Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN JENDELA PINTAR PADA FUNGSI BANGUNAN PANTI

JOMPO DI MALANG

ARTIKEL ILMIAH

DWI RAHAYU AMINI


NIM. 135060500111025

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

MALANG

2017
Penerapan Jendela Pintar pada Fungsi Bangunan Panti Jompo
di Malang

Dwi Rahayu Amini

Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya


Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
Alamat Email penulis: dwii.match@gmail.com

ABSTRAK

Kota Malang merupakan kota dengan iklim tropis lembab yang berada di dataran tinggi
sehingga memiliki suhu udara yang sejuk. Kondisi geografis dan iklim tersebut
mempengaruhi tingginya bangunan hunian di kota Malang. Panti jompo merupakan salah
satu bangunan hunian bagi penduduk lanjut usia yang terlantar. Keterbatasan fisik yang
dialami lansia sehingga membatasi pergerakan lansia. Hal ini menyebabkan perlu
perancangan khusus untuk ruang dalam panti jompo karena aktivitas lansia yang sering di
dalam ruangan. Sehingga perlu peningkatan kualitas pencahayaan dan penghawaan alami
di dalam ruangan. Salah satu penerapannya adalah dengan membuat elemen pintar, yaitu
jendela. Metode perancangan yang digunakan adalah programatik dan pragmatic. Untuk
pengumpulan data menggunakan kondisi eksisting tapak. Dan dalam analisis dan sintesis
menggunakan metode programatik untuk membuat solusi secara sistematis. Hasil dari
gagasan perancangan jendela pintar tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas
hidup lansia di panti jompo baik dengan kondisi pencahayaan dan penghawaan, maupun
kesehatan.

Kata kunci: panti jompo, pengguna lanjut usia, jendela pintar

ABSTRACT

Malang is a city with a humid tropical climate which is located on a plateau, has a
temperature of cool air. Geographic and climatic conditions that affect the high residential
building in the city of Malang. Nursing home is one of the residential building for the elderly
are neglected. Physical limitations experienced by the elderly, limiting the movement of the
elderly. This causes need a special design for a room in a nursing home for the elderly are
often the activity in the room. So the need to improve the quality of lighting and natural
penghawaan indoors. One application is to create a smart element, namely the window. The
design method used is programmatic and pragmatic. To collect data using the existing
condition of the site. And in the analysis and synthesis using the programmatic method for
making a systematic solution. The results of the design idea of smart windows is expected to
improve the quality of life of the elderly in nursing homes either on the lighting conditions
and penghawaan, and health.

Keywords: nursing home, elderly users, smart window


1. Pendahuluan

Kota Malang merupakan kota yang memiliki iklim tropis lembab dan memiliki
udara yang sejuk karena berada di kawasan dataran tinggi yang mempunyai kisaran
suhu rata-rata 24,13oC, curah hujan rata-rata 1.883 milimeter per tahun dan
kelembaban udara rata-rata sebesar 72 %. Kondisi geografis dan iklim di kota Malang
tersebut juga mempengaruhi kehidupan masyarakat di dalamnya. Iklimnya yang sejuk
membuat masyarakat memiliki minat yang cukup tinggi untuk membuat hunian. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh kondisi pencahayaan dan penghawaan bagi bangunan-
bangunan yang ada.
Banyak jenis fungsi bangunan hunian, terutama yang berada di kota Malang.
Salah satunya adalah fungsi bangunan panti jompo. Bangunan yang memiliki penghuni
dengan karakteristik khusus yaitu masyarakat lanjut usia(lansia) ini, memiliki kriteria
yang berbeda dibandingkan dengan fungsi hunian lainnya. Kebutuhan di bangunan panti
jompo sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dari penggunanya yaitu lansia. Sehingga
kenyamanan termal dan visualnya harus dapat menyesuaikan dengan kondisi bagi
lansia. Lansia yang berada di panti jompo cenderung menghabiskan waktu yang lama di
dalam hunian, sehingga kebutuhan pencahayaan dan penghawaan alami pada waktu
siang hari harus dapat mencukupi kebutuhan dari lansia tersebut.
Keberadaan lansia yang sering di ruang dalam menyebabkan kebutuhan khusus
pada desain interior panti jompo. Salah satu elemen interior tersebut adalah jendela. Hal
ini juga disebabkan karena jendela merupakan elemen yang berfungsi sebagai tempat
untuk memasukkan pencahayaan dan penghawaan alami ke dalam ruangan. Selain itu
yang harus dipertimbangkan untuk perancangan jendela di panti jompo adalah agar
dapat meminimalisir masuknya polusi udara dan zat-zat yang berbahaya karena kondisi
kesehatan lansia yang rentan terutama faktor dari luar. Sehingga jendela tersebut harus
dapat memenuhi kebutuhan untuk kenyamanan termal, kenyamanan visual dan juga
kesehatan.
Untuk dapat membuat jendela yang tanggap terhadap kondisi lingkungan dan
fungsi bangunannya, ada 3 pendekatan yang bisa dilakukan saat tahap perancangan
(Hinte et al., 2003), diantaranya adalah melalui aplikasi material, bentuk/desain, dan
komposisi. Jendela tersebut juga harus menyesuaikan dengan aktivitas penghuni di
dalamnya apalagi lansia memiliki aktivitas dengan kebutuhan khusus. Solusi untuk
membuat jendela yang tanggap terhadap kondisi lingkungan adalah dengan
menjadikannya elemen pintar bangunan. Sebagai elemen pintar bangunan, jendela
tersebut dapat menyesuaikan dengan tingkat yang ingin dicapai dan sesuai dengan
kebutuhan, yaitu dasar, menengah atau lanjut (Hinte et al., 2003).
Jendela sebagai elemen pintar bangunan pada fungsi panti jompo dapat
dilakukan dengan 3 aspek, yaitu kesederhanaan desain, kemudahan operasional dan
proses kinerja (Wyckmans, 2005). Karena terkait dengan fungsi lansia, maka
operasional dari jendela tersebut harus disesuaikan dengan mempertimbangkan
keterbatasan yang dimiliki lansia sehingga dapat dioperasionalkan dengan bantuan
perawat maupun staff panti jompo. Sebagai elemen pintar, jendela tersebut juga harus
melakukan pendekatan perancangan dengan arsitektur kinetik, yang bisa dilakukan
dengan cara kinetik statis maupun dinamis (Moloney, 2011). Tetapi keseluruhan
modifikasi jendela tersebut tetap harus memperhatikan dengan kesesuaian pengguna di
dalamnya yaitu lansia.
Untuk membuat elemen pintar jendela, dapat dilakukan modifikasi terhadap
jenis-jenis jendela yang disesuaikan lagi dengan kebutuhan dan aktivitas di ruangan
yang akan diletakkan jendela tersebut.

Gambar 1. Jenis-jenis jendela

Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk menghasilkan gagasan elemen
pintar jendela yang diterapkan pada fungsi bangunan panti jompo di kota Malang.

2. Metode

Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini dibagi menjadi beberapa
tahapan, yaitu tahapan perencanaan dan pengumpulan data, tahap analisis dan sintesis,
serta tahapan perancangan.

2. 1 Tahapan Perencanaan dan Pengumpulan Data

Pada tahapan ini penulis menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan


hasil pengamatan terhadap isu dan permasalahan mengenai kebutuhan bangunan panti
jompo terkait dengan kondisi di iklim tropis. Selain itu, penggambaran tersebut juga
dikaitkan dengan kondisi pelaku utamanya yaitu lansia.

2. 2 Tahapan Analisis dan Sintesis Data

Pada tahapan ini, penulis menggunakan metode programatik dengan pendekatan


rasionalistik secara kualitatif dan kuantitatif sebagai tahapan dalam mengolah data-data
yang sudah diperoleh pada tahapan sebelumnya.

2. 3 Tahapan Perancangan

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir, penulis menggunakan metode intuitif


dan pragmatic yang kemudian dilanjutkan dengan pendekatan rasionalistik sehingga
diperoleh kesimpulan desain yang ada.

3. Hasil dan Pembahasan

3. 1 Tinjauan tapak panti jompo kota Malang


Tapak berada di Jln. Raya Sulfat, Kec. Malang Timur Laut, kota Malang, Jawa
Timur. Tapak merupakan lahan perencanaan untuk bangunan sosial bagi lansia
terlantar yang ditetapkan oleh Dinas Sosial kota Malang. Luas lahan sebesar 6.478,25
m2. KDB dan KLB yang digunakan menggunakan peraturan kawasan setempat yaitu
sebesar 60-80 % dan 0,6-1,6.

Gambar 2. Kondisi tapak dan sekitarnya

3. 2 Analisis Ruang

Ruangan pada bangunan panti jompo ini terbagi menjadi 3 fungsi, yaitu fungsi
primer untuk hunian bagi lansia terlantar, fungsi sekunder yang berkaitan dengan
pelayanan social dan kesehatan, dan fungsi tersier untuk fungsi servis, operasional dan
pengawasan bangunan.

Gambar 3. Zoning ruang pada bangunan panti jompo

3. 3 Analisis Tapak

3.3.1 Analisis Sinar Matahari

Pada kondisi tapak eksisting, sisi terpanjang tapak menghadap timur laut dan
barat daya, sehingga tidak langsung terkena sinar matahari langsung. Namun pada siang
hari, karena minimnya vegetasi peneduh di dalam tapak sehinggs menjadi panas. Selain
itu, dominan sekitar tapak merupakan bangunan berlantai 1 – 2 sehingga tidak terlalu
menaungi sisi panass di dalam tapak. Sehingga memang perlu direkomendasikan
banyak vegetasi peneduh pada tapak.

