Dietetik KASUS DM
Dietetik KASUS DM
Disusun oleh
Kelompok 9
Disty Yunada A (I1D015045)
Sarah Febriani (I1D016015)
Rahmi Hijriani (I1D016025)
Asep Mulyana (I1D016037)
Asisten Praktikum
i
DAFTAR TABEL DATA
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
KASUS
Tn. A berusia 43 tahun, berjenis kelamin laki-laki. Pasien
beragama Islam, bersuku Jawa, dan berpendidikan terakhir SD. Sebelumnya
pasien bekerja sebagai supir truk. Pasien tinggal bersama 2 anak dan istri, masuk
rumah sakit pada tanggal 19 April 2019 dengan keluhan nyeri ulu hati, mual,
sesak, dan luka pada kaki. Pasien memiliki riwayat penyakit DM tipe 2 sejak 5
tahun terakhir. Diagnosis medis pasien adalah CHF grade 4 dan ulkus DM pada
kaki kanan, pneunomia.
4
SKRINING GIZI
Nama : Tn. A
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Tanggal Masuk RS : 19 April 2019
Diagnosis : Congestive Heart Failuregrade 4, ulkus DM pada kaki
kanan dan pneinomia.
A. Skrining Awal
Deskripsi Jawaban
1. Body Mass Index<20,5 a. Ya b. Tidak
2. Berat badan hilang dalam 3 bulan a. Ya b. Tidak
3. Asupan makan kurang dalam minggu terakhir a. Ya b. Tidak
4. Menderita sakit berat, misalnya: terapi insentif a. Ya b. Tidak
5
BAB I
ASSESMEN
6
Rentang normal dalam 90-
LLA=23,4cm 110% (Jelliffe and Jelliffe,
1989)
% deviasi dari
standar =
𝐿𝐿𝐴 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
X
LLA dan percentile 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
AD - 1.1.7 100%
LLA 23,4
=
33,3
= 70%
(Kurang)
(Handayani, 2015)
Kesimpulan :
Tn. A diketahui memiliki panjang ulna 28,6 cm dan Lila sebesar 23,4 cm
sehingga estimasi perhitungan Tinggi Badan/TB dan Berat Badan Ideal/BBI
adalah 172,89 cm dan 58,12 kg yang dihitung berdasarkan perhitungan LLA.
Hasil dari % deviasi standar, diperoleh bahwa Tn. A termasuk kategori kurang
yaitu 70%.
3. Data Biokimia (BD)
Tabel 1.3 Data Biokimia
Kategori Data
Kode Data Standar Pembanding
Biokima (BD)
Nilai normal :
Berdasarkan Kemenkes
48 U/L
SGPT BD-1.4.2 RI (2011) nilai normal
(Tinggi)
SGPT sebesar 5-35
U/L
Nilai normal :
Berdasarkan Kemenkes
60 U/L
SGOT BD-1.4.3 RI (2011) nilai normal
(Tinggi)
SGOT sebesar 5 – 35
U/L
Nilai normal:
Berdasarkan handayani
GDS BD-1.5.2 210 mg/dL(Tinggi)
(2015) sebesar80-120
mg/dL
Nilai normal :
BD- 86,7 % Berdasarkan Kemenkes
Neutrofil
1.11.7 (Tinggi) RI (2011) nilai normal
NEU sebesar 36-73%.
3 Nilai normal :
BD- 21,4x10 U/L(Tinggi)
Leukosit Berdasarkan Kemenkes
1.11.7
RI (2011) nilai normal
7
LEU sebesar 3,2x103 –
103/uL SI 3,2x10,0–
109/L
Nilai normal :
BD- Berdasarkan Kemenkes
Eosinofil 0,7% (Normal)
1.11.7 RI (2011) nilai normal
eosinofil sebesar 0-6%
Nilai normal :
Berdasarkan Kemenkes
BD-
Trombosit 667.103/uL (Tinggi) RI (2011) nilai
1.11.7
trombosit 170 – 380.
103/mm3
Kesimpulan :
Berdasar assesment biokimia Tn A didapatkan data sebagai
berikut, leukosit, limfosit, neutrophin tinggi karena adanya inflamasi,
gangguan fungsi insulin dan komplikasi diabetes (Sentochnik, 2008).
Trombosit. SGOP, SGPT tinggi karena adanya gangguan pada fungsi hati
(Reza, 2017).
4. Data Klinis (PD)
Tabel 1.4 Data Klinis (PD)
Kategori Data
Kode Data Standar Pembanding
klinis (PD)
Pernafasan PD-1.1.3 Sesak nafas
Tekanan darah : Tekanan darah : <120/80
120/70 mmHg mmHg
(Normal) (Handayani dkk, 2015)
8
Kesimpulan :
Pasien mengalami sesak nafas di tandai juga dengan nilai respiratory rate
yang tinggi yang menandakan pasien takipnea atau mengalami pernapasan
yang cepat berkaitan dengan adanya gangguan paru-paru atau Pneumonia (Lee
JH, 2011). Pasien juga mengalami luka pada kaki kanan berkaitan dengan
ulkus DM yang diderita pasien. Mual dan nyeri ulu hati yang dialami pasien
akibat dari meningkatkan asam lambung dari seringnya merokok. Karena
dalam rokok terdapat nikotin yang dapat menyebabkan gastritis dengan
meningkatkan sekresi asam lambung kemudia terjadinya iritasi mukosa asam
lambung (Naisali, 2017).
