Anda di halaman 1dari 12

JURNAL TEKNOLOGI INDUSTRI, 1999, VOL. III, NO 1, Hal.

13-24
ISSN 1410-5004

ERGONOMI KONKUREN: SUATU PENDEKATAN BAGI


PERBAIKAN KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS
SEBAGAI STRATEGI BERSAING UNTUK PASAR GLOBAL

Bernadus Kristyanto

ABSTRACT
This paper describes the importance of ergonomics or human factors
approach to the design of product development in its early design stages.
These approaches will effect the quality and productivity that should be
improved as the company needs to compete in the global market. The
approach offers a substantial improvement if accompanied by an
appropriate human resource effort. There is a good management that if
human factors are respected and are the most important dimensions in
quality and productivity improvement. The issues in this paper will focus
on the basics of ergonomics problems related to the process design that
those are as internal customer attributes that should be considered by
designer at its design phase. Analysis stressing will be in the process
design of manufacturing as a main core of work activities to produce
products with respect to human capabilities to perform their jobs under
consideration for the manufacturing technology choices in terms of fast
growing manufacturing. By putting ergonomics concepts into early design
as well as Quality Function Deployment (QFD) in concurrent engineering,
means most are satisfied both internal and external customers and it is the
company’s strategy to compete in the global market.

1. PENDAHULUAN
Saat ini, kompetisi global mempunyai dampak positif terhadap pendeknya siklus
kehidupan produk, sehingga banyak perusahaan manufaktur yang sedang tumbuh cenderung
mempertimbangkan terhadap semua aspek siklus kehidupan produk sejak permulaan dari
seluruh proses yang ada. Produk menjadi lebih komplek karena cepatnya pengembangan
dalam teknoogi dan naiknya permintaan bagi biaya yang rendah, bervariasi, dan berkualitas.
Filosofi yang mempertimbangkan terhadap semua aspek dari siklus hidup produk
sejak dari permulaan seluruh proses disebut teknik konkuren, teknik simultan, atau nama-
nama sejenisnya dimana mempertimbangkan kondisi faktor-faktor seperti kualitas,
kemampuan manufaktur, asembli, disasembli, perawatan, dan lain-sebagainya sejak pertama
dan menggunakan tim yang multi disiplin. Kecenderungan ini telah menjadi bagian yang
meluas bagi industri-industri untuk dikembangkan. (Resnick,1996)
Ergonomi konkuren didefinisikan sebagai teknik konkuren yang melibatkan
permasalahan-permasalahan ergonomi untuk menaikan fleksibilitas dari proses kerja dan
memperhitungkan adanya tegangan-tegangan sistem musculoskeletal (otot) yang diijinkan
dan produktivitas yang dioptimumkan. Jika pekerjaan dirancang untuk meminimumkan
resiko kecelakaan dari saat permulaan maka biaya adanya pengulangan rancangan dapat
dihindarkan atau dihilangkan. (Resnick,1996)
Dalam teknik konkuren ada suatu penjabaran fungsi kualitas (quality function
deployment atau QFD) yaitu suatu metoda khusus untuk meyakinkan kualitas melalui
masing-masing tingkatan dari proses pengembangan produk, dimulai dari rancangan.
Bernadus Kristyanto 14

Metoda ini digunakan untuk pengembangan suatu kualitas rancangan dengan tujuan bagi
pemuasan konsumen dan kemudian menterjemahkan keinginan-keinginan konsumen kedalam
target rancangan dan menjamin poin-poin kualitas yang penting kedalam tingkat-tingkatan
produksi. Secara sederhananya, QFD adalah suatu sistem atau metoda yang mengintegrasikan
kebutuhan-kebutuhan konsumen kedalam rancangan produk (konsumen sebagai pengendali).
Dalam konteks rancangan produk dan proses ada pengertian pemuasan terhadap dua
konsumen atau pelanggan yaitu : dalam (internal) dan luar (external). Konsumen dalam
(internal customer) adalah suatu perorangan bersama dalam suatu organisasi untuk mana
suatu pelayanan di berikan. Sedang konsumen luar (external customer) adalah suatu
perorangan diluar suatu organisasi untuk mana pelayanan diberikan. Pemuasan konsumen
‘dalam’ mengartikan bagi pemuasan pekerjaan dan pemuasan konsumen ‘luar’ mengartikan
bagi pemuasan pengguna dari produk yang dihasilkan. Metoda QFD adalah berorientasi
umum kepada konsumen luar. Oleh karena itu masih diperlukan adanya beberapa pendekatan
sistem teknik konkuren untuk menganalisa kebutuhan pemuasan dari konsumen dalam yang
dalam hal ini tidak lain adalah kebutuhan kondisi kerja yang diperlukan oleh pekerja sesuai
dengan kemampuannya.

