Askep Gadar Pada Pasien Ards Kelompok 8
Askep Gadar Pada Pasien Ards Kelompok 8
1. CLARA P. K. WOLOR
2. DORCE MEYLAN
3. LUSYANTY PAONGANAN
4. MARLIN BRIGITA
5. YOHANES YARUNTA
Penulis
Kelompok VIII
BAB 1
PENDAHULUAN
Tujuan umum :
Untuk memperoleh informasi mengenai penyakit ARDS pada pasien dengan
gawat darurat
Tujuan khusus :
a. Untuk mengetahui proses timbulnya penyakit ARDS
b. Untuk mengetahui cara penanganan secara darurat pada pasien dengan ARDS
c. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang ditimbulkan jika tidak ditangani secara
segera pada pasien ARDS
1. PENGERTIAN
Gangguan paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang
berat, hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru.
2. ETIOLOGI
ARDS berkembang sebagai akibat kondisi atau kejadian berbahaya berupa
trauma jaringan paru baik secara langsung maupun tidak langsung.
FAKTOR RESIKO
1. Trauma langsung pada paru
• Pneumoni virus,bakteri,fungal
• Contusio paru
• Aspirasi cairan lambung
• Inhalasi asap berlebih
• Inhalasi toksin
• Menghisap O2 konsentrasi tinggi dalam waktu lama
2. Trauma tidak langsung
• Sepsis • Uremia
• Shock • Overdosis Obat
• DIC (Dissemineted
Intravaskuler
• Idiophatic (tidak diketahui)
Coagulation)
• Bedah Cardiobaypass yang lama
• Pankreatitis
• Transfusi darah yang banyak
• PIH (Pregnand Induced Hipertension) • Peningkatan TIK
• Terapi radiasi
3. PATOFISIOLOGI
4. MANIFESTASI KLINIK
1. Peningkatan jumlah pernapasan
2. Klien mengeluh sulit bernapas, retraksi dan sianosis
3. Pada Auskultasi mungkin terdapat suara napas tambahan
5. PENATALAKSANAAN MEDIK
Tujuan Terapi :
• Support pernapasan
• Mengobati penyebab jika mungkin
• Mencegah komplikasi.
TERAPI :
• Intubasi untuk pemasangan ETT
• Pemasangan Ventilator mekanik (Positive end expiratory pressure) untuk
mempertahankan keadekuatan level O2 darah.
• Sedasi untuk mengurangi kecemasan dan kelelahan akibat pemasangan
ventilator
• Pengobatan tergantung klien dan proses penyakitnya :
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Asuhan Keperawatan pada kasus Gawat Darurat dengan pasien yang mengalami ARDS,
berbeda dengan pemberian ASKEP pada Konsep Medikal Bedah.
Dalam mengkaji pasien Gawat Darurat dengan kasus ARDS, harus dilakukan dengan
sistematis mulai dari:
Pengkajian :
Diagnose :
Intervensi :
R/ memastikan tidak ada obstruksi pada jalan napas sehingga pasien dapat
bernapas dengan baik.
Evaluasi :
B: Breathing (Pernapasan)
Pengkajian :
Diagnose :
Intervensi :
a. Kaji pernapasan pasien dengan mendekatkan telinga diatas mulut/ hidung pasien
sambil memepertahankan pembukaan jalan napas.
R/ mengetahui ada tidaknya pernapasan.
b. Perhatikan dada pasien dengan melihat gerakan naik turunnya dada pasien
R/ mengetahui apakah masih terjadi pengembangan paru.
c. Auskultasi udara yang keluar waktu ekspirasi, merasakan adanya aliran udara.
R/ mendengarkan apakah terdapat suara tambahan atau tidak.
d. Berikan napas bantuandengan cara :
- Mulut ke mulut; penolong memijat hidung pasien dengan ibu jari dan jari
telunjuk, penolong memberikan nafas penuh.
R/ memastikan udara yang diberikan dapat masuk secara maksimal.
- Mulut ke hidung; pada pasien yang tidak mungkin dilakukan ventilasi melalui
mulut, penolong manarik napas dalam, menutup hidung pasien dengan bibir
penolong dan menghembuskan kedalam hidung.
R/ memberikan bantuan pernapasan, agar kebutuhan oksigennya terpenuhi.
- Setelah itu observasi kembali naik turunnya dada, mendengar dan merasakan
udara yang keluar pada waktu ekshalasi.
R/ mengetahui keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan.
Untuk pertolongan awal pernapasan/ ventilasi awal 2 kali.
