PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit demam tifoid adalah infeksi akut pada usus halus yang disertai
bakteri Salmonella typhi. Ciri - ciri bakteri Salmonella typhi (S.typhi) adalah
bakteri gram negatif, tidak membentuk spora dan bersifat aerob. Demam tifoid
memiliki tiga antigen, yaitu antigen O (Somatik), antigen H (flagel) dan antigen
Perantara penularan demam tifoid antara lain, melalui feses dan muntahan
dari penderita demam tifoid yang dapat menularkan bakteri Salmonella typhi
kepada orang lain. Bakteri Salmonella typhi tersebut ditularkan melalui makanan
atau minuman yang terkontaminasi dan melalui perantara lalat. Apabila orang
makanan yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhi. Maka bakteri Salmonella
typhi masuk ke tubuh melalui mulut selanjutnya orang sehat tersebut akan
orang jatuh sakit akibat demam tifoid dan antara 128.000 hingga 161.000 orang
meninggal setiap tahunnya. Pada tahun 2015, ada 17 juta kasus penyakit demam
tifoid dan paratifoid terjadi secara global terutama di Afrika sub-Sahara, Asia
Selatan dan Asia Tenggara dengan beban dan insiden terbesar yang terjadi di
1
tifoid. Diperkirakan terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap
diantaranya adalah Uji Widal, Kultur Darah, Uji Tubex, Typhidot IgG dan IgM,
pasien demam tifoid di Rumah Sakit maupun Puskesmas. Uji Widal adalah
melihat adanya kenaikan titer antibodi yang ada dalam darah terhadap antigen O
2 kali pengambilan spesimen serum dengan interval waktu 10-14 hari typhi
diagnosis positif demam tifoid dan titer akan naik 4 kali lipat dari semula
spesimen serum tunggal. Kelemahan dari tes Widal yaitu tidak dapat
mendiagnosis infeksi lama atau baru. Kenaikan titer aglutinin yang tinggi pada
infeksi baru atau lama, serta kenaikan titer aglutinin terutama aglutinin H tidak
mempunyai arti diagnostik yang penting untuk demam tifoid pada penderita
2
Uji Widal bertujuan untuk mengukur level aglutinasi yaitu, melihat adanya
pada tabung tes. Biasanya, antibodi O terlihat pada hari ke 6-8 dan antibodi H
terlihat pada hari ke 10-12 setelah munculnya gejala penyakit demam tifoid
(WHO, 2003). Uji Widal dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu : tes
aglutinasi slide dan tes aglutinasi tabung. Tes aglutinasi tabung memiliki akurasi
yang lebih tinggi dari pada tes aglutinasi slide karena titer dapat sampai 1:1280,
sedangkan tes aglutinasi slide hanya mencapai titer 1:320 (Wardana, dkk., 2014).
Kenaikan titer aglutinin yang tinggi pada spesimen tunggal, tidak dapat
membedakan apakah infeksi tersebut merupakan infeksi baru atau lama, serta
yang penting untuk demam tifoid pada penderita dewasa di daerah endemis.
Dengan alasan ini, maka pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan
Surjawidjaja, 2004).
tabung.
3
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
selama 5 jam.
selama 15 jam.
4
D. Manfaat penelitian
2. Bagi pekerja
laboratorium
3. Bagi peneliti
Yogyakarta.
b. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi contoh atau pendukung bagi
1. Lingkup materi
a. Materi yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh variasi waktu
b. Responden dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan dan rawat inap
di Puskesmas A.
5
2. Lingkup waktu
Penelitian ini memiliki waktu dari Oktober 2019 – April 2020, yaitu mulai
3. Lingkup tempat
tingkat puskesmas.
6
F. KeaslianPenelitian
Judul Metode
No Peneliti Hasil Perbedaan Persamaan
Penelitian Penelitian
1 Lindah, Waktu Inkubasi Metode Tidak terdapat 1. Perbedaan pada penelitian 2. Persamaan dengan penelitian ini
A.M., Pemeriksaan observasio pengaruh yang ini terletak pada variabel adalah sampel diambil dari
Vera, A.H Widal dan nalanalitik segnifikan dari bebas yaitu variasi waktu 5 pasien suspek demam tifoid
& Ni Antigen O variasi inkubasi 3 jam, 10 jam dan 15 jam pada rawat jalan dan rawat inap,
Made Salomonella jam, 4 jam dan 5 suhu 25°C. metode widal tabung.
6
‘
2 Nuzul, R Perbedaan Metode Dari hasil analisis Perbedaan pada penelitian 4. Persamaan dengan penelitian ini
.R (2016) Hasil deskriptif menunjukkan ini terletak pada metode adalah sampel diambil dari
Pemeriksaan analitik terdapat perbedaan penelitian dan variabel bebas pasien suspek demam tifoid
Widal Metode rawat jalan dan rawat inap.
yang bermakna yaitu variasi waktu 5 jam, 10
Slide 5.
Berdasarkan antara variasi jam dan 15 jam pada suhu
Variasi Waktu waktu 30 detik, 1 25°C.
menit dan 3 menit
di RSUD Kota
Kendari.
7
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Demam Tifoid
a. Pengertian
dari seorang penderita demam tifoid (Nafiah, 2014). Penyakit ini mudah
berpindah dari satu orang ke orang lain yang kurang menjaga kebersihan
diri dan lingkungannya yaitu penularan secara langsung jika bakteri ini
kepada orang lain dan secara tidak langsung melalui makanan atau
pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang sehingga
8
kepadatan penduduk, kemiskinan dan lain-lain. beberapa penelitian di
tifoid, karena laki-laki lebih sering bekerja dan makan di luar rumah yang
wanita lebih berpeluang untuk terkena dampak yang lebih berat atau
sel-sel hati, maka hormon estrogen pada wanita akan bekerja lebih berat
(Ardiaria, 2019).
Menurut Menkes RI, 2006 gejala klinis tifoid disebut dengan sindrom
1) Demam
Demam atau panas merupakan gejala utama demam tifoid dan pada
awal sakit suhu tubuh sering run naik. Pagi lebih rendah atu normal,
sedangkan sore dan malam lebih tinggi (demam intermitten) dan dari
hari ke hari intesitas demam makin tinggi yang disertai banyak gejala
lain seperti sakit kepala, nyeri otot, insomnia, anoreksia, mual dan
regio epigastrik (nyeri ulu hati), disertai mual dan muntah. Sering
ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama. Bibir
9
kering dan pecah-pecah, Lidah kelihatan kotor dan ditutupi selaput
c. Patofisiologi
oleh IL-1. Pengaturan suhu pada keadaan sehat atau demam merupakan
bagian dari respon fase akut terhadap berbagai rangsangan infeksi, luka
atau trauma, seperti halnya letargi, berkurangnya nafsu makan dan minum
demam, terdapat dua jenis yaitu pirogen eksogen dan endogen (Menkes
RI, 2006).
Pirogen adalah suatu zat yang menyebabkan demam, terdapat dua jenis
yaitu pirogen eksogen dan endogen. Pada anak dan balita, demam tinggi
menimbulkan gejala klinis pada bayi dan anak mungkin lebih kecil.
10
Semakin besar dosis Salmonella typhi yang tertelan semakin banyak pula
https://www.google.com/search?safe=bakteri/salmonella/thypi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Ordo : Enterobacteria
Family : Enterobactericeae
Genus : Salmonella
11
mempunyai flagela (peritrikh). Salmonella typhi bersifat aerob dan tumbuh
pada pH 6-8 dan suhu 60ºC selama 15-20 menit, dalam air bisa bertahan
selama 4 minggu, dalam feses di luar tubuh manusia tahan hidup selama
yang disebut invasin yang memberi jalan pada sel non-fagosit yang
antigen antaranya:
pada Salmonella tyhpi. Antigen ini tidak aktif pada pemansan di atas
3) Antigen Vi. Adalah antigen yang terletak di lapisan terluar atau kapsul
glikolipid. Antigen ini akan rusak bila dpanaskan selama 1 jam pada
12
suhu 60°C maupun dengan pemberian asam dengan fenol. Antigen ini
3. Pemeriksaan Widal
a. Pengertian
slide dan metode tabung. Tes aglutinasi tabung memiliki akurasi yang
lebih tinggi dari pada tes aglutinasi slide karena titer dapat sampai 1:1280.,
sedangkan tes aglutinasi slide hanya mencapai titer 1:320 (Wardana, dkk.,
2014).
13
B. Kerangka Konsep
5 jam
Hasil pemeriksaan
Waktu inkubasi
demam tifoid (Titer)
10 jam
Waktu inkubasi
15 jam
C. Hipotesis
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
kriteria inklusi yaitu pasien anak berusia 5-15 tahun, yang telah mengalami
demam lebih dari 3 hari dengan suhu >37°C dan diagnosis oleh dokter menderita
demam tifoid. Kriteria eksklusi pasien telaah diberikan antibiotik dan pasien
sesudah vaksin.
1. Tempat
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 sampai dengan bulan
April 2020.
1. Subjek
Subjek dari penelitian ini adalah semua pasien suspek demam tifoid baik
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah darah vena (serum) dari pasien suspek
15
digunakan dalam penelitian ini yaitu, jika populasi >100 maka diambil
sampel 15-30% dan jika besarnya populasi < 100 maka diambil sampel 25-
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah pasien suspek demam
tifoid baik rawat jalan maupun rawat inap yang berusia 5-15 tahun, yang
telah mengalami demam lebih dari 3 hari dengan suhu >37°C dan diagnosis
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi sampel pada penelitian ini adalah pasien suspek demam
tifoid baik rawat jalan maupun rawat inap telah diberikan antibiotik,
karena hasilnya akan negatif palsu dan pasien sesudah vaksin, karena
hasilnya akan positif palsu dan pasien yang berusis >15 tahun.
D. Defensi Operasional
16
suatu reaksi aglutinasi
antara antigen dan
antibodi. Pemeriksaan
widal digunakan dalam
mendeteksi antibodi
terhadap antigen
Salmonella typhi.
Prinsip pemeriksaan
widal yaitu kenaikan
titer aglutinasi atau
penggumpalan kadar
antibodi dalam serum
pasien terhdap antigen
Salmonella typhi
maupun Salmonella
paratyphi
menggunakan titer
aglutinin O dan H.
E. Variabel Penelitian
Variabel terikat ini adalah hasil pemeriksaan demam tifoid berupa titer.
17
Variabel bebas penelitian ini adalah pengaruh variasi waktu inkubasi 5 jam,
F. Instrumen Penelitian
a. Alat
b. Bahan
1) Serum
2) Na- Fisiologi
3) Reagen Latex
2. Cara kerja
18
b. Pemeriksaan sampel
dan homogenkan. Lalu inkubasi pada suhu 25°C selama 5 jam, 10 dan 15
jam. Amati hasil (terjadi aglutinasi atau tidak terjadi aglutinasi). Positif (+)
1. Data Primer
2. Data Sekunder
19
H. Analisis Data
untuk melihat ada tidaknya pengaruh variasi waktu 5 jam, 10 jam dan 15 jam.
Dan uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Anova yaitu, untuk
melihat ada tidaknya pengaruh variasi waktu terhadap hasil pemeriksaan widal
metode tabung dan data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium dan data
20
DAFTAR PUSTAKA
21
WHO. (2003) Typhoid Fever. Dalam: Dalam: Makalew, Linda A., Vera, A
Hemanus. 2013. Waktu Inkubasi Pemeriksaan Widal dan Antigen O
Salmonella typhi dengan Metode Tabung. Jurnal Kesehatan Poltekes
Manado. Jurusan Analis Kesehatan Poltekes Manado. 8(1): 77.
Widyono. (2011). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Wulandari, Dwi., Herlisa Anggraini., dan Budi Santosa. (2016). Perbedaan Suhu
dan Waktu Inkubasi Pada Pemeriksaan Glukosa. Jurnal Kesehatan.
Fakultas Ilmu Keperwatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Seamarang. 9(1).
Zulkoni, Akhsin. (2010). Parasitologi untuk Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
22
23