Hamka Koerslo
Tahap 1B
1. Klasifikasi Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin di bawah 11gr% pada
trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5gr% pada trimester 2, nilai batas tersebut dan perbedaannya
dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester 2
(Saifuddin, 2006).
Terdapat beragam jenis pengklasifikasian anemia. Pada klasifikasi anemia menurut
morfologi, mikro dan makro menunjukkan ukuran pada sel darah merah sedangkan kromik
menunjukkan warnanya. Secara morfologi, pengklasifikasian anemia terdiri atas:
a. Anemia normositik normokrom
Patofisiologi anemia ini terjadi karena pengeluaran darah atau destruksi darah yang
berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulang harus bekerja lebih keras lagi dalam eritropoiesis.
Sehingga banyak eritrosit muda (retikulosit) yang terlihat pada gambaran darah tepi. Pada kelas
ini, ukuran dan bentuk sel-sel darah merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah
yang normal tetapi individu menderita anemia. Anemia ini dapat terjadi karena hemolitik, pasca
pendarahan akut, anemia aplastik, sindrom mielodisplasia, alkoholism, dan anemia pada penyakit
hati kronik.
b. Anemia makrositik normokrom
Makrositik berarti ukuran sel-sel darah merah lebih besar dari normal tetapi normokrom
karena konsentrasi hemoglobinnya normal. Hal ini diakibatkan oleh gangguan atau terhentinya
sintesis asam nukleat DNA seperti yang ditemukan pada defisiensi B12 dan atau asam folat. Ini
dapat juga terjadi pada kemoterapi kanker, sebab terjadi gangguan pada metabolisme sel
c. Anemia mikrositik hipokrom
Mikrositik berarti kecil, hipokrom berarti mengandung hemoglobin dalam jumlah yang
kurang dari normal. Hal ini umumnya menggambarkan insufisiensi sintesis hem (besi), seperti
pada anemia defisiensi besi, keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronik, atau gangguan
sintesis globin, seperti pada talasemia (penyakit hemoglobin abnormal kongenital).
Klasifikasi dalam kehamilan menurut (Prawiroharjo, 2006)
Station
Station dalam persalinan adalah ketinggian bagian terbawah janin pada jalan lahir yang
digambarkan dalam hubungannya dengan spina ischiadika yang terletak ditengah-tengah antara
PAP (Pintu Atas Panggul) dan PBP (Pintu Bawah Panggul). Pada pemeriksaan VT derajat
desensus ditentukan berdasarkan "zero station". Zero point berada pada posisi setinggi dengan
spina ischiadika (panggul tengah) dan derajat desensus diperkirakan berada pada beberapa cm
diatas atau dibawah zero point. Bila bagian terendah janin sudah berada pada titik zero, maka
disebut sudah engage.
Perlimaan
Mengetahui penurunan kepala dengan metode perlimaan ini dapat dilakukan dengan
palpasi abdominal atau leopold, dengan menggunakan tekhnik jari tangan seorang pemeriksa
untuk meraba kepala janin berada pada station atau hodge berapa. Simak keterangan pada gambar
diatas, berikut pnjelasannya:
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari atau perlimaan adalah :
5/5 jika terbawah janin seluruhnya teraba diatas simpisis pubis.
4/5 jika sebagian 1/5 bagian terbawah janin memasuki PAP
3/5 jika sebagian 2/5 bagian terbawah janin sudah masuk rongga panggul.
2/5 jika sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diatas simpisis dan 3/5 bagian
terbawah telah turun melewati bidang tengah rongga panggul.
1/5 jika hanya 1 dan 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas
simpisis dan 4/5 telah masuk ke rongga panggul.
3. Kaput suksedaneum
Referensi: Prawiharjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka. Hal. 723
Daftar Pustaka
Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC. Hall, dkk. 1997.
Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Http://www.pediatrik.com
Http://www.majalah-farmacia.com
Lisyani,dkk. 2009. Patologi Klinik II. Semarang: Bagian Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Undip.
Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Darah. Jakarta: Wikia Medika.