Anda di halaman 1dari 6

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BLU

Oleh Kemal Fadli Hasibuan


D III Kebendaharaan Negara
Dibawah ampuan Bapak Dr. Agus Sunarya Sulaeman, Ak.,M.Si., CPMA, AAP, CA

Pembahasan tentang perencanaan dan penganggaran diawali dengan proses penyusunan


rencana strategis (renstra) bisnis oleh satker BLU yang berpedoman pada renstra Kementerian
Negara/Lembaga/Dewan Kawasan. Renstra bisnis ini digunakan sebagai panduan oleh satker
BLU dalam mengelola kegiatannya selama 5 tahun ke depan. Untuk kebutuhan perencanaan dan
penganggaran tahunan, satker BLU menyusun dokumen yang disebut rencana bisnis dan anggaran
atau biasa disebut RBA. Secara garis besar, RBA memuat kegiatan dan target yang akan
dilaksanakan pada tahun tersebut beserta anggaran yang mengikuti. Pembahasan mengenai
renstra bisnis satker BLU dan RBA akan diuraikan dalam pokok-pokok bahasan dibawah ini.

A. Rencana Strategis Bisnis

Rencana strategis bisnis, selanjutnya disebut renstra bisnis, lahir dari sebuah proses
manajemen strategis. Manajemen strategis sendiri merupakan seni dan ilmu untuk
memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang
memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya. Tujuan dari manajemen strategis
adalah untuk mengeksploitasi dan menciptakan peluang baru yang berbeda untuk masa
mendatang.

Renstra bisnis mengemuka ketika organisasi sadar bahwa tantangan organisasi di


masa depan semakin kompleks dengan berbagai macam permasalahan dan persaingan.
Identifikasi terhadap lingkungan internal dan eksternal mutlak diperlukan guna mengetahui
kekuatan, kelemahan, tantangan serta ancaman organisasi. Elemen- elemen tersebut
kemudian dianalisis dan ditransformasikan ke dalam sebuah tahapan- tahapan strategi untuk
mencapai visi dan misi organisasi.

Satker BLU adalah sebuah organ pemerintah yang bertindak untuk menyediakan
layanan dalam bentuk penyediaan barang dan jasa dimana dalam pengelolaannya lebih
menitikberatkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas dengan tidak mengutamakan
pencapaian laba (not for profit). Sebagai sebuah organisasi modern, satker BLU dituntut
mampu menyusun dan menguraikan visi dan misi ke dalam tahapan-tahapan strategis untuk
mencapai visi dan misi tersebut.
Langkah-langkah normatif dalam proses perumusan sebuah renstra bisnis juga
dilaksanakan oleh satker BLU untuk memastikan bahwa satker BLU tersebut mengenali
dirinya sendiri dan menggunakan keunggulan kompetitif yang dimiliki sebagai instrumen
untuk bersaing dengan organisasi lain yang memiliki layanan sejenis.

B. Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA)

1. Konsep, Definisi, dan Dasar- Dasar Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran

Ketika sebuah renstra bisnis satker BLU telah disusun, langkah lanjutan dari sebuah proses
perencanaan dan penganggaran satker BLU adalah penyusunan rencana bisnis dan anggaran
tahunan, yang biasa disebut RBA. Sebagai representasi dari sebuah renstra bisnis satker BLU,
RBA berfungsi sebagai dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran tahunan satker BLU
yang memuat program, kegiatan, target kinerja, dan anggaran BLU.

Berbicara mengenai RBA satker BLU tidak dapat dilepaskan dari kerangka APBN
secara keseluruhan. Target pendapatan dan belanja yang tercantum dalam RBA tetap harus
dicatatkan dalam APBN. Realisasi atas target pendapatan PNBP dan belanja yang bersumber
dari PNBP harus dibukukan dan dipertanggungjawabkan dalam kerangka keuangan negara. Harus
disadari oleh pejabat pengelola dan pegawai satker BLU bahwa satker BLU bukanlah
kekayaan negara yang dipisahkan, sehingga prinsip-prinsip dalam pengelolaan keuangan negara
tetap harus dipahami dan dipedomani oleh satker BLU. Fleksibilitas yang diberikan dalam
kerangka memberikan pengecualian terhadap prinsip universalitas agar satker BLU dapat
berkembang dan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat. Posisi RBA
terhadap APBN digambarkan dalam diagram berikut:

Diagram posisi RBA terhadap APBN


2. Penyusunan RBA

Dalam menyusun RBA, satker BLU harus mempertimbangkan ukuran dan kompleksitas
organisasinya. Satker BLU yang memiliki organisasi yang berukuran kecil dapat melakukan
sentralisasi dalam hal penganggaran. Namun, satker BLU yang besar dan kompleks perlu
melakukan desentralisasi dengan memberikan kewenangan kepada unit- unit kerja di dalamnya
untuk mengajukan kebutuhan anggaran yang diperlukan dan membebaninya dengan target
pendapatan. Desentralisasi penyusunan anggaran tersebut

UNIT
KEGIATAN:
- Analisa
biaya per unit
UNIT UNIT
KEGIATAN: KEGIATAN:
- Analisa - Analisa
biaya per unit biaya per unit
HEAD
OFFICE:

-consolidated
UNIT UNIT
KEGIATAN: KEGIATAN:
- Analisa - Analisa
biaya per unit biaya per unit
UNIT
KEGIATAN:
- Analisa
biaya per unit

Skema Penyusunan RBA

tentu saja tetap harus dalam koridor program, kegiatan, dan kebijakan yang telah dituangkan
dalam renstra bisnis. Dalam hal ini, tugas pimpinan BLU untuk menerjemahkan dan
mensosialisasikan renstra bisnisnya kepada unit-unit kerja yang ada dan menghimpun rencana dan
anggaran yang diajukan oleh masing-masing unit kerja untuk kemudian ditransformasikan
dalam bentuk RBA.

