Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PROYEK ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN (BI2103)

PENGAMATAN HEMATOLOGI PADA TIKUS (Rattus rattus)

Tanggal Praktikum :Rabu ,2 Oktober 2019


Tanggal Pengumpulan :Rabu ,9 Oktober 2019

Disusun oleh :
Jefta Natanael
10618057
Kelompok 9

Asisten:
Ekapaksi Wisnumurti
10616038

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hematologi merupakan ilmu yang memelajari tentang
fungsi,proses produksi, serta kelainan yang terjadi pada darah.Hasil
pengukuran parameter pada hematologi dilakukan untuk membanding-
kan sampel darah yang didapat dengan parameter normal sehingga nant-
inya dapat dijadikan sebagai rujukan/acuan.Keuntungan dari memela-
jari dan menerapkanilmu hematologi adalah dapat mengetahui berbagai
kelainan atau ketidaknormalan pada darah sampel yang diujikan.
(Williams, 2014)

Eritrosit atau sel darah merah adalah komponen sel terbanyak


pada darah (40-45 %),ciri khas dari eritrosit adalah tidak memiliki inti
sel dan berbentuk bikonkaf,produksinya dikontrol oleh
eritpoetin.Sedangkan hemoglobin adalah protein yang dikandung
eritrosit dan memiliki fungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru
ke seluruh tubuh dan membawa karbon dioksida ke paru-paru.Leukosit
atau sel darah putih yang memiliki fungsi adalah untuk memerangi in-
feksi salah satunya dengan cara menelan dan mencerna mikroorganisme
dari sel tubuh yang sudah mati.Leukosit memiliki nukleus yang berlo-
bus-lobus,terdapat lima jenis leukosit. (Ashar, 2018)

Dengan memelajari hematologi lewat praktikum kali ini prak-


tikan dapat mengetahui perbedaan dan mengukur parameter –parameter
yang terdapat pada sel darah sehingga dalam pengaplikasian dalam ke-
hidupan sehari-hari seperti dapat mengetahui penyakit atau kelainan
yang berhubungan dengan darah.

1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah:

1. Menentukan jenis-jenis darah dari sampel darah tikus.


2. Menentukan nilai parameter hematologi dari darah sampel.
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Proses pembentukan eritrosit, hemoglobin dan leukosit


Proses pembentukan sel darah atau sering dikenal dengan hem-
atopoiesis,dalam prosesnya terdapat organ-organ yang berperan dalam
pembentukan darah , yaitu sumsum tulang dan organ retikuloendotelial
(hati dan spleen).Sedangkan seluruh komponen sel darah dalam proses
pembentukan berasal dari hematopoietic stem cells (HSC). HSC bersi-
fat multipoten karena dapat berdiferensiasi dan kemudian terbagi men-
jadi beberapa proses terpisah yang mencakup: eritropoiesis, mielopoie-
sis (granulosit dan monosit),dan trombopoiesis (trombosit).Terdapat
tiga fase pada hematopoiesis,yaitu fase mesoblastik dimulai sejak usia
14 hari sampai minggu kesepuluh, berlangsung di yolk sac (saccus vi-
telinus).Sedangkan fase hepatik berlangsung mulai minggu keenam
sampaikelahiran, berlangsung di mesenkim hepar, dan mulai terjadi dif-
ferensiasi sel. fase mieloid berlangsung dalam sumsum tulang pada usia
12-17 minggu, ini menandakan sudah berfungsinya sumsum tulang un-
tuk menghasilkan sel darah,sedangkan pada prosesnya terbagi menjadi
tiga,yaitu proliferasi (membelah dan memperbanyak diri ),diferensiasi
(berkembang menjadi sel dengan fungsi tertentu) ,dan maturasi (pende-
wasaan sel) dan komponen yang terdapat dalam proses pembentukan
sel darah mencakup: stem sel,sel progenitor, dan sel precursor.
(Williams, 2014)
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah

Terdapat faktor-faktor yang dapat memengaruhi jumlah dari sel


darah,faktor-faktor ini dapat dibagi menjadi dua,yaitu faktor genetik
dan non-genetik.Pada faktor genetik perkawinan dan genotipe adalah
hal yang memengaruhi banyak atau sedikitnya sel darah,hal ini
dikarenakan pada satu spesies tertentu jumlah dari sel darah yang
dimiliki dapat berbeda dengan spesies yang lainnya,hal ini diatur oleh
gen yang dimiliki oleh spesies tersebut.Selanjutnya faktor non
geneteiknya adalah jenis kelamin,usia,serta nutrisi,jenis kelamin dapat
memengaruhi dimana rata-rata jumlah sel darah pada jantan lebih ban-
yak dibandingkan betinanya,selanjutnya semakin bertambah usia suatu
spesies maka akan semakin rendah juga,dan yang terakhir adalah nutrisi
dimana nutrisi berasal dari makanan yang dikonsumsi,hal ini dapat me-
mengaruhi jumlah sel darah serta kerja hormonal tubuh. (Etim, et al.,
2013)