2. ERGONOMI, KUALITAS DAN PERBAIKAN PRODUKTIVITAS


Nordic Ergonomics Society mendefinisikan ergonomi sebagai ilmu interdisipliner
yang aplikasinya mempertimbangkan integrasi pengetahuan dari kebutuhan manusia dan
keperluannya dalam interaksi antara manusia-teknologi-dan lingkungan dan komponen
rancangannya secara teknik dan sistem kerja.
Pulat (1992) menulis bahwa ada 3 obyektivitas dari ergonomi sebagai indikasinya,
seperti pada gambar di bawah yaitu sebagai fokus sentral, sebagai obyektif, dan sebagai
pendekatan sentral. Sebagai fokus sentral berarti mempertimbangkan manusianya dalam
mendisain obyek, mesin-mesin, dan lingkungan untuk mencapai keselamatan dan kesehatan.
Sebagai obyektif berarti untuk menaikan efektivitas dari apa yang dihasilkan sistem manusia-
mesin dengan tujuan mempertahankan kesesuaian dan kenyamanannya. Sedang sebagai
pendekatan sentral berarti aplikasi yang sistematik dari data yang tersedia pada sifat-sifat
manusia (keterbatasan kemampuan) terhadap disain dari beberapa sistem atau prosedur untuk
mencapai efisiensi.

Gambar 1: Tiga obyektivitas ergonomi (Pulat,1992)


Ergonomi Konkuren : Suatu Pendekatan bagi Perbaikan Kualitas 15
dan Produktivitas sebagai Strategi Bersaing untuk Pasar Global
Eklund (1997) menulis bahwa disain kerja yang tidak baik mengakibatkan beban
kerja tinggi, ketidak nyamanan pada operator, dan turunnya kualitas dalam produksi.
Eklund menggambarkan hubungan permasalahan antara ergonomi, kualitas dan produktivitas
seperti pada gambar dibawah ini. Daerah perpotongan antara ketiga bagian tersebut adalah
sebagai daerah prioritas permasalahan yang dapat didekati dan diperbaiki secara bersamaan
(simultaneous).

Quality
Ergonomi
Prioritas daerah sasaran

Productivity

Gambar 2: Model area perbaikan yang di prioritaskan (Eklund,1997)

2.1. Hubungan Antara Ergonomi dan Kualitas


American Society untuk kontrol kualitas mendefinisikan kualitas sebagai totalitas
gambaran dan sifat-sifat dari produk atau jasa (service) yang membawa pada suatu
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan dari pelanggan atau pengguna dari produk
/jasa. Jadi kualitas dari suatu produk atau jasa di definisikan dan dievaluasi oleh
pelanggan (user/customer). Menurut Drury (1996) sifat-sifat ini menekankan pada
pengertian implementasinya yang masih membedakan pada suatu gambaran manajemen
kualitas dari banyak penerapan-penerapan ergonomi. Sementara beberapa disiplin ilmu
seperti ergonomi dan penelitian operasional menekankan pada analisis dan disain, dan
seringkali mengabaikan implementasi proses.
Eklund (1997) menyatakan bahwa kualitas adalah masalah keinginan bukan hanya
untuk memuaskan tetapi juga untuk melampaui harapan-harapan dari pelanggan. Orang-
orang yang bekerja didalam industri atau dalam proses pembuatan produk tentunya
menjadi pelanggan dalam (internal customer) dan akhirnya pengguna dari produk adalah
menjadi pelanggan luar (external customer). Umumnya, semua pelanggan mempunyai
harapan-harapan dan kebutuhannya sesuai dengan interaksi mereka terhadap produk,
dimana tentunya ergonomi juga termasuk aspek pada produk. Kebutuhan-kebutuhan dan
harapan ini memenuhi definisi keduanya yaitu ergonomi dan kualitas.
Ada beberapa studi yang mengidentifikasi suatu hubungan antara permasalahan
ergonomi dalam tugas kerja dan turunnya kualitas , yaitu bahwa sekitar 30% dari
turunnya kualitas yang terjadi berhubungan langsung terhadap permasalahan ergonomi.
(Eklund,1995, Hellberg,1995, Sandstrom & Swensson,1996) (Eklund,1997).
Keselamatan dan perlindungan terhadap kecelakaan telah lama menjadi suatu
prioritas tertinggi dalam ergonomi, termasuk pertimbangan resiko kesalahan yang terjadi
dalam sistem dari manusia, teknologi, dan organisasi. Meskipun demikian kesalahan
manusia adalah penyebab utama dari permasalahan keselamatan juga turunnya kualitas
dalam proses manufakfur dan kualitas produk. Gambar 3 menunjukan hubungan yang
teridentifikasi dengan kualitas produk dalam manufaktur. Lingkungan dan kondisi fisik
yang menyebabkan ketidaknyamanan untuk manusia tampak akan berakibat kepada
kesalahan kualitas dan turunnya efisiensi.
Bernadus Kristyanto 16

Pendeknya waktu siklus dalam lintasan asembli dan tingginya variasi proses,
menyebabkan tingginya resiko dari tidak cukupnya waktu untuk menyelesaikan
pekerjaan secara benar, dan juga penyebab turunnya kualitas yang ada.

Gambar 3: Hubungan yang teridentifikasi dengan kualitas produk dalam manufaktur

(Eklund,1997)

2.2. Hubungan Ergonomi Dengan Kualitas dan Produktivitas


Produktivitas adalah rasio dari keluaran (output) barang atau jasa yang dihasilkan
dibagi oleh masukan (input) yang digunakan untuk menghasilkannya. Rasio ini dapat
dinaikan dengan menaikan output, mengurangi input, atau keduanya.
Ross (1995) mencatat bahwa ada beberapa justifikasi yang percaya bahwa dengan
naiknya kualitas berarti turunnya produktivitas. Hal ini memungkinkan atau beralasan
karena suatu program untuk perbaikan kualitas menyebabkan gangguan dan penundaan
yang berakibat pada pengurangan output. Tetapi secara umum adalah tidak benar
mengingat kepentingannya untuk jangka panjang (setelah melewati waktu panjang).
Alasan hubungan yang positif juga dibuat oleh Deming dan Feigenbaum. Deming
menyimpulkan bahwa perbaikan kualitas memindahkan pemborosan waktu kerja
manusia dan mesin kedalam proses manufaktur barang dan jasa yang lebih baik.
Feigenbaum menyatakan bahwa sesuatu permasalahan yang tersembunyi dan ketidak
produktifan pabrik kepada kerja ulang dan perbaikan cacat barang dan pengemballian
barang (produk), dan jika kualitas diperbaiki semua permasalahan yang tersembunyi ini
akan menjadikan naiknya produktivitas. Suatu alasan yang mengarah pada persoalan
adalah jika ada perbaikan kualitas berarti mengurangi terjadinya cacat produk adalah
definisi dari suatu perbaikan produktivitas. Memang biaya dari perbaikan kualitas
kadang melebihi dari yang disimpan bagi menaikan produktivitas.
Ergonomi Konkuren : Suatu Pendekatan bagi Perbaikan Kualitas 17
dan Produktivitas sebagai Strategi Bersaing untuk Pasar Global
Helander (1997) mengungkapkan bahwa adalah sangat sulit untuk melakukan secara
bersamaan (simultan) suatu perbaikan bagi permasalahan keselamatan dan prouktivitas
sama seperti kualitas dan produktivitas. Semakin besar kecepatan (mesin produksi)
berarti kurangnya waktu yang tersedia bagi operator untuk bereaksi. Kecilnya waktu
operator bereaksi akan berakibat pada keselamatan, tetapi akan menaikan produktivitas.
Kemudian operator mempunyai pilihan antara menaikan kecepatan atau menaikan
ketepatan (Produktivitas atau kualitas). Oleh karena itu suatu pengurangan kesalahan
operator akan membawa kepada perbaikan keselamatan sama seperti perbaikan kualitas
produksi. Perlu ditekankan bahwa kualitas produksi mungkin lebih dipilih dan lebih
efektif dari pada pendekatan tradisional dalam industri yang menekankan pada kuantitas
produksi.

Gambar 4: Hubungan ergonomi dengan kualitas dan produktivitas pada rancangan produk
(Eklund,1997)

3. ERGONOMI KONKUREN SEBAGAI SUATU PENDEKATAN SISTEM


Marc L.Resnick (1997) mengajukan proses teknik konkuren dengan ergonomi
termasuk didalamnya.

Gambar 5: Proses teknik konkuren dengan ergonomik didalamnya (Resnick,1997)


Bernadus Kristyanto 18

Beberapa alat (tools) dari teknik ergonomi seperti tersebut diatas adalah:
1. Survei ketidaknyamanan
2. Evaluasi kuantitatif pekerjaan
3. Metoda evaluasi postur, dan lain sebagainya

Alat-alat ini untuk mengidentifikasi pekerjaan yang bisa menimbulkan kecelakaan


sebelum proses kecelakaan terjadi pada macam-macam fase proses kecelakaan. Banyak alat
yang ada, dengan derajat kemampuan memperkirakan yang bervariasi. Fungsi dari masing-
masing alat ini adalah mengidentifikasi dan mendisain ulang masalah pekerjaan sebelum
biaya tinggi dari kecelakaan ditimbulkan.
Sebagai suatu anggota tim , tim analis ergonomik seharusnya dilibatkan dalam suatu
tim teknik konkuren sebagai satu dari tim alih fungsional organisasi. Tim ahli ergonomik
akan menolong tim teknik konkuren untuk menganalisis permasalahan ergonomi dalam setiap
fase dari area sejak proses rancangan produk dikembangkan pada fase rancangan.
Kebanyakan kontribusi analisis ergonomik akan dilakukan dalam rancangan proses
manufaktur sama seperti pertimbangan masalah lingkungan dan proses kebersihan yang telah
ada sebelumntya dalam sistem produk konkuren dan pengembangan rancangan proses atau
teknik konkuren.

3.1. Ergonomi Sebagai Suatu Rancangan Sistem Kerja Dalam Proses Manufaktur
Helander (1995) menulis bahwa selama tahun 1980-an, insinyur-insinyur manufaktur
bersemangat mengejar kesempatan kepada sistem otomatik, dan kadang hasilnya adalah
sangat mengecewakan. Juga pada saat permulaan tahun 1980-an ada kenaikan minat
dalam penggunaan robot-robot untuk asembli. Dalam permintaan menaikan utilitasi
robot-robot, asembli telah menyederhanakannya dan ini menjadi penting untuk
merancang ulang produk sehingga mereka mudah untuk dirakit secara otomasi. Tipe
rancangan produk ini ditujukan pada rancangan untuk otomasi atau rancangan bagi
mampu manufaktur (Design for Manufacturability / DFM). Dalam banyak kasus alasan
yang mengejutkan adalah bahwa tenaga manual, dengan fleksibilitas yang tinggi dan
kemampuan adaptasinya dapat mampu membentuk atau menggantikan sistem otomasi
ini. Helander memberikan suatu contoh kasus dari perusahaan IBM yang membuat
mesin-mesin fotocopy di pabriknya di Boca Raton Florida. IBM telah mengembangkan
produk dengan merancang ulang melalui pengurangan jumlah komponen (parts) dari 27
ke 14, dimana 13 darinya dapat dirakit oleh robot-robot dan otomasi. Ke empat belas
komponen tersebut mensyaratkan suatu gerakan memasukkan yang komplek dan harus
diletakkan dalam tempatnya menggunakan tenaga manual. Hasil yang mengagetkan
dari rancangan ulang tersebut adalah bahwa perakitan manual dari mekanisme menjadi
begitu sederhana dan bahwa biaya dari penggunaan robot-robot tidak perlu dipikirkan
lagi. Dengan demikian produk tetap masih menggunakan sistem perakitan manual. Oleh
karena itu adalah penting untuk merancang produk yang mempunyai penyederhanaan
rancangan untuk perakitan otomasi dan perakitan manual.
Baru beberapa tahun lewat, kecenderungan pertumbuhan manufaktur
mempertimbangkan manufaktur yang fleksibel karena perubahan pasar. Termasuk
keahlian ergonomi dalam proses teknik konkuren juga akan menaikan secara menonjol
masalah fleksibilitas rancangan kerja dan memperhitungkan masalah tegangan sistem
musculoskeletal dan produktivitas yang optimum. Jika kerja dirancang untuk
meminimumkan resiko dari pertama, pengeluaran bagi suatu rancangan ulang tidak
diperlukan lagi. Filosofi yang sama terjadi bagi rancangan untuk perakitan (Design for
Assembly / DFA), rancangan untuk pelepasan (Design for Disassembly / DFD), dan
rancangan untuk mampu perawatan (Design for Maintainability) yang membawa
persoalan-persoalan kemampuan manufaktur secara keatas (Upstream) kepada fase
rancangan produk, penghilangan biaya rancangan ulang ketika komponen produk dan
kemampuan proses manufaktur tidak sesuai. Filosofi dari program-program ini adalah
untuk menyelesaikan produk adalah mudah untuk dirakit, dilepas, dibuang dan lain
Ergonomi Konkuren : Suatu Pendekatan bagi Perbaikan Kualitas 19
dan Produktivitas sebagai Strategi Bersaing untuk Pasar Global
sebagainya dengan pengevaluasian komponen-komponen pada fase rancangan. Dengan
mempertimbangkan ergonomik ketika merancang stasiun kerja dalam tempatnya yang
pertama, secara sama efisiensi akan segera terhasilkan. Biaya total keseluruhan dari
pengoperasian fasilitas adalah berkurang selanjutnya ketika kebutuhan kerja
mempertahankan kemampuan pekerjanya. Secara keseluruhan pengaruh dari ergonomik
konkuren dapat diarahkan pada garis dasarnya.

4. ANALISIS PERMASALAHAN ERGONOMI DALAM PROSES MANUFAKTUR


Maksud dari analisis ini adalah untuk mencari hubungan antara faktor-faktor proses
dan faktor-faktor permasalahan ergonomik dalam industri pada fase awal dari rancangan
proses, sehingga kualitas dan produktivitas dalam proses manufaktur dapat dioptimalkan.
Analisa ini didasarkan pada kemampuan manusia untuk membentuk kerja mereka dengan
melihat kepada pilihan teknologi manufaktur sebagai faktor proses manufaktur dan
permasalahan ergonomik yang umum digunakan sebagai pendekatan dasar pada
permasalahan ergonomik dalam industri sebagai faktor permasalahan ergonomik
Pilihan teknologi manufaktur diatas seperti: kompleksitas, presisi, ukuran lot atau
batch, diversitas model, dan ukuran fisik atau massa dan dimensi linier dari produk telah
dikembangkan oleh Gupta (1984) sebagai 5 kunci variabel produk merupakan faktor yang
menentukan untuk rancangan proses dari pengembangan produk.
Permasalahan ergonomik seperti: anthropometri, kognitif, sistem musculoskeletal,
kardiovascular, dan psikomotorik adalah pendekatan dasar permasalahan dari ergonomik
dalam industri diajukan oleh Pullat (1992).

4.1. Faktor-Faktor Permasalahan Ergonomik Dalam Industri (Ergonomics Problem


Factors)

a. Anthropometri
Permasalahan Anthropometri adalah permasalahan dimensi dari tubuh manusia yang
berinteraksi dengan rancangan dari mesin atau produk atau obyek yang digunakan
manusia. Dimensi tubuh seperti ketinggian postur, lengan, bahu, tangan, jari, kaki, dan
bagian tubuh lain adalah hal yang penting dalam hubungan rancangan antara manusia-
mesin (obyek). Permasalahan Anthropometri adalah permasalahan dimensi dari
Anthropometri itu sendiri yaitu tentang kekurangan atau gap dimensi dari obyek yang
digunakan manusia terhadap kemampuan manusia, dan ini adalah permasalahan dimensi.
Permasalahan rancangan yang berkaitan dengan Anthropometri seperti: rancangan bagi
fasilitas kerja, rancangan peralatan, rancangan pijakan kaki, rancangan setting ketinggian
konveyor, rancangan untuk kerja berdiri dan atau duduk, dan lain sebagainya.

b. Kognitif
Permasalahan Kognitif adalah suatu permasalahan dari pemahaman informasi.
Manusia mempunyai keterbatasan kapasitas pada kondisi pengingatan yang pendek, dan
adanya suatu proses keputusan yang cepat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Skenario diproses secara cepat dalam kondisi pengingatan yang pendek, setelah itu situasi
dilupakan. Manusia mengambil jalan pendek dalam pemrosesan informasi. Hal ini adalah
perlu untuk memilih persoalan-persoalan penting secara layak dan sesuai dengan skenario
di tangan pada basis yang kontinyu. Kurangnya informasi akan membawa kesalahan
manusia. Dengan demikian input informasi yang seharusnya diproses oleh manusia harus
di rancang untuk memberikan kepuasan penuh pada kemampuan manusia. Permasalahan
rancangan yang berkaitan dengan sistem proses Kognitif seperti : rancangan bagi display
informasi, rancangan untuk komunikasi dan sistem informasi, rancangan untuk sistem
kendali, dan lain sebagainya.
Bernadus Kristyanto 20

c. Sistem Kardiovascular
Permasalahan sistem kardiovascular adalah suatu permasalahan dari energi yang
seharusnya di konsumsi oleh otot-otot dalam kebutuhan manusia untuk melakukan kerja.
Kerja otot hanya akan terjadi jika ada energi mengijinkan kontraksi otot terjadi. Energi
yang diproduksi oleh metabolisme tergantung pada darah dan oksigen yang disuplai dalam
sistem metabolisme dan menyebabkan reaksi energi. Karena tergantung pada usia dari
manusia memberikan perbedaan kemampuan performasi kepada sistem
kardiovascularnya, maka masing-masing individu akan membentuk tugas yang berbeda-
beda. Sebagai tambahan beban kerja yang berat akan mengakibatkan pada sistem kerja
kardiovascular untuk memompa darah sesuai dengan naiknya permintaan untuk
menghasilkan energi yang diperlukan. Permasalahan rancangan yang berkaitan dengan
sistem kardiovascular seperti : rancangan untuk tugas lembur, rancangan untuk tugas
khusus, rancangan untuk sistem jam kerja karyawan, rancangan untuk sistem lingkungan
(kelembaban, temperatur, ventilasi), rancangan untuk utilisasi sumber tenaga manusianya,
dan lain sebagainya.

d. Sistem Psikomotorik
Permasalahan sistem psikomotorik adalah suatu permasalahan dari sistem kendali
manusia. Sistem kendali motor manusia secara kontinyu memproses informasi sensor
berhubungan pada pergerakan manusia dan kebutuhan gaya dan inisiatif perintah yang
perlu untuk melengkapi tugas secara berhasil. Oleh karena itu permasalahan psikomotorik
adalah lebih berhubungan dengan aktivitas manusia untuk membnetuk tugas-tugas mereka
secara sukses. Kenyamanan dari keseluruhan tugas tergantung kepada familiernya dengan
sulitnya tugas dan ini tidak lain adalah syaraf motor belajar (motor learning).
Permasalahan rancangan yang berkaitan dengan sistem psikomotorik seperti: rancangan
untuk sistem training, rancangan untuk pekerjaan baru, rancangan untuk sistem urutan
perakitan komponen, rancangan untuk alat-alat, dan lain sebagainya.

4.2. Faktor-Faktor Proses Manufaktur sebagai Pilihan Teknologi

a. Kompleksitas
Kompleksitas adalah suatu faktor dari pilihan teknologi manufaktur terhadap
kebutuhan kompleksitas pengembangan produk. Semakin besar kompleksitas produk
semakin besar derajat kebutuhan otomasi dalam proses manufaktur untuk mengurangi
peluang kesalahan operator mesin.

b. Presisi
Presisi adalah suatu faktor pilihan teknologi manufaktur terhadap kebutuhan presisi
dari pengembangan produk. Semakin besar kebutuhan presisi juga secara umum, semakin
besar pula derajat kebutuhan otomasi untuk mengurangi kesalahan operator.

c. Ukuran Lot atau Batch


Ukuran lot atau batch adalah faktor pilihan teknologi manufaktur terhadap kebutuhan
ukuran lot atau batch dalam permintaan untuk memproduksi produk-produk. Semakin
besar ukuran lot atau batch, semakin kecinya derajat kebutuhan fleksibilitas dalam proses
manufaktur dan peralatan yang digunakan.
Ergonomi Konkuren : Suatu Pendekatan bagi Perbaikan Kualitas 21
dan Produktivitas sebagai Strategi Bersaing untuk Pasar Global
d. Diversitas Model
Diversitas adalah suatu faktor plihan teknologi manufaktur terhadap diversitas
kebutuhan model oleh pengembangan produk. Semakin besar diversitas model, semakin
lebih fleksibel dibutuhkan.

e. Ukuran Fisik atau Massa, dan Dimensi Linier


Ukuran fisik adalah suatu faktor pilihan teknologi manufaktur terhadap kebutuhan
ukuran fisik dari pengembangan produk. Semakin besar atau keci ukuran fisik dari obyek
(produk), semakin besar kesulitan dalam membawa obyek (produk atau material)

Matrik dari Hubungan:

Anthropo Kognitif Sistem Kardiovas Psikomo


metri Musculoske cular torik
letal
Kompleksitas O O O O O

Presisi O O O O

Ukuran Lot O O O
atau Batch
Diversitas O O O O

Ukuran Fisik O O O

Gambar 6: Matrik dari hubungan antara faktor permasalahan ergonomik dan faktor proses
manufaktur.

Dari matrik hubungan di atas, faktor permasalahan ergonomik akan dominan dalam
area anthopometri dan sistem musculoskeletal, dan 3 faktor proses manufaktur seperti
kompleksitas, presisi, dan diversitas adalah teridentifikasi sebagai faktor yang menentukan
yang akan berakibat pada kemampuan manusia dalam hampir segala aspek.
Dengan melibatkan manusia dalam sistem proses manufaktur, maka faktor kompleksitas
akan mempengaruhi kemampuan dari manusia (operator) untuk membentuk kerja mereka.
Kompleksitas produk akanmembawa pada kompleksitas proses. Oleh karena itu beberapa
masalah yang berkaitan dengan kemampuan manusia yang akan terjadi adalah seperti :
kesalahpahaman interpretasi data atau ketidaktepatan identifikasi, bagaimana
menggunakan alat untuk tujuan khusus, dan bagaimana mengatasi produk komplek yang
berarti lebih banyak aktivitas untuk mgatur mesin atau kerja (tegangan dan tekanan fisik),
dan lain sebagainya.
Faktor presisi mengartikan bahwa operator adalah lebih memfokuskan pada obyek.
Pekerjaan ini memberikan suatu batasan derajat kebebasan dari gerakan operator, dengan
demikian faktor akan mempengaruhi masalah kemampuan manusianya seperti : kelelahan
mata, tegangan dan tekanan fisik, sistem-sistem musculoskeletal (leher tegang, puntiran
tangan, punggung pegal) dan lain sebagainya.
Faktor kenaikan dalam ukuran lot atau batch akan membawa pada kerja yang
melebihi waktu atau naiknya kecepatan kerja dari operator. Faktor ini akan mempengaruhi
permasalahan kemampuan manusia seperti: beban fisik, beban pergerakan tangan, sistem
otot-otot (tegangan leher, punggung, bahu dan puntiran), dan lain sebagainya.
Faktor diversitas model akan membawa pada pengaturan kembali pekerjaan yang ini
berarti lebih sering untuk menset dan juga butuh alat-alat lebih banyak untuk menangani
obyek tersebut. Dengan demikian, faktor ini akan mempengaruhi permasalahan
Bernadus Kristyanto 22

kemampuan manusia seperti: beban setting pekerjaan dan alat-alat (anthropometrik),


variasi gerakan tangan (otot/sistem musculoskeletal), beban psikomotorik, dan lain
sebagainya.
Ukuran fisik atau massa dan dimensi linier akan mempengaruhi permasalahan
kemampuan manusia seperti: bagaimana mencapai obyek (anthropometrik), bagaimana
membawa material (musculoskeletal), beban fisik, dan lain sebagainya.

4.3. Evaluasi
Permasalahan ergonomi dalam proses manufaktur dengan melihat pada ke 5 faktor
(indikator) dari variabel produk dapat di identifikasi oleh matrik hubungan. Dengan
demikian, perbaikan kualitas dan produktivitas dari proses manufaktur pada setiap
perushaan akan tergantung pada derajat variabel spesifikasi produk. Sebagai tambahan,
kompleksitas, presisi, dan diversitas akan menjadi faktor- yang dominan dalam
penyelesaian perbaikan kualitas dan produktivitas sesuai keterlibatan kemampuan manusia
dalam pekerjaan.

5. DISKUSI DARI PERBAIKAN KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS MELALUI


PENDEKATAN ERGONOMIK KONKUREN
Dari analisis terdahulu, keterlibatan ergonomik konkuren dalam seluruh rancangan
pada fase awal ditujukan untuk menghindari permasalahan manusia dalam sistem, sehingga
penurunan efisiensi karena keterbatasan kemampuan manusia dalam proses dapat dikurangi
atau dihilangkan seawal mungkin.
Rancangan sistem ergonomik sebagai sistem makro secara aktual telah dirancang
ketika perancangan pabrik dilakukan. Dengan demikian, permasalahan yang mendasar yang
berhubungan dengan kemampuan manusia bersama dalam seluruh proses dari semua aktivitas
perusahaan telah ditentukan dalam rancangan. Sayangnya, kecenderungan kondisi
manufakturing telah tumbuh dengan pesat dan suatu sistem manufaktur yang fleksibel di
perlukan untuk mengantisipasi perubahan proses yang mengikuti pada pengembangan
rancangan produk. Perubahan ini, dengan kata lain datang dari pasar yang selalu berubah
setiap saat, dan ini karena pelanggan yang mengendalikannya (customer driven). Untuk
mempertahankan dan khususnya untuk memperbaiki kualitas dan produktivitas dari sumber
daya manusia yang terlibat dalam sistem proses manufaktur, adalah akan dimungkinkan jika
melibatkan pendekatan permasalahan ergonomik pada rancangan fase awal dari
pengembangan produk dan hal ini melalui ergonomik konkuren.
Ada banyak perusahaan yang telah menerapkan dan mengembangkan strategi mereka
dalam berbagai jalan untuk mengurangi biaya sebagai basis evaluasi untuk memenangkan
pasaran. Tetapi kebanyakan dari mereka mengabaikan beberapa keuntungan potensial dari
mana proses manufaktur produk memegang peranan kunci keberhasilan dan sebagai proses
keseluruhan dari aktivitas untuk menghasilkan produk. Pemborosan biaya umumnya akan
terjadi dalam area di mana kebanyakan aktivitas dari produk dibuat. Oleh karena itu dengan
pertimbangan untuk melibatkan pendekatan ergonomik pada rancangan proses manufaktur,
pemborosan biaya dalam proses manufaktur akan dihilangkan. Dengan kata lain, ada
perbaikan kualitas dan produktivitas.
Ergonomi Konkuren : Suatu Pendekatan bagi Perbaikan Kualitas 23
dan Produktivitas sebagai Strategi Bersaing untuk Pasar Global
6. KESIMPULAN
Ergonomik konkuren adalah pendekatan permasalahan ergonomik ke teknik
konkuren. Pendekatan adalah untuk memperbaiki kualitas dan produktivitas dalam proses
manufaktur dibawah pertimbangan kemampuan manusia dalammembentuk tugas atau kerja
mereka. Kesulitan manusia membentuk kerja mereka akan menaik jika pilihan teknologi yang
di gunakan dalam kondisi fleksibel disebabkan pengembangan produkdari perubahan pasar
oleh pelanggan.
Analisis permasalahan ergonomik pada fase rancangan awal dibutuhkan untuk
mengidentifikasi permasalahan ergonomik yang terbanyak dalam proses manufaktur
berdasarkan pada faktor permasalahan ergonomik dan faktor proses manufaktur. Dengan
mengevaluasi matrik hubungan antara faktor permasalahan ergonomi dan faktor proses
manufaktur di dapatkan bahwa kebanyakan permasalahan ergonomik akan berada dalam area
dari sistem musculoskeletal (otot dan syaraf) dan permasalahan anthropometrik. Faktor
proses manufaktur yang akan terjadi pada permasalahan kompleksitas, presisi, dan diversitas
model.
Pendekatan-pendekatan ini adalah sangat menguntungkan bagi perusahaan untuk
memperbaiki kualitas dan produktivitas, dan tentunya mengurangi biaya proses manufaktur
yang ada. Dengan demikian, biaya dari produk akan menjadi sangat rendah dan ini
merupakan strategi yang penting bagi perusahaan untuk bersaing dalam pasar global.

DAFTAR PUSTAKA
Drurry. CG, 1997, Ergonomics and The Quality Movement, journal of ergonomics, vol.40,
No.3, pp. 249-264, Taylor & Francis Ltd, London.
Eklund J, 1997, Ergonomics, Quality and Continuous Improvement, - Conceptual and
Empirical Relationships in An Industrial Context, Journal of ergonomics, Vol.40,
No.10, pp.982-1001, Taylor & Francis Ltd, London.
Helander MG, 1997, Forty Years of IEA: Some Reflections on The Evolution of Ergonomics,
Journal of ergonomics, Vol.40, No.10, pp. 952-961, Taylor & Francis Ltd, London.
Helander M, 1995, A Guide to The Ergonomics of Manufacturing, Taylor and Francis Ltd, 4
john St., London.
Gupta T, 1994, Analysing Material Handling Needs in Concurrent / Simultaneous
Engineering, International Journal of Operations and Production Management,
Vol.14, No.9, pp 68-82.
Konz SA, 1990, Work Design: Industrial Ergonomics, Third Edition, Publishing Horizons,
Inc., Scottsdale, Arizona.
Pulat BM, 1992, Fundamentals of Industrial Ergonomics, Prentice Hall, Englewood Cliffs,
New Jersey.
Resnick ML, 1996, Concurrent Ergonomics: A Proactive Approach, Journal of Computers
Industrial Engineering, Vol.31, No.1/2, pp. 479-482, Elsevier Science Ltd, Printed in
Great Britain.
Ross J.E, 1995, Total Quality Management, Text, Cases and Readings, Second Edition,
Published by St.Lucie Press, 100 E.Linton Blvd, Suite 403B, Delray Beach, Florida.
Suzanne HR, 1986, Ergonomic Design for People at Work, Volume 2, The Ergonomics
Group Health and Environment Laboratories Eastman Kodak Company, Van
Nostrand Reinhold, New York.
Bernadus Kristyanto 24

Pulat B.M, 1992, Fundamentals of Industrial Ergonomics, Prentice Hall, Englewood Cliffs,
New Jersey.
Resnick M.L, 1996, Concurrent Ergonomics : A Proactive Approach, Journal of Computers
Industrial Engineering, Vol.31, No.1/2, pp. 479-482, Elsevier Science Ltd, Printed in
Great Britain.

Anda mungkin juga menyukai