Anda di halaman 1dari 23

PROSIDING SEMINAR NASIONAL IKAN KE 8

Jilid 2

Penyunting
M. F. Rahardjo
Ahmad Zahid
Renny K. Hadiaty
Emmanuel Manangkalangi
Wartono Hadie
Haryono
Eddy Supriyono

Masyarakat Iktiologi Indonesia

Bekerja sama dengan


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB
Pusat Penelitian Biologi LIPI
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya

Didukung oleh:
PT. Pertamina
CV. Maju Akuarium
Jurnal Bogor
Kerjasama IPB – Papua
LOGO ?
Prakata

Seminar Nasional Ikan ke 8 yang diselenggarakan di Bogor pada tanggal 3-4 juni
2014 merupakan rangkaian seminar nasional dua tahunan yang secara rutin diselengga-
rakan oleh Masyarakat Iktiologi Indonesia. Seminar kali ini mengangkat tema:
Peningkatan pengelolaan sumber daya ikan dalam menunjang pembangunan industri perikanan
nasional.
Sebanyak 157 makalah telah dipresentasikan baik presentasi oral maupun pre-
sentasi lewat poster. Seluruh makalah tersebut dihimpun dalam buku prosiding ini, dan
dibuat dalam tiga jilid. Setengah dari jumlah makalah (79) dimuat secara lengkap dan
setengah yang lain (78) hanya dimuat abstraknya karena pemakalah akan mempublika-
sikan lewat jurnal atau pemakalah tidak mengirimkan naskah dengan pertimbangan
lain. Banyaknya naskah tersebut membuat pernyuntingan memakan waktu yang cukup
panjang. Penyuntingan meliputi format penulisan dan redaksional, tanpa mengubah
substansi tulisan. Jilid pertama dan kedua berisikan semua makalah tersebut, sedang-
kan jilid ketiga berupa rangkuman yang memuat abstrak seluruh makalah.
Kami berharap kandungan prosiding ini dapat lebih menambah pengetahuan,
pemikiran, wawasan, dan gagasan yang timbul setelah membaca prosiding. Kepada se-
mua pihak yang telah membantu dalam penerbitan prosiding ini kami mengucapkan
terima kasih.
Selamat membaca dan semoga prosiding ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, 28 Februari 2015


Penyunting

iii
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8

Daftar Isi

Prakata iii
Rumusan Seminar Nasional Ikan ke 8 v

Jilid 1
Makalah utama 1
Struktur ukuran dan pertumbuhan populasi ikan cakalang (Katsuwonus pelamis)
di Perairan Laut Flores Sulawesi Selatan
Achmar Mallawa, Faisal Amir, Warda Susanti 5
Hubungan panjang-bobot dan faktor kondisi beberapa jenis ikan asli di Sungai
Kumbe, Merauke, Papua
Agus Arifin Sentosa, Hendra Satria 21
Pertumbuhan berbagai jenis ikan sidat (Anguilla spp.) yang dipelihara pada
kolam budi daya
Agung Budiharjo 27
Keanekaragaman sumber daya ikan di kolong - Bendungan Simpur Kabupaten
Bangka Provinsi Bangka Belitung
Andi Gustomi , Sulistiono, Yon Vitner 33
Hubungan panjang berat, makanan dan sebaran ikan kating, Mystus gulio
(Hamilton 1822) di Segara Anakan, Cilacap
Astri Suryandari, Didik Wahju Hendro Tjahjo 41
Produktivitas larva pada pemijahan alami beberapa strain ikan nila (Oreochromis
niloticus) dan persilangannya dengan ikan nila biru (Oreochromis aureus)
Bambang Gunadi, Priadi Setyawan, Adam Robisalmi 49
Analisis tingkat trofik dan pemanfaatan pakan alami oleh komunitas ikan di
Waduk Kedungombo, Jawa Tengah
Dimas Angga Hedianto, Kunto Purnomo, Andri Warsa 55
DNA barcode dan haplotype network ikan lokal dari Telaga Banyu Biru
Kabupaten Pasuruan
Dwi Anggorowati Rahayu, Endik Deni Nugroho, Haryono, Nia Kurniawan, Rodiyati
Azrianingzih 67
Kelimpahan dan sebaran juvenil ikan di paparan banjiran Lubuk Lampam
Kabupaten Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan
Eko Prianto 77
Status taksonomi ikan laut lokal Tarakan, Kalimantan Utara sebagai langkah
awal upaya konservasi
Endik Deni Nugroho, Dwi Anggorowati Rahayu, Moh. Amin, Umie Lestari 87
Teknologi budidaya ikan mas (Cyprinus carpio) tahan KHV (KOI herpes virus)
melalui aplikasi bioflok
Erma Primanita Hayuningtyas, Bambang Gunadi, Didik Ariyanto 97

vii
Daftar Isi

Keanekaragaman famili ikan di zona intertidal Pantai Kukup, Gunung Kidul,


Yogyakarta
Fahrunnida, Ilham Vemandra Utama, Naovi Nur Fadia Hanin, Diana Nurma Sari,
Ryannyka Dwi Astuti, , Muhammad Irfan Izudin, Haikal Prima Fadholi, Rindra
Aryandari 109
Performa pertumbuhan ikan nila larasati (Oreochromis niloticus) yang dipelihara
dengan teknologi bioflok
Fajar Basuki, Sri Hastuti, Subandiyono, Wartono Hadie 123
Iktiofauna di perairan kawasan Gunung Galunggung Kabupaten Tasikmalaya,
Jawa Barat
Haryono 133
Ikan mola (Hypophthalmichthys molitrix) sebagai pengendali pertumbuhan
plankton yang berlebihan di Waduk Cirata
Heti Herawati 143
Inventarisasi potensi sumber daya ikan padang lamun sebagai dasar
pengelolaan perikanan berbasis ekosistem perairan di Pulau Buntal-Teluk
Kotania Kabupaten Seram Barat
Husain Latuconsina, Maulana Abas Al’aidy 149
Keragaman dan kekerabatan genetik pada ikan patin
Ibnu Dwi Buwono, Afa Soraya, Yeni Mulyani 161
Ikan lokal tengadak (Barbonymus scwanenfeldii) asal Kalimantan sebagai
andalan untuk ikan budi daya
Irin Iriana Kusmini, Rudhy Gustiano, Mulyasari, Iskandariah, Glenni Hasan Huwoyon 177
Kebiasaan makanan benih ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus
Sauvage, 1878) yang dipelihara secara outdoor dengan penambahan jenis pupuk
organik yang berbeda
Jadmiko Darmawan, Evi Tahapari 189
Keragaman ikan di Danau Cala, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan
Jifi Abu Ammar, Muhammad Mukhlis Kamal, Sulistiono 195
Eksplorasi dan aklimatisasi benih dalam upaya domestikasi ikan mikih
Jojo Subagja, Sidi Asih, Vitas Atmadi Prakoso 201
Kelimpahan iktioplankton dan kondisi lingkungan perairan estuarin Tangerang
Karsono Wagiyo 211
Konservasi keragaman genetik sebagai bahan program seleksi untuk
pengembangan akuakultur
Lies Emmawati Hadie, Wartono Hadie, Rasidi 221
Potensi ikan medaka (Oryzias woworae, O. javanicus dan O. profundicola) sebagai
ikan hias dan ikan model
Melta Rini Fahmi, Anjang Bangun Prasetyo, Ruby Vidiakusuma 227
Budi daya ikan hias ditinjau dari tiga pilar pokok konservasi (perlindungan,
pengawetan, dan pemanfaatan)
Nina Meilisza, I Wayan Subamia 235