5. Data Riwayat Makanan (FH)
Tabel 1.5 Data Riwayat Makan
Kategori Data
Kode Data Standar Pembanding
Dietary (FH)
9
dari kebutuhan energi total.
Kebutuhan lemak
= 20% x 2100
= 420 kkal
= 46 gram
10
@1ptg ayam Lemak : 75 gr
2x/mgg @1ptg Karbohidrat : 394 gr
Lauk nabati:
Tempe 2x/hr
@1ptg
Tahu 3x/hari
@1ptg
Sayur :
Sayur asem
3x/mgg @1
mgkok, sayur sop
2x/mgg @1 mgkok
kangkung 2x/mgg
@1gls
Buah :
pisang @1 buah
(75gr)
Lain-lain :
Teh manis
@2gls/hr,
minuman berenergi
3-4x/mgg
Asupan
Energi: 54%
(defisit berat)
Protein: 83%
(defisit sedang)
Lemak: 15%
(defisit berat)
Karbohidrat: 59%
(defisit berat)
Spironolactone diberikan pada
Spironolactone pasien penyakit gagal jantung
(Katzung, 2010).
Digunakan untuk mengatasi
retensi cairan sehingga
mengurangi beban volume
sirkulasi yang menghambat
kerja jantung dan untuk
Penggunaan Inj. Furosemid mencapai status euvolemia
obat yang FH-3.1.1 dengan dosis yang serendah
diresepkan mungkin, yaitu harus
diatursesuai kebutuhan pasien,
untuk menghindari dehidrasi
atau retensi(Douglas,2008).
11
levemir yang merupakan jenis
insulin berfungsi untuk
Levemir
menurunkan kadar glukosa
secara bertahap(Katzung, 2010).
12
6. Pembahasan
Tn. A merupakan pasien laki-laki yang berusia 43 tahun, bersuku Jawa
dan beragama Islam. Pasien tinggal bersama 2 anak dan istri, pasien pernah
bekerja sebagai supir truk dan berpendidikan terakhir SD. Pasien masuk rumah
sakit pada tanggal 19 April 2019 dengan keluhan nyeri ulu hati, mual, sesak, dan
luka pada kaki. Pasien memiliki riwayat penyakit DM tipe 2 sejak 5 tahun
terakhir. Pasien didiagnosis medis adalah CHF grade 4, ulkus DM pada kaki
kanan dan pneumonia. Penyakit CHF adalah merupakan suatu keadaan dimana
terdapat ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah secara adekuat
keseluruh tubuh (Grossman &Brown, 2009). CHF merupakan suatu sindrom
klinis yang terjadi pada pasien yang mengalami abnormalitas (baik akibat
keturunan atau didapat) pada struktur dan fungsi jantung,sehingga menyebabkan
terjadinya perkembangan serangkaian gejala klinis(kelemahan dan sesak) dan
tanda klinis(edema dan ronkhi) yang mengakibatkan harus dirawat inap, kualitas
hidup yang buruk, dan harapan hidup yang memendek (Philbin,2008). CHF
diklasifikasikan dalam beberapa grade/stage, pasien mengalami CHF grade 4
yaitu pasien membutuhkan penanganan ataupun intervensi khusus dan gejalan
dapat timbul bahkan pada saat keadaan istirahat, serta pasien yang perlu
dimonitoring secara ketat (Yancy et al., 2013).
Ulkus diabetes melitus adalah salah satu bentuk dari komplikasi kronik
penyakit diabetes mellitus berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat
disertai adanya kematian jaringan setempat (Frykberb (2006). Ulkus diabetes
merupakan luka terbuka pada permukaan kulit akibat adanya penyumbatan pada
pembuluh darah di tungkai dan neuropati perifer akibat kadar gula darah yang
tinggi sehingga klien sering tidak merasakan adanya luka, luka terbuka dapat
berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob
(Waspadji, 2009). Adapun patogenesis terjadinya ulkus secara rinci berawal dari
kondisi hiperglikemik yang menyebabkan abnormalitas pada trombosit kemudian
terjadinya peningkatan agregasi sel darah merah, agregasi ini menyebabkan
menurunnya sirkulasi darah pada tungkai bawah (kaki) sehingga mempermudah
terbentuknya trombus pada dinding arteri. Kemudiam terjadilah gangguan
sirkulasi darah. Pada saat sirkulasi darah terganggu maka terjadinya pengurangan
13
pasokan oksigen pada serabut saraf yang berakibat degenerasi serabut saraf pada
neuropati dan akan timbul ulkus jika ada luka sekecil apapun. luka tersebut dapat
berkembang menajdi nekrosis atau ganggren dan apabila sulit diatasi maka
diperlukan tindakan amputasi (Windarti,2007).
