Anda di halaman 1dari 40

Bagian Ilmu THT-KL

Fakultas Kedokteran
Universitas Alkhairaat
Palu
Referat
Mei 2017

CORPUS ALIENUM CAVUM NASI

Disusun Oleh :
Nama : Octavianna B.R
Stambuk : 10 777 006
Pembimbing : dr. Fatmawati Said, M.Kes, Sp.THT-KL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU THT - KL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT PALU
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Octavianna B.R


No. Stambuk : 10 777 006
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Alkhairaat
Judul referat : Nasal Corpus Alienum
Bagian : Ilmu THT-KL

Bagian Ilmu THT-KL


Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat

Palu, Mei 2017


Pembimbing

dr. Fatmawati Said, M.Kes, Sp.THT-KL


BAB I

PENDAHULUAN

Definisi Corpus alienum atau benda asing di dalam suatu organ adalah
benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan
normal tidak ada. Dalam hal ini, nasal corpus alienum adalah benda asing / massa
yang normal tidak ada / tidak dijumpai di hidung. Ini merupakan salah satu
masalah kedaruratan dibidang THT.1,2
Dapat terjadi pada semua umur, namun lebih sering terjadi pada anak–
anak, baik disengaja memasukkan ke hidung atau karena kecelakaan. Pada anak-
anak dapat disebabkan oleh faktor kesengajaan. Anak-anak cenderung
memasukkan benda kecil yang umumnya adalah benda mati. Benda asing yang
lazim ditemukan pada anak-anak adalah makanan seperti kacang-kacangan, biji-
bijian, dan benda berupa baterei, manik-manik, dan spons,. Namun dapat pula
ditemukan benda hidup misalnya larva lalat, dan berkembang menjadi lalat, linta
dan lain sebagainya.1,2
Beberapa penelitian telah menunjukkan prevalensi kejadian benda asing di
hidung lebih banyak terjadi pada laki-laki (58%) dibandingkan perempuan dan
dengan tingkat sosioekonomi yang rendah. Pada anak, insiden tertinggi kejadian
benda asing di hidung adalah usia 2-5 tahun. 2
Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya tidak
terlihat, dan gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan diagnosis pada
awalnya. Hasil pemeriksaan sinar-X dapat menunjang diagnosis. Endoskopi
merupakan tindakan tersering digunakan karena lebih memperkuat diagnosis dan
untuk mengeluarkan benda asing. 3,4
Dalam hal ini, penanganan terhadap benda asing pada hidung merupakan
salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh dokter umum. Namun, sangat
penting untuk mengetahui letak anatomi dan indikasi tertentu agar dapat dirujuk
kepada spesialis. Indikasi tersebut seperti tergantung pada beberapa faktor seperti
lokasi dari benda asing, bahan material benda asing, apakah benda berupa bahan
yang mudah diambil ( lembut dan irregular) atau tidak mudah diambil (keras dan
bulat), keterampilan dokter maupun kerja sama pasien itu sendiri. Sebagian besar
benda asing pada hidung dapat dikeluarkan oleh dokter yang sudah terlatih dengan
komplikasi yang minimal.4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Hidung terdiri dari hidung bagian luar berbentuk piramid dengan bagian-
bagiannya dari atas ke bawah :1,3

1. Pangkal hidung (bridge).


2. Batang hidung (dorsum nasi).
3. Puncak hidung (hip).
4. Ala nasi.
5. Kolumela.
6. Lubang hidung (nares anterior).

Gambar 1. Anatomi hidung eksternal


Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi
oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi melebarkan atau
menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari :1,3

1. Tulang hidung (os nasal)


2. Prosesus frontalis os maksila
3. Prosesus nasalis os frontal.
sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang
terletak di bagian bawah hidung, yaitu :1

1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior.


2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai
kartilago ala mayor.
3. Tepi anterior kartilago septum.
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi
kanan dan kiri. Pintu masuk kavum nasi bagian depan disebut nares anterior dan
lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum
nasi dengan nasofaring.1

Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat di
belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi oleh kulit yang
mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang (vibrise). 1
Gambar 2. Anatomi hidung tampak lateral dan medial 3

Tiap kavum nasi mempunyai empat buah dinding, yaitu dinding medial,
lateral, inferior, dan superior. Dinding medial adalah septum nasi yang dibentuk
oleh tulang dan tulang rawan. Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian
tulang rawan dan periostium pada bagian tulang, sedangkan di luarnya dilapisi
oleh mukosa hidung.1
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya
paling bawah ialah konka inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media,
lebih kecil lagi ialah konka superior, sedangkan yang terkecil disebut konka
suprema ini biasanya rudimenter.1
Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung. Terdapat meatus yaitu
meatus inferior, medius, dan superior. Pada meatus inferior terdapat muara
(ostium) duktus nasolakrimalis. Pada meatus medius terdapat muara sinus frontal,
sinus maksila dan sinus etmoid anterior. Pada meatus superior terdapat muara
sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.1

Batas Rongga Hidung

Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os


maksila dan os palatum. Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan
dibentuk oleh lamina kribriformis merupakan lempeng tulang berasal dari os
etmoid, tulang ini berlubang-lubang (kribrosa=saringan) tempat masuknya
serabut-serabut saraf olfaktorius. Di bagian posterior, atap rongga hidung dibentuk
oleh os sfenoid.1

Vaskularisasi

Bagian atas rongga hidung divaskularisasi oleh arteri etmoidalis anterior


dan posterior yang merupakan cabang dari arteri oftalmika dari arteri karotis
interna.1
Bagian bawah rongga hidung divaskularisasi oleh cabang arteri maksilaris
interna, diantaranya arteri palatina mayor dan arteri sfenopalatina. Arteri
sfenopalatina keluar dari foramen sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di
belakang ujung posterior konka media.1
Bagian depan hidung divaskularisasi oleh cabang-cabang a. fasialis. Pada
bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a.
etmoid anterior, a. labialis superior, dan a. palatina mayor, yang disebut pleksus
kiesselbach (little's area).1
Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arteri. Vena divestibulum dan struktur luar hidung
bermuara ke v.oftalmika yang berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena
di hidung tidak memiliki katup, sehingga merupakan faktor predisposisi untuk
mudahnya penyebaran infeksi sampai ke intrakranial.1