viii
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8

Pembandingan morfometrik ikan gurami (Osphronemus gouramy) asal Padang-


Sumatra Barat dengan asal Parung-Jawa Barat
Novi Mayasari, Djamhuriyah S. Said 247
Aspek biologi reproduksi ikan layur, Trichiurus lepturus Linnaeus 1758 di
Palabuhanratu
Nur’ainun Muchlis, Prihatiningsih 257
Keragaan pertumbuhan dan sintasan ikan hias di akuaskeping air tawar
Nurhidayat, M. Zamroni 265
Estimasi parameter populasi ikan lencam (Lethrinus lentjan) di sekitar perairan
Kotabaru (P. Laut) – Kalimantan Selatan
Prihatiningsih 269
Pertumbuhan ikan cupang Betta imbellis dengan warna latar yang berbeda
Riani Rahmawati, Sawung Cindelaras, Eni Kusrini 279
Biologi reproduksi ikan di Danau Tarakani Kabupaten Halmahera Tengah,
Provinsi Maluku Utara
Rugaya H. Serosero 289
Biologi, potensi, dan upaya budi daya julung-julung Zenarchopteridae sebagai
ikan hias asli Indonesia
Ruby Vidia Kusumah, Eni Kusrini, Melta Rini Fahmi 303
Komposisi isi lambung ikan lemuru (Sardinella lemuru) di perairan Selat Bali
Ruly Isfatul Khasanah, Aida Sartimbul,Endang Yuli Herawati 315
Morfometrik dan meristik ikan baronang (Siganus canaliculatus Park, 1797) di
perairan Teluk Bone dan Selat Makassar
Sahabuddin, Nurhapsah, A. Iqbal Burhanuddin, Asmi Citra Malina 323
Studi komparasi jenis makanan ikan gabus (Channa striatus) di rawa banjiran
Lubuk Lampam Sumatera Selatan
Siti Nurul Aida 333
Performa benih ikan rainbow merah balon Glossolepis incisus Weber 1907
Siti Zuhriyyah Musthofa, Tutik Kadarini 345
Hubungan panjang berat ikan belanak (Mugil cephalus) di tiga muara sungai di
Teluk Banten
Sugiarti, Sigid Hariyadi, Syahroma Husni Nasution 355
Keragaman jenis dan distribusi stok ikan layang (Decapterus spp.) di perairan
Selat Makasar: Kajian terkait pengelolaan perikanan pelagis kecil berbasis stok
dan habitat
Suwarso 363
Keterkaitan jumlah telur sebelum dan setelah diserap dalam kantong jantan
kuda laut, Hippocampus barbouri Jourdan & Richardson, 1908
Syafiuddin, Andi Niartiningsih, Benny Audy Jaya Gosari, Sri Wahyuni Rahim 373
Biodiversitas dan distribusi ikan di Danau Tempe
Syahroma Husni Nasution 381

ix
Daftar Isi

Relasi panjang berat dan aspek reproduksi ikan beureum panon (Puntius
orphoides ) hasil domestikasi di Balai Pelestarian Perikanan Umum dan
Pengembangan Ikan Hias (BPPPU) Cianjur Jawa Barat
Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani 393
Beberapa aspek biologi reproduksi ikan madidihang (Thunnus albacares) dari
perairan Laut Banda
Umi Chodrijah 401
Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan
berbeda
Yogi Himawan, Khairul Syahputra dan Didik Ariyanto 411
Pertumbuhan dan sintasan benih ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)
pada salinitas berbeda
Yosmaniar, Eddy Supriyono, Siti Kamilla Nurjanah 419
Relasi panjang berat beberapa strain ikan nilem (Osteochilus vittatus) di Jawa
Barat
Yuli Andriani, Titin Herawati, Ayi Yustiati 429
Histopatologi tunika mukosa usus ikan baung (Hemibagrus nemurus Val.) dari
perairan Sungai Siak di daerah jembatan Siak 1 Pekanbaru
Yusfiati, Elvyra Roza 433

Jilid 2
Keragaan dan alokasi optimum alat penangkapan cakalang (Katsuwonus
pelamis) di Perairan Selat Makassar
Andi Adam Malik, Henny Setiawati, Sahabuddin 1
Analisis komparatif nilai ekonomi pengelolaan budi daya ikan karamba jaring
apung (Suatu kasus di keramba jaring apung Cirata Kabupaten Cianjur)
Atikah Nurhayati , Ine Maulina, Isni Nuruhwat 9
Interaksi ikan hasil tangkap sampingan dan ikan target di perikanan rawai tuna
bagian timur Samudera Hindia
Dian Novianto, Budi Nugraha 19
Kajian kebijakan konservasi sumber daya ikan di Paparan Sunda
Eko Prianto, Reni Puspasari, Endi Setiadi Kartamihardja, Naila Zulfia, Puput
Rachmawati,, Dian Oktaviani 29
Komposisi jenis dan keragaman hasil tangkapan bubu yang dioperasikan
bersama rumpon pada kedalaman berbeda
Fonny J.L Risamasu, I. Tallo 41
Karakteristik perikanan lemadang (Coryphaena hippurus Linnaeus, 1758) sebagai
hasil tangkapan sampingan perikanan tuna di Sendang Biru
Hety Hartaty, Aini Chairunnisa Amalia 53
Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan
baku bagi industri pengolahan ikan
Iin Solihin, Sugeng Hari Wisudo, Joko Susanto 63
Analisis marjin keuntungan usaha budi daya ikan hias skala mikro di Bogor
Iis Diatin, R. Larasati, R. Eki Ellanda 79