Gagal jantung (CHF) merupakan suatu keadaan patofisiologik dimana
jantung tidak dapat mempertahankan curah jantung yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik. diabetes dan resistensi insulin merupakan faktor resiko yang
independen dan kuat terhadap gagal jantung. salah satu mekanisme dalam
kejadian gagal jantung pada pasien diabetes adalah hiperglikemi. Hiperglikemi
berhubungan dengan fungsi endotel mikrovaskuler yang terganggu, menyebabkan
peningkatan kebutuhan miokard. gangguan dinamika energi, yang dapat
menggubah penggunaan miokard kepada asam lemak yang kurang efisien dan
bersifat inflamasi. Aktivasi sistem saraf simpatis dan sistem renin angiotensin
aldosterone (RAS) memegang peran penting pada patofisiologis gagal jantung.
aktivasi sitem saraf simpatis berlebihan menghasilkan efek kardiovaskuler yang
menurun (rusak), sehingga terjadinya abnormalitas trombosit yang mengakibatkan
sirkulasi darah terganggu dan pompa jantung tidak memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap O2 dan bermetastases gagal ginjal (McGuire,2012).Diabetik
kardiomiopati merupakan salah satu gagal jantung pada diabetes yang diakibatkan
oleh gangguan metabolisme jantung dengan resistensi insulin sel dan perubahan
penggunaan subtrat glukosa menjadi oksidasi asam lemak, sehingga menyebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen dan produksi oksigen reaktif yang mengakibatkan
apoptosis dan fibrosis kardiomiosit (Rodrigues,2009)
Pasien juga didiagnosis medis terkena penyakit pneumonia yang merupakan
infeksi pada ujung bronkhiol dan alveoli yang dapat disebabkan oleh berbagai
pathogen seperti bakteri, jamur, virus dan parasit (Depkes RI, 2005). Pneumonia
disebabkan oleh masuknya partikel kecil pada saluran nafas bagian bawah.
Masuknya partikel tersebut dapat menyebabkan kerusakan paru-paru karena
mengandung agen penyebab infeksi. Infeksi saluran pernapasan juga bisa
disebabkan oleh bakteri yang berada didalam darah dari daerah lain di tubuh
menyebar ke paru-paru. Jika terlalu banyak mikroorganisme yang lolos dari
system kekebalan tubuh maka terjadi ativitas imun dan infiltrasi sel dalam system
14
kekebalan tubuh. Sel tersebut menyebabkan rusaknya selaput lender di dalam
bronki dan selaput alveolokapiler sehingga terjadi infeksi (Syamsudin and Keban,
2013).
Berdasarkan pengukuran panjang ulna sebesar 28,6 cm maka diperoleh
tinggi badan berdasarkan estimasi sebesar 182,2 cm dan LLA 23,4 cm, sehingga
diperoleh hasil estimasi berat badan sebesar 66 kg. Berdasar hasil fisik klinis
didapatkan tanda vital suhu 370C yang termasuk kedalam kategori hypothermia.
Suhu tubuh pasien yang masuk ke dalam kategori hypothermia disebabkan oleh
infeksi virus (Handayani,2015). TD 120/70 mmHg. Pada tekanan darah pasien
didapat angka 120/70 dimana <120/80 mmHg dan termasuk kedalam kategori
normal (Handayani dkk, 2015). Nadi 92x/menit, RR 24x/menit. Sesak nafas yang
dialami pasien dapat disebabkan karena adanya cairan yang berlebih didalam
paru-paru, akibatnya jantung tidak dapat memompa darah dengan baik ke paru-
paru. Jika jantung tidak efektif memompa, maka selama melakukan aktivitas,
aliran darah ke otot akan berkurang dan menyebabkan penderita merasa lemah
dan lelah(Lee JH, 2011).
Hasil data biokimia menunjukkan leukosit 21,4 103/uL dan neutrofil 86,7%
termasuk kategori tinggi. Peningkatan jumlah leukosit, neutrofil, monosit
merupakan tanda adanya gangguan fungsi insulin dan adanya perekembangan
penyakit pada diabetes baik berupa nefropatik maupun pada penyakit vaskuler
yang merupakan manifestasi awal congestif heart failure (Tracchi,Hal ini juga
berkaitan dengan teraktifasinya leukosit pada penderita Diabetes tipe 2 yang
kemudaian melepaskan superoksid dan produksi protease yang meningkat, yang
keduanya akan meningkatkan stres oksidatif. Sehingga terjadi inflamatory yang
memicu terjadinya kerusakan vaskuler yang meluas, disfungsi endotel,
peningkatan stres oksidatif, dan peningkatan produksi sitokin & growth factor
(Sentochnik,2008).
SGOT merupakan enzim yang dproduksi oleh hati, selain itu juga dapat
ditemukan di otot rangka, otot-otot jantung, jaringan ginjal, sel darah merah.
Singkatan SGPT adalah Serum Glutamic Piruvic Transaminase, merupakan
enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis
destruksi hepatoseluler. Pada penderita DM tipe 2, terjadinya keadaan resisten
15
insulin dimana kemampuan hati untuk memproduksi glukosa terganggu. Hal ini
dapat menyebabkan fungsi hati menjadi berat sehingga mempengaruhi kadar
SGOT-SGPT. Ketika terjadi kerusakan sel atau permeabilitas pada membran,
maka kadar SGOT SGPT ditemukan dengan kadar yang berlebih di ruang
ekstraseluler, hal ini dapat digunakan sebagai parameter diagnosis
(Reza,2017). Kadar gula darah sewaktu sebesar 234 mg/dl dan termasuk kategori
tinggi dikarenakan pasien memiliki penyakit diabetes. (Handayani, dkk. 2015).
Hasil FFQ diketahui bahwa pasien memiliki kebiasaan makan makanan
pokok berupa nasi 3x/hari @1 ½ centong (150 gram), lauk hewani ayam
2x/minggu @1 potonng (50 gram), ikan 2x/minggu @1 potong, lauk nabati tempe
2x/hari @1 potong, tahu 3x/hari @1 potong, sayur asam 3x/minggu @1 mangkuk,
sayur sop 2x/minggu @1 mangkuk, tumis kangkung 2x/minggu @1 gelas, buah
pisang @1 buah (75 gram). Pasien jarang mengonsumsi air putih. Pasien juga
memiliki kebiasaan merokok saat masih menjadi supir truk. Hasil Recall 24 jam
pasien didapatkan asupan energi sebesar 819,2 kkal termasuk kategori defisit
berat, protein sebesar 29,2 gram termasuk kategori defisit berat, lemak sebesar
35,5 gram termasuk kategori defisit sedang, karbohidrat sebesar 88,8 gram
termasuk kategori defisit berat. Pasien diberikan infuse RL, inj. furosemid, PCT,
levemir, spironolactone, ISDN, bionat, dan CaCO3.
Pasien memiliki kebiasaan merokok yang bisa berpengaruh pada
kesehatan pasien. Kandungan nikotin dalam rokok dapat memacu kerja jantung.
Sehingga jantung tidak diberikan kesempatan istirahat (Basyir, 2005). Efek
tersebut menyebabkan kerja jantung meningkat menyebabkan penyakit gagal
jantung kongestif (CHF). Pada asap rokok juga terkandung gas CO2 yang
mempunyai afinitas yang jauh lebih tinggi terhadap Hb dibandingkan O2.
Akibatnya sel-sel tubuh dapat menderita kekurangan O2 dan tubuh melakukan
kompensasi melalui mekanisme vasokonstriksi atau spasme. Bila proses spasme
berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak.
kerusakan pembuluh darah tersebut dapat berakibat pada terhambatnya proses
penyembuhan bila terjadi luka dan beresiko terhadap terjadinya infeksi dan
amputasi (Shabira dkk, 2014).Merokok dapat mempercepat laju metabolisme
basal tubuh sehingga orang yang merokok memerlukan lebih banyak energi
16
dari pada orang yang tidak merokok. Nikotin yang terdapat pada rokok
meningkatkan energi expenditure(EE) dan mengurangi nafsu makan sehingga
perokok cenderung mengalami penurunan berat badan dibanding yang tidak
merokok. Nikotin dan cadmium pada rokok merupakan zat beracun yang
meningkatkan asam lambung dan dapat menyebabkan gastritis dengan
meningkatkan sekresi asam lambung kemudia terjadinya iritasi mukosa asam
lambung (Naisali, 2017).
Dalam kegiatan kesehariannya pasien Sebagai supir truk, pasien jarang
melakukan olahraga. Kurang olahraga merupakan faktor resiko Diabetes Melitus,
karena ketika melakukan olahraga tubuh membutuhkan energy ekstra (glukosa)
untuk menggerakan otot. Menurut Ilyas (2009) olahraga juga sangat berperan
pada kontrol gula darah otot yang berkontraksi atau aktif tidak kurang
memerlukan insulin untuk memasukan glukosa ke dalam sel, karena pada otot
yang aktif lebih sensitif terhadap insulin, sehingga kadar gula darah menjadi
turun.
Pasien diberikan infuse RL atau Ringer Laktat. RL merupakan cairan yang
paling fisiologis yang dapat diberikan pada kebutuhan volume dalam jumlah
besar. RL banyak digunakan sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok
hipovolemik, diare, trauma, dan luka. Larutan RL tidak mengandung glukosa,
sehingga bila akan dipakai sebagai cairan rumatan, dapat ditambahkan glukosa
yang berguna untuk mencegah terjadinya ketosis (Leksana,2006). Selain
diberikan infuse, pasien juga diberikan injeksi dan beberapa obat. Injeksi
furosemid merupakan golongan loop dieuretik sebagai deuretik kuat sehingga
akan meningkatkan ekskresi natrium dan air dalam tubuh (Davies et al., 2000)
Menurut PERKI (2015) diuretik direkomendasikan pada pasien gagal
jantungdengan tanda klinis atau gejala seperti edema perifer dan sesak nafas.
Tujuan dari pemberian furosemid diuretic adalah untuk mengatasi retensi cairan
sehingga mengurangi beban volume sirkulasi yang menghambat kerja jantungdan
untuk mencapai status euvolemia dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu
harus diatursesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau retensi
(Douglas,2008). Adapun beberapa obat yang diberikan kepada pasien seperti
asam folat yang digunakan sebagai poliglutamat di dalam simpanan sel darah
17
merah (Almatsier, 2002). Spironolactone diberikan pada pasien penyakit gagal
jantung (Katzung, 2010). Pasien juga diberikan levemir yang merupakan jenis
insulin berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa secara bertahap (Katzung,
2010).Penggunaan isosorbid dinitrat (ISDN) digunakanuntuk peningkatan
parameter hemodinamik yang signifikan, kapasitas exercise, serta menghilangkan
gejala gagal jantung tingkat sedang sampai berat (Carbajal and Deedwania, 2003).