2.3 Hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC

Dalam memelajari hematologi,terdapat beberapa parameter


yang digunakan,yaitu hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC.Hematokrit
adalah nilai perbandingan antara massa eritrosit dengan plasma darah
yang dinyatakan dalam persen (%),selanjutnya MCV (Mean Corpuscu-
lar Volume ) adalah hasil pengukuran volume rata-rata dari sel darah
merah (eritrosit),sedangkan MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin)
adalah nilai pengukuran berat rata-rata hemoglobin dalam eritrosit dan
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration ) adalah param-
eter yang digunakan untuk mengukur rasio hemoglobin terhadap hema-
tokrit. (Walker, et al., 1990)
2.4 Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan darah

Terdapat beberapa penyakit yang ditimbulkan atau berkaitan


dengan darah,beberapa contohnya seperti eritrositosis yaitu
membludaknya jumlah eritrosit, sehingga mengakibatkan
bertambahnya viskositas darah, berkurangnya laju alir, dan jika sudah
parah dapat menyebabkan kebocoran dinding kapiler,penyakit ini
disebabkan akibat menurunnya volume plasma darah, yang bisa
disebabkan oleh dehidrasi, diuretik, dan terbakar.Selanjutnya anemia
adalah penyakit yang ditandai dengan kurangnya hemoglobin dalam
darah dan disebabkan karena bertambahnya eritrosit, berkurangnya
jumlah hemoglobin dalam masing-masing eritrosit, atau keduanya
dengan berkurangnya hemoglobin maka akan mengurangi kemampuan
eritrosit untuk mengikat oksigen.Leukopenia yaitu penyakit dimana
leukosit dalam darah berkurang dan di bawah batas normal yaitu kurang
dari 5000/mm3 ,sedangkan kebalikannnya adalah leukimia dimana
penyakit dimana pertambahan leukosit tidak terkendali sekitar
500.000/mm3 .Pada trombosit juga terdapat kelainan atau
penyakit,yaitu trombositopeni dimana trombosit kurang dari
50.000/mm3 dan trombositosis yaitu trombosit lebih dari 400.000/mm3.
(Huizen, 2018)
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini terdapat pada
Tabel 3.1

Tabel 3.1 Alat dan bahan percobaan

Alat Bahan
1. Kaca objek 1. Sampel darah tikus (Rattus
2. Pipet rattus)
3. Pipet khusus eritrosit 2. Tisu
4. Pipet khusus leukosit 3. Larutan hayem
5. Kalkulator 4. HCl 1 N
6. Hemasitometer 5. Aquades
7. Alat ukur Sahli 6. Larutan Turk
8. Tabung kapiler 7. Plastisin/malam
9. Mikroskop 8. Sarung tangan
9. Pewarna giemsa
10. Heparin/EDTA
3.2 Langkah Kerja

3.2.1 Pembuatan Apusan Darah

Pertama – tama, setetes sampel darah tikus ditempatkan di daerah ujung


kaca objek. Lalu, ditempatkan kaca objek lain diatas kaca objek yang telah dite-
tesi darah dengan kemiringan 30-45o. Kaca objek tersebut digeserkan hingga
menyentuh darah dan ditarik menuju ujung lainnya dengan cepat sehingga darah
menyebar sepanjang sisi kaca objek yang bersentuhan. Geserkan kembali kaca
objek tersebut berlawanan arah sehingga terbentuk apusan darah. Apusan darah
dibuat setipis mungkin dan diusahakan terbentuk gradasi warna darah. Selanjut-
nya, apusan difiksasi dengan cara didiamkan beberapa lama hingga apusan darah
kering. Setelah kering, apusan diwarnai menggunakan pewarna Giemsa, dira-
takan dan dikeringkan kembali. Setelah apusan darah yang telah diberi pewarna
Giemsa kering sempurna, apusan darah sudah siap digunakan sebagai preparat.

3.2.2 Penghitungan Jumlah Sel Darah Merah


Darah dihisap dengan pipet khusus sampai menunjukkan skala 0,5. Dengan
menggunakan pipet yang sama, larutan Hayem dihisap sampai skala 101. Pipet
yang berisi darah da hayem tersebut dibolak-balik agar homogen. Sebagian
cairan dibuang. Kemudian ditetes ke sisi kaca penutup hemocytometer. Setelah
itu diamati di bawah mikroskop dan dihitung jumlah eritrositnya.