x
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8

Kondisi perairan keramba jaring apung ikan kerapu di perairan Pulau Semujur
Kabupaten Bangka Tengah
Imam Soehadi, Sulistiono, Bambang Widigdo 87
Karakteristik fisiko-kimiawi gelatin kulit ikan cucut Squalus acanthias dan
aplikasinya dalam pembuatan marshmallow
Joko Santoso, Jacqueline Karina, Julia Ratna Wijaya 97
Performa reproduksi ikan mas (Cyprinus carpio L) jantan transgenik hormon
pertumbuhan generasi kedua
Kurdianto, Alimuddin, Nurly Faridah, Odang Carman 109
Biologi reproduksi ikan selar kuning, Selaroides leptolepis (Cuvier 1833) di
Perairan Selat Sunda
Maizan Sharfina, Mennofatria Boer, Yunizar Ernawati 119
Pengaruh oksigen terlarut dan bahan organik total terhadap fenomena anoksia
ikan serta dampak kerugian ekonomi di Waduk Ir. H. Djuanda
Misnaria Napitupulu, Zulkarnaen Fahmi 129
Kearifan lokal Suku Anak Dalam Batin Sembilan dalam memanfaatkan sumber
daya perikanan di areal Hutan Harapan Jambi
Musadat, Tedjo Sukmono, Anderi Satya 137
Gambaran profil asam amino dalam formulasi pakan ikan pada berbagai rasio
tepung maggot dan tepung cacing tanah
Nina Meilisza, I Wayan Subamia 147
Komposisi jenis dan laju tangkap gillnet dasar di Palabuhan Ratu
Nur’ainun Muchlis, Prihatiningsih 155
Kajian stok sumber daya ikan tongkol (Euthynnus affinis) di perairan Selat Sunda
yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Pandeglang, Banten
Nurul Mega Kusumawardani, Achmad Fahrudin, Mennofatria Boer 163
Karakteristik biologi ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di sekitar perairan
Banten
Prihatiningsih, Nurainun Mukhlis 177
Potensi pengembangan budi daya ikan nila skala industri di Kabupaten Musi
Rawas, Sumatera Selatan
Rasidi, Estu Nugroho, Lies Emawati, Idil Ardi, Deni Radona 189
Aplikasi kontrol optimum pada model pemanenan ikan di zona noncadangan
dengan mempertimbangkan zona cadangan
Rizal Nurbayan, Toni Bakhtiar, Ali Kusnanto 197
Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap
di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat
Roisul Ma’arif, Zulkarnain, Sulistiono 207
Kontribusi ekonomi sumberdaya padang lamun berdasarkan fungsinya
sebagai habitat ikan di Teluk Youtefa Jayapura Papua (Pendekatan effect on
production)
Selvi Tebaiy 219

xi
Daftar Isi

Potensi sumber daya ikan selar kuning, tembang, dan tongkol di Selat Sunda
yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Pantai Labuan, Banten
Siska Agustina, Mennofatria Boer, Nurlisa A. Butet 229
Biologi reproduksi ikan kiper (Scatophagus argus) di Estuari, Sungai Musi,
Sumatera Selatan
Siti Nurul Aida 241
Laju dan pola pertumbuhan, serta kebiasaan makan ikan tawes (Barbodes
gonionotus) di Waduk Gajah Mungkur, Jawa Tengah
Siti Nurul Aida 251
Distribusi biomassa ikan sebagai dasar pengaturan penangkapan di Kepulauan
Seribu (Fokus kajian Pulau Semak Daun)
Sriati 259
Kondisi kesehatan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus, Burch) yang dipelihara
dengan teknologi biofloc
Sri Hastuti, Subandiyono 275
Pemanfaatan sisik ikan mas (Cyprinus carpio) dan cangkang simping (Placuna
placenta) dalam pemurnian minyak ikan sardin (Sardinella sp.)
Sugeng Heri Suseno, Riza Zamzami, Mala Nurilmala, Saraswati 285
Sumber daya ikan terubuk (Tenualosa sp.) di perairan pantai Pemangkat,
Kalimantan Barat
Suwarso 297
Kelembagaan untuk suaka perikanan ikan terubuk (Tenualosa macrura) di
Perairan Bengkalis dan Sungai Siak, Provinsi Riau
Taryono 307
Peluang pasar ekspor komoditas ikan layur dari Pelabuhan Perikanan
Nusantara Palabuhanratu Jawa Barat
Tri Wiji Nurani, Ardani, Ernani Lubis 319
Parasit ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tuna ekor kuning (Thunnus
albacore) di perairan Manokwari
Vera Sabariah, Denisia M. Rettob, Herry Kopalit 333
Ikan dan produk budaya terkait ikan dalam karya lagu-lagu daerah Belitung
Yulian Fakhrurrozi 339
Abstrak makalah 347
Daftar Peserta Seminar Nasional Ikan ke 8 387
Dokumentasi Kegiatan Seminar Nasional Ikan ke 8 395

Jilid 3
Abstrak makalah utama 1
Abstrak jilid satu 5
Abstrak jilid dua 29

xii
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Seminar Nasional Ikan Ke-8 (2014: Bogor)

Penyunting, M. F. Rahardjo [et al.]. --


Masyarakat Iktiologi Indonesia, 2015
x + 397 hlm: 21x 29,7 cm
ISBN 978-602-99314-3-3 (Jilid Lengkap)
ISBN 978-602-99314-5-7 (Jilid 2)
@ Hak Cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari
penerbit.
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8