18
7. Matriks Integrasi Commented [A1]: Diagnosis dikasih domain yaa
Terbentuk plak
Tidak Nafsu Peningkatan Abnormalitas
makan agregasi sel darah trombosit
merah
Sirkulasi darah
turun
Jantung melakukan
Sesak nafas Congestive Heart kompensasi curah jantung
Falilure dengan hipertrofi
(Shabira dkk, 2014)(Windarti,2007)(Frykberb (2006) (Sentochnik,2008) (Naisali, 2017)
(Mc Guire,2012).
19
BAB II
DIAGNOSIS
20
BAB III
INTERVENSI
A. Tujuan Intervensi
1. Meningkatkan asupan oral agar status gizi pasien optimal secara
bertahap.
2. Meningkatkan status gizi pasien menjadi lebih baik melalui pilihan
makanan dan perubahan kebiasaan makan yang baik.
3. Memberikan edukasi pentingnya diet pasien untuk penyembuhan.
4. Melakukan koordinasi asuhan gizi dengan dokter, perawat, apoteker
dan laboran.
B. Rencana Intevensi Diet
1. TujMemenuhi kebutuhan gizi pasien sesuai kebutuhan
- Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks terutama yang tinggi
serat.
- Memberikan makanan dalam bentuk makanan lunak.
- Menurunkan dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati
normal
2. Prinsip dan Syarat Diet
- Energi diberikancukup sesuai kebutuhan pasienmencapai 90%.
- Protein diberikan 20% dari kebutuhan energi total.
- Lemak diberikan 20% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk
<10% dari kebutuhan energi total dari lemak jenuh, 10% dari lemak
tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak jenuh tunggal.
- Karbohidrat cukup
- Konsisten terhadap waktu, jenis dan jumlah makan
- Bentuk makanan lunak.
- Pembatasan penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan
kecuali sebagai bumbu.
3. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
1) Perhitungan Kebutuhan EnergiMenggunakan Rumus Perkeni
BBI = 90% x (TB-100) x 1 kg
BBI = 90% x (172,89 – 100) x 1 kg
21
BBI =90% x 7,289
BBI = 65,601 kg
BMR = 30 x BBI
BMR = 30 x 65,60
BMR = 1968
Rumus Perkeni (2005)
Energi = (BMR + F.aktifitas) – F.usia
22
4. Terapi Diet
Jenis Terapi : Diet DM IV 2100 kalori Diet Jantung III Commented [A3]: Nulisnya Diet DM IV berpa kalori DJ III jadi gk
usah kasih dan
Rute Pemberian : Oral
Waktu : 3x makan besar 3x makan selingan
Bentuk Makanan : Makanan lunak
C. Rencana Intervensi Edukasi Gizi
1. Tujuan Edukasi Gizi
a. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai
jenis diet serta pemilihan makanan yang tepat untuk pasien.
b. Memberikan motivasi kepada pasien untuk mematuhi diet yang
dianjurkan.
c. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien untuk mendukung
pasien dalam menjalani diet.
2. Sasaran
Sasaran intervensi edukasi gizi kasus ini adalah pasien dan keluarga
pasien.
3. Waktu dan tempat pelaksanaan
Waktu : 15 menit
Tempat : Ruang rawat inap
4. Materi
Gambaran umum penyakit yang diderita pasien.
Diet dan tujuan diet yang tepat.
Olahraga / aktifitas fisik yang dapat dilakukan
Makanan yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan
Contoh menu dan pembagian waktu makan. Commented [A4]: Langsung aja
-Gambaran umum ...
- Diet dan tujuan diet yang...
-Contoh menu dan..,.
23
D. Koordinasi Asuhan Gizi
- Dokter
Koordinasi mengenai asuhan/terapi gizi yang sesuai dengan kondisi
pasien.
- Perawat
Melakukan skrining pada saat pasien masuk rumah sakit dan
koordinasi mengenai jadwal pemberian makanan
- Apoteker
Koordinasi mengenai jenis obat yang diberikan pada pasien untuk
meminimalisir interaksi antara obat dan makanan
- Laboran
Koordinasi mengenai nilai laboratorium terkait gizi Commented [A5]: Terkait gizi
Pembahasan Intervensi
Intervensi gizi dilakukan dengan tujuan memperbaiki kondisi
pasien dengan pengaturan makanan yang tepat untuk mempertahankan
kadar gula darah dan memberikan asupan makanan tanpa memperberat
kerja jantung, memberikan edukasi gizi sesuai dengan diet yang
diberikan.Diet yang diberikan yaitu dengan pemberian diet secara per-oral
karena pasien mampu makan secara oral dan tidak mempunyai gangguan
mengunyah ataupun menelan. Jenis diet yang diberikan yaitu Diet DM IV
dan Jantung IIIyang diberikan dalam bentuk makanan lunak dan
kandungan energinya sudah memperhitungkan faktor aktivitas dan faktor
umur, bertujuan agar kebutuhan sesuai dengan kebutuhan pasien dan tidak
memberatkan kerja jantung dan mengurangi keparahan ulkus
pasien.Frekuensi makan diberikan sebanyak 3 kali makanan utama dan 3
kali selingan untuk mengurangi rasa mual. Penyajian diet makanan
didasarkan pada kebutuhan zat gizi pasien dengan implementasi
rekomendasi energi dengan menggunakan rumus perkeniyaitu sebesar
2100 kkal, protein yaitu 105 gram.
Karbohidrat diberikan cukup yaitu sebesar 315 gram atau selisih
dari total energi dengan protein dan lemak. Karbohidrat diberikan cukup
karena berdasarkan sebuah penelitian di Washington menyatakan,
konsumsi makanan diit yang kaya karbohidrat berpotensi meningkatkan
24
kadar gula yang akan mempengaruhi fungsi aliran darah sekaligus
mengakibatkan risiko penyakit diabetes mellitus semakin parah
(Susilo,2012).
Lemak diberikan minimal yaitu sebesar 20% dari kebutuhan energi
total atau sebesar 46 gram. Hal ini berdasarkan hasil penelitian Septianggi
(2013), menunjukan bahwa konsumsi asupan lemak dengan kadar
kolesterol mempunyai hubungan yang positif dengan penyakit jantung.
Salah satu penyebab meningkatnya kadar kolesterol adalah pola konsumsi
makanan yang mengandung lemak, karena dari 28 responden mempunyai
asupan lemak lebih yaitu >25% sebanyak 15 pasien. Asupan lemak
dibutuhkan oleh tubuh sekitar 20%-25% dari total kebutuhan energi sehari.
Edukasi gizi disampaikan pada pasien dan keluarga dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan pasien terkait diabetes mellitus tipe 2 dan
dietnya tentang pengertian diabetes mellitus tipe 2, aktivitas fisik yang
dapat dilakukan, pengaturan makanan dan contoh menu sehari untuk
pasien diabetes mellitus tipe 2. Edukasi dilakukan sekali selama perawatan
di ruang rawat inap/bangsal pasien selama 10-15 menit. Alat edukasi yang
digunakan ialah leaflet. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan dengan
cara menanyakan kembali apa yang disampaikan, apabila pasien atau
keluarga dapat menjawab artinya pasien dan keluarga telah paham materi
yang disampaikan. Metode yang digunakan yaitu BST (Bed Site Teaching)
Intervensi mengenai kolaborasi dengan tenaga kesehatan seperti
pada dokter , perawat, apoteker, dan laboran sangat diperlukan untuk
memberikan asuhan yang terbaik bagi pasien. Oleh karenanya perlu
mengetahui peranan masing masing tenaga kesehatan tersebut dalam
memberikan pelayanan.
25
BAB IV
A. Rencana Monitoring dan Evaluasi Commented [A6]: Tambahin korrdinasi asuhan gizi
Contohnya:
Tabel 3.1 Monitoring dan Evaluasi Anamnesis: koordinasi dengan apoteker
Pelaksanaan: sebelum pemberian terapi obat dan terapi gizi pada
pasien
Anamnesis Target Pelaksanaan Evaluasi Evaluasi: tidak terjadi interaksi antara obat da n makanan yang
diberikan
Jumlah asupan
makanan dari Asupan makanan
Asupan analisis zat gizi meningkat secara bertahap
Setiap hari
makanan (energy, protein, hingga mencapai 90 % dari
lemak dan total kebutuhan
karbohidrat)
Respiratory
2-3 kali
Fisik klinis Respiratory rate ratemencapainormal (12-
seminggu.
20x/menit).
Nyeri ulu hati, mual Keluhan pasien menurun
Keluhan Setiap hari
dan sesak nafas hingga hilang
Peningkatan
pengetahuan dan
Dapat memahami materi
penerapan prinsip Hari ke-3 sebelum
Edukasi yang disampaikan dengan
dan syarat diet pulang
merivew kembali materi.
terkait penyakit
pasien
Nilai Nilai laboratorium Nilai GDS mendekati
Seminggu sekali
laboratorium GDS normal
Sebelum
Koordinasi Waktu penggunaan Tidak terjadi interaksi
pemberian terapi
dengan obat dengan waktu antara obat dan makanan
obat dan terapi
apoteker makan yang diberikan
gizi pada pasien
B. Implementasi diet
Kajian Rekomendasi
Jenis diet : Diet DM IV dan Diet Jantung III
Bantuk makanan : Lunak
Carapemberian : oral
Tabel 3.2 Data Perbandingan Asupan Zat Gizi
Energi (kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH(gr)
Kebutuhan 2212 101,6 42,5 309,9
Rekomendasi 2100 105 46 315
%Pemenuhan 105% 97% 92% 98%
26
Tabel 3.3 Implementasi Asupan
Ukuran Kandungan Gizi
Waktu Menu Bahan Penukar Gra Protei
URT Energi Lemak KH
m n
Nasi Beras 1P 1 gls 200 175 4 40
Tim Wortel ½P ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
Telur 1P 1bh 55 75 7 5
Ayam
1P 1 ptg 55 150 7 5
(dada)
Wortel ¼P ¼ gls 25 6,25 0,25 0 1,25
Seledr 1/20
1/20 P 5 1,25 0,05 0 0,25
Chige i gls
rolcar Tepun
1
mus g 1/5 P 10 35 0,8 8
sdm
terigu
Tepun
g 2
2/10 P 10 35 0,8 8
Meize sdm
Pagi na
1 bj
Tahu 1P 110 75 5 3 7
bsr
Tahu
perke ½P ½ gls 50 12,5 0,5 - 2,5
Wortel
del
kukus
Telur 1P 1bh 55 75 7 5
ayam
Sayur Baya
½P ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
benin m
g Jangu
½P ½ gls 50 12,5 0,5 2,5
bayam ng
Susu 4
1P 20 75 7 10
skim sdm
Selinga Pepay
1P 1 ptg 110 50 12
n a
Nasi
Beras 1P 1 gls 200 175 4 40
Tim
Pepes
Ayam 1P 1 ptg 55 150 7 5
Ayam
1 bj
Tahu 1P 110 75 5 3 7
Siang bsr
Rolad Telur
1P 1 btr 55 75 8 5 0
e ayam
Tahu 1/10
Wortel 1/10 P 10 2.5 0,1 0 0,5
gls
Seledr 1/20 P 1/20 5 1,25 0,05 0 0,25
27
i gls
Minya ½sd
½P 2,5 25 2,5
k m
Kenta 1 bj
½P 105 87,5 2 20
ng bsr
Sayur Buncis ¼P ¼ gls 25 6,25 0,25 0 1,25
Sop Wortel ¼P ¼ gls 25 6,25 0,25 0 1,25
Minya
¼P ¼ sdt 1,25 12,5 1,25
k
Apel 1P 1 bh 85 50 12
Ubi ½ bj
1/2 P 67,2 87,5 2 20
Ungu bsr
Tepun
2
g 2/5 10 35 0,8 8
sdm
terigu
Selinga
Timus Tepun
n
g 1/10
1/10 5 17,5 0,4 4
Meize sdm
na
Minya 1
1P 5 50 5
k sdm
Nasi
1P 1 gls 200 175 4 40
Tim
Guram
IP 1 ptg 50 62,5 8,75 2,5
e
Pepes Putih 1½
ikan ½P 32,5 25 3,5 2 0
telur btr
guram
Daun
e 1/20
keman 1/20 P 5 1,25 0,05 0 0,25
gls
gi
2 ptg
tempe 1P 50 75 5 3 7
sdg
Tepun
g 1/10
1/10 P 5 17,5 0,4 4
Meize sdm
Steak
na
tempe
Malam Tepun
1
g 1/5 P 10 35 0,8 8
sdm
terigu
Minya 1
1P 5 50 5
k sdm
Labu
¼p ¼ gls 25 6,25 0,25 0 1,25
siam
Kacan
g
¼P ¼ gls 25 6,25 0,25 0 1,25
panjan
Sayur
g
Asem
Jagun
¼
g ¼ P 25 21.25 0,8 0,3 4,75
ptg
manis
Daun 1/8
1/8 P 12,5 3,12 0,125 0,62
melinj gls
28
o
Susu
Susu 1P 1 gls 200 75 7 0 10
skim
309,
Total kebutuhan 2212 101,6 42,5
9
29
BAB V
KESIMPULAN
1. Tn. A masuk rumah sakit pada tanggal 19 April 2019 dengan keluhan
nyeri ulu hati, mual, sesak, dan luka pada kaki. Pasien didiagnosis CHF
grade 4, ulkus DM, dan pneumonia.
2. Diagnosis gizi yang ditegakkan yaitu:
a. Asupan oral inadequat berkaitan dengan penurunan kemampuan
mengonsumsi makanan karena adanya mual, sesak nafas dan nyeri ulu
hati yang ditandai dengan hasil recall energi, protein, karbohidrat
pasien dalam kategori defisit berat dan lemak defisit sedang.
b. Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan gangguan
metabolisme dan adanya gangguan produksi insulin ditandai dengan
kadar glukosa tinggi 210 mg/dL
c. Ketidaksiapan untuk diet/merubah gaya hidup berkaitan
ketidakinginan mengaplikasikan informasi yang didapatkan saat
konseling terdahulu ditandai dengan Seringnya mengonsumsi teh
manis dan minuman berenergi sehingga menyebabkan komplikasi
penyakit diet.
3. Intervensi diet yang diberikan berupa diet diabetes IV dan diet jantung III,
bentuk makanan lunak diberikan secara oral dalam bentuk 3x makan dan
3x selingan . Selain itu intervensi diberikan berupa edukasi gizi kepada
pasien dan keluarga. Koordinasi asuhan gizi diperlukan untuk memberikan
asuhan yang terbaik bagi pasien.
4. Monitoring dan evaluasi yang dilihat antara lain asupan makanan, keluhan
pasien seperti nyeri ulu hati, sesak, dan mual hilang, pengetahuan pasien
meningkat serta dapat menerapkan prinsip dan syarat diet, dan nilai
laboratorium GDS menjadi normal.
30
DAFTAR PUSTAKA
Davies M.K., Gibbs C.R. and Lip G.Y., 2000, ABC of heart failure. Management:
diuretics, ACE inhibitors, and nitrates., BMJ (Clinical research ed.), 320 (7232),
428–31. Terdapat
di:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10669450%5Cnhttp://www.pubmedcentra
l.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=PMC1117548.
Douglas L M. Disorder of Heart. 2008. Dalam ; George W.T, ed Harrrison's Principles of
Internal Medicini, Edisi XVI. New York ; McgRAW Hills 2008; 1448-53.
Fajar, Suratman Abdillah. 2018. Buku Saku Gizi AZURA edisi II. Diakses dari pada 9
Oktober 2018.
Grossman, William & Donald S. B. (2009). Heart Failure and Pulmonary Edema. Science
ArticleLippincott Williams & Wilkins 1-9 .
Handayani, Dian, dkk. 2015. Nutrition Care Process (NCP). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ilayperuma I, Nanayakkara G, Palahepitiya N. 2010. A Model for the Estimation of
Personal Stature from the Length of Forearm [serial online]. Int. J. Morphol.
Diakses dari: http://www.scielo.cl/pdf/ijmorphol/v28n4/art15 .pdf.
Ilyas, Ermita I. (2009) Olahraga Bagi Diabetisi, , in: Soegondo, S., Soewondo, P.,and
Subekti, I. (Eds.), Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Jelliffe D, Jelliffe E. 1989. Community Nutritional Assessment. New York: Oxford
University Press
Kemenkes.RI. 2014. Pusdatin Hipertensi. Infodatin, (Hipertensi), Hal 1–7.
31
Khairun, Nida. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sisa Makanan Pasien
Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.Skripsi.
Lee JH, Jarreau T, Prasad A, Lavie C, O’Keefe J dan Ventura H. Nutritionl assessment in
heart failure patients. Congest Hheart Fail 2011;17: Hal 199-203
Marino PL, Sutin y KM. Analgesia and sedation. The ICU book. 3erd
ed.Philadelphia:Lppincot Wlliams &Walkins, 2007: Hal 247-52.
Mariyono, H., & Santoso, A. (2008). Gagal Jantung. Denpasar: FK_Unud.
http://ejournal.unud.ac.ud/abstrac/9gagal20%jantung.pdf. Diakses pada tanggal 10
Januari 2017
McGuire KD. Diabetes and the Cardiovascular System. Braunwalds Heart Disease, 9th
ed, Elsevier, Philadephia. 2012;1392-1409
Munaf, S., 2009, Obat-Obat yang Mempengaruhi Saluran Cerna [dalam] Staf Pengajar
Departemen Farmakologi FKUS, Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi Kedua,
75104, Palembang: EGC
Naisali, Maria Noviyanti, Rona Sari Mahaji Putri, Tri Nurmaningsari. 2017. Hubungan
Perilaku Merokok dengan KejadianGastritis pada Mahasiswa Teknik
SipilUniversitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Nursing NewsVolume 2,
Nomor 1.
32
Tracchi I, Ghigliotti G, Mura M et al, 2009. Increased neutrophil lifespan in patients with
congestive heart failure. European Journal of Heart Failure. 11: 378–385.
33
Lampiran 1. Form SEMI-FFQ
Ber Frekuensi Kandungan Gizi
Daftar Makanan URT at Mgg Bln E P L KH
Hari
(gr) (kkal) (gr) (gr) (gr)
Makanan Pokok
Nasi ctg 150 3x - 787,5 18 180
Lauk Hewani
Ayam 1 ptg - 38,9 1,8 1,29
50 2x
sdg
Ikan 1 ptg - 14,2 2 0,57
40 2x
sdg
Lauk Nabati
Tempe 1 ptg 25 2x 75 5 3 7
Tahu 1 ptg 55 3x 112,5 7,5 4,5 10,5
Sayur
Sayur asam 1 mk 3x
Labu siam ¼ gls 25 3x 2,67 0,1 0,53
Kacang panjang ¼ gls 25 3x 2,67 0,1 0,53
Jagung manis ¼ gls 25 3x 2,67 0,1 0,53
Daun melinjo 1/8 12,5 3x 2,67 0,1 0,53
gls
Minyak ¼ 1,25 3x 5,36 0,53
sdm
Sayur Sop 1 mk 2x
Wortel ¼ gls 25 2x 1,7 0,07 0,3
Buncis ¼ gls 25 2x 1,7 0,07 0,3
Kentang ¼ gls 25 2x 5,9 0,1 1,3
Kubis ¼ gls 25 2x 1,7 0,07 0,3
Minyak ¼ 1,25 2x 7,1 0,7
sdm
Tumis kankung 1 gls 100 2x 1x 25 1 5
Minyak ½ 25 3x 0,53
sdm
Buah
Pisang 1 ptg 75 1x 75 18
Lain-lain
Teh manis Gls 2x
Gula 2 12
26 2x 200
sdm
Minuman 64,8 0,3 15,6
1 btl 250 3-4x
berenergi
1432 54,3 11 234,
Jumlah
2
34