Gambar 3. Vaskularisasi hidung 3

Jaringan limfatik

Jaringan limfatik berasal dari mukosa superfisial. Jaringan limfatik


anterior bermuara di sepanjang pembuluh fasialis yang menuju leher. Jaringan
limfatik posterior terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok superior bermuara
pada kelenjar limfe retrofaringea. Kelompok media menuju ke kelenjar limfe
jugularis. Kelompok inferior menuju ke kelenjar limfe di sepanjang pembuluh
jugularis interna.1
Innervasi

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.
etmoidalis anterior yang merupakan cabang n. nasosiliaris yang bersal dari n.
oftalmikus. Rongga hidung lainnya, sebagian besar terdapat persarafan sensorik
dari nervus maksilla melalui ganglion sfenopalatina. Ganglion ini menerima
serabut sensoris dari n. maksilaris, serabut parasimpatis dari n. petrosus
superfisialis mayor dan serabut saraf simpatis dari n. petrosus profundus.
Ganglion sfenopalatina terletak di belakang dan sedikit di ujung posterior konka
media.1
Fungsi penghidu berasal dari nervus olfaktorius. Saraf ini turun melalui
lamina kribrosa dari pemukaan bawah bulbus olfaktorius dan berakhir pada sel-sel
reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung. 1

Gambar 4. Innervasi hidung 1,3


Fisiologi Hidung:1,3
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional, fungsi
fisiologis hidung dan sinus paranasalis adalah:

1. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning),


penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan
dan mekanisme imunologik lokal,
2. Fungsi penghidu karena terdapat mukosa olfaktorius.
3. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses
bicara dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang,
4. Fungsi statik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi
terhadap trauma dan pelindung panas, dan
5. Refleks nasal, dimana mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang
berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernapasan yang
dapat menyebabkan refleks bersin dan napas berhenti, rangsang bau
tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

2.2 DEFINISI

Secara umum benda asing dalam suatu organ adalah benda asing yang
berasal baik dari dalam (benda asing endogen) maupun luar (benda asing
eksogen) tubuh yang dalam normal tidak ada. Benda asing di hidung
merupakan salah satu kedaruratan di bidang telinga hidung tenggorok yang
cukup sering terjadi pada anak-anak. Kebanyakan kasus benda asing
asimtomatik dan terdapat sekitar 11% dari seluruh kedaruratan dibidang
telinga hidung dan tenggorok.3,4

2.3 ETIOLOGI DAN KLASIFIKASI BENDA ASING 4,5,6

1. Berikut adalah jenis-jenis benda asing berdasarkan asalnya:

a. Benda asing eksogen,


Benda asing eksogen adalah benda yang berasal dari luar tubuh. Biasanya
masuk melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen dapat berupa zat
padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik
seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang
(yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku,
jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing
eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat
kimia, dan benda cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. 5,6
b. Benda asing endogen
Benda asing endogen adalah benda yang berasal dari dalam tubuh. Benda
asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta, perkejuan, dan membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat
masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.2,,3

2. Berdasarkan sifatnya benda asing dibagi menjadi benda asing mati dan
benda asing hidup. 1

a. Benda asing hidup


Benda asing hidup yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan
cacing.
a.1 Larva lalat
Beberapa kasus miasis hidung yang pernah ditemukan di hidung
manusia dan hewan di Indonesia disebabkan oleh larva lalat dari spesies
Chryssomya bezziana. Chrysomya bezziana adalah serangga yang
termasuk dalam famili Calliphoridae, ordo diptera, subordo
Cyclorrapha, kelas Insecta. Lalat dewasa berukuran sedang berwarna
biru atau biru kehijauan dan berukuran 8-10 mm, bergaris gelap pada
toraks dan pada abdomen bergaris melintang. Larva mempunyai kait-kait
di bagian mulutnya berwarna coklat tua atau coklat orange. Lalat dewasa
meletakkan telurnya pada jaringan hidup dan hewan berdarah panas yang
hidup liar dan juga pada manusia misalnya pada luka, lubang-lubang
pada tubuh seperti mata, telinga, hidung, mulut dan traktus urogenital.3,7,8

a.2 Lintah
Lintah (Hirudinaria javanica) merupakan spesies dari kelas
hirudinae. Hirudinea adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang
belakang yang termasuk dalam filum annelida. Anggota jenis cacing ini
tidak mempunyai rambut, parapodia, dan seta. Tempat hidup hewan ini
ada yang berada di air tawar, air laut, dan di darat. Lintah merupakan
hewan pengisap darah. Pada tubuhnya terdapat alat pengisap di kedua
ujungnya yang digunakan untuk menempel pada tubuh inangnya. Pada
saat mengisap, lintah ini mengeluarkan zat penghilang rasa sakit dan
mengeluarkan zat anti pembekuan darah sehingga darah korban tidak
akan membeku. Setelah kenyang mengisap darah, lintah itu akan
menjatuhkan dirinya ke dalam air. Bentuk tubuh lintah ini pipih,
bersegmen, mempunyai warna kecokelatan, dan bersifat hemaprodit.
Lintah menghisap darah pasien sehingga akan memperbesar ukurannya,
itu akan menyebabakan lintah sulit diambil. Pasien bisa saja mengalami
syok akibat kehilangan darah, sehingga pasien membutuhkan transfusi
darah.8,9,10