Dasar-dasar yang digunakan dalam penyusunan RBA diuraikan sebagai berikut:

a) RBA disusun dengan mengacu kepada Rencana Strategis Bisnis BLU dan Pagu Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga/Dewan Kawasan. Pagu Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga merupakan batas tertinggi anggaran yang dialokasikan kepada Kementerian
Negara/Lembaga dalam rangka penyusunan RKA-K/L yang disampaikan oleh Menteri
Keuangan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan pada akhir bulan
Juni.

b) Pagu Anggaran BLU dalam RKA-K/L yang sumber dananya berasal dari pendapatan BLU
dan surplus anggaran BLU, dirinci dalam satu program, satu kegiatan, satu output, dan jenis
belanja. Rincian lebih lanjut pagu anggaran BLU dituangkan dalam RBA.

c) RBA disusun berdasarkan

1) basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya.

2) kebutuhan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima.

3) basis akrual.

d) Penggunaan Standar Biaya:

1) Bagi BLU yang telah menyusun standar biaya layanannya berdasarkan perhitungan
akuntansi biaya (dihasilkan oleh sistem akuntansi biaya yang ditetapkan oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan), RBA disusun menggunakan
standar biaya tersebut. Penetapan standar biaya oleh Pemimpin BLU dan dilampiri
SPTJM.

2) Bagi BLU yang belum menyusun standar biaya layanannya berdasarkan perhitungan
akuntansi biaya, BLU menggunakan standar biaya yang ditetapkan oleh Menkeu.

e) Penyusunan kebutuhan dan kemampuan pendapatan disusun per unit kerja pada satker BLU
dan merupakan pagu belanja yang dirinci menurut program, kegiatan, output, akun belanja dan
detail belanja. Kemampuan pendapatan bersumber dari:

1) Pendapatan yang akan diperoleh dari layanan yang diberikan kepada masyarakat;

2) Hibah tidak terikat dan/atau hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan
lain;

3) Hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya;

4) Penerimaan lainnya yang sah; dan/atau

5) Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN

f) RBA memuat paling kurang:

1) Seluruh program, kegiatan dan target kinerja (output);

2) Kondisi kinerja BLU tahun berjalan;

3) Asumsi makro dan mikro;

4) Kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan disusun per unit kerja pada satker
BLU.
5) Perkiraan biaya layanan per unit kerja.

6) Prakiraan maju (forward estimate).

g) RBA menganut pola anggaran fleksibel (flexibel budget) dengan suatu Persentase
Ambang Batas tertentu yang memberikan keleluasaan penggunaan belanja dalam RBA
untuk bertambah atau berkurang secara proporsional terhadap pendapatan BLU selain yang
bersumber dari RM.

3. Mekanisme Pengajuan don Pengesahan RBA

Keterangan:

1. Penyusunan Rencana Strategis Bisnis BLU


BLU menyusun Rencana Strategis Bisnis BLU berdasarkan Renstra K/L.
2. Penyusunan RBA
BLU menyusun RBA mengacu pada Rencana Strategis Bisnis BLU dan Pagu
Anggaran K/L.
3. Penyusunan RKA K/L

a. RBA ditandatangani oleh Pemimpin BLU dan diketahui oleh Dewan


Pengawas/pejabat yang ditunjuk, selanjutnya diusulkan kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga/Ketua Dewan Kawasan untuk mendapat persetujuan.

b. RBA dilampiri SPM, tarif, dan/atau standar biaya.

c. RBA yang telah disetujui oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan


menjadi dasar penyusunan RKA K/L untuk satker BLU.

4. Penelaahan RKA K/L

a. RKA K/L dan RBA diajukan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan


Kawasan untuk disampaikan kepada Menkeu c.q. DJA.

b. Pengajuan RKA-K/L dan RBA dilaksanakan sesuai dengan jadwal penyusunan RKA-
K/L berdasarkan pagu anggaran.

c. Menkeu c.q. DJA menelaah RKA K/L dan RBA yang diajukan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga/Ketua Dewan Kawasan dalam rangka penelahaan RKA-K/L, sebagai
bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN.

5. Penyusunan RBA Definitif

a. Pemimpin BLU melakukan penyesuaian RKA K/L dan RBA dengan Perpres Rincian
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.

b. RBA yang telah disesuaikan ditandatangani oleh Pemimpin BLU, diketahui oleh
Dewan Pengawas/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan menjadi RBA definitif.

c. Dalam hal satker BLU tidak mempunyai Dewan Pengawas, maka RBA definitif
ditandatangani oleh Pemimpin BLU, diketahui oleh pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan, dan disetujui Menteri/Pimpinan
Lembaga/Ketua Dewan Kawasan.

d. Menteri/Pimpinan Lembaga/Ketua Dewan Kawasan menyampaikan RKA K/L dan


RBA definitif kepada Menkeu c.q. DJA dan DJPBN.

e. RBA definitif merupakan dasar untuk melakukan kegiatan satker BLU.

Pemimpin BLU dapat menyusun rincian RBA definitif sebagai penjabaran lebih lanjut dari
RBA definitif. Tata cara penyusunan dan format rincian RBA definitif ditetapkan oleh
Pemimpin BLU.

Anda mungkin juga menyukai