Salah satu jenis bunga tapak dara yang paling dikenal untuk pengobatan
adalah Catharanthus roseus. Tanaman apotek hidup ini berbatang lentur,
daunnya berbentuk oval, dan bunganya biasa berwarna ungu muda. Sebagai
tumbuhan perdu, tapak dara tumbuh bergerombol dengan tinggi maksimal 1
meter.
Dua obat itu adalah vinblastin, obat kanker kelenjar getah bening dan
vincristin, obat kemoterapi. Vincristin bekerja dengan menghentikan
perkembangbiakan sel kanker saat sel akan memperbanyak diri dengan
membelah diri menjadi dua.
Bunga tapak dara biasanya digunakan sebagai obat oles atau topikal. Air
rebusannya pun dimanfaatkan untuk meredakan mata yang bengkak,
menurunkan kadar gula pada penderita diabetes, perdarahan, gigitan
serangga, hingga kanker.
Ternyata tidak hanya bunganya yang diambil untuk obat. Di tempat asalnya,
yaitu Madagaskar, daun tapak dara yang dihaluskan, digunakan untuk
menghentikan perdarahan pada luka dan mengobati sakit gigi. Sementara itu
di Filipina, air rebusan daunnya digunakan untuk perawatan penyakit diabetes,
kram perut dan parasit usus. Akarnya pun dimanfaatkan untuk obat diare.
Diare:
Kolesterol tinggi:
Luka:
Anda tidak dianjurkan untuk mengonsumsi bunga tapak dara secara langsung.
Terlebih, jangan menelan bunga atau pun bagian lain dari tanaman tapak dara.
Sebab, ada risiko efek samping seperti mual, muntah, rasa tidak nyaman pada
perut dan gangguan pada usus.
Pada kasus lebih parah, mengonsumsi bunga tapak dara bisa menyebabkan
kerusakan hati dan ginjal. Anda juga sebaiknya tidak mengonsumsi bunga
tapak dara, jika sedang hamil atau menyusui.
Tumbuhan ini juga bisa menyebabkan tekanan darah turun drastis. Jika Anda
memiliki kondisi darah rendah, makan jangan konsumsi tapak dara. Begitu pula
ketika Anda hendak menjalani tindakan operasi. Konsumsi obat yang
mengandung bagian atau ekstrak bunga tapak dara seharusnya sudah
dihentikan, pada kondisi tersebut.
Faktanya, berbagai manfaat bunga tapak dara masih belum diketahui pasti
efektivitas serta keamanan bagi tubuh, sehingga masih harus diteliti kembali.
Jadi, utamakan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum
memutuskan melakukan pengobatan sendiri.