Disusun oleh:
Rezky Hardianingsih (21107251019)
Novia Fajar Masyitoh (21107251020)
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan..............................................................................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................................................5
A. Pengertian Multimedia...................................................................................................5
B. Elemen Multimedia.........................................................................................................5
C. Prinsip-prinsip Desain Pesan Multimedia.......................................................................8
1. Teori Kognitif Multimedia Pembelajaran....................................................................8
2. Beban Kognitif Siswa...................................................................................................9
3. Prinsing-prinsip Desain Pesan Multimedia Menurut Mayer.....................................10
BAB III. KESIMPULAN................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................23
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah untuk pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa itu multimedia?
2. Apa saja elemen-elemen yang terdapat pada multimedia?
3. Apa saja prinsip desain pesan multimedia?
C. Tujuan
A. Pengertian Multimedia
B. Elemen Multimedia
Teori Mayer didasarkan pada tiga asumsi yaitu saluran ganda, kapasitas
terbatas, dan pemrosesan aktif.
Saluran ganda
Untuk mendapatkan informasi dari sajian multimedia, manusia mempunyai
dua saluran yang terpisah yakni indera telinga untuk menerima informasi
verbal/auditori dan indera mata untuk menerima informasi gambar/visual. Kedua
saluran tersebut dapat digunakan secara bersamaan untuk mengotimalkan kerja
memori.
Kapasitas terbatas
Pada saat yang bersamaan, manusia hanya dapat menerima dan memproses
informasi yang terbatas pada tiap jenis saluran. Informasi yang masuk secara
berlebihan pada tiap saluran akan membebani memori kerja manusia. Oleh karena
itu, ketika menyajikan multimedia sebaiknya kita pilih bentuk media yang dapat
ditangkap oleh kedua indera tersebut secara berimbang.
Pemrosesan aktif
Belajar akan optimal bila dilakukan secara aktif baik dalam memilih,
mengelola dan memadukan informasi baru. Dalam belajar siswa memperhatikan
dan mengelola informasi yang baru serta mengaitkan dengan pengalaman yang
mereka puya. Hal ini sejalan dengan teroi konstruktivisme.
2. Beban Kognitif Siswa
Menurut teori kognitif multimedia pembelajaran ini, ketika siswa memsiswai
sesuatu materi dari multimedia maka memori kerjanya menerima beban kognitif.
Beban kognitif yang dialami disebabkan karena melakukan tiga proses yaitu:
pemrosesan penting (essential processing), pemrosesan generative (generative
processing), dan pemrosesan tidak relevan (extraneous processing).
Essential processing adalah pemrosesan kognitif dasar yang relevan dengan
tujuan pembelajaran. Aktivitas ini meliputi proses pemilihan dan pengelolaan
infromasi baru. Generative processing adalah pemrosesan kognitif mendalam yang
relevan dengan tujuan pembelasajan. Aktiviras ini meliputi proses pengelolaan dan
pengintegrasian ifnormasi baru dengan pengalaman yang dimiliki. Yang terakhir
adalah extraneous processing, yaitu aktivitas pemrosesan kognitif yang tidak relevan
dengan tujuan pembelajaran. Beban kognitif yang terakhir ini harus dihindari karena
tidak terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Gabungan dari tiga pemrosesan
tersebut kita ketahui sebagai beban kognitif total.
2) Signaling Principle
Siswa akan belajar lebih baik ketika isyarat atau penandaan mana materi
pokok dan mana yang tambahan diberi fokus warna tertentu pada bagian yang
penting.
Sebagai contoh dalam animasi bernarasi tentang bagaimana pesawat
terbang mencapai daya angkat, penandaan melibatkan penambahan kalimat
pengantar yang menyebutkan tiga bagian utama (menggunakan kata yang sama
seperti dalam pelajaran), judul untuk masing-masing dari tiga bagian
(menggunakan kata yang sama seperti dalam pelajaran), dan penekanan vokal
pada kata kunci.
Dasar teoritisnya adalah pemberian isyarat mengurangi pemrosesan yang
tidak relevan dengan membimbing perhatian siswa ke elemen kunci dalam
pelajaran dan membimbing siswa membangun koneksi di antara ide pokok
pembahasan.
Prinsip signaling mungkin sangat berguna ketika penandaan materi
digunakan dengan sederhana, ketika siswa memiliki keterampilan membaca
yang rendah, dan ketika pelajaran multimedia tidak teratur atau berisi materi
yang kurang familiar.
Impikasinya dalam pembelajaran adalah dengan menuliskan outline,
headline, atau memberikan kata kunci yang relevan untuk membantu siswa
mengingat apa yang akan disiswai pada pembelajaran yang sedang berlangsung.
3) Redundancy principle
Siswa belajar lebih baik dari grafik dan narasi daripada dari grafik, narasi,
dan teks cetak. Penggunaan elemen multimedia sebaiknya tidak terlalu
berlebihan.
Sebagai contoh siswa melihat animasi bernarasi pada formasi petir (grup
nonredundan) atau animasi bernarasi bersama dengan teks layar yang berisi
kata-kata yang sama seperti dalam narasi (grup redundan).
Redundansi menciptakan pemrosesan yang tidak relevan (a) karena
saluran visual dapat menjadi kelebihan beban karena harus memindai secara
visual antara gambar dan teks di layar, dan (b) karena siswa mengeluarkan
upaya mental dalam mencoba membandingkan aliran masuk dari cetakan dan
lisan teks.
Prinsip redundansi mungkin kurang dapat diterapkan ketika (a) teks
dipersingkat menjadi beberapa kata dan ditempatkan di sebelah bagian grafik
yang mereka gambarkan, (b) teks lisan disajikan sebelum teks tercetak daripada
secara bersamaan, dan (c) tidak ada grafik dan segmen verbal pendek. Dalam
setiap kasus ini, pemrosesan asing berkurang.
Saat membuat presentasi multimedia yang terdiri dari animasi narasi yang
ringkas, jangan tambahkan teks di layar yang menduplikasi kata-kata yang sudah
ada dalam narasi. Prinsip desain ini telah didemonstrasikan dalam situasi di
mana narasi animasi berjalan dengan cepat tanpa kendali siswa. Secara
keseluruhan, penelitian yang diulas dalam topik ini menunjukkan bahwa adalah
berbahaya untuk menyajikan teks cetak dan lisan bersama-sama ketika
informasi bergambar juga disajikan secara visual dan ketika materi disajikan
dengan cepat tanpa kesempatan bagi siswa untuk mengontrol presentasi.
Berdasarkan penelitian yang diulas dalam bab ini, pendekatan terbaik untuk
mendesain ulang animasi bernarasi yang ringkas adalah dengan membiarkannya
apa adanya.
6) Pretraining principle
Siswa akan belajar lebih dalam dari pesan multimedia ketika mereka
mengetahui nama dan karakteristik konsep utama jika didahului dengan
informasi perkenalan untuk menjelaskan bagian-bagian asing tersebut.
Seperti contoh penyajian versi tanpa latihan terdiri dari pelajaran
multimedia seperti animasi bernarasi yang menjelaskan cara kerja sistem
pengereman mobil. Versi pra pelatihan terdiri dari pelajaran multimedia yang
didahului dengan pelatihan tentang nama dan karakteristik bagian-bagian
utama, seperti animasi bernarasi tentang cara kerja sistem pengereman
mobil yang didahului dengan pelatihan yang menunjukkan lokasi piston di
master silinder, tabung rem, silinder roda, dan sebagainya, serta menyatakan
bahwa setiap bagian dapat masuk.
Dalam melihat animasi narasi cepat yang menjelaskan langkah-langkah
dalam suatu proses, siswa harus secara mental membangun model kausal
dari sistem (yaitu, model bagaimana sistem bekerja) serta model komponen
untuk masing-masing bagian kunci dalam sistem (yaitu, model kunci
menyatakan bahwa setiap bagian dapat masuk). Pra-pelatihan dapat
membantu mengelola dua tuntutan untuk pemrosesan penting ini dengan
mendistribusikan beberapa pemrosesan ke episode pra-pelatihan yang terjadi
sebelum pelajaran utama.
Prinsip pra-pelatihan kemungkinan besar efektif bila materinya
kompleks, pembelajaran multimedia berlangsung cepat, dan pembelajar tidak
terbiasa dengan materi tersebut.
7) Modality principle
Siswa akan belajar lebih dalam dari gambar dan kata-kata yang
diucapkan (dinarasikan) daripada hanya dari gambar dan kata-kata yang
dicetak.
Versi animasi dengan narasi terdiri dari animasi bernarasi tentang
bagaimana badai petir berkembang, sedangkan versi animasi dengan teks di
layar terdiri dari animasi yang sama dengan kata-kata dari narasi yang
tercetak di bagian bawah layar sebagai keterangan.
Dalam versi animasi-dengan-layar-teks, baik gambar maupun kata-kata
memasuki sistem kognitif melalui mata, menyebabkan kelebihan beban
dalam sistem visual. Dalam versi animasi-dengan-narasi, kata-kata
dipindahkan ke saluran verbal, sehingga memungkinkan siswa untuk lebih
sepenuhnya memproses gambar-gambar dalam saluran visual.
Prinsip modalitas dapat berlaku ketika materinya kompleks,
penyajiannya cepat, dan pembelajar terbiasa dengan kata-kata. Sebaliknya,
kata-kata tercetak mungkin sesuai ketika pelajaran mencakup kata-kata dan
simbol-simbol teknis dan ketika siswa bukan penutur asli atau tunarungu.