3.2.3 Penghitungan Jumlah Leukosit


Darah dihisap dengan pipet khusus leukosit sampai mencapai skala 0,5.
Dengan pipet yang sama, larutan turk dihisap sampai skala 11 sehingga larutan
turk dan darah berada dalam pipet yang sama. Pipet dibolak-balik sampai
campuran homogen. Beberapa tetes pertama dibuang, lalu tetes selanjutnya
diteteskan di sisi kaca. Setelah itu ditutup dengan penutup hemocytometer.
Leukosit dihitung di bawah mikroskop pada empat ruang persegi di pojok terluar.

3.2.4 Pengukuran Volume Hematokrit


Tabung kapiler berdiameter 3 mm yang telah mengandung antikoagulan
diisi dengan darah dan ujungnya ditutup. Tabung diletakkan pada alat sentrifuga
khusus berkecepatan tinggi dengan ujung yang tertutup mengarah ke tepi alat
sentrifuga. Tabung disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 10000-
15000rpm. Setelah itu tabung hasil sentrifugasi diamati .
BAB IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Gambar hasil percobaan

Hasil pengamatan pada percobaan kali ini terletak pada Gambar 4.1
dan Gambar 4.2

Gambar 4.2 hasil pengukuran hemo-


globin

Gambar 4.1 hasil pengukuran skala


wintrobe hematokrit
4.1.2 Perhitungan

1. Sel darah merah


101−1
Pengenceran = = 200
0,5
∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑥 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
Jumlah Eritrosit / mm3 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐻𝑒𝑚𝑎𝑐𝑦𝑡𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑥 200
= 5 𝑥 0.2 𝑥 0.2 𝑥 0.1
475 𝑥 200
= 5 𝑥 0.2 𝑥 0.2 𝑥 0.1

= 4,75 Juta/mm3
2. Sel darah putih
11−1
Pengenceran = = 10
1
∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑢𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑥 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑐𝑒𝑟𝑎𝑛
Jumlah Leukosit / mm3 = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑢𝑎𝑛𝑔 𝐻𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐻𝑒𝑚𝑎𝑐𝑦𝑡𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

∑ 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑒𝑢𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑥 10
= 4 𝑥 1 𝑥 0.1

143𝑥10
= 4 𝑥 1 𝑥 0.1

= 3575 /mm3

3. MCV, MCH, MCHC


 MCV
% ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 ×10
MCV= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑗𝑢𝑡𝑎 /𝑚𝑚3 )

40
MCV =
4,75

MCV = 8,42 𝜇m3


 MCH

𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ℎ𝑒𝑚𝑜𝑔𝑙𝑜𝑏𝑖𝑛 ( ) 𝑥 10
MCH = 𝑑𝐿
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 (𝐽𝑢𝑡𝑎/𝑚𝑚3)

12,1𝑥10
MCH =
4,75

MCH = 25,47 pg

 MCHC

𝑔
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 ℎ𝑒𝑚𝑜𝑔𝑙𝑜𝑏𝑖𝑛 ( ) 𝑥 100
MCHC = 𝑑𝐿
ℎ𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 (%)

12,1 ×100
MCHC =
4,75

MCHC = 30,25 g/dL

4.2 Pembahasan

Dalam hasil pengamatan pada apusan darah tikus,ditemukan be-


berapa jenis sel darah pada sampel apusan,yang pertama-tama
ditemukan eritrosit,pada pengamatan,eritrosit memiliki jumlah terban-
yak pada sampel dengan cirinya yang tidak memiliki nucleus dan ben-
tuknya yang bikonkaf,selanjutnya diidentifikasi terdapat trombosit atau
platelet terlihat dari ukurannya yang kecil.Selanjutnya terlihat adanya
basofil yang terlihat seluruh bagiannya berwarna biru,hal ini disebabkan
karena basofil dipenuhi oleh granul berwarna unggu dan terwarnai sem-
purna oleh giemsa,terlihat juga terdapat limfosit dari limfositnya yang
berbentuk lingkaran dan memenuhi selnya,juga terdapat monosit di-
mana nucleusnya berbentuk seperti tapal kuda.Sedangkan untuk eu-
sonofil dan neutrophil bentuknya sulit untuk dibedakan dikarenakan
ukurannya yang hampir sama dan lobus nukleusnya yang dapat sama-
sama dua sehingga tidak dapat dipastikan apakah yang terdapat pada
sampel apusan eusonofil atau neutrofil. (Williams, 2014)

