Anda di halaman 1dari 60

PERPAJAKAN

PPh OP
POKOK BAHASAN PPH ORANG PRIBADI
1. SUBJEK PAJAK
2. OBJEK PAJAK
3. PEMBUKUAN DAN PENCATATAN (NORMA)
4. PENGHITUNGAN PPH
5. KREDIT PAJAK
6. SPT TAHUNAN PPh
PAJAK PENGHASILAN
(PPh)

ADALAH

PAJAK YANG DIKENAKAN


TERHADAP SUBJEK PAJAK
ATAS PENGHASILAN YANG
DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
DALAM TAHUN PAJAK
SUBJEK PAJAK
Subjek Pajak

Subjek pajak orang atau badan yang dituju oleh UU untuk


dikenakan pajak.

 Orang pribadi
 Warisan yang belum terbagi
Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka
yang berhak yaitu ahli waris.
 Badan
 Bentuk Usaha Tetap

5
SUBYEK PAJAK OP

DALAM NEGERI: LUAR NEGERI


 Orang Pribadi yg
bertempat tinggal di tidak memenuhi syarat
Indonesia sebagai SP DN, tetapi:
 berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dlm jangka MENJALANKAN USAHA/
waktu 12 bulan KEGIATAN MELALUI BUT DI IND
 berada di Indonesia &
mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di MENERIMA / MEMPEROLEH
Indonesia. PENGHASILAN DARI INDONESIA
TANPA MELALUI BUT
Bentuk Usaha Tetap

 Bentuk usaha yang dipergunakan oleh Subjek Pajak OP LN atau


Subjek Pajak Badan LN
 Untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan (pekerjaan
bebas) di Indonesia
Perbedaan SP OP DN dan SP OP LN

Kewajiban Perpajakan SP OP DN SP OP LN

Penghasilan
Negara Sumber
dari Indonesia dan Penghasilan yang berasal
Penghasilan yang
dari luar Indonesia dari Indonesia saja
dikenakan pajak
(world wide income)

Dasar Pengenaan Dikenakan PPh dari Dikenakan PPh dari


Pajak penghasilan netto penghasilan bruto

Tarif PPh Ps 26 / sesuai


Tarif Pajak Tarif PPh Pasal 17
dengan Tax Treaty
Tidak wajib
Kewajiban Wajib menyampaikan
menyampaikan SPT
Penyampaian SPT SPT Tahunan
Tahunan
Bukan Subjek Pajak OP
 kantor perwakilan negara asing;
 pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain
dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang
bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka dengan syarat
bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta
negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
 organisasi-organisasi internasional dan para pejabatnya dengan syarat:
- Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
- tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan
dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran para anggota;

9
SE-57/PJ/2009 tentang Perlakuan PPh Atas Penghasilan
WNI yang Bekerja Sebagai Official Pada Badan-Badan
Internasional Dari PBB

 Warga Negara Indonesia yang bekerja sebagai official pada


dan hanya memperoleh penghasilan dari badan-badan
internasional dari PBB
 mendapat perlakuan perpajakan yang sama sebagaimana
dinikmati oleh official dari PBB
 yaitu atas penghasilan yang diterima bukan
merupakan objek pajak yang dikenakan Pajak
Penghasilan
Perpajakan WNI di Lembaga Bukan Subjek Pajak

 Warga Negara Indonesia yang bekerja sebagai official pada


lembaga/organisasi yang BUKAN SUBJEK PAJAK
SELAIN dari badan-badan internasional dari PBB, maka
Kewajiban PPh OP - nya SETOR sendiri (self assessment) akhir tahun
di SPT-nya
 Karena organisasi tersebut tidak memotong PPh Pasal 21

 Untuk meringankan PPh Kurang Bayar di akhir tahun,


WP OP mengangsur tiap bulan (PPh Pasal 25)
Kewajiban Pajak Subjektif
SP OP DN SP OP LN
Kewajiban
Pajak Subjektif Warisan yang
Orang Pribadi Melaui BUT Non BUT
belum terbagi

saat
Saat Dilahirkan, saat warisan saat menjalankan
memperoleh/men
berada/berniat yang belum usaha/melakukan
Timbul erima
Tinggal di terbagi itu kegiatan melalui
penghasilan di
Indonesia timbul BUT di Indonesia
Indonesia

saat meninggal saat warisan saat tidak lagi saat tidak lagi
dunia/meninggal tersebut selesai memperoleh/men memperoleh/men
Berakhir kan Indonesia dibagikan erima erima
untuk selama- kepada ahli penghasilan di penghasilan di
lamanya waris Indonesia Indonesia
OBJEK PAJAK
PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN


EKONOMIS YANG :

 diterima atau diperoleh Wajib Pajak,


 berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia,
 dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak,
 dengan nama dan dalam bentuk apapun
Penghasilan

Dikenakan Pajak dengan Tarif Umum


P Objek
E Pajak Dikenakan Pajak dengan Tarif
N Khusus dan Bersifat Final
G PPh Ps 4 ayat (2)
H
A
S
I Tidak digabungkan
L Bukan dengan Penghasilan
A Objek yang dikenakan Pajak
N Pajak dengan Tarif Umum
PPh Ps 4 (3)
Klasifikasi Penghasilan
 Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan
kerja, seperti ; gaji, honorarium,

 Penghasilan dari pekerjaan bebas, seperti ;


penghasilan dari praktek dokter, notaris,
arsitek, pengacara, dsb.

 Penghasilan dari usaha dan kegiatan.

 Penghasilan dari modal yang berupa harta


gerak ataupun harta tak gerak seperti ;
bunga, dividen, royalty, sewa, keuntungan
penjualan harta atau hak yang dipergunakan
untuk usaha, dsb.
Penghasilan menurut Pengenaan Pajaknya

 Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan


PPh Final dan Tidak Final
diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UU PPh

 Penghasilan tertentu yang merupakan objek pajak yang


dikenakan PPh FINAL
diatur dalam PASAL 4 AYAT (2) UU PPh
diatur lebih lanjut dengan PP;

 Penghasilan yang BUKAN OBJEK PAJAK


diatur dalam PASAL 4 AYAT (3) UU PPh
PENGHASILAN WP OP MENURUT PASAL 4 AYAT (1)

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa


2. Hadiah dan penghargaan :
3. Laba usaha
4. Bunga :
5. Deviden :
6. Royalti :
7. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
8. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala, misal tunjangan
seumur hidup yang dibayar berulang-ulang.
9. Premi asuransi, termasuk premi reasuransi.
Biasanya dimasukan dalam penghasilan bruto ditempat karyawan
bekerja.
10.Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
PPh Pasal 4 ayat (2) / PPh Final
 Dalam rangka penghitungan SPT Tahunan, penghasilan
yg dikenakan PPh Final tdk digabung dengan
penghasilan lain (non final)
 PPh final yang dibayar/dipotong tdk dapat dikreditkan
di SPT Tahunan
 Biaya utk menghasilkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang dikenakan PPh final, biaya tersebut
tdk dapat dikurangkan
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL
• Bunga Deposito,  Penghasilan Pengalihan Hak
Tabungan/Jasa Giro, dan Atas Tanah Dan Bangunan
SBI  Penghasilan Persewaan Tanah
• Bunga Obligasi dan Bangunan
• Bunga Simpanan Koperasi  Penghasilan Usaha Jasa
bagi Orang Pribadi Konstruksi
• Hadiah Undian  Dividen yang diterima WPOP
Dalam Negeri
• Penghasilan Transaksi
Saham dan skuritas lain di  PPh tarif 0,5% PP 23 th 2018
Bursa Efek WP dengan omset < 4,8 M
PENGHASILAN-PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh.
FINAL

1). BUNGA DEPOSITO/TABUNGAN/DISKONTO SBI


berdasarkan PP 131 TAHUN 2000, jo. KEPMENKEU 51/KMK.04/2001 :
-20% x BRUTO BUNGA WP DN ATAU BUT
-20% x ATAU SESUAI DG P3B BAGI WP LN

2). HADIAH UNDIAN BERDASARKAN PP 132 TAHUN 2000


dikenakan 25% x HADIAH BRUTO baik berupa UANG maupun BARANG

3). BUNGA SIMPANAN KOPERASI


berdasarkan Psl 4 Ayat (2) Huruf (a), UU PPh, jo. PP 15/2009
dikenakan PPh 0% apabila s.d jumlah Rp. 240.000,00/bulan.
dikenakan PPh 10% apabila diatas Rp. 240.000,00/bulan

PASAL 4 Ayat (2)


4). ATAS BUNGA OBLIGASI DAN DISKONTO
BERDASARKAN PP No.16 Th. 2009
DIPOTONG PPh, DENGAN TARIF :
- 15% x BRUTO BAGI WP DN DAN BUT
- 20%, ATAU SESUAI DENGAN P3B BAGI WP LN
- BAGI WP REKSADANA:
 0% UNTUK TAHUN 2009-2010
 5% UNTUK TAHUN 2011-2013
 15% UNTUK TAHUN 2014-DST

5). PENJUALAN SAHAM PENDIRI DIBURSA EFEK PP 41


KEP MK 81/KMK.04/1995, Tgl 6-2-1995
DIKENAKAN PPh. 5% x PENGHASILAN BRUTO, menjadi:
0,5% melalui PP 14 Th. 1997, Tgl 29-5-1997

6). PPh Atas Transaksi derivatif yang diperdagangakan di bursa (PP 17 Tahu
dikenakan tarif 2,5% dari margin awal
Hadiah Undian Hadiah dengan cara diundi

Tarif

25% x Jumlah Bruto Hadiah undian

PP-132 Tahun 2000 berlaku 1 Janauari 2001


Persewaan
Tanah&/Bangunan
Tarif PPh 10% Badan Pemerintah, SPDN,
Penyelenggara Kegiatan, BUT, KSO,
Perwakilan Perusahaan LN

PEMO
TONG
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaris,
PPAT – kecuali Camat, pengacara,
dan konsultan yang melakukan
pekerjaan bebas
b. OP yg menjalankan usaha dengan
pembukuan dan telah terdaftar
sebagai WP
Bukan Objek Pajak
 Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat, dan Harta hibah yg diterima oleh:
 Keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus 1 derajat
 badan keagamaan;
 badan pendidikan;
 badan sosial termasuk yayasan dan koperasi; atau
 Pengusaha kecil yg ditetapkan Menteri Keuangan (PMK-245/PMK.03/2008)
(aset maks 500 juta atau omset maks 2,5 M)
sepanjang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan / penguasaan

 Warisan
sesuatu yg diwariskan, seperti harta, harta pusaka dari orang yg telah meninggal;
waris asli adalah waris yg sesungguhnya, misal anak dan istri;
waris sah adalah penerima warisan yg sah berdasarkan hukum (agama, adat)

 Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwi guna, dan asuransi bea siswa

 iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua yang dibayar oleh
pemberi kerja
Bukan Objek Pajak
 Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa dalam bentuk
natura atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah
Bila pihak yang memberikan natura adalah bukan Wajib Pajak maka natura dan
kenikmatan tersebut merupakan penghasilan bagi yang menerima atau
memperolehnya.
Misal WNI sebagai pegawai perwakilan Diplomatik asing di Jakarta, maka
pemberian natura dan kenikmatan seperti kenikmatan sewa rumah yang dibayar
perwakilan diplomatik tersebut merupakan penghasilan bagi pegawai, karena
perwakilan diplomatik bukan Wajib Pajak.

 Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer,
persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi yang modalnya tidak terbagi atas
saham-saham

 Beasiswa, tidak berlaku apabila penerima beasiswa mempunyai hubungan


istimewa dengan Pemilik, Komisaris, Direksi atau Pengurus.
PEMBUKUAN, NORMA
DAN PENGHITUNGAN PPh
Pembukuan
 Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur

 Untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan


yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa,

 Yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan


berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap tahun
pajak berakhir.
Proses Pembukuan:
Laporan Keuangan Lapkeu Fiskal

Rekonsiliasi
Fiskal Berdasar UU
Pajak dan
Berdasar PSAK peraturan

Neraca, L/R,
Arus Kas, Penghasilan Neto
Ekuitas, dll Fiskal
Norma Penghitungan Penghasilan Neto
 Pedoman untuk menentukan penghasilan netto WP, karena wajib pajak
tersebut tidak wajib melakukan pembukuan.
 Wajib Pajak yang boleh menggunakan norma penghitungan adalah wajib
pajak orang pribadi yang memenuhi syarat-syarat berikut :
 Peredaran bruto dalam 1 tahun tidak mencapai Rp
4.800.000.000,00.
 Memberitahukan kepada Dirjen Pajak dalam jangka waktu 3 bulan
pertama dari tahun buku.
 Menyelenggarakan Pencatatan .
 Dalam hal wajib pajak tersebut tidak menyampaikan pemberitahuan
kepada Dirjen Pajak seperti tersebut di atas, dianggap memilih
menyelenggarakan pembukuan.
Norma Penghasilan Neto
PER-17/PJ./2015