Gambar 5. Lintah hidup di hidung8


a.3 Cacing
Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang masih menjadi
masalah di negara berkembang seperti Indonesia. Hidung dapat menjadi
Port d’entry atau tempat cacing tersebut bermigrasi dari usus untuk
mendapatkan oksigen yang lebih banyak. 8,9,10

b. Benda asing mati


Yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing baju. Kapur barus
merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen yang bersifat
sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus diperlakukan
sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan segera, karena
kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.9,10

Gambar 6. Manik-manik di bawah konka inferior 4

3. Berdasarkan konsistensi
Berdasarkan konsistensinya nya benda asing dapat juga digolongkan
menjadi benda asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran,
dan benda asing yang keras seperti kancing baju, manik-manik, baterai
dan lain-lain.11
2.4 EPIDEMIOLOGI

Benda asing pada hidung lebih sering terjadi pada anak-anak yang
berusia 2-4 tahun karena anak yang berumur 2-4 tahun cenderung
memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat dijangkau ke dalam
lubang hidung, mulut, atau oleh teman bermain. Selain itu pada anak yang
berusia 1-3 tahun belum terjadi koordinasi menelan dan penutupan glottis
yang sempurna.3,4
Pada anak-anak juga sering ditemukan benda asing pada bagian
anterior kavum nasi hingga ke bawah konka inferior dan medial. Kavum
nasi kanan lebih sering terkena pada anak-anak, hal ini disebabkan oleh
karena bnyak anak yang lebih dominan memakai tangan kanan.7 Benda
asing yang lazim ditemukan pada anak adalah manik-manik, kancing, karet
penghapus, kelereng, kacang polong, kacang buncis, batu dan kacang
tanah.1

2.5 FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam


saluran napas, antara lain
a. Faktor Personal : Umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat
tinggal
b. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal: keadaan tidur, kesadaran
menurun, alkoholisme dan epilepsi
c. Faktor fisik: kelainan dan penyakit neurologi
d. Faktor kejiwaan, antara lain, emosi, gangguan psikis.
e. Ukuran dan bentuk benda asing
f. Faktor kecerobohan, antara lain; meletakkan benda asing di hidung,
persiapan makanan yang kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa,
makan sambil bermain, memberikan kacang atau permen pada anak-
anak.3
2.6 PATOGENESIS 4

Daerah hidung merupakan daerah yang mudah diakses karena


lokasinya yang berada di wajah. Memasukkan badan asing ke dalam cavum
nasi sering kali terjadi pada pasien anak yang kurang dari 5 tahun
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rasa penasaran untuk
mengekspolarsi orifisium atau lubang. Hal ini disebabkan pula oleh
mudahnya akses terhadap benda asing tersebut, kurang perhatian saat
pengasuhan anak. Hal–hal lain yang menjadi penyebab antara lain
kebosanan, untuk membuat lelucon, retardasi mental, gangguan jiwa,
dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). 6
Benda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga
hidung, sebagian besar ditemukan di dasar hidung, tepat di bawah konka
inferior atau di bagian atas fossa nasal anterior hingga ke bagian depan
konka media. Benda-benda kecil yang masuk ke bagian anterior rongga
hidung dapat dengan mudah dikeluarkan dari hidung. 10,11

Gambar 7. Lokasi tersering benda asing di hidung 12


Beberapa benda asing menetap di dalam rongga hidung
tanpa menimbulkan perubahan mukosa. Namun, kebanyakan objek yang
berupa benda mati menyebabkan kongesti dan edema pada mukosa
hidung, dapat terjadi ulserasi, epistaksis, jaringan granulasi, erosi, dan
dapat berlanjut menjadi sinusitis. Sekret yang tertinggal, dekomposisi
benda asing, dan ulserasi yang menyertai dapat menghasilkan fetor yang
16
berbau busuk.
Benda asing yang berupa benda hidup, menyebabkan reaksi
inflamasi dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi
masif tulang rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah
supurasi yang dalam dan berbau. Cacing askaris di hidung dapat
menimbulkan iritasi dengan derajat yang bervariasi karena
gerakannya. Perubahan-perubahan ini apabila lebih lanjut, maka akan
memengaruhi benda asing karena dikelilingi oleh udema, granulasi, dan
kotoran. 12
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat
higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta
menyebabkan iritasi pada mukosa. Kadang-kadang, reaksi inflamasi dapat
menghasilkan toksik. Benda asing anorganik, menimbulkan rekasi jaringan
yang lebih ringan dan lebih mudah didiagnosa dengan pemeriksaaan
radiologis karena umumnya benda asing anorganik bersifat
radiopak. 12
Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan apabila tertanam
dalam jaringan granulasi yang terpapar oleh kalsium, magnesium fosfat,
karbonat, dan kemudian akan menjadi rhinolith. Kadang-kadang, proses ini
dapat terjadi di sekitar area mukopus dan bekuan darah. Rhinolit biasanya
terletak dekat bagian basal hidung dan bersifat radiopak. Baterai cakram
dapat menyebabkan destruksi pada septum nasi karena tersusun atas
beberapa logam berat, seperti merkuri, zink, perak, nikel, cadmium, dan
lithium. 5
Beberapa faktor dikatakan berperan dalam timbulnya komplikasi
akibat baterai cakram ini antara lain interval waktu saat baterai masuk
hingga dikeluarkan dan kontak antara permukaan mukosa hidung dan
kutub negatif baterai (anode). Karena itu, perforasi septum (90 jam setelah
baterai masuk ke hidung) umumnya terjadi ketika adanya kontak antara
mukosa hidung dan kutub negatif baterai. 5
Etiologi kerusakan jaringan diyakini terdiri atas 3 bagian, yaitu (1)
perembesan substansi baterai dengan sifat korosif langsung yang
menyebabkan kerusakan, (2) efek langsung ke mukosa, (3) nekrosis oleh
tekanan. Dari hasil dari reaksi ini, dapat menyebabkan perforasi septum
(umumnya 7 jam setelah baterai masuk ke hidung), sinekia, konstriksi,
dan stenosis kavum nasi. 4

