Anda di halaman 1dari 76

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 1

2 Karam di Daratan
Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 3
Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019

KARAM DI DARATAN

Kontributor:
Zainal Arifin
Eti Oktaviani
Nico Wauran
Harist Akhmad Muzaki
Herdin
Irnawati
Yunianto
Slamet Riyadi
Iswatun Ulia
Tri Yuliati
Agung Setyawan
Ahmad Syamsuddin Arief
Alvin Afriansyah
Cornelius Gea
Naufal Sebastian

Editor:
Eti Oktaviani
Cornelius Gea

Desain Sampul:
Errik Irwan

Perwajahan dan Tata Letak:


Harist Akhmad Muzaki
Ahmad Syamsuddin Arief

Diterbitkan oleh:
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)-Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang
Jl. Jomblangsari IV No. 17 Jomblang, Candisari, Kota Semarang 50256
Telp. (024)86453054, 86453050 Fax. (024)86453054
Email: office@lbhsemarang.id
Website: lbhsemarang.id

Publikasi ini dimungkinkan atas dukungan dari rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan
Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi dari publikasi ini merupakan tanggung jawab penulis
dan tidak mencerminkan pandangan USAID, Pemerintah Amerika Serikat, atau The Asia Foundation.

4 Karam di Daratan
KATA PENGANTAR

T
ahun 2019 menjadi tahun yang penuh ujian papua. Selain itu juga kasus pelanggaran HAM
bagi demokrasi dan penegakkan Hak Asasi lainnya disktor perburuhan, Sumber Daya Alam,
Manusia (HAM) di Indonesia. Tahun yang lingkungan hidup, serta Pelanggaran HAM yang
juga merupakan tahun politik tersebut diawali menimpa kelompok rentan.
dengan gegap gempita Pemilihan Presiden dan
pemilihan legeslatif. Hiruk-pikuk masing-masing Dalam rentang tahun 2019 LBH Semarang berhasil
calon terdengar silih berganti di media nasional, mendokumentasikan berbagai pelanggaran HAM
lokal maupun media sosial. Namun ditengah yang terjadi di Jawa Tengah. Dalam dokumentasi
itu semua ada yang hilang dari perbincangan, tersebut, kita akan menemui cerita bagaimana
yaitu isu Hak Asasi Manusia. Isu Hak Asasi sulitnya kelompok minoritas mendirikan tempat
Manusia tenggelam bersama pesta demokrasi ibadah di negara yang menjunjung tinggi
para oligarki. Sebagian kelompok masyarakat kebhinekaan dan mengakui keberagaman. Kita
sipil yang tetap “waras” mencoba untuk keluar juga akan menemui cerita para buruh yang
dan menyuarakan pelbagai isu pelanggaran dilanggar hak-haknya di negara yang memliki
HAM, namun yang diterima justru serangan dan peraturan perburuhan dan instansi pengawasan.
tuduhan bahkan ancaman kriminalisasi karena Kita juga akan menemui cerita kekerasan seksual
dianggap mengganngu jalannya pesta demorasi. terjadi di tempat-tempat pendidikan, tempat yang
seharusnya memberikan rasa aman. Kita juga
Pesta demokrasi para oligarki menemukan masih akan menemui cerita berbagai pelanggaran
puncaknya setelah gelaran pilpres dan pileg HAM lainnya yang belum terselesaikan hinga saat
usai. Pelbagai paket peraturan Rancangan ini.
Undang-Undangan (RUU) yang berpotensi
merampas ruang hidup warga negara, Dokumentasi pelangaran HAM 2019 yang dibuat
kebebasan sipil, demokrasi, dan pelanggaran oleh LBH Semarang dituangkan dalam bentuk
HAM dikebut pembahasannya. Eksekutif dan Catatan Akhir Tahun (CATAHU) LBH Semarang
Legislatif saling bahu-membahu dan tanpa malu yang diberi judul “Karam di Daratan”. Judul Karam
mempertontonkan buruknya penyelenggaraan di Daratan kami pilih untuk menggambarkan
negara dalam melahirkan kebijakan. Klimaksnya situasi dimana berbagai pelanggaran HAM terjadi
adalah pada saat disetujuinya revisi UU KPK yang di negara yang telah mengakui HAM dalam
mempereteli berbagai kewenangan KPK yang konstitusi dan peraturan turunannya.
direspon dengan aksi unjuk rasa mahasiswa
Selain untuk mendokumentasikan situasi Hak
dan masyarakat sipil di berbagai kota yang
Asasi Manusia, Catahu juga kami maksudkan
berujung tewasnya puluhan demonstran karena
sebagai bentuk penghormatan bagi mereka yang
represivitas aparat kepolisian.
berjuang dan sebagai pertanggung jawaban
Lantas bagaimana situasi dan kondisi demokrasi publik LBH Semarang. Sehingga apa yang
dan Hak Asasi Manusia di Jawa Tengah? tertuang dalam catatan akhir tahun ini adalah
mutlak tanggungjawab LBH Semarang.
Jawa Tengah senantiasa mencitrakan dirinya
sebagai provinsi yang toleran dan menjunjung Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada
tinggi Hak Asasi Manusia. Namun pada seluruh Pengabdi Bantuan Hukum (PBH) LBH
kenyataannya berbagai pelanggaran Hak Asasi Semarang yang tanpa lelah melakukan advokasi
Manusia senantiasa terjadi setiap tahunnya. Mulai dan mendokumentasikan sampai lahirnya catatan
pelanggaran HAM di wilayah sipil-politik seperti akhir tahun ini.
kasus intoleransi, pelarangan tempat ibadah,
Zainal Arifin
penghalang-halangan penyampaian pendapat,
bahkan aksi diskriminasi terhadap mahasiswa Direktur LBH Semarang

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 5


DAFTAR ISI
KONSULTASI HUKUM 9
LAPORAN ADVOKASI 15
PENDIDIKAN HUKUM KRITIS 51
KONDISI HAM DI JAWA TENGAH 63

18
Dua Petani Surokonto Wetan Bebas,
Perjuangan Terus Berlanjut

24 Gerakan Masyarakat Sipil Semarang


Mendukung Pengesahan RUU-PKS

26 Perjuangan 21
Perempuan Pekerja Rumahan

6 Karam di Daratan
PENDAHULUAN

A. Tentang Bantuan Hukum Struktural dapatlah secara bertahap struktur sosial yang
timpang diubah melalui aktivitas bantuan hukum

B
antuan Hukum Struktural (BHS) merupakan yang diberikan. Dengan demikian, meskipun
bantuan hukum yang didasari kesadaran diberikan secara cuma-cuma, BHS bukan
terhadap adanya struktur ekonomi, politik, merupakan sebatas hasrat kedermawanan
sosial, dan budaya yang timpang. Dimana (charity) dan tanggungjawab profesi (professional
ketimpangan struktur tersebut berdampak pada responsibility) dari pemberi bantuan hukum
masyarakat miskin, buta hukum, dan tertindas kepada penerima bantuan hukum sebagaimana
sehingga mengakibatkan terhambatnya akses dilakukan pada aktivitas bantuan hukum
untuk memperoleh keadilan. BHS muncul konvensional.
sebagai kritik atas tesis dan strategi bantuan
hukum sebelumnya yang masih bersosok Istilah BHS muncul pada saat Adnan Buyung
sebagai gerakan hukum. Artinya, melalui BHS, Nasution, Pendiri YLBHI, sedang berdiskusi
setiap aktor di dalamnya dituntut untuk melihat dengan seorang kriminolog asal Belanda yaitu
realitas secara kritis dan membangun gerakan Paul Mudikdo tentang aktivitas bantuan hukum
(movement) menuju demokratisasi. Selain itu, yang dilakukan oleh LBH Jakarta dan YLBHI pada
karakteristik lain dari BHS adalah berlaku egaliter 1970an akhir. Selanjutnya pada tahun 1980, BHS
kepada masyarakat penerima bantuan hukum. digunakan oleh YLBHI sebagai working ideology
Hal ini dikarenakan BHS juga merupakan proses dan oleh karenanya digunakan sebagai pisau
membangun kemandirian serta kesadaran analisa dan alat perjuangan dalam melakukan
(hukum) bagi masyarakat luas. Oleh karenanya, aktivitas bantuan hukum.

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 7


Konsep BHS lahir guna merespon kondisi Dengan demikian, penyusunan catatan akhir
sosial politik yang pada saat itu menyebabkan tahun memang sangat dibutuhkan keberadaannya
kemiskinan secara masif yang belakangan untuk memotret kondisi pelanggaran HAM yang
dikenal dengan sebutan kemiskinan struktural. terjadi selama setahun di Jawa Tengah. Lebih
Kemiskinan struktural terjadi karena gejala sosial dari itu, catatan akhir tahun juga akan menjadi
masal yang bukan disebabkan oleh perbuatan bahan diskusi untuk merumuskan pola-pola
atau sikap perorangan, melainkan diciptakan perlawanan baru secara bertahap dan maju
untuk menjaga dominasi serta hegemoni struktur yang dapat dilakukan oleh YLBHI-LBH Semarang
sosial-politik. bersama dengan organisasi masyarakat sipil
dan kelompok masyarakat yang selama ini
Belakangan, seiring dengan konteks telah berkolaborasi melawan dominasi negara,
perkembangan zaman, konsep BHS yang kerakusan korporasi, dan kelompok-kelompok
digunakan oleh YLBHI dan 16 kantor yang anti-demokrasi lainnya.
tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dihadapkan
pada tantangan baru seiring dengan ragam C. Gambaran Umum Catatan Akhir Tahun
strategi ekspansi kapitalisme dan perkembangan
teknologi. Sehingga dengan demikian dalam Catahu merupakan salah satu bentuk
tataran analisis masalah dan penerapan BHS operasionalisasi BHS. Tidak hanya melaporkan
dalam advokasi mesti memperhatikan dan mengenai aktivitas advokasi yang dilakukan,
mempertimbangkan kesesuainya dengan namun juga situasi yang kemudian menjadi
konteks kekinian. alasan-alasan melakukan advokasi serta strategi
yang digunakan dalam melakukan advokasi.
B. Urgensi Catatan Akhir Tahun
Selain itu, Catahu juga akan menyajikan data
Selain menjadi sebuah tradisi yang telah dilakukan mengenai kondisi hak asasi manusia di Jawa
selama bertahun-tahun, Yayasan Lembaga Tengah melalui kliping yang dikumpulkan oleh
Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI)-Lembaga YLBHI-LBH Semarang melalui media massa
Bantuan Hukum (LBH) Semarang sebagai salah meskipun kasus pelanggaran HAM tersebut
satu lembaga yang memiliki komitmen pada tidak dapat terdampingi seluruhnya oleh LBH
demokrasi dan HAM sebagai konsekuensi dari Semarang. Kasus-kasus pelanggaran HAM
BHS, merupakan sebuah kewajiban bagi YLBHI- tersebut kami bagi dalam beberapa kelompok isu
LBH Semarang untuk menyampaikan kerja-kerja yaitu: lingkungan dan pesisir, tanah, perburuhan,
advokasi yang telah dilakukan setiap tahunnya miskin kota, minoritas agama serta minoritas
kepada masyarakat luas. seksual dan perempuan. Bagian akhir Catahu ini
berisi analisis kami terhadap situasi HAM di Jawa
Laporan yang dikemas dalam Catatan Tengah yang sangat mungkin untuk menjadi
Akhir Tahun (Catahu) ini bertujuan untuk sebuah diskursus yang dapat ditindaklanjuti
menyampaikan gambaran nyata perihal kondisi secara kolektif oleh LBH Semarang dan kelompok-
perlindungan, penghormatan, pengakuan, dan kelompok pro-demokrasi lainnya.[]
pemenuhan HAM di Jawa Tengah melalui kerja-
kerja bantuan hukum yang telah dilakukan oleh
YLBHI-LBH Semarang. Selain itu, Catahu juga
kami harapkan dapat menjadi instrumen edukasi
bagi masyarakat serta kritik bagi Pemerintah
lantaran telah abai terhadap hak asasi manusia.
Selain itu, Catahu juga menjadi refleksi YLBHI-
LBH Semarang atas kekurangan dalam advokasi
yang dilakukan.

8 Karam di Daratan
konsultasi

HUKUM

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 9


10 Karam di Daratan
Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 11
12 Karam di Daratan
Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 13
14 Karam di Daratan
laporan

ADVOKASI

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 15


16 Karam di Daratan
Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 17
Indepth

17 Mei 2019 Nur Aziz dan Sutrisno Rusmin Bebas dan dijemput dengan gembira oleh Ratusan Petani Surokonto Wetan di Lapas Kendal.

DUA PETANI SUROKONTO WETAN


BEBAS, PERJUANGAN TERUS
BERLANJUT

P
erjuangan panjang melawan perampasan Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
lahan dan kriminalisasi petani tidak sia- Hutan (UU P3H) tersebut adalah perjuangan
sia. Dua petani Surokonto Wetan Nur Aziz panjang petani Surokonto Wetan dalam pencarian
dan Sutrisno Rusmin bebas dari jeruji besi Lapas keadilan.
Kelas II A Kendal.
Kriminalisasi terhadap Nur Aziz dan Sutrisno
Bebasnya dua petani yang di kriminalisasi dengan Rusmin, dua petani asal Desa Surokonto Wetan,
Undang Undang No.18 Tahun 2013 tentang Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal

18 Karam di Daratan
bermula dari tanah seluas ±127 Ha yang terletak
di Desa Surokonto Wetan yang merupakan tanah
HGU PT. Sumurpitu Wringinsari. Kemudian
diterlantarkan sejak tahun 1970-an dan dikelola
Buntut dari penolakan warga tersebut,
oleh ±400 KK petani Surokonto Wetan dengan
Perhutani KPH Kendal melakukan
menanami tanaman palawija seperti jagung, dan
kriminalisasi dengan melaporkan Nur
kacang untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Aziz dan Sutrisno Rusmin dengan
tuduhan “bersama-sama menggunakan
Tanah yang sudah di kelola warga tersebut
kawasan hutan secara tidak sah”
kemudian dijual oleh PT. Sumurpitu Wringinsari
ke PT. Semen Indonesia (PT.SI) pada tahun 2013.
Tanah tersebut digunakan sebagai objek tukar
menukar kawasan hutan antara Kementerian
Kehutanan dengan PT. SI. Hal ini terjadi karena
PT. SI mendirikan pabrik semen di kawasan penjara masing-masing 8 tahun dan denda 10
hutan, maka PT. SI berkewajiban mencari lahan miliar.
pengganti untuk ditetapkan menjadi kawasan
hutan. Nur Aziz dan Sutrisno Rusmin yang telah ditahan
di Lapas Kelas II A Kendal sejak 30 maret 2017
Usai tukar menukar, Kementerian Kehutanan terus mendapat dukungan dan semangat dari
(saat ini Kementerian Lingkungan Hidup dan seluruh petani Surokonto Wetan karena dua
Kehutanan) pada tahun 2014 mengeluarkan orang tersebut bukan kriminal tapi seorang
Keputusan No SK.3021/Menhut-VII/KUH/2014 petani yang memperjuangakan hak atas tanah
tentang Penetapan Sebagian Kawasan Hutan warga Surokonto Wetan.
seluas ± 127,821 Ha di lahan yang sudah dikelola
warga Surokonto Wetan. Tak putus asa mencari keadilan, pada 21
Juni 2018 Nur Aziz dan Sutrisno Rusmin
Proses jual-beli maupun proses penetapan mengajukan Grasi dan mendapat dukungan
kawasan hutan yang tertutup membuat petani tertulis dari berbagi jaringan dan lembaga
Surokonto Wetan tidak mengetahui kebenaran seperti PBNU, Keuskupan Agung Semarang,
prosesnya dan hanya mendapatkan informasi Konferensi Waligereja Indonesia, Komnas HAM,
bahwa tanah tersebut telah ditetapkan sebagai LAKPESDAM PBNU, LBH Semarang, YLBHI,
kawasan hutan. Akhirnya para petani Surokonto WALHI, Sajogyo Institute, Pelita Semarang,
Wetan mencari tahu kebenaran informasi FNKSDA, Jaringan Gusdurian, Laskar Hijau,
tersebut dan melakukan penolakan terhadap Komunitas Kalam Kopi, dan Permahi Semarang.
penetapan kawasan hutan.
Dua tahun lebih Nur Aziz dan Sutrisno Rusmin
Buntut dari penolakan warga tersebut, Perhutani ditahan di lapas Kendal, dan proses panjang
KPH Kendal melakukan kriminalisasi dengan Pengajuan Grasi akhirnya menemukan titik
melaporkan Nur Aziz dan Sutrisno Rusmin terang pada 13 Mei 2019 dengan keluarnya
dengan tuduhan “bersama-sama menggunakan Keputusan Presiden RI No 8/G tahun 2019.
kawasan hutan secara tidak sah” yang diatur Petikan putusan berbunyi memberikan Grasi
dalam pasal 94 (1) huruf (a) Undang-undang kepada Nur Aziz dan Sutrisno Rusmin berupa
P3H. menghapuskan pelaksanaan sisa masa pidana
yang harus di jalani dan penghapusan pidana
Kriminalisasi tersebut berujung pada proses denda. Akhirnya, 17 Mei 2019 Nur Aziz dan
persidangan pidana tingkat pertama hingga Sutrisno Rusmin bebas dan dijemput dengan
Kasasi, dan berakhir pada putusan Kasasi yang gembira oleh Ratusan Petani Surokonto Wetan
keduanya dianggap bersalah dan divonis Pidana di Lapas Kendal. []

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 19


PERBUATAN MELAWAN HUKUM
DALAM PEMBANGUNAN JALAN TOL
SEMARANG - SOLO

K
enyamanan Jalan Tolo Semarang – Solo, puluhan siswa. Akses terebut juga digunakan
yang diterima oleh sebagian masyarakat oleh seribuan warga Susukan dan ratusan warga
Jawa Tengah pengguna mobil ternyata desa Ketanggen untuk bersilaturahmi. Sebelum
menyisakan berbagai pelanggaran hukum dan akses jalan warga diputus, setiap harinya lima
hak asasi manusia yang belum terselesaikan. ratusan anak sekolah berangkat ke sekolah
Warga Susukan, Kabupaten Semarang adalah dengan bersama-sama berjalan kaki, bahkan
bagian warga Jawa Tengah yang terdampak beberapa anak dari taman kanak-kanak masih
kerugian dari pembangunan jalan tol tersebut. diantar oleh orangtuanya dengan berjalan kaki.
Akses jalan ini merupakan akses jalan bersejarah
bagi masyarakat karena telah ada dan digunakan Lima ratusan Petani yang didominasi oleh orang
warga sebelum Indonesia merdeka. Akses jalan tua pada umumnya tidak dapat menggunakan
seluas tujuh meter tersebut adalah akses yang sepeda motor sehingga biasanya ketika masih
biasa digunakan oleh sekitar lima ratusan Petani ada akses jalan para Petani berangkat ke
untuk menuju ke lahan pertanian dan akses lahan pertanian dengan berjalan kaki setiap
menuju sekolah bagi sekitar dua ratus lima harinya. Setelah akses jalan diputus para Petani

20 Karam di Daratan
kebingungan untuk berangkat ke lahan pertanian Pasal 1365 KUH Perdata ada lima unsur yang
dan akhirnya memilih untuk menghabiskan harus dipenuhi untuk menentukan sebuah
waktu di rumah. Desa Susukan dengan Desa perbuatan adalah perbuatan melawan hukum.
Ketanggen adalah dua desa yang awalnya Unsur Unsur perbuatan melawan hukum tersebut
memiliki hubungan yang sangat harmonis yang telah dipenuhi oleh Pemerintah yaitu ;
karena silaturahmi yang tetap terjalin melalui
kegiatan-kegiatan antar desa seperti pengajian, 1. Adanya Perbuatan
dan acara-acara hajatan. Namun saat ini 2. Perbuatan tersebut melawan hukum
hubungan warga antar dua desa tersebut tidak 3. Adanya kerugian
lagi hangat karena diputusnya akses jalan antar 4. Adanya Kesalahan
desa yang membuat warga Susukan kesulitan 5. Adanya hubungan sebab akibat antara
untuk menuju desa Ketanggen, begitu juga perbuatan dengan kerugian yang ditimbulkan
sebaliknya. dari perbuatan.