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, penguku-


ran mikroskopis sel darah yang didapatkan pada praktikum berupa
jumlah eritrosit 4,75 jt/mm3, jumlah leukosit 3575/mm3, MCV sebesar
84,2 fl , MCH sebesar 25,47 pg , dan MCHC sebesar 30,25% .Berdasar-
kan hasil literatur parameter darah pada tikus normal diketahui bahwa
nilai MCV sebesar 80-96 fl , MCH sebesar 27-33 pg, dan MCHC sebe-
sar 28,4-38,5%.Diketahui nilai MCV dan MCH masih dalam batasan
normal,sedangkan nilai MCV dibawah batasan normal,hal ini dapat di-
artikan bahwa jumlah eritrosit dalam darah kurang dari jumlah seha-
rusnya,hal ini dapat menyebabkan oksigen yang diedarkan dalam tubuh
tikus akan lebih sedikit dari seharusnya sehingga pengedaran darah
menjadi tidak maksimal.Selain itu,hal yang dapat menyebabkan kondisi
ini terjadi adalah sampel darah yang dipakai kondisinya sudah tidak ter-
lalu baik,yang dapat saja dikarenakan faktor lamanya waktu sampel di-
ambil ataupun suhu yang terlalu panas atau dingin ,sehingga kandungan
Hb pada darah lebih rendah yang menyebabkan nilai MCV menjadi
lebih kecil atau rendah dari seharusnya. (Bailly & Duprat, 1990)

Dikarenakan MCV adalah adalah nilai yang digunakan untuk


mengukur volume rata-rata eritrosit pada suatu sampel,maka dapat
dikatakan bahwa semakin rendah nilai MCV suatu sampel,maka jumlah
eritrosit pada darah akan semakin sedikit,sebaliknya semakin besar nilai
MCV-nya maka akan semakin banyak juga jumlah eritrositnya pada
darah,sehingga MCV akan memengaruhi morfologi dari sel darah di-
mana akan memengaruhi tingkat kepadatan eritrosit pada suatu sampel
dan juga perbandingannya dengan komponen lain,yang dapat saja
menekan jumlah komponen lain. (Walker, et al., 1990)

Selama proses percobaan digunakan beberapa alat yang mem-


iliki beberapa kekurangan ,seperti pipet khusus untuk eritrosit dan leu-
kosit dimana dalam proses pengambilan sampel sangat sulit diambil ka-
rena pengambilannya dengan cara disedot,sehingga sampel sulit untuk
naik,selanjutnya pada alat ukur sahli ,perbandingan warna Hb yang
disediakan antara kiri dan kanan sudah ada yang berbeda,sehingga dapat
disimpulkan alat sudah terlalu lama sehingga untuk dijadikan acuan su-
dah tidak terlalu tepat,selain itu dalam pembuatan apusan kelemahan
yang ditemukan adalah dalam proses pembersihan giemsa sampel dapat
lepas atau warna giemsa masih bertahan sehingga preparat sulit untuk
diamati,dan yang terakhir pada hemasitometer, kelemahannya adalah
dalam pencarian kotak yang digunakan untuk perhitungan,hal ini
dikarenakan kotak terlalu tipis,sehingga sangat sulit untuk
menemukannya.
BAB V

KESIMPULAN

1. Jenis – jenis darah yang ada pada sampel darah tikus adalah eritrosit, trombosit,
dan leukosit berupa monosit, limfosit , basofil dan neutrophil/eusonofil.
2. Nilai parameter hematologi MCV, MCH, dan MCHC pada sampel darah tikus
(Rattus rattus) berturut – turut adalah sebesar 84,2 fL, 25,47 pg dan 30,25%.
DAFTAR PUSTAKA

Ashar, T. D., 2018. The Relation Between Platelet Count,Leukocyte Count,Hematocrit


Level,Hemoglobin Level,and Bleeding Manifestation In Dengue Infection Patient.
In: Lampung: Universitas Lampung, pp. 27-29.
Bailly, Y. & Duprat, P., 1990. Normal Blood Cell Values, Rat. In: Heidelberg:
Springer-Verlag, pp. 27-38.
Etim, N. N., Williams, M. . E., Akpabio, U. & Offiong, E. E. A., 2013. Haematological
Parameters and Factors Affecting Their Values. In: Nigeria: Science and
Education Centre of North America, pp. 37-47.
Huizen, J., 2018. What Type of Blood Disorders are There. In: Canada: Medical News
Today.
Walker, H., Hall , W. & Hurst, . J., 1990. Red Cell Indices. In: Clinical Methods: The
History, Physical, and Laboratory Examinations. Boston: Butterworths, pp. 620-
657.
Williams, E. C., 2014. INTEGRATED HEMATOLOGY SYSTEM. In: Madison:
University of Wisconsin, pp. 1-10,189-206,167-176.

Anda mungkin juga menyukai