 Pengelompokan menurut jenis usaha & wilayah


 10 ibu kota propinsi
○ Medan - Surabaya
○ Palembang - Denpasar
○ Jakarta - Manado
○ Bandung - Makasar
○ Semarang - Pontianak
 Ibu kota propinsi lainnya
 Daerah lainnya
Contoh Lampiran PER-17/PJ./2015

10 ibu kota
Daerah
Kode Jenis Usaha kota propinsi
lainnya
propinsi lainnya
74901 Jasa penyelidikan 32 31 29
dan keamanan

86201 Dokter 50 50 50
Simulasi PPh, Pekerjaan Bebas DOKTER
Tarif Norma 50%

 Pendapatan Jasa setahun 1.000.000.000


 Tarif Norma 50%

 Penghasilan Neto = 50% x 1.000.000.000


= 500.000.000
PTKP

PENGHASILAN TIDAK
KENA PAJAK
No PTKP 2016 PTKP 2015 Uraian
a. 54.000.000 36.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi

b. 4.500.000 3.000.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang


kawin
c. 54.000.000 36.000.000 tambahan untuk seorang isteri (hanya
seorang istri) yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami
d. 4.500.000 3.000.000 tambahan untuk setiap anggota
keluarga sedarah dan keluarga
semenda dalam garis keturunan
lurus serta anak angkat, yang
menjadi tanggungan sepenuhnya,
paling banyak 3 (tiga) orang untuk
setiap keluarga.
PTKP 2015
WP TAMBAHAN TANG
STATUS DIRI WP TOTAL
KAWIN ISTRI GUNGAN
TK/- 36.000.000 - - - 36.000.000
TK/1 36.000.000 - - 3.000.000 39.000.000
TK/2 36.000.000 - - 6.000.000 42.000.000
TK/3 36.000.000 - - 9.000.000 45.000.000
K/- 36.000.000 3.000.000 - - 39.000.000
K/1 36.000.000 3.000.000 - 3.000.000 42.000.000
K/2 36.000.000 3.000.000 - 6.000.000 45.000.000
K/3 36.000.000 3.000.000 - 9.000.000 48.000.000
K/I/ - 36.000.000 3.000.000 36.000.000 - 75.000.000
K/I/1 36.000.000 3.000.000 36.000.000 3.000.000 78.000.000
K/I/2 36.000.000 3.000.000 36.000.000 6.000.000 81.000.000
K/I/3 36.000.000 3.000.000 36.000.000 9.000.000 84.000.000
Ketentuan PTKP
 Status Wajib Pajak ditentukan menurut keadaan pada awal tahun
pajak atau awal bagian tahun pajak.
 Yang menjadi tanggungan adalah:
- anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus yang menjadi
tanggungan sepenuhnya seperti orang tua lurus ke atas dan
anak lurus ke bawah,
- dan keluarga semenda dalam garis lurus yang menjadi tanggungan
sepenuhnya seperti mertua, serta anak angkat.Yang boleh
menjadi tanggungan paling banyak adalah 3 (tiga) orang.Yang
dimaksud menjadi tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga
yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya
ditanggung olehWajib Pajak.
Status PTKP
 TK/... tidak kawin, ditambah dengan banyaknya
tanggungan anggota keluarga;
 K/... Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan
anggota keluarga;
 K/I/...Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang)
yang penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota
keluarga;
SOAL PTKP
 Andi merupakan Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Tegal
sejak 2007 dan baru menikah pada tanggal 5 januari
2015. berapa PTKP tahun 2015? 2016?

 Usaha Dagang Koboi milik Tn. Heru, status menikah dengan


4 anak, dua anak terakhir kembar lahir 03-01-2017, berapa
PTKP untuk tahun 2017?

