Rencana strategis bisnis, selanjutnya disebut renstra bisnis, lahir dari sebuah proses
manajemen strategis. Manajemen strategis sendiri merupakan seni dan ilmu untuk
memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang
memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Tujuan dari manajemen strategis
adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa
mendatang.
Satker BLU adalah sebuah organ pemerintah yang bertindak untuk menyediakan
layanan dalam bentuk penyediaan barang dan jasa dimana dalam pengelolaannya lebih
menitikberatkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas dengan tidak mengutamakan
pencapaian laba (not for profit). Sebagai sebuah organisasi modern, satker BLU dituntut
mampu menyusun dan menguraikan visi dan misi ke dalam tahapan-tahapan strategis untuk
mencapai visi dan misi tersebut.
Langkah-langkah normatif dalam proses perumusan sebuah renstra bisnis juga
dilaksanakan oleh satker BLU untuk memastikan bahwa satker BLU tersebut mengenali
dirinya sendiri dan menggunakan keunggulan kompetitif yang dimiliki sebagai instrumen
untuk bersaing dengan organisasi lain yang memiliki layanan sejenis.
1. Konsep, Definisi, dan Dasar- Dasar Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran
Ketika sebuah renstra bisnis satker BLU telah disusun, langkah lanjutan dari sebuah proses
perencanaan dan penganggaran satker BLU adalah penyusunan rencana bisnis dan anggaran
tahunan, yang biasa disebut RBA. Sebagai representasi dari sebuah renstra bisnis satker BLU,
RBA berfungsi sebagai dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran tahunan satker BLU
yang memuat program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran BLU.
Berbicara mengenai RBA satker BLU tidak dapat dilepaskan dari kerangka APBN
secara keseluruhan. Target pendapatan dan belanja yang tercantum dalam RBA tetap harus
dicatatkan dalam APBN. Realisasi atas target pendapatan PNBP dan belanja yang bersumber
dari PNBP harus dibukukan dan dipertanggungjawabkan dalam kerangka keuangan negara. Harus
disadari oleh pejabat pengelola dan pegawai satker BLU bahwa satker BLU bukanlah
kekayaan negara yang dipisahkan, sehingga prinsip-prinsip dalam pengelolaan keuangan negara
tetap harus dipahami dan dipedomani oleh satker BLU. Fleksibilitas yang diberikan dalam
kerangka memberikan pengecualian terhadap prinsip universalitas agar satker BLU dapat
berkembang dan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat. Posisi RBA
terhadap APBN digambarkan dalam diagram berikut:
Dalam menyusun RBA, satker BLU harus mempertimbangkan ukuran dan kompleksitas
organisasinya. Satker BLU yang memiliki organisasi yang berukuran kecil dapat melakukan
sentralisasi dalam hal penganggaran. Namun, satker BLU yang besar dan kompleks perlu
melakukan desentralisasi dengan memberikan kewenangan kepada unit- unit kerja di dalamnya
untuk mengajukan kebutuhan anggaran yang diperlukan dan membebaninya dengan target
pendapatan. Desentralisasi penyusunan anggaran tersebut
UNIT
KEGIATAN:
- Analisa
biaya per unit
UNIT UNIT
KEGIATAN: KEGIATAN:
- Analisa - Analisa
biaya per unit biaya per unit
HEAD
OFFICE:
-consolidated
UNIT UNIT
KEGIATAN: KEGIATAN:
- Analisa - Analisa
biaya per unit biaya per unit
UNIT
KEGIATAN:
- Analisa
biaya per unit
tentu saja tetap harus dalam koridor program, kegiatan, dan kebijakan yang telah dituangkan
dalam renstra bisnis. Dalam hal ini, tugas pimpinan BLU untuk menerjemahkan dan
mensosialisasikan renstra bisnisnya kepada unit-unit kerja yang ada dan menghimpun rencana dan
anggaran yang diajukan oleh masing-masing unit kerja untuk kemudian ditransformasikan
dalam bentuk RBA.
a) RBA disusun dengan mengacu kepada Rencana Strategis Bisnis BLU dan Pagu Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga/Dewan Kawasan. Pagu Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga merupakan batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada Kementerian
Negara/Lembaga dalam rangka penyusunan RKA-K/L yang disampaikan oleh Menteri
Keuangan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan pada akhir bulan
Juni.
b) Pagu Anggaran BLU dalam RKA-K/L yang sumber dananya berasal dari pendapatan BLU
dan surplus anggaran BLU, dirinci dalam satu program, satu kegiatan, satu output, dan jenis
belanja. Rincian lebih lanjut pagu anggaran BLU dituangkan dalam RBA.
3) basis akrual.
1) Bagi BLU yang telah menyusun standar biaya layanannya berdasarkan perhitungan
akuntansi biaya (dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya yang ditetapkan oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan), RBA disusun menggunakan
standar biaya tersebut. Penetapan standar biaya oleh Pemimpin BLU dan dilampiri
SPTJM.
2) Bagi BLU yang belum menyusun standar biaya layanannya berdasarkan perhitungan
akuntansi biaya, BLU menggunakan standar biaya yang ditetapkan oleh Menkeu.
e) Penyusunan kebutuhan dan kemampuan pendapatan disusun per unit kerja pada satker BLU
dan merupakan pagu belanja yang dirinci menurut program, kegiatan, output, akun belanja dan
detail belanja. Kemampuan pendapatan bersumber dari:
1) Pendapatan yang akan diperoleh dari layanan yang diberikan kepada masyarakat;
2) Hibah tidak terikat dan/atau hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan
lain;
3) Hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya;
4) Kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan disusun per unit kerja pada satker
BLU.
5) Perkiraan biaya layanan per unit kerja.
g) RBA menganut pola anggaran fleksibel (flexibel budget) dengan suatu Persentase
Ambang Batas tertentu yang memberikan keleluasaan penggunaan belanja dalam RBA
untuk bertambah atau berkurang secara proporsional terhadap pendapatan BLU selain yang
bersumber dari RM.
Keterangan:
b. Pengajuan RKA-K/L dan RBA dilaksanakan sesuai dengan jadwal penyusunan RKA-
K/L berdasarkan pagu anggaran.
c. Menkeu c.q. DJA menelaah RKA K/L dan RBA yang diajukan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga/Ketua Dewan Kawasan dalam rangka penelahaan RKA-K/L, sebagai
bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN.
a. Pemimpin BLU melakukan penyesuaian RKA K/L dan RBA dengan Perpres Rincian
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.
b. RBA yang telah disesuaikan ditandatangani oleh Pemimpin BLU, diketahui oleh
Dewan Pengawas/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan menjadi RBA definitif.
c. Dalam hal satker BLU tidak mempunyai Dewan Pengawas, maka RBA definitif
ditandatangani oleh Pemimpin BLU, diketahui oleh pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan, dan disetujui Menteri/Pimpinan
Lembaga/Ketua Dewan Kawasan.
Pemimpin BLU dapat menyusun rincian RBA definitif sebagai penjabaran lebih lanjut dari
RBA definitif. Tata cara penyusunan dan format rincian RBA definitif ditetapkan oleh
Pemimpin BLU.