Rumusan Seminar Nasional Ikan VIII

Seminar Nasional Ikan ke 8 dilaksanakan bersamaan dengan Kongres ke 4


Masyarakat Iktiologi Indonesia pada tanggal 3-4 Juni 2014 di Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Peserta yang hadir tercatat berjumlah 202 orang
yang berasal dari berbagai lembaga antara lain perguruan tinggi, lembaga penelitian,
lembaga pemerintah pusat dan daerah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan,
organisasi profesi, dan perorangan. Kota asal peserta mencakup dari ujung barat Indo-
nesia (Banda Aceh) sampai ke ujung timur Indonesia (Manokwari).
Sebanyak enam makalah utama dan 157 makalah teknik telah dipresentasikan.
Makalah teknis yang dipresentasikan secara oral berjumlah 127 makalah, sedangkan
yang dipresentasikan lewat poster berjumlah 30 makalah. Makalah-makalah tersebut
mencakup berbagai bidang, yakni sumber daya ikan, keanekaragaman dan konservasi
ikan, pengembangan budi daya ikan, gizi dan pengolahan ikan, penangkapan ikan, dan
sosial ekonomi perikanan.
Beberapa butir penting yang mengemuka dalam seminar yang berlangsung se-
lama dua hari ialah:
 Menjawab perkembangan dan kemajuan pengetahuan dan teknologi untuk me-
ngelola dan mengonservasi sumber daya ikan, telah mampu dilakukan oleh pa-
ra pakar. Dukungan pemerintah dan pemangku kepentingan untuk kegiatan ini
sangat diperlukan mengingat pengadaan dan pelaksanaannya tidak mudah dan
memerlukan biaya.
 Riset sumber daya perikanan sudah banyak dilakukan di berbagai wilayah, na-
mun informasi yang diperoleh perlu dirangkum menjadi satu informasi yang
komprehensif agar bisa dimanfaatkan utk riset tindak lanjut dan dasar penyu-
sunan kebijakan.
 Peningkatan produksi budi daya ikan dihadapkan pada berbagai isu seperti la-
han yang terbatas, penurunan mutu air, penyakit akibat infeksi bakteri dan vi-
rus, peningkatan harga pakan akibat harga bahan baku yang sebagian besar
impor, penyakit akibat infeksi bakteri dan virus, serta penerapan budi daya ikan
yang kurang memenuhi prinsip keseimbangan ekologis.
 Jawaban atas tantangan yang dihadapi pada aspek teknis budi daya adalah
intensifikasi penerapan teknologi budi daya ikan secara terpadu, dimulai dari
penggunaan benih ikan unggul, penggunaan feed additive sebagai immunosti-
mulan dan bakteri probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan dan
peningkatan efisiensi pakan. Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan
baku pakan impor, berbagai penelitian untuk mencari bahan baku lokal sudah
banyak dilakukan.
 Perlu kerjasama berbagai bidang, agar hasil penelitian sumber daya perikanan
khususnya mengenai kekayaan jenis dapat digunakan dalam bidang budi daya
khususnya diversifikasi jenis ikan budi daya agar tidak bergantung kepada spe-
sies introduksi.
 Sumber daya ikan yang diungkapkan memiliki cakupan yang cukup luas. Dari
reproduksi, makanan, dinamika populasi hingga potensi perikanan dan sistem

v
Rumusan Seminar Nasional Ikan ke 8

pengelolaannya. Sumber daya ikan yang dibahas mencakup perairan tawar,


estuari, pesisir, terumbu karang, dan laut lepas. pengaruh lingkungan fisika ose-
anografi, distribusi, kelimpahan
 Pada masa yang akan datang, pengelolaan perikanan harus diarahkan pada pe-
ngelolaan perikanan secara terpadu, dengan pendekatan ekosistem dan melibat-
kan partisipasi masyarakat (ko-manajemen) yang berorientasi ekonomi kerak-
yatan dengan otoritas pengelola berada di tangan pemerintah daerah.
 Keragaman ikan di perairan banyak dikemukakan . Beberapa jenis ikan lokal te-
lah didomestikasikan untuk mendukung pengembangan budi daya. Beberapa
teknologi tepat guna juga telah dipresentasikan untuk mendukung proses pro-
duksi terhadap jenis-jenis ikan yang telah berkembang maupun jenis-jenis ikan
yang baru didomestikasikan
 Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
mengenai status dan identifikasi spesies, antara lain penggunaan barcode DNA.
Perlu diseminasi penggunaan metoda penelitian dan analisis data yang baku
terkait dengan keanekaragaman iktiofauna.
 Upaya konservasi ikan dapat dilakukan melalui mempertahankan dan menghi-
dupkan kembali kearifan lokal dan mengembangkan lagu-lagu rakyat.
 Pada habitat yang telah mengalami kerusakan dapat dilakukan dengan memu-
lihkan seperti sedia kala (restorasi ekosistem) yang tentu memerlukan upaya
keras.
 Pengelolaan pelabuhan perikanan penting diperhatikan berkait dengan aktivi-
tasnya, pemasaran ikan ,
 Beberapa pengolahan hasil perikanan dan produknya diksajikan antara lain
kandungan asam amino, fortifikasi produk olahan, dan kandungan gizi pada
bandeng.

vi
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8

Interaksi ikan hasil tangkap sampingan dan ikan target


di perikanan rawai tuna bagian timur Samudera Hindia

Dian Novianto, Budi Nugraha

Loka Penelitian Perikanan Tuna


Surel: novianto_dian@yahoo.com.au

Abstrak
Pengoperasian rawai tuna juga menangkap jenis-jenis lain selain tuna yang dikenal dengan se-
butan hasil tangkap sampingan (HTS) yang tertangkap secara tidak sengaja dikarenakan adanya
keterkaitan secara ekologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi jenis HTS
dan mencoba menganalisis hubungan interaksi ikan HTS dengan ikan tuna sebagai tangkapan
utama pada perikanan rawai tuna di bagian timur Samudera Hindia. Pengamatan dilakukan pa-
da bulan Februari 2013 – Januari 2014 dengan mengikuti kegiatan operasi penangkapan 7 kapal
rawai tuna komersial dengan selama 226 hari operasi penangkapan. Hasil penelitian menunjuk-
kan terdapat 36 jenis di mana ikan target terdiri atas 4 jenis (26, 11%) dan ikan HTS 32 jenis yang
terdiri atas ikan yang dimanfaatkan (24,08%) dan ikan yang tidak dimanfaatkan (49,74%). Hasil
tangkapan sampingan berturut-turut terdiri atas ikan naga (Alepisaurus ferrox 42,87%), pari lemer
(Pteroplatytrygon violacea 22,05%), escolar (Lepidocybium flavobrunneum 10,22%), dan bawal sabit
(Taractichthys steindachneri 8,21%) sedangkan jenis ikan lain adalah ikan paruh panjang (billfish, 6
spesies); berbagai jenis cucut dan pari Elasmobranchii, 10 spesies), ikan teleostei (bony fishes,11
spesies), serta penyu lekang.

Kata kunci: hasil tangkap sampingan, rawai tuna, Samudera Hindia

Pendahuluan
Rawai tuna (tuna longline) merupakan salah satu alat tangkap yang sangat efektif
untuk menangkap tuna. Dalam pengoperasiannya rawai tuna juga menangkap jenis-
jenis lain selain tuna yang dikenal dengan sebutan hasil tangkap sampingan (HTS) yang
tertangkap secara tidak sengaja dikarenakan adanya keterkaitan secara ekologi. Dam-
pak ekologi perikanan rawai tuna bervariasi bergantung kepada kapan, di mana, dan
bagaimana tali utama dan tali cabang (pancing) dibentuk. Komposisi jumlah dan jenis
spesies ikan target dan non target hasil tangkapan rawai tuna sangat dipengaruhi oleh
konfigurasi alat tangkap terutama posisi mata pancing didalam air (the depth of hooks),
kapan dan di mana melakukan penangkapan yang berhubungan dengan habitat, pe-
nyebaran, dan kebiasaan hidup spesies tersebut (Bartram & Kaneko 2009).
Pengoperasian rawai tuna komersial di Indonesia pada umumnya multi spesies
yaitu mereka tidak hanya menangkap tuna namun mereka juga menangkap beberapa
spesies yang memiliki nilai jual yang akan memberikan tambahan penghasilan untuk
mereka.
Penelitian hasil tangkap sampingan perikanan tuna di Samudera Hindia telah
dilakukan (Read 2007, Huang et al. 2008, Prisantoso et al. 2010, dan Setyadji & Nugraha
2012). Kekhawatiran dan perhatian terhadap HTS merupakan isu penting dalam usaha
pengelolaan dan konservasi dikarenakan beberapa jenis HTS, paus, lumba-lumba dan
pesut, burung laut, penyu, hiu dan pari, dan beberapa spesies lainnya yang sangat ren-
tan terhadap tekanan penangkapan yang berlebihan dan membutuhkan waktu yang
lama untuk memulihkan populasinya (Heithaus et al. 2008).

19
Dian Novianto, Budi Nugraha

Secara keseluruhan ketersediaan data HTS (bycatch) dan ikan yang tidak terman-
faatkan (discards) pada perikanan rawai tuna di Samudera Hindia sangat kurang, teru-
tama bila dibandingkan dengan yang ada pada perikanan rawai tuna di Samudera Pa-
sifik bagian timur (Joseph 2009).
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi jenis HTS dan menco-
ba menganalisis hubungan interaksi ikan hasil tangkap sampingan ( non target species)
dengan ikan tuna sebagai tangkapan utama (target species) pada perikanan rawai tuna di
bagian timur Samudera Hindia.

Bahan dan metode


Pengumpulan data
Data HTS berasal dari data observer ilmiah Stasiun Monitoring Perikanan Tuna
Benoa yang telah berganti nama menjadi Loka Penelitian Perikanan Tuna sejak 1 Janu-
ari 2011. Data dikumpulkan pada periode Februari 2013 – Januari 2014 dengan melaku-
kan perjalanan sebanyak 7 trip pada kapal yang berbeda selama 226 hari operasi pe-
nangkapan pada rawai tuna komersial. Data yang dikumpulkan meliputi aspek pe-
nangkapan; spesifikasi kapal rawai tuna, spesifikasi alat tangkap rawai tuna, operasi-
onal penangkapan (jumlah hari operasi, jumlah anak buah kapal, informasi setting dan
hauling, daerah penangkapan), aspek biologi, komposisi hasil tangkapan, distribusi
ukuran panjang dan berat ikan dan rasio seks, waktu makan ikan dengan mengguna-
kan alat hook timer. Daerah penangkapan terletak pada 90 - 50 LS dan 1100 – 1220 BT
(Gambar 1).

Samudera Hindia

Gambar 1. Daerah penangkapan rawai tuna selama observasi ilmiah

20
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8

Analisis data
Ikan HTS adalah ikan yang ikut tertangkap pada rawai tuna longline selain ikan
target, yakni tuna mata besar (bigeye tuna/Thunnus obesus), tuna sirip kuning (yellow
fin tuna/Thunnus albacares), tuna sirip biru selatan (southern bluefin tuna/Thunnus ma-
ccoyii), dan albakora (albacore/Thunnus alalunga). Data jenis HTS digunakan untuk
memperoleh komposisi HTS rawai tuna yang beroperasi di perairan Samudera Hindia
dan dianalisis dengan menggunakan program Microsoft Office Excel. Data waktu ma-
kan ikan yang diperoleh dari informasi hook timer dicatat ke dalam program Microsoft
Excel untuk kemudian dianalisis menggunakan diagram. Analisis deskriptif digunakan
dalam upaya untuk mengetahui interaksi antara ikan non target dengan ikan target
selama operasi penangkapan.
Upaya penangkapan dalam perikanan rawai tuna dinyatakan dalam jumlah
pancing yang digunakan pada suatu daerah tertentu, sedangkan hasil tangkapan per
satuan upaya dihitung sebagai jumlah ikan/bobot ikan yang tertangkap per 100 atau
1.000 pancing (Klawe 1980). Mengacu pada Prisantoso et al. (2010), hasil tangkapan per
satuan upaya ini disebut juga dengan laju pancing (hook rate) yang ditulis dalam persa-
maan sebagai berikut:
HR = JI x A
JP
HR = laju pancing (ekor/100 pancing)
JI = jumlah ikan (ekor)
JP = jumlah pancing
A = 100 atau 1000 (per 100 atau 1.000 pancing)

Hasil dan pembahasan


Hasil
Total hasil tangkapan selama 226 hari operasi penangkapan rawai tuna dengan
mengikuti 7 kapal yang berbeda berhasil mengobservasi 386.178 mata pancing, dengan
komposisi dan jumlah tiap spesies berturut-turut terdiri atas ikan naga (Alepisaurus fer-
rox) 1880 ekor (42,87%) di mana hook rate /1000 sebesar 48,68; ari lemer (Pteroplatytrygon
violacea) 967 ekor (22,05%) hook rate 25,04; escolar (Lepidocybium flavobrunneum) 448 ekor
(10,22%) hook rate 11,60; kemudian bawal sabit (Taractichthys steindachneri) 360 ekor
(8,21%); dan jenis lain di bawah 5% dengan nilai hook rate di bawah angka 5 (Tabel 2).