Hubungan antara warga di Desa Susukan juga Perbuatan yang dilakukan oleh Pemerintah
sempat renggang karena perebutan sumber yaitu dengan memutus akses jalan warga dan
air untuk pertanian, perebutan sumber air ini perbuatan tersebut dilakukan dengan melawan
dikarenakan pembangunan jalan tol Semarang- hukum diantaranya itu melanggar ketentuan
Solo yang memutus sumber mata air warga. di dalam Pasal 32 UU Nomor 15 Tahun 2005
Sumber air pertanian warga yang awalnya Tentang Jalan Tol yang menyatakan bahwa
melimpah menjadi berkurang, bahkan warga dalam hal pembangunan jalan tol menggunakan
sempat sangat kesulitan karena saluran air jalan yang sudah ada maka harus disediakan
bermasalah yang diakibatkan oleh konstruksi jalan pengganti.
pembangunan jalan tol.
Kerugian yang dialami warga yaitu, sulitnya
Pada pertengahan tahun 2019 beberapa warga akses ± 500 Petani ke lahan pertaniannya
kemudian mendatangi YLBHI-LBH Semarang dan ± 250 siswa ke tempat sekolah. Beberapa
untuk berkonsultasi. YLBHI-LBH Semarang warga juga terpaksa menjual hewan ternaknya
kemudian memutuskan untuk mendampingi karena dengan akses jalan yang ada saat ini
warga menuntut apa yang menjadi hak warga dan warga kesulitan membawa hewan ternaknya
beberapa kali melakukan investigasi langsung ke lahan pertanian. Dilanggarnya ketentuan
ke Desa Susukan. YLBHI-LBH Semarang juga perundang-undangan juga menunjukan bahwa
melakukan pendidikan hukum kritis kepada ada kesalahan yang telah dilakukan oleh
warga membahas tentang perbuatan melawan Pemerintah. Hubungan sebab akibat yang dapat
hukum yang telah dilakukan Pemerintah kepada dilihat adalah putusnya akses jalan warga yang
warga. Pendidikan hukum kritis dilakukan untuk lama sehingga berbagai kerugian yang telah
menumbuhkan pemahaman kritis warga atas disebutkan diatas dialami oleh warga.
apa yang menjadi hak nya dan kemudian memiliki
kesadaran untuk menuntut hak-hak nya. YLBHI- Pembangunan harus dikembalikan kepada
LBH Semarang juga sudah mengirimkan laporan fungsinya yaitu untuk manusia sehingga tidak
kepada Komnas HAM terkait pelanggaran HAM boleh merendahkan martabat manusia dengan
yang dialami oleh warga Susukan. meniadakan hak-haknya. Warga Susukan
hanyalah salah satu bukti dari kegagalan
Perbuatan Melawan Hukum Pemerintah untuk menempatkan manusia
pada posisi yang terhormat dalam proyek
YLBHI-LBH Semarang berpandangan bahwa pembangunan infrastruktur. []
Pemerintah telah melakukan perbuatan
melawan hukum kepada warga Susukan dalam
pembangunan jalan Tol Semarang-Solo. Pada

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 21


Kamis 9 Mei 2019, ratusan Satpol PP Kota Semarang dengan membawa pentungan, tameng dan menggunakan eskavator datang untuk
menggusur Kampung Tambakrejo

PENGGUSURAN PAKSA WARGA


TAMBAKREJO

W
arga Kampung Tambakrejo, Kelurahan 6,7 km adalah proyek Kementerian PUPR yang
Tanjungmas, Kecamatan Semarang dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah Sungai
Utara, Kota Semang digusur paksa (BBWS) Pemali-Juana. Pemkot Semarang yang
oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang. bertugas menyiapkan dan mengosongkan lahan.
Penggusuran tersebut dilakukan karena adanya Proyek normalisasi tersebut berdampak pada
proyek normalisasi Kanal Banjir Timur (KBT) Kota 1.374 petak PKL, dan 666 petak hunian termasuk
Semarang. Warga Tambakrejo.

Dampak penggusuran tersebut, sebanyak 97 kk Sebelumnya, Warga Tambakrejo akan dipindahkan


warga Tambakrejo kehilangan ruang hidup dan Pemkot Semarang ke Rusunawa Kudu yang
penghidupannya. Selain itu juga duka dan trauma lokasiya jauh dari laut, namun warga menolak
mendalam akibat penggusuran masih dirasakan karena sebagian besar warga merupakan nelayan
sampai saat ini. kecil dan petambak ikan yang bergantung pada
hasil laut untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Normalisasi KBT Kota Semarang sepanjang Selain itu pemerintah tidak mengganti kerugian

22 Karam di Daratan
diselesaikan pengurukan sesuai kesepakatan
mediasi.

Warga dan mahasiswa mencoba Belum juga selesai pengurukan lahan sementara
menghalangi penggusuran tersebut tersebut, Kamis 9 Mei 2019 ratusan Satpol PP
hingga mengakibatkan beberapa Kota Semarang dengan membawa pentungan,
warga dan mahasiswa luka-luka tameng dan menggunakan eskavator datang
karena pukulan dan tendangan dari untuk menggusur Kampung Tambakrejo. Warga
satpol PP. dan mahasiswa yang mendampingi mencoba
menghalangi dan mengajak diskusi terlebih
dahulu namun gagal karena jumlah Satpol PP
yang begitu banyak dan tidak membuka ruang
diskusi dengan alasan perintah atasan.

apapun terhadap barang pribadi milik mereka dan Warga dan mahasiswa mencoba menghalangi
mereka memilih bertahan di Tambakrejo. penggusuran tersebut hingga mengakibatkan
beberapa warga dan mahasiswa luka-luka karena
Penggusuran warga Tambakrejo seharusnya pukulan dan tendangan dari satpol PP. Setelah
tidak terjadi karena telah ada mediasi antara selesai merobohkan seluruh rumah warga
warga Tambakrejo, Pemkot Semarang, dan BBWS Tambakrejo, Satpol PP pergi begitu saja dari
Pemali Juana yang di fasilitasi oleh komnas HAM Tambakrejo meninggalkan reruntuhan bangunan
pada tanggal 13 Desember 2018 yang lalu. dan isak tangis dari warga yang telah kehilangan
rumahnya.
Mediasi tersebut telah menghasilkan kesepakatan
diantaranya warga Tambakrejo bersedia pindah Sampai saat ini sebagian besar warga Tambakrejo
dengan syarat dibangunkan hunian yang dekat hanya tinggal di hunian sementara (Huntara)
dengan laut. Serta untuk sementara waktu warga yang sangat tidak layak untuk bertahan hidup.
bersedia pindah ke lahan yang disediakan BBWS Huntara berada di 3 bangunan bedeng yang
Pemali-Juana. Adapun lokasi pemindahan yang terletak tidak jauh dari lokasi semula kampung
berada di kali banger (sungai mati) akan disiapkan Tambakrejo. Warga Tambakrejo harus bertahan
oleh BBWS dengan cara penimbunan dan hidup di huntara hingga Pemkot Semarang
perataan lahan. Sedangkan Pemkot Semarang membangunkan hunian yang dekat dengan laut
akan segera membangunkan hunian yang dekat yang dijanjikan akan dikerjakan pada tahun awal
dengan laut setelah proyek normalisasi selesai tahun 2020.
dikerjakan. Selain itu, kesepakatan lainnya adalah
warga Tambakrejo tidak akan dipindahkan dari LBH Semarang sebagai kuasa hukum warga
kampung Tambakrejo sampai lahan sementara Tambakrejo melakukan pendampingan
siap untuk didirikan bangunan. warga dalam memperjuangkan hak-haknya.
Pendampingan tersebut seperti pelaporan ke
Namun pada 3 Mei 2019, dimana kondisi lahan lembaga negara, mediasi, audiensi, kampanye
bekas kali banger yang akan ditempati warga maupun pemberdayaan masyarakat dengan
belum selesai pengurukannya, dan baru sekitar pendidikan hukum.
30%. Satpol PP Kota Semarang menyuruh
warga untuk segera mengosongkan kampung Dalam melakukan pendampingan LBH Semarang
Tambakrejo karena pembangunan normalisasi berkerjasama dengan jaringan masyarakat sipil
akan segera dilakukan. Warga berhasil melakukan baik di lokal maupun nasional yang sampai
penolakan dan penghadangan karena lahan saat ini masih melakukan advokasi agar negara
yang akan dijadikan tempat mereka berpindah memenuhi hak-hak warga Tambakrejo. []
belum bisa ditempati dan meminta untuk segera

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 23


GERAKAN MASYARAKAT SIPIL
SEMARANG MENDUKUNG
PENGESAHAN RUU-PKS

D
itengah banyaknya korban
kekerasan seksual, gerakan
masyarakat sipil Semarang
mendukung disahkannya
Rancangan Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan Seksual
(RUU- PKS). Gerakan ini fokus
pada penolakan terhadap segala
bentuk kekerasan seksual sebagai
akibat relasi gender yang timpang
dalam sistem budaya patriarki
yang sangat kuat di masyarakat,
gerakan ini benama Aliansi Barisan
Kesetaraan (ABK).

Usaha menyusun sebuah Undang-


Undang baru tentang RUU PKS
didasarkan pada pengalaman
perempuan korban yang sampai
saat ini banyak yang tidak
mendapatkan akses keadilan.
Kuatnya kultur perkosaan1 di
kalangan penegak hukum dan
masyarakat membuat korban
sulit mendapat keadilan, banyak
korban justru menjadi tersangka
akibat kurangnya payung hukum
yang berperspektif dan melindungi
korban.

Kuatnya kultur perkosaan juga


menjadi perhatian ABK untuk
senantiasa melawan dan
1 Kultur perkosaan adalah budaya
perkosaan yang merujuk pada fenomena
ketika perkosaan dan kekerasan seksual
sering terjadi dan dinormalkan atau dianggap
biasa.

24 Karam di Daratan
menyuarakan untuk menjadi UU khusus sebagai Lingkungan yang patriarki dan kultur perkosaan
bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap menciptakan lingkungan yang tidak ramah
masyarakat. Sudah tiga tahun lebih Komisi terhadap korban, korban cenderung disalahkan
Nasional Perempuan dan seluruh jaringan dan tidak dirangkul secara baik, sehingga korban
masyarakat sipil telah mendorong agar RUU cenderung takut dan tertutup terhadap kejadian
ini dapat disahkan, namun sampai saat ini RUU yang sedang dialaminya. Situasi dan kondisi
PKS yang menjadi salah satu fokus Program ‘ketakutan’ seakan sengaja diciptakan dan
Legislasi Nasional (Prolegnas) belum juga dipelihara sehingga membungkam perempuan
disahkan. Ditemui dalam acara audiensi dan korban untuk melapor. Sering kali korban baru
aksi mendorong disahkannya RUU PKS pada memberikan pengakuan setelah ada orang
tanggal 17 september 2019 DPR dan ketua yang banyak mendukung dan kampanye besar-
panja menyampaikan baru membahas definisi besaran tentang kekerasan seksual
kekerasan seksual yang belum mendapatkan
kesepemahaman bersama sehingga belum dapat Mengapa RUU PKS perlu disahkan?
disahkan.
Berdasarkan data LRC-KJHAM tahun 2013-
Kultur perkosaan misalnya seperti korban 2018 terdapat 2.289 kasus kekerasan terhadap
kekerasan seksual dinikahkan oleh pelaku perempuan dengan 4.427 perempuan korban
kekerasan seksual dengan alasan menutup dan 50 persen dari jumlah tersebut sebanyak
aib, budaya ini sering kali terjadi dikalangan 2.454 korban adalah korban kekerasan seksual,
masyarakat ataupun penegak hukum. Pelaku berarti di Jawa Tengah setiap hari ada 1 sampai
pemerkosa dalam ketersediaan menikahi 2 perempuan menjadi korban kekerasan seksual.
korban dianggap sebagai tindakan yang kesatria Pada tahun 2017 Komnas Perempuan dalam
dan bentuk pertanggungjawaban, sehingga laporan ada 348.446 kasus yang mengalami
kedaulatan tubuh dan jiwa perempuan korban kenaikan cukup drastis dari tahun 2016 dengan
menjadi skunder dibandingkan rasa kesusilaan jumlah 259.150 kasus. RUU PKS perlu didorong
publik atau aib. Kuatnya kultur perkosaan jika karena ini menjadi masalah bersama, siapapun
masyarakat telah menyelesaikan penyelesaian bisa menjadi korban dari pelaku kekerasan
dengan damai (nikah/surat perjanjian) maka seksual serta mengkriminalisasikan korban dan
tindak pidana tersebut tidak diproses oleh aparat kelompok rentan.
penegak hukum. Akibatnya banyak korban
mengalami kekerasan yang lebih mengerikan Aliansi Barisan Kesetaraan dibentuk oleh
yang terjadi di dalam rumahtangga. Dalam kasus- beberapa organisasi dan individu di Kota
kasus pelecehan seksual yang melibatkan relasi Semarang untuk mewujudkan gerakan bersama
kuasa yang tak seimbang antara pelaku dan dalam mendorong kebijakan yang responsif
korban membuat kondisi ini akan terjadi lebih gender dan menyuarakan hak-hak perempuan,
parah lagi. Misalnya kasus FN mahasiswa UNJ kelompok minoritas dan termarjinalkan. YLBHI-
2015 melaporkan tindak perkosaan oleh dosen, LBH Semarang memfasilitasi pertemuan jaringan
justru dilaporkan balik atas dasar pencemaran yang fokus pada isu tersebut untuk merajut
nama baik, kasus Agni yang terpaksa gerakan bersama mengenai kekerasan seksual,
menandatangani surat perdamaian untuk Toxic masculinity2, kekerasan dalam rumah
meminimalisir resiko kriminalisasi, suaranya tangga (KDRT), Perempuan dan konflik sumber
masih diragukan. Kasus pelecehan seksual daya alam, buruh perempuan, dan demokrasi.
yang dilakukan oleh oknum dosen Undip kepada ABK bertujuan untuk mensinergikan gerakan
mahasiswanya proses pemeriksaan tidak perjuangan kelompok rentan untuk mencapai
transparan serta tim investigasi yang dibentuk kesetaraan. []
rawan terhadap konflik kepentingan sehingga
menghasilkan rekomendasi yang tidak berpihak 2 Toxic Masculinity adalah nilai-nilai maskulinitas yang
menggerogoti jiwa laki-laki dan membuatnya menjadi rentan,
terhadap korban. stres dan depresi.

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 25


Illustrasi: Perempuan pekerja rumahan sedang membuat tatakan roti di rumahnya sendiri

PERJUANGAN 21 PEREMPUAN
PEKERJA RUMAHAN

PT
. Indo Agricultuur yang berada pelaporan dugaan pelanggaran hak pekerja ke
di Kawasan Industri Candi, Kota Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah untuk segera
Semarang, telah melakukan melakukan fungsi pengawasan dan mendorong
tunggakan pembayaran upah kepada 21 orang pembayaran tunggakan upah oleh pemberi kerja.
perempuan pekerja rumahan yang mengerjakan Upaya para pekerja rumahan yang didampingi
produk pengepakan arang. Tunggakan upah oleh LBH Semarang dan YASANTI tersebut, baru
tersebut terjadi pada periode Desember 2017 membuahkan hasil pada tanggal 29 Mei 2019
hingga Februari 2018, dengan tunggakan upah setelah PT. Indo Agricultuur membayar lunas
sebesar Rp. 14.945.000,- (Empat Belas Juta tunggakan upah para pekerja.
Sembilan Ratus Empat Puluh Lima Ribu Rupiah).
Dalam menghadapi kasus ini, pekerja dengan Perlindungan pekerja rumahan di Indonesia
didampingi oleh LBH Semarang melakukan

26 Karam di Daratan
Fakta terkait keberadaan pekerja rumahan di
Indonesia, menimbulkan pertanyaan apakah
negara memiliki instrumen hukum yang
memberikan perlindungan terhadap pekerja
Perjuangan 21 orang perempuan
rumahan yang kerap kali dilanggar oleh PT. Indo
pekerja rumahan ini, adalah
Agricultuur sebagai pemberi kerja. Belakangan
upaya untuk terus menyuarakan
pertanyaan tersebut, disampaikan oleh negara
keberadaan pekerja rumahan
melalui Disnaker dalam penanganan kasus
yang selama ini terkendala dalam
pekerja rumahan yang seharusnya bertanggung
pemenuhan hak-haknya.
jawab untuk melindungi dan memastikan
pemenuhan hak-hak buruh/pekerja sebagai
bagian dari hak asasi manusia.

Di Indonesia sendiri, perlindungan pekerja


rumahan sesungguhnya telah mendapat tempat
melalui Pasal 1 ayat (3) UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan berhak atas uang pensiun, uang penggantian hak,
bahwa pekerja adalah setiap orang yang bekerja dan uang penghargaan masa kerja, serta hak-hak
dan mendapatkan upah. Definisi pekerja tersebut, lainya yang diatur melalui UU Ketenagakerjaan.
seharusnya telah cukup menjadi dasar bagi negara Kondisi ini sesungguhnya adalah sinyal bahwa,
untuk melindungi pekerja rumahan yang secara negara tidak memiliki keberpihakan pada
faktual telah memenuhi syarat sebagai pekerja, perlindungan pekerja rumahan yang ditunjukan
karena memiliki pekerjaan dan mendapatkan melalui pembiaran terhadap pelanggaran hak-hak
upah dari pekerjaanya sebagaimana disebutkan pekerja.
dalam UU Ketenagakerjaan.
Padahal perlindungan pekerja rumahan dapat
Negara Harus Bertanggung Jawab dalam dilakukan melalui UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Perlindungan Pekerja Rumahan Ketenagakerjaan yang isinya menyebutkan,
pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
Perjuangan 21 orang perempuan pekerja rumahan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
ini, adalah upaya untuk terus menyuarakan Kasus dan perbedatan perlindungan pekerja
keberadaan pekerja rumahan yang selama rumahan semacam ini, pernah diputus oleh
ini terkendala dalam pemenuhan hak-haknya. pengadilan Hubungan Industrial Semarang
Perjuangan tersebut bermula dari pandangan pada tahun 2018 dalam kasus Giyati dan Osy
negara dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja yang Osela sakti ketika menghadapi PT. Ara Shoes
kerap menolak pengaduan dari para pekerja Indonesia yang isinya mengakui Giyati dan Osy
rumahan. Alasan Penolakan yang disampaikan Osela Sakti (Pekerja Rumahan) sebagai pekerja
oleh Disnakertrans adalah karena Indonesia sebagaimana diatur dalam UU Ketenegakerjaan.
belum meratifikasi Konvensi No. 177 tahun 1996 Berdasarkan hal itu, LBH Semarang menilai
tentang Kerja Rumahan, sehingga Negara dinilai negara tidak dapat melepas tanggung jawabnya
tidak memiliki landasan hukum untuk bertindak untuk melindungi hak pekerja rumahan sebagai
guna menyelesaikan pelanggaran hak-hak pekerja, baik dengan menggunakan instrumen
pekerja. hukum UU Ketenagakerjaan ataupun dengan
segera melakukan ratifikasi terhadap konvensi
Persoalan tunggakan upah yang dialami oleh Nomor 177 tahun 1996 Tentang kerja rumahan
pekerja rumahan di atas, sesungguhnya hanyalah yang secara khusus mengatur perlindungan
bagian kecil dari masalah yang dialami pekerja Pekerja Rumahan. []
rumahan di Jawa Tengah. Disamping perdebatan,
apakah pekerja rumahan adalah pekerja yang

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 27


Kamis, 12 September 2019 Kundaryati di dampingi Pengacara Publik LBH Semarang mendatangi kantor cabang BPJS Ketenagakerjaan
Semarang

MENAGIH TANGGUNG JAWAB


NEGARA ATAS PERLINDUNGAN
JAMINAN SOSIAL
KETENAGAKERJAAN

P
ada bulan September 2018, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
Kasus Kundaryati adalah contoh Ketenagakerjaan Cabang Kota Semarang
bagaimana sulitnya perjuangan para menolak klaim Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
ahli waris maupun para pekerja Almarhum Yulianto yang diajukan oleh
untuk memperoleh hak atas jaminan Kundaryati selaku istri dan ahli waris, dengan
sosial ketenagakerjaan. alasan adanya tunggakan pembayaran iuran
jaminan sosial ketenagakerjaan yang dilakukan
oleh PT. Sarana Pariwara selaku pemberi kerja.

28 Karam di Daratan
Upaya Kundaryati baru membuahkan hasil pemenuhan kewajibanya tersebut. Peran
pada bulan Agustus 2019, setelah sebelumnya negara dalam perlindungan jaminan sosial
ia bersama YLBHI-LBH Semarang mengajukan ketenagakerjaan tersebut, semakin diperkuat
surat permohonan audiensi kepada BPJS ketika Indonesia membentuk UU No. 40 Tahun
Ketenagakerjaan dan mendesak pencairan hak 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional,
Jaminan sosial ketenagakerjaan suaminya. yang substasinya mengakomodir keberadaan
jaminan sosial ketenagakerjaan sebagai bagian
Kasus Kundaryati adalah contoh bagaimana dari sistem jaminan sosial nasional. Lebih
sulitnya perjuangan para ahli waris maupun para lanjut pada tahun 2011, berdasarkan UU No.
pekerja untuk memperoleh hak atas jaminan 24 tahun 2011 tentang BPJS, Indonesia secara
sosial ketenagakerjaan. Kasus di atas merupakan resmi membentuk sebuah badan yang bertugas
akibat dari kegagalan negara yang diwakili oleh mengurus penyelenggaraan jaminan sosial
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ketenagakerjaan yang mengurusi 4 program
Ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugas dan yakni, jaminan kecelakaan kerja, jaminan
kewenanganya untuk memastikan kepatuhan hari tua, dan jaminan pensiun serta jaminan
para pemberi kerja. Kegagalan tersebut akhirnya kematian.
kerap kali lalai dalam memenuhi kewajibanya
membayar iuran jaminan sosial ketenagakerjaan Negara harus bertanggung jawab
yang merupakan hak dari para pekerja dan
keluarganya yang bersifat wajib untuk dipenuhi. Hambatan yang dialami oleh Kundaryati
ketika hendak mencairkan jaminan sosial
Pengaturan dan Perlindungan Jaminan Sosial ketenagakerjaan suaminya, seharusnya
Ketenagakerjaan di Indonesia segera direspons oleh negara melalui BPJS
Ketenagakerjaan sebagai badan yang
Pengaturan dan perlindungan jaminan sosial bertanggung jawab untuk menagih tunggakan
ketenagakerjaan di Indonesia sesungguhnya pembayaran iuran, mengenakan sanksi
telah diwadahi melalui Pasal 99 UU No. 13 Tahun administratif, dan bahkan melaporkan pemberi
2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam aturan kerja pada instansi yang berwenang atas
tersebut menempatkan jaminasn sosial sebagai ketidakpatuhanya dalam membayar iuran jaminan
hak dari Pekerja dan keluarganya. Bahkan lebih sosial ketengakerjaan, sebagaimana diatur
lanjut, didalam Pasal 41 ayat (1) UU No. 39 dalam Pasal 11 hurluf (a), (f) dan (g) UU Nomor
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) 24 tahun 2010 Tentang BPJS. Artinya, negara
maupun di dalam Pasal 9 Kovenan Internasional melalui BPJS Ketenagakerjaan tidak memiliki
Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya yang alasan untuk tidak mengambil tindakan tegas
telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik terhadap pemberi kerja yang tidak patuh dalam
Indonesia melalui UU No. 11 tahun 2005 pembayaran iuran jaminan sosial ketenagakerjaan
Tentang Pengesahan International Covenant On yang menyebabkan terhambatnya pemenuhan
Economic, Social And Cultural Rights (ICESCR), hak pekerja dan keluarganya. Dalam konteks
hak atas jaminan sosial ketenagakerjaan dengan ini, YLBHI-LBH Semarang memandang kasus
sangat jelas ditempatkan sebagai bagian dari Kundaryati adalah bentuk pelanggaran hak
Hak Asasi Manusia. atas jaminan sosial pekerja dan keluarganya,
sekaligus sinyal ketidakberesan dan kegagalan
Kedudukan jaminan sosial ketenagakerjaan BPJS Ketenagakerjaan dalam menjalankan
sebagai bagian dari HAM, tentu menimbulkan tanggung jawabnya mengelola Jaminan sosial
lahirnya kewajiban negara sebagai pemangku ketenagakerjaan. []
kewajiban hak asasi manusia untuk
menghormati, melindungi dan memenuhi
hak para pekerja dan keluarganya dengan
memastikan kepatuhan pemberi kerja dalam

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 29


Non-indepth

MEMPERTAHANKAN RUANG PENGHIDUPAN


DARI ANCAMAN PENGUSIRAN OLEH NEGARA DAN
KORPORASI

T
ahun 1951 Warga mulai membuka lahan besar di gunakan untuk lahan pertanian dan
dan memanfaatkan Tanah yang terletak sebagian kecil untuk pemukiman. Kemiskinanlah
di Desa Pundenrejo, Kec. Tayu Kab. Pati. yang membuat mereka melakukan reclaiming.
Tepatnya di Dusun Jering dan Pule untuk lahan
pertanian. Pada sekitar tahun tahun 1965 karena Pada akhir tahun 2018, warga kembali terancam
stigma PKI terhadap Petani, membuat mereka kehilangan tempat tinggal dan lahan pertanian
tidak lagi menggarap tanah tersebut. Tahun sejak PT. LPI dan Bupati Pati memaksa
1994 terbit sertifikat atas nama PT. Bapippundip warga menerima tali asih. Selain itu mereka
dengan alas Hak Guna Bangunan (HGB) yang juga mendatangkan aparat (TNI dan Brimob)
berada dibawah Kodam IV Diponegoro yang beberapa diantaranya bahkan bersenjata
rencananya digunakan untuk membangun lengkap ke lahan dan pemukiman warga untuk
Asrama Karyawan. Tahun 2001 terjadi peralihan menakut-nakuti warga. Sebelumnya, 5 (orang)
hak (jual beli) kepada PT. Laju Perdana warga juga di laporkan ke Kepolisian Daerah
Indah yang berakhir alas haknya tahun 2024. (Polda) Jawa Tengah atas tuduhan penyerobotan
Berdasarkan Pasal 30 Peraturan Pemerintah tanah oleh perusahaan. Hingga saat ini warga
(PP) juncto Peraturan Menteri (Permen) Agraria masih berjuang untuk mempertahankan ruang
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, penghidupan mereka.
Pemegang HGB diwajibkan untuk menggunakan
tanah sesuai dengan peruntukan sebagaimana YLBHI-LBH Semarang sebagai kuasa hukum dari
tercantum di dalam SK. Bahkan tanah tersebut masyarakat telah melakukan pelaporan kepada
telah masuk ke dalam database tanah terlantar di Komisi Nasional (KOMNAS) HAM, mengajukan
kementerian ATR/BPN. Hingga Pada Tahun 2001 permohonan pembatalan sertifikat HGB PT. LPI,
tanah tersebut kosong dan terlantar, kemudian mediasi dengan Kantor Pertanahan Kabupaten
sekitar 130 orang warga melakukan reclaiming Pati.[]
(melakukan klaim ulang terhadap hak) dengan
luas tanah sekitar ±7 hektar yang sebagaian

30 Karam di Daratan
KOMNAS PEREMPUAN MENDUKUNG
PERJUANGAN WARGA DAYUNAN

K
omnas Perempuan pada Jumat, 29 Maret berupa permohonan Peninjauan Kembali (PK) di
2019 telah menerima pengaduan dari Mahkamah Agung.
warga dusun Dayunan, Pesaren, Sukorejo,
Kabupaten Kendal dengan didampingi oleh LBH Atas perkara tersebut kemudian Komnas
Semarang. Pengaduan tersebut terkait dengan Perempuan memberikan pertimbangan bahwa
sengketa lahan milik warga dusun Dayunan Warga merupakan pewaris dan pemilik sah dari
yang diakui kepemilikannya oleh PT. Soekarli tanah seluas 16 hektar. Tindakan warga yang
Nawaputra Plus. memperjuangkan tanah tersebut adalah hal
yang benar untuk tetap dilakukan. Komnas HAM
Pada tanggal 21 November 2009, PT. Soekarli juga menyatakan bahwa proses perdata apalagi
Nawaputra Plus mengklaim lahan tersebut pidana yang dikenakan kepada warga merupakan
sebagai miliknya dan mengatakan bahwa 13 tindakan perampasan dan kriminalisasi.
warga pemilik tanah telah menjual tanahnya
sejak tahun 1978 kepada Soekarli Condro Komnas Perempuan juga memberikan
Kusumo. Atas klaim tersebut kemudian pada rekomendasi kepada Mahkamah Agung agar ;
tahun 2014 warga memastikan kepada BPN
atas status kepemilikan lahan, BPN kemudian 1. Melihat perkara ini sebagai perampasan lahan
memberikan pernyataan dan keterangan secara oleh Kepala Desa dan korporasi yang berakibat
tertulis bahwa status kepemilikan tanah tersebut konflik kepemilikan tanah beserta sumber daya
masih dimiliki oleh ketiga belas warga. Kemudian alam,
warga melakukan reclaiming (melakukan klaim 2. Menerima permohonan peninjauan kembali
ulang terhadap hak) atas tanah tersebut. yang dajukan oleh warga dan memulihkan hak
warga atas kepemilikan tanah.
Karena reclaiming yang dilakukan warga, PT.
Soekarli Nawaputra Plus menggugat warga Dukungan dari Komnas Perempuan ini
di Pengadilan Negri Kendal atas perbuatan memberikan arti bahwa perjuangan yang
Melawan Hukum. Perkara ini kemudian pada dilakukan oleh warga Dayunan selama ini adalah
PN Kendal dimenangkan oleh warga karena hal yang benar untuk dilakukan. Merampas tanah
penggugat dalam perkara ini, PT. Soekarli warga sama saja dengan merampas kehidupan
Nawaputra Plus tidak mempunyai kedudukan warga. Warga juga memohon kepada Mahkamah
sebagai penggugat. Atas putusan itu kemudian Agung untuk mengikuti rekomendasi dari
PT. Soekarli mengajukan banding pada Komnas Perempuan dan menerima permohonan
Pengadilan Tinggi Semarang, dalam putusan nya peninjauan kembali yang diajukan warga untuk
PT Semarang menerima permohonan banding memulihkan hak warga atas kepemilikan 16
PT. Soekarli dan membatalkan putusan PN hektar tanah tersebut. YLBHI-LBH Semarang
Kendal. Warga kemudian mengajukan kasasi juga melakukan serangkaian kampanye di media
ke Mahkamah Agung namun Mahkamah Agung sosial untuk mengangkat isu perampasan lahan.
menolak permohonan Kasasi warga. Saat ini []
warga telah mengajukan upaya hukum luar biasa

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 31


RENCANA TOL TANGGUL LAUT: SEMARANG-
DEMAK POTENSI PERUSAKAN LINGKUNGAN

K
ementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (Kemen PUPR)
berencana membangun jalan Tol-Tanggul
Laut Semarang–Demak (TTLSD) yang di
integrasikan dengan pembangunan tanggul
laut. Proyek tol sepanjang ±27,2 dengan Pembangunan tanggul laut dengan cara
reklamasi tanggul laut sepanjang 10 km reklamasi berpotensi menutup akses
tersebut dimulai dari Kelurahan Tanjungmas, nelayan kecil yang berada disekitar
Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang Semarang-Demak, dan menambah
hingga Kelurahan Kadilangu, Kecamatan Demak, parah abrasi di samping kanan dan kiri
Kabupaten demak. tanggul laut tersebut.

Pembangunan TTLSD merupakan salah satu


proyek stategis nasional yang diintegrasikan
berdasarkan Keputusan Menteri PUPR
(Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) No
355/KPTS/M/2017 tentang pengintegrasian
pembangunan tanggul laut kota Semarang
dengan pembangunan jalan tol Semarang- TTLSD tersebut berpotensi mengakibatkan
Demak. Proyek tersebut di prakarsai oleh Badan perampasan lahan masyarakat dan kerusakan
Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kemen PUPR dan telah lingkungan di darat dan pesisir semakin parah.
mendapatkan izin lingkungan dari Gubernur Jawa Pembangunan tanggul laut dengan cara
Tengah melalui SK No 660.1/32 tahun 2018. reklamasi berpotensi menutup akses nelayan
kecil yang berada disekitar Semarang-Demak,
Pembangunan TTLSD membutuhkan lahan dan menambah parah abrasi di samping kanan
seluas ±539,7 Ha dengan cara pembebasan dan kiri tanggul laut tersebut.
lahan atau pengadaan tanah yang berada di 24
kelurahan/desa, 8 kecamatan di kota Semarang LBH Semarang bersama jaringan saat ini sedang
dan kabupaten Demak dan membutuhkan tanah melakukan kajian lingkungan dan hukum karena
sebanyak 4.500.000 m3 untuk reklamasi yang melihat potensi pelanggaran HAM yang akan
akan digali dari kabupaten Kendal, Semarang, dan terjadi cukup besar bagi kehidupan. []
Grobogan.

32 Karam di Daratan
MENUNTUT KEADILAN HUKUM ATAS PERUSAKAN
DAN PEMBAKARAN TEMPAT PERJUANGAN
WARGA TOLAK PABRIK SEMEN

“mengangkat dan membakar Mushola


bersama-sama”, “membongkar dan saat kejadian berlangsung.
mengangkat tempat ibadah”,
Sebelumnya, beberapa kali warga tolak pabrik
semen di Pegunungan Kendeng melakukan aksi
dan mengirim somasi yang isinya menuntut
Polres Rembang agar mengusut tuntas kasus
perusakan dan pembakaran mushola maupun

P
ada 10 Februari 2017 sekitar pukul 20:00 tenda perjuangan warga dan secepatnya
WIB, sekelompok orang melakukan menangkap pelakunya. Selain itu, dari hasil
pembongkaran, perusakan dan analisis hukum yang di buat Kuasa Hukum
pembakaran mushola dan tenda milik warga Pelapor yang didasarkan pada gelar perkara
tolak pabrik semen di Desa Kadiwono, Rembang isinya: Pertama, sudah cukup bukti untuk
Jawa Tengah. 7 orang warga (5 diantaranya ibu- menentukan kasus tersebut sebagai suatu tindak
ibu) menyaksikan kebrutalan tersebut. Satu hari pidana atau dengan kata lain statusnya dapat
berikutnya dua orang warga Tegaldowo dan dinaikan dari penyelidikan menjadi penyidikan,
Timbrangan didampingi LBH Semarang dan sebab 2 (dua) alat bukti sudah terpenuhi. selain
KontraS menyampaikan laporan kepada Polda itu juga tipe laporan model a yang didapat Pelapor
Jawa Tengah dan Polres Rembang. Penyelidik menguatkan hal tersebut, lihat pasal 14 ayat (1)
Polres Rembang telah memeriksa dan meminta Perkap No. 14 Tahun 2012 Tentang Manajemen
keterangan dari 2 orang Ahli Pidana dan 36 orang Penyidikan yang berbunyi “Penyidikan tindak
saksi. Keterangan 2 orang Ahli masing-msing pidana dilaksanakan berdasarkan Laporan Polisi
menyimpulkan perbuatan para pelaku perusakan dan surat perintah penyidikan”.
dan pembakaran merupakan pelanggaran yang
telah memenuhi rumusan pasal 170 ayat (1) Sudah 2 (dua) tahun lebih berjalannya kasus
atau Pasal 406 KUHP. Disamping itu, saksi- tersebut, Penyelidik Polres Rembang tidak
saksi Pelapor menyampaikan melihat beberapa kunjung menaikkan Status Perkara dari
orang yang diduga Pelaku melakukan Tindakan: Penyelidikan menjadi Penyidikan dan lamban
“mengangkat dan membakar Mushola bersama- dalam menangkap pelaku beserta menuntaskan
sama”, “membongkar dan mengangkat tempat kasus tersebut.
ibadah”, “mengangkat dan menyeret tempat yang
digunakan untuk ibadah”, saat diangkat bangunan YLBHI-LBH Semarang bersama jaringan lawyer
tersebut roboh selanjutnya ia menendang dan Peduli Kendeng, melayangkan surat somasi
menarik bangunan tersebut” dan Pihak Terlapor kepada Polres Rembang untuk mendesak
(warga pro semen) mengakui ia berada di lokasi kelanjutan pemeriksaan perkara.[]

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 33


PEJUANG LINGKUNGAN MELAWAN PT.RUM
PULANG KE RUMAH DAN KEMBALI MELAWAN

L
apas Kedungpane, tempat tidur bagi lima pertama di PN Semarang kelima warga divonis
aktivis lingkungan yang dipenjara karena hukuman penjara 2 sampai 3 tahun, kemudian
benar. Dipenjara karena berjuang untuk YLBHI-LBH Semarang bersama dengan
udara dan lingkungan yang bersih bagi warga. masyarakat mengajukan banding dan akhirnya
Udara dan lingkungan bersih yang seharusnya hakim memberikan vonis 1 tahun 6 bulan. Sampai
menjadi tanggung jawab negara yang termaktum saat ini PT. RUM masih beroperasi dan membuat
dalam Pasal 28 H UUD 1945 yang berbunyi warga resah. Bahkan bau semakin parah hingga
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, dirasakan oleh warga Wonogiri. Pada Rabu, 23
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan Oktober 2019 sejumlah warga Wonogiri meminta
hidup yang baik dan sehat serta memperoleh agar PT. RUM menghentikan operasi produksinya
pelayanan kesehatan”. Hak ini juga dijamin karena bau menyengat yang sudah tercium
dalam UU Nomor 32 Tahun 1999 tentang hingga Wonogiri. PT. RUM berdiri di daerah
Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup Sukoharjo bau limbahnya sampai menyengat
juga peraturan undang-undang lainnya. Negara ke Wonogiri, tentu kita bisa membayangkan
tidak hanya gagal untuk melaksankan tugasnya bagaimana parahnya bau limbah tersebut bagi
bahkan memenjarakan pejuang lingkungan yang warga Sukoharjo sendiri, warga yang rumahnya
berupaya untuk melaksanakan tugas negara bersebelahan dengan PT. RUM.
tersebut. Masyarakat semakin disadarkan bahwa
segala macam peraturan perundang-undangan Melihat kondisi tersebut, Melawan adalah hal yang
hanyalah hiasan dalam etalase para penegak mau tidak mau harus tetap dilakukan oleh warga.
hukum. Berjuang bagi lingkungan hidup yang sehat bagi
keluarga, bagi anak cucu mereka kelak. Sehingga
Setahun lebih lima warga, pahlawan lingkungan Para Pahlawan yang telah kembali pulang, siap
bagi warga Tawangsari, Sukoharjo ditahan di untuk kembali melawan.[]
Lapas Kedungpane. Pada Pengadilan tingkat

34 Karam di Daratan
Kamis, 14 November 2019 Pengacara Publik LBH Semarang melayangkan surat somasi terhadap PT. Sari elati Sejahtera untuk segera
melunasi kekurangan upah pekerja

KORBAN PRAKTEK UPAH MURAH PT. SARI


MELATI SEJAHTERA

P
ada Maret 2019, Sumartono seorang sosial ketenagakerjaan yang kerap kali dilakukan
pekerja PT. Sari Melati Sejahtera Perwakilan oleh pemberi kerja. Berdasarkan hal itu, pada
Semarang (Pemberi Kerja) yang telah tanggal 19 Maret 2019, LBH Semarang menyurati
bekerja sejak Februari 2018 mendatangi kantor Disnakertrans Provinsi Jateng untuk mendorong
YLBHI-LBH semarang. Tujuan kedatanganya optimalisasi sistem pengawasan pelanggaran
adalah untuk mendapatkan pendampingan hak-hak pekerja melalui fungsi pengawasan dan
guna memperjuangkan haknya atas upah yang kewenangan pemeriksaan serta mengeluarkan
dibayar di bawah ketentuan upah minimum penetapan kekuarangan hak pekerja yang
kota Semarang pada tahun 2019 (sebesar dimilikinya.
Rp. 2.498.587,53). Perusahaan distributor teh
kemasan ini, bukan hanya membayar upah Hasilnya, pada pertengahan September 2019,
pekerjanya dengan nominal di bawah ketentuan Pemberi Kerja akhirnya menyanggupi untuk
UMK Semarang, tetapi juga tidak mendaftarkan membayar kekurangan upah yang selama ini
pekerjanya sebagai peserta jaminan sosial tidak diberikan kepada S. Saat ini, kekurangan
ketenagakerjaan pada BPJS ketengakerjaan. upah sebesar Rp 21.587.569, telah mendapatkan
penetapan dari Disnakertrans Jawa Tengah.
LBH Semarang mendampingi kasus ini untuk YLBHI-LBH Semarang tetap mendampingi untuk
mendorong penghentian praktek upah murah memastikan realisasi pelunasan kekurangan
dan pelanggaran hak pekerja atas jaminan upah oleh pemberi kerja.

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 35


PELANGGARAN HAK NORMATIF 10 ORANG
PEKERJA OLEH PT. SARANA PARIWARA

P
ertengahan tahun 2019, PT. Sarana
Pariwara melakukan pelanggaran hak-hak
10 orang pekerjanya yang telah bekerja
selama puluhan tahun. Perusahaan media yang
berpusat di Kota Semarang ini, telah berbulan-
bulan menunggak pembayaran upah, tunjangan
hari raya, dan iuran jaminan sosial ketengakerjaan
para pekerjanya. Menyikapi persoalan ini, para
pekerja lalu mendatangi kantor YLBHI-LBH
Semarang untuk meminta pendampingan hukum
guna memperjuangkan hak-hak mereka sebagai
pekerja.

Dalam penanganan kasus ini, YLBHI-LBH


Semarang mendampingi para pekerja untuk
menempuh upaya penyelesaian perselihan
hubungan industrial dengan mengajukan
permintaan perundingan bipartit dan mengadukan
tindakan pemberi kerja terkait pelanggaran
hak-hak pekerja yang berupa tunggakan upah,
tunjangan hari raya, dan tunggakan iuran BPJS
ketenagakerjaan pada Disnakertrans Provinsi
Jawa Tengah. Tujuannya, untuk mendorong
dilakukanya optimalisasi sistem pengawasan
melalui fungsi pengawasan dan kewenangan
pemeriksaan terhadap PT. Sarana Pariwara
selaku pemberi kerja.

Ketiadaan kesepakatan dalam perundingan


bipartit yang dilakukan dengan pemberi kerja,
menjadi alasan dilakukanya pencatatan
perselihan hubungan Industrial pada Disnaker
Kota Semarang untuk dilakukan Mediasi Tripartit.
Disamping itu, YLBHI-LBH Semarang mengajukan
permohonan penetapan tunggakan upah kepada
Disnakertrans Jawa Tengah. Saat ini, permohonan
tersebut telah mendapatkan penetapan dari
Pengawas Ketenagakerjaan Disnakertrans Jawa
Tengah melalui Surat Penetapan No 3204/2019
tentang Kekurangan Upah PT Sarana Pariwara
dengan nominal Rp 471.494.315. []

36 Karam di Daratan
PERLAWANAN BURUH PEREMPUAN
PT. PANTJATUNGGAL KNITTING MILL

P
ada Mei 2019, PT. Pantjatunggal Knitting
Mill (Pemberi Kerja) yang bergerak dibidang
industri garmen menerima pengajuan surat
pengunduran diri dari 11 orang buruh perempuan
yang diperkejakanya. Namun penerimaan surat
pengunduran diri tersebut, tidak disertai dengan
pembayaran secara penuh uang penggantian
para buruh perempuan sebagaimana disebutkan
dalam ketentuan Pasal 162 ayat (1) serta Pasal
156 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Pemberi kerja berdalih kondisi keuangan


perusahaan sedang mengalami kerugian karena
pada September 2018, Nike sebagai buyer
utama telah menghentikan orderanya dengan
PT. Pantjatunggal Knitting Mill. Atas dasar itu,
pemberi kerja mengambil kebijakan memotong
uang penggantian hak ke para buruh perempuan
dengan alasan sebagai potongan atas iuran
jaminan pensiun yang telah di bayarkan setiap
bulan oleh perusahaan selaku pemberi kerja
kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketengakerjaan Kota Semarang dengan
persentase 2% perbulan.

Dalam penanganan kasus ini YLBHI-LBH


Semarang pada tanggal 29 Oktober 2019,
melayangkan somasi terhadap PT. Pantjatunggal
Knitting Mill untuk mendesak pembayaran
kekurangan uang penggantian hak 11 orang
Buruh perempuan tersebut. Disamping itu,
YLBHI-LBH Semarang tengah mempersiapkan
pelaporan dugaan pelanggaran hak 11 orang
buruh perempuan kepada Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah untuk
dilakukan pengawasan dan pemeriksaan serta
dikeluarkan surat penetapan terkait kekuarangan
hak para pekerja yang harusnya dibayarkan oleh
pemberi kerja. []

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 37


PENYAPU JALAN KORBAN PHK SEPIHAK DINAS
LINGKUNGAN HIDUP KOTA SEMARANG

P
ada tahun 2018, Dinas Lingkungan Hidup
(DLH) Kota Semarang secara lisan melalui
mandor melakukan pemutusan hubungan
kerja (PHK) secara sepihak terhadap Masril
Pasaribu yang telah bekerja sebagai penyapu
jalan dengan status pegawai kontrak selama 4 LBH Semarang pada tanggal 16
(empat) tahun. Padahal seharusnya kewenangan Agustus 2019 mendampingi MP
pemberhentian pegawai kontrak penyapu jalan untuk melakukan pelaporan
adalah kewenangan dari Kadis Lingkungan Hidup, ke ombudsman RI Perwakilan
selaku kuasa pengguna anggaran dan pimpinan Jawa Tengah, terkait dugaan
DLH, sebagaimana diatur dalam pasal 7 ayat Maladmistrasi yang dilakukan
(1) Peraturan Walikota (Perwal) No. 58 Tahun Kadis Lingkungan Hidup Kota
2017 tentang Pengelolaan Pegawai Kontrak di Semaran
Lingkungan Pemerintah Kota Semarang yang
telah diubah dengan Perwal No. 66 Tahun 2017.

PHK sepihak ini, berdampak pada Klaim BPJS


Ketenagakerjaan yang terkendala karena
ketiadaan syarat pencairan jaminan sosial
ketengakerjaan yang harus melampirkan surat pemerintah diduga telah melakukan tindakan
keterangan kerja Masril Pasaribu yang dikeluarkan yang menimbulkan kerugian materil dan/atau
oleh DLH Kota Semarang. Berdasarkan hal imateril bagi masyarakat dan orang perorangan
itu, YLBHI-LBH Semarang pada tanggal 16 sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 3
Agustus 2019 mendampingi Masril Pasaribu UU No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman RI.
untuk melakukan pelaporan ke ombudsman
RI Perwakilan Jawa Tengah, terkait dugaan Pemeriksaan pelaporan dugaan Maladministrasi
Maladmistrasi yang dilakukan Kadis Lingkungan tersebut, saat ini masih berjalan di Ombudsman
Hidup Kota Semarang. Laporan tersebut didasari RI perwakilan Jawa Tengah dan pihak DLH Kota
dugaan perbuatan melawan hukum ketika Semarang sendiri, telah menyampaikan Masril
melakukan PHK sepihak yang bertentangan untuk mengambil surat pengalaman kerja guna
dengan peraturan perundang-undangan. pencairan jaminan sosial ketenagakerjaan pada
Dengan begitu Kadis Lingkungan Hidup Kota Kantor BPJS Ketenagakerjaan Kota Semarang.
Semarang sebagai penyelenggara negara/

38 Karam di Daratan
KRISIS REVISI PERDA RTRW JAWA TENGAH
2009-2029 BELUM USAI

P
asca raperda RTRW Provinsi Jawa Tengah dalam kawasan lindung Karst Kendeng, adanya
tahun 2009-2029 usai di paripurnakan oleh perluasan kawasan industri, serta kembalinya
DPRD Jawa Tengah, Pergolakan politik di proyek tol Bawen-Jogja.
dalamnya tak kunjung usai. Mulai dari lamanya
proses di Kementerian ATR/BPN, prosedur yang LBH Semarang menyoroti RTRW ini menjadi awal
tidak sesuai rencana, serta intervensi langsung banyaknya kepentingan di Jawa Tengah. Alih-alih
dari beberapa pemerintah kabupaten di Jawa meningkatkan pendapatan daerah, banyaknya
Tengah ke kementerian untuk mengakomodir proyek yang akan masuk ke Jawa Tengah justru
kepentingan mereka. Intervensi ini lah yang akan meminggirkan masyarakatnya sendiri.
menurut pansus membuat lamanya proses di
ATR/BPN. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, Perda
ini diduga tidak sesuai dengan daya dukung
Termasuk ketika proses harmonisasi peraturan di daya tampung lingkungan Jawa Tengah. Pada
Kementerian Dalam Negeri, RTRW ini sangat sulit 27 September 2019 Pemerintah Provinsi
untuk diakses informasinya baik tentang kapan mengesahkan Perda nomor 16 tahun 2019
akan diputuskan dan dikembalikan ke DPRD tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Jawa Tengah untuk segera disahkan. Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Selain itu, terburu-burunya pemerintah provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029.
dalam proses raperda RTRW juga berpengaruh
adanya prosedur yang dilewati yakni PerSub Dari perda yang sudah sah ini, LBH Semarang
(Persetujuan Substansi) dari Kementerian Dalam melihat tol Bawen – Jogja kembali dimasukkan,
Negeri yang seharusnya keluar sebelum pansus Pegunungan Kendeng yang keluar dari Kawasan
dibentuk. Namun realitanya persub ini justru baru strategis fungsi lingkungan, dan PLTU dan PLTGU
keluar setelah proses paripurna di DPRD pada dipisah dimana ada penambahan pembangkit
pertengahan 2019. Sehingga secara prosedur, gas uap di Pemalang.
pansus aktif dua kali yang juga membawa
perubahan dalam draft RTRW pasca paripurna YLBHI-LBH Semarang melakukan diseminasi
awal. kajian berupa policy brief yang telah disusun
oleh aliansi. Selain itu, aliansi juga melakukan
Beberapa perubahan tersebut adalah Pegunungan Public Hearing kepada Ketua Pansus DPRD Jawa
Kendeng di Rembang yang tidak ikut masuk Tengah.

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 39


MENGAHALAU
KEGAGALAN
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN

A
wal tahun 2019 juga menjadi pembahasan
hangat mengenai draft peraturan daerah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) 2018-2023. Perda yang dibuat
bersamaan setiap pergantian gubernur ini
menjadi acuan dokumen perencanaan daerah
untuk melakukan pembangunan berbagai
sektor di Jawa Tengah selama satu periode
berdasarkan penjabaran visi, misi, dan program
gubernur dengan berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
serta memperhatikan RPJMN.

LBH Semarang bersama Aliansi Masyarakat


Sipil untuk Tata Ruang dan Pembangunan Jawa
Tengah mulai fokus pada RPJMD mulai Januari
2019 dimana juga mulai bergulirnya advokasi
Revisi perda RTRW Jawa Tengah. Aliansi menilai
dua raperda ini dikebut pada awal kepemimpinan
gubernur di periode kedua tidak terlepas dari
kepentingan oligarki. Sedang narasi yang
disampaikan pemerintah adalah bahwa RPJMD Pegunungan Kendeng, Isu Tata Kelola Pelayanan
ini harus segera selesai sebelum RTRW disahkan. Publik yang seharusnya memuat program
percepatan implementasi open goverment
Pada akhir Januari 2019 aliansi yang terdiri dari partnership yang menyasar pada isu strategis,
masyarakat sipil, akademisi, dan juga lembaga dan Isu Perempuan, anak, serta Penyandang
swadaya masyarakat yang ada di Jawa Tengah Disabilitas dimana perlindungan terhadap
melakukan beberapa kali diskusi kajian. Hingga perempuan, anak dan kaum disabilitas harus
disusunlah policy brief berupa masukan-masukan diselenggarakan secara terpadu dan terintegrasi.
dari masyarakat sipil untuk RPJMD 2018-2023.
Pada 4 Maret 2019 Peraturan Daerah nomor
Masukan dari masyarakat sipil Jawa Tengah 5 tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan
dalam policy brief terhadap RPJMD Jawa Tengah Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah
tahun 2018-2023 secara umum memuat tiga 2018-2023 disahkan oleh pemerintah provinsi
kategori utama yaitu: Isu Kelestarian Lingkungan Jawa Tengah. Secara umum masukan dari LBH
dan Pembangunan Daerah yang harus Semarang bersama aliansi masuk dalam RPJMD
selaras dengan RTRW dan juga amanah KLHS ini.

40 Karam di Daratan
LBH Semarang menilai negara
melalui alat kelengkapanya tidak
serius dalam penegakan hak asasi
manusia bagi umat beragama"

BUPATI TAK
BELASAN TAHUN MENGHORMATI HAK
MENUNGGU, TANPA UMAT BERAGAMA
KEPASTIAN
B
upati Banjarnegara mengeluarkan surat
peringatan kepada DPD Jemaat Ahmadiah

P
emerintah Kabupaten Jepara abai dalam Indonesia Kab. Banjarnegara untuk
melindungi hak kebebasan beragama dan menghentikan kegiatan JAI di Banjarnegara.
berkeyakinan Jemaat Gereja Injili Tanah Surat tersebut dikeluarkan hingga tiga kali,
Jawa yang berada di Desa Dermolo, Kecamatan pertama dikeluarkan tanggal 15 Mei 2018.
Kembang Kabupaten Jepara. Rumah ibadat milik Selain dipaksa untuk menghentikan kegiatan JAI
GITJ Dermolo sejak tahun 2002 hingga kini tak bisa Banjarnegara juga dipaksa untuk menurunkan
digunakan meski telah memiliki ijin sebagaimana papan nama dan/atau atribut JAI di wilayah Kab.
peraturan perundang-undang yang berlaku Banjarnegara. Tindakan bupati tersebut diadukan
pada masa itu. Pemkab Jepara mengakomodir kepada Ombudsman RI Perwakilan Jawa Tengah,
keinginan ormas intoleran yang memaksa GITJ sangat disayangkan pada tanggal 10 Oktober
Dermolo untuk melakukan perijinan ulang sesuai 2018 Ombudsman RI Jawa Tengah justru
dengan Peraturan Bersama Menag dan Mendagri mengeluarkan pemberitahuan penutupan laporan
No. 9 dan 8 Tahun 2006 dengan menegasikan ijin yang pada intinya menyatakan tidak menemukan
yang dimiliki GITJ Dermolo sejak 2002. maladministrasi.

YLBHI-LBH Semarang melihat kasus ini sebagai LBH Semarang menilai negara melalui alat
bentuk penundaan berlarut dan gagalnya negara kelengkapanya tidak serius dalam penegakan
dalam melindungi hak umat beragama. YLBHI- hak asasi manusia bagi umat beragama.
LBH Semarang mengadvokasi kasus ini dengan LBH Semarang hingga ini masih memantau
melakukan pendampingan saat pertemuan dampak dari peristiwa ini, YLBHI-LBH Semarang
dengan pemerintah serta memberikan mengadvokasi kasus ini dengan memberikan
pertimbangan dan opini hukum. pertimbangan dan opini hukum serta melakukan
penyusunan dokumen komplain.

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 41


Pemkot Semarang yang pada tahun
1998 menerbitkan IMB rumah ibadat
GBI Tlogosari tampak acuh dalam
melakukan perlindungan terhadap
umat beragama dan produk hukum
yang dikeluarkan.

KEPASTIAN TAK
KUNJUNG HADIR,
LEBIH DUA DEKADE
LAMANYA BIAS GENDER MASIH
MENJANGKIT PEJABAT
Pemerintah Kota Semarang tidak kunjung hadir
memberikan jaminan hak kebebasan beragama PUBLIK
dan berkeyakinan Jemaat Gereja Baptis Indonesia
Tlogosari. IMB rumah ibadat telah dimiliki GBI
Tlogosari sejak tahun 1998. Hingga saat ini
tindakan intimidasi, perusakan hingga ancaman Sebut saja M, seorang mahasiswa Perguruan
kekerasan masih dilakukan oleh sekelompok Tinggi Swasta di Semarang mendapat perlakuan
orang yang menolak pembangunan gereja. tidak terpuji dan melukai martabat manusia dari
Hingga kini pembangunan gereja tak kunjung salah seorang pejabat publik di Kota Semarang.
usai, Pemkot Semarang yang pada tahun 1998 Tindakan tersebut diterima oleh M karena ekspresi
menerbitkan IMB rumah ibadat GBI Tlogosari gender feminin yang dimilikinya. M dipermalukan
tampak acuh dalam melakukan perlindungan di depan umum saat melaksanakan tugas KKN di
terhadap umat beragama dan produk hukum Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang.
yang dikeluarkan.
YLBHI-LBH Semarang menyayangkan masih
YLBHI-LBH Semarang menyanyangkan abainya adanya pejabat publik di Kota Semarang yang
Pemkot Semarang sebagai representasi negara tidak memiliki persepektif gender dan HAM.
dalam melindungi hak umat beragama. YLBHI- Pada kasus ini, YLBHI-LBH Semarang melakukan
LBH Semarang melakukan advokasi dengan advokasi dengan melaporkan perbuatan Pejabat
pendampingan kepada GBI Tlogosari saat Publik tersebut kepada Komisi Aparatur Sipil
melakukan pertemuan dengan pemerintah, Negara Republik Indonesia serta mendampingi
memberikan saran dan pertimbangan hukum, pada saat M dan pelaku melakukan mediasi.
menempuh mekanisme komplain dan aduan.

42 Karam di Daratan
menurut penuturan pengadu
beberapa korban sulit untuk
speak up karena relasi kuasa yang
timpang. Para korban yang sebagian
alumni tahun 2019 takut ijasahnya
ditahan.

KEKERASAN SEKSUAL
(ITU) DILAKUKAN OLEH SEKOLAH TERSEBUT
KETUA BEM SARANG PREDATOR
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa sebuah
SEKSUAL
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Semarang
diduga melakukan kekerasan seksual. T adalah
seorang calon mahasiswa di PTN dimana sang
ketua Badan Eksekutif Mahasiswa menempuh YLBHI-LBH Semarang menerima aduan
kuliah. T mengadukan hal yang menimpanya mengenai kekerasan seksual yang masif terjadi
kepada YLBHI-LBH Semarang, menurutnya sang di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di
ketua BEM meminta dikirim foto dirinya yang tidak Kota Semarang. Maka, LBH Semarang memulai
mengenakan busana. Hal tersebut membuat T investigasi, hasil temuan YLBHI-LBH Semarang
merasa kesal dan tidak nyaman, terlebih dirinya menunjukan data bahwa terdapat 2 siswi yang
telah menyatakan penolakan namun sang ketua mengaku menjadi korban kekerasan seksual
BEM masih terus meminta. Perbuatan tersebut dengan bentuk sentuhan pada payudara dan
dilakukan melalui sosial media instagram dan obrolan berupa kekerasan seksual secara verbal.
line. Didapatkan informasi bahwa terdapat 2 siswi
korban kekerasan seksual yang dipaksa pindah
Apa yang dilakukan oleh sang ketua BEM adalah sekolah karena berusaha mengusut kasus ini.
bentuk kekerasan seksual. YLBHI-LBH Semarang
dalam kasus ini membuat dan memberikan Investigasi kasus ini terus dilakukan oleh YLBHI-
pendapat hukum kepada korban, serta LBH Semarang, menurut penuturan pengadu
merekomendasikan korban untuk menempuh beberapa korban sulit untuk speak up karena
upaya pidana dalam menyelesaikan kasus ini. relasi kuasa yang timpang. Para korban yang
Namun rekomendasi tersebut urung dilakukan sebagian alumni tahun 2019 takut ijasahnya
karena korban masih memerlukan penguatan. ditahan.

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 43


LGBT DAN
KERENTANAN DUNIA MAHASISWA PAPUA
MAYA DAN ANCAMAN

M
elalui aplikasi media sosial, pada KEBEBASAN
bulan april 2019, D seorang ASN di
Salatiga berkenalan dengan pelaku BEREKSPRESI DI
yang mengaku bernama Rendi. Sejak pertemuan
tersebut D yang diketahui sebagai seorang Gay
diperas oleh Rendi. Hasil dari penelusuran dan
SEMARANG
investigasi yang dilakukan oleh YLBHI-LBH

Y
Semarang dan Paralegal Komunitas, diduga kuat LBHI-LBH Semarang melakukan
bahwa Rendi adalah sindikat penipu yang biasa monitoring terhadap pemenuhan hak
menyasar kelompok minoritas seksual. Pola yang asasi manusia di Kota Semarang. Tidak
dilakukan ialah melakukan pemerasan dengan terkecuali yang menimpa mahasiswa papua
ancaman penyebaran data diri dan mendatangi yang ada di Semarang. Dari data yang berhasil
tempat kerja korban, sehingga korban takut dihimpun, menunjukan fakta bahwa sepanjang
terbongkarnya identitas. tahun 2019 sedikitnya 4 kali terjadi pelanggaran
HAM. Bentuk dari pelanggaran HAM antara
LBH Semarang bersama dengan paralegal lain: pelarangan diskusi, intimidasi, pembiaran,
komunitas menyusun pendapat hukum serta pelarangan kegiatan. Polisi menjadi aktor yang
memberikan rekomendasi berupa upaya hukum hadir dalam setiap peristiwa.
pelaporan pidana. Kasus ini dilaporkan korban
ke Polres Salatiga pada 6 mei 2019 dengan LBH Semarang melakukan pendampingan
didampingi oleh LBH Semarang dan Paralegal pada setiap kegiatan, melakukan negosiasi dan
komunitas. menitoring.

44 Karam di Daratan
"Kedekatan mereka dimanfaatkan
oleh Demit untuk melakukan tipu
daya dan perbudakan seksual
terhadap Wahyu. Demit memaksa
Wahyu
KORBAN PERBUDAKAN
SEKSUAL SENIOR

W
ahyu (bukan nama sebenarnya)
merupakan mahasiswa yang sedang
menempuh pendidikan di kota
Semarang. Kekerasan seksual yang dialami
oleh Wahyu, berawal dari kedekatan Wahyu
PEREMPUAN DALAM dengan Demit (bukan nama sebenarnya) dalam
satu organisasi kampus. Kedekatan mereka
PUSARAN PINJAMAN dimanfaatkan oleh Demit untuk melakukan tipu
daya dan perbudakan seksual terhadap Wahyu.

ONLINE Demit memaksa Wahyu untuk melakukan


hubungan persetubuhan dan meminta untuk
tidak menceritakan kepada orang lain.

L
ebih dari 95% kasus pinjaman online Demit mengaku telah merekam persetubuhan
yang masuk di LBH Semarang dilakukan yang mereka lakukan. Pengakuan ini digunakan
oleh perempuan. YLBHI-LBH Semarang untuk mengancam Wahyu agar mau melakukan
mencatat sedikitnya 3 perempuan pengadu video call sex (VCS). Demit melakukan screenshot
kehilangan pekerjaannya karena teror pinjaman terhadap vcs tersebut dan menggunakannya
online. Semua pengadu mengaku mendapatkan sebagai alat untuk memperbudak. Demit selalu
intimidasi dari dept collector pinjaman online. meminta wahyu agar mengikuti keinginan Demit,
Bentuk intimidasi yang diterima beragam, mulai jika tidak screenshot vcs akan disebarkan ke
ancaman kekerasan, penyebaran data pribadi, media sosial (revenge porn/penyebaran foto
pelecehan seksual hingga diminta untuk jual anak seksual).
atau organ tubuh. Ibu N mengabarkan bahwa
anaknya terpaksa menjadi buruh migran untuk Saat ini, wahyu mengalami tekanan baik secara
melunasi hutang pinjaman onlien. psikis maupun fisik. Kemudian Wahyu disarankan
oleh temannya untuk mengadu ke YLBHI-LBH
Sejak Agustus 2019 YLBHI-LBH Semarang Semarang. Saat ini, YLBHI-LBH Semarang
membuka posko aduan pinjaman online. YLBHI- mendampingi korban untuk melakukan konseling
LBH Semarang mendistribusikan buku panduan dan aktif dalam aktifitas aliansi barisan kesetaraan
yang berisi informasi mengenai upaya dan (ABK). LBH Semarang juga merekomendasikan
langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam untuk melakukan pelaporan kepada kepolisian. []
menyelesaikan kasus pinjaman online. []

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 45


terhadap reformasi justru kita dipertontonkan
sikap-sikap mantan aktivis reformasi yang
sekarang berada dalam lingkaran oligarki.

Pemerintah bersama dengan DPR dan Koruptor


yang tergabung dalam oligarki kekuasaan
kemudian bersekongkol untuk menghidupkan
kembali orde baru dengan Revisi UU KPK yang
telah disahkan, RUU KUHP yang akan disahkan
dan puluhan RUU bermasalah lain yang akan
disahkan.

Merespon hal tersebut pada 24 September 2019


sekitar 7000 ribu masyarakat kota Semarang
yang terdiri dari Mahasiswa, buruh, YLBHI-
LBH Semarang dengan beberapa NGO (Non
Goverment Organization) dan Akademisi di Kota
Semarang turun ke jalan membawa 7 tuntutan
yang diantaranya menolak pengesahan beberapa
RUU bermasalah dan menuntut pemerintah
memberikan sanksi tegas terhadap korporasi
pembakar hutan. Aroma Pemerintahan ala orde
baru semakin terlihat ketika Jokowi memilih
beberapa menteri yang jelas jelas bagian dari
orde baru, bahkan terduga pelaku pelanggaran
HAM berat. Pidato pelantikan Presiden juga sama
sekali tidak membahas tentang pemberantasan
korupsi dan perlindungan terhadap HAM. Nafsu
Investasi begitu kuat dalam pidato Presiden,
Nafsu ini seringkali meminggirkan penghargaan
#REFORMASIDIKORUPSI terhadap hak asasi manusia.

Duka Mendalam Bagi Lima Pahlawan Demokrasi

“RAKYAT TURUN yang Meninggal Dalam Perjuangan

Pemerintah semakin barbar dan semakin


KE JALAN: LAWAN menunjukan watak Orba saat merespon berbagai
aksi di daerah. Aksi direspon dengan tindakan
OLIGARKI, SI KORUPTOR represif. Aparat semakin menunjukan diri sebagai
perpanjangan tangan oligarki. Aparat melacurkan
REFORMASI” dirinya dengan mengabdi pada kepentingan
Oligarki bahkan sampai tega memukuli massa
aksi.

R
eformasi berhasil memenggal Kepala orde
baru, namun badan nya masih berjalan Kami, seluruh masyarakat Indonesia yang sampai
bebas berada dalam lingkaran oligarki saat ini menikmati demokrasi mengucapkan
Kekuasaan. Orde baru tidak pernah benar– duka mendalam bagi lima pahlawan demokrasi
benar mati karena reformasi memang belum yang meninggal dalam melindungi demokrasi
tuntas dipenuhi. Ditengah-tengah pengkhianatan melawan korupsi terhadap reformasi. []

46 Karam di Daratan
OKNUM DOSEN
LAKUKAN PELECEHAN
SEKSUAL KEPADA
MAHASISWI
SIMALAKAMA
B
eberapa mahasiswi dan alumnus-penyintas
PEREMPUAN ANAK telah mengalami pelecehan seksual
yang dilakukan oleh salah satu dosen
KORBAN PERKOSAAN Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang bernama Kodir
(bukan nama sebenarnya). Dias (bukan nama
sebenarnya), salah satu penyintas menceritakan

H
ani (bukan nama sebenarnya) merupakan tentang kejadian pelecehan seksual yang
anak 16 tahun yang memiliki pacar dialaminya.
bernama Sarlan (bukan nama sebenarnya).
Sekitar bulan mei 2018, Sarlan mengajak Hani ke Sekitar bulan Juli 2016, Kodir menawarkan
rumahnya dan memaksa hani agar meninap di bimbingan penulisan skripsi kepada Dias.
rumah Sarlan. Saat itu, Sarlan memaksa untuk Meskipun Kodir telah mengetahui, Dias sudah
melakukan hubungan seksual. Pada bulan yang menyelesaikan skripsinya. Dalam obrolan
sama Sarlan menceritakan peristiwa tersebut tersebut Kodir melakukan pelecehan seksual
kepada Pandu (bukan nama sebenarnya- teman dengan cara meraba paha, tangan, punggung dan
Sarlan) bahwa Sarlan telah melakukan hubungan mencoba mencium korban. Kejadiaan serupa
seksual dengan Hani. juga dialami oleh Gia, Vani dan yang lainnya
(bukan nama sebenarnya). Mereka enggan
Pada bulan yang sama Pandu mengirim pesan melaporkan kejadian tersebut karena takut.
whatsapp kepada Hani, bahwa Sarlan tidak Korban takut melapor karena khawatir akan
bisa menjemput Hani dan meminta Pandu dikucilkan dan berpengaruh terhadap nilai mata
untuk menjemput. Kemudian Pandu membawa kuliah mereka. Pihak kampus telah membentuk
Hani ke lapangan golf dan mengajak korban tim ad hoc, namun pembentukan tim ad hoc tidak
ke taman lalu mendorong Hani ke semak- melibatkan jaringan yang memiliki perspektif
semak dan memperkosanya. Kejadian tersebut korban sehingga hasil investigasi tersebut rawan
dilakukan dua kali ditempat yang sama. Hani terhadap kepentingan.
menceritakan kejadian tersebut kepada Sarlan
dan memberitahukan kepada keluarga. Kemudian Aliansi Barisan Kesetaraan (ABK) mendorong
melapor ke Polrestabes Semarang dan datang ke dan mendesak Rektor Universitas Diponegoro
LBH Semarang untuk berkonsultasi dan minta (UNDIP) untuk segera mengusut tuntas dan
didampingi. Saat ini korban telah melahirkan memberhentikan pelaku dari status dosen.
seorang anak laki-laki. Dalam kasus ini LBH Namun sampai saat ini, tim ad hoc hanya
Semarang bersama LRC-KJHAM mendampingi memberikan rekomendasi yang yang tidak jelas
korban untuk melakukan konseling, memastikan dan pelaku belum menerima sanksi apapun dari
hak atas kesehatan korban terpenuhi pada saat rektorat. ABK melakukan diskusi, aksi, kampanye
proses melahirkan, tes DNA dan memastikan dan akses informasi tentang hasil invetigasi
pihak kepolisian memberikan informasi secara tim ad hoc, serta melayangkan surat keberatan
bertahap tentang perkembangan kasus pidana kepada pihak Rektorat. []
yang dilaporkan. []

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 47


BALADA PEMUDA
SKIZOFRENIA:
KEHILANGAN IBUNDA
DAN DITANGKAP
POLISI
PELANGGARAN HAK 7

R ORANG PEKERJA DAN


aya (bukan nama sebenarnya) merupakan
seorang yang sedang mengidap
Skizofrenia. Skizofrenia merupakan
penyakit mental kronis yang menyebabkkan PENGURUS SERIKAT
gangguan proses berfikir yang membuatnya
tidak dapat membedakan mana khayalan dan BICYCLE INDUSTRI
mana kenyataan. Gejala dari penyakit ini adalah
paranoid yang berlebihan dan halusinasi. OLEH PT. RODA
Raya melakukakan pembunuhan terhadap ibu
kandungnya pada bulan april 2018. Berdasarkan MAKMUR SENTOSA
catatan Psikolog Raya membunuh Ibunya
karena melihat ibunya adalah monster. Raya

PT
ditempatkan di rumah sakit dan melakukan tes . Roda Makmur Sentosa yang terletak
kejiwaan. Hasil pemeriksaan dari Rumah Sakit di Kawasan Industri Kaligawe
Jiwa menyatakan bahwa Raya memang benar Semarang, melakukan Pemutusan
mengidap Skizofernia. Hubungan Kerja (PHK) sepihak terhadap 7 orang
pekerjanya yang seharusnya berstatus pekerja
LBH Semarang bersama jaringan mendorong tetap (PKWTT) karena ketujuhnya bekerja pada
pihak kepolisian untuk menerbitkan Surat bagian produksi inti dari perusahaan. Pemutusan
Penghentian Penyidikan Perkara (SP3). Saat Hubungan Kerja sepihak yang dialami para
ini, Kepolisian telah menerbitkan SP3 dan pekerja pada bulan Maret 2019 tersebut, diduga
mengembalikan barang bukti yang disita. [] dilatarbelakangi karena keberadan serikat buruh/

48 Karam di Daratan
"....sebelumnya para pekerja telah
menempuh proses perundingan
Bipartit dan mediasi Tripartit
PENELANTARAN
....Namun upaya perundingan
bipartit dan mediasi tersebut,
DAN PELANGGARAN
tetap tidak menemui kesepakatan
diantara kedua belah pihak. HAK-HAK NORMATIF
PEKERJA OLEH PT.
SAWAH BESAR FARMA

PT
. Sawah Besar Farma yang bergerak
dibidang distributor Farmasi dan
berpusat di Kota Jakarta Barat telah
melakukan pemutusan hubungan kerja dan belum
membayarkan uang pesangon, uang penggantian
pekerja dalam perusahaan yang didirikan oleh hak, dan uang penghargaan masa kerja serta
ketujuh pekerja, yang juga sekaligus merupakan tunggakan gaji 2 (dua) orang pekerjanya.
pengurus Serikat Buruh Bicycle Industri yang Pemutusan hubungan kerja oleh PT. Sawah
berafiliasi dengan Kongres Aliansi Serikat Buruh Besar Farma terhadap pekerjanya tersebut,
Indonesia (KASBI). didasari alasan perusahaan sedang mengalami
masa sulit, sehingga perusahaan tidak dapat
Dalam kasus ini YLBHI-LBH Semarang bersama mempekerjakan para pekerja terhitung sejak
dengan KASBI Jateng serta para pekerja telah tanggal 28 Februari 2018 dan untuk hak-hak para
melakukan perundingan bipartit dan mediasi pekerja akan diiformasikan lebih lanjut.
tripartit dengan PT. Sarana Pariwara (Pemberi
Kerja) pada Disnaker Kota Semarang, namun YLBHI-LBH Semarang dalam kasus ini,
belum menemui kesepakatan. Disamping mendampingi para pekerja untuk mengajukan
upaya tersebut, saat ini Aliansi Gerakan gugatan Pemutusan Hubungan kerja (PHK)
Rakyat Menggugat yang terdiri atas YLBHI- pada tanggal 17 September 2019 kepada
LBH Semarang, Kasbi Jateng, Mahasiswa, dan Pengadilan Hubungan Industrial Semarang
Komunitas Masyarakat Sipil Semarang tengah untuk memperjuangkan hak-hak para pekerja
mendesak agar dugaan Pemberangusan Serikat yang belum dipenuhi oleh perusahaan (Pemberi
(Union Busting) Buruh Bicycle Industri oleh PT. Kerja), meskipun sebelumnya para pekerja telah
Roda Makmur Sentosa dapat segera diperiksa menempuh proses perundingan Bipartit dan
dan diselesaikan oleh Pengawas Ketenagakerjaan mediasi Tripartit pada Disnaker Kota Semarang.
pada Disnakertrans Propinsi Jawa Tengah sesuai Namun upaya perundingan bipartit dan mediasi
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 21 tersebut tetap tidak menemui kesepakatan
Tahun Tentang Serikat Pekerja/ buruh. [] diantara kedua belah pihak. []

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 49


50 Karam di Daratan
pendidikan

HUKUM KRITIS

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 51


1. Diskusi ‘Polemik RUU Penghapusan kemudian di upload pada chanel youtube LPM
Kekerasan Seksual’ Gema Keadilan.

Pada Mei 2019 Bem Fakultas Hukum Universitas 3. Diskusi ‘Pelanggaran HAM di Papua’’
Diponegoro mengadakan Diskusi dengan Tema
Polemik RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, Fakultas Hukum Undip mengadakan diskusi
diskusi dihadiri oleh 55 mahasiswa. LBH membahas pelanggaran HAM di Papua. Diskusi
Semarang menjadi narasumber dalam diskusi diadakan pada hari Jumat, 20 September 2019,
tersebut membahas urgensi disahkannya RUU diskusi dihadiri oleh 45 orang. LBH Semarang
Penghapusan Kekerasan Seksual dan berbagai menjadi Narasumber dalam Diskusi tersebut
mis-konsepsi yang beredar tentang RUU membahas berbagai tragedi pelanggaran hak
Penghapusan Kekerasan Seksual. asasi manusia yang dialami oleh masyarakat di
Papua.
2. Diskusi ‘Balada Sikodir, Pelecehan Seksual di
Kawah Candradimuka’ 4. Pendidikan Hukum Kritis di Desa Susukan,
Kab Semarang
LPM Gema Keadilan, pada Juni 2019 mengadakan
diskusi dengan Tema Balada Sikodir, Pelecehan LBH Semarang mengadakan kegiatan Pendidikan
Seksual di kawah candradimuka. Diskusi ini Hukum Kritis pada 29 september 2019 di
dihadiri 13 Mahasiswa. LBH Semarang menjadi Susukan, Kabupaten Semarang. Pendidikan
narasumber dalam diskusi tersebut membahas ini dihadiri oleh 20 warga membahas tentang
terkait dugaan pelecehan seksual yang dilakukan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
oleh salah sesorang Dosen kepada Mahasiswi di Pemerintah terhadap warga Susukan dalam
Fakultas FEB Undip. Diskusi juga direkam dan Pembangunan Tol Semarang-Solo.

52 Karam di Daratan
5. Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa UU KPK yang sudah disahkan dan beberapa RUU
Tingkat Dasar Bermasalah lainnya.

Bem Fakultas Hukum Undip mengadakan 9. Sekolah Lapang dengan Tema


LKMM-D (Latihan Ketrampilan Manajemen ‘Pengorganisasian’
Mahasiswa Tingkat Dasar) pada hari sabtu,
26 Oktober 2019. LBH Semarang menjadi LBH Semarang bersama Huma saat ini sedang
narasumber dalam LKKM-D tersebut menyelenggarakan kegiatan sekolah lapang.
membahas tentang menghidupkan kembali Kegiatan tersebut bertujuan untuk melakukan
gerakan mahasiswa. LKMM-D diikuti oleh 200 pemberdayaan masyarakat dalam melakukan
Mahasiswa. pemetaan partisipatif oleh masyarakat
surokonto. Selain untuk pemberdayaan
6. Festival Bantuan Hukum masyarakat, kegiatan tersebut juga bertujuan
untuk meningkatkan kapasitas masyarakat
Sabtu, 22 Juni 2019 LBH Semarang dalam mengelola organisasi. Kegiatan ini
bekerjasama dengan Bem Fakultas Hukum dilaksanakan pada tanggal 11 oktober 2019 di
Undip melaksanakan Festival Bantuan Hukum. Surokonto. Kegiatan ini, diikuti oleh 20 peserta
Kegiatan ini dibagi menjadi dua sesi, sesi yang berasal dari komunitas Perkumpulan
pertama Diskusi Publik dengan tema Mengenal Petani Surokonto Wetan (PPSW).
Bantuan Hukum Struktural dan sesi kedua
legal aid coaching clinic dengan tigas kelas, 10. Pelatihan Sistem Pendokumentasian Kasus
yaitu legal coaching clinic of Labour Advocacy, Organisasi Bantuan Hukum
Legal Coaching clinic of Gerden Advocacy dan
Legal Coaching Clinic of Law enviromental. Pusat Kajian dan Bantuan Hukum (PKBH)
Pada kegiatan diskusi publik dihadiri oleh 60 UNNES dan The Indonesian Legal Resource
peserta. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenal Center (ILRC) menyelenggarakan kegiatan
luaskan Bantuan Hukum Struktural baik sebagai ‘Pelatihan Sistem Pendokumentasian Kasus
gerakan maupun ideologi kerja dari YLBHI-LBH Organisasi Bantuan Hukum’ pada tanggal 28
Semarang. September 2019. LBH Semarang sendiri diminta
sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut
7. Diskusi “Dwi Fungsi TNI, Ijon Politik untuk menyampaikan perihal pengalaman
Nggatheli” serta kendala yang dihadapi selama mengikuti
dan mengawal proses verifikasi dan akreditasi
LBH Semarang bersama dengan BEM KM Organisasi Bantuan Hukum pada tahun 2018.
UNNES mengadakan diskusi publik dengan Kegiatan tersebut dihadiri oleh 25 peserta yang
judul “Dwi Fungsi TNI, Ijon Politik Nggatheli” berasal dari berbagai organisasi bantuan hukum
pada hari Senin, 11 Maret 2019. Diskusi diikuti di Jawa Tengah.
oleh 80 Mahasiswa, membahas terkait wacana
dihidupkannya kembali Dwi Funsi TNI/Polri 11. Training Paralegal tahap II
dibahas dari perspektif sejarah, HAM dan Politik.
LBH Semarang bersama The Asia Foundation
8. Diskusi Reformasi Dikorupsi dan USAID serta Kementerian Hukum dan HAM
menyelenggarakan kegiatan training Paralegal
LBH Semarang bersama dengan beberapa NGO tahap II pada tanggal 29-31 Maret 2019. Tujuan
di Kota Semarang dan beberapa bem di Semarang dari kegiatan adalah untuk meningkatkan
mengadakan diskusi Reformasi Dikorupsi pada kapasitas komunitas agar bisa melakukan
hari Selasa, 15 Oktober 2019. Diskusi ini dihadiri advokasi terhadap masalah yang dihadapi di
oleh 40 Peserta. Kegiatan ini membahas terkait komunitas secara mandiri. Kegiatan ini diikuti
mandat Reformasi yang dikhianati dengan revisi oleh 19 Peserta.

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 53


12. Pendidikan Bantuan Hukum Litigasi Foundation dan USAID serta Kementerian
Hukum dan HAM dengan bekerjasama dengan
Pada tanggal 4-6 Januari 2019 LBH Semarang Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum
bersama The Asia Foundation dan USAID Universitas Diponegoro menyelenggarakan
serta Kementerian Hukum dan HAM kegiatan dengan Tema Legal Aid Coaching
menyelenggarakan Pendidikan Bantuan Hukum Clinic. Kegiatan ini terdiri dari tiga tema yaitu
Litigasi. Kegiatan tersebut bertujuan untuk Legal Coaching Clinic of Labour Advocacy, Legal
meningkatkan kapasitas PBH LBH Semarang Coaching Clinic of Gender Advocacy dan Legal
dalam hal advokasi litigasi. Kegiatan ini diikuti Coaching Clinic of Law Environmental. Kegiatan
oleh 20 PBH LBH Semarang. ini diikuti oleh 15 mahasiswa.

13. Training Paralagel tahap III 17. Karya Latihan Bantuan Hukum 2019

LBH Semarang bersama The Asia Foundation LBH Semarang bersama bersama The Asia
dan USAID serta Kementerian Hukum dan HAM Foundation dan USAID serta Kementerian
menyelenggarakan kegiatan training Paralegal Hukum dan HAM menyelenggarakan kegiatan
tahap III pada tanggal 1-3 November 2019. Karya Latihan Bantuan Hukum 2019. Kegiatan ini
Tujuan dari kegiatan adalah untuk meningkatkan merupakan bagian dari kegiatan pengkaderan
kapasitas komunitas agar bisa melakukan yang dilakukan oleh LBH Semarang, selain itu juga
advokasi terhadap masalah yang dihadapi di kalabahu menjadi bagian dalam menyebarkan
komunitas secara mandiri. Kegiatan ini diikuti gerakan bantuan hukum struktural. Kegiatan ini
oleh 15 Peserta. diikuti oleh 34 peserta.

14. Diskusi Reguler Komunitas Minoritas 18. Pendidikan Bantuan Hukum: Training
Seksual Kampanye

Pada tanggal 9 September 2019, LBH Semarang Pada tanggal 3-6 agustus 2019, LBH Semarang
diminta oleh OPSI Jawa Tengah untuk bersama bersama The Asia Foundation dan
memfasilitasi kegiatan Regular Discussion to USAID serta Kementerian Hukum dan HAM
Build Critical Thinking Among Local MSMs menyelenggarakan kegiatan pendidikan bantuan
& TG Activist. Kegiatan ini bertujuan untuk hukum untuk kampanye kreatif. Kegiatan ini diikuti
meningkatkan kapasitas komunitas LGBT di Kota oleh peserta yang berasal dari LBH se-Jawa yang
Semarang. Kegiatan ini diikuti oleh 20 peserta. terdiri dari LBH Semarang, LBH Yogyakarta, LBH
Surbaya, LBH Bandung, LBH Jakarta. Kegiatan
15. Pelatihan Peradilan Semu ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas PBH
dalam mengkampanyekan kasus yang sedang di
Pada tanggal 19 Juli 2019, LBH Semarang advokasi. Kegiatan ini diikuti oleh 28 Peserta.
menjadi Narasumber dalam kegiatan yang
diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa 19. Refleksi Sumpah Pemuda; “Sosial Media
Program Studi (HMPS) Hukum Keluarga Islam untuk Nafas Rakyat”
UNISNU Jepara tentang simulasi persidangan
(Moot Court). Tujuan dari kegiatan ini adalah Diskusi yang berlangsung di lapangan E9
untuk meningkatkan kapasitas mahasiswa Fakultas Teknik (FT) Unnes membahas banyak
dalam teknik persidangan. Kegiatan ini diikuti hal seputar media sosial hari ini. Mulai dari
oleh 15 peserta mahasiswa FSH UNISNU. gerakan masyarakat sipil yang sering kali
berawal dari media sosial, pembungkaman
16. Legal Coaching Clinic of Gender Advocacy dengan UU ITE, pembatasan akses internet
hingga fenomena buzzer yang mengancam
LBH Semarang bersama bersama The Asia demokrasi hari ini.

54 Karam di Daratan
Acara tersebut diikuti kurang lebih 20 pers dianggap dibutuhkan sebab sebagian
mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa baru besar mahasiswa yang aktiv di lembaga
dan pengurus BEM sekaligus yang menginisiasi kemahasiswaan masih kurang familiar terhadap
acara tersebut. siaran pers dan teknis penulisannya.

20. Diskusi “Milenial Berpolitik” 23. Diskusi tentang Ekofeminisme “Perempuan


dalam Jeratan Eksploitasi Ruang Hidup”.
Diskusi yang berlangsung tanggal 10 Oktober
2019 ini dilaksanakan di Serikat Dagang Kopi Kegiatan ini dilakukan pada hari kamis, 7 maret
Kota Lama Semarang. Diikuti oleh 35 orang dari 2019, 19.15 wib di depan PKMU UNNES. Acara
berbagai kalangan; seperti mahasiswa, dokter, ini diselenggarakan oleh BEM KM UNNES, yang
seniman, dan juga pelajar. dihadiri oleh berbagai elemen mahasiswa,
diantaranya mahasiswa Unnes, Undip, UIN,
Pembicaraan mengalir mulai dari sejarah Unisula dan Unwahas serta beberapa organisasi
pergerakan anak muda di Semarang seperti diantaranya yang berjumlah kurang lebih tujuh
Semaoen, hingga gerakan #STMMelawan yang puluh (70) orang. Diskusi ini diselenggarakan
mengikuti aksi #reformasidikorupsi. Tidak luput dalam rangka hari Internasional Womens Day.
juga pembicaraan tentang berbagai poster Bahwa dalam eksploitasi sumber daya alam,
kreatif hingga tindakan kekerasan yang dilakukan perempuan yang paling rentan mengalami
aparat kepolisian terhadap massa aksi. dampak dari ekploitasi (Sumberdaya Alam)
SDA.
21. Sekolah Agraria BEM KM Unnes;
“Pelatihan Kampanye, Membuat Video dengan 24. Diskusi dan Launcing Muda Bersuara
Smartphone” “Perkosaan Massal dan Kekerasan Berbasis
Sara Mei 1998”.
BEM KM Unnes mengadakan Sekolah Agraria
pada tanggal 26, 27 Oktober 2019. Peserta Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu 22 mei
berjumlah 25 orang yang terdiri dari berbagai 2019 di Joglo Cafe Ngaliyan Semarang. Acara
kampus di Semarang. ini diselenggarakan dalam rangka memperingati
hari perempuan Internasional dan Launcing
Pelatihan kampanye pada sekolah agraria Muda bersuara yang diselenggarakan oleh
diharapkan mampu memberikan pengetahuan Muda bersuara. Diskusi ini membahas tentang
secara teori maupun praktik sehingga peserta kekerasan seksual pada 13-15 mei 1998 di Jakarta
dapat langsung mengaplikasikannya. Selain itu, dan sekitarnya merupakan tragedi nasional yang
harapannya kedepan peserta dapat menjadi sangat mengerikan dan menyedihkan.
bagian dari paramedia.
Diskusi ini diikuti oleh anggota muda bersuara,
22. Social Movement Camp (SMC); Kampanye anggota aliansi barisan kesetaraan, mahasiswa
dan Penulisan Siaran Pers UIN Walisongo, UNNES, UNDIP, UNNISULA dan
masyarakat. Penerima Manfaat dari kegiatan ini
14 April 2019, diadakan pendidikan SMC oleh sejumlah 20 orang.
gabungan BEM Unnes. Bertempat di Medini, 30
peserta mengikuti pelatihan selama 2 hari. 25. Diskusi Rancangan Undang-Undang
Penghapusan Kekerasan Seksual FH Unnes.
Materi kampanye dan penulisan pers diawali
dengan pemahaman dan tujuan dari kampanye. Diskusi ini diselenggarakan dalam rangka
Peserta diharapkan mampu melakukan mengupas tuntas tentang pro kontra RUU-PKS.
kampanye secara individu maupun kelompok Acara dilaksanakan pada tanggal 2019, di FH
setelah mengikuti pelatihan. Menulis siaran Unnes. RUU PKS sangat perlu kita dorong, hal ini

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 55


untuk menjawab permasalahan-permasalahan tentang darurat kekerasan seksual yang berada
yang ada di masyarakat tentang kekerasan dimasyarakat terutama dilingkungan kampus
seksual yang sering kali kasus tersebut dan minimnya perlindungan korban seksual serta
mandek karena kurang ada payung hukum dinamika pro kontra RUU PKS dan RU KUHP.
yang berpesrpektif terhadap korban dan dapat Kegiatan ini bertujuan untuk sarana komunikasi
menjerat pelaku kekerasan seksual. Sehingga dan diskusi untuk mengaktualisasikan diri
korban dapat mendapatkan keadilan. sebagai mahasiswa dan menumbuhkan budaya
diskusi.
RUU PKS ini memuat tentang perlindungan
terhadap korban, keluargan dan saksi. Sehingga 29. Diskusi Publik, RPJMD dalam Arah dan
perlu kita dorong bersama-sama. Penerima Strategi Pembangunan Daerah yang Inklusif
manfaat dari kegiatan ini berjumlah 25 orang. dan Berkelanjutan.

26. Diskusi Komunitas Perempuan Nelayan Kamis, 10 Januari 2019 LBH Semarang bersama
Publish What You Pay (PWYP) melakukan
Acara ini diselenggarakan oleh Persatuan diskusi publik berkaitan dengan bergulirnya
Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI) Jepara pembahasan RPJMD (Rencana Pembangunan
bersama LBH Semarang. Dalam diskusi ini Jangka Menengah Daerah) Jawa Tengah. Acara
bertujuan untuk dan sekaligus sebagai bentuk dilaksanakan di Hotel Aston Inn Pandanaran.
asistensi paralegal setelah mengikuti training Acara dihadiri sekitar 50 orang yang terdiri dari
paralegal. Tujuan dari diskusi ini adalah utnuk OPD Jawa Tengah dan juga masyarakat sipil
mendorong kesadaran serta keterlibatan warga serta jurnalis.
terhadap pengelolaan dana desa. Kegiatan ini
dihadiri oleh anggota PPNI berjumlah 25 orang. Diskusi ini dimaksudkan untuk menyaring
masukan masyarakat agar mampu didengarkan
27. Sekolah Lapang: Menjadi Fasilitator yang oleh OPD terkait guna perumusan RPJMD 2018-
Baik 2023.

LBH Semarang bersama Huma saat ini sedang 30. Diskusi Publik, Pra Rapat Akbar Gerakan
menyelenggarakan kegiatan sekolah lapang. Lingkungan Hidup Indonesia “Nasib
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Surokonto Lingkungan Hidup Indonesia Pasca tahun
Wetan. Kegiatan ini diikuti oleh Petani Surokonto Politik 2019”
wetan (PPSW). Kegiatan ini dilaksanakan pada
september sampai desember 2019. Kegiatan ini Minggu, 24 Februari 2019 LBH Semarang
dilaksanakan pada tanggal 28 september 2019 diundang Walhi Jateng untuk diskusi masalah
mengisi materi tentang menjadi fasilitator yang nasib lingkungan pasca 2019 yang dihadiri
baik. Kegiatan ini dihadiri oleh 40 peserta. sekitar 30 peserta di cafe Blue Lotus.

28. Kunjungan Lembaga: “Pro Kontra RKUHP Dalam kesempatan ini LBH bersama akademisi
dan RUU PKS Serta Implikasi yang Mengikuti.” Unika dan juga Eksekutif Nasional Walhi
membicarakan mengenai kondisi politik 2019
Acara ini diselenggarakan oleh mahasiswa terhadap isu lingkungan hidup yang pada
kelompok diskusi kelas sosial Fakultas Hukum akhirnya taksiran kawan-kawan kondisinya tidak
Universitas Diponegoro bekerjasama dengan akan jauh berbeda dengan kerusakan alam tahun
YLBHI-LBH Semarang. Peserta yang mengikuti 2018 dan bahkan akan lebih parah.
acara adalah anggota unit kegiatan mahasiswa
FH UNDIP berjumlah 20 peserta.

Acara ini berawal dari keresahan mahasiswa

56 Karam di Daratan
31. Media Brief, Tata Ruang dan Pembangunan prosesi kupatan kendeng dan juga ikut menjadi
Jawa Tengah. pembicara dalam diskusinya. Pembicara dari
diskusi ini terdiri dari akademisi ilmu bencana
27 Februari 2019 LBH bersama PWYP melakukan kang ET, organisasi Trasnparansi PWYP Andri,
diskusi media terkait perkembangan revisi RTRW Komnas Perempuan, dan LBH Semarang
dan RPJMD yang masih bergulir yang dihadiri 20 yang hangat berdiskusi di Tegaldowo, Gunem,
peserta. Rembang.

Media brief ini dimaksudkan untuk Dalam kesempatan tersebut, LBH Semarang
menyambungkan aliansi masyarakat sipil untuk mengabarkan mengenai proses advokasi RTRW
tata ruang dan pembangunan Jawa Tengah Jawa Tengah dan upaya hukum yang bisa diambil
dengan media. untuk menghalau pengrusakan karst berlanjut di
Kendeng. Acara dihadiri sekitar 80 warga dari
32. Diskusi Apa Kabar HAM Setelah Pemilu rembang, Pati, Blora, dan Grobogan.
2019?
35. Diskusi Publik, KLHS dan Moratorium Izin
9 April 2019 menjelang Pemilu presiden, UNIKA Tambang di Pegunungan Kendeng
mengundang LBH Semarang untuk diskusi
bersama berkaitan dengan kondisi HAM pasca LBH Semarang bersama PWYP pada Selasa,
pemilu 2019. Dalam kesempatan tersebut hadir 30 Juli 2019 mengadakan diskusi publik di
50 mahasiswa dan masyarakat sipil untuk ikut UNIKA yang menghadirkan pansus RTRW,
hangat berdiskusi. dinas ESDM Provinsi, tim penyusun KLHS
Pegunungan Kendeng, dan ahli lingkungan, serta
Secara umum kondisi HAM pasca pemilu aliansi masyarakat sipil untuk tata ruang dan
tidak akan ada perubahan signifikan, hal pembangunan Jawa Tengah.
ini dikarenakan dari kedua calon yang ada
koordinasi dengan koorporasi. Sehigga segala Dihadapan 30 peserta diskusi, ESDM
bentuk perusakan alam dan segala bentuk menyampaikan bahwa hasil KLHS Pegunungan
pelemahan UU yang lain. Kendeng tidak diterima oleh pemprov melalui
surat resmi tertanda tangan gubernur Jawa
33. Diskusi “Potensi Membangun Politik Tengah. ESDM juga menyampaikan bahwa
Alternatif Pasca Pilpres 2019” masih kesulitan untuk melakukan moratorium
izin tambang. Pansus menyampaikan bahwa
Rabu, 24 April 2019 LBH Semarang mendapatkan RTRW sampai saat ini masih evaluasi di ATR/
undangan untuk mengisi diskusi bersama Gus BPN.
Roy Murtadho dan Eko Cahyono di Kedai Kang
Putu, Patemon, Semarang. 36. Diskusi Publik dalam acara Upacara Rakyat
“Merdeka Nguripi”
Dihadapan 20 peserta diskusi tersebut
membicarakan mengenai kondisi pasca pilpres Dalam rangkaian acara upacara dan hiburan
dan upaya apa yang bisa dilakukan. Salah satu rakyat di Tambakromo Pati menghadirkan
upaya yang bisa dilakukan adalah adanya politik LBH Semarang untuk ikut berdiskusi megenai
alternatif. kabar RTRW dan apa saja yang terdapat dalam
dokumen tersebut.
34. Kupatan Kendeng 2019, “Ling Kinilingan
Kanggo Ibu Bumi” Dihadapan 50 peserta diskusi, LBH Semarang
menyampaikan bahwa RTRW masih evaluasi
JM-PPK pada 9 Juni 2019 mengundang LBH di ATR/BPN yang masih saja ada perubahan
Semarang dan jaringan untuk mengikuti disana. Khususnya pegunungan Kendeng yang

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 57


masih diperdebatkan oleh pemerintah. 39. Pembukaan pemantauan pertambangan.

37. Konsolidasi Aksi dan Diskusi Film; 15 Tahun Pada hari jum’at, 18 Oktober 2019 LBH
Wafatnya Munir: Menjaga Munir, Membumikan Semarang datang ke Rembang untuk menghadiri
keberanian” pembukaan acara “Njogo Kendeng” yang
diadakan oleh dulur-dulur JM-PPK sejumlah
Jum’at, 6 September 2019, diadakan konsolidasi 25 orang di posko pemantauan dekat area
aksi dan diskusi film 15 tahun wafatnya munir oleh pertambangan Semen Indonesia.
Hukum, Sosial, Politik BEM FH UNDIP bertempat
di Opium Artspace Cafe, Banyumanik. Peserta Dalam pertemuan tersebut LBH Semarang
yang hadir ada 20 peserta dari mahasiswa dan menjelaskan kabar Rencana Tata Ruang
jaringan. Wilayah (RTRW) yang masih di kemendagri dan
kondisinya yang tidak sesuai dengan advokasi
Pertama acara dimulai dengan pemutaran film awal ketika di pansus sehingga sangat penting
Kanan Merah Kiri Hijau kemudian diisi diskusi bagi warga untuk mengabarkan kerusakan di
tentang sejarah munir dalam pembelaan kasus- Kendeng melalui data yang mereka miliki dengan
kasus HAM. Acara ini penting untuk membuka cara melakukan pemantauan pertambangan di
wacana mahasiswa akan kasus pelanggaran Kendeng.
HAM di Jawa Tengah. Setelah itu diadakan
konsolidasi aksi memperingati hari wafatnya 40. Pelatihan Kepemimpinan Manajemen
Munir di Tugu Muda. Mahasiswa Tingkat Dasar Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
38. Sosialisasi Pemantauan Pertambangan:
Njogo Kendeng: Pemantauan Aktivitas Pada tanggal 18 Oktober 2019, YLBHI-LBH
Pertambangan di Kawasan Pegunungan Semarang memberikan pendidikan hukum Kritis
Kendeng dengan tema Advokasi Berbasis Hak Asasi
Manusia dalam acara Pelatihan Kepemimpinan
Pada tanggal 16 September 2019, LBH Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar Fakultas
Semarang melakukan live in di Tegaldowo, Ilmu Keolahragaan yang diselenggarakan oleh
Rembang tepatnya dikediaman Yu Sukinah Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu
untuk mengabarkan kepada 15 sedulur JM-PPK Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
di Rembang terkait perkembangan revisi perda Acara yang bertujuan untuk memberikan
RTRW Provinsi yang pada tanggal 2018 lalu di pemahaman tentang advokasi berbasis Hak
advokasi bersama dengan jaringan di Semarang. Asasi Manusia kepada mahasiswa ini, diikuti
oleh 98 orang Mahasiswa yang berasal dari
Dalam revisi tersebut pasca turunnya persub Universitas Negeri Semarang dan Universitas
dari kemendagri ternyata ada beberapa hal Diponegoro.
yang berubah pasca paripurna, diantaranya
adalah dimasukannya kawasan Kendeng bagian 41. Diskusi RKUHP Fakultas Hukum Universitas
Pati, Blora, dan Grobogan kepada kawasan Negeri Semarang
lindung karst provinsi namun kawasan ini tidak
menyebutkan Rembang sebagai kawasan YLBHI-LBH Semarang pada tanggal 30
lindung. Maka perlu dan penting bagi warga September 2019, menjadi salah satu
untuk melakukan pemantauan pertambangan narasumber dalam acara diskusi RKHUP
di Rembang dan Pegunungan Kendeng untuk yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif
memberikan data kepada pemerintah akan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri
kerusakan yang sudah terjadi di Kendeng. Semarang. Keterlibatan LBH Semarang dalam
diskusi RKUHP yang menjadi polemik dan
menghadapi pro dan kontra dimasyarakat ini,

58 Karam di Daratan
bertujuan untuk memberikan Pendidikan Hukum oleh perempuan pekerja media. YLBHI-LBH
Kritis terhadap 27 orang mahasiswa peserta Semarang menjadi salah satu pemantik dalam
diskusi terkait beberapa Pasal dalam RKUHP diskusi film yang dihadiri 25 orang peserta
yang berpotensi melanggar Hak Asasi Manusia diskusi yang berasal dari kalangan jurnalis dan
dan mengorbankan rakyat kecil. aktivis perempuan kota Semarang. Diskusi
ini, bertujuan untuk memberikan pemahaman
42. Alsa Care and Legal Coaching Clinic terkait bentuk-bentuk kekerasan, eksploitasi
dan diskriminasi berbasis gender yang dialami
YLBHI-LBH Semarang pada tanggal 2 November perempuan pekerja media serta praktek
2019 menjadi salah satu pembicara pada cara penanganan kasus kekerasan seksual pada
Alsa Care and Legal Coaching Clinic yang tingkat pemeriksaan oleh aparat Kepolisian.
diselenggarakan oleh Alsa Local Chapter
Universitas Diponegoro dan diikuti sekitar 45. Sekolah Bantuan Hukum (Buruh)
40 Orang Mahasiswa Universitas Negeri
Diponegoro. Acara yang bertujuan untuk Pada tanggal 8 September 2019, YLBHI-LBH
memberikan pemahaman terkait hak akses Semarang bekerjasama dengan Kongres Aliansi
kesehatan bagi masyarakat ini, digunakan oleh Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Jawa Tengah
LBH Semarang untuk memberikan perspektif serta Lembaga Pendamping Usaha Buruh Tani
kritis bagi mahasiswa untuk memahami hak dan Nelayan mengadakan Sekolah bantuan
atas kesehatan dan melihat lebih komprehensif Hukum (buruh) yang akan berlangsung selama
permasalahan hak Atas kesehatan yang wajib 6 (enam) Bulan dan bertempat di Kota Lama
dipenuhi oleh negara melalui penyelenggaran Semarang. Sekolah bantuan hukum buruh
Jaminan Kesehatan Nasional yang dikelola oleh ini, diikuti oleh 30 peserta, berasal dari buruh
BPJS Kesehatan. anggota KASBI, buruh Grobogan, Perempuan
Pekerja Rumahan Jateng, serta beberapa
43. Seminar Pelanggaran HAM Berat di Takbai mahasiswa dari kampus di Salatiga. Sekolah
dan Narathiwat di Thailand Selatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran
para buruh akan hak-haknya dan mengenal
Pada tanggal 26 Oktober 2019, YLBHI-LBH bentuk-bentuk penindasan yang dialaminya
Semarang menjadi salah satu narasumber serta meningkatkan kemampu mereka untuk
dalam acara seminar Publik peringatan 15 melakukan advokasi atau perlawanan terhadap
tahun pelanggaran HAM berat di Takbai pelanggaran yang dilakukan oleh para Pemberi
Narathiwat Thailand Selatan yang bertempat di Kerja.
Universitas Islam Negeri Walisongo. Acara yang
diselenggarakan oleh Persatuan Mahasiswa 46. Mendorong Buruh Grobogan untuk
Islam Patani Indonesia cabang Semarang dan Berserikat
diikuti kurang lebih 45 orang mahasiswa patani
dari Universitas Islam Walisongo dan Universitas Pada tanggal 3 November 2019, YLBHI-LBH
Wahid Hasyim ini, bertujuan untuk memberikan Semarang mengunjungi para buruh di Kabupaten
pemahaman tentang pelanggaran HAM yang Grobogan untuk memperluas jaringan advokasi
terjadi di Patani dalam perspektif Hukum buruh dan memberikan pemahaman tentang
Internasional. pentingnya para buruh untuk berserikat serta
bagaimana ketentuan untuk mencatatkan
44. Diskusi Film More Than Work di Hysteria Serikat pekerja pada Dinas Tenaga Kerja di
Kabupaten Grobogan. Hal ini dilakukan LBH
Pada tanggal 19 Oktober 2019, Hysteria Gerobak Semarang guna menguatkan tekad para buruh
Art di Semarang menggelar acara Diskusi film untuk mendaftarkan serikat pekerja yang
More Than Work yang menceritakan tentang telah mereka bentuk dan segera melakukan
eksploitasi dan kekerasan seksual yang dialami pendidikan terhadap angotanya yang berjumlah

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 59


sekitar 3000 buruh yang bekerja pada industri pengetahuan tentang Energi Kotor, PLTU Batu
garmen yang mengerjakan produk dari beberapa Bara dan Dampaknya Terhadap lingkungan
Brand Internasional, seperti Adidas, Rei, dan Hidup dan Energi Alternatif.
lain-lain. Penerima Manfaat dari kegiatan ini
sejumlah 15 orang. 50. Pendidikan Hukum Kritis: Memahami Hak-
hak atas Tanah dan Perumahan di Pundenrejo
47. Diskusi RKUHP di Universitas Sultan Agung
Semarang Tanggal 12 September 2019, YLBHI-LBH
Semarang memberikan Pendidikan Hukum Kritis
Pada tanggal 1 oktober 2019, YLBHI LBH dengan Tema Hak Atas Tanah dan Hak Atas
Semarang menjadi salah satu pemantik Perumahan dalam Acara Penyuluhan Hukum
pada diskusi RKUHP yang diselenggarakan Kepada Masyarakat yang diselenggarakan
oleh PMII rayon Tolchah Mansoer (Fakultas Oleh Gerakan Masyarakat Petani Pundenrejo
Hukum Unissula). Diskusi yang dihadiri oleh (GERMAPUN). Acara yang bertujuan memberikan
25 orang mahasiswa Unissula Ini bertujuan Pengetahuan tentang Hak-Hak Atas Tanah dan
untuk membahas beberapa Pasal Kontroversial Perumahan kepada Warga Pule dan Jering
dalam RKUHP yang rencana pengesahanya Pundenrejo Tayu Pati Jawa Tengah ini, diikuti 15
menjadi polemik dimasyarakat karena dinilai Orang Petani dan Masyarakat Lokal.
bertentangan dengan nilai-nilai Hak Asasi
Manusia dan akan banyak mengorbankan rakyat 51. Sekolah Advokasi PMII Rayon Saintek UIN
kecil jika dipaksakan pengesahanya. Wali Songo Semarang

48. Diskusi Konflik Agraria dalam Peringatan Tanggal 22 April 2019, YLBHI-LBH Semarang
Hari Tani 2019 memberikan Pendidikan Hukum dengan
Tema Analisis Pengelolaan Kebijakan SDA dan
Tanggal 15 September 2019, YLBHI-LBH Kapitalisme dalam acara sekolah advokasi
Semarang memberikan Pendidikan Hukum yang diselenggarakan oleh PMII Rayon Saintek
Kritis dengan Tema Konflik Agraria Struktural Uin Walisongo Semarang. Acara ini bertujuan
dalam acara Peringatan Hari Tani 2019 yang memberikan Pengetahuan tentang bentuk-
diselenggarakan oleh DPC Permahi Semarang bentuk pembelaan/dukungan (advokasi) kepada
bekerja sama dengan BEM Universitas Ngudi Mahasiswa. Kegiatan ini diikuti sekitar 15 orang
Waluyo. Acara yang bertujuan untuk memberikan mahasiswa yang berasal dari Kota Semarang
Pengetahuan tentang Konflik Agraria dan dan Sekitarnya.
ketertindasan Petani yang tak kunjung usai
kepada Mahasiswa ini diikuti oleh 40 orang 52. Diskusi Publik Bedah Perda Zonasi Wilayah
mahasiswa yang berasal dari UNW, UIN, UNTAG Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP-3-K)
dan Unwahas. Jawa Tengah.

49. Diskusi dan Nobar Film Sexy Killers PC IMM Diskusi yang diadakan oleh jaringan masyarakat
Kota Semarang sipil Jawa Tengah pada tanggal 5 april 2019
tersebut merupakan salah satu rangkaian
Tanggal 16 April 2019, PC IMM Kota Semarang peringatan Hari Nelayan tahun 2019. Diskusi
mengadakan acara Diskusi dan Nobar Sexy yang dihadiri sekitar 70 orang tersebut
Killers yang menceritakan Batu Bara sebagai bertempat di Ruang Seminar S3 Gedung FT
bahan baku kotor dan dampaknya terhadap Unisulla Semarang dan satu PBH LBH Semarang
lingkungan hidup. Dalam acara tersebut menjadi salah satu narasumber dalam diskusi
YLBHI-LBH Semarang turut menjadi salah satu tersebut.
pemantik diskusi yang dihadiri oleh 20 orang
mahasiswa. Nobar ini bertujuan memberikan

60 Karam di Daratan
53. Diskusi dan Screening Film SEXY KILLERS menjadi dosen tamu dan mengajar sekitar 20
di USM mahasiswa terkait mata kuliah Pengendalian
Tata Ruang di program studi Planologi Unisulla
Pada tanggal 14 April 2019 oleh Ikatan Semarang.
Mahasiswa Perencanaan wilayah kota yang
berada dikampus Unissula dan Usm semarang 58. Legal Coaching Clinic of Labour Advocacy
menyelenggarakan Diskusi dan nonton film
SEXY KILLERS. Kegiatan ini diselenggarakan Kegiatan Legal Coaching Clinic untuk isu
di gedung A.32 C Kampus USM. Diskusi ini perburuhan adalah salah satu rangkaian
dihadiri sekitar 30 mahasiswa dan YLBHI-LBH acara dalam Festival Bantuan Hukum yang
Semarang menjadi salah satu pemantik dari diselenggarakan oleh YLBHI-LBH Semarang
diskusi tersebut. bekerja sama dengan Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
54. Diskusi dan Screening Film SEXY KILLERS Diponegoro dan diikuti sekitar 25 orang
di Jepara Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro sebagai peserta. Dalam acara Legal
Diskusi dan nonton film yang diadakan warga Coaching Clinic untuk isu perburuhan ini, YLBHI-
Bandungharjo, Kecamatan Donorojo, Jepara LBH Semarang menyampaikan Materi terkait
bersama KIARA dilaksanakan pada tanggal 3 hak-hak buruh dan Mekanisme Penyelesaian
Mei 2019. Diskusi bertempat di Balai pertemuan Perselisihan Hubungan Industrial ketika terjadi
warga Donorojo tersebut dihadiri sekitar 30 sengketa perburuhan diantara pekerja/buruh
warga dan LBH Semarang menjadi salah satu dengan Pemberi Kerja. Penerima Manfaat 25
pemantik diskusi tersebut. orang.

55. Diskusi Publik dan Rencana Aksi Bersama 59. Legal Coaching Clinic of Enviromental Law
Jeda untuk Iklim
LBH Semarang bersama bersama The Asia
Diskusi yang diadakan oleh oleh jaringan Foundation dan USAID serta Kementerian
masyarakat sipil semarang untuk merespon Hukum dan HAM dengan bekerjasama dengan
terjadinya krisis iklim dan perusakan alam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum
tersebut diadakan di gedung Monod Diephuis Universitas Diponegoro menyelenggarakan
Kota lama semarang pada 13 september 2019. kegiatan dengan Tema Legal Aid Coaching
Diskusi dihadiri sekitar 50 orang peserta dan Clinic. Kegiatan ini terdiri dari tiga tema yaitu
LBH Semarang menjadi salah satu pemantik Legal Coaching Clinic of Labour Advocacy,
dalam diskusi tersebut. Legal Coaching Clinic of Gender Advocacy dan
Legal Coaching Clinic of Law Environmental.
56. Diskusi dan Pelatihan Menulis Hukum Kelas Law Environmental ini diikuti oleh 30
mahasiswa.
Pada tanggal 28 September 2019 BEM FH
UNDIP menyelenggarakan kegiatan Diskusi dan 60. Pengantar Hukum Kritis; Melawan upaya
Pelatihan Menulis Hukum. Dalam hal ini YLBHI- Pembungkaman Gerakan Masyarakat
LBH Semarang bertindak sebagai narasumber
kegiatan. Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 20 LBH Semarang pada 16 maret 2019 menjadi
peserta yang berasal dari mahasiswa FH UNDIP. salah satu pemateri dalam diskusi kampung
di Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Kabupaten
57. Dosen Tamu mata Kuliah Pengendalian Wonogiri yang sedang melawan penambangan
Ruang emas yang merusak lingkungan di desa mereka.
Sekitar 50 warga hadir dalam diskusi tersebut.
YLBHI-LBH Semarang pada 16 oktober 2019 WPenerima Manfaat 50 orang.

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 61


61. Sekolah Lapang Mengenal dan Memahami Wahid Hasyim Semarang. Kegiatan ini
Desa Surokonto dilaksanakan pada selasa, 4 November 2019 di
Kampus Pascasarjana Unwahas dan diikuti oleh
Salah satu PBH LBH Semarang pada 21 60 orang peserta. LBH Semarang menyampaikan
September 2019 menjadi pemateri diskusi materi mengenai kepemimpinan organisasi dan
sekolah lapang di surokonto wetan, kecamatan penyelesaian konflik.
pageruyung, kabupaten Kendal. Diskusi dihadiri
oleh 50 an warga surokonto yang sedang 63. Training Paralegal Komunitas
berjuang melawan perampasan tanah di desa
mereka. Acara ini diselenggarakan oleh Organisasi
Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) pada tanggal
62. Latihan Ketrampilan Manajemen 14-16 juli 2019 di Hotel Santika Semarang.
Mahasiswa Tingkat Dasar BEM FH Unwahas Peserta berjumlah 20 orang. YLBHI-LBH
Semarang mengisi materi tentang Teknik
LBH Semarang menjadi pemateri dalam Advokasi Dasar, Mekanisme Pengaduan, Proses
kegiatan Latian Ketrampilan Manajemen Persidangan Pidana, dan upaya paksa
Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) yang
diselesnggarakan oleh BEM FH Universitas

62 Karam di Daratan
kondisi

HAK ASASI MANUSIA


di Jawa Tengah

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 63


P
ada bagian ini LBH Semarang akan memaparkan data mengenai kondisi hak asasi manusia yang
berhasil didokumentasikan LBH Semarang dengan merujuk kepada pemberitaan dibeberapa media
cetak yaitu, selama bulan november 2018 sampai dengan oktober 2019. Serta LBH Semarang juga
melakukan pendokumentasian pemberitaan melalui media online. Pendokumentasian melalui media
online dilakukan untuk dapat memperoleh pemberitaan pada isu-isu tertentu yang tidak dimuat pada
media cetak.

Data-data pelanggaran HAM yang akan dipaparkan hanya merupakan angka minimal dari pelanggaran
HAM yang terjadi di Jawa Tengah. Hal ini setidaknya disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Tidak semua pelanggaran HAM di Jawa Tengah yang dimuat oleh media cetak dan media online.
Sebaran media yang tidak merata (masih terpusat pada kota-kota besar di wilayah Jawa Tengah)
kemungkinan besar juga sangat berpengaruh pada sebaran angka pelanggaran HAM yang terjadi;
2. Luputnya PBH LBH Semarang dalam melakukan kliping terhadap kasus pelanggaran HAM di Jawa
Tengah meskipun telah dimuat dalam media cetak maupun media online; dan
3. Jika jumlah korban tidak dituliskan secara pasti oleh media cetak, LBH Semarang hanya akan
mengambil angka minimal dari jumlah korban yang disebutkan angkanya dalam berita. Misal, jika
ditulis jumlah korban ‘’ribuan’’, LBH Semarang hanya menuliskan seribu korban, jika ditulis ‘’belasan’’,
LBH Semarang hanya akan menuliskan sebelas korban, jika ditulis ‘’para korban’’, LBH Semarang
hanya akan menuliskan dua korban, dan seterusnya. Padahal sangat mungkin jumlah korban dalam
pemberitaan yang LBH Semarang dokumentasikan melebihi angka-angka minimal tersebut.

Pendokumentasian kondisi pelanggaran HAM di Jawa Tengah yang dilakukan oleh LBH Semarang
meliputu isu lingkungan, perburuhan, nelayan dan pesisir, agraria, miskin kota, dan isu kelompok rentan
(minoritas seksual, minoritas agama dan perempuan). Sedangkan metode yang digunakan untuk
melakukan pendokumentasian ialah sistem penjadwalan piket bagi PBH LBH Semarang. Setiap harinya
PBH LBH Semarang akan membaca media cetak yang telah disebutkan di atas dan mencari peristiwa
pelanggaran HAM yang terjadi di Jawa Tengah. Setelah itu, PBH tersebut akan melakukan pengklipingan
media untuk dapat di digitalisasi.

Dari hasil digitalisasi kliping, pada setiap bulannya PBH LBH Semarang akan melakukan analisa
dengan menggunakan tools yang telah disiapkan melalui google docs. Melalui analisa tersebut, pola
pelanggaran HAM, aktor pelanggar HAM, jumlah peristiwa pelanggaran HAM, jumlah pelanggaran HAM
akan diketahui.

Berikut hasil pendokumentasian yang berhasil dilakukan oleh LBH Semarang:

1. Isu Perburuhan

Pada isu perburuhan, dari analisis yang dilakukan oleh LBH Semarang ditemukan ada 21 peristiwa
pelanggaran HAM dengan total jumlah korban sebanyak 6438 korban. Pelanggaran HAM tersebut
tersebar dibeberapa daerah di Jawa Tengah. Sebaran wilayah dan korban dapat dilihat pada tabel
dibawah berikut;
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa semarang menjadi kota dimana terjadi pelanggaran HAM
paling banyak, yaitu sebanyak 6 kasus dengan jumlah total korban 1528. Jumlah korban terbanyak berada

64 Karam di Daratan
didaerah Klaten dengan jumlah korban 2214 korban yang terjadi pada satu kasus. Aktor Pelanggaran
HAM yang paling dominan adalah Perusahaan dengan jumlah kasus sebanyak 16 dan Pemerintah
dengan jumlah kasus sebanyak 4. Jenis pelanggaran HAM didominasi Pemutusan hubungan kerja
sebanyak 8 kasus, 4 diantaranya dipecat dengan tidak mendapatkan hak-hak seperti THR, Pesangon
dan jaminan sosial. 4 kasus dimana hak-hak pekerja seperti jaminan kesehatan tidak diberikan karena
perusahaan tidak membayarkan iuran BPJS. Ada 3 kasus dimana pekerja dibyarkan upah dibawah UMK.
Ada juga 1 kasus pelanggaran hak atas pekerjaan, 1 kasus penetapan kebijakan upah, 1 kasus hak atas
keselamatan kerja, 1 kasus hak atas upah yang layak, 1 kasus hak menyampaikan pendapat dimuka
umum dan 1 kasus dimana pekerja tidak diberikan THR.

Pola pelanggaran HAM yang terjadi adalah Perusahaan tidak memberikan hak-hak pekerja seperti BPJS
dan jaminan sosial lainnya. Perusahaan juga kerap kali memecat pekerja secara sepihak bahkan tidak

memberikan hak-hak pekerja seperti pesangon, THR dan jaminan sosial. Beberapa perusahaan beralasan
ketidakmampuan keuangan untuk menunda nunda bahkan tidak membayarkan hak-hak pekerja.

2. Isu Miskin Kota

Pada isu miskin kota, LBH mencatat setidaknya 21 Kasus pelanggaran HAM yang menimpa kaum miskin
kota atau masyarakat urban yang terjadi di Jawa Tengah, pelanggaran HAM tersebut terjadi pada rentang
November 2018 hingga Oktober 2019. Kasus yang terjadi didominasi oleh penggusuran pedagang kaki
lima dan relokasi yang tidak sesuai dengan hak-hak pedagang, hal tersebut terjadi karena kebijakan yang
dikeluarkan tidak partisipatif. Karenanya banyak pedagang yang mengeluhkan menurunya pendapatan
paska menempati tempat relokasi.

Pemerintah kota/kabupaten paling dominan menjadi aktor pelanggaran HAM. Setidaknya 13 kasus
pelanggaran HAM yang terjadi, melibatkan pemkot/pemkab di Jawa Tengah. Selain pemkot/pemkab,
Satpol PP menempati urutan kedua sebagai aktor paling dominan terlibat dalam pelanggaran HAM,
sedikitnya 10 kasus pelanggaran HAM melibatkan Satpol PP. Aktor pelaku pelanggaran HAM lainya
antara lain: Dinas Perdagangan 4 kasus; Dinas sosial 2 kasus; Perusahaan 2 kasus; Dinas perhubungan
1 kasus; Dinas tata ruang 1 kasus, BBWS Pemali-Juwana 1 kasus.

Total korban pelanggaran HAM pada isu miskin kota di Jawa Tengah mencapai 82.226 jiwa. Dengan
sebaran wilayah: Semarang 9 kasus; Solo 4 kasus; Demak 2 kasus; Sukoharjo 3 kasus; Pekalongan 1
kasus; Kendal 1 kasus; Klaten 1 kasus.

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 65


3. Isu Minoritas Kelompok Rentan

Isu Minoritas Kelompok rentan terdiri dari beberapa isu seperti isu kebebasan beragama, Minoritas
seksual, kebebasan berpendapat, perempuan, anak dan beberapa isu sipil dan politik lainnya. Dari
Analisis kliping yang dilakukan oleh LBH Semarang ditemukan ada 32 kasus pelanggaran HAM yang
terjadi pada kelompok minoritas dan kelompok rentan di Jawa Tengah. Pelanggaran itu terjadi mulai
Januari hingga Oktober 2019. Kasus yang terjadi didominasi oleh konflik agama, ekspresi seseorang,
dan juga lemahnya negara dalam melindungi kelompok-kelompok minoritas.

Negara dalam hal ini melalui pejabat publiknya baik ditingkat Provinsi maupun Daerah menjadi aktor
paling kuat dalam melakukan pelanggaran HAM melalui kebijakannya sebanyak 18 kasus. Selain itu,
peringkat kedua adalah 9 kasus kekerasan terhadap kelompok rentan dengan macam kasus pencabulan,
kekerasan seksual, pemerkosaan, begal asusila, persetubuhan, dan penganiyaan. Selanjutnya adalah
adanya kelompok-kelompok masyarakat tertentu yang menjadi pelaku pelanggaran HAM yang
setidaknya dalam satu tahun terdapat 3 kasus. Juga dari kalangan pendidik sebanyak 3 kasus. Diluar itu,
dan aparat kepolisian 3 kasus.

Total korban pelanggaran HAM pada isu minoritas kelompok rentan dan sipil politik di Jawa Tengah
adalah 236 jiwa dan juga beberapa kelompok masyarakat yang tidak tertulis berapa korbannya.
Adapun sebaran kasusnya meliputi: kasus nasional yang berimbas ke Jawa Tengah sebanyak 7 kasus;
Kota Semarang 14 kasus; Solo 3 kasus; Demak dan Magelang 2 kasus; serta Purwokerto, Purworejo,
Sukoharjo, Wonogiri, Grobogan, Kebumen, Salatiga, Kendal, Pekalongan masing-masing 1 kasus.

Adapun sebaran korban dan spesifikasi yang terjadi di daerah adalah sebagai berikut:

66 Karam di Daratan
4. Isu Lingkungan

Pada Isu Lingkungan, dari analisis yang dilakukan oleh LBH Semarang ditemukan ada 11 kasus
pelanggaran HAM dengan rincian sebagai berikut.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Kab. Demak menempati urutan Pertama, paling banyak
terjadi peristiwa pelanggaran HAM, yaitu sebanyak 3 Kasus dengan jumlah total Korban 2.064 KK dan
9 Orang. Aktor Pelanggaran HAM yang paling dominan adalah Perusahaan dengan jumlah 7 Kasus dan
Pemerintah 4 Kasus. Jenis pelanggaran HAM di dominasi Pencemaran Lingkungan baik udara maupun
air sebanyak 7 Kasus dan Pembangunan yang tidak memperhitungkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan, pengambilan air tanah berlebihan berakibat amblesan tanah yang memicu rob dan banjir,
pengerjaan proyek BUMN yang berakibat kerusakan lingkungan hidup dan pembiaran oleh Pemerintah
setempat terhadap aktivitas pertambangan galian C berakibat kerusakan lingkungan hidup, masing-
masing 1 Kasus.

Pola pelanggaran HAM yang terjadi adalah perusahaan tidak melakukan Pengolahan Limbah dengan
baik, sehingga mengakibatkan Kerusakan Lingkungan. Di sisi yang lain Pemerintah lalai dalam
menjalankan Fungsi Pengawasan dan Penindakan maupun Pemulihan Lingkungan Hidup terhadap
Aktivitas Pembuangan Limbah, Pertambangan dan Pembangunan sehingga memperparah degradasi
lingkungan.

5. Isu Agraria

Pada isu tanah dalam satu tahun terakhir LBH Semarang mencatat setidaknya 10 kasus pelanggaran
ham di isu tanah. Klasifikasi kasus antara lain sengketa lahan, proyek infastruktur dan penggusuran.

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 67


Korporasi menjadi aktor paling banyak dalam melakukan pelanggaran ham dengan 6 kasus, disusul oleh
pemerintah dengan 3 kasus dan aparat 1 kasus. Sedangkan jumlah korban pelanggaran hal pada isu ini
sebanyak 1.774 korban. Adapun, persebarannya sebagai berikut : Semarang (5), Kebumen (1), Kendal (1),
Pekalongan (1), Ambarawa (1), Klaten (1). Adapun pola pelanggaran HAM yang terjadi adalah sengketa
lahan dengan perusahaan, penggusuran/perampasan lahan untuk pembangunan proyek nasional atau
daerah, Berikut dibawah adalah rincian analisis kliping yang dikerjakan oleh LBH Semarang.

6. Isu Nelayan dan Pesisir

Pada isu pesisir, LBH Semarang mencatat setidaknya ada 11 kasus pelanggaran HAM di isu pesisir.
Dengan klasifikasi kasus sebagai berikut: proyek pembangunan sektor energi (4), aturan dan kebijakan
yang tidak pro masyarakat pesisir ( 5), pembiaran (1), penggusuran masyarakat pesisir (1).

Adapun aktor pelanggar ham paling banyak dilakukan oleh pemerintah pusat/daerah dengan jumlah 8
kasus disusul korporasi dengan 3 kasus. Untuk korban sendiri berjumlah 203 jiwa dengan persebaran
wilayah kasus meliputi semarang (4), batang (2), pekalongan (1), brebes (1), tegal (1), cilacap (1), jepara
(1).

Berikut dibawah adalah rincian dari analisis kliping pada isu Nelayan dan Pesisir.

68 Karam di Daratan
Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 69
KARAM DI DARATAN
Menilik Kembali Indonesia sebagai Negara Hukum

Dalam sistem peraturan perundang-undangan yang dianut Indonesia, menjadikan Undang-Undang


Dasar NRI 1945 sebagai konstitusi tertingginya. Secara jelas, melalui Pasal 1 ayat (3) UUD NRI
45, Indonesia menyatakan diri sebagai negara hukum. Konsekuensi terhadap pengakuan diri
sebagai negara hukum adalah tunduk atau memberikan 1) Perlindungan hak-hak asasi manusia;
2) Pemisah atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu; 3) Pemerintah berdasarkan
peraturan-perundang-undangan, 4) Peradilan administrasi dalam perselisihan. 1

Kemudian, menurut Muh Kusnardi, dan Bintan Saragih, negara hukum mempunyai 3 ciri penting,
yaitu: 1) pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia; 2) peradilan yang bebas dari pengaruh
suatu kekuasaan atau kekuatan lain dan tidak memihak; 3) legalitas dalam arti hukum dalam
segala bentuknya. 2

Dari dua pendapat di atas terdapat persamaan yang secara jelas dapat disimpulkan bahwa
sebagai negara hukum, Indonesia mempunyai kewajiban HAM (red- Pemangku Kewajiban)3 dan
menjamin pemenuhan HAM dengan menggunakan instrumen berupa peraturan perundang-
undangan maupun alat penegakan hukum. Tujuannya adalah, membuat warga negara merasa
aman dalam menikmati hak-haknya tanpa ada gangguan. Baik penikmatan hak berupa bebas dari
pelanggaran hak asasi manusia maupun pembatasan HAM tanpa adanya dasar yang jelas.

1 Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara. Rajawali. Yogyakarta: 2011. Hlm. 3


2 Moh Kusnardi dan Bintan R. Saragih. Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem UUD 1945. Gramedia. Jakarta. Hlm. 27
3 Dalam konsepsi Hak Asasi Manusia, Negara mempunyai kewajiban untuk menghormati (to respect), untuk melindungi (to protect) dan untuk
memenuhi (to fullfil) Hak Asasi Manusia. Oleh karenanya, Negara disebut sebagai pemangku kewajiban dan warga negara disebut pemangku hak.

70 Karam di Daratan
Refleksi: Karam di Daratan!

Pada bagian paparan sebelumnya, kita telah melihat dimana posisi Indonesia sebagai negara
hukum. Serta dimana letak Pemerintah dalam konsepsi Hak Asasi Manusia. Namun, berdasarkan
data dan pengalaman LBH Semarang dalam melakukan advokasi dan pendokumentasian, LBH
Semarang berpendapat masih ada tindakan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara. Hal
tersebut dapat dilihat dari berbagai isu yang ditangani oleh LBH Semarang, Pada isu Pesisir
misalnya, sepanjang tahun 2019, kebijakan top-down yang diterbitkan oleh Negara pada tahun
sebelumnya masih memberikan dampak bagi masyarakat. Sebut saja, Permen ‘cantrang’4
, kebijakan ini merupakan contoh kebijakan top-down yang tidak partisipatif karena tidak
memperhatikan hak-hak dan kebutuhan masyarakat. Sehingga pada saat Permen Cantrang di
undangkan, banyak masyarakat pesisir dan/atau nelayan harus tetap menggunakan alat tersebut
karena ketiadaan penggantian alat yang sesuai bagi masyarakat.

Selain itu, pada isu lingkungapun, negara melalui pemerintah provinsi Jawa Tengah, menjadi
aktor pelanggar HAM dengan terus memfasilitasi kepentingan investasi yang telah dan akan
melanggar hak-hak masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari revisi Rencana Tata Ruang dan
Wilayah (RTRW) serta Rancangan Pembangunan Daerah Jangka Menengah (RPJMD) yang tidak
mendasarkan KLHS Kendeng. Kemudian, wacana pemerintah untuk membangun pabrik baja di
Kabupaten Kendal di daerah simpadan pantai yang merupakan kawasan lindung dengan dalih
akan membuka ribuan lapangan pekerjaan bagi masyarakat kendal kembali menjadi bukti. Bahwa
dua kebijakan serta wacana pembanguan tersebut tidak memperdulikan hak-hak masyarakat
serta daya dukung dan daya tampung lingkungan di Jawa Tengah. Selain itu, temuan lain yang
memperkuat argumentasi di atas, Pemerintah yang mempunyai fungsi pengawasanpun tak
dilakukan. Tambang-tambang ilegal terus dibiarkan meskipun telah merugikan masyarakat.
Bahkan masyarakat telah melakukan pengaduan atas aktivitas penambangan ilegal tersebut.

Masih pada isu sumber daya alam, konllik agraria masih terus berlangsung sejak dahulu. Bukannya
menyelesaikan konflik agraria yang tengah berlangsung, Negara justru hadir melalui aparatnya
untuk merepresi masyarakat. Negara hadir justru bukan untuk melindungi hak-hak warga negara,
tetapi malah berkontribusi aktif untuk melindungi kepentingan investasi/pemodal.

Pada isu Perburuhan, Negara juga hadir sebagai aktor pelanggar HAM melalui Dinas
Ketenagakerjaan karena melakukan pembiaran terhadap pelanggaran hak-hak normatif buruh.
Misalnya, kasus-kasus yang ditangani oleh LBH Semarang sepanjang tahun 2019, masih berkutat
pada pemberian upah di bawah upah minimum, tidak diberikannya pesangon, perlindungan
sosial, THR, pemberangusan buruh. Selain itu, pelaksanaan outsourching di Jawa Tengah telah
merugikan hak-hak pekerja.

Selain paparan yang disampaikan di atas, Negara kembali menjadi aktor pelanggar HAM dalam
hal isu miskin perkotaan. Meskipun sepanjang tahun 2019, LBH Semarang tidak secara langsung
memberikan pendampingan, LBH Semarang mencatat adanya dugaan pelanggaran HAM yang
diterima oleh Pedagang Kali Lima. Misalnya, pada relokasi. Relokasi dilakukan secara represif
dan menggunakan alat negara sebagai peng-eksekutor. Relokasi tersebut telah salah sejak dalam
perencanaan karena tidak melibatkan partisipasi dari masyarakat. Hal ini, kembali mengingatkan
tentang kebijakan top-down yang tidak partisipatif pada isu pesisir sebelumnya.

4 Pemaknaan Permen cantrang merujuk kepada Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 2/Permen-KP/2015 tentang Larangan
Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawls) dan Pukat Tarik (Seine Nets) Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia.

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 71


Isu Minoritas dan Kelompok Rentan, LBH Semarang akan membaginya pada beberapa isu. Di
mulai dengan isu kemerdekaan beragama dan berkeyakinan, pelanggaran terhadap kemerdekaan
beragama dan berkeyakinan nyatanya masih terjadi. Pada pelanggaran tersebut, Pemerintah
cenderung tidak responsif. Bahkan cenderung bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa
meskipun permasalahan tersebut sudah berlangsung belasan tahun. Negara kembali hadir, bukan
untuk melindungi HAM, tapi sebagai aktor pelanggar HAM dengan melakukan penundaan berlarut
hingga permasalahan tentang kemerdekaan beragama dan berkeyakinan tak kunjung selesai.
LBH Semarang menemukan pola baru dalam isu ini. TNI berperan aktif dalam ruang sipil dengan
muncul sebagai sosok yang seolah hendak menjadi penengah bersama kepolisian, namun malah
menunda upaya pemenuhan HAM sehingga membuat kemerdekaan beragama dan berkeyakinan
masyarakat terlanggar. Dalam kasus ini pula, Negara telah membiarkan pembungkaman
kemerdekaan beragama dan berkeyakinan oleh kelompok intoleran. Selain banyaknya peran
negara sebagai aktor pelanggar HAM yang telah disebutkan di atas, Negara secara langsung
membatasi kemerdekaan berkeyakinan dan beragama dengan menerbitkan surat perintah
penghentian kegiatan kelompok agama tertentu.

Pada isu perempuan dan anak, pada kasus-kasus yang ditangani oleh LBH Semarang. Kekerasan
seksual yang diterima oleh perempuan malah terjadi pada ruang yang seharusnya menjadi
ruang teraman bagi kelompok rentan. Yaitu institusi pendidikan. Perempuan dan anak ODHA
menjadi korban dan terbatasi haknya untuk mengakses pendidikan yang dilakukan oleh institusi
pendidikan. Pada kasus kekerasan seksual, Institusi pendidikan bukannya hadir untuk melindungi
perempuan korban, malah berperan sebagai aktor yang seakan melakukan pemprosesan namun
tidak benar-benar hadir untuk menyelesaikan permasalahan. Melalui institusi pendidikan pula,
seorang anak harus terbatasi aksesnya terhadap pendidikan karena mencoba menyuarakan
pandangannya pada saat aksi #ReformasiDikorupsi. Dari permasalahan yang telah dipaparkan di
atas Instrumen yang ada saat ini gagap dalam menyelesaikan kekerasan seksual. Bahkan Negara
melalui institusi pendidikan telah gagal menciptakan ruang aman bagi kelompok rentan.

Pada isu minoritas seksual, misalnya, Negara hadir untuk melanggengkan diksriminasi minoritas
seksual. Alih-alih untuk melindungi setiap warga negaranya tanpa membedakan jenis kelamin,
gender, agama, suku, dan ras. Negara malah melegitimasi diskriminasi tersebut. Bahkan dilakukan
oleh negara melalui kebijakan. Misalnya larangan LGBT sebagai persyaratan pendaftaran Aparatur
Negeri Sipil (ASN) yang dikeluarkan pada tahun 2019.

72 Karam di Daratan
TENTANG
LBH SEMARANG
C
ikal bakal berdirinya Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang adalah dari sebuah
lembaga bernama LBH Peradin Semarang yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1978.
Peradin merupakan nama organisasi advokat pada saat itu. Pada tahun 1985 LBH Peradin
Semarang bergabung dengan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) sesuai Surat
Keputusan Dewan Pengurus Yayasan LBH Indonesia No. 033/Skep/YLBHI/VI/1985 tanggal 30
Juni 1985 dan mengganti nama lembaga menjadi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang.
Saat ini, LBH Semarang merupakan satu dari 15 kantor YLBHI yang tersebar di sejumlah wilayah
di Indonesia.

Dengan bantuan hukum struktural (BHS) sebagai working ideology, LBH Semarang kerap
menangani kasus-kasus struktural yang berkaitan erat dengan hak asasi manusia. LBH Semarang
mengkonsentrasikan bantuan hukumnya pada beberapa isu, seperti pertanahan, lingkungan
hidup, perburuhan, kebijakan kota atau masyarakat miskin kota, masyarakat pesisir/nelayan,
minoritas agama, perempuan, minoritas seksual, serta kelompok rentan lainnya. Bantuan hukum
yang diberikan melalui, namun tidak terbatas pada, proses litigasi (pendampingan pada proses
peradilan), advokasi kebijakan, pendidikan hukum, dan pengorganisasian komunitas. Namun
demikian, untuk semakin memperluas akses terhadap keadilan, LBH Semarang tetap membuka
konsultasi hukum gratis kepada masyarakat miskin, apapun permasalahan hukumnya. Adapun
wilayah kerja LBH Semarang meliputi wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Visi-Misi LBH Semarang 2017-2020

Visi

Terbukanya akses keadilan bagi masyarakat sehingga tercipta ruang hidup yang inklusif dan
berkeadilan

Misi

1. Mengarusutamakan inklusi dan akses terhadap keadilan dalam gerakan bantuan hukum

2. Meningkatkan kesadaran hukum kritis bagi masyarakat marginal yang terancam mengalami
perampasan ruang hidup, melalui pendidikan hukum kritis dan pendampingan hukum

3. Mewujudkan LBH Semarang sebagai OBH yang kuat secara manajemen kelembagaan dan
memiliki PBH yang berkapasitas sehingga dapat proaktif merespon persoalan struktural

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 73


Struktur Organisasi LBH Semarang
Direktur : Zainal Arifin, S.H.I.

Deputi : Eti Oktaviani, S.H.

Divisi Sumber Daya Alam : Nico wauran

Cornelius Gea, S.H.

Ahmad Syamsuddin Arief

Agung Setyawan, S.H.

Divisi Buruh dan Masyarakat Urban : Herdin, S.H.

Alvin Afriansyah, S.H.

Divisi Minoritas Kelompok Rentan : Irnawati, S.Pd., M.H.

Naufal Sebastian., S.H.

Kampanye dan Fundraising : Harist Akhmad Muzaki, S.Pd.

Informasi dan Dokumentasi : Yunianto, S.Sos.

Bagian Rumah Tangga : Slamet Riyadi

Keuangan : Tri Yuliati, A. Md.

Iswatun Ulia, S.E.

Volunteer : Petrus Kegiye

Bayu Mahendra

Umi Laila

Refi Firriqi Putra

Bayu Trisna Panjikumara

74 Karam di Daratan
LAPORAN KEUANGAN

LBH SEMARANG TAHUN 2019

Catatan Akhir Tahun LBH Semarang 2019 75


76 Karam di Daratan

Anda mungkin juga menyukai