Evaluasi :
1. Tampak Pasien tidak lagi mengalami sesak.
2. Tampak irama pernapasan pasien kembali teratur.
3. Tampak pasien tidak lagi menggunakan otot bantu pernapasan.
4. Terdengar tidak adanya suara tambahan.
C: Circulation (Sirkulasi)
Pengkajian :
Karena adanya gangguan / masalah pada organ paru, maka akan terjadi penurunan
balik vena (cardio-pulmoner). Yang kemudian akan menyebabkan penurunan
curah jantung. Sehingga dalam mengobservasi Tekanan Darah, akan didapatkan
hasil pasien mengalami hipotensi (tekanan darah rendah). Tekanan darah yang
rendah ini, akan menyebabkan darah sulit sampai pada pembuluh darah/jaringan-
jaringan perifer. Sehingga tidak jarang kita akan mendapati pasien yang
mengalami cianosis. Tidak jarang pula, kita akan mendapati pasien mengalami
edema.
Diagnose :
4) Resiko Gangguan perfusi jaringan cerebral b/d penurunan aliran balik vena, penurunan
curah jantung.
Intervensi :
a. Tentukan ada tidaknya denyut nadi yang dilakukan pada arteri carotis.
b. Hubungi system darurat dengan memberikan informasi tentang hal- hal yang terjadi
dan peralatan yang di butuhkan.
R/ informasi yang diperoleh akan membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya
sehingga pertolongannya akan lebih mudah.
c. Kompresi dada luar akan menyebabkan sirkulasi ke paru- paru dan di ikuti dengan
ventilasi.
R/ kompresi dada luar akan menstimulus jantung untuk berkontraksi.
Evaluasi :
1. Tekanan darah kembali pada nilai 120/80 mmHg.
2. Tampak tidak adanya sianosis.
Tehknik kompresi :
1. posisi tangan yang tepat pada saat kompresi dengan jari telunjuk dan jari tengah
menentukan batas bawah iga pasien.
2. Jari telunjuk diletakan disebelahnya pada bagian bawah sternum. Bagian telapak
tangan yang dekat dengan kepala pasien diletakkan di bagia bawah sternum.
3. Tangan yang lain di letakkan diatas tangan yang berada pada sternum sehingga
kedua tangan berada pada posisi sejajar. Jari- jari dapat di luruskan atau menilang
tapi tidak boleh menyentuh dada.
4. Kompresi yang tepat; siku dipertahankan pada posisi lengan diluruskan dan bahu
penolong berada pada posisi langsung diatas tangan sehinnga setiap penekanan
kompresi dada luar di lakukan lurus kebawah dada sternum.
5. Tekanan kompresi dilepaskan agar darah tidak mengalir kedalam jantung.,
biarkan dada kembali ke posisi normal, waktu yang digunakan untuk kompresi
dan pelepasan harus sama.
6. Tangan tidak boleh di angkat dari dada atau diubah posisinya.
D: Disability (Kesadaran)
Pada pasien ARDS, biasanya akan mengalami penurunan kesadaran. Ini mungkin
diakibatkan transport oksigen ke otak yang kurang/tidak mencukupi (menurunya
curah jantung hipotensi). Yang akhirnya darah akan sulit mencapai jarinagn
otak. Pada pasien ARDS kesdaran memang mungkin akan menurun tetapi
GCSnya masih sekitar 12-14. Sehingga kita lebih memprioritaskan pernapasan
dan pemompaan jantungnya. Karena apabila pernapsan dan pemompaan
jantungnya sudah tertangani dengan baik maka secara otomatis kesadarnnya akan
membaik(GCS 15).
1. KESIMPULAN
ARDS merupakan suatu keadaan darurat dimana terjadi Gangguan
paru yang progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak napas yang berat,
hipoksemia dan infiltrat yang menyebar dikedua belah paru, yang
memerlukan langkah diagnostic dan terapi yang tepat dan cepat. Berbagai
penyakit lain atau kelainan, baik intra pulmoner maupun ekstrapulmoner,
dapat menyebabkan terjadi kelainan ini. Untuk dapat memberikan terapi
yang tepat pada penderita ARDS pemahaman mengenai patofisiologinya
adalah sangat penting.
2. SARAN
Untuk menangani kasus gawat darurat dengan masalah ARDS
Hal yang perlu dilakukan adalah :
a. Tekankan tindakan pertolongan untuk mengatasi masalah
pernapasan yang dialami.
b. Kita perlu memperhatikan linkungan sekitar demi keamanan
dan kenyaman penolong dan korban.
c. Prioritaskan ke-3 hal penting yaitu system kardi, pulmoner, dan
serebral yang mana jika tidak ditangani segera dalam waktu 4-
6 menit maka akan menyebabkan kematian biologis.
d. Jangan cepat menyerah apabila tindakannya yang kita berikan
belum mencapai hasil yang kita inginkan. Tetap monitor dan
berikan tindakan untuk membantu menyelamatkan nyawa
korban.
e. Jangan lupa proteksi diri untuk menghindari penularan
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Bakta, Made. I, SpSD(KHOM). (1999). Gawat Darurat di bidang Penyakit Dalam.
Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta .
Hudak, Gall0. (1997). Keperawatan Kritis. Pendekatan Holistik.Ed.VI. Vol.I. EGC. Jakarta.
http/: www. Google. Com. Asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan ARDS.