Tabel 1. Komposisi hasil tangkapan utama, nama kode, jumlah hasil tangkapan, persen-
tase dan nilai hook rate tiap spesies
Nama Indonesia Nama latin Kode Total (ekor) % Hook rate
Albakora Thunnus alalunga) ALB 812 13,70 2,103
Tuna mata besar Thunnus obesus BET 510 8,60 1,321
Madidihang Thunnus Albacares YFT 203 3,42 0,526
Tuna sirip biru selatan Thunnus maccoyii SBF 25 0,42 0,065

21
Dian Novianto, Budi Nugraha

Tabel 2. Komposisi HTS, nama kode, jumlah hasil tangkapan, persentase dan nilai hook
rate tiap spesies
No Nama Indonesia Nama Latin Kode Total (ekor) % Hook rate
Tuna (scombridae)
1 Cakalang Katsuwonus pelamis SKJ 77 1,76 1,99
2 Tongkol Kenyar Sarda orientalis SAO 1 0,02 0,03
Ikan lainnya (Bony Fishes)
3 Escolar Lepidocybium flavobrunneum LEC 448 10,22 11,6
4 Bawal sabit Taractichthys steindachneri TST 360 8,21 9,32
5 Bawal lonjong Taractes rubescens TCR 98 2,23 2,54
6 Tenggiri laki Acanthocybium solandri WAH 70 1,6 1,81
7 Ikan opah Lampris guttatus MON 57 1,3 1,48
8 Lemadang Coryphaena hippurus CDF 13 0,3 0,34
9 Gindara Ruvettus pretiosus OIL 9 0,21 0,23
10 Bawal ekor perak Taractes rubescens EIL 4 0,09 0,1
Ikan Berparuh (Billfishes)
11 Ikan pedang Xiphias gladius SWO 109 2,49 2,82
12 Setuhuk biru Makaira nigricans BLZ 44 1 1,14
13 Setuhuk hitam Istiompax indica BLM 40 0,91 1,04
14 Ikan layaran Istiohorus platypterus SFA 17 0,39 0,44
15 Ikan tumbuk Tetrapturus angustirostris SSP 11 0,25 0,28
16 Setuhuk loreng Tetrapturus audax MLS 3 0,07 0,08
Ikan bertulang rawan (Elasmobranchii)
17 Hiu Selendang biru Prionace glauca BSH 44 1 1,14
18 Hiu lanjaman Carcharhinus brevipinna CCB 4 0,09 0,1
19 Hiu moro Isurus oxyrinchus MSO 3 0,07 0,08
20 Hiu koboy Carcharhinus longimanus OCS 2 0,05 0,05
21 Hiu tikus Alopias pelagicus TSP 2 0,05 0,05
22 Hiu tikus Alopias superciliosus TSS 1 0,02 0,03
23 Hiu martil Sphyrna spp. SPY 1 0,02 0,03
24 Hiu macan Galeocerdo cuvier TIG 1 0,02 0,03
Ikan yang tidak dimanfaatkan (discards)
25 Ikan naga Alepisaurus ferrox NGA 1880 42,87 48,68
26 Pari lemer Pteroplatytrygon violacea DAS 967 22,05 25,04
27 Hiu buaya Pseudocarcharias kamoharai CSK 63 1,44 1,63
28 Layur Hitam Gempylus serpens HAR 33 0,75 0,85
29 Ikan mambo Mola mola MOX 11 0,25 0,28
30 Pari plampangan Mobula japonica RMJ 3 0,07 0,08
31 Layur merah Zu elongatus TRF 3 0,07 0,08
32 Penyu lekang Lepidochelys olivacea LKV 6 0,14 0,16

Berdasarkan konstruksi, rawai tuna dapat digolongkan menjadi 3 tipe yaitu ra-
wai permukaan (surface longline) yang terdiri atas 4-7 pancing antar pelampungnya, ra-
wai pertengahan (middle depth longline) terdiri atas 11 dan 13 pancing, dan rawai dalam
(depth longline) yang terdiri atas 15-21 pancing. Hasil tangkapan berdasarkan tipe, rawai
tuna pertengahan diperoleh tangkapan ikan target sebesar 26,31% terdiri atas 4 jenis do-

22
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8

minan tuna, ikan non target sebesar 16,72% terdiri atas 24 spesies yang memiliki nilai
ekonomi (byproduct) dan ikan yang tidak termanfaatkan dan dibuang kembali ke laut,
biasa dalam kondisi terluka maupun mati 56,97 % yang terdiri atas 7 spesies ikan dan 1
spesies penyu. Hasil tangkapan rawai tuna tipe dalam berupa ikan target 25,62%, ikan
nontarget sebanyak 42,15% terdiri atas 16 spesies, dan 32, 22% ikan discards yang terdiri
atas 6 spesies ikan (Gambar 3).
Posisi ikan tertangkap berdasarkan tali cabang pada rawai tuna sebagai berikut.
Pada rawai tuna dengan jumlah 11 pancing antar basket ikan nontarget banyak tertang-
kap pada posisi pancing nomor 2 sebanyak 32 ekor, sedangkan ikan discards pada pan-
cing nomor 4. Pada rawai dengan jumlah 12 pancing antar basket diperoleh ikan non-
target (48 ekor) dan discards (223 ekor) banyak tertangkap pada pancing nomor 3. Pada
rawai dengan 15 pancing ikan nontarget banyak tertangkap di pancing nomor 6 dan 7
masing-masing 50 ekor sedangkan ikan discards pada pancing nomor 2. Pada rawai de-
ngan 16 pancing ikan nontarget banyak tertangkap pada pancing nomor 10 (43 ekor)
dan ikan discards pada pancing nomor 4 (62 ekor) (Gambar 4).

(a) Persentase (%)


0,00 10,00 20,00 30,00 40,00
(b) Persentase (%)
BET 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00
ALB ALB
YFT Ikan Target : 25,62 %
Ikan Target :
SBF YFT
LEC LEC
TST
SWO TCR
WAH SWO
BSH
BLZ
TCR
MON WAH
OIL
CDF
BLM
CCB Ikan Nontarget : 42,15 % BSH Ikan Nontarget :16,72 %
SKJ
OIL
BLZ
CDF MSO
SSP TIG
OCS
SPY SAO
NGA NGA
DAS
CSK CSK
RME MOX
HAR
TRF TRF

OHR
Ikan Discards : 32,22 % Ikan Discards : 56, 97 %

Gambar 3. Persentase komposisi ikan target dan non target pada tipe rawai tuna dalam
(a) dan rawai tuna pertengahan (b).

