1. Ketua Umum,
2. Sekretaris 1,
3. Sekretaris 2,
4. Bendahara 1,
5. Bendahara 2.
6. Bidang 1:
Ketua Bidang Organisasi:
Ketua Biro Kaderisasi,
Ketua Biro SDO.
7. Bidang 2:
Ketua Bidang Pendidikan:
Ketua Biro Kajian,
Ketua Biro Pelatihan,
Ketua Biro Perpustakaan.
8. Bidang 3:
Ketua Bidang Kerohanian:
Ketua Biro Syiar,
Ketua Biro Keputrian.
9. Bidang 4:
Ketua Bidang Minat dan Bakat:
Ketua Biro Kesenian,
Ketua Biro Olahraga.
10. Bidang 5:
Ketua Bidang Sosial Kemasyarakatan:
Ketua Biro P2M,
Ketua Biro Advokasi.
1. Ketua DPM,
2. Sekretaris,
3. Bendahara,
4. Komisi A (mengawasi pengurus inti BEM)
5. Komisi B (mengawasi Bidang 1)
6. Komisi C (mengawasi Bidang 2)
7. Komisi D (mengawasi Bidang 3)
8. Komisi E (mengawasi Bidang 4)
9. Komisi F (mengawasi Bidang 5)
Selain struktur organisasi yang ada di HMCH yang meliputi BEM, DPM,
dan ada juga UKK, HMCH pun mempunyai lambang sebagai jati diri organisasi
yang mempunyai arti dan makna yang mencerminkan jiwa, semangat, dalam
pengabdian mereka kepada organisasi dan khususnya Negara. Lambang yang
tertera di bagian awal essai ini merupakan lambang dari Himpunan Mahasiswa
Civics Hukum (HMCH) yang memiliki makna, nilai, dan arti sebagai berikut :
Hingga sekarang ini, sedari tahun 1954 hingga generasi Z 2019, HMCH tetap
berkomitmen terhadap visi misinya untuk menciptakan lulusan yang bukan saja
berkualitas ilmunya tapi menjadikan lulusan yang ramah terhadap sesama
walaupun berbeda, bertanggung jawab, memiliki nilai sosial tinggi, dan yang
tentunya mempunyai perjuangan yang berapi-api.
Pola pendidikan formal saat ini hanya mengajarkan ilmu-ilmu dunia sehingga
banyak menghasilkan orang-orang pintar tetapi sayangnya mereka tidak terdidik
dan memiliki budi pekerti yang lemah. Akibatnya orang-orang pintar tersebut
malah menjadi orang yang bejat, maling dan penindas kaum yang lemah. Padahal
seharusnya merekalah yang menjadi penolong dan pemimpin yang baik untuk
menciptakan kemaslahatan bagi orang banyak.
Terlebih lagi, saat ini banyak sekali orang-orang yang berpendidikan tinggi
dan mengaku beragama, tetapi tindakan mereka sangat memalukan dan
meresahkan masyarakat sekitar. Contohnya adalah, para dewan yang ‘’katanya’’
terhormat banyak yang tertangkap tangan melakukan korupsi atau penyuapan.
Parahnya lagi tindakan tersebut dilakukan bersama-sama dengan teman-teman
mereka yang juga “katanya” terhormat. Yang lebih miris saat mereka tertangkap
oleh pihak yang berwajib, mereka malah dengan tenang dan melemparkan
senyum yang lebar kepada masyrakat. Seolah-olah mereka senang dengan apa
yang mereka perbuat. Bukankah mereka malu dengan tindakan tersebut, apakah
mereka tidak mengetahui atau tidak pernah diajari bahwa memakan uang yang
bukan haknya adalah perbuatan dosa dan haram hukumnya bagi mereka dan
keluarganya.
Memang mereka itu sudah kehilangan akal sehat dan putus sudah urat
malunya. Bahkan ada saja orang yang jelas-jelas terjerat kasus korupsi yang
menjadi ketua atau pemimpin suatu instansi. Bukankah ini sangat memalukan?
Oleh karena itu, sistem pendidikan formal yang ada saat ini harus segera
direvisi dengan tidak hanya mementingkan hasil, tetapi lebih mementingkan suatu
proses untuk mencapai suatu keberhasilan agar tidak lagi mencetak orang-orang
pintar yang memintari, bukannya orang-orang pintar yang mendidik.
HMCH!!! BERSINAR
HMCH!!! BERSINAR
HMCH!!! BERSINAR
BIODATA DOSEN DEPARTEMEN PKn
Id @rifky02ramadhan
E-mail : rifky01ramadhann@gmail.com