Gambar 4. Pergerakan matahari di tapak

3.3.2 Analisis Angin

Terdapat dua pergerakan angin sepanjang tahun pada tapak eksisting. Pada
bulan Oktober – April angin bertiup dari arah barat laut dan bersifat basah/penghujan.
Sedangkan pada bulan April – Oktober angin bertiup dari arah tenggara dan bersifat
kering/kemarau. Arah angin ini dapat dimanfaatkan untuk perletakan vegetasi pemecah
angin dan sisi bukaan bangunan.

Gambar 5. Pergerakan matahari di tapak

3. 4 Analisis Bangunan

3.4.1 Analisis fasad bangunan

Fasad bangunan didominasi oleh penggunaan atap miring untuk memudahkan


aliran hujan. Bentuk bangunan yang berongga juga untuk memudahkan pergerakan
angin.

Gambar 6. Fasad bangunan

3.4.2 Analisis ruang luar bangunan

Lansekap dimaksimalkan untuk area taman, area vegetasi dan juga area
berkebun sehingga vegetasi di tapak dapat dimaksimalkan.
Gambar 7. Lansekap bangunan

3.4.3 Analisis ruang dalam bangunan

Desain ruang dalam bangunan panti jompo memanfaatkan penghawaan dan


pencahayaan alami secara maksimal untuk memenuhi kenyamanan iklim pada saat
siang hari dan meminimalisir energi.

Gambar 8. Ruang dalam bangunan

3. 5 Konsep Jendela Pintar Bangunan Panti Jompo

3.5.1 Tata letak

Jendela pintar diletakkan di kamar hunian lansia karena aktivitas lansia yang
sering menghabiskan waktu di kamar. Untuk memaksimalkan pencahayaan, desain
shading device dan jendela dibuat berdasarkan perhitungan SBV dan SBH.

Gambar 9. Tata letak jendela pintar

3.5.2 Bentuk

Jendela pintar panti jompo ini terdiri dari 4 layer pembentuk. Pertama, shading device
dari beton yang terbagi 2 untuk memecah sudut cahaya. Kedua, kusen dari kayu mahoni.
Ketiga, kaca tempered glass yang dibuat menjadi panel-panel. Dan keempat adalah
bingkai dari arang bambu yang berfungsi untuk menyaring polusi dan zat kimia,
pasukan kandungan mineral alami serta memblokir gelombang elektromagnetik dan zat
radioaktif.
Gambar 10. Desain jendela pintar

3.5.3 Sistem Kerja

Terdapat 2 sistem kerja utama pada jendela pintar ini, yaitu terbuka secara vertical dan
horizontal. Arah bukaan ini disesuaikan dengan kebutuhan penggunanya. Penggunaan
arah bukaan vertical untuk memaksimalkan pencahayaan alami dan penggunaan arah
horizontal untuk memaksimalkan penghawaan alami. Selain itu, juga bisa dilakukan
pengaturan untuk keduanya secara bersamaan.

Gambar 11. Sistem kerja jendela pintar

3.5.4 Operasional

System operasional jendela pintar ini menggunakan katrol dan gir yang digerakkan
secara manual oleh manusia. Dua kamar menggunakan satu pusat penggerak yang
diletakkan di koridor. System ini digerakkan oleh staff atau perawat panti jompo karena
kondisi lansia yang sulit memungkinkan untuk menggerakkan jendela tersebut.

Gambar 12. Operasional jendela pintar


4. Kesimpulan

Pendekatan untuk membuat bangunan yang tanggap terhadap kondisi


lingkungan dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya adalah dengan
menerapkan pada elemen bangunan. Bangunan panti jompo sebagai hunian bagi lansia
juga memerlukan kebutuhan untuk tanggap terhadap kondisi lingkungan apalagi
kondisi bangunan yang selalu digunakan setiap saat. Sehingga salah satu pendekatan
yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan elemen pada interior bangunan. Salah
satunya adalah elemen jendela. Dengan membuat gagasan jendela pintar diharapkan
dapat menjadi solusi untuk membuat bangunan panti jompo yang lebih tanggap iklim,
juga untuk dapat bermanfaat bagi kesehatan.

Daftar Pustaka

Hinte, Ed Van et al. 2003. Smart Architecture. Rotterdam: 010 Publisher.

Moloney, Juves. 2011. Designing Kinetics for Architectural Facades States Change.
Routledge.

Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998


tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Lembaran Negara RI tahun 1998, No. 3796.
Jakarta: Sekretariat Negara.

Wyckmans, Annemie. 2005. Intelligent Building Envelopes. Doctoral Thesis Norwegian


University of Science and Technology.

Anda mungkin juga menyukai