2.7 MANIFESTASI KLINIK

Gejala sering tidak ada sehingga luput dari perhatian orang tua dan
bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rhinolith disekitar benda
asing. Gejala yang paling sering adalah: 13
1. Hidung tersumbat
2. Rinore unilateral dengan cairan yang kental dan berbau
3. Nyeri
4. Demam
5. Epistaksis
6. Bersin
Benda asing seperti karet busa sangat cepat menimbulkan sekret yang
berbau busuk. Hal ini dikarena kan proses dari peradangan-peradangan yang
terjadi di sekeliling benda asing sehingga berakumulasinya jaringan epitel
yang mati, sel-sel leukosit dan mediator-mediator inflamasi. Tak jarang pula
akibat benda asing yang tidak segera dikeluarkan, akan menimbulkan
infeksi sekunder. 12,13
2.8 DIAGNOSIS

Benda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua
karena tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu lama. Gejala paling sering
muncul adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan
berbau. Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan setelah
dilakukan tindakan rinoskopi yaitu terlihat benda asing di kavum nasi.
Penggunaan nasoendoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi jika dengan
rinoskopi anterior sulit dinilai lokasi benda asing tersebut. 3,7
Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan, karena kasus aspirasi benda
asing sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Dalam satu
penelitian, presentasi pasien datang lebih dari 48 jam setelah memasukkan
benda asing di hidung menyumbang 14% dari semua kasus. Anamnesis
dengan pasien, orangtua, dan pegasuh haruslah menyeluruh agar jelas dalam
mengidentifikasi jenis benda asing dan memudahkan dalam penatalaksanaan
nantinya.7
Secara klinis yang paling umum adalah penyumbatan hidung
unilateral. Dokter harus memikirkan diagnosis benda asing pada semua
pasien dengan iritasi hidung, epistaksis, bersin, mendengkur, sinusitis,
stridor, mengi, atau demam. Kalan A et all melaporkan bahwa menemukan
benda asing sebagai etiologi pasien dengan klinis tidak biasa, seperti mudah
marah, halitosis (bau napas yang tidak menyenangkan), atau bromhidrosis
umum (malodor tubuh). Untuk menghindari komplikasi dan pengobatan
tertunda, dokter harus mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi untuk
diagnosis ini.8
Kecurigaan benda asing di dalam hidung dapat muncul apabila pasien
datang dengan usia anak-anak, hidung terasa tersumbat unilateral, sekret
unilateral kavum nasi yang kronik, nyeri di hidung tanpa penyebab yang
jelas, atau gejala yang menyertai seperti bersin-bersin, mendengkur, dan
bernapas melalui mulut. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat,
rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat
rasa nyeri, demam, epistaksis, dan bersin. Benda asing, seperti karet busa,
sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk.3,7
Pemeriksaan fisik merupakan hal terpenting untuk mendiagnosis serta
dibutuhkan kerjasama yang baik dengan pasien maupun orangtua pasien.
Pasien harus dalam keadaan imobilisasi agar memudahkan pemeriksaan,
oleh karena itu terkadang dibutuhkan obat-obat sedatif pada pasien
pediatrik. Kadang-kadang, bukti trauma lokal mungkin ada, dengan eritema,
edema, perdarahan, atau keduanya. Apabila benda asing sudah terlalu lama
di dalam rongga hidung, biasanya muncul temuan klinis lainnya seperti
adanya discharge hidung dan bau busuk. Pada pemeriksaan, tampak edema
dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi.3,7
.

Gambar 8. Cara fiksasi Anak pada saat pemeriksaan THT 4


Gambar 9. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan hidung 4

Hampir seluruh kasus benda asing pada hidung tidak memerlukan pemeriksaan
penunjang. Namun terdapat pengecualian pada kasus benda asing berjenis
metal yang memberikan gambaran radiolusen pada foto X-Ray.3 Jika fasilitas
memadai, maka diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan setelah
dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi.

Gambar 10. Rhinolith yang tampak pada pemeriksaan endoskopi 14

2.9 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan benda asing di hidung pada anak-anak cukup sulit karena


biasanya pasien anak-anak sulit untuk koopertif. Hal ini disebabkan oleh
ketakutan anak-anak yang berlebihan serta diperparah dengan ketakutan mereka
akibat nyeri yang ditimbulkan saat mengeluarkan benda asing di hidung
sebelumnya baik oleh orang tua maupun tenaga kesehatan.1
Kerjasama antara pasien dan pemeriksa sangat diperlukan untuk
mengeluarkan benda asing dari hidung. Pasien biasanya diperiksa dalam posisi
duduk. Pada anak-anak, sebaiknya dipangku dan dipegang erat oleh orang tuanya
sambil duduk di kursi pemeriksaan agar tenang sehingga dapat mencegah
kemungkinan terjadinya aspirasi.5,6
Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing di hidung,
seperti dengan memakai pengait (hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian
atas, menyusuri atap kavum nasi sencara menyentuh nasofaring. Setelah itu
pengait diturunkan sedikit dan ditarik kedepan. Dapat pula menggunakan forsep
aligator, cunam Nortman atau “wire loop”. Bila benda asing berbentuk bulat,
maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul.1 Berikut ini beberapa
teknik mengeluarkan benda asing di hidung. 9

c. Persiapan sebelum melakukan Teknik


Pengambilan benda asing di hidung dapat dicoba oleh dokter yang
berpengalaman jika mungkin dapat diekstraksi. Jika ada keraguan tentang bisa
tidaknya ekstraksi, harus dikonsultasikan ke spesialis telinga, hidung, dan
tenggorok. Pengeluaran benda asing yang dicoba berulang kali dapat
mengakibatkan meningkatnya trauma dan berpotensi memindahkan benda asing
ke lokasi yang tidak diharapkan. Pengeluaran secara mekanik dari benda asing
tidak harus dicoba jika benda tersebut tampaknya di luar jangkauan.7
Pengangkatan tidak boleh dilakukan tanpa sedasi pada pasien yang tidak
kooperatif. Idealnya, teknik nonmekanik seperti tekanan udara positif harus dicoba
pada pasien ini.7
Benda asing yang dicoba diangkat berkali-kali akan lebih berbahaya
karena dapat menyebabkan pengangkatan lebih sulit, dan benda asing dapat
menjadi lebih dalam. Oleh karena itu, perencanaan yang matang sangat penting
untuk memaksimalkan kemungkinan pengangkatan pada usaha pertama. Selain
itu, suplai pernapasan darurat haruslah tersedia untuk menanggulangi kebutuhan
oksigen jika setelah pengangkatan hasil benda asing terjadi aspirasi.7
Peralatan yang digunakan meliputi:7
1. Lampu kepala
2. Vasokonstriktor topical
3. Spekulum hidung
4. Bag-valve mask
5. Forseps alligator
6. Probe hooked
7. Balon kateter
8. Kuret
9. Peralatan suction
Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan, karena rasa sakit seringnya tidak
muncul pada pasien selama pengangkatan. 5 Namun, vasokonstriksi farmakologis
dari mukosa hidung dapat memfasilitasi pemeriksaan dan pengangkatan dari
benda asing di hidung. Anestesi dan vasokonstriksi mukosa dapat dicapai dengan
memberikan beberapa tetes lidokain 1% (tanpa epinefrin) dan 0,5%
phenylephrine ke lubang hidung yang terkena. Anestesi pada teknik mengeluarkan
benda asing pada hidung dapat dilakukan dengan anestesi semprot dengan pilihan
anestesinya yaitu lidokain.5 Untuk pasien yang khawatir, nebulasi dari 1-2 ml dari
1:1000 epinefrin telah berhasil digunakan untuk vasokonstriksi mukosa. Dari
laporan kasus epinefrin nebulasi direkomendasikan hanya jika benda asing di
hidung cukup besar, gerakan ke posterior hidung tidak mungkin, dan jika saluran
pernafasan aman.7
Jika kepala pasien tidak kooperatif tidak dapat distabilkan, pemberian
sedasi harus dilakukan sebelum pengangkatan mekanik. Shresta and Amatya
dalam penelitiannya melaporkan tingkat keberhasilan sangat tinggi (95%) dan
tingkat komplikasi yang rendah dengan penggunaan sedasi. Penelitian lain oleh
Murkejhee A et al berpendapat bawa pada pasien yang memiliki benda asing di
hidung dan tidak koperatif sebaiknya tidak di berikan obat-obatan sedatif, karena
dapat meningkatkan komplikasi dengan mengurangi reflex batuk dan muntah
pasien.1,7
Selain itu pada anak kecil yang memiliki benda asing pada hidung
sebaiknya posisi pasien harus dipegang oleh penjaga atau orangtuanya, dengan
kedua kaki pasien di jepit oleh kedua paha orangtua, sehingga pasien dapat
terfiksasi dan tenaga medis mudah untuk mengeluarkan benda asing tersebut.7
Beberapa teknik pengangkatan yang tersedia, dan pilihan metode
tergantung pada jenis benda asing di hidung, alat yang tersedia, dan kenyamanan
dokter dengan masing-masing metode. Untuk benda asing yang mudah dilihat,
kebanyakan dokter lebih memilih pengangkatan langsung. Jika benda asing sulit
terlihat atau bulat atau tidak berhasil diangkat dengan instrumentasi langsung,
pengeluaran dengan balon kateter adalah metode yang disukai. Untuk benda asing
yang besar, teknik tekanan positif yang umum digunakan.7
Semua upaya pengeluaran benda asing dapat menjadi komplikasi akibat
kerusakan mukosa dan perdarahan. Selain itu, semua usaha yang gagal dapat
mengakibatkan perpindahan benda asing ke posterior.7
Teknik yang dipilih untuk mengeluarkan benda asing di dalam hidung
selain berdasarkan jenis dari benda asing sendiri juga harus berdasarkan dengan
lokasi dan bentuk benda asing tersebut.10

d. Jenis-jenis Teknik Mengeluarkan Benda Asing di Hidung


1) Instrumentasi langsung
Teknik ini sangat ideal untuk benda asing yang mudah terlihat, tidak bulat,
benda asing tidak rapuh. Instrumen dijelaskan sebelumnya termasuk forsep
alligator. Benda asing rapuh dan bulat sangat sulit untuk dikeluarkan dengan
teknik ini; benda rapuh bisa robek, dan benda-benda bulat mungkin sulit dan
mudah pindah ke posterior.7
Gambar 11. Removal of foreign object using alligator forceps14

Gambar 12. Removal of a foreign object with a hooked probe 14

Probe hooked dapat digunakan untuk benda-benda yang mudah dilihat


tetapi sulit untuk dipahami. Hook ditempatkan di belakang benda asing tersebut
kemudian ditarik ke depan. Shresta and Amatya melaporkan menggunakan
endoskopi fleksibel untuk melihat benda asing di hidung kemudian
menggunakannya sebagai pengait untuk menarik benda asing. Teknik ini, disebut
sebagai "hook-scope", teknik ini berguna jika pasien kooperatif.7
Beberapa penulis telah menyarankan menggunakan kombinasi
instrumentasi langsung dan menyarankan kateter balon ditempatkan di belakang
benda asing untuk mencegah perpindahan posterior selama upaya pengeluaran.7

2) Kateter balon
Pendekatan ini sangat ideal untuk benda asing yang kecil, benda bulat
yang tidak mudah diambil dengan instrumentasi langsung. Kateter yang dapat
digunakan yaitu kateter Foley (misalnya, 5-8), kateter Forgaty (misalnya, No. 6),
atau Katz Extractor Oto-Rhino Foreign Body Remover (California) juga
merupakan pilihan.7
Terlepas dari berbagai macam jenis kateter, teknik yang digunakan adalah
sama. Pertama, balon diperiksa, dan kateter dilapisi dengan 2% lidokain jelly.
Kemudian pasien berbaring telentang dan kateter dimasukkan melewati benda
asing di dalam rongga hidung, lalu diberikan udara atau air ke dalam kateter (2ml
pada anak-anak kecil dan 3 ml pada anak-anak yang lebih besar). Setelah
dibalonkan, kateter ditarik keluar sehingga benda asing juga ikut tertarik.7 Teknik
dengan kateter juga dapat digunakan sebagai pencegahan agar benda asing di
bagian anterior tidak kearah posterior saat dilakukan teknik lainnya.8

Gambar 13. Pengunaan Forgarty Catheter 9


3) Tekanan positif

Gambar 13. Positive Pressure Tehnique for Nasal Foreign Body removal

Gambar 14. Parent Kiss for Positive Pressure Tehnique

Benda asing yang besar bisa dilakukan teknik tekanan positif. Teknik ini
dapat dilakukan oleh penderita sendiri dengan menutup hidung yang normal dan
menghembuskan nafas dari hidung secara keras, selain itu pada anak yang
mengalami benda asing di hidung, dapat ditiup mulut anak tersebut oleh
orangtuanya kissing technique atau masker bag-valve.2,3,4 Ketika topeng bag-valve
digunakan, manuver Sellick dapat dianggap untuk mencegah esophageal insuflasi
udara. Teknik ini banyak dilakukan pada anak dan dapat menyebabkan
komplikasi seperti barotrauma di telinga dan emfisema periorbital. Tekanan
positif juga memiliki risiko yang menyebabkan barotrauma ke saluran napas,
paru-paru, atau membran timpani, dan dokter harus menghindari penggunaan
volume besar udara paksa. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, komplikasi
yang terakhir belum dilaporkan.2,11

4) Tekanan Negatif (Suction)

Gambar 15. Ilustration of suction nasal


Gambar 16. Remove foreign body nasal using Vacutract suction device

Teknik ini sangat ideal untuk benda aisng yang terlihat, halus atau bulat dimana
benda sulit diambil dengan pinset atau forcep alligator. Suction yang diberikan
pada pasien biasanya yang bertekanan 100-140 mmHg.11

5) Lem atau Perekat


Metode ini sangat efektif terhadap benda asing yang licin, bulat, dan sulit
diambil dengan pinset atau forcep alligator. Benda asing yang akan diambil
haruslah yang kering dan terlihat sehingga risiko kontak dengan mukosa sekitar
benda asing dihidung minimal.11
Lem atau perekat dalam hal ini cyanoacrylate yang digunakan di oleskan
tipis ditempatkan di ujung aplikator kayu atau plastik, yang kemudian menempel
benda asing selama 60 detik. Tanpa kerja sama penuh dari pasien, mukosa hidung
dapat dengan mudah terluka oleh lem tempatnya.8
Gambar 16. Cyanoacrilate glue

Gambar 17. Cyanoacrilate glue for removing body foreign


6) Instrumen yang dibuat sendiri
Instrumen yang dibuat sendiri dapat berasal dari paper clip. Teknik ini
dapat dilakukan apabila tidak dapat dilakukannya teknik lainnya karena
komplikasi pada teknik ini dapat menyebabkan trauma yang berat dan infeksi.8
7) Teknik dengan menggunakan instrumen pembedahan
Teknik mengeluarkan benda asing dengan instrument pembedahan
biasanya apabila riwayat masuknya benda asing diikuti dengan adanya epistaksis.
Pemilihan alat atau instrument tergantung dari jenis benda asing tersebut. Forcep
alligator dapat digunakan terhadap benda asing dihidung yang ireguler dan
memiliki sudut yang dapat ditarik keluar, sedangkan hook, curretes, dan loop
dapat digunakan terhadap benda yang licin atau sulit di tarik keluar. Secara umum,
benda asing di hidung bisa dikeluarkan secara aman oleh dokter umum. Namun,
jika sulit dan gagal harus segera konsultasi ke spesialis THT. Rujukan ke dokter
spesialis harus dilakukan ketika ada kekhawatiran diagnosis ke arah tumor atau
massa.7,8

Gambar 18. Mengeluarkan benda asing dengan forsep aligator 13

Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah


nasofaring dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda
asing dapat terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah, yang
menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan keadan yang gawat.1
Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus
benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.1

Tabel 2.1. Keuntungan dan kerugian dari teknik mengeluarkan benda asing 4

Teknik Keuntungan Kerugian


Tekanan positif Tidak menyebabkan trauma Risiko untuk terjadi
barotraumas
Tekanan negatif Baik utuk benda asing yang bulat dan Harus benda yang padat, tidak
berukuran keci di daerah anterior cavum bisa digunakan pada benda
nasi. Mudah dilakukan. asing dibagian posterior
Menggunakan Tidak menyebabkan trauma Benda asing harus terlihat
perekat Mudah dilakukan
Teknik Baik digunakan pada benda asing di bagian Ada kemungkinan trauma,
menggunakan posterior diperlukan teknik anestesi
kateter
Instrumen - Benda asing dapat pindah ke
pembedahan daerah posterior dan trauma.
Instrumen yang Instrumen dapat dibuat disesuaikan dengan Trauma, benda asing dapat
di buat bentuk benda asing pindah ke daerah posterior

e. Penatalaksanaan benda asing hidung yang tidak hidup


1) Pengeluaran atau ekstraksi benda yang berbentuk bulat merupakan hal
yang sulit karena tidak mudah untuk mencengkram benda asing
tersebut. Serumen hook yang sedikit dibengkokkan merupakan alat
yang paling tepat untuk digunakan. Pertama-tama, pengait menyusuri
hingga bagian atap cavum nasi hingga belakang benda asing hingga
terletak di belakangnya, kemudian pengait diputar ke samping dan
diturunkan sedikit, lalu ke depan. Dengan cara ini benda asing itu
akan ikut terbawa keluar. Selain itu, dapat pula digunakan suction.
Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah
nasofaring dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan
cara itu, benda asing dapat terus masuk ke laring dan saluran napas
bagian bawah yang menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan
keadaan yang gawat. Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari
hanya diberikan pada kasus benda asing hidung yang telah
menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.
2) Suction (teknik tekanan negatif) biasanya digunakan apabila ekstraksi
dengan forsep atau hook tidak berhasil dan juga digunakan pada
benda asing berbentuk bulat. Suction dapat dengan mudah ditemukan
pada bagian emergensi dan kemudian diatur pada tekanan 100 dan
140 mmHg sebelum digunakan.
3) Benda asing mati yang bersifat non-organik pada hidung lainnya
seperti spons dan potongan kertas dapat diekstraksi dengan
menggunakan forsep.
4) Benda asing mati lain yang bersifat organik seperti kacang-kacangan
dapat diekstraksi dengan menggunakan pengait tumpul.
5) Apabila tidak terdapat peralatan atau instrument, dapat digunakan cara:
pasien dapat mengeluarkan benda asing hidung tersebut dengan cara
menghembuskan napas kuat-kuat melalui hidung sementara lubang
hidung yang satunya di tutup. Jika cara ini tidak berhasil atau benda
asing pada hidung tersebut terdapat pada pasien pediatrik yang tidak
kooperatif, maka dapat digunakan ventilasi tekanan positif melalui
mulut. Pada teknik ini, orang tua penderita melekatkan mulutnya ke
mulut anaknya, lalu menutup lubang hidung yang tidak terdapat benda
asing dengan jari, lalu meniupkan udara secara lembut dan cepat
melalui mulut. Walaupun secara reflex epiglottis anak akan tertutup
untuk melindungi paru-paru dari tekanan, penting diperhatikan bahwa
tidak boleh diberikan hembusan bertekanan tinggi dan volume yang
banyak.
f. Penatalaksanaan benda asing hidung yang hidup
1) Teknik berbeda diterapkan pada benda asing hidup. Pada kasus
benda asing hidup berupa cacing, larva, dan lintah, penggunaan
kloroform 25% yang dimasukkan ke dalam hidung dapat membunuh
benda asing hidup tersebut. Hal ini mungkin harus kembali dilakukan 2-
3 perminggu selama 6 minggu hingga semua benda asing hidup mati.
Setiap tindakan yang selesai dilakukan, ekstraksi dapat dilanjutkan
dengan suction, irigasi, dan kuretase. 8,
2) Pada pasien myasis dengan angka komplikasi dan morbiditas yang
tinggi, dilakukan operasi debridement dan diberikan antibiotik parenteral,
serta Ivermectin (antiparasit) dapat dipertimbangkan.
Setelah proses ekstraksi selesai dilakukan, pemeriksaan yang teliti harus
dilakukan untuk mengeksklusi kehadiran benda asing lainnya. Orang tua
juga harus diberikan edukasi untuk menjauhkan paparan benda asing
hidung potensial lainnya dari anak-anaknya. 8

2.10 DIAGNOSA BANDING

Diagnosa banding dari corpus alienum adalah :


1. Rinolit

Rinolit juga dianggap sebagai suatu benda asing tipe khusus yang biasanya
diamati pada orang dewasa. Garam-garam tak larut dalam sekret hidung
membentuk suatu masa berkapur sebesar benda asing yang tertahan lama atau
bekuan darah. Sekret sinus kronik dapat mengawali terbentuknya masa seperti itu
di dalam hidung.
2. Sinusitis
Sinusitis adalah peradangan, atau pembengkakan, dari jaringan yang
melapisi sinus. Biasanya, sinus diisi dengan udara, tetapi ketika sinus tersumbat
dan penuh dengan cairan, kuman (bakteri, virus, dan jamur) dapat tumbuh dan
menyebabkan infeksi. Kondisi yang dapat menyebabkan penyumbatan sinus
termasuk pilek, alergi rhinitis (pembengkakan selaput hidung), polip hidung
(pertumbuhan kecil di lapisan hidung), atau septum menyimpang (pergeseran
dalam rongga hidung).
Manifestasi Klinis :
a) Gejala Utama :
1. Nyeri wajah/tekanan
2. Hidung tersumbat
3. Batuk
4. Menurunnya penciuman
b) Gejala Tambahan
1. Demam
2. Bau mulut
3. Kelelahan
4. Sakit gigi

3. Polip
Polip hidung adalah lesi abnormal yang berasal dari bagian manapun dari
mukosa hidung atau sinus paranasal. Polip merupakan hasil akhir dari berbagai
proses penyakit pada rongga hidung. Polip yang paling sering dibahas adalah lesi
jinak semitransparan hidung yang timbul dari mukosa rongga hidung atau dari
satu atau lebih sinus paranasal, sering pada saluran keluar sinus.
Manifestasi Klinis :
a. Mudah merasakan sakit kepala
b. Hidung tersumbat yang menetap dan selalu terasa akan adanya
lendir pada sinus hidung
c. Sering mengeluarkan lender dari hidung seperti gejala influenza
d. Daya penciuman menurun
e. Rongga hidung sering terasa gatal dan sering bersin
f. Mata berair sebab alergi
4. Neoplasma maligna
Gejala yang menyolok adalah nasal obstruction yang bersifat unilateral dan
nasal bleeding. Kadang-kadang ulserasi awal dan nasal bleeding terlihat lebih dulu
sebelum nasal obstruction, terutama pada tumor kavum nasi yang anaplastik.
Diagnosis ditegakkan dengan biopsi yang diambil dari bagian yang tidak nekrotis.
Perlu diagnosis sedini mungkin, maka bila ada kecurigaan kearah malignansi,
biopsi perlu segera dilakukan.

2.11 KOMPLIKASI

Perdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, meskipun


hal ini hanya bersifat minimal dan hilang dengan tampon sederhana. Selain itu
benda asing pada hidung juga dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi
hingga menyebabkan hidung mengeluarkan sekret yang muko purulen dan
mengalami obstruksi. Benda asing juga dapat menyebabkan infeksi pada mukosa
hidung. Tidak jarang pasien datang dengan sudah adanya perforasi septum.13
Pada pasien dengan benda asing yang tidak dikeluarkan, akan
mencetuskan terjadinya rhinolithh. Rhinolithh terjadi karena adanya benda asing
yang telah lama tinggal dalam hidung (misalnya sejak kecil), kemudian
terbungkus oleh endapan garam-garam kalsium atau magnesium sebagai ikatan
fosfat atau karbonat yang berasal dari lacrima. Kalsifikasi benda asing di hidung
dulunya dikenal dengan rhinolith palsu (false rhinoliths) atau rhinolith benar (true
rhinoliths). Saat ini, istilah-istilah ini telah digantikan oleh eksogen dan endogen,
tergantung apakah ada atau tidak ada inti. Rhinolith dapat terbentuk dari bahan di
luar tubuh manusia yang masuk ke dalam hidung dan yang tersisa di dalam rongga
hidung seperti batu berbentuk cherry, batu, nasal swab yang tertinggal, atau benda
semacam ini yang disebut eksogen. Rhinolith endogen adalah bahan-bahan yang
dikembangkan yang berasal di sekitar tubuh sendiri misalnya, gigi ektopik di sinus
maksilaris, disekap tulang, bekuan darah yang mengering di rongga hidung, dan
lendir mengeras. Sekitar 20% dari rhinolith berasal dari materi endogen. 14,15
2.12 PROGNOSIS
Jika dilakukan tindakan dengan segera maka pada umumnya prognosis dari
corpus alienum cavum nasal ini adalah baik, dan mencegah adanya infeksi
sekunder. 16
BAB III

KESIMPULAN

1. Corpus alineum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar
atau dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh.
2. Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen
(dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda asing
eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas.
3. Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama
1-4 tahun, anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang
berlubang termasuk hidung.
4. Penatalaksanaannya yaitu dengan cara ekstraksi, suction ataupun
dengan pembedahan.
5. Komplikasi dapat muncul antara lain abrasi, perdarahan, infeksi pada
struktur sekitar, aspirasi, dan perforasi, serta pembentukan dan
perkembangan rhinolit
DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjipto D, Mangunkusumo E, Wardani RS. Hidung. Dalam Buku Ajar


Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok. 6th ed. FKUI. Jakarta:2007.
118-122
2. Pasha. R, Mark. CS. Otolaryngology Head and Neck Surgery. Rhinology
and Paranasal Sinuses. Thompson Learning. 1-22
3. Effendi H, Santoso. Embriologi Anatomi dan Fisiologi hidung, Boies L,
Higler P.Boies Buku Ajar Penyakit THT. EGC.jakarta.1994, H : 27-38,
46-53.
4. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Nafas. Dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok.6th ed. FKUI.Jakarta:2007. 259-
265.
5. Okhakhu A.L, Okolugbo N.E, Onyeagwara N.C. Disk battery in the
nasal cavity : Case series. In : International Journal of Modern and
Alternative Medicine Research. 2013;1:5-8
6. A., Peter Higler. Penyakit Hidung. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi
ke-6. Jakarta: EGC. 1997. Hal. 238-239.
7. Shrestha I, Shrestha BL, Amatya RCM. Analysis of Ear, Nose and
Throat Foreign Bodies in Dhulikhel Hospital. In : Kathmandu University
Medical Journal. 2012;11:4-8
8. Kalan A, Tariq M. Foreign Bodies in The Nasal Cavities: a
comprehensive review of the aetiology, diagnostic poiters, and therapeutic
measures. Postgrad Med. 2000.
9. Davies PH, Benge JR. Foreign Body. The Nose and Ear: A Review
Techniques for Removal in the Emergency Department. J Accid Emerg
Med; 17. 2000. Pg. 91-94.
10. Fischer JI. 2013. Nasal Foreign Body,
http//emedicine.medscape.com/article/763767-overview. Diakses 12 Mei
2017, 15:00
11. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body. The Ear, Nose, and Throat.
Virginia. Am Fam Physician. 2007.76: Pg. 1185-9.
12. Gregori,Dario, Lorenzo Salerni, Cecilia Scarinzi. Foreign Body in the nose
causing complications and requiring hospitalization in children 0-14 age.
University of Torino. ENT Department.2008 vol 46: 28-33.
13. R.R.Figueired, A. A. Azevedo, A. O.Ávila Kós, Shiro T. Nasal
foreign bodies: description of types and complications in 420 cases. In :
Rev Bras Otorrinolaringol. 2006;72(1):18-23
14. Patil, Karthikeya, Mahima V Guledgud, Malleshi Suchettha N. Rhinoliths.
Available from : http://www.ijdr.in/article.asp?issn=0970-
9290;year=2009;volume=20;issue=1;spage=114;epage=116;aulast=Patil.
Accessed: 12/05/2017
15. Detlef B, Randolf R. The Rhinolith—A Possible Differential Diagnosis of
a Unilateral Nasal Obstruction. Hindawi Publishing Coorporation. 2010
16. Utama, Hendra.Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan leher. Edisi 7.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai