14 - Laporan Pendahuluan
14 - Laporan Pendahuluan
“OSTEOSARCOMA”
Oleh :
Yurike Olivia Sella
190070300111028
Kelompok 1A
Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat
meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, Keturunan,
Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan
radiasi ), (Smeltzer. 2001).
Adapun faktor predisposisi yang dapat menyebabkan osteosarcoma antara lain :
1. Trauma
Osteosarcoma dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya
injuri. Walaupun demikian trauma ini tidak dapat dianggap sebagai penyebab
utama karena tulang yang fraktur akibat trauma ringan maupun parah jarang
menyebabkan osteosarcoma.
2. Ekstrinsik karsinogenik
Penggunaan substansi radioaktif dalam jangka waktu lama dan melebihi
dosis juga diduga merupakan penyebab terjadinya osteosarcoma ini. Salah satu
contoh adalah radium. Radiasi yang diberikan untuk penyakit tulang seperti kista
tulang aneurismal, fibrous displasia, setelah 3-40 tahun dapat mengakibatkan
osteosarcoma.
3. Karsinogenik kimia
Ada dugaan bahwa penggunaan thorium untuk penderita tuberculosis
mengakibatkan 14 dari 53 pasien berkembang menjadi osteosarcoma.
4. Virus
Penelitian tentang virus yang dapat menyebabkan osteosarcoma baru dilakukan
pada hewan, sedangkan sejumlah usaha untuk menemukan oncogenik virus pada
osteosarcoma manusia tidak berhasil. Walaupun beberapa laporan menyatakan
adanya partikel seperti virus pada sel osteosarcoma dalam kultur jaringan. Bahan
kimia, virus, radiasi, dan faktor trauma. Pertumbuhan yang cepat dan besarnya
ukuran tubuh dapat juga menyebabkan terjadinya osteosarcoma selama masa
pubertas. Hal ini menunjukkan bahwa hormon sex penting walaupun belum jelas
bagaimana hormon dapat mempengaruhi perkembanagan osteosarcoma.
5. Keturunan ( genetik )
C. PATHOFISIOLOGI
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.
Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau
penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi
destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan pada
ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara histolgik, tumor
terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang berdifferensiasi jelek dan sring
dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan fibrosa atau miksomatosa atau
kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan darah sinusoid. Sementara tumor
ini memecah melalui dinding periosteum dan menyebar ke jaringan lunak sekitarnya;
garis epifisis membentuk terhadap gambarannya di dalam tulang.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang penyebab pastinya tidak diketahui.
Ada beberapa factor resiko yang dapat menyebabkan osteosarkoma.Sel berdiferensiasi
dengan pertumbuhan yang abnormal dan cepat padatulang panjang akan menyebabkan
munculnya neoplasma (osteosarkoma). Penampakan luar dari osteosarkoma adalah
bervariasi. Bisa berupa:
1. Osteolitik dimana tulang telah mengalami perusakan dan jaringan
lunak diinvasi oleh tumor.
2. Osteoblastik sebagai akibat pembentukan tulang sklerotik yang baru.
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada
hasil pemeriksaan radigrafi menunjukkan adanya suatu bangunan yang
berbentuk segitiga. Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai
bentuk keganasan tulang yang lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarkoma; tumor
itusendiri dapat menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif.
Gambaran seperti ini pada radiogram akan terlihat sebagai suatu “sunburst”(pancaran
sinar matahari).
Reaksi tulang normal dengan respon osteolitik dapat bermetastase ke paru- paru
dan keadaan ini diketahui ketika pasien pertama kali berobat. Jika belumterjadi
penyebaran ke paru-paru, maka angka harapan hidup mencapai 60%. Tetapi jika sudah
terjadi penyebaran ke paru-paru merupakan angka mortalitastinggi.Tumor bisa
menyebabkan tulang menjadi lemah. Patah tulang di tempat tumbuhnya tumor disebut
fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin. Dapat juga terjadi
pembengkakan, dimana pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah
(Smeltzer, Suzanne C,2001).
D. PATHWAY
Terlampir
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut WHO ditetapkan berdasarkan atas criteria histologist, jenis
diferensiasi sel-sel tumor yang diperhatikan dan jenis inter seluler matriks yang di
produksi. Dalam hal ini dipertimbangkan sifat-sifat tumor, asal usul sel serta
pemeriksaan histologist menetapkan jenis tumor bersifat jinak atau ganas.
Sel-sel dari musculoskeletal berasal dari mesoderm tapi kemudian berdiferensiasi
menjadi beberapa sel osteoklas, kondroblas, fibroblas, mieloblas. Oleh karena itu
sebaiknya klasifikasi tumor tulang berdasarkan atas asal sel, yaitu bersifat osteogenik,
kondrogenik atau mielogonik.Meskipun demikian terdapat kelompok yang tidak
termasuk dalam kelompok tumor yaitu kelainan reaktif (reactive bone) atau hamartoma
yang sebenarnya berpotensi menjadi ganas. Beberapa hal yang penting yang
sehubungan dengan penetapan klasifikasi yaitu:
a. Jaringan yang mudah menyebar tidak selalu harus merupakan jaringan asal.
b. Tidak ada hubungan patologis atau klinis dalam kategori khusus.
c. Sering tidak ada hubungan antara kelainan jinak dan ganas dengan unsure-unsur
jaringannya. Misalnya osteoma dan osteosarkoma.
d. Beberapa tumor hanya disebut dalam suatu kelompok yang sederhana, misalnya
osteosarkoma
Asal sel Jinak Ganas
Osteogenik Osteoma Osteosarkoma
Osteoid Osteoma Parosteal Osteosarkoma
Osteoblastoma Osteoblastoma
Kondrogenik Kondroma Kondrosarkoma
Osteokondroma Kondrosarkoma Juksta Kortikal
Fibroma Kondromiksoid Kondroblastoma
Fibroma Kondromiksoid
Giant Cell Tumor Osteoklastoma
Mielojenik Sarkom Ewing
Sarkoma Retikulum
Limfosarkoma
Mieloma
Vaskuler Hemangioma Angiosarkoma
Limfangioma
Intermediate : Tumor Glomus
Hemangio-Endotelioma
Hemangio-Perisitoma
Jaringan Lunak Fibroma Desmo Plastik Fibrosarkoma
Lipoma Liposarkoma
Mesenkimoma Ganas
Sarkoma tak berdeferesiansi
Tumor lain Neurinoma Kondroma
Neurofibroma Adamantinoma
Tumor tanpa klasifikasi Kista Soliter
Kista Aneurisma
Kista Juksta-Artikuler
Defek Metafisis
Granuloma Eosinofil
Displasia Fibrosa
Miositis Osifikans
Tumor Brown
Hiperparatiroidisme
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada pasien dengan Osteosarkoma menurut Smeltzer Suzanne
C (2001) adalah sebagai berikut :
1. Nyeri pada ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin parah pada
malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit)
2. Pembekakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas
3. keterbatasan gerak
4. kehilangan berat badan (dianggap sebagai temuan yang mengerikan).
5. Masa tulang dapat teraba, nyeri tekan, dan tidak bisa di gerakan, dengan
peningkatan suhu kulit diatas masa dan ketegangan vena.
6. Kelelahan, anoreksi dan anemia.
7. Lesi primer dapat mengenai semua tulang, namun tempat yang paling sering
adalah distal femur, proksimal tibia, dan proksimal humerus
8. Gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan
menurun dan malaise
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Biasanya gambaran radiogram dapat membantu untuk menentukan keganasan
relatif daritumor tulang. Pemeriksaan radiologi yang dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis meliputi foto sinar-x lokal pada lokasi lesi atau foto survei
seluruh tulang ( bone survey ) apabila ada gambaran klinis yang mendukung
adanya tumor ganas/ metastasis. Foto polos tulang dapat memberikan gambaran
tentang:
a. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis, diafisis,
ataupada organ-organ tertentu.
b. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
c. Jenis tulang yang terkena.
d. Dapat memberikan gambaran sifat tumor, yaitu:
e. Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung kalsifikasi atau tidak.
f. Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah memberikanreaksi
pada periosteum, apakah jaringan lunak di sekitarnya terinfiltrasi.
g. Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Pemindaian radionuklida.
Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti osteoma.
b. CT-scan.
Pemeriksaan CT-scan dapat memberikan informasi tentang keberadaantumor,
apakah intraoseus atau ekstraoseus.
c. MRI
MRI dapat memberika informasi tentang apakah tumor berada dalam
tulang,apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke jaringan lunak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksan laboratorium merupakan pemeriksaan tambahan/ penunjang dalam
membantumenegakkan diagnosis tumor.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi:
a. Darah. Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,
haemoglobin,fosfatase alkali serum, elektroforesis protein serum, fosfatase
asam serum yangmemberikan nilai diagnostik pada tumor ganas tulang.
b. Urine . Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-
Jones.
3. Biopsi
Tujuan pengambilan biopsi adalah memperoleh material yang cukup untuk
pemeriksaanhistologist, untuk membantu menetapkan diagnosis serta grading
tumor. Waktu pelaksanaanbiopsi sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan radiologi yangdipergunakan pada grading. Apabila pemeriksaan CT-
scan dilakukan setelah biopsi, akan tampak perdarahan pada jaringan lunak yang
memberikan kesan gambaran suatu keganasanpada jaringan lunak.
Ada dua metode pemeriksaan biopsi, yaitu :
a. Biopsi tertutup dengan menggunakan jarum halus ( fine needle aspiration,
FNA) dengan menggunakan sitodiagnosis, merupakan salah satu biopsi untuk
melakukandiagnosis pada tumor.
b. Biopsi terbuka.
Biopsi terbuka adalah metode biopsi melalui tindakan operatif. Keunggulan
biopsi terbuka dibandingkan dengan biopsi tertutup, yaitu dapat mengambil
jaringan yang lebih besar untuk pemeriksaan histologis dan
pemeriksaanultramikroskopik, mengurangi kesalahan pengambilan jaringan,
dan mengurangikecenderungan perbedaan diagnostik tumor jinak dan tunor
ganas (seperti antara enkondroma dan kondrosakroma, osteoblastoma dan
osteosarkoma). Biopsi terbuka tidak boleh dilakukan bila dapat menimbulkan
kesulitan pada prosedur operasi berikutnya, misalnya pada reseksi end-block .
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul,antara lain gangguan produksi anti- bodi,infeksi
yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan merupakan juga
efek dari kemoterapi,radioterapi,dan steroid yang dapat menyokong terjadinya
leucopenia dan fraktur patologis,gangguan ginjal dan system hematologis,serta
hilangnya anggota ekstremitas.Komplikasi lebih lanjut adalah adanya tanda – tanda
apatis dan kelemahan.
I. PENATALAKSANAAN
Pengobatan bertujuan untuk menghancurkan atau mengankat jaringan maligna
dengan menggunakan metode yang seefektif mungkin.
1. Tindakan Medis
a. Pembedahan secara menyeluruh atau amputasi. Amputasi dapat dilakukan melalui
tulang daerah proksimal tumor atau sendi proksimal dari pada tumor.
b. Kemoterapi.
Merupakan senyawa kimia untuk membunuh sel kanker. Efektif pada kanker yang
sudah metastase. Dapat merusak sel normal.
Regimen standar kemoterapi yang dipergunakan dalam pengobatan osteosarkamo
adalah kemoterapi preoperative (preoperative chemotherapy) yang disebut juga
dengan induction chemotherapy atau neoadjuvant chemotherapy dan kemoterapi
postoperative (postoperative chemotherapy) yang disebut juga dengan adjuvant
chemotherapy.
Kemoterapi preoperatif merangsang terjadinya nekrosis pada tumor primernya,
sehingga tumor akan mengecil. Selain itu akan memberikan pengobatan secara
dini terhadap terjadinya mikro-metastase. Keadaan ini akan membantu
mempermudah melakukan operasi reseksi secara luas dari tumor dan sekaligus
masih dapat mempertahankan ekstrimnya. Pemberian kemoterapi posperatif paling
baik dilakukan secepat mungkin sebelum 3 minggu setelah operasi.
Obat-obat kemoterapi yang mempunyai hasil cukup efektif untuk osteosarkoma
adalah : doxorubicin (Andriamycin), cisplatin (Platinol), ifosfamide (Ifex), mesna
(Rheumatrex). Protocol standar yang digunakan adalah doxorubicin dan cisplatin
dengan atau tanpa methotrexate dosis tinggi, baik sebagai terapi induksi
(neoadjuvant) atau terai adjuvant. Kadang-kadang dapat ditambah dengan
ifosfamide. Dengan menggunakan pengobatan multi-agent ini, dengan dosis yang
intensif, terbukti memberikan perbaikan terhadap survival rate 60-80%.
c. Radiasi.
Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis. Apabila fibrosisini
timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul nyeri di daerah yang
dipersarafinya. Nyeri di sini sering disertai parestesia. Kadang-kadang akibat
fibrosis ini terjadi pula limfedema di daerah distal dari prosesfibrosis tersebut.
Misalnya fibrosis dari pleksus lumbosakral akan menghasilkan nyeri disertai
perubahan motorik dan sensorik serta limfedema di kedua tungkai.
d. Analgesik atau tranquiser.
Analgesik non narkotik, sedativa, psikoterapi serta bila perlu narkotika.
e. Diet tinggi protein tinggi kalori.
2. Tindakan Keperawatan
a) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).
b) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan
dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli
psikologi atau rohaniawan.
c) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping
kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat.
Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi gastrointestinal.
Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.
d) Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik atau inflamasi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya tumor
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kerusakan
muskuloskeletal
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan
7. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan hipermetabolik
8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi
9. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
C. INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut NOC: NIC:
berhubungan dengan 1. Pain level Pain Manajement
obstruksi jaringan 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri
saraf atau inflamasi. 3. Comfort level secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
1. Mampu mengontrol frekuensi, kualitas dan faktor
nyeri (tahu penyebab presipitasi.
nyeri,mampu 2. Observasi reaksi non verbal dan
menggunakan teknik ketidaknyamanan, seperti pasien
non farmakologi untuk tampak meringis, dan
mengurangi nyeri) memegangi bagian tubuh yang
2. Melaporkan bahwa sakit.
nyeri berkurang dengan 3. Gunakan tehnik komunikasi
menggunakan terapeutik untuk mengetahui
manajemen nyeri pengalaman nyeri pasien.
3. Mampu mengenali 4. Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri menpengaruhi nyeri seperti suhu
(skala,intensitas,frekue ruangan, pencahayaan dan
nsi, dan tanda nyeri) kebisingan.
4. Menyatakan rasa 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
nyaman setelah nyeri 6. Pilih dan lakukan penanganan
berkurang nyeri (farmakologi (analgetik),
dan non – farmakologi
(relaksasi nafas dalam)
7. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi.
8. Ajarkan tentang tehnik non –
farmakologi.
9. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
2 Gangguan citra NOC: NIC:
tubuh berhubungan 1. Body Image Body Image Enhancement
dengan adanya 2. Self esteem 1. Diskusikan dengan klien
tumor Kriteria Hasil: tentang perubahan dirinya
1. Body image positif 2. Bantu klien dalam
2. Mampu memutuskan tingkat actual
mengidentifikasi perubahan dalam tubuh atau
kekuatan personal level fungsi tubuh
3. Mendiskripsikan 3. Monitor frekuensi pernyataan
secara faktual klien
perubahan fungsi 4. Berikan dukungan dan suport
tubuh mental serta spiritual.
4. Mempertahankan 5. Libatkan keluarga untuk
interaksi sosial memberikan dukungan sacara
mental dan spiritual
D. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencanca keperawatan yang telah disusun.
Selama implementasi perhatikan respon klien dan dokumentasikan.
E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah NOC yang telah kita rencanakan
telah tercapai atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku / Elizabeth J. Corwin. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia & Loiraine M. Wilson. 1998. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi
8. Jakarta : EGC.