 Siti, seorang janda menanggung 2 anak kandung, 1 adik


kandung yang masih sekolah SD dan ibu kandung yang masih
mendapat pensiunan suami, berapa PTKP tahun 2015?
PhKP (Penghasilan Kena Pajak) =

Penghasilan Neto (Fiskal)


-/- Zakat Atas Penghasilan
-/- Kompensasi Rugi (bagi WP yang
menyelenggarakan Pembukuan)
-/- PTKP (Pengh. Tidak Kena Pajak)
Zakat/Sumbangan keagamaan
 Dapat dikurangkan dengan syarat:
a. zakat atas penghasilan yang dibayarkan olehWajib Pajak orang
pribadi pemeluk agama Islam dan/atau olehWajib Pajak badan
dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh Pemerintah; atau
b. sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagiWajib Pajak orang
pribadi pemeluk agama selain agama Islam dan/atau olehWajib
Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama
selain agama Islam, yang diakui di Indonesia yang dibayarkan
kepada lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah.
Zakat atau sumbangan keagamaan dapat berupa uang atau yang
disetarakan dengan uang.
TARIF PPh
Mulai Tahun 2009

No. Lapisan Penghasilan Tarif


T 1. S.d. Rp 50.000.000,- 5%
A
2. Di atas Rp50.000.000,- 15%
R
I s.d. Rp 250.000.000
F 3. Di atas Rp250.000.000,- 25%
s.d.Rp500.000.000,-
4. Di atas Rp500.000.000,- 30%

4
Menghitung PPh Terutang

PPh terutang =
Tarif Pasal 17 x PhKP
PhKP: Penghasilan Kena Pajak
Contoh 1

Penghasilan Kena Pajak Tn.Burjo tahun 2009


adalah sebesar Rp 200.000.000 maka:

PPh terutang:
5% x Rp 50.000.000,- = Rp 2.500.000,-
15% x Rp 150.000.000,- = Rp 22.500.000,-
PPh = Rp 25.000.000,-
Contoh 2

Penghasilan Kena Pajak Tn.Burjo tahun 2009


adalah sebesar Rp 300.000.000 berpa PPh Terutang?

Penghasilan Kena Pajak Tn.T. Arwana tahun 2010


adalah sebesar Rp 9.600.000.000 maka:

Berapa PPh terutang?


Simulasi PPh, Pekerjaan Bebas
Tarif Norma 50%

 Pendapatan Jasa WP OP setahun : 308.000.000


 Tarif Norma : 50%
 Kredit Pajak Pihak Lain : 500.000
 Kredit Pajak Angsuran : 1.000.000

Penghitungan PPh
Penghasilan Neto = 50% x 308.000.000
= 154.000.000
PTKP (TK/0) 54.000.000
Dasar Pengenaan Pajak = 100.000.000
PPh Terutang = 5% x 50.000.000
15% x 50.000.000
= 2.500.000 + 7.500.000
= 10.000.000
Kredit Pajak = 1.500.000
PPh Kurang Bayar = 8.500.000
PENGGABUNGAN PENGHASILAN
Penghasilan yang dilaporkan di SPT
Penggabungan semua Penghasilan:
 Seluruh penghasilan yang diterima atau diperolehWP
(suami).
 Seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh isteri,
kecuali penghasilan tersebut semata-mata dari bekerja pada
satu pemberi kerja yang telah dipotong PPh Pasal 21 dan
pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau
pekerjaan bebas suaminya atau anggota keluarga lainnya.
 Seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh anak yang
belum dewasa

Objek Pajak
Penghasilan isteri
Merupakan Obyek PPh umum bagi Suaminya

KECUALI

1. Penghasilan tersebut semata-mata diterima atau


diperoleh dari satu pemberi kerja yang telah
dipotong PPh Pasal 21, dan
2. Pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan
usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota
keluarga lainnya
Penghasilan Anak Belum Dewasa

DIGABUNG DENGAN
PENGHASILAN ORANG TUANYA

Anak belum dewasa : anak yang belum berumur 18


tahun dan belum pernah menikah
Pengenaan Pajak Secara Terpisah Bagi WP OP

 Suami isteri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim;


 Dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri berdasarkan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan;
 Dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak
dan kewajiban perpajakannya sendiri
(Istri mempunyai NPWP sendiri dan berbeda dengan NPWP
suami)
Ilustrasi 1
 Tn. Ali yang memperoleh penghasilan neto dari usaha sebesar Rp 100.000.000,00 mempunyai
seorang isteri yang menjadi pegawai dengan penghasilan neto sebesar Rp 70.000.000,00.
 Apabila penghasilan isteri tersebut diperoleh dari satu pemberi kerja dan telah dipotong pajak
oleh pemberi kerja dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha suami atau
anggota keluarga lainnya, penghasilan neto sebesar Rp 70.000.000,00 tidak digabung dengan
penghasilanTn. Ali dan pengenaan pajak atas penghasilan isteri tersebut bersifat final.
 Apabila selain menjadi pegawai, isteri Tn. Ali juga menjalankan usaha, misalnya salon kecantikan
dengan penghasilan neto sebesar Rp 80.000.000,00, seluruh penghasilan isteri sebesar Rp
150.000.000,00 (Rp 70.000.000,00 + Rp 80.000.000,00) digabungkan dengan penghasilan
Tn. Ali.
 Dengan penggabungan tersebut, Tn. Ali dikenai pajak atas penghasilan neto sebesar Rp
250.000.000,00 (Rp 100.000.000,00 + Rp 70.000.000,00 + Rp 80.000.000,00). Potongan
pajak atas penghasilan isteri tidak bersifat final, artinya dapat dikreditkan terhadap pajak yang
terutang atas penghasilan sebesar Rp 250.000.000,00 tersebut yang dilaporkan dalam SPT
Tahunan PPh.
Ilustrasi 2
 Penghitungan pajak bagi suami‐isteri yang mengadakan perjanjian pemisahan
penghasilan secara tertulis atau jika isteri menghendaki untuk menjalankan hak dan
kewajiban perpajakannya sendiri adalah sebagai berikut:

 Dari ilustrasi 1, apabila isteri menjalankan usaha salon kecantikan, pengenaan pajaknya
dihitung berdasarkan jumlah penghasilan sebesar Rp 250.000.000,00.

 Misalnya, pajak yang terutang atas jumlah penghasilan tersebut adalah sebesar Rp
27.550.000,00 maka untuk masing‐masing suami dan isteri pengenaan pajaknya
dihitung sebagai berikut:

 Suami : 100.000.000,00 x Rp 27.550.000,00 = Rp 11.020.000,00


250.000.000,00

 Isteri : 150.000.000,00 x Rp 27.550.000,00 = Rp 16.530.000,00


250.000.000,00
KREDIT PAJAK
CONTOH PENGHITUNGAN KREDIT PAJAK:

PPh TERUTANG Rp 80.000.000,00

KREDIT PAJAK :

a. PPh Pasal 21 Rp 5.000.000,00


b. PPh Pasal 22 Rp 5.000.000,00
c. PPh Pasal 23 Rp 10.000.000,00
d. KPLN (Pasal 24) Rp 15.000.000,00
e. DIBAYAR SENDIRI
OLEH WP (Pasal 25) Rp 10.000.000,00

JUMLAH PPh YG
DPT DIKURANGKAN (Rp 45.000.000,00)

PPh YG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 35.000.000,00


SPT Tahunan PPh

 WP Badan 1771
 WP OP:
 Form 1770
 Form 1770 S
 Form 1770 SS
 Form 1770 diperuntukkan bagi :

 WP Orang Pribadi yang melakukan kegiatan


usaha/pekerjaan bebas baik memakai Norma atau
Pembukuan
 menerima atau memperoleh penghasilan dari satu atau
lebih pemberi kerja; dan/atau
 menerima atau memperoleh penghasilan yang telah
dikenakan pajak bersifat final; dan/atau
 menerima penghasilan lainnya (dari harta atau luar negeri) ;
dan/atau
 menerima penghasilan yang bukan merupakan obyek pajak
 Form 1770 S (Sedehana) diperuntukkan bagi :

 menerima atau memperoleh penghasilan dari satu atau lebih


pemberi kerja; dan/atau
 menerima atau memperoleh penghasilan yang telah dikenakan pajak
bersifat final; dan/atau
 menerima penghasilan lainnya (dari harta atau luar negeri)
 menerima penghasilan yang bukan merupakan obyek pajak
 Form 1770 SS (Sangat Sederhana) diperuntukkan bagi :

 mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja


dengan jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak
melebihi dari Rp 60.000.000 (empat puluh delapan juta
rupiah) setahun dan

 tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan


bunga bank dan/atau bunga koperasi

 Formulir 1721-A1 atau Formulir 1721-A2 merupakan


bagian tidak terpisahkan dari Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
Sangat Sederhana
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai