Anda di halaman 1dari 3

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI KARET

Limbah utama PT. Aneka Bumi Pratama Jambi berasal dari produksi industri
karet yang berupa limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Kualitas bahan baku
berpengaruh terhadap tingkat kuantitas dan kualitas limbah. Semakin kotor bahan
karet olahan akan makin banyak air yang diperlukan untuk proses
pembersihannya, sehingga debit limbah cair pun meningkat. Semakin tinggi kadar
air dari bahan baku karet olahan, akan memudahkan terjadinya pembusukan,
sehingga kuantitas limbah gas/bau pun meningkat. Bahan baku karet olahan yang
kotor menyebabkan kuantitas lumpur, tatal dan pasir relatif tinggi.
Pembersihan dilakukan melalui pengecilan ukuran, proses ini juga bertujuan
untuk memperbesar luas pemukaan karet agar waktu pengeringan relatif singkat.
Dengan demikian, limbah yang terbentuk dominan berbentuk limbah cair.
Bahan baku karet rakyat berbentuk koagulum (bongkahan) banyak
mengandung air dan pengotor dari karet baik disengaja maupun tidak disegaja
oleh petani karet.
Tahapan dari pengolahan limbah karet, terdiri atas 5 tahapan yaitu:
1. Solid Tank
Solid tank merupakan proses pembersihan bongkahan karet dari
kontaminasi (daun, akar pohon, batu) menggunakan air.
2. Equal Tank
Equal tank merupakan proses pemisahan antara limbah cair dengan limbah
padat`
3. Aeration Tank
Aeration tank merupakan pengolahan dengan sistem aerasi dimana
pelarutan oksigen diperoleh dari alat-alat mekanis. Alat-alat untuk aerasi
ada yang di permukaan dan ada pula ditempatkan di dalam air. Pada
bagian akhir kolam aerasi harus dilengkapi dengan alat pengendapan
untuk pemisahan lumpur yang dihasilkan dari proses.
4. Sedimentation Tank
Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan dari cairannya dengan cara
mengendapkan secara gravitasi. Proses ini juga dapat memisahkan jenis
padatan berupa flok hasil proses kimiawi dan hasil proses biologi.
5. Recycle Tank
Recycle tank merupakan proses terakhir dalam pengolahan limbah,
dimana dilakukan pemisahan antara hasil sedimen dengan air. Air yang
sudah melewati pengecekan PH (PH = 7) akan dialirkan langsung ke
sungai Batanghari.
Karakteristik dan jumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi karet
dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan
1. Perkiraan Debit Limbah Cair
Proses pengolahan karet tergolong proses basah, banyaknya kebutuhan air
untuk keperluan pngolahan akan menentukan banyaknaya limbah cair yang
dihasilkan, sekaligus menetukan rancangan ukuran sarana pengolah limbah.
Jumlah air yang digunakan dalam proses produksi, hampir seluruhnya menjadi
limbah, karena karet baik berupa bahan baku maupun setengah jadi tidak
menyerap air. Pengaruh kebutuhan air adalah tingkat kotoran yang ada dalam
bahan baku, serta efesiensi kinerja sarana pengolahan. Nilai parameter limbah
pada setiap bagian proses pengolahan berbeda-beda. Nilai parameter BOD
atau COD yang sangat besar dari air buangan menunjukkan tingginya kadar
bahan organiknya, peningkatan kadar bahan organik akan makin mengganggu
ekosistem lingkungan yang menerima air buangan karena oksigen banyak
digunakan oleh bakteri pengurai untuk menghancurkan bahan organik
tersebut. Total padatan merupakan bahan yang berasal dari emecahan
komponen organik, sedangkan padatan tersuspendi merupakan bahan yang
tidak larut d dalam air dan cenderung mengalami pembusukan jika suhu air
meningkat (musim panas). Dampak negatif juga timbul jika air limbah
langsung dibuang ke sungai atau perairan umum. Bagi pabrik yang berlokasi
di areal perkebunan, penanganan limbah cair relatif mudah, bahkan dapat
dimanfaatkan menjadi pupuk tanaman karetnya.
2. Karakteristik dan Dampak Limbah Padat
Secara umum limbah padat yang terbentuk pada pengolahan karet tidak
tergolong limbah beracun. Limbah biasanya hanya berupa tatal, lumpur, pasir
rotan, kayu, daun, dan plastik bekas kemasan. Bokar yang kotor merupakan
sumber utama pembawa limbah padat. Beberapa jenis padatan dalam jumlah
yang sudah sedemikian besar akan mengganggu keseimbangan ekosistem.
Limbah tersebut jika dibuang ke sungai, dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan pendangkalan badan air. Limbah padat akan dikirim ke TPA
dalam keadaan sudah cukup kering, lebih baik lagi jika sudah bersifat kompos,
sehingga di TPA tinggal proses pelapukan akhir.

Pengelolaan Tidak ada UU No. 23 Pengelolaan


Limbah masalah Tahun 2009 limbah PT Aneka
tentang Bumi Pratama
lingkungan sudah sangatlah
hidup baik dan sesuai
standart dalam
pengelolaan
limbah.

Anda mungkin juga menyukai