus beragam, karena
penelitian pada tahun 2014 dan survei ke
pengetahuan dan kemampuan setiap
lokasi yang dipilih adalah Desa Tugu Kidul
petani dalam menyerap/memahami
Kecamatan Slyeg, Kabupaten Indramayu.
informasi teknologi baru sangat berbeda.
Pemilihan lokasi penelitian didasari bahwa
Untuk mewujudkan program penyediaan
Kecamatan Slyeg Kabupaten Indramayu
padi sebesar 75.7 ton GKG pada tahun
merupakan salah satu kabupaten yang
2010- 2014 (swasembada pangan), tahun
pertama di provinsi Jawa Barat yang
2013 Balai besar Pengembangan
melaksanakan alat mesin transplanter.
Mekanisasi Pertanian, Badan Litbang
Sosialisasinya ditempatkan pada
Pertanian, melakukan proses rekayasa
kelompok tani padi serta membandingkan
ulang prototipe mesin tanam pindah bibit

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 483


dengan kelompok tani non peserta sektor pertanian. Perubahan atau alih
pengguna alat tersebut dalam profesi tenaga kerja di perdesaan
usahataninya. menyebabkan berkurangnya tenaga kerja
Penelitian ini mempergunakan data sektor pertanian sehingga menimbulkan
sekunder dan data primer. Data primer kelangkaan tenaga kerja. Kelangkaan
diperoleh melalui wawancara kelompok tenaga kerja pada usahatani padi lebih
tani peserta pengguna mesin indo jarwo dirasakan oleh petani pada saat tanam
transplanter dengan metode wawancara bibit dan panen karena kedua kegiatan
melalui Focus Group Discussion (FGD) tersebut lebih mengandalkan tenaga kerja
yang dihadiri oleh pengurus dan anggota dari luar keluarga. Walaupun masih ada
kelompok tani padi. Sementara data tenaga kerja luar keluarga namun
sekunder diperoleh dari Kementerian jumlahnya relatif sedikit dan didominasi
Pertanian, Balai Besar Pengembangan oleh tenaga kerja yang telah berumur
Mekanisasi Pertanian, Dinas Pertanian lebih dari 50 tahun.
Provinsi Bandung, dan Dinas Pertanian Dalam mengatasi kekurangan tenaga
Kabupaten Indramayu. kerja tanam bibit padi, maka pemerintah
Data sekunder yang terkumpul ditabulasi telah menghibahkan beberapa alat tanam
dan dianalisis secara deskriptif. pindah bibit padi (mesin transplanter)
Sementara data primer, khususnya untuk yang diserahkan kepada kelompok tani di
analisa usahatani, mempergunakan beberapa wilayah salah satunya di
analisa R/C ratio (petani peserta provinsi Jawa Barat, yaitu di kabupaten
pengguna mesin indo jarwo transplanter, Indramayu.
dan petani non peserta mesin indo jarwo 3.1. Efisiensi Waktu Tenaga Kerja
transplanter). Sebelum dan Sesudah Pemakaian
Alat Transplanter
Efisiensi waktu kerja pada usahatani
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan menggunakan mesin tanam bibit
Kelangkaan tenaga kerja di sektor padi (transplanter) dan cara manual, yaitu
pertanian mulai terjadi di beberapa daerah dengan menghitung curahan waktu kerja
sentra produksi padi khususnya di Jawa pada kedua sistem usahatani tersebut.
Barat, terutama pada daerah pertanian Curahan waktu kerja adalah jumlah waktu
yang berdekatan dengan kota besar yang yang digunakan oleh seorang petani untuk
mengalami tranformasi menjadi daerah melakukan aktivitas kegiatan di sawah.
industri. Dengan berkembangnya sektor Penggunaan tenaga kerja pada sistem
industri menyebabkan tenaga kerja muda usahatani padi sawah melibatkan tenaga
di perdesaan lebih memilih bekerja di kerja pria dan wanita baik dari dalam
sektor industri dibandingkan dengan keluarga maupun dari luar keluarga.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 484


Curahan waktu tenaga kerja selama Dapog/krompak merupakan tempat
proses produksi diawali dari kegiatan persemaian benih padi dari plastik atau
persiapan persemaian hingga proses bahan lainnya dengan ukuran 60 x30x3
pasca panen (perontokan gabah). cm sesuai dengan konstruksi mesin
Pada tahap pekerjaan tertentu peran tanam. Pembibitan benih padi di
tenaga kerja luar keluarga dibutuhkan dapog/krompak dapat dilakukan di lahan
karena ketidak-cukupan waktu yang sawah (bahkan di halaman rumah)
dimiliki oleh tenaga kerja dalam keluarga, dengan menyiram setiap hari selama 15-
yaitu pada kegiatan cabut bibit, tanam dan 17 hari. Selanjutnya bibit dilepaskan dari
panen. dapog/krompak, kemudian digulung dan
Kegiatan cabut bibit dan tanam pada ditempatkan pada tempat bibit di mesin
umumnya dilakukan oleh tenaga kerja transplanter.
wanita yang dikerjakan secara rombongan Informasi kelompok tani Eka Sona dalam
dengan membentuk regu tanam. Dengan usahatani padi mulai dari persemaian
lahan sawah yang realatif luas tentunya hingga tanam seperti penanaman dengan
regu tanam yang ada tidak mencukupi mesin transplanter yang dioperasionalkan
untuk melakukan kegiatan tanam agar oleh 3-4 orang. Perbedaan dalam
memperoleh waktu tanam yang pembibitan dan penanaman bibit padi
serempak. Oleh sebab itu, beberapa adalah pada penggunaan tenaga kerja
petani mulai menggunakan jasa mesin (Tabel 1). Penanaman bibit padi sebelum
transplanter pada kegiatan tanam bibit pemakaian alat transplanter memerlukan
padi karena jika hanya mengandalkan tenaga kerja laki-laki dalam dan luar
jasa regu tanam (cara manual) petani keluarga sebanyak 32 HOK dan tenaga
dapat menunggu giliran tanam hingga 1 – kerja wanita dalam dan luar keluarga
2 bulan baru bisa tanam sehingga waktu sebanyak 24 HOK, sedangkan tanam bibit
tanam menjadi tidak serempak. dengan menggunakan transplanter hanya
Perbedaan tanam bibit padi sebelum dan memerlukan 19 HOK tenaga kerja pria
sesudah dengan mesin transplanter dalam dan luar keluarga dan tidak
terletak pada pembibitan benih padi. menggunakan tenaga kerja wanita. Oleh
Pembibitan benih padi sebelumnya karena itu, perbedaan curahan waktu
dengan menghamburkan benih padi di kerja sebanyak 13 HOK bagi tenaga kerja
areal persemaian, namun pembibitan laki-laki dan 24 HOK tenaga kerja wanita.
dengan mesin transplanter dengan
mengecambahkan benih padi di dapog
(istilah di kabupaten indramayu krompak).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 485


Tabel 1. Curahan Waktu TK pada Kegiatan Persemaian Padi Hingga Tanam per Hektar
Sebelum dan Sesudah Pemakaian Alat Jarwo Transplanter di Kabupaten Indramayu
Tahun 2014
Curahan Waktu Tenaga Kerja (HOK)
Kegiatan Sebelum Sesudah
Laki-laki Wanita Laki-laki Wanita
DK LK DK LK DK LK DK LK
Persemaian 6 2 0 0 1 1 0 0
Cabut Bibit 1 6 0 0 1 0 0
Pengolahan Lahan 1 16 0 0 1 12 0 0
Tanam 24 3 0 0
Jumlah 8 24 0 24 3 16 0 0

Perbedaan curahan waktu tenaga kerja membayar upah tanam yaitu sebesar Rp
yang digunakan pada saat persemaian 2.278569 jt/ha, sedangkan biaya pada
hingga tanam bibit padi menyebabkan cara tanam sesudah menggunakan
perbedaan biaya yang dikeluarkan oleh transplanter meliputi biaya untuk membeli
petani. Pada penanaman benih tanpa bibit, menyewa traktor, dan menyewa
jarwo transplanter, biaya yang dikeluarkan mesin transplanter total biaya yang
petani meliputi biaya untuk dikeluarkan petani Rp 1.857142 jt/ha
mempersiapkan lahan persemaian, (Tabel 2).
membeli benih, menyewa traktor dan

Tabel 2. Perbedaan Biaya Kegiatan Pembibitan Hingga Tanam Padi Sebelum dan
Sesudah Pemakaian Jarwo Transplanter Di Kabupaten Indramayu Tahun 2014
Biaya (Rp 000)
Uraian Sebelum Sesudah
Membuat persemaian 150.000
Kebutuhan benih/bibit 364.285 1.000.000
Pengolahan tanah 857.142 857.142
Membersihkan gulma di areal pertanaman padi 400.000 0
Tanam:
Sebelum 857.142
Sesudah 500.000
Total Biaya 2.628.569 2.357.142

Perbedaan biaya pembibitan hingga 4.000/krompak, sehingga memerlukan


tanam terbesar terjadi pada tahap biaya sebesar Rp 1.000.000, namun untuk
persemaian dan pembelian bibit. cara tanam sebelum penggunaan alat
Kebutuhan bibit pada usahatani padi transplanter hanya membutuhkan biaya
dengan mesin transplanter sebanyak 250 sebesar Rp 464.000 untuk biaya
dapog/krompak dengan harga bibit Rp persemaian dan pembelian benih padi.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 486


Biaya tertinggi sebelum pemakaian alat terbesar pada usahatani padi dengan
adalah upah tanam yang mencapai Rp jarwo transplanter biaya tertinggi ada
857.142 per hektar sehingga biaya total pada biaya pembelian pupuk mencapai
untuk pembibitan hingga tanam sebelum 17,61 persen (Rp 1.822.500) dan upah
pemakaian alat transplanter sebesar Rp tenaga kerja 14,69 persen (Rp 1.520.000).
2.378.569 dan dengan mesin jarwo Tingginya proporsi upah tenaga kerja
transplanter sebesar Rp 1.857.142 atau disebabkan bahwa pada usahatani padi
dapat menghemat Rp 521.427 (21,92 lebih banyak menggunakan tenaga kerja
persen). Menurut Kuswanto (2012), di luar keluarga, hal ini juga sesuai pendapat
Kabupaten Cilacap biaya mulai dari zakaria dan Swastika (2005) bahwa pada
pembuatan persemaian sampai dengan usahatani padi memerlukan banyak
tanam secara manual memerlukan biaya tenaga kerja, tetapi curahan waktunya
Rp 1.590.000 sedangkan biaya bibit dan relatif pendek seperti kegiatan tanam dan
tanam menggunakan transplanter panen. Dengan demikian petani yang
memerlukan biaya Rp 1.250.000 sehingga mempunyai anggota keluarga sebagai
dengan menggunakan transplanter dapat tenaga kerja dalam keluarga umumnya
menghemat Rp 340.000 atau 21,38 sedikit membutuhkan tambahan tenaga
persen dibandingkan dengan cara kerja luar keluarga, sehingga proporsi
manual. upah tenaga kerja cenderung tinggi.
3.2. Kelayakan Usahatani Padi Sebelum Lebih rinci struktur biaya dan pendapatan
dan Sesudah Menggunakan Alat usahatani padi menggunakan alat tanam
Mesin Tanam Jarwo Transplanter
jarwo transplanter (Tabel 3), dari aspek
di Kabupaten Indramayu
upah tenaga kerja lebih rendah atau dapat
Kelayakan usahatani padi dapat dilihat
menghemat sebesar Rp 2.080.000,-,
dari struktur biaya dan struktur
namun ada tambahan biaya sewa alat
pendapatan usahatani padi. Biaya yang
transplanter sebesar Rp 500.000,-
dikeluarkan petani dialokasikan untuk
sehingga penambahan biaya sewa
membeli benih, pupuk, pestisida, sewa
tersebut dapat disubtitusikan dari selisih
alat dan mesin serta upah tenaga kerja.
upah tenaga kerja.
Dari struktur biaya terlihat bahwa biaya
terbesar pada usahatani padi dengan cara
tanam sebelum pemakaian alat adalah
untuk membayar upah tenaga kerja
mencapai 27,75 persen dari total biaya
usahatani atau sebesar Rp 3.6 jt/ha, dan
biaya pembelian pupuk sebesar 15.79
persen (Rp 2.047.500). Sedangkan biaya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 487


Tabel 3.Perbedaan Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Per Hektar Sebelum
dan Sesudah Penggunaan Alat Jarwo Transplanter di Kabupaten Indramayu Tahun 2014
Sebelum sesudah
Uraian Harga % thd Harga % thd
Nilai Nilai
Volume Satuan (Rp/ total Volume (Rp/ total
(Rp 000) (Rp 000)
Satuan) biaya Satuan) biaya
I. Biaya Saprodi xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
1. Benih/Bibit 3) xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
inpari 4 24 kg 15,000 364,286 2.81 250 4,000 1,000,000 9.66
2. Pupuk xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
a. Urea 300 Kg 1,800 540,000 4.16 300 1,800 540,000 5.22
b. ZA Kg 0 0.00 0 0.00
c. SP36 100 Kg 2,400 240,000 1.85 150 2,400 360,000 3.48
d. NPK 150 Kg 2,400 360,000 2.78 150 2,400 360,000 3.48
e. KCl Kg 0 0.00 0 0.00
f. Kandang 1,250 Kg 550 687,500 5.30 550 550 302,500 2.92
g. Kompos Kg 0 0.00 0 0.00
h. Lainnya Kg 45,000 0.35 85,000 0.82
j. Granul 5 lt 35,000 175,000 1.35 5 35,000 175,000 1.69
3. Obat-obatan xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
a. aplud 1 kg 70,000 70,000 0.54 1 70,000 70,000 0.68
b. herbisida 1 lt 35,000 35,000 0.27 1 35,000 35,000 0.34
c. trebon xxxx xxxx xxxx 40,000 0.31 xxxx xxxx xxxx
d. ……… xxxx xxxx xxxx 0 0.00 xxxx xxxx xxxx
II. Biaya lainnya xxxx xxxx xxxx 0 0.00 xxxx xxxx xxxx
(Rp 000)
4. Pengolahan Kg 0 0.00 0 0.00
tanah
Traktor 857,142 6.61 0 0.00
Transplanter 0.00 500,000 4.83
Tanam borongan 857,142 6.61 0 0.00
Pemeliharaan 0.00 0 0.00
Dalam keluarga 25 HOK 40,000 1,000,000 7.71 13 40,000 520,000 5.03
Luar keluarga 65 HOK 40,000 2,600,000 20.04 25 40,000 1,000,000 9.66
Bawon 5,100,000 39.32 5,400,000 52.19
Total biaya 12,971,070 100 10,347,500 100
III. Produksi 6800 kg 4,500 30,600,000 7200 4,500 32,400,000
Pendapatan 17,628,930 22,052,500
/keuntungan
B/C ratio 1.36 2.13

Keterangan *) satuan: krompak

Secara keseluruhan biaya yang hektar dibandingkan Rp 12.971.070


dikeluarkan petani dengan menggunakan (selisih sebesar Rp 2.623.570,- per
jasa mesin transplanter lebih rendah jika hektar). Dari sisi produksi, produktivitas
dibandingkan dengan biaya usahatani padi yang diperoleh dengan tanam
sebelum menggunakan alat jarwo menggunakan transplanter lebih tinggi
transplanter, yaitu Rp 10.347.500 per dibandingkan tidak memakai alat mesin,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 488


yaitu 7,20 ton/ha dibandingkan 6,80 - Tenaga kerja tanam hanya
ton/ha. Hal ini disebabkan oleh jarak dan memerlukan 1 orang operator untuk 5-
kedalaman tanam dengan menggunakan 6 jam kerja, dan tenaga tanam 4 orang.
mesin jarwo transplanter bisa lebih
b. Kelemahan
seragam sehingga pertumbuhan tanaman
dapat lebih optimal. - Hanya dapat diterapkan di lahan
Unadi dan Suparlan (2011) menyatakan hamparan yang relatif luas minimal 1 ha.
bahwa mesin transplanter selain berfungsi - Model alat tanam jarwo
untuk mengisi kekurangan tenaga kerja transplanter (prototipe 2) adalah alat hasil
manusia dan tingkat upah yang semakin modifikasi prototipe 1 oleh BPTP dan BB
mahal, juga dapat meningkatkan efisiensi Mektan belum sebaik produk swasta.
usahatani melalui penghematan tenaga, - Adapun syarat dalam penanaman
waktu dan biaya produksi serta dengan memerlukan kedalaman lumpur maksimal
mesin transplanter dapat menyelamatkan 35-40 cm, lebih baik lagi kedalaman
hasil dan meningkatkan mutu produk lumpur berkisar 20-25 cm.
pertanian - Dalam pembuatan bibit tidak
3.3. Keunggulan dan Kelemahan Alat diaplikasikan langsung pada media
mesin Tanam Jarwo Transplanter
tanah, saat pembuatan bibit
a. Keunggulan memerlukan tindakan khusus,

- Mesin Alat Tanam Jarwo (Jarwo sehingga pelaksanaannya harus

Transplanter). didampingi petugas yang


berpengalaman dalam hal ini.
- Waktu tanam dapat serentak dan
hanya 4 jam per hektar.
4. SIMPULAN DAN SARAN
- Biaya dapat ditekan baik dari sisi
4.1. Simpulan
jumlah bibit maupun pengeluaran biaya
upah tenaga kerja. Perbedaan tanam bibit padi sebelum dan
sesudah dengan mesin jarwo transplanter
- Waktu tanam akan lebih cepat dan
terletak pada kebutuhan bibit dimana
jumlah bibit lebih sedikit dibanding
tanam tidak menggunakan alat jarwo
dengan tenaga manusia.
transplanter memerlukan 24 kg benih padi
- Jarak tanam padi bisa sama dan tepat, dibibitkan di lahan persemaian,
juga jarak tanam bisa diatur sesuai sedangkan tanam dengan mesin jarwo
dengan keinginan petani. transplanter membutuhkan 250 krompak
bibit padi yang disemaikan di
dapog/krompak selama 15 – 20 hari

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 489


selanjutnya bibit diletakkan di tempat bibit kelangkaan tenaga kerja di sektor
(tray) pada mesin jarwo transplanter. pertanian maka perlu diimplementasikan
Usahatani padi dengan menggunakan mesin tanam pindah bibit padi sistem
mesin jarwo transplanter dapat tanam jajar legowo (mesin jarwo
mengefisienkan waktu kerja sebanyak 13 transplanter) di daerah-daerah yang mulai
hari orang kerja pria dan 24 hari orang mengalami kelangkaan tenaga kerja.
kerja wanita, dan efisiensi biaya sebesar
Rp 271.427,-. 4.2. Saran
Dari struktur biaya, usahatani padi sawah
Untuk mengintroduksi teknologi baru
dengan mesin transplanter secara
diperlukan pelatihan dan pendidikan agar
keseluruhan dapat menghemat biaya
petani mampu mengoperasikan alsintan
sebesar Rp 2.623.570 per hektar
dengan baik dan aman. Dengan
dibandingkan sebelum penggunaan alat
penyediaan jasa penyewaan mesin,
tanam jarwo transplanter. Perbedaan
petani kecil yang tidak sanggup membeli
biaya terbesar terjadi dari perbedaan
alsintan dapat tertolong. Mereka dapat
penggunaan tenaga kerja yang mencapai
menggunakan mesin dan mendapatkan
27,75 persen dari total biaya usahatani
manfaat dari mesin tanpa harus
sebelum penggunaan alat mesin dan
mengeluarkan biaya besar untuk
14,86 persen dari total biaya usahatani
membelinya. Selain itu, petani yang
dengan mesin jarwo transplanter.
berfungsi sebagai kontraktor dapat
Produktivitas padi meningkat, karena jarak
mendapatkan manfaat ganda. Mereka
tanam dan kedalaman tanam dengan
dapat memperoleh keuntungan dari
menggunakan mesin jarwo transplanter
pemanfaatan mesin maupun dari
bisa lebih seragam sehingga
penyewaan mesin.
pertumbuhan tanaman dapat lebih
Usaha jasa penyewaan alsintan oleh
optimal. Produksi gabah kering panen
kelompok tani selama ini kurang
yang diperoleh petani lebih tinggi pada
menguntungkan karena rendahnya
usahatani dengan menggunakan mesin
profesionalisme dan pengelolaan yang
transplanter, yaitu 7,20 ton/ha
kurang baik. Karena itu, kemampuan
dibandingkan 6,80 ton/ha dengan harga
manajemen kelompok tani perlu
gabah Rp 4.500/kg maka terjadi selisih
ditingkatkan agar mampu mendapatkan
keuntungan sebesar Rp 4.543.570 per
keuntungan dari usaha sewa jasa yang
hektar antara petani dengan
dilakukan.
menggunakan mesin jarwo transplanter
Untuk mendukung perkembangan
dan petani yang tidak menggunakan.
kelembagaan petani, maka peran
Dalam rangka meningkatkan produksi
pemerintah sangatlah penting. Kebijakan-
padi secara nasional dan mengatasi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 490


kebijakan yang dikeluarkan pemerintah
baik itu di bidang pertanian khususnya
mekanisasi pertanian, perdagangan,
maupun ketenagakerjaan dan pendidikan
diharapkan dapat diselaraskan dalam
mendukung perkembangan mekanisasi
pertanian di Indonesia.

5. DAFTAR PUSTAKA

Kuswanto, E. 2012. Profil UPJA “Setia


Dadi Desa Bojong Kecamatan
Kawunganten Kabupaten Cilacap.
Makalah disampaikan pada Group Diskusi
Terfokus (FGD), Solo, 2012.
Santoso, P; A. Suryadi; H. Subagyo; dan
B. V. Latulung. 2005. Dampak teknologi
sistem usaha pertanian padi terhadap
peningkatan produksi dan pendapatan
usahatani di Jawa Timur. Puslibang Sosial
ekonomi Pertanian. Bogor.
Suwono; Kasijadi; Z. Arifin; I. Wahab; dan
C. Ismail. 2000. Pengkajian sistem usaha
pertanian padi dan efisiensi pupuk di
ekoregion lahan irigasi. Laporan
penelitian/pengkajian tahun 1999/2000.
BPTP Karangploso.
Unadi, A. dan Suparlan. 2011. Dukungan
Teknologi Pertanian untuk Industrialisasi
Agribisnis Pedesaan. Makalah Seminar
Nasional Penyuluhan Pertanian pada
Kegiatan Soropadan Agro Expo tanggal 2
Juli 2011. Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian, Bogor.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 491


PENGARUH PELAKSANAAN PERTANIAN SRI ORGANIK
TERHADAP KEBERLANJUTAN EKONOMI PETANI

H. D.Yadi Heryadi dan Hj. Betty Rofatin

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi


Email: heryadiday63@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kinerja pengembangan padi dengan metode SRI organik di Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan
kecenderungan penurunan. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi diantaranya
terkait dengan kekhawatiran secara ekonomi yang dihadapi petani dalam hal teknis pelaksanaan
pertanian padi SRI organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan
pertanian padi S.R.I organik terhadap keberlanjutan ekonomi petani terdiri dari produktivitas dan
pendapatan petani.Metode penelitian menggunakan studi kasus dengan jenis data primer dan
sekunder, Dilakukan di Kelompok Tani Jembar II Desa Margahayu Kecamatan Manonjaya
Kabupaten Tasikmalaya dengan jumlah responden petani SRI organik sebanyak 25 orang.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pertanian padi SRI organik tidak berpengaruh
terhadap keberlanjutan ekonomi pertanian baik pada aspek produktivitas maupun pendapatan
petaninya.

Kata kunci: Kinerja, SRI (System of Rice Intensification), Konvensional, Keberlanjutan

1. PENDAHULUAN akan memenuhi kecukupan pangan


Pertanian masa lalu dengan masyarakat, memberikan kontribusi untuk
mengeksploitasi sumber daya alam dan pembangunan pedesaan dan memberikan
menggunakan berbagai cara termasuk penghidupan kepada petani tanpa
penggunaan bahan-bahan kimiawi yang merusak dasar sumber daya alam.
berlebihan telah memberikan dampak Pertanian organik telah diusulkan sebagai
merugikan pada pertanian masa kini. sarana penting untuk mencapai tujuan-
Beberapa percobaan lapangan jangka tujuan ini (Seufert, Verena
panjang menunjukkan kecenderungan 2012).Pertanian organik dapat
penurunan hasil gabah pada padi tanam memecahkan semua masalah diatas dan
intensif dengan input pupuk konstan dan pertanian organik telah dianggap sebagai
tinggi (Cassman KG, Pingali PL,1995). salah satu pilihan terbaik untuk melindungi
Beras monokultur dari waktu ke waktu / mempertahankan kesehatan tanah, dan
telah jelas menunjukkan degradasi jangka mendapatkan banyak hal penting di
panjang pada sumber daya tanah. Oleh bidang pertanian saat ini (Surekha K, et
karena itu, peningkatan dan pemeliharaan all, 2013). Manfaat lainnya adalah
produktivitas sistem dan kualitas sumber perbaikan yang signifikan dalam fisik
daya sangat penting untuk pertanian tanah, kesuburan dan sifat biologis telah
berkelanjutan (Surekha K, et all, 2013). dilaporkan di beberapa percobaan
Kita memerlukan perubahan drastis pertanian organik (Pathak H, Kushwala
dalam sistem pangan global untuk JS, Jain MC,1992) dan Carpenter Boggs
mencapai pertanian berkelanjutan yang L, Kennedy AC, Reganold JP (2000).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 492


Pertanian organik memungkinkan pada luas tanam, luas panen,
ekosistem untuk lebih menyesuaikan diri produktivitas, produksi, dan yang paling
dengan dampak perubahan iklim, dan ekstrim adalah penurunan jumlah petani
juga meningkatkan potensi penyerapan yang mengikuti pertanian padi SRI
karbon dari tanah (Bhooshan N, Prasad Organik (Gambar 1,2,3,4).
C, 2011).
Salah satu usahatani padi organik
yang umum dikembangkan sekarang ini
dikenal dengan System of Rice
Intensification (SRI Organik). Teknologi
budidaya SRI diperkenalkan sebagai
upaya untuk mencari jalan keluar dari
sistem budidaya konvensional yang Gambar 1. Perkembangan Luas Tanam dan Luas
Panen Pertanian Padi Organik di Kabupaten
dibawa oleh Revolusi hijau.SRI yang Tasikmalaya 2005-2012

dikembangkan di Jawa Barat adalah SRI


organik yang menekankan pada
penggunaan pupuk organik untuk
memperbaiki kesuburan tanah.Salah satu
kabupaten di Jawa Barat yang
memberikan prioritas pada
pengembangan SRI Organik dan ingin
menjadikannya sebagai “ikon” daerah
Gambar 2 Perkembangan Produksi
yaitu Kabupaten Tasikmalaya.Salah satu Pertanian Padi Organik di Kabupaten
Tasikmalaya 2005-2012
wilayah pengembangannya adalah di
Desa Margahayu Kecamatan Manonjaya
Kab.Tasikmalaya.
Walaupun pertanian organik
termasuk padi organik telah disebutkan
banyak manfaat dan aspek positifnya
namun kinerja perkembangannya di
Kabupaten Tasikmalaya dapat Gambar 3. Perkembangan Produktivitas
Pertanian Padi Organik di Kabupaten
dikategorikan stagnan dan kurang Tasikmalaya 2005-2012

menggembirakan. Beberapa indikator


yang dapat dilihat untuk menunjukkan
perkembangan yang belum sesuai
dengan harapan diantaranya adalah
kecenderungan fluktuasi dan penurunan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 493


diketahui sehingga harapannya pertanian
organik dapat berkembang lebih baik lagi.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh pelaksanaan pertanian padi
S.R.I organik terhadap keberlanjutan
ekonomi petani.

2. METODE PENELITIAN
Gambar 4. Perkembangan Jumlah Petani
pada Gapoktan Simpatik Objek yang diteliti adalah Kelompok
Tani Jembar II di Desa Margahayu
Walaupun pertanian organik
Kecamatan Manonjaya Kabupaten
termasuk padi organik telah disebutkan
Tasikmalaya.Metode penelitian yang
banyak manfaatnya, namun pada
digunakan adalah studi kasus.Jenis data
kenyataannya kinerja pengembangannya
yang digunakan dalam penelitian ini
belum menggembirakan, khususnya di
adalah data kuantitatif dan data kualitatif
Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini
yang dikumpulkan melalui teknik
diantaranya disebabkan karena petani
pengumpulan data sesuai dengan
sebagai pelaku utama dalam usahatani
masing-masing jenis data.Sumber data
padi organik masih memiliki keraguan
yang dikumpulkan adalah data primer dan
secara ekonomi ketika akan bergeser dari
sekunder.Pengambilan responden
pertanian konvensional ke pertanian
dilakukan secara sensus terhadap 25
organik. Pada kasus di Gapoktan Simpatik
orang anggota yang merupakan petani
di Kabupaten Tasikmalaya, jumlah petani
organik.Penelitian dan kegiatan
organik mengalami penurunan akibat
penunjang lainnya dilakukan mulai bulan
adanya tantangan-tantangan yang
Januari 2016 sampai Desember 2016.
dihadapi sewaktu melakukan usahatani
Data primer yang diperoleh
(Yanti, Elena K.Y.S., 2014). Salahsatu
kemudian diolah menggunakan program
Kelompok Tani yang tergabung dalam
SPSS 17.0 for Windows dan diuji dengan
Gapoktan Simpatik adalah Kelompok Tani
Statistik Nonparametrik. Guna menguji
Jembar II di Desa Margahayu Kecamatan
hipotesis tentang Pengaruh Pelaksanaan
Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya
Pertanian Padi SRI Organik terhadap
sebagai wilayah yang akan diteliti.
Keberlanjutan Ekonomi Petani
Keraguan-keraguan dan
menggunakan Korelasi Rank Spearman.
kekhawatiran secara ekonomi yang
Variabel pelaksanaan padi SRI
dihadapi petani konvensional ke
organik yang dioperasionalisasikan terdiri
pertanian organik merupakan hal yang
dari sebagai berikut:
ketika akan bergeser dari pertanianharus

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 494


1) Pelaksanaan Pertanian padi SRI petani mendapatkan dan
organik adalah Teknik budidaya mengangkut pupuk yang berasal
pertanian yang menggunakan dari bahan organik seperti pupuk
sumberdaya alam secara organik atau kompos, kandang, hijau, cair dan
terbebas dari penggunaan input kimia lain-lain dari lokasi awal mereka
dan dilakukan oleh petani sesuai menuju ke sawah secara rutin setiap
dengan pengetahuan dan kondisi lokal musim.
mereka, menggunakan skala e) Lahan dan sumber air irigasi untuk
pengukuran Ordinal dengan indikator pertanian organik harus dipisahkan
yang dikembangkan Widiarta,A. dkk dari pertanian konvensional yaitu
(2011)sebagai berikut : Pemisahan lahan dan sumber air
a) Lahan pertanian harus dikonversi irigasi antara pertanian organik
dari lahan non organik menjadi dengan pertanian konvensional
organik tanpa tercemar bahan kimia untuk menghindari kontaminasi
sintetik selama lebih dari atau sama bahan-bahan kimia sintetik.
dengan 3 tahun yaitu Periode yang f) Pengendalian hama dan penyakit
dibutuhkan untuk mengkonversi tanaman dengan menggunakan
lahan dari non-organik menjadi pestisida organik yaitu Pengendalian
organik, sehingga lahan terbebas hama dan penyakit tanaman secara
dari residu bahan kimiasintetik alami yang dapat dilakukan oleh
secara ideal selama minimal 3 petani dengan memanfaatkan
tahun. pestisida hayati atau nabati serta
b) Bertanam padi organik harus predator hama alami tanpa bahan
menggunakan bibit padi varietas kimia sintetik.
lokal yaitu Petani menggunakan bibit 2) Keberlanjutan Ekonomi Petani yaitu
padi varietas lokal dan bukan Kondisi ekonomi petani yang ideal
hibrida. yakni jika petani mampu menghasilkan
c) Bertanam padi organik harus produktivitas yang tinggi dan
menggunakan bibit muda dan per memperoleh pendapatan yang cukup
lubang dengan satu tanaman adalah untuk melaksanakan keberlanjutan
Petani menggunakan bibit muda penghidupan secara kontinu diukur
dengan jumlah bibit satu per libang dengan skala rasio, terdiri dari :
tanam. a) Produktivitas yaitu kemampuan
d) Proses pengadaan dan sistem usahatani untuk
pengangkutan pupuk organik ke menghasilkan panen per luas lahan
sawah sesuai rekomendasi secara pada musim tertentudari tanaman
rutin setiap musim tanam yaitu Cara

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 495


yang dibudidayakan untuk menjamin dalam hal ini terhadap produktivitas yang
kelangsungan hidup petani. diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1.
b) Keuntungan usahatani per musim Hasil analisis menunjukkan Sig =
tanam yaitu jumlah total penerimaan 0,179 > α = 0,05 maka Terima Ho, ini
petani per musim tanam dikurangi berarti bahwa pelaksanaan pertanian padi
jumlah total biaya input produksi SRI organik tidak berpengaruh terhadap
pertanian. keberlanjutan ekonomi pertanian
(produktivitas).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistik pengaruh


pelaksanaan pertanian Padi S.R.I organik
terhadap keberlanjutan ekonomi petani

Tabel 1. Hasil Analisis Pengaruh Pelaksanaan Pertanian Padi S.R.I Organik terhadap
Keberlanjutan Ekonomi Petani (Produktivitas)
Pelaksanaan Produktivitas
Spearman’s rho Pelaksanaan Correlation 1.000 .278
Coefficient
Sig. (2-tailed) .179
N 25 25
Produktivitas Correlation .278 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .179 -
N 25 25

Dari data yang diperoleh, konvensional, pada awal pelaksanaan


produktivitas rata-rata yang dicapai sistem padi semiorganik dan organik
responden petani organik hanya sekitar sepenuhnya, hasil padi lebih rendah
6,74 ton/ha dan hasil ini masih dibawah sekitar 3 - 4 ton per ha per musim tanam.
rata-rata produktivitas padi konvensional Namun, setelah delapan tahun produksi
sebesar 6,80 ton/ha. Hasil ini beras relatif sebanding dengan sistem
kemungkinan disebabkan oleh beberapa konvensional.Sementara Chitra L, and
hal diantaranya bahwa produktivitas Janaki P (1999) menyatakan meskipun
pertanian padi organik akan meningkatkan hasil gabah dengan pertanian organik
hasil setelah beberapa musim tanam, seringkali lebih rendah dibanding
sedangkan di lokasi penelitian masih ada pertanian konvensional, namun layak
beberapa responden yang baru mengikuti untuk meningkatkan hasil panen padi.
pertanian padi organik. Hal ini juga sesuai Penyebab masih rendahnya
dengan hasil penelitian yang dilakukan produktivitas ini juga dimungkinkan karena
oleh Sukristiyonubowo R dkk (2011) petani organik masih menggunakan
bahwa dibandingkan dengan sistem padi takaran pupuk organik yang lebih rendah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 496


dibanding rekomendasi, hal ini pertanian Padi S.R.I organik terhadap
disebabkan karena sulitnya memenuhi pendapatan yang diperoleh petani organik
ketersediaan pupuk organik. dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Kemudian pada penelitian ini juga
dianalisis pengaruh pelaksanaan

Tabel 2. Hasil Analisis Pengaruh Pelaksanaan Pertanian Padi S.R.I Organik terhadap
Keberlanjutan Ekonomi Petani (Pendapatan)
Pelaksanaan Pendapatan
Spearman’s rho Pelaksanaan Correlation 1.000 .024
Coefficient
Sig. (2-tailed) .909
N 25 25
Produktivitas Correlation .024 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .909 -
N 25 25

Hasil analisis menunjukkan Sig = biaya yangdikeluarkan, produktivitas yang


0,909 > α = 0,05 maka terima Ho, ini diperoleh dan harga untuk produk yang
berarti bahwa pelaksanaan pertanian padi dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk
SRI organik tidak berpengaruh terhadap pertanian organik adalah sebesar Rp.
keberlanjutan ekonomi pertanian 12.444.152.- per ha, lebih rendah
(pendapatan). dibanding pertanian konvensional sebesar
Hasil analisis ini menunjukkan Rp. 12.765.200- per ha. Namun, biaya
bahwa pertanian padi SRI organik yang produksi yang rendah ini belum diimbangi
dilaksanakan di lokasi penelitian tidak dengan produktivitas yang diharapkan,
berpengaruh terhadap peningkatan tingkat padahal di beberapa tempat berdasarkan
pendapatan petaninya.Hasil ini sesuai hasil penelitian sebelumnya produktivitas
dengan hasil penelitian yang diperoleh padi organik dapat mencapai 7-10
Dobbs TL, Smolik JD (1997) yang ton/ha.Harga produk padi organik adalah
menyatakan bahwa sistem tanam organik sebesar Rp. 550.000.-/kuintal. Harga ini
kurang menguntungkan dibandingkan sudah lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan sistem konvensional. dengan harga gabah padi konvensional,
Pada hasil penelitian ini pendapatan sehingga hal ini merupakan nilai tambah
petani belum memenuhi harapan. Hal ini yang sesungguhnya akan dapat
disebabkan karena pendapatan petani meningkatkan pendapatan petani apabila
akan sangat ditentukan oleh besarnya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 497


produktivitasnya bisa ditingkatkan di agar segera mengambil langkah-langkah
kemudian hari. strategis untuk pengembangan dan
Kondisi ini diharapkan akan mencari solusi yang tepat untuk
berubah lebih baik di masa mendatang mengantisipasi berbagai kendala yang
seiring dengan pengaruh pemberian dihadapi para petani padi sawah dengan
pupuk organik yang akan memberikan sistem SRI organik. Diantara yang harus
dampak positif jangka panjang terhadap dicari solusi nya adalah terkait kendala
produktivitas padi organik. Walaupun keterbatasan pupuk organik, sehingga
profitabilitasnya saat ini masih belum harus dilakukan upaya penyediaan bahan
memenuhi harapan namun padi organik baku pembuatan pupuk organik dan
lebih menguntungkan dibandingkan pestisida organik bagi petani yang
dengan pertanian konvensional seperti membuat pupuk tersebut secara mandiri
yang diungkapkan oleh Surekha K, et all, atau bekerjasama dengan pihak lain yang
(2013) yang menyatakan bahwa walaupun mampu menyediakan pupuk organik
profitabilitasnya sama, pertanian organik dengan harga murah.
lebih menguntungkan daripada pertanian
konvensional, mengingat kontribusinya 5. UCAPAN TERIMA KASIH
terhadap kesehatan, lingkungan, dan Kepada LP3MP Universitas Siliwangi
keberlanjutan. yang telah membiayai pelaksanaan
penelitian ini.
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan 6. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan penelitian yang telah Bhooshan, N., Prasad C. 2011. Organic
Farming: Hope of posterity. In:
dilakukan, diperoleh simpulan bahwa
Organic Agriculture: Hope of
pada kasus pelaksanaan pertanian padi Posterity (Eds.), UP Council of
Agricultural Research (UPCAR),
S.R.I organik di wilayah penelitian tidak
Lucknow, India 1-10.
berpengaruh terhadap aspek ekonomi Carpenter Boggs L, Kennedy AC,
Reganold JP. (2000). Organic and
petani yang terdiri dari produktivitas dan
biodynamic management effects on
pendapatan petani. Hal ini terjadi karena soil biology. Soil Sci Soc Am J 64:
1651-1659
rata-rata produktivitas padi S.R.I organik
Cassman KG, Pingali PL.(1995).
yang diperoleh masih berada di bawah Extrapolating trends from long-term
experiments to farmer’s fields: the
rata-rata produktivitas padi konvensional.
case of irrigated rice systems in
Asia. In: Agricultural Sustainability:
Economic, Environmental and
4.2. Saran
Statistical Considerations, John
Saran yang dapat diberikan Wiley and Sons, New York, USA.
Chitra L., Janaki P. (1999). Combined
sehubungan dengan penelitian yang telah
effect of organic wastes and
dilakukan diantaranya untuk semua pihak inorganic nutrients on the nutrient

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 498


uptake and yield of rice in kar and Mekarwangi Kecamatan Cisayong
pishanam seasons. Oryza 36: 327- Kabupaten Tasikmalaya). Program
330. Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Dobbs TL, Smolik JD. (1997). Productivity Universitas Padjadjaran Jatinangor.
and profitability of conventional and
alternative farming systems: A Long-
Term On-Farm Paired Comparisons.
Journal of Sustainable Agriculture 9:
63-79
Pathak H, Kushwala JS, Jain MC .(1992).
Eyahiation of manurial value of
Biogas spent slurry composted with
dry mango leaves, wheat straw and
rock phosphate on wheat crop.
Journal of Indian Society of Soil
Science 40: 753-757.
Seufert, Verena.(2012). Organic
Agriculture as an Opportunity for
Sustainable Agricultural
Development. Policy Brief No. 13
Part of the Research Project :
Research to Practice –
Strengthtening Contributions to
Evidence-based Policymaking.
Institute for the Study of
International Development. Canada.
Sukristiyonubowo R, Wiwik H, Sofyan A,
Benito H.P, and S. De
Neve.(2011,July). Change from
conventional to organic rice farming
system: biophysical and
socioeconomic reasons.
International Research Journal of
Agricultural Science and Soil
Science) 1(5): 172-182.
Surekha K, Rao KV, Shobha Rani N,
Latha PC, Kumar RM .(2013).
Evaluation of Organic and
Conventional Rice Production
Systems for their Productivity,
Profitability, Grain Quality and Soil
Health. Agrotechnol S11: 006.
doi:10.4172/2168-9881.S11-006
Widiarta,Aero.,Adiwibowo, Soeryo., dan
Widodo. (2011). Analisis
Keberlanjutan Praktik Pertanian
Organik di Kalangan Petani.
Sodality. Jurnal Transdisiplin
Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi
Manusia. IPB. Bogor.
Yanti, Elena K.Y.S. (2014). Pola
Hubungan Patron Klien dalam
Pengembangan Usahatani Padi
Organik (Studi Kasus pada
Kelompok Tani Cidahu, di Desa

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 499


KAJIAN POTENSI DAN KOMPETENSI INDUSTRI KELAPA BESERTA TURUNANNYA
DI DESA SUKARESIK KABUPATEN PANGANDARAN

Dani Lukman Hakim1), Abdul Nizar2)


1)
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Galuh Ciamis, 2)Peneliti Metric Corp.

ABSTRAK

Tujuan studi ini adalah: 1) terinventarisasi dan teridentifikasi berbagai potensi dan
kompetensi industri kelapa dan turunannya di desa Sukaresik Kecamatan Sidamulih
Kabupaten Pangandaran; dan 2) tersusunnya rumusan kebijakan dan pengembangan
industri kreatif berbasis produk kelapa di desa Sukaresik Kecamatan Sidamulih
Kabupaten Pangandaran. Metode yang digunakan berupa: brainstorming/diskusi melalui
FGD terbatas dengan mengundang beberapa narasumber dalam rangka menggali
aspirasi dan masukan dari stakeholders. Berdasarkan hasil studi, isu strategis
pengembangan industri kelapa yang teridentifikasi di Desa Sukaresik sebagai berikut: 1)
banyaknya pengrajin gula kelapa yang beralih profesi ke lapangan usaha yang lain
karena usaha kerajinan gula kelapa dianggap sudah tidak menarik; 2) rendahnya minat
dan sumber daya manusia (SDM) yang bergerak di pengolahan gula kelapa yang
berakibat pada rendahnya inovasi produk; 3) usia pohon kelapa yang ada sudah
melampaui usia produktif sehingga getah nira yang dihasilkan semakin sedikit yang
berdampak secara langsung pada penurunan pendapatan para pengrajin gula kelapa; 4)
penggunaan teknologi produksi yang masih tradisional sehingga peningkatan mutu dan
kuantitas produksi sulit dicapai; 5) pengrajin sulit melakukan perubahan produksi dari
tradisional ke semi modern karena hambatan tradisi. Berdasarkan hasil analisis
lingkungan strategis internal dan eksternal, maka posisi strategi pengembangan industri
kelapa di Desa Sukaresik berada pada Kuadran I dimana S-O > W-T, artinya strategi
yang digunakan adalah Strategi Ekspansi atau Strategi Perluasan. Berdasarkan isu
strategis pengembangan industri kelapa di Desa Sukaresik, maka kebijakan yang harus
dilakukan untuk pengembangan industri kelapa di Desa Sukaresik Kecamatan Sidamulih
Kabupaten Pangandaran adalah: 1) kebijakan dan strategi pengembangan lahan kelapa;
2) kebijakan dan strategi pengembangan sarana dan prasarana produksi; dan 3)
kebijakan dan strategi pengembangan pasar.

Kata kunci: industri kreatif kelapa, diversifikasi, getah nira, strategi ekspansi

1. PENDAHULUAN yang menamakannya sebagai pohon


Komoditas Kelapa (Cocos nucifera kehidupan (the tree of life) atau pohon
L.) merupakan komoditas strategis yang yang amat menyenangkan (a heaven tree)
memiliki peran sosial, budaya, dan (Asnawi dan Darwis, 1985).
ekonomi dalam kehidupan masyarakat Pada era itu sampai tahun
Indonesia. Manfaat tanaman kelapa tidak delapanpuluhan, tanaman kelapa dapat
saja terletak pada daging buahnya disebut berjaya, sehingga luas areal
yang dapat diolah menjadi santan, tanamnya mendominasi lahan di berbagai
kopra, dan minyak kelapa; tetapi seluruh daerah, termasuk di Desa Sukaresik
bagian tanaman kelapa mempunyai Kecamatan Sidamulih Pangandaran,
manfaat yang besar. Demikian besar sehingga dalam Lambang Daerah pun
manfaat tanaman kelapa sehingga ada terdapat gambar pohon kelapa yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 500


melambangkan sumberdaya alam di Sukaresik Kecamatan Sidamulih
Kabupaten Pangandaran, yaitu tanaman Kabupaten Pangandaran;
yang memiliki nilai ekonomi mulai dari
buahnya, daunnya, pohonnya, dan 2. METODE PENELITIAN
sabutnya. Metode yang digunakan berupa:
Sebagai komoditi unggulan Brainstorming/diskusi melalui Focus
daerah, maka tanaman kelapa harus Group Discussion (FGD) terbatas dengan
dikembangkan, baik dari sisi off farm pada stakeholders terkait dengan mengundang
pengolahan atau pada diversifikasi beberapa narasumber dalam rangka
vertikal. Pendekatan melalui klaster menggali aspirasi dan masukan dari
industri ini adalah salah satu kebijakan stakeholders.
dari pemerintah pusat, yakni Kementerian Analisis data dilakukan dengan
Perindustrian untuk mengembangkan menggunakan analisis SWOT (Strength,
kelapa sebagai komoditi unggulan dalam Weakness, Opportunity, and Threats),
rangka meningkatkan daya saing yaitu suatu analisis yang bertujuan
komoditi dan produk turunannya. mengetahui potensi dan kendala yang
Pengembangan kelapa dengan klaster ini dimiliki suatu wilayah, sehubungan
dapat mengakselerasi peningkatan dengan kegiatan pengembangan wilayah
produktivitas usahatani kelapa, baik yang akan dilakukan di masa datang.
dengan diversifikasi vertikal maupun
diversifikasi horizontal. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Agar didapat hasil yang optimal 3.1. Kendala Industri Kelapa di Desa
yang dapat mendukung pengembangan Sukaresik
ekonomi wilayah serta meningkatkan Berdasarkan hasil survey lapangan,
keberhasilan operasional ekonomi wilayah kendala industri kelapa di Desa Sukaresik
khususnya dalam menggerakkan ekonomi adalah:
wilayah perdesaan, maka dipandang perlu (1) Minimnya sumberdaya manusia yang
melakukan kajian ini dengan tujuan yang mempunyai pengetahuan tentang
ingin dicapai adalah: 1) terinventarisasi pengembangan turunan produk gula
dan teridentifikasi berbagi potensi dan kelapa. Hal ini dapat dibuktikan
kompetensi industri kelapa dan dengan tidak adanya inovasi baru
turunannya; 2) tersusunnya gambaran produk turunan gula kelapa. Akibat
lingkungan strategis internal dan tidak adanya pengembangan turunan
erksternal dari industri kelapa pada lokasi dari gula kelapa, maka nilai tambah
kajian; dan 3) tersusunnya rumusan dari produk gula kelapa yang diterima
kebijakan dan pengembangan industri pengrajin sangat terbatas dan sangat
kreatif berbasis produk kelapa di desa minim.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 501


(2) Kurangnya minat generasi muda untuk 3.2. Analisis Lingkungan Strategis
melanjutkan dan mengembangkan Internal Dan Eksternal Industri
Kelapa di Desa Sukaresik
gula kelapa di Desa Sukaresik. Hal ini
Pengertian Lingkungan Internal,
dapat dilihat pada saat survey primer
menurut David (2009), adalah bahwa
jarang sekali terlihat generasi muda
semua organisasi mempunyai kekuatan
yang turut berusaha dalam bidang
dan kelemahan dalam berbagai bidang
gula kelapa. Kurang berminatnya
fungsional bisnis. Sedangkan pengertian
generasi muda pada bidang usaha
Lingkungan Eksternal, bisa dikatakan
gula kelapa ini karena untuk
sebagai komponen-komponen atau
memproduksinya diperlukan kerja
variabel lingkungan yang berada atau
keras dan waktu yang lama sampai
berasal dari luar organisasi atau
bisa menghasilkan gula kelapa.
perusahaan (peluang dan ancaman).
(3) Banyaknya masyarakat yang sudah
Hasil analisis SWOT selanjutnya
berpindah profesi akibat lamanya
digunakan sebagai acuan untuk
rantai produksi gula kelapa dan
menentukan langkah-langkah selanjutnya
banyaknya anggota keluarga yang
dalam upaya memaksimalkan kekuatan
turut bekerja pada produksi gula
dan memanfaatkan peluang, serta secara
kelapa. Masyarakat lebih memilih
bersamaan berusaha untuk
mencari pekerjaan yang tidak terlalu
meminimalkan kelemahan dan mengatasi
banyak melibatkan anggota keluarga.
ancaman.
Dengan adanya lapangan usaha lain
yang lebih muda dengan waktu
singkat dapat memberikan waktu
istirahat yang cukup bagi pekerja
untuk beristirahat.
(4) Usia kelapa yang ada sekarang
sebagian sudah memasuki usia non
produktif sehingga hasil penyadap
gula kelapa semakin sedikit sehingga
produksi gula kelapa semakin
menurun dan berakibat pada
menurunnya pendapatan pengrajin
gula kelapa.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 502


Gambar 2. Kerangka dan Matrik Analisis SWOT
Berdasarkan hasil analisis untuk lingkungan dan lingkungan eksternal
lingkungan internal dan eksternal, S-O > industri kelapa di Desa Sukaresik
W-T maka strategi yang dilakukan adalah Kecamatan Sidamulih Kabupaten
Perluasan atau Ekspansi Usaha. Untuk Pangandaran disajikan pada tabel berikut.
lebih jelasnya hasil analisis faktor

ANALISA LINGKUNGAN INTERNAL


Bobot x
KEKUATAN Bobot Rating
rating
1. Wilayah Luas 9,00 4 36,00
2. SDA melimpah 9,20 4 36,80
3. Masyarakat yang menjunjung tinggi nilai- 5,17 2 10,33
nlai kearifan dan budaya gotong-royong
4. Komitmen yang kuat dari pemerintah, 5,67 3 17,00
pemerintah daerah untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia
5. Pengembangan komoditas lokal 5,00 1 5,00
6. Dukungan regulasi yang kuat dari 9,17 3 27,50
pemerintah, pemerintah daerah
7. Pasar potensial bagi komoditi Indonesia 5,33 2 10,67
untuk ekspor
Jumlah 48,53 143,30

ANALISA LINGKUNGAN INTERNAL


Bobot x
KELEMAHAN Bobot Rating
rating
1. Lamanya rantai produksi 4,17 3 12,50
2. Kualitas SDM rendah 5,10 3 15,30
3. Infrastruktur produksi tradisional 11,00 2 22,00
4. Persaingan antar pengrajin 11,70 2 23,39
5. Investasi rendah 7,17 2 14,33
6. Tingkat pengetahuan rendah 7,00 3 21,00
7. Lambannya inovasi produk 5,33 3 16,00
Jumlah 51,46 124,53
JUMLAH BOBOT (KEKUATAN DAN 100,00
KELEMAHAN)
NILAI KEKUATAN DAN KELEMAHAN 267,83

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 503


Dari hasil analisis lingkungan internal diperoleh nilai: Kekuatan (S) sebesar 143,30 dan
Kelemahan (W) sebesar 124,53 berarti kekuatan > kelemahan.

ANALISA LINGKUNGAN EKSTERNAL


Bobot x
PELUANG Bobot Rating
rating
1. Komitmen pemerintah kabupaten untuk 6,00 4 24,00
memajukan industri kelapa
2. Terbukanya peluang pasar internasional 4,67 2 9,33
untuk ekspor
3. Komitmen pemerintah pusat untuk 8,00 4 32,00
membangun industri kreatif
4. Komitmen pemerintah untuk 8,00 2 16,00
meningkatkan taraf hidup masyarakat
berpenghasilan rendah
5. Terbukanya peluang pengembangan 6,00 2 12,00
industry di berbagai sektor
6. Adanya perubahan paradigm pemerintah 6,00 4 24,00
terhadap UMKM
7. Adanya keterbukaan pemerintah daerah 6,00 2 12,00
terhadap investor yang ingin
menanamkan modalnya
Jumlah 44,67 129,33

ANALISA LINGKUNGAN EKSTERNAL


Bobot x
ANCAMAN Bobot Rating
rating
1. Pengaruh sosial globalisasi ekonomi dan 3,50 1 3,50
infromasi yang dapat memudarkan nilai-
nilai kearifan lokal
2. Adanya produksi saingan dari negara lain 11,00 3 33,0
3. Sulitnya menembus pasaran luar negeri 3,5 2 7,00
bagi pengrajin kecil
4. Belum adanya standarisasi produk gula 10,33 2 20,67
kelapa
5. Belum adanya koordinasi antara 12,00 2 24,00
pemerintah dengan pemerintah daerah
mengenai prioritas pengembangan UMKM
6. Belum tersedianya lembaga yang khusus 7,00 3 21,00
menjembatani kepentingan industri kelapa
7. Masih terbatasnya akses permodalan 8,00 2 16,00
pengrajin terhadap dunia perbankan
nasional
Jumlah 55,33 125,17
JUMLAH BOBOT (PELUANG DAN ANCAMAN) 100,00
NILAI PELUANG DAN ANCAMAN 254,50
.
Dari hasil analisis lingkungan sebesar 125,17 berarti Peluang >
eksternal diperoleh nilai:Peluang (O) Tantangan.
sebesar 129,33 dan Tantangan (T)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 504


Berdasarkan matrik SWOT di atas, (SDM) yang bergerak di pengolahan
bila S-O > W-T, maka di secara kuadran gula kelapa dan berakibat pada
berada pada Kuadran I, yaitu rendahnya inovasi produk gula kelapa.
menggunakan kekuatan untuk mencapai (3) Kebanyakan usia pohon kelapa yang
peluang. StrategyIyang bisa digunakan ada di Desa Sukaresik sudah
adalah StrategI Perluasan Usaha (Strategi melampaui usia produktif sehingga
Ekspansi). Strategy ekspansi dapat getah nira yang dihasilkan makin lama
dilakukan dengan: 1) meningkatkan makin sedikit yang berakibat kepada
kualitas dan kuantitas serta turunnya produksi gula kelapa secara
memanfaatkan pertumbuhan produksi keseluruhan berarti turun juga
untuk mengembangkan pasar ekspor; 2) penghasilan.
mengadakan pelatihan serta penyuluhan (4) Kurangnya minat generasi muda di
bagi para pelaku usaha dalam Desa Sukaresik untuk melanjutkan
meningkatkan kemampuan strategi bisnis usaha gula kelapa, karena
usahanya; 3) penetrasi pasar; 4) ekspansi pendapatan yang rendah.
pasar; 5) meningkatkan promosi; dan 6) (5) Penggunaan teknologi produksi yang
Penganekaragaman spesies/jenis produk masih tradisional sehingga
dengan tujuan diekspor. peningkatan mutu dan kuantitas
produksi sulit dicapai;
4. SIMPULAN DAN SARAN (6) Pengrajin sulit melakukan perubahan
4.1. Simpulan produksi dari tradisional ke semi
Berdasarkan analisa dari data modern karena hambatan tradisi.
sekunder yang diperoleh dari penelusuran
dokumen terdahulu dan data instansi 4.2. Saran
terkait, sedangkan primer diperoleh dari Berdasarkan hasil analisis
kuesioner, observasi dan wawancara lingkungan strategis internal dan
kepada narasumber yang dipilih dan eksternal, maka posisi strategy
dianggap memahami persoalan industri pengembangan industri kelapa di Desa
kelapa di Desa Sukaresik Kecamatan Sukaresik berada pada Kuadran I dimana
Sidamulih Kabupaten Pangandaran, maka S-O > W-T artinya strategy yang
didapatkan kesimpulan sebagai berikut : digunakan adalah Strategy Ekspansi atau
(1) Banyaknya pengrajin gula kelapa yang Strategy Perluasan serta berdasarkan isu
telah beralih profesi ke lapangan strategis pengembangan industri kelapa di
usaha yang lain karena usaha Desa Sukaresik, maka kebijakan yang
kerajinan gula kelapa dianggap sudah harus dilakukan untuk pengembangan
tidak menarik. industri kelapa di Desa Sukaresik
(2) Rendahnya sumber daya manusia Kecamatan Sidamulih Kabupaten

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 505


Pangandaran harus beroreintasi jauh ke Koylal, Johny dan Jemseng Abineno.
2008. Keuntungan Relatif Produk
depan, antara lain:
Usahatani Kelapa Tua di Kecamatan
(1) kebijakan dan strategi Amarasi. Buletin Partner Tahun 15
No 1. Edisi Januari. Politeknik
pengembangan lahan kelapa;
Pertanian Negeri Kupang.
(2) kebijakan dan strategi Krugman, P.R. and M. Obstfeld. 1991.
International Economics: Theory and
pengembangan sarana dan
Policy. Second Edition. Harper
prasarana produksi; dan Collins Publisher Inc., New York,
USA.
(3) kebijakan dan strategi
Monke, E.A. dan Pearson, S.R. 1995. The
pengembangan pasar. Policy Analysis Matrix for
Agricultural Development. Cornell
University Press, Ithaca.
5. DAFTAR PUSTAKA
Pearson, S., Carl Gotsch, dan Sjaiful
Bahri. 2005. Aplikasi Policy Analysis
Sensus Pertanian. 2013. Badan Pusat Matrix pada Pertanian Indonesia.
Statistik Kabupaten Pangandaran Terjemahan. Yayasan Obor
Badan Pusat Statistik.1983-1997. Statistik Indonesia, Jakarta.
Perkebunan Kelapa Indonesia. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.
Budianto dan Allorerung. 2003. 2012. Tingkat macetnya rendah,
Kelembagaan Perkelapaan presiden setuju kaji penurunan
Indonesia. Prosiding Konferensi bunga KUR.
Nasional V. tembilahan 22-24 http://setkab.go.id/artikel-5337-
Oktober 2002. Pusat Penelitian dan tingkatmecetnya-rendah-presiden-
Pengembangan Perkebunan. Badan setuju-kaji-penurunanbunga-
Litbang Pertanian. Hal 1-9. kur.html. [15 Agustus 2016
Dehn, J. 2000. Commodity Price
Uncertainty in Developing Countries.
Centre for Study of African
Economic, University of Oxford.
Ihksan, M. 2000. Dari Pembangunan
Pertanian Menuju Pembangunan
Pedesaan. Makalah dalam Seminar
Nasional Persfektif Pembangunan
Pertanian dan Kehutanan Tahun
2001 ke Depan, Bogor, 9-10
Nopember 2000.
Kementerian Pertanian. 2010. Outlook
Komoditas PertanianPerkebunan.
Pusat Data dan Informasi Pertanian.
Kementerian Keuangan. 2012. Asumsi
makro 2012. http://
www.depkeu.go.id. [15 Agustus
2016].
Kohari, K., Ma’sum, M. dan Windiastuti, D.
2005. Dampak Kebijakan dan
Pemasaran Terhadap Daya Saing
Usahatani Kentang di Kecamatan
Kejajar Kabupaten Wonosobo.
Laporan Penelitian (tidak
dipublikasikan). Fakultas Pertanian
UNSOED, Purwokerto. 81 Halaman.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 506


ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PRODUKTIVITAS KERJA PENYADAP KARET PADA PTPN VIII KEBUN
BATULAWANG KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT

Devi Sutriana

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: devisutriana@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas
kerja antara lain pelaksanaan pengawasan, kondisi alat alat kerja, kesadaran tanggung jawab
pekerja dan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja di Kebun Batulawang. Penelitian ini
menggunakan metode survey dan metode penentuan lokasi yaitu penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu yaitu populasi yang mempunyai anggota/unsur yang tidak homogeny dan
berstrata secara proporsional. Teknik analisis ini menggunakan uji regresi linear berganda, hasil
dari analisis ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja antara
lain pelaksanaan pengawasan, kondisi alat alat kerja, kesadaaran tanggung jawab pekerja dan
pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja.

Kata kunci: karet, penyadap karet, kerja, produktivitas

1. PENDAHULUAN kontribusi keuntungan melalui


Perusahaan Nasional BUMN yang peningkatan produktivitas, kualitas dan
bergerak di bidang perkebunan Kebun efisiensi di segala bidang (Damanson
Batulawang merupakan salah satu unit ,2010).
usaha milik PTPN VIII yang termasuk Kekuatan sumber daya manusia
komoditas non teh wilayah II yang yang ada dalam suatu organisasi atau
berlokasi di jalan raya Cisaga-Rancah perusahaan merupakan cermin kekuatan
Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis perusahaan tersebut. Selain itu sumber
Provinsi Jawa Barat . Kebun Batulawang daya manusia juga merupakan salah satu
mengelola komoditi karet dengan hasil dari unsure sumber daya yang dimiliki
produksi berupa karet sheet. perusahaan. Sebagai Aset perusahaan
Kebun Batulawang di masa sumber daya manusia memiliki sifat unik
mendatang akan mengoptimalkan kinerja karena tidak bisa dinilai dengan uang dan
kebun yaitu dengan meningkatkan amat menentukan masa depan
produktivitas tanaman, produktivitas perusahaan.
sumber daya manusia dan mencari Buruh perkebunan merupakan
peluang pendapatan lainnya dengan kelompok yang paling bawah dalam
mengoptimalkan lahan lahan tidak stratifikasi sosial di perusahaan. Oleh
produktif menjadi menghasilkan serta karena itu buruh perkebunan memperoleh
pengembangan usaha khususnya unit pendapatan yang rendah pula. Tenaga
usaha kebun Batulawang diarahkan kerja penyadap ini sangat penting
menuju kemampuan meningkatkan peranannya di perusahaan karena tenaga

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 507


penyadap ini secara langsung akan kemungkinan produktivitasnya tetap atau
mempengaruhi produksi. Penyadapan menurun.
tidak dilakukan dengan mesin, melainkan
oleh tenaga manusia. Rendahnya 2. METODE PENELITIAN
produktivitas tenaga kerja merupakan Metode yang digunakan dalam
salah satu permasalahan dalam faktor penelitian ini dalah metode survey.
produksi tenaga kerja (Prisiyani, 2006). Pengambilan sample penyadap karet
Produktivitas kerja merupakan tetap dilakukan dengan menggunakan
kemampuan memperoleh manfaat dari metode proportionate stratified random
sarana dan prasarana yang tersedia sampling.
dengan menghasilkan kerja yang optimal Untuk menyamakan dan
bahkan kalau mungkin maksimal (Anwar, memperjelas pemahaman dalam
2011). penelitian ini, maka variabel-variabel yang
Faktor pelaksanaan pengawasan akan diteliti dapat dioperasionalisasikan
berpengaruh terhadap produktivitas sebagai berikut: Produktivitas kerja adalah
apabila semakin ketatnya pengawasan kemampuan memperoleh manfaat dari
maka tenaga penyadap akan semakin giat sarana dan prasaranayang tersedia
untuk melaksanakan tugasnya sehingga dengan menghasilkan kerja yang optimal
produktivitasnya meningkat. Faktor alat bahkan kalau mungkin maksimal.
alat kerja berpengaruh terhadap Produktivitas penyaap karet merupakan
produktivitas kerja apabila kelengkapan jumlah getah karet dam lump yang
peralatan sadap sesuai dengan dihasilkan oleh masing-masing penyadap
kebutuhan maka proses penyadapan karet, diukur dengan satuan kh/hko.
akan terlaksana dengan baik dan akan Penyadap karet yaitu orang yang bekerja
meningkatkan produktivitas kerja, faktor sebagai tenaga kerja penyadap di
kesadaran tanggung jawab pekerja perkebunan karet, diukur dengan satuan
berpengaruh terhadap produktivitas kerja orang HKO adalah hari kerja orang diukur
apabila setiap tugas yang diberikan drngan satuan hari, Status tenaga kerja
kepada penyadap dilaksanakan dengan adalah status yang dimiliki oleh masing
baik dan sesuai dengan tanggung masing tenaga kerja penyadap karet pada
jawabnya hal ini akan meningkatkan perusahaan perkebunan dihitung dengan
produktivitas, Faktor status dummy variable yaitu penyadap karet
ketenagakerjaan berpengaruh terhadap tetap bernilai 1 dan penyadap karet lepas
produktivitas kerja apabila seseorang bernilai 0, diukur dengan dummy variable,
berstatus tenaga kerja tetap maka Pelaksanaan pengawasan adalah proses
produkivitasnya meningkat dan apabila dalam menetapkan ukuran kinerja dan
berstatus tenaga kerja lepas maka ada pengambilan tindakan yang dapat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 508


mendukung pencapaian hasil yang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
diharapkan sesuai dengan kinerja yang Dari identitas penyadap antara lain
telah ditetapkan, diukur dengan skor, Alat- jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan
alat kerja merupakan sesuatu yang dan lama bekerja dapat disimpulkan
mendukung dalam proses pengerjaan bahwa jenis kelamin penyadap
menyadap karet seperti pisau sadap, mendominasi laki laki yaitu 100 % umur
mangkuk lateks, cincin mangkuk, tali penyadap karet berkisar antara 47-55
mangkuk, talang lateks dan lain lain diukur artinya penyadap karet sudah mempunyai
dengan skor, Kesadaran tanggung jawab pengalaman di bidangnya dalam hal ini
pekerja merupakan tingkah laku atau penyadap karet. Lama bekerja berkisar 1-
perbuatan yang disengaja maupun tidak 8 tahun artinya penyadap karet cukup
sengaja. Tanggung jawab berarti berbuat memiliki keterampilan dalam melakukan
sebagai perwujudan kesadaran akan penyadapan karet.
kewajiban diukur dengan skor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pengambilan sampel penyadap produktivitas penyadap karet yang
karet tetap dilakukan dengan meliputi pelaksanaan pengawasan,
menggunakan metode proportionate kondisi alat alat kerja, kesadaran
stratified random sampling. tanggung jawab pekerja dan pengalaman
Rancangan Analisis Data kerja yang berpengaruh nyata terhadap
Analisis Faktor-faktor yang produktivitas kerja penyadap karet adalah
mempengaruhi produktivitas kerja pelaksanaan pengawasan, kondisi alat
penyadap karet terdiri dari faktor alat kerja dan pengalaman kerja,
pengawasan, kondisi alat alat kerja, sedangkan yang tidak berpengaruh nyata
kesadaran tanggung jawab pekerja dan terhadap produktivitas kerja penyadap
pengalaman kerja dapat dianalisis dengan karet adalah kesadaran tanggung jawab
menggunakan uji regresi linier berganda pekerja. Dalam meningkatkan
(Draper, 2006). produktivitas kerja penyadap karet di
Secara matematis ditulis sebagai berikut: kebun Batulawang maka perusahaan
Y=a +b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e perlu memperhatikan variabel
2
1) Koefisien determinasi (R ) pelaksanaan dalam pengawasan, kondisi
R2 = Jumlah kuadrat regresi alat alat kerja, kesadaran tanggung jawab
Jumlah kuadrat total terkoreksi
pekerja (penyadap karet) dan pengalaman
2) Uji F
kerja penyadap karet.
F= R2 / k
Komunikasi dengan penyadap perlu
[( 1-R2) (n-k-1)]
3) Uji t dilakukan karena komunikasi sebagai alat
Thitung = bi informasi bagi karyawan, pengawasan
S(bi) terhadap peralatan dan perlengkapan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 509


penyadap kurang dilaksanakan dengan pengawasan, kondisi alat alat dan
baik. pengalaman kerja secara bersama sama
Faktor kondisi alat alat kerja dan berpengaruh nyata atau signifikan
kondisi peralatan sadap keadaannya baik terhadap produktivitas kerja penyadap
dan selalu dilakukan perawatan oleh karet. Faktor yang tidak berpengaruh
pemiliknya dalam hal ini adalah penyadap nyata terhadap produktivitas adalah faktor
karet. Faktor alat sadap memiliki indikator kesadaran tanggung jawab pekerja,
yang saling berhubungan diantaranya karena kalau pun penyadap bekerja
adalah perawatan alat sadap, kebersihan dengan sungguh-sungguh atau kurang
alat sadap, dan tanggung jawab pada alat sungguh-sungguh dalam bekerja,
sadap. mematuhi perintah atasan atau tidak
Tangapan penyadap karet sebagai hasilnya tidak menunjukkan perubahan
responden terhadap pertanyaan variabel yang signifikan terhadap produktivitas
kesadaran tanggung jawab pekerja dapat kerja penyadap karet hal ini disebabkan
diketahui bahwa waktu penyadapan faktor lain di luar penelitian.
dilakukan antara pukul 06.00 – 08.00 hal Hasil pengujian hipotesis dengan
ini menunjukkan waktu masih dalam menggunakan regresi linear berganda
keadaan sedang artinya masih sesuai sebagai berikut:
aturan penyadapan, faktor kesadaran Y = 16,832 + 1,228 X1 + 0,599 X2 + 0,895
tanggung jawab bahwa sebagian besar X3 + 0,267 X4
penyadap kurang memiliki kesadaran dan Persamaan di atas nilai koefisien
tanggung jawab terhadap tugas yang regresi pelaksanaan pengawasan, alat
diberikan perusahaan sehingga target alat kerja dan kesadaran tanggungjawab
perusahaan tidak tercapai dengan pekerja menunjukkan nilai positif (+)
maksimal. Faktor pengalaman kerja artinya semua variabel independen (X)
sebagian kecil penyadap karet memiliki berpengaruh searah terhadap
pengalaman yang sangat kurang dalam produktivitas kerja penyadap (Y).
bekerja, Semakin lama bekerja maka Nilai koefisien regresi pada variabel
pengalaman kerja akan bertambah begitu pelaksanaan pengawasan (X1) sebesar
juga dengan keterampilan semakin lama 1,228 bernilai positif dan berpengaruh
keterampilan diasah maka akan nyata terhadap produktivitas. Nilai
meningkat. Keterampilan dalam penyadap koefisien regresi pada varaiabel kondisi
harus dimiliki oleh setiap penyadap alat alat kerja (X2) sebesar 0,599 bernilai
supaya produktivitas kerja bisa meningkat. positif dan berpengaruh nyata terhadap
Hasil pengujian hipotesis mengenai faktor produktivitas.. Nilai koefisien regresi pada
faktor yang mempengaruhi produktivitas variabel kesadaran tanggung jawab (X3)
kerja penyadap karet adalah pelaksanaan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 510


sebesar 0,895 bernilai positif dan kepada penyadap karet harus ditingkatkan
berpengaruh nyata terhadap produktivitas. dengan cara disiplin waktu kerja
Nilai koefisien regresi pada variabel menyadap, tanggung jawab tugas yang
pengalaman kerja (X4) sebesar 0,267 diberikan, melaksanakan perintah atasan
bernilai positif dan berpengaruh nyata dan keseriusan dalam bekerja,
terhadap produktivitas. Pengalaman kerja dalam menyadap karet
Variabel pelaksanaan pengawasan mencerminkan keterampilan dalam
dan variabel kondidi alat alat kerja terjadi bekerja, semakin lama bekerja maka
signifikan pada α = 5 % , artinya tingkat pengalaman kerja akan bertambah dan
kesalahan pada variabel ini berada di keterampilan akan meningkat.
bawah signifikan 0,05. Sedangkan pada
variabel pengalaman kerja terjadi 5. DAFTAR PUSTAKA
signifikan pada α = 1 %, yang artinya Anwar, Prabu. 2011. Manajemen Sumber
Daya Manusia Perusahaan.
tingkat kesalahan pada variabel ini sangat
Bandung: Remaja Rosdakarya.
kecil yaitu signifikan di bawah 0,01. Firdaus, Moh. 2009. Manajemen
Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.
Heru dan Andoko. 2008. Petunjuk
4. SIMPULAN DAN SARAN Lengkap Budidaya Karet. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Hasil penelitian dapat disimpulkan
Nazir, Moh. 2010. Metode Penelitian.
bahwa faktor faktor yang mempengaruhi Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ravianto. 1988. Dasar Dasar
produktivitas kerja penyadap karet adalah
Produktivitas. Jakarta: Karunika.
faktor pelaksanaan pengawasan oleh Siagian, Sondang. 2008. Manajemen
Stratejik. Jakarta: Bumi Aksara.
mandor, faktor kondisi alat alat kerja dan
Saragih B, 2001. Agribisnis. Paradigma
faktor pengalaman kerja, faktor kesadaran Pembangunan Ekonomi Berbasis
Pertanian. Bogor: Loji Grafika Griya
tanggung jawab pekerja tidak
Sarana.
berpengaruh terhadap produktivitas kerja _____ 2004. Membangun Pertanian
Dalam Perspektif Agrobisnis Dalam
penyadap karet. Untuk itu perlu
Ruang. Jakarta: Raja Grafindo
peningkatan pelaksanaan pengawasan Persada.
Sugiyono.2008. Metode penelitian
terhadap mandor dan diberikan sanksi
Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
yang tegas, ketegasan dalam memberikan Bandung: Alfabeta.
Sugiono. 2006. Metode Penelitian Bisnis.
perintah, komunikasi, evaluasi, keseriusan
Bandung: AlfaBeta.
dalam menjaga alat alat sadap. Kondisi Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis.
Yogyakarta: ANDI.
peralatan kerja selalu dalam keaadaan
baik dengan cara perawatan yang rutin
dan menghindari terjadinya kerusakan
atau kehilangan alat sadap.
Rasa kesadaran dan tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 511


RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PROGRAM KREDIT USAHA MIKRO,
KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT
KEBERHASILAN PENGEMBALIAN KREDIT

Didin S. Tasripin, Marina Sulistyati, Hermawan, Meitha Angelina

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Email: dstasripin@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon peternak sapi perah terhadap program kredit
UMKM, tingkat keberhasilan pengembalian kredit program kredit UMKM, dan hubungan antara
respon peternak sapi perah penerima kredit UMKM dengan tingkat keberhasilan pengembalian
kredit. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Metode Sensus. Daerah penelitian di KSU
Tandangsari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. Target penelitian ini adalah peternak
penerima program kredit UMKM sebanyak 26 peternak tingkat besarnya plafon kredit yang
diterima oleh peternak bervariasi antara Rp 12.000.000,00 sampai dengan Rp 70.000.000,00.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kinerja peternak dikategorikan sedang atau
cukup. Tingkat keberhasilan pengembalian kredit program kredit UMKM di wilayah kerja KSU
Tandangsari sebesar 65,38% responden termasuk ke dalam kategori baik, sebesar 30,77%
responden termasuk ke dalam kategori cukup, dan sebesar 3,85% responden termasuk ke dalam
kategori kurang. Hubungan antara respon peternak sapi perah terhadap program kredit UMKM
dengan tingkat keberhasilan pengembalian kredit ditunjukkan dengan nilai ρs = 0,62 dan derajat
hubungannya adalah moderat (berdasarkan Guilford, 1956)).

Kata kunci: Respon, Peternak Sapi Perah, Kredit UMKM

1. PENDAHULUAN Indonesia masih memberikan gambaran


yang cukup cerah (Tasripin, dkk., 2015)
Usaha sapi perah rakyat selama 25
Modal merupakan salah satu
tahun terakhir tidak mengalami
jawaban untuk mengembangkan
perkembangan, malah cenderung statis,
usahanya menjadi lebih besar, sehingga
khususnya dalam ukuran usaha yang
meningkatkan keuntungan dan
tetap bertahan pada skala 2-3 ekor per
pendapatan produksi susu. Keberhasilan
peternak (Yuari, 2008). Jika dilihat dari
pengembangan sapi perah melalui sistem
keadaan seperti itu, seharusnya usaha
kredit selain ditinjau dari aspek
peternakan merupakan usaha yang
pendapatan dan peningkatan populasi
memberikan keuntungan sangat besar
ternak sapi perah dan produksi susu, juga
karena dilihat dari pendapatan per hari.
ditinjau dari aspek pengembalian kredit
Sapi perah memproduksi susu setiap hari,
yang merupakan salah satu tolak ukur
sehingga pendapatan yang
keberhasilan sistem pengkreditan
menguntungkan dapat diperkirakan. Oleh
(Sinungan, 1993). Kredit sapi perah yang
karena itu, prospek pengembangan skala
diterima peternak erat sekali kaitannya
usaha peternakan sapi perah dalam
dengan skala usaha, tingkat produksi,
rangka peningkatan produksi susu di
penerimaan pendapatan usaha, dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 512


pengembalian. Kredit yang diterima 2. METODE PENELITIAN
peternak berpengaruh terhadap tingkat
Objek dalam penelitian ini adalah
penerimaan pendapatan usaha dan
peternak sapi perah anggota KSU
pengembalian kredit. Semakin besar skala
Tandangsari penerima program kredit
usaha ternak sapi perah, maka tingkat
UMKM dari Bank Saudara. Anggota
kemampuan pengembalian kredit makin
populasi target penelitian ini adalah
besar (Sumaryana, 1989). Pendapatan
peternak penerima program kredit UMKM
usaha kecil diidentifikasi akan
sebanyak 26 orang. Metode penelitian
dimanfaatkan untuk penambahan modal,
yang digunakan dalam penelitian ini
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
adalah metode sensus (Daniel, 2002).
(konsumsi), cicilan kredit, ditabung dan
Teknik analisis yang dipergunakan dalam
untuk keperluan lainnya. Hasil penelitian
penelitian kali ini adalah perhitungan
yang dilakukan terhadap responden
korelasi peringkat dari Rank Spearman
pengusaha kecil di 11 Kota dan
(Siegel, 1992; Nugraha, 2001). Jika tidak
Kabupaten Jawa Barat menggambarkan
ada ranking berangka sama digunakan
pemanfaatan pendapatan usaha kecil
rumus sebagai berikut:
yang terbesar adalah untuk modal
sebesar 42,70%, kemudian untuk
konsumsi sebesar 36,01%, untuk cicilan
Keterangan :
pinjaman sebesar 2,21%, tabungan
ρs = Koefisien korelasi Spearman, yang
10,36% dan untuk keperluan lainnya
menunjukkan ukuran keeratan
adalah 8,72% (Penelitian Dasar Potensi
hubungan antar variabel.
Ekonomi Propinsi Jawa Barat, 2014 dalam
di = Selisih antara jenjang dari x dan y.
Bank Indonesia, 2014).
N = total pasangan data observasi.
Respon peternak yang positif
Setelah hasil ρs didapat, lalu
terhadap stimulus akan berpengaruh
interpretasikan dengan menggunakan
nyata dengan tingkat keberhasilan
aturan Guilford (1956).
pengembalian kredit dan hal itu
merupakan salah satu cara untuk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui tingkat keberhasilan usaha.
Indikatornya ialah pembayaran angsuran A. Tingkat Keberhasilan Pengembalian
Kredit
kredit secara tepat waktu, penggunaan
Kedisiplinan responden terhadap
plafon secara tepat sasaran, penambahan
waktu pembayaran angsuran kredit setiap
populasi ternak sapi perah setelah
bulannya menunjukkan bahwa sebanyak
mendapatkan bantuan kredit dan target
76,92% responden tepat waktu dalam
persentase pelunasan pembayaran kredit
membayar angsuran kredit sesuai dengan
(Mar’at, 1982; Sarwono, 1995).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 513


perhitungan dari Bank Saudara. Alasan Hanya 7,69% responden yang membayar
yang dikemukakan sebagian besar setelah jatuh tempo, responden seperti ini
responden tidak mau mengambil resiko ialah responden yang gagal dalam
kehilangan jaminan yang dijaminkan menjalankan usaha ternaknya, sehingga
kepada pihak Bank Saudara. Responden mereka tidak dapat memperhitungkan
mengerti, bahwa membayar angsuran resiko keuangan yang dialaminya. Rahayu
setiap bulannya merupakan kewajiban (1988) menyatakan bahwa tidak lancarnya
yang harus dilaksanakan sebagai debitur pengembalian kredit disebabkan karena
dari bank. Aspek pengembalian kredit berbagai masalah, seperti kurang
merupakan salah satu tolak ukur mampunya koperasi berperan sebagai
keberhasilan program kredit sapi perah bank sekunder, tingkat kematian sapi
ditinjau dari disiplin peternak terhadap yang cukup tinggi serta terjadinya
kewajibannya dalam hal pengembalian penyimpangan di beberapa koperasi
kredit, agar investasi dana pemerintah dengan cara perbaikan performa kredit
yang ditanamkan dapat semakin melalui koperasi dengan cara perbaikan
berkembang untuk kelangsungan prosedur pengembalian kredit sapi perah.
pembangunan (Dirjen Peternakan, 2009). Berbagai kesulitan sering timbul dalam

Tabel 1. Disiplin Terhadap Waktu pemeliharaan sapi perah sebagai akibat


Pembayaran jual beli ternak kredit. Misalnya terhadap
Jumlah Persen pengembalian kredit maka peternak harus
No Uraian
(Orang) (%)
1 Sebelum waktu membeli kembali sapi perah pengganti
yang telah 4 15,38
ditentukan
dengan harga yang relatif tetap dengan
2 Tepat waktu 20 76,92 sapi yang sama.
Setelah jatuh
3 2 7,69
tempo B. Penambahan Jumlah Ternak Sapi
Jumlah 26 100,00 Perah Setelah Mendapatkan
Bantuan Kredit
Sebanyak 15,38% responden Sebagian besar responden
membayar angsuran sebelum waktu yang (69,23%) bertambah jumlah ternak sapi
telah ditentukan. Hal ini dikarenakan perahnya, setelah menerima kredit. Rata-
responden tidak mau mengambil resiko, rata penambahan jumlah ternak sapi
uang yang telah disiapkan untuk perah setelah menerima kredit ialah 3 - 4
membayar angsuran setiap bulannya ekor sapi laktasi. Menurut responden,
digunakan untuk keperluan lain. keinginan menambah jumlah ternak sapi
Responden seperti ini selalu perahnya ialah untuk menghasilkan
memperhitungkan kondisi keuangan jumlah produksi susu yang tinggi sehingga
usahanya sehingga usaha yang akan meningkatkan pendapatan peternak.
dijalankannya mengalami keberhasilan. Namun demikian, apabila jumlah ternak

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 514


sapi perahnya bertambah harus diiringi pengembalian kredit yang diteliti. Dimensi
pula dengan manajemen pemeliharaan tersebut adalah disiplin terhadap waktu
yang baik, sebab makin banyak ternak pembayaran, penggunaan plafon tepat
sapi perah yang dipelihara makin tinggi sasaran, penambahan jumlah populasi
pula kebutuhan yang diperlukan, serta ternak setelah menerima bantuan kredit
tambahan tenaga yang harus dikeluarkan dan target persentase pelunasan kredit,
sehingga membutuhkan pekerja untuk kemudian diklasifikasikan atas 3 (tiga)
membantu mengurus ternak sapinya. kelas kategori. Penentuan masing-masing

Tabel 2. Penambahan Jumlah Ternak Sapi kategori dengan menggunakan skala


Perah interval, kategori tingkat keberhasilan
Jumlah Persen pengembalian kredit dibedakan atas:
No Uraian
(Orang) (%)
1 Ada penambahan Tabel 3. Tingkat Keberhasilan Pengembalian
18 69,23
ternak sapi perah Kredit
2 Tidak sesuai yang
4 15,38 No Uraian Jumlah (Orang) Persen (%)
diharapkan
3 Tidak ada 1 Baik 17 65,38
penambahan 4 15,38
2 Cukup 8 30,77
ternak sapi perah
3 Kurang 1 3,85
Jumlah 26 100,00
Jumlah 26 100,00
Sebanyak 15,38% responden
bertambah jumlah ternak sapinya perah Pada Tabel 3 nampak terlihat bahwa
tetapi tidak sesuai dengan yang tingkat keberhasilan pengembalian kredit
diharapkan, yaitu keseluruhan plafon termasuk kedalam kategori baik sebanyak
digunakan untuk usaha. Oleh karena itu, 65,38% responden. Responden
penggunaan plafonnya hanya setengah berpendapat bahwa pengembalian kredit
dari plafon yang diberikan oleh pihak bank merupakan kewajiban setiap debitur dan
sedangkan sisanya setengahnya lagi pengembalian kredit yang tepat waktu
dipergunakan untuk keperluan konsumtif. akan menjamin tumbuhnnya kepercayaan
Sisanya 15,38% responden tidak ada bank kepada debitur untuk memberikan
penambahan jumlah populasi ternak sapi kredit tahap berikutnya. Keberhasilan
perah karena mereka menggunakan sebagian responden mengembalikan
seluruh plafon yang diberikan oleh Bank kredit memberi indikasi keberhasilan
untuk keperluan konsumtif. mereka dalam mengelola usaha ternak
sapinya.
C. Tingkat Keberhasilan Pengembalian
Kredit Selanjutnya, sebanyak 30,77%
Penentuan kategori tingkat responden berada pada kategori cukup
keberhasilan pengembalian kredit dalam melakukan pengembalian kredit.
diperoleh dengan memperhitungkan nilai Hal tersebut umumnya disebabkan karena
keseluruhan dari semua dimensi penggunaan plafon yang tidak tepat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 515


sasaran, sehingga menimbulkan pengembalian kredit (Variabel Y)
penambahan populasi ternak sapi perah digunakan koefisien korelasi Rank
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Spearman (ρs), korelasi tersebut hanya
Plafon yang dipinjam hanya digunakan menyatakan kuat tidaknya hubungan
setengah dari plafon yang diberikan. antar variabel. ρs = 0,62 sehingga ada
Hanya 3,85% responden yang tingkat hubungan positif antara respon peternak
keberhasilan pengembalian kreditnya sapi perah dengan tingkat keberhasilan
berkategori rendah. Hal tersebut pengembalian kredit, yaitu semakin tinggi
dikarenakan kegagalan peternak dalam respon peternak sapi perah terhadap
mengelola usaha ternak sapi perahnya. program kredit UMKM, semakin baik
Kegagalan tersebut dikarenakan tingkat keberhasilan pengembalian
manajemen pemeliharaan yang kurang kreditnya. Jika hasil tersebut
baik, disamping itu juga uang yang diinterpretasikan dengan menggunakan
digunakan untuk membangun usaha aturan Guilford (1956) dalam Setiawan
peternakannya digunakan untuk (2001), hasil tersebut termasuk ke dalam
keperluan yang bersifat konsumtif, hubungan yang moderat. Dengan
sehingga pada akhirnya responden tidak demikian maka respon peternak sapi
mampu untuk melakukan pembayaran perah terhadap program UMKM cukup
angsuran kredit (Rahayu, 1988; erat dengan tingkat keberhasilan
Sumaryana, 1989). Menurut Yusuf (1985), pengembalian kredit tidak longgar
adanya tunggakan kredit disebabkan ataupun tidak terlalu erat sehingga cukup
peternak belum siap mental dan sikap mempengaruhi antara kedua variabel
dalam menerima program kredit yang tersebut.
berasal dari pemerintah. Mereka belum Hal tersebut dikarenakan, menurut
mengerti sama sekali tujuan dan maksud responden, masih ada kendala yang
kredit, sehingga tidak timbul rasa memiliki dihadapi oleh mereka yaitu terdapat
untuk bertanggung jawab dalam beberapa ketentuan yang ditetapkan oleh
pemeliharaan ternak dan pengembalian bank yang memberatkan, seperti tingkat
kreditnya. suku bunga yang tinggi dan jangka waktu
pengembalian yang lama. Menurut para
D. Hubungan Respon Peternak Sapi
Perah Penerima Program Kredit responden secara keseluruhan dengan
UMKM dengan Tingkat
adanya program kredit UMKM ini dapat
Keberhasilan Pengembalian Kredit
membantu mereka dalam hal keuangan
Untuk mengukur keeratan hubungan
untuk mengembangkan usaha ternak sapi
antara respon peternak sapi perah
perahnya, selain itu juga meminjam kredit
penerima program kredit UMKM (Variabel
pada bank memiliki kelebihan,
X) dengan tingkat keberhasilan
diantaranya prosedur pemberian kredit

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 516


yang mudah, itikad baik dari pihak bank B. Saran
untuk mengawasi usaha ternak sapi perah
Berdasarkan hasil penelitian di
yang dijalankan oleh para responden
lapangan, maka disarankan kepada para
sehingga situasi yang diharapkan
debitur bank untuk memperhatikan faktor-
terkendali (Suyatno dkk, 2007). Selain itu,
faktor yang menjadi kendala dalam
pihak bank juga memberikan reward bagi
mengembalikan kredit sehingga tidak
seorang debitur apabila telah
akan menjadi masalah yang sangat
mengembalikan kredit sesuai yang
memberatkan. Tingkat suku bunga yang
ditentukan dengan tepat waktu dan
ditetapkan untuk para peternak di
biasanya sudah dikembalikan 50% dari
turunkan, karena tingkat suku bunga yang
plafon, debitur tersebut diperbolehkan
diberikan bank menurut para debitur
untuk menambah jumlah plafon yang
terlalu tinggi untuk para peternak
diinginkan sesuai dengan ketentuan yang
tradisional yang kepemilikannya hanya 3-
berlaku pada bank.
4 ekor.

4. SIMPULAN DAN SARAN


5. DAFTAR PUSTAKA
A. Simpulan
Bank Indonesia.2014. Sistem Informasi
Baseline Economic Survey.
Berdasarkan hasil dan pembahasan
Jakarta,Indonesia. Available online
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi at http://www.SIPUK-BI.com.
(diakses 10 Agustus 2014).
respon peternak sapi perah penerima
Direktorat Jendral Peternakan. 2009. Bina
kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Usaha Petani Ternak dan
Pengolahan Hasil Ternak Usaha
(UMKM), semakin baik tingkat
Peternakan, Perencanaan Usaha,
keberhasilan pengembalian kredit. Tingkat Analisis dan Pengelolaan.
Departemen Pertanian. Jakartaa.
keberhasilan pengembalian kredit
KSU Tandangsari. 2015. Laporan
program kredit UMKM di wilayah kerja Tahunan 2015. KSU Tandangsari
Kecamatan Tanjungsari Kabupaten
KSU Tandangsari berada pada kategori
Sumedang.
baik sebesar 65,38%, kategori cukup Mar’at. 1982. Sikap Manusia: Perubahan
Serta Pengukurannya. Jakarta:
sebesar 30,77% dan kategori kurang
Ghalia Indonesia.
sebesar 3,85%. Terdapat hubungan Nitisemito, A.S. 1978. Pertimbangan
Mengambil Kredit dan Rencana
antara respon peternak sapi perah
Pengembailan Kredit Cetakan ke-2.
penerima kredit UMKM dengan tingkat Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rahayu, 1988. Efesiensi Usaha Koperasi
keberhasilan pengembalian kredit cukup
dan Sistem Pengembalian Kredit.
erat, ditunjukkan dengan nilai ρS = 0,62. Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Sumedang.
derajat hubungannya adalah moderat
Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo. 1990.
(berdasarkan Guilford, 1956). Sosiologi Pedesaan jilid 1.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 517


Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sarwono, Sarlito. 2002. Teori-teori
Psikologi Sosial. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sinungan, Muchdarsyah. 1993. Dasar –
Dasar dan Teknik Managemen
Kredit. Jakarta: Bumi Akasar.
Sjahir, A. 2003. Bisakah Usaha Sapi
Perah Menjadi Usaha Pokok.
Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
Pertanian Bogor.
Setiawan, Nugraha. 2001. Koefisien
Korelasi (Rank Spearman) dan Uji
Signifikasinya. Dalam Makalah
Diskusi Ilmiah Jurusan Sosial
Ekonomi. Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Sumaryana, N. 1989. Kemampuan
Pengembalian Kredit pada Berbagai
Skala Usaha Ternak Sapi Perah
Rakyat (Survey di wilayah kerja
koperasi peternak sapi Bandung
Utara Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung). Skripsi,
Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran. Sumedang.
Suyatno,T, H.A.Chalik, M.Sukada, C.T.Y
Ananda dan D.T. Marala. 2007.
Dasar-Dasar Pengkreditan edisi
keempat. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Tasripin, D.S., U. Hidayat dan
M.Sulistyati. 2015. Pengembangan
Ekonomi Kerakyatan melalui
Agribisnis Sapi Perah. Fakultas
Peternakan Universitas
Padjadajaran. Sumedang.
Yusuf. 1985. Usaha Meningkatkan
Pendapatan Petani-Peternak dan
Tunggakan Kredit Pasca Usaha
Ternak Potong. Pusat Penelitian
Universitas Brawijaya. Malang.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 518


POLA KEMITRAAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN PETANI TEH RAKYAT
(Suatu Kasus di Desa Cisondari Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung)

Dini Rochdiani

Departemen Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Jatinangor Km.21 Sumedang-Indonesia
e-mail: dini.rochdiani@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kemitraan dan tingkat kesejahteraan petani teh
rakyat. Perusahaan mitra petani yaitu perusahaan pengolah teh PT Kartini Teh Nasional dan PT
Kabepe Chakra. Metode penelitian yang digunakan yaitu survei kepada 73 petani sampel dengan
menggunakan teknik sampling jenuh (sensus). Hasil penelitian menjelaskan, bahwa pola kemitraan
petani dengan perusahaan pengolah teh yaitu subkontrak. Mekanisme kemitraannya yaitu petani
hanya memasok pucuk teh yang diperlukan perusahaan untuk diolah menjadi teh kering (teh
hijau). Pola kemitraan yang terjadi masih belum berjalan sesuai konsep kemitraan, antara lain
pelaksanaan kemitaan tidak menggunakan kontrak tertulis. Manfaat yang diperoleh petani yaitu
adanya keterjaminan pasar dan kepastian harga. Manfaat bagi perusahaan yaitu mendapatkan
jaminan pasokan bahan baku teh tanpa harus memiliki lahan perkebunan teh. Kendala yang
dihadapi petani yaitu harga teh ditentukan oleh perusahaan, sehingga perusahaan lebih
diuntungkan karena berperan sebagai price maker, sedangkan petani hanya sebagai price taker.
Kendala kemitraan yang diperoleh perusahaan yatu kualitas dan kuantitas serta kontinuitas pucuk
teh yang dihasilkan petani masih rendah (jabrugan). Bila dilihat dari tingkat kesejahteraan petani
berdasarkan nilai tukar petani (NTP), terdapat 86,3 persen petani tergolong sejahtera dan bila
dikaitkan dengan kriteria kemiskinan Sayogyo (1990) terdapat 60,3 persen tergolong sejahtera.
Namun apabila dikaitkan dengan kriteria garis kemiskinan menurut World Bank (2000), seluruh
petani teh rakyat tergolong miskin.

Kata kunci: Kemitraan, Kesejahteraan, Petani, Teh Rakyat, Subkontrak

1. PENDAHULUAN (Pikiran Rakyat, 2014). Oleh karena itu,


produksi teh rakyat terus menurun karena
Teh merupakan salah satu
populasi tanaman teh per hektar tidak
komoditi andalan Provinsi Jawa Barat
penuh. Selain itu, ditambah kurangnya
yang memiliki syarat tumbuh yang sesuai
pemeliharaan tanaman teh, pengendalian
untuk budidaya tanaman teh, yaitu
hama penyakit dan cara memetik teh
beriklim sejuk dan berada di dataran tinggi
mengakibatkan produktivitas teh terus
(Setyamidjaja, 2000). Produktivitas
menurun (Agrofarm, 2014).
perkebunan rakyat masih rendah
dibandingkan dengan PBN dan PBS.
Minimnya produktivitas teh rakyat
terutama dipicu oleh jumlah tegakan yang
sedikit di setiap hektar lahan teh rakyat.
Idealnya, satu hektar lahan ditanami
sekitar 13.000 tegakan tanaman teh.
Lahan perkebunan teh rakyat saat ini rata-
rata hanya ditanami 5.000-6.000 tegakan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 519


tidak bisa dijual langsung ke pasar. Pucuk
Luas, Produksi, dan Produktivitas teh yang dihasilkan harus diolah terlebih
Perkebunan Teh Provinsi Jawa Barat dahulu agar produk teh dapat di pasar.
Menyadari permasalahan tersebut,
40000
maka dilakukan upaya pendukung dengan
20000
0 cara kemitraan. Kemitraan petani teh
dengan perusahaan dalam hal pemasaran
dapat berdampak baik bagi petani
(Sudiyarto, 2010). Hubungan kemitraan
Luas (Ha) Produksi (Ton)
diharapkan dapat menyelesaikan segala
Produktivitas (Kg/Ha) permasalahan seperti dalam hal

Gambar 1. Luas, Produksi, dan permodalan, teknologi, saprodi,


Produktivitas Perkebunan Teh Provinsi penetapan harga serta pemasaran hasil
Jawa Barat
Sumber: Dinas Perkebunan Jawa Barat dengan mendapat bantuan dari pihak luar
(2014) (Hafsah, 2003). Hal tersebut terjadi

Berdasarkan Gambar 1 dapat karena pemasaran merupakan mata

dilihat bahwa perkebunan teh terluas di rantai yang sangat penting. Dalam

Provinsi Jawa Barat ditempati oleh pelaksanaannya kemitraan melibatkan

Kabupaten Cianjur, namun produksi teh dua orang atau lebih untuk menjalin

terbesar ditempati oleh Kabupaten kesepakatan dalam sebuah ikatan

Bandung, begitu juga dengan produksi perjanjian kerja sama.Kelompok Tani

rata-ratanya. Kabupaten Bandung Mekar Hurip merupakan salah satu

merupakan salah satu kabupaten di kelompok tani di Desa Cisondari yang

Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi melaksanakan kemitraan dengan

cukup besar pada sektor pertanian, perusahaan pabrik pengolahan untuk

dengan kondisi iklim, suhu, serta topografi memasarkan hasil pucuk teh mereka.

yang dimiliki Kabupaten Bandung Petani melakukan kemitraan dengan

menjadikan daerah tersebut sebagai perusahaan harapannya agar

penghasil teh utama (42%) di provinsi mendapatkan kepastian harga dan

Jawa Barat. jaminan pemasaran hasil pucuk teh,

Salah satu desa penghasil pucuk sedangkan perusahaan melakukan

teh adalah Desa Cisondari, Kecamatan kemitraan dengan petani agar

Pasirjambu, Kabupaten Bandung. mendapatkan jaminan pasokan pucuk teh

Permasalahan yang dihadapi oleh petani dari petani. Namun kenyataannya, dalam

usahatani teh yaitu petani belum memiliki pelaksanaan kemitraan antara Kelompok

kejelasan dalam memasarkan produk Tani Mekar Hurip dengan pabrik

mereka. Pucuk teh yang dihasilkan petani pengolahan PT. Kartini Teh Nasional dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 520


PT. Kabepe Chakra hanya berlandaskan yang bermitra dengan PT. Kartini Teh
saling percaya atau tidak menggunakan Nasional adalah 72,6% sedangkan petani
kontrak tertulis. Oleh karena itu, peneliti yang bermitra dengan PT. Kabepe Chakra
tertarik untuk melakukan penelitian adalah 27,4%. Kelompok Tani Mekar
mengenai Pola Kemitraan dan Tingkat Hurip sudah berjalan 12 tahun (sejak
Kesejahteraan Petani Teh Rakyat (Suatu tahun 2003) menjalin kerjasama dengan
Kasus di Desa Cisondari Kecamatan PT. Kartini Teh Nasional.
Pasirjambu Kabupaten Bandung) Berdasarkan hasil penelitian,
seluruh petani (100%) yang bermitra
2. METODE PENELITIAN dengan PT. Kartini Teh Nasional
memberikan seluruh hasil produksi pucuk
Metode penelitian yang digunakan
tehnya kepada perusahaan mitra. Melihat
dalam penelitian ini adalah studi kasus.
kondisi tersebut, maka pola kemitraan
Pemilihan responden ditentukan secara
yang terjalin antara petani dengan
purposive, terdiri atas pemilik perusahaan,
perusahaan PT. Kartini Teh Nasional
manajer pemasaran, dan manajer
mengarah kepada pola kemitraan
produksi. Selain itu, untuk kesejahteraan
subkontrak. Namun, kemitraan antara
petani dilakukan analisis pendapatan dan
petani dengan perusahaan tidak
kesejahteraan petani dengan
menggunakan kontrak tertulis, kemitraan
menggunakan konsep kemiskinan dari
hanya mengandalkan kepercayaan antara
Sayogyo (1990) dan Worl bank (2001).
petani dengan perusahaan. Ciri khas dari
pola kemitraan subkontrak adalah adanya
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kontrak bersama antara kedua belah
a. Deskripsi Kemitraan Agribisnis pihak yang mencantumkan volume, harga
Kelompok Tani Mekar Hurip dan waktu, namun hal tersebut tidak
dengan Perusahaan
ditemukan pada kemitraan ini sehingga
Kemitraan adalah kerjasama usaha
kemitraan yang dilaksanakan antara
antara usaha kecil dengan usaha
petani dengan perusahaan belum sesuai
menengah atau dengan usaha besar
dengan konsep kemitraan subkontrak.
disertai pembinaan dan pengembangan
Pelaksanaan kemitraan yang terjalin
oleh usaha menengah atau usaha besar
antara Kelompok Tani Mekar Hurip
dengan memperhatikan prinsip saling
dengan pabrik pengolahan yaitu petani
memperkuat, saling memerlukan dan
memasok pucuk tehnya melalui ketua
saling menguntungkan. Kelompok Tani
kelompok tani terlebih dahulu, kemudian
Mekar Hurip menjalin kemitraan dengan
ketua kelompok tani yang memberikan
perusahaan PT. Kartini Teh Nasional dan
hasil pemetikan ke pabrik pengolahan.
PT. Kabepe Chakra. Persentase petani
Pabrik pengolahan PT. Kartini Teh

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 521


Nasional menerima pucuk teh dari petani Setelah proses pengeringan, hasil teh
rata-rata 8-10 ton setiap harinya kering dikemas dan disimpan di gudang
penerimaan dibatasi karena kapasitas penyimpanan. Teh kering disimpan hingga
maksimum pabrik pengolahan hanya 14 hari sabtu atau apabila pabrik pengolahan
ton per hari. Harga yang ditawarkan untuk sudah memproduksi 9 ton teh kering, teh
pucuk teh oleh PT. Kartini Teh Nasional kering dikirim ke pabrik pusat PT. Kartini
adalah Rp 2.400 per kg, dengan kualitas Teh Nasional yang terletak di Pekalongan,
yang diminta oleh perusahaan adalah Jawa Tengah. Perusahaan tidak
70% pucuk P+3 atau hanya daun pucuk memberikan pendampingan dan bantuan
dengan tiga daun di bawahnya dan 30% berupa modal dana saprodi kepada
sisanya minimal kualitas pucuk P+4m. Kelompok Tani Mekar Hurip, sehingga
Tujuan pemasaran hasil produksi PT. manfaat kemitraan yang dirasakan oleh
Kartini Teh Nasional seluruhnya (100%) petani hanya meningkatkan pendapatan
untuk pasar domestik, sehingga harga petani.
pucuk teh stabil karena tidak ada Pola kemitraan yang terjalin antara
penentuan grade pucuk teh oleh petani mitra pada Kelompok Tani Mekar
perusahaan. Namun, harga yang diterima Hurip dengan PT. Kabepe Chakra
oleh petani hanya Rp 2.000 sebagai mengarah pada pola kemitraan
penerimaan dari hasil produksi pucuk teh, subkontrak karena petani mitra hanya
karena Rp 200 digunakan untuk memasok pucuk teh yang diperlukan oleh
mengganti biaya pengangkutan pucuk teh perusahaan PT. Kabepe Chakra sebagai
dari lahan ke pabrik dan Rp 200 disimpan bagian dari produksinya. Menurut
sebagai uang kas kelompok untuk Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian
menjaga adanya keperluan mendadak. yang diterbitkan oleh Menteri Pertanian,
Kemudian pucuk teh yang diterima segera ciri khas dari pola kemitraan subkontrak
diolah menjadi keringan teh hijau melalui adalah adanya kontrak bersama antara
beberapa proses pengeringan yaitu kedua belah pihak yang mencantumkan
pelayuan, penggilingan serta pengeringan volume, harga dan waktu. Namun, pada
pucuk. Pelayuan pucuk teh menggunakan kenyataannya di lapangan kemitraan
mesin pelayuan memerlukan waktu 1 jam antara petani dengan perusahaan tidak
untuk 1 ton pucuk teh. Penggilingan menggunakan kontrak tertulis, kemitraan
dilakukan sebanyak 4 kali, satu kali hanya berlandaskan saling percaya dan
penggilingan memerlukan waktu 30 menit komitmen antara kedua belah pihak.
untuk 1 ton pucuk teh. Pengeringan pucuk Komitmen yang disepakati oleh pihak
memerlukan waktu kurang lebih 5 jam, petani dengan pihak perusahaan adalah
setiap pengeringan 1 ton pucuk teh basah ketika musim penghujan datang dan
dapat menghasilkan 220 kg teh kering. produksi pucuk teh petani meningkat,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 522


meskipun pabrik pengolahan mengalami bersangkutan bermasalah dengan hal
overload pasokan pucuk teh, maka tersebut, maka kami akan menolak
perusahaan akan tetap menerima pucuk penawaran kemitraannya.
tersebut dan penuhnya kapasitas pabrik PT. Chakra GAL tidak asal
pengolahan sudah menjadi risiko menerima kemitraan dengan petani atau
perusahaan. Sedangkan pada musim kelompok tani karena yang dibutuhkan
kemarau dan produksi pucuk teh sedikit, oleh PT. Chakra GAL adalah kepastian
maka petani atau kelompok tani mitra supply pucuk teh untuk jangka panjang,
harus tetap memasok ke PT. Chakra GAL jika pada awalnya sudah bermasalah
meskipun penawaran harga pucuk teh maka kemitraan tidak akan berjalan
dari perusahaan lain lebih tinggi. dengan baik untuk kedepannya. Masing-
Pabrik pengolahan PT. Chakra masing kelompok tani yang bermitra
Gambung Agro Lestari (GAL) rata-rata mendapatkan penyuluh lapangan dari
menerima pucuk teh dari petani dan pihak perusahaan yang bertugas untuk
kelompok tani yang bermitra sebesar 8-15 memonitor dan mengatur kelompok tani
ton setiap harinya. Kualitas pucuk yang yang akan memasok pucuk teh ke pabrik
diminta oleh perusahaan adalah p+3 atau pengolahan setiap harinya agar tidak
hanya daun pucuk dengan tiga daun di kurang atau melebihi kapasitas
bawahnya. PT. Kabepe Chakra memiliki pengolahan pabrik. Penyuluh lapangan
lahan perkebunan teh seluas 7.500 Ha selain bertugas untuk mengatur rencana
dengan tujuan penjualan hasil produksi produksi juga berperan sebagai
tehnya 15% untuk pasar domestik dan pendamping petani dan kelompok tani.
85% untuk ekspor, sehingga tidak Pendampingan dilakukan apabila kualitas
sembarang petani dan kelompok tani yang pucuk teh yang diberikan petani mitra
dapat menjual pucuk tehnya ke PT. tidak sesuai dengan permintaan
Kabepe Chakra. Menurut Bapak Nugroho perusahaan. Perusahaan juga selalu
selaku manajer PT. Chakra GAL, petani menanggapi masalah atau keluhan dari
dan kelompok tani yang akan menjual petani mitra, menjaga komunikasi secara
pucuk tehnya kepada kami, akan kami intensif, memberikan kepastian
monitoring terlebih dahulu bagaimana pembayaran, kepastian pasar dan
kepemilikan kebun petani tersebut, kepastian kualitas tanaman. Dalam
apakah petani tersebut mempunyai kemitraan ini prinsip saling
masalah dengan kelompok tani yang lain menguntungkan terdapat pada kontrak
dan apakah petani tersebut memiliki baik secara lisan maupun tulisan yang
hutang yang cukup besar dengan orang, merupakan kesepakatan kedua belah
kelompok tani atau perusahaan lain. pihak sehingga tidak ada pihak yang
Apabila petani atau kelompok tani yang dirugikan.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 523


b. Manfaat Kemitraan kontrak yang jelas antara petani dengan
perusahaan juga memberikan keuntungan
Berdasarkan hasil penelitian,
bagi perusahaan karena perusahaan tidak
manfaat yang dirasakan petani dengan
perlu menanggung risiko akibat kegagalan
melaksanakan kemitraan dengan
produksi, risiko investasi atas tanah dan
perusahaan adalah pendapatan petani
risiko pengelolaan lahan usaha pertanian
meningkat karena ada kepastian harga
yang luas. Risiko-risiko tersebut yang
pucuk teh dan memperoleh rasa aman
dialihkan perusahaan ke petani sehingga
dengan adanya jaminan pemasaran
risiko tersebut hanya ditanggung oleh
melalui perusahaan. Manfaat lain yang
pihak petani.
dirasakan petani yang bermitra dengan
c. Kendala Kemitraan
PT. Kabepe Chakra adalah adanya
pendampingan terhadap petani dari Kendala-kendala yang kerap terjadi
penyuluh lapangan. Pendampingan yang selama pelaksanaan kemitraan
dilakukan perusahaan dapat diantaranya yaitu dari kualitas, kuantitas
meningkatkan pengetahuan dan dan kontinuitas produk yang dihasilkan.
penggunaan teknologi bagi petani untuk Kendala kualitas yang dialami oleh petani
meningkatkan kualitas tanaman teh. yaitu penurunan kualitas pucuk teh pada
Harga pembelian pucuk teh oleh musim penghujan, karena tanaman teh
perusahaan dapat stabil karena PT. rentan untuk diserang oleh hama dan
Kartini Teh Nasional pemasaran penyakit. Pucuk teh yang terserang hama
produksinya seluruhnya (100%) untuk akan mengalami kerusakan, sehingga
pasar domestik, sehingga kualitas pucuk pucuk teh tidak dapat dipanen. Untuk
teh tidak berpengaruh terhadap harga. mengatasi kendala kualitas tersebut
Manfaat yang dirasakan oleh petani melakukan upaya pencegahan
perusahaan bermitra dengan petani yaitu yaitu dengan menggunakan pestisida
perusahaan mendapatkan jaminan alami untuk mengurangi serangan hama
pasokan bahan baku pucuk teh basah dan penyakit. Namun, dengan
setiap hari dari petani di sekitar pabrik penggunaan pestisida alami
pengolahan untuk memproduksi teh hijau. menyebabkan penambahan biaya
Perusahaan juga dapat produksi petani. Selain itu, penurunan
mengoperasionalkan kapasitas pabrik kualitas berdampak pada harga jual pucuk
pengolahan tehnya secara full capacity teh, karena pucuk teh yang masuk ke PT.
tanpa perlu memiliki lahan perkebunan Kabepe Chakra dihargai sesuai dengan
dan pekerja lapangan sendiri, karena kualitas pucuk teh yang dihasilkan petani.
biaya untuk keperluan tersebut Kendala kuantitas yang terjadi yaitu
ditanggung oleh petani. Tidak adanya produk yang dihasilkan tidak konsisten

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 524


pada setiap panen. Hal ini disebabkan kemampuan pabrik pengolahan teh dalam
karena pada musim kemarau hasil pucuk melakukan pembayaran. Namun, PT.
teh yang dihasilkan lebih sedikit Kartini Teh Nasional telah menyelesaikan
dibandingkan pada musim hujan. Pada masalah keterlambatan pembayaran
saat musim kemarau hasil pemetikan dengan merubah sistem pembayarannya.
pucuk teh rata-rata 5-7 kuintal per hektar, Pabrik pengolahan setiap hari sabtu
sedangkan pada musim hujan rata-rata mengirim keringan teh hijau ke pabrik
hasil pemetikan pucuk teh dapat pusat yang berada di Pekalongan, Jawa
mencapai 1-1,2 ton per hektar. Namun, Tengah. Kemudian setelah keringan teh
pada saat musim hujan tanaman teh hijau diterima, setiap hari senin PT. Kartini
rentan terserang oleh hama dan penyakit. Teh Nasional mengirimkan pembayaran
Pucuk teh yang terserang hama akan pucuk teh basah melalui rekening bank
mengalami kerusakan sedangkan milik Bapak Rukmana selaku ketua
tanaman teh yang terserang penyakit Kelompok Tani Mekar Hurip dan
dapat menimbulkan kematian pada selanjutnya diberikan kepada setiap
tanaman, sehingga mengakibatkan anggota kelompoknya yang memasok
produksi pucuk teh menurun. Hama yang hasil panennya. Keterlambatan
sering menyerang tanaman teh yaitu pembayaran menyebabkan petani
Helopeltis antomii, Empoascha, Tungau kekurangan modal untuk pemeliharaan
dan Penggerek batang, sedangkan tanaman teh selanjutnya, sehingga petani
penyakit yang sering menyerang tanaman lebih memilih untuk bermitra dengan
teh yaitu Blister Blight (acar daun), jamur perusahaan lain.
akar dan jamur batang, sehingga pada d. Tingkat Kesejahteraan Petani
saat musim hujan petani harus bersiap- Usahatani Teh
siap untuk mengantisipasi serangan
Pendapatan per kapita per tahun
tersebut.
adalah hasil bagi dari total pendapatan
Kendala kontinuitas yang dirasakan
keluarga dalam setahun dengan jumlah
bagi petani yang bermitra dengan
anggota keluarga. Rata-rata jumlah
perusahaan PT. Kartini Teh Nasional dan
anggota keluarga petani teh di Kelompok
PT. Kabepe Chakra yaitu seringkali terjadi
Tani Mekar Hurip adalah 3 orang.
keterlambatan dalam pembayaran pucuk
Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan
teh basah yang telah dikirim oleh petani.
per kapita per tahun yang terkecil adalah
Keterlambatan pembayaran berkisar
Rp 1.251.300 dan pendapatan per kapita
antara 2 minggu hingga satu bulan
per tahun yang terbesar adalah Rp
setelah pucuk teh basah dikirim.
6.447.825. Rata-rata pendapatan per
Keterlambatan pembayaran dapat
disebabkan karena keterbatasan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 525


kapita per tahun sebesar Rp dilaksanakan belum sesuai dengan
3.043.797,76. konsep kemitraan subkontrak. Petani
Berdasarkan hasil penelitian, petani yang bermitra dengan PT. Kartini Teh
usahatani teh di Kelompok Tani Mekar Nasional 45,28% tergolong tidak miskin
Hurip diketahui petani yang tergolong dan petani yang bermitra dengan PT.
tidak miskin 50,7%, yang tergolong miskin Kabepe Chakra 65% tergolong tidak
26%, yang tergolong miskin sekali 17,8% miskin. Sedangkan rata-rata keseluruhan
dan yang tergolong paling miskin 5,5%. petani di Kelompok Tani Mekar Hurip
Berdasarkan hasil kriteria kemiskinan 50,7% tergolong tidak miskin.
petani yang bermitra dengan PT. Kartini
Teh Nasional, petani yang tergolong tidak 4.2. Saran
miskin 45,28%, miskin 54,72%.
Petani diharapkan dapat
Berdasarkan hasil penelitian, petani yang
meningkatkan pendapatannya dengan
bermita dengan Kabepe Chakra tergolong
cara memperbaiki teknologi budidaya teh
tidak miskin adalah 65%, sedangkan
seperti melaksanakan budidaya teh
petani yang tergolong miskin 35%. Hasil
sesuai SOP sehingga menghasilkan
tersebut menunjukkan petani yang
kualitas teh yang baik, sehingga harga
bermitra dengan PT. Kabepe Chakra lebih
tinggi. Harga tinggi dapat meningkatkan
sejahtera dibandingkan petani yang
pendapatan dan kesejahteraan petani teh.
bermitra dengan PT. Kartini Teh Nasional.
Faktor lain yang mempengaruhi nilai
5. DAFTAR PUSTAKA
kesejahteraan petani adalah luas lahan
yang diusahakan. Mayoritas luas lahan Agrofarm. 2014. Intensifikasi Tidak
yang diusahakan petani kurang dari 1 Ha, Optimal: Banjir Teh Impor. Tahun III
Edisi 42.
keadaan ini yang menyebabkan Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi
pendapatan petani kurang Jawa Barat. 2012. Perkembangan
Agribisnis Teh Jawa Barat.
menguntungkan. Bandung.
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.
2013. Statistik Perkebunan Jawa
4. SIMPULAN DAN SARAN Barat Tahun 2013. Bandung.
Hafsah, Jafar. 2003. Kemitraan Usaha
4.1. Simpulan Konsepsi dan Strategi. Jakarta: PT.
Pustaka Sinar Harapan.
Lonika, Atika Stevi. 2014. Peran
Pola kemitraan usaha pertanian
Kemitraan Terhadap Pendapatan
antara petani usahatani teh dengan Petani Mangga. Jatinangor. Fakultas
Pertanian. Universitas Padjadjaran.
perusahaan pengolahan teh PT. Kartini
Pikiran Rakyat. 2014. Produktivitas
Teh Nasional dan PT. Kabepe Chakra Perkebunan Teh Rakyat Masih
Rendah. Diambil dari
dikategorikan secara ideal ke dalam pola
http://www.pikiran-rakyat.com.
kemitraan subkontrak. Kemitraan yang Diakses 16 Februari 2015.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 526


Republika Online. 1997. Mengembangkan
Kebun Teh dengan Bantuan ADB.
Diambil dari
http://www.library.ohiou.edu/.
Diakses 16 Juni 2015.
Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Teh:
Budidaya dan Pengolahan
Pascapanen. Yogyakarta: Kanisius.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi
Produksi Dengan Pokok Bahasan
Analisis Fungsi Cobb-Douglass.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Vivalife. 2015. Ini Peringkat Konsumsi Teh
Indonesia di Dunia. Diambil dari
http://life.viva.co.id/. Diakses 16
Februari 2015.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 527


ANALISIS RESPON MASYARAKAT DAN APARAT PEMERINTAHAN DESA
TERHADAP KEBERADAAN KAMPUNG PRODUKTIF DI DESA GESIK KECAMATAN
TENGAH TANI KABUPATEN CIREBON
(Studi Kasus Pada Pengembangan UMKM Agribisnis Kreatif)

Dukat dan Wachdijono

Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon


Email: agribisnis772@gmail.com

ABSTRAK

UU No.20/2008 merupakan payung hukum dalam pengelolaan UMKM di seluruh tanah air. Salah
satu langkah kongkrit pemerintah dalam pengelolaan UMKM adalah dicanangkannya Kampung
Produktif melalui pelaksanaan program produktif di berbagai daerah yang berpotensi. Keberadaan
Kampung Produktif ini diharapkan menjadi wadah komunikasi dan sinergi bagi klaster-klaster
ekonomi, khususnya UMKM Agribisnis Kreatif. Namun secara faktual, setiap program
pengembangan UMKM akan memberi hasil yang optimal manakala ada respon yang baik dari
masyarakat dan aparat pemerintahan desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon
masyarakat dan aparat pemerintahan desa terhadap pelaksanaan program Kampung Produktif,
peran keberadaan Kampung Produktif pada kehidupan masyarakat pelaku UMKM Agribisnis
Kreatif dan rencana pembentukan model Desa Binaan Universitas Swadaya Gunung Jati
(Unswagati) Cirebon di Desa Gesik. Metode penelitiannya adalah metode deskriptif melalui
pendekatan survei dan analisis datanya menggunakan kaidah perhitungan Skala Likert. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa respon masyarakat dan aparat pemerintahan Desa Gesik terhadap
pelaksanaan program Kampung Produktif adalah “baik”, terhadap peran keberadaan Kampung
Produktif pada kehidupan masyarakat pelaku UMKM Agribisnis Kreatif adalah “ragu-ragu” dan
terhadap rencana pembentukan model Desa Binaan Unswagati adalah “sangat setuju”.
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka disarankan bahwa jika Pemerintah Kabupaten Cirebon
hendak melanjutkan program Kampung Produktif dibuatlah program yang bersifat
berkesinambungan dan jika Unswagati berkeinginan membentuk Desa Binaan, lakukanlah survai
yang lebih mendalam untuk menyusun program yang realistis, aspiratif, sistematis, koordinatif dan
berkesinambungan. Namun demikian alangkah baiknya antara pihak Pemerintah Kabupaten
Cirebon dengan Unswagati menjalin kerjasama dalam rangka membentuk sinergitas untuk
pencapaian tujuan program Kampung Produktif atas dasar saling menghargai dan kesadaran
bahwa sukses tidak bisa diraih sendiri-sendiri.

Kata kunci: Kampung Produktif, Respon, Agribisnis Kreatif, Desa Binaan

1. PENDAHULUAN tetap mempertahankan keberadaan


UMKM, bahkan akan dilakukan
Pada era pasca krisis, keberadaan
pemberdayaan, pembinaan, perlindungan
UMKM ibarat dewa penolong bagi
dan pengembangannya. Tekad
sebagian besar korban PHK sebab
pemerintah ini dibuktikan dengan
mereka dapat berusaha atau bekerja
diundangkannya kepada publik tentang
kembali pada sektor usaha yang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
peluangnya semakin terbuka (Suparyanto,
sebagai payung hukum dalam
2013). Pemerintah menyadari akan
pengelolaan UMKM di Indonesia (Deputi
ketangguhan dan peran UMKM yang
Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM
sangat strategis dalam mengatasi
Kementrian Negara Koperasidan UKM,
permasalahan ekonomi bangsa. Oleh
2009).
karenanya pemerintah bertekad untuk

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 528


Salah satu langkah kongkrit Program Kampung Produktif. Hal ini
pemerintah adalah dicanangkannya selaras dengan pernyataan Suparyanto
Kampung Produktif di berbagai daerah (2013) bahwa respon masyarakat
yang berpotensi. Keberadaan kampung- terhadap suatu program hendaknya
kampung produktif ini diharapkan menjadi diperhatikan agar ke depannya dapat
wadah komunikasi dan sinergi bagi berjalan dengan lancar.
klaster-klaster ekonomi, khususnya usaha Penelitian ini bertujuan untuk
mikro untuk lebih berkembang, baik dari mengetahui: (1) Respon masyarakat dan
aspek kualitas, kemasan dan pemasaran aparat pemerintahan desa terhadap
produknya. Selain itu, keberadaan pelaksanaan program Kampung Produktif
kampung produktif ini dapat meningkatkan di Desa Gesik Kecamatan Tengah Tani
perannya dalam penyerapan tenaga kerja, kabupaten Cirebon, (2) Respon
penciptaan peluang-peluang berusaha masyarakat dan aparat pemerintahan
dan bekerja serta berkontribusi pada desa terhadap peran keberadaan
upaya pengentasan kemiskinan (UU No. Kampung Produktif pada kehidupan
20 Tahun 2008). masyarakat pelaku UMKM Agribisnis
Berkenaan dengan hal di atas, maka Kreatif di Desa Gesik Kecamatan Tengah
pada tanggal 15 Desember 2014, Tani kabupaten Cirebon, dan (3) Respon
Pemerintah Kabupaten Cirebon masyarakat dan aparat pemerintahan
mencanangkan “Kampung Produktif” di desa terhadap rencana pembentukan
Desa Gesik Kecamatan Tengah Tani model desa binaan Unswagati Cirebon di
Kabupaten Cirebon. Namun, seiring Desa Gesik Kecamatan Tengah Tani
berjalannya waktu, peranan Kampung Kabupaten Cirebon.
Produktif terhadap kehidupan masyarakat
pelaku UMKM Agribisnis Kreatif belum 2. METODE PENELITIAN
optimal. Lokasi penelitian ditentukan secara
Universitas Swadaya Gunung Jati sengaja yaitu pada Kampung Produktif di
(Unswagati) Cirebon sebagai salah satu Desa Gesik Kecamatan Tengah Tani
lembaga Perguruan Tinggi Kabupaten Cirebon dengan pertimbangan
berkepentingan untuk menciptakan model merupakan satu-satunya desa yang
desa binaan yang akan memberikan dicanangkan sebagai Kampung Produktif
multifier effect yang positif bagi desa yang dari 412 desa yang ada di Kabupaten
bersangkutan. Berkenaan dengan Cirebon. Penelitian dilaksanakan pada
rencana atau gagasan pembentukan bulan Juli dan Agustus 2015.
model desa binaan, maka dilakukan kajian
terhadap respon masyarakat dan aparat
pemerintahan desa pada program

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 529


Penelitian ini menggunakan metode institusi sosial dan ekonomi dari suatu
deskriptif melalui pendekatan survei. kelompok atau daerah (Natsir, 1998).
Metode ini dilakukan untuk memperoleh Operasionalisasi variabel yang
data-data dari fenomena yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat
berlangsung dan mencari keterangan- pada Tabel 1.
keterangan secara faktual, baik tentang
Tabel 1. Operasionalisasi Variabel
Variabel Item Pernyataan Satuan pengukuran
Respon masyarakat dan 1. Kemanfaatan mesin jahit Skor Skala Likert:
aparat pemerintahan Desa 2. Program Padat Karya 1 = sangat tidak
Gesik terhadap 3. Pelatihan Kerupuk Melarat baik
Pelaksanaan Program 4. Pelatihan Jelly 2 = belum baik
Kampung Produktif (Y1M 5. Pelatihan Kue Gapit 3 = ragu-ragu
dan Y1A) 6. Pelatihan Rempeyek 4 = baik
7. Pelatihan Kacang sangrae 5 = sangat baik
8. Pelatihan Kue Legit
9. Pelatihan Rangginang
10.Merangkai Bunga Melati
Respon masyarakat dan 1. Pengurangan tingkat pengangguran Skor Skala Likert:
aparat pemerintahan Desa 2. Penambahan lapangan/peluang kerja baru 1 = sangat tidak baik
Gesik terhadap peran 3. Peningkatan jumlah Tenaga Kerja 2 = belum baik
keberadaan Kampung 4. Peningkatan omset penjualan di tingkat local 3 = ragu-ragu
Produktif pada kehidupan 5. Peningkatan omset penjualan ke luar daerah 4 = baik
masyarakat pelaku UMKM 6. Peningk. produktifitas Tenaga Kerja 5 = sangat baik
Agribisnis Kreatif (Y2M dan 7. Peningkatan aneka produk baru
Y2A) 8. Peningkatan kualitas produk (rasa, kemasan,
merk, dll)
9. Peningkatn kemudahan memperoleh bahan baku
10. Peningkatan kemudahan dalam mendapatkan
modal kerja
11. Fasilitasi perolehan Nomor PIRT ke Dinas
Kesehatan
12. Fasilitasi sertifikat Produk Halal ke MUI Prov.
Jabar
13. Pembinaan keterampilan pembukuan usaha
14. Pembinaan strategi pemasaran produk
15. Pembinaan jalinan komunikasi dg pembeli
16. Komitmen kesinambungan pembinaan Kampung
Produktif
17. Penumbuhan pemikiran kreatif dan produktif
18. Peningkatan pendapatan pelaku UMKM Agribisnis
Kreatif
Respon masyarakat dan 1. Unswagati berencana untuk melanjutkan, Skor Skala Likert:
aparat pemerintahan Desa mengembangkan atau turut bekerjasama dalam 1 = sangat tidak
Gesik terhadap rencana program Kampung Produktif setuju
pembentukan model Desa 2 = tidak setuju
Binaan Unswagati Cirebon 2. Keberlanjutan program Kampung Produktif dalam 3 = ragu-ragu
di Desa Gesik (Y3M dan bentuk sinergitas model Desa Binaan Unswagati 4 = setuju
Y3A) Cirebon 5 = sangat setuju

Populasi dalam penelitian ini terdiri orang, dan (2) Aparat Pemerintahan Desa
atas 2 (dua) macam, yaitu: (1) Masyarakat Gesik sebanyak 10 orang.
Desa Gesik yang memiliki mata Pengambilan sampel masyarakat
pencaharian utama sebagai pelaku Desa Gesik dilakukan secara sensus yaitu
UMKM Agribisnis Kreatif sebanyak 25 sebesar 25 orang. Adapun teknik
pengambilan dan besar sampel pada

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 530


populasi aparat pemerintahan desa respon masyarakat terhadap suatu
dilakukan secara secara sengaja, yaitu program hendaknya diperhatikan, karena
berjumlah 8 orang, yang terdiri atas: 1 jika selama introduksi program-program
orang Sekretaris Desa, 1 orang tersebut membawa manfaat untuknya dan
Bendahara, 1 orang Kaur Keuangan, 1 dalam pelaksanaannya tidak dijumpai
orang Kaur Umum, 1 orang Kaur kendala yang berarti, maka masyarakat
Pemerintahan, 1 orang Kaur akan selalu memberi respon yang baik.
Kesejahteraan Rakyat, dan 1 orang Namun demikian bukan berarti para
Kepala Dusun, serta ditambah 1 orang pelaku UMKM Agribisnis Kreatif tidak
mantan Kuwu (era 1995 – 2003). menghadapi kendala setelah mengikuti
Data pengukuran respon yang pelatihan-pelatihan produktif tersebut.
diperoleh selanjutnya dianalisis dengan
3.2. Analisis Respon Aparat
menggunakan uji t. Pemerintahan Desa Gesik
Terhadap Keberadaan Kampung
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Produktif (Y1A)
3.1. Analisis Respon Masyarakat Desa Berdasarkan hasil perhitungan nilai
Gesik Terhadap Keberadaan skor, diperoleh nilai 315 dari nilai skor
Kampung Produktif (Y1M)
tertinggi 400 atau 78,75%. Setelah
Berdasarkan hasil perhitungan nilai
dilakukan pengujian hipotesisnya ternyata
skor diperoleh nilai 978 dari nilai skor
H0 ditolak, yang menunjukkan bahwa
tertinggi 1.250 atau 78,24%. Setelah
respon aparat pemerintahan Desa Gesik
dilakukan pengujian hipotesisnya ternyata
terhadap keberadaan Kampung Produktif
H0 ditolak, yang menunjukkan bahwa
pada aspek pelaksanaan program-
respon masyarakat Desa Gesik,
program produktifnya adalah “baik”. Hal
khususnya masyarakat pelaku UMKM
ini dikarenakan program-program yang
Agribisnis Kreatif terhadap keberadaan
telah dilaksanakan, seperti: pelatihan
kampung produktif pada aspek
membuat krupuk melarat, jelly, kue gapit,
pelaksanaan program-program
rempeyek, kacang sangrai, kue legit,
produktifnya adalah “baik”. Hal ini
rangginang, merangkai bunga melati dan
dikarenakan Pemerintah Kabupaten
program padat karya (pembuatan jalan)
Cirebon melaksanakan program pelatihan
sangat bermanfaat bagi masyarakat
manajemen produksi serta pemberian
pelaku UMKM Agribisnis Kreatif. Melalui
bantuan bahan baku dan peralatan
program pelatihan ini, mereka dapat
produksi.
meningkatkan produktifitas dan kualitas
Respon pelaku UMKM Agribisnis
produknya dan melalui program padat
Kreatif yang “baik” ini selaras dengan
karya telah membantu dalam menciptakan
pendapat Suparyanto (2013) bahwa
lapangan kerja sehingga pengangguran di

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 531


Desa Gesik dapat berkurang. Selain itu UMKM Agribisnis Kreatif adalah “ragu-
juga bahwa program padat karya dapat ragu”. Respon ini muncul karena
menunjang infrastruktur (jalan-jalan) desa program pelatihan-pelatihan produktif
menjadi lebih baik dari sebelumnya yang semula ada dan bermanfaat sudah
sehingga mudah diakses dengan berbagai berhenti. Selain itu juga belum adanya
kendaraan. Adanya bantuan mesin jahit, kepastian (komitmen) dari Pemerintah
juga diharapkan akan dapat menciptakan Kabupaten Cirebon untuk melanjutkan
lapangan usaha baru di Desa Gesik. kembali program-program produktif
Namun hampir sama dengan yang dimaksud. Sementara itu, efek positif dari
dikeluhkan oleh masyarakat Desa Gesik, pelatihan-pelatihan produktif sebelumnya
khususnya masyarakat pelaku UMKM juga belum dirasakan secara optimal,
Agribisnis Kreatif bahwa program terutama pada aspek pemasaran,
Kampung Produktif telah berhenti dan perolehan bahan baku, kreatifitas produk
tidak ada pelatihan atau pembinaan yang dan permodalan.
bersifat berkesinambungan. Menurut Kaur Pada umumnya masyarakat dengan
Pemerintahan Desa Gesik (Bapak sendirinya akan memberikan penilaian
Saefurohman), bahwa ”program Kampung pada program-program yang telah ada,
Produktif dari Pemerintah Kabupaten setelah berjalan dalam periode waktu
Cirebon memang telah berhenti, tapi tertentu. Pada periode waktu tertentu ini
masih ada monitoring yang sifatnya tidak selaras dengan apa-apa yang dapat layak
mengikat. Mengenai keberlanjutan untuk dilihat, dirasakan, dikomentari dan
program Kampung Produktif oleh dinilai terhadap peran keberadaan
Pemerintah Kabupaten Cirebon Kampung Produktif pada kondisi
selanjutnya belum diketahui secara pasti“. kehidupan masyarakat pelaku UMKM
Agribisnis Kreatif. Atas dasar penilaian
3.3. Analisis Respon Masyarakat Desa
Gesik Terhadap Peran Keberadaan inilah yang dapat melahirkan sebuah
Kampung Produktif Pada respon atau jawaban terhadap sesuatu
Kehidupan Pelaku UMKM
yang dilihatnya. Jika memang kondisinya
Agribisnis Kreatif (Y2M)
baik, maka akan direspon “baik”, tetapi
Berdasarkan hasil perhitungan nilai
jika kondisinya meragukan, maka juga
skor diperoleh nilai 1.004 dari nilai skor
akan direspon “ragu-ragu” bahkan jika
tertinggi 2.250 atau 44,62%. Setelah
memang kondisi tidak baik, maka juga
dilakukan pengujian hipotesisnya ternyata
akan direspon “tidak baik.” Respon yang
H0 ditolak, yang menunjukkan bahwa
demikian selaras dengan teori yang
respon masyarakat Desa Gesik terhadap
dikemukakan oleh Steven M Caffe,
peran keberadaan Kampung Produktif
bahwa respon tersebut termasuk pada
pada kehidupan masyarakat pelaku
respon afektif yaitu respon yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 532


berhubungan dengan emosi, sikap dan sehingga menimbulkan juga rasa ragu-
menilai seseorang terhadap sesuatu. ragu, apakah program Kampung Produktif
Respon ini timbul apabila ada perubahan ini akan benar-benar dapat mencapai
yang disenangi atau tidak disenangi oleh tujuan utamanya ?
khalayak terhadap sesuatu. Dalam kondisi respon yang “ragu-
Dalam kondisi penilaian yang “ragu- ragu”, aparat pemerintahan desa sangat
ragu” maka masyarakat pelaku UMKM mengharapkan adanya pihak lain yang
Agribisnis Kreatif secara naluri akan dapat meneruskan program-program
bertindak untuk kembali kepada tradisi Kampung Produktif secara terencana,
produksi semula, karena merasa sudah terkoordinasi dan berkesinambungan
ada kepastian produksi dan pemasaran hingga benar-benar dapat mencapai
walaupun tanpa ada pembinaan dari tujuan dari dicanangkannya Kampung
Pemerintah Kabupaten Cirebon. Namun Produktif di Desa Gesik ini, yaitu:
demikian, mereka tetap berharap adanya mengurangi pengangguran, peningkatan
keberlanjutan program-program produktif. produktifitas, peningkatan pengusaha atau
wirausaha baru, peningkatan kreatifitas
3.4 Analisis Aparat Pemerintahan Desa
Gesik Terhadap Peran Keberadaan produk, peningkatan omset penjualan,
Kampung Produktif Pada
kemudahan akses modal dan bahan baku
Kehidupan Pelaku UMKM Agribisnis
Kreatif (Y2A) serta terciptanya kemandirian wirausaha
Berdasarkan hasil perhitungan nilai bagi masyarakat.
skor, maka diperoleh nilai 387 dari nilai
3.5. Analisis Respon Masyarakat Desa
skor tertinggi 720 atau 53,75%. Setelah Gesik Terhadap Rencana
dilakukan pengujian hipotesisnya ternyata Pembentukan Model Desa Binaan
Unswagati Cirebon (Y3M)
H0 ditolak, yang menunjukkan bahwa
respon aparat pemerintahan Desa Gesik Berdasarkan hasil perhitungan nilai

terhadap peran keberadaan Kampung skor diperoleh nilai 215 dari nilai skor

Produktif pada kehidupan masyarakat tertinggi 250 atau 86%. Setelah dilakukan

pelaku UMKM Agribisnis Kreatif adalah pengujian hipotesisnya ternyata H0 ditolak,

“ragu-ragu”. Respon “ragu-ragu” yang menunjukkan bahwa respon

muncul terkait dengan berhentinya masyarakat Desa Gesik, khususnya

program-program produktif dari masyarakat pelaku UMKM Agribisnis

Pemerintahan Kabupaten Cirebon dan Kreatif terhadap rencana pembentukan

juga belum adanya kepastian (komitmen) model Desa Binaan Unswagati di

untuk kelanjutannya. Selain itu, program- desanya adalah “sangat setuju”. Hal ini

program pelatihan yang diadakan dulu dikarenakan kehadiran pihak Unswagati

belum mencakup pada aspek-aspek pada saat-saat ini yang bermaksud untuk

kewirausahaan secara keseluruhan menilai dan meneruskan program

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 533


Kampung Produktif dianggap sebagai kemampuan ekonomi mempengaruhi
penyelesaian masalah (problem solving) masyarakat desa dalam menanggapi ide
yang ada dalam periode 7 sd 8 bulan atau informasi terhadap suatu hal. Tingkat
terakhir ini, yaitu berhentinya program- pendidikan formal aparat pemerintahan
program produktif dari Pemerintahan desa rata-rata lebih tinggi sehingga dalam
Kabupaten Cirebon. Ibarat pepatah yang memberikan respon juga akan berbeda
mengatakan, “pucuk dicinta, ulam pun dalam tingkatannya walau masih dalam 1
tiba”. Selain itu, mereka pada umumnya kategori.
juga sudah lama mengetahui keberadaan Masyarakat pelaku UMKM Agribisnis
Unswagati sebagai lembaga pendidikan Kreatif dan aparat pemerintahan Desa
ternama di kota Cirebon dan sekitarnya. Gesik sangat berharap kepada Unswagati
sebagai lembaga pendidikan tinggi yang
3.6. Analisis Respon Aparat
Pemerintahan Desa Gesik notabene ada pendidikan
Terhadap Rencana Pembentukan “Kewirausahaannya” dapat berperan serta
Model Desa Binaan Unswagati
untuk melanjutkan program Kampung
Cirebon (Y3A)
Produktif yang sedang berhenti. Program-
Berdasarkan hasil perhitungan nilai
program disusun secara sistematis,
skor diperoleh nilai 75 dari nilai skor
koordinatif dan berkesinambungan yang
tertinggi 80 atau 94%. Setelah dilakukan
diharapkan kelak dapat terwujud
pengujian hipotesisnya ternyata H0 ditolak,
masyarakat yang mandiri dalam
yang menunjukkan bahwa respon
berwirausaha sehingga mencerminkan
aparat pemerintahan Desa Gesik, produktifitasnya dan layak menyandang
terhadap rencana pembentukan model gelar sebagai Kampung Produktif secara
Desa Binaan Unswagati di desanya nyata. Dengan demikian harapan besar
adalah “sangat setuju”. Alasan aparat dari aparat pemerintahan Desa Gesik
pemerintahan desa merespon “sangat agar desanya menjadi desa percontohan
setuju” ini pada prinsipnya hampir sama di nusantara dapat terealisasi.
dengan apa yang dikemukakan oleh
masyarakat Desa Gesik. Namun 4. SIMPULAN DAN SARAN
demikian, tingkat kesetujuannya lebih 4.1. Simpulan
tinggi yakni sebesar 94%, sedangkan (1) Respon masyarakat dan aparat
tingkat kesetujuan masyarakat adalah pemerintahan desa adalah “baik”
86%. Hal ini selaras dengan pendapat terhadap pelaksanaan program
Soebiyanto--Wahyudi (2015) yang Kampung Produktif.
menyatakan bahwa karakteristik sosial- (2) Respon masyarakat dan aparat
ekonomi, seperti tingkat pendidikan, umur, pemerintahan desa adalah “ragu-
kekosmopolitanan dan tingkat ragu” terhadap peran keberadaan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 534


Kampung Produktif pada kehidupan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon
Tahun 2014.
pelaku UMKM Agribisnis Kreatif di
Dajan, A. 1995, Pengantar Metode
Desa Gesik. Statistik, Jakarta: LP3ES.
Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya
(3) Respon masyarakat dan aparat
UMKM Kementrian Negara
pemerintahan desa adalah “sangat Koperasidan UKM (2009), “UU
Nomor 20 Tahun 2008 dan
setuju” terhadap rencana
Pemberdayaan UMKM”, Volume 17
pembentukan model desa binaan – Juli 2009: Jakarta.
Dinas Komunikasi dan Informasi
Unswagati Cirebon di Desa Gesik.
Kabupaten Cirebon Tahun 2014.
4.2. Saran Kantor Dinas Perindustrian, Perdagangan
dan Koperasi UMKM Kota Cirebon
(1) Pemerintah Kabupaten Cirebon Tahun 2014
Markadinto, 2012, Pemberdayaan
hendaknya melanjutkan program Masyarakat Dalam Perspektif
Kampung Produktif dengan membuat Kebijakan Publik, Bandung:
Alfabeta.
program yang bersifat terencana, Mubyarto, 1995, Pengantar Ekonomi
terukur, realistis serta Pertanian, Jakarta: LP3ES.
Natsir, 1998, Metode Penelitian, Ghalia
berkesinambungan. Jakarta: Indonesia.
(2) Jika Unswagati berkeinginan Riduwan, 2011, Dasar-Dasar Statistika,
Bandung: Alfabeta.
membentuk model Desa Binaan di Sukanata, Ketut I, 2010, Analisis
Desa Gesik, maka sebaiknya Usahatani Padi Sawah pada SRI
dan Non SRI, Laporan Penelitian
dilakukan survai yang lebih mendalam Fakultas Pertanian Universitas
untuk menyusun program yang Swadaya Gunung Jati Cirebon (tidak
dipublikasikan).
realistis, aspiratif, sistematis, Sunaryo, Yoyo, 2010, Kajian Analisis
koordinatif dan berkesinambungan. Potensi Ekonomi Melalui
Pendekatan Participatory Rural
(3) Pemerintah Kabupaten Cirebon dan Appraisal (PRA), Jurnal Agrijati,
Unswagati sebaiknya menjalin Fakultas Pertanian Unswagati
Cirebon 15(1), Desember 2010.
kerjasama dalam rangka membentuk Suparyanto, 2013, Kewirausahaan
sinergitas untuk pencapaian tujuan Konsep dan Realita pada Usaha
Kecil, Bandung: Alfabeta.
program Kampung Produktif atas Tulus Th Tambunan (2000), Usaha Kecil
dasar saling menghargai dan dan Menengah di Indonesia,
Jakarta: Salemba 4.
kesadaran bahwa sukses tidak bisa Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
diraih sendiri-sendiri. Tentang Usaha Mikro Kecil
Menengah, Republik Indonesia.
Wahyudi, Ferdi Tri, 2015, Dampak
5. DAFTAR PUSTAKA Pengembangan Pariwisata
Terhadap Tingkat Kesejahteraan
Alma, Buchari, 2003, Kewirausahaan, Sosial Budaya Masyarakat Lokal,
Bandung: Alfabeta. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia
Arikunto, Suharsimi (2008), Dasar-Dasar Depertemen Sains Komunikasi dan
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), Pengembangan Masyarakat, Institut
Jakarta: Bumi Aksara Pertanian Bogor.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 535


Wahyudin, Achmad, 2015, Analisis
Kelayakan Usaha Agroindustri
Emping Melinjo Kletuk Pedas Manis
di Desa Tuk Kecamatan Kedawung
Kabupaten Cirebon, Skripsi,
Fakultas Pertanian Universitas
Swadaya Gunung Jati Cirebon (tidak
dipublikasikan)
Wibowo, Singgih, Murdinah dan Yusro
Nuri Fawzya, 1999, Pedoman
Mengelola Perusahaan Kecil,
Jakarta: Penebar Swadaya.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 536


ANALISIS FAKTOR DOMINAN YANG BERPERAN DALAM KEPUASAN KERJA
KARYAWAN PADA CV. KERIPIK SINGKONG DAN PISANG CAP LUMBA-LUMBA

Dyah Erni Widyastuti, Sonia Adelina, Jabal Tarik Ibrahim

Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang


Email: dyah.erni.w@gmail.com

ABSTRAK

Sumberdaya manusia sebagai salah satu unsur penting dalam menjaga daya saing dan
keberlanjutan perusahaan, terutama yang berkaitan dengan manajemen SDM. Oleh karena itu
sangat penting dilakukan penelitian tentang factor yang mendukung produktivitas kerja. Tujuan
penelitian untuk menganalisis dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Penelitian dilaksanakan di CV. Keripik Singkong dan Pisang Cap Lumba-Lumba, Kecamatan
Turen, Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kausal-Komparatif. Jenis data
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh wawancara langsung dengan
karyawan sebanyak 33 orang dari populasi karyawan sebesar 70 orang. Faktor-faktor yang diuji
dalam penelitian ini menggunakan 38 variabel laten dari 10 indikator kepuasan kerja. Indikator
kepuasan kerja berdasarkan pada teori Job Satisfaction Survey meliputi promotion opportunities,
supervision, fringe benefit, contigent reward, operating procedure, coworkers, nature of work,
communication dan karakteristik individu. Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Faktor
Konfirmatori (Confirmatory Factor Analysis) yang menghasilkan nilai Kaiser Meyer Olkin (KMO)
dan Barlett’s Test, Anti-Image Faktor, Communalities,Total Variance Explained, Component Matrix
dan Rotated Componen Matrix. Dari nilai-nilai itulah dapat disimpulkan faktor dominan yang
berperan dalam kepuasan kerja karyawan CV. Keripik Singkong dan Pisang Cap Lumba-Lumba.
Berdasarkan hasil analisis, faktor dominan pertama adalah Coworkers, kedua adalah Promotion
Opportunities, ketiga adalah karakteristik responden, keempat adalah Operating Procedure, kelima
adalah Nature Of Work dan keenam adalah Communication. Ada 6 variabel terkuat dari masing-
masing faktor yakni hubungan baik antar karyawan, adanya kesempatan dalam mengembangkan
potensi, gender mempengaruhi kemampuan kerja, tidak terganggu adanya peraturan, kepuasan
dalam bekerja dan memahami tujuan perusahaan.

Kata kunci : Kepuasan Kerja, Indikator, Confirmatory Factor Analysis.

1. PENDAHULUAN agar memiliki keunggulan bersaing dan


Kota Malang dikenal memiliki mampu menghasilkan produk berkualitas.
beragam sentra produksi makanan olahan Secara umum, faktor produksi terdiri atas
khususnya keripik dan kerajinan. Beragam 4 unsur yakni sumberdaya alam, modal,
produk pertanian diolah menjadi keripik kewirausahaan dan sumberdaya manusia.
dan dikenal sebagai buah tangan khas Antar faktor tersebut saling berkaitan satu
kota wisata ini. Hal ini menyebabkan dengan yang lain, jika salah satu faktor
tumbuhnya usaha produksi keripik dalam produksi tidak optimal maka akan terjadi
berbagai skala usaha. Kondisi ini ketimpangan. Unsur sumberdaya manusia
mendorong produsen industri harus ialah salah satu unsur penting dalam
menyiapkan strategi khusus untuk tetap produktivitas perusahaan. Pentingnya
bertahan dalam ketatnya persaingan sumberdaya manusia dapat dilihat dari
pasar. Salah satunya ialah seberapa besar peran dan kontribusinya
memperhatikan sumberdaya manusia bagi perusahaan. Oleh karena itu, wajar
sebagai salah satu unsur faktor produksi jika setiap perusahaan memperhatikan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 537


kesejahteraan karyawannya guna procedure, coworkers, nature of work,
memperoleh kepuasan kerja dan communication (Job Satisfaction Survey
dampaknya akan dirasakan langsung oleh 1985 dalam Ibrahim dan Wasis (2015)
perusahaan. Berdasarkan kondisi dan karakteristik individu (Robbins, S.P &
tersebut, penelitian ini perlu dilakukan Judge, T.A (2013).
dengan tema dan tujuan yakni Metode analisis yang digunakan
mengidentifikasi dan menganalisis faktor- adalah Analisis Deskriptif dan Inferensia
faktor dominan yang berperan dalam dengan menggunakan Uji Validitas dan
mempengaruhi tingkat kepuasan kerja Reabilitas serta Analisis Faktor
karyawan. Konfirmatori. Hipotesis penelitian, Diduga
bahwa promotion opportunities,
2. METODE PENELITIAN supervision, fringe benefit, contigent
Penelitian dilakukan di CV. Keripik reward, operating procedure, coworkers,
Singkong Cap Lumba-Lumba, Desa Talok nature of work, communication dan
Kecamatan Turen Kabupaten purposive karakteristik individu merupakan faktor-
karena berkembang dari industry rumah faktor dominan yang mempengaruhi
tangga menjadi skala besar. Penelitian ini kepuasan kerja karyawan.
menggunakan pendekatan kausal-
komparatif, menggunakan data primer 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan sekunder. Data primer diperoleh dari Karakteristik individu karyawan
wawancara dengan karyawan dan dalam penelitian iniantara lain usia, tingkat
pengamatan langsung sesuai dengan pendidikan, profesi sampingan dan jumlah
masalah yang diteliti. Data primer tanggungan keluarga karyawan.
mencakup identitas responden dan Berdasarkan analisis deskriptif,
indikator penelitian. Metode pengambilan rentang usia karyawan yang mendominasi
sampel menggunakan Propotional berkisar 17-27 tahun sebanyak 37% atau
Stratified Random Sampling, sehingga 33 orang dari 70 orang karyawan. Berarti
banyaknya sampel akan proporsional sebagian besar karyawan adalah
dengan jumlah elemen setiap unit kalangan muda yang dilatar belakangi
pemilihan sampel (Kuncoro, 2009). oleh tradisi Desa Talok yang menganggap
Populasi karyawan berbagai divisi usia kerja yang baik adalah pada masa
sebanyak 133 orang dan diambil 70 orang pasca Sekolah Menengan Atas/Sekolah
sebagai sampel. Variabel dalam penelitian Menengah Kejuruan. Tingkat pendidikan
ini disusun dari 38 indikator dari 10 SMA/SMK sebanyak 17% atau 36 orang.
variabel laten. Indikator tersebut meliputi Mayoritas tenaga kerja yang diserap
promotion opportunities, supervision, merupakan pemuda rentang usia masa
fringe benefit, contigent reward, operating

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 538


produktif dan lebih banyak bekerja dan Analisis faktor memiliki beberapa
konstribusinya pada divisi level operator. pembahasan dalam intrepretasinya,
Hal ini akan menyulitkan perusahaan antara lain nilai Kaiser Meyer Olkin (KMO)
dalam menemukan SDM handal dan dan Barlett’s Test, Nilai Anti-Image Faktor,
professional pada perusahaan. nilai Communalities, nilai Total Variance
Status pernikahan merupakan Explained dan nilai Component Matrix dan
salah satu hal penting yang Rotated Componen Matrix. Keseluruhan
mempengaruhi kualitas kerja karyawan. nilai tersebut menjelaskan hasil pengujian
Semakin tinggi beban atau biaya hidup analisis faktor sebagai berikut :
yang ditanggung, maka dorongan untuk Kaiser Meyer Olkin (KMO) dan Barlett’s
memenuhi kebutuhan semakin besar pula. Test
Berdasarkan hasil observasi, bahwa Hasil uji Kaiser Meyer Olkin
karyawan yang menikah jumlahnya jauh (KMO), diperoleh nilai KMO sebesar 0,739
lebih besar dibanding belum menikah, yang berarti diatas 0,5. Hal ini
yakni sebesar 76% atau 53 orang. Berarti menjelaskan bahwa variabel kepuasan
motivasi kerja karyawan dipengaruhi oleh dapat diprediksi dan dianalisis lebih lanjut
tanggung jawab pernikahan. Menurut serta analisis faktor, tepat digunakan
Atwater (1983) dalam Ibrahim dan Wasis dalam penelitian ini. Sedangkan nilai
(2015), keterbukaan dan fleksibilitas yang Bartlett's Test of Sphericity sebesar
lebih besar dalam pernikahan meliputi 918.336 dengan nilai signifikansi 0,000.
berbagai hal seperti peran keluarga yang Hal ini menjelaskan bahwa variable yang
lebih fleksibel, karir keluarga, hubungan telah ditentukan untuk mengetahui
erat dengan pasangan, kebenaran dan kepuasan kerja karyawan CV. Lumba-
kejujuran dalam pernikahan. lumba dapat dianalisis lebih lanjut.
Uji Validitas dan Reliabilitas Tabel 1. Nilai KMO dan Bartlett’s Test
Hasil uji validitas pertama
menunjukkan bahwa dari 31 instrumen
penelitian, terdapat 24 instrumen yang
valid. Sedangkan uji validitas kedua
Nilai Anti-Image Faktor
menunjukkan bahwa keseluruhan
Anti-Image Faktor menunjukkan
instrument sudah valid. Hasil uji reliabilitas
bahwa dari 24 variabel kepuasan terdapat
menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha
3 variabel yakni X1.1 (upah yang diberikan
sebesar 0.865>0.60, sehingga dapat
tepat waktu), X4.1 (upah yang diberikan
dinyatakan bahwa instrument penelitian
sama dengan di tempat lain) dan X10.4
layak digunakan lebih lanjut.
(status perkawinan mempengaruhi
Analisis Faktor Konfirmatori
kemampuan kerja) yang tidak memenuhi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 539


syarat untuk dianalisis lebih lanjut. Ketiga terbentuk, dengan nilai Eigenvalue
variabel tersebut memiliki nilai Anti Image berturut-turut sebagai berikut : faktor 1
dibawah 0,5 sehingga tidak dapat sebesar 7,360; faktor 2 sebesar 2,602;
dianalisis lebih lanjut. faktor 3 sebesar 2,154; faktor 4 sebesar
Nilai Communalities (Sumbangsih 1,334; faktor 5 sebesar 1,234 dan faktor 6
Pengaruh Variabel Penyusun Faktor) sebesar 1,010.
Nilai Communalities dapat dilihat Berdasarkan keenam faktor yang
dari tabel Initial dan Extraction. Nilai terbentuk dan jumlah variansi masing-
Extraction tertinggi terdapat pada variabel masing variable yang diketahui,
X8.2 (kepuasan dalam bekerja) yakni 0,891 selanjutnya dapat dijelaskan oleh masing-
yang berarti varian pembentuk faktor dari masing faktor bahwa Percentage of
variabel X8.2 sebesar 89,1% dapat Variance (%) :
dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Variansi faktor 1 = (7,360/21) x 100% =
Sedangkan Extraction terendah terdapat 35,049%; selanjutnya dengan cara yang
pada variabel X5.3 (mendapat pujian ketika sama diperoleh nilai Percentage of
berprestasi) sebesar 0,592 yang berarti Variance (%) berturut-turut untuk faktor 2
varian dari variabel X5.3 sebesar 59,2% sampai 6 sebesar 12,391%, 10,256%,
dapat dijelaskan oleh faktor terbentuk. 6,354%, 5,877% dan 4,808%. Dengan
Berarti variabel X8.2 (kepuasan dalam demikian dapat diartikan bahwa, dari 21
bekerja) merupakan variable terkuat indikator mengelompok menjadi 6
sekaligus penunjang terbesar terhadap kelompok variabel laten.
kepuasan kerja karyawan. Component Matrix
Nilai Total Variance Explained Component Matrix menunjukkan
Metode Ekstraksi yang digunakan nilai Loading Factor masing-masing
dalam analisis faktor adalah metode variabel terhadap faktor. Sesuai dengan
Principal Component Analysis. Kriteria fungsinya, nilai Loading Factor
untuk menentukan jumlah faktor, menunjukkan korelasi antara variabel dan
berdasarkan 2 kriteria yaitu nilai faktor. Hasil analisis dapat dilihat bahwa
Eigenvalue harus lebih besar 1 (≥ 1) dan pada nilai loading factor menunjukkan
berdasarkan kekuatan faktor yang kejanggalan, yakni adanya 1 variabel
ditunjukkan oleh nilai Percentage of yang sama menjadi anggota dari 2 faktor
Variance harus lebih besar sama dengan yang berbeda. Kondisi ini menunjukkan
0,6 (≥ 0,6). Berdasarkan hasil analisis kurangnya validitas penentuan
faktor mempengaruhi kepuasan kerja terbentuknya faktor baru, sehingga perlu
karyawan berdasarkan pada nilai dilakukan uji rotasi faktor agar penentuan
Eigenvalue dan Cummulative Percentage faktor baru menjadi valid/layak. Berikut
of Variance, terdapat 6 faktor yang adalah hasil dari analisis Rotataed

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 540


Component Matrix untuk mengetahui Berdasarkan hasil analisis Rotated
susunan faktor baru. Componen Matrix, terdapat 6 faktor
Rotated Componen Matrix dominan yang berperan dalam
Berdasarkan nilai Rotataed membentuk kepuasan kerja karyawan.
Component Matrix, maka faktor baru yang Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
terbentuk berdasarkan korelasi antar a. Faktor Cowokers memiliki percentace
variabel dan faktor baru yang terbentuk. of variance sebesar 35,049%. Berarti
Hal tersebut terjadi karena adanya memberikan peranan menjelaskan
hubungan yang kuat antara variabel dan faktor-faktor dominan yang berperan
faktor baru sehingga terjadilah rotasi mempengaruhi kepuasan kerja
faktor baru yang korelasinya saling kuat karyawan sebesar 35,039%. Faktor ini
dan berkaitan satu sama lain. Adanya terdiri dari 4 variabel yaitu
rotasi faktor baru menyebabkan penghargaan dilingkungan kerja,
pemberian nama baru pada setiap hubungan antar karyawan, kemudahan
kelompok faktor yang terbentuk. Nama berkomunikasi dan saling bekerjasama
yang diputuskan, berdasarkan antar karyawan. Variabel yang paling
penelusuran dan kajian pustaka yang kuat peranannya adalah X7.1
digunakan dalam penelitian ini. Nama (hubungan baik antar karyawan)
baru yang digunakan antara lain karena memiliki nilai Loading Factor
Coworkers, Promotion Opportunities, sebesar 0,863 dan bertanda positif.
Karakteristik Responden, Operating b. Promotion Opportunity merupakan
Procedure, Nature of Work dan faktor dominan kedua dan variable
Communication, dengan memiliki nilai penyusunnya adalah tentang
Percentage of Variance (%) berturut-turut kesempatan berkarir dan
sebesar 35.049%, 12.391%, 10,256%, mengembangkan karir, merupakan hal
6.354%, 5.877% dan 4.808%. yang harus diperhatikan dan
Tabel 2. Nilai Rotated Component menunjang produktivitas mencapai
Matrix kepuasan kerja karyawan.
c. Karakteristik Responden, terbentuk dari
variabel X10.2 (gender mempengaruhi
kemampuan kerja)yang terkuat. Selain
itu,variable sifat individu secara umum
dan latar belakang karyawan.
d. Operating Procedure, merupakan
faktor keempat dan didukung variable
X8.3 (pekerjaan yang dirasakan
menyenangkan) yang terkuat dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 541


variable tentang SOP dan tata tertib Communication yang memiliki nilai
perusahaan. pengaruh variannya sebesar 4,808%.
e. Nature of Work, faktor ini terdiri dari 2 2) Berdasarkan hasil analisis faktor,
variabel yaitu tentang kenyamanan terdapat 6 variabel terkuat dari
dalam pekerjaan yang ditekuni dan masing-masing faktor yakni variabel
variable kepuasan dalam melakukan X7.1 (Hubungan antar karyawan baik),
pekerjaan. variabel X2.3 (adanya kesempatan
f. Communication, disusun oleh tiga dalam mengembangkan potensi),
variable dan yang terkuat adalah variabel X10.2 (gender mempengaruhi
variable X9.2 (memahami tujuan kemampuan kerja), variabel X6.2
perusahaan), kemudian varabel X5.3 (Tidak terganggu adanya peraturan),
(mendapat pujian ketika berprestasi) variabel X8.2 (Kepuasan dalam
serta varabel update informasi. bekerja), dan variabel X9.2
(Memahami tujuan perusahaan).
4. SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian dan analisis data 5. DAFTAR PUSTAKA
dapat disimpulkan bahwa: Ibrahim dan Wasis, 2015, Laporan Survei
1) Berdasarkan hasil analisis faktor, Tingkat Kepuasan Kerja Dosen dan
Karyawan Universitas
faktor dominan pertama adalah faktor
Muhammadiyah Malang, Malang.
Coworkers yang memiliki nilai BPSDM.
pengaruh variannya sebesar Robbins, S.P & Judge, T.A, 2013,
Organizational Behaviour, 15th
35,049%, faktor dominan kedua
Edition. New Jersey: Pearson
adalah faktor Promotion Opportunities Education Inc Publishing
yang memiliki nilai pengaruh
variannya sebesar 12,391%, faktor
dominan ketiga adalah Karakteristik
Responden yang memiliki nilai
pengaruh variannya sebesar
10,256%, faktor dominan keempat
adalah faktor Operating Procedure
yang memiliki nilai pengaruh
variannya sebesar 6,354%, faktor
dominan kelima adalah faktor Nature
Of Work yang memiliki nilai pengaruh
variannya sebesar 5,877% dan faktor
dominan keenam adalah faktor

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 542


EVALUASI PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI
DI KABUPATEN PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

Eko Susanto1), Siti Hamidah2) dan Sri Wuryani2)


1)
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Purworejo
2)
Prodi Magister Agribisnis UPN “Veteran” Yogyakarta
Email: shamidah81@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kabupaten Purworejo merupakan salah satu sentra produksi kedelai di Provinsi Jawa Tengah.
Pada tahun 2015 telah dilaksanakan program peningkatan produksi kedelai untuk mendukung
pencapaian Swasembada Kedelai melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu
(GPPTT) dan Pengembangan Areal Tanam (PAT). Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1)
menganalisis capaian pelaksanaan program GPPTT dan PAT; (2) menganalisis peningkatan
produktivitas kedelai; dan (3) mengidentifikasi hambatan dalam pelaksanaan program peningkatan
produksi kedelai di Kabupaten Purworejo. Penelitian ini menggunakan metode survei, lokasi
penelitian ditentukan secara purposif yaitu Kecamatan Pituruh sebagai sentra produksi kedelai dan
pelaksana GPPTT terluas. Untuk GPPTT dipilih Desa Megulung Lor karena telah melaksanakan
mekanisasi panen dan pascapanen, serta penangkaran benih kedelai. Kelompok Tani Jatirejo 2
dipilih karena satu-satunya Kelompok Tani yang telah melaksanakan mekanisasi panen dan
pascapanen. Untuk non GPPTT dipilih Desa Girigondo dengan pertimbangan telah melaksanakan
mekanisasi panen dan pascapanen, selanjutnya dipilih Kelompok Tani Sri Dadi yang tidak
melaksanakan GPPTT. Untuk program PAT dipilih Kecamatan Banyuurip, karena merupakan
perintis program PAT kedelai, dan terluas areal tanam kedelainya. Desa Sukowaten dipilih karena
terluas areal tanam kedelainya, Kelompok Tani Purwo Tani dipilih karena merupakan pelaksana
program PAT kedelai yang paling maju secara kelembagaan. Petani sampel ditentukan secara
sensus, masing-masing sebanyak 30 orang untuk KT Jatirejo 2 dan KT Sri Dadi, serta 17 orang
dari KT PurwoTani. Pengumpulan data dilaksanakan secara observasi, wawancara, dan
pencatatan. Pengujian hipotesis menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
realisasi luas areal tanam program GPPTT mencapai 64,85%, sedangkan program PAT mencapai
76,20%; (2) program GPPTT maupun PAT mampu meningkatkan produktivitas kedelai masing-
masing sebesar 82,66% dan 42,81% dari target yang ditetapkan; (3) hambatan dalam pelaksanaan
program peningkatan produksi kedelai di Kabupaten Purworejo, diantaranya adalah rendahnya
penggunaan pupuk, rendahnya produktivitas kedelai,dan rendahnya harga jual kedelai program
PAT.

Kata kunci : Program Peningkatan Produksi Kedelai, Produktivitas, Hambatan

1. PENDAHULUAN perluasan areal tanam melalui


Upaya meningkatkan produksi kedelai Peningkatan Indeks Pertanaman,
nasional dilakukan melalui Program Peningkatan Produktivitas dan Mutu
Peningkatan Produksi, Produktivitas dan sehingga tercapai swasembada (Ditjen
Mutu Tanaman Pangan untuk mencapai Tanaman Pangan, 2015).
Swasembada Kedelai dan Swasembada Untuk mencapai swasembada kedelai
Berkelanjutan Padi dan Jagung. Program yang ditargetkan pada tahun 2017, perlu
ini merupakan salah satu program disiapkan rencana strategis dalam
Kementerian Pertanian untuk mewujudkan mengembangkan budidaya kedelai sejak
pemenuhan kebutuhan di subsektor tahun 2015. Menurut Saleh, et al (2000),
tanaman pangan. Dalam hal ini, upaya salah satu pendekatan yang dapat
pencapaian produksi dengan optimasi menjamin keberlanjutan produksi kedelai

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 543


adalah Pengelolaan Tanaman Terpadu dan teknologi pilihan. Ada lima teknologi
(PTT). Pendekatan PTT adalah suatu dasar teknologi tepat guna spesifik lokasi,
pendekatan inovatif dan dinamis dalam yaitu (1) varietas unggul baru, (2) benih
upaya peningkatan produksi dan bermutu dan berlabel, (3) pembuatan
pendapatan petani melalui perakitan saluran drainase, (4) pengaturan populasi
komponen teknologi yang bersinergi tanam dan (5) pengendalian organisme
antara yang satu dengan lainnya, pengganggu tanaman secara terpadu.
diterapkan secara partisipatif, sehingga Adapun komponen teknologi pilihan ada
menjadi paket teknologi spesifik lokasi. enam, yaitu: (1) penyiapan lahan, (2)
Kata kunci pendekatan PTT adalah pemupukan sesuai kebutuhan tanaman,
sinergis, dinamis, partisipatif dan terpadu (3) pemberian bahan organik, (4)
(Sunendar dan Fagi, 2000). amelioran pada lahan kering masam, (5)
Kegiatan pendukung untuk mencapai pengairan pada periode kritis, dan (6)
swasembada kedelai di Kabupaten panen dan pascapanen.
Purworejo pada tahun 2015 meliputi GPPTT dilaksanakan di 8 (delapan)
Gerakan Penerapan Pengelolaan kecamatan sentra kedelai di Kabupaten
Tanaman Terpadu (GPPTT) dan Purworejo, Kecamatan Pituruh merupakan
Pengembangan Areal Tanam (PAT). pelaksana GPPTT terluas. Dari total areal
Dalam mewujudkan pencapaian kinerja sawah 2.472 ha diperkirakan ada 100 ha
program tersebut, peningkatan bukan pelaksana kegiatan GPPTT (non
produktivitas kedelai nasional dan GPPTT). Adapun PAT dilaksanakan pada
optimasi Perluasan Areal Tanam melalui 8 (delapan) kecamatan potensial (non
Peningkatan Indeks Pertanaman (PAT- sentra) kedelai melalui peningkatan indeks
PIP) menjadi faktor penentu utama pertanaman melalui pemanfaatan lahan
disamping program lainnya (Ditjen terlantar (bero). Kecamatan Banyuurip
Tanaman Pangan, 2015). berpotensi dalam pengembangan kedelai
Peningkatan produktivitas kedelai di Kabupaten Purworejo. Pada tahun 2015
dilakukan pada sentra kedelai melalui a) luas areal tanam kedelai di Kecamatan
penerapan paket teknologi tepat guna Banyuurip 123 ha dengan dengan potensi
spesifik, meliputi benih varietas unggul, areal pertanaman kedelai seluas 500 ha.
pemupukan yang efisien dan efektif, b) Perluasan areal tanam (PAT) perlu
penerapan dan pengembangan teknologi, dilakukan karena produksi kedelai dengan
meliputi budidaya, panen dan pasca peningkatan produktivitas masih belum
panen, c) pengawalan, sosialisasi, bisa memenuhi kebutuhan kedelai
pemantauan, pendampingan dan masyarakat karena senjang produktivitas
koordinasi.Teknologi pendukung GPPTT yang masih tinggi dan semakin
dan PAT ada dua, yaitu teknologi dasar berkurangnya areal tanam pada sentra-

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 544


sentra kedelai serta perubahan komoditas dan pascapanen. Untuk non GPPTT
dari kedelai ke tanaman lain yang lebih dipilih Desa Girigondo dengan
menguntungkan. Peningkatan pertimbangan telah melaksanakan
produktivitas kedelai melalui GPPTT yang mekanisasi panen dan pascapanen,
diwakili Kecamatan Pituruh dan PAT yang selanjutnya dipilih Kelompok Tani Sri Dadi
diwakili di Kecamatan Banyuurip akan yang tidak melaksanakan GPPTT. Untuk
meningkatkan produksi kedelai dan program PAT dipilih Kecamatan
pendapatan petani di dua kecamatan Banyuurip, karena merupakan perintis
tersebut. program PAT kedelai, dan terluas areal
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka tanam kedelainya. Desa Sukowaten dipilih
perlu dilakukan evaluasi terhadap karena terluas areal tanam kedelainya,
program peningkatan produksi kedelai di Kelompok Tani Purwo Tani dipilih karena
Kabupaten Purworejo tahun 2015. Tujuan merupakan pelaksana program PAT
penelitian ini adalah untuk: (1) kedelai yang paling maju secara
menganalisis capaian pelaksanaan kelembagaan. Petani sampel ditentukan
program GPPTT dan PAT; (2) secara sensus, masing-masing sebanyak
menganalisis peningkatan produktivitas 30 orang untuk kelompok tani Jatirejo 2
kedelai; dan (3) mengidentifikasi dan kelompok tani Sri Dadi, serta 17
hambatan dalam pelaksanaan program orang dari kelompok tani PurwoTani.
peningkatan produksi kedelai di Pengumpulan data dilaksanakan secara
Kabupaten Purworejo. observasi, wawancara, dan pencatatan.
Pengujian hipotesis menggunakan uji t.
2. METODE PENELITIAN
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan metode
3.1. Program Peningkatan Produksi
survei, lokasi penelitian ditentukan secara
Kedelai Kabupaten Purworejo
purposif dengan pertimbangan GPPTT
Program Peningkatan Produksi Kedelai
dilaksanakan di 8 (delapan) kecamatan
tahun 2015 yang berupa GPPTT dan
sentra kedelai di Kabupaten Purworejo,
PAT, merupakan bagian dari Program
Kecamatan Pituruh sebagai sentra
Upaya Khusus Peningkatan Produksi
produksi kedelai dan pelaksana GPPTT
Padi, Jagung dan Kedelai (Upsus Pajale).
terluas. Untuk GPPTT Kecamatan Pituruh
GPPTT Kedelai adalah program nasional
dipilih Desa Megulung Lor karena telah
untuk meningkatkan produksi kedelai,
melaksanakan mekanisasi panen dan
melalui pendekatan gerakan atau anjuran
pascapanen, serta penangkaran benih
secara massal kepada petani/kelompok
kedelai. Kelompok Tani Jatirejo 2 dipilih
tani untuk melaksanaan teknologi
karena satu-satunya Kelompok Tani yang
Pengelolaan Tanaman terpadu (PTT)
telah melaksanakan mekanisasi panen

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 545


dalam mengelola usahatani kedelai, lahan kering (Dinas Pertanian,
dengan tujuan meningkatkan Peternakan, Kelautan dan Perikanan
produktivitas, pendapatan petani, dan Kabupaten Purworejo, 2016). Target dan
kelestarian lingkungan. Program PAT Realisasi GPPTT dan PAT Kabupaten
adalah kegiatan penambahan areal tanam Purworejo Tahun 2015 disajikan pada
kedelai melalui peningkatan Indeks Tabel 1.
pertanaman baik di lahan sawah maupun

Tabel 1. Target dan Realisasi GPPTT dan PAT Kabupaten Purworejo Tahun 2015
Luas tanam
Luas panen Produksi Produktivitas
Realisasi
Program PProgram
Target (ha) (ha) (ton) (ku/ha)
(ha) (%)
4.000 2.594 64,85
GPPTT 2.545 4.149 16,30

PAT 1.000 381 76,20 381 276 7,23


Sumber: Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Purworejo,
2016

Rendahnya realisasi tanam dikarenakan


curah hujan yang tinggi sampai dengan A. Realisasi Peningkatan Produktivitas
bulan Agustus menyebabkan sebagian GPPTT dan Non GPPTT
petani tidak menanam kedelai karena Realisasi produktivitas di daerah sentra
tidak tersedia cukup waktu menanam adalah 82,66% (target 21 ku/ha realisasi
kedelai dan sebagian petani beralih ke 17,36 ku/ha) untuk GPPTT dan 76,01%
komoditas palawija kacang hijau. (target 16 ku/ha realisasi 12,16 ku/ha)
untuk non GPPTT, sedangkan untuk
3.2. Peningkatan Produktivitas Kedelai areal pengembangan tanam realisasi
Pada penelitian ini digunakan uji t (t test) tanam adalah 42,81% (target 10 ku/ha
untuk mengetahui perbedaan antara realisasi 4,28 ku/ha). Secara terinci dapat
capaian pelaksanaan peningkatan dilihat pada Tabel 2.
produktivitas kegiatan GPPTT dan non Produktivitas kedelai pada petani
GPPTT serta pelaksanaan kegiatan PAT pelaksana GPPTT terealisasi sebesar
dibandingkan target peningkatan 17,36 ku/ha atau 82,66% dari target 21
produkitivitas di Kabupaten Purworejo. Uji ku/ha sedangkan pada non pelaksana
t independen pada prinsipnya GPPTT dari target sebesar 16 ku/ha
membandingkan rata-rata dari dua grup terealisasi 76,01% atau 12,16 ku/ha.
yang tidak berhubungan satu dengan Angka positif (+) menunjukkan capaian
yang lain dengan tujuan apakah kedua produktivitas GPPTT lebih tinggi dari non
grup tersebut mempunyai rata-rata yang GPPTT.
sama atau tidak.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 546


Hasil uji t menunjukkan, bahwa t hitung = produktivitas non GPPTT. Berdasarkan
6,64467 dan t tabel pada α = 5% adalah hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa
4,90449, berarti rata-rata produktivitas program GPPTT dapat meningkatkan
GPPTT lebih tinggi daripada rata-rata produktivitas kedelai.

Tabel 2. Target dan Realisasi Produktivitas Kedelai di Kabupaten Purworejo Tahun 2015
Target Produktivitas Realisasi Capaian
Petani
(ku/ha) produktivitas (ku/ha) (%)
GPPTT 21,00 17,36 82,66
Non GPPTT 16,00 12,16 76,01
PAT 10,00 4,28 42,81
Sumber: Data Primer Diolah, 2016

B. Target dan Realisasi Peningkatan kurangnya bantuan alat panen dan pasca
Produktivitas PAT panen serta rendahnya harga jual.
Pada pelaksanaan PAT target yang Disamping itu ada kecenderungan beralih
ditetapkan untuk kelompok tani Purwo ke komoditas lain yang lebih
Tani Desa Sokowaten Kecamatan menguntungkan yaitu kacang hijau
Banyuurip selaku pelaksana PAT adalah sehingga realisasi tanamnya rendah.
10 ku/ha selaku pelaksana PAT, dalam Untuk non GPPTT hambatan terbesar
pelaksanaannya realisasi produktivitasnya pada rendahnya produktivitas, kurangnya
adalah 42,81 %. penggunaan sarana produksi pupuk dan
Berdasarkan hasil analisa dengan pestisida, kurangnya bantuan alat panen
menggunakan uji t diketahui bahwa dan pasca panen serta rendahnya harga
peningkatan produktivitas kedelai antara jual (Tabel 3).
petani kegiatan PAT dan target ada beda Pada PAT hambatan yang ditemui adalah
nyata, hal ini terlihat dari nilai t hitung rendahnya produktivitas, kurangnya
sebesar -20,61 dan nilai sig 0,000 < α penggunaan sarana produksi pupuk dan
0,05. Angka negatif (-) menunjukkan pestisida, kurangnya bantuan alat panen
capaian produktivitas PAT masih dibawah dan pasca panen serta rendahnya harga
target. jual. Rendahnya penggunaan sarana
produksi pupuk dan pestisida dikarenakan
3.3. Hambatan-hambatan Yang Ditemui terlambatnya cairnya bantuan yang
Dalam Pelaksanaan Program seharusnya bulan Juni atau Juli tetapi
Peningkatan Produksi Kedelai masuk rekening ke kelompoktani tanggal
Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan 30 Desember 2015.
program peningkatan kedelai, ditemui baik
pada GPPTT, non GPPTT maupun PAT.
Pada GPPTT hambatan yang dominan
adalah rendahnya produktivitas,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 547


Tabel 3. Hambatan-hambatan Program Peningkatan Produksi Kedelai di Kab. Purworejo Tahun
2015
No Uraian Hambatan GPPTT Non GPPTT PAT
A. Budidaya
1. Realisasi 43% petani belum 0% 17% petani belum
tanam rendah tercapai tercapai

2. Rendahnya Produksi 100% Produksi 100% Produksi 100%


produktivitas masih dibawah masih dibawah masih dibawah
target target target

3. Kurangnya Terpenuhi 100% Pupuk dan Pupuk belum


penggunaan sarana pestisida belum terpenuhi 100%
produksi pupuk dan terpenuhi 100%
pestisida

4. Kurangnya frekuensi 87% Petani 100% 29% petani


petani menghadiri
penyuluhan kedelai

B. Pasca panen
5. Kurangnya bantuan Terpenuhi Terpenuhi Belum terpenuhi
berupa alat 100%

C. Pemasaran
6. Rendahnya harga jual 100% 100% 100%

Sumber : Data Primer Diolah, 2016

4. SIMPULAN DAN SARAN rendahnya produktivitas kedelai, dan


4.1. Simpulan rendahnya harga jual kedelai
Berdasarkan analisis hasil dan program PAT.
pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa:
(1) Realisasi luas areal tanam masih di 4.2. Saran
bawah target, program GPPTT Berkaitan dengan belum tercapainya
mencapai 64,85%, sedangkan tujuan pelaksanaan kegiatan PAT
program PAT mencapai 76,20%. utamanya dari sisi produktivitas dan
(2) Program GPPTT maupun PAT kurang tercapainya realisasi tanam pada
mampu meningkatkan produktivitas kegiatan GPPTT, maka perlu dilakukan
kedelai masing-masing sebesar upaya-upaya berikut agar pelaksanaan
82,66% dan 42,81% dari target yang kedua kegiatan tersebut pada tahun
ditetapkan. mendatang lebih baik lagi:
(3) Hambatan dalam pelaksanaan (1) Untuk GPPTT, diperlukan upaya
program peningkatan produksi peningkatan produktivitas kedelai
kedelai, diantaranya adalah dengan peningkatan penerapan
rendahnya penggunaan pupuk, pemupukan dan pengendali hama,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 548


bimbingan dan pendampingan oleh Kidul.Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
penyuluh, agar produktivitas bisa Volume 5 Nomor 1, Juni 2009.
Jurusan Penyuluhan Pertanian
lebih tinggi sehingga dapat STTP Yogyakarta. h:
meningkatkan pendapatan petani. 39.(http://stppyogyakarta.ac.id,
(2) Pada PAT rendahnya produktivitas
diakses 20 Juni 2015, p 39).
Atman, 2014, Produksi Kedelai:
karena kurang tersedianya sarana Strategi Meningkatkan Produksi
produksi budidaya khususnya pupuk Kedelai Melalui PTT, Yogyakarta:
Graha Ilmu.
dan peralatan. Untuk itu perlu
Badan Pusat Statistik Kabupaten
pendampingan dan bantuan Purworejo. 2013. Kabupaten
pendukung sesuai dengan kebutuhan Dalam Angka. Purworejo.
_____ 2014. Kecamatan Pituruh
kelompok sehingga produktivitas Dalam Angka. Purworejo.
kedelai PAT bisa mencapai target _____2015(a). Kabupaten Dalam
Angka. Purworejo.
yang ditetapkan.
_____ 2015(b). Kecamatan Banyuurip
(3) Program peningkatan produksi Dalam Angka. Purworejo.
kedelai baik GPPTT maupun PAT Boediono, 2014. Ekonomi Mikro. Edisi
kedua, Yogyakarta: BPFE.
perlu dilaksanakan secara kontinyu
Dinas Pertanian, Peternakan, Kelautan
dan menambah luas areal program dan Perikanan Kabupaten
dengan memperbaiki kekurangan- Purworejo. 2012. Laporan
Pelaksanan Sekolah Lapangan
kekurangan seperti rendahnya Pengelolaan Tanaman Terpadu
capaian luas tanam, produktivitas dan (SLPTT) Kedelai Tahun 2012.
teknologi budidaya sehingga
Purworejo.
_____ 2013. Laporan Pelaksanan
swasembada kedelai di Kabupaten Sekolah Lapangan Pengelolaan
Purworejo dapat terealisasi pada Tanaman Terpadu (SLPTT)
Kedelai Tahun 2013. Purworejo.
tahun 2017. Pada tahun 2015, PAT
_____ 2014. Laporan Pelaksanan
meningkatkan indeks pertanaman Sekolah Lapangan Pengelolaan
dari 2,00 menjadi 2,76 pada areal Tanaman Terpadu (SLPTT) dan
Pengembangan Areal Tanam
seluas 500 ha, dan dari 2,00 menjadi (PAT) Kedelai Tahun 2014.
2,8 pada kelompok tani Purwo Tani Purworejo.
_____ 2015(b). Petunjuk Teknis
Desa Sokowaten Kecamatan
Gerakan Penerapan Pengelolaan
Banyuurip pada areal seluas 5 ha. Tanaman Terpadu (GPPTT) dan
Pengembangan Areal Tanam
5. DAFTAR PUSTAKA (PAT) Kedelai Tahun 2015.
Purworejo.
Adisarwanto, T, 2014, Kedelai Tropika:
_____ 2015(a). Laporan Pelaksanan
Produktivitas 3 ton/ha, Penebar
Gerakan Penerapan Pengelolaan
Swadaya, Jakarta
Tanaman Terpadu (GPPTT) dan
Apsari, Sofie Rieni dan R. Hermawan.
Pengembangan Areal Tanam
2009. Analisis Ekonomi Produksi
(PAT) Kedelai Tahun 2015.
Kedelai Hitam di Kecamatan
Purworejo.
Playen Kabupaten Gunung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 549


Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Soekartawi, 1986. Ilmu Usahatani dan
Kementrian Pertanian. 2014. Penelitian untuk Perkembangan
Pedoman Teknis Pengelolaan Petani Kecil. Jakarta: UI Press.
Produksi Kedelai 2014. Jakarta _____ 1990. Analisis Usaha Tani.
_____ 2015. Pedoman Teknis Jakarta: UI Press.
Pengelolaan Produksi Kedelai Sunendar, K. dan A.M. Sagi. 2000.
2015. Jakarta Pengelolaan Tanaman Terpadu:
Hadari, Nawawi. 2005. Metode Konsep dan Penerapan.
Penelitian Bidang Sosial. Edisi Prosiding Simposium IV
XI. Yogyakarta: Gadjah Mada Tanaman Pangan. Pusat
University Press. Penelitian dan Pengembangan
Hapsari, Hepi, 2006. Analisis Tanaman Pangan. Bogor.
Penerapan Teknologi Produksi Suryana, A. 2005. Kebijakan
Kedelai (Glycine max (L) Merril) Ketahanan Pangan Nasional.
dan Faktor-Faktor yang Jakarta: UI Press.
Mempengaruhinya. LPMM
Universitas Padjajaran.
Bandung.(http://www.lppm.unpad
.ac.id, diakses 20 Juni 2015, p.1)
Hernanto, Fadholi. 1993. Ilmu Usaha
Pertanian. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Kartasapoetra, A.G.. 1987. Teknologi
Konservasi Tanah dan Air.
Jakarta: Bina Aksara.
Kementrian Pertanian. 2013. Buletin
Konsumsi Pangan Volume 4
Nomor 3 Tahun 2013. Pusat Data
dan Informasi Pertanian. Jakarta.
Mosher, A.T. 1984. Menggerakkan
dan Membangun Pertanian.
Jakarta: LP3ES.
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Neuman, W. Lawrence. 2013.
Metodologi Penelitian Sosial :
Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: Indeks.
Saleh N., T. Adisarwanto, A. Kasno
dan Sudaryono. 2000. Teknologi
Kunci Dalam Pengembangan
Kedelai di Indonesia. Prosiding
Simposium IV Tanaman Pangan.
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman
Pangan. Bogor.
Sekaran, U. 2006. Metode Riset
Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 550


PERAN KOPERASI PRODUSEN KOPI MARGAMULYA
DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAVA PREANGER COFEE
(Studi kasus Koperasi Produsen Kopi Margamulya Pangalengan Bandung)

Endah Djuwendah, Tuti Karyani, Elly Rasmikayati, Sri Fatimah, Nursyamsiah

Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian UNPAD


Email: endah.djuwendah@unpad.ac.id

ABSTRAK
Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor perkebunan yang terdapat hampir di seluruh
wilayah Indonesia. Kecamatan Pangalengan menjadi sentra produksi kopi terbesar di Jawa
Barat yang menghasilkan kopi arabika bermutu baik dan citarasa excellent yang dikenal sebagai
java preanger coffee. Dalam pelaksanaan agribisnis kopi diperlukan dukungan kelembagaan
yang dapat membantu para petani terhadap akses permodalan dan pasar dengan pihak lain. Salah
satu kelembagaan dalam agribisnis kopi adalah koperasi produsen kopi Margamulya.Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran koperasi produsen kopi Margamulya dalam
agribisnis java preanger coffee dan merumuskan strategi pengembangannya. Penelitian
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknis studi kasus. Teknis pengumpulan data
dilakukan melalui observasi,wawancara, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Koperasi rodusen kopi Margamulya memiliki peran penting dalam pengembangan agribisnis java
preanger coffee dalam hal membantu pengadaan sarana produksi, pembinaan dan fasilitasi
peningkatan produktifitas usahatani kopi,serta melaksanakan proses pengolahan dan pemasaran
kopi. Terdapat delapan strategi pengembangan koperasi yang dapat dilakukan, yaitu:(1)penetrasi
pasar dari green beans yang berkualitas, (2) memperkuat kelembagaan koperasi melalui
penerapan manajemen koperasi yang lebih baik dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia,
(3)pengembangan produk olahan kopi, (4) integrasi ke belakang melalui penguatan pemasok kopi
guna mendapat bahan baku yang kontinue dan berkualitas,(5) perluasan unit usaha penjualan
green beans coffee dan kopi siap seduh,(6) memperkuat permodalan koperasi,(7) membangun
industri lokal dengan yang menghasilkan berbagai produk olahan kopi, dan (8) pembinaan
anggota tani yang dilakukan dengan cara pelatihan dan penyelenggaran rapat anggota secara
teratur.

Kata kunci: Peran, koperasi , agribisnis, java preanger coffee

1. PENDAHULUAN diekspor ke berbagai negara diantaranya


Kopi merupakan komoditas ekspor ke Maroko, Korea Selatan, Australia dan
perkebunan yang memiliki peran penting Jerman. Pada tahun 2016, diperkirakan
dalam perekonomian Indonesia. Jawa areal tanaman kopi Arabika di Jawa Barat
Barat merupakan salah satu daerah mencapai 32.235 hektar dengan
penghasil kopi Arabika berkualitas ekspor. produksi 17,670 ton dan melibatkan
Kopi Arabika asal Jawa Barat terutama 116.031 petani (Direktorat Jenderal
yang berasal dari Kabupaten Bandung, Perkebunan Jawa Barat, 2016).
Bandung Barat, Garut dan Sumedang Pangalengan adalah salah satu
yang ditanam di atas ketinggian tempat sentra produksi kopi di Kabupaten
1.000 m dpl, mempunyai kualitas baik dan Bandung dengan luas penanaman kopi
cita rasanya banyak disukai oleh tahun 2015 mencapai 1.312,20 hektar
konsumen, dari dalam maupun luar negeri dan produksi sebesar 10.993,7 ton (BPS,
yang dikenal dengan java Preanger 2016). Bagi masyarakat di Pangalengan,
coffee. Saat ini kopi asal Jawa Barat kopi bukan hanya mempunyai fungsi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 551


ekonomi sebagai sumber pendapatan secara profesional di sentra produksi kopi
keluarga yang mampu menyerap tenaga merupakan suatu upaya membantu petani
kerja, namun juga berfungsi ekologi yaitu dalam industrialisasi dan komersialisasi
mendukung keseimbangan lingkungan. kopi untuk menjadikan kopi sebagai
Pangalengan memiliki kawasan komoditas ekonomi yang berdaya saing
pegunungan sebagai pusat tinggi sekaligus meningkatkan
pengembangan kopi, diantaranya Gunung pendapatan petani kopi.
Patuha, Gunung Tilu dan Gunung
Malabar. 2. METODEPENELITIAN
Guna mewadahi agribisnis kopi, di Desain yang digunakan dalam
desa Margamulya Pangalengan sudah penelitian ini adalah desain kualitatif,
dibentuk Koperasi Produsen Kopi sedangkan teknik penelitian adalah studi
Margamulya (KPKM) sebagai penguatan kasus (case study).Data yang
kelembagaan kelompoktani Margamulya. dikumpulkan terdiri atas data primer dan
Koperasi produsen kopi Margamulya sekunder. Data primer diperoleh dari
berdiri dengan akta notaris No. 9 tanggal informan yang terdiri atasketua, sekretaris,
18 Maret 2014 dan berlokasi di Jl. Raya bendahara dan anggota Koperasi
Bandung- Pangalengan Km 36,5 Desa produsen kopi Margamulya dan Dinas
Margamulya Pangalengan Kabupaten KUKM Kabupaten Bandung. Data
Bandung dan memiliki 140 orang anggota sekunder diperoleh dasi studi
petani kopi (Ima dan Endah, 2015). kepustakaan berupa laporan penelitian
Bidang usaha koperasi meliputi dan jurnal. Data yang diperoleh dari hasil
usaha peternakan sapi perah sebanyak observasi dan wawancara selanjutnya
30 ekor bantuan dari gubernur Jawa dianalisis secara deskriptif kualitatif. Peran
Barat, bidang perkebunan berupa koperasi dalam agribisnis dikaji melalui
budidaya dan penangkaran benih kopi, pendekatan agribisnis mulai dari
bidang pengolahan dan perdagangan subsistem pengadaan sarana input
berupa green bean, roasted bean dan sampai pemasaran kopi. Sedangkan
kopi bubuk siap seduh. strategi pengembangan koperasi
Prestasi yang telah diraih oleh dianalisis menggunakan analisis SWOT.
KPKM diantaranya menjadi menjadi juara
10 besar pada pameran kopi di USA, 3. HASIL DANPEMBAHASAN
juara ketiga pengolahan kopi terbaik di 3.1. Peran Koperasi Margamulya dalam
Jawa Barat tahun 2015 dan menjadi Agroindustri Java Preanger Cofee
minuman resmi pada PON XIX Jawa Koperasi produsen merupakan
Barat. koperasi tempat berkumpulnya orang-
Keberadaan koperasi yang dikelola orang yang menghasilkan produk

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 552


tertentu dan banyak dijumpai pada sektor penghasilannya. Kegiatan usaha
pertanian. Koperasi produsen membantu koperasi juga menjadi sumber tambahan
petani dalam menyediakan sarana penghasilan bagi anggota melalui
produksi pertanian, pengadaan alat pembagian surplus hasil usaha (SHU).
untuk proses budidaya, menyediakan Salah satu usaha koperasi ini adalah
sarana/prasarana pengolahan hasil usaha jasa pengolahan kopi yang
pertanian dan pemasarannya, sehingga merupakan usaha kolektif.
para petani dapat meningkatkan nilai Menurut Susi dan Hidayati(2014),
tambah dan daya saing produk guna mengidentifikasi peran koperasi
pertaniannya. Pada giliannya akan dalam agroindustri/agribisnis dapat
meningkatkan pendapatan petani(Manaf dipetakan pada subsistem hulu sampai
dan Nuraidi,2016). hilir (off-farm), sehingga dapat
Pada dasarnya KPKM memiliki misi memberikan kemanfaatan bagi anggota
bisnis kolektif yaitu mengkoordinir kopi koperasi dalam meningkatkan
dari anggota dan non anggota untuk pendapatannya. Berdasarkan pendekatan
diolah dan dipasarkan sehingga konseptualisasi agribisnis, peran KPKM
diharapkan dapat meningkatkan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Peran KPKM dalam Agribisnis Jawa Preanger Cofee


No Subsistem Agribisnis Peran KPKM
1 Agribisnis- Hulu - Melaksanakan penangkaran bibit kopi
- Membantu penyaluran bibit (varietas Sigarar utang,
Ateng,dll) secara gratis kepada petani kopi
- membantu penyaluran alat pengusir hama gratis kepada
petani
- memberikan pinjaman modal usahatani kopi
2 Usahatani (On farm) - Membina petani dalam usahatani kopi berdasarkan SOP
- Fasilitasi petani dalam penyuluhan PHT dan Teknis
budidaya kopi dengan Distanhutbun (Dinas Pertanian
Kehutanan dan Perkebunan) dan Perguruan tinggi
- Pendampingan petani kopi dalam panen dan pasca panen
kopi
3 Agribisnis hilir –(Off farm) - Pengolahan kopi cherry menjadi grean bean, roasting
beans dan kopi bubuk siap seduh
- Pembelian kopi dari petani
- Promosi dan pemasaran produk olahan kopi
4 Dukungan Pelayanan - Fasilitasi dalam penelitian dan pengembangan produk
dengan Puslitkoka Jember dalam hal uji citarasa produk
kopi
- Pusat informasi harga, kualitas dan pasar produk
agribisnis kopi, bekerja sama dengan Dinas Koperasi &
UKM, Deperindag, AEKI, dan eksportir kopi
- Fasilitasi Petani ke lembaga pembiayaan formal
(perbankan) melalui kerjasama dengan BRI, BNI dan BJB
Banten .
- Penerapan standar UTZ certified dalam memelihara
jaminan mutu kopi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 553


KPKMmembantu petani kopinyasedangkan non anggota belum.
menerapkan SOP (Standard Operational Berdasarkan hasil penelitian dari
Procedur) yang mengarahkan budidaya Puslitkoka Jember tahun 2014, produk
kopi semi organik,tidak menggunakan kopi dari KPKM tergolong specialty dan
pupuk anorganik kecuali saat penanaman hasil uji citarasanya sangat tinggi yaitu
awal. Pupuk yang digunakan selama 84,67 (Ima dan endah, 2015).Produk
pemeliharaan adalah pupuk organik dan olahan kopi yang dihasilkan bervariasi
pestisida yang digunakan adalah yaitu green bean, Roasting beansdan kopi
pestisida nabati. Hal ini mendorong bubuk siap seduh.
koperasi mendapatkan UTZ Certified. Dalam distribusi dan pemasaran
Koperasi berperan dalam kopi, bisnis yang dilakukan KPKM
mendorong petani anggotanya untuk meliputitiga kegiatan yaitu pembelian
memanen buah kopi yang berwarna cherry kopi dan gabah kopi dari anggota,
merah (cherry). Jikalau buah kopi yang titip jual dari non anggota dan maklunan
masih hijau terbawa saat pengolahan, kopi. Pembelian cherry kopi dan gabah
maka hasil green bean kopinya akan kopi dengan harga masing-masing Rp
tergolong reject karena rusak saat 7.000 dan Rp 23.000 per kg. Sistem
pengolahan. Hal ini akan menurunkan pembelian dengan non anggota adalah
kualitas kopi sehingga sortasi buah kopi jual beli lepas, sedangkan pembelian dari
saat panen mutlak dilaksanakan. Hasil anggota dengan sistem cash and back.
panen buah kopi harus segera diolah, Artinya timbal balik lain dalam bentuk
karena jika dibiarkan akan mengalami pelatihan, bantuan saprodi dan
fermentasi tidak sempurna. Sehingga, sebagainya. Biaya pengolahan kopi dari
perlu koordinasi dengan para petani agar non anggota disimpan di dalam kas untuk
hasil panennya segera dibawa ke pabrik digunakan sebagai cadangan kas
yang ada di koperasi untuk segera diolah. kelompok dan tidak dibagikan kepada
Setiap musim panen diperkirakan anggota.
300 ton cherry cofee dapat ditampung Titip jual yaitu kegiatan penitipan
oleh KPKM. Kapasitas pengolahan kopi dari anggota dan non anggota untuk
koperasi sekitar 70 ton green beansyang diproses dan dibantu penjualannya.Biaya
diolah dengan metode wet titip jual Rp 3.000/kg untuk anggota.
processing.Mekanisme pengolahan kopi Feepengolahan dan penjualan untuk non
dari anggota dan non anggota koperasi anggota koperasi adalah 10% dari nilai
dipisahkan agar tidak terkontaminasi. Hal penjualannya.
ini disebabkan anggota koperasi telah
menerapkan SOP dan mendapat UTZ
certified dalam budidaya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 554


Konsumen
Koperasi Akhir
Produsen Kopi Eksportir
Petani Kopi
Margamulya
Pabrik lokal, kafe

Pedagang pengu- Pedagang pengu-


pul kecil pul Besar

Gambar 1.Alur distribusiJawa Preanger Coffee di Desa Margamulya

Maklunan, yaitu suatu kegiatan tinggi karena sudah menggunakan


pengolahan kopi gelondongan standar UTZ Certified.
(cherry)atau dari gabah kopi (HS) menjadi Kegiatan promosi yang dilakukan
green beanCoffeeyang berasal dari non koperasi diantaranya mengikuti pameran
anggota koperasi dengan feesebesar Rp kopi di Cihampelas walk tahun 2012 dan
3.000/kgcherry dan Rp 1.500/kg Batam Centre tahun 2013. Festival kopi
gabah(HS). Bandung tahun 2013 dan west Jawa
KPKMmelakukan pemasaran coffeetahun 2015 dan tahun 2016, festival
roasting beans coffee dan kopi bubuk kopi “Ngopi Saraosna Vol I” di Gedung
siap seduh dengan branding Java SateBandung pada Maret,2017. Selain
Preanger Coffee Gunung Tilu yang sudah melakukan pameran, koperasi juga
sudah mendapat ijin P-IRT dan sertifikat mencetak brosur yang diberikan kepada
halal dari MUI. Pemasaran dilakukan buyer, pengunjung pameran ataupun
secara langsung kepada pembeli yang pihak yang mendatangi koperasi.
datang ke koperasi dan secara online Menurut salah seorang anggota,
melalui situs belanjaqu.co.id, KPKM memberikan jaminan pasar bagi
elevenia.co.id dan Lazada.co.id. para petani karena koperasi menerima
Green beans coffee dari koperasi pembelian bukan hanya saat panen tetapi
Margamulya memiliki sttruktur pasar yang sepanjang waktu dengan harga yang
jelas. 70% ke eksportir yaitu Taman Delta stabil. Hal ini berbeda dengan bandar
Indoneia (TDI), dengan harga jual $ 6 per yang bisa saja membeli dengan harga
kg dan 30% sisanya dijual ke toko PT yang lebih tinggi namun hanya saat
Aroma, glory morning Coffee dan cafe musim panen kopi saja.
yang ada di Kota Bandung Jakarta dan 3.2. Strategi Pengembangan Koperasi
Semarang dengan harga jual $ 5per Produsen Kopi Margamulya
kg(Ima dan Endah, 2015). Harga jual Setelah diperoleh faktor internal-
green beans ekspor di PT Delta lebih eksternal yang diduga mempengaruhi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 555


bisnis koperasi, dilakukan formulasi membantu manajer dalam
strategi berdasarkan matriks SWOT. mengembangkan empat tipe strategi yaitu
Matriks SWOT merupakan alat untuk SO,WO, ST dan WT(David, 2006).
mencocokkan yang penting dan dapat

Tabel 2.Strategi Pengembangan Koperasi Produsen Kopi Margamulya


Faktor internal Strength (S) Weakness (W)
1. Lokasi koperasi dan pabrik 1. Lokasi koperasi dan pabrik
sangat strategis jauh dari agrowisata di
Pangalengan
2. Proses produksi dan
2. Volumebahan baku
pengolahan menerapkan
berfluktuasi
standar UTZ Certified
3. Belum optimal pelaksanaan
3. Tata kelola berlandaskan manajemen koperasi
kepercayaan 4. Adanya Rangkap jabatan
4. Menghasilkan kopi specialty dalam koperasi
Faktor eksternal 5. Target pasar sudah jelas 5. Ada anggota yang kurang
6. Menerapkan pola cash and loyal
back 6. Pencatatan keuangan
7. Menerapkan kontrak volume koperasai masih sederhana
8. Modal terbesar adalah hibah 7. Terbatasnya penanaman
dari pemerintah modal dari anggota

Oppourtunities (O) Strategi SO Strategi WO


1. Potensi anggota baru di lingku- 1. Melakukan penetrasi pasar 1. Melakukan integrasi ke
ngan petani kopi masih besar 2. Memperkuat kelembagaan belakang
2. Perdagangan bebas membuka koperasi 2. Melakukan perluasan unit
akses pasar kopi yang lebih luas 3. Melakukan inovasi dalam usaha penjualan green
3. Kebijakan UU No 12/2012 dapat pengembangan produk beans
menambah pelaku bisnis 4. Menjaga loyalitas konsumen 3. Merningkatkan kualitas
koperasi kopi dengan cara kemitraan dengan (manajemen dan skill) SDM
4. Konsumsi kopi dunia meningkat ekportir dan pembeli pengelola koperasi
menjadi 5-7%
5. Peran AEKI yang positif
6. Dibukanya kran ekspor kopi
Jawa Barat
7. Kemitraan dengan ekspsortir
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
1. Fluktuasi harga kopi 1. Memperkuat permodalan 1. Membangun industri kopi
2. Persingan dengan kopi impor koperasi lokal
(Kopi Vietnam lebih murah 30% 2. Melaksanakan koordinasi 2. Melakukan pembinaan
dari kopi nasional) vertikal dengan pasar lokal dan anggotatani
3. Hambatan sistem distribusi kopi pasar ekspor 3. Melaksanakan kerjasama
domestik dengan dinas terkait
4. Daya beli kopi masyarakat
Indonesia masih rendah
5. Ketidakstabilan/perubahan iklim

Strategi SO produksi green beans sudahbesar


1) Melakukan penetrasi pasar dan berkualitas, Ini juga dapat
Penetrasi pasar merupakan usaha menjadi promosi tidak langsung
meningkatkan pangsa pasar untuk karenaJava Preange cofee adalah
produk saat ini melalui upaya kopi specialty yang relatif baru dikenal
pemasaran yang lebih besar. Strategi oleh konsumen.
penetrasi dilakukan koperasi apabila

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 556


2) Memperkuat kelembagaan koperasi kelembagaan petani kopi sehingga
Penguatan kelembagaan koperasi loyal terhadap koperasi.
dengan cara peningkatan kualitas 2) Perluasan unit usaha Penjualan
SDM koperasi melalui pembinaan, Green Beans coffe dengan cara
pelatihan dan pengawasan dalam membentuk divisi pemasaran tertentu
penerapan prinsif koperasi atau menjadi eksportir. Apalagi hal ini
berdasarkan UU No 12 tahun didukung dengan kebijakan yang
19.Kendalanya, Koperasi Margamulya dibukanya kran ekspor kopi Jawa
masih menerapkan prinsip kerja Barat yang sampai saat ini belum ada
kelompok tani.Pengurus kelompok eksportir kopi dari Jawa Barat.
tani Margamulya pun merangkap Sehingga peluang ini dapat
sebagai pengurus KPKM. dimanfaatkan oleh Koperasi sebagai
3) Melakukan pengembangan produk wujud perluasan unit usaha kopi.
KPKM terus melakukan pengujian cita Strategi ST
rasa kopi karena hasil uji ini menjadi 1) Memperkuat permodalan Koperasi
prasyarat utama dari permintaan Salah satu hal yang mendasar dari
buyer sebagai jaminan kualitas koperasi adalah permodalannya
kopi.Koperasi Margamulya berasal dari angota. Namun
sudahmenghasilkan green beans,kopi kemampuan modal dari petani kopi
roasting, dan kopi instan siap seduh. anggota KPKM terbatas, sehingga
Diversifikasi produk olahan kopi, akan koperasi bisa bekerjasama dengan
menambah share bagi petani kopi lembaga permodalan (perbankan)
dan meningkatkan penghasilannya. untuk menopang kegiatan usaha
Strategi WO perkopian ini.
1) Melakukan Integrasi ke Belakang Strategi WT
Guna meningkatkan kendali atas 1) Membangun industri lokal
pemasok (petani kopi) agar Kopi yang dihasilkan oleh Koperasi
pengawasan ba-han baku meningkat, ada yang tergolong reject, ini menjadi
koperasi Margamulya memfasilitasi peluang untuk diolah menjadi kopi
kebutuhan sarana produksi usahatani, bubuk siap seduh oleh anggota
dengan membangun unit usaha koperasi bagi segmen pasar
saprodi, intensifikasi budidaya kopi masyarakat yang berdaya beli
melalui perluasan kelompok tani rendah. Sehingga ada unit tambahan
yang dibina Koperasi, fasilitasi usaha bagi anggota dan koperasi.
simpan pinjam dan lain sebagainya. Selain itu Industri lokal juga dapat
Ini diharapkan dapat memperkuat diperluas usahanya dengan
menghasilkan olahan kopi siap seduh

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 557


dari green beans terbaik. Lokasi koperasi melalui penerapan manajemen
koperasi yang berada di Jalan utama koperasi yang lebih baik dan peningkatan
menuju tempat wisata di Pangalengan kualitas sumberdaya manusianya, (3)
menjadikan kekuatan untuk melakukan pengembangan produk
dikembangkannya industri lokal dengan cara pengujian cita rasa kopi serta
tersebut. melakukan inovasi produk olahan kopi, (4)
2) Melakukan Pembinaan anggotatani. integrasi ke belakang dengan cara
Pembinaan anggota dilakukan agar membangun unit usaha saprodi,
mereka loyal dan berusaha untuk melakukan intensifikasi budidaya kopi,
mengem-bangkan kegiatan usaha memfasilitasi kegiatan simpan pinjam bagi
bersama di koperasi.Pembinaan anggota dan lain sebagainya yang
dapat dilakukan melalui pelatihan dan diharapkan dapat memperkuat
kegiatan rapat anggota. Rapat kelembagaan petani kopi agar
anggota berfungsi sebagai pemegang loyalterhadap koperasi, (5) perluasan unit
kekuasaan tertinggi dalam usaha penjualan Green Beans coffee dan
koperasasi, anggota koperasi kopi siap seduhmelalui pembentukan
dilibatkan dalam pengambilan divisi pemasaran atau menjadi eksportir,
keputusan, kumpulan yang tidak (6) memperkuat permodalan koperasi, (7)
formal dapat menambah informasi membangun industri lokal dengan yang
serta lebih menjalin silaturahmi menghasilkan berbagai produk olahan
dengan anggota, pengurus dan kopi, dan (8) pembinaan anggota tani
pengawas. yang dilakukan dengan cara pelatihan dan
penyelenggaran rapat anggota secara
4. SIMPULAN DANSARAN teratur.
4.1. Simpulan 4.2. Saran
Koperasi Produsen kopi Koperasi Produsen KopiMargamulya
Margamulya memiliki peran penting dalam perlu meningkatkan kualitas sumberdaya
agribisnis java preanger coffee, mulai dari manusia dan memperbaiki manajemen
pengadaan sarana produksi, pembinaan koperasi agar setiap pengurus dapat
dan pengawasan para petani dalam fokus menjalankan setiap bidang kerjanya
berusahatani kopi, panen dan pengolahan masing-masing.Pengembangan
kopi, pemasaran serta promosi produk agroindustri java preanger coffee
olahan kopi. Terdapat delapan strategi sebaiknya diintegrasikan dengan
pengembangan bisnis koperasi produsen pengembangan kawasan terpadu
kopi Margamulya, yaitu: (1) melakukan perdesaan berdasarkan konsep
penetrasi pasar dari green beans yang agroekobisnis misalnya memanfaatkan
berkualitas, (2) memperkuat kelembagaan limbah kulit buah kopi sebagai pupuk

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 558


organik dan bahan konsentrat pakan
ternak, sedangkan limbah dari peternakan
dapat dijadikan pupuk kandang untuk
usahatani kopi, serta menjadikan tanaman
kopi sebagai komoditas untuk
penghijauan lahan

5. DAFTARPUSTAKA
Anonim, 2016.Statistik Perkebunan
Indonesia Kopi Komoditas Tahun
2014– 2016, Direktorat jenderal
Perkebunan, Jakarta.
---------, 2016.Kecamatan Pangalengan
dalam Angka Tahun 2016.Katalog
BPS No.1102001.3204.040, BPS
Kabupaten Bandung,
Chaerudin Manaf dan M. Nuraidi,
2016.Model Pengembangan
Koperasi Produsen.Universitas
Pakuan
Bogor.ejournal.unpak.ac.id/downloa
d.php?file=dosen...model_koperasi_
produsen.
David, Fred. R, 2006.Manajemen
Strategis, Konsep, edisi 10 Buku I,
Salemba Empat, Jakarta.
Susi Widjajani dan Siti N. Hidayati,
2014.Membangun Koperasi
Pertanian Berbasis Anggota di Era
Globalisasi, Jurnal Maksipreneur
(Manajemen Koperasi dan
entreprenership) , Vol 1V No. 1
Tahun 2014, hal- 98-115. Fakultas
Ekonomi Universitas Proklamasi 45
Yogyakarta.
Ima Marlina dan Endah Djuwendah,
2015.Analisis Kesiapan dan
StrategiPengembangan Bisnis
Koperasi Produsen Kopi
Margamulya, Proceding Semnas
Kristalisasi Paradigma Agribisnis
dalam Pembangunan Ekonomi dan
Pendidikan Tinggi, IPB, Bogor.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 559


HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DAN LUAS LAHAN DENGAN TINGKAT
PENERAPAN TEKNOLOGI PTT PADA USAHATANI JAGUNG (Zea mays L)
(Studi Kasus di Kelompok Tani Sangkan Hurip Desa Tanjungsari
Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis)

Fitri Yuroh dan Mochamad Ramdan

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: fitriyuroh3@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Tingkat penerapan teknologi PTT pada usahatani
jagung di Kelompok Tani Sangkan Hurip, 2) Hubungan antara pendidikan dan luas lahan dengan
penerapan Teknologi PTT pada usahatani Jagung di Kelompok Tani Sangkan Hurip Desa
Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis. Jenis penelitian yang digunakan adalah
studi kasus dengan mengambil seluruh petani sebanyak 40 orang anggota Kelompok Tani
Sangkan Hurip Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis yang dipilih sengaja
(purposive). Tingkat penerapan teknologi PTT dianalisis secara deskriptif kuantitatif, sedangkan
hubungan pendidikan dan luas lahan terhadap tingkat penerapan teknologi PTT pada usahatani
jagung dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi rank spearman dimana pendugaan
parameter dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
(1) Tingkat penerapan teknologi PTT pada kelompoktani Sangkan Hurip tergolong tinggi, yaitu
sebesar 77,50 persen, dan (2) Pendidikan memiliki hubungan positif yang sangat nyata terhadap
penerapan Teknologi PTT; sedangkan luas lahan memiliki hubungan positif yang nyata dengan
penerapan Teknologi PTT.

Kata Kunci: Jagung, Pendidikan, Luas lahan, Teknologi PTT

1. PENDAHULUAN Ciamis dengan luas panen 155 hektar,


Permintaan jagung terus mengalami produksi 1.001 ton, dan produktivitas 6,45
peningkatan berbanding lurus dengan ton per hektar.
pertumbuhan penduduk sebagai dampak Salah satu program pemerintah
dari peningkatan kebutuhan pangan, untuk meningkatkan produksi jagung
konsumsi protein hewani dan energi. adalah GP-PTT (Gerakan Penerapan
Sebagian besar dari pemenuhan Pengelolaan Tanaman Terpadu). GP-PTT
konsumsi protein hewani masyarakat merupakan sebuah pendekatan baru
bersumber dari daging ayam. Dalam hal dalam mendorong peningkatan produksi
ini jagung merupakan bahan baku utama jagung secara berkelanjutan dan sebagai
pakan ternak, dan menentukan bentuk implementasi dari peningkatan
keberlanjutan produksi daging nasional produksi pertanian dengan berbasis
(Kementrian Pertanian Republik kawasan. Komponen teknologi yang
Indonesia, 2015). dipilih dan diterapkan dalam
Menurut data dari Dinas Pertanian melaksanakan GP-PTT ini adalah
Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis komponen teknologi Pengelolaan
(2015), Kecamatan Rajadesa merupakan Tanaman Terpadu (PTT).
salah satu penghasil jagung di Kabupaten

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 560


Kelompoktani Sangkan Hurip Desa dilakukan oleh warga masyarakat
Tanjungsari Kecamatan Rajadesa setempat.
merupakan salah satu Kelompoktani yang Tingkat pendidikan petani, baik
mendapatkan alokasi Program GP-PTT formal maupun non formal, akan
Jagung di Kabupaten Ciamis Tahun mempengaruhi cara berfikir yang
Anggaran 2015. Gerakan Pengelolaan diterapkan pada usahanya, yaitu dalam
Tanaman Terpadu Jagung merupakan rasionalitas usaha dan kemampuan
sebuah pendekatan baru dalam memanfaatkan setiap kesempatan
mendorong peningkatan produksi jagung ekonomi yang ada. Mardikanto (1993)
secara berkelanjutan (Dinas Pertanian menyatakan, bahwa pendidikan
Kabupaten Ciamis, 2015). merupakan proses timbal balik dari setiap
Keberhailan program ini dapat pribadi manusia dalam penyesuaian
diukur dari seberapa jauh para petani dirinya dengan alam, teman dan alam
menerapkannya. Menurut Mardikanto semesta. Pendidikan dapat diperoleh
(2009), adopsi dalam penyuluhan melalui pendidikan formal maupun non
pertanian pada hakikatnya dapat diartikan formal. Pendidikan formal merupakan
sebagai proses penerimaan inovasi atau jenjang pendidikan dari terendah sampai
perubahan perilaku baik berupa tertinggi yang biasanya diberikan sebagai
pengetahuan, sikap, maupun penyelenggaraan pendidikan yang
keterampilan pada diri seseorang setelah terorganisir di luar sistem pendidikan
menerima inovasi yang disampaikan sekolah dengan isi pendidikan yang
penyuluh pada petani atau masyarakat terprogram. Menurut Soekartawi (1988),
sasarannya. Inovasi yang dimaksud dapat mereka yang berpendidikan tinggi relatif
berupa ide-ide dalam bercocok tanam, lebih cepat dalam melaksanakan adopsi
praktek-praktek maupun cara kerja dan inovasi.
pola fikir masyarakat tersebut Penelitian ini bertujuan untuk
mengandung makna sampai benar-benar mengetahui: 1) Tingkat penerapan
tahu dan dapat melaksanakan atau teknologi PTT pada usahatani jagung di
menerapkan dalam usahataninya. Kelompok Tani Sangkan Hurip, 2)
Umur petani akan mempengaruhi Hubungan antara pendidikan dan luas
kemampuan fisik dan merespon terhadap lahan dengan penerapan Teknologi PTT
hal-hal yang baru dalam menjalankan pada usahatani Jagung di Kelompok Tani
usahataninya. Mardikanto (1993) Sangkan Hurip Desa Tanjungsari
menyatakan, bahwa biasanya orang tua Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis.
hanya cenderung melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang sudah biasa

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 561


2. METODE PENELITIAN luas lahan terhadap tingkat penerapan
Jenis penelitian yang digunakan teknologi PTT pada usahatani jagung
dalam penelitian ini adalah studi kasus, dianalisis dengan menggunakan koefisien
dengan mengambil secara sengaja korelasi rank spearman dimana
(purposif) Kelompok Tani Sangkan Hurip pendugaan parameter dilakukan dengan
Desa Tanjungsari Kecamatan Rajadesa menggunakan SPSS versi 17.
Kabupaten Ciamis sebagai sampel
kelompok. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik penarikan responden Tingkat penerapan teknologi PTT yang

ditentukan secara sensus, yaitu dengan meliputi komponen varietas, benih


bermutu, penyiapan lahan, penanaman,
mengambil seluruh petani yang telah
pemupukan, pembuatan saluran
mengikuti GP-PTT yang tergabung dalam drainase, pengendalian hama penyakit,

Kelompok Tani Sangkan Hurip di Desa penyiangan gulma, serta panen dan
pasca panen pada usahatani jagung di
Tanjungsari sebanyak 40 orang.
Kelompoktani Sangkan Hurip sebelum
Tingkat penerapan teknologi PTT mengikuti GP-PTT dapat dilihat pada
dianalisis secara deskriptif kuatitatif, Tabel 1.
sedangkan hubungan pendidikan dan

Tabel 1. Tingkat Penerapan Teknologi PTT pada Usahatani Jagung


Tingkat Penerapan Jumlah Persentase
No Nilai
Teknologi PTT (orang) (%)
1 Rendah 30,00 ≤ Q < 50,00 0 0,00
2 Sedang 50,00 ≤ Q ≤ 70,00 9 22,50
3 Tinggi 70,00 < Q ≤ 90,00 31 77,50
Jumlah 40 100,00

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian tingkat penerapan teknologi PTT yang


besar responden, yaitu sebanyak 31 dicapai termasuk kategori sedang. Tingkat
orang atau 77,50 persen tingkat penerapan PPT jagung untuk masing-
penerapan teknologi PTT yang dicapai masing indikator dapat dilihat pada Tabel
termasuk kategori tinggi, dan sisanya 2.
yaitu sebanyak 9 orang atau 22,50 persen

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 562


Tabel 2. Tingkat Penerapan Teknologi PTT Jagung pada Masing-masing Indikator
Tingkat Penerapan
No Indikator Jumlah
Rendag Sedang Tinggi
1 Penggunaan Varietas 0 0 40 40
2 Penggunaan Benih Bermutu 9 16 15 40
3 Penyiapan Lahan 0 1 39 40
4 Penanaman 0 8 32 40
5 Pemupukan 1 15 24 40
6 Pembuatan saluran drainase 3 17 20 40
7 Pengendalian Ha.Peny 0 8 32 40
8 Penyiangan 0 13 27 40
9 Panen & Prosesing 0 6 34 40

Tabel 2 menunjukkan bahwa dan melakukan pengolahan tanah terlebih


seluruh responden (40 orang) berada dahulu dengan cangkul ataupun traktor.
pada kategori tinggi untuk indikator Untuk kategori penanaman sebagian
penggunaan varietas. Hal ini responden berada pada kategori tinggi,
menunjukkan bahwa responden hal ini disebabkan karena responden
menggunakan varietas yang toleran di menggunakan tali untuk mengatur jarak
lahan kering dan berumur genjah. tanam, melakukan penanaman dengan
Untuk penggunaan benih sebagian lubang tanam tidak lebih dari 5 centimeter,
besar responden (16 orang) berada menanam 1-2 biji per lubang tanam, dan
berada pada kategori sedang, hal ini menutup kembali lubang tanam dengan
disebabkan karena penggunaan benih pupuk kandang.
tidak sesuai dengan anjuran yakni 25 Sebanyak 24 orang responden
kilogram per hektar untuk komposit. berada pada kategori tinggi untuk
Banyaknya benih yang digunakan oleh indikator pemupukan dan 15 orang
responden disebabkan karena adanya responden berada pada kategori sedang
serangan hama pada saat tanaman masih serta 1 orang berada pada kategori
kecil, hal ini disebabkan karena rendah. Banyaknya responden yang
responden tidak melakukan pencampuran berada pada kategori sedang ini
benih dengan fungisida secara merata. disebabkan karena responden tidak
Sebagian responden dalam melaksanakan pemupukan 3 kali aplikasi
penyiapan lahan berada pada kategori yakni pada umur Hari Setelah Tanam (7
tinggi, hal ini menunjukkan bahwa HST, 28 – 30 HST, 40 – 45 HST), hal ini
responden dalam usahatani jagung sistem disebabkan karena ketersediaan pupuk di
PTT melakukan pengolahan tanah terlebih lokasi tidak menentu.
dahulu setelah hujan mulai turun, Sebagian besar responden (20
pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman orang) berada pada kategori tinggi untuk

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 563


indikator pembuatan saluran drainase, 17 mengetahui ciri-ciri tanaman jagung siap
orang berada pada kategori sedang dan 3 untuk dipanen, selalu melaksanakan
orang berada pada kategori rendah. pemanenan jagung pada saat cuaca
Adanya responden pada kategori sedang cerah dan kadar air sudah mencapai
dan rendah ini karena sebagian kurang lebih 30%, melaksanakan
responden tidak melaksanakan pengeringan sesegera mungkin setelah
pembumbunan bersamaan dengan jagung dipanen, melaksanakan pemipilan
pembuatan saluran drainase yaitu pada setelah kadar air kurang lebih 20%, serta
umur 14 -21 Hari Setelah Tanam, hal ini melaksanakan pengeringan kembali
disebabkan pada saat bersamaan hingga kadar air mencapai kurang lebih
responden melaksanakan kegiatan pada 14% untuk jagung siap dipasarkan
usahatani lain. Berdasarkan perhitungan diketahui
Untuk pengendalian hama dan bahwa terdapat hubungan positif yang
penyakit, sebagian responden (32 orang) sangat nyata antara variabel pendidikan
berada pada kategori tinggi, hal ini dengan penerapan Teknologi PTT pada
disebabkan karena responden sudah usahatani Jagung di Kelompok Tani
mengetahui hama dan penyakit yang Sangkan Hurip Desa Tanjungsari
menyerang tanaman jagung, mengetahui Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis.
musuh alami dari hama tersebut, Sedangkan luas lahan dengan penerapan
melakukan pengamatan berkala serta Teknologi PTT pada usahatani Jagung di
mengetahui cara penggunaan pestisida Kelompok Tani Sangkan Hurip Desa
yang tepat untuk hama dan penyakit Tanjungsari Kecamatan Rajadesa
tersebut. Kabupaten Ciamis memiliki hubungan
Sebanyak 27 orang berada pada positif yang nyata.
kategori tinggi untuk indikator penyiangan,
dan sisanya 17 orang berada pada 4. SIMPULAN DAN SARAN
kategori sedang. Adanya responden yang 4.1. Simpulan
termasuk pada kategori sedang ini Berdasarkan pembahasan, maka
dikarenakan responden tidak dapat disimpulkan:
melaksanakan penyiangan gulma pada 1) Tingkat penerapan teknologi PTT
umur tanaman 14-21 hari setelah tanam, pada kelompoktani Sangkan Hurip
hal ini disebabkan pada saat bersamaan tergolong tinggi, yaitu sebesar 77,50
responden melaksanakan kegiatan pada persen.
usahatani lain. 2) Terdapat hubungan positif yang
Untuk kategori panen dan prosesing sangat nyata antara variabel
sebagian responden berada pada kategori pendidikan dengan penerapan
tinggi, hal ini berarti bahwa responden Teknologi PTT pada usahatani Jagung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 564


di Kelompok Tani Sangkan Hurip Desa 6. DAFTAR PUSTAKA
Tanjungsari Kecamatan Rajadesa Badan Pusat Statistik Jabar 2014.
Kabupaten Ciamis; sedangkan luas Produksi Tanaman Padi, dan
Palawija Jawa Barat Tahun 2010-
lahan dengan penerapan Teknologi
2104. BPS Provinsi Jawa Barat.
PTT pada usahatani Jagung di Bandung.
Kelompok Tani Sangkan Hurip Desa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lembang. 2009. Petunjuk Teknis
Tanjungsari Kecamatan Rajadesa
Pengelolaan Tanaman Terpadu
Kabupaten Ciamis memiliki hubungan Jagung. BPTP Lembang Kementrian
positif yang nyata. Pertanian. Bandung.
Cahyono, 2008. Evaluasi Program
Sekolah Lapang Pengendalian
4.2. Saran Hama Terpadu SLPHT Tanaman
Adapun saran yang dapat diajukan Padi (Oryza Sativa Sp) di Kelompok
adalah: Tani Sari Asih Desa Mayang
Kecamatan Gatak Kabupaten
1) Mengingat penggunaan benih tidak Sukoharjo.
sesuai dengan anjuran, yakni lebih 25 Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis. 2015.
kilogram per hektar untuk komposit Laporan Tahunan. Dinas Pertanian
Kabupaten Ciamis. Ciamis.
yang dikarenakan adanya serangan
Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
hama pada saat tanaman masih kecil, 2015. Pedoman Teknis Gerakan
maka sebaiknya responden Penerapan Pengelolaan Tanaman
Terpadu Jagung. Direktur Jendral
melakukan pencampuran benih
Tanaman Pangan Kementrian
dengan fungisida secara merata. Pertanian. Jakarta.
2) Mengingat ketersediaan pupuk tidak Hernanto F. 2002. Ilmu Usahatani. Bogor:
Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi
menentu, sebaiknya pemerintah Pertanian, Fakultas Pertanian,
mensuplai ketersediaan pupuk Institut Pertanian Bogor.
Hutapea, Ronald TP dan Esje T. Tenda
tersebut sesuai dengan yang telah 2009. Dampak Ekonomi dan
direncanakan dalam rencana kerja Keberlanjutan Penerapan
Pengelolaan Kelapa Terpadu di
kelompok. Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
Littri 15(2): 91-99.
Mardiaknto. 1993. Penyuluhan
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Pembangunan Pertanian. Surakarta:
Terima kasih dan penghargaan yang Sebelas Maret University Press.
setinggi-tingginya penulis ucapkan kepada Nugroho, W. 2004. Sekolah Lapangan
Untuk Pemberdayaan Petani Kecil.
Fakultas Pertanian Universitas Galuh FIELD Indonesia. Jakarta.
yang telah mendanai penelitian ini. Begitu Sudjana. 2000. Statistika Untuk Ekonomi
dan Niaga. Bandung: Tarsito.
juga kepada seluruh responden yang Sugiyono (2015). Statistik Untuk
telah meluangkan waktu untuk dimintai Penelitian. CV. Bandung: Alfabeta.
Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar
datanya.
Komunikasi Pertanian. Jakarta:
Universitas Indonesia.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 565


Suprapto, T. dan Fahrianoor. 2004.
Komunikasi Penyuluhan dalam Teori
dan Praktek. Yogyakarta: Arti Bumi
Intaran.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 566


KECERDASAN KEWIRAUSAHAAN (ENTREPRENEURIAL INTELLEGENCE)
LULUSAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN SEBAGAI
PELAKU USAHATANI

Gema Wibawa Mukti, Elly Rasmikayati, Mahra Arari

Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran


Email: gema.wibawa@unpad.ac.id

ABSTRAK

Pertanian adalah sektor usaha yang sangat bergengsi, karena sangat berperan dalam
menyediakan bahan pangan bagi umat manusia. Namun rupanya hal ini tidak secara otomatis
menarik perhatian masyarakat terutama generasi usia muda untuk menekuni bidang usaha
pertanian, terutama lulusan Fakultas Pertanian. Generasi muda yang memilih berkarir di bidang
pertanian dituntut untuk memiliki kecerdasan kewirausahaan yang baik sehingga dia dapat melihat
suatu hambatan sebagai suatu tantangan yang positif. Tujuan penelitian adalah mengetahui
kecerdasan kewirausahaan dari lulusan Fakultas Pertanian yang memilih berkarir sebagai pelaku
usaha di bidang pertanian. Metode penelitian dalam kajian ini adalah desain kualitatif. Observasi
secara mendalam (Sugiyono, 2012) untuk melihat kecerdasan kewirausahaan yang dimiliki lulusan
Fakultas Pertanian yang bergerak di usaha agribisnis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lulusan
Fakultas Pertanian yang berusaha di bidang pertanian memiliki kecerdasan kewirausahaan seperti
(1) memiliki keberanian mengambil risiko, (2) mampu mengenali kelebihan atau potensi dirinya,
dimana mereka memiliki visi yang jelas dalam hidupnya, (3) memiliki kecerdasan emosi yang baik,
(4) Selalu berorientasi pada proses dan hasil, (5) Adaptif terhadap perubahan, yaitu selalu mau
belajar, berubah dan berkembang mengikuti perubahan pasar dan lingkungan, (6) Tidak pernah
berhenti untuk berinovasi dalam perjalanan usahanya, (7) Mampu senantiasa berkolaborasi
dengan pihak lain dan bekerjama secara positif satu sama lain sehingga semua pihak dapat
berkembang dan sukses secara bersama-sama, (8) Selalu membangun jaringan usaha
(silaturahmi) dengan mitra dan stakeholder yang terkait dengan usahanya, dan (9) Membiasakan
selalu memberikan manfaat kepada lingkungan sekitar, berbagi dan maju bersama sehingga selalu
memiliki semangat positif untuk sukses.

Kata kunci: Kewirausahaan, Kecerdasan Kewirausahaan, Bisnis, Pertanian, Kolaborasi

1. PENDAHULUAN tahun) lebih memilih sektor perdagangan


Sektor pertanian masih menjadi dan jasa dibandingkan dengan sektor
primadona bagi masyarakat Indonesia, pertanian. Masyarakat yang berusia diatas
dimana sebagian besar masyarakat masih 40 tahun biasanya masih memilih
mengandalkan pertanian sebagai mata pertanian sebagai mata pencaharian
pencaharian mereka. Data BPS (2015), utama mereka sehingga masih bertahan
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja sebagai petani.
di sektor pertanian menurun sebesar Pertanian adalah sektor usaha yang
3,13%, mengalami penurunan dari 38,97 sangat bergengsi, karena sangat berperan
juta orang menjadi 37,75 juta orang. dalam menyediakan bahan pangan bagi
Menurut Kementerian Pertanian (2015), umat manusia. Namun rupanya hal ini
penurunan ini merupakan sesuatu hal tidak secara otomatis menarik perhatian
yang wajar dan alamiah ketika sektor lain masyarakat terutama generasi usia muda
(non pertanian) mengalami kemajuan. untuk menekuni bidang usaha pertanian.
Masyarakat golongan usia muda (18-40

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 567


Generasi muda mulai asing dengan terima. Harapannya tulisan ini dapat
pertanian, terlihat dengan semakin memberikan gambaran atau juga inspirasi
berkurangnya anak muda yang bergerak bagi para lulusan lainnya bahwa pertanian
di bidang pertanian. Sembara (2009) adalah bidang usaha yang dapat
menjelaskan ada beberapa hal yang memberikan kepastian masa depan bagi
menyebabkan pertanian tidak menjadi para generasi muda lulusan Fakultas
bagian dari masa depan mereka, Pertanian Unpad.
diantaranya adalah: (1) masyarakat belum
mengenal pertanian secara spesifik, 2. METODE PENELITIAN
dimana masyarakat mengenal pertanian Metode penelitian dalam kajian ini
adalah hanya kegiatan bercocok tanam adalah desain kualitatif. Observasi secara
saja, (2) masih adanya stigma negatif mendalam (Sugiyono, 2012) untuk melihat
terhadap pertanian, sehingga orang tua kecerdasan kewirausahaan yang dimiliki
cenderung melarang anaknya untuk lulusan Fakultas Pertanian yang bergerak
menjadi seorang “petani”, (3) adanya di usaha agribisnis. Informan dalam
persepsi bahwa petani itu identik dengan penelitian ini adalah lulusan Fakultas
desa dan kemiskinan. Pertanian Unpadangkatan 2008-2012
Fakultas Pertanian Universitas (lulus tahun 2012-2016) yang memilih
Padjadjaran setiap tahunnya rata-rata untuk berwirausaha di bidang agribisnis
meluluskan 350-400 orang. Potensi ini setelah mereka lulus. Informan dalam
tentunya memberikan harapan yang besar penelitian ini adalah sebanyak 30 orang
bagi pertanian Indonesia pada umumnya alumni Fakultas Pertanian yang
dan Jawa Barat khususnya, bahwa berwirausaha di bidang agribisnis.
Sarjana Pertanian sebagai generasi Rancangan Analisis Data
penerus sektor pertanian semakin banyak menggunakan metode deskriptif, yaitu
secara kuantitas dan juga kualitas. untuk menjelaskan kecerdasan
Berdasarkan data Tracer Study Fakultas kewirausahaan yang dimiliki oleh lulusan
Pertanian UNPAD, rata-rata lulusan yang Fakultas Pertanian Universitas
berwirausaha dan bekerja di sektor Padjadjaran, sehingga mereka memilih
pertanian adalah sekitar 10-15% dari total untuk berwirausaha di bidang keilmuan
lulusan. mereka sendiri, yaitu di bidang pertanian.
Berdasarkan fakta diatas,
menarikuntuk melihat kecerdasan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kewirausahaan seperti apa yang mereka 3.1. KEWIRAUSAHAAN
miliki sehingga mereka memilih untuk Pertanian di Indonesia identik
berwirausaha di bidang agribisnis dengan dengan kemiskinan, perdesaan dan
segala risiko yang mungkin akan mereka ketinggalan zaman. Stigma tersebut

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 568


muncul di masyarakat sehingga minat terhadap proses atau usaha (tindakan),
masyarakat terhadap sektor pertanian memiliki motivasi tinggi untuk mewujudkan
semakin menurun. Petani secara umum mimpi atau tujuannya serta berani
masih berorientasi produksi, yaitu mengambil risiko dalam menjalani
memfokuskan usahanya dalam budidaya pilihannya tersebut.
tanaman, untuk kemudian mereka Seorang individu yang memiliki jiwa
menggantungkan harapan kepada kewirausahaan, pada umumnya memiliki
pedagang untuk membeli hasil panen sikap percaya diri akan kemampuannya,
mereka. Sebagian petani merupakan selalu berorientasi pada aktivitas usaha
petani subsisten, yaitu sistem pertanian untuk menghasilkan sesuatu, mandiri,
yang tujuan utamanya untuk memenuhi selalu memiliki inisiatif yang kuat terhadap
kebutuhan sendiri dan keluarganya, untuk sesuatu aktivitas dan mengedepankan
kemudian jika ada kelebihan dapat dijual kerja keras untuk mencapainya. Tuntutan
ke pihak lain. Sebagian petani memiliki kebutuhan hidup yang harus selalu
orientasi ke arah bisnis, senantiasa dipenuhi membuat wirausahawan selalu
berubah mengikuti pasar dan melakukan kreatif dan inovatif dalam menghadapi
kolaborasi dengan petani atau pelaku suatu permasalahan dalam hidupnya.
usaha lainnya sehingga usaha mereka Tindakannya tersebut tidak lepas
dapat bertahan dan bahkan berkembang. dari sikap seorang wirausahawan yang
Dalam perjalanannya, sikap selalu berorientasi pada masa depan,
kewirausahaan dalam kegiatan bisnis sehingga mereka selalu memiliki
pertanian saat ini tampaknya telah keinginan yang kuat untuk selalu lebih
menjadi suatu keniscayaan, di tengah baik dari sebelumnya.
segala perubahan yang serba cepat.
Gede Mekse (2016), menjelaskan bahwa 3.2. KECERDASAN KEWIRAUSAHAAN
SARJANA PERTANIAN UNPAD
kewirausahaan menjadi faktor penting
YANG BERUSAHATANI
bagi manusia karena tingkat kebutuhan
Kecerdasan Kewirausahaan atau
yang senantiasa meningkat dan
sering disebut Entrepreneurial
perubahan lingkungan yang terus terjadi.
Intellegence, adalah bagian dari konsep
Perubahan tersebut berlangsung di
manajemen diri, yaitu suatu proses
semua sendi kehidupan manusia,
dimana seseorang dapat mengatur
termasuk di sendi pertanian. Petani yang
kehidupannya, sehingga kehidupannya
dapat bertahan adalah petani yang
secara sosial, ekonomi dan emosional
mampu beradaptasi dengan perubahan
dapat tertata secara baik dan mampu
tersebut. Geofrey and Meredith (1996)
memberikan kebahagiaan kepada orang
menjelaskan bahwa wirausahawan adalah
yang menjalankannya.
orang-orang yang memiliki orientasi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 569


Kecerdasan seseorang dalam belakang, tingkat pendidikan, kondisi
kewirausahaan adalah pola pikir yang sosial ekonomi, prinsip diri dan lain
dimiliki seseorang dalam mengelola sebagainya. Apabila kita berbicara
dirinya untuk memilih suatu pekerjaan. tentang karir atau pekerjaan, tentu kita
Patton (1998) menjelaskan bahwa akan melihat latar belakang pendidikan
kecerdasan kewirausahaan adalah yang terakhir. Jika kita menyebut Sarjana
kecerdasan emosi di ”tempat kerja” untuk Pertanian, tentunya pikiran kita langsung
mencapai suatu tujuan, membangun mengarah pada orang-orang yang akan
suatu proses kerja yang produktif dan berusaha atau bekerja di bidang
meraih suatu keberhasilan dalam pertanian. Pandangan masyarakat
usahanya tersebut. Goleman (2009) terhadap pertanian di tahun 2017 ini
mengatakan bahwa kecerdasan masih belum banyak berubah dari
emosional dalam aspek kewirausahaan sebelumnya, dimana masyarakat masih
adalah bagaimana seseorang memotivasi memandang pertanian adalah bidang
dirinya sendiri sehingga dapat usaha yang berisiko tinggi, identik dengan
memperoleh keberhasilan dalam kegiatan kemiskinan, berkutat di subsistem on
kewirausahaannya tersebut. farm, menjadi orang desa dan
Konsep Kecerdasan Kewirausahaan pandangan- pandangan negatifnya
secara umum adalah dorongan serta terhadap pertanian.
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang Banfe (1991) menjelaskan bahwa
dalam memanfaatkan kreativitas dan mitos berwirausaha tidak memiliki prospek
kekuatan yang ada dalam dirinya untuk menjanjikan adalah sesuatu yang tidak
memulai suatu usaha atau bisnis atau benar dan di masa depan mitos seperti ini
kegiatan yang dapat memberikan nilai harus mulai dikikis, terutama di kalangan
ekonomi bagi dirinya. Kecerdasan Sarjana atau lulusan Perguruan Tinggi.
kewirausahaan adalah kemampuan Fakultas Pertanian Universitas
seseorang dalam mengenali potensi Padjadjaran, semenjak tahun 2008 hingga
dirinya, kemampuan dirinya, kelebihan saat ini mulai mendorong mahasiswa
serta kekurangan dirinya untuk kemudian untuk berwirausaha di bidang pertanian.
semua itu menjadi sumberdaya bagi Perubahan kurikulum terus dilakukan agar
dirinya untuk menjalankan suatu usaha. lulusan-lulusan Fakultas Pertanian
Manusia cenderung bergerak ke arah ”bersedia” untuk berwirausaha di bidang
kenyamanan diri, kebahagiaan dan Pertanian. Kajian utama dalam penelitian
kemudahan dalam hidup. Manusia secara ini adalah melihat kecerdasan
naluriah menghindari kesulitan dalam kewirausahaan lulusan-lulusan yang
hidup. Proses pemilihan karier berbisnis di bidang pertanian. Mereka
dipengaruhi banyak faktor, seperti latar pada umumnya memiliki karakteristik unik

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 570


yang berbeda dengan lulusan pada (2) Kecerdasan Emosional
umumnya, yaitu:
Tantangan seorang lulusan Fakultas
Pertanian ketika berniat untuk
(1) Mengenali Kelebihan Diri
bewirausaha, tidak hanya datang dari
Salah satu temuan menarik dalam
faktor eksternal, namun juga datang dari
penelitian ini adalah, lulusan yang memilih
faktor internal. Kemampuan menghadapi
agripreneurship sebagai pilihan hidup
”ketidakbiasaan” dari lingkungan dan juga
mereka adalah lulusan yang memiliki IPK
diri sendiri memperlihatkan kecerdasan
di bawah 3,25. Secara kemampuan
kewirausahaan dari seorang Sarjana
akademik, mereka tergolong pada
Pertanian. Beberapa kecerdasan
golongan mahasiswa yang tidak terlalu
kewirausahaan yang dimiliki adalah:
istimewa, namun rata-rata dari mereka
a. Memahami bahwa dirinya memiliki
aktif dalam kegiatan-kegiatan
hard skills yang berhubungan dengan
kemahasiswaan. Setelah lulus, mereka
pertanian, baik dari sisi onfarm
memahami bahwa dirinya lebih menyukai
maupun dari sisi off farm(pemasaran).
kegiatan-kegiatan yang berhubungan
Kemampuan tersebut menjadi modal
dengan aktivitas di lapangan yang
bagi dirinya untuk memulai
dinamis. Hal ini terkait dengan kebiasaan
usaha/bisnis pertanian.
mereka semasa mahasiswa yang selalu
b. Memahami bahwa bisnis pertanian
berhubungan dengan aktivitas-aktivitas
tidak hanya sebatas kegiatan
yang dinamis. Pemahaman diri menjadi
berkebun di lahan, namun bisnis di
sesuatu yang penting bagi seorang
semua subsistem agribisnis, mulai dari
lulusan Perguruan Tinggi dalam
penunjang, onfarm,off farm,
menghadapi dunia usaha atau dunia
Pemasaran dan pengolahan produk
kerja. Memahami kelebihan diri atau
pertanian.
potensi diri menjadi sesuatu yang harus
c. Memahami bahwa manusia pasti
dimiliki oleh lulusan Fakultas Pertanian,
membutuhkan pangan sebagai
agar mereka dapat memutuskan apa yang
kebutuhan utama untuk hidup. Mereka
akan mereka lakukan setelah lulus.
mampu melihat kondisi sekarang
Lulusan yang berwirausaha sangat
dimana petani semakin berkurang,
memahami bahwa dirinya memiliki
lahan pertanian semakin berkurang,
kompetensi dalam berwirausaha, berani
namun jumlah penduduk semakin
mengambil risiko usaha dan memiliki
meningkat. Seorang lulusan yang
keinginan untuk menentukan masa depan
memiliki jiwa Entrepreneur, melihat
mereka sendiri.
kondisi ini sebagai suatu peluang yang
sangat potensial untuk ditekuni.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 571


d. Melihat pandangan negatif masyarakat Keberanian mengambil keputusan
terhadap usaha di bidang pertanian untuk menjadi seorang pengusaha di
sebagai suatu tantangan positif untuk bidang pertanian merupakan suatu
membuktikan diri bahwa usaha di keberanian dalam mengambil risiko.
bidang pertanian adalah Seorang Sarjana Pertanian memahami
menguntungkan dan bisa memberikan bahwa bisnis pertanian adalah bisnis yang
penghidupan yang layak dan sangat tergantung kepada alam dan
menjanjikan di masa yang akan sangat dibatasi oleh waktu. Produk
datang. pertanian mudah rusak, sehingga dalam
e. Kebanggaan sebagai lulusan Fakultas penanganannya dibutuhkan effort yang
Pertanian yang aktif di organisasi yang lebih detail, sabar, tekun dan komitmen
berkaitan erat dengan pertanian, tinggi. Ketika misalnya ada kesalahan
mendorong mereka untuk kembali dalam proses pengiriman, maka produk
berkiprah di bidang yang sama setelah akan menurun kualitasnya dan harga jual
lulus. juga menurun.
f. Mahasiswa yang aktif selama kuliah, Banyaknya lulusan pertanian yang
baik di lembaga kemahasiswaan atau berkarir di luar bidang pertanian, bukan
di komunitas pertanian cenderung karena mereka tidak memahami
meneruskan kegiatannya tersebut ke pertanian, namun karena mereka sangat
jenjang yang lebih profesional memahami karakteristik produk pertanian,
dibandingkan dengan pada saat sehingga mereka memutuskan untuk
kuliah. berkarir di luar bidang pertanian. Lulusan
g. Pembuktian diri terhadap orang tua yang mengetahui kondisi tersebut, namun
untuk bisa berhasil di bidang pertanian mereka tetap mengambil keputusan untuk
mendorong Sarjana Pertanian untuk berusaha di bidang pertanian, tentunya
ber-agripreneurship memiliki keberanian dalam mengambil
h. Mampu memanfaatkan kemampuan risiko tersebut.
ber-komunikasi dalam bisnis pertanian
(4) Berorientasi Pada Proses dan Juga
yang mereka dapat di perkuliahan,
Hasil
yaitu mampu untuk menjalin
komunikasi secara baik dengan para Pada zaman informasi digital saat
alumni/komunitas yang lebih ini, manusia sangat mudah untuk
berpengalaman sehingga semangat mengakses suatu informasi yang
mereka untuk berbisnis di bidang dibutuhkan dengan sangat cepat. Kondisi
pertanian dapat terjaga dan terpupuk ini ternyata secara tidak langsung
dengan baik. mendorong terjadinya suatu perubahan
(3) Berani Mengambil Risiko sosial di masyarakat. Generasi muda saat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 572


ini cenderung untuk mendapatkan sesuatu yang memiliki kecerdasan kewirausahaan
secara cepat atau instan. Dalam berkarir, yang baik, tentunya akan memandang
baik sebagai wirausahawan atau sebagai proses ini sebagai bagian dari kehidupan
karyawan, kebiasaan instan ini sudah yang harus dilalui dengan sabar dan
menjadi suatu hal yang biasa bagi tekun.
generasi muda tersebut. Dalam
(5) Adaptif Terhadap Perubahan
berwirausaha, seorang calon pengusaha
tentunya harus sangat memahami bahwa Perubahan adalah suatu
diperlukan suatu proses berjenjang bagi keniscayaan yang harus dihadapi oleh
seseorang untuk memulai usaha hingga setiap manusia. Dalam aktivitas bisnis,
mencapai fase kesuksesan pada perubahan sudah tentu pasti terjadi.
waktunya nanti. Perubahan dalam bisnis diantaranya
Lulusan Fakultas Pertanian saat ini perubahan pasar, perubahan teknologi,
cenderung lebih memilih untuk menjadi perubahan supplier, perubahan model
karyawan karena akan cepat bisnis dan lain sebagainya. Seorang
mendapatkan hasil/gaji. Setelah mereka wirausahawan tentunya harus mampu
bekerja selama satu bulan, maka mereka beradaptasi terhadap segala perubahan
mendapatkan salary atas hasil kerja nya. yang terjadi jika mereka ingin usahanya
Lulusan yang memilih berwirausaha terus berkembang.
melihat bahwa uang adalah sangat Perubahan saat ini terasa sangat
penting, namun pengembangan diri di cepat apabila dibandingkan dengan 5-10
dalamnya juga penting. Dalam suatu start tahun yang lalu. Kemudahan akses
up bisnis, tidak ada jaminan bahwa bisnis informasi menjadi salah satu penyebab
tersebut akan langsung menghasilkan perubahan dalam dunia usaha sangat
profit bagi pelakunya. cepat. Konsumen modern sebagai
Hal ini tentunya menjadi suatu seorang manusia tentu akan selalu
tantangan tersendiri bagi para lulusan membutuhkan pangan, namun preferensi
Fakultas Pertanian, karena mereka harus atau pengetahuan konsumen tentang
mulai usaha dengan berproses tahap pangan yang aman dan berkualitas terus
demi tahap. Dalam bisnis, mereka harus berkembang. Konsumen mudah
merasakan bagaimana menjual, mengakses informasi mengenai pangan
memproduksi, berhubungan dengan yang aman dan ini menjadi kebutuhan
konsumen, supplier, menghadapi sekaligus gaya hidup konsumen saat ini.
lingkungan dan tantangan lainnya. Namun Sarjana Pertanian yang berbisnis produk-
ini proses yang mereka jalani untuk produk pertanian tentunya sangat
mencapai tujuan untuk meraih profit dan memahami kondisi seperti ini, sehingga
kesuksesan dalam bisnisnya. Lulusan mereka selalu menyesuaikan diri dengan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 573


perubahan-perubahan yang terjadi. yang mampu menciptakan perubahan
Kemampuan untuk beradaptasi ini besar dalam hubungan antara nilai guna
tentunya harus didukung oleh kecerdasan dan harga yang ditawarkan kepada
kewirausahaan yang baik, karena butuh konsumen. Dalam menjual produk
inisiatif, kemandirian yang kuat agar sayuran yang memiliki karakteristik yang
mampu mengikuti arus perubahan yang unik yaitu mudah rusak dan suatu produk
terjadi. yang biasa dimakan oleh masyarakat,
maka diperlukan suatu usaha yang
(6) Kreatif, Inovatif dan Kolaboratif
inovatif agar konsumen bersedia untuk
Seorang wirausahawan tentu akan membeli produk pertanian dengan
selalu berhadapan dengan berbagai perasaan senang dan membelinya
masalah, baik itu dalam pasar, produksi, dengan harga yang layak. Inovasi yang
komunikasi bisnis, jaringan, manajemen diberikan oleh seorangSarjana Pertanian
usaha dan lain sebagainya. Dalam adalah dengan menjual produk sayuran
menghadapinya, seorang wirausahawan yang berkualitas premium dengan harga
harus memiliki kemampuan untuk yang proporsional. Konsumen modern
mengelola diri dan lingkungannya saat ini tentu akan membeli produk yang
(sumberdaya) sehingga dapat menjawab menurut mereka berkualitas dan dapat
segala permasalahan yang ada. Kreatif memberikan manfaat untuk mereka.
adalah sifat atau kemampuan yang harus Produk sayuran dijual dengan konsep
dimiliki oleh seorang wirausahawan, langsung dari petani, berkualitas dan
karena di dalamnya terkandung proses segar. Informasi tersebut disampaikan
mental sehingga menghasilkan gagasan kepada konsumen melalui kemasan yang
atau suatu produk yang dibutuhkan oleh menarik dan informatif (inovatif) kepada
masyarakat (Gallagher, 2003). Proses konsumen,sehingga pembeli merasa
mental ini berkaitan dengan kemauan nyaman dan layak untuk membeli produk
seseorang untuk senantiasa belajar, tersebut. Para wirausahawan ini juga
mencoba dan mengambil risiko untuk menyadari bahwa, sumberdaya yang
gagal dalam menghasilkan suatu produk. mereka miliki sangat terbatas. Sewa lahan
Seorang Sarjana Pertanian yang yang mahal, harga tanah yang mahal dan
bergerak sebagai wirausahawan di bidang juga biaya investasi untuk berkebun yang
pertanian juga memiliki sifat inovatif. besar, mendorong mereka untuk
Fontana (2009), menjelaskan bahwa melakukan kolaborasi dengan petani,
inovasi adalah kesuksesan dalam bidang sehingga mereka tetap mendapatkan
ekonomi karena diperkenalkannya cara produk-produk pertanian untuk mereka
baru atau kombinasi baru dari cara-cara jual kepada konsumen modern di wilayah
lama untuk merubah input menjadi output perkotaan. Untuk lulusan yang melakukan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 574


usahatani, mereka juga melakukan memberikan penghidupan yang layak bagi
komunikasi dan kolaborasi dengan teman- mereka. Kecerdasan kewirausahaan yang
teman alumni yang bergerak di hilir. dimiliki oleh mereka diantaranya adalah
Pemahaman bahwa berbisnis (1) memiliki keberanian mengambil risiko,
memerlukan mitra dan lebih baik apabila (2) mampu mengenali kelebihan atau
mitra nyaadalah pihak yang sudah dikenal potensi dirinya, dimana mereka memiliki
atau dipercaya sangat dipahami oleh para visi yang jelas dalam hidupnya, (3)
lulusan tersebut. Kesamaan almamater memiliki kecerdasan emosi yang baik, (4)
dan nasib juga membuat kolaborasi Selalu berorientasi pada proses dan hasil,
mereka dapat berjalan dengan baik dan (5) Adaptif terhadap perubahan, yaitu
kerjasama bisnis yang mereka jalankan selalu mau belajar, berubah dan
didasarkan atas kepercayaan dan juga berkembang mengikuti perubahan pasar
keinginan untuk maju dan sukses dan lingkungan, (6) Tidak pernah berhenti
bersama. Perilaku ini menunjukkan untuk berinovasi dalam perjalanan
kecerdasan kewirausahaan yang dimiliki usahanya, (7) Mampu senantiasa
oleh para alumni atau lulusan Fakultas berkolaborasi dengan pihak lain dan
Pertanian sehingga mereka mampu bekerjama secara positif satu sama lain
berusaha, bertahan, berkembang dan sehingga semua pihak dapat berkembang
sukses bisnis di bidang pertanian. dan sukses secara bersama-sama, (8)
Selalu membangun jaringan usaha
4. SIMPULAN DAN SARAN (silaturahmi) dengan mitra dan
Berkarir di sektor pertanian, bagi stakeholder yang terkait dengan
sebagian masyarakat dianggap tidak usahanya, dan (9) Membiasakan selalu
menjanjikan dan identik dengan memberikan manfaat kepada lingkungan
kemiskinan. Ironisnya, lulusan Fakultas sekitar, berbagi dan maju bersama
Pertanian yang dianggap memiliki sehingga selalu memiliki semangat positif
kompetensi dalam bidang pertanian lebih untuk sukses.
memilih sektor pertanian sebagai pilihan
karir nya. Namun demikian, masih 5. DAFTAR PUSTAKA
terdapat sebagian kecil lulusan yang Banfe, C. 1991. Entrepreneur-from Zero to
memilih untuk berwirausaha agribisnis dan Hero. New York: Van Nostrand
menjadikannya sebagai pilihan hidup Reinhold.
mereka. Mereka memiliki kecerdasan Crow and Crow. 1973. An Outline of
kewirausahaan yang baik, sehingga Psicology (Terjemahan Z.Kazijan)
mereka dapat menjadikan segala hal Surabaya: PT Bina Ilmu
negatif tentang pertanian menjadi Fontana, A. 2009. Innovate We Can!.
How to create Value Through
tantangan dan peluang yang dapat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 575


Innovation in Your Organization and
Society. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Gallagher, Timothy J. dan Joseph D.


Andrew. 2003. Financial
Management: Principles and
Practice, Third Edition, Prentice Hall,
USA.
Gede Mekse Korri Arisena. 2016. Konsep
Kewirausahaan Pada Petani Melalui
Pendekatan Structural Equation
Model (SEM). Jurnal Agribisnis dan
Agrowisata, 5(1), Januari Tahun
2016.
Geoffrey, G. Meredith, et al. 1996.
Kewirausahaan Teori dan Praktek.
Jakarta: PT. Pustaka Binaman
Presindo
Goleman, D. 2009. Emotional
Intelligence. Kecerdasan Emosional
Mengapa EI Lebih Penting daripada
IQ. (Terjemahan T. Hermaya).
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Hurlock, Elizabeth. B. 1980. Psikologi
Perkembangan. Terjemahan
Istiwidayanti dan Soedjarwo. “Masa
Remaja”. Jakarta: Penerbit.
Erlangga. hlm. 205-240.
Patton, Parry. 1998. EQ – Kecerdasan
Emosional Membangun Hubungan;
Jalan Menuju Kebahagiaan dan
Kesejahteraan. Jakarta: PT. Pustaka
Delapratasa.
Sembara, R. 2009. Menurunnya Minat
Siswa dalam Studi Pertanian.
Melalui:http://www.repository.ipb.ac.i
d/.../PKM-GT09.Penurunan-Minat-
RayIPB.html [12/08/12].
Sugiyono. 2012.Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
Witherington, H. C. 1999. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 576


TREN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE NON PERTANIAN
“Faktor dan Alternatif Kebijakan“

Hendar Nuryaman

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi


Email: hendarnuryaman@unsil.ac.id

ABSTRAK

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian,


kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat. Kecenderungan
tersebut menyebabkan alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari. Secara umum penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui: (1) faktor-faktor yang menjadi pendorong alih fungsi lahan pertanian
ke non pertanian baik secara internal maupun eksternal, dan (2) Alternatif kebijakan dalam rangka
pengendalian alih fungsi lahan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskripitif kualitatif
dengan menggunakan teori yang sudah ada. Hasil analisis menyimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan teridiri dari faktor internal dan eksternal, faktor internal
lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna
lahan dan faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan
perkotaan, demografi maupun ekonomi. Alternatif kebijakan untuk pengendalian alih fungsi lahan
yaitu dengan melaksanakan aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun
daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian yang sesuai dengan spesifik
lokasi.

Kata Kunci : Alih fungsi, Faktor, Kebijakan

1. PENDAHULUAN bertumpu pada sektor pertanian, namun


Sektor pertanian telah memberikan juga di negara maju untuk menghindari
sumbangan besar dalam pembangunan ketergantungan terhadap impor produk
nasional, seperti peningkatan ketahanan pertanian. Dalam prosesnya, alih fungsi
nasional, penyerapan tenaga kerja, lahan pertanian senantiasa berkaitan erat
peningkatan pendapatan masyarakat, dengan ekspansi atau perluasan kawasan
peningkatan Pendapatan Domestik perkotaan.
Regional Bruto (PDRB), perolehan devisa Beberapa kasus menunjukkan jika
melalui ekspor-impor dan penekanan di suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan,
inflasi. maka dalam waktu yang tidak lama lahan
Seiring dengan peningkatan jumlah di sekitarnya juga beralih fungsi secara
penduduk dan perkembangan struktur progresif. Menurut Irawan (2005), hal
perekonomian, kebutuhan lahan untuk tersebut disebabkan oleh dua faktor.
kegiatan nonpertanian cenderung terus Pertama, sejalan dengan pembangunan
meningkat. Kecenderungan tersebut kawasan perumahan atau industri di
menyebabkan alih fungsi lahan pertanian suatu lokasi alih fungsi lahan, maka
sulit dihindari. Rhina dan Susi (2012), aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi
menyatakan Alih fungsi lahan pertanian semakin kondusif untuk pengembangan
telah menjadi isu global tidak hanya di industri dan pemukiman yang akhirnya
Negara berkembang yang masih mendorong meningkatnya permintaan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 577


lahan oleh investor lain atau spekulan bahwa keadaan sosial, ekonomi, dan
tanah sehingga harga lahan di sekitarnya kebijakan pemerintah dalam membuat
meningkat. Kedua, peningkatan harga aturan pembangunan suatu sektor atau
lahan selanjutnya dapat merangsang pembangunan nasional dapat
petani lain di sekitarnya untuk menjual mengakibatkan perubahan penggunaan
lahan. Wibowo (1996), menambahkan lahan.
bahwa pelaku pembelian tanah biasanya Kasus alih fungsi lahan pertanian di
bukan penduduk setempat, sehingga daerah dengan produktivitas rendah
mengakibatkan terbentuknya lahan-lahan tidaklah terlalu mengancam produksi
guntai yang secara umum rentan pangan. Namun ketika alih fungsi lahan
terhadap proses alih fungsi lahan. pertanian menjadi kawasan non pertanian
Secara empiris lahan pertanian terjadi di lahan beririgasi dengan
yang paling rentan terhadap alih fungsi produktivitas tinggi maka hal ini
adalah sawah. Hal tersebut disebabkan merupakan ancaman bagi ketersediaan
oleh : (1) kepadatan penduduk di pangan khususnya bahan makanan
pedesaan yang mempunyai pokok penduduk (beras), Rhina dan Susi
agroekosistem dominan sawah pada (2012).
umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan Berdasarkan uraian diatas, pada
agroekosistem lahan kering, sehingga tulisan ini ingin dipelajari faktor-faktor apa
tekanan penduduk atas lahan juga lebih yang menjadi pendorong alih fungsi lahan
tinggi; (2) daerah pesawahan banyak pertanian ke non pertanian baik secara
yang lokasinya berdekatan dengan internal maupun eksternal serta alternatif
daerah perkotaan; (3) akibat pola kebijakan dalam rangka pengendalian alih
pembangunan di masa sebelumnya, fungsi lahan. Akan tetapi dalam hal ini
infrastruktur wilayah pesawahan pada penulis tidak membahas mengenai
umumnya lebih baik dari pada wilayah dampak yang ditimbulkan dari adanya alih
lahan kering; dan (4) pembangunan fungsi lahan tersebut.
prasarana dan sarana pemukiman,
kawasan industri, dan sebagainya 2. METODE PENELITIAN
cenderung berlangsung cepat di wilayah Pendekatan penelitian yang
bertopografi datar, dimana pada wilayah digunakan adalah deskripitif kualitatif
dengan topografi seperti itu (terutama di dengan menggunakan teori-teori dan
Pulau Jawa) ekosistem pertaniannya hasil kajian yang sudah ada, data yang
dominan areal persawahan (Iqbal dan digunakan adalah data sekunder dari
Sumaryanto, 2007). beberapa tulisan yang mengupas
Menurut PUSPIJAK (2012) mengenai alih fungsi lahan, studi
beberapa penelitian menyimpulkan kepustakaan yaitu dilakukan dengan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 578


mengkaji beberapa literatur yang memilih bekerja di bidang industri dan
mendukung penelitian ini. Sekaran perkantoran daripada bekerja di bidang
(2010), mendefinisikan literature review pertanian. Hal ini menyebabkan daerah
sebagai tahapan proses yang didalamnya perdesaan yang bergerak di bidang
terdiri dari identifikasi terhadap hasil kerja pertanian kekurangan tenaga kerja
baik yang dipublikasikan maupun tidak produktif, karena ditinggal ke kota. Selain
dari berbagai sumber data sekunder, itu, semakin meningkatnya biaya
melakukan evaluasi terhadap hasil kerja operasional dalam pengolahan lahan
tersebut dalam kaitannya dengan pertanian juga menyebabkan para petani
masalah, dan yang terakhir mengalami kerugian, sehingga mereka
mendokumentasikan hasil. lebih memilih untuk beralih profesi dan
menjual lahan pertaniannya sehingga
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
beralih fungsi menjadi lahan non
3.1. Faktor-faktor Pendorong Alih
pertanian.
Fungsi Lahan
3.1.2. Faktor Eksternal
Alih fungsi lahan merupakan
Faktor eksternal atau faktor dari luar
perubahan untuk penggunaan lain yang
merupakan faktor yang disebabkan oleh
disebabkan oleh faktor-faktor yang secara
adanya dinamika pertumbuhan
garis besar meliputi keperluan untuk
perkotaan, demografi maupun ekonomi.
memenuhi kebutuhan penduduk yang
Dimana dalam hal ini yang dimaksud ke
semakin bertambah jumlahnya, dan
dalam faktor-faktor tersebut: (a)
meningkatnya tuntutan akan mutu
Pertumbuhan perkotaan yang dimaksud
kehidupan yang lebih baik. Alih fungsi
adalah semakin padatnya daerah
lahan disebabkan oleh beberapa faktor
perkotaan maka akan terjadi ekspansi ke
diantaranya :
daerah pinggiran ataupun belakang kota.
3.1.1. Faktor Internal
Pedesaan sebagai daerah belakang kota
Faktor internal adalah faktor dari
yang memasok kebutuhan pangan kota
dalam, faktor ini lebih melihat sisi yang
akan mulai terdesak dan tergerus akibat
disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi
pertumbuhan dan perkembangan kota
rumah tangga pertanian pengguna lahan.
yang semakin pesat, sehingga lahan-
Karakteristik petani yang mencangkup
lahan produktif pertanian yang berada di
umur, tingkat pendidikan, jumlah
desa akan berubah fungsi menjadi
tanggungan keluarga, luas lahan yang
sebagai lahan permukiman ataupun
dimiliki dan tingkat ketergantungan
industri, (b) Demografi atau
terhadap lahan.
kependudukan yang dimaksud disini
Di zaman yang semakin modern ini
adalah semakin meningkatnya
tidak dipungkiri para generasi muda lebih
pertumbuhan dan jumlah penduduk yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 579


menyebabkan semakin meningkatnya pertanian menjadi semakin banyak dan
permintaan akan lahan yang akan maraknya lahan yang terkonversi.
digunakan sebagai perumahan atau Selain ketiga faktor di atas, ada
tempat tinggal. Pesatnya pembangunan beberapa faktor lain lagi yang
dianggap sebagai salah satu penyebab menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan
menurunnya pertumbuhan produksi hasil pertanian, diantaranya:
pertanian khususnya produksi padi, (c) 1. Faktor kependudukan
Faktor ekonomi merupakan faktor Pesatnya peningkatan jumlah
semakin meningkatnya kebutuhan akan penduduk telah meningkatkan permintaan
lahan di bidang ekonomi baik itu tanah untuk perumahan, jasa, industri dan
digunakan sebagai kegiatan pariwisata fasilitas umum lainnya.
maupun perdagangan. Selain itu, tekanan 2. Kebutuhan lahan untuk non pertanian
ekonomi pada saat krisis ekonomi juga Kebutuhan lahan untuk kegiatan
dapat menyebabkan terjadinya alih fungsi non pertanian antara lain pembangunan
lahan. Hal tersebut menyebabkan banyak real estate, kawasan industri, kawasan
petani menjual asetnya baik itu berupa perdagangan dan jasa-jasa lainnya yang
ladang, kebun maupun sawah untuk memerlukan lahan yang luas, sebagian
memenuhi kebutuhan hidupnya yang diantaranya berasal dari lahan pertanian
berdampak meningkatkan alih fungsi yang masih dikategorikan produktif
lahan sawah dan makin meningkatkan termasuk sawah.
penguasaan lahan pada pihak-pihak 3. Faktor ekonomi
pemilik modal atau investor. Faktor ekonomi lebih didasarkan
3.1.3. Faktor Kebijakan karena tingginya nilai sewa tanah (land
Faktor kebijakan berkaitan dengan rent) yang diperoleh dari aktivitas sektor
aspek peraturan (regulasi) yang non pertanian dibandingkan sektor
dikeluarkan oleh pemerintah pusat pertanian.
maupun daerah yang berkaitan dengan 4. Faktor sosial budaya
perubahan fungsi lahan pertanian. Faktor sosial budaya yang berkaitan
Kelemahan pada aspek regulasi itu dengan adanya alih fungsi lahan antara
sendiri terutama terkait dengan masalah lain keberadaan hukum waris yang
kekuatan hukum, sanksi pelanggaran dan menyebabkan terfragmentasinya lahan
akurasi objek lahan yang dilarang pertanian, sehingga tidak memenuhi
dikonversi. Selain itu, kurangnya aksi batas minimum skala ekonomi usaha
nyata (hanya wacana semata) dan tidak yang menguntungkan.
jelasnya langkah pemerintah dalam 5. Lemahnya fungsi kontrol dan
meminimalisir kegiatan yang pemberlakuan peraturan oleh lembaga
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan terkait.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 580


6. Otonomi daerah khususnya sawah (wetland), yaitu
Otonomi daerah yang melalui: (1) regulation; (2) acquisition and
mengutamakan pembangunan pada management; dan (3) incentive and
sektor menjanjikan keuntungan jangka charge.
pendek lebih tinggi guna meningkatkan (1)Regulation
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang Melalui pendekatan ini pengambil
kurang memperhatikan kepentingan kebijakan perlu menetapkan sejumlah
jangka panjang dan kepentingan nasional aturan dalam pemanfaatan lahan yang
yang sebenarnya penting bagi ada. Berdasarkan berbagai pertimbangan
masyarakat secara keseluruhan. teknis, ekonomis dan sosial, pengambil
7. Kurangnya minat generasi muda di kebijakan bisa melakukan pewilayahan
bidang pertanian (zonasi) terhadap lahan yang ada serta
Beberapa golongan masyarakat kemungkinan bagi proses alih fungsi.
menganggap bahwa sektor pertanian Selain itu, perlu mekanisme perizinan
adalah sektor minim penghasilan dan yang jelas dan transparan dengan
berada dikelas bawah untuk golongan melibatkan semua pemangku
pekerjaan, bahkan tidak jarang kepentingan yang ada dalam proses alih
masyarakat Indonesia menganggap fungsi lahan.
petani hanyalah untuk mereka yang tidak Dalam tatanan praktisnya, pola ini telah
ambil bagian dibidang pendidikan. diterapkan pemerintah melalui penetapan
Rencana Tata Ruang Wilayah dan
3.2. Strategi Pengendalian Alih Fungsi
pembentukan Tim Sembilan di tingkat
Lahan Pertanian
kabupaten dalam proses alih fungsi
Penyebab terjadinya alih fungsi
lahan. Sayangnya, pelaksanaan di
lahan pertanian bisa dikatakan bersifat
lapangan belum sepenuhnya konsisten
multidimensi. Oleh karena itu, upaya
menerapkan aturan yang ada.
pengendaliannya tidak mungkin hanya
(2)Acquisition and Management
dilakukan melalui satu pendekatan saja.
Melalui pendekatan ini pihak terkait
Hal tersebut mengingat lahan yang ada
perlu menyempurnakan sistem dan
mempunyai nilai yang berbeda, baik
aturan jual beli lahan serta
ditinjau dari segi jasa (service) yang
penyempurnaan pola penguasaan lahan
dihasilkan maupun beragam fungsi yang
(land tenure system) yang ada guna
melekat di dalamnya. Sehubungan
mendukung upaya kearah
dengan hal tersebut, Pearce and Turner
mempertahankan keberadaan lahan
(1990) merekomendasikan tiga
pertanian.
pendekatan secara bersamaan dalam
kasus pengendalian alih fungsi lahan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 581


(3)Incentive and Charges 4. SIMPULAN DAN SARAN
Pemberian subsidi kepada para 4.1. Simpulan
petani yang dapat meningkatkan kualitas Faktor-faktor yang mendorong
lahan yang mereka miliki, serta terjadinya alih fungsi lahan terbagi ke
penerapan pajak yang menarik bagi yang dalam dua bagian, yaitu: (1) Faktor
mempertahankan keberadaan lahan Internal, faktor ini lebih melihat sisi yang
pertanian, merupakan bentuk pendekatan disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi
lain yang disarankan dalam upaya rumah tangga pertanian pengguna lahan.
pencegahan alih fungsi lahan pertanian. Dimana didalamnya karakteristik petani
Selain itu, pengembangan prasarana yang mencangkup umur, tingkat
yang ada lebih diarahkan untuk pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,
mendukung pengembangan kegiatan luas lahan yang dimiliki dan tingkat
budidaya pertanian berikut sertaan ketergantungan terhadap lahan. (2)
usahanya. Faktor Eksternal, Merupakan faktor yang
Mengingat selama ini penerapan disebabkan oleh adanya adanya dinamika
perundang-undangan dan peraturan pertumbuhan perkotaan, demografi
pengendalian alih fungsi lahan kurang maupun ekonomi.
berjalan efektif, serta berpijak pada acuan Adapun alternatif kebijakan untuk
pendekatan pengendalian sebagaimana pengendalian alih fungsi lahan yaitu
dikemukakan di atas, maka perlu dengan melaksanakan aspek regulasi
diwujudkan suatu kebijakan alternatif. yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat
Kebijakan alternatif tersebut diharapkan maupun daerah yang berkaitan dengan
mampu memecahkan kebuntuan perubahan fungsi lahan pertanian yang
pengendalian alih fungsi lahan sesuai dengan spesifik lokasi. Adapun
sebelumnya. Adapun komponennya komponennya antara lain instrumen
antara lain instrumen hukum dan hukum dan ekonomi, zonasi dan inisiatif
ekonomi, zonasi dan inisiatif masyarakat. masyarakat.
Instrumen hukum meliputi 4.2. Saran
penerapan perundang-undangan dan Adapun saran yang dapat diberikan
peraturan yang mengatur mekanisme alih dalam tulisan ini adalah : (1) Pemerintah
fungsi lahan. Sementara itu, instrumen hendaknya lebih serius menanggapi
ekonomi mencakup insentif, disinsentif, permasalahan terkait alih fungsi lahan,
dan kompensasi. Pelibatan masyarakat utamanya dalam menetepkan suatu
seyogyanya tidak hanya terpaut pada kebijakan dan aturan perundang-
fenomena di atas, namun mencakup undangan, (2) Masyarakat hendaknya
segenap lapisan pemangku kepentingan. menyadari pentingnya lahan pertanian
untuk memenuhi kebutuhan pangan.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 582


5. DAFTAR PUSTAKA

Iqbal M. dan Sumaryanto. 2007. Strategi


Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Pertanian Bertumpu Pada
Partisipasi Masyarakat. Analisis
Kebijakan Pertanian. Volume 5 No.
2, Juni 2007 : 167-182
Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah :
Potensi Dampak, Pola
Pemanfaatannya, dan Faktor
Determinan. Forum Penelitian Agro
Ekonomi Volume 23, Nomor 1, Juni
2005. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Bogor.
Pearce, D.W. dan R.K. Turner. 1990.
Economics of Natural Resources
Environment. Harvester
Wheatsheaf. London.
Pusat Penelitian Dan Pengembagan
Perubahan Iklim Dan Kebijakan
(PUSPIJAK) Dan Forest carbon
partnership facility (FCPF). 2012.
Analisis Time Series Faktor-faktor
Sosial Ekonomi dan Kebijakan
terhadap Perubahan Penggunaan
Lahan Analisis Time Series Faktor-
faktor Sosial Ekonomi dan
Kebijakan terhadap Perubahan
Penggunaan Lahan. PUSPIJAK.
Bogor.
Rhina U.F dan Susi W. 2012. Tren Alih
Fungsi Lahan Pertanian Di
Kabupaten Klaten. Jurnal SEPA :
Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 : 51 –
182 ISSN : 1829-9946
Sekaran, Uma (2010). Research method
for business: A skill building
approach, 4th edition, John Wiley &
Sons.
Wibowo, S.C. 1996. Analisis Pola
Konversi Sawah Serta Dampaknya
Terhadap Produksi Beras : Studi
Kasus di Jawa Timur. Jurusan
Tanah, Fakultas Pertanian, IPB.
Bogor.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 583


REVITALISASI AGRIBISNIS KELAPA UNTUK KESEJAHTERAAN PETANI

I Ketut Ardana

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan


Jl. Tentara Pelajar No. 1 Bogor 16111, Telp. (0251) 8313083
Email: ardana_1992@yahoo.com

ABSTRAK

Pada tahun 2016 Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (HIPKI) mengusulkan kepada
pemerintah untuk menyusun tata niaga dengan menerbitkan pelarangan ekspor kelapa, dengan
justifikasi bahwa komoditas ini semakin langka dan berpotensi mematikan industri kelapa olahan
domestik. Isu tersebut telah menjadi perhatian berbagai pemangku kepentingan. Diperlukan telaah
yang obyektif dan bijak untuk merumuskan kebijakan sebagai solusi masalah perkelapaan
nasional, demi kesejahteraan petani. Telah dilakukan penelitian untuk merumuskan rekomendasi
kebijakan dengan mencermati titik kritis sistem agribisnis kelapa. Penelitian ini menggunakan data
primer yang dikumpulkan melalui wawancara dengan pemangku kepentingan dan focus group
discussion, serta data sekunder dari lembaga terkait, kemudian dianalisis dengan tabulasi silang
dan diinterpretasi secara deskriptif. Berdasarkan hasil telaah titik kritis di level on farm, off farm dan
rantai nilai, direkomendasikan kebijakan revitalisasi agribisnis kelapa untuk kesejahteraan petani
sebagai berikut: (1) dalam jangka pendek, perbaikan tata kelola rantai nilai terutama pada mata
rantai pasar kelapa butiran (pedagang pengumpul-petani), melalui penentuan harga kelapa di
tingkat petani (HPP) secara berkala, mempertimbangkan secara seimbang biaya pokok produksi
dan harga produk kelapa di pasar acuan (harga CNO Rotterdam), dengan nilai nominal yang
bersaing dengan harga beli oleh pembeli dari luar negeri, (2) dalam jangka menengah, di level on
farm perlu dilakukan gerakan peremajaan 468 ribu hektar kebun kelapa tidak produktif dengan
sistem tebang bertahap disertai introduksi cash crop, dan di level off farm perlu gerakan untuk
mendorong berkembangnya industri kecil pengolah air kelapa dan sabut kelapa yang selama ini
sebagian besar menjadi limbah, untuk memproduksi produk bernilai ekonomi, dan (3) tidak
menerbitkan kebijakan pelarangan ekspor kelapa.

Kata kunci: bahan baku, kelapa butiran, rantai nilai, kebijakan agribisnis

1. PENDAHULUAN Di sisi lain, industri pengolahan


Devitalisasi agribisnis kelapa terjadi kelapa nasional relatif tidak berkembang,
selama 30 tahun, seiring pesatnya terutama dalam kreasi produk turunan
perkembangan agribisnis kelapa sawit di yang bernilai ekonomi tinggi. Untuk kasus
Indonesia. Selama tiga dekade tersebut pasar kelapa butiran, ada indikasi industri
telah terjadi konversi lahan perkebunan pengolahan kelapa domestik tidak mampu
kelapa, sebagian besar beralih menjadi bersaing dengan pembeli dari pasar luar
perkebunan kelapa sawit. Selama lima negeri, sehingga pelaku industri domestik
tahun terakhir penurunan luas areal mengeluh kekurangan bahan baku.
kelapa masih terus terjadi dari 3,77 juta ha Himpunan Industri Pengolahan
pada tahun 2011 menjadi 3,62 juta ha Kelapa Indonesia (HIPKI) mengusulkan
pada 2015. Sejalan dengan penyusutan kepada pemerintah untuk menyusun tata
lahan, produksi pun terus menurun dari niaga dengan menerbitkan pelarangan
3,17 juta ton pada 2011 menjadi 3,03 juta ekspor kelapa, dengan justifikasi bahwa
ton pada 2015 (PUSDATIN, 2016). komoditas ini semakin langka dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 584


berpotensi mematikan industri kelapa 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
olahan domestik. Isu tersebut telah 3.1. Gambaran Umum Neraca Kelapa
Nasional
menjadi perhatian berbagai pemangku
Berdasarkan data statistik
kepentingan. Diperlukan telaah yang
perkebunan, total areal kelapa pada tahun
obyektif dan bijak untuk merumuskan
2016 seluas 3,6 juta ha, dengan
kebijakan sebagai solusi masalah
produktivitas nasional hanya 1,1 ton
perkelapaan nasional, karena agribisnis
kopra/ha/tahun, jauh di bawah potensi
merupakan proses yang terintegrasi
produksi kelapa unggul yang bisa
antara pertanian, industri, dan jasa
mencapai > 2,8 ton kopra/ha/tahun.
(Saragih, 2001 dalam Damanik, 2007).
Proporsi tanaman kelapa tua dan tidak
Hasil telaah titik kritis sistem agribisnis
produktif cukup tinggi (13%) setara
kelapa diharapkan dijadikan bahan
dengan 468 ribu ha.
pertimbangan bagi pengambil kebijakan
Produktivitas perkebunan kelapa
dalam merumuskan solusi yang efektif
Indonesia selama lima tahun terakhir
dan berkeadilan untuk kesejahteraan
relatif tidak mengalami peningkatan,
petani dan memajukan industri
bahkan cenderung menurun. Produktivitas
pengolahan kelapa.
rata-rata perkebunan rakyat, swasta, dan
perkebunan besar pada tahun 2011
2. METODE PENELITIAN
mencapai 1,15 ton/ha, dan turun menjadi
Penelitian ini dilakukan pada bulan
1,13 ton/ha pada tahun 2015. Anomali
April 2016 sampai dengan Maret 2017.
iklim el-nino panjang yang terjadi pada
Data yang digunakan terdiri atas data
tahun 2015 berdampak terhadap
primer dan data sekunder. Data primer
penurunan produksi kelapa tahun 2016
dikumpulkan melalui wawancara dengan
sebesar 30-50, diprediksi produktivitas
pemangku kepentingan, antara lain:
kelapa pada tahun 2017 belum
asosiasi petani kelapa dan pedagang
sepenuhnya pulih (Balit Palma, 2016).
pengumpul dari daerah sentra produksi
Penurunan produktivitas kelapa nasional
Riau, Sumatera Selatan, dan Sulawesi
berpengaruh terhadap pasokan kelapa,
Utara. Pengumpulan data primer juga
baik di pasar domestik maupun pasar
dilakukan melalui pertemuan focus group
internasional, karena Indonesia
discussion melibatkan pelaku industri
merupakan salah satu eksportir utama
pengolahan, peneliti, lembaga pemerintah
kelapa dunia. Penurunan jumlah pasokan
pusat dan daerah terkait. Data sekunder
memicu persaingan harga kelapa butiran
dikumpulkan melalui studi referensi. Data
antara industri domestik dengan pasar
primer dan sekunder yang telah terkumpul
ekspor. Dalam konteks pasar bebas, daya
dianalisis dengan tabulasi silang dan
saing industri menentukan capaian baik
diinterpretasi secara deskriptif.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 585


dalam perolehan bahan baku maupun karbon aktif berbasis kelapa. Indonesia
penjualan produk hasil industri. belum berperan dalam ekspor sabut dan
Kebutuhan total kelapa nasional, air kelapa. Ekspor sabut kelapa masih
mencapai 14-17 miliar butir per tahun. didominasi oleh India dan Sri Lanka,
Kebutuhan industri paling besar yaitu sementara eksportir air kelapa dunia
sekitar 9,6 miliar butir per tahun, sisanya adalah Philipina.
sebanyak 1,53 miliar butir dikonsumsi Ekspor kelapa pada 2015 naik 4,4%
langsung oleh masyarakat dan 3,5 miliar di dibanding tahun 2014 menjadi 1,73 juta
butir diekspor. Sementara rata-rata total ton, dengan nilai ekspor US$ 1,14 juta.
produksi per tahun sebanyak 12,9 miliar Ekspor terdiri atas ekspor kelapa mentah
butir. Dengan demikian, setiap tahun yang tumbuh 14,94% menjadi 640.962,1
terjadi defisit neraca kelapa nasional ton. Sebaliknya, ekspor kelapa olahan
sebesar 1,7 miliar butir, dan pada tahun mengalami penurunan 0,87% menjadi
2016 diperparah oleh terjadinya el-nino 1,09 juta ton (Balit Palma, 2016).
tahun 2015 yang menyebabkan
penurunan produksi 30-50% (Balit Palma, 3.3. Kesejahteraan Petani di Daerah
2016), sehingga defisit meningkat menjadi Pengembangan Kelapa

lebih dari 5 miliar butir. Sampai saat ini kesejahteraan


petani diukur dengan indikator nilai tukar
3.2. Posisi Indonesia di Pasar Kelapa petani (NTP). NTP merupakan
Dunia perbandingan antara Indeks harga yg
Produk utama dari kelapa di pasar diterima petani (It) dengan Indeks harga
dunia adalah CNO (Crude coconut oil). yang dibayar petani (Ib) (Badan Pusat
Pasar CNO dunia didominasi oleh Statistik, 2017), dan untuk subsektor
Indonesia dan Philipina dengan pangsa perkebunan digunakan indikator Nilai
pasar 82%. Selain CNO, produk kelapa Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR).
yang juga diminati konsumen karena NTPR tahun 2015 di sembilan
manfaat kesehatan adalah VCO (virgin provinsi yang areal perkebunannya
coconut oil) dan gula kelapa, sehingga didominasi oleh areal kelapa sebagian
kedua produk tersebut menunjukkan trend besar di bawah 100 (NTPR<100), dan
peningkatan permintaan di pasar dunia. lebih kecil dibanding NTP, kecuali provinsi
Indonesia juga merupakan pengekspor Sulawesi Barat dan DI Yogyakarta (Tabel
desiccated coconut terbesar dunia setelah 1). Indikator tersebut menunjukkan bahwa
Philipina. Indonesia bersama-sama petani di daerah tersebut relatif kurang
dengan empat negara lain (Philipina, sejahtera, karena indek harga produksi
Malaysia, Sri Lanka, Thailand, dan India) lebih kecil dari pada harga konsumsinya,
merupakan negara penyuplai utama dan kontribusi subsektor perkebunan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 586


terhadap kesejahteraan di daerah tersebut (2) Penyediaan benih unggul dan
lebih kecil dari pada subsektor lainnya. teknologi pendukung, dan (3) Skim

Tabel 1. NTP dan NTPR Daerah dengan


pembiayaan peremajaan kelapa dengan
Dominasi Areal Perkebunan tenggang waktu pengembalian sesuai
Kelapa
masa tanaman belum menghasilkan
AREAL
PROVINSI KELAPA % AREAL NTPR NTP (TBM).
(000 Ha) KELAPA 2015 2015
Peremajaan kelapa sistem tebang
NTB 63.94 80.37 94.36 104.2
Maluku Utara 214.15 80.17 95.16 100.8 bertahap meminimalisir kehilangan
Sulawesi Utara 278.46 73.46 88.36 98.61
Sulawesi Barat 72.99 70.47 112.14 99.55
sumber pendapatan usahatani selama
Bali 72.75 57.76 99.97 104.77 proses penebangan dan penanaman
DI Yogyakarta 286.03 54.99 113.52 101.15
Maluku 108.56 54.89 93.18 104.36 kembali kelapa. Pengusahaan tanaman
NTT 132.05 48.56 96.07 103.66 sela di areal peremajaan kelapa selain
Jawa Barat 176.78 39.84 96.19 98.17
Sumber: Badan Pusat Statistik (2016) dan memberikan penghasilan bagi petani
Pusdatin (2016)
selama masa TBM, juga memberikan
tambahan penghasilan setelah tanaman
3.4. Titik Kritis Agribisnis Kelapa
kelapa berproduksi, karena selain
Indonesia
tambahan penerimaan dari hasil tanaman
Berdasarkan hasil telaah sistem sela, juga memberi dampak perbaikan
agribisnis kelapa, teridentifikasi titik kritis pertumbuhan dan produksi kelapa itu
yang dapat dijadikan titik tolak untuk sendiri. Ismail dan Mamat (2013)
melakukan revitalisasi agribisnis kelapa menyatakan bahwa integrasi kelapa
tanpa kebijakan pelarangan ekspor dengan ubi kayu berpotensi meningkatkan
kelapa. hasil kelapa 31-47%. Lebih lanjut hasil
Pada level on farm, areal kelapa tua penelitian Ismail dan Mamat (2016)
dan tidak produktif seluas 468 ribu ha menyatakan bawa integrasi kelapa dan
perlu diremajakan. Sejauh ini peremajaan serai memberi peningkatan hasil kelapa
kelapa tidak berjalan, karena petani bulanan sebanyak 47%, dan integrasi
enggan kehilangan penghasilan bulanan kelapa dan tebu kuning memberi
yang diperoleh dari hasil panen kelapa, peningkatan hasil bulanan kelapa
meskipun produktivitasnya sudah jauh di sebanyak 46,28%. Peningkatan
bawah produktivitas potensial. pendapatan dari diversifikasi dengan
Pertimbangan lain yang memberatkan tanaman atau ternak dapat mencapai 3-4
petani adalah kebutuhan investasi untuk lipat dari usaha kelapa monokultur
penebangan dan penanaman kembali. (Manggabarani, 2006; Endrizal dan
Dukungan yang dibutuhkan adalah: (1) Bobihoe, 2006; Kindangen dan Layuk,
Gerakan peremajaan kelapa sistem 2015). Rachmat (2013) juga menekankan
tebang bertahap dan introduksi cash crop, pentingnya pendekatan pengembangan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 587


usahatani terpadu. Hal yang perlu menjadi untuk mendorong berkembangnya industri
catatan adalah pendapat Kasryno dan kecil pengolah air kelapa dan sabut
Soeparno (2012) bahwa keberhasilan kelapa. Industri pengolahan dapat
sistem usahatani lahan kering sangat membangun kemitraan dengan petani
ditentukan oleh pengelolaan terintegrasi untuk mengembangkan industri
lahan, air, tanaman, ternak, dan hara pengolahan skala rumah tangga dan
tanaman. menjamin pasar produk yang dihasilkan.
Badan Litbang Pertanian telah Model bioindustri pengolahan kelapa
menghasilkan varietas unggul dan terpadu yang mengolah aneka produk
teknologi pendukung yang siap kelapa dari komponen daging buah,
diimplementasikan untuk revitalisasi sabut, dan tempurung juga telah tersedia
agribisnis kelapa nasional, meliputi: (a) dan dapat diimplementasikan pada skala
Varietas unggul genjah pendek industri rumah tangga (Balit Palma, 2016).
produktivitas tinggi, (b) Teknologi Titik kritis yang memerlukan
peremajaan kelapa tebang bertahap penanganan segera adalah rantai pasok
terintegrasi dengan tanaman pangan dan dan rantai nilai. Di daerah sentra produksi
ternak, dan (c) Teknologi pasca panen kelapa seperti Riau, Sulawesi Utara,
untuk memproduksi gula kelapa organik, Sulawesi Barat, dan Maluku Utara,
bahan kosmetik, pengolahan bioselulosa sebagian petani menjual kelapa butiran
dan MCT (Medium Chain Trigliserida) kepada pembeli dari luar negeri untuk
(Balit Palma, 2016 dan Novarianto, 2008). langsung diekspor ke Thailand, China,
Pada level off farm, perlu didorong dan Malaysia. Ekspor buah kelapa segar
diversifikasi produk dan peningkatan dipicu oleh disparitas harga di tingkat
efisiensi industri pengolahan. Pengolahan petani dan pembayaran oleh pembeli lokal
minyak goreng kelapa tidak banyak sering tertunda tanpa kepastian.
menghadapi masalah teknis, karena Perbedaan harga mencapai lebih dari
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi 10%. Petani memandang perlu penetapan
menyebabkan minyak kelapa sangat stabil harga kelapa yang memperhatikan biaya
terhadap kerusakan akibat proses pokok dan pembagian keuntungan bagi
oksidasi (Karouw, et al, 2013), berbeda petani. Persepsi petani tersebut sesuai
dengan minyak sawit yang didominasi dengan hasil kajian Sondakh, et al (2015)
asam lemak tidak jenuh bahwa rendahnya nilai finansial akibat
(Sambanthamurthi, et al, 2000). Potensi penentuan harga produk di tingkat petani
air kelapa dan sabut kelapa selama ini rendah dan belum pernah diberlakukan
belum dimanfaatkan secara maksimal, kebijakan harga output. Pada satu sisi,
padahal pasar dunia masih membutuhkan petani diuntungkan jika mereka menjual
produk-produk tersebut. Perlu usaha ke pedagang asing. Namun ekspor buah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 588


kelapa segar, di sisi lain merugikan dari luar negeri. HPP ditetapkan secara
Indonesia, karena nilai tambah yang berkala setiap tiga bulan.
didapatkan lebih kecil dibandingkan Dalam jangka menengah, di level on
dengan nilai ekspor produk kelapa hasil farm perlu gerakan peremajaan 468 ribu
olahan. Di sisi lain, pengolahan kelapa hektar kebun kelapa tidak produktif
pada industri dalam negeri dapat dengan sistem tebang bertahap
memberdayakan masyarakat sebagai menggunakan benih unggul disertai
tenaga kerja atau bahkan sebagai introduksi cash crop, dan di level off farm
pengelola industri rumah tangga penghasil perlu gerakan untuk mendorong
bahan baku. Agribisnis kelapa juga harus berkembangnya industri kecil pengolah air
tetap berperan dalam pengembangan kelapa dan sabut kelapa, disertai
wilayah sebagaimana dinyatakan oleh peningkatan efisiensi pada industri minyak
Akuba (2003) sebagai ciri khas organisasi goreng dan desiccated coconut.
perkelapaan Indonesia.
5. DAFTAR PUSTAKA
4. SIMPULAN DAN SARAN Akuba, R. 2003. Visi Kelembagaan
Perkelapaan Indonesia di Era
Daya saing agribisnis kelapa
Otonomi Daerah. Prosiding
Indonesia perlu ditingkatkan melalui Konferensi Kelapa V, Tembilahan,
Oktober 2002. Hal. 133-136.
revitalisasi tanpa kebijakan pelarangan
Badan Pusat Statistik. 2017. Nilai Tukar
ekspor. Petani. https://www.bps.go.id/
subjek/view/id/22. Diakses 8 Maret
Dalam jangka pendek perlu
2017.
perbaikan tata kelola rantai pasok dan Balit Palma.2016. Laporan FGD Kelapa.
Manado, April 2016. Balai Penelitian
rantai nilai terutama pada mata rantai
Tanaman Palma. Tidak
pasar kelapa butiran (petani-pedagang dipublikasikan.
Damanik, S. 2007. Strategi
pengumpul), melalui pemerataan distribusi
Pengembangan Agribisnis Kelapa
keuntungan secara proporsional antara (Cocos nucifera) untuk Meningkatkan
Pendapatan Petani di Kabupaten
pedagang pengumpul dengan petani.
Indragiri Hilir, Riau. Perspektif 6(2):
Penentuan harga kelapa di tingkat petani 94-104.
Endrizal dan J. Bobihoe. 2006. Prospek
(HPP) harus mempertimbangkan secara
Pengembangan Usahatani Kelapa
seimbang biaya pokok produksi dan harga Dalam Mendukung Revitalisasi
Industri Perkelapaan di Provinsi
produk kelapa di pasar acuan (harga CNO
Jambi. Prosiding Konferensi Nasional
Rotterdam), tidak hanya Kelapa VI Gorontalo, 16-18 Mei 2006.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
memperhitungkan nilai produksi daging
Perkebunan.
buah kelapa, tetapi juga Kasryno, F., dan H. Soeparno.2012.
Pertanian Lahan Kering Sebagai
memperhitungkan nilai sabut dan air
Solusi untuk Mewujudkan
kelapa, dengan nilai nominal yang Kemandirian Pangan Masa Depan.
Prospek Pertanian Lahan kering
bersaing dengan harga beli oleh pembeli

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 589


dalam Mendukung Ketahanan
Pangan. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian,
Kementerian Pertanian.
Ismail, K. dan W. Z. W. Mamat. 2016.
Integrasi Tanaman di Kawasan
Kelapa Meningkatkan Pendapatan
Petani. Buletin Teknologi MARDI, 9:
55-64.
Ismail, K. dan W. Z. W. Mamat. 2013.
Peluang Penanaman Integrasi Ubi
Kayu-Kelapa. Buletin Teknologi
MARDI, Bil. 3: 47-55.
Karouw, S., Suparmo, P. Hastuti dan T.
Utami. 2013. Sintesis ester metil
rantai medium dari minyak kelapa
dengan cara metanolisis kimiawi.
Agritech 33(2): 182-188.
Kindangen, J.G. dan P. Layuk. 2015.
Kelayakan Usahatani Tomat Diantara
Pertanaman Kelapa dan Strategi
Pengembangannya (Studi Kasus di
Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara).
Buletin Palma16(1):115-127.
Manggabarani, A. 2006. Kebijakan
Pengembangan Agribisnis Kelapa.
Prosiding Konferensi Nasional Kelapa
VI Gorontalo, 16-18 Mei 2006. Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.
Novarianto, H. 2008. Perakitan Kelapa
Unggul Melalui Teknik Molekuler dan
Implikasinya Terhadap Peremajaan
Kelapa di Indonesia. Pengembangan
Inovasi Pertanian 1(4): 259-273.
Pusdatin.2016. Statistik Pertanian 2016.
Pusat Data dan Informasi Pertanian.
Kementerian Pertanian.
Rachmat, M. 2013. Nilai tukar petani:
Konsep, pengukuran dan
relevansinya sebagai indikator
kesejahteraan petani. Forum
Penelitian Agroekonomi, 31(2). Pusat
Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
Sambanthamurthi, R., K. Sundram dan
Y.A. Tan. 2000. Chemistry and
biochemistry of palm oil. Progress in
Lipid Research. 39: 507-558.
Sondakh, J., A.W. Rauf, dan J. H.W.
Rembang. 2015. Analisis Daya Saing
Komoditas Kopra di Kabupaten
Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.
Buletin Palma 16(2): 173-181.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 590


KAJIAN PRODUKSI MINIMUM PADA AGROINDUSTRI KREMES
DI DESA HEGARMANAH KECAMATAN CIDOLOG KABUPATEN CIAMIS

Ida Maesaroh dan Fitri Yuroh

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: ghaizanialkasindar@gmail.com

ABSTRAK

Peneli(tian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan pada
agroindustri kremes per satu kali proses produksi di Desa Hegarmanah Kecamatan Cidolog
Kabupaten Ciamis; dan (2) Besarnya penerimaan minimum dan produksi minimum pada
agroindustri kremes. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi
kasus. Penarikan responden dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu pada
perusahaan Sukamandiri di Desa Hegarmanah Kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis, hal ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa perusahaan ini kontinu dalam menjalankan usahanya serta
memiliki jumlah tenaga kerja terbanyak. Analisis data untuk produksi minimum digunakan rumus
menurut Riyanto (1995). Hasil penelitian menunjukkan: (1) Besarnya biaya total yang dikeluarkan
oleh pengusaha kremes dalam satu kali proses produksi sebesar Rp 1.497.931,77, penerimaannya
sebesar Rp 1.700.000 dan pendapatannya sebesar Rp 202.068,23, dan (2) Penerimaan minimum
pada agroindustri kremes di Desa Hegarmanah Kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis sebesar
Rp. 300.749,55 dengan produksi minimum sebanyak 885 unit.

Kata kunci: Penerimaan Minimum, Produksi Minimum, Agroindustri Kremes

1. PENDAHULUAN ketergantungan terhadap beras dan dapat


Salah satu subsektor pertanian yang diolah menjadi produk lain adalah ubi kayu.
memiliki peranan strategis dalam Diversifikasi melalui agroindustri
pembangunan pertanian di Indonesia merupakan pendekatan yang ditempuh
adalah subsektor tanaman pangan. untuk pengembangan pertanian pada
Tanaman pangan merupakan semua jenis masa yang akan datang karena industri
tanaman yang dapat menghasilkan pengolahan hasil pertanian (agroindustri)
karbohidrat dan protein. Peran subsektor ditangani secara utuh, mulai dari proses
tanaman pangan antara lain produksi, mengolah hasil, pemasaran dan
pengembangan dan pertumbuhan aktivitas lain yang berkaitan dengan
ketahanan pangan, sumber pendapatan kegiatan pertanian (agribisnis). Agroindustri
negara, PDB (Produk Domestik Bruto), bukan saja mampu sebagai sumber
serta kesempatan kerja (Sudiyono 2002). pertumbuhan baru bagi sektor pertanian
Program diversifikasi pangan menjadi tetapi juga mampu menyerap banyak
salah satu upaya pemerintah untuk tenaga kerja. (Soekartawi, 2001).
membangun ketahanan pangan di Kremes merupakan produk yang
Indonesia. Salah satu jenis tanaman sedang berkembang di Kabupaten Ciamis
pangan yang dapat mengurangi dengan harga yang kompetitif
dibandingkan dengan produk lain,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 591


membuat pangsa pasar produk ini masih akan berjalan lancar walaupun faktor
luas. Dukungan lahan yang potensial untuk lainnya telah tersedia.
budidaya ubi kayu sebagai bahan baku Penghitungan mengenai penerimaan
yang dapat tumbuh di berbagai tempat. yang diperoleh dari usaha yang dijalankan
Di Kecamatan Cidolog yang masih selalu dilakukan oleh perajin, hal ini perlu
terus menjalankan usahanya secara dilakukan karena untuk mengukur
kontinu hanya terdapat satu agroindustri seberapa besar keuntungan yang diperoleh
kremes, yakni perusahaan Sukamandiri. dari suatu usaha yang dijalankan. Untuk
Selain itu perusahaan ini merupakan menghitung penerimaan dari agroindustri
perusahaan yang memiliki jumlah kremes yaitu dengan mengalikan jumlah
karyawan terbanyak. Agroindustri kremes produksi kremes dengan harga jual kremes
yang ada di Kecamatan Cidolog terdapat di yang berlaku pada saat itu. Sedangkan
Desa Hegarmanah. besar pendapatan dapat diketahui dengan
Agroindustri kremes yang berada di menghitung selisih antara penerimaan
Desa Hegarmanah sebagai salah satu dengan biaya produksi.
jenis usaha pengolahan hasil pertanian Titik impas menurut Riyanto, (1995),
harus mampu meningkatkan pendapatan. didefinisikan dimana garis penerimaan total
Kadarsan (1979) menyatakan bahwa bersinggungan dengan garis biaya total.
syarat yang terpenting untuk meningkatkan Penerimaan total adalah nilai seluruh hasil,
pendapatan adalah tersedianya faktor sedangkan biaya total yaitu seluruh biaya
produksi dalam jumlah yang cukup dan yang dikeluarkan dalam proses produksi.
kombinasi yang tepat. Proses produksi Titik impas dimaksud dimana suatu usaha
lainnya yang diperlukan adalah modal, tidak untung dan tidak rugi yaitu seluruh
Adiwilaga (1982) menyatakan modal biaya yang dikeluarkan sama dengan
adalah seluruh kekayaan yang seluruh penerimaan.
dipergunakan dalam usaha. Penelitian ini bertujuan untuk
Seorang perajin akan terus mengetahui : 1) besarnya biaya,
melaksanakan usahanya apabila penerimaan dan pendapatan pada
penerimaan akan lebih besar dari biaya agroindustri kremes per satu kali proses
produksi yang dikeluarkannya. Menurut produksi di Desa Hegarmanah Kecamatan
Mubyarto (1989), bahwa biaya produksi Cidolog Kabupaten Ciamis; 2) besarnya
adalah semua pengeluaran yang penerimaan minimum dan produksi
diperlukan untuk menghasilkan sejumlah minimum pada agroindustri kremes.
produk dalam satu kali proses produksi.
Tanpa adanya biaya kegiatan usaha tidak 2. METODE PENELITIAN

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 592


Jenis penelitian yang digunakan TFC
BEPPrnrtimann 
dalam penelitian ini adalah metode studi TVC
1-
TR
kasus, dengan mengambil kasus pada
b. Titik impas dalam unit (Riyanto,
pengusaha kremes Sukamandiri di Desa
1995):
Hegarmanah Kecamatan Cidolog
Kabupaten Ciamis. BEP Penrimaan
BEPrunit 
Penarikan responden dalam Harga(Rp/Unit)
penelitian ini dilakukan secara purposive 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
sampling yaitu pada perusahaan 3.1. Analisis Usaha
Sukamandiri di Desa Hegarmanah Bahan baku utama agroindustri
Kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis, hal kremes adalah singkong atau ubi kayu,
ini didasarkan pada pertimbangan bahwa sedangkan bahan lain yang menunjang
perusahaan ini kontinu dalam menjalankan pada agroindustri ini adalah gula kelapa,
usahanya serta memiliki jumlah tenaga garam dan minyak untuk menggoreng
kerja terbanyak. bahan. Dalam satu kali proses produksi
(1) Analisis biaya dan penerimaan singkong yang digunakan sebanyak 200
digunakan rumus menurut Boediono kilogram, sedangkan gula kelapa sebanyak
(2002): 30 kilogram, garam 3 pak dan minyak
TC = TFC + TVC goreng sebanyak 25 kilogram.
TR = Hy . Y Selain bahan tersebut digunakan
dimana : juga kayu bakar sebagai bahan bakar,
TC = Total cost (biaya total)
TFC = Total fixed cost (biaya tetap total) plastik untuk mengemas produk, listrik,
TVC = Total variable cost (biaya variabel kertas label dan isi stoples. Tenaga kerja
total)
TR = Total revenue (penerimaan total) yang digunakan sebanyak 10 orang
Y = kuantitas (volume penjualan) dengan upah per orang sebesar Rp.
Hy = Price (harga jual)
π = pendapatan 30.000,00

Sedangkan pendapatan atau Adapun proses produksi agrondustri

keuntungan digunakan rumus menurut kremes adalah sebagai berikut:


Suparmoko (1992): 1) Kupas singkong sebanyak 200 kilogram
π = TR –TC tersebut, lalu cuci menggunakan air
(2) Penerimaan minimum dan produksi sampai dengan bersih.
minimum digunakan rumus: 2) Kemudian singkong diparut kasar
a. Titik impas dalam penerimaan (Rp) 3) Rendam dalam air sebentar setelah itu
(Riyanto, 1995): tiriskan.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 593


4) Goreng singkong dalam minyak panas Label 20.000 1,34
Listrik 60.000 4,01
sampai agak kering, angkat dan Kayu Bakar 45.000 3,00
tiriskan. Garam 90.000 6,01
isi steples 17.000 1,13
5) Panaskan minyak 1 sendok makan, lalu Tenaga Kerja 300.000 20,03
masukkan gula kelapa yang telah di Jumlah Biaya 1.454.500 97,10
Variabel
sisir sampai mencair. Aduk terus 3. Biaya total 1.497.931,77 100,00
sampai agak mengental, masukkan
singkong yang telah di goreng sambil di Berdasarkan Tabel 1 diketahui
aduk terus sampai meresap rata. biaya total yang dikeluarkan pada
6) Cetak bulat dalam cetakan. agroindustri kremes dalam satu kali proses
7) Lalu digoreng kembali sampai kering produksi sebesar Rp 1.497.931,77. Dari
dan ditiriskan. sejumlah biaya total tersebut, biaya untuk
8) Setalah dingin masukkan ke dalam gula kelapa merupakan biaya yang paling
plastik kemasan. Dalam plastik besar yakni sebesar Rp. 330.000,00
kemasan diisi oleh 10 kremes. (22,03%). Besarnya biaya untuk gula
Besarnya biaya total yang kelapa ini selain dipengaruhi oleh harga
dikeluarkan pada agroindustri kremes gula kelapa juga dipengaruhi oleh
dalam satu kali proses produksi sebesar banyaknya gula kepala yang digunakan
Rp 1.497.931,77, terdiri dari biaya tetap dalam agroindustri kremes. Banyaknya
sebesar Rp. 43.431,77 (2,90%) dan biaya gula kelapa yang digunakan menunjukkan
variabel sebesar Rp. 1.454.500 (97,10). tingkat kemanisan dari kremes tersebut.
Untuk lebih jelasnya mengenai rincian Besarnya produksi yang dihasilkan
biaya pada agroindustri kremes dapat pada agroindustri kremes dalam satu kali
dilihat pada Tabel 1. proses produksi sebanyak 5.000 buah
Tabel 1. Biaya pada Agroindustri dengan harga jual per buah sebesar Rp.
Kremes di Desa Hegarmanah 340,00 sehingga penerimaan yang
dalam Satu Kali Proses
Produksi dihasilkan dalam satu kali proses produksi
No Komponen Jumlah (Rp) (%) sebesar Rp 1.700.000,00. Dalam
1. Biaya tetap
PBB 1.785,71 0,12 memasarkan agroindustri kremes, perajin
Penyusutan 41.125,00 2,75
alat dan mengemas kremes dalam kemasan plastik
Bangunan sebanyak 10 buah dalam satu kemasan.
Bunga Modal 521,06 0,03
Jumlah Biaya 43.431,77 2,90 Perajin agroindustri kremes,
Tetap
memasarkan produknya ke warung dan
2. Biaya variabel
Singkong 200.000 13,35 kios yang berada di sekitar Kecamatan
Gula Kelapa 330.000 22,03
Minyak Goreng 312.500 20,86
Cidolog dan Cimaragas Kabupaten Ciamis,
Plastik 80.000 5,34 serta Kecamatan Cineam Kabupaten
kemasan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 594


Tasikmalaya. Selain itu juga memasarkan BEP Penrimaan
BEPrunit 
kremesnya ke Pasar Cidolog, Pasar Harga(Rp/Unit)
300.749,55
Cineam dan Pasar Ciamis. 
340
Pendapatan merupakan selisih  885
antara penerimaan dengan biaya total Hasil perhitungan di atas
(biaya produksi). Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa volume atau jumlah
perhitungan diperoleh pendapatannya produksi yang harus diperoleh dengan
sebesar Rp. 202.068,23. produksi minimum sebanyak 885 unit.

3.2. Penerimaan dan Produksi


4. SIMPULAN DAN SARAN
Minimum
4.1. Simpulan
Besarnya penerimaan minimum yang
Berdasarkan hasil penelitian dan
diterima oleh perajin agar usahanya tidak
mengalami kerugian dapat diketahui pembahasan dapat diambil kesimpulan

dengan menggunakan rumus sebagai sebagai berikut:


1) Besarnya biaya total yang dikeluarkan
berikut (Riyanto 1995)
oleh pengusaha kremes dalam satu
TFC
BEPPrnrtimann  kali proses produksi sebesar Rp
TVC
1-
TR 1.497.931,77, penerimaannya sebesar
43.431,77
 Rp 1.700.000 dan pendapatannya
1.454.500
1- sebesar Rp 202.068,23
1.700.000
 300.749,55 2) Penerimaan minimum pada
Berdasarkan perhitungan diketahui agroindustri kremes di Desa

penerimaan minimum pada agroindustri Hegarmanah Kecamatan Cidolog


kremes di Desa Hegarmanah Kecamatan Kabupaten Ciamis sebesar Rp.
Cidolog Kabupaten Ciamis agar tidak 300.749,55 dengan produksi minimum
menderita kerugian sebesar Rp. sebanyak 885 unit.
300.749,55
Volume atau jumlah produksi 4.2. Saran

minimum yang harus diperoleh perajin Adapun saran yang dapat diberikan
untuk mencapai titik impas (Break Event adalah:

Point) dalam satu kali proses produksi, 1) Sebaiknya perajin menentukan standar
maka digunakan rumus perhitungan kualitas produk kremes serta standar
sebagai berikut : bahan baku agar dapat memenuhi
permintaan konsumen.
2) Kemasan dan label produk diperbaiki
supaya lebih menarik bagi konsumen.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 595


________, 2006. Analisis Usahatani.
Universitas Indonesia. Jakarta.
5. Ucapan Terima Kasih
Suparmoko. 1992. Ekonomika Untuk
Terselesainya penelitian ini tidak Manajerial. Yogyakarta: BPFE.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani.
lepas dari kontribusi dari berbagai pihak.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima _____ 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta:
Penebar Swadaya.
kasih kepada Fakultas pertanian
Universitas Galuh sebagai pemberi dana
guna pelaksanaan penelitian, dan perajin
kremes yang telah memberikan data yang
dibutuhkan peneliti

6. DAFTAR PUSTAKA
Adiwilaga. 1982. Usahatani. Departemen
Sosial Ekonomi. IPB. Bogor
Arifin, Bustanul. 2005. Pembangunan
Pertanian : Paradigma Kebijakan dan
Strategi Relevansi. Jakarta:
Grasindo.

Boediono. 2002. Ekonomi Mikro.


Yogyakarta: BPFE.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Jakarta: LP3S.
Kadarsan H.W. 1979. Keuangan dan
Pembiayaan Perusahaan Pertanian.
Departemen Sosial Ekonomi IPB.
Bogor.
Kuntarsih, 2012. Pedoman Penanganan
Pascapanen Pisang. Kementerian
Pertanian Indonesia. Jakarta.
Kusnandar, T. Mardikanto dan A. Wibowo,
2010. Manajemen Agroindustri,
Kajian Teori dan Model
Kelembagaan Agroindustri Skala
Kecil Pedesaan.Cetakan 1.
Surakarta: UNS Press.
Nazir M, 2011. Metode Penelitian. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Riyanto. 1990. Dasar-dasar Pembelanjaan
Perusahaan. Yogyakarta: Yayasan
Badan Gadjah Mada.
Sailah. 2005. Teknologi Pertanian. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Sudiyono A. 2002. Pemasaran Pertanian.
Malang (ID): Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.
Soekartawi, 2001. Pengantar Agroindustri.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 596


PELIBATAN DESA DALAM PENGEMBANGAN PERTANIAN
(Studi Kasus Kantor Pemerintahan Desa di Desa Cikandang
Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut)

Indra Agustina1, Yayat Sukayat2, Dini Rochdiani2

1Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran


2
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Email: indraagustina8@gmail.com

ABSTRAK

Desa di Indonesia merupakan basis pertanian nasional dalam mewujudkan ketahanan pangan
maupun meningkatkan gairah ekonomi pedesaan. Sehingga pemerintah terus melakukan berbagai
program penguatan pertanian lokal desa. Desa Cikandang memiliki prospek yang sangat besar
bagi pengembangan pertanian di Kabupaten Garut. Pemerintah Desa Cikandang harus
berpartisipasi dalam mengkonstruksi kebutuhan masyarakat sehingga dapat merumuskannya
dalam sebuah kebijakan yang pro terhadap masyarakat melalui rencana pembangunan
pengembangan sektor pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
pelibatan Pemerintah Desa Cikandang dalam mengembangkan potensi bidang pertanian untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengetahui tingkat partisipasi masyarakat/petani
dalam melaksanakan kebijakan pemerintah desa dalam mengembangkan bidang pertanian di
Desa Cikandang. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik yang
dilakukan adalah studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelibatan Pemerintah Desa
Cikandang sejauh ini terlibat dalam setiap kegiatan pembangunan pertanian dengan berperan
sebagai fasilitator dan pendukung dalam kegiatan pengembangan pertanian. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaannya Pemerintah Desa Cikandang membuat regulasi dengan
menumbuhkembangkan kelembagaan pertanian dengan memaksimalkan kinerja Gapoktan melalui
media Taman Teknologi Pertanian yang menjadi suatu kawasan implementasi inovasi berskala
pengembangan dan berwawasan agribisnis. Sedangkan partisipasi masyarakat dalam
pengembangan pertanian di Desa Cikandang dapat dikatakan sudah baik, namun masih ada
hambatan-hambatan dalam meningkatkan keberhasilan program pengembangan pertanian di
Desa Cikandang.

Kata kunci: Pelibatan Desa, Pengembangan Pertanian, Partisipasi

1. PENDAHULUAN Sedangkan dari sisi posisi, desa kini


Undang-Undang Nomor 6 Tahun ditempatkan sebagai pelaku utama
2014 tentang Desa, dan berbagai regulasi (subyek) dalam melaksanakan
turunannya dibuat untuk mengembalikan pembangunan, pelayanan, dan
kedaulatan, otonomi, dan kewenangan pemberdayaan masyarakat. Seperti yang
desa. Desa adalah suatu wadah kita ketahui, desa di Indonesia merupakan
partisipasi masyarakat untuk untuk ikut basis pertanian nasional dalam
serta terlibat dalam penyelenggaraan mewujudkan ketahanan pangan maupun
pemerintahan, pembangunan, meningkatkan gairah ekonomi pedesaan.
pemberdayaan dan kemasyarakatan. Dari Sehingga pemerintah terus melakukan
sisi kewenangan, desa memiliki berbagai berbagai program penguatan pertanian
kewenangan untuk mengatur dan lokal desa karena desa memiliki prospek
mengurus kepentingan masyarakat sesuai yang sangat besar bagi perwujudan
dengan potensi dan karakteristik lokal. kedaulatan pangan nasional.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 597


Pengembangan pertanian di desa Desa Cikandang. Hal ini didukung dengan
harus dilaksanakan secara terarah, letak geografis Desa Cikandang yang
dinamis dan berkelanjutan dalam arti termasuk ke dalam wilayah dataran tinggi
bahwa pengembangan tersebut akan yang berada pada ketinggian wilayah
terus dilaksanakan dengan 1310 meter di atas permukaan laut
memperhatikan situasi dan kondisi serta dengan suhu udara 190C-260C sehingga
kemampuan yang dimiliki oleh desa hampir seluruh wilayahnya dapat
tersebut terutama yang menyangkut dikembangkan untuk sektor pertanian,
potensi manusia dan daya dukungnya. seperti tanaman perkebunan dan
Oleh sebab itu, perlu adanya upaya-upaya hortikultura, dengan didukung iklim dan
dari pemerintah guna mengatasi cuaca yang cocok untuk tumbuh optimal
permasalahan tersebut, mulai dari tanaman. Namun, untuk mengembangkan
perumusan kebijakan, strategi, sektor pertanian di Desa Cikandang tidak
penyusunan program dan proyek/aktivitas hanya cukup di sektor lapangannya saja.
kegiatan. Agar gerak dan arah Disamping itu harus ada dukungan dari
pembangunan desa senantiasa tertuju pemerintah desa setempat. Pelibatan
kepada kepentingan masyarakat di desa, pemerintahan desa dalam pengembangan
maka perlu adanya prinsip pokok pertanian ini dapat berupa kebijakan dan
kebijakan dalam perencanaan dan program yang dikhususkan untuk
pelaksanaan pembangunan ekonomi, mengembangkan sektor pertanian dan
sosial, budaya dan politik hendaknya dari dorongan melalui pembangunan
desa. infrastruktur pertanian, fasilitas pelayanan
Pemerintahan desa harus terlibat untuk petani/ kelompok tani, kemitraan
dalam setiap kegiatan pembangunan, dengan petani, dan lain sebagainya.
khususnya pembangunan dalam sektor Berdasarkan permasalahan yang
pertanian karena pertanian memiliki telah disebutkan di atas, maka diperlukan
prospek yang sangat besar untuk adanya partisipasi aktif dari pemerintah
mewujudkan kesejahteraan masyarakat di desa, kelompok tani dan masyarakat serta
desa. Oleh karena itu, pelibatan stackholders yang terkait dalam
pemerintah desa sangat diperlukan dalam mengkonstruksi kebutuhan masyarakat
pengembangan pertanian untuk sehingga dapat merumuskannya dalam
menjadikannya sektor andalan, dan dapat sebuah kebijakan yang pro terhadap
di jadikan sumber pendapatan asli daerah masyarakat melalui rencana
(PAD). pembangunan/ pengembangan sektor
Salah satu pemerintah desa yang pertanian.
menjadikan wilayahnya menjadi sentra
pengembangan Desa Pertanian adalah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 598


2. METODE PENELITIAN Kemampuan tersebut dapat diukur
Objek dalam penelitian ini adalah dari ketersediaan anggaran desa,
pelibatan pemerintahan Desa Cikandang, kewenangan desa dan secara teknis di
Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut lapangan desa mempunyai sumber daya.
dalam pengembangan pertanian. Dalam membuat prioritas pembangunan
Penelitian dilaksanakan di Desa desa sebelumnya pemerintah desa
Cikandang, Kecamatan Cikajang, dengan masyarakat dan lembaga desa
Kabupaten Garut. Metode analisis yang menganalisa faktor internal dan eksternal
digunakan yaitu deskriptif kualitatif dengan wilayah Desa Cikandang untuk
menggunakan pendekatan fenomologi menerapkan strategi yang tepat dalam
dan jenis penelitian yang digunakan pembangunan di wilayah Desa
adalah studi kasus. Metode pengumpulan Cikandang. Adapun program dan kegiatan
data dilakukan dengan wawancarai pembangunan bidang pemberdayaan
secara mendalam pihak terkait, yaitu masyarakat untuk bidang pertanian yang
pemerintah desa, lembaga desa, tercantum dalam RKPDes Desa
gapoktan dan dinas terkait yang dipilih Cikandang tahun 2017.
secara purposif. Sedangkan untuk data
Tabel 1. Program Pemberdayaan
sekunder diperoleh dari dokumen- Masyarakat Bidang
Pertanian Desa Cikandang
dokumen, naskah, transkrip data desa,
Program
jurnal dan website terkait dengan
Pemberdayaan Tujuan lokasi
penelitian ini. Masyarakat
Pembinaan Meningkatkan Desa
kelompok tani kemampuan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN para petani
dalam bidang
Pengembangan pertanian di Desa
pertanian
Cikandang mengedepankan sosial Pelatihan Memberikan Desa
pembuatan pengetahuan
ekonomi masyarakatnya karena dalam
pupuk kompos tentang
perumusan kebijakan/program yang pembuatan
dilakukan telah mewakili setiap aspirasi pupuk
kompos bagi
dari berbagai elemen masyarakat yang para petani
ada di Desa Cikandang sebagaimana Bimbingan Memberikan Desa
teknis inovasi dan
tercantum dalam prioritas program pelatihan peluang
pembangunan skala Desa Cikandang. kewirausahaan membuat
bagi karang usaha sendiri
Prioritas program pembangunan skala taruna di Desa
desa merupakan program pembangunan Cikandang

yang sepenuhnya mampu dilaksanakan


oleh desa.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 599


Dalam pelibatannya, Pemerintah dan meningkatkan daya belinya. Untuk
Desa Cikandang membuat regulasi dalam mencapai tujuan tersebut, maka Gapoktan
pembangunan pertanian dengan Cikandang Agro bekerjasama dengan
menumbuh- kembangkan kelembagaan Taman Teknologi Pertanian (TTP)
pertanian dengan memaksimalkan kinerja Cikajang.
gapoktan yang menjadi aktor aktif dalam TTP Cikajang muncul sebagai salah
pengembangan pertanian di Desa satu wahana penerapan inovasi teknologi
Cikandang. Pemerintah desa dan langsung di area kawasan lahan pertanian
kelompok tani menginisiasikan milik masyarakat, dengan pendampingan
pembentukan gabungan kelompok tani intensif dari para peneliti dan penyuluh
(Gapoktan) yang diharapkan dapat agar petani dapat secara terampil
mempermudah dalam menyelenggarakan menerapkan teknologi modern. TTP
dan mengembangkan usaha di bidang Cikajang merupakan suatu kawasan
pertanian dan jasa yang berbasis pada implementasi inovasi berskala
bidang pertanian. Oleh karena itu, dengan pengembangan dan berwawasan
turunnya Surat Keputusan (SK) Kepala agribisnis hulu hilir yang bersifat spesifik
Desa, maka dibuat dan diresmikan lokasi, dan kegiatannya meliputi
gabungan kelompok tani yang diberi nama penerapan teknologi pra produksi,
“Gapoktan Cikandang Agro”. Dengan produksi, pra panen, pasca panen,
adanya Gapoktan Cikandang Agro pengolahan hasil dan pemasaran serta
tersebut, maka segala kegiatan wahana untuk pelatihan dan
pengembangan dan pembangunan sektor pembelajaran. TTP Cikajang dikelola
pertanian difokuskan dalam setiap langsung oleh Gapoktan Cikandang Agro
kegiatan yang dilakukan dalam program- yang bertugas menjadi penanggung jawab
program yang telah dirumuskan gapoktan lapangan sehingga diberikan kewenangan
dari hasil rapat anggota. dalam pengelolaan teknis dan sumber
Dalam mewujudkan pengembangan daya di TTP Cikajang. Sedangkan
pertanian di Desa Cikandang, segala penanggung jawab umumnya adalah
sumber daya yang dimiliki oleh desa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
tersebut harus diakomodir oleh suatu Jawa Barat di bawah instruksi
lembaga atau tempat yang dapat dengan Kementerian Pertanian Negara Republik
maksimal mengembangkan seluruh Indonesia. Gapoktan Cikandang Agro
potensi yang dimiliki mulai dari potensi melalui TTP Cikajang dijadikan sebagai
sumber daya alam, sumber daya wahana silaturahmi di antara petani
manusia, ekonomi dan ilmu pengetahuan dengan dunia usaha, baik dari pihak
serta teknologi yang dapat membantu swasta maupun pemerintah. Di TTP
petani dalam mensejahterakan kehidupan Cikajang inilah segala macam inovasi dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 600


teknologi diajarkan kepada petani. TTP Cikandang yang mengetahui apa
Cikajang yang dikelola oleh gapoktan permasalahan yang dihadapi serta juga
benar-benar harus mampu menjadi potensi yang dimiliki oleh daerahnya.
mediasi di antara berbagai kepentingan Dengan demikian, mereka akan
para pemangku kepentingan/ kebijakan. mempunyai pengetahuan lokal untuk
Gapoktan Cikandang Agro harus mengatasi masalah yang dihadapinya
tangguh dan memberdayakan dirinya tersebut.
sendiri dengan adanya TTP Cikajang ini. Adapun bentuk partisipasi yang
Gapoktan Cikandang Agro juga harus dilakukan oleh masyarakat dalam
didukung oleh anggotanya dan seluruh pengembangan pertanian di Desa
masyarakat yang terkait dalam Cikandang berupa partisipasi ide,
pengembangan gapoktan untuk membuat partisipasi iuran, partisipasi tenaga,
kehidupan petani-petaninya menjadi lebih partisipasi waktu dan partisipasi dalam
baik dan sejahtera. Sehingga Gapoktan memanfaatkan hasil. Realisasi pelibatan
Cikandang Agro berkembang menjadi masyarakat dapat berupa tenaga kerja
organisasi kelompok-kelompok tani yang lokal, demikian pula kontraktor lokal yang
benar-benar dirasakan kehadirannya dan memenuhi syarat dan mempunyai skill
kebermanfaatannya. dalam pembangunannya. Selanjutnya
Penempatan masyarakat sebagai untuk menjamin hasil pekerjaan
subjek pembangunan diperlukan sehingga terlaksana tepat waktu, tepat mutu, dan
masyarakat Desa Cikandang dapat tepat sasaran, maka peran serta
berperan secara aktif mulai dari masyarakat Desa Cikandang dalam
perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan selayaknya dilibatkan secara
pengawasan, evaluasi pembangunan nyata, sehingga benar-benar partisipasi
serta pemanfaatan program masyarakat dilibatkan peran sertanya
pembangunan. Terlebih di Desa mulai dari penyusunan program,
Cikandang dilakukan pendekatan implementasi program sampai kepada
pembangunan dengan semangat lokalitas. pengawasan. Dengan demikian,
Masyarakat lokal yang mayoritas petani pelaksanaan (implementasi) program
menjadi bagian yang paling memahami pembangunan akan terlaksana secara
keadaan daerahnya tentu akan mampu efektif dan efisien. Tujuan utama
memberikan masukan yang sangat memaksimalkan partisipasi petani yaitu
berharga. Masyarakat Desa Cikandang agar setiap petani bisa terlibat aktif dalam
dengan pengetahuan serta proses dan kegiatan. Tingkat partisipasi
pengalamannya menjadi modal yang petani tidak selalu sama tergantung
sangat besar dalam melaksanakan sejauh mana keterlibatan mereka dalam
pembangunan. Masyarakat Desa pemecahan suatu masalah yang dihadapi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 601


di masing-masing wilayah. Yahya (1985) mengembangkan dan membangun
mengemukakan bahwa untuk mengukur sektor pertanian yang ada di Desa
partisipasi antara lain kerajinan dan Cikandang.
ketepatan membayar iuran, seringnya
menghadiri kegiatan, seringnya b. Saran
menghadiri rapat, pemanfaatan hasil 1) Mengoptimalkan kinerja gapoktan dan
program dan motivasi anggota. Namun kelompok tani yang ada di Desa
dalam pelaksanaanya masih ada Cikandang sebagai subjek
hambatan yang dihadapi ketika pengembangan pertanian dengan
masyarakat berpartisipasi dalam melibatkan pengurus dan petani
meningkatkan keberhasilan sehingga dapat berperan serta secara
pengembangan pertanian di Desa aktif dalam mengelola pelaksanaan
Cikandang. pengembangan pertanian agar
terbangun komunikasi yang baik antar
4. SIMPULAN DAN SARAN petani untuk mengatasi
a. Simpulan kesalahpahaman persepsi yang masih
1) Pemerintah Desa Cikandang sejauh ini sering terjadi, sehingga permasalahan
sudah terlibat dalam setiap kegiatan pertanian di tingkat petani dapat
pembangunan dan pengembangan diselesaikan dengan baik.
pertanian dengan berperan sebagai
2) Sosialisasi kebijakan pengembangan
fasilitator dan pendukung dalam setiap
pertanian yang akan dilaksanakan
kegiatan pengembangan pertanian.
Pemerintah Desa Cikandang sebaiknya
Peranan pemerintah desa menjadi vital
dilakukan secara rutin kepada
karena mengkoordinasi antara
masyarakat luas dengan membuat
lembaga-lembaga dan badan
pengumuman atau melalui rapat kerja
pelayanan terkait serta gapoktan untuk
serta surat pemberitahuan sehingga
memaksimalkan potensi sumber daya
setelah memahami kebijakan/program
alam dan sumber daya manusia yang
pengembangan pertanian, masyarakat
ada di Cikandang melalui media
akan lebih mudah untuk diajak
Taman Teknologi Pertanian Cikajang.
berpartisipasi dalam perencanaan
2) Partisipasi masyarakat dalam
kegiatan, pelaksanaan kegiatan,
pengembangan pertanian dapat
pengawasan kegiatan, evaluasi
dikatakan sudah baik, dengan
kegiatan dan dapat memanfaatkan
menimbang beberapa faktor seperti
hasil pembangunan pertanian sesuai
ketika mereka mengutarakan ide-ide
dengan tujuan yang diharapkan
yang dimilikinya yang berasal dari
bersama.
pemikiran pribadi demi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 602


Wasistiono Sadu dan M Irwan Tahir,
2007, Prospek Pengembangan
5. DAFTAR PUSTAKA
Desa. Bandung: CV Fokusmedia.
Anugrah, Iwan Setiajie dan Erma Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa.
Suryani.2007. Pembangunan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Pertanian dan Perdesaan dalam
Perspektif Kemiskinan
Berkelanjutan. Bogor: Pusat Analisis
Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut.
2016. Kabupaten Garut dalam
Angka 2016. Garut: BPS Kabupaten
Garut.
Bungin, B. 2007.Penelitian Kualitatif.
Jakarta: Prenada Meda Group,
Marsono, 2015. Penguatan Kapasitas
Pelayanan Publik Pemerintah Desa:
MembangunKonstruksi Model
Pelayanan Publik Desa. Jakarta:
Pusat Kajian Desentralisasi dan
Otonomi Daerah.
Rayuddin, Tambaru Zau dan Ramli. 2010.
Partisipasi Petani dalam
Pembangunan Pedesaan di
Kabupaten Konawe.Jurnal
Penyuluhan. Universitas Lakidende
Konawe Sulawesi Tenggara.
Robert, Chambers. 1987. Pembangunan
Desa Mulai Dari Belakang. Jakarta:
Lembaga Penelitian Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial
(LP3S).
Suhirman. 2005. Peta Pengembangan
Partisipasi Masyarakat. Bandung:
FPPM.
Sumodiningrat, Gunawan. 2000.
Pembangunan Ekonomi Melalui
Pengembangan Pertanian. Jakarta:
PT Bina Rena Pariwara
Supriady, Deddy dan Riyadi. 2005.
Perencanaan Pembangunan Derah.
Jakarta: SUN
Tarigan, Robinson, 2006, Perencanaan
Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT
Bumi Aksara,
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Jakarta: Kementrian Dalam Negeri
Republik Indonesia.
Visi Yustisia Tim, 2015, Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
dan Peraturan terkait. Jakarta
Selatan: Visimedia.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 603


ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI KAMPUNG CIREUNDEU
YANG MENERAPKAN KONSEP DESA MANDIRI PANGAN BERBASIS PANGAN
LOKAL
(Studi Kasus pada Masyarakat Kampung Cireundeu Kelurahan Leuwigajah
Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi)

Irfan Rahadian Sudiyana, Dini Rochdiani, Pandi Pardian

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran


Email: irfan.rahadian@unpad.ac.id

ABSTRAK

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia untuk mendukung agar seseorang dapat
tumbuh, bekerja, dan berkembang biak secara normal. Ketahanan pangan masih menjadi masalah yang
besar di Indonesia walaupun Indonesia sering disebut sebagai negara agraris.Pemerintah melalui Badan
Ketahanan Pangan, sejak tahun 2006 telah meluncurkan program Desa Mandiri Pangan yang diharapkan
dapat mendorong kemampuan masyarakat desa untuk mewujudkan kemandirian pangan. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang karakteristik, pendapatan, ketahanan pangan rumah tangga
dan perkembangan program Desa Mandiri Pangan di Kampung Cireundeu. Desain penelitian adalah kualitatif
dengan teknik penelitian studi kasus.Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, karena
Kampung Cireundeu merupakan daerah yang ditetapkan sebagai desa mandiri pangan. Responden
merupakan masyarakat yang seluruh anggota keluarganya mengkonsumsi rasi, dan masyarakat yang
mengetahui perkembangan program Desa Mandiri Pangan di Kampung Cireundeu. Rancangan analisis data
menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden tergolong ke dalam
masyarakat nonmiskin, yaitu rata-rata pendapatan rumah tangga per kapita per bulan adalah sebesar Rp
759.499,00.Selain itu, seluruh responden tergolong ke dalam rumah tangga yang ketahanan pangannya
tinggi, yaitu proporsi pengeluaran pangannya dibawah 60 persen. Perkembangan Kampung Cireundeu dalam
program Desa Mandiri Pangan sudah memasuki tahap penumbuhan dan tergolong ke dalam klasifikasi
sedang, artinya program Desa Mandiri Pangan di Kampung Cireundeu sudah berjalan, namun belum optimal.

Kata kunci: Ketahanan Pangan, Program Desa Mandiri Pangan, Kampung Cireundeu

1. PENDAHULUAN Salah satu upaya yang dilakukan


Pangan merupakan kebutuhan pemerintah untuk mengatasi
dasar bagi kehidupan manusia untuk permasalahan ketahanan pangan adalah
mendukung agar seseorang dapat melalui program “Desa Mandiri Pangan”
tumbuh, bekerja, dan berkembangbiak (Demapan). Pemerintah melalui Badan
secara normal. Kebutuhan pangan di Ketahanan Pangan Kementerian
dunia semakin meningkat seiring dengan Pertanian, sejak tahun 2006 telah
bertambahnya jumlah penduduk di dunia. meluncurkan kegiatan Demapan, yang
Di Indonesia sendiri, permasalahan diharapkan dapat mendorong kemampuan
pangan tidak dapat dihindari, walaupun masyarakat desa untuk mewujudkan
Indonesia sering disebut sebagai negara ketahanan pangan dan gizi keluarganya,
agraris yang sebagian besar sehingga dapat menjalani hidup sehat dan
penduduknya adalah petani. produktif.
Kenyataannya masih banyak kekurangan Di Jawa Barat sudah ada wilayah
pangan yang melanda Indonesia, hal ini yang menerapkan konsep Desa Mandiri
seiring dengan meningkatnya penduduk. Pangan (Demapan) berbasis pangan
lokal, yaitu pada masyarakat Kampung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 604


Cireundeu, Kelurahan Leuwigajah, Gajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota
Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi. Cimahi, Provinsi Jawa Barat. Sedangkan
Masyarakat Kampung Cireundeu subjek penelitian ini adalah masyarakat
mengonsumsi beras singkong atau yang Kampung Cireundeu yang mengonsumsi
lebih dikenal dengan sebutan rasi sebagai beras singkong sebagai makanan
makanan pokoknya. pokoknya sehari-hari, tokoh adat, dan
Berdasarkan fenomena yang ada tokoh masyarakat.
tentang kondisi ketahanan pangan di Pemilihan lokasi penelitian
Indonesia dan kondisi umum masyarakat ditentukan secara sengaja (purposive)
Kampung Cireundeu, maka sangat dengan kriteria sebagai suatu wilayah
menarik untuk diteliti lebih dalam “Demapan” yang sebagian masyarakatnya
mengenai karakteristik, pendapatan serta mengonsumsi beras singkong sebagai
tingkat ketahanan pangan rumah tangga makanan pokoknya.
keluarga yang melakukan diversifikasi Desain penelitian yang dilakukan
pangan berbasis pangan lokal dengan adalah desain kualitatif. Penelitian
mengonsumsi rasi sebagai makanan kualitatif digunakan untuk memahami
pokoknya, serta perkembangan kampung situasi sosial secara mendalam,
Cireundeu sebagai desa mandiri pangan. menemukan pola, hipotesis dan teori
Berdasarkan latar belakang (Sugiyono, 2011).
penelitian, maka tujuan dari penelitian ini Teknik yang digunakan dalam
adalah untuk mengetahui: (1) Tingkat penelitian ini adalah studi kasus (case
pendapatan rumah tangga masyarakat study). Studi kasus merupakan tipe
Kampung Cireundeu yang mengonsumsi pendekatan dalam penelitian yang
rasi sebagai makanan pokoknya, (2) menelaah suatu kasus secara intensif,
Tingkat ketahanan pangan rumah tangga mendalam, mendetail dan komprehensif
masyarakat Kampung Cireundeu yang (Wirartha, 2006).
mengonsumsi rasi sebagai makanan Variabel yang diteliti adalah
pokoknya, dan (3) Perkembangan karakteristik rumah tangga, pendapatan
Kampung Cireundeu sebagai Desa rumah tangga, ketahanan pangan rumah
Mandiri Pangan berbasis pangan lokal. tangga, dan perkembangan desa mandiri
pangan.
2. METODE PENELITIAN Teknik pengumpulan data
Objek yang diteliti pada penelitian ini merupakan suatu cara yang digunakan
adalah kondisi ketahanan pangan rumah untuk memperoleh data. Adapun teknik
tangga dan perkembangan desa mandiri pengumpulan data yang digunakan dalam
pangan berbasis pangan lokal di penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kampung Cireundeu, Kelurahan Leuwi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 605


(1) Observasi, yaitu dengan pengeluaran pangan lebih besar atau
melaksanakan pengamatan langsung sama dengan 60% dari total pengeluaran
terhadap objek, yaitu masyarakat total rumah tangga, maka kondisi
Kampung Cireundeu. ketahanan rumah tangganya rendah, dan
sebaliknya jika pangsa pengeluaran
(2) Wawancara secara mendalam (in
pangannya kurang dari 60% dari
depth interview) kepada narasumber
pengeluaran total rumah tangga, maka
yang terpilih.
dikategorikan ketahanan pangan rumah
(3) Studi kepustakaan atau studi tangganya tinggi.
dokumentasi, yaitu pengumpulan data Pengeluaran rumah tangga
dengan menggunakan literatur dianalisis dengan pendekatan dari pola
kepustakaan dan data-data dari konsumsi, yaitu pengeluaran untuk
lembaga atau instansi yang pemenuhan kebutuhan utama keluarga,
berhubungan dengan objek terutama belanja pangan, berdasarkan
penelitian. standar UNDP/World Bank (2005) yang
disesuaikan dengan kondisi masyarakat
Analisis data yang digunakan dalam
Indonesia, yang terdiri atas 20 item
penelitian ini adalah analisis deskriptif
pengeluaran pangan dan 12 item
yang dilengkapi dengan penggunaan tabel
pengeluaran nonpangan dalam satuan
frekuensi hasil tabulasi langsung untuk
Rp/bulan.
mengetahui gambaran tentang
karakteristik rumah tangga keluarga dan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
perkembangan desa mandiri pangan.
3.1. Tingkat Pendapatan Rumah
Pendapatan rumah tangga yang
Tangga
bermatapencaharian sebagai petani
Berdasarkan hasil penelitian, rata-
singkong dianalisis dengan menggunakan
rata total pendapatan rumah tangga per
usahatani singkong petani tersebut.
bulan adalah Rp 2.348.628,00, sedangkan
Pangsa pengeluaran pangan dianalisis
pendapatan rumah tangga per kapita per
dengan menggunakan persamaan berikut:
bulan adalah Rp 753.250,00.
Berdasarkan kategori dari Bank Dunia,
yaitu pendapatan terendah agar
seseorang tidak disebut miskin adalah Rp
Pengukuran ketahanan pangan
10.000,00/kapita/hari atau Rp
suatu rumah tangga menurut Jonsson dan
300.000,00/kapita/bulan (dengan asumsi
Toole (1991) dalam Rachman dan Ariani
1 dolar AS = Rp 10.000,00 dan 1 bulan =
(2002) dapat dilihat dari pangsa
30 hari), maka berdasarkan hasil
pengeluaran pangannya, yaitu bila pangsa
penelitian, seluruh responden atau 100%

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 606


responden termasuk ke dalam keluarga yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
nonmiskin dengan pendapatan lebih besar Statistik, yaitu pendapatan terendah agar
atau sama dengan Rp 300.000,00 (Tabel seseorang tidak disebut miskin adalah Rp
1). Selanjutnya, jika lihat rata-rata total 246.000,00/kapita/bulan, maka 100%
pendapatan rumah tangga per bulan responden tergolong keluarga nonmiskin.
dibandingkan dengan kategori kemiskinan

Tabel 1. Kategori Pendapatan Rumah Tangga


No Pendapatan Rumah Tangga N %
1 Miskin (<Rp 300.000,00/Kapita/Bulan) 0 0
2 Nonmiskin (≥Rp 300.000,00/Kapita/Bulan) 20 100
Total 20 100

3.2. Tingkat Ketahanan Pangan Rumah ketahanan pangan suatu rumah tangga.
Tangga Berikut hasil perhitungan pangsa
Sebagaimana yang telah pengeluaran pangan sesuai dengan
diungkapkan sebelumnya, bahwa pangsa penelitian Jonsson dan Toole (1991)
pengeluaran pangan dapat dijadikan salah dalam Rachman dan Ariani (2002) (Tabel
satu indikator untuk melihat gambaran 2).

Tabel 2. Pangsa Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Responden


No Pengeluaran Pangan N %
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Tinggi (Proporsi
1
Pengeluaran Pangan < 60%) 20 100
Ketahanan Pangan Rumah Tangga Rendah (Proporsi
2
Pengeluaran Pangan ≥ 60%) 0 0
Total 20 100

Dilihat dari pangsa pengeluaran seluruh anggota keluarganya


pangan rumah tangga, seluruh responden mengonsumsi rasi sehari- harinya.
atau 100% responden termasuk ke dalam Rata-rata konsumsi rasi yang
ketahanan pangan rumah tangganya dikonsumsi responden yang mempunyai
tinggi atau termasuk pada golongan anggota keluarga sebanyak empat orang
rumah tangga yang tahan pangan, yaitu adalah hanya 0,5 kilogram per hari. Jika
rumah tangga yang proporsi pengeluaran dibandingkan dengan konsumsi beras
pangannya lebih kecil dari 60% (Tabel 2). masyarakat Indonesia per harinya,
Rata-rata pangsa pengeluaran pangan tergolong sangat sedikit. Selain itu, untuk
rumah tangga dari seluruh responden rumah tangga responden, dapat membeli
adalah 41%. Hal ini dikarenakan seluruh rasi dengan harga yang murah, hanya Rp
responden adalah rumah tangga yang 3.000,00 per kilogramnya (harga yang
dijual antara masyarakat Kampung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 607


Cireundeu), jauh dari harga beras yang Demapan, atau sudah masuk ke dalam
biasa dijual di masyarakat Indonesia. tahap penumbuhan. Berikut tingkat
Kedua hal inilah yang menyebabkan perkembangan program Demapan pada
pengeluaran pangan rumah tangga tahap penumbuhan sesuai dengan Pedum
menjadi lebih sedikit, dan pangsa program Demapan, dan hasil evaluasi
pengeluaran pangannya rendah, sehingga TPD Kampung Cireundeu yang
100% rumah tangga responden tergolong dikombinasikan dengan teori-teori tentang
ke dalam rumah tangga tahan pangan ketahanan pangan, hasil dari penelitian
serta kondisi nyata di Kampung Cireundeu
3.3. Tingkat Perkembangan Demapan (Tabel 3).

Kampung Cireundeu sudah


memasuki tahun kedua dalam program

Tabel 3. Tingkat Perkembangan Demapan Tahap Penumbuhan


No Indikator Nilai Score
1 Pemberdayaan Masyarakat 120,63
2 Pengembangan Sistem Ketahanan Pangan 122,1
3 Pengembangan Sarana dan Prasarana 60,00
Sub Total 302,73
Klasifikasi (KR, KS, KT) KS

4. SIMPULAN DAN SARAN golongan keluarga yang ketahanan


4.1. Simpulan pangan rumah tangganya tinggi.
(1) Rata-rata total pendapatan rumah (3) Perkembangan Kampung Cireundeu
tangga per bulan adalah Rp dalam program Demapan tergolong
2.361.820,00; maka berdasarkan ke dalam klasifikasi sedang, dengan
hasil penelitian seluruh responden nilai score sebesar 302,73. Klasifikasi
atau sebesar 100% responden sedang berarti program Demapan di
termasuk ke dalam keluarga non Kampung Cireundeu sudah berjalan,
miskin dengan pendapatan lebih namun belum optimal.
besar atau sama dengan Rp 4.2. Saran
300.000,00. (1) Pengelolaan dana program Demapan
(2) Proporsi pengeluaran pangan rumah khususnya dana untuk kelompok
tangga seluruh responden adalah afinitas pertanian dan peternakan,
lebih kecil dari 60% atau dapat sebaiknya dikelola bersama oleh
dikatakan bahwa sebesar 100% kelompok untuk berbagai kegiatan
responden termasuk ke dalam dengan perencanaan yang matang,
serta ditunjang dengan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 608


pendampingan dan pengawasan dari
pihak pemerintah Kota Cimahi.

(2) Perlu adanya dukungan dari


pemerintah untuk mempublikasikan
pola ekonomi masyarakat adat
Kampung Cireundeu ke daerah-
daerah lain terutama ke daerah rawan
pangan, dalam upaya meningkatkan
ketahanan pangan nasional.

5. DAFTAR PUSTAKA

Antang, Emmy U. 2002. Ketahanan


Pangan dan Kebiasaan Makan
Rumahtangga Pada Masyarakat
Yang Tinggal Di Daerah Sekitar
Lahan Gambut Kalimantan Tengah.
Tesis Magister Pertanian Program
Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Badan Ketahanan Pangan Indonesia.
2011. Pedoman Teknis Kegiatan
Desa Mandiri Pangan Tahun 2011.
Jakarta: BKP Indonesia.
BPS, 2000.Statistik Industri sedang dan
Besar. Jakarta: BPS

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 609


ANALISIS DAYA SAING KEPITING INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

Istis Baroh, Sofia Fitriani

Fakultas Pertanian-Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang


Email: istis_baroh@yahoo.co.id

ABSTRAK

Produksi kepiting Indonesia terbanyak ke-3 setelah ikan tongkol dan udang. Harga kepiting
di pasar internasional yang tinggi membuat Indonesia berpeluang untuk memperluas pasar ekspor.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis daya saing kepiting Indonesia di negara tujuan
(Amerika Serikat, United Kingdom dan Australia); membandingkan daya saing kepiting Indonesia
di negara tujuan serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kepiting
Indonesia.
Metode analisis data menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk
menganalisis daya saing serta Regresi Linier Berganda untuk menganalisis faktor-faktor yang
berpengaruh. Hasil penelitian, kepiting Indonesia di Amerika Serikat, United Kingdom, dan
Australia pada tahun 2010-2014 memiliki daya saing yang ditunjukkan oleh nilai RCA > 1. Faktor-
faktor yang berpengaruh nyata terhadap ekspor kepiting Indonesia adalah nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika dan GDP perkapita, sedangkan inflasi dan harga kepiting Indonesia tidak
berpengaruh nyata.

Kata kunci: Kepiting, Daya Saing, Ekspor, Regresi Linier Berganda

1. PENDAHULUAN Indonesia adalah ekspor ikan tuna tongkol


Perkembangan nilai ekspor cakalang, kemudian ekspor udang, dan
Indonesia sampai tahun 1986 masih ekspor kepiting termasuk rajungan berada
didominasi sektor migas, namun sejak di posisi ketiga.
tahun 1987 hingga sekarang ekspor Lebih dari 50% kepiting dan
Indonesia beralih ke komoditi nonmigas rajungan di Indonesia ditujukan untuk
(Badan Pusat Statistik, 2014). Sektor pasar ekspor. Negara tujuan utama
nonmigas yang menarik saat ini yaitu ekspor kepiting dan rajungan Indonesia
pada produk perikanan mengingat adalah Amerika Serikat, Jepang, dan Uni
Indonesia adalah negara bahari dengan Eropa.
wilayah perairan yang luas. Indonesia termasuk 5 besar negara
Harga produk perikanan dan pengekspor kepiting, meliputi kepiting
konsumsi ikan dunia yang tinggi beku, segar, maupun produk olahan
memberikan peluang bagi Indonesia untuk kepiting dengan nilai 108.445.373 US
mengekspor. Data ekspor perikanan dari dollar. Negara pengekspor terbanyak rata-
Kementerian Kelautan dan Perikanan rata tiap tahunnya masih dipegang oleh
Republik Indonesia tahun 2014 negara Kanada dengan jumlah ekspor
menunjukkan total ekspor perikanan pada tahun 2014 yaitu 105.452.389 US
Indonesia ke seluruh dunia sebanyak dollar.
1.229.114 ton dengan nilai US$ Tujuan penelitian ini adalah
3.853.658.000. Peringkat pertama ekspor menganalisis daya saing kepiting

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 610


Indonesia di Amerika Serikat, United
Kingdom dan Australia, dan menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi daya
saing kepiting Indonesia. Keterangan:
Xij : Nilai ekspor kepiting Indonesia ke
Tabel 1. Negara Eksportir Kepiting Dunia negara tujuan.
Tahun 2014 Xj: Nilai total ekspor Indonesia ke
Reporter Trade Value (US$ negara tujuan.
Dollar) Xiw: Nilai ekspor kepiting dunia ke
USA 75.934.607 negara tujuan.
Indonesia 108.445.373 Xw: Nilai total ekspor dunia ke negara
Philippines 60.144.210 tujuan.
United Kingdom 54.468.514
Russian Federation 80.698.404 Kriteria:
Canada 105.452.389 1) RCA>1, memiliki daya saing
China 151.686.369
India 35.090.503 2) RCA<1, tidak memiliki daya saing
Ireland 12.578.822 Analisis Regresi Linier Berganda
Madagascar 15.880.084 Faktor-faktor yang berpengaruh
France 14.305.236
Pakistan 6.877.705 terhadap daya saing dianalisis dengan
Bahrain 2.831.173 menggunakan analisis regresi linier
Thailand 5.447.983
Sumber: Diolah dari UN Comtrade, (2016) berganda. Secara matematis dituliskan
sebagai berikut:

2. METODE PENELITIAN
2.1. Jenis dan Sumber Data Keterangan:
Y = Ekspor Kepiting Indonesia
Data dalam penelitian ini merupakan (ton)
data sekunder yang terdiri atas data deret = Koefisien Regresi
= Kurs Dollar
waktu (time series) tahunan dengan = Tingkat Inflasi
periode waktu 5 tahun (2000-2014) = GDP perkapita negara
tujuan
meliputi meliputi data nilai ekspor, tingkat = Harga Kepiting
inflasi, kurs dollar, GDP perkapita negara, e = unsur gangguan
(disturbance)
volume ekspor, dan produksi.

2.2. Analisis Revealed Comparative


Advantage (RCA)
Daya saing kepiting Indonesia
dianalisis dengan metode RCA (Revealed
Comparative Advantage) yang secara
matematis dituliskan sebagai berikut
(Balassa, 1965):

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 611


3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kingdom menurun dari tahun 2012 sama
Tabel 2. Nilai RCA Kepiting Indonesia di dengan di Australia dan Amerika Serikat
Australia, Amerika Serikat dan
United Kingdom yang juga menurun dari tahun
Negara Tahun RCA Daya sebelumnya.
Tujuan Saing
Australia 2010 19.2310 Ada Penurunan daya saing kepiting
Australia 2011 18.5565 Ada Indonesia di 3 negara tujuan disebabkan
Australia 2012 35.8014 Ada
Australia 2013 0.2476 Tidak oleh produksi kepiting di Indonesia yang
Ada
Australia 2014 10.9327 Ada tidak bisa diprediksi karena masih
Amerika 2010 8.9432 Ada mengandalkan tangkapan dari hasil laut.
Serikat
Amerika 2011 9.3329 Ada Hal ini yang menyebabkan pada awal
Serikat
Amerika 2012 10.194 Ada tahun 2015 Menteri Perikanan Indonesia
Serikat mengeluarkan kebijakan ekspor yang
Amerika 2013 6.9882 Ada
Serikat berguna untuk konservasi hidup kepiting
Amerika 2014 7.3194 Ada
Serikat
di Indonesia.
United 2010 6.8221 Ada Nilai RCA rata-rata Indonesia dan
Kingdom
United 2011 4.9599 Ada negara pengimpor lain di 3 negara tujuan
Kingdom
disajikan pada Tabel 3.
United 2012 19.023 Ada
Kingdom
United 2013 17.639 Ada Tabel 3. Rata-rata Nilai RCA Indonesia
Kingdom dan Negara Pesaing ke Negara
United 2014 15.457 Ada Tujuan Tahun 2010-2014
Kingdom Negara Negara RCA*
Sumber: diolah dari UN Comtrade, 2016 Tujuan Pengekspor
Australia Indonesia 16.95
3.1. Daya saing kepiting Indonesia di
Thailand 10.34
Negara Tujuan Vietnam 13.65
Kepiting Indonesia di negara tujuan Amerika Indonesia 8.56
Serikat India 2.37
Australia secara umum memiliki daya Kanada 0.85
saing, ditunjukkan oleh nilai RCA>1. Nilai
Inggris Indonesia 12.78
tertinggi pada tahun 2012. Pada tahun Norwegia 1.41
2013 menurun dan meningkat lagi pada Kanada 3.08
Sumber: diolah dari UNComtrade, 2016
tahun 2014. Keterangan *: Rata-rata nilai RCA dari
Di negara Amerika Serikat, kepiting tahun 2010-2014
Indonesia setiap tahunnya selalu kuat Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat
karena nilai RCA>1. Nilai RCA pada tahun kepiting Indonesia memiliki nilai RCA rata-
2012 (10,194), menurun pada tahun 2013 rata lebih dari satu di negara tujuan yang
(6,988) meningkat lagi pada tahun 2014. berarti kepiting Indonesia berdaya saing
Di Negara United Kingdom, kepiting kuat. Nilai RCA Indonesia juga tertinggi
Indonesia selalu berdaya saing kuat. Pada bila dibandingkan dengan negara-negara
tahun 2013 dan 2014 nilai RCA di United

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 612


pesaingnya. Kanada sebagai negara Tabel 4. Perhitungan Koefisien
Determinasi
pengekspor kepiting terbesar di dunia
Model Summary
memiliki rata-rata nilai RCA 0,85 di pasar Model R R Adjusted Std. Error of the
Square R Square Estimate
Amerika Serikat yang berarti berdaya 1 .804a .647 .506 18486591.22316
saing lemah. Hal ini karena Indonesia a. Dependent Variable: volume
b. All requested variables entered.
merupakan supplier utama kepiting
Amerika Serikat. Masyarakat Amerika Nilai probabilitas F-hitung sebesar
Serikat lebih menyukai kepiting dari 4,581 yang lebih besar dari nilai Ftabel
Indonesia sehingga 80% konsumsi sebesar 3,71 kemudian dilihat dari nilai sig
kepiting diimpor dari Indonesia. sebesar 0,023 yang lebih kecil dari
Negara pesaing juga memiliki daya probabilitas 0,05, artinya, variabel-variabel
saing di semua negara karena nilai RCA independen dalam model secara
lebih dari 1, kecuali Kanada yang berdaya bersama-sama berpengaruh nyata
saing lemah di Amerika Serikat. Indonesia terhadap variabel dependennya pada taraf
dan negara pesaing sama-sama memiliki kepercayaan 95%.
daya saing kuat atau keunggulan
komparatif di negara tujuan meskipun 3.3. Faktor-faktor yang Berpengaruh
Indonesia bukan merupakan negara terhadap Daya Saing
eksportir terbesar di negara tersebut. Hasil analisis parsial terhadap
Akan tetapi, nilai RCA Indonesia lebih faktor-faktor yang memengaruhi daya
tinggi jika dibandingkan dengan negara saing ekspor kepiting Indonesia.
pesaing. Hal ini menunjukkan kepiting a. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar
Indonesia memiliki keunggulan komparatif Amerika
jika dibandingkan negara pesaing. Nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika berpengaruh signifikan terhadap
3.2. Analisis Faktor-Faktor yang daya saing kepiting Indonesia pada taraf
Mempengaruhi Ekspor Kepiting kepercayaan 95% (α5%).
Indonesia Koefisien nilai tukar rupiah terhadap
Variabel independen yang dollar Amerika dalam model menunjukkan
digunakan ada empat variabel yaitu angka -1,844. Berarti nilai tukar memiliki
variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar pengaruh negatif terhadap daya saing
Amerika, tingkat inflasi di Indonesia, ekspor kepiting Indonesia. Saat rupiah
Gross Domestic Product (GDP) perkapita terhadap dollar Amerika naik, maka harga
negara tujuan, dan harga ekspor kepiting kepiting dari Indonesia menjadi lebih
Indonesia. mahal dari negara lain. Hal ini akan
menciptakan penurunan permintaan
ekspor kepiting Indonesia ke pasar dunia,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 613


dan menyebabkan permintaan kepiting ke berhubungan positif terhadap kenaikan
negara pesaing akan meningkat. GDP suatu negara.

b. Inflasi di Indonesia d. Harga Ekspor Kepiting


Inflasi di Indonesia tidak Harga ekspor kepiting tidak
berpengaruh nyata terhadap daya saing berpengaruh nyata terhadap daya saing
ekspor kepiting. Dilihat dari nilai sig. ekspor kepiting. Hal itu bisa disebabkan
sebesar 0,855 yang lebih besar dari 0,05. oleh karena kepiting Indonesia merupakan
Inflasi tinggi pada suatu negara barang normal bagi warga negara tujuan
akan mengakibatkan harga barang dan sehingga harga bukan merupakan hal
jasa domestik menjadi naik (dalam hal ini nomer satu.
rupiah), tetapi tidak selalu berpengaruh
terhadap barang dan jasa di luar negara 4. SIMPULAN DAN SARAN
tersebut. Hal itu disebabkan oleh nilai 4.1. Simpulan
rupiah belum diperhitungkan di negara Daya saing kepiting Indonesia di
tujuan yang notabene adalah negara United States, United Kingdom, dan
besar dan harga komoditas ekspor tidak Australia pada tahun 2010-2014 memiliki
menggunakan rupiah. daya saing atau berdaya saing kuat.
Namun, pada tahun 2012 daya saing
c. GDP Perkapita Negara Tujuan kepiting Indonesia di Negara Australia
GDP perkapita negara tujuan dalam lemah. Hal ini diduga karena pada tahun
penelitian ini yaitu Amerika Serikat, 2012 produksi kepiting dalam negri
Australia, dan United Kingdom. Dari hasil sedang menurun.
analisis nilai sig. GDP sebesar 0,027 yang Daya saing kepiting Indonesia di
artinya berpengaruh nyata. Nilai koefisien negara tujuan dipengaruhi secara nyata
GDP 0,573 yang berarti jika GDP oleh faktor nilai tukar rupiah terhadap
perkapita negara tujuan naik 1 persen, dolar AS dan GDP negara tujuan
maka akan meningkatkan ekspor kepiting sedangkan faktor inflasi di Indonesia dan
Indonesia sebesar 5,73 persen. harga kepiting Indonesia tidak
GDP merupakan ukuran daya beli berpengaruh nyata terhadap ekspor
suatu negara terhadap suatu komoditi. kepiting Indonesia.
Jika GDP suatu negara naik, maka
konsumsi negara tersebut terhadap suatu 4.2. Saran
komoditi meningkat pula. Hal ini terjadi Saran yang dapat diberikan antara
pada kepiting sebagai barang normal, lain diharapkan pemerintah selalu
karena permintaan barang normal akan memerhatikan kondisi keseimbangan nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 614


Serikat khususnya. Kebijakan pemerintah Competitiveness in Hungarian Agri
Food Sectors. E-Journal World
untuk mendukung ekspor kepiting
Economy. 26,247-259
Indonesia antara lain meningkatkan Food Association Organization (FAO).
Fisheries Global Information
produksi kepiting Indonesia yang
System. Berbagai Terbitan.
berkualitas, dengan cara perluasan lahan www.fao.org [Februari 2016].
Gujarati, Damodar. 1997. Ekonometrika
usaha budidaya tambak kepiting dan
Dasar. Terjemahan oleh Sumarno
pembudidayaan benih kepiting. Zain. Jakarta: Erlangga.
Gunawan, I Rahmadhani. 2015. Daya
Saing Dan Determinan Ekspor
5. DAFTAR PUSTAKA Udang Beku Indonesia Di Negara
Tujuan Ekspor. Skripsi. Fakultas
Abdul, et al. 2012. Analisis Kinerja dan
Ekonomi dan Manajemen. Institut
Daya Saing Perdagangan Biji Kakao
Pertanian Bogor.
dan Produk Kakao Olahan
Haditaqy, Aga. 2015. Analisis Daya Saing
Indonesia di Pasar Internasional.
dan Faktor-faktor yang
Buletin RISTRI 3(1)S
Memengaruhi Permintaan Ekspor
Balassa, B. 1989. Revealed Comparative
Teh Hitam Indonesia Ke Negara
Advantage in Japan and the United
Tujuan Ekspor. Skripsi. Fakultas
States. Journal of International
Ekonomi dan Manajemen. Institut
Economic Integration 4(2): 8-22.
Pertanian Bogor.
Baroh, Istis, et al. 2014. Indonesian
Hagi, et al. 2012. Analisis Daya Saing
Coffee Competitiveness in the
Ekspor Minyak SawitIndonesia dan
International Market: Armington
Malaysia di Pasar Internasional.
Model Application. American Journal
Pekbis Jurnal 4(3): 180-191.
of Economics 4(4): 184-194.
Hanani, Nuhfil, Rosihan Asmara dan
DOI:10.5923/j.economics.20140404.
Fahriyah. 2012. Persaingan Ekspor
03
Kopi Indonesia Di Pasar
Badan Pusat Statistik (BPS). Berbagai
Internasional. Jurnal Perhimpunan
Terbitan. www.bps.go.id [Februari
Ekonomi Pertanian Indonesia.
2016]
Juarno, Ono. 2012. Daya Saing Dan
Bank Indonesia (BI). berbagai
Strategi Peningkatan Ekspor Udang
terbitan.www.bi.go.id [Februari
Indonesia Di Pasar Internasional.
2016]
Disertasi Doktor. Pascasarjana.
Dewi, et al. 2015. Pengaruh Kurs Dollar,
Institut Pertanian Bogor.
Harga, dan InflasiTerhadap Volume
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Ekspor Kepiting Indonesia. E- Jurnal
Republik Indonesia. Berbagai
EP Unud 4(7): 746-762.
Terbitan. www.kkp.go.id [Februari
Dolatti, Mahnaz et al. 2011. The Effect of
2016].
Real Exchange Rate Instability on
Lindert, P H dan C P Kindleberger.
Non- Petroleum Exports in Iran.
Ekonomi Internasional Edisi ke-8.
Journal of Basic and Applied
Alih Bahasa Burhanudin Abdullah.
Scientific Research, 2(7): 6955-
Jakarta: Erlangga.
6961.
Malian, A.Husni. dkk. 2004. Permintaan
Fernando, Yosep. 2009. Analisis Daya
Ekspor dan Daya Saing Panili di
Saing dan Faktor-faktor yang
Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Agro
Mempengaruhi Ekspor Jagung
Ekonomi 22(1) 26-45.
Indonesia di Pasar Malaysia Pra dan
Mankiw, G. 2006. Makroeconomics. New
Pasca Krisis Ekonomi. Skripsi.
York: Worth Publishers.
Fakultas Pertanian. Institut
Meistika, Rani. 2011. Analisis Faktor-
Pertanian Bogor.
Faktor Yang Memengaruhi Ekspor
Ferto,I.,Hubbard,L.J. 2003.Revealed
Kepiting Indonesia. Skripsi. Fakultas
Comparative Advantage and

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 615


Ekonomi dan Manajemen. Institut Berbagai Terbitan.
Pertanian Bogor. www.un.comtrade.org [Februari
Menteri Kelautan dan Perikanan Republik 2016]
IndonesiaNomor 1/Permen-Kp/2015. Worldbank Data. Berbagai Terbitan.
TentangPenangkapan Lobster www.worldbank.org [Februari 2016].
(Panulirus spp.), Kepiting (Scylla Yudiarosa, Indriana. 2009. Analisis Ekspor
spp.), dan Rajungan (Portunus Ikan Tuna Indonesia. Jurnal Wacana
pelagicus spp.). 12(1): 1411-0199.
Muendler, AMarc. 2007. Balassa (1965)
Comparative Advantage by Sector
of Industry, Brazil 1986-2001.San
Diego: University of California.
Nababan, S Christian. 2012. Penerapan
Kebijakan Perdagangan
Internasional di Uni Eropa dan
Pengaruhnya Terhadap Ekspor
Udang Indonesia. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor.
Natalia, Deasi dan Nurozy. 2012. Kinerja
Daya Saing Produk Perikanan
Indonesia Di Pasar Global. Jurnal
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan
6(1): 2089-4287.
Pramana, et al. 2013. Variabel-variabel
yang Mempengaruhi Ekspor
Nonmigas Indonesia ke Amerika
Serikat. JEKT 6(2) 98-105.
Pratiwi, C Niken. 2016. Analisis Daya
Saing Ekspor Udang Beku
Indonesia. Skripsi. Fakultas
Pertanian-Peternakan. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Purnamasari, Meidiana.dkk. 2014.
Analisis Daya Saing Ekspor Kopi
Indonesia Di Pasar Dunia. Jurnal
AGRISE XIV(1): 1412-1425.
Ramadhan, K Adinda. 2011. Daya Saing
Produk Perikanan Indonesia di
Beberapa Negara Importir Utama
dan Dunia. Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor.
Sulthan, 2014. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Ekspor
Cengkeh di Indonesia Tahun 2001-
2011. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Hasanudin
Makasar.
Suprihatini, Rohayati. 2005. Daya Saing
Ekspor Teh Indonesia di Pasar
Dunia. Lembaga Riset Perkebunan
Indonesia
United Nations Commodity Trade
Statistics Database (UN Comtrade).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 616


IDENTIFIKASI PERKEMBANGAN LAHAN SAWAH DAN
PERMUKIMAN DI KABUPATEN MAJALENGKA
1
Ivan Chofyan, 2Dwina Ilmia Andriany
1,2
Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota,Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung,
Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116
Email:1vanchofyan@yahoo.co.id, 2dwinailmiaandriany@gmail.com

ABSTRAK

Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) sangat berpengaruh terhadap banyaknya
pembangunan seperti kawasan industri, perdagangan jasa, perumahan dan lain sebagainya. Salah
satu pembangunan yang banyak terjadi adalah pembangunan permukiman,dimana permukiman
tersebut banyak dibangun di atas lahan sawah. Hal ini berdampak pada penurunan produksi padi,
dan pada akhirnya menurunkan ketersediaan bahan pangan. Tujuan kajian ini adalah untuk
mengidentifikasi perkembangan lahan sawah dan permukiman di Kabupaten Majalengka. Untuk
mencapai tujuan tersebut, metode analisis yang digunakan adalah analisis proyeksi penduduk,
analisis surplus defisit, analisis kebutuhan lahan sawah, dan analisis kebutuhan lahan permukiman.
Berdasarkan hasil proyeksi, penduduk Kabupaten Majalengkapada tahun 2031 berjumlah 1.272.751
jiwa. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, Kabupaten Majalengka belum mengalami
defisit beras, tetapi agar tidak terjadi defisit beras pada tahun yang akan datang maka keberadaan
sawah harus dipertahankan. Kebutuhan luas lahan sawah pada tahun 2031 yaitu 19.193,09 Ha.
Sedangkan kebutuhan lahan permukiman adalah 12.536,60 Ha. Keberadaan sawah tersebut tentu
akan berpengaruh terhadap perkembangan lahan permukiman. Oleh karena itu, dalam
mengembangkan lahan permukiman jika sudah mengalami batas luas lahan yang diperuntukan
maka dapat mengembangkan lahan permukiman secara vertikal.

Kata kunci: Sawah, Permukiman, Surplus Defisit

1. PENDAHULUAN 500 hektar. Pengurangan lahan sawah


Kabupaten Majalengka merupakan salah satunya disebabkan oleh
salah satu kabupaten di Jawa Barat yang pembangunan perumahan dan
sedang banyak melakukan pembangunan. permukiman yang dilakukan di atas lahan
Hal ini disebabkan karena sedang pertanian, khususnya sawah, sehingga
dilakukannya pembangunan Bandara menyebabkan alih fungsi lahan sawah
Internasional Jawa Barat (BIJB) yang menjadi permukiman.
berlokasi di Kecamatan Kertajati. Pengembangan kawasan
Pembangunan BIJB berpengaruh terhadap permukiman yang direncanakan dalam
banyaknya pembangunan lainnya seperti RTRW Kabupaten Majalengka pada
kawasan industri, perdagangan jasa, Tahun 2031 berupa kawasan permukiman
perumahan dan lain sebagainya. perdesaan dan perkotaan.
Pembangunan yang terjadi Pengembangan kawasan permukiman
berdampak pada penurunan luas lahan perdesaan diarahkan pada
sawah yang berada di Kabupaten pengembangan ruang permukiman
Majalengka. Selama tahun 2012-2013, horisontal dengan mempertimbangkan
luas lahan sawah di Kabupaten kegiatan dalam kawasan perdesaan,
Majalengka mengalami penurunan hampir mencakup kegiatan pertanian,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 617


perkebunan, kehutanan, peternakan, Pembangunan kawasan
perikanan, pengelolaan sumberdaya permukiman yang berada di Kabupaten
alam, pelayanan jasa pemerintahan, Majalengka ini jika diteruskan dalam
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. jangka waktu yang panjang akan banyak
Permukiman perdesaan meliputi menghabiskan lahan pertanian yang ada.
permukiman perdesaan PPL dan Hal ini akan berdampak pada penurunan
permukiman desa. Wilayah yang ketersediaan bahan pangan. Apabila
dikembangkan menjadi kawasan penggunaan lahan diserahkan kepada
permukiman perdesaan adalah di seluruh mekanisme pasar, maka keberadaan
kecamatan dengan lebih memperhatikan lahan sawah akan terus berkurang, dan
pengelompokan eksisting dan pada akhirnya akan berdampak pada
ketersediaan lahan untuk pertanian (mata penurunan ketersediaan bahan pangan,
pencaharian), serta tidak berada pada khususnya beras. Agar tidak terjadi hal
wilayah-wilayah rawan bencana. Dengan tersebut, maka perlu adanya kajian untuk
alokasi tersebar di seluruh kecamatan mengetahui bagaimana perkembangan
dengan rencana kawasan permukiman lahan sawah dan permukiman di
perdesaan seluas 3.975 Ha meliputi Kabupaten Majalengka. Undang-Undang
permukiman perdesaan PPL dan Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
permukiman desa. Ruang mengamanatkan pentingnya
Rencana kawasan permukiman mengalokasikan lahan untuk pertanian
perkotaan dikembangkan dengan pola pangan secara terus menerus.
linier dan mengelompok mengikuti Fenomena alih fungsi lahan
jaringan jalan utama. Pengembangan pertanian merupakan dampak dari
kawasan permukiman perkotaan transformasi sruktur ekonomi (pertanian
dilakukan pada wilayah-wilayah dengan ke industri), dan demografi (pedesaan ke
konsentrasi penduduk tinggi dan memiliki perkotaan) yang pada akhirnya
lokasi yang strategis. Kawasan mendorong transformasi sumberdaya
permukiman perkotaan, termasuk seluruh lahan dari pertanian ke non-pertanian
kegiatan yang membentuk sistem (Winoto, 2005). Adanya alih fungsi lahan
permukiman yaitu unit rumah-rumah pertanian khususnya lahan sawah akan
beserta dengan fasilitas sosial dan mempengaruhi produksi beras yang ada.
fasilitas umum serta infrastruktur Alih fungsi lahan sawah menjadi
pendukungnya bersamaan dengan lahan permukiman adalah sesuatu yang
kegiatan jasa dan perdagangan. Alokasi wajar terjadi, karena menurut Barlowe
tersebar di seluruh kecamatan dengan (1978), nilai sewa lahan (land rent)
rencana kawasan permukiman perkotaan permukiman lebih tinggi dibandingkan
seluas 9.480 Ha. dengan nilai sewa lahan sawah, dimana

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 618


penggunaan lahan akan mengarah kepada  Pembangunan daerah dan perdesaan.
penggunaan yang mempunyai nilai sewa Pembangunan nasional akan timpang
lahan yang lebih tinggi. Winoto (2005) kalau daerah perdesaan tidak
menyatakan bahwa ancaman alih fungsi dibangun, urbanisasi tidak akan bisa
lahan sawah ke depan sangat besar, ditekan, dan pada akhirnya senjang
yang mengancam sekitar 42,40% luas desa dan kota semakin melebar. Lebih
sawah beririgasi di Indonesia, seperti dari 83 persen kabupaten/kota di
tergambarkan dalam Rencana Tata Indonesia ekonominya berbasis
Ruang Wilayah (RTRW) Pemerintah kepada pertanian. Agroindustri
Kabupaten. perdesaan akan sangat berperan
Salah satu penyebabnya adalah dalam pertumbuhan ekonomi
adanya kepentingan pemerintah daerah perdesaan terutama dalam penyerapan
untuk mengumpulkan dana melalui tenaga kerja.
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang  Penyangga dalam masa krisis. Sektor
diupayakan antara lain dengan cara pertanian yang berbasis sumberdaya
meningkatkan nilai ekonomi lahan lokal terbukti sangat handal dalam
pertanian. Perhitungan Pemda mungkin masa krisis ekonomi, bahkan mampu
benar apabila nilai lahan pertanian hanya menampung 5 juta tenaga kerja
diukur dengan Pajak Bumi dan Bangunan limpahan dari sektor industri dan jasa
(PBB) yang diperoleh, sehingga alih yang terkena krisis; kasus bom Bali
fungsi ke penggunaan untuk industri atau yang melumpuhkan parawisata di Bali,
permukiman misalnya dianggap akan terselamatkan oleh sektor pertanian.
lebih menguntungkan. Namun, akan lain  Penghubung sosial ekonomi antar
kesimpulannya bila nilai multifungsi masyarakat dari berbagai pulau dan
pertanian dipertimbangkan juga dan daerah sebagai perekat persatuan
dihitung nilai ekonomisnya. bangsa. Masing-masing pulau atau
Menurut Irawan (2005), multifungsi daerah memiliki keunggulan komparatif
pertanian meliputi peran sebagai: yang dapat dikembangkan untuk
 Penghasil pangan dan bahan baku meningkatkan keunggulan masing-
industri. Sektor pertanian sangat masing. Perdagangan (trade) antar
menentukan dalam ketahanan pangan pulau ini akan meningkatkan efisiensi
nasional sekaligus menentukan ekonomi dengan melakukan
ketahanan bangsa. Penduduk spesialisasi masing-masing daerah.
Indonesia tahun 2025 akan mencapai Saling ketergantungan antara daerah
300 juta lebih, ketahanan nasional menjadi jaminan pengembangan
akan terancam bila pasokan pangan ekonomi daerah dan mempererat
sangat tergantung dari impor. persatuan antar daerah.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 619


 Kelestarian sumberdaya lingkungan. 2. METODE PENELITIAN
Kegiatan pertanian berperan dalam Model analisis yang digunakan
penyangga, penyedia air, udara bersih, dalam kajian ini adalah analisis proyeksi
dan keindahan. Pada hakekatnya penduduk, analisis surplus defisit, analisis
pertanian selalu menyatu dengan alam. kebutuhan lahan sawah dan analisis
Membangun pertanian yang kebutuhan lahan permukiman. Model
berkelanjutan (sustainable) berarti juga proyeksi yang digunakan adalah model
memelihara sumberdaya lingkungan. proyeksi bunga berganda dengan
Agrowisata merupakan contoh yang persamaan sebagai berikut:
ideal dalam multifungsi pertanian. ................. 1)
 Usaha pertanian berkaitan erat dengan
sosial-budaya dan adat istiadat
masyarakat. Sistem sosial yang
terbangun dalam masyarakat pertanian Keterangan:
telah berperan dalam membangun Pt : Penduduk tahun terakhir
r : Rata-rata prosentase pertumbuhan
ketahanan pangan dan ketahanan penduduk
sosial, seperti lumbung pangan, sistem : Selisis tahun akhir dan tahun
proyeksi
arisan dan lainnya.
Analisis surplus defisit dilakukan
 Kesempatan kerja, PDB, dan devisa.
untuk membandingkan antara produksi
Lebih dari 25,5 juta keluarga atau 100
dengan konsumsi. Produksi didapatkan
juta lebih penduduk Indonesia
dari data sekunder, sementara
hidupnya tergantung pertanian. Sektor
perhitungan konsumsi adalah sebagai
pertanian menyerap 46,3% tenaga
kerja dari total angkatan kerja, berikut:

menyumbang 6,9% dari total ekspor a. Kebutuhan Gabah Kering Giling per
Kapita
non migas, dan memberikan kontribusi
sebesar 15 persen PDB nasional. ......................... 2)

Berdasarkan uraian di atas, tujuan Dimana:


studi ini adalah mengidentifikasi Kgkg = Kebutuhan gabah kering
giling (kg/kapita/tahun)
perkembangan lahan sawah dan SKB = Standar Konsumsi Beras
permukiman di Kabupaten Majalengka, (kg/kapita/tahun)

untuk selanjutnya merumuskan arahan Standar konsumsi beras di Kabupaten


penggunaan lahan agar terjadi Majalengka saat ini adalah 104 Kg/
Kapita/Tahun. Nilai 62,74 adalah faktor
keseimbangan antara lahan sawah dan konversi gabah kering giling ke beras
permukiman di Kabupaten Majalengka. berdasarkan hasil survey susut panen
dan pasca panen gabah beras
kerjasama BPS dan Kementan (2009).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 620


b. Kebutuhan Gabah Panen per Kapita Untuk mengetahui kebutuhan lahan
.......................... 3) permukiman didapatkan berdasarkan
kepadatan penduduk yang ada, yaitu :
Dimana:
Kgp = Kebutuhan gabah panen a. Kepadatan rendah 100 jiwa/ha berarti
(kg/kapita/tahun)
kebutuhan permukiman untuk 1 orang
Nilai 83,12 adalah faktor konversi adalah 100 m2.
gabah panen ke gabah kering giling
b. Kepadatan sedang 200 jiwa/ha berarti
berdasarkan hasil survey susut panen
dan pasca panen gabah beras kebutuhan permukiman untuk 1 orang
kerjasama BPS dan Kementan (2009).
adalah 50 m2.
c. Kepadatan tinggi 400 jiwa/ha berarti
c. Kebutuhan Konsumsi
kebutuhan permukiman untuk 1 orang
................................. 4)
adalah 25 m2.
Dimana:
Kk = Kebutuhan konsumsi Berdasarkan standar tersebut
penduduk (Kg/Tahun) dikalikan dengan jumlah penduduk yang
Kgp = Kebutuhan gabah panen
(Kg/Kapita/Tahun) ada, maka hasil dari perhitungan tersebut
JP = Jumlah penduduk (jiwa) merupakan kebutuhan permukiman.
Analisis kebutuhan lahan sawah
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan untuk mengetahui lahan sawah
Jumlah penduduk Kabupaten
yang dibutuhkan sesuai kebutuhan
Majalengka pada Tahun 2009 adalah
pangan di Kabupaten Majalengka.
1.206.702 jiwa, sementara pada Tahun
Adapun perhitungan kebutuhan lahan
2015 jumlahnya 1.190.415 jiwa. Dengan
sawah adalah sebagai berikut:
menggunakan rumus proyeksi seperti
a. Intensitas Pertanaman
yang telah diterangkan sebelumnya, dapat
........ 5)
diketahui perkiraan jumlah penduduk
sampai dengan tahun 2031, seperti
b. Kebutuhan Lahan Sawah per Kapita
terlihat pada Tabel 1.
.................................... 6)
Tabel 1. Proyeksi Penduduk Kabupaten
Dimana: Majalengka
Klsp = Kebutuhan lahan sawah per
kapita (ha/kapita) No Tahun Jumlah Penduduk
Pr = Produksi rata-rata (kg/ha) 1 2016 1.195.402
2 2021 1.220.648
c. Kebutuhan Lahan Sawah
3 2026 1.246.427
................................ 7)
4 2031 1.272.751
Dimana:
Sumber: Hasil Analisis
Kls = Kebutuhan lahan sawah (ha)
Jp = Jumlah Penduduk (jiwa)
Berdasarkan data penduduk di atas,
dapat diketahui kebutuhan konsumsi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 621


penduduk Kabupaten Majalengka. sehingga produksinya tetap sebesar
Standar konsumsi beras per kapita 664.220 ton, maka perbandingan
Kabupaten Majalengka adalah 104 konsumsi dan produksi pada tahun-tahun
kg/kapita/tahun. Penghitungan kebutuhan yang akan datang dapat dilihat pada tabel
konsumsi dapat dilihat pada uraian di di bawah ini.
bawah ini. Tabel 2. Perbandingan Konsumsi dan Produksi
1) Kebutuhan Gabah per Kapita Penduduk Konsumsi Produksi
No Tahun
(Jiwa) (Ton) (Ton)
Kebutuhan gabah yang dihitung
1 2016 1.195.402 238.395 664.220
adalah kebutuhan gabah kering giling dan 2 2021 1.220.648 243.430 664.220
dilanjutakan dengan perhitungan 3 2026 1.246.427 248.571 664.220

kebutuhan gabah panen. 4 2031 1.272.751 253.821 664.220


Sumber: Hasil Analisis
 Kebutuhan Gabah Kering Giling
Kgkg = 104 X 100/62,74 Berdasarkan data pada Tabel 2

= dapat diketahui bahwa sampai dengan

= 0,16578 ton/kapita/tahun tahun 2031, dengan jumlah penduduk


1.272.751 orang, tidak akan mengalami
 Kebutuhan Gabah Panen
kekurangan beras, karena jumlah
Kgp = Kgkg X 100/83,12
produksi padi masih lebih besar
= 0,16578 X 100/83,12
dibandingkan dengan kebutuhan
= 0,19943 ton/kapita/tahun
konsumsinya.
Penduduk Kabupaten Majalengka Analisis kebutuhan lahan sawah
pada tahun 2015 adalah 1.190.415 jiwa. dilakukan untuk mengetahui lahan sawah
Dengan demikian, kebutuhan konsumsi yang dibutuhkan yang disesuaikan
Kabupaten Majalengka terhadap padi kebutuhan pangan di Kabupaten
adalah sebagai berikut: Majalengka. Berdasarkan Buku

 Kk2015 = 1.190.415 X 0,19943 Kabupaten Majalengka dalam Angka

= 237.404,5 ton/tahun tahun 2010-2016, dapat diketahui


produksi padi rata-rata sebesar 6,36
Berdasarkan data yang didapatkan
ton/ha dan Intensitas Pertanaman rata-
dari Buku Kabupaten Majalengka dalam
rata 2,08. Dengan demikian dapat
Angka Tahun 2016, produksi padi pada
diketahui kebutuhan lahan sawahnya
tahun tersebut adalah 664.220 ton, maka
sebagai berikut:
dapat dikatakan bahwa pada tahun 2015
Kabupaten Majalengka tidak mengalami
defisit beras.
Selanjutnya, dengan asumsi tidak
terjadi pengurangan lahan sawah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 622


Keterangan: kebutuhan lahan permukiman per kapita
Klsp = Kebutuhan lahan sawah per kapita luasnya tetap, maka dapat ditentukan
kebutuhan lahan permukiman sampai
Dengan diketahuinya kebutuhan
dengan Tahun 2031 seperti terlihat pada
lahan sawah per kapita, maka dapat
Tabel 4.
dihitung kebutuhan lahan sawah sampai
tahun 2031 seperti terilihat pada Tabel 3. Tabel 4. Kebutuhan Lahan Permukiman
Kebutuhan
Tabel 3. Kebutuhan Lahan Sawah
Penduduk Lahan
No Tahun
Kebutuhan (Jiwa) Permukiman
Penduduk
No. Tahun Lahan (ha)
(jiwa)
Sawah (ha) 1 2016 1.195.402 11.774,71
1 2016 1.195.402 18.026,66 2 2021 1.220.648 12.023,38
2 2021 1.220.648 18.407,37 3 2026 1.246.427 12.277,31
3 2026 1.246.427 18.796,12 4 2031 1.272.751 12.536,60
4 2031 1.272.751 19.193,09 Sumber: Hasil Analisis
Sumber: Hasil Analisis
Dalam RTRW Kabupaten
Berdasarkan perhitungan tersebut
Majalengka, luas lahan permukiman yang
dapat diketahui bahwa kebutuhan lahan
direncanakan pada tahun 2031 berupa
sawah di Kabupaten Majalengka pada
kawasan permukiman perkotaan dengan
tahun 2031 adalah sebesar 19.193,09 Ha.
luas 9.480 ha dan permukiman perdesaan
Luas tersebut lebih kecil jika dibandingkan
dengan luas 3.975 ha berupa, yang
dengan luas lahan yang direncanakan
dijumlahkan menjadi 13.455 ha. Luas
menurut RTRW sebesar 39.190 ha, yang
lahan permukiman yang direncanakan
berupa lahan pertanian pangan
lebih besar jika dibandingkan dengan
berkelanjutan (LP2B). Lahan sawah yang
kebutuhannya. Ini artinya alokasi lahan
luas untuk memenuhi kebutuhan terhadap
permukiman per kapita direncanakan lebih
beras di Kabupaten Majalengka tidak
luas dibandingkan dengan saat ini.
lantas membuat lahan sawah tersebut
Jumlah penduduk pada tahun 2031
boleh dialihfungsikan menjadi kegiatan
diperkirakan sebesar 1.272.751 jiwa yang
non pertanian, apalagi jika sawah tersebut
berarti luas permukiman per kapita
sudah beririgasi teknis.
sebesar 0,011 ha atau 110 m2, lebih luas
Selanjutnya akan dianalisis
dibandingkan dengan sekarang yang
kebutuhan lahan permukiman. Luas lahan 2
hanya sebesar 98,5 m .
permukiman pada saat ini adalah
11.724,14 ha dengan jumlah penduduk
1.190.415 yang berarti luas permukiman
untuk 1 penduduk yaitu sebesar
2
0,00985ha atau 98,5 m. Apabila

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 623


4. SIMPULAN DAN SARAN kepadatan rendah. Jika dilihat dari isu
4.1. Simpulan pembangunan yang akan
(1) Kondisi perberasan pada saat ini berkembang di Kabupaten
maupun sampai tahun proyeksi 2031 Majalengka, maka kepadatan
berada dalam keadaan surplus. penduduk diperkirakan akan
(2) Luas lahan sawah yang direncanakan meningkat dari rendah menjadi
oleh RTRW Kabupaten Majalengka sedang. Standar kebutuhan
lebih besar jika dibandingkan dengan permukiman untuk kepadatan sedang
kebutuhan luas lahan sawah adalah 50 m2, namun karena
berdasarkan jumlah penduduk. Kabupaten Majalengka baru akan
(3) Luas lahan permukiman per kapita menuju ke kepadatan sedang, maka
yang direncanakan menurut RTRW dapat disarankan kebutuhan
lebih besar jika dibandingkan luas permukiman untuk 1 orang tetap
lahan permukiman per kapita pada sebesar 98,5 m2. Dengan demikian,
saat ini. kebutuhan lahan permukiman pada
tahun 2031 disarankan seluas
4.2. Saran 12.536,60 ha. Selain itu,
(1) Walaupun luas lahan sawah masih pengembangan kawasan
lebih besar jika dibandingkan dengan permukiman tidak dilaksanakan di
kebutuhannya, tidak berarti alih fungsi wilayah yang berdekatan dengan
lahan sawah menjadi penggunaan lain lahan sawah.
diperbolehkan, apalagi lahan sawah
yang sudah beririgasi. Keberadaan 5. DAFTAR PUSTAKA
lahan sawah akan menjadi landasan Anwar A. 1993. Dampak Alih Fungsi
Lahan Sawah Menjadi Lahan Non
bagi pemenuhan kebutuhan penduduk
Pertanian di Sekitar Wilayah
terhadap bahan pangan khususnya Perkotaan, Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota. Nomor: 10,
beras.
triwulan IV/2003, Masalah
(2) Luas lahan permukiman per kapita di Pertanahan Nasional, MPKD-UGM.
Yogyakarta.
masa yang akan datang harus lebih
Barlowe, R. 1978. Land Resorce
kecil jika dibandingkan dengan luas Economics. Prentice-Hall, Inc., New
Jersey.
lahan permukiman per kapita pada
Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah:
saat ini. Semakin besar jumlah Potensi Dampak, Pola
Pemanfaatannya, dan Faktor
penduduk seharusnya semakin kecil
Determinan. Forum Penelitian Agro
kebutuhan luas lahan per kapita. Jika Ekonomi, 23(1): 1-18.
Badan Pusat Statistik Kabupaten
kebutuhan permukiman untuk 1
Majalengka. Kabupaten Majalengka
penduduk sebesar 98,5 m2, maka dalam Angka Tahun 2010 sd Tahun
2015. Majalengka.
Kabupaten Majalengka berada pada

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 624


Peraturan Daerah No.1 Tahun 2011
tentang RTRW Kabupaten
Majalengka Tahun 2011-2031
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang
UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Kawasan Permukiman.
Winoto, J. 2005. Kebijakan Pengendalian
Alih Fungsi Lahan Pertanian.
Makalah (Keynote Speech)
dipresentasikan dalam Seminar
Penanganan Konversi Lahan dan
Pencapaian Lahan Pertanian Abadi,
yang diselenggarakan atas
Kerjasama Kantor Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian
dengan Pusat Studi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan (PSP3 -
LPPM IPB) di Jakarta, 13 Desember
2005.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 625


USAHATANI DAN PEMASARAN BAWANG MERAH
DI DAERAH NON SENTRA PRODUKSI DI KABUPATEN KEDIRI

Jabal Tarik Ibrahim

Jurusan Agribisnis FPP Universitas Muhammadiyah Malang


Email: jabaltarik2012@gmail.com

ABSTRAK

Usahatani bawang merah memerlukan biaya sebesar Rp 84.440.000,- dan rataan produksi 11
ton/hektar. Jika harga jual bawang merah senilai Rp 9.500,-/kg maka penerimaan usahatani petani
bawang merah sebesar Rp 104.500.000,-. Pendapatan petani bawang merah sebesar Rp
20.060.000,- per hektar dalam sekali musim tanam. BEP bawang merah sebesar Rp 7.676,-/kg.
R/C ratio usahatani bawang merah sebesar 1,24. Rantai pemasaran bawang merah dari petani ke
pedagang besar tidaklah terlalu panjang karena desa ini dekat dengan sub pasar induk Pare
dimana terdapat banyak pedagang besar. Pelaku pasar dalam rantai pemasaran yang banyak
mendapat keuntungan adalah pedagang besar di Surabaya. Mereka mendapatkan keuntungan
sebesar Rp 1.146,- per kg atau profit share sebesar 20,33%. Bawang merah Kediri memiliki
kekuatan karena memiliki agroklimatologi yang cocok untuk budidaya bawang merah, petani yang
berpengalaman berusahatani bawang merah, sarana produksi tersedia secara lokal, pasar lokal
yang berakses pemasaran nasional, transportasi lancar, dan kelembagaan pertanian yang kuat.
Kelemahannya adalah biaya produksi yang tinggi baik tenaga kerja maupun sarana produksi
lainnya seperti tingginya harga pupuk dan pestisida. Petani umumnya belum menjual produk
olahan bawang merah, artinya petani belum mendapat nilai tambah dari pengolahan bawang
merah. Pengembangan bawang merah di Desa Badas masih memiliki banyak peluang, antara lain:
kebutuhan bawang merah mentah masih cukup banyak, kebutuhan bawang merah olahan
semakin meningkat, lokasi usahatani dekat dengan sub pasar induk Pare, dan teknologi tersedia
secara lokal. Ancaman yang paling besar adalah rendahnya bawang merah impor yang seringkali
terjadi pada saat petani panen.

Kata kunci: Bawang Merah, Usahatani, Pemasaran

1. PENDAHULUAN masih di bawah kebutuhan bawang merah


nasional secara keseluruhan. Mulai tahun
Sebagai bumbu utama dalam
2009 sampai tahun 2013, hampir setiap
berbagai kuliner khas Indonesia maupun
tahun masih terjadi senjang antara
kuliner Asia lainnya, tentu bawang merah
produksi dengan total kebutuhan terhadap
dapat dijumpai dengan mudah di
bawang merah. Discrepancy antara
Indonesia. Berdasarkan data dari
kebutuhan dengan produksi nasional ini
Direktorat Jenderal Hortikultura
disebabkan oleh produktifitas bawang
Kementrian Pertanian (2013) disebutkan
merah yang belum optimal. Jawa Barat
bahwa konsumsi per kapita rakyat
dan Jawa Tengah rata-rata
Indonesia terhadap bawang merah
produktifitasnya selalu di atas 10 ton/ha
sebesar 0,38 kg/kapita/tahun. Kebutuhan
dalam 5 tahun terakhir ini. Secara
ini adalah kebutuhan konsumsi rakyat,
nasional, Jawa Timur menempati urutan
belum termasuk kebutuhan industri dan
ketiga dalam hal produksi walaupun total
ekspor. Dalam beberapa tahun
produksi per tahun dan luas areal panen
belakangan ini, produksi di Indonesia

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 626


per tahun, Jawa Timur menduduki masyarakat yang included penelitian ini).
peringkat kedua nasional. Atas dasar Jumlah responden keseluruhan sebanyak
pertimbangan ini wajar jika masing- 42 orang. Penelitian ini menggunakan
masing pemerintah daerah data primer, antara lain : data usahatani,
mengembangkan ekstensifikasi bawang data pendapat para pihak dari pemerintah
merah. tentang pengembangan bawang merah,
Bertitik tolak dari pemikiran data harga tingkat petani/pedagang, dan
pentingnya pengembangan bawang data tentang faktor
merah di masa yang akan datang maka penghambat/pendorong pengembangan
penelitian ini bertujuan untuk: bawang merah. Data sekunder yang
Mengidentifikasi faktor penghambat dan dibutuhkan adalah data luas areal tanam,
pendorong baik eksternal maupun internal luas realisasi panen.
pada sistem usahatani bawang merah di Analisis data yang digunakan antara
Kabupaten Kediri, menganalisis kelayakan lain adalah analisis analisis R/C ratio, dan
finansial usahatani bawang merah di analisis BEP. Analisis pemasaran yang
tingkat petani, dan menganalisis rantai dilakukan dalam penelitian ini antara lain:
nilai (value chain) komoditas bawang penghitungan marjin pemasaran, share,
merah di Kabupaten Kediri. dan profit share. Untuk menjelaskan
hambatan dan potensi usahatani
2. METODE PENELITIAN digunakan analisis SWOT yang dilakukan
secara kualitatif.
Lokasi penelitian ditentukan secara
sengaja di Kabupaten Kediri dengan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pertimbangan kabupaten ini responsif
terhadap kegiatan penelitian dari luar dan Analisis Usahatani Bawang Merah
responsif terhadap upaya-upaya Budidaya bawang merah di Desa
pembangunan pertanian khususnya Dinas Sekoto Kec. Badas Kab. Kediri sudah
Pertanian Kabupaten Kediri. Desa yang berlangsung sejak puluhan tahun yang
dipilih adalah Desa Sekoto Kecamatan lalu dan diperkirakan sejak tahun 1950-an.
Badas Kabupaten Kediri yang merupakan Usahatani di desa ini bersifat saling
daerah ekstensifikasi usahatani bawang komplementer dalam hal bibit bawang
merah. dengan sentra utama bawang merah
Sampel penelitian ini dipilih secara Jawa Timur yaitu Nganjuk. Artinya, kedua
sengaja sesuai dengan pertimbangan: daerah saling mengisi jika tidak ada bibit
kompetensi, kepemimpinan, pemahaman di daerah setempat. Dalam hal produksi,
masalah, dan kesiapan mengikuti program tentu semua daerah bersifat saling
tahun kedua (program pengabdian bersaing. Usahatani bawang merah di

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 627


desa ini memiliki struktur biaya, produksi, terlihat pada Tabel 1.
penerimaan dan pendapatan seperti
Tabel 1. Analisis Usaha Tani Bawang Merah (Per 1 Ha) Desa Sekoto Kec. Badas
Kabupaten Kediri Tahun 2014 Jika Sesuai SOP dan Dihitung Berdasarkan
Perhitungan Perusahaan
BIAYA JUMLAH
NO URAIAN VOLUME
SATUAN (Rp) (Rp)
A. Upah Tenaga Kerja
a. Persiapan lahan/bedengan 140 HOK 45.000 6.300.000
b. Kebrok+cacah 2kl x 24 2 HOK 30.000 60.000
c. Tanam 72 HOK 30.000 2.160.000
d. Jugar+Pemupukan 30 HOK 30.000 900.000
e. Pelapisan tepi bedeng 18 HOK 25.000 450.000
f. Pengendalian OPT 126 HOK 30.000 360.000
g. Siram/sirat 252 HOK 25.000 6.300.000
h. Pengairan 490 Jam 15.000 7.350.000
i. Penyiangan (2 kl) 30 HOK 25.000 750.000
j. Panen 5.500.000
k. Mrithil 13.200 kg 500 6.600.000
JUMLAH 36.730.000
B. Sarana Produksi
a. Benih 1.500 kg 25.000 37.500.000
b. Urea 180 kg 1.800 324.000
c. ZA 700 kg 1.400 980.000
d. Phonska 300 kg 2.400 720.000
e. TSP/SP 36 300 kg 2.000 600.000
f. NPK 16 150 kg 7.600 1.140.000
g. Organik 1.200 kg 500 600.000
h. Pestisida:
-Demolis 200 cc 8 botol 150.000 1.200.000
-Lannet 20 pack 60.000 1.200.000
-Antracol 6 pack 97.000 582.000
-Tizen 6 pack 96.000 576.000
-Borer 4 botol 38.000 152.000
i. Fungisida
-Rovral 100 gr 8 pack 42.000 336.000
-Trivia 73 WP 200 gr 8 pack 62.000 496.000
-Fitokrab 50 WP 500 gr 9 pack 78.000 702.000
-Folicur 8 pack 24.000 192.000
j. Herbisida:
-Roundap 1 L 6 botol 67.000 402,000
JUMLAH 47.702.000

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 628


BIAYA JUMLAH
NO URAIAN VOLUME
SATUAN (Rp) (Rp)
C. Lain-lain
a. Sewa lahan satu musim 8.000.000 8.000.000
JUMLAH 8.000.000
JUMLAH (A+B+C)
1. Total Biaya Produksi 84.440.000
2. Total Produksi (kg) 11.000
3. Harga Jual Produksi (Rp) 9.500
4. Nilai Produksi (Rp) 104.500.000
5. Pendapatan Petani (Rp) 20.060.000
6. RC/ (4/1) 1,24
7.BEP harga (1/2) Rp 7.676

Berdasarkan perhitungan di atas (2) Petani – tengkulak desa – pedagang


dapatlah disimpulkan bahwa pendapatan besar (Pare) – pedagang pasar
petani sebesar Rp 20.060.000,- dalam tradisional (Kediri) – konsumen.
sekali musim tanam bawang merah (3) Petani – pedagang besar (Pare) –
ditambah keuntungan dari sewa lahannya pedagang pasar tradisional (luar
sendiri sebesar Rp 8.000.000,- per musim Kediri) – konsumen.
per hektar. Dengan catatan, produksi (4) Petani – pedagang besar (Kediri) –
sebesar 11 ton per hektar dan harga Rp. pedagang besar (Luar Kediri) –
9.500,-. Jika harga di bawah Rp 7.676,- pedagang pasar tradisional (Jatim) –
per kg, petani mengalami titik impas dan konsumen.
hanya mendapat penerimaan dari sewa Biaya Pemasaran, Margin Pemasaran,
dan Profit Share Pemasaran Bawang
lahannya sendiri ditambah nilai upah
Merah di Desa Sekoto Kecamatan
tenaganya sendiri yang dinilai dengan Badas Kabupaten Kediri
uang. Desa Badas Kecamatan Sekoto
secara geografis diuntungkan karena
Rantai Pemasaran dan Rantai Pasokan
Bawang Merah dari Desa Sekoto jarak ke pasar Pare. Pasar ini merupakan
Kecamatan Badas Kabupaten Kediri
tempat berkumpulnya pedagang besar
Saluran pemasaran di Kediri,
sayur mayur di Kabupaten Kediri yang
khususnya yang bawang yang berasal
menerima/mendistribusikan sayur mayur
dari Desa Sekoto Kecamatan Badas,
dari dan ke Kediri maupun daerah lain.
antara:
Omzet pasar Pare Kediri setiap harinya
(1) Petani – tengkulak desa – pedagang
mencapai milyaran rupiah.
pasar tradisional (Pare) – konsumen.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 629


Tabel 2. Lembaga Pemasaran, Biaya Pemasaran, Keuntungan Pelaku Pasar, dan
Profit Share Pemasaran Bawang Merah di Kediri ( Mei 2015)
Biaya atau Share Profit
Pelaku Pasar Fungsi
harga (Rp/kg) (%) Share (%)
Petani Harga di tingkat petani (Price
9.500
at farmer gate)
Pedagang Pembelian 9.500
Besar di Pasar Transportasi dan bongkar
Pare muat dari sawah ke gudang 25 0,003
pedagang
Pembersihan (gunting) 500 6,43
Transportasi dari Kediri ke
300 3,86
Surabaya
Susut (2 %) 190 2,44
Keuntungan/margin (10%) 950 12,21 16,85
Penjualan 11.465
Pedagang Pembelian 11.465
besar di Bongkar/Muat 25 0,003
Surabaya / Sorting 150 1,93
Kota lain Jatim Grading 150 1,93
Packaging 10 0,001
Transportasi dalam kota 25 0,003
Susut dan rusak (2%) 229 2,94
Keuntungan (10%) 1.146 14,73 20,33
Penjualan 13.200
Pedagang di Pembelian 13.200
pasar Susut dan rusak (2%) 264 3,39
tradisional Transportasi dalam kota 25 0,003
Keuntungan (10%) 1.320 16,97 23,42
Penjualan 14.809
Pedagang Pembelian 14.809
keliling (mlijo) Transportasi 250 3,21
Keuntungan (15%) 221 28.55 39,40
Penjualan 17.280
Total 100 100
Sumber: Data Primer

Prosentase profit share terbanyak semuanya. Mereka juga membeli dalam


diterima oleh pedagang eceran yaitu jumlah kecil.
39,40% per kg. Mereka juga tidak Pelaku pasar dalam rantai
menanggung kerugian karena susut atau pemasaran yang banyak mendapat
rusak barang sebagai akibat penyimpanan keuntungan adalah pedagang besar di
atau transportasi. Pedagang eceran beli di Surabaya. Mereka mendapatkan
pagi hari dan sore hari sudah terjual keuntungan sebesar Rp 1.146,- per kg

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 630


atau profit share sebesar 20,33%. Pedagang besar umumnya menjadi
Walaupun, jumlahnya prosentasenya di distributor di kota yang bersangkutan dan
bawah pedagang eceran namun dilihat dapat mencapai jumlah puluhan ton di
dari volume penjualan tentu sangat jauh. gudangnya.
Analisis SWOT Kualitatif Bawang Merah Desa Sekoto Kecamatan Badas Kabupaten
Kediri.

Tabel 3. Analisis SWOT Usahatani Bawang Merah di Desa Sekoto Kecamatan Badas
Kabupaten Kediri
KEKUATAN KELEMAHAN
1. Tanah subur, hamparan luas, 1. Produksi terpusat di bulan Maret,
agroklimatologi cocok untuk April, Mei.
bertanam bawang merah, memiliki
irigasi teknis dan ketersediaan air 2. Bersifat kompetitif dengan tanaman
cukup. sayuran yg lain dalam hal lahan.

2. Petani jumlahnya banyak, 3. Biaya tinggi pada input produksi


berpengalaman dan terampil khususnya tenaga kerja dan pestisida.
bercocok tanam bawang merah,
4. Ketergantungan pada pestisida serta
responsif pada pasar dan teknologi. pupuk kimia cukup tinggi.
3. Sarana produksi tersedia 5. Belum ada pengolahan bawang
secara lokal. merah menjadi produk siap konsumsi
4. Pasar lokal tersedia secara dengan packing dan branding yang baik.
phisik dan banyak pedagang lokal. 6. Pembuatan bibit seadanya dan tidak
5. Akses komunikasi dan terstandar BPSB sesuai sifat varietas
transportasi pemasaran bagus. bawang.

6. Terdapat kelembagaan petani


dan kelembagaan keuangan di
desa setempat.

PELUANG ANCAMAN
1. Masih ada kelebihan 1. Harga sangat fluktuatif dan
kebutuhan (ekses demand) bawang unpredictable.
merah.
2. Produksi bawang merah dari
2. Ada peningkatan kebutuhan kabupaten lain dan propinsi lain ikut
produk bawang merah olahan. menentukan harga.

3. Dekat dengan sub pasar induk 3. Brandmerk bawang merah kalah


Pare dengan Nganjuk dan Probolinggo.

4. Tersedia dukungan teknologi di 4. Import yang tidak terkendali akan


PT dan lembaga penelitian. menurunkan harga di Kab. Kediri.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 631


5. Serangan hama penyakit.

4. SIMPULAN DAN SARAN (3) Bawang merah Kediri memiliki


kekuatan karena agroklimatologi yang
4.1. Simpulan
cocok untuk budidaya bawang merah,
(1) Dalam satu hektar, usahatani bawang petani yang berpengalaman
merah memerlukan biaya sebesar Rp berusahatani bawang merah, sarana
84.440.000,-. Rata-rata produksi saat produksi tersedia secara lokal, pasar
panen sebanyak 11 ton/hektar. Jika lokal yang berakses pemasaran
harga jual bawang merah senilai Rp nasional (pasar Pare), transportasi
9.500,-/kg maka penerimaan lancar, dan kelembagaan pertanian
usahatani petani bawang merah yang kuat. Kelemahannya adalah
sebesar Rp 104.500.000,-. biaya produksi yang tinggi baik
Pendapatan petani bawang merah tenaga kerja maupun sarana
sebesar Rp 20.060.000,- per hektar produksi lainnya seperti tingginya
dalam sekali musim tanam. Break harga pupuk dan pestisida. Petani
even price bawang merah sebesar Rp umumnya belum menjual produk
7.676,-/kg. R/C ratio usahatani olahan bawang merah, artinya petani
bawang merah sebesar 1,24. belum mendapat nilai tambah dari
(2) Rantai pemasaran bawang merah pengolahan bawang merah.
dari petani ke pedagang besar (4) Pengembangan bawang merah di
tidaklah terlalu panjang karena desa Desa Badas masih memiliki banyak
ini dekat dengan sub pasar induk peluang, antara lain : Kebutuhan
Pare dimana terdapat banyak bawang merah mentah, kebutuhan
pedagang besar. Volume barang bawang merah olahan semakin
terbesar mengikuti rantai pemasaran: meningkat, lokasi usahatani dekat
Petani – pedagang besar (Kediri) – dengan sub pasar induk Pare, dan
pedagang besar (Luar Kediri) - teknologi tersedia secara lokal.
pedagang pasar tradisional (Jatim) – Ancaman yang paling besar adalah
konsumen. Pelaku pasar dalam rantai rendahnya bawang merah impor yang
pemasaran yang banyak mendapat seringkali terjadi pada saat petani
keuntungan adalah pedagang besar panen.
di Surabaya.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 632


4.2. Saran Perwakilan Kantor Bank Indonesia
Kediri. Kediri.
(1) Untuk mengurangi ketergantungan Irawan, Bambang; Nana Sutrisna. 2010.
Kelayakan Usahatani Bawang
petani terhadap pupuk anorganik Merah Di Lahan Pasir Pantai
maka diperlukan pelatihan Dengan Teknologi Ameliorasi di
Kabupaten Bantul Provinsi Daerah
pembuatan pupuk organik yang dapat Istimewa Yogyakarta. Prosiding
diproduksi sendiri oleh petani. Seminar Nasional Peningkatan
Daya Saing Agribisnis Berorientasi
(2) Demikian juga untuk mengurangi Kesejahteraan Petani. Pusat analisis
ketergantungan pada pestisida Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Kementrian Pertanian.
anorganik maka diperlukan pelatihan Bogor.
pembuatan pestisida alami. Kementrian Pertanian RI. 2009.
Rancangan Rencana Strategis
(3) Rendahnya kemampuan keluarga Kementrian Pertanian Tahun 2010-
petani dalam membuat produk olahan 2014. Kementrian Pertanian
Republik Indonesia. Jakarta.
bawang merah mengindikasikan Mayrowani, Henny; Valeriana Darwis.
kebutuhan pelatihan ketrampilan 2010. Perspektif Pemasaran
Bawang Merah di Kabupaten
pengolahan bawang merah menjadi Brebes Jawa Tengah. Prosiding
produk siap konsumsi. Seminar Nasional Peningkatan
Daya Saing Agribisnis Berorientasi
(4) Untuk mempertahankan kualitas Kesejahteraan Petani. Pusat
produksi bawang merah dari desa ini Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian Kementrian
masih diperlukan pelatihan Good Pertanian. Bogor.
Agricultural Practices khusus Pusdatin. 2013. Statistik Lahan Pertanian
(Statistic of Agricultural Land). Pusat
komoditas bawang merah. Data dan Sisstem Informasi
Pertanian. Sekertariat Jendral
Kementrian Pertanian. Jakarta.
5. DAFTAR PUSTAKA Rachmat, Mucjidin; Bambang Sayaka;
Cairul Muslim. 2013. Produksi,
Baswarsiani; Diding Rahmawati; Abu. Perdagangan, dan Harga Bawang
2010. Membangun Industri Merah. Pusat Studi Kebijakan
Perbenihan Bawang Merah di Jawa Pertanian. Badang Litbang
Timur. Jurnal Penelitian Cakrawala Pertanian. Bogor.
Vol.5 No.1 Desember 2010. Badan Sayaka, Bambang; Yana Supriyatna.
Penelitian dan Pengembangan 2010. Kemitraan Pemasaran
Provinsi Jawa Timur.Surabaya. Bawang Merah di Kabupaten
Ditjen PPHP. 2006. Road Map Pasca Brebes Jawa Tengah. Prosiding
Panen, Pengolahan dan Pemasaran Seminar Nasional Peningkatan
Hasil Bawang Merah. Direktorat Daya Saing Agribisnis Berorientasi
Jendral Pengolah dan Pemasaran Kesejahteraan Petani. Pusat analisis
Hasil Pertanian. Kementrian Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Jakarta. Pertanian Kementrian Pertanian.
Ibrahim, Jabal Tarik. 2014. Kajian Bogor.
Mendalam Identifikasi Potensi
Pengembangan Klaster Produk
Unggulan Daerah (Pud) Bawang
Merah Di Kabupaten Nganjuk.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 633


APLIKASI DIGITAL PERTANIAN: GELIAT PEMBERDAYAAN PETANI
DI ERA VIRTUAL

Kadhung Prayoga
1
Program Magister Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan Sekolah Pascasarjana,
Universitas Gadjah Mada
Email: kadhungprayoga@gmail.com

ABSTRAK

Dunia saat ini telah memasuki era masyarakat informasi yang terhubung dalam dunia virtual. Tak
hanya di perkotaan, fenomena ini juga sudah jamak dijumpai di kawasan perdesaan. Petani yang
ada di pelosok desa sudah mulai memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam memenuhi
kebutuhannya. Akibatnya adalah muncul beragam aplikasi digital yang bergerak di sektor
pertanian. Mendasarkan pada fenomena ini, maka dibutuhkan suatu kajian mengenai keberadaan
aplikasi digital yang bergerak di sektor pertanian.Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif dan analisis wacana. Data yang digunakan
adalah data sekunder yang dikumpulkan lewat metode studi pustaka. Dari pembahasan diketahui
bahwa kemunculan aplikasi digital pertanian banyak dilatarbelakangi oleh perubahan masyarakat
agraris menuju masyarakat informasi. Aplikasi digital yang muncul juga lebih mudah diakses
karena sudah terintegrasi dengan smartphone android. Bermacam aplikasi muncul, yaitu: iGrow,
Kecipir, TaniHub, Karsa, Eragano, Petani, dan Pantau Harga. Aplikasi ini memiliki banyak fungsi
seperti memutus rantai distribusi, menyediakan informasi pertanian yang lengkap, menyediakan
investor sebagai akses permodalan, dan bisa melakukan konsultasi langsung dengan ahli dan
petani lain yang berbeda tempat. Akibatnya, penyebarluasan informasi inovasi pertanian bisa
dilakukan secara terprogram, tepat waktu, dan relevan dalam mendukung proses pengambilan
keputusan petani. Dengan adanya aplikasi semacam ini diharapkan ke depan persebaran
informasi lebih merata antar petani, berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan, menarik minat
pemuda, dan lebih banyak yang menjual hasil panennya secara online agar tidak terkena jerat
pengepul. Namun perlu diingat bahwa developer dan pemerintah ke depan harus bersinergi dalam
beberapa hal seperti menyiapkan infrastruktur dan melakukan kampanye massif guna
memperkenalkan beragam aplikasi ini kepada petani.

Kata kunci: aplikasi digital, virtual, informasi, petani

1. PENDAHULUAN produksi hingga pemasaran telah bisa


dijumpai petani di dunia maya. Akibatnya
Dunia saat ini telah memasuki era
adalah muncul beragam aplikasi yang
masyarakat informasi yang terhubung
dapat membantu petani dalam
dalam dunia virtual. Tak hanya di
mengatasi beragam masalah yang
perkotaan, fenomena ini juga sudah jamak
dihadapi petani.
dijumpai di kawasan perdesaan. Hal ini
Masalah-masalah seperti cuaca
disebabkan karena teknologi digital
yang tidak menentu, ketersediaan
merupakan keniscayaan, tidak dapat
sarana produksi, hingga pemasaran
dibendung, dan tidak pula dipungkiri
hasil pertanian yang selama ini menjadi
kemajuannya. Petani yang ada di pelosok
problematika petani sudah mulai coba
desa juga sudah mulai memanfaatkan
diatasi dengan keberadaan aplikasi
kemajuan teknologi informasi dalam
pertanian. Perubahan ini sudah banyak
memenuhi kebutuhannya. Beragam
dilakukan oleh sektor swasta maupun
informasi mulai dari penyediaan sarana

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 634


praktisi yang peduli terhadap kegiatan merupakan aspek penting bagi
pemberdayaan petani. Hal ini juga banyak pembangunan sosial ekonomi di
didorong karena kegiatan penyuluhan di pedesaan dan berpengaruh terhadap
Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah penerimaan gagasan baru, termasuk
selama ini masih bersifat konvensional dan teknik budidaya, dan penting untuk
menuntut pertemuan di lapang. Paradigma mengintegrasikan diri dengan dunia luar.
yang masih menjadikan petani sebagai Penulisan paper ini bertujuan
kaum yang belum melek teknologi informasi untuk memberikan gambaran dan
juga menjadikan pemerintah kurang siap informasi mengenai start-up digital di
dalam memanfaatkan teknologi informasi sektor pertanian. Start-up digital yang
guna kebutuhan penyuluhan di sektor mengembangkan aplikasi pertanian ini
pertanian. Padahal dewasa ini, para petani lah yang digadang bisa membantu
telah banyak yang memanfaatkan petani, namun masih banyak pula petani
smartphone guna mengakses informasi yang belum mengetahuinya. Berangkat
yang dikehendaki. dari fenomena banyaknya aplikasi dan
Hal ini juga menjadi krusial untuk maraknya penggunaan smartphone oleh
diketahui karena informasi pertanian para petani inilah yang kemudian
menjadi salah satu faktor kunci dalam melatarbelakangi penulisan paper ini.
pencapaian keberhasilan program
pembangunan pertanian. Dan hari ini 2. METODE PENELITIAN
penyampaian informasi jauh lebih banyak Pendekatan yang digunakan
dilakukan di ruang virtual dari pada di dunia dalam penulisan paper ini adalah
nyata. Maka petani dan stakeholder juga pendekatan kualitatif, sedangkan metode
harus mengetahui beragam aplikasi yang yang digunakan adalah metode deskriptif
menyediakan informasi pertanian. Tidak dan analisis wacana. Penulisan paper ini
hanya itu, sifat hasil pertanian yang tidak berusaha untuk menjelaskan
tahan lama dan tidak dapat diproduksi perkembangan aplikasi digital yang
setiap saat membuat petani membutuhkan bergerak di sektor pertanian. Teknik
tempat khusus. Sayangnya, masih sedikit pengumpulan datanya sendiri
sekali petani yang menjual hasil panennya menggunakan metode studi pustaka
secara online, baik menggunakan e- untuk mendapatkan data-data sekunder.
commerce maupun marketplace yang Data sekunder dalam penulisan paper ini
sudah ada. berupa bahan-bahan tertulis yang
Disitir dari Apriantono (2006), bahwa berasal dari penelitian terdahulu, jurnal,
penguasaan informasi masyarakat buku, tesis, disertasi, dan berbagai
khususnya petani dan nelayan masih informasi digital yang ada di internet.
sangat lemah. Padahal, informasi Analisis menggunakan interpretasi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 635


peneliti dengan mengacu pada berbagai pembangunan. Adanya aplikasi
literatur atau referensi yang relevan dengan pertanian memungkinkan mereka bisa
objek kajian dalam penulisan paper ini. terlibat langsung dalam kegiatan
pembangunan dan dalam usaha
3. HASIL DAN PEMBAHASAN memperbaiki taraf hidupnya. Hal ini tidak
Penggunaan aplikasi digital berbasis terlepas dari fenomena semakin
internet sebagai media untuk maraknya internet masuk desa dan
menyebarluaskan informasi dewasa ini banyaknya smartphone dengan harga
dirasa efektif karena bisa menjangkau terjangkau yang bisa dimanfaatkan
berbagai kalangan di manapun tempatnya. petani.
Pembangunan infrastruktur telekomunikasi Perkembangan teknologi informasi
yang dilakukan juga semakin dan komunikasi telah memberikan
mempermudah masyarakat desa, termasuk banyak perubahan dalam tatanan
petani dalam memanfaatkan layanan ini. kehidupan masyarakat, termasuk di
sektor pertanian. Hal ini bisa menjadi
Tabel 1. Data Pengguna Rumah Tangga
yang Mengakses Internet di solusi sebagaimana hasil penelitian
Indonesia (dalam persen)
Hafsah (2009), yang menyatakan bahwa
Klasifikasi Daerah
Thn masih minimnya dan kurangnya rasa
Pedesaan Perkotaan
2012 16,12 45,43 keadilan terhadap informasi yang
2013 17,86 45,80 diperoleh petani di pedesaan.
2014 20,84 50,53
2015 26,84 57,03 Penyuluhan di era virtual semacam
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016 ini memang paradigmanya sudah
Data pada Tabel 1 menunjukkan bergeser. Dari yang awalnya penyuluhan
bahwa meskipun penggunaan internet di berada di ladang, maka kini petani dan
daerah desa masih rendah, namun tiap stakeholder terkait bisa berinteraksi
tahunnya terjadi peningkatan penggunaan dalam dunia cyber. Dalam dunia virtual,
yang relatif signifikan. Hal ini memberikan petani tidak hanya mendapatkan
sinyal baik bahwa masyarakat di pedesaan informasi dari penyuluh, namun juga dari
pada dasarnya sudah mulai membuka mata petani lain atau dari provider informasi
untuk memanfaatkan teknologi informasi. yang bergerak di bidang pertanian.
Penelitian Slamet (2003) dalam Dikutip dari Sharma (2006),
Anwas (2009), menyatakan sekitar 80% pengimplementasian teknologi informasi
masyarakat Indonesia hidup di pedesaan dan komunikasi seperti aplikasi digital di
dan hingga sekarang masih banyak rakyat sektor pertanian merupakan salah satu
yang belum cukup tersentuh oleh mekanisme pengembangan model
kesempatan berpartisipasi dalam pemberdayaan dan penyebarluasan
pembangunan, termasuk menikmati hasil informasi inovasi pertanian secara

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 636


terprogram, tepat waktu, dan relevan dalam Pemuda yang erat dengan kehidupan
mendukung proses pengambilan keputusan serba digital bisa dikenalkan dengan
petani dan penyuluh. Adekoya (2007) juga pertanian sejak dini. Keingintahuan dan
menambahkan bahwa pendekatan seperti antusias dari pemuda bisa dijadikan
ini dapat menghemat biaya, waktu, serta celah agar mempromosikan pertanian
tenaga. lebih luas lagi, mengingat mayoritas
Akibatnya adalah muncul beragam petani di Indonesia sudah berumur.
start-up digital yang memproduksi aplikasi Disitasi dari Anwas (2009),
di sektor pertanian yang fokus dalam masyarakat desa, khususnya petani,
memberdayakan petani. Aplikasi pertanian juga sangat butuh peningkatan
ini banyak dikembangkan oleh start-up kemampuan usaha pertanian mulai dari
digital yang merupakan perusahaan rintisan pengolahan lahan, pemuliaan tanaman,
dan dibangun oleh pemuda guna pemupukan, pemeliharaan, hingga
memfasilitasi masyarakat dalam panen dan pascapanen. Di sisi lain,
menyelesaikan persoalan praktis yang petani juga sangat perlu kemampuan
dihadapi. Dengan adanya aplikasi digital dalam pemasaran hasil, manajemen
untuk sektor pertanian ini diharapkan dapat pertanian, kewirausahaan, net-working,
membantu petani secara cepat dan praktis. dan kemampuan lainnya sesuai dengan
Hingga akhirnya dapat dilihat banyak tuntutan perkembangan zaman.
komunitas petani yang telah memanfaatkan Dari masalah yang disebutkan di
aplikasi pertanian ini dan beragam media atas, penelitian Mulyandari (2011)
sosial sebagai sarana bertukar informasi menemukan bahwa petani merasakan
dan jual beli. Lebih dari itu, aplikasi manfaat teknologi informasi (TI) untuk
pertanian ini bahkan bisa menghubungkan komunikasi, akses informasi dan sarana
petani, pelaku usaha, akademisi, dan promosi. Sumardjo, et al (2010)
konsumen secara langsung dan menambahkan bahwa kegiatan pelatihan
bersamaan. dan sosialisasi pemanfaatan TI telah
Perubahan masyarakat agraris berhasil meningkatkan aksesibilitas
menuju masyarakat informasi juga petani terhadap sistem informasi
melatarbelakangi munculnya beragam start- berbasis TI untuk mendukung
up di bidang pertanian. Kebutuhan peningkatan keberdayaan petani dalam
masyarakat terutama petani terhadap pengambilan keputusan usahatani.
informasi menjadikan keberadaannya Hal ini sesuai dengan apa yang
menjadi mutlak harus ada dalam sendi diungkapkan oleh Straubhaar dan
kehidupan. Kesempatan lain dengan LaRose (2002), bahwa terdapat
adanya aplikasi pertanian ini adalah bisa beragam media yang berfungsi
menjaring minat pemuda dalam bertani. memberikan peluang kepada

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 637


masyarakat dalam menemukan seperti hari ini. Pemuda harus diarahkan
kebutuhannya. Subejo (2011) menguatkan pemikirannya bahwa pertanian bisa juga
argumen dengan pernyataannya, bahwa dilakukan secara modern dan tidak
pengembangan media yang berbasis hanya bersifat tradisional. Aplikasi
teknologi informasi adalah salah satu pertanian bisa menunjukkan bahwa
alternatif untuk menjamin kecepatan dan pertanian kota telah menjadi trend dalam
ketepatan penyebaran informasi teknologi bertani, sehingga para pemuda bisa
baru di bidang pertanian. berminat untuk terjun dan menggeluti
Media baru di era digital seperti pertanian. Aplikasi pertanian juga bisa
aplikasi pertanian ini dirasa sudah mampu membantu petani yang berada di
berperan sebagai alat perubahan sosial dan kawasan pedesaan dalam memudahkan
perkembangan masyarakat, termasuk pemasaran hasil pertaniannya serta lebh
didalamnya para petani. Aplikasi pertanian mudah dalam mendapatkan informasi.
ke depan memiliki potensi besar dalam Dikutip dari Usman, et al (2012),
menyampaikan pesan-pesan pembangunan teknologi informasi memang sudah
dan mempengaruhi perilaku petani dalam harus diikutsertakan ke dalam agenda
berusahatani. Sehingga menurut Anwas pembangunan pertanian. Kesadaran
(2009), dengan begitu partisipasi harus ditumbuhkan dalam diri kalangan
masyarakat akan berubah menjadi aktif petani muda dan setengah baya tentang
terhadap kegiatan pembangunan pertanian. ketersediaan informasi berbasis
Mengingat juga aplikasi pertanian dapat teknologi informasi guna meningkatkan
diakses dimanapun dan kapanpun. partisipasi dan inisiatif mereka.
Penggunaan aplikasi pertanian Beragam aplikasi pertanian
maupun sosial media telah banyak kemudian menjadi wahana dalam
digunakan karena media ini dianggap penyampaian materi dan informasi guna
efektif dalam menyebarluaskan informasi. memudahkan petani. Di Indonesia
Keberadaan media cetak dan media sendiri beragam aplikasi pertanian telah
elektronik dalam perkembangannya mulai bergeliat. Mulai dari iGrow,
dianggap sudah tidak efektif karena harus Limakilo, Hub Tani, Eragano, dan
memakan waktu yang lama dan semakin beragam lainnya. Keberadaan aplikasi
sedikitnya ruang publik yang membahas ini tentu menjadi angina segar ketika
sektor pertanian. Sehingga, dengan upaya pemerintah lewat cyber extension
munculnya beragam start-up digital tak berjalan lancar. Dikutip dari
A
menjadikan informasi yang diterima oleh Anonymous (2016), selama 6 tahun
petani bisa lebih cepat dan real time. sejak diluncurkannya program cyber
Regenerasi semacam inilah yang extension, pelaksanaannya masih
harus ada dalam dunia yang serba digital terhambat karena penyuluh masih

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 638


banyak yang gagap teknologi dan tidak bisa menjadi investor dan memantau
menyadari bahwa pola konvensional yang kegiatan pertanian lewat aplikasi ini.
mereka praktekkan sudah tertinggal. Hal ini iGrow memungkinkan penggunanya
juga ditunjang lemahnya dukungan untuk bercocok tanam secara digital,
kelembagaan penyuluhan dalam membantu namun pertanian tersebut nyata
penyuluh mengakses teknologi informasi. adanya.Di sini kita juga bisa
Aplikasi pertanian ini juga sangat mengetahui harga benih,
menguntungkan petani karena berbagai ketersediaan, lokasi jual, return, waktu
alasan, seperti: panen, hingga tahun kontraknya
1. Mudah diakses dan tidak membutuhkan antara anda sebagai investor dan
biaya yang mahal. petani. Investor bisa melakukan
investasi mulai dari Rp 1.500.000
2. Bisa langsung mendapatkan umpan balik
hingga Rp 15.000.000. Keuntungan
secara langsung mengingat sifat aplikasi
bagi hasil antara 13-24 persen dari
pertanian yang interaktif.
investasi per tahun dengan sistem
3. Mudah dalam mendapatkan informasi pembagian keuntungannya adalah 50
dan akses pasar sehingga bisa persen untuk pemodal, 40 persen
meningkatkan pendapatannya. untuk petani, dan 10 persen untuk
iGrow.
4. Bisa dibentuk jaringan kelompok tani
2. TaniHub: berbeda dengan iGrow,
secara virtual yang menghubungkan
aplikasi TaniHub memudahkan petani
banyak pihak.
dalam mengakses konsumen.
Berbagai kemudahan ini diharapkan Konsumen disini berasal dari
ke depan bisa mengubah petani untuk lebih beragam golongan, mulai dari
dekat dengan dunia digital dan tidak lagi individual, retail, hotel, dan restoran.
gagap teknologi. Sehingga bisa terbentuk Lewat TaniHub konsumen bisa
petani digital yang memanfaatkan internet memilih sayuran organik, sayuran
untuk beragam keperluan. Berikut adalah non-organik, hasil ternak, buah non-
aplikasi digital yang bisa membantu petani organik, dan bahan pangan organik
untuk menuju era tersebut, yaitu: untuk dibeli. Rantai pemasaran yang
1. iGrow: aplikasi digital ini kini telah selama ini menjadi masalah petani
diunduh oleh 10.000 pengguna android menjadi lebih mudah dengan adanya
di seluruh dunia. iGrow menawarkan aplikasi ini karena petani bisa
setiap orang untuk bisa menjadi investor bertindak sendiri sebagai penjual dan
pertanian lewat 1.200 hektar lahan yang berinteraksi dengan konsumennya.
mereka miliki. Jadi, mereka yang hidup Hingga hari ini TaniHub telah memiliki
di perkotaan dan tidak memiliki lahan 15.000 petani dan peternak dari 1.000

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 639


kelompok tani yang bergabung pemotongan rantai distribusi. Karsa
didalamnya. TaniHub sebenarnya memiliki konten yang lebih lengkap.
menggunakan sistem business to Aplikasi yang sudah diunduh oleh
business yang mencoba 1.000 pengguna android ini
mempertemukan pemilik bisnis pangan menyediakan beragam informasi
dengan pembeli dalam satu marketplace. penting seperti harga, cuaca, berita
Lewat TaniHub, konsumen bisa dengan pertanian, hama penyakit, analisis
mudah membandingkan harga, biaya, hingga bisa memesan sarana
mendapatkan promo, melacak produksi pertanian.
pesanannya, hingga bisa memilih 5. Eragano: aplikasi mobile yang satu ini
metode pembayaran sendiri. menyediakan informasi mengenai
3. Kecipir: start-up digital yang satu ini cara bercocok tanam, akses kepada
hingga hari ini telah didownload oleh pinjaman mikro, membeli sarana
1.000 orang. Aplikasi yang dibuat produksi, asuransi pertanian, tips dari
sebenarnya memiliki sistem yang hampir ahli, informasi cuaca, konsultasi
sama dengan TaniHub dimana aplikasi dengan ahli pertanian, dan membantu
ini bertujuan untuk memperpendek rantai menjual produk pertanian tersebut
distribusi dari penjualan hasil-hasil dengan harga terbaik ke restoran dan
pertanian. Lewat aplikasi ini tengkulak hotel. Konsep B2B (Business to
diharapkan tidak bisa lagi memainkan Business) menjadi pilihan Eragano
harga pasar dan petani bisa lebih untuk membantu petani terhubung
beruntung. Yang menjadi keunikan dari dengan restoran dan hotel dengan
aplikasi ini adalah adanya harga harga yang menguntungkan.
kesepakatan tiap 6 bulan. Selama kurun Penyuluhan secara digital juga sudah
waktu 6 bulan harga yang diterima akan dilakukan oleh Eragano. Petani bisa
selalu tetap dan petani tidak terpengaruh secara langsung berkonsultasi
jika harganya sedang turun. Sayuran kepada ahli pertanian dari Eragano
yang dijual juga semuanya organik dan jika sedang menghadapi masalah.
terdapat grade untuk tiap sayuran, mulai Untuk kemudian ahli pertanian ini
dari A+, A, B, dan C. Kecipir sudah memberikan saran, tips dan cara yang
memiliki 45 host (agen) yang tersebar di harus dilakukan petani agar bisa
wilayah Jabodetabek yang mampu keluar dari masalahnya.
melayani 1000 pelanggan. Dimana 6. Petani: Bisa dikatakan petani
konsumen bisa mendapatkan harga 50% merupakan aplikasi digital di sektor
lebih murah dari yang ada di pasaran. pertanian yang sudah bergerak
4. Karsa: berbeda dengan start-up digital menuju e-empowerment. Lewat
lain yang kebanyakan fokus pada aplikasi Petani, petani bisa langsung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 640


melakukan pertukaran informasi dengan dalam mengoperasikan aplikasi serta
para pakar pertanian. Petani bisa kepemilikan gadget
langsung bertanya terkait beragam pendukung. Kampanye secara massif
masalah mulai dari masalah budidaya perlu dilakukan dalam memperkenalkan
hingga pemasaran. Tidak hanya itu, aplikasi-aplikasi ini, sehingga petani
lewat aplikasi ini petani juga bisa secara luas bisa mengetahui dan
bertukar pikiran dengan petani lain yang memanfaatkannya.
berbeda tempat. Sehingga tercipta suatu Agar bisa bersifat massif,
forum online antara petani dan penyuluh kampanye bisa menggunakan televisi
maupun petani dan petani. Bahkan di dan pemberitaan di media massa. Di sini
google play, aplikasi ini menjadi aplikasi penyuluh juga perlu diikutsertakan
favorit bagi para pengguna android sebagai pendamping petani. Terlebih
dengan jumlah download mencapai dahulu penyuluh harus melek teknologi
10.000 user. dan menguasai aplikasi sebelum pada
7. Pantau Harga: start-up digital di bidang akhirnya mendampingi petani dalam
pertanian ini menyediakan beragam penggunaan aplikasi. Mengingat kondisi
informasi mengenai harga komoditi penyuluh dan petani di Indonesia, maka
pangan di pasaran. 1.000 orang yang untuk mempermudah tujuan tersebut
telah mengunduh aplikasi ini bahkan bisa hendaknya pengembang aplikasi
mengurutkan harga yang ingin diketahui membuat aplikasi dengan konten yang
mulai dari lokasi terdekat, harga sederhana dan mengikuti pola pikir
termurah, hingga harga termahal. petani. Di masa depan bahkan sangat
Bahkan konsumen bisa melakukan dimungkinkan jika aplikasi ini bisa
proses tawar menawar dengan menghubungkan petani dengan
produsen. pemerintah secara langsung, sehingga
Namun, perlu diingat beberapa hal bisa tercipta ruang dialogis bagi petani
sebelum mengembangkan aplikasi digital untuk menyalurkan aspirasinya secara
ini. Baik developer maupun pemerintah langsung.
harus bersinergi guna kemajuan Penelitian Wijaya (2015)
penggunaannya. Ketika sinergitas sudah mengukuhkan pendapat di atas
terlaksana, maka perlu dilakukan analisis bahwasanya informasi pertanian
apakah penyiapan infrastruktur sudah memegang peranan penting dalam
dilakukan. Penyiapan infrastruktur dapat proses pembangunan pertanian.
berupa keterjangkauan signal di pedesaan, Tersedianya berbagai sumber informasi
kemampuan petani membeli kuota dapat mempercepat kemajuan usaha
mengingat semua aplikasi ini membutuhkan pertanian di pedesaan.
jaringan internet, dan kemampuan petai

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 641


4. SIMPULAN DAN SARAN aplikasi ini, sehingga petani secara luas
4.1. SImpulan bisa mengetahui dan memanfaatkannya.

Dari beragam aplikasi digital yang


5. DAFTAR PUSTAKA
bergerak di sektor pertanian dapat diketahui
Adekoya, A.E. 2007. Cyber extension
beragam manfaat yang ditawarkan, yaitu: communication: A strategic
(1) iGrow: setiap orang bisa berperan model for agricultural and rural
transformation in Nigeria.
sebagai investor dengan sistem bagi International journal of food,
untung dan kontrak, (2) TaniHub: bertujuan agriculture and environment 5(1):
366-368.
memutus rantai pemasaran dengan Anonymous. 2016. Mengenal Cyber
memudahkan petani dalam mengakses Extension Media Penyuluhan
Pertanian Berbasis Internet.
konsumen, (3) Kecipir: bertujuan untuk http://lintasgayo.co/2016/12/06/m
memperpendek rantai distribusi dengan engenal-cyber-extension-media-
penyuluhan-pertanian-bebasis-
sistem harga kesepakatan tiap 6 bulan, (4) internet. Diakses tanggal 17
Karsa: menyediakan beragam informasi Februari 2017.
Anwas, O.M. 2009. Pemanfaatan Media
penting seperti harga, cuaca, berita dalam Pengembangan
pertanian, hama penyakit, analisis biaya, Kompetensi Penyuluh Pertanian.
Disertasi: Program Studi Ilmu
hingga bisa memesan sarana produksi Penyuluhan Pembangunan,
pertanian, (5) Eragano: menyediakan Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat
informasi yang dibutuhkan petani, Pascasarjana IPB Bogor.
konsultasi langsung dengan ahli, dan Apriantono, A. 2006. Pembangunan
Pertanian di Indonesia. Deptan.
mengusung konsep business to Badan Pusat Statistik. 2016. Persentase
business,(6) Petani: petani bisa langsung Rumah Tangga yang Pernah
Mengakses Internet dalam 3
bertukar pikiran dengan ahli dan petani lain Bulan Terakhir Menurut
yang berbeda tempat, dan (7) Pantau Klasifikasi Daerah 2005-2015.
https://www.bps.go.id/linkTabelSt
Harga: menyediakan beragam informasi atis/view/id/878. Diakses tanggal
mengenai harga komoditi pangan di 19 Februari 2017.
Hafsah, M.J.. 2009. Penguatan Peran
pasaran. PAPPI dalam Mendukung
Tumbuh dan Berkembangnya
Modal Sosial di Masyarakat.
4.2. Saran Makalah Simposium dan Kongres
Perhimpunan Ahli Penyuluhan
Perlu diingat beberapa hal sebelum Pembangunan Indonesia
(PAPPI). Bogor.
mengembangkan aplikasi digital ini. Baik Mulyandari RSH. 2011. Cyber Extension
developer maupun pemerintah harus sebagai Media Komunikasi
Dalam Pemberdayaan Petani
bersinergi guna kemajuan penggunaannya, Sayuran. Institut Pertanian
termasuk dalam penyiapan infrastruktur. Bogor. Bogor.
Sharma, P.V. 2006. Cyber
Kampanye secara massif juga perlu Extension: Information and
dilakukan dalam memperkenalkan aplikasi- Communication Technology (ICT)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 642


Applications for Agricultural
Extension Service Challenges,
Oppurtunities, Issues and
Strategies. Enhancement of
Extension System in Agriculture.
APO.
Straubhaar, J. dan Rober LaRose. 2002.
Media Now: Communications Media
in the Informatyion Age. Third
Edition. Belmon. CA: Wadsworth.
Subejo. 2011. Babak Baru Penyuluhan
Pertanian dan Pedesaan. Jurnal
Ilmu-ilmu Pertanian 7(1): 61-70.
Sumardjo, Baga L.M. dan Retno Sri Hartati
Mulyandari. 2010. Cyber Extension
Peluang dan Tantangan dalam
Revitalisasi Penyuluhan Pertanian.
Bogor (ID):
Usman, J.M, Adeboye, J.A, Oluyole, K.A,
Ajijola,S. 2012. Use of Information
and Communication Technologies
by Rural Farmers in Oluyole Local
Government Area of Oyo State,
Nigeria. Journal of Stored Products
and Postharvest Research 3(11):
156-159.
Wijaya, A.S. 2015. Pemanfaatan Cyber
Extension Sebagai Media Informasi
Oleh Penyuluh Pertanian di
Kabupaten Bogor. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 643


KARAKTERISTIK USAHATANI TEH RAKYAT DI JAWA BARAT
(Studi kasus di Desa Sirnajaya, Kec. Cisurupan, Kab. Garut)

Kurnia, Yanto Surdianto dan Agus Nurawan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat


Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Barat 40391
E-mail: kurnia1933@gmail.com

ABSTRAK

Pengkajian mengenai kondisi usahatani teh rakyat di Kabupaten Garut dilakukan untuk
mengetahui kondisi budidaya teh rakyat saat ini. Kajian ini diperlukan sebagai bahan dalam
melakukan upaya peningkatan usahatani teh rakyat yang semakin terpuruk belakangan ini.
Pengkajian dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di Desa Sirnajaya Kecamatan Cisurupan,
Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Data yang dikumpulkan terdiri atas: (1) data primer yaitu
karakteristik petani dan penerapan teknologi budidaya teh yang dikumpulkan melalui wawancara
langsung menggunakan kuesioner, dan (2) data sekunder yang diperoleh melalui studi
kepustakaan untuk menunjang, melengkapi, dan menyempurnakan data primer. Data yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa sebagian
petani teh rakyat sudah mengetahui cara budidaya teh yang baik, namun kondisi harga yang dinilai
kurang menguntungkan menyebabkan cara budidaya petani teh rakyat tidak dilakukan secara
optimal. Hal ini terlihat dari persentase petani teh yang melakukan pola recovery tanaman teh
hanya 19,23%. Pemanfaatan unsur hara untuk tanaman baik pupuk organik maupun anorganik
juga kurang optimal.

Kata kunci: karaketristik, usahatani, teh rakyat

1. PENDAHULUAN dengan total produksi 5.629 ton (BPS


Perkebunan teh yang ada di Jawa Provinsi Jawa Barat, 2013).
Barat bila dilihat berdasarkan bentuk dan Perkebunan teh rakyat menempati
sifat pengusahaannya sekitar 51,3% urutan pertama jika dibandingkan
merupakan Perkebunan Rakyat (PR) dengan dua jenis perkebunan teh lainnya
yang dikelola oleh sekitar 79.536 KK dan sangat berperan dalam
petani teh, sedangkan sekitar 22,16% pengembangan agribisnis teh di Jawa
merupakan Perkebunan Besar Swasta Barat. Akan tetapi, luasnya areal
(PBS) dan 26,56% dikelola oleh perkebunan teh rakyat di provinsi Jawa
Perkebunan Besar Negara (PBN) (BPS, Barat tidak diikuti oleh tingginya produksi
Jabar 2013). Perkebunan teh rakyat di dan produktivitas, karena perkebunan
Jawa Barat tersebar di Kabupaten Garut, teh rakyat hanya menyumbang sebesar
Cianjur, Purwakarta, Subang, dan 29% untuk jumlah produksi teh di Jawa
Sukabumi. Lahan perkebunan rakyat di Barat.
Kabupaten Garut seluas 4.389 ha Perkembangan kondisi perkebunan
dengan total produksi 3.912 ton dan teh di Provinsi Jawa Barat saat ini
Kabupaten Cianjur seluas 14.234 ha menunjukkan kondisi yang belum
optimal, di mana perkembangan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 644


produktivitas teh rakyat selama 2009 – diperoleh melalui studi kepustakaan
2013 masih di bawa 1 ton/ha/tahun. untuk menunjang, melengkapi, dan
Kajian ini untuk melihat kondisi menyempurnakan data primer.
umum perkebunan teh rakyat di Jawa Wawancara terstruktur dengan
Barat saat ini terutama di Kabupaten menggunakan kuesioner dilakukan
Garut. Dengan mengetahui karakteristik terhadap 30 orang petani teh rakyat yang
perkebunan teh rakyat diharapkan ada di Desa Sirnajaya. Data yang
menjadi dasar untuk perbaikan kondisi diperoleh dianalisis secara deskriptif
teh rakyat ke depan. Dengan potensi (Nazir, 1995 ) dan evaluatif serta analisis
luas perkebunan teh rakyat merupakan kuantitatif sesuai dengan karakteristik
modal besar untuk perkembangan teh di informasi yang dikumpulkan. Data-data
Indonesia pada umumnya. yang didapat selanjutnya ditabulasikan
dan ditabelkan agar lebih informatif dan
2. METODE PENELITIAN mudah dipahami.
Pengkajian dilaksanakan di Desa
Sirnajaya, Kecamatan Cisurupan, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Garut, pada bulan Agustus 3.1. Karakteristik Petani
2016. Pengambilan data menggunakan a. Umur Petani
metode Rapid Rural Appraisal (RRA), Secara umum petani teh rakyat di
yaitu pendekatan pemahaman pedesaan Desa Sirnajaya masih termasuk ke
secara cepat dan mendalam untuk dalam umur produktif. Menurut Badan
memperoleh informasi tentang suatu Pusat Statistik kategori umur produktif
wilayah secara intensif dan berulang, adalah berkisar antara 15-60 tahun.
eksploratif dengan cara mengorganisir petani teh rakyat di Desa Sirnajaya rata-
orang dan waktu untuk mengumpulkan rata berusia 43,38 tahun dengan umur
dan menganalisa informasi serta menarik minimum 31 tahun dan umur maksimum
kesimpulan, hipotesis atau penilaian 60 tahun. Umur petani paling banyak
yang mencakup kegiatan untuk pada umur 50 tahun.
memperoleh informasi baru dalam waktu Kategori umur produktif jika sudah
yang terbatas. melewati batas minimum umur dan
Data yang dikumpulkan terdiri atas belum melewati batas batas maksimum
data primer yaitu, karakteristik petani dan umurnya. Dengan minimum umur 31
penerapan teknologi budidaya teh yang tahun diharapkan dalam umur ini, petani
dikumpulkan melalui wawancara mampu melaksanakan pekerjaan
langsung menggunakan kuesioner dan terutama dalam pengelolaan usahatani
diskusi partisipatif. Data sekunder yang serta dapat mengembangkan potensi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 645


yang mereka miliki. Menurut Mappiare produk yang belum sesuai dengan
(1983), ada kecenderungan bagi tuntutan pasar/ekspor (Agustian dan
seseorang yang berusia tiga puluh lima Rachman, 2009).
tahun ke atas untuk lebih memantapkan Berdasarkan hasil wawancara
dirinya dalam bekerja, berkenaan diperoleh rata-rata kepemilikan lahan teh
dengan semakin tingginya biaya hidup di Desa Sirnajaya adalah 0,6477 ha.
yang perlu dikeluarkan. Dengan luas minimum 0,03 ha dan luas
Umur petani juga berhubungan maksimum 3 ha. Kepemilikan luas lahan
dengan proses transfer dan adopsi garapan paling banyak yaitu 0,5 ha.
inovasi teknologi, dimana petani yang c. Pemasaran Hasil
berumur masih muda cenderung bersifat Hasil dari pucuk teh di Kelompok
lebih progresif dalam proses transfer Ganda Mekar I, Desa Sirnajaya,
inovasi baru, sehingga mampu Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut
mempercepat proses alih teknologi. Hal ditampung di kelompoknya masing-
ini sesuai dengan pendapat Soekartawi masing. Di Desa Sirnajaya terdapat 7
(1993), bahwa petani-petani yang lebih orang pengepul pucuk teh. Di Desa
muda lebih miskin pengalaman dan lainnya di sekitar Kecamatan Cisurupan
keterampilan dari petani-petani tua, terdapat pengepul lainnya yang tersebar
tetapi memiliki sikap yang lebih progresif di Cisurupan sebanyak 15 orang, yaitu
terhadap inovasi baru. Sikap progresif Pangauban 3 orang, dan Cipaganti 3
terhadap inovasi baru cenderung orang. Semua hasil pucuk teh dikirim ke
membentuk perilaku petani muda usia PT Agro Mandiri yang berada di Desa
untuk lebih berani mengambil keputusan Tambak jaya, Kecamatan Cisurupan. PT
dalam berusahatani. Agro Mandiri juga bekerjasama dengan
b. Luas Lahan garapan perusahaan besar lainnya yaitu PT
Pada umumnya petani komoditas Cakra. PT Cakra dikenal sebagai
perkebunan teh rakyat memiliki perusahaan swasta yang pasarnya
karakteristik skala pemilikan lahan yang kebanyakan untuk ekspor ke Eropa.
relatif sempit, lokasi usahatani yang Persentase penjualan PT Cakra yaitu
terpencar dan kurangnya dukungan untuk ekspor sebanyak 85% dan pasar
sarana/prasarana, modal dan lokal sebanyak 15%.
keterampilan yang terbatas, serta Harga pucuk teh di Desa Sirnajaya
rendahnya akses pasar. Keterbatasan pada tingkat pengepul yaitu Rp 2.000,
yang dimiliki petani tersebut sedangkan oleh pabrik pucuk teh
menyebabkan belum optimalnya tingkat diterima dengan harga Rp 2.200-
produksi dan produktivitas serta mutu 2.300/kg. Harga pucuk teh ini tidak

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 646


membedakan grade atau kualitas pucuk seperti kopi, petani menganggap harga
tetapi dihitung per kg. dibandingkan pucuk teh kurang menguntungkan.
dengan komoditas lain yang sedang tren

Anggota Kelompok Pengepul pucuk teh tingkat desa

Konsumen PT. Cakra PT. Agro Mandiri

Gambar 1. Alur pemasaran teh rakyat di Desa Sirnajaya, Kec. Cisurupan, Garut

3.2. Penerapan Teknologi di Tingkat pembibitan merupakan titik kritis yang


Petani menentukan proses selanjutnya.
(1) Varietas Kesalahan dalam menentukan jenis atau
Varietas teh yang ditanam petani klon yang ditanam maka perlu waktu
teh di Desa Sirnajaya adalah kiara, TRI puluhan tahun untuk menggantinya
dan teh jawa. Sebagian besar petani karena umumnya tanaman teh
menanam teh varietas kiara. Varietas teh diremajakan setelah berumur 50 tahun.
kiara merupakan varietas yang banyak (2) Pemangkasan
ditanam yaitu sebanyak 38,46% Tanaman teh yang ada saat ini
responden hanya menanam teh jenis sebagian besar merupakan tanaman teh
kiara. Beberapa petani sudah menanam yang berumur cukup lama dan banyak
jenis varietas unggul yaitu gambung dan yang belum dilakukan peremajaan.
TRI sebanyak 61,54%. Produksi kebun teh mencapai puncaknya
Pada 2009 telah dirilis klon teh pada umur 21-30 tahun (Rachmiati, dkk,
sinensis unggul GMBS 1 sampai dengan 2014). Sebagian besar petani (73,08%)
5. Varietas unggul ini mempunyai potensi belum pernah melakukan peremajaan
hasil tinggi dan stabil yang diharapkan tanaman teh, hal ini merupakan salah
mempunyai daya adaptasi yang luas satu penyebab kurang optimalnya
pada berbagai agroekosistem produktivitas teh rakyat. Peremajaan
perkebunan teh di Indonesia. Dari dengan pembongkaran tanaman teh
keunggulan mudah diperbanyak secara memerlukan biaya yang besar, dan hal
vegetatif, potensi hasil, daya adaptasi, ini menjadi kendala bagi petani kecil.
ketahanan cacar serta potensi Selain itu untuk penanaman baru
kualitasnya (Sriyadi, 2011). diperlukan varietas unggul baru yang
Ghani (2002) berpendapat bahwa mempunyai produktivitas lebih baik
dalam sistem budidaya teh, pengelolaan dibandingkan varietas yang lama.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 647


Sebanyak 80,77% petani ranting; dan (4) menghambat laju
responden pernah melaksanakan pertumbuhan tunas-tunas yang akan
pemangkasan pada tanaman teh. tumbuh.
Pemangkasan harusnya dilakukan pada
tanaman yang sudah berumur 5 tahun
atau lebih. Pemangkasan tanaman (4) Penyiangan
pokok dilakukan untuk membentuk Sebanyak 73,08% responden
cabang baru, membuang cabang yang menyatakan melakukan penyiangan.
sakit dan untuk meningkatkan kesehatan Kondisi kebun yang ditumbuhi dengan
tanaman. Pemangkasan bertujuan untuk gulma dapat mengganggu penyerapan
menjaga stabilitas produksi (Rachmiati, hara tanaman. Penyiangan biasanya
dkk, 2011). dilakukan sebelum melakukan
(3) Gosok Lumut pemupukan pada tanaman teh atau
Kegiatan pembersihan lumut pada sesuai dengan kondisi gulma.
batang tanaman teh yang dikenal Penyiangan dilakukan baik dengan
dengan gosok lumut dilakukan setelah manual maupun dengan menggunakan
pemangkasan agar tidak mengganggu herbisida.
pertumbuhan tunas yang baru. Tunas (5) Pemupukan
yang baru tumbuh memerlukan kondisi Sebagian besar responden belum
lingkungan yang baik. Sebagian besar memanfaatkan bahan organik untuk
responden (84,61%) pernah melakukan tanaman tehnya (61,53%). Bahan
kegiatan gosok lumut. organik yang terdapat di Desa Sirnajaya
Gosok lumut berfungsi untuk yaitu kotoran ternak domba.
mencegah pertumbuhan gulma picisan Bahan organik merupakan bahan
yang tidak terkendali pada batang dan penting dalam menciptakan kesuburan
ranting tanaman teh menghasilkan dapat tanah baik fisik, kimia maupun biologi,
menyebabkan berbagai kerugian berasal dari tanaman dan hewan. Secara
(Martosupono dan Suhargyanto, 1976). fisik bahan organik akan meningkatkan
Beberapa gangguan akibat gulma antara kemampuan tanah menahan air,
lain: (1) meningkatkan kelembapan merangsang granulasi, memantapkan
udara di sekitar tanaman yang dapat agregat tanah, menurunkan plastisitas
memacu penyakit cacar daun teh; (2) dan kohesi tanah. Bahan organik juga
keroposnya bagian batang dan ranting meningkatkan KTK tanah, mengikat
tanaman karena cekaman air yang unsur N, P dan S dalam bentuk organik
disebabkan gulma; (3) mengganggu sehingga terhindar dari pencucian,
proses pernafasan kulit batang dan melarutkan sejumlah unsur,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 648


meningkatkan jumlah dan aktivitas dengan cara disabit ini dilakukan untuk
mikroorganisme tanah (Hakim, et al, menghemat tenaga kerja yang semakin
1986). sedikit jumlahnya. Selain itu faktor harga
Sebanyak 84% petani teh sudah yang berdasarkan berat timbangan
melakukan pemupukan dengan pupuk menyebabkan petani hanya mengejar
anorganik yaitu 2-3 kali. Namum berat timbangan pucuk teh saja. Kondisi
komposisi pupuk dan jumlahnya masih ini bertolak belakang dengan pemetikan
belum sesuai kebutuhan tanaman teh. yang selama ini dikenal secara umum.
Hal ini menyebabkan unsur hara yang Setyamidjaja (2000) menyatakan
diterima oleh tanaman teh kurang bahwa pemetikan adalah pekerjaan
maksimal. memungut sebagian dari tunas-tunas teh
(6) Pengendalian Hama dan Penyakit beserta daunnya yang masih muda,
Petani umumnya sudah untuk kemudian diolah menjadi produk
menerapkan pengendalian hama dan teh kering yang merupakan komoditi
penyakit untuk tanaman teh, dan perdagangan.
sebagian besar (92%) sudah mengetahui Untuk pascapanen, di Desa
jenis-jenis hama dan penyakit tanaman Sirnajaya saat ini belum ada produk teh
teh. Namun pada prakteknya banyak yang dihasilkan selain pucuk daun teh
penggunaan pestisida yang belum segar, sehingga petani tergantung
sesuai dengan belum tepat sasaran dan kepada pengepul untuk menjual pucuk
belum tepat penggunaannya. tehnya.
Salah satu hama yang paling
banyak dijumpai pada tanaman teh 4. SIMPULAN DAN SARAN
adalah Helopeltis spp. merupakan salah 1) Kondisi teh rakyat di Desa Sirnajaya
satu hama pertanaman teh yang terdiri belum menerapkan budidaya sesuai
atas 18 spesies. Serangan Helopeltis petunjuk terutama pada pemupukan,
spp. menyebabkan perubahan morfologi pengendalian hama dan penyakit
dan histologi tanaman teh dan secara serta pemanenan.
nyata mengurangi kualitas dan kuantitas 2) Masih ada potensi untuk
pucuk teh (Indriati dan Soesanthy, 2014). mengembangkan teh rakyat namun
(7) Panen dan pascapanen harus ada dorongan baik dari
Kebiasaan petani di Desa pemerintah maupun pihak swasta
Sirnajaya melakukan pemanenan daun agar petani teh lebih bergairah,
teh dengan cara disabit, untuk terutama dalam faktor harga teh di
memperoleh pucuk daun teh dalam tingkat petani.
jumlah yang banyak. Pemanenan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 649


5. DAFTAR PUSTAKA
Agustian dan Rachman. 2009.
Penerapan Teknologi
Pengendalian Hama Terpadu Pada
Komoditas Perkebunan Rakyat.
Perspektif, 8 (1): 30-41.
Badan Pusat Statistik Jawa Barat. 2013.
Jawa Barat Dalam Angka.
Bambang Sriyadi, Pelepasan Klon Teh
Sinensis Unggul GMBS 1, GMBS
2, GMBS 3, GMBS 4, dan GMBS 5.
Jurnal Penelitian Teh dan Kina
14(2): 59-71.
Ghani, M. A. 2002. Buku Pintar Mandor:
Dasar-Dasar Budi Daya Teh.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S.
G. H. Nugroho, M. R. Fail, M. A.
Diha, G. Hong dan H. H. Baeley.
1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah
Lampung: Universitas Lampung.
Mappiare. 1983. Psikologi Orang
Dewasa. Surabaya: Usaha
Nasional.
Martosoepono, M. dan K. Suhargyanto.
1976. Pengujian beberapa algesida
pada persemaian setek teh.
Seminar Mingguan BPTK
Gambung. 7 Juni
Nasir, 1995. Metode Penelitian. Ghalia.
Indonesia.
Rachmiati, Yati, Karyudi, Bambang
Sriyadi, Salwa Lubnan
Dalimoenthe, Pudjo Rahardjo, dan
Eko Pranoto. Teknologi
Pemupukan dan Kultur Teknis
Yang Adaptif Terhadap Anomali
Iklim Pada Tanaman Teh. Seminar
Nasional Upaya peningkatan
produktivitas di perkebunan
dengan teknologi pemupukan dan
antisipasi anomali iklim. Hotel
Crown Plaza Jakarta, 25-26 Maret
2014
Setyamidjaja, D. 2000. Budidaya dan
Pengolahan Pasca Panen
Tanaman Teh. Yogyakarta:
Kanisius.
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi
Pertanian Teori dan Aplikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 650


NILAI TAMBAH PRODUK OLAHAN SINGKONG CIMANGGU

Laras Sirly Safitri

Fakultas Agrobisnis dan Rekayasa Pertanian, Universitas Subang


Email: larasafitri@unsub.ac.id

ABSTRAK

Desa Rancamanggung, Kecamatan Tanjungsiang merupakan salah satu daerah penghasil utama
singkong di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Singkong yang diproduksi di desa ini adalah varietas
Manggu atau sering disebut masyarakat dengan Singkong Cimanggu. Produksi singkong yang
melimpah menyebabkan harga singkong mentah relatif rendah. Hal ini mendorong masyarakat
Desa Rancamanggung untuk mengolah singkong menjadi beberapa produk olahan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh beberapa produk olahan
Singkong Cimanggu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. Pengambilan sampel
usaha olahan singkong dilakukan dengan teknik purposive (sengaja), dimana diambil lima usaha
pengolahan skala rumah tangga (home industry) yang memproduksi keripik (satu pengusaha),
gitrek (satu pengusaha), combring (dua pengusaha), dan tepung aci (satu pengusaha) untuk
dibandingkan antara usaha satu dengan usaha lainnya. Analisis nilai tambah dilakukan dengan
berdasar pada perhitungan Hayami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat jenis
produk olahan singkong yang menghasilkan rasio nilai tambah terbesar adalah produk combring
Cipta Rasa dengan persentase sebesar 82,16 persen. Produk ini pun menghasilkan tingkat
keuntungan terbesar, yaitu 69,10 persen.Di samping itu, produk combring Sudayat memiliki rasio
nilai tambah dan tingkat keuntungan yang cukup besar, meski persentasenya di bawah combring
Cipta Rasa, yaitu masing-masing sebesar 69,50 persen dan 60,54 persen. Sementara itu, produk
olahan dengan rasio nilai tambah dan tingkat keuntungan terkecil adalah tepung aci Kembar Jaya
dengan persentase masing-masing sebesar 37,31 persen dan 17,72 persen.

Kata kunci: Hayami, Keuntungan, Nilai Tambah, Olahan Singkong

1. PENGANTAR 2015 mencapai 21.801.415 ton dengan


Ketahanan pangan (food security) produktivitas 229,51 kuintal/hektar (BPS,
merupakan salah satu isu paling sentral 2016). Capaian tersebut menempatkan
dalam pembangunan pertanian dan singkong sebagai tanaman pangan
pembangunan nasional, terlebih bagi dengan produksi dan produktivitas
negaraberkembang seperti Indonesia tertinggi, bahkan melampaui padi, jagung,
yang jumlah penduduknya tinggi. kedelai, dan tanaman pangan lainnya. Di
Diversifikasi pangan dapat Jawa Barat sendiri, produksi singkong
mendukungstabilitas ketahanan pangan pada tahun 2015 tergolong cukup tinggi,
sehingga dapat dipandang sebagai salah yaitu sebesar 2.000.224 ton dengan
satu pilarpemantapan ketahanan pangan produktivitas sebesar 234,53
(FAO, 2003). kuintal/hektar (BPS, 2016).
Singkong merupakan salah satu Desa Rancamanggung, Kecamatan
tanaman pangan yang berpotensi untuk Tanjungsiang merupakan salah satu
dikembangkan sebagai salah satu upaya daerah penghasil utama singkong di
diversifikasi pangan di Indonesia. Kabupaten Subang, Jawa Barat. Singkong
Produksi singkong Indonesia pada tahun yang diproduksi di desa ini adalah varietas

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 651


Manggu atau sering disebut masyarakat produk olahan singkong yang dapat
dengan singkong Cimanggu. Camat menghasilkan keuntungan terbesar.
Tanjungsiang mengungkapkan bahwa
petani mampu memproduksi singkong 100 2. METODE PENELITIAN
ton per harinya. Jumlah tersebut diakui Waktu dan Lokasi Penelitian
belum dihasilkan secara maksimal karena Penelitian ini dilaksanakan pada
baru 40 sampai 60 persen lahan yang bulan Juni 2016 di Desa
dimanfaatkan. Apabila petani mendorong Rancamanggung, Kecamatan
produksi lebih dari 100 ton per hari, maka Tanjungsiang, Kabupaten Subang,
ketersediaan singkong segar/mentah di dimana pemilihan lokasi dilakukan secara
pasar akan melimpah dan berakibat pada purposive (sengaja). Hal ini didasarkan
penurunan harga yang akan merugikan pada pertimbangan bahwa daerah
petani. tersebut merupakan salah satu sentra
Salah satu upaya stabilisasi harga produksi singkong di Kabupaten Subang,
singkong adalah dengan menumbuh- dimana sebagian besar penduduknya
kembangkan industri-industri pengolahan membudidayakan singkong varietas
hasil yang berwawasan agroindustri Manggu yang biasa disebut masyarakat
(Rukmana, 1997). Agroindustri dapat setempat sebagai “Singkong Cimanggu”.
memberikan nilai tambah pada produk Singkong varietas Manggu ini dikenal
pertanian menjadi produk olahan yang dengan kualitasnya yang baik, terlebih
lebih tahan lama dan siap dikonsumsi untuk diolah menjadi produk pangan.
(Sumaryo, 2001). Hal ini yang mendorong Teknik Pengumpulan Data
masyarakat Desa Rancamanggung untuk Data primer diperoleh melalui
mengolah singkong segar menjadi observasi dan wawancara langsung
beberapa produk olahan. Dengan adanya dengan responden. Responden
kegiatan usaha pengolahan yang merupakan para pemilik usaha
mengubah bentuk primer menjadi produk pengolahan singkong (home industry)
baru yang lebih tinggi nilai ekonomisnya yang berjumlah lima orang, terdiri atas
setelah melalui proses pengolahan, maka dua orang pengusaha combring, satu
akan dapat memberikan nilai tambah orang pengusaha gitrek, satu orang
karena dikeluarkan biaya-biaya sehingga pengusaha keripik, dan satu orang
terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan pengusaha tepung aci, dimana
keuntungan yang lebih besar bila penentuannya dilakukan secara purposive
dibandingkan dengan tanpa melalui (sengaja). Sementara itu, data sekunder
proses pengolahan (Tarigan, 2004). juga digunakan sebagai data pelengkap
Tujuan penelitian ini adalah untuk yang diperoleh melalui berbagai literatur.
menganalisis nilai tambah berbagai

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 652


Analisis Nilai Tambah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai tambah (added value) adalah Gambaran Umum Desa
selisih antara nilai komoditi yang Rancamanggung
mendapat perlakuan pada tahap tertentu Letak Desa Rancamanggung
dikurangi dengan nilai korbanan yang berada di Kecamatan Tanjungsiang,
digunakan selama proses berlangsung Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.
(Hayami et al. 1987). Dalam mengukur Dengan jarak tempuh ±2 km ke ibukota
nilai tambah, metode Hayami yang sering kecamatan, ± 37 km ke ibukota
dan umum digunakan pada subsistem kabupaten, dan ± 60 km jarak tempuh ke
pengolahan dalam sistem agribisnis. ibukota provinsi. Desa ini terletak di areal
Adapun nilai tambah dari keempat produk bertopografi pegunungan dengan
olahan tersebut berdasarkan perhitungan ketinggian 700 m dpl seluas 551,605 ha.
Hayami et al. (1987) dapat dilihat pada Sebagian besar penduduknya bekerja di
Tabel 1. sektor pertanian dengan persentase 74,5
persen. 825 orang diantaranya bekerja
Tabel 1. Analisis Nilai Tambah Hayami
Variabel Nilai sebagai petani pemilik lahan dan 288
Output, input, harga
1. Output (kg) A orang bekerja sebagai buruh tani
2. Input (kg) B
3. Tenaga Kerja (HOK) C
(Anonim, 2013).
4. Faktor Konversi D = A/B Selain bertanam padi di sawah,
5. Koefisien Tenaga Kerja E = C/D
(HOK/kg) petani umumnya memiliki lahan kebun
6. Harga Output (Rp/kg) F
7. Upah Tenaga Kerja G yang ditanami singkong sebagai tanaman
(Rp/HOK)
Penerimaan dan Keuntungan (Rp/Bahan Baku) pokok sumber pendapatan keluarga.
8. Harga Bahan Baku (Rp) H
9. Harga Input Lainnya I Singkong yang dihasilkan dari
(Rp/kg)
10. Nilai Output (Rp/kg) J=DxF
agroekosistem wilayah ini dikenal
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) K=J-H–I bertekstur bagus dan bercita-rasa enak.
b. Rasio Nilai Tambah (%) L = K/J x 100%
12. a. Pendapatan Tenaga M = E x G Singkong yang ditanam masyarakat
Kerja (Rp/kg)
b. Pangsa Tenaga Kerja N = M/K x 100% secara turun menurun ini adalah jenis
(%)
13. a. Keuntungan (Rp/kg) O=K–M Adira 2 atau dikenal dengan “Singkong
b. Tingkat Keuntungan (%) P = O/J x 100%
Balas Jasa Pemilik Faktor-faktor Produksi Manggu”. Kalau pun ada varietas lain
14. Marjin (Rp/kg) Q=J–H
a. Tenaga Kerja R = M/Q x 100%
yang ditanam di kebun petani, jumlahnya
b. Modal (Sumbangan S = I/Q x 100% tidak signifikan dan umumnya hanya
Input Lain)
c. Keuntungan T = O/Q x 100% untuk dikonsumsi sendiri.
Sumber: Hayami et al. (1987)
Selama ini petani singkong di Desa
Rancamanggung menjual singkong dalam
bentuk segar/mentah, sehingga di setiap
musim panen bahan baku singkong
melimpah, bahkan over produksi. Hal ini

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 653


mengakibatkan harga jual singkong jatuh. singkong K2K. Produk ini sudah tidak
Oleh karena itu, masyarakat mulai asing lagi, karena merupakan cemilan
mengembangkan singkong menjadi yang disukai masyarakat Indonesia pada
produk olahan. Tujuan utama dari usaha umumnya dan telah banyak diproduksi
pengolahan singkong tersebut adalah oleh industri skala kecil maupun skala
meningkatkan nilai tambah secara besar. Produk olahan singkong terakhir
ekonomi. Di samping itu, singkong bisa yang dianalisis pada penelitian ini adalah
lebih tahan lama, karena diolah menjadi tepung tapioka atau disebut masyarakat
makanan ringan/cemilan yang lebih setempat sebagai tepung aci dengan
bermanfaat (PNPM, 2012). merk dagang Kembar Jaya.
Nilai Tambah Produk Olahan Singkong Combring Cipta Rasa dapat
Produk olahan singkong yang diteliti menghasilkan output yang lebih besar,
adalah combring, gitrek, keripik singkong, meski penggunaan jumlah bahan bakunya
dan tepung aci. Combring adalah sama, sehingga faktor konversinya pun
singkatan dari Combro Garing atau lebih besar dibanding combring Sudayat,
Combro Kering. Produk olahan ini yaitu 0,60. Jenis bahan baku singkong
merupakan cemilan tradisional berbahan yang digunakan oleh kedua usaha
dasar singkong yang ditambahkan combring ini pun sama, akan tetapi
rempah-rempah. Proses pembuatannya harganya berbeda. Combring Cipta Rasa
hampir sama dengan membuat combro, membeli bahan baku dengan harga Rp
namun setelah menjadi adonan, combring 1000 per kg, sedangkan combring
diiris tipis kemudian digoreng. Terdapat Sudayat membeli bahan baku dengan
dua usaha pengolahan combring yang harga Rp 2000 per kg. Hal ini dikarenakan
dianalisis pada penelitian ini, yaitu combring Cipta Rasa memiliki kebun
combring Cipta Rasa dan combring singkong sendiri, sementara combring
Sudayat. Sudayat membeli singkong dari pedagang
Produk olahan lainnya adalah gitrek pengumpul.
yang terbuat dari tepung tapioka (tepung Berbeda halnya dengan usaha
aci), dimana bahan dasarnya adalah pengolahan gitrek dimana bahan baku
singkong. Berdasarkan wawancara singkong yang digunakan dalam satu kali
dengan masyarakat, penamaan gitrek produksi lebih sedikit, yaitu 80 kg. Faktor
berasal dari kata “Git” yang berarti “Gigit” konversinya pun lebih kecil dari usaha
dan “Trek” yang berarti suara yang pengolahan combring, yaitu sebesar 0,44.
ditimbulkan saat gitrek digigit. Usaha Diduga hal ini terjadi karena proses
gitrek yang diteliti adalah gitrek Mama pembuatan gitrek yang berbeda dengan
Mahesa. Selain itu, produk olahan combring. Pada proses pembuatan gitrek,
berikutnya yang diteliti adalah keripik singkong diolah terlebih dahulu menjadi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 654


tepung tapioka atau tepung aci yang masing sebanyak 2 ton dengan faktor
kemudian diolah menjadi gitrek. Usaha konversi sebesar 0,50 dan 1,75 ton
gitrek Mama Mahesa mendapatkan bahan dengan faktor konversi sebesar 0,57.
baku singkong langsung dari petani Sama halnya dengan usaha gitrek Mama
dengan harga Rp 1500 per kg. Mahesa, usaha keripik singkong K2K dan
Selanjutnya, usaha pengolahan tepung aci Kembar Jaya ini memperoleh
keripik singkong K2K dan tepung aci bahan baku singkong dari petani dengan
Kembar Jaya yang memiliki kapasitas harga Rp 1.500 per kg. Adapun
produksi lebih besar dibanding usaha perhitungan nilai tambah dari produk
combring dan gitrek. Dalam sekali olahan singkong dapat dilihat pada Tabel
produksi bahan baku singkong yang 2.
digunakan K2K dan Kembar Jaya masing-

Tabel 2. Nilai Tambah Produk Olahan Singkong Cimanggu


Nama Usaha/Pengusaha
Variabel Cipta Mama Kembar
Sudayat K2K
Rasa Mahesa Jaya
Output, input, harga
1. Output (kg) 50 60 35 10000 10000
2. Input (kg) 100 100 80 20000 17500
3. Tenaga Kerja (HOK) 0,45 0,44 0,53 1,07 0,54
4. Faktor Konversi 0,50 0,60 0,44 0,50 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/kg) 0,90 0,73 1,22 2,14 0,94
6. Harga Output (Rp/kg) 20000 18500 20000 15000 6700
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) 1000 2000 1000 400 800
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Bahan Baku)
8. Harga Bahan Baku (Rp) 2000 1000 1500 1500 1500
9. Harga Input Lainnya (Rp/kg) 1050 980 1250 950 900
10. Nilai Output (Rp/kg) 10000 11100 8750 7500 3828,57
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) 6950 9120 6000 5050 1428,57
b. Rasio Nilai Tambah (%) 69,50 82,16 68,57 67,33 37,31
a. Pendapatan Tenaga Kerja
12. 895,83 1450 1217,14 855 750
(Rp/kg)
b. Pangsa Tenaga Kerja (%) 12,89 15,90 20,29 16,93 52,50
13. a. Keuntungan (Rp/kg) 6054,17 7670 4782,86 4195,00 678,57
b. Tingkat Keuntungan (%) 60,54 69,10 54,66 55,93 17,72
Balas Jasa Pemilik Faktor-faktor
Produksi
14. Marjin (Rp/kg) 8000 10100 7250 6000 2328,57
a. Tenaga Kerja 11,20 14,36 16,79 14,25 32,21
b. Modal (Sumbangan Input Lain) 13,13 9,70 17,24 15,83 38,65
c. Keuntungan 75,68 75,94 65,97 69,92 29,14

Berdasarkan perhitungan nilai persen untuk combring Sudayat. Sama


tambah Hayami, kedua usaha combring halnya dengan tingkat keuntungan,
memiliki rasio nilai tambah tertinggi dimana combring Cipta Rasa memiliki
dibanding tiga usaha lainnya, yaitu tingkat keuntungan tertinggi sebesar
masing-masing sebesar 82,16 persen 69,10 persen yang kemudian diikuti
untuk combring Cipta Rasa dan 69,50 combring Sudayat dengan tingkat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 655


keuntungan sebesar 60,54 persen. Meski bahwa nilai tambah tepung tapioka atau
keduanya sama-sama memproduksi tepung aci paling rendah dibanding nilai
combring, namun terdapat perbedaan tambah mie singkong, kerupuk singkong,
rasio nilai tambah dan tingkat keuntungan dan nata de cassava. Hal ini disebabkan
yang diduga karena nilai output/produk karena tepung tapioka merupakan produk
combring Cipta Rasa lebih besar, serta setengah jadi yang sebenarnya masih
harga bahan baku dan harga input lainnya dapat diolah menjadi produk pangan
yang lebih kecil dibanding combring lainnya.
Sudayat. Sementara, jika dilihat dari harga
jual produk, combring Sudayat memiliki 4. SIMPULAN DAN SARAN
harga jual yang lebih tinggi daripada 4.1. Simpulan
combring Cipta Rasa. Hal ini sejalan Berdasarkan hasil penelitian dapat
dengan yang dikemukakan oleh Raharja disimpulkan bahwa usaha combring Cipta
et al. (2013) bahwa besarnya nilai tambah Rasa memiliki rasio nilai tambah dan
suatu produk dipengaruhi oleh besarnya tingkat keuntungan terbesar dengan
nilai produk, harga bahan baku yang persentase sebesar 82,16 persen dan
dalam hal ini berupa singkong, dan 69,10 persen. Sementara usaha
sumbangan input lain. pengolahan dengan rasio nilai tambah
Usaha pengolahan gitrek Mama dan tingkat keuntungan terkecil adalah
Mahesa dan keripik singkong K2K tepung aci Kembar Jaya dengan
memiliki rasio nilai tambah masing-masing persentase masing-masing sebesar 37,31
sebesar 68,57 persen dan 67,33 persen, persen dan 17,72 persen.
dengan tingkat keuntungan masing- 4.2. Saran
masing sebesar 54,66 persen dan 55,93 Produk olahan combring dapat
persen. Rasio nilai tambah gitrek Mama dikembangkan kembali, sehingga dapat
Mahesa lebih besar dari keripik singkong menciptakan nilai tambah dan keuntungan
K2K, namun pada tingkat keuntungan yang lebih besar, misalnya dengan
berlaku sebaliknya. Hal ini dimungkinkan membuat combring aneka rasa. Begitu
karena upah tenaga kerja yang pula dengan usaha pengolahan tepung
dikeluarkan oleh usaha gitrek Mama aci yang sebaiknya dapat menciptakan
Mahesa lebih besar dari keripik singkong nilai tambah dan keuntungan lebih besar
K2K. misalnya dengan mengolah limbah cair
Sementara itu, usaha pengolahan hasil sampingan pengolahan tepung aci
tepung aci memiliki rasio nilai tambah dan menjadi nata de cassava.
tingkat keuntungan terkecil, yaitu sebesar
37,31 persen dan 17,72 persen. Penelitian
Prianjono (2013) juga menunjukkan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 656


5. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Kecamatan Tanjungsiang
dalam Angka. Kecamatan
Tanjungsiang Kabupaten Subang,
Subang.
BPS. 2016. Produksi Ubi Kayu Menurut
Provinsi Tahun 1993-2015.
https://www.bps.go.id/linkTableDina
mis/view/id/880
FAO. 2003. World Agriculture: Toward
2015/2030. Rome: Earthscan.
Hayami Y, Kawagoe T, Marooka Y,
Siregar M. 1987. Agricultural
Marketing and Processing in Upland
Java, A Perspective From A Sunda
Village. Bogor:The CGPRT Center.
PNPM. 2012. Seri Keterampilan UKM
Perdesaan. Yayasan Buku Anak
Desa.
Prianjono, S. 2013. Analisis Nilai Tambah
Olahan Singkong di Desa
Srihardono Kecamatan Pundong
Kabupaten Bantul. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Raharja, A., Setiawan, B., dan Isaskar, R.
2013. Analisis Usaha Agroindustri
Kerupuk Singkong. HABITAT 24(3):
223 – 229.
Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu, Budidaya
dan Pasca Panen. Yogyakarta:
Kanisius.
Sunaryo, T. 2001. Ekonomi Manajerial.
Jakarta: Erlangga.
Tarigan. 2004. Ekonomi Regional.
Jakarta: Bumi Aksara.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 657


MOTIVASI PENGUSAHA PETERNAKAN DAN KINERJA PEGAWAINYA
DALAM MENDUKUNG KEBERHASILAN USAHA
(Kasus Pada Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm
di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor)

Lilis Nurlina¹, Unang Yunasaf¹, Hermawan¹, Cathrine², Hartati Chairunnisa¹


1
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
2
Alumni Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
Email : lilis.nurlina@unpad.ac.id; lilis6340@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Peternakan Bangun Karso Farm Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor
yang merupakan salah satu sentra peternakan kambing perah di Jawa Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji motivasi pengusaha peternakan, kinerja pegawai dan upayanya untuk
mencapai keberhasilan. Metode penelitian menggunakan studi kasus dengan pendekatan
kualitatif. Subjek penelitian berjumlah 5 orang, terdiri atas 1 orang pemilik, 1 orang manajer
pemeliharaan, 1 orang dokter hewan, dan 2 orang pegawai kandang. Analisis data dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu: (1) Reduksi data (proses penyederhanaan data); (2) Penyajian data; dan
(3) Penarikan kesimpulan, yang diperoleh dari data keseluruhan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengusaha ternak kambing perah Bangun Karso Farm memiliki motivasi yang tinggi yang
dapat dilihat dari kedisiplinan dalam bekerja, keuletan dalam menghadapi permasalahan baik
teknis maupun permodalan; (2) Kinerja pegawai Bangun Karso Farm dinilai baik, yang dapat
dilihat dari tingkat pengetahuan dan keterampilanya dalam tata laksana pemeliharaan, ketepatan
waktu dalam bekerja dan ketaatan dalam melaksanakan perintah pimpinan; dan (3) Keberhasilan
usaha yang dicapai Bangun Karso Farm dinilai cukup, dilihat dari produktivitas ternak dan
pendapatan yang diperoleh dinilai layak serta adanya etika usahanya yang peduli terhadap
lingkungannya.

Kata kunci: Motivasi, Keberhasilan Usaha, Pengusaha Peternakan, Kambing Perah

1. PENDAHULUAN darah tinggi, kanker, penyakit jantung fase


awal, sakit kuning (jaundice), letih dan
Kambing perah merupakan
lesu, rheumatik, disfungsi ereksi/
komoditas baru di Indonesia yang memiliki
impotensi.
prospek pengembangan yang baik.
Oleh karena itu, permintaan
Walaupun belum terbukti secara Ilmiah,
terhadap susu kambing cenderung
anggapan yang berkembang di
meningkat walaupun harganya cukup
masyarakat bahwa susu kambing dapat
tinggi. Di sisi lain, kambing perah dapat
menyembuhkan berbagai penyakit,
berperan ganda sebagai penghasil susu
seperti ashma, bronchitis kronis, flek paru-
dan daging. Dari sisi kebutuhan investasi,
paru, tuberculosis (TBC), penyakit paru
usaha kambing perah tidak memerlukan
kronis, batuk berat, demam tinggi,
investasi yang besar jika dibandingkan
gangguan ginjal, migrain, hepatitis A,
dengan sapi perah dan secara teknis
asam urat, radang sendi, radang usus
relatif lebih mudah dalam manajemen
(gastritis), maag, penyakit kulit (eksim),
pemeliharaannya.
lever, alergi, sinusitis, anemia, insomnia,
thalasemia, tekanan darah rendah dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 658


Kambing perah yang banyak Perusahaan Dagang (PD) atau CV.
dikembangkan di Indonesia umumya Perusahaan ini memiliki 125 ekor kambing
kambing Peranakan Etawa (PE), Senduro, perah dan luas lahan 18 hektar. Selain itu,
Saapera, dan Jawarandu. Susu kambing perusahaan ini pun memelihara ternak
belum dikenal secara luas seperti susu domba dan sapi potong yang kebanyakan
sapi padahal memiliki komposisi kimia dijual untuk hewan qurban, dan beberapa
yang cukup baik. sapi perah untuk memenuhi kebutuhan
Kabupaten Bogor merupakan salah susu cempe, karena susu kambing
satu sentra peternakan kambing perah di harganya lebih mahal.
Provinsi Jawa Barat. Kambing perah Motivasi yang tinggi dari Bapak
merupakan salah satu komoditas Bangun Dioro pemilik Bangun Karso Farm
unggulan kabupaten ini. Pengembangan dapat dilihat dari upaya mengawinkan
usaha ternak kambing perah di Kabupaten kambing perah PE yang memiliki kualitas
Bogor memiliki potensi yang baik, karena susu lebih baik dan disukai konsumen
selain didukung oleh kesesuaian iklim, dengan sanen yang menghasilkan susu
ketersediaan hijauan, juga kedekatan lebih banyak, sehingga diperoleh kambing
dengan konsumen potensial di DKI Sapera yang produksi susunya tinggi dan
Jakarta. kualitas susunya baik. Selain itu, adanya
Dalam mencapai keberhasilan pembangunan kandang kambing modern
usaha, motivasi pengusaha peternakan menunjukkan adanya keseriusan untuk
dan kinerja pegawainya menjadi faktor menerapkan Good Manufacturing Practice
yang cukup menentukan, selain pada usaha ternak ini. Namun demikian,
ketersediaan sarana produksi peternakan motivasi yang tinggi belum tentu diikuti
dan ketersediaan pasarnya. Motivasi oleh kinerja pegawainya, untuk itu
menjadi kekuatan bagi seorang penelitian ini bertujuan untuk
pengusaha untuk mencapai tujuan menganalisis: (1) Motivasi pengusaha
usahanya. Peternak yang memiliki ternak kambing perah dalam mencapai
motivasi usaha tinggi akan berusaha keberhasilan usaha; (2) Kinerja pegawai
keras untuk mengembangkan usahanya perusahaan kambing perah; dan (3)
melalui keaktifannya dalam mengadopsi Keberhasilan usaha dari Bangun Karso
aspek zooteknis dan kreatifitas yang Farm.
dimilikinya guna meningkatkan
produktivitas ternak dan keuntungan dari
2. METODE PENELITIAN
usaha ternaknya.
Penelitian ini menggunakan metode
Bangun Karso Farm merupakan
kasus dengan pendekatan kualitatif. Studi
salah satu pelaku usaha ternak kambing
kasus merupakan metode penelitian yang
perah di Kabupaten Bogor yang berbentuk

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 659


bertujuan memperoleh informasi yang sekunder diperoleh dari Bangun Karso
berhubungan dengan suatu kejadian Farm dan Kantor Kecamatan Cijeruk.
(kasus) tertentu (Creswell, 1984). Metode Analisis data dilakukan melalui tiga tahap,
studi kasus merupakan studi atau analisis yaitu: (1) Reduksi data, merupakan proses
yang bersifat komprehensif mengenai penyederhanaan data hasil wawancara
suatu program, proses implementasi atau dari catatan harian penelitian; (2)
perubahan dalam suatu organisasi yang Penyajian data, merupakan penyusunan,
faktor-faktor penentunya tidak hanya informasi yang diperoleh dari hasil
ditentukan oleh satu aspek tetapi berbagai wawancara yang datanya bersifat
aspek. Informan dalam penelitian ini kompleks menjadi bentuk yang sistematis;
berjumlah 5 orang, terdiri atas 1 orang dan (3) Penarikan kesimpulan yang
pemilik, 1 orang manajer pemeliharaan, 1 diperoleh dari data keseluruhan untuk
orang dokter hewan, dan 2 orang pegawai setiap variabel yang diteliti dan
kandang. membandingkannya dengan teori.
Teknik pengumpulan data primer Variabel penelitian dapat dilihat pada
dilakukan melalui wawancara mendalam Tabel 1.
berdasarkan pedoman wawancara. Data
Tabel 1. Operasional Variabel
No Variabel Sub Variabel Indikator
1 Motivasi Semangat kerja
 Kedisiplinan

 Keuletan

 Penentuan harga susu

 Penanganan ketersediaan pakan

 Penanganan kesehatan hewan

Keinginan untuk
berhasil  Keinginan untuk meningkatkan usaha

 Persepsi keberhasilan menurut peternak

 Tindakan yang dilakukan untuk mencapai


keberhasilan usaha

2 Kinerja Pegawai Kualitas kerja


 Pengetahuan dan kemampuan pegawai dalam
Sapta Usaha beternak kambing perah

 Kepatuhan terhadap perintah dan ketepatan waktu

3 Keberhasilan Etika Usaha


Usaha  Etika usaha (ekonomi)

 Pemanfaatan air dan tanah

 Penanganan lingkungan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 660


Produktivitas Usaha
 Tingkat produksi susu

 Pendapatan usaha kambing perah

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penanganan kesehatan


hewan, beliau lebih mempercayakan
A. Motivasi Pengusaha
kepada dokter hewan tetapi beliaupun
Motivasi seringkali diartikan sebagai
berusaha untuk memahami setiap
dorongan. Dorongan tersebut merupakan
penyakit yang menyerang ternak kambing.
gerak jiwa jasmani untuk berbuat
Kandang panggung modern yang
sehingga motivasi tersebut merupakan
dibuatnya, memungkinkan untuk
driving force yang menggerakkan
memudahkan penanganan limbah, seperti
seseorang untuk berperilaku dan di dalam
mudahnya mobil bak terbuka untuk
tindakannya memiliki tujuan tertentu
mengangkut limbah.
(Nurlina, 2008). Hasil penelitian
Keinginan untuk berhasil dari pemilik
Mc.Clelland (1987) menunjukkan ada
Bangun Karso Farm ditunjukkan oleh
hubungan antara kebutuhan untuk
adanya perkembangan usahanya
berprestasi yang timbul dengan
sehingga mendapat kepercayaan dan
banyaknya aktivitas kewirausahaan serta
bantuan dari institusi tempatnya bekerja
perkembangan ekonomi yang dihasilkan
sehingga dapat mewujudkan model/
dalam suatu budaya.
percontohan peternakan kambing perah
Keuletannya dalam bekerja
modern.
ditunjukkan dari perkembangan usahanya
Persepsi pengusaha ternak
yang diawali dari beberapa ekor kambing
terhadap keberhasilan usahanya, tidak
saja, namun seiring berjalannya waktu
hanya memberikan keuntungan bagi
populasinya pun bertambah sehingga
pengusaha/pemilik peternakan saja tetapi
merupakan suatu perusahaan (CV).
dapat memberikan manfaat bagi orang
Dalam menghadapi permasalahan
lain. Tindakan pemilik Bangun Karso Farm
ketersediaan pakan hijauan terutama di
untuk mencapai keberhasilan dilakukan
musim kemarau, beliau membelinya dari
secara bertahap dan berkelanjutan. Hal
luar kota (Cianjur dan Sukabumi).
yang diperhatikan menyangkut aspek
Sementara untuk pemasaran susu
breeding (pembibitan), feeding (pakan),
kambing beliau harus berjuang merebut
dan manajemen (manajemen kandang,
pasar “Komunitas Arab” yang biasa
manajemen usaha). Kunci utama
minum susu kambing di wilayah Bogor
keberhasilan usaha peternakan terletak
dan pengiriman ke Jakarta serta
pada keterlibatan pengusaha dan
berkompetisi dengan 6 pelaku usaha
kambing lainnya di kota ini.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 661


pengontrolan yang tinggi dalam setiap pertama kali kawin 10-12 bulan, tetapi
fase produksi. berbeda dalam hal berat badan yang siap
Motivasi yang dimiliki pengusaha dikawinkan dengan berat 30-35 kg.
peternakan kambing perah Bangun Karso Dalam hal perkawinan ternak, para
Farm dapat dilihat dari semangat kerja pegawai sudah mengetahui tanda-tanda
dan kedisiplinannya dalam melaksanakan berahi, sehingga segera dikawinkan.
setiap gagasan dan diterapkan kepada Demikian juga dengan jika terjadi
pegawainya. Pemilik Bangun Karso Farm kegagalan perkawinan dan harus
yang seorang tentara menerapkan mengawinkan kembali. Setelah kambing
kedisiplinannya kepada pegawainya. lahir, perlu diperhatikan waktu sapih dan
Pengontrolan dilakukan di pagi hari sesuai masa laktasi yang dapat diatur sesuai
jam kerja pegawainya mulai pukul 7.00 keinginan peternak. Kambing perah dapat
dan pada pukul 16.00 saat akhir waktu dikawinkan dan melahirkan 3 kali dalam 2
kerja setelah beliau pulang kerja dari TNI tahun. Pemberian pakan menentukan
nya. Waktu istirahat pegawainya pukul performa ternak, sehingga perlu
12.00 – 13.00. Pemilik Bangun Karso diperhatikan baik dari aspek jenis dan
Farm mengontrol peternakan sekaligus jumlah yang diberikan. Pemberian pakan
pegawainya di kandang. hijauan dua kali, pada pukul 9.00 diberi
silase dan pukul 16.00 diberi hijauan
B. Kinerja Pegawai
segar. Alat-alat pemerahan seperti
Untuk mencapai keberhasilan suatu
milkcan senantiasa dibersihkan kembali
perusahaan diperlukan pegawai yang
setelah digunakan sehingga dalam
dapat bekerja secara produktif. Para
keadaan bersih dan kering. Susu dikemas
pegawai perlu memiliki pengetahuan yang
dalam plastik ukuran 0,5 dan 1 liter untuk
cukup dan tindakan yang cepat dan
kemudian dibekukan.
cermat terutama dalam menanggulangi
Pemberian konsentrat 1 jam
penyakit. Hal ini mengingat ternak
sebelum pemberian hijauan yaitu pukul
merupakan makhluk hidup yang
8.00 pagi dan pukul 15.00 sore. Bahan
memerlukan perhatian dan pemenuhan
penyusun konsentrat terdiri atas: pollard,
kebutuhan pakannya. Pelaksanaan sapta
SBM, CGF, kopra, jagung, ampas bir dan
usaha yang diawali dengan pembibitan
ampas tahu. Pada saat tertentu kambing
dan seleksi telah dilakukan. Kawin
diberi pakan komplit (complate feed) dan
pertama untuk kambing perah tidak hanya
hijauan.
ditentukan oleh umur tetapi berat
Menurut Sarwono (2011), pakan
badannya, yaitu umur 10-11 bulan dengan
komplit disebut juga pakan penguat yang
berat badan minimal 25 kg. Hal ini sesuai
diharapkan dapat memberikan tambahan
pendapat Atabany (2013), bahwa umur

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 662


berat badan dan meningkatkan mutu susu seorang pengusaha. Keberhasilan usaha
kambing. Pemberian pakan oleh pekerja dapat dilihat dari etika usahanya (aspek
Bangun karso Farm tidak ditimbang ekonomi) dan produktivitas usaha serta
terlebih dahulu, sekalipun instruksinya besarnya penerimaan yang diperoleh
harus ditimbang. pengusaha (peternak).
Pengendalian penyakit dilakukan
(1) Etika Usaha
oleh seorang dokter hewan sehingga
Pengusaha peternakan yang
prosedur diagnosa, prognosa dan
memiliki etika usaha ekonomi
pengobatan dilakukan dengan baik,
menggunakan sumber daya alam secara
bahkan aspek reproduksi, pembibitan dan
efisien dan obyektif tanpa merugikan
seleksi senantiasa dalam pengawasan-
masyarakat sekitar (Anogara, 2007; Noor,
nya. Perawatan kambing seperti
2007). Sumber daya alam, manusia perlu
pemotongan kuku dan memandikan
diberdayakan secara optimal.
ternak yang dijadwalkan seminggu sekali
Bangun Karso Farm memiliki etika
dilaksanakan dengan baik. Pemotongan
usaha yang baik terhadap pemanfaatan
tanduk tidak dilakukan karena akan
sumber daya alam dan sumber daya
mengurangi daya tarik kambing betina.
manusia. Pengusaha peternakan ini
Kandang berfungsi sebagai tempat
memanfaatkan mata air gunung sebagai
tinggal ternak untuk melindunginya dari
sumber airnya, mengelola limbah
pengaruh buruk iklim, gangguan hewan
kambingnya dengan cara menyimpan
liar dan pencurian ternak sehingga
limbah yang tercampur dengan sisa
perkandangan sangat diperhatikan.
hijauan hingga kering, kemudian
Konstruksi kandang yang terbuat dari atap
menjualnya ke petani. Pemanfaatan
baja ringan, tiang-tiang kandang besi, air
sumber daya manusia dilakukan dengan
mengalir secara otomatis dan alas
cara mempekerjakan orang yang ber-
kandang dari papan kayu yang berjarak 1-
domisili di sekitar peternakan. Selain itu,
1,5 cm memungkinkan kotoran mudah
prinsif berbagi rejeki merupakan bagian
turun.
dari etika usahanya dengan cara
Penanganan pasca panen dimulai
memberikan zakat pada saat Idul Fitri dan
dari kebersihan saat pemerahan termasuk
daging qurban pada saat Idul Adha.
pekerjanya yang harus menggunakan
(2) Pendapatan
topi, pencucian ambing dengan air hangat
Analisis pendugaan pendapatan dari
untuk merangsang keluarnya air susu.
peternakan saat penelitian sebenarnya
C. Keberhasilan Usaha
tidak mencerminkan pendapatan setiap
Keberhasilan usaha merupakan
tahunnya, karena lebih banyak kambing
sesuatu yang diidam-idamkan oleh
yang dijual. Pendugaan peternakan ini

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 663


dihitung dari Maret 2015 – April 2016. sepenuhnya optimal karena adanya
Pendugaan pendapatan usaha kambing renovasi kandang sehingga cempe
perah selama 1 tahun dapat dilihat pada penerimaan, biaya dan pendapatan
Tabel 1. disatukan dengan induknya sehingga

Tabel 1. Pendugaan Pendapatan Usaha susu induk banyak diminum cempe.


Kambing Perah Pada Bangun Harga susu kambing dari
Karso Farm
peternakan ini antara Rp 27.500,- sampai
No Penerimaan Jumlah (Rp)
1. Penjualan kambing 395.000.000,00
dengan Rp 30.000,- per liter. Penjualan
2. Penjualan susu 219.000.000,00 susu dalam jumlah besar biasanya
3. Penjualan pupuk 7.200.000,00 mendapat potongan harga. Perusahaan
Total 621.200.000,00
ini memiliki langganan dari rumah sakit
Pengeluaran
1. Tenaga kerja 114.000.000,00 dan salon kecantikan, sebagian
2. Pakan 377.090.625,00 konsumen di Jakarta dan konsumen
3. Obat-obatan, dll 7.085.000,00
temporer yang datang ke peternakan ini.
Total 498.175.625,00
Pendapatan 123.024.375,00 D. Peran Motivasi Peternak Terhadap
Keberhasilan Usaha Kambing Perah
Tabel 1 menunjukkan bahwa
Motivasi usaha seseorang pada
pendapatan yang diperoleh sudah
umumnya ditujukan untuk memenuhi
menutupi biaya operasional dan
berbagai kebutuhan sesuai konsep
mendapat keuntungan. Hal ini
motivasi Maslow, mulai dari pemenuhan
menandakan bahwa usaha peternakan
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial,
kambing perah layak untuk diusahakan.
kebutuhan untuk dihargai dan aktualisasi
(3) Produktivitas Usaha diri (Gibson, 1984; Thoha, 2003). Selain
Produktivitas usaha ternak dapat itu, untuk mencapai kebutuhan dasar dan
dilihat dari produksi susu per ekor per hari aktualisasi diri, diperlukan kedisiplinan,
dan kualitas susu. Produksi susu setiap kerja keras, dan pantang menyerah.
ekornya berbeda, yang disebabkan oleh Pengusaha Bangun Karso Farm
periode laktasi, manajamen pemeliharaan memiliki kedisiplinan dan ketekunan yang
ataupun oleh kondisi ternaknya. Produksi tinggi, dan hal ini diberlakukan pada
susu di Bangun Karso Farm 1-3 pegawainya. Kerja sama antara
liter/ekor/hari dengan rata-rata 1,3 pengusaha dengan pegawainya disertai
liter/ekor/hari, yang relatif mendekati jika dengan kedisiplinan dan ketekunan
dibandingkan dengan pendapat Makin membuat peternakan ini berkembang
(2014) yaitu 2-3 liter per ekor per ekor per dengan baik.
hari untuk kambing PE. Produktivitas
kambing perah di peternakan ini belum

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 664


4. SIMPULAN DAN SARAN Atabany, Afton. 2013. Panduan Sukses
beternak Kambing Perah. Bogor:
4.1. Simpulan IPB Press.
Creswell, J.W., 1994. Research Design:
(1) Pengusaha kambing perah Bangun Qualitative & Quantitative Approach.
New Delhi. Sage Publications.
Karso Farm memiliki motivasi yang
Gibson, J.L., J.M. Ivancevich, dan J.H.
tinggi dalam mencapai keberhasilan Donnely. 1984. Organisasi dan
Manajemen. Terjemahan Djoerban
usahanya, yang dapat dilihat dari
Wahid. 1990. Jakarta: Erlangga.
kedisiplinan dalam bekerja dan Makin. 2014. Manajemen Ternak Kambing
Perah. Fakultas Peternakan
keuletan dalam menghadapi
Universitas Padjadjaran. Bandung.
permasalahan, baik teknis maupun Mc. Clelland, D. 1987. The Achieving
Society. Valkins, Ltd Bombay. Alih
permodalan.
bahasa Suyanto. Memacu
(2) Kinerja pegawai Bangun Karso Farm Masyarakat Berprestasi. Jakarta:
Intermedia.
dinilai baik, yang dapat dilihat dari
Noor, Henry Faizal. 2007. Ekonomi
tingkat pengetahuan dan Manajerial. Jakarta: PT
Rajagrasindo. Persada.
keterampilannya dalam tata laksana
Nurlina, Lilis. 2008. Pelaksanaan
pemeliharaan, ketepatan waktu dalam Kepemimpinan Pengurus Koperasi
Daalam Mempertahankan
bekerja dan ketaatan dalam
Keberlanjutan Usaha Anggotanya.
melaksanakan perintah pimpinan. Disertasi Pascasarjana Universitas
Padjadjaran. Bandung.
(3) Keberhasilan usaha yang dicapai
Sarwono. 2012. Beternak Kambing
Bangun Karso, tidak hanya dapat Unggul. Depok: Penerbit Swadaya.
Thoha, M. 2003. Perilaku Organisasi:
dilihat dari etika usahanya yang
Konsep Dasar dan Aplikasinya.
peduli terhadap lingkungannya, juga Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
produktivitas ternak dan pendapatan
yang diperoleh menunjukkan
kelayakan usahanya.

4.1. Saran

Dalam upaya mengembangkan


usaha kambing perah, perlu pencarian
pasar baru susu dan bibit kambing agar
dapat mengoptimalkan pemanfaatan
kandang yang ada.

5. DAFTAR PUSTAKA

Anogara, Panji. 2007. Pengantar Bisnis:


Pengeloaan Bisnis dalam era
Globalisasi. Jakarta: Rieneka Cipta.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 665


ANALISIS BIAYA PADA TAHAPAN PENGEMASAN DI DALAM RANTAI PRODUKSI
SILASE BERBASIS JAGUNG DI JAWA BARAT
(Kasus di Kecamatan Balubur Limbangan Kabupaten Garut)

Linda Herlina, Andre Rivianda Daud, Anita Fitriani, Achmad Firman, Marina
Sulistyati

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Jatinangor Km 21 Sumedang Jawa Barat, Indonesia
Email: herlinalinda68@yahoo.co.id; linda.herlina@unpad.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Balubur Limbangan, Kabupaten Garut pada bulan
Februari 2016. Penelitian ini fokus pada pengidentifikasian paramater-parameter teknis
dan ekonomis yang berkaitan dengan tahapan pengemasan silase sebagai dasar
penentuan biaya produksi pada tahapan tersebut. Hasil penelitian diharapkan dapat
berkontribusi pada pemahaman mengenai usaha produksi silase yang dijalankan secara
komersial, terutama pada aspek biaya produksi. Objek kegiatan yang diamati terdiri dari:
Penyiapan alat dan bahan pengemasan; Pembukaan tempat penyimpanan silase (silo);
Pemindahan silase dari tempat penyimpanan ke dalam kemasan; Penjahitan kemasan;
Distribusi kemasan ke dalam tempat penyimpanan kemasan. Analisis biaya dilakukan
dengan menggunakan pendekatan “Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP)” meliputi:
(1) biaya bahan baku; (2) biaya tenaga kerja langsung; dan (3) biaya overhead. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tenaga kerja merupakan biaya yang paling tinggi, diikuti
dengan biaya pengadaan bahan baku pengemasan. Biaya operasional peralatan
penunjang pengemasan merupakan biaya yang paling rendah di dalam struktur tersebut.
Biaya tenaga kerja yang tinggi mengindikasikan bahwa kegiatan pengemasan merupakan
kegiatan yang memerlukan curahan tenaga kerja yang intensif. Tingkat penggunaan
tenaga kerja secara efektif dapat mendorong kenaikan total biaya produksi. Kondisi ini
mengindikasikan bahwa usaha produksi silase yang dijalankan secara komersial harus
memiliki dukungan teknologi produksi (peralatan dan mesin) agar biaya produksi dapat
diminimumkan.

Kata kunci: Analisis Biaya, Pengemasan, Rantai Produksi, Silase Jagung


1. PENDAHULUAN silase; (4) terdapatnya permasalahan
Silase merupakan sebuah hasil dalam hal kontinuitas pasokan bahan
pengawetan bahan pakan hijauan (forage) baku yang digunakan untuk silase; dan (5)
melalui teknologi fermentasi. Faktor-faktor terdapatnya persepsi bahwa silase tidak
yang menjadi kendala di dalam memberikan peningkatan produksi yang
pembuatan silase berskala kecil, yaitu; (1) signifikan karena ternak yang berkualitas
kurangnya pengetahuan terhadap genetik rendah tidak dapat merespon
tatacara pembuatan silase; (2) tidak pakan berkualitas tinggi. Salah satu
terdapatnya modal untuk pembuatan temuan menarik dari penelitian ini adalah
sarana dan prasarana yang berkaitan bahwa para peternak memiliki preferensi
dengan produksi silase; (3) terlalu yang lebih besar untuk membeli silase
banyaknya waktu yang tersita dan tenaga dibandingkan dengan memproduksinya
kerja yang digunakan dalam pembuatan sendiri (Mannetje, 1999)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 666


Produk silase yang dilakukan secara Penelitian ini dilaksanakan dengan
individual oleh peternakan berskala kecil tujuan untuk: (1) Mengidentifikasi
menjadi relatif mahal dalam aspek alokasi parameter-parameter teknis yang
waktu, tenaga kerja dan finansial. Oleh berkaitan dengan tatacara produksi pada
karena itu, harus dijalankan oleh satu unit tahapan pengemasan, dan (2)
produksi yang bersifat mandiri serta Mengestimasi biaya-biaya yang
terpisah dari struktur produksi peternakan diperlukan untuk membiayai seluruh
pada umumnya. Komersialisasi, produksi kegiatan produksi di dalam tahapan
silase dapat dilakukan dengan volume pengemasan silase.
yang besar pada tingkat biaya yang
rendah (least cost) sebagai dampak 2. METODE PENELITIAN
efisiensi pada penggunaan bahan baku, Penelitian ini dilakukan Kelompok
tenaga kerja, alat dan mesin serta Tani Sukajadi dan Kelompok Tani
teknologinya. Cihanjuang, masing-masing beralamat di
Penelitian mengenai keragaan Kampung Sukajadi dan Cihanjuang di
produksi silase berskala besar telah Desa Pangeureunan. Desa ini berada di
dilaksanakan oleh Hadiana, dkk (2015). dalam wilayah Kecamatan Balubur -
Secara umum, penelitian tersebut Limbangan Kabupaten Garut Provinsi
mencoba untuk mengkaji tingkat Jawa Barat.
kelayakan teknis dan finansial pada usaha Dari sekian tahapan di dalam rantai
produksi silase berbahan baku jagung produksi silase berbahan jagung,
(maize) yang dijalankan secara komersial penelitian ini mencakup dua tahap
di wilayah-wilayah sentra pertanian produksi yaitu tahap pembukaan silo dan
jagung. pengeluaran silase serta pengemasan
Di dalam rantai produksi silase, silase. Data yang diperlukan dan
tahapan pasca produksi silase secara digunakan di dalam penelitian ini berupa
garis besar mencakup; (1) tahapan data parameter teknis dan parameter
pengemasan silase; (2) penyimpanan biaya produksi yang berkaitan dengan
kemasan; dan (3) pendistribusian dari tahapan pengemasan silase.
wilayah produksi ke wilayah konsumsi. Parameter teknis diperoleh melalui
Hasil penelitian ini diharapkan dapat pengamatan (observasi) terhadap seluruh
berkontribusi pada pemahaman mengenai kegiatan yang dilakukan di dalam tahapan
usaha produksi silase yang dijalankan pengemasan silase. Parameter teknis
secara komersial, terutama pada aspek tersebut terutama terdiri atas jumlah
biaya produksi. bahan baku, jumlah tenaga kerja dan
jumlah waktu yang diperlukan di dalam

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 667


kegiatan-kegiatan pengemasan silase. (2) Biaya Tenaga Kerja Langsung, yaitu
Adapun objek kegiatan yang diamati gaji atau upah yang diberikan kepada
tersebut terdiri atas: (1) Penyiapan alat tenaga kerja sebagai kompensasi
dan bahan pengemasan; (2) Pembukaan beban kerja, terdiri atas; (1) penyiapan
tempat penyimpanan silase (silo); (3) bahan-bahan kemasan; (2)
Pemindahan silase dari tempat pembukaan silo; (3) penggarukan dan
penyimpanan ke dalam kemasan; (4) pengeluaran silase dari silo; (4)
Penjahitan kemasan; dan (5) Distribusi pengisian silase ke dalam kemasan;
kemasan ke dalam tempat penyimpanan (5) sealing atau penjahitan kemasan;
kemasan. (6) penimbangan kemasan; dan (7)
Parameter-parameter biaya di dalam pengangkutan kemasan ke tempat
tahapan pengemasan silase ditentukan penyimpanan silase kemasan yang
berdasarkan berbagai parameter teknis di sudah dikemas.
atas. Secara umum, parameter biaya (3) Biaya Lainnya, yaitu seluruh biaya
yang dihasilkan dari penelitian ini terdiri yang dikeluarkan di dalam proses
atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja pengemasan silase, selain dari biaya
dan biaya lainnya (overhead) yang langsung dan biaya tenaga kerja,
diperlukan di dalam tahapan pengemasan atau overhead cost. Nilai penyusutan
silase. alat penjahit kemasan, listrik yang
Analisis biaya dilakukan dengan diperlukan untuk proses penjahitan,
menggunakan pendekatan “Penentuan serta benang jahit kemasan termasuk
Harga Pokok Produksi (HPP)”. ke dalam biaya lainnya di dalam
Pendekatan HPP membutuhkan beberapa penelitian ini.
komponen biaya yang harus diidentifikasi Berdasarkan komponen-komponen
di dalam suatu proses produksi. biaya di atas, penentuan HPP di dalam
Komponen-komponen biaya yang tahapan pengemasan ini dapat dihitung
terdapat di dalam tahapan pengemasan secara sederhana, yaitu:
silase adalah sebagai berikut:
(1) Biaya Langsung, yaitu biaya bahan
baku yang berkaitan langsung dengan Dimana:
HPP = harga pokok produksi
output produksi. Terdiri atas biaya BL = (Rp/Kg);
yang dikeluarkan untuk; (1) kemasan biaya bahan baku langsung
karung plastik; (2) kemasan plastik PE
BT = (Rp);
biaya tenaga kerja
(polyethilen); dan (3) kemasan drum BO = langsung (Rp);
fiberglass; biaya overhead / biaya
Q = lainnya (Rp);
jumlah output yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 668


dihasilkan (Kg). meminimalkan biaya produksi tanpa
mempengaruhi kualitas silase tersebut.
Dengan cara perhitungan tersebut,
total biaya yang diperlukan untuk 3.1. Parameter Teknis Pengemasan
Silase
mengemas satu kilogram silase dapat
Tahapan pengemasan produk silase
diketahui. Nilai biaya produksi tersebut
di lokasi penelitian diawali dengan
dapat secara langsung diikombinasikan
membuka silo penampung silase jagung.
dengan biaya-biaya yang timbul pada
Kegiatan selanjutnya mencakup kegiatan
tahapan-tahapan produksi sebelumnya
penggarukan dan pengisian silase ke
untuk memperoleh total biaya pada
dalam kemasan. Kegiatan penggarukan
seluruh rantai produksi silase.
dan pengisian kemasan ternyata
merupakan kegiatan yang paling banyak
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
menyerap input produksi. Input yang
Pengemasan diperlukan ketika
dibutuhkan di dalam kegiatan ini terutama
produksi silase disimpan atau
adalah media kemasan dan tenaga kerja
didistribusikan ke luar area produksi,
pengisian kemasan. Pada penelitian ini,
setelah proses fermentasi bahan baku
silase dikemas dengan menggunakan
berakhir (normalnya selama 21 hari) dan
kantung plastik berukuran panjang 100 cm
silase telah dapat diberikan kepada ternak
dan lebar 60 cm, serta membutuhkan 4
sebagai pakan. Namun pada saat
orang tenaga kerja.
produksi silase dilakukan di luar area
Waktu yang dibutuhkan oleh satu
peternakan, pakan silase harus dikemas
kelompok tenaga kerja untuk melakukan
terlebih dahulu untuk disimpan atau
penggarukan dan pengisian kemasan
didistribusikan kepada usaha-usaha
bervariasi antara 2,9 sampai 3,9 menit,
peternakan yang membutuhkannya.
dengan rata-rata selama 3,4 menit per
Pasokan bahan baku yang kontinu,
karung, selanjutnya diikuti dengan
serta volume produksi yang relatif besar,
kegiatan penimbangan kemasan. Di
maka biaya produksi secara umum
dalam usaha produksi silase komersial,
menjadi relatif lebih rendah. Oleh karena
penimbangan menjadi salah satu kegiatan
itu, pengemasan memiliki peran yang
yang krusial dimana perhitungan-
yang penting di dalam rantai produksi
perhitungan finansial produksi akan
silase jagung yang dijalankan secara
didasarkan pada nilai penimbangan
komersial. Produksi silase di dalam
tersebut. Pada kegiatan ini, penimbangan
volume yang besar beserta distribusinya
memerlukan input tenaga kerja sebanyak
membutuhkan rancangan sistem
dua orang. Waktu yang dibutuhkan bagi
pengemasan silase yang dapat
tenaga kerja untuk melakukan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 669


penimbangan kemasan silase jagung yang dibutuhkan pada kegiatan
adalah selama dua menit per kemasan. penutupan silase ini sebanyak dua orang.
Setiap kemasan yang dijadikan Komposisi tenaga kerja pada penjahit
sampel berasal dari silo yang berbeda kemasan memerlukan waktu selama 10
serta dikerjakan oleh tenaga kerja yang menit untuk menutup dengan jahitan
berbeda pula. Berdasarkan pengamatan, sebanyak 60 buah kemasan silase
berat kemasan sangat ditentukan oleh jagung. Setelah tahap pengemasan
pola pengisian dan pemampatan silase selesai, silase dapat disimpan di gudang
yang dilakukan oleh masing-masing penyimpanan silase atau langsung
tenaga kerja. Dengan kata lain, jumlah didistribusikan ke wilayah-wilayah
silase yang diisikan ke dalam kemasan peternakan.
cenderung berbeda-beda tergantung dari 3.2. Parameter Biaya Produksi
Pengemasan Silase
seberapa padat silase yang dapat
Analisis biaya produksi dilakukan
dimampatkan oleh masing-masing tenaga
dengan pendekatan harga pokok
kerja. Berat kemasan yang dapat dicapai
produksi; melalui biaya langsung (bahan
di lokasi penelitian sekitar 30-31 kilogram
baku), biaya tenaga kerja, dan biaya
per kemasan.
lainnya. Pangsa biaya yang paling besar
Kegiatan terakhir di dalam tahapan
di dalam tahapan pengemasan silase
pengemasan adalah penutupan kemasan.
adalah biaya tenaga kerja. Hal ini karena
Pada penelitian ini, penutupan kemasan
pada tahapan pengemasan silase di
dilakukan dengan cara menjahit kemasan
dalam seluruh rantai produksi berisikan
dengan bantuan alat penjahit kemasan.
kegiatan-kegiatan yang bersifat padat
Kegiatan penutupan kemasan
karya (labour intensive). Namun begitu,
membutuhkan input produksi berupa alat
besarnya pangsa biaya tenaga kerja
penjahit dan benang jahit, serta tenaga
tersebut lebih disebabkan karena
kerja penjahit.
minimnya penggunaan sarana atau
Di dalam struktur biaya produksi,
peralatan pendukung produksi, karena hal
alat penjahit dan benang jahit digolongkan
tersebut diyakini dapat mengurangi
pada kelompok biaya overhead karena
penggunaan tenaga kerja di dalam
peralatan jahit dan perlengkapannya
berbagai tahapan produksi.
termasuk ke dalam kategori barang
Seperti halnya tenaga kerja, bahan
modal. Biaya overhead juga mencakup
baku juga memiliki pangsa biaya yang
biaya untuk jumlah daya listrik yang
cukup besar. Biaya bahan baku akan
dikonsumsi oleh alat jahit selama proses
sangat bergantung pada jenis kemasan
pengerjaan penutupan kemasan.
yang digunakan. Pada dasarnya, biaya
Berdasarkan pengukuran, tenaga kerja
kemasan tidak dapat dilihat hanya dari

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 670


harga bahan kemasan semata karena 875 per kg), atau 25% dari nilai biaya
daya simpan kemasan juga harus pada tahapan produksi sebelumnya (Rp
dipertimbangkan. Sebagai contoh, 700 per kg). Sebagaimana kita ketahui
kemasan karung plastik digunakan di bahwa biaya akan sangat mempengaruhi
dalam penelitian ini dengan pertimbangan pendapatan usaha (return), maka biaya
harga yang rendah (cost effective), namun pengemasan ini dapat diminimisasi bila
secara teknis tidak ideal untuk digunakan dilakukan pada usaha-usaha komersial
karena tidak bersifat kedap udara. Oleh khususnya bila dijalankan di wilayah-
karena itu, pangsa biaya bahan baku akan wilayah sentra produksi jagung.
lebih tinggi jika menggunakan kemasan
lainnya yang berkualitas lebih tinggi. 4. SIMPULAN DAN SARAN
Pangsa biaya yang paling rendah di 4.1. Simpulan
dalam struktur biaya pengemasan adalah Di dalam struktur biaya secara
biaya overhead yang meliputi biaya keseluruhan, tenaga kerja memiliki
operasional peralatan (terdiri atas nilai pangsa biaya yang paling tinggi, diikuti
depresiasi alat dan biaya kelistrikan) yang dengan pangsa biaya pengadaan bahan
terhitung cukup rendah. Namun pada baku pengemasan. Biaya operasional
dasarnya, biaya overhead ini akan peralatan penunjang pengemasan
berbanding terbalik dengan biaya tenaga memiliki pangsa biaya yang paling rendah
kerja. Pada saat mekanisasi diterapkan di dalam struktur tersebut.
(penggunaan peralatan pendukung Kondisi ini mengindikasikan bahwa
produksi), maka penggunaan biaya usaha produksi silase yang dijalankan
tenaga kerja akan menurun dan biaya secara komersial harus memiliki
overhead (operasionalisasi peralatan) dukungan teknologi produksi (peralatan
akan meningkat. dan mesin) agar biaya produksi dapat
Secara keseluruhan, biaya diminimumkan. Dengan biaya yang
pengemasan pada proses produksi silase minimum, produksi silase jagung
berskala kecil di lokasi penelitian terhitung diharapkan dapat bersaing dengan pakan
sebesar Rp 174.73 per kilogram silase; ruminansia yang konvensional.
atau dibulatkan menjadi Rp 175 per 4.2. Saran
kilogram. Dibandingkan dengan total Penelitian mengenai rantai produksi
biaya produksi, nilai biaya pengemasan silase jagung dengan topik yang berkaitan
tampaknya masih termasuk relatif tinggi. dengan tahapan distribusi silase kemasan
Meskipun tidak terdapat tolok ukurnya, menarik untuk diteliti mengingat pangsa
nilai biaya pengemasan adalah sebesar biaya transportasi yang biasanya cukup
20 % dari biaya produksi keseluruhan (Rp besar di dalam rantai produksi.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 671


5. DAFTAR PUSTAKA
Hadiana H., H.K Mustafa, dan A.R Daud.
(2015). Pengembangan mekanisasi
penyediaan hijauan sistem potong
angkut pada pola kemitraan
produksi jagung dan sapi perah.
Penelitian Unggulan Perguruan
Tinggi (PUPT) Universitas
Padjadjaran.
Mannetje, L. (1999). Silage making in the
tropic with particular emphasis on
smallholders. Proceedings of the
FAO Electronic Conference on
Tropical Silage. FAO Plant
Production and Protection Paper
161. FAO, Roma.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 672


SISTEM PERTANIAN BERAS ORGANIK: MEMBANGUN KEMANDIRIAN SOSIAL-
EKONOMI PETANI PADI (STUDI KASUS GAPOKTAN SIMPATIK, KABUPATEN
TASIKMALAYA)

Mahra Arari Heryanto, Gema Wibawa Mukti

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran


E-mail: mahra.arari@unpad.ac.id

ABSTRAK

Sistem pertanian beras organik dalam prakteknya tidak dapat dipisahkan dari petani padi. Sebagai
satu kesatuan sistem, usahatani padi merupakan bagian subsistem agribisnis yang termasuk ke
dalam sub-sistem budidaya. Penggunaan input produksi (benih, pupuk, dan pestisida) dalam
sistem pertanian padi konvensional sangat bergantung kepada asupan yang berasal dari luar
pedesaan, terutama pupuk bersubsidi dan pestisida kimia/sintetis, begitu pula dengan benih
bantuan pemerintah yang didatangkan dari luar desa. Pola tersebut pada satu sisi mampu
meningkatkan efisiensi, tetapi secara bersamaan juga menumbuhkan ketergantungan yang tinggi
pada tingkat petani. Sistem pertanian organik muncul sebagai alternatif dalam usahatani padi yang
mampu mengurangi ketergantungan kepada pihak eksternal yang berada di luar wilayah
perdesaan. Analisis menggunakan metode pemetaan rantai pasok untuk aspek sosial dan analisis
nilai tambah untuk aspek ekonomi. Lokasi penelitian dilakukan di Gapoktan Simpatik, Kabupaten
Tasikmalaya pada tahun 2016. Hasil penelitian menunjukan usahatani padi organik secara sosial
dan ekonomi mampu menumbuhkan kemandirian petani padi. Manfaat sosial dalam usahatani padi
organik lebih dirasakan oleh petani dibandingkan manfaat ekonomi yang diterima disebabkan oleh
rendahnya pengusahaan lahan petani mengakibatkan pertambahan nilai usahatani padi organik
tidak dirasakan secara signifikan oleh petani.

Kata kunci: pertanian organik, sistem, nilai tambah, aspek sosial, kemandirian

1. PENDAHULUAN Walaupun bertujuan untuk


Penggunaan pupuk dan pestisida menjawab persoalan pangan, gerakan
kimia dalam usahatani padi di Indonesia Revolusi Hijau bukan berarti berjalan
telah dimulai sejak zaman Revolusi Hijau tanpa kritik. Secara sosial, unsur petani
digulirkan. Sistem usahatani dengan pola (manusia) dan proses pembelajaran
ini cukup berhasil dalam upaya mencapai dalam perubahan tersebut kurang
swasembada pangan dan menjadi titik mendapat perhatian. Kepentingan
awal modernisasi pertanian di Indonesia nasional swasembada pangan dan
(Widiatri et al, 2014; Heryanto, 2016). pertumbuhan ekonomi pada saat itu
Kondisi petani yang belum responsif merupakan prioritas utama dalam
terhadap inovasi pada tahun 1970-an pembangunan pertanian dan
mengakibatkan paradigma konvensional pembangunan ekonomi. Sementara itu
(kimia) dinilai lebih relevan dalam rangka dari sisi lingkungan banyak pakar
mengejar peningkatan produksi dan berpendapat bahwa penggunaan pupuk
produktivitas pangan. Desakan dan pestisida kimia secara berlebihan
kepentingan tersebut mendorong usaha- mengakibatkan terjadinya degradasi
usaha Revolusi Hijau untuk diadopsi oleh lingkungan (Kesavan PC, Swaminathan
para petani padi (Sadono, 2008). MS, 2006; Sadono, 2008).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 673


Sadono (2008) juga mengatakan Revolusi Hijau khususnya pada aspek
bahwa dampak dari Revolusi Hijau sosial, lingkungan dan bahkan lingkungan.
menurunkan kreativitas petani dan Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan
menumbuhkan sikap ketergantungan bagaimana sistem pertanian organik
pada bantuan pemerintah. dapat membangun kemandirian petani
Ketergantungan yang tinggi terhadap dilihat dari aspek sosial dan ekonomi.
input produksi dari luar disadari atau tidak
telah menggerus kemandirian petani. 2. METODE PENELITIAN
Dampak sosial dan lingkungan Metode dalam penelitian ini secara
tersebut merupakan sumber kritik bagi umum adalah metode riset campuran
Revolusi Hijau yang hanya (mixed method). Menurut (Creswell,
mengutamakan kepentingan ekonomi 2009). Strategi metode campuran yang
semata. Kombinasi antara pertanian digunakan dalam penelitian ini merupakan
modern (Revolusi Hijau) dengan pertanian metode campuran bertahap (sequential
tradisional kemudian muncul sebagai mixed method).
suatu pola usahatani yang berusaha Analisis pada tahap pertama
menjaga keseimbangan ekosistem, baik menggunakan teknik kualitatif dengan
secara lingkungan, sosial, dan ekonomi metode pemetaan rantai nilai pasok:
yang disebut dengan sistem pertanian mengidentifikasi seluruh aktor yang
organik (Kesavan PC, Swaminathan MS, berperan dalam pembentukan rantai nilai,
2006). memetakan aliran barang dari mulai
Hasil penelitian (Subagio, 2008) agroinput hingga output, dan memetakan
menunjukan bahwa kemandirian petani aliran uang yang bergulir di sepanjang
akan tumbuh dengan cepat dengan rantai nilai, termasuk aliran pembayaran
kapasitas petani yang baik. Kemandirian uang dari pasar (market).
petani oleh Soebiyanto (1998) diartikan Penelitian ini berfokus kepada
sebagai perwujudan dari ketangguhan petani padi organik berskala kecil. Dari
berusahatani melalui pemberian kekuatan keempat kecamatan tersebut, hanya dua
atau daya (pemberdayaan). Pada kasus di kecamatan dengan luas pengusahaan
Kamboja (North & Zealand, 2008), usahatani yang paling kecil, yaitu
pertanian organik cukup efektif Kecamatan Manonjaya (0,17 hektar per
memberdayakan petani untuk petani) dan Kecamatan Salawu (0,21
memperoleh penghidupan yang lebih baik. hektar per petani) yang termasuk ke
Sistem pertanian organik dalam populasi. Kecamatan Cisayong
berdasarkan uraian di atas tampak cukup tidak termasuk ke dalam populasi karena
mampu mereduksi dampak buruk dari pengusahaan lahan lebih dari 0,55 hektar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 674


per petani sudah termasuk ke dalam dan Kecamatan Salawu dengan ukuran
katagori petani berskala usaha sedang. populasi 200 orang petani.
Begitu juga dengan dengan Kecamatan Total petani padi organik di kedua
Sukahening tidak termasuk ke dalam Kecamatan Manonjaya dan Salawu
populasi disebabkan oleh kejadian luar apabila dijumlahkan mencapai 73 persen
biasa akibat serangan hama dan penyakit dari total petani anggota Gapoktan
yang mengakibatkan kegagalan panen Simpatik. Secara keseluruhan kedua
yang besar pada saat dilakukan kelompok tani tersebut menguasai 59
penelitian. Berdasarkan hal tersebut persen lahan pertanian organik dari
populasi petani padi organik dalam seluruh luas lahan Gapoktan Simpatik
penelitian ini dibatasi hanya untuk (Tabel 6).
kecamatan, yaitu Kecamatan Manonjaya

Tabel 1. Sebaran Populasi Anggota Gapoktan Simpatik Berdasarkan Usahatani Padi


Organik dan Non-Organik
Luas Lahan Petani Penguasaan
No Kecamatan Lahan per Petani
Hektar Persen Orang Persen [Ha/org]
1 Cisayong 13,1 21% 24 9% 0,55
2 Manonjaya* 21,86 35% 128 47% **0,17
3 Salawu* 14,91 24% 72 26% **0,21
4 Sukahening 13,21 21% 49 18% 0,27
Jumlah 63,08 100% 273 100% 0,23
Keterangan: * Lokasi kecamatan penelitian
** Penguasaan lahan per petani paling kecil

Jumlah responden untuk tahap pengolahan, dan konsumen akhir. Rantai


kuantitatif ini berdasarka uraian di atas pasokan beras organik pada tingkat hulu
berjumlah 110 orang petani, terdiri atas 70 (input produksi sampai dengan
orang petani padi organik dan 40 orang pengolahan) lebih pendek karena
petani padi konvensional. Sebaran dari teknologi yang digunakan dalam sistem
setiap responden mengikuti dari sebaran pertanian organik memiliki banyak
populasi berdasarkan kelompok tani dan perbedaan dengan sistem pertanian
domisili kecamatan. konvensional, terutama dalam hal
penggunaan input sarana produksi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Paul Kristiansen; Acram Taji and
Pemetaan Rantai Pasok Usahatani Padi John Reganold, (2006) menyebutkan
Pelaku dalam sistem rantai pasokan bahwa secara global beberapa hasil studi
Gapoktan Simpatik dibedakan ke dalam di beberapa negara menunjukan bahwa
beberapa tingkatan, yaitu input produksi, diukur secara ekonomi produksi pada
budidaya (on-farm), pedagang perantara, sistem pertanian organik lebih efisien bila

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 675


dibandingkan dengan pertanian kotoran ternak. Begitu juga untuk
konvensional. Input produksi yang pestisida yang diaplikasikan harus bersifat
digunakan oleh para petani merupakan alami, seperti penggunaan tanaman atau
sumberdaya lokal yang ada di sekitar sumberdaya biologis yang berbau
lingkungan sawah atau kebun petani, menyengat untuk mengusir hama.
seperti halnya untuk pupuk alami
memanfaatkan pupuk yang berasal dari

Keterangan: Aliran Produk Aliran Uang dan Informasi

Gambar 1. Perbandingan Aliran Barang Rantai Pasok Beras


Gapoktan Simpatik (kiri) dan Beras Konvensional (kanan)

Berdasarkan pemetaan rantai nilai di pestisida) yang pada petani konvensional


atas jumlah umpan balik (feedback) yang diperoleh dari luar kelompok atau bahkan
terbentuk lebih banyak dijumpai pada luar wilayah perdesaan.
sistem usahatani padi organik. Feedback Keberadaan feedback dalam
dalam pengadaan input produksi yang sistem pertanian organik mengacu kepada
terbentuk dalam sistem pertanian organik konsep pemberdayaan petani lambat laun
memotong rantai antara petani dengan mengarah kepada kemandirian petani.
penyedia input produksi (benih, pupuk dan Hilangnya kebergantungan terhadap input

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 676


produksi luar meningkatkan kemampuan berusahatani. Kebijakan pembangunan
petani untuk menentukan sendiri pertanian yang selama ini lebih terfokus
pilihannya dan memberikan respon yang pada program peningkatan produksi
tepat terhadap berbagai perubahan. (Revolusi Hijau), kurang memberikan
Konsep kemandirian petani oleh keberdayaan petani untuk mandiri dan
Soebiyanto (1998) kemudian akan tangguh dalam berusahatani.
menumbuhkan ketangguhan dalam

Tabel 2. Perbandingan Rata-Rata Biaya Usahatani Organik dan Konvensional


Usahatani Organik Usahatani Konvensional
Deskripsi
Biaya (Rp/Ha) % Biaya (Rp/Ha) %
Biaya Input (Rp/Ha) 1.539.786 14% 1.900.489 21%
Biaya TK (Rp/Ha) 8.435.944 79% 6.295.427 69%
Biaya UT (Rp/Ha) 10.695.096 100% 9.078.555 100%

Penciptaan nilai tambah yang Berdasarkan hasil penelitian


sebelumnya dinikmati oleh penyedia diketahui bahwa nilai tambah yang
sarana produksi yang berasal dari luar diperoleh petani dan kelompok tani petani
kelompok, degan sistem pertanian organik yang mengusahakan padi organik lebih
beralih menjadi milik kelompok tani atau tinggi dibandingkan dengan petani padi
petani itu sendiri. Kelompok lebih memiliki konvesional. Hal tersebut disebabkan oleh
kendali atas pengadaan input sarana tingginya tingkat produktivitas dan harga
produksi karena tidak lagi bergantung jual gabah organik yang lebih baik
kepada bantuan pemerintah dalam bentuk dibandingkan sistem konvensional.
subsidi maupun bantuan langsung. Dilihat dari aktivitas yang dilakukan,
Analisis Nilai Tambah Usahatani Padi nilai tambah petani dan kelompok tani
Nilai tambah merupakan organik menjadi lebih besar lagi dengan
pertambahan nilai yang terjadi karena penerimaan biaya input produksi yang
suatu komoditi mengalami proses kembali dinikmati petani atau kelompok
pengolahan, pengangkutan, dan karena pengadaan input produksi yang
penyimpanan dalam suatu proses dilakukan secara mandiri oleh petani atau
produksi (penggunaan/ pemberian input secara kolektif bersama-sama dengan
fungsional). Nilai tambah adalah selisih anggota kelompok tani lainnya. Selain itu,
dari nilai output dengan biaya bahan dan penggunaan tenaga kerja usahatani padi
pengolahan input (Hayami et al, 1987). organik yang lebih besar berkontribusi
Nilai tambah dapat dihitung berdasarkan cukup signifikan terhadap peningkatan
aktivitas yang dilakukan dan korbanan nilai tambah yang diterima petani padi
yang diterima. organik.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 677


Penerimaan nilai tambah yang lebih dibandingkan dengan sistem usahatani
baik secara ekonomi mampu memberikan padi konvensional secara ekonomi sistem
penghidupan yang lebih baik dalam usahatani padi organik dapat memberikan
satuan luas penguasaan yang ideal. pendapatan yang lebih baik baik bagi
Rendahnya pengusahaan lahan yang petani sebagai individu maupun anggota
dilakukan oleh para petani padi kelompok tani dan masyarakat sebagai
mengakibatkan nilai tambah yang diterima komunitas.
menjadi kecil. Namun demikian, apabila

Tabel 3. Perbandingan Nilai Tambah Rata-Rata Usahatani Padi Organik dan


Konvensional
Usahatani Usahatani
Komponen Nilai Tambah
Organik Konvensional
Biaya Usahatani (Rp/Ha) 10.695.096 9.078.555
Biaya Dikeluarkan Petani 10.695.096 9.078.555
Keuntungan Usahatani (Rp/Ha)* 8.005.271 4.245.218
Penerimaan dari Input (Rp/Ha) 1.539.786 0
Penerimaan dari Tenaga Kerja (Rp/Ha) 8.435.944 6.295.427
Penerimaan Petani/Kelompok Tani (Rp/Ha) 17.981.001 10.540.645
Nilai Tambah Petani / Kelompok Tani
7.285.905 1.462.090
(Rp/Ha)
Keterangan: *telah dikurangi untuk konsumsi rumah tangga

4. SIMPULAN DAN SARAN nilai tambah yang diterima oleh petani dan
4.1. Simpulan komunitasnya (kelompok tani dan
Usahatani padi organik secara masyarakat). Nilai yang diterima petani
sosial dan ekonomi mampu dan komunitas petani organik lebih besar
menumbuhkan kemandirian petani padi. dibandingkan dengan petani padi
Penggunaan sarana produksi atau input konvensional.
lokal mengurangi ketergantungan petani Walau demikian, rendahnya
terhadap program pemerintah karena pengusahaan lahan petani mengakibatkan
pupuk, pestisida dan benih diusahakan pertambahan nilai usahatani padi organik
sendiri oleh petani sendiri atau secara tidak dirasakan secara signifikan oleh
bersama-sama dalam kelompok. petani. Hal ini mengakibatkan manfaat
Sementara itu dari aspek ekonomi, ekonomi usahatani padi organik kurang
tingginya produktivitas dan harga gabah dirasakan oleh petani.
organik menjadi insentif langsung yang
diterima oleh petani. Selain itu, 4.2. Saran
konsekuensi peralihan kepada Manfaat sosial dalam usahatani padi
penggunaan input lokal meningkatkan organik lebih dirasakan oleh petani

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 678


dibandingkan manfaat ekonomi yang Sosial-Ekonomi-Ligkungan.
Sosiohumaniora, 18(2), 149–154.
diterima. Diperlukan penguatan
Kesavan PC, Swaminathan MS. (2006).
kelembagaan petani untuk menumbuhkan From Green Revlution to Evergreen
Revolution: Pathways and
sistem kolektif dan modal sosial petani
Terminologies. Current Science,
agar lebih memiliki daya dorong terhadap 90(2), 90–91.
North, P., & Zealand, N. (2008). Organic
pertumbuhan kemandirian petani.
Agriculture : An Empowering
Sistem kolektif yang baik lambat Development Strategy for Small-
Scale Farmers ? A Cambodian Case
laun akan mendorong kepada kreatifitas
Study ., 182.
ekonomi dimana modal sosial yang
Paul Kristiansen; Acram Taji and John
dimiliki akan melahirkan ide-ide baru Reganold. (2006). Organic
agriculture: A global perspective
dalam kegiatan ekonomi yang
edited. Organic Agriculture A Global
menciptakan nilai tambah bagi petani. Perspective, 1(1), 01–484.
Sadono, D. (2008). Konsep
Bentuk kreatifitas tersebut bisa dalam
Pemberdayaan Petani: Paradigma
bentuk pengembangan pasar (eksternal) Baru Penyuluhan Pertanian Di
Indonesia. Maret, 4(1).
atau perbaikan pengelolaan usahatani
Soebiyanto, F. (Sekolah P. I. P. B. (1998).
agar lebih efisien (internal) Peranan Kelompok dalam
Mengembangkan Kemandirian
Petani dan Ketangguhan
5. UCAPAN TERIMA KASIH Berusahatani.
Subagio, H. (2008). Peran Kapasitas
Kami mengucapkan terima kasih
Petani Dalam Mewujudkan
dan penghargaan kepada Gapoktan Keberhasilan Usahatani: Kasus
Petani Sayuran dan Padi di
Simpatik dan anggotanya yang telah
Kabupaten MAlang dan Pasuruan
bersedia berbagi pengalaman dan Provinsi Jawa Timur. Institut
Pertanian Bogor.
pengetahuan. Terima kasih juga kami
Widiatri, R. A., Dharmawan, A. H., &
sampaikan kepada Universitas Kinseng, R. A. (2014). Pengaruh
Pembangunan Mamminasata
Padjadjaran yang telah mendukung
Terhadap. Sosiologi Pedesaan, 2(2),
pendanaan penelitian ini melalui skema 103–114.
Hibah Pengembangan Kapasitas Riset
Dosen (HPKRD) tahun 2016.

6. DAFTAR PUSTAKA
Creswell, J. W. (2009). Research Design:
Qualitative, Quantitative and Mixed
Approaches (3rd Edition). Research
Design: Qualitative, Quantitative, and
Mixed Methods Approaches.
https://doi.org/10.2307/1523157
Heryanto, M. A. (2016). Model Perilaku
Petani Dalam Adopsi Sistem
Usahatani Padi Organik: Paradoks

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 679


EFISIENSI PABRIK GULA NASIONAL BERDASARKAN KAPASITAS PRODUKSI

Manaor Bismar Posman Nababan1, Nunung Kusnadi2


1
Fakultas Pertanian, Universitas Methodist Indonesia
2
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
1
Email: mb.nababan@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pabrik gula nasional merupakan salah satu industri strategis di Indonesia karena hasil (output)
pabrik gula bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, industri pakan ternak, dan
penyedia lapangan kerja. Ternyata gula yang dihasilkan oleh pabrik gula nasional tidak dapat
memenuhi konsumsi gula nasional sehingga dilakukan impor. Rata-rata impor gula sebesar 1,55
juta ton dan laju impor sebesar 9,15 persen per tahun. Salah satu penyebab impor gula adalah
keterlambatan giling di pabrik gula sehingga rendemen (produktivitas) tebu rendah. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi pabrik gula nasional berdasarkan kapasitas
produksi. Hasil penelitian menunjukkan pabrik gula yang memiliki kapasitas produksi kecil (di
bawah 3.000 ton tebu per hari) tidak efisien jika dibandingkan dengan kapasitas produksi sedang
(3.000-5.000 ton tebu per hari) dan kapasitas produksi besar (di atas 5.000 ton tebu per hari). Nilai
efisiensi pabrik gula kapasitas produksi kecil sebesar 0,923, yang berarti pabrik gula tersebut
harus mengurangi penggunaan input sebesar 7,7 persen dari tahun 2006 sampai tahun 2011.
Pabrik gula yang memiliki kapasitas produksi kecil sering mengalami keterlambatan penggilingan
tebu sehingga rendemen tebu hanya sebesar 7,11 persen. Rendemen tebu di pabrik gula yang
memiliki kapasitas besar lebih baik, yaitu sebesar 7,57 persen, bahkan rendemen tebu di tahun
2008 mencapai 8,33 persen. Peningkatan efisiensi dilakukan dengan pengurangan penggunaan
input. Pengurangan penggunaan tebu diharapkan mengurangi keterlambatan penggilingan tebu
sehingga pabrik gula dan petani mendapatkan keuntungan.

Kata kunci: Pabrik gula, Efisiensi, Kapasitas produksi, Rendemen tebu

1. PENDAHULUAN dari industri gula, yaitu pabrik gula.


Pabrik gula nasional merupakan Permasalahan yang ada di pabrik gula
salah satu industri strategis di Indonesia terletak pada keterlambatan untuk
karena hasil (output) pabrik gula menggiling tebu di pabrik gula. Tebu yang
bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan terlambat digiling karena efisiensi
pangan pokok, industri pakan ternak, dan kapasitas produksi pabrik gula hanya
penyedia lapangan kerja. Ternyata gula berkisar 59-79%. Rata-rata pabrik gula
yang dihasilkan oleh pabrik gula nasional yang memiliki efisiensi kapasitas produksi
tidak dapat memenuhi konsumsi gula rendah berada pada pabrik gula yang
nasional sehingga dilakukan impor. Rata- memiliki kapasitas produksi kecil ( 3.000
rata impor gula sebesar 1,55 juta ton dan ton tebu per hari) (P3GI, 2001).
laju impor sebesar 9,15 persen per tahun. Jika kapasitas produksi pabrik gula
Nilai devisa yang keluar karena maksimum sebesar 3.000 ton tebu per
mengimpor gula mencapai 500 juta dollar hari, maka pabrik gula yang punya
per tahun (FAO, 2011). efisiensi sebesar 5 % hanya mampu
Penyebab Indonesia masih sebagai menggiling tebu sebesar 1.770 ton tebu
importir gula karena permasalahan di hilir per hari. Tebu yang tergiling sedikit

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 680


tersebut menyebabkan produktivitas tebu gula yang memiliki kapasitas kecil (
rendah dan produksi gula rendah. Tebu 3.000 ton tebu per hari) dan kapasitas
yang tidak tergiling akibat penundaan sedang (3.000-5.000 ton tebu per hari).
giling menyebabkan kadar sukrosa tebu
juga relatif menurun. 2. METODE PENELITIAN
Penurunan kadar sukrosa tebu Pabrik gula yang digunakan sampel
berarti menandakan produk gula yang pada penelitian ini berjumlah 26 pabrik
potensial dihasilkan cenderung rendah. gula BUMN dan swasta. Data input dan
Penelitian P3GI (2001) menunjukkan output yang diambil dari pabrik gula
bahwa rendemen tebu 4,5-7,0% per tahun tersebut, yaitu: gula, gula tetes, tenaga
akibat penundaan tebu yang digiling. kerja, bahan bakar, kapasitas produksi,
Supatma (2008) juga membuktikan bahwa dan tebu. Data pabrik gula akan dibagi
penundaan tebu yang digiling menjadi tiga pabrik gula berdasarkan
menyebabkan kadar sukrosa turun kapasitas produksi, yaitu: pabrik gula
sebesar 7,73%. kapasitas kecil (kapasitas < 3.000 ton per
Kehilangan kadar sukrosa yang hari), kapasitas sedang (kapasitas 3.000-
tinggi menyebabkan rendemen tebu 5.000 ton per hari), dan kapasitas besar
nasional rendah. Rata-rata rendemen tebu (kapasitas > 5.000 ton per hari). Data
nasional dari tahun 2001-2011 sebesar tersebut kemudian diolah dengan
7,49 % per tahun (DGI, 2011). Rendemen menggunakan model DEA (Data
tersebut masih rendah jika dibandingkan Envelopment Analysis). Model DEA
dengan negara produsen gula lainnya mengeluarkan tiga nilai efisiensi, yaitu:
(contoh: Brasil, Australia, dan Thailand) OTE (efisiensi teknis keseluruhan), PTE
yang mencapai 10%. Rendemen tebu (efisiensi teknis murni), dan SE (skala
yang rendah menandakan pabrik gula efisiensi).
menghilangkan kesempatan untuk Rumus OTE bermanfaat untuk
menghasilkan gula yang maksimal dari mengukur efisiensi pabrik gula
tebu yang tersedia. berdasarkan asumsi CRS (constant return
Penelitian efisiensi pabrik gula to scale). Adapun rumus untuk OTE, yaitu:
berdasarkan kapasitas produksi perlu
dilakukan untuk mengurai permasalahan
di pabrik gula. Pembagian pabrik gula
kendala:
berdasarkan kapasitas produksi dilakukan
untuk mengetahui pabrik gula yang
memiliki kapasitas besar ( 5.000 ton tebu
per hari) lebih efisien dari pada pabrik

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 681


berdasarkan asumsi VRS (variable return
to scale). Penambahan pada
kendala di rumus OTE. Terakhir adalah
rumus SE yang bermanfaat untuk
keterangan: efisiensi teknis input;
mengetahui skala produksi pabrik gula.
= penambahan (slack) output pabrik
Adapun rumus SE merupakan rasio
gula; = pengurangan (slack) input
antara nilai OTE dan PTE.
pabrik gula; input pabrik gula; =
kapasitas produksi (ton tebu per hari);
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
total tenaga kerja (orang per
Pabrik gula pada penelitian ini
tahun); total tebu (ton per tahun);
berjumlah 26 pabrik gula. Tabel 1
total bahan bakar (ton per tahun);
menjelaskan jumlah pabrik gula
= output pabrik gula; = total gula
berdasarkan kapasitas produksi berbeda
(ton per tahun); = total gula tetes (ton setiap tahunnya. Pabrik gula yang paling
per tahun). banyak dijadikan sampel pada penelitian
Rumus PTE berguna untuk ini adalah pabrik gula kapasitas kecil
mengukur efisiensi pabrik gula (kapasitas < 3.000 ton tebu per hari).
Tabel 1. Jumlah Pabrik Gula Berdasarkan Kapasitas Produksi
Jumlah Pabrik Gula Berdasarkan Tahun
Keterangan
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Kapasitas kecil (pabrik) 14 13 13 14 13 13
Kapasitas sedang (pabrik) 8 8 7 6 7 7
Kapasitas besar (pabrik) 4 5 6 6 6 6
Jumlah pabrik gula 26 26 26 26 26 26

Tabel 2. Nilai Efisiensi Pabrik Gula Berdasarkan mempunyai kapasitas produksi kecil dan
Kapasitas Produksi
sedang. Rata-rata nilai efisiensi pabrik
Tahun Nilai Efisiensi OTE
Kapasitas Kapasitas Kapasitas gula kapasitas besar sebesar 0,984, yang
kecil sedang besar
2006 0,947 0,948 1,000 berarti pabrik gula tersebut diharapkan
2007 0,884 0,875 0,974
2008 0,950 0,936 0,999 menurunkan penggunaan input sebesar
2009 0,932 0,953 0,966
1,6% per tahun supaya pabrik gula
2010 0,921 0,952 0,994
2011 0,905 0,911 0,969 tersebut efisien.
Rerata 0,923 0,929 0,984
Pabrik gula kapasitas besar pernah
Nilai efisiensi pabrik gula mencapai nilai efisiensi yang tinggi pada
berdasarkan kapasitas produksi tahun 2006, yaitu sebesar 1,000. Hal
ditunjukkan pada Tabel 2. Pabrik gula tersebut menandakan bahwa pabrik gula
yang mempunyai kapasitas produksi tersebut efisien dalam penggunaan input
besar (kapasitas > 5.000 ton tebu per hari) atau produktivitas input di pabrik gula
lebih efisien daripada pabrik gula yang tersebut tertinggi pada tahun 2006.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 682


Jika ditinjau dari skala produksi 2011 7,33 6,85 7,89
Rerata 7,11 7,01 7,57
maka semua pabrik gula pada tahun 2006
memiliki skala produksi CRS (Constant Penelitian ini menemukan bahwa
Return to Scale). Pabrik gula yang berada pabrik gula yang memiliki kapasitas kecil
pada skala produksi CRS berarti lebih efisien daripada pada pabrik gula
tambahan produk (marginal product) gula sedang pada tahun 2008. Nilai efisiensi
sama dengan produk rata-rata (average yang tinggi tersebut berbanding lurus
product) gula. Pabrik gula selalu konsisten dengan rendemen tebu yang tinggi juga di
berada pada skala produksi CRS untuk pabrik gula tersebut. Penemuan ini
semua tahun berjumlah dua pabrik, sejalan dengan teori yang dikemukakan
dimana pabrik gula tersebut berada di oleh Schultz (1964) yang menyatakan
Provinsi Lampung dan Jawa Timur. bahwa usaha yang memiliki kapasitas
Tinjauan terhadap rendemen tebu kecil dinilai efisien dalam mengalokasikan
pabrik gula berdasarkan kapasitas inputnya. Perdebatan masih terjadi pada
produksi, maka terlihat jelas pabrik gula temuan penelitian ini sesuai atau tidak
yang memiliki kapasitas besar memiliki dengan teori tersebut karena nilai efisiensi
rendemen tebu yang lebih tinggi daripada dan rendemen tebu tersebut belum
pabrik gula yang memiliki kapasitas kecil dibandingkan dengan uji beda secara
dan sedang. Rendemen tebu tertinggi statistik sehingga belum diketahui apakah
pada pabrik gula yang memiliki kapasitas pabrik gula kapasitas kecil lebih efisien
besar terjadi pada tahun 2008 sebesar daripada pabrik gula kapasitas sedang
8,33%, yang berarti pabrik gula tersebut secara statistik.
menghasilkan 83,3 kg gula dari 1 ton tebu Temuan lain dalam penelitian ini
yang digiling. Rendemen tebu yang tinggi adalah bahwa pabrik gula yang memiliki
pada pabrik gula yang memiliki kapasitas kapasitas kecil dan sedang memiliki
besar berbanding lurus dengan nilai masalah dalam keterlambatan tebu yang
efisiensi yang tinggi pada pabrik gula digiling sehingga rendemen tebu yang
tersebut. Hal tersebut menandakan pabrik dihasilkan oleh kedua pabrik gula tersebut
gula yang efisien akan memiliki lebih rendah daripada pabrik gula yang
produktivitas yang tinggi juga. memiliki kapasitas besar. Penundaan
Tabel 3. Rendemen Tebu Pabrik Gula
giling yang mengakibatkan rendemen tebu
Berdasarkan Kapasitas Produksi
rendah menandakan bahwa pabrik gula
Tahun Rendemen Tebu (%)
Kapasitas Kapasitas Kapasitas tersebut tidak dapat meningkatkan
Kecil Sedang Besar
2006 7,44 7,41 7,64 produksi gula dan keuntungan pabrik gula.
2007 6,99 6,97 7,44
2008 7,75 7,73 8,33 Dampak lainnya pada kerugian
2009 7,24 7,27 7,88 petani tebu. Petani tebu biasanya dibayar
2010 6,19 6,09 6,51

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 683


sesuai dengan rata-rata rendemen tebu melalui pengurangan penggunaan input
yang berlaku di pabrik gula. Rendemen pabrik gula. Pabrik gula yang memiliki
tebu yang semakin rendah maka petani kapasitas kecil dan kapasitas sedang
akan mendapatkan pendapatan yang disarankan menurunkan penggunaan tebu
rendah juga. dalam proses produksi sebesar 9,11%
Penelitian ini menghadirkan solusi dan 9,38%.
supaya rendemen tebu dapat ditingkatkan
Tabel 4. Target Pengurangan Input Pabrik Gula Berdasarkan Kapasitas Produksi
Tahun Target Pengurangan Input (%)
Tebu Tenaga kerja Kapasitas produksi Bahan bakar
Kapasitas Kecil
2006 5,89 40,86 14,95 13,11
2007 15,60 56,65 22,93 20,20
2008 7,20 55,23 16,76 13,70
2009 7,36 65,80 30,52 16,49
2010 8,51 47,91 10,76 15,14
2011 10,06 51,80 22,42 14,78
Rata-rata 9,11 53,03 19,72 15,57

Kapasitas Sedang
2006 7,57 18,14 15,27 8,93
2007 14,69 25,21 25,75 14,93
2008 8,52 24,48 26,01 10,19
2009 7,11 54,92 31,56 10,60
2010 6,30 11,99 18,59 8,46
2011 12,08 18,16 23,85 14,49
Rata-rata 9,38 25,48 23,51 11,27
Kapasitas Besar
2006 0 0 0 0
2007 8,81 8,93 6,09 7,80
2008 0,40 34,31 9,68 2,86
2009 6,10 35,95 22,81 6,35
2010 3,91 3,96 3,91 3,99
2011 9,17 10,60 16,54 10,19
Rata-rata 4,73 15,62 9,84 5,20

Pengurangan penggunaan tebu di keuntungan petani tebu berdasarkan


pabrik gula bermanfaat untuk mengurangi rendemen tebu di pabrik gula sedangkan
kadar sukrosa yang hilang dan keuntungan pabrik gula berdasarkan
peningkatan rendemen tebu. Manfaat pengurangan biaya untuk distribusi tebu di
akhirnya keuntungan petani tebu dan pabrik gula.
pabrik gula meningkat. Peningkatan Pengurangan penggunaan tebu

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 684


harus sejalan dengan pengurangan input rendemen tebu di kedua pabrik gula
lainnya, seperti tenaga kerja, kapasitas tersebut rendah.
produksi, dan bahan bakar. Harapan dari Peningkatan efisiensi dilakukan
pengurangan input tersebut dapat dengan pengurangan penggunaan input.
meningkatkan produktivitas pabrik gula, Pengurangan penggunaan tebu di pabrik
antara lain produktivitas tenaga kerja. gula harus dilakukan supaya terjadi
Pengurangan keempat input peningkatan rendemen tebu. Manfaat
tersebut memberikan solusi untuk pabrik pengurangan tebu supaya keuntungan
gula dalam hal menekan biaya yang petani tebu dan pabrik gula dapat
dikeluarkan pabrik gula selama proses meningkat. Keuntungan petani tebu
produksi. Biaya yang rendah akan meningkat karena terjadi peningkatan
meningkatkan keuntungan pabrik gula. rendemen tebu dan keuntungan pabrik
Penutupan pabrik gula tidak perlu terjadi gula meningkat karena biaya distribusi
jika pabrik gula dapat meningkatkan tebu dapat dikurangi selama proses
keuntungan. Petani tebu juga menikmati produksi.
keuntungan yang tinggi karena pabrik gula 4.2. Saran
efisien dalam menggunakan input. Saran pada penelitian berikutnya
adalah perlu dilakukan penelitian
4. SIMPULAN DAN SARAN selanjutnya mengenai hubungan pabrik
4.1. Simpulan gula yang efisien dengan keuntungan
Penelitian ini menunjukkan pabrik petani tebu.
gula yang memiliki kapasitas besar
(kapasitas > 5.000 ton tebu per hari) lebih 5. UCAPAN TERIMA KASIH
efisien daripada pabrik gula yang memiliki Penulis menyampaikan ucapan
kapasitas sedang (kapasitas 3.000-5.000 terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Nunung
ton tebu per hari) dan kapasitas kecil (< Kusnadi, MS karena beliau memberikan
3.000 ton tebu per hari). Nilai efisiensi ide dan bimbingan sehingga penelitian ini
pabrik gula yang memiliki kapasitas besar dapat selesai dilakukan. Penulis juga
sebesar 0,984, yang berarti pabrik gula menyampaikan ucapan terima kasih
tersebut harus menurunkan penggunaan kepada Bapak Ir. Pantas Simanjuntak,
input sebesar 1,6% per tahun untuk MM selaku Rektor Universitas Methodist
mencapai efisiensi tertinggi. Indonesia, karena beliau memberikan
Penundaan penggilingan tebu motivasi untuk melakukan penelitian dan
terdapat pada pabrik gula yang memiliki menulis di jurnal.
kapasitas kecil dan sedang sehingga

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 685


6. DAFTAR PUSTAKA
Dewan Gula Indonesia. 2011. Statistik
luas areal, produksi, produktivitas
tebu dan hablur perusahaan gula
Tahun 2001-2010. Jakarta.
Food and Agricultural Organisation. 2011.
Production and trade of sugar
statistic. Rome [Italy]:
http://www.faostat.fao.org.
Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia. 2001. Studi konsolidasi
pergulaan nasional. Kerja sama
Ditjen Bina Produksi Perkebunan
dengan P3GI. Pasuruan.
Schultz, T.W. 1964. Transforming
traditional agriculture. New Haven,
Conn: Yale University Press.
Supatma, I.A. 2008. Susut rendemen
dalam sistem tebang muat angkut di
pabrik gula Sindang Laut dan
Tersana Baru, Cirebon [Skripsi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 686


PROFITABILITAS DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE
PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DAN MODAL PINJAMAN
(Studi Kasus di Kecamatan Banjar Kota Banjar)

Mochamad Ramdan, Fitri Yuroh dan Ida Maesaroh

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: ramdanmoch@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) besarnya biaya, pendapatan dan rentabilitas
agroindusti tempe yang menggunakan modal sendiri di Kecamatan Banjar Kota Banjar; 2)
besarnya biaya, pendapatan dan rentabilitas agroindusti tempe yang menggunakan modal
pinjaman di Kecamatan Banjar Kota Banjar. Jenis penelitian menggunakan metode studi kasus,
dengan jumlah responden 28 orang perajin menggunakan modal sendiri dan 8 orang perajin
menggunakan modal pinjaman. Pemilihan responden ditentukan secara sensus. Analisis data
dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pada agroindusti tempe yang
menggunakan modal sendiri di Kecamatan Banjar Kota Banjar biaya total rata-rata sebesar Rp
621.698,52, per satu kali proses produksi, sedangkan pendapatan rata-rata adalah Rp 423.444,35
per satu kali proses produksi dan besarnya rentabilitas rata-rata per satu kali proses produksi
sebesar 0,92 persen, dan 2) Pada agroindustri tempe dengan modal pinjaman besarnya rata-rata
biaya total sebesar Rp 697.162,96 per satu kali proses produksi, sedangkan pendapatan rata-rata
sebesar Rp 376.337,04., per satu kali proses produksi dan besarnya rentabilitas rata-rata per satu
kali proses produksi sebesar 0,56 persen

Kata kunci: Profitabilitas, Rentabilitas, Agroindustri Tempe

1. PENDAHULUAN karena jumlah agroindustri tempe yang


Industri pengolahan yang paling banyak terdapat di wilayah kota
menggunakan bahan baku kedelai dapat Banjar.
menghasilkan berbagai macam produk Sebagian besar agroindustri tempe
diantaranya tahu, tempe, oncom dan di Kota Banjar merupakan agroindustri
kecap. Salah satu produk agroindustri berskala kecil yang jarang
yang sudah merakyat di masyarakat memperhitungkan biaya yang dikeluarkan
Indonesia yang berbahan baku kacang secara terperinci dalam usahanya serta
kedelai adalah tempe. pendapatan bersih yang diperolehnya.
Berdasarkan data dari Dinas Padahal pendapatan dapat dijadikan
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi patokan dalam pengambilan keputusan
Kota Banjar (2015), agroindustri tempe di produksi dan pemasaran.
Kota Banjar terpusat di wilayah Selain itu, sebagian pelaku industri
Kecamatan Banjar dan berjumlah 36 unit juga jarang memperhatikan seberapa
usaha dari 46 total unit usaha di kota besar tingkat kemampuan perusahaan
banjar. Bahkan ada satu daerah ini atau agroindustri dalam memperoleh laba
terkenal dengan nama “Blok Tempe” (rentabilitas). Riyanto (1990) menyatakan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 687


bahwa untuk mengetahui efisiensi TR = Y x Py
penggunaan modal dalam proses Dimana:
TC = Total Cost (Biaya Total)
produksi diperlukan alat ukur yaitu
TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap
rentabilitas. Rentabilitas suatu Total)
TVC = Total Variable Cost (Biaya
perusahaan merupakan kemampuan
Variabel Total)
suatu perusahaan untuk menghasilkan Pd = Pendapatan
TR = Total Revenue (Penerimaan
laba dalam periode tertentu.
Total)
Hal ini lah yang mendorong peneliti Y = Jumlah Produksi
Py = Harga Produk
untuk melakukan penelitian pada usaha
agroindustri tempe di Kecamatan Banjar Sedangkan untuk mengetahui
Kota Banjar, dengan menggunakan alat besarnya nilai rentabilitas digunakan
analisis rentabilitas sebagai salah satu rumus sebagai berikut (Adiwicaksana,
alat pengambilan keputusan untuk menilai 2010):
besarnya tingkat penerimaan dan biaya (1) Rentabilitas Modal Sendiri :
dalam mencapai pengembalian modal, L
RMS  X 100%
sehingga dapat menjadi acuan untuk MS
memperoleh laba pada usaha yang (2) Rentabilitas Ekonomi :
dilakukan. L
RS  X 100%
MA  MS
2. METODE PENELITIAN Dimana:
RMS = Rentabilitas Modal Sendiri suatu
Jenis penelitian yang digunakan perusahaan yang menunjukkan
dalam penelitian ini adalah metode studi perbandingan antara laba
dengan modal sendiri yang
kasus dengan mengambil kasus pada digunakan untuk menghasilkan
perajin tempe yang berada di Kecamatan laba (%)
RS = Rentabilitas Ekonomi suatu
Banjar Kota Banjar. Penarikan responden perusahaan yang menunjukkan
dilakukan secara sensus terhadap seluruh perbandingan antara laba
dengan modal sendiri ditambah
(36 orang) perajin tempe yang ada di modal pinjaman yang digunakan
Kecamatan Banjar yang terdiri dari 8 untuk menghasilkan laba (%)
L = Jumlah laba yang diperoleh
orang yang menggunakan modal pada periode tertentu (Rp)
pinjaman dan 28 orang menggunakan MA = Modal Asing (modal pinjaman)
dari seluruh biaya yang
modal sendiri. digunakan untuk menghasilkan
Untuk mengetahui biaya dan laba (Rp)
MS = Modal Sendiri dari seluruh biaya
pendapatan digunakan rumus menurut yang digunakan untuk
Soekartawi, (2002): menghasilkan laba (Rp)
TC = TFC + TVC
Pd = TR – TC

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 688


3. HASIL DAN PEMBAHASAN dalam satu kali proses produksi lebih kecil
3.1. Biaya Total Rata-rata dibandingkan dengan menggunakan
Biaya total rata-rata pada perajin modal
tempe dengan penggunaan modal sendiri
pinjaman yakni sebesar Rp suku bunga pinjaman Kredit Usaha
621.698,52 yang terdiri atas rata-rata Rakyat (KUR) sebesar 9,8 persen per
biaya tetap sebesar Rp 13.029,23 dan tahun. Dalam penelitian ini bunga modal
rata-rata biaya variabel sebesar Rp yang digunakan dihitung dalam satu kali
608.669,29. Sedangkan untuk perajin proses produksi, dimana dalam satu tahun
dengan modal pinjaman diketahui sebesar dilakukan 95 proses produksi, sehingga
Rp 697.162,96 yang terdiri atas rata-rata dalam satu kali proses produksi sebesar
biaya tetap sebesar Rp 11.942,96 dan 0,103 persen. Biaya total rata-rata untuk
rata-rata biaya variabel adalah sebesar kedua agroindustri yang dikeluarkan oleh
Rp 685.220,00. Suku bunga yang perajin tempe di Kecamatan Banjar dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Biaya Total untuk Kedua Jenis Modal pada Agroindustri Tempe Satu Kali
Proses Produksi di Kecamatan Banjar
Agroindustri Tempe dengan Persentase (%)
No Jenis biaya Modal
Sendiri (Rp) Pinjaman (Rp) Sendiri Pinjaman
1 Biaya Tetap
- PBB 117,00 98,70 0,02 0,02
- Penyusutan Alat dan 1,97 1,60
12.272,54 11.126,92
bangunan
- Bunga Modal 639,69 717,34 0,10 0,10
Biaya Tetap Total 13.029,23 11.942,96
2 Biaya Variabel
- Kedelai 398.589,29 425.000,00 64,11 60,96
- Ragi 9.321,43 10.000,00 1,50 1,43
- Kayu bakar 3.107,14 4.125,00 0,50 0,59
- Listrik 758,57 720,00 0,12 0,10
- Plastik 26.250,00 26.250,00 4,23 3,77
- Daun 124.821,43 174.375,00 20,08 25,02
- Lilin 1.250,00 1.250,00 0,20 0,18
- Semat 2.642,86 2.750,00 0,43 0,39
- Tenaga Kerja 41.928,57 40.750,00 6,74 5,84
Biaya Variabel Total 608.669,29 685.220,00
3 Biaya Total 621.698,52 697.162,96 100,00 100,00

Berdasarkan pada Tabel 1 dapat penyusutan alat dan bangunan dengan


diketahui biaya PBB serta biaya menggunakan modal sendiri lebih besar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 689


dibandingkan dengan modal pinjaman, hal dibandingkan dengan modal sendiri.
ini disebabkan lebih luasnya bangunan Penyebab lebih efisiennya penggunaan
yang digunakan oleh perajin yang tenaga kerja ini karena perajin dengan
menggunakan modal sendiri. Sedangkan modal pinjaman mendapatkan pelatihan
untuk biaya pembelian kedelai pada manajemen usaha dan ketenagakerjaan
perajin dengan menggunakan modal dari pemilik modal (bank).
pinjaman lebih besar dibandingkan 3.2. Penerimaan Total
dengan menggunakan modal sendiri, hal Jumlah produk berdasarkan ukuran
ini menunjukkan bahwa kuantitas kedelai dan bahan kemasan yang dihasilkan
yang digunakan oleh perajin dengan perajin disesuaikan dengan permintaan
menggunakan modal pinjaman lebih konsumen. Berdasarkan hasil wawancara
banyak dibandingkan dengan yang terdapat 5 jenis tempe yang dijual dengan
menggunakan modal sendiri. Lebih penerimaan rata-rata pada perajin dengan
banyaknya kedelai yang dibeli oleh perajin menggunakan modal sendiri dalam satu
dengan menggunakan modal pinjaman kali proses produksi sebesar Rp
berdampak pada pembelian input yang 1.045.142,88; sedangkan yang
lain yang lebih besar pula, hal ini menggunakan modal pinjaman
ditunjukkan dengan biaya pembelian ragi, penerimaan rata-rata yang dihasilkan
kayu bakar, daun pisang dan semat yang dalam satu kali proses produksi sebesar
lebih besar dibandingkan dengan modal Rp 1.073.500,00. Besarnya penerimaan
sendiri dan Jenis produk berdasarkan ukuran
Berdasarkan Tabel 1 juga diketahui agroindustri tempe untuk kedua jenis
bahwa biaya yang digunakan untuk daun modal di Kecamatan Banjar dapat dilihat
pisang pada modal pinjaman lebih besar pada Tabel 2.
dibandingkan dengan modal sendiri, hal Berdasarkan Tabel 2 dapat
ini disebabkan selain dipengaruhi oleh diketahui bahwa baik perajin dengan
bahan baku kedelai yang lebih banyak, menggunakan modal sendiri maupun
juga dipengaruhi oleh lebih banyaknya menggunakan modal pinjaman
kemasan daun pisang yang digunakan memperoleh penerimaan terbesar pada
oleh perajin dengan modal pinjaman. ukuran produk 30x30x3 cm3 dengan
Biaya penggunaan tenaga kerja kemasan daun pisang dan harga Rp
dengan modal pinjaman lebih kecil 2.000,00 per bungkus bahkan untuk
dibandingkan dengan modal sendiri, hal perajin dengan menggunakan modal
ini menunjukkan bahwa penggunaan pinjaman 31,90 persen penerimaannya
tenaga kerja pada agroindustri tempe berasal dari ukuran ini. Walaupun
dengan modal pinjaman lebih efisien penerimaan terbesar pada ukuran

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 690


tersebut, perajin tidak berani menambah
produksinya dikarenakan harga daun
pisang yang cukup mahal.
Tabel 2. Penerimaan Rata-rata Agroindustri Tempe di Kecamatan Banjar

Produksi rata-rata
Penerimaan
(bungkus)
Harga
Ukuran Bahan
No Produk Sendiri Pinjaman
(cm) Kemasan
(Rp)
Sendiri Pinjaman
(Rp) (%) (Rp) (%)

1 30x12x4 Daun 4.000 55,89 46,25 223.571,43 21,39 185.000,00 17,23


2 15x15x4 Plastik 3.000 49,46 36,875 148.392,86 14,20 110.625,00 10,31
3 30x10x3 Daun 2.000 127,50 171,25 255.000,00 24,40 342.500,00 31,90
4 10x10x4 Plastik 1.500 169,64 176,25 254.464,29 24,35 264.375,00 24,63
5 12x5x4 Plastik 800 204,64 213,75 163.714,29 15,66 171.000,00 15,93
Jumlah 1.045.142,87 100,00 1.073.500,00 100,00

Sedangkan produksi terbanyak baik menggunakan modal pinjaman adalah


untuk perajin dengan menggunakan sebesar Rp 376.337,04. Walaupun
modal sendiri maupun modal pinjaman penerimaan dari agroindustri tempe
pada ukuran produk 12x5x4 cm3 dengan dengan menggunakan modal pinjaman
kemasan plastik dan harga Rp. 800,00 per lebih besar, tetapi karena biaya total dari
bungkus. Banyaknya produk yang agroindustri tempe dengan menggunakan
diproduksi pada ukuran tersebut modal pinjaman lebih besar pula sehingga
dikarenakan tingginya permintaan menyebabkan pendapatannya lebih kecil.
konsumen pada ukuran tersebut. 3.4. Rentabilitas Rata-rata
Tingginya permintaan tersebut
Rentabilitas digunakan untuk
dikarenakan sebagian besar konsumen
mengetahui tingkat kemampuan modal
tempe di Kecamatan Banjar adalah
pada agroindustri tempe di Kecamatan
konsumen rumah tangga.
Banjar dalam memperoleh laba.
3.3. Pendapatan Rata-rata
Rentabilitas merupakan perbandingan
Pendapatan bersih yang diterima antara laba dengan modal dikalikan
perajin tempe yaitu penerimaan dikurangi seratus persen.
dengan biaya produksi (biaya tetap dan Besarnya nilai rentabilitas rata-rata
biaya variabel). Hasil analsisi pada agroindustri tempe dengan
menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata pengguna modal sendiri diperoleh
agroindustri tempe dalam satu kali proses sebesar 0,92 persen, artinya bahwa
produksi yang menggunakan modal pendapatan bersih yang dapat diperoleh
sendiri di Kecamatan Banjar sebesar Rp pengusaha tempe modal sendiri adalah
423.444,35 sedangkan yang sebesar 0,92 persen dari total biaya yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 691


dikeluarkan, sedangkan yang rentabilitas rata-rata per satu kali
menggunakan modal pinjaman sebesar proses produksi sebesar 0,92 persen
0,56 persen, ini berarti pendapatan bersih
2) Pada agroindustri tempe dengan
yang dapat diperoleh pengusaha tempe
modal pinjaman besarnya rata-rata
modal pinjaman adalah sebesar 0,56
biaya total sebesar Rp 697.162,96 per
persen dari total biaya yang dikeluarkan.
satu kali proses produksi, sedangkan
Jika dibandingkan dengan tingkat bunga
pendapatan rata-rata sebesar Rp
bank yang berlaku pada saat penelitian
376.337,04., per satu kali proses
yaitu sebesar 0,103 persen dalam satu
produksi dan besarnya rentabilitas
kali proses produksi, dengan demikian
rata-rata per satu kali proses produksi
modal tersebut lebih baik digunakan untuk
sebesar 0,56 persen
usaha daripada disimpan di Bank.
Rentabilitas pengguna modal sendiri 4.2. Saran

lebih besar dibandingkan dengan Untuk meningkatkan pendapatan


pengguna modal pinjaman, itu sebaiknya perajin menekan penggunaan
menunjukkan bahwa tambahan biaya biaya. Biaya yang dapat dikurangi adalah
pada agroindusri tempe dengan modal biaya penggunaan daun dan digantikan
pinjaman tidak sebanding dengan laba dengan plastik, karena biaya penggunaan
yang diperolehnya. Bahkan laba yang daun lebih mahal. Dilihat dari penerimaan
diperoleh pada agroindustri tempe dengan yang lebih tinggi sebaiknya para perajin
modal pinjaman lebih rendah tempe memperbanyak produksi tempe
dibandingkan dengan modal sendiri. ukuran 30x10x3 (Tempe A).

4. SIMPULAN DAN SARAN 5. DAFTAR PUSTAKA


4.1. Simpulan Adiwicaksana. 2010. Rentabilitas Ekonomi
dan Modal Sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian http://blog.uad.ac.id/adiwicaksana.c
om.Jakarta. (Akses tanggal 01 Juli
disimpulkan bahwa: 2015).
1) Pada agroindusti tempe yang Anggraeny, Husinsyah dan Maryam.
2011. Analisis Rentabilitas Usaha
menggunakan modal sendiri di Pembuatan Tempe Di Kelurahan
Kecamatan Banjar Kota Banjar biaya Sidodadi Kota Samarinda. Jurnal.
Program Sosial Ekonomi Pertanian,
total rata-rata sebesar Rp 621.698,52, Fakultas Pertanian Universitas
per satu kali proses produksi, Mulawarman, Samarinda.
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
sedangkan pendapatan rata-rata Koperasi Kota Banjar. 2015. Data
adalah Rp 423.444,35 per satu kali Agroindustri Tempe di Kota Banjar.
Dinas Perindustrian, Perdagangan
proses produksi dan besarnya dan Koperasi Kota Banjar. Banjar.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 692


Mangunwidjaya dan Sailah. 2009.
Pengantar Teknologi Pertanian.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Riyanto. 1990. Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan.
Yogyakarta: Yayasan Badan Gadjah
Mada.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Suratiyah, 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Rodjak, A. 2006. Manajemen Usahatani.
Bandung: Pustaka Giratuna.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 693


KAJIAN RUMAH POTONG UNGGAS
SEBAGAI SUBSISTEM AGRIBISNIS DI KOTA BITUNG

Nansi Margret Santa1, Jolanda K.J. Kalangi1, Sri Adiani1, Jenny Grace Soputan2
1
Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Jalan Kampus Unsrat Bahu Manado, 95115
2
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Manado, Jalan Kampus UNIMA di Tondano
Email: nansisanta@yahoo.com

ABSTRAK

Rumah potong unggas (RPU) yang merupakan unit pelayanan masyarakat dalam penyediaan
daging yang Aman, Sehat, Utuh, Halal, (ASUH) serta tempat pemantauan penyakit hewan dan
zoonosis, telah didirikan pada tahun 2014 di Kota Bitung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan RPU belum digunakan. Data dikumpulkan dan dianalisis
menggunakan metode deskriptif, melalui wawancara mendalam dengan petugas RPU, dinas
terkait, pemerintah kota bitung, masyarakat sekitar rumah potong, serta masyarakat sebagai
konsumen protein hewani asal daging di Kota Bitung. Hasil penelitian diketahui bahwa faktor-faktor
yang menyebabkan RPU belum digunakanyaitu 1) kinerja subsistem usatahani ternak unggas,
2)kinerja RPU sebagai subsistem hilir (terkait kondisi fisik rumah potong. meliputi lokasi, sarana
pendukung, konstruksi dasar dan desain bangunan serta peralatan, yang belum memadai, dan
kondisi sumberdaya manusia), 3) kinerja subsistem pemasaran, dan 4) kinerja subsistem
penunjang dan kebijakan.

Kata kunci : faktor-faktor, RPU, subsistem agribisnis

1. PENDAHULUAN kewajiban pemerintah untuk menyiapkan


sumber daya manusia serta prosedur
Sebagaimana telah diamanatkan
teknis pelaksanaannya.
oleh Undang-undang Nomor 41 Tahun
Rumah potong hewan merupakan
2014 yang merupakan perubahan dari
sarana pendukung bagi kesehatan
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009,
masyarakat veteriner sehingga beberapa
bahwa setiap kabupaten/kota harus
penelitian terkait dengan rumah potong
mempunyai rumah potong hewan yang
hewan telah dilakukan, antara lain oleh
memenuhi persyaratan teknis yang
Suhendra (2009) tentang penyusunan
ditetapkan oleh Menteri Pertanian, maka
strategi rumah potong hewan, Hanibal
Pemerintah Kota Bitung telah membangun
(2010) tentang kinerja rantau pasok
Rumah Potong Unggas pada tahun 2014.
rumah potong ayam di PT Prima Karya
Rumah potong unggas merupakan
Persada, dan Tolistiawaty, dkk. (2015)
unit pelayanan masyarakat dalam
tentang gambaran RPH/TPH di kabupaten
penyediaan daging unggas yang Aman,
Sigi. Bahkan Tawaf, dkk. (2013),
Sehat, Utuh, Halal (ASUH) serta tempat
menemukan bahwa dari 20 buah RPH di
pemantauan penyakit hewan dan
Pulau Jawa dan Nusa Tenggara yang
zoonosis. Peran tersebut tercantum dalam
diamati kondisi fisiknya, ternyata hanya
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 13
20% yang termasuk kategori layak secara
Tahun 2010. Selanjutnya, merupakan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 694


teknis sementara sisanya masih di bawah bangunan serta peralatan, yang belum
standar kelayakan teknis. memadai, dan kondisi sumberdaya
RPU Sagerat Weru Satu di Kota manusia), 2) kinerja subsistem usahatani
Bitung, sejak dibangun tahun 2014, belum ternak unggas, 3) kinerja subsistem
dioperasikan. Untuk itu, perlu diketahui pemasaran, dan 4) kinerja subsistem
faktor-faktor yang menyebabkan hal penunjang dan kebijakan. Kinerja RPU
tersebut terjadi. Penelitian ini bertujuan sebagai subsistem agribisnis hilir
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dianalisis menggunakan matriks evaluasi
mempengaruhi belum beroperasinya RPU yang mengacu pada Peraturan Menteri
dengan menggunakan pendekatan Pertanian Nomor
subsistem agribisnis. 13/PERMENTAN/OT.140/1/2010
(dilakukan penilaian terhadap indikator
2. METODE PENELITIAN matriks evaluasi dilakukan pembobotan
berdasarkan titik kritis dengan total bobot
Penelitian ini dilaksanakan pada
100. Penilaian (skor) hasil pengamatan
bulan Januari-Februari 2017, dengan
lapangan diberikan dengan acuan yaitu:
mengambil lokasi pada Rumah Potong
(1) skor 3 jika sesuai dengan persyaratan;
Unggas, terletak di Kelurahan Sagerat
(2) skor 2 jika kurang sesuai dengan
Weru Satu yang merupakan satu-satunya
persyaratan; (3) skor 1 jika tidak sesuai
rumah potong unggas di Kota Bitung.
dengan persyaratan; dan (4) skor 0 jika
Data diambil melalui wawancara
indikator tidak ada. Nilai kesesuaian RPU
mendalam dengan petugas RPU (2
dihitung dengan persamaan:
orang), dinas terkait, pemerintah kota
n
Bitung, masyarakat sekitar rumah potong, NK  BxS
peternak unggas (10 peternak yang a 1

Keterangan : NK = nilai kesesuaian


bermitra dengan 6 perusahaan), B = bobot
pedagang ayam pedaging di pasar Girian S = skor

dan Winenet (26 orang), serta masyarakat Interval kelas kesesuaian dihitung

sebagai konsumen protein hewani asal dengan persamaan menurut Supangkat

daging di Kota Bitung. Faktor-faktor yang (2007):


NKmax  NKmin
menyebabkan RPU belum digunakan, IK 
k
dianalisis berdasarkan kinerja subsistem
Keterangan :
agribisnis peternakan unggas. Kinerja IK = interval kesesuaian
NKmax = nilai kesesuaian maksimum
tersebut, yaitu: 1) kinerja RPU sebagai Nkmin = nilai kesesuaian minimum
k = jumlah kelas
subsistem hilir (terkait kondisi fisik rumah
potong yang meliputi lokasi, sarana Jumlah kelas yang diinginkan
pendukung, konstruksi dasar dan desain dalam penelitian ini yaitu 3 kelas, dengan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 695


total bobot yaitu 100, sehingga Nkmax = tersebut disebabkan karena RPU tersebut
300 dan NKmin= 0. Dengan demikian, IK dibangun oleh Pemerintah Kota Bitung
yaitu 100. Kategori kesesuaian RPU pada tahun 2014 menggunakan dana
ditentukan berdasarkan nilai kesesuaian, yang berasal dari APBD, yang secara
yaitu: struktural berada di bawah Dinas
Sesuai (S) : > 200 Pertanian dan Kehutanan Kota Bitung.
Kurang sesuai (KS) : 101-200 RPU Sagerat Weru Satu merupakan
Tidak sesuai (TS) : <100 tempat pemotongan unggas yang
Kinerja subsistem usahatani ternak dibangun sejak 2014, namun sampai saat
unggas, subsistem pemasaran, dan ini belum beroperasi. Berdasarkan hal
subsistem penunjang dan kebijakan, tersebut, maka dilakukan kajian terhadap
dianalisis menggunakan metode RPU Sagerat Weru Satu, berdasarkan
deskriptif. pendekatan kinerja subsistem agribisnis
sebagai berikut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Kinerja Subsistem Produksi/Usaha
Ternak Unggas
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
Subsistem produksi, yaitu
13/PERMENTAN/OT.140/1/2010pasal 40,
penggunaan barang-barang modal dan
menyebutkan bahwa usaha pemotongan
sumberdaya alam untuk menghasilkan
hewan dan/atau penanganan daging
komoditas pertanian primer. Pelaku
dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu
subsistem ini termasuk peternak unggas.
a. Jenis I: RPH dan/atau milik
Berdasarkan data BPS Kota Bitung
pemerintah daerah yang dikelola oleh
tahun 2016, diketahui bahwa populasi
pemerintah daerah dan sebagai jasa
ternak unggas didominasi oleh ternak
pelayanan umum;
broiler. Informasi tersebut menjelaskan
b. Jenis II: RPH dan/atau UPD milik bahwa ternak broiler merupakan ternak
swasta yang dikelola sendiri atau berpotensi untuk menggunakan RPU
dikerjasamakan dengan swasta lain; Sagerat Weru Satu.

c. Jenis III: RPH dan/atau UPD milik Usaha ternak broiler yang

pemerintah daerah yang dikelola diusahakan oleh peternak di Kota Bitung

bersama antara pemerintah daerah merupakan usaha yang dilakukan dengan

dan swasta. bermitra dengan perusahaan.


Berdasarkan hasil observasi di lapangan,
Berdasarkan peraturan tersebut,
diketahui terdapat 10 usaha ternak broiler
maka Rumah Potong Unggas yang
yang tersebar di Kelurahan Pinangunian,
terletak di Kelurahan Sagerat Weru Satu
Dua Sudara, Kumersot, Pinili, Tanjung
Kota Bitung merupakan RPU jenis I. Hal

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 696


Merah dan Pimpin, yang bermitra dengan broiler sebagai subsistem usahatani,
6 perusahaan, yaitu PT. Selebes, PT. terbatas pada penyediaan ternak broiler
CUS, PT. Kartika Agro, PT. Ciomas, PT. sebagai hasil produksi, namun belum
DMC dan PT. Janoputra. Hanya terdapat mampu menjamin keamanan pangan bagi
2 peternakan broiler yang dilakukan konsumen karena tidak pernah berurusan
secara mandiri, di kelurahan Pinangunian langsung dengan RPU.
dan Tanjung Merah.
Usaha ternak broiler termasuk pada b. Kinerja RPU Sebagai Subsistem
subsistem usahatani pada agribisnis, Hilir
karena menyediakan ternak broiler yang Subsistem hilir adalah kegiatan
merupakan hasil produksi usaha ternak ekonomi yang mengolah hasil produksi
broiler. Dalam menjalankan usahanya, usahatani menjadi produk olahan
peternak yang bermitra dengan kemudian didistribusikan. Pelaku
perusahaan memiliki perjanjian dalam subsistem ini antara lain Rumah Potong
bentuk kontrak yang harus dipenuhi Unggas yang berfungsi untuk membantu
selama melaksanakan usahanya. Kontrak penyediaan daging yang memenuhi syarat
tersebut menyebutkan bahwa peternak Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH),
menyediakan kandang yang lengkap termasuk RPU Sagerat Weru Satu.
dengan peralatannya, lahan, tenaga kerja, Kinerja Rumah Potong Unggas yang
listrik dan air, serta peralatan kandang terletak di Kelurahan Sagerat Weru Satu
untuk pemanas (brooder), sedangkan sebagai subsistem hilir, diketahui dengan
perusahaan menyediakan bibit broiler, melakukan evaluasi terhadap persyaratan
pakan dan obat-obatan. Kegiatan usaha fisik menurut Permentan Nomor
ternak dilakukan pada kisaran 30-35 hari, 13/PERMENTAN/OT.140/1/2010.
mulai ternak berumur 1 hari (doc) sampai Berdasarkan hasil perhitungan
panen (dijual). Apabila ternak broiler telah maktriks evaluasi persyaratan fisik,
mencapai bobot badan sekitar 1,8-2 kg, diketahui bahwa nilai kesesuain
ternak broiler tersebut akan langsung persyaratan fisik RPU berjumlah 88,5
dijemput oleh petugas yang telah ditunjuk sehingga termasuk kategori tidak sesuai
mitra. Proses pemeliharaan sampai panen (TS).
tersebut menunjukkan bahwa peternak Ketidaksesuaian tersebut
tidak akan pernah menggunakan rumah disebabkan karena RPU belum memenuhi
potong unggas, walaupun peternak persyaratan fisik yang disebutkan dalam
berada pada subsistem usahatani. Permentan tersebut di atas. Beberapa
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat fasilitas tidak dimiliki oleh RPU, yaitu area
dikatakan bahwa kinerja usaha ternak penurunan ternak, kandang penampung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 697


dan istirahat bagi ternak, kandang isolasi, pedagang pengumpul yang mensuplai
area pemuatan karkas/daging, ruang daging ayam broiler di pasar Girian dan
pelayuan, fasilitas pemusnahan bangkai, Winenet Kota Bitung. Pedagang
terlebih lagi sarana penanganan limbah pengumpul setiap harinya mengumpulkan
dan rumah jaga. Peralatan penunjang ayam broiler dalam bentuk ayam hidup,
seperti ruang penyimpanan beku dan kemudian didistribusikan ke pemotong
peralatan pendukung lainnya tersedia ayam.
namun tidak sesuai standar yang Subsistem pemasaran ayam broiler
sesungguhnya. di Kota Bitung merupakan pelaku
Selain persyaratan fisik yang belum potensial pada RPU Sagerat Weru Satu.
memadai sebagai rumah potong, RPU Pedagang pengumpul inilah yang harus
Sagerat Weru Satu juga belum memiliki menggunakan rumah potong sehingga
tenaga ahli khusus pemeriksaan ante- konsumen memperoleh daging yang
mortem, dan pemeriksa kesehatan daging Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).
atau post-mortem (keurmaster).
RPU sebagai salah satu subsistem d. Kinerja Subsistem Penunjang dan
hilir pada agribisnis usahaternak broiler Kebijakan
belum memiliki kinerja yang baik,
Subsistem penunjang merupakan
berdasarkan penilaian terhadap
seluruh kegiatan yang menyediakan jasa
persyaratan fisik dan ketersediaan ahli
bagi agribisnis seperti keuangan,
khusus pemeriksaan ante-mortem, dan
sedangkan kebijakan berhubungan
pemeriksaan kesehatan daging atau post-
dengan kebijakan atau peraturan
mortem (keurmaster).
pemerintah yang menunjang kegiatan pra
Kondisi rumah potong di Indonesia
dan pasca panen.
secara umum memiliki kinerja yang
Seperti yang telah dijelaskan
kurang baik. Keadaan tersebut sesuai
sebelumnya bahwa peternak broiler
dengan hasil penelitian Tolistiawaty, dkk.
menjalankan usahanya dengan cara
(2015) dan Seputra (2015).
bermitra dengan perusahaan. Menurut
peternak, cara tersebut merupakan satu-
c. Kinerja Subsistem Pemasaran
satunya jalan agar mereka dapat secara
Subsistem pemasaran adalah terus menerus dan berkelanjutan
kegiatan untuk memperlancar pemasaran mengusahakan usaha peternakan broiler.
komoditas pertanian, antara lain Keadaan tersebut ada hubungannya
pemasaran broiler. dengan pendanaan karena bidang
Berdasarkan hasil observasi di perbankan tidak dapat memberikan
lapangan, diketahui bahwa terdapat 4 bantuan berupa pinjaman dana,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 698


khususnyauntuk membeli pakan. Harga Teknologi dan Pendidikan Tinggi yang
pakan yang cenderung tidak stabil telah memberikan dana melalui program
menyebabkan peternak sering gagal Ipteks bagi Wilayah Kelurahan Sagerat
untuk mempertahankan usahanya. Weru Satu dan Tanjung Merah tahun
Keadaan tersebut membuktikan bahwa 2017.
subsistem penunjang belum berpihak
kepada subsistem produksi ternak. 6. DAFTAR PUSTAKA
Selanjutnya, pihak pemerintah Kota Hanibal, Muhammad Vamy. 2010. Analisis
Bitung sampai saat ini belum Kinerja Pasokan Daging Ayam
Segar pada Rumah Potong Ayam
mengeluarkan peraturan terkait (RPA) Studi Kasus pada PT
penggunaan RPU Sagerat Weru Satu. Primatama Karyapersada. Tesis.
Program Pascasarjana Manajemen
Terdapat satu peraturan walikota tentang dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor.
retribusi penggunaan RPU, namun belum Lawu M. R., Yuliawati S., Saraswati L.D.
2014. Gambaran Pelaksanaan
dapat diterapkan karena belum memiliki Rumah Pemotongan Hewan Babi
peraturan tentang pemotongan hewan. (Studi Kasus di Rumah Pemotongan
Hewan Kota Semarang). Jurnal
Kesehatan Masyarakat (2): 127-131.
4. SIMPULAN DAN SARAN Seputra, Hendra Surya. 2015. Kajian
Teknis Operasional dan Lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi Rumah Potong Hewan Taliwang
Kabupaten Sumbawa Barat. Tesis.
belum beroperasinya RPU Sagerat Weru Sekolah Pascasarjana Institut
Satu Kota Bitung, lebih dominan Pertanian Bogor.
Suhendra AR. 2009. Perencanaan
disebabkan faktor kinerja subsistem Strategik Perusahaan Pemotongan
produksi/peternak broiler. Beternak broiler Hewan PT Elders Indonesia. Tesis.
Program Pascasarjana Manajemen
dengan cara bermitra menyebabkan dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor.
subsistem produksi ternak tidak Tawaf R, Rachmawan O, Firmansyah C.
2013. Pemotongan sapi betina umur
menggunakan RPU. Subsistem yang produktif dan kondisi RPH di Pulau
potensial menggunakan RPU adalah Jawa dan Nusa Tenggara.
WorkshopNasional Konservasi dan
subsistem pemasaran, yaitu pedagang Pengembangan Sapi Lokal Fakultas
pengumpul sebelum membawa ternak ke PeternakanUnpad [Internet].
[diunduh 22 Maret 2017]. Tersedia
pedagang/pemotong ayam dan pada:http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
pedagang/pengecer. content/uploads/2013/11/pustaka_u
npad_pemotongan_sapi_betina_um
ur_produktif.pdf.
5. UCAPAN TERIMA KASIH Tolistiawaty, Intan., Junus Widjaja, Rina
Isnawati, Leonardo Taruk Lobo.
2015. Gambaran Rumah Potong
Disampaikan terima kasih kepada
Hewan/Tempat Pemotongan
Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Hewandi Kabupaten Sigi, Sulawesi
Tengah. Jurnal Vektor Penyakit 9(2):
Masyarakat, Dirjen Penguatan Riset dan
45-52.
Pengembangan, Kementerian Riset,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 699


KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN PEMBUDIDAYA IKAN HIAS
DAN KINERJA USAHA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR
DI KECAMATAN BOJONGSARI KOTA DEPOK
1
Popong Nurhayati, 2Yosini Deliana
1
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
2
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
Email: popongnurhayati14@gmail.com

ABSTRAK

Kota Depok merupakan sentra produksi ikan hias air tawar di Jawa Barat. Di Depok tedapat
beberapa kecamatan yang sebagian masyarakatnya melakukan kegiatan usaha budidaya ikan
hias air tawar, dengan komoditas utama ikan hias Neon tetra, Cardinal Tetra dan Red Nose.
Output kegiatan usaha budidaya ikan hias tersebut seluruhnya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan pasar. Preferensi konsumen terhadap ikan hias saat ini semakin meningkat karena nilai
artistiknya yang tinggi bagi kehidupan manusia dan berkaitan erat dengan pendidikan, ilmu
pengetahuan, olahraga, kesehatan, kesenian dan rekreasi. Diantara kondisi usaha dalam
budidaya ikan hias air tawar di kota ini adalah tingginya permintaan ikan hias dari pembeli yang
saat ini tidak selalu dapat dipenuhi oleh pembudidaya karena beberapa keterbatasan teknis
maupun finansial. Tujuan penelitian adalah 1) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kompetensi kewirausahaan pembudidaya ikan hias dalam menjalankan usaha, memecahkan
masalah, mengambil risiko, dan mengembangkan jejaring; 2) Menganalisis pengaruh kompetensi
kewirausahaan pembudidaya ikan terhadap kinerja usaha budidaya ikan hias. Responden
penelitian adalah 94 orang pembudidaya ikan hias di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Metode
penelitian menggunakan metode survey, dan teknik penggambilan sample menggunakan berupa
purposive sampling. Analisis data menggunakan metode deskriptif dan analisis MANOVA. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kompetensi teknis pembudidaya ikan hias air tawar
tergolong baik, sedangkan tingkat kompetensi kewirausahaannya tergolong sedang. Kinerja
kewirausahaan pembudidaya ikan hias air tawar dipengaruhi (ditentukan) oleh kompetensi teknis
dan kompetensi kewirausahaannya.

Kata Kunci: Kompetensi kewirausahaan, budidaya, ikan hias, kinerja

1. PENDAHULUAN yang kompleks dan dinamis, serta


berbagai hambatan seperti: (1)
Budidaya ikan hias air tawar di Kota
Infrastruktur yang buruk atau tidak ada;
Depok merupakan kegiatan
(2) Hukum dan peraturan yang tidak
kewirausahaan di bidang pertanian pada
mendukung; (3) Kurangnya dukungan
subsistem usahatani (on-farm).
keuangan; (4) Hambatan sosial; (5)
Pembudidaya ikan hias adalah petani
Kurangnya fasilitas pelatihan; (6)
wirausaha, karena melakukan kegiatan
Kurangnya dukungan layanan dan staf
usaha dengan tujuan untuk memenuhi
penyuluhan terlatih; dan (7) Kendala
kebutuhan pasar serta meraih
pemasaran. Beberapa tantangan yang
keuntungan.
signifikan dihadapi oleh petani wirausaha
Kahan (2012) menyatakan, petani
adalah: (1) Risiko yang terkait pasar; (2)
wirausaha menghadapi lingkungan usaha
Akses ke keuangan dan kredit; (3) Akses

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 700


ke informasi; (4) Daya tawar rendah; (5) mengembangkan jejaring dan
Kerentanan terhadap guncangan pembelajaran.
ekonomi; dan (6) Akses ke pelatihan. Riyanti (2003) menyatakan, kriteria
Selain berhadapan dengan keberhasilan usaha kecil dapat dilihat dari
tantangan, Kahan (2012) menyatakan peningkatan dalam akumulasi modal,
bahwa petani wirausaha juga memiliki jumlah produksi, jumlah pelanggan,
peluang untuk sukses melalui perluasan usaha, dan perbaikan sarana
kemampuannya dalam mengintegrasikan fisik.
antara kualitas kewirausahaan di satu sisi Omrane dan Fayolle (2011)
dengan kompetensi dalam praktek yang menunjukkan bahwa kompetensi
meliputi: kompetensi kewirausahaan; merupakan prediktor terbaik dari kinerja
kompetensi teknis; dan kompetensi pengusaha. Sementara Lans, et al, 2013,
manajerial. Hal tersebut memungkinkan menyimpulkan bahwa kinerja
petani wirausaha untuk mengambil kewirausahaan pada tingkat perusahaan
keuntungan dari perubahan di pasar dan berkaitan dengan kompetensi
melalui metode produksi untuk kewirausahaan. Pada usaha pertanian,
meningkatkan kinerja bisnis pertaniannya. Fauziyah (2015) menunjukkan bahwa
Suryana (2003) menyatakan bahwa kompetensi peternak berpengaruh
kompetensi kewirausahaan adalah terhadap kinerja usaha sapi potong.
integrasi dari pengetahuan, sikap dan Kompetensi peternak juga dipengaruhi
keterampilan yang perlu terus dilatih dan oleh karakteristik peternak sapi potong.
dikembangkan oleh pengusaha agar Berdasarkan kajian terhadap hasil-
mampu menghasilkan kinerja terbaik hasil penelitian terdahulu, maka peneliti
dalam mengelola usahanya, yang ingin mengetahui: 1). Bagaimana tingkat
meliputi: kemampuan manajerial, kompetensi pembudidaya dalam usaha
kemampuan konseptual, kemampuan ikan hias air tawar di Kecamatan
sumberdaya manusia, kemampuan Bojongsari; dan 2) Bagaimana pengaruh
membuat keputusan, dan kemampuan kompetensi teknis dan kompetensi
mengelola waktu. kewirausahaan pembudidaya terhadap
Komponen dari kompetensi kinerja usaha budidaya ikan hias di
kewirausahaan menurut Kahan (2012) Kecamatan Bojongsari.
meliputi: inisiatif, ambisi, pemecahan Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1)
masalah, berpikir kritis, pengambilan Mengukur tingkat kompetensi
risiko, kemampuan beradaptasi dan pembudidaya ikan hias di Kecamatan
bersikap luwes, kemampuan Bojongsari; 2) Mengkaji pengaruh
interpersonal, kemampuan kompetensi teknis dan kompetensi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 701


kewirausahaan pembudidaya terhadap dari 168 orang pembudidaya ikan hias
kinerja usaha budidaya ikan hias di yang ada di Kecamatan Bojongsari.
Kecamatan Bojongsari; dan 3) Data yang dikumpulkan adalah data
Menganalisis pengaruh kompetensi primer dan data sekunder. Data primer
kewirausahaan pembudidaya ikan diperoleh dari wawancara langsung
terhadap kinerja usaha budidaya ikan hias. kepada pembudidaya ikan hias contoh
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dengan menggunakan panduan
berguna untuk menambah informasi kuesioner. Data sekunder diperoleh dari
mengenai perkembangan kegiatan usaha Dinas Tanaman Pangan, Pertanian,
ikan hias di Kota Depok, sebagai salah Peternakan dan Perikanan Kota Depok,
satu kegiatan ekonomi produktif dibidang dan beberapa literatur diperoleh dari hasil-
perikanan. Selain itu hasil penelitian juga hasil penelitian serta jurnal yang berkaitan
diharapkan dapat menjadi masukan bagi dengan penelitian.
pengembangan kegiatan penelitian Pengolahan data untuk mengetahui
selanjutnya kompetensi pembudidaya ikan hias
dilakukan dengan perhitungan skor dan
2. METODE PENELITIAN diuraikan secara deskriptif. Komponen
kompetensi yang digunakan terdiri atas
Penelitian dilaksanakan di
kompetensi teknis dan kompetensi
Kecamatan Bojongsari, Kota Depok.
kewirausahaan yang diacu dari Latan
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
(2010). Indikator kompetensi teknis adalah
secara sengaja (purposive) berdasarkan
terdiri atas input, produksi dan pemasaran
pertimbangan keunikan sumberdaya lokal
yang masing-masing diukur melalui dua
di daerah tersebut sebagai sentra
pertanyaan. Adapun indikator kompetensi
budidaya ikan hias air tawar di Kota
kewirausahaan terdiri atas pengambilan
Depok. Penelitian dilaksanakan pada
risiko, pengembangan jejaring dan
bulan Januari- hingga Februari 2017.
pemecahan masalah. Masing-masing
Penelitian menggunakan metode
indikator diukur dengan dua pertanyaan.
survey. Teknik sampling yang digunakan
Setiap pertanyaan diberi skor lima, yaitu 1
adalah purposive sampling berdasarkan
= sangat rendah, 2 = rendah, 3 = sedang,
keterwakilan desa yang menjadi sentra
4 = tinggi dan 5 = sangat tinggi.
kegiatan usaha budidaya ikan hias air
Kemudian jawaban responden
tawar di Kecamatan Bojongsari, yaitu
dikategorikan dalam interval kelas.
Desa Curug, Desa Bojongsari, Desa
Pengolahan data untuk tujuan kedua
Bojongsari Baru, dan Desa Pondok Petir.
menggunakan analisis MANOVA, yaitu
Sampel yang diambil berjumlah 94 orang
metode statistik untuk mengeksplorasi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 702


hubungan antara variabel independen
kompetensi melalui indikator-indikatornya
yang berjenis kategorikal dengan variabel Tabel 1. Pengalaman Usaha Responden
kinerja dengan indikatornya yang berjenis
Pengalaman Jumlah Persentase
metrik. usaha (orang) (%)
< 1 tahun 14 14.89
1 - 5 tahun 41 43.61
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
6 - 10 tahun 26 27.65
3.1. Karakteristik Pembudidaya contoh 11 - 15 tahun 13 13.82
> 15 tahun 0 0
Kegiatan usaha budidaya ikan hias Jumlah 94 100.00
merupakan usaha utama bagi 86 orang Dari sisi usia, responden
responden (91,50 persen) dan merupakan pembudidaya ikan hias di Kecamatan
usaha sampingan bagi 8 orang reponden Bojongsari prosentase terbesar (50
(8,50 persen). Jenis ikan hias yang persen) memiliki rentang usia antara 40
dibudidayakan umumnya ada 3, yaiti hingga 49 tahun (dewasa madya I), yaitu
Neon Tetra, Cardinal Tetra dan Red Nose. sebanyak 47 orang. Hal ini merupakan
Dari sisi pengalaman usaha, usia yang tergolong produktif, namun
persentasi terbesar responden memiliki sudah relatif tidak muda lagi. Hal ini
pengalaman usaha antara 1 hingga 5 ditunjukkan pada Tabel 2.
tahun, yaitu sebesar 43,61 persen atau
sebanyak 41 orang, seperti terlihat pada
Tabel 1.
Tabel 2. Rentang Usia Responden
Kelompok (Tahun) Rentang Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)
>= 60 Dewasa akhir 15 15.96
50 – 59 Dewasa Madya II 28 29.79
40 – 49 Dewasa Madya I 47 50.00
30 – 39 Dewasa awal II 3 3.19
18 - 29 Dewasa awal I 1 1.06
Jumlah 94 100

Tingkat pendidikan responden ada responden yang juga memiliki tingkat


pembudidaya ikan hias air tawar di pendidikan tinggi (sarjana dan
Kecamatan Bojongsari persentase pascasarjana) yang juga memiliki
terbesar berpendidikan SMA, yaitu ketertarikan terhadap usaha budidaya ikan
sebanyak 47 orang atau sebesar 50 hias air tawar. Hal ini diperlihatkan pada
persen. Namun demikian, terlihat bahwa Tabel 3.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 703


Tabel 3. Tingkat Pendidikan Responden kemampuan mengelola produksi dan
Tingkat Jumlah Persentase kemampuan memasarkan produk yang
Pendidikan (orang) (%)
masing-masing terkategori baik. Namun
SD 15 15.96
dari indikator produksi ada satu hal yang
SMP 28 29.79
SMA 47 50.00 memiliki kategori sangat baik, yaitu dalam
Sarjana 3 3.19 hal pengelolaan sarana produksi. Hal ini
Pasca Sarjana 1 1.06 terjadi karena sarana produksi yang
Jumlah 94 100.00
digunakan (akuarium dan
kelengkapannya) memiliki nilai investasi

3.2. Tingkat Kompetensi Pembudidaya tinggi dan memerlukan perhatian besar


Ikan Hias dalam proses produksi budidaya ikan hias.
3.2.1. Kompetensi Teknis Dari sisi capaiannya, kompetensi teknis ini
baru tercapai sebesar 74,01 persen,
Tingkat Kompetensi teknis
berarti masih memerlukan peningkatan
pembudidaya ikan hias air tawar di
kompetensi untuk dapat mencapai kinerja
Kecamatan Bojongsari rata-rata tergolong
yang lebih baik lagi. Keragaan komponen
baik. Hal ini didukung oleh kondisi tingkat
kompetensi teknis responden pada usaha
kompetensi setiap indikatornya yang terdiri
budidaya ikan hias ini ditunjukkan pada
atas kemampuan perolehan input,
Tabel 4.
Tabel 4. Keragaan Kompetensi Teknis Pembudidaya Ikan Hias
Komponen Kompetensi Teknis Bobot Kelas Bobot Persentase (%)
Input:
 Pakan
323 B 15.48
 Induk
327 B 15.67
Produksi :
 Proses Produksi
351 B 16.82
 Pengelolaan Sarana produksi
391 SB 18.74
Pemasaran:
 Kualitas Produk
348 B 16.67
 Upaya Kepuasan
347 B 16.63
Total 2087 100.00
Rata-rata 347.83 B
Bobot ideal 470
Persen capaian 74.01
Ket: SB= Sangat Baik; B=Baik; SDG=Sedang; KB=Kurang Baik, STB=Sangat Tidak Baik

3.2.2. Kompetensi Kewirausahaan Tingkat kompetensi kewirausahaan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 704


pembudidaya ikan hias di Kecamatan hubungan dengan sesama pembudidaya
Bojongsari rata-rata tergolong sedang. dan kemampuan memecahkan masalah
Indikator kompetensi kewirausahaan dalam kegiatan usaha budidaya.
pembudidaya ikan hias berada pada Indikator-indikator kompetensi
kategori baik dan sedang. kewirausahaan yang terkategori sedang
Pada masing-masing variabel yaitu kemampuan untuk tetap melakukan
kompetensi kewirausahaan (kemauan usaha budidaya pada kondisi fluktuasi
mengambil risiko, pengembangan jejaring harga, kemampuan melakukan hubungan
dan pemecahan masalah) terdapat dengan pengusaha lain pada skala besar
kategori baik dan sedang. Indikator- (pembudidaya, pedagang, dan lain-lain)
indikator yang tergolong baik yaitu dan kemampuan memecahkan masalah
kemauan/kesanggupan menerima keuangan dalam usaha dengan meminta
pesanan dalam jumlah besar, menjalin bantuan (meminjam dana) ke bank.
Tabel 5. Keragaan kompetensi kewirausahaan pembudidaya ikan hias
Komponen Kompetensi Kewirausahaan Bobot Kelas Bobot Persentase
(%)
Pengambilan Risiko 322 B 17.72
 Pesanan besar

 Budidaya pada kondisi fluktuasi 299 SDG 16.46


Harga

Pengembangan Jejaring 326 B 17.94


 Hub dgn Pembudidaya

 Hub dgn teman pengusaha 251 SDG 13.81

Pemecahan masalah 358 B 19.70


 Cari bantuan Kelg

 Cari Bantuan Dana Bank 261 SDG 14.36

Total 1817 100.00


Rata-rata 302.83 SDG
Bobot ideal 470
Persen capaian 64.43
Ket: SB= Sangat Baik; B=Baik; SDG=Sedang; KB=Kurang Baik, STB=Sangat Tidak Baik

Indikator-indikator yang tergolong 3.3. Hubungan Kompetensi Teknis dan


sedang ini merupakan indikator yang Kewirausahaan terhadap Kinerja

masih memerlukan peningkatan untuk 3.3.1. Hubungan Kompetensi Teknis


dengan Kinerja.
dapat mencapai kinerja usaha yang lebih
Hasil pengujian secara bersama-
baik lagi. Keragaan kompetensi
sama dengan menggunakan tabel angka
kewirausahaan disajikan pada Tabel 5.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 705


Box’M menunjukkan, variabel omzet dan Test, bahwa variabel Omzet dan
produktivitas berbeda, pada kelompok Produktivitas berbeda untuk setiap
kompetensi teknis responden. Demikian kelompok kompetensi kewirausahaan
pula pada hasil pengujian individu dengan responden.
menggunakan Levene Test, bahwa Hasil pengujian dengan posedur
variabel omzet dan produktivitas berbeda Pillai's Trace, Wilks' Lambda, Hotelling's
untuk setiap kelompok kompetensi Trace dan Roy's Largest Root;
responden. menunjukkan bahwa bahwa omzet dan
Hasil pengujian dengan posedur produktivitas pada seorang responden
Pillai's Trace, Wilks' Lambda, Hotelling's dipengaruhi (ditentukan) oleh tingkat
Trace dan Roy's Largest Root; kompetensi kewirausahaan responden.
menunjukkan bahwa bahwa omzet dan Dengan demikian, responden yang
produktivitas pada seorang responden memiliki tingkat kompetensi
dipengaruhi (ditentukan) oleh tingkat kewirausahaan rendah, memiliki nilai
kompetensi teknis responden. Dengan omzet dan produktivitas rendah dan
demikian, responden yang memiliki tingkat sebaliknya.
kompetensi teknis rendah, memiliki nilai Adanya hubungan antara
omzet dan produktivitas rendah; dan kompetensi kewirausahaan dengan
sebaliknya. kinerja ini dalam kegiatan keseharian
Keterhubungan tingkat kompetensi usaha budidaya ikan hias tidak terlepas
teknis dengan kinerja ini dalam dari berbagai tantangan yang dihadapi
prakteknya didukung oleh adanya pembudidaya, seperti masih kurang
berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh meratanya kesempatan pelatihan bagi
berbagai kelembagaan pendukung pembudidaya ikan hias.
agribisnis perikanan, seperti pemberian
pelatihan Cara Budidaya Ikan Hias yang 4. SIMPULAN DAN SARAN
baik (CBIB-IH) kepada pembudidaya ikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hias.
tingkat kompetensi teknis pembudidaya
3.3.2. Hubungan Kompetensi
Kewirausahaan dengan Kinerja ikan hias air tawar tergolong baik,
sedangkan tingkat kompetensi
Hasil pengujian secara bersama-
kewirausahaannya tergolong sedang.
sama dengan menggunakan Tabel angka
Kinerja kewirausahaan pembudidaya ikan
Box’M menunjukkan, variabel Omzet dan
hias air tawar dipengaruhi (ditentukan)
Produktivitas berbeda, pada kelompok
oleh kompetensi teknis dan kompetensi
Kompetensi kewirausahaan responden.
kewirausahaannya.
Demikian pula pada hasil pengujian
individu dengan menggunakan Levene

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 706


5. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terimakasih


kepada semua pihak yang telah
membantu kelancaran kegiatan
penelitian, demikian pula kepada para
pembudidaya ikan hias di Kecamatan
Bojongsari, Kota Depok yang telah
memberikan informasi untuk kegiatan
penelitian ini.

6. DAFTAR PUSTAKA

Fauziyah, D. (2015). Pengaruh


Karakteristik Peternak Melalui
Kompetensi Peternak Terhadap
Kinerja Usaha Ternak Sapi Potong
Di Kabupaten Bandung. Tesis.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kahan, D. 2012. Entrepreneurship in
Farming. Food and Agriculture
Organization of the United Nations.
Rome. E-ISBN 978-92-5-107548-7
(PDF).
Santoso, S. 2012. Aplikasi SPSS pada
Statistik Multivariat. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Suryana. 2003. Kewirausahaan. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 707


KERAGAAN SISTEM AGRIBISNIS PADI SAWAH BERBASIS KEARIFAN LOKAL
(Studi Kasus di Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

Predi Nanda Kurnia, Trisna Insan Noor, Iwan Setiawan

Fakultas Pertanian Program Pascasarjana Universitas Padjajaran


Email: fredynanda29@gmail.com

ABSTRAK

Usahatani padi di Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis terikat kuat oleh karakteristik
agroekosistem, adat istiadat dan kearifan local; sehingga dengan dukungan irigasi teknis, potensial
diusahakan secara berkelanjutan. Padi adalah budaya dan diusahakan secara kolektif pada lahan-
lahan adat, sehingga potensial dikelola secara terintegrasi melalui pendekatan agribisnis. Pada
umumnya, padi identik dengan tradisi, subsistensi dan produksi (on-farm). Penelitian yang didesain
secara kualitatif ini bertujuan untuk merumuskan model pembangunan agribisnis padi yang
berkelanjutan yang berbasis kerarifan lokal. Untuk itu digunakan metode studi kasus, wawancara
mendalam, observasi lapangan dan dokumentasi. Hasil penelitian mengungkap bahwa secara
keseluruhan masyarakat memiliki persepsi positif terhadap pelaksanan budidaya padi berdasarkan
kearifan lokal. Kearifan local merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode
panjang yang berevolusi bersama-sama sampai melekat dalam masyarakat dan lingkungan.
Masyarakat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem
pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai. Sebagai salah
satu cara merubah adopsi dan inovasi petani dalam menerima pemahaman dari luar untuk
mengembangkan budidaya padi rawa dan mampu mendinamisasi kehidupan masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan demi keberlangsungan hidupnya sebagai salah satu mata pencaharian.
Kata kunci: Kearifan lokal, adopsi, inovasi, usahatani

1. PENDAHULUAN Sebagai salah satu wujud aplikasi


Indonesia merupakan negara dari pembangunan berkelanjutan,
agraris yang mayoritas penduduknya pertanian berkelanjutan (sustainable
hidup dan bekerja pada sektor pertanian, agriculture) mulai dirumuskan pada akhir
sehingga pembangunan pertanian tahun 1980’an sebagai respon atas
memegang peran penting dari strategi pembangunan sebelumnya yang
keseluruhan pembangunan ekonomi fokus pada pertumbuhan ekonomi melalui
nasional. Pembangunan ekonomi intensifikasi, yang terbukti telah
dimaknai sebagai aktifitas yang dilakukan berdampak negatif terhadap stagnasi
oleh suatu negara untuk mengembangkan lahan dan degradasi lingkungan.
ekonomi dan taraf hidup masyarakat Kearifan lokal merupakan sebuah
(Arsyad, 2004). Secara ekonomi politik, sIstem dalam tatanan kehidupan sosial,
pembangunan ekonomi Indonesia tidak politik, budaya, ekonomi, serta lingkungan
terlepas dari kontribusi daerah sesuai yang tumbuh dan hidup di tengah- tengah
dengan potensi spesifik daerah. Baik masyarakat lokal. Ciri yang melekat dalam
secara geografis maupun demografis, kearifan lokal adalah sifatnya yang
idealnya pembangunan daerah berbasis adaptif, antisipatif (berlanjut), dan dapat
pertanian. diterima oleh seluruh komunitas. Dalam

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 708


komunitas masyarakat lokal, kearifan yang mewarisi lokalitas mau menerima
tradisional berwujud seperangkat aturan, dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari
pengetahuan, teknologi, keterampilan, kehidupan mereka (FAO, 1989).
tata nilai dan etika yang mengatur tatanan Melalui cara itulah, kearifan lokal
komunitas yang terus hidup dan dapat disebut sebagai jiwa dari budaya
berkembang dari generasi ke generasi. lokal. Hal itu dapat dilihat dari ekspresi
Oleh Putman, Serageldin dan Bordeoeu kearifan lokal dalam kehidupan sehari-
disebut modal sosial (social capital). Pada hari, karena telah terinternalisasi dengan
umumnya, nilai-nilai dan aturan-aturan sangat baik. Melalui kearifan, tiap-tiap
yang muncul dari komunitas lokal inilah bagian dari kehidupan masyarakat lokal
yang hidup, tumbuh dan berdaya saing diarahkan secara arif berdasarkan sistem
kuat, meskipun harus berhadapan secara pengetahuan mereka, dimana tidak hanya
frontal dengan problem sosial budaya, bermanfaat dalam aktifitas keseharian dan
ekonomi politik, teknologi, dan lingkungan interaksi dengan sesama saja, tetapi juga
yang muncul dari mode modernitas dan dalam situasi-situasi yang tidak terduga
industrialisasi. Adaptasinya membuat seperti bencana yang datang tiba-tiba.
masyarakat lokal(community) belajar dari Melihat urgensinya, kearifan lokal
kegagalan-kegagalan sampai menemukan berkontribusi dan bahkan menjadi
solusi praktis (Saragih, 1998). prasyarat bagi terwujudnya pertanian
Dinas Pertanian Tanaman Pangan berkelanjutan. WCED (1987) telah
Kabupaten Ciamis (2016) melaporkan menagaskan bahwa: “pembangunan
bahwa sektor pertanian di 26 kecamatan berkelanjutan adalah pembangunan yang
menjalankan budidaya tanaman padi, memenuhi kebutuhan masyarakat saat ini
yang merupakan usahatani pokok tanpa mengurangi kebutuhan generasi
masyarakat, khususnya petani. Sebagai mendatang”.
salah satu sentral usahatani padi, Terlepas dari urgensinya, kearifan
Kecamatan Lakbok sudah dilengkapi lokal harus berhadapan dengan
dengan irigasi teknis, sehingga sangat kenyataan modernisasi dan industrialisasi
membantu proses dan keberlanjutan pertanian dan pedesaan. Sektor pertanian
usahatani padi sawah. Namun demikian, mengalami perubahan yang signifikan
sebagian besar wilayah Lakbok terbangun dalam hal tekonologi dan pemasarannya.
dari rawa-rawa yang memiliki karakteristik Pertanian semakin mengarah pada
khusus. Kekhususannya membuat mekanisasi dan intensifikasi untuk
kearifan lokal menjadi penting dan mendapatkan hasil produksi maksimal,
bermanfaat. Persoalannya, kearifan lokal sehingga terpenuhi kebutuhan produk
hanya berperan ketika generasi petani pertanian. Paradoks dengan itu,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 709


mekanisasi dan intensifikasi pertanian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
telah mengakibatkan degradasi kearifan Kearifan local (local wisdom) dalam
lokal. Pertanyaannya, apakah fenomena disiplin antropologi dikenal juga dengan
yang sama terjadi di Kecamatan Lakbok? istilah local genius. Sebuah istilah yang
Kemudian, bagaimana rumusan model diperkenalkan oleh Quaritch Wales.
yang memungkinkan keberlanjutan (Ayatrohaedi,1986). Para antropolog
pertanian terwujud, kearifan lokal tetap membahas secara panjang lebar
terjaga dan internalisasi pertanian modern pengertian local genius, salah satunya
termanifestasikan? adalah Soebadio yang mendefinisikan
local genius sebagai cultural identity,
2. METODE PENELITIAN identitas atau kepribadian budaya bangsa
Penelitian ini didesain secara yang menyebabkan bangsa tersebut
kualitatif dengan menggunakan metode mampu menyerap dan mengolah
studi kasus dengan teknik pengumpulan kebudayaan asing sesuai watak dan
informasi melalui wawancara mendalam, kemampuan sendiri (Ayatrohaedi, 1986).
observasi lapangan dan dokumentasi. Para sosiolog memahami kearifan
Informan penelitian adalah petani padi di lokal lebih luas sebagai pengetahuan dan
Kecamatan Lakbok dengan objek teknologi yang tumbuh dan besar dari
“keragaan sistem agribisnis padi sawah bawah (localism). Ciri-ciri kearifan lokala
berbasis kearifan lokal”. Data studi kasus dalah: mampu bertahan terhadap budaya
dapat diperoleh dari semua pihak yang luar; memiliki kemampuan
bersangkutan, dengan kata lain dalam mengakomodasi unsur-unsur budaya luar;
studi ini dikumpulkan dari berbagai mempunyai kemampuan
sumber (Yin, 2005). Informan dipilih mengintegrasikan unsur budaya luar ke
secara sengaja dengan berdasarkan dalam budaya asli; mempunyai
pemetaan awal dengan menghindari kemampuan mengendalikan, dan mampu
berbagai bias dan berdasarkan kearifan memberi arah pada perkembangan
lokal. Penggalian data dilakukan dengan budaya. Secara substansial, kearifan loka
menggunakan panduan wawancara. litu adalah nilai-nilai yang berlaku dalam
Dalam sebuah penelitian kualitatif, suatu masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini
informan adalah kuesioner. Data yang kebenarannya dan menjadi acuan dalam
terkumpul selanjutnya diseleksi, dikoding, bertingkah-laku sehari-hari masyarakat
dipola dan dianalisis secara deskriptif. setempat. Oleh karena itu,sangat
beralasan jika dikatakan bahwa kearifan
lokal merupakan entitas yang sangat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 710


menentukan harkat dan martabat manusia tindakan) yang selaras dan dapat
dalam komunitasnya. dipertanggungjawabkan kepada incu atau
Pada kenyataannya, sejak putu (masyarakat kecamatan Lakbok) dan
modernisasi pertanian (green revolution) sesepuh (orang tua dan nenek moyang);
intensif diterapkan di Indonesia, kearifan Kedua, jiwa, raga, dan perilaku yang
lokal tidak ada yang utuh eksis dalam selaras dan berakhlak; dan Ketiga,
masyarakat pertanian dan pedesaan yang kepercayaan adat sara, nagara, dan
terbuka, termasuk di Kecamatan Lakbok. mokaha harus selaras, harmonis, dan
Faktanya, hampir di seluruh Kabupaten tidak saling bertentangan satu sama
Ciamis, sistem budidaya padi modern lain.Sara adalah agama, nagara adalah
diadopsi oleh petani. Usahatani padi pemerintah dan mohaka adalah
merupakan budaya yang melekat kuat keselamatan (kasepuhan). Setiap
pada masyarakat Ciamis, khususnya di keputusan yang diambil oleh kasepuhan
Kecamatan Lakbok. Bahkan, sudah harus mengacu pada prinsip “kudu
menjadi kearifan lokal yang nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara,
membedakannya dengan daerah lainnya, mufakat jeung balarea” yang berarti harus
baik di Ciamis maupun Jawa Barat. Padi mengacu pada hukum, mendukung
(Oryza sativa L) merupakan salah satu negara, mufakat dengan orang banyak.
komoditas pertanian yang bernilai strategi Dalam memahami keberadaan
dan berdampak politis. Oleh karena itu, Tuhan, masyarakat diajarkan prinsip “pur
pemerintah terus mendorong kuntu pur kurungan, nganti jeung Gusti
perkembangan usahatani padi yang geura ngaraga jeung nukawasa, sara
ditopang oleh kegiatan penelitian untuk nagara mokaha, ngajina kudu ngajirim”
menemukan varietas-varietas unggul. (jika melakukan kesalahan dari aturan
Secara sosial, kehidupan adat, maka akan mendapatkan kualat
masyarakat adat Kecamatan Lakbok tidak atau istilahnya kabendu). Ketiga syarat
terlepas dari filosofi hidup “tilu sapamulu, tersebut telah menjadi dasar tata perilaku
dua sakarupa, hiji eta-eta keneh”, yang masyarakat kasepuhan. Filosofi tersebut
berarti “tiga sewajah, dua serupa, satu dijalankan tanpa adanya paksaan
yang itu juga”. Filosofi tersebut sehingga tercipta suasana yang aman,
mengandung nilai bahwa hidup dapat tentram, dan nyaman. Meskipun
berjalan dengan tenteram dan baik masyarakat kasepuhan beragama Islam,
apabila tiga syarat atau filosofi di atas tetapi masih menganut sistem
dapat dipenuhi. Ada tiga wujud keparcayaan pada lelulur. Misal, dalam
manifestasi dari filosofi tersebut: Pertama, bertani, masyarakat masih menggunakan
tekad, ucap, dan lampah (niat, ucapan, ritual (upacara adat) dari mulai persiapan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 711


penanaman hingga perayaan hasil panen Kearifan dan ketradisionalan
(saren taun). Oleh masyarakat memberi warna tersendiri bagi pertanian
kasepuhan, padi dimaknai sebagai Dewi padi di Kecamatan Lakbok. Ada
Sri atau Nyi Pohaci (ibu) sehingga perbedaan sistem agribisnis padi sawah
terdapat tata cara khusus sebagai bentuk pada umumnya dan sistem agribisnis padi
penghormatan. sawah berbasis kearifan lokal (Tabel 1).
Tabel 1. Tabel Perbedaan Sistem Agribisnis Padi Sawah Berbasis Kearifan Lokal di Kecamatan
Lakbok Kabupaten Ciamis
Agribisnis Padi Sawah pada Agribisnis Padi Sawah Berbasis
Sistem Agribisnis
Umumnya Kearifan Lokal di Kecamatan Lakbok
A. Subsistem Agribisnis Hulu (Upstream Agribusiness)
1. Pengolahan Menggunakan traktor Menggunakan traktor
Tanah
2. Penyediaan Pupuk Menggunakan pupuk kimia Menggunakan pupuk kimia
3. Penyediaan Benih Benih unggul Benih yang sudah ditangkarkan oleh
masyarakat dan tokoh adat
B. Subsistem Usahatani (On-Farm Agribusiness)
1. Budidaya Padi Melakukan tanaman serempak Melakukan tanam sesuai arahan dari
menurut penyuluh pertanian atau tokoh adat dan kalender tanam yang
menurut kalender musim tanam mundur supaya tidak melakukan panen
pada bulan zulhijah dan robuill awal,
dan ketika sudah melakukan
penanaman melakukan upacara adat
yaitu menggandakan penyimpanan
bubur merah dan bubur putih di 7 sudut
aral sawah
2. Pengendalian Menggunakan pestisida kimia Menggunakan pestisida kimia dan
hama penyakit dan sesuai arahan penyuluh sesuai arahan tokoh adat
C. Subsistem Agribisnis Hilir (Down Stream Agribusiness)
1. Penanganan a.melakukan panen di siang hari a. melakukan pemanenan di malam
Pascapanen b.melakukan perontogan hari.
melakukan mesin b. Melakukan perontogan dengan
c. penjemuran padi banting bertirai
c. Penjemuran padi dengan alas
tembok
2. Pemasaran Dijual langsung ke tengkulak a. Dijual lansung ke tengkulak
b. Dibagikan dulu kepada keluaraga
D. Subsistem Lembaga Penunjang (Off Farm)
1. Kelompok tani Kelompok tani yang ketuanya Kelompok tani yang ketuanya oleh
dipilih oleh anggota kelompok tokoh adat dan anggotanya harus
dan penyuluh taaat dan menjalankan apa yang
diperintahnya untuk menunjang
budidaya
2. Penyuluh Peran penyuluh sangat beperan Peran penyuluh di sini tidak berarti,
pertanian penting bagi kelangsungan dan bila ada informasi baik pola tanam
budidaya padi dan penanganan maupun pemupukan serta yang
permasalahan yang terjadi di lainnya, maka penyuluh harus
lapangan memberikan informasinya terlebih
dahulu kepada tokoh adat. Ketika pola
tanam dan pemupukan itu berhasil,
maka oleh pemuka adat tersebut
disebarluaskan kepada anggota
masyarakat yang berada di
kecamatan Lakbok

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 712


Pembangunan agribisnis padi karitatif (keproyekan) maka tidak
terintegrasi (modern dengan tradisional) berkelanjutan. Padahal, secara sosial
yang berbasis kearifan lokal akan ekonomi, masyarakat Lakbok merespon
bertahan dalam kondisi agroekositem sistem pertanian terpadu dan
yang khas. Lokalitas yang dimaksud tidak berkelanjutan.
eksis dalam individu masyarakat adat atau
karisma tokoh adat, tetapi eksis dalam 4. KESIMPULAN
komunitas masyarakat Lakbok yang Budidaya padi berdasarkan kearifan
melekat kuat dengan lahan (tanah). Lahan lokal di Kecamatan Lakbok didasarkan
adalah pusaka, sehingga tidak mudah atas kalender tanam yang mundur. Adopsi
untuk dipecah, baik secara fisik maupun dan inovasi dapat dilakukan oleh
penguasaan. Pewarisan ada, tetapi tidak masyarakat adat, jika sudah terlebih
tidak melepaskan lahan pada satu dahulu dilakukan (diuji coba) oleh tokoh
pengusahaan. Sistem saham (bagi hasil) adat. Dengan demikian, informasi dari
dalam ikatan keluarga menjadi “modal penyuluh maupun dinas teknik harus
sosial” untuk mewujudkan model terlebih dahulu melalui tokoh adat,
agribisnis padi berkelanjutan. sehingga informasi berikut pengaruh-
Penguatan aspek agribisnis tidak pengaruh budaya dari luar akan tersaring
akan banyak menyinggung atau terlebih dahulu, sehingga tidak tersebar
mengubah sistem usahatani yang boleh luas ke masyarakat. Ketika informasi dan
dikatakan lekat dengan adat. Hal yang budaya luar tentang budidaya padi teruji
memungkinkan dilakukan adalah (oleh tokoh adat), maka informasi dan
meningkatkan ragam komoditas yang budaya dari luar akan disebarluaskan
diusahakan, yang adaptif dengan kondisi kepada masyarkat.
sawah tergenang. Padi yang sering Terkait dengan budidaya padi di
mengalami kegagalan dalam kondisi masyarakat, peran tokoh adat menjadi
sawah tergenang harus disubstitusi sangat peting, terutama untuk mengatur
(secara temporer) dengan komoditas yang pola tanam dan adopsi inovasi dari luar.
adaptif yang secara spesifik lokal sudah Selain dapat menetralisir aspek
dicoba terapkan oleh petani Lakbok. negatifnya, juga melindungi kebiasan
Alternatif lainnya adalah meningkatkan yang sudah turun temurun dari nenek
nilai tambah dari tanaman padi, baik moyang. Tetapi, ada perbedaan dalam
pengolahan jerami, pengolahan sekam pemasaran hasil panen antara
padi maupun pengolahan berasnya. masyarakat, karena budidaya padi yang
Integrasi tanaman padi dengan ternak turun temurun (baik budidaya maupun
pernah diuji coba, tetapi karena sifatnya sawah warisannya). Satu areal sawah jika

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 713


pemiliknya masih aggota keluarga yang
tinggalnya tidak di Kecamatan Lakbok,
maka ketika hasil panennya itu akan dijual
atau dibagikan, maka akan mendahulukan
anggota keluarganya.

5. DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. 2004. Ekonomi Pembangunan.
Yogyakarta: STIE YKPN.
Ayatrohaedi. 1986. Kepribadian Budaya
Bangsa (Local Genius). Jakarta:
Pustaka Pelajar.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Ciamis. 2016. Rekap
Realisasi Padi. Ciamis.
FAO.1989. Sustainable Development and
Natural Resources Management.
Twenty-Fifth Conference, Paper C
89/2 simp 2, Food and Agriculture
Organization, Rome.
Saragih, B. 1998. Paradigma Baru
Pembangunan Ekonomi Berbasis
Pertanian. Bogor: PT. Loji Griya
Sarana.
Sugiyono. 2011. Metode penelitian
kuantitatif, kualitatif dan R&D.
Bandung.
Wced. 1987. Our common future: the
bruntland report. Oxford university
Press for the world commission on
environment and development, New
York.
Yin, Robert K. 2005. Studi Kasus, Desain
dan Metode, Penerjemah Mudzakir,
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 714


PENGURANGAN BIAYA PENYIMPANAN (CARRYING COST) LIMBAH
DENGAN CARA PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS EKSTRAK JAMU
MENJADI PUPUK ORGANIK

Rimsa Rusmiland dan Muhammad Fidiandri Putra

Program Studi Teknik Industri, FT-MIPA, Universitas Indraprasta PGRI


Email: rrfj60@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan utama penelitian tentang pemanfaatan limbah ampas jamu menjadi pupuk organik adalah
untuk mengurangi biaya penyimpanan produk (Carrying Cost) limbah di pabrik PT. Mustika Ratu,
Tbk. yang merupakan bagian biaya tidak langsung atau Factory Overhead (FOH). Selama ini tidak
ada penelitian ilmiah tentang pemanfaataan limbah ampas jamu di PT. Mustika Ratu Tbk. Limbah
yang dihasilkan setiap proses ekstraksi adalah 300 kg/hari dan akan semakin besar volumenya.
Penelitian limbah ampas jamu yang telah melalui proses pengolahan ini ingin dibuktikan apakah
dapat menyuburkan tanah atau tidak. Uji kadar N, P dan K, akan menjadi parameternya. Hasil
pengujian Laboratorium Seameo Biotrop di Bogor memenuhi standard baku sebagai pupuk,
sehingga pupuk dari ampas ekstrak jamu ini bisa menjadi pengurangan biaya perusahaan. Selain
keuntungan dari pengurangan biaya, ada keuntungan lain yaitu mendukung program pemerintah,
dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Hutan, yang dalam hal perbaikan terus-menerus dengan
melakukan 3 R (Reuse, Reduce dan Recycle). Adapun tujuan kedua adalah menjadi nilai tambah
bagi perusahaan sebagai program pembinaan, pelatihan pembekalan tentang bagaimana
membuat pupuk dari limbah ampas jamu dengan harapan dapat digunakan sebagai pupuk di
lingkungan masyarakat Ciracas, Cibubur Cipayung dan juga taman milik Pemda DKI Jakarta.
Tujuan jangka panjangnya adalah bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan limbah ampas
jamu menjadi nilai ekonomi yang tinggi dan mengurangi dampak limbah pada masyarakat dan
lingkungan.

Kata kunci: Ampas ekstrak jamu, biaya penyimpanan, pemberdayaan

1. PENDAHULUAN tersebut sebanyak 300 kg/hari. Saat ini


PT. Mustika Ratu, Tbk merupakan limbah tersebut belum termanfaatkan
produsen pembuatan produk jamu secara maksimal. Volume limbah ini
tradisional di Indonesia yang berdiri sejak menimbulkan permasalahan bagi
tahun 1981. Salah satu produk yang lingkungan (Gambar 1).
dihasilkan adalah Teh Celup yang
diproses melalui proses ekstraksi dengan Gambar 1 menunjukkan bahwa
menggunakan material rempah-rempah, limbah ampas adalah masalah yang
seperti: jahe, temu kunci, kencur, jati serius bagi PT. Mustika Ratu dimana
belanda, tempuyung, kunyit, pulo sari, ruang penyimpanan untuk limbah yang
kayu manis, temu ireng, bangle, temu tersedia, yaitu untuk 20 ton, mulai tidak
lawak, kedaung, ADAS dan lempuyang mencukupi dengan laju penambahan
wangi. Setelah proses ekstraksi maka limbah jamu tersebut. Biaya yang
akan timbul ampas ekstrak atau limbah ditimbulkan selain biaya penyimpanan
ekstrak dan harus dibuang. Jumlah limbah (Carrying Cost), juga ada biaya untuk
ampas ekstrak jamu dari proses ekstraksi pembuangan limbah ke pihak ketiga.Hal

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 715


ini terpaksa dilakukan jika ruang tempat lingkungan dimana limbah ini juga akan
penyimpanan sudah tidak dapat menimbulkan bau yang tidak sedap yang
menampung limbah tersebut. Isu lain yang dapat mengganggu pemukiman di sekitar
tidak boleh diabaikan adalah isu pabrik Mustika Ratu.

Jum lah Batas Kum -


Kum Volum e Kum
Tren Jumlah Limbah 2015 - Juli 2016
Bulan Lim bah Inventori batas
(ton) (m 3) (m 3)
(ton) (ton) inv.(ton)
Jan 6 6.0 3.0 3.0 20.0 1.5 40
Feb 5.5 11.5 2.8 5.8 20.0 2.5
Mar 7 18.5 3.5 9.3 20.0 5.0 35
Apr 6.2 24.7 3.1 12.4 20.0 6.7
30
May 5.3 30.0 2.7 15.0 20.0 7.5
Jun 4.7 34.7 2.4 17.4 20.0 7.7 25
Jul 4.9 39.6 2.5 19.8 20.0 8.1

Ton
Aug 8 47.6 4.0 23.8 20.0 11.6 20

Sep 6 53.6 3.0 26.8 20.0 13.1


15
Oct 6.5 60.1 3.3 30.1 20.0 15.1
Nov 6.3 66.4 3.2 33.2 20.0 16.9 10
Dec 6.2 72.6 3.1 36.3 20.0 18.6
Jan 8 80.6 4.0 40.3 20.0 22.1
5

Feb 6.4 87.0 3.2 43.5 20.0 24.0


0
Feb

Feb
Dec
Apr

Aug
Sep

Apr
Jan
Oct
Nov
Mar

May
Jun
Jul

Mar

May
Jun
Jul
Mar 8.5 95.5 4.3 47.8 20.0 28.0
Jan

Apr 6.4 101.9 3.2 51.0 20.0 29.9


Bulan Jumlah Limbah (ton)
May 7 108.9 3.5 54.5 20.0 32.4
Jun 6.2 115.1 3.1 57.6 20.0 34.1 Kum - batas inv.(ton)

Jul 6.2 121.3 3.1 60.7 20.0 35.8 Batas Inventori (ton)

Gambar 1. Grafik Limbah dari ampas rempah tahun 2015 –Juli 2016

2. METODE PENELITIAN dimanfaatkan untuk keperluan pupuk bagi


Metode penelitian ini adalah warga sekitar. Oleh karena metoda
menggunakan metode eksperimen pengolahannya yang sederhana, maka
dengan membuat percobaan pembuatan produksi dengan skala besar dapat
pupuk dari ampas jamu yang bahannya dilakukan oleh perusahaan atau penduduk
terdiri dari sisa atau ampas jahe, temu yang ingin memanfaatkan limbas ampas
kunci, kencur, jati belanda, tempuyung, ini.
kunyit, pulo sari, kayu manis, temu ireng, Inti atau kunci dari proses
bangle, temu lawak, kedaung, ADAS dan pembuatan pupuk ini adalah bagaimana
lempuyang wangi dengan dilakukan kandungan makro nutrient (N, P, K) pupuk
proses tambahan dengan EM 4 dan Gula organik dari limbah ekstrak jamu dengan
Pasir. menggunakan aktivator EM4.
Jika dari percobaan pembuatan Kegiatan penelitian dilakukan di PT.
pupuk ini berhasil memenuhi kandungan Mustika Ratu, Tbk (Jakarta) dan
makro nutrient (N,P.K) sebagai pupuk laboratorium SEAMEO BIOTROP di
organik, maka dapat dilakukan proses Bogor, sebagai lembaga yang meneliti
pengolahan atau produksi secara massal hasil dari proses pengolahan ampas jamu
guna dijadikan pupuk yang dapat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 716


menjadi pupuk apakah memenuhi (2) Setelah bersih, ditimbang sebanyak
persyaratan sebagai pupuk organik. 50 kg dan ditaruh didalam karung.
Bahan penelitian berupa limbah (3) Kemudian aktivator disiapkan dengan
ampas ekstrak jamu dari proses ekstraksi menyiapkan air 1 liter di gelas ukur,
sebanyak 1 ton dan 1 botol larutan EM4 masukkan larutan EM 4 sebanyak 10
kemasan 1 liter untuk mempercepat ml dan ditambahkan gula pasir 1
proses pembuatan pupuk organik sebagai sendok makan sebagai pengganti
aktivator dan gula pasir 1 sendok. molase diaduk rata.
Peralatan yang digunakan antara (4) Selanjutnya aktivator disiramkan ke
lain karung plastik, mesin pengering dalam karung lalu diaduk rata
bekas ekstraksi buah, pH meter, kembali.
thermometer, cangkul, sarung tangan, (5) Pengadukan dilakukan satu minggu
timbangan dan kantong plastik. satu kali sampai dengan 3 minggu.
2.1. Prosedur Kerja (6) Setiap 1 minggu sekali dilakukan
Prosedur kerja pembuatan pupuk pengecekan suhu, pH dan
organik dari limbah ekstrak jamu sebagai kelembaban sampai proses berakhir.
berikut (Gambar 2): (7) Sesudah proses pembuatan pupuk
(1) Limbah ampas ekstrak jamu organik, dilakukan analisis kadar air,
dimasukkan kedalam mesin unsur hara makro, nisbah C/N serta
pengering kemudian dilakukan kandungan logam berat. Analisa
pencucian untuk menghilangkan dilakukan di Laboratorium Tanah,
kandungan alkohol selama 15 menit BIOTROP, Bogor.
sampai bersih.

Cuci Timban Aktivato Aduk Inkubas Uji


g r i
Gambar 2. Urutan Proses Pembuatan Pupuk

2.2. Eksperimen dan Hipotesis Hasil Laboratorium BBIA Agro dengan hasil
Uji sebagaimana terlihat pada Tabel 1.
Peneliti telah mencoba menguji
sampel limbah ampas ekstrak jamu ke

Tabel 1. Hasil Uji Laboratorium BBIA AgrO


Paramater Satuan Hasil Metode Uji
Air % 0,81 SNI 01-2891-1992 butir 5.1
Abu % 6,62 SNI 01-2891-1992 butir 6.1
Protein % 8,09 SNI 01-2891-1992 butir 7.1
Lemak % 2,55 SNI 01-2891-1992 butir 8.1
Karbohidrat % 81,9 Perdagangan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 717


Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar permasalahannya adalah belum diteliti
karbohidrat sangat tinggi sebanyak 81,9% secara ilmiah kandungan dari pupuk
yang menunjukkan bahwa limbah ampas organik ini dari unsur P, N, dan K nya.
jamu masih bisa dimanfaatkan untuk Penelitian sebelumnya hanya meneliti
kesuburan tanah dalam pembuatan pupuk ampas kunyit untuk diambil kandungan
organik dan juga bisa digunakan untuk oleoresin.
pakan ternak lele.
Peneliti melakukan percobaan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pembuatan pupuk organik dari ampas Setelah dilakukan pengomposan
ekstak jamu dengan pencucian terlebih selama 3 (tiga) minggu kemudian sampel
dahulu, lalu penambahan mikrobacter pupuk ampas jamu seberat 5 (lima) kg,
EM4, dan penambahan gula untuk proses dan dikirim ke laboratorium yang
pembusukan selama 3 minggu. terakreditasi oleh KAN No. LP-221-IDN,
Selanjutnya, pupuk diujicoba diberikan ke yaitu Seameo Biotrop pada tanggal 11
tanaman hias, tanaman buah dan November 2016. Tanggal pelaksanaan
tanaman tradisional. Hasilnya secara fisik analisis pada 20 November 2016 s/d 11
tanaman terlihat subur. Kegiatan Januari 2017. Proses pengujian dilakukan
selanjutnya adalah pemanfaatan pupuk ini selama 2 (dua) bulan dan selesai pada
dengan memberikan pupuk kepada tanggal 12 Januari 2017. Hasil pengujian
karyawan, tamu dan warga sekitar lokasi terlihat pada Tabel 2.
pabrik. Lampiran I.1 Peraturan Menteri
Limbah ekstrak jamu ini mendapat Pertanian No. 70 Tahun 2011 mengenai
respon positif dari masyarakat sekitar persyaratan teknis minimal pupuk organik
Ciracas dan Cibubur. Namun padat terlihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Hasil Uji di Seameo Biotrop tanggal 20 November 2016 – 11 Januari 2017
pH C Org N Total Rasio P 205 Total K20 Total
(1:2,5) Walkey & Kjeldahl C/N Spektrofotometri Flame Emisi
Black (HN03-HCL04) (HN03-HCL04)
H20 KCl % % - % %
8 - 29.33 4.13 7 8.55 12.32

Tabel 3. Persyaratan Teknis Minimal Pupuk Organik


No Parameter Satuan Standar Kualitas
1 C-organik % Min. 15
2 Kadar air (H2O) % 8 – 10
3 Hara makro (N + P2O5 + K2O) % 4

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 718


Jika dibandingkan antara hasil Dari percobaan yang dilaksanakan
pengujian (Tabel 2) dengan persyaratan dimana 1 liter EM 4 dicampurkan ke
teknis minimal pupuk organik (Tabel 3), dalam 1 ton ampas jamu, maka
maka terlihat adanya kecenderungan menghasilkan pupuk yang memenuhi
kualitas yang baik dimana nilai C-organik persyaratan sebagai pupuk sehingga
sebesar 29,33% dari yang disyaratkan dapat efektif dan optimal dalam
sebesar min. 15%, kemudian nilai kadar penggunaannya. Hasil uji menunjukkan
air (H2O) sebesar 8% dari yang bahwa bahan ampas jamu yang dicampur
disyaratkan 8-20%, dan terakhir nilai dengan EM4 dengan komposisi yang
unsur hara makro untuk N sebesar 4,13%, sudah ditentukan di atas memenuhi syarat
P 8,55% dan K 12,32% dari yang sebagai kompos atau pupuk.
disyaratkan min. 4%. Contoh kompos hasil percobaan ini
Zat N atau zat lemasnya harus kemudian kami kirim kepada masyarakat
terdapat dalam bentuk persenyawaan 1 Rukun Warga guna dimanfaatkan
organik, jadi harus mengalami peruraian sebagai pupuk, yang dimulai dari
menjadi persenyawaan N yang mudah November 2016 hingga saat ini (Gambar
dapat diserap oleh tanaman. Pupuk 2).
tersebut dapat dikatakan tidak
meninggalkan sisa asam organik di dalam
tanah. Pupuk ampas jamu mempunyai
kadar persenyawaan C organik yang
tinggi, seperti hidrat arang.

Tren limbah Ampas Jamu 201 5 - 201 6 (Ton)


sebelum perbaikan sesudah
10
UCL=8.94
Individual Value

5 _
X=3.35

LCL=-2.24
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Observation

sebelum perbaikan sesudah


UCL=6.861
6.0
Moving Range

4.5

3.0 __
MR=2.1
1 .5

0.0 LCL=0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Observation

Gambar 2. Tren dan Akumulasi Jumlah Limbah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 719


Dampak dari hasil pengolahan penyimpanan. Biaya yang dapat dikurangi
ampas jamu ini selama 3 bulan sangat dari bulan Oktober s/d Desember 2016
terasa untuk pengurangan biaya yang sebesar Rp 40,530,000 yang merupakan
harus dikeluarkan oleh perusahaan akumulasi biaya dari biaya simpan dan
berupa biaya pengiriman dan biaya biaya jasa pembuangan limbah (Tabel 4).
Tabel 4. Biaya yang Dikeluarkan Perusahaan untuk Limbah Oktober – Desember 2016
Rincian Okt 2016 Nov 2016 Des 2016 SUB TOTAL
(Rp)
Biaya Penyimpanan
Upah buruh (1 orang) 2.800.000 2.800.000 2.800.000
Listrik 250.000 250.000 250.000
Alat dan transportasi internal (forklift, 150.000 150.000 150.000
karung)
100.000 100.000 100.000
Total Biaya Penyimpanan 3.300.000 3.300.000 3.300.000 9.990.000
Total Biaya Pembuangan ke PPLi 7,91 Ton 9m45 Ton 4,06 Ton
( 1 ton = Rp 1.500.000) -11.865.000 -12.675.000 -6.090.000 30.630.000
TOTAL BIAYA (Rp) 40.530.000

4. SIMPULAN Sudrajat, dkk, 2007. Pemupukan


Tanaman Padi. Badan Litbang
Limbah Ampas Jamu yang
Pertanian Deptan.
dihasilkan oleh PT Mustika Ratu, Damanhuri, Prof. Enri, Tri Padmi, 2006.
Diktat kuliah TI-3150Pengelolaan
Tbkdapat dimanfaatkan sebagai pupuk
Sampah, Edisi Semester I
setelah di proses lebih lanjut dengan 2006/2007, Program Studi Teknik
Lingkungan, ITB
menambahkan EM4 dengan
F Robert Jacobs & Richard, B.Chase,
perbandingan tertentu, dan melalui proses 2011.Operation and Supply Chain
Management, 14th. Global
inkubasi.
Edition,Mc Graw Hill, New York,
Dengan adanya pemanfaatan USA.
Heizer, Jay and Barry Bender, 2001.
ampas jamu ini, maka PT Mustika Ratu
Operation Management, 6th edition,
telah melakukan penghematan biaya Prentice-Hall.Inc, New Jersey.
Musnamar, E. I.M 2005. Pupuk Organik
penyimpanan (carrying cost) Rp
Padat: Pembuatan dan Aplikasi,
3,300,000/bulan, dan biaya pembuangan Jakarta: Penebar Swadaya.
Mulyadi, 1999, Akuntansi Biaya, Edisi
limbah ke PPLi sebesar Rp 1.500.000/m2.
Lima, Yogyakarta: Aditya Media.
Dari data di atas diperoleh biaya yang Mulyono Sri, 2004. Riset Operasi, Edisi
Pertama, Yogyakarta: Penerbit
bisa dihemat dalam kurun waktu tiga
BPFE.
bulan (November-Desember 2016) Murbandono, L. , 2000. Membuat
Kompos, edisi revisi, Jakarta:
sebesar Rp 40,530,000,-
Penebar Swadaya.
Nusa Idaman Said, 2011. Pengelolaan
5. DAFTAR PUSTAKA Limbah Domestik, BPPT, Jakarta.
R.A. Supriyono, 1994, Akuntansi Biaya:
Afandhie Rosmarkam & Nasih Widya Pengumpulan Biaya dan Penentuan
Yuwono, 2002. Ilmu Kesuburan Harga Pokok, Buku I, Edisi ke-2,
Tanah. Yogyakarta: Penerbit Yogyakarta: BPFE-UGM.
Kanisius.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 720


Prof. Dr. Ir. Ign. Suharto, APU, 2011.
Limbah kimia dalam pencemaran
udara dan air, Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Sutedjo, M.M., 2002. Pupuk dan cara
penggunaan, Jakarta: Rineka Cipta.
Yuwono, D. 2006, Kompos, Jakarta:
Penebar Swadaya.
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, Vol.
2, No.3, Tahun 2013, Hal 88-95.
Litbang Deptan, 2006. Pupuk Organik dan
Pupuk Hayati Organik Fertilizer and
Biofertilizer
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/
dokumentasi/juknis/pupuk%20organi
k.pdf diakses pada tanggal 10
september 2016.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 721


KOMPARASI NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI
ABON IKAN LELE DAN IKAN PATIN DI TASIKMALAYA

Ristina Siti Sundari, Andri Kusmayadi, Dona Setia Umbara

Fakultas Pertanian Universitas Perjuangan


Email: ristina.sitisundari@yahoo.com

ABSTRAK

Ikan merupakan produk yang tidak tahan lama dan memiliki segmen pasar tertentu. Pasar
konsumsi seringkali menginginkan ikan segar dengan ukuran tertentu, biasanya makin besar
ukuran ikan, nilai jualnya makin turun. Sehingga jika penjual tidak bisa menghabiskan jualannya
maka ikan harus dibiarkan hidup dan membutuhkan biaya tambahan untuk pakan dan
pemeliharaannya, sedangkan pangsa pasar ikan ukuran besar sangat terbatas. Maka ikan yang
kurang laku tersebut diolah menjadi abon ikan dimana di Jawa Barat produksi abon ikan tidak
sebanyak abon sapi yang sudah populer terlebih dahulu. Penelitian ini merupakan studi kasus dan
dianalisis dengan metode Hayami. Ikan yang digunakan adalah ikan lele (Clarias sp) dan ikan
Patin (Pangasius pangasius). Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder
yang diperoleh melalui praktek pengolahan dan analisis deskriptif nilai tambah metode Hayami.
Hasil penelitian menunjukkan produk abon ikan lele memberikan nilai tambah sebesar Rp
14.295,00; rasio nilai tambah sebesar 25,53 persen; dan nilai konversi sebesar 0,35. Produk abon
ikan patin memberikan nilai tambah sebesar Rp 18.295,00; rasio nilai tambah sebesar 29,04
persen; dan nilai konversi sebesar 0,35.

Kata kunci: Nilai Tambah, Abon, Lele, Patin

1. PENDAHULUAN Nilai tambah adalah pertambahan


Pasar konsumsi ikan segar nilai suatu komoditas karena mengalami
seringkali mensyaratkan ukuran tertentu proses pengolahan, pengangkutan atau
misalnya 6 – 8 ekor per kilogramnya. penyimpanan dalam suatu proses
Sehingga jika penjual tidak bisa produksi (penggunaan/pemberian input
menghabiskan jualan ikannya, maka ikan fungsional). Agroindustri pengolahan abon
harus diawetkan atau dibiarkan hidup. Hal ikan sangat penting artinya bagi
terakhir menjadi masalah karena ikan peningkatan diversifikasi produk dan
perlu dikasih pakan dan tentu saja dalam menciptakan nilai tambah. Konsep
ukurannya akan membesar. Tenaga, pendukung dalam nilai tambah adalah
waktu dan biaya bertambah sedangkan faktor konversi, koefisien tenaga kerja dan
harga per kilogramnya menurun. Ada nilai tambah produk. Faktor konversi
bermacam-macam cara pengawetan ikan menunjukkan banyaknya tenaga kerja
diantaranya dengan penggaraman, yang diperlukan untuk mengolah satu
pengeringan, pengasapan, peragian, satuan input, nilai produk menunjukkan
pendinginan/pembekuan, pemindangan, nilai output per satuan input. Jadi nilai
digoreng dan dibuat abon. tambah merupakan selisih dari nilai output

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 722


dengan harga bahan baku dan deskriptif. Metode yang digunakan dalam
sumbangan input lain. Persentase nilai penelitian agroindustri abon ikan patin dan
tambah dari nilai output disebut Rasio ikan lele ini adalah praktek membuat
Nilai Tambah. Pendapatan tenaga kerja abon. Data yang dikumpulkan dalam
menunjukkan upah yang diterima tenaga penelitian ini terdiri atas data primer dan
kerja untuk mengolah satu satuan bahan data sekunder. Data dianalisis selama
baku. Keuntungan menunjukkan satu periode pengolahan abon ikan lele
pendapatan yang diterima pengusaha dan patin.
sebagai pengelola dalam usaha tersebut, Menurut Soekartawi (2002), analisis
sedangkan tingkat keuntungan nilai tambah Hayami sering digunakan
menunjukkan persentase keuntungan dari karena memiliki kelebihan seperti: dapat
nilai output (Hayami, dkk. 2005). diketahui besarnya nilai tambah, nilai
Hasil penelitian Basma, dkk. (2010) output dan produktifitas; dapat diketahui
pada pengolahan abon sapi yang besarnya balas jasa terhadap pemilik
dilakukan di Ciamis menunjukkan bahwa faktor produksi; dan prinsip nilai tambah
nilai tambah dari 1 kilogram bahan baku menurut Hayami dapat diterapkan pula
daging sapi adalah sebesar 30,86 persen. untuk subsistem lain di luar pengolahan,
Sedangkan Untari (2014) melakukan misalnya untuk kegiatan pemasaran.
penelitian analisis nilai tambah pada Namun demikian, ada pula kelemahannya
industri abon dan dendeng sapi di Kota seperti: pendekatan rata-rata tidak tepat
Surakarta menyimpulkan bahwa nilai jika diterapkan pada unit usaha yang
tambah olahan abon sapi sebesar Rp menghasilkan banyak produk dari satu
17.323,76 per kilogram dan nilai tambah jenis bahan baku; tidak dapat
dendeng sapi sebesar Rp 19.120,63 per menjelaskan produk sampingan; dan sulit
kilogram. Keuntungan pada industri abon menentukan pembanding yang dapat
sapi sebesar Rp 7.796.818,54 per bulan digunakan untuk menyimpulkan apakah
sedangkan pada industri dendeng sapi balas jasa terhadap pemilik faktor
lebih kecil yaitu Rp 1.123.993,31 per produksi tersebut sudah layak.
bulan. Diasumsikan bahwa setiap satu periode
produksi abon terjual habis. Penentuan
2. METODE PENELITIAN besarnya nilai tambah dari produk olahan
Obyek penelitian dilakukan secara abon ikan patin dan ikan lele dikaji secara
sengaja (purposive), yaitu metode yang deskriptif dan kuantitatif dengan metode
bersifat tidak acak akan tetapi dipilih Hayami. Prosedur perhitungan nilai
berdasarkan pertimbangan tertentu tambah menurut Hayami, dkk. (2005)
(Singarimbun dan Efendi, 2006). dapat dilihat pada Tabel 1.
Penelitian yang dilaksanakan ini bersifat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 723


Tabel 1. Kerangka Analisis Nilai Tambah Metode Hayami
Output, Input, Harga Formulasi
1. Output (kg) A
2. Bahan baku (kg) B
3. Tenaga kerja (JKO) C
4. Faktor konversi D = A/B
5. Koefisien tenaga kerja E = C/B
6. Harga output F
7. Upah G
Pendapatan dan Keuntungan (Rp/Kg)
8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) H
9. Sumbangan input lain (Rp/kg) I
10. Nilai Output (Rp/kg) J=DxF
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) K=J–I–H
b. Rasio Nilai Tambah (%) L% = (K/J) x 100%
12. a. Imbalan Tenaga Kerja (Rp/kg) M=ExG
b. Pangsa/bagian Tenaga Kerja (%) N% = (M/K) x 100%
13. Margin
a. Keuntungan (Rp/kg) O=K–M
b. Tingkat Keuntungan (%) P% = (O/K) x 100%
Balas Jasa Pemilik Faktor-faktor Produksi
14. Margin (Rp/kg) Q=J–H
a. Pendapatan Tenaga Kerja (%) R = M/Q x 100%
b. Sumbangan Input Lain (%) S = I/Q x 100%
c. Keuntungan Pengolah T = O/Q x 100%

Ikan lele dan ikan patin dapat diolah rempah, gula dan garam; Penggorengan
menjadi produk lain yang memiliki nilai (setelah semua bahan untuk pembuatan
jual yang lebih tinggi, daya simpan lama abon berbahan baku ikan lele dan ikan
dan praktis untuk dikonsumsi. Pengolahan patin tercampur merata selanjutnya
tersebut adalah dengan dibuat abon. dilakukan penggorengan). Bahan abon
Abon ikan lele dan ikan patin merupakan ikan lele dan ikan patin digoreng sampai
salah satu bentuk olahan dan awetan kering sambil terus diaduk-aduk agar hasil
ikan. Ikan yang dibutuhkan untuk gorengan matang secara merata dan
membuat abon harus yang berukuran serempak. Abon selesai digoreng setelah
besar atau sangat besar karena kering dan berwarna kecoklatan. Abon
dagingnya lebih banyak. yang telah matang diangkat dan
Tahapan yang dilakukan dalam dinginkan); Penirisan dengan mesin
proses pembuatan abon yang dilakukan peniris; Pengemasan dan pemasaran.
adalah sebagai berikut: Pembersihan dan
penyiangan; Pengukusan; Pemberian
bumbu seperti santan kelapa, rempah-

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 724


3. HASIL DAN PEMBAHASAN output; dalam hal ini harga produk olahan
Nilai tambah yang diperoleh pada abon ikan lele dan ikan patin. Analisis nilai
kegiatan usaha pengolahan hasil tambah dari kegiatan pengolahan abon
perikanan terkait dengan faktor teknis dan ikan dilakukan untuk mengetahui
faktor non teknis (Heny, dkk, 2011). besarnya nilai tambah abon ikan dengan
Secara teknis, tingkat teknologi, jumlah bahan baku utama ikan lele dan ikan patin
bahan baku dan jumlah tenaga kerja yang segar dan untuk mengetahui pembagian
digunakan akan mempengaruhi besarnya margin atau keuntungan yang diperoleh
nilai tambah. Unsur non teknis yang juga terhadap input produksi yang digunakan
berpengaruh terhadap besarnya nilai dalam aktifitas pengolahan abon ikan lele
tambah adalah biaya input dan harga dan abon ikan patin.
Tabel 2. Analisis Nilai Tambah Pengolahan dan Pemasaran Abon Ikan Lele dan Patin
Nilai
No. Variabel
Abon Ikan Lele Abon Ikan Patin
Output, Input, Harga
1. Output (kg) 10,50 10,5
2. Input (kg) 30 30
3. Tenaga Kerja 2.00 2.00
4. Faktor Konversi 0,35 0,35
5. Koefisien Tenaga Kerja 0.07 0.07
6. Harga Output (Rp./kg) 160.000 180.000
7. Upah Tenaga Kerja (Rp./JKO) 35.000 35.000
Penerimaan dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp./kg) 14.000 17.000
9. Sumbangan Input Lain ((Rp./kg) 28.055 28.055
10. Nilai Output (Rp./kg) 59.500 66.500
11.a Nilai Tambah (Rp./kg) 17.445 21.445
b. Rasio Nilai Tambah (%) 29,32 32,25
12.a Pendapatan Tenaga Kerja (Rp./kg) 2.333,33 2.333,33
b. Bagian Tenaga Kerja (%) 13.38 10,88
13.a Keuntungan (Rp./kg) 15.111,67 19.111,67
b. Tingkat Keuntungan (%) 86,62 89,12
Balas Jasa Pemilik Faktor2 Produksi
14. Margin (Rp./kg) 45.500 49.500
a. Pendapatan Tidak langsung (%) 5.13 4,71
b. Sumbangan Input Lain (%) 66,76 61,07
c. Keuntungan Pengusaha (%) 33,21 38,61
Sumber: Data Primer diolah, 2016

Tabel 2 memperlihatkan hasil mengetahui pembagian margin atau


analisis nilai tambah abon ikan lele dan keuntungan yang diperoleh terhadap input
ikan patin. Analisis nilai tambah dari produksi yang digunakan dalam aktifitas
kegiatan agroindustri abon ikan lele dan agroindustri abon ikan lele dan ikan patin.
ikan patin dilakukan untuk mengetahui Hasil analisis nilai tambah metode
besarnya nilai tambah abon ikan lele dan Hayami pada Tabel 2 menunjukkan
ikan patin dengan bahan baku utama ikan bahwa nilai konversi produk abon lele
lele segar dan ikan patin segar dan untuk sebesar 0,35. Nilai ini menunjukkan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 725


bahwa setiap satu kilogram ikan lele segar ikan patin memiliki marjin sebesar Rp
yang diolah akan menghasilkan 0,35 kg 47.000 per kilogram, lebih besar Rp.
produk abon lele. Agroindustri 4.000,00 dibanding abon ikan lele. Tingkat
pengolahanikan lele segar menjadi abon keuntungan pengusaha sebesar 38,93
ikan lele mampu menghasilkan nilai persen dan dari sumbangan input lain
tambah sebesar Rp 14.295 per kilogram. sebesar 61,07 persen.
Rasio nilai tambah yang dimiliki yaitu Produk olahan abon ikan patin
25,53 persen. memiliki nilai tambah dan rasio nilai
Marjin, sumbangan input lain dan tambah yang berbeda, juga keuntungan
keuntungan pengusaha yang diperoleh dan tingkat keuntungan yang berbeda.
pada suatu kegiatan usaha termasuk hal Abon ikan patin menunjukkan nilai tambah
yang diperhitungkan oleh pelaku usaha sebesar Rp 18.295,00 dengan rasio nilai
sebagai balas jasa pemilik faktor-faktor tambah 29,04 persen. Dalam hal
produksi (Rum, 2011). Agroindustri keuntungan, abon ikan patin memiliki
pengolahan abon ikan lele memiliki marjin keuntungan sebesar Rp 4.000,00 lebih
sebesar Rp 43.000 per kilogram dengan besar daripada abon ikan lele. Permintaan
tingkat keuntungan pengusaha sebesar dari luar daerah juga terus meningkat
33,24 persen dan dari sumbangan input sehingga dapat meningkatkan pula
lain sebesar 66,76 persen. kesejahteraan masyarakat (Fauziah,
Hasil analisis nilai tambah metode 2012).
Hayami pada Tabel 2 menunjukkan
bahwa nilai konversi produk abon ikan 4. SIMPULAN
patin sebesar 0,35. Nilai ini menunjukkan Nilai tambah yang diperoleh dari
bahwa setiap satu kilogram ikan patin kegiatan agroindustri abon ikan lele dan
segar yang diolah akan menghasilkan ikan patin adalah sebagai berikut:
0,35 kg produk abon patin. Agroindustri (1) Produk abon ikan lele memberikan
ikan patin segar menjadi abon ikan patin nilai tambah sebesar Rp 14.295,00;
mampu menghasilkan nilai tambah rasio nilai tambah sebesar 25,53
sebesar Rp 18.295 per kilogram. Rasio persen dengan nilai konversi sebesar
nilai tambah yang dimiliki yaitu 29,04 0,35.
persen. (2) Produk abon ikan patin memberikan
Marjin, sumbangan input lain dan nilai tambah sebesar Rp 18.295,00;
keuntungan pengusaha yang diperoleh rasio nilai tambah sebesar 29,04
pada suatu kegiatan usaha termasuk hal persen dengan nilai konversi sebesar
yang diperhitungkan oleh pelaku usaha 0,35.
sebagai balas jasa pemilik faktor-faktor
produksi. Agroindustri pengolahan abon

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 726


5. UCAPAN TERIMAKASIH Rezki, Fauziah. 2012. Strategi Pemasaran
Produk Abon Ikan Pada Industri
Penelitian ini didanai oleh hibah
Rumah Tangga di Kota Makassar
Yayasan Universitas Siliwangi sehingga (Studi Kasus UD.Fatimah Azzahrah,
UD.Ilo Mandiri, UD. Nurul Jaya
dalam pelaksanaannya berjalan lebih
Lestari Makassar.) [Tesis]. STIE
lancar, untuk itu kami mengucapkan Makassar. Makassar.
Rum, Muh. 2011. Analisis Marjin
terimakasih yang sebesar-besarnya.
Pemasaran dan Sensitifitas Cabe
Besar di Kabupaten Malang.
Jurusan Agribisnis Fakultas
6. DAFTAR PUSTAKA
Pertanian Universitas Trunojoyo
Afrianto, E dan Liviawaty. 1989. Madura. Embryo Vol. 8 No. 2. ISSN
Pengawetan dan Pengolahan Ikan. 0216-0188.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Singarimbun dan Efendi. 2006. Metode
Balai Besar Penelitian dan Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Pengembangan Hasil Pertanian., Suryani, 2007. Pengertian Abon Ikan.
1984, Pembuatan Abon, Yogyakarta: Aditya Media.
Departemen Perindustrian, Jakarta Untari, Arista Henry. 2014. Analisis Nilai
hal 1-4 Tambah pada Industri Abon dan
Dinas Perikanan dan Kelautan. 2012. Dendeng Sapi di Kecamatan Jebres
Laporan Statistik Perikanan dan Kota Surakarta [Tesis]. Universitas
Kelautan Jawa Barat. Pemerintah Sebelas Maret Surakarta.
Propinsi Jawa Barat. Bandung. Yujiro, Hayami; Mamuka, Yushinori dan
Dwiyitno. 2010. Teknologi Pengolahan Siregar, Masdjidin. 1987.
Ikan untuk Mencegah Kerusakan Agricultural Marketing and
Mutu dan Nutrisi serta Processing in Upland Java. A
Pengembangan Metode Ujinya. Prospectif from A Sunda Village.
Balai Besar Riset Pengolahan CGPRT Centre. Bogor.
Produk dan Bio Teknologi Kelautan
dan Perikanan. Slipi Jakarta Barat.
Karyono dan Wachid. 1982. Petunjuk
Praktek Penanganan dan
Pengolahan Ikan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta.
Kristanto, Ari Budi dan Andreas, Hans
Hananto. 2014. Analisis Rantai Nilai
Pada usaha Abon Lele Kabupaten
Boyolali. Jurnal. Seminar Nasional
dan Call for Paper. Resesarch
Methods and Organizational
Studies. ISBN: 978-602-70429-1-9.
Hlm. 20-31.
Kusumayanti, Heny; Astuti, Widi dan RTD
Wisnu Broto. 2011. Inovasi
Pembuatan Abon Ikan sebagai
Salah Satu Teknologi Pengawetan
Ikan. Fakultas Teknik Universitas
Negeri Semarang. Gema Teknologi
Vol. 16 No. 3 Periode April 2011 –
Oktober 2011.
Nugraha, Satriya. 2014. Abon Ikan Praktis
Ekonomis.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 727


KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOMODITAS HORTIKULTURA
DI KABUPATEN TASIKMALAYA

Ruhyana Kamal

Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis


ruhyanakamal@gmail.com

ABSTRAK

Penulisan ini dilatarbelakangi oleh adanya perspektif paradigma dan isu strategi pengembangan
agribisnis komoditas hortikultura yang dilaksanakan secara simultan dan terintegrasi mulai dari
tingkat pusat, provinsi hingga kabupaten/kota. Dinas Pertanian, sebagai lembaga teknis daerah
memiliki tugas pokok memfasilitasi, meregulasi dan mendinamisasikan pembangunan agribisnis
komoditas hortikultura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman dalam pengembangan serta strategi pengembangan agribisnis komoditas
hortikultura di Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan
pendekatan analisis SWOT. Kesimpulan penelitian adalah: Kekuatan internal adalah komoditas
buah dan sayuran berkualitas dan proses pengelolaan mudah; Kelemahan utama adalah
ketersediaan tenaga kerja dan sarana produksi. Peluang faktor eksternal utama adalah dukungan
pemerintah daerah dan keberadaan pasar/toko/agen/kios; dan Ancaman utama adalah kenaikan
biaya produksi akibat krisis dan pesaing produk sejenis. Implementasi strategi yang sesuai dengan
faktor internal dan eksternal yaitu mempertahankan kepercayaan pelanggan dengan meningkatkan
mutu dan waktu pengiriman serta meningkatkan volume penjualan melalui pengembangan pasar
dan pengembangan produk.

Kata kunci: Strategi, Pengembangan, Agribisnis, Hortikultura, SWOT

1. PENDAHULUAN (Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya,


Pembangunan pertanian yang 2016).
dilaksanakan di Kabupaten Tasikmalaya Konsep pengembangan komoditi
diarahkan pada peningkatan partisipasi hortikultura di Kabupaten Tasikmalaya
masyarakat tani secara luas, sehingga dilakukan dengan mengutamakan potensi
eksistensi petani sebagai subjek dan peran setiap kecamatan seperti
pembangunan akan semakin meningkat. potensi sumberdaya alam dan
Hubungan pembinaan yang semula sumberdaya manusia. Hal ini dilakukan
bersifat pengarahan secara bertahap karena setiap kecamatan memiliki potensi
harus diubah menjadi hubungan yang yang berbeda dalam menghasilkan
bersifat dialog lewat pendekatan komoditas hortikultura tertentu sesuai
partisipatif. Proses pembinaan ini harus dengan kondisi geografis dan iklim yang
ditujukan untuk meningkatkan ada. Produksi dan luas panen komoditi
kemampuan petani dalam menganalisis hortikultura yang menonjol dan telah
sumberdaya yang dimiliki dan secara berkembang dibandingkan dengan
rasional menentukan pilihan kegiatan kecamatan lain dapat ditetapkan sebagai
usaha untuk peningkatan kesejahteraan sentra tanaman.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 728


Salah satu komoditas pertanian
yang berpotensi dikembangkan dalam
2. METODE PENELITIAN
kerangka pengembangan wilayah adalah
Penelitian ini menggunakan metode
komoditas hortikultura. Hortikultura (sayur-
survey berupa deskriptif analisis di
sayuran, buah-buahan, obat-obatan,
wilayah Kabupaten Tasikmalaya,
bunga-bungaan) merupakan komoditas
Responden ditentukan secara sengaja
unggulan, khususnya di pulau Jawa.
(purposive sampling) yang terdiri atas
Keunggulan komoditas ini ditunjang oleh
pegawai yang membidangi hortikultura,
kondisi lingkungan (lahan dan iklim) yang
keyperson yang berada pada lingkup
menunjang di beberapa lokasi, sebagian
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
masyarakat yang sudah mengenalnya
Kabupaten Tasikmalaya serta pihak-pihak
dengan baik, potensi sumberdaya
yang bergerak di berbagai sub sentra
manusia yang belum dimanfaatkan secara
agribisnis hortikultura. Data yang
optimal serta peluang pasar domestik dan
digunakan dalam penelitian ini adalah
internasional yang sangat besar (Saragih,
data primer dan data sekunder. Teknik
2005).
pengumpulan data dilakukan dengan
Komoditas hortikultura mempunyai
wawancara, observasi dan pencatatan.
nilai ekonomi yang tinggi, sehingga usaha
Analisis data menggunakan analisis
agribisnis hortikultura dapat menjadi
SWOT (Rangkuti, 2009). Langkah
sumber pendapatan bagi petani baik
selanjutnya adalah membuat matriks
berskala kecil, menengah maupun besar,
SWOT dan memetakan posisi
karena memiliki keunggulan berupa nilai
pengembangan dalam diagram tersebut
jual yang tinggi, keragaman jenis,
(Gambar 1).
ketersediaan sumberdaya lahan dan
Setelah mengumpulkan semua
teknologi. Pasokan produk hortikultura
informasi yang berpengaruh terhadap
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
kelangsungan perusahaan, tahap
konsumen dalam negeri, baik melalui
selanjutnya adalah memanfaatkan semua
pasar tradisional, pasa modern, maupun
informasi tersebut dalam model kuantitatif
pasar luar negeri (Deptan, 2011).
perumusan strategi. Model yang
Penelitian ini bertujuan untuk
digunakan dalam penelitian ini adalah
mengetahui faktor-faktor kekuatan,
matriks SPACE.
kelemahan, peluang dan ancaman serta
strategi pengembangan agribisnis
hortikultura di Kabupaten Tasikmalaya.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 729


INTERNAL Strenghts Weaknesses
(Daftar Kekuatan) (Daftar Kelemahan)
a. ....................................... a. ........................................
b. ....................................... b. ........................................
EKSTERNAL c. ....................................... c. .......................................

Opportunities Alternatif Strategi SO Alternatif Strategi WO


(Daftar Peluang) (Gunakan kekuatan untuk (Atasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang) memanfaatkan peluang)
a. ............................ a. ............................. a. ................................
b. ............................ b. ............................. b. ................................
c. ............................ c. ............................. c. ................................
Threats Alternatif Strategi ST Alternatif Strategi WT
(Daftar Ancaman) (Gunakan kekuatan untuk (Meminimalkan kelemahan
menghindari ancaman) dan menghindari ancaman)
a. ............................ a. ............................. a. .............................
b. ............................ b. .............................. b. ..............................
c. ............................ c. .............................. c. ..............................

Gambar 1. Matrik SWOT


3. HASIL DAN PEMBAHASAN untuk mendapatkan nilai skor. Nilai skor
3.1. Identifikasi Faktor Kekuatan dan pada evaluasi faktor lingkungan internal
Kelemahan yang dapat dilihat pada matriks Tabel 1.
(a) Faktor Kekuatan Internal Tabel 1. Matriks IFAS (Internal Factors
Faktor kekuatan internal terdiri atas: Analysis Summary)

(1) Lokasi Usaha, (2) Sumberdaya No Faktor Internal Bobot Rating Skor
Kekuatan (Strenghts)
Finansial/Modal, (3) Produk yang 1 Lokasi Usaha 0.122 4 0.486
2 Sumberdaya
dihasilkan, (4) Proses Produksi, (5)
finansial 0.128 4 0.514
Kualitas Komoditas, dan (6) 3 Produk yang
dihasilkan 0.108 3 0.324
Penyediaan Komoditas 4 Proses
produksi 0.101 3 0.304
(b) Faktor Kelemahan Internal
5 Kualitas
Faktor kekuatan internal terdiri atas: komoditas 0.122 4 0.486
6 Penyediaan
(1) Ketersediaan Tenaga Kerja, (2) komoditas 0.095 3 0.284
Sarana Produksi, (3) Kapasitas Sub Total 0.676 2.399
Kelemahan (Weaknesses)
Produksi, dan (4) Promosi 1 Ketersediaan 0.128 4 0.514
tenaga kerja
Tahap evaluasi faktor lingkungan 2 Sarana 0.074 2 0.149
internal merupakan tahap lanjutan produksi
3 Kapasitas 0.081 2 0.162
pertama setelah pengidentifikasian faktor produksi
4 Promosi 0.041 1 0.041
lingkungan internal. Berdasarkan hasil
Sub Total 0.324 0.865
identifikasi tersebut, maka disusun matriks Total 1.000 3.264

IFAS (Internal Factor Analysis Summary)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 730


3.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman Tabel 2. Matriks EFAS (External Factors
Analysis Summary)
(a) Faktor Peluang Eksternal
No Faktor Bobot Rating Skor
Faktor peluang eksternal terdiri atas: Eksternal
(1) Keberpihakan pemerintah daerah, Peluang (Opportunities)
1 Dukungan
(2) Selera konsumen, (3) Keberadaan kebijakan
pemerintah 0.137 3 0.410
agen, (4) Budaya membeli oleh-oleh, 2 Selera
dan (5) Pertumbuhan objek wisata. konsumen 0.111 3 0.333
3 Keberadaan
(b) Faktor Ancaman Eksternal agen 0.120 3 0.359
4 Budaya
Faktor ancaman eksternal terdiri atas: membeli oleh-
(1) Kenaikan biaya produksi, (2) oleh 0.103 2 0.205
5 Pertumbuhan
Pesaing produk sejenis, (3) Tataniaga objek wisata 0.103 2 0.205
Sub Total 0,573 1.513
komoditas, dan (5) Pengaruh buah
Ancaman (Threats)
musiman. 1 Kenaikan
biaya produksi 0.162 4 0.650
Langkah evaluasi faktor lingkungan 2 Pesaing
eksternal pada dasarnya sama dengan produk sejenis 0.111 3 0.333
3 Tataniaga
langkah penyusunan evaluasi faktor komoditas 0.094 2 0.188
4 Pengaruh
lingkungan internal, hanya berbeda pada buah
indikator strategis faktor lingkungan dan musiman 0.060 1 0.060
Sub Total 0.427 1.231
analisis yang digunakannya. Faktor Total 1.000 2.744
lingkungan yang digunakan pada evaluasi
faktor lingkungan eksternal meliputi
peluang (opportunities) dan ancaman
(treaths). Analisis yang digunakannya
adalah Matriks EFAS (External Factors
Analysis Summary). Pembobotan
dilakukan dengan mengklasifikasikan
setiap indikator sesuai dengan
kepentingan atau rating, sehingga dapat
diperoleh bobot dari masing-masing
indikator strategis internal (peluang dan
ancaman). Hasil pemberian bobot
indikator strategis masing-masing faktor
lingkungan eksternal dapat dilihat pada
nilai skor pada evaluasi faktor lingkungan
eksternal yang dapat dilihat pada matriks
EFAS Tabel2.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 731


3.3. Analisis SWOT
Tabel 3. Alternatif Strategi Pengembangan Hortikultura Kabupaten Tasikmalaya
.
KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W)
Faktor Internal 1. Lokasi Usaha 1. Ketersediaan Tenaga Kerja
2. Sumberdaya Finansial 2. Sarana Produksi
3. Produk yang dihasilkan 3. Kapasitas Produksi
4. Proses Produksi 4. Promosi
5. Kualitas Komoditas
Faktor Eksternal 6. Penyediaan Komoditas
PELUANG (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. DukunganKebijakan 1. Mempertahankan 1. Melakukan promosi dengan
Pemerintah kepercayaan pelanggan memanfaatkan tempat-tempat
2. Selera Konsumen dengan meningkatkan mutu wisata sebagai ojek
3. Keberadaan Agen dan tepat waktu pengiriman. pembantu. (W1,W2,W3-
4. Budaya membeli (S1,S2,S3,S4,S5,S6- O1,O2,O3,O4,O5)
Oleh-oleh O2,O3,O4,O5) 2. Memaksimalkan kapasitas
5. Pertumbuhan Objek 2. Meningkatkan volume produksi dengan
Wisata penjualan melalui meningkatkan jumlah bahan
pengembangan pasar dan baku yang masuk dan
pengembangan produk. memanfaatkan proses
(S2,S3,S4,S5- pengawetan bahan baku,
O1,O2,O3,O4,O5) untuk keberlangsungan
proses produksi (W1,W2,W3-
O2,O3,O4,O5)
ANCAMAN (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Kenaikan Biaya 1. Strategi unggul mutu 1. Meningkatkan kualitas
Produksi mempertahankan pelanggan pemasaran untuk
2. Pesaing produk yang sudah ada, meningkatkan pelanggan
sejenis meningkatkan mutu layanan pada pasar yang ada dan
3. Tataniaga dan meningkatkan masuknya pesaing baru
Komoditas image/citra di mata melalui promosi (W1,W3,W4-
4. Pengaruh buah pelanggan T1,T2)
musiman (S1,S2,S3,S4,S5,S6-T1,T2)

STRATEGI S-O seperti memasarkan kualitas


Strategi ini dapat ditempuh melalui komoditas yang baru dengan kemasan
berbagai cara, yaitu: yang berbeda, perubahan bentuk,
a. Pengembangan pasar, yaitu model dan warna produk yang lebih
memperkenalkan produk yang menarik. Pengembangan produk ini
dihasilkan ke wilayah geografis baru biasanya memerlukan pengeluaran
atau ke wilayah yang selama ini belum dana yang cukup besar untuk
terpenuhi permintaanya dan lebih pengembangannya.
dioptimalkan pada sentra oleh-oleh di
tempat objek wisata. STRATEGI W-O
b. Pengembangan produk, yaitu Sehubungan dengan peluang
berusaha untuk meningkatkan pangsa bahwa di Kabupaten Tasikmalaya
pasar dengan cara memperbaiki atau terdapat banyak objek wisata dengan
memodifikasi produk yang dihasilkan pengunjung yang cukup banyak dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 732


selalu meningkat setiap tahunnya, hal ini ini direspon dengan baik dan
dapat dimanfaatkan untuk melakukan pemanfaatan seluruh kekuatan internal
promosi atas produk yang dijual dengan yang dimiliki, maka penerapan strategi
memanfaatkan agen yang berada di lokasi unggul mutu cukup layak dan logis untuk
objek wisata lebih memudahkan proses diimplementasikan.
penjualan. Melihat kenyataan bahwa
masyarakat yang merupakan konsumen STRATEGI W-T
yang gemar membeli produk khas untuk Tujuan kegiatan usaha hortikultura
oleh-oleh semakin banyak, maka tujuan adalah selalu berusaha menjalin
kegiatan usaha lebih ditujukan untuk hubungan yang baik dengan konsumen
peningkatan kualitas dan kuantitas dan lebih ditujukan kepada peningkatan
produksi yang optimal ditunjang dengan kualitas produk tetapi terjadi pencapaian
meningkatkan jumlah bahan baku yang produksi di bawah target, pembagian
akan diolah dan kontinuitas persediaan tugas dan wewenang yang kurang jelas,
bahan baku dan peningkatan kemampuan keadaan pendidikan petani yang relatif
kerja. rendah, keadaan ini merupakan
kelemahan. Semakin banyaknya pesaing
STRATEGI S-T dengan penggunaan teknologi yang
Keunggulan mutu tidak hanya pada modern merupakan suatu ancaman bagi
mutu produk yang dihasilkan, namun juga perusahaan, maka strategi yang diambil
peningkatan mutu pelayanan. Oleh karena untuk mengantisipasi keadaan seperti ini
itu perlu diterapkan manajemen dengan adalah dengan meningkatkan
kualitas secara menyeluruh sehingga kemampuan pemasaran untuk
setiap bagian mulai dari pengadaan meningkatkan konsumen (pelanggan
komoditas sampai pemasaran buah dan sayuran) pada pasar yang ada
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pesaing baru melalui promosi.
produk yang dihasilkan.
Kualitas komoditas yang bermutu,
tersedianya SDM yang terampil di bidang
pengelolaan dan penyediaan komoditas
yang tepat waktu merupakan faktor yang
menentukan keberhasilan suatu kegiatan
usaha yang bergerak di bidang
pengembangan hortikultura dan dapat
lebih meningkatkan kepercayaan
konsumen, dimana faktor tersebut selama

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 733


Tabel 4. Perhitungan Nilai Skor terhadap Alternatif Strategi
IFAS Strength (S) Weaknesees (W)
EFAS Kekuatan Kelemahan
Opportunites (O) Strategi S-O Strategi W-O
Peluang 2.399 + 1.513 = 3.912 0.865 + 1.513 = 2.378
Treaths (T) Strategi S-T Strategi W-T
Ancaman 2.399 + 1.231 = 3.630 0.865 + 1.231 = 2.096

Perhitungan analisis Matriks SWOT kekuatan yang ada untuk kemajuan


memberikan altenatif strategi yang paling kegiatan usaha. Strategi yang harus
sesuai dengan keadaan faktor lingkungan diterapkan dalam kondisi ini adalah
internal dan eksternal yang dimiliki dalam mendukung kebijakan pertumbuhan yang
Pengembangan agribisnis komoditas agresif (Growth oriented strategy).
hortikultura di Kabupaten Tasikmalaya Strategi yang bisa diterapkan adalah
adalah strategi S-O dengan skor alternatif pengembangan pasar dan
strategis sebesar 3.912. pengembangan produk yang telah
Cara untuk melihat peta kekuatan dijelaskan lebih rinci dalam matriks
atau eksistensi posisi saat ini selain SWOT.
dengan matriks SWOT dapat dilihat pula
dalam matriks kuadran.Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh nilai IFAS (3.264)
dengan nilai faktor kekuatan sebesar
(2.399) dan nilai faktor kelemahan
sebesar (0.865) sehingga memperoleh
selisih sebesar (1.534) dan nilai EFAS
sebesar (2.744), dengan nilai faktor
peluang sebesar (1.513) dan nilai faktor
ancaman sebesar (1.231) sehingga
memperoleh selisih sebesar (0.282). Hasil
tersebut menunjukkan bahwa posisi
perusahaan berada pada Kuadran I
berkorelasi positif dengan Matiks SWOT,
sebagaimana disajikan dalam Gambar 2.
Gambar 2.menunjukkan posisi
pengembangan hortikultura berada dalam
situasi yang sangat menguntungkan.
Posisi tersebut memiliki peluang dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 734


O= 1.513

KUADRAN III
KUADRAN I
0.282
W= 1.534
0.865 Keterangan :
S= S : 2.399
KUADRAN IV KUADRAN II W : 0.865
2.399 1.534
O : 1.513
T : 1.231
: 0.282

T= 1.231

Gambar 2. Matriks Kuadran Pengembangan Agribisnis Komoditas Hortikultura di


Kabupaten Tasikmalaya

4. SIMPULAN DAN SARAN paling sesuai dengan keadaan faktor


Faktor internal yang menjadi lingkungan internal dan eksternal
kekuatan utama pengembangan agribisnis pengembangan hortikultura di Kabupaten
hortikultura di Kabupaten Tasikmalaya Tasikmalaya, yaitu dengan
adalah produk komoditas buah dan mempertahankan kepercayaan pelanggan
sayuran yang berkualitas dan proses dengan meningkatkan mutu dan tepat
pengelolaan mudah. Sedangkan waktu pengiriman serta meningkatkan
kelemahan utama adalah ketersediaan volume penjualan melalui pengembangan
tenaga kerja dan sarana produksi.Faktor pasar dan pengembangan produk.
eksternal yang menjadi peluang utama
adalah dukungan pemerintah daerah dan 5. DAFTAR PUSTAKA
keberadaan pasar/toko/agen/kios. Dimyati, A. 2009. Kebijakan
Pengembangan Hortikultura Tahun
Sedangkan ancaman utama adalah 2009. Direktorat Jenderal
kenaikan biaya produksi akibat krisis Hortikultura, Departemen Pertanian.
Jakarta.
ekonomi dan pesaing produk sejenis. Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Sementara implementasi strategi yang Kabupaten Tasikmalaya. 2016.
Laporan Perkembangan Tanaman

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 735


Hortikultura di Kabupaten
Tasikmalaya. Dinas Pertanian
Kabupaten Tasikmalaya.
Tasikmalaya.
Glueck, William F dan Lawrence R.
Jauch., 1995. Manajemen Strategis
dan Kebijakan Perusahaan.
Terjemahan: Murad, econ dan
Henry Sitanggang. Jakarta:
Erlangga.
Pusat Penelitian dan Pengembangan,
2011. Penentuan Komoditas dan
Wilayah Pengembangan Komoditas
Unggulan. Puslitbang Sosial
Ekonomi Pertanian Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT dan
Teknik Membedah Kasus
Bisnis.Reorientasi Konsep
Perencanaan Strategis untuk
Menghadapi Abad 21. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Saragih, B. 2001. Agribisnis Paradigma
Baru Pembangunan Ekonomi
Berbasis Pertanian. Bogor: PT Loji
Grafika Griya Sarana.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 736


FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKTIVITAS
TENAGA KERJA PADA AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU
(Studi Kasus pada pada perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik,
Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis)

Saepul Aziz dan Mochamad Ramdan

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: alaziz9933@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui produktivitas tenaga kerja pada agroindustri keripik
ubi kayu, dan (2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga
kerja pada agroindustri keripik ubi kayu. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan studi kasus
pada perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis. Tenaga
kerja pada perusahaan tersebut sebanyak 33 orang, dan keseluruhannya diambil sebagai sampel
penelitian atau dilaksanakan sensus. Data yang digunakan terdiri atas data primer dan sekunder.
Tujuan penelitian nomor (1) dianalisis dengan menggunakan persamaan produktivitas tenaga
kerja; sedangkan tujuan penelitian nomor (2) dianalisis dengan menggunakan persamaan regresi
linier berganda dimana pendugaan parameter dilakukan dengan menggunakan SPSS versi
16.Hasil penelitian menunjukkan: (1) Setiap tenaga kerja rata-rata menghasilkan 60,45
bungkus/hari dengan jam kerja rata-rata 7 jam/hari, sehingga produktivitas tenaga kerja rata-rata
8,64 bungkus per jam, dan (2) Secara simultan, umur, upah, pendidikan, pengalaman dan jumlah
tanggungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja pada agroindustri
keripik ubi kayu. Secara parsial, upah, pengalaman dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh
signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja pada agroindustri keripik ubi kayu; sedangkan umur
dan pendidikan tidak berpengaruh signifikan.
Kata kunci: Produktivitas, Tenaga kerja, Agroindustri, Keripik ubi kayu

1. PENDAHULUAN kerja bagi masyarakat yang hidup di


Pembangunan ekonomi di Indonesia perdesaan (Saragih, 2004).
merupakan bagian penting dalam Salah satu agroindustri yang
peningkatan kesejahteraan masyarakat potensial dikembangkan di Kabupaten
(Sofyan, dkk. 2015). Pembangunan di Ciamis adalah agroindustri keripik ubi
bidang ekonomi berkaitan erat dengan kayu karena didukung ketersediaan bahan
pembangunan di sektor industri yang baku yang tersedia secara lokal. Menurut
diupayakan dengan memanfaatkan data Dinas Perindustrian, Perdagangan,
potensi yang ada (Hasanah dan Widowati, Koperasi dan UMKM Kabupaten Ciamis
2011). (2015), terdapat 57 agroindustri keripik ubi
Industrialisasi pertanian dikenal kayu di Kabupaten Ciamis yang tersebar
dengan nama agroindustri, dimana di 13 kecamatan dan 24 desa.
agroindustri dapat menjadi salah satu Salah satu masalah utama dalam
pilihan strategis dalam menghadapi ketenagakerjaan adalah produktivitas
masalah dalam upaya peningkatan tenaga kerja yang rendah (Farhad, 2006
perekonomian masyarakat di perdesaan dalam Sofyan, dkk., 2015).
serta mampu menciptakan kesempatan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 737


Berdasarkan uraian di atas, maka dinyatakan dalam satuan tahun
tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) (tahun).
Mengetahui produktivitas tenaga kerja - Pendidikan, adalah pendidikan formal
pada agroindustri keripik ubi kayu, dan (2) yang pernah ditempuh oleh karyawan
Mengidentifikasi faktor-faktor yang agroindustri keripik ubi kayu, dan
berpengaruh terhadap produktivitas dinyatakan dalam satuan tahun
tenaga kerja pada agroindustri keripik ubi (tahun).
kayu. - Pengalaman adalah lamanya karyawan
bekerja pada agroindustri keripik ubi
2. METODE PENELITIAN kayu, dan dinyatakan dalam satuan
Penelitian dilaksanakan dengan tahun (tahun).
menggunakan studi - Jumlah tanggungan keluarga, adalah
kasus.Studikasusmerupakanstrategipeneli banyaknya tanggungan keluarga dari
tiandimana di karyawan pada agroindustri keripik ubi
dalamnyapenelitimenyelidikisecaracermat kayu, dan dinyatakan dalam satuan
suatu program, peristiwa, aktivitas, orang (orang).
proses, atausekelompokindividu.Kasus- Perusahaan Jaya Sari di Desa
kasusdibatasiolehwaktudanaktivitas, Selamanik Kecamatan Cipaku dipilih
danpenelitimengumpulkaninformasisecara secara purposif dengan pertimbangan
lengkapdenganmenggunakanberbagaipro memproduksi keripik ubi kayu paling
sedurpengumpulan data banyak dibandingkan dengan perusahaan
berdasarkanwaktu yang telahditentukan.. lainnya serta menyerap tenaga kerja
Variabel-variabel yang digunakan terbanyak, yaitu 33 orang. 33 karyawan
dalam penelitian ini dioperasionalisasikan Sari tersebut diambil secara keseluruhan
sebagai berikut: sebagai responden penelitian atau
- Produktivitas tenaga kerja adalah rasio dilaksanakan sensus. Menurut Arikunto
antara jumlah produksi yang dihasilkan (2002), apabila subjek kurang dari 100
dengan curahan waktu kerja (jam/hari), lebih baik diambil semua sehingga
dan dinyatakan dalam satuan kilogram penelitiannya penelitian populasi.
per jam per hari (bungkus/jam/hari). Produktivitas tenaga kerja dihitung
- Upah tenaga kerja, adalah besarnya dengan menggunakan persamaan berikut:
upah dari karyawan agroindustri keripik Jumlah produksi/hari
Produktivitas =
ubi kayu, dan dinyatakan dalam satuan
Jumlah jam kerja/hari
rupiah per hari (Rp/hari).
Model empiris yang digunakan
- Umur, adalah umur dari karyawan pada
dalam menentukan faktor-faktor yang
agroindustri keripik ubi kayu, dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 738


berpengaruh terhadap produktivitas per jam. Rata-rata produktivitas tenaga
tenaga kerja adalah sebagai berikut: sebesar 8,64 menunjukkan rendahnya
ln Y = 0 + 1lnX1 +  2lnX2 + 3lnX3 produktivitas tenaga kerja pada
+ 4lnX4 + 5lnX5 + ei agroindustri keripik ubi kayu. Rendahnya
Dimana: produktivitas tenaga kerja tersebut juga
Y = Produktivitas tenaga kerja menunjukkan bahwa output yang
(Bungkus/jam/hari)
X1 = Umur (Tahun) dihasilkan lebih rendah dari pada input
X2 = Upah (Rp/hari) tenaga kerja yang digunakan dalam
X3 = Pendidikan (Tahun)
X4 = Pengalaman (Tahun) proses produksi.
X5 = Jumlah tanggungan keluarga Rendahnya produktivitas tenaga
(Orang)
 = Koefisien regresi kerja ini memerlukan upaya-upaya untuk
meningkatkan produktivitas tenaga kerja,
antara lain melalui pelatihan maupun
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
bimbingan teknis sehingga terjadi
3.1. Produktivitas Tenaga Kerja
peningkatan kemampuan tenaga kerja
Produktivitas tenaga kerja pada
dalam memproduksi output. Peningkatan
agroindustri keripik ubi kayu terlihat pada
output yang dihasilkan ini akan
Tabel 1.
meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Tabel 1. Produktivitas Tenaga Kerja
No Produktivitas Petani (%) 3.2. Faktor-faktor yang Berpengaruh
(orang)
1 < 10 26 78,79 Terhadap Produktivitas Tenaga
2 = 10 3 9,09 Kerja
3 > 10 4 12,12,
Jumlah 33 100,00 Hasil analisis faktor-faktor yang
Produktivitas maksimum = 11,43 berpengaruh terhadap produktivitas
Produktivitas minimum = 5,71
Produktivitas rata-rata = 8,64 tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
Tabel 2. Faktor-faktor yang Berpengaruh
Terhadap Produktivitas Tenaga
Tabel 1 menunjukkan bahwa Kerja
produktivitas tenaga kerja minimal Nilai Standar
Variabel t-hit
sebesar 5,71 dan tertinggi sebesar 11,43. Parameter deviasi
Konstanta -3,714 0,065 -57,232*
Sebagian besar masih di bawah 10, yaitu X1 -0,003 0,021 -0,163
X2 1,040 0,013 80,865*
sebanyak 26 orang (78,79%). X3 0,004 0,007 0,571
Rata-rata output yang dihasilkan X4 -0,024 0,008 -3,102**
X5 0,009 0,005 1,756***
2
oleh tenaga kerja sebesar 60,45 R = 0,998
Fhit = 2225*
bungkus/hari dengan rata-rata jam kerja
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
sebesar 7 jam/hari, sehingga rata-rata *,**,*** signifikan pada α0,01; 0,05; 0,010

produktivitas tenaga kerja 8,64 bungkus

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 739


Nilai R2 sebesar 0,998 menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
bahwa variasi perubahan dalam variabel upah (X2) berpengaruh signifikan terhadap
terikat dipengaruhi sebesar 99,80% oleh produktivitas tenaga kerja.Koefisien
variasi perubahan variabel bebas yang regresi bertanda positif menunjukkan
dimasukkan ke dalam model, sedangkan bahwa peningkatan upah akan
sisanya sebesar 0,20% dipengaruhi oleh meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
variabel lain yang tidak dimasukkan ke Peningkatan upah yang diterima oleh
dalam model. Analisis secara simultan tenaga kerja akan merangsang tenaga
menunjukkan bahwa seluruh variabel kerja untuk menghasilkan lebih banyak
bebas berpengaruh sangat signifikan output, sehingga produktivitas tenaga
terhadap produktivitas tenaga kerja. kerja akan meningkat. Hasil penelitian ini
Sedangkan analisis secara parsial sesuai dengan hasil penelitian Tanto, dkk.
menunjukkan bahwa hanya variabel upah, (2012) dan Sulaeman (2014) yang
pengalaman dan jumlah tanggungan menunjukkan bahwa upah yang diterima
keluarga yang berpengaruh signifikan berpengaruh signifikan terhadap
terhadap produktivitas tenaga kerja. produktivitas tenaga kerja.
Umur (X1) tidak berpengaruh Pendidikan (X3) tidak berpengaruh
signifikan terhadap produktivitas tenaga signifikan terhadap produktivitas tenaga
kerja. Koefisien regresi bertanda negatif kerja. Koefisien regresi bertanda positif
menunjukkan bahwa semakin bertambah menunjukkan bahwa semakin tinggi
umur tenaga kerja, maka akan semakin pendidikan formal tenaga kerja, maka
menurun produktivitas tenaga kerja yang akan semakin meningkat produktivitas
dicapai. Semakin bertambah umur tenaga tenaga kerja yang dicapai. Semakin tinggi
kerja, maka akan semakin menurun pendidikan tenaga kerja, maka akan
kekuatan fisiknya yang akan menurunkan semakin mudah dalam menerima sistem
jumlah output yang dihasilkan. Kondisi ini kerja baru yang bertujuan untuk
mengakibatkan penurunan produktivitas meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
tenaga kerja yang dicapai. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
Upah merupakan suatu imbalan penelitian Hasanah dan Widowati (2011)
yang diterima para karyawan dari pemberi menunjukkan bahwa pendidikan tidak
kerja atau atasan untuk suatu pekerjaan berpengaruh signifikan terhadap
atau jasa yang telah dan akan dilakukan. produktivitas tenaga kerja.
Tingkat kesejahteraan karyawan dapat Pengalaman (X4) berpengaruh
diukur dari tinggi rendahnya upah yang signifikan terhadap produktivitas tenaga
diterima masing-masing karyawan kerja. Koefisien regresi bertanda negatif
(Sulaeman, 2014). menunjukkan bahwa semakin lama

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 740


pengalaman tenaga kerja, maka akan
semakin menurun produktivitas tenaga 4. SIMPULAN DAN SARAN
kerja. Semakin lama pengalaman tenaga 4.1. Simpulan
kerja, maka akan semakin nyaman Hasil penelitian menunjukkan
dengan sistem kerja yang telah dijalani bahwa: (1) Setiap tenaga kerja rata-rata
sehingga semakin sulit untuk menerima menghasilkan 60,45 bungkus/hari dengan
sistem kerja baru yang bertujuan untuk jam kerja rata-rata 7 jam/hari, sehingga
meningkatkan produktivitas tenaga kerja. produktivitas tenaga kerja rata-rata 8,64
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil bungkus per jam, dan (2) Secara simultan,
penelitian Hasanah dan Widowati (2011) umur, upah, pendidikan, pengalaman dan
yang menunjukkan bahwa pengalaman jumlah tanggungan keluarga berpengaruh
berpengaruh signifikan terhadap signifikan terhadap produktivitas tenaga
produktivitas tenaga kerja. kerja pada agroindustri keripik ubi kayu di
Jumlah tanggungan keluarga (X5) Kabupaten Ciamis. Secara parsial, upah,
berpengaruh signifikan terhadap pengalaman dan jumlah tanggungan
produktivitas tenaga kerja. Koefisien keluarga berpengaruh signifikan terhadap
regresi bertanda positif menunjukkan produktivitas tenaga kerja pada
bahwa semakin banyak jumlah agroindustri keripik ubi kayu di Kabupaten
tanggungan keluarga, maka akan semakin Ciamis; sedangkan umur dan pendidikan
meningkat produktivitas tenaga kerja yang tidak berpengaruh signifikan
dicapai.
Menurut Simanjuntak (1998), suatu 4.2. Saran
keluarga yang memiliki jumlah Upaya peningkatan produktivitas
tanggungan keluarga banyak dan tenaga kerja bisa dilakukan melalui
pendapatan rendah akan menghadapi peningkatan upah; juga bisa melalui
berbagai masalah dengan tingginya biaya pelatihan maupun bimbingan teknis.
hidup. Keluarga yang biaya hidupnya
besar dan pendapatannya relatif kecil 5. UCAPAN TERIMA KASIH
cenderung akan memacu anggota Ucapan terima kasih ditujukan
keluarganya untuk lebih giat bekerja kepada Lembaga Penelitian dan
sehingga produktivitasnya akan lebih Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)
tinggi. Sebaliknya apabila beban Universitas Galuh yang telah mendanai
tanggungan keluarga kecil maka biaya penelitian ini.
hidup juga kecil, jadi motivasi untuk
bekerja rendah sehingga produktivitasnya
juga rendah.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 741


6. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian


Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Creswell, J.W. 2008.Research Design
PendekatanKualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed, EdisiKetiga.Bandung:
PustakaPelajar.

Disperindagkop dan UMKM Kabupaten


Ciamis. 2015. Potensi Industri di
Kabupaten Ciamis 2014. Ciamis.
Disperindagkop dan UMKM
Kabupaten Ciamis. Ciamis.
Hasanah, E.U., dan Widowati, P. 2011.
Analisis Produktivitas Tenaga Kerja
pada Industri Rumah Tangga
Krecek di Kelurahan Segoroyoso.
Efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi,
2(2): 169-182.
Saragih, B. 2004. Membangun Pertanian
dalam Perspektif Agrobisnis dalam
Ruang. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Singarimbun, M. 1989. Metode Penelitian
Survai. LP3S. Jakarta.
Sofyan, Iskandar, E., dan Izzati, Z. 2015.
Analisis Kesempatan Kerja dan
Produktivitas Tenaga Kerja pada
Sektor Pertanian di Provinsi Aceh.
Agrisep, 16(2): 1-7.
Sulaeman, A. 2014. Pengaruh Upah dan
Pengalaman Kerja terhadap
Produktivitas Karyawan Kerajinan
Ukiran Kabupaten Subang.
Trikonomika, 13(1): 91–100
Tanto, D., Dewi, S.M., dan Budio, S.P.
2012. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Produktivitas
Pekerja pada Pengerjaan Atap Baja
Ringan di Perumahan Green Hills
Malang. Jurnal Rekayasa Sipil, 6(1):
69-82.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 742


POLA PENGELOLAAN LAHAN SUKU DAYAK MERATUS
DI LOK SADO KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

Soleh Mulyana

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry


Email: solehmulyana@yahoo.co.id

ABSTRAK

Masyarakat Dayak Meratus adalah salah satu suku asli pedalaman yang hidup di sepanjang aliran
sungai Amandit di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Provinsi Kalimantan Selatan dimana untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan bercocok tanam. Metode wawancara dan
oberservasi untuk mengetahui pola pengelolaan lahan kemudian dianilisis secara deskriptif
kualitatif. Hasil yang diccapai setiap keluarga memiliki lahan 5-10 blok, setiap blok luasannya 1-2
ha dan hanya dikelola satu tahun sekali, pola pengelolaan lahan selalu berpindah-pindah dari satu
tempat ke satu tempat lainnya. Persiapan dan pembukaan lahan garapan selalu dilakukan
pembakaran karena “Api” berdasarkan keyakinan merupakan “Dewa Kesuburan Tanah”, walaupun
kegiatan tersebut berseberangan dengan UU No. 41 tahun 1999 dan PP RI No. 45 Tahun 2004,
namun lebih patuh dan menghargai kearifan lokal yang berlaku. Komoditi utama yang
dibudidayakan terutama padi sebagai bahan pokok untuk kebutuhan sehari-hari dan HHBK
sebagai penunjang. Dengan tesedianya akses sarana infrastruktur (jalan) terjadi perubahan dari
masyarakat subsisten menjadi semi-subsisten.

Kata kunci: Pengelolaan lahan, Dayak Meratus, Kearifan lokal

1. PENDAHULUAN berbagai acara ritual. Kearifan lokal yang


Indonesia dikenal dengan sebutan terjadi di setiap daerah sangat kuat
negara agraris, hal ini tidak terlepas dari dipengaruhi oleh kultur dan karakter
karakteristik pola hidup bangsa kita setiap suku bangsa, namun pada
secara umum bercocok tanam. Selain itu, dasarnya bertujuan sama, yaitu dalam
iklim tropis sangat mendukung tumbuhnya rangka mendekatkan diri kepada sang
berbagai jenis tanaman secara alami pencipta serta menjaga keseimbangan
maupun budidaya. Keadaan geografi alam demi kesejahteraan. Menurut
serta belum tersedianya sarana Soedigdo, et al (2014), situasi dan kondisi
infrastruktur merupakan salah satu alam sekitarnya akan mendorong manusia
hambatan bagi masyarakat yang tinggal di timbulnya suatu pengetahuan lokal
pelosok dan pedalaman untuk beserta pola pikirannya. Hal inilah menjadi
mendapatkan informasi baik keanekaragaman hukum adat (kearifan
perkembangan ekonomi, sosial maupun lokal) di setiap daerah. Sebagaimana
budaya. Keanekaragam suku bangsa yang terjadi pada Suku Dayak Meratus di
tentu memberikan nuansa berbagai model Desa Loksado Kecamatan Lok Sado
hukum adat (kearifan lokal) dalam Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS)
pengelolaan lahan. Sebagai ilustrasi dalam pengelolaan lahan menerapkan
dalam kegiatan pengolahan tanah mulai kearifaan lokal sebagai pedoman dalam
dari persiapan lahan, budidaya tanaman kehidupan masyarakat. Sebagaimana
sampai pasca panen selalu diadakan pendapat Kartasapoetra (1988), bahwa

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 743


susunan hukum suatu masyarakat pada 2. METODE PENELITIAN
umumnya sangat dipengaruhi sejarah, Lokasi yang terpilih adalah Desa
keadaan masyarakat, iklim, letak dan Loksado yang merupakan salah satu
sebagainya. Peranan pemerintah dalam wilayah tempat berdomisilinya Suku
rangka meningkatkan kesejehteraan Dayak Meratus. Metode wawancara dan
warga yaitu dengan membangun sarana observasi pengumpulan data primer,
jalan (insfrastruktur) tentu dalam rangka sedangkan data sekunder berupa
memudahkan komunikasi, bersosialisasi informasi dan referensi. Data dianalisis
serta menumbuhkan perekonomian. secara deskriptif kualitatif. Pengambilan
Seiring pernyataan Darjanto (1967) dalam data dilakukan pada bulan Oktober-
Koentjaraningrat (2004), kehidupan Desember 2016.
perekonomian masyarakat awalnya dari
hasil perkebunan, pertanian serta ladang 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan mulai bergeser ke sektor jasa 3.1. Gambaran Umum
maupun industri. Sementara Suku Dayak Kabupaten HSS merupakan salah
Meratus saat ini masih mematuhi kearifan satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan
lokal dalam kegiatan pengelolaan lahan Selatan. Luas wilayah 1.804,94 Km2.
terutama pada saat persiapan lahan Berdasarkan peta topografi dan strategi
dengan sistim pembakaran. Sedangkan pembangunan wilayah Kabupaten HSS
dampak kegiatan pembakaran merupakan dibagi 3 zonasi, yaitu: 1) zone
isu pembicaraan (trand) sekala nasional pegunungan dengan topografi
maupun internasional yang berdampak bergelombang dan berbukit, 2) zone
terhadap lingkungan. Hal tersebut sangat dataran dengan topografi datar sampai
bertentangan dengan Undang Undang landai, dan 3) zone rawa dangkal dan
Pokok Kehutanan No. 41 tahun 1999. dalam. Berdasarkan SK Menhut No.
Salah satu pemecahan masalah 435/Menhut-II/2009, luas kawasan hutan
pemerintah daerah Kabupaten HSS dan peruntukannya di Kabupaten HSS
dengan menngeluarkan Perda Nomor 33 sebagaimana pada Gambar 1.
Tahun 2012 tentang UPTD Kesatuan Gambar 1 menunjukkan fungsi
Pengelolaan Hutan Lindung Model Hulu kawasan hutan Kabupaten HSS seluas
Sungai Selatan. Adapun tujuan kegiatan 169.349,28 Ha yang terdiri atas suaka
penelitian ini untuk mengetahui pola alam, hutan lindung, hutan produksi
pengelolaan lahan serta komoditi yang hutan, produksi konversi dan areal
dihasilkan masyarakat Suku Dayak penggunaan lainnya. Kawasan hutan
Meratus di Loksado. lindung seluas 23.919,52 Ha, wilayah
yang termasuk dalam kawasan tersebut
salah satunya adalah Loksado.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 744


Sebagaimana SK Menhut Nomor sungai Amandit yang merupakan sub
SK.750/Menhut-II/2012 tertanggal 26 DAS dari sungai Barito. (Monografi
Desember 2012 tentang penetapan Kecamatan Loksado Kecamatan Loksado).
Wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Keadaan topografi sepanjang sungai
Lindung (KPHL). Kemudian pemerintah Amandit umumnya 60 % berbukit, curam,
daerah Kabupaten HSS mengeluarkan tekstur berbatu dengan solum tanah yang
Perda Nomor 33 tahun 2012 tentang tepis sehingga didominasi vegetasi
UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan berbagai jenis bambu.
Lidung Model Hulu Sungai Selatan. Hal ini
untuk menghindari konflik kepentingan 3.2. Karakteristik Suku Dayak Meratus
antara status kawasan dengan penduduk Masyarakat Suku Dayak Meratus
yang telah lama menetap secara turun dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
temurun. dengan memanfaatkan hasil sumber daya
alam hutan selain itu hasil dari bercocok
tanam (agraris) yaitu mengelola ladang
dengan istilah bahuma. Suku Dayak
Meratus umumnya berdomisisli dekat
sumber air, dengan demikian sepanjang
aliran sungai Amandit merupakan tempat
tinggal mengingat air merupakan sumber
kehidupan. Selain itu aliran sungai
digunakan sebagai salah satu jalur
transportasi terutama menuju ke pusat
perdagangan. Sarana transportasi yang

Gambar 1. Grafik Luas Keadaan Fungsi digunakan untuk membawa hasil bumi
Kawasan Hutan di Kabupaten HSS adalah rakit (balanting paring) dengan
memanfaatkan bambu yang tumbuh
Salah satu wilayah yang termasuk
secara alami. Sistem pemasaran atau jual
dalam KPHL Model HSS adalah
beli yaitu dengan cara pertukaran barang
Kecamatan Loksado yang terlatak pada
(barter). Selain hasil bumi, rakit yang
koordinat 115049’ Bujur Barat, 2078’
digunakan sebagai alat transportasi turut
Lintang Selatan. Luas wilayah 338,89
dipertukarkan (jual). Hal tersebut
Km2 atau (18,78%) dari luas wilayah
dikarenakan kembali ke kampung
Kabupaten HSS. Loksado termasuk
halamannya harus berjalan kaki, karena
zonasi pegunungan merupakan gugusan
apabila menggunakan balanting paring
pegunungan Meratus dan terdapat
harus melawan arus yang cukup deras.
beberapa anak sungai yang menjadi hulu
Tujuan ke pasar bagi Suku Dayak

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 745


Meratus dimana hanya untuk memenuhi memiliki ladang 5 s/d 10 blok. Luasan
kebutuhan pokok (primer) seperti garam, setiap blok antara 1 ha s/d 2 hadan
tembakau, dan gula pasir yang tidak digarap hanya sekali dalam setahun.
tersedia di kampung halamannya. Upaya Setelah menggarap satu blok dalam satu
pemerintah dalam rangka meningkatkan tahun kemudian dibiarkan dan pindah ke
kesejahteraan masyarakat Suku Dayak blok lainnya. Dengan demikian
Meratus adalah dengan membangun pengelolaan lahan menerapkan sistim
fasilitas infrastruktur (jalan). Hal tersebut rotasi (circle), sehingga setelah 5 atau 10
berdampak positif dengan adanya kemudian lahan tersebut akan subur
perubahan pada Suku Dayak Meratus, kembali menjadi hutan primer. Pada awal
semula cukup dengan kebutuhan primer, persiapan lahan yang akan digarap,
namun saat ini kebutuhan sekunder turut dirintis terlebih dahulu kemudian dilakukan
diperlukan. Dengan demikian, Suku pembakaran. Namun demikian tidak
Dayak Meratus tadinya sebagai petani pernah terjadi kebakaran hutan secara
subsisten, namun telah berubah menjadi meluas. Hal itu dikarenakan masih patuh
petani semi-subsitem. Walaupun telah dan selalu berpedoman terhadap kearifan
terjadi perubahan dari segi kebutuhan lokal yang berlaku. Konsekwensinya
maupun perekonomian, akan tetapi masih apabila melanggar ,maka akan mendapat
tetap menjungjung tinggi dan hukuman baik itu berupa denda atau
menghormati kearifan lokal yang berlaku, hukuman secara sosial. Hal tersebut
terutama dalam pengelolaan lahan. seiring dengan pernyataan Mittiro (2016),
hukum adat kedudukannya dalam tata
3.3. Pola Pengelolaan Lahan hukum nasional tidak dapat dipungkiri
Kepemilikan lahan Suku Dayak walaupun hukum adat tidak tertulis dan
Meratus merupakan hasil warisan secara berdasarkan asas legalitas (tidak ada
turun menurun dari leluhurnya dan diakui hukum selain yang ditulis dalam hukum)
secara hukum adat. Sebagai ciri adalah hukum yang sah, tapi hukum adat
kepemilikan lahan mempunyai tanda akan selalu ada dan hidup di dalam
khusus berupa aliran sungai atau masyarakat.
tanaman buah–buahan (durian, lansat, Kegiatan pembakaran lahan
rambutan palen/pencit, cempedak, kelapa dikhawatirkan akan terjadinya kebakaran
dan lain-lain.) yang ditanam pada bagian hutan yang meluas, selain itu berdampak
pinggir ladang yang telah disepakati terhadap kerusakan lingkungan. Sehingga
berdasarkan hukum adat yang berlaku hal tersebut sangat bertentangan dengan
(kearifan lokal). Suku Dayak Meratus UU No. 41 Tahun 1999 pasal 47 tentang
dalam mengelola lahan ladang selalu Perlindungan Hutan dan Kawasan Hutan
berpindah-pindah dimana setiap keluarga point (a), kemudian diperkuat dengan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 746


Peraturan Pemerintah RI No. 45 Tahun
2004, tentang Perlindungan Hutan pada
Pasal 6 point (a) mencegah dan
membatasi kerusakan hutan, kawasan
hutan, dan hasil hutan yang disebabkan
oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama, serta
Gambar 4. Setelah Ditanam
penyakit. Namun demikian, masyarakat
Suku Dayak Meratus lebih patuh dan taat Gambar 2, 3 dan 4 menunjukkan
terhadap kearifan lokal ketimbang hukum batas kepemilikan lahan ditandai oleh
negara yang berlaku. tanaman pisang, aliran sungai dan pohon
Kegiatan pembakaran selalu kelapa. Dalam kegiatan budidaya
dilakukan, dikarenakan berdasarkan tanaman tidak dilakukan pengolahan
keyakinan mereka “API” merupakan tanah (TOT), dimana setelah lahan
“Dewa Kesuburan Tanah”, selain itu dapat terbakar dan abunya dingin kemudian
sebagai penolak atau pengusir hama dan dilakukan penugalan atau membuat
penyakit. Hasil persiapan lahan, setelah lobang tanam dengan menggunakan
pembakaran dan penaman oleh Suku tongkat kayu. Tanaman inti atau pokok
Dayak Meratus disajikan pada Gambar 2, yang dibudidayakan adalah tanaman padi.
3 dan 4. Sedangkan tanaman sela merupakan
komoditi tambahan dalam rangka
mengoptimalkan lahan. Tanaman sela
yang dibudidayakan diantaranya gumbili
(umbi rambat), jawaw (singkong), labu
besar, lombok, kacang-kacangan, terung,
pisang, keladi, dan lain-lain. Para pemilik
lahan tidak diperbolehkan membuka lahan
berdekatan atau menjadi satu hamparan
Gambar 2. Setelah Penebasan Lahan
dengan pemilik lahan lainnya. Hal tersebut
adalah untuk menghindari keterbukaan
lahan yang cukup luas yang berdampak
terhadap kerusakan abiotis dan biotis.
Sebelum dilakukan pembakaran lahan
dan pada saat penanaman, selain pemilik
lahan selalu melibatkan sanak keluarga,
pemilik lahan sebelahnya; kiri, kanan,
Gambar 3. Setelah Pembakaran Lahan depan dan belakang. Kemudian dilakukan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 747


upacara adat yang dipimpin kepala suku
atau tokoh masyarakat adat. Kegiatan
tersebut pada intinya selain mempererat
rasa kekeluargaan, bergotong royong,
saling peduli (bersosialisasi) sesama
warga. Sebelum dilakukan pembakaran
terlebih dahulu membuat sekat bakar,
Gambar 5. Balanting Paring Alat
yaitu dengan membersihkan serasah, Transportasi Menuju Ladang
3.4. Komoditi Desa Loksado
semak belukar dan potongan kayu di
Jenis komoditi padi merupakan
sekeliling lahan selebar 4 meter bersama-
bahan pokok, sedangkan HHBK dan
sama. Hal itu untuk mengendalikan api
tanaman semusim merupakan komoditi
agar tidak terjadi kebakaran lahan yang
penunjang. Komoditi tersebut merupakan
meluas. Pemilik ladang bersama kerabat
hasil budidaya maupun tersedia dari alam.
dan warga lainnya menggunakan
Jenis-jenis komoditi serta
balanting paring menuju lahan dalam
pemanfaatannya oleh masyarakat Suku
rangka persiapan pembersihan dan
Dayak Meratus sebagaimana terlihat pada
pembakaran disajikan pada Gambar 5.
Tabel 1.

Tabel 1. Komoditi serta pemanfaatan Hasil Sumber Daya Alam dan Hasil Budidaya
Pemanfaatan
No Jenis Komoditi HHBK dan Pangan Keterangan
Konsumsi Jual
1 Karet √ Budidaya
2 Kayu Manis √ Budidaya
3 Madu √ √ Alam
4 Bambu √ √ Alam
5 Durian √ √ Budidaya
6 Lahung, Durian, Lai √ √ Alam/ Budidaya
7 Cempedak √ √ Budidaya
8 Langsat √ √ Budidaya
9 Palem, Pencit √ √ Budidaya
10 Nyiur/kelapa √ √ Budidaya
11 Rambutan √ √ Budidaya
12 Padi √ Budidaya
13 Tanaman semusim √ √ Budidaya
14 Rotan √ √ Alam
Sumber: Analisis Data Primer, 2016
umumnya hasil budidaya. Khususnya
Tabel 1 menunjukkan potensi
untuk hasil panen padi yang baru hanya
komoditi HHBK (Karet, kayu manis) hasil
dapat dikonsumsi secukupnya pada saat
budidaya berkembang mulai pada jaman
upacara adat pasca panen sebagai
Belanda. Sedangkan madu, bambu dan
penghormatan dan rasa syukur kepada
rotan hasil dari alam. Jenis pangan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 748


sang pencipta dan selebihnya akan 5. DAFTAR PUSTAKA
disimpan dalam lumbung. Masyarakat
Anonim. 1999. Undang Undang Repulik
Suku Dayak Meratus selalu
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999.
mengkonsumsi hasil panen padi yang Tentang Kehutanan.
---------. 2004. Peraturan Pemerintah
terdahulu, bahkan dari beberapa keluarga
Republik Indonesia No. 45 Tahun
masih ditemukan hasil panen 9 tahun 2004 Tentang Perlindungan Hutan.
---------. 2009. SK Menhut No.
yang lalu tersimpan dengan baik dalam
435/Menhut-II/2009 tentang
lumbung. Walaupun persediaan padi Penetapan Kawasan Hutan di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan
masih cukup tersimpan dalam lumbung,
Luasan.
namun setiap tahun kegiatan tanam padi ---------. 2012. Surat Keputusan Menhut
No. SK.750/Menhut-II/2012
(behuma) terus berjalan. Hal tersebut
tertanggal 26 Desember 2012
dilakukan semata-mata dalam rangka tentang Penetapan Wilayah
Kesatuan Pemangkuan Hutan
menjaga ketahanan pangan keluarga.
Lindung (KPHL).
---------. 2012. Perda Bupati Hulu Sungai
Selatan Nomor 33 tahun 2012
4. SIMPULAN DAN SARAN
tentang UPTD Kesatuan
Masyarakat Suku Dayak Meratus di Pengelolaan Hutan Lidung Model
Hulu Sungai Selatan.
Loksado dalam mengelola lahan selalu
---------. 2015. Monografi
berpindah pindah. Berdasarkan KecamatanLoksado Kecamatan
Loksado Kabupaten Hulu Sungai
keyakinan, api merupakan Dewa
Selatan.
Kesuburan Tanah sehingga dalam Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan
Kebudayan di Indonesia. Djambatan.
persiapan lahan selalu dilakukan
Kartasapoetra, Rien G. 1988. Pengantar
pembakaran. Walaupun bertentangan Ilmu Hukum Lengkap. Jakarta: Bina
Aksara.
dengan hukun negara, masyarakat lebih
Mattiro, S. 2016. Penerapan Konsep-
patuh terhadap kearifan lokal yang Konsep Hukum Adat Dalam
Pengelolaan Hutan. (Studi Suku
berlaku. Komiditi padi merupakan bahan
Dayak Halong di Kab. Balangan).
pokok untuk memenuhi kebutuhan Prosiding Seminar Nasional dan
Pertemuan Ilmiah Tahunan ke 2
pangan yang dibudidayakan rutin setiap
KOMHINDO (672-685).
tahun. Semula merupakan masyarakat
subsisten, namun dengan terbukanya
akses infrastruktur (jalan), secara
bertahap menjadi masyarakat semi-
subsisten.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 749


STRATEGI PENGEMBANGAN MINI MARKET PLAZA AGRO SEBAGAI TEMPAT
PENJUALAN PRODUK KLUSTER AGRO MELALUI ANALISIS SWOT

Sri Sari Utami

Fakultas Sosial dan Humaniora, Universitas Muhammadiyah Bandung


Email: sari.sariutami@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi yang tepat dalam rangka pengembangan
Plaza Agro sebagai showroom penjualan produk-produk dari klaster agro. Penelitian ini dilakukan
di Plaza Agro Universitas Gadjah Mada karena Plaza Agro bisa digunakan sebagai percontohan
minimarket yang melakukan fokus penjualan pada produk produk kluster agro yang dihasilkan oleh
mahasiswa maupun UKM (Usaha Kecil Menengah). Metode penelitian adalah dengan analisis
deskriptif melalui analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, Threats). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Plaza Agro mempunyai peluang yang besar untuk berkembang dan
mendukung pemasaran produk-produk UKM. Beberapa strategi yang dapat ditetapkan adalah
strategi S-O antara lain dengan menambah varian barang yang diual, menjaga ketersediaan
barang yang potensial, memberlakukan sistem membership, dan adanya program diskon. Strategi
W-O antara lain memperbarui software retail agar lebih mudah dioperasikan, melakukan update
label informasi harga dan pengecekan barang secara rutin. Strategi S-T antara lain meningkatkan
pelayanan konsumen, memperluas kerjasama dengan perbankan, meningkatkan promosi melalui
berbagai media, mensponsori event-event serta menetapkan standar kualitas produk yang masuk
ke Plaza Agro. Strategi W-T antara lain menyisihkan sebagian laba untuk UKM sebagai mitra
dalam upaya serfitikasi produk, menambah jumlah pemasok, menambahkan slogan dan menata
lingkungan sekitar outlet.

Kata kunci: Plaza Agro, pengembangan, analisis SWOT

1. PENDAHULUAN klaster agro untuk masuk ke ritel modern.


Kreativitas dan inovasi kini tidak Regulasi yang ditetapkan oleh ritel
hanya diperlukan oleh perusahaan- modern menjadi kendala tersendiri bagi
perusahaan besar untuk mampu para pelaku usaha di tingkat UKM.
menghadapi persaingan pasar yang Kondisi ini menjadikan Plaza Agro
semakin ketat. Usaha Kecil Menengah yang merupakan salah satu unit usaha
(UKM) di bidang agribisnis juga dituntut Universitas Gadjah Mada mempunyai
untuk mempunyai keunggulan supaya peran besar dalam rangka mengenalkan
mampu bersaing dengan produk-produk produk-produk dari klaster kepada
pioneer yang telah mempunyai brand dan konsumen dari berbagai kalangan.
loyalitas dari konsumen. Produk yang Rangkuti (2006), menjelaskan
inovatif tentu harus ditunjang dengan bahwa analisis SWOT merupakan
adanya pemasaran yang baik sehingga identifikasi berbagai faktor secara
produk dapat dikenal, dan akhirnya dicari sistematis untuk merumuskan strategi
oleh konsumen. Kondisi saat ini perusahaan. Analisis ini didasarkan pada
menunjukkan sempitnya ruang bagi logika yang dapat memaksimalkan
produk-produk UKM dan produk dari kekuatan (Strengths) dan peluang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 750


(Oppotunities), namun secara bersamaan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat meminimalkan kelemahan A. Profil Plaza Agro
(Weakness) dan ancaman (Threats). Plaza Agro resmi dibuka pada 30
Kondisi umum di lapangan menunjukkan Maret 2013 dan terletak di Fakultas
bahwa Plaza Agro masih memerlukan Peternakan UGM. Plaza Agro Gadjah
perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan Mada merupakan bentuk pengembangan
aktivits usahanya. SWOT yang disusun usaha yang dilakukan oleh Fakultas
diharapkan mampu memberikan arahan Peternakan UGM bekerjasama dengan
perbaikan dan kontribusi positif demi PT. Gama Multi Usaha Mandiri (GMUM).
tercapainya tujuan perusahaan atau Minimarket Plaza Agro Gadjah Mada
organisasi. menyediakan kebutuhan sehari-hari
layaknya minimarket lain dan juga produk-
2. METODE PENELITIAN produk segar dan olahan dari klaster agro
Penelitian ini dilakukan di Plaza (pertanian, perikanan, dan peternakan).
Agro Universitas Gadjah Mada. Pemilihan Suatu perusahaan dalam menjalan-
lokasi penelitian dilakukan secara sengaja kan usahanya tentu mempunyai visi dan
(purposive) berdasarkan pertimbangan misi yang jelas sebagai arahan jalannya
bahwa Plaza Agro memiliki keunikan dan aktivitas dalam perusahaan. Visi
nilai tambah tersendiri di bidang penjualan minimarket Plaza Agro Gadjah Mada
hasil pertanian dan bisa dijadikan adalah:
percontohan untuk instansi atau (1) Memberikan kepuaasan kepada
universitas lain. pelanggan/konsumen dengan
Data yang digunakan dalam berfokus pada layanan produk dan
penelitian ini terdiri atas data primer dan pelayanan yang berkualitas unggul.
data sekunder. Data primer diperoleh (2) Mengangkat image UGM tidak hanya
melalui wawancara dan observasi di sebagai universitas, tapi juga sebagai
lokasi penelitian. Data selanjutnya wujud dari keberhasilan
dianalisis dengan metode deskriptif. pendidikannya karena minimarket
Analisis dan pengolahan data dilakukan UGM tersebut memberikan
secara kualitatif melalui pendekatan kesempatan melibatkan peran aktif
konsep manajemen strategis. Analisis mahasiswa untuk bekerjasama di
kualitatif dengan SWOT digunakan untuk dalamnya.
mengetahui lingkungan perusahaan (3) Sebagai langkah awal untuk
terkait kekuatan, kelemahan, peluang dan membangun bisnis ritel yang lebih
ancaman yang dihadapi perusahaan. besar di lingkungan UGM
Misi dari Minimarket Plaza Agro
Gadjah Mada adalah:

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 751


(1) Pengembangan minimarket Terutama karena pelanggan
menjadi unit bisnis yang potensialnya kebanyakan adalah
menguntungkan dan menjadi model mahasiswa yang pada umumnya
investasi yang baik bagi para pihak, belum berpenghasilan sendiri.
dengan menyediakan produk dengan (3) Plaza Agro menjual berbagai varian
perputaran cepat, terjangkau, dan produk segar dan olahan hasil
variasi yang luas sesuai kebutuhan pertanian yang tidak tersedia di
sehari-hari konsumen. semua minimarket. Hal ini menjadi
salah satu keunggulan kompetitif bagi
(2) Mengembangkan image
minimarket.
swalayan yang menyediakan produk
(4) Pembayaran dengan menggunakan
makanan segar, sehat, dan bersih
kartu debit Mandiri dan BNI. Hal ini
dengan pengembangan pelayanan
merupakan salah satu bentuk
dan fisik.
pelayanan prima bagi konsumen
(3) Menjadi showcase yang menarik bagi karena semakin memudahkan
produk-produk agro kompleks dari pelanggan dalam melakukan
fakultas, mahasiswa, dan alumni transaksi.
UGM sehingga menjadi salah satu Kelemahan
pusat inovasi makanan di Yogyakarta. (1) Kurangnya pengawasan terhadap

(4) Menjadi fasilitas komersial barang sehingga ditemukan produk-

yang menarik dalam konteks produk yang telah kadaluarsa masih

lingkungannya. ter display, terutama produk-produk


olahan pertanian.
(2) Label informasi harga-harga
B. Identifikasi Faktor Internal dan
produk kurang lengkap. Hal ini salah
Eksternal
satu bentuk pelayanan yang kurang
Kekuatan
optimal dari sebuah minimarket
(1) Lokasi strategis. Plaza Agro UGM
karena kurangnya informasi untuk
terletak di Jl. Agro Karangmalang,
pelanggan yang dapat menghambat
Caturtunggal Depok Sleman. Plaza
konsumen dalam hal penetapan
Agro terletak di wilayah kampus dan
keputusan pembelian.
di sekitar lokasi tersebut terdapat
(3) Kurangnya informasi akan
banyak kost mahasiswa.
keberadaan Plaza Agro dengan
(2) Areal parkir cukup luas dan gratis. Hal
fungsinya selain menyediakan barang
ini merupakan salah satu daya tarik
kebutuhan harian, juga sebagai
tersendiri bagi pelanggan untuk
penyedia produk-produk olahan
berbelanja di sebuah minimarket.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 752


pertanian yang bersih, sehat, dan relatif kecil sehingga kurang terlihat
halal. jelas oleh khalayak.
(4) Belum ada sosialisasi visi dan misi
perusahaan kepada karyawan Faktor Eksternal
sehingga karyawan hanya Peluang
memandang pekerjaannya sebagai (1) Semakin banyak konsumen, terutama
suatu rutinitas tanpa ada target mahasiswa yang menginginkan
tertentu. Menurut Kottler (1993), misi produk siap saji.
merupakan penekanan kebijaksanaan (2) Budaya belanja konsumen yang mulai
utama yang ingin dipatuhi bergeser dari pasar tradisional ke
perusahaan yang mendefinisikan pasar modern, sehingga konsumen
bagaimana karyawan harus bersikap lebih banyak memilih belanja di
menghadapi para pelanggan, hypermart, swalayan ataupun
pemasok, distributor, pesaing dan minimarket.
pihak-pihak lain. (3) Semakin banyak pemasok yang
(5) Tidak ada pelatihan bagi karyawan menitipkan barang dagangannya,
baru sehingga karyawan kurang Hingga saat ini, terdapat sekitar 39
memahami tugas dan tanggung pemasok barang dengan sistem
jawabnya. Menurut Manullang (2004), konsinyasi dan sebagian besar
pegawai harus dididik secara supplier tersebut adalah UKM, baik
sistematis jika mereka akan yang berasal dari lingkungan UGM
melaksanakan pekerjaan dengan maupun UKM luar.
baik. Latihan secara sitematis adalah (4) Semakin tingginya kesadaran
perlu jika ingin mencapai cara terbaik konsumen akan produk olahan yang
dalam melaksanakan pekerjaan. sehat.
(6) Kualitas pelayanan masih di (5) Yogyakarta merupakan salah satu
bawah standar pelayanan minimarket pusat pendidikan di Indonesia
pada umumnya. Misalnya Plaza Agro sehingga setiap tahunnya banyak
belum melaksanakan slogan 3S pendatang yang tinggal kota ini. Hal
(Senyum, Salam, Sapa) dan 1A ini menyebabkan tingkat permintaan
(Antusias) dalam menghadapi akan barang-barang konsumsi pun
pelanggan. semakin tinggi dari tahun ke tahun.
(7) Eksterior yang kurang menarik. Ancaman
Misalnya warna cat yang kurang (1) Jumlah minimarket yang semakin
terang serta papan nama toko yang banyak di Yogyakarta. Hal ini
ada di pinggir jalan yang ukurannya berkaitan dengan semakin banyaknya
jumlah pendatang sehingga para

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 753


investor menangkap peluang ini untuk semua minimarket menerapkan
berinvestasi di berbagai bidang, sistem ini. Sistem keanggotaan ini
termasuk pada bidang bisnis ritel. antara lain dapat dimanfaatkan untuk
menambah loyalitas pelanggan.
(2) Kurangnya kepercayaan
(4) Mengadakan program-program
konsumen terhadap produk UKM dan
diskon. Hal ini sesuai dengan
merek-merek lokal karena dinggap
pendapat Kohls dan Uhl (1990) yang
kurang berkualitas sebagaimana
menyatakan bahwa perubahan harga
produk sejenis yang sudah ada di
barang merupakan strategi lain dari
pasaran.
penetapan harga di ritel dan
(3) Pengadaan barang dari supplier pedagang besar.
(terutama produk konsinyasi) kurang STRATEGI W-O
lancar, sehingga kontinuitas (1) Memperbarui software ritel agar lebih
ketersediaan barang dagangan mudah dioperasikan. Software yang
merek-merek tertentu juga tidak ada cukup rumit untuk diaplikasikan
terjaga. dan ada kesulitan mendapatkan

C. Analisis SWOT (Strenghts- bimbingan dari pemilik software


Weaknesses, Opportunities- sehingga mengurangi efisiensi dalam
Threats)
pekerjaan.
Setelah dilakukan identifikasi faktor (2) Melakukan update label informasi
internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan harga dan pengecekan barang secara
faktor eksternal (Peluang dan Ancaman) rutin. Informasi harga ini sangat
maka, strategi yang disarankan adalah penting untuk membantu konsumen
sebagai berikut: dalam mengambil keputusan
STRATEGI S-O pembelian. Pengecekan rutin ini
(1) Menambah varian barang dagangan bertujuan untuk mengontrol tanggal
sehingga dapat memenuhi kebutuhan kadaluarsa dan menghindari resiko
konsumen sehingga semakin selisih jumlah barang saat stock
menambah pilihan bagi konsumen. opname.
(2) Menjaga ketersediaan barang yang STRATEGI S-T
potensial. Pada produk tertentu (1) Meningkatkan pelayanan agar
seperti susu segar jumlah permintaan dapat menarik lebih banyak
lebih besar dari penawaran. Kondisi pelanggan. Semakin tingginya
tersebut menjadi peluang yang besar persaingan dalam industri ritel, maka
untuk meningkatkan omzet. pelayanan konsumen dapat
(3) Memberlakukan sistem membership menciptakan efek positif dari persepsi
bagi konsumen. Saat ini hampir konsumen pada toko tersebut

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 754


(Shergill dan Chen, 2007). Kualitas eksistensi Plaza Agro. Slogannya
barang dan kualitas layanan juga harus mengandung informasi bahwa
merupakan variabel kunci dalam di Plaza Agro bukan hanya menjual
mempengaruhi citra toko (Parker et produk kebutuhan tetapi juga sebagai
al., 2003). penyedia produk segar maupun
(2) Memperluas kerjasama dengan olahan UKM yang bersih, sehat dan
perbankan, seperti kemudahan halal.
pembayaran dengan menggunakan (4) Menata lingkungan sekitar outlet
kartu debit dan kredit bank tertentu menjadi lebih menarik. Lingkungan
ataupun kerjasama potongan harga. adalah semua karakteristik fisik dan
(3) Meningkatkan promosi melalui sosial dari dunia eksternal konsumen,
brosur, sosial media di internet atau termasuk didalamnya adalah objek
ikut mensponsori event-event. fisik (produk dan toko), hubungan
(4) Menetapkan standar kualitas keruangan (lokasi toko dan produk di
produk yang masuk ke plaza Agro. toko), dan perilaku sosial orang lain
STRATEGI W-T (Peter dan Olson, 2000).
(1) Menyisihkan sebagian laba untuk
memberikan insentif bagi UKM 4. SIMPULAN DAN SARAN
sebagai mitra dalam upaya serfitikasi A. Simpulan
produk. Salah satu kendala yang Simpulan dari penelitian ini adalah
membuat UKM tidak mampu strategi yang dapat diterapkan untuk
menembus pasar adalah masalah perbaikan Plaza Agro ke depannya antara
sertifikasi produk. UKM kesulitan lain:
dalam memperoleh sertifikasi produk Strategi S-O antara lain menambah
karena untuk memperoleh sertifikasi varian barang sehingga dapat memenuhi
diperlukan biaya yang tidak sedikit. kebutuhan konsumen, menjaga
(2) Menambah jumlah pemasok untuk ketersedian barang yang potensial,
masing-masing ragam produk, memberlakukan sistem membership bagi
terutama produk-produk UKM. konsumen, dan adanya program diskon.
Semakin banyak pemasok, Strategi W-O antara lain memperbarui
diharapkan kontinuitas supplai barang software ritel agar lebih mudah
yang dijual di Plaza Agro dapat dioperasikan, melakukan update label
semakin terjaga karena tersedia informasi harga dan pengecekan barang
berbagai produk yang sama dengan secara rutin.
produsen yang berbeda. Strategi S-T antara lain
(3) Menambahkan slogan tertentu yang meningkatkan pelayanan agar dapat
memudahkan untuk mengingat menarik lebih banyak pelanggan,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 755


memperluas kerjasama dengan Peter, J. P dan J. C. Olson. 2000.
Consumer Behavior: Perilaku
perbankan, meningkatkan promosi melalui
Konsumen dan Strategi Pemasaran.
berbagai media, mensponsori event-event Jilid 2. Y. Sumiyati (ed). Jakarta:
Erlangga.
serta menetapkan standar kualitas produk
Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik
yang masuk ke Plaza Agro. Strategi W-T Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka.
antara lain menyisihkan sebagian laba
Shergill, G. S. and Y. Chen. 2007.
untuk UKM sebagai mitra dalam upaya Customer Perception of Factory
Outlet Stores versus Department
serfitikasi produk, menambah jumlah
Stores. Marketing Intelligence and
pemasok, menambahkan slogan dan Planning, 26: 77-96.
Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen
menata lingkungan sekitar outlet.
Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia.
B. Saran
Saran untuk peningkatan kualitas
usaha bagi Plaza Agro adalah
menerapkan starategi tersebut dalam
jangka pendek, menengah, maupun
jangka panjang. Manajemen Plaza Agro
hendaknya juga menerapkan evaluasi dan
monitoring untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan strategi-
strategi tersebut.

5. DAFTAR PUSTAKA
Baker, J., A. Parasuraman, D. Grewal dan
B. Glenn. 2002. The Influence of
Multiple Store Environment Cues on
Perceived Merchandise Value and
Patronage Intentions. Journal of
Marketing, 66(4): 120-141.
Kohls, R. L. and J. N. Uhl. 1990.
Marketing of Agricultural Product.
Seventh Edition. Mac Millan
Publishing Company. New York.
Manullang M. dan Manullang, Marihot
Amh, 2004. Manajemen Personalia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Parker, R.S., C. Pettijohn, L. Pettijohn and
J. Kent. 2003. An Analysis of
Customer Perceptions: Factory
Outlet Stores versus Traditional
Department Stores. The Marketing
Management Journal, 13(2): 29-44.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 756


ANALISIS KEBIJAKAN KEMITRAAN DALAM USAHA PETERNAKAN
AYAM PEDAGING DI KOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA

Stanly O.B. Lombogia; Lidya S. Kalangi; Nansi M. Santa

Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado.


Email: lombogiastanly@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor kebijakan apa yang mempengaruhi
peternak, sehingga mengikuti pola kemitraan dalam usaha peternakan ayam pedaging. Penelitian
dilaksanakan di Kecamatan Ranowulu dan Aertembaga Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara.
Pemilihan lokasi dilakukan dengan alasan bahwa peternakan di Kota Bitung pada umumnya
melakukan kemitraan. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif
untuk mengetahui faktor yang menjadi pendorong peternakan ayam pedaging melakukan
kemitraan di Kota Bitung. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa beberapa indikator yang diteliti,
terlihat faktor yang dibutuhkan oleh peternakan yaitu modal, jaminan pasar, jaminan pendapatan,
jaminan bibit, jaminan pakan, jaminan obat-obatan, dan jaminan pemeriksaan kesehatan oleh
pihak kemitraan. Kebijakan kemitraan dalam usaha peternakan ayam pedaging secara individu
tanpa berkelompok. Pola kemitraan yang ada pada peternakan ayam pedaging di Kota Bitung
diantaranya berasal dari Japfa Comfeed, dan Charoen Pokhpan. Kontrak perjanjian kerjasama
usaha telah diatur dari awal pemeliharaan sampai panen ternak ayam pedaging. Usaha
pemeliharaan ternak ayam pedaging di Kota Bitung rata-rata telah memelihara selama 6 (enam)
periode.

Kata kunci: kebijakan, pola kemitraan, ayam pedaging

1. PENDAHULUAN pedaging tersebut. Setiap peternak selalu


mengharapkan keberhasilan dan
Usaha ternak ayam pedaging di
keuntungan dalam usahanya. Untuk
Indonesia merupakan kegiatan yang
mencapai keberhasilan dan keuntungan
sudah lama berkembang di masyarakat.
dalam usaha ayam pedaging, di kalangan
Usaha peternakan ayam pedaging
peternak harus memahami 3 (tiga) unsur
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
penting dalam produksi, yaitu: breeding
protein hewani, dan untuk meningkatkan
(pembibitan), feeding (makanan
pendapatan. Ternak ayam pedaging
ternak/pakan), dan manajemen
merupakan salah satu jenis ternak yang
(pengelolaan usaha peternakan) (Rasyaf,
banyak dipelihara masyarakat, karena
2003).
kemampuannya sebagai penghasil daging
Usaha pemerintah dalam membantu
yang relatif lebih cepat dibandingkan
peternak, melakukan pembinaan untuk
dengan ternak potong lainnya.
memberdayakan peternak antara lain
Pengembangan sub-sektor
melalui pengembangan pola kemitraan
peternakan khususnya usaha peternakan
perusahaan dengan peternak kecil. Hal ini
ayam pedaging semakin popular dan
disebutkan dalam UU No. 41 pasal 31
merakyat di kalangan peternak. Hal ini
ayat 1, Peternak dapat melakukan
dipengaruhi oleh adanya penjamin atau
kemitraan usaha di bidang budidaya
mitra kerja dalam usaha ternak ayam

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 757


ternak berdasarkan perjanjian yang saling peternakan ayam pedaging di Kota Bitung
memerlukan, memperkuat, Provinsi Sulawesi Utara. Tujuan penelitian
menguntungkan, menghargai, ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor
bertanggung jawab, ketergantungan dan kebijakan apa yang mempengaruhi
berkeadilan. Ayat 2, kemitraan usaha peternak, sehingga mengikuti pola
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat kemitraan dalam usaha peternakan ayam
dilakukan: antar peternak, antar peternak pedaging.
dan perusahaan peternakan, antar
peternak dan perusahaan di bidang lain, 2. METODE PENELITIAN
dan antar perusahaan peternakan dan Penelitian dilaksanakan di
pemerintah atau pemerintah daerah Kecamatan Ranowulu dan Aertembaga
sesuai dengan kewenangannya. Ayat 3, Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara.
kemitraan usaha sebagaimana dimaksud Pemilihan lokasi dilakukan dengan alasan
pada ayat 2 dapat berupa: penyediaan bahwa peternakan ayam pedaging di
sarana produksi, produksi, pemasaran, Kota Bitung pada umumnya melakukan
dan atau permodalan (pembiayaan) kemitraan.
(Anonim, 2014). Analisis yang digunakan dalam
Kemitraan adalah kerjasama antara penelitian ini adalah analisis deskriptif
usaha kecil dan usaha besar yang disertai dengan pendekatan indepth interview.
pembinaan seperti mengakses modal Tujuannya untuk memberikan gambaran
yang lebih besar, manajemen usaha, dan tentang kondisi suatu usaha peternak
peningkatan sumber daya, dan ayam pedaging atau gambaran tentang
pengembangan yang memperhatikan hubungan peternak plasma dengan
sikap saling memerlukan dan saling perusahaan inti dalam pola kemitraan.
menguntungkan. Konsep kemitraan Narasumber ditentukan secara
diterapkan dalam berbagai usaha, salah purposive yaitu memilih narasumber yang
satunya adalah usaha di bidang memungkinkan dapat memberi informasi
peternakan ayam pedaging, yang dalam dan data yang dapat menjawab penelitian.
prakteknya terbukti mampu Narasumber yang dipilih adalah yang
mengembangkan usaha ini sehingga dianggap dapat mewakili kelompok dan
jumlah peternak dan jumlah populasi peternak yang ada.
ternak yang ada mengalami peningkatan Data survei dan observasi yang
baik dari segi kualitas maupun dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri
kuantitasnya. atas data primer dan data sekunder. Data
Berdasarkan fenomena yang ada primer diperoleh langsung dari sumber
maka dilakukan penelitian tentang analisis pertama di lapangan, yaitu data yang
kebijakan kemitraan dalam usaha diperoleh berupa hasil wawancara dengan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 758


peternak plasma, selaku narasumber atau pemeriksaan kesehatan oleh pihak
responden, sedangkan data sekunder kemitraan.
adalah data yang diperoleh dari hasil Hasil penelitian sesuai dengan
penelaah terhadap dokumen-dokumen Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 tahun
resmi dan penelusuran serta pengkajian 1997 Pasal 1 tentang kemitraan, ayat 1
terhadap peraturan perundang-undangan yaitu: 1) Kemitraan adalah kerja sama
tentang pola kemitraan. usaha antara usaha kecil dengan usaha
Analisis data yang dilakukan dalam menengah dan atau dengan usaha besar
tiga tahap, yaitu sebelum memasuki disertai dengan pembinaan dan
penelitian, selama di lapangan dan pengembangan oleh usaha menengah
setelah selesai dari lapangan (Sugiyono, dan atau dengan memperhatikan prinsip
2010). Hal ini dipertegas oleh pendapat saling memerlukan, saling memperkuat
Miles dan Huberman (2007), bahwa dan saling menguntungkan, 2) Usaha
proses analisis data pada penelitian kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat
kualitatif telah dimulai sejak masa berskala kecil yang mempunyai kriteria
pengumpulan data hingga selesai sebagai mana diatur dalam pasal 5
pengumpulan data dilakukan. Selanjutnya Undang- undang Nomor 9 Tahun 1995
menurut Moleong (2011), di dalam Tentang Usaha Kecil, 3) Usaha
penelitian kualitatif, analisis telah dimulai menengah atau usaha besar adalah
sejak merumuskan masalah, sebelum kegiatan ekonomi yang memiliki kriteria
pengambilan data di lapangan, dan kekayaan bersih atau hasil penjualan
berlangsung terus menerus sampai tahunan lebih besar dari pada kekayaan
penulisan hasil penelitian. bersih atau hasil penjualan tahunan usaha
kecil, 4) Menteri Teknis adalah menteri
3. HASIL DAN PEMBAHASAN yang secara teknis bertanggung jawab
untuk membina dan mengembangkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan kemitraan dalam sektor
terdapat beberapa faktor yang dibutuhkan
kegiatan yang menjadi tugas dan
oleh peternak dalam pengembangan
tanggung jawabnya, 5) Menteri adalah
usaha peternakan ayam pedaging. Faktor-
Menteri Koperasi dan Pembinaan
faktor yang mendorong sehingga peternak
Pengusaha Kecil, dan 6) Pola kemitraan
mengadakan kerjasama dengan pihak inti
adalah bentuk-bentuk kemitraan yang
(kemitraan) yaitu adanya jaminan modal
sudah diatur dalam Undang-undang
usaha, jaminan pasar, jaminan
Nomor 9 Tahun 1995 (Anonim, 1997).
pendapatan, jaminan bibit, jaminan pakan,
Kebijakan kemitraan tersebut
jaminan obat-obatan, dan jaminan
direspons oleh peternak ayam pedaging
secara individu tanpa berkelompok. Pola

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 759


kemitraan yang ada pada peternakan (bibit), penyakit ternak dan pemasaran
ayam pedaging di Kota Bitung berasal dari karena telah dijamin oleh perusahan inti.
Japfa Comfeed dan Charoen Pokhpan. Perusahaan sebagai inti dan peternak
Kemitraan mengatur kontrak perjanjian sebagai plasma, melakukan kerjasama
kerjasama usaha dari awal pemeliharaan usaha, karena dipandang oleh
sampai panen usaha ternak ayam perusahaan inti telah cukup pengetahuan
pedaging. Pola kemitraan menerapkan dalam usaha ternak ayam pedaging,
bantuan penuh kepada peternak plasma sehingga terjadilah kerjasama usaha
dan pihak kemitraan melakukan dengan tujuan saling menguntungkan.
pemeriksaan kesehatan pada ternak Kesepakatan antara perusahaan
ayam pedaging beberapa kali dalam 1 inti-plasma dalam melakukan kerja sama
(satu) masa periode pemeliharaan. pemeliharaan ayam pedaging yaitu
Melihat fenomena yang ada di perusahan inti menyediakan: (DOC),
peternak, pola kemitraan di Kota Bitung vaksin, obat-obatan, pakan, dan harga
Sulawesi Utara menunjukan bahwa dasar ayam siap jual; sedangkan peternak
adanya ketergantungan peternak (plasma) plasma menyediakan bangunan kandang,
dalam usaha peternakan ayam pedaging. peralatan kandang dan tenaga kerja. Hal
Pola kemitraan yang ditawarkan pada ini sesuai dengan Suharti (2003) dalam
peternak berdampak langsung pada Fitriza (2012), bahwa model kemitraan
produksi sampai pemasaran hasil. Hal ini yang dilakukan oleh inti adalah melalui
merupakan keuntungan dari peternak penyediaan sarana produksi peternakan,
plasma jika dibandingkan dengan tanpa bimbingan teknis dan manajemen,
bantuan atau kerjasama. Dari hasil inti- menampung serta memasarkan hasil
plasma tersebut, usaha pemeliharaan produksi. Peternak plasma menyediakan
ternak ayam pedaging di Kota Bitung rata- kandang, melakukan kegiatan budidaya
rata telah memelihara selama 6 (enam) dan hasil dari penjualan ayam diserahkan
periode. kepada pihak inti dengan harga yang telah
Pemeliharaan usaha ternak ayam disesuaikan pada isi kontrak perjanjian
pedaging di Kota Bitung merupakan kerjasama.
kelanjutan dari pemeliharaan secara
individu tanpa bantuan, yang dilanjutkan 4. SIMPULAN DAN SARAN
dengan pola kemitraan. Ketakutan
4.1. Simpulan
peternak plasma tanpa mitra dalam
menjalankan usaha ayam pedaging 1) Peternak dapat melakukan kemitraan
adalah masalah modal, penyakit dan usaha di bidang budidaya ternak,
pemasaran. Adanya pola inti plasma berdasarkan perjanjian yang saling
mengurangi ketakutan akan hal modal memerlukan, memperkuat,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 760


menguntungkan, menghargai, Hafsah, J. Moh., 2003. Kemitraan Usaha:
Konsepsi dan Strategi: Jakarta:
bertanggung jawab, ketergantungan
Pustaka Sinar Harapan.
dan berkeadilan. Hasbullah J., 2006. Social Capital. Menuju
Keungulan Budaya Manusia
2) Pola inti-plasma usaha merupakan Indonesia. Jakarta: Penerbit M.R-
United Press.
perpaduan yang baik untuk peternak- Masdar A.S; U Yunasaf., 2010. Kemitraan
peternak kecil, karena peternak kecil Bidang Perunggasan dan
Pengaruhnya Terhadap Pendapatan
yang ada di Kota Bitung tidak Peternak. Jurnal 10(2): 111-117.
mempuyai modal untuk pengembangan Miles M.B., dan A.M. Huberman., 2007.
Analisis Data Kualitatif; Terjemahan.
usaha. Buku Sumber Tentang Metode-
metode Baru. Jakarta: UIP.
Moloeng, L., 2011, Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
4.2. Saran Rosdakarya.
Prastowo. A., 2012. Metode Penelitian
Peraturan perjanjian kemitraan pola Kualitatif (dalam prespektif
inti-plasma, seharusnya ada tembusan rancangan penelitian. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
pada daerah (dinas terkait) tempat Rasyaf, M., 2003. Beternak Ayam
pemeliharaan usaha ternak ayam Pedaging. Jakarta: Penebar
Swadaya.
pedaging. Sentosa, K, A., 2009. Kemitraan ayam
broiler. Yogyakarta: Fakultas
Peternakan UGM.
5. DAFTAR PUSTAKA Sugiyono., 2010. Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Anonimus. 1997. Peraturan Pemerintah RI
Nomor 44 Tahun 1997 Tentang
Kemitraan. Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 3718.
Anonimus. 2014. UU RI No.41 Tahun
2014 Tentang Perubahan atau
Undang-undang Nomor 18 Tahun
2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
Dewanto, A, E., 2005. Perjanjian
kemitraan dengan pola inti plasma
pada peternakan ayam
potong/broiler. Tesis. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Dunn, W N., 1988. Analisa Kebijakan
Publik. Alih Bahasa: Muhadjir
Darwis. Cetakan ketiga. Yogyakarta:
PT. Hanindita Offset.
Fitriza Y T; T Haryadi; S P Syahlani.,
2012. Analisis Pendapatan dan
Persepsi Peternak Plasma terhadap
Kontrak Perjanjian Pola Kemitraan
Ayam Pedaging di Provinsi
Lampung. Buletin Peternakan 36(1):
57-65.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 761


PENERAPAN MANAJEMEN TEKNOLOGI AGRIBISNIS MENDUKUNG
PENGEMBANGAN LADA DI KABUPATEN SUMEDANG

Suci Wulandari

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan


Email: suciwulandari@hotmail.com

ABSTRAK

Lada diusahakan pada hampir seluruh wilayah di Indonesia. Daerah sentra produksi lada adalah
provinsi Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Berdasarkan data
penyebarannya, 56,23% dari areal lada berada di provinsi Lampung dan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Pengembangan lada juga dilakukan di daerah non sentra produksi. Kabupaten
Sumedang merupakan salah satu wilayah pengembangan lada. Produktivitas lada di Kabupaten
Sumedang masih sangat rendah, yaitu sebesar 511 kg/ha. Hal ini disebabkan oleh belum
terbangunnya pengelolaan teknologi dan pengetahuan terkait sistem komoditas lada, sehingga
dibutuhkan sistem manajemen teknologi (technology management). Kajian ini bertujuan untuk: (1)
mengidentifikasi permasalahan pengelolaan dan pemanfaatan teknologi, dan (2) penyusunan
strategi manajemen teknologi. Metode yang digunakan adalah Crosstab Analysis. Tingkat
pengetahuan dan adopsi teknologi lada di tingkat petani di Kabupaten Sumedang masih rendah.
Hal ini disebabkan rendahnya transfer dan adaptasi teknologi. Strategi yang dapat dilakukan
adalah dengan menerapkan sebuah sistem manajemen teknologi (technology management) yang
meliputi: (1) pengelolaan komponen teknologi, dan (2) pengembangan sistem pengelolaan
pengetahuan (knowledge management system).

Kata kunci: lada, teknologi, manajemen, agribisnis

1. PENDAHULUAN 511 kg/ha, dibandingkan dengan potensi


Pengembangan lada di Indonesia lada yang mencapai 1 ton/ha.
terus mengalami peningkatan. Kabupaten Hal ini disebabkan oleh rendahnya
Sumedang merupakan salah satu wilayah diseminasi dan adopsi teknologi, serta
pengembangan lada di Jawa Barat. Hal ini belum terbangunnya pengelolaan
didorong dengan adanya perubahan pola teknologi dan pengetahuan terkait sistem
pengelolaan hutan dari produksi kayu ke komoditas lada. Salah satu pendekatan
hasil hutan bukan kayu oleh Kesatuan yang dapat digunakan untuk
Pemangkuan Hutan (KPH) Perhutani mempercepat pengembangan lada yang
Kabupaten Sumedang. Perubahan pola ini berdaya saing di daerah non sentra
memungkinkan pemanfaatan lahan untuk produksi adalah pengelolaan inovasi
pengembangan lada, sebagai salah satu dengan menerapkan sistem manajemen
komoditas ekspor. teknologi (technology management
Luas areal lada di Kabupaten system). Kajian ini bertujuan untuk: (1)
Sumedang yaitu 442 Ha dengan produksi mengidentifikasi permasalahan
sebesar 164,69 ton pada tahun 2014. pengelolaan dan pemanfaatan teknologi,
Produktivitas lada di Kabupaten dan (2) penyusunan sistem manajemen
Sumedang masih sangat rendah, yaitu teknologi untuk mendukung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 762


pengembangan lada di Kabupaten terakhir terjadi penurunan luas areal lada
Sumedang. di Indonesia sebesar 1,46% per tahun.
Sentra produksi lada di Indonesia tersebar
2. METODE PENELITIAN di lima provinsi yaitu: Bangka Belitung,
Penelitian dilaksanakan di Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan
Kecamatan Surian, Kabupaten Sumedang Timur dan Sulawesi Selatan. Kontribusi
pada tahun 2016. dari kelima provinsi tersebut yaitu sebesar
Metode analisis yang digunakan 83,70%, Provinsi Kepulauan Bangka
adalah Tabulasi Silang (Crosstab Belitung sebesar 32,85% dan Provinsi
Analysis). Crosstabs Analysis merupakan Lampung sebesar 26,25%.
metode untuk mentabulasikan beberapa Pengembangan lada juga dilakukan
variabel yang berbeda ke dalam suatu di wilayah lain. Hal ini tidak terlepas dari
matriks. Hasil tabulasi silang disajikan ke besarnya peluang pasar lada domestik
dalam suatu tabel dengan variabel yang maupun pasar dunia. Sebagian besar
tersusun sebagai kolom dan baris. perdagangan lada Indonesia ditujukan
Analisis dilakukan dengan melihat untuk keperluan ekspor. Perkembangan
hubungan antara variabel dalam baris volume ekspor lada di Indonesia selama
dengan kolom. periode tahun 2000-2014 menunjukkan
Data terdiri atas data primer dan kecenderungan menurun, dengan nilai
data sekunder. Pengumpulan data penurunan sebesar 0,15% per tahun.
dilakukan melalui survei dengan kuesioner Tahun 2014 volume ekspor lada menjadi
terstruktur terhadap 32 responden petani 34,73 ribu ton (IPC 2015).
lada, dan wawancara dengan Dinas Konsumsi lada di Indonesia selama
Perkebunan Kabupaten Sumedang. Data periode 2002-2014 meningkat sebesar
sekunder diperoleh dari BPS dan 1,29% per tahun. Pada tahun 2007 terjadi
International Pepper Community (IPC). lonjakan konsumsi yang cukup signifikan
dimana konsumsi lada naik dari 0,125
3. HASIL DAN PEMBAHASAN kg/kapita pada tahun 2006 menjadi 0,156
Prospek Pengembangan Lada kg/kapita atau naik 25%. Konsumsi lada
Luas areal lada di Indonesia selama tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar
periode tahun 1980-2014 menunjukkan 0,162 kg/kapita (Pusat Data dan Sistem
kecenderungan meningkat, yaitu dari Informasi Pertanian, 2015). Lada juga
68,55 ribu ha pada tahun 1980 menjadi digunakan untuk industri olahan seperti
172,62 ribu ha pada tahun 2014 (Ditjen industri makanan, minyak lada, atau
Perkebunan, 2016). Rata-rata oleoresin lada.
peningkatan luas areal lada mencapai
3,07% per tahun. Dalam lima tahun

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 763


Pengembangan Lada di Kabupaten hutan, dari produksi kayu ke hasil hutan
Sumedang
bukan kayu (HHBK). Dengan
Luas areal lada di Kabupaten
menggandeng Lembaga Masyarakat
Sumedang yaitu 442 Ha dengan produksi
Desa Hutan (LMDH) dilakukan upaya
sebesar 164,69 ton pada tahun 2014
untuk mengoptimalkan HHBK di
(BPS, 2015). Areal lada tersebar pada 21
Kabupaten Sumedang melalui
kecamatan dari 26 kecamatan yang ada di
pengembangan komoditas lada sebagai
Kabupaten Sumedang. Luas areal lada
tanaman ekspor.
terbesar yaitu di Kecamatan Surian seluas
93 Ha, kecamatan Buahdua seluas 83 Ha, Permasalahan Transfer dan Adopsi
Teknologi Lada di Kabupaten
sedangkan pada kecamatan lain berkisar
Sumedang
pada 2-29 ha.
Permasalahan yang dihadapi dalam
Produktivitas lada di Kabupaten
pengembangan lada di sentra produksi
Sumedang hanya sebesar 511 kg/ha.
adalah: dukungan pendanaan yang
Pada saat ini, petani belum melakukan
terbatas, risiko pengusahaan yang tinggi,
seleksi bahan tanaman unggul,
serta adopsi teknologi yang rendah
pembuatan saluran drainase,
(Elizabeth, 2005). Permasalahan ini juga
pemangkasan, pemupukan, pengendalian
terjadi di Kabupaten Sumedang.
hayati, penyiangan terbatas, pemanfaatan
Komoditas lada merupakan
agen hayati dan konservasinya, serta
komoditas baru yang dikembangkan di
pagar keliling. Pengusahaan lada di
Kabupaten Sumedang. Pengetahuan
Kabupaten Sumedang yaitu lada putih.
petani masih sangat terbatas. Pada
Lada putih adalah lada yang dihasilkan
awalnya teknologi yang digunakan
melalui proses pengupasan atau
bersumber dari pengetahuan yang dimiliki
pemisahan kulit dan pengeringan,
oleh masyarakat, dengan
sedangkan lada hitam adalah lada yang
mengembangkan berbagai kerarifan lokal
dihasilkan langsung melalui proses
yang ada. Sumber pengetahuan secara
pengeringan tanpa melalui proses
formal diperoleh dari lembaga riset dalam
pengupasan atau pemisahan kulit.
jumlah yang terbatas.
Pengembangan lada terus dilakukan Penggunaan informasi dalam proses
secara berkesinambungan, termasuk di pengambilan keputusan bagi petani masih
daerah non sentra produsi. Salah satu sangat rendah. Peranan pemerintah dalam
bentuk pengembangan adalah melalui mentransfer teknologi di daerah biasanya
model agroforestry, yang salah satunya dilakukan oleh penyuluh, namun demikian

diterapkan oleh Kesatuan Pemangkuan masih terbatas mengingat lada bukan


merupakan komoditas unggulan. Sumber
Hutan (KPH) Perhutani Kab. Sumedang
informasi lain adalah lembaga penelitian.
yang telah merubah pola pengelolaan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 764


Penyuluhan telah dilakukan oleh UPT Disbun tanaman, dan pasca panen. Pada
dan lembaga penelitian dalam bentuk penerapannya berlangsung proses
kunjungan kelompok dan demplot. transfer dan adaptasi teknologi antar
Hanya sebagian petani yang petani maupun dari lembaga ke petani.
mendapatkan pengetahuan dan Transfer teknologi meliputi aliran know-
menerapkan beberapa aspek teknologi how, pengalaman dan alat pada sistem
perbenihan dan budidaya lada yang perbenihan dan budidaya lada. Petani
meliputi: persiapan lahan, penyediaan kemudian melakukan proses adopsi
bibit, persiapan tajar, penanaman, teknologi dengan mengembangkan
pemupukan, pemeliharaan, pengetahuan lokal.
pemberantasan hama dan penyakit

Tabel 1. Crosstab Analysis Transfer dan Adopsi Teknologi Perbenihan dan Budidaya
Berdasarkan Kelompok Usia
Kelompok Budidaya
Umur Total
Tidak Ya
Muda Perbenihan Tidak Jumlah 3 0 3
% pada Perbenihan 100,0% 0,0% 100,0%
Ya Jumlah 0 12 12
% pada Perbenihan 0,0% 100,0% 100,0%
Total Jumlah 3 12 15
% pada Perbenihan 20,0% 80,0% 100,0%
Tua Perbenihan Tidak Jumlah 6 1 7
% pada Perbenihan 85,7% 14,3% 100,0%
Ya Jumlah 2 9 11
% pada Perbenihan 18,2% 81,8% 100,0%
Total Jumlah 8 10 18
% pada Perbenihan 44,4% 55,6% 100,0%
Total Perbenihan Tidak Jumlah 9 1 10
% pada Perbenihan 90,0% 10,0% 100,0%
Ya Jumlah 2 21 23
% pada Perbenihan 8,7% 91,3% 100,0%
Total Jumlah 11 22 33
% pada Perbenihan 33,3% 66,7% 100,0%

Analisis transfer dan adopsi petani mendapatkan pengetahuan


teknologi perbenihan dan budidaya yang perbenihan dan budidaya lada. Dari 23
dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata responden yang mendapatkan
usia responden adalah 42,41 tahun. Nilai pengetahuan perbenihan, terdapat 91,3%
ini digunakan sebagai batas kelompok responden yang juga mendapatkan
responden berdasarkan usia. Jumlah pengetahuan budidaya. Sebanyak 10
responden kelompok muda yaitu 15 orang responden yang tidak mendapatkan
dan kelompok usia tua yaitu 18 orang. pengetahuan perbenihan, terdapat 90%
Berdasarkan hasi analisis Crosstab (Tabel responden yang juga tidak mendapatkan
1) diketahui bahwa sebanyak 66.67% pengetahuan budidaya. Pada kelompok

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 765


muda, sebanyak 80% responden pengembangan (development), dan
mendapatkan pengetahuan perbenihan implementasi (implementation) teknologi
dan budidaya. Pada kelompok usia tua, (Esparcia, 2014) dalam rangka
hanya sebesar 50% responden yang meningkatkan produktivitas dan daya
mendapatkan pengetahuan perbenihan saing sistem komoditas lada di Kabupaten
dan budidaya dan sebanyak 33% Sumedang.
responden tidak mendapatkan Percepatan difusi dan adopsi
pengetahuan keduanya. teknologi pada daerah pengembangan
Masalah yang dihadapi petani dalam baru memerlukan strategi yang
panen dan pengolahan, yaitu rendahnya menyeluruh. Hal ini dapat dilakukan
mutu karena teknik pengolahan yang dengan menerapkan sebuah sistem
belum sesuai SOP. Panen lada dilakukan manajemen teknologi (technology
jika buah lada sudah masak, warnanya management) yang meliputi: (1)
kuning sampai merah. Dalam melakukan pengelolaan komponen teknologi dan (2)
panen, masih terjadi campuran buah lada pengembangan sistem pengelolaan
yang belum masak. Dari sisi perendaman pengetahuan (knowledge management
diketahui bahwa perendaman pada system).
beberapa petani dilakukan pada tempat Pengelolaan komponen teknologi
dengan air yang tidak mengalir. dilakukan dengan meningkatkan
Secara umum, pengolahan lada di ketersediaan dan akses terhadap: (1)
tingkat petani umumnya menggunakan perangkat keras (technoware), (2)
cara dan peralatan yang sangat perangkat manusia (humanware), (3)
sederhana serta kurang memperhatikan perangkat informasi (infoware), dan (4)
segi kebersihan dan kesehatan kosumen. perangkat kelembagaan (orgaware)
Pada tiap tahap pengolahan berpotensi (Yakoob, 2004).
terjadi kontaminasi baik oleh Peningkatan frekuensi diseminasi
mikroorganisme, kotoran hewan, manusia dan pengelolaan metode komunikasi
serta debu. berdasarkan kelompok usia perlu
dilakukan agar dapat meningkatkan
Manajemen Teknologi untuk
Mendukung Pengembangan Lada di pengetahuan, keterampilan, serta sikap
Kabupaten Sumedang
dan perilaku petani lada. Peningkatan
Teknologi merupakan seluruh
ketersediaan teknologi yang terkandung
kemampuan, peralatan, dan tata kerja
dalam bahan tanam, metode budidaya
seta kelembagaan yang diciptakan untuk
dan pengolahan, serta mesin dan
bekerja secara lebih efektif dan lebih
peralatan yang mendukung merupakan
efisien (APO, 2007). Manajemen teknologi
langkah meningkatkan aspek technoware.
ditujukan untuk perencanaan (planning),
Selain itu juga dilakukan penataan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 766


kembali peran koperasi dan peningkatan akuisisi (acquisition), yaitu menjalin
kegiatan kelompok tani sehingga dapat kerjasama dengan sumber
mendukung aktivitas kolektif yang pengetahuan, (2) penyatuan (fusion),
dilakukan antar petani. Selain itu juga yaitu membangun kerjasama tim
dilakukan penderasan informasi terkait (teamwork) yang terdiri dari berbagai
dengan budidaya dan pemasaran lada. orang dari latar belakang keahlian
Selain itu juga dilakukan yang berbeda-beda untuk
pengembangan sistem pengelolaan menciptakan sinergi, dan (3) adaptasi
pengetahuan (knowledge management (adaptation), yaitu melakukan
system) sebagai sebuah sistem yang penyesuaian terhadap perkembangan
akan memfasilitasi penangkapan, pasar.
penyimpanan, pencarian, (3) Pemanfaatan pengetahuan
pemindahan dan penggunaan kembali (knowledge reuse), adalah
pengetahuan. Melalui sistem ini maka pemanfaatan knowledge oleh para
diharapkan akan terbangun pengetahuan pelaku dalam proses pengambilan
bersama, peningkatan produktivitas lada, keputusan dengan mengakses
keunggulan kompetitif lada, dan terhadap aset pengetahuan yang
terfasilitasinya penciptaan inovasi terkait dimiliki oleh kelompok.
dengan adaptasi lingkungan dan sistem (4) Penyerapan pengetahuan (knowledge
budidaya yang telah ada. Pada sistem internalization), adalah proses
pengelolaan pengetahuan (knowledge penyerapan explicit knowledge
management system) dilakukan: menjadi tacit knowledge yang
(1) Pertukaran pengetahuan (knowledge biasanya dilakukan melalui demplot.
exchange), yaitu proses mentransfer Sistem pengelolaan teknologi
pengalaman untuk menciptakan tacit memerlukan dukungan dalam bentuk
knowledge melalui aktivitas dukungan fasilitas dan pemberian
pengamatan, imitasi, dan praktek. informasi (The World Bank, 2012).
Selain itu juga terjadi proses Sistem pengelolaan teknologi lada akan
Externalization adalah proses melibatkan: (1) petani sebagai domain
mengungkapkan dan menterjemahkan pelaku usaha (enterprise domain), (2)
tacit knowledge ke dalam konsep yang konsumen sebagai domain permintaan
eksplisit seperti buku, manual, (demand domain), (3) pedagang dan
laporan, dan sebagainya (Minh et al, eksportir sebagai domain perantara
2017). (intermediary domain), (4) lembaga
(2) Penangkapan pengetahuan penelitian dan pengembangan sebagai
(knowledge capture) dilakukan melalui domain penyuluhan dan penelitian
(Kondo, 2001; Umane et al., 2017): (1) (education and research domain), dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 767


lembaga lain yang berperan sebagai Agribusiness. 5(1). Denpasar.
Universitas Udayana.
struktur pendukung (support structure).
Esparcia J. 2014. Innovation and
Networks In Rural Areas. An
Analysis From European Innovative
4. SIMPULAN DAN SARAN
Projects. Journal Of Rural Studies
Tingkat pengetahuan dan adopsi 34 (2014): 1-14.
IPC, International Pepper Community.
teknologi lada di tingkat petani di
2015. Pepper Statistical Year Book
Kabupaten Sumedang masih rendah. Hal 2014.
Kondo M. 2001. Networking For
ini disebabkan oleh rendahnya transfer
Technology Acquisition and Transfer
dan adaptasi teknologi. Pengembangan Management of Technology.
Selected Discussion Papers
lada di daerah non sentra produksi
Presented at The Vienna Global
membutuhkan sebuah sistem pengelolaan Forum. Vienna International Centre.
Austria 29 - 30 May 2001. United
teknologi yang diharapkan akan
Nations Industrial Development
mempercepat proses diseminasi dan Organization. p:113-144
Lamprinopoulou C, Renwick A, Klerkx L,
adopsi.
Hermans F, Roep D. 2014.
Strategi yang dapat dilakukan Application of an Integrated
Systemic Framework for Analysing
adalah dengan menerapkan sebuah
Agricultural Innovation Systems and
sistem manajemen teknologi (technology Informing Innovation Policies:
Comparing The Dutch and Scottish
management) yang meliputi: (1)
Agrifood Sectors. Agricultural
pengelolaan komponen teknologi dan (2) Systems 129 (2014) 40–54
Minh T, Friederichsen R, Neef R,
pengembangan sistem pengelolaan
Hoffmann V. Niche Action and
pengetahuan (knowledge management System Harmonization for
Institutional Change: Prospects for
system).
Demand-Driven Agricultural
Extension in Vietnam. Journal Of
Rural Studies 36 (2014) 273-284
5. DAFTAR PUSTAKA
Pusat Data dan Sistem Informasi
APO, Asian Productivity Organization. Pertanian. 2015. Outlook Lada.
2007. Strategic Management of Pusat Data dan Sistem Informasi
Technology and Innovation Report Pertanian. Sekretariat Jenderal
of The APO Top Management Kementerian Pertanian 2015.
Forum on Strategic Management of Shane S. 2007. Handbook Of
Technology and Innovation Technology And Innovation
Published. 46p. Management. Case Western
Bourne M, Gassner A, Makui P, Muller A, Reserve University. A John Wiley
Muriuki J. 2017. A Network And Sons, Ltd., Publication. 481p.
Perspective Filling A Gap in The World Bank. 2012. Agricultural
Assessment of Agricultural Advisory Innovation System. Agricultural and
System Performance. Journal of Rural Development, The World
Rural Studies 50(2017): 30-44. Bank. 684p.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Umane SS, Kunda I, Knickel K, Strauss A,
Statistik Perkebunan Lada 2015. Tisenkopfs T, Rios IDI, Rivera M,
Elizabeth R. 2005. Keragaan Komoditas Chebach T, Ashkenazy A. Local
Lada Indonesia (Studi Kasus di and Farmers' Knowledge Matters!
Kabupaten Bangka). Socio How Integrating Informal and Formal
Economic of Agriculture and Knowledge Enhances Sustainable

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 768


and Resilient Agriculture. Journal
of Rural Studies xxx (2017) 1-10
White MA, Bruton GD. 2011. The
Management of Technology and
Innovation: A Strategic Approach.
Second Edition. South-Western,
Cengage Learning. 411p.
Yaakob M. The Technology Status of
Micro-Scale SME of Bumiputera in
Kedah. ICTOM 04 – The 4th
International Conference on
Technology and Operations
anagement. p:179-189

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 769


PENGELOLAAN RISIKO PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT SAPI UNTUK
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PERKEBUNAN SAWIT RAKYAT

Suci Wulandari

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan


Email: suciwulandari@hotmail.com

ABSTRAK

Penerapan sistem integrasi tanaman ternak belum berjalan secara optimal, ditinjau dari sisi jumlah
maupun kinerja yang dihasilkan. Hal ini diduga akibat tingginya risiko dalam penerapan sistem
integrasi tanaman ternak. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah melakukan
analisis risiko dan penyusunan manajemen risiko pada penerapan sistem integrasi sawit ternak.
Dalam upaya mencapai hal tersebut, penelitian memiliki beberapa tujuan khusus yang diuraikan
sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi risiko, (2) analisis risiko, dan (3) menyusun pengelolaan risiko
pada investasi sistem integrasi sawit ternak. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan sistem. Melalui pendekatan ini diharapkan akan diketahui keterpaduan antar bagian
melalui pemahaman yang utuh mengenai permasalahan pada sistem. Risiko pada subsistem
perkebunan sawit dan peternakan sapi dan pada sistem integrasi. Pengelolaan risiko pada Sistem
Integrasi Sawit Sapi yang berbasis perkebunan rakyat yaitu strategi yang ditujukan untuk
mengatasi risiko perkebunan kelapa sawit, risiko peternakan sapi, dan risiko sistem integrasi.
Pengelolaan risiko dilakukan dengan: (1) menerapkan sistem inovasi, dan (2) pengembangan
rantai pasok.

Kata kunci: sistem pertanaman, kelapa sawit, ternak, risiko, manajemen

1. PENDAHULUAN Analisis risiko, dan (3) Menyusun


Indonesia memegang peran pengelolaan risiko pada investasi sistem
strategis dalam industri sawit global, integrasi sawit ternak.
namun demikian produktivitas
perkebunan kelapa sawit masih rendah. 2. METODE PENELITIAN
Permasalahan yang menyebabkan hal Penelitian dilaksanakan dengan
tersebut adalah penerapan teknologi menggunakan metode analisis data
budidaya yang masih terbatas, termasuk sekunder. Data yang dikumpulkan
pemupukan. Pemanfaatan pupuk organik dianalisis secara deskriptif.
menjadi sangat penting. Pada sisi yang
lain, program swasembada sapi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
membutuhkan terobosan, antara lain 3.1. Kinerja Perkebunan Kelapa
melalui sistem integrasi tanaman ternak. Sawit Nasional
Pada penerapannya, sistem integrasi Indonesia merupakan negara
tanaman ternak masih belum optimal. produsen dan eksportir terbesar kelapa
Hal ini diduga akibat tingginya risiko sawit di pasar global. Produksi kelapa
dalam penerapan sistem integrasi sawit Indonesia di tahun 2015 mencapai
tanaman ternak. Berdasarkan hal 31,28 juta ton. Luas areal yang
tersebut, maka tujuan penulisan ini dikembangkan yaitu 11,3 juta ha.
adalah: (1) Mengidentifikasi risiko, (2) Ditinjau dari kepemilikan, diketahui

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 770


bahwa 50,77% areal diusahakan oleh Data dan Sistem Informasi Pertanianb
perusahaan swasta, 37,45% oleh rakyat, 2016).
dan 11,78% oleh perkebunan besar milik Produktivitas sawit rakyat
negara (Ditjen Perkebunan, 2015). menunjukkan tingkat yang lebih rendah.
Sentra produksi kelapa sawit di Pada tahun 2014, poduktivitas nasional
Indonesia adalah Provinsi Riau, mencapai 2,72 ton/ha, perkebunan
Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, negara dan perkebunan swasta
Sumatera Selatan, Jambi dan mencapai 3,06 ton/ha dan 3,01 ton/ha,
Kalimantan Barat. Provinsi Riau dan sedangkan perkebunan rakyat hanya
Sumatera Utara merupakan provinsi 2,72 ton/ha (Pusat Data dan Sistem
sentra produksi CPO terbesar di Informasi Pertanianb 2016).
Indonesia dengan kontribusi masing- Permasalahan yang menyebabkan
masing sebesar 23,75% dan 16,24% rendahnya produktivitas perkebunan
(Ditjen Perkebunan, 2015). rakyat adalah: penggunaan bibit yang
Produksi kelapa sawit dunia dalam tidak berkualitas, populasi tanaman yang
bentuk Crude Palm Oil (CPO) didominasi rendah, serta penerapan teknologi
oleh dua negara, yaitu Indonesia dan budidaya yang masih terbatas.
Malaysia. Pada kurun waktu 2010-2014, Sebagian petani swadaya tidak
Indonesia adalah negara penghasil CPO melakukan pemupukan secara tepat
terbesar, yaitu sebesar 48,44% dari jenis, dosis, dan waktu. Bahkan pada
produksi CPO dunia. saat harga TBS turun, petani tidak
melakukan pemupukan, dan
3.2. Permasalahan Pengembangan pemeliharaan tanaman seperti
Kelapa Sawit Nasional penyiangan gulma, prunning, serta
Salah satu permasalahan dalam pemberantasan hama dan penyakit.
pengembangan kelapa sawit nasional Penggunaan pupuk anorganik
adalah rendahnya produktivitas menghadapi permasalahan: harga yang
perkebunan kelapa sawit yang terus meningkat, ketersediaan yang
dinyatakan dalam tandan buah segar terbatas, dan beredarnya pupuk palsu,
(TBS). Pada kurun waktu 2010-2014 sehingga kebutuhan akan pupuk organik
diketahui bahwa Guatemala memiliki terus meningkat. Dalam sistem pertanian
produktivitas tertinggi yaitu mencapai berkelanjutan, bahan organik tanah
21,17 ton/ha, diikuti oleh Malaysia merupakan komponen penting yang
sebesar 21,06 ton/ha dan Nikaragua berpengaruh terhadap kualitas tanah,
sebesar 20,68 ton/ha. Produktivitas di karena bahan organik mengendalikan
Indonesia hanya mencapai 16,99 ton/ha berbagai proses, terutama proses kimia,
dan berada pada urutan ketujuh (Pusat fisik, dan biologis tanah. Aplikasi pupuk

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 771


kandang dan bahan organik dapat didukung oleh input eksternal (High
meningkatkan kemampuan tanah dalam External Input Agriculture Sistem atau
menahan air, peningkatan kapasitas HEIAS) (Dirjen Peternakan, 2009).
tukar kation, dan tumbuhnya Tujuan integrasi kelapa sawit
mikroorganisme yang bermanfaat. Salah dengan ternak sapi adalah untuk
satu strategi untuk mengatasi mendapatkan produk tambahan yang
permasalahan tersebut adalah melalui bernilai ekonomis (Ilham, et al., 2011),
penerapan sistem tanaman ternak yang peningkatan efisiensi usaha, peningkatan
terintegrasi. kualitas penggunaan lahan, peningkatan
kelenturan usaha menghadapi
3.3. Konsep Integrasi Tanaman persaingan global, dan menghasilkan
Ternak lingkungan yang bersih dan nyaman
Pola integrasi antara tanaman dan (Chaniago, 2009).
ternak atau yang sering disebut dengan Sistem integrasi tanaman ternak
pertanian terpadu, adalah memadukan memberikan manfaat dalam aspek
antara kegiatan peternakan dan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
pertanian. Sistem integrasi tanaman Manfaat tersebut meliputi: (1)
ternak adalah suatu sistem pertanian diversifikasi penggunaan sumberdaya,
yang dicirikan oleh keterkaitan yang erat (2) mengurangi risiko usaha, (3) efisiensi
antara komponen tanaman dan ternak penggunaan tenaga kerja, (4) efisiensi
dalam suatu kegiatan usahatani atau penggunaan input produksi, (5)
dalam suatu wilayah (Diwyanto, et al., mengurangi ketergantungan energi
2013b). Sistem integrasi sawit sapi kimia, (6) ramah lingkungan, (7)
merupakan salah satu pola integrasi meningkatkan produksi, dan (8)
tersebut. pendapatan rumah tangga petani yang
Perpaduan sistem integrasi berkelanjutan (Handaka, et al., 2009) .
tanaman dengan ternak, dicirikan
dengan adanya saling ketergantungan 3.4. Potensi Pengembangan Integrasi
antara kegiatan tanaman dan ternak Sawit Sapi
(resource driven) dengan tujuan daur Potensi pengembangan integrasi
ulang optimal dari sumberdaya nutrisi sawit sapi dapat dilihat dari
lokal yang tersedia (Low External Input pengembangan sawit dan
Agriculture Sistem atau LEIAS). Sistem pengembangan ternak secara nasional.
yang kurang terpadu dicirikan dengan Perkembangan sawit nasional terus
kegiatan tanaman dan ternak yang saling mengalami pertumbuhan. Sistem
memanfaatkan, tetapi tidak tergantung integrasi tanaman ternak diperlukan
satu sama lain (demand driven) karena untuk menjaga kelenturan dan efisiensi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 772


usaha bila terjadi kegoncangan harga 3.5. Identifikasi Risiko Pengembangan
TBS. Pendapatan dari ternak dapat Integrasi Sawit Sapi
meningkatkan pendapatan petani, Masih terbatasnya pengembangan
sehingga dalam jangka panjang hal ini Sistem Integrasi Sawit Sapi tidak
akan mendorong keberlanjutan terlepas dari adanya risiko dalam
perkebunan kelapa sawit. penerapannya. Risiko adalah situasi
Pada sisi yang lain, pemenuhan dimana terdapat ketidakpastian hasil
kebutuhan daging sapi nasional masih atau akibat dari suatu kejadian (Field,
bergantung pada impor (Pusat Data dan 2003). Risiko adalah variasi dari hasil
a
Sistem Informasi , 2016). Program yang muncul selama periode tertentu
pencapaian swasembada daging di akibat dari situasi tertentu (Bowe, 2006).
Indonesia telah dicanangkan, namun Risiko menunjukkan adanya variasi dari
demikian masih menghadapi berbagai hasil yang dinyatakan sebagai
permasalahan. Pada pengembangan pengukuran dari peluang dan keparahan
peternakan sapi terkendala oleh (Lam, 2003).
penyediaan pakan yang berkualitas Pengelompokan risiko dapat
karena semakin terbatasnya lahan untuk dilakukan melalui beberapa pendekatan.
penggembalaan dan untuk penanaman Risiko dianalisis dengan pendekatan
hijauan makanan ternak (Diwyanto, et al, sistem yang memperhitungkan eskposur,
2013a; Setiadi, et al, 2013). Berdasarkan potensi kerugian, pilihan manajemen
kondisi ini maka didorong program risiko, serta hubungan dengan pelaku di
integrasi tanaman ternak. luar rantai nilai, baik secara individu
Implementasi sistem integrasi sawit maupun kelompok (Angelucci, 2010).
sapi belum menunjukkan hasil yang Pada sistem integrasi sawit sapi,
memuaskan. Secara umum hasil kajian risiko yang terjadi tidak hanya terkait
menunjukkan bahwa integrasi Sawit Sapi dengan risiko pada perkebunan kelapa
layak untuk dikembangkan (Ilham, et al, sawit dan pada peternakan sapi, tetapi
2011). Hal itu diantaranya menunjukkan risiko juga terkait dengan sistem dimana
bahwa pendekatan ini dapat kedua kegiatan tersebut terintegrasi.
meningkatkan pendapatan petani serta Berdasarkan hal tersebut, maka
menekan pengeluaran petani untuk pendekatan yang sesuai untuk
herbisida, dan biaya pakan sapi karena digunakan adalah kerangka manajemen
memanfaatkan solid, pelepah dan rantai pasok (supply chain management).
bungkil sawit (Yamin, et al, 2010). Risiko rantai pasok dibagi menjadi
dua, yaitu risiko eksternal dan risiko
internal. Risiko eksternal merupakan
risiko yang dihadapi oleh unit usaha

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 773


berkaitan dengan jalannya sistem rantai Aspek Risiko Indikator
Risk)
pasok (Hidayat, et al, 2012), yang terdiri Sistem Risiko 28. Akses
Integrasi Kerjasama terhadap
atas risiko kerjasama, risiko keputusan (Cooperative fasilitas
Risk) bersama
manajemen, risiko pembagian informasi, 29. Pemanfaatan
dan risiko penjadwalan. Risiko internal aset
bersama
merupakan risiko yang dihadapi oleh unit 30. Perencanaan
31. Koordinasi
usaha berkaitan dengan operasional unit Risiko 32. Ketersediaan
Pembagian informasi
usaha, yang terdiri dari risiko finansial, Informasi 33. Akses
(Information informasi
risiko proses, dan risiko pasar (Kim, Sharing
Risk)
2004). Risiko pada sistem integrasi sawit
Risiko Sosial 34. Budaya
sapi tertera pada Tabel 1. (Social Risk) 35. Black
campaign
Tabel 1. Risiko pada Sistem Integrasi Sawit
Sapi Risiko agribisnis sapi meliputi:
Aspek Risiko Indikator
Perkebunan Risiko 1. Kemampuan risiko produksi, risiko harga dan pasar,
Kelapa Finansial pembayaran
Sawit (Financial kredit risiko usaha dan finansial, risiko
Risk) 2. Likuiditas
teknologi, risiko kerusakan, serta risiko
3. Perubahan
nilai tukar sosial dan hukum (Soedjana, 2007).
Risiko 4. Bibit
Proses 5. Variasi Risiko agribisnis sawit terkait dengan
(Process genetik
Risk) 6. Serangan produktivitas kebun yang berfluktuasi.
hama penyakit
7. Teknologi Faktor-faktor yang mempengaruhi
budidaya
8. Penanganan
produktivitas tanaman pada kebun
panen antara lain curah hujan, hama, penyakit,
9. Penanganan
pasca panen kebakaran, dan penyakit pada tanaman
10. Pengemasan
11. Pergudangan kelapa sawit. Pada perkebunan rakyat,
12. Transportasi
13. Kebakaran risiko yang dihadapi juga terkait dengan
Risiko Pasar 14. Harga input
(Market 15. Harga TBS risiko benih, risiko penjualan, risiko
Risk)
pembiayaan, dan risiko kelembagaan
Peternakan Risiko 16. Kemampuan
Sapi Finansial pembayaran termasuk sertifikasi sawit berkelanjutan.
(Financial kredit
Risk) 17. Likuiditas
18. Perubahan
nilai tukar 3.6. Manajemen Risiko
Risiko 19. Variasi
Proses genetik Pengembangan Integrasi Sawit
(Process 20. Serangan
Risk) penyakit Sapi
21. Daya dukung Manajemen risiko didefinisikan
pakan
22. Teknologi sebagai suatu pendekatan komprehensif
23. Kinerja mesin
dan peralatan untuk menangani semua kejadian yang
24. Iklim
25. Tenaga kerja menimbulkan kerugian (COSO, 2006).
Risiko Pasar 26. Harga Input
(Market 27. Harga daging Manajemen risiko merupakan suatu

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 774


aplikasi dari manajemen umum yang biaya termurah sebagai keseluruhan
mencoba untuk mengidentifikasi, yang memenuhi kebutuhan kepuasaan
mengukur, serta menangani sebab dan para pihak yang berkepentingan dalam
akibat dari ketidakpastian pada sebuah rantai pasok tersebut (James, 2012;
organisasi (Global Risk Alliance, 2006; Manuj, et al, 2008). Kinerja rantai pasok
IRM, 2002). Manajemen risiko adalah merupakan tingkat kemampuan rantai
suatu proses dengan menggunakan pasokan mengoptimalkan jaringan rantai
metode-metode tertentu, dimana dan meningkatkan daya saing pelaku
perusahaan mempertimbangkan risiko rantai pasok dengan mempertimbangkan
yang dihadapi dalam setiap kegiatan indikator kinerja kunci rantai pasok
organisasi dalam mencapai tujuan (Trienekens, 2011; Woods, et al, 2004).
(Bowe, 2006). Pengembangan sistem rantai pasok
Pengelolaan risiko pada Sistem dilakukan melalui: peningkatan
Integrasi Sawit Sapi yang berbasis realibilitas, peningkatan daya respon,
perkebunan rakyat yaitu strategi yang penigkatan agility, dan kemampuan
ditujukan untuk mengatasi risiko pengelolaan biaya (Vorst, 2007).
perkebunan kelapa sawit, risiko
peternakan sapi, dan risiko sistem 4. SIMPULAN DAN SARAN
integrasi. Pengelolaan risiko dilakukan Sistem Integrasi Sawit Sapi
dengan: (1) menerapkan sistem inovasi merupakan pendekatan yang dibangun
dan (2) pengembangan rantai pasok. untuk mendorong peningkatan
Sistem Inovasi Pertanian (Agricultural produktivitas kelapa sawit melalui
Innovation System) merupakan sebuah penyediaan pupuk kandang di lahan
sistem berbasis teknologi dalam aspek: pertanian, selain untuk meningkatkan
(1) penyediaan bahan baku, (2) ketersediaan daging nasional.
teknologi, (3) adopsi inovasi, (4) Penerapan sistem ini masih sangat
produksi, (5) pasca panen dan terbatas. Hal ini tidak terlepas dari
pengolahan produk, (6) pemasaran, (7) tingginya risiko pada subsistem
pembentukan harga, (8) transportasi, (9) perkebunan sawit dan peternakan sapi
standarisasi dan mutu, dan (10) sistem dan pada sistem integrasi. Pengelolaan
pertanian berkelanjutan. risiko pada Sistem Integrasi Sawit Sapi
Manajemen Rantai Pasok (Supply yang berbasis perkebunan rakyat, yaitu
Chain Management) adalah keterpaduan strategi yang ditujukan untuk mengatasi
dari perencanaan, koordinasi dan kendali risiko perkebunan kelapa sawit, risiko
seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam peternakan sapi, dan risiko sistem
rantai pasok untuk menghantarkan nilai integrasi. Pengelolaan risiko dilakukan
maksimal kepada konsumen dengan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 775


dengan: (1) menerapkan sistem inovasi Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
dan (2) pengembangan rantai pasok.
Field P. 2003. Modern Risk Manajemen:
A History. Risk Books, Incisive
RWG Ltd.
5. DAFTAR PUSTAKA
Global Risk Alliance. 2006. Risk
Angelucci F, Conforti P. 2010. Risk Management Guide for Small
Management and Finance Along Business. NSW Department of
Value Chains of Small Island State and Regional Development.
Developing States. Evidence from Handaka, A. Hendriadi, dan T.
the Caribbean and the Pacific. Food Alamsyah. 2009. Perspektif
Policy. Pengembangan Mekanisasi
Bowe JK. 2006. Enterprise Risk Pertanian dalam Sistem Integrasi
Management Specialty Guide. Ternak– Tanaman Berbasis Sawit,
Chaniago, T. 2009. Perspektif Padi, dan Kakao. Prosiding
Pengembangan Ternak Sapi di Workshop Nasional Dinamika dan
Kawasan Perkebunan Sawit. Keragaan Sistem Integrasi Ternak –
Prosiding Workshop Nasional Tanaman: Padi, Sawit, Kakao. Pusat
Dinamika dan Keragaan Sistem Penelitian dan Pengembangan
Integrasi Ternak – Tanaman: Padi, Peternakan. Bogor.
Sawit, Kakao. Pusat Penelitian dan Hidayat S, Marimin, Suryani A, Yani M.
Pengembangan Peternakan. Bogor. 2012. Model Identifikasi Risiko dan
COSO. Committee of Sponsoring Strategi Peningkatan Nilai Tambah
Organization. 2006. Enterprise pada Rantai Pasok Kelapa Sawit.
Risk Management Framework. Jurnal Teknik Industri, 14(2): 89-96.
Committee of Sponsoring Ilham N, Saliem HP. 2011. Kelayakan
Organization of The Treadway Finansial Sistem Integrasi Sawit-
Commission. COSO. Sapi Melalui Program Kredit Usaha
Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Pembibitan Sapi.
Kebijakan Pengembangan Sapi IRM, The Institute of Risk Management.
Potong di Indonesia. Prosiding 2002. A Risk Management
Workshop Nasional Dinamika dan Standard, The Association of Insu-
Keragaan Sistem Integrasi Ternak – rance and Risk Managers (AIRMIC),
Tanaman: adi, Sawit, Kakao. Pusat London, 2002.
Penelitian dan Pengembangan James, J. 2012. A New Introduction to
Peternakan. Bogor. Supply Chains and Supply Chain
Ditjen Perkebunan. 2015. Statistik Management: Definitions and
Perkebunan Indonesia, Kelapa Theories Perspective, Internatio-nal
Sawit. Ditjen Perkebunan Business Research Journal, 5(1):
Kementerian Pertanian. 194-207.
Diwyanto K, Rusastra IW. 2013a. Kim, CS. 2004. State of The Art
Pemberdayaan peternak untuk Review. Techniques to Model
meningkatkan populasi dan Supply Chain in an Extended
produktivitas sapi potong berbasis Enterprise. VIVACE.
sumber daya lokal. Pengembangan Lam, J. 2003. Enterprise Risk
Inovasi Pertanian 6:105-118. Management: from Incentives to
Diwyanto, K., R.H. Matondang dan E. Controls. John Whiley and Sons Inc.
Handiwirawan. 2013b. Manuj, Ila and John T. Mentzer. 2008.
Perkembangan Sistem Integrasi Global Supply Chain Risk
Sawit-Sapi di Beberapa lokasi Management Strategy. International
Mendukung Program Swasembada Journal of Phyisical Distribution and
Daging Sapi. Dalam Buku Model Logistic Management, 38(3): 192-
Pengembangan Sistem Integrasi 223.
Tanaman Sapi Berbasis Inovasi. Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertaniana. 2016. Outlook Daging

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 776


Sapi. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian. Sekretariat
Jenderal Kementerian Pertanian
2016.
Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanianb. 2016. Outlook Kelapa
Sawit. Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian. Sekretariat
Jenderal Kementerian Pertanian
2016.
Setiadi, B, Diwyanto, K, Mahendri IGAP.
2013. Model Pembibitan Sapi
Potong Berdaya Saing dalam Suatu
Sistem Integrasi Sawit Sapi. Dalam
Buku Sistem Integrasi Tanaman
Ternak. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
p: 1-29
Soedjana TD. 2007. Sistem Usaha Tani
Terintegrasi Tanaman-Ternak
Sebagai Respons Petani Terhadap
Faktor Risiko. Jurnal Litbang
Pertanian, 26(2): 82-87.
Trienekens, J. H. 2011. Agricultural
Value Chains in Developing
Countries: A Framework for Ana-
lysis, Journal of International Food
and Agri-business Management
Review, 14(2): 51-82.
Vorst J. 2007. Agro-industrial Supply
Chain Management: Concept and
Applications. Agricutural
Management, Marketing and
Finance Ocasional Paper. FAO.
Woods, Elizabeth J. 2004. Supply
Chain Management Understanding
the Concept and Its Implications in
Developing Countries. ACIAR.
Yamin M, Muhakka, Abrar A. 2010.
Kelayakan Sistem Integrasi Sapi
Dengan Perkebunan Kelapa Sawit di
Propinsi Sumatera. Selatan. Jurnal
Pembangunan Manusia, 10(1): 1-21.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 777


PERAMALAN DAN EFEKTIVITAS KEBIJAKAN STABILISASI HARGA
DAGING SAPI NASIONAL

Suharno dan Ahmad Syariful jamil

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor


Email: suharno@apps.ipb.ac.id

ABSTRAK

Instabilitas harga daging masih menjadi salah satu topik sentral dalam isu pangan yang menyita
perhatian publik. Instabilitas harga daging dan cepatnya pertumbuhan masyarakat kelas
menengah Indonesia, menjadikan Indonesia rentan terhadap gejolak ekonomi yang disebabkan
oleh ketidakstabilan harga daging. Sehubungan dengan itu keberadaan informasi harga proyeksi
urgen untuk diadakan. Informasi harga protektif ini diperlukan sebagai pedoman dalam
merumuskan dan implementasi kebijakan stabilisasi harga. Tulisan ini bertujuan untuk melakukan
pemodelan data untuk memprediksi harga daging sapi nasional menggunakan model
Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) dan menganalisis secara deskriptif efektivitas
kebijakan stabilitas harga daging sapi nasional. Data yang digunakan berupa data series harga
daging periode Maret 2012 hingga Mei 2016. Hasil penelitian menunjukkan model ARIMA (1,1,1)
sebagai model terbaik untuk memprediksi harga daging sapi nasional. Selain itu, diperoleh bahwa
kebijakan pemerintah selama ini belum mampu mewujudkan stabilitas harga daging. Salah satu
kebijakan yang dapat diterapkan oleh pemerintah adalah penerapan managed import. Managed
import policy menyaratkan administrasi dan sistem penerbitan izin yang terbuka dan transparan
sehingga hanya importir yang teruji andal yang akan mendapatkan lisensi.

Kata kunci: Stabilisasi, harga daging, ARIMA, efektivitas

1. PENDAHULUAN mendorong peningkatan konsumsi daging


Instabilitas harga daging masih nasional (Rusata, 2015).
menjadi salah satu topik dalam isu Oleh karena itu, diperlukan upaya
pangan yang menyita perhatian publik. pemerintah untuk menstabilkan harga
Hal ini disebabkan instabilitas harga dapat daging sapi. Salah satu kebijakan dalam
menurunkan tingkat efisiensi penggunaan rangka mewujudkan stabilitas harga
sumber daya dan dapat memicu gejolak daging sapi yaitu program swasembada
ekonomi dan politik. daging sapi. Namun, beberapa tahap
Daging sapi telah menjadi program tersebut mengalami kegagalan.
komoditas pangan yang perannya Akibat kegagalan tersebut menimbulkan
semakin besar di tengah masyarakat konsekuensi yang bahkan menyebabkan
Indonesia. Hal ini dicerminkan dengan instabilitas harga daging sapi itu sendiri.
peningkatan impor daging sapi yang Sehubungan dengan itu,
hampir 13 kali lipat pada tahun 2014 keberadaan informasi harga proyeksi
dibandingkan pada tahun 2004 urgen untuk diadakan. Berdasarkan
(Kemendag RI, 2015). Selain itu, tingginya urgensi tersebut, maka penelitian ini
pertumbuhan masyarakat kelas bertujuan untuk meramalkan harga daging
menengah, dimana pada tahun 2010 sapi dan menganalisis efektivitas
mencapai 131 juta orang, juga turut kebijakan stabilisasi harga yang telah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 778


diimplementasikan. Informasi harga wt = 1 −1 + ....+ − + - ∅1 −1 -....-
protektif tersebut diperlukan sebagai ∅ −

pedoman dalam merumuskan dan Dimana, : yt - yt-1; θ1...θp= parameter


implementasi kebijakan stabilisasi harga. model Autoregressive; ∅1...∅p= parameter
sebagai informasi dasar pengambilan model Moving Avarage; et-1...et-p
kebijakan. =residual yang digunakan oleh model dan
et = residual pada waktu t.
2. METODE PENELITIAN Estimasi model prediksi harga
Data yang digunakan dalam daging sapi dilakukan dengan prosedur:
penelitian ini berupa data harga daging identifikasi model, pendugaan parameter,
sapi bulanan sejumlah 50 bulan mulai dari diagnostik model dan peramalan.
Maret 2012 hingga Mei 2016.
Data tersebut dianalisis 3. PEMBAHASAN
menggunakan model Autoregressive 3.1. Estimasi model ARIMA prediksi
Integrated Moving Average (ARIMA) untuk harga daging sapi nasional
memprediksi harga daging di masa yang Gambar 1 menunjukkan bahwa
akan datang. Model tersebut digunakan harga daging bulanan cenderung
untuk memprediksi suatu nilai di masa mengalami peningkatan dengan rata-rata
yang akan datang berdasarkan sintesis dan standar deviasi masing-masing
dari pola data secara historis (Arsyad sebesar 9.6764,32 dan 11.382,63.
1995; Juanda, 2012; Nachrowi, 2006). Tingginya nilai standar deviasi dan pola
ARIMA telah banyak digunakan data pada grafik harga menunjukkan
dalam berbagai penelitian, seperti prediksi tingginya variabilitas data. Dengan kata
harga saham (Hatidja, 2011) dan lain dapat disimpulkan bahwa sebaran
reservasi penerbangan (Hadijah, 2013). data tersebut tidak stasioner, baik pada
Persamaan yang digunakan dalam rata-rata maupun varians.
penelitian ini sebagai berikut (Juanda,
2012):

NASIONAL
130,000

120,000

110,000

100,000

90,000

80,000

70,000

60,000
2012 2013 2014 2015

Gambar 2. Plot data harga daging nasional

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 779


Pengecekan kestasioneran data juga Tabel 4. Uji kestasioneran data
dilakukan menggunakan uji formal Bartlett
and
Augmented Dicky Fuller untuk Variable ADF test
Levene
kestasioneran mean dan uji Bartlett and test
-2.230 2.00
Levene untuk kestasioneran pada ragam I(0)
(0.1985)
(Robby, 2014). -10.212
I(1)
Nilai p uji ADF pada data yang telah (0.000)

dilakukan pembedaan menunjukkan


Setelah data stasioner, dilakukan
kurang dari taraf nyata 5%, atau data
identifikasi model tentatif ARIMA
tersebut telah stasioner pada rata-rata.
berdasarkan karakteristik ACF (gambar
Selain itu, nilai lamda uji Bartlett and
ACF) dan PACF (gambar). Dari hasil plot
Levene yang sebesar 2 menunjukkan
ACF dapat dilihat bahwa nilai korelasi diri
bahwa data tersebut tidak perlu dilakukan
nyata pada lag ke-1, sedangkan koefisien
transformasi (Internet). Dengan kata lain,
korelasi diri parsial nyata pada lag ke-1
data tersebut telah stasioner dalam ragam
dan ke-2. Pembentukan model ARIMA
pada level.
kemudian dilakukan secara tentatif
dengan mempertimbangan error yang
dihasilkan.

Gambar 3. Plot ACF dan PACF harga daging nasional


Tabel 2. menunjukkan bahwa model pada beberapa kriteria yaitu nilai AIC, F-
ARIMA terbaik adalah ARIMA (1,1,1) dan statistik, S.E of regression dan Ljung Box..
ARIMA (0,1,1). Hal tersebut didasarkan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 780


Tabel 5. Pendugaan parameter ARIMA Kedua model tersebut digunakan
F- S.E. of untuk peramalan. Peramalan dilakukan
ARIMA AIC
statistic Regression
sebanyak data penelitian yaitu dari Maret
(0,1,1) 20.199 17.417 5773.09
(0,1,2) 20.495 0.943 6691.837 2012 hingga Mei 2016. Gambar
(1,1,0) 20.37 8.34 6284.85 menunjukkan bahwa ARIMA (1,1,1) lebih
(1,1,1) 20.209 10.04 5742.897
(2,1,1) 20.275 8.495 5931.93 dapat menggambarkan perubahan harga
(3,1,1) 20.297 8.394 5991.16 daging sapi nasional. Selain itu,
(1,1,2) 20.247 8.833 5852.471
(2,1,2) 20.456 3.452 6493.062 berdasarkan nilai Mean Absolute
(3,1,2) 20.598 0.62 6964.898 Percentage Error (MAPE) menunjukkan
(1,1,3) 20.403 4.322 6325.443
(2,1,3) bahwa ARIMA (1,1,1) memiliki nilai MAPE
20.577 0.563 6896.233
(3,1,3) 20.436 4.503 6423.83 lebih kecil dari ARIMA (0,1,1) yaitu
sebesar 3,92%.

130,000

120,000

110,000

100,000

90,000

80,000

70,000

60,000
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

SKIF111 SKIF011 INDO

Gambar 4. Plot peramalan data

Hasil dari semua tahapan tersebut (Hatidja, 2011 di ARIMA3). Berikut


memunculkan model ARIMA terbaik untuk persamaan model ARIMA (1,1,1):
meramalkan pergerakan harga daging yt = 458.184 + 1.319 yt-1 – 0.319 yt-2 -
nasional yaitu ARIMA(1,1,1). Oleh karena 0.964 ɾ−1
itu, parameter-paremeter yang telah
diestimasi pada model tersebut dilakukan
transformasi ke dalam bentuk persamaan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 781


3.2. Efektivitas Kebijakan Stabilisasi mampu mewujudkan stabilitas harga
Harga Daging Sapi Nasional daging. Kondisi tersebut dapat
Pada dasarnya instabilitas harga mencerminkan pasar daging nasional
daging sapi tersebut diakibatkan oleh relatif belum efisien.
ketidakmampuan produksi domestik Dalam pasar yang bekerja normal,
dalam memenuhi permintaan domestik stabilisasi harga hanya bisa dicapai
yang tinggi. Sebagai negara net importir, apabila ada kepastian pasokan dan
upaya pemerintah Indonesia umumnya permintaan. Akibat pasokan domestik
terkait pada sisi penawaran daging seperti masih belum dapat dipastikan melalui
kebijakan impor dan swasembada daging produksi domestik, maka kepastian impor
sapi 2005, 2010 dan 2014 (Kementan, bisa menjadi andalan bagi kepastian
2014). Kebijakan yang telah dikeluarkan pasokan. Salah satu kebijakan yang dapat
pemerintah tersebut relatif belum efektif. diterapkan oleh pemerintah adalah
Hal ini dapat dievaluasi dalam beberapa penerapan managed import. Managed
indikator. import yang dimaksud disini adalah
(1) Menurut Rosiana (2014), bahwa dari kebijakan impor bersyarat, untuk
tahun 1995-2013 effective protection membedakan dari open border policy
coefficient (EPC) mengalami yang liberal. Managed import policy
penurunan yang drastis, yakni pada menyaratkan administrasi dan sistem
tahun 2011 dan 2013 rata-rata penerbitan izin yang terbuka dan
sebesar 1,35. transparan sehingga hanya importir yang
(2) Kegagalan pencapaian target teruji andal yang akan mendapatkan
program swasembada sapi baik pada lisensi. Managed import juga dapat
tahun 2005, 2010 dan 2014. memberikan mekanisme impor dan
(3) Peningkatan impor dari tahun 2012- mengatur spesifikasi daging oleh importir.
2014 tidak dapat meredam kenaikan Pemerintah juga perlu melakukan
harga, meskipun pemerintah telah upaya penyesuaian langkah antisipatif
mengeluarkan harga referensi daging harga terhadap hasil peramalan,
sapi pada tahun 2013 sebesar Rp melakukan intervensi terhadap distorsi
76.000,-/kg (Kementan, 2014). pasar yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan kekuatan pasar antar
4. SIMPULAN IMPLIKASI KEBIJAKAN stakeholder. Pada akhirnya diperlukan
Berdasarkan hasil estimasi pengawasan yang menyeluruh agar
menunjukkan bahwa model ARIMA (1,1,1) kebijakan stabilisasi harga daging yang
sebagai model terbaik untuk memprediksi telah diimplementasikan dapat berjalan
harga daging sapi nasional. Selain itu, secara efektif.
kebijakan pemerintah selama ini belum

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 782


DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, L. 1995. Peramalan Bisnis.
Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Hatidja D. 2011. Penerapan model ARIMA
untuk memprediksi harga saham
PT. Telkom Tbk. Jurnal Ilmiah
Sains, 11(1).
Hadijah. 2013. Peramalan operasional
reservasi dengan program minitab
menggunakan pendekatan ARIMA
PT Surindo Andalan. Journal the
Winners, 14(1): 13-19.
Juanda, B., dan Junaidi. 2012.
Ekonometrika Deret Waktu. Bogor:
IPB Press.
Kementerian Perdagangan (Kemendag)
RI. 2015. Kajian Efektivitas
Kebijakan Impor Produk Pangan
dalam Rangka Stabilisasi Harga.
Jakarta: Badan Pengkajian dan
Pengembangan Kebijakan
Perdagangan.
Kementerian Pertanian (Kementan). 2014.
Analisis Kebijakan Stabilisasi Harga
Daging Sapi. Kementan RI: Pusat
Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian.
Nachrowi, N.D., dan Usman, H. 2006.
Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan. Depok: LP-
FEUI.
Robby, I.S. 2014. Prediksi temporan untuk
kemunculan titik panas di Provinsi
Riau menggunakan Autoregressive
Integrated Moving Average
(ARIMA). [skripsi]. Bogor: IPB.
Rosiana, N, dan Feryanto. 2014. Evaluasi
kebijakan swasembada sapi potong
di Indonesia. Prosiding PERHEPI
2014.
Rusata, T. 2015. Kelas menengah baru
dan tantangannnya bagi industri
pariwisata Indonesia. Jurnal
Kepariwisataan Indonesia, 10(1).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 783


KELAYAKAN TEKNIS DAN SOSIAL-EKONOMIS PENCETAKAN LAHAN PERTANIAN
PANGAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH KECAMATAN CIMARAGAS KABUPATEN
CIAMIS

Suprianto, Memet Hikmat, Yanto Yulianto


3)
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
Email: supriantoprie56@gmail.com

ABSTRAK
Dalam upaya mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan, pencetakan lahan sawah baru
merupakan suatu keniscayaan, untuk menggantikan lahan sawah yang secara gradual beralih
fungsi. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penelitian ini bertujuan menyusun analisis
kelayakan teknis; kelayakan ekonomis; dan kelayakan sosial pencetakan sawah yang berpotensi
untuk ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif. Survey dilaksanakan di Kecamatan Cimaragas Kabupaten Ciamis.
Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: Berdasarkan indikator: jenis tanah; kondisi
agroklimat; kandungan unsur hara makro; produktivitas lahan; indeks pertanaman (IP); prasarana
dan sarana penunjang, lahan yang menjadi obyek kajian secara teknis layak untuk dijadikan lahan
pertanian pangan berkelanjutan.Ditinjau dari aspek ekonomis lahan yang menjadi obyek kajian
juga layak ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan. Potensi pendapatan dari
lahan sawah yang tercetak Rp 44.424.375.000/tahun dihitung dari hasil produksi padi 8.835 ton
GKP/tahun setara Rp 35.340.000.000, dan pendapatan yang diperoleh dari upah kerja 121.125
HOKsetara dengan Rp 9.084.375.000/tahun.Ide pencetakan lahan sawah direspon positif masyarakat
setempat, sehingga pencetakan lahan sawah dimaksud layak ditinjau dari aspek sosial.

Kata kunci: kelayakan; pencetakan; lahan pertanian,berkelanjutan

1. PENDAHULUAN Dalam rangka mewujudkan Ketahanan


Sumberdaya lahan mengalami tekanan dan Kedaulatan Pangan Daerah, secara
yang tinggi dan terus menerus, tereduksi bertahap harus ada upaya pemerintah
seiring dengan peningkatanlaju pertumbuhan Kabupaten Ciamis mengganti lahan pertanian
penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk yang beralih fungsi. Salah satu cara untuk
memerlukan lahan yang semakin luas untuk mengganti lahan petanian yang telah beralih
keperluan permukiman,prasarana transportasi fungsi tersebut dengan pencetakan lahan
dan prasarana umum lainnya. Fenomena ini pertanian baru. Berkaitan dengan itu kajian ini
secara gradual menggeser lahan pertanian berupaya mengidentifikasi lahan yang belum
beralih fungsi menjadi lahan non pertanian. dimanfaatkan secara maksimal untuk dirubah
Menurut Dinas Pertanian Kabupaten menjadi lahan sawah.
Ciamis, lahan pertanian di wilayah Kabupaten Tujuan penelitian ini adalah menyusun
Ciamis beralih fungsi dan menyebabkan kelayakan teknis, ekonomis, dan kelayakan
terjadinya penyusutan rata-rata 5-10 ha per sosial obyek kajian pencetakan lahan
tahun. Kementerian Pertanian memperkirakan pertanian pangan berkelanjutan.
laju alih fungsi lahan pertanian secara
nasional mencapai 110 ribu ha/tahun. Padahal 2. METODE PENELITIAN
kemampuan pencetakan lahan sawah baru Obyek kajian ini adalah lahan ± 600 ha
hanya 30 ribu ha/tahun. dengan potensi fisik dan lingkungan sosialnya,
terletak di Kec. Cimaragas, ±20 km dari Kantor

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 784


Bupati Ciamis, dapat ditempuh dalam waktu ±
45 menit. Diselaraskan dengan fokus materi
kajianini, metode yang digunakan adalah
descritive survey.
Kelayakan Aspek Teknis
Kelayakan teknis kajian ini merujuk
pada Permentan No 07tahun/2012 tentang
Pedoman Teknis Kriteria dan Persyaratan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Data
teknis yang harus diketahui: (a) Luas lahan,
jenis tanah, ketinggian, kandungan unsur
makro, kondisi agroklimat; (b) Prasarana,
sarana transportasi, komunikasi, (c) Vegetasi
lahan yang menjadi obyek kajian.
Kelayakan Aspek Ekonomi
Kajian kelayakan ekonomis menitik
beratkan pada analisis manfaat ekonomis atas
pencetakan lahan sawah dimaksud. Analisis
manfaat tercetaknya lahan sawah, dilihat dari 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
luasan sawah yang akan tercetak, potensi Kajian Kelayakan Teknis
produktivitas dan produksi dari pencetakan Analisis kelayakan teknis lahan kajian
lahan sawah tersebut, potensi penyerapan yang akan dijadikan lahan sawah ini berbasis
tenaga kerja dan upah tenagakerja; pada syarat dan kriteria lahan pertanian yang
Kelayakan Aspek Sosial termuat dalam PP Nor 1 tahun 2011. Resume
Analisis kelayakan pencetakan sawah hasil analisis disajikan dalam Tabel berikut.
dari aspek sosial menitik beratkan pada Tabel 1. Resume Hasil Analisis Kajian Teknis

analisis persepsi masyarakat setempat Indikator Teknis Keterangan

dikaitkan dengan keberadaan lahan pertanian Jenis tanah Memenuhi syarat


Kondisi Agroklimat Memenuhi syarat
yang akan dibangun. Informasi/data yang Kandungan unsur hara Memenuhi syarat
diperlukan berkaitan dengan kelayakan sosial Produktivitas lahan Memenuhi syarat
Indeks Pertanaman Memenuhi syarat
ini adalah: (a) Luas rata-rata dan status Prasarana dan Sarana Memenuhi syarat
Transportasi
kepemilikan lahan; (b) Intensitas pengelolaan;
(c) Adat istiadat dan persepsimasyarakat; (d)
Posisi Lahan Obyek Kajian
Mata pencaharian penduduk, tingkat
Posisi lahan yang menjadi obyek
pendidikan penduduk dan lain-lain;
kajian berada pada ketinggian ±168 m dpl,
Kerangka Alur Pikir
dengan posisi koordinat 7,3662 LS 108,4346
Kerangka alur pikir penelitian
BT. Dikaitkan Dengan rencana pembangunan
selengkapnya digambarkan sebagaimana
Bendungan di Sungai Cikembang yang
terlihat pada Gambar 1.
terletak di Desa Ancol Kecamatan Cineam
lahan kajian dapat dijadikan sawah.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 785


Bendungan di Desa Ancol direncanakan Curah hujan per tahun di lokasi kajian
berketinggian 70 m dari dasar Sungai mencapai > 1000 mm dengan rata-rata hari
Cikembang, sementara ketinggian lahan hujan > 90 hari. Jumlah hari hujan terbesar
kajian berkisar antara 50-65 m dari dasar terjadi pada bulan Desember di akhir tahun
sungai. Dengan perbedaan ketinggian sampai bulan Maret tahun berikutnya.
tersebut secara teknis air akan mudah Karakteristik kondisi iklim seperti telah
mengalir dari sumber air ke lahan kajian. diuraikan, menurut Klasifikasi Oldeman
Sehingga ditinjau dari aspek posisi geografis, termasuk tipe iklim D3. Kelembaban udara di
lahan kajian layak untuk dijadikan lahan lokasi kajian berkisar (65%-85%) sementara
sawah dengan memanfaatkan Bendungan kondisi kelembaban ideal untuk tanaman padi
Cikembang. ± 60%, sehingga dilihat dari kondisi
Jenis Tanah kelembaban udara lokasi kajian memiliki
Lahan yang dicanangkan untuk kesesuaian dengan tuntutan genetik tanaman
dijadikan lahan sawah sebagian besar tertutup padi. Unsur iklim lain yaitu lama penyinaran
oleh tanah endapan alluvial dan batu matahari, suhu udara dan ketinggian lokasi
vulkaniskuarter.Jenis tanah lahan dimaksud yang menjadi prasyarat untuk tumbuh dengan
adalah tanah latosol, podsolik merah kuning. baik tanaman padi dapat terpenuhi.
Jenis tanah tersebut di atas secara teoritik Berdasarkan data tersebut di atas, iklim
adalah jenis tanah yang dikehendaki secara mikro seperti tersebut di atas adalah ruangan
genetik oleh tanaman padi. lingkup iklim dalam batas toleransi yang
Tabel 2. Jenis Tanah di Kecamatan Cimaragas sesuai dengan syarat-syarat tumbuh yang
Kesesuaian
Desa
Jenis dg dikehendaki oleh sifat-sifat genetik tanaman
Tanah Tanaman
Padi padi. Maka dengan demikian lahan yang
Bojongmalang Latosol sesuai
Raksabaya Latosol sesuai menjadi obyek kajian memiliki kondisi
Beber PodsolikMerahKuning sesuai agroklimat yang kondusif untuk
Cimaragas Podsolikmerahkuning sesuai
Jaya Raksa Latosol sesuai pengembangan tanaman padi.
Sumber : BP3K Kecamatan Cimaragas Tabel 3. Kondisi Agroklimat Ideal Untuk Tanaman
Padi dan Kondisi Real Lahan
Berdasarkan rincian jenis tanah pada Kondisi Ideal Kondisi Riel Ket
Unsur Iklim Tanaman di Lokasi
tabel tersebut, dapat disimpulkan lahan kajian Padi* Kajian**
Suhu Udara (15-30) oC (23 – 31)oC Sesuai
terdiri dari jenis tanah yang sesuai untuk
Kelembaban 60% (65-85)% Sesuai
dijadikan lahan sawah.
Penyinaran (10-11) 10 Jam/hari Sesuai
Kondisi Agroklimat Jam/hari
Curah Hujan 600- 1200 800 – 1600 Sesuai
Tanaman padi akan tumbuh sesuai
mm/ th mm/th
dengan potensi genetiknya pada kondisi curah Ketinggian (0-1300) m dpl 0-25 m dpl Sesuai
Sumber :* Atang (2001); ** BP3K Kec. Cimaragas
hujan (600-1200) mm per tahun. Syarat teknis
ini dapat dipenuhi dan memiliki kesesuaian Kandungan Unsur Hara Makro dan
dengan kondisi iklim lahan kajian. Keasaman Tanah

Berdasarkan data semenjak tahun 2005 belum Lahan pertanian agar dapat ditetapkan

pernah terjadi curah hujan kurang dari 1000 sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan

mm. harus memenuhi kandungan unsur hara


makro, dengan kualifikasi minimal “sedang”.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 786


Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan Kondisi keasaman tanah seperti ini
pada empat titik sampel yang diamati, unsur kurang mendekati kesesuaian dengan kondisi
hara makro yang terkadung pada lahan-lahan tingkat keasaman yang dikehendaki tanaman
yang menjadi obyek kajian dapat memenuhi padi. Dalam kondisi tingkat keasamanatau pH
syarat untuk ditetapkan sebagai lahan rendah, usur hara relative sulit diserap
pertanian pangan berkelanjutan. tanaman, sehingga menyebabkan
Tingkat keasaman tanah ideal untuk berkurangnya tingkat kesuburan lahan. Maka
tanaman padi adalah netral (pH = 7) dan untuk meningkatkan kesuburan lahan pH
memiliki toleransi sampai kisaran (-2). tanah harus ditingkatkan.Rincian kondisi
Berdasarkan kenyataan di lapangan tingkat unsure hara makro lahan yang diidentifikasi
keasaman (pH) tanah pada hamparan lahan dapat dilihat dalam Tabel 4.
yang diidentifikasi berkisarantara pH = 4,5
sampai pH =5,5.

Tabel 4. Kandungan Unsur Hara Makro Lahan Pertanian di Lokasi Kajian


Kandungan Unsur Hara di Lokasi
Unsur Hara Makro
A B C D
C Organik s s t s
N Total s s s s
C/N s r s s
P2O5HCL 25% t s t s
K2O5HCL 25% s s s s
P2O5 Bray t t t t
Keasaman (pH)* 4,5 - 5,5 4,5 – 5,5 5,5 – 5,9 5,5 – 6,0
S = sedang ; t = tinggi; r = rendah
Sumber : data primer hasil uji laboratorium
Produktivitas Lahan Tabel 5. Produktivitas Tanaman Pangan di
Kecamatan Cimaragas Tahun 2014-
Menurut BP3K, produktivitas rata-rata 2015
lahan sawah di Kecamatan Cimaragas tahun
Produktivitas Pencapaian
2015 mencapai 62,00 kw/ha.Menurut (Kw/Ha) Syarat PP No
Komoditas 1/2011
PPNomor 1 tahun 201, agar lahan pertanian Riil Syarat
Minimal
dapat memenuhi kriteria dan dapat ditetapkan Padi Sawah 62 30 terpenuhi
sebagai pertanian berkelanjutan, minimal Padi Gogo 24 30 Tidak terpenuhi

produktivitasnya 30 kw/ha, sehingga lahan Jagung 58 50 terpenuhi

Ubikayu 125 100 terpenuhi


sawah seperti yang dimaksud di atas
Ubijalar 120 75 terpenuhi
memenuhi kriteria ditetapkan sebagai
Sumber : BP3K Kecamatan Cimaragas 2016
pertanian pangan berkelanjutan.
Pola Tanam dan Indeks Pertanaman
Menurut PP Nomor 1 Tahun 2011,
lahan pertanian pangan yang memiliki indeks
pertanaman lebih besar atau sama dengan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 787


satu (IP ≥ 1) dapat ditetapkan sebagai lahan sawah yang tercetak dari pengairan yang
pertanian pangan berkelanjutan.Berdasarkan bersumber dari pembangunan Bendung
perencanaan yang telah disusun dalam Cikembang hanya mencapai ± 475 hektar.
analisis kelayakan pencetakan lahan sawah Maka untuk prediksi perhitungan manfaat atas
ini, telah diasumsikan bahwa lahan yang akan pencetakan lahan pertanian pangan ini bertitik
dibangun adalah lahan sawah beririgasi tolah dari luas areal 475 hektar.
teknis, sehingga dapat diasumsikan pula Produktivitas Lahan
Menurut PP No 1 tahun 2011, agar
indeks pertanaman yang dapat dicapai
lahan pertanian pangan dapat memenuhi
minimal 2 (IP ≥2). Kondisi ini memenuhi
kriteria untuk ditetapkansebagailahan
kriteria teknis untuk ditetapkan sebagai lahan
pertanian pangan berkelanjutan,
pertanian pangan berkelanjutan.
produktivitasnya minimal 3 ton/ha. Menurut
Kajian Kelayakan Ekonomis
data dari BP3K Kecamatan Cimaragas,
Pencetakan lahan sawah diharapkan
produktivitas lahan padi sawah di Kecamatan
akan bermanfaat ekonomis secara langsung
Cimaragas mencapai rata-rata 6,2 ton
maupun tidak langsung terhadap
/hektar/musim, Sehingga produktivitasnya
perekonomian domestik. Manfaat langsung
memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai
adalah manfaat yang akan diperoleh para
sebagai lahan pertanian pangan
pemilik lahan dimaksud yang semula kurang
Indeks Pertanaman.
produktif setelah menjadi lahan pertanian
Lahan pertanian (sawah) di lokasi kajian
pangan yang berwujud sawah akan menjadi
yang akan terairi dengan Jaringan irigasi
lebih produktif. Secara makro manfaat setelah
Bendungan Cikembang diprediksikan memiliki
tercetak menjadi lahan sawah diharapkan
Indeks Pertanaman (IP = 3), dengan pola
akan terjadi peningkatan produksi pangan.
tanam padi maksimal padi-padi-padi. Asumsi
Sedangkan manfaat tidak langsung adalah
tersebut berdasarkan hasil survai lapangan
manfaat yang terbentuk dari efek multiplier
yang menunjukkan debit air pada jaringan
atas tercetaknya lahan sawah dimaksud.
irigasi yang terbangun tersebut terjamin
Potensi Pendapatan dari Lahan Sawah
konstan sepanjang tahun.
Secara akumulatif potensi peningkatan
Harga Gabah/Padi
pendapatan penduduk di lokasi kajian dengan
Beras adalah komoditas bahan makanan
pencetakan lahan sawah ini akan terjadi dari
pokok yang paling dominan bagi penduduk
dua aktivitas usaha, yaitu dari produksi lahan
Indonesia, maka pasar beras termasuk pasar
sawah dan dari lapangan kerja. Seperti telah
komoditas yang diintervensi pemerintah melalui
diuraikan sebelumnya, luas lahan sawah yang
ketentuan Harga Dasar (floor price) dan Harga
akan tercetak di lokasi kajian 600 hektar.
Atap (celling price) disamping Harga Pasar.
Namun dalam kenyataannya, berdasarkan hasil
Untuk keperluan analisis dalam kajian ini harga
pengukuran hanya terdapat 475 hektar.
yang digunakan adalah Harga Pasar. Pada saat
Luas Lahan
dilakukan survey harga pasar padi yang berlaku
Berdasarkan prediksi awal luas lahan
di lapangan Rp 4.000/kg atau setara dengan Rp
yang akan tercetak adalah 600 hektar. Namun
4.400.000/ton.
berdasarkan hasil verifikasi survey, luas lahan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 788


Tabel 6. Asumsi-asumsi dan Penerimaan dari (Sumber: BP3K Kec.Cimaragas 2016 diolah)
Produksi Usahatani Padi Tidak semua pemilik lahan menggarap
Variabel Satuan Nilai
lahan usahataninnya, namun menyerahkan
Luas lahan sawah Ha 475
Produktivitas /Ha ton GKP* 6,2 lahan usahatani yang dimiliki kepada
Jumlah Produksi /musim ton GKP 2.945 penyakap. Biasanya pemilik ini berdomisili
Indeks Pertanaman (IP) - 3
Jumlah Produksi /tahun ton GKP 8.835 jauh dari lahan usahatani yang dimilikinya
Harga gabah Rp/ton 4.000.00 (dikota), atau mereka ini memiliki usaha lain
0
Pendapatan sawah/tahun Rp 35.340.000.000 sebagai penghasilan utama untuk
*) GKP = Gabah Kering Pungut
keluarganya, misal pengawai negeri/swasta,
Berdasarkan hasil survey di lokasi kajian, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup
produktivitas lahan sawah rata-rata mencapai untuk menggarap lahan usahataninya sendiri.
6,2 ton/hektar. Dengan luas lahan sawah yang Diantara keempat kategori pelaku
terairi 475 hektar maka dapat diprediksi total usahatani tersebut, buruh tani menempati
produksi padi yang didapat di lokasi kajian proporsi paling besar, yaitu 55 persen. Hal ini
sebesar 2.945 ton/musim, diperoleh dari hasil berarti pengadaan tenaga kerja untuk
perkalian 6,2 ton/hektar x 475 hektar. Dengan mengerjakan lahan-lahan usahatani tidak
jaminan air yang cukup sepanjang tahun dari terlalu mengalami kesulitan. Tercetaknya
saluran irigasi yang ditingkatkan, maka dapat lahan sawah, akan semakin memperbesar
dilaksanakan pola tanam maksimal padi-padi- kesempatan kerja untuk buruh tani.
padi, sehingga indeks pertanaman (IP) lahan Tabel 7. Jumlah Pelaku Usahatani Per Desa di
Kec. Cimaragas Tahun 2015
sawah di lokasi kajian 3. Dengan indeks
Pelaku Usahatani (orang)
pertanaman 3 dapat diprediksi jumlah produksi
Desa Pemilik
padi pertahun 8.835 ton. Pada saat dilakukan Pemi- Penya Buruh
Peng-
lik -kap Tani
garap
survai harga padi di pasaran Rp 4000.000/ton,
Cimaragas 27 52 115 357
sehingga total penerimaan dari lahan sawah
Beber 36 39 37 78
adalahsetara dengan Rp 35.340.000.000 /tahun Jayaraksa 25 55 79 128
PeningkatanKesempatan Kerja Raksabaya 51 33 69 228

Dengan tercetaknya lahan sawah di Bojongmalang 68 266 127 516


Jumlah 207 445 427 1.307
lokasi kajian, akan menciptakan kesempatan
Sumber: Programa BP3K Kec.Cimaragas 2016
kerja untuk bagi buruh tani untuk mengolah
Pengerjaan lahan sawah mulai dari
lahan. Perlu diketahui bahwa jumlah buruh tani
pengolahan lahan, penananam, penyiangan,
di lokasi kajian cukup banyak. Diantara pelaku
pemupukan sampai panen diperlukan tenaga
usahatani jumlah buruh tani menempati proporsi
kerja sebesar kurang lebih 80-95 HKP/hektar,
paling besar.
diambil rata-rata menjadi 85 HKP/hektar per
musim. Dengan luas lahan 475 hektar, maka
diperlukan tenaga pengolah lahan 40.375 HOK
per musim. Dengan asumsi lahan sawah irigasi
dapat ditanami 3 kali musim tanam dalam satu
tahun, maka diperlukan tenaga kerja 3 x 40.375
Gambar 2. Komposisi Jumlah Pelaku Usahatani HOK = 121.125 HOK/tahun. Dengan asumsi
di Kecamatan Cimaragas Tahun 2015

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 789


upah buruh tani di lahansawahRp75.000 per Salah satu upaya untuk mereduksi
HOK maka akan tercipta tambahan pendapatan kelemahan kecilnya sakala usahatani,
dari penciptaan lapangan pekerjaan tersebut dilakukan melalui pendekatan kelompok.
sebesar121.125 HOK x Rp75.000/HKP setara Dengan pendekatan berkelompok, diharapkan
dengan Rp9.084.375.000 per tahun. dapat meningkatkan efisiensi dalam
Tabel 8. Pendapatan dari Lapangan Kerja pengadaan sarana produksi, pengelolaan on
Variabel Satuan Nilai
farm, dan pemasaran hasil. Dengan
Luas lahan sawah Ha 475
pendekatan kelompok pembinaan
Curahan Tenaga Kerja HOK/H 85
a (penyuluhan) dalam rangka meningkatkan
Jumlah HOK /musim HOK 40.375 pengetahuan petani juga menjadi lebih efisien.
Indeks Pertanaman - 3
(IP) Jumlah petani di Kecamatan Cimaragas
Jumlah HOK /tahun HOK 121.125 2.312 orang, tergabung dalam 47 kelompok
Harga gabah Rp/HO 75.000
dan kelompok tani tersebut disatukan dalam 5
K
Pendapatan /tahun Rp 9.084.375.000 (lima) gabungan kelompok. Rincian Gabungan
kelompok tani dan jumlah keanggotaannya
Skala Pengelolaan Usahatani
dapat dilihat dalam tabel di atas. Dengan
Berdasarkan hasil pengamatan di
berkelompok sekalipun luas penguasaan
lapangan luas lahan garapan usahatani di
lahan rata-rata sempit, pengelolaan dan
Kecamatan Cimaragas hanya 0,278 hektar
pembinaan yang dijalankan relatif lebih efisien.
untuk lahan usahatani padi sawah dan 0,316
Perbaikan Indikator Makro Ekonomi
hektar untuk usahatani lahan darat. Usahatani
Ekspektasi pengembangan
padi yang berskala kurang dari ½ hektar
perekonomian yang berbasis pada
menurut Sayogyo (1989) termasuk petani
pencetakan lahan sawah tersebut, diuraikan
gurem. Pengelolaan usahatani yang dilakukan
sebagai berikut.
petani gurem, selain tidak efisien, juga tidak
Memacu Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)
dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar
Selama tiga tahun terakhir pertumbuhan
keluarga petani. Maka berdasarkan kondisi
ekonomi Kecamatan Cimaragas mengalami
tersebut dapat disimpulkan pengelolaan
kecenderungan meningkat. Berdasarkan PDRB
usahatani di Kecamatan Cimaragas kurang
atas dasar harga berlakutahun 2012 mengalami
ideal, dilihat dari sisi skala usaha atau luas
kenaikan 6,60 persen, meningkat menjadi 8,54
pengelolaannya.
persen tahun 2013, dan kemudian menjadi
Tabel 9. Luas Lahan Garapan Rata-rata
Usahatani Per Desa2015 10,55 persen tahun 2014.
Lahan (Ha) Atas dasar harga konstan tahun 2000,
No Desa
Sawah Darat PDRB tahun 2012 mengalami kenaikan 2,10
1 Cimaragas 0,22 0,28 persen, menjadi 82,63 persen tahun 2013, dan
2 Beber 0,35 0,30 kemudian menjadi 3,60 persen tahun 2014.
3 Jayaraksa 0,28 0,24 Dengan dibangunnya lahan sawah baru,
4 Raksabaya 0,30 0,48 akan terjadi pengembangan sumber
5 Bojongmalang 0,24 0,28
pendapatan baru pada subsector pertanian
Rata-rata 0,278 0,316
tanaman pangan, serta diharapkan memiliki
Sumber: Programa BP3K Kec. Cimaragas, 2016

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 790


efek multiplier terhadap pengembangan home Pencetakan lahan sawah di lokasi kajian
industry,berbasis hasil pertanian. memiiliki keselarasan dengan tata nilai yang
dianut oleh masyarakat, serta mendapat
apresiasi yang positif dari masyarakat setempat.
Semua responden yang lahan usahataninya
berpotensi dijadikan lahan sawah menyatakan
persetujuannya.
Status penguasaan lahan obyek kajian
terdiri dari lahan usahatani yang digarap
pemiliknya sendiri dan lahan usahatani yang
disakapkan. Semua lahan obyek kajian
Gambar 3. Kontribusi Per Sektor Ekonomi
Terhadap PDRB Kec. Cimaragas Tahun 2014 berstatustanah adat. Dalam kondisi seperti ini,
(Sumber : BPS, Kec. Cimaragas Dalam Angka diolah)
dapat diperkirakan tidak akan banyak
Perluasan Mata Pencaharian
mengalami kesulitan birokrasi untuk dialih
Pertanian masih menjadi basis
fungsikan menjadi lahan sawah.
matapencaharian dominan bagi penduduk
setempat. Proporsi jumlah petani dan buruh
4. SIMPULAN DAN SARAN
tani mencapai 46 persen. Proporsi mata
4.1. Simpulan
pencaharian terbesar yang kedua adalah
Hasil Kajian Kelayakan Teknis
buruh, yaitu 30 persen.
a. Dengan asumsi dibuat bendung di Sungai
Cikembang, bisa dibuat jaringan irigasi
yang dapat mengairi lahan kajian. Luas
lahan yang semula diprediksi 600 Ha
setelah dilakukan pengukuran hanya
mencapai 475 Ha.
b. Berdasarkan hasil kajian kelayakan teknis
berbasiskan pada PP Nomor 1 tahun
2011, dengan indikator: jenis tanah;
Gambar 4. Jumlah Penduduk Kec Cimaragas
Berdasarkan Matapencahariannya kondisi agroklimat; kandungan unsur hara

Dengan dibangunnya lahan sawah akan makro; produktivitas lahan; indeks

melahirkan kesempatan kerja baru. Untuk pertanaman (IP) serta prasarana dan

menggarap satu hektar sawah dibutuhkan sarana penunjang, hamparan lahan yang

tenaga kerja ±85 HOK/hektar/musim. Apabila menjadi obyek kajian seluas ±475 ha

dalam satu tahun dilakukan penanaman memenuhi syarat untuk dijadikan lahan

sebanyak tiga kali, maka diperlukan tanaga pertanian pangan berkelanjutan.

kerja 225 HKO/hektar/tahun. Dengan Hasil Kajian Kelayakan Ekonomis

tercetaknya lahan sawah seluas 475 hektar a. Pencetakan lahan sawah dilakoasi kajian
akan membuka kesempatan kerja 121.125 diprediksi bermanfaat ekonomis langsung
HOK /tahun. dari penerimaan hasil produksi padi 8.835
Kajian Kelayakan Sosial ton GKP/tahun setara Rp 35.340.000.000.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 791


Potensi peningkatan pendapatan juga Badan Ketahanan Pangan Daerah (2010)
Laporan Tahunan.
diperoleh dari kesempatan kerja yang
BPS Kabupaten Ciamis (2013). Kabupaten
tercipta sebesar 121.125 HOK/tahun yang Ciamis Dalam AngkaTahun 2013.
Biro Pusat Statistik (2014). Statistik Pertanian
setara dengan Rp 9.084.375.000.
Tahun 2014.
b. Ide pencetakan lahan pertanian pangan GumbiraSa’id, 2001. Peranan Motivasi Ilmu
dan Teknologi dalam Pengembangan
berkelanjutanini direspon positif masyarakat
Pertanian Modern. Magister Manajemen
setempat. Hal ini dicirikan dengan tidak Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
adanya responden yang menolak atas ide
MuhamadiEman, Aminullah, Budi Susilo. 2001
pencetakan lahan pertanian pangan Analisis Sistem Dinamis Lingkungan
Hidup, Sosial,
tersebut.
EkonomiManajemen.UniversitasMuham
Hasil Kajian Kelayakan Sosial adiyah Jakarta. Jakarta.
Syamsudin Abbas, 1997. Revolusi Hijau
a. Status penguasaan lahan yang akan
Dengan Swasembada Beras Dan
dijadikan sawah tersebut berstatus tanah Jagung .BadanP engendali Bimas
Dirjen Tanaman Pangan Dan
adat, sehingga tidak akan mengalami
Hortikultura Departemen Pertanian.
hambatan birokrasi yang berarti mengalih- Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 07/
fungsikannnya dari lahan kebun campuran
Permentan/OT.140/2/2012 tentang
menjadi lahan sawah. Pedoman Teknis Kriteria dan
Persyaratan Lahan Pangan Pertanian
b. Dengantercetaknya lahan sawah irigasi
Pangan Berkelanjutan (LP2B); Lahan
baru diharapkanjumlahhari orang bekerja Cadangan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LCP2B) dan Kawasan
(HOK) buruh tani akanmeningkat.
Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B)
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut di
atas disarankan sebagai berikut.
a. Masih ada satu aspek lain yang harus
dikaji yaitu kelayakan dari aspek ekologis
atau aspek lingkungan hidup (LH).
b. Prasyarat untuk terpenuhinya lahan obyek
kajian agar dapat dijadikan lahan
pertanian pangan berkalanjutan adalah
dengan dibangunnya Bendung Sungai
Cikembang. Maka oleh sebab itu kajian ini
diharapkan akan menjadi salah satu
referensi untuk menguatkan perencanaan
Pembangunan Bendungan di Sungai
Cikembang.

5. DAFTAR PUSTAKA
Atang, 2001. Pendekatan Sistem Pada
Agribisnis Padi Sawah dan Strategi
Pengembangannya.Program Sudi
Agribisnis Pascasarjana Unsil.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 792


MENCERMATI KOMODITAS KAKAO MENUJU PENINGKATAN DAYA SAING

Syarif Imam Hidayat

Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jawa Timur


Email: syarifimamhidayat@yahoo.com

ABSTRAK

Pengusahaan kakao di Indonesia dilakukan melalui tiga bentuk usaha, yaitu perkebunan rakyat,
perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta. Kakao, khususnya yang dihasilkan oleh
rakyat, di pasaran internasional masih dihargai paling rendah karena citranya yang kurang baik,
yakni didominasi biji-biji tanpa fermentasi, dengan kotoran tinggi, serta terkontaminasi serangga,
jamur, atau mikotoksin. Indonesia memiliki potensi untuk meningkatkan daya saing dengan
meningkatkan produk olahan kakao. Namun, industri pengolahan kakao di Indonesia hingga saat
ini belum berkembang, bahkan tertinggal dibandingkan negara-negara produsen olahan kakao
yang tidak didukung ketersediaan bahan baku yang memadai, seperti Malaysia. Untuk itu, maka,
upaya pengembangan dan peningkatan daya saing diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
penetrasi kakao dan produk kakao Indonesia di pasar ekspor, baik dalam kaitan perluasan pasar
maupun paradigma agribisnis kakao sebagai sebuah sistem.

Kata kunci: Kakao, Daya Saing

1. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu


Secara umum terdapat sekitar 50 komoditas andalan perkebunan yang
negara produsen kakao yang terbagi memegang peranan cukup penting dalam
dalam 3 benua, yaitu Afrika yang perekonomian Indonesia, yakni sebagai
menguasai sekitar 65 persen kakao dunia, penghasil devisa negara, sumber
Asia sekitar 20 persen, dan Amerika latin pendapatan, penciptaan lapangan kerja,
sekitar 15 persen. Sedangkan dari sisi mendorong pengembangan agribisnis dan
industri (world cocoa brinding), Indonesia agroindustri serta pengembangan
berada di nomor tujuh dunia di bawah pengelolaan sumberdaya alam wilayah.
Belanda, Amerika, Jerman, Pantai Indonesia saat ini adalah negara terbesar
Gading, Malaysia dan Brazil. Indonesia ketiga produsen kakao dunia dengan
merupakan negara produsen utama share produksi 13,6% setelah Pantai
kakao dunia. Luas areal tanaman kakao Gading (38,3%) dan Ghana (21,6%)
Indonesia tercatat 1,4 juta hektar dengan (Suara Karya-online.com).
produksi kurang lebih 500 ribu ton per Konsumsi dunia diperkirakan akan
tahun, menempatkan Indonesia sebagai lebih tinggi dari produksi yang mencapai
negara produsen terbesar ketiga dunia 4,1 juta ton. Pertumbuhan rata-rata
setelah Evory Coast (Pantai Gading) dan sepanjang 2007-2012 diperkirakan
Ghana. Pantai Gading, dengan luas area mencapai 2,7% per tahun. ICCO
1,6 Ha dan produksinya sebesar 1,3 juta (International Cocoa Organization)
ton per tahun dan Ghana sebesar 900 memperkirakan dalam jangka panjang
ribu ton per tahun. akan terjadi defisit kakao dunia sekitar 10-

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 793


50 ribu ton setiap tahun akibat makin Indonesia termasuk negara pengekspor
tingginya konsumsi. penting dalam perdagangan biji kakao.
Permasalahan yang dihadapi Sedangkan untuk produk olahan kakao,
komoditas kakao, antara lain masih seperti disinggung sebelumnya, ekspor
rendahnya produktivitas dan mutu kakao Indonesia belum menunjukkan
sehingga harga biji kakao Indonesia di perkembangan yang berarti. Perdagangan
pasar internasional terkena diskon USD luar negeri komoditi tersebut sejalan
200/ton atau 10%-15% dari harga pasar, dengan kebijakan di bidang perdagangan
hambatan lain adalah tingginya beban luar negeri yang diterapkan oleh
pajak ekspor kakao sampai 15%, dan pemerintah Indonesia. Luas perkebunan
naiknya harga pupuk bersubsidi hingga tersebut meningkat menjadi 1.432.558 Ha
mencapai rata-rata 35% (Haryono, dkk, (tahun 2009). Secara rata-rata
2011). pertumbuhan luas perkebunan kakao di
Indonesia dari tahun 2000- 2009 adalah
2. METODE PENELITIAN sebesar 8 persen.
Penelitian dilaksanakan dengan Untuk pengembangan dan
menggunakan analisis data sekunder. peningkatan daya saing produk kakao,
Data yang dikumpulkan dianalisis secara pemerintah telah mengeluarkan
deskriptif. serangkaian kebijakan produksi dan
perdagangan produk olahan kakao. Oleh
3. HASIL DAN PEMBAHASAN karena itu, dapat dikatakan bahwa
3.1. Kinerja Komoditas Kakao Indonesia memiliki potensi untuk
Indonesia merupakan negara meningkatkan daya saing dengan
produsen utama kakao dunia. Luas areal meningkatkan produk olahan kakao.
tanaman kakao Indonesia tercatat 1,4 juta Namun, industri pengolahan kakao di
hektar dengan produksi kurang lebih 500 Indonesia hingga saat ini belum
ribu ton per tahun, menempatkan berkembang, bahkan tertinggal
Indonesia sebagai negara produsen dibandingkan negara-negara produsen
terbesar ketiga dunia setelah Evory Coast olahan kakao yang tidak didukung
(Pantai Gading) dan Ghana. Pantai ketersediaan bahan baku yang memadai,
Gading, dengan luas area 1,6 Ha dan seperti Malaysia.
produksinya sebesar 1,3 juta ton per Peluang Indonesia untuk merebut
tahun dan Ghana sebesar 900 ribu ton pasar dunia sangat luas. Pasalnya,
per tahun. beberapa negara produsen kakao Seperti
Biji kakao maupun produk olahan Papua New Guinea, Vietnam, Malaysia
kakao merupakan komoditas yang dan Filipina masih jauh di bawah
diperdagangkan secara internasional. Indonesia. Untuk dapat meraih peluang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 794


pasar tersebut, diperlukan peningkatan 3.2. Sumbangan Ekspor Kakao
produktivitas, penggunaan varietas Terhadap Ekspor Nasional
unggul, perlakuan fermentasi dengan Bila dilihat komoditas ekspor
benar penanganan gangguan organisma kakao selama sepuluh tahun terakhir
pengganggu tanaman(OPT) di sektor on ternyata kontribusi terhadap total ekspor
farm. Sedangkan di sektor off farm, perlu nasional masih kecil yaitu rata-rata
perbaikan industri pengolahan sehingga sebesar 1,04 persen. Tercatat nilai ekspor
dalam perdagangan internasional produk kakao tahun 2011 mencapai US$ 1,3
Indonesia diakui dan dihargai bahkan milyar, sebagaimana dapat dilihat pada
mampu memperoleh harga premium. Gambar 1.
Salah satu cara untuk mendorong
pengembangan industri pengolahan biji
kakao dalam negeri adalah peningkatan
mutu, di samping itu diperlukan juga
instrumen fiskal berupa insentif dan
disinsentif fiskal yang disediakan Gambar 1. Perbandingan Kontribusi
pemerintah. Demikian pula dengan pelaku Komoditas Ekspor Hasil Perkebunan
Indonesia Indonesia Terhadap Ekspor
usaha terutama eksportir agar tidak hanya Nasional Tahun 2010
mencari keuntungan semata, tetapi juga
selalu berorientasi ekspor bukan dalam Saat ini komposisi komoditas ekspor

bentuk biji kakao agar nilai tambah produk Indonesia masih tetap didominasi oleh

kakao meningkat. Dengan begitu ekspor hasil mineral (HS 27) sebesar

diharapkan terjadi peningkatan daya saing hampir 30% atau nilainya sebesar US$

produk kakao Indonesia. 46,8 milyar. Komoditas hasil perkebunan

Produk unggulan kakao saat ini cenderung meningkat, seperti minyak

mempunyai daya saing yang relatif baik nabati dari produk kelapa sawit (Crude

sejak 2002, namun mempunyai Palm Oil) yang sebesar 10,34%.

kecenderungan terjadi penurunan di tahun Kemudian disusul hasil kopi dan rempah-

2011. Kondisi tersebut diikuti juga nilai rempah sebesar 10,80%. Diikuti karet dan

ekspornya saat ini banyak dalam bentuk barang dari karet sebesar 6%.

bahan baku sehingga nilai tambah produk Sejak tahun 2002 sampai dengan

ini menjadi tidak optimal. Untuk 2011, kakao terus mengalami peningkatan

meningkatkan dan mendorong daya saing sharenya terhadap ekspor nasional. Rata-

kakao dan produk-produk dari kakao rata sharenya terhadap ekspor nasional

diperlukan upaya-upaya strategis, salah adalah 1%. Untuk tahun 2011, kontribusi

satu diantaranya adalah melalui kebijakan terhadap ekspor nasional sebesar 1,04

fiskal. persen. Dan ke depan kontribusi ini dapat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 795


ditingkatkan bila daya saing komoditas ini meningkatkan kesejahteraan petani kakao
juga ditingkatkan demikian juga di Kabupaten Jember, yakni di Desa
pengembangan produk dan peningkatan Nogosari Kecamatan Rambipuji dan Desa
nilai tambah produk-produk kakao. Tamansari Kecamatan Wuluhan (Hidayat
Kalau memperhatikan hasil dkk, 2014). Komoditas kakao di lokasi
penelitian Haryono, Soetriono, Hartadi, penelitian mempunyai keunggulan
dan Aji (2011), dapat dikemukakan bahwa komparatif yang ditunjukkan oleh
produksi kakao di Jawa Timur cenderung besaran nilai koefisien DRCR yang <1 dan
meningkat seperti tampak dalam grafik keunggulan kompetitif yang ditunjukkan
pada Gambar 2. Namun demikian, dengan nilai PCR sebesar 0.5803.
peningkatan kuantitas ini belum diikuti Tabel 1. Analisis Nilai Tambah Pengolahan
oleh peningkatan kualitas, sehingga Kakao Menjadi Bubuk

sangat dibutuhkan upaya-upaya strategis Variabel Nilai


Output, Input dan Harga
peningkatan kualitas yang akan
 Hasil produksi: Bubuk
40
berdampak pada peningkatan daya saing Cokelat (Kg)
 Bahan baku (Kg) 100
produk kakao.
 Tenaga Kerja (HOK) 21

Trend Produksi Kakao  Faktor Konversi 0,4


 Koefisien Tenaga Kerja 0,21
 Harga Produk (Rp/Kg) Rp 185.000,00
 Upah Tenaga Kerja (HOK) Rp 30.000,00
Penerimaan dan
Keuntungan (Rp/org)
 Harga Kakao (Rp/Kg) Rp 25.000,00
 Sumbangan input lain
Rp 10.000,00
(Rp/Kg)
 Nilai Produksi (Rp/Kg) Rp 74.000,00
 Nilai Tambah (Rp/Kg) Rp 39.000,00
 Rasio Nilai Tambah (%) 53%
 Imbalan Tenaga Kerja
Rp 6.300,00
(Rp/Kg)
 Pangsa Tenaga Kerja (%) 16%
Gambar 2. Trend Produksi Kakao di Jawa
Timur tahun 2003-2016  Keuntungan (Rp/Kg) Rp 32.700,00
 Tingkat Keuntungan (%) 84%

3.3. Daya Saing Kakao Balas Jasa Faktor Produksi


 Marjin (Rp/Kg) Rp 49.000,00
Guna mengetahui kinerja agribisnis
 Imbalan Tenaga Kerja (%) 13%
kakao yang nantinya dikaitkan dengan  Sumbangan Input Lain (%) 20%
daya saingnya, terlebih dulu akan  Keuntungan Pemilik Modal
67%
(%)
dipaparkan hasil penelitian penulis Sumber : Analisis Data Primer, 2014
tentang pengembangan komoditas kakao
sebagai produk unggulan agroindustri Riset yang dilakukan oleh Haryono,

makanan minuman ringan untuk Soetriono, Hartadi, Aji (2011),

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 796


menunjukkan bahwa usahatani kakao Jawa Timur, sehingga mungkin kurang
memiliki keunggulan komparatif dan bisa menggambarkan tingkat daya saing
keunggulan kompetitif sebagaimana kakao secara umum di Jawa Timur. Perlu
ditunjukkan nilai DRC = 0,6148 dan nilai penelitian lanjutan mengenai analisis daya
PRC= 0,7976, pada Tabel 2. Penelitian ini saing kakao pada perkebunan pemerintah
mengambil sampel pada salah satu dan perkebunan rakyat yang ada di Jawa
perusahaan perkebunan besar swasta di Timur.

Tabel 2. Hasil Matrik Analisis Kebijakan untuk Keunggulan Komparatif Usahatani Kakao per
Hektar Tahun 2010
Policy Analysis Matrix: Kakao (Rp/Ha)
Input
Revenue Domestic Profits
Tradables
Factor
Private 20.544.000 5.349.713 12.118.612 3.075.675
Social 21.429.050 4.421.088 10.456.682 6.551.280
Divergences -885.050 928.625 1.661.930 3.475.605
DRC = 0,6148
PCR = 0,7976
Sumber: Analisis Data Primer, 2010

Menurut Buku Tarif Bea Masuk dapat dilihat pada Tabel 3. Indeks
Indonesia/Harmonized System (HS) 2 Spesialisasi Perdagangan (ISP)
digit maka kakao bernomor HS 18. merupakan indeks yang digunakan untuk
Komoditas ini merupakan komoditas menganalisis posisi atau tahapan
unggulan Indonesia yang mempunyai perkembangan komoditas kakao
daya saing cukup bagus karena memiliki Indonesia. Indeks ini dapat memberi
RCA lebih besar dari 1.Sepuluh tahun gambaran apakah spesialisasi Indonesia
terakhir keunggulan komparasi kakao sebagai negara importir ataukah
Indonesia rata-rata di atas 4, yang berarti eksportir kakao. Demikian juga Indeks
daya saing ekspor kakao Indonesia cukup Konsentrasi Pasar (IKP) atau Hirschman
bagus. Namun tahun 2011 mengalami Herfindahl Index (HHI). HHI ini akan
penurunan menjadi 2,75 yang hampir memberikan gambaran kerentanan
sama dengan RCA Malaysia sebesar ekspor kakao ke negara-negara tujuan
2,52. RCA Indonesia dan Malaysia ini ekspor utama Indonesia seperti
sangat jauh dengan RCA negara Pantai Malaysia, Singapura, China, Amerika
Gading yang menguasai pasar dunia dan Perancis.
ataupun dengan Ghana. Sebagaimana

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 797


Tabel 3. RCA Kakao Indonesia dan Beberapa Negara Eksportir Lainnya Tahun 2002-
2011

Pada Tabel 4, Indeks Spesialisasi Singapura, China Amerika dan


Perdagangan (ISP) Indonesia Perancis) masih relatif kecil. Artinya
menunjukkan rata-rata di atas 0,80 dan apabila terjadi kegoncangan ekonomi
Tahun 2011 sebesar 0,77. Hal ini atau krisis ekonomi di negara-negara
mengindikasikan bahwa spesialisasi tujuan ekspor kakao tersebut akan
Indonesia masih sebagai negara eksportir mempunyai pengaruh relatif kecil atau
kakao. Bila dibandingkan ISP negara tidak signifikan.
Pantai Gading dan Ghana sangatlah jauh.
Negara ini merupakan eksportir utama
dunia sehingga Pantai Gading ISPnya 1.
Demikian juga Ghana mendekati 1 atau
0,99.
Bila dibandingkan dengan ISP
Malaysia masih jauh di bawah 0,5. Hal ini
berarti Malaysia merupakan negara
importir kakao, demikian juga dengan
negara mitra dagang Indonesia lainnya,
seperti Brasil. Negara ini pun merupakan
negara importir kakao karena ISPnya pun
kecil.
Hasil Indeks Konsentrasi Pasar
(IKP) atau Hirschman Herfindahl Index
(HHI) Indonesia didapat rata -rata sebesar
0,35. Nilai ini menunjukkan bahwa
ketergantungan atau konsentrasi pasar
dengan negara tujuan (Malaysia,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 798


Tabel 4. HHI, ISP Kakao Indonesia dan Beberapa Negara Lain Tahun 2001-2010

3.4. Upaya Meningkatkan Daya Saing b) Kegiatan pendampingan, advokasi,


Kakao dan bimbingan baik teknis maupun
Memperhatikan kondisi, potensi dan manajerial digalakkan agar
kinerja kakao di Indonesia, maka pengetahuan, keterampilan, dan
dibutuhkan langkah-langkah dan tindakan wawasan petani pada komoditas
nyata secara sistematis dan berkelanjutan kakao meningkat.
agar agribisnis kakao dapat tumbuh dan c) Menyikapi laju konversi lahan yang
berkembang serta berdaya saing tinggi di tinggi, maka optimalisasi penggunaan
pasar internasional. lahan dengan program budidaya
Beberapa alternatif strategi yang kakao rakyat secara massal dan
dapat dilaksanakan adalah: sistematis, dapat diselenggarakan
a) Perlu melaksanakan program dan melalui pemanfaatan pekarangan dan
kegiatan usahatani kakao terutama perladangan yang kurang produktif.
yang diusahakan pada perkebunan d) Sinergitas dan kolaborasi antar
rakyat, dalam perspektif agribisnis stakeholders agribisnis kakao. Upaya
sebagai suatu sistem. Hal ini sangat ini dapat dilakukan mengingat
dibutuhkan agar para petani kegiatan antar subsistem dalam
memahami proses budidaya yang agribisnis saling terkait dan
tepat, cara pengolahan dengan berhubungan sehingga integrasi
memanfaatkan teknologi sederhana tersebut akan meningkatkan kinerja
menggunakan sumberdaya lokal kakao.
sehingga terjadi peningkatan nilai e) Revitalisasi kelembagaan dan
produk dan pada akhirnya nilai peningkatan kinerja organisasi
tambahnya akan diperoleh para (petani, pemangku kepentingan) yang
pelaku, masyarakat, dan pemerintah profesional, untuk mendukung
setempat.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 799


efisiensi dan efektifitas agribisnis m) Akselerasi aturan dan kebijakan yang
kakao. memberikan iklim kondusif bagi
f) Peningkatan sistem dan terobosan pengusahaan dan pemasaran kakao
pemerintah daerah untuk merespons dalam negeri.
upaya peningkatan mutu kakao,
standarisasi produk melalui perbaikan 4. SIMPULAN DAN SARAN
budidaya dan pembuatan manual Diperlukan pengembangan produk
prosedur tiap tahapan dalam turunan kakao sehingga tidak hanya
subsistem agribisnis kakao. produk primer seperti biji kakao mentah
g) Upaya pemberdayaan agribisnis tetapi perlu dilakukan upaya pergeseran
kakao skala kecil melalui kredit modal (shifting) keunggulan dari sektor primer
usaha dengan bunga rendah akan menuju sektor pengolahan kakao seperti
membantu hidup dan bertahannya cocoa powder, cocoa butter karena
usahatani ini dalam jangka waktu mempunyai nilai tambah (vallue added)
lama, dan terhindarnya petani dari lebih besar dibanding ekspor biji kakao.
jeratan para tengkulak serta rentenir. Salah satu jalan yang ditempuh
h) Terwujudnya program CSR (corporate guna meningkatkan daya saing komoditas
social responsibility, tanggungjawab kakao Indonesia adalah melakukan
social) PTPN kakao dan Puslit Kakao pengalihan pasar selain negara tujuan
kepada para petani kakao skala kecil ekspor saat ini. Tetapi juga melakukan
untuk mengangkat harkat dan penetrasi pasar pada beberapa negara
martabat mereka. Asia lainnya seperti India, karena India
i) Pelibatan akademisi (perguruan mempunyai tren permintaan kakao yang
tinggi) dalam membina, dan terus meningkat.
diseminasi hasil-hasil penelitian Perlunya peninjauan kembali
kepada para petani kakao. mengenai pengenaan bea keluar atas

j) Efektifitas dan efisiensi usaha yang kakao. Sebagai contoh pengenaan ekspor

memanfaatkan tenaga kerja keluarga. kakao mentah dikenakan bea keluar

k) Pembangunan sarana dan prasarana berjenjang yaitu pengenaan bea keluar

teknologi informasi dan komunikasi yang jauh lebih tinggi pada kakao mentah

sehingga informasi pasar dan dibanding produk kakao yang telah

aksesibilitas terhadap institusi publik difermentasi. Demikian juga produk kakao

dapat dilakukan. fermentasi lebih tinggi dari produk

l) Peningkatan dan perluasan program turunannya. Di samping itu, perlu

keberpihakan pemerintah dan swasta keseriusan pemerintah untuk memenuhi

kepada petani kakao. infrastruktur yang memadai yang


diperlukan di sentra-sentra produk kakao

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 800


melalui peningkatan APBN maupun Kotler, P., Kevin, K.L. . 2006. Metodologi
Penelitian: Aplikasi Dalam
APBDnya.
Pemasaran. Jakarta.
Porter, M.E. 1990. The Competitive
Advantage of Nations.The Free
5. DAFTAR PUSTAKA
Press. New York
Rifin A. 2009. Export competitiveness of
Arifin, Syamsul , Ediana Rae, Dian dan Indonesia palm oil product. Trends
Joseph PR. Charles, 2007, Kerja in Agricultural Economics 3(1): 1-18.
Sama Perdagangan Internasional, Rubiyo & Siswanto. 2012. Peningkatan
Peluang dan Tantangan bagi produksi dan pengembangan kakao
Indonesia, Jakarta: Penerbit PT Elex (Theobroma cacao L.) di Indonesia.
media Komputindo. Buletin Riset Tanaman Rempah dan
Daryanto A. 2009, Konsep Daya Saing. Aneka Tanaman Industri, 3(1): 33-
Yogyakarta: BPEE. 48.
David FR. 2004. Konsep Manajemen Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional.
Strategis. Jakarta: PT Indeks. Ed. 5. Penerjemah Haris Munandar.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Jakarta: Erlangga.
Statistik Perkebunan Indonesia Sisfahyuni, Saleh, M.S., & Yantu, M.R.
2010-2012: Kakao (p. 53). Jakarta: 2011. Kelembagaan pemasaran
Ditjenbun Kementan. kakao biji di tingkat petani
Hamdy, H. 2001. Ekonomi Internasional – Kabupaten Parigi Moutong Provinsi
Teori dan Kebijakan Perdagangan Sulawesi Tengah. Jurnal Agro
Internasional. Buku 1, Edisi Revisi. Ekonomi, 29(2): 191-216.
Jakarta: Ghalia Indonesia. Tambunan, Tulus, 2003, Perdagangan
Haryono, D. Soetriono, Hartadi, R. dan Internasional dan Neraca
Aji, JMM. 2011. Analisis Daya Saing Pembayaran, Teori dan temuan
dan Dampak Kebijakan Pemerintah Empiris. Jakarta: LP3ES.
Terhadap Produksi Kakao di Jawa Wibowo,I. 2004, Belajar dari China,
Timur. Fakultas Pertanian Bagaimana Cina Merebut Peluang
Universitas Jember, Dari Era Globalisasi, Jakarta:
Hasibuan, A.M., Nurmalina, R., & Penerbit Kompas.
Wahyudi, A. (2012) Analisis kinerja Widiana, A. 2007, Kebijakan
dan daya saing perdagangan biji Perdagangan Uni Eropa Terhadap
kakao dan produk kakao olahan Ekspor Indonesia dan Pola Ekspor
Indonesia di pasar internasional. Indonesia, Jurnal Ekonomi dan
Buletin Riset Tanaman Rempah dan Bisnis, 9(2).
Aneka Tanaman Industri, 3(1): 57-
70.
Hidayat, S.I, Nurhadi, E. Indah, P.N. dan
Widayanti, S. 2014. Pengembangan
Agroindustri Kakao Menjadi
Minuman Ringan Untuk Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat di
Kabupaten Jember. Skim MP3EI.
Ditlitabmas Dikti (2013-2015).
Hidayanto, M., Supiandi, S., Yahya, S., &
Amien, L.I. 2009. Analisis
keberlanjutan perkebunan kakao
rakyat di kawasan perbatasan Pulau
Sebatik, Kabupaten Nunukan,
Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal
Agro Ekonomi, 27(2): 213-229.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 801


ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN
BUDIDAYA BENIH IKAN LELE (Clarias gariepinus)
(Studi Kasus Kelompok Tani Motekar Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung)

Taufiq Rahman Hakim1, Atikah Nurhayati2, Ayi Yustiati2, Achmad Rizal2


1)
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Padjadjaran
2)
Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Padjadjaran
1)
Email: taufiqojan@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan di Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis strategi pemasaran ikan lele dan pengembangan pemasaran benih ikan lele di
Kelompok Tani Motekar Ciparay. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada
Kelompok Tani Motekar. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif dengan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal Kelompok Tani Motekar, serta
perumusan strategi pengembangan menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan hasil penelitian
Kelompok Tani Motekar berada pada strategi I. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif dimana Kelompok Tani Motekar dapat
memanfaatkan peluang yang ada seperti permintaan benih ikan lele yang semakin meningkat,
memiliki hubungan yang baik dengan stakeholder, kesadaran masyarakat terhadap konsumsi dan
nilai gizi ikan, bantuan pemerintah berbentuk fisik, dan penyuluhan perikanan lapangan.
Berdasarkan pemaknaan strategi menghasilkan tiga alternatif strategi yaitu: 1) Mempertahankan
kualitas dan Kontinuitas benih ikan dalam menghadapi perkembangan usaha pembenihan (S2, S3,
O1), 2) Meningkatkan kualitas benih dan sarana produksi agar dapat meningkatkan nilai gizi pada
benih ikan lele (S2, S4, O3, O4), 3) Meningkatkan kerjasama dengan bandar dan penyuluh
perikanan lapangan (PPL) untuk dapat menghadapi tuntuntan masyarakat terhadap nilai gizi ikan
(S1, O3, O4).

Kata kunci: Benih, Kelompok Tani, Lele, Pemasaran, SWOT

1. PENDAHULUAN benih ikan pada tahun 2015, benih ikan


Ikan lele (Clarias gariepinus) lele menempati urutan kedua dengan
merupakan salah satu jenis air tawar yang jumlah produksi benih sebesar
digemari oleh masyarakat Kabupaten 492.135.613 ekor.
Bandung karena memiliki rasa daging Masalah yang dihadapi oleh
yang lezat, mudah dicerna dan bernilai pembudidaya benih ikan lele sangat
gizi cukup tinggi (Prasetiyono, 2008). Ikan beragam, terutama dalam pengembangan
lele merupakan salah satu komoditas produksi benih ikan lele, baik dilihat dari
perikanan air tawar yang banyak sisi jumlah petani, luas lahan, serta tingkat
diproduksi dan dibudidayakan oleh para produktivitas yang dapat dicapai, maupun
pembudidaya ikan di Jawa Barat. Salah pemasaran hasil produksi (Prasetiyono,
satu sentra produksi budidaya benih ikan 2008), seperti yang terjadi di Kecamatan
lele di Jawa Barat adalah Kabupaten Ciparay. Kecamatan Ciparay merupakan
Bandung. Berdasarkan data Dinas salah satu Kecamatan yang berkontribusi
Peternakan dan Perikanan Kabupaten terhadap hasil produksi benih ikan lele di
Bandung mengenai produksi budidaya Kabupaten Bandung. Produksi benih ikan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 802


lele tersebut mengalami fluktuasi pada kebijakan strategi pemasaran, dan untuk
setiap bulannya. sumber informasi dalam penelitian ini
Kelompok Tani Motekar merupakan adalah individu yang terlibat dalam
kelompok tani yang berada di Desa perencanaan strategi pemasaran produk.
Ciparay, Kecamatan Ciparay, Kabupaten
Bandung. Desa Ciparay memiliki potensi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Analisis Lingkungan Internal dan
lahan Usaha Pembenihan Rakyat (UPR) Eksternal Kelompok Tani
lele seluas 3723 m, yang di manfaatkan
3.1.1. Analisis Lingkungan Internal
sepenuhnya oleh kelompok tani Motekar
Analisis lingkungan internal
(Mustofa 2013). Kelompok tani Motekar
diperlukan untuk mengetahui kekuatan
mempunyai mekanisme usaha yang
dan kelemahan bersaing Kelompok Tani
meliputi alur pengadaan benih
Motekar dengan melakukan proses
(pembenihan) dan alur perdagangan
identifikasi terhadap berbagai faktor yang
melalui pemasaran hasil produksi. Dalam
ada dalam area fungsional Kelompok Tani
pemasaran suatu komoditi, produsen
Motekar, yang meliputi manajemen,
memiliki beberapa alternatif dalam
pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi
menjual produk yang asilkannya ke
/operasi, penelitian dan pengembangan,
konsumen. Pemasaran benih ikan lele
dan sistem informasi manajemen (Wijaya,
sangkuriang di kelompok tani Motekar,
2013).
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di
Manajemen dalam Kelompok Tani
sekitar daerah budidaya, baik antara
Motekar sudah cukup baik, dapat dilihat
daerah di Kabupaten Bandung maupun di
dari struktur organisasi yang sistematis
luar Kabupaten Bandung.
dan bekerja pada seksi-seksi yang sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh
2. METODE PENELITIAN
Kelompok tani Motekar tersebut. Selain
Metode penelitian yang digunakan
itu, pengorganisasian mudah dilakukan
adalah studi kasus di Kelompok Tani
karena anggota dari Kelompok Tani
Motekar. Studi kasus adalah penelitian
Motekar adalah penduduk asli kampung
tentang status penelitian yang berkenaan
Lio.
dengan suatu fase spesifik atau khas dari
keseluruhan personalitas (Nazir, 1998).
3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal
Subjek penelitian ini adalah strategi
Lingkungan eksternal dalam
pemasaran benih ikan lele hasil kelompok
penelitian ini meliputi faktor demografi,
tani Motekar. Fase spesifik dari penelitian
ekonomi, alam, teknologi, pelanggan, dan
ini mulai dari analisis lingkungan
pesaing.
perusahaan hingga rekomendasi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 803


Tabel 6. Faktor Eksternal Kelompok Tani Motekar

No Pilihan
Peluang Pemasaran Benih Ikan Lele
1. Permintaan benih ikan lele yang semakin meningkat (O)
2. Memiliki hubungan yang baik dengan stakeholder (O)
3. Kesadaran masyarakat terhadap konsumsi dan nilai gizi ikan (O)
4. Bantuan dari pemerintah berbentuk fisik (O)
5. Penyuluhan yang rutin dari PPL (O)
Ancaman Pemasaran Benih Ikan Lele
1. Ketidaktersediannya pakan alami (T)
2. Adanya tuntutan masyarakat terhadap lingkungan yang sehat (T)
3. Bertambahnya pembudidaya benih ikan lele di Desa Ciparay (T)
4. Harga benih ikan lele di daerah lain yang lebih murah (T)
5. Berkembangnya usaha pembenihan ikan lele di daerah lain (T)

3.2. Internal Factors and External dari tiap variabel. Nilai ini merupakan
Factors Evaluation perkalian antara bobot dengan peringkat.
Berdasarkan identifikasi faktor-faktor Nilai skor ini menunjukkan faktor internal
internal/eksternal, dilakukan pemberian yang paling kuat dan paling lemah baik
kuesioner kepada responden. Kuesioner secara kekuatan maupun kelemahan
masing-masing diisi untuk dilakukan (Aliyah, 2015). Matriks IFE kelompok tani
pembobotan. Selanjutnya dilakukan Motekar dapat dilihat pada Tabel 2.
peringkatan untuk diketahui bobot skor

Tabel 2. Matriks IFE Kelompok tani Motekar


No Kekuatan Bobot Rating Skor
1. Adanya kerjasama dalam pemasaran benih ikan lele 0,12 3,7 0,44
dengan Bandar
2. Kualitas benih ikan lele 0,12 3,8 0,46
3. Kontinuitas produksi benih ikan lele 0,11 3,8 0,42
4. Sarana produksi mudah di dapat 0,11 3,7 0,41
5 Lahan budidaya yang mendukung 0,09 3,7 0,33
Jumlah 2,06
No Kelemahan Bobot Rating Skor
1. Kemampuan memperoleh teknologi baru masih 0,09 3,8 0,34
terbatas
2. Kemampuan mengakses pasar masih rendah 0,09 3,8 0,34
3. Sulitnya pengendalian penyakit pada benih ikan lele 0,11 3,2 0,35
4. Modal terbatas 0,09 2,1 0,19
5 Pengelolaan keuangan kelompok tani yang kurang baik 0,06 3,8 0,23
Jumlah 1,45
Sumber: Data primer diolah, 2017

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 804


Berdasarkan dari perhitungan memiliki banyak nya lahan budidaya
analisis IFE didapat nilai faktor kekuatan sehingga hal ini berpengaruh dalam
yang paling berpengaruh adalah kualitas memproduksi benih ikan lele. Jika semua
benih ikan lele 0,46. Kelompok tani memiliki lahan budidaya yang luas maka
Motekar selalu mengupayakan benih ikan kelompok tani Motekar dapat
lele yang berkualitas, yang dimana benih memproduksi benih ikan lele yang lebih
ikan lele tersebut memiliki daya tahan banyak lagi. Pada faktor kelemahan, nilai
tubuh yang kuat, pertumbuhan yang tertinggi didapat pada kurangnya
cepat, hal ini berpengaruh pada tingkat pengetahuan terhadap pengendalian
kepercayaan konsumen. Sedangkan nilai penyakit budidaya benih ikan lele dengan
skor yang paling kecil adalah lahan skor 3,5, sedangkan nilai terendah didapat
budidaya yang mendukung dengan skor pada faktor modal yang terbatas dengan
0.33. Berdasarkan hasil wawancara tidak skor 0,19. Matriks EFE kelompok tani
semua anggota kelompok tani Motekar Motekar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Matriks EFE Kelompok tani Motekar


No Peluang Bobot Rating Skor
1 Permintaan benih ikan lele yang semakin meningkat 0,13 4 0,52
2 Memiliki hubungan yang baik dengan stakeholder 0,09 3,9 0,35
3 kasadaran masyarakat terhadap konsumsi dan nilai 0,12 3,9 0,47
gizi ikan
4 Bantuan dari pemerintah berbentuk fisik 0,12 4 0,48
5 Penyuluhan yang rutin dari PPL 0,09 3,8 0,34
Jumlah 2,16
No Ancaman Bobot Rating Skor
1 Ketidaktersediaannya pakan alami 0,13 4 0,52
2 Adanya tuntutan masyarakat terhadap lingkungan 0,08 1,8 0,14
yang sehat
3 Bertambahnya pembudidaya benih ikan lele di Desa 0,06 1,8 0,11
Ciparay
4 Harga benih ikan lele di daerah lain yang lebih murah 0,11 3,2 0,35
5 Berkembangannya usaha pembenihan ikan lele di 0,07 2,5 0,18
daerah lain
Jumlah 1,30
Sumber: Data primer diolah, 2017

Berdasarkan perhitungan analisis menjadikan peluang yang harus


EFE didapat nilai faktor peluang yang dimaksimalkan kelompok tani Motekar
paling berpengaruh adalah, permintaan dikarenakan hal ini dapat meningkatan
benih ikan lele yang semakin meningkat produksi dan kondisi perekonomian
dengan nilai skor 0,52. Permintaan benih kelompok tani ataupun anggota,
ikan lele yang semakin meningkat sedangkan nilai skor terkecil adalah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 805


Penyuluh Perikanan Lapangan (PPL) utama yang digunakan kelompok tani
dengan skor 0,24. Berdasarkan hasil Motekar adalah pakan alami, sedangkan
wawancara tingkat pentingnya nilai terkecil 0,11 yaitu bertambahnya
keberadaaan penyuluh perikanan pembudidaya benih ikan lele di Desa
lapangan sangatlah kecil, hal ini Ciparay.
dikarenakan pengalaman yang dimiliki
3.3. Analisis Matriks Strategi
kelompok tani Motekar. Pada faktor
Berdasarkan hasil yang didapat
ancaman nilai skor tertinggi 0,52 yaitu
dari analisis internal dan eksternal di atas,
ketidaktersediaannya pakan alami yang
maka diperoleh untuk masing-masing
bersifat ancaman bagi kelompok tani
faktor sebagai berikut (Gambar 1).
Motekar. Hal ini disebabkan karena pakan

Gambar 1. Diagram SWOT Kelompok Tani Motekar

Pada gambar 1, dimana X adalah masyarakat terhadap konsumsi dan nilai


skor faktor internal yaitu sebesar 0,30, gizi ikan, bantuan dari pemerintah
sedangkan Y adalah faktor eksternal berbentuk fisik, dan penyuluhan yang rutin
sebesar 0,86, sehingga apabila ditarik dai penyuluh perikanan lapangan
garis lurus didapatkan titik koordinat ketersediaan lahan. Ini merupakan situasi
Kelompok Tani Motekar berada pada yang menguntungkan bagi kelompok tani
posisi X,Y = 0,30 ; 0,86 yaitu kuadran I. Motekar dikarenakan dapat
Strategi pada kuadran I adalah memanfaatkan seluruh kekuatan untuk
mendukung strategi agresif yang artinya merebut dan memanfaatkan peluang
kelompok tani Motekar memiliki peluang sebesar-besarnya.
dan kekuatan sehingga dapat
3.4. Analisis Matriks SWOT
memanfaatkan peluang yang ada seperti
permintaan benih ikan lele yang semakin Hasil dari analisis matriks SWOT

meningkat, memiliki hubungan yang baik pada kelompok tani Motekar dapat dilihat

dengan stakeholder, kesadaran pada Tabel 4.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 806


Tabel 4. Matriks SWOT Kelompok Tani Motekar
Kekuatan/ Strenghts (S) Kelemahan/ Weakness (W)
Faktor Internal 1. Adanya kerjasama dalam 1. Kemampuan memperoleh
pemasaran benih ikan lele teknologi baru masih terbatas
dengan bandar.
2. Kemampuan mengakses pasar
2. Kualitas benih ikan lele masih rendah

3. Kontinuitas produksi benih ikan 3. Sulitnya pengendalian penyakit


lele pada benih ikan lele
Faktor Eksternal
4. Sarana produksi mudah di dapat 4. Modal terbatas

5. Lahan budidaya yang mendukung 5. Pengelolaan keuangan kelompok


tani yang kurang baik

Peluang/ Oppurtunities Strategi SO Strategi WO


(O)
1. Permintaan benih 1. Mempertahankan kualitas dan 1. Meningkatkan kerjasama dengan
ikan lele yang kontinuitas produksi agar stakeholder agar dapat
semakin meningkat memenuhi permintaan pasar mengakses pasar lebih luas. (02 ,
yang terus meningkat. (S2, S3, W2)
2. Memiliki hubungan O1)
yang baik dengan 2. Meningkatkan kerjasama dengan
stakeholder 2. Meningkatkan kualitas benih ikan penyuluh perikanan lapangan
lele dan sarana produksi dengan (PPL) dalam pengendalian
3. Kesadaran adanya bantuan fisik dari penyakit dan pengetahuan
masyarakat terhadap pemerintah. (S2, S4, O3, O4) tentang teknologi terbaru. (W1,
konsumsi dan nilai W3, O5)
gizi ikan 3. Meningkatkan kerjasama dengan
bandar dan penyuluh perikanan 3. Bekerja sama dengan pemerintah
4. Bantuan dari lapangan (PPL) untuk dapat terkait untuk dapat
pemerintah menghadapi tuntuntan masyar memaksimalkan bantuan fisik
berbentuk fisik terhadap nilai gizi ikan. (S1, O3, dalam mengsiasati modal yang
O4) terbatas. (W4, O4)
5. Penyuluhan yang
rutin dari PPL

Ancaman/ Threaths (T) Strategi ST Strategi WT


1. Ketidak 1. Mempertahankan kualitas dan 1. Memperbaiki pengelolaan
tersediaannya pakan Kontinuitas benih ikan lele dalam keuangan untuk keberlanjutan
alami menghadapi perkembangan usaha dalam menghadapi
usaha pembenihan agar tetap perkembangan pembenihan (W4,
2. adanya tuntutan terjalin kerjasama dan W5, T3, T5)
masyarakat terhadap kepercayaan konsumen. (S1, S2,
lingkungan yang S3, T3, T4, T5) 2. Meningkatkan pengendalian
sehat penyakit agar terciptanya
2. Menjaga dan melestarikan daerah lingkungan yang sehat dan
3. Bertambahnya sekitar lahan budidaya untuk kualitas benih ikan yang baik.
pembudidaya benih menjaga ketersediaan pakan (W3, T2, T4)
ikan lele di Desa alami (S3, T1)
Ciparay 3. Meningkatkan wawasan
3. Menjaga kebersiahan sarana mengenai teknologi terbaru untuk
4. Harga benih ikan lele produksi agar tetap terciptanya dapat mengsiasati
di daerah lain yang lingkungan yang sehat. (S4, S5, ketidaktersediaan pakan alami.
lebih murah T2) (W1, T1)
5. Berkembangannya 4. Mencari pasar yang lebih luas
usaha pembenihan agar tidak terfokus pada satu
ikan lele di daerah konsumen atau bandar agar
lain dapat tetap memasarkan benih
yang di hasilkan. (W2, T3, T4, T5)

Sumber: Data Primer Diolah, 2017

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 807


3.4.1. Strategi S-O (Strenghts- dapat meningkatkan kepercayan dan
Oppurtunities) kerjasama antara kelompok tani baik
Strategi S-O menggunakan itu dengan bandar ataupun
kekuatan internal perusahaan untuk konsumen.
memanfaatkan peluang eksternal. Strategi
yang dapat digunakan perusahaan, yaitu: 4. SIMPULAN DAN SARAN
(1) Mempertahankan kualitas dan
4.1. SIMPULAN
kontinuitas produksi agar terus
Hasil strategi pemasaran dari
meningkat. Kelompok tani Motekar
kekuatan yang dimiliki diantaranya: 1)
memiliki benih ikan lele yang
adanya kerjasama dalam pemasaran
berkualitas dengan ciri ciri: Memiliki
benih ikan lele dengan bandar (S1), 2)
daya tahan tubuh yang kuat terhadap
kualitas benih ikan lele (S2), 3) kontinuitas
penyakit dan parasit, memiliki
produksi benih ikan lele (S3), 4) sarana
pertumbuhan yang cepat, dan
produksi mudah didapat (S4), 5) lahan
memiliki tingkat kelangsungan hidup
budidaya yang mendukung (S5).
yang tinggi. Strategi ini sangat
Kelemahan pada kelompok tani Motekar
penting dalam suatu usaha agar
diantaranya: 1) kemampuan memperoleh
dapat meningkatkan produksi.
teknologi baru masih terbatas (W), 2)
(2) Meningkatkan kualitas benih dan
kemampuan mengakses pasar masih
sarana produksi agar dapat
rendah (W), 3) sulitnya pengendalian
meningkatkan nilai gizi pada benih
penyakit pada benih ikan lele (W), 4)
ikan lele. Kelompok tani Motekar
modal terbatas (W), 5) pengelolaan
diharapkan dapat meningkatkan
keuangan kelompok tani yang kurang baik
kualitas benih dan sarana produksi
(W). Peluang yang dimiliki kelompok tani
agar dapat memenuhi pasar dengan
Motekar diantaranya: 1) permintaan benih
nilai gizi yang baik. Tujuannya agar
ikan lele yang semakin meningkat (O), 2)
produksi yang dihasilkan dapat
memiliki hubungan yang baik dengan
diterima oleh pasar karena kesadaran
stakeholder (O), 3) kesadaran masyarakat
masyarakat terhadap nilai gizi pada
terhadap konsumsi dan nilai gizi ikan (O).
benih ikan lele.
4) bantuan dari pemerintah berbentuk fisik
(3) Kelompok tani Motekar diharapkan
(O), 5) penyuluhan yang rutin (O).
dapat meningkatkan kerjasama
Ancaman yang dihadapi kelompok tani
dengan penyuluh dan bandar agar
Motekar diantaranya: 1) ketidak
wawasan pengelolaan benih ikan bisa
tersediaannya pakan alami (T), 2) adanya
terus meningkat, sehingga dapat
tuntutan masyarakat terhadap lingkungan
menghasilkan benih ikan lele yang
yang sehat (T), 3) bertambahnya
memiliki nilai gizi yang baik, hal ini

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 808


pembudidaya pembenihan ikan lele di permintaan pasar yang terus
Desa Ciparay (T), 4) harga benih ikan lele meningkat.
di daerah lain yang lebih murah (T), 5) (3) Perlu dilakukan penelitian tentang
berkembangnya usaha pembenihan ikan strategi pemasaran lele konsumsi.
lele di daerah lain (T). 5. DAFTAR PUSTAKA
Hasil pengembangan pemasaran Aliyah, Rizki. 2015. Strategi
Pengembangan Usaha Pengolahan
budidaya benih ikan lele berada pada
Abon Ikan (Studi Kasus Rumah
kuadran I. Strategi pada kuadran I adalah Abon di Kota Bandung) [skripsi].
Universitas Padjadjaran. Bandung.
mendukung strategi agresif artinya
Direktorat Jendral Perikanan Budidaya,
kelompok tani tersebut dapat 2013. Laporan Tahunan Direktorat
Produksi Tahun 2013. Jakarta.
memanfaatkan peluang yang ada seperti
Mustofa, Zaenal. 2013. Selayang
permintaan benih ikan lele yang semakin Pandang Kelompok Pembudidaya
Ikan Mina Lio Motekar. Bandung.
meningkat, memiliki hubungan yang baik
Nazir M. 1998. Metode Penelitian.
dengan stakeholder, kesadaran Jakarta: Ghalia Indonesia.
Prasetiyono, E. 2008. Analisis Efisiensi
masyarakat terhadap konsumsi dan nilai
Pemasaran Benih Ikan Lele Dumbo
gizi ikan, bantuan pemerintah berbentuk (Clarias gariepinus)Menurut
Pendekatan Elastisitas
fisik, dan penyuluhan perikanan lapangan.
Permintaan(Studi Kasus Di Desa
Berdasarkan pemaknaan strategi Sagaracipta Kecamatan Ciparay
Kabupaten Bandung). Jurnal
menghasilkan tiga alternatif strategi, yaitu:
Sumberdaya Perairan, 1(2):7-13.
1) mempertahankan kualitas dan Wijaya, A.A. 2013. Analisis Strategi
Pemasaran Makanan Tradisional
Kontinuitas benih ikan dalam menghadapi
(studi kasus Pada Home Industry
perkembangan usaha pembenihan, 2) Rengginang Halimantus Sa’diyah
Kalibiru di Kabupaten Banyuwangi
meningkatkan kualitas benih dan sarana
[skripsi]. Fakultas Ekonomi
produksi agar dapat meningkatkan nilai Universitas Jember, Jember.
gizi pada benih ikan lele, 3) meningkatkan
kerjasama dengan bandar dan penyuluh
perikanan lapangan (PPL) untuk dapat
menghadapi tuntutan masyarakat
terhadap nilai gizi ikan.

4.2. SARAN
(1) Meningkatkan kerjasama dengan
penyuluh perikanan lapangan untuk
lebih memperluas wawasan dalam
pengelolaan budidaya benih ikan lele.
(2) Meningkatkan kualitas produksi yang
dihasilkan untuk memenuhi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 809


ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI COCOFIBER
(Studi Kasus pada PD. Amanah Mukti di Desa Handapherang
Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis)

Tiktiek Kurniawati dan Hilman Munawar

Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis


Email: hm08071988@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Besarnya biaya produksi yang dikeluarkan pada
agroindustri cocofiber, (2) Besarnya pendapatan yang diperoleh pada agroindustri cocofiber, dan
(3) Besarnya R/C agroindustri cocofiber. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode studi kasus pada PD Amanah Mukti di Desa Handapherang, Kecamatan
Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis biaya,
pendapatan, dan R/C ratio. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Biaya yang dikeluarkan Rp
1.818.862,89 per satu kali proses produksi, (2) Pendapatan yang diperoleh sebesar Rp
1.519.327,11 per satu kali proses produksi, dan (3) Nilai R/C sebesar 1,835 yang berarti bahwa
dengan biaya Rp 1 dapat diperoleh penerimaan sebesar Rp 1,835, dan pendapatan sebesar Rp
0,835. Dengan demikian, maka agroindustri tersebut menguntungkan atau cukup layak
diusahakan.

Kata kunci: Biaya, pendapatan, R/C, agroindustri, cocofiber


kelapa di Jawa Barat diusahakan oleh
1. PENDAHULUAN perkebunan rakyat, walaupun terdapat
Salah satu komoditi pertanian yang beberapa yang dikelola oleh perkebunan
dapat dijadikan sebagai bahan baku besar swasta. Kelapa mempunyai nilai
industri adalah kelapa. Kelapa sering dengan peran yang penting baik ditinjau
disebut sebagi pohon kehidupan dan dari aspek ekonomi maupun sosial
pohon industri karena sangat bermanfaat budaya. Sabut kelapa merupakan hasil
bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. samping, dan merupakan bagian yang
Hampir semua bagian tanaman kelapa terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35
memberikan manfaat bagi manusia, persen dari bobot buah kelapa. Serat
hanya saja selama ini produk kelapa sabut kelapa, atau dalam perdagangan
mendapatkan saingan dari produk kelapa dunia dikenal sebagai Coco Fiber, Coir
sawit. Namun, ditinjau dari ragam produk fiber, coir yarn, coir mats dan rugs,
yang dapat dihasilkan oleh buah kelapa, merupakan produk hasil pengolahan
produk kelapa sawit belum mampu sabut kelapa. Sejalan dengan
menyainginya. Hal ini merupakan peluang berkembangnya teknologi, sifat fisika-
untuk pengembangan kelapa menjadi kimia serat, dan kesadaran konsumen
aneka produk yang bermanfaat. Tanaman untuk kembali ke bahan alami, membuat
kelapa banyak diusahakan oleh serat sabut kelapa dimanfaatkan juga
perkebunan rakyat, seperti di Provinsi menjadi bahan baku industri karpet, jok
Jawa Barat. Hampir seluruh perkebunan dan dashboard kendaraan, kasur, bantal,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 810


dan hardboard. Serat sabut kelapa dapat bahan baku yang tidak kontinu,
juga diproses untuk dijadikan coir fiber keterbatasan modal, faktor cuaca atau
sheet yang digunakan untuk lapisan kursi iklim, teknologi, biaya produksi, serta
mobil, spring bed dan lain-lain. kualitas serat yang masih belum
Pengolahan serat sabut kelapa di Jawa memenuhi persyaratan. Usaha
Barat dapat dilaksanakan oleh usaha- agroindustri ini meliputi pengadaan faktor
usaha kecil dengan tingkat relatif masih produksi, proses produksi sabut kelapa
sederhana atau rendah. dan pemasaran sabut kelapa.
Kelapa (cocos nucifera L) Berdasarkan latar belakang
merupakan komoditas strategi yang tersebut, maka tujuan penelitian adalah
memiliki peran sosial, budaya, dan untuk mengetahui: (1) Besarnya biaya
ekonomi dalam kehidupan masyarakat produksi yang dikeluarkan pada
indonesia. Manfaat tanaman kelapa tidak agroindustri cocofiber per satu kali
saja terletak pada daging buahnya yang produksi, (2) Besarnya pendapatan yang
dapat diolah menjadi santan, kopra, dan diperoleh pada agroindustri cocofiber per
minyak kelapa, tetapi seluruh bagian satu kali produksi, dan (3) Besarnya R/C
tanaman kelapa mempunyai manfaat agroindustri cocofiber per satu kali
yang besar. Tanaman kelapa mempunyai produksi.
nilai ekonomi tinggi dan tumbuh baik di
daerah tropis dengan suhu sekitar 27 oC 2. METODE PENELITIAN
dan dapat dijumpai baik di dataran rendah Jenis penelitian ini adalah studi
maupun dataran tinggi. kasus pada agroindustri cocofiber di PD.
Kabupaten Ciamis merupakan salah Amanah Mukti. Menurut arikunto (2010),
satu sentra kelapa. Salah satu usaha kecil studi kasus merupakan suatu metode
atau perusahaan agroindustri yang penelitian yang dilakukan secara intensif
bergerak dalam sabut kelapa dan sampai terinci dan mendalam terhadap suatu
saat ini masih bertahan adalah PD. organisasi, lembaga atau gejala tertentu.
Amanah Mukti.yang telah berdiri sejak Penelitian ini termasuk dalam metode
tahun 1999. Perusahaan tersebut mampu kuantitatif dimana menurut Sugiono
memproduksi sebanyak 2,3 ton dalam (2008), metode kuantitatif adalah
sehari. Adanya kontinuitas pengiriman pendekatan ilmiah yang memandang
pasar lokal menyebabkan PD. Amanah suatu realitas itu dapat diklasifikasikan,
Mukti terus berusaha mengembangkan konkrit, teramati dan terukur, hubungan
usahanya. Namun selama ini dalam variabelnya bersifat sebab akibat dimana
proses pengembangan usahanya ini PD. data penelitiannya berupa angka-angka.
Amanah mukti memiliki permasalahan dan Pendekatan analisis kuantitatif terdiri atas
kendala, misalnya dalam hal pengadaan perumusan masalah, menyusun model,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 811


mendapatkan data, mencari solusi, bahan baku, dihitung dalam satuan butir
menguji solusi, menganalisis hasil, dan dan dinilai dalam satuan per satu kali
menginterprestasikan hasil. Variabel- proses produksi, Bahan bakar dihitung
variabel yang diteliti dalam penelitian ini dalam satuan liter (lt.) dan dinilai dalam
adalah sebagai berikut: Pendapatan satuan rupiah per satu kali proses
adalah penerimaan dikurangi biaya produksi, Pemeliharaan alat dihitung
produksi, dan dinyatakan dalam satuan dalam penyusutan dan dinilai dalam
(Rp). Penerimaan adalah semua satuan rupiah per satu kali proses
penerimaan produsen dari hasil penjualan produksi, Tali plastik dihitung dalam meter
barang atau outputnya dinyatakan dalam dan dinilai satuan rupiah per satu kali
satuan (Rp). Biaya produksi adalah proses produksi, Tenaga kerja terdiri dari
semua pengeluaran perusahan untuk tenaga kerja dalam dan luar keluarga.
memperoleh faktor-faktor produksi yang Tenaga kerja dihitung berdasarkan
digunakan untuk menghasilkan barang- curahan hari kerja dan standar upah yang
barang produksi oleh perusahaan tersebut berlaku di daerah penelitian dinilai dalam
dinyatakan dalam satuan (Rp). Biaya satuan rupiah dalam satu kali proses
tetap (fixed cost) adalah biaya yang produksi, Bunga modal variabel dihitung
besar kecilnya tidak tergantung pada dari besarnya biaya variabel berdasarkan
besarnya volume produksi. Biaya tetap bunga bank (bunga pinjaman) yang
terdiri atas: Pajak Bumi dan Bangunan, berlaku saat penelitian, dinyatakan dalam
dihitung untuk satu kali proses produksi satuan rupiah selama satu kali proses
dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp). produksi, R/C adalah perbandingan antara
Penyusutan alat, dihitung selama satu kali penerimaan dengan biaya produksi.
proses produksi dan dinilai dalam satuan Asumsi dalam penelitian ini adalah:
rupiah (Rp). Semua produk yang dihasilkan habis
Besarnya penyusutan alat ini terjual dalam satu kali produksi, harga
dihitung dengan menggunakan metode input dan output adalah harga yang
garis lurus (Stainght Line Method) berlaku saat penelitian.
menurut Suratiyah (2006). Teknik pengumpulan data atau
Bunga Modal Tetap, dihitung dari informasi yang digunakan oleh penulis,
besarnya biaya tetap dikalikan dengan adalah: Data primer yaitu data yang
bunga bank yang berlaku saat penelitian diperoleh dari wawancara dan
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). dokumentasi langsung di lapangan,
Biaya variabel (variable cost) adalah sedangkan data sekunder yaitu data yang
keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk diperoleh dari perusahaan serta dinas-
memperoleh faktor produksi variabel. dinas terkait, seperti Badan Pusat
Biaya variabel terdiri atas: Kelapa sebagai

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 812


Statistik, Dinas Pertanian dan PD. Y = Jumlah produk yang dihasilkan (Kg)
Amanah Mukti. Py = Harga jual produk per kg (Rp/Kg)
Teknik penarikan sampel dalam Menurut Soekartawi (2002),
penelitian ini menggunakan teknik secara pendapatan (Pd) adalah selisih antara
purposive sampling terhadap agroindustri penerimaan total (TR) dan biaya total (TC)
cocofiber PD. Amanah Mukti. Menurut dan dinyatakan dengan rumus:
Sugiyono (2008), purposive sampling
Pd = TR – TC
adalah teknik pengambilan sampel
Dimana:
sumber data dengan pertimbangan
Pd = pendapatan
tertentu yakni sumber data dianggap
TR = Total revenue (Penerimaan total)
paling tahu tentang apa yang diharapkan,
TC = Total cost (Biaya total)
sehingga mempermudah peneliti
Untuk menghitung kelayakan usaha
menjelajahi obyek atau situasi sosial yang
dilihat dari keuntungan yang diperoleh
sedang diteliti.
menggunakan rumus R/C ratio. Menurut
Analisis Biaya Menurut Soekartawi
Soekartawi (2002), R/C ratio adalah
(2002) Besarnya biaya produksi total
perbandingan antara penerimaan total
(Total Cost/TC) diperoleh dengan cara
(TR) dengan biaya total (TC), dinyatakan
menjumlahkan biaya tetap total (Total
dengan rumus sebagai berikut:
Fixed Cost/TFC) dengan biaya variabel
R/C = TR/TC
total (Total Variable Cost/TVC) dapat
Dimana:
dihitung, dengan menggunakan rumus
TR = penerimaan total (Total Revenue)
sebagai berikut:
TC = biaya total (Total Cost)
TC = TFC + TVC
Dari hasil analisis tersebut dapat
Dimana: dilihat berapa jumlah penerimaan yang
TC =Biaya produksi total (Rp) diperoleh pengusaha dari setiap rupiah
TFC = Biaya tetap (Rp) yang dikeluarkan pengusaha dalam
TVC = Biaya variabel (Rp) melakukan agroindustri tersebut dengan
Menurut Soekartawi (2002), untuk kriteria:
menghitung nilai penerimaan total (Total a) Jika R/C > 1, maka usaha
Revenue/TR) adalah jumlah produk yang menguntungkan dan layak untuk
dihasilkan (Y) dengan harga jual (Py) dan dilaksanakan.
dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: b) Jika R/C = 1, maka usaha tidak
untung dan tidak rugi.
TR = Y x Py
c) Jika R/C < 1, maka usaha merugikan
Dimana:
dan tidak layak untuk dilaksanakan.
R = Penerimaan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 813


3. HASIL DAN PEMBAHASAN sebaik dengan dijemur di bawah sinar
3.1. Proses Pembuatan Cocofiber matahari.
Langkah yang dilakukan untuk 4) Penyortiran: Penyortiran adalah
melakukan proses pengolahan sabut pemisahan serabut kelapa dari kotoran
kelapa menjadi cocofibertersebut. lain yang masih menempel di serabut
1) Penggilingan: Sabut kelapa sebagai kelapa seperti serat yang kasar.
bahan utama dalam agroindustri 5) Tahap terakhir dalam pengolahan
cocofiber dimasukkan ke dalam mesin sabut kelapa menjadi cocofiber adalah
penggilingan yang berfungsi sebagai dipress dengan menggunakan mesin
pengubah sabut kelapa menjadi press yang berfungsi untuk membentuk
serabut kelapa (cocofiber). Mesin giling serabut kelapa menjadi berbentuk lebih
yang dimiliki oleh PD. Amanah Mukti padat (kotak). Mesin press ini memiliki
memiliki kapasitas 9.000 butir sabut kapasitas sebesar 170 kg serabut
dalam sehari. kelapa, 170 kg serabut kelapa tersebut
2) Pengayakan: Sabut kelapa yang setelah di press akan menjadi 1 bal
dihasilkan dari mesin penggilingan cocofiber yang dijual biasanya bentuk
kemudian dimasukkan ke dalam mesin per bal.
ayakan yang berfungsi untuk
membersihkan serabut kelapa dari 3.2. Analisis Biaya
bubuk bekas penggilingan, bubuk Dalam setiap kegiatan usahatani
limbah tersebut dinamakan coco peat. akan selalu ada biaya yang dikeluarkan
Mesin ayakan tersebut dapat baik biaya tetap maupun biaya variabel.
menampung serabut kelapa sebanyak Adapun besar kecilnya dari setiap jenis
50 kg dalam setiap proses biaya akan tergantung pada jenis dan
pengayakan. usaha yang dijalankan.
3) Penjemuran: Serabut kelapa yang Tabel 1. Biaya Tetap per Proses Produksi
sudah diayak dalam mesin ayakan No Jenis Biaya Nilai (Rp) (%)
selanjutnya dijemur di tempat seperti 1 Pajak Bumi dan 227,27 0,14
Bangunan
lapangan. Proses penjemuran ini
2 HO 1.136,36 0,68
dilakukan secara alami menggunakan
3 SIUP 5.681,82 3,42
bantuan cahaya matahari, sebenarnya 4 Penyusutan 159.090,91 95,67
terdapat alat yang bisa digunakan alat
5 Bunga modal 149,52 0,09
untuk pengganti penjemuran dengan
Jumlah 166.286 100,00
cahaya matahari yaitu menggunakan
alat yang disebut oven, namun menurut
Tabel 2. Biaya Variabel per Proses
pemilik perusahaan kualitas serat tidak Produksi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 814


No Jenis Biaya Nilai (Rp) (%) cocopeat sebesar Rp 1.644.327,11 per
1 Upah tenaga 522.727,27 31,63 satu kali proses produksi.
kerja
Analisis imbangan penerimaan dan
2 Biaya bahan 638.181,82 38,62
bakar biaya atau R/C bertujuan untuk
3 Pemeliharaan 26.363,64 1,59 mengetahui tingkat kelayakan dari
alat
4 Biaya tali 54.727,27 3,31
agroindustri cocofiber. Nilai R/C dari
5 Biaya bahan 409.090,91 24,76 agroindustri cocofiber yaitu 1,835. Nilai
baku
tersebut mengandung makna bahwa
6 Bunga modal 1.485,98 0,09
agroindustri cocofiber tersebut layak untuk
Jumlah 1.652.576,89 100,00
diusahakan karena nilai R/C lebih besar

Total biaya produksi merupakan dari 1. Hal ini berarti bahwa dalam setiap

hasil penjumlahan dari total biaya tetap investasi biaya untuk kegiatan agroindustri

dan total biaya variabel. Total biaya cocofiber sebesar Rp 1, maka akan
diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,835
produksi agroindustri cocofiber PD.
dan pendapatan sebesar Rp 0,835.
Amanah Mukti adalah Rp 1.818.862,89
atau sebesar 100 persen, dimana total
biaya tetap Rp 166.286 atau sebesar 9,14 4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
persen dan total biaya variabel adalah Rp
1.652.576,89 atau sebesar 90,86 persen. Simpulan yang dapat diambil dari

Penerimaan agroindustri cocofiber adalah penelitian ini adalah: (1) Biaya yang

hasil perkalian antara jumlah produksi dan dikeluarkan pada agroindustri cocofiber

harga jual yang berlaku untuk tiap adalah Rp 1.818.862,89 per satu kali

kilogram cocofiber dan cocopeat, proses produksi, (2) Pendapatan yang

penerimaan PD. Amanah Mukti tidak diperoleh dari agroindustri cocofiber

hanya berasal dari produksi cocofiber saja adalah Rp 1.519.327,11 per satu kali

tetapi menerima penerimaan dari coco proses produksi, dan (3) Nilai R/C

peat. Coco peat merupakan limbah dari agroindustri cocofiber pada PD. Amanah

proses pengolahan cocofiber. Penerimaan Mukti di Desa Handapherang adalah

cocofiber PD. Amanah Mukti sebesar Rp 1,835 yang berarti bahwa agroindustri

3.338.190. Pendapatan dari penjualan tersebut menguntungkan atau cukup layak

cocofiber sebesar Rp 1.519.327,11 per diusahakan. Artinya bahwa dengan biaya

satu kali proses produksi dan penerimaan Rp 1 maka dapat memperoleh


penerimaan sebesar Rp. 1,835 dan
dari penjualan coco peat sebesar Rp
125.000 per satu kali produksi. pendapatannya sebesar Rp 0,835.

Pendapatan total PD. Amanah Mukti


yang sudah ditambah dengan pendapatan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 815


4.2. Saran
Untuk meningkatkan pendapatan
dan nilai R/C dalam agroindustri cocofiber
disarankan kepada pengusaha dalam
mengelola agroindustri cocofiber, supaya
memperhitungkan biaya produksi sekecil
apapun, sehingga diharapkan pada
pemproduksian periode selanjutnya dapat
mengevaluasi biaya-biaya mana saja
yang harus ditambah atau dikurangi
didalam meningkatkan pendapatan.

5. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2010.Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiono. 2008 Metode penelitian
kuatintatif, kualitatif dan
R&D.Bandung: Alfabeta.
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usahatani.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Soekartawi. 2002. Teori Ekonomi
Produksi (Dengan Pokok Bahasan
Analisis Fungsi Produksi Cobb
Douglas). Jakarta: Rajawali.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 816


ANALISIS USAHA KERUPUK IKAN SEBAGAI PRODUK UNGGULAN
DI KABUPATEN SERUYAN
(Suatu Kasus Usaha Pengolahan Kerupuk Ikan Pipih dan Ikan Tenggiri di
Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah)

Tirsa Neyatri Bandrang

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Darwan Ali


Email: tirsaleihitu@gmail.com

ABSTRAK

Usaha kerupuk ikan memiliki kontribusi terbesar di Kabupaten Seruyan karena produk ini
merupakan produk unggulan di Kabupaten Seruyan. Tujuan dari penelitian ini adalah:(1) Sampai
sejauhmana proses usaha pengolahan kerupuk ikan bagi para pengrajin kerupuk ikan, (2)Sampai
sejauhmana tingkat pendapatan usaha serta titik break even poin dalam pengolahan kerupuk ikan
sebagai produk unggulan di Kecamatan Seruyan Hilir, dan (3) Berapakah nilai tambah yang
diperoleh para pengrajin dalam mengolah usaha kerupuk ikan ini. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah purposive random sampling di Kabupaten Seruyan di Kecamatan
Seruyan Hilir mengingat Kecamatan Seruyan Hilir sebagai sentra pengolahan kerupuk. Hasil
analisis menunjukkan: (1) Pengolahan kerupuk ikan dengan 14 pengrajin di Kabupaten Seruyan
Kecamatan Seruyan Hilir sangat menjanjikan. Rata-rata sendiri dan sebagian besar merupakan
warisan, sehingga perlu pengembangan teknologi dan inovasi agar usaha kerupuk ikan ini selalu
mengikuti perkembangan zaman, (2) Pendapatan usaha pengolahan kerupuk ikan pipih di
Kecamatan Seruyan Hilir sebesar Rp 33.938.569,- per bulan dengan 4 pengrajin atau sebesar Rp
8.484.642,25/orang /bulan, sedangkan pendapatan kerupuk ikan tenggiri Rp 19.597.892,- per
bulan dengan 10 pengrajin atau sebesar Rp 1.959.789,- /orang /bulan. Break even point usaha
pembuatan kerupuk ikan pipih dan ikan tenggiri di Kecamatan Seruyan Hilir pada saat Rp
29.380.478 dengan 218,82 unit, dan (3) Nilai tambah yang diperoleh dari penelitian ini sebesar Rp
76.300/kg dengan proporsi masing-masing nilai tambah untuk kerupuk ikan Pipih adalah Rp
50.000/Kilogram dan nilai tambah untuk kerupuk Ikan Tenggiri Rp 26.300/Kilogram.

Kata kunci: Pendapatan, Titik Impas, Kerupuk Ikan, Produk Unggulan

1. PENDAHULUAN Para pengrajin kerupuk ikan di


Potensi perikanan Kecamatan Kecamatan Seruyan Hilir ini menjalankan
Seruyan Hilir menjadi nilai tambah usahanya secara turun temurun atau dari
tersendiri dalam produksi hasil-hasil warisan keluarga sehingga para pekerja
perikanan. Banyaknya permintaan biasanya berasal dari sanak saudara dan
menunjukkan bahwa usaha pengolahan masyarakat sekitar.Tujuan dari penelitian
kerupuk ikan sebagai usaha yang ini adalah untuk menganalisis: (1) Sampai
menjanjikan. Letak topografi yang sejauhmana proses usaha pengolahan
sebagian wilayahnya merupakan daerah kerupuk ikan bagi para pengrajin kerupuk
sungai mendukung usaha ini.Usaha kecil ikan,(2)Sampai sejauhmana tingkat
pengolahan kerupuk ikan merupakan pendapatan usaha serta titik break even
usaha tradisional yang banyak dilakukan poin dalam pengolahan kerupuk ikan
masyarakat dan telah berkembang cukup sebagai produk unggulan di Kecamatan
lama. Seruyan Hilir, dan (3) Berapakah nilai

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 817


tambah yang diperoleh para pengrajin
dalam mengolah usaha kerupuk ikan ini. 1. BEP dalam rupiah

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di 2. BEP dalam unit (kuantitas)

Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten


Seruyan.Teknik pengambilan sampel
atau
dalam penelitian ini adalah purposive
FC
random sampling. Banyaknya sampel BEP 
P  VC
yang diambil dalam penelitian ini adalah Keterangan:
14 pengrajin kerupuk ikan yang meliputi 4 FC = Biaya tetap
pengrajin pada sentra kerupuk ikan pipih P = Harga jual per unit
dan 10 pengrajin pada kerupuk ikan VC= Biaya variabel per unit
tenggiri.Adapun waktu penelitian ini Nilai Tambah menggambarkan imbalan
dilakukan dimulai pada bulan Juni sampai bagi tenaga kerja, modal, dan manajemen
dengan AgustusTahun 2015. (Haryati La Kamisi, 2011) yang dapat
Untuk mengetahui tujuan pertama dinyatakan sebagai berikut:
dari penelitian ini,yakni dengan cara teknik
Nilai tambah = f (K, B, T, U, H, h, L)
wawancara kepada para pengrajin
kerupuk ikan baik dari segi modal, sistem Dimana:
pengadaan bahan baku serta proses K = kapasitas produksi
B = jumlah bahan baku yang digunakan
pengolahan kerupuk ikan. Kemudian T = tenaga kerja yang terlibat
untuk mengetahui bagaimana tingkat U = upah tenaga kerja
H = harga output
pendapatan usaha dan Break Even Point h = harga bahan baku
pengolahan kerupuk ikan di Kecamatan L = harga input lain.
Seruyan Hilir menggunakan analisis
pendapatan berikut: 1. HASIL DAN PEMBAHASAN
Y = TR-TC 1.1. Proses Usaha Bagi para Pengrajin
TR = PxQ Penelitian ini menunjukkan bahwa
TC = TFC + TVC
Keterangan: sebagian besar pengrajin kerupuk ikan di
Y = Pendapatan (Rp) Kecamatan Seruyan Hilir memulai
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp) usahanya dengan modal sendiri yang
P = Harga per satuan (Rp) berasal dari pengrajin itu sendiri, baik
Q = Jumlah Produksi (kg)
TVC = Total Biaya Variabel (Rp) berupa warisan maupun pinjaman modal
TFC = Total Biaya Tetap (Rp) dari keluarga.
Rumus Break Even Point: Sistem pengadaan bahan baku ikan
pengrajin membeli untuk lebih dari 1 kali

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 818


produksi, yaitu sekitar 5-15 kali produksi 85.000,-/kg sedangkan kerupuk ikan pipih
sebanyak 12 responden atau 85,71%, Rp 125.000,-/kg.
sedangkan 2 responden (14,28%) dalam
sistem pengadaan bahan baku ikan untuk 3.2 Analisis Pendapatan dan BEP
1 kali produksi dengan alasan kualitas KerupukIkan
produk dari kerupuk ikan lebih bagus. Biaya tetap terdiri dari biaya
Untuk sistem pengadaan tepung perlengkapan, biaya listrik serta
tapioca, rata-rata pengrajin memilih penyusutan peralatan, dan beberapa
membeli tepung tapioka untuk lebih dari 1 peralatan yang memiliki umur ekonomis
kali produksi. Hal ini disebabkan pengrajin kurang dari satu tahun.Biaya tetap (Fixed
melakukan penimbunan untuk mencegah cost) merupakan biaya yang dikeluarkan
kehabisanstok bahan bakukarena proses perusahaan dengan besar yang tetap
pembuatan kerupuk ikan dilakukan setiap tidak tergantung dari volume penjualan,
hari. Selain itu, dalam penyimpanan sekalipun perusahaan tidak melakukan
bahan baku tidak memerlukan perawatan penjualan (Herjanto, 2004). Besarnya
khusus tetapi hanya dengan menyimpan nilai biaya tetap kerupuk ikan di
di tempat kering.Proses pengolahan Kecamatan Seruyan Hilir dapat dijelaskan
kerupuk ikan tidak jauh berbeda antara pada Tabel 1.
pengolahan kerupuk ikan tenggiri dengan
Tabel 1. Biaya Tetap Pembuatan Kerupuk
kerupuk ikan pipih, hanya saja perlakuan Ikan
untuk ikan tenggiri biasanya lebih mudah
Biaya Tetap (Rp/tahun)
dibanding ikan pipih karena tekstur tulang Uraian Kerupuk ikan Kerupuk ikan
yang lembut sehingga proses perondaan pipih tenggiri
Tempurung 200.000 -
(pemisahan tulang dari daging) lebih Ijin usaha 10.000 10.000
Biaya Listrik 3.600.000 3.000.000
mudah. Selain itu, persediaan untuk ikan Biaya 2.001.430,5 1.040.908,4
penyusutan
tenggiri juga lebih banyak daripada ikan Pemeliharaan 1.200.000 600.000
bangunan
pipih. Harga ikan Pipih segar Rp Pemeliharaan 1.200.000 600.000
70.000/kilogram, sedangkan ikan Tenggiri peralatan
Total biaya 8.211.430 5.250.908
Rp 40.000/kilogram. Informasi dari tetap
Sumber: Analisis Data Primer, 2015
pengrajin kerupuk ikan bahwa 1 kilogram
Biaya variabel meliputi biaya bahan
ikan segar yang sudah dibersihkan
baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga
kepala, tulang dan kulit dapat daging
kerja, biaya konsumsi, biaya transportasi
ikannya hanya mencapai setengah
dan biaya pengemasan.Biaya variabel
kilogram atau dapat menjadi 1 kilogram
(variabel cost) adalah biaya yang jumlah
kerupuk ikan. Harga kerupuk ikan tenggiri
nilainya dipengaruhi oleh jumlah produksi
lebih murah daripada ikan pipih, yaitu Rp
kerupuk ikan pipih dan kerupuk ikan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 819


tengiri.Besarnya biaya variabel dalam satu Besarnya jumlah penerimaan dalam
bulan disajikan pada Tabel 2. penelitian ini diperoleh dari penjualan
kerupuk ikan dalam satu
Besarnya biaya-biaya dari
bulan.Penerimaan yang diperoleh dalam
pengolahan kerupuk ikan pipih
usaha pengolahan kerupuk ikan dapat
disebabkan karena harga bahan baku
dilihat pada Tabel 3.
ikan pipih itu sendiri lebihbesar dari pada
Penjualan kerupuk ikan sangat
ikan tenggiri, sehingga untuk menghindari
bervariasi setiap harinya.Hal ini
adanya kelangkaan bahan baku, para
dipengaruhi oleh banyaknya
pengrajin mengolah kerupuk ikan pipih
permintaan.Penjualan kerupuk ikan pipih
dalam jumlah yang besar.Selain itu,
dipengaruhi oleh pedagang pengecer
kebanyakan pengrajin kerupuk ikan pipih
yang mengambil kerupuk ikan pipih untuk
ini masih menggunakan kayu bakar.
dijual kepada konsumen.Sedangkan
Tabel 2. Biaya Variabel Pembuatan
penjualan kerupuk ikan tenggiri pengaruhi
Kerupuk Ikan
Biaya Variabel (Rp/bulan) oleh permintaan konsumen yang datang
Uraian Kerupuk ikan Kerupuk ikan langsung untuk membeli kerupuk ikan
Pipih tenggiri
Biaya bahan baku tenggiri. Permintaan akan meningkat pada
a. Ikan 36.000.000 13.625.000
b. Tepung 3.622.000 3.780.000 saat- saat tertentu, yaitu pada saat acara
tapioka
Biaya
kabupaten (MTQ), pada saat libur, dan

Bahan penolong 1.943.500 1.977.300 acara-acara besar lainnya; baik dari


Tenaga kerja 3.443.750 1.200.000 konsumen yang akan mengadakan suatu
Bahan bakar 600.000 887.000 acara maupun konsumen yang datang
Transportasi 501.250 350.000 membeli untuk oleh-oleh.
konsumsi 1.150.000 1.045.000
Tabel 3. Penerimaan Usaha Kerupuk Ikan
pengemasan 6.682.750 2.011.900
Total 53.943.750 24.876.200 Produk kerupuk
Sumber: Analisis Data Primer, 2015 Uraian Ikan Pipih Ikan
Tenggiri
Bahan baku utama pembuatan Jumlah 768.75 kg 585 kg
kerupuk ikan pipih dan kerupuk ikan Penjualan (kg)
Harga (Rp/kg) 125.000 85.000
tenggiri ini sebagian besar diperoleh
Penerimaan 96.093.75
langsung di pasar, dan sebagian lagi 49.725.000
(Rp/bulan) 0
diperoleh langsung dari nelayan serta dari Biaya Total 62.155.18
30.127.108
1
kapal khusus yang membawa ikan-ikan Harga Pokok
80.852,26 51.499,32
segar. Harga beli untuk ikan pipih Produksi
Pendapatan 33.938.56
segarsekitar Rp 70.000 per kilogram, 19.597.892
9
sedangkan untuk ikan tenggiri sekitar Rp Sumber: Analisis Data Primer, 2015

40.000 per kilogram.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 820


Kelangkaan ketersediaan ikan pipih
menjadi faktor tingginya harga jual 1.2. Break Even Point (BEP )
kerupuk tersebut di pasaran. Harga pokok Sasaran analisis BEP untuk
merupakan biayayang harus dikeluarkan mengetahui pada tingkat volume berapa
dalam memproduksi tiap unit produk atau perusahaan mencapai titik impas dari
dapat pula dikatakan sebagai biaya rata- kegiatan usahanya. Dalam hal ini, analisis
rata untuk tiap unit kerupuk yang BEP dapat dipakai untuk membantu
diproduksi.Perhitungan harga pokok pemilihan jenis produk atau proses
berdasarkan harga pokok proses dengan mengidentifikasikan produk atau
menunjukkan bahwa harga pokok dari proses yang mempunyai total terendah
kedua jenis kerupuk tersebut masih untuk suatu volume yang diharapkan.Hasil
berada di bawah harga jualnya, yaitu Rp perhitungan BEP untuk pengolahan
125.000,- per kilogram untuk kerupuk ikan kerupuk ikan dapat dilihat pada Tabel 4.
pipih, dan Rp 85.000,- per kilogram untuk
kerupuk ikan tenggiri.Artinya usaha ini
menguntungkan.

Tabel 4. BEP Pengolahan Kerupuk Ikan


Produk kerupuk
Uraian
Ikan pipih Ikan tenggiri
Biaya tetap total (Rp/ bulan) 8.211.430 5.250.908
Biaya variabel saat BEP (Rp/bulan) 70.170,73 42.523,41
Biaya tetap saat BEP (Rp/bulan) 10.681 8.975.91
Jumlah Produksi (Kg/bulan) 768.75 585
Harga jual (Rp/kg) 125.000 85.000
BEP dalam unit (Kg/bulan) 149,76 69,06
BEP dalam rupiah (Rp/bln) 18.664.340 10.716.138
Laba total (Rp/bulan) 7.032.319 4.972.892
Sumber: Analisis data primer, 2015
Tabel 4 menunjukkan bahwa itu,volume yang berbeda dari kedua jenis
pengolahan kerupuk ikan mengalami pengolahan kerupuk ikan ini juga
keuntungan dan layak dilanjutkan sebagai mempengaruhi nilai BEP. Biaya variabel
komoditi unggulan. Perhitungan analisis per unit dan pendapatan per unit dapat
BEP menunjukkan bahwa kerupuk ikan berubah dengan berubahnya kapasitas
tenggiri lebih dulu mencapai BEP nya produksi dan volume penjualan.
dibandingkan kerupuk ikan pipih. Hal ini
disebabkan kelangkaan ikan pipih serta
harga beli ikan yang mahal. Selain

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 821


3.4 Nilai Tambah masing-masing nilai tambah untuk
Analisis nilai tambah Kerupuk ikan kerupuk ikan Pipih adalah Rp
disajikan pada Tabel 5. 50.000/kilogram dan nilai tambah untuk
kerupuk ikan Tenggiri Rp 26.300/kilogram.
Tabel 5. Analisis Nilai Tambah
Pengolahan Kerupuk Ikan Pipih Pengolahan kerupuk ikan akan
dan Tenggiri
terjadi peningkatan nilai tambah dari ikan
Variabel Nilai Kerupuk Ikan
Pipih Tenggiri segar menjadi kerupuk ikan apabila
Output, Input dan Harga didukung dengan masukan teknologi.
Hasil Produksi 768, 75 585
Kerupuk Pengolahan kerupuk ikan yang masih
Bahan Baku 800 600
menggunakan teknologi sederhana harus
Ikan
Tenaga kerja 5 HOK 5 HOK menjadi pertimbangan para pengrajin
Faktor 0,96 0,975
Konversi untuk meningkatkan nilai tambah. Harga
Koefisien 0,6 0,8 jual yang tinggi sebanding dengan tenaga
Tenaga Kerja
Harga Jual 125.000 85.000 yang dikeluarkan, karena rata-rata sistem
Produk
Upah tenaga 8.000 8.000 pengolahan kerupuk ikan di Kabupaten
kerja Seruyan masih menggunakan tenaga
Penerimaan dan Keuntungan
Harga Ikan 70.000/ kg 40.000/ Kg manual. Hernanto (2003) menyatakan,
Segar
Sumbangan - - bahwa penerapan teknologi akan
input lain berpengaruh terhadap biaya dan
Nilai Produksi
120.000/kg 66.300/ Kg penerimaan petani.
(Rp/Kg)
Nilai Tambah 50.000 / Kg 26.300/ kg
Imbalan 5.000/ Kg 6.666/ Kg
Tenaga Kerja 2. SIMPULAN DAN SARAN
Keuntungan 42.630/Kg 19.634/Kg
Sumber: Analisis Data Primer, 2015 2.1. Simpulan
(1) Proses pengolahan kerupuk ikan di
Penyediaan ikan pipih di tiap
Kabupaten Seruyan Kecamatan
responden sekitar 75 kilogram/produksi
Seruyan Hilir sangat menjanjikan.
atau sekitar 768,75 kilogram/bulan,
Sumber modal rata-rata pengrajin dari
sedangkan untuk ikan tenggiri mampu
modal sendiri, dan kebanyakan usaha
mencapai 50 kilogram/produksi atau 585
pengolahan kerupuk ikan di daerah
kilogram/bulan, dengan melibatkan tenaga
ini merupakan warisan, sehingga
kerja sebanyak 5 orang.
perlu adanya pengembangan
Harga jual kerupuk ikan Pipih Rp
teknologi dan inovasi agar usaha
125.000/kg, sedangkan kerupuk ikan
kerupuk ikan ini selalu mengikuti
Tenggiri Rp 85.000/kg. Dalam 1 kilogram
perkembangan zaman. Pembinaan
ikan segar dapat menghasilkan 0,5
dan pelatihan untuk para pengrajin
kilogram kerupuk ikan, dengan nilai
kerupuk juga harus ditingkatkan.
tambah Rp. 76.300/kg dengan proporsi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 822


(2) Pendapatan usaha pengolahan yang optimal dan dapat menekan
kerupuk ikan pipih sebesar Rp biaya seefisien mungkin.
33.938.569,- per bulan dengan 4 (2) Sebaiknya ada sistem
pengrajin atau sebesar pembudidayaan ikan pipih dan ikan
Rp8.484.642,25/orang/bulan, dan tenggiri agar tersedia terus pasokan
pendapatan kerupuk ikan tenggiri Rp ikan sebagai bahan baku pengolahan
19.597.892,- per bulan dengan 10 kerupuk ikan.
pengrajin atau sebesar Rp (3) Usaha pengolahan kerupuk ikan
1.959.789,- /orang /bulan. Nilai BEP layak untuk diusahakan mengingat
usaha pengolahan kerupuk ikan ini, kerupuk ikan merupakan produk
yaitu untuk kerupuk ikan pipih unggulan di Kabupaten Seruyan.
mencapai BEP pada saat Rp Perlu adanya dukungan pemerintah
18.664.340,- dengan 149,76 untuk memfasilitasi kegiatan usaha
unit,sedangkan untuk kerupuk ikan agar para pengrajin dimudahkan
tenggiri sebesar Rp 10.716.138,- per dalam meningkatkan mutu dan
bulan dengan 69,06 unit kerupuk kualitas produk kerupuk ikan sebagai
ikan tenggiri. produk unggulan yang memiliki ciri
(3) Nilai tambah yang diperoleh untuk khas daerah.
pengolahan kerupuk ikan masih di
bawah dari harga bahan baku. Hal ini 3. UCAPAN TERIMA KASIH
disebabkan para pengrajin masih (1) Terima kasih kepada Tuhan YME
atas kasih dan hikmat yang diberikan-
menggunakan tenaga manual
Nya.
sehingga mempengaruhi biaya dan (2) Terima Kasih kepada orang tua
tercinta: Alm Mama, Papa Awat,
penerimaan. Usaha pengolahan
Mami Sri Endang, Papi Zemmy
kerupuk ikan ini merupakan produk Leihitu, S.H.
(3) Terima kasih kepada Donny Dj
yang diunggulkan dan memiliki
Leihitu, ST., MT,suami Tercinta,
prospek yang menjanjikan. Namun, Devon Augirdo Tristan Leihitu dan
Juan Benedict Godwin Leihitu ananda
aspek teknologi harus tetap
tercinta.
dipertimbangkan untuk meningkatkan (4) Universitas Darwan Ali Kuala
Pembuang Kabupaten Seruyan
nilai tambah produksi. Besarnya Nilai
Kalimantan Tengah.
tambah kerupuk ikan pipih sebesar (5) Para Pengrajin kerupuk Ikan Pipih
dan Kerupuk Ikan Tenggiri di
Rp 50.000,- /kilogram dan kerupuk
Kecamatan Seruyan Hilir.
ikan tenggiri Rp. 26.300,- /kilogram
4. DAFTAR PUSTAKA
4.2 Saran Harjanto, E. 2001. Manajemen Produksi
dan Operasi. Edisi dua. Jakarta: PT
(1) Penggunaan teknologi sangat
Grasindo.
diperlukan untuk memperoleh hasil

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 823


Hernanto, F. 1994.Ilmu Usaha Tani.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Pemerintah Kabupaten Seruyan. 2011.
Database Pemerintah Daerah
Kabupaten Seruyan. Seruyan.
Ambarsari.2000.Analisis Optimalisasi
Penggunaan Faktor-faktor Produksi
Industri Kecil Kerupuk Ikan
(Kemplang). (Studi Kasus di Sentra
Industri kerupuk Kemplang
Kelurahan Satu Ulu, Kecamatan
Seberang Ulukota Palembang,
Propinsi Sumatera Selatan). Bogor.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 824


ANALISIS KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN AGROEKOSISTEM
DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2009 - 2014

Trisna Insan Noor, Lies Sulistyowati dan Maman H. Karmana

DepartemenSosial-Ekonomi, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran


Email:

ABSTRAK

Provinsi Jawa Barat memiliki peran sangat penting dalam ekonomi perberasan nasional baik
sebagai daerah konsumsi maupun sentra produksi dan industri perberasan, dengan kontribusi
setiap tahunnya rata-rata sebesar 16,64% terhadap produksi padi nasional. Namunproduksi yang
tinggitersebuthanyadihasilkanolehkabupaten-kabupatensentraproduksiutama yang
dipengarungiolehkondisiagroekosistem yang mendukungperkembanganproduksigabah.Hal
tersebutjugadisertaidenganlajupertumbuhanpenduduk yang tinggidantingkatkonversilahan yang
semakinmeningkat. Hal tersebuttentunyaakanberdampakkepadatingkatketahananpangan di
tingkatkabupaten/kotasertawilayahpadaagroekosistem yang berbeda. Metodepenelitian yang
digunakanadalahkualitatif.Jawa Barat dibagiatas 3 agroekosistem, yaituJawa Barat Bagian Utara
(Pantura), JabarBagian Tengah danJabar Selatan.Data yang digunakanadalah data
sekunderdariinstansiterkait.HasilkajianmenunjukkanbahwaProvinsi Jawa Barat merupakan provinsi
yang selalu surplus beras setiap tahunnya, bahkan merupakan penyumbang beras terbesar untuk
ketahanan pangan nasional. Apabila analisis surplus defisit beras dilakukan di tingkat
kabupaten/kota, menunjukkan bahwa seluruh kota di Jawa Barat termasuk daerah defisit. Hal yang
menarik adalah tidak semua kabupaten penghasil padi surplus. Berdasarkan agroekosistem
menunjukkan bahwa wilayah agroekosistem Pantura dan Jabar selatan menunjukkan kondisi
surplus, sementara wilayah Jabar Tengah mengalami kondisi yang defisit, Hal tersebut
menunjukkan bahwa Wilayah Pantura dan Jabar Selatan merupakan wilayah yang tahan pangan
sementara Jabar tengah tidak tahan pangan.
Kata kunci: ketahananpangan, surplus defisit, JawaBarat

1. PENDAHULUAN penduduk DKI Jakarta dan propinsi


Jawa Barat merupakan salah satu lainnya.
sentra produksi utama padi/beras yang Produksi yang
pada tahun 2011-2014 memberikan rata- tinggitersebutternyatahanyadihasilkanoleh
rata kontribusi setiap tahunnya sebesar kabupaten-
16,64% terhadap produksi padi nasional kabupatensentraproduksiutama yang
(Gambar 1). Hal didukungolehkondisiagroekosistemdaninfr
tersebutmenunjukkanbahwaproduksi astrukturusahatanipadisawah,
beras di Jawa Barat secara kumulatif khususnyainfrastrukturirigasiyangbaikuntu
sudah mampu memenuhi kebutuhan kperkembanganproduksipadi.
konsumsi penduduk, sehingga surplus
produksi tesebut disalurkan ke luar Jawa
Barat.Selain itu, Provinsi Jawa Barat
sebagai salah satu daerah sentra produksi
utama beras nasional, juga dihadapkan
kepada “kewajiban” menjadi penyangga
Sumber: Kementerian Pertanian, 2015
atau untuk memenuhi kebutuhan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 825


Gambar 1. Grafik Kontribusi Rata-rata Selatan (Jabar Selatan). Oleh karena itu,
Produksi Padi di 17 Provinsi Sentra di
Indonesia, Tahun 2011-2014 dalam penelitian ini, Provinsi Jawa Barat
Namundalam 10 tahunterakhirini, dibagi ke dalam tiga wilayahtersebut.
produksipadi di Jawa Barat Data yang digunakan dalam
dihadapkanpadaberbagaihambatan, penelitian ini adalah data primer dan data
diantaranya yang sekunder. Data sekunder yang digunakan
palingdominanadalahperubahaniklim yang yaitu data luas tanam, luas panen,
disebabkanolehfenomenael ninodanla produksi padi dari tahun 2009-2014, data
nina. Sementarasektorpertanian, kependudukan dan tingkat konsumsi
terutamasubsektortanamanpangan, beras yang bersumber dari Dinas
merupakansektor yang paling Pertanian Tanaman Pangan Jabar dan
rentanterkenapengaruhperubahaniklimdib BPS Jabar. Data yang diperoleh
andingkansektorperekonomianlainnya. selanjutnya diolah secara matematis
Dengandemikian,jikaproduksitanam kemudian disajikan secara tabulasi dan
anpangan, grafis serta dijelaskan secara deskriptif.
khususnyaberas,terpengaruholehperubah
aniklim, danpadasaat yang
bersamaanProvinsiJawa Barat
jugadihadapkandenganlajukonversilahand
anlajupertumbuhanpenduduk yang
tinggi,tentunyaakanberdampakterhadaptin
gkatketahananpangan di ProvinsiJawa
Barat, khususnya di kabupaten/kota yang
bukansentraproduksipadi. Gambar 2. LokasiPenelitian

2. METODE PENELITIAN 3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan di Provinsi 3.1. KetahananPanganJawa Barat
Jawa Baratyang mempunyai beberapa Asumsi yang digunakan dalam
agroekosistem dan juga aspek sosial analisis ketahananpangandalamtulisanini
budaya yang dapat mempengaruhi kinerja adalah beras yang
kelembagaan dan agribisnis perberasan. dihasilkanditujukanuntukdikonsumsi oleh
Noor (2011) mengemukakan, bahwa pendudukJawabarat. Dengan kata lain,
Provinsi Jawa Barat dari sisi beras produksi Jawa Barat ataupun setiap
agroekosistemnya dapat dibagi ke dalam wilayah agro-ekosistem tidak berpindah
tiga wilayah, yaitu wilayah Jawa Barat ke luar Jawa Barat untuk tingkat propinsi,
Bagian Utara (Pantura), Jawa Barat dan tidak berpindah keluar wilayah
Bagian Tengah dan Jawa Barat Bagian agroekosistem untuk tingkat wilayah.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 826


Analisis surplus defisit beras dari sisi permintaannya tinggi karena
menggunakan penghitungan produksi tempat terkonsentrasinya penduduk. Hal
beras dikurangi kebutuhan konsumsi yang menarik adalah tidak semua
beras penduduk. kabupaten penghasil padi surplus. Ada 2
Hasil analisis menunjukkan bahwa kabupaten yang merupakan sentra
seluruh kota di Jawa Barat termasuk produksi padi namun defisit pada tahun
daerah defisit. 2014, yaitu Kabupaten Bogordan
Selaindisebabkanwilayahperkotaan bukan Bandung. Namun ada juga kota yang
merupakan sentra produksi namun juga surplus, yaitu Kota Banjar.

Gambar 3. Surplus Defisit Ketersediaan dan Kebutuhan Berasdi Jawa Barat, Tahun 2009-2014
Berdasarkananalisisdaritahun 2009- 2009 menjadi 6.598 ton pada tahun
2014, maka kabupaten dan kota di Jawa 2014.
Barat dapat dikategorikan ke dalam: 2) Kabupaten/kota dengan tingkat surplus
1) Kabupaten/kota dengan tingkat surplus semakin menurun, yaitu Kabupaten
semakin meningkat, yaitu Kabupaten Subang (-1,12%), Bekasi (-24,71%),
Indramayu dengan rata-rata Purwakarta (-3,03%), dan Ciamis (-
peningkatansetiap tahunnyasebesar 3,58%). Kabupaten Bekasi merupakan
2,56%, Karawang (3,34%), Cirebon kabupaten/kota dengan penurunan
(18,65%), Kuningan (9,21%), surplus yang sangat besar yaitu -
Majalengka (6,03%), Sumedang 24,71% dari 158.508 ton pada tahun
(6,98%), Sukabumi (8,36%), Cianjur 2009 menjadi hanya 4,100 ton pada
(6,94%), Garut (13,23%), Tasikmalaya tahun 2014.
(11,73%) dan Kota Banjar (36,46%). 3) Kabupaten/kota yang berubah dari
Kota Banjar merupakan defisit menjadi surplus (keluar dari
kabupaten/kota dengan kenaikan kondisi defisit) yairu Kabupaten
surplus terbesar di Jawa Barat yaitu Bandung Barat yang pada tahun 2009
sebesar 36,46% dari 3,518 ton tahun defisit sebesar 15.833 ton berubah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 827


menjadi surplus mulai tahun 2012 sebesar 2,56%, dari -156.768 ton pada
(surplus 3.108 ton) dan pada tahun tahun 2009 menjadi -175.438 ton pada
2014 menjadi surplus 21.179 ton. tahun 2014.
Dengan demikian dari tahun 2009-2014 3.2. Analisis Surplus Defisit Beras
Kabupaten Bandung Barat meningkat Berdasarkan Agroekosistem
sebesar 227,23%. a) Surplus Defisit Wilayah Pantura
4) Kabupaten/kota dengan tingkat defisit Wilayah Pantura atau Pantai
semakin menurun (kondisi ketahanan UtaraJawa Barat adalah wilayah sentra
pangan membaik), yaitu Kabupaten produksi utama beras di Jawa Barat
Bogor (1,79%), Kabupaten Bandung dengan surplus produksi terbesar
(82,84%), Kota Cirebon (4,00%), Kota dibandingkan wilayahagroekosistem
Bogor (1,01%), Kota Sukabumi lainnya. Hal tersebut dibuktikan dengan
(6,89%), Kota Cimahi (3,52%) dan Kota jumlah surplus beras yang lebih tinggi dari
Tasikmalaya (19,94%). Kabupaten jumlah konsumsi beras (Gambar 4).
Bandung merupakan kabupaten/kota Selama kurun waktu 2009-2014, surplus
yang paling berhasil menurunkan beras dari wilayah pantura berada di
angka defisit berasnya sebesar kisaran 1,8 – 2 juta ton walaupun pada 2
82,84%, dari -64.715 ton pada tahun tahun terakhir mengalami penurunan
2009 menjadi – 11.105 ton pada tahun produksi. Periode surplus tertinggi
2014. diperoleh dari hasil panen MT I dan
5) Kabupaten/kota dengan tingkat defisit terendah dari hasil panen MT III.
beras yang semakin besar kondisi
ketahanan pangan memburuk), yaitu
Kota Depok yang semakin defisit

Gambar 4. Surplus Defisit Ketersediaan dan Kebutuhan Beras


di Wilayah AgroekosistemPantura, Tahun 2009-2014

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 828


Menurut Noor (2011), sebagaimana hampir semua lahan penanaman padi,
kondisi pada umumnya di Jawa Barat, di baik sawah beririgasi, tadah hujan,
wilayah Pantura pun terdapat bulan-bulan maupun lahan kering masih sedikit yang
tertentu yang defisit, hal mana ditunjukkan mengalami panen. Sebagian besar lahan
dengan ketidak-mampuan produksi penanaman padi baru saja memulai
wilayah Pantura untuk memenuhi musim tanam padi untuk musim rendeng
kebutuhan konsumsi masyarakatnya, yang akan dipanen secara serentak pada
yaitu dari bulan Nopember – Februari. Hal bulan Maret.
tersebut terjadi dikarenakan pada bulan b) Surplus Defisit Wilayah Jawa Barat
tersebut merupakan periode pertama Bagian Tengah
penanaman musim hujan¸sementara Wilayah Jawa Barat Bagian Tengah
musim sebelumnya yang merupakan merupakan wilayah dengan kebutuhan
musim tanam ketiga atau musim gadu. beras tertinggi di Jawa Barat. Besarnya
relatif sedikit petani yang menanam padi jumlah penduduk di perkotaan menjadikan
sawah dikarenakan keterbatasan wilayah ini mengalami defisit beras.
ketersediaan air. Secara umum produksi beras di wilayah
Walaupun demikian, dibandingkan ini menunjukkan kecenderungan yang
wilayah lainnya, jumlah bulan defisit di meningkat. Namun, peningkatan produksi
wilayah Pantura lebih sedikit dibandingkan tersebut masih belum mampu memenuhi
wilayah lainnya. Hal ini mempertegas kebutuhan konsumsi yang laju
predikat Pantura sebagai sentra utama pertumbuhan kebutuhannya lebih tinggi
produksi beras di Jawa Barat. dibandingkan laju peningkatan produksi
Selanjutnya Noor (2011) beras. Oleh karena itu, wilayah
menyatakan bahwa titik terendah produksi JabarTengah selalu dalam keadaan defisit
di wilayah Pantura terjadi pada bulan (Gambar 5).
Januari karena pada bulan tersebut

Gambar 5. Surplus Defisit Ketersediaan dan Kebutuhan Beras


di Wilayah AgroekosistemJabarBagian Tengah,Tahun 2009-2014

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 829


Produksi beras di wilayah Jabar beras di daerah ini dari tahun 2009
Tengah bila dilihat berdasarkan produksi sampai 2014 secara konsisten
bulanan akan tampak siklus produksi memperlihatkan peningkatan. Dampaknya
mengikuti pola produksi gabah adalah surplus beras di wilayah ini terus
padaumumnyadi Jawa Barat bertambah setiap tahunnya karena laju
Musim panen raya terjadi pada pertumbuhan produksi beras yang lebih
bulan Februari-Maret untuk musim tinggi dibandingkan laju pertumbuhan
rendeng dan bulan Juni-Juli untuk panen kebutuhan konsumsi yaitu dari 1.212.043
gadu. Pada bulan-bulan terjadinya musim ton pada tahun 2009 menjadi surplus
panen raya, produksi beras wilayah ini 1.718.108 ton atau terjadi kenaikan suplus
berada di atas kebutuhan konsumsinya, sebesar 42% (Gambar 6). Salah satu
tetapi selain bulan-bulan tersebut tidak yang menjadi pendorong peningkatan
mampu mencukupi kebutuhan daerahnya produksi di Jabar Selatan, salah satunya
sendiri. Tingginya tingkat kebutuhan adalah program pencetakan sawah yang
kebutuhan beras disebabkan daerah dipusatkan di Jabar Selatan.
perkotaan, terutama Bandung dan Akumulasi surplus tersebut
sekitarnya merupakan pusat aktifitas merupakan penambahan stok beras bagi
ekonomi sehingga jumlah dan tingkat cadangan beras di Jawa Barat. Terlebih
kepadatan penduduknya paling tinggi di lagi apabila dilihat pola produksi bulanan,
Jawa Barat (Noor, 2011). fluktuasi produksi beras Jabar Selatan
Laju pertambahan penduduk setiap secara rata-rata berada di atas jumlah
tahunnya yang lebih tinggi dibandingkan kebutuhan konsumsi masyarakatnya.
wilayah lainnya, terutama di daerah Pola penanaman padi yang relatif
perkotaan, terus menambah kebutuhan terjadi sepanjang tahun mengakibatkan
konsumsi beras, sementara pertumbuhan fluktuasi produksi tidak terlalu tinggi
produksi beras berjalan lebih lambat antara musim panen raya, musim gadu,
daripada pertumbuhan konsumsi. Selain dan masa paceklik. Produksi beras untuk
tingkat produktivitas yang relatif stagnan panen raya terjadi setiap tahun pada
bahkan cenderung melambat, juga tingkat bulan Pebruari-Maret untuk musim
konversi lahannya lebih tinggi untuk rendeng (hujan) dan Juni-Juli-Agustus
memenuhi kebutuhan non-pertanian untuk musim gadu. Produksi beras panen
seperti perumahan, infrastruktur jalan dan raya pada saat musim gadu selalu lebih
industri (Noor, 2011). rendah dibandingkan panaen raya pada
c) Surplus Defisit Wilayah Jabar Selatan musim rendeng (Noor, 2011).
Wilayah Jabar Selatan secara
geografis adalah daerah yang lokasinya di
sebelah selatan Jawa Barat. Ketersediaan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 830


Gambar 6. Surplus Defisit Ketersediaan dan Kebutuhan Beras di Wilayah
AgroekosistemJabarBagian Selatan, Tahun 2009-2014
Banyaknya lahan penanaman padi semakin meningkat; 2).
yang hanya mengandalkan air dari musim Kabupaten/kota dengan tingkat surplus
hujan dan sedikitnya lahan sawah yang semakin menurun; 3) Kabupaten/kota
beririgasi mengakibatkan perilaku yang berubah dari defisit menjadi
produksi beras sangat bergantung kepada surplus (keluar dari kondisi defisit); 4)
musim. Namun demikian sumber air yang Kabupaten/kota dengan tingkat defisit
sebagian besar berasal dari dataran tinggi semakin menurun (kondisi ketahanan
cukup membantu sebaran waktu pangan membaik); dan 5)
penanaman terutama lahan penanaman Kabupaten/kota dengan tingkat defisit
yang dekat dengan sumber air alami, beras yang semakin besar kondisi
sehingga fluktuasi produksi beras setiap ketahanan pangan memburuk).
bulannya tidak terlalu (Noor, 2011). c) Dilihatdariaspekkebutuhanberasuntukk
onsumsirumahtangga,
4. SIMPULAN meununjukkanbahwa lebih dari 50%
a) Analisis surplus defisit beras di tingkat kebutuhan beras Jawa Barat berada di
kabupaten/kota, menunjukkan bahwa wilayah Jabar Tengah. Hal ini
seluruh kota di Jawa Barat termasuk disebabkan karena di wilayah Jabar
daerah defisit. Hal yang menarik Tengah yang merupakan daerah
adalah tidak semua kabupaten perkotaan dengan fasilitas dan
penghasil padi surplus. infrastruktur yang lebih baik
b) Berdasarkantingkatketahananpangann dibandingkan wilayah agroekosistem
yamaka, kabupaten dan kota di Jawa lainnya sebagian besar penduduk Jawa
Barat dapat dikategorikan ke dalam: 1) Barat terkonsentrasi di wilayah ini
Kabupaten/kota dengan tingkat surplus

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 831


d) Berdasarkan agroekosistem DampakPerubahanIklimTerhadapPo
laTanam, ProduksiPadi Serta
menunjukkan bahwa wilayah
KetahananPangan Di Jawa Barat.
agroekosistem Pantura dan Jabar Prosiding Seminar
HasilPenelitianSosialEkonomi UGM,
selatan menunjukkan kondisi surplus,
Jogyakarta.
sementara wilayah Jabar Tengah
mengalami kondisi yang defisit, Hal
tersebut menunjukkan bahwa Wilayah
Pantura dan Jabar Selatan merupakan
wilayah yang tahan pangan sementara
Jabar tengah tidak tahan pangan.

5. DAFTAR PUSTAKA
Alimoeso, Sutarto.
2014.JalanPanjangMenujuKedaulat
anPangan. Bulog. Jakarta.
Amang, Beddu dan M. Husein Sawit,
2001. Kebijakan Beras dan Pangan
Nasional, Pelajaran dari Orde Baru
dan Orde Reformasi Edisi Kedua,
IPB Press, Bogor
BPS Jawa Barat. 2015. Jawa Barat dalam
angka 2015. Provinsi Jawa Barat.
Bandung. Badan Pusat Statistik.
Firdaus, Muhammad, Lukman M. Baga
dan Purdiyanti Pratiwi, 2008.
Swasembada Beras Dari Masa Ke
Masa. IPB Press, Bogor.
Irawan, Bambang. 2013. DampakEL Nino
dan La Nina
TerhadapProduksiPadidanPalawijad
alamPolitik Pembangunan
PertanianMenghadapiPerubahanIkli
m.
BadanPenelitiandanPengembangan
Pertanian. Jakarta.
Noor, TrisnaInsan, TomyPerdana,
danBayuKharisma. 2010.
PengembanganKebijakanRantaiPas
okanIndustriPerberasanUntukMewuj
udkanKetahananPanganJawa Barat.
Unpad, Bandung.
Noor, TrisnaInsan. 2011. Pengaruh
Agroindustrialisasi Perberasan
Terhadap Pembangunan
Berdasarkan Agroekosistem di Jawa
Barat.Disertasi.UniversitasPadjadjar
an. Bandung.
Noor, TrisnaInsan, dan Lies Sulistyowati.
2016.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 832


PENENTUAN KOMODITAS DAN PELAKSANAAN KEGIATAN
TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK (PROVINSI RIAU)

Valeriana Darwis

Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian


Email: valeriana@pertanian.go.id

ABSTRAK

Taman Teknologi Pertanian (TTP) merupakan salah satu kegiatan dalam mendukung program
Nawa Cita pemerintah. Kegiatan TTP dilaksanakan oleh Litbang Kementerian Pertanian dibawah
koordinasi Badan Perencanaan Nasional. Dalam kurun waktu lima tahun, TTP direncanakan
terlaksana di 100 kabupaten, dan tahun 2015 sudah terbangun di 16 kabupaten/kota. Salah satu
tempat pelaksanaan kegiatan TTP tahun 2016 adalah Kabupaten Siak Provinsi Riau. Kegiatan
TTP berlangsung selama 3 tahun dengan fokus utama tahun pertama adalah membangun fasilitas
yang mendukung komoditi pertanian yang terpilih. Pemilihan komoditas mempergunakan metode
PRA, Baseline serta mensinerjikan dengan kegiatan Kementerian Pertanian. Adapun komoditas
yang terpilih adalah padi, bawang merah dan itik Alabio. Lokasi berdiri TTP di Desa Muara
Kelantan dengan masyarakatnya yang masih belum mengadopsi teknologi budidaya sesuai
dengan anjuran. Kegiatan TTP lebih difokuskan kepada perbenihan padi rawa, budidaya bawang
merah dan pemeliharaan itik Alabio. Transfer teknologi dilakukan dengan pelatihan dan
penanaman komoditas di area demplot. Untuk tahun kedua, beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain: produk dan spesifikasi produk, skala dan waktu produksi, analisa teknis dan ekonomi,
sarana dan prasarana, pengelolaan {SOP, sertifikasi, kebutuhan tenaga kerja, pengendalian
lingkungan, agroinput, off farm (grading, sortasi, packing, penyimpanan dan distribusi)}, dan
pengembangan jejaring agribisnis.

Kata kunci : Penentuan komoditas, Taman Teknologi Pertanian

1. PENDAHULUAN tempat peningkatan kapasitas pelaku


Visi pembangunan Indonesia dalam pembangunan pertanian termasuk
periode pemerintahan 2014 – 2019 adalah penyuluh dan petani. Taman Teknologi
“Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, Pertanian (TTP) merupakan wahana
mandiri dan berkepribadian berlandaskan implementasi inovasi aplikatif spesifik
gotong royong”. Untuk mewujudkannya, lokasi yang matang dari hulu ke hilir
pemerintah membuat 9 program (Nawa dengan melibatkan stakeholders terkait.
Cita), dan salah satu programnya adalah: Dua kegiatan tersebut merupakan sarana
meningkatkan produktivitas rakyat dan akselerasi impact recognition inovasi
daya saing di pasar internasional. Program pertanian, sekaligus terobosan untuk
tersebut kemudian dijabarkan lagi dengan memperderas arus inovasi pertanian
beberapa kegiatan, diantaranya: Taman kepada masyarakat (Pedum, 2015).
Sains (Science Park) dan Taman Teknologi Kegiatan TSP dan TTP dilaksanakan
(Techno Park). oleh Litbang Kementerian Pertanian di
Taman Sains Pertanian (TSP) bawah Koordinasi Badan Perencanaan dan
merupakan wahana penelitian, pengkajian, Pembangunan Nasional (Bappenas).
pengembangan dan penerapan inovasi Dalam kurun waktu lima tahun TSP
pertanian sekaligus show window dan direncanakan di 34 provinsi, sedangkan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 833


TTP dilaksanakan di 100 kabupaten. Pada pemilik RMU. Data-data yang terkumpul
tahun 2015, TSP sudah dilaksanakan di 5 kemudian dianalisis dengan menggunakan
provinsi dan 16 kabupaten/kota untuk metode deskriptif
kegiatan TTP. Salah satu tempat
pelaksanaan kegiatan TTP tahun 2016 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah Kabupaten Siak Provinsi Riau dan 3.1. Potret Desa Muara
institusi daerah yang bertanggungjawab Desa Muara lokasinya berhimpitan
dalam kegiatan ini adalah BPTP Provinsi dengan kota Kecamatan Sungai Mandau.
Riau. Kegiatan TTP dilaksanakan selama 3 Lokasi desa dari kota kabupaten sejauh 65
tahun dengan fokus utama pembangunan km dan 90 km apabila ditempuh dari ibu
fisik pada tahun pertama. Lokasi TTP di kota provinsi. Akses ke desa tidaklah sulit,
Kabupaten Siak lahannya disiapkan oleh karena dilalui jalan provinsi yang
pemerintah daerah dan lahan tersebut menghubungi Riau dan Sumatera Utara.
dibagi dua peruntukan, yaitu: (1) lahan Desa ini baru terbentuk tahun 2011 dengan
seluas 4,2 ha untuk fasilitas dan bangunan, memanfaatkan lahan hutan. Total lahan
dan (2) lahan untuk demplot komoditas desa seluas 14.000 ha dan 275 ha
seluas 2 ha. Dengan penjelasan tersebut, merupakan lahan sawah. Seluruh lahan
maka tujuan tulisan ini adalah menentukan tersebut dibangun oleh pemerintah desa,
komoditas apa yang akan dipilih dalam oleh karena itu lahan yang dipergunakan
pelaksanaan kegiatan Taman Teknologi merupakan lahan milik pemerintah desa.
Pertanian di Kabupaten Siak. Lahan sawah yang dibuat merupakan
lahan pasang surut klas C/D yang
2. METODE PENELITIAN pengairrannya sudah dapat diairi melalui
Kegiatan dilakukan pada tahun 2016 irigasi teknis. Selain lahan sawah, lahan
di Desa Muara Kelantan, Kecamatan lainnya yang bisa dimanfaatkan
Sungai Mandau, Kabupaten Siak. masyarakat untuk mendapatkan
Pemilihan lokasi berdasarkan kesepakatan pendapatan adalah lahan kering yang
antara Litbang Kementan, Dinas Pertanian ditanami komoditi perkebunan. Tanaman
Provinsi dan Pemerintah Daerah Siak. perkebunan yang ada adalah kelapa sawit
Penentuan komoditas dilakukan dengan dan kakao dengan masing-masing memiliki
metode PRA dan Baseline Survay. Untuk luasan sebesar 1969 ha dan 500 ha.
menggali data dan informasi dipergunakan Penduduk pada umumnya adalah
pertanyaan terstruktur (kuesioner) terhadap pendatang dan berdasarkan monagrafi
responden yang dipilih. Responden desa, jumlah penduduk pada tahun 2015
tersebut terdiri atas: sekretaris kecamatan, sebanyak 1.149 orang dengan ragam
kepala desa, staf kelurahan, tokoh pendidikan dimulai dari 304 orang lulusan
masyarakat, kelompok tani, petani dan SD; lulusan SMP/SLTP sebanyak 175

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 834


orang; lulusan SMA/SLTA sebanyak 134 mengusahakan tanaman padi, petani
orang; lulusan Akademi/D1-D3 sebanyak pernah mengalami kegagalan khususnya
50 orang; serta lulusan S1 sebanyak 31 pada tahun 2010 dan 2013. Adapun
orang. Berdasarkan mata pencaharian, penyebabnya antara lain adalah: (1)
masyarakat desa yang bekerja sebagai kualitas dan ketersediaan air yang kurang
PNS sebanyak 48 orang, swasta sebanyak memadai. Kualitas air kurang baik karena
18 orang, wiraswasta sebanyak 37 orang, pH kurang dari 4 sehingga bersifat masam.
tani sebanyak 127 orang, buruh tani Ketersediaan air kurang memadai karena
sebanyak 65 orang, dan nelayan 85 orang. kurangnya sumber air; (2) tingkat
Kondisi fisiografi desa merupakan kesuburan tanah yang rendah; dan (3)
daerah datar dan bergelombang dengan terserang hama dan penyakit. Hama
ketinggian tempat berkisar antara 6 meter penyakit yang menyerang padi di desa ini
diatas permukaan laut. Jenis tanah antara lain adalah penggerek batang,
sebagian besar adalah tanah entisol hama putih palsu, walangsangit dan tikus.
dengan PH 4.5 sampai dengan 5.5. Kondisi Jenis komoditas pertanian yang
iklim dengan suhu rata-rata adalah 260C, diusahakan petani sejak tahun 2015 selain
rata-rata bulan basah antara 7-9 bulan padi, karet dan kelapa sawit adalah: cabai
dengan rata-rata curah hujan 2000 mm. rawit, terong, bawang merah, melon,
Dengan melihat kondisi iklim tersebut, kacang hijau, kacang panjang, jagung
artinya di wilayah desa ketersediaan air manis, kedelai, itik, ayam dan sapi. Pola
hujan untuk menerapkan IP 200 cukup tanam padi ditanam dua kali setahun,
berpeluang untuk dikembangkan. tanam pertama bulan April dan tanam
kedua bulan September. Tanaman sayuran
3.2. Potret Pertanian ditanam hampir setiap bulan pada lahan
Masyarakat desa mulai usahatani yang tidak terlalu luas, tidak semua petani
secara sederhana pada tahun 1960 yang menanam dan jenis sayuran yang
dengan komoditi yang paling banyak ditanampun sangat beragam. Dengan
diusahakan adalah tanaman karet. Untuk kondisi tersebut, maka tanaman yang
tanaman padi yang diusahakan adalah terpilih untuk kegiatan TTP adalah padi
padi gogo (panen satu kali setahun) tetapi untuk tanaman pangan, bawang merah
tidak banyak yang mengusahakannya. untuk tanaman sayuran dan itik mewakili
Masyarakat mulai mengenal tanaman kelompok ternak.
kelapa sawit pada tahun 2000 dan
3.2.1. Padi
beberapa petani mulai berpindah dari
usaha tanam karet ke tanam sawit. Petani Varietas padi yang sering ditanam
yang menanam padi setiap tahun oleh petani adalah Ciherang, Logawa,
bertambah, meski tidak banyak. Selama Inpari 3 dan Inpari 30. Benih yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 835


dipergunakan merupakan benih turunan budidaya padi berdasarkan teknologi
atau disisihkan dari panen musim anjuran. Mulai dari cara mengolah lahan
sebelumnya. Salah satu alasan utama rawa, pemakaian jenis dan dosis pupuk,
kenapa petani jarang membeli benih pada pemeliharaan, panen dan pasca panen.
setiap musim tanam karena benih padi Kegiatan demplot padi dipandu oleh
susah didapatkan pada saat dibutuhkan. narasumber dari Balai Penelitian Tanaman
Apabila ada yang menjual varietasnya tidak Rawa. Untuk kegiatan menangkar benih
sesuai dengan yang diinginkan. harus memperhatikan: (1) sumber benih
Permasalahan lainnya dalam yang jelas, (2) lahan untuk produksi benih,
budidaya padi yang menyebabkan (3) manajemen baku dalam proses
produktivitas tidak optimal antara lain: (1) produksi benih, (4) roguing, dan (5) proses
kualitas dan ketersediaan air yang kurang sertifikasi.
memadai. Kualitas air kurang baik karena Terkait dengan penerapan teknologi
pH kurang dari 4 sehingga bersifat masam, budidaya secara umum terdapat 4 faktor
(2) tingginya kadar Fe tanah yang bisa yang mempengaruhi yaitu: (1) ketersediaan
menyebabkan tanaman keracunan, (3) teknologi/komponen teknologi di tingkat
rendemen gabah atau beras rendah dan petani, (2) daya beli petani terhadap
banyak butir gabah hampa, hal ini terjadi produk teknologi atau kemampuan finansial
karena petani mengurangi dosis petani untuk menerapkan teknologi, (3)
pemupukan, (4) belum optimal membasmi ketersediaan kelembagaan dan
atau mengatasi serangan hama dan infrastruktur pendukung, misalnya aktivitas
penyakit padi, terutama serangan penyuluhan, dan (4) adanya kebijakan dan
penggerek batang, hama putih palsu, program pemerintah yang mendukung
walangsangit dan tikus, dan (5) proses penerapan teknologi tersebut. (Irawan, dkk.
pengeringan gabah yang tidak dilakukan di 2016)
lantai jemur khusus. Sementara teknologi budidaya yang
Keberadaan benih yang mudah umumnya dilaksanakan oleh petani dalam
didapat dan sesuai dengan preferensi budidaya padi antara lain: mempergunakan
menjadi keinginan utama dari petani sistem monokultur dalam menanam padi,
setempat. Untuk itu, kegiatan padi di TTP tanah diolah dengan mempergunakan
disarankan untuk menjadikan petani traktor, mempergunakan benih rata-rata 25
peserta sebagai penangkar benih. Selain kg per hektar, sebelum ditanam benih di
itu, percontohan budidaya tanaman padi treatment dahulu kemudian ditanam
yang dilaksanakan di lahan demplot dengan sistem tanam pindah dengan jarak
dengan menggunakan varietas lokal dan tanam 20 x 25 cm, benih yang
varietas Litbang Kementan. Pada lahan dipergunakan umumnya adalah benih
demplot dilakukan seluruh teknologi sendiri yang diperoleh pada panen

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 836


sebelumnya. Panen dapat dilakukan produktivitas padi dalam satu hektar
dengan dua cara, yaitu: (1) berkisar 6 - 7 ton GKP.
mempergunakan tenaga manusia dengan
3.2.2. Bawang Merah
sistem upah bawon 6 : 1, dan (2)
mempergunakan mesin pemanen (combain Bawang merah mulai ditanam
harvester) dengan sistem upah bawon 9 : beberapa petani di desa ini sejak tahun
1. Setelah panen padi kemudian di 2012 dengan sistem bedengan dengan
rontokan dengan mempergunakan tresher, lebar sekitar 1,2 meter. Beberapa
setelah itu dikeringkan dengan cara permasalahan yang dirasakan antara lain:
dijemur di pinggir jalan mempergunakan (1) susah mendapatkan benih, (2) belum
sinar matahari. bisa menghilangkan penyakit jamur, dan
Benih yang umumnya dipergunakan (3) pemupukan belum sesuai dengan jenis
oleh petani dalam menanam padi adalah dan dosis yang dianjurkan.
Ciherang, Logowa, Inpari 23 dan 30. Benih Dengan adanya demplot bawang
yang dipakai per hektar sebanyak 25 kg merah di kegiatan TTP diharapkan petani
(Tabel 1). Lahan diolah dengan dapat mengetahui bagaimana menanam
mempergunakan traktor, setelah itu bawang merah sesuai dengan budidaya
dirapikan mempergunakan tenaga yang dianjurkan. Sekaligus demplot ini
manusia. Lahan yang sudah siap kemudian diharapkan akan lebih menarik minat
ditanam dengan dua cara, yaitu: (1) petani lainnya untuk mengusahakan
mempergunakan tenaga manusia dengan tanaman bawang merah. Untuk
upah borongan satu hektar Rp 1,5 juta, dan mempertahankan mutu benih bawang
(2) mempergunakan transpalter dengan merah, maka di TTP perlu dilengkapi
upah per hektar sebesar Rp 500.000. dengan Instore Drying supaya proses
Pilihan ini juga terjadi pada kegiatan curing, pengeringan dan penyimpanan
panen, yaitu: (1) mempergunakan tenaga benih dapat dilakukan di dalam satu
manusia dengan upah sistem bawon 6 : 1, bangunan.
dan (2) mempergunakan mesin pemanen
upahnya bawon 9 : 1
Dari analisa usahatani padi satu
hektar dengan mempergunakan benih
varietas Logawa pendapatan bersih petani
Rp 5.952.700. Pendapatan ini bisa
dinaikkan lagi apabila produktivitasnya juga
dinaikkan. Adapun rata-rata produktivitas
padi untuk kondisi sekarang hanya 4 ton
GKP, sementara di tempat lain

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 837


Tabel 1. Analisa Usahatani padi per hektar
A. Biaya Tenaga Kerja
Uraian Curahan Tenga Kerja Proporsi TK dalam %
HOK Upah Nilai keluarga (%)
Persiapan Lahan 0 0 0 0 0
Pengolahan Tanah
Traktor - - 1.000.000 0 18,28
Manusia - - 300.000 0 5,48
Cabut dan tanam - - 1.500.000 0 27,42
Menyiang 1 100.000 100.000 100 1,83
Memupuk 2 100.000 100.000 100 1,83
Menyemprot 4 100.000 100.000 100 1,83
Panen - - 2.169.800 0 0
Pasca Panen 2 100.000 200.000 50 3,66

Jumlah 148 5.469.800 100


B. Biaya Sarana Produksi
Uraian Volume Satuan Harga Nilai %
Bibit 25 9.500 237.500 13,36
Pupuk :
- Urea 100 2.700 270.000 15,19
- TSP 50 2.600 130.000 7,31
- KCL 50 6.000 300.000 16,88
- Phonska 50 1.200 160.000 9,01
Obat-obatan - - 680.000 38.26
Biaya Lainnya 0 0
Jumlah B 1.777.500 100
Jumlah A+B 7.247.300
Analisis Usahatani Padi
Produksi 4.000 gkp x Rp. 3.300 13.200.000
Pendapatan Bersih (C-B-A) 5.952.700
Analisis R/C Ratio 1.82
Analisis B/C Ratio 0.82

3.2.3. Itik tidak bertelur. Hal ini kemungkinan karena


Ternak itik pernah diusahakan oleh 1- kurangnya pengetahuan peternak
2 orang penduduk di wilayah ini. mengenai jenis kelamin dan harga DOD
Keberadaan ternak itik merupakan yang berbeda antara jantan dan betina.
pembelian dari pasar di sekitar wilayah Sehingga ketika ternak sudah dewasa
Sungai Mandau dan dari Pekanbaru. tampak bahwa semua ternak yang dibeli
Namun keterbatasan pengetahuan adalah jantan. Permasalahan lain dalam
mengenai pemeliharaan itik menyebabkan memelihara ternak itik, antara lain:
semua peternak gagal dalam menjalankan kapasitas kandang yang terlalu padat,
usaha ternak itik ini. Peternak yang ingin penanganan pertama ketika DOD datang
mengusahakan itik petelur ternyata sampai ke kandang, jumlah dan jenis pakan yang
umur 7 bulan semua itik yang dimilikinya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 838


harus sesuai dengan kebutuhan pada umur Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Kementerian Pertanian.
fisiologis ternak.
Pedoman Umum Taman Teknologi
Dengan adanya kegiataan TTP, Pertanian. 2015. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.
maka peternak perlu diberi pelatihan
Kementerian Pertanian.
mengenai sistem pemeliharaan itik secara
terkurung yang meliputi perkandangan,
pemberian pakan, sistem perkawinan,
biosekuriti dan penyakit-penyakit yang
sering menyerang ternak itik, pemasaran,
manajemen usaha dan kelembagaan.

4. SIMPULAN
4.1. Simpulan
Taman Teknologi Pertanian sangat
membantu petani di Kabupaten Siak
terutama dalam memperkenalkan teknologi
budidaya bawang merah, teknologi
budidaya dan penangkar padi, serta cara
memelihara ternak itik yang sesuai anjuran.

4.2. Saran
Untuk pelaksanaan tahun kedua
perlu diperhatikan beberapa hal sebagai
berikut: produk dan spesifikasi produk,
skala dan waktu produksi, analisa teknis
dan ekonomi, sarana dan prasarana,
pengelolaan {SOP, sertifikasi, kebutuhan
tenaga kerja, pengendalian lingkungan,
agroinput, off farm (grading, sortasi,
packing, penyimpanan dan distribusi)}, dan
pengembangan jejaring agribisnis

5. DAFTAR PUSTAKA
Irawan, B. D.K. Swastika, S.H. Suhartini, V.
Darwis, dan R.D Yofa. 2016. Analisis
Sumber-sumber Pertumbuhan dan
Kebijakan Akselerasi Produksi
Jagung dan Kedelai. Pusat Sosial

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 839


PENGELOLAAN HUTAN MELALUI PENANAMAN KOPI

Wahid Erawan

Fakultas Pertanian Universitas Garut


Email: wahiderawan@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengetahui praktek budidaya kopi dan menganalisa fungsi hutan di aliran
sungai di kabupaten Garut untuk meningkatkan pendapatan petani. Data dikumpulkan melalui
berbagai sumber diantaranya dinas kehutanan, petani dan literatur. Hasil penelitian, praktek
budidaya kopi memiliki fungsi lindung bagi daerah aliran sungai, secara finansial ternyata mampu
memberikan keuntungan bagi petani dan sekaligus menyediakan lapangan pekerjaan di perdesaan
secara berkelanjutan. Nilai strategis dari budidaya kopi adalah bahwa pilihan penggunaan lahan ini
bisa menjadi alat penyelesaian konflik lahan yang berakar pada perbedaan persepsi atas
penggunaan kawasan hutan. Penyusunan konsep reboisasi penanaman kopi tidak hanya
melibatkan dinas pertanian dan kehutanan, tetapi sebaiknya melibatkan pula pakar-pakar yang
terkait dengan program dengan programnya.

Kata kunci: hutan, kopi, pendapatan, petani

1. PENDAHULUAN 4.133 ha, hutan lindung 10.341 ha, dan


Luas kawasan hutan di Kabupaten hutan produksi 1.410 ha.
Garut pada tahun 2007 mengacu pada Berdasarkan fungsinya, hutan dapat
KEPMENHUT No.195/KPTS/II/2003 yaitu digolongkan menjadi beberapa macam,
sebesar 107.862 ha (35% dari luas yaitu: (1) Hutan lindung adalah kawasan
kabupaten garut). luas hutan tersebut hutan yang karena sifat-sifat alamnya
terdiri atas hutan lindung 75.572 diperuntukan guna pengaturan tata air
(70,06%), hutan konservasi 26.727 ha dan pencegahan bencana banjir dan erosi
(24,77%), hutan produksi terbatas (hpt) serta untuk pemeliharaan kesuburan
5.400 ha (5,02%), dan hutan produksi tanah, (2) Hutan produksi terbatas (hutan
1.66 ha (0,15%). Sedangkan potensi produksi dengan penebangan terbatas),
hutan rakyat (luar kawasan hutan) adalah yaitu hutan produksi hanya dapat
22.647 ha. dieksploitasi dengan cara tebang pilih,
Lahan kritis di luar kawasan hutan dan (3) Hutan produksi, yaitu dengan
pada tahun 2004 tercatat seluas 69.115 penebangan bebas yang diberikan
ha (sangat kritis 2.718 ha, kritis 27.740,33 sebagai hutan produksi dapat dieksploitasi
ha, agak kritis 26.807,36 ha, dan potensial baik dengan cara tebang pilih maupun
kritis 11.849,16 ha). Prioritas penanganan dengan cara tebang habis disertai dengan
lahan kritis yang dilakukan adalah seluas pembibitan alam atau dengan pembibitan
30.458,48 ha yaitu jumlah lahan sangat buatan.
kritis dan kritis. Sedangkan lahan kritis di Tujuan penelitian untuk mengetahui
dalam kawasan hutan mencapai 15.864 praktek budidaya kopi dan menganalisa
ha yang terdiri atas hutan konservasi fungsi hutan di aliran sungai di kabupaten

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 840


Garut untuk meningkatkan pendapatan dapat diperbaharui, dimanfaatkan secara
petani. maksimal dan lestari bagi pembangunan
nasional secara berkelanjutan untuk
2. METODE PENELITIAN kesejahteraan penduduk.
Penelitian ini dilaksanakan dengan Pembangunan HTI mempunyai 3
menggunakan metode penelitian analisis sasaran utama yang dapat dicapai, yakni
data sekunder. Analisis data sekunder sasaran ekonomi, ekologi dan sosial
merupakan analisis data survei yang telah (Iskandar, 2005). Berdasarkan
tersedia. Analisis ini mencakup sasarannya, maka pembangunan HTI
interpretasi, kesimpulan atau tambahan tentunya harus memberikan pengaruh
pengetahuan dalam bentuk lain. Data positif terhadap kehidupan ekonomi,
yang digunakan dalam penelitian ini sosial, dan lingkungan masyarakat di
berupa data sekunder yang diperoleh dari sekitar kawasan HTI. Dalam mewujudkan
penelusuran pustaka maupun publikasi pembangunan HTI maka banyak pihak
dari dinas.instansi terkait. dan stakeholder yang terlibat, salah
satunya adalah masyarakat tepatnya
3. HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat yang berada di sekitar
Garut Mewujudkan Keluarga Sejahtera kawasan hutan. Adanya peran dan
Melalui Konservasi partisipatif dari masyarakat sekitar, baik
Menurut PP nomor 7 tahun 1990 dalam memberikan dukungan material
mengenai hak pengusahaan hutan maupun non material serta bekerjasama
tanaman industri, HTI merupakan hutan dengan pihak lainnya yang terlibat dapat
tanaman yang dibangun dalam rangka memperlancar dan mempercepat
meningkatkan potensi dan kualitas hutan pelaksanaan pembangunan HTI. Oleh
produksi dengan menerapkan silvikultur karena itu, masyarakat di sekitar kawasan
intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan hutan tentu akan terkena pengaruh dari
baku industri hasil hutan. Tujuan pembangunan HTI baik dari segi sosial
pengusahaan HTI adalah menunjang maupun ekonomi. Pembangunan dan
pengembangan industri hasil hutan dalam pengelolaan HTI dalam skala luas dan
negeri guna meningkatkan nilai tambah jangka panjang adalah salah satu
dan devisa, meningkatkan produktivitas mekanisme untuk meningkatkan
lahan dan kualitas lingkungan hidup, serta kesejahteran masyarakat salah satunya
memperluas lapangan kerja dan lapangan dengan menyediakan lapangan kerja.
usaha. Adanya pembangunan HTI maka Pengelolaan masyarakat dipusatkan pada
diharapkan dapat menyelamatkan hutan kemampuan badan usaha menyediakan
alam dari kerusakan karena HTI kesempatan kerja dan kesempatan usaha
merupakan potensi kekayaan alam yang bagi masyarakat. Menurut Iskandar

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 841


(2005), ada tiga elemen primer masyarakat yang hidup di sekitar hutan.
penyediaan kesempatan kerja oleh badan Konsep trickle down effect atau
usaha pembangunan HTI, yakni bekerja pertumbuhan untuk pemerataan ternyata
langsung pada perusahaan, bekerja pada tidak mampu meningkatkan kesejahteraan
perusahaan kontraktor usaha, dan bekerja masyarakat. Akibatnya timbul
untuk melayani para pekerja perusahaan. ketidakadilan ekonomi yang berdampak
Hubungan timbal balik antara masyarakat pada kesenjangan kesejahteraan antar
dengan sumberdaya hutan sebelum masyarakat, khususnya mereka yang
adanya kawasan HTI merupakan satu tinggal di sekitar areal hutan, yaitu antara
kesatuan ekosistem yang saling pekerja dan pengusaha di bidang
mempengaruhi, maka perlu diupayakan kehutanan.
suatu model pembangunan kehutanan Program Pengelolaan Hutan
yang dipadukan dengan upaya Bersama Masyarakat (PHBM) selama ini
pemenuhan kebutuhan, peningkatan berupaya mewujudkan warga sejahtera
pendapatan dan kesejahteraan yang berbasiskan konservasi. Di
masyarakat di sekitar hutan mengingat Kabupaten Garut sejak 2004 telah
kondisi sosial ekonomi masyarakat ini dibentuk Pokja PHBM yang dikoordinir
pada umumnya masih rendah. Salah satu Asisten Administrasi Perekonomian dan
bentuk pendekatan yang diarahkan untuk Pembangunan Sekda setempat. Ini
meningkatkan partisipasi masyarakat mengindikasikan tingginya respon dan
tersebut adalah melalui pemanfaatan animo Pemkab bersama masyarakat,
tenaga kerja dari masyarakat sekitar yang disikapi dengan concern serta
kawasan HTI. komitmen kepedulian Perhutani KPH
Menurut Vitalaya salah satu upaya Garut, melalui berbagai upaya pembinaan
mengeliminasi ketidakadilan dan desa hutan.
kesenjangan mengakses manfaat Salah satu kegiatan yang dilakukan
pembangunan hutan bagi masyarakat adalah budidaya tanaman kopi pada
desa hutan dilakukan melalui program setiap sela tegakan hutan sebagai upaya
nasional yang disebut “Social Forestry” konservasi sekaligus menanam vegetasi
atau Kehutanan Sosial yang berorientasi bernilai ekonomi, karena harga kopi
pada pelestarian hutan dengan tujuan selama ini selalu menunjukkan trend di
memberi manfaat bagi peningkatan pasar domestik maupun pangsa
kesejahteraan masyarakat di sekitar mancanegara. Terlebih lagi, kopi Garut
hutan. Namun kegiatan pengelolaan hutan memiliki karakteristik khas yang banyak
yang lebih diorientasikan pada diminati pasar, sehingga dampak
pertumbuhan ekonomi telah perambahan hutan sekitar 81.000 hektar
menyebabkan termarjinalisasinya sejak lima tahun terakhir secara bertahap,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 842


terencana dan terukur, dialihfungsikan lain kopi pada 9 wilayah binaan PHBM
dengan komoditas tanaman keras, antara kopi seluas 1.914 hektar.
Tabel 4. Jumlah Sebaran Tanaman Kopi di Wilayah Perum Perhutani KPH Garut
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Pohon
No BKPH
Desa LMDH Petak Luas (Ha) (Plc)
1 LELES 4 4 10 481,39 481,39
2 CIBATU 3 3 5 82,100 82,100
3 BAYONGBONG 8 8 14 403,52 403,52
4 CIKAJANG 5 5 13 158,23 126,584
5 SUMADRA 7 7 13 372,05 204,628
6 CILEULEUY 4 4 6 417,11 400,426
7 BUNGBULANG 4 4 4 256 115,200
8 CISOMPET 1 1 4 12 22,230
JUMLAH 36 36 69 2182.7 1,836,377

Tabel 5. Jumlah Realisasi Produksi Kopi Tahun 2010 di Wilayah Perum Perhutani
KPH Garut
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
No BKPH
Desa LMDH Petak Luas (Ha) Pohon (Plc) Produksi
1 LELES 4 4 10 238.61 31,700 11,000
2 CIBATU 3 3 5 57.00 23,000 1,020
3 BAYONGBONG 8 8 14 45.6 65,417 14,150
4 CIKAJANG 5 5 13 4.33 10,751 7,044
5 SUMADRA 7 7 13 89.75 20,180 6,045
6 CILEULEUY 4 4 6 66.68 123,735 12,720
7 BUNGBULANG 4 4 4 107 35,625 4,288
8 CISOMPET 1 1 4 12 22,230 2,600
JUMLAH 36 36 69 619.97 332,638 58,907

Tabel 6. Jumlah Rencana Produksi Kopi Tahun 2011 di Wilayah Perum Perhutani
KPH Garut
No BKPH Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Desa LMDH Petak Luas (Ha) Pohon (Plc) Produksi
1 LELES 4 4 10 238.61 31,700 11,040
2 CIBATU 3 3 5 57.00 23,000 870
3 BAYONGBONG 8 8 14 45.6 65,417 50,895
4 CIKAJANG 5 5 13 4.33 10,751 6,390
5 SUMADRA 7 7 13 89.75 20,180 6,750
6 CILEULEUY 4 4 6 66.68 123,735 10,322
7 BUNGBULANG 4 4 4 107 35,625 13,125
8 CISOMPET 1 1 4 12 22,230 7,503
JUMLAH 36 36 69 619.97 332,638 106,895
Keterangan: Volume Produksi Hasil Sharing
1). Perhutani : 106.895 Kg
2). LMDH : 427.580 Kg
Total : 534.475 Kg
Rencana pengembangan dalam LMDH rencana penanaman
tanaman kopi tahun 2011 yang tanaman kopi sekitar 3 juta pohon dengan
dilaksanakan oleh masyarakat desa hutan luas 3.000 ha. Adapun peluang
melalui sistem PHBM di wilayah kerja pemasaran kopi kebutuhan pasar kopi
perhutani KPH Garut yang tergabung dunia sangat tinggi sehingga disikapi oleh

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 843


seluruh LMDH se-KPH Garut dengan pencabutan bibit tanaman oleh oknum
sistem penjualan satu pintu sebagaimana perambah hutan.
yang dideklarasikan di LMDH Sinar Dalam upaya mengganti tanaman
Balebat Desa Panawa. reboisasi yang rusak itu, ada baiknya
Permasalahan dan kendala: apabila Pemkab Garut
Permodalan ke arah pengembangan mempertimbangkan tanaman kopi
masih kurang, pola tanam tidak seragam sebagai tanaman reboisasi utama.
sehingga waktu panen tidak sama, Daerah Priangan dikuasai oleh Kompeni
pemeliharaan terhadap tanaman kopi (sejak tahun 1677) yang memberlakukan
belum intensif, jenis varietas unggul belum penanaman wajib di Priangan, terutama
dipahami secara keseluruhan oleh petani kopi, dalam sistem yang disebut
kopi, masuknya tengkulak/ ijon masih Preangerstelsel (Sistem Priangan).
banyak. Penanaman wajib kopi di Priangan mulai
Reboisasi dengan Penanaman Kopi dirintis tahun 1707.
Sudah menjadi pengetahuan umum, Penanaman kopi di Priangan
bahwa sebagian besar hutan di Jawa dilanjutkan oleh Pemerintah Hindia
Barat, termasuk di daerah Kabupaten Belanda. Pada dekade pertama abad ke-
Garut, sekarang ini dalam keadaan rusak, 19, pohon kopi tua di daerah Garut hampir
akibat ulah sekelompok orang yang tidak mencapai jumlah 3 juta pohon.
bertanggungjawab. Kerusakan hutan Penanaman dan pemeliharaan pohon kopi
menyebabkan tanah longsor dan banjir itu dikoordinir oleh pejabat pemerintah
besar di musim hujan. Selain kabupaten di bawah pimpinan bupati.
mengakibatkan tanaman pertanian rusak, Dengan demikian, pohon kopi terpelihara
tanah longsor dan banjir itu kadang- dan hutan pun lestari, karena di antara
kadang merenggut jiwa manusia. petak-petak kebun kopi ditanam pohon-
Dalam menanggulangi kerusakan pohon besar sebagai pohon pelindung.
hutan, Pemkab Garut membuat program Kelestarian hutan waktu itu juga berkaitan
reboisasi, dan program itu telah erat dengan hak istimewa bupati untuk
dilaksanakan dengan menanam tanaman berburu di hutan, sehingga rakyat tidak
buah-buahan (alpukat, durian, kesemek, berani mengganggu hutan. Meskipun
dan lain-lain). Akan tetapi, pelaksanaan perkebunan kopi itu milik pemerintah,
program reboisasi itu tidak ditunjang oleh tetapi karena yang menanam dan
biaya pemeliharaan, dan diikuti oleh memeliharanya adalah petani, maka hasil
pengelolaan yang berkelanjutan. panen kopi itu dibeli oleh pemerintah.
Akibatnya, program itu menjadi tidak Pada awal abad ke-19, satu pikul (225
efektif. Bibit tanaman menjadi rusak, pon atau 112,50 kilogram) kopi dibeli oleh
karena tidak diurus, bahkan terjadi pemerintah dengan harga 10 gulden. Dari

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 844


penjualan setiap pikul kopi, bupati pekerja. Hal itu berlangsung sampai
memperoleh persentase sebesar 1 ringgit sekarang. Setelah mengetahui bagaimana
(2,50 gulden). Pada waktu yang sama, manfaat penanaman kopi bagi
harga padi di Priangan rata-rata 5 gulden penghijauan dan pelestarian hutan, serta
per caéng ringan (620 kilogram). Berarti, dampaknya bagi kesejahteraan rakyat,
dari penjualan satu pikul kopi, petani timbul beberapa pertanyaan. Mengapa
dapat membeli padi sebanyak 1.240 budaya penamaman kopi yang
kilogram padi. Pada waktu itu, produksi berlangsung sekian lama, sekarang
kopi Priangan umumnya diekspor ke musnah tanpa bekas dan pemerintah
Amerika. Hal itu berarti bahwa tidak menaruh perhatian terhadap hal
penanaman wajib kopi bukan hanya tersebut? Kiranya hal itu sungguh suatu
menguntungkan pemerintah, tetapi jerih hal yang ironis, karena kesuburan lahan
payah petani kopi pun mendapat imbalan perbukitan dan ketinggian lahan Garut,
yang memadai. realtif tidak berubah.
Sejak tahun 1871 sistem Dengan memahami dan memetik
penanaman kopi diubah menjadi sistem pelajaran dari sejarah, dalam hal ini
penanaman bebas. Pohon-pohon kopi di sistem penanaman kopi di Priangan
perkebunan diberikan kepada petani tempo dulu, khususnya sistem
menjadi miliknya. Petani bebas menurut penanaman bebas, kiranya reboisasi
keinginan dan kemampuannya menanam dengan tanaman kopi layak untuk dicoba.
kopi pada lahan garapannya, dan lahan Tentu terlebih dahulu Pemkab Garut
itu bebas pajak. Oleh karena itu, para menyusun konsep tentang sistem
petani kopi makin semangat mengurus penanaman kopi. Konsep itu mencakup
tanaman itu agar mereka memperoleh tahap-tahap pelaksanaan berikut
hasil panen yang banyak. Memang kebijakan dan aturan-aturannya.
kebijakan tersebut dimaksudkan untuk Penyusunan konsep itu tidak hanya
meningkatkan produksi kopi. Untuk melibatkan dinas pertanian dan
mendorong gairah petani, harga kopi juga kehutanan, tetapi sebaiknya melibatkan
ditingkatkan dari 10 gulden menjadi 13 pula pakar-pakar yang terkait dengan
gulden per pikul. Penanaman kopi di program reboisasi dengan tanaman kopi,
Priangan yang berlangsung sampai termasuk pakar bidang sosial budaya
dengan awal abad ke- 20 sangat kuat yang memahami bahan atau sumber
mewarnai kehidupan masyarakat pribumi. acauan. Bila perlu, draft konsep itu
Sampai-sampai masyarakat Sunda didiskusikan dalam forum terbatas, agar
menggunakan istilah “ngopi”, bukan hanya program tersebut mendapat jaminan untuk
pada minuman kopi, tetapi ditujukan pula dapat dilaksanakan, meskipun dengan
pada penganan yang disuguhkan kepada dana realtif kecil. Sebelum program

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 845


dilaksanakan, terlebih dahulu konsep secara berkelanjutan. Nilai strategis
program itu diperkenalkan kepada tokoh- dari budidaya kopi adalah bahwa
tokoh petani atau mitra tani dan tokoh- pilihan penggunaan lahan ini bisa
tokoh masyarakat tertentu, termasuk menjadi alat penyelesaian konflik
kepala desa, karena kepala desa adalah lahan yang berakar pada perbedaan
pejabat yang langsung berhubungan persepsi atas penggunaan kawasan
dengan rakyat/petani. Pengenalan hutan.
program itu dimaksudkan untuk 2) Penyusunan konsep reboisasi
mengetahui respon masyarakat, penanaman kopi tidak hanya
khususnya petani calon pelaksana melibatkan dinas pertanian dan
program. kehutanan, tetapi sebaiknya
Dengan mencontoh sistem melibatkan pula pakar-pakar yang
penanaman kopi secara bebas seperti terkait dengan program dengan
tempo dulu, tentunya dengan programnya.
memodifikasi hal-hal yang tidak relevan
lagi dengan kondisi yang dihadapi 5. DAFTAR PUSTAKA
sekarang, kiranya reboisasi dengan Admingarutnews 2010 Perhutani Garut
Wujudkan Warga Sejahtera
tanaman kopi akan mendatangkan
Berbasis Konservasi.
masukan dana bagi Pemkab Garut untuk http://garutnews.com/?p=550.
Data dan Informasi Kehutanan Propinsi
menunjang pembangunan berkelanjutan.
Jawa Barat2002 Pusat Inventarisasi
Demikian pula, apabila para petani dan Statistik Kehutanan. Badan
Planologi Kehutanan Departemen
memahami bahwa mereka bukan sekedar
Kehutanan.
objek yang dikuasai, tetapi justru menjadi Data Kehutanan Kabupaten Garut Tahun
2005. http://www.garutkab.go.id/
subjek yang bakal memperoleh
statics/ detail/sda kehutanan.html
keuntungan dari produksi kopi yang Selasa, 15 Maret 2011 .
Hardjasaputra, 2004. Reboisasi dengan
mereka tanam dan mereka pelihara, maka
Kopi Mengapa Tidak? H.U. Pikiran
reboisasi dengan tanaman kopi akan Rakyat, 23 April 2004
http://resources.unpad.ac.id/unpad-
mendatangkan kesejahteraan bagi para
content/uploads /publikasi_dosen/
petani. reboisasi_dengan_kopi_mengapa_ti
dak.13 maret 2011
Kehutanan Kabupaten Garut Tahun 2007:
4. SIMPULAN Perum Perhutani Kabupaten
Garut/untuk
1) Praktek budidaya kopi dapat memiliki
dipublikasikan/garutkab.go.id.
fungsi lindung bagi daerah aliran Luas Kerusakan Hutan (Deforestasi) Di
Indonesia. Posted on 9 Maret 2010
sungai secara finansial ternyata
by alamendah Hutan Indonesia
mampu memberikan keuntungan bagi Menyempit.
http://alamendah.wordpress.com/20
petani dan sekaligus menyediakan
10 /03/09/kerusakan-hutan-
lapangan pekerjaan di perdesaan deforestasi-di-indonesia/

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 846


Risa anjasari 2009 Pengaruh Hutan
Tanaman Industri (HTI) Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
di Kecamatan Kampar Kiri Jurusan
Perencanaan Wilayah Dan Kota
Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang.
Suparmoko, 2010 Ekonomi Sumber Daya
Alam dan Lingkungan, Fakultas
Ekonomi UGM Yogyakarta.
Suseno Budidarsono dan Kusuma Wijaya
(2000) Praktek Konservasi dalam
Budidaya Kopi Robusta Dan
Keuntungan Petani World
Agroforestry Centre - ICRAF SE
Asia, Bogor
Tadjudin Dj, 2000 Manajemen Kolaborasi,
Pustaka lain, Bogor.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 847


PERTANIAN TERPADU BERKELANJUTAN
(Prespektif Produktivitas, Daya Saing dan Diseminasi)

Yayat Sukayat, Dika Supyandi

Staf Pengajar Prodi Agribisnis Faperta Unpad


Email: yayatsukayat@yahoo.com

ABSTRAK

Revolusi hijau tidak saja meninggalkan stagnase produktivitas usahatani padi sawah, tapi juga
tumbuhnya ketergantungan terhadap penggunaan input luar kimia, dan kebiasaan usahatani
secara monokultur. Hal ini telah mengakibatkan relative kecilnya penerimaan petani akibat hanya
mengandalkan produksi dari satu komoditas saja. Kondisi tersebut telah mendorong tumbuhnya
pemikiran dan upaya untuk kembali ke model usahatani yang pernah bertumbuh kembang di
masyarakat, yaitu usahatani secara terintegrasi (usahatani terpadu) yang keberlanjutan. Makalah
ini mendeskripsikan sebuah model usahatani terpadu di Kelompok tani Nurani Sejahtera di Desa
Bojong Sari Kecamatan Bojong Soang Kabupaten Bandung. Makalah ini ditulis berdasarkan
penelitian dengan menggunakan desain kualitatif melalui teknik studi kasus. Di Kelompok tani
Nurani Sejahtera, petani memadukan usahatani padi sawah (sistem tanam legowo), dengan ternak
domba, pemeliharaan ikan dan palawija. Petani tidak lagi bergantung kepada input kimia, tetapi
menggunakan kotoran domba sebagai pupuk alami. Produktivitas usahatani padi meningkat dari
5,2 ton/Ha menjadi 5,6 ton/Ha (GKP). Dengan harga jual Rp 6.500,00/kg melebihi harga padi biasa
yang hanya Rp 5.500,00/kg (GKG), atau sederhananya memiliki daya saing ekonomi yang cukup
baik. Meskipun demikian, dalam hal penyebaran/diseminasi, petani yang tergabung dalam
pertanian terpadu dari tahun 2008 sampai 2015 cenderung relatif tetap.

Kata kunci: pertanian terpadu, kelompok tani, produktivitas, daya saing, berkelanjutan

1. PENDAHULUAAN embargo. Di masa orde baru kelangkaan


Kebutuhan beras dari tahun ke itu masih terasa, sehingga pemerintah
tahun terus menunjukkan peningkatan, melakukan peningkatan produksi mulalui
sejalan dengan terus bertambahnya program revolusi hijau , dilanjutkan
jumlah penduduk. Untuk memenuhi dimasa reformasi (SBY) melalui
kebutuhan tersebut banyak upaya yang revitalisasi pertanian, dan Presiden
dilakukan oleh pemerintah baik berupa Jokowi yang dikenal dengan nawacita. Hal
peningkatan produksi maupun impor. ini terus dilakukan karena Secara filosofis
Samsudin Abas (1987), secara historis ketersediaan beras di tingkat keluarga
Keterlibatan pemerintah dalam akan memberikan ketenangan dalam
perberasan mengalami tiga dekade, yaitu kehidupannya, dan pangan memegang
dekade penjajahan belanda 1939 – 1942; kendali motivasi manusia yang paling
dekade pendudukan jepang 1942 – 1945, mendasar, yaitu sebagai kebutuhan
dan dekade 1945 sampai dengan fisiologisnya.
sekarang. Di masa setelah kemerdekaan Upaya yang dilakukan Pemerintah
kelangkaan beras sangat terasa, pada cukup memberikan hasil yang
tahun 1964 indonesia mengimpor 1 009 menggembirakan, produktivitas padi
700 ton beras, dan tahun 1965 sawah terus meningkat dari 22,48 Ku
memperoleh impor 203 200 ton,karena pada tahu 1969 menjadi 44,17 Ku/Ha

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 848


pada Tahun 1996 . Dari tahun 1970 fenomena tersebut seperti memberikan
sampai dengan 1984 pertumbuhan informasi adanya kejenuhan lahan dalam
produksi padi mencapai 5,28 % meningkatkan produktivitas , sebagai
mengalahkan pertumbuhan produksi kondisi lahan mengalami kerusakan.
beras dunia yang hanya mencapai 3,28 Lebih jauh dari itu ketergantungan akan
%. Bahkan pada tahun 1984 mulai penggunaan pupuk kimia di tingkat petani
tercapainya swasembada beras, disertai sudah sangat kronis. Untuk itu perlu
kemampuan ekspor. Namun setelah itu adanya solusi untuk memperbaiki kondisi
pertumbuhan mengalami penurunan lahan tersebut dan sekaligus dapat
menjadi 1,27 %. Indikasi lain yang terkait mendongkrak produktivitas. Upaya
dengan produksi ini yaitu produktivitas. tersebut mengacu kepada kebiasaan yang
Dari tahun 1996 sampai dengan 2015 dilakukan petani sebelum semaraknya
peningkatan produktivitas tidak terlalu system usahatani yang dikembangkan
signifikan, bahkan ada kecenderungan melalui revolusi hijau. Sejak tahun 2000
tetap di lima tahun terahir, yaitu tahun an mulai dimunculkan system usahatani
2011 – 2015 produktivitas dari 49,80 yang berpihak kepada keberlanjutan yaitu
Ku/Ha menjadi 53,39 Ku/Ha. Fenomena System Rice of Intensification (SRI)
yang terungkap dari data tersebut bahwa yang dilanjutkan dengan system pertanian
revolusi hijau telah meninggalkan kondisi organik. Pola ini diawali dengan
ekosistem sawah yang kurang pengurangan input dari luar yang
mendukung pada peningkatan bersumber dari bahan kimia (low
pendapatan.Adanyapeningkatanproduktivi eksternal input Sustainable
tas seperti kondisi yang dipaksakan Agriculture/ LEISA), yang pada gilirannya
dengan penambahan-penambahan input petani sama sekali tidak menggunakan
produksi berupa factor produksi pupuk input dari luar, tapi memanfaatkan kotoran
melalui kemudahan dan subsidi pupuk hewan ( pertanian terpadu)dan sisa
kimia. /limbah yang dimiliki petani. Kesungguhan
Jawa barat sebagai propinsi pemerintah, khususnya di Jawa Barat,
pemasok beras nasional, termasuk lauas tanam padi organik mencapai 46
propinsi yang memiliki produktivitas 094 Ha, dan menargetkan untuk tahun
relative lebih baik disbanding dengan 2015 seluas 480Ha (Tahun 2016), dan
produktivitas propinsi lainnya, yaitu mapu Kabupaten Bandung termasuk yang juga
mencapai 59,22 Ku/Ha pada Tahun 2011 mengembangkan padi organik,sampai
dan 61,22 Ku/Ha,pada tahun tahun 2015 luasnya mencapai < 5% dari
2015.walaupun kalau ditelaah luas tanam ( 85 200 Ha),atau sekitar 4
peningkatan inipun tidak terlalu baik 260 ha. Berangkat dari fenomena
bahkan cenderung tetap. Fenomena- tersebut, dimana di satu sisi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 849


ketergantungan petani terhadap input penelitiannya bersifat eksploratif
produksi berbahan kimia masih tinggi, mendalam (Rusidi, 1993).
yang disertai dengan produktivitas tidak Data-data terkait penelitian
meningkat, disisi lain adanya solusi diperoleh dari dua sumber antara lain data
system usahatani ramah lingkungan primer dan data sekunder.
pengembangannya ditingkat petani masih (1) Data Primer adalah informasi
belum berkembang sesuai harapan. penelitian atau sumber bahan yang
Timbul pertanyaan bagaimana pertanian diperoleh melalui hasil observasi dan
terpadu yang dikembangkan ditingkat wawancara kepada informan secara
petani, dan bagaimana desiminasi yang mendalam. Teknik penentuan
terjadi di tingkat petani. informan dilakukan secara sengaja
(purposive), yaitu pengurus kelompok
2. METODE PENELITIAN tani Nurani sejahtera,Desa Bojongsari
Tipe penelitian yang digunakan Kecamatan Bojong soang, dan
adalah penelitian deskriptif,yaitu penelitian anggota kelompok, serta mitra
yang bertujuan untuk menggambarkan kelompok tani dalam aspek
secara cermat karakteristik dari suatu pemasaran dan pengambil kebijakan
gejala atau masalah yang diteliti.dan sebagai regulator, berdasarkan
bagaimana hal itu terjadi, Ulber pertimbangan bahwa orang-orang
Silalahi,2009. Desain penelitian yang tersebut adalah informan yang paling
digunakan yaitu desain kualitatif, dengan mengetahui informasi-informasi yang
teknik studi kasus.Metode penelitian berkaitan dengan usaha Kelompok
kualitatif dinamakan sebagai metode baru, Tani Nurani Sejahtera..
dinamakan juga metode postpositivistik
(2) Data Sekunder, data yang diperoleh
karena berlandaskan filsafat
dari buku, jurnal,
postpositivisme. Metode ini juga disebut
dokumentasi,Kelompoktani Nurani
sebagai metode interpretive karena data
Sejahtera dan literatur dari instansi
hasil penelitian lebih berkenaan dengan
terkait sesuai dengan yang
interpretasi terhadap data yang ditemukan
dibutuhkan oleh peneliti.
di lapangan (Sugiyono, 2012). Studi kasus
adalah salah satu penelitian deskriptif Kualitas data dan informasi yang
yang objek peristiwanya pada peristiwa ada dipengaruhi oleh teknik pengumpulan
sekarang, hanya satu unit kasus, dapat data. Teknik pengumpulan data penelitian
berupa kesatuan sosial tertentu, orang ini dilakukan peneliti dengan beberapa
seorang, satu keluarga, suatu kelompok, cara (Sugiyono, 2012), yaitu:
atau organisasi dalam suatu komunitas (1) Observasi
tertentu dan sebagainya serta

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 850


Pengumpulan data dengan cara serta situasi-situasi tertentu, termasuk
mengadakan pengamatan langsung tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,
ke Kelompok Tani Nurani Sejahtera. sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
Aspek-aspek yang akan diteliti adalah proses-proses yang sedang berlangsung
aspek pengembangan pertanian dan pengaruh-pengaruh dari satu
terpadu berkelanjutan (produktivitas, fenomena.(Ulber Silalahi,2012).
dan daya saing), pengembangan Berikut ini poin-poin penting yang
dalam penyebaran inovasi dideskripsikan:
(desiminasi). (1) Perkembangan usaha Kelompok
(2) Wawancara Mendalam Tani Nurani Sejahtera serta
Peneliti melakukan wawancara bagaimana kelompok tani
terhadap informan utama yaitu menyebarluaskan inovasi.
sebagai berikut: (2) Peneliti mendeskripsikan daya
a) Pendiri dan pengurus Kelompok saing dari padi organik.
Tani Nurani Sejahtera (3) Produktivitas usahatani padi
b) Seluruh anggota kelompok tani organik dan non organik
c) Informan dari pihak pasar padi Pengujian keabsahan data diperoleh
organik kelompok (pembeli dengan cara triangulasi. Triangulasi
perorangan dan pasar modern) merupakan teknik yang didasari pola pikir
d) Informan dari Dinas Pertanian fenomenologi yang bersifat multi
Tanaman Pangan Kabupaten perspektif. Artinya untuk menarik
Bandung kesimpulan yang mantap, diperlukan
(3) Studi Pustaka beberapa cara pandang dari beragam
Studi pustaka dilakukan untuk fenomena, dan selanjutnya dapat ditarik
mencari data sekunder mengenai kesimpulan yang lebih mantap dan lebih
perkembangan usahatani padi bisa diterima kebenaranya.. Hal ini
organik, perkembangan pasar padi digunakan dengan jalan:
organik, diseminasi padi organik. (1) Membandingkan data hasil
Rancangan analisis dalam wawancara terhadap subjek
mengolah data menjadi informasi yang penelitian. (informan utama) dengan
dipakai dalam penelitian ini adalah data hasil wawancara dengan sumber
analisis deskriptif. Menurut Nazir (2003), informasi (informan) lain dalam
metode deskriptif merupakan pencarian penelitian.
fakta dengan interpretasi yang tepat. (2) Membandingkan data hasil
Penelitian deskriptif mempelajari masalah- wawancara dengan data hasil
masalah dalam masyarakat, serta tata pengamatan (observasi).
cara yang berlaku dalam masyarakat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 851


(3) Membandingkan data hasil sawah dengan system organik mencapai
wawancara dengan isi dokumen yang 5,6 ton/Ha/musim GKG. dan relative lebih
berkaitan dengan penelitian. baik di banding dengan usahatani padi
(4) Melakukan member check yaitu sawah konvensional yang hanya
melakukan perbaikan jika ada mencapai 5,2 ton/ha GKG.Keuntungan
kekeliruan dalam pengumpulan petani dari system organik ini bukan
data/informasi atau menambah hanya sebatas dari produktivitasnya saja,
kekurangan, sehingga informasi akan tetapi harga perkg nyapun cukup
dilaporkan sesuai dengan apa yang berbeda. Untuk gabah kering giling
dimaksud informan. organik harganya mencapai Rp 6
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 500,00/kg sedangkan non organik atau
Gambaran yang akan dikaji konvensional harganya mencapai Rp 5
diantaranya produktivitas usahatani padi 500,00/kg (Tabel 1). Dari Tabel 1.
organik, daya saing dan terungkap dalam per hektar petani yang
diseminasi.Produktivitas biasa digunakan mengusahakan sawah dengan system
dalam kegiatan produksi yang organik keuntungannya jauh lebih besar
menggambarkan perbandingan antara dibanding cara konvensional, meskipun
output dan input. Produktivitas itu biaya yang dikeluarkan petani organik
dipengaruhi oleh berbagai factor produksi jauh lebih besar dibanding petani
deperti sepeti bibit, pupuk teknologi konvensional. Tingginya biaya produksi
,ketersediaan modal serta kualitas infra pada usahatani system organik karena
struktur dan manejerial ). Oleh karenaitu pupuk yang digunakn volumenya cukup
produktivitas merupakan hasil persatuan banyak, yaitu sekitar 3 ton/Ha.
lahan, tenaga kerja,modal dan waktu.. Tabel 1. Analisis Usahatani (1Ha)
Dikelompoktani Nurani Sejahtera 39 % Komponen Padi organik Padi non
organik
dari jumlah anggota melakukan usahatani Biaya Rp 12 313 094 Rp 10 330 000
padi sawah dengan menggunakan system Produksi
Produksi /Ha 5.6 ton 5.2 ton
organik,yang penguasaan lahan Harga satuan Rp 6 500,00 Rp 5 500,00
Nilai produksi Rp 36 400 000 Rp 28 600 000
usahataninya setiap petani berkisar antara
Keuntungan Rp 24 086 000 Rp 18 220 000
0,14 Ha sampai dengan 1,6 Ha,
Bagi petani organik tingginya biaya
sedangkan selebihnya sebanyak 61%
pupuk ini tidak menjadi soal karena
petani anggota kelompok melakukan
selama ini pupuk diperoleh dari kandang
usahataninya dengan cara
sendiri, hasil pengelolaan secara terpadu
konvensional,yang setiap petani
dengan ternak, dan pupuk cair hasil
menguasai lahan berkisar antara0,19 Ha
sendiri. Pertanian terpadu yang tumbuh
sampai dengan 3 Ha. Dari hasil analisis
kembang dikalangan petani organik yaitu
,ternyata produktivitas usahatani padi

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 852


selain bertani padi umumnya mereka Secara ekonomi sangat nampak
memelihara ternak domba sebagai bahwa usahatani terpadu ini telah
tabungan ,dan kotorannya digunakan menunjukkan produktivitas yang tinggi,
untuk pupuk. Model tanam yang dan penerimaan yang tinggi karena dari
dikembangkan yaitu dengan model berbagai sumber (tidak monoculture),
legowo, dimana model ini dimanfaatkan secara sosial tidak tergantung pada input
pula untuk ikan (mina padi)sebagai dari luar. Produk dari padi organik yang
pembesaran selama 1 sd 1,5 bulan. Untuk dikembangkan ternyata,memiliki daya
menjaga atau menhindari agar tidak saing yang cukup bagus, terlihat dari
terpenetrasi oleh obat kimia dari sawah harga yang kompetitif, dan permintaan
yang lain, biasanya petani menanami yang seringkali tidak terpenuhi,karena
pematang dengan tanaman keladi (talas) produksi yang di jual antara 70-80%. Atau
sebagai pembatas. sekitar 31,36 ton gabah(20,38ton beras)/4
Dengan sistem organik dan terpadu bulan,padahal permintaan antara 6-8 ton
dengan ternak, ikan dan tanaman lainnya, perbulan. Tingginya produktivitas, daya
akan saling melengkapi dan memberikan saing yang bagus, ternyata belum mampu
efek energi yang paling besar, terutama memotivasi anggota yang lainnya untuk
dalam bisnis pertanian yang ikut serta dalam pertanian organik dan
memperhatikan pilar-pilar etika, terpadu ini. Dari 36 anggota kelompok
ekologi,ekonomi dan sosial budaya. hanya 14 orang (39 %) yang terus
Konsep ini biasa dikenal sebagai azas bertahan dan menekuni pertanian terpadu
keseimbangan pola,yaitu azas optimal, dan berkelanjutan ini.sebagian besar (61
azas manfaat, dan azas lestari. Dengan %) belum berminat untuk melakukannya.
demikian kosep berkelanjutan, tidak Padahal setiap pertemuan diseminasi
hanya terbatas pada pandangan ekonomi selalu dilakukan baik dalam bentuk diskusi
semata, tapi lebih jauh dari itu yaitu maupun dalam bentuk demplot. Ada
memperhatjikan aspek sosial dan budaya. beberapa hal yang membuat petani tidak
Terbangunnya kebiasaan tersebut hasil tertari : (1) banyak menyita waktu, artinya
dari diseminasi orang tua kepada anak- kebiasaan petani setelah tanam, mereka
anaknya,merupakan wujud konkrit menuju pergi keluar kota untuk bekerja diluar
keberlajutan secara sosial dan budaya. sektor pertanian, menurutnya lebih
Memadukan kegiatan usahatani antara menguntungkan ada pendapatan ganda.
pertanian ,peternakan, perikanan serta (2) rumit karena penanaman dilakukan
tanaman lainnya, dapat membentuk pada saat benih berumur 7 sd 14 hari ,
hubungan fungsional input-output dalam perlu perhatian penuh hawatir diganggu
batas-batas wilayah sehingga hewan. Karena pupuknya dari kompos,
meningkatkan eko-efisiensi. tingkat pertumubuhan gulma sangat cepat

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 853


dan berkompetisi dengan benih padi, Samsudin Abbas,1997, Revolusi Hijau
dengan Swasembada Beras dan
sehingga memerlukan kegiatan ekstra. (3)
Jagung . SetDal Bimas Kementan.
biaya tinggi memerlukan pupuk yang Totok Mardikanto, 2007 Pengantar Ilmu
Pertanian. Pusat Pengembangan
sangat banyak, dan tenaga yang banyak.
Agrobisnis dan Perhutanan Sosial.
(4) tidak memiliki ternak dan ada yang Surakarta
Ulber Silalahi,2012. Metode Penelitian
tidak punya waktu untuk pelihara ternak.
Sosial. Rafika Aditama Ba

4. SIMPULAN DAN SARAN


4.1 Simpulan
Dari uraian di atas dapat di
simpulkan sebagai berikut:
(1) Produktivitas usahatani organik
(pertanian berkelanjutan) lebih tinggi
dibanding secara konvensional
(2) Pertanian terpadu dan berkelanjutan
tidak hanya keberlanjutan ekonomi
,tapi juga keberlanjutan sosial
(terputusnya ketergantungan
terhadap input luar)
(3) Petani tidak tertarik karena kurang
menguntugkan, rumit, biaya tinggi.
4.2 Saran
(1) Harus ada subsidi pupuk organik
sebagai wujud perhatian pemerintah
terhadap kerusakan lingkungan.
(2) Terus dilakukan edukasi kepada
petani agar mengurangi pupuk dan
obat kimia dalam usahatani padi
sawah.

5. DAFTAR PUSTAKA
Kusnadi Wikarta,2015 . Membangun \Agro
Ekobisnis Model LEISA. LPPM
UNPAD
Rusidi,1993. Teknik Penulisan Skripsi.
Fakultas Pertanian Unpad.
Sadeli Suriapurnama, 1991. Petunjuk
praktis sistem usahatani padi-ikan
dan padi-ikan-itik di lahan sawah.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 854


MOTIVASI PETANI MUDA DALAM PENERAPAN TEKNIK BUDIDAYA PADI SAWAH
SECARA ORGANIK DENGAN METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION
(STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI MEKAR SARI IV, DESA CIAPUS, KECAMATAN
BANJARAN, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT)

Akmal Fathurrahman dan Lucyana Trimo

Departemen Sosial Ekonomi Program Studi Agribisnis


Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
Email: akmalf02@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat motivasi petani muda dalam menerapkan
teknik budidaya padi sawah organik dengan metode SRI, serta mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan motivasi petani muda tersebut dalam penerapan teknik budidaya padi sawah
organik dengan metode SRI. Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Mekar Sari IV, Desa
Ciapus, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Teknik pengambilan data
dilakukan secara sensus terhadap petani muda anggota kelompok tani tersebut yang menerapkan
teknik budidaya padi sawah organik dengan metode SRI, yang berjumlah 30 orang. Desain
penelitian ini adalah kualitatif, dengan ditunjang data kuantitatif untuk menyatakan hubungan
antara faktor-faktor internal dan eksternal petani muda dengan motivasinya untuk menerapkan
teknik budidaya padi sawah tersebut. Teknik penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan korelasional, serta dilakukan uji korelasi Tau B-Kendall untuk mengolah data kuantitatif
yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat motivasi petani muda untuk
menerapkan teknik budidaya padi sawah tersebut tergolong kategori tinggi. Faktor internal petani
muda yang berhubungan nyata terhadap motivasinya dalam menerapkan teknik budidaya padi
sawah tersebut adalah umur petani, pendidikan non formal dan akses informasi, sedangkan faktor
eksternalnya adalah ketersediaan sarana dan prasarana produksi, serta karakteristik inovasi teknik
budidaya padi sawah tersebut.

Kata kunci: motivasi, petani muda, padi organik, metode SRI

1. PENDAHULUAN pertanian yang berkelanjutan (Salikin,


Padi adalah komoditas pertanian 2003). Salah satu metode pertanian
yang menghasilkan kebutuhan pangan organik bagi komoditas padi adalah
pokok bagi masyarakat, yaitu beras. metode System of Rice Intensification
Beras mempunyai peran strategis dalam (SRI) yang mampu meningkatkan
memantapkan ketahanan pangan, produktivitas tanaman padi (Makarim dan
ekonomi, dan stabilitas politik nasional Ikhwani, 2012).
(Sumarno, 2007). Oleh karenanya, Kualitas sumber daya petani yang
komoditas padi perlu diberikan perhatian baik tentu akan menghasilkan tingkat
dan penanganan pengembangan yang produktivitas petani yang tinggi (Arsyad,
lebih banyak supaya ketahanan pangan 2008). Motivasi kerja merupakan salah
Indonesia dapat terjaga. satu unsur penting dalam peningkatan
Tujuan mencapai ketahanan pangan produktivitas petani (Hariandja, 2002).
seharusnya dilakukan dengan Fenomena yang menarik terdapat di
mempertimbangkan kaidah-kaidah Kelompok Tani Mekar Sari IV, Kecamatan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 855


Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa sawah secara organik dengan metode
Barat. Sebanyak 81,75% anggotanya SRI. Diperlukan juga data sekunder yang
tergolong ke dalam petani berumur muda berasal dari kantor desa lokasi penelitian,
dan membudidayakan padi secara organik UPT PPP Kecamatan Banjaran, serta dari
dengan metode SRI. Berangkat dari studi literatur.
fenomena tersebut, diperlukan penelitian
untuk mengetahui tingkat motivasi dan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

faktor yang menentukan motivasi para 3.1. Tingkat Motivasi Petani Muda

petani muda yang termasuk dalam Motivasi petani muda dalam

anggota Kelompok Tani Mekar Sari IV, menerapkan teknik budidaya padi sawah

sehingga mereka tertarik untuk organik dengan metode SRI di Kelompok

menerapkan teknik budidaya padi secara Tani Mekar Sari IV termasuk kategori

organik dengan metode SRI. tinggi, baik untuk motivasi intrinsik


maupun motivasi ekstrinsik (Tabel 1).
2. METODE PENELITIAN Tabel 1. Tingkat Motivasi Petani Muda
Desain penelitian yang digunakan
adalah desain kualitatif, dengan ditunjang
data kuantitatif untuk menyatakan
hubungan antara faktor-faktor internal dan
eksternal petani muda dengan
motivasinya untuk menerapkan teknik
budidaya padi sawah secara organik
dengan metode SRI. Teknik penelitian
yang digunakan adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan
korelasional, serta dilakukan uji
korelasional Tau B-Kendall untuk Keterangan: Rendah=1,00-1,99; Sedang=2,00-
2,99;
mengolah data kuantitatif yang diperoleh. Tinggi=3,00-4,00
Penelitian dilakukan di Kelompok Tani Tabel 1 menunjukkan bahwa rataan
Mekar Sari IV, Desa Ciapus, Kecamatan skor motivasi intrinsik petani muda lebih
Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa besar dari pada rataan skor motivasi
Barat Penelitian dilakukan dari tanggal 14 ekstrinsiknya. Hal ini menunjukkan bahwa
Februari 2017 sampai 13 Maret 2017. motivasi intrinsik petani muda lebih
Teknik pengambilan data dilakukan berperan dibandingkan dengan motivasi
secara sensus terhadap petani muda ekstrinsiknya dalam hal penerapan teknik
anggota Kelompok Tani Mekar Sari IV budidaya padi sawah organik dengan
yang menerapkan teknik budidaya padi metode SRI. Beberapa penelitian lain

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 856


menyatakan bahwa motivasi intrinsik berusahatani, jumlah tanggungan
efektif dalam memotivasi pegawai dalam keluarga, dan luas lahan garapan tidak
bekerja (Nasri dan Charfeddine; Giancola berhubungan nyata atau berhubungan
dalam Bergström dan Martínez, 2016). namun cenderung lemah terhadap
Motivasi intrinsik juga berperan penting motivasi petani. Faktor umur petani,
dalam menentukan perilaku seseorang pendidikan non formal dan akses
(Lin dalam Bergström dan Martínez, informasi, menunjukkan adanya hubungan
2016). nyata yang diuji pada taraf kepercayaan
Petani muda tersebut tidak merasa 95% (Tabel 2)..
rugi baik secara tenaga, biaya, waktu, Tabel 2. Hubungan Faktor Internal Petani
Muda dengan Motivasi Petani
serta hal lainnya dalam menerapkan
Muda
teknik budidaya padi sawah organik
dengan metode SRI. Hal ini membuat
motivasi petani muda anggota Kelompok
Tani Mekar Sari IV dalam menerapkan
teknik budidaya padi sawah organik
Keterangan: * Berhubungan nyata pada p<0,05
dengan metode SRI, paling tinggi berasal
 Hubungan Umur Petani dengan
dari perasaan tidak merugikan
Motivasi
berdasarkan nilai rataan skor yang
Umur petani berhubungan nyata
diperoleh.
dengan motivasi petani muda anggota
Motivasi yang berasal dari anjuran
Kelompok Tani Mekar Sari IV dalam
penyuluh menunjukkan nilai rataan skor
menerapkan teknik budidaya padi sawah
yang paling kecil. Hal ini disebabkan
organik dengan metode SRI. Koefisien
karena masih rendahnya tingkat
korelasi yang dihasilkan menunjukkan
partisipasi petani muda dalam kegiatan
angka yang negatif. Hal ini berarti bahwa
penyuluhan usahatani padi sawah secara
semakin tinggi umur petani, maka
organik dengan metode SRI.
motivasi petani dalam menerapkan teknik
budidaya padi sawah tersebut cenderung
3.2. Hubungan Faktor Internal Petani
akan semakin berkurang. Hal ini sesuai
Muda dengan Motivasi
dengan pernyataan Soekartawi (2005)
Hasil uji koefisien korelasi Tau-b
yang menyatakan, bahwa semakin muda
Kendall untuk melihat hubungan antara
umur petani biasanya mempunyai
faktor internal petani muda dengan
semangat keingintahuan akan sesuatu
motivasi petani muda dalam menerapkan
yang belum mereka ketahui, sehingga
teknik budidaya padi sawah organik
petani berumur muda akan berusaha lebih
dengan metode SRI, menunjukkan bahwa
cepat untuk menerapkan suatu inovasi.
faktor pendidikan formal, pengalaman

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 857


 Hubungan Pendidikan Formal  Hubungan Jumlah Tanggungan
dengan Motivasi Keluarga dengan Motivasi
Pendidikan formal tidak Faktor jumlah tanggungan keluarga
berhubungan nyata dengan motivasi tidak berhubungan nyata atau memiliki
petani muda anggota Kelompok Tani hubungan namun lemah terhadap
Mekar Sari IV dalam menerapkan teknik motivasi petani muda anggota Kelompok
budidaya padi sawah organik dengan Tani Mekar Sari IV dalam menerapkan
metode SRI. Hal ini dapat disebabkan teknik budidaya padi sawah organik
karena rendahnya tingkat pendidikan dengan metode SRI. Jumlah tanggungan
formal petani muda tersebut, yaitu keluarga cenderung tidak berhubungan
sebanyak 73,3% informan berpendidikan dengan motivasinya untuk menerapkan
formal tidak lebih dari 10 tahun. teknik budidaya padi sawah organik
 Hubungan Pendidikan Non Formal dengan metode SRI.
dengan Motivasi  Hubungan Luas Lahan Garapan
Pendidikan non formal berhubungan dengan Motivasi
nyata dengan motivasi petani muda Luas lahan garapan tidak
anggota Kelompok Tani Mekar Sari IV berhubungan nyata dengan motivasi
dalam menerapkan teknik budidaya padi petani muda anggota Kelompok Tani
sawah organik dengan metode SRI. Hal Mekar Sari IV dalam menerapkan teknik
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi budidaya padi sawah organik dengan
tingkat pendidikan non formal, maka akan metode SRI. Dengan demikian, luas lahan
semakin tinggi juga motivasinya untuk garapan yang dimiliki oleh petani muda
menerapkan teknik budidaya padi sawah tersebut tidak berhubungan atau
tersebut. berhubungan namun lemah terhadap
 Hubungan Pengalaman motivasinya untuk menerapkan teknik
Berusahatani dengan Motivasi budidaya padi sawah organik dengan
Pengalaman berusahatani petani metode SRI. Hal ini dapat diakibatkan
muda anggota Kelompok Tani Mekar Sari karena luas lahan yang dimiliki oleh
IV tidak berhubungan nyata dengan sebanyak 90% petani muda anggota
motivasinya dalam menerapkan teknik Kelompok Tani Mekar Sari IV tergolong
budidaya padi organik dengan metode kategori sempit.
SRI. Lama atau tidaknya pengalaman  Hubungan Akses Informasi dengan
berusahatani tidak berhubungan atau Motivasi
berhubungan namun lemah terhadap Akses informasi berhubungan nyata
motivasinya untuk menerapkan teknik dengan motivasi petani muda anggota
budidaya padi sawah tersebut. Kelompok Tani Mekar Sari IV dalam
menerapkan teknik budidaya padi sawah

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 858


organik dengan metode SRI. Semakin - Hubungan Ketersediaan Modal Dana
banyak seorang petani muda mengakses dengan Motivasi
informasi mengenai teknik budidaya padi Ketersediaan modal dana tidak
sawah tersebut, maka akan semakin berhubungan nyata dengan motivasi
tinggi juga tingkat motivasi untuk petani muda anggota Kelompok Tani
menerapkannya. Melalui tingkat akses Mekar Sari IV dalam menerapkan teknik
informasi yang tinggi, maka petani muda budidaya padi sawah organik dengan
tersebut akan mendapatkan pengetahuan metode SRI. Besar atau kecilnya modal
dan wawasan seputar teknik budidaya dana, serta sumber dari modal dana
padi sawah organik dengan metode SRI. tersebut tidak berhubungan atau
4. Hubungan Faktor Eksternal Petani berhubungan namun lemah terhadap
Muda dengan Motivasi motivasi petani muda dalam menerapkan
Hasil uji koefisien korelasi Tau-b teknik budidaya padi sawah secara
Kendall untuk melihat hubungan di antara organik dengan metode SRI.
faktor eksternal petani muda dengan - Hubungan Ketersediaan Sarana dan
motivasi petani muda dalam menerapkan Prasarana Produksi dengan Motivasi
teknik budidaya padi sawah organik Ketersediaan sarana dan prasarana
dengan metode SRI menunjukkan bahwa produksi berhubungan nyata dengan
faktor ketersediaan modal dana, intensitas motivasi petani muda anggota Kelompok
penyuluhan dan peluang pasar tidak Tani Mekar Sari IV dalam menerapkan
berhubungan nyata atau berhubungan teknik budidaya padi sawah organik
namun cenderung lemah terhadap dengan metode SRI. Semakin tinggi
motivasi petani. Faktor ketersediaan ketersediaan jenis dan jumlah dari
sarana dan prasarana produksi, dan peralatan pertanian, pupuk kompos dan
karakteristik inovasi, menunjukkan bahwa MOL, pestisida nabati, dan bibit unggul,
terdapat hubungan nyata yang diuji pada serta baiknya akses jalan yang
taraf kepercayaan 95% terhadap motivasi mendukung kegiatan usahatani, maka
petani. Hasil analisis hubungan faktor motivasinya petani muda dalam
internal petani muda dengan motivasinya menerapkan teknik budidaya padi sawah
disajikan dalam Tabel 3. tersebut akan semakin tinggi juga. Hal ini
Tabel 3. Hubungan Faktor Eksternal sesuai dengan pernyataan BAPEDA
Petani Muda dengan Motivasi
Kabupaten Balangan (2015), yang
Petani Muda
menyatakan bahwa dengan lancarnya
ketersediaan sarana dan prasarana
produksi, akan dapat meningkatkan
produktivitas kerja petani.
Keterangan: * Berhubungan nyata pada p<0,05

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 859


- Hubungan Intensitas Penyuluhan sawah organik dengan metode SRI.
dengan Motivasi Faktor peluang pasar yang dirasakan oleh
Intensitas penyuluhan tidak petani muda tersebut tidak berhubungan
berhubungan nyata dengan motivasi atau berhubungan namun lemah terhadap
petani muda anggota Kelompok Tani motivasinya dalam menerapkan teknik
Mekar Sari IV dalam menerapkan teknik budidaya padi sawah secara organik
budidaya padi sawah organik dengan dengan metode SRI. Rendahnya
metode SRI. Hal ini dapat diakibatkan pengetahuan terhadap informasi harga
karena rendahnya kegiatan penyuluhan yang selama ini hanya diketahui oleh
yang diikuti oleh petani muda. Sejumlah pengurus kelompok tani, dapat menjadi
96,70% petani muda anggota Kelompok salah satu alasan hal ini terjadi.
Tani Mekar Sari IV hanya mengikuti di
bawah 9 kali kegiatan penyuluhan dari 4. SIMPULAN DAN SARAN
total 24 kali kegiatan penyuluhan yang 4.1. Simpulan
diadakan per tahunnya. (1) Tingkat motivasi petani muda anggota
- Hubungan Karakteristik Inovasi Kelompok Tani Mekar Sari IV dalam
dengan Motivasi menerapkan teknik budidaya padi
Karakteristik inovasi berhubungan sawah organik dengan metode SRI
nyata dengan motivasi petani muda termasuk ke dalam kategori tinggi,
anggota Kelompok Tani Mekar Sari IV dilihat dari rataan skor yang
dalam menerapkan teknik budidaya padi diperoleh.
sawah organik dengan metode SRI. (2) Faktor internal petani muda yang
Semakin positif karakteristik inovasi dari berhubungan nyata dengan dengan
teknik budidaya padi sawah organik tingkat motivasinya dalam
dengan metode SRI, maka akan semakin menerapkan teknik budidaya padi
tinggi juga motivasi petani muda dalam sawah organik dengan metode SRI
menerapkannya. Hal ini menunjukkan adalah umur petani, pendidikan
bahwa teknik budidaya padi sawah formal dan akses informasi;
tersebut adalah inovasi yang dapat sedangkan faktor eksternalnya adalah
dengan mudah diterima oleh petani muda ketersediaan sarana dan prasarana
anggota Kelompok Tani Mekar Sari IV. produksi serta karakteristik inovasi
- Hubungan Peluang Pasar dengan dari teknik budidaya padi sawah
Motivasi tersebut.
Peluang pasar tidak berhubungan
nyata dengan motivasi petani muda 4.2. Saran
anggota Kelompok Tani Mekar Sari IV (1) Tingkat motivasi petani muda anggota
dalam menerapkan teknik budidaya padi Kelompok Tani Mekar Sari IV dalam

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 860


menerapkan teknik budidaya padi eb/pdf_berita/Penelusuran_dampak.
pdf (diakses 29 Januari 2017, 14:23
sawah organik dengan metode SRI
WIB)
yang sudah tergolong kategori tinggi Bergström, Emma dan Martínez, Melanie
G. 2016. The Influence of Intrinsic
harus dijaga agar tidak mengalami
and Extrinsic Motivation on
penurunan. Employee Engagement: A
Qualitative Study of the Perceptions
(2) Upaya menjaga tingkat motivasi
of Managers in Public and Private
petani muda melalui faktor internal Sector Organizations. Swedia:
Degree Project, Umeå School of
dan eksternal dapat dilakukan dengan
Business and Economics.
cara memberikan informasi dan Salikin, K.A. 2003. Sistem Pertanian
Berkelanjutan.Yogyakarta: Kanisius.
pengetahuan yang sesuai melalui
Hariandja, M.T.E. 2002. Manajemen
kegiatan sosialisasi atau pelatihan Sumber Daya Manusia: Pengadaan
Pengembangan,
yang rutin, serta memperbaiki
Pengkompensasian dan
penyediaan sarana dan prasarana Peningkatan Produktivitas Pegawai.
Bandung:Grasindo.
produksi pertanian yang layak bagi
Arsyad, S. 2008. Penyelamatan Tanah,
petani muda melalui pengajuan Air dan Lingkungan. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
program pertanian organik kepada
Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori dan
pemerintah. Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafido
Persada.
Sumarno. 2007. Teknologi Revolusi Hijau
5. UCAPAN TERIMAKASIH Lestari untuk Ketahanan Pangan.
IPTEK Tanaman Pangan 2(2):131-
Penulis mengucapkan terima kasih
153.
kepada Kepala Desa Ciapus beserta
jajarannya, Kepala UPT PPP Kecamatan
Banjaran beserta jajarannya, serta kepada
informan petani muda di Kelompok Tani
Mekar Sari IV yang telah membantu
dalam mendapatkan data yang diperlukan
untuk penelitian ini.

6. DAFTAR PUSTAKA
Makarim, A., dan Ikhwani. 2012. System
of Rice Intensification (SRI) dan
Peluang Peningkatan Produksi Padi
Nasional. Bogor: Puslitbang
Tanaman Pangan.
BAPEDA Kabupaten Balangan. 2015.
Penelusuran Dampak Pemanfaatan
Lahan dan Air Pasca Pembangunan
Sarana dan Prasarana Pertanian
Kabupaten Balangan. Dikutip dari:
http://bappeda.balangankab.go.id/w

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 861


PENGARUH IKLIM KERJA BERPENGARUH TERHADAP MOTIVASI
DAN KINERJA PPL PERTANIAN DI WILAYAH KABUPATEN CIAMIS

Apri Budianto

Program Studi Manajemen, Program Pascasarjana, Universitas Galuh


Email: apri.budianto@ymail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim kerja terhadap motivasi dan kinerja PPL
Pertanian yang ada di wilayah Kabupaten Ciamis. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan
metode survei pada PPL Pertanian di Kabupaten Ciamis. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Iklim kerja berpengaruh positih
terhadap motivasi kerja PPL Pertanian. Semakin baik iklim kerja di tempat PPL Pertanian bekerja,
maka akan semakin tinggi motivasi kerja dari PPL Pertanian; (2) Iklim kerja berpengaruh positif
terhadap kinerja PPL Pertanian. Semakin baik iklim kerja di tempat PPL Pertanian bekerja, maka
akan semakin tinggi kinerja dari PPL Pertanian, dan (3) Motivasi kerja berpengaruh positih
terhadap Kinerja PPL Pertanian. Semakin tinggi motivasi kerja, maka akan semakin tinggi kinerja
PPL Pertanian.

Kata kunci: Iklim kerja, Motivasi, Kinerja, PPL Pertanian

1. PENDAHULUN suatu organisasi. Upaya-upaya yang


Kinerja PPL berhubungan erat dapat dilakukan dalam meningkatkan
dengan sikap dan perilaku yang dibentuk budaya kerja adalah pengembangan diri
oleh suatu budaya yang dimiliki pegawai dan peningkatan diri pegawai.
dalam suatu organisasi yang disebabkan Pengembangan diri merupakan suatu
oleh tingkat kemampuan yang berkenaan proses pendidikan diri sendiri maupun
dengan kecerdasan yang berbeda, baik yang diprogramkan oleh instansi,
yang berupa bawaan sejak lahir maupun sedangkan peningkatan diri merupakan
kecerdasan dalam menyerap informasi usaha untuk memperbaiki perilaku sesuai
yang berkaitan dengan tingkat pendidikan dengan nilai-nilai moral etika yang
dan pengalaman kerja. Ditambah lagi berlaku.
dengan tingkat kebutuhan yang berbeda Iklim kerja memiliki dampak yang
yang berkaitan dengan kebutuhan fisik besar terhadap motivasi kerja pegawai
sampai pada tingkat aktualisasi diri, dan pada akhirnya berdampak pula pada
tingkat pengharapan sebagai rangkaian peningkatan kinerja pegawai, karena iklim
timbal balik dari tugas yang telah kerja merupakan salah satu faktor yang
diselesaikan, tingkat pemahaman dalam dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
lingkungan organisasi dan reaksi senang manusia pada umumnya dan pegawai
dan tidak senang terhadap pekerjaannya. pada khususnya.
Sikap, perilaku, iklim kerja dan Kinerja pegawai berhubungan erat
motivasi pegawai yang demikian dengan sikap, perilaku, iklim kerja dan
dipengaruhi oleh budaya kerja dalam motivasi kerja yang dimiliki pegawai dalam

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 862


suatu organisasi. Sikap, perilaku, motivasi memelihara perilaku yang berhubungan
kerja dan iklim kerja merupakan suatu dengan lingkungan kerja.
komitmen yang luas dalam upaya Adapun hipotesis kerja dalam
meningkatkan kinerja pegawai dengan penelitian ini adalah: (1) Iklim Kerja
proses kerja dan hasil kerja yang baik berpengaruh positif terhadap kinerja PPL
serta berkualitas Triguno (1999). Menurut Pertanian, (2) Motivasi berpengaruh positif
pendapat Harvey dan Bruce (1996), terhadap kinerja PPL Pertanian, dan (3)
kinerja adalah keberhasilan pegawai atau Motivasi berpengaruh positif terhadap
manajer mengerjakan tugas dan kinerja PPL Pertanian.
menghasilkan suatu keluaran dalam Penelitian ini dilaksanakan dengan
waktu yang telah ditentukan. tujuan untuk mengetahui pengaruh iklim
Werther dan Davis (1996) kerja terhadap motivasi dan kinerja PPL
menyatakan bahwa pengukuran kinerja Pertanian yang ada di wilayah Kabupaten
merupakan total dari suatu kumpulan Ciamis.
sistem informasi, gambaran dan umpan
baliknya pada tiap individu, dan 2. METODE PENELITIAN
memasukkan informasi untuk Penelitian dilaksanakan dengan
memperbaiki efektivitas organisasi. menggunakan metode survey
Budaya kerja dan motivasi kerja explanatory. Dalam penelitian ini, desain
sudah lama dikenal oleh umat manusia, penelitian yang digunakan adalah survei
namun belum disadari bahwa suatu eksplanatori (explanatory survey).
keberhasilan kerja berakar pada nilai-nilai Sehubungan dengan hal tersebut, Rusidi
yang dimiliki melalui perilaku dan sikap (2003) menjabarkan lebih jauh bahwa
yang menjadi kebiasaan pegawai. Nilai- penelitian dilakukan dengan
nilai tersebut bermula dari adat kebiasaan, mengumpulkan data-data kualitatif, yang
agama, norma dan kaidah yang menjadi selanjutnya disajikan dalam bentuk angka
keyakinannya sebagai kebiasaan dalam (dikuantifikasikan) untuk diuji secara
perilaku dan sikap kerja organisasi. Nilai- verifikatif sesuai dengan rancangan
nilai yang telah menjadi kebiasaan dalam analisis data.
organisasi tersebut dinamakan budaya, Data yang digunakan dalam
dan mengingat hal ini dikaitkan dengan penelitian ini terdiri atas data primer dan
mutu atau kualitas kerja, maka dinamakan data sekunder. Data primer berupa
budaya kerja. himpunan informasi yang diperoleh dalam
Motivasi kerja menurut Cormick survey dengan metode wawancara dan
(1985) adalah kondisi yang berpengaruh menggunakan kuesioner terstruktur. Data
membangkitkan, mengarahkan dan sekunder didapat dengan menelaah data
yang diperoleh dari masyarakat penerima

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 863


pelayanan, mempelajari dokumen- Variabel yang digunakan dalam
dokumen, laporan penelitian, publikasi penelitian ini dioperasionalisasikan
dan literatur lain yang mendukung sebagaimana terlihat pada Tabel 1.
penelitian.

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel


Variabel Konsep Variabel Indikator
Iklim Kerja Merupakan suatu keadaan/situasi a. Peristiwa komunikasi
(X) yang memberikan informasi b. Perilaku manusia
mengenai isi, struktur, dan arti c. Respon pegawai terhadap
situasi baru yang mempengaruhi pegawai lainnya
suatu proses penciptaan atau d. Harapn-harapan
pembentukan nilai baru (tambah) e. Konflik antar personal
pada suatu unit sumber daya. f. Kesempatan bagi
pertumbuhan
Motivasi Kondisi yang berpengaruh a. Kebutuhan untuk
(Y1) membangkitkan, mengarahkan dan berprestasi
memelihara perilaku yang b. Kebutuhan untuk bekerja
berhubungan dengan lingkungan sama dengan orang lain
kerja. c. Kebutuhan untuk
memperoleh wewenang

Kinerja Gambaran tingkat pencapaian a. Proses


PPL pelaksanaan suatu b. Hasil
(Y2) kegiatan/program/ kebijaksanaan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi, dan vsi organisasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Motivasi (Y1) terhadap Kinerja PPL (Y2)


Pengaruh iklim kerja (X) terhadap dengan menggunakan analisis jalur
Motivasi (Y1), pengaruh Iklim Kerja (X) terlihat pada gambar di bawah ini:
terhadap Kinerja PPL (Y2), dan pengaruh

Y1

0.529

X 0.762

0.453

Y2

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 864


Pengaruh Iklim Kerja (X) Terhadap Pengaruh Motivasi (Y1) terhadap
Motivasi (Y1) Kinerja PPL (Y2)
Pengujian pengaruh Iklim Kerja (X) Pengujian pengaruh motivasi kerja
terhadap Motivasi (Y1) dilakukan dengan (Y1) terhadap Kinerja PPL (Y2) dilakukan
melalui perhitungan sebagai berikut: dengan melalui perhitungan sebagai
Koefisien Determinasi (KD) = r2 x 100 berikut:
= 0,5292 x 100
Koefisien Determinasi (KD) = r2 x 100
= 27,98 %
= 0,7622 x 100
Jadi motivasi dipengaruhi oleh iklim = 58,06 %
kerja sebesar 27,98%. Artinya bahwa Jadi kinerja PPL dipengaruhi oleh
motivasi hanya dipengaruhi sebagian kecil motivasi sebesar 58,06%. Artinya bahwa
iklim kerja, yaitu sebesar 27,98%. kinerja PPL hanya dipengaruhi sebagian
Pengujian hipotesis dengan besar Motivasi yaitu sebesar 58,06%.
menggunakan uji t menunjukkan bahwa Pengujian hipotesis dengan
iklim kerja berpengaruh positif terhadap menggunakan uji t menunjukkan bahwa
motivasi. motivasi berpengaruh positif terhadap
Kinerja PPL.
Pengaruh Iklim Kerja (X) Terhadap
Kinerja PPL (Y2)
3. SIMPULAN DAN SARAN
Pengujian pengaruh Iklim Kerja (X)
Berdasarkan hasil dan pembahasan
terhadap Kinerja PPL (Y2) dilakukan
dapat disimpulkan bahwa:
dengan melalui perhitungan sebagai
(1) Iklim kerja berpengaruh positif dan
berikut:
signifikan terhadap motivasi. Artinya
Koefisien Determinasi (KD) = r2 x 100
motivasi dipengaruhi oleh iklim kerja
= 0,4532 x 100
= 24,60 % di tempat ia bekerja, semakin baik
Jadi kinerja PPL dipengaruhi oleh iklim kerja di tempat mereka bekerja,
Iklim Kerja sebesar 24,60%. Artinya maka akan semakin tinggi
bahwa kinerja PPL hanya dipengaruhi motivasinya.
sebagian kecil Iklim Kerja yaitu sebesar (2) Iklim kerja berpengaruh positif dan
24,60%. signifikan terhadap kinerja PPL.
Pengujian hipotesis dengan Artinya kinerja PPL dipengaruhi oleh
menggunakan uji t menunjukkan bahwa iklim kerja di tempat ia bekerja,
iklim kerja berpengaruh positif terhadap semakin baik iklim kerja di tempat
kinerja PPL. mereka bekerja , maka akan semakin
tinggi kinerja PPL.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 865


(3) Motivasi berpengaruh positif dan Prabu Anwar Mangkunegara, 2000,
Manajemen Sumber Daya Manusia,
signifikan terhadap kinerja PPL.
Remaja Rosda Karya, Bandung
Artinya kinerja PPL dipengaruhi oleh Sedarmayanti, 2001, Sumber Daya
Manusia dan Produktivitas Kerja,
motivasi yang dimiliki oleh setiap
CV. Mandar Maju, Bandung
pegawai, semakin tinggi motivasi, Siegel Sidney, 1992, Statistika Non
Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial,
maka akan semakin tinggi kinerja
Gramedia, Jakarta
PPL. Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi,
1995 Metode Penelitian Survey,
LP3ES, Jakarta.
6. DAFTAR PUSTAKA Sitepu, Nirwan SK., 1994, Path Analysis,
UPS Universitas Padjajaran,
Conover, WJ., 1980, Praktical Non
Bandung.
Parametric, Statistics 2 ed., New
Sondang P. Siagian, 1999, Manajemen
York Chichester, Singapore.
Sumber Daya Manusia, Jakarta,
Deddy Mulyadi, 2002, Komunikasi
Bumi Aksara
Organisai Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan, Penerbit PT.
Remaja Rosadakarya, Bandung.
Elly Sunandy, 2003, Perilaku Organisasi,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Gomes, Faustino Cardos, 1990,
Manajemen Sumber Daya Manusia,
Andi Offset, Yogyakarta
Hasibuan, Melayu, SP, 1990, Manajemen
Sumber Daya Manusia, CV. Haji
Masagung, Jakarta.
Hasibuan, S.P. Malayu, 1997, Manajemen
Sumber Daya Manusia Dasar dan
Kunci Keberhasilan, Cetakan
Kembali, Penerbit PT. Toko Gunung
Agung, Jakarta
Heady, Farrel, 1998, Public
Administration, Comparative Study,
Prentice Hall, New York.
Hidayat, 1989, Konsep Dasar Pengertian
Produktivitas Kerja serta
Interprestasi Hasil Pengukurannya,
prisma LP3ES, Jakarta.
Kerlinger, Fred N. dan Elazar Padhazur,
1987, Foundation of Behavioral
Research Jurnal Wacana Kinerja
Nomor 4 Tahun , LAN Perwakilan
Jawa Barat.
Lovelock, Christopher, 1994, Product Plus
: How Product and Service,
Competitive Advantage, Mc. Grow
Inc., Singapore.
Ndraha Taliziduhu, 1989, Konsep
Administrasi dan Administrasi di
Indonesia, LP3ES, Jakarta.
Nunuk Aduarni, 1996, Organisasi, Bina
Aksara, Jakarta

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 866


PERSEPSI PETANI TERHADAP MANFAAT PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN
BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) DI CIAMIS, JAWA BARAT

Ary Widiyanto

Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Agroforestry,


Jl Raya Ciamis-Banjar Km 4, PO BOX 5 Ciamis
Telp, (0265) 771352 Fax (0265) 775866
Email: ary_301080@yahoo.co.id

ABSTRAK

PHBM merupakan bentuk kerjasama antara Perum Perhutani, masyarakat hutan dan pemangku
kepentingan lain untuk berbagi pengelolaan sumber daya hutan sesuai dengan prinsip-prinsip
keseimbangan, harmoni, dan keberlanjutan. Tujuan utama program PHBM adalah memberikan
manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan terhadap masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kontribusi program terhadap ekonomi masyarakat dan mengetahui persepsi petani
terkait kepuasan mereka terhadap program dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Penelitian ini menggunakan kuesioner dan wawancara dengan total sampel responden adalah
sebanyak 90 orang, yang berasal dari tiga kelompok tani atau Lembaga Masyarakat Desa
Hutan/LMDH (masing-masing 30 orang). Tiga LMDH ini mewakili tiga pola tanam yang berbeda,
yaitu; pinus-kopi, jati-kapulaga, dan jati-pepaya, dan mewakili tiga daerah ketinggian (pegunungan-
sedang-rendah). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa program PHBM dapat memberikan
kontribusi ekonomi kepada masyarakat, dengan meningkatnya rata-rata pendapatan masyarakat.
Sebagian besar petani merasa puas dengan pelaksanaan program, meskipun dalam derajat
kepuasan (ditunjukan dalam persen) yang berbeda-beda. Secara umum, mereka paling puas
dalam aspek sosial (92% responden menganggap kondisi mereka lebih baik), diikuti aspek
ekonomi (79%) dan terakhir aspek ekologi (74%). Kondisi lebih baik yang dirasakan untuk aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan berturut-turut adalah dengan meningkatnya rasa aman (secure
sense), adanya penghasilan tambahan, dan meningkat atau terjaganya kualitas air.

Kata kunci: Petani, persepsi, PHBM, aspek


1. PENDAHULUAN ini adalah: pendekatan kesejahteraan
Dari 1998-2003, hilangnya kawasan (1971-1982), pengembangan masyarakat
hutan di Jawa yang dikelola oleh Perum desa hutan (1982-1985), perhutanan
Perhutani telah menyebabkan kerugian sosial (1985-1995), dan pemberdayaan
sekitar Rp 1,477 trilyun (Awang, dkk, masyarakat desa hutan (1995-2000).
2006). Kondisi ini diperburuk oleh Program terbaru Perhutani adalah
benturan kepentingan politik, ekonomi, pengelolaan hutan berbasis masyarakat
kebijakan dan sosial yang terkait dengan (PHBM) (2001-sekarang) (Puspitojati,
sumber daya hutan, yang pada akhirnya 2013).
menyebabkan masalah kemiskinan dan Pelaksanaan agroforestry di hutan
ketidakadilan yang dirasakan masyarakat produksi telah terbukti berhasil dalam
hutan. meminimalkan kerusakan hutan, terutama
Untuk mengatasi masalah ini, sejak pembalakan liar, dan meningkatkan
tahun 1970-an, Perum Perhutani telah lapangan pekerjaan bagi masyarakat
menerapkan berbagai program yang pedesaan (Budiarti, 2011; Ediningtyas,
terkait dengan kehutanan sosial. Program 2007; Rachmawati, 2008).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 867


Tujuan utama program PHBM menggunakan pendekatan deduktif
adalah memberikan manfaat ekonomi, dengan metode kuantitatif dan kualitatif.
sosial, dan lingkungan terhadap Purposive sampling digunakan dalam
masyarakat. Selain itu, program ini memilih staf perhutani dan anggota
membutuhkan manajemen kolaboratif kelompok tani, aktor utama dalam
antara Perum Perhutani dan masyarakat. program PHBM. Penelitian ini memilih tiga
Evaluasi terhadap aktivitas program ini, kelompok tani, yang mewakili tiga pola
khususnya di daerah atau kabupaten kecil tanam (pohon-tanaman pertanian) yang
masih sedikit dilakukan. Selain itu, juga berbeda.
tidak diketahui apakah program ini Data penelitian dikumpulkan melalui
berjalan sesuai dengan harapan kuesioner dari 90 responden di tiga
masyarakat dan benar-benar memberikan kelompok tani atau Lembaga Masyarakat
manfaat bagi mereka. Tujuan penelitian Desa Hutan (LMDH), sebagai peserta
ini adalah untuk mengetahui kontribusi PHBM. Kuesioner terdiri atas tiga bagian.
program terhadap ekonomi masyarakat Bagian pertama menanyakan tentang
dan mengetahui persepsi petani terkait informasi umum, khususnya kondisi
kepuasan mereka terhadap program sosial-demografi responden. Bagian
dalam aspek ekonomi, sosial, dan kedua, menanyakan tentang kegiatan
lingkungan. anggota, termasuk biaya dan pendapatan
selama program secara umum. Bagian
2. METODE PENELITIAN ketiga, menanyakan tentang persepsi
Penelitian ini dilakukan di Bagian masyarakat terkait dengan pelaksanaan
Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) program, khususnya terkait dengan aspek
Ciamis, BKPH Banjar Selatan, dan BKPH ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Banjar Utara; semua termasuk dalam Responden diberi tiga pilihan terkait
KPH Ciamis. Lingkup penelitian adalah opini atau persepsi mereka dalam aspek
tiga kelompok tani diantara 106 kelompok tertentu terkait kondisi mereka setelah
tani yang berpartisipasi dalam PHBM di mengikuti program;
KPH Ciamis, yang terletak di tiga 1 = kondisi mereka lebih baik
ketinggian yang berbeda. Tiga kelompok 2 = kondisi mereka tidak berubah
tani ini juga mewakili tiga pola tanam yang 3 = kondisi mereka lebih buruk
berbeda: pinus-kopi, jati-pepaya, dan jati- Aspek ekonomi memiliki empat
kapulaga, pola tanam yang paling umum indicator, yaitu pendapatan, kesempatan
di Ciamis. kerja, hasil hutan non-kayu, dan industri
Penelitian ini dilakukan pada bulan skala kecil. Aspek sosial memiliki empat
Januari, Februari, Juli, dan Agustus 2015, indicator, yaitu; rasa aman, pengetahuan,
dan Februari 2016. Penelitian ini kebersamaan, dan aset. aspek lingkungan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 868


memiliki empat indikator, yaitu; pertama dari perjanjian kerjasama adalah
keanekaragaman hayati, kerapatan kayu- tanaman tahunan, dalam hal ini
pohon, kualitas air, dan kualitas tanah. adalah pola jati-pepaya. Kedua adalah
Selain kuesioner juga dilakukan kayu - produk hutan non kayu, dalam hal
wawancara untuk mendapatkan data ini pola jati-kapulaga dan pinus-kopi.
kualitatif. Wawancara dilakukan dengan Perbedaan antara perjanjian ini adalah
anggota kelompok tani (tiga anggota persentase pembagian yang harus
untuk masing-masing kelompok tani) dan diberikan kepada masing-masing pihak
dua orang staf Perhutani. Data ini ketika mereka mendapatkan penghasilan
mencakup opini masyarakat dan staf dari kegiatan dalam program ini.
Perhutani mengenai proses program Untuk hasil hutan kayu dari
PHBM. Wawancara ini memiliki tiga penebangan dan penjarangan, bagi hasil
bagian utama, yaitu: (1) Peran yang berlaku adalah Perhutani 75% dan
stakeholder dalam program, (2) Luaran petani 20%. Sisa 5% akan diberikan
dan hasil dari program, yang meliputi (a) kepada pemerintah desa, forum
tujuan dan manfaat program, (b) komunikasi, dan kegiatan sosial. Untuk
kepuasan peserta program, dan (3) tanaman tahunan (papaya), 100% hasil
Pandangan responden yang berhubungan akan diberikan kepada masyarakat. Untuk
dengan manfaat dari Program PHBM. hasil hutan non-kayu (kopi dan kapulaga),
Analisis data dilakukan dengan bagi hasil yang berlaku adalah petani 75%
menggunakan tabulasi silang dan analisis dan Perhutani 20%. Sisa 5% akan
deskriptif. Analisis ini disajikan dalam diberikan kepada pemerintah desa, forum
bentuk tabel dan gambar untuk komunikasi, dan kegiatan sosial.
menggambarkan persentase, frekuensi,
atau intensitas masing-masing variabel. 3.2. Karakteristik Umum Masyarakat di
Data kualitatif hasil wawancara Tiga LMDH
transkrip dan disusun dari rekaman suara Karakteristik sosial ekonomi
dan catatan penelitian. Untuk responden bervariasi di antara semua
menganalisis data, kami menggunakan kelompok tani. Pada umumnya, petani
metode deskriptif dan naratif. yang terlibat dalam program PHBM
memiliki karakteristik sebagai berikut:
3. HASIL DAN PEMBAHASAN berpenghasilan rendah, tingkat
3.1. Sistem Bagi Hasil di Program pendidikan yang rendah, dan pekerjaan
PHBM utama adalah petani.
Ada dua jenis perjanjian kerjasama Pendapatan rata-rata anggota
antara Perhutani dan masyarakat yang adalah Rp 1.088.330, yang masih lebih
ditemukan dalam penelitian ini. Jenis rendah dari upah minimum regional

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 869


(UMR) Kabupaten Ciamis, yaitu Rp diberikan oleh masyarakat hanyalah
1.363.319. Pendapatan rata-rata petani antara lebih baik (jawaban 1) atau sama
dari program PHBM adalah Rp 313.837, saja (jawaban 2).
yaitu sekitar 29% dari pendapatan Dari 90 responden, mayoritas
bulanan mereka. Tanpa penghasilan menyatakan paling puas pada aspek
tambahan dari program ini, sekitar 81% sosial (92%), disusul aspek ekonomi
dari pendapatan petani berada di bawah (79%) dan terakhir aspek lingkungan
UMR Kabupaten Ciamis. Dengan (74%).
program ini, hanya 46% petani memiliki Dari empat indikator dari aspek
pendapatan di bawah UMR Kabupaten sosial, diketahui bahwa rasa amanlah
Ciamis. Ini berarti bahwa program ini yang paling mereka rasakan manfaatnya
dapat memberikan kontribusi ekonomi ketika mengikuti program ini (97,8%
yang positif kepada masyarakat. responden merasa lebih baik). Untuk
Masalahnya adalah bahwa kontribusi ini aspek ekonomi, petani menganggap
adalah terkait dengan durasi program. bahwa kondisi pendapatan mereka
Oleh karena itu, petani pepaya hanya meningkat atau lebih baik jika
akan mendapatkan waktu yang relatif dibandingkan sebelum mengikuti program
singkat manfaat (hanya 2-3 tahun), (95,6% responden merasa lebih baik).
dibandingkan dengan petani kapulaga Untuk aspek lingkungan, meskipun
(hingga 10 tahun) dan petani kopi dibandingkan aspek ekonomi dan sosial
(hingga 20 tahun). tingkat kepuasan petani paling rendah,
mereka beranggapan bahwa terjadi
3.3. Persepsi Petani Tentang Program peningkatan kualitas air setelah
PHBM dilaksanakannnya program (88,9%
Pada bagian ketiga kuesioner yang responden merasa lebih baik).
dibagikan berisi persepsi petani tentang Selanjutnya dilakukan tabulasi data
pelaksanaan program PHBM. Pada lanjutan untuk tiap kelompok tani/LMDH,
bagian ini petani diberikan 3 (tiga) pilihan untuk mengetahui tingkat kepuasan petani
terkait persepsi mereka terhadap terhadap program pada masing-masing
program, dengan indikator tertentu. Dari LMDH. Berdasarkan kuesioner, berbeda
90 responden, dari 3 pilihan yang diajukan dengan hasil keseluruhan, petani kopi
apakah program memberi kondisi yang (LMDH Sinapeul Indah) sebagian besar
lebih baik (1), sama saja (2), atau lebih puas dalam aspek ekonomi (sekitar 92%
buruk (3), tidak ada yang menjawab responden merasa bahwa program ini
bahwa program membawa kondisi yang membawa kondisi ekonomi yang lebih
lebih buruk terhadap masyarakat baik).
(jawaban 3). Artinya jawaban yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 870


Secara detail, berikut adalah jumlah dalam aspek sosial (100% responden
persentase untuk tiap indikator untuk mengatakan bahwa program ini
keseluruhan resonden; membawa kondisi yang lebih baik). Aspek
lingkungan adalah aspek memuaskan
kedua (sekitar 78%) dan yang terakhir
adalah aspek ekonomi (sekitar 77%)
(Gambar 4).

Gambar 2. Persepsi Petani terhadap


Pelaksanaan Program PHBM dengan
Indikator dalam Aspek Ekonomi, Sosial, dan
Lingkungan

Aspek sosial adalah aspek


memuaskan kedua menurut petani kopi
Gambar 4 Persepsi Petani Kapulaga terhadap
(sekitar 91%) dan yang terakhir adalah Pelaksanaan Program PHBM

aspek lingkungan (sekitar 76%).


Sama dengan petani kapulaga,
Selengkapnya, persepsi petani di LMDH
petani pepaya juga kebanyakan puas
Sinapeul Indah dapat dilihat pada Gambar
dalam aspek sosial (sekitar 84%
3.
responden merasa bahwa program ini
memberikan kondisi yang lebih baik).
aspek lingkungan adalah aspek
memuaskan kedua menurut mereka
(sekitar 70%) dan yang terakhir adalah
aspek ekonomi (sekitar 68%) (Gambar 5).
Wawancara lanjutan dilakukan
untuk mengetahui lebih dalam alasan
petani puas atau tidak puas terhadap
aspek-aspek tertentu dalam program
Gambar 3 Persepsi Petani Kopi terhadap PHBM. Setiap kelompok tani diwakili oleh
Pelaksanaan Program PHBM
3 (tiga) orang responden, yang dipilih
Berbeda dengan petani kopi, berdasarkan jawaban yang dianggap
petani kapulaga sebagian besar puas mewakili keseluruhan hasil (mayoritas)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 871


dan juga yang berlawanan dengan hasil berupa stok air, termasuk pada saat
(minoritas). musim kemarau. Kondisi ini dirasakan
oleh semua kelompok tani, baik yang
tinggal di daerah pegunungan (Sinapeul
Indah), dataran menengah (Pasir Mukti),
maupun dataran rendah (Aji Saka).
Meskipun sedikit jumlahnya,
beberapa petani beranggapan bahwa
kondisi mereka sama saja (tidak berubah)
dengan adanya program PHBM ini.
Beberapa alasan yang mereka
kemukakan antara lain; 1) pendapatan
rutin sifatnya sementara (kasus petani
Gambar 5 Persepsi Petani Pepaya terhadap papaya), 2) adanya industri kecil-
Pelaksanaan Program PHBM
menengah (misal perkayuan) yang hanya
Berdasarkan oleh wawancara
dinikmati oleh pemilik modal dari luar
lanjutan hasilnya kami bagi dua, yaitu
daerah, 3) adanya pengaruh terhadap
untuk petani yang berpandangan bahwa
kualitas kayu akan lebih banyak dinikmati
program memberikan kondisi yang baik
oleh Perhutani, 4) hasil hutan non kayu
kepada petani, dan yang berpandangan
yang dapat dinikmati secara rutin hanya
bahwa kondisi mereka tidak berubah
berupa kayu bakar, serta 5) tidak ada
(sama saja), baik sebelum maupun
pengaruh terhadap penambahan aset
sesudah program.
petani.
Untuk aspek sosial diketahui bahwa
Faktor yang diduga menyebabkan
rasa aman yang dimaksud oleh petani
aspek lingkungan menempati peringkat
adalah bahwa program ini dapat
kepuasan terakhir berdasarkan persepsi
menambah rasa aman terhadap petani
petani adalah karena tidak semua aspek
dengan adanya penghasilan dari program.
lingkungan tidak dapat dinikmati hasilnya
Untuk aspek ekonomi, mereka
secara langsung atau nyata (tangible)
berangggapan keadaan mereka lebih baik
oleh petani. Seperti halnya peningkatan
dengan adanya tambahan penghasilan.
atau terjaganya kualitas lingkungan (air,
Sementara itu, untuk aspek lingkungan
tanah). Berbeda misalnya dengan
mayoritas petani beranggapan bahwa
pendapatan atau upah (aspek ekonomi)
program memberikan kontribusi positif
dan meningkatnya kebersamaan dan
terhadap kuantitas dan kualitas air. Jika
pengetahuan (aspek sosial) yang bisa
dibandingkan sebelum program, mereka
dinikmati langsung oleh petani.
masih bisa merasakan manfaat program

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 872


4. SIMPULAN Perum Perhutani 2007. Surat Keputusan
Dewan Direksi Perum Perhutani
Penelitian ini menunjukan bahwa
No.268/KPTS/DIR/2007: tentang
program PHBM dapat memberikan Pedoman Program Pengelolaan
Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
kontribusi ekonomi kepada masyarakat,
Plus. Jakarta. Indonesia: Perum
dengan meningkatnya rata-rata Perhutani.
Puspitojati, T. 2013. Agroforestry forest
pendapatan masyarakat. Sebagian
estate: Whole rotation of sosial
besar petani merasa puas dengan forestry. [Publikasi Internal]. Ciamis.
Indonesia: BPTA Ciamis Badan
pelaksanaan program, meskipun dalam
Litbang Kementerian Kehutanan.
derajat kepuasan (ditunjukan dalam Rachmawati, E. 2008. Strategi nafkah
rumahtangga desa sekitar hutan
persen) yang berbeda-beda. Secara
(Studi kasus di Kabupaten
umum, mereka paling puas dalam aspek Kuningan, Provinsi Jawa Barat).
Tesis. Institut Pertanian Bogor.
sosial, diikuti aspek skonomi dan terakhir
Bogor. Tidak Dipublikasikan.
aspek ekologi. Kondisi lebih baik yang
dirasakan untuk aspek sosial, ekonomi,
dan lingkungan berturut-turut adalah
dengan meningkatnya rasa aman
(secure sense), adanya penghasilan
tambahan, dan meningkat atau
terjaganya kualitas air.

5. DAFTAR PUSTAKA
Awang, S.A., Widayati, W.T., Himmah, B,
Astuti, A and Wardhana, W. 2006.
Collective action on state forest
company in Java, Indonesia.
Diakses June 26, 2016, dari :
https://dlc.dlib.indiana.edu/dlc/bitstre
am/handle/10535/773/Awang_SA.p
df?sequence=1.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013.
Ciamis Dalam Angka 2013. Badan
Pusat Statistik Kabupaten Ciamis.
Budiarti, S. 2011. Persepsi dan Partisipasi
Masyarakat Desa Sekitar Hutan
Terhadap Sistem PHBM di Perum
Perhutani KPH Cianjur. Tesis.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tidak Dipublikasikan.
Ediningtyas, D. 2007. Kemandirian
masyarakat desa sekitar hutan
dalam melakukan usaha agroforestri
(Studi kasus KPH Bandung
Selatan). Tesis. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Tidak Dipublikasikan.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 873


DISEMINASI PENYULUHAN PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR
BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL
(Studi Kasus di Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat)

Atikah Nurhayati, Titin Herawati, Rosidah, Walim Lili

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran


Email: atikah.nurhayati@unpad.ac.id; nurhayati_atikah@yahoo.com

ABSTRAK

KabupatenKuningan merupakan salah satu sentra budidaya ikan air tawar diantaranya ikan mas
(Cyprinus carpio), nila (Oreochromisniloticus) dan lele (Clarias gariepenus) yang harus mampu
ditransfer menjadi nilai ekonomi.Budidaya ikan merupakan salahsatu usaha yang banyak diminati
oleh masyarakat, namun penerapan cara budidaya ikan yang baik (CBIB) belum mampu
diterapkan secara baikoleh para pembudidaya ikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kaji
terap perikanan budidaya air tawar berbasis sumberdaya lokal. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survey. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan
sekunder.Metode analisis data menggunakan deskripsi kuantitatif melalui Chocran’s test.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 – Maret 2017. Hasil penelitian
menunjukkan faktor yang mempengaruhikecepatan kaji terap perikanan budidaya air tawar
berbasis sumberdaya lokal adalah faktor internal dan eksternal dari pembudidaya ikan. Faktor
internal meliputi umur (X1.1), pendidikan (X1.2), pengalaman usaha (X1.3) dan tingkat inovatif
(X1.4), sedangkan faktor eksternal meliputi, peran penyuluh (X2.1), peranan tokoh masyarakat
(X2.2), peranan ketua kelompok (X2.3), peranan aparat desa (X2.4), dan peran media massa
(X2.5). Tingkatan pembudidaya di lokasi penelitian berada pada tahap Early Mayority,disebut juga
golongan pengetrap awal. Golongan ini padaumumnya mempunyai tingkatpendidikan rata-rata
seperti anggotamasyarakat lainnya, dapat menerimainovasi melalui kaji terap cara budidaya ikan
yang baik (CBIB) selama inovasi tersebutmemberikan keuntungan kepada pembudidaya. Tahapan
Early Mayority berdasarkan hasil penelitian sebesar 68%, sedangkan 32% berada pada tahapan
Late Mayority,disebut juga golongan pengetrap akhir, dan terdapat perbedaan setelah dilakukan
diseminasi penyuluhan perikanan ke arah CBIB.

Kata kunci: adopsi, budidaya,ikan, penyuluhan, sumberdaya

1. PENDAHULUAN usaha budidaya ikan tidak akan khawatir


Kabupaten Kuningan merupakan dankesulitan dalam memasarkan ikan
salah satu sentra produksi budidaya ikan hasil budidayanya. Budidaya ikan
air tawar diantaranya ikan mas, gurame, merupakan salahsatu usaha yang banyak
nila dan lele yang harus mampu diminati oleh masyarakat,
ditransfer menjadi nilai ekonomi. Lahan namunpengetahuan tentang budidaya
pertanian yang diintegrasikan dengan ikan yang baik belum diketahui secara
budidaya ikan air tawar menjadi peluang baikoleh para pelaku utama. Kondisi ini
untuk menambah pendapatan keluarga, dikarenakankurangnya tenaga yang
khususnya di Desa Paninggaran dan mendampingi pelaku utama untuk
Cipasung Kecamatan Darma Kabupaten memberikaninformasi mengenai cara
Kuningan. budidaya ikan yang baik. Cara Budidaya
Peluang pasar yang begitu besar Ikanyang Baik (CBIB) atau yang lazim
dan terbuka luastersebut membuat pelaku dalam bahasa inggris dikenal Good

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 874


Aquaculture Practice adalah sistem atau 2017. Jumlah responden sebanyak 30
metoda cara budidaya ikan orang yang terdiri atas pembudidaya ikan
yangdikendalikan dari faktor-faktoryang di waduk Darma Desa Cipasung dan
dapat bersifat merugikandengan Paninggaran Kecamatan Darma
menerapkan cara budidayadan Kabupaten Kuningan.
menggunakan teknologi yang ramah
lingkungan termasuk dalamproses cara 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
memanennya agar dihasilkan kualitas Desa Cipasung adalah salah satu
mutu produk ikan hasilbudidaya dengan desa di Kecamatan Darma Kabupaten
kualitas baik. Untuk itu, perlu dilakukan Kuningan yang berada di sebelah selatan
diseminasi potensi pemasaran perikanan Ibu Kota Kecamatan Darma. Batas-batas
budidaya air tawar. administrasi pemerintah Desa Cipasung
Kecamatan Darma sebagai berikut:
2. METODE PENELITIAN sebelahutara berbatasan dengan Desa
Metode penelitian yang digunakan Kawahmanuk, sebelahtimurberbatasan
adalah metode survey. Data yang dengan Desa
digunakan pada penelitian ini berupa data Paninggaran,sebelahselatan berbatasan
primer dan sekunder. Metode analisis dengan Desa Sukarasa, dan sebelahbarat
data menggunakan deskripsi kuantitatif berbatasan dengan Desa
melalui analisis faktor dan statistik non SindangpanjiKecamatanCikijing
parametrik melalui uji Cochran untuk Kabupaten Majalengka.
menganalisis perbedaan sebelum dan Paninggaranadalahsalahsatudesa di
sesudah dilakukan diseminasi penyuluhan KecamatanDarma yang
perikanan dengan data nominal dan berbatasanlangsungdenganWadukDarma.
frekuwendi dikotomi sebagai berikut: Wilayah.
Sebelahutaradantimurdesainiberbatasanla
ngsungdenganwaduk. Sedangkan di
Bila Q hasil menghitung ≥ tabel, sebelahbaratberbatasandenganDesaCipa
maka Ho ditolak dan H1 diterima. Ho: tidak sung,
terdapat perbedaan dilakukannya dansebelahselatanberbatasandenganDes
diseminasi penyuluhan perikanan, aSakerta Barat.
sedangkan H1 terdapat perbedaan setelah Pengumpulan khalayak sasaran
dilakukan diseminasi penyuluhan kegiatan penelitian meliputi data primer
perikanan, dk= k-1 berdasarkan dk = 9-1 yang diperoleh dari masyarakat yang
pada taraf kesalahan 5%, Chi kuadrat mencakup data: (1) keragaan sosial
tabel 15,57. Penelitian ini dilaksanakan ekonomi penelitian; (2) informasi tentang
pada bulan September 2016 – Maret sumberdaya perikanan air tawar, program

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 875


pemberdayaan dan atau intervensi yang Proses pengambilan keputusan
pernah berlangsung, hasil yang dicapai inovasimencakup: (1) Tahap munculnya
dan kontinuitas program; (3) kompetensi pengetahuan (Knowledge), yaitu ketika
komunikasi penyuluh/fasilitator program seorang individu (atau unitpengambil
pemberdayaan; (4) kualitas sarana dan keputusan lainnya) diarahkan untuk
prasarana pendukung kegiatan memahami eksistensi
penyuluhan di bidang perikanan. Paduan dankeuntungan/manfaat dan bagaimana
metode wawancara semi terstruktur, suatu inovasi berfungsi; (2) Tahap
pengamatan, dan diskusi dilaksanakan Persuasi (Persuasion) ketika seorang
untuk memperoleh data dan informasi individu (atau unit pengambil keputusan
selama kegiatan penelitian ini lainnya)membentuk sikap baik atau tidak
berlangsung. Data dianalisis secara baik; (3) Tahap Keputusan (Decisions)
deskriptif dengan menerapkan konsep muncul ketika seorang individu atau unit
Checkland (1984) tentang soft system pengambil keputusanlainnya terlibat
methodology (SSM). Di dalamSSM dalam aktivitas yang mengarah pada
dikemukakan bahwa untuk pemilihan adopsi atau penolakan sebuah
mendinamiskan aktivitas manusiasebagai inovasi; (4) Tahapan Implementasi
sebuah sistem, perlu adanyadesain (Implementation), ketika seorang individu
konsep tentang CATWOE.CATWOE atau unit pengambilkeputusan lainnya
merupakan singkatan dariCustomers (C), menetapkan penggunaan suatu inovasi;
Actors (A),Transformation (T), dan (5) Tahapan Konfirmasi
Welstanchaung(W), Owner (O) dan (Confirmation), ketika seorang individu
Environment (E).Konsep CATWOE atau unit pengambil keputusanlainnya
digunakanmenganalisis peran para pihak mencari penguatan terhadap keputusan
dalampengembangan strategi penerimaan atau penolakan inovasi
komunikasipembangunan yangsudah dibuat sebelumnya.

Gambar 1. Faktor Internal Diseminasi Penyuluhan Perikanan Berbasis Sumberdaya Lokal

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 876


Berdasarkan Gambar 1 dapat semakin maju pula tingkat pemikirannya
diketahui faktor internal yang sehingga lebih cepat menyerap inovasi
mempengaruhi kaji terap diseminasi baru dan mampu menggunakan teknologi.
penyuluhan perikanan berbasis Sebaliknya, semakin rendah pendidikan
sumberdaya lokal, yaitu umur (X1.1), maka semakin lambat menyerap inovasi
pendidikan (X1.2), pengalaman usaha dan teknologi. Pengalaman usaha
(X1.3) dan tingkat inovatif (X1.4). responden pada budidaya perikanan
Ketenagakerjaan dikatakan produktif berkisar 3 – 5 tahun sebesar 50%, kondisi
adalah umur 25 sampai 55 tahun. Umur ini memerlukan pendampingan dari aparat
produktif adalah tenaga kerja penduduk pemerintah daerah melalui penyuluhan
dalam usia kerja,didominasi oleh yang dilakukan secara rutin dan ini masih
pembudidaya berusia produktif sehingga terlihat tingkat kemampuan mengadopsi
diharapkan masih ada kesempatan masih rendah, yaitu sebesar 55%.
pengembangan teknik budidaya perikanan Sedangkan faktor eksternal dalam
melalui introduksi baru. Berdasarkan hasil disemisasi penyuluhan perikanan terdiri
di lapangan, tingkat pendidikan sebanyak atas peran penyuluh (X2.1), peranan
50% lulusan sekolah dasar. Tingkat tokoh masyarakat (X2.2), peranan ketua
pendidikan dapat berpengaruh terhadap kelompok (X2.3), peranan aparat desa
kemudahan seseorang dalammenyerap (X2.4), dan peran media massa (X2.5),
inovasi dan menerapkan teknologi. dapat dilihat pada Gambar 2.
Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka

Gambar 2. Faktor Eksternal Diseminasi Penyuluhan Perikanan

Faktor eksternal 70% dipengaruhi peran media massa 55% dan peranan
oleh peran tokoh masyarakat, peran ketua kelompok sebesar 50%.
penyuluh dan aparat desa sebesar 60%,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 877


Gambar 3. Analisis Faktor Diseminasi Penyuluhan Perikanan

Tabel 1. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Budaya Pada Tingkat Adopsi Inovasi
Variabel Ekonomi (X1) Sosial (X2) Budaya (X3)
No
Tahapan (X1.1) (X1.2) (X1.3) (X2.1) (X2.2) (X2.3) (X3.1) (X3.2) (X3.3)
Adopsi Inovasi
1. Inovator xx xx xx xx xx xx xx
2. Early Adaptor xx xx xx xx xx
3. Early Mayority xx xx xx
4. Late Mayority Xx xx
5. Laggard xx xx Xx
Keterangan: X1.1: Pendapatan usaha, X1.2: Skala usaha, X1.3: Diversifikasi usaha X2: Aktif di kelompok
pembudidaya; X2.2: Aktif di kegiatan masyarakat; X2.3: Aktif di kegiatan sosial di luar daerah: X3.1: Bersifat
terbuka terhadap budaya luar: X3.2: Bersifat tertutup terhadap budaya luar; X3.3: Tidak peduli dengan budaya
luar.

Berdasarkan hasil penelitian faktor (X2.4), dan peran media massa


yang dapat mempengaruhikecepatan kaji (X2.5).Tingkatan pembudidaya di lokasi
terap perikanan budidaya air tawar penelitian berada pada tahap Early
berbasis sumberdaya lokal adalah faktor Mayority,disebut juga golongan pengetrap
internal dan eksternal dari pembudidaya awal. Golongan ini padaumumnya
ikan. Faktor internal meliputi:umur (X1.1), mempunyai tingkatpendidikan rata-rata
pendidikan (X1.2), pengalaman usaha seperti anggotamasyarakat lainnya, dapat
(X1.3), dan tingkat inovatif (X1.4). menerimainovasi melalui kaji terap cara
Sedangkan faktor eksternal budidaya ikan yang baik (CBIB) selama
meliputi:peran penyuluh, (X2.1) peranan inovasi tersebutmemberikan keuntungan
tokoh masyarakat (X2.2), peranan ketua kepada pembudidaya. Tahapan Early
kelompok (X2.3), peranan aparat desa Mayority berdasarkan hasil penelitian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 878


sebesar 68%, sedangkan 32% berada sesudah dilakukan diseminasi penyuluhan
pada tahapan Late Mayority,disebut juga perikanan dengan data nominal dan
golongan pengetrap akhir. frekuensi dikotomi, diperoleh
Melalui uji Cochran untuk hasilsebagaimanaterlihatpadaTabel 2.
menganalisis perbedaan sebelum dan

Tabel 2.ANOVA with Cochran's Test


Sum of
df Mean Square Cochran's Q Sig
Squares
Between People 92,907 29 3,204
Within People Between Items 19,785 8 2,473 48,564 ,000
Residual 77,993 232 ,336
Total 97,778 240 ,407
Total 190,685 269 ,709
Grand Mean = 1,9074

Bila Q hasil menghitung ≥ tabel (X1.3) dan tingkat inovatif (X1.4),


maka Ho ditolak dan H1 diterima, Ho: tidak sedangkan faktor eksternal meliputiperan
terdapat perbedaan dilakukan diseminasi penyuluh (X2.1), peranan tokoh
penyuluhan perikanan, sedangkan H1 masyarakat (X2.2), peranan ketua
terdapat perbedaan setelah dilakukan kelompok (X2.3), peranan aparat desa
diseminasi penyuluhan perikanan, dk= k- (X2.4), dan peran media massa (X2.5).
1 berdasarkan dk = 9-1 untuk taraf Tingkatan pembudidaya di lokasi
kesalahan 5 % , Chi kuadrat tabel 15,57. penelitian berada pada tahap Early
Berdasarkan nilai Q hitung sebesar 48,56 Mayority,disebut juga golongan pengetrap
> 15,57 yang berarti terdapat perbedaan awal sebesar 68%, sedangkan 32%
setelah dilakukan diseminasi penyuluhan berada pada tahapan Late
perikanan ke arah CBIB (Cara Budidaya Mayority,disebut juga golongan pengetrap
Ikan Yang Baik) di Desa Paninggaran dan akhir.
Cipasung Kecamatan Darma Kabupaten
Kuningan Provinsi Jawa Barat. 5. DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2002. Pengantar Sosiologi
Masyarakat Pesisir. Jakarta:Pustaka
4. SIMPULAN DAN SARAN
Cidesindo.
Berdasarkan hasil penelitian, faktor Kementerian Pertanian. 2006. Undang-
undang Republik Indonesia No 16
yang dapat mempengaruhikecepatan kaji
Tahun2006 tentang Penyuluhan
terap perikanan budidaya air tawar Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan. Jakarta:
berbasis sumberdaya lokal adalah faktor
SekretariatNegara Republik
internal dan eksternal dari pembudidaya Indonesia
Kottler, Philip. 2003. Marketing
ikan. Faktor internal meliputiumur (X1.1),
Management. 11th ed. New Jersey:
pendidikan (X1.2), pengalaman usaha Prentice hall.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 879


Rogers dan Schoemaker. 1986.
Memasyarakatkan Ide-ide Baru.
Surabaya: Usaha Nasional.
_____. 1971. Communication of
Innovation: A Cross Cultural
Approach. New York:The Free
Press.
Rogers. E.M. 2003. Diffusion of
Innovations. 5th ed. New York: Free
Pres.
Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan
Pertanian. Surakarta: UNS Press.
Everett, M. 1983. Diffusion of Innovations.
Third Edision.London: The Free
Press.
Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar
Komunikasi Pertanian. Jakarta: UI-
Press.
Wiriaatmadja, Soekandar. 1978. Pokok-
pokok Penyuluhan Pertanian.
Jakarta: Yasaguna.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 880


PENGARUH PENGAJARAN KOMUNIKASI BAHASA INGGRIS DENGAN METODE
PROJECT-BASED LEARNING PADA PELAKU PEMASARAN KELAPA MUDA
(Studi Kasus pada Objek Wisata Budaya Ciung Wanara di Kabupaten Ciamis)

Dedeh Rohayati

Fakultas Pertanian Universitas Galuh


Email: rohayatidedeh@rocketmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pengajaran komunikasi
bahasa Inggris dengan menggunakan metode Project-Based Learning (PBL) pada pelaku
pemasaran kelapa muda di daerah objek wisata budaya Ciung Wanara di Kabupaten Ciamis.
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan studi kasus. Populasi penelitian sebanyak 5 orang
pelaku pemasaran kelapa muda yang keseluruhannya diambil sebagai sampel penelitian atau
dilaksanakan sensus. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer yang
diperoleh melalui wawancara dengan responden penelitian dengan menggunakan instrumen
penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Analisa data dilakukan dengan menggunakan
metode deskriptif kualitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajaran komunikasi bahasa
Inggris dengan menggunakan metode PBL telah membantu pelaku pemasaran kelapa muda
dalam penguasaan komunikasi bahasa Inggris yang diperlukan untuk kegiatan pemasaran. Pelaku
pemasaran kelapa muda tersebut mampu menguasai beberapa kosakata yang berhubungan
dengan kegiatan pemasaran. Selain itu, mereka juga mampu menguasai beberapa ekspresi
bahasa Inggris (fungsi bahasa) untuk kegiatan pemasaran berupa kemampuan melakukan
percakapan sederhana dengan konsumen wisatawan mancanegara. Melalui kemampuan tersebut
diharapkan dapat menimbulkan minat konsumen untuk membeli kelapa muda yang ditawarkan,
sehingga dapat meningkatkan volume penjualan yang berdampak pada peningkatan pendapatan
pelaku pemasaran kelapa muda tersebut.

Kata Kunci: Komunikasi, Bahasa Inggris, PBL, Pelaku pemasaran, Kelapa muda

1. PENDAHULUAN khusus (English for Specific Purpose/


Komunikasi merupakan tindakan ESP) yaitu pengajaran bahasa
seseorang dengan maksud untuk Inggrisyang ditujukan untuk kelompok
mempengaruhi orang lain (Delahunty dan pembelajar tertentu sesuai dengan
Garvey, 2010). Komunikasi juga dilakukan kebutuhan dimana mereka bekerja atau
untuk mempengaruhi konsumen, belajar yang menekankan bahasa
khususnya wisatawan asing, agar mau komunikasi praktis (Hutchinson & Waters,
membeli kelapa muda. Sedangkan 1987; Dudley-Evan & St. Jhon, 1998).
komunikasi verbalmerupakan hasil proses Sedangkan penguasaan kosakata
“aktifitas penyampaian makna yang (vocabulary) sangat penting dalam
interaktif disertai adanya hasil, pengajaran bahasa Inggriskarena
penerimaan dan proses kosakata merupakan fitur utama dalam
informasi”(Harmer, 2007; Brown, 1984, semua bahasa (Harmer, 2007); begitu
dalamKurniasih, 2007). juga fungsi bahasa transaksional dan
Untuk memenuhi kebutuhan fungsi interpersonal (Eggins, 2004).
komunikasi bahasa Inggris ini maka Fungsi bahasa transaksional digunakan
diperlukan bahasa Inggris untuk tujuan untuk mendapatkan dan memberikan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 881


informasi berupa barang dan jasa; sesuai untuk pengajaran komunikasi
sedangkkan fungsi interpersonal bahasa Inggris ini adalah Project-Based
digunakan untuk saling mengakrabkan Learning (PBL) atau pembelajaran
satu sama lain, silaturahmi, dll. Oleh berbasis proyek.
karena itu, kata-kata dan ekspresi yang Metode PBL mengacu pada
digunakan berhubungan dengan "pembelajar merancang, merencanakan,
pemasaran kelapa muda (Lihat Tabel 1 dan melaksanaan proyek yang
dan Tabel 2). diperpanjang sehingga menghasilkan
Peran komunikasi bahasa Inggris output publik yang dapat dipamerkan
semakin penting di era globalisasi dan sepertiproduk, publikasi, atau presentasi"
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini. (Patton, 2012). Menurut Bell (2010) dan
Tak terkecuali bagi pelaku pemasaran Fragoulis (2009), ada empat tahapan
kelapa muda di daerah objek wisata dalam implementasi PBL. Keempat
budaya Ciung Wanara yang selalu tahapan itu terdiri dari 1) perumusan
berhadapan dengan konsumen masalah, 2) perencanaan proyek, 3)
mancanegara. Sedangkan kemampuan pelaksanaan proyek, serta 4) ujian dan
komunikasi bahasa Inggris mereka sangat penilaian. Untuk mendapatkan hasil yang
kurang dikarenakan faktor rendahnya maksimal, proses metode PBL harus
pengetahuan bahasa Inggris dan latar disertai dengan modeling yang dapat
belakang pendidikan yang mereka dilakukan seluruhnya oleh guru atau murid
miliki.Sehinggapermasalahan yang selalu sebaya (Walqui, 2006).Selanjutnya,
mereka hadapi manakala berhadapan Fragoulis (2009), Patton (2012), dan
dengan konsumen mancanegara Wright (2011)menyatakan bahwa guru
diantaranya bagaimana menyambut dan yang semula menjadi “pemeran” bergeser
menyapa tamu (greeting),menawarkan menjadi “pemandu “, penasehat,
makanan dan minuman (offering koordinator dan fasilitator. Sedangkan
something to drink and to Klein (2009), dan Bas & Beyhan (2010)
eat),menanyakan rasa suka terhadap membahas mengenai karakteristik metode
sesuatu (stating preference), dan PBL mengutamakan minat dan kebutuhan
menyebutkan harga (stating a price). pembelajar. Dengan demikian, kegiatan
Untuk memecahkan permasalahan ini membuat pembelajar melakukan
diatas, nampaknya pengajaran bahasa pembelajaran secara otonomi, tanpa
Inggris sangat diperlukan bagi mereka. membutuhkan pengawasan (Thomas,
Pengajaran yang dilakukan lebih 2000). Hal yang menonjol dari PBL ini
difokuskan kepada aspek kemampuan yaitu memberikan peluang yang besar
bahasa (language skill) khususnya terhadap pengajaran yang berpusat pada
komunikasi lisan (speaking). Metode yang pembelajar (Holm, 2011).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 882


Pembelajar dalam penelitian ini Kabupaten Ciamis.Populasi penelitian
adalah pelaku pemasaran yang bertindak sebanyak 5 orang pelaku pemasaran
dalam memasarkan barang dagangan kelapa muda yang keseluruhannya
(Abdurrahman, 2015) berupa kelapa diambil sebagai sampel penelitian atau
muda selama lebih dari 10 tahun. Kelapa dilaksanakan sensus. Data yang
muda menjadi daya tarik tersendiri untuk dikumpulkan dalam penelitian ini berupa
menarik pengunjung datang ke tempat data primer yang diperoleh melalui
objek wisata budaya Ciung Wanara ini. instrumen penelitian yang telah
Buah kelapa muda memiliki pamor yang dipersiapkan sebelumnya, yaitu log
tak lekang oleh waktu yang terus berubah. bookdan wawancara.. Analisa data
Buah kelapa. selain segar, juga memiliki dilakukan dengan menggunakan metode
berbagai khasiat. deskriptif kualitatif.Log bookdianalisa
Ada beberapa penelitian dengan cara menginterpretasikan isinya
sebelumnya yang memiliki topik yang dan menentukan manisfestasi yang
sama dengan penelitian ini diantaranya terkandung di dalamnya. Sedangkan
Fragoulis (2009), Maulany (2013), dan wawancara semi terstruktur digunakan
Rooij (2008). Namun demikian, penelitian untuk memudahkan peneliti menyusun
mengenai pengaruh pengajaran bahasa tema pertanyaan secara runut ataupun
Inggris dengan metode Project-Based sebaliknya (Kvale, 1996). Hasil
Learning (PBL) terhadap pelaku wawancara di transkripsikan,
pemasaran kelapa muda masih sangat dikategorikan, kodifikasikan, direduksikan/
jarang dilakukan. Oleh karena itu, peneliti dikondensikan, serta dan diinterpretasikan
merasa penting untuk melakukan (Kvale, 1996).
penelitian ini agar dapat mengungkap
bagimana pengaruh pengajaran 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
komunikasi bahasa inggris dengan Pengaruh Pengajaran Komunikasi
Bahasa Inggris dengan Metode Project-
metode project-based learningterhadap
Based Learning terhadap Kemampuan
kemampuan kosakata dan fungsi bahasa Kosa kata dan Fungsi Bahasa Pelaku
Pemasaran Kelapa Muda
pelaku pemasaran kelapa muda.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengajaran komunikasi bahasa
2. METODE PENELITIAN
Inggris dengan metode Project-Based
Penelitian ini menggunakan
Learning (PBL)berpengaruh terhadap
jenisdeskriptif kualitatif (Connole, et al.,
kemampuan penguasaan kosakata dan
2007) dengan tipe studi kasus (Cohen et.
fungsi bahasa pelaku pemasaran kelapa
al. 2007) yang dilakukan di daerah objek
muda. Daftar kosakata bahasa Inggris
wisata budaya Ciung WanaraDesa
Karangkamulyan Kecamatan Cijeungjing

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 883


yang mereka kuasai disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Daftar Kosakata yang Dikuasai Pelaku Pemasaran Kelapa Muda


Kosakata Artinya Kosakata Artinya
Coconut kelapa One satu
Coconut water air kelapa Two dua
Drink minum Three tiga
Green hujau Four empat
Green coconut kelapa hijau Five lima
Red merah Six enam
Red coconut kelapa merah Seven tujuh
Price harga Eight delapan
Water air Nine sembilan
Young coconut water air kelapa muda Ten sepuluh
A Thousand seribu
Seven thousands tujuh ribu

Kemampuan komunikasi bahasa oleh pelaku pemasaran kelapa


Inggris yang mereka miliki merupakan muda.Kemampuan kosakata yang mereka
“output publik yang dapat dipamerkan” miliki menunjukkan kesadaran akan
(Patton, 2012). Dengan demikian, metode pentingnya kosakata sebagai fitur utama
PBL ini memberikan pengaruh yang besar dalam semua bahasa (Harmer, 2007).
terhadap kemampuan vocabularyatau Kemampuan komunikasi bahasa
kosakata dan fungsi bahasa pelaku Inggris kedua yang mereka peroleh
pemasaran kelapa muda. Kosakata yang berkaitan dengan kemampuan fungsi
mereka kuasai menjadi kata-kata atau bahasa yang disajikan pada Tabel 2.
frase yang sudah dikenal dan digunakan

Tabel 2. Daftar Fungsi Bahasa yang Dikuasai Pelaku Pemasaran Kelapa Muda
Fungsi Bahasa Ekspresi Artinya
Greeting Good morning. - Selamat pagi
(Salam sapa) Hello. - Helo
Hi. - Hai
Offering Would you like to drink young coconut - Mau minum air kelapa
(Menawarkan) water? muda/
What do you like to drink? - Mau minum apa?
Preferences Which one do you prefer, the red coconut - Mau yang mana, keelapa
(menanyakan yang water or the green coconut water? merah atau kelapa hijau?
lebih disukai)
Stating price It’s seven thousands rupiahs - Tujuh ribu rupiah
(Menyatakan harga)

Berdasarkan tabel di atas dapat Wanara. Skill yang telah mereka miliki ini
disimpulkan bahwa penerapan metode sebagai pengaruh dari proses “aktifitas
PBL telah membantu meningkatkan penyampaian makna yang interaktif
kemajuan dalam pembelajaran bahasa disertai adanya hasil, penerimaan dan
Inggris pelaku pemasaran kelapa muda di proses informasi”(Harmer, 2007; Brown,
daerah objek wisata budaya Ciung 1984, dikutif dari (Kurniasih, 2007).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 884


Sehinggahal ini merupakan indikasi Klein (2009), dan Bas & Beyhan (2010)
bahwa mereka telah mencapai tingkat mengenai karakteristik metode PBL yang
kemampuan yang komplek karena mengutamakan minat dan kebutuhan
berbicara “melibatkan berbagai macam pembelajar. Dari aspek materi
kemampuan yang berbeda”(Harris, 1969), pengajaran, kegiatan ini juga sesuai
diantaranya kemampuan penguasaan dengan kebutuhan pekerjaan mereka
vocabulary atau kosakata. (Hutchinson & Waters, 1987; Dudley-Evan
Dengan penguasaan kosakata dan & St. Jhon, 1998).
fungsi bahasa yang ada, mereka akhirnya
mampu melakukan percakapan 4. SIMPULAN DAN SARAN
sederhana untuk kegiatan pemasaran 4.1. Simpulan
kelapa muda. Percakapan tersebut dapat Berdasarkan hasil pembahasan
digunakan untuk menyapa (greeting), dapat disimpulkan bahwa metode PBL
menawarkan barang (offering something), sangat membantu dalam penguasaan
menanyakan suka terhadap sesuatu vocabulary/ kosakatadan fungsi Bahasa
(preferences), dan menyatakan harga Inggris pelaku pemasaran kelapa muda.
(stating price). Kemampuan penguasaan Penguasaan kemampuan
kosakata dan fungsi bahasa yang mereka tersebutmenjadikan mereka mampu
peroleh terdapat pada dialog di bawah ini: melakukan percakapan sederhana untuk
Peserta : Hello. Good morning pemasaran kelapa muda.
Peneliti: Hello… Good Morning.
Peserta :Would you like to drink young
coconut water?
Peneliti: Yes, I want to drink young 4.2. Saran
coconut water, please.
Peserta: Which one do you prefer, the Untuk pelaku pemasaran kelapa muda
green coconut or the red coconut?
Peneliti: I want the green coconut,
disarankan mempertahankan kemampuan
please. How much is it? komunikasi Bahasa Inggris sehingga
Peserta: It' s seven thousands rupiahs”.
(Transkrip Percakapan dengan menimbulkan minat konsumen untuk
Tekhnik Role-Play, 24 Januari 2017)
membeli kelapa muda yang ditawarkan,
Dialog diatas merupakan bukti
serta dapat meningkatkan volume
bahwa mereka mampu melakukan
penjualan yang berdampak pada
komunikasi untuk mempengaruhi orang
peningkatan pendapatan pelaku
lain (Delahunty dan Garvey, 2010, hal.4),
pemasaran kelapa muda tersebut.
khususnya wisatawan mancanegara untuk
membeli kelapa muda. Hal ini juga
5. DAFTAR PUSTAKA
menjadi bukti bahwa pengajaran bahasa
Abdurrahman, N.H. 2015. Manajemen
Inggris dengan metode PBL telah Strategi Pemasaran. Bandung:
berjalansesuai dengan situasi dan kondisi. Pustaka Setia.
Bas, G & Beyhan, O. 2010. Effects of
Sehingga selaras dengan penjelasan Multiple Intelligence Supported

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 885


Project-Based Learning in Students’ Active Learning.New York: NYC
Achievement Levels and Attitude Department of Education.
Towards English Lesson. Kvale, S. 1996. Wawancaras: An
International Elekronik Journal of Introduction to Qualitative Research
Elementary Education. 02 (03), 365- Wawancaraing. California: Sage
386. Publication.
Bell, S. 2010. Project- Based Learning Kurniasih, D. 2006. Improving Student’s
forThe 21st Century: Skills for The Speaking Ability by Means of Story
Future, Interdiciplinar Journal Of Telling. Skripsi Tanpa Publikasi
Project- Based Learning ,83 (02), Prodi Pendidikan Bahasa Inggris
39-43, DOI: Universsitas Galuh.
10.1080/00098650903505415. Maulany, D. B. 2013. The Use of Project-
Cohen, Louis et. al. 2007. Research Based Learning to Improve
Method in Education. Sixth Edition. Students’ Speaking Skill” (A
New York: Routledge Classroom Action Research at One
Connole et al. 1990. Research of Primary School in
Methodology 1: Issues and Method Bandung).Journal of English
in Research- Study uide. Education. 01 (01), 30-43.
Universsity Deakin. Patton, A. 2012. Work That Matters The
Delahunty, G.P. &James J. Garvey, J.J. Teacher’s Guide to Project-Based
2010. The English Language : From Learning. London: Paul Hamlyn
Sound to Sense. Indiana: Parlor Foundation.
Press Rooij, S. W, V. 2008. Scaffolding Project-
Dudley-Evans, T. and St. Jhon, M.J. 1998. Based Learning with The Project
Developments in English for Specific Management Body of Knowledge
Purposes: A Multi-Disciplinary (PMBOK). Computers and
Approach. Cambridge University Educations Journal. 52 (02).
Press. Doi:10.1016/j.compedu.2008.07.012
Fragoulis, L. 2009. Project- Based .
Learning In Teaching Of English As Thomas, J. W. 2000. A Review of
A Foreign Language in Greek Research on Project-Based
Primary School: From Theory to Learning. Retrieved from
Practice. English Language http//:www.bie.org/index.php/site/RE
Teaching Journal, 02, (03), 113-119. /pbl_research/29
Harmer, J. 2007. The Practice of English Walqui, A. 2006. Scaffolding Instruction
Language Teaching. England: for English Language Learners: A
Longman. Conceptual Framework”.The
International Journal of Bilingual
Hutchinson, T. and Waters, A. 1987. Education and Bilingualismn, 09(02),
English for Specific Purpose. A 159-180.
Learning-Centered Approach.
Cambridge: Cambridge University
Press. Diambil dari
www.cambridge.org,( 29 November
2016)
Holm, M. 2011. Project-Based Instruction :
A Review of The Literature on
Effectiveness in Prekindergarten
Through 12nd Grade Classroom.
Rivier Academic Journal. 07(02), 1-
13.
Klein, J. I. et al. 2009. Project-Based
Learning Inspiring Middle School
Student To Engage in Deep And

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 886


PERANAN PENYULUHAN PERTANIAN
TERHADAP PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
(Suatu Kasus pada Kelompok Tani di Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka)

Dinar

Fakultas Pertanian Universitas Majalengka


Email: dinar_dnr@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di kelompok tani se Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka, pada
bulan Pebruari s/d Juni 2016. Teknik penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif kuantitatif.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan berpedoman pada
kuesioner. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Peranan penyuluhan pertanian berpengaruh
terhadap tingkat penerapan sistem tanam jajar legowo. Hal ini karena dalam penyuluhan pertanian
berfungsi sebagai proses penyebarluasan informasi kepada para petani sehingga para petani
dengan mudah mendapatkan informasi mengenai sistem jajar legowo. Selain sebagai
penyebarluasan informasi penyuluhan, juga berfungsi sebagai proses penerangan, perubahan
perilaku petani dalam hal peningkatan pengetahuan, keterampilan serta sikap petani dalam
menerapkan sistem tanam jajar legowo, serta sebagai proses pendidikan sehingga pengetahuan
dan keterampilan petani dapat meningkat, dan dapat meningkatkan produksi serta pendapatan
mereka, (2) Berdasarkan hasil analisis ternyata signifikansi didapat 0.000 atau nilainya < 0.05,
karena nilai signifikansi <0.05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, artinya faktor karakteristik sosial
petani berpengaruh terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo secara simultan, dan (3)
Pendapatan rata-rata petani Rp 7.063.230,-/luas lahan (0,56 Ha) dengan kenaikan produksi
sebesar 15% setelah menerapkan teknologi sistem tanam jajar legowo, sehingga terdapat selisih
pendapatan sebesar Rp 2.575.230,- dibandingkan dengan sistem tegel meskipun biaya produksi
lebih tinggi.

Kata Kunci : Peran Penyuluh, Sistem Tanam Jajar Legowo, Pendapatan

1. PENDAHULUAN teknologi sistem jarak tanam jajar legowo


Padi merupakan tanaman pangan yang melalui penyuluhan pertanian. Tujuan
sangat penting di dunia setelah gandum penyuluhan pertanian dalam pengelolaan
dan jagung. Padi merupakan tanaman tanaman terpadu bagi para petani adalah
pangan yang sangat penting karena beras untuk meningkatkan produktivitas dan
masih digunakan sebagai makanan pokok efisiensi usahataninya melalui perbaikan
bagi sebagian besar penduduk dunia sistem atau perakitan paket teknologi
terutama Asia sampai sekarang. Beras yang sinergis antara komponen teknologi
merupakan komoditas strategis di yang dilakukan secara parsitipatif oleh
Indonesia karena beras mempunyai petani (BPTP Jawa Barat, 2012 ).
pengaruh yang besar terhadap kestabilan
ekonomi dan politik (Purnamaningsih, 2. METODE PENELITIAN
2006). Penelitian ini dilaksanakan di
Salah satu cara untuk meningkatkan Kecamatan Cigasong, Kabupaten
produksi padi adalah dengan penerapan Majalengka dimana pada pemilihan
sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu lokasinya dilakukan secara Purposive
(PTT), dalam hal ini menggunakan Sampling (sengaja). Metode penarikan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 887


sampel yang digunakan adalah metode kemudian dianalisis menggunakan
sampel acak sederhana (Simple Random analisis kualitatif dengan menggunakan
Sampling ). Metode pengambilan sampel sistem skoring.
acak sederhana adalah sebuah metode 2) Pendapatan petani dianalisis dengan
yang digunakan untuk memilih sampel pendekatan matematis melalui
dari sejumlah populasi, sehingga setiap langkah-langkah sebagai berikut:
unit penelitian memiliki peluang yang (a) Menghitung Biaya Total
sama untuk diambil sebagai sampel tanpa Biaya total yang dikeluarkan dalam satu
memperhatikan strata yang ada kali produksi dapat diketahui dengan
(Taroyamame dalam Rahmat, 1999). menjumlahkan biaya tetap dan biaya
Adapun penentuan/penarikan sampel variabel yang dihitung dalam satuan
menggunakan rumus Simple Random rupiah/hektar, dengan rumus sebagai
Sampling (SRS) menurut Taroyamame berikut:
dalam Rahmat (1999), sebagai berikut : TC = TFC + TVC
N Dimana:
n= TC = Total Cost (Biaya Total)
N (d² ) + 1 TFC = Total Fixed Cost (Biaya
Tetap Total)
TVC = Total Variable Cost
Dimana: (Biaya Variabel Total)
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
(b) Menghitung Pendapatan
d² = Tingkat toleransi dengan
presisi 10% Pendapatan adalah seluruh hasil
penjualan yang dinilai dengan harga jual
Dari rumus di atas dapat dihitung jumlah
dikurangi total biaya yang dikeluarkan
petani yang akan diambil sebagai sampel
selama proses produksi, dengan rumus:
sebagai berikut:
I = TR - TC
N 250
n= = TR = Y . Hy
N (d² ) + 1 250 (10%²) +1
Dimana:
250 TR = Total Revenue (pendapatan
= total)
3,5 Y = Jumlah Produksi
Hy = Harga produk
= 71 TC = Total Cost (biaya total)
Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah : 3) Pengaruh faktor sosial ekonomi petani
1) Peranan penyuluh pertanian terhadap terhadap penerapan sistem tanam jajar
penerapan sistem tanam jajar legowo legowo dianalisis dengan
diketahui dengan penyebaran menggunakan regresi linier berganda
kuesioner disertai wawancara,

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 888


dengan model persamaan sebagai
berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
+e
3.1. Peranan Penyuluhan Pertanian
Dimana: Terhadap Tingkat Penerapan
Y = Penerapan sistem tanam jajar Teknologi Sistem Tanam Jajar
legowo Legowo
X1 = Umur
Penerapan sistem tanam jajar legowo
X2 = Pendidikan
= yang merupakan suatu teknologi baru di
X3 Pengalaman berusaha tani
=
X4 = Kepemilikan luas lahan
Kecamatan Cigasong telah diupayakan
X5 = Jumlah taggungan keluarga
b = Koefisien regresi melalui kegiatan penyuluhan pertanian
e = error dengan berbagai metode pendekatan
berupa pendekatan perseorangan melalui
Pengujian hiptesis penelitian dilakukan
anjangsana, pendekatan kelompok
dengan cara sebagai berikut:
melalui pertemuan di kelompok, dan
(1) Pengujian Hipotesis secara persial
pendekatan massal melalui kegiatan
(Uji t)
penyuluhan kampanye awal musim tanam
Untuk mengkaji pengaruh variabel
(Musim Tanam Pertama) yang
independen terhadap dependen secara
dilaksanakan dalam setahun satu kali
individu dapat dilihat hipotesis berikut:
pada bulan September.
H0 : ß1 = 0 tidak berpengaruh
H1 : ß1> 0 berpengaruh positif 3.2. Peranan Penyuluhan Pertanian
Terhadap Tingkat Pendapatan
H1 : ß1< 0 berpengaruh negatif Petani Melalui Penerapan Sistem
Dimana ß1 adalah koefisien variabel Tanam Jajar Legowo
independen ke-1, yaitu nilai parameter (a) Produksi Padi dengan Sistem
Tanam Jajar Legowo
hipotesis. Biasanya nilai ß dianggap nol,
Produksi merupakan salah satu parameter
artinya tidak ada pengaruh variable X1
yang digunakan untuk menentukan tingkat
terhadap Y.
pendapatan petani. Tingkat produksi
Bila t hitung > t tabel, maka Ho diterima
berbanding lurus dengan tingkat
(signifikan), dan jika t hitung < t tabel Ho
pendapatan. Semakin tinggi tingkat
ditolak (tidak signifikan).
produksi, maka semakin tinggi pula tingkat
Uji t digunakan untuk membuat keputusan
pendapatannya, dan sebaliknya. Jumlah
apakah hipotesis terbukti atau tidak,
produksi padi yang dihasilkan oleh para
dimana tingkat signifikan yang digunakan
petani responden mengalami peningkatan
yaitu 5%.
setelah menerapkan teknologi sistem
tanam jajar legowo. Hal ini disebabkan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 889


karena peran penyuluhan pertanian, kerja. Perbedaan produksi dengan biaya
dalam hal ini sebagai proses penyebaran produksi menyebabkan keuntungan yang
informasi mengenai teknologi sistem diperoleh setiap petani berbeda.
tanam jajar legowo, sangat efektif dalam Berdasarkan hasil penelitian di
meningkatkan pengetahuan, sikap dan Kecamatan Cigasong Kabupaten
keterampilan yang sangat mendukung Majalengka pada Musim Tanam 1 tahun
penerapan teknologi pertanian terbaru. 2016 menunjukan bahwa penerapan
Hal ini juga tidak lepas dari tingkat sistem tanam jajar legowo lebih
penerapan petani terhadap teknologi menguntungkan dibanding dengan sistem
sistem tanam jajar legowo yang sebagian tegel dengan rata-rata pendapatan Rp.
besar telah menerapkannya seperti 7.063.230/luas lahan. Meskipun biaya
pembuatan baris tanam yang sesuai usahatani lebih tinggi, namun produksinya
dengan ukuran jarak tanam yang lebih banyak sekitar 15% dari 2.650
digunakan dimana para petani responden Kg/luas lahan menjadi 3.242 Kg/luas
menggunakan sistem tanam jajar legowo lahan sehingga terdapat selisih
2:1 dengan jarak tanam 30x15x40, keuntungan sebesar Rp 2.575.230,-
penanaman, pemupukan, penyiangan
(c) Pengaruh Faktor Karakteristik
serta pengendalian hama dan penyakit Sosial Petani Terhadap
Penerapan Sistem Tanam Jajar
yang telah sesuai anjuran dari para
Legowo
penyuluh.
Pengaruh faktor karakterisitik sosial petani
(b) Pendapatan Usahatani Padi terhadap penerapan sistem tanam jajar
dengan Sistem Tanam Jajar
legowo dilakukan dengan menggunakan
Legowo
uji regresi linear berganda untuk
Pendapatan adalah keuntungan atau hasil
mengetahui seberapa besar pengaruh
yang diperoleh petani dari hasil
variabel bebas (independen) yaitu faktor
produksinya. Seorang petani dapat
(X) terhadap variabel terikat (dependen)
memperoleh keuntungan atau profit yang
yaitu faktor (Y).
maksimum asalkan petani melakukan
Petani responden di Kecamatan Cigasong
tindakan dengan cara meningkatkan hasil
tergolong petani berpengalaman dengan
produksinya. Pendapatan merupakan
lamanya berusahatani lebih dari 20 tahun
salah satu faktor ekonomi yang paling
tidak berpengaruh nyata terhadap
penting bagi petani.
penerapan jajar legowo. Hal tersebut
Biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam
dapat disebabkan oleh cara bertani
mengelola usahataninya meliputi biaya
secara turun temurun yang sudah melekat
pembelian pupuk dan pestisida, biaya
menjadi kebiasaannya dalam melakukan
peralatan produksi serta upah tenaga

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 890


kegiatan usahataninya. Petani tinggi dan 22 orang atau sebesar 31%
berpendapat bahwa menyatakan rendah.
Peranan penyuluhan pertanian sangat
sistem tanam tegel lebih mudah dan berpengaruh terhadap pendapatan petani
praktis dalam mengerjakannya karena sehingga pendapatan meningkat dengan
tidak perlu menambahkan sisipan bibit rata-rata sebesar Rp 7.063.230/luas lahan
padi pada alur garis caplak. Namun dengan kenaikan produksi sebesar 15%
demikian pengalaman petani dalam setelah menerapkan teknologi sistem
berusahatani dengan sistem tanam jajar tanam jajar legowo dengan selisih
legowo masih bisa ditingkatkan dengan pendapatan sebesar Rp 2.575.230,-
adanya proses belajar seperti yang dibandingkan dengan sistem tanam tegel.
dilaksanakan pada sekolah lapang, Hasil analisis regresi di atas menunjukkan
proses belajar langsung di lapangan bahwa karakteristik sosial petani
melalui laboratorium lapangan seluas satu berpengaruh secara signifikan dengan
hektar sebagai tempat petani belajar, nilai Sig. 0,000 < 0,05 dapat disimpulkan
apabila hasil dalam proses belajar ini baik sama dengan Fhit 19,232 > Ftabel 2,37
maka akan berpengaruh terhadap sikap pada taraf 0,05 terhadap penerapan
petani terhadap inovasi sistem tanam jajar sistem tanam jajar legowo, dan dari hasil
legowo. Selain hal tersebut, penggunaan pengujian secara parsial (uji t),
caplak jajar legowo merupakan solusi menunjukkan bahwa pendidikan secara
dalam menyikapi permasalahan kesulitan mandiri berpengaruh secara signifikan
bagi para upah tanam dalam melakukan terhadap penerapan sistem tanam jajar
penyisipan bibit padi. legowo di Kecamatan Cigasong dengan
nilai Sig b0 = 0,000 < (p = 0,05)
4. SIMPULAN mempunyai kesimpulan yang sama
Peranan penyuluhan pertanian dengan t hit 11,707 > t 2,000 (tabel 5%),
berpengaruh terhadap tingkat penerapan diketahui nilai koefisien regresi variabel
sistem tanam jajar legowo. Hal ini karena pendidikan 6,580 bernilai positif sehingga
dalam penyuluhan pertanian berfungsi dapat dikatakan pendidikan berpengaruh
sebagai penyebarluasan informasi, proses positif terhadap penterapan jajar legowo.
penerangan, proses perubahan perilaku
dan sebagai proses pendidikan, sehingga 5. DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan, sikap dan keterampilan Anonim. 2010. Efektifitas
Penyelenggaraan Penyuluhan
petani dapat meningkat, terdapat 49 orang
Pertanian Melalui Integrasi Dinamis
atau sebesar 69 % menyatakan tergolong Antara Penyuluh Pertanian
Dengan Petani.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 891


http://www.deptan.go.id/bpsdmdala
m www.goegle.com. Diaksses
tanggal 13 Pebruari 2016.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten
Majalengka Data Produksi
Pertanian. diakses melalui
www.majalengka.bps.go.id.
Diakses tanggal 01 Maret 2016.
Ban Vanden, AW dan Hawkins, A.S.
2001, Penyuluhan Pertanian.
Yogyakarta: Kanisius.
Budiman. 2001. Pengaruh Pendidikan,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
BPTP Jawa Barat. 2012. Gerakan
penerapan pengelolaan tanaman
terpadu. Bandung.
Database BP3K Kec. Cigasong Tahun
2015.
Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi
Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2006. Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2006 Tentang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan. Jakarta.
Draf Revitalisasi Penyuluhan Pertanian.
2005. Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pertanian
Departemen Pertanian.
Fashihullisan. 2009. Peranan penyuluhan
dalam pemberdayaan masyarakat.
Imran.syaripudin. 2005. Kajian
pengembangan usaha tani padi
dengan sistem tanam jajar legowo
( di akses tanggal 10 maret 2016 di
situs
http//sulteng.litbang.deptan.go.id ).
Kartasaputra, AG. 1994. Teknologi
penyuluhan pertanian. Jakarta.
Bumiaksara.
Mardikanto. T. 1992. Petunjuk
penyuluhan pertanian dalam teori
dan praktek surabaya, usaha
nasional. .
Moenandir, J.1993. Ilmu GulmaDalam
Sistem Pertanian. PT
RajaGrafindoPersada.Jakarta.
Padmowihardjo.S.2000. Metode
Penyuluhan Pertanian Universitas
Terbuka Jakarta.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 892


HUBUNGAN MOTIVASI KERJA dan KINERJA PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN
(PPL) di ERA OTONOMI DAERAH
(Studi Kasus: Kecamatan Lubuk Pakam, Kecamatan Pancur Batu, Kecamatan Biru-
Biru Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara)

Helena T Pakpahan

Fakultas Pertanian, Universitas Methodist Indonesia


Email: helenapakpahan@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penyuluhan pertanian adalah proses pendidikan dengan sistem pendidikan nonformal untuk
mengubah perilaku petani agar memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap yang lebih baik.
Tujuanpenelitian untuk mengetahui motivasi kerja PPL, mengetahui kinerja PPL, mengetahui
hubungan karakteristik sosial ekonomi PPL terhadap motivasi kerja PPL, dan mengetahui
hubungan motivasi kerja terhadap kinerja PPL.Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 15
PPL. Penelitian berlokasi di Kecamatan Lubuk Pakam, Kecamatan Pancur Batu, dan Kecamatan
Biru-Biru.Metode analisis data untuk motivasi kerja dengan menentukan skor dari masing- masing
parameter, analisis kinerja dengan menggunakan skala peringkat dan untuk hubungan karakteristik
PPL terhadap motivasi kerja dan motivasi kerja terhada kinerja PPL dengan menggunakan korelasi
Spearman. Hasil penelitian menunjukkan skor motivasi kerja PPL 13,095, artinya PPL memiliki
tingkat motivasi yang tinggi. Kinerja PPL adalah baik dengan skor 265,41 dari 4 dimensi kinerja
yaitu dimensi perencanaan 99,67 %, dimensi pelaksanaan 74,22 5, dimensi organisasi 99,45% dan
dimensi evaluasi serta pelaporan 98,90%. Hubungan karakteristik sosial ekonomi PPL terhadap
motivasi yaitu ada hubungan antara umur PPL dengan motivasi kerja PPL, tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan, lama bertugas, jumlah tanggungan dan pendapatan PPL dengan
motivasi kerja PPL. Hubungan motivasi kerja terhadap kinerja PPL significant ditolak, artinya tidak
ada hubungan antara motivasi kerja terhadap kinerja PPL

Kata kunci: Motivasi, Kinerja, Penyuluh, Karakteristik PPL, Otonomi

1. PENDAHULUAN juga karena adanya stimulasi dari luar,


Penyuluhan pertanian adalah proses seberapa pun tingkat kemampuan yang
pendidikan dengan sistem pendidikan dimiliki seseorang, pasti butuh motivasi,
nonformal untuk mengubah perilaku orang dengan perkataan lain potensi sumber
dewasa agar memiliki pengetahuan, daya manusia adalah sesuatu yang
keterampilan, sikap yang lebih baik, terbatas, dengan demikian kinerja
sehingga sasaran dapat memilih dan seseorang merupakan fungsi dari faktor-
mengambil keputusan dari berbagai faktor kemampuan dan motivasi dirinya
alternatif pengetahuan yang ada untuk (Mangkuprawira,2007).
menyelesaikan permasalahan dalam Kinerja adalah gambaran mengenai
upaya peningkatan kesejahteraannya. tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
Motivasi merupakan dorongan yang kegiatan dalam mewujudkan sasaran,
membuat karyawan melakukan sesuatu tujuan, misi, visi organisasi yang tertuang
dengan cara untuk mencapai tujuan dalam strategic planning suatu organisasi.
tertentu, motivasi itu timbul tidak saja Pengukuran kinerja merupakan suatu
karena ada unsur di dalam dirinya, tetapi aktivitas penilaian pencapaian target –

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 893


target pebgukuran kinerja bukanlah tujuan 3 46 – 65 17 Biru-Biru
akhir melainkan alat agar hasil
manajemen yang lebih efesien dan terjadi
Rumusan masalah 1 dianalisis dengan
peningkatan kinerja (Anonimous,2008).
metode sederhana dengan menentukan
Melalui otonomi daerah diharapkan
skor dari masing-masing parameter
dapat meningkatkan kinerja penyuluhan
motivasi, dengan rincian sebagai berikut:
pertanian. Terkait hal tersebut bahwa
No Indikator Penilaian Skor
dengan adanya otonomi daerah, maka 1 Kepuasan Puas 3
telah diberikan kebebasan kepada kerja Biasa 2
regional agricultural services untuk Tidak Puas 1
2 Status & Besar 3
mengambil inisiatif dalam mendesain Tanggung Sedang 2
kebijakan spesifik lokal. Dengan adanya Jawab
Kecil 1
otonomi daerah ini, tanggung jawab 3 Kompensasi Tinggi 3
yang memadai Sedang 2
pembangunan pertanian dalam kendali
Rendah 1
kepala daerah bukan lagi pegawai/dinas
4 Kondisi Baik 3
pertanian (Subejo,2006). lingkungan Biasa 2
kerja
Tujuan penelitian untuk Tidak Baik 1
mengetahui motivasi kerja PPL, kinerja 5 Keinginan & Tinggi 3
Harapan Sedang 2
PPL, mengetahui hubungan karakteristik Pribadi
Rendah 1
sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan,
lama menjadi penyuluh, pendapatan, Untuk melihat motivasi kerja PPL,
jumlah tanggungan)terhadapmotivasi maka jumlah skor berada 5 – 15 dengan
kerja PPL dan mengetahui hubungan ketentuan, Skor antara 5 – 10 maka
motivasi kerja terhadap kinerja PPL. motivasi rendah dan skor antara 11 – 15
maka motivasi tinggi
2. METODE PENELITIAN Rumusan masalah 2 di analisis
Penentuan daerah penelitian dengan menggunakan skala pringkat
ditentukan berdasarkan jarak. Sampel kemudian memberikan bobot atas dimensi
adalah sebanyak 15 orang PPL. penelitian. Bobot dibagi lagi untuk setiap
No Jarak Kec Ke Jumlah Lokasi deskriptor.
Ibukota Kab Desa Penelitian
(Km)
1 0 – 22 13 Lubuk
Pakam
2 23 – 45 25 Pancur
Batu

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 894


No Dimensi Verifer Bobot
1 Perencanaan 1. Ada data mengenai keadaan wilayah,kelompok tani dan
peta 5
wilayah kerja
2. Ada RUK/RKK/RKD/RKPD 10
3. Ada rencana kegiatan 2 mingguan dan rencana kerja
penyuluhan per semester 10
4. Ada jadwal pertemuan dan mengadakan pertemuan awal
dengan kelompok tani 5
Total 30
2 Organisasi 5. PPL selalu hadir dalam rapat rutin di BP3K 5
6. PPL selalu hadir dalam kegiatan temu teknis 5
7. Ada kerjasama di lapangan secara tim 5
8. Berfungsi kelompok tani binaan melalui kontak tani 5
Total 20
3 Pelaksanaan 9. Ada kunjungan dan pelatihan bagi petani secara teratur 8
10. Membuat percontohan/studi banding dengan biaya sendiri 8
11. Metode/media penyuluhan telah sesuai 8
12. Membantu petani dalam menjalin kemitraan usaha 8
13. Melakukan gerakan massal bersama petani 8
Total 40
4 Evaluasi dan 14. Evaluasi hasil kegiatan penyuluhan pertanian 5
Pelaporan
15. Laporan hasil kerja kegiatan penyuluhan pertanian 5
Total 10
Total Over 100
Sumber : Buku Kinerja Penyuluh Pertanian

Selanjutnya untuk masing-masing ditentukan kriteria kinerja. Apabila nilai


varians offerifer diberikan tiga alternatif berada diantara :
jawaban dengan ketentuan apabila 100 – 167 = Kinerja Tidak Baik
pertanyaan dijawab seperti: 168 – 235 = Kinerja Sedang
No Ulasan Skor 236 – 300 = Kinerja Baik
1 Data Lengkap/Dilaksanakan/ 3 Rumusan Masalah 3 & 4 di analisis
Selalu
2 Hanya ada satu atau dua 2 dengan menggunakan metode korelasi
data/Kurang sesuai/kadang – (Rank Korelation Methode) Spearman
kadang
Data tidak lengkap/Tidak
dengan menggunakan rumus sebagai
3 1
Dilaksanakan/ Tidak pernah berikut:

Untuk nilai akhir diperoleh dengan


mengalikan skor jawaban dengan bobot,
sehingga total nilai berada diantara 100 –
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
300. Berdasarkan total nilai tersebut
a. Motivasi Keja PPL

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 895


a) Kepuasan Kerja keterampilan. PPL harus dapat
1) Sebanyak 13 (86,6%) menjawab menguasai wilayah binaan dan
puas dengan alasan PPL dapat juga masalah yang ada di
bertemu langsung dengan petani lapangan, membina dan
dalammelaksanakan penyuluhan, mendampingi kelompok tani dan
saling bertukar pikiran, berbagai memfasilitasi bantuan ke petani.
informasi, melakukan penerapan 2) Sebanyak 2 (13,40%) menjawab
bercocok tanam dengan teknologi biasa dengan alasan bahwa
yang berkembang seperti tanam penyuluh mempunyai tanggung
jajar legowo yang bertujuan jawab terbatas sesuai dengan
meningkatkan produksi dan tugasnya yang memfasilitasi petani
pendapatan petani. Petani sangat dan tidak semua masalah
antusias dalam menerima kelompok tani dapat dipecahkan.
informasi dari PPL dan banyak c) Kompensasi yang Memadai
petani yang memberi respon, 1) Sebanyak 1 (0,6%) PPL menjawab
penyuluhan dan hal positif seperti besar dengan alasan bahwa
gotong royong. kompensasi yang diterima cukup
2) Sebanyak 2 (13,40%) PPL untuk menutupi kebutuhan yang
menjawab biasa dengan alasan di diperlukan.
wilayah kerja program terlaksana 2) Sebanyak 4 (26,6%) menjawab
masih 50%, kurangnya sarana biasa dengan alasan BOP belum
pendukung, adanya poktan yang memadai, tidak ada biaya
tidak mau bekerjasama dan transportasi, kompensasi yang
pendapatan petani belum diterima PPL tidak sesuai dengan
meningkat. Sudah biasa dilakukan, tanggung jawab, biaya bekerja,
tidak ada jaminan masa depan, UMR belum mencukupi biaya
kurang pelatihan bagi penyuluh kebutuhan hidup sehari-hari dan
dan koordinasi tidak berjalan ketidakstabilan harga pokok.
sesuai harapan. 3) Sebanyak 10 (66,6%) menjawab
b) Status dan Tanggung Jawab rendah karena biaya yang
1) Sebanyak 13 (86,6%) menjawab dikeluarkan dalam kunjungan
besar dengan alasan PPL lapangan cukup besar dan tidak
merupakan ujung tombak, ada biaya untuk kegiatan
motivator dan enyemangat dalam penyuluhan dan transportasi
keberhasilan PPL dan berperan dibebankan pada penyuluh dan
penting dalam mengubah tidak sebanding tanggung jawab
pengetahuan, sikap dan yang dibebankan Kementrian

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 896


Pertanian kepada penyuluh yaitu b. Kinerja Penyuluh Pertanian
TUPOKSI. Lapangan di Era Otonomi
Kinerja PPL adalah baik dengan
d) Kondisi Lingkungan Kerja skor 265,41 dari 4 dimensi kinerja yaitu
1) Sebanyak 11 (73,3%) PPL dimensi perencanaan 99,67 %, dimensi
menjawab baik karena WKPP pelaksanaan 74,22 5, dimensi organisasi
mudah dijangkau dan dapat 99,45% dan dimensi evaluasi serta
mementau kondisi lingkungan pelaporan 98,90%. Berdasarkan criteria
kerja, komposisi luas lahan yang kinerja PPL yang diperoleh maka jumlah
mendukung program pemerintah. dan persentase PPl berdasarkan
Akses ke wilayah kerja baik, irigasi kinerjanya bahwa 15 orang PPL (100%)
lancer, pola tanam serentak. berada pada tingkat kinerja baik. Dimensi
Petani antusias dalam penerapan organisasi adalah 99,45 5 dimensi
teknologi baru evaluasi dan pelaporan 98,47% dan
2) Sebanyak 3 (20%) menjawab dimensi perencanaan 96,67% dan
biasa karena akses lingkungan terendah 74,22 %. Maka kinerja PPL
kerja sulit dijangkau PPL karena berdasarkan 4 dimensi dengan rataan
jalan rusak dan Sebanyak 1 (0,6%) 265,41 dengan ketercapaian 88,47 %
menjawab tidak baik karena maka hipotesis yang menyatakan kinerja
infrastruktur minim, rendahnya PPl adaah baik dapat diterima.
SDM petani dan jauhnya jarak dari c. Hubungan Karakteristik terhadap
kota kecamatan Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian
e) Keinginan dan Harapan Lapangan (PPL)
Sebanyak 14 (93,3%) menjawab a. Hubungan Umur terhadap Motivasi
besar dan 1 (6,7%) menjawab biasa Kerja PPL
karena profesi penyuluh menjadi Terdapat 8 PPL yang berumur
profesi yang menjanjikan agar bisa dibawah 40 tahun dan 7 PPL berumur
bekerja professional, status THL TB diatas 40 tahun dan diperoleh nilai
PP diharapkan menjadi ASN atau koefisien spearmen sebesar -0,098
PNS, gaji disesuaikan dengan UMR dengan significant sebesar 0,412
dan honor ditambah dengan biaya artinya ada hubungan antara umur
transportasi, pembayaran honor dan PPL dengan motivasi kerja PPL
gaji dibayar tepat waktu dan honor bahwa PPL yang berumur muda dan
tingkat SLTA disetarakan dengan S1 tua memiliki motivasi tinggi dalam
karena tugas dan tanggung jawab melaksanakan tugas.
sama. b. Hubungan Tingkat Pendidikan
terhadap Motivasi Kerja PPL

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 897


Terdapat 13 PPL yang pendidikannya dengan significant sebesar 0,874
diatas 14,3 tahun dan diperoleh nilai artinya tidak ada hubungan antara
koefisien spearmen sebesar -0,011 pendapatan PPL dengan motivasi
dengan significant sebesar 0,926 kerja PPL.
artinya tidak ada hubungan antara d. Hubungan Motivasi Kerja terhadap
tingkat pendidikan PPL dengan Kinerja Penyuluh Pertanian
motivasi kerja PPL dimana tingkat Lapangan (PPL)
pendidikannya adalah Akademi dan Hubungan motivasi kerja terhadap
Sarjana dan terendah SMK/SPMA kinerja PPL significant ditolak, artinya
dan sama-sama memiliki motivasi tidak ada hubugan antara motivasi kerja
kerja yang tinggi terhadap kinerja PPL.
c. Lama Menjadi Penyuluh terhadap
Motivasi Kerja PPL 4. SIMPULAN DAN SARAN
Semua PPL telah menjadi PPL (1) Tingkat motivasi PPL adalah tinggi
dibawah 10 tahun dan diperoleh nilai dengan skor 13,095 serta presentasi
koefisien spearmen sebesar -0,046 ketercapaian sebesar 92,23%
dengan significant sebesar 0,699, (2) Kinerja penyuluhan pertanian
artinya tidak ada hubungan antara lapangan (PPL) di era otonomi daerah
lama bertugas dengan motivasi kerja adalah baik
PPL (3) Faktor karakteristik PPL (umur,
d. Jumlah Tanggungan terhadap tingkat pendidikan dan jumlah
Motivasi Kerja PPL tanggungan) tidak berpengaruh nyata
Terdapat 7 PPL yang memiliki jumlah terhadap motivasi kerja PPl secara
tanggungan diatas 2 orang dan 8 PPL parsial dan faktor karakteristik (umur,
dibawah 2 orang dan diperoleh nilai tingkat pendidikan, lama bertugas dan
koefisien spearmen sebesar -0,140 pendapatan) tidak berpengaruh nyata
dengan significant sebesar 0,239 terhadap motivasi kerja PPL.
artinya tidak ada hubungan antara (4) Tidak ada hubungan antara motivasi
jumlah tanggungan PPL dengan kerja PPL dengan kinerja PPL
motivasi kerja PPL.
e. Pendapatan terhadap Motivasi Kerja 5. DAFTAR PUSTAKA
PPL Anonimous, 2008. Peraturan Mentri
Negara Pendayagunaan Aparatur
f. Terdapat 10 PPL yang
Negara Nomor:
pendapatannya diatas Rp. Per/02/Menpan/2/2008 tentang
Jabatan Fungsional Penyuluh
1.900.000dan 5 orang dibawah Rp.
Pertanian dan angka Kreditnya.
1.900.000 dan diperoleh nilai Mangkuprawira, Tb Sjafri dan Aida
Vitalaya Hubeis, 2007. Manajemen
koefisien spearmen sebesar -0,019

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 898


Mutu Sumber Daya Manusia,
Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
Subejo,
2006.http.//subejo.staff.ugm.ac.id/wp
-content/jur-penyuluhan-ipb-
2006.pdf

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 899


PENGARUH PERAN PENYULUH PERTANIAN TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI
PETANI SAYURAN ORGANIK DI P4S TRANGGULASI, SELONGISOR DESA BATUR,
KEC. GETASAN, KAB. SEMARANG, JAWA TENGAH

Mutiara Hutajulu1, Sriroso Satmoko2, Dyah Mardiningsih3

Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro


Email: mutiara.undip13@gmail.com

ABSTRAK

Persaingan ekonomi di bidang pertanian kian meningkat, untuk itu sangat diharapkan
apabila petani memiliki keterampilan lebih. Kelompok tani merupakan suatu wadah yang
baik bagi petani untuk belajar, baik dari pengetahuan petani lainnya maupun dari
pengalaman-pengalaman. Namun sangatlah terbatas apabila pengetahuan dan
pengalaman hanya bersumber dari petani, untuk itu diperlukan seorang penyuluh dalam
kelompok tani. Pengaruh seorang penyuluh dapat dilihat tingkat partisipasi petani dalam
kegiatan pertanian, juga dari keterlibatan atau kontribusi petani dalam kelompok tani.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peran penyuluh
pertanian terhadap tingkat partisipasi petani dan hal-hal apa saja yang menjadi kendala
dalam melakukan penyuluhan. Penelitian ini dilakukan dengan metode sensus dengan
mewawancara dengan bantuan kuesioner kepada seluruh anggota kelompok tani (32
orang), petani harian (buruh lepas) yang mengikuti penyuluhan dan keluarga petani yang
belum bergabung dengan kelompok tani. Penelitian dilaksanakan pada bulan November
2016 - Januari 2017 bertempat di kelompok tani Tranggulasi Dusun Selongisor, Desa
Batur, Kec. Getasan, Kab. Semarang Jawa Tengah. Pengolahan data menggunakan
Analisis Regresi Linier Berganda dengan menggunakan aplikasi SPSS 16. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Penyuluh Pertanian sudah melakukan penyuluhan di
kelompok tani tranggulasi sejak tahun 2000. Peran penyuluh mempengaruhi partisipasi
petani, sebagai inovator penyuluh meningkatkan partisipasi petani sebesar 31.8%,
sebagai motivator sebesar 55.5%, sebagai fasilitator sebesar 47.5% (negatif) dan sebagai
komunikator sebesar 87.9%. Secara keseluruhan, peran penyuluh mempengaruhi
patisipasi petani sebesar 71%. Dapat disimpulkan bahwa adanya penyuluh dan kegiatan
penyuluhan di kelompok tani Tranggulasi memiliki pengaruh yang baik terhadap tingkat
partisipasi petani.

Kata kunci : Penyuluh, Partisipasi, Inovator, Komunikator, Motivator

1. PENDAHULUAN bidang pertanian, salah satunya dengan


Persaingan ekonomi di bidang bantuan seorang penyuluh. Penelitian
pertanian kian meningkat, terlebih hasil tentang Pengaruh Peran Penyuluh
pertanian yang bersifat organik. Untuk Pertanian Terhadap Tingkat Partisipasi
menghadapi persaingan ini, sangat Petani Sayuran Organik Di P4S
diharapkan apabila petani memiliki Tranggulasi, Selongisor Desa Batur, Kec.
keterampilan lebih. Petani harus lebih Getasan, Kab. Semarang, Jawa Tengah
kreatif dan tanggap dalam menyikapi perlu dilakukan untuk mengetahui
persaingan agar tidak kalah dalam seberapa besar pengaruh peran penyuluh
bersaing. Petani memerlukan orang-orang pertanian terhadap tingkat partisipasi
yang dapat membantu dalam berkreasi di petani, karena dengan adanya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 900


peningkatan partisipasi petani dalam organik. Menurut beberapa penelitian,
kelompok tani maupun dalam kegiatan produk sayuran yang tercemar pestisida
pertanian, maka tingkat kesejahteraan dan pupuk kimia sintetik dalam jangka
petani juga akan mengalami peningkatan panjang mempunyai dampak terhadap
karena hasil produksi pertanian juga kesehatan konsumen dan daya saing
meningkat. Dengan adanya kerajasama pemasaran (Direktorat Budidaya
yang baik antara penyuluh dengan petani Tanaman Sayuran dan Biofarmaka
dan kelompok tani, maka dapat tercipta direktorat Jenderal Hortikultura, 2008).
hubungan yang harmonis dan Penyuluh adalah orang yang bekerja
kesejahteraan masyarakat dapat tercapai. dibidang penyuluhan dan mempunyai
Pertanian organik adalah teknik fungsi penyuluh, baik yang bertugas di
budidaya pertanian yang mengandalkan pedesaan, kecamatan, kabupaten,
bahan-bahan alami tanpa bahan-bahan propinsi maupun di tingkat nasional
kimia sintesis. Tujuan utama pertanian (Suhardiyono, 1992).
organik adalah menyediakan produk Penyuluh pertanian adalah orang
pertanian bahan pangan yang aman bagi yang bekerja dalam kegiatan penyuluhan
kesehatan produsen dan konsumen serta bidang pertanian yang melakukan
tidak merusak lingkungan (Sutanto, 2002). komunikasi pada sasaran penyuluhan,
Produk organik adalah produk (hasil sehingga sasarannya itu mampu
tanaman/ternak yang diproduksi melalui melakukan proses pengambilan
praktek-praktek yang secara ekologi, keputusan dengan benar. Tugas pokok
sosial ekonomi berkelanjutan, dan penyuluh pertanian adalah menyuluh,
mutunya baik (nilai gizi dan keamanan selanjutnya dalam menyuluh dapat dibagi
terhadap racun terjamin). Oleh karena itu, menjadi menyiapkan, melaksanakan,
pertanian organik tidak berarti hanya mengembangkan, mengevaluasi, dan
meninggalkan praktek pemberian bahan melaporkan kegiatan penyuluhan (Badan
non organik, tetapi juga harus Pengembangan SDM Pertanian, 2010).
memperhatikan cara-cara budidaya lain, Peran penyuluh pertanian yaitu
misalnya pengendalian erosi, penyiangan sebagai (1) seorang komunikator yang
pemupukan, pengendalian hama dengan mengarahkan, mengkomunikasikan,
bahan-bahan organik atau non organik membina dan meningkatkan kemampuan
yang diizinkan. Standar umum pertanian anggota masyarakat, menyampaikan
organik yang dirumuskan oleh IFOAM pengetahuan yang belum diketahui oleh
(International Federation of Organik petani; (2) motivator yang tangguh, yaitu
Agriculture). sebagai orang yang membangkitkan
Keunggulan dari poduk organik yaitu semangat masyarakat, memotivasi
lebih berkualitas dibandingkan produk non anggota kelompok tani agar aktif

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 901


berpartisipasi dalam setiap tahapan kegiatan diskusi kelompok, (3) Melibatkan
pelaksanaan kegiatan penyuluhan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi
pertanian partisipatif; (3) sebagai fasilitator untuk menggerakkan partisipasi
yang membantu anggota masyarakat masyarakat yang lain, (4) Menggerakkan
memfasilitasi segala yang diperlukan sumberdaya masyarakat, (5) Mengambil
masyarakat dalam melaksanakan proses bagian dalam proses pengambilan
yang dimaksud oleh penyuluh pertanian, keputusan, dan (6) Memanfaatkan hasil-
menyediakan prasarana jalan dan sarana hasil yang dicapai dari kegiatan
transportasi; (4) sebagai inovator yaitu masyarakatnya.
wadah bagi anggota masyarakat
menanyakan sesuatu untuk memperoleh 2. METODE PENELITIAN
informasi terkini, wadah untuk Pemilihan lokasi dilakukan secara
memperkenalkan gagasan, metode yang sengaja (purposive) yaitu di yaitu di
baru bagi petani (Slamet, 2003). kelompok tani organik P4S Tranggulasi
Keberhasilan seorang penyuluh dengan beberapa pertimbangan yaitu 1)
berkaitan erat dengan adanya partisipasi desa Batur, Getasan merupakan suatu
petani. Partisipasi petani menurut Karl daerah yang cocok untuk melakukan
(2008) yaitu suatu proses dimana orang- kegiatan pertanian, khususnya pertanian
orang dan masyarakat bekerjasama pada organik, 2) di wilayah ini terdapat suatu
suatu proyek pengembangan dan kelompok tani dan dibina oleh penyuluh
program acara. Partisipasi merupakan yang berasal dari pemerintahan atau
suatu bentuk keterlibatan dan dinas pertanian.
keikutsertaan secara aktif dan sukarela, Jenis penelitian ini adalah penelitian
baik karena alasan-alasan dari dalam deskriptif kualitatif. Metode penelitian yang
(intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) digunakan dalam penelitian ini adalah
dalam keseluruhan proses kegiatan yang survey atau observasional yaitu penelitian
bersangkutan, yang mencakup: dengan cara mendata keseluruhan
pengambilan keputusan dalam anggota kelompok tani (32 orang),
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian ditambah dengan petani-petani harian
(pemantauan, evaluasi, pengawasan), (buruh tani lepas). Data yang digunakan
serta pemanfaatan hasil-hasil kegiatan dalam penelitian ini yaitu: (1) Data primer
yang dicapai. Dusseldorp dalam melalui wawancara dengan menggunakan
Mardikanto (2005) menjelaskan bentuk- kuesioner, dan (2) Data sekunder yang
bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan diperoleh dari instansi pemerintah atau
oleh setiap warga masyarakat dapat lembaga terkait dengan mencatat secara
berupa: (1) Menjadi anggota kelompok langsung. Parameter atau variabel yang
masyarakat, (2) Melibatkan diri pada diamati adalah: (1) Parameter utama

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 902


adalah partisipasi masyarakat petani, Pada awal penerapan sistem
yaitu keikutsertaan petani dalam kegiatan organik, beberapa petani sempat
pembangunan pertanian, dan (2) mengalami jatuh-bangun, bahkan
Parameter pendukung adalah peran beberapa mengundurkan diri dari
penyuluh sebagai seorang komunikator, penerapan sistem organik, dan beralih lagi
sebagai motivator, sebagai fasilitator, dan ke pertanian konvensional menggunakan
sebagai seorang inovator. Data yang bahan kimia, karena hasil pertanian
diperoleh melalui wawancara dan organik tidak lebih banyak dari pertanian
pembagian kuesioner kemudian ditabulasi yang menggunakan bahan kimia. Namun
kemudian dianalisis dengan karena kegigihan dari pelopor pertanian
menggunakan aplikasi SPSS 16, yaitu organik tersebut dan peran dari penyuluh
analisis regresi linear berganda. akhirnya para petani kembali lagi
menerapkan sistem pertanian organik,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN bahkan semakin banyak petani yang
Pertanian di Dusun Selongisor Desa bergabung.
Batur Kecamatan Getasan sebelum tahun Hal-hal yang dilakukan penyuluh
2000 masih menerapkan sistem pertanian ketika melakukan kegiatan penyuluhan di
konvensional (menggunakan pupuk dan kelompok tani Tranggulasi adalah sebagai
pestisida kimia atau sintesis), hingga inovator yang melakukan pendekatan
suatu waktu karena harga pupuk maupun kepada petani sehingga petani memiliki
pestisida semakin meningkat, keterbukaan terhadap penyuluh sehingga
menyebabkan petani tidak lagi mampu dengan mudah dapat memahami dan
untuk membeli pupuk dan pestisida memecahkan permasalahan petani serta
tersebut, dan kegiatan pertanian menjadi memberikan solusi atau inovasi-inovasi
terhambat. Melihat kondisi tersebut, oleh terkini (sebagai inovator).
seorang pelopor pertanian organik di Sebagai seorang motivator,
daerah itu dibantu seorang penyuluh penyuluh memberikan motivasi atau
mulai memperkenalkan sistem pertanian dorongan kepada petani untuk selalu
organik, yaitu sistem pertanian yang memajukan usahataninya, mendorong
menggunakan bahan-bahan alami petani untuk mengikuti penyuluhan rutin
sebagai pupuk maupun sebagai pestisida maupun pelatihan yang diadakan oleh
atau obat pengendalian hama. Sejak saat penyuluh maupun dari dinas pertanian,
itulah sistem pertanian organik di desa mendorong petani untuk mengembangkan
Batur (kelompok tani Tranggulasi) mulai potensi yang dimiliki dengan membentuk
menerapkan sistem pertanian organik maupun bergabung dengan kelompok tani
pada sayuran. (pada awal pertanian organik), mendorong
petani untuk menciptakan sendiri

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 903


teknologi usahatani atau berinovasi Sebagai seorang komunikator,
dengan keterampilan-keterampilan lainnya penyuluh bertanggung jawab untuk
sesuai kebutuhan masing-masing, serta mengelola pembelajaran, pelatihan, dan
mendukung setiap rencana kegiatan atau berperan dalam menyusun materi
kebijakan yang disusun oleh petani penyuluhan, juga dalam mengelola
(apabila dianggap baik oleh penyuluh) dan komunikasi internal (kelompok tani)
mendorong petani untuk berwirausaha dengan eksternal (pemerintah maupun
mempunyai pekerjaan sampingan. mitra usaha). Penyuluh juga diharapkan
Sebagai seorang fasilitator, memiliki Teknik Pertanian yang baik, yaitu
penyuluh bertanggung jawab untuk menguasai teknik pertanian seperti
memfasilitasi petani, memberikan pengolahan tanah, penanaman,
pendampingan kepada petani dalam perawatan tanaman, hingga pengendalian
melakukan kegiatan usahataninya, hama tanaman dalam berbagai macam
memberikan petunjuk teknis bagi setiap komoditas sayuran, sehingga ketika
kegiatan yang dilakukan petani, petani mengalami permasalahan dalam
mendampingi petani dalam penerapan suatu komoditas pertanian, maka
inovasi pertanian dan mendampingi petani penyuluh dapat segera menjelaskannya
dalam melakukan perencanaan kepada petani.
usahataninya, membangun dialog,
kerjasama yang baik dan keterlibatan
antara penyuluh dengan petani.

Tabel 1. Nilai Interpretasi Model Secara Parsial (inovator,motivator,fasilitator dan


komunikator)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 19.037 6.521 2.919 .005
X1_INOVATOR .318 .135 .253 2.355 .023 .556 1.799
X2_MOTIVATOR .555 .139 .448 3.995 .000 .512 1.952
X3_FASILITATOR -.475 .173 -.234 -2.741 .009 .886 1.129
X4_KOMUNIKATOR .879 .181 .422 4.865 .000 .855 1.170
a. Dependent Variable: Y_PARTISIPASI

Secara parsial pengaruh peran komunikator 87.9%. Secara keseluruhan


penyuluh terhadap tingkat partisipasi atau gabungan adalah sebesar 71%.
petani adalah sebagai seorang inovator sedangkan 29% lainnya (100%-29%)
31.8%, sebagai motivator 55.5%, sebagai dipengaruhi oleh hal-hal lainnya seperti
fasilitator 47.5% (negatif), dan sebagai keinginan petani (Tabel 2).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 904


Tabel 2. Nilai Koefisien Determinasi (Var X secara gabungan)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate


a
1 .843 .710 .685 3.28228

Hasil dari adanya penyuluh bergantung sepenuhnya kepada


pertanian yaitu adanya peningkatan penyuluh.
partisipasi dan kontribusi nyata oleh (4) Sebagai komunikator, penyuluh
masyarakat petani, bahkan turut bertanggung jawab untuk mengelola
mengambil bagian di dalam kelompok tani pembelajaran, pelatihan, dan peran
(pengurus kelompok tani). Sayuran dalam menyusun materi penyuluhan
organik hasil juga sampai menembus kepada petani.
pasar modern, adanya permintaan dari
luar kota bahkan luar pulau, bahkan 4.2. Saran
ekspor ke luar negeri. (1) Bagi penyuluh, agar lebih berinovasi
atau memberikan terobosan-
4. SIMPULAN DAN SARAN terobosan terbaru karena persaingan
4.1. Simpulan pasar semakin lama semakin
Peran penyuluh Pertanian terhadap meningkat.
tingkat partisipasi petani di kelompok tani (2) Bagi petani ataupun kelompok tani
Tranggulasi, yaitu: agar lebih kreatif dalam mejalankan
(1) Sebagai inovator, penyuluh masih pertanian organik, tidak sepenuhnya
kurang dalam memberikan kontribusi bergantung pada penyuluh maupun
yang baik bagi kegiatan penyuluhan ketua kelompok.
terutama dalam memberikan hal-hal (3) Bagi peneliti selanjutnya yaitu perlu
yang baru bagi para petani. menguasai situasi dan kondisi daerah
(2) Sebagai motivator, penyuluh Batur agar tidak menghambat
memberikan motivasi, selalu penelitian, baik dari segi budaya agar
mengikuti penyuluhan maupun komunikasi dengan petani dapat
pelatihan. lancar dan jelas.
(3) Sebagai fasilitator, penyuluh berperan
hanya memberikan modal
5. DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan kepada petani sesuai
Badan Penyuluhan dan Pengembangan
dengan kebutuhan masing-masing SDM Pertanian, 2010. Rencana
petani, dengan tujuan agar petani Strategis Tahun 2010 – 2014.
Badan Penyuluhan dan
dapat bersikap mandiri tidak Pengembangan Sumberdaya

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 905


Manusia Pertanian. Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Departemen Pertanian. 2008. Sekolah
Lapang PTT Padi, Bantu Petani
Mempercepat Alih Teknologi. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran
dan Biofarmaka Direktorat Jenderal
Hortikultura, 2008.
International Federation of Organik
Agriculture. 2005. Prinsip-Prinsip
Pertanian Organik. In: IFOAM
General assembly, 2005 Adelaide.
1-4.
Karl, Marilee. 2000. Monitoring And
Evaluating Stakeholder Participation
in Agricultural and Rural
Development Projects: A Literature
Review.
Slamet, M. 2003. Paradigma Baru
Penyuluhan Pertanian di Era
Otonomi Daerah. Di dalam : Yustina
I, Sudrajat A, penyunting:
Membentuk Pola Perilaku Manusia
Pembangunan, IPB Press. Bogor.
Suhardiyono, 1992. Penyuluhan, Petunjuk
bagi penyuluh pertanian, Jakarta:
Erlangga.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian
Organik. Permasyarakatan dan
Pengembangannya. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 906


PARTISIPASI PETANI DALAM PELAKSANAAN INTENSIFIKASI GERAKAN
NASIONAL (GERNAS) KAKAO DI KABUPATEN BUTON

SAFRIN EDY

PS. Agribisnis Fakultas Peranian, Universitas Muhammadiyah Buton


Jln. Betoambari, No. 36 Baubau
Email: edisyafrin@yahoo.co.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan Intensifikasi
Gerakan Nasional (GERNAS) kakao di Kabupaten Buton. Partisipasi petani yang meliputi
Frekuensi mengikuti penyuluhan dan konsumsi media serta pemupukan dan pemangkasan
tanaman kakao. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli sampai Oktober tahun 2016 yang
bertempat di Kecamatan Lasalimu Selatan dan Siontapina. Penentuan tempat penelitian ini
dilakukan secara purposive. Jumlah populasi sebanyak 120 petani diambil 25% sehingga diperoleh
30 sampel ditentukan dengan teknik acak sederhana. Data penelitian diperoleh melalui wawancara
langsung dan dianalisis secara deskriptif kualitatif tentang partisipasi petani terhadap pelaksanaan
intensifikasi GERNAS Kakao. Selanjutnya di golongkan atas tinggi, sedang, dan rendahnya
partisipasi petani dalam pelaksanaan GERNAS Kakao digunakan rumus Interval = J + 1 /K.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi petani dalam pelaksanaan intensifikasi
Kakao di Kabupaten Buton adalah mayoritas petani kakao frekuensi mengikuti penyuluhan sering
dan konsumsi media sedang, sedangkan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan intensifikasi
Kakao tergolong tinggi yaitu 76,7% karena kebutuhan petani telah tesedia dalam melakukan
kegiatan pemupukan dan pemangkasan tanaman Kakao.

Kata kunci: Partisipasi, GERNAS, Kakao

1. PENDAHULUAN masih dibawah standar. Produktifitas baru


Kakao merupakan salah satu mencapai 846,8 kg/ha/tahun dengan luas
komoditas unggulan perkebunan 251.730 ha. (Dinas Perkebunan dan
Indonesia pada tahun 2011 tercatatat Hortikultura Sultra, 2015). Kendala utama
seluas 1.745 ha dan merupakan produsen antara lain adalah bibit yang ditanam
terbesar ketiga di dunia, dengan produksi sebagian berasal dari bibit asalan (tidak
13,6% setelah Pantai Gading (38,3%) dan barasal dari kebun induk yang
Ghana (20,2%). Produksi tersebut 95% direkomendasi), kurangnya pemeliharaan
atau 1.641.130 ha adalah perkebunan tanaman, serangan organisme
rakyat (Ditjen Perkebunan, 2011). pengganggu tanaman dan umur tanaman
Pemerintah Daerah Kabupaten yang sudah tua.
Buton dalam upaya peningkatan produksi Gerakan peningkatan produksi dan
Kakao sebagai salah satu komoditas mutu Kakao adalah sebagai upaya
unggulan adalah dengan memberikan percepatan pengembangan perkebunan
bantuan sarana produksi seperti Kakao rakyat melalui peremajaan,
benih/bibit, pupuk dan pestisida kepada rehabilitasi dan intensifikasi tanaman serta
petani. Namun secara umum di Sulawesi penerapan standar mutu sesuai Standar
Tenggara tingkat produktifitas rata-rata Nasional Indonesia (SNI), yaitu melalui

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 907


program Gerakan Nasional (GERNAS) tentang bagaimana frekuensi petani
Kakao. Tujuan kegiatan tersebut adalah mengikuti penyuluhan, konsumsi media
tercapainya sistem budidaya tanaman dan tingkat partisipasi dalam pelaksanaan
Kakao yang berkualitas. Maka dibutuhkan “Gerakan Nasional (GERNAS) Kakao di
partisipasi oleh semua stakeholders dan Kabupaten Buton” sebagai salah satu
terutama petani kakao. Kabupaten yang mendapat program
Partisipasi dapat didefinisikan tersebut.
secara luas sebagai "bentuk keterlibatan
dan keikutsertaan masyarakat secara aktif 2. METODE PENELITIAN
dan sukarela, baik karena alasan-alasan
2.1. Waktu dan Tempat
dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari
Penelitian ini dilaksanakan pada
luar dirinya (ekstrinsik) dalam keseluruhan
Bulan Juli sampai Oktober tahun 2016 di
proses kegiatan yang bersangkutan.
Kecamatan Lasalimu Selatan dan
Partisipasi merupakan strategi yang
Siontapina. Penentuan tempat penelitian
sangat potensial dalam rangka
ini dilakukan secara purposive dengan
meningkatkan ekonomi, sosial dan
pertimbangan bahwa Kecamatan tersebut
transformasi budaya. Proses ini, pada
merupakan sentra penghasil Kakao yang
akhirnya akan dapat menciptakan
mendapatkan GERNAS program
pembangunan yang berpusat pada rakyat.
intensifikasi Kakao di Kabupaten Buton.
Program pembangunan yang kurang
2.2. Populasi dan Teknik Penentuan
aspiratif dan tidak partisipatif, membuat
Sampel
proses dan hasil menjadi parsial dan tidak
Populasi dalam penelitian ini adalah
berkelanjutan. Sebagian besar kegiatan
petani yang mendapatkan program
pembangunan merupakan program dari
GERNAS sebanyak 120 petani. Jumlah
atas (Top down), sangat berorientasi
populasi sebanyak 120 petani diambil
proyek, dan menonjolkan ego sektoral
25% sehingga diperoleh 30 sampel.
(Hadi Agus Purbathin) Menurut Van Den
Penentuan sampel dilakukan secara
Ban, Hawkins. (1999), partisipasi petani
Simple Random Sampling (Arikunto
dalam perencanaan program, penerapan,
(2002).
dan mengevaluasi program sangat
2.3. Variabel Yang Diamati
diperlukan karena mereka memiliki
Variabel yang diamati dalam
informasi yang dapat meningkatkan mutu
penelitian ini adalah :
program tersebut, karena partisipasi
(1) Frekuensi petani mengikuti
tersebut akan meningkatkan motivasi
penyuluhan, dan konsumsi media.
petani terlibat dalam program tersebut.
(2) Partisipasi petani dalam pelaksanaan
Berdasarkan latar belakang di
intensifikasi GERNAS Kakao yang
diatas, maka menarik untuk mengkaji

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 908


meliputi pemupukan dan dilakukan oleh petani dalam
pemangkasan tanaman Kakao . pemangkasan tanaman kakao.
2.4. Definisi Operasional Variabel 2.5. Teknik Analisis Data
(1) Petani adalah orang yang melakukan Data yang diperoleh di lapangan
usahatani kakao, (2), Frekuensi mengikuti di kumpulkan lalu ditabulasi, kemudian
penyuluhan adalah banyaknya kegiatan dianalisis secara deskriptif kualitatif yakni
penyuluhan yang diikuti responden yang dengan memberikan gambaran tentang
dilakukan oleh penyuluh, dan diukur partisipasi petani terhadap pelaksanaan
dengan sering, kadang-kadang, tidak intensifikasi GERNAS Kakao. Selanjutnya
pernah, (3) Konsumsi media adalah Untuk menggolongkan tinggi, sedang, dan
banyaknya media yang digunakan oleh rendahnya partisipasi petani dalam
petani untuk mencari informasi baik media pelaksanaan GERNAS Kakao digunakan
cetak maupun media elektronik, (4) rumus sebagai berikut :
Partisispasi adalah keterlibatan atau I=J/K (Sudjana, 2005)
keikutsertaan petani dalam pelaksanaan Dimana :
intensifikasi GERNAS Kakao di I = interval kelas
J = jarak sebaran (skor tertinggi-skor
Kecamatan Lasalimu Selatan dan
terendah + 1)
Siontapina Kabupaten Buton, (5) Gerakan K = banyaknya kelas
Nasional (GERNAS) Kakao adalah suatu
gerakan yang dilakukan untuk 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
mensinergikan pelaksanaan program dan 3.1. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan
kegiatan dari berbagai pihak terkait, baik Penyuluhan merupakan suatu alat
pemerintah pusat, pemerintah propinsi, komunikasi bagi petani yang
pemerintah kabupaten/kota, mempengaruhi sikap, pengetahuan dan
swasta/pelaku usaha dan masyarakat keterampilan petani dalam mengelola
dalam peningkatan produksi dan mutu usahanya. Keberhasilan penyuluhan yang
Kakao di Kabupaten Buton, (6) dilaksanakan oleh PPL dapat dinilai dari
Intensifikasi adalah upaya peningkatan seberapa besar perubahan perilaku petani
produksi tanaman Kakao yang meliputi berkaitan dengan pengelolaan usahatani
pemupukan dan pemangkasan, dan kakao. Meskipun informasi yang
diukur dalam hektar, (7) Pemupukan diperolehnya dapat pula berasal diluar
adalah kegiatan yang dilakukan oleh kegiatan penyuluhan. Frekuensi petani
petani dalam penambahan unsur hara dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
kedalam tanah dalam rangka peningkatan kakao pada Tabel 1.
produksi, yang diukur dalam hektar, (8)
Tabel 1. Frekuensi Petani Mengikuti
Pemangkasan adalah kegiatan yang Penyuluhan Kakao

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 909


Frekuensi Rendah
Mengikuti Jmh Persentase (3 – 4)
No
Penyuluhan (Jiwa) %
(Skor) 2 (Radio) 17 56,7
Sedang
1 Kadang-Kadang 8 26,7
(5 - 6)
(7 – 10)
3 (Televisi) 4 13,3
2 Sering 22 73,3 Tinggi
(11 - 14) (7 - 9)
Jumlah 30 100,00 Jumlah 30 100,00
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Tahun Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Tahun
2016 2016

Tabel 2 menunjukan bahwa


Tabel 1 menunjukkan bahwa
penggunaan media yang digunakan oleh
sebagian besar petani reponden
petani lebih didominasi oleh radio, yaitu.
mengikuti kegiatan penyuluhan sebanyak
penggunaan media radio adalah
11-14 kali yakni sejumlah 22 orang
berjumlah 17 orang responden (56,7%).
(73,3%). Frekuensi dalam mengikuti
Petani yang menggunakan media radio
kegitan penyuluhan oleh petani tergolong
selain harganya dapat terjangkau juga
tinggi berdasarkan hasil wawancara
dapat mendengar secara langsung
dengan petani. Hal karena petani ingin
informasi-informasi pertanian khususnya
meningkatkan produksi kakao melalui
yang berkaitan dengan GERNAS Kakao.
penyuluhan yang dilakukan oleh PPL.
Dalam melakukan pemupukan dan
Petani Kakao yang berjumlah 8
pemangkasan Kakao dan untuk
orang atau 26,7% dalam mengikuti
mendapatkan hasil yang lebih baik atau
penyuluhan berada dalam kisaran
yang maksimal. Media radio menurut
kategori kadang-kadang. Hal ini
mereka harganya lebih murah dan
disebabkan karena petani juga
ukurannya yang kecil sehingga mudah
mempunyai usahatani lain. Maka makin
untuk dibawa ketika melakukan aktifitas
tinggi frekuensi petani mengikuti
usahatani.
penyuluhan makin banyak informasi dan
Petani responden yang berjumlah
pengetahuan yang dimiliki.
9 orang atau 30% dalam konsumsi media
3.2. Konsumsi Media
dengan menggunakan koran. Hal ini
Konsumsi media merupakan akses
diakibatkan karena menurut petani media
petani untuk memperoleh informasi cetak
koran meskipun harganya sangat murah,
dan elektronik. Keadaan petani dalam
dapat dilihat dan dibaca serta mudah
mengkonsumsi media pada Tabel 2.
dipahami tetapi jarang didapatkan.
Tabel 2. Keadaan Petani Konsumsi Media
Selain itu petani responden yang
No Konsumsi Jumlah Persentase
Media (Jiwa) (%) berjumlah 4 orang atau 13,3% dalam
1 (Koran) 9 30,00 konsumsi media dengan menggunakan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 910


televisi. Sebab menurut mereka dengan tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel
menggunakan televisi maka dapat 3.
mendengar bahkan melihat secara Tabel 3. Partisipasi Petani dalam Pemupukan
Tanaman Kakao
langsung hal-hal yang berkaitan dengan
No Pemupukan Jmh Persentase
informasi-informasi pertanian dan yang (Skor) (Jiwa) (%)
lainnya tetapi mereka belum membelinya 1 Sedang 7 23,3
karena harganya lebih mahal. (7 - 9)
2 Tinggi 23 76,7
3.3. Partisipasi Petani Dalam
Pelaksanaan Intensifikasi Gerakan (10 – 12)
Nasional (GERNAS) Kakao Jumlah 30 100,00
Gerakan Nasional (GERNAS) Kakao Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Tahun
2016
yang kegiatannya hanya difokuskan pada
Tabel 3 di atas menunjukan bahwa
peremajaan, rehabilitasi, dan intensifikasi
partisipasi petani dalam program
sangat membutuhkan dukungan dari
intensifikasi khususnya pemupukan
petani dan stakeholders lainnya. Program
tanaman Kakao sebanyak 7 orang
intensifikasi yakni pengolahan lahan-lahan
(23,3%) adalah kategori sedang. Hal ini
pertanian yang ada dengan sebaik-
karena selain berusahatani Kakao, petani
baiknya untuk meningkatkan hasil
juga mengusahakan tanaman lain seperti
pertanian yang optimal (hasil yang
jagung, dan sayur-sayuran.
seharusnya, bukan hasil yang maksimal).
Partisipasi petani dalam kegiatan
3.4. Partisipasi Petani Dalam
Pemupukan Tanaman Kakao pemupukan yang lakukan responden
Pemupukan adalah penambahan adalah kategori tinggi yakni sebanyak 23
unsur hara kedalam tanah baik pupuk orang atau (76,7%). Hal ini terjadi karena
buatan seperti Urea, Za, TSP, KCL, petani diberikan bantuan pupuk sehingga
maupun pupuk kandang serta pupuk para petani termotivasi dan langsung
hijau/kompos sehingga tanaman dapat melakukan kegiatan pemupukan pada
tumbuh dengan sehat dan berbuah. tanaman Kakao mereka.
Pemupukan menurut Mulyani Sutedjo 3.5. Partisipasi Petani Dalam
Pemangkasan Tanaman Kakao
(1994), adalah penambahan unsur hara
kedalam tanah yang sehubungan dengan Pemangkasan adalah pemotongan
kekurangan zat-zat yang terkandung tunas-tunas yang tidak dikehendaki
didalamnya. Sehingga dapat pertumbuhannya karena dapat
mengebalikan kesuburan tanah. Sehingga memperlambat dan mengganggu
dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman atau batang
perkembangan tanaman kakao. pokok dan buah. Tanpa melakukan
Partisipasi petani dalam pemupukan pemangkasan maka zat hara/makanan
yang dibawah oleh akar akan terus

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 911


dimanfaatkan untuk perkembangan jagung, dan sayur-sayuran. Partisipasi
vegetatif. petani dalam program intensifikasi pada
Pemangkasan pada tanaman Kakao kegiatan pemangkasan tanaman Kakao
meliputi pada tanaman yang belum dalam kategori tinggi yakni sebanyak 21
menghasilkan maupun tanaman produkis orang atau (70,00%).
dengan sistem pemangkasan yang Hal ini terjadi karena petani
beragam. Menurut Ditjend Perkebunan, diberikan bantuan peralatan yang
pemangkasan pada tanaman Kakao berhubungan dengan hal-hal yang
ditujukan untuk : (a) Membentuk diperlukan dalam melakukan
kerangka dasar/bentuk tanaman Kakao pemangkasan tanaman Kakao, seperti
yang baik, (b) Pengaturan intensitas sinar gunting pangkas. Selain itu bantuan-
matahari sehubungan dengan bantuan yang diberikan adalah seperti
produktifitas daun, (c) Kemampuan Hendsprayer, pestisida, serta selalu
tanaman menghasilkan buah, dan (d) dihadirkan atau didampingi tenaga oleh
Mengurangi resiko serangan hama dan tenaga penyuluh.
penyakit.
Partisipasi petani dalam program 4. SIMPULAN DAN SARAN
intensifikasi kegiatan pemangkasan 4.1. Simpulan
tanaman Kakao pada Tabel 4. (1) Frekuensi petani yang
Tabel 4. Partisipasi Petani dalam mengikuti penyuluhan yaitu sering
Pemangkasan Kakao
No Pemangkasan Jmh Persent atau 73 % dan konsumsi media
(Skor) (Jiwa) (%) adalah sedang atau 56,7%.
1 Sedang 9 30,00 (2) Partisipasi petani dalam
(7 – 9)
pelaksanaan intensifikasi Kakao
2 Tinggi 21 70,00
tergolong tinggi yaitu 76,7% karena
(10 – 12)
Jumlah 30 100,00 kebutuhan petani telah tesedia dalam
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, Tahun melakukan kegiatan pemupukan dan
2016
pemangkasan tanaman Kakao.

Tabel 4 menunjukan bahwa 4.2. Saran

partisipasi petani dalam program (1) Petani diharapakan agar lebih

intensifikasi khususnya pemangkasan meningkatkan partisipasinya dalam

tanaman Kakao sebanyak 9 orang (30%) program Gerakan Nasional Kakao

adalah kategori sedang karena adanya yang dilakukan di wilayah setempat.

kesibukan lain. Hal ini selain (2) Kepada Pemerintah dan stake holder

berusahatani Kakao, petani juga agar program GERNAS Kakao

mengusahakan tanaman lain seperti berkelanjutan dan selalu


berkolaborasi dengan petani dalam

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 912


program khususnya dibidang
pertanian.

5. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi V. Rineka Cipta. Jakarta.
Agus Purbathin Hadi, Konsep
Pemberdayaan, Partisipasi dan
Kelembagaan dalam Pembangunan:
Yayasan Agribisnis/Pusat
Pengembangan Masyarakat
Agrikarya (PPMA)
BPS (Badan Pusat Statistik). Propinsi
Sulawesi Tenggara dalam Angka
2015.
Sudarno, Subiyakto.1991. Tanaman
Perkebunan (Pengendalian Hama
dalam Penyakit). Yogjakarta :
Konisus.
Sudjana. 2005. Metode Statistik. Jilid 6.
Trasrito. Bandung.
Sutrisno, L. 1995. Menuju Masyarakat
Partisipatif Orientasi Pembangunan
Kedepan. Edisi Pertama.
Yogjakarta : Konisus.
Soetrisno dan Dede Haryono, 2013.
Competitiveness and impact of
government policy on cocoa
Agribisnees in east java.(329)
Prosiding Simposium Nasional
Ekonomi Kakao, Kendari.
Van Den Ban, Hawkins. 1999. Penyuluh
Pertanian. Yogyakarta : Kanisius.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 913


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN JARINGAN KOMUNIKASI
PETANI DALAM AGRIBISNIS PADI ORGANIK DI KABUPATEN KARAWANG

SRI WAHYUNI

Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang, 25163


Email: sriwahyuni_unand@yahoo.co.id, sriwahyuni170978@gmail.com

ABSTRAK

Jaringan komunikasi adalah interaksi antara individu dengan lingkungan terdekat. Pentingnya
posisi seseorang dalam jaringan tidak hanya ditentukan oleh seberapa banyak ia terhubung
kepada banyak orang, tetapi juga dianggap sebagai jembatan dengan banyak jaringan. Penelitian
dilakukan di Kabupaten Karawang pada kelompok Dewi Sri, Wargi Mukti, Benong II dan Mindi
Lamping. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan aktor yang berperan sebagai
sentralitas lokal, global dan betweeness; menentukan faktor yang terkait dengan sentralitas lokal,
global dan betweenees. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah survei, data
dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Penelitian ini menggunakan teknik
sensus sampling. Jaringan komunikasi dianalisis dengan menggunakan software UCINET 6, dan
hubungan antara variabel dianalisis menggunakan analisis korelasi Pearson. Hasil penelitian
menjelaskan bahwa struktur jaringan komunikasi di Kabupaten Karawang dalam produksi dan
pemasaran bersifat jaringan komunikasi terbuka. Peran dalam sentralitas lokal, global dan
betweeness dalam produksi diperankan oleh ketua kelompok yang memiliki kapasitas budidaya
padi organik, sedangkan pemasaran diperankan oleh anggota kelompok. Faktor yang
memengaruhi jaringan komunikasi dalam produksi dan pemasaran adalah kelembagaan
pendukung.

Kata kunci: jaringan komunikasi, padi organik

1. PENDAHULUAN petani, dan sebagainya) untuk


Pembangunan agribisnis tanaman meningkatkan posisi tawar petani
pangan, khususnya padi organik (Pakpahan 2004). Hal ini telah terbukti di
merupakan salah satu kegiatan agribisnis negara-negara maju bahwa organisasi
yang dikembangkan di Jawa Barat. petani mengalami kemajuan dalam bidang
Kegiatan agribisnis beras organik pertanian. Melalui penelitian Rangkuti
merupakan sebuah system yang (2009) dibuktikan bahwa adopsi inovasi
memerlukan koordinasi, sinkronisasi dan teknologi pertanian lebih efektif dengan
dukungan seluruh stakeholder terkait atau adanya jaringan komunikasi, karena
masyarakat agribisnis mulai dari melalui jaringan komunikasi antar individu
perencanaan hingga pelaksanaan dan dan antar kelompok menyebabkan terjadi
pengawasan (Azahari 2005). proses sharing knowledge antar petani.
Produktivitas kelompok tani sangat Scott (2010) mengemukakan salah
ditentukan oleh jaringan komunikasi yang satu indikator untuk menganalisis jaringan
dibangun, baik di dalam kelompok petani komunikasi adalah sentralitas yang terdiri:
maupun dengan pihak lain. Jaringan sentralitas lokal (lokal centrality),
komunikasi dalam organisasi petani sentralitas global (global centrality), dan
(kelompok tani, asosiasi petani, serikat betweenees (betweenees centrality).

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 914


Sentralitas lokal merupakan derajat Jaringan komunikasi yang
seorang individu berhubungan dengan dihasilkan dari penelitian ini baik pada
individu lain dalam sistem. Freeman budidaya maupun pemasaran bersifat
dalam Scott (2000) menjelaskan bahwa jaringan personal radial (radial personal
sentralitas global memperhatikan network). Menurut Rogers & Kincaid
keunggulan individu dengan keseluruhan (1981) jaringan personal radial
jaringan. Nilai sentralitas global mempunyai derajat integrasi yang rendah,
menunjukkan jumlah ikatan yang namun mempunyai sifat keterbukaan
seseorang butuhkan untuk menghubungi terhadap lingkungannya. Budidaya padi
semua individu dalam jaringan. Semakin organik dan pemasarannya membutuhkan
kecil nilai sentralitas global menunjukkan jaringan personal radial, karena jaringan
semakin mudah bagi seseorang untuk personal radial memungkinkan individu
menghubungi semua individu dalam untuk bertukar informasi dengan
jaringan. Betweenees merupakan lingkungan yang lebih luas. Ikatan yang
sentralitas yang mengukur sejauh mana lemah memiliki banyak bridge yang
individu tertentu terletak di antara individu- menghubungkan dua atau lebih klik.
individu lain dalam suatu jaringan. Lebih Ikatan yang lemah mempunyai peran
lanjut disampaikan Freeman bahwa penting mengantarkan informasi-informasi
konsep sentralitas betweeness mengacu baru. Jaringan personal radial sangat
pada tingkat frekuensi seorang individu penting dalam difusi inovasi karena link-
yang berada di antara individu-individu link yang ada mencapai seluruh sistem.
yang berhubungan dalam satu jalur Hal ini didukung oleh penelitian Bulkis
komunikasi. Berdasarkan hal di atas, (2015) bahwa jaringan komunikasi petani
penelitian ini bertujuan mengungkapkan tanaman sayuran mengenai varietas
struktur jaringan komunikasi pada unggul dan pupuk bersifat jaringan
produksi dan pemasaran padi organik; personal radial, yang memiliki
aktor-aktor yang berperan dalam jaringan keterbukaan dengan lingkungan luar,
komunikasi produksi dan pemasaran; sehingga petani lebih mudah
serta faktor-faktor yang berhubungan memperoleh informasi mengenai varietas
dengan jaringan komunikasi pada unggul dan pupuk. Jaringan komunikasi
produksi dan pemasaran padi organik di mengenai pemasaran di Kabupaten
Kabupaten Karawang. Karawang diperankan oleh anggota
kelompok. Ketua kelompok di Kabupaten
2. HASIL DAN PEMBAHASAN Karawang lebih bersifat lokalit dan
Jaringan Komunikasi Petani Padi anggota kelompok lebih bersifat
Organik kosmopolit. Menurut Maulana (2013)
kompetensi dalam bidang pemasaran

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 915


sangat jarang dimiliki oleh anggota para petani padi organik dengan tingkat
kelompok, karena petani biasanya lebih keterhubungan (density) yang rendah
berkompeten dalam kegiatan budidaya. yaitu 0.023 ini berarti dalam jaringan
komunikasi budidaya padi organik yang
Jaringan Komunikasi Mengenai terbentuk hanya 2.3 persen ikatan atau
Budidaya di Kabupaten Karawang hubungan komunikasi yang dijalin oleh
Jaringan komunikasi mengenai
para petani padi organik dari total potensi
budidaya di Gapoktan Dewi Sri terbentuk
ikatan/hubungan komunikasi yang
dari adanya interaksi antara anggota
mungkin dijalin.
petani dengan pengurus kelompok atau
Jaringan komunikasi mengenai
orang di luar kelompok guna memenuhi
budidaya di Gapoktan Dewi Sri terdiri dari
kebutuhan informasi dalam budidaya padi
4 (empat klik) yakni: klik I mewakili
organik. Jumlah aktor yang terlibat dalam
kelompok Dewi Sri, klik II mewakili
jaringan budidaya di Gapoktan Dewi Sri
kelompok Wargi Mukti, klik III mewakili
Kabupaten Karawang adalah 248 aktor
kelompok Benong II dan klik IV mewakili
yang terdiri dari 135 aktor anggota
kelompok Mindi Lamping. Identifikasi
Gapoktan Dewi Sri dan 113 aktor di
terhadap sosiogram jaringan komunikasi
antaranya adalah penyuluh pemerintah,
petani padi organik mengenai budidaya
penyuluh swadaya, pendamping dari
pada masing-masing klik dan karakteristik
dinas pertanian, dan tengkulak. Ikatan
star dalam jaringan komunikasi dapat
jaringan komunikasi yang dibangun oleh
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah klik dan karakteristik star dalam jaringan komunikasi petani padi organik
mengenai informasi budidaya di Kabupaten Karawang
Nama Jumlah anggota klik Pendidikan Pengalaman Luas
Klik Kelompok Node
Star (orang) (tahun) (tahun) lahan (ha)
I Dewi Sri 43 Ak 44 SMP 7 0.5
II Wargi Mukti 14 Dm 26 SMP 3 0.4
III Benong II 33 Hs 37 SMA 7 0.6
IV Mindi lamping 18 Ns 21 SD 6 0.6

Tabel 1 menjelaskan banyaknya klik satu klik dengan klik yang lainnya, dimana
dan karakteristik star dalam jaringan ia merupakan anggota dari salah satu klik
komunikasi antar petani padi organik yang dihubungkan tersebut.
mengenai budidaya. Masing-masing klik Node yang menjadi star dalam klik
dalam jaringan komunikasi antar petani adalah petani padi organik yang paling
padi organik dapat terhubung satu sama banyak dihubungi oleh anggota lainnya
lain melalui peran individu dalam jaringan dalam mencari dan menggali informasi
komunikasi sebagai bridge (jembatan). yang berhubungan dengan budidaya.
Individu yang berperan sebagai bridge Petani padi organik yang memiliki
merupakan individu yang menghubungkan peran sebagai star dalam sosiogram

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 916


jaringan komunikasi ditunjukkan oleh node memainkan peran sebagai star. Umumnya
yang memiliki derajat konektivitas star mengenai budidaya di Kabupaten
tertinggi. Artinya, petani-petani tertentu Karawang diperankan oleh ketua
yang paling banyak terhubung dengan kelompok.
individu lain merupakan petani yang dapat

Untuk node 43 selain sebagai star Liasion merupakan penghubung


dalam kliknya ia juga berperan sebagai antar klik yang satu dengan klik yang lain
bridge yang menghubungkan petani padi yang merupakan individu di luar
organik dengan node 14, 33 dan 18. kelompok. Node yang berperan sebagai
Peran gate keeper yaitu individu yang liaison di Gapoktan Dewi Sri ditunjukkan
mengontrol arus informasi di antara oleh node 147, 151, 152, 153, 155, 240
anggota dalam Gapoktan dilakukan oleh dan 241. Individu yang berperan sebagai
node 43. Peran star dan gate keeper liaison merupakan gabungan penyuluh
ditunjuk oleh node 43 adalah Bapak pemerintah, penyuluh swadaya, tokoh
Akom. Beliau adalah ketua Gapoktan dan agama dan tengkulak.
Ketua Kelompok Dewi Sri. Beliau adalah
Jaringan Komunikasi Mengenai
petani padi organik yang dianggap paling
Pemasaran di Kabupaten Tasikmalaya
behasil dengan hasil budidaya yang tinggi.
Jaringan komunikasi mengenai
Beliau merupakan tani teladan tingkat
pemasaran padi organik terbentuk karena
nasional, kegigihan beliau dalam
interaksi antara petani padi organik
melakukan praktek budidaya padi organik
dengan individu lain dalam dan luar
menjadikan beliau menjadi pusat
kelompok. Hal ini dilakukan dalam rangka
perhatian dan informasi bagi anggota
memenuhi informasi tentang pemasaran
kelompok dan bagi penyuluh dan dinas
hasil budidaya padi organik. Jumlah aktor
pertanian.
yang (node) yang terlibat dalam jaringan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 917


komunikasi mengenai pemasaran padi mengenai pemasaran dapat dilihat pada
organik di Gapoktan Simpatik adalah 148 Gambar 2.
aktor yang terdiri dari 132 aktor Jaringan komunikasi petani padi
merupakan anggota gapoktan simpatik, organik mengenai pemasaran hasil
dan 16 aktor di antaranya penyuluh, budidaya padi organik yang terbentuk di
pendamping dinas pertanian dan lain-lain. antara petani padi organik memiliki
Jaringan komunikasi yang terbentuk struktur jaringan personal menyebar
antar petani padi organik tersebut, (radial personal network). Keadaan ini
terdapat ikatan atau hubungan komunikasi menyatakan bahwa petani padi organik
yang dibangun oleh para petani padi menghubungi pihak lain di luar kelompok
organik dengan tingkat keterhubungan dalam pemasaran padi organik. Para
(density) yang rendah yaitu 0.026 ini petani padi organik dalam melakukan
berarti dalam jaringan pemasaran padi pemasaran tidak saja pada kelompok,
organik yang terbentuk hanya 2.6 persen namun juga menjual pada orang di luar
ikatan/hubungan komunikasi yang dijalin kelompok. Hal ini tidak dibenarkan oleh
oleh para petani padi organik dari total Gapoktan Simpatik, karena bisa
potensi ikatan/hubungan komunikasi yang menyebabkan ketidakcukupan pasokan
mungkin terjalin. Sosiogram yang eksport. Identifikasi terhadap sosiogram
menggambarkan struktur jaringan jaringan komunikasi mengenai pemasaran
komunikasi di antara petani padi organik hasil budidaya padi organik dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah klik dan karakteritik star dalam jaringan komunikasi petani padi organik
mengenai informasi pemasaran di Kabupaten Tasikmalaya
Jumlah anggota Pendidikan Pengalaman Luas lahan
Klik Node Nama Star
klik (orang) (tahun) (tahun) (ha)
Jembar II 10 Rd 28 SMA 9 0.23
Sundamekar 47 Yn 20 SD 6 0.3
Mekar Karya 71 Uh 32 SD 8 0.28
Serbaguna II 124 In 18 SD 5 0.15

Masing-masing klik dalam jaringan berperan sebagai bridge (jembatan) yang


komunikasi dapat terhubung satu sama menghubungkan klik I dengan klik II
lain melalui peran individu dalam jaringan adalah node 12 (Usin). Aktor tersebut
komunikasi yang disebut sebagai bridge merupakan pelopor padi organik di
(jembatan). Individu yang berperan Kabupaten Tasikmalaya, actor tersebut
sebagai bridge merupakan individu yang berumur produktif (52 tahun),
menghubungkan satu klik dengan klik berpendidikan rendah, hanya dua kali
yang lainnya, dimana ia merupakan mengikuti pelatihan budidaya padi
anggota dari salah satu klik yang organik, mempunyai pengalaman 17
dihubungkan tersebut. Node yang tahun dalam budidaya padi organik dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 918


menggarap 0.57 ha lahan sawah organik. node yang berbeda. Sebagian besar
Aktor tersebut merupakan pengurus individu yang menjadi star dalam jaringan
kelompok Jembar II yang memiliki komunikasi mengenai pemasaran
pengetahuan dan keterampilan mengenai merupakan individu yang berpendidikan
budidaya padi organik. Kemampuannya rendah, hanya satu orang yang tamat
dalam menangani permasalahan SMA. Individu tersebut memiliki
budidaya padi organik menyebabkan pengalaman yang cukup lama dalam
beliau sering di minta kelompok lain untuk budidaya padi organik, namun memiliki
memberi pengetahuan tentang lahan yang sempit.
penanganan masalah budidaya, seperti Klik I, II dan klik IV dihubungkan
masalah hama penyakit. Actor yang oleh individu yang bukan anggota pada
berperan sebagai bridge antara klik I dan salah satu klik, yang disebut sebagai
klik III adalah node 71 (H. Umuh). Aktor liasion ditunjukkan oleh node 134 (Uho).
berumur produktif, berpendidikan rendah Aktor yang berperan sebagai liasion
(tamat SD), hanya mengikuti pelatihan merupakan petugas teknis Gapoktan
sebanyak dua kali, mempunyai Simpatik yang memiliki pengalaman yang
pengalaman dalam budidaya padi organik tinggi dalam budidaya padi organik. Uho
selama 8 tahun dan memiliki lahan 0,28 merupakan liasion dalam budidaya padi
ha. Aktor tersebut merupakan ketua pada organik, artinya Uho berperan sebagai
kelompok Mekar Karya dan koordinator liasion baik dalam budidaya maupun
bidang pembelian di Gapoktan Simpatik. dalam pemasaran di Kabupaten
Aktor yang berperan sebagai bridge pada Tasikmalaya. Berperannya Uho dalam
klik II dan klik IV adalah node 111 (US). pemasaran padi organik disebabkan
Aktor tersebut merupakan tokoh karena Uho, selain sebagai koordinator
masyarakat yang mempunyai mobilitas tim teknis, juga merangkap sebagai
tinggi dalam memasarkan beras organik. penanggung jawab gudang dan
Individu-individu yang memiliki pengeringan serta pengolahan, sehingga
peran sebagai star yang sebagian besar Uho banyak berinteraksi dengan ketua
adalah ketua kelompok yang juga menjadi kelompok sebagai koordinator pengumpul
pengurus di gapoktan simpatik bidang hasil budidaya padi organik anggota.
pembelian. Individu yang berperan Mekanisme pemasaran padi
sebagai star dalam jaringan pemasaran organik tidak terlepas dari pantauan Uho
merupakan individu yang memiliki sebagai koordinator tim teknis yang
hubungan total maksimal kepada seluruh memantau budidaya padi organik yang
anggota system. Individu yang berperan dilakukan anggota kelompok, semua
sebagai star dalam jaringan komunikasi keluhan dan masalah yang dihadapi
mengenai pemasaran ditunjukkan oleh petani dibantu oleh Uho secara teknis.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 919


Kunjungan Uho ke kelompok petani Uho bersama penyuluh melakukan
memiliki frekuensi yang tinggi, tidak jarang penyuluhan secara bersama-sama.

Budidaya padi organik tidak lepas kelembagaan pendukung lainnya. Negara


dari pantauan Uho, karena penanganan Malaysia mempersiapkan industri beras
pasca panen menjadi tanggung jawab melalui inovasi bibit padi unggulan yang
ketua kelompok sampai masuk ke didifusikan ke petani melalui dukungan
gudang. Pengeringan menggunakan Rice penyuluh, hal ini bertujuan untuk
Milling Unit (RMU) merupakan tanggung mengurangi impor beras sebesar 30
jawab uho sampai pada pengolahan beras persen setiap tahunnya. Warner et al.
organik menjadi 5 macam yakni beras (2015) menyatakan bahwa di Costa Rika
aromatik, sentanur, ciherang, merah dan penyuluh berperan dalam membantu
beras hitam. Kelima macam jenis beras petani beradaptasi dengan perubahan
yang dihasilkan gapoktan simpatik, global yang mengakibatkan berkurangnya
mampu diminati oleh konsumen baik di kepemilikan terhadap lahan sawah,
dalam negeri maupun di luar negeri, kepemilikan ternak dan pendapatan. Hal
seperti negara Asia dan Eropa. ini tambah diperparah oleh kelangkaan air
yang dapat meningkatkan kerentanan
Faktor-faktor yang Berhubungan
penurunan budidaya padi. Menurut Tilden
dengan Jaringan Komunikasi Petani
(Jamasy 2004) tenaga pendamping
Dukungan Dinas pertanian,
setidaknya harus mempunyai empat sifat,
Penyuluh, dan LSM di Kabupaten
yakni: (1) harus terampil dalam
Karawang belum diarahkan pada kegiatan
menyelesaikan masalah (problem
agribisnis. Jamal et al. (2013)
solving), (2) harus peduli dan punya
mengungkapkan perlunya dukungan
keberpihakan kepada masyarakat yang
penyuluhan, sumber daya modal dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 920


diberdayakan (sense of community), (3) (2) Aktor yang berperan pada sentralitas
harus mempunyai visi (sense of mission), lokal, sentralitas global dan
dan (4) harus jujur kepada diri sendiri dan betweenees pada jaringan budidaya
kepada orang lain (honesty with others di Kabupaten Karawang diperankan
and with self). oleh ketua kelompok, dan jaringan
Karakteristik petani padi organik di pemasaran diperankan oleh anggota
Kabupaten Karawang bersifat kosmopolit. kelompok yang mempunyai modal
McConnell & Dillon (1997) menjelaskan dan jaringan dengan pedagang besar.
bahwa petani kosmopolit mempunyai (3) Faktor-faktor yang berhubungan
keterbukaan dengan lingkungan. Hal ini dengan jaringan komunikasi dalam
mendukung temuan bahwa jaringan produksi dan pemasaran padi organik
komunikasi di Kabupaten Karawang di Kabupaten Karawang lebih
bersifat jaringan personal radial. ditentukan oleh kelembagaan
Usahatani di Kabupaten karawang bersifat pendukung, khususnya penyuluh.
individual, karena seluruh proses
perencanaan sampai pemasaran
4. DAFTAR PUSTAKA
dilakukan sendiri oleh petani.
Azahari DH. 2005. Pembangunan Sistem
Ketersediaan informasi budidaya dan Usaha Agribisnis: Globalisasi
Sektor Pertanian. Pusat Studi
padi organik di Kabupaten Karawang
Pembangunan Pertanian dan
diperoleh dari ketua gapoktan, namun Pedesaan-LPPM IPB. Bogor.
Bulkis. 2013. Analisis Jaringan
informasi pasar diperoleh dari orang di
Komunikasi Petani Tanaman
luar kelompok. Menurut Fuady et al. Sayuran (Kasus Petani Sayuran di
Desa egon, Kecamatan Waigette,
(2012) perilaku petani dalam mencari
Kabupaten Sikka, Propinsi Nusa
informasi pertanian organik cenderung Tenggara Timur). Jurnal
Matematika, Sains dan Teknologi
menggunakan komunikasi interpersonal
16(2): 28-42.
melalui interaksi-interaksi dengan anggota Fuady I, Lubis DP, Lumintang RWE. 2012.
Perilaku komunikasi petani dalam
kelompok atau pihak di luar kelompok.
pencarian informasi pertanian
organik (Kasus petani bawang
3. SIMPULAN merah di Desa Srigading Kabupaten
Bantul). J Komunikasi
(1) Sosiogram jaringan komunikasi Pembangunan 10(2): 10-18.
mengenai budidaya dan pemasaran Jamasy O. 2004. Keadilan,
Pemberdayaan, dan
di Kabupaten Karawang bersifat Penanggulangan Kemiskinan.
jaringan personal menyebar (radial Bandung (ID): Belantika.
Maulana I. 2013. Hubungan antara
personal network) yang terbuka potensi kompetensi komunitas
terhadap lingkungan, namun dengan kapasitas komunitas pada
kelompok usahatani Kecamatan
kohesivitas rendah. Lembang, Kabupaten bandung

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 921


Barat. Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota 24(3): 189-202.
McConnell DJ, Dillon JL. 1997. Farm
Management for Asa: a System
Approach. Department of
Agricultural and Resources
Economics. University of New South
Sales. Australia (AU).
Pakpahan A. 2004. Mengapa Kita
Tertinggal? Karena Kita Lalai akan
Dinamika dan Kekuatan Rakyat.
Majalah Analisis Kebijakan
Pertanian (Agricultural Policy
Analysis). Bogor (ID): Pusat
Penelitian dan Pengembangan
Sosial Ekonomi Pertanian.
Rangkuti PA. 2009. Analisis peran
jaringan komunikasi petani dalam
adopsi inovasi traktor tangan di
Kabupaten Cianjur Jawa Barat. J
Agro Ekonomi 27(1):45-60.
Rogers EM, Kincaid DL. 1981.
Communication Networks: Toward a
New Paradigm for Research. New
York (US): The Free Press.
Scott. 2010. Social Network Analysis: a
hand book. California (US): SAGE
Publication Inc.
_____. 2000. Social Network Analysis: a
hand book. Second Edition.
California: SAGE Publication Inc.
Warner BP, Kuzdas C, Yglesias MG,
Childers DL. 2015. Limits to
adaptation to interacting global
change risks among smallholder rice
farmers in Northwest Costa Rica. J
Global Environmental Change,
Volume 30: 101-112.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 922


RESPON PETERNAK TERHADAP PERAN PENYULUH DALAM PENERAPAN
PELATIHAN TEKNOLOGI PERMINTAX SEBAGAI SUPLEMENTASI
RANSUM BERBASIS BAHAN PAKAN LOKAL
(Studi Kasus di Desa Jangraga dan Sindangjaya, Kecamatan Mangunjaya,
Kabupaten Pangandaran – Jawa Barat)

Sugeng Winaryanto, Unang Yunasaf, Ana Rochana, Iman Hernaman,


Tidi Dhalika, Rachmat Wiradimadja, Denny Rusmana

Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Bandung Sumedang Km.21 – Jatinangor Sumedang
Email : winaryanto.sugeng@gmail.com

ABSTRAK

Ransum merupakan salah satu komponen penting untuk memberikan kontribusi terhadap
pemenuhan kebutuhan gizi ternak. Salah satu cara untuk menyempurnakan kualitas ransum yang
diberikan kepada ternak ruminansia adalah dengan pemberian Feed Aditive. Permintax merupakan
feed aditive berupa mineral blok sebagai salah satu cara untuk menyediakan protein dan energi
bagi ternak ruminansia yang dapat membantu untuk meningkatkan pasokan protein, namun dalam
pelaksanaannya perlu adanya rekayasa sosial dengan melakukan penelitian pada masyarakat
melalui penyuluhan dan demonstrasi plot, yang melibatkan tenaga ahli bidang pengolahan pakan.
Penelitian bertujuan untuk mempelajari respon peternak terhadap penyuluhan teknologi Permintax,
dan peran penyuluh dalam penerapan teknologi Permintax. Penelitian menggunakan pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran penyuluh dalam menyampaikan teknologi
Permintax ternyata sudah menjadi harapan peternak guna mengefisiensikan dalam pemberian
ransum, dan respon peternak terhadap teknologi Permintax sangat besar sekali.

Kata kunci: Penyuluhan, ternak ruminansia, ransum, feed aditive, permintax

1. PENDAHULUAN Indonesia, khususnya ternak ruminansia,


Pembangunan peternakan sekarang ini masih merupakan
merupakan bagian dari pembangunan peternakan rakyat berskala kecil dan
pertanian secara umum, dengan tujuan masih menggunakan sistem pemeliharaan
untuk meningkatkan taraf hidup dan konvensional sehingga sering ada
pendapatan masyarakat, memperluas permasalahan yang timbul, seperti
lapangan pekerjaan dan kesempatan permasalahan penyediaan pakan. Agar
berusaha serta memenuhi kebutuhan permasalahan dapat ditangani dengan
pangan, sehingga peternakan dapat baik, diperlukan adanya teknologi yang
dinyatakan sebagai aset bagi masyarakat dapat digunakan untuk mengatasi kendala
terutama di daerah pedesaan. tersebut, yaitu dengan adanya teknologi
Salah satu pembangunan Permintax yang merupakan Feed Aditive
peternakan yang dapat dilakukan yaitu berupa mineral blok sebagai salah satu
pemanfaatan yang menggunakan cara untuk menyediakan protein dan
teknologi sederhana namun memberikan energi bagi ternak ruminansia.
manfaat besar bagi para peternak. Teknologi Permintax adalah
Mengingat sistem peternakan di teknologi pembuatan mineral blok yang

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 923


dirancang untuk dapat memudahkan para a. Bagaimana respon peternak terhadap
peternak dalam pemberian feed Aditive penyuluhan teknologi Permintax,
kepada ternaknya. Teknologi Permintax b. Bagaimana peran penyuluh dalam
ini berbasis bahan pakan lokal sehingga penerapan teknologi Permintax.
lebih mudah lagi bagi peternak dalam
pengadaan bahan-bahan pakan dalam 2. METODE PENELITIAN
pembuatan mineral blok tersebut. Lokasi penelitian secara purposif
Usaha Peternakan yang berjalan di dipilih Desa Jangraga dan Sindangjaya,
kedua desa (Desa Jangraga dan Kec. Mangunjaya, Kab. Pangandaran –
Sindangjaya) umumnya memelihara Jawa Barat. Terpilihnya desa tersebut
ternak sapi potong dan domba berskala dikarenakan telah berkembang di bidang
kecil. Keadaan ini sangat tepat sekali usaha ternaknya (sapi potong dan
dilakukan kegiatan penyuluhan pelatihan domba), yang dipandang dapat menjadi
teknologi Permintax guna meningkatkan alternatif sumber pendapatan
produktivitasnya. masyarakatnya sebagai bentuk dari
Pendekatan Penyuluhan dalam usahatani yang bersifat komplementer
kegiatan pelatihan teknologi Permintax dengan usahatani lainnya.
dilakukan dengan pendekatan kelompok Unit pengamatan diarahkan pada
karena dianggap paling efisien dan efektif. usahatani ternak sapi potong dan domba
Penyuluh yang berkompeten akan yang telah berjalan. Responden adalah
menghasilkan respon yang baik dari anggota kelompok tani ternak sejumlah 30
peternak dan memperlancar komunikasi orang.
dua arah antara peternak dan penyuluh
sehingga wawasan peternak terhadap 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
teknologi Permintax meningkat dan dapat 3.1. Keadaan Peternakan Desa
diterapkan langsung. Jangraga dan Sindangjaya
Penguasaan penyuluh dalam Perkembangan usaha ternak
penyampaian materi dan respon peternak ruminansia {sapi potong dan domba) di
terhadap teknologi Permintax akan Desa Jangraga dan Sindangjaya karena
mempengaruhi keberhasilan penerapan tersedianya bahan pakan yang cukup
teknologi tersebut. Respon peternak dapat potensial antara lain rumput lapang,
dilihat dari minat peternak untuk limbah hasil pertanian berupa jerami padi,
mempelajari, mengikuti penyuluhan dan kulit pisang, dan jerami jagung. Keadaan
menerapkan pada usaha ternaknya. tersebut sangat menguntungkan bagi
Berdasarkan uraian tersebut di atas perkembangan bidang peternakan,
dapat diidentifikasi masalah sebagai khususnya ternak ruminansia. Pendukung
berikut: lainnya, mudahnya pemasaran hasil

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 924


ternak karena dekatnya dengan potensi b. b.Pakan tambahan (suplemen) bagi
pasar serta adanya dukungan fasilitas ternak yang dikandangkan atau
pelayanan teknis dari dinas peternakan digembalakan.
setempat. c. Dapat meningkatkan kecernaan dan
konsumsi zat nutrisi dari bahan pakan
3.2. Teknologi Permintax berserat tinggi sehingga produktivitas
Dalam rangka membina ternak dapat ditingkatkan.
pengembangan peternak, perlu Dampak langsung dari pemberian
dikenalkan adanya teknologi tepat guna suplementasi pakan, adalah:
kepada masyarakat. Salah satu teknologi a. Mampu mengurangi defisiensi unsur
di bidang pakan, khususnya untuk ternak mikro mineral, vitamin, asam amino
ruminansia adalah penggunaan Permintax maupun protein by-pass.
atau dikenal dengan istilah permen jilat, b. Meningkatnya efisiensi pencernaan
yaitu feed suplement atau pakan pakan ternak ruminansia.
suplemen untuk ternak ruminansia yang c. Meningkatnya produksi dan perbaikan
berbentuk padat, mengandung zat gizi kinerja reproduksi.
yang terbuat dari bahan utama, seperti : d. Memperbaiki nilai gizi pakan.
molase (tetes tebu) sebagai sumber
energi, urea sebagai sumber nitrogen 3.3. Peran Penyuluh dalam Penerapan
(protein), bahan lain seperti garam dapur, Pelatihan Teknologi Permintax
mineral (premiks), dan kapur sebagai Keberhasilan penyuluhan dapat
pelengkap zat-zat makanan, serta bahan dinilai dari bagaimana penyuluh dalam
pengisi dan penyerap molase seperti menjalankan peranannya. Tiga
dedak, konsentrat. karakteristik peran penyuluh, yaitu:
Permintax bermanfaat sebagai sebagai pendidik (Educational Rule),
pemicu pertambahan bobot badan ternak Fasilitator (Facilitative Role), dan peran
ruminansia (domba maupun sapi), melalui penyuluh sebagai agen pembaharu
peningkatkan populasi mikroba di dalam (Agent of Change) (Rogers dan
rumen sehingga terhindar dari defisiensi Schoemaker, 1986).
vitamin dan mineral, terhindar dari Peran Penyuluh sebagai Pendidik,
malnutrisi, dan merangsang nafsu makan diartikan sebagai seseorang yang mampu
(Mochtar dan Tedjowahjono, 1985). dalam memberikan informasi, pelatihan
Beberapa manfaat dan keuntungan dan pendidikan kepada peternak secara
pemberian pakan suplementasi berkelanjutan sehingga timbul kesadaran
Permintax: dari para peternak agar mau berkembang
a. Sumber protein (NPN), energi dan ke arah yang lebih baik, yaitu
mineral yang sangat dibutuhkan ternak. pengetahuan tentang pemahaman dan

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 925


pemilihan bahan pakan yang akan pemecahan masalah ataupun dalam
dijadikan Permintax dari mulai membantu penyediaan bahan-bahan
pencampuran bahan pakan sampai untuk pembuatan Permintax.
pencetakan. Hasil penelitian, diharapkan Peternak menilai pula komunikasi
para peternak memahami teknologi antara penyuluh dan peternak sudah
pembuatan Permintax. efektif dilihat dari kemampuan penyuluh
Peran Penyuluh sebagai Fasilitator, menjawab seluruh pertanyaan dari
terkait dengan perannya sebagai individu peternak. Sejalan dengan pendapat
yang mampu membantu peternak agar Rogers (2003), bahwa penyuluh harus
dapat berpartisipasi dalam kegiatan dapat mendiagnosis permasalahan yang
beternak (cara pembuatan Permintax). dihadapi petani dalam rangka
Sebagai seorang fasilitator penyuluh membangun dan memelihara hubungan
harus mampu mendengarkan aspirasi dan baik dengan peternak. Selanjutnya
memberikan dukungan kepada peternak Mardikanto (1993), menyatakan bahwa
serta upaya mendekatkan sumber-sumber kegiatan penyuluhan merupakan salah
informasi kepada peternak sehingga satu diantara sekian banyak kegiatan di
mempermudah dalam proses penerimaan bidang pertanian yang menyebabkan
inovasi baru, dan pada akhirnya mudah terjadinya perubaan perilaku ke arah yang
untuk diterapkan. Hasil penelitian peran lebih baik.
penyuluh sudah memfasilitasi kebutuhan
peterrnak, dalam hal ini semua sumber 3.4. Respon Peternak terhadap
informasi tentang teknologi Permintax Penyuluhan Teknologi Permintax
sudah terakomindir. Respon merupakan salah satu
Peran Penyuluh sebagai Agen penentu persepsi seseorang dalam suatu
Pembaharu, diartikan dapat objek. Penilaian respon dinilai dari tiga
mempengaruhi peternak agar mau aspek, yaitu: pengetahuan (Kognitif),
menerima inovasi sesuai dengan tujuan Sikap (Afektif), dan Tindakan
yang diharapkan. Rogers dan (Psikomotorik). Aspek Pengetahuan,
Schoemaker (1986), menyatakan bahwa merupakan proses belajar seseorang
suatu inovasi akan cepat diadopsi apabila mengenai suatu fakta yang harus
inovasi tersebut memberikan keuntungan diketahui untuk kemudian dilakukan
yang lebih baik dibandingkan dengan pengamatan seseorang, yang dipengaruhi
teknologi sebelumnya. Penilaian peternak oleh faktor-faktor pengalaman, proses
terhadap peran penyuluh sebagai agen belajar, cakrawala, dan pengetahuan yang
pembaharu sudah baik di dalam sudah diperoleh sebelumnya. Manusia
mengenalkan teknologi Permintax, baik mengamati suatu objek psikologik (dapat
dalam membantu mencari alternatif berupa kejadian, ide, atau situasi tertentu)

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 926


oleh kacamatanya sendiri. Faktor penyuluh dan berpartisipasi dalam
pengalaman, proses belajar, atau melakukan stimulus pada saat
sosialisasi memberikan bentuk atau penyuluhan.
struktur terhadap apa yang dilihat, Sikap peternak yang ikut dalam
sedangkan pengetahuan dan pelatihan teknologi Permintax sangat
cakrawalanya memberikan arti terhadap setuju terhadap teknologi tersebut, dapat
objek psikologik tersebut (Mar’at, 1984). dilihat dari perhatian (antusiasme)
Penelitian tentang kemampuan peternak dalam menanggapi informasi-
untuk memahami teknologi Permintax, informasi yang diterima saat penyuluhan
peternak yang ikut pelatihan dari mulai berlangsung. Sikap peternak yang positif
pengertian, tujuan, proses pembuatan dan dalam menerima suatu stimulus sangat
manfaat sampai dengan penggunaannya, dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya,
secara garis besar berada di tingkat yang sejalan dengan pendapat Azwar (2005),
tinggi. Hal ini dikarenakan peternak bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
memberikan tanggapan yang mendukung pembentukkan sikap seseorang antara
terhadap inovasi teknologi Permintax. lain: pengalaman pribadi, pengaruh orang
Sejalan dengan pendapat Rogers (1983), lain yang dianggap penting, pengaruh
sifat keinovatifan individu maupun kebudayaan, media massa, lembaga
kelompok dalam upaya mengadaptasikan pendidikan, lembaga agama, dan
diri terhadap perubahan sehingga pengaruh emosional.
seseorang dapat menjadi ”agen Aspek Tindakan, merupakan
pembaharu” bagi orang lain maupun dimensi yang dikaitkan dengan
dirinya sendiri. Peternak dapat keterampilan atau kemampuan bertindak
melanjutkan penerapan inovasi diterima setelah seseorang menerima pengalaman
dengan baik guna meningkatkan stabilitas belajar. Aspek Tindakan dapat dilihat dari
usahanya. bagaimana efek peternak setelah
Aspek Sikap, merupakan reaksi atau diadakan penyuluhan, yaitu ketika
respon seseorang yang masih tertutup peternak mampu mengenal dan memilih
terhadap suatu stimulus atau objek. alat dan bahan untuk pembuatan
Notoatmodjo (2003), mengemukakan Permintax. Hasil evaluasi ternyata
bahwa indikator dalam penilaian/sikap peternak sudah menerapkan/
peternak dibagi ke dalam 2, yaitu: 1) memanfaatkan pakan tambahan
ketika peternak menerima dan Permintax, termonitor mencapai 80% dari
memperhatikan informasi yang diberikan peserta pelatihan.
dalam penyuluhan, dan 2) ketika peternak
merespon penyuluh dengan cara
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 927


4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
(1) Peran penyuluh dalam
menyampaikan teknologi Permintax
sudah menjadi harapan peternak
guna mengefisiensikan dalam
pemberian ransum.
(2) Capaian respon peternak terhadap
teknologi Permintax sangat besar
sekali (mencapai 80%).
4.2. Saran
Perlu keterlibatkan dinas terkait
dalam menyebarluaskan teknologi
Permintax, dan adanya kesinambungan
kegiatan penelitian di peternak perlu
dilanjutkan sehubungan dengan
pembinaan wilayah.

5. DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin, 1988. Sikap Manusia :
Teori dan Pengukuran. Yogyakarta:
Liberty.
Mardikanto. Totok dan Sutarni, Sri. 1982.
Pengantar Penyuluhan Pertanian.
Surakarta: Haspara.
Mar’at. 1984. Sikap Manusia, Perubahan
serta Pengukurannya. Jakarta:
Ghafis Indonesia..
Mochtar, M., dan Tedjowahjono, S. 1985.
Pemanfaatan Tetes Sebagai Hasil
Samping Industri Gula dalam
Menunjang Perkembangan
Peternakan. Dalam Seminar
Pemanfaatan Pucuk Tebu Untuk
Pakan Ternak. Badan Litbang
Pertanian, Bogor.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Rogers, E.M., dan Shoemaker, F.F., 1971.
Communication of Innovation. New
York, The Free Press.
Rogers, M., 1983, Diffusion of
Innovations. London: The Free
Press.

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN AGRIBISNIS I FP UNIGAL 2017 928

Anda mungkin juga menyukai