23
Dian Novianto, Budi Nugraha

100 Tuna

Frekuensi (ekor)
80 Bycatch
60 Discards
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nomor Pancing

250 Tuna
Frekuensi (ekor)

200 Bycatch
150 Discards
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Nomor Pancing

60 Tuna
Frekuensi (ekor)

Bycatch
40 discards

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nomor Pancing

80 Tuna
Frekuensi (ekor)

60 Bycatch
Discards
40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nomor Pancing

Gambar 4. Komposisi hasil tangkapan ikan nontarget dan ikan target berdasarkan no-
mor pancing

Hasil pengamatan dengan menggunakan alat bantu “Hook timer” untuk menge-
tahui saat ikan memakan umpan diperoleh informasi bahwa ikan pari lemer (DAS) sa-
ngat aktif mencari makan pada malam hari yaitu pada jam 17.00 hingga 24.00 puncak-
nya terjadi pada jam 19.00 sedangkan ikan naga (NGA) memilik dua puncak aktif men-
cari makan yaitu pada jam 19.00 dan 23.00 (Gambar 5).

24
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8

16
14 NGA
12
Frekuensi (ekor)

10 DAS
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
waktu memakan umpan (24 Jam)

Gambar 5. Waktu memakan umpan ikan naga (Alepisaurus ferrox) dan pari lemer (Ptero-
platytrygon violacea )

Pembahasan
Komposisi HTS secara keseluruhan didominasi oleh ikan naga, pari lemer, esco-
lar, bawal sabit, dan ikan pedang. Hal ini juga terjadi di perikanan rawai tuna di Samu-
dera Pasifik (Ward et al. 2004 dan Zhenhua et al. 2012) dan penelitian sebelumnya di
perairan Samudera Hindia (Barata & Prisantoso 2009, Prisantoso et al. 2010, dan Nugra-
ha & Triharyuni 2009) sedangkan perikanan rawai ikan pedang (swordfish) di Atlantik
menunjukkan hiu buaya, hiu tikus, ikan naga, dan pari lemer merupakan HTS yang ba-
nyak tertangkap (Morato et al. 2010). Banyak faktor, termasuk gerakan vertikal mencari
makan, tipe dan ukuran pancing, jenis umpan dan lama perendaman pancing (soak
time), dapat memengaruhi ketersediaan dan kerentanan spesies ikan pelagis pada ope-
rasional penangkapan rawai tuna (Zhu et al. 2012).
Perbedaan konstruksi jumlah pancing memengaruhi kedalaman pancing untuk
mencapai kedalaman renang (swimming layer) ikan target. Beverly et al. (2009) menyata-
kan salah satu teknik yang potensial untuk mengurangi tangkapan yang tidak diingin-
kan adalah menghilangkan pancing permukaan. Tipe rawai dalam dapat mengurangi
interaksi spesies epipelagis karena rata-rata kedalaman pancing dibawah 100 meter.
Meskipun kedalaman pancing rawai permukaan dan dalam berbeda, kedua tipe ini me-
nargetkan tuna mata besar dan menangkap komposisi yang sama; namun ada perbeda-
an signifikan laju tangkap terhadap lima spesies epipelagis nontarget yaitu jenis tenggi-
ri laki, lemadang, ikan tumbuk, setuhuk biru, dan setuhuk loreng lebih sedikit tertang-
kap di tipe rawai dalam. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan
porsi ikan discards (56,97%) yang merupakan ikan jenis epipelagis lebih banyak tertang-
kap tipe rawai yang lebih dangkal dibandingkan tipe rawai dalam (32,22%).
Zhu et al. (2012) menyatakan kecuali untuk hiu tikus (bigeye thresher) dan sabit
bawal (Taractichthys steindachneri), spesies HTS memiliki kedalaman rata-rata yang ber-
beda secara signifikan dari bigeye tuna. Selanjutnya Beverly et al. (2003) species yang
memiliki nilai ekonomis seperti pomfret, escolar, dan opah ditemukan di perairan laut da-
lam dan berkelompok dengan tuna mata besar; sedangkan snake mackerel, lancetfish, dan

25
Dian Novianto, Budi Nugraha

pelagic rays dapat tertangkap pada setiap kedalaman mata pancing. Beverly et al. (2009)
juga menemukan bahwa menghilangkan pancing dangkal di atas 100 m dari kolom air
dari rawai tuna standar (dangkal) secara signifikan dapat meningkatkan tangkapan ba-
wal sabit, dan tangkapan hiu tikus (bigeye thresher) akan meningkat bila menggunakan
pancing dalam. Oleh karena itu, menyesuaikan alat tangkap rawai untuk rentang keda-
laman tertentu dapat mengurangi tingkat tangkapan beberapa spesies, tetapi mening-
katkan tingkat tangkapan jenis lainnya (Zhu et al. 2012).
Ward & Myers (2005) menyatakan perbandingan catch ability pada siang dan
malam hari mengungkapkan variasi pola makan di antara spesies mesopelagis yang
mungkin merupakan gambaran migrasi vertikal mereka. Nilai catch ability dari bigeye
tuna meningkat pada daerah yang lebih dalam pada siang hari sedangkan pada malam
hari penyebarannya lebih merata, hal ini diduga visibilitas yang sangat penting untuk
distribusi vertikal predator besar seperti bigeye tuna di laut terbuka. Mereka makan di
bawah zona diterangi matahari siang hari di mana mereka dapat menghindari deteksi
oleh mangsanya dan pada malam hari penyebarannya lebih luas karena laut hampir se-
ragam gelap. Distribusi dari predator besar lainnya menunjukkan pola migrasi vertikal
yang mirip dengan bigeye tuna, misalnya, albacore tuna, escolar (Lepidocybium flavo-
brunneum), dan bigeye thresher shark (Alopias superciliosus). Visibilitas juga penting un-
tuk menghindari predator bagi spesies yang berukuran kecil,. mereka berkonsentrasi
pada kedalaman yang dalam, di bawah zona diterangi matahari selama siang hari, di
mana mereka dapat menghindari predator mereka dan malam hari mereka menjelajah
ke permukaan.
Berdasarkan pengamatan di laut dengan menggunakan hook timer, waktu men-
cari makan menunjukkan ikan naga dan pari lemer aktif di malam hari. Diduga mereka
merupakan mangsa bagi ikan predator lainnya sehingga mereka lebih menghindari da-
erah yang terang. Beberapa spesies epipelagis menunjukkan pola yang berlawanan, ber-
konsentrasi di permukaan air selama siang hari dan kemudian mulai lebih luas berge-
rak di malam hari, misalnya ikan tumbuk dan setuhuk loreng (Ward & Myers 2005).

Simpulan
Terdapat 36 spesies yang terdiri atas empat jenis tangkapan utama yakni tuna
mata besar (bigeye tuna/Thunnus obesus), tuna sirip kuning (yellowfin tuna/Thunnus
alba-cares), tuna sirip biru selatan (southern bluefin tuna/Thunnus maccoyii), dan alba-
kora (albacore/Thunnus alalunga), 32 spesies HTS yang terdiri atas 23 spesies yang
dimanfaatkan dan 9 spesies yang dibuang. Interaksi antara ikan target dan nontarget
sangat dipengaruhi oleh kedalaman renang, kebiasaan mencari makan, dan status
mangsa dan pemangsa.

Persantunan
Tulisan ini merupakan kontribusi kegiatan riset Penelitian Kedalaman Renang (swim-
ming layer) dan waktu makan (feeding periodicity) tuna di Samudera Hindia. T.A. 2013,
di Loka Penelitian Perikanan Tuna, Benoa – Denpasar, Bali.

26
Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8

Daftar pustaka
Bartram PK, Kaneko JJ. 2009. Catch to bycatch ratios: comparing Hawaii’s longline
fisheries with others. SOEST 04-05.JIMAR Contribution 04-352. University of
Hawaii-NOAA, Joint Institute for Marine and Atmospheric Research.
http://www.soest.hawaii.edu/pfrp/soest_jimar_rpts/bartram_kaneko_bycatch
_rpt.pdf. diunduh tanggal 1 Mei 2014.
Barata A, Prisantoso BI. 2009. Beberapa jenis ikan bawal (Angel fish, Bramidae) yang
tertangkap dengan rawai tuna (tuna long line) di Samudera Hindia dan aspek
penangkapannya. Bawal, 2(5): 223–227.
Beverly S, Chapman L, Sokimi. 2003. Horizontal longline fishing methods and tech-
niques: a manual for fisherman. Multipress, Noumea, New Caledonia. 130 p.
Beverly S, Curran D, Musyl M, Molony B. 2009. Effects of eliminating shallow hooks
from tuna longline sets on target and non-target species in the Hawaii-based
pelagic tuna fishery. Fisheries Research 96/281–288/ doi:10.1016/ j.fishres.
2008.12.010.
Heithaus, Michael R, Alejandro Frid, Wirsing AJ, Boris Worm. Predicting ecological
consequences of marine top predator declines. Review Trends in Ecology and
Evolution, 23(4). http://dx.doi.org/10.1016/j.tree.2008.01.003 diunduh tanggal
1 Mei 2014.
Huang HW, Chang KY, Tai JP. 2008. Preliminary estimation of seabird bycatch of Tai-
wanese longline fisheries in the Indian Ocean. IOTC-2008-WPEB-17. 5 p.
Joseph J. 2009. Bycatch in the world’s tuna fisheries: An overview of the state of mea-
sured data, programs and a proposal for a path forward. An International Sea-
food Sustainability Foundation White Paper. http://iss-foundation.org/wp-
content/uploads/downloads/2010/12/ISSF-Whitepaper-Bycatch.pdf di unduh
tanggal 2 Mei 2014
Klawe WL. 1980. Long lines catches of tunas within the 200 miles Economic zones of the
Indian and Western Pasific Ocean. Dev. Rep. Indian Ocean Prog. 48: 83 pp.
MoratoT, Hoyle SD, Allain V, Nicol SJ. 2010. Seamounts are hotspots of pelagic biodi-
versity in the open ocean. PNAS vol. 107 no. 21 9707–9711. Available at www.
pnas.org/lookup/suppl/doi:10.1073/pnas.0910290107/-/DCSupplemental.
Nugraha B, Triharyuni S. 2009. Pengaruh suhu dan kedalaman mata pancing rawai tuna
(tuna long line) terhadap hasil tangkapan tuna di Samudera Hindia. J. Lit.
Perikan. Ind. 15(3): 239–247.
Prisantoso BI, Widodo AA, Mahiswara, Sadiyah L. 2010. Beberapa jenis hasil tangkap
sampingan (by-catch) kapal rawai tuna di Samudera Hindia yang berbasis di Ci-
lacap. J. Lit. Perikan. Ind. 16 (3): 185-194.
Read AJ. 2007. Do circle hooks reduce the mortality of sea turtles in pelagic longlines? A
review of recent experiments. Biological Conservation I. 35: 155-169.
Setyadji B, Nugraha B. 2012. Hasil tangkap sampingan kapal rawai tuna di Samudera
Hindia yang berbasis di benoa. J. Lit. Perikan. Ind. 18(1): 43-51.
Ward P, Myers RA. 2005. Inferring the depth distribution of catchability for pelagic
fishes and correcting for variations in the depth of longline fishing gear. Can. J.
Fish. Aquat. Sci. 62: 1130–1142. doi: 10.1139/F05-021.

27
Dian Novianto, Budi Nugraha

Ward P, Ransom A, Myers, Blanchard W. 2004. Fish lost at sea: the effect of soak time on
pelagic longline catches. Fish. Bull. 102:179–195.
ZhenhuaW, Dai Xiaojie, Zhu Jiangfeng, Wang Xuefang. 2013. Catch and depth distribu-
tion of pelagic fishes caught in a Chinese observer trip in the water of eastern
Solomon Islands. WCPFC-SC9-2013/ EB-WP-13.
Zhu J, Xu L, Dai X, Chen X, Chen Y. 2012. Comparative analysis of depth distribution
for seventeen large pelagic fish species captured in a longline fishery in the cen-
tral-eastern Pacific Ocean. Scientia Marina 76(1). doi: 10.3989/scimar.03379.16C.

28

Anda